86
HUBUNGAN PERAN PENGAWAS MINUM OBAT DENGAN KEPATUHAN BEROBAT PENDERITA HIPERTENSI DI DESA BORGO KECAMATAN BELANG KABUPATEN MINAHASA TENGGARA SKRIPSI OLEH: VIDYA SAWOTONG NIM. 10071099 UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA FAKULTAS KEPERAWATAN MANADO 2013

Hubungan Pengawas Minum Obat Dengan Kepatuhan Berobat Penderita Hipertensi Di Desa Borgo Kec, Belang

  • Upload
    very

  • View
    110

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

  • HUBUNGAN PERAN PENGAWAS MINUM OBAT DENGANKEPATUHAN BEROBAT PENDERITA HIPERTENSI

    DI DESA BORGO KECAMATAN BELANGKABUPATEN MINAHASA TENGGARA

    SKRIPSI

    OLEH:

    VIDYA SAWOTONG

    NIM. 10071099

    UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIAFAKULTAS KEPERAWATAN

    MANADO2013

  • iHUBUNGAN PERAN PENGAWAS MINUM OBAT DENGANKEPATUHAN BEROBAT PENDERITA HIPERTENSI

    DI DESA BORGO KECAMATAN BELANGKABUPATEN MINAHASA TENGGARA

    SKRIPSI

    Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

    Gelar Sarjana KeperawatanPada

    Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan

    Universitas Pembangunan Indonesia (UNPI)

    OLEH:

    VIDYA SAWOTONG

    NIM. 10071099

    UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIAFAKULTAS KEPERAWATAN

    MANADO20113

  • ii

    LEMBAR PENGESAHANSKRIPSI

    Nama : Fidya SawotongNIM : 10071099Fakultas : Keperawatan

    Program Studi : Ilmu KeperawatanJudul Tugas Akhir : Hubungan Peran Pengawas Minum Obat Dengan Kepatuhan

    Berobat Penderita Hipertensi Di Desa Borgo KecamatanBelang Kabupaten Minahasa Tenggara

    Menyetujui

    Pembimbing I Pembimbing II

    Stefanus Timah, SKM. M.Kes dr. Miryam.D.M.Pinontoan. M.Kes

    Mengetahui,

    Dekan

    Ns. Frida Mendur, SKep., M.KepNIDN : 0908026801

    Tanggal Lulus: 22 Juni 2013

  • iii

    SURAT PERNYATAAN

    Yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : Vidya Sawotong

    NIM : 10071099

    Program Studi : Ilmu Keperawatan

    Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa jika Karya Tulis Ilmiah yang sayaajukan terbukti merupakan hasil plagiat atau bukan merupakan hasil karya sayasendiri, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar

    akademik dan melaksanakan penelitian ulang.

    Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh rasa tanggung jawab untukdipergunakan sebagaimana mestinya.

    Manado, Juni 2013

    Yang Membuat,

    ( Vidya Sawotong )

  • iv

    CURRICULUM VITAE

    Nama Lengkap : Fidya SawotongNIM : 10071099Tempat/Tanggal Lahir : Manado, 10- September- 1991Agama : Islam

    Alamat : Wonasa TanjungNomor Telepon : +6289698242296Nama Orang Tua

    Ayah : Sofyan SawotongIbu : Kasmawati Bakari

    Nama Saudara Kandung :Adik : Mutiara Sawotong

    : Wahyuni SawotongRiwayat Pendidikan : 1. TK Yapim Manado (tahun lulus 1997)

    2. SDN 50 Manado (tahun lulus 2003)3. SMP Negeri 2 Manado (tahun lulus 2006)4. SMA Negeri 1 Manado (tahun lulus 2009)5. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

    Keperawatan Universitas Pembangunan Indonesia(UNPI) Tahun 2009

  • vVidya Sawotong. 2013. Hubungan Peran Pengawas Minum Obat DenganKepatuhan Berobat Penderita Hipertensi Di Desa Borgo Kecamatan BelangKabupaten Minahasa Tenggara. (Di bawah bimbingan Stefanus Timah dan dr.Miryam Dian Pinontoan).

    ABSTRAK

    Pengawas Minum Obat (PMO) merupakan salah satu kunci keberhasilan dalamstrategi program DOTS (Directly Observed treatment shourtcourse), karenamengigat pengobatan hipertensi yang relatif lama yaitu harus rutin untuk itupengobatan membuat penderita bosan. Maka diperlukan seseorang yang selalumengawasi dan memberi motivasi pada penderita supaya obatnya diminum secarateratur dan tuntas. Tujuan Penelitian ini ialah Mengetahui Hubungan PengawasMinum Obat (PMO) Dengan Kepatuhan Berobat Penderita Hipertensi Di DesaBorgo Kecamatan Belang Kabupaten Minahasa Tenggara.

    Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif analitik denganpendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian ini ialah seluruh penderitahipertensi yang ada di Desa Borgo yang patuh dan tidak patuh untuk menjalanipengobatan dan penelitian ini jumlah populasi 75, dengan menggunakan tekniktotal sampling, instrument yang digunakan ialah kuesioner dan analisa data yangdigunakan univariat dan bivariat dengan uji Chi-square.

    Hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara Peran PengawasMinum Obat Dengan Kepatuhan Berobat Penderita Hipertensi (p=0.001).Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa peran PMO palingbanyak pada kategori cukup sebanyak 54 (72%) responden dan yang palingbanyak dalam kepatuhan ialah kurang patuh sebanyak 53 (70.7%) responden,maka dari itu sebaiknya petugas kesehatan di Puskesmas Belang perlu melakukanpenyuluhan kesehatan secara intensif dan berkesinambungan kepada PMO danpenderita Hipertensi agar tercapai keberhasilan pengobatan yang optimal.

    Kata kunci : Peran PMO, Kepatuhan Berobat Penderita Hipertensi.Daftar Pustaka: 8 Buku (2006-2012) dan 27 internet file

  • vi

    Vidya Sawotong. 2013. Supervisory Role Relationships Drinking DrugPatients With Hypertension Medication Adherence In the village of BorgoSoutheast Minahasa district Belang. (Under the guidance of Stefanus Timah anddr. Miriam Dian Pinontoan).

    ABSTRAC

    Supervisory Drink Drugs (PMO) is one of the keys to success in the programstrategy DOTS (Directly Observed Treatment shourtcourse), because keeping inthe treatment of hypertension should be relatively long for the routine treatmentmakes people bored. We need someone who is always watching and motivatingthe patient that the medicine taken regularly and thoroughly. Knowing the purposeof this study is to Drinking Drug Supervisory Relationship (PMO) MedicationAdherence Patients With Hypertension In the village of Borgo Southeast Minahasadistrict Belang.

    This research uses a descriptive analytic study design with cross sectionalapproach. The study population was all patients with hypertension in the village ofBorgo adherent and non-adherent to medication and the study population of 75,with a total sampling technique, the instrument used was the questionnaire anddata analysis used univariate and bivariate chi -square.

    The results found a significant relationship between the Supervisory RoleDrinking Drug Medication Adherence Patients With Hypertension (p = 0.001).Based on the research results, it can be concluded that the role of the PMO in thecategory pretty much as much as 54 (72%) of respondents and the most in the lessobedient compliance is as much as 53 (70.7%) respondents, and therefore shouldBelang health workers in health centers need to do intensive health education andcontinuing to the PMO and hypertension patients to achieve optimal treatmentsuccess.

    Keywords: Role of PMO, Compliance Hypertension Patients Treated.References: 8 Books (2006 to 2012) and 27 internet files

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur patutlah penulis panjatkan ke Hadirat ALLAH SWT,karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunanSkripsi dengan judul Hubungan Peran Pengawas Minum Obat DenganKepatuhan Berobat Penderita Hipertensi Di Desa Borgo Kecamatan BelangKabupaten Minahasa Tenggra. Skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi salahsatu syarat untuk menyelesaikan pendidikan S-1 pada Program Studi IlmuKeperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Pembangunan Indonesia(UNPI) Manado.

    Skripsi ini saya dedikasikan untuk yang sangat saya sayangi dan sangatsaya cintai Mama dan Papa yang telah mendoakan serta menjadi inspirasi danmotivator terbesar saya sepanjang kehidupan ini.

    Keberhasilan penulis dalam penyusunan Skripsi ini bukanlah semata-matahasil jerih payah penulis, tetapi berkat dukungan dan doa dari berbagai pihak yangsenantiasa diberikan kepada penulis. Oleh karena itu, apa yang sudah penulis raihsaat ini akan dipersembahkan kepada semua pihak yang senantiasa menunjangkeberhasilan Skripsi ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati dan puji syukurmenyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

    1. Drs. Jan W.G. Polii, Msi, selaku Rektor Universitas Pembangunan IndonesiaManado memberikan motivasi penulis selama mengikuti pendidikan.

    2. Drs. F. H Rende, selaku Ketua Yayasan Universitas Pembangunan IndonesiaManado yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama penulismengikuti pendidikan.

    3. Ns. Frida Mendur, S.Kep., M.Kep, selaku Dekan Fakultas Keperawatan telahmemberikan arahan dan motivasi selama penulis mengikuti pendidikan danselama menyelesaikan skripsi ini.

    4. Stefanus Timah, M.Kes, selaku dosen pembimbing I, terima kasih untukbimbingannya selama penulisi menyusun skripsi.

  • viii

    5. Dr. Miryam Dian Pinontoan, M.Kes selaku dosen pembimbing II, terima kasihuntuk setiap masukan, motivasi dan doa yang diberikan untuk kelancaranpenyusunan skripsi.

    6. Seluruh staf dosen dan pengelolah Fakultas Keperawatan UNPI Manado terimakasih atas bantuan yang sudah memberikan bekal ilmu pengetahuan danketerampilan selama penulis mengikuti pendidikan.

    7. Bapak Yunus Tondais, selaku Kepala Desa Borgo dan Seluruh penderitahipertensi yang telah bersedia untuk menjadi responden.

    8. Mama, Papa dan Adik-adikku tersayang Mutiara Sawotong dan WahyuniSawotong terima kasih atas kasih saying, doa dan motivasi yang selaludiberikan kepada penulis.

    9. Kedua ponakanku Chairul Azzam Mangantar dan Nahsyila Nahdia Adipatiterima kasih karena sudah memotivasi penulis dengan kelucuan dan kepintarankalian. Beserta keluarga besar Sawotong-Bakari terimakasih ata doa danmotivasinya selama ini.

    10. Verison Kokiroba, terima kasih agan-aganku sayang atas bantuan danmotivasinya selama ini.

    11. Teman-teman senasib sepenanggungan angkatan 2009 Fakultas KeperawatanUNPI, anak-anak bimbingan Bpk Stefanus Timah. M.Kes Dan dr. MiryamDian Pinontoan. M.Kes yang selalu membantu dan memberi dukungan dandoa selama menjalani pendidikan dan dalam menyelesaikan skripsi ini.

    12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalampenyelesaian penulisan ini.

    Manado, Juni 2013Penulis

    Vidya Sawotong

  • ix

    DAFTAR ISI

    Kafer Dalam....i

    Lembar Pengesahan....iiSurat Pernyataan.....iiiCurriculum Vitaeiv

    Abstrak.......v

    Abstrac...vi

    Kata Pengantar.......vii

    Daftar Isi.........ix

    Daftar Gambar........xiDaftar Tabel........xiiDaftar Lampiran.........xiii

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang.......1

    B. Rumusan Masalah......5C. Tujuan Penelitian...5D. Manfaat Penelitian............6

    BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

    A. Pengawas Minum Obat...7

    B. Kepatuhan Berobat......12

    C. Hipertensi....16D. Penelitian Terkait....29

    BAB III. KERANGKA KONSEP & DEFINISI OPERASIONALA. Kerangka konsep.....31

    B. Hipotesis......31C. Definisi operasional.....32

    BAB IV. METODE PENELITIANA. Jenis Penelitian....33

    B. Waktu dan Tempat Penelitian... .33C. Populasi dan sampel penelitian...33D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi...33E. Instrument Penelitian..........34

  • xF. Sumber Data...35G. Analisis Data..35H. Etika Penelitian..35I. Pengolahan Data.......37

    BAB V. HASIL DAN PEMBAHASANA. Data Demografi............38

    B. Hasil Penelitian.....39C. Pembahasan......45

    BAB IV. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan......48

    B. Saran....48DAFTAR PUSTAKA ..50

  • xi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1: Pada saat peneliti berkunjung kerumah penderita untuk pembagiankuesioner

    Gambar 1.2: Pada saat pembagian kuesioner bersama dengan Mahasiswa FakultasKeperawatan De La Salle.

    Gambar 1.3: Salah satu responden hipertensi sekaligus pemilik tempat tinggalpeneliti saat penelitian

    Gambar 1.4: Tensi responden yang hadir saat acara penyuluhanGambar 1.5: Pada saat membawakan materi tentang hipertensi bersama

    Mahasiswa Fakultas Keperawatan De La Salle dan UNPI.Gambar 1.6: Responden yang datang saat acara penyuluhan hipertensi yang

    bertempat pengasapan ikan Desa BorgoGambar 1.7: Foto bersama responden dan teman-teman Mahasiswa Fakultas

    Keperawatan De La Salle dan UNPI saat selesai penyuluhan

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Klasifikasi Hipertensi..18Definisi Operasional32

    Distribusi Penduduk Di Desa Borgo...38Distribusi Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Belang...39Distribusi responden berdasarkan karakteristik Umur40Distribusi responden berdasarkan karakteristik Jenis Kelamin...40Distribusi responden berdasarkan karakteristik Pendidikan...41Distribusi responden berdasarkan karakteristik Status Pekerjaan...41Distribusi Responden Berdasrkan Kategori PMO..42Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kepatuhan....43Tabel Uji Chi-square...44

  • xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Lembar PersetujuanLampiran 2 lembar KuesionerLampiran 3 Master Tabel PMOLampiran 4 Master Tabel KepatuhanLampiran 5 Master TabelLampiran 6 Hasil FrekuensiLampiran 7 Hasil uji Chi-SquareLampiran 8 Surat Ijin Pengambilan DataLampiran 9 Surat Keabsahan PenelitianLampiran 10 Jadwal Kegiatan

  • 1BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Penyakit tidak menular yang cukup banyak mempengaruhi angka kesakitan

    dan angka kematian dunia ialah penyakit kardiovaskuler seperti hipertensi.

    Hipertensi seringkali muncul tanpa gejala, sehingga disebut sebagai the silent

    killer atau sering disebut sebagai pembunuh diam-diam. Secara global, tingkat

    prevalensi hipertensi di seluruh dunia masih tinggi. Lebih dari seperempat

    jumlah populasi dunia saat ini menderita hipertensi. Hipertensi adalah istilah

    medis untuk penyakit tekanan darah tinggi, dan merupakan salah satu masalah

    kesehatan masyarakat yang banyak diderita di seluruh dunia, termasuk

    Indonesia. Penyakit tidak menular khususnya hipertensi telah menyumbang 3

    juta kematian. Pada tahun 2005, 60% diantaranya terjadi pada penduduk

    berumur di bawah 70 tahun dan kematian 28% dari seluruh kematian yang

    terjadi di kawasan Asia Tenggara (WHO, 2010).

    Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan

    tingginya prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia, dimana hipertensi

    menempati urutan pertama sebesar 31,7%. Pelaporan Terpadu Puskesmas

    (SP2TP) pasien hipertensi di Indonesia yang periksa teratur sebanyak 22,8%,

    sedangkan tidak teratur sebanyak 77,2% (Depkes, 2008). Departemen

    Kesehatan tahun 2007, melakukan survai tentang prevalensi hipertensi

    berdasarkan hasil pengukuran, diagnosis tenaga kesehatan, riwayat minum

    obat hipertensi ditemukan; prevalensi hipertensi di Indonesia pada penduduk

  • 2usia di atas 18 tahun adalah sebesar 29,8%, prevalensi tertinggi di Kalimantan

    selatan 39,6% dan terrendah di Papua barat 20,1%. Hipertensi yang di

    diagnosis oleh tenaga kesehatan hanya mencapai 24%, hipertensi dalam

    masyarakat yang belum terdiagnosis 76,0%, sedangkan yang minum obat

    hipertensi 0,4%. Di Jawa barat prevalensi hipertensi sebesar 29,3%, prevalensi

    tertinggi di Tasikmalaya dan Karawang 43,1%, diagnosis oleh tenaga

    kesehatan ialah 9,5%, sementara diagnosis dan atau riwayat minum obat

    hipertensi ialah 9,9% dan prevalensi hipertensi di Provinsi Banten 27,6%,

    tertinggi ditemukan di Kabupaten Tangerang 10%, sedangkan terrendah di

    Kota Tangerang 7%. Berdasarkan diagnosis dan atau riwayat minum obat

    hipertensi ialah 9,4% lebih tinggi dari angka nasional 7,6 %.

    Dinas Kesehatan Kota manado tahun 2012, Hipertensi esensial (primer)

    sebanyak 57.071. Hipertensi masuk pada daftar 10 penyakit menonjol

    berdasarkan Surveilans Terpadu Penyakit (STP) berbasis Puskesmas di

    Provinsi Sulawesi Utara dengan menempati posisi kedua setelah influenza

    dengan jumlah kasus 20.202 penderita hipertensi (Dinkes Sulut, 2011).

    Desa Borgo Kecamatan Belang merupakan bagian wilayah Minahasa

    Tenggara yang memiliki penderita hipertensi yang relatif banyak. Data

    Puskesamas Belang penderita Desa Borgo yang berturut-berturut melakukan

    pengobatan tahun 2009 sebanyak 102 orang, tahun 2010 sebanyak 160 orang,

    tahun 2011 sebanyak 95 orang, tahun 2012 sebanyak 75 orang dengan jumlah

    penduduk 1.020 jiwa (Puskesmas Belang, 2012).

    Pengawas Minum Obat (PMO) merupakan salah satu kunci keberhasilan

    dalam strategi program DOTS (Directly Observed treatment shourtcourse),

  • 3karena mengigat pengobatan hipertensi yang relatif lama yaitu harus rutin

    untuk itu pengobatan membuat penderita bosan. Maka diperlukan seseorang

    yang selalu mengawasi dan memberi motivasi pada penderita supaya obatnya

    diminum secara teratur dan tuntas. Kesulitan utama penerapan DOTS terletak

    pada rekrutmen PMO karena dituntut motivasi dan dedikasi yang kuat sebagai

    suka relawan yang tidak dihargai dengan materi berupa imbalan uang atau

    barang. Keuntungan keluarga sebagai PMO ialah tempat tinggalnya serumah

    dengan penderita sehingga pemantauannya lebih optimal dan langsung tidak

    perluh biaya transportasi (Becher,1997 dalam Gitawati &Sediati, 2010).

    Keperawatan tidak hanya ditujukan kepada individu perseorangan

    melainkan juga kepada kelompok, keluarga dan masyarakat seperti yang

    dikemukakan dalam model konsep Orem yang mengutamakan keperawatan

    mandiri klien, mengajak klien dan keluarga untuk secara mandiri dalam

    mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah kesehatan.Menurut model

    konsep sistem dari Neuman menyatakan bahwa keluarga merupakan salah

    satu target pelayanan perawatan di masyarakat baik dalam melakukan

    pengkajian, pencegahan primer, sekunder dan tertier. Menurut model konsep

    terbuka oleh King, keperawatan keluarga ialah membantu anggota keluarga

    dalam menyusun tujuan untuk mengatasi masalah dan mengambil keputusan

    (Friedman,1998 dalam Jesica, 2011).

    Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami

    gangguan kesehatan/ dalam keadaan sakit. Keluarga juga merupakan salah

    satu indikator dalam masyarakat apakah masyarakat sehat atau sakit Peran

    atau tugas keluarga dalam kesehatan yang dikembangkan oleh ilmu

  • 4keperawatan dalam hal ini ialah ilmu kesehatan masyarakat (Komunitas)

    sangatlah mempunyai arti dalam peningkatan dalam peran atau tugas keluarga

    itu sendiri. Perawat diharapkan mampu meningkatkan peran keluarga dalam

    mengatasi masalah kesehatan keluarga (Efendi, 1998 dalam skripsi Jessica

    2011). Ketidakpatuhan dengan program terapi merupakan masalah yang besar

    pada pasien hipertensi. Hanns, 2008, menjelaskan bahwa diseluruh dunia

    sekitar 20% dari semua pasien hipertensi yang di diagnosis untuk minum obat

    yang diresepkan oleh dokter sedangkan menurut Departemen Kesehatan 2006,

    hanya 50% pasien yang diresepkan obat antihipertensi tidak minum obat

    sesuai anjuran tenaga kesehatan. Ketidakpatuhan pada pasien hipertensi

    dengan minum obat antihipertensi dapat menyababkan komplikasi pada

    penyakit hipertensi sehingga dapat menyebabkan kerusakan organ meliputi

    otak, karena hipertensi yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko stroke

    kemudian kerusakan pada jantung, hipertensi meningkatkan beban kerja

    jantung yang akan menyebabkan pembesaran jantung sehingga meningkatkan

    risiko gagal jantung dan serangan jantung. Selain kerusakan otak dan jantung

    karena kondisi hipertensi yang memburuk, gagal ginjal juga merupakan risiko

    yang harus ditanggung pasien hipertensi. Ditambah lagi kerusakan pada

    pembuluh darah di retina yang berakibat pada gangguan penglihatan bahkan

    bisa mengalami kebutaan (Suhardjono, 2008).

    Penelitian yang dilakukan oleh Van der wal, Jaarsma, dan Van veldhusein

    (2005), terhadap faktor-faktor yang terkait dengan kepatuhan ialah

    pengetahuan mengenai hipertensi, keyakinan mengenai manfaat dan kendala

    dalam melaksanakan program pengobatan, faktor demografi (umur, jenis

  • 5kelamin, status menikah, tingkat pendidikan) dan kondisi klien (tingkat

    keparahan penyakit dan gejala depresi yang muncul). Peran keluarga sebagai

    pengawas minum obat dan kepatuhan berobat penderita hipertensi merupakan

    faktor utama dalam penyembuhan, namun masih banyak keluarga dan

    penderita hipertensi yang belum mengetahui faktor resiko yang akan terjadi

    akibat dari hipertensi. Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengangkat judul

    Hubungan Pengawas Minum Obat Dengan Kepatuhan Berobat Penderita

    hipertensi.

    B. Rumusan Masalah

    Apakah ada hubungan pengawas minum obat dengan kepatuhan berobat

    penderita hipertensi?

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum:

    Diketahui Hubungan Pengawas Minum Obat (PMO) dengan kepatuhan

    berobat penderita Hipertensi di Desa Borgo Kecamatan Belang Kabupaten

    Minahasa Tenggara.

    2. Tujuan Khusus

    a. Diketahui Peran Pengawas Minum Obat pada penderita hipertensi.

    b. Diketahui bagaimana kepatuhan berobat penderita hipertensi.

    c. Menganalisis Hubungan Peran PMO dengan kepatuhan berobat.

  • 6D. Manfaat Penelitian

    1. Institusi Pendidikan

    Sebagai bahan masukan dan dijadikan referensi atau bahan bacaan,

    sebagai acuan untuk peneliti selanjutnya khususnya untuk Fakultas

    Keperawatan yang berkaitan dengan penyakit Hipertensi.

    2. Bagi Lokasi Penelitian.

    Sebagai masukan bagi keluarga penderita hipertensi yang telah

    disepakati menjadi PMO, agar lebih memperhatikan kepatuhan berobat

    penderita dan untuk masukan kepada perawat, bahwa penyuluhan

    kesehatan juga perlu diberikan kepada keluarga penderita, yang telah di

    sepakati menjadi PMO, yang berupa pendidikan kesehatan tentang

    Hipertensi dan pengobatannya, serta tugas dan tanggung jawabnya

    menjadi PMO.

    3. Bagi Peneliti.

    Dapat menerapkan ilmu yang didapat selama pendidikan serta

    menambah pengetahuan dan pengalaman kerja dalam membuat penelitian

    ilmiah dan menambah pengetahuan tentang Peran PMO Dengan

    Kepatuhan Berobat Hipertensi. Serta dapat memberi masukan bagi profesi

    keperawatan dalam rangka melakukan penyuluhan kepada keluarga

    sebagai pengawas minum obat.

  • 7BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Peran Keluarga Sebagai PMO

    1. Definisi PMO

    Pengawas Minum Obat (PMO) adalah seseorang yang ditunjuk dan

    dipercaya untuk mengawasi dan memantau penderita hipertensi dalam

    meminum obatnya secara teratur dan tuntas. Pengawas Minum Obat

    (PMO) bisa berasal dari keluarga, tetangga, kader, tokoh masyarakat atau

    tenaga kesehatan. Pengawas Minum Obat (PMO) merupakan kegiatan

    yang dilakukan untuk menjaga penderita minum obat sesuai dengan dosis

    dan jadwal seperti yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1999 dikutip Niven,

    2012).

    Peran keluarga sebagai PMO merupakan salah satu kunci keberhasilan

    dalam strategi program DOTS (Directly Observed treatment

    shourtcourse), karena mengigat pengobatan hipertensi yang relatife lama

    yaitu harus rutin untuk itu pengobatan membuat penderita bosan. Untuk

    itu diperlukan seseorang yang selalu mengawasi dan memberi motivasi

    pada penderita supaya obatnya diminum secara teratur dan tuntas. Peran

    keluarga dan masyarakat mempunyai andil yang besar dalam

    meningkatkan kepatuhan pengobatan penderita (Becher,1997 dikutip oleh

    Gitawati dan Suka Sediati, 2009). Dalam pengawasan pengobatan, petugas

  • 8kesehatan harus mengikutsertakan keluarga supaya pasien dapat berobat

    secara kontiyu (Mangunnegoro dan Suryotenggoro, 2012).

    2. Persayaratan PMO

    Seseorang yang dikenal, dipercayai dan disetujui baik oleh petugas

    kesehatan maupun penderita. Selain itu harus disegani dan dihormati oleh

    penderita, seseorang yag tinggal dengan penderita, bersedia membantu

    penderita dengan sukarela, bersedia dilatih dan mendpat penyuluhan

    bersama-sama dengan penderita (Depkes RI, 2012).

    3. Siapa yang bisa menjadi PMO

    Sebaiknya PMO ialah petugas kesehatan, misalnya bidan di desa,

    perawat, pekarya sanitarian, juru imunisasi dan lain-lain. Bila tidak ada

    petugas kesehatan yang tidak memungkinkan, PMO dapat berasal dari

    kader kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK atau toko masyarakat lainnya

    atau anggota keluarga (Nuraini, 2012).

    4. Tugas yang harus dilakukan oleh PMO:

    a. Menyiapkan obat-obat yang akan di minum oleh penderita.

    b. Mengingatkan waktu pemeriksaan dan waktu minum obat.

    c. Menjaga saat penderita minum obat.

    d. Mengingatkan penderita mengambil obat pada saat obat habis.

    5. Tugas Kesehatan Keluarga atau peran keluarga dalam kesehatan

    Mubarak, 2009, keluarga dapat melaksanakan perawatan atau

    pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga, yaitu

    sebagai berikut :

  • 9a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

    Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh

    diabaikan. Karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti

    dan arena kesehatanlah seluruh kekuatan sumber daya dan dana

    keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan

    perubahan-perubahan yang dialami oleh anggota keluarganya.

    Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga, secara tidak

    langsung akan menjadi perhatian keluarga atau orang tua atau

    pengambilan keputusan dalam keluarga. Apabila menyadari adanya

    perubahan, keluarga perlu mencatat kapan terjadinya, perubahan apa

    yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.

    b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

    Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat

    agar masalah kesehatan yang sedang terjadi dapat dikurangi atau

    teratasi.Peran ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk

    mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keluarga, dengan

    pertimbangan siapa diantra keluarga yang mempunyai keputusan untuk

    memutuskan tindakan yang tepat.

    Kontak keluarga dengan system akan melibatkan lembaga

    kesehatan professional atauupun praktis lokal (Dukun) dan sangat

    bergantung pada:

    1. Apakah masalah kesehatan yang dirasakan oleh keluarga?

    2. Apakah kepala keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang

    dihadapi salah satu anggota keluarga?

  • 10

    3. Apakah kepala keluarga takut akibat dari terapi yang

    dilakukanterhadap salah satu anggota keluarganya?

    4. Apakah kepala keluarga percaya terhadap petugas kesehatan?

    5. Apakah keluarga mempunyai kemampuan untuk menjangkau

    fasilitas kesehatan?

    c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

    Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di

    rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan

    tindakan untuk pertolongan pertama. Beberapa keluarga akan

    membebaskan orang yang sakit dari peran atau tanggung jawab secara

    penuh, pemberian perawatan secara fisik merupakan beban paling

    berat yang di rasakan keluarga. Keluarga memiliki keterbatasan dalam

    mengatasi masalah perawatan keluarga.Di rumah keluarga memiliki

    kemampuan dalam melakukan pertolongan pertama. Untuk

    mengetahui dapat dikaji:

    1. Apakah keluarga aktif dalam ikut merawat pasien?

    2. Bagaimana keluarga mencari pertolongan dan mengerti tentang

    perawatan yang diperlukan pasien?

    3. Bagaimana sikap keluarga terhadap pasien? (aktif mencari

    informasi tentang perawatan terhadap pasien) .

    d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat/ memodifikasi lingkungan

    keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.

    Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan bersosialisasi

    bagi anggota keluarga. Sehingga anggota keluarga akan memiliki

  • 11

    waktu yang lebih banyak berhubungan dengan lingkungan tempat

    tinggal. Oleh karena itu, kondisi rumah harus dapat menunjang derajat

    kesehatan bagi anggota keluarga.

    1. Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki disekitar

    lingkungan rumah.

    2. Pengetahuan tentang pentingnya sanitasi lingkungan dan

    manfaatnya.

    3. Kebersamaan dalam meningkatkan dan memelihara lingkungan

    rumah yang menunjang kesehatan.

    e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

    Apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan dengan

    kesehatan keluarga atau anggota keluarga harus dapat memanfaatkan

    fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya dan meminta bantuan tenaga

    keperawatan atau tenaga kesehatan lainnya untuk memecahkan

    masalah.

    Nasrul 1998, dalam skripsi Jesica, 2011, pada keluarga tertentu bila

    ada anggota keluarga yang sakit jarang dibawa ke puskesmas tapi ke

    mantra atau dukun. Untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam

    memanfaartkan sarana kesehatan perlu dikaji tentang:

    1. Pengetahuan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat

    dijangkau keluarga.

    2. Keuntungan dari adanya fasilitas kesehatan.

    3. Kepercayaan keluarga terhadap fasilitas kesehatan yang ada.

    4. Apakah fasilitas kesehatan dapat terjangkau oleh keluarga?

  • 12

    B. Kepatuhan Berobat

    1. Pengertian kepatuhan

    Sackett dikutip Niven (2012), mendefinisikan kepatuhan pasien yaitu

    sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan

    profesional kesehatan. Kepatuhan berobat adalah tingkah perilaku

    penderita dalam mengambil suatu tindakan atau upaya untuk secara teratur

    mejalani pengobatan (Muzaham, 2012).

    Ketidak patuhan merupakan suatu sikap dimana pasien tidak disiplin

    atau tidak maksimal dalam melaksanakan pengobatan yang telah

    diinstruksikan oleh dokter kepadanya. Berdasarkan hasil dari suatu survei

    yang telah dilakukan menyebutkan bahwa lima puluh juta orang amerika

    mempunyai tekanan darah tinggi, 68% dari ini mengetahui diagnosisnya,

    53% mendapat terapi dan hanya 27% terkontrol. Penyebab kontrol yang

    tidak baik ini antara lain karena banyak pasien yang tidak meminum obat

    yang diresepkan. Pada kebanyakan survei, kira-kira 25-50% pasien-pasien

    yang mulai meminum obat antihipertensi kemudian menghentikannya

    dalam 1 tahun.Oleh karena itu, sangat penting memberikan edukasi akan

    manfaat pengontrolan penyakit dalam jangka panjang yang pada akhirnya

    akan sangat berguna untuk mencapai terapi yang diinginkan (Kaplan,

    2012).

    Snider dikutip Aditama (2011), menyatakan bahwa salah satu indikator

    kepatuhan penderita adalah datang atau tidaknya penderita setelah

    mendapat anjuran kembali untuk kontrol. Seseorang penderita dikatakan

  • 13

    patuh menjalani pengobatan apabila minum obat sesuai aturan paket obat

    dan ketepatan waktu mengambil obat sampai selesai masa pengobatan.

    2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

    Laurenc Green (dalam Nukman,2012), perilaku kepatuhan berobat

    dipengaruhi oleh: Faktor yang mendasar atau faktor yang dalam diri

    individu yang mempengaruhi perilaku kepatuhan (predisposing factors)

    antara lain:

    a. Pengetahuan mengenai penyakitnya, sikap dan tekad untuk sembuh

    dari penderita.

    b. Tingkat pendidikan penderita.

    Makin rendahnya pengetahuan dan pendidikan penderita tentang

    bahaya penyakitnya, dan pentingnya berobat secara tuntas untuk dirinya,

    makin besar pula bahaya penderita menjadi sumber penularan baik

    dirumah maupun di lingkungan sekitar (Entjang, 2011).

    Faktor yang memperkuat atau faktor yang mendorong

    (reinforcingfactors) antara lain adanya dukungan atau motivasi dari

    masyarakat dan lingkungan sekitar. Dukungan keluarga dan masyarakat

    menpunyai andil yang besar dalam meningkatkan kepatuhan pengobatan

    penderita. Program pengendalian penderita (case holding) berupa usaha

    pengobatan secara teratur sampai mencapai kesembuhan, salah satu

    upayanya adalah menentukan seorang pengawas bagi tiap penderita,

    dipilih dari anggota keluarganya yang berwibawa atau seseorang yang

    tinggal dekat rumah yang bertugas untuk memantau dan memotivasi

    penderita (Niven 2012).

  • 14

    Faktor yang mendukung (enbling factors)

    1) Tersedianya fasilitas kesehatan

    2) Kemudahan untuk menjangkau sarana kesehatan.

    3) Keadaan ekonomi atau budaya.

    Penelitian Aditama (2011), menyebutkan bahwa lingkungan atau jarak

    yang jauh dari tempat pelayanan kesehatan memberikan kontribusi

    rendahnya kepatuhan, sebagian responden memilih fasilitas kesehatan

    yang relatif dekat dengan rumahnya. Keadaan sosial ekonomi yang rendah

    dapat menghambat keteraturan berobat, hal ini dapat diperberat dengan

    jarak yang jauh dari pelayanan kesehatan sehingga memerlukan biaya

    transportasi. Sementara itu menurut Niven (2012), bahwa faktor-faktor

    yang mempengaruhi ketidakpatuhan digolongkan menjadi 4 bagian, yaitu:

    a. Pemahaman klien terhadap instruksi.

    Jika klien paham terhadap instruksi yang diberikan padanya maka

    klien tidak dapat mematuhi instruksi tersebut dengan baik.Terkadang

    hal ini di sebabkan oleh kegagalan profesional kesehatan dalam

    memberikan informasi yang lengkap, bayak menggunakan istilah

    medis dan banyak memberikan instruksi yang harus di ingat oleh klien.

    b. Kualitas interaksi.

    Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan klien

    merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan,

    dari hasil penelitiannya dikemukakan adanya kaitan yang erat antara

    kepuasan Konsultasi dengan kepatuhan.

  • 15

    c. Keluarga.

    Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam

    menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga

    menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka terima.

    Keluarga juga memberikan dukungan dan membuat keputusan

    mengenai perawatan dari anggota yang sakit, serta menentukan

    keputusan untuk mencari dan mematuhi anjuran pengobatan.

    d. Keyakinan, Sikap dan Kepribadian.

    Ahli psikologis telah menyelediki tentang hubungan antara

    pengukuranpengukurankepribadian dan kepatuhan.Mereka

    menemukan bahwa data kepribadian secara benar dibedahkan antara

    orang yang patuh dengan orang yang gagal.Orangorang yang tidak

    patuh adalah orangorang yang lebih mengalami depresi, ansietas,

    sangat memperhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang

    lebih lemah dan kehidupan sosilanya lebih memusatkan perhatian pada

    dirinya sendiri. Blumenthal Etal (Ester, 2011), mengatakan ciriciri

    kepribadian yang di sebutkan di atas itu yang menyebabkan seseorang

    cederung tidak patuh (drop out) dari pengobatan.

    3. Mengurangi Ketidak Patuhan

    Menurut Dinicola dan Dimatteo dalam safrudin (2009), mengemukakan

    4 untuk mengurangi ketidakpatuhan pasien:

    a. Menumbuhkan kepatuhan dengan mengembangkan kepatuhan.

    Klien akan dengan senang hati mengungkapkan tujuan

    kepatuhannya, jika pasien memiliki keyakinan dan sikap positif

  • 16

    terhadap tujuan tersebut serta adanya dukungan dari keluarga dan

    teman terhadap keyakinannya tersebut.

    b. Mengembangkan strategi untuk merubah perilaku dan

    mempertahankannya.

    Sikap pengontrolan diri membutuhkan pemantauan terhadap

    dirinya, evaluasi diri dan penghargaan terhadap perilaku yang baru

    tersebut.

    c. Mengembangkan kognetif.

    Pengembangan kognetif tentang masalah kesehatan yang dialami,

    dapat membuat pasien menyadari masalahnya dan dapat menolong

    mereka berperilaku positif terhadap kepatuhan.

    d. Dukungan sosial.

    Dukungan sosial dalam bentuk emosional dari anggota keluarga

    lain merupakan faktor-faktor yang penting dalam kepatuhan terhadap

    program-program medis. Keluarga dapat mengurangi ansietas yang

    disebabkan oleh penyakit tertentu dan dapat mengurangi godaan

    terhadap ketidaktaatan.

    C. Hipertensi

    1. Pengertian Hipertensi.

    Menurut JNC VII dalm Rahmawati (2012), The Seventh Report of the

    Joint National Committee on detection, education, and treatment of high

    blood pressure. Hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah

    sistolik lebih dari atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan diastolik

    lebih dari atau sama dengan 90 mmHg. Definisi lain menyebutkan

  • 17

    hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang

    mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa darah terhambat

    sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Ratna, 2009). Tekanan

    sistolik menunjukan fase darah yang dipompa oleh jantung dan tekanan

    diastolik menunjukan fase darah kembali ke dalam jantung (Depkes,

    2012).

    2. Epidemiologi Hipertensi.

    Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah yang

    mengganggu kesehatan masyarakat. Umumnya, terjadi pada manusia yang

    berusia (< 40 tahun). Namun banyak yang tidak menyadari bahwa mereka

    menderita hipertensi akibat yang tidak nyata dan sering disebut silent

    killer. Pada awal terkena penyakit hipertensi belum menimbulkan

    gangguan yang serius. Sekitar 1,8%-26,6% penduduk dewasa menderita

    penyakit hipertensi. Berdasarkan penelitian Survei Kesehatan Nasional

    (Surkesnas) 2001 menunjukkan proporsi hipertensi pada pria 27% dan

    perempuan 29%. Sedangkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga

    (SKRT) 2004, hipertensi pada pria 12,2% dan perempuan 15,5%. Pada

    usia setengah baya dan muda, hipertensi ini lebih banyak menyerang pria

    dari pada perempuan. Pada golongan usia 55-64 tahun, pasien hipertensi

    pada pria dan perempuan sama banyak. Pada usia 65 tahun ke atas, pasien

    hipertensi perempuan lebih banyak daripada pria (Depkes, 2008).

  • 18

    3. Klasifikasi Hipertensi.

    Hipertensi merupakan faktor risiko dengan prevalensi tertinggi untuk

    penyakit kardiovaskuler di seluruh dunia. Terdapat klasifikasi hipertensi

    berdasarkan World Health Organization (WHO)

    Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO:

    Blood Pressure Levels

    Sumber: WHO. 2011. Hypertension, (Online)

    4. Patofisiologi.

    Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya

    angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme

    (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan

    darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati.

    Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah

    menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I

    diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki

    peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.

    Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH)

    dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan

    bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin (Depkes,

    2012).

    Normal Systolic: less than 120 mmHgDiastolic: less than 80 mmHg

    At Risk(Prehypertension)

    Systolic: 120139 mmHgDiastolic: 8089 mmHg

    High Systolic: 120139 mmHgDiastolic: 8089 mmHg

  • 19

    Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke

    luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi

    osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler

    akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler.

    Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan

    meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi

    aldosteron dari korteks adrenal.Aldosteron merupakan hormon steroid

    yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume

    cairan ekstraseluler, aldosteronakan mengurangi ekskresi NaCl (garam)

    dengan cara merabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl

    akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan

    ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan

    tekanan darah (Depkes, 2012).

    5. Penyebabnya dibagi menjadi 2 yaitu:

    a. Hipertensi primer.

    Hipertensi primer merupakan tipe yang paling umum, yaitu

    hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopati (hipertensi

    tanpa kelainan dasar patologi yang jelas). Lebih dari 90% kasus

    merupakan hipertensi primer. Penyebabnya multifaktorial meliputi

    faktor genetik dan lingkungan.

    1) Factor genetic (Keturunan).

    Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor

    keturunan) yang mempertinggi risiko (esensial). Tentunya faktor

    genetik ini juga dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lain, yang

  • 20

    kemudian menyebabkan seseorang menderita hipertensi. Faktor

    genetik juga berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan

    renin membran sel.

    Davidson bila kedua orang tuanya menderita hipertensi maka

    sekitar 45% akan turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orang

    tuanya yang menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke

    anak-anaknya (Depkes, 2008).

    b. Hipertensi sekunder.

    Jenis hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain

    kelainan pada pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (Arif,

    2009).

    6. Faktor risiko Hipertensi dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu:

    a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah

    1. Umur.

    Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan

    bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar

    sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi,

    yaitu sekitar 40%, dengan kematian sekitar di atas 65 tahun pada

    usia lanjut. Sedangkan menurut WHO memakai tekanan diastolik

    sebagai bagian tekanan yang lebih tepat dipakai dalam menentukan

    ada tidaknya hipertensi. (Depkes, 2008).

    Prevalensi hipertensi di Indonesia pada golongan umur di

    bawah 40 tahun masih berada di bawah 10%, tetapi diatas umur 50

    tahun angka tersebut terus meningkat mencapai 20% hingga 30%,

  • 21

    sehingga ini sudah menjadi masalah serius untuk diperhatikan

    (Depkes, 2008).

    Penelitian yang dilakukan di 6 Kota besar seperti Jakarta,

    Padang, Bandung, Yogyakarta, Denpasar, dan Makasar terhadap

    usia lanjut (55-85 tahun), didapatakan prevalensi hipertensi sebesar

    52.5%. (Depkes, 2008).

    2. Jenis kelamin.

    Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipertensi,

    dimana pria lebih banyak menderita hipertensi di bandingkan

    dengan perempuan, dengan rasio sekitar 2,29% untuk peningkatan

    tekanan darah sistolik. Pria di duga memiliki gaya hidup yang

    cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan

    dengan perempuan. Namun, setelah memasuki menopause,

    prevalensi hipertensi pada perempuan meningkat. Bahkan setelah

    usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada perempuan lebih tinggi

    dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal

    karena pada wanita yang belum mengalami menopause dilindungi

    hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar HDL.

    Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung

    dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Penelitian di

    Indonesia prevalensi yang lebih tinggi terdapat pada wanita

    (Depkes, 2008).

  • 22

    b. Faktor risiko yang dapat diubah.

    Faktor risiko yang diakibatkan perilaku tidak sehat dari pasien

    hipertensi antara lain:

    1. Merokok.

    Merokok merupakan salah satu faktor risiko yang kuat untuk

    terjadinya kematian akibat kardiovaskuler, dan penelitian telah

    menunjukan bahwa penghentian merokok dapat mencegah

    terjadinya penyakit kardiovaskuler seperti stroke dan infrak

    miokard. Telah terbukti bahwa dengan mengkonsumsi satu batang

    rokok dapat terjadi peningkatan denyut jantung dan tekanan darah

    selama 15 menit. Hal ini disebabkan oleh peningkatan kadar

    katekolamin dalam plasma, yang kemudian menstimulasi sistem

    syaraf simpatik (Sani, 2008).

    2. Stress.

    Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah,

    dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak

    ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung

    berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan

    meningkat. Jika stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha

    mengadakan penyesuaian sehingga timbul perubahan patologis.

    Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag.

    Diperkirakan, prevalensi atau kejadian hipertensi pada kulit hitam

    di Amerika Serikat lebih tinggi dibandingkan dengan orang kulit

    putih disebabkan stress atau rasa tidak puas orang kulit

  • 23

    hitam.Stress adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya

    transaksi antara individu dengan lingkungannya yang mendorong

    seseorang untuk mempersepsikan adanya perbedaan antara

    tuntutan situasi dan sumber daya (biologis, psikologi, dan sosial)

    yang ada pada diri seseorang (Damayanti, 2010).

    3. Konsumsi Alkohol berlebihan.

    Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah

    dibuktikan. Peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan volume

    sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikan

    tekanan darah. Beberapa studi menunjukan hubungan langsung

    antara tekanan darah dan asupan alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran

    standar setiap harinya. Di negara barat seperti Amerika, konsumsi

    alkohol yang berlebihan berpengaruh terhadap terjadinya

    hipertensi.Sekitar 10% hipertensi di Amerika disebabkan oleh

    asupan alkohol yang berlebihan dikalangan pria separuh baya.

    Akibatnya, kebiasaan meminum alkohol ini menyebabkan

    hipertensi sekunder di kelompok ini (Depkes, 2008).

    4. Konsumsi garam berlebihan.

    Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena

    menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan

    meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus

    hipertensi primer (esensial) terjadi respon penurunan tekanan darah

    dengan mengurangi asupan garam. Pada masyarakat yang

    mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanan

  • 24

    darah rata-rata rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam

    sekitar 7-8 gram tekanan darah rata-rata lebih tinggi (Depkes,

    2008).

    7. Manisfestasi Klinis.

    Tingginya tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya

    gejala. Bila demikian gejala baru muncul setelah terjadinya komplikasi

    pada ginjal, mata, otak dan jantung. Gejala lain yang sering ditemukan

    adalah sakit kepala, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk,

    sukar tidur, mata berkunang-kunang dan pusing (Arif, 2009).

    8. Diagnosa hipertensi.

    Diagnosis hipertensi ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

    fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis meliputi keluhan yang

    sering dialami, lama hipertensi, ukuran tekanan darah selama ini, riwayat

    pengobatan dan kepatuhan berobat, gaya hidup, riwayat penyakit penyerta

    dan riwayat keluarga. Pemeriksan fisik terdiri atas pengukuran tekanan

    darah dan pemeriksaan umum sedangkan pemeriksaan penunjang seperti

    EKG (electrocardiography).EKG dilakukan untuk mengukur aktivitas

    elektronik jantung.Pengukuran tersebut bermanfaat untuk memantau

    waktu yang diperlukan oleh gelombang elektronik pada saat jantung

    bekerja dan memberikan informasi mengenai beban kerja pada jantung

    (Arif, 2009).

  • 25

    Wolf (2010), program diagnosis hipertensi dapat dilakukan dengan:

    a. Menentukan sejauh mana penyakit hipertansi yang diderita.

    Tujuan pertama program diagnosis adalah menentukan dengan

    tepat sejauh mana penyakit ini telah berkembang, apakah hipertensinya

    ganas atau tidak, apakah arteri dan organ-organ internal terpengaruh,

    dan lain- lain.

    b. Mengisolasi penyebabnya.

    Tujuan kedua dari program diagnosis adalah mengisolasi penyebab

    spesifiknya.

    c. Pencarian faktor risiko tambahan.

    Aspek lain yang penting dalam pemeriksaan, yaitu pencarian

    faktor-faktor risiko tambahan yang tidak boleh diabaikan.

    d. Pemeriksaan dasar Setelah terdiagnosis hipertensi.

    Akan dilakukan pemeriksaan dasar, seperti kardiologis, radiologis,

    tes laboratorium, EKG (electrocardiography) dan rontgen.

    e. Tes khusus. Tes yang dilakukan antara lain adalah :

    1. X- ray khusus (angiografi) yang mencakup penyuntikan suatu zat

    warna yang digunakan untuk memvisualisasi jaringan arteri aorta,

    renal dan adrenal.

    2. Memeriksa saraf sensoris dan perifer dengan suatu alat

    electroencefalografi (EEG), alat ini menyerupai

    electrocardiography (ECG atau EKG).

    Tohaga 2009,diagnosis pada hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam

    satu kali pemeriksaan, hanya dapat ditentukan pada dua sampai tiga kali

  • 26

    pemeriksaan pada waktu yang berbeda, kecuali bila terdapat kenaikan

    tekanan darah yang terlalu tinggi atau terdapat gejala.

    9. Komplikasi hipertensi.

    Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau

    akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non-otak yang terkena

    tekanan darah.Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-

    arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal,

    sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang dipendarahinya

    berkurang.Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat

    melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma

    (suatu dilatasi dinding arteri, akibat kongenital atau perkembangan yang

    lemah pada dinding pembuluh). Dapat terjadi infrak miokardium apabila

    arteri koroner yang aterosklerotik tidak menyuplai cukup oksigen ke

    miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat aliran

    darah melalui pembuluh tersebut. Dapat terjadi gagal ginjal karena

    kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal,

    glomelurus. Dengan rusaknya glomelurus, darah akan mengalir ke unit-

    unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi

    hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membran glomelurus, protein

    akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma

    berkurang, menyebabkan edema.

    Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi

    maligna (hipertensi yang meningkat cepat).Tekanan yang sangat tinggi

    pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan

  • 27

    mendorong cairan ke dalam ruang interstisium di seluruh susunan saraf

    pusat.Neuron-neuron di sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian

    (Corwin, 2011).

    10. Penatalaksanaan Hipertensi

    a. Terapi Farmakologi

    1. Hidroklorotiazid (HCT) 12,5 - 25 mg perhari dosis tunggal pada

    pagi hari (Pada hipertensi dalam kehamilan, hanya digunakan

    bila disertai hemokonsentrasi / udem paru).

    2. Reserpin 0,1 - 0,25 mg sehari sebagai dosis tunggal.

    3. Propanolol mulai dari 10 mg 2 x sehari dapat dinaikkan 20 mg 2 x

    sehari. (Kontra indikasi untuk penderita asma).

    4. Kaptopril 12,5 - 25 mg 2 - 3 x sehari. (Kontraindikasi pada

    kehamilan selama janin hidup dan penderita asma).

    5. Nifedipin mulai dari 5mg 2 x sehari, bisa dinaikkan 10 mg 2 x

    sehari.

    b. Terapi Non Farmakologi

    1. Mengubah gaya hidup.

    Untuk menurunkan tekanan darah dengan menghindari faktor

    hipertensi yang berkaitan dengan mengurangi makan-makan yang

    mengandung garam, makan buah-buahan segar dan perilaku sehat

    dengan cara olahraga.

    2. Penurunan berat badan.

    Karena kenaikan tekanan darah berkaitan dengan peningkatan

    berat badan.Akumulasi lemak dalam tubuh dan perut berkaitan erat

  • 28

    dengan hipertensi, hiperipidemia, dan diabetes. Berdasarkan

    penelitian dengan menurunkan berat badan terbukti dapat

    menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi sampai tekanan

    darahnya normal setelah 18 bulan, penurunan berat badan rata-rata

    pria dan perempuan 4,7 kg dan 1,6 kg. Penurunan tekanan darah

    sistolik dan diastolik ialah 3,2/2,8 mmhg.

    3. Pengurangi asupan alkohol.

    Minum-minuman keras secara teratur dapat meningkatkan

    tekanan darah, pengurangan asupan alkohol selama 1-4 minggu

    dapat menurunka tekanan darah sistolik dan diastolik sebesar

    5,0/3,0 mmHg (Depkes, 2008).

    4. Peningkatan gerakan tubuh.

    Olahraga secara teratur dapat bermanfaat untuk mencegah dan

    menanggualangi hipertensi.Orang yang tekanan darahnya normal

    tetapi tdak melakukan aktivitas atau olahraga mempunyai risiko

    20-50% lebih tinggi terkena hipertensi dari pada orang yang

    aktif.Olahraga dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan

    diastolik 5-10 mmHg (ITB-WHO, 2012).

    5. Berhenti merokok.

    Berdasarkan penelitian menunjukan bahwa penghentian

    merokok dapat mencegah terjadinya penyakit kardiovaskuler

    seperti stroke dan infrak miokard.Telah terbukti bahwa dengan

    mengkonsumsi satu batang rokok dapat terjadi peningkatan denyut

    jantung dan tekanan darah selama 15 menit. Hal ini disebabkan

  • 29

    oleh peningkatan kadar katekolamin dalam plasma yang kemudian

    menstimulasi saraf simpatik (Aulia, 2008).

    D. Penelitian Terkait

    Peneliti sampai saat ini belum menemukan penelitian yang sama dengan

    topik penelitian yang dilakukan tetapi peneliti menemukan penelitian yang

    berkaitan dengan topik yang akan diteliti.

    Safrudin (2009), melakukan penelitian yang berjudul Faktor- faktor yang

    berhubungan dengan kepatuhan lansia hipertensi dalam melanjutkan

    pengobatan .hipertensi secara rutin di PTSW Budhi mulya 03 Ciracas

    Jakarta Timur dengan jumlah sample 42 responden berdasarkan penelitian

    menunjukan tingkat kepatuhan melanjutkan pengobatan hipertensi secara rutin

    sebanyak 22 lansia (78,6%). Pengetahuan yang kurang baik dan patuh

    melanjutkan pengobatan hipertensi secara rutin sebanyak 6 lansia (21,4%) dan

    responden dengan pengetahuan baik dan patuh melanjutkan pengobatan secara

    rutin sebanyak 8 lanisa (57,1%). Berdasarkan pengujian menggunakan

    statistik Chi-Square membuktikan perbedaan proporsi tersebut bermakna atau

    ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan lansia dalam

    melanjutkan pengobatan secara rutin/teratur.

  • 30

    Nunik (2005), melakukan penelitian yang berjudul kepatuhan pasien

    berobat hipertensi Hypertension Patiens Therapy Obidience didepokdengan jumlah sample 277 responden berdasarkan penelitian

    menunjukan keteraturan berobat pada pasien hipertensi menunjukan bahwa

    yang teratur minum obat sebesar (0.3%), cukup teratur minum obat (0,068 %),

    kurang teratur minum obat (0,198) dan tidak teratur minum obat antihipertensi

    (0,435%). Desain yang digunakan pada penelitian adalah cros sectional dan

    jenis penelitian dilakuan secara kuantitatif dan kualitat.

  • 31

    BAB III

    KERANGKA KONSEP

    A. Kerangka Konsep

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Pengawas minum Obat Dengankepatuhan Berobat Penderita hipertensi.

    B. Hipotesis Penelitian

    Ada Hubungan Peran Pengawas Minum Obat Dengan Kepatuhan Berobat

    Penderita Hipertensi Di Desa Borgo Kecamatan Belang Kabupaten Minahasa

    Tenggara.

    Kepatuhanberobat

    Peran Pengawas MinumObat (PMO)

  • 32

    C. Definisi Operasional

    Variabel Definisi Operasinal Parameter Alat Ukur danHasil Ukur

    Skala

    Independen:Peran PMO

    Penilaian penderitaterhadap PMO yangmerawat dan tinggalserumah denganpenderita untukmemantaupengobatannya,Menyiapkan obat-obatyang akan di minum,meminumkan obat,Menjaga saat penderitaminum obat,mengingatkan waktupemeriksaan,Mengingatkan penderitamengambil obat padasaat obat habis sesuaianjuran dokter.

    Menyiapkan Meminumkan Menjaga Mengingatkan

    Kuisioner

    1. Baik bila21-30

    2. Cukup bila11-20

    3. Kurang bila1-10

    Ordinal

    Dependen:Kepatuhanberobat

    Perilaku atau perbuatanyang di lakukan olehpenderita dalammentaati jadwalpengobatan yangtertundahmengkonsumsi obatsesuai anjuran dokter.

    Mentaatijadwalpemeriksaan

    jadwal minumobat.

    Kuisioner1. Patuh bila

    11-152. Kurang patuh

    bila6-10

    3. Tidak Patuh bila1-5

    Ordinal

  • 33

    BAB IV

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik

    dengan pendekatan Cross Sectional.

    B. Waktu dan Tempat Penelitian

    1. Waktu Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April dan Mei 2013

    2. Tempat penelitian dilaksanakan di desa Borgo Kecamatan Belang

    Kabupaten Minahasa Tenggara.

    C. Populasi dan sampel penelitian

    1. Populasi

    Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang akan diteliti

    (Arikunto, 2011). Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh penderita

    hipertensi yang ada di desa Borgo yang patuh dan tidak patuh untuk

    menjalani pengobatan dan penelitian ini jumlah populasi 75.

    2. Sampel

    Karena populasi samplenya kecil maka peneliti mengambil total

    sampling.

    D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

    1. Inklusi

    a. Pengawas Minum Obat (PMO) yang tinggal di Desa Borgo, Kec

    Belang, Kab. Minahasa Tenggara.

    b. Penderita hipertensi

  • 34

    2. Eksklusi

    a. Penderita hipertensi yang tidak berada di tempat.

    b. Responden yang tidak bersedia untuk dilakukan penelitian.

    c. Responden yang menderita stroke dengan komplikasi penyakit lain.

    E. Instrumen Penelitian

    Alat pengumpulan data dalam penelitian ini berbentuk kuesioner.Kuesioner

    penelitian terdiri atas 3 bagian.Bagian pertama digunakan untuk menggali

    data demografi yang berisi indentitas responden yang meliputi nama, umur,

    jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan. Bagian kedua digunakan untuk

    mengkaji peran keluarga sebagai PMO (Pengawas minum obat) yang terdiri

    dari 10 pertanyaan,dan dibagi dalam 3 kategori yaitu baik, cukup, kurang.

    Jika jawaban baik diberi bobot 3, jika jawaban cukup diberi bobot 2 dan jika

    jawaban kurang diberi bobot 1. Nilai tertinggi 30 dan nilai terendah 1.

    Dikatakan baik jika memperoleh skor 21-30, dikatakan cukup jika

    memperoleh skor 11-20, dan dikatakan kurang jika memperoleh skor 1-10.

    Bagian ketiga untuk kepatuhan minum obat 5 pertanyaan, dan dibagi dalam 3

    kategori yaitu patuh, kurang patuh, tidak patuh. Jika jawaban patuh diberi

    bobot 3,jika jawaban kurang patuh diberi bobot 2, dan tidak patuh diberi bobot

    1. Nilai tertinggi 15 dan nilai terendah 1.Dikatakan patuh jika memperoleh

    skor 11-15, dikatakan kurang patuh jika memperoleh skor 6-10, dan dikatakan

    tidak patuh jika memperoleh skor 1-5.Jadi jumlah seluruhnya ada 15

    pertanyaan.

  • 35

    F. Sumber Data

    1. Data Primer

    Data yang diperoleh sendiri dengan menggunakan alat ukur Kuesioner.

    2. Data Sekunder

    Data yang didapat dari puskesmas belang.

    G. Analisis Data

    Untuk menjawab masalah dan hipotesis yang menjadi tujuan penelitian ini

    maka analisis datanya dilakukan dalam dua bentuk yaitu:

    1. Analisa Univariat

    Analisis univariat adalah analisis setiap variabel yang menghasilkan

    data distribusi frekuensi dari tiap variabel berupa persentase.

    2. Analisa Bivariat

    Analisis biariat adalah analisis antara variabel bebas dan variabel

    terikat secara terpisah. Untuk melihat ada tidaknya perbedaan atau

    hubungan dan seberapa kuat hubungan antara variabel bebas dan variabel

    terikat. Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan menggunakan

    uji Chi-Square dengan program SPSS 17.0.

    H. Etika penelitian

    Dalam penelitian ini harus mendapatkan rekomendasi dari Universitas

    Pembangunan Indonesia Manado Program Studi Ilmu Keperawatan dan

    permintaan ijin dari kepala Desa dan Puskesmas Desa Borgo Kecamatan

    Belang Kabupaten Minahasa Tenggara yang tembusannya akan disampaikan

    ke Dinas Kesehatan Kota Manado. Dilokasi tempat penelitian setelah

  • 36

    mendapat persetujuan dari institusi tempat penelitian maka peneliti berhak

    untuk melakukan penelitian dengan langka-langka sebagai berikut:

    1. Persetujuan penelitian (informed connsent)

    Merupakan cara persetujuan antar peneliti dengan responden peneliti

    dengan memberikan lembar persetujuan penelitian (consent form) sebelum

    penelitian dilakukan. Tujuan informed consent) adalah agar responden

    mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti

    selama pengumpulan data. Subjek yang bersedia menjadi responden

    diminta untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden dan

    subjek yang menolak tidak dipaksa untuk berpartisipasi dalam penelitian

    ini tanpa mempengaruhi perawatannya dan peneliti tetap menghormati

    haknya. Dari 75 sampel yang berpartisipasi dalam penelitian seluruhnya

    menandatangani lembar persetujuan penelitian.

    2. Tanpa nama (Anonimity)

    Untuk menjaga kerahasian indentitas responden, peneliti tidak

    mencamtumkan nama responden pada lembar kuesioner ynag diisi oleh

    peneliti. Lembar tersebut hanya diberi kode berupa urutan anggka.

    3. Kerahasian (Confidentiality)

    Informasi yang telah diberikan responden di dalam kuesioner, hanya

    diketahui oleh responden dan peneliti, sehingga informasi responden

    dijamin oleh penelit.

  • 37

    I. Pengolahan Data

    Prosedur pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :

    1. Editing

    Editing atau penyuntingan data dilakukan pada saat penelitian yakin

    memeriksa semua lembar kuesioner yang telah diisi yaitu kelengkapan

    data, kesinambungan data dan memeriksa keseragaman data dalam usaha

    melengkapi data yang masih kurang.

    2. Koding

    Dilakukan pengkodean dengan maksud agar data-data tersebut mudah

    diolah dan dapat dijamin kerahasiaannya. Caranya yaitu data-data yang

    ada diberi kode angka dan diurutkan tanpa mencantumkan nama

    responden.

    3. Tabulasi

    Selanjutnya dilakukan pengolahan data kedalam suatu tabel menurut

    sifat-sifat yang dimiliki yang mana sesuai dengan tujuan penelitian ini,

    kemudian data dianalisa melalui penghitungan statistik dan menjumlahkan

    hasil perhitungan melalui komputerisasi (program SPSS 17).

    4. Analisa

    Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat,

    dengan penyajian dalam bentuk tabel frekuensi untuk menganalisis

    Hubungan Peran Pengawas Minum Obat Dengan Kepatuhan Berobat

    Penderita Hipertensi.

  • 38

    BAB V

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Data Demografi

    Desa Borgo terletak di Kecamatan Belang Kabupaten Minahasa Tenggara.

    Dengan jumlah penduduk 1.020 jiwa, dengan jumlah KK 250 dan luas Desa

    984 Ha.Desa Borgo mencakup beberapa perkampungan dan dibantu dengan

    satu satelit yaitu Puskesmas Belang yang terletak di Desa Borgo. Letak Desa

    Borgo memiliki batas wilayah sebagai berikut:

    1. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Mangkit

    2. Sebelah utara berbatasan dengan laut

    3. Sebelah timur berbatasan dengan laut

    4. Sebela barat berbatasan dengan Desa Borgo 1

    a. Jumlah penduduk di Desa Borgo1.020 jiwa.

    Tabel 5.1. Distribusi Penduduk Di Desa Borgo

    Kecamatan Belang Tahun 2013

    N0 JAGA Jumlah penduduk1 Jaga 1 198 Jiwa2 Jaga 2 200 Jiwa3 Jaga 3 205 Jiwa4 Jaga 4 204 Jiwa5 Jaga 5 213 Jiwa

    Jumlah 1.020 JiwaProfil: Desa BorgoTahun 2013

    Dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat di Jaga 5 dengan

    jumlah 213 jwa (20.9%).

  • 39

    b. Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Belang .

    Tabel 5.2. Distribusi Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Belang

    Tahun 2013

    No Tenaga Kesehatan Jumlah1. Dokter Umum 22. Sarjana Keperawatan 13. Bidan 34. Kesehatan Lingkungan 25. Tenaga Gizi 16. Tata Usaha 27. Akper 28. Farmasi 2

    Jumlah 15 orangProfil: Puskesmas Belang Tahun 2013.

    Berdasarkan Tabel 5.2. Terlihat bahwa jumlah tenaga kesehatan di

    Puskesmas Belang berjumlah15 orang. Jenis Kesehatan yang terbanyak

    adalah Bidan 3 orang , Akper 2 orang, Dokter Umum 2 orang, Sarjana

    keperawatan 1 orang, Tenaga Gizi 1 orang, Kesling 2 orang, TU 2 orang,

    Farmasi 2 orang.

    B. Hasil Penelitian

    Penelitian mengenai Hubungan Peran Pengawas Minum Obat Dengan

    Kepatuhan Berobat Penderita Hipertensi telah dilaksanakan di Desa Borgo

    Kecamatan Belang Kabupaten Minahasa Tenggara dengan jumlah responden

    75 orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana Peran PMO

    Dengan Kepatuhan Berobat Penderita Hipertensi. Hasil penelitian diperoleh

    melalui jawaban dari setiap kuesioner yang dibagikan kepada responden.

    Kuisioner ini dibagikan pada setiap responden yang memenuhi kriteria inklusi,

  • 40

    dan kemudian diisi secara langsung oleh responden dengan didampingi

    peneliti dan dibantu oleh satu orang mahasiswa keperawatan.

    a. Hasil Univariat

    1. Karakteristik Responden

    Dalam penelitian ini karakteristik responden meliputi: Umur, Jenis

    Kelamin, Tingkat Pendidikan Dan Status Pekerjaan.

    a) Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Umur

    Karakteristik Umur Responden Jumlah %

    1. Masa dewasa Awal =26- 35 tahun. 9 12.02. Masa dewasa Akhir =36- 45 tahun 24 32.03. Masa Lansia Awal = 46- 55 tahun. 16 21.34. Masa Lansia Akhir = 56 - 65 tahun. 18 24.05. Masa Manula = 65 - sampai atas 8 10.7

    Jumlah 75 100.0

    Berdasarkan tabel 5.3 dari 75 responden, umur responden yang terbanyak

    terdapat pada kelompok umur 36-45 Tahun yaitu 24 responden (32%) , umur

    26-35 Tahun sebanyak 9 responden (12%), umur 46-55 tahun sebanyak 16

    responden (21.3%), umur 56-65 tahun 18 responden (24%) dan yang berumur

    65 keatas sebanyak 8 responden (10.7%).

    b) Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik JenisKelamin

    Responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 41 responden (54.7%),

    sedangkan 34 responden (45.3%) adalah perempuan.

    Karakteristik Jenis KelaminResponden

    Jumlah %

    1. Laki- laki 41 54.72. Perempuan 34 45.3

    Jumlah 75 100%

  • 41

    c) Tabel 5.5. Distribusi Responden Berdasarkan KarakteristikPendidikan

    Berdasarkan table distribusi Pendidikan responden terbanyak tidak tamat

    SD yaitu 38 responden (50.7%), responden yang tamat SD sebanyak 28

    responden (37.3%), responden SMP sebanyak 3 responden (4%) dan

    responden pendidikan SMA yaitu sebanyak 4 responden (5.3%) dan yang

    berpendidikan akademi/sarjana sebanyak 2 responden (2.7%).

    d) Tabel 5.6. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik StatusPekerjaan

    Karakteristik StatusPekerjaan Responden

    Jumlah %

    1.Tidak Bekerja 41 45.32.Bekerja 34 54.7

    Jumlah 75 100%Sebanyak 34 responden (54.7%) yang bekerja, yang tidak bekerja

    sebanyak 41 responden (45.3%).

    2. Peran Pengawas Minum Obat (PMO)

    Peran Pengawas Minum Obat (PMO) yang di ukur meliputi untuk

    memantau pengobatan, memberikan dorongan untuk berobat dan

    mengingatkan waktu pemeriksaan sesuai jadwal yang telah ditetapkan

    petugas kesehatan, meminumkan obat, menjaga saat penderita minum

    obat, mengingatkan penderita mengambil obat pada saat obat habis sesuai

    anjuran dokter dan memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang harus

    Karakteristik PendidikanResponden

    Jumlah %

    1. Tidak tamat SD 38 50.72. SD 28 37.33. SMP 3 44. SMA 4 5.35. Akademi/Sarjana 2 2.7

    Jumlah 75 100%

  • 42

    dihindari oleh penderita dalam rangka mempertahankan tekanan darah

    yang normal termasuk diet rendah garam.

    Hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh resonden (100%) memiliki

    PMO yang berasal dari keluarga. Sebanyak 70 (93.4%) responden

    menyatakan bahwa PMO tidak pernah memberikan penyuluhan cara

    mempertahankan tekanan darah normal kepada penderita. Hal ini

    dikarenakan PMO tidak pernah diberi informasi atau penyuluhan tentang

    tugasnya oleh petugas Puskesmas, biasanya petugas Puskesmas akan

    menanyakan kepada penderita Hipertensi orang terdekat yang dapat di

    tunjuk sebagai PMO dengan tugasnya sebagai pengambilan obat jika

    penderita berhalangan hadir ke Puskesmas. Tapi PMO tidak pernah

    mendapat penyuluhan dari tenaga kesehatan untuk memberitahukan tugas-

    tugas menjadi PMO.

    Tabel 5.7. Distribusi Responden Berdasrkan Kategori PMO

    Di Desa Borgo Tahun 2013

    Berdasarkan tabel 5.7 pengkategorian 12 responden (16%) yang

    menjawab peran PMO baik, 54 responden (72%) menyatakan bahwa peran

    PMO berada pada kategori cukup, dan yang menyatakan peran PMO pada

    kategori kurang sebanyak 9 responden (12%).

    Peran PengawasMinum Obat

    JumlahNilai N %

    BaikCukup

    21-3011-20

    1254

    1672

    Kurang 1-10 9 12Jumlah 75 100

  • 43

    3. Kepatuhan Berobat Penderita Hipertensi

    Kepatuhan penderita Hipertensi di bagi menjadi 3 kategori yaitu Patuh

    apabila responden selalu minum obat sesuai ketentuan petugas kesehatan,

    datang memeriksakan diri sesuai jadwal, mengikuti nasihat petugas

    kesehatan termasuk diet rendah garam; Kurang patuh, jika responden

    kadang-kadang minum obat sesuai ketentuan petugas kesehatan dan tidak

    memeriksakan diri sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati

    nasihat petugas kesehatan; Tidak patuh, jika responden tidak minum obat

    sesuai ketentuan petugas kesehatan dan tidak mengambil obat serta tidak

    memeriksakan diri sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaat

    nasihat dari petugas kesehatan.

    Tabel 5.9. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori

    Kepatuhan Berobat Di Desa Borgo Tahun 2011

    Menurut Hasil penelitian dan berdasarkan hasil maka responden yang

    termasuk dalam kategori patuh sebanyak 21 responden (28.0) Sebagian besar

    resonden yaitu 53 (70.7%) termasuk kurang patuh, dan 1 responden (1.3%)

    yang tergolong dalam kategori tidak patuh.

    Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang kurang

    patuh berobat dikarenakan pendidikan responden yang kurang dan responden

    Kepatuhan Berobat JumlahNilai N %

    PatuhKurang Patuh

    11-156-10

    2153

    28.070.7

    Tidak Patuh 1-5 1 1.3Jumlah 75 100

  • 44

    terlalu sibuk dengan pekerjaan dirumah sebagai petani ataupun sebagai

    nelayan, selain itu PMO juga kurang terlibat dalam pengobatan penderita.

    b. Hasil Uji Statistik Bivariat

    Untuk menjelaskan hubungan karakteristik penderita Hipertensi, dan

    peran PMO dengan kepatuhan berobat Hipertensi digunakan uji statistik

    korelasi dengan hasil sebagai berikut:

    1. Peran Pengawas Minum Obat (PMO)

    Tabel 5.10. Distribusi Hubungan Peran Pengawas Minum ObatDengan Kepatuhan Berobat Penderita Hipertensi

    Kepatuhan Berobat

    Total

    Nilaip

    TidakPatuh

    KurangPatuh Patuh

    PeranPMO

    Kurang N 1 7 1 9

    0.001

    % 1.3% 9.3% 1.3% 12.0%

    Cukup N 0 42 12 54% .0% 56.0% 16.0% 72.0%

    Baik N 0 4 8 12

    % .0% 5.3% 10.7% 16.0%Total N 1 53 21 75

    % 1.3% 70.7% 28.0% 100.0%Berdasarkan Tabel 5.10 menunjukan bahwa dari 75 responden (100%), peran

    PMO yang kurang dengan kepatuhan berobat sebanyak 9 responden (12.0%),

    dan peran PMO yang Cukup dengan kepatatuhan berobat sebanyak 54

    responden (72.0%), dan peran PMO yang baik dengan kepatuhan berobat

    sebanyak 12 responden (16.0%).

    Karakteristik Variabel Peran PMO dengan Kepatuhan Berobat memiliki

    hubungan yang signifikan karena (p=0.001) lebih kecil dari nilai 0.05

  • 45

    C. Pembahasan

    Penelitian ini berjudul Hubungan Peran Pengawas Minum Obat (PMO)

    Dengan Kepatuhan Berobat Penderita Hipertensi Di Desa Borgo Kecamatan

    Belang Kabupaten Minahasa Tenggara. Sampel penelitian ini diambil dari

    masyarakat desa Borgo sebanyak 75 sampel

    1. Hubungan Peran Pengawas Minum Obat (PMO) Dengan Kepatuhan

    Berobat Penderita Hipertensi.

    Pengawas Minum Obat adalah seseorang yang ditunjuk dan dipercaya

    untuk mengawasi dan memantau penderita hipertensi dalam meminum

    obatnya secara teratur dan tuntas. Pengawas Minum Obat (PMO) merupakan

    kegiatan yang dilakukan untuk menjaga penderita minum obat sesuai dengan

    dosis dan jadwal seperti yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1999 dikutip

    Niven, 2010). Hasil uji Chi-square menunjukan bahwa ada hubungan Peran

    PMO Dengan Kepatuhan Berobat Penderita Hipertensi (p=0.001

  • 46

    yang tidak pernah meminumkan obat tepat waktu dan secara teratur sebanyak

    49 responden (65.3%), PMO yang tidak pernah menjaga penderita selama

    melakukan pengobatan sebanyak 59 responden (78.7%), dan PMO yang tidak

    pernah menyiapkan obat-obatan dan makanan selama penderita menjalani

    pengobatan sebanyak 58 responden (74.7%). Di sebabkan karena PMO terlalu

    sibuk bekerja dan belum mendapat pendidikan kesehatan atau penyuluhan

    tentang tugas-tugas yang harus dilakukan oleh PMO. Secara umum responden

    yang merasa menerima penghiburan, perhatian dan pertolongan yang mereka

    butuhkan dari seseorang biasanya cederung lebih mudah mengikuti nasihat

    medis dari pada pasien yang tidak mendapat dukungan sosial. Jelaslah bahwa

    keluarga memainkan peranan yang sangat penting dalam kepatuhan berobat

    penderita hipertensi.

    Anggota keluarga yang menjadi PMO pada dasarnya tidak pernah tahu

    bahwa dirinya adalah seorang PMO yang mempunyai tugas-tugas penting

    demi tercapainya kesembuhan penderita Hipertensi. Tidak jarang mereka juga

    tidak mengetahui penyakit apa yang diderita oleh salah satu anggota

    keluarganya. Oleh karena itu, peran PMO yang seharusnya memberikan

    dorongan, mengingatkan, meminumkan dan mengawasi penderita Hipertensi

    untuk minum obat tidak terlaksana sebagaimana mestinya. Sebagian besar

    PMO kadang-kadang memberi dorongan kepada responden untuk berobat

    dengan jumlah responden (%) PMO, ini karena Peran PMO belum

    mengetahui komplikasi dan resiko yang akan terjadi kepada penderita jika

    tidak berobat secara teratur.

  • 47

    PMO yang baik adalah yang paling dekat dengan penderita, dihormati dan

    disegani penderita. Orang yang dihormati penderita biasanya semua saran

    yang diberikannya akan dilaksanakan oleh penderita. Hal ini sesuai dengan

    yang dianjurkan oleh WHO, yakni perilaku orang lebih-lebih anak kecil

    banyak dipengaruhi orang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu

    penting bagi kita maka apa yang dikatakannya cederung untuk dilaksanakan

    (Notoatmodjo, 2009).

  • 48

    BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian Hubungan Peran Pengawas Minum Obat

    (PMO) dapat disimpulkan sebagai berikut :

    1. Sebanyak 54 responden (72%) menyatakan bahwa peran PMO berada

    pada kategori cukup; peran PMO pada kategori kurang sebanyak 9

    responden (12%) dan yang menyatakan peran PMO pada kategori baik

    hanya ada 12 responden (16%).

    2. Berdasarkan hasil penelitian ini responden yang termasuk dalam kategori

    patuh hanya 21 responden (28%), sebagian besar responden yaitu 53

    responden (70.7%) termasuk kurang patuh, dan ada 1 responden (1.3%)

    yang tergolong tidak patuh.

    3. Tedapat hubungan yang bermakna antara peran PMO terhadap kepatuhan

    berobat penderita Hipertensi di Desa Borgo Kecamatan Belang Kabupaten

    Minahasa Tenggara dimana nilai p=0,001.

    B. Saran

    1. Bagi Institusi Pendidikan

    Memberikan pendidikan kesehatan berupa penyuluhan dalam bentuk

    leaflet kepada masyarakat yang menderita penyakit Hipertensi.

    2. Bagi Puskesmas Belang

    Memberikan penyuluhan kesehatan secara berkesinambungan ataupun

    pembagian leflet dan iklan-iklan dalam bentuk kesehatan dalam rangka

  • 49

    peningkatan pengetahuan penderita Hipertensi dan melakukan pelatihan

    kepada PMO dan kepada masyarakat Desa Borgo yang menderita

    hipertensi agar lebih rajin berobat guna untuk mencegah terjadinya

    komplikasi akibat penyakit hipertensi, khususnya yang beresiko menderita

    Hipertensi.

    3. Bagi Peneliti

    Hasil penelitian ini memberikan motivasi bagi peneliti menegetahui

    sejauh mana peran pengawas minum obat dan kepatuhan berobat penderita

    Hipertensi yang berada di Desa Borgo.

  • 50

    DAFTAR PUSTAKA

    Aditama TY. 2011. Hipertensi: Diagnosis, terapi, Pencegahan dan masalahnya.Edisi 3.UI Press. Jakarta.

    Arikunto. 2011. Metodelogi riset keperawatan. CV. Infomedika. Jakarta. Hal 119Arief. 2009. Hipertensi dan obesitas. Jantung Hipertensi. Dalam

    http//www.jantunghipertensi.com/index2.php?option=com content&dopdf=1&id=336. Diakses pada tanggal, 23/02/2013 15:20 Wita.

    Aulia. 2008. Hypertension Current Perspective, Jakarta; Medya Crea.http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/Nandang%20Tisna.pdf. Diakses24/03/2013 17.00

    Corwin, 2011. Faktor-faktor Resiko Penyakit Hipertensi,http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23512/5/Chapter%20II.pdf.Diakses pada tanggal Jumat, 23/02/2013 15:20 Wita.

    Damayanti. 2010. Faktor-Faktor Risiko Pasien Hipertensi. Berita KedokteranMasyarakat.http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/Nandang%20Tisna.pdf. Diakses24/03/2013 16.00

    Departemen Kesehatan. 2012. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas,Jakarta: Departemen Kesehatan RI. http://typecat.com/pdf/pengawas-minum-obat.html. Diakses pada tanggal Jumat 23/02/2013, 17:40 Wita

    Depkes, 2008 .10 Penyakit Menonjol Kota Manado. Manado.http://typecat.com/pdf/pengawas-minum-obat.html. Diakses pada tanggalJumat 23/02/2013, 17:40 Wita

    Depkes RI. 2009. Kategori Umur. http://ilmu-kesehatan-masyarakat.com/2012/05/kategori-umur.html. diakses 20 Juni 2013. 12.05 witaEster. 2011. Cara meningkatkan kepatuhan. Dalam

    http://azenngepas.com/2010/07/cara-meningkatkan-kepatuhan-minum-obat.html. Diakses pada tanggal Jumat 23/02/2013, 10:15 Wita.

    Entjang. 2011. Tingkat Pendidikan mempengaruhi kepatuhan berobat:Surabaya.Dalam http://www.pdfwindows.com/pdf/tinjauan-perilaku-kepatuhan-berobat/Diakses pada tanggal Jumat 23/02/2013, 18:15 Wita.

    Gitawati & Sediati. 2009. Penilaian keberhasilan directly observed (DOTS) Padapengobatan Hipertensi. Tesis Bagian Pulmonologi FKUI, Jakarta.

    Hanns. 2008. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas, Jakarta: DepartemenKesehatan RI. http://www.pdfwindows.com/pdf/tinjauan-perilaku-kepatuhan-berobat/Diakses pada tanggal Jumat 23/02/2013, 18:30 Wita.

    ITB-WHO. 2010. Pengendalian Hipertensi-laporan komisi pakar WHO.Bandung; Penerbit ITB: 1-28, 61-90.http://www.who.int/mediacentre/factshe et/fs339/en/index.html.Diaksespada tanggal Jumat 23/02/2013, 15:40 Wita.

  • 51

    Jesica, 2011.Hubungan peran keluarga terhadap pemberian imunisasi padabalita. Manado: Skripsi. UNIKA DE LA SALLE MANADO.

    Jurnal penelitian: Safrudin. 2009. Faktor- faktor yang berhubungan dengankepatuhan lansia Hipertensi dalam melanjutkan pengobatan hipertensisecara rutin:Di PTSW Budhi mulya 03 Ciracas Jakarta Timur tahun 2009.PSIK UMJ.http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/Nandang%20Tisna.pdf. Diakses24/03/2013 16.55

    Jurnal penelitian: Nunik. 2005. Kepatuhan pasien berobat hipertensi,Hypertension Patients Therapy Obidience di Depok.http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/Nandang%20Tisna.pdf. Diakses24/03/2013 16.55

    Jurnal penelitian: Van der wal, Jaarsma dan Van Veldhusein 2005. Fakor-faktoryang terkait dengan kepatuhan,http://www.pdfwindows.com/pdf/tinjauan-perilaku-kepatuhan-berobat/Diakses Jumat 23/02 2013, 20.00 Wita

    Kaplan, N.M. (2012). Lifesytle modifications for prevention and treatment ofhypertension.Dalam.http://www.medscape.com/viewarticle/ 497725.Diakses pada tanggal Jumat 23/02 2013, 14:50 Wita

    Mangunnegoro & Suryotonegoro. 2012. Penilaian keberhasilan directly observed(DOTS) Pada pengobatan Hipertensi. Tesis Bagian Kardiologi FKUI,Jakarta.

    Muzaham. 2012. Sosiologi Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia press.http://www.pdfwindows.com/pdf/tinjauan-perilaku-kepatuhan-berobat/Diakses pada tanggal Jumat 23/02/2013, 19.00 Wita.

    Niven.2012. Psikologi kesehatan pengantar untuk perawat dan professionalkesehatan lain. Jakarta: EGC. http://www.medscape.com/viewarticle/497725. Diakses pada tanggal Jumat 23/02 2013, 14:58 Wita

    Notoatmodjo. 2009. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka CiptaNandang, T. 2009. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Tingkat kepatuhan

    pasien Dalam minum obat antihipertensi di Puskesmas Pamulang KotaTangerang Selatan Propinsi Banten (Skripsi)http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/Nandang%20Tisna.pdf. Diakses24/03/2013 16.55

    Nurul. 2008. health news patuh minum obat kendali utama hipertensi. Dalamhttp://nurulfm01.patuh minum obat.com/2008_10_01_archive.html 2008.diakses tanggal 1 Juni 2013, 10.00 wita.

    Nuraini. 2005. Siapa yang bisa menjadi PMO. Dalamhttp://typecat.com/pdf/pengawas-minum-obat.html. Diakses pada tanggalJumat 23/02/2013, 17:55 Wita

    Profil Puskesmas Belang, 2012.Rahmawati Y.L. 2006.Effects On Blood Pressure Of Reduced Dietary Sodium

    And The Dietary Approaches To Stop Hypertension (Dash) Diet. Malang:

  • 52

    Fakultas Kedokteran Brawijaya.http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/Nandang%20Tisna.pdf. Diakses24/03/2013 16.55

    Ratna. 2009. Survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT). Jakarta; Badan Penelitiandan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan RI Jakarta.http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/Nandang%20Tisna.pdf. Diakses24/03/2013 16.55

    Riset Kesehatan Dasar. 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia 2007, RisetKesehatan Dasar. Jakarta. http://typecat.com/pdf/pengawas-minum-obat.html. Diakses pada tanggal Jumat 23/02/2013, 17:40 Wita

    Suhardjono. 2008. Perilaku Kepatuhan berobat.Surabaya.Dalamhttp://www.pdfwindows.com/pdf/tinjauan-perilaku-kepatuhan-berobat/Diakses pada tanggal Jumat 23/02 2013, 15:50 Wita

    Soekidjo Notoatmodjo. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

    Teori Green dalam Nukman 2012. Tinjaun Perilaku Kepatuhan berobat:Surabaya 1999.Dalam http://www.pdfwindows.com/pdf/tinjauan-perilaku-kepatuhan-berobat/ Diakses pada tanggal Jumat 23/02/2013, 17:15 Wita.

    Yetti Hilda 2007. Hubungan karakteristik dukungan keluarga dan hasilpendidikan kesehatan dengan kepatuhan diit hipertensi pada lansia dikelurahan Paseban kecamatan senen Jakarta pusat. Tesis Pasca FIK UI.Dalam http://www.who.int/topics/chronic_diseases. Diakses pada tanggalSabtu 30 Mei- 2013, 19.30 Wita.

    WHO SEARO 2011.Hypertention And Factsheet (Online). Dalamhttp://www.who.int/mediacentre/factshe et/fs339/en/index.html.Diaksespada tanggal Jumat 23/02/2013, 15:40 Wita.

    Wolff. 2010. Hipertensi cara mendeteksi dan mencegah tekanan darah tinggisejak dini. Jakarta: PT Bhuana ilmu popular (BIP).http://www.who.int/mediacentre/factshe et/fs339/en/index.html.Diaksespada tanggal Jumat 23/02/2013, 15:40 Wita.

  • Lampiran 1

    LEMBAR PERSETUJUAN

    (Informed Consent)

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama Responden :

    Tanggal :

    Setelah dijelaskan maksud penelitian, maka saya bersedia/tidak bersediauntuk ikut dalam penelitian mahasiswa Program Studi Ilmu KeperawatanUniversitas Pembangunan Indonesia (UNPI) Manado.

    Nama : FIDYA SAWOTONG

    NIM : 10071099

    Judul : Hubungan Peran Pengawas Minum Obat Dengan KepatuhanBerobat Penderita Hipertensi Di Desa Borgo Kecamatan BelangKabupaten Minahasa Tenggara.

    Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan suka rela tanpa ada paksaandari pihak manapun untuk dipergunakan bila perlu.

    Manado, / / 2013

    Hormat saya,

    ..

  • Lampiran 2

    LEMBAR KUESIONER

    A. Lembar Kuesioner Untuk Data Demografi

    Nama : No :

    Umur : Jenis Kelamin :

    Pendidikan Terakhir : Pekerjaaan Terakhir :Petunjuk Pengisian

    1. Bacalah pertanyaan yang ada dengan teliti agar benar-benar dimengerti.

    2. Untuk menjawab pertanyaan, berikan tanda cek () pada kolom pilihanjawaban yang tersedia untuk jawaban yang dianggap paling tepat. Jikaingin memperbaiki jawaban yang salah, berikan tanda silang (X) padakolom jawaban yang salah, lalu berikan tanda cek () pada kolom jawabanyang dianggap benar.

    3. Bertanyalah langsung kepada peneliti jika ada kesulitan dalam menjawabpertanyaan.

    B. Lembar Kuesioner Untuk Pengawas Minum Obat (PMO)Pertanyaan Selalu Kadang-

    kadangTidakpernah

    1. Apakah PMO memberikandorongan kepada anda untukberobat?

    2. Apakah PMO selalumengingatkan dan menuyuruhanda untuk mengkonsumsiobat dengan teratur?

    3. Apakah PMO meminumkanobat tepat waktu dan secarateratur?

    4. Apakah PMO peduli dalamkepatuhan berobat dan minumobat terhadap kesembuhananda?

    5. Apakah PMO selalu menjagaanda selama melakukanpengobatan?

    6. Apakah PMO selalu

  • memberikan informasi kepadaanda tentang keuntungan darikepatuhan berobat?

    7. Apakah PMO selalumengingatkan anda jadwaluntuk pemeriksaan yang telahditentukan petugas kesehatan?

    8. Apakah PMO menyiapkanobat-obatan dan makananselama anda menjalanipengobatan?

    9. Apakah PMO selalumemberikan informasi kepadaanda bagaiman caramempertahan tekanan darahagar tetap dalam batas normal?

    10. Apakah PMO selalumenngingatkan kepada andapantangan makanan yang tidakboleh dikonsumsi?

    C. Lembar Kuesioner Untuk Kepatuhan Berobat

    Pertanyaan Selalu Kadang -kadang

    Tidakpernah

    1. Apakah anda selalu mematuhipetunjuk petugas kesehatandalam minum obat?

    2. Apakah anda mengingatjumlah obat yang di berikanoleh tenaga kesehatan?

    3. Apakah anda pernah lupa ataupernah terlewati waktu minumobat?

    4. Apakah anda selalu mematuhijadwal untuk pemeriksaanyang ditentukan oleh tenagakesehatan?

    5. Apakah anda selalu mematuhipetunjuk diet yang dibarikanoleh tenaga kesehatan?

    Mohon kuesioner ini dikembalikan kepada peneliti

    segera setelah mengisinya.

  • Lampiran 3

    MASTER TABEL PERAN PENGAWAS MINUM OBAT PADAPENDERITA HIPERTENSI DI DESA BORGO KECAMATAN BELANG

    KABUPATEN MINAHASA TENGGARA TAHUN 2013

    No P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Jumlah Skor1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 14 22 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 23 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 11 24 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 11 25 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 11 26 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 12 27 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 11 28 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 12 29 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 21 310 1 2 3 3 2 2 2 2 2 2 21 311 2 2 2 2 1 3 2 3 1 3 21 312 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 113 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 214 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 13 215 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 11 216 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 11 217 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 11 218 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 11 219 2 3 2 3 1 2 2 1 2 3 21 320 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 12 221 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 13 222 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 11 223 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 11 224 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 225 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 12 226 2 1 3 3 3 1 3 2 2 3 23 327 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 228 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 12 229 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 11 230 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 231 3 3 1 2 2 2 2 2 1 3 21 332 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 11 233 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 21 334 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 11 235 2 2 2 2 2 2 2 3 1 3 21 336 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 21 337 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 11 238 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 27 339 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 11 240 3 1 2 1 2 1 1 1 1 1 14 2

  • 41 1 2 3 1 2 2 3 2 2 2 20 342 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 11 243 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 144 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 15 245 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 146 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 12 247 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 12 248 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 149 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 250 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 12 251 3 2 2 2 2 2 2 2 3 1 21 352 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 11 253 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 254 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 11 255 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 11 256 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 11 257 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 11 258 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 11 259 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 11 260 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 11 261 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 12 262 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 11 263 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 264 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 11 265 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 11 266 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1