Upload
very
View
110
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN PERAN PENGAWAS MINUM OBAT DENGANKEPATUHAN BEROBAT PENDERITA HIPERTENSI
DI DESA BORGO KECAMATAN BELANGKABUPATEN MINAHASA TENGGARA
SKRIPSI
OLEH:
VIDYA SAWOTONG
NIM. 10071099
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIAFAKULTAS KEPERAWATAN
MANADO2013
iHUBUNGAN PERAN PENGAWAS MINUM OBAT DENGANKEPATUHAN BEROBAT PENDERITA HIPERTENSI
DI DESA BORGO KECAMATAN BELANGKABUPATEN MINAHASA TENGGARA
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana KeperawatanPada
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Pembangunan Indonesia (UNPI)
OLEH:
VIDYA SAWOTONG
NIM. 10071099
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIAFAKULTAS KEPERAWATAN
MANADO20113
ii
LEMBAR PENGESAHANSKRIPSI
Nama : Fidya SawotongNIM : 10071099Fakultas : Keperawatan
Program Studi : Ilmu KeperawatanJudul Tugas Akhir : Hubungan Peran Pengawas Minum Obat Dengan Kepatuhan
Berobat Penderita Hipertensi Di Desa Borgo KecamatanBelang Kabupaten Minahasa Tenggara
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Stefanus Timah, SKM. M.Kes dr. Miryam.D.M.Pinontoan. M.Kes
Mengetahui,
Dekan
Ns. Frida Mendur, SKep., M.KepNIDN : 0908026801
Tanggal Lulus: 22 Juni 2013
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Vidya Sawotong
NIM : 10071099
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa jika Karya Tulis Ilmiah yang sayaajukan terbukti merupakan hasil plagiat atau bukan merupakan hasil karya sayasendiri, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar
akademik dan melaksanakan penelitian ulang.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh rasa tanggung jawab untukdipergunakan sebagaimana mestinya.
Manado, Juni 2013
Yang Membuat,
( Vidya Sawotong )
iv
CURRICULUM VITAE
Nama Lengkap : Fidya SawotongNIM : 10071099Tempat/Tanggal Lahir : Manado, 10- September- 1991Agama : Islam
Alamat : Wonasa TanjungNomor Telepon : +6289698242296Nama Orang Tua
Ayah : Sofyan SawotongIbu : Kasmawati Bakari
Nama Saudara Kandung :Adik : Mutiara Sawotong
: Wahyuni SawotongRiwayat Pendidikan : 1. TK Yapim Manado (tahun lulus 1997)
2. SDN 50 Manado (tahun lulus 2003)3. SMP Negeri 2 Manado (tahun lulus 2006)4. SMA Negeri 1 Manado (tahun lulus 2009)5. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Keperawatan Universitas Pembangunan Indonesia(UNPI) Tahun 2009
vVidya Sawotong. 2013. Hubungan Peran Pengawas Minum Obat DenganKepatuhan Berobat Penderita Hipertensi Di Desa Borgo Kecamatan BelangKabupaten Minahasa Tenggara. (Di bawah bimbingan Stefanus Timah dan dr.Miryam Dian Pinontoan).
ABSTRAK
Pengawas Minum Obat (PMO) merupakan salah satu kunci keberhasilan dalamstrategi program DOTS (Directly Observed treatment shourtcourse), karenamengigat pengobatan hipertensi yang relatif lama yaitu harus rutin untuk itupengobatan membuat penderita bosan. Maka diperlukan seseorang yang selalumengawasi dan memberi motivasi pada penderita supaya obatnya diminum secarateratur dan tuntas. Tujuan Penelitian ini ialah Mengetahui Hubungan PengawasMinum Obat (PMO) Dengan Kepatuhan Berobat Penderita Hipertensi Di DesaBorgo Kecamatan Belang Kabupaten Minahasa Tenggara.
Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif analitik denganpendekatan Cross Sectional. Populasi penelitian ini ialah seluruh penderitahipertensi yang ada di Desa Borgo yang patuh dan tidak patuh untuk menjalanipengobatan dan penelitian ini jumlah populasi 75, dengan menggunakan tekniktotal sampling, instrument yang digunakan ialah kuesioner dan analisa data yangdigunakan univariat dan bivariat dengan uji Chi-square.
Hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara Peran PengawasMinum Obat Dengan Kepatuhan Berobat Penderita Hipertensi (p=0.001).Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa peran PMO palingbanyak pada kategori cukup sebanyak 54 (72%) responden dan yang palingbanyak dalam kepatuhan ialah kurang patuh sebanyak 53 (70.7%) responden,maka dari itu sebaiknya petugas kesehatan di Puskesmas Belang perlu melakukanpenyuluhan kesehatan secara intensif dan berkesinambungan kepada PMO danpenderita Hipertensi agar tercapai keberhasilan pengobatan yang optimal.
Kata kunci : Peran PMO, Kepatuhan Berobat Penderita Hipertensi.Daftar Pustaka: 8 Buku (2006-2012) dan 27 internet file
vi
Vidya Sawotong. 2013. Supervisory Role Relationships Drinking DrugPatients With Hypertension Medication Adherence In the village of BorgoSoutheast Minahasa district Belang. (Under the guidance of Stefanus Timah anddr. Miriam Dian Pinontoan).
ABSTRAC
Supervisory Drink Drugs (PMO) is one of the keys to success in the programstrategy DOTS (Directly Observed Treatment shourtcourse), because keeping inthe treatment of hypertension should be relatively long for the routine treatmentmakes people bored. We need someone who is always watching and motivatingthe patient that the medicine taken regularly and thoroughly. Knowing the purposeof this study is to Drinking Drug Supervisory Relationship (PMO) MedicationAdherence Patients With Hypertension In the village of Borgo Southeast Minahasadistrict Belang.
This research uses a descriptive analytic study design with cross sectionalapproach. The study population was all patients with hypertension in the village ofBorgo adherent and non-adherent to medication and the study population of 75,with a total sampling technique, the instrument used was the questionnaire anddata analysis used univariate and bivariate chi -square.
The results found a significant relationship between the Supervisory RoleDrinking Drug Medication Adherence Patients With Hypertension (p = 0.001).Based on the research results, it can be concluded that the role of the PMO in thecategory pretty much as much as 54 (72%) of respondents and the most in the lessobedient compliance is as much as 53 (70.7%) respondents, and therefore shouldBelang health workers in health centers need to do intensive health education andcontinuing to the PMO and hypertension patients to achieve optimal treatmentsuccess.
Keywords: Role of PMO, Compliance Hypertension Patients Treated.References: 8 Books (2006 to 2012) and 27 internet files
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur patutlah penulis panjatkan ke Hadirat ALLAH SWT,karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunanSkripsi dengan judul Hubungan Peran Pengawas Minum Obat DenganKepatuhan Berobat Penderita Hipertensi Di Desa Borgo Kecamatan BelangKabupaten Minahasa Tenggra. Skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi salahsatu syarat untuk menyelesaikan pendidikan S-1 pada Program Studi IlmuKeperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Pembangunan Indonesia(UNPI) Manado.
Skripsi ini saya dedikasikan untuk yang sangat saya sayangi dan sangatsaya cintai Mama dan Papa yang telah mendoakan serta menjadi inspirasi danmotivator terbesar saya sepanjang kehidupan ini.
Keberhasilan penulis dalam penyusunan Skripsi ini bukanlah semata-matahasil jerih payah penulis, tetapi berkat dukungan dan doa dari berbagai pihak yangsenantiasa diberikan kepada penulis. Oleh karena itu, apa yang sudah penulis raihsaat ini akan dipersembahkan kepada semua pihak yang senantiasa menunjangkeberhasilan Skripsi ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati dan puji syukurmenyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Drs. Jan W.G. Polii, Msi, selaku Rektor Universitas Pembangunan IndonesiaManado memberikan motivasi penulis selama mengikuti pendidikan.
2. Drs. F. H Rende, selaku Ketua Yayasan Universitas Pembangunan IndonesiaManado yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama penulismengikuti pendidikan.
3. Ns. Frida Mendur, S.Kep., M.Kep, selaku Dekan Fakultas Keperawatan telahmemberikan arahan dan motivasi selama penulis mengikuti pendidikan danselama menyelesaikan skripsi ini.
4. Stefanus Timah, M.Kes, selaku dosen pembimbing I, terima kasih untukbimbingannya selama penulisi menyusun skripsi.
viii
5. Dr. Miryam Dian Pinontoan, M.Kes selaku dosen pembimbing II, terima kasihuntuk setiap masukan, motivasi dan doa yang diberikan untuk kelancaranpenyusunan skripsi.
6. Seluruh staf dosen dan pengelolah Fakultas Keperawatan UNPI Manado terimakasih atas bantuan yang sudah memberikan bekal ilmu pengetahuan danketerampilan selama penulis mengikuti pendidikan.
7. Bapak Yunus Tondais, selaku Kepala Desa Borgo dan Seluruh penderitahipertensi yang telah bersedia untuk menjadi responden.
8. Mama, Papa dan Adik-adikku tersayang Mutiara Sawotong dan WahyuniSawotong terima kasih atas kasih saying, doa dan motivasi yang selaludiberikan kepada penulis.
9. Kedua ponakanku Chairul Azzam Mangantar dan Nahsyila Nahdia Adipatiterima kasih karena sudah memotivasi penulis dengan kelucuan dan kepintarankalian. Beserta keluarga besar Sawotong-Bakari terimakasih ata doa danmotivasinya selama ini.
10. Verison Kokiroba, terima kasih agan-aganku sayang atas bantuan danmotivasinya selama ini.
11. Teman-teman senasib sepenanggungan angkatan 2009 Fakultas KeperawatanUNPI, anak-anak bimbingan Bpk Stefanus Timah. M.Kes Dan dr. MiryamDian Pinontoan. M.Kes yang selalu membantu dan memberi dukungan dandoa selama menjalani pendidikan dan dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalampenyelesaian penulisan ini.
Manado, Juni 2013Penulis
Vidya Sawotong
ix
DAFTAR ISI
Kafer Dalam....i
Lembar Pengesahan....iiSurat Pernyataan.....iiiCurriculum Vitaeiv
Abstrak.......v
Abstrac...vi
Kata Pengantar.......vii
Daftar Isi.........ix
Daftar Gambar........xiDaftar Tabel........xiiDaftar Lampiran.........xiii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......1
B. Rumusan Masalah......5C. Tujuan Penelitian...5D. Manfaat Penelitian............6
BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Pengawas Minum Obat...7
B. Kepatuhan Berobat......12
C. Hipertensi....16D. Penelitian Terkait....29
BAB III. KERANGKA KONSEP & DEFINISI OPERASIONALA. Kerangka konsep.....31
B. Hipotesis......31C. Definisi operasional.....32
BAB IV. METODE PENELITIANA. Jenis Penelitian....33
B. Waktu dan Tempat Penelitian... .33C. Populasi dan sampel penelitian...33D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi...33E. Instrument Penelitian..........34
xF. Sumber Data...35G. Analisis Data..35H. Etika Penelitian..35I. Pengolahan Data.......37
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASANA. Data Demografi............38
B. Hasil Penelitian.....39C. Pembahasan......45
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan......48
B. Saran....48DAFTAR PUSTAKA ..50
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1: Pada saat peneliti berkunjung kerumah penderita untuk pembagiankuesioner
Gambar 1.2: Pada saat pembagian kuesioner bersama dengan Mahasiswa FakultasKeperawatan De La Salle.
Gambar 1.3: Salah satu responden hipertensi sekaligus pemilik tempat tinggalpeneliti saat penelitian
Gambar 1.4: Tensi responden yang hadir saat acara penyuluhanGambar 1.5: Pada saat membawakan materi tentang hipertensi bersama
Mahasiswa Fakultas Keperawatan De La Salle dan UNPI.Gambar 1.6: Responden yang datang saat acara penyuluhan hipertensi yang
bertempat pengasapan ikan Desa BorgoGambar 1.7: Foto bersama responden dan teman-teman Mahasiswa Fakultas
Keperawatan De La Salle dan UNPI saat selesai penyuluhan
xii
DAFTAR TABEL
Klasifikasi Hipertensi..18Definisi Operasional32
Distribusi Penduduk Di Desa Borgo...38Distribusi Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Belang...39Distribusi responden berdasarkan karakteristik Umur40Distribusi responden berdasarkan karakteristik Jenis Kelamin...40Distribusi responden berdasarkan karakteristik Pendidikan...41Distribusi responden berdasarkan karakteristik Status Pekerjaan...41Distribusi Responden Berdasrkan Kategori PMO..42Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kepatuhan....43Tabel Uji Chi-square...44
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar PersetujuanLampiran 2 lembar KuesionerLampiran 3 Master Tabel PMOLampiran 4 Master Tabel KepatuhanLampiran 5 Master TabelLampiran 6 Hasil FrekuensiLampiran 7 Hasil uji Chi-SquareLampiran 8 Surat Ijin Pengambilan DataLampiran 9 Surat Keabsahan PenelitianLampiran 10 Jadwal Kegiatan
1BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit tidak menular yang cukup banyak mempengaruhi angka kesakitan
dan angka kematian dunia ialah penyakit kardiovaskuler seperti hipertensi.
Hipertensi seringkali muncul tanpa gejala, sehingga disebut sebagai the silent
killer atau sering disebut sebagai pembunuh diam-diam. Secara global, tingkat
prevalensi hipertensi di seluruh dunia masih tinggi. Lebih dari seperempat
jumlah populasi dunia saat ini menderita hipertensi. Hipertensi adalah istilah
medis untuk penyakit tekanan darah tinggi, dan merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang banyak diderita di seluruh dunia, termasuk
Indonesia. Penyakit tidak menular khususnya hipertensi telah menyumbang 3
juta kematian. Pada tahun 2005, 60% diantaranya terjadi pada penduduk
berumur di bawah 70 tahun dan kematian 28% dari seluruh kematian yang
terjadi di kawasan Asia Tenggara (WHO, 2010).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan
tingginya prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia, dimana hipertensi
menempati urutan pertama sebesar 31,7%. Pelaporan Terpadu Puskesmas
(SP2TP) pasien hipertensi di Indonesia yang periksa teratur sebanyak 22,8%,
sedangkan tidak teratur sebanyak 77,2% (Depkes, 2008). Departemen
Kesehatan tahun 2007, melakukan survai tentang prevalensi hipertensi
berdasarkan hasil pengukuran, diagnosis tenaga kesehatan, riwayat minum
obat hipertensi ditemukan; prevalensi hipertensi di Indonesia pada penduduk
2usia di atas 18 tahun adalah sebesar 29,8%, prevalensi tertinggi di Kalimantan
selatan 39,6% dan terrendah di Papua barat 20,1%. Hipertensi yang di
diagnosis oleh tenaga kesehatan hanya mencapai 24%, hipertensi dalam
masyarakat yang belum terdiagnosis 76,0%, sedangkan yang minum obat
hipertensi 0,4%. Di Jawa barat prevalensi hipertensi sebesar 29,3%, prevalensi
tertinggi di Tasikmalaya dan Karawang 43,1%, diagnosis oleh tenaga
kesehatan ialah 9,5%, sementara diagnosis dan atau riwayat minum obat
hipertensi ialah 9,9% dan prevalensi hipertensi di Provinsi Banten 27,6%,
tertinggi ditemukan di Kabupaten Tangerang 10%, sedangkan terrendah di
Kota Tangerang 7%. Berdasarkan diagnosis dan atau riwayat minum obat
hipertensi ialah 9,4% lebih tinggi dari angka nasional 7,6 %.
Dinas Kesehatan Kota manado tahun 2012, Hipertensi esensial (primer)
sebanyak 57.071. Hipertensi masuk pada daftar 10 penyakit menonjol
berdasarkan Surveilans Terpadu Penyakit (STP) berbasis Puskesmas di
Provinsi Sulawesi Utara dengan menempati posisi kedua setelah influenza
dengan jumlah kasus 20.202 penderita hipertensi (Dinkes Sulut, 2011).
Desa Borgo Kecamatan Belang merupakan bagian wilayah Minahasa
Tenggara yang memiliki penderita hipertensi yang relatif banyak. Data
Puskesamas Belang penderita Desa Borgo yang berturut-berturut melakukan
pengobatan tahun 2009 sebanyak 102 orang, tahun 2010 sebanyak 160 orang,
tahun 2011 sebanyak 95 orang, tahun 2012 sebanyak 75 orang dengan jumlah
penduduk 1.020 jiwa (Puskesmas Belang, 2012).
Pengawas Minum Obat (PMO) merupakan salah satu kunci keberhasilan
dalam strategi program DOTS (Directly Observed treatment shourtcourse),
3karena mengigat pengobatan hipertensi yang relatif lama yaitu harus rutin
untuk itu pengobatan membuat penderita bosan. Maka diperlukan seseorang
yang selalu mengawasi dan memberi motivasi pada penderita supaya obatnya
diminum secara teratur dan tuntas. Kesulitan utama penerapan DOTS terletak
pada rekrutmen PMO karena dituntut motivasi dan dedikasi yang kuat sebagai
suka relawan yang tidak dihargai dengan materi berupa imbalan uang atau
barang. Keuntungan keluarga sebagai PMO ialah tempat tinggalnya serumah
dengan penderita sehingga pemantauannya lebih optimal dan langsung tidak
perluh biaya transportasi (Becher,1997 dalam Gitawati &Sediati, 2010).
Keperawatan tidak hanya ditujukan kepada individu perseorangan
melainkan juga kepada kelompok, keluarga dan masyarakat seperti yang
dikemukakan dalam model konsep Orem yang mengutamakan keperawatan
mandiri klien, mengajak klien dan keluarga untuk secara mandiri dalam
mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah kesehatan.Menurut model
konsep sistem dari Neuman menyatakan bahwa keluarga merupakan salah
satu target pelayanan perawatan di masyarakat baik dalam melakukan
pengkajian, pencegahan primer, sekunder dan tertier. Menurut model konsep
terbuka oleh King, keperawatan keluarga ialah membantu anggota keluarga
dalam menyusun tujuan untuk mengatasi masalah dan mengambil keputusan
(Friedman,1998 dalam Jesica, 2011).
Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami
gangguan kesehatan/ dalam keadaan sakit. Keluarga juga merupakan salah
satu indikator dalam masyarakat apakah masyarakat sehat atau sakit Peran
atau tugas keluarga dalam kesehatan yang dikembangkan oleh ilmu
4keperawatan dalam hal ini ialah ilmu kesehatan masyarakat (Komunitas)
sangatlah mempunyai arti dalam peningkatan dalam peran atau tugas keluarga
itu sendiri. Perawat diharapkan mampu meningkatkan peran keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatan keluarga (Efendi, 1998 dalam skripsi Jessica
2011). Ketidakpatuhan dengan program terapi merupakan masalah yang besar
pada pasien hipertensi. Hanns, 2008, menjelaskan bahwa diseluruh dunia
sekitar 20% dari semua pasien hipertensi yang di diagnosis untuk minum obat
yang diresepkan oleh dokter sedangkan menurut Departemen Kesehatan 2006,
hanya 50% pasien yang diresepkan obat antihipertensi tidak minum obat
sesuai anjuran tenaga kesehatan. Ketidakpatuhan pada pasien hipertensi
dengan minum obat antihipertensi dapat menyababkan komplikasi pada
penyakit hipertensi sehingga dapat menyebabkan kerusakan organ meliputi
otak, karena hipertensi yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko stroke
kemudian kerusakan pada jantung, hipertensi meningkatkan beban kerja
jantung yang akan menyebabkan pembesaran jantung sehingga meningkatkan
risiko gagal jantung dan serangan jantung. Selain kerusakan otak dan jantung
karena kondisi hipertensi yang memburuk, gagal ginjal juga merupakan risiko
yang harus ditanggung pasien hipertensi. Ditambah lagi kerusakan pada
pembuluh darah di retina yang berakibat pada gangguan penglihatan bahkan
bisa mengalami kebutaan (Suhardjono, 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Van der wal, Jaarsma, dan Van veldhusein
(2005), terhadap faktor-faktor yang terkait dengan kepatuhan ialah
pengetahuan mengenai hipertensi, keyakinan mengenai manfaat dan kendala
dalam melaksanakan program pengobatan, faktor demografi (umur, jenis
5kelamin, status menikah, tingkat pendidikan) dan kondisi klien (tingkat
keparahan penyakit dan gejala depresi yang muncul). Peran keluarga sebagai
pengawas minum obat dan kepatuhan berobat penderita hipertensi merupakan
faktor utama dalam penyembuhan, namun masih banyak keluarga dan
penderita hipertensi yang belum mengetahui faktor resiko yang akan terjadi
akibat dari hipertensi. Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengangkat judul
Hubungan Pengawas Minum Obat Dengan Kepatuhan Berobat Penderita
hipertensi.
B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan pengawas minum obat dengan kepatuhan berobat
penderita hipertensi?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum:
Diketahui Hubungan Pengawas Minum Obat (PMO) dengan kepatuhan
berobat penderita Hipertensi di Desa Borgo Kecamatan Belang Kabupaten
Minahasa Tenggara.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui Peran Pengawas Minum Obat pada penderita hipertensi.
b. Diketahui bagaimana kepatuhan berobat penderita hipertensi.
c. Menganalisis Hubungan Peran PMO dengan kepatuhan berobat.
6D. Manfaat Penelitian
1. Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dan dijadikan referensi atau bahan bacaan,
sebagai acuan untuk peneliti selanjutnya khususnya untuk Fakultas
Keperawatan yang berkaitan dengan penyakit Hipertensi.
2. Bagi Lokasi Penelitian.
Sebagai masukan bagi keluarga penderita hipertensi yang telah
disepakati menjadi PMO, agar lebih memperhatikan kepatuhan berobat
penderita dan untuk masukan kepada perawat, bahwa penyuluhan
kesehatan juga perlu diberikan kepada keluarga penderita, yang telah di
sepakati menjadi PMO, yang berupa pendidikan kesehatan tentang
Hipertensi dan pengobatannya, serta tugas dan tanggung jawabnya
menjadi PMO.
3. Bagi Peneliti.
Dapat menerapkan ilmu yang didapat selama pendidikan serta
menambah pengetahuan dan pengalaman kerja dalam membuat penelitian
ilmiah dan menambah pengetahuan tentang Peran PMO Dengan
Kepatuhan Berobat Hipertensi. Serta dapat memberi masukan bagi profesi
keperawatan dalam rangka melakukan penyuluhan kepada keluarga
sebagai pengawas minum obat.
7BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Peran Keluarga Sebagai PMO
1. Definisi PMO
Pengawas Minum Obat (PMO) adalah seseorang yang ditunjuk dan
dipercaya untuk mengawasi dan memantau penderita hipertensi dalam
meminum obatnya secara teratur dan tuntas. Pengawas Minum Obat
(PMO) bisa berasal dari keluarga, tetangga, kader, tokoh masyarakat atau
tenaga kesehatan. Pengawas Minum Obat (PMO) merupakan kegiatan
yang dilakukan untuk menjaga penderita minum obat sesuai dengan dosis
dan jadwal seperti yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1999 dikutip Niven,
2012).
Peran keluarga sebagai PMO merupakan salah satu kunci keberhasilan
dalam strategi program DOTS (Directly Observed treatment
shourtcourse), karena mengigat pengobatan hipertensi yang relatife lama
yaitu harus rutin untuk itu pengobatan membuat penderita bosan. Untuk
itu diperlukan seseorang yang selalu mengawasi dan memberi motivasi
pada penderita supaya obatnya diminum secara teratur dan tuntas. Peran
keluarga dan masyarakat mempunyai andil yang besar dalam
meningkatkan kepatuhan pengobatan penderita (Becher,1997 dikutip oleh
Gitawati dan Suka Sediati, 2009). Dalam pengawasan pengobatan, petugas
8kesehatan harus mengikutsertakan keluarga supaya pasien dapat berobat
secara kontiyu (Mangunnegoro dan Suryotenggoro, 2012).
2. Persayaratan PMO
Seseorang yang dikenal, dipercayai dan disetujui baik oleh petugas
kesehatan maupun penderita. Selain itu harus disegani dan dihormati oleh
penderita, seseorang yag tinggal dengan penderita, bersedia membantu
penderita dengan sukarela, bersedia dilatih dan mendpat penyuluhan
bersama-sama dengan penderita (Depkes RI, 2012).
3. Siapa yang bisa menjadi PMO
Sebaiknya PMO ialah petugas kesehatan, misalnya bidan di desa,
perawat, pekarya sanitarian, juru imunisasi dan lain-lain. Bila tidak ada
petugas kesehatan yang tidak memungkinkan, PMO dapat berasal dari
kader kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK atau toko masyarakat lainnya
atau anggota keluarga (Nuraini, 2012).
4. Tugas yang harus dilakukan oleh PMO:
a. Menyiapkan obat-obat yang akan di minum oleh penderita.
b. Mengingatkan waktu pemeriksaan dan waktu minum obat.
c. Menjaga saat penderita minum obat.
d. Mengingatkan penderita mengambil obat pada saat obat habis.
5. Tugas Kesehatan Keluarga atau peran keluarga dalam kesehatan
Mubarak, 2009, keluarga dapat melaksanakan perawatan atau
pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga, yaitu
sebagai berikut :
9a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh
diabaikan. Karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti
dan arena kesehatanlah seluruh kekuatan sumber daya dan dana
keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan
perubahan-perubahan yang dialami oleh anggota keluarganya.
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga, secara tidak
langsung akan menjadi perhatian keluarga atau orang tua atau
pengambilan keputusan dalam keluarga. Apabila menyadari adanya
perubahan, keluarga perlu mencatat kapan terjadinya, perubahan apa
yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat
agar masalah kesehatan yang sedang terjadi dapat dikurangi atau
teratasi.Peran ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk
mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantra keluarga yang mempunyai keputusan untuk
memutuskan tindakan yang tepat.
Kontak keluarga dengan system akan melibatkan lembaga
kesehatan professional atauupun praktis lokal (Dukun) dan sangat
bergantung pada:
1. Apakah masalah kesehatan yang dirasakan oleh keluarga?
2. Apakah kepala keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang
dihadapi salah satu anggota keluarga?
10
3. Apakah kepala keluarga takut akibat dari terapi yang
dilakukanterhadap salah satu anggota keluarganya?
4. Apakah kepala keluarga percaya terhadap petugas kesehatan?
5. Apakah keluarga mempunyai kemampuan untuk menjangkau
fasilitas kesehatan?
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di
rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan
tindakan untuk pertolongan pertama. Beberapa keluarga akan
membebaskan orang yang sakit dari peran atau tanggung jawab secara
penuh, pemberian perawatan secara fisik merupakan beban paling
berat yang di rasakan keluarga. Keluarga memiliki keterbatasan dalam
mengatasi masalah perawatan keluarga.Di rumah keluarga memiliki
kemampuan dalam melakukan pertolongan pertama. Untuk
mengetahui dapat dikaji:
1. Apakah keluarga aktif dalam ikut merawat pasien?
2. Bagaimana keluarga mencari pertolongan dan mengerti tentang
perawatan yang diperlukan pasien?
3. Bagaimana sikap keluarga terhadap pasien? (aktif mencari
informasi tentang perawatan terhadap pasien) .
d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat/ memodifikasi lingkungan
keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan bersosialisasi
bagi anggota keluarga. Sehingga anggota keluarga akan memiliki
11
waktu yang lebih banyak berhubungan dengan lingkungan tempat
tinggal. Oleh karena itu, kondisi rumah harus dapat menunjang derajat
kesehatan bagi anggota keluarga.
1. Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki disekitar
lingkungan rumah.
2. Pengetahuan tentang pentingnya sanitasi lingkungan dan
manfaatnya.
3. Kebersamaan dalam meningkatkan dan memelihara lingkungan
rumah yang menunjang kesehatan.
e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
Apabila mengalami gangguan atau masalah yang berkaitan dengan
kesehatan keluarga atau anggota keluarga harus dapat memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya dan meminta bantuan tenaga
keperawatan atau tenaga kesehatan lainnya untuk memecahkan
masalah.
Nasrul 1998, dalam skripsi Jesica, 2011, pada keluarga tertentu bila
ada anggota keluarga yang sakit jarang dibawa ke puskesmas tapi ke
mantra atau dukun. Untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam
memanfaartkan sarana kesehatan perlu dikaji tentang:
1. Pengetahuan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat
dijangkau keluarga.
2. Keuntungan dari adanya fasilitas kesehatan.
3. Kepercayaan keluarga terhadap fasilitas kesehatan yang ada.
4. Apakah fasilitas kesehatan dapat terjangkau oleh keluarga?
12
B. Kepatuhan Berobat
1. Pengertian kepatuhan
Sackett dikutip Niven (2012), mendefinisikan kepatuhan pasien yaitu
sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan
profesional kesehatan. Kepatuhan berobat adalah tingkah perilaku
penderita dalam mengambil suatu tindakan atau upaya untuk secara teratur
mejalani pengobatan (Muzaham, 2012).
Ketidak patuhan merupakan suatu sikap dimana pasien tidak disiplin
atau tidak maksimal dalam melaksanakan pengobatan yang telah
diinstruksikan oleh dokter kepadanya. Berdasarkan hasil dari suatu survei
yang telah dilakukan menyebutkan bahwa lima puluh juta orang amerika
mempunyai tekanan darah tinggi, 68% dari ini mengetahui diagnosisnya,
53% mendapat terapi dan hanya 27% terkontrol. Penyebab kontrol yang
tidak baik ini antara lain karena banyak pasien yang tidak meminum obat
yang diresepkan. Pada kebanyakan survei, kira-kira 25-50% pasien-pasien
yang mulai meminum obat antihipertensi kemudian menghentikannya
dalam 1 tahun.Oleh karena itu, sangat penting memberikan edukasi akan
manfaat pengontrolan penyakit dalam jangka panjang yang pada akhirnya
akan sangat berguna untuk mencapai terapi yang diinginkan (Kaplan,
2012).
Snider dikutip Aditama (2011), menyatakan bahwa salah satu indikator
kepatuhan penderita adalah datang atau tidaknya penderita setelah
mendapat anjuran kembali untuk kontrol. Seseorang penderita dikatakan
13
patuh menjalani pengobatan apabila minum obat sesuai aturan paket obat
dan ketepatan waktu mengambil obat sampai selesai masa pengobatan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
Laurenc Green (dalam Nukman,2012), perilaku kepatuhan berobat
dipengaruhi oleh: Faktor yang mendasar atau faktor yang dalam diri
individu yang mempengaruhi perilaku kepatuhan (predisposing factors)
antara lain:
a. Pengetahuan mengenai penyakitnya, sikap dan tekad untuk sembuh
dari penderita.
b. Tingkat pendidikan penderita.
Makin rendahnya pengetahuan dan pendidikan penderita tentang
bahaya penyakitnya, dan pentingnya berobat secara tuntas untuk dirinya,
makin besar pula bahaya penderita menjadi sumber penularan baik
dirumah maupun di lingkungan sekitar (Entjang, 2011).
Faktor yang memperkuat atau faktor yang mendorong
(reinforcingfactors) antara lain adanya dukungan atau motivasi dari
masyarakat dan lingkungan sekitar. Dukungan keluarga dan masyarakat
menpunyai andil yang besar dalam meningkatkan kepatuhan pengobatan
penderita. Program pengendalian penderita (case holding) berupa usaha
pengobatan secara teratur sampai mencapai kesembuhan, salah satu
upayanya adalah menentukan seorang pengawas bagi tiap penderita,
dipilih dari anggota keluarganya yang berwibawa atau seseorang yang
tinggal dekat rumah yang bertugas untuk memantau dan memotivasi
penderita (Niven 2012).
14
Faktor yang mendukung (enbling factors)
1) Tersedianya fasilitas kesehatan
2) Kemudahan untuk menjangkau sarana kesehatan.
3) Keadaan ekonomi atau budaya.
Penelitian Aditama (2011), menyebutkan bahwa lingkungan atau jarak
yang jauh dari tempat pelayanan kesehatan memberikan kontribusi
rendahnya kepatuhan, sebagian responden memilih fasilitas kesehatan
yang relatif dekat dengan rumahnya. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
dapat menghambat keteraturan berobat, hal ini dapat diperberat dengan
jarak yang jauh dari pelayanan kesehatan sehingga memerlukan biaya
transportasi. Sementara itu menurut Niven (2012), bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi ketidakpatuhan digolongkan menjadi 4 bagian, yaitu:
a. Pemahaman klien terhadap instruksi.
Jika klien paham terhadap instruksi yang diberikan padanya maka
klien tidak dapat mematuhi instruksi tersebut dengan baik.Terkadang
hal ini di sebabkan oleh kegagalan profesional kesehatan dalam
memberikan informasi yang lengkap, bayak menggunakan istilah
medis dan banyak memberikan instruksi yang harus di ingat oleh klien.
b. Kualitas interaksi.
Kualitas interaksi antara profesional kesehatan dan klien
merupakan bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan,
dari hasil penelitiannya dikemukakan adanya kaitan yang erat antara
kepuasan Konsultasi dengan kepatuhan.
15
c. Keluarga.
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam
menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga
menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka terima.
Keluarga juga memberikan dukungan dan membuat keputusan
mengenai perawatan dari anggota yang sakit, serta menentukan
keputusan untuk mencari dan mematuhi anjuran pengobatan.
d. Keyakinan, Sikap dan Kepribadian.
Ahli psikologis telah menyelediki tentang hubungan antara
pengukuranpengukurankepribadian dan kepatuhan.Mereka
menemukan bahwa data kepribadian secara benar dibedahkan antara
orang yang patuh dengan orang yang gagal.Orangorang yang tidak
patuh adalah orangorang yang lebih mengalami depresi, ansietas,
sangat memperhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang
lebih lemah dan kehidupan sosilanya lebih memusatkan perhatian pada
dirinya sendiri. Blumenthal Etal (Ester, 2011), mengatakan ciriciri
kepribadian yang di sebutkan di atas itu yang menyebabkan seseorang
cederung tidak patuh (drop out) dari pengobatan.
3. Mengurangi Ketidak Patuhan
Menurut Dinicola dan Dimatteo dalam safrudin (2009), mengemukakan
4 untuk mengurangi ketidakpatuhan pasien:
a. Menumbuhkan kepatuhan dengan mengembangkan kepatuhan.
Klien akan dengan senang hati mengungkapkan tujuan
kepatuhannya, jika pasien memiliki keyakinan dan sikap positif
16
terhadap tujuan tersebut serta adanya dukungan dari keluarga dan
teman terhadap keyakinannya tersebut.
b. Mengembangkan strategi untuk merubah perilaku dan
mempertahankannya.
Sikap pengontrolan diri membutuhkan pemantauan terhadap
dirinya, evaluasi diri dan penghargaan terhadap perilaku yang baru
tersebut.
c. Mengembangkan kognetif.
Pengembangan kognetif tentang masalah kesehatan yang dialami,
dapat membuat pasien menyadari masalahnya dan dapat menolong
mereka berperilaku positif terhadap kepatuhan.
d. Dukungan sosial.
Dukungan sosial dalam bentuk emosional dari anggota keluarga
lain merupakan faktor-faktor yang penting dalam kepatuhan terhadap
program-program medis. Keluarga dapat mengurangi ansietas yang
disebabkan oleh penyakit tertentu dan dapat mengurangi godaan
terhadap ketidaktaatan.
C. Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi.
Menurut JNC VII dalm Rahmawati (2012), The Seventh Report of the
Joint National Committee on detection, education, and treatment of high
blood pressure. Hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah
sistolik lebih dari atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan diastolik
lebih dari atau sama dengan 90 mmHg. Definisi lain menyebutkan
17
hipertensi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa darah terhambat
sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Ratna, 2009). Tekanan
sistolik menunjukan fase darah yang dipompa oleh jantung dan tekanan
diastolik menunjukan fase darah kembali ke dalam jantung (Depkes,
2012).
2. Epidemiologi Hipertensi.
Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah yang
mengganggu kesehatan masyarakat. Umumnya, terjadi pada manusia yang
berusia (< 40 tahun). Namun banyak yang tidak menyadari bahwa mereka
menderita hipertensi akibat yang tidak nyata dan sering disebut silent
killer. Pada awal terkena penyakit hipertensi belum menimbulkan
gangguan yang serius. Sekitar 1,8%-26,6% penduduk dewasa menderita
penyakit hipertensi. Berdasarkan penelitian Survei Kesehatan Nasional
(Surkesnas) 2001 menunjukkan proporsi hipertensi pada pria 27% dan
perempuan 29%. Sedangkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) 2004, hipertensi pada pria 12,2% dan perempuan 15,5%. Pada
usia setengah baya dan muda, hipertensi ini lebih banyak menyerang pria
dari pada perempuan. Pada golongan usia 55-64 tahun, pasien hipertensi
pada pria dan perempuan sama banyak. Pada usia 65 tahun ke atas, pasien
hipertensi perempuan lebih banyak daripada pria (Depkes, 2008).
18
3. Klasifikasi Hipertensi.
Hipertensi merupakan faktor risiko dengan prevalensi tertinggi untuk
penyakit kardiovaskuler di seluruh dunia. Terdapat klasifikasi hipertensi
berdasarkan World Health Organization (WHO)
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO:
Blood Pressure Levels
Sumber: WHO. 2011. Hypertension, (Online)
4. Patofisiologi.
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme
(ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan
darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati.
Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah
menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I
diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki
peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH)
dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan
bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin (Depkes,
2012).
Normal Systolic: less than 120 mmHgDiastolic: less than 80 mmHg
At Risk(Prehypertension)
Systolic: 120139 mmHgDiastolic: 8089 mmHg
High Systolic: 120139 mmHgDiastolic: 8089 mmHg
19
Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke
luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi
osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler
akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler.
Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan
meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi
aldosteron dari korteks adrenal.Aldosteron merupakan hormon steroid
yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume
cairan ekstraseluler, aldosteronakan mengurangi ekskresi NaCl (garam)
dengan cara merabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl
akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan
tekanan darah (Depkes, 2012).
5. Penyebabnya dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Hipertensi primer.
Hipertensi primer merupakan tipe yang paling umum, yaitu
hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopati (hipertensi
tanpa kelainan dasar patologi yang jelas). Lebih dari 90% kasus
merupakan hipertensi primer. Penyebabnya multifaktorial meliputi
faktor genetik dan lingkungan.
1) Factor genetic (Keturunan).
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor
keturunan) yang mempertinggi risiko (esensial). Tentunya faktor
genetik ini juga dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lain, yang
20
kemudian menyebabkan seseorang menderita hipertensi. Faktor
genetik juga berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam dan
renin membran sel.
Davidson bila kedua orang tuanya menderita hipertensi maka
sekitar 45% akan turun ke anak-anaknya dan bila salah satu orang
tuanya yang menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun ke
anak-anaknya (Depkes, 2008).
b. Hipertensi sekunder.
Jenis hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain
kelainan pada pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (Arif,
2009).
6. Faktor risiko Hipertensi dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu:
a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah
1. Umur.
Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan
bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi menjadi lebih besar
sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi,
yaitu sekitar 40%, dengan kematian sekitar di atas 65 tahun pada
usia lanjut. Sedangkan menurut WHO memakai tekanan diastolik
sebagai bagian tekanan yang lebih tepat dipakai dalam menentukan
ada tidaknya hipertensi. (Depkes, 2008).
Prevalensi hipertensi di Indonesia pada golongan umur di
bawah 40 tahun masih berada di bawah 10%, tetapi diatas umur 50
tahun angka tersebut terus meningkat mencapai 20% hingga 30%,
21
sehingga ini sudah menjadi masalah serius untuk diperhatikan
(Depkes, 2008).
Penelitian yang dilakukan di 6 Kota besar seperti Jakarta,
Padang, Bandung, Yogyakarta, Denpasar, dan Makasar terhadap
usia lanjut (55-85 tahun), didapatakan prevalensi hipertensi sebesar
52.5%. (Depkes, 2008).
2. Jenis kelamin.
Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipertensi,
dimana pria lebih banyak menderita hipertensi di bandingkan
dengan perempuan, dengan rasio sekitar 2,29% untuk peningkatan
tekanan darah sistolik. Pria di duga memiliki gaya hidup yang
cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan
dengan perempuan. Namun, setelah memasuki menopause,
prevalensi hipertensi pada perempuan meningkat. Bahkan setelah
usia 65 tahun, terjadinya hipertensi pada perempuan lebih tinggi
dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal
karena pada wanita yang belum mengalami menopause dilindungi
hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar HDL.
Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung
dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Penelitian di
Indonesia prevalensi yang lebih tinggi terdapat pada wanita
(Depkes, 2008).
22
b. Faktor risiko yang dapat diubah.
Faktor risiko yang diakibatkan perilaku tidak sehat dari pasien
hipertensi antara lain:
1. Merokok.
Merokok merupakan salah satu faktor risiko yang kuat untuk
terjadinya kematian akibat kardiovaskuler, dan penelitian telah
menunjukan bahwa penghentian merokok dapat mencegah
terjadinya penyakit kardiovaskuler seperti stroke dan infrak
miokard. Telah terbukti bahwa dengan mengkonsumsi satu batang
rokok dapat terjadi peningkatan denyut jantung dan tekanan darah
selama 15 menit. Hal ini disebabkan oleh peningkatan kadar
katekolamin dalam plasma, yang kemudian menstimulasi sistem
syaraf simpatik (Sani, 2008).
2. Stress.
Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah,
dendam, rasa takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak
ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung
berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan
meningkat. Jika stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha
mengadakan penyesuaian sehingga timbul perubahan patologis.
Gejala yang muncul dapat berupa hipertensi atau penyakit maag.
Diperkirakan, prevalensi atau kejadian hipertensi pada kulit hitam
di Amerika Serikat lebih tinggi dibandingkan dengan orang kulit
putih disebabkan stress atau rasa tidak puas orang kulit
23
hitam.Stress adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh adanya
transaksi antara individu dengan lingkungannya yang mendorong
seseorang untuk mempersepsikan adanya perbedaan antara
tuntutan situasi dan sumber daya (biologis, psikologi, dan sosial)
yang ada pada diri seseorang (Damayanti, 2010).
3. Konsumsi Alkohol berlebihan.
Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah
dibuktikan. Peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan volume
sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikan
tekanan darah. Beberapa studi menunjukan hubungan langsung
antara tekanan darah dan asupan alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran
standar setiap harinya. Di negara barat seperti Amerika, konsumsi
alkohol yang berlebihan berpengaruh terhadap terjadinya
hipertensi.Sekitar 10% hipertensi di Amerika disebabkan oleh
asupan alkohol yang berlebihan dikalangan pria separuh baya.
Akibatnya, kebiasaan meminum alkohol ini menyebabkan
hipertensi sekunder di kelompok ini (Depkes, 2008).
4. Konsumsi garam berlebihan.
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena
menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan
meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada sekitar 60% kasus
hipertensi primer (esensial) terjadi respon penurunan tekanan darah
dengan mengurangi asupan garam. Pada masyarakat yang
mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang, ditemukan tekanan
24
darah rata-rata rendah, sedangkan pada masyarakat asupan garam
sekitar 7-8 gram tekanan darah rata-rata lebih tinggi (Depkes,
2008).
7. Manisfestasi Klinis.
Tingginya tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya
gejala. Bila demikian gejala baru muncul setelah terjadinya komplikasi
pada ginjal, mata, otak dan jantung. Gejala lain yang sering ditemukan
adalah sakit kepala, marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk,
sukar tidur, mata berkunang-kunang dan pusing (Arif, 2009).
8. Diagnosa hipertensi.
Diagnosis hipertensi ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis meliputi keluhan yang
sering dialami, lama hipertensi, ukuran tekanan darah selama ini, riwayat
pengobatan dan kepatuhan berobat, gaya hidup, riwayat penyakit penyerta
dan riwayat keluarga. Pemeriksan fisik terdiri atas pengukuran tekanan
darah dan pemeriksaan umum sedangkan pemeriksaan penunjang seperti
EKG (electrocardiography).EKG dilakukan untuk mengukur aktivitas
elektronik jantung.Pengukuran tersebut bermanfaat untuk memantau
waktu yang diperlukan oleh gelombang elektronik pada saat jantung
bekerja dan memberikan informasi mengenai beban kerja pada jantung
(Arif, 2009).
25
Wolf (2010), program diagnosis hipertensi dapat dilakukan dengan:
a. Menentukan sejauh mana penyakit hipertansi yang diderita.
Tujuan pertama program diagnosis adalah menentukan dengan
tepat sejauh mana penyakit ini telah berkembang, apakah hipertensinya
ganas atau tidak, apakah arteri dan organ-organ internal terpengaruh,
dan lain- lain.
b. Mengisolasi penyebabnya.
Tujuan kedua dari program diagnosis adalah mengisolasi penyebab
spesifiknya.
c. Pencarian faktor risiko tambahan.
Aspek lain yang penting dalam pemeriksaan, yaitu pencarian
faktor-faktor risiko tambahan yang tidak boleh diabaikan.
d. Pemeriksaan dasar Setelah terdiagnosis hipertensi.
Akan dilakukan pemeriksaan dasar, seperti kardiologis, radiologis,
tes laboratorium, EKG (electrocardiography) dan rontgen.
e. Tes khusus. Tes yang dilakukan antara lain adalah :
1. X- ray khusus (angiografi) yang mencakup penyuntikan suatu zat
warna yang digunakan untuk memvisualisasi jaringan arteri aorta,
renal dan adrenal.
2. Memeriksa saraf sensoris dan perifer dengan suatu alat
electroencefalografi (EEG), alat ini menyerupai
electrocardiography (ECG atau EKG).
Tohaga 2009,diagnosis pada hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam
satu kali pemeriksaan, hanya dapat ditentukan pada dua sampai tiga kali
26
pemeriksaan pada waktu yang berbeda, kecuali bila terdapat kenaikan
tekanan darah yang terlalu tinggi atau terdapat gejala.
9. Komplikasi hipertensi.
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non-otak yang terkena
tekanan darah.Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-
arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal,
sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang dipendarahinya
berkurang.Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat
melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma
(suatu dilatasi dinding arteri, akibat kongenital atau perkembangan yang
lemah pada dinding pembuluh). Dapat terjadi infrak miokardium apabila
arteri koroner yang aterosklerotik tidak menyuplai cukup oksigen ke
miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang menghambat aliran
darah melalui pembuluh tersebut. Dapat terjadi gagal ginjal karena
kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler ginjal,
glomelurus. Dengan rusaknya glomelurus, darah akan mengalir ke unit-
unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi
hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membran glomelurus, protein
akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma
berkurang, menyebabkan edema.
Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi
maligna (hipertensi yang meningkat cepat).Tekanan yang sangat tinggi
pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan
27
mendorong cairan ke dalam ruang interstisium di seluruh susunan saraf
pusat.Neuron-neuron di sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian
(Corwin, 2011).
10. Penatalaksanaan Hipertensi
a. Terapi Farmakologi
1. Hidroklorotiazid (HCT) 12,5 - 25 mg perhari dosis tunggal pada
pagi hari (Pada hipertensi dalam kehamilan, hanya digunakan
bila disertai hemokonsentrasi / udem paru).
2. Reserpin 0,1 - 0,25 mg sehari sebagai dosis tunggal.
3. Propanolol mulai dari 10 mg 2 x sehari dapat dinaikkan 20 mg 2 x
sehari. (Kontra indikasi untuk penderita asma).
4. Kaptopril 12,5 - 25 mg 2 - 3 x sehari. (Kontraindikasi pada
kehamilan selama janin hidup dan penderita asma).
5. Nifedipin mulai dari 5mg 2 x sehari, bisa dinaikkan 10 mg 2 x
sehari.
b. Terapi Non Farmakologi
1. Mengubah gaya hidup.
Untuk menurunkan tekanan darah dengan menghindari faktor
hipertensi yang berkaitan dengan mengurangi makan-makan yang
mengandung garam, makan buah-buahan segar dan perilaku sehat
dengan cara olahraga.
2. Penurunan berat badan.
Karena kenaikan tekanan darah berkaitan dengan peningkatan
berat badan.Akumulasi lemak dalam tubuh dan perut berkaitan erat
28
dengan hipertensi, hiperipidemia, dan diabetes. Berdasarkan
penelitian dengan menurunkan berat badan terbukti dapat
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi sampai tekanan
darahnya normal setelah 18 bulan, penurunan berat badan rata-rata
pria dan perempuan 4,7 kg dan 1,6 kg. Penurunan tekanan darah
sistolik dan diastolik ialah 3,2/2,8 mmhg.
3. Pengurangi asupan alkohol.
Minum-minuman keras secara teratur dapat meningkatkan
tekanan darah, pengurangan asupan alkohol selama 1-4 minggu
dapat menurunka tekanan darah sistolik dan diastolik sebesar
5,0/3,0 mmHg (Depkes, 2008).
4. Peningkatan gerakan tubuh.
Olahraga secara teratur dapat bermanfaat untuk mencegah dan
menanggualangi hipertensi.Orang yang tekanan darahnya normal
tetapi tdak melakukan aktivitas atau olahraga mempunyai risiko
20-50% lebih tinggi terkena hipertensi dari pada orang yang
aktif.Olahraga dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan
diastolik 5-10 mmHg (ITB-WHO, 2012).
5. Berhenti merokok.
Berdasarkan penelitian menunjukan bahwa penghentian
merokok dapat mencegah terjadinya penyakit kardiovaskuler
seperti stroke dan infrak miokard.Telah terbukti bahwa dengan
mengkonsumsi satu batang rokok dapat terjadi peningkatan denyut
jantung dan tekanan darah selama 15 menit. Hal ini disebabkan
29
oleh peningkatan kadar katekolamin dalam plasma yang kemudian
menstimulasi saraf simpatik (Aulia, 2008).
D. Penelitian Terkait
Peneliti sampai saat ini belum menemukan penelitian yang sama dengan
topik penelitian yang dilakukan tetapi peneliti menemukan penelitian yang
berkaitan dengan topik yang akan diteliti.
Safrudin (2009), melakukan penelitian yang berjudul Faktor- faktor yang
berhubungan dengan kepatuhan lansia hipertensi dalam melanjutkan
pengobatan .hipertensi secara rutin di PTSW Budhi mulya 03 Ciracas
Jakarta Timur dengan jumlah sample 42 responden berdasarkan penelitian
menunjukan tingkat kepatuhan melanjutkan pengobatan hipertensi secara rutin
sebanyak 22 lansia (78,6%). Pengetahuan yang kurang baik dan patuh
melanjutkan pengobatan hipertensi secara rutin sebanyak 6 lansia (21,4%) dan
responden dengan pengetahuan baik dan patuh melanjutkan pengobatan secara
rutin sebanyak 8 lanisa (57,1%). Berdasarkan pengujian menggunakan
statistik Chi-Square membuktikan perbedaan proporsi tersebut bermakna atau
ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan lansia dalam
melanjutkan pengobatan secara rutin/teratur.
30
Nunik (2005), melakukan penelitian yang berjudul kepatuhan pasien
berobat hipertensi Hypertension Patiens Therapy Obidience didepokdengan jumlah sample 277 responden berdasarkan penelitian
menunjukan keteraturan berobat pada pasien hipertensi menunjukan bahwa
yang teratur minum obat sebesar (0.3%), cukup teratur minum obat (0,068 %),
kurang teratur minum obat (0,198) dan tidak teratur minum obat antihipertensi
(0,435%). Desain yang digunakan pada penelitian adalah cros sectional dan
jenis penelitian dilakuan secara kuantitatif dan kualitat.
31
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Pengawas minum Obat Dengankepatuhan Berobat Penderita hipertensi.
B. Hipotesis Penelitian
Ada Hubungan Peran Pengawas Minum Obat Dengan Kepatuhan Berobat
Penderita Hipertensi Di Desa Borgo Kecamatan Belang Kabupaten Minahasa
Tenggara.
Kepatuhanberobat
Peran Pengawas MinumObat (PMO)
32
C. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasinal Parameter Alat Ukur danHasil Ukur
Skala
Independen:Peran PMO
Penilaian penderitaterhadap PMO yangmerawat dan tinggalserumah denganpenderita untukmemantaupengobatannya,Menyiapkan obat-obatyang akan di minum,meminumkan obat,Menjaga saat penderitaminum obat,mengingatkan waktupemeriksaan,Mengingatkan penderitamengambil obat padasaat obat habis sesuaianjuran dokter.
Menyiapkan Meminumkan Menjaga Mengingatkan
Kuisioner
1. Baik bila21-30
2. Cukup bila11-20
3. Kurang bila1-10
Ordinal
Dependen:Kepatuhanberobat
Perilaku atau perbuatanyang di lakukan olehpenderita dalammentaati jadwalpengobatan yangtertundahmengkonsumsi obatsesuai anjuran dokter.
Mentaatijadwalpemeriksaan
jadwal minumobat.
Kuisioner1. Patuh bila
11-152. Kurang patuh
bila6-10
3. Tidak Patuh bila1-5
Ordinal
33
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik
dengan pendekatan Cross Sectional.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April dan Mei 2013
2. Tempat penelitian dilaksanakan di desa Borgo Kecamatan Belang
Kabupaten Minahasa Tenggara.
C. Populasi dan sampel penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang akan diteliti
(Arikunto, 2011). Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh penderita
hipertensi yang ada di desa Borgo yang patuh dan tidak patuh untuk
menjalani pengobatan dan penelitian ini jumlah populasi 75.
2. Sampel
Karena populasi samplenya kecil maka peneliti mengambil total
sampling.
D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
1. Inklusi
a. Pengawas Minum Obat (PMO) yang tinggal di Desa Borgo, Kec
Belang, Kab. Minahasa Tenggara.
b. Penderita hipertensi
34
2. Eksklusi
a. Penderita hipertensi yang tidak berada di tempat.
b. Responden yang tidak bersedia untuk dilakukan penelitian.
c. Responden yang menderita stroke dengan komplikasi penyakit lain.
E. Instrumen Penelitian
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini berbentuk kuesioner.Kuesioner
penelitian terdiri atas 3 bagian.Bagian pertama digunakan untuk menggali
data demografi yang berisi indentitas responden yang meliputi nama, umur,
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan. Bagian kedua digunakan untuk
mengkaji peran keluarga sebagai PMO (Pengawas minum obat) yang terdiri
dari 10 pertanyaan,dan dibagi dalam 3 kategori yaitu baik, cukup, kurang.
Jika jawaban baik diberi bobot 3, jika jawaban cukup diberi bobot 2 dan jika
jawaban kurang diberi bobot 1. Nilai tertinggi 30 dan nilai terendah 1.
Dikatakan baik jika memperoleh skor 21-30, dikatakan cukup jika
memperoleh skor 11-20, dan dikatakan kurang jika memperoleh skor 1-10.
Bagian ketiga untuk kepatuhan minum obat 5 pertanyaan, dan dibagi dalam 3
kategori yaitu patuh, kurang patuh, tidak patuh. Jika jawaban patuh diberi
bobot 3,jika jawaban kurang patuh diberi bobot 2, dan tidak patuh diberi bobot
1. Nilai tertinggi 15 dan nilai terendah 1.Dikatakan patuh jika memperoleh
skor 11-15, dikatakan kurang patuh jika memperoleh skor 6-10, dan dikatakan
tidak patuh jika memperoleh skor 1-5.Jadi jumlah seluruhnya ada 15
pertanyaan.
35
F. Sumber Data
1. Data Primer
Data yang diperoleh sendiri dengan menggunakan alat ukur Kuesioner.
2. Data Sekunder
Data yang didapat dari puskesmas belang.
G. Analisis Data
Untuk menjawab masalah dan hipotesis yang menjadi tujuan penelitian ini
maka analisis datanya dilakukan dalam dua bentuk yaitu:
1. Analisa Univariat
Analisis univariat adalah analisis setiap variabel yang menghasilkan
data distribusi frekuensi dari tiap variabel berupa persentase.
2. Analisa Bivariat
Analisis biariat adalah analisis antara variabel bebas dan variabel
terikat secara terpisah. Untuk melihat ada tidaknya perbedaan atau
hubungan dan seberapa kuat hubungan antara variabel bebas dan variabel
terikat. Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan menggunakan
uji Chi-Square dengan program SPSS 17.0.
H. Etika penelitian
Dalam penelitian ini harus mendapatkan rekomendasi dari Universitas
Pembangunan Indonesia Manado Program Studi Ilmu Keperawatan dan
permintaan ijin dari kepala Desa dan Puskesmas Desa Borgo Kecamatan
Belang Kabupaten Minahasa Tenggara yang tembusannya akan disampaikan
ke Dinas Kesehatan Kota Manado. Dilokasi tempat penelitian setelah
36
mendapat persetujuan dari institusi tempat penelitian maka peneliti berhak
untuk melakukan penelitian dengan langka-langka sebagai berikut:
1. Persetujuan penelitian (informed connsent)
Merupakan cara persetujuan antar peneliti dengan responden peneliti
dengan memberikan lembar persetujuan penelitian (consent form) sebelum
penelitian dilakukan. Tujuan informed consent) adalah agar responden
mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti
selama pengumpulan data. Subjek yang bersedia menjadi responden
diminta untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden dan
subjek yang menolak tidak dipaksa untuk berpartisipasi dalam penelitian
ini tanpa mempengaruhi perawatannya dan peneliti tetap menghormati
haknya. Dari 75 sampel yang berpartisipasi dalam penelitian seluruhnya
menandatangani lembar persetujuan penelitian.
2. Tanpa nama (Anonimity)
Untuk menjaga kerahasian indentitas responden, peneliti tidak
mencamtumkan nama responden pada lembar kuesioner ynag diisi oleh
peneliti. Lembar tersebut hanya diberi kode berupa urutan anggka.
3. Kerahasian (Confidentiality)
Informasi yang telah diberikan responden di dalam kuesioner, hanya
diketahui oleh responden dan peneliti, sehingga informasi responden
dijamin oleh penelit.
37
I. Pengolahan Data
Prosedur pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Editing
Editing atau penyuntingan data dilakukan pada saat penelitian yakin
memeriksa semua lembar kuesioner yang telah diisi yaitu kelengkapan
data, kesinambungan data dan memeriksa keseragaman data dalam usaha
melengkapi data yang masih kurang.
2. Koding
Dilakukan pengkodean dengan maksud agar data-data tersebut mudah
diolah dan dapat dijamin kerahasiaannya. Caranya yaitu data-data yang
ada diberi kode angka dan diurutkan tanpa mencantumkan nama
responden.
3. Tabulasi
Selanjutnya dilakukan pengolahan data kedalam suatu tabel menurut
sifat-sifat yang dimiliki yang mana sesuai dengan tujuan penelitian ini,
kemudian data dianalisa melalui penghitungan statistik dan menjumlahkan
hasil perhitungan melalui komputerisasi (program SPSS 17).
4. Analisa
Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat,
dengan penyajian dalam bentuk tabel frekuensi untuk menganalisis
Hubungan Peran Pengawas Minum Obat Dengan Kepatuhan Berobat
Penderita Hipertensi.
38
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Data Demografi
Desa Borgo terletak di Kecamatan Belang Kabupaten Minahasa Tenggara.
Dengan jumlah penduduk 1.020 jiwa, dengan jumlah KK 250 dan luas Desa
984 Ha.Desa Borgo mencakup beberapa perkampungan dan dibantu dengan
satu satelit yaitu Puskesmas Belang yang terletak di Desa Borgo. Letak Desa
Borgo memiliki batas wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Mangkit
2. Sebelah utara berbatasan dengan laut
3. Sebelah timur berbatasan dengan laut
4. Sebela barat berbatasan dengan Desa Borgo 1
a. Jumlah penduduk di Desa Borgo1.020 jiwa.
Tabel 5.1. Distribusi Penduduk Di Desa Borgo
Kecamatan Belang Tahun 2013
N0 JAGA Jumlah penduduk1 Jaga 1 198 Jiwa2 Jaga 2 200 Jiwa3 Jaga 3 205 Jiwa4 Jaga 4 204 Jiwa5 Jaga 5 213 Jiwa
Jumlah 1.020 JiwaProfil: Desa BorgoTahun 2013
Dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbanyak terdapat di Jaga 5 dengan
jumlah 213 jwa (20.9%).
39
b. Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Belang .
Tabel 5.2. Distribusi Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Belang
Tahun 2013
No Tenaga Kesehatan Jumlah1. Dokter Umum 22. Sarjana Keperawatan 13. Bidan 34. Kesehatan Lingkungan 25. Tenaga Gizi 16. Tata Usaha 27. Akper 28. Farmasi 2
Jumlah 15 orangProfil: Puskesmas Belang Tahun 2013.
Berdasarkan Tabel 5.2. Terlihat bahwa jumlah tenaga kesehatan di
Puskesmas Belang berjumlah15 orang. Jenis Kesehatan yang terbanyak
adalah Bidan 3 orang , Akper 2 orang, Dokter Umum 2 orang, Sarjana
keperawatan 1 orang, Tenaga Gizi 1 orang, Kesling 2 orang, TU 2 orang,
Farmasi 2 orang.
B. Hasil Penelitian
Penelitian mengenai Hubungan Peran Pengawas Minum Obat Dengan
Kepatuhan Berobat Penderita Hipertensi telah dilaksanakan di Desa Borgo
Kecamatan Belang Kabupaten Minahasa Tenggara dengan jumlah responden
75 orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana Peran PMO
Dengan Kepatuhan Berobat Penderita Hipertensi. Hasil penelitian diperoleh
melalui jawaban dari setiap kuesioner yang dibagikan kepada responden.
Kuisioner ini dibagikan pada setiap responden yang memenuhi kriteria inklusi,
40
dan kemudian diisi secara langsung oleh responden dengan didampingi
peneliti dan dibantu oleh satu orang mahasiswa keperawatan.
a. Hasil Univariat
1. Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini karakteristik responden meliputi: Umur, Jenis
Kelamin, Tingkat Pendidikan Dan Status Pekerjaan.
a) Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Umur
Karakteristik Umur Responden Jumlah %
1. Masa dewasa Awal =26- 35 tahun. 9 12.02. Masa dewasa Akhir =36- 45 tahun 24 32.03. Masa Lansia Awal = 46- 55 tahun. 16 21.34. Masa Lansia Akhir = 56 - 65 tahun. 18 24.05. Masa Manula = 65 - sampai atas 8 10.7
Jumlah 75 100.0
Berdasarkan tabel 5.3 dari 75 responden, umur responden yang terbanyak
terdapat pada kelompok umur 36-45 Tahun yaitu 24 responden (32%) , umur
26-35 Tahun sebanyak 9 responden (12%), umur 46-55 tahun sebanyak 16
responden (21.3%), umur 56-65 tahun 18 responden (24%) dan yang berumur
65 keatas sebanyak 8 responden (10.7%).
b) Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik JenisKelamin
Responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 41 responden (54.7%),
sedangkan 34 responden (45.3%) adalah perempuan.
Karakteristik Jenis KelaminResponden
Jumlah %
1. Laki- laki 41 54.72. Perempuan 34 45.3
Jumlah 75 100%
41
c) Tabel 5.5. Distribusi Responden Berdasarkan KarakteristikPendidikan
Berdasarkan table distribusi Pendidikan responden terbanyak tidak tamat
SD yaitu 38 responden (50.7%), responden yang tamat SD sebanyak 28
responden (37.3%), responden SMP sebanyak 3 responden (4%) dan
responden pendidikan SMA yaitu sebanyak 4 responden (5.3%) dan yang
berpendidikan akademi/sarjana sebanyak 2 responden (2.7%).
d) Tabel 5.6. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik StatusPekerjaan
Karakteristik StatusPekerjaan Responden
Jumlah %
1.Tidak Bekerja 41 45.32.Bekerja 34 54.7
Jumlah 75 100%Sebanyak 34 responden (54.7%) yang bekerja, yang tidak bekerja
sebanyak 41 responden (45.3%).
2. Peran Pengawas Minum Obat (PMO)
Peran Pengawas Minum Obat (PMO) yang di ukur meliputi untuk
memantau pengobatan, memberikan dorongan untuk berobat dan
mengingatkan waktu pemeriksaan sesuai jadwal yang telah ditetapkan
petugas kesehatan, meminumkan obat, menjaga saat penderita minum
obat, mengingatkan penderita mengambil obat pada saat obat habis sesuai
anjuran dokter dan memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang harus
Karakteristik PendidikanResponden
Jumlah %
1. Tidak tamat SD 38 50.72. SD 28 37.33. SMP 3 44. SMA 4 5.35. Akademi/Sarjana 2 2.7
Jumlah 75 100%
42
dihindari oleh penderita dalam rangka mempertahankan tekanan darah
yang normal termasuk diet rendah garam.
Hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh resonden (100%) memiliki
PMO yang berasal dari keluarga. Sebanyak 70 (93.4%) responden
menyatakan bahwa PMO tidak pernah memberikan penyuluhan cara
mempertahankan tekanan darah normal kepada penderita. Hal ini
dikarenakan PMO tidak pernah diberi informasi atau penyuluhan tentang
tugasnya oleh petugas Puskesmas, biasanya petugas Puskesmas akan
menanyakan kepada penderita Hipertensi orang terdekat yang dapat di
tunjuk sebagai PMO dengan tugasnya sebagai pengambilan obat jika
penderita berhalangan hadir ke Puskesmas. Tapi PMO tidak pernah
mendapat penyuluhan dari tenaga kesehatan untuk memberitahukan tugas-
tugas menjadi PMO.
Tabel 5.7. Distribusi Responden Berdasrkan Kategori PMO
Di Desa Borgo Tahun 2013
Berdasarkan tabel 5.7 pengkategorian 12 responden (16%) yang
menjawab peran PMO baik, 54 responden (72%) menyatakan bahwa peran
PMO berada pada kategori cukup, dan yang menyatakan peran PMO pada
kategori kurang sebanyak 9 responden (12%).
Peran PengawasMinum Obat
JumlahNilai N %
BaikCukup
21-3011-20
1254
1672
Kurang 1-10 9 12Jumlah 75 100
43
3. Kepatuhan Berobat Penderita Hipertensi
Kepatuhan penderita Hipertensi di bagi menjadi 3 kategori yaitu Patuh
apabila responden selalu minum obat sesuai ketentuan petugas kesehatan,
datang memeriksakan diri sesuai jadwal, mengikuti nasihat petugas
kesehatan termasuk diet rendah garam; Kurang patuh, jika responden
kadang-kadang minum obat sesuai ketentuan petugas kesehatan dan tidak
memeriksakan diri sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaati
nasihat petugas kesehatan; Tidak patuh, jika responden tidak minum obat
sesuai ketentuan petugas kesehatan dan tidak mengambil obat serta tidak
memeriksakan diri sesuai jadwal yang telah ditetapkan dan tidak menaat
nasihat dari petugas kesehatan.
Tabel 5.9. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori
Kepatuhan Berobat Di Desa Borgo Tahun 2011
Menurut Hasil penelitian dan berdasarkan hasil maka responden yang
termasuk dalam kategori patuh sebanyak 21 responden (28.0) Sebagian besar
resonden yaitu 53 (70.7%) termasuk kurang patuh, dan 1 responden (1.3%)
yang tergolong dalam kategori tidak patuh.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang kurang
patuh berobat dikarenakan pendidikan responden yang kurang dan responden
Kepatuhan Berobat JumlahNilai N %
PatuhKurang Patuh
11-156-10
2153
28.070.7
Tidak Patuh 1-5 1 1.3Jumlah 75 100
44
terlalu sibuk dengan pekerjaan dirumah sebagai petani ataupun sebagai
nelayan, selain itu PMO juga kurang terlibat dalam pengobatan penderita.
b. Hasil Uji Statistik Bivariat
Untuk menjelaskan hubungan karakteristik penderita Hipertensi, dan
peran PMO dengan kepatuhan berobat Hipertensi digunakan uji statistik
korelasi dengan hasil sebagai berikut:
1. Peran Pengawas Minum Obat (PMO)
Tabel 5.10. Distribusi Hubungan Peran Pengawas Minum ObatDengan Kepatuhan Berobat Penderita Hipertensi
Kepatuhan Berobat
Total
Nilaip
TidakPatuh
KurangPatuh Patuh
PeranPMO
Kurang N 1 7 1 9
0.001
% 1.3% 9.3% 1.3% 12.0%
Cukup N 0 42 12 54% .0% 56.0% 16.0% 72.0%
Baik N 0 4 8 12
% .0% 5.3% 10.7% 16.0%Total N 1 53 21 75
% 1.3% 70.7% 28.0% 100.0%Berdasarkan Tabel 5.10 menunjukan bahwa dari 75 responden (100%), peran
PMO yang kurang dengan kepatuhan berobat sebanyak 9 responden (12.0%),
dan peran PMO yang Cukup dengan kepatatuhan berobat sebanyak 54
responden (72.0%), dan peran PMO yang baik dengan kepatuhan berobat
sebanyak 12 responden (16.0%).
Karakteristik Variabel Peran PMO dengan Kepatuhan Berobat memiliki
hubungan yang signifikan karena (p=0.001) lebih kecil dari nilai 0.05
45
C. Pembahasan
Penelitian ini berjudul Hubungan Peran Pengawas Minum Obat (PMO)
Dengan Kepatuhan Berobat Penderita Hipertensi Di Desa Borgo Kecamatan
Belang Kabupaten Minahasa Tenggara. Sampel penelitian ini diambil dari
masyarakat desa Borgo sebanyak 75 sampel
1. Hubungan Peran Pengawas Minum Obat (PMO) Dengan Kepatuhan
Berobat Penderita Hipertensi.
Pengawas Minum Obat adalah seseorang yang ditunjuk dan dipercaya
untuk mengawasi dan memantau penderita hipertensi dalam meminum
obatnya secara teratur dan tuntas. Pengawas Minum Obat (PMO) merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk menjaga penderita minum obat sesuai dengan
dosis dan jadwal seperti yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1999 dikutip
Niven, 2010). Hasil uji Chi-square menunjukan bahwa ada hubungan Peran
PMO Dengan Kepatuhan Berobat Penderita Hipertensi (p=0.001
46
yang tidak pernah meminumkan obat tepat waktu dan secara teratur sebanyak
49 responden (65.3%), PMO yang tidak pernah menjaga penderita selama
melakukan pengobatan sebanyak 59 responden (78.7%), dan PMO yang tidak
pernah menyiapkan obat-obatan dan makanan selama penderita menjalani
pengobatan sebanyak 58 responden (74.7%). Di sebabkan karena PMO terlalu
sibuk bekerja dan belum mendapat pendidikan kesehatan atau penyuluhan
tentang tugas-tugas yang harus dilakukan oleh PMO. Secara umum responden
yang merasa menerima penghiburan, perhatian dan pertolongan yang mereka
butuhkan dari seseorang biasanya cederung lebih mudah mengikuti nasihat
medis dari pada pasien yang tidak mendapat dukungan sosial. Jelaslah bahwa
keluarga memainkan peranan yang sangat penting dalam kepatuhan berobat
penderita hipertensi.
Anggota keluarga yang menjadi PMO pada dasarnya tidak pernah tahu
bahwa dirinya adalah seorang PMO yang mempunyai tugas-tugas penting
demi tercapainya kesembuhan penderita Hipertensi. Tidak jarang mereka juga
tidak mengetahui penyakit apa yang diderita oleh salah satu anggota
keluarganya. Oleh karena itu, peran PMO yang seharusnya memberikan
dorongan, mengingatkan, meminumkan dan mengawasi penderita Hipertensi
untuk minum obat tidak terlaksana sebagaimana mestinya. Sebagian besar
PMO kadang-kadang memberi dorongan kepada responden untuk berobat
dengan jumlah responden (%) PMO, ini karena Peran PMO belum
mengetahui komplikasi dan resiko yang akan terjadi kepada penderita jika
tidak berobat secara teratur.
47
PMO yang baik adalah yang paling dekat dengan penderita, dihormati dan
disegani penderita. Orang yang dihormati penderita biasanya semua saran
yang diberikannya akan dilaksanakan oleh penderita. Hal ini sesuai dengan
yang dianjurkan oleh WHO, yakni perilaku orang lebih-lebih anak kecil
banyak dipengaruhi orang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu
penting bagi kita maka apa yang dikatakannya cederung untuk dilaksanakan
(Notoatmodjo, 2009).
48
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Hubungan Peran Pengawas Minum Obat
(PMO) dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sebanyak 54 responden (72%) menyatakan bahwa peran PMO berada
pada kategori cukup; peran PMO pada kategori kurang sebanyak 9
responden (12%) dan yang menyatakan peran PMO pada kategori baik
hanya ada 12 responden (16%).
2. Berdasarkan hasil penelitian ini responden yang termasuk dalam kategori
patuh hanya 21 responden (28%), sebagian besar responden yaitu 53
responden (70.7%) termasuk kurang patuh, dan ada 1 responden (1.3%)
yang tergolong tidak patuh.
3. Tedapat hubungan yang bermakna antara peran PMO terhadap kepatuhan
berobat penderita Hipertensi di Desa Borgo Kecamatan Belang Kabupaten
Minahasa Tenggara dimana nilai p=0,001.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan pendidikan kesehatan berupa penyuluhan dalam bentuk
leaflet kepada masyarakat yang menderita penyakit Hipertensi.
2. Bagi Puskesmas Belang
Memberikan penyuluhan kesehatan secara berkesinambungan ataupun
pembagian leflet dan iklan-iklan dalam bentuk kesehatan dalam rangka
49
peningkatan pengetahuan penderita Hipertensi dan melakukan pelatihan
kepada PMO dan kepada masyarakat Desa Borgo yang menderita
hipertensi agar lebih rajin berobat guna untuk mencegah terjadinya
komplikasi akibat penyakit hipertensi, khususnya yang beresiko menderita
Hipertensi.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini memberikan motivasi bagi peneliti menegetahui
sejauh mana peran pengawas minum obat dan kepatuhan berobat penderita
Hipertensi yang berada di Desa Borgo.
50
DAFTAR PUSTAKA
Aditama TY. 2011. Hipertensi: Diagnosis, terapi, Pencegahan dan masalahnya.Edisi 3.UI Press. Jakarta.
Arikunto. 2011. Metodelogi riset keperawatan. CV. Infomedika. Jakarta. Hal 119Arief. 2009. Hipertensi dan obesitas. Jantung Hipertensi. Dalam
http//www.jantunghipertensi.com/index2.php?option=com content&dopdf=1&id=336. Diakses pada tanggal, 23/02/2013 15:20 Wita.
Aulia. 2008. Hypertension Current Perspective, Jakarta; Medya Crea.http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/Nandang%20Tisna.pdf. Diakses24/03/2013 17.00
Corwin, 2011. Faktor-faktor Resiko Penyakit Hipertensi,http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23512/5/Chapter%20II.pdf.Diakses pada tanggal Jumat, 23/02/2013 15:20 Wita.
Damayanti. 2010. Faktor-Faktor Risiko Pasien Hipertensi. Berita KedokteranMasyarakat.http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/Nandang%20Tisna.pdf. Diakses24/03/2013 16.00
Departemen Kesehatan. 2012. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas,Jakarta: Departemen Kesehatan RI. http://typecat.com/pdf/pengawas-minum-obat.html. Diakses pada tanggal Jumat 23/02/2013, 17:40 Wita
Depkes, 2008 .10 Penyakit Menonjol Kota Manado. Manado.http://typecat.com/pdf/pengawas-minum-obat.html. Diakses pada tanggalJumat 23/02/2013, 17:40 Wita
Depkes RI. 2009. Kategori Umur. http://ilmu-kesehatan-masyarakat.com/2012/05/kategori-umur.html. diakses 20 Juni 2013. 12.05 witaEster. 2011. Cara meningkatkan kepatuhan. Dalam
http://azenngepas.com/2010/07/cara-meningkatkan-kepatuhan-minum-obat.html. Diakses pada tanggal Jumat 23/02/2013, 10:15 Wita.
Entjang. 2011. Tingkat Pendidikan mempengaruhi kepatuhan berobat:Surabaya.Dalam http://www.pdfwindows.com/pdf/tinjauan-perilaku-kepatuhan-berobat/Diakses pada tanggal Jumat 23/02/2013, 18:15 Wita.
Gitawati & Sediati. 2009. Penilaian keberhasilan directly observed (DOTS) Padapengobatan Hipertensi. Tesis Bagian Pulmonologi FKUI, Jakarta.
Hanns. 2008. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas, Jakarta: DepartemenKesehatan RI. http://www.pdfwindows.com/pdf/tinjauan-perilaku-kepatuhan-berobat/Diakses pada tanggal Jumat 23/02/2013, 18:30 Wita.
ITB-WHO. 2010. Pengendalian Hipertensi-laporan komisi pakar WHO.Bandung; Penerbit ITB: 1-28, 61-90.http://www.who.int/mediacentre/factshe et/fs339/en/index.html.Diaksespada tanggal Jumat 23/02/2013, 15:40 Wita.
51
Jesica, 2011.Hubungan peran keluarga terhadap pemberian imunisasi padabalita. Manado: Skripsi. UNIKA DE LA SALLE MANADO.
Jurnal penelitian: Safrudin. 2009. Faktor- faktor yang berhubungan dengankepatuhan lansia Hipertensi dalam melanjutkan pengobatan hipertensisecara rutin:Di PTSW Budhi mulya 03 Ciracas Jakarta Timur tahun 2009.PSIK UMJ.http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/Nandang%20Tisna.pdf. Diakses24/03/2013 16.55
Jurnal penelitian: Nunik. 2005. Kepatuhan pasien berobat hipertensi,Hypertension Patients Therapy Obidience di Depok.http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/Nandang%20Tisna.pdf. Diakses24/03/2013 16.55
Jurnal penelitian: Van der wal, Jaarsma dan Van Veldhusein 2005. Fakor-faktoryang terkait dengan kepatuhan,http://www.pdfwindows.com/pdf/tinjauan-perilaku-kepatuhan-berobat/Diakses Jumat 23/02 2013, 20.00 Wita
Kaplan, N.M. (2012). Lifesytle modifications for prevention and treatment ofhypertension.Dalam.http://www.medscape.com/viewarticle/ 497725.Diakses pada tanggal Jumat 23/02 2013, 14:50 Wita
Mangunnegoro & Suryotonegoro. 2012. Penilaian keberhasilan directly observed(DOTS) Pada pengobatan Hipertensi. Tesis Bagian Kardiologi FKUI,Jakarta.
Muzaham. 2012. Sosiologi Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia press.http://www.pdfwindows.com/pdf/tinjauan-perilaku-kepatuhan-berobat/Diakses pada tanggal Jumat 23/02/2013, 19.00 Wita.
Niven.2012. Psikologi kesehatan pengantar untuk perawat dan professionalkesehatan lain. Jakarta: EGC. http://www.medscape.com/viewarticle/497725. Diakses pada tanggal Jumat 23/02 2013, 14:58 Wita
Notoatmodjo. 2009. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka CiptaNandang, T. 2009. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Tingkat kepatuhan
pasien Dalam minum obat antihipertensi di Puskesmas Pamulang KotaTangerang Selatan Propinsi Banten (Skripsi)http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/Nandang%20Tisna.pdf. Diakses24/03/2013 16.55
Nurul. 2008. health news patuh minum obat kendali utama hipertensi. Dalamhttp://nurulfm01.patuh minum obat.com/2008_10_01_archive.html 2008.diakses tanggal 1 Juni 2013, 10.00 wita.
Nuraini. 2005. Siapa yang bisa menjadi PMO. Dalamhttp://typecat.com/pdf/pengawas-minum-obat.html. Diakses pada tanggalJumat 23/02/2013, 17:55 Wita
Profil Puskesmas Belang, 2012.Rahmawati Y.L. 2006.Effects On Blood Pressure Of Reduced Dietary Sodium
And The Dietary Approaches To Stop Hypertension (Dash) Diet. Malang:
52
Fakultas Kedokteran Brawijaya.http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/Nandang%20Tisna.pdf. Diakses24/03/2013 16.55
Ratna. 2009. Survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT). Jakarta; Badan Penelitiandan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan RI Jakarta.http://perpus.fkik.uinjkt.ac.id/file_digital/Nandang%20Tisna.pdf. Diakses24/03/2013 16.55
Riset Kesehatan Dasar. 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia 2007, RisetKesehatan Dasar. Jakarta. http://typecat.com/pdf/pengawas-minum-obat.html. Diakses pada tanggal Jumat 23/02/2013, 17:40 Wita
Suhardjono. 2008. Perilaku Kepatuhan berobat.Surabaya.Dalamhttp://www.pdfwindows.com/pdf/tinjauan-perilaku-kepatuhan-berobat/Diakses pada tanggal Jumat 23/02 2013, 15:50 Wita
Soekidjo Notoatmodjo. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Teori Green dalam Nukman 2012. Tinjaun Perilaku Kepatuhan berobat:Surabaya 1999.Dalam http://www.pdfwindows.com/pdf/tinjauan-perilaku-kepatuhan-berobat/ Diakses pada tanggal Jumat 23/02/2013, 17:15 Wita.
Yetti Hilda 2007. Hubungan karakteristik dukungan keluarga dan hasilpendidikan kesehatan dengan kepatuhan diit hipertensi pada lansia dikelurahan Paseban kecamatan senen Jakarta pusat. Tesis Pasca FIK UI.Dalam http://www.who.int/topics/chronic_diseases. Diakses pada tanggalSabtu 30 Mei- 2013, 19.30 Wita.
WHO SEARO 2011.Hypertention And Factsheet (Online). Dalamhttp://www.who.int/mediacentre/factshe et/fs339/en/index.html.Diaksespada tanggal Jumat 23/02/2013, 15:40 Wita.
Wolff. 2010. Hipertensi cara mendeteksi dan mencegah tekanan darah tinggisejak dini. Jakarta: PT Bhuana ilmu popular (BIP).http://www.who.int/mediacentre/factshe et/fs339/en/index.html.Diaksespada tanggal Jumat 23/02/2013, 15:40 Wita.
Lampiran 1
LEMBAR PERSETUJUAN
(Informed Consent)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Responden :
Tanggal :
Setelah dijelaskan maksud penelitian, maka saya bersedia/tidak bersediauntuk ikut dalam penelitian mahasiswa Program Studi Ilmu KeperawatanUniversitas Pembangunan Indonesia (UNPI) Manado.
Nama : FIDYA SAWOTONG
NIM : 10071099
Judul : Hubungan Peran Pengawas Minum Obat Dengan KepatuhanBerobat Penderita Hipertensi Di Desa Borgo Kecamatan BelangKabupaten Minahasa Tenggara.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan suka rela tanpa ada paksaandari pihak manapun untuk dipergunakan bila perlu.
Manado, / / 2013
Hormat saya,
..
Lampiran 2
LEMBAR KUESIONER
A. Lembar Kuesioner Untuk Data Demografi
Nama : No :
Umur : Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir : Pekerjaaan Terakhir :Petunjuk Pengisian
1. Bacalah pertanyaan yang ada dengan teliti agar benar-benar dimengerti.
2. Untuk menjawab pertanyaan, berikan tanda cek () pada kolom pilihanjawaban yang tersedia untuk jawaban yang dianggap paling tepat. Jikaingin memperbaiki jawaban yang salah, berikan tanda silang (X) padakolom jawaban yang salah, lalu berikan tanda cek () pada kolom jawabanyang dianggap benar.
3. Bertanyalah langsung kepada peneliti jika ada kesulitan dalam menjawabpertanyaan.
B. Lembar Kuesioner Untuk Pengawas Minum Obat (PMO)Pertanyaan Selalu Kadang-
kadangTidakpernah
1. Apakah PMO memberikandorongan kepada anda untukberobat?
2. Apakah PMO selalumengingatkan dan menuyuruhanda untuk mengkonsumsiobat dengan teratur?
3. Apakah PMO meminumkanobat tepat waktu dan secarateratur?
4. Apakah PMO peduli dalamkepatuhan berobat dan minumobat terhadap kesembuhananda?
5. Apakah PMO selalu menjagaanda selama melakukanpengobatan?
6. Apakah PMO selalu
memberikan informasi kepadaanda tentang keuntungan darikepatuhan berobat?
7. Apakah PMO selalumengingatkan anda jadwaluntuk pemeriksaan yang telahditentukan petugas kesehatan?
8. Apakah PMO menyiapkanobat-obatan dan makananselama anda menjalanipengobatan?
9. Apakah PMO selalumemberikan informasi kepadaanda bagaiman caramempertahan tekanan darahagar tetap dalam batas normal?
10. Apakah PMO selalumenngingatkan kepada andapantangan makanan yang tidakboleh dikonsumsi?
C. Lembar Kuesioner Untuk Kepatuhan Berobat
Pertanyaan Selalu Kadang -kadang
Tidakpernah
1. Apakah anda selalu mematuhipetunjuk petugas kesehatandalam minum obat?
2. Apakah anda mengingatjumlah obat yang di berikanoleh tenaga kesehatan?
3. Apakah anda pernah lupa ataupernah terlewati waktu minumobat?
4. Apakah anda selalu mematuhijadwal untuk pemeriksaanyang ditentukan oleh tenagakesehatan?
5. Apakah anda selalu mematuhipetunjuk diet yang dibarikanoleh tenaga kesehatan?
Mohon kuesioner ini dikembalikan kepada peneliti
segera setelah mengisinya.
Lampiran 3
MASTER TABEL PERAN PENGAWAS MINUM OBAT PADAPENDERITA HIPERTENSI DI DESA BORGO KECAMATAN BELANG
KABUPATEN MINAHASA TENGGARA TAHUN 2013
No P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 Jumlah Skor1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 14 22 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 23 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 11 24 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 11 25 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 11 26 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 12 27 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 11 28 1 1 1 1 3 1 1 1 1 1 12 29 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 21 310 1 2 3 3 2 2 2 2 2 2 21 311 2 2 2 2 1 3 2 3 1 3 21 312 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 113 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 214 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 13 215 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 11 216 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 11 217 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 11 218 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 11 219 2 3 2 3 1 2 2 1 2 3 21 320 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 12 221 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 13 222 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 11 223 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 11 224 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 225 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 12 226 2 1 3 3 3 1 3 2 2 3 23 327 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 228 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 12 229 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 11 230 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 231 3 3 1 2 2 2 2 2 1 3 21 332 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 11 233 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 21 334 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 11 235 2 2 2 2 2 2 2 3 1 3 21 336 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 21 337 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 11 238 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 27 339 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 11 240 3 1 2 1 2 1 1 1 1 1 14 2
41 1 2 3 1 2 2 3 2 2 2 20 342 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 11 243 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 144 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 15 245 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 146 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 12 247 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 12 248 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 149 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 250 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 12 251 3 2 2 2 2 2 2 2 3 1 21 352 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 11 253 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 254 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 11 255 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 11 256 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 11 257 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 11 258 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 11 259 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 11 260 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 11 261 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 12 262 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 11 263 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 264 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 11 265 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 11 266 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1