Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN PERSEPSI KUALITAS SEKOLAH DENGAN
KOMITMEN KERJA GURU DI SMK DIPONEGORO
SALATIGA
Oleh
Joan Ariesta Puspasari
802010023
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014
HUBUNGAN PERSEPSI KUALITAS SEKOLAH DENGAN
KOMITMEN KERJA GURU DI SMK DIPONEGORO
SALATIGA
Joan Ariesta Puspasari
Sutriyono
Enjang Wahyuningrum
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2014
ABSTRAK
Komitmen kerja mempengaruhi kinerja seseorang dalam pekerjaannya, komitmen kerja yang
tinggi bisa muncul di dalam diri individu, karena individu tersebut memiliki keinginan yang
berasal dari dalam dirinya sendiri dan bertanggung jawab pada pekerjaannya. Salah satu faktor
komitmen kerja adalah persepsi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya
hubungan antara persepsi kualitas sekolah dengan komitmen kerja guru di SMK Diponegoro
Salatiga, dengan subjek berjumlah 30 orang. Variabel Komitmen Kerja Guru diukur
menggunakan modifikasi skala dari Job Commitment of Primary School Teachers, dibuat oleh
Ssali Gerald (2006) yang terdiri dari 15 item. Variabel Persepsi Kualitas Sekolah menggunakan
modifikasi skala dari Adi (2011) yang disusun berdasarkan aspek-aspek persepsi kualitas sekolah
yang terdiri dari 16 item favorable dan 9 item unfavorable. Data analisis menggunakan teknik
analisis Pearson Product Moment. Koefisien korelasi yang diperoleh sebesar -0,013 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,946 (p < 0,05) sehingga didapatkan kesimpulan dari penelitian yang
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan negatif yang signifikan antara komitmen kerja
guru dengan persepsi kualitas sekolah.
Kata kunci: Komitmen Kerja, Persepsi Kualitas Sekolah
ABSTRACT
Work commitments affect a person's performance at work, high work commitment may appear
in the individual, because the individual has a desire that comes from within itself and is
responsibly for job. One factor is the perception of work commitments. The purpose of this
research is to known the relations between the perception of the quality school with teachers
work commitment in SMK Diponegoro Salatiga, with a subject to 30 people. Variable work
commitment teacher measured using modification scale from job commitment of primary
school the teachers, made by Ssali Gerald ( 2006 ) consisting of 15 the item. Variable
perception the quality of school use modification scale of adi ( 2011 ) are arranged based on
aspects perception the quality of school consisting of 16 items favorable and 9 items
unfavorable. Data analysis using analysis Pearson Product Moment. A correlation coefficient
receive is -0,013 with nilai significance of 0,946 ( p < 0,05 ) so obtained conclusions from
research which showed that there was no correlation negative significant between work
commitment teacher with perception the quality of school.
Keywords : Work Commitment, Perception the quality of school
1
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah suatu kebutuhan utama yang harus dimiliki oleh setiap manusia, karena
pendidikan adalah sarana untuk meningkatkan taraf hidup manusia. Pendidikan adalah suatu
proses pembaharuan pengalaman yang mungkin akan terjadi di dalam pergaulan biasa atau
pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secara sengaja dan
dilembagakan untuk menghasilkan kesinambungan sosial (Dewey, 2011). Tujuan dari
pendidikan sendiri adalah suatu perencanaan yang dilaksanakan secara matang dalam
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mensejahterakan manusia sehingga
dapat bertanggung jawab untuk perkembangan dan kemajuan bangsa (Undang-Undang
Kemendiknas, 2003).
Masyarakat modern tidak hanya menginginkan jenjang pendidikan yang tinggi, namun juga
melihat kualitas lembaga pendidikan. Kualitas pendidikan mempunyai makna sebagai suatu
proses dan hasil pendidikan secara keseluruhan yang ditetapkan sesuai dengan pendekatan dan
kriteria tertentu (Ratri, 2012). Kualitas lembaga pendidikan tidak hanya dinilai dari sumber daya
manusia (SDM) atau tenaga pengajar saja, namun juga melihat kurikulum yang digunakan dalam
lembaga pendidikan itu, sarana prasarana pendukung kegiatan belajar mengajar, metode
pengajaran (Undang-Undang Kemendiknas, 2013). Dalam menentukan dan menilai kualitas
sebuah sekolah seseorang melakukan suatu proses di dalam pikirannya, proses tersebut adalah
persepsi. Persepsi menurut Rakhmat (2007) adalah pengamatan tentang objek, peristiwa dan
menafsirkan pesan. Sedangkan persepsi kualitas sekolah merupakan suatu proses penafsiran
objek sekolah terhadap kualitas sekolah atau cara pandang seseorang untuk menilai kualitas dari
sebuah sekolah.
2
Dewasa ini banyak masyarakat yang memiliki persepsi kualitas sekolah berdasarkan
peringkat sekolah yang dikeluarkan oleh pemerintah kota. Hal ini terjadi karena masyarakat
hanya menilai berdasarkan hasil yang dibuat pemerintah namun tidak melihat secara keseluruhan
di dalam suatu sekolah. Namun berbeda dengan cara pandang seorang guru yang mengajar di
suatu sekolah, setiap guru belum tentu memiliki persepsi yang sama pada satu sekolah yang
sama, hal ini karena guru lebih mengetahui keadaan sekolah tempat dia bekerja, karena kualitas
sekolah dinilai berdasarkan beberapa aspek (Walgito, 2004). Aspek penilaian kulitas sekolah
menurut Walgito yaitu tingkat pendidikan tenaga pengajar (SDM), kurikulum yang digunakan,
fasilitas sekolah atau sarana prasarana pendukung pembelajaran.
Komitmen kerja merupakan hal yang mutlak yang harus dimiliki oleh seorang pekerja, ketika
seorang pekerja memiliki komitmen kerja yang tinggi maka akan berdampak baik pada
pekerjaannya, namun akan terjadi sebaliknya ketika seorang pekerja tidak memiliki komitmen
yang baik terhadap pekerjaannya, hal ini dapat berdampak buruk pada pekerjaannya. Seorang
guru dituntut untuk memiliki komitmen kerja juga, karena dengan memiliki komitmen kerja
yang baik maka guru tersebut akan bekerja dengan baik dan bahkan bisa melakukan hal-hal
diluar tugasnya demi tercapainya tujuan dari pekerjaanya tersebut. Greenberg dan Baron (2003)
menjelaskan komitmen kerja merefleksikan tingkat identifikasi dan keterlibatan individu dalam
pekerjaanya dan ketidaksediaanya untuk meninggalkan pekerjaannya. Mullins (1999)
mengungkapkan salah satu faktor yang mempengaruhi komitmen adalah persepsi, karena
persepsi memberikan efek positif jika seorang memiliki persepsi positif tentang pekerjaanya dan
jika seseorang memiliki persepsi yang negative tentang pekerjaannya maka komitmen dalam
bekerja juga akan rendah.
3
Komitmen yang rendah mempengaruhi kinerja seseorang di dalam suatu pekerjaannya
(Khikmah, 2005). Komitmen kerja yang tinggi bisa muncul di dalam diri individu, karena
individu tersebut memiliki keinginan yang berasal dari dalam dirinya sendiri dan tanggung jawab
yang besar akan pekerjaannya (Cilliana, 2012).
Aspek penilaian dari kualitas sekolah adalah kemampuan tenaga pengajar (SDM), sarana
prasarana pendukung belajar mengajar, kurikulum yang digunakan dan metode pengajaran yang
digunakan di sekolah tersebut (Undang-Undang Kemendiknas, 2013).
SMK Diponegoro Salatiga merupakan salah satu SMK swasta di Salatiga. Sekolah swasta
merupakan sekolah yang dikelolah oleh pihak non-pemerintah, namun Kemendiknas tetap
memberikan pedoman dalam penyelenggaraan sekolah. Cakupan pengelolaan meliputi
pengelolaan kurikulum, pengelolaan kesiswaan, pengelolaan keuangan, pengelolaan sarana, dan
pengelolaan saran (Harry, 2011). Sekolah swasta dipilih karena sekolah swasta mengatur
pengelolaan sekolahnya secara mandiri tanpa campur tangan pemerintah namun tetap berada
didalam batasan yang telah dibuat oleh Kemendiknas. Menjadi guru di sekolah swasta memang
memiliki tantangan yang lebih besar dari pada guru PNS, karena semua konsekuensi pekerjaan
dari konsekuensi ringan dalam bentuk teguran sampai konsekuensi yang berat dengan
pemecataan akan terus menghantui guru yang bekerja di sekolah swasta jika tidak menaati
peraturan yang berlaku di sekolah (Harry, 2011).
Guru sekolah swasta memiliki tanggung jawab yang besar dan beban yang besar, karena
biasanya satu guru tidak hanya memberikan satu pelajaran saja namun bisa dua atau lebih. Hal
ini yang menjadikan guru sekolah swasta memiliki tanggung jawab dan beban yang lebih besar,
belum lagi permasalahan peraturan yang berlaku di sekolah (Rusman, 2010). Guru sekolah
swasta harus mematuhi semua peraturan yang ada disekolah, jika guru tidak menaati peraturan
4
yang ada maka konsekuensi untuk ditegur bahkan dikeluarkan itu mungkin terjadi. Berbeda
halnya dengan guru PNS walaupun guru tersebut melakukan kesalahan, sangat kecil
kemungkinannya untuk dikeluarkan dari sekolah (Ainun, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Wardiatmo (2005) yang dilakukan di madrasayah aliyah darul
ulum Kabupaten Sidoarjo, menunjukan bahwa persepsi kualitas sekolah mempengaruhi kinerja
guru. Guru yang memiliki persepsi baik terhadap sekolahnya atau tempat mengajar memiliki
kinerja yang baik pula. Sebaliknya guru yang menganggap sekolahnya tidak memiliki kualitas
yang baik maka kinerjanya dalam mengajar juga kurang.
Penelitian yang dilakukan oleh Yuanita (2005) dalam faktor yang mempengaruhi komitmen
kerja guru di MA Al Ishlah Jakarta menunjukkan bahwa persepsi kualitas pendidikan
mempengaruhi komitmen kerja guru di MA AL Ishlah Jakarta. Salah satu faktor komitmen kerja
guru adalah persepsi kualiatas pendidikan, dimana guru di MA Al Ishlah Jakarta memiliki
persepsi masing-masing tentang kualitas pendidikan di MA Al Ishlah Jakarta, sehingga persepsi
mempengaruhi kinerja guru-guru yang mengajar di MA Al Ishlah Jakarta.
Penelitian yang dilakukan oleh Alwi (2001) di Kabupaten Wonosobo dalam hubungan antara
kualitas sekolah dengan komitmen kerja guru madrasah ibtidaiyah. Dalam penelitiannya Alwi
mengatakan bahwa kualitas sekolah berpengaruh pada komitmen kerja guru di Madrasah
Ibtidaiyah di Kabupaten Wonosobo. Guru yang mengajar pada sekolah dengan kualitas baik
maka komitmen kerjanya juga akan baik dan juga sebaliknya guru yang mengajar di sekolah
yang kualitasnya buruk maka komitmen kerjanya juga rendah.
Penelitian yang dilakukan oleh Sulastiana (2009) di kabupaten Sumedang dengan judul
hubungan antara kualitas sekolah dengan komitmen kerja. Dalam penelitian ini Sulastiana
menjelaskan bahwa tidak ada hubungan antara kualitas sekolah dengan komitmen kerja guru.
5
Dalam hal ini sebagian besar guru memiliki komitmen kerja yang baik, dimana sebagaian besar
guru ini mengetahui apa yang harus dikerjakan dan apa yang menjadi tugas dan kewajiban
seorang guru dengan tidak melihat kualitas sekolah tempat mereka bekerja.
Berdasarkan penjelasan diatas peneliti ingin meneliti tentang adakah hubungan persepsi
kualitas sekolah dengan dengan komitmen kerja guru di SMK Diponegoro Salatiga.
Bertolak dari apa yang dipaparkan diatas mengenai pentingnya pendidikan yang berkualitas
dan komitmen kerja guru maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang: “Hubungan
Persepsi Kualitas Sekolah dengan Komitmen Kerja Guru Di SMK Diponegoro Salatiga”.
Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara persepsi kualitas sekolah dengan komitmen kerja guru di
SMK Diponegoro Salatiga.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian yang dicapai yaitu untuk
mengetahui ada hubungan antara persepsi kualitas sekolah dengan komitmen kerja guru di SMK
Diponegoro Salatiga.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Komitmen Kerja Guru
1. Definisi Komitmen Kerja Guru
Komitmen berasal dari bahasa latin commiter, to connect, entrust-the state of being
obligated or emotionally, impelled (Natalie, 1984). Komitmen merupakan sebuah keyakinan
yang mengikat sedemikian kukuhnya sehingga membelenggu seluruh hati nuraninya dan
kemudian menggerakan Perilaku menuju arah yang diyakininya (Tasmara, 2006). Zeffane
(1994) mendefinisikan komitmen kerja sebagai tahap kekuatan identifikasi dan penglibatan
6
seseorang dalam pekerjaan secara maksimal dan penuh tanggung jawab. Menurut Zeffane
komitmen kerja termasuk sikap kesetiaan pada pekerjaannya dan penglibatan serta
kepercayaan terhadap matlamat pekerjaan dan mengkesampingkan kepentingan organisasi.
Berdasarkan definisi dari beberapa ahli diatas maka dapat disimpilkan bahwa komitmen
kerja guru adalah suatu ketertarikan diri terhadap tugas dan kewajiban sebagai guru yang
dapat melahirkan tanggung jawab dan sikap responsive serta inovatif terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Aspek-Aspek Komitmen Kerja Guru
Menurut Padmodimulyo (2004) aspek-aspek komitmen kerja guru adalah :
a. Komitmen terhadap kualitas kerja adalah komitmen yang ada pada karyawan akan
mempengaruhi kualitas dalam pekerjaannya.
b. Program internal karyawan untuk peningkatan kualitas kerja adalah program atau rencana
yang dibuat oleh karyawan untuk mendapatkan kualitas yang terbaik terhadap
pekerjaannya.
c. Penghargaan dari organisasi merupakan pemberiaan reward pada karyawan yang
memberikan kualitas yang terbaik dari pekerjaannya sehingga membantu pencapaian
kesuksesan organisasi.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komitmen Kerja Guru
Sedangkan faktor- faktor yang mempengaruhi komitmen kerja guru menurut Steert dan
Porter (1983) adalah:
a. Faktor Personal
Faktor personal merupakan faktor di dalam diri individu itu sendiri, seperti usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan kepribadian.
7
b. Karakteristik Pekerjaan
Dalam karakteristik pekerjaan yang di ukur ialah jabatan, tantangan dalam pekerjaan,
konflik peran, tingkat kesulitan dalam pekerjaan. Menurut Steers (1988) seorang
karyawan yang bekerja pada jabatan yang tinggi dan tingkat kesulitan yang tinggi akan
menunjukan konflik yang rendah kepada bawahannya dan cenderung lebih konsisten
dalam berkomitmen pada pekerjaanya.
c. Pengalaman Kerja
Pengalam kerja dipandang sebagai suatu hal yang penting yang dapat mempengaruhi
komitmen kerja seseorang. Hal ini dikarekan ketika seseorang yang sudah memiliki
banyak pengalaman akan cenderung memiliki komitmen kerja yang lebih tinggi (Steers,
1988). Pengalaman kerja akan membentuk seseorang dalam hal pola pikir untuk
mendukung pekerjaanya.
B. Persepsi Kualitas Sekolah
1. Definisi Persepsi Kualitas Sekolah
Persepsi merupakan suatu konsep yang penting di dalam psikologi, persepsi membantu
membantu manusia untuk memandang dunianya (Anindriana, 2011). Secara etimologis
persepsi dalam bahasa Inggris perception, yang berasal dari Bahasa Latin perception, dari
kata percipere, yang artinya menerima atau mengambil (Suharman. 2005). Persepsi dalam
arti sempit ialah pengelihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam
arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau
mengartikan sesuatu (Anindriana, 2011). Sarwono (1993) mengartikan persepsi merupakan
proses yang digunakan oleh seseorang individu untuk menilai keangkihan pendapatnya
8
sendiri dan kekuatan dari kemampuan-kemampuannya sendiri dalam hubungannya dengan
pendapat-pendapat dan kemampuan orang lain.
Menurut Gasperz (1997) menyatakan kualitas adalah totalitas dari fitur-fitur dan
karakteristik-karakteristik yang dimiliki oleh produk yang sanggup untuk memuaskan
kebutuhan konsumen. Menurut Kolter (1997) kualitas adalah seluruh cirri serta sifat suatu
produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan
yang dinyatakan atau yang tersirat.
Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin yaitu skhole, scola, scolae, atau schola. Secara
harafiah berarti waktu luang atau waktu senggang. Sekolah adalah tempat yang didirikan
bagi anak-anak, dengan tujuan untuk mengajarkan anak untuk menjadi anak yang mampu
memajukan bangsa (Wikipedia, 2012). Persepsi kualitas sekolah merupakan cara pandang
seseorang tentang baik buruknya suatu lembaga pendidikan.
2. Aspek-Aspek Persepsi Kualitas Sekolah.
Menurut Adi (2011) aspek-aspek Persepsi Kualitas Sekolah adalah :
a. Lingkungan Fisik yaitu keadaan secara fisik sebuah sekolah
b. Siswa yaitu murid yang belajar di sekolah tersebut.
c. Isi pelajaran yaitu pengetahuan yang berikan kepada siswa.
d. Kolaborasi yaitu pembelajaran yang sesuai untuk murid-murid.
e. Penggunaan waktu yaitu penggunaan waktu yang efisien dalam proses belajar.
f. Umpan balik yaitu proses dimana murid merespon apa yang sudah dijelaskan guru.
g. Penilaian yaitu pemberian nilai kepada murid dari guru.
9
Hubungan Antara Persepsi Kualitas Sekolah dengan Komitmen Kerja Guru
Memiliki komitmen kerja dalam bekerja adalah hal yang mutlak yang seharusnya
dimiliki oleh setiap pekerja (Raharjo, 2003). Dalam jaman sekarang ini, seorang dituntut untuk
menjaga kualitas kerjanya supaya mampu bertahan di dalam pekerjaannya. Dunia pekerjaan yang
penuh dengan persaingan ini tidak hanya menuntut skill saja namun juga tanggung jawab dan
komitmen dengan pekerjaannya, jadi untuk menjaga kualitas kerjanya seseorang guru harus
memiliki komitmen kerja yang tinggi. Komitmen kerja yang tinggi akan menumbuhkan motivasi
yang tinggi pula di dalam diri seseorang, karena komitmen kerja ini muncul dari dalam batin
seseorang dan akan sangat berpengaruh saat melakukan tugas dan kewajibannya dalam
pekerjaannya (Irawan dkk, 2000).
Di era sekarang ini seharusnya setiap pekerja menumbuhkan komitmen kerja yang tinggi
supaya bertahan dan mampu berasaing dalam pekerjaanya, walaupun kemampuan dan
kepandaian mutlak diperlukan (Fauzan, 2010). Komitmen kerja guru merupakan suatu kekuatan
yang muncul dalam diri sendiri yang berasal dari dalam hati seseorang untuk mau melakukan
tugas dan kewajibannya sebagai seorang guru yang akan melahirkan tanggung jawab dan sikap
responsive serta inovatif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hal ini
komitmen kerja seseorang sangat berpengaruh pada kinerjanya. Seorang guru yang memiliki
komitmen kerja yang tinggi akan melakukan tugas dan kewajibannya sebagai seorang guru
dengan penuh tanggung jawab (Fauzan, 2010).
Persepsi kualitas sekolah adalah suatu proses menerjemahkan yang terjadi di dalam otak
yang berasal dari stimulus yang di terima oleh alat indera untuk menilai suatu tingkatan baik
buruknya pelayanan yang diberikan oleh suatu lembaga pendidikan. Mullins (1999)
mengungkapkan empat faktor yang mempengaruh komitmen kerja, salah satu faktor yang
10
mempengaruhi komitmen kerja seseorang adalah persepsi. Persepsi merupakan suatu pandangan
tentang satu hal yang sama namun akan berbeda pandangan pada orang yang berbeda. Seseorang
yang memiliki persepsi yang baik tentang pekerjaanya akan memiliki komitmen kerja yang
tinggi juga, sedangkan seseorang yang memiliki persepsi yang buruk tentang pekerjaanya maka
komitmen kerjanya akan rendah juga (Steers, 1985). Oleh karena itu persepsi memiliki andil
dalam menumbuhkan komitmen kerja seseorang.
Mullins (1999) mengungkapkan bahwa salah satu faktor komitmen kerja adalah persepsi.
Dalam hal ini, persepsi dapat mempengaruhi komitmen kerja seseorang. Walaupun ada tiga
faktor lain yang mempengaruhi komitmen kerja, persepsi merupakan salah satu yang utama,
karena persepsi merupakan suatu hasil penerjemahan dari stimulus yang diterima yang terjadi di
dalam otak.
Bila dikaitkan dengan komitmen kerja, persepsi merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan seseorang memiliki komitmen kerja yang tinggi atau komitmen kerja yang rendah.
Jika seorang pekerja memiliki persepsi positif tentang pekerjaanya, seperti sekolah A merupakan
sekolah terbaik di kota Salatiga, maka hal ini akan menumbuhkan komitmen kerja yang tinggi
pada seorang guru yang bekerja di sekolah A. Sama halnya dengan seseorang yang memiliki
persepsi negatif tentang pekerjaanya, misalnya sekolah B merupakan sekolah yang tidak
memiliki murid di kota Salatiga, maka seorang yang bekerja di sekolah itu akan memiliki
komitmen kerja yang rendah. Sehingga persepsi sangat berpengaruh pada komitmen seseorang.
Hipotesis
Berdasarkan dari uraian dalam latar belakang serta kesimpulan landasan teori yang ada,
maka dapat ditetapkan hipotesis sebagai berikut ada hubungan antara persepsi kualitas sekolah
dengan komitmen kerja guru di SMK Diponegoro Salatiga.
11
Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian korelasional. Penelitan dengan cara ini
bermaksud mengungkapkan bentuk hubungan timbal balik antara variabel yang diselidiki
(Sugiyono, 2008). Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, yang terdiri dari dua
variabel yaitu persepsi kualitas sekolah merupakan variabel bebas dan komitmen kerja guru
merupakan variabel terikat.
Populasi
Menurut Sugiyono (2008) populasi merupakan keseluruhan unit atau individu dalam
ruang lingkup yang ingin diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru SMK
Diponegoro Salatiga yang berjumlah 30 orang.
Presedur Sampling Dan Sampel
Teknik sampling yang digunakan adalah saturation sampling. Menurut Sugiyono (2004),
dalam teknik pengambilan sampling ini seluruh populasi diberi peluang yang sama untuk
ditugaskan menjadi anggota sampel. Sugiyono (2008) mendefinisikan sampel merupakan
sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel penelitian ini adalah
guru-guru SMK Diponegoro Salatiga.
Analisa Data
a. Daya Diskriminasi Item
1. Skala Komitmen Kerja Guru
Pada penelitian ini untuk skala komitmen kerja guru adalah Job Commitment of
Primary School Teachers yang disusun berdasarkan pada aspek-aspek dalam Job
Commitment of Primary School Teachers yang dikemukan oleh Ssali Gerald (2006).
12
Metode yang digunakan sebagai pola dasar pengukuran skala ini adalah model Likert,
yaitu skala Likert yang sudah dimodikasi dengan menghilangkan kategori jawaban yang
berada di tengah. Dengan demikian skala Likert tersebut mempunyai empat macam pilihan
jawaban yaitu, sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS) dan sangat tidak sesuai (STS).
Penyekoran ini dilakukan dengan sistematika untuk item-item favorable, jawaban sangat
sesuai (SS) mendapat skor 4 dan bergerak menuju skor 1 untuk jawaban yang sangat tidak
sesuai (STS). Begitu juga dengan item-item unfavorable, jawaban sangat tidak sesuai (STS)
mendapat skor 4 dan bergerak menuju skor 1 untuk jawaban sangat sesuai (SS). Semakin
tinggi skor yang diperoleh pada skala ini, berarti semakin tinggi komitmen kerja yang
dimiliki. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah komitmen
kerja yang dimiliki. Skala ini terdiri dari 15 item. Setelah dilakukan uji daya diskriminasi
item, 15 item memiliki daya diskriminasi baik sesuai dengan batas koefisien korelasi item
total ≥ 0,25 (Azwar, 2000). Daya diskriminasi item yang diperoleh dalam penelitian ini dari
0,603 sampai 0,824, sedangkan reliabilitas item 0,943.
2. Skala Persepsi Kualitas Sekolah
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur persepsi kualitas sekolah dapat diperoleh
dari skala persepsi kualitas sekolah yang disusun berdasarkan aspek-aspeknya yang
diadaptasi dari Adi (2011). Skala ini memiliki 25 item yang terdiri dari 16 item favorable dan
9 item unfavorable. Setelah dilakukan uji daya diskriminasi terdapat 7 item yang gugur dan
18 item yang memiliki daya diskriminasi baik sesuai dengan batas koefisien korelasi item
total ≥ 0,25 (Azwar, 2000). Daya diskriminasi item yang diperoleh dalam penelitian ini dari
0,263 sampai 0,756, sedangkan reliabilitas item 0,875.
13
b. UJI ASUMSI
1. Uji Normalitas
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan metode Kolmogorov Smirnov. Data
dapat dikatakan berdistribusi normal apabila nilai p > 0,05 yang didapat dari hasil analisa
menggunakan program SPSS 18.0. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil skor komitmen
kerja guru berdistribusi normal, yang dapat dilihat dari besarnya nilai K-S-Z sebesar 0,857
dengan nilai sign. = 0,455 (p > 0, 05). Demikian juga persepsi kualitas sekolah juga
berdistribusi normal, yang dapat dilihat dari besarnya nilai K-S-Z sebesar 0,923 dengan nilai
sign= 0,361 (p > 0,05).
2. Uji Linearitas
Uji linieritas dilakukan untuk menguji integritas hubungan data yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Dengan kata lain, pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel
bebas memiliki hubungan yang linear dengan variabel terikat atau tidak. Untuk
perhitungannya, uji linieritas dilakukan dengan menggunakan SPSS seri 18 for windows.
Berdasarkan hasil analisis hasil uji linearitas yang menggunakan table Anova nilai
Deviation from linearity maka dapat diketahui komitmen kerja guru dengan persepsi kualitas
sekolah adalah linear, karena dari hasil uji linearitas diperoleh F beda = 0,934 dan nilai
signifikansi sebesar 0,55 (p > 0,05). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa hubungan antara
komitmen kerja guru dan persepsi kualitas sekolah menunjukkan garis yang sejajar atau
linear.
3. Uji Korelasi
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi Pearson product moment dengan bantuan
SPSS 18.0 didapatkan hubungan sebesar -0,013 dengan sig. = 0,946 (p < 0,05). Hasil tersebut
14
menunjukkan tidak ada hubungan antara komitmen kerja guru dengan persepsi kualitas
sekolah di SMK Diponegoro Salatiga.
Tabel 1
Correlations
Komitmen_ke
rja_guru
persepsi_kual
itas_sekolah
Komitmen_kerja_guru Pearson Correlation 1 -.013
Sig. (2-tailed) .946
N 30 30
persepsi_kualitas_sekola
h
Pearson Correlation -.013 1
Sig. (2-tailed) .946
N 30 30
HASIL PENELITIAN
Hasil Deskriptif
Komitmen Kerja Guru
Data di atas menunjukkan tingkat Komitmen kerja guru dari 30 subjek yang berbeda-
beda, mulai dari tingkat sangat rendah hingga sangat tinggi. Pada kategori sangat rendah didapati
prosentase sebesar 0%, kategori rendah 0%, kategori sedang 3,33%, kategori tinggi sebesar 50%
dan kategori sangat tinggi sebesar 46,67% Mean atau rata-rata yang diperoleh adalah 50,30
dengan standar deviasi sebesar 6,18. Maka secara umum dapat dikatakan bahwa komitmen kerja
guru SMK Diponegoro Salatiga ini berada pada tingkat yang tinggi.
Tabel 2
Kriteria Skor Komitmen Kerja Guru
No Interval Kategori Frekuensi Persentase Mean Standar deviasi
1. 51 ≤ x ≤ 60 Sangat Tinggi 14 46,67 %
50,30
6,18
2. 42 ≤ x < 51 Tinggi 15 50 %
33 ≤ x < 42 Sedang 1 3,33 %
4. 24 ≤ x < 33 Rendah 0 0 %
5. 15≤ x < 24 Sangat Rendah 0 0 %
15
Persepsi Kualitas Sekolah
Data di atas menunjukkan persepsi kualitas sekolah dari 30 subjek yang berbeda-beda,
mulai dari tingkat sangat rendah hingga sangat tinggi. Pada kategori sangat rendah didapati
prosentase sebesar 0%, kategori rendah sebesar 0%, kategori sedang 36,67%, kategori tinggi
sebesar 50% dan kategori sangat tinggi sebesar 13,33%. Mean atau rata-rata yang diperoleh
adalah 54 dengan standar deviasi sebesar 5,9. Maka secara umum dapat dikatakan bahwa
persepsi kualitas sekolah pada guru SMK Diponegoro Salatiga berada pada tingkat tinggi.
Tabel 3
Kriteria Skor Persepsi Kualitas Sekolah
No Interval Kategori Frekuensi Persentase Mean Standar deviasi
1. 61,2 ≤ x ≤ 72 Sangat Tinggi 4 13,33%
54
5,9
2. 50,4 ≤ x < 61,2 Tinggi 15 50%
3. 39,6 ≤ x < 50,4 Sedang 11 36,67%
4. 28,8 ≤ x < 39,6 Rendah 0 0%
5 18 ≤ x < 28,8 Sangat Rendah 0 0%
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi antara komitmen kerja guru dengan persepsi
kualitas sekolah didapatkan tidak ada hubungan antara kedua variabel tersebut dengan besar
korelasi -0,013 dengan signifikansi 0,946 (p < 0,05). Hal ini menunjukan bahwa tidak ada
hubungan antara komitmen kerja guru dengan persepsi kualitas sekolah guru SMK Diponegoro
Salatiga. Dengan demikian, dinyatakan dalam penelitian ini Ho diterima dan H1 ditolak.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulastiana (2009) bahwa
tidak ada hubungan antara persepsi kualitas sekolah dengan komitmen kerja guru, dimana
sebagian besar guru mengetahui apa yang harus dikerjakan dan apa yang menjadi tugas dan
kewajiban seorang guru dengan tidak melihat kualitas sekolah tempat mereka bekerja. Sama
16
halnya dengan guru-guru di SMK Diponegoro Salatiga, guru-guru disini memiliki komitmen kerj
yang tinggi, mereka melakukan pekerjaannya sesuai dengan tanggung jawab mereka sebagai
guru, yaitu mendidik murid-murid supaya menjadi lebih baik serta memiliki pengetahuan yang
banyak untuk mempersiapkan mereka dalam dunia kerja nantinya. Guru-guru di SMK
Diponegoro Salatiga tidak melihat kualitas sekolah tempat mereka mengajar, mereka bekerja
sebagai guru karena menyadari bahwa menjadi guru memiliki tanggung jawab yang besar yaitu
mendidik murid-murid supaya menjadi lebih baik dan mampu bersaing di dalam dunia
pekerjaan.
Hasil penelitian tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wardiatmo (2005),
Yuanita (2005), Alwi (2001) menemukan adanya hubungan antara persepsi kualitas sekolah
dengan komitmen kerja guru. Penelitian ini tidak mendukung karena dalam penelitiannya mereka
menjelaskan bahwa persepsi kualitas sekolah mempengaruhi kinerja guru, dimana guru yang
memiliki persepsi yang baik terhadap sekolah memiliki kinerja yang baik pula (Wardiatmo,
2005). Yuanita (2005) menjelaskan bahwa salah satu faktor komitmen kerja guru adalah persepsi
kualitas pendidikan, guru yang memiliki persepsi masing-masing tentang kualitas pendidikan,
sehingga persepsi mempengaruhi kinerja guru dalam mengajar. Alwi (2001) dalam penelitiannya
menunjukan bahwa kualitas sekolah berpengaruh pada komitmen kerja guru, guru yang mengajar
pada sekolah dengan kualitas baik maka komitmen kerjanya juga akan baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
17
1. Tidak terdapat hubungan antara persepsi kualitas sekolah dengam komitmen kerja
guru di SMK Diponegoro Salatiga.
2. Persepsi kualitas sekolah yang dimiliki guru di SMK Diponegoro Salatiga
termasuk dalam kategori tinggi.
3. Komitmen kerja yang dimiliki guru-guru di SMK Diponegoro Salatiga termasuk
dalam kategori tinggi.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diketahui, maka penulis mengajukan saran
kebeberapa pihak yaitu :
1. Bagi Guru
Guru diharapkan dapat menjaga dan meningkatkan komitmen kerjanya tanpa memandang
kualitas sekolah tempat mengajar, karena dengan memiliki komitmen kerja yang tinggi
maka tujuan dari pendidikan akan tercapai.
2. Bagi peneliti selanjutnya
a. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan metode penelitian yang berbeda,
misalnya menggunakan metode kualitatif, sehingga hasil yang didapat lebih
akurat.
b. Peneliti selanjutnya juga dapat menggunakan hasil penelitian ini dengan
mengaitkannya pada faktor-faktor lain yang sesuai dengan fenomena yang ada,
sehingga dapat menjawab fenomena yang terjadi melalui bukti empiris dan
faktual.
18
Daftar Pustaka
Adi, Prasetyo. (2011). Persepsi Kualitas Sekolah Oleh Guru Di SMAN 2 Kabupaten
Temanggung Jawa Tengah. Varia Pendidikan, Vol 21 No 2.
Alwi, A. (2001). Hubungan antara Kualitas Sekolah dengan Komitmen Kerja Guru Madrasah
Ibtidaiyah di Kabupaten Wonosobo. Jurnal Pendidikan, Vol 3 No 19, 89-106.
Anindriana, Wahyu. (2011). Persepsi Manusia Memandang Dunia. Surabaya: CV. Media
Wacana.
Arikunto, Suharsimi. (1993). Prosedur Penelitian Satuan Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Cilliana, M.A. (2012). Hubungan antara Komitmen Kerja dengan Tingkat Pendidikan Karyawan
Rumah Makan Padang Salero Bundo Di Jakarta. Jurnal Pendidikan. Vol 5 No. 13, 56-79.
Fauzan, F. (2010). Susahnya Mencari Pekerja yang Berkomitmen. Jakarta: Primamedia Pustaka.
Greenberg, J. & Baron, R.A. (2003). Behavior in Organizations Understanding and Managing
the Human Side of Work. New Jersey: Prentice-Hall International.
Gesperz, S. (1997). Manajemen Kualitas Dalam Industri Jasa, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Hadi, S. (1983). Metodologi Reseacrh 1. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Psikologi Universitas
Gajah Mada Yogyakarta.
Harry, W. (2011). Kondisi Sistem Pendidikan Di Indonesia. Surabaya: Unesa University Press.
Irawan, Y. dkk. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Administrasi.
John, D. (2011). John Dewey Pendidikan dan Pengalaman. (John de Santo, Penerj.). Kepel Pers,
(Buku asli diterbitkan tahun 2002). Yogyakarta, 2011.
Mullins. (1999). Komitmen dalam Bekerja. Bandung: Media Pustaka.
Natalie, A. (1984). An Intoduction of Commitment. New York. John Wiley & Sons, Inc.
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomer: 044/U/2002 Tentang Dewan Pendidikan dan
Komite Sekolah.
Khikmah, G. (2005). Membangun Komitmen Kerja Dalam Diri. Jakarta: Ghalia.
Kolter, P. (1997). Kolter on Maerketini. Londo: Free Press.
Raharjo, D.S. (2003). Pengaruh Komitmen Karyawan terhadap Prestasi Bekerja. Jurnal
Administrasi Bisni Universitas Brawijaya Malang. Vol 11 No. 3, Hal 99-122.
19
Ratri, S. (2012). Pendidikan untuk Masyarakat Modern. Jakarta: Bumi Aksara.
Rakhmat, J. (2007). Persepsi Manusia Memandang Dunia. Surabaya: CV. Media Wacana.
Rusman, E. (2010). Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Sarwono, M. (1993). Prinsip-prinsip Pemikiran Manusia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ssali, G. (2006). Job Commitment of Primary School Teachers. Masters Educational
Management, Makerere University.
Steers, R. M, “Efektifitas Organisasi”, (M. Jamin, Penerj.). Erlangga (Buku asli diterbitkan
1985). Jakarta, 1985.
Sugiyono, Prof. Dr. (2001). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suharman, I.H. (2005). Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi.
Sulastiana, M. (2009). Hubungan Kualitas Sekolah dengan Komitmen Kerja Di Kabupaten
Sumedang. Jurnal Psikologi Universitas Padjajaran. Vol 31, 11-31.
Tasmara, R. (2006). Pentingnya Memiliki Komitmen Dalam Hidup. Yogyakarta: Andi Offset.
UU Republik Indonesia Nomer 20 Tahun 2003. (2005). Dalam : Sistem Pendidikan Nasional.
Yogyakarta : Media Abadi : Hal 10.
Walgito, B. (2004). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Andi.
Wardiatmo, H. (2005). Hubungan Persepsi Kualitas Sekolah dengan Kinerja Guru di Madrasyah
Aliyah Darul Ulum di Kab. Sidoarjo. Jurnal Ilmu Pendidikan. Vol 34, 56-71.
Yuanita, D. (2005). Faktor yang Mempengaruhi Komitmen Kerja Guru di MA Al Ishlah Jakarta.
Jurnal Pendidikan, 72, 113-124.
Zeffane, A. (1994). Motivatio, Commitment, and Work Behavior. USA: McGraw Hill, Inc.