88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENGRAJIN TEMBAGA DAN KUNINGAN BAGIAN PEMBENTUKAN DI TUMANG CEPOGO BOYOLALI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Trijoko R.0208085 PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PENGRAJIN

TEMBAGA DAN KUNINGAN BAGIAN PEMBENTUKAN DI TUMANG

CEPOGO BOYOLALI

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

Trijoko R.0208085

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

Page 2: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii

Page 3: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, .....................

Nama: Trijoko NIM. R0208085

Page 4: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK TRIJOKO, R.0208085, 2012. Hubungan Sikap Kerja Tidak Alamiah dengan Keluhan Muskuloskeletal pada Pengrajin Tembaga dan Kuningan Bagian Pembentukan di Tumang Cepogo Boyolali

Latar Belakang: Untuk meningkatkan produktifitas dalam pekerjaan digunakan mesin-mesin yang dikendalikan secara otomastis. Namun ada pula pekerjaan-pekerjan yang masih dikerjakan secara manual dengan menggunakan tenaga manusia. Pekerjaan manual dapat mengakibatkan sikap kerja tidak alamiah. Sikap kerja tidak alamiah tersebut dapat mengakibatkan keluhan muskuloskeletal. Di Tumang merupakan sentra kerajinan tembaga dan kuningan, dalam pekerjaannya masih menggunakan peralatan manual dengan sikap kerja tidak alamiah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di Tumang Cepogo Boyolali.

Metode : Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik. Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja di desa Tumang Cepogo Boyolali berjumlah 425 orang. Sampel yang digunakan berjumlah 49 sampel yang diambil secara acak dengan kriteria inklusi yaitu pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan Tumang Cepogo Boyolali, bersedia menjadi subjek penelitian, bekerja dalam posisi tidak alamiah, kondisi kesehatan baik dan usia 20 – 30 tahun. Teknik analisis data menggunakan Uji Korelasi Spearman Rho, di mana jika p ≤ 0,05 maka Ho ditolak, dan jika p > 0,05, maka Ho diterima

Hasil penelitian : Hasil uji statistik diperoleh nilai p yaitu 0,000 (<0,05) yang berarti Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti berarti terdapat hubungan yang signifikan antara sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal. Sedangkan tingkat kekuatan korelasi yang diperoleh yaitu 0,801, artinya menunjukkan kekuatan korelasi sangat kuat antara variabel bebas dengan variabel terikat. Arah korelasi menunjukan arah positif yang berarti semakin tinggi nilai variabel bebas (sikap kerja tidak alamiah) maka semakin tinggi pula nilai variabel terikat (keluhan musculoskeletal).

Simpulan : Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara sikap kerja tidak alamiah denga keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di Tumang Cepogo Boyolali.

Kata Kunci : Sikap Kerja Tidak Alamiah, Keluhan Muskuloskeletal

Page 5: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT TRIJOKO, R.0208085, 2012. The Correlation Of Awkward Position With Musculusceletal Disorder At Copper and Brass Worker On Forming Section In Tumang Cepogo Boyolali

Back Ground : To increased productivity in a work it is used machines that are controlled automaticly. But also still there are some works that are worked manually use human’s power. Manual work can cause awkward position. Awkward position can cause musculosceletal disorder. Tumang is copper and brass undustry area, in work process still use manual equipment and work in awkward position. The aim of this research was to know the correlation of awkward position and muskuculussceletal disorder at copper and brass worker on forming section in Tumang Cepogo Boyolali

Methods : This research was observational analytic research. The population of this research was 425 worker in Tumang Cepogo Boyolali Totally, subject who was used 49 subjects with inclusion criteria, they are copper and brass worker on forming section in Tumang Cepogo Boyolali, be ready become research subject, working in awkward position, in good healthy condition, they are 20 until 30 years old, man. The data correlation analysis technique used Spearman Rho test which if p value ≤ 0,05 means Ho is refused, and if p value > 0,05 means Ho is accepted.

Results : The result of cerelation test shows p value was 0,000 (<0,05) means that Ho was refused and there is significant correlation between awkward position musculussceletal disorder. While the correlation strength level was 0,801 means that showed very strong correlation between independent variable and dependent variable. The course of correlation is positive, means that if the independent variable (awkward position) is increase so the dependent variable (musculoskeletal disorder) is increase too.

Conclusion : From the results, it can be concluded that there was significant corelation between awkward position and musculussceletal disoder at copper and brass worker on forming section in Tumang Cepogo Boyolali.

Keywords : Awkward Position, Musculussceletal Disorder

Page 6: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, dan hidayahNya sehingga pelaksanaan penelitian skripsi dapat berjalan dengan lancar dan penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Sikap Kerja Tidak Alamiah dengan Keluhan Muskuloskeletal pada Pengrajin Tembaga dan Kuningan bagian Pembentukan di Tumang Cepogo Boyolali” dapat terselesaikan dengan baik.

Penyusunan skripsi merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan pada Program Studi Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada kesempatan ini secara khusus, perkenankan penulis untuk menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr. Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ibu Ipop Sjarifah, Dra, M.Si. selaku Ketua Program Studi Diploma IV

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Tarwaka, PGDip. Sc., M.Erg. selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi.

4. Bapak Dwi Surya Supriyana, dr., M. Kes. Selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi.

5. Ibu Khotijah, SKM., M.Kes. Selaku Dosen Penguji yang telah memberikan banyak masukan selama penyusunan skripsi.

6. Bapak dan Ibu Staff pengajar dan karyawan/karyawati Program Studi Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Pihak Kesbangpolinmas Kabupaten Boyolali yang sudah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Desa Tumang.

8. Bapak Abdul Choir selaku Kepala Desa Tumang atas kerjasama dan bantuannya selama penyusunan skripsi.

9. Seluruh responden yang sudah membantu dalam pelaksanaan kegiatan penelitian skripsi.

10. Seluruh warga mayarakat Tumang atas segala informasi dan bantuannya. 11. Bapak, Ibu, Mas Purwanto dan keluarga besar yang telah memberikan doa,

semangat, bantuan, dan motivasi kepada penulis. 12. Ratna Fajariani yang sudah banyak memberikan dukungan, motivasi, bantuan,

dan doa kepada penulis selama ini. 13. Semua teman-teman angkatan 2008 Program Studi Diploma IV Keselamatan

dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang sudah banyak membantu selama ini.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuannya.

Page 7: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih banyak kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan laporan ini.

Surakarta, Juni 2012

Penulis

Trijoko

Page 8: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ......................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN......................................................................... iii ABSTRAK .................................................................................................... iv ABSTRACT .................................................................................................. v PRAKATA .................................................................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................................. viii DAFTAR TABEL .......................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5 D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6

BAB II. LANDASAN TEORI ...................................................................... 8

A. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 8 B. Kerangka Teori ........................................................................... 38 C. Kerangka Pemikiran .................................................................. 39 D. Hipotesis .................................................................................... 39

BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 40

A. Jenis Penelitian .......................................................................... 40 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 40 C. Populasi dan Subjek Penelitian .................................................. 40 D. Teknik Sampling ....................................................................... 41 E. Sampel Penelitian ...................................................................... 42 F. Identifikasi Variabel Penelitian .................................................. 42 G. Definisi Operasional Variabel .................................................... 44 H. Desain Penelitian ........................................................................ 48 I. Instrumen Penelitian .................................................................. 48 J. Cara Kerja Penelitian ................................................................. 49 K. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ................................ 50

BAB IV. HASIL PENELITIAN ..................................................................... 54

A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian .............................................. 54 B. Karakteristik Subjek Penelitian .................................................. 56 C. Hasil Penilaian Sikap Kerja dengan Metode REBA .................... 58 D. Hasil Penilaian Keluhan Muskuoskeletal .................................... 60

Page 9: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

E. Analisa Hubungan Sikap Kerja Tidak Alamiah dengan Gejala Keluhan Muskuloskeletal ........................................................... 63

BAB V. PEMBAHASAN ............................................................................. 65

A. Analisa Kondisi Umum Lokasi Penelitian ................................... 65 B. Karakteristik Subjek Penelitian ................................................... 66 C. Analisa Univariat ........................................................................ 69 D. Analisa Bivariat Hubungan Sikap Kerja Tidak Alamiah dengan

Keluhan Muskuloskeletal ............................................................ 71 BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 73

A. Simpulan ................................................................................... 73 B. Saran ......................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 75 LAMPIRAN

Page 10: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tabel Penilaian Posisi Badan ............................................................. 26 Tabel 2.2. Tabel Penilaian Posisi Leher .............................................................. 27 Tabel 2.3. Tabel Penilaian Posisi Kaki ............................................................... 28 Tabel 2.4. Tabel Penilaian Posisi Lengan .......................................................... 29 Tabel 2.5. Tabel Posisi Lengan Bawah ............................................................... 30 Tabel 2.6. Tabel Penilaian Posisi Pergelangan Tangan ....................................... 31 Tabel 2.7.Tabel Penilaian Group A .................................................................... 31 Tabel 2.8. Tabel Penilaian Beban ....................................................................... 32 Tabel 2.9. Tabel Skor Awal Group B ................................................................ 32 Tabel 2.10. Tabel Penilaian untuk Jenis Pegangan.............................................. 33 Tabel 2.11. Tabel Skor C terhadap Skor A dan Skor B ....................................... 34 Tabel 2.12. Tabel Penilaian Jenis Aktivitas Otot ................................................ 34 Tabel 2.13. Standar Kerja Berdasarkan Skor Akhir ............................................ 35 Tabel 2.14. Definisi Operasional Penilaian NBM ............................................... 36 Tabel 2.15. Klasifikasi Subjektifitas Tingkat Risiko Otot Skeletal Berdasarkan Total Skor Individu .......................................................................... 37 Tabel 3.1. Tabel Distribusi Data Menggunakan Spearman Rho .......................... 52 Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur Subjek ..................................................... 56 Tabel 4.2. Rerata Denyut Nadi ........................................................................... 58 Tabel 4.3 Hasil Penilaian Sikap Kerja dengan Metode REBA ............................ 59 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Tingkat Aksi Sikap Kerja .................................. 60 Tabel 4.5. Hasil Penilaian Keluhan Muskuloskeletal .......................................... 60 Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Aksi Keluhan Muskuloskeletal ............. 61 Tabel 4.7. Prosentase Keluhan Bagian-bagian Otot ............................................ 62 Tabel 4.7. Hasil Uji Korelasi Spearman Rho ...................................................... 63

Page 11: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Posisi Badan (Trunk) .................................................................. 26 Gambar 2.2. Gambar Posisi Leher .................................................................. 27 Gambar 2.3. Gambar Posisi Kaki .................................................................... 27 Gambar 2.4. Gambar Posisi Lengan ................................................................ 29 Gambar 2.5. Gambar Posisi Lengan Bawah .................................................... 30 Gambar 2.6 Gambar Posisi Pergelangan Tangan ............................................. 30 Gambar 2.7. Nordic Body Map ........................................................................ 36 Gambar 2.8. Kerangka Teori ........................................................................... 38 Gambar 2.9. Kerangka Pemikiran ................................................................... 39 Gambar 3.1. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................... 44 Gambar 3.2. Desain Penelitian ........................................................................ 48

Page 12: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Penilaian Sikap Kerja Metode REBA Lampiran 2. Lembar Penilaian Keluhan Muskuloskeletal Metode NBM Lampiran 3. Hasil Penilaian Metode REBA Lampiran 4. Hasil Penilaian Metode NBM Lampiran 5. Hasil Uji Normalitas Saphiro Wilk Variabel Sikap Kerja Lampiran 6. Hasil Uji Normalitas Saphiro Wilk Variabel Keluhan Muskuloskeletal Lampiran 7. Distribusi Umur Responden Lampiran 8. Distribusi Denyut Nadi Responden Lampiran 9. Uji Korelasi Spearman Rho Lampiran 10. Jumlah Responden yang Mengalami Keluhan pad Bagian-bagian otot

Page 13: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pekerja adalah manusia yang dapat melakukan pekerjaan, baik di dalam

maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat. Kerja merupakan suatu kebutuhan dan juga

sebagai pengabdian kepada Tuhan. Seseorang akan merasa bahagia apabila

dapat melakukan pekerjaannya dengan hasil yang baik. Dalam pekerjaannya,

pekerja selalu dapat menerima pengaruh dari lingkungan kerjanya. Agar

seorang pekerja dapat berprestasi secara optimal maka disamping pekerja

tersebut sehat juga harus bekerja dalam lingkungan kerja yang baik serta

dengan cara kerja yang memenuhi syarat kesehatan kerja secara fisik maupun

mental (Maurits, 2010).

Menurut Tarwaka (2008), kesehatan kerja (occupational health) sebagai

aspek atau unsur kesehatan yang erat berkaitan dengan lingkungan dan

pekerjaan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi

efisiensi dan produktivitas kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja

mengandung nilai perlindungan tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit

akibat kerja (Ramli, 2009). Kesehatan juga merupakan faktor yang sangat

penting bagi peningkatan produktivitas tenaga kerja selaku sumber daya

manusia. Kondisi kesehatan yang baik merupakan potensi untuk meraih

produktivitas kerja yang baik pula. Pekerjaan yang menuntut produktivitas

Page 14: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

tinggi hanya dapat dilakukan oleh tenaga kerja dengan kondisi kesehatan

yang prima. Sebaliknya, kondisi kesehatan yang sakit atau gangguan

kesehatan menyebabkan tenaga kerja tidak atau kurang produktif dalam

pekerjaannya (Suma’mur, 2009).

Untuk meningkatkan produktifitas kerja, dewasa ini begitu banyak

pekerjaan yang dilakukan dengan menggunakan mesin, mulai dari mesin

yang sangat sederhana sampai dengan penggunaan mesin dengan berbasis

teknologi tinggi. Peningkatan di dalam mekanisasi dan otomatisasi sering

meningkatkan kecepatan kerja. Namun, hal tersebut akan dapat

mengakibatkan suatu pekerjaan menjadi monoton dan kurang menarik untuk

dikerjakan sehingga beban kerja psikologis akan menjadi lebih dominan. Di

sisi lain, ternyata masih banyak industri yang melakukan pekerjaannya secara

manual sehingga memerlukan tuntutan dan tekanan secara fisik yang berat.

Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti halnya juga pada

penggunaan mekanisasi ternyata juga meningkatkan terjadinya keluhan dan

komplain pada pekerja, seperti terjadinya sakit pada punggung dan pinggang,

ketegangan pada leher, sakit pergelangan tangan, lengan dan kaki, kelelahan

mata dan banyak komplain lainnya (Tarwaka, 2010). Keluhan-keluhan

tersebut sering disebut dengan keluhan muskuloskeletal. Menurut Tarwaka

(2010) keluhan pada sistem muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-

bagian otot rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat

ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara

berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan

Page 15: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

berupa kerusakan pada sendi, ligamen, dan tendon. Menurut Grandjean

(1993) dan Lemasters (1996) dalam Tarwaka (2010), keluhan dan kerusakan

inilah yang diistilahkan dengan keluhan Musculoskeletal Disorder (MSDs)

atau cedera pada sistem muskuloskeletal.

Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan

dan hasil studi menunjukan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah

otot rangka yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung,

pinggang dan otot-otot bagian bawah. Keluhan sistem muskuloskeletal pada

umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian

beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang

(Tarwaka, 2010).

Peter Vi (2000) dalam Tarwaka (2010) juga menyebutkan bahwa salah

satu faktor penyebab terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal adalah sikap

kerja tidak alamiah. Sikap tubuh dalam bekerja adalah suatu gambaran

tentang posisi badan, kepala dan anggota tubuh (tangan dan kaki) baik dalam

hubungan antar bagian-bagian tubuh tersebut maupun letak pusat

gravitasinya. Faktor-faktor yang paling berpengaruh meliputi sudut

persendian, inklinasi vertikal badan, kepala, tangan dan kaki serta derajat

penambahan atau pengurangan bentuk kurva tulang belakang. Faktor-faktor

tersebut akan menentukan efisien atau tidaknya sikap tubuh dalam bekerja

(Pangaribuan, 2009).

Tumang merupakan desa dengan sentra industri kerajinan tembaga dan

kuningan yang berlokasi di Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali. Hasil

Page 16: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

dari kerajinan tersebut antara lain perkakas rumah tangga, alat-alat dapur, dan

untuk hiasan dalam dan luar rumah. Secara umum, cara kerja dari pengrajin

di desa Tumang masih menggunakan cara kerja manual di mana manusia

sebagai pekerja utama dibantu dengan peralatan seadanya. Untuk proses

pengerjaan kerajinan dibagi dalam beberapa tahap yaitu pembentukan,

pengelasan, pengukiran, penyetelan (khusus lonceng) dan terakhir adalah

finishing. Hampir semua rangkaian pekerjaan dilakukan dengan cara

tradisional atau manual yaitu dengan objek kerja berada di lantai sehingga

pekerja bekerja dalam posisi kerja yang tidak alamiah, yaitu jongkok atau

duduk di lantai dengan sikap tubuh yang tidak alamiah. Dari semua rangkaian

pekerjaan yang dilakukan, sikap kerja tidak alamiah yang paling menonjol

adalah pada bagian pembentukan. Sikap kerja yang dilakukan oleh para

pekerja pengrajin tembaga kuningan pada bagian pembentukan adalah dengan

jongkok, posisi punggung membungkuk dan duduk di lantai dengan objek

kerja berada di lantai. Sikap tersebut disertai dengan gerakan fleksi dan

ekstensi pada lengan dan pergelangan tangan, bahu terangkat, posisi

pungggung membungkuk, leher ditekuk ke bawah dan punggung

membungkuk ke depan. Dari penelitian tentang hubungan sikap tidak alamiah

dengan keluhan muskuloskeletal yang dilakukan oleh Munandar (2008) di

bagian produksi PT. Kresna Duta Agro Indo menyatakan bahwa dari 58

tenaga kerja yang bekerja dalam posisi tidak alamiah, 56 di antaranya (96%)

mengalami keluhan muskuloskeletal dan 2 orang (4%) tidak mengalami

keluhan muskuloskeletal. Dari survai awal terhadap lima orang pekerja laki-

Page 17: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

laki pengrajin tembaga kuningan di Tumang Cepogo Boyolali didapati bahwa

4 orang pekerja mengeluhkan rasa sakit pada bagian punggung, pinggang,

leher, tangan dan kaki.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin meneliti tentang

“Hubungan Sikap Kerja Tidak Alamiah dengan Keluhan Muskuloskeletal

pada Pengrajin Tembaga Kuningan Bagian Pembentukan di Tumang Cepogo

Boyolali.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka disusun suatu rumusan masalah

yaitu “Apakah ada hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan

muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan

di Tumang Cepogo Boyolali?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan

keluhan muskuloskeletal pada pekerja pengrajin tembaga dan kuningan

bagian pembentukan di Tumang Cepogo Boyolali.

2. Tujuan Khusus

a) Mengetahui krakteristik responden meliputi umur, lama kerja,

kebiasaan merokok, jenis kelamin, dan kondisi kesehatan.

Page 18: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

b) Mengetahui sikap kerja tidak alamiah yang dilakukan pengrajin

tembaga dan kuningan bagian pembentukan.

c) Mengetahui tingkat keluhan muskuloskeletal yang dialami pengrajin

tembaga dan kuningan bagian pembentukan Tumang Cepogo Boyolali.

d) Menganalisa hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan

muskuloskeletal pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan

Tumang Cepogo Boyolali.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

Diharapkan sebagai pembuktian teori bahwa ada hubungan sikap kerja

tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja pengrajin

tembaga dan kuningan bagian pembentukan di Tumang Cepogo Boyolali.

2. Praktis

a) Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman langsung bagi peneliti dalam melakukan

penelitian dalam bentuk tulisan ilmiah tentang Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) khususnya mengenai masalah yang berhubungan

dengan ergonomi.

b) Bagi institusi Program Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Sebagai bahan pustaka di Program Studi Diploma IV

Keselamatan dan Kesehatan Kerja FK UNS dalam pengembangan

ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) khususnya di bidang

ergonomi.

Page 19: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

c) Bagi Tenaga Kerja

Sebagai pengetahuan tambahan bagi tenaga kerja tentang sikap

kerja yang alamiah dan meminimalkan keluhan musculoskeletal yang

mungkin dialami.

d) Bagi Pengusaha

Sebagai bahan masukan bagi pengusaha dalam meningkatkan

kesehatan pekerjanya dan sebagai pertimbangan perencanaan upaya

pencegahan terhadap munculnya masalah keluhan muskuloskeletal.

Page 20: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Ergonomi

a. Definisi Ergonomi

Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu Ergon yang

berarti kerja dan Nomos yang berarti aturan/hukum. Jadi ergonomi

secara singkat juga dapat diartikan sebagai aturan/hukum dalam

bekerja. Secara umum, ergonomi didefinisikan sebagai ilmu yang

mempelajari tentang kesesuaian pekerjaan, alat kerja dan atau

tempat/lingkungan kerja dengan pekerjanya (Tarwaka, 2004).

Menurut Suma’mur (2009) tidak jarang pula kepada ergonomi

diberikan pengertian sebagai ilmu tentang bekerja (study of work) atau

ilmu tentang kerja. Suma’mur juga menyebutkan untuk ergonomik, di

Indonesia digunakan pula istilah tata karya atau tata kerja.

Ergonomi merupakan suatu cabang ilmu yang mempelajari sifat,

kemampuan dan keterbatasan manusia (Sutalaksana, 2006), dimana

secara hakiki akan berhubungan dengan segala aktivitas manusia yang

dilakukan. Ergonomi merupakan salah satu hal yang mengarah pada

peningkatan kualitas kehidupan kerja. Sedangkan aspek kualitas

sendiri merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi

produktivitas dan kualitas kerja. Manusia dalam hal ini sebagai objek

Page 21: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

makhluk pekerja yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dalam bekerja manusia biasanya menggunakan peralatan kerja dan

berada dalam lingkungan kerja tertentu. Peralatan kerja yang

digunakan harus sesuai dengan manusia pemakai untuk mendukung

fungsi tubuh yang sedang bekerja(Sutalaksana, 2006)

b. Tujuan Ergonomi

Menurut Tarwaka (2010) secara umum tujuan dari penerapan

ergonomi adalah :

1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya

pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban

kerja fisik dan mental dan mengupayakan kepuasan kerja.

2) Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas

kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat

guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama waktu

produktif maupun setelah tidak produktif.

3) Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis,

ekonomis, antropologis dan budaya dari sistem kerja, sehingga

tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

c. Spesialisasi Ilmu ergonomi

Menurut Harianto (2009) sebagai bidang studi multidisiplin,

ergonomi mencakup berbagai aspek ilmu yang sangat luas. Pada

dasarnya ergonomi dapat dibagi menjadi tiga kelompok spesialisasi

ilmu, yaitu :

Page 22: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

1) Ergonomi Fisik, yang meliputi sikap kerja, aktivitas mengangkat

beban, gerakan repetitive, penyakit muskuloskeletal akibat kerja,

tata letak tempat kerja, keselamatan dan kesehatan kerja.

2) Ergonomi Kognitif, yang meliputi beban mental akibat kerja,

pengambilan keputusan, penampilan keterampilan kerja, interaksi

manusia-mesin, pelatihan yang berhubungan dengan sistem

perencanaan kerja.

3) Ergonomi Organisasi, meliputi komunikasi, manajemen sumber

daya pekerja, perencanaan tugas, perencanaan waktu kerja,

kerjasama tim kerja, perencanaan partisipasi kerja, ergonomi

komunitas, paradigma kerja yang baru, pola kerja jarak jauh dan

manajemen kualitas kerja.

Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap

sarana kerja akan menntukan efisiensi, efektifitas dan produktivitas

kerja, selain SOP (Standard Operational Procedurs) yang terdapat

pada setiap jenis pekerjaan. Sikap tubuh dalam bekerja dikatakan

ergonomis jika memberikan rasa nyaman, aman, sehat dan selamat

dalam bekerja (Budiono,2003).

2. Sikap Kerja Tidak Alamiah

Posisi tubuh dalam kerja sangat ditentukan oleh jenis pekerjaan

yang berbeda-beda terhadap tubuh. Masing-masing posisi kerja

mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap tubuh (Tarwaka, 2004).

Page 23: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan

posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah misalnya

pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala

terangkat dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat

gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula risiko terjadinya keluhan

muskuloskeletal. Menurut Grandjean (1993); Anis dan Mcconville (1996);

Waters dan Anderson (1996); Manuaba (2000) dalam Tarwaka (2010)

Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan

tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan

keterbatasan pekerja.

Sikap kerja yang tidak benar seperti membungkuk dan jongkok

dapat mengakibatkan :

a. Nyeri atau sakit pada otot terutama otot punggung

b. Gangguan fungsi dan bentuk otot

(Depkes RI, 2004)

Posisi tubuh yang tidak alamiah dan cara kerja yang tidak

ergonomis dalam waktu lama dan terus menerus dapat menyebabkan

berbagai gangguan kesehatan pada pekerja antara lain :

a. Rasa sakit pada bagian-bagian tertentu sesuai jenis pekerjaan yang

dilakukan seperti pada tangan, kaki, perut, punggung, pinggang dan

lain-lain.

b. Menurunnya motivasi dan kenyamanan kerja.

Page 24: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

c. Gangguan gerakan pada bagian tubuh tertentu (kesulitan mengerakkan

kaki, tangan atau leher/kepala).

d. Dalam waktu lama bisa terjadi perubahan bentuk tubuh (tulang miring,

bongkok).

Menurut Wignjosoebroto (2003) sikap tubuh dalam bekerja sangat

dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan penempatan mesin-mesin,

penempatan alat-alat petunjuk dan cara-cara harus mengoperasikan mesin

(macam gerak, arah dan kekuatan). Untuk bisa mencapai efisiensi dan

produktivitas kerja yang optimal serta memberikan rasa nyaman pada saat

bekerja bisa dilakukan dengan cara :

a. Menghindarkan sikap tubuh yang tidak alamiah.

b. Mengusahakan agar beban statis sekecil mungkin.

c. Membuat dan menentukan kriteria serta ukuran baku tentang sarana

kerja (meja, kursi, dan lain-lain) yang sesuai dengan antropometri

pemakainya.

d. Mengupayakan agar sebisa mungkin pekerjaan dilakukan dengan sikap

duduk atau kombinasi duduk dan berdiri.

Sikap duduk yang benar yaitu sebaiknya duduk dengan punggung

lurus dan bahu berada di belakang serta bokong menyentuh belakang

kursi. Caranya, duduk di ujung kursi dan badan dibungkukan seolah

terbentuk huruf C. Setelah itu badan ditegakkan, kemudian membuat

lengkungan lebih sebisa mungkin, setelah ditahan untuk beberapa detik

kemudian posisi tersebut dilepaskan secara ringan (sekitar 10 derajat).

Page 25: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Posisi duduk inilah yang terbaik. Duduk dengan lutut tetap setinggi atau

sedikit lebih tinggi panggul (menggunakan penyangga kaki) dan sebaiknya

kedua kaki tungkai tidak saling menyilang. Ke-2 kaki dijaga agar tidak

menggantung dan menghindari duduk dengan posisi sama lebih dari 20 –

30 menit. Selama duduk, siku dan lengan diistirahatkan pada kursi, dan

juga bahu tetap rileks (Nurmianto, 2008).

3. Keluhan Muskuloskeletal

Grandjean (1993) menjelaskan keluhan muskuloskeletal adalah

keluhan pada otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari

keluhan yang sangat ringan sampai pada yang sangat sakit. Apabila otot

menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, maka

dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament atau

tendon. Keluhan hingga kerusakan ini disebut juga musculoskeletal

disorders (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal. Secara garis

besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Keluhan sementara (Reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada

saat otot menerima beban statis, keluhan tersebut segera hilang apabila

pembebanan dihentikan.

b. Keluhan menetap (Persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat

menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa

sakit pada otot masih berlanjut.

Sikap kerja terutama pada pekerjaan yang mengharuskan

penggunaan otot untuk jangka waktu lama dalam mempertahankan posisi

Page 26: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

kerja yang kurang nyaman, mengangkat atau mendorong atau menarik

beban, fleksi atau ekstensi leher, lengan atau tangan, mempertahankan

sikap lengan tau pergelangan tangan yang canggung atau jari-jari dalam

posisi memegang erat merupakan faktor penyebab keluhan pada sistem

muskuloskeletal (Harrianto, 2009)

Menurut Bernard P. (1997) studi MSDs pada berbagai industri

telah banyak dilakukan dan hasil studi menunjukan bagian otot yang

sering dikeluhkan adalah otot rangka yang meliputi otot leher, bahu,

lengan, tangan, jari, punggung, pingggang, dan otot bagian bawah.

Peter Vi (2000) dalam Tarwaka (2010) menjelaskan bahwa

terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan

sistem muskuloskeletal antara lain sebagai berikut :

a. Peregangan otot yang berlebihan.

Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering

dikeluhkan oleh pekerja yang aktivitas kerjanya menuntut pengerahan

tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik,

dan menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini

terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan

optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat

mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat

menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal.

Page 27: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

b. Aktivitas berulang

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara

terus-menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu, dan

sebagainya. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekana akibat

beban kerja secara terus-menerus tanpa memperoleh waktu untuk

relaksasi.

c. Sikap kerja tidak alamiah.

Posisi bagian tubuh yang bergerak menjauhi posisi alamiah,

misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk,

kepala terangkat, dan sebagainya dapat menyebabkan keluhan pada

otot skeletal.

d. Faktor penyebab sekunder

Faktor skunder yang juga berpengaruh terhadap keluhan

muskuloskeletal adalah tekanan, getaran dan mikroklimat.

e. Penyebab kombinasi

Resiko terjadinya keluhan otot skeletal akan semakin meningkat

apabila dalam melakukan tugasnya pekerja dihadapkan pada beberapa

faktor resiko dalam waktu yang bersamaan, misalnya pekerja harus

melakukan aktivitas mengangkat beban di bawah tekanan panas

matahari.

Adapun faktor penyebab sekunder antara lain :

Page 28: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

1) Tekanan

Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak.

Sebagai contoh, pada saat tangan harus memegang alat, maka

jaringan otot tangan yang lunak akan menerima tekanan langsung

dari pegangan alat, dan apabila hal ini sering terjadi dapat

menyebabkan rasa nyeri otot menetap (Tarwaka, 2010).

2) Getaran

Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan

kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan

peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat

dan akhirnya timbul rasa nyeri otot (Suma’mur, 1982) dalam

Tarwaka (2010).

3) Mikroklimat

Paparan suhu dingin maupun panas yang berlebihan dapat

menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga

gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak dan kekuatan otot

menurun (Astrand & Rodhl,1977;Pulat, 1992;Wilson & Corlett,

1992) dalam (Tarwaka,2010). Demikian juga dengan paparan

udara yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang

terlampau besar menyebabkan sebagian energi yang ada dalam

tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan

lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak diimbangi dengan

pasokan energi yang cukup, maka akan terjadi kekurangan suplai

Page 29: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

oksigen ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah kurang lancar,

suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat

terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat

menimbulkan rasa nyeri otot. (Suma’mur, 1982; Grandjean,1993

dalam Tarwaka 2010).

Beberapa faktor internal penyebab keluhan otot-otot skeletal dalam

Tarwaka (2010), yaitu :

a. Umur

Betti’e, dkk 1989 dalam Tarwaka 2010 telah melakukan studi

tentang kekuatan statik otot untuk pria dan wanita dengan usia antara

20 sampai dengan di atas 60 tahun. Penelitian difokuskan untuk otot

lengan, punggung dan kaki. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kekuatan otot maksimal terjadi pada saat umur antara 20 - 29 tahun,

selanjutnya terus terjadi penurunan sejalan dengan bertambahnya

umur. Chaffin (1979) dan Guo, dkk. (1995) menyatakan bahwa pada

umumnya keluhan otot skeletal mulai pertama dirasakan pada umur 35

tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan

bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya,

kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga risiko terjadinya

keluhan otot meningkat (Tarwaka, 2004). Menurut Maurits (2010)

kekuatan otot akan berpengaruh terhadap kelelahan kerja yang pada

akhirnya akan berakibat pada keluhan otot.

Page 30: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

b. Jenis kelamin

Beberapa hasil penelitian secara signifikan menunjukkan bahwa

jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot. Hal ini

terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita memang lebih

rendah daripada pria. Astrand, dkk (1997) menjelaskan bahwa

kekuatan otot wanita hanya sekitar dua pertiga dari kekuatan otot pria,

sehingga daya tahan otot priapun lebih tinggi dibandingkan dengan

wanita. Hasil penelitian Betti’e, dkk (1989) menunjukkan bahwa rerata

kekuatan otot wanita kurang lebih hanya 60% dari kekuatan otot pria,

khususnya untuk otot lengan, punggung dan kaki. Hal ini diperkuat

oleh hasil penelitian Chiang, dkk. (1993), Bernard, dkk. (1994), Heles,

dkk. (1994) dan Johanson (1994) yang menyatakan bahwa

perbandingan keluhan otot antara pria dan wanita adalah 1:3. Dari

uraian tersebut, maka jenis kelamin perlu dipertimbangkan dalam

mendesain beban tugas (Tarwaka, 2004).

c. Kebiasaan merokok

Beberapa peneliti telah membuktikan bahwa meningkatnya

keluhan otot sangat erat hubungannya dengan lama dan tingkat

kebiasaan merokok. Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi

merokok, semakin tinggi pula tingkat keluhan otot yang dirasakan,

Boshuizen, et.al (1993) menemukan hubungan yang signifikan antara

kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk

pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot. Hal ini sebenarnya

Page 31: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

terkait erat dengan kondisi kesegaran jasmani seseorang. Kebiasaan

merokok akan dapat menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga

kemampuan untuk mengkonsusmsi oksigen menurun dan sebagai

akibatnya tingkat kesegaran tubuh juga menurun. Apabila yang

bersangkutan harus melakukan tugas yang menuntut pengerahan

tenaga, maka akan mudah lelah karena kandungan oksigen dalam

darah rendah, pembakaran karbohidrat terhambat, terjadi penumpukan

asam laktat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot (Tarwaka,2010).

d. Kesegaran Jasmani

Pada umumnya, keluhan otot lebih jarang ditemukan pada

seseorang yang dalam aktivitas kesehariannya mempunyai cukup

waktu untuk istirahat. Sebaliknya, bagi yang dalam kesehariannya

melakukan pekerjaan yang memerlukan pergerahan tenaga yang besar,

di sisi lain tidak mempunyai waktu yang cukup untuk istirahat, hampir

dapat dipastikan akan terjadi keluhan otot. Tingkat keluhan otot juga

sangat dipengaruhi oleh tingkat kesegaran tubuh. Laporan NIOSH

yang dikutip dari hasil penelitian Cady, dkk. (1979) menyatakan

bahwa untuk tingkat kesegaran tubuh yang rendah, maka risiko

terjadinya keluhan adalah 7.1%, tingkat kesegaran tubuh sedang adalah

3.2% dan tingkat kesegaran tubuh tinggi adalah 0.8%. Hal ini juga

diperkuat Betti’e, dkk (1989) yang menyatakan hasil penelitian

terhadap para penerbang menunjukkan bahwa kelompok penerbang

Page 32: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

dengan tingkat kesegaran tubuh yang tinggi mempunyai risiko yang

sangat kecil terhadap risiko cedera otot.

Dari uraian di atas dapat digarisbawahi bahwa, tingkat

kesegaran tubuh yang rendah akan mempertinggi risiko terjadinya

keluhan otot. Keluhan otot akan meningkat sejalan bertambahnya

aktivitas fisik (Tarwaka, 2004).

e. Kekuatan Fisik

Chaffin dan Park (1973) yang dilaporkan oleh NIOSH

menemukan adanya peningkatan keluhan punggung yang tajam pada

pekerja yang melakukan tugas yang menuntut kekuatan melebihi batas

kekuatan otot pekerja. Secara fisiologis ada yang dilahirkan struktur

otot yang mempunyai kekuatan fisik lebih kuat dibandingkan dengan

yang lainnya. Dalam kondisi kekuatan yang berbeda ini, apabila harus

melakukan pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, jelas yang

mempunyai kekuatan otot rendah akan lebih rentan terhadap risiko

cidera otot

f. Ukuran Tubuh

Walaupun pengaruhnya relatif kecil, berat badan, tinggi badan

dan masssa tubuh merupakan faktor yang dapat menyebabkan

terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal. Apabila dicermati, keluhan

sistim muskuloskeletal yang terkait dengan ukuran tubuh lebih

disebabkan oleh kondisi keseimbangan struktur rangka di dalam

Page 33: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

menerima beban, baik berat tubuh maupun beban tambahan lainnya

(Tarwaka, 2010).

Faktor eksternal penyebab keluhan otot-otot skeletal, yaitu :

a. Lama kerja/waktu kerja

Waktu kerja bagi seseorang menentukan efesiensi dan

produktivitasnya. Lamanya seorang bekerja sehari baik pada umumnya

6 – 8 jam. Dalam seminggu orang hanya bisa bekerja dengan baik

selama 40 - 50 jam. Lebih dari itu kecenderungan timbulnya hal-hal

yang negatif. Makin panjang waktu kerja, makin besar kemungkinan

terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Jumlah 40 jam kerja.

Seminggu ini dapat dibuat 5 atau 6 hari kerja tergantung kepada

berbagai faktor. Penelitian-penelitian menunjukan bahwa pengurangan

jam kerja dari 8¼ke 8 jam disertai meningkatnya efesiensi kerja

dengan kenaikan produktivitas 3 sampai 10%. Kecenderungan ini lebih

terlihat pada pekerjaan yang dilakukan dengan tangan (Suma’mur,

2009).

b. Tekanan melalui fisik (beban kerja)

Beban kerja pada suatu waktu tertentu mengakibatkan

berkurangnya kinerja otot, gejala yang ditunjukkan juga berupa pada

makin rendahnya gerakan. Keadaaan ini tidak hanya disebabkan oleh

suatu sebab tunggal seperti terlalu kerasnya beban kerja, namun juga

oleh tekanan–tekanan yang terakumulasi setiap harinya pada suatu

masa yang panjang. Keadaan seperti ini yang berlarut–larut

Page 34: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

mengakibatkan memburuknya kesehatan, yang disebut juga kelelahan

klinis atau kronis. Perasaan lelah pada keadaan ini kerap muncul ketika

bangun di pagi hari, justru sebelum saatnya bekerja, misalnya berupa

perasaan kebencian yang bersumber dari perasaan emosi (Sugeng, dkk,

2002). Sejumlah orang kerapkali menunjukkan gejala seperti berikut :

1) Meningkatnya ketidakstabilan jiwa

2) Depresi

3) Kelesuan umum seperti tidak bergairah kerja

4) Meningkatnya sejumlah penyakit fisik

4. Otot

a. Anatomi otot

Otot rangka merupakan bagian terbesar dari tubuh manusia.

Kira-kira lebih dari 400 buah otot rangka saling berpasangan di kedua

sisi tubuh dan berat keseluruhannya mencapai 40% berat badan total

tubuh manusia. Otot berfungsi sebagai alat gerak aktif, ditambah

adanya sendi dan tulang sebagai alat gerak pasif sehingga tubuh

manusia dapat bergerak. Kedua ujung otot melekat erat pada tulang

melalui perantaraan jaringan ikat elastis yang disebut tendon/ligamen.

Otot dibagi menjadi kaput (kepala otot), venter (badan otot) dan kauda

otot (ekor otot) (Harrianto, 2009).

b. Kontraksi otot

Potensial aksi akan mengubah permeabilitas retikulum

sarkoplasma, sehingga ion Ca++ dilepaskan. Ion-ion Ca berikatan

Page 35: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

dengan sebuah molekul protein yang berguna sebagai tempat ikatan

aktin miosin, sehingga keduanya terikat satu sama lain. Molekul

miosin berikatan dengan molekul energi dan berubah bentuk, yang

akhirnya menghasilkan suatu gerak mengelinding mengelilingi filamen

aktin, gerakan itu akan menyebabkan terjadinya koontraksi otot. Pada

akhir kontraksi otot, ion-ion Ca dialirkan kembali. Filamen ktin miosin

melepaskan diri satu sama lain, dengan demikian terjadi relaksasi otot

akibat regangan pasif jaringan ikat. Retikulum sarkoplasma adalah

retikulum yang mengelilingi miofibril setiap serabut otot. Semakin

banyak retikulum sarkoplasma maka semakin cepat konraksi serabut

otot (Guyton dan Hall, 2007).

c. Kerja otot

Aktivitas kerja otot memiliki dua bentuk :

1) Kerja otot dinamis, ditandai dengan perubahan ritmik aktivitas

regangan, kontraksi, dan relaksasi otot. Kontraksi kerja otot

dinamis selalu diikuti relaksasi otot sesaat. Maka dari itu pada saat

kontraksi otot akan bekerja sebaggai pompa pembuluh darah balik

guna memeras darah keluar dar otot. Sebaliknya, pada saat

relaksasi otot akan memberikan peluang aliran darah segar

memasuki otot. Dengan demikian suplai darah justru menjadi 10 –

20 kali lipat lebih besar dari keadaan normal. Otot akan penuh

dengan darah yang banyak mengandung sari makanan dan O2.

Sementara itu metabolit yang dihasilkan selam kerja otot dapat

Page 36: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

dibersikan dan dibuang sehingga jenis kerja otot ini dapat

diteruskan untuk jangka waktu lama tanpa menimbulkan kelelahan

otot (Harrianto, 2009).

2) Kerja otot statis, ditandai dengan kontraksi otot yang

berkepanjangan, biasanya dihubungkan dengan usaha untuk

mempertahankan sikap dalam posisi tertentu atau selama

memegang peralatan kerja. Dalam situasi kerja otot statis peredaran

darah di otot justru terhambat karena pembuluh darah otot terjepit

oleh tekanan internal jaringan otot. Sehingga kerja otot hanya

mengandalkan cadangan sari makanan di otot dan sebagian besar

tenaga dihasilkan dari proses anaerob. Akibatnya metabolit asam

laktat terakumulasi di sel-sel otot, maka kelelahan otot setempatpun

terjadi dengan cepat. Hal ini biasanya menimbulkan nyeri otot akut,

dan kerja otot tidak dapat dipertahankan dalam waktu lama

(Harrianto, 2009).

5. Gangguan pada Sistem Muskuloskeletal

Ada beberapa gangguan pada sistem muskuloskeletal salah satunya

nyeri pinggang. Nyeri pinggang adalah keluhan rasa nyeri, ketegangan

otot, atau rasa kaku di daerah pinggang yaitu di pinggir bawah iga sampai

lipataan bawah bokong, dengan atau tanpa disertai penjalaran rasa nyeri ke

daerah tungkai. Terdapat dua jenis penyakit pinggang yang umumnya

terjadi yaitu nyeri pinggang spesifik dan nyeri pinggang nonspesifik.

Namun nyeri pinggang yang sangat sering dialami oleh masyarakat umum

Page 37: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

adalah nyeri pinggang nonspesifik dimana nyeri pinggang nonspesifik sulit

diketahui penyebabnya (Harrianto,2009).

Umumnya nyeri pinggang nonspesifik disebabkan oleh masalah

pekerjaan berat berhubungan dengan angkat-angkut juga berkaitan dengan

sering atau lamanya membengkokan badan , membungkuk, duduk, berdiri

terlalu lama atau postur batang tubuh lainnya yang janggal (Harrianto,

2009). Dalam Tarwaka (2010) sikap seperti ini disebut sebagai sikap yang

tidak alamiah.

6. Hubungan Sikap Kerja Tidak Alamiah dengan Keluhan Muskuloskeletal

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan

posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah misalnya

pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala

terangkat dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat

gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula risiko terjadinya keluhan

muskuloskeletal. Menurut Grandjean (1993); Anis dan Mcconville (1996);

Waters dan Anderson (1996); Manuaba (2000) dalam Tarwaka (2000)

sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan

tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan

keterbatasan pekerja.

Sikap kerja tidak alamiah yang mungkin dapat menyebabkan

keluhan atau gangguan sistem muskuloskeletal seperti di bawah ini :

Page 38: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

a. Membungkuk

Menurut sering atau lamanya membengkokan badan,

membungkuk, duduk, berdiri terlalu lama atau postur batang tubuh

lainnya yang tidak alamiah dapat menyebabkan rasa sakit pada otot

pinggang(Harianto, 2009). Hal ini disebabkan karena stres pada otot

dan ligamen pada masing-masing vertebrae (Tarwaka, 2010).

b. Jongkok

Bekerja dalam kondisi sikap kaki jongkok menyebabkan kerja

statis pada otot kaki. Dalam situasi kerja otot statis peredaran darah di

otot justru terhambat karena pembuluh darah otot terjepit oleh tekanan

internal jaringan otot. Sehingga kerja otot hanya mengandalkan

cadangan sari makanan di otot dan sebagian besar tenaga dihasilkan

dari proses anaerob. Akibatnya metabolit asam laktat terakumulasi di

sel-sel otot, sehingga kelelahan otot setempatpun terjadi dengan cepat.

Hal ini biasanya menimbulakn nyeri otot akut, dan kerja otot tidak

dapat dipertahankan dalam waktu lama (Harrianto, 2009).

c. Duduk di lantai

Pekerjaan yang mengaruskan pekerja untuk mempertahankan

posisi dan rotasi leher yang ekstrem untuk jangka yang panjang

menyebabkan rasa nyeri dan kaku pada leher akibat spasme otot-otot

leher yang menghambat pergerakan leher. Kadang rasa nyeri tersebut

menyebar ke daerah bahu, punggung, lengan (Harrianto, 2009).

Page 39: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Untuk rasa nyeri pada siku dapat terjadi karena otot-otot fleksor

dan ekstensor lengan bawah srta jari berorigo melalui sebuah

ligamentum secara kolektif pada epikondilus lateral dan dan medial

humerus. Gerakan yang berulang secara berlebihan pada otot tersebut,

terutama ekstensi pergelangan tangan yang disertai gerakan pronasi

dan supinasi akan mengakibatkan peradangan ligamentum anulare tang

terletak tepat di origo otot tersebut. Biasanya disertai terperangkapnya

ramus profundus n. radialis. Timbul rasa nyeri di sisi lateral siku dan

rasa nyeri tekan di tempat tersebut, disertai dengan timbulnya ras nyeri

di tempat tersebut pada posisi bertahan ekstensi pergelangan tangan

(Harrianto, 2009).

Nyeri pada pergelangan tangan disebabkan karena peradangan

sarung tendo serta jaringan-jaringan di sekitarnya, sedangkan tendonya

sendiri relatif tidak terpengaruh. Pada kondisi ini cairan eksudat

menyusup ke dalam sarung tendo sehingga mudah terjadi fibrosis dan

pelekatan. Biasanya akibat pekerjaan yang memerlukan gerakan

lengan dan jari secara berulang yang disertai posisi menggenggam

yang kuat atau mempertahankan posisi deviasi pergelangan tangan

yang lama (Harrianto, 2009).

Nyeri pada jari-jari tangan disebabkan karena tekanan berulang

yang lama karena ujung pegangan palu pada daerah hipotenar tangan,

mengakibatkan cedera a. ulnaris di terowongan Guyon. Hal ini

menyebabkan terjadinya thrombus sehingga aliran darah terhambat dan

Page 40: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

membengkak. Pembengkakan di daerah tersebut dapat menekan n.

ulnaris di dekatnya (Harrianto, 2009).

7. Penilaian Sikap Kerja dengan Metode REBA (Rapid Entired Body

Assesment)

Metode ini memungkinkan dilakukan suatu analisis secara bersama

dari posisi yang terjadi pada anggota tubuh bagian atas (lengan, lengan

bawah dan pergelangan tangan), badan, leher dan kaki. Metode ini juga

mendefinisikan faktor-faktor lainnya yang dianggap dapat menentukan

untuk penilaian akhir dari postur tubuh, seperti : beban atau force atau

gaya yang dilakukan, jenis pegangan atau jenis aktivitas otot yang

dilakukan (Tarwaka, 2010). Adapun skoring untuk REBA adalah sebagi

berikut :

a. Group A : Penilaian anggota tubuh bagian badan, leher, dan kaki

1) Badan (trunk)

Skoring ini untuk menentukan apakah pekerja melakukan

pekerjaan dengan posisi badan tegak atau tidak, dan kemudian

menentukan besar-kecilnya sudut fleksi atau ekstensi dari badan

yang diamati. Kemudian memberikan skor berdasarkan posisi

badan.

Tabel 2.1. Tabel Penilaian Posisi Badan (trunk) (Cuixart, 2003)

Skor Posisi

1 posisi badan tegak lurus

2 fleksi atau ekstensi 00 - 200

Page 41: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

3 fleksi 200 – 600 dan ekstensi >200

4 membungkuk >600

+1 jika posisi badan membungkuk atau memuntir secara lateral

Gambar 2.1. Posisi Badann (trunk) (cuixart, 2003)

2) Penilaian pada leher

Langkah kedua adalah penilaian posisi leher. Metode

REBA mempertimbangkan kemungkinan dua posisi leher yaitu

fleksi dan ekstensi. Skor pada leher dapat ditambah apabila posisi

leher pekerja membungkuk atau memuntir secara lateral. Dapat

dilihat pada gambar dan tabel berikut :

Gambar 2.2. Posisi Leher (Cuixart, 2003)

Page 42: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Tabel 2.2. Tabel Penilaian Posisi Leher (Cuixart, 2003)

Skor Posisi

1 fleksi 00 - 200

2 fleksi atau ekstensi >200

+1 jika posisi leher membungkuk atau memuntir secara lateral

3) Penilaian pada kaki

Skor pada kaki akan meningkat jika salah satu atau kedua

lutut fleksi atau ditekuk. Namun demikian, jika pekerja duduk

maka keadaan tersebut dianggap tidak menekuk sehingga tidak

meningkatkan skor pada kaki. Penilaian pada kaki digambarkan

pada gambar berikut ini ;

Gambar 2.3. Gambar Posisi Kaki (Cuixart, 2003)

Penilaiannya tersaji dalam tabel berikut :

Tabel 2.3. Tabel Penilaian Posisi Kaki (Cuixart, 2003)

Skor Posisi

1 posisi kedua kaki tertopang dengan baik di lantai baik dalam keadaan berdiri maupun berjalan

2 Salah satu tidak tertopang di lantai dengan baik atau

Page 43: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

terangkat

+1 jika salah satu atau kedua kaki ditekuk fleksi 300 – 600

+2 jika satu atau kedua kaki ditekuk fleksi >600

b. Group B : Penilaian anggota tubuh bagian atas

1) Penilaian pada lengan

Untuk menentukan skor yang dilakukan pada lengan atas

maka harus diukur sudut antara lengan dan badan. Skor yang

diperoleh akan sangat bergantung dari besar-kecilnya sudut yang

dibentuk antara lengan dengan badan selama melakukan pekerjaan.

Skor untuk lengan dapat ditambah atau dikurangi jika bahu pekerja

terangkat, jika lengan diputar, diangkat menjauh dari badan, atau

dikurangi jika lengan ditopang selama bekerja. Berikut adalah

gambar dan tabel penilaian posisi lengan ;

Gambar 2.4. Gambar Posisi Lengan (Cuixart, 2003)

Page 44: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Tabel 2.4. Tabel Penilaian Posisi Lengan (Cuixart, 2003)

2) Penilaian Lengan Bawah

Skor lengan bawah bergantung pada sudut yang dibentuk

oleh lengan bawah.

Gambar 2.5. Gambar Posisi Lengan Bawah (Cuixart, 2003)

Tabel 2.5. Tabel Posisi Lengan Bawah (Cuixart, 2003)

Skor Kisaran sudut

1 Fleksi atau ekstensi 00-150

2 Fleksi >150

Skor Posisi

1 posisi lengan fleksi atau ekstensi antara 00 - 200

2 posisi lengan fleksi antara 210 – 450 atau ekstensi >200

3 posisi lengan fleksi antara 460 - 900

4 posisi lengan fleksi >900

+1 jika bahu diangkat atau lengan diputar atau dirotasi

+1 jika lengan diangkat menjauhi badan

-1 jika berat lengan ditopang dengan menahan gravitasi

Page 45: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

3) Penilaian Pergelangan Tangan

Skor pada pergelangan tangan ditentukan oleh besar

kecilnya sudut yang dibentuk pergelangan tangan saat melakukan

pekerjaan. Skor dapat ditambah jika pergelangan tangan

mengalami torsi atau deviasi baik ulnar maupun radial.

Gambar 2.6. Gambar Posisi Pergelangan Tangan (Cuixart, 2003)

Tabel 2.6. Tabel Penilaian Posisi Pergelangan Tangan (Cuixart, 2003)

Skor Posisi 1 posisi pergelangan tangan fleksi atau ekstensi 00 - 150 2 posisi pergelangan tangan fleksi atau ekstensi >150 +1 pergelangan tangan pada saat bekerja mengalami torsi atau

deviasi baik ulnar maupun radial

c. Skoring awal group A, B dan C

1) Group A

Skor pertama yang diperoleh dari posisi badan, leher dan kaki.

Page 46: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Tabel 2.7. Tabel Penilaian Group A (Tarwaka, 2010)

TABEL A

Badan

Leher

1 2 3

Kaki Kaki Kaki

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 1 2 3 4 1 2 3 4 3 3 5 6

2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7

3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8

4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9

5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9

Penilaian untuk beban kerja (ditambahkan pada skor A) :

Tabel 2.8. Tabel Penilaian Beban (Cuixart, 2003)

Skor Posisi

+0 Beban attau force >5 kg

+1 Beban atau force 5 – 10 kg

+2 Beban atau force >10 kg

+1 Pembebanan secara tiba-tiba

Page 47: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

2) Skor awal group B

Skor yang diperoleh dari posisi lengan, lengan bawah dan

pergelangan tangan.

Tabel 2.9. Tabel Skor Awal Group B (Tarwaka, 2010)

TABEL B

Lengan

Lengan Bawah

1 2

Pergelangan Tangan Pergelangan Tangan

1 2 3 1 2 3

1 1 2 2 1 2 3

2 1 2 3 2 3 4

3 3 4 5 4 5 5

4 4 5 5 5 6 7

5 6 7 8 7 8 8

Penilaian untuk jenis pegangan (ditambahkan pada skor B) :

Tabel 2.10. Tabel Penilaian untuk Jenis Pegangan (Tarwaka, 2010)

Skor Posisi +0 Pegangana bagus (pegangan baik dan kekuatan pegangan di posisi

tengah) +1 Pegangan sedang (pegangan dapat diterima tetapi tidak ideal) +2 Pegangan kurang baik (mungkin dapat digunakan tetapi tidak dapat

diterima) +3 Pegangan jelek (terlalu dipaksakan, tidak ada pegangan tangan,

tidak dapat diterima untuk bagian tubuh lainnya

Page 48: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

3) Skor C terhadap Skor A dan Skor B

Skor C berdasarkan pada hasil perhitungan dari skor A dan skor B.

Tabel 2.11. Tabel Skor C terhadap Skor A dan Skor B (Tarwaka,2010)

TABEL C

SKOR

A

SKOR B

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7

2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8

3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8

4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9

5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9

6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10

7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11

8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11

9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12

10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12

11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12

12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12

Penilaian jenis aktivitas otot (ditambahkan pada skor C) :

Tabel 2.12. Tabel Penilaian jenis aktivitas otot (Tarwaka, 2010)

Skor Aktivitas +1 Satu atau lebih bagian tubuh dalam keadaan statis +1 Gerakan berulang +1 Perubahan postur atau gerak tidak stabil

Page 49: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Tabel 2.13. Standar Kerja Berdasarkan Skor Akhir (Tarwaka, 2010)

Skor Akhir

Tingkat Aksi

Tingkat Resiko Tindakan

1 0 Sangat rendah Tidak ada tindakan yang diperlukan 2 – 3 1 Rendah Mungkin diperlukan tindakan 4 – 7 2 Sedang Diperlukan tindakan

8 – 10 3 Tinggi Diperlukan tindakan segera 11 – 15 4 Sangat tinggi Diperlukan tindakan sesegera mungkin

8. Penilaian keluhan muskuloskeletal dengan metode NBM (Nordic Body

Map)

Nordic Body Map merupakan metode lanjutan yang dapat

digunakan setelah selesai dilakukan observasi dengan metode REBA.

Metode NBM meliputi 28 bagian otot-otot skeletal pada kedua sisi tubuh

kanan dan kiri yang dimulai dari anggota tubuh bagian atas yaitu otot leher

sampai dengan paling bawah yaitu otot pada kaki. Pengukuran gangguan

otot skeletal dengan menggunakan kuisioner NBM digunakan untuk

menilai tingkat keparahan gangguan otot skeletal individu dalam

kelompok kerja yang cukup banyak atau kelompok sampel yang dapat

merepresentasikan populasi secara keseluruhan (Tarwaka, 2010).

Penilaian metode NBM menggunakan 4 skala likert, yaitu :

Tabel 2.14. Definisi Operasional Penilaian NBM (Tarwaka, 2010)

Skor Definisi Operasional 1 Tidak ada keluhan atau kenyerian atau tidak ada rasa sakit sama sekali

yang dirasakan oleh pekerja (tidak sakit) 2 Dirasakan ada sedikit rasa keluhan atau kenyerian pada otot skeletal

(agak sakit) 3 Adanya keluhan atau kenyerian atau sakit pada otot skeletal (sakit) 4 Keluhan sangat sakit atau sangat nyeri pada otot skeletal (sangat sakit)

Page 50: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Gambar 2.7. Nordic Body Map (Tarwaka, 2010)

Setelah selesai melakukan wawancara dan pengisian kuisioner

maka langkah berikutnya adalah perhitungan skor individu dari seluruh

otot skelatal (28 bagian otot skeletal). Pada desain 4 skala likert ini, maka

akan diperoleh skor individu terendah 28 dan skor tertinggi 112 (Tarwaka,

2010). Setelah didapatkan total skor individu melalui perhitungan maka

langkah selanjutnya adalah penentuan tingkat resiko keluhan

muskuloskeletal dan tindakan perbaikan yang semestinya dilakukan.

Keterangan : 0. Leher atas

1. Tengkuk

2. Bahu kiri

3. Bahu kanan

4. Lengan atas kiri

5. Punggung

6. Lengan atas kanan

7. Pinggang

8. Pinggul

9. Pantat

10. Siku kiri

11. Siku kanan

12. Lengan bawah kiri

13. Lengan bawah

kanan

Keterangan : 14. Pergelangan tangan

kiri

15. Pergelangan tangan

kanan

16. Tangan kiri

17. Tangan kanan

18. Paha kiri

19. Paha kanan

20. Lutut kiri

21. Lutut kanan

22. Betis kiri

23. Betis kanan

24. Pergelangan kaki kiri

25. Pergelangan kaki

kanan

26. Kaki kiri

27. Kaki kanan

Page 51: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Penentuan tingkat risiko berdasarkan total skor individu dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 2.15. Klasifikasi Subjektifitas Tingkat Risiko Otot Skeletal Berdasarkan

Total Skor Individu (Tarwaka, 2010)

Tingkat Aksi

Skor Individu

Tingkat Risiko

Tindakan Perbaikan

1 28 – 49 Rendah Belum diperlukan adanya tindakan perbaikan

2 50 – 70 Sedang Mungkin diperlukan tindakan dikemudian hari

3 71 – 91 Tinggi Diperlukan tindakan segera 4 91 – 112 Sangat

Tinggi Diperlukan tindakan menyeluruh sesegera mungkin

B. Kerangka Teori

Gambar 2.8. Kerangka Teori Keterangan :

Peregangan otot berlebih

Aktivitas berulang

Sikap kerja tidak alamiah

Faktor penyebab sekunder

Faktor penyebab kombinasi

Keluhan Muskuloskeletal

umur

Jenis Kelamin

Kebiasaan merokok

Kesegaran jasmani

Kekuatan fisik

Ukuran Tubuh

Faktor internal

Beban Kerja Lama kerja

Faktor Eksternal

Tidak diteliti

Diteliti

Page 52: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

C. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.9. Kerangka Pemikiran D. Hipotesis

Ada hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal

pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di Tumang Cepogo

Boyolali.

Pekerjaan Pembentukan

Sikap kerja tidak alamiah

Keluhan Muskuloskeletal

Jongkok Membungkuk

- Leher ditekuk ke bawah - Fleksi dan ekstensi

pergelangan tangan - Fleksi dan ekstensi siku

Otot Statis pada Kaki

Suplai O2 kurang

Penimbunan asam laktat

-Inflamasi sarung tendon/ligamen dan spasme otot khusus untuk

leher

Stress pada ligamen vertebrae dan peregangan

otot berlebih

Page 53: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini merupakan observasional analitik yaitu penelitian

yang menjelaskan adanya hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian

hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya (Suryabrata, 2001), merupakan

metode yang digunakan untuk mengetahui hubungan kausa sebab akibat dari

suatu variabel (Sarwono, 2010).

Berdasarkan pendekatannya, maka penelitian ini menggunakan

pendekatan Cross Sectional karena variabel sebab dan akibat yang terjadi pada

objek penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan

dilakukan pada situasi saat yang sama (Notoatmojo, 2002).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di sentra indutri kerajinan tembaga dan

kuningan bagian pembentukan di Tumang Kecamatan Cepogo Kabupaten

Boyolali pada bulan Maret – Juni 2012.

C. Populasi dan Subjek Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pengrajin tembaga dan

kuningan di Tumang Cepogo Boyolali sejumlah 425 pekerja laki-laki. 425

pekerja tersebut merupakan populasi yang terdiri dari pekerja pembentukan,

Page 54: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

pengukir, pengelasan,penyetelan, finishing, dan marketing. Sedangkan untuk

populasi target sebagai subjek penelitian adalah pekerja bagian pembentukan

sejumlah 96 pekerja laki-laki.

D. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling yang digunakan adalah Simple Random Sampling di

mana pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak (dengan cara

diundi) tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut

(Sugiyono, 2011). Jumlah populasi pekerja pengrajin tembaga dan kuningan di

desa Tumang adalah 425 pekerja. Populasi tersebut adalah sebagai populasi

umum. Sedangkan populasi target sejumlah 96 pekerja bagian pembentukan,

dan dengan kriteria kriteria inklusi sebagai berikut :

1. Pekerja laki-laki bagian pembentukan.

2. Bersedia menjadi subjek penelitian.

3. Bekerja dalam posisi tidak alamiah (jongkok dan bungkuk).

4. Kondisi kesehatan baik.

5. Usia 20 – 35 tahun.

Dan untuk kriteria eksklusi adalah :

1. Tidak bersedia menjadi subyek penelitian pada saat dilakukan pengukuran.

2. Tidak berada di lokasi selama penelitian berlangsung.

Dari 96 populasi target tersebut di atas maka ditentukan jumlah sampel

dengan rumus sebagai berikut :

푠 =λ². N. P. Q

d² (N− 1) + λ². P. Q

Page 55: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

푠 =1². 96.0,5.0,5

0,05² (96− 1) + 1². 0,5.0,5

푠 =24

0,24 + 0,25

푠 =24

0,49

푠 = 48,99 = 49

Keterangan :

λ² dengan dk = 1, taraf kesalahan bias 1%, 5%, 10%

P = Q = 0,5

d = 0,05

s = jumlah sampel

Sampel sebesar 49 orang pekerja diambil dengan teknik Simple Random

Sampling, yakni pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak

dengan cara diundi tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi

tersebut (Sugiyono, 2011).

E. Sampel Penelitian

Sampel dari penelitian ini adalah pekerja laki-laki pengrajin tembaga

dan kuningan pada bagian pembentukan yang berada di desa Tumang Cepogo

Boyolali sebanyak 49 pekerja.

Page 56: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas (independent variable)

Variabel bebas adalah variabel stimulus atau variabel yang

mempengaruhi varabel lain (Sarwono, 2006). Variabel bebas dalam

penelitian ini adalah sikap kerja yang tidak alamiah (jongkok, duduk di

lantai dan membungkuk).

2. Variabel Terikat (independent variable)

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat dari adanya variable bebas (Sugiyono, 2010) . Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah keluhan muskuloskeletal.

3. Variabel Pengganggu

Variabel penggangu adalah variabel yang secara teoritis berpengaruh

terhadap variabel terikat, namun tidak diinginkan pengaruhnya (Sarwono,

2006). Dalam penelitian ini ada 2 variabel pengganggu.

a. Variabel pengganggu terkendali : jenis kelamin, umur, lama kerja, jenis

pekerjaan, kondisi kesehatan dan beban kerja.

b. Variabel pengganggu tidak terkendali : kebiasaan merokok, ukuran

tubuh, kesegaran jasmani, lingkungan kerja.

Page 57: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Gambar 3.1. Identifikasi Variabel Peneletian

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas : Sikap kerja tidak alamiah

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap dimana pekerja dalam

melakukan pekerjaannya dengan posisi duduk di lantai, jongkok, atau

membungkuk dengan klasifikasi tingkat aksi meliputi sangat rendah (1),

rendah (2 – 3)), sedang (4 – 7), tinggi (8 – 10) dan sangat tinggi (11 – 15).

Alat ukur : Metode REBA

Satuan : 1 – 15 (skor)

Variabel Bebas : sikap kerja tidak alamiah

Variabel terikat : Keluhan muskuloskeletal

Variabel Penganggu terkendali : a. Jenis kelamin b. Umur c. Lama kerja d. Jenis pekerjaan e. Beban kerja f. Kondisi kesehatan

Variabel Penganggu tidak terkendali : 1. Kesegaran jasmani 2. Lingkungan kerja 3. Kebiasaan merokok 4. Ukuran Tubuh

Page 58: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Skala Pengukuran : Interval

Skala analisis : Interval

Skor akhir REBA :

1 : Tingkat aksi 0 : Tingkat resiko sangat rendah

2 – 3 : Tingkat aksi 1 : Tingkat resiko rendah

4 – 7 : Tingkat aksi 2 : Tingkat resiko sedang

8 – 10 : Tingkat aksi 3 : Tingkat resiko tinggi

11 – 15 : Tingkat aksi 4 : Tingkat resiko sangat tinggi

2. Variabel Terikat : Keluhan muskuloskeletal

Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot

skeletal (pegal-pegal) dan rasa sakit yang dirasakan oleh pengrajin tembaga

dan kuningan bagian forming mulai dari keluhan sangat ringan sampai

sangat sakit pada saat penelitian dilakukan. Adapun bagian- bagian tubuh

yang mengalami rasa sakit adalah tengkuk atau leher, bahu, punggung,

pinggang, pantat, siku, lengan, pergelangan tangan, tangan, kaki, lutut, betis

dan pergelangan kaki

Alat ukur : Kuesioner Nordic body map

Satuan : 28 - 112 (Skor)

Skala pengukuran : Interval

Skala analisis : Interval

Skoring pada kuesioner ini sebagai berikut :

Tidak sakit : 1 (apabila tidak ada rasa nyeri atau keluhan otot- otot

skeletal pada bagian tubuh tertentu).

Page 59: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Agak sakit : 2 (apabila timbul rasa nyeri atau keluhan otot-otot skeletal

pada tentu, tetapi gejala yang timbul tidak terlalu parah dan

masih dapat menjalankan pekerjaan).

Sakit : 3 (apabila mengalami rasa nyeri atau keluhan otot-otot

skeletal tubuh tertentu dan terasa sakit untuk beraktifitas).

Sakit sekali : 4 (apabila mengalami rasa nyeri atau keluhan otot-otot

skeletal yang amat sangat sakit pada bagian tubuh tertentu

dan mengganggu dalam beraktifitas).

Skor akhir :

28 – 49 : tingkat risiko rendah : Tingkat aksi 1

50 – 70 : tingkat risiko sedang : Tingkat aksi 2

71 – 91 : tingkat risiko tinggi : Tingkat aksi 3

92 – 112 : tingkat risiko sangat tinggi : Tingkat aksi 4

3. Variabel Pengganggu

a. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah kriteria atau ciri-ciri biologis yang

membedakan antara laki-laki dan perempuan. Variabel ini merupakan

variabel pengganggu yang dapat dikendalikan dan merupakan kriteria

inklusi. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah laki-laki.

Alat ukur : Wawancara dan kartu identitas pekerja

Satuan : Laki-laki/Perempuan

Skala Pengukuran : Nominal

Page 60: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

b. Umur

Umur adalah perhitungan waktu yang dihitung dari tahun 20 -

35 tahun. kelahiran sampai hari pada tahun saat dilakukan penelitian.

Variabel ini merupakan variabel pengganggu yang dapat dikendalikan

dan merupakan kriteria inklusi (20 – 35 tahun)

Alat ukur : Wawancara dan kartu identitas diri

Satuan : Tahun

Skala Pengukuran : Rasio

c. Kondisi Kesehatan

Kondisi kesehatan adalah keadaan/kondisi dari pekerja yang

tidak dalam keadaan sakit (sehat). Variabel ini merupakan variabel

pengganggu yang dapat dikendalikan dan merupakan kriteria inklusi.

Dalam penelitian ini kondisi kesehatannya sehat.

Alat ukur : Wawancara

Satuan : Sehat/tidak sehat

Skala Pengukuran : Nominal

d. Lama Kerja

Lama kerja adalah jumlah waktu kerja tiap harinya pada

pekerjaan pembentukan. Dalam penelitian ini lama kerjanya 8 jam per

hari (7 jam kerja dan 1 jam istirahat).

Alat ukur : Wawancara

Satuan : Jam

e. Jenis Pekerjaan

Page 61: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Jenis pekerjaan adalah pekerjaan yang diselesaikan oleh tenaga

kerja. Variabel ini merupakan variabel pengganggu yang dapat

dikendalikan dan merupakan kriteria inklusi. Dalam penelitian ini adalah

pembentukan logam.

Alat ukur : Wawancara dan observasi

Skala Pengukuran : Nominal

f. Beban kerja

Beban kerja adalah perbedaan kapasitas kerja dengan tuntutan

kerja yang dilakukan, dalam penelitian ini beban kerja di ukur dengan

penghitungan denyut nadi permenit dari pekerja.

Alat ukur : pengitungan denyut nadi

Skala pengukuran : rasio

Skala analisis : ordinal

Page 62: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

H. Desain Penelitian

Gambar 3.2. Desain Penelitian

I. Instrumen Penelitian

a. Busur derajat untuk mengukur besar sudut posisi lengan, lengan bawah,

pergelangan tangan, leher, lutut dan siku

b. Lembar kerja penilaian REBA disertai dengan daftar pertanyaan tentang

jenis pekerjaan, umur, lama kerja, kebiasaaan merokok, kondisi kesehatan,

kesegaran jasmani dan kondisi lingkungan kerja.

c. Kuesioner Nordic Body Map

Kuesioner Nordic Body Map berupa lembaran berisi pertanyaan-

pertanyaan yang diberikan langsung pada responden setelah dilakukan

Populasi (Target)

Keluhan Muskuloskeletal

Subyek/Sampel

Simple Random Sampling

Sikap Kerja tidak Alamiah

Jongkok Membungkuk Duduk di lantai

Penilaian REBA

Penilaian Nordic Body Map

Uji Korelasi Spearman Rho

Skor

Skor

Page 63: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

penilaian REBA, kemudian dinilai sehingga dapat digolongkan tentang

keluhan muskuloskeletalnya dengan kriteria tidak sakit (28 - 49), agak sakit

(50 - 70), sakit (71 - 91), sakit sekali (92 - 112).

d. Perlengkapan alat tulis

Perlengkapan alat tulis digunakan untuk penulisan data yang diambil.

e. Kamera

Untuk pengambilan gambar sebagai data pendukung.

J. Cara Kerja Penelitian

1. Tahap persiapan

a. Peneliti meminta surat pengantar dari Prodi untuk melakukan

penelitian.

b. Peneliti mengajukan surat pengantar dari Prodi ke Dinas

Kesbangpolinmas Kabupaten Boyolali.

c. Kesbangpolinmas memberikan disposisi dan surat pengantar ke

kelurahan Tumang.

d. Pihak kelurahan memberikan disposisi dan surat pengantar ke

penguasaha kerajinan tembaga dan kuningan di Tumang.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Peneliti menentukan sampel yang akan dijadikan sebagi objek

penelitian.

b. Peneliti menganalisa dan menilai sikap kerja pekerja dengan

menggunakan lembar kerja metode REBA dan mengisi formulir tentang

Page 64: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan, kondisi kesehatan, lama kerja,

kesegaran jasmani, kebiasaan merokok dan kondisi lingkungan kerja

yang terdapat pada lembar kerja metode REBA.

c. Peneliti Menilai keluhan muskuloskeletal dengan menggunakan

Lembar kerja Nordic Body Map.

d. Peneliti mengumpulkan keseluruhan data dari hasil penelitian.

3. Pengolahan data.

Peneliti mengolah data yang diperoleh dari hasl penelitian yang

telah dilakukan.

K. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Teknik pengolahan data

Pengolahan data merupakan proses yang sangat penting dalam

penelitian, oleh karena itu harus dilakukan dengan baik dan benar.

Menurut Notoatmodjo (2002) kegiatan dalam proses pengolahan data

adalah :

a. Memeriksa data (Editing)

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah terkumpul. Tujuan dilakukannya editing

adalah untuk :

1) Melihat lengkap tidaknya pengisian kuesioner.

2) Melihat logis tidaknya jawaban.

Page 65: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

3) Melihat konsistensi antar pertanyaan.

b. Memberi kode (Coding)

Coding merupakan kegiatan memberikan kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori merubah data

berbentuk huruf menjadi berbentuk angka/bilangan. Kegunaan koding

adalah mempermudah untuk kegiatan analisis data dan juga pada entry

data.

c. Menyusun Data (Entry data)

Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau data base computer, kemudian

membuat distribusi frekuensi sederhana.

d. Tabulasi (Tabulating)

Proses menempatkan data dalam bentuk tabel dengan cara

membuat tabel yang berisikan data sesuai dengan kebutuhan analisis.

Tabel yang harus mampu meringkas semua data yang akan dianalisis.

2. Teknik analisis data

Teknik analisis data dilakukan dengan uji korelasi Spearman Rho.

Digunakan uji korelasi Spearman Rho karena untuk mengetahui hubungan

antara dua variable dengan skala pengukuran interval dengan interval.

Adapun teknik analisis data adalah sebagai berikut :

a) Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis dilakukan terhadap setiap

variabel dari hasil penelitian yang akan menghasilkan distribusi dan

Page 66: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

presentasi dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2002). Analisis univariat

dalam penelitian ini adalah sikap kerja tidak alamiah dan keluhan

muskuloskeletal.

b) Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang

diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2002). Analisis

bivariat dilakukan untuk melihat hubungan faktor-faktor yang

berhubungan dengan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan

muskuloskeletal, menggunakan uji korelasi Spearman Rho menggunakan

SPSS versi 16.0.

ρ =1 − 6∑d²N(N − 1)

Keterangan :

N : Jumlah data

d : beda antara rangking pasangannya

Tabel 2.1. Tabel Distribusi Data Menggunakan Spearman Rho

Sikap Kerja Tidak Alamiah

Keluhan Muskuloskeletal Jumlah Rendah Sedang Tinggi Sangat

Tinggi Sangat rendah a b c d a+b+c+d

Rendah e f g h e+f+g+h Sedang i j k l i+j+k+l Tinggi m n o p m+n+o+p

Sangat tinggi q r s t q+r+s+t Jumlah (a+e+i+m+q) (b+f+j+n+r) (c+g+k+o+s) (d+h+l+p+t) N

Page 67: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Kemaknaan :

a) Jika p value ≤ 0,05 berarti Ho di tolak dan terdapat hubungan signifikan

antara dua variabel dan jika p value ≥ 0,05 berarti Ho diterima dan tidak

terdapat hubungan antara dua variable.

b) Jika kekuatan korelasi 0,000 – 1,999 maka kekuatan korelasi sangat lemah.

c) Jika kekuatan korelasi 2,000 – 3,999 maka kekuatan korelasi lemah.

d) Jika kekuatan korelasi 4,000 – 5,999 maka kekuatan korelasi sedang.

e) Jika kekuatan korelasi 6,000 – 7,999 maka kekuatan korelasi kuat.

f) Jika kekuatan korelasi 8,000 – 1,000 maka kekuatan korelasi sangat kuat.

Page 68: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 56

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Kondisi Umum Perusahaan

Desa Tumang merupakan sentra kerajinan kuningan dan tembaga yang

berlokasi di desa Tumang Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali. Produk dari

kerajinan tembaga dan kuningan yang ada di Tumang meliputi alat-alat dapur,

perkakas rumah tangga dan hiasan rumah. Jumlah pekerja yang ada di desa

Tumang adalah 425 pekerja. Di bawah ini merupakan proses produksi

kerajinan tembaga dan kuningan di Desa Tumang Kecamatan Cepogo

Kabupaten Boyolali :

1. Bagian Pembentukan

Tahap awal dari pekerjaan kerajinan kuningan dan tembaga adalah

pembentukan. Pada proses pembentukan ini bahan yang berupa tembaga

ataupun kuningan menjadi bentuk yang sesuai dengan desain yang akan

dibuat. Pada pekerjaan ini peralatan yang digunakan adalah palu berukuran

kecil hingga berukuran sedang. Dalam pekerjaan pembentukan, bahan yang

hampir jadi dibentuk menggunakan palu sehingga bentuknya sesuai dengan

yang diinginkan, di mana posisi objek yang akan dibentuk berada di lantai

atau juga di meja. Hampir seluruh alat yang digunakan dalam pekerjaan

pembentukan ini menggunakan alat-alat manual atau memubtuhkan tenaga

manusia untuk mengerjakannya. Dengan penggunaan alat yang manual

Page 69: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

tersebut memaksa pekerja untuk dapat menyesuaikan dengan kondisi

peralatan dan juga objek yang dikerjakan.

2. Bagian Pengelasan

Pengelasan dilakukan apabila kerajinan yang akan dibuat berupa

bagian-bagian yang nantinya akan disatukan menjadi satu bentuk kerajinan

utuh. Pengelasan juga dapat digunakan untuk mempermudah pekerjaan

pembentukan.

3. Bagian Pengukiran

Pengukiran dilakukan pada saat produk sudah terbentuk sesuai dengan

yang diinginkan. Pengukiran dilakukan dengan maksud untuk memberi

motif pada hasil kerajinan guna memperindah bentuk dan juga untuk

meningkatkan nilai jual dari produk tersebut. Produk yang diberi ukiran

adalah produk untuk hiasan rumah.

4. Bagian Penyetelan

Penyetelan dilakukan apabila produk yang dibuat berupa lonceng.

Penyetelan yaitu bertujuan untuk menentukan suara yang bagus dari

lonceng tersebut

5. Bagian Finishing

Pekerjaan finishing merupakan tahap akhir dari proses produksi.

Pekerjaan tersebut meliputi penggerindaan, pengampelasan dan pewarnaan.

Page 70: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

B. Karakteristik Subjek Penelitian

1. Jenis Kelamin

Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap kepala desa

Tumang dan ketua kluster pada 21-23 Maret 2012, 20 Mei 2012 dan 3 Juni

2012, terdapat 425 pekerja di wilayah tersebut dengan sebagian besar

berjenis kelamin laki-laki yaitu 407 orang dan perempuan sebanyak 18

orang. Dari 425 pekerja tersebut, diambil 96 pekerja laki-laki di bagian

pembentukan sebagai populasi target, kemudian dari populasi target

tersebut diambil 49 pekerja laki-laki sebagai sampel.

2. Umur

Dari penelitian didapatkan data umur pekerja yang dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Umur Subyek

Umur Jumlah Persentase (%) Rerata Standar Deviasi

21 1 1% 26 2.151 22 2 2% 23 4 4% 24 7 7% 25 4 4% 26 8 8% 27 9 9% 28 9 9% 29 4 4% 30 1 1%

Sumber : Pengambilan Data 23 Maret 2012, 20Mei 2012 dan 03 Juni 2012

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi umur subjek penelitian

tersebut di atas diketahui umur tertinggi adalah 30 tahun (1%), umur

Page 71: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

terendah 21 (21%), dan rerata umur adalah 26 tahun dengan standar deviasi

2,151. Distribusi frekuensi umur terbanyak ada pada umur 27-28 tahun.

3. Lama Kerja

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada saat penelitian dan

survei awal di desa Tumang, pekerja memulai pekerjaan pada pukul 08.00

– 16.00 WIB dan istirahat selama satu jam pada pukul 12.00 – 13.00 WIB.

Dengan demikian lama kerja dalam satu hari adalah tujuh jam kerja dan

satu jam istirahat. Dalam peneletian ini pekerja tidak sepenuhnya bekerja 7

jam secara kumulatif, untuk waktu tertentu pada saat jam kerja, pekerja

meluangkan waktunya untuk berisitirahat sejenak. Seluruh tenaga kerja

yang menjadi subjek dalam penelitian ini dinilai sikap kerja dan keluhan

muskuloskeletalnya setelah bekerja sekitar 2 – 4 jam.

4. Jenis Pekerjaan

Sesuai dengan kriteria inklusi dalam penelitian maka jenis

pekerjaan yang diteliti adalah pekerjaan bagian pembentukan.

5. Kondisi Kesehatan

Sesuai dengan criteria inklusi, seluruh sampel penelitian adalah

tenaga kerja yang berada dalam kondisi yang sehat pada saat dilakukan

penelitian. Adapun kriteria sehat dalam penelitian ini adalah tidak sedang

mengalami gangguan kesehatan baik kronis maupun akut.

6. Beban Kerja

Sesuai dengan kriteria inklusi dalam penelitian maka dipilih

seluruh tenaga kerja dengan beban kerja berat. Beban kerja dinilai dengan

Page 72: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

denyut nadi kerja per menit subjek penelitian. Hasil dari penghitungan

denyut nadi kerja adalah sebagai berikut dalam rata-rata :

Tabel 4.2. Rerata Denyut Nadi Kerja dan Kategori Beban Kerja

Karakteristik Rerata Denyut Nadi Kerja (Denyut/menit)

Kategori

Beban Kerja 134,08 Berat Sumber : Pengambilan Data 23 Maret 2012, 20Mei 2012 dan 03 Juni 2012

Dari tabel di atas diketahui bahwa denyut nadi kerja rata-rata

subjek penelitian adalah 134,08 denyut permenit sehingga beban kerja

yang ditanggung oleh subjek penelitian adalah kategori berat.

C. Hasil Penilaian Sikap Kerja dengan Metode REBA

Dalam pekerjaan yang dilakukan sehari-hari oleh pekerja kerajinan

tembaga dan kuningan di Tumang sebagian besar dilakukan dalam posisi

jongkok, duduk di lantai dan membungkuk. Hal ini sebagai akibat dari

peralatan kerja yang masih menggunakan peralatan manual dan posisi objek

kerja yang tidak sesuai dengan postur alamiah dari tenaga kerja sehingga

memaksa tenaga kerja menyesuiakan posisi sikap kerjanya sesuai dengan

kondisi dari peralatan dan posisi objek kerja. Penilaian sikap kerja dilakukan

dengan menggunakan metode REBA. Peneliti mengamati kemudian menilai

sikap kerja yang dilakukan pekerja secara langsung dan ada pula dengan

menggunakan dokumentasi video yang kemudian dianalisa. Penilaian dan

pengamatan dilaksanakan pada pukul 10.00 – 12.00. Pengamatan dan penilaian

dilakukan 3 kali pada hari yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil pengamatan

dan penilaian terhadap sikap kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja pengrajin

Page 73: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

tembaga dan kuningan di Tumang Cepogo Boyolali diperoleh data sebagai

berikut :

Tabel 4.3. Hasil Penilaian Sikap Kerja dengan Metode REBA

Subyek REBA Subyek REBA Skor Tingkat

Aksi Skor Tingkat

Aksi X1 8 3 X32 8 3 X2 5 2 X33 9 3 X3 8 3 X34 6 2 X4 7 2 X35 8 3 X5 7 2 X36 12 4 X6 8 3 X37 9 3 X7 5 2 X38 6 2 X8 5 2 X39 9 3 X9 8 3 X40 9 3 X10 8 3 X41 7 2 X11 5 2 X42 7 2 X12 5 2 X43 10 3 X13 6 2 X44 9 3 X14 6 2 ,X45 8 3 X15 8 3 X46 8 3 X16 12 4 X47 8 3 X17 8 3 X48 7 2 X18 8 3 X49 7 2 X19 9 3 Rerata 3,5 X20 7 2 SD 0,574 X21 6 2 X22 6 2 X23 5 2 X24 6 2 X25 10 3 X26 6 2 X27 9 3 X28 10 3 X29 7 2 X30 9 3 X31 8 3

Sumber : Pengambilan Data 23 Maret 2012, 20Mei 2012 dan 03 Juni 2012

Dari tabel tersebut di atas diketahui bahwa rerata nilai REBA untuk sikap

kerja adalah bernilai 3 yang berarti kategori tinggi. Sedangkan untuk nilai

Page 74: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

terendah yaitu 2 dan nilai tertinggi yaitu 4. Distribusi data penilaian sikap kerja

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Tingkat Aksi Sikap Kerja

Tingkat Aksi Jumlah Persentase 0 0 0% 1 0 0% 2 22 44% 3 25 52% 4 2 4%

Sumber : Pengambilan Data 23 Maret 2012, 20Mei 2012 dan 03 Juni 2012

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi nilai REBA sikap kerja tersebut di

atas diketahui bahwa distribusi terbesar ada pada nilai REBA dengan nilai 3

(kategori tinggi).

D. Hasil Penilaian Keluhan Muskuloskeletal

Penilaian keluhan muskuloskeletal pada subyek penelitian dilakukan

dengan kuesioner Nordic Body Map (NBM). Penilaian dilakukan langsung

setelah dilakukan pengamatan dan penilain keluhan sikap kerja dengan metode

REBA. Berdasarkan hasil dan penilaian keluhan muskuloskeletal yang

dilakukan terhadap tenaga kerja pengrajin tembaga dan kuningan di Tumang

Cepogo Boyolali diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4.5. Hasil Penilaian Keluhan Muskuloskeletal

Subyek NBM Subyek NBM Skor Tingkat

Aksi Skor Tingkat

Aksi X1 93 4 X27 94 4 X2 80 3 X28 97 4 X3 85 3 X29 92 4 X4 70 4 X30 96 4 X5 53 2 X31 96 4

Page 75: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

X6 78 3 X32 90 3 X7 72 3 X33 95 4 X8 73 3 X34 84 3 X9 92 4 X35 88 3 X10 96 4 X36 98 4 X11 57 2 X37 90 4 X12 77 3 X38 76 3 X13 81 3 X39 94 4 X14 88 3 X40 94 4 X15 87 3 X41 81 3 X16 96 4 X42 91 4 X17 94 4 X43 95 4 X18 91 4 X44 94 4 X19 92 4 X45 90 3 X20 92 4 X46 93 4 X21 93 3 X47 89 3 X22 83 3 X48 79 3 X23 77 3 X49 79 3 X24 82 3 Rerata 3 X25 95 4 SD 0,580 X26 73 3

Sumber : Pengambilan Data 23 Maret 2012, 20Mei 2012 dan 03 Juni 2012

Dari tabel di atas diketahui bahwa rerata keluhan muskuloskeletal berada

pada nilai NBM dengan nilai 3. Sedangkan nilai NBM terendah adalah 2 dan

nilai NBM tertinggi adalah 4. Distribusi data keluhan Muskuloskeletal adalah

sebagai berikut :

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Aksi Keluhan Muskuloskeletal

Tingkat Aksi Jumlah Persentase 1 0 0% 2 2 4% 3 23 47% 4 24 49%

Sumber : Pengambilan Data 23 Maret 2012, 20Mei 2012 dan 03 Juni 2012

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi nilai NBM keluhan muskuloskeletal

tersebut di atas diketahui bahwa distribusi terbesar ada pada nilai NBM dengan

Page 76: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

nilai 4 (kategori sangat tinggi). Adapun bagian-bagian otot yang mengelami

keluhan dan prosentasenya :

Tabel 4.7. Prosentase Keluhan Bagian-Bagian Otot

Bagian Otot Skeletal Keluhan Tidak Ya

Leher atas 53% 47% Tengkuk/leher bawah 41% 59% Bahu kiri 37% 53% Bahu kanan 29% 71% Lengan atas kiri 89% 11% Punggung 21% 69% Lengan atas kanan 49% 51% Pinggang 0% 100% Pinggul 9% 81% Pantat 29% 61% Siku kiri 96% 4% Siku kanan 9% 81% Lengan bawah kiri 45% 55% Lengan Bawah Kanan 0% 100% Pergelangan tangan kiri 43% 57% Pergelangan tangan kanan 25% 75% Tangan kiri 56% 44% Tangan kanan 10% 90% Paha kiri 46% 54% Paha kanan 43% 57% Lutut kiri 38% 52% Lutut kanan 30% 60% Betis kiri 32% 58% Betis kanan 35% 55% Pergelangan kaki kiri 39% 51% Pergelangan kaki kanan 35% 55% Kaki kiri 26% 64% Kaki kanan 26% 64%

Sumber Data : Pengambilan Data 23 Maret 2012, 20Mei 2012 dan 03 Juni

2012

Berdasarkan tabel di atas di ketahui bagian otot skeletal yang paling

banyak mengalami keluhan adalah pada otot pinggang dan lengan bawah kanan

masing-masing 100%.

Page 77: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

E. Analisa Hubungan Sikap Kerja Tidak Alamiah dengan Keluhan

Muskuloskeletal

Skala pengukuran dan analisa baik variabel bebas maupun variabel terikat

masing-masing adalah interval. Setelah dilakukan uji normalitas data dengan

menggunakan uji normalitas Saphiro Wilk pada variabel bebas (sikap kerja)

diperoleh nilai p : 0,010 yang berarti < 0,05 sehingga data tersebut tidak

berdistribusi normal (terlampir pada lampiran 5). Dan pada uji normalitas data

variabel terikat (keluhan musculoskeletal) dengan menggunakan uji normalitas

Saphiro Wilk diperoleh nilai p : 0,000 yang berarti < 0,05 sehingga data

tersebut tidak berdistribusi normal (terlampir pada lampiran 6). Oleh karena

data variabel bebas dan terikat masing-masing tidak berdistribusi normal maka

dilakukan uji korelasi alternative non parametric yaitu Uji Spearman Rho.

Berdasarkan uji korelasi antara sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan

muskuloskeletal menggunakan uji korelasi Spearman Rho diperoleh data

sebagai berikut :

Tabel 4.8. Hasil Uji Korelasi Spearman Rho

Sikap Kerja

Keluhan Muskuloskeletal

Spearman’s Rho

Sikap Kerja Correlation coificient

1,000 ,801

Sig (2-tailed) - ,000 N 49 49

Keluhan Muskuloskeletal

Correlation coificient

,801 1,000

Sig (2-tailed) ,000 - N 49 49

Sumber : Hasil Uji SPSS 16.

Page 78: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Dari tabel hasil uji korelasi sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan

muskuloskeletal di atas diketahui p-value (signifikansi) 0,000. Dengan demikian

p-value tersebut <0,05 yang berarti ada hubungan sikap kerja tidak alamiah

dengan keluhan muskuloskeletal. Untuk nilai kekuatan korelasi yaitu 0.801

(sangat kuat) dan arah korelasi positif yang berarti semakin tinggi tingkat aksi

sikap kerja maka semakin tinggi pula tingkat aksi keluhan muskuloskeletal.

Page 79: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 67

BAB V

PEMBAHASAN

A. Analisis Kondisi Umum Perusahaan

Pekerjaan di perusahaan yang masih menggunakan peralatan manual dan

membutuhkan bantuan tenaga manusia untuk menjalankannya serta

penempatan objek kerja yang tidak sesuai dengan postur alamiah tubuh

pekerja itu sendiri. Kondisi tersebut menyebabkan pekerja dalam melakukan

pekerjaannya berada dalam sikap kerja yang tidak alamiah untuk

menyesuaikan dengan desain peralatan dan juga posisi objek kerja. Kondisi

pekerjaan dengan sikap kerja tidak alamiah tersebut terjadi pada pekerja

pengrajin tembaga dan kuningan di Tumang Cepogo Boyolali. Hampir

seluruh rangkaian kegiatan yang dimulai dari kegiatan pembentukan hingga

pekerjaan finishing dilakukan dalam kondisi tidak alamiah di mana pekerja

bekerja dalam posisi duduk di lantai, membungkuk dan jongkok. Kondisi

tersebut sebagai akibat dari desain peralatan manual, posisi objek kerja yang

tidak sesuai dengan psotur alamiah pekerja dan tidak tersedianya sarana

penunjang untuk menyesuaikan pekerjaan dengan postur alamiah tenaga

kerja. Menurut Grandjean (1993); Anis McConville (1996); Waterson

danAnderson (1996); Manuaba (2000) dalam Tarwaka (2010), sikap kerja

tidak alamiah pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja

dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.

Menurut Tarwaka (2010), salah satu akibat dari pekerjaan manual seperti

Page 80: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

halnya juga pada penggunaan mekanisasi ternyata juga meningkatkan

terjadinya keluhan pada pekerja seperti rasa sakit pada punggung dan

pinggang, ketegangan pada leher, sakit pergelangan tangan, lengan dan kaki,

kelelahan mata dan banyak lainnya. Menurut Departemen Kesehatan RI

(2004), sikap kerja yang tidak benar seperti membungkuk dan jongkok dapat

mengakibatkan nyeri atau sakit pada otot terutama otot punggung dan

gangguan fungsi otot serta bentuk otot.

Sikap kerja tidak alamiah yang lebih sering dilakukan oleh pekerja bagian

pembentukan di Tumang Cepogo Boyolali adalah pekerjaan dengan sikap

kerja jongkok. Sikap kerja jongkok tersebut dideskripsikan dengan kepala

atau leher di tekuk ke bawah, punggung bungkuk ke depan, posisi lengan

atas, posisi lengan bawah, posisi pergelangan tangan dan posisi kaki yang

kesemuanya dalam kondisi jongkok.

B. Karakteristik Subjek Penelitian

1. Jenis Kelamin

Subjek penelitian dalam penelitian ini seluruhnya adalah pekerja

laki-laki di bagian pembentukan sejumlah 49 tenaga kerja. Secara

fisiologis, kemampuan otot wanita memang lebih rendah daripada pria.

Menurut Hasil penelitian Betti’e, dkk (1989) dalam Tarwaka (2004)

menyebutkan bahwa rerata kekuatan otot wanita kurang lebih hanya 60%

dari kekuatan otot pria, khususnya otot lengan, punggung dan kaki.

Johanson (1994) dalam Tarwaka (2004) menyatakan perbandingan

Page 81: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

keluhan otot antara pria dan wanita adalah 1:3. Merujuk pada penelitian-

penelitian yang sudah dilakukan tersebut di atas maka dalam penelitian ini

jenis kelamin oleh peneliti dijadikan pertimbangan untuk menilai keluhan

muskuloskeletal. Dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan tersebut

di atas didapatkan kesimpulan bahwa jenis kelamin berpengaruh terhadap

keluhan muskuloskeletal, sehingga dalam penelitian tentang hubungan

sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pekerja

pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di Tumang Cepogo

Boyolai dikhususkan pada pekerja laki-laki.

2. Umur

Berdasarkan kriteria inklusi dalam penelitian ini, maka umur

subjek penelitian antara 20-30 tahun. Umur subjek penelitian dalam

penelitian ini tertinggi adalah 30 tahun dan umur terendah adalah 21 tahun

dengan rata-rata umur adalah 26 tahun. Penelitian ini dikhususkan bagi

pekerja dengan umur antara 20-30 tahun, hal ini didasarkan pada

penelitian mengenai kekuatan otot yang dilakukan oleh Bettio’e, dkk pada

tahun 1989. Betti’e, dkk dalam Tarwaka (2010) menyatakan bahwa

kekuatan otot maksimal terjadi pada saat umur 20-29 tahun dan terjadi

penurunan kekuatan otot sejalan dengan bertambahnya umur. Berdasarkan

penelitian tersebut di atas maka umur subjek penelitian yang diteliti adalah

20-30 tahun dimana pada umur tersebut merupakan kekuatan otot

maksimal yang dimiliki. Penelitian tidak dilakukan pada umur di atas 30

tahun oleh karena kekuatan otot akan mengalami penurunan seiring

Page 82: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

bertambahnya umur di mulai sejak umur 29 tahun ke atas. Menurut

Chaffin (1979) dalam Tarwaka (2010) menyatakan bahwa keluhan otot

skeletal umumnya dirasakan pada umur 35 tahun dan tingkat keluhan akan

terus meningkat seiring dengan bertambahnya umur.

3. Lama Kerja

Lama Kerja yang dilakukan dalam sehari adalah 7 jam dan satu

jam istirahat, akan tetapi 7 jam kerja tersebut tidak dilakukan sepenuhnya,

ada beberapa waktu yang digunakan untuk istirahat sejenak. Pekerja

bekerja lima hari dalam seminggu. Penelitian dilakukan setelah subjek

penelitian bekerja selama 2 - 4 jam. Menurut Suma’mur (2009) apabila

pekerjaan dilakukan melebihi waktu yang sudah ditentukan di atas maka

akan ada kecenderungan timbul hal negatif dan makin panjang waktu

kerja, makin besar kemungkinan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

4. Jenis Pekerjaan

Dalam penelitian mengenai hubungan sikap kerja tidak alamiah

dengan musculoskeletal ini keseluruhan subjek penelitian adalah

merupakan pekerja bagian pembentukan. Menurut Tarwaka (2010) Posisi

tubuh dalam bekerja sangat ditentukan oleh jenis pekerjaan yang

berbebda-beda terhadap tubuh dan masing-masing posisi kerja mempunyai

pengaruh yang berbeda-beda terhadap tubuh.

5. Kondisi Kesehatan

Seluruh sampel yang dalam penelitian dalam kondisi kesehatan

yang baik. Menurut WHO kondisi kesehatan sangat mempengaruhi

Page 83: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

performa kerja sehingga dalam bekerja membutuhkan tenaga yang lebih

besar. Hal tersebut dapat menigkatkan risiko keluhan muskuloskeletal

6. Beban Kerja

Pekerjaan yang dilakukan oleh subjek penelitian dikategorikan

dalam kategori beban kerja berat yang dinilai dari denyut nadi permenit

subjek penelitian. Rerata denyut nadi subjek penelitian adalah 134,08

denyut/menit. Menurut Sugeng (2002) beban kerja pada suatu waktu

tertentu mengakibatkan berkurangnya kinerja otot dan mengakibatkan

penyakit fisik.

C. Analisa Univariat

1. Sikap Kerja Tidak Alamiah

Berdasarkan hasil penelitian menggunakan kuesioner penilaian

sikap kerja tidak alamiah dengan metode REBA diperoleh rerata tingkat

aksi sikap kerja adalah 3 (tinggi). 22 orang (44%) subjek bekerja dalam

sikap kerja dengan tingkat aksi 2 (sedang), 25 orang (52%) subjek bekerja

dalam sikap kerja dengan tingkat aksi 3 (tinggi) dan 2 orang (4%) subjek

bekerja dalam sikap kerja dengan tingkat aksi 4 (sangat tinggi). Menurut

Tarwaka (2010) sikap kerja tidak alamiah merupakan sikap kerja yang

menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi

alamiahnya misalnya tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk,

kepala terangkat dan sebagainya.

Page 84: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

2. Keluhan Muskuloskeletal

Berdasarkan hasil penelitian menggunakan kuesioner penilaian

keluhan muskuloskeletal dengan NBM diperoleh rerata tingkat aksi

keluhan muskuloskeletal adalah 3 (tinggi). Sedangkan distribusi datanya

adalah 2 orang (4%) subjek penelitian mengalami keluhan dengan tingkat

aksi sedang (2), 23orang (47%) subjek penelitian mengalami keluhan

dengan tingkat aksi tinggi (3) dan 24 orang (49%) subjek penelitian

mengalami keluhan dengan tingkat aksi sangat tinggi (4).

Sedangkan untuk bagian-bagian otot-otot skeletal yang mengalami

keluhan paling tinggi antara lain adalah pinggang dan lengan bawah kanan

dengan persentase masing-masing 100%, hal ini disebabkan oleh karena

posisi badan yang membungkuk dan dipertahankan untuk waktu yang

cukup lama. Menurut Harrianto (2009), menurut sering atau lamanya

membengkokan badan, membungkuk, berdiri terlalu lama atau postur

batang tubuh lainnya yang tidak alamiah dapat menyebabkan rasa sakit

pada otot dan pinggang. Untuk keluhan pada lengan bawah kanan

disebabkan oleh pergerakan fleksi dan ekstensi lengan bawah disertai

dengan gerakan berulang pada saat memukul atau membentuk. Area

telapak tangan juga memiliki persentase keluhan yang cukup tinggi yaitu

90%, hal tersebut diakibatkan oleh jenis pegangan peralatan kerja yang

kurang baik.

Page 85: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

D. Analisa Bivariat Hubungan Sikap Kerja Tidak Alamiah dengan Keluhan

Muskuloskeletal

Berdasarkan hasil uji korelasi antara sikap kerja tidak alamiah dengan

keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian

pembentukan di Tumang Cepogo Boyolali diperoleh signifikansi 0.000 yang

berarti <0,05. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa

ada hubungan antara sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal

pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di Tumang Cepogo

Boyolali. Untuk kekuatan korelasi diperoleh r : 0.801 yang berarti bahwa

hubungan antara dua variabel tersebut adalah sangat kuat yang berarti bahwa

apabila terjadi sikap kerja yang tidak alamiah pada suatu sampel atau

kelompok maka akan sangat besar kemungkinan untuk terjadi keluhan

musculoskeletal pada seluruh atau sebagian sampel atau kelompok tersebut.

Dan arah korelasi adalah positif yang berarti bahwa semakin tinggi nilai REBA

sikap kerja tidak alamiah maka semakin tinggi pula nilai NBM keluhan

muskuloskeletal yang dialami pekerja. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Munandar (2008) yang menyebutkan bahwa ada hubungan

sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan musculoskeletal pada tenaga kerja

bagian produksi di PT. Kresna Agroindo Jambi.

Menurut sering atau lamanya membengkokan badan, membungkuk,

berdiri terlalu lama atau postur batang tubuh lainnya yang tidak alamiah dapat

menyebabkan rasa sakit pada otot dan pinggang. Bekerja dalam keadaan

jongkok menyebabkan kerja otot statis pada kaki sehingga menyebabkan

Page 86: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

terakumulasinya asam laktat di sel otot dan pada akhirnya menyebabkan nyeri

otot (Harrianto, 2009). Otot yang mengalami nyeri akibat kerja otot statis

terutama pada otot paha dan betis. Sakit pada leher diakibatkan karena

pekerjaan yang mengharuskan mempertahankan posisi leher dan rotasi leher

untuk jangka panjang. Nyeri pada siku akibat dari fleksi dan ekstensi secara

berulang. Sedangkan untuk nyeri pada pergelangan tangan diakibatkan karena

fleksi, ekstensi, pronasi dan supinasi secara berulang. Dan sakit pada jari

diakibatkan karena jenis pegangan yang kurang baik.

Page 87: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 75

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan sikap kerja tidak alamiah

dengan keluhan musculoskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan

bagian pembentukan di Tumang Cepogo Boyolai, maka disimpulkan sebagai

berikut :

1. Dari 49 subjek seluruhnya bekerja dalam sikap kerja tidak alamiah, 22

subjek dengan sikap kerja kategori sedang, 25 subjek dengan sikap kerja

kategori tinggi dan 2 subjek dengan kategori sangat tinggi.

2. Dari 49 subjek seluruhnya mengalami keluhan muskuloskeletal dengan 2

subjek mengalami keluhan kategori sedang, 23 subjek mengalami keluhan

kategori tinggi dan 24 subjek mengalami keluhan kategori sangat tinggi.

3. Ada hubungan yang signifikan antara sikap kerja tidak alamiah dengan

keluhan muskuloskeltal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian

pembentukan di Tumang Cepogo Boyolali, dengan nilai p : 0,000.

4. Hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeltal pada

pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di Tumang Cepogo

Boyolali adalah sangat kuat. Dibuktikan dengan uji korelasi Spearman

Rho pada koefisien korelasi r : 0.801.

Page 88: HUBUNGAN SIKAP KERJA TIDAK ALAMIAH DENGAN …/Hubungan...hubungan sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan muskuloskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan bagian pembentukan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

5. Arah hubungan dua variabel sikap kerja tidak alamiah dengan keluhan

muskuloskeletal adalah positif yang berarti semakin tinggi nilai sikap

kerja maka semakin tinggi nilai keluhan muskuloskeletal.

B. Saran

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan sikap kerja tidak alamiah

dengan keluhan musculoskeletal pada pengrajin tembaga dan kuningan

bagian pembentukan di Tumang Cepogo Boyolai, maka disarankan hal-hal

sebagai berikut :

1. Untuk mengurangi keluhan pada jari-jari tangan sebaiknya peralatan

untuk pembentukan berupa palu dimodifikasi sedemikian rupa sehingga

sesuai dengan genggaman tangan pekerja.

2. Penyediaan meja kerja yang disertai kursi untuk pekerjaan pembentukan

sesuai postur alamiah tubuh pekerja. Hal ini dimaksudkan untuk

mengurangi risiko keluhan pada pinggang dan kaki.

3. Penambahan penyangga tangan/siku untuk mengurangi/mencegah risiko

keluhan pada lengan bawah.

4. Olahraga atau peregangan otot untuk mengurai akumulasi asam laktat

pada otot statis.