11
HUKUMISLAM Anallill darl Sudul Pandans Fllsatat ?d. 16nu,t1{9climan Pemikiran hukum secara filsafat memang benar-benar diusahakan orang, dengan maksud untuk mencari hukum apa yang·paling baik, tetapi bukankah kebaikan itu sendirijuga tidak abadi karena nilai-nilai yang pada manusia itu sendirijuga tidak abadi 1 Dan juga keadaan-keadaan ch sekeIiling mansuia, sebagai manusianya sendiri, selalu mengalami perubahanT Dan bagaimanakah persoalan ini menyangkut hukum-hukum Tuhan,dalam hal ini hukum Islam, yang bagi Muslim percaya akan keabadian Tuhan dan juga hukum-hukumNya. A. Pendahuluan Filsafat hukum, selama dua ribu empat taboo, telah memainkan peranan penting da1am semua studi mengenai manusia (pound, 1961:4), seJak ahli-ahli poor Yunani dati abad kelima S.M. menanyakan· apakah hak itu meropakan hak karena diberikan alam atu oleh karena didasarkan kepada perundang-undangan dan konvensi, hingga filosof sosial ·dewasa ini, mencari hakikat, tujuan, dasar etis dan Pnnsip-prinsip yang abadi dati pengawasan masyarakat (social control). Ada dua macam kebutuhan yang telah menentukan pemikiran secara filosofis tentang hukum. Pertama, kebutuhan masyarakat yang besar akan keamanan umu, yang sebagai suatu kebutuhan akan adanya perdamaian dan ketertiban telah mendiktekan asal-usul dati hukum, telah mendorong manusia untuk mencari suatu dasar yang pasti berupa suatu aturan tertentu mengenai tindakan manusia yang dapat membendung tindakan sewenang-weDang baik dati penguasa maupun dati individu, untuk akhimya dapat mendirikan suatu susunan masyarakat yang teguh dan mantap. Kedua, tekanan dati kepentingan masyarakat yang tidak begitu mendesak, dan kebutuhan untuk menyesnaikannya dengan kebutuhan- kebutuhaJi di bidang keamanan umum dan untuk ':,secara tak henti-henti membuat kompromi-kompromi bam karena terjadinya perubahan terns-meneros dalam masyarakat S9

HUKUMISLAM - jurnal.ugm.ac.id

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUKUMISLAM - jurnal.ugm.ac.id

-~----------~---------~

HUKUMISLAM

Anallill darl Sudul Pandans Fllsatat

?d. 16nu,t1{9climan

Pemikiran hukum secara filsafat memang benar-benar diusahakanorang, dengan maksud untuk mencari hukum apa yang·paling baik, tetapibukankah kebaikan itu sendirijuga tidak abadi karena nilai-nilai yang~pada manusia itu sendirijuga tidak abadi 1 Dan juga keadaan-keadaan ch

sekeIiling mansuia, sebagai manusianya sendiri, selalu mengalamiperubahanT Dan bagaimanakah persoalan ini menyangkut

hukum-hukum Tuhan,dalam hal ini hukum Islam,yang bagi Muslim percaya akan keabadian

Tuhan dan juga hukum-hukumNya.

A. PendahuluanFilsafat hukum, selama dua ribu empat

ra~ taboo, telah memainkan perananpenting da1am semua studi mengenaile~baga-lembaga manusia (pound, 1961:4),seJak ahli-ahli poor Yunani dati abad kelimaS.M. menanyakan· apakah hak itu meropakanhak karena diberikan alam atu oleh karenadidasarkan kepada perundang-undangan dankonvensi, hingga filosof sosial ·dewasa ini,y~g mencari hakikat, tujuan, dasar etis danPnnsip-prinsip yang abadi dati pengawasanmasyarakat (social control).

Ada dua macam kebutuhan yang telahmenentukan pemikiran secara filosofistentang hukum. Pertama, kebutuhanmasyarakat yang besar akan keamanan umu,

yang sebagai suatu kebutuhan akan adanyaperdamaian dan ketertiban telahmendiktekan asal-usul dati hukum, telahmendorong manusia untuk mencari suatudasar yang pasti berupa suatu aturan tertentumengenai tindakan manusia yang dapatmembendung tindakan sewenang-weDangbaik dati penguasa maupun dati individu,untuk akhimya dapat mendirikan suatususunan masyarakat yang teguh dan mantap.Kedua, tekanan dati kepentingan masyarakatyang tidak begitu mendesak, dan kebutuhanuntuk menyesnaikannya dengan kebutuhan­kebutuhaJi di bidang keamanan umum danuntuk ':,secara tak henti-henti membuatkompromi-kompromi bam karena terjadinyaperubahan terns-meneros dalam masyarakat

S9

Page 2: HUKUMISLAM - jurnal.ugm.ac.id

telah selalu menghamskan dilakukannyapenyesuaian-penyesuaian, setidak-tidaknyamengenai rincian-rincian dari susunanmasyarakat.

Filsafat hukum, menumtL.J. VanApeldoom (1951:324), ingin menjawabpertanyaan: apakah hukum ito? Ia, filsafathukum, ingin secara sungguh-sungguhmemikirkan tanggapan manusia dan bertanyakepada diri sendiri, apakah hakikat yangdianggap sebagai tanggapan tentang hukum.Filsafat hukum memulai tugasnya jika ilmupengetahuan hukum be.rakhir.. Iamenanggulangi masalah. dimana tlrnupengetahuan tidak menjawabnya. Jumlahmasalah ito tidak terbatas: ilmu pengetahuantidak memberi jawab satu pun terhadapmasalah hukum. Jadi· sernua. masalah hukumbisa menjadi objek pemikiran filsafat,sebagaimana halnya Socrates menja~

selumh masalah kehidupan sehari-harisebagai pangkal-tolak pandangan filsafatnya.

Pemikiran hukum secara filsafatmemang benar-benar diusahakan orang,dengan maksud untuk mencari hukum. apayang paling baik, tetapi bukankah~~ito sendiri juga tidak abadi karena nil31-nil31yang ada pada manusia ito sendiri juga ti~abadi ? Dan juga keadaan-keadaan disekeliling mansuia, .sebagai manusianyasendiri, selalu mengalami pembahan! Danbagaimanakah persoalan ini menyangkuthukum-hukum Tuhan, dalam hal ini hukumIslam, yang bagi Muslim percaya akankeabadian Tuhan dan juga hukum-hukumNya. .

Filsafat hukum Islam., sebagairnanafilsafat hukum pada umumnya menjawabpertanyaan-pertanyaan yang tidak terjan~u

oleh ilmu hukum, secara kriasmempertanyakan kembali paradigma­paradigma yang telah mapan di dalamhukum Islam dan secara konstruktif bemsahamempersatukan cabang-cabang hukum Islamdalam kesatuan sistem hukum Islam yang tak

terpisahkan (S. Praj~ 1993, hal.21). Dengandemikian, filsafat hukum Islam mengajukanpertanyaan-pertanyaan: antara lain tentanghakikat hokum Islam dan tojuan hukumIslam.

B. Pembahasan

1. Hakikat Hukum IslamHokum Islam., dalam Literatur Barat,

diterjemahkan dengan menggunakan term''Islamic Law" dan ''Islamic Jurisprudence".Contohny~ J.N.D. Anderson menamakanbuku karyanya: ''Islamic Law in the ModemWorld" (London, 1959), N.J. Coulsonmenyebutkan nama judul. karyanya· ')4

History of Islamic Law" (Edinburg, 1964)dan "Conflicts and Tensio in IslamicJurisprudence" (Chicago, 1969), J. Schachtmenamakan bukuhasil .karyanyaintelektualnya: '~ Introduction to IslamicLaw" (Oxford, 1964) dan "Origins ofMuhammadan Jurisprudence" (Oxford,1950),' Zagday menyebutkan nama bukukarya ilmiahnya: ''Modem Trends in IslamicLaw" (London, 1948).

Para ahli hokum Barat tersebut di ataspada umumnya menilai hukum Islam sebag~

hokum yang menolak positivisme, kecualiJ.N.D. Anderson. Misalnya, Coulson,· dalam"History of Islamic Law", mengatakan:"Eksposisi klasik menggambarkan puncaksuato proses di mana istilah-istilah spesifikhokum diekspresikan sebagai kehendakTuhan yang tidak dapat dibatalkan..Sebagaikebalikan dari sistem-sistem hukum yangdidasarkan padaakal menusia, hukwn Tuhansemacam ini memiliki dua karakteristikkhusus yang utama. Pertama, iameropakansistem kekal dan abadi, yang ti~ mudahdimodifikasi dengan berbagai otoritaslegislatif Kedua, karena berbagai perbedaanorang yang ~JDbentuk dunia Islam, hukumIslam sebagai hukum Tuhan mewakilistandar keseragaman menentang berbagai

60

Page 3: HUKUMISLAM - jurnal.ugm.ac.id

sistem hukum yang akan memperoleb akibatyang tidak dapat dihindari jib hukummerupakan produkakal manusia yangdidasarkanpada situasi lokal dan kebutuhan­kebutuhan kelompok suatu masyarakattertentu".

Coulson adalah seorang penganut danpendukung positivisme, ia tertarik padakepentingan.kepentingan materiall1l3SYarakat dan menilai hukum Tuhan darisudut positivistik. Hukum Islam menurotnyaagamis, karenanya bukan hukum dalam

. pengertian modem (Coulson, 1964, hal.37),Berbeda dengan Anderson, yang mengatakanbahwa hukum' Islam tidak hanya sekedarhukum agamais yangsecara essensial tidakdapat diubah. Akan tetapi hukum Islam jugamenjangkausetiap segi· kehidupan dan setiapbidang hukum. Karena ito, dalam teori,hukum Islam tidak dapat ditandingi olehhukum manapun (Anderson, 1959, hal. 16).Al-Qur'an sebagai wahyu Tuhan memberikanpersetujuan penuh kepada manusia untukmempergunakan potensi alam tetapi dengansatu syarat bahwa ia hams melaksanakankekuasaannya untuk keadilan semua. Jadi,Islam meropakan perpaduan spiritual danmaterial dan hal iiti benar-benardiretleksikan dalam hukum yang mencakuptidak hanya dunia ini tetapi juga akhirat.

Hukum positif yang didukung oleh N.J.Coulson dipisahkan dari keadilan dan etika.S.edangkan menurut I. Kant (Endang DaruniAsdi, 1995, ha.26) hukum moral adalahhukum dalam arti yang sebenarnya. MenurutFriedman, tidak ada dan tidak pernah adasuatu pemikiran total hukum dan moralitas.Oleh karena itu, hukum yang dipisabkan darikeadilan dan moralitas bukanlah hukum(Friedman, 1967, hal.21).

Imam aI-Ghazali, ketika menafsirkanayat dalam Al-Qur'an: "Akan Kami tunjukkanayat-ayat Kami di dunia dan di dalam dirimereka, agar kebenaran tampak bagimereka", menyimpulkan bahwa hukum Islam

adalah hukum yang memasrahkan dirikepada Tuhan. Dan berdasarkan ayattersebut, hukum memasrahkan diri kepadaTuhan dapat disebut sebagai hukum aIamidan hukum insani. Hukum alami (Pbisib)dapat ditemukan oleh ahli-abli ilmu alamdan hukum insani dapat ditemukan oleh parafilosof moral, babkan mungkin bisa terjadipada filosof alam sekaligus filosof moral (al­Ghazali,. 1934, hal.8). Mohammad Abduh,melanjutkan pendapat al-Ghazali denganmenafsirkan sebuahayat: "Sunnah Allahyang berlaku bag; orang-orang sebelum(kamu) dan kamu sekali-kali tidak akanmendapati perubahan pada sunnah Allahitu", berpendapat bahwa al-Qur'anmeropakan Kitab pertama yang menjelaskanadanya hukum yang pasti dan berlakuterhad8p masyarakat, baik menyangkutkebangkitan dan keruntuhannya maupundalam sekian banyak rincianpermasalahannya. Hukum-hukum ini oleh aI­Qur'an dinamai "Sunnatullah". Sunnatullahdi alam semestadinamakan hukum alam, didalam sejarah dinamakan-sejarah, di dalamdiri manusia disebut hukum moral(Muhammad Quraish Shihab, 1994, hal.10l).

Imam al-Ghazali dan MuhammadAbduh mengetabui hukum alam tersebutmelalui informasi yang diberitabukan olehTuhan dalam al-Qur'an. Informasi ini merekarefleksikan dan mereka simpulkan bahwahukum alam dan hukum moral sifatnyaadalah tetap dan tidak akan pernahmengalami perobahan. Sumbemya adalahTuhan, karena Tuhanlah yang menciptakanalarn sekaligus hukumnya dan manusiasekaligus hukum moralnya. Keyakinantentang adanya hukum alarn yang aOOdi dantidak akan mengalami perubahan jugamenjadi keyakinan Sophocles (FilosofYunani), akan tetapi ia tidak tabu dari manaasalnya. S~ophocles mengatakan bahwahukum alam tidak tertulis dan abadi, tidakdilahirkan karena kemarin atau dini' hari,

61

Page 4: HUKUMISLAM - jurnal.ugm.ac.id

namun telah selalu ada secara lanngeng, dantidak seorang pun mengetahui dari mana iamunculnya (J. Maritain, hal.85).

Setiap makhluk, menurut JaquesMaritain, memiliki hukum alamnya sendiri,sebagimana ia memiliki hakikatnya sendiri.Setiap jenis benda yang dihasilkan sebagaibuah tangan manusia memiliki hukumalamnya sendiri, yaitu normalitas darifungsinya, karena konstnJksinya yangkhusus, menuntut untuk diper~

menurut bagaimana ia "sehamsnya" dipakai.Hukum alam dari semua makhluk yang adadalam alam adalah cara yang wajar denganmana karena sifat dan tujuannya yangkhusus, mereka "sehamsnya" mencapaikepenuhan keadaannya dalam tindak­tanduknya,· maka kata "sehamsnya" yangsarna itu bam mendapat arti yang moral,yaitu mengandung suatu kewajiban moral,apabila melangkahi ambang pintu dari d~amakhluk-makhluk merdeka. Hukum alambagi manusia adalah hukum moral, olehkarena manusia mentaatinya atau iamenentangnya secara merdeka, tidak dengansendirinya, dan oleh karena perbuatanmanusia ada hubungannya dengan suatususunan umum dari kosmos dan karenaperbuatan itu cendenmg ke arab suatu tujuanakhir yang lebih unggul dari kebaikan umumyang terdapat dalam kosmos (J. Maritain,Chapter, ha. 86). Ringkasnya, ·hukum alamadalah sesuatu yang ideal dan ontologis.Ideal, karena didasarkan pada hakikatmanusia dan pada strukturnya yang tidakbembah-ubah dan keperluan-keperluan yangtidak dapat dipahami yang ada hubungandengannya. Ontologis, karena hakikatmanusia adalah suatu kenyataan wujudnya,yang di samping ada tidak terdapat secaraterpisah, tetapi ada dalam tiap makhlukmanusia, sehingga oleh karena itu hukumalam bersemayam sebagai suatu susunanyang ideal dalam ke-ada-an dari setiapmanusia yang ada.

Hukum alam yang dalam istilah aI­Qur'an disebut sunnatullah, adalahsegenapperaturaIi Allah sWT. yang mengendalikantingkah laku alam, yang dalam ayat 23 suralal-Fath dinyatakan memiliki stabilitas,sebagai sunnatullah "fang ber/aku sejakdahu/u, seka/i-kali kamu tak akanmenemukan perubahan pada sunnatullahItu". Ayat ini, oleh para ahli phisika Musli~tidak dijadikan sebagai datil untukmembenarkan basil penelitian mereka, akantetapi mereka pergunakan sebagai dalil untukmelakukan penelitian-penelitian dalambidang.sains.

Hukum alam yang menurut istilah paraahli phisika Muslim disebut hukum kauniah,tidak· mungkin bertentangan dengan hukumqur'aniah sebab kedna hukum ini diciptakanoleh Tuhan. Hukum kauniah dan qur'aniahinilah yang dalam istilah hukum disebuthukum Islam, yaitu hukumyang diciptakanoleh ·Tuhan dan sujud kepada-Nya. SurahFushilat 53 menyatakan: "Akon komiperlihatkan ayat-ayat Kami di segenappenjuru a/am dunia dan· da/am diri merekasendiri sehingga je/as/ah bagi itu bahwa ia(a/-qur'an) "ada/ah yang benar". Keislamanhukum alam kepada pencipta-Nya dinyatakandalam al-qur'an: "Dan kepada Al/ah saja/ahbersujud sega/a apa yang berbeda di langitdan semua yang berbeda di bumi darimakh/uk yang me/ata dan (juga) paramalaikat, sedang mereka tidakmenyombongkan diri" (QS. an-Nahl, 16:49).

2.!ujuan Hukum IslamSecara umum sering diromuskan bahwa

tujuan hukum Islam adalah kebabagiaanhidup manusia di dunia ini dan di akhiratkelak, dengan jalan mengambil (segala) yangbermanfaat dan mencegah atau menolakmudarat yaitu yang tidak berguna bagi hidupdan kehidupan. Para UIama Ushul Fikih(Hassan, 191r~ hal.242) sering menggunakanistilah "tujuan hukum Islam" dengan

62

Page 5: HUKUMISLAM - jurnal.ugm.ac.id

"maqashid al-syari'ah". Untuk menjelaskantentarig tujuan hokum Islam itu, kata"maqashid" kadang-kadang digabungkandengan "al-syari'ah" dan kadang-kadangdigabung dengan "al-syari'ah" (pembuathukum, Tuhan) dengan maksud danpengertian yang santa. Artinya "maqashidal-syari'ah"dan "maqashid al-syari'ah"adalah dua istilah yang mempunyai maksuddan pengertian yang sama, yaitu padabakikatnya adalah santa dengan pengertiantujuan hokum Islam.

Tujuan hokum Islam tersebut di atasdapat dilihat dati dua segi ·yakni, yangpertama dati segi Pembuat hokum (Tuhan),pembuat petunjuk pelaksanaan hukum(Utusan-Nya) dan yang kedua adalahpenemu, peromus dan pelaksana hukumIslam itu (umat manusia). Kalau ·dilihat datisegi yang pertama, pembuat hokum, tujuanhukum. Islam adalah untuk memenuhikeperluan hidup manusia yang bersifatprimer, .. sekunder, dan tertier, yang dalamkepustakaan ilmu fikih masing-masingdisebut dengan istilah "daruriyaf", "hajjiyaf".Kebutuhan primer itu adalah kebutuhanutama yang hams dilindungi dan dipeliharasebaik-baiknya oleh hukum .Islam agarkemaslahatan hidupmanusia itu benar-benarterwujud. Kebutuhan sekunder adalahkebutuhan yang· diperlukan untuk mencapaikebutuhan primer, seperti misalnyakemerdekaan, persamaan dan sebagainya,yang bersifat menunjang eksistensikebutuhan primer. Kebutuhan tertier adalahkebutuhan hidup manusia selain dati yangsifatnya primer dan sekunder itu perludiadakan dan dipelihara untuk kebaikanhidup manusia dalam masyarakat.

Tujuan hukum Islam yang kedua, datisegi pelaku dan pelaksana hukum yaknimanusia, adalah untuk mencapai kehidupanyang bahagia dan mempertahankankehidupan itu. Umat manusia sebagai pelakudan pelaksana hokum Tuhan berkewajiban

mentaati dan melaksanakan ·dalam kehidupansehari-hari. Agar dapat melaksanakandengan baik dan benar sesuai kehendakpembuat hukum, maka manusia wajibmeningkatkan kemampuannya untukmemahami hukum Islam denganmempelajari dasar pembentukan danpemahaman hokum Islam sebagaimetodologinya. Jika salah satu prinsip dalambukum· Islam terdapat ketentuan mengambilmanfaat dan menolak atau mencegah yangmudarat bagi kehidupan, maka untukmemperolehpengetahuan tentang manfaatdan mudarat sesuatu hal dalam kebidupanindividu, sosial dan lingkungan diperlukanpengamatan dan penelitian yang mendalamdati berbagai disiplin ilmu pengetahuan.Hasil temuan dati kegiatan pengamatan danpenelitian ini sangat bennanfaat untukmenguji pendapat-pendapat ulama masasilam dan sekaligus menjdai landasanrasional untuk menetapkan hokum yangsesuai dengan kehendak Pembuat hukum(Tuhan).

Tujuan utama yang mesti dipelihara olehhokum Islam adalah kepentingan hidupmanusia yang bersifat primer. Kepentinganyang bersifat primer ini meliputi:kepentingan agama, jiwa, akal, keturunan,dan harta. Hal ini disebabkan bahwa dunia,tempat manusia hidup, ditegakkan di ataspilar-pilar kehidupan yang lima. ito. Tanpaterpeliharanya lima hal ini tidak akantercapai kehidupan manusia di dunia ini,yaitu penuh kedamaian dan ketentramanyang sempuma. Oleh karena ito, kemuliaanmanusia tidak bisa dilepaskan datipemeliharaan terhadap lima kebutuhan yangpaling dasar (hakiki) hidup manusia(Syathibi, ...tt, II.hal84).

Pemeliharaan terhadap lima kebutuhanhakiki hidup manusia tersebut, menurutWahbah ~aI-Zuhayly dalam bukunya:"Nazhariyyah al-Darurah al-Syar'yyahMuqaranah Ma'a al-Qanun ai-Wad';,

63

Page 6: HUKUMISLAM - jurnal.ugm.ac.id

halaman 52-52", dapat dilihat dati dua segi:Pertama, segi realisasi dan perwujudannya.Kedua, dati segi pemeliharaan danpelestariannya.

Realisasi agama, misalnya, adalahdengan cara melaksanakan rukun-rukunIslam yang lima (syahadat, shalat, puasa,zakat, dan haji),· sedangkan pemeliharaannyaadalah dengan cara mencegah atau bahkanmemerangi orang-orang yang bermaksudmengacau dan menghancurkan agama.Realisasi pemeliharaan jiwa adalah denganpenetapan hukum, yaitu hukum qisas, karenahale hidup .adalah hale yang suci.Merampashale hidup seseorang dapat mengakibatkanpermusuhan dan· pertentangan. Realisasipemeliharaan akal adalah denganpembolehan segala sesuatu yang dapatmenjamin kesehatan dan keselamatan, danpengharaman segala sesuatu yangmenyakitkannya atau melemahkankekuatannya seperti minum khamar, karenaakal mempakan sumber kebaikan dankemanfaatan bagi manusia. Realisasipemeliharaan ketunman adalah denganmenetapkan hukum sahnya hubungan seksualantara pria dan wanita berdasarkan ketentuanagama. Sebab, dalam hukum Islam, haldkattujuan seksual bokan berhenti pada mencarikepuasan dan kenikmatan biologis saja,tetapi untuk memenuhi kebutuhan primerpemeliharaab ketunman. Hukum Islammenetapkan hukuman seratus kali jilid bagizina yang dilakukan oleh orang yang belumkawin dan delapan puluh kali jilid bagituduhan zina (qasaj), karena keselamatanketunman itu adalah dua faktor yang.menyebabkaB masyarakat menjadi kuat,tertib dan teratur, terhindar dati perpecahan,dengki, dan iri. Demikian juga harta, tiaporang berhale mendapatkan dan menyimpanharta dengan cara yang telah ditetapkan olehagama. Keamanan dan keselamatan bartamilik seseorang wajib dilindungi olehhukum. Oleh karena itu hukum Islam

melarang perbuatan menip~ mencuri,merampok, dan sebaginya.

Maslahat yang diwujudkan memaluihukum Islam dan ditetapkan berdasarkan"nash-l)aSh" agama, menurot MuhammadAbu Zahrah, adalah maslahat hakiki. Dalambuku "Ushu/ Fiqih", halaman 549-550, iamenjelaskan bahwa manusia hidupditegakkan oleh: agama, jiwa, akal,ketunman, dan barta. Dengan terpenuhi danterjaminnya lima hal dasar ini dalam hidupdan kehidupan manusia, maka manusia akanbenar-benar menjadi manusia. Dengan nilai­nilai kemanusiaan yang dibawa oleh ajaranagama, manusia menjadi lebih tinggiderajatnya dati derajat hewan. Sebabberagama adalah salah satu ciri khasmanusia Dalam memeluk suatu agama,manusia harus memperoleh jaminan rasaaman dan damai, tanpa adanya intimidasi.Islam dengan peraturan-peraturan hukumnyamelindungikebebasan beragama.. .FirmanAliah (QS. al-Baqarah, 2:256) menyatakan:"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama(Is/am); sesungguhnya te/ah jelas jalan yangbenar daripada jalan yang salah".

Berbagai macam ibadah disyari'atkandalam "Islam adalah wujud realisasi tujuanhukum Islam dalam rangka memelihara danmempertahankan .kehidupan beragama· sertamembentengi jiwa dengan nilai-nilaikeagamaan. Ibadah-ibadah ini dimaksudkanuntuk membersihkan jiwa dan menumbuhkansemangat keagamaan.

Tujuan hukum Islam tentangpemeliharaan jiwa (a/-Muhafazhad ala an­Nafs) ialah memelihara hale untuk hidupsecara terhormat dan memelihara jiwa agarterhindar dati tindakan penganiayaan, bempapembunuhan, pemotongan anggota badanmaupun tindakan melukai. Termasuk dalainkategori memelihara jiwa, adalahmemelihara kemuliaan atau harga dirimanusia del:l:&an jalan mencegah perbuatan"qazaf' (menuduh berbuat Zina), 'mencaci-

64

Page 7: HUKUMISLAM - jurnal.ugm.ac.id

maki serta perbuatan seropa. Ata~ bempapembuatan gerak langkah manusia tanpamemberi kebebasan untuk berbuat baik.Karenany~ Islam melindungi kebebasanberkarya (berprofesi), kebebasan berpikir danberpendapa!, kebebasan bertempat tinggalserta kebebasan-kebebasan lain yangbertujuan menegakkan pilar-pilar kehidupanmanusia secara terhormat dan bebas bergerakditengah dinamika kehidupan sosial yangutama sepanjang tidak memgikan orang lain.

Tujuan hukum Islam tentangpemeliharaan akal (a/-Muhafazhah a/a al­'aq/) ialah menjaga akal agar tidak terkenabahaya (kerosakan) yang mengakibatkanorang bersangkutan tidak berguna lagi dimasyarakat, menjadi sumber keburukan danpenyakit bagi orang lain. Arti pentingpemeliharaan· akal dapat ditinjau daribeberapa segi:

.1. Agar setiap anggota. masyarakat Islamtidak terganggu, bahkan mendapat limpahankebaikan dan kemanfaatan. Dengan melihatsetiap individu sebagai bagian dari sebuahtatanan masyarakat, maka akalyang dimilikioleh setiap anggota masyarakat tidak bisadiklaim sebagai bak murni individu, akantetapi masyarakat juga mempunyai bak(fungsi sosial). Sebab dengan akalnya setiapindividu ikut membentuk pola kehidupanmasyarakat. Adalah. menjadi hak. masyarakatuntuk diperhatikan keselamatannya.

2. Orang yang membiarkan ataumempertarohkan akalnya dalam bahaya(kerosakan), akan menjadi beban yang hamsdipikul oleh masyarakat. Jika memangdemikian halnya, maka tehadap orang ituhams diancam dengan hukuman-hukumanyang kiranya dapat mencegahnya dariperbuatan yang diharamkan oleh agama.

3. Orang yang akalnya terkena bahaya(a/a1), akan menjadi sumber timbulnyakerawanan sosial. Masyarakat yangmenghadapi pelanggaran dan kejahatan akanikut menanggung resikonya. Maka, adaIah

bak Syari. (pembuat bukum) untukmemelihara akal. Hal ini akan qlencegahtimbulnya perbuatan-perbuatan bUruk dandosa. Perlu ditegaskan, bahwa hukum Islammengandung unsur tindakan preventn: disamping tindakan represif

(al-Muhafadzah a/a an-NasI) ialahmemelihara kelestarian jenis makhlukmanusia dan membina sikap mental generasipeneros agar terjalin rasa persahabatan danpersatuan di antara sesama umat manusia..MisaInya, setiap anak didik langsung olehkedua orang tuanya, perilakunya terns­menems dijaga dan diawasi. Dengandemikian, dituntut adanya lembagaperkawinan yang teratur, pencegahan akanterjadinya "broken hoom", serta pencegahanterhadap perbuatan yang merusak citra diri,baik .dengan perbuatan qasaf maupunberzina. Sebab hal. tersebut menodai amanatyang dititipkan Allah kepada masing-masingdiri orang laki-Iaki dan perempuan agarmelahirkan ketUrunan, sehiilgga. dapatterhind8r dari kepunaban dan hidup dalamsuasana tentram dan sejahtera. Dengandemikian, anak ketunmannya akan semakinbanyak dan kuat serta mudah terciptapersatuan dan kesatuan di tengahmasyarakat, di tempat mereka bidup. Dandalam konteks itulah, adanya sanksi hukumzina, qasaf serta sanksi-sanksi hukumanta'zir lainnya yang diterapkan dalam rangkamenjaga kelangsungan keturunan.

Tujuan hokum Islam dalam halmemelihara harta (al-Muhafazhaha/a al­Mal) dilakukan dengan mencegah perbuatanyang menodai harta, misalnya pencurian danghashab~ mengatur sistem mu'amalah atasdasar keadilan dan kerelaan; dan denganberosaha mengembangkan harta kekayaandan menyerahkannya ke tangan orang yangmampu menjaga dengan baik. Sebab hartayang ada die"" tangan perorangan menjadikekuatan bagi umat secara keseluruhan.Karena itu, hams dipelihara dengan

65

Page 8: HUKUMISLAM - jurnal.ugm.ac.id

menyalurkannya secara baik, dan denganmemelihara basil karya (hak cipta),mengembangkan sumber-sumber ekonomiumum, mencegah agar tidak dimakan diantara sesama manusia dengan cara yangbatil, tidak dengan cara yang hak (benar)yang dibalalkanldibenarkan oleh Allahkepada hambaNya.

c. PenutupTujuan hukum Islam, seperti diuraikan

di atas, sangat jelas, yaitu memperhatikanmaslahat daruriyat atau kebutuhan bakikimanusia, dan tujuan menetapkan hokumIslam adalah untuk menjamin maslahatdaruriyat dengan mewujudkan danmemeliharanya. Pemeliharaan maslahatdaruriyat, menurut Abdul Wahhab Khalaf,dijamin dengan dibolehkannya melakukanperbuatan-perbuatan yang terlarang, karenaadanya faktor keterpaksaan atau dasarpertimbangan akibat yang ditimbulkan olehsikap dan tindakan (Khalaf, tt, h.20l).

Tujuan hukum Islam,selain untukmemelihara lima hal yang hakiki(dharuriyat), juga dimaksudkan untukmenghilangkan kesukaran dan kesulitandalam rangka mencapai tujuan yangdibutuhkan oleh manusia, dan tidakmenimbulkan dampak yang membahayakanatau merusakkan kehidupannya (AbdulWahhab Khalaf, tt, h.200). Tujuan jenis ini,menumt ulama Ushul Fiqih, termasuk dalamkategori "maslahat haijiyat" (sekunder).Penetapan hokum untuk merealisasi maslahatini adalah berdasarkan pertimbanganpengutamaan kemudahan dan kelapangantercapainya maslahat dhamriyat. Misalnya,kebebasan memeluk agama, kebebasanberpikir dan berpendapat, kebebasanbertempat tinggal, kebebasan memiliki harta.

Islam mengakui eksistensi manusiasebagai makhluk yang bebas danbertanggungjawab. Adanya tanggung jawab

menuntut adanya kebebasan, sebab tidakmungkin ada tanggung jawab tanpa adakebebasan. Sebaliknya, kebebasan tanpatanggung jawab berarti tidak manusiawi atautidak bermorat Oleh karena ito kebebasandalam hal beragama adalah kebebasan yangbertanggung jawab kepada Tuhan. Secaraeksternal hokum Islam memberi kebebasankepada umat manusia untuk memilih agamayang diyakininya. Secara internal hukumIslam memberi kebebasan kepada setiapmuslim untuk melaksanakan kewajiban­kewajiban keagamaan selama tidak sampaimenghilangkan .maslahat dharuriyat, danpelaksanaan kebebasan ini tidak sampaimengganggu kebebasan orang lain. HukumIslam yang dibangun di ·atas landasan nilai­nilai moral, yaitu nilai moral ketuhanan dannilai moral kemanusiaan seperti ini tidakakan . mempersulit dan mempersempitkehidupan manusia, bahkan akanmengantarkan kehidupan manusia yangbahagia di dunia dan di akhirat.

Kebebasan yang kedua adalah kebebasanindividu atau kebebasan jiwa. Kebebasanindividu dijamin oleh Islam jika hakkebebasan individunya ito tidakdigunakanuntuk mengganggu, memsak ataumenghilangkan kebebasan individu yanglainnya Dalam rangka menjamin kebebasanindividu i~, hokum Islam melarang segalabentuk perbuatan atau hukum bagi orangyang melanggar aturan-aturan yang telahditetapkan. Sanksi hokum ito dijatuhkankepada orang yang ·berbuat aniaya (zaIim),dan sifat hukuman ito hams setimpal dengan·tingkat pelanggaran yang dilakukan.Misalnya, jika ada seseorang yangmelakukan kejahatan dengan sengajamenghilangkan nyawa orang lain, makahukumanannya hams dapat menghilangkannyawa . terhadap pelaku kejahatanpembunuhan ifJi. Cara pelaksanaan hukumanantara lain bisa~denganditembak, digantung,disumh minumracun, disetrom listrik atau

66

Page 9: HUKUMISLAM - jurnal.ugm.ac.id

dengan cara yang lain, yang pada prinsipnyahukuinan ito barns setimpal.

Ketetapan hukum Islamseperti tersebuttidak bertentangan dengan intuisi moral ataubati nurani (pinjam istilah Sidney Hoo~

dalam Harsja W. Bachtiar, 1980, hal.21).Pembunuh dapat dinilai sebagai orang yang.tidak mengakui hak kebebasan individusesamanya atau dengan perkataan lainpelakupembunuhan tidak menghormati danmenghargai pentingnya nyawa maDusiadalam melangsungkan kehidupannYa. Jikasikap dan pandangan pelaku pembunuhanseperti itu, maka aka! kecerdasan pun akanmenilai bahwa nyawa pembunuh juga tidakperlu dihormati dan dihargai. Analisis inisekaligus menjawab kesulitan Sidney Hookdalam masalah agama. Ia berkata, jika orangmempunyai pandangan keagamaan .makaorang tidak maumenyelidiki persoalan inidari aka! kecerdasan. Inilah masalah yangsulit, dari pihak kedudukan saya, kata SidneyHook (Bachtiar, 1980: 22).

Kebebasan yang ketiga ialah kebebasanberpikir dan berpendapat. Aka! pikiranadalah karunia paling berharga bagi manusiadan paling besar pengaruhnya dalam aspekkebudayaannya, serta kebebasan menjadibukti bagi peradabannya dan merupakanjalan memperoleh ilmu, nur, hidayah, danhikmah. Aka! pikiran merupakan salah satusarana kebebasan berkehendak, memilihtingkah laku, hal-hal yang berikut segalaakibat-akibatnya herupa pahala,pertanggungjawaban, kebahagiaan dankesengsaraan (Mahmassani, 1993, hal.92).

Kebebasan berpikir tersebut bersumberdari kewajiban untuk melakukanpengamatan, perenungan dan kesucian batiyang merupakan sebagian inti kemuliaanmanusia.Oleh karena itu hokum Islammenaruh perhatian terhadap kewajibantersebut dan banyak ayat aI-Qur'an yangmendorong untuk berpikir, seperti firman,Allah: "Dan tidak dapat mengambil

pelajaran melainkan orang berakal" (AliImran, 3:7). "Tindakan kamumemikirkannya" (al-An'am, 6:50). "Karenasesungguhnya bukan mata itu yang buta,tetapi yang buta adalah hati yang di dalamdada" (al-Haij, 22:46). "Sesungguhnya padayang demikian itu .(terdapat) tanda-tandabagi kaum berpikir (a1-Ra'd, 13:3).

Hokum Islam tidak hanya membolehkantetapi justru menghargai kebebasan ·berpikir,karena suatu peradaban tidak ·akailpernah

.bangun tanpa kebebasan ib.i. KebebasaDberpikir dapat membuka pinto pengetahuansehingga karenanya bangsa-bangsa danperadabannya tumbuh berkembang (Mukrim,1988, hal.55).

Kebebasan berpikir dan berpendapatmerupakan fitrah manusia yang memperolehlegitimasi dari ajaran Islam. Al-Qur'anmenyatakan: "Jikalau Tuhanmumenghendaki, tentu Tuhanmu menjadikanmanusia umat yang satu, tetapi merekadiberi kesempatan untuk senantiasa berbedapendapat" (Hud, 11:118). Manusia diOOri hak·kebebasan berpikir dan berpendapat olehTuhan dengan tujuan agar mereka dapatmenemukan kebenaran dan kebahagiaanyang sesungguhnya. Penggunaan hakkebebasan berpikir dan berpendapat inipemah dilakukan sahabat ketika merekamenerima pesan dari Nabi saw.: ''Janganlahkalian menunaikan shalatAshar sebelum tibadi perbentengan bani Quraidah. "Sebagiandari mereka berkata kepada teman-temannya,"Nabi tidak menghendaki kalianmeninggalkan shalat, karena itu shalatlahl".Kemudian sebagian lagi berkata, "DemiAllah, . Rasulullah benar-benar ~erwasiat

agar tidak melakukan shalat sebelum tiba diperbentengan bani Quraidah. Oleh karenaitu kami tidak berdosa". Akbimya sebagiandi antara mereka ada yang melakukan· shalatdan ada juga yang tidak. Ternyata Nabi tidal<menyalahkan dan mempermasalahkanmereka semua (a1-'Ulwani, 1991, ha.34).

67

Page 10: HUKUMISLAM - jurnal.ugm.ac.id

Hukum Islam menjamin kebebasanberpikir dan berpendapat untuk -kepentingankebahagiaan umat manusia. Akan tetapikadang-kadang hak kebebasan berpikir danberpendapat ini digunakan untuk hal-halyang tidak baik atau merugikan keberadaanorang lain. Penyalahgunaan kebebasan -inidilarang hukum Islam. Sebab dampak negatifyang ditimbulkan oleh penyalahgunaankebebasan berpikir dan berpendapat ini dapatmenyengsarakan pihak lain, meresahkanmasyarakat dan dapat pula merusakpersatuan serta mengganggu stabilitasnasional.Firman Allah menyebutkan: "Danjanganlah kamu mencaci maki sembahan­semhahan yang mereka sembah selain Allah,karena mereka nanti akan memaki Allahderzgan melampaui hatas" (QS. aI-An'am,6: 180). Meskipun kebebasan seperti ini sahsecara keagamaan dan rasional, karena yangmenjadi objek adalah tindakanpenyelewengan tauhid, namun aI-Qur'anmelarang penggunaan kebebasan ini melihatdari segi dampak negatif yangditimbulkannya.

Kebebasan yang keempat adalahkebebasan untuk melanjutkan keturunan.Dalam rangka ini, hukum Islam memberikanlembaga yang sah dan bermoral yaitulembaga perkawinan. Peranan lembaga iniadalah untuk melindungi dan menjaminterwujudnya kebebasan dan potensi manusiauntuk melanjutkan keturunan ataumeneruskan sejarah kehidupan umatmanusia. Perkawinan menumt aj~ Islammempunyai unsur-unsur ibadah.Melaksanakan perkawinan berartimelaksanakan ibadah. Nabi memerintahkanagar supaya orang-orang yang telahmempunyai kesanggupan untuk kawinmelaksanakannya, karena kawin itu akanmemelihara _diri dari perbuatan-perbuatanyang dilarang-Tuhan.

Perkawinan, dari segi hak individu, tidakdapat dilangsungkan tanpa persetujuan dari

pihak-pihak yang berkepentingan denganperkawinan itu. Hukum Islam menjaminprinsip kebebasan dalam memilih ternanhidup untuk bekerja sarna dalam lembagaperkawinan. Kerja sarna antara pria danwanita dalam lembaga perkawinan akanmelahirkan keturunan. Dan keturiman inimerupakan syarat bagi kelangsungan hidupumat manusia.

Perkawinan, dalam hukum Islam,asalnya adalah ''Muhah''. Hukum mubah inimungkin bisa -menjadi wajib, sunnah,makmh, atau bahkan mungkin haram bagiseseorang, sesuai dengan kondisi seseorangyang akan melaksanakan perkawinan. Wajibbagi seseorang, yang sudah -marnpu hidupberumah tangga, yang . dikhawatirkanterjerumus pada perbuatan-perbuatan yangdilarang oleh agama. Karena satu-satunyajaln baginya untuk menghindarkan diri dariperbuatan yang dilarang agama adalahmelaksanakan perkawinan: Haramhukumnya, jika seseorang yangmelaksanakan perkawinan mempunyaikebiasaan melakulaln perbuatan yangmembahayakan keberadaan orang lain.Misalnya, melukai, membunuh, dansebaginya.

Kebebasan yang kelima adalahkebebasan yang berhubungan dengan hartabenda. Hukum Islam menjamin kebebasanseseorang, lembaga, organisasi, dan - lainsebagainya untuk meneari, memperoleh,mengumpulkan dan menyimpan harta benda.Kebebasan ini berdasarkan prinsip bahwamanusia mempunyai hak langsung dariTuhan untuk mencari harta benda. Prinsip initercantum -dalam aI-Qur'an: ''Allah-lah yangmenciptakan manusia yang memberinyarezeki (ar-Rum, 30:40)serta: ''Allah yangmelapangkan rezeki bag; s;apa yangdikehendaki-!f~a dan Allah pula yangmenyempitkan:"Nya" (ar-Rum, 30:37).Kebebasan mencari harta benda adalah

68

Page 11: HUKUMISLAM - jurnal.ugm.ac.id

lanjutan dati. priBsip bahwa A118h adaIahSIUIltier rezeki yang sebenarnya.

DAnAR PUSTAKA

Abu zahrah, Muhammad, .1994, Ushul Fiqih,Penerjemah SaefullahMa'sbum ti.,Pustaka Firdaus, Jakarta.

A. Gani, Bustani ti., 1992, AI-Qur'an danTafsirnya,Departemen Agama RI.,Jakarta.

Al-Ghaza1i, Abu Hamid Muhammad, 1934,Kimiya' al-Sa'adat. Dikumpul bersamabuku-buku yang lain di dalam al­Jawahir al-Ghawali oleh' MuhyiddinShabri al-Kurdi, Mathba'at al-Sa'adat,Kairo.

'Al-Syatbibi, Abu Iskhaq Muhammad, tt, AI­Muwafqat fi Ushul al-Akhkam, Dar. al­Fikr,Beirot.

Al-Ulwani, 1965, A dab al-Ikhtilaffi ai-Islam,Thaha Jabir Fayyadh, Qatar.

Al-Zuhaily, Wahbah, 1969, AI-Wasith fiUshul al-Fiqh, AI-Mathba'at al-Islamiyyat, Damaskus.

Anderson, J.N.D., 1959, Islamic Law in theModern World, New York UniversityPress, New York.

Apeldoorn, L.J.Van., 1976. Pengantar IlmuHukum, Terjemahan Oetarid Sadino,Pradnya Paramita, Jakarta.

Asdi, Endang Danmi, 1995, ImperatifKategoris dalam Filsafat MoralImmanuel Kant, Universitas GadjahMada, Yogyakarta, tidak diterbitkan.

Friedman, W., 1990, Teori dan FilsafatHukum: Hukum dan Masalah-masalahKontemporer (Susunan III), PenerjemahMuhammad Arifin, Rajawali, Jakarta.

Hassan, Husein Hamid, 1971, Nadzariyat al­Mashlahat fi al-Fiqh al-Islamiy, Dar al­Nahdhat al-Arabiyah, Kairo.

Hook, Sidney, 1980, Etika, Penyusun HarsyaW. Bachtiar dalam Percakapan dengan

Sidney~_~~,Jlj.~18'@t:Elika, ideologiliasiol,lRI, MQ1!Xj~ tIanEksistensialisme, Djam~Jakarta.

Mabmassani, 'Sobbi, ·198'~~Fifsafot'H.mdalam Islam, Penerjemah AhmadSudjono SH, AI-Ma'am: bandung.

Maritain, J., 1987, Dua unsur Hukum Alam,dalam S. Tasrif SHe (penyunting), BungaRampai. Filsafat Hukum, Abardin,Jakarta.

Mukrim, Abdul'al Salim, 1988,PemikiranIslam Antara Akal dan Wahyu,Penerjemah Anwar Wahdi Hasi,Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.

Muslehuddin,Muhammad, 1991, FilsafatHukum Islam dan Pemikiran Orientalis:Studi Perbandingan Sistem HukumIslam, Penerjemah Yudian WahyudiAsmin, Tiara Wacana, Yogyakarta.

Pound, Roescou,. 1987, Fungsi FilsafatHukum, dalam S. Tasrif SHe(penyunting), Bunga Rampai FilsafatHukum, Abardin, Jakarta.

Rasjidi, Lili, 1993, Filsafat.Hukum: Apakah·Hukum Itu ?, Remaja Rosdakarya,Cetakan Keenam, Bandung.

Shihab, Muhammad Qurais, 1994, StudiKritis Tafsir al-Manar: KaryaMl;Jbammad 'Abduh dan M. RasyidRidha, Pustaka Hidayah, Jakarta.

69