Upload
hoangthuy
View
225
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jagung manis adalah sayuran yang disukai karena rasanya enak,
kandungan karbohidrat, protein serta kandungan gula relatif tinggi tetapi
kandungan lemaknya rendah. Jagung manis mempunyai rasa manis karena kadar
gulanya 5-6 % yang lebih dari rasa jagung biasa dengan kadar gula 2-3 %.
Tanaman jagung manis atau Sweet corn merupakan jenis jagung yang mempunyai
prospek cerah dikembangkan Indonesia. Selain itu umur panen lebih pendek yaitu
60 – 70 hari setelah tanam sehingga sangat menguntungkan (Sirajuddin, 2010).
Hasil jagung manis saat ini dikonsumsi dalam berbagai bentuk penyajian.
Buah jagung manis sangat disukai dan biasanya disajikan dalam bentuk jagung
rebus dan jagung bakar. Selain itu sering juga ditemui dalam bentuk gula jagung,
susu jagung, dan perkedel.
Disisi lain produksi jagung manis pada tahun 2014 mencapai 6.339,00 ton
dengan luas panen 2.023,00 ha, atau rata-rata sebesar 3,133 ton/ha.Sedangkan
produksinasional mencapai 18.548.872,00 ton dengan luas panen 3.786.376,00 ha
atau rata-rata 4,899 ton/ha. Dibandingkan dengan produktivitasnasional,
produktivitas jagung manis untuk wilayah Kalimantan Tengah masih sangat
rendah (BPS, 2014).
Masalah utama yang menyebabkan budidaya jagung manis ini tidak
berkembang pada petani Kalimantan Tengah khususnyaPalangka Raya adalah
lahan pertanian yang didominasi oleh tanah marginal, salah satunya tanah berpasir
2
yang mempunyai sifat fisik, kimia dan biologi yang tidak menguntungkan untuk
budidaya tanaman dikarenakan miskin unsur hara dan sulit mengikat atau
menahan unsur hara dan air (Hardjowigeno, 2007).
Kendala utama yang terdapat dari jenis tanah berpasir tersebut adalah
masalah ketersediaan unsur hara yang sangat rendah. Hal ini diakibatkan
rendahnya kemampuan pori-pori tanah menahan unsur hara dan air. Upaya
untukmeningkatkan kemampuan tanah untuk menahan air dan sekaligus
mensuplai unsur hara adalah dengan pemberian pupuk kandang disertai
penambahan unsur hara makro seperti N, P, dan K dalam jumlah yang cukup.
Kotoran burung puyuh merupakan salah satu jenis pupuk kandang. Pupuk
kandang kotoran burung puyuh ini termasuk pupuk panas, cepat terurai sehingga
langsung diserap oleh tanaman (Jumin, 2005).
Kotoran burung puyuh selain mudah diperoleh juga merupakan salah satu
jenis pupuk kandang yang cukup baik untuk dijadikan pupuk, karena mengandung
unsur-unsur hara makro (Ca, P, N, K, dan CI) dan unsur hara mikro (Fe, Cu, Zn,
Mn, dan Mo) yang diperlukan oleh tanaman (Listyawati, 1997).
Selain itu usaha meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman dapat
dilakukan dengan mengatur jarak tanam yang tepat, karena dengan jarak tanam
yang tepat dengan jenis tanamannya akan lebih meningkatkan produktivitas
tanaman. Jarak tanam mempengaruhi populasi tanaman dan keefisien penggunaan
cahaya, juga mempengaruhi kompetensi antar tanaman dalam menggunakan air
dan zat hara, dengan demikian akan mempengaruhi hasil (Harjadi, 2002).
3
Bertitik tolak dari permasalahandiatas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai pemberian pupuk kotoran burung puyuh terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis pada tanah berpasir.
1.2. Tujuan Penelitian
Untuk mengkajipengaruh jarak tanam dan dosis pupuk kandang kotoran
burung puyuh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays
saccharata).
1.3. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Interaksi antara jarak tanam dan dosis pupuk kandang kotoran burung puyuh
diduga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis (Zea mays
saccharata).
2. Jarak tanam dan dosis pupuk kandang kotoran burung puyuh masing-masing
diduga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis (Zea mays
saccharata).
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani dan Morfologi Tanaman Jagung Manis
Tanaman jagung manis dapat digolongkan kedalam tumbuhan menurut
(Tim Karya Tani Mandiriet al.,2010), sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Klas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Gramineae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays saccharata
Tanaman jagung manis termasuk jenis tumbuhan semusim. Akar tanaman
jagung manis dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada kondisi tanah yang
sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada kondisi tanah yang
subur dan gembur, jumlah akar tanaman jagung manis cukup banyak, sedangkan
pada tanah yang kurang baik, akar yang tumbuh jumlahnya terbatas. (Tim Karya
Tani Mandiri et al., 2010)
Biji jagung atau buah jagung terletak pada tongkol yang tersusun.
Kemudian pada tongkol tersebut tersimpan biji-biji jagung yang menempel erat,
sedangkan pada buah jagung terdapat rambut-rambut yang memanjang hingga
keluar dari pembungkus buah jagung. Biji jagung memiliki bermacam-macam
bentuk dan bervariasi. Biji jagung manis yang masih muda mempunyai ciri
5
bercahaya dan bewarna jernih seperti kaca, sedangkan biji yang telah masak dan
kering akan menjadi kriput dan berkerut. Tanaman jagung manis mempunyai
daun cukup banyak, tingginya sedang, dengan warna biji kuning atau putih,
bahwa jagung manis hampir mirip dengan jagung normal, hanya telah kehilangan
kemampuan untuk menghasilkan pati dengan sempurna atau dengan kata lain
tidak dapat mensientesis pati dengan efisien (Tim Karya Tani Mandiri et
al.,2010).
Batang tanaman jagung manis bentuknya bulat silindris, tidak berlubang,
dan terdiri dari beberapa ruas dan buku ruas, bahkan tanaman jagung manis dapat
tumbuh membesar dengan diameter 2 cm sampai 3 cm. Pada buku ruas akan
muncul tunas yang berkembang menjadi tongkol. Tinggi tanaman tanaman jagung
manis sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian
antara 1 m sampai 3 m tergantung dari varietas (Tim Karya Tani Mandiri et al.,
(2010).
Daun jagung manis adalah daun sempurna jagung manis terdiri dari
beberapa struktur yakni, tangkai daun, lidah daun, dan telinga daun. Tangkai daun
merupakan pelepah yang berfungsi untuk membungkus batang tanaman jagung,
sedangkan lidah daun terletak di atas pangkal batang, telinga daun bentuknya
seperti pita yang tipis dan memanjang. Jumlah daun tiap tanaman bervariasi antara
8-48 helai, namun pada umumnya berkisar antara 12-18 helai, bergantung varietas
dan umur tanaman (Tim Karya Tani Mandiri et al., (2010).
Bunga tanaman jagung manis bila dilihat dari sifat penyerbukannya
termasuk kedalam tanaman yang menyerbuk silang. Tanaman ini bersifat
6
monoecious, dimana bunga jantan dan betina terpisah pada bunga yang berbeda
tapi masih dalam satu individu tanaman. Bunga jantan jagung berinduk malai,
terdiri atas kumpulan bunga-bunga tinggal dan terletak pada ujung batang. Bunga
betina keluar dari buku-buku berupa tongkol, tangkai putik pada bunga betina
menyerupai rambut yang bercabang-cabang kecil. Bagian atas putik keluar dari
tongkol untuk menangkap serbuk sari(Tim Karya Tani Mandiri et al., (2010).
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung Manis
Untuk memperoleh hasil yang maksimum tanaman juga membutuhkan air
yang kontinyu. Curah hujan yang ideal sekitar 600 mm – 1200 mm per tahun yang
terdistribusi rata selama musim tanam.Tanaman jagung manis sebagai daerah
tropis dapat tumbuh subur dan memberikan hasil yang tinggi apabila tanaman dan
pemeliharaan dilakukan dengan baik. Agar tumbuh dengan baik, tanaman jagung
memerlukan temperatur rata-rata antara 21 – 300C, pada daerah yang ketinggian
sekitar 2200 m diatas permukaan laut(Tim Karya Tani Mandiri et al., 2010).
Jagung manis tumbuh baik pada tanah dengan pH antara 5,6 sampai 7,5.
Tanaman jagung manis dapat tumbuh diberbagai macam tanah, tanah lempung
berdebu adalah yang paling baik bagi pertumbuhannya. Tanaman ini tanggap
terhadap tingkat kesuburan tanah yang tinggi dan mempunyai kebutuhan air tinggi
pula, tetapi peka terhadap penyakit (Tim Karya Tani Mandiri et al.,2010).
2.3. Pupuk Kandang Kotoran Burung Puyuh
Perlakuan pupuk kandang burung puyuh secara tunggal menunjukan
pengaruh nyata terjadi pada tinggi tanaman sawi umur 3 MST. Pemberian pupuk
7
kandang kotoran burung puyuh dengan dosis 20 tha-1 merupakan perlakuan
terbaik untuk tanaman sawi (Meldan Setiawan, 2005).
Pupuk adalah semua bahan yang diberikan kepada tanah dengan maksud
untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Penggolongan pupuk atas
dasar proses terjadinya dapat dibedakan menjadi dua yaitu : pupuk alam (pupuk
organik) dan pupuk buatan (pupuk anorganik).
Pupuk alam (organik) adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa pelapukan
makhluk hidup seperti tanaman, hewan, serta kotoran hewan. Pupuk organik yang
telah umum dikenal masyarakat yaitu pupuk kandang, pupuk hijau dan pupuk
guano (Sutedjo, 2002).
Manfaat pupuk kandang yaitu menambah unsur hara dalam tanah,
mempertinggi humus, mempunyai pengaruh positif terhadap sifat fisik dan kimia
tanah, mendorong kehidupan jasad renik, serta mengembalikan unsur hara yang
tercuci. Bahwa pengaruh pemberian pupuk kandang bagi tanah akan menaikan
daya menahan air, menambah humus atau bahan organik dalam tanah,
memperbaiki struktur tanah, sehingga merupakan media yang baik bagi
pertumbuhan tanaman (Sarief, 1989).
Pupuk kandang dibagi menjadi dua, yaitu pupuk panas dan pupuk dingin.
Yang dimaksud dengan pupuk panas adalah pupuk yang dalam pelapukannya
berlangsung secara cepat oleh mikroorganisme sehingga menghasilkan panas
yang lebih besar dan peningkatan suhu lebih cepat. Sedangkan pupuk dingin
yaitu, pupuk pelapukannya secara perlahan-lahan oleh organisme yang
mengakibatkan kenaikan suhu perlahan. Kotoran burung puyuh merupakan salah
8
satujenis pupuk kandang. Pupuk kandang kotoran burung puyuh ini termasuk
pupuk panas, cepat terurai sehingga langsung diserap oleh tanaman (Jumin, 2005).
Kotoran burung puyuh baunya lebih menyengat dibandingkan kotoran
ayam atau unggas lainnya, apalagi bila puyuh diberi pakan bekadar protein tinggi.
Kotoran puyuh dapat dibuat pupuk yang sangat baik untuk tanaman sayuran
maupun tanaman hias dan bisa juga untuk campuran bahan makanan (konsentrat)
bagi ternak, ruminansia.
Kotoran burung puyuh cukup baik untuk pupuk, karena ransum
makanannya mengandung unsur hara makro (Ca, P, N, K dan CI) dan unsur hara
mikro (Fe, Cu, Zn, Mn, Se, dan Mo) dalam jumlah cukup. Ransum buatan pabrik
komposisinya terbukti baik, sehingga kotorannya pun bila dijadikan pupuk akan
bermanfaat bagi tanaman karena mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan
tanaman (Listyawati, 1997).
2.4. Jarak Tanam
Penggunaan jarak tanam merupakan salah satu unsur penting untuk
diperhatikan dalam bercocok tanam, dalam upaya mengusahakan tanaman
terhindar dari persaingan baik dari segi keperluan cahaya maupun pengambilan
unsur hara. Untuk mendapatkan jarak tanam yang tepat, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan, yaitu kesuburan tanah dan jenis jagung. Kerapatan tanaman
harus diatur dengan jarak tanam sehingga tidak terjadi persaingan antar tanaman,
mudah memeliharanya dan mengurangi biaya (Tobing dan Tampubolon, 1983).
Jarak tanam juga mempengaruhi persaingan antar tanaman dalam
mendapatkan air dan unsur hara, sehingga akan mempengaruhi hasil. Berbagai
9
pola pengaturan jarak tanam telah dilakukan guna mendapatkan produksi yang
optimal. Penggunaan jarak tanam pada tanaman jagung dipandang perlu, karena
untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang seragam, distribusi unsur hara
yang merata, efektivitas penggunaan lahan, memudahkan pemeliharaan, menekan
pada perkembangan hama dan penyakit juga untuk mengetahui berapa banyak
benih yang diperlukan pada saat penanaman. Penggunaan jarak tanam yang terlalu
rapat antara daun sesama tanaman saling menutupi akibatnya pertumbuhan
tanaman akan tinggi memanjang karena bersaing dalam mendapatkan cahaya
sehingga akan menghambat proses fotosintesis dan produksi tanaman tidak
optimal (Harjadi, 2002).
Keutungan menggunakan jarak tanam yang rapat antara lain : (1) sebagian
benih yang tidak tumbuh atau tanaman mudah yang mati dapat berkompensasi
sehingga tanaman tidak terlalu jarang, (2) permukaan tanah segera ditutupi
sehingga pertumbuhan gulma dapat tertekan, (3) jumlah tanaman perhektar
merupakan komponen hasil yang tinggi pula. Sedangkan apabila jarak tanam yang
terlalu rapat kerugiannya antara lain : (1) jumlah pipilan berkurang dengan buah
yang agak pendek dan kecil, (2) benih lebih banyak diperlukan, (3) penyiangan
sukar dilakukan (Sumarsono dan Hartono 1986 dalam Susilo, 1995).
Kerapatan merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman,
karena penyerapan energi matahari oleh permukaan daun. Jika kondisi tanaman
terlalu rapat dapat mempengaruhi perkembangan vegetatif dan hasil panen akibat
menurunnya laju fotosintesa dan menurunya perkembangan luas daun, oleh
10
karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum untuk memperoleh hasil yang
maksimum (Mayadewi, 2007)
Salah satu faktor penentu produktivitas jagung adalah populasi tanaman
yang terkait erat dengan jarak tanam dan mutu benih. Untuk memenuhi populasi
tanaman tersebut. Viabilitas benih dianjurkan lebih dari 95% karena dalam
budidaya tidak diperkenankan melakukan penyulaman tanaman yang tidak
tumbuh karena peluangnya untuk tumbuh normal sangat kecil dan biasanya
tongkol yang terbentuk tidak berisi biji (Suryana, 2003).
2.5. Tanah Berpasir
Tanah berpasir mempunyai lapisan solum yang dangkal, yaitu antara 40 –
100 cm, bawarna coklat pucat atau keputih-putihan hingga warna coklat
kekuning-kuningan. Tekstur pada umumnya dari pasir sedang sampai kasar,
dengan struktur yang lepas dari bagian atas dan padat dibagian bawah, sedangkan
konsistensinya pada lapisan horizon A itu lepas dan dilapisi B teguh. Reaksi tanah
(pH) berkisar 3,5 - 5,5 atau dari kondisi sangat masam sampai masam, Kapasitas
Tukar Kation (KTK) dan Kejenuhan Basa (KB) rendah. Kandungan bahan
organik rendah, peka terhadap erosi, karena daya menahan airnya rendah (Sarief,
1989).
Kandungan bahan organik dalam tanah mineral pada umumnya hanya
menunjukan kadar presentase yang sedikit saja, namun demikian peranannya tetap
besar dalam mempengaruhi sifat fisika dan kimia tanah. Sifat fisika yang
dipengaruhinya antara lain kematangan agregat tanah, selain sebagai penyedia
11
unsur-unsur hara, maupun komponen pembangun tubuh jasad renik dalam tanah
(Sutedjo dan Kartasapoetra, 2002).
Tanah berpasir merupakan tanah yang mempunyai struktur yang porous.
Pada tanah ini umumnya bila secara alamiah ditanami, tanaman tidak tumbuh
subur, karena sifat porous tanah tersebut sangat mudah merembeskan air yang
mengangkut unsur-unsur hara hingga jauh kedalam tanah. Akibatnya unsur-unsur
hara yang dibutuhkan tanaman tidak bisa terjangkau oleh akar (Lingga dan
Marsono, 2008).
Tanah berpasir dikatakan tanah bertekstur kasar karena pasir terdapat
dalam jumlah banyak, tanah-tanah berpasir mempunyai kandungan pasir 70%.
Tanah berpasir memiliki luasan permukaan yang kecil, sehingga sulit menahan air
dan unsur hara. Sifat tanah berpasir sangat kasar, sedikit sekali melekat
(Hardjowigeno, 2007).
Pasir berbentuk bulat tak teratur dan jika tidak diliputi oleh liat ataupun
debu maka keadaannya mudah dipencarkan (tidak lengket), kapasitas mengikat
airnya rendah, ruang-ruang antar letak partikel-partikel ini dapat dikatakan
longgar. Oleh karena itu, tanpa adanya air didalam tanah, suatu jenis tanaman
apapun tidak mungkin dapat tumbuh dan berkembang, demikian pula semua
makhluk hidup didalam tanah. Air mutlak sangat dibutuhkan oleh tanaman demi
pertumbuhan dan perkembanganya (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2002).
Dilapangan tanah berpasir menunjukan struktur yang sederhana, yaitu
bidang belahan alami yang tidak ada atau tidak tampak jelas. Strukturnya terdiri
dari butir-butir primier yang kasar tanpa adanya atau sedikit sekali butir pengikat
12
agregat. Keadaan porositas tanah yang cukup tinggi dengan pori-pori makro yang
dominan sehingga mudah menyerap air untuk infiltrasi atau mudah terjadi
penguapan (Sarief, 1989).
Adanya pemberian pupuk organik diharapkan dapat meningkatkan
kesuburan dan produktivitas tanah, karena kelebihan pupuk organik terhadap
tanah dan tanaman, antara lain : (1) memperbaiki struktur tanah, (2) meningkatkan
daya serap tanah terhadap air, dan (3) sebagai sumber unsur hara bagi tanaman
(Lingga dan Marsono,2002).
13
III. METODOLOGI
3.1. Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dari bulan April sampai bulan
Agustus 2014, berlokasi dikebun percobaan Kampus 2 Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya, Jl. Mahir Mahar Kelurahan Kereng Bangkirai,
Kecamatan Sabangau,Kota Palangka Raya.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini benih jagung manis varietas
BONANZA F1, Urea,TSP, KCl, Pupuk Kandang Kotoran Puyuh, Dolomit, Decis
25 EC , Prevathon 25 EC dan Furadan 3 G.
Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah hand traktor, mesin pemotong
rumput, cangkul, parang, geragaji, tali, meteran, palu, ember, timbangan analitik,
timbangan manual,jangka sorong, kamera, polybag, gembor, garu, hand sprayer
dan alat tulis.
3.3. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan percobaan menggunakan Rancangan Acak
Kelompok (RAK) dengan 2 faktor dan 3 kelompok yaitu :
Faktor pertama adalah Jarak Tanam (J) yang terdiri dari 3 taraf yaitu:
J1 = 40 cm x 60 cm
J2 = 40 cm x 70 cm
J3 = 40 cm x 80 cm
14
Faktor kedua adalah Dosis Pupuk Kandang Kotoran Burung Puyuh (P)
yang terdiri dari 3 taraf yaitu :
P1 = 10t ha-1
P2 = 20 t ha-1
P3 = 30t ha-1
Dari kedua faktor tersebut diperoleh 9 kombinasi perlakuan yang masing-
masing kombinasi perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga diperoleh 27
satuan percobaan. Denah tata letak percobaan dapat dilihat pada Lampiran 1 dan
kombinasi perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kombinasi Perlakuan Jarak Tanam dan Dosis Pupuk Kandang Kotoran Burung Puyuh.
Jarak Tanam Pupuk Kandang Kotoran Burung puyuh
P1 P2 P3
J1 J1P1 J1P2 J1P3
J2 J2P1 J2P2 J2P3
J3 J3P1 J3P2 J3P3
Model linier aditif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
Yijk = + αi + βj+ϒk + (αβ)ij+ ԑijk
Keterangan :
Yijk = Nilai pengamatan dari pengaruh jarak tanam taraf ke-i dan pemberian
dosis pupuk kandang burung puyuh taraf ke-j pada kelompok ke-k
= Nilai tengah umum
αi = Pengaruh jarak tanam taraf ke-i (i = 1, 2, 3)
βj = Pengaruh pemberian dosis pupuk kandang kotoran burung puyuh taraf
15
ke-j (j = 1, 2, 3)
(αβ)ij = Pengaruh interaksi jarak tanam dan dosis pupuk kandang kotoran
burung puyuh taraf ke-j
ϒk = Pengaruh kelompok ke-k
ԑijk = Galat
3.4. Pelaksanaan Penelitian
3.4.1. Persiapan Lahan
Lahan yang akan digunakan terlebih dahulu dibersihkan dari tumbuh-
tumbuhan, akar dan sisa-sisa tanaman yang mengganggu. Selanjutnya lahan
dibagi dalam petak-petak perlakuan dengan ukuran 2 m x 3,6 m. Antara petak
percobaan dibuat parit dengan lebar 40 cm dengan kedalaman 30 cm sebagai
saluran dan untuk memudahkan pemeliharaan.Tahap berikutnya dilakukan
pencangkulan untuk menggemburkan tanah, dilanjutkan dengan pemberian kapur
dolomit yang diberikan tergantung pH awal lahan. Sebagai patokan untuk satu
hektar lahan yang memiliki pH 4,0 dibutuhkan kapur dolomit sebanyak 7 ton/ha
dengan cara disebar secara merata dan dicangkul agar bercampur dengan tanah
pada petakan. Setelah diadakan pengapuran tanah diinkubasi selama 2 minggu.
3.4.2. Penyemaian Benih
Benih yang akan disemai direndam dalam air dengan suhu 37-38 0C
selama 6jam. Setelah itu disaring dengan kain selama 24 jam, lalu benih siap
untuk disemai pada polybag berukuran 7 x 15 cm media yang digunakan berupa
campuran tanah, pupuk kandang kotoran burung puyuh yang sudah matang
dengan perbandingan 2 : 1. Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang
16
tanam sedalam 2 cm dengan jari, lalu benih dimasukan kedalam polybag.
Kemudian, benih ditutup dengan tanah dan selanjutnya media semai dibasahi
dengan hand sprayer agar kelembabannya terjaga.
Untuk menghindari sinar matahari langsung dan curah hujan yang tinggi
dilakukan pembuatan rumah persemaian sederhana dengan tinggi 2 meter pada
bagian timur dan 1,5 meter pada bagian barat. Panjang rumah persemaian
disesuaikan dengan kebutuhan bibit.
3.4.3. Penanaman
Penanaman jagung manis dilakukan setelah bibit berumur 10 hari atau
setelah memiliki 3 – 5 helai daun. Bibit yang ditanam adalah bibit yang subur dan
sehat, dengan tiap satu lubang tanam ditanami 1 bibit jagung. Jarak tanam yang
digunakan sesuai dengan perlakuan adalah 40 cm x 60 cm (24 tanaman), 40 cm x
70 cm (20 tanaman), dan 40 cm x 80 cm (16 tanaman) pada masing-masing
tanaman diambil 3 sampel.
Penanaman dilakukan pada sore hari sekitar pukul 16.00 WIB untuk
menghindari tanaman mengalami stres lingkungan karena terik matahari, sesaat
sebelum tanam, media tanah dalam polybag atau kantong semai disiram sampai
basah agar tidak pecah/berhamburan ketika plastik dibuka. Setelah penanaman
selesai, bibit disiram secukupnya agar tanaman tidak layu.
3.4.4. Pemupukan
Pupuk kandang kotoran burung puyuh diberikan 2 minggu sebelum tanam,
dengan dosis sesuai perlakuan yaitu 10 t ha-1, 20 t ha-1, dan 30 t ha-1, dengan cara
diberikan pada lobang tanam dan dicangkul agar bercampur dengan tanah.Pupuk
17
dasar yang digunakan adalah Urea 300 kg/ha, TSP 150 kg/ha, dan KCl 100 kg/ha
diberikandua kali yaitu pertama pada waktu tanam dengan cara dimasukan pada
lubang tanam, dan pemupukan kedua 30 hari setelah tanam diberikan dengan
caraditugal berjarak 5 cm disamping lubang tanam setelah itu ditutup dengan
tanah.
3.4.5. Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan sejak benih ditanam sampai panen, meliputi
penyiraman, penyulaman, pembumbunan, penyiangan, dan pengendalian hama
dan penyakit.
Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi dan sore hari apabila tidak
turun hujan terutama dilakukan pada awal pertumbuhan. Penyiraman dilakukan
dengan menggunakan gembor, dan diberikan secukupnya sampai tanah lembab.
Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang tidak tumbuh dan tidak
sehat pada umur 1 minggu setelah tanam, dan diambil dari bibit cadangan yang
berumur sama.
Pembumbunan adalah kegiatan meninggikan tanah disekitar tanaman.
Pembubunan ini dilakukan pada umur 3 minggu setelah tanam.
Penyiangan tanaman bertujuan untuk membersihkan lahan dari gulma.
Penyiangan dilakukan dengan cara manual yaitu dengan mengored, mencabut
langsung gulma dilahan. Penyiangan pertama pada saat tanaman jagung manis
masih muda, penyiangan dapat menggunakan tangan dan diharapkan tidak
mengganggu akar tanaman yang belum cukup kuat. Penyiangan kedua tidak
18
dilakukan pada saat berbunga, karena pada saat tanaman jagung yang sudah
berbunga, gulma tidak memberikan pengaruh yang baik kepada tanaman jagung.
Pada saat kegiatan penanaman diberikanfuradan 3 GR pada lubang tanam
dengan dosis 3 g/tanaman,untuk mencegah serangan hama berupa semut dan
ulat.Setelah itu, pengendalian juga dilakukan secara penyemprotan menggunakan
pestisida Decis 25 EC, dan Prevathon 25 EC, dengan kosentrasi 2 ml/liter air,
untuk mencegah serangan hama berupa lalat bibit, belalang, ulat daun dan
penggerek batang.
3.4.6. Panen
Kriteria jagung manis yang dapat dipanen adalah rambut jagung yang
berada diujung tongkol telah bewarna coklat dan diperkirakan tongkol sudah
berisi penuh. Kriteria tersebut biasanya terdapat pada saat tanaman berumur 67
HST (Tim Karya Tani Mandiri et al.,2010).
19
3.5. Pengamatan
3.5.1. Tinggi tanaman
Tinggi tanaman (cm) diukur dengan meteran, mulai pangkal batang sampai
pucuk daun. Pengukuran dilakukan pada umur 21, 28, 35 dan 42 HST kemudian
dirata-ratakan.
3.5.2. Jumlah daun
Jumlah daun (helai) dihitung pada saat tanaman berumur 21, 28, 35 dan 42
HST dihitung jumlah daun yang baik dan telah terbuka sempurnakemudian dirata-
ratakan.
3.5.3. Diameter batang
Diameter batang (cm) diukur menggunakan jangka sorong, cara mengukur
diameter batang yang terdapat pada ruas pertama, kedua, dan ketiga dari pangkal
batang, kemudian dirata-ratakan. Pengamatan dilakukan pada saat keluar bunga
jantan yaitu pada umur 42 HST.
3.5.4. Bobot tongkol basah dengan klobot
Bobot tongkol basah dengan klobot (g/tongkol)ditimbang pada saat panen,
pada masing-masing tongkol tanaman sampel ditimbang dengan menggunakan
timbangan analitik kemudian dirata-ratakan.
3.5.5. Bobot tongkol tanpa klobot
20
Bobot tongkol tanpa klobot (g/tongkol)ditimbang pada saat panen, pada
masing-masing tongkol tanaman sampel ditimbang dengan menggunakan
timbangan analitik kemudian dirata-ratakan.
3.6. Analisa Data
Data hasil pengamatan dianalisa menggunakan sidik ragam (uji F) pada
tingkat signifikansi (nyata) α = 0,05 dan α = 0,01 untuk mengetahui adanya
pengaruh dari perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ)
pada taraf α = 5%.
21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Tinggi Tanaman
Data hasil pengamatan tinggi tanaman disajikan pada lampiran 7, 9, 11,
13, sedangkan analisis ragam disajikan pada lampiran 8, 10, 12, 14.
Hasil analisis ragam tinggi tanaman jagung manis menunjukkan bahwa
interaksi perlakuan pemberian jarak tanam dan dosis pupuk kandang kotoran
burung puyuh tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman.
4.1.2. Jumlah Daun
Data hasil pengamatan jumlah daun jagung manis umur 21, 28, dan 35
HST disajikan pada lampiran 15, 17, 19, 21, sedangkan analisis ragam disajikan
pada lampiran 16, 18, 20, 22.
Hasil analisis ragam jumlah daun jagung manis menunjukkan bahwa
interaksi perlakuan pemberian jarak tanam dan dosis pupuk kandang kotoran
burung puyuh berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah daun jagung manis
pada umur 42 HST, namun tidak berpengaruh nyata pada umur 21, 28, dan 35
HST.
22
Hasil uji beda rata-rata untuk jumlah daun jagung manis disajikan pada
tabel 1.
Tabel 1. Hasil uji beda rata-rata jumlah daun jagung manis (helai) akibat pemberian jarak tanam dan dosis pupuk kandang kotoran burung puyuh.
Perlakuan Jumlah Daun 42 HST
J1P2 8,11a
J2P1 8,44 ab
J3P1 8,67 abc
J1P3 8,78 abc
J3P2 8,89 abc
J2P2 9,33 bc
J1P1 9,33 bc
J3P3 9,67 c
J2P3 9,78 c
BNJ 5% 1,14 Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada uji BNJ 5%.
Dari Tabel 1, diperoleh histogram rata-rata jumlah daun tanaman jagung
manis pada umur 42 HST pengaruh pemberian jarak tanam dan dosis pupuk
kandang kotoran burung puyuh yang ditampilkan pada gambar 1.
23
Gambar 1. Pertumbuhan jumlah daun jagung manis umur 42 HST, pengaruh pemberian jarak tanam dan dosis pupuk kandang kotoran burung puyuh.
Kombinasi perlakuan pemberian jarak tanam 40 cm x 70 cm dan dosis
pupuk kandang kotoran burung puyuh 30 t ha-1 (J2P3) menunjukkan rata-rata
jumlah daun tanaman yang lebih banyak yaitu 9,78 (42 HST), dan berbeda nyata
dibandingkan perlakuan lainnya. Utamanya terhadap kombinasi perlakuan
pemberian jarak tanam 40 cm x 60 cm dan dosis pupuk kandang kotoran burung
puyuh 20 t ha-1 (J1P2) yang menunjukan rata-rata jumlah daun tanaman paling
rendah yaitu 8,11, tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan jarak tanam
40 cm x 80 cm dan dosis pupuk kandang kotoran burung puyuh 30 t ha-1 (J3P3)
dengan rata-rata 9,67.
Rata-rata jumlah daun tanaman jagung manis yang lebih tinggi
ditunjukkan oleh kombinasi J2P3, walaupun secara statistik tidak berbeda nyata
dengan perlakuan J3P3. Hal ini diduga pemberian jarak tanam 40 cm x 70 cm (J2)
merupakan jarak tanam yang optimal untuk pertumbuhan tanaman jagung manis,
sedangkan pemberian dosis pupuk kandang kotoran burung puyuh 30 t ha-1
8.11 8.44 8.67 8.78 8.89 9.33 9.33 9.67 9.78
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
J1P2 J2P1 J3P1 J1P3 J3P2 J2P2 J1P1 J3P3 J2P3
Ju
mla
h D
au
n (
hel
ai)
Jumlah Daun Umur 42 HST
24
(P3)disamping mampu menyediakan unsur hara bagi tanaman juga dapat
menambahkan bahan organik bagi tanah berpasir.
4.1.3. Diameter Batang
Data hasil pengamatan diameter batang disajikan pada lampiran 23,
sedangkan analisis ragam disajikan pada lampiran 24.
Hasil analisis ragam diameter batang jagung manis menunjukan bahwa
interaksi perlakuan pemberian jarak tanam dan dosis pupuk kandang kotoran
burung puyuh tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang.
4.1.4. Bobot Tongkol Basah dengan Klobot
Data hasil pengamatan bobot tongkol basah dengan klobot disajikan pada
lampiran 25, sedangkan analisis ragam disajikan pada lampiran 26.
Hasil analisis ragam bobot tongkol basah dengan klobot jagung manis
menunjukkan bahwa interaksi perlakuan pemberian jarak tanam dan dosis pupuk
kandang kotoran burung puyuh tidak berpengaruh nyata terhadap bobot tongkol
basah dengan klobot.
4.1.5. Bobot Tongkol Basah tanpa Klobot
Data hasil pengamatan bobot tongkol basah tanpa klobot disajikan pada
lampiran 27, sedangkan analisis ragam disajikan pada lampiran 28.
Hasil analisis ragam bobot tongkol basah tanpa klobot jagung manis
menunjukkan bahwa interaksi perlakuan pemberian jarak tanam dan dosis pupuk
kandang kotoran burung puyuh tidak berpengaruh nyata terhadap bobot tongkol
basah tanpa klobot.
25
4.2. Pembahasan
Dari hasil analisis ragam didapatkan bahwa pemberian perlakuan jarak
tanam dan dosis pupuk kandang kotoran burung puyuh berpengaruh nyata pada
jumlah daun umur 42 HST, sedangkan pada umur 21, 28, dan 35 HST tidak
berpengaruh nyata. Hal ini disebabkan pengaruh kondisi angin yang kuat sehingga
pertumbuhan tanaman menjadi terganggu. Pengaruh buruk angin terhadap
kerusakan fisik terutama pada daun, sehingga tanaman tidak dapat melakukan
fotosintesis dengan sempurna (Tjasyono, 2004).
Sedangkan semua parameter yang diamati seperti tinggi tanaman, diameter
batang, bobot tonggkol dengan klobot dan bobot tongkol tanpa klobot tidak
berpengaruh nyata,tetapi pada berat tongkol jagung manis pada rata-rata
cenderung mendekati standar dari deskripsi varietas. Diduga tanaman akan
tumbuh subur dan memperoleh hasil yang baik apabila unsur hara terpenuhi.
Setiap varietas sangat tergantung pada pemupukan dan kondisi lingkungan.
26
Pemberian pupuk sesuai dengan dosis akan sangat membantu dari pertumbuhan
tanaman tersebut dan mampu beradaptasi dengan lingkungannya (Sutedjo, 2002).
Hal ini dapat dilihat dari berat tongkol jagung manis dengan klobot dan
bobot tongkol jagung manis tanpa klobot dari hasil penelitian rata-rata cenderung
mendekati standar dari deskripsi varietas.Selain itu produksi yang tinggi dapat
dicapai bila faktor tumbuh seperti tanah subur, lingkungan sesuai dengan
pertumbuhan dan cara budidaya sebagai satu kesatuan yang salah satunya tidak
dalam kekurangan. Dari pemenuhan faktor tumbuh diatas maka proses fotosintesis
dapat dicapai secara maksimal, hal ini sangat mempengaruhi produksi tanaman
jagung manis. Hasil produksi suatu tanaman mempunyai hubungan yang tidak
dapat dipisahkan dengan kerapatan tanaman, karena itu penentuan jarak tanam
sangat menentukan jumlah produksi yang dihasilkan. Unsur hara dalam jumlah
cukup tersedia dalam tanah sangat penting bagi tanaman sebagai bahan
fotosintesis dan energi untuk pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Oleh
karena itu penggabungan antara jarak tanam yang optimum dengan jumlah unsur
hara yang mencukupi dapat meningkatkan produksi yang dihasilkan. Dengan
jumlah unsur hara terdapat dalam tanah dapat memenuhi kebutuhan sejumlah
tanaman disalah satu luasan tertentu, sehingga pertumbuhan vegetatif dan
generatif cukup tersedia (Harjadi, 2002).
Diduga bahwa kebutuhan hara untuk tanaman jagung manis sudah
terpenuhi oleh unsur hara yang terdapat pada tanah awal yang menggunakan
pupuk kandang burung puyuh tersebut untuk perlakuan sehingga pemberian
pupuk kandang burung puyuh yang merupakan jenis pupuk organik yang cepat
27
terurai kandungan haranya. Disamping itu juga jumlah unsur hara yang terdapat
pada lahan tanam sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman
jagung manis sehingga sumbangan unsur hara dari pupuk kandang dan aktivitas
mikroorganisme yang tidak berpengaruh lagi terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman jagung manis. Pengendalian ketersediaan hara melalui pemupukan
hingga mencapai ideal bagi pertumbuhan tanaman akan meningkatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman sesuai dengan kondisi maksimal genetisnya
(Winarso, 2005).
Hasil penelitian perlakuan jarak tanam dan dosis pupuk kandang pada
variabel pengamatan tinggi tanaman dan diameter batang tidak berpengaruh nyata.
Disamping itu tersedianya unsur hara dalam jumlah yang cukup pada saat
pertumbuhan vegetatif, maka proses fotosintesis akan berjalan aktif, sehingga proses
pembelahan, pemanjangan, dan diferensiasi akan berjalan lancar pula (Sarief, 1989).
Jarak tanam merupakan faktor yang sangat penting dalam produksi tanaman. Walaupun
jagung manis biasa ditanam lebih rapat , namun kompetisi antara tanaman meningkat
hanya dalam usaha mendapatkan air dan unsur hara, tetapi juga terhadap cahaya. Jarak
yang optimum tergantung kepada faktor lingkungan serta genetik. Jadi dengan
demikian selama kebutuhan akan unsur hara maupun cahaya tercukupi pada tanaman
jagung manis tanpa adanya persaingan maka laju fotosintesis pada proses pertumbuhan
relatif sama dan menyebabkan tinggi tanaman juga akan relatif sama (Sutedjo, 2002).
Diduga keadaan dilokasi lingkungan turut juga mempengaruhi
pertumbuhan, perakaran dan hasil jagung manis. Bahwa tanaman jagung manis
sangat tergantung pada lokasi pembudidayaan dan syarat tumbuh yang diinginkan
28
oleh tanaman jagung manis itu sendiri (Palungkun dan Budiarti, 2004). Setiap
tumbuhan mempunyai suatu kisaran toleransi tertentu terhadap kondisi
lingkungan. Oleh karena itu, sebagian tanaman dapat berhasil tumbuh pada
kondisi lingkungan yang beraneka ragam, hal ini bisa menjadi penyebab tidak
adanya pengaruh nyata pemberian perlakuan pada tinggi tanaman dan diameter
batang (Lovelles, 1989)
Peran pupuk juga sebagai tanaman penutup tanah yaitu untuk melindungi
permukaan atas tanah dari air hujan dapat mengakibatkan tercucinya unsur hara
atau bahan organik. Pupuk sebagai penutup tanah juga berperan untuk melindungi
bahan organik dari terik sinar matahari langsung, sehingga fungsi bahan organik
sebagai pembenah tanah akan lebih optimal. Selain itu, pupuk juga dapat
menurunkan suhu tanah, terutama saat musim kemarau. Tanaman penutup tanah
yang cepat pertumbuhannya juga dapat menekan laju pertumbuhan gulma atau
tanaman pengganggu, sehingga dapat menekan biaya untuk pembersihan atau
penyiangan gulma (Winarso, 2005).
Kendala dilapangan berupa serangan hama ulat yang merupakan hama
utama. Akan tetapi, serangan tersebut dapat dikendalikan secara mekanik pada
tanaman berumur 30 HST pada bagian pucuk tanaman dengan cara
mengumpulkan ulat-ulat lalu membunuh ulat-ulat tersebut. Setelah itu,
pengendalian juga dilakukan secara penyemprotan dengan menggunakan
Prevathon 25 ECsebelum menyerang tongkol jagung lebih lanjut.
29
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulan sebagai berikut :
a. Interaksi jarak tanam dan dosis pupuk kandang kotoran burung puyuh
tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, diameter
batang, bobot tongkol basah dengan klobot dan bobot tongkol basah tanpa
klobot. Sedangkan untuk parameter jumlah daun, interaksi kedua
perlakuan tersebut berpengaruh nyata pada umur 42 HST.
b. Hasil tertinggi untuk parameter jumlah daun umur 42 HST (9,78)
diperoleh pada perlakuan interaksi pemberian jarak tanam 40 cm x 70 cm
dan dosis pupuk kandang kotoran burung puyuh 30 t ha-1 (J2P3) merupakan
perlakuan yang mampu meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman
jagung manis. Meskipun perlakuan tidak berpengaruh terhadap berat
30
tongkol basah, tetapi rata-rata berat tongkol basah mendekati rata-rata
menurut deskripsi.
5.2. Saran
c. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pemberian
jarak tanam dan dosis pupuk kandang kotoran burung puyuh pada tanah
berpasir terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis. Disarankan
menggunakan kombinasi perlakuan dosis pupuk kandang 30 t ha-1 dengan
jarak tanam 40 cm x 70 cm.
d. Dalam melaksanakan penelitian selanjutnya perlu diperhatikan faktor
iklim, terutama curah hujan, kelembaban, dan angin, dimana
KotaPalangka Raya sering terjadi kondisi ekstrim dari faktor-faktor iklim
tersebut.
31
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Katalog Jagung Manis Bonanza F1 Cap Panah Merah
www.eastwestindo.com Tanggal Akses 16 Oktober 2013
Anonim, 2009.Usahawatani Tanaman Jagung Maniswww.Iptek.net.id/sweet-cornTanggal akses : 7 Oktober 2013.
Anonim, 2014. Biro Pusat Statistik Kalimantan Tengah. Anonim, 2012. Menteri Pertanian www. Puyuhjaya.Wordpress. com Tanggal
Akses 20 September 2013 Anonim, 2014. Menanam Jagung Manis Hibrida Varietas Bonanzawww. Ajietani.
Blogspot. com.Tanggal Akses 6 Mei 2014 Balai Penelitian Tanah Bogor. 2012. Hasil Analisa Pupuk Organik Burung Puyuh.
Balai Penelitian Tanah. Bogor. Djafar, Z.R. 1990. Dasar-Dasar Agronomi. Palembang. Harjadi , S.S. 1989. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia. Jakarta.
Hardjowigeno, S. 2007 .Ilmu Tanah. PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Hartono, R. 2005. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya. Bogor.
Jumin, H.B. 2005. Dasar-dasar Agronomi. Rajawali Press. Jakarta
32
Koswara, 1985. Ilmu Tanaman Setahun “Jagung” Departemen Agronomi. Fakultas Departemen Agronomi. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. 63 Hal.
Lingga, P. dan Marsono 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.
Jakarta. Listyawati, E 1997. Puyuh, Tatalaksana Budidaya Secara Komersial. Penebar
Swadaya. Jakarta. Lovelles, A.R. 1989. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropis.
Gramedia. Jakarta. 390 hlm. M. Setiawan, 2005. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Puyuh dan
NPK GRAND S-15 Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica juneea L) Pada Tanah Berpasir. Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
Mayadewi, N. N. A. 2007. Pengaruh Jenis Pupuk Kandang dan Jarak Tanam
Terhadap Pertumbuhan Gulma dan Hasil Jagung Manis. Jurusan Budidaya Pertanian. Jurnal Bidang Ilmu Pertanian Vol 26 (4) : 153-159.
Palungkun, R. dan A. Budiarti, 2004. Sweet Corn-Baby Corn. Penebar Swadaya.
Jakarta. 127 Hal. Sarief, E.S 1989. Kesuburan Tanah dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka
Buana Bandung. Sirajuddin, M. 2010. KomponenHasil dan KadarGulaJagungManis (Zea mays
saccharata) Terhadap pemberianNitrogen danZat Tumbuh Hidrasil. Penelitian Mandiri. Fakultas Pertanian. UNTAD. Palu.
Sutedjo dan Kartasapoetra. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta. Jakarta.
Sumarno, 1986. Teknik Budidaya Kacang. Penebar Swadaya. Jakarta
Susilo, 1995. Pengaruh Jarak Tanam dan Pemupukan Phosfat Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Jogo (Phaseolus vulgaris L). Balai Penelitian Holtikultura Lembang. Bandung.
Sutedjo, M.. M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Suryana, A. 2003. Kapita Selekta Evolusi Pemikiran Kebijakan Ketahanan Pangan. BPFE, Yogyakarta.
Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Bertanam Jagung Manis. Penerbit CV.
Nuasa Aulia Bandung.
33
Tjasyono. B, 2004. Klimatologi. Penerbit ITB Bandung.
Triyatno, 1987. Pengaruh Kerapatan Tanaman Terhadap pertumbuhan dan produksi dua varietas jagung manis (Zea mays saccharata)
Tobing, M. P. L. Dan B.P. Tampubolon, 1983. Bercocok tanaman pangan/Salae.
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. 145 hal
Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Yogyakarta: Gava Media
No
URAIAN KEGIATAN
Bulan
Percobaan Lapangan
April Mei Juni Juli Agustus
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan lahan
2. Penyemaian benih
3. Penanaman
4. Pemupukan
34
Tabel Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tabel Lampiran 2. Hasil Analisa Pupuk Organik Burung Puyuh
Parameter Satuan Hasil Uji
pH - 7,1
C. Organik % 17,61
Nitrogen % 1,32
5. Pemeliharaan
6. Pengamatan
7. Pengumpulan data
8. Pengolahan data
9. Penulisan laporan
35
P2O5 % 3,10
K2O % 1,24
C/N - 13
Tabel Lampiran 3. Cara Perhitungan Kebutuhan Pupuk
No Pupuk Kandang Kotoran Burung Puyuh
1. Jarak Tanam 40 cm x 60 cm
Sumber : Balai Penelitian Tanah Bogor Tahun (2012).
36
Jumlah tanam/ha = �������
����������(�����������,����,��)
= �����
�,��= 38461 tanaman/ha
10 ton/ha = ���������
������������
= 260 g/tanaman
Jumlah tanam/ha = �������
����������(�����������,����,��)
= �����
�,��= 38461 tanaman/ha
20 ton/ha = ���������
������������
= 520 g/tanaman
Jumlah tanam/ha = �������
����������(�����������,����,��)
= �����
�,��= 38461 tanaman/ha
30 ton/ha = ���������
������������
= 780 g/tanaman
2. Jarak Tanam 40 cm x 70 cm
37
Jumlah tanam/ha = �������
����������(�����������,����,��)
= �����
�,��= 35714 tanaman/ha
10 ton/ha = ���������
������������
= 280 g/tanaman
Jumlah tanam/ha = �������
����������(�����������,����,��)
= �����
�,��= 35714 tanaman/ha
20 ton/ha = ���������
������������
= 560 g/tanaman
Jumlah tanam/ha = �������
����������(�����������,����,��)
= �����
�,��= 35714 tanaman/ha
30 ton/ha = ���������
������������
= 840 g/tanaman
3. Jarak Tanam 40 cm x 80 cm
38
Jumlah tanam/ha = �������
����������(�����������,����,��)
= �����
�,��= 31250 tanaman/ha
10 ton/ha = ���������
������������
= 320 g/tanaman
Jumlah tanam/ha = �������
����������(�����������,����,��)
= �����
�,��= 31250 tanaman/ha
20 ton/ha = ���������
������������
= 640 g/tanaman
Jumlah tanam/ha = �������
����������(�����������,����,��)
= �����
�,��= 31250 tanaman/ha
30 ton/ha = ���������
������������
= 960 g/tanaman
TabelLampiran 4.Deskripsi Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata)
39
Kriteria Keterangan
Varietas Produksi PT. East West Seed Indonesia Jawa Barat
Nama Varietas BONANZA F1
Umur 72 hari
Vigor Tanaman Kuat (7)
Daun Bendera -
Warna Kelobot Hijau Muda
Warna Butiran Jagung Kuning Kemerah-merahan
Tinggi Tongkol 120 cm
Tinggi Tanaman 300 cm
Bentuk Tongkol Silinder
Pengisian Biji Hingga Ujung Kadang-kadang Tidak Penuh
Bobot Dengan Klobot 475 g
Bobot Tanpa Klobot 370 g
Ukuran Tanpa Klobot 21 cm x 5.2 cm
Ukuran Butiran Kecil
Daya Simpan, Biji Mengkerut 3 -5 hari
Kemanisan dan Kelembutan Lembut Manis
Potensi Keluar 2 Tongkol/tanaman 40 %
Hasil Pertanaman 350 kg/tanaman
Tabel Lampiran 5. Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Umur 21 HST (cm)
Sumber : PT. East West Seed Indonesia Tahun 2009.
40
Perlakuan Kelompok
Total Rata-rata I II III
J1P1 109,67 98,33 106,67 314,67 104,89
J1P2 111,67 106,33 117,33 335,33 111,78
J1P3 100,00 85,33 108,67 294,00 98,00
J2P1 91,00 108,67 92,67 292,33 97,44
J2P2 118,33 114,00 97,33 329,67 109,89
J2P3 108,67 115,67 112,67 337,00 112,33
J3P1 107,33 81,33 109,67 298,33 99,44
J3P2 90,67 112,33 114,00 317,00 105,67
J3P3 107,00 107,33 94,33 308,67 102,89
Total 944,33 929,33 953,33 2827,00 942,33
Rata-rata 104,93 103,26 105,93 314,11 104,70
Tabel Lampiran 6. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Umur 21 HST
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
5 % 1 %
Kelompok 2 32,7 16,3 0,15tn 3,63 6,23
J. Tanam 2 68,5 34,4 0,31tn 3,63 6,23
P. Kandang 2 327,7 163,9 1,47tn 3,63 6,23
J. Tanam x P. Kandang 4 397,8 99,5 0,89tn 3,01 4,77
Galat 16 1779,3 111,2 - - -
Total 26 2606,1 - - - -
Keterangan :
SK : Sumber Keragaman.
DB : Derajat Bebas.
JK : Jumlah Kuadrat.
KT : Kuadrat Tengah.
tn : Tidak Berpengaruh Nyata
* : Berpengaruh Nyata Terhadap F Tabel.
** : Berpengaruh Sangat Nyata Terhadap F Tabel
Tabel Lampiran 7. Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Umur 28 HST (cm)
41
Perlakuan Kelompok
Total Rata-rata I II III
J1P1 157,00 137,33 148,00 442,33 147,44
J1P2 157,00 152,33 163,00 472,33 157,44
J1P3 146,33 115,33 149,00 410,67 136,89
J2P1 127,00 157,33 125,00 409,33 136,44
J2P2 161,67 168,67 139,00 469,33 156,44
J2P3 161,67 165,67 158,67 486,00 162,00
J3P1 152,00 107,00 154,00 413,00 137,67
J3P2 126,33 165,67 160,33 452,33 150,78
J3P3 151,33 153,00 131,67 436,00 145,33
Total 1340,33 1322,33 1328,67 3991,33 1330,44
Rata-rata 148,93 146,93 147,63 443,48 147,83
Tabel Lampiran 8. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Umur 28 HST
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
5 % 1 %
Kelompok 2 18,5 9,3 0,03tn 3,63 6,23
J. Tanam 2 227,2 113,6 0,39tn 3,63 6,23
P. Kandang 2 930,1 465,1 1,58tn 3,63 6,23
J. Tanam x P. Kandang 4 1048,1 262,0 0,89tn 3,01 4,77
Galat 16 4699,9 293,7 - - -
Total 26 6923,9 - - - -
Tabel Lampiran 9. Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Umur 35 HST (cm)
42
Perlakuan Kelompok
Total Rata-rata I II III
J1P1 202,33 177,67 192,00 572,00 190,67
J1P2 202,33 145,33 202,00 549,67 183,22
J1P3 195,67 149,67 188,00 533,33 177,78
J2P1 171,67 201,00 160,67 533,33 177,78
J2P2 203,67 214,00 182,00 599,67 199,89
J2P3 208,00 207,67 200,00 615,67 205,22
J3P1 193,67 131,67 196,33 521,67 173,89
J3P2 166,33 212,33 198,67 577,33 192,44
J3P3 200,00 195,33 174,33 569,67 189,89
Total 1743,67 1634,67 1694,00 208,00 1690,78
Rata-rata 193,74 181,63 188,22 563,59 187,86
Tabel Lampiran 10. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Umur 35 HST
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
5 % 1 %
Kelompok 2 661,8 330,9 0,61tn 3,63 6,23
J. Tanam 2 568,9 284,4 0,53tn 3,63 6,23
P. Kandang 2 681,5 340,7 0,63tn 3,63 6,23
J. Tanam x P. Kandang 4 1447,1 361,8 0,67tn 3,01 4,77
Galat 16 8624,6 539,0 - - -
Total 26 11983,8 - - - -
Tabel Lampiran 11. Data Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Umur 42 HST (cm)
43
Perlakuan Kelompok
Total Rata-rata I II III
J1P1 212,67 208,67 213,33 634,67 211,56
J1P2 222,33 219,00 211,67 653,00 217,67
J1P3 215,00 185,33 208,33 608,67 202,89
J2P1 201,67 220,33 188,33 610,33 203,44
J2P2 219,00 223,33 201,00 643,33 214,44
J2P3 223,00 217,67 214,67 655,33 218,44
J3P1 214,00 174,67 212,67 601,33 200,44
J3P2 201,33 221,00 211,67 634,00 211,33
J3P3 219,67 213,33 197,00 630,00 210,00
Total 1928,67 1883,33 1858,67 5670,67 1890,22
Rata-rata 214,30 209,26 206,52 630,07 210,02
Tabel Lampiran 12. Analisis Ragam Tinggi Tanaman Umur 42 HST
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
5 % 1 %
Kelompok 2 280,1 140,1 0,87tn 3,63 6,23
J. Tanam 2 112,2 56,1 0,35tn 3,63 6,23
P. Kandang 2 394,4 197,2 1,23tn 3,63 6,23
J. Tanam x P. Kandang 4 510,1 127,5 0,79tn 3,01 4,77
Galat 16 2574,3 160,9 - - -
Total 26 3871,1 - - - -
Tabel Lampiran 13. Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun Umur 21 HST
44
Perlakuan Kelompok
Total Rata-rata I II III
J1P1 3,67 3,33 3 10 3,33
J1P2 3,67 3 3,33 10 3,33
J1P3 3 2,67 3 8,67 2,89
J2P1 3 4 3 10 3,33
J2P2 4 4 3 11 3,67
J2P3 3,67 3,67 3,67 11 3,67
J3P1 4 3,33 3 10,33 3,44
J3P2 3,33 4 3,67 11 3,67
J3P3 4 3,67 3 10,67 3,56
Total 32,33 31,67 28,67 92,67 30,89
Rata-rata 3,59 3,52 3,19 10,30 3,43
Tabel Lampiran 14. Analisis Ragam Jumlah Daun Umur 21 HST
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
5 % 1 %
Kelompok 2 0,8477 0,4239 3,00tn 3,63 6,23
J. Tanam 2 0,8230 0,4115 2,91tn 3,63 6,23
P. Kandang 2 0,2058 0,1029 0,73tn 3,63 6,23
J. Tanam x P. Kandang 4 0,4856 0,1214 0,86tn 3,01 4,77
Galat 16 2,2634 0,1415 - - -
Total 26 4,6255 - - - -
Tabel Lampiran 15. Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun Umur 28 HST
45
Perlakuan Kelompok
Total Rata-rata I II III
J1P1 3 2,33 3 8,33 2,78
J1P2 3,67 3,67 4 11,33 3,78
J1P3 4 2,67 3 9,67 3,22
J2P1 3,33 4 2 9,33 3,11
J2P2 3,33 3,33 2,33 9 3,00
J2P3 3,33 4 4 11,33 3,78
J3P1 3 3 3,67 9,67 3,22
J3P2 3,33 3,33 3,33 10 3,33
J3P3 4 3,67 2,67 10,33 3,44
Total 31 30 28 89,00 29,67
Rata-rata 3,44 3,33 3,11 9,89 3,30
Tabel Lampiran 16. Analisis Ragam Jumlah Daun Umur 28 HST
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
5 % 1 %
Kelompok 2 0,5158 0,2593 0,81tn 3,63 6,23
J. Tanam 2 0,0247 0,0123 0,04tn 3,63 6,23
P. Kandang 2 0,9630 0,4815 1,51tn 3,63 6,23
J. Tanam x P. Kandang 4 1,6790 0,4198 1,31tn 3,01 4,77
Galat 16 5,1111 0,3194 - - -
Total 26 8,2963 - - - -
Tabel Lampiran 17. Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun Umur 35 HST
46
Perlakuan Kelompok
Total Rata-rata I II III
J1P1 5,67 3,67 5,67 15 5,00
J1P2 6 6 5,67 17,67 5,89
J1P3 6 4,33 5 15,33 5,11
J2P1 5,67 6 5 16,67 5,56
J2P2 6,33 5,67 5 17 5,67
J2P3 6 6,33 6 18,33 6,11
J3P1 6 4 5,67 15,67 5,22
J3P2 5 6,33 5 16,33 5,44
J3P3 6,67 6 4,67 17,33 5,78
Total 53,33 48,33 47,67 149,33 49,78
Rata-rata 5,93 5,37 5,30 16,59 5,53
Tabel Lampiran 18. Analisis Ragam Jumlah Daun Umur 35 HST
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
5 % 1 %
Kelompok 2 2,1317 1,0658 1,88tn 3,63 6,23
J. Tanam 2 0,9218 0,4609 0,81tn 3,63 6,23
P. Kandang 2 0,9959 0,4979 0,88tn 3,63 6,23
J. Tanam x P. Kandang 4 1,3992 0,3498 0,62tn 3,01 4,77
Galat 16 9,0535 0,5658 - - -
Total 26 14,5021 - - - -
Tabel Lampiran 19. Data Hasil Pengamatan Jumlah Daun Umur 42 HST
47
Perlakuan Kelompok
Total Rata-rata I II III
J1P1 9,33 8,33 10,33 28 9,33
J1P2 8 8,67 7,67 24,33 8,11
J1P3 9 8,33 9 26,33 8,78
J2P1 8,67 8,33 8,33 25,33 8,44
J2P2 10,33 8,67 9 28 9,33
J2P3 9,67 9,33 10,33 29,33 9,78
J3P1 9 8,67 8,33 26 8,67
J3P2 9 8,67 9 26,67 8,89
J3P3 9,67 10 9,33 29 9,67
Total 82,67 79 81,33 243,00 81,00
Rata-rata 9,19 8,78 9,04 27 9
Tabel Lampiran 20. Analisis Ragam Jumlah Daun Umur 42 HST
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
5 % 1 %
Kelompok 2 0,7654 0,3827 1,30tn 3,63 6,23
J. Tanam 2 0,9630 0,4815 1,63tn 3,63 6,23
P. Kandang 2 2,2469 1,1235 3,81* 3,63 6,23
J. Tanam x P. Kandang 4 4,4198 1,1049 3,75* 3,01 4,77
Galat 16 4,7160 0,2948 - - -
Total 26 13,1111 - - - -
Tabel Lampiran 21. Data Hasil Pengamatan Diameter Batang Umur 42 HST (cm)
48
Perlakuan Kelompok
Total Rata-rata I II III
J1P1 2,44 2,17 2,29 6,90 2,30
J1P2 2,30 2,33 2,56 7,19 2,40
J1P3 2,27 1,80 2,38 6,45 2,15
J2P1 2,33 2,37 2,09 6,79 2,26
J2P2 2,34 2,41 2,22 6,96 2,32
J2P3 2,42 2,44 2,41 7,27 2,42
J3P1 2,39 1,72 2,39 6,50 2,17
J3P2 2,24 2,45 2,46 7,15 2,38
J3P3 2,48 2,45 2,25 7,18 2,39
Total 21,20 20,14 21,04 62,39 20,80
Rata-rata 2,36 2,24 2,34 6,93 2,31
Tabel Lampiran 22. Analisis Ragam Diameter Batang Umur 42 HST
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
5 % 1 %
Kelompok 2 0,07305 0,03652 0,95tn 3,63 6,23
J. Tanam 2 0,01240 0,00620 0,16tn 3,63 6,23
P. Kandang 2 0,07098 0,03549 0,92tn 3,63 6,23
J. Tanam x P. Kandang 4 0,15833 0,03958 1,03tn 3,01 4,77
Galat 16 0,61660 0,03854 - - -
Total 26 0,93136 - - - -
Tabel Lampiran 23. Data Hasil Pengamatan Bobot Tongkol Basah dengan Klobot (g/tongkol)
49
Perlakuan Kelompok
Total Rata-rata I II III
J1P1 470,00 443,33 453,33 1366,67 455,56
J1P2 446,67 460,00 386,67 1293,33 431,11
J1P3 450,00 320,00 426,67 1196,67 398,89
J2P1 433,33 443,33 396,67 1273,33 424,44
J2P2 380,00 496,67 423,33 1300,00 433,33
J2P3 360,00 453,33 436,67 1250,00 416,67
J3P1 440,00 293,33 443,33 1176,67 392,22
J3P2 400,00 490,00 410,00 1300,00 433,33
J3P3 436,67 493,33 433,33 1363,33 454,44
Total 3816,67 3893,33 3810,00 11520,00 3840,00
Rata-rata 424,07 432,59 423,33 1280,00 426,67
Tabel Lampiran 24. Analisis Ragam Bobot Tongkol dengan Klobot
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
5 % 1 %
Kelompok 2 477 238 0,08tn 3,63 6,23
J. Tanam 2 62 31 0,01tn 3,63 6,23
P. Kandang 2 477 238 0,08tn 3,63 6,23
J. Tanam x P. Kandang 4 10795 2699 0,91tn 3,01 4,77
Galat 16 47479 2967 - - -
Total 26 59289 - - - -
Tabel Lampiran 25. Data Hasil Pengamatan Bobot Tongkol Basah Tanpa Klobot (g/tongkol)
50
Perlakuan Kelompok
Total Rata-rata I II III
J1P1 309,42 312,39 307,01 928,82 309,61
J1P2 304,98 318,01 266,68 889,67 296,56
J1P3 308,80 238,11 280,96 827,87 275,96
J2P1 328,87 304,24 281,38 914,50 304,83
J2P2 276,96 345,71 304,46 927,13 309,04
J2P3 310,25 327,76 292,76 930,77 310,26
J3P1 286,69 210,83 301,13 798,64 266,21
J3P2 284,13 320,84 291,88 896,85 298,95
J3P3 290,53 329,03 308,76 928,32 309,44
Total 2700,64 2706,92 2635,02 8042,57 2680,86
Rata-rata 300,07 300,77 292,78 893,62 297,87
Tabel Lampiran 26. Analisis Ragam Bobot Tongkol Tanpa Klobot
SK DB JK KT F Hitung F Tabel
5 % 1 %
Kelompok 2 352,4 176,2 0,20tn 3,63 6,23
J. Tanam 2 1424,8 712,4 0,82tn 3,63 6,23
P. Kandang 2 291,7 145,9 0,17tn 3,63 6,23
J. Tanam x P. Kandang 4 4533,9 1133,5 1,30tn 3,01 4,77
Galat 16 13953,4 872,1 - - -
Total 26 20556,2 - - - -
I II III
51
Gambar Lampiran 1. Denah Tata Letak Percobaan
1. Jarak Tanam 40 cm x 60 cm :
J3P1
J2P2
J1P2
J3P3
J2P3
J1P3
J3P2
J1P1
J2P1
J2P1
J2P2
J3P2
J1P2
J2P3
J3P3
J1P1
J1P3
J3P1
J3P2
J1P2
J2P3
J3P1
J1P1
J1P3
J2P2
J3P3
J2P1
U
S
Keterangan :
J1, J2, dan J3 = Jarak Tanam
P1, P2, dan P3 = Dosis Kandang Kotoran Puyuh
I, II, dan III = Kelompok
U = Utara
S = Selatan
52
2 m
U
S
2. Jarak Tanam 40 cm x 70 cm :
2 m
3. Jarak Tanam 40 cm x 80 cm :
40 cm
1 2 3 4 60 cm
5 6 7 8
9 10 11 12
13 14 15 16
17 18 19 20
21 22 23 24
40 cm 1 2 3 4
70 cm
5 6 7 8
9 10 11 12
13 14 15 16
17 18 19 20
2 m
3,6 m
3,6 m
Gambar Lampiran 2. Satuan Percobaan
1
80 cm
5
9
13
3,6 m
. Satuan Percobaan
40 cm
2 3 4
6 7 8
10 11 12
14 15 16
53
Gambar Lampiran 3. Persiapan Lahan
. Persiapan Lahan
54
Gambar Lampiran 4. Pemberian Kapur Dolomit
. Pemberian Kapur Dolomit
55
Gambar Lampiran 5. Penyemaian Benih
. Penyemaian Benih
56
Gambar Lampiran 6. Penanaman
. Penanaman
57
Gambar Lampiran 7. Pemupukan
. Pemupukan
58
Gambar Lampiran 8. Mengaduk Pupuk Kandang
. Mengaduk Pupuk Kandang
59
Gambar Lampiran 9. Jarak Tanam
. Jarak Tanam
60
Gambar Lampiran 10
Gambar Lampiran 10. Panen
61
Gambar Lampiran 11
Gambar Lampiran 11. Serangan Angin
62
Gambar Lampiran 12
Gambar Lampiran 12. Serangan Ulat
63
Gambar Lampiran 13 Gambar Lampiran 14
Gambar Lampiran 13. Gambar Tinggi Tanaman Jagung Manis Pada Umur 21 HST
Gambar Lampiran 14. Gambar Tinggi Tanaman Jagung Manis Pada Umur 28 HST
64
Gambar Tinggi Tanaman Jagung Manis Pada Umur 21
. Gambar Tinggi Tanaman Jagung Manis Pada Umur 28
Gambar Lampiran 15
Gambar Lampiran 16. Gambar Tinggi Tanaman Jagung Manis Pada Umur 42
Gambar Lampiran 15. Gambar Tinggi Tanaman Jagung Manis Pada Umur 35 HST
. Gambar Tinggi Tanaman Jagung Manis Pada Umur 42 HST
65
. Gambar Tinggi Tanaman Jagung Manis Pada Umur 35
. Gambar Tinggi Tanaman Jagung Manis Pada Umur 42
Gambar Lampiran 17
Gambar Lampiran 18
17. Gambar Jumlah Daun Tanaman Jagung Manis Pada Umur 21 HST
Gambar Lampiran 18. Gambar Jumlah Daun Tanaman Jagung Manis Pada Umur 28 HST
66
. Gambar Jumlah Daun Tanaman Jagung Manis Pada Umur
Manis Pada Umur
Gambar Lampiran 19
Gambar Lampiran 20
Gambar Lampiran 19. Gambar Jumlah Daun Tanaman Jagung Manis Pada Umur 35 HST
Gambar Lampiran 20. Gambar Jumlah Daun Tanaman Jagung Manis Pada Umur 42 HST
67
. Gambar Jumlah Daun Tanaman Jagung Manis Pada Umur
. Gambar Jumlah Daun Tanaman Jagung Manis Pada Umur
Gambar Lampiran 21
Gambar Lampiran 21. Gambar Diameter Batang Pada Umur 42 HST
68
. Gambar Diameter Batang Pada Umur 42 HST
Gambar Lampiran 22
Gambar Lampiran 23
Gambar Lampiran 22. Gambar Sampel Hasil Jagung Manis dengan Klobot
Gambar Lampiran 23. Gambar Sampel Hasil Jagung Manis tanpa Klobot
69
. Gambar Sampel Hasil Jagung Manis dengan Klobot
. Gambar Sampel Hasil Jagung Manis tanpa Klobot