Upload
dokhue
View
292
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
IDENTIFIKASI BAKTERI Vibrio sp. PENYEBAB VIBRIOSIS PADA
IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer) di TAMBAK BALAI BESAR
PERIKANAN BUDIDAYA LAUT (BBPBL) LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh Nandia Putri Aulia
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
IDENTIFICATION OF Vibrio sp. CAUSES VIBRIOSIS ON WHITE
SNAPPER (Lates calcarifer) IN PONDS BALAI BESAR PERIKANAN
BUDIDAYA LAUT (BBPBL) LAMPUNG
by
Nandia Putri Aulia
ABSTRACT
Vibrio is a group of bacteria that causes biota of water that is cultivated in ponds
death . This research aims to determine the type of bacteria Vibrio sp. which
causes the disease in white snapper fish in the ponds BBPBL Lampung. The
research method is exploration method by isolating Vibrio bacteria from the organ
in white snapper, mud, and water and identifying bacterial isolate characteristics
with biochemical test. Besides, water quality examination of pond to temperature,
pH, salinity, DO, BOD and ammonia and calculation of ALT (Total Plate
Number) Vibrio sp. on the pond. Based on the results of the research, three types
of isolates are suspected as the cause of disease in white snapper fish in Lampung
BBPBL pond, namely Vibrio vulnificus, Vibrio alginolyticus and Vibrio
parahaemolyticus. The three isolates obtained were known to be α-hemolysis. The
results of pond water quality inspection showed the temperature of 29.8 oC, pH
7.8, salinity 33 psu, DO 4.4 mg / L, BOD 2.2 mg / L and ammonia 2.2 mg / L.
Calculation of ALT Bacteria Vibrio sp. shows inlet of pond <25 CFU / ml, pond
water 7.6x104 CFU / ml, and pond water outlet 2.1x10
3 CFU / ml. Levels of
ammonia and calculation of ALT Bacteria Vibrio sp. exceeds pond water quality
standards for fish farming.
Keywords: Identification, Vibriosis and White Snapper
IDENTIFIKASI BAKTERI Vibrio sp. PENYEBAB VIBRIOSIS PADA IKAN
KAKAP PUTIH (Lates calcarifer) DI TAMBAK BALAI BESAR PERIKANAN
BUDIDAYA LAUT (BBPBL) LAMPUNG
Oleh
Nandia Putri Aulia
ABSTRAK
Vibrio merupakan golongan bakteri penyebab kematian biota air yang dibudidaya
di tambak. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui jenis bakteri Vibrio
sp. yang menyebabkan penyakit pada ikan kakap putih di tambak BBPBL
Lampung. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksplorasi dengan
mengisolasi bakteri Vibrio dari organ dalam ikan kakap putih, lumpur, dan air
serta mendidentifikasi karakteristik isolate bakteri dengan uji biokimia. Selain itu
dilakukan pemeriksaan kualitas air tambak terhadap suhu, pH, salinitas, DO, BOD
dan ammonia dan dilakukan perhitungan ALT (Angka Lempeng Total) Vibrio sp.
pada tambak. Berdasarkan hasil penelitian diketahui tiga jenis isolat yang diduga
sebagai penyebab penyakit pada ikan kakap putih di tambak BBPBL Lampung,
yaitu Vibrio vulnificus, Vibrio alginolyticus dan Vibrio parahaemolyticus. Ketiga
isolat yang diperoleh diketahui bersifat α-hemolysis. Hasil pemeriksaan kualitas
air tambak menunjukkan suhu 29,8 oC, pH 7,8 , salinitas 33 psu, DO 4,4 mg/L,
BOD 2,2 mg/L dan ammonia 2,2 mg/L. Perhitungan ALT Bakteri Vibrio sp.
menunjukkan air masuk (inlet) tambak <25 CFU/ml, air tambak 7,6x104 CFU/ml,
dan air keluar (outlet) tambak 2,1x103
CFU/ml. Kadar ammonia dan perhitungan
ALT Bakteri Vibrio sp. melebihi baku mutu air tambak untuk budidaya ikan.
Kata kunci: Identifikasi, Vibriosis dan Kakap Putih
IDENTIFIKASI BAKTERI Vibrio sp. PENYEBAB VIBRIOSIS
PADA IKAN KAKAP PUTIH (Lates calcarifer) di TAMBAK
BALAI BESAR PERIKANAN BUDIDAYA LAUT (BBPBL)
LAMPUNG
Oleh
Nandia Putri Aulia
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lampung
Bandar Lampung
2018
RIWAYAT HIDUP
Nandia Putri Aulia putri dari pasangan Sunaryo dan
Suaida yang lahir di Kecamatan Kemiling, Kota
Bandar Lampung pada tanggal 16 Maret 1996.
Penulis mengawali pendidikan di SD Negeri 1
Sumberejo pada tahun 2002, kemudian
melanjutkan
pendidikan di SMP Negeri 26 Bandar Lampung pada tahun 2008. Setelah
menamatkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama penulis selanjutnya
meneruskan pendidikan di SMAN 7 Bandar Lampung pada tahun 2011. Lulus
dari Sekolah Menengah Atas penulis kemudian menempuh pendidikan di
Perguruan Tinggi Negeri Universitas Lampung melalui jalur SBMPTN pada
tahun 2014 di Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten Mikrobiologi Umum
dan Fisiologi Mikroba. Penulis juga aktif berorganisasi dan menjadi anggota Biro
Dana dan Usaha di HIMBIO (Himpuan Mahasiswa Biologi). Pada masa
perkuliahan penulis pernah melaksanakan Karya Wisata
Ilmiah di Desa Sidokaton, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus selama 7
hari. Penulis juga pernah melaksanakan penelitian dalam Program Kreatifitas
Mahasiswa (PKM) dengan judul “Pengaruh Paparan Medan Magnet pada Kefir
Susu Kedelai dalam Upaya Menurunkan Kadar Kolesterol LDL pada Tikus
Sprague dawley” dan “Potensi Bakteri Asam Laktat Asal Tempoyak sebagai
Pengawet Hayati Tahu”. Kuliah Kerja Nyata (KKN) penulis laksanakan pada
tahun 2017 di Desa Kampung Baru, Kecamatan Padang Ratu, Kabupaten
Lampung Tengah selama 40 hari. Penulis juga melaksanakan Kerja Praktik di
Balai Riset dan Standardisai Industri (BARISTAND) Provinsi Lampung pada 17
Juli 2017-25 Agustus 2017 dengan judul “Uji Cemaran Bakteri Escherichia coli
pada Beberapa Bakso Ayam di Balai Riset dan Standardisasi Industri
(BARISTAND) Provinsi Lampung”.
viii
Motto
Selalu bersyukur
Berdoalah (mintalah) kepada-Ku (Allah SWT), Pastilah aku kabulkan untukmu”
(QS. Al-Mukmin : 60)
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? (QS. Ar-Rahamn : 13)
Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, ketika engkau mau berusaha dan berdo’a
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmannirrahim
Alhamdulillahirabbila’lamin, atas segala curahan nikmat yang telah Engkau berikan ya Allah
Allahumashalialasyayidina Muhammad, shalawat serta salam semoga tercurah kepada insan paling mulia, suri tauladan kami Baginda Rasulullah SAW
Saya Persembahkan karya ini untuk orang-orang tercinta dalam hidup saya
Kepada Abah dan Mamak Serta Adikku Nabil dan Laili yang selama ini menjadi pendukung setia
dalam doa, semangat, kasih sayang dan nasehat
Bapak-Ibu Dosen atas ilmu pengetahuan dan bimbingannya yang tak ternilai
Saudara dan Sahabat atas dukungan dan semangat luar biasanya
Dan Almamaterku tercinta
Universitas Lampung
SANWACANA
Alhamdulillahirabbila’lamin, karena berkat rahmat dan karunia Allah SWT
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Identifikasi Bakteri Vibrio
sp. Penyebab Vibriosis pada Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) di Tambak
Bala Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung” yang merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains di Universitas Lampung.
Penelitian ini merupakan bagian dari proyek penelitian Bapak Dr. Sumardi, M.Si.
tahun 2018.
Penghargaan dan ucapan terimakasih penulis haturkan kepada semua pihak yang
telah berperan atas dorongan, bantuan, saran, kritik, dan bimbingannya sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan, antara lain kepada:
1. Orang Tua-Ku tercinta terimakasih malaikat-Ku atas cinta, doa, dukungan,
serta segalanya.
2. Adik-ku (Muhammad Nabil Muyassar dan Laili Hisanah) terimakasih atas
pengertian dan keusilannya.
3. Bapak Dr. Sumardi, M.Si. selaku Pembimbing utama terimakasih atas
bimbingan, bantuan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi.
4. Ibu Endang Linirin Widiastuti, Ph.D. selaku Pembimbing kedua terimakasih
atas bimbingan, bantuan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi.
5. Bapak Ir. Salman Farisi, M.Si. selaku Pembahas terimakasih atas bimbingan,
bantuan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi.
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas
Lampung.
7. Bapak Prof. Warsito, D.E.A., Ph.D., selaku Dekan FMIPA Universitas
Lampung.
8. Ibu Dr. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Lampung.
9. Ibu Dra. Eti Ernawati, M.P. selaku Pembimbing Akademik atas nasihat dan
bimbingan selama ini.
10. Mas Rakhmat Hadi Saputra, S.Pi. selaku Pembimbing lapangan terimakasih
atas bimbingan, bantuan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi.
11. Ibu Julinasari, Bu Rini, Bu Agie, Mb Nana, Pak Bono, Pak Febri, Mas
Wahyu, Pak Badi serta seluruh staff BBPBL, terimakasih atas bimbingan,
bantuan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi.
12. Sahabat sejak lahir (Ainun dan Rahman) terimakasih untuk kesabaran kalian.
13. Rizka, Kak Ros, Titin, Komang, Ketut, Mb Diana, Ketut, Agung dan Indri
terimakasih banyak untuk gunjingan dan kebersamaannya.
14. Mba Nindi terimakasih atas kebersamaannya, sudah menjadi kakak dan alarm
selama di asrama kerapu.
15. Mami Muci, Theo, Benny terimakasih untuk obrolan receh dan
kebersamaannya.
16. Kak Rio terimakasih banyak atas dukungan dan waktu yang tersedia.
17. CKPTWB Squad (Rizka, Komeng, Ima, Sumin, Milsa) terimakasih banyak
atas hobi begadang dan rewangannya.
18. Maharani, Rizki, Aini, Retno, Noe, Julpa, Irma, Eceng, AR, Tiara dan Mba
Kadek terimakasih banyak atas bantuannya.
19. Microholic ’14 terimakasih banyak atas kebersamaanya selama ini.
20. Biologi A terimakasih atas kebersamaannya selama ini.
xii
Akhir kata, penulis menyadari masih banyak kekeliruan dalam penulisan dan
penyusunan skripsi ini, namun terlepas dari itu semua sedikit harapan penulis
skripsi ini dapat memberi manfaat untuk kita semua.
Bandar Lampung, Mei 2018
Penulis,
Nandia Putri Aulia
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN………………………………………………………... i
ABSTRACT…………………………………………………….…………. ii
ABSTRAK………………………………………………………………... iii
HALAMAN JUDUL DALAM……………………………………...…… iv
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………… v
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………. vi
RIWAYAT HIDUP………………………………………………………. vii
MOTTO…………………………………………………………………… ix
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………….. x
SANWACANA…………………………………………………………….. xi
DAFTAR ISI……………………………………………………………... xiv
DAFTAR TABEL………………………………………………………... xvi
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….. xvii
I. PENDAHULUAN…………………………………………………… 1
A. Latar Belakang……………………………………………………. 1
B. Tujuan Penelitian…………………………………………………. 2
C. Manfaat Penelitian………………………………………………... 3
D. Kerangka Pikir……………………………………………………. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA……………...……………………………… 6
A. Ikan Kakap Putih (Lates carcarifer)……………………………… 6
B. Lokasi Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL)
Lampung…………………………………………………………..
7
C. Penyakit Bakterial.……………………………………………….. 8
D. Bakteri Vibrio…………………………………………………….. 9
E. Syarat Kelayakan Perairan Untuk Budidaya Ikan Kakap
Putih……………………………………………………………….
10
F. Peranan Bakteri Vibrio…………………………………………… 12
III. METODE PENELITIAN………….…………………………………. 13
A. Waktu dan Tempat………………………………………………... 13
B. Alat dan Bahan……………………………………………….…… 13
C. Rancangan Penelitian…………………………………………..…. 16
D. Prosedur Penelitian…………………………….…………….…….. 16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………….. 26
A. Hasil Pengamatan…………………………………………………. 26
B. Pembahasan………………………………………………..….…... 38
V. KESIMPULAN………………………………………………………… 50
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………...……. 51
LAMPIRAN……………………………………….………………………. 56
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Baku Mutu Air Laut KepMen LH Nomor 51 Tahun
2004…………………………………………...………………...
11
Tabel 2. Alat-Alat Penelitian…………………………………..…………. 14
Tabel 3. Bahan-Bahan Penelitian………………………………………… 15
Tabel 4. Karakteristik Koloni Bakteri Vibrio sp. ………………………… 28
Tabel 5. Morfologi Sel Bakteri dan Hasil Uji Pathogenitas, Oksidase dan
Katalase…………………………………………………………..
30
Tabel 6. Hasil Pengukuran Kualitas Air Tambak………………………… 33
Tabel 7. Hasil Uji Biokimia Bakteri Vibrio sp. ………………………….. 35
Tabel 8. Gejala Klinis Ikan Kakap Putih yang Terserang Vibriosis……... 58
Tabel 9. Angka Lempeng Total (ALT) Vibrio sp. pada Air Tambak……. 59
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Morfologi Ikan Kakap Putih.…………………..…...………… 7
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian…………...…………………………. 25
Gambar 3. Gejala Klinis Ikan Kakap Putih yang Terinfeksi Bakteri ….… 27
Gambar 4. Isolat Vibrio pada Media TCBS………………………..……. 29
Gambar 5. Hasil Uji Hemolysis…………………………………..……… 31
Gambar 6. Pewarnaan Gram Bakteri……...……………………………… 32
Gambar 7. Hasil Uji Katalase dan Oksidase……………………………… 32
Gambar 8. Karakteristik Koloni pada Agar Lempeng…………………… 57
Gambar 9. Hasil Uji Microbact Test Kit Isolat 14……………………….. 62
Gambar 10. Hasil Uji Microbact Test Kit Isolat 16.…………………….. 62
Gambar 11. Hasil Uji Microbact Test Kit Isolat 24.……………………... 63
Gambar 12. Hasil Uji Microbact Test Kit Isolat 25..…………………….. 63
Gambar 13. Hasil Analisis Kualitas Air Tambak………………………… 65
Gambar 14. Hasil Uji Microbact 2000 Isolat 16………………………… 66
Gambar 15. Hasil Uji Microbact 2000 Isolat 25………………………… 67
Gambar 16. Hasil Uji Microbact 2000 Isolat 24………………………… 68
Gambar 17. Hasil Uji Microbact 2000 Isolat 14………………………… 69
Gambar 18. Lokasi Tambak……………………………………………… 78
Gambar 19. Pengambilan Sampel………………………………………... 78
Gambar 20. Proses Pembedahan Ikan…………………………………… 78
Gambar 21. Proses Isolasi Bakteri……………………………………….. 78
Gambar 22. Proses Uji Hemolysis……………………………………….. 78
Gambar 23. Proses Pewarnaan Gram…………………………………… 78
Gambar 24. Proses Uji Katalase dan Oksidase………………………….. 79
Gambar 25. Proses Pemanenan Bakteri………………………………….. 79
Gambar 26. Proses Identifikasi Bakteri………………………………….. 79
Gambar 27. Proses Penambahan Reagent……………………………….. 79
Gambar 28. Reagent Microbact…………………………………………. 79
Gambar 29. Microbact Test Kit Sebelum Digunakan……………………. 79
Gambar 30. Hasil Uji Microbact Test Kit ……………………………….. 80
xviii
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Budidaya ikan kakap putih banyak dilakukan di Indonesia karena mempunyai
beberapa keunggulan diantaranya ikan kakap putih (Lates calcarifer )
merupakan ikan yang cukup bernilai jual tinggi baik di dalam maupun di luar
negeri, memiliki kisaran toleransi fisiologis yang cukup luas, fekunditas
tinggi serta pertumbuhan yang cukup cepat (Hidayat dkk., 2014). Namun,
budidaya ikan kakap putih tidak luput dari serangan penyakit yang dapat
mengganggu kegiatan budidaya ikan tersebut.
Timbulnya penyakit pada ikan disebabkan karena interaksi antara inang
(host), jasad penyebab penyakit dan lingkungan. Dalam interaksi ini faktor
lingkungan berperan penting karena dapat menimbulkan pengaruh positif dan
negatif terhadap hubungan antara inang dan patogen (Kabata, 1985).
Banyak hal yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit pada ikan,
diantaranya karena kondisi perairan yang kurang baik, kualitas pakan yang
kurang, maupun kualitas induk yang kurang baik. Selain itu, penggunaan
teknik budidaya yang kurang tepat dan kontaminasi dari alat-alat budidaya
2
maupun pekerjanya juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit (Chatterjee
dan Haldar, 2012).
Salah satu golongan bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pada ikan
adalah Vibrio sp. Bakteri pathogen golongan Vibrio dapat menyebabkan
penyakit berupa Vibriosis serta dapat mengakibatkan kematian pada ikan
mencapai lebih dari 80 % pada budidaya ikan di jaring apung (Zafran dkk.,
1998). Penyakit Vibriosis menyerang hampir semua jenis ikan laut yang
dibudidayakan (Krishnika dan Ramasamy, 2014).
Menurut Sukenda dkk (2012) beberapa spesies bakteri seperti Vibrio
alginolyticus, V. parahaemolyticus, V. anguilarum, dan V. marimus
dilaporkan menyebabakan serangan pada ikan. Bakteri ini bersifat sangat
ganas dan berbahaya baik pada budidaya ikan air laut maupun air payau
karena dapat menyebabkan pathogen primer dan sekunder.
Berdasarkan uraian, maka perlu dilakukan penelitian mengenai identifikasi
bakteri Vibrio sp. yang menyebabkan penyakit pada ikan kakap putih di
tambak Balai Besar Budidaya Laut Lampung.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis bakteri Vibrio sp. yang
menyerang ikan kakap putih di tambak Balai Besar Budidaya Perikanan
Laut Lampung.
3
C. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari dilakukannya penelitian ini adalah dapat
memberikan informasi ilmiah mengenai jenis bakteri Vibrio sp. yang
dapat menyebabkan penyakit pada ikan kakap putih di tambak Balai Besar
Perikanan Budidaya Laut, Lampung. Selain itu manfaat lain yang dapat
diperoleh adalah sebagai salah satu masukan dalam perancangan
pengelolaan perairan bagi pemerintah setempat sehingga dapat
meningkatkan penghasilan budidaya perikanan khususnya di Balai Besar
Perikanan Budidaya Laut, Lampung.
D. Kerangka Pikir
Negara Indonesia merupakan Negara bahari yang memiliki perairan yang
sangat luas. Hal ini dapat menjadikan Indonesia berpotensi
mengembangkan sumberdaya alam terutama di bidang perikanan untuk
mendukung peningkatan devisa negara. Salah satu komoditas perikanan
yang bernilai jual tinggi adalah ikan kakap putih. Ikan kakap putih cukup
diminati dan bernilai jual tinggi baik di pasaran dalam maupun luar negeri.
Selain itu budidaya ikan kakap putih juga banyak dilakukan di Indonesia
karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi , memiliki kisaran toleransi
fisiologis yang cukup luas, fekunditas tinggi dan pertumbuhan yang cukup
cepat.
4
Salah satu kendala dalam kegiatan marikultur atau budidaya ini adalah
penyakit pada biota budidaya. Bakteri pathogen golongan Vibrio dapat
menyebabkan penyakit berupa Vibriosis serta dapat mengakibatkan
kematian pada ikan. Penyebab penyakit yang sering menyerang ikan
maupun udang disebabkan oleh mikroorganisme, diantaranya adalah
bakteri, jamur, dan virus. Khususnya serangan penyakit bakterial yang
sering menyerang ikan baik di tingkat pembenihan maupun pembesaran di
tambak yang paling serius dan sering menyebabkan terjadinya kematian
massal pada udang adalah serangan bakteri Vibrio sp.
Isolasi dan identifikasi bakteri Vibrio sp. penyebab penyakit pada ikan
kakap putih di tambak Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung
perlu dilakukan guna mengetahui jenis bakteri yang menjadi penyebab
penyakit pada ikan kakap putih sehingga dapat dilakukan penanggulangan
ataupun pencegahan terhadap penyakit Vibriosis yang dapat menyerang
ikan, terutama ikan kakap putih.
Kondisi perairan juga menjadi faktor penting dalam berhasilnya budidaya
ikan. Kondisi perairan harus selalu dipantau supaya kualitas air yang
menjadi tempat pemelihaan ikan tergaja. Selain pemeriksaan kualitas air
secara kimia maupun fisik diperlukan juga pemeriksaan kualitas air secara
mikrobiologis guna mengetahui bakteri yang berpotensi sebagai penyebab
penyakit pada ikan yang terdapat di tambak. Sehingga dengan
diketahuinya bakteri yang berpotensi sebagai penyebab penyakit dari
5
perairan di tambak ikan kakap putih dapat dilakukan penanggulangan
ataupun pencegahan terhadap penyakit Vibriosis yang dapat menyerang
ikan, terutama pada ikan kakap putih.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer)
Ikan kakap putih merupakan ikan yang hidupnya beruaya dari air laut ke air
payau (katadromous). Ikan kakap putih memiliki tolerensi yang cukup luas
terhadap kadar salinitas (kadar garam). Ikan kakap memiliki taksonomi
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Percomorphi
Genus : Lates
Spesies : Lates calcarifer
Secara morfologi ikan kakap putih (Lates calcarifer) memiliki bentuk tubuh
yang pipih dengan badan memanjang dan ekor yang melebar. Kakap putih
dapat hidup di habitat yang sangat luas. Kakap putih dapat hidup di daerah
laut yang berlumpur, berpasir, serta di ekosistem mangrove. Kakap putih juga
dapat hidup di air payau. Kakap putih akan menuju daerah habitat aslinya jika
akan memijah yaitu pada salinitas 30-32 ppt. Telur yang menetas akan
7
beruaya menuju pantai dan larvanya akan hidup di daerah yang bersalinitas
29-30 ppt. Semakin bertambah ukuran larvanya maka ikan kakap putih
tersebut akan beruaya ke air payau (Mayunar,2002).
Gambar 1. Morfologi Ikan Kakap Putih
Provinsi lampung memiliki potensi dalam mengembangkan budidaya ikan air
laut, khususnya ikan kakap putih. Berdasarkan data statistik produksi
budidaya laut di Lampung pada tahun 2011 dan 2012, kakap putih mengalami
peningkatan sebesar 256,5%. Selain itu tata lingkungan pesisir yang baik
dapat menunjang optimalisasi produksi kakap putih di Lampung (Perikanan
Budidaya Lampung, 2012).
B. Lokasi Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung
Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung terletak di Jalan
Yos Sudarso, Desa Hanura, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran
35454. BBPBL terletak ± 12 km dari ibukota Provinsi Lampung, yakni Bandar
Lampung. Balai ini memiliki luas seluas 5,9 Ha. Letak geografisnya berada
pada 105o 12,45-105
o 13 BT-5
o 31,30 – 5
o 33,36 LS. BBPBL sebelah utara
berbatasan dengan Desa Sukajaya, Lempasing, sebelah timur berbatasan
8
dengan Teluk Hurun, sebelah barat berbatasan dengan Desa Hanura, dan
sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sidodadi.
C. Penyakit Bakterial
Bakteri merupakan mikroorganisme yang banyak dijumpai di lingkungan
akuatik serta memiliki keragaman morfologi, ekologi dan fisiologi yang cukup
tinggi. Sebagian besar bakteri pathogen pada budidaya ikan laut berbentuk
batang pendek dan bersifat gram negatif (Irianto, 2005).
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri menjadi salah satu
permasalahan dalam budidaya ikan karena dapat menyebabkan kematian pada
ikan dalam jumlah besar. Gejala akibat adanya infeksi bakteri dapat terlihat
ketika ikan mengalami perubahan fisiologi. Umumnya infeksi bakteri pada
ikan merupakan bentuk infeksi sekunder, dimana bakteri dapat menginfeksi
ikan melalui infeksi primer seperti luka pada bagian tubuh yang disebabkan
oleh parasit. Beberapa jenis bakteri pathogen penyebab penyakit pada ikan
antara lain Vibrio sp., Pseudomonas sp., Aeromonas sp., Streptococcus sp.,
dan Pasteurella sp. (Brite dan Kurniatuty, 2003).
Pada prinsipnya penyakit yang menyerang ikan tidak datang begitu saja,
melainkan melalui hubungan antara tiga faktor yaitu: kondisi lingkungan
(kondisi di dalam air), kondisi inang (ikan), dan organisme penyakit. Interaksi
yang tidak berimbang ini menimbulkan stress pada ikan, sehingga mekanisme
9
pertahanan diri menjadi lemah dan akhirnya mudah terserang penyakit (Kordi,
2004).
D. Bakteri Vibrio
Menurut Scoendstadt (2013) Vibrio merupakan suatu jenis bakteri gram
negatif yang bersifat fakultatif anaerob, yang artinya dapat bertahan hidup
baik dengan atau tanpa oksigen. Bakteri Vibrio banyak ditemukan pada tempat
sungai pasang surut dan teluk, oleh karena itu bakteri Vibrio banyak
ditemukan di air laut.
Berikut merupakan klasifikasi Vibrio sp menurut Scoendstadt (2013):
Kingdom : Eubacteria
Divisi : Bacteri
Class : Schiomycetes
Ordo : Eubacteriales
Family : Vibrionaceae
Genus : Vibrio
PHE (2015) menyatakan bahwa spesies Vibrio berbentuk lurus atau
melengkung membentuk spora batang, memiliki lebar 0.5-0.8 µm dengan
panjang berkisar 1.4-2.6 µm . Bakteri Vibrio tumbuh baik pada kisaran suhu
20-30 oC. Bakteri Vibrio dapat tumbuh pada kisaran pH yang cukup tinggi
yaitu 4-9, namun tumbuh optimal pada kisaran pH 6.5-8.5. Pada media agar
darah, koloni Vibrio menghasilkan koloni berwarna keabu-abuan dan
10
berbentuk melingkar, dengan diameter 2-3 mm. Sedangkan jika ditumbuhkan
pada media TCBS akan memunculkan warna koloni berwarna kuning atau
hijau. Baumann dan Schubert (1984) menyatakan bahwa spesies Vibrio
menunjukkan positif test untuk uji oxidase dan katalase serta bersifat
fermentatif. Semua jenis anggota Vibrio adalah motil (bergerak) dan
mempunyai kutub flagella dengan sarung pelindung.
Fahri (2008) menggolongkan Vibrio pathogen utama pada ikan dan juga
udang yaitu: Vibrio alginolyticus, V. damsel, V. charcariae, V. anguilarun, V.
ordalli, V. cholera, V. salmonicida, V. vulnificus, V. parahaemolyticus, V.
harveyi, V. pelagia, V. splendid, dan V. fishceri.
E. Syarat Kelayakan Perairan Untuk Budidaya Ikan Kakap Putih
Keberhasilan kegiatan budidaya ikan kakap putih, salah satunya ditentukan
oleh ketersediaan sumber air laut dan tawar yang digunkan untuk kegitan
budidaya tersebut baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Beberapa parameter kualitas air yang harus diperhatikan dalam pemilihan
suatu lokasi untuk budidaya diantaranya: salinitas, pH (derajat keasaman),
suhu, DO (Dissolved Oxygen), BOD (Biological Oxygen Demand), kecerahan,
kekeruhan, amoniak, nitrit serta logam berat.
Baku mutu kualitas air laut untuk budidaya secara lengkap untuk budidaya
perikanan dapat digunakan sebgai bahan acuan untuk menentukan kualitas
11
suatu perairan dalam memilih lokasi untuk kegiatan budidaya. Salah satu yang
dapat diajadikan acuan untuk menentukan kualitas suatu perairan adlah
peraturan yang dikeluarkan pemerintah melalui putusan Menteri Kehutanan
dan Lingkungan Hidup No.51 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk
budidaya perikanan, disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Baku Mutu Air Laut
Parameter Satuan Baku mutu/kadar maksimal
I FISIKA
Kekeruhan NTU 30
Padatan tersuspensi mg/L 20
Suhu oC Alami ± 2
II KIMIA
pH - 7-8,5
DO mg/L 4 (minimum)
COD mg/L 25
Amonia mg/L 0,4
III MIKROBIOLOGI
Coliform MPN/100 ml 700
Fecal Coli MPN/100 ml 150
Pathogen MPN/100 ml 0
Sumber: Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup No.51 (2004)
Parameter perairan air laut berpengaruh terhadap keberadaan, pertumbuhan,
dan perbanyakan bakteri. Faktor-faktor yang berpengaruh berupa faktor biotik
seperti spesies mikroba lain dan abiotik , seperti suhu, pH, salinitas, Bahan
Organik Terlarut (BOT), dan arus (Ramli, 2017).
12
F. Peranan Bakteri Vibrio
Bakteri Vibrio memiliki peranan penting dalam siklus nutrisi di
lingkungan perairan melalui pemecahan bahan organik (Thompson dkk.,
2004). Vibrio menyediakan asam lemak tak jenuh esensial bagi rantai
makanan akuatik (Nichols, 2003). Vibrio juga dapat mendegradasi kitin,
sebuah homopolimer N-asetil glukosamin (Rieman dan Azam, 2002).
Bakteri Vibrio telah digunakan untuk biomonitoring lingkungan perairan
karena dapat memproduksi autoinduser berupa N-acyl homoserine lakton
yang dapat mengontrol terjadinya infeksi dan pembentukan biofilm
(Tanaka dkk., 2002). Selain itu, spesies tertentu dari bakteri ini digunakan
untuk produksi vaksin dan probiotik, bakteri ini juga mampu melakukan
bioremidiasi hidrokarbon poliaromatik (Thompson dkk., 2004).
13
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari 2018. Pengambilan
sampel dilakukan dari tambak ikan kakap putih yang berada di Balai
Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung. Adapun tempat
penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi untuk isolasi
dan identifikasi bakteri pathogen dan Laboratorium Kualitas Air untuk
parameter lingkungan di Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL)
Lampung.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
Tabel 2.
14
Tabel 2. Alat-Alat Penelitian
No. Nama Alat Kegunaan
1. Botol Scott Wadah sampel/menyimpan media
2. Inkubator Untuk inkubasi
3. Cawan petri Untuk membiakkan bakteri
4. Tabung reaksi Untuk membiakkan bakteri
5. Autoclave Untuk sterilisasi
6. Vortex Untuk menghomogenkan larutan
7. Jarum ose Untuk pembiakkan/inokulasikan bakteri
8. Erlenmeyer Untuk wadah media
9. Beker glass Untuk menampung larutan
10. Gelas ukur Untuk mengukur larutan
11. Lampu bunsen Untuk sterilisasi
12. Timbangan analitik Untuk menimbang
13. Hot plate stirer Untuk membuat dan menghomogenkan
larutan
14. Gelas objek Untuk meletakkan objek yang diamati
15. Mikroskop Untuk mengamati objek
16. Thermometer Untuk mengukur suhu
17. pH meter Untuk mengukur pH
18. Refraktometer Untuk mengukur kadar salinitas
19. Mikropipet Untuk pengenceran / pemindahan
inokulasi larutan
20. Korek Untuk menyalakan api
21. Neraca analitik Untuk menimbang bahan
22. Spatula Untuk mengambil media
23. Refrigerator Untuk menyimpan media
24. Mortar Untuk menghaluskan sampel
25. Kapas Untuk penyumbat tabung reaksi
26. Mikroskop Untuk mengamati morfologi bakteri
27. Laminar air flow Pengerjaan aseptic
28. Plastik Membungkus sampel
29. Tissue Untuk membersihkan meja kerja
30. Microbact book Buku catatan hasil identifikasi/uji
31. MicrobatTM
Untuk identifikasi bakteri
32. Spuit 5 cc Untuk mengambil darah
33. Pisau bedah Untuk membedah ikan
34. Pinset Untuk membedah ikan
35. Cool Box Untuk menyimpan sampel
15
Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut Tabel 3.
Tabel 3. Bahan-Bahan Penelitian
No. Nama Bahan Kegunaan
1. Aquadest Sebagai pelarut
2. Sodium Chloride Sebagai pengencer
3. Alkaline Peptone
Water (APW)
Sebagai media pembiakkan
4. Alkohol 70 % Untuk sterilisasi
5. Thiosulfate Citrateb
Bile Salt Sucrose
(TCBS)
Sebagai media isolasi
6. Tryptic Soy Agar
(TSA)
Sebagai media peremajaan
7. Nutrient Broth (NB) Sebagai media peremajaan/pembiakkan
8. Gram A, Gram B,
Gram C, Gram D
Untuk pengecatan gram
9. Hidrogen peroksida
(H2O2)
Untuk uji katalase
10. Nutrient Agar (NA) Untuk uji hemolysis
11. Darah domba Untuk uji hemolysis
12. Pereaksi kovac Sebagai pereaksi uji indol
13. Pereaksi VP Sebagai pereaksi uji VP
14. Perekasi oksidase Sebagai pereaksi uji OXI
15. Perekasi asam
klorida
Sebagai pereaksi uji TDA
16. Perekasi nitrat Sebagai pereaksi uji GLU
17. Darah domba Untuk uji hemolysis
18. Larutan fenol Untuk uji kadar amoniak
19. Larutan Natrium
nitroprusid
Untuk uji kadar amoniak
20. Larutan oksidator Untuk uji kadar amoniak
21. Dextrose/Glucose Sebagai bahan antikoagulan
22. Sodium Sitrat Sebagai bahan antikoagulan
23. Asam Sitrat Sebagai bahan antikoagulan
16
C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksplorasi. Data yang diperoleh
dianalisa secara deskriptif. Pengukuran parameter lingkungan disajikan
dalam bentuk tabel guna menunjang hasil penelitian yang terkait dengan
bakteri.
D. Prosedur Penelitian
1. Pengambilan Sampel
a. Sampel air
Pengambilan sampel air dilakukan dengan memasukkan plastik
volume 250 ml dengan memiringkan 45 derajat ke kolom air pada
kedalaman 10 cm (APHA, 1992 ) di bawah permukaan air tambak.
Setelah terisi air sebanyak 100 ml, sampel ditutup dan diangkat ke
permukaan selanjutnya memasukkan ke dalam cool box berisi es
batu kristal.
b. Organ dalam ikan kakap
Pengambilan sampel organ dalam diambil dari ikan kakap putih
yang menunjukkan gejala terinfeksi penyakit, dilakukan dengan
menggores ose steril pada organ tersebut kemudian ditumbuhkan
pada media TCBS dengan teknik streak, lalu inkubasi pada suhu
30-35 oC selama 24 jam (Nelce dan Setha, 2011). Kemudian koloni
17
yang tumbuh diamati karakteristiknya seperti bentuk, warna, tepian
dan elevasinya untuk dilanjutkan uji hemolysis dan uji biokimia.
c. Sampel Lumpur
Pengambilan sampel lumpur dilakukan dengan memasukkan
lumpur sebanyak 50 gram dari tambak. Setelah itu sampel ditutup
dan dimasukkan ke dalam cool box berisi es batu kristal.
2. Pengukuran Parameter Kualitas Air
Pengukuran parameter kualitas air yang diamati meliputi pH, suhu,
ammonia, salinitas, DO, dan BOD.
a. pH
Pengukuran pH menggunkan pH meter digital. Sebelum digunakan
pH meter dikalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan
aquadest, kemudian pengukuran kadar pH dilakukan dengan cara
mencelupkan alat pada kolam-kolam di tambak, kemudian tunggu
beberapa detik hingga angka yang tertera di alat tidak berubah lagi,
lalu dicatat hasilnya (Handayani, 2016).
b. Suhu
Pengukuran suhu menggunakan thermometer digital. Alat terlebih
dahulu dikalibrasi menggunakan aquadest dan dikeringkan
menggunakan tisu. Pengukuran suhu dilakukan dengan cara
18
mencelupkan alat pada kolam-kolam di tambak, kemudian tunggu
beberapa detik hingga angka yang tertera di alat tidak berubah lagi,
lalu dicatat hasilnya (Handayani, 2016).
c. Salinitas
Pengukuran salinitas menggunakan handrefraktometer dengan cara
mengambil air tambak menggunakan pipet tetes kemudian
diteteskan ke prisma dan melihat hasil salinitas pada biomaterial
serta skala (SNI, 2001).
d. Kadar Amonia
Pengukuran kadar amoniak didasarkan pada SNI 19-6964.3-2003,
dilakukan dengan cara memasukkan sampel air tambak yang sudah
disaring dengan kertas saring (Whatman paper) dengan diameter
pori 0,45 µm sebanyak 25 ml. Kemudian ditambahkan 1 ml larutan
fenol, lalu ditambahkan 1 ml larutan Natrium nitroprusid, lalu
ditambahkan 2,5 ml larutan oksidator. Kemudian kocok sampel
agar homogen dan didiamkan selama 10 menit untuk membentuk
reaksi kompleks. Penentuan konsentrasi dilakukan dengan
menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 640
nm.
19
e. DO (Dissolved Oxygen)
Penguukuran kadar DO didasarkan pada APHA.2005.4500-O-G,
dilakukan dengan cara memasukkan air tambak kedalam botol
sebanyak 500 ml. Kemudian dimakukkan probe DO meter ke
dalam air. Tunggu sekitar 1 menit. catat hasil angka yang tertera
pada alat.
f. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
Pengukuran kadar BOD didasarkan pada SNI 6989.72:2009 yang
dilakukan di Laboratorium Kualitas Air BBPBL .
3. Isolasi Bakteri Pathogen
a. Isolasi bakteri pathogen dari sampel air masuk (inlet)
Isolasi bakteri pathogen dari sampel air dilakukan dengan cara
memasukkan sampel air sebanyak 1 ml pada media APW 9 ml
vortex hingga homogen, kemudian diambil 0,1 ml untuk dituang
pada media Thiosulphate Citrate Bile Sucrose Agar (TCBS)
dengan metode spread (Handayani, 2016) kemudian diinkubasi
pada suhu 30-35 oC selama 24 jam (Osawa, 2008). Kemudian
diamati koloni bakteri yang tumbuh pada cawan petri diamati
karakteristiknya brupa ukuran, warna, dan bentuk koloni yang
tampak, lalu dilanjutkan dengan uji hemolysis dan uji biokimia
(Handayani, 2016).
20
b. Isolasi bakteri pathogen dari sampel air tambak
Isolasi bakteri pathogen dari sampel air tambak sama dengan
pengerjaan isolasi bakteri pathogen dari sampel air masuk (inlet).
c. Isolasi bakteri pathogen dari sampel air keluar (outlet)
Isolasi bakteri pathogen dari sampel air keluar sama dengan
pengerjaan isolasi bakteri pathogen dari sampel air masuk (inlet).
d. Isolasi dari organ dalam ikan
Isolasi bakteri pathogen dari sampel organ dalam diambil dari ikan
kakap putih yang menunjukkan gejala terinfeksi penyakit,
dilakukan dengan menggores ose steril pada organ tersebut,
kemudian ditumbuhkan pada media TCBS dengan teknik streak,
lalu inkubasi pada suhu 30-35 oC selama 24 jam (Nelce dan Setha,
2011). Kemudian koloni yang tumbuh diamati karakteristiknya
seperti bentuk, warna, tepian dan elevasinya untuk dilanjutkan uji
hemolysis dan biokimia (Handayani, 2016).
e. Isolasi dari lumpur tambak
Isolasi bakteri pathogen dari sampel lumpur dilakukan dengan cara
memasukkan sampel sebanyak 1 gram pada media APW 9 ml
vortex hingga homogen, kemudian diambil 0,1 ml untuk dituang
pada media Thiosulphate Citrate Bile Sucrose Agar (TCBS)
dengan metode spread (Handayani, 2016) kemudian diinkubasi
21
pada suhu 30-35 oC selama 24 jam (Osawa, 2008). Kemudian
diamati koloni bakteri yang tumbuh pada cawan petri diamati
karakteristiknya brupa ukuran, warna, dan bentuk koloni yang
tampak, lalu dilanjutkan dengan uji hemolysis dan uji biokimia
(Handayani, 2016).
4. Angka Lempeng Total (ALT) Bakteri Vibrio sp.
Perhitungan total bakteri patogen dilakukan dengan cara pengenceran
berseri merajuk pada SNI 01-2332.3-2006 ; Hamsah dan Patadjai
(2013) dengan perbandingan pengenceran 1:10. Sampel air
dimasukkan sebanyak 0,1 ml ke dalam microtube steril yang berisi
larutan NaCl 0,9 % 0,9 ml. Kemudian sampel dihomogenkan
menggunakan vortex hingga homogen. Pengenceran ini dianggap
sebagai pengenceran 10-1
. Kemudian diambil sebanyak 0,1 ml dari
pengenceran 10-1
ke dalam pengenceran 10-2
, kemudia di vortex
hingga homogen. Dari pengenceran 10-2
diambil sebanyak 0,1 ml ke
dalam pengenceran 10-3
, kemudian di vortex hingga homogen.
Pengenceran yang digunakan untuk perhitungan total mikroba adalah
pengenceran 10-1
dan 10-2
yang dituang sebanyak 0,1 ml pada cawan
petri pada media TCBS dengan metode spread, selanjutnya cawan
diinkubasi pada suhu 35 oC selama 24 jam. Kemudian hitung total
jumlah koloni yang tumbuh pada media TCBS.
22
Catat pengenceran yang digunakan dan hitung total jumlah koloni.
Berdasarkan SNI 01-2332.3-2006 perhitungan Angka Lempeng Total
(ALT) sebagai berikut:
dimana:
N = Jumlah koloni produk (koloni/ml atau koloni/gram)
Ʃc = Jumlah semua koloni pada semua cawan yang dihitung
n1 = Jumlah cawan pada pengenceran pertama yang dihitung
n2 = Jumlah cawan pada pengenceran kedua yang dihitung
d = Pengenceran pertama yang dihitung
5. Uji Hemolysis Bakteri Pathogen Secara In Vitro
Uji hemolysiss dilakukan dengan cara menumbuhkan bakteri yang
diduga sebagai bakteri pathogen pada media Blood Agar Plate (BAP).
Media BAP dibuat dengan cara menambahkan 5 %. darah domba dari
keseluruhan volume media yang akan digunakan. Isolat yang tumbuh
pada media TCBS yang telah diamati karakterisasinya diambil
sebanyak 1 ose kemudian ditumbuhkan pada media BAP secara
goresan kemudian diinkubasi pada suhu 30-35 oC selama 24 jam. Jika
mikroorganisme menghasilkan hemolysis, sebuah zona dari hemolysis
akan terlihat di atas media BAP. Biasanya ada 3 tipe hemolysis : β-
hemolysis (tidak ada darah di sekelling koloni), α-hemolysis (beberapa
sel darah ditemukan dalam zona hemolysis atau beberapa perubahan
23
warna greenish disekeliling koloni dan γ-hemolysis (non hemolysis)
berarti mikroorganismeee tersebut dapat berpotensi sebagai bakteri
patogen. (Sheena, 1985).
6. Karakterisasi Bakteri Patogen
a. Karakteristik Koloni Bakteri
Karakteristik koloni bakteri yang diamati meliputi ukuran, pigmentasi,
bentuk koloni, tepian dan elevasi. Untuk keterangan lebih lanjut dapat
dilihat pada Lampiran 1.
b. Uji Biokimia
Uji biokimia pada penelitian ini menggunakan system Microbact
Gram-negatif test kits 24 E. Sistem ini terdiri 27 uji biokimia secara
lengkap dan praktis untuk digunakan diantaranya uji Oxidase, Motility,
Nitrate, Lysine, Ornithine, H2S, Glucose, Mannitol, Xylose, ONPG,
Indole, Urease, V-P, Citrate, TDA, Gelatin, Malonate, Inositol,
Sorbitol, Rhamnose, Sucrose, Lactose, Arabinose, Adonitol, Raffinose,
Salicin, dan Arginine.
Tahapan pertama yang dilakukan adalah memanen isolat bakteri yang
ada menggunakan larutan garam fisiologi (NaCl) 0,7 %.
Larutan NaCl 0,7 % yang terdapat pada masing-masing tabung isolat
diteteskan ke dalam media uji test kits microbact, dimasukkan sekitar
2-3 tetes ke dalam tiap lubang uji pada microbact test kits. Setelah
24
semua lubang uji test kits terisi penuh, kemudian test kits diinkubasi
selama 24 jam di dalam inkubator pada suhu 30-35 oC.
Test Kits Microbact yang telah diinkubasi selama 24 jam kemudian
dikeluarkan dari inkubator untuk dibaca dan dianalisis hasilnya
menggunakan buku panduan khusus dari produk test kits microbact itu
sendiri.
Hasil analisis uji biokimia dilihat dari perubahan warna yang terjadi
pada larutan NaCl 0,7 % yang terdapat pada lubang uji microbact test
kits. Bila terdapat perubahan warna setelah dilakukan inkubasi, uji
dinyatakan positif. Kemudian tiap lubang uji memiliki skornya
masing-masing yakni 4,2 dan 1. Skor tersebut akan dijumlahkan lalu
hasilnya akan diinput ke dalam software microbact 2000.
Terkhusus pada uji Indole, TDA, Nitrate, dan VP ditambahkan 2 tetes
reagent khusus agar bisa terlihat perubahan dari larutan pada test kit
microbact.
Data yang ada pada buku panduan test kits microbact diolah
menggunakan software yang disebut Microbact 2000. Dengan
Microbact 2000 tersebut akan menghasilkan jenis dan spesies dari
koloni bakteri yang telah diuji secara praktis dan memiliki ketepatan
99 % dalam penentuan genus dan spesies (Handayani, 2016).
25
7. Diagram Alir Penelitian
Lingkungan
Tambak:
1. Lumpur
2. Air tambak
Ikan Kakap Putih
1. Hati
2. Ginjal
3. Limfa
4. Luka
Penyakit Bakterial Pada Ikan
Kakap Putih
Penurunan Produksi
Isolasi
Karakterisasi
Uji hemolysis
Identifikasi Bakteri
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian
Kualitas Air
1. Suhu
2. Salinitas
3. pH
4. Amonia
5. BOD
6. DO
50
V. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut: Diperoleh tiga jenis isolat yang diduga sebagai penyebab penyakit pada
ikan kakap putih di tambak Balai Besar Perikanan Buudidaya Laut (BBPBL)
Lampung, yaitu Vibrio vulnificus, Vibrio alginolyticus dan Vibrio
parahaemolyticus yang ketiganya bersifat α-hemolysis.
51
DAFTAR PUSTAKA
APHA. 1992. Standard Methods 18th
Edition,For The Examination Of Water And
Wastewater. Greenberg, A.E., Clesceri, L.S.,Eaton, A.D. (Edt).
American Public Health Association Washington,DC. Part 9 Hal 38-
39.
Arifin. 2003. Daya Dukung Perairan Danau Tondano Untuk Menunjang Kegiatan
Budidaya Ikan. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
UNSRAT Manado.
Austin, B. dan D.A. Austin 2007. Bacterial Fish Pathogens: Disease In Farmed
And Wild Fish, 4th
Edition. New York, USA: Praxis Publishing Ltd.
Austin, B. dan X.H. Zhang. 2006. Under The Microscope Vibrio harveyi: A
Significant Pathogen Of Marine Vertebrates And Invertebrates. Letters
In Applied Microbiology 43(2):119-124.
Bauman, P. dan L.R.H.W. Schubert. 1984. Family II Vibrionacea Veron 1965, PP.
515-550. Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology Vol. 1. The
Williams and Wilkins co., Baltimore.
Bintari, N.W.D., R. Kawuri, A.A.G.R. Dalem. 2016. Identifikasi Bakteri Vibrio
Penyebab Vibriosis Pada Larva Udang Galah (Macrobrachium
rosenbergii (de Man)). Jurnal Biologi 20(2): 53-63.
Brite, M., Elywati., Kurniatuty. 2003. Pengendalian Penyakit Ikan. Pengelolaan
Kesehatan Ikan Budidaya laut Seri Budidaya Laut No:10. Proyek
Pengembangan Perekayasaan Teknologi Balai Budidaya Laut
Lampung. Lampung. 107 hlm.
Cappuccino, J.G. dan N. Sherman. 2013. Manual Laboratorium Mikrobiologi
(Edisi 8). Jakarta : EGC. 577 Hlm.
Chatterjee, S. dan S. Haldar. 2012. Vibrio Related Desease in Aquaculture and
Development of Rapid and Accurate Identification Methods. J. Marine
Sci Res Dev. 1-7.
Crosa, J.H., M.A. Walter., S.A. Potter. 1983. The Genetics Of Plasmid Mediated
Virulence In The Marine Fish Pathogen Vibrio anguillarum. In:
52
Bacterial and Viral Diseases Of Fish. J.H. Crosa (Eds). University of
Washington: 21-30.
Defoirdt, T., N. Boon., P. Bossier., W. Verstraete. 2004. Disruption Of Bacterial
Quorum Sensing: An Unexplored Strategy To Fight Infections In
Aquaculture. Aquaqulture 240:69-88.
Fahri, M. 2008. Bakteri Pathogen pada Budidaya Perikanan Vibrio alginolyticus.
[Tesis] Program Pasca Sarjana Budidaya Perikanan Universitas
Brawijaya: Malang. 66 hal.
Feliatra, F., T. Titania., Nugroho, S. Silalahi., Y. Octavia. 2011. Skrining Bakteri
Vibro sp. Asli Indonesia Sebagai Penyebab Penyakit Udang Berbasis
Teknik 16S Ribosomal DNA. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan
Tropis. Vol. 3(2) Hal. 85-99.
Feliatra., Zainuri., D. Yoswaty. 2014. Pathogenitas Bakteri Vibrio sp. Terhadap
Udang Windu (Penaeus monodon). Jurnal Sungkai .Vol.2 No.1 Hlm.
23-36.
Hamsah dan R.S. Patadjai. 2013. Identifikasi Vibrio sp. yang Diisolasi Dari
Rumput Laut Kappaphycus Alvarezii Yang Terserang Penyakit Ice-Ice.
Agriplus Vol.23 (1) : 50 – 54.
Handayani D.W. 2016. Analisis Koloni Bakteri Vibrio s.p dan Kualitas Air pada
Air Budidaya Juwana Kuda Laut (Hippocampus sp.) [Skripsi].
Inderalaya : Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuana Alam
Universitas Sriwijaya. Hlm 17.
Herfiani., A. Rantetondok., H. Anshary. 2010. Diagnosis Penyakit Bakterial Pada
Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Pada Keramba Jaring
Apung Boneatiro Di Kabupaten Buton.
Hidayat R., E. Harpeni., Wardiyanto. 2014. Profil Hematologi Kakap Putih (Lates
calcallifer) Yang Distimulasi Dengan Jintan Hitam (Nigela sativa) Dan
Efektifitasnya Terhadap Infeksi Vibrio alginolyticus. Jurnal Perikanan.
Vol 3 (1): 327-334.
Irianto A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Istiqomah I., A. Isnansetyo., Triyanto, K. H. Nitimulyo., M. Murdjani. 2006.
Patogenisitas Vibrio fluvialis 24 SK Terhadap Kerapu Tikus
(Cromileptes altivelis). Jurnal Perikanan VIII (1): 17-24.
Kabata Z. 1985. Parasites and Diseaces Of Fish Cultured In The Tropics. Pasific
Biological Station Nanaimo. British Columbia, Canada, p. 153.
53
Kordi, M. dan Ghufran. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. Rineka
Cipta dan Bina Adiaksara. Jakarta.
Krishnika, A. dan P. Ramasamy. 2014. Legenidium sp. Infection in the Larval
Stages of the Freshwater Prawn Macrobrachium rosenbergii (de Man).
Indian. J.Fish . 61 (2) : 90-96.
Luturmas, A. dan Y.P. Agapery. 2010. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Vibrio
alginolyticus pada Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis) Sebagai
Faktor Virulensi Bakteri Patogen. Proseding Seminar Nasional Basic
Science II. Hal. 36-42.
Mayunar. 2002. Ikan Kakap Putih. Penebar Swadaya. Jakarta.
Melki., D. Soedharma., H. Effendi., A.Z. Mustofa. 2011. Biopotensi Tumbuhan
Mangrove Untuk Pencegahan Penyakit Vibriosis Pada Udang Windu.
Maspari J. 2: 39-47.
Moayeri M. dan R.A. Welch. 1998. Bacterial Exotoxins In: Methods In
Microbiology Bacterial Pathogenesis. P. Williams, J. Ketley, and G.
Salmond (Eds). Academic Press. New York. 27: 287-300.
Moriarty, D. J. W. 1998. Control of Luminous Vibrio Species in Penaeid
Aquaculture Ponds. J. Aquaculture. 164 (1998): 351-358.
Nelce M.N. dan B. Setha. 2011. Karakteristik Patogenitas Vibrio sp. Diisolasi
Dari Lendir Sidat (Anguilla sp.). Jurnal kedokteran dan Kesehatan.
Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Pattimura.Vol. 4, (1):
42-48.
Nichols D.S. 2003. Prokariotes And The Input Of Polysaturated Fatty Acids To
The Marine Food Web. FEMS Microbiol. Left. 219:1-7.
[PHE] Public Health of England. 2015. Uk Standars for Microbiology
Investigation Identification of Vibrio and Aeromonas Spesies.
http://www.gov.uk/goverment/attachment_datfile/433691/10_1913.pdf.
[4 Januari 2018].
Perikanan Budidaya Lampung. 2012. Produksi Ikan Kakap Putih. Balai Besar
Perikanan Budidaya Laut Lampung. Departemen Kelautan dan
Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 77 hal.
Osawa. 2008. Osawa Sensei’s Vibrio Cholerae Isolation Protocol For
Environmental Samples (Seafood And River Or Melted Ice Water).
Japan. KOBE University.
54
Osawa, R. dan S. Yamai. 1996. Production Of Thermostable Direct Hemolysin by
Vibrio parahaemolyticus Enhanced by Conjugate Bile Acid. Appl.
Environ. Microbiology. 62: 3023-3025.
Ramli, I.R. 2017. Distribusi Bakteri Vibrio spp Pada Saat Surut Di Perairan Pulau
Barranglompo, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Skripsi. Departemen
Ilmu Kelautan. Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan. Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Rieman L. dan F. Azam. 2002. Widespread N-acetyl-D-glucosamine Up-Take
Among Marine Pelagic Bacteria And Its Ecological Implictions. Appl
Environ. Microbiol. 68:5554-5562.
Sarjito, S.B., Prayitno., O.K. Radjasa., S. Hutabarat. 2007. Causative Agent
Vibriosis Pada Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) dari Karimun Jawa
Pathogenisitas Terhadap Ikan Kerapu Macan (Epinephelus
fuscogutattus). Jurnal Ilmu Kelautan 12 : 173-180.
Schoendstadt, A. 2013. Vibrio. http://bacteria.emedtv.com/Vibrio/Vibrio.html [4
Januari 2018].
Sheena, A.Z. 1988. Microbiology A Laboratory Manual For Animal. Health
Students. Lakeland College Vermilion Alberta.
Soemarno. 2000. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Klinik. Yogyakarta: Akademi
Analisis Kesehatan. Hal. 55.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-2897-2001. Tentang Cara Uji Cemaran
Mikroba. Badan Standarisasi Nasional.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-6964.3-2003. Pengukuran Kadar Amoniak
pada Sampel Air. Badan Standardisasi Nasional.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-2332.4-2006. 2006. Cara Uji Mikrobiologi-
Bagian 4 Penentuam Vibrio Cholera Pada Produk Perikanan. Badan
Standar Nasional.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-2332.1-2006. 2009. Cara Uji Mikrobiologi-
Bagian 1 Penentuam Coliform Dan Escherichia Coli Pada Produk
Perikanan. Badan Standar Nasional.
Sudheesh, P.S. dan H.S. Xu. 2001. Pathogenicity of Vibrio parahaemolyticus In
Tiger Prawn Penaeus monodon Fabricus: Possible Role of Extracellular
Proteases. Aquaculture 196: 37-46.
Sukenda., Widanarni., E. Haris . 2012. Isolasi dan Karakterisasi Vibrio Pathogen
pada Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus). Jurnal
Akuakultur Indonesia. Vol 11 (1) Hal 28-37.
55
Tanaka R., T. Sawabe., M. Yoshimizu., Y. Ezure. 2000. Distribution Of Vibrio
Halioticoli around an Abalone-farming Center in Japan. Microbes and
Environments. 17(1):6-9.
Tatangindatu, F., O. Kalesaran., R. Rompas. 2013. Studi Parameter Fisika Kimia
Air Pada Areal Budidaya Ikan di Danau Tondano, Desa Paleloan,
Kabupaten Minahasa. Budidaya Perairan Vol.1(2): 8-19.
Thompson, A., W. Ani., H. Retna., S.M. Astuti. 2004. Pengendalian Penyakit
Pada Budidaya Ikan Payau. Direktorat Jenderal Perikanan Balai Besar
Budidaya Air Payau Jepara.
Todar, K.U. 2002. Mechanism of Bacterial Pathogenicity.
www.textbookofbacteriology.net. [8 Februari 2018].
Wang, X.H. dan K.Y. Leung. 2000. Biochemical Characterization of Different
Types of Adherence of Vibrio sp. to Fish Epithel Cell. Microbiology
146: 989-998.
Yanuhar, U., Maftuch., Satuman., Sukoso., Sumarno. 2004. Karakterisasi Molekul
Adhesi Protein Pili Vibrio alginolyticus dan Vibrio parahaemolyticus
Pada Sel Epitel Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis). Prosiding
Pengendalian Penyakit Pada Ikan dan Udang Berbasis Imunisasi dan
Biosecurity dalam Seminar Nasional Penyakit Ikan dan Udang IV
Purwokerto 18-19 Mei 2014. Universitas Soedirman.
Zafran, I., D. Koesharyani., Roza, F. Johnny., K. Yuasa. 1998. Peningkatan
Sintasan Ikan Kerapu Tikus (Cromileptes altivelis) Dengan
Penambahan Vitamin Dan Imunostimulan Ke Dalam Pakan Segar.
Seminar Teknologi Perikanan Pantai. Denpasar 6-7 Agustus 1998. 164-
168.