13
Identifikasi Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Pringsewu Rany Cahyani. 1 23116037 Dr. Ir. Bambang Edhi Leksono S. M.Sc. 2 , Agel Vidian Krama, S.Pd., M.Si. 3 Institut Teknologi Sumatera Email : [email protected] Abstrak: Setiap tahun bencana alam terjadi di berbagai tempat di wilayah Indonesia, salah satunya yaitu banjir. Banjir dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satumya yaitu curah hujan. Semakin tinggi curah hujannya maka semakin berpotensi terjadi banjir. Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Lampung yang termasuk dalam kategori rawan banjir. Selain faktor curah hujan, faktor lain juga diduga menjadi penyebab terjadinya banjir, misalnya ketinggian, jenis tanah, tutupan lahan, atau kemiringan lereng. Penelitian ini dilakukan guna mengetahui tingkat dan persebaran lokasi rawan banjir di Kabupaten Pringsewu, serta faktor yang paling dominan yang menjadi penyebab kerawanan banjir. Penelitian ini menggunakan metode overlay dengan skoring antara parameter- parameter yang ada, dimana setiap parameter dilakukan proses skoring dengan pemberian bobot dan nilai yang sesuai dengan pengklasifikasiannya masing-masing yang kemudian dilakukan overlay. Hasil overlay diklasifikasikan menjadi 5 kelas yaitu tidak rawan, cukup rawan, kerawanan sedang, kerawanan tinggi, dan kerawanan sangat tinggi. Untuk hasil yang diperoleh kelas yang paling didominasi adalah kelas kerawanan tinggi yang memiliki luas 386.93 km 2 (63%), kelas kerawanan sedang 180.319 km 2 (29.36%), kelas kerawanan sangat tinggi 30.297 km 2 (4.932%), kelas cukup rawan 13.907 km 2 (2.264%), dan kelas tidak rawan 2.728 km 2 (0.444%). Faktor yang paling dominan yang menjadi penyebab kerawanan banjir di Kabupaten Pringsewu adalah kemiringan lereng. Pada bagian timur di Kabupaten pringsewu hampir meliputi seluruh wilayah mempunyai kemiringan lereng dalam kategori datar dengan persentase kemiringan 0-8%, hal tersebut disebabkan oleh wilayah yang cenderung datar dan rendah sehingga berpotensi menjadi tampungan air ketika hujan yang mengakibatkan terjadi banjir. Kata kunci: Banjir, Overlay, Skoring, Sistem Informasi Geografis Abstract: Every year natural disasters happen in several places in the territory of Indonesia, one of them is flooding. Flooding can be caused by several factors, one of which is rainfall. the higher the rainfall, the more likely there is flooding. Pringsewu district is one of the districts that fall into the category of flood prone. In addition to rainfall factors, other factors are also suspected to be the cause of flooding, are altitude, soil type, land use, and slope. This research is using an overlay with scoring between the parameters, where each parameter is do by the scoring process by giving score and wight corresponding classification and then using overlay. The overlay results are classified into 5 classes, not agitated, moderate agitated, intermediate agitated, very agitated, and highly agitated. For the result that the most dominated class is the very agitated class which has an area of 386.93 km 2 (63%), the intermediate agitated class is 180.319 km 2 (29.36%), class highly agitated is 30.297 km 2 (4.932%), the moderate agitated class is 13.907 km 2 (2.264%). And not an agitated class is 2.728 km 2 (0.444%). The most dominant factor is flood vulnerability in Pringsewu Regency is the slope. In the eastern part of Pringsewu Regency, almost all areas have a flat slope with a slope percentage of 0-8%, this is because the area tends to be flat and low so that it has the

Identifikasi Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Pringsewu

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Identifikasi Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Pringsewu

Identifikasi Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Pringsewu

Rany Cahyani.1 23116037

Dr. Ir. Bambang Edhi Leksono S. M.Sc.2, Agel Vidian Krama, S.Pd., M.Si.3

Institut Teknologi Sumatera

Email : [email protected]

Abstrak: Setiap tahun bencana alam terjadi di berbagai tempat di wilayah Indonesia, salah

satunya yaitu banjir. Banjir dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satumya yaitu curah

hujan. Semakin tinggi curah hujannya maka semakin berpotensi terjadi banjir. Kabupaten

Pringsewu merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Lampung yang termasuk

dalam kategori rawan banjir. Selain faktor curah hujan, faktor lain juga diduga menjadi

penyebab terjadinya banjir, misalnya ketinggian, jenis tanah, tutupan lahan, atau kemiringan

lereng. Penelitian ini dilakukan guna mengetahui tingkat dan persebaran lokasi rawan banjir

di Kabupaten Pringsewu, serta faktor yang paling dominan yang menjadi penyebab kerawanan

banjir. Penelitian ini menggunakan metode overlay dengan skoring antara parameter-

parameter yang ada, dimana setiap parameter dilakukan proses skoring dengan pemberian

bobot dan nilai yang sesuai dengan pengklasifikasiannya masing-masing yang kemudian

dilakukan overlay. Hasil overlay diklasifikasikan menjadi 5 kelas yaitu tidak rawan, cukup

rawan, kerawanan sedang, kerawanan tinggi, dan kerawanan sangat tinggi. Untuk hasil yang

diperoleh kelas yang paling didominasi adalah kelas kerawanan tinggi yang memiliki luas

386.93 km2 (63%), kelas kerawanan sedang 180.319 km2 (29.36%), kelas kerawanan sangat

tinggi 30.297 km2 (4.932%), kelas cukup rawan 13.907 km2 (2.264%), dan kelas tidak rawan

2.728 km2 (0.444%). Faktor yang paling dominan yang menjadi penyebab kerawanan banjir

di Kabupaten Pringsewu adalah kemiringan lereng. Pada bagian timur di Kabupaten

pringsewu hampir meliputi seluruh wilayah mempunyai kemiringan lereng dalam kategori

datar dengan persentase kemiringan 0-8%, hal tersebut disebabkan oleh wilayah yang

cenderung datar dan rendah sehingga berpotensi menjadi tampungan air ketika hujan yang

mengakibatkan terjadi banjir.

Kata kunci: Banjir, Overlay, Skoring, Sistem Informasi Geografis

Abstract: Every year natural disasters happen in several places in the territory of Indonesia, one of them is flooding. Flooding can be caused by several factors, one of which is rainfall.

the higher the rainfall, the more likely there is flooding. Pringsewu district is one of the

districts that fall into the category of flood prone. In addition to rainfall factors, other factors are also suspected to be the cause of flooding, are altitude, soil type, land use, and slope. This

research is using an overlay with scoring between the parameters, where each parameter is do by the scoring process by giving score and wight corresponding classification and then

using overlay. The overlay results are classified into 5 classes, not agitated, moderate agitated, intermediate agitated, very agitated, and highly agitated. For the result that the most

dominated class is the very agitated class which has an area of 386.93 km2 (63%), the

intermediate agitated class is 180.319 km2 (29.36%), class highly agitated is 30.297 km2

(4.932%), the moderate agitated class is 13.907 km2 (2.264%). And not an agitated class is

2.728 km2 (0.444%). The most dominant factor is flood vulnerability in Pringsewu Regency is

the slope. In the eastern part of Pringsewu Regency, almost all areas have a flat slope with a slope percentage of 0-8%, this is because the area tends to be flat and low so that it has the

Page 2: Identifikasi Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Pringsewu

potential to become water flood when it rains and become a flooding Keyword: Flood, Overlay, Scoring, Geographic Information Systems

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki iklim tropis,

sehingga sepanjang tahun mengalami dua

musim dalam setahun yaitu musim hujan

dan musim kemarau. Pada musim

penghujan, curah hujan yang tinggi akan

mengakibatkan meluapnya sungai

sehingga dapat menyebabkan banjir. Ada

beberapa faktor yang menjadi penyebab

terjadinya banjir. Secara umum penyebab

terjadinya banjir dapat diklasifikasikan

menjadi dua kategori, yaitu banjir yang

disebabkan oleh faktor-faktor alami dan

banjir yang disebabkan karena tindakan

manusi [1].

Kerugian yang ditimbulkan oleh

banjir sangat besar baik dari segi materi

maupun kerugian jiwa. Salah satu upaya

untuk meminimalkan dampak dari banjir

yaitu dengan tersedianya peta daerah

rawan banjir yang dipakai untuk

perencanaan pengendalian dan

penanggulangan dini (early warning

system) sehingga setiap tahunnya

masyarakat dapat lebih mempersiapkan

diri untuk menghadapi fenomena banjir.

Identifikasi daerah rawan banjir

merupakan salah satu cara yang paling

cocok digunakan untuk memperingatkan

dan memberikan informasi kepada

masyarakat mengenai daerah yang

memiliki tingkat kerawanan banjir.

Kerawanan banjir dapat diidentifikasi

secara cepat, mudah dan akurat melalui

Sistem Informasi Geografis dengan

menggunakan metode tumpang susun

dengan skoring antara parameter-

parameter yang ada, dimana setiap

parameter dilakukan proses skoring

dengan pemberian bobot dan nilai yang

sesuai dengan pengklasifikasiannya

masing-masing yang kemudian dilakukan

overlay [4].

Kabupaten Pringsewu merupakan

salah satu kabupaten yang berada di

Provinsi Lampung yang termasuk dalam

kategori rawan banjir. Bencana alam ini

selalu terjadi setiap tahun ketika memasuki

musim penghujan. Selain faktor curah

hujan, faktor lain juga diduga menjadi

penyebab terjadinya banjir, misalnya

ketinggian, jenis tanah, tutupan lahan, dan

kemiringan lereng. Untuk mengetahui

seberapa akuratnya hasil penelitian dengan

kondisi yang ada di lapangan atau tidak

diperlukan validasi lapangan. Metode yang

digunakan adalah simple random

sampling.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui tingkat dan persebaran

lokasi rawan banjir di Kabupaten

Page 3: Identifikasi Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Pringsewu

Pringsewu.

2. Mengetahui faktor yang paling

dominan yang menjadi penyebab

kerawanan banjir di Kabupaten

Pringsewu.

TEORI DASAR

Banjir

Banjir adalah peristiwa dimana

daratan yang biasanya kering menjadi

tergenang air yang disebabkan oleh

tingginya curah hujan dan topografi

wilayah berupa dataran rendah hingga

cekung ataupun kemampuan infiltrasi

tanah rendah sehingga tanah tidak mampu

menyerap air. Selain itu banjir

didefinisikan sebagai luapan air sungai

akibat ketidakmampuan sungai

menampung air. Bencana banjir

merupakan aspek interaksi antara manusia

dengan alam yang timbul dari proses

dimana manusia mencoba menggunakan

alam yang bermanfaat dan menghindari

alam yang merugikan manusia [5].

Parameter Banjir

Berdasarkan pengamatan, bahwa

banjir disebabkan oleh dua katagori yaitu

banjir akibat alami dan banjir akibat

aktivitas manusia. Banjir akibat alami

dipengaruhi oleh curah hujan, fisiografi,

erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai,

kapasitas drainase dan pengaruh air

pasang. Sedangkan banjir akibat aktivitas

manusia disebabkan karena ulah manusia

yang menyebabkan perubahan lingkungan

seperti : perubahan kondisi Daerah Aliran

Sungai (DAS), kawasan pemukiman di

sekitar bantaran, rusaknya drainase lahan,

kerusakan bangunan pengendali banjir,

rusaknya hutan (vegetasi alami), dan

perencanaan sistim pengendali banjir yang

tidak tepat. Berdasarkan faktor-faktor

diatas, dapat digunakan sebagai parameter

penelitian, yaitu :

1. Curah Hujan

Curah hujan merupakan jumlah air

yang jatuh di permukaan tanah datar

selama periode tertentu yang diukur

dengan satuan tinggi milimeter (mm) di

atas permukaan horizontal. Hujan juga

dapat diartikan sebagai ketinggian air

hujan yang terkumpul dalam tempat yang

datar, tidak menguap, tidak meresap dan

tidak mengalir [11]. Semakin tinggi curah

hujannya maka semakin berpotensi terjadi

banjir, begitu pula sebaliknya. Semakin

rendah curah hujannya, maka semakin

aman akan bencana banjir.

2. Ketinggian

Ketinggian (elevasi) lahan adalah

ukuran ketinggian lokasi di atas permukaan

laut. Ketinggian mempunyai pengaruh

terhadap terjadinya banjir. Semakin rendah

suatu daerah maka semakin berpotensi

terjadi banjir, begitu pula sebaliknya.

Semakin tinggi suatu daerah, maka

Page 4: Identifikasi Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Pringsewu

semakin aman akan bencana banjir.

3. Jenis Tanah

Jenis tanah pada suatu daerah sangat

berpengaruh dalam proses penyerapan air

atau yang biasa kita sebut sebagai proses

infiltrasi. Infiltrasi adalah proses aliran air

di dalam tanah secara vertikal akibat

adanya potensial gravitasi. Secara fisik

terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi infiltrasi diantaranya jenis

tanah, kepadatan tanah, kelembaban tanah

dan tanaman di atasnya, laju infiltrasi

pada tanah semakin lama semakin kecil

karena kelembaban tanah juga mengalami

peningkatan [15]. Semakin besar daya

serap atau infiltrasinya terhadap air maka

tingkat kerawanan banjirnya akan semakin

kecil. Begitu pula sebaliknya, semakin

kecil daya serap atau infiltrasinya terhadap

air maka semakin besar potensi kerawanan

banjirnya [16].

4. Tutupan Lahan

Lahan diartikan sebagai lingkungan

fisik yang terdiri atas iklim, tanah, relief,

air, vegetasi, serta benda yang ada di

atasnya yang berpengaruh terhadap

penggunaannya. Dalam kaitannya dengan

kerawanan banjir, penggunaan lahan akan

berperan pada besarnya air limpasan hasil

dari hujan yang telah melebihi laju

infiltrasi. Lahan yang banyak ditanami

oleh vegetasi maka air hujan akan banyak

diinfiltrasi dan lebih banyak waktu yang

ditempuh oleh limpasan untuk sampai ke

sungai sehingga kemungkinan banjir lebih

kecil daripada daerah yang tidak ditanami

oleh vegetasi.

5. Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng terjadi akibat

perubahan permukaan bumi di berbagai

tempat yang disebabakan oleh daya-daya

eksogen dan gaya-gaya endogen yang

terjadi sehingga mengakibatkan perbedaan

letak ketinggian titik-titik diatas

permukaan bumi. Kemiringan lereng

mempengaruhi erosi melalui runoff.

Makin curam lereng makin besar laju dan

jumlah aliran permukaan dan semakin

besar erosi yang terjadi. Selain itu partikel

tanah yang terpercik akibat tumbukan

butir hujan makin banyak [20].

Digital Elevation Model Nasional

(DEMNAS)

Digital Elevation Model (DEM) atau

disebut dengan model elevasi digital

merupakan visualisasi topografi atau

ketinggian muka tanah yang dibangun

berdasarkan hasil interpolasi deterministik

[23]. Data DEM secara nasional

dikeluarkan oleh Badan Informasi

Geospasial (BIG). DEM ini disebut

dengan DEMNAS (DEM Nasional).

Sistem Informasi Geografis (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG)

atau Geographic Information System

Page 5: Identifikasi Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Pringsewu

(GIS) adalah suatu sitem berbasis

komputer yang memiliki kemampuan

dalam menangani data bereferensi geografi

yaitu pemasukan data, manajemen data

(penyimpanan dan pemanggilan kembali),

manipulasi dan analisis data, serta keluaran

sebagai hasil akhir (output). Hasil akhir

(output) dapat dijadikan acuan dalam

pengambilan keputusan pada masalah

yang berhubungan dengan geografis [25].

Overlay

Overlay merupakan proses yang

digunakan untuk menyatukan atau

menggabungkan informasi dari beberapa

data spasial, baik grafis atau geometri

maupun data atributnya dan selanjutnya

dianalisis untuk menghasilkan informasi

baru. Overlay dilakukan pada semua

parameter kerentanan banjir yang meliputi

tutupan lahan, intensitas curah hujan,

kemiringan lereng, infiltrasi tanah, dan

ketinggian lahan.

Pembobotan dan Skoring

Pembobotan adalah pemberian bobot

pada peta digital masing masing parameter

yang berpengaruh terhadap banjir, dengan

didasarkan atas pertimbangan pengaruh

masing-masing parameter terhadap banjir.

Pembobotan dimaksudkan sebagai

pemberian bobot pada masing-masing peta

tematik (parameter). Penentuan bobot

untuk masing-masing peta tematik

didasarkan atas pertimbangan, seberapa

besar kemungkinan terjadi banjir

dipengaruhi oleh setiap parameter

geografis yang akan digunakan dalam

analisis SIG [29]. Sedangkan metode

skoring adalah suatu metode pemberian

skor atau nilai terhadap masing- masing

value parameter untuk menentukan tingkat

kemampuannya. Penilaian ini berdasarkan

kriteria yang telah ditentukan.

METODOLOGI

Data dan Alat

Data yang dibutuhkan pada penelitian

ini adalah:

1. Shapefile peta administrasi

Kabupaten Pringsewu

2. Data curah hujan bulanan tahun

2019 Kabupaten Pringsewu

3. Shapefile peta jenis tanah

Kabupaten Pringsewu

4. DEMNAS Kabupaten Pringsewu

5. Shapefile peta tutupan lahan

Kabupaten Pringsewu

Peralatan yang digunakan dalam

proses pengolahan data penelitian ini,

yaitu :

1. unit komputer

2. Microsoft Word 2013 digunakan

sebagai software yang membantu

pembuatan laporan penelitian.

3. Microsoft Excel 2013 digunakan

untuk membuat tabel dan

melakukan perhitungan.

Page 6: Identifikasi Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Pringsewu

4. Software ArcGis 10.3 untuk

pengolahan data dan layout peta.

Diagram Alir

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Peta Curah Hujan

Data curah hujan yang dipakai

merupakan pengamatan perbulan dari

setiap pos pengamatan yang dikalkulasikan

menjadi curah hujan tahunan. Curah hujan

tahunan tersebut dilakukan proses

interpolasi untuk mendapatkan pola

persebaran hujan yang ada di Kabupaten

Pringsewu. Semakin tinggi curah hujannya

maka semakin berpotensi terjadi banjir.

Hasil dari interpolasi didapatlah data curah

hujan rata-rata Kabupaten Pringsewu yang

disajikan dalam tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Curah Hujan Kabupaten Pringsewu

Curah

Hujan

(mm/tahun)

Luas (km2) Persentase

(%)

1500 – 2000 515.243 83.83

<1500 99.349 16.17

Pada intensitas curah hujan <1500

mm/tahun memiliki luas 99.349 km2 atau

setara dengan 16.17% dari luas total

Kabupaten Pringsewu, sedangkan pada

intensitas curah hujan 1500 – 2000

mm/tahun yaitu memiliki luas 515.243

km2 atau setara dengan 83.83% dari total

luas wilayah Kabupaten Pringsewu.

Sebaran curah hujan dapat dilihat pada

gambar berikut.

Gambar 2. Peta Curah Hujan Kabupaten

Pringsewu

Overlay

Peta Daerah Rawan

Banjir

Skoring dan Pemb

obotan

Klasifikasi daerah rawan

banjir

Validasi

Klasifikasi T

utupan Laha

n

Data T

utupan

Lahan

Peta Tutu

pan Lahan

Klasifikasi

Jenis Tana

h

Data Jenis

Tanah

Peta Jenis

Tanah

Klasifikasi

Lereng

Slope

DEMNAS

Klasifika

si Keting

gian

Peta Ket

inggian

Peta Kemiri

ngan Leren

g

Interpolasi

IDW

Klasifika

si Curah

Hujan

Peta Cu

rah Huj

an

Data Cura

h Hujan

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Page 7: Identifikasi Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Pringsewu

2. Peta Ketinggian Lahan

Hasil pengolah peta ketinggian lahan

menghasilkan 5 kelas ketinggian, yaitu <5

m, 5-10 m, 10-25 m, 25-50 m, dan >50 m.

Hasil klasifikasi ketinggian lahan

Kabupaten Pringsewu dapat dilihat di

bawah ini.

Tabel 2. Ketinggian Lahan Kabupaten Pringsewu

Ketinggian Lahan

(m)

Luas

(km2)

Persentase

(%)

<5 339.88 55.31

5 – 10 125.47 20.418

10-25 132.69 21.59

25-50 16.15 2.629

<50 0.297 0.048

Berikut adalah hasil peta ketinggian lahan

di Kabupaten Pringsewu.

Gambar 3. Peta Ketinggian Lahan Kabupaten

Pringsewu

3. Peta Kemiringan Lereng

Data yang digunakan dalam pengolahan

peta kemiringan lereng adalah Digital

Elevation Model Nasional (DEMNAS)

dalam bentuk format raster. Di bawah

merupakan tabel hasil dari pengolahan

peta kemiringan lereng di Kabupaten

Pringsewu.

Tabel 3. Kemiringan Lereng Kabupaten Pringsewu

Lereng Luas (km2) Persentase

(%)

0 - 8 % 503.091 81.903

8 – 15 % 88.419 14.394

15 – 25 % 21.696 13.532

25 – 45 % 0.836 0.136

>45 % 0.206 0.033

Semakin landai kemiringan lerengnya

maka semakin berpotensi terjadi banjir,

begitu pula sebaliknya. Semakin curam

kemiringannya, maka semakin aman akan

bencana banjir. Kemiringan lereng

Kabupaten Pringsewu dapat dilihat

dibawah ini.

Gambar 4. Peta Kemiringan Kabupaten Pringsewu

4. Peta Jenis Tanah

Berdasarkan peta sebaran jenis tanah,

diketahui bahwa jenis tanah pada daerah

penelitian terdiri atas tanah aluvial,

andosol, dan kuarsit. Masing-masing jenis

Page 8: Identifikasi Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Pringsewu

tanah tersebut memiliki ke pekaan masing-

masing terhadap banjir. Berikut adalah

tabel jenis tanah yang ada di Kabupaten

Pringsewu berdasarkan jenisnya.

Tabel 4. Jenis Tanah Kabupaten Pringsewu

Jenis

Tanah Luas (km2)

Persentase

(%)

Aluvial 264.829 43.098

Andosol 120.65 19.634

Granit 115.77 18.84

Kuarsit 113.227 18.426

Jenis tanah pada suatu daerah sangat

berpengaruh dalam proses penyerapan air,

semakin besar daya serap atau infiltrasinya

terhadap air maka tingkat kerawanan

banjirnya akan semakin kecil. Begitu pula

sebaliknya, semakin kecil daya serap atau

infiltrasinya terhadap air maka semakin

besar potensi kerawanan banjirnya.

Gambar 5. Peta Jenis Tanah Kabupaten

Pringsewu

5. Peta Tutupan Lahan

Tutupan lahan akan mempengaruhi

kerawanan banjir suatu daerah, tutupan

lahan akan berperan pada besarnya air

limpasan hasil dari hujan yang telah

melebihi laju infiltrasi. Lahan yang banyak

ditanami oleh vegetasi maka air hujan akan

banyak diinfiltrasi dan lebih banyak waktu

yang ditempuh oleh limpasan untuk sampai

ke sungai sehingga kemungkinan banjir

lebih kecil daripada daerah yang tidak

ditanami oleh vegetasi. Berikut adalah hasil

dari peta tutupan lahan di Kabupaten

Pringsewu.

Gambar 6. Peta Tutupan Lahan Kabupaten

Pringsewu

6. Peta Daerah Rawan Banjir

Metode yang digunakan dalam pembuatan

peta rawan banjir yaitu skoring dan

pembobotan, kemudian dilakukan overlay

untuk menentukan tingkat rawan banjir.

Hasil overlay kemudian dikalkulasikan

nilai skor dari setiap parameternya. Hasil

dari nilai skor tiap parameter selanjutnya

akan diklasifikasikan menjadi lima kelas

kerawanan banjir yaitu tidak rawan, cukup

rawan, kerawanan sedang, kerawanan

tinggi, dan kerawanan sangat tinggi.

Penentuan tingkat kerawanan banjir

Page 9: Identifikasi Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Pringsewu

dilakukan dengan membagi sama banyak

nilai-nilai kerawanan dengan jumlah

interval kelas. Berikut adalah tabel dari

luas kerawanan banjir Kabupaten

Pringsewu.

Tabel 5. Luas Banjir Kabupaten Pringsewu

Berdasarkan Kelas Kerawanan

Kelas

Kerawanan Luas (km2)

Persentase

(%)

Tidak Rawan 2.728 0.444

Cukup Rawan 13.907 2.264

Kerawanan

Sedang 180.319 29.359

Kerawanan

Tinggi 386.93 62.999

Kerawanan

Sangat Tinggi 30.297 4.932

Berdasarkan tabel diatas diketahui

bahwa sebagian Kabupaten Pringsewu

cukup berpotensi rawan banjir. Di bawah

ini merupakan peta rawan banjir

Kabupaten Pringsewu.

Gambar 7. Peta Rawan Banjir Kabupaten

Pringsewu

Berdasarkan peta di atas diketahui

bahwa hampir seluruh wilayah yang berada

di bagian timur Kabupaten Pringsewu

mempunyai potensi banjir yang sangat

besar. Wilayah ini meliputi sebagian besar

Kecamatan Adiluwih, Sukoharjo, dan

Kecamatan Banyumas. Semua wilayah ini

dapat dikategorikan sebagai daerah yang

sangat tinggi akan terjadinya banjir.

Sedangkan untuk Kecamatan Pardasuka,

Kecamatan Pringsewu, Kecamatan

Gadingrejo, Kecamatan Pagelaran, dan

Kecamatan Ambarawa sebagian besar

wilayahnya memiliki kategori kerawanan

tinggi terhadap banjir, dan untuk

Kecamatan Pagelaran Utara sebagian

wilayah dapat dikategorikan sebagai daerah

kerawanan sedang akan bencana banjir.

7. Validasi Lapangan

Proses validasi lapangan dilakukan

dengan mengambil titik sampel secara acak

(Simple Random Sampling) di seluruh

kecamatan yang ada di Kabupaten

Pringsewu. Berikut merupakan peta

persebaran titik validasi.

Gambar 8. Peta Persebaran Titik Validasi Wilayah

Rawan Banjir Kabupaten Pringsewu

Page 10: Identifikasi Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Pringsewu

Titik sampel yang diambil sebanyak 61

titik sampel. Didapatkan hasil data valid

sebanyak 46 titik atau sebesar 75.41% dari

total titik sampel. Dan data tidak valid

sebanyak 15 titik atau sebesar 24.59% dari

total titik sampel. Dengan demikian, tingkat

validitas dari proses validasi lapangan

sudah cukup valid.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari penelitian ini

yang diproses secara overlay dengan

menggunakan metode skoring dan

pembobotan yang telah dilakukan yaitu

sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil analisis dari

kerawanan banjir di Kabupaten

Pringsewu, tingkat kerawanan banjir

didominasi oleh kelas kerawanan

tinggi yang memiliki luas 386.93 km2

yang sebagian besar berada pada

semua kecamatan di Pringsewu.

Selanjutnya yaitu kelas kerawanan

sedang yang memiliki luas

180.319km2 yang mendominasi

meliputi sebagian besar Kecamatan

Pagelaran Utara. Untuk kelas

kerawanan sangat tinggi yang

memiliki luas 30.297 km2 yang

meliputi sebagian besar dari

Kecamatan Adiluwih. Selanjutnya

yaitu kelas cukup rawan banjir yang

memiliki luas 13.907 km2 yang

mendominasi sebagian kecil di

Kecamatan Pardasuka. Dan yang

terakhir yaitu kelas tidak rawan banjir

yang memiliki luas 2.728 km2 yang

mendominasi sebagian kecil dari

Kecamatan Pagelaran Utara.

2. Faktor yang paling dominan yang

menjadi penyebab kerawanan banjir

di Kabupaten Pringsewu adalah

kemiringan lereng yang juga memiliki

bobot skor yang besar. Pada bagian

timur di Kabupaten pringsewu hampir

meliputi seluruh wilayah mempunyai

kemiringan lereng dalam kategori

datar dengan persentase kemiringan 0-

8% yang mempunyai kategori sangat

rawan akan bencana banjir. Hal

tersebut disebabkan oleh wilayah

yang cenderung datar dan rendah

sehingga berpotensi menjadi

tampungan air ketika hujan yang

mengakibatkan terjadi banjir.

Sedangkan untuk faktor penggunaan

lahan yang paling dominan adalah

pertanian lahan kering campur yang

mempunyai luas 343.697 km2 atau

55.933% dari luas total Kabupaten

Pringsewu.

Saran

Berdasarkan hasil analisis dari

penelitian ini, maka adapun beberapa

saran untuk penelitian selanjutnya agar

Page 11: Identifikasi Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Pringsewu

menjadi lebih baik, antara lain:

1. Penambahkan beberapa faktor lain

yang berpengaruh terhadap terjadinya

banjir yang belum digunakan pada

penelitian ini.

2. Identifikasi daerah rawan banjir

juga dapat dilakukan dengan

menggunakan metode yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

[1] R. Kodoatie and Sugiyanto, Banjir,

Beberapa Penyebab dan Metode,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.

[2] S. Ligal, "Pendekatan Pencegahan dan

Penanggulangan Banjir," Dinamika

Teknik Sipil, pp. 162-169, 2008.

[3] M. Molenaar, "Status dan Problems of

Geographical Information Systems. The

Necessity of a Geoinformation Theory,"

Journal of Photogrammetry dan Remote

Sensing, vol. 46, pp. 85-103, 1991.

[4] K. Darmawan, H. and A. Suprayogi,

"Analisis Tingkat Kerawanan Banjir di

Kabupaten Sampang Menggunakan

Metode Overlay Dengan Scoring

Berbasis Sistem Informasi Geografis,"

Geodesi Undip, p. 32, 2017.

[5] Suwardi, Identifikasi dan Pemetaan

Kawasan Rawan Banjir di Sebagian

Kotamadya Semarang, Tesis Program

Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor,

1999.

[6] A. Kristanto, Perancangan Sistem

Informasi, Yogyakarta: Gava, 2010.

[7] E. Suherlan, "Zonasi Tingkat Kerentanan

Banjir Kabupaten Bandung. Skripsi,"

Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Institut Pertanian

Bogor, Bogor, 2001.

[8] Mistra, Antisipasi Rumah di Daerah Rawan

Banjir, Jakarta: PT. Griya Kreasi,2007.

[9] Suripin, Sistem Drainase Perkotaan yang

Berkelanjutan, Yogyakarta: Andi, 2004.

[10] A. Rosyidie, "Banjir: Fakta dan

Dampaknya, Serta Pengaruh dari

Perubahan," Jurnal Perencanaan Wilayah

dan Kota, p. 242, 2013.

[11] Suroso, "Analisis Curah Hujan untuk

Membuat Kurva Intensity Duration

Frequency (IDF) di Kawasan Rawan

Banjir Kabupaten Banyumas," Jurnal

Teknik Sipil Volume 3, 2006.

[12] S. Sosrodarsono and K. Takeda, Hidrologi

Untuk Pengairan, Jakarta: Pradnya

Paramita, 2003.

[13] J. Loebis, Banjir Rencana Untuk

Bangunan Air, Jakarta: Departemen

Pekerjaan, Badan Penerbit Pekerjaan

Umum, 1987.

[14] B. Triatmodjo, Hidrologi Terapan,

Yogyakarta: Beta Offset, 2008.

[15] S. Hartono, Analisis Hidrologi, Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993.

[16] J. P. Matondang, Analisis Zonasi Daerah

Rentan Banjir Dengan Pemanfaatan

Sistem Informasi Geografis, Semarang:

Teknik Geodesi Universitas Diponegoro,

2013.

[17] S. Hardjowigeno, Klasifikasi Tanah Dan

Pedogenesis, Jakarta: Akademika

Pressindo, 1993.

[18] Lillesand, T. M.; Kiefer, R. W.,

Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra

(Terjemahan),Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 1997. [19] Undang-

Undang No. 4 Tahun 2011 tentang

Informasi Geospasial.

[20] S. Arsyad, Konservasi Tanah dan Air,

Bogor: UPT Produksi Media Informasi.

Lembaga Sumberdaya Informasi. Institut

Pertanian Bogor, IPB Press, 2000.

[21] S. Sitorus, Survai Tanah dan Penggunaan

Lahan, Bogor: Laboratorium

Perencanaan Sumberdaya Lahan Jurusan

Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Institut

Pertanian Bogor, 1989.

[22] Kartasapoetra, Masalah Pertanahan di

Indonesia, Jakarta: PT. Bina Aksara,1986.

[23] D. R. Putra and M. A. Marfai,

"Identifikasi Dampak Banjir Genangan

(Rob) Terhadap Lingkungan

Permukiman Di Kecamatan Pademangan

Jakarta Utara," Jurnal Bumi Indonesia,

vol. 1, no. 1, pp. 1-10, 2012.

[24] Badan Informasi Geospasial, "DEMNAS,"

2018. [Online]. Available:

Page 12: Identifikasi Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Pringsewu

tides.big.go.id/DEMNAS/. [Accessed 25

Agustus 2020].

[25] Aronoff, Geographic Information Sistem

: A Management Perpective, Ottawa,

Canada: WDL Publication, 1989.

[26] I. Guntara, "Guntara.com," Informasi

Berguna Bagi Nusantara, 2013. [Online].

Available:http://www.guntara.com/2013/

01/pengertian-overlay-dalam-

sistem.html. [Accessed 18 November

2019].

[27] E. Prahasta, Sistem Informasi

Geografis:Membangun Aplikasi Web-

Base GIS dengan MapServer, Bandung:

Informatika, 2006.

[28] E. Prahasta, Sistem Informasi Geografis

konsep-konsep Dasar, Bandung:

Informatika, 2005.

[29] Suhardiman, Zonasi Tingkat Kerawanan

Banjir dengan Sistem Informasi Geografis

Pada Sub DAS Walahane Hilir. Skripsi,

Makassar: Universitas Hassanudin

Makassar, 2012.

[30] Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survei

dan Pemetaan, Kajian Potensi Sumber

daya Pesisir Kabupaten Rokan Hilir,

Cibinong: Pusat Survei Sumber Daya

Alam Laut Bakosurtanal, 2010.

[31] Badan Pusat Statistik, Kabupaten

Pringsewu Dalam Angka 2019,

Pringsewu: Badan Pusat Statistik, 2019.

[32] Bakosurtanal, Klasifikasi Parameter

Rawan Banjir Kabupaten Belu, Bogor:

PSSDAL Bakosurtanal, 2009.

[33] Kingma, N. C, Natural Hazard:

Geomorphological Aspect of

Floodhazard, ITC, The Netherlands, 1991.

[34] Akbar, S, Instrumen Perangkat

Pembelajaran, Bandung: Remaja

Rosdakarya Offset, 2013.

[35] Asdak, Hidrologi dan Pengolahan Daerah

Aliran Sungai, Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press, 1995.

[36] Suripin, Pelestarian Sumber Daya Tanah

dan Air, Yogyakarta: Andi, 2002.

[37] Asdak, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah

Aliran Air Sungai: Edisi Revisi Kelima,

Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press Yogyakarta, 2010.

[38] Pusat Penelitian dan Pengembangan

Tanah dan Agroklimat (Puslittanak),

Laporan Akhir Pengkajian Potensi

Bencana Kekeringan, Banjir, dan

Longsor di Kawasan Satuan Wilayah

Sungai Citarum-Ciliwung, Jawa Barat

Bagian Barat Berbasis Sistem Informasi

Geografis, Bogor, 2004.

[39] Theml, S, Katalog Methodologi

Penyusunan Peta Geo Hazard dengan

GIS, Banda Aceh: Badan Rehabilitasi

dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias,

2008.

[40] Kusumo, P., & Nursari, E., "Zonasi tingkat

kerawanan banjir dengan sistem informasi

geografis pada DAS Cidurian Kab.

Serang, Banten," Jurnal String, vol. 1(1),

pp. 29-38, 2016.

[41] E. Kustiyanto, Aplikasi Sistem Informasi

Geografis untuk Zonasi Kerentanan

Banjir (Studi Kasus Kabupaten

Purworejo, Jawa Tengah), Skripsi Sarjana

Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM,

2004.

[42] Nurjanah, Zonasi Tingkat Kerawanan

Banjir Menggunakan Sistem Informasi

Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh di

Kab. Tanggerang, Banten, Fakultas

Teknologi Pertanian: Institut Pertanian

Bogor, 2005.

[43] Peraturan Kepala Badan Informasi

Geospasial Nomor 3 Tahun 2014,

"Tentang Pedoman Teknis Pengumpulan

dan Pengolahan Data Geospasial

Mangrove," p.18.

[44] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan

Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D, Bandung: Alfabeta, 2014.

[45] Li, Z., Zhu, Q., and Gold, C, Digital

Terrain Modeling Principles and

Methodology, Florida. USA: CRC Press,

2005.

[46] Badan Informasi Geospasial, "Spesifikasi

DEMNAS BIG," 2018. [Online].

Available:http://tides.big.go.id/DEMNAS

/. [Accessed 25 08 2020].

[47] Japan Aerospace Exploration Agency

[JAXA], "PALSAR (Phased Array type

L-band Synthetic Aperture Radar)," 2010.

Page 13: Identifikasi Daerah Rawan Banjir di Kabupaten Pringsewu

[Online]. Available: http://www.eorc.

Jaxa. jp/ALOS/en/abo ut/palsar.html.

[Accessed 25 Agustus 2020].

[48] Terra Image, "Worldview-3," 2014.

[Online]. Available: http://terra-

image.com/worldview-3/. [Accessed 25

Agustus 2020].