Upload
vuhuong
View
240
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
IDENTIFIKASI SOAL TES UTS DAN UAS MATA PELAJARANBIOLOGI BERDASARKAN TAKSONOMI BLOOM
REVISI ANDERSON
(Studi Deskriptif di SMA se-Kecamatan Pringsewu Kabupaten PringsewuTahun Ajaran 2015/2016)
(Skripsi)
Oleh
PUTRI FACHRUNNISA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2016
ABSTRAK
IDENTIFIKASI SOAL TES UTS DAN UAS MATA PELAJARANBIOLOGI BERDASARKAN TAKSONOMI BLOOM
REVISI ANDERSON
(Studi Deskriptif di SMA se-Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu TahunAjaran 2015/2016)
Oleh
Putri Fachrunnisa
Penelitian ini bertujuan mengetahui kesesuaian soal tes UTS dan UAS dengan
dimensi kognitif taksonomi Bloom revisi Anderson dkk, perbedaan proporsi soal
tes UTS dan UAS dan proporsi bentuk soal tes UTS dan UAS kelas X, XI, dan
XII. Penelitian ini merupakan studi deskriptif sederhana dengan sampel penelitian
adalah soal tes mata pelajaran Biologi kelas X, XI dan XII di SMA se-Kecamatan
Pringsewu yang dipilih dengan teknik sampling jenuh. Data penelitian diperoleh
dengan mengidentifikasi soal tes UTS dan UAS berdasarkan dimensi proses
kognitif dan dimensi pengetahuan taksonomi Bloom revisi Anderson dkk dengan
menghitung sebaran dimensi proses kognitif C1-C6 dan dimensi pengetahuan
faktual-metakognitif serta menggambarkan perbandingan sebaran soal tes
berdasarkan distribusi data yang didapat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa soal tes UTS dan UAS di SMA se-
Kecamatan Pringsewu kelas X, XI, dan XII didominasi oleh dimensi proses
Putri Fachrunnisa
iii
kognitif C1 dan C2, sedangkan untuk C3 yang sangat jarang ditemukan dan tidak
dijumpai adanya dimensi proses kognitif C4, C5, dan C6. Selain itu, dimensi
pengetahuan yang ditemukan adalah pengetahuan faktual dan konseptual yang
mendominasi, walaupun masih ditemukan dimensi pengetahuan prosedural dalam
jumlah yang sangat sedikit.
Persentase C1 faktual dan konseptual untuk soal tes UTS kelas X yaitu 52% dan
33,3%, kelas XI yaitu 53% dan 30%, kelas XII yaitu 53,2% dan 29,6% dan untuk
soal tes UAS kelas X yaitu 47,3% dan 31,9%, kelas XI yaitu 44,9% dan 31,4%,
kelas XII yaitu 28,1% dan 32,9%. Sedangkan untuk persentase C2 faktual dan
konseptual untuk soal tes UTS kelas X yaitu 2% dan 12,6%, kelas XI yaitu 1,07%
dan 15,3%, kelas XII yaitu 2,2% dan 15,8% dan untuk soal tes UAS kelas X yaitu
3,7% dan 16,9%, kelas XI yaitu 2,8% dan 18%, kelas XII yaitu 6,2% dan 20,9%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa soal tes UTS dan UAS di SMA se-Kecamatan
Pringsewu masih berkisar pada C1 dan C2 dengan dimensi pengetahuan faktual
dan konseptual dan bentuk soal tes yang dominan digunakan adalah soal tes
pilihan jamak dengan persentase untuk soal tes UTS dan UAS kelas X, XI dan XII
yaitu 91,6%, 96,4% dan 90,5% dan 100%, 95,5% dan 100%.
Kata kunci: Soal Tes, Dimensi Kognitif, Taksonomi Bloom
IDENTIFIKASI SOAL TES UTS DAN UAS MATA PELAJARANBIOLOGI BERDASARKAN TAKSONOMI BLOOM
REVISI ANDERSON
(Studi Deskriptif di SMA se-Kecamatan Pringsewu Kabupaten PringsewuTahun Ajaran 2015/2016)
Oleh
PUTRI FACHRUNNISA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan BiologiJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 8 Maret 1995 di Kota Metro,
Provinsi Lampung, merupakan anak bungsu pasangan Bapak
Ismail Bachtiar (Almarhum) dengan Ibu Mis Asyurna. Alamat
penulis yaitu di Jl. Kancil, Teuku Umar, Kecamatan Kedaton,
Bandar Lampung. Nomor Hp penulis 082176700530.
Penulis mengawali pendidikan formal di SDN 3 Sawah Brebes yang diselesaikan
pada tahun 2006, dan pada tahun yang sama diterima di SMPN 8 Bandar
Lampung, dan diselesaikan pada tahun 2009. Pada tahun yang sama penulis
diterima di SMAN 10 Bandar Lampung yang diselesaikan tahun 2012.
Pada tahun 2012 penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan pendidikan MIPA Program Studi pendidikan
Biologi melalui jalur SNMPTN jalur Undangan. Selama menjadi mahasiswa
penulis aktif di himpunan mahasiswa jurusan HIMASAKTA sebagai anggota
bidang kerohanian periode 2012-2013. Pada tahun 2014 penulis melaksanakan
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Bandung-Jakarta-Bogor. Penulis melaksanakan
Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMPN 2 Ulubelu dan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di Pekon Gunungsari, Kecamatan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus
pada tahun 2015.
PERSEMBAHAN
Segala puji hanya milik Allah SWT, atas rahmat dan nikmat yang tercurah sehinggahamba mampu menyelesaikan tugas akhir ini.
Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, semogakita senantiasa melaksanakan sunah-sunah beliau.
Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada:
Orang Tuaku
Ayah Ismail Bachtiar (Almarhum) dan Ibu Mis Asyurna yang telah mendidik danberjuang sekuat tenaga membesarkanku, terimakasih telah menjadi sosok Ibu
sekaligus Ayah yang luar biasa. Doa yang tiada henti dan kasih sayang yang selalumelimpah meringkankan segala rintangan yang harus ku lewati, Mom.. You are my
steady satellite and I love you head over heels.
Abang dan Uni
Abang Yose Zeprizal, Uni Octa Damayanti, Uni Rochana Corry, Abang AdiyaSinatria, Abang Muhammad Zikrullah, dan Abang Halim Sidiq Putra yang tercinta
yang selalu ada disampingku dan memberi semangat yang meringankan segala bebanselama ini, I can’t live this world without you dear sisters and brothers.
Saudara-saudaraku
Keluarga besarku yang tiada henti mendukung segala cita-citaku, Thank you forbeing my best supporters.
Para Pendidik
Guru dan dosen, atas ilmu, nasihat, dan arahan yang telah diberikan sehingga akudapat membuka mataku dalam meraih cita-cita serta impianku.
Almamater tercinta, Kampus Hijau Universitas Lampung.
MOTTO
“Maka nikmat Rabb-kamu manakah, yang kamu dustakan.”
(QS. Ar-Rahman: 55)
“Keberhasilan ditentukan oleh 99% perbuatan dan hanya 1% pemikiran”
(Albert Enstein)
“Mereka yang berjiwa lemah tak akan mampu memberi maaf yang tulus.
Pemaaf sejati hanya melekat bagi mereka yang berjiwa tangguh”
(Mohandas Gandhi)
SANWACANA
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala berkat dan rahmat-Nya sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA
FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “IDENTIFIKASI SOAL TES UTS DAN UAS
MATA PELAJARAN BIOLOGI BERDASARKAN TAKSONOMI BLOOM
REVISI ANDERSON (Studi Deskriptif di SMA se-Kecamatan Pringsewu
Kabupaten Pringsewu Tahun Ajaran 2015/2016)”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan
dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung;
3. Berti Yolida, S.Pd, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi,
dan Pembimbing II yang telah memberikan saran, bimbingan, dan motivasi
hingga skripsi ini dapat selesai;
4. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembimbingan Akademik dan
Pembimbing I yang telah memberikan saran, bimbingan, dan motivasi hingga
skripsi ini dapat selesai;
5. Dr. Arwin Surbakti, M.Si., selaku Pembahas yang telah meberikan saran-saran
perbaikan dan motivasi yang sangat berharga;
xii
6. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung yang telah mendidik dan memberikan
pengetahuan selama penulis menempuh pendidikan;
7. Kepala sekolah, seluruh dewan guru, dan staf SMA Negeri 1 Pringsewu, SMA
Negeri 2 Pringsewu, SMA PGRI 2 Pringsewu¸ SMA Xaverius Pringsewu dan
SMA Muhammadiyah Pringsewu atas kerjasama yang baik selama penelitian
berlangsung;
8. Rekan-rekan Tim Skripsi (Fega Ayu Gentari dan Pembayun Binethara) yang
telah bersama-sama berjuang menyelesaikan skripsi dan semangat saling
menguatkan;
9. Rekan-rekan Biologi angkatan 2012, kakak dan adik tingkat Pendidikan
Biologi FKIP UNILA atas persahabatan yang kalian berikan;
10. Rekan seperjuangan Ayu Pratiwi dan Hannah Rahmawati atas sepuluh tahun
dukungan dan kebersamaan yang tiada henti mengiringi suka dan duka;
11. Rekan Elisa Nurinda P., dan Yunita Sari., atas waktu yang selalu tersedia
dikala penulis membutuhkan tempat mencurahkan isi hati;
12. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan berguna bagi
kita semua. Amin.
Bandar Lampung, 25 Oktober 2016
Penulis
Putri Fachrunnisa
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xix
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 10
E. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 11
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tes .............................................................................................. 13
B. Evaluasi ...................................................................................... 17
C. Taksonomi Bloom Revisi ........................................................... 25
D. Kerangka Pikir ........................................................................... 40
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat...................................................................... 43
B. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 43
C. Desain Penelitian ........................................................................ 44
D. Prosedur Penelitian ..................................................................... 45
E. Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ......................... 46
F. Teknik Analisis Data .................................................................. 46
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ........................................................................... 48
B. Pembahasan ................................................................................ 60
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ...................................................................................... 68
B. Saran ............................................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA
xiv
LAMPIRAN
1. Kata Kerja Dimensi Proses Kognitif dan Dimensi Pengetahuan Taksonomi
Bloom Revisi Anderson ........................................................................ .... 75
2. Identifikasi Soal Tes UTS SMA Negeri 1 Pringsewu Kelas X ............. .... 76
3. Identifikasi Soal Tes UTS SMA Negeri 1 Pringsewu Kelas XI ........... .... 77
4. Identifikasi Soal Tes UTS SMA Negeri 1 Pringsewu Kelas XII ............... 78
5. Identifikasi Soal Tes UAS SMA Negeri 1 Pringsewu Kelas X ................. 79
6. Identifikasi Soal Tes UAS SMA Negeri 1 Pringsewu Kelas XI ................ 80
7. Identifikasi Soal Tes UAS SMA Negeri 1 Pringsewu Kelas XII .............. 81
8. Identifikasi Soal Tes UTS SMA Negeri 2 Pringsewu Kelas X .................. 82
9. Identifikasi Soal Tes UTS SMA Negeri 2 Pringsewu Kelas XI ................ 83
10. Identifikasi Soal Tes UTS SMA Negeri 2 Pringsewu Kelas XII ............... 84
11. Identifikasi Soal Tes UAS SMA Negeri 2 Pringsewu Kelas X ................. 85
12. Identifikasi Soal Tes UAS SMA Negeri 2 Pringsewu Kelas XI ................ 86
13. Identifikasi Soal Tes UAS SMA Negeri 2 Pringsewu Kelas XII .............. 88
14. Identifikasi Soal Tes UTS SMA PGRI 2 Pringsewu Kelas X ................... 90
15. Identifikasi Soal Tes UTS SMA PGRI 2 Pringsewu Kelas XI .................. 90
16. Identifikasi Soal Tes UTS SMA PGRI 2 Pringsewu Kelas XII ................. 90
17. Identifikasi Soal Tes UAS SMA PGRI 2 Pringsewu Kelas X ................... 91
18. Identifikasi Soal Tes UAS SMA PGRI 2 Pringsewu Kelas XI .................. 92
19. Identifikasi Soal Tes UAS SMA PGRI 2 Pringsewu Kelas XII ................ 93
20. Identifikasi Soal Tes UTS SMA Xaverius Pringsewu Kelas X ................. 94
21. Identifikasi Soal Tes UTS SMA Xaverius Pringsewu Kelas XI ................ 95
22. Identifikasi Soal Tes UTS SMA Xaverius Pringsewu Kelas XII .............. 96
23. Identifikasi Soal Tes UAS SMA Xaverius Pringsewu Kelas X ................. 97
24. Identifikasi Soal Tes UAS SMA Xaverius Pringsewu Kelas XI ............... 98
25. Identifikasi Soal Tes UAS SMA Xaverius Pringsewu Kelas XII .............. 99
26. Identifikasi Soal Tes UTS SMA Muhammadiyah Pringsewu Kelas X ..... 100
27. Identifikasi Soal Tes UTS SMA Muhammadiyah Pringsewu Kelas XI .... 101
28. Identifikasi Soal Tes UTS SMA Muhammadiyah Pringsewu Kelas XII ... 102
29. Identifikasi Soal Tes UAS SMA Muhammadiyah Pringsewu Kelas X ..... 103
30. Identifikasi Soal Tes UAS SMA Muhammadiyah Pringsewu Kelas XI.... 104
xv
31. Identifikasi Soal Tes UAS SMA Muhammadiyah Pringsewu Kelas XII .. 105
32. Soal tes UTS kelas X semester ganjil SMA Negeri 2 Pringsewu ......... 106
33. Soal tes UAS kelas XII semester genap SMA Negeri 2 Pringsewu ..... 108
34. Soal tes UTS kelas X semester ganjil SMA PGRI 2 Pringsewu ........... 113
35. Soal tes UTS kelas XI semester ganjil SMA PGRI 2 Pringsewu ......... 114
36. Soal tes UTS kelas XII semester ganjil SMA PGRI 2 Pringsewu ........ 115
37. Soal tes UAS kelas XI semester ganjil SMA PGRI 2 Pringsewu ......... 116
38. Soal tes UTS kelas XII semester ganjil SMA Xaverius Pringsewu ...... 119
39. Soal tes UAS kelas XI semester genap SMA Xaverius Pringsewu ...... 124
40. Soal tes UTS kelas XI semester genap SMA Muhammadiyah Pringsewu 129
41. Soal tes UAS kelas X semester ganjil SMA Muhammadiyah Pringsewu 134
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman1. Dimensi Proses Kognitif ...................................................................... 39
2. Jenis dan Subjenis Dimensi Pengetahuan ............................................ 40
3. Sampel Soal Tes di SMA se-Kecamatan Pringsewu ........................... 44
4. Proporsi soal tes UTS kelas X Semester Ganjil dan Genapberdasarkan dimensi proses kognitif taksonomi Bloom revisiAnderson dkk ....................................................................................... 48
5. Proporsi soal tes UTS kelas XI Semester Ganjil dan Genapberdasarkan dimensi proses kognitif taksonomi Bloom revisiAnderson dkk ....................................................................................... 50
6. Proporsi soal tes UTS kelas XII Semester Ganjil berdasarkandimensi proses kognitif taksonomi Bloom revisi Anderson dkk ......... 51
7. Proporsi soal tes UAS Kelas X Semester Ganjil Dan Genapberdasarkan dimensi proses kognitif taksonomi Bloom revisiAnderson dkk ....................................................................................... 52
8. Proporsi soal tes UAS Kelas XI Semester Ganjil Dan Genapberdasarkan dimensi proses kognitif taksonomi Bloom revisiAnderson dkk ....................................................................................... 53
9. Proporsi soal tes UAS Kelas XII Semenster Ganjil dan Genapberdasarkan Dimensi Proses Kognitif Taksonomi Bloom revisiAnderson dkk ....................................................................................... 54
10. Proporsi soal tes UTS berdasarkan Dimensi Proses Kognitiftaksonomi Bloom revisi Anderson dkk se-Kecamatan Pringsewu ...... 55
11. Proporsi soal tes UAS berdasarkan Dimensi Proses Kognitiftaksonomi Bloom revisi Anderson dkk se-Kecamatan Pringsewu ...... 56
12. Perbedaan Proporsi soal tes UTS berdasarkan bentuk soal di SMAse-Kecamatan Pringsewu ..................................................................... 58
xvii
13. Perbedaan Proporsi soal tes UAS berdasarkan bentuk soal di SMAse-Kecamatan Pringsewu ..................................................................... 59
14. Kata Kerja Dimensi Proses Kognitif dan Dimensi PengetahuanTaksonomi Bloom Revisi Anderson .................................................... .... 75
15. Identifikasi Soal Tes UTS SMA Negeri 1 Pringsewu Kelas X............ 76
16. Identifikasi Soal Tes UTS SMA Negeri 1 Pringsewu Kelas XI .......... 77
17. Identifikasi Soal Tes UTS SMA Negeri 1 Pringsewu Kelas XII ......... 78
18. Identifikasi Soal Tes UAS SMA Negeri 1 Pringsewu Kelas X ........... 79
19. Identifikasi Soal Tes UAS SMA Negeri 1 Pringsewu Kelas XI.......... 80
20. Identifikasi Soal Tes UAS SMA Negeri 1 Pringsewu Kelas XII ........ 81
21. Identifikasi Soal Tes UTS SMA Negeri 2 Pringsewu Kelas X............ 82
22. Identifikasi Soal Tes UTS SMA Negeri 2 Pringsewu Kelas XI .......... 83
23. Identifikasi Soal Tes UTS SMA Negeri 2 Pringsewu Kelas XII ......... 84
24. Identifikasi Soal Tes UAS SMA Negeri 2 Pringsewu Kelas X ........... 85
25. Identifikasi Soal Tes UAS SMA Negeri 2 Pringsewu Kelas XI.......... 86
26. Identifikasi Soal Tes UAS SMA Negeri 2 Pringsewu Kelas XII ........ 88
27. Identifikasi Soal Tes UTS SMA PGRI 2 Pringsewu Kelas X ............. 90
28. Identifikasi Soal Tes UTS SMA PGRI 2 Pringsewu Kelas XI ............ 90
29. Identifikasi Soal Tes UTS SMA PGRI 2 Pringsewu Kelas XII........... 90
30. Identifikasi Soal Tes UAS SMA PGRI 2 Pringsewu Kelas X ............. 91
31. Identifikasi Soal Tes UAS SMA PGRI 2 Pringsewu Kelas XI............ 92
32. Identifikasi Soal Tes UAS SMA PGRI 2 Pringsewu Kelas XII .......... 93
33. Identifikasi Soal Tes UTS SMA Xaverius Pringsewu Kelas X ........... 94
34. Identifikasi Soal Tes UTS SMA Xaverius Pringsewu Kelas XI.......... 95
35. Identifikasi Soal Tes UTS SMA Xaverius Pringsewu Kelas XII ........ 96
xviii
36. Identifikasi Soal Tes UAS SMA Xaverius Pringsewu Kelas X........... 97
37. Identifikasi Soal Tes UAS SMA Xaverius Pringsewu Kelas XI ......... 98
38. Identifikasi Soal Tes UAS SMA Xaverius Pringsewu Kelas XII ........ 99
39. Identifikasi Soal Tes UTS SMA Muhammadiyah Pringsewu Kelas X 100
40. Identifikasi Soal Tes UTS SMA Muhammadiyah Pringsewu KelasXI ......................................................................................................... 101
41. Identifikasi Soal Tes UTS SMA Muhammadiyah Pringsewu KelasXII ........................................................................................................ 102
42. Identifikasi Soal Tes UAS SMA Muhammadiyah Pringsewu Kelas X 103
43. Identifikasi Soal Tes UAS SMA Muhammadiyah Pringsewu KelasXI ......................................................................................................... 104
44. Identifikasi Soal Tes UAS SMA Muhammadiyah Pringsewu KelasXII ........................................................................................................ 105
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Perubahan Kerangka Pikir Bloom ke Anderson ................................. 28
2. Skema Kerangka Pikir......................................................................... 42
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Sumber daya manusia yang bermutu merupakan faktor penting dalam
pembangunan di era globalisasi saat ini. Pengalaman di banyak negara
menunjukkan, sumber daya manusia yang bermutu lebih penting dari pada
sumber daya alam yang melimpah. Akan tetapi, beberapa dekade terakhir ini
daya saing bangsa Indonesia di tengah bangsa-bangsa lain cenderung kurang
menggembirakan. Sumber daya manusia yang bermutu hanya dapat
diwujudkan dengan pendidikan yang bermutu.
Oleh karena itu, upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan hal yang
tidak dapat ditawar lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya
manusia bangsa Indonesia. Peran pendidikan sangat penting dalam
menentukan keberhasilan pembangunan di dalam suatu Negara. Apabila
pendidikan memiliki kualitas yang baik, maka akan terciptanya sumber daya
manusia yang berkualitas pula, sehingga dapat menopang keberhasilan
pembangunan.
Hal tersebut dapat dengan mudah dilihat melalui hasil belajar, dimana hasil
belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan dalam mempelajari
2
materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor setiap bidang
studi setelah mengalami proses pembelajaran.
Tujuan pendidikan menurut Djamarah (2010: 99) secara universal guru akan
selalu menggunakan keterampilan bertanya kepada siswa. Cara bertanya untuk
seluruh kelas, untuk kelompok, atau untuk individu, memiliki pengaruh yang
sangat berarti, tidak hanya pada hasil belajar siswa, tetapi juga pada suasana
kelas maupun emosional, dengan bertanya akan membantu siswa lebih
sempurna dalam menerima informasi atau dapat mengembangkan
keterampilan kognitif tingkat tinggi.
Kebanyakan pertanyaan yang dilakukan guru adalah hanya menanyakan fakta.
Karenanya masih diperlukan pertanyaan yang menuntut siswa untuk dapat
membedakan, menganalisis, dan mengambil keputusan atau menilai informasi
yang diterima seperti dalam taksonomi pengajaran dari Bloom sehingga
penyusunan pertanyaan dapat memiliki tingkat kognitif domain yang rendah
(pengetahuan, pemahaman, penerapan) dan tingkat kognitif domain yang
tinggi (analisis, sintesis, evaluasi) (Djamarah, 2010: 105).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang menggunakan
keterampilan berpikir lebih mudah menyelesaikan pekerjaan dibandingkan
dengan mereka yang kurang menggunakan keterampilan berpikir (Hamzah
dan Masri dalam Ariani, 2014: 2). Keterampilan berpikir tersebut dapat
dimulai dari berpikir tingkat rendah hingga berpikir tingkat tinggi.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat dicapai apabila keterampilan
berpikir tingkat rendah telah dikuasai. Keterampilan berpikir tingkat rendah
3
adalah keterampilan berpikir dari aspek mengingat sampai dengan
mengaplikasi. Sedangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi aspek
menganalisis, mengevaluasi dan mencipta (Ariani, 2014: 2).
Salah satu peran guru menurut Djamarah (2010: 48) adalah sebagai evaluator,
guru dituntut untuk menjadi evaluator yang baik dan jujur, dengan
memberikan penilaian yang tidak hanya menilai produk (hasil pengajaran),
tetapi juga menilai proses (jalannya pengajaran). Selanjutnya masih pendapat
Djamarah (2010: 246) evaluasi yang dilakukan guru bertujuan untuk
mengetahui bahan-bahan pelajaran yang disampaikannya sudah dikuasai
dengan baik atau belum oleh anak didik, selain itu akan menempatkan anak
didik pada situasi belajar mengajar yang lebih tepat sesuai dengan tingkat
kemampuan yang dimilikinya.
Alat evaluasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tes dan nontes, kedua jenis
ini dapat digunakan untuk menilai sasaran-sasaran penilaian. Tes merupakan
alat evaluasi yang digunakan untuk menilai kemampuan siswa yang mencakup
pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil kegiatan belajar mengajar. Tes
yang dapat digunakan adalah tes yang telah distandarisasi (standardized test)
maupun tes buatan guru sendiri (teacher-made test). Standardized test adalah
tes yang telah mengalami validitas (ketepatan) dan reliabilitas (ketetapan)
untuk suatu tujuan tertentu dan untuk sekelompok siswa tertentu. Sebagai
contoh, penyusunan Tes Hasil Belajar (THB) merupakan usaha penyusunan
tes yang sudah distandardisasi. Teacher-made test adalah tes buatan guru
sendiri, tes ini belum distandardisasi, sebab dibuat oleh guru untuk tujuan
4
tertentu dan untuk siswa tertentu pula. Meskipun demikian, tes buatan guru
harus pula mempertimbangkan faktor validitas dan reliabilitasnya (Djamarah,
2010: 256).
Hasil penelitian yang mendukung penelitian ini, yaitu penelitian
yang dilakukan oleh Nurhidayah (2014: 9), tentang analisis soal ujian akhir
semester ganjil kelas XI SMA negeri buatan tim guru mata pelajaran biologi
yang terdiri atas 35 nomor butir soal berbentuk pilihan jamak, dan 5 nomor
butir soal berbentuk uraian. Hasil analisis persebaran butir soal terhadap
taksonomi Bloom menunjukkan bahwa soal pilihan jamak yang diujikan
hanya tersusun oleh soal dari tingkatan kognitif C1 dan C2, dengan lebih dari
74% soal berada pada tingkatan C1. Demikian pula dengan soal uraian, 60%
soal terdiri atas soal C1, dan selebihnya adalah soal C2. Sebaran soal
berdasarkan tingkatan kognitif yang diukur ini tidak sesuai dengan pedoman
penyusunan tes sumatif yang diterbitkan oleh proyek perintis sekolah
pembangunan, dimana taraf kompetensi yang perlu diukur menurut Sudijono
(dalam Nurhidayah, 2014: 9) siswa-siswa SMA setidak-tidaknya mencakup
tiga macam, yaitu ingatan, pemahaman dan aplikasi yang seharusnya memiliki
proporsi 40% soal ingatan, 40% pemahaman, dan 20% aplikasi.
Programmme for International Student Assessment (PISA) di bawah
Organization Economic Cooperation and Development (OECD) pada tahun
2012 lalu mengeluarkan bahwa Indonesia menduduki peringkat paling bawah
dari 65 negara, dalam pemetaan kemampuan matematika, membaca dan sains.
Survai PISA-OECD ini dilakukan secara kualitatif pada tahun 2012 lalu yang
5
baru dirilis awal pekan Desember 2013. Survai ini melibatkan responden 510
ribu pelajar berusia 15-16 tahun dari 65 negara dunia yang mewakili populasi
28 juta siswa berusia 15-16 tahun di dunia serta 80 persen ekonomi
global. Disebutkan bahwa kemampuan matematika siswa-siswi di Indonesia
menduduki peringkat bawah dengan skor 375. Kurang dari 1 persen siswa
Indonesia yang memiliki kemampuan bagus di bidang matematika. Di bidang
kemampuan membaca, Indonesia mendapatkan skor 396 dan di bidang
kemampuan sains mendapatkan skor 382. Namun keduanya sama-sama
tergolong dalam level bawah (Detiknews, 2014: 1).
PISA menurut Maryanti (dalam Setiawan, 2014: 247) mengembangkan enam
kategori kemampuan matematika siswa yang menunjukkan kemampuan
kognitif dari siswa, penilaian literasi matematis yang dilakukan oleh studi
PISA ini terdiri dari 6 tingkatan atau level. Soal literasi matematis level 1 dan
2 termasuk kelompok soal dengan skala bawah yang mengukur kompetensi
reproduksi. Soal-soal disusun berdasarkan konteks yang cukup dikenal oleh
siswa dengan operasi matematika yang sederhana. Soal literasi matematis
level 3 dan 4 termasuk kelompok soal dengan skala menengah yang mengukur
kompetensi koneksi. Soal-soal skala menengah memerlukan interpretasi siswa
karena situasi yang diberikan tidak dikenal atau bahkan belum pernah dialami
oleh siswa. Sedangkan, soal literasi matematis level 5 dan 6 termasuk
kelompok soal dengan skala tinggi yang mengukur kompetensi refleksi. Soal-
soal ini menuntut penafsiran tingkat tinggi dengan konteks yang sama sekali
tidak terduga oleh siswa. Selanjutnya menggolongkan level soal-soal pada
PISA dengan level berpikir menurut Bloom, dimana Bloom telah menyatakan
6
bahwa ada dua level dalam berpikir matematis siswa, yakni Low Order
Thinking (C1-C3), dan High Order Thinking (C4-C5). Berdasarkan hasil
perbandingan didapatkan bahwa level 4-level 6 soal pada PISA tergolong
sebagai High Order Thinking berdasarkan taksonomi bloom. Sedangkan level
1-3 adalah Low Order Thinking. Sehingga menurut Wardani dan Rumiati
(dalam Setiawan, 2014: 248-249) didapat kesimpulan bahwa soal matematika
PISA tidak hanya menguji kemampuan matematika sederhana siswa,
melainkan level 4-6 adalah tingkat dimana siswa diuji kemampuan berpikir
tingkat tingginya.
Observasi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis di SMA se-Kecamatan
Pringsewu Kabupaten Pringsewu menunjukkan bahwa soal tes Ujian Akhir
Semester (UAS) dibuat oleh Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
dinas pendidikan setempat sehingga seluruh sekolah yang berada di kecamatan
Pringsewu menggunakan soal tes yang yang sama dalam pelaksanaan UAS.
Sedangkan soal tes Ujian Tengah Semester (UTS) seluruhnya dibuat oleh
masing-masing guru mata pelajaran, dalam hal ini guru mata pelajaran Biologi
disetiap sekolah, yang berada di Kecamatan Pringsewu, sehingga setiap
sekolah akan menggunakan soal tes yang berbeda dalam pelaksanaan UTS.
Hampir seluruh soal UTS yang dibuat oleh guru mata pelajaran Biologi hanya
mencakup tingkatan kognitif C1 sampai C2 dan jarang sekali yang
menggunakan C3. Guru-guru memiliki alasan yang sama untuk hal tersebut,
dikarenakan guru-guru menyesuaikan kemampuan siswa dalam mengerjakan
soal tes. Soal tes tingkatan C3 sedikit lebih sulit dipahami oleh siswa,
7
sehingga guru-guru tidak memberikan soal tes dengan tingkatan kognitif C3
dan tetap menggunakan C1 dan C2 untuk jenjang pendidikan Sekolah
Menengah Atas (SMA).
Sebaiknya, guru-guru harus lebih berani untuk menerapkan soal yang berada
pada tingkat kognitif C1-C3 yaitu ingatan, pemahaman dan aplikasi pada soal
tes buatan guru Biologi dengan tujuan untuk membuat siswa terlatih dalam
mengerjakan butir soal yang sesuai dengan tingkatan kognitif pada jenjang
pendidikan SMA dan nantinya diharapkan akan menghasilkan siswa-siswi
dengan taraf kognitif yang setara dan mampu bersaing secara Internasional
dengan siswa dari Negara lain pada jenjang pendidikan yang sama.
Pencapaian prestasi belajar siswa Indonesia menurut Litbang Depdikbud
(2015: 1) di bidang sains dan matematika, menurun. Siswa Indonesia masih
dominan dalam level rendah, atau lebih pada kemampuan menghafal dalam
pembelajaran sains dan matematika. Demikian hasil Trends in Mathematics
and Science Study (TIMSS) yang diselenggarakan oleh International
Association for the Evaluation of Educational Achievement (IEA) dan diikuti
siswa kelas VIII Indonesia tahun 2011. Penilaian yang dilakukan International
Association for the Evaluation of Educational Achievement Study Center
Boston College tersebut, diikuti 600.000 siswa dari 63 negara. Untuk bidang
Matematika, Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara
yang siswanya dites. Skor Indonesia ini turun 11 poin dari penilaian tahun
2007. Pada TIMSS matematika kelas VIII tersebut, peringkat pertama diraih
siswa Korea (613), selanjutnya diikuti Singapura. Nilai rata-rata yang dipatok
8
500 poin. Adapun bidang sains, Indonesia berada di urutan ke-40 dengan skor
406 dari 42 negara yang siswanya dites di kelas VIII. Skors tes sains siswa
Indonesia ini turun 21 angka dibandingkan TIMSS 2007.
Selain itu, pada pemetaan kinerja Progress in International Reading Literacy
Study (PIRLS) yang merupakan studi internasional tentang literasi membaca
siswa sekolah dasar. Studi ini dikoordinasikan oleh International Association
for the Evaluation of Educational Achievement (IEA) yang berkedudukan di
Amsterdam, Belanda bahwa pada tahun 2011, Indonesia berada di peringkat
40 dari 42 negara (Harahap, 2014: 1).
Ketidakmampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal yang terdapat pada tes
berstandar internasional seperti PISA, TIMSS, dan PIRLS tidak lepas
pengaruhnya terhadap soal-soal yang biasa dikerjakan oleh siswa dalam
kegiatan pembelajaran yang salah satunya dibuat oleh guru. Berdasarkan
pemikiran tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul: “Identifikasi Soal Tes UTS dan UAS Mata Pelajaran Biologi
berdasarkan Taksonomi Bloom Revisi Anderson dkk di SMA se-Kecamatan
Pringsewu Kabupaten Pringsewu Tahun Ajaran 2015/2016”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
9
1. Apakah soal tes UTS mata pelajaran Biologi di SMA se-Kecamatan
Pringsewu Kabupaten Pringsewu sudah sesuai dengan taksonomi Bloom
revisi Anderson dkk pada semester ganjil dan genap?
2. Apakah soal tes UAS mata pelajaran Biologi di SMA se-Kecamatan
Pringsewu Kabupaten Pringsewu sudah sesuai dengan taksonomi Bloom
revisi Anderson dkk pada semester ganjil dan genap?
3. Apakah terdapat perbedaan proporsi soal tes UTS mata pelajaran Biologi
kelas X, XI dan XII di SMA se-Kecamatan Pringsewu Kabupaten
Pringsewu berdasarkan taksonomi Bloom revisi Anderson dkk?
4. Apakah terdapat perbedaan proporsi soal tes UAS mata pelajaran Biologi
kelas X, XI dan XII di SMA se-Kecamatan Pringsewu Kabupaten
Pringsewu berdasarkan taksonomi Bloom revisi Anderson dkk?
5. Apakah terdapat perbedaan proporsi soal tes UTS mata pelajaran Biologi
kelas X, XI dan XII di SMA se-Kecamatan Pringsewu Kabupaten
Pringsewu berdasarkan bentuk soal tes?
6. Apakah terdapat perbedaan proporsi soal tes UAS mata pelajaran Biologi
kelas X, XI dan XII di SMA se-Kecamatan Pringsewu Kabupaten
Pringsewu berdasarkan bentuk soal tes?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui soal tes mata pelajaran biologi di
SMA se-Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu yang meliputi:
10
1. Kesesuaian soal tes UTS dengan taksonomi Bloom revisi Anderson dkk
pada semester ganjil dan genap.
2. Kesesuaian soal tes UAS dengan taksonomi Bloom revisi Anderson dkk
pada semester ganjil dan genap.
3. Perbedaan proporsi soal tes UTS kelas X, XI, dan XII berdasarkan
taksonomi Bloom revisi Anderson.
4. Perbedaan proporsi soal tes UAS kelas X, XI, dan XII berdasarkan
taksonomi Bloom revisi Anderson.
5. Proporsi bentuk soal tes UTS kelas X, XI, dan XII.
6. Proporsi bentuk soal tes UAS kelas X, XI, dan XII.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada SMA
se-Kecamatan Pringsewu tentang bagaimana proporsi dimensi proses
kognitif soal tes yang baik dan benar agar soal tes yang dibuat oleh guru
dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa di sekolah tersebut.
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan
acuan khususnya untuk guru mata pelajaran Biologi di SMA se-
Kecamatan Pringsewu dalam membuat soal tes yang sesuai dengan
proporsi dimensi proses kognitif taksonomi Bloom revisi Anderson dkk.
11
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengalaman dan
pembelajaran peneliti sebagai calon guru dalam meningkatkan
kemampuan membuat soal tes dan memberikan wawasan tentang
bagaimana kondisi soal-soal tes mata pelajaran Biologi di SMA se-
Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari anggapan yang berbeda serta untuk lebih fokus dan
sistematisnya penulisan skripsi ini, maka diberikan batasan masalah yaitu:
a. Sampel penelitian ini merupakan guru mata pelajaran Biologi kelas X, XI
dan XII di SMA se-Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu.
b. Soal tes UTS dan UAS merupakan salah satu kegiatan evaluasi hasil
belajar mahasiswa. Evaluasi ini adalah pemberian penilaian terhadap
kemampuan siswa dalam menerima, memahami, dan menguasai bahan
studi yang disajikan sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan, dan
menilai perubahan sikap dan keterampilannya dengan tujuan untuk
mengetahui pencapaian hasil belajar mahasiswa yang meliputi ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor dalam kurun waktu studi tertentu.
c. Soal tes yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan soal tes UTS dan
UAS semester 1 dan semester 2. Bentuk soal tes yang diteliti pada
penelitian ini merupakan bentuk soal tes pilihan jamak dan soal tes esei.
12
d. Taksonomi Bloom yang diteliti didasarkan kepada dimensi proses kognitif
berdasarkan taksonomi Bloom yang telah di revisi oleh Anderson dkk
yang meliputi C1-C6 (mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta) dan dimensi pengetahuan yang meliputi
(pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural,
dan pengetahuan metakognitif) dengan masing-masing indikator yang
berbeda.
e. Identifikasi soal tes dilakukan dengan menyesuaikan setiap butir soal tes
UTS dan UAS dengan indikator dalam dimensi proses kognitif dan
dimensi pengetahuan taksonomi Bloom revisi Anderson dkk dan data hasil
identifikasi dimuat dalam tabel.
f. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2016 di SMA se-Kecamatan
Pringsewu, Kabupaten Pringsewu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tes
a. Penilaian melalui Tes
Istilah tes (test) menurut Mehrens dan Lehmann (dalam Sudaryono, 2012: 37)
adalah menyatakan pemberian suatu daftar pertanyaan yang standar untuk
dijawab. Definisi ini langsung memberikan karakteristik utama sebuah tes, yaitu :
tes merupakan suatu daftar pertanyaan, yang harus memenuhi persyaratan
tertentu. Dengan kata lain, tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan
untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan cara dan aturan yang sudah
ditentukan.
Secara umum tes diartikan sebagai alat yang dipergunakan untuk mengukur
pengetahuan atau penguasaan obyek terhadap seperangkat konten dan materi
tertentu. Menurut Anastasia (dalam Djaali dan Muljono 2008: 6) tes juga dapat
diartikan sebagai alat pengukur yang mempunyai standar objektif, sehingga dapat
dipergunakan secara meluas, serta betul-betul dapat digunakan untuk mengukur
dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.
Dari definisi-definisi diatas dapat dipahami bahwa tes yang dimaksud dalam dunia
pendidikan adalah cara yang dapat digunakan dalam rangka pengukuran dan
14
penilaian dibidang pendidikan, dapat berupa tugas atau serangkaian tugas berupa
pertanyaan atau perintah yang harus dikerjakan, sehingga dapat dihasilkan nilai
yang menggambarkan tingkah laku atau prestasi seseorang dan dapat
dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh peserta tes lainnya (Sudjono,
2006: 67).
Tes merupakan alat evaluasi yang terdiri dari dua jenis, yaitu tes dan nontes,
kedua jenis ini dapat digunakan untuk menilai sasaran-sasaran penilaian. Tes
buatan guru sendiri belum distandarisasi, sebab dibuat oleh guru untuk tujuan
tertentu dan untuk siswa tertentu pula. Meskipun demikian, tes buatan guru harus
pula mempertimbangkan faktor validitas dan reliabilitasnya. Tes, terutama
digunakan untuk menilai kemampuan siswa yang mencakup pengetahuan dan
keterampilan sebagai hasil kegiatan belajar mengajar. Ditinjau dari segi
pelaksanaan, tes terdiri dari :
a. Tes tertulis (Written Test)
Tes tertulis merupakan alat penilaian yang dijawab siswa menurut Djamarah,
(2010: 256) meliputi :
1. Tes bentuk uraian, yaitu semua bentuk tes yang pertanyaannya
membutuhkan jawaban dalam bentuk uraian. Tes bentuk uraian menuntut
kemampuan siswa untuk mengorganisasi dan merumuskan jawaban
dengan kata-kata sendiri. Penilaian pada setiap satuan program di sekolah
hendaknya lebih banyak menggunakan tes bentuk uraian karena dapat
lebih mengungkapkan proses berpikir siswa.
15
2. Tes bentuk objektif, yaitu semua bentuk tes yang mengharuskan siswa
memilih diantara kemungkinan-kemungkinan jawaban yang telah
disediakan, memberi jawaban singkat, atau mengisi jawaban pada kolom
titik-titik yang disediakan.
b. Tes Lisan (Oral Test)
Tes lisan merupakan alat penilaian yang pelaksanaannya dilakukan dengan
mengadakan tanya jawab secara langsung untuk mengetahui kemampuan-
kemampuan berupa proses berpikir siswa dalam memecahkan suatu masalah,
mempertanggung jawabkan pendapat, penggunaan bahasa, dan penguasaan
materi pelajaran. Ditinjau dari jenis pertanyaan yang diajukan, tes lisan dapat
berbentuk pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Ditinjau dari jawaban
yang diinginkan, dapat berbentuk pertanyaan-pertanyaan berupa hapalan,
pemahaman, analisis, aplikasi, sintesis, dan evaluasi. Tes lisan dapat
dilaksanakan dengan satu penguji menilai satu anak didik, satu penguji
menilai sekelompok anak didik, dan kelompok penguji menilai sekelompok
anak didik.
c. Tes Perbuatan (Performance Test)
Tes perbuatan adalah tes yang diberikan dalam bentuk tugas-tugas.
Pelaksanaannya dalam bentuk penampilan atau perbuatan (praktek
pengalaman lapangan, praktek kerja lapangan, praktek olah raga, praktek
laboratorium, praktek kesenian, dan lain-lain).
16
Penilaian tes perbuatan dapat dilakukan secara kelompok maupun perorangan,
penilaian tes perbuatan dilakukan pada persiapan, pelaksanaan tugas, dan hasil
yang dicapai.
Untuk melaksanakan tes perbuatan menurut Djamarah (2010: 256) perlu
dipersiapkan dua jenis alat, yaitu :
1. Lembaran tugas (kerja) yang versi deskripsi mengenai instruksi (petunjuk)
yang jelas sehingga siswa mengetahui secara tepat apa yang harus
dilakukannya. Berdasarkan lembaran kerja ini dilakukan penilaian terhadap
persiapan-persiapan yang dikerjakan oleh siswa.
2. Lembaran pengamatan yang digunakan untuk menilai tingkah laku siswa
selama proses pelaksanaan tugas sampai kepada hasil yang dicapai.
b. Bentuk-Bentuk Butir Tes
Butir-butir tes dibedakan atas dua golongan besar, yang pertama menuntut
jawaban pilihan, sedangkan yang kedua menuntut siswa menyusun jawabannya
sendiri. Contoh yang pertama yaitu tes pilihan jamak, contoh yang kedua berupa
mengarang (Popham, 2011: 117).
c. Butir-Butir Tes-Pilihan
Tes piihan terdapat dalam berbagai bentuk, seperti : benar-salah, pilihan jamak
dengan lima alternatif, dan menjodohkan. Tes-tes tersebut menguntungkan karena
mudah diskor dan menghemat waktu. Lagi pula, tes-tes tersebut memiliki
reliabilitas sebab para penilai biasanya memberikan skor yang sama pada jawaban
yang sama. Tes-pilihan dapat dipergunakan untuk mengukur setiap taraf dalam
17
perilaku kognitif, kecuali taraf sintesis. Karena yang dibutuhkan untuk menjawab
setiap butir tes itu relatif pendek, maka jumlah butirnya dapat banyak, karena itu
tes tersebut pada umumnya representatif. Kelemahan dari tes-pilihan yaitu
dipergunakan waktu penyusunan yang banyak sekali, disamping adanya
kemungkinan menebak (Popham, 2011: 117).
Menyusun butir tes pilihan-berganda tidaklah mudah menurut Popham (2011:
119-120) syaratnya yaitu :
a. Alternatif jawabannya seharusnya sejenis.
b. Alternatif jawabannya hedaknya bukan yang sedemikian mudah sehingga
jawaban yang benar begitu jelas.
c. Bagian pokok butir tes haruslah sedikit lebih panjang daripada bagian-
alternatifnya.
d. Alternatif jawaban yang sedemikian panjang akan mengganggu kelancaran
mengerjakan tes, dan lain-lain.
B. Evaluasi
a. Makna Evaluasi
Sudirman, dkk (dalam Djamarah, 2010: 245) mengemukakan rumusan, bahwa
penilaian atau evaluasi (evaluation) berarti suatu tindakan untuk menentukan nilai
sesuatu. Bila penilaian (evaluasi) digunakan dalam dunia pendidikan, maka
penilaian pendidikan berarti suatu tindakan untuk menentukan segala sesuatu
dalam dunia pendidikan. Selanjutnya menurut Ali dalam Djamarah (2010: 245)
sebagai alat penilaian hasil pencapaian tujuan dalam pengajaran, evaluasi harus
18
dilakukan secara terus menerus. Evaluasi tidak hanya sekedar menentukan angka
keberhasilan belajar. Tetapi yang lebih penting adalah sebagai dasar untuk umpan
balik (feed back) dari proses interaksi edukatif yang dilaksanakan.
Evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau harga nilai
berdasarkan kriteria tertentu, untuk mendapatkan evaluasi yang meyakinkan dan
objektif dimulai dari informasi-informasi kuantitatif dan kualitatif. Instrumennya
(alatnya) harus cukup sahih, kukuh, praktis, dan jujur. Data yang dikumpulkan
dari pengadministrasian instrumen itu hendaklah diolah dengan tepat dan
digambarkan pemakaiannya (Al Haj dalam Djamarah, 2010: 245-246).
Evaluasi tidak boleh dilakukan dengan sekehendak hati guru, anak didik yang
cantik diberikan nilai tinggi dan anak didik yang tidak cantik diberikan nilai
rendah. Evaluasi dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan yang arif dan
bijaksana, sesuai dengan hasil kemajuan belajar yang ditunjukan oleh anak didik.
Dengan demikian, evaluasi adalah suatu tindakan berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan yang arif dan bijaksana untuk menetukan nilai sesuatu, baik secara
kuantitatif maupun secara kualitatif (Djamarah, 2010: 246).
Ralph Tyler (dalam Arikunto, 2006: 2-3) menyatakan bahwa: “Evaluasi
pendidikan merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh
mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika
belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya”. Dalam pelaksanaannya,
evaluasi harus mempunyai dasar yang kuat.
19
Dasar filsafat dalam evaluasi pendidikan berhubungan dengan masalah-masalah
yang merupakan dasar dalam pendekatan sistem yang menyangkut pertanyaan-
pertanyaan apakah evaluasi itu, mengapa evaluasi pendidikan perlu diberikan dan
bagaimana cara memberikannya. Dasar psikologi adalah bahwa evaluasi itu
dilaksanakan harus mempertimbangkan tingkat kesukaran dengan tingkat
perkembangan peserta didik, tingkat kemampuan yang dimiliki peserta didik, dan
teori-teori yang dianut dalam pendidikan. Dasar komunikasi dimaksudkan bahwa
evaluasi itu dapat dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung. Adapun
yang menjadi dasar evaluasi selanjutnya adalah kurikulum, maksudnya isi
evaluasi harus sesuai dengan materi yang diajarkan seperti tercantum dalam
kurikulum yang telah ada dan dilaksanakan. Sedangkan dasar manajemen, artinya
bahwa evaluasi perlu diorganisasikan pelaksanaannya, apakah secara individual
atau kelompok dan bagaimana pengelolaannya. Disamping itu evaluasi harus
sesuai dan berguna dalam masyarakat untuk mencapai suatu kemajuan (Arikunto,
2006: 24-25).
b. Tujuan Evaluasi
Menurut Sudirman (dalam Djamarah, 2010: 247) tujuan penilaian dalam proses
belajar mengajar adalah :
1. Mengambil keputusan tentang hasil belajar.
2. Memahami anak didik.
3. Memperbaiki dan mengembangkan program pengajaran.
Kemudian pengambilan keputusan tentang hasil belajar merupakan suatu
keharusan bagi seorang guru agar dapat mengetahui berhasil tidaknya anak didik
20
dalam proses belajar mengajar. Ketidakberhasilan proses belajar mengajar
disebabkan antara lain oleh :
1. Kemampuan anak didik yang rendah.
2. Kualitas materi pelajaran tidak sesuai dengan tingkat usia anak.
3. Jumlah bahan pelajaran terlalu banyak sehingga tidak sesuai dengan waktu
yang diberikan.
4. Komponen proses belajar mengajar yang kurang sesuai dengan tujuan.
c. Fungsi Evaluasi
Evaluasi mutlak dilakukan dan merupakan kewajiban bagi setiap guru. Menurut
Purwanto (dalam Djamarah, 2010: 248), dikatakan kewajiban bagi setiap guru
karena pada akhirnya guru harus dapat memberikan informasi kepada lembaganya
ataupun kepada anak didik itu sendiri, bagaimana dan sampai dimana penguasaan
dan kemampuan yang telah dicapai anak didik tentang materi dan keterampilan-
keterampilan mengenai mata pelajaran yang telah diberikannya.
Evaluasi menurut Grounlound (dalam Purwanto, 2009: 3) suatu proses yang
sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana
tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh peserta didik.
Al Haj (dalam Djamarah, 2010: 248) melihat fungsi evaluasi dari segi anak didik
secara individual dan dari segi program pengajaran.
1. Dilihat dari segi anak didik secara individual, evaluasi berfungsi :
a. Mengetahui tingkat pencapaian anak didik dalam suatu proses belajar
mengajar.
21
b. Menetapkan keefektifan pengajaran dan rencana kegiatan.
c. Memberi basis laporan kemajuan anak didik.
d. Menghilangkan halangan-halangan atau memperbaiki kekeliruan yang
terdapat sewaktu praktik.
2. Dilihat dari segi program pengajaran, evaluasi berfungsi :
a. Memberi dasar pertimbangan kenaikan dan promosi anak didik.
b. Memberi dasar penyusunan dan penempatan kelompok anak didik
yang homogen.
c. Diagnosis dan remedial pekerjaan anak didik.
d. Memberi dasar pertimbangan dan penyuluhan.
e. Dasar pemberian angka dan rapor bagi kemajuan anak didik.
f. Memotivasi belajar anak didik.
g. Mengidentifikasi dan mengkaji kelainan anak didik.
h. Menafsirkan kegiatan sekolah kedalam masyarakat.
i. Mengadministrasi sekolah.
j. Mengembangkan kurikulum.
k. Mempersiapkan penelitian pendidikan disekolah.
d. Jenis-jenis Evaluasi
1. Evalusi Formatif
Evaluasi formatif menurut Djamarah (2010: 252-253) adalah evaluasi yang
dilaksanakan setiap kali selesai mempelajari suatu unit pelajaran tertentu.
Bermanfaat sebagai alat penilaian proses belajar mengajar suatu unit bahan
pelajaran tertentu.
22
2. Evaluasi Subsumatif/Sumatif
Evaluasi subsumatif menurut Djamarah (2010: 253) ialah penilaian yang
dilaksanakan setelah beberapa satuan pelajaran diselesaikan, dilakukan pada
perempat atau tengah semester. Sedangkan evaluasi sumatif ialah penilaian yang
dilaksanakan setiap akhir pengajaran suatu program atau sejumlah unit pelajaran
tertentu. Evaluasi sumatif bermanfaat untuk menilai hasil pencapaian siswa
terhadap tujuan suatu program pelajaran dalam suatu periode tertentu, seperti
semester atau akhir tahun pelajaran.
3. Evaluasi Kokurikuler
Kegiatan kokurikuler menurut Djamarah (2010: 254) adalah kegiatan yang
dilakukan diluar jam pelajaran yang telah dijatahkan dalam struktur program,
berupa penugasan-penugasan atau pekerjaan rumah yang menjadi pasangan
kegiatan intrakurikuler. Kegiatan ini dimaksudkan agar siswa lebih mendalami
dan menghayati apa yang dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler.
Kegiatan intrakurikuler itu sendiri ialah kegiatan yang dilakukan di sekolah
dengan penjabatan waktu sesuai dengan struktur program. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk mencapai tujuan minimal yang perlu dicapai dalam tiap-tiap
mata pelajaran atau bidang pengembangan. Pada prinsipnya, kegiatan
intrakurikuler merupakan kegiatan tatap muka antara siswa dan guru, yang
termasuk kegiatan intrakurikuler ini ialah kegiatan perbaikan dan pengayaan.
4. Evaluasi Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler menurut Djamarah (2010: 252) adalah kegiatan diluar
jam pelajaran, yang dilakukan di sekolah ataupun di luar sekolah. Kegiatan ini
23
dimaksudkan untuk memperluas pengetahuan siswa, mengenal hubungan antara
berbagai mata pelajaran atau bidang pengembangan, menyalurkan bakat dan
minat yang menunjang pencapaian tujuan instruksional, serta melengkapi upaya
pembinaan manusia seutuhnya. Kegiatan ini dilakukan secara berkala pada waktu
tertentu.
e. Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 (dalam Mulyasa,
2007: 259) tentang standar penilaian pendidikan disebutkan bahwa Ujian adalah
proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik
secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan,
melakukan perbaikan pembelajaran, dan menentukan keberhasilan belajar peserta
didik. Ujian akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. Mengukur
disini berarti menilai, yang dilakukan dengan jalan menguji pencapaian
kompetensi peserta didik dalam bentuk tes hasil belajar.
Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua
kompetensi dasar pada semester tersebut. Ulangan akhir semester ini bertujuan
untuk mengukur kompetensi lulusan pada mata pelajaran tertentu. Dalam
penelitian ini adalah mata pelajaran Biologi. Ujian Tengah Semester merupakan
tes yang dilakukan pada setiap pertengahan satu satuan waktu yang didalamnya
tercakup lebih dari satu pokok bahasan dan dimaksudkan untuk mengetahui
sejauh mana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit ke unit berikutnya
(Mulyasa, 2007: 259).
24
Ujian merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi proses belajar dalam dunia
pendidikan, ujian dimaksudkan untuk mengukur taraf pencapaian suatu tujuan
pengajaran oleh peserta didik, sehingga peserta didik dapat mengetahui tingkat
kemampuannya dalam memahami bidang studi yang sedang ditempuh. Bila
ternyata belum maksimal, maka proses belajar harus ditingkatkan baik kualitas
maupun kuantitas (Mustarah, 2013: 24).
Adapun jenis-jenis ujian dalam pendidikan menurut Fathoni (2008: 3-5)
dijelaskan sebagai berikut:
a. Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan
satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih.
b. Ujian Tengah Semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah
melaksanakan 8-9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ujian meliputi
seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode
tersebut.
c. Ujian Akhir Semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester.
Cakupan ujian meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh
KD pada semester tersebut.
d. Ujian kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik di
akhir semester genap untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta
didik di akhir semester genap pada satuan pendidikan yang menggunakan
25
sistem paket. Cakupan ujian meliputi seluruh indikator yang
merepresentasikan seluruh KD pada semester tersebut.
e. Ujian sekolah/madrasah adalah kegiatan pengukuran pencapaian
kompetensi peserta didik yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk
memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu
persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan. Mata pelajaran yang
diujikan adalah kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
yang tidak diujikan dalam ujian nasional dan aspek kognitif dan/atau
psikomotorik kelompok mata pelajaran agama dan akhlaq mulia serta
kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian yang akan
diukur dalam POS ujian sekolah/madrasah.
f. Ujian nasional (UN) adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi
peserta didik pada beberapa mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata
pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menilai
pencapaian Standar Nasional Pendidikan.
C. Taksonomi Bloom Revisi
Pada tahun 2001 terbit sebuah buku A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives yang
disusun oleh Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl. Ada beberapa
alasan mengapa Handbook Taksonomi Bloom perlu direvisi, yakni: pertama,
terdapat kebutuhan untuk mengarahkan kembali fokus para pendidik pada
handbook, bukan sekedar sebagai dokumen sejarah, melainkan juga sebagai
karya yang dalam banyak hal telah “mendahului” zamannya. Hal tersebut
26
mempunyai arti banyak gagasan dalam handbook Taksonomi Bloom yang
dibutuhkan oleh pendidik masa kini karena pendidikan masih terkait dengan
masalah-masalah desain pendidikan, penerapan program yang tepat,
kurikulum standar, dan asesmen autentik. Alasan kedua adalah adanya
kebutuhan untuk memadukan pengetahuan-pengetahuan dan pemikiran-
pemikiran baru dalam sebuah kerangka kategorisasi tujuan pendidikan.
Masyarakat dunia telah banyak berubah sejak tahun 1956, dan perubahan-
perubahan ini mempengaruhi cara berpikir dan praktik pendidikan (Gunawan
dan Palupi, 2013: 22).
Kemajuan dalam ilmu pengetahuan ini mendukung keharusan untuk merevisi
handbook Taksonomi Bloom. Alasan yang ketiga adalah taksonomi
merupakan sebuah kerangka berpikir khusus yang menjadi dasar untuk
mengklasifikasikan tujuan-tujuan pendidikan. Sebuah rumusan tujuan
pendidikan seharusnya berisikan satu kata kerja dan satu kata benda. Kata
kerjanya umumnya mendeskripsikan proses kognitif yang diharapkan dan kata
bendanya mendeskripsikan pengetahuan yang diharapkan dikuasai oleh siswa.
Taksonomi Bloom hanya mempunyai satu dimensi yaitu hanya kata benda.
Berdasarkan hal tersebut rumusan tujuan pendidikan harus memuat dua
dimensi yaitu dimensi pertama untuk menunjukkan jenis perilaku siswa
dengan menggunakan kata kerja dan dimensi kedua untuk menunjukkan isi
pembelajaran dengan menggunakan kata benda.
Alasan keempat yaitu proporsi yang tidak sebanding dalam penggunaan
taksonomi pendidikan untuk perencanaan kurikulum dan pembelajaran dengan
27
penggunaan taksonomi pendidikan untuk asesmen. Pada taksonomi Bloom
lebih memfokuskan penggunakan taksonomi pada asesmen (Gunawan dan
Palupi, 2013: 23). Alasan yang kelima adalah pada kerangka pikir taksonomi
karya Benjamin Bloom lebih menekankan enam kategorinya (pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi) daripada sub-
subkategorinya. Taksonomi Bloom menjabarkan enam kategori tersebut
secara mendetail, namun kurang menjabarkan pada sub-kategorinya sehingga
sebagian orang akan lupa dengan sub-subkategori taksonomi Bloom.
Alasan keenam adalah ketidakseimbangan proporsi sub-kategori dari
taksonomi Bloom. Kategori pengetahuan dan komprehensi memiliki banyak
sub-kategori namun empat kategori lainnya hanya memiliki sedikit sub-
kategori. Alasan ketujuh adalah taksonomi Bloom versi aslinya lebih ditujukan
untuk dosen-dosen, padahal dalam dunia pendidikan tidak hanya dosen yang
berperan untuk merencanakan kurikulum, pembelajaran, dan penilaian. Oleh
sebab itu dibutuhkan sebuah revisi taksonomi yang dapat lebih luas
menjangkau seluruh pelaku dalam dunia pendidikan (Gunawan dan Palupi,
2013: 23).
Perubahan dari kerangka pikir asli ke revisinya diilustrasikan pada Gambar 1.
Berdasarkan Gambar 1, dapat diketahui perubahan taksonomi dari kata benda
(dalam taksonomi Bloom) menjadi kata kerja (dalam taksonomi revisi).
Perubahan ini dibuat agar sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan. Tujuan-
tujuan pendidikan mengindikasikan bahwa siswa akan dapat melakukan
sesuatu (kata kerja) dengan sesuatu (kata benda).
28
Gambar 1. Perubahan dari Kerangka Pikir Asli (Bloom) ke Revisi
menurut Anderson dan Krathwohl (2001: 268).
Dimensi proses kognitif menurut Anderson, dkk (2015: 99-138) terdiri atas
beberapa tingkat yaitu:
1. Remember (mengingat) / C-1
Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari
memori jangka panjang. Pengetahuan yang dibutuhkan ini boleh jadi
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, atau metakognitif, atau
kombinasi dari beberapa pengetahuan ini. Untuk mengakses pembelajaran
peserta didik dalam kategori proses kognitif yang paling sederhana ini, guru
memberikan pertanyaan mengenali atau mengingat kembali dalam kondisi
Pemahaman
Pengetahuan
Aplikasi
Analisis
Sintesis
Evaluasi
Dimensi
tersendiri
Mengingat
Memahami
Mengaplikasi
Menganalisis
mengevaluasi
Mencipta
Kata Benda Dimensi
pengetahuan
Kata Kerja
Dimensi proses
kognitif
29
yang sama persis dengan kondisi ketika siswa belajar materi yang diujikan,
guru dapat sedikit mengubah kondisinya.
Pengetahuan mengingat penting sebagai bekal untuk belajar yang bermakna
dan menyelesaikan masalah karena pengetahuan tersebut dipakai dalam
tugas-tugas yang lebih komplek, untuk menilai remember, peserta didik diberi
soal yang berkaitan dengan proses kognitif mengenali dan mengingat
kembali.
a. Mengenali adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori
jangka panjang untuk membandingkannya dengan informasi yang baru
saja diterima. Dalam mengenali, peserta didik mencari di memori jangka
panjang suatu informasi yang identik atau mirip sekali dengan informasi
baru, peserta didik menentukan apakah informasi tersebut sesuai dengan
pengetahuan yang telah dipelajari atau tidak; peserta didik mencari
kesesuaian di antara keduanya. Istilah lain dari mengenali adalah
mengidentifikasi.
b. Proses mengingat kembali adalah mengambil pengetahuan yang
dibutuhkan dari memori jangka panjang ketika soal menghendaki
demikian. Soal sering berupa pertanyaan. Dalam mengingat kembali,
peserta didik mencari informasi di memori jangka panjang dan membawa
informasi tersebut ke memori kerja untuk diproses.
2. Understand (memahami) / C-2
Peserta didik dikatakan memahami bila mereka dapat mengkonstruksi makna
dari pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun
30
grafis, yang disampaikan melalui pengajaran, buku, atau layar komputer.
Peserta didik memahami ketika mereka menghubungkan pengetahuan “baru”
dan pengetahuan lama mereka. Lebih tepatnya pengetahuan yang baru masuk
dipadukan dengan skema-skema dan kerangka-kerangka kognitif yang telah
ada. Pengetahuan konseptual menjadi dasar untuk memahami. Proses-proses
kognitif dalam kategori memahami meliputi menafsirkan, mencontohkan,
mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, memparafrasakan,
menggambarkan, dan mengklarifikasikan.
a. Menafsirkan terjadi ketika peserta didik dapat mengubah informasi dari
satu bentuk ke bentuk lain. Menafsirkan berupa pengubahan kata-kata
jadi kata-kata lain (misalnya, memparafrasakan), gambar dari kata-kata,
kata-kata jadi gambar, angka jadi kata-kata, kata-kata jadi angka, not
balok jadi suara musik, dan semacamnya. Nama-nama lain dari
menafsirkan adalah menerjemahkan, memparafrasakan, menggambarkan
dan mengklarifikasikan.
b. Mencontohkan terjadi manakala peserta didik memberikan contoh
tentang konsep atau prinsip umum. Mencontohkan melibatkan proses
identifikasi ciri-ciri pokok dari konsep atau prinsip umum.
c. Mengklasifikasikan terjadi ketika peserta didik mengetahui bahwa
sesuatu (misalnya, suatu contoh) termasuk dalam kategori tertentu
(misalnya, konsep atau prinsip). Mengklasifikasikan melibatkan proses
mendeteksi ciri-ciri atau pola-pola yang “sesuai” dengan contoh dan
konsep atau prinsip tersebut. Mengklasifikasikan adalah proses kognitif
yang melengkapi proses mencontohkan. Jika mencontohkan dimulai
31
dengan konsep atau prinsip umum dan mengharuskan peserta didik
menemukan contoh tertentu, mengklasifikasikan dimulai dengan contoh
tertentu dan mengharuskan peserta didik menemukan konsep atau prinsip
umum.
d. Merangkum terjadi ketika peserta didik mengemukakan satu kalimat
yang mempresentasikan informasi yang diterima atau mengabstraksikan
sebuah tema. Merangkum melibatkan proses membuat ringkasan
informasi, misalnya makna suatu adegan drama, dan proses
mengabstraksikan ringkasannya, misalnya menentukan tema atau poin-
poin pokoknya.
e. Menyimpulkan menyertakan proses menemukan pola dalam sejumlah
contoh. Menyimpulkan terjadi ketika peserta didik dapat
mengabstraksikan sebuah konsep atau prinsip yang menerangkan contoh-
contoh tersebut dengan mencermati ciri-ciri setiap contohnya dan yang
terpenting, dengan menarik hubungan di antara ciri-ciri tersebut. Proses
kognitif menyimpulkan melibatkan proses membandingkan semua
contohnya. Menyimpulkan berbeda dengan mengatribusikan (proses
kognitif yang terdapat dalam kategori menganalisis). Menyimpulkan
berpusat pada pola informasi yang disuguhkan. Nama-nama lainya dari
menyimpulkan adalah mengekstrakpolasikan, menginterpolasi,
memprediksi, dan menyimpulkan.
f. Membandingkan melibatkan proses mendeteksi persamaan dan
perbedaan antara dua atau lebih objek, peristiwa, ide, masalah, atau
situasi, seperti menentukan bagaimana suatu peristiwa terkenal
32
menyerupai peristiwa yang kurang terkenal. Membandingkan meliputi
pencarian korespondensi satu-satu antara elemen-elemen dan pola-pola
pada satu objek, peristiwa, atau ide-ide lain. Nama-nama lainnya adalah
mengontraskan, memetakan, mencocokkan.
g. Menjelaskan berlangsung ketika peserta didik dapat membuat dan
menggunakan model sebab-akibat dalam sebuah sistem. Nama lain dari
menjelaskan adalah membuat model.
3. Apply (mengaplikasikan) / C-3
Proses mengapliksikan melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu
untuk mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah.
Mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Soal
latihan adalah tugas yang prosedur penyelesaiannya telah diketahui peserta
didik, sehingga peserta didik menggunakannya secara rutin. Masalah
adalah tugas yang prosedur penyelesaiannya belum diketahui peserta
didik, sehingga perserta didik harus mencari prosedur untuk
menyelesaikan masalah tersebut. Kategori mengaplikasikan terdiri dari
dua proses kognitif, yakni mengeksekusi- ketika tugasnya hanya soal
latihan (yang familier)- dan mengimplementasikan- ketika tugasnya
merupakan masalah (yang tidak familier).
a. Mengeksekusi. Dalam mengeksekusi, peserta didik secara rutin
menerapkan prosedur ketikan menghadapi tugas yang sudah familier
(misalnya, soal latihan). Familiaritas tugas acap kali memberikan
petunjuk yang cukup untuk memilih prosedur yang tepat dan
menggunakannya. Mengeksekusi lebih sering diasosiasikan dengan
33
penggunaan keterampilan dan algoritme ketimbang dengan teknik dan
metode.
b. Mengimplementasikan berlangsung saat peserta didik memilih dan
menggunakan sebuah prosedur untuk menyelesaikan tugas yang tidak
familier. Lantaran dituntut untuk memilih, peserta didik harus
memahami jenis masalahnya dan alternatif-alternatif prosedur yang
tersedia. Maka, mengimplementasikan terjadi bersama kategori-
kategori proses kognitif lain, seperi memahami dan mencipta.
4. Analyze (menganalisis) / C-4
Menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi jadi bagian-bagian
kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar-bagian dan antar setiap
bagian dan struktur keseluruhannya. Kategori proses menganalisis ini
meliputi proses-proses kognitif membedakan, mengorganisasikan, dan
mengatribusikan. Tujuan-tujuan pendidikan yang diklasifikasikan dalam
menganalisis mencakup belajar untuk menentukan potongan-potongan
informasi yang relevan atau penting (membedakan), menentukan cara-cara
untuk menata potongan-potongan informasi itu (mengatribusikan). Walaupun
belajar menganalisis dapat dianggap sebagai tujuan itu sendiri, sangat
beralasan untuk secara edukatif memandang analisis sebagai perluasan sari
memahami atau sebagai pembukaan untuk mengevaluasi atau mencipta.
Kategori-kategori proses memahami, menganalisis, dan mengevaluasi saling
terkait dan kerap kali digunakan untuk melakukan tugas-tugas kognitif. Akan
tetapi, pada saat yang sama, kita perlu membedakan dan memisahkan
kategori-kategori tersebut. Orang yang memahami materi pelajaran belum
34
tentu dapat menganalisisnya dengan baik. Demikian pula, orang yang
terampil menganalislis belum tentu bisa mengevaluasi. Adapun proses
kognitif yang termasuk dalam menganalisis antara lain membedakan,
mengorganisasikan, dan mengatribusikan.
a. Membedakan melibatkan kemampuan memilah-milah bagian-bagian
yang relevan atau penting dari sebuah struktur. Membedakan terjadi
sewaktu peserta didik mendiskriminasikan informasi yang relevan dan
tidak relevan, yang penting dan tidak penting. Membedakan berbeda
dengan proses-proses kognitif dalam kategori memahami, karena
membedakan melibatkan proses mengorganisasi secara struktural dan
terutama, menentukan bagaimana bagian-bagian sesuai dengan struktur
keseluruhannya. Secara lebih khusus, membedakan berbeda dengan
membandingkan dalam hal penggunaan konteks yang lebih luas untuk
menentukan mana informasi yang relevan atau penting dan mana yang
tidak. Nama-nama lain untuk membedakan adalah menyendirikan,
memilah, memfoskuskan, dan memilih.
b. Mengorganisasi melibatkan proses mengidentifikasi elemen-elemen
komunikasi atau situasi dan proses mengenali bagaimana elemen-elemen
ini membentuk sebuah struktur yang koheren. Dalam mengorganisasi,
peserta didik membangun hubungan-hubungan yang sistematis dan
koheren antar potongan informasi. Mengorganisasi biasanya terjadi
bersamaan dengan proses membedakan. Peserta didik mula-mula
mengidentifikasi elemen-elemen yang relevan atau penting dan kemudian
menentukan sebuah struktur yang terbentuk dari elemen-elemen itu.
35
Mengorganisasi juga dapat terjadi bersamaan dengan proses
mengatribusikan, yang fokusnya adalah menentukan tujuan atau sudut
pandang pengarang, nama-nama lain untuk mengorganisasi adalah
menstrukturkan, memadukan, menemukan koherensi, membuat garis,
dan mendeskripsikan.
c. Mengatribusikan terjadi ketika peserta didik dapat menentukan sudut
pandang, pendapat, nilai, tujuan dibalik komunikasi. Mengatribusikan
melibatkan proses dekonstruksi, yang didalamnya peserta didik
menentukan tujuan pengarang suatu tulisan yang diberikan oleh guru.
Berkebalikan dengan menafsirkan, yang di dalamnya peserta didik
berusaha memahami makna tulisan tersebut, mengatribusikan melampaui
pemahaman dasar untuk menarik kesimpulan tentang tujuan atau sudut
pandang di balik tulisan itu. Nama lain untuk mengatribusikan adalah
mendekonstruksi.
5. Evaluate (menilai) / C-5
Didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar.
Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas, efektifitas,
efisiensi dan konsistensi. Kriteria-kriteria ini ditentukan oleh peserta didik.
Kategori mengevaluasi mencakup proses-proses kognitif memeriksa
(keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria internal) dan
mengkritik keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria eksternal).
a. Memeriksa melibatkan proses menguji inkonsistensi atau kesalahan
internal dalam suatu operasi atau produk. Nama-nama lain untuk
memeriksa adalah menguji, mendeteksi, memonitor, dan mengoordinasi.
36
b. Mengkritik melibatkan proses penilaian suatu produk atau proses
berdasarkan kriteria dan standar eksternal. Dalam mengkritik, peserta
didik mencatat ciri-ciri positif dan negatif dari suatu produk dan membuat
keputusan setidaknya sebagian berdasarkan ciri-ciri tersebut. Nama lain
dari mengkritik adalah menilai.
6. Create (mencipta) / C-6
Mencipta melibatkan proses menyusun elemen-elemen jadi sebuah
keseluruhan yang koheren atau fungsional. Tujuan-tujuan yang
diklasifikasikan dalam mencipta meminta peserta didik membuat produk
baru dengan mereorganisasi sejumlah elemen atau bagian jadi suatu pola
atau struktur yang tidak pernah ada sebelumnya. Proses-proses kognitif
yang terlibat dalam mencipta umumnya sejalan dengan pengalaman-
pengalaman belajar sebelumnya. Meskipun mengharuskan cara pikir
kreatif, mencipta bukanlah ekspresi kreatif yang bebas sama sekali dan
tidak terhambat oleh tuntutan-tuntutan tugas atau situasi belajar.
Proses mencipta dapat dipecah menjadi tiga fase yaitu: 1) penggambaran
masalah, didalamnya peserta didik berusaha memahami tugas asesmen
dam mencari solusinya; 2) perencanaan solusi, yang didalamnya peserta
didik mengkaji kemungkinan-kemungkinan dan memuat rencana yang
dapat dilakukan; 3) dan eksekusi solusi, yang didalamnya peserta didik
berhasil melaksanakan rencananya dengan baik. Maka, dapatkan dikatakan
bahwa proses mencipta dimulai dengan tahap divergen yang di dalamnya
peserta didik memikirkan berbagai solusi ketika berusaha memahami tugas
37
(merumuskan) tahap selanjutnya adalah berpikir konvergen, yang di
dalamnya peserta didik merencanakan metode solusi dan mengubahnya
jadi rencana aksi (merencanakan). Tahap terakhir ialah melaksanakan
rencana dengan mengkonstruksi solusi (memproduksi). Alhasil, tidaklah
mengejutkan bahwa mencipta berisikan tiga proses kognitif: merumuskan,
merencanakan, dan memproduksi.
a. Merumuskan melibatkan proses menggambarkan masalah dan
membuat pilihan atau hipotesis yang memenuhi kriteria-kriteria
tertentu. Acap kali, cara menggambarkan masalah menunjukkan
bagaimana solusi-solusinya, dan merumuskan solusi-solusi yang
berbeda. Ketika merumuskan melampaui batas-batas pengetahuan
lama dan teori-teori yang ada, proses kognitif ini melibatkan proses
berpikir divergen dan menjadi inti dari apa yang disebut berpikir
kreatif. Merumuskan disini dibatasi dalam pengertian sempit.
Memahami juga melibatkan proses-proses merumuskan, yang
didalamnya termasuk menerjemahkan, mencontohkan, merangkumkan,
menyimpulkan, mengklasifikasikan, membandingkan, dan
menjelaskan. Akan tetapi, tujuan memahami paling sering bersifat
konvergen (yakni menangkap sebuah makna). Sebaliknya, tujuan
merumuskan dalam mencipta bersifat divergen (yaitu mereka-reka
berbagai kemungkinan). Nama lain dari merumuskan adalah membuat
hipotesis.
38
b. Merencanakan melibatkan proses merencanakan metode penyelesaian
masalah yang sesuai dengan kriteria-kriteria masalahnya, yakni
membuat rencana untuk menyelesaikan masalah. Merencanakan adalah
mempraktikkan langkah-langkah untuk menciptakan solusi yang nyata
bagi suatu masalah. Dalam merencanakan, peserta didik bisa jadi
menentukan sub-sub-tujuan, atau memerinci tugas jadi sub-sub-tugas
yang harus dilakukan ketika menyelesaikan masalahnya. Guru acap
kali melewati perumusan tujuan merencanakan, tetapi langsung
merumuskan tujuan memproduksi, tahap terakhir dalam proses kognitif
dalam proses kognitif. Jika demikian yang terjadi, merencanakan
menjadi tujuan yang implisit dalam tujuan memproduksi. Dalam kasus
ini, merencanakan mungkin dilakukan oleh peserta didik secara
tersamar selama membuat suatu produk (yakni memproduksi). Nama
lain dari merencanakan adalah mendesain.
c. Memproduksi melibatkan proses melaksanakan rencana untuk
menyelesaikan masalah yang memenuhi spesifikasi-spesifikasi
tertentu. Nama lain dari memproduksi adalah mengkonstruksi.
Pada taksonomi Bloom revisi Anderson, dkk (2015: 41-42), dipaparkan empat
jenis kategori pengetahuan, yakni pengetahuan faktual, meliputi pengetahuan
tentang terminologi dan tentang detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik.
Sebaliknya, pengetahuan konseptual adalah pengetahuan tentang “bentuk-bentuk
pengetahuan yang lebih kompleks dan terorganisasi”. Jenis pengetahuan ini
mencakup pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori, prinsip dan generalisasi,
39
juga tentang teori, model dan struktur. Pengetahuan prosedural adalah
“pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu”. Ini melingkupi
pengetahuan perihal kererampilan yang digunakan untuk menentukan dan/atau
menjustifikasi “kapan harus melakukan sesuatu” dalam ranah-ranah dan disiplin-
disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan metakognitif adalah “pengetahuan mengenai
kognisi secara umum, kesadaran akan dan pengetahuan mengenai kognisi diri
sendiri”. Pengetahuan jenis ini meliputi pengetahuan strategis; pengetahuan
tentang proses-proses kognitif, temasuk pengetahuan konsteptual dan
kontradisional serta pengetahuan-diri.
Tabel 1. Dimensi Proses Kognitif
No Kategori Proses Proses Kognitif
1. Mengingat 1.1 Mengenali
1.2 Mengingat kembali
2. Memahami 2.1 Menafsirkan
2.2 Mencontohkan
2.3 Mengklasifikasikan
2.4 Merangkum
2.5 Menyimpulkan
2.6 Membandingkan
2.7 Menjelaskan
3. Mengaplikasi 3.1 Mengeksekusi
3.2 Mengimplentasi
4. Menganalisis 4.1 Membedakan
4.2 Mengorganisasi
4.3 Mengatribusikan
5. Mengevaluasi 5.1 Memeriksa
5.2 Mengkritik
6. Mencipta 6.1 Merumuskan
6.2 Merencanakan
6.3 Memproduksi
Sumber: Anderson, dkk (2015: 44-45).
40
Tabel 2. Dimensi Pengetahuan
No Jenis Subjenis
1.
Pengetahuan faktual – elemen-
elemen dasar yang harus diketahui
peserta didik untuk mempelajari satu
disiplin ilmu atau untuk
menyelesaikan masalah-masalah
dalam disiplin ilmu tersebut.
1.1 Pengetahuan tentang
terminologi.
1.2 Pengetahuan tentang
detail-detail elemen-
elemen yang spesifik.
2. Pengetahuan konseptual – hubungan-
hubungan antar elemen dalam
sebuah struktur yang memungkinakn
elemen-elemennya berfungsi secara
bersama-sama.
2.1 Pengetahuan tentang
klasifikasi dan kategori.
2.2 Pengetahuan tentang
prinsip dan generalisasi.
2.3 Pengetahuan tentang
teori,
model dan struktur.
3.
Pengetahuan prosedural – bagaimana
melakukan sesuatu, mempraktikan
metode-metode penelitian, dan
kriteria-kriteria untuk menggunakan
keterampilan, algoritme, teknik dan
metode.
3.1 Pengetahuan tentang
keterampilan dalam
bidang tertentu dan
algoritme.
3.2 Pengetahuan tentang
bidang teknik dan metode
dalam bidang tertentu.
3.3 Pengetahuan tentang
kriteria untuk menentukan
kapan harus
menggunakan prosedur
yang tepat.
4 Pengetahuan metakognitif –
pengetahuan tentang kognisi secara
umum dan kesadaran dan
pengetahuan tentang kognisi diri
sendiri.
4.1 Pengetahuan stategi.
4.2 Pengetahuan tentang
tugas
tugas kognitif.
4.3 Pengetahuan-diri.
Sumber: Anderson, dkk (2015: 41-42).
D. Kerangka Pikir
Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak dapat dipisahkan satu dengan
yang lain nya, belajar menunjuk kepada apa yang harus dilakukan seseorang
41
sebagai subjek yang menerima pelajaran (peserta didik), sedangkan mengajar
menunjuk pada apa yang harus dilakukan oleh guru.
Evaluasi hasil belajar merupakan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk
mengukur sejauh mana kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang
telah diberikan oleh guru. Evaluasi hasil belajar dapat dilakukan oleh guru melalui
teknik tes. Tes yang diberikan oleh guru kepada peserta didiknya merupakan salah
satu instrumen yang digunakan guru untuk mengukur hasil belajar peserta didik.
Oleh karena itu, tes yang diberikan haruslah tes yang berkualitas.
Tes mempunyai peranan penting dalam mengukur prestasi belajar peserta didik
sebagai alat evaluasi. Tes yang baik harus dapat mengukur sesuatu yang
seharusnya diukur, sehingga perlu diperhatikan aspek kualitatif dan kuantitatifnya
dan sesuai dengan perkembangan dalam dunia pendidikan, maka alat evaluasi
yang digunakan harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat itu.
Identifikasi soal tes dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kualitas soal yang
didasarkan dengan tingkatan yang ditentukan dalam taksonomi Bloom yang telah
direvisi oleh Anderson dkk yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi
pengetahuan. Selain itu, untuk mengetahui perbedaan proporsi soal tes menurut
dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan, dan soal tes akan dibedakan
menurut bentuk soal, yaitu soal pilihan jamak dan esei.
Selanjutnya, hasil identifikasi soal dapat diketahui soal yang seperti apa yang
perlu diperbaiki atau direvisi, dihilangkan, dan disimpan di bank soal. Identifikasi
42
yang dilakukan dengan harapan soal yang dijadikan tes mendatang dapat
berkualitas baik sehingga dapat mengukur hasil belajar peserta didik secara tepat.
Gambar 2. Skema Kerangka Berpikir
Mengingat Memahami Mengaplikasi Menganalisis Mengevaluasi Mencipta
Hasil Identifikasi
Proporsi Aspek Kognitif berdasarkan Dimensi
Pengetahuan Taksonomi Bloom revisi Anderson
Soal Tes UTS dan UAS semester ganjil dan genap mata pelajaran
Biologi Kelas X, XI, dan XII
Bentuk Soal
Esei Pilihan Jamak
Identifikasi Soal Tes berdasarkan Dimensi Proses
Kognitif Taksonomi Bloom revisi Anderson
Faktual Konseptual Prosedural Metakognitif
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan waktu
Penelitian ini bertempat di SMA se-Kecamatan Pringsewu Kabupaten
Pringsewu yang berjumlah enam SMA dan dilaksanakan pada bulan Maret
2016.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah:
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru mata pelajaran Biologi
di SMA se- Kabupaten Pringsewu.
2. Sampel
Sampel yang diperoleh yaitu guru mata pelajaran Biologi kelas X, XI, dan
XII di SMA se-Kecamatan Pringsewu yang berjumlah 6 orang.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik Sampling
Jenuh. Menurut Sugiyono (2008: 85) sampling jenuh adalah teknik
penentuan sampel bisa semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30
44
orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan
yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua
anggota populasi dijadikan sampel.
Tabel 3. Sampel Soal Tes di SMA se-Kecamatan Pringsewu
Kelas Nama Sekolah UTS UAS
X
Sekolah 1 85 80Sekolah 2 65 80Sekolah 3 20 80Sekolah 4 80 81Sekolah 5 50 80
XI
Sekolah 1 80 79Sekolah 2 50 135Sekolah 3 20 80Sekolah 4 70 80Sekolah 5 60 80
XII
Sekolah 1 80 79Sekolah 2 30 80Sekolah 3 20 80Sekolah 4 80 80Sekolah 5 55 80
Total Soal 845 1.254
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah desain
deskriptif sederhana, karena desain hanya bermaksud untuk mendeskripsikan
mengenai situasi dalam kejadian yang diamati. Penelitian ini hanya untuk
mendeskripsikan kesesuaian, perbedaan dan bentuk soal tes UTS dan UAS
buatan guru biologi kelas X, XI, dan XII ditinjau berdasarkan proporsi aspek
kognitif taksonomi Bloom revisi Anderson dkk. Perubahan taksonomi dari
kata benda (dalam taksonomi Bloom) menjadi kata kerja (dalam taksonomi
45
revisi Anderson dkk) dibuat agar sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan yang
mengindikasikan bahwa siswa akan dapat melakukan sesuatu (kata kerja)
dengan sesuatu (kata benda).
D. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah penelitian:
1. Tahap persiapan
a. Menyiapkan surat izin untuk melakukan penelitian di SMA se-
Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu.
b. Mendata soal tes UTS dan UAS mata pelajaran Biologi kelas X, XI,
dan XII di SMA se-Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu.
c. Menentukan sampel penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
Data penelitian ini diperoleh dengan teknik pengumpulan data, yaitu:
1. Dokumentasi
a. Mengumpulkan perangkat soal tes UTS dan UAS semester ganjil
dan genap pada mata pelajaran Biologi Kelas X, XI, dan XII tahun
ajaran 2015/2016.
b. Mengelompokkan perangkat soal tes UTS dan soal tes UAS yang
telah didapat berdasarkan tingkatan kelas.
c. Mengidentifikasi proporsi soal tes UTS dan UAS pada mata
pelajaran Biologi kelas X, XI, dan XII dengan menggunakan tabel
yang terdapat pada halaman lampiran.
46
d. Menentukan persentase proporsi soal tes UTS dan UAS semester
ganjil dan genap pada mata pelajaran Biologi kelas X, XI, dan XII
tahun ajaran 2015/2016 dengan menggunakan rumus yang tertera
pada halaman 47.
E. Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Data penelitian
Data penelitian yang diambil dalam penelitian ini berupa data kuantitatif,
yaitu tingkatan soal tes UTS dan UAS yang ditinjau berdasarkan proporsi
aspek kognitif taksonomi bloom revisi Anderson dkk.
2. Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian ini diperoleh dengan teknik pengumpulan data yaitu:
a. Dokumentasi
Dokumentasi yang dilakukan peneliti adalah meminta perangkat soal
tes UTS dan UAS semester ganjil dan genap pada mata pelajaran
Biologi kelas X, XI, dan XII.
F. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh pada penelitian ini yaitu:
1. Data Survai
47
Data survai berupa soal tes UTS dan UAS pada mata pelajaran Biologi
yang dibuat oleh guru. Data tersebut kemudian diidentifikasi tingkatannya
berdasarkan taksonomi bloom revisi anderson, dkk dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Mengelompokkan data berdasarkan tingkatan kelasnya.
2. Mengidentifikasi soal tes UTS dan UAS berdasarkan taksonomi bloom
revisi anderson, dkk berdasarkan tabel berikut Tabel 2 dan Tabel 3
(halaman 39-40).
3. Mengelompokkan soal-soal tes berdasarkan tingkatan dimensi proses
kognitif yang ditentukan dalam taksonomi bloom revisi Anderson dkk.
4. Mengidentifikasi soal tes UTS dan UAS berdasarkan dimensi
pengetahuan taksonomi bloom revisi Anderson dkk.
5. Menghitung persentase soal tes mata pelajaran Biologi sesuai dengan
proporsi dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan yang telah
diperoleh dari hasil identifikasi dengan rumus:
∑ soal tiap kotak tabel taksonomi Bloomrevisi Anderson dkk
Persentase (%) = x 100%∑ soal objek penelitian
Sumber : Nopitalia (2010: 47).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan soal tes mata pelajaran Biologi di SMA
se-Kecamatan Pringsewu yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa :
1. Soal tes UTS pada semester ganjil dan genap di SMA se-Kecamatan
Pringsewu belum sesuai dimensi proses kognitif taksonomi Bloom revisi
Anderson dimana masih didominasi oleh C1 dan C2 dengan dimensi
pengetahuan faktual dan konseptual.
2. Soal tes UAS pada semester ganjil dan genap di SMA se-Kecamatan
Pringsewu masih didominasi oleh C1 dan C2 walaupun ditemukan C3 dengan
persentase yang sangat kecil yaitu 5% pada kelas XI dan 2,3% pada kelas
XII.
3. Soal tes UTS se-Kecamatan Pringsewu menunjukkan bahwa soal tes C1
faktual paling mendominasi pada kelas X dan XI dengan persentase 52% dan
53,2%.
69
4. Soal tes UAS se-Kecamatan Pringsewu menunjukkan bahwa soal tes C1
faktual dan konseptual memiliki persentase yang tidak jauh berbeda pada
kelas X, XI dan XII dengan persentase 28,1% dan 32,9% untuk soal tes C1
faktual dan konseptual kelas XII.
5. Soal tes UTS kelas X, XI dan XII menggunakan bentuk soal pilihan jamak
yang paling dominan dengan persentase > 90% dari seluruh soal tes.
6. Soal tes UAS kelas X dan XII 100% menggunakan bentuk soal tes pilihan
jamak, sedangkan soal tes kelas XI masih terdapat sekolah yang menggunakan
soal tes UAS dengan bentuk pilihan jamak dan esei.
B. Saran
Berdasarkan temuan pada penelitian ini, penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Pembuatan soal tes UTS dan UAS hendaknya memperhatikan tingkatan
dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan berdasarkan taksonomi
Anderson dkk.
2. Manajemen perakitan butir soal UTS dan UAS yang baik akan memberikan
dampak yang positif terhadap hasil belajar yang ingin dicapai.
3. Guru sebaiknya lebih berani untuk menerapkan soal dengan tingkat kognitif
yang sesuai untuk jenjang pendidikan SMA agar siswa terbiasa untuk
mengerjakan jenis soal dari tingkat rendah maupun tingkat tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W., David, R. K., Peter, W. A., Kathleen, A. C., Richard, E. M.,Paul, R. P., James, R., dan Merlin, C. W. 2001. A Taxonomy forLearning, Teaching, and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy ofEducational Objectives. New York: Addison Wesley Longman, Inc. 302hlm.
Anderson, L.W., David, R. K., Peter, W. A., Kathleen, A. C., Richard, E. M.,Paul, R. P., James, R., dan Merlin, C. W. 2015. Kerangka Landasan UntukPembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.434 hlm.
Anonim. 2014. RI Terendah di PISA, WNA: Indonesian Kids Don't Know HowStupid They Are. http://news.detik.com/berita/2491125/ri-terendah-di-pisa-wna-indonesian-kids-dont-know-how-stupid-they-are/2. Tanggal 7November 2015. Pukul 17. 35 WIB. 1 hlm.
Ariani, E. 2014. Analisis Keterampilan Berpikir Berdasarkan TaksonomiAnderson Pada Siswa Gaya Belajar Assimilator dalam MenyelesaikanSoal Eksponen dan Logaritma Kelas X SMA Negeri 3 Kota Jambi.Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi. Tanggal 9November 2015. Pukul 11. 35 WIB . 12 hlm.
Arikunto, S. 2006. Penilaian Program Pendidikan. Cet.Pertama. PT Bina Aksara.Jakarta. 301 hlm.
Djaali dan Muljono, P. 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. BumiAksara. Jakarta. 138 hlm.
Djamarah, S. B. 2010. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. PT RinekaCipta. Jakarta. 438 hlm.
Fathoni, T. 2008. Memahami Penilaian Badan Standar Nasional Pendidikan.http://file.upi.edu/Direktori/FIP/jur._kurikulum_dan_Tek._pendidikan/196005081985031-toto_fathoni/memahami_penilaian_BSNP.pdf. Tanggal 27Februari 2016. Pukul 17.13 WIB. 31 hlm.
71
Giani, Z., dan Hitrimartin, C. 2004. Analisis Tingkat Kognitif Soal-Soal BukuTeks Matematika Kelas VII Berdasarkan Taksonomi Bloom. FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Sriwijaya. Palembang.Tanggal 12 Mei 2016. Pukul 15.50 WIB. 20 hlm.
Gunawan, I., dan A. R. Palupi, 2013. Taksonomi Bloom – Revisi Ranah Kognitif:Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Penilaian.Jurnal PGSD FIP IKIP Madiun. Tanggal 9 November 2015. Pukul 15.13WIB. 25 hlm.
Harahap, R. F. 2014. Mendikbud Kumpulkan Kadisidik se-Indonesia.http://news.okezone.com/read/2014/12/01/65/1072899/mendikbudkumpulkan-kadisidik-se-indonesia. Tanggal 15 November 2015. Pukul21.22 WIB. 1 hlm.
Kertayasa, K. 2015. PISA. http://www.indonesiapisacenter.com. Tanggal 15Juni 2016. Pukul 21.22 WIB. 1 hlm.
Litbang Depdikbud. 2015. Trends in Mathematics and Science Study (TIMSS).http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-timss/tentang-timss. Tanggal 14 November 2015. Pukul 19.02 WIB. 2hlm.
Masduki, Subandriah, M. R., Irawan, D. Y., dan Prihantoro, P. 2013. LevelKognitif Soal-Soal Buku Pelajaran SMP. Fakultas Keguruan IlmuPendidikan Universitas Muhammadiyah Semarang. Tanggal 15 Mei 2016.Pukul 18.45 WIB. 8 hlm.
Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis.PT Remaja Rosdakarya.Bandung. 312 hlm.
Mustarah. 2013. Analisis Soal Ulangan Akhir Semester (UAS) Biologi SekolahMenengah Atas kelas X ditinjau dari Taksonomi Bloom. Skripsi FakultasIlmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah. Tanggal 7 November 2015. Pukul 20.13 WIB Jakarta.173 hlm.
Nopitalia. 2010. Analisis Soal Tes Buatan Guru Biologi Madrasah Tsanawiyahse-Jakarta Selatan Berdasarkan Aspek Kognitif Taksonomi Bloom.Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Tanggal 4November 2015. Pukul 11.43 WIB. 72 hlm.
Nurhidayah. 2014. Analisis Soal Ujian Akhir Semester Ganjil Kelas XI SekolahMenengah Atas Negeri Buatan Tim Guru Mata Pelajaran BiologiKabupaten Takalar Tahun Pelajaran 2013-2014. Jurusan Biologi,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas NegeriMakassar. Tanggal 17 November 2015. Pukul 22.15 WIB. 18 hlm.
72
Phopam, W. J. 2011. Teknik Mengajar Secara Sistematis. PT. Rineka Cipta.Jakarta. 157 hlm.
Purwanto, N. 2009 . Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajara. RemajaRosda karya. Bandung. 165 hlm.
Putra, G. A. 2013. Pemetaan Penggunaan Alat Evaluasi Pada Mata PelajaranAkuntansi Kelas XI IPS di SMA Negeri 13 Surabaya Tahun Ajaran2012/2013. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya. Tanggal 6Juni 2016. Pukul 14. 37 WIB. 8 hlm.
Setiawan, H. 2014. Soal Matematika dalam PISA Kaitannya dengan LiterasiMatematika dan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember. Tanggal 7 Juni 2016.Pukul 17.18 WIB. 8 hlm.
Suciati, Resty, Ita, W., Itang, Nanang, E., dan Meikha. 2011. IdentifikasiKemampuan Siswa Dalam Pembelajaran Biologi ditinjau Dari Aspek-Aspek Literasi Sains. Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan UniversitasNegeri Semarang. Tanggal 15 Mei 2016. Pukul 19.25 WIB. 8 hlm.
Sudaryono. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Graha Ilmu. Yogyakarta.234 hlm.
Sudijono, A. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Rajawali Pers. Jakarta.504 hlm.
Sudjono. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada.Jakarta. 504 hlm.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatf, Kualitatifdan R & D. Penerbit Alfabeta. Bandung. 380 hlm.
Taher, M. 2013. Urgensi Taksonomi Bloom Domain Kognitif Versi Baru DalamKurikulum 2013. Balai Diklat Keagamaan Medan. Tidak diterbitkan.http://sumut.kemenag.go.id/files/sumut/file/file/TULISANPENGAJAR/gebc1404715667.pdf. Tanggal 25 Oktober 2016. Pukul 22.18WIB. 11 hlm.
Toharudin, U., dan Rustaman, N. Y. 2010. Penggunaan Bahan Ajar sebagaiUpaya Meningkatkan Kemampuan Literasi Sains Siswa Sekolah Dasar.Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 4, Nomor 1, Juni 2010.Tanggal 16 Juni 2016. Pukul 21.25 WIB. 35 hlm.
Widodo, A. 2006. Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal. BuletinPuspendik. 3(2), 18-29. Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA – UPIBandung. Tanggal 15 Mei 2016. Pukul 19.50 WIB. 14 hlm.
73
Widodo, A., dan Sri, T. K. 2013. Higher Order Thinking Berbasis PemecahanMasalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Berorientasi PembentukanKarakter Siswa. Cakrawala Pendidikan, th.XXXII, No 1 Bandung.Tanggal 14 Mei 2016. Pukul 17.50 WIB. 162 hlm.
Zainal, A. 2012. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. PT.Remaja Rosda Karya. Bandung. 153 hlm.