74
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1Profesionalisme 2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk melakukan kinerja yang lebih baik. Profesionalisme juga merupakan salah satu kunci sukses dalam menjalankan perusahaan. Sikap profesionalisme yang baik dari seorang auditor internal akan meningkatkan mental dirinya dalam melaksanakan pekerjaannya. Profesionalisme menurut The Institute Of Internal Auditor (2017:21) adalah sebagai berikut: “Profesionalism is a vocation or accuption requiring advanced training and usually involving mental rather than manual work. Extensive training must be undertaken to be able to practice in the profession. A significant amount of the training consist of intellectual component. The profession provides a valuable service to the community.” 13

repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Profesionalisme

2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme

Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

melakukan kinerja yang lebih baik. Profesionalisme juga merupakan salah satu

kunci sukses dalam menjalankan perusahaan. Sikap profesionalisme yang baik

dari seorang auditor internal akan meningkatkan mental dirinya dalam

melaksanakan pekerjaannya.

Profesionalisme menurut The Institute Of Internal Auditor (2017:21)

adalah sebagai berikut:

“Profesionalism is a vocation or accuption requiring advanced training and usually involving mental rather than manual work. Extensive training must be undertaken to be able to practice in the profession. A significant amount of the training consist of intellectual component. The profession provides a valuable service to the community.”

Dalam definisi The Institute Of Internal Auditor menjelaskan bahwa

profesionalisme adalah sebuah panggilan atau akumulensi yang membutuhkan

pelatihan lanjutan dan biasanya melibatkan pekerjaan mental dan bukan pekerjaan

manual. Pelatihan ekstensif harus dilakukan agar bisa berlatih dalam profesi.

Sejumlah besar pelatihan terdiri dari komponen intelektual. Profesi ini

memberikan layanan yang berharga bagi masyarakat.

13

Page 2: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

14

Menurut Sawyer yang telah diterjemahkan oleh Ali Akbar (2009:9)

mengungkapkan bahwa :

“ Profesionalisme adalah seseorang yang memiliki kemampuan dalam melaksanakan penugasan, atau paling tidak memiliki akses atas apa yang dikerjakan dan memiliki keahlian utama yang diperlukan dalam melakukan aktivitasnya secara mendalam”

Menurut Richard L.Ratliff (2010:41), pengertian profesionalisme adalah :

“Profesionalisme in any endeavor connotes status and credibility. The economic community has come to expect a high degree of professionalism from internal auditors. The expectation arises from what is becoming a tradition of excellence in the profession. Many internal auditor and their managers have made significant effort to set and maintain high standards for the professions and to establish internal auditing as a key management function in the successful operation of their organizations.”

Pernyataan diatas menjelaskan bahwa profesionalisme dalam usaha

apapun berkonotasi status dan kredibilitas. Komunitas ekonomi telah mencapai

tingkat profesionalisme yang tinggi dari auditor internal. Harapannya muncul dari

apa yang menjadi tradisi keunggulan dalam profesinya. Banyak auditor internal

dan manajer mereka telah melakukan upaya signifikan untuk menetapkan dan

mempertahankan standar tinggi untuk profesi dan untuk menetapkan audit internal

sebagai fungsi manajemen kunci dalam keberhasilan operasi organisasi mereka.

2.1.1.2 Standar Profesional Auditor Internal

Agar terciptanya kinerja auditor internal yang efektif, maka dibutuhkan

auditor internal yang profesional, untuk mencapai hal tersebut maka diperlukan

adanya kriteria atau standar. Menurut The Institute of Internal Auditors (2017:4)

standar merupakan hal yang esensial dalam pemenuhan tanggung jawab audit

internal dan aktivitas audit internal.

Page 3: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

15

The Institute of Internal Auditors (2017:25) menyebutkan bahwa tujuan

standar profesional auditor internal adalah :

1.“Guide adherence with the mandatory elements of the International Professional Practices Framework.

2. Provide a framework for performing and promoting a broad range of value added internal auditing services. 3. Establish the basis for the evaluation of internal audit performance. 4. Foster improved organizational processes and operations.”

Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan standar profesional auditor internal

adalah untuk:

1. Memberikan panduan untuk pemenuhan unsur-unsur yang diwajibkan

dalam Kerangka Praktik Profesional Internasional (International

Professional Practices Framework).

2. Memberikan kerangka kerja dalam melaksanakan dan meningkatkan

berbagai bentuk layanan audit internal yang bernilai tambah.

3. Menetapkan dasar untuk mengevaluasi kinerja audit internal.

4. Mendorong peningkatan proses dan operasional organisasi.

Menurut The Institute of Internal Auditors (2017:25) standar profesional

auditor mencakup serangkaian prinsip dan persyaratan wajib (mandatory) yang

terdiri dari:

1) “Statements of core requirements for the professional practice of internal auditing and for evaluating the effectiveness of performance that are internationally applicable at organizational and individual levels.

2) Interpretations clarifying terms or concepts within the Standards.”

Adapun penjelasan prinsip dan persyaratan wajib, yaitu :

1. Standar, bersama dengan Kode Etik, merupakan unsur-unsur wajib

(mandatory) dari Kerangka Praktik Profesional Internasional, oleh karena

itu, kesesuaian terhadap Kode Etik dan Standar menunjukkan kesesuaian

Page 4: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

16

terhadap seluruh unsur wajib (mandatory) dalam Kerangka Praktik

Profesional Internasional,

2. Standar menggunakan istilah-istilah, sebagaimana didefinisikan secara

khusus dalam Daftar Istilah. Untuk dapat memahami dan menerapkan

Standar secara benar, perlu dipertimbangkan makna khusus istilah pada

Daftar Istilah. Lebih lanjut, Standar menggunakan istilah ‘harus’ untuk

persyaratan yang mutlak harus dipenuhi, dan istilah ‘semestinya’, untuk

kesesuaian yang sangat dianjurkan (kecuali apabila berdasarkan

pertimbangan profesional, keadaan yang ada membenarkan perlunya

deviasi).

The Institute of Internal Auditors (2017:25) menyebutkan bahwa :

“The Standards comprise two main categories: Attribute and Performance Standards. Attribute Standards address the attributes of organizations and individuals performing internal auditing. Performance Standards describe the nature of internal auditing and provide quality criteria against which the performance of these services can be measured. Attribute and Performance Standards apply to all internal audit services”.

Dalam definisi yang dikemukakan The Institute of Internal Auditors

menyatakan bahwa standar terdiri dari dua kategori utama: Atribut dan Standar

Kinerja. Atribut Standar menangani atribut organisasi dan individu yang

melakukan audit internal. Standar Kinerja menggambarkan sifat audit internal dan

memberikan kriteria kualitas yang dengannya kinerja layanan ini dapat diukur

Atribut dan Standar Kinerja berlaku untuk semua layanan audit internal.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka standar profesional auditor internal

terdiri dari dua kelompok utama, yaitu:

1. Standar atribut dan

2. Standar kinerja.

Page 5: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

17

Adapun penjelasan mengenai standar profesional auditor internal adalah

sebagai berikut:

1. Standar Atribut

a. Tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab

Tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab aktivitas audit internal

harus didefinisikan secara formal dalam suatu piagam audit internal,

dan harus sesuai dengan Misi audit internal dan unsur-unsur yang

diwajibkan dalam Kerangka Praktik Profesional Internasional

(Prinsip Pokok Praktik Profesional audit internal, Kode Etik, Standar

dan Definisi audit internal). Kepala audit internal (KAI) harus

mengkaji secara periodik piagam audit internal dan menyampaikannya

kepada manajemen senior dan dewan untuk memperoleh persetujuan.

b. Independensi organisasi

Kepala audit internal harus bertanggungjawab kepada suatu level

dalam organisasi yang memungkinkan aktivitas audit internal dapat

melaksanakan tanggung jawabnya. Kepala audit internal harus

melaporkan kepada dewan, paling tidak setahun sekali, independensi

organisasi aktivitas audit internal.

c. Objektivitas individual

Auditor internal harus memiliki sikap mental tidak memihak dan

tanpa prasangka, serta senantiasa menghindarkan diri dari

kemungkinan timbulnya pertentangan kepentingan.

Page 6: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

18

d. Kecakapan

Auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan

kompetensi lain yang dibutuhkan dalam melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya. Aktivitas audit internal, secara kolektif, harus

memiliki atau memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan

kompetensi lain yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung

jawabnya.

e. Kecermatan Profesional (Due Professional Care)

Auditor internal harus menggunakan kecermatan dan keahlian

sebagaimana diharapkan dari seorang auditor internal yang cukup

hati-hati (reasonably prudent) dan kompeten. Cermat secara

profesional tidak berarti tidak akan terjadi kekeliruan.

f. Pengembangan Profesional Berkelanjutan

Auditor internal harus meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan

kompetensi lainnya melalui pengembangan profesional

berkelanjutan.

2. Standar Kinerja

1. Mengelola aktivitas audit internal

Kepala audit internal harus mengelola aktivitas audit internal secara

efektif untuk meyakinkan bahwa aktivitas tersebut memberikan nilai

tambah bagi organisasi.

2. Sifat Dasar Pekerjaan

Aktivitas audit internal harus melakukan evaluasi dan memberikan

kontribusi peningkatan proses tata kelola, pengelolaan risiko, dan

Page 7: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

19

pengendalian organisasi dengan menggunakan pendekatan yang

sistematis, teratur, berbasis risiko. Kredibilitas dan nilai audit internal

terwujud ketika auditor bersikap proaktif dan evaluasi mereka

memberikan pandangan baru dan mempertimbangkan dampak masa

depan.

3. Perencanaan Penugasan

Auditor internal harus menyusun dan mendokumentasikan rencana

untuk setiap penugasan yang mencakup tujuan penugasan, ruang

lingkup, waktu, dan alokasi sumber daya. Rencana penugasan harus

mempertimbangkan strategi organisasi, tujuan dan risiko-risiko yang

relevan untuk penugasan itu.

4. Pelaksanaan Penugasan

Auditor internal harus mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi

dan mendokumentasikan informasi yang memadai untuk mencapai

tujuan penugasan.

5. Komunikasi Hasil Penugasan

Auditor internal harus mengkomunikasikan hasil penugasannya.

6. Pemantauan Perkembangan

Kepala audit internal harus menetapkan dan memelihara sistem untuk

memantau disposisi atas hasil penugasan yang telah

dikomunikasikan kepada manajemen.

7. Komunikasi Penerimaan Risiko

Dalam hal Kepala audit internal menyimpulkan bahwa manajemen

telah menanggung risiko yang tidak dapat ditanggung oleh organisasi,

Page 8: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

20

Kepala audit internal harus membahas masalah ini dengan manajemen

senior. Jika Kepala audit internal meyakini bahwa permasalahan

tersebut belum terselesaikan, maka Kepala audit internal harus

mengkomunikasikan hal tersebut kepada dewan.

2.1.1.3 Kriteria Profesionalisme Auditor Internal

Menurut Sawyer yang telah diterjemahkan oleh Ali Akbar (2009:10)

mengemukakan kriteria profesionalisme auditor internal adalah sebagai

berikut:

1. “Service to the public (Pelayanan kepada publik)2. Long specialized training (Pelatihan khusus berjangka panjang)3. Subscription to a code of ethic (Taat pada kode etik)4. Membership in an association and attendance at meetings (Menjadi

anggota asosiasi dan menghadiri pertemuan-pertemuan)5. Publication of journal aimed at upgrading practice (Jurnal publikasi yang

bertujuan untuk meningkatkan keahlian praktik)6. Examination to test entrants knowledge (Menguji pengetahuan para

kandidat auditor bersertifikat)7. Licence by the state or certification by a board (Lisensi oleh negara atau

sertifikasi oleh dewan)”

Adapun penjelasan mengenai kriteria profesionalisme auditor internal

adalah sebagai berikut:

1. Service to the public (Pelayanan kepada publik)

Auditor internal memberikan jasa untuk meningkatkan penggunaan

sumber daya secara efisien dan efektif. Kode etik profesi ini mensyaratkan

anggota IIA menghindari terlibat dalam kegiatan ilegal. Auditor internal

juga melayani publik melalui hubungan kerja mereka dengan komite audit,

dewan direksi, dan badan pengelolaan lainnya.

2. Long specialized training (Pelatihan khusus berjangka panjang)

Page 9: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

21

Auditor internal yang profesional yaitu orang-orang yang menunjukkan

keahlian, lulus tes, dan mendapatkan sertifikat. Auditor internal yang

profesional harus mengikuti pelatihan profesi dalam jangka panjang agar

dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan yang dibutuhkan dan

selalu up date terhadap perkembangan audit internal untuk mengiringi

semakin meningkatnya perekonomian.

3. Subscription to a code of ethic (Taat pada kode etik)

Auditor internal harus menaati Kode Etik untuk melaksanakan

pengawasan dan pemantauan tindak lanjut. Anggota auditor internal juga

harus menaati standar yang ditetapkan.

4. Membership in an association and attendance at meetings (Menjadi

anggota asosiasi dan menghadiri pertemuan-pertemuan)

The Institute of Internal Auditor (IIA) merupakan sebuah asosiasi profesi

auditor internal tingkat internasional. IIA merupakan wadah bagi para

auditor internal yang mengembangkan bidang ilmu audit internal agar para

anggotanya mampung bertanggungjawab dan kompeten dalam

menjalankan tugasnya, menjunjung tinggi standar, pedoman praktik audit

internal dan etika supaya anggotanya profesional dalam bidangnya.

5. Publication of journal aimed at upgrading practice (Jurnal publikasi yang

bertujuan untuk meningkatkan keahlian praktik)

IIA mempublikasikan jurnal teknis, yang bernama Internal Auditor, serta

buku teknis, jurnal penelitian, monografi, penyajian secara audiovisual dan

bahan-bahan instruksional lainnya.

Page 10: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

22

6. Examination to test entrants knowledge (Menguji pengetahuan para

kandidat auditor bersertifikat)

Kandidat harus lulus ujian yang diselenggarakan selama dua hari yang

mencakup beberapa materi. Kandidat yang lolos berhak mendapatkan

gelar Certified internal auditor (CIA).

7. Licence by the state or certification by a board (Lisensi oleh negara atau

sertifikasi oleh dewan).

Profesi auditor internal tidak dibatasi oleh izin. Siapa pun yang dapat

meyakinkan pemberi kerja mengenai kemampuannya di bidang audit internal bisa

direkrut, dan di beberapa organisasi tidak adanya sertifikat tidak terlalu menjadi

masalah. Siapa pun yang bekerja sebagai auditor internal dapat menandatangani

laporan audit internal dan menyerahkan opini audit internal.

2.1.2 Independensi

2.1.2.1 Pengertian Independensi

Dalam menjalankan tugas auditnya, seorang auditor tidak hanya

dituntut untuk memiliki keahlian saja, tetapi juga dituntut untuk bersikap

independen.Walaupun seorang auditor mempunyai keahlian tinggi, tetapi dia

tidak independen, maka penggunaan laporan keuangan tidak yakin bahwa

informasi yang di ajikan itu kredibel. Lebih lanjut independensi juga sangat

erat kaitannya dengan hubungan dengan klien.

Page 11: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

23

Menurut Picket (2010:340) dalam usman (2016), pengertian

independensi adalah:

“Independensi auditor internal adalah bebas dari kondisi yang mengancam kemampuan dalam aktivitas audit internal atau kepala audit yang bertanggung jawab untuk melaksanakan audit internal secara objektif”

Sedangkan Menurut Sawyer yang telah diterjemahkan oleh Ali

Akbar (2009:7) independensi dalam auditing adalah:

“Independensi merupakan suatu sikap yang harus bebas dari hambatan, memberikan opini yang objektif, tidak bias, tidak dibatasi, dan melaporkan masalah yang sebenarnya, bukan berdasarkan keinginan eksekutif atau lembaga.”

Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak

dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi

juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan

fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam

merumuskan dan menyatakan pendapatnya, maka audit yang dihasilkan

akan sesuai dengan fakta tanpa ada pengaruh dari luar.

Menurut Valery G. Kumaat (2011:9) menyatakan bahwa :

“Independensi merupakan kata kunci paling penting untuk menilai

peran Internal Audit.”

Page 12: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

24

Sedangkan menurut The Institute of Internal Auditors (2017:8)

dalam Standard for Professional Practice of Internal Auditing

diterjemahkan IIA Indonesia, menyatakan bahwa :

“Independensi adalah kondisi bebas dari situasi yang dapat

mengancam kemampuan aktivitas auditor internal untuk dapat

melaksanakan tanggung jawabnya secara tidak memihak.”

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa independensi

merupakan sikap mental yang tidak bisa dipengaruhi, tidak di kendalikan

pihak lain, tidak tergantung pada pihak lain, adanya kejujuran dalam diri

auditor mempertimbangkan fakta dan bukti audit yang di temukan. Dengan

demikian auditor tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun,

sebab bagaimana pun sempurnanya keahlian teknis dimilikinya, auditor akan

kehilangan sikap tidak memihak, yang justru sangat penting untuk

mempertahankan kebebasan pendapatnya. Auditor mengakui kewajiban

untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perushaan. Namun

juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakan kepercayaan atas

laporan auditor independen, seperti calon pemilik kreditur.

Page 13: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

25

2.1.2.2 Jenis-jenis Independensi

Dalam menjalankan tugasnya, audit internal harus selalu

mempertahankan sikap independen di dalam memberikan jasa profesional

sebagaimana diatur dalam Standar Profesional Audit Internal menurut The

Institute of Internal Auditors.

Menurut The Institute of Internal Auditors (2017:8) dalam Standard

for Professional Practice of Internal Auditing diterjemahkan IIA Indonesia,

menyatakan bahwa :

“Aktivitas audit internal harus independen dan auditor internal harus

obyektif dalam melaksanakan tugasnya.”

Adapun penjelasan dari pernyataan tersebut, yaitu :

1. Independensi adalah kondisi bebas dari situasi yang dapat

mengancam kemampuan aktivitas auditor internal untuk dapat

melaksanakan tanggung jawabnya secara tidak memihak. Untuk

mencapai tingkat independensi yang dibutuhkan dalam rangka

melaksanakan tanggung jawab aktivitas audit internal, Kepala audit

internal harus memiliki akses langsung dan tak terbatas kepada

manajemen seniordan dewan. Hal tersebut dapat dicapai melalui

hubungan pelaporan ganda kepada manajemen senior dan dewan.

Ancaman terhadap independensi harus dikelola dari tingkat individu

auditor internal, penugasan, fungsional, dan organisasi.

2. Objektivitas adalah suatu sikap mental tidak memihak yang

memungkinkan auditor internal melaksanakan tugas sedemikian rupa

Page 14: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

26

sehingga mereka memiliki keyakinan terhadap hasil kerja mereka

dan tanpa kompromi dalam mutu. Objektivitas mensyaratkan auditor

internal untuk tidak mendasarkan pertimbangannya kepada pihak

lain menyangkut permasalahan audit. Ancaman terhadap objektivitas

harus dikelola dari tingkat individu auditor internal, penugasan,

fungsional, dan level organisasi.

3. Independensi organisasi

Kepala audit internal harus bertanggungjawab kepada suatu level

dalam organisasi yang memungkinkan aktivitas audit internal dapat

melaksanakan tanggung jawabnya. Kepala audit internal harus

melaporkan kepada dewan, paling tidak setahun sekali, independensi

organisasi aktivitas audit internal. Independensi organisasi dapat

terpenuhi secara efektif apabila kepala audit internal melapor secara

fungsional kepada dewan. Contoh laporan fungsional kepada dewan

meliputi keterlibatan dewan dalam :

- Persetujuan terhadap piagam audit internal;

- Persetujuan terhadap perencanaan audit internal berbasis risiko;

- Persetujuan terhadap anggaran dan sumber daya audit internal;

- Penerimaan laporan dari kepala audit internal atas kinerja

aktivitas audit internal dibandingkan dengan rencana dan hal-

hal lainnya;

- Persetujuan keputusan terkait dengan penugasan dan

pemberhentian Kepala audit internal;

Page 15: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

27

- Persetujuan terhadap remunerasi kepala audit internal; dan

- Permintaan penjelasan kepada manajemen dan kepala audit

internal untuk meyakinkan apakah terdapat ketidakcukupan

ruang lingkup atau pembatasan sumber daya.

a. Aktivitas audit internal harus bebas dari campur tangan dalam

penentuan ruang lingkup audit internal, pelaksanaan penugasan,

dan pelaporan hasilnya. Kepala audit internal harus

mengungkapkan campur tangan itu kepada dewan dan

mendiskusikan implikasinya.

b. Interaksi Langsung dengan Dewan Kepala audit internal harus

berkomunikasi dan berinteraksi langsung dengan dewan.

c. Peran Kepala Audit Internal di Luar Audit Internal Ketika

kepala audit internal memiliki atau diharapkan memiliki peran

dan/atau tanggung jawab yang berada di luar audit internal,

beberapa pengaman harus disiapkan untuk membatasi kendala

terhadap independensi dan obyektivitas.

Menurut Mautz dan Sharaf dalam Sawyer yang telah

diterjemahkan oleh Ali Akbar (2009:35), jenis-jenis independensi

yaitu :

1. “Independensi dalam program audit

2. Independensi dalam verifikasi

3. Independensi dalam pelaporan.”

Page 16: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

28

Adapun penjelasan mengenai jenis-jenis independensi auditor

internal adalah sebagai berikut :

1. Independensi dalam program audit

Dalam melaksanakan program auditing, auditor internal harus bebas

dalam hal sebagai berikut :

a. Bebas dari intervensi manajerial atas program audit

b. Bebas dari segala intervensi atas prosedur audit

c. Bebas dari segala persyaratan untuk penugasan audit

selain yang disyaratkan untuk sebuah proses audit

2. Independensi dalam verifikasi

a. Bebas dalam mengakses semua catatan, memeriksa

aktiva, dan karyawan yang relevan dengan audit yang

dilakukan

b. Mendapatkan kerjasama yang aktif dari karyawan

manajemen selama proses audit

c. Bebas dari segala usaha manajerial yang berusaha

membatasi aktifitas yang diperiksa atau membatasi

pemerolehan bahan bukti

d. Bebas dari kepentingan pribadi yang menghambat

verifikasi audit

3. Independensi dalam pelaporan

a. Bebas dari perasaan wajib memodifikasi dampak atau

signifikansi dari fakta-fakta yang dilaporkan

Page 17: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

29

b. Bebas dari tekanan untuk tidak melaporkan hal-hal

yang signifikan dalam laporan audit

c. Menghindari penggunaan kata-kata yang

menyesatkan baik secara sengaja maupun tidak

sengaja dalam melaporkan fakta dan rekomendasi

dalam interpretasi auditor

d. Bebas dari segala usaha untuk meniadakan

pertimbangan auditor mengenai fakta dalam laporan

audit internal

Petunjuk-petunjuk yang diberikan jelas dan masih relevan untuk

auditor pada hari ini. Petunjuk-petunjuk tersebut menentukan Independen

atau tidaknya independen seorang auditor internal.

2.1.3 Komitmen Organisasi

2.1.3.1 Pengertian Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi sesuatu hal yang lebih dari sekedar kesetiaan yang

pasif terhadap organisasi, komitmen organisasi menyatakan hubungan pegawai

dengan perusahaan atau organisasi secara aktif .Karena pegawai yang memiliki

komitmen organisasi cenderung memiliki keinginan untuk memberi tenaga dan

tanggung jawab yang lebih dalam menyokong kesejahteraan dan keberhasilan

organisasi tempatnya bekerja.

Page 18: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

30

Komitmen organisasi menurut Robbins (2008:100) adalah sebagai berikut:

"Organizational commitment is defined as a state in which an employee

sits with a particular organization and the goals and wants to maintain

membership within the organization."

Dalam definisi yang dijelaskan Robbins menjelaskan bahwa komitmen

organisasi di definisikan sebagai suatu keadaan dimana seorang karyawan

memihak organisasi tertentu serta tujuan – tujuan dan keinginan untuk

mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut.”

Luthans (2012:249) menyatakan bahwa komitmen organisasional adalah :

“Sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan proses

berkelanjutan dimana anggota organisasi mengekpresikan perhatiannya

terhadap organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan”.

Komitmen organisasi menurut Mehrabi et al, (2013) adalah sebagai

berikut:

“Commitment refers to the focus and the desire of attachment of an individual to a certain task or his work. Organizational commitment refers to individual feelings of employees with regard to the organization. Organizational commitment showed by behaviors and performance of employees at the workplace.”

Dalam definisi yang dijelaskan Mehrabi et al menjelaskan bahwa

Komitmen mengacu pada fokus dan keinginan keterikatan seseorang terhadap

suatu tugas atau pekerjaannya. Komitmen organisasi mengacu pada perasaan

individu karyawan berkaitan dengan organisasi. Komitmen organisasi ditunjukkan

oleh perilaku dan kinerja karyawan di tempat kerja.

Page 19: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

31

Komitmen organisasi menurut Kaswan (2012:293) mendefinisikan sebagai

berikut:

“komitmen adalah pernyataan akan kewajiban atau keharusan, atau janji atau keterlibatan (yang berhubungan dengan intelektual dan emosional). Tanpa adanya komitmen seseorang pada pekerjaannya, kecil kemungkinan untuk pencapaian suatu tujuan, baik tujuan individu maupun tujuan organisasi. Komitmen organisasi merupakan kesediaan karyawan berusaha bertahan dengan sebuah perusahaan diwaktu yang akan datang.”

Menurut Arfan Ikhsan (2010:54), pengertian komitmen organisasi adalah:

“Komitmen organisasi merupakan tingkat sampai sejauh apa seorang

karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya,

serta berniat mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi tersebut.”

Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa seorang

auditor dianggap mempunyai komitmen organisasi yang baik jika ia menjalankan

pekerjaan dibangun atas dasar kepercayaan pekerja atas nilai-nilai organisasi,

kerelaan pekerja membantu mewujudkan tujuan organisasi dan loyalitas untuk

tetap menjadi anggota organisasi.

2.1.3.2 Karakteristik Yang Berhubungan Dengan Komitmen Organisasi

Menurut Arfan Ikhsan (2010) ada tiga karakteristik yang berhubungan

dengan komitmen organisasi yaitu :

1. Keyakinaan dan penerimaan yang kuat terhadap nilai dan tujuan organisasi.

2. Kemauan untuk sekuat tenaga melakukan yang diperlukan untuk kepentingan organisasi.

3. Keinginan yang kuat untuk menjaga keanggotaan dalam organisasi.

Page 20: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

32

2.1.3.3 Komponen Utama Komitmen Organisasi

Menurut Allen dan Meyer dalam Kaswan (2012:293) terdapat tiga

komponen komitmen organisasi :

1. Komitmen Afektif

Komitmen afektif berkaitan dengan emosional, identifikasi, dan keterlibatan

karyawan di dalam suatu organisasional. Karyawan dengan afektif tinggi

masih bergabung dengan organisasi karena keinginan untuk tetap menjadi

anggota organisasi.

a. Emosional

Komitmen afektif menyatakan bahwa organisasi akan membuat karyawan

memiliki keyakinan yang kuat untuk mengikuti segala nilai-nilai

organisasi, dan berusaha untuk mewujudkan tujuan organisasi sebagai

prioritas utama.

b. Identifikasi

Komitmen afektif muncul karena kebutuhan, dan memandang bahwa

komitmen terjadi karena adanya ketergantungan terhadap aktivitas-

aktivitas yang telah dilakukan dalam organisasi pada masa lalu dan hal ini

tidak dapat ditinggalkan karena akan merugikan.

c. Keterlibatan Karyawan

Komitmen afektif menyatakan bahwa karyawan akan merasa bahwa visi

dan misinya sejalan dengan perusahaan. Dengan demikian karyawan

tersebut memiliki komitmen yang kuat dengan visi dan misi perusahaan

serta memiliki kepedulian yang tinggi terhadap tugas yang menjadi

tanggung jawabnya.

Page 21: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

33

2. Komitmen Berkelanjutan

Komponen berkelanjutan berarti komponen yang berdasarkan persepsi karyawan

tentang kerugian yang akan dihadapinya jika meninggalkan organisasi. Karyawan

dengan dasar organisasional tersebut disebabkan karena karyawan tersebut

membutuhkan organisasi.

a. Kerugian bila meninggalkan organisasi

Komitmen berkelanjutan merujuk pada kekuatan kecenderungan seseorang

untuk tetap bekerja di suatu organisasi karena tidak ada alternatif lain.

Komitmen berkelanjutan yang tinggi meliputi waktu dan usaha yang

dilakukan dalam mendapatkan keterampilan yang tidak dapat ditransfer

dan hilangnya manfaat yang menarik atau hak-hak istimewa sebagai

senior.

b. Karyawan membutuhkan organisasi

Menurut karyawan yang tetap bekerja dalam organisasi karena karyawan

mengakumulasikan manfaat yang lebih yang akan mencegah karyawan

mencari pekerjaan lain.

3. Komitmen normatif

Komitmen normatif merupakan perasaan karyawan tentang kewajiban yang

harus diberikan pada organisasional. Komponen normatif berkembang sebagai

hasil dari pengalaman sosialisasi, tergantung dari sejauh apa perasaan

kewajiban yang dimiliki karyawan.

Page 22: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

34

a. Kesetiaan yang harus diberikan karena pengaruh orang lain. Komitmen yang

terjadi apabila karyawan terus bekerja untuk organisasi disebabkan oleh

tekanan dari pihak lain untuk terus bekerja dalam organisasi tersebut.

b. Kewajiban yang harus diberikan kepada organisasi. Komitmen ini mengacu

kepada refleksi perasaan akan kewajibannya untuk menjadi karyawan

perusahaan. Karyawan dengan komitmen normatif yang tinggi merasa bahwa

karyawan tersebut memang seharusnya tetap bekerja pada organisasi tempat

bekerja sekarang.”

2.1.3.4 Pilar Dalam Komitmen Organisasi

Menurut Mangkunegara (2007:176) ada tiga pilar dalam menciptakan

komitmen organisasi, yaitu :

1. Adanya perasaan untuk menjadi bagian dari organisasi (a sense of belonging to the organization)

2. Adanya keterkaitan atau kegairahan terhadap pekerjaan (a sense of excitement in the job)

3. Pentingnya rasa memiliki (ownership).

Adapun penjelasan dari tiga pilar di atas :

1. Adanya perasaan untuk menjadi bagian dari organisasi (a sense of

belonging to the organization) untuk menciptakan rasa memiiki

tersebut, maka salah satu pihak dalam manajemen harus mampu

membuat karyawan :

a. Mampu mengidentifikasi dirinya terhadap organisasi.

b. Merasa yakin bahwa apa yang dilakukannya atau

pekerjaannya adalah berharga bagi organisasi.

c. Merasa nyaman dengan organisasi tersebut.

Page 23: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

35

d. Merasa mendapat dukungan yang penuh dari organisasi

dalam bentuk misi yang jelas (apa yang direncanakan untuk

dilakukan), nilai-nilai yang ada (apa yang diyakini sebagai

hal yang penting oleh manajemen), norma-norma yang

berlaku (cara-cara yang berprilaku bisa diterima oleh

organisasi).

2. Adanya keterkaitan atau kegairahan terhadap pekerjaan (a sense

of excitment in job). Perasaan seperti ini dapat dimunculkan dengan

cara:

a. Mengenali faktor-faktor motivasi intrinsik dalam mengatur

desain pekerjaan (job design)

b. Kualitas kepemimpinan

c. Kemampuan dari manajer dan supervisor untuk mengenali

bahwa komitmen karyawan bisa ditingkatkan jika ada

pehatian terusmenerus, memberi delegasi atas wewenang

serta memberi kesempatan dan ruang yang cukup bagi

karyawan untuk menggunakan keterampilan dan keahlian

secara maksimal.

3. Penting rasa memiliki (ownership). Rasa memiliki bisa muncul

jika karyawan merasa bahwa mereka benar-benar diterima menjadi

bagian atau kunci penting dari organisasi. Konsep penting dari

ownership akan meluas dalam bentuk partisipasi dalam membuat

keputusan-keputusan dan mengubah praktek yang pada akhirnya

akan mempengaruhi keterlibatan karyawan. Jika karyawan mersa

Page 24: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

36

dilibatkan dalam membuat keputusan dan jika mereka merasa ide-

idenya didengar dan merasa telah memberikan kontribusi pada hasil

yang dicapai, maka mereka akan cenderung memberikan keputusan-

keputusan atau masukan yang dimiliki,hal ini dikarenakan mereka

dilibatkan dan bukan dipaksa.

2.1.4 Kinerja Auditor Internal

2.1.4.1 Pengertian Kinerja Auditor Internal

Seorang auditor internal dituntut untuk memberikan saran dan

rekomendasi untuk kemajuan perusahaan, dengan begitu kinerja seorang auditor

internal menjadi salah sau hal terpenting untuk kemajuan perusahaan karena

kinerja yang baik dari auditor internal perusahaan akan menghasilkan

rekomendasi dan hasil pemeriksaan yang baik.

Pengertian kinerja auditor menurut Esya (2008) adalah :

“Kinerja auditor adalah sebagai ekspresi potensi kerja auditor berupa perilaku kerja seorang auditor dalam melaksanakan tugas kerja untuk mencapai hasil kerja yang optimal, yang dapat diukur melalui faktor objektif (hasil kerja dan disiplin kerja) dan faktor subyektif (inisiatif, kerja sama, dan loyalitas).”

Bernardin dan Rusel (2011:15) memberikan definisi tentang performance

sebagai berikut :

“Performance is defined as the record of outcome’s produced on a

specified job function or activity during a specified time period. “

Yang mempunyai arti sebagai berikut kinerja didefinisikan sebagai catatan

hasil yang dihasilkan pada fungsi pekerjaan atau aktivitas tertentu selama jangka

waktu tertentu.

Page 25: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

37

Wayne F. Cascio (2012:275), menyatakan bahwa :

”Performance refers to an employee’s accomplishment of assigned task”

Yang mempunyai arti sebagai berikut kinerja mengacu pada pencapaian

tugas yang ditugaskan oleh karyawan"

Berkaitan dengan kinerja auditor, maka dapat dikatakan bahwa kinerja

auditor merupakan tindakan atau pelaksanaan tugas pemeriksaan yang telah

diselesaikan oleh auditor dalam kurun waktu tertentu.

I Wayan Sudiksa dan I Made Karya (2016) menyatakan bahwa:

“Kinerja internal auditor merupakan pekerjaan penilaian yang bebas

(independen) di dalam suatu organisasi untuk meninjau kegiatan-kegiatan

perusahaan guna memenuhi kebutuhan pimpinan.”

Menurut Taufik Akbar (2015) mengemukakan bahwa:

“Kinerja auditor internal adalah suatu hasil karya yang dicapai oleh seorang auditor dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan waktu yang diukur dengan mempertimbangkan kuantitas, kualitas, dan ketepatan waktu.”

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kinerja auditor internal

merupakan hasil yang dicapai oleh auditor dalam menjalankan tugas yang

dibebankan kepadanya dalam kurun waktu tertentu.

2.1.4.2 Standar Kinerja Auditor Internal

Auditor internal dalam melaksanakan pemeriksaannya harus mematuhi

berbagai peraturan yang berlaku untuk mendapatkan hasil pemeriksaan sesuai

dengan yang diinginkan. Terdapat standar yang berlaku untuk seorang auditor

Page 26: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

38

internal, salah satunya adalah standar kinerja auditor. Auditor dapat dikatakan

kinerjanya dengan baik bila memenuhi standar kinerja yang berlaku.

Berikut merupakan standar kinerja auditor internal menurut The Institute of

Internal Auditor (2017:22) yang terdapat dalam Standard for Professional

Practice of Internal Auditing, yaitu:

1. “ Managing internal audit activities (Mengelola Aktivitas Audit Internal)2. Nature of work (Sifat Dasar Pekerjaan) 3. Assignment Planning (Perencanaan Penugasan)4. Implementation of assigments (Pelaksanaan Penugasan)5. Communication of assigment result (Komunikasi Hasil Penugasan)6. Monitoring developments (Pemantauan Perkembangan)7. Communication risk acceptance (Komunikasi Penerimaan Risiko)”

Adapun penjelasan mengenai standar kinerja auditor internal adalah sebagai

berikut:

1. Mengelola Aktivitas Audit Internal

Kepala audit internal harus mengelola aktivitas audit internal secara efektif

untuk meyakinkan bahwa aktivitas tersebut memberikan nilai tambah bagi

organisasi.

a. Perencanaan

Kepala audit internal harus menyusun perencanaan berbasis risiko

(risk-based plan) untuk menetapkan prioritas kegiatan aktivitas audit

internal sesuai dengan tujuan organisasi.

b. Komunikasi dan Persetujuan

Kepala audit internal mengkomunikasikan rencana aktivitas audit

internal, termasuk perubahan interim yang signifikan, kepada

manajemen senior dan dewan untuk disetujui. Kepala audit internal juga

harus mengkomunikasikan dampak dari keterbatasan sumber daya.

Page 27: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

39

c. Pengelolaan Sumber Daya

Kepala audit internal harus memastikan bahwa sumber daya audit

internal telah sesuai, memadai, dan dapat digunakan secara efektif

dalam rangka pencapaian rencana yang telah disetujui.

d. Kebijakan dan Prosedur

Kepala audit internal harus menetapkan kebijakan dan prosedur untuk

mengarahkan/memandu aktivitas audit internal.

e. Laporan kepada manajemen senior dan dewan

Kepala audit internal harus melaporkan secara periodik kinerja aktivitas

audit internal terhadap rencananya dan kesesuaiannya dengan Kode

Etik dan Standar. Laporan tersebut juga harus mencakup risiko

signifikan, permasalahan tentang pengendalian, risiko terjadinya

kecurangan, masalah tata kelola, dan hal lainnya yang memerlukan

perhatian dari manajemen senior dan/atau dewan.

2. Sifat Dasar Pekerjaan

Aktivitas audit internal harus melakukan evaluasi dan memberikan

kontribusi peningkatan proses tata kelola, pengelolaan risiko, dan

pengendalian organisasi dengan menggunakan pendekatan yang sistematis,

teratur, berbasis risiko. Kredibilitas dan nilai audit internal terwujud ketika

auditor bersikap proaktif dan evaluasi mereka memberikan pandangan baru

dan mempertimbangkan dampak masa depan.

a. Tata kelola

Page 28: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

40

Aktivitas audit internal harus menilai dan memberikan rekomendasi yang

sesuai untuk meningkatkan proses tata kelola organisasi.

b. Pengelolaan Risiko

Aktivitas audit internal dapat memperoleh informasi untuk mendukung

penilaian tersebut dari berbagai penugasan. Hasil berbagai penugasan

tersebut, apabila dilihat secara bersamaan, akan memberikan pemahaman

proses pengelolaan risiko organisasi dan efektivitasnya. Proses

pengelolaan risiko dipantau melalui aktivitas manajemen yang

berkelanjutan, evaluasi terpisah, atau keduanya.

c. Pengendalian

Aktivitas audit internal harus membantu organisasi memelihara

pengendalian yang efektif dengan cara mengevaluasi efisiensi dan

efektivitasnya serta mendorong pengembangan berkelanjutan.

3. Perencanaan Penugasan

Auditor internal harus menyusun dan mendokumentasikan rencana untuk

setiap penugasan yang mencakup tujuan penugasan, ruang lingkup, waktu,

dan alokasi sumber daya. Rencana penugasan harus mempertimbangkan

strategi organisasi, tujuan dan risiko-risiko yang relevan untuk penugasan

itu.

a. Tujuan Penugasan

Tujuan harus ditetapkan untuk setiap penugasan

Auditor internal harus melakukan penilaian pendahuluan terhadap

risiko terkait dengan kegiatan yang direview. Tujuan penugasan

harus mencerminkan hasil penilaian tersebut

Page 29: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

41

Auditor internal harus mempertimbangkan kemungkinan timbulnya

kesalahan yang signifikan, kecurangan, ketidaktaatan, dan eksposur

lain pada saat menyusun tujuan penugasan

Kriteria yang memadai diperlukan untuk mengevaluasi tata kelola,

pengelolaan risiko, dan pengendalian. Auditor internal harus

memastikan seberapa jauh manajemen dan/atau dewan telah

menetapkan kriteria memadai untuk menilai apakah tujuan dan

sasaran telah tercapai. Apabila memadai, auditor internal harus

menggunakan kriteria tersebut dalam evaluasinya. Apabila tidak

memadai, auditor internal harus mengidentifikasi kriteria evaluasi

yang sesuai melalui diskusi dengan manajemen dan/atau dewan.

b. Ruang Lingkup Penugasan

Ruang lingkup penugasan yang ditetapkan harus memadai untuk dapat

mencapai tujuan penugasan.

c. Alokasi Sumber Daya Penugasan

Auditor internal harus menentukan sumber daya yang sesuai dan

memadai untuk mencapai tujuan penugasan, berdasarkan evaluasi atas

sifat dan tingkat kompleksitas setiap penugasan, keterbatasan waktu, dan

sumber daya yang dapat digunakan.

d. Program Kerja Penugasan

Auditor internal harus menyusun dan mendokumentasikan program kerja

untuk mencapai tujuan penugasan.

4. Pelaksanaan Penugasan

Page 30: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

42

Auditor internal harus mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan

mendokumentasikan informasi yang memadai untuk mencapai tujuan

penugasan.

a. Pengidentifikasian Informasi

Auditor internal harus mengidentifikasi informasi yang memadai,

handal, relevan, dan berguna untuk mencapai tujuan penugasan.

b. Analisis dan Evaluasi

Auditor internal harus mendasarkan hasil penugasannya pada analisis

dan evaluasi yang sesuai.

c. Pendokumentasian Informasi

Auditor internal harus mendokumentasikan informasi yang memadai,

handal, relevan dan berguna untuk mendukung kesimpulan dan hasil

penugasan.

d. Supervisi Penugasan

Setiap penugasan harus di supervisi dengan tepat untuk memastikan

bahwa sasaran tercapai, kualitas terjamin, dan staf teredukasi.

5. Komunikasi Hasil Penugasan

Auditor internal harus mengkomunikasikan hasil penugasannya.

a. Kriteria Komunikasi

Komunikasi harus mencakup tujuan, ruang lingkup dan hasil

penugasan. Komunikasi akhir hasil penugasan harus memuat

kesimpulan yang dapat diterapkan, termasuk rekomendasi dan/atau

tindak perbaikan yang dapat diterapkan. Apabila memungkinkan,

Page 31: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

43

pendapat auditor internal semestinya diberikan. Suatu pendapat harus

mempertimbangkan ekspektasi manajemen senior dan dewan, serta

pemangku kepentingan lain, dan harus didukung dengan informasi yang

cukup, handal, relevan dan bermanfaat.

b. Kualitas Komunikasi

Komunikasi yang disampaikan harus akurat, objektif, jelas, ringkas,

lengkap, dan tepat waktu.

c. Pengungkapan atas Penugasan yang Tidak Patuh terhadap Standar

Apabila ketidakpatuhan terhadap Kode Etik, atau Standar

mempengaruhi suatu penugasan, komunikasi hasil penugasan harus

mengungkapkan:

Prinsip(-prinsip) atau aturan(-aturan) perilaku pada Kode Etik,

atau Standar yang tidak sepenuhnya dipatuhi

Alasan ketidakpatuhan,

Dampak ketidakpatuhan tersebut terhadap penugasan dan hasil

penugasan yang dikomunikasikan.

d. Penyampaian Hasil Penugasan

Kepala audit internal harus mengkomunikasikan hasil penugasan

kepada pihak- pihak yang berkepentingan.

e. Pendapat Umum

Apabila terdapat pendapat umum, maka pendapat tersebut harus

memperhatikan strategi, sasaran, dan risiko-risiko organisasi dan

ekspektasi manajemen senior dan dewan, serta pemangku kepentingan

Page 32: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

44

lainnya. Pendapat umum harus didukung oleh informasi yang cukup,

reliabel, relevan dan bermanfaat.

6. Pemantauan Perkembangan

Kepala audit internal harus menetapkan dan memelihara sistem untuk

memantau disposisi atas hasil penugasan yang telah dikomunikasikan

kepada manajemen.

a. Kepala audit internal harus menetapkan proses tindak lanjut untuk

memantau dan memastikan bahwa manajemen senior telah

melaksanakan tindakan perbaikan secara efektif, atau menerima risiko

untuk tidak melaksanakan tindakan perbaikan.

b. Aktivitas audit internal harus memantau disposisi hasil penugasan

konsultasi untuk memantau tindakan perbaikan yang telah

dilakukan oleh klien sesuai dengan hasil kesepakatan penugasan

konsultasi.

7. Komunikasi Penerimaan Risiko

Dalam hal Kepala audit internal menyimpulkan bahwa manajemen

telah menanggung risiko yang tidak dapat ditanggung oleh

organisasi, Kepala audit internal harus membahas masalah ini

dengan manajemen senior. Jika Kepala audit internal meyakini

bahwa permasalahan tersebut belum terselesaikan, maka Kepala

audit internal harus mengkomunikasikan hal tersebut kepada

dewan.

2.1.4.3 Pengukuran Kinerja

Page 33: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

45

Pengukuran terhadap kinerja perlu dilakukan untuk mengetahui apakah

selama pelaksanaan kinerja terdapat deviasi dari rencana yang telah ditentukan,

atau apakah kinerja dapat dilakukan sesuai jadwal waktu yang ditentukan, atau

apakah hasil kinerja telah tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Menurut Wibowo (2016:155) Pengukuran kinerja dapat dilakukan

dengan cara :

1. Memastikan bahwa persyaratan yang dinginkan pelanggan telah terpenuhi;

2. Mengusahakan standar kinerja untuk menciptakan perbandingan;3. Mengusahakan jarak bagi orang untuk memonitor tingkat

kinerja;4. Menetapkan arti penting masalah kualitas dan menentukan apa

yang perlu prioritas perhatian;5. Menghindari konsekuensi dari rendahnya kualitas;6. Mempertimbngkan penggunaan sumber daya;7. Mengusahakan umpan balik untuk mendorong usaha perbaikan.

2.1.4.4 Tujuan Penilaian Kinerja

Menurut Wibowo (2016:188) penilaian kinerja atau performnce appraisal

adalah suatu proses penilaian tentang seberapa baik pekerja telah melaksanakan

tugasnya selama periode waktu tertentu.

Tujuan penilaian kinerja menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2014:10)

adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang persyaratan kinerja.

b. Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang karyawan, sehingga mereka termotivasi untuk berbuat yang lebih baik, atau sekurang-kurangnya berprestasi sama dengan prestasi yang terdahulu.

c. Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan keinginan dan aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karier atau terhadap pekerjaan yang diembannya sekarang.

d. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga karyawan termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan potensinya.

e. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai

Page 34: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

46

dengan kebutuhan pelatihan, khusus rencana diklat, dan kemudian menyetujui rencana itu jika tidak ada hal-hal yang perlu dirubah.

2.1.4.5 Prinsip-prinsip dan Aturan Kode Etik Profesi Auditor Internal

Untuk menghasilkan kinerja yang baik tentunya auditor internal harus

mengikuti prinsip-prinsip dan aturan kode etik. Sawyer yang telah diterjemahkan

oleh Ali Akbar (2009:560) menjelaskan prinsip-prinsip dan aturan etika auditor

internal sebagai berikut:

1. “Kompetensi2. Integritas3. Objektivitas4. Kerahasiaan5. Independensi6. Kehati-hatian”

Adapun penjelasan prinsip-prinsip dan aturan etika profesi auditor internal

sebagai berikut:

1. Kompetensi

Auditor internal menggunakan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman

yang dibutuhkan dalam kinerja auditor internal. Auditor internal harus

secara terus menerus meningkatkan keahlian dan efektivitas serta kualitas

jasa mereka.

2. Integritas

Integritas auditor internal membentuk kepercayaan sehingga memberi

dasar untuk mengandalkan penilaian mereka.

3. Objektivitas

Auditor internal menunjukkan objektivitas profesional tertinggi dalam

mengumpulkan, mengevaluasi dan mengkomunikasikan informasi tentang

Page 35: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

47

aktivitas atau proses yang sedang diuji. Auditor internal membuat

penilaian yang seimbang atas semua kondisi yang relevan dan tidak

dipengaruhi oleh kepentingan mereka atau pihak lain dalam membuat

penilaian.

4. Kerahasiaan

Auditor internal menghargai nilai dan kepemilikan informasi yang mereka

terima dan tidak mengungkapkan informasi tanpa wewenang yang tepat

kecuali ada kewajiban hukum atau profesional untuk melakukannya.

5. Independensi

Auditor internal harus memiliki sikap tidak memihak agar dapat bersifat

objektif selama menjalankan tugasnya.

6. Kehati-hatian

Auditor internal harus bersikap hati-hati dalam menggunakan informasi

yang diperoleh dalam rangkaian tugas mereka. Untuk itu, auditor internal

perlu memahami secara seksama kondisi pengendalian manajemen atau

pengawasan yang melekat dari instansi yang akan diaudit.

2.1.4.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Auditor Internal

Terdapat beberapa faktor yang dapa mempengaruhi kinerja auditor internal

selain profesionalisme dan motivasi kerja. Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kinerja auditor internal menurut Edy Sujana (2012) adalah:

“Faktor yang dapat mempengaruhi kinerja auditor internal adalah dengan meningkatkan kompetensi, motivasi, kesesuaian peran dan memperkuat komitmen organisasi. Rendahnya kompetensi, lemahnya motivasi, dan persepsi kesesuaian peran yang rendah dan lemahnya komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja auditor internal.”

Page 36: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

48

Sedangkan I Wayan Sudiksa dan I Made Karya Utama (2016)

mengungkapkan bahwa:

“Kinerja yang baik tentunya tidak terbentuk begitu saja, namun ditentukan oleh banyak faktor. Faktor tersebut yakni profesionalisme, motivasi kerja dan kepuasan kerja. Motivasi adalah faktor yang berpengaruh dalam melaksanakan suatu pekerjaan.”

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja auditor internal adalah kompetensi, motivasi kerja,

profesionalisme, kepuasan kerja, kesesuaian peran dan komitmen organisasi.

Namun dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan faktor

profesionalisme dan komitmen organisasi.

2.1.5 Penelitian Sebelumnya

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti variabel-variable yang

mempengaruhi kinerja auditor internal. Variabel-variable tersebut adalah

pengaruh profesionalisme, independensi, dan komitmen organisasi terhadap

kinerja auditor internal. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian

terdahulu. Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan profesionalisme,

independensi, dan komitmen organisasi terhadap kinerja auditor internal

diantaranya dikutip dari berbagai sumber yang relevan `dengan topik penelitian.

Penelitian tersebut dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

Page 37: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

49

Jurnal Nasional dan Internasional

Nama

Peneliti

Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan

Edy Sujana(2012)

Pengaruh Kompetensi, Motivasi kerja, Kesesuaian Peran, dan Komitmen organisasi terhadap Kinerja Auditor Internal Inspektorat Pemerintah Kabupaten

Kompetensi, motivasi kerja, kesesuaian peran, dan komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja

- Variabel X1 dan X2 yaitu profesionalisme dan independensi tidak digunakan dalam penelitian ini.

-Survey penelitian pada saat ini dilakukan pada BUMN sektor pengolahan.

Awaludin, Murtiadi (2013)

Pengaruh kompetensi, dan independensi Terhadap Kinerja Auditor Internal

Kompetensi dan Independensi Auditor Internal berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Kinerja Auditor.

- Variabel X1 dan X3 yaitu profesionalisme , dan komitmen organisasi tidak digunakan dalam penelitian ini-Survey penelitian pada saat ini dilakukan pada BUMN sektor pengolahan

Muhammad Taufik Akbar (2015)

Pengaruh Profesionalisme, Independensi, Komitmen Organisasi, dan Budaya Kerja Terhadap Kinerja Internal Auditor di BPKP Provinsi

Secara bersama- sama profesionalisme, independensi dan komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja internal auditor pada perusahaan industri di Provinsi

- Variabel X4 yaitu budaya organisasi tidak digunakan dalam penelitian ini-Survey penelitian pada saat ini dilakukan pada BUMN sektor

Page 38: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

50

Lampung. pengolahanHanna dan Firnanti (2013)

Faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja auditor

Komitmen Organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja auditor

- Variabel X1 dan X2 yaitu profesionalisme dan independensi tidak digunakan dalam penelitian ini

R. Ait Novatiani dan Taofik Mustofa (2014)

Pengaruh profesionalisme auditor internal dan komitmen organisasi auditor internal terhadap kinerja auditor internal

Profesionalisme dan komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor internal

- Variabel X2 yaitu independensi tidak digunakan dalam penelitian ini

I Wayan Sudiksa dan I Made Karya Utama (2016)

Profesionalisme, Motivasi Kerja dan kepuasan Kerja Sebagai Prediktor Kinerja Internal Auditor

Profesionalisme berpengaruh positif pada kinerja internal auditor

- Variabel X2 dan X3 yaitu independensi dan komitmen organisasi tidak digunakan dalam penelitian ini

I Putu Parta Yadnya dan Dodik Ariyanto (2017)

Pengaruh Kompetensi dan Independensi Pada Kinerja Auditor

- independensi berpengaruh siginifikan terhadap kinerja auditor.

- Variabel X1 dan X3 tidak digunakan yaitu profesionalisme dan komitmen organisasi dalam penelitian ini

Taufik dan Kemala (2013)

Pengaruh pemahaman prinsip-prinsip good governance,Pengendalian intern dan komitmen organisasiTerhadap kinerja sektor publik

-Komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja

- Variabel X1 dan X2 tidak digunakan yaitu profesionalisme dan independensi pada survei penelitian ini

Nugraha dan Ramantha (2015)

pengaruh profesionalisme, etika profesi dan pelatihan auditor terhadap kinerja auditor

-Profesionalisme organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja

- Variabel X2 dan X3 tidak digunakan yaitu profesionalisme dan independensi

Page 39: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

51

pada survei penelitian ini

Suryadi (2015) Pengaruh Independensi, Gaya Kepemimpinan, Komitmen Organisasi dan Pemahaman Good Governance terhadap Kinerja Auditor Pemerintah

-Independensi organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja

- Variabel X1 dan X3 tidak digunakan yaitu profesionalisme dan independensi pada survei penelitian ini

Ada beberapa perbedaan dari penelitian-penelitian di atas dengan

penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Perbedaan itu terletak pada objek

penelitian serta periode waktu penelitian. Pada penelitian ini akan dibahas

mengenai pengaruh profesionalisme, independensi, dan komitmen organisasi

terhadap kinerja auditor internal. Objek penelitian yang akan diteliti adalah

Bumn sektor pengolahan di Kota Bandung.

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Pengaruh Profesionalisme terhadap Kinerja Auditor Internal

Profesi sebagai auditor adalah profesi yang memiliki tingkat

tanggungjawab yang tinggi, sebab profesi ini bertanggung jawab kepada public

atas laporan audit yang dilakukan oleh perusahaan. Kinerja menjadi tolak ukur

dalam menjalankan profesinya. Salah satu untuk melihat kinerja auditor internal

bisa dilihat dari profesionalisme .

Menurut M. Guy yang diterjemahkan oleh Paul A Rajoe dan Ichsan

SetiyoBudi (2010:414) menyatakan bahwa :

Page 40: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

52

“Agar dapat mempertanggungjawabkan hasil kerjanya dengan

benar, seorang auditor harus memiliki tingkat profesionalisme yang

tinggi.”

Menurut Sawyer yang diterjemahkan oleh Ali Akbar (2015:35)

menyatakan bahwa :

“Sikap profesionalisme yang baik dari seorang auditor internal

akan meningkatkan mental dirinya dalam melaksanakan

pekerjaannya.

Penelitian R. Ait Novatiani dan Taofik Mustofa (2014) menunjukkan

bahwa laporan hasil pemeriksaan sangat penting bagi auditor internal karena

laporan tersebut mencerminkan kinerja auditor internal terhadap pekerjaannya,

maka semakin baik profesionalisme auditor internal akan menghasilkan laporan

hasil pemeriksaan yang semakin efektif sehingga menciptakan kinerja auditor

internal yang lebih baik.

Menurut penelitian Nugraha dan Ramantha (2015), auditor dengan

pandangan profesionalisme yang tinggi akan memberikan pengaruh positif bagi

kinerjanya, sehingga hasil audit laporan keuangan akan lebih dapat dipercaya oleh

para pengambil keputusan perusahaan yang dimana semakin tinggi tingkat

profesionalis-me auditor maka kinerja yang dihasilkan akan semakin memuaskan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Sudiksa dan I Made

Karya Utama (2016) menunjukkan bahwa profesionalisme dapat dikatakan salah

satu syarat utama bagi seseorang yang menjadi internal auditor, sebab dengan

profesionalisme yang tinggi, hasil pekerjaan internal auditor akan semakin baik.

Page 41: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

53

Internal auditor yang memiliki profesionalisme tinggi akan memberikan

kontribusi yang dapat dipercaya oleh para pengambil keputusan.

Profesionalisme yang dimiliki seorang auditor sebagai indikator penting

yang harus ada dalam diri seorang auditor dalam melaksanakan tugas dan

tanggungjawabnya. Sehingga apabila profesionalisme telah diterapkan dalam diri

auditor, maka hal tersebut akan berpengaruh dalam peningkatan kinerja auditor

yang dihasilkan. Auditor yang profesional akan menghasilkan kinerja yang

berkualitas (Akbar, 2015).

2.2.2 Pengaruh Independensi terhadap Kinerja Auditor Internal

Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksa, organisasi

pemeriksa dan pemeriksa harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari

gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi

independensinya (SPKN, 2007:24).

Menurut Arens dkk dalam Amir Abadi Jusuf (2013:42) menjelaskan bahwa: “auditor harus mempertahankan sikap mental yang independen dalam semua hal yang berhubungan dengan audit. Semakin tinggi independensi auditor maka kinerja auditor yang dihasilkan akan semakin lebih baik.”

Menurut The Institute of Internal Auditor dalam Standard for Professional

Practice of Internal Auditing diterjemahkan IIA Indonesia (2017:8) mengenai

independensi auditor internal, yaitu :

“Aktivitas audit internal harus independen dan auditor internal harus

obyektif dalam melaksanakan tugasnya.”

Sedangkan menurut Sawyer yang diterjemahkan oleh Ali Akbar (2009:35)

menjelaskan bahwa :

Page 42: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

54

“Auditor internal yang profesional harus memiliki independensi untuk memenuhi kewajiban profesionalnya; memberikan opini objektif, tidak bias, dan tidak dibatasi; dan melaporkan masalah apa adanya, bukan melaporkan sesuai keinginan eksekutif atau lembaga. Auditor internal harus bebas dari hambatan dalam melaksanakan auditnya. Hanya dengan begitu auditor internal bisa disebut melaksankan audit dengan profesional.”

menurut penelitian yang dilakukan oleh Suryadi (2015) menyatakanbahwa:

“Dengan semakin independen seorang auditor maka akan mempengaruhi tingkat pencapaian pelaksanaan suatu pekerjaan yang semakin baik atau dengan kata lain kinerjanya akan menjadi lebih baik.”

menurut penelitian yang dilakukan oleh Murtiadi Awaluddin (2013)

menyatakan bahwa:

“Independensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Auditor. Ini mengindikasikan bahwa peningkatan Independensi akan diikuti dengan peningkatan Kinerja Auditor, dengan asumsi faktor-faktor lain yang mempengaruhi besar kecilnya Kinerja Auditor dianggap konstan.”

Dalam penelitiannya I Putu Parta Yadnya dan Dodik Ariyanto (2017)

menemukan bahwa independensi memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja

auditor. Independensi auditor merupakan suatu sikap kejujuran seorang auditor

untuk menyelesaikan tugas-tugasnya dengan kesungguhan hati agar menghasilkan

kinerja yang maksimal dan tinggi.

Menurut penilitian yang dilakukan oleh M.Taufik Akbar (2015)

menunjukkan bahwa auditor yang benar-benar independen maka auditor tidak

akan terpengaruh oleh kliennya, maka kinerjanya akan lebih baik. Karena

independensi merupakan salah satu faktor yang menentukan dari kualitas audit.

Berdasarkan penelitian diatas, maka penulis dapat menyimpulan bahwa

independensi berpengaruh positif terhadap kinerja auditor dimana semakin baik

independensi seorang auditor maka kinerjanya juga akan semakin baik

Page 43: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

55

2.2.3 Pengaruh Komitmen Organiasi terhadap Kinerja Auditor Internal

Komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja auditor internal karena

auditor yang memiliki tingkat komitmen yang tinggi terhadap organisasi

cenderung memiliki sikap keberpihakan, rasa cinta, dan kewajiban yang tinggi

terhadap organisasi sehingga hal ini akan memotivasi mereka untuk

menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepada mereka dengan dewasa secara

psikologis dan bertanggung jawab. Semua ini pada gilirannya akan meningkatkan

kinerja pegawai baik dilihat dari aspek pekerjaan maupun dari aspek karakteristik

personal. Edy Sujana (2012).

Menurut Kreitner dan Kinicki (2014:165) yang

diterjemahkan oleh Desi Adhariani mendefinsikan sebagai berikut:

“tingkatan dimana seseorang mengenali sebuah organisasi dan terikat pada tujuan-tujuannya. Ini adalah sikap kerja yang penting karena orang-orang yang memiliki komitmen diharapkan bisa menunjukkan kesediaan untuk bekerja lebih keras demi mencapai tujuan organisasi dan memiliki hasrat yang lebih besar untuk tetap bekerja di suatu perusahaan”.

Menurut Newstorm (2011:223) yang diterjemahkan oleh Zahrotul

Firdausy menyatakan bahwa:

“Komitmen organisasi merupakan ukuran kesediaan karyawan untuk tetap tinggal di dalam organisasi di masa mendatang. Komitmen karyawan pada organisasinya dapat terlihat pada kepercayaannya terhadap misi dan tujuan organisasi, kesediaan untuk meningkatkan usaha dalam pencapaian suatu tujuan, serta intensi untuk meningkatkankinerja di organisasi tersebut.”

Menurut penelitian Larasati dan Laksito (2013) apabila auditor internal

sudah memiliki rasa komitmen pada organisasinya, maka auditor internal akan

berusaha untuk meningkatkan kinerja auditor agar organisasi perusahaan tempat ia

bekerja dapat mencapai tujuan yang ditentukan.

Page 44: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

56

Sedangkan menurut penelitian Hanna dan Firnanti (2013) Seorang auditor

yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap organisasinya akan mempengaruhi

motivasinya untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan

organisasinya sehingga dapat meningkatkan kinerja auditor. Komitmen organisasi

sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kinerja auditor internal, komitmen yang

tepat akan memberikan motivasi yang tinggi dan memberikan dampak yang

positif terhadap kinerja suatu pekerjaan. Jika auditor merasa jiwanya terikat

dengan nilai-nilai organisasional yang ada maka dia akan merasa senang dalam

bekerja, sehingga kinerjanya dapat meningkat.

Sedangkan menurut Taufik dan Kemala (2013), jika pekerja merasa

jiwanya terikat dengan nilai-nilai organisasional yang ada maka dia akan merasa

senang dalam bekerja, sehingga kinerjanya dapat meningkat.

Page 45: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

57

Berdasarkan uraian teori di atas maka kerangka pemikiran yang digunakan

oleh penulis dapat dijelaskan ds bagan sebagai berikut :

Page 46: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

58

Page 47: repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/43088/4/BAB II fixx.docx · Web view2.1.1.1 Pengertian Profesionalisme Profesionalisme merupakan standar perilaku yang diterapkan untuk

59

2.3 Hipotesis

Pengertian hipotesis menurut Sugiyono (2015:93) adalah sebagai berikut:

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.”

Kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas, menjadi landasan bagi

penulis untuk mengajukan hipotesis sebagai berikut:

Hipotesis 1: Terdapat pengaruh Profesionalisme terhadap kinerja auditor internal

Hipotesis 2: Terdapat pengaruh Independensi terhadap kinerja auditor internal

Hipotesis 3: Terdapat pengaruh Komitmen Organisasi terhadap kinerja auditor

internal

Hipotesis 4: Terdapat pengaruh Profesionalisme, Independensi, dan Komitmen

Organisasi terhadap kinerja auditor internal