Upload
others
View
16
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN
MEMBACA SISWA SD INPRES PERUMNAS ANTANG II/I KOTA
MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan guna memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan
pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu
pendidikan universitas muhammadiyah makassar
SYARIFAH MAULIDYAWATI. F
105401108716
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
i
IMPLEMENTASI KULTUR LITERASI DALAM KETERAMPILAN
MEMBACA SISWA SD INPRES PERUMNAS ANTANG II/I KOTA
MAKASSAR
PROPOSAL
SKRIPSI
Diajukan guna memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan
pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu
pendidikan universitas muhammadiyah makassar
SYARIFAH MAULIDYAWATI. F
105401108716
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
iii
iv
v
vi
vii
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Hidup itu bagaikan skripsi, banyak bab dan revisi yang harus dilewati.
Tetapi akan selalu berakhir indah bagi mereka yang pantang menyerah.
Kupersembahkan Skripsi ini sebagai kado terindah untuk Almarhum Ayahanda Ir.Fakhruddin Harun
dan Ibundaku yang tercinta Hj.Syarifah Nur Qalbi Latief yang selalu memberi do’a restu dan mendukung saya dalam memperoleh
gelar sarjana Serta seluruh keluarga dan teman-temanku tersayang yang senantiasa mendoakan dan membantu atas segala keberhasilanku
viii
ABSTRAK
Syarifah Maulidyawati.F. 2020. Implementasi Kultur Literasi dalam Keterampilan
Membaca Siswa Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I Kota Makassar.
Skripsi.Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.Pembimbing I. Andi Sukri
Syamsuri dan Pembimbing II Sri Rahayu.
Membudayakan membaca merupakan sebuah upaya yang mendukung dalam
menumbuhkan rasa cinta membaca. Literasi di sekolah sudah banyak diterapkan di
berbagai sekolah, melalui berbagai kegiatan-kegiatan yang diterapkan. Membaca
adalah salah satu pintu untuk mencari informasi-informasi yang dapat bermanfaat
dalam kehidupan, dengan aktif membaca buku juga mampu mengasah keterampilan
membaca.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) Mendeskripsikan implementasi
kultur literasi dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa di Sekolah Dasar
Inpres Perumnas Antang II/I. (2) Mendeskripsikan implikasi implementasi kultur
literasi dalam keterampilan membaca siswa di Sekolah Dasar Inpres Perumnas
Antang II/I. (3) Mendeskripsikan faktor keberhasilan dan kendala dalam
implementasi kultur literasi dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa di SD
Inpres Perumnas Antang II/I.
Untuk mencapai tujuan diatas menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan
pendekatan Studi Kasus. Instrumen kunci dalam peneltian ini adalah peneliti sendiri,
dan teknik pengambilan data yang digunakan yaitu observasi.wawancara, dan
dekomentasi.Kemudian data analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan tahap reduksi data (Data Reduction), penyajian data (Data
Display), dan tahap verifikasi/menarik kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kuktur literasi di Sekolah
Dasar Inpres Perumnas Antang II/I di terapkan melalui gerakan literasi sekolah
(GLS).Adapun pelaksanaan gerakan literasi sekolah (GLS) tersebut adalah
dilaksanakan selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai.Penyediannya yaitu
pemanfaatan perpustakaan sekolah. Faktor keberhasilan dalam implemtasi kultur
literasi adalah penyediaan buku bacaan yang memadai, antusias siswa, dan dukungan
dari publik. Dan adapun faktor kendala dari implmentasi kultur literasi tersebut yaitu
kegiatan akademik sewaktu-waktu diadakan di sekolah.
.
Kata kunci: Kultur literasi dan Keterampilan Membaca
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Kuasa, karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini sebagai salah satu
persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Prodi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar. Salam dan salawat yang melimpah semoga selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad saw beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang istiqomah dan
setia di jalan Allah, hingga akhir zaman nanti. Amin, ya rabbal alamin !
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada ayahanda
Fakhruddin Harun dan ibunda Syarifah Nur Qalbi Latief yang telah mencurahkan
cinta dan kasih sayangnya, serta doa yang tiada henti-hentinya demi kesuksesan
penulis.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak
dapat diselesaikan.Oleh karena itu, penulis menyampaikan penghargaan dan terima
kasih sebesar-besarnya kepada. Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum Pembimbing I
dan Sri Rahayu, S.Pd.,M.Pd. Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk
memberikan arahan, motivasi, serta bimbingan dengan penuh kesabaran dan
ketulusan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Tidak lupa pula penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih
kepada Prof. Dr. H. Ambo Asse MAg. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar,
x
Erwin Akib, S,.Pd., M.Pd., Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
yang telah membinadan memberikan kemudahan sihingga penulisdapat
menyelesaikan skripsi ini.
Begitu pula ucapan terima kasih kepada Aliem Bahri, S.Pd., M.Pd. Ketua Prodi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar; dan para dosen Prodi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas bimbingan dan jasa-jasa
beliau selama penulis mengikuti perkuliahan.
Saran dan kritik dari semua pihak sangat penulis harapkan sebagai bahan acuan
untuk perbaikan dan penyempurnaan karena skripsi ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan.
Makassar, 2020
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN .......................................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN ............................................................................................... v
MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ x
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 5
xi
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 6
E. Defenisi Istilah .................................................................................................. 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ..................................................................................... 9
A. LANDASAN TEORI ....................................................................................... 9
1. Kultur Literasi/Budaya Membaca .............................................................. 9
2. Keterampilan Pokok Guru Literasi .......................................................... 25
3. Sekolah Literasi ....................................................................................... 27
4. Kemampuan Membaca............................................................................. 28
a. Pengertian Membaca .......................................................................... 29
b. Tujuan Membaca ................................................................................ 31
c. Jenis-Jenis Membaca .......................................................................... 32
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Membaca................................... 33
B. KERANGKA PIKIR ..................................................................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 35
A. Jenis Penelitian ......................................................................................... 35
B. Kehadiran Penelitian ................................................................................ 36
C. Lokasi Penelitian ...................................................................................... 37
D. Subyek Penelitian ..................................................................................... 37
xii
E. Data dan Sumber Data ............................................................................ 37
F. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 39
G. Teknik Analisis Data ................................................................................ 42
H. Pengecekan Keabsahan Temuan .............................................................. 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 48
A. Paparan Objek Penelitian ......................................................................... 48
B. Hasil Penelitian ........................................................................................ 50
C. Pembahasan .............................................................................................. 75
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 93
A. Simpulan ................................................................................................. 93
B. Saran ........................................................................................................ 94
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 96
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................... 98
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ 119
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Kecakapan Literasi ........................................................................................... 58
4.2 Kecakapan pada Tahap Pengembangan ............................................................ 60
4.3 Kecakapan Tahap Pembelajaran ....................................................................... 64
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pikir ............................................................................................35
3.1 Komponen dalam Analisis Data..................................................................43
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Pengantar Penelitian ......................................................................... 99
2. Surat Permohonan Izin ............................................................................. 100
3. Surat Izin Penelitian ................................................................................ 101
4. Hasil Wawancara ..................................................................................... 102
5. Hasil Observasi ........................................................................................ 114
6. Foto Dokumentasi Kegiatan ..................................................................... 116
7. Riwayat Hidup Penulis ............................................................................. 119
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses dalam pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan sangat dekat dengan istilah
“Literasi”. Literasi ini memiliki arti makna yang meluas dari waktu ke waktu.
Kemampuan literasi hanya sebatas pada komponen individu dalam mengerti
dan mengetahui dengan baik konsep-konsep bahas bahasa yang mencakup
kosakata dan pemahaman bahasa lisan, kesadaran fonologis, keterampilan
membaca, pengetahuan huruf dan bunyi huruf, mengeja kata. Kultur dan
budaya merupakan cara berpikir yang berasal dari kebebasan tingkah laku
manusia. Terkait dengan kebiasaan membaca, maka kultur membaca perlu
dibudidayakan dalam kehidupan sebagai wujud implementasi budaya
membaca, menulis dan bepikir kritis. Hal ini senada dikemukakan oleh
Arisma (2012) bahwa membaca dapat seseorang dalam mendapatkan
informasi yang diperoleh. Pentingnya menumbuhkan gemar membaca
merupakan upaya yang mendukung dalam menumbuhkan rasa cinta
membaca. Literasi di sekolah melalui berbagai kegiatan atau program yang
2
diterapkan. Walaupun sampai saat ini masih banyak kendala-kendala yang
dihadapi.
Menurut Harras (2011:5) Literasi paling dasar adalah keterampilan
membaca, yaitu pengembangan kemampuan memahami lambang-lambang
bahasa tulis secara komprehensif. Literasi kemudian dapat diartikan sebagai
sebuah kemampuan membaca yang sering disebut dengan istilah “melek
aksara”atau kebaksaraan.
Kebutuhan literasi dalam menghadapi era industri sangat diperlukan
agar mampu mengoptimalkan potensinya secara maksimal. Untuk itu perlu
dipersiapkan siswa yang mampu menggunakan literasi dalam setiap aktivitas
belajarnya. Literasi yang sangat dibutuhkan yaitu literasi membaca, menulis
dan berpikir kritis siswa. Kegiatan tersebut merupakan aktivitas dasar yang
menjadi modal dalam pembentukan keterampilan berbahasa. Melalui
membaca dan menulis diharapkan dapat membekali siswa dalam memperoleh
keberhasilan pendidikan. Berkaitan dengan itu, pemerintah telah
mencanangkan budaya literasi di sekolah yang harus diterapkan sesuai dengan
kurikulum 2013.
Literasi sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat diera sekarang
ini. Dengan akses informasi yang cepat, menuntut kita untuk cepat pula dalam
memahami melalui aktivitas membaca. Hal inilah yang menjadi salah satu
substansi penting perlunya literasi menjadi kemampuan dan keterampilan
yang kita kuasai saat ini. Uuntuk mewujudkan generasi literat, diperlukan
3
pengembangan pendidikan yang berbasiskan literasi, yaitu pendidikan yang
mengedepankan kegiatan belajar berorientasikan pada tujuan peningkatan
kemampuan membca, berpikir dan menulis anak didik..
Melihat bahwa budaya membaca di Indonesia pada peringkat bawah,
ketika UNESCO mencatat indeks minat baca di Indonesia baru mencapai
0,001, artinya pada setiap 1.000 orang hanya ada satu orang yang punya minat
membaca, rata-rata membaca nol sampai satu buku pertahun masyarakat di
Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa budaya membaca atau kultur literasi
di Indonesia masih rendah sehingga hal ini perlu diterapkan dengan baik
khususnya di persekolahan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan harus
menerapkan budaya membaca dengan cepat, sehingga dapat menciptakan
generasiyang gemar membaca dan menulis.
Sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam mengembangkan
kemampuan siswanya. Berbagai sistem dan program yang diterapkan di
sekolah, seperti program fullday, sistem pembelajaran berbasis ICT, program
tahfidz Al-Qur’an, gerakan literasi sekolah, sekolah adiwiyata, sekolah
berbasis agama islam. Semua program tersebut merupakan bentuk
pengembangan pendidikan di sekolah Indonesia.
Pentingnya menumbuhkan gemar membaca, dengan membudayakan
membaca merupakan sebuah upaya mendukung dalam menumbuhkan rasa
cinta membaca. Literasi di sekolah sudah banyak diterapkan di berbagai
sekolah, melalui berbagai kegiatan-kegiatan atau program-program yang
4
diterapkan. Walaupun mungkin masih banyak kendala-kendala yang dihadapi.
Membaca merupakan kegiatan melihat tulisan bacaan dan proses memahami
isi suatu bacaan.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan di Sekolah Dasar
Inpres Perumnas Antang II/I menunjukkan bahwa gerakan literasi sekolah
(GLS) yang dalam pelaksanaannya dilakukan dalam kegiatan 15 menit
membaca di kelas sebelum pembelajaran dimulai. Gerakan literasi sekolah ini
berimplikasi dalam meningkatkan keterampilan membaca siswa , terutama
dalam kemampuan memahami bacaan, menambah kosakata dan menceritakan
kembali isi bacaan yang telah dibaca dengan bahasa sendiri. Adapun faktor
keberhasilan dalam kultur literasi yaitu dengan menyediakan buku yang
memadai, antusias siswa , dan dukungan publik.
Penelitian terdahulu yang relevan digunakan sebagai bahan acuan
pengembangan terhadap penelitian ini. Penelitian dari saudara Olynda Ade
Arisma tahun 2012 dengan judul Peningkatan Minat dan Kemampuan
Membaca melalui penerapan Program Jam Baca di Sekolah di Kelas VII SMP
Negeri 1 Puri. Penelitian ini di latarbelakangi dengan rendahnya minat
membaca siswa dan berdampak pada kemampuan membaca siswa . Hal
tersebut sesuai dengan hasil penelitian di SMP Negeri 1 Puri yang
membuktikan bahwa siswa memiliki minat baca yang rendah. Oleh karena
itu, peneliti melakukan tindak lanjut untuk meningkatkan minta dan
keterampilan membaca siswa.
5
Penelitian saudara Olynda ini bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan membaca siswa dengan menerapkan program jam baca.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan melakukan rancangan
penelitian tindakan kelas. Adapun teknik pengumpulan data yaitu, teknik
observasi, teknik wawancara, dan teknik kuesioner.
Penelitian saudara Olynda diatas berbeda dengan penelitian yang
peneliti ambil. Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya minat membaca
di Indonesia, di Sekolah Dasar (SD) Inpres Perumnas Antang II/I telah
melaksanakan program-program melalui kultur literasi atau budaya membaca,
dalam berbagai penerapan kultur literasi tersebut peneliti mencoba
mengimplementasikan kultur literasi dalam meningkatkan kemampuan baca
siswa . Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan
pendekatan studi kasus, teknik observasi,dan teknik wawancara,
Melihat hal diatas maka peneliti mengajukan sebuah penelitian terkait
kultur literasi atau budaya membaca bagi siswa dalam mengaitkan
kemampuan membaca yang tersusun dalam judul penelitian: “Implementasi
kultur literasi dalam Keterampilan Membaca Siswa SD Inpres
Perumnas Antang II/I Kota Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka adapun rumusan masalah pada
peneliti ini adalah:
6
1. Bagaimana implementasi kultur literasi dalam keterampilan membaca
siswa di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I?
2. Bagaimana implikasi implementasi kultur literasi dalam keterampilan
membaca siswa di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I?
3. Apa saja faktor keberhasilan dan kendala dalam implementasi kultur
literasi dalam keterampilan membaca siswa di Sekolah Dasar Inpres
Perumnas Antang II/I?
C. Tujuan Masalah
1. Mendeskripsikan implementasi kultur literasi dalam keterampilan
membaca siswa di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I
2. Mendeskripsikan implikasi implementasi kultur literasi dalam
keterampilan membaca siswa di Sekolah Dasar (SD) Inpres Perumnas
Antang II/I.
3. Mendeskripsikan faktor keberhasilan dan kendala dalam implementasi
kultur literasi dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa di
Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini dapat sebagai acuan dalam penelitian lain terkait dalam
membudayakan membaca dalam meningkatkan keterampilan membaca
terutama pada siswa tingkat sekolah dasar (SD).
7
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa agar lebih giat
dan aktif dalam proses pembelajaran serta dapat meningkatkan
kemampuan membaca.
b. Bagi Guru
Sebagai referensi guru dalam memberikan pengalaman belajar yang baik
terutama dalam menumbuhkan gemar membaca siswa untuk
meningkatkan kemampuan membaca sehingga dapat menaikkan kualitas
belajar pada diri siswa .
c. Bagi Sekolah
Memberikan tambahan literatur bagi sekolah sebagai pedoman dalam
pelaksaan pendidikan.
d. Bagi Peneliti
Dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian
sejenis dalam bidang yang sama.
E. Definisi Istilah
1. Kultur Literasi
Kutur literasi/budaya membaca merupakan sebuah kebiasaan gemar
membaca, menerapkan dengan sepenuh hati tanpa ada paksaan dalam
melaksanakan kegiatan membaca,. Membaca sebuah kebutuhan untuk
8
mengembangkan wawasan dan memperoleh informasi sebanyak-banyaknya
dari buku dan lain-lain.
2. Kemampuan Membaca
Kemampuan membaca adalah kemampuan dalam memahami aksara secara
tulisan dan berbagai bacaan. Kemampuan memahami aksara atau membaca
mampu bedakan huruf-huruf atau simbol-simbol yang tertulis dalam sebuah
teks atau buku dan lain-lain. Sehingga individu mampu mengucapkan bunyi
sesuai pengetahuannya dalam memahami aksara huruf/simbol dengan benar
atau disebut membaca.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kultur Literasi/ Budaya Membaca
Budaya adalah hal yang tercipta dalam kehidupan manusia yang
terlaksana secara turun temurun. Manusia dalam kehidupannya tidak lepas
dari kebudayaan yang telah melekat dalam dirinya, Sujarwa (2010)
menjelaskan bahwa kata “kebudayaan” berasal dari bahasa sansekerta
buddhayah, yaitu bentuk jamak dari “budhi” yang berarti budi atau akal.
Budaya atau kultur itu dapat dikatakan sebuah kebiasaan yang
terbentuk dari pikir manusia, berasal dari tingkah laku dan hasil laku
manusia. Terkait dengan kultur membaca atau budaya membaca dapat
dikatakan sebagai kebiasaan individu dalam menjalankan budaya atau
kebiasaan tersebut yang telah terbentuk dan terimplementasi dalam
kelompok dimana individu itu berada, sehingga individu harus menataati
dan menjalankannya. Membaca merupakan salah satu keterampilan
berbahasa, melalui membaca mampu menambah wawasan, dengan
membaca dapat pula memberikan informasi-informasi baru yang
bermanfaat dalam kehidupan manusia.
Menumbuhkan rasa cinta membaca atau kepekaan literasi dapat
dimulai dari lingkungan keluarga, lalu didukung dan dikembangkan di
lingkungan sekolah. Dimana lingkungan sekolah adalah tempat
memperoleh pendidikan, pendidikan di sekolah tak lepas dari
10
pembelajaran yang ditetapkan. Sekolah harus pintar dalam mengelolah dan
menumbuhkan minat literasi pada siswa , dengan begitu rasa cinta membaca
sudah melekat pada diri siswa . Melalui program literasi dengan memberikan
kebiasaan-kebiasaan membaca pada anak atau siswa adalah hal yang paling
pentig dalam menumbukan minat baca siswa menjadi lebih baik.
Literasi dalam bahasa Inggris yaitu literacy yang berasal dari bahasa
latin littera (huruf) yang mempunyai pengertian melibatkan penguasaan
sistem-sistem tulisan dan konvensi-konvesi lainnya. Literasi itu sendiri
diartikan melek huruf, kemampuan baca tulis, kemelakan wacanaan atau
kecakapan dalam membaca dan menulis. Literasi pada awalnya hanya
berhubungan dengan kegiatan membaca semata. Membaca sebagai suatu
kemampuan dalam memahami lambang-lambang bahasa, yang kemudian dari
kemampuan memahami lambang bahasa tersebut digunakan untuk aktivitas
membaca teks guna memahami informasi dan ilmu pengetahuan.
Adapun tujuan-tujuan dari pembelajaran literasi yaitu:
a. Membentuk siswa menjadi pembaca, penulis, dan komunikasi yang
strategis.
b. Meningkatkan kemampuan berpikir dan mengembangkan kebiasaan
berpikir pada siswa .
c. Meningkatkan dan memperdalam motivasi belajar siswa .
11
d. Mengembangkan kemandirian siswa sebagai seorang pembelajar yang
kreatif, inovatif, produktif, dan berkarakter (The Ontario, Ministry of
Education, 2006).
Keempat tujuan pembelajaran literasi di atas saling berhubungan dan
saling memperkuat. Selain itu, keempat tujuan pembelajaran literasi di atas
bukan hanya diperuntukkan bagi bidang bahasa, melainkan untuk berbagai
bidang ilmu lain. Dengan kata lain, tujuan pembelajaran literasi di atas
bersifat lintas kurikulum, bahkan bersifat multiliterat.
Pembelajaran literasi pertama, adalah fokus teks. Fokus ini
menetapkan bahwa standar utama yang harus dicapai dalam pembelajaran
literasi lebih ditekankan pada aspek lingulistik dalam sebuah teks. Bertemali
dengan hal ini, fokus ini memandang bahwa pembelajaran literasi ditekankan
untuk mencapai standar literasi sebagai berikut:
a. Menguasai berbagai sistem bahasa yang digunakan untuk membuat
makna, meliputi pragmatis, jenis teks, genre, struktur teks, semnatik,
sintaksis, morfologi, ortografi, grafofonemik, dan grafem.
b. Menguasai konsep tentang perbedaan bahasa tulis dan bahasa lisan
c. Menguasai konsep sistem variasi (dialek) yang terdapat di dalam
kelompok sosial, sponsor, dan lembaga tertentu, misalnya etnis, budaya,
kelas sosial, agama, keluarga, rekreasi, pekerjaan, sekolah, dan
pemerintah.
12
Dengan memiliki kemampuan membaca, seseorang kemudian
memiliki keterkaitan membaca. Di sinilah, minat membaca kemudian muncul
pada diri seseorang yang telah bisa membaca. Melalui minat dan kemampuan
membaca inilah, seseorang akan melakukan kegiatan literasi dasar, yaitu
membaca untuk mengakses ilmu pengetahuan dan informasi. Informasi dan
ilmu pengetahuan pada diri seseorang. Membaca akan meluaskan
pengalaman dan pengetahuan seseorang atau menjadikan seseorang literal,
yaitu memiliki minat baca yang tinggi.
Setelah individu memiliki kemampuan dan minat membaca, literal
kemudian meningkat terkait dengan kemauan dan kebiasaan mengoptimalkan
kemampuan membaca menjadi sebuah aktivitas keseharian. Artinya individu
terbiasa mengakses informasi dan ilmu pengetahuan melalui kegiatan
membaca. Dari sinilah, literasi terkait dengan aktuvitas membaca yang
intensif dan berkesinambungan. Hal ini penting karena individu yang sudah
memiliki kemampuan membaca serta-merta kemudian mau menggunakan
keterampilannya itu dalam aktivitas sehari-hari. Dari sinilah budaya dan
kebiasaan menjadi fokus kedua dalam konsep literasi. Individu atau
masyararakat yang memiliki tingkat literasi tinggi bukan semata ditentukan
karena kemampuan dan minat membacanya saja, tetapi juga kebiasaan dan
budaya membaca.
Pendidikan di Indonesia saat ini menerapkan kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 tersebut dapat diperhatikan beberapa faktor. Kurikulum
13
2013 merupakan kurikulum yang berbasis karakter melalui pendekatan
berbasis tematik saintifik. Dalam pembelajaran saintifik diketahui bahwa
dalam pelaksanaan pembelajaran harus memuat 5M yaitu mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi/mengolah informasi, dan
mengkomunikasikan. Aktivitas tersebut dalam 5M berkaitan dengan
kemampuan literasi dalam pembelajaran yaitu kemampuan yang dimiliki
siswa dalam kemampuan mendengarkan, kemampuan membaca, kemampuan
menulis dan kemampuan berbicara.
Pada pembelajaran di tingkat SD sampai SMP/MTs, literasi lebih
ditekankan pada kemampuan membaca dan menulis. Tarigan (2010)
menjelaskan bahwa ada lima alasan, mengapa literasi lebih diarahkan kepada
keterampilan membaca dan menulis yaitu:
Alasan pertama, pembaca adalah penyusun atau pembangun makna, setiap
pembaca mempunyai beberapa tujuan. Tujuan itu menggerakkan pikirannya
tentang topik teks dan mengaktifkan hubungan pengetahuan latar belakangnya
dengan isi teks dan mengaktifkan hubungan pengetahuan latar belakangnya
dengan isi teks. Penulis juga bertindak melalui proses yang sangat mirip
dengan membaca. Tujuan untuk menulis untuk menggerakkan pikirannya
tentang topik yang akan ditulis dan akan mengaktifkan pengetahuan latar
belakangnya sebelum mulai menulis.
Alasan kedua, membaca dan menulis meliputi pengetahuan dengan proses
yang sama. Membaca dan menulis diajarkan bersama karena keduanya
14
berkembang bersama secara alami. Membaca dan menulis saling berbagi
proses dan tipe pengetahuan yang sama. Pengetahuan yang dihasilkan dalam
bentuk tulisan merupakan hasil dari proses membaca suatu teks yang sama.
Alasan ketiga, pembelajaran membaca dan menulis secara bersama
meningkatkan prestasi. Berdasarkan tinjauan penelitian tentang pengaruh
membaca dan menulis bersama, disimpulkan bahwa menulis menggiring pada
peningkatan prestasi membaca, membaca mengiring pada kemampuan
menulis yang lebih baik, dan kombinasi pembelajaran keduanya menggiring
pada peningkatan kemampuan membaca dan menulis.
Alasan keempat, membaca dan menulis besama membantu perkembangan
komunikasi. Membaca dan menulis bukan hanya keterampilan untuk
dipelajari agar mendapatkan nilai tes prestasi yang lebih baik tetapi
prosesnyaitulah yang menolong berkomunikasi secara efektif. Penggabungan
itu memungkinkan siswa berpastisipasi dalam proses komunikasi dan
hasilnya lebih memetik nilai-nilai makna literasi.
Alasan kelima, kombinasi membaca dan menulis menggiring pada hasil yang
bukan diakibatkan oleh salah satu prosesnya. Suatu elemen yang penting
dalam pembelajaran literasi secara umum adalah berpikir dalam kombinasi
pembelajaran menulis dan membaca. Para siswa diajak pada berbagai
pengalaman yang menuntun pada keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Kerangka pembelajaran membaca dan menulis yang membutuhkan
kemampuan siswa dalam mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan
15
informasi. Pembelajaran literasi tersebut dapat dilakukan dengan mengacu
pada kerangka konsep pembelajaran literasi dibawah ini.
Gipayana (2010) menjelaskan kerangka konsep-konsep pembelajaran
literasi tersebut dijelaskan beberapa hal mengenai; 1) pendekatan
keterampilan pada pembelajaran literasi berfokus pada proses pengajaran
encoding dan decoding, misalnya: membaca dan menulis, 2) Analisis wacana
kritis; literasi berkaitan dengan analisis wacana, yaitu kajian mengenai bahasa
lisan dan tulisan dalam situasi sosial, 3) Multiliterasi dengan media lainnya
dimana dibentuk dan disampaikan, 4) Pendekatan yang berfokus pada
pengetahuan eksternal yang perlu diperoleh siswa , oleh karena itu diperlukan
arahan atau instruksi agar siswa memperoleh pengetahuan itu, 5) Pendekatan
Growth dan Heritage: dalam pembelajaran literasi (pembelajaran membaca
dan menulis) merupakan bagian dari perkembangan pribadi siswa di dalam
warisan budaya, 6) Pendekatan konstruktivis berfokus pada pengetahuan apa
yang dibawa oleh siswa di dalam proses pembelajaran dan bagaimana
pengetahuan tersebut digunakan untuk mengkonstruksi atau membangun
pengetahuan yang baru, 7) Teori genre: kerangka untuk memahami berbagai
jenis teks dan makna yang menjadi ciri fitur teks-teks tersebut, 8) Literasi
kritis; kajian ini berpusat pada apa, mengapa, bagaimana, dan kapan kita
membaca, 9) Pendekatan kritis-budaya; pada pembelajaran literasi, membaca
dan menulis merupakan bagian dari pengalaman kehidupan sosial siswa yang
mendorong siswa agar menjadi seseorang yang mampu menganalisis suatu
16
teks bacaan. Para peneliti mulai mengarahkan guru-guru untuk menyajikan
pengajaran membaca pemahaman pada perspektif yang lebih luas, yakni
pengajaran literasi.
Membaca seharusnya menjadi salah satu hal yang sangat diidentik
dengan dunia remaja terutama dikalangan pelajar. Pengembanagan minat
membaca diusia dini mungkin dapat membantu seseorang untuk selalu
membuka gerbang ilmu pengetahuan melalui buku untuk masa depannya.
Masa remaja memiliki rentang usia 12-21 tahun. Dalam masa inilah,
seseorang harus menanamkan kebiasaan membaca agar lebih mempermudah
dalam mengakses segala ilmu. Adapun langkah-langkah penerapan program
literasi sekolah dalam meningkatkan kemampuan membaca yaitu:
1. Kegiatan Tahap Pembiasaan
Pada tahap ini siswa dilatih membaca dalam hati, membaca
nyaring, dan menyimak. Ini untuk meningkatkan rasa cinta membaca di
luar pelajaran, meningkatkan rasa percaya diri, dan menumbuh
kembangkan penggunaan berbagai sumber bacaan. Kegiatan ini dilakukan
dengan membiasakan membaca 15 menit sebelum mulai pelajaran atau
sesudah pelajaran berakhir.
2. Kegiatan Tahap Pengembangan
Kegiatan tahap ini prinsipnya merupakan kegiatan tindak lanjut
dari tahap pembiasaan. Pada tahap ini siswa didorong untuk menunjukkan
keterlibatan pikiran dan emosinya dalam proses membaca. Langkah ini
17
dapat dilakukan melalui kegiatan produktif secara lisan maupun tulisan.
Kegiatan produktif ini tidak selalu dinilai secara dinamik. Misalnya saat
siswa membaca karya sastra cerita pendek. Maka langkah selanjutnya
yaitu siswa menuliskan ulang cerita yang dibaca dengan menggunakan
bahasa sendiri. Bagi kelas tinggi bisa saja meringkas untuk atau membuat
sinopsis sebuah novel yang dibaca.
Kegiatan dalam tahap pengembangan literasi atau budaya
membaca memerlukan waktu pembiasaan sekitar 15 menit. Meski
waktunya singkat perlu dipertimbangkan mengenai bentuk, frekuensi, dan
durasi pelaksanaannya, yaitu harus disesuaikan dengan kondisi sekolah
masing-masing. Sehingga kegiatan literasi tetap dapat dilaksanakan
dengan menyenangkan tanpa membebani siswa .
3. Kegiatan Tahap Pembelajaran
Kegiatan tahap pembelajaran dilakukan untuk mendukung
pelaksanaan kurikulum di sekolah, yaitu siswa diwajibkan membaca buku
nonteks pelajaran. Namun dalam pelakasanaanya harus tetap
mempertimbangkan beberapa prinsip. Prinsip-prinsip itu diantaranya,
buku yang dibaca berupa buku tentang pengetahuan umum, buku tentang
minat khusus, atau buku-buku yang dikaitkan dengan mata pelajaran.
Tujuan literasi antara lain mengembangkan kemampuan siswa dalam
memahami teks dan mengaitkannya dengan pengalaman indivdu sehingga
terbentuk individu pembelajar sepanjang hayat. Juga mengembangkan
18
berfikir kritis siswa dan mengolah kemampuan berkomunikasi secara
kreatif melalui kegiatan menanggapi buku bacaan dan buku pelajaran,
baik secara verbal, tulisan, visual, maupun teknologi lainnya.
Literasi paling dasar adalah keterampilan membaca, yaitu
pengembangan kemampuan memahami lambang-lambang bahasa tulis secara
komprehensif. Literasi kemudian dapat diartikan sebagai sebuah kemampuan
membaca yang sering disebut dengan istilah “melek aksara” atau
keberaksaraan (Harras 2011:5). Dengan demikian kemampuan membaca,
seseorang kemudian memiliki ketertarikan dengan kegiatan membaca.
Disinilah minat membaca muncul pada diri seseorang yang telah terbiasa
membaca.
Dalam konteks pendidikan, literasi hakikatnya sebuah seperangkat
kemampuan dan keterampilan untuk mendapatkan informasi dan ilmu
pengetahuan, kemampuan dan keterampilan literasi harus dilatih,
ditingkatkan, dan difungsikan dalam konteks dasar belajar, terutama dalam
konteks literasi dasar adalah belajar memahami saluran-saluran yang sering
digunakan untuk menyampaikan informasi dan ilmu pengetahuan. Dalam
konteks umum, literasi merupakan aktivitas belajar yang melibatkan
serangkaian kegiatan membaca, menulis, berpikir dalam pemroresan yang
berujung pada memahami, menyimpulkan, menafsirkan, menguraikan, dan
menganalisis atas segala hal yang dipelajari.
19
Membangkitkan budaya literasi atau kultur literasi memiliki manfaat
yang luar biasa bagi peradaban manusia. Indonesia sebagai negara
berkembang dimana minat membaca di negara Indonesia masih rendah,
padahal dengan tingginya minat membaca maka dapat pula meningkatkan
sumber daya manusianya, sehingga apabila sumber daya manusia itu bagus
dapat dipastikan negara Indonesia dapat menjadi negara yang maju. Terutama
dalam bidang pendidikan yang harus menggalakkan dan membudayakan
literasi atau cinta membaca bagi siswa sebagai generasi penerus bangsa.
Pendidikan selalu berkaitan dengan belajar baik di rumah, lingkungan, dan
sekolah, terutama sekolah yang mana siswa lebih sering mengisis waktu
belajar di sekolah. Sekolah tak luput dari kegiatan belajar untuk memberikan
pengetahuan bagi siswa , memperoleh pengetahuan ini identik diperoleh dari
membaca, dengan membaca dapat memperoleh informasi-informasi penting.
Pendidikan di Indonesia sekarang ini menerapkan kurikulum 2013.
Keberhasilan kurikulum 2013 dapat diperhatikan beberapa faktor, lingkungan
yang kondusif akademik dan partisipasi warga sekolah. Literasi memiliki
keterkaitan erat dengan pendidikan karena literasi dipersepsi sebagai sebuah
persyaratan untuk masuk dalam kegiatan belajar dalam pendidkan.
Sebagai usaha belajar, literasi tidak serta merta hadir secara alamiah
pada diri seseorang. Literasi didapat dari hasil pengalaman belajar seseorang
yang dimulai dari minat. Minat merupakan hasil dari pengalaman belajar.
Jadi, pengalaman belajar yang melahirkan minat itu akan menentukan
20
seberapa lama minat bertahan dan kepuasan yang diperoleh dari minat itu.
Minat terhadap aktivitas literasi harusnya tumbuh dalam kegiatan dan
pengalaman belajar seseorang.
Literasi sebagai aktivitas belajar dapat dilihat sebagai sesuatu yang
tergantung pada kegiatan kognitif. Literasi bisa dilihat sebagai produk
kegiatan belajar. Melalui belajar seseorang akan dapat memahami bahasa
sehingga dapat melakukan kegiatan membaca dan menulis dalam rangka
untuk mengakses informasi ilmu pengetahuan. Melalui belajar pula seseorang
seseorang akan dapat memiliki minat yang membentuk kebiasaan dan budaya
literasi. Dalam aktivitas belajar berliterasi ini seseorang kemudian dapat
menyampaikan ide gagasannya untuk dengan baik, jika kegiatan belajar
dilakukan dengan baik, maka minat dan budaya literasi dapat berkembang
dengan baik.
Sejalan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni serta tuntutan
perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global, akuntabilitas publik
terhadap kualitas pendidikan. Pembaharuan pendidikan secara terencana,
terarah, dan berkesinambungan perlu dilakukan. Pendidikan diharapkan
memiliki kesiapan dalam memberikan respon yang positif terhadap berbagai
tuntutan kebutuhan masyarakat. Rumusan tujuan pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia di barbagai kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia bisa
jadi berbeda-beda. Tujuan utama dalam mempelajari bahasa dan sastra
Indonesia adalah peserta didik memiliki keterampilan berbahasa atau yang
21
lazim disebut memiliki kemahiran berbahasa, kecakapan berbahasa, atau
kompetensi berbahasa, yang mencakup empat aspek keterampilan berbahasa
(menyimak, berbicara, membaca dan menulis).
Budaya literasi (tulis) sering dikontraskan dengan budaya lisan (oral).
Kedua budaya yang bersangkut paut dengan aktivitas berbahasa tersebut
memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kelebihan budaya
lisan, baik yang dipresentasikan dalam komunikasi bersemuka serta melalui
media audio-visual dengan segenap aspek gesture dan kinestetik yang
menyertainya, adalah kemampuannya dalam mengomunikasikan emotif dan
sering hal-hal abstrak yang sulit diungkapkan melalui budya literasi bisa
diungkapkan dengan lebih baik. Karena aspek emotif itu pula aktivitas
berbahasa lisan sering pula membuat tingkat partisipasi pendengar lebih
tinggi. Sementara itu, budaya literasi harus diakui sebagai landasan
perkembangan ilmu pengetahuan karena bahasa ilmu lebih menekankan pada
fungsi simbolik serta menekankan aspek presisi.
Upaya mengembangkan budaya literasi sesungguhnya telah
dilakukan pada kurikulum sebelumnya. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional (Permendiknas) No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi ditegaskan
bahwa akhir pendidikan di SD/MI, peserta didik telah membaca sekurang-
kurangnya sembilan buku sastra dan nonsastra; pada akhir pendidikan di
SMP/MTs, peserta didik telah membaca sekurang-kurangnya 15 buku sastra
dan nonsastra; dan pada akhir pendidikan di SMA/MA, peserta didik telah
22
membaca sekurang-kurangnya 15 buku sastra dan nonsatra. Indonesia
merupakan salah satu Negara yang berhasil mengurangi jumlah angka buta
huruf. Data UNDP tahun 2014 mencatat bahwa tingkat kemeleksaraan
masyarakat Indonesia mencapai 92,8% untuk kategori remaja, dan 98,8%
untuk kategori dewasa, pencapaian ini sebenarnya menunjukkan bahwa
Indonesia telah melewati tahap krisis literasi dalam pengertian
kemeleksaraan.
Dalam konteks pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang
terjadi dalam multikultural, guru dituntut memiliki pemahaman budaya. Guru
dituntut memiliki wawasan yang cukup tentang bagaimana seharusnya
menghargai keragaman bahasa. Wawasan ini penting dimiliki oleh seorang
guru agar segala sikap dan tingkah lakunya menunjukkan sikap yang egaliter
dan selalu menghargai perbedaan bahasa yang ada. Dengan wawasan tentang
keberagaman bahasa dan tentu budaya guru akan memiliki kepekaan yang
tinggi terhadap masalah-masalah yang menyangkut adanya diskriminasi
bahasa yang terjadi di dalam kelas maupun diluar kelas. Profesinalisme guru
adalah sesuatu yang berproses dan bersifat dinamis. Pendidik tidak boleh
terjebak dan masuk dalam situasi yang stagnan serta cepat berpuas diri, untuk
menjadi seorang yang profesional guru perlu terus menerus melakukan
pengembaraan dalam dunia keilmuan dan tidak hanya henti-hentinya belajar
dari kenyataan hidup dan kemampuannya.
23
Upaya mengembangkan budaya literasi telah dilakukan sejak lama,
antara lain melalui “Gerakan Ayo Membaca” yang direncanakan
pemerintah. Misalnya, pada akhir pendidikan di SMA/MA, peserta didik
telah membaca sekurang-kurangnya 15 buku sastra dan nonsastra. Namun
demikian, hampir 10 tahun KTSP diimplementasikan, tampaknya target
tersebut tidak tercapai. Alih-alih menugasi siswa membaca buku sains dan
sastra. Berbeda dengan KTSP, kurikulum 2013 sangat menekankan dalam
membaca dan menulis melalui pembelajaran teks, kurikulum ini tidak
mematok target minimal buku yang harus dibaca siswa .
Kurangnya minat baca bukan saja terjadi pasa siswa Sekolah Dasar
(SDS) saja. Supriyoko (2004:113) menjelaskan bahwa, keadaan seperti itu
ternyata terjadi juga pada siswa SMP, SMA maupun SMK, bahkan, sangat
ironis, tidak dimilikinya kebiasaan membaca yang memadai tersebut juga
terjadi dikalangan perguruaan tinggi. Beberapa perguruan tinggi kita memang
memiliki perpustakaan dengan koleksi buku, jurnal, majalah ilmiah, dan
terbita lain dalam jumlah yang cukup, namun kebanyakan dari perguruan
tinggi lainnya tidak memiliki fasilitas seperti itu. Kebanyakan mahasiswa
dan dosen perguruan tinggi tidak mempunyai kebiasaan berkunjung ke
perpustakaan di luar kampusnya. Kebiasaan membaca masyarakat umum
juga rendah. Salah satu indikatornya adalah jumlah surat kabar yang
dikonsumsi oleh masyarakat. Idealnya setiap surat kabar dikonsumsi sepuluh
24
orang, tetapi di Indonesia angkanya 1:45; artinya setiap 45 orang
mengonsumsi satu surat kabar. Di Filipina angkanya 1:30 dan sri Lanka 1:36.
Terdapat sejumlah faktor penentu kurangnya minat baca. Menurut
Bunanta (2004), faktor penentu minat baca meliputi: 1) Lingkungan keluarga,
2) Pendidikan dan kurikulum di sekolah yang kurang kondusif, 3)
Infrastruktur dalam masyarakat yang kurang mendukung peningkatan minat
baca masyarakat, dan 4) Keberadaan dan keterjangkauan bahan bacaan.
Leonhardtmenjelaskan bahwa faktor-faktor yang menghambat peningkatan
minat baca dalam masyarakat dewasa ini mencakup:
a) Langkanya keberadaan buku-buku anak yang menarik terbitan dalam
Negeri.
b) Makin jarangnya bimbingan orang tua yang suka mendongeng
sebelum tidur bagi anak-anak.
c) Pengaruh televisi yang bukannya mendorong anak-anak untuk
membaca tetapi lebih betah menonton acara-acara televisi.
d) Harga buku yang makin tidak terjangkau oleh kebanyakan anggota
masyarakat.
e) Kurang tersedianya taman-taman bacaan yang gratis dengan koleksi
buku yang lengkap.
Dalam upaya menumbuh kembangkan budaya baca yang harus
dilakukan secara sistematis (terencana, terus-menerus, dan dapat dievaluasi)
dengan menggunakan metode yang efektif dan efisien. Upaya menumbuh
25
kembangkan budaya baca harus ditempatkan secara tidak terpisahkan dengan
aktivitas berbagai sektor kehudupan masyarakat. Oleh karena itu, upaya
menumbuhkan budaya baca merupakan tanggung jawab bersama seluruh
komponen atau eksponen masyarakat, mulai dari institusi sosial paling kecil
(rumah tangga) sampai institusi paling besar (pemerintah).
Pembelajaran literasi berkaitan erat dengan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa pembaca dan penulis yang efektif adalah pembaca dan
penulis yang mampu menggunakan kemampuan berpikirnya, untuk mengatur
proses membaca dan proses menulis yang dilakukannya. Pembaca dan
penulis yang demikian adalah pembaca dan penulis yang mampu
merumuskan ide-ide secara kreatif, mampu memecahkan masalah, mampu
menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi, mampu melakukan
interprestasi secara mendalam, dan mampu secara cerdas memahami teks.
2. Keterampilan Pokok Guru Literasi
Pembelajan literasi tidak akan terwujud tanpa adanya guru berkualitas.
Sejalan dengan kenyataan tersebut, upaya awal yang harus dilakukan untuk
mewujudkan pembelajaran literasi adalah meningkatkan kualitas guru.
Melalui peningkatan mutu guru, guru akan mampu mengembangkan
pembelajaran yang dilaksanakannya. Peningkatan mutu pembelajaran akan
berdampak pada peningkatan mutu lulusan. Pada akhirnya, kepemilikan
karakter guru yang efektif akan berdampak pada peningkatan kemahiran
literasi siswa dimasa yang akan datang bukan sekedar sebuah impian.
26
Beberapa keterampilan khusus guru literasi tersebut digolongkan Mangieri
(2009:58) ke dalam enam aspek berikut:
1) Peran, Tanggung Jawab, dan Talenta yang Dibutuhkan
Aspek pertama ini berkenaan dengan bakat, talenta dan keterampilan yang
dibutuhkan untuk menjadi guru literasi yang efektif. Selain berkenaan dengan
bakat, talenta, dan keterampilan, aspek ini berkenaan juga tanggung jawab
yang dibutuhkan dalam mengelola kelas, serta sikap yang harus dibentuk dan
ditunjukkan pada saat melaksanakan pembelajaran literasi.
2) Motivasi
Dalam aspek motivasi, guru harus mampu meningkatkan keinginan siswa
untuk membaca, serta memfokuskan kembali perhatian dan minat mereka
untuk menjadi pembaca yang lebih baik. Dalam rangka membangun motivasi
siswa , guru harus memiliki beberapa keterampilan khususnya.
3) Pembelajaran Remedial
Keterampilan ini berkenaan dengan penelitian metode yang dapat guru
gunakan untuk merencanakan, melaksanakan pelajaran, dan menilai
kemampuan literasi siswa pada siswa yang remedial antara lain keterampilan
menyintesis, keterampilan mengulang strategis, keterampilan membangung
ekspektasi, keterampilan mengkreasi, keterampilan melatih berpikir,
keterampilan menganalisis. Dan keterampilan membangun efikasi diri siswa.
27
4) Ihwal Siswa
Aspek ini berkenaan dengan kegiatan guru dilakukan untuk menjalin
hubungan baik dengan siswa, serta untuk menciptakan lingkungan belajar
yang positif, bersahabat, dan layak bagi siswa. Berkenaan dengan hal ini,
beberapa keterampilan yang harus dimiliki oleh guru adalah keterampilan
menjadi pembina belajar, keterampilan mendorong agar siswa belajar tiada
henti, keterampilan yang menantang bagi siswa, keterampilan membentuk
rasa percaya diri kepada siswa.
5) Kualitas Kelas
Aspek ini berkenaan dengan keterampilan guru dalam menciptakan kelas yang
kondusif, harmonis, dan nyaman bagi siswa selama proses pembelajaran.
Keterampilan ini berkenaan dengan kerampilan guru mengatur meja,
perabotan, bahan ajar, buku, sistem manajemen, dan alat bantu pengajaran di
dalam kelas yang digunakan dalam memaksimalkan siswa belajar.
Keterampilan yang berkenaan dengan aspek ini adalah keterampilan guru
dalam hal melibatkan siswa selama proses pembelajaran melalui kelas yang
menantang, mempromosikan keterampilan yang telah dicapai siswa melalui
ketersediaan sarana publikasi, keterampilan menciptakan melalui kelas yang
menantang, mempromosikan keterampilan yang telah dicapai oleh siswa
ketersediaan sarana publikasi, keterampilan yang menciptakan kelas yang
aman bagi siswa belajar.
6) Karakteristik Pelajaran
28
Keterampilan ini berkenaan dengan keterampilan dalam memilih dan
menggunakan pendekatan, metode, teknik, dan strategi pembelajaran yang
biasanya digunakan dalam pembelajaran budaya membaca.
3. Sekolah Literasi
Sekolah masa depan yang baik adalah sekolah yang mampu
memfasilitasi siswa nya untuk mampu hidup pada zamannya. Sekolah yang
demikian tentu hanya dapat terwujud jika sekolah tersebut telah memenuhi
standar dasar sebagai sekolah yang harmonis, bermutu, dan bermartabat.
Sekolah yang harmonis adalah sekolah yang menyediakan lingkungan belajar
yang aman dan nyaman bagi siswa , guru, dan sekolah warga sekolah.
Lingkungan ini dapat dibentuk jika dilingkupi dengan nuansa religius. Lebih
lanjut sekolah yang harmonis yang memiliki fasilitas multiliterat, edukatif dan
kaya.
Sekolah yang mampu memfasilitasi siswa nya untuk beroleh segala
kemampuan yang berguna bagi hidup dan kehidupannya dapat dikatakan
sebagai sekolah literasi. Sekolah literasi memiliki beberapa ciri-ciri sebagai
berikut.: 1) Bervisi Literasi, 2) Memiliki sumber daya manusia yang peduli
literasi, 3) memiliki sarana berliterasi, 4) memiliki program literasi, 5)
Menerapkan pembelajaran Literasi.
4. Kemampuan Membaca
Membaca di sekolah dasar landasan bagi tingkat pendidikan yang
lebih tinggi. Sebagai kemampuan yang mendasari tingkat pendidikan
29
selanjutnya, membaca perlu mendapat perhatian pendidik, sebab jika dasarnya
tidak kuat pada tahapan pendidikan berikutnya peserta didik akan mengalami
kesulitan untuk memperoleh dan memiliki pengaturan. Kemampuan membaca
tidak dapat dilakukan tanpa sarana-sarana yang perlu terutama bahan-bahan
bacaan yang baik, minat baca pada anak, dorongan harkat dan martabat
bangsa, tetapi menjadi kendala pada kenyataannya sekarang masih rendahnya
kemampuan membaca peserta didik dan perlu untuk ditingkatkan lagi
terutama dorongan dari orang tua.
Kemampuan membaca dianggap sangat penting karena melibatkan
pembelajaran berkelanjutan oleh seseorang sehinggaa orang tersebut dapat
mencapai tujuannya, dimana hal ini berkaitan langsung bagaimana seseorang
mendapatkan pengetahuan, menggali potensinya dan berpartisipasi penuh
dalam masyarakat yang lebih luas.
a. Pengertian Membaca
Membaca merupakan kegiatan untuk memperoleh pengetahuan dari
beberapa informasi yang tersampaikan dalam sebuah bacaan.Jadi makin
sering seseorang membaca, maka besar peluang seseorang mendapatkan
skemata dan berarti makin semakin maju pulalah pendidikannya keterampilan
membaca sangat penting dalam kehidupan, karena setiap aspek kehidupan
tidak luput dari kegiatan membaca. Oleh karena itu keterampilan membaca
harus segera dikuasai oleh para siswa di sekolah dasar (SD) karena
keterampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar
30
siswa di sekolah dasar (SD). Siswa yang tidak mampu membaca dengan baik
akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan prosese pembelajaran.
Siswa akan mengalami kesulitan dalam menangkap dan memahami informasi
yang disajikan dalam berbagai buku pelajaran, buku-buku bahan penunjang
dan sumber-sumber belajar lainnya, akibat kesulitan membaca tersebut
kemajuan belajarnya juga lamban jika dibandingkan dengan teman-temannya
yang tidak mengalami kesulitan dalam membaca. Keterampilan membaca bisa
diperoleh dimana saja, keterampilan membaca pada umumnya diperoleh
dengan cara mempelajarinya di sekolah. Keterampilan berbahasa ini
merupakan suatu keterampilan yang sangat unik serta berperan penting bagi
pengembangan pengetahuan, dan sebagai alat komunikasi bagi kehidupan
manusia, dikatakan unik karena tidak semua manusia, walaupun telah
memiliki keterampilan membaca, dapat mengembangkannya menjadi alat
untuk memberdayakan dirinya atau bahkan menjadikannya budaya bagi
dirinya sendiri, dikatakan penting bagi pengembangan pengetahuan karena
persentase transfer ilmu pengetahuan terbanyak dilakukan melalui kegiatan
membaca.
Keterampilan-keterampilan mikro yang terkait dengan proses
membaca yang dimiliki oleh pembaca adalah sebagai berikut:
a) Mengenal sistem tulisan yang digunakan
b) Mengenal kosakata
31
c) Menentukan kata-kata kunci yang mengidentifikasi topik dan gagasan
utama
d) Menetukan makna kata-kata termasuk kosakata
e) Mengenal bentuk-bentuk kata sintaksis
f) Membedakan ide utama dari detail-detail yang disajikan
g) Menggunakan strategi membaca yang berbeda terhadap tujuan-tujuan
membaca. Seperti skimming untuk mencari ide-ide utama
Membaca meliputi 3 keterampilan dasar yaitu recording, decoding,
dan meaning. Recording mengarah pada kata-kata dan kalimat, kemudian
mengasosiakan dengan bunyi-bunyi yang sesuai dengan sistem tulisan yang
digunakan. Proses decoding mengarah pada proses penerjemahan rangkaian
grafis ke dalam kata-kata. Sedangkan meaning merupakan proses memahami
makna yang berlangsung dari tingkat pemahaman,
Dengan demikian membaca merupakan kegiatan yang penting bagi
seseorang yang ingin meningkatkan diri untuk memperluas wawasannya
meliputi proses pengasosiaan huruf, penerjemahan, dan pemahaman makna isi
bacaan.
b. Tujuan Membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mendapatkan suatu
informasi yang tepat dan benar. Hal ini ditegaskan oleh Rahim (2007:11)
membaca bertujuan untuk mendapatkan informasi atau pesan dari
teks.Membaca dengan tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan
32
dengan yang tidak mempunyai tujuan. Adapun tujuan membaca menurut
Rahim (2007) yaitu:
a. Menikmati keindahan yang terkandung dalam suatu bacaan.
b. Membaca bersuara memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menikmati bacaan.
c. Menggunakan strategi tertentu untuk memahami suatu bacaan.
d. Menggali pengetahuan atau skema siswa tentang suatu topic bacaan
e. Menghubungkan pengetahuan baru dengan skemata siswa .
f. Mencari informasi untuk pembuatan laporan yang akan disampaikan
dengan lisan dan tertulis..
g. Memberikan kesempatan kepada siswa melakukan eksperimentasi
untuk meneliti sesuatu yang dipaparkan dalam sebuah bacaan.
h. Mempelajari struktur bacaan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
membaca adalah mendapatkan informasi dari bacaan sesuai dengan tujuan
masing-masing pembaca. Membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih
memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan dalam
membaca dengan mudah memperoleh banyak pengetahuan tentang isi, makna,
arti dari suatu bahan bacaan
33
c. Jenis-jenis Membaca
Menurut Tarigan (2008:11-13) ditinjau dari segi terdengar atau
tidaknya suara pembaca saat melakukan kegiatan membaca, maka dapat
dibagi menjadi membaca nyaring dan membaca dalam hati.
a. Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan menyuarakan
tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang tepat agar
pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang
disampaikan oleh penulis, baik yang berupa pikiran, perasaan, sikap,
ataupun pengalaman penulis.
b. Membaca dalam hati adalah kegiatan membaca yang dilakukan
dengan tanpa menyuarakan isi bacaan yang dibacanya.
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Membaca
Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca. Dalam
membaca cerita ada banyak faktor yang mempengaruhi, bagaimana
mengekspresikan cerita atau bagaimana memahami isi cerita. Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi membaca yaitu:
1) Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis menyangkut kesehatan fisik, perkembangan neurologis.
2) Faktor Intelektual
Intelektual yang terkait dengan intelegensi merupakan kemampuan
berpikir yang terdiri dari pemahaman yang mendasar tentang situasi yang
diberikan dan merespon secara tepat.
34
3) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan meliputi latar dan pengalaman siswa di rumah dan
sosialekonomi keluarga siswa .
4) Faktor Psikologis
Faktor Psikologis mencakup (a) motivasi, (b) minat, serta (c) kematangan
sosial, emosional, dan penyesuaian diri.
B. Kerangka Pikir
Upaya sekolah dalam menumbuhkan gemar membaca pada siswa ,
maka dibutuhkannya suatu pembiasaan membaca, yang mana dapa di
implementasikan melalui kultur literasi atau budaya membaca di sekolah.
Membaca adalah jembatan menuju pintu pengetahuan, dengan membaca dapat
memperoleh pengetahuan.
Berikut gambaran kerangka berfikir dalam penelitian ini:
35
2.1 Skema Kerangka Pikir
Implementasi Kultur Literasi
Faktor Keberhasilan
Keberhasilan
Faktor Kendala
Meningkatkan
Keterampilan
Membaca Keterampilan
Menulis
Keterampilan
Berpikir Kritis
ANALISIS
TEMUAN
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara tringulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi. Adapun ciri-ciri penelitian
kualitatif yaitu: 1) Konteks dan settings alamiah, 2) bertujuan untuk
mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang fenomena, (3)
keterlibatan secara mendalam serta hubungan erat antara peneliti dengan
subjek yang diteliti, 4) teknik pengumpulan data yang khas kualitatif tanpa
adanya perlakuan (treatment), 5) adanya penggalian nilai yang terkandung
dari suatu perilaku, 6) fleksibel, 7) tingkat akurasi data oleh hubungan
antara peneliti dengan subjek penelitian.
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus. Studi kasus
menurut Yin (2013) adalah salah satu metode ilmu-ilmu sosial. Tujuan
dari studi kasus adalah untuk meneliti suatu fenomena di masyarakat yang
dilakukan secara mendalam untuk mengetahui latar belakang keadaan dan
interaksi yang terjadi. Kasus yang dianggap unik dalam penelitian ini
adalah implementasi kultur literasi/budaya membaca yang diterapkan di
sekolah dasar (SD) Inpres Perumnas Antang II/I dalam keterampilan
36
membaca siswa .
B. Kehadiran Peneliti
Peneliti sebagai orang yang melakukan observasi mengamati dengan
cermat terhadap obyek penelitian. Untuk memperoleh data tentang penelitian
ini, maka peneliti terjung langsung kelapangan. Peneliti ini merupakan
instrumen kunci dalam penelitian kualitatif atau penelitian utama. Peneliti
bertindak sebagai pengumpul data mengadakan pengamatan dan wawancara
terhadap sumber data. Nasition (2003) menyatakan:
Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain dari pada
menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya
ialah bahwa, segala sesuatunya mempunyai bentuk yang pasti.
Masalah, fokus penelitan, prosedur penelitian, hipotesis yang
digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, semua itu tidak dapat
ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu pasih
perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan serba
yang tidak jelas itu, tidak ada pilhan lain dan hanya peneliti itu
sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.
Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa dalam penelitian
kualitatif peneliti adalah key instrument atau instrumen kunci dalam
pengumpulan data. Sifat penelitian kualitatif itu sendiri berasumsi bahwa
realitas dinamis, holistik (menyeluruh) dan tidak dapat dipisahkan variabel-
variabel penelitian. Jadi dalam penelitian kuliatatif permasalahannya belum
begitu jelas dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri,
namun setelah masalah yang dipelajari begitu jelas maka peneliti dapat
mengembangkan instrumen sebagai penguat dan pelengkap pengumpulan
datanya.
37
C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di SD Inpres Perumnas Antang II/I, tepatnya di Jl.
Lasuloro Blok I No.17, Manggala, Kec. Manggala, Kota Makassar, Sulawesi
Selatan.
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, dan guru
kelas/wali SD Inpres Perumnas Antang II/I kota Makassar.
E. Data dan Sumber Data
1. Data Primer
Data primer ini berupa data yang dikumpulkan, diolah, dan disajikan dari
sumber utama, dalam data ini data primer yang digunakan wawancara dan
observasi.
a. Data Wawancara Meliputi:
1. Wawancara kepala Sekolah SD Inpres Perumnas Antang II/I..
2. Wawancara kepada guru kelas/wali SD Inpres Perumnas Antang
II/I.
b. Data Observasi Meliputi:
1. Observasi implementasi kultur literasi di Sekolah Dasar Inpres
Perumnas Antang II/I.
2. Observasi aktivitas siswa di dalam implementasi kultur literasi
Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I.
38
c. Data Hasil Belajar Siswa
Data hasil belajar siswa dikumpulkan dengan menggunakan tes berupa
tes membaca buku (wacana), kemudian setelah membaca buku/wacana
tersebut, siswa akan menjawab soal-soal yang berkaitan dengan
wacana yang diberikan, selanjutnya guru/peneliti akan menganalisis
hasil pekerjaan siswa. Dari hasil analisis tersebut guru/peneliti dapat
mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap bacaan yang dibacanya
dan dapat mengetahui kemampuan membaca siswa .
2. Data Sekunder
Data sekunder berupa pendukung yang biasanya berupa publikasi atau
jurnal, data sekunder ini berupa dokumen-dokumen atau catatan harian.
Sumber data berasal dari dua jenis yaitu data primer dan data sekunder.
Yang kedua data tersebut saling mendukung dan saling berkaitan. Data
sekunder ini meliputi:
a. Dokumentasi tentang profil sekolah di Sekolah Dasar Inpres Perumnas
Antang II/I.
b. Foto dokmentasi implementasi kultur literasi dalam meningkatkan
kemampuan membaca siswa di Sekolah Dasar Inpres Perumnas
Antang II/I.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian teknik pegumpulan data dilakukan dengan cara:
39
1. Observasi
Menurut Hasanah (2017) observasi adalah pengamatan dan pencatatan
terhadap subjek yang diteliti di lapangan. Penelitian ini mengunakan observasi
terus terang atau tersamar. Observasi terus terang atau tersamar adalah dalam
observasi jenis ini peneliti menyatakan keterusterangannya kepada
narasumber bahwa ia sedang melakukan penelitian. Namun dalam suatu saat
peneliti juga tidak terus tarang atau tersamar dalam observasi.
2. Wawancara
Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data yang berupa
pertemuan dua orang atau lebih secara langsung untuk bertukar informasi dan
ide dengan tanya jawab secara lisan sehingga dapat dibangun makna dalam
suatu topik tertentu. Penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur,
wawancara terstuktur merupakan wawancara yang dilakukan terlebih dahulu
membuat pertanyaan dan kemudian menyusun daftar pertanyaan dalam
bentuk daftar-daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada informan. Dalam
melakukan kegiatan wawancara, selain membawa instrumen sebagai pedoman
untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu
seperti tape recorder, gambar, brosur, dan material lain yang dapat membatu
pelakasanaan menjadi lancar. Sehingga melalui wawancara terstruktur
informasi yang hendak dicari dapat tersusun dengan baik dan memungkinkan
pertanyaan yang terlewatkan menjadi sedikit sehingga informasi yang
40
diperoleh lebih lengkap. Adapun instrumen wawancara yang digunakan
peneliti dalam mengumpulkan data wawancara sebagai berikut:
a. Kepala Sekolah
No Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana peran kepala sekolah dalam
pelaksanaan program literasi di sekolah?
2. Bagaimana pelaksanaan kultur literasi/budaya
baca yang diterapkan di Sekolah Dasar Inpres
Perumnas Antang II/I?. Apakah berjalan
dengan baik atau tidak?
3 Bagaimana implikasi dari implimentasi dari
kultur literasi/budaya baca terhadap
kemampuan membaca Sekolah Dasar Inpres
Perumnas Antang II/I?
4 Apa saja faktor penghambat/kendala dalam
implementasi kultur literasi di Sekolah Dasar
Inpres Perumnas Antang II/I?
5. Apa saja faktor pendukung/keberhasilan dalam
implementasi kultur literasi di Sekolah Dasar
Inpres Perumnas Antang II/I?
6. Apakah ada perubahan yang terjadi sebelum
dan sesudah penerapan program gerakan
literasi sekolah di Sekolah DasarInpres
Perumnas Antang II/I diterapkan?
7. Apa latar belakang tujuan diterapkannya kultur
41
literasi di sekolah?
8. Kapan program literasi di Sekolah DasarInpres
Perumnas Antang II/I dimulai?
9. Apakah program literasi di Sekolah Dasar
Inpres Perumnas Antang II/I merupakan
pembiasaan atau menjadi bagian dari
pembelajaran?
10. Bagaimanamanajemen implementasi kultur
literasi di sekolah?
b. Guru Kelas/Wali
No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana antusias siswa dalam kegiatan
kulur literasi/budaya membaca di Sekolah
DasarInpres Perumnas Antang II/I?
2 Apakah ada peningkatan membaca siswa
selama gerakan literasi sekolah itu diterapkan
di Sekolah DasarInpres Perumnas Antang
II/I?
3 Apakah dalam pelaksanaan kultur literasi
tersebut diterapkan atau dilaksanakan secara
konsisten dalam pembelajaran di kelas
maupun diluar kelas di Sekolah DasarInpres
Perumnas Antang II/I?
4 Apa saja faktor pendukung/keberhasilan
dalam implementasi kultur literasi di Sekolah
Dasar Inpres Perumnas Antang II/I?
5 Bagaimana pelaksanaan kultur literasi
42
tersebut diterapkan/dilaksanakan secara
konsisten dalam pembelajaran di kelas
maupun di luar kelas di sekolah?
6 Apa saja faktor penghambat/kendala dalam
implementasi kultur literasi di Sekolah Dasar
Inpres Perumnas Antang II/I?
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya menumen dari
seseorang atau catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan
kebijakan. Penelitian ini mengambil dokumen-dokumen yang mendukung
dalam pengumpulan data sebagai berikut:
a. Sejarah dan profil Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I
b. Visi dan Misi Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I
c. Program pembiasaan Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I
d. Implementasi kultur literasi dalam keterampilan membaca siswa Sekolah
Dasar Inpres Perumnas Antang II/I
G. Teknik Analisis Data
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, teknik analisis data
yang digunakan yaitu dengan menggunakan Miles and Huberman.
Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan
conslucion drawing/ verification.
43
Berikut ini langkah-langkah analisis data model Miles and Huberman:
Grafik 3.1 Komponen Dalam Analisis Data (Interactive Model)
Sumber: Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D
1. Tahap Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung
terus menerus selama proyek yang berorientasi penelitian kualitatif
berlangsung. Antisipasi akan adanya reduksi data sudah tampak waktu
penelitiannya memutuskan (seringkali tanpa disadari sepenuhnya) kerangka
konseptual data mana dipilihnya. Proses analisis data mestinya dimulai
dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Setelah
dikaji , langkah selanjutnya membuat rangkuman untuk setiap kontak atau
pertemuan dengan informan.
Data Collection
Data Display
Conclusions
Drawing/Verifying
Data
Reduction
44
2. Penyajian Data (Data Display)
Setelah direduksi, maka data selanjutnya adalah mendisplaykan data.
Display data dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk: uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sebagainya. Dengan
adanya penyajian data, maka akan mempermudah untuk memahami apa yang
terjadi, dan merancanakan kerja selanjutnya, berdasarkan apa yang telah
dipahami tersebut. Dalam mendiplay data selain data teks naratif dapat berupa
dengan grafik, matrik, network, dan chart, prose display data adalah mengolah
data dalam bentuk tulisan.
Display data terdapat 3 tahapan yaitu:
a. Kategori tema
Kategori tema adalah proses pengelompokkan tema-tema yang telah
disusun dalam tabel akumulasi tema wawancara dalam dalam suatu
matriks kategorisasi. Tema-tema dicamtukan pada kolom karegori
temayang dipindahkan kedalam matriks kategorisasi satu persatu secara
terperinci pada kolom tema.
b. Subkategori Tema
Setalah serangkaian kategori tema selesai, selanjutnya membuat
subkategori tema, yaitu intinya membagi tema-tema yang telah disusun
tersebut kedalam subtema.
c. Proses Pengodean
45
Memasukkan atau mencantumkan persyaratan-persyaratan subjek dan
informan sesuai dengan kategori tema dan subkategori temanya kedalam
matrik kategorisasi serta memberikan kode tertentu pada setiap pertanyan
informan tersebut.
3. Tahap Verifikasi/Menarik Kesimpulan
Tahap verifikasi/menarik kesimpulan merupakan proses perumusan
makna dari hasil penelitian yang diungkapkan dengan kalimat singkat padat
dan mudah dipahami., serta dilakukan dengan cara berulangkali melakukan
peninjauan mengenai kebenaran dari penyimpulan itu. Khususnya berkaitan
dengan relevansi dan konsitensinya terhadap judul, tujuan, dan perumusan
masalah.
H. Pengecekan Keabsahan Temuan
Pengecekan keabsahan temuan dalam penelitian ini, untuk mengukur
validitas dan memperkuat kredibilitas dengan menggunakan trianggulasi dan
member chek. Trianggulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai
waktu. Ada tida triangulasi yaitu:
a. Triangulasi Sumber
Trianggulasi sumber untuk menguji kredibilitas dilakukan dengan cara
mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam penelitian
ini beberapa sumber yaitu, kepala sekolah, dan guru kelas/wali. Dan
kemudian kedua kategori ini didiskripsikan dan dikategorisasikan.
46
b. Triangulasi Tekhnik
Triangulasi tekhnik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi,
dokumentasi, atau kuesioner.Bila dengan teknik pengujian kredibilitas
data tersebut, menghasilakan data yang berbeda-beda, maka peneliti
melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan
atau yang lain, untuk mestikan data mana yang dianggap benar.Atau
mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.
Pengujian ini dilakukan dengan wawancara dan diperkuat dengan
observasi atau dekomuntasi. Apabila ketiga teknik pengujian
menghasilkan data yang berbeda, maka akan dilakukan diskusi lebih lanjut
pada sumber data untuk memastikan data yang benar.
c. Tringulasi Waktu
Tringulasi waktu dalam pengujian kredibilitas dapat dilakukan dengan
cara wawancara, observasi atau dekumentasi dalam waktu dan situasi
berbeda. Bila data yang dihasilkan berbeda, maka dilakukan dengan
berulang-ulang sehingga sampai ditemukan data yang pasti.
Pengujian keabsahan data untuk mengukur validitas data digunakan
member chek. Member chek adalah proses peneliti mengajukan pertanyaan
pada satu atau lebih partisipan untuk tujuan seperti yang telah dijelaskan
di atas. Aktivitas ini juga dilakukan untuk mengambil temuan kembali
47
pada partisipan dan menanyakan pada mereka baik lisan maupun tertulis
tentang keakuratan laporan penelitian.Pertanyaan dapat meliputi berbagai
aspek dalam penelitian tersebut, misalnya apakah deskripsi data telah
lengkap, apakah interpretasi bersifat representatif dan dilakukan tanpa
kecenderungan.
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Sejarah Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I
Sekolah DasarInpres Perumnas Antang II/I Kota Makassar didirikan pada
tanggal 7 Januari 1990. Sekolah ini pertama kali dibangun oleh
pemerintah daerah dan berkembang terus-menerus, berdirinya sekolah ini
terdorong oleh keinginan untuk memperbaiki keadaan bangsa. Sekolah
Dasar Inpres Perumnas Antang II/I Kota Makassar terletak di jalan
Lasuloro Blok I No.17 Kecamatan Manggala Kota Makassar, sekarang
dipimpin oleh seorang kepala sekolah bernama Suharniati, S.Pd
2. Visi, Misi Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I
Visi sekolah merupakan cita-cita bersama warga sekokah dan segenap
pihak yang berkepentingan yang mampu memberikan inspirasi, motivasi,
dan kekuatan pada warga sekolah dalam mengemban amanah. Adapun
visi dari Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I adalah
“Mewujudkan siswa yang berakhlak mulia berprestasi serta peduli
lingkungan”
Sedangkan yang dimaksud dengan misi adalah tindakan atau upaya
untuk mewujudkan visi. Misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi
49
tuntutan yang dituangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya.
Adapun misi Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I adalah:
1. Meningkatkan mutu pendidikan anak melalui pendekatan karakter
pembelajaran yang bersifat efektif, kreatif, dan menyenangkan.
2. Menanamkan akhlak mulia diseluruh warga sekolah
3. Meningkatkan kedisiplinan seluruh warga sekolah
4. Menjalin kerjasama yang harmonis baik di dalam maupun di luar
sekolah
5. Meningkatkan kualitas tenaga pengajar melalui pelatihan untuk
mewujudkan mutu dan prestasi belajar mengajar
6. Menanamkan dan mengajarkan pelestarian lingkunagn hidup sekolah
7. Menjadikan sekolah yang bersih, indah, sejik dan nyaman
8. Menciptakan situasi belajar yang kondusif dengan menata lingkungan
sekolah
3. Program Pembiasaan Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I
a. Upacara Bendera
Upacara yang dilakukan setiap hari senin pagi yaitu upacara
pengibaran bendera merah putih yang melibatkan peserta didik kelas I
sampai kelas VI dan staff guru. Dari kegiatan tersebut diharapkan
dapat melatih kedisiplinan siswa.
50
b. Menabung
Siswa dibaiasakan menabung dengan menyisihkan uang jajan mereka.
Kegiatan menabung ini dilakukan setiap hari kamis dan sabtu.
c. Pemanfaatan perpustakaan
Tujuan kegiatan ini adalah untuk menumbuhkan budaya membaca
siswa Sekolah DasarInpres Perumnas Antang II/I. Programnya
meliputi:
1. Wajib kunjung perpustakaan
2. Resensi buku
3. Sudut baca kelas
B. Hasil Penelitian
1. Kultur Literasi Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I
Dilatarbelakangi dengan minat membaca yang rendah terutama pada
masa anak-anak, maka Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I
menerapkan kultur literasi atau budaya membaca di sekolah, sebagai upaya
memberikan pembiasaan kepada siswa untuk gemar membaca dan
memberikan fasilitas atau sarana untuk mendukung dalam
pengimplementasiannya. Selain itu tujuan khusus dan umum yang dibuat
merupakan suatu arah untuk mencapai keberhasilan dalam kultur literasi atau
budaya membaca. Berdasarkan data yang diperoleh, implementasi kultur
literasi di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I diterapkan dalam
konteks gerakan literasi sekolah (GLS). Program literasi di Sekolah
51
DasarInpres Perumnas Antang II/I diterapkan sejak tahun 2016. Kepala
sekolahmengatakan bahwa :
Literasi di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I telah
menerapkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) 2016 telah menerapkan
kultur literasi atau budaya membaca dengan adanya perpustakaan di
sekolah, siswa diwajibkan meminjam dari perpustakaan atau
membawa buku bacaan dari rumah. Hal ini bertujuan agar dapat
menanamkan kepada dalam diri siswa untuk cinta membaca.
Kepala sekolah juga nengatakan tentang peran kepala sekolah di Sekolah
Dasar Inpres Perumnas Antang II/I, beliau mengatakan bahwa:
Kepala sekolah juga harus memiliki pengetahuan dan kecakapan
tinggi yang sesuai dengan bidang tanggung jawabnya di sekolah
tersebut. Dengan demikian, kepala sekolah dapat menjalankan
perannya sebagai pimpinan organisasi yang baik. Peran kepala
sekolah dalam pengembangan gerakan literasi sekolah (GLS) di
sekolah sangat strategis antara lain: a). Pengembangan perpustakaan
sekolah, b). Penyediaan buku-buku pelajaran, fiksi, non fiksi,dll, c).
Pembentukan tim literasi sekolah, d). Kampanye gerakan literasi
sekolah (GLS) (melalui poster, papan pengumuman, dll, e).
Pengembangan program 15 menit membaca, f). Pengembangan kerja
sama dengan orang tua/ wali siswa.
Antusias siswa yang tinggi terhadap kegiatan literasi sekolah termasuk faktor
keberhasilan dalam pelaksanaan gerakan literasi sekolah (GLS), guru kelas 2
menyatakan bahwa:
Antusias siswa positif karena diberikan kebebasan untuk memilih
buku, bisa membawa sendiri buku dari rumah, dan dari sudut baca,
dan perpustakaan. Dengan membawa buku sendiri yang disukai anak-
anak menjadi termotivasi untuk membaca. Ada cerita dari anak saya
bahwa sebelum tidur ia selalu membaca buku, ketika dalam
pembelajaran dikelas hasilnya bagus, dan dapat mengerjakan tugas
terutama dapat memahami bacaan dan menuliskan kembali isi bacaan
yang telah ia baca.
52
Senada juga dikemukakan oleh guru kelas 3 yaitu:
Siswa sangat antusias dalam mengikuti setiap kegiatan literasi,
walaupun pada awal pelaksanaan siswa masih belum mau atau malas,
namun setelah beberapa lama siswa mulai terbiasa. Antusias siswa
juga dapat dilihat waktu peminjaman buku di perpustakaan dimana
sudah dibuat jawdal wajib pinjam buku, dan banyak siswa yang suka
membaca.
Guru kelas 5 juga mengatakan:
Semakin antusias/bersemangat untuk membaca di setiap kesempatan
Pengertian literasi sekolah dalam konteks gerakan literasi sekolah
(GLS) adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu
secara cerdas melalui berbagai aktivitas antara lain membaca, menyimak,
menulis, dan berbicara. Gerakan literasi sekolah (GLS) merupakan gerakan
sosial dengan dukungan kolaboratif dari berbagai elemen. Upaya yang
ditempuh untuk mewujudkannya berupa pembiasaan membaca pada peserta
didik. Pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15 menit membaca (guru
yang membacakan buku dan warga sekolah membaca dalam hati, yang
disesuaikan dengan konteks atau target sekolah. Terkait dengan kegiatan
pembelajaran yang seintifik dimana Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang
II/I telah menetapkan kurikulum 2013, aktivitas membaca, menulis,
menyimak, dan berbicara merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh
siswa. Literasi sekolah dalam kontek gerakan literasi sekolah (GLS) bertujuan
untuk memberikan pembiasaan dan pengembangan siswa agar gemar
membaca dan menciptakan sekolah yang literat. Dengan memiliki
kemampuan membaca, seseorang kemudian memiliki keterkaitan dengan
53
kegiatan membaca. Disinilah minat membaca kemudian muncul pada diri
seseorang yang telah bisa membaca. Melalui minat dan kemampuan membaca
inilah, seseorang akan melakukan kegiatan literasi dasar, yaitu membaca
untuk mengakses ilmu pengetahuan dan informasi. Tujuan literasi terbagi
menjadi tujuan umum dan tujuan khusus yang dijadikan tujuan di Sekolah
DasarInpres Perumnas Antang II/I yaitu:
1. Tujuan Umum
Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui
pembudayaan ekosistem literasi yang mewujudkan dalam Gerakan
Literasi Sekolah (GLS) agar menjadi pembelajar sepanjang hayat.
2. Tujuan Khusus
a) Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah
b) Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat
c) Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan, dan
ramah anak agar warga sekolah mampu mengelolah pengetahuan
d) Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam
buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.
Hal ini juga disampaikan oleh kepala sekolah bahwa:
Penerapan kultur literasi melalui gerakan literasi sekolah (GLS) ini
dilatar belakangi oleh kurangnya sikap gemar membaca, dimana di
Indonesia sendiri gemar membaca pada anak-anak masih sangatlah
rendah. Tujuan dari literasi sekolah ini diterapkan yaitu untuk
pembiasaan dan pengembangan terhadap anak-anak gemar membaca
dan terbiasa membaca.
54
Implementasi budaya literasi membaca di Sekolah DasarInpres
Perumnas Antang II/I ini diterapkan berbagai kegiatan literasi. Kepala sekolah
menyebutkan kegiatan-kegiatan dalam membudidayakan literasi di Sekolah
DasarInpres Perumnas Antang II/I yaitu:
Kultur literasi di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I
diterapkan melalui Gerakan Literasi Sekolah (GLS) diterapkan
melalui kegiatan:
a. Kegiatan setiap hari membaca 15 menit membaca buku sebelum
pembelajaran dimulai
b. Pembiasaan wajib baca di perpustakaan sesuai jadwal yang
dibuat.
c. Penyediaan sudut baca yang diletakkan pada setiap kelas.
Guru kelas 3 Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I mengatakan
bahwa:
Kultur literasi yang dilaksanakan di Sekolah Dasar Inpres Perumnas
Antang II/I melalui beberapa kegiatan diantaranya:
a. Pembiasaan membaca di perpustakaan sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan
b. Mengadakan sudut baca disetiap kelas
c. Pembiasaan membaca setiap 15 menit di dalam kelas sebelum
pelajaran dimulai.
Kemudian informasi juga diperoleh dari kepala sekolah SD Inpres Perumnas
Antang II/I menyatakan bahwa:
Budaya membaca di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I
melalui gerakan literasi sekolah (GLS), gerakan literasi sekolah
(GLS) disini dilaksanakan melalui:
a. Membuat jadwal berkunjung di perpustakaan
b. Gerakan khusus membaca (GKM) yang terjadwal pula
pelaksanaannya, telah disepakati untuk memudahkan proses
pelaksanannya. Makagerakan khusus membaca GKM
dilaksanakan 15 menit sebelum pembelajaran dimulai.gerakan
khusus membaca ( GKM ) ini ada ada laporan pencatatan
c. Untuk pengadaan buku dari perpustakaan ada buku-buku yang
dikhususkan sesuai dengan tingkatan kelasnya dan siswa boleh
membawa buku dari rumah sesuai dengan seleksi dari guru.
55
Kemudian informasi juga diperoleh dari guru kelas 2 yang mengatakan
bahwa:
Pelaksanaan literasi di kelas dilaksanakan setelah bel masuk dan
siswa berbaris dan masuk kelas dan berdoa kemudian 15 menit
literasi membaca buku. Selain itu juga siswa diajak belajar di
perpustakaan. Pengadaan sudut baca kelas sebagai sarana dan
prasarana untuk anak senang membaca dan anak juga diperbolehkan
membawa buku dari rumah dengan adanya pengadaan seleksi dari
guru tentang isi buku, sehingga buku yang dibaca mengandung
banyak pengatahuan yang mendukung pembelaran. Pada kelas 2
khususnya saya lebih memberikan arahan agar ketika siswa membaca
mereka benar-benar bisa fokus memahami bacaan, berbeda mungkin
dengan kelas tinggi mereka lebih diberikan kebebasan cara membaca,
karena mungkin siswa kelas tinggi lebih luas wawasannya. Berbeda
dengan kelas I yang saya tahu pelaksanaan literasinya dilakukan
ketika siswa berangkat sekolah masuk kelas dan langsung mengambil
buku untuk dibaca.
Senada yang dikatakan oleh guru kelas 5 yang mengatakan bahwa:
Kultur literasi yang dilaksanakan di Sekolah Dasar Inpres Perumnas
Antang II/I melalui beberapa kegiatan diantaranya: pembiasaan siswa
untuk membaca buku selama 15 menit sebelum pembelaran dimulai
dan pembiasaan membaca di perpustakaan sesuai dengan jadwal
kelas masing-masing
Informasi juga diperoleh dari kepala sekolah yang mengatakan bahwa:
Pelaksanaan kultur literasi di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang
II/I sudah berjalan dengan karena adanya sarana dan prasana yang
mendukung
Menurut data hasil observasi menunjukkan bahwa gerakan literasi
sekolah (GLS) di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I yang dalam
pelaksanaannya dilakukan selama 15 menit kegiatan membaca di kelas
sebelum pembelajaran dimulai dan pemanfaatan perpustakaan sebagai tempat
56
sumber belajar dan peminjaman buku yang telah terjadwal. Adapun hasil
observasi yang diperoleh menunjukkan bahwa:
a. Senin, 5 Oktober 2020
Pukul 08.45-09.00 di jam istirahat siswa kelas 2 melakukan peminjaman
buku di perpustakaan, buku yang banyak dipinjam diantaranya buku cerita
atau dongeng, dan jumlah pinjaman buku ada 1 dan ada juga 2 buku
dengan jumlah maksimal pinjaman 3 buku.
b. Selasa, 6 Oktober 2020
Pukul 07.30-07.45, pelaksanaan GLS di kelas 3 selama 15 menit
sebelum pembelajaran dimulai, terlihat siswa secara bergantian/digilir
membacakan cerita kepada teman-temannya. Kemudian guru dan siswa
bersama-sama meriview kembali pokok bacaan kemudian siswa
menuliskan kembali isi bacaan yang mereka baca tadi.
c. Rabu, 7 Oktober 2020
Pukul 07.30-07.45, siswa terlihat aktif dan semangat dalam jam
literasi selama 15 menit di kelas, siswa kelas 5 membaca buku-buku yang
ada disudut baca kelas. Guru memberikan tugas yaitu menuliskan kembali
isi bacaan yang mereka baca.
d. Kamis, 8 Oktober 2020
Pelaksanaan literasi di kelas 5 pukul 07.45-08.10 dilaksanakan
ditengah pembelajaran setelah pembelajaran tematik. Siswa disuruh oleh
guru untuk membaca buku yang dibawa dari rumah, siswa terlihat aktif
57
dan antusias membaca buku. Setelah membaca beberapa siswa disuruh
menceritakan kembali isi dalam cerita dengan menggunakan bahasa
mereka masing-masing.
e. Sabtu, 10 Oktober 2020
Pelaksanaan gerakan literasi jam 07.30-07.45 di kelas 3 pada jam
literasi. Siswa terlihat aktif dan mendengarkan guru membacakan sebuah
cerita tentang Maling Kundang. Guru membacakan cerita dengan nyaring
dan intonasi membaca yang baik sesuai dengan isi cerita. Setelah selesai
membaca cerita guru memberikan pertanyaan terkait tentang cerita yang
telah disampaikan. Guru bertanya mengenai amanat yang bisa diambil dari
cerita tersebut, siapa saja toko dalam cerita tersebut, dan apa saja kejadian
yang terjadi dalam cerita tersebut.
Penerapan kultur/budaya literasi sekolah dilaksanakan melalui
tahapan-tahapan pelaksanaan gerakan literasi sekolah (GLS). Berikut
pelaksanaan tahapan gerakan literasi sekolah (GLS) dari data yang
diperoleh dari lapangan. Tahapan pertama yaitu penumbuhan minat baca
siswa melalui kegiatan 15 menit membaca (Permendikbud No.23 tahun
2015). Tahap kedua yaitu meningkatkan kemampuan literasi melalui
kegiatan menanggapi buku pengayaan dan tahap ketiga yaitu
meningkatkan kemampuan literasi disemua mata pelajaran menggunakan
buku pengayaan dan strategi membaca disemua mata pelajaran. Berikut
pemaparan ketiga tahap pelaksanaan kegiatan literasi sekolah (GLS):
58
a. Tahap Pembiasaan
Kegiatan pelaksanaan pembiasaan gerakan literasi pada tahap ini
bertujuan untuk menumbuhkan minat peserta didik terhadap bacaan dan
terhadap kegiatan membaca.
1. Kecakapan Literasi
Tabel 4.1 Kecakapan Literasi
Janjang Komunikasi Berpikir Kritis
SD kelas rendah Mengartikulasikan empati
terhadap tokoh cerita
Memisahkan fakta dan opini
SD kelas tinggi Mempresentasikan cerita
dengan efektif
Mengetahui jenis tulisan
dalam media dan tujuannya
Sumber:Panduan Gerakan Literasi Sekolah
2. Prinsip-Prinsip Kegiatan Membaca
a. Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku bacaan, bukan buku teks
pelajaran
b. Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku yang diminati oleh peserta
didik. Peserta didik diperkenankan membaca buku yang dibawah dari
rumah
c. Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap pembiasaan ini tidak
diikuti oleh tugas-tugas menghafalkan cerita teks, menulis, dan lain-lain
d. Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap pembiasaan ini dapat
diikuti dengan diskusi informasi tentang buku yang dibaca/dibacakan
59
apabila waktu memungkinkan. Tanggapan dalam diskusi dan kegiatan
lanjutan ini tidak dinilai /dievaluasi
e. Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap pembiasaan ini
berlangsung dalam suasana yang santai dan menyenangkan. Guru
menyapa peserta didik dan bercerita sebelu membacakan buku dan
meminta mereka untuk membaca buku
3. Kegiatan membaca dan penataan lingkungan kaya literasi pada tahap
pembiasaan
a. Membaca buku cerita/pengayaan selama 15 menit sebelum pelajaran
dimulai. Kegiatan membaca yang dapat dilakukan adalah membacakan
buku dengan nyaring dan membaca dalam hati
b. Memperkaya koleksi bacaan untuk mendukung kegiatan 15 menit
membaca
c. Memfungsikan lingkungan fisik sekolah melalui pemanfaatan sarana dan
prasana sekolah, antara lain perpustakaan, sudut buku kelas, area baca,
kebun sekolah, kantin, UKS, dll.
d. Melibatkan komunitas di luar sekolah dalam kegiatan 15 menit membaca
dan pengembangan sarana literasi, serta pengadaan buku-buku koleksi
perpustakaan dan sudut baca kelas
e. Memilih buku bacaan yang baik.
60
b. Tahap Pengembangan
Kegiatan literasi pada tahap pengembangan bertujuan untuk
mempertahankan minat terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca,
serta meningkatkan kelancaran dan pemahaman membaca peserta didik.
1. Kecakapan Literasi pada Tahap Pengembangan
Tabel 4.2 Kecakapan Literasi pada Tahap Pengembangan
Jenjang Menyimak Membaca Berbicara Menulis Memilah
Informasi
SD Kelas
Rendah
•Menyimak
cerita untuk
menumbuhkan
empati.
Mengeja
kalimat dan
memahami
kata-kata
dalam
cerita
sederhana.
•Membaca
gambar
untuk
memahami
alur cerita.
Menjawab
pertanyaan
tentang
tokoh cerita
dan
kejadian
dalam
cerita.
•Bercerita
melalui
gambar
atau kata/
kalimat
sederhana
Mengidenti
fikasi tokoh
utama dan
alur cerita
sederhana.
SD kelas
tinggi
Menyimak
cerita untuk
menumbuhkan
empati.
Membaca
cerita
dengan
fasih.
Menggunak
an konteks
kalimat
untuk
memaknai
kata-kata
baru.
•Memaham
i cerita
fantasi dan
Menceritak
an ulang isi
cerita
dengan
bahasa
sendiri dan
mengemuk
akan
pendapat
terhadap
cerita
Menuliska
n
tanggapan
terhadap
tokoh/alur
cerita.
•Menulis
modifikasi
cerita
dalam alur
awal-
tengah-
akhir
cerita.
Mengiden
tifikasi
elemen
fakta dan
fiksi dalam
cerita.
•Mengident
ifikasi
perbedaan
dan
persamaan
karakter
tokoh-
tokoh
61
cerita
rakyat
dalam
konteks
budaya
yang
spesifik.
cerita.
Sumber:Panduan Gerakan Literasi Sekolah
2. Prinsip-Prinsip Kegiatan pada Tahap Pengembangan:
a) Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku selain buku teks pelajaran.
b) Buku yang dibaca/dibacakan adalah buku yang diminati oleh peserta
didik. Peserta didik diperkenankan untuk membaca buku yang dibawa dari
rumah.
c) Kegiatan membaca/membacakan buku di tahap ini dapat diikuti oleh
tugastugas menggambar, menulis, kriya, seni gerak dan peran untuk
menanggapi bacaan, yang disesuaikan dengan jenjang dan kemampuan
peserta didik.
d) Penilaian terhadap tanggapan peserta didik terhadap bacaan bersifat non-
akademik dan berfokus pada sikap peserta didik dalam kegiatan. Masukan
31 Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar dan komentar
pendidik terhadap karya peserta didik bersifat memotivasi mereka.
e) Kegiatan membaca/membacakan buku berlangsung dalam suasana yang
menyenangkan.
62
3. Kegiatan Tahap Pengembangan
a. Langkah-langkah membaca pada tahap pengembangan dapat dilakukan
dengan berbagai cara yaitu:
1. Membacakan nyaring interaktif (Interactive read aloud)
2. Membaca terpandu ( Guided Reading )
3. Membaca bersama ( Shared Reading )
4. Membaca Mandiri (Independent Reading )
b. Mendiskusikan cerita
Selain untuk meningkatkan pemahaman terhadap bacaan, kegiatan
mendiskusikan cerita membantu peserta didik untuk dapat menganalisis
elemen cerita.
4. Pemanfaatan Perpustakaan dan Sudut Baca di Sekolah pada Tahap
Pengembangan
Pemanfaatan perpustakaan dan sudut baca sekolah bertujuan untuk
meningkatkan kecakapan literasi perpustakaan (library literacy) peserta didik.
Kecakapan literasi perpustakaan meliputi:
a. Pengetahuan tentang fungsi perpustakaan sebagai sumber pengetahuan
dan koleksi informasi yang bermanfaat dan menghibur.
b. Kemampuan memilih bahan pustaka yang sesuai jenjang dan minat secara
mandiri.
c. Pengetahuan tentang bahan pustaka sebagai produk karya penulisan yang
diciptakan melalui proses kreatif.
63
d. Pengetahuan tentang etika meminjam bahan pustaka dan berkegiatan di
perpustakaan.
1) Kunjungan Umum Siswa
Setiap jam istirahat
2) Kunjungan wajib baca
Kelas Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
I
II
III
IV
V
VI
Catatan:Jam kunjungan wajib siswa dapat digunakan literasi di
perpustakaan
c. Kegiatan Tahap Pembelajaran
Kegiatan literasi pada tahap pembelajaran bertujuan untuk
mempertahankan minat peserta didik terhadap bacaan dan terhadap
kegiatan membaca, serta meningkatkan kecakapan literasi peserta didik
melalui buku-buku pengayaan dan buku teks pelajaran
64
1. Kecakapan Literasi pada Tahap Pembelajaran
Kegiatan literasi pada tahap pembelajaran meningkatkan
kemampuan berbahasa reseptif (membaca dan menyimak) dan aktif
(berbicara dan menulis) yang dijelaskan secara rinci dalam konteks dua
kegiatan utama di tahap ini, yaitu membaca dan menulis. Kemampuan
membaca dan menulis dijenjangkan agar peningkatan kecakapan diempat
area berbahasa tersebut (membaca, menyimak, berbicara, dan menulis)
dapat dilakukan secara terukur dan berkelanjutan. Jenjang kemampuan
membaca dan menulis dibagi dalam tiga tingkatan: awal, pemula, dan
madya, yang merentang dari SD kelas rendah ke kelas tinggi.
Tabel 4.3 Kecakapan Tahap Pembelajaran
Jenjang Kelompok Kemampuan Kemampuan
Pembaca
Awal
(emergent
) SD kelas
rendah
Kemampuan Fonetik Dapat mengidentifikasi
bunyi huruf-huruf.
Belum dapat mengeja
kombinasi huruf-huruf
Pemahaman Kosa Kata Memahami sebagian kata-
kata.
Pemahaman Tata Bahasa Menggunakan ilustrasi
untuk memahami cerita.
Kemampuan Menggunakan
Konteks Untuk Memahami
Bacaan
Dapat menjawab sebagian
pertanyaan terkait cerita
yang telah dibacakan.
Menggunakan ilustrasi
untuk memahami cerita.
Kemampuan Menginterpretasi
dan Merespons Bacaan
Dapat menjawab sebagian
pertanyaan terkait cerita
yang telah dibacakan.
Dapat memberikan respons
yang menunjukkan
65
pemahaman (mengangguk,
mata mengikuti gerak
tangan pembaca, dll).
Perilaku Membaca Mendengar dan menyimak
dengan baik hampir
sepanjang waktu ketika
dibacakan
Pembaca
Pemula
Sebagian
SD kelas
rendah
dan tinggi
Kemampuan Fonetik Dapat mengeja sebagian
kombinasi huruf-huruf
(konsonan + vokal/KV)
secara mandiri.
Dapat mengeja kombinasi
hurufhuruf lain dengan
bantuan.
Pemahaman Kosa Kata Memahami hampir
sebagian besar kata-kata
yang dibaca dengan atau
tanpa bantuan.
Pemahaman Tata Bahasa Memahami fungsi tanda
baca titik, koma, dan tanya.
Kemampuan Menggunakan
Konteks
Mampu menggunakan
ilustrasi untuk memahami
bacaan.
Kemampuan Menginterpretasi
dan Merespons Bacaan
Dapat menjawab hampir
semua pertanyaan terkait
bacaan.
Perilaku Membaca Mendengar dan menyimak
sepanjang waktu ketika
membaca dengan
panduan/dibacakan.
Pembaca
Madya
SDkelas
tinggi
Kemampuan Fonetik Dapat mengeja semua
kombinasi huruf-huruf
(KV, VK, KKV) dengan
baik.
Pemahaman Kosa Kata Memahami sebagian besar
kata-kata tanpa bantuan.
Pemahaman Tata Bahas Memahami fungsi hampir
semua tanda baca; titik,
koma, tanda tanya, tanda
seru, tanda kutip, dll.
Sumber: Panduan Gerakan Literasi Sekolah
66
Fokus Kegiatan pada Tahap Pembelajaran Kegiatan yang dapat
dilakukan di tahap pembelajaran antara lain sebagai berikut.
a) Guru mencari metode pengajaran yang efektif dalam mengembangkan
kemampuan literasi peserta didik. Untuk mendukung hal ini, guru
dapat melakukan penelitian tindakan kelas.
b) Guru mengembangkan rencana pembelajaran sendiri dengan
memanfaatkan berbagai media dan bahan ajar.
c) Guru melaksanakan pembelajaran dengan memaksimalkan
pemanfaatan sarana dan prasarana literasi untuk memfasilitasi
pembelajaran.
d) Guru menerapkan berbagai strategi membaca (membacakan buku
dengan nyaring, membaca terpandu, membaca bersama) untuk
meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap materi
pembelajaran.
1. Implementasi Kultur Literasi dalam Keterampilan Membaca Siswa
Sekolah Dasar Inpres Perumanas Antang II/I Kota Makassar
Program gerakan literasi yang telah dilaksanakan di Sekolah Dasar
Inpres Antang II/I melalui gerakan literasi sekolah (GLS) sebuah upaya
agara budaya literasi di Indonesia dapat terus berjalan, tidak hanya
bermanfaat bagi sekolah itu menjadi sekolah literat, namun dapat juga
meningkatkan pendidikan terhadap siswanya. Berakaitan dengan siswa,
adanya gerakan literasi sekolah (GLS) tersebut memberikan pengajaran
67
baru melalui pembiasaan membaca dan meningkatkan kualitas
pembelajaran siswa, terutama dalam memperoleh informasi dan melatih
kemampuan mengumpulkan informasi sehingga mendukung dalam
pembelajaran saintifik. Kemudian pengaruhnya bagi sikap dan
pengetahuan dan keterampilan siswa bertambah dan memiliki wawasan
yang luas.
Budaya literasi melalui gerakan literasi sekolah (GLS) tersebut
sangat berpengaruh dalam peningkatan keterampilan membaca siswa,
makin sering siswa membaca maka akan terus berlatih secara terus-
menerus. Sesuai yang dikatan oleh kepala sekolah Sekolah Dasar Inpres
Perumnas Antang II/I yang menyatakan bahwa:
Karena bermacam-macam buku yang dibaca oleh siswa. Beragam
buku bacaan yang disediakan akan menambah pengetahuan siswa.
Selain itu juga siswa diperbolehkan membawa buku dari rumah, maka
siswa akan termotivasi untuk terus membaca. Dan juga dalam literasi
di kelas siswa tidak hanya membaca saja namun juga dalam waktu
yang ditentukan siswa mampu memahami isi bacaan yang mana
disesuaikan dengan tingkatan kelas yang telah ditentukan materi
sebelumnya, misalnya guru menunjuk 5 menit membaca dan 5 menit
memahami bacaan. Sehingga kemampuan membaca anak meningkat
seiring dengan kebiasaan membaca setiap hari.
Dalam upaya menumbuh kembangkan budaya baca harus dilakukan
secara sistematis dengan menggunakana metode yang efektif dan efesien.
Upaya menumbuh kembangkan budaya harus ditepatkan secara tidak
terpisahkan dengan aktivitas berbagai sektor kehidupan masyarakat. Oleh
karena itu, upaya menumbuhkan budaya membaca merupakan tenggung
68
jawab bersama seluruh komponen atau eksponen masyarakat. Peningkatan
minat baca harus diakui sebenarnya sudah lama dilakukan. Di era
kepemimpinan Soeharto ada gerakan besar-besaran, yakni bebas 3 buta: Buta
Aksara, Buta Angka, dan Buta Bahasa Indonesia. Pada tanggal 5 Maret 2004
presiden meresmikan secara serentak 50 rumah baca yang tersebar di
Indonesia. Beragamnya buku bacaan yang tersedia, siswa termotivasi untuk
membaca selama 15 menit membaca buku selama pelajaran dimulai.
Seperti yang dikatakan oleh guru kelas 2 tentang peningkatan
membaca, beliau mengatakan bahwa:
Ya ada peningkatan,karena selama gerakan literasi sekolah (GLS) ini
berlangsung, siswa lebih sering membaca buku baik itu buku fiksi atau
non fiksi..
Kemudian guru kelas 5 juga mengatakan bahwa:
Ya ada peningkatan, siswa lebih bersemangat untuk membaca diluar
buku pelajaran. Karena siswa menjadi lebih gemar membaca agar
kosata mereka bertambah dan begitupula dengan pengetahuannya
Selanjutnya guru kelas 3 menyatakan keterampilan membaca
siswanya terutama untuk kelas rendah khususnya pada kelas 3 mengalami
peningkatan beliau menyatakan bahwa:
Kemampuan membaca mengalami peningkatan khususnya pada kelas
3, karena semakin banyak siswa membaca maka semakin bertambah
pula kosakata mereka. Sudah da beberapa siswa yang mampu
memahami isi bacaan walaupun masih ada juga yang belum bisa,
setidaknya mereka dapat memahami judul dan toko dalam bacaan
tersebut.
69
Sesuai hasil observasi yang dilakukan di Sekolah Dasar Inpres
Perumnas Antang II/I menunjukkan bahwa kemampuan membaca pada jam
literasi 15 menit sebelum pelajaran dimulai sebagai berikut:
a. Senin, 12 Oktober 2020
Pada pukul 07.30-07.45 di kelas 2, dilihat dari segi membaca siswa
telihat lancar membaca walaupun masih belum baik dalam memperhatikan
tanda baca, dimana dengan waktu 15 menit siswa mampu membaca 1 buku
cerita pendek. Pada jam literasi tersebut siswa terlihat lancar dan membaca
dengan baik, bahkan ada siswa yang ketika itu mendapat buku yang
menggunakan bahasa asing siswa tersebut terlihat bisa membacanya walaupun
mereka tidak tahu artinya.
b. kamis, 15 Oktober 2020
Pukul 07.30-07.45 pelaksanaan literasi di kelas 3 selama 15 menit
awal sebelum pelajaran dimulai, terlihat siswa secara bergantian membacakan
cerita kepada teman-temannya. Kemudian bersama-sama siswa dan guru
mereview pokok bahasan dalam cerita. Dan kemudian siswa menuliskan
kembali dalam buku gerakan literasi sekolah (GLS). Dalam membacakan
cerita siswa terlihat membaca dengan baik dan lantang.
70
c. Sabtu, 17 Oktober 2020
Pelaksanaan literasi sekolah pada kelas 5 pada pukul 07.30-07.45
terlihat perwakilan dari siswa kelas 5 membacakan suatu cerita. Saat bercerita
siswa tersebut terlihat sangat memahami isi bacaan, hal itu dapat dilihat siswa
bercerita menggerak-gerakan tangannya sebagai isyarat dan juga intonasi
suara yang berbeda-beda sesuai isi cerita.
Guru kelas 2 mengatakan bahwa kultur literasi diterapkan atau dilaksanakan
secara konsisten di SD Inpres Perumnas Antang II/I, beliau mengatakan
bahwa :
Dalam pelaksanaan literasidi SD Inpres Perumnas Antang II sudah
berjalan secara konsisten seperti yang dijadwalkan. Sekarang
pelaksanaan literasi membaca 15 menit di kelas dilaksanakan secara
fleksibel.
Senada juga yang dikatakan oleh guru kelas 3 yang mengatakan bahwa:
Ya, konsisten karena jurnal gerakan literasi sekolah (GLS) yang
dibagikan di setiap kelas untuk pemantauan pelaksanaan.
Informasi juga disampaikan oleh guru kelas 5 yang mengatakan:
Pelaksanaan gerakan literasi sekolah sudah berjalan secara
konsisten. Literasi dapat dilaksanakan di awal sebelum pembelajaran,
ditengah pembelajaranataupun diakhir pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara oleh beberapa informan dapat diketahui
bahwa keberhasilan literasi dalam keterampilan membaca yang dilakukan
oleh siswa Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I Kota Makassar sudah
mencapai 80% artinya keterampilan membaca siswa tersebut sudah memenuhi
71
kriteria ketuntasan nilai minimal (KKM), sedangkan masih ada 20% siswa
yang belum memenuhi kriteria ketuntasan nilai minimal (KKM)
Gerakan Literasi Sekolah merupakan upaya untuk melibatkan semua
pihak di lingkungan sekolah, dari mulai kepala sekolah, jajaran komite,
pengawas, guru, siswa, orang tua, dan masyarakat sekitar dalam mendukung
kegiatan literasi.Pengembangan budaya literasi dilaksanakan beriringan
dengan penumbuhan karakter dan budi pekerti di ekosistem sekolah. Dengan
adanya hal ini, diharapkan akan tumbuh budaya membaca dan menulis
sebagai dasar terciptanya proses pembelajaran sepanjang hayat.Indikator yang
digunakan untuk mengukur kemampuan literasi baca-tulis di sekolah adalah
sebagai berikut.
1. Basis Kelas
a. Jumlah pelatihan fasilitator literasi baca-tulis untuk kepala sekolah, guru,
dan tenaga kependidikan
b. Intensitas pemanfaatan dan penerapan literasi numerasi dalam kegiatan
pembelajaran, baik berbasis masalah maupun berbasis proyek
c. Skor PISA, PIRLS, dan INAP mengenai literasi membaca.
2. Basis Budaya Sekolah
a. Jumlah dan variasi bahan bacaan;
b. Frekuensi peminjaman bahan bacaan di perpustakaan;
c. Jumlah kegiatan sekolah yang berkaitan dengan literasi bacatulis;
72
d. Terdapat kebijakan sekolah mengenai literasi baca-tulis;
e. Jumlah karya (tulisan) yang dihasilkan siswa dan guru;
f. Terdapat komunitas baca-tulis di sekolah.
3. Basis Masyarakat
a. Jumlah sarana dan prasarana yang mendukung literasi bacatulis di
sekolah;
b. Tingkat keterlibatan orang tua dan masyarakat dalam mengembangkan
literasi baca-tulis di sekolah.
2. Faktor Keberhasilan dan Faktor Kendala dalam Implementasi Kultur
Literasi dalam Keterampilan Membaca Siswa Sekolah Dasar Inpres
Perumnas Antang II/I Kota Makassar
a. Faktor Keberhasilan
Berdasarkan hasil wawancara beberapa informan dalam implementasi
kultur literasi dalam keterampilan membaca di Sekolah Dasar Inpres
Perumnas Antang II/I, menyebutkan ada beberapa faktor yang mendukung
berhasilnya dalam implementasi kultur literasi tersebut. Adapun faktor
keberhasilan menurut kepala sekolah Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang
II/I yang mengatakan bahwa:
Faktor keberhasilan dalam implementasi kultur literasi yaitu:
a. Pengadaan buku bacaan baik buku bacaan di sudut kelas dan
kunjungan membaca dan wajib meminjam buku di perpustakaan
dengan buku bacaan yang lengkap
b. Pada siswa tingkat atas karena sudah memiliki kemampuan
membaca yang baik, dan antusias siswa yang tinggi.
73
Kemudian menurut guru kelas 2 juga mengatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan gerakan literasi sekolah (GLS) di sekolah yaitu:
Faktor kerbahasilan ini yaitu:
a. Adanya sudut baca kelas yang buku-bukunya sesuai dengan
tingkatan kelas. Buku-buku ini akan digilir ke kelas lain dalam 1
bulan sekali
b. Tersedianya beragam buku di perpustakaan.
Guru kelas 3 juga menambahkan bahwa terkait keberhasil gerakan literasi di
sekolah yaitu:
Adanya kerjasama dengan wali kelas dengan orang tua siswa dalam
pelaksanaan gerakan literasi sekolah ini. Selain itu perpustakaan juga
mendistribusikan beberapa buku bacaan untuk diletakkan di sudut
baca kelas.
.Guru kelas 5 juga mengatakan tentang faktor keberhasilan gerakan literasi
sekolah yaitu:
Faktor keberhasilan ini yaitu:
a. Sarana dan prasana sekolah yang memadai
b. Ketersediaan buku yang beraneka ragam
c. Pengawasan dalam kegiatan literasi melalui keikutsertaan guru
ketika kegiatan literasi berlangsung
Berdasarkan hasil wawancara dan data-data di atas maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa hasil proses pelaksanaan Budaya Literasi di Sekolah
Dasar Inpres Perumnas Antang II/I Kota Makassar sudah baik walaupun
masih ada kendala yang dihadapi namun pelaksanaanya terlihat antusias
peserta didik dan guru-guru dalam mengikuti literasi sekolah. Dan seluruh
peserta didik dengan tertib mengikuti gerakan literasi sekolah (GLS).
74
Berdasarkan hasil pengamatan juga menunjukkan ketersediaannya
sarana dan prasana seperti perputakaan, sudut baca disetiap kelas, buku-buku
lengkap selain buku pelajaran adalah sebagai faktor berhasilnya implementasi
gerakan literasi sekolah (GLS) tersebut.
b. Faktor Kendala
Berdasarkan pernyataan kepala sekolah Sekolah Dasar Inpres
Perumnas Antang II/ I kendala yang dihadapi secara khusus tidak ada, hanya
apabila terdapat kegiatan akademik sekolah yang mengharuskan guru harus
memotong jam literasi atau memindahkan ke jam lain seperti (bisa ditengah
atau diakhir pembelajaran), walaupun hal ini tidak setiap hari terjadi. Berikut
pernyataannya:
Secara khusus kendala itu tidak ada ada penerapan literasi, biasa
faktor kegiatan akademik yang mengganggu jalannya literasi
walaupun tidak setiap hari, sehingga jam untuk literasi terpotong,
namun solusi yang diambil adalah jam literasi dapat pindah ditengah
atau diakhir pembelajaran.
Pendapat dari guru kelas 2 menyatakan bahwa kendala dalam
implementasi GLS ini terasa ketika pada awal diterapkannya gerakan literasi
sekolah (GLS), namun ketika gerakan literasi sekolah (GLS) itu berlangsung
lama hal ini dapat diatasi. Berikut pernyataan dari guru kelas 2:
Kendala awal yang didapatkan pada penerapan literasi itu, siswa
masih kurang berminat untuk membaca buku. Siswa belum ada
kemauan untuk membaca buku, namun guru-guru tetap memberikan
inisiatif untuk menyuruh siswa untuk tetap membaca buku secara
individu, mereka dibacakan terlebih dahulu guru dan siswa menyimak
dan siswa mencatat hal-hal penting. Setelah beberapa lama siswa
yang membacakan certita kepada teman-temanya.
75
kemudian guru kelas 3 menyatakan bahwa kendala gerakan literasi sekolah
(GLS) yaitu:
faktor penghambat antara lain:
a) Ada beberapa kegiatan sekolah yang segera dilaksanakan dan
diselesaikan menyebabkan literasi tidak terlaksana untuk
pembiasaan mrmbaca di kelas setiap 15 menit
b) Pembiasaan membaca di perpustakaan terkendala dengan jam
istrirahat siswa yang banyak dimanfaatkan untuk makan dan
bermain. Jadi hanya beberapa siswa saja yang membaca di
perpustakaan.
Guru kelas 5 juga menyatakan kendala dalam pelaksanaan gerakan literasi
sekolah (GLS) di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I khususnya pada
kelas rendah beliau menyatakan bahwa:
a) Faktor waktu yang sering dihadapi, semisal ada kegiatan
akademik guru yang mengharuskan meninggalkan kelas. Namun
hal ini pun bisa diatasi dengan memindahkan jam literasi di awal
pemebelajaran, ditengah, ataupun diakhir pembelajaran.
b) Pengondisian siswa, hal ini karena siswa masih kelas II atau kelas
rendah, perlu diperhatikan yang baik agar mereka dapat membaca
buku dengan serius tapi menyenangkan dan tidak terbebani
C. Pembahasan Hasil Penelitian
a. Implementasi Kultur Literasi di Sekolah Dasar Inpres Perumnas
Antang II/I
Kegiatan gerakan literasi sekolah (GLS) yang di laksanakan di
Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I Kota Makassar menghasilkan
Budaya Literasi yang sangat mengutungkan bagi pihak sekolah terutama
Peserta didik terlebih lagi bagi pihak sekolah itu sendiri. Oleh sebab itu,
kegiatan yang dilakukan peserta didik merupakan hal positif untuk
76
mengembangkan pengetahuan peserta didik, Peran literasi sekolah sangatlah
mempengaruhi perkembangan peserta didik baik dari segi pengetahuan
maupun dari keterampilan, kegiatan-kegiatan budaya literasi harus menjadi
perhatian khusus agar terus memberikan wadah bagi peserta didik untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki. Gerakan literasi sekolah (GLS) sudah
seharusnya menjadi sesuatu yang wajib diterapkan di setiap lembaga
pendidikan, guna membangun generasi muda menjadi lebih baik melalui
budaya literasi yang memberikan hal positif yang sifatnya membangun
terhadap peserta didik. Hal tersebut selaras dengan 57 perkembangan zaman
moderen saat ini.Namun Budaya generasi muda saat ini mengalami
penurunan, hal tersebut dikarenakan generasi muda lebih condong keteknologi
yang saat ini menjadi hal yang terpenting dalam kehidupan.
Lembaga pendidikan kini harus bisa merubah budaya generasi muda
saat ini kearah yang lebih baik menjadi generasi muda yang mengembangkan
budaya literasi yang gemar membaca, menulis, gemar berdiskusi, dan
melakukan hal-hal positif yang dapat mengembangkan ilmu pengetahuan
sehingga melahirkan generasi muda yang berkualitas yang terwujud dalam
pendidikan.
Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap manusia. Banyak hal
yang dapat dilakukan manusia dalam menuntut ilmu. Dalam Al-Qur’an ilmu
adalah keistimewaan yang menjadikan manusia sebagai manusia unggul
terhadap makhluk-makhluk lain guna menjalankann fungsi keakhlifahan. Ini
77
tercermin dari kisah kejadian pertama yang di jelaskan dalam Al-Qur’an pada
surat Al-Baqarah ayat 31-32
ؤلء وبء ھ بوي بأسأ ئكة فقبل أ ول وبء كلھب ثن عرضھنأ على ٱلأ سأ إى كتنأ وعلن ءادم ٱلأ
دقیي ١٣ص
ن لب إل هب ك ل علأ ح حكین قبلوا سبأ علین ٱلأ تب إك أت ٱلأ ١٣علوأ
Artinya:
31. dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu
berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
memang benar orang-orang yang benar!”
32. mereka menjawab: “Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui
selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya
Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”
Memperoleh ilmu dapat diperoleh manusia mencarinya dengan cara
belajar. Memperoleh ilmu secara mandiri oleh manusia dapat dilakukan
dengan menempuh pendidikan, baik secara formal maupun non formal.
Berbagai upaya dan strategi yang diterapkan untuk menciptakan seseorang
yang berwawasan dan berilmu. Pengembangan pembelajaran sebagai upaya
meningkatkan kualitas belajar siswa.
Pembiasaan-pembiasaan tersebut bertujuan memberikan lebih banyak
pengalaman dan intelektual siswa. Kaitannya menumbuh kembangkan
intelektual siswa dapat dilakukan dengan cara pembiasaan membaca dengan
menumbuhkan sikap gemar membaca pada siswa. Membaca adalah
mengemukakan atau menyembunyikan rangkaian lambang-lambang bahan
tulis yang dilihatnya dari huruf menjadi kata, kemudian menjadi frasa,
78
kalimat, dan seterusnya. Bahkan wahyu pertama yang disampaikan pada Nabi
Muhammad saw yang mana Allah telah memerintahkan manusia untuk
membaca dan menulis.
Membangkitkan budaya literasi atau kultur literasi memiliki manfaat
yang luar biasa bagi peradaban manusia. Indonesia sebagai negara
berkembang dimana minat membaca di negara Indonesia masih rendah,
padahal dengan tingginya minat membaca maka dapat pula meningkatkan
sumber daya manusianya, sehingga apabila sumber daya manusia itu bagus
dapat dipastikan negara Indonesia dapat menjadi negara yang maju.tingkat
membaca siswa di Indonesia hanya menempati urutan ke 57 dari 65 negara.
Dibutuhkan program-program yang mampu mendorong invidu yang giat
membaca, terutama jalur pendidikan di sekolah dengan menerapkan budaya
membaca pada siswa. Kementrian pendidikan dan kebudayaan (2013:1)
memaparkan bahwa pengembangan kurikulum 2013 diharapkan dapat
menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif,inovatif, dan afektif
melalui penguatan sikap (tahu mengapa) keterampilan (tahu bagaimana), dan
pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi. Upaya ini sangat beralasan sejalan
dengan kenyataan bahwa berbagai penelitian dan survei yang dilakukan oleh
beberapa lembaga internasional selalu menempatkan Indonesia pada urutan
terendah, dalam bidang kemampuan literasi dibandingkan dengan beberapa
negara ASEAN sekalipun.
79
Implementasi budaya literasi merupakan suatu kebijakan yang
dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan yang merupakan bagian
dari upaya membagun mentalitas dan karakter bangsa dan juga bagian dari
pada aktivitas revolusi mental.Apalagi dalam pelaksanaan yang dilakukan
setiap hari sebelum pelajaran dimulai.Robinson menyatakan bahwa literasi
adalah kemampuan membaca dan menulis secara baik.Lebih lanjut dijelaskan
bahwa literasi merupakan kemampuan membaca dan menulis yang
berhubungan dengan keberhasilan seseorang dalam lingkungan masyarakat
akademis, sehingga literasi merupakan piranti yang dimiliki untuk dapat
meraup kesuksesan dalam lingkungan sosial.
Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I menerapkan program
pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran terkait membaca.Program ini
diterapkan atas dasar minat baca membaca di Indonesia sangatlah rendah,
terutama pada anak-anak. Kepala sekolah Sekolah Dasar Inpres Perumnas
Antang II/I mengemukakan:
Tujuan gerakan literasi ini diterapkan adalah untuk pembiasaan dan
pengembangan terhadap anak khususnya siswa Sekolah Dasar Inpres
Perumnas Antang II/I agar siswa tersebut dapat meningkatkan gemar
membaca dan terbiasa membaca.
Ungkapan diatas didasarkan pada peraturan menteri Pendidikan dan
Kebudayaan republik Indonesia nomor 23 tahun 2015 tentang penumbuhan
budi pekerti yang menjelaskan mengenai gerakan penumbuhan budi pekerti di
sekolah melalui pembiasaan-pembiasaan, salah satunya adalah melalui
80
kegitan wajib 15 menit membaca sebelum pembelajaran dimulai. Program
literasi di SD Inpres Perumnas Antang II/I telah diterapkan sejak tahun 2016
oleh pemerintah, hal ini dikatakan oleh kepala sekolah bahwa:
Literasi di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I telah
menerapkan budaya membaca, dengan adanya sudut baca di setiap
kelas. Hal ini untuk menanamkan anak untuk cita membaca.
Gerakan literasi sekolah (GLS) merupakan upaya yang dilakukan
secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah organisasi pembelajaran yang
warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik yang memiliki
tujuan:
1. Tujuan umum
Menumbuhkembangkan budi pekerti siswa melalui pembudayaan
ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam gerakan literasi sekolah
agar menjadi pembelajar sepanjang hayat.
2. Tujuan khusus
a. Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah
b. Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat
c. Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah
anak agar warga sekolah mampu mengolah pengetahun.
Pelaksanaan gerakan literasi sekolah (GLS) di Sekolah Dasar Inpres
Perumanas Antang II/I terdapat tahapan pelaksanaan yaitu tahapan
pembiasaan, tahapan pengembangan, dan tahapan pembelajaran. Berikut
81
penjelasan terkait tahapan pelaksanaan gerakan literasi sekolah (GLS) di
Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I:
1. Tahapan pembiasaan
Indikator pencapaian pada tahapan pembiasaan meliputi:
a. Ada kegiatan 15 menit membaca (membaca nyaring dan membaca dalam
hati)
b. Kegiatan 15 menit membaca dilakukan setiap hari (diawal, tengah, atau
menjelang akhir pembelajaran)
c. Guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan lain terlibat dalam
kegiatan 15 menit dengan membacakan buku atau ikut membaca dalam
hati.
d. Sekolah berupaya untuk melibatkan publik (orang tua, alumni, dan elemen
masyarakat lain) untuk mengembangkan kegiatan literasi tersebut.
e. Ada sudut baca disetiap kelas dengan koneksi buku non pelajaran
2. Tahap pengembangan
Pada tahap pengembangan ini tentukan pada kemampuan siswa dalam
memahami bacaan, menyimak, membaca, berbicara, dan menulis pada siswa.
3. Tahap pembelajaran
Pada tahap ini terkait dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas
dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar, meningkatkan kemampuan
berbahasa siswa baik membaca dan menulis. Gerakan literasi sekolah (GLS)
di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I dilaksanakan berbagai kegiatan
yang mendukung untuk tercapainya gerakan literasi sekolah, berbagai
pelaksanaan tersebut yaitu:
82
a. Kegiatan 15 menit sebelum pembelajaran di kelas
Pelaksanaan pembiasaan di kelas sebelum 15 menit pembelajaran
dimulai. Kegiatan ini telah menjadikan siswa terbiasa buku selain buku
pelajaran. Dalam pelaksanaannya siswa merasa tidak dibebani, namun mereka
sangat menyenanginya. Hal ini terlihat siswa akitif membaca buku mereka
juga mampu memahami isi bacaan tersebut.
Pelaksanaan gerakan sekolah ini melalaui pelaksanaan 15 menit
membaca buku sebelum pelajaran dimulai. Pelaksaan kegiatan 15 menit
membaca sebelum pembelajaran tersebut sesuai dengan Permendikbud Nomor
23 Tahun 2015 yang telah dijelaskan diatas. Menurut kepala sekolah Sekolah
Dasar Inpres Perumnas Antang II/I mengungkapkan bahwa:
Pembiasaan setiap hari membaca pada 15 menit membaca buku
sebelum pembelajaran dimulai.
Kemudian menurut guru kelas 5 dan guru kelas 2 beliau mengatakan bahwa:
a. Pembiasaan membaca setiap 15 menit di dalam kelas untuk
bacaan selain buku pelajaran misalnya buku cerita, dll.
b. Pelaksanaan literasi di kelas dilaksanakan setelah bel masuk,
siswa berbaris, masuk kelas dan berdoa kemudian 15 menit
literasi membaca buku.
Pelaksanaan gerakan literasi sekolah (GLS) telah dilaksanakan pada
jam literasi 15 menit sebelum pembelajaran. Pada jam literasi ini siswa
membaca buku-buku cerita, buku pelajaran, dll. Selain bercerita sendiri dalam
hati, namun juga siswa bergilir bercerita dengan nyaring kepada siswa yang
83
lainnya, dan guru yang bercerita kemudian siswa yang mendengarkan dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru terkait cerita tersebut.
b. Penyediaan sudut baca pada setiap kelas
sudut baca kelas adalah salah satu wujud pelaksaan gerakan
literasi sekolah (GLS) dijalankan dengan baik dengan fasilitas yang
mendukung. Penyediaan sudut baca ini adalah sebagai sumber bacaan
siswa di kelas. Buku-buku bacaan yang disediakanpun disesuaikan dengan
tingkat kelas, salain itu buku-buku bacaan pada sudut baca kelas
disediakan oleh perpustakaan sekolah.
Selain pemanfaatan buku-buku pada sudut baca kelas, siswa juga
diperbolehkan untuk membaca buku bacaan dari rumah. Buku-buku yang
dibawa oleh siswa dari rumah tersebut terlebih dahulu akan diseleksi oleh
guru kelas. Wali kelas 3 mengatakan bahwa:
Anak diperbolehkan membawa buku sendiri dari rumah dengan
adanya pengawasan/seleksi oleh guru tentang isi buku, sehingga
buku yang dibaca oleh siswa mengandung banyak pengetahuan yang
mendukung pembelajaran.
Pengadaan seleksi buku yang dibawa oleh siswa dari rumah
bertujuan agara buku-buku bacaan yang dibaca merupakan buku yang
mengandung ilmu pengetahuan. Tidak sekedar cerita tetapi juga
membriakn manfaat dalam kegiatan sehari-sehari siswa.
84
c. Pemanfaatan perpustakaan sekolah
Pemanfaatan perpustakaan sekolah menjadi tempat yang memiliki
sumber buku yang lebih lengkap. Perpustakaan merupakan sarana
pendukung diterapkannya gerakan literasi sekolah ( GLS) di sekolah
dalam memberikan wawasan yang luas dari buku-buku bacaan.
Perpustakaan sekolah merupakan pusat penyediaan buku-buku fiksi, non
fiksi dan buku pelajaran. Perpustakaan tidak hanya sebagai sarana untuk
membaca namun juga dapat dilakukan sebagai tempat pembelajaran di
kelas yang dialihkan ke perpustakaan, hal ini bertujuan agar siswa mampu
mencari dan mengumpulkan informasi dari berbagai tempat pembelajaran
di kelas yang dialihkan ke perpustakaan, hal ini bertujuan agar siswa
mampu mencari dan mengumpulkan informasi dari berbagai buku bacaan.
Pelaksanaan peminjaman buku di perpustakaan siswa telah memiliki kartu
peminjaman buku di perpustakaan. Peminjaman di Sekolah Dasar Inpres
Perumanas Antang II/I telah terjadwal dengan baik, dengan menerapkan
jadwal wajib meminjam buku di perpustakaan.
b. Implikasi implementasi kultur literasi dalam meningkatkan
kemampuan membaca siswa di SD Inpres Perumnas Antang II/I
Implementasi kultur literasi di Sekolah Dasar Inpres Perumnas
Antang II/I diterapkan melalui gerakan literasi sekolah (GLS) diterapkan
sebagai bentuk menjadikan sekolah yang literat yaitu sekolah yang melek
informasi. Target pencapaian pelaksanaan gerakan literasi sekolah (GLS)
85
di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I sendiri tidak menciptakan
ekosistem pendidikan di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I.
Ekosistem pendidikan yang literat adalah lingkungan yang:
1. Menyenangkan dan ramah siswa, sehingga menumbuhkan semangat
warganya dalam belajar.
2. Menumbuhkan semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan.
3. Mengakomodasi partisipasi seluruh warga sekolah dan lingkunagn
eksternal Sekolah Dasar.
Membaca merupakan proses memahami dan merekonstruksi makna
yang terkandung dalam bahan bacaan. Pesan atau makna yang terkandung
dalam teks bacaan merupakan interaksi timbal balik, interaksi aktif, dan
interaksi dinamisantara pengetahuan dasar yang dimiliki pembaca dengan
kalimat-kalimat, fakta, dan informasi yang tertuang dalam sebuah
bacaan.Informasi yang terdapat dalam bacaan merupakan informasi yang
kasat mata atau dapat disebut dengan sumber informasi visual.Upaya dalam
meningkatkan kemampuan membaca sebaiknya lebih menekankan pada
kemampuan memahami isi bacaan yaitu berupa kemampuan:
a. Memahami makna kata-kata yang dibaca
b. Memahami istilah-istilah di dalam konteks kalimat
c. Memahami ide, pokok pikiran, atau tema dari suatu paragraf yang dibaca
d. Memahami rangkuman isi bacaan dengan menggunakan bahasa sendiri
86
e. Menyampaikan hasil pemahaman isi bacaan dengan menggunakan bahasa
sendiri di depan kelas.
Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I telah mewadahi terhadap
perkembangan membaca siswa dengan memberikan lingkungan yang literat
pada siswa. Peningkatan kemampuan membaca siswa dari penerapan GLS di
Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I menunjukkan bahwa:
a. Pemahaman makna kata dan istilah dalam buku bacaan
Kata merupakan adanya sebuah unit bahasa yang dapat mengandung
suatu makna dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Kata tersebut terdiri atas
beberapa huruf terhadap bahasa tersebut. Pemahaman makna kata pada siswa
Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I telah menunjukkan peningkatan
dengan baik. guru kelas 2 mengatakan bahwa:
Kemampuan membaca siswa sendiri mengalami peningkatan, karena
semakin banyak siswa membaca maka dapat menambah pengetahuan
dan kosa kata mereka. Selain itu dengan literasi di kelas, beberapa
siswa sudah mampu memahami isi bacaan walaupun ada juga yang
masih belum bisa, tapi setidaknya mereka memahami judul dan tokoh
dari buku yang dibacanya.
Melihat kemampuan membaca siswa yang baik, lancar dan menjiwai
dalam membaca cerita adalah sebagai hasil bahwa siswa mampu memahami
makna kata dan istilah dalam cerita, sehingga mereka mempu bercerita
kembali atau menceritakan kembali dari apa yang mereka baca sebelumnya.
Selain itu bimbingan guru pada siswa kelas rendah khususnya, sebagai
pendorong siswa dalam memahami isi bacaan.
87
b. Memahami ide, pokok pikiran atau tema dari bacaan
Menemukan ide atau pokok pikiran itu sangat pentingd dan perlu
dipahami dalam membaca suatu teks bacaan.Ide pokok adalah pokok pikiran
atau permasalahan utama yang mendasari terbentuknya sebuah paragraph,
dapat diakatan bahawa ide pokok bentuk ide atau pikiran penulis dalam
tulisannya.
Kemampuan memahami bacaan siswa sekolah dasar menunjukkan
bahwa dalam memahami ide pokok atau tema ini dapat dilihat dari mereka
mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan guru terkait cerita yang dibaca atau
dibacakan. Kemudian di akhir jam literasi siswa dan guru menyimpulkan dari
cerita yang telah dibacakan. Kemudian pada kelas 2 siswa juga mampu
menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru terkait cerita yang dibaca,
walalupun mereka masih memerlukan bimbingan dalam memahami cerita.
c. Menarik kesimpulan dalam bacaan atau cerita
Menarik kesimpulan merupakan mengambil inti sari dalam suatu teks
cerita atau buku cerita. Teks cerita atau bacaan pastinya mengandung pesan
yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca. Perlu adanya kemampuan
pemahaman yang baik untuk mengambil pesan atau amanat dalam suatu
cerita, baik yang tersurat maupun tersirat. Dalam hal ini siswa Sekolah Dasar
Inpres Perumnas Antang II/I sudah mampu mengambil amanat dalam suatu
cerita yang dibaca atau dibacakan melalui gerakan literasi sekolah (GLS) yang
setiap hari dilaksanakan.
88
Selanjutnya pada jam terakhir pelaksanaan literasi di kelas siswa
bersama guru menyimpulkan cerita yang telah dibaca atau dibacakan tadi
seperti, amanat yang bisa diambil dari cerita, tokoh-tokoh dan sifatnya,
perbuatan-perbuatan yang baik dan tidak bik yang ada dalam isi cerita .
c. Faktor keberhasilan dan faktor kendala dalam implementasi kultur
literasi dalam keterampilan membaca siswa Sekolah Dasar Inpres
Perumnas Antang II/I
1. Faktor keberhasilan
Implementasi kultur literasi di Sekolah Dasar Inpres Perumnas
Antang II/I telah dilaksanakan melalui gerakan literasi sekolah (GLS).
Faktor-faktor keberhasilan dalam pelaksanaan literasi di sekolah tidak
lepas dari usaha dan upaya yang telah diberikan kepada sekolah sebgai
bentuk meningkatkan kualitas pendidikan di Sekolah Dasar Inpres
Perumnas Antang II/I. Selain itu kerjasama dan tekad yang kuat dati
semua pihak sekolah dan warga sekolah yang turut andil dalam
menjalankan GLS . berikut beberapa faktor keberhasilan dalam
implementasi gerakan lietasi sekolah (GLS) di Sekolah Dasar Inpres
Perumnas Antang II/I:
a. Penyediaan buku yang memadai
Penyediaan buku yang memadai selain buku pelajaran ada faktor
pendukung dalam pelaksanaan gerakan literasi sekolah (GLS) di
89
sekolah. Beragam buku yang telah disediakan dari buku fiksi, nonfiksi
dan buku pelajaran. Perpustakaan sebagai pusat penyediaan buku, sellau
memberikan pengadaan buku-buku baru agar siswa tertarik untuk
membaca.
Kepala sekolah Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I mengatakan
bahwa:
Selalu ada pengadaan buku-buku di perpustakaan baik buku fiksi,
nonfiksi, umum, pembelajaran, dll.
Tidak hanya perpustakaan sebagai tempat membaca buku, namun
dalam setiap kelas telah diberikan sarana pendukung dalam pelaksaan gerakan
literasi sekolah (GLS) ini yaitu membuat sudut baca. Sudut baca ini
menyediakan beragam buku selain buku pelajaran. Guru kelas 2 mengatakan
bahwa:
Adanya sudut baca kelas yang buku-bukunyq sesuai dengan tingkatan
kelas. Buku-buku ini akan digilir ke kelas lain 1 bulan sekali.
b. Antusias siswa
Siswa sebagai sasasran utama dalam pelaksanaan gerakan literasi
sekolah (GLS) adalah sebagai faktor penting dalam mencapai keberhasilan
gerakan literasi sekolah (GLS). Antusias siswa yang baik atau respon yang
baik terhadap gerakan literasi sekolah (GLS) akan memberikan hasil yang
baik dalam menciptakan sekolah yang literat. Guru kelas 3 mengatakan
bahwa:
90
Pada siswa tingkat atas karena sudah memiliki kemampuan
mmebaca yang baik, dan antusias siswa yang tinggi atau
sudah terbiasa membaca selama gerakan literasi sekolah
(GLS) ini diterapkan.
a. Dukungan publik dan lingkunagn yang literat
Dukungan yang kuat dari semua pihak terkait dalam
pelaksanaan gerakan literasi sekolah (GLS) di Sekolah Dasae Inpres
Perumnas Antang II/I merupakan salah satu faktor keberhasilan
gerakan literasi sekolah (GLS). Dukungan publik ini terdiri dari
dukungan wali kelas atau orang tua siswa, warga sekolah (guru, kepala
sekolah, dll), kemudian lingkungan sekolah yang literat yang
menyediakan sumber kaya teks pada setiap kelas. Dukungan orang tua
terhadap pelaksanaan gerakan literasi sekolah (GLS) ini dapat dilihat
dari antusias orang tua dalam membelikan buku-buku bacaan atau
cerita pada anak/siswa. guru kelas 5 mengatakan bahwa:
Dukungan dari siswa dan wali, karena diperbolehkan
membawa buku dari rumah, sehingga anak akan selalu
meminta buku pada orang tua dan mereka akan menceritakan
pada teman-temannya sehingga anak sudah menunjukkan
gemar membaca.
b. Faktor kendala
Kendala dalam gerakan literasi sekolah (GLS) di Sekolah
Dasar Inpres Perumnas Antang II/I dalam pelaksanaan gerakan literasi
sekolah (GLS) tersebut, faktor yang menghambat terlaksananya
gerakan literasi sekolah (GLS) adalah faktor kegiatan akademik
91
sekolah, kegiatan akademik ini walaupun tidak setiap hari ada, namun
menjadikan salah satu kendala dalam melaksanakangerakan literasi
sekolah (GLS). Namun upaya yang dilakukan sekolah untu mengatasi
hal tersebut yaitu memberikan keleluasan pada jam literasi di kelas
secara fleksibel, tidak harus dilaksanakan pada jam awal sebelum
pembelajaran saja namun tetap dapat dilakukan di tengah dan akhir
pembelajaran namun juga tetap dapat tetap terlaksana setiap harinya.
Kepala sekolah Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I
mengetakan bahwa:
Secara khusus kendala itu tidak ada dalam penerapan literasi,
biasanya faktor kegiatan akademik yang mengganggu jalannya
literasi terpotong, namun solusi yang diambil jam literasi
dapat pindah di tengah atau di akhir pembelajaran.
Kemudian jam istirahat yang pendek dimana kebanyakan siswa
menghabiskan waktu dengan istirahat di kantin. Hal ini membuat waktu
membaca dan meminjam buku di perpustakaan menjadi lebih sempit. Selain
itu pada kelas rendah pelaksanaan gerakan literasi sekolah (GLS) 15 menit
sebelum pembelajaran tidak hanya cukup 15 menit karena siswa butuh
bimbingan. guru kelas 2 mengatakan bahwa:
Pengkondisian siswa, hal ini karena mereka masih kelas 2 atau kelas
rendah perlu diperhatikan yang baik agar mereka dapat membaca
buku dengan serius tapi menyenangkan dan tidak terbebani.
Pada kelas rendah atau kelas 2 memang butuh pengondisian siswa
yang ekstra, agar siswa mampu fokus dan memahami bacaan dengan baik. Hal
92
ini dimungkinkan karena siswa kelas rendah siswa yang masih senang
bermain dan aktif berbeda dengan kelas tinggi yang sudah mampu
mengkondisikan dirinya sendiri.
93
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Kultur literasi di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I
diterapkan melalui gerakan literasi sekolah (GLS). Gerakan literasi sekolah
(GLS) di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I dilaksanakan dalam
berbagai kegiatan yang mendukung tercapainya gerakan literasi sekolah,
berbagai kegiatan pelaksanaan tersebut yaitu, Kegiatan 15 menit sebelum
pembelajaran di kelas, Peneyediaan sudut baca pada setiap kelas, dan
Pemanfaatan perpustakaan
Kultur literasi tersebut rupanya telah memberikan kontribusi yang
besar dalam menciptakan lingkunagn sekolah yang baik. Hal yang dirasakan
dari kultur literasi melalui gerakan literasi sekolah (GLS) terutama bagi siswa,
sangat membantu dan meningkatkan kualitas belajar dan menambah wawasan
siswa. penerapan gerakan literasi sekolah (GLS) memberikan efek yang
positif dalam meningkatkan kemampuan membaca siswa. Kemampuan
membaca siswa dengan adanya gerakan literasi sekolah (GLS) memberikan
peningkatan yang baik seperti siswa mampu memahami makna kata dan
istilah dalam buku bacaan, dengan dibuktikan siswa mampu bercerita kembali
dari membaca atau dibacakan cerira. Kemudian siswa mampu memahami ide,
94
pokok pikiran atau tema dari bacaan, mengambil kesimpulan dalam cerita,
merangkum dan menyampaikan isi cerita dengan bahasa sendiri.
Penerapan kultur literasi yang diterapkan Sekolah Dasar Inpres
Perumnas Antang II/I melalui gerakan literasi sekolah (GLS) telah
memberikan pengaruh yang baik dalam kualitas belajar siswa terutama.
Terkait pelaksanaan dalam gerakan literasi sekolah (GLS) terdapat faktor-
faktor yang mempengaruhi penerapan gerakan literasi sekolah (GLS)
tersebut. Adapun faktor keberhasilannya yaitu, 1) Penyediaan buku yang
memadai, 2) Antusias siswa dala mengikuti kegiatan gerakan literasi sekolah
(GLS), Dukungan publik (orang tua, kepala sekolah, guru, dll). Adapaun
faktor kendalanya yaitu, Secara khusus kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan gerakan literasi tidak ada, namun yang mempengaruhi
keterlaksanaan gerakan literasi sekolah (GLS) yaitu faktor kegiatan akademik
yang kadang-kadang diadakan sekolah, sehingga hal ini mengganggu
keefektifan pelaksanaan gerakan literasi sekolah (GLS) terutama pada
pelaksanaan 15 menit di kelas.
B. Saran
Setelah dilakukan penelitian terkait implementasi kultur literasi dalam
keterampilan membaca siswa Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I
Kota Makassar, peneliti memberikan saran sebagai berikut:
95
1. Untuk Kepala Sekolah
a. Dalam menerapkan program literasi hendaknya pihak sekolah menyiapkan
dulu sarana dan prasana yang berkaitan dengan program literasi itu sendiri
agar dalam pelaksanaan penerapannya nanti berjalan sesuai dengan yang
diinginkan semua pihak
b. Mengadakan penyuluhan atau seminar tentang pentingnya program literasi
tersebut minimal pada setiap tahun ajaran baru.
2. Kepada semua guru di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I agar selalu
memberi motivasi siswa serta mengawasinya agar program literasi ini berjalan
sesuai yang diharapkan
3. Kepada seluruh siswa di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I untuk
selalu semangat dalam mengikuti program literasi ini agar prestasi belajarnya
lebih meningkat
Siswa harus lebih fokus dan konsentrasi saat guru membacakan buku
pelajaran atau buku bacaan supaya bisa
4. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk memperkuat penelitiannya dengan
cara mengkaji terlebih dahulu penelitian sebelumnya
96
DAFTAR PUSTAKA
Arisma, (2012). Peningkatan Minat dan Kemampuan Membaca melalui Penerapan
Program Jam Baca Sekolah di Kelas VII SMP Negeri 1 Puri.Malang:
Universitas Negeri Malang Fakultas Sastra Jurusan Sastra Indonesia SI
Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah
Bunanta, (2004). Buku Mendongeng dan Minat Membaca. Jakarta: Pustaka Tangga
Dalman, Keterampilan Membaca (Cet. 2, Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hal.5
Gipayana, (2010). Pengajaran Literasi. Malang: Asih Asah Asuh
Harras, (2011). Mengembangkan Potensi Anak melalui Program Literasi Keluarga,
Jurnal Artikulati Vol. 10 No.1
Hasanah, (2017). Teknik-teknik Observasi (Sebuah Alternatif Metode Pengumpulan
Data Kualitatif Ilmu-Ilmu Sosial.At-Taqaddum, 8(1), 21-46.
(http://journal.walisongo.ac.id/index.php/attaqaddum/article/view/1163,
diakses pada tanggal 25 Januari 2020)
Mangieri, (2009). Exemplary Literacy Teachers: What Schools Can Do to Promote
Succes For All Student. New York: The Guilford Press
Nasution. (2003). Metode Penelitian Narulistik Kualitatif. Bandung: Tarsito
Rahardjo, M. (2011).Metode pengumpulan data penelitian kualitatif.
(http://repository.uin-malang.ac.id/1123/1/metode-pengumpulan.pdf, diakses
4 Februari 2020)
Raharjo, Sahid. 2013. Pengumpulan Data Penelitian dengan Observasi.
https://googleweblight.com/i?u=https://www.konsistensi.com/2013/04/pengu
mpulan-data-penelitian-dengan observasi_13.html?m%3D1&hl=ban-ID,
diakses pada tanggal 4 Februari 2020
Rahim, (2007). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara
Saepudin, E. (2015). Tingkat Budaya Membaca Masyarakat (Studi Kasus Pada
Masyarakat Di Kabupaten Bandung). Jurnal Kajian Informasi &
Perpustakaan, 3(2),271-282.
(http://jurnal.unpad.ac.id/jkip/article/view/10003, diakses pada tanggal 23
Januari 2020)
Sangit, (2015). Data Penelitian Model Miles. http://kumpulanmateri-
kuliah.blogspot.com/2015/01/analisis-data-penelitian-model-
miles_31.html?m=1, diakses pada tanggal 3 Februari 2020).
97
Setyawan Pujiono, Berpikir Kritis dalam Literasi Membaca dan Menulis untuk
Memperkuat Jati Diri Bangsa (prosiding bahasa dan sastra Indonesia
Purwokerto:PIBSI xxxiv, 2012), halm. 77
Sugiyono, 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta Suparlan,
2013. Manajemen Berbasis dari Teori Sampai dengan Praktik. Jakarta:
PT.Bumi Aksara
, , 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung : Alfabeta
, 2018. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Soekanto, Seorjono & Budi Sulistyawati. 2014. Sosiologi Suatu Pengantar.Depok:
PT. RajaGrafindo Persada.
Sujarwa, 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar: Manusia dan Fenomena Sosial
Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Supriyoko, 2004. Minat Baca dan Kualitas Bangsa. Jakarta: Harian Kompas
Suwandi, Sarwiji. 2019. Pendidikan Literasi Membangun Budaya Belajar,
Profesionalisme Pendidk, dan Budaya Kewirausahaan untuk Mewujudkan
Marwah Bangsa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Tarigan, 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Yeti Mulyati, Modul: Hakikat Keterampilan Berbahasa(Respotory.ut.ac.id,2015),
hal.13-14. (http://repository.ut.ac.id/view/year/2015.default.html, diakses
pada tanggal 28 Januari 2020)
Widagdho, Djoko, dkk. 2008. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
98
LAMPIRAN
99
100
101
102
TRANSKRIP WAWANCARA
SD INPRES PERUMNAS ANTANG II/I KOTA MAKASSAR
Narasumber: Suhartini, S.Pd (Kepala Sekolah)
No Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana peran kepala
sekolah dalam pelaksanaan
program literasi di SD Inpres
Perumnas Antang II/I?
Kepala sekolah juga harus memiliki pengetahuan
dan kecakapan tinggi yang sesuai dengan bidang
tanggung jawabnya di sekolah tersebut. Dengan
demikian, kepala sekolah dapat menjalankan
perannya sebagai pimpinan organisasi yang baik.
Peran kepala sekolah dalam pengembangan gerakan
literasi sekolah (GLS) di sekolah sangat strategis
antara lain:
a. a. Pengembangan perpustakaan sekolah,
b. Penyediaan buku-buku pelajaran, fiksi, non
fiksi,dll,
c. Pembentukan tim literasi sekolah,
d. Kampanye gerakan literasi sekolah (GLS)
(melalui poster, papan pengumuman, dll,
e. Pengembangan program 15 menit membaca, f). F.
Pengembangan kerja sama dengan orang tua/ wali
siswa.
2. Bagaimana pelaksanaan kultur
literasi/budaya baca yang
diterapkan di SD Inpres
Perumnas Antang II/I?.
Pelaksanaan kultur literasi di Sekolah Dasar Inpres
Perumnas Antang II/I sudah berjalan dengan karena
adanya sarana dan prasana yang mendukung
103
Apakah berjalan dengan baik
atau tidak?
3 Bagaimana implikasi dari
implimentasi dari kultur
literasi/budaya baca terhadap
kemampuan membaca SD
Inpres Perumnas Antang II/I?
Karena bermacam-macam buku yang dibaca oleh
siswa. Beragam buku bacaan yang disediakan akan
menambah pengetahuan siswa. Selain itu juga siswa
diperbolehkan membawa buku dari rumah, maka
siswa akan termotivasi untuk terus membaca. Dan
juga dalam literasi di kelas siswa tidak hanya
membaca saja namun juga dalam waktu yang
ditentukan siswa mampu memahami isi bacaan yang
mana disesuaikan dengan tingkatan kelas yang telah
ditentukan materi sebelumnya, misalnya guru
menunjuk 5 menit membaca dan 5 menit memahami
bacaan. Sehingga kemampuan membaca anak
meningkat seiring dengan kebiasaan membaca
setiap hari.
4 Apa saja faktor kendala dalam
implementasi kultur literasi di
Sekolah Dasar Inpres
Perumnas Antang II/I?
Secara khusus kendala itu tidak ada ada penerapan
literasi, biasa faktor kegiatan akademik yang
mengganggu jalannya literasi walaupun tidak setiap
hari, sehingga jam untuk literasi terpotong, namun
solusi yang diambil adalah jam literasi dapat pindah
ditengah atau diakhir pembelajaran.
5. Apa saja faktor pkeberhasilan
dalam implementasi kultur
literasi di Sekolah Dasar
Inpres Perumnas Antang II/I?
Faktor keberhasilan ini dapat dilihat dari:
a.Pengadaan buku bacaan baik buku bacaan di sudut
kelas dan kunjungan membaca dan wajib meminjam
buku di perpustakaan dengan buku bacaan yang
lengkap
b.Pada siswa tingkat atas karena sudah memiliki
104
kemampuan membaca yang baik, dan antusias siswa
yang tinggi.
6. Bagaimana implementasi
kultur literasi dalam
pelaksanaan kultur literasi di
sekolah?
Kultur literasi di Sekolah Dasar Inpres Perumnas
Antang II/I diterapkan melalui Gerakan Literasi
Sekolah (GLS) diterapkan melalui kegiatan:
a.Kegiatan setiap hari membaca 15 menit membaca
buku sebelum pembelajaran dimulai
b.Pembiasaan wajib baca di perpustakaan sesuai
jadwal yang dibuat.
c.Penyediaan sudut baca yang diletakkan pada
setiap kelas.
7. Apa latar belakang tujuan
diterapkannya kultur literasi di
sekolah?
Penerapan kultur literasi melalui gerakan literasi
sekolah (GLS) ini dilatar belakangi oleh kurangnya
sikap gemar membaca, dimana di Indonesia sendiri
gemar membaca pada anak-anak masih sangatlah
rendah. Tujuan dari literasi sekolah ini diterapkan
yaitu untuk pembiasaan dan pengembangan
terhadap anak-anak gemar membaca dan terbiasa
membaca.
8. Kapan program literasi di SD
Inpres Perumnas Antang II/I
dimulai?
Literasi di Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang
II/I telah menerapkan Gerakan Literasi Sekolah
(GLS) 2016 telah menerapkan kultur literasi atau
budaya membaca dengan adanya perpustakaan di
sekolah, siswa diwajibkan meminjam dari
perpustakaan atau membawa buku bacaan dari
rumah. Hal ini bertujuan agar dapat menanamkan
kepada dalam diri siswa untuk cinta membaca.
105
9. Apakah program literasi di SD
Inpres Perumnas Antang II/I
merupakan pembiasaan atau
menjadi bagian dari
pembelajaran?
Program literasi merupakan adalah pembiasaan dan
pengembangan terhadap anak khususnya siswa
Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang II/I agar
siswa tersebut dapat meningkatkan gemar membaca
dan terbiasa membaca.
10. Bagaimana manajemen
implementasi kultur literasi di
sekolah?
Budaya membaca di Sekolah Dasar Inpres
Perumnas Antang II/I melalui gerakan literasi
sekolah (GLS), gerakan literasi sekolah (GLS)
disini dilaksanakan melalui:
a.Membuat jadwal berkunjung di perpustakaan
b.Gerakan khusus membaca (GKM) yang terjadwal
pula pelaksanaannya, telah disepakati untuk
memudahkan proses pelaksanannya. Maka gerakan
khusus membaca GKM dilaksanakan 15 menit
sebelum pembelajaran dimulai. gerakan khusus
membaca ( GKM ) ini ada ada laporan pencatatan
c.Untuk pengadaan buku dari perpustakaan ada
buku-buku yang dikhususkan sesuai dengan
tingkatan kelasnya dan siswa boleh membawa buku
dari rumah sesuai dengan seleksi dari guru
106
TRANSKRIP WAWANCARA
SD INPRES PERUMNAS ANTANG II/I KOTA MAKASSAR
Narasumber: St. Rukaya, S.Pd (Guru Kelas 2)
No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana antusias siswa dalam
kegiatan kulur literasi/budaya
membaca di SD Inpres Perumnas
Antang II/I?
Antusias siswa positif karena diberikan
kebebasan untuk memilih buku, bisa
membawa sendiri buku dari rumah, dan
dari sudut baca, dan perpustakaan. Dengan
membawa buku sendiri yang disukai anak-
anak menjadi termotivasi untuk membaca.
Ada cerita dari anak saya bahwa sebelum
tidur ia selalu membaca buku, ketika
dalam pembelajaran dikelas hasilnya
bagus, dan dapat mengerjakan tugas
terutama dapat memahami bacaan dan
menuliskan kembali isi bacaan yang telah
ia baca.
2 Apakah ada peningkatan membaca
siswa selama gerakan literasi
sekolah itu diterapkan di SD
Inpres Perumnas Antang II/I?
Ya ada peningkatan selama gerakan literasi
sekolah (GLS) ini berlangsung, karena jika
siswa lebih sering membaca buku maka
semakin banyak pula wawasan yang dia
dapatkan, dan dengan membaca buku dan
memahami siswa dapat menambah
pengetahuan
107
3 Apakah dalam pelaksanaan kultur
literasi tersebut diterapkan atau
dilaksanakan secara konsisten
dalam pembelajaran di kelas
maupun diluar kelas di SD Inpres
Perumnas Antang II/I?
Pelaksanaan literasi sudah berjalan
konsisten seperti yang dijadwalkan.
Sekarang pelaksanaan literasi membaca 15
menit di kelas dilaksanakan secara
fleksibel.
4 Apa saja faktor keberhasilan dalam
implementasi kultur literasi di
Sekolah Dasar Inpres Perumnas
Antang II/I?
Faktor kerbahasilan ini yaitu:
a.Adanya sudut baca kelas yang buku-
bukunya sesuai dengan tingkatan kelas.
Buku-buku ini akan digilir ke kelas lain 1
bulan sekali
b.Karena mungkin anak mampu membaca
dengan lancar, kadang dalam 1 bulan buku
di sudut baca sudah dibaca semua sehingga
untuk itu mereka diperbolehkan membawa
buku sendiri rumah.
c.Tersedianya beragam buku di
perpustakaan.
5 Bagaimana pelaksanaan kultur
literasi tersebut dilaksanakan
secara konsisten dalam
pembelajaran di kelas maupun di
luar kelas di sekolah?
Pelaksanaan literasi di kelas dilaksanakan
setelah bel masuk dan siswa berbaris dan
masuk kelas dan berdoa kemudian 15
menit literasi membaca buku. Selain itu
juga siswa diajak belajar di perpustakaan.
Pengadaan sudut baca kelas sebagai sarana
dan prasarana untuk anak senang membaca
dan anak juga diperbolehkan membawa
buku dari rumah dengan adanya pengadaan
seleksi dari guru tentang isi buku, sehingga
108
buku yang dibaca mengandung banyak
pengatahuan yang mendukung pembelaran.
Pada kelas 2 khususnya saya lebih
memberikan arahan agar ketika siswa
membaca mereka benar-benar bisa fokus
memahami bacaan, berbeda mungkin
dengan kelas tinggi mereka lebih diberikan
kebebasan cara membaca, karena mungkin
siswa kelas tinggi lebih luas wawasannya.
Berbeda dengan kelas I yang saya tahu
pelaksanaan literasinya dilakukan ketika
siswa berangkat sekolah masuk kelas dan
langsung mengambil buku untuk dibaca.
6. Apa saja faktor kendala dalam
implementasi kultur literasi di
Sekolah Dasar Inpres Perumnas
Antang II/I?
Kendala awal yang didapatkan pada
penerapan literasi itu, siswa masih kurang
berminat untuk membaca buku. Siswa
belum ada kemauan untuk membaca buku,
namun guru-guru tetap memberikan
inisiatif untuk menyuruh siswa untuk tetap
membaca buku secara individu, mereka
dibacakan terlebih dahulu guru dan siswa
menyimak dan siswa mencatat hal-hal
penting. Setelah beberapa lama siswa yang
membacakan certita kepada teman-
temanya.
109
TRANSKRIP WAWANCARA
SD INPRES PERUMNAS ANTANG II/I KOTA MAKASSAR
Narasumber: Andi Anita, S.Pd (Guru Kelas 3)
No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana antusias siswa dalam
kegiatan kulur literasi/budaya membaca
di SD Inpres Perumnas Antang II/I?
Siswa sangat antusias dalam mengikuti
setiap kegiatan literasi, walaupun pada
awal pelaksanaan siswa masih belum
mau atau malas, namun setelah
beberapa lama siswa mulai terbiasa.
Antusias siswa juga dapat dilihat waktu
peminjaman buku di perpustakaan
dimana sudah dibuat jawdal wajib
pinjam buku, dan banyak siswa yang
suka membaca
2 Apakah ada peningkatan membaca
siswa selama gerakan literasi sekolah
itu diterapkan di SD Inpres Perumnas
Antang II/I?
Kemampuan membaca mengalami
peningkatan khususnya pada kelas 3,
karena semakin banyak siswa membaca
maka semakin bertambah pula kosakata
mereka. Sudah da beberapa siswa yang
mampu memahami isi bacaan walaupun
masih ada juga yang belum bisa,
setidaknya mereka dapat memahami
judul dan toko dalam bacaan tersebut
110
3 Apakah dalam pelaksanaan kultur
literasi tersebut diterapkan atau
dilaksanakan secara konsisten dalam
pembelajaran di kelas maupun diluar
kelas di SD Inpres Perumnas Antang
II/I?
Ya, konsisten karena jurnal gerakan
literasi sekolah (GLS) yang dibagikan
di setiap kelas untuk pemantauan
pelaksanaan.
4 Apa saja faktor pendukung/keberhasilan
dalam implementasi kultur literasi di
Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang
II/I?
Adanya kerjasama dengan wali kelas
dengan orang tua siswa dalam
pelaksanaan gerakan literasi sekolah ini.
Selain itu perpustakaan juga
mendistribusikan beberapa buku bacaan
untuk diletakkan di sudut baca kelas
5 Bagaimana pelaksanaan kultur literasi
tersebut diterapkan/dilaksanakan secara
konsisten dalam pembelajaran di kelas
maupun di luar kelas di sekolah?
Kultur literasi yang dilaksanakan di
Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang
II/I melalui beberapa kegiatan
diantaranya:
a.Pembiasaan membaca di perpustakaan
sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan
b.Mengadakan sudut baca disetiap kelas
c.Pembiasaan membaca setiap 15 menit
di dalam kelas sebelum pelajaran
dimulai.
6. Apa saja faktor penghambat/kendala
dalam implementasi kultur literasi di
Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang
II/I?
faktor penghambat antara lain:
a.Ada beberapa kegiatan sekolah yang
segera dilaksanakan dan diselesaikan
menyebabkan literasi tidak terlaksana
untuk pembiasaan mrmbaca di kelas
111
setiap 15 menit
b.Pembiasaan membaca di perpustakaan
terkendala dengan jam istrirahat siswa
yang banyak dimanfaatkan untuk makan
dan bermain. Jadi hanya beberapa siswa
saja yang membaca di perpustakaan
112
TRANSKRIP WAWANCARA
SD INPRES PERUMNAS ANTANG II/I KOTA MAKASSAR
Narasumber: Hasbariah, S.Pd (Guru Kelas 5)
No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana antusias siswa dalam kegiatan
kulur literasi/budaya membaca di SD
Inpres Perumnas Antang II/I?
Semakin antusias/bersemangat untuk
membaca di setiap kesempatan
2 Apakah ada peningkatan membaca siswa
selama gerakan literasi sekolah itu
diterapkan di SD Inpres Perumnas
Antang II/I?
Ya ada peningkatan, siswa lebih
semangat untuk membaca diluar buku
pelajaran. Siswa menjadi lebih gemar
membaca karena kosatanya akan
bertambah dan begitupula dengan
pengetahuannya
3 Apakah dalam pelaksanaan kultur literasi
tersebut diterapkan atau dilaksanakan
secara konsisten dalam pembelajaran di
kelas maupun diluar kelas di SD Inpres
Perumnas Antang II/I?
Pelaksanaan gerakan literasi sekolah
sudah berjalan secara konsisten. Literasi
dapat dilaksanakan secara fleksibel, bisa
di awal sebelum pembelajaran, ditengah
pembelajaranatau diakhir pembelajaran
4 Apa saja faktor pendukung/keberhasilan
dalam implementasi kultur literasi di
Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang
II/I?
Faktor keberhasilan ini yaitu:
a.Sarana dan prasana sekolah yang
memadai
b.Ketersediaan buku yang beraneka
ragam
c.Pengawasan dalam kegiatan literasi
melalui keikutsertaan guru ketika
113
kegiatan literasi berlangsung
5 Bagaimana pelaksanaan kultur literasi
tersebut diterapkan/dilaksanakan secara
konsisten dalam pembelajaran di kelas
maupun di luar kelas di sekolah?
Kultur literasi yang dilaksanakan di
Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang
II/I melalui beberapa kegiatan
diantaranya: pembiasaan siswa untuk
membaca buku selama 15 menit
sebelum pembelaran dimulai dan
pembiasaan membaca di perpustakaan
sesuai dengan jadwal kelas masing-
masing
6. Apa saja faktor penghambat/kendala
dalam implementasi kultur literasi di
Sekolah Dasar Inpres Perumnas Antang
II/I?
a.Faktor waktu yang sering dihadapi,
semisal ada kegiatan akademik guru
yang mengharuskan meninggalkan
kelas. Namun hal ini pun bisa diatasi
dengan memindahkan jam literasi di
awal pemebelajaran, ditengah, ataupun
diakhir pembelajaran.
b.Pengondisian siswa, hal ini karena
siswa masih kelas II atau kelas rendah,
perlu diperhatikan yang baik agar
mereka dapat membaca buku dengan
serius tapi menyenangkan dan tidak
terbebani.
114
HASIL OBSERVASI
GERAKAN LITERASI SEKOLAH (GLS) 15 MENIT DI KELAS
a. Senin, 5 Oktober 2020
Pukul 08.45-09.00 di jam istirahat siswa kelas 2 melakukan
peminjaman buku di perpustakaan, buku yang banyak dipinjam
diantaranya buku cerita atau dongeng, dan jumlah pinjaman buku ada 1
dan ada juga 2 buku dengan jumlah maksimal pinjaman 3 buku.
b. Selasa, 6 Oktober 2020
Pukul 07.30-07.45, pelaksanaan GLS di kelas 3 selama 15 menit
sebelum pembelajaran dimulai, terlihat siswa secara bergantian/digilir
membacakan cerita kepada teman-temannya. Kemudian guru dan siswa
bersama-sama meriview kembali pokok bacaan kemudian siswa
menuliskan kembali isi bacaan yang mereka baca tadi.
c. Rabu, 7 Oktober 2020
Pukul 07.30-07.45, siswa terlihat aktif dan semangat dalam jam literasi
selama 15 menit di kelas, siswa kelas 5 membaca buku-buku yang ada
disudut baca kelas. Guru memberikan tugas yaitu menuliskan kembali isi
bacaan yang mereka baca.
d. Kamis, 8 Oktober 2020
Pelaksanaan literasi di kelas 5 pukul 07.45-08.10 dilaksanakan
ditengah pembelajaran setelah pembelajaran tematik. Siswa disuruh oleh
115
guru untuk membaca buku yang dibawa dari rumah, siswa terlihat aktif
dan antusias membaca buku. Setelah membaca beberapa siswa disuruh
menceritakan kembali isi dalam cerita dengan menggunakan bahasa
mereka masing-masing.
e. Sabtu, 10 Oktober 2020
Pelaksanaan gerakan literasi jam 07.30-07.45 di kelas 3 pada jam
literasi. Siswa terlihat aktif dan mendengarkan guru membacakan sebuah
cerita tentang Maling Kundang. Guru membacakan cerita dengan nyaring
dan intonasi membaca yang baik sesuai dengan isi cerita. Setelah selesai
membaca cerita guru memberikan pertanyaan terkait tentang cerita yang
telah disampaikan. Guru bertanya mengenai amanat yang bisa diambil dari
cerita tersebut, siapa saja toko dalam cerita tersebut, dan apa saja kejadian
yang terjadi dalam cerita tersebut.
116
LAMPIRAN FOTO DOKUMENTASI
(PROFIL SEKOLAH SD INPRES PERUMNAS ANTANG II/I)
(WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH SD INPRES PERUMNAS ANTANG II/I )
117
(FOTO HALAMAN SEKOLAH SD INPRES PERUMNAS ANTANG II/I)
(FOTO SEKOLAH SD INPRES PERUMNAS ANTANG II/I )
( FOTO LORONG KELAS SD INPRES PERUMNAS ANTANG II/I)
118
(FOTO PERPUSTAKAAN SD INPRES PERUMNAS ANTANG II/I)
(FOTO MADING KELAS)
119
RIWAYAT HIDUP PENULIS
penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 1 Barru dan tamat pada tahun
2015. Tahun 2016, penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar dan akan menyelesaikan
masa perkuliahan di Universitas Muhammadiyah Makassar dengan judul skripsi :
“Implementasi Kultur Literasi dalam Keterampilan Membaca Siswa Sekolah Dasar
Inpres perumnas Antang II/I Kota Makassar”
Syarifah Maulidyawati.F, lahir di Makassar, pada
tanggal 10Juli 1997. Anak ke 4 dari 4 bersaudara dari
pasangan Ayahanda Ir. Fakhruddin Harun dan Ibunda Hj.
Syarifah Nur Qalbi Latief. Penulis mulai memasuki
jenjang pendidikan pada 2004 di Sekolah Dasar Inpres
Lompengeng tamat pada tahun 2009. Tahun 2009 penulis
melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 1 Tanete
Rilau dan tamat pada tahun 2012. Pada tahun yang sama