Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
IMPLIKASI POLA KEPEMIMPINAN KOLEGIAL
TERHADAP REPUTASI PONDOK PESANTREN
(Studi Kasus pada Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah
Pulutan Salatiga)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Ani Khudhoefiyah
NIM: 23010160118
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2020
ii
iii
IMPLIKASI POLA KEPEMIMPINAN KOLEGIAL
TERHADAP REPUTASI PONDOK PESANTREN
(Studi Kasus pada Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah
Pulutan Salatiga)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Ani Khudhoefiyah
NIM: 23010160118
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2020
iv
v
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
DAN KESEDIAAN DI PUBLIKASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ani Khudhoefiyah
NIM : 23010160118
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk dipublikasikan oleh e-repository IAIN
Salatiga.
Salatiga, 19 Maret
2020
Yang menyatakan
Uswatun Kasanah
vii
MOTTO
لص ف خأ د سرالأ عأمال صور قائمة وأرأواحها وجوأ هاي أ الأ
“Amal perbuatan itu ibarat kerangka berdiri, ruhnya adalah intisari ikhlas
yang ada didalamnya”.
viii
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim. Pujii syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, yang
telah memberikan rahmat dan hidayah- Nya dalam menyelesaikan karya ini.
Ku persembahkan karya ini kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta (Bapak Sakuri dan Ibu Sumiyati). Terimakasih
atas kasih sayang, cinta, dorongan, kepercayaan, kesabaran, jerih payah serta
pengorbanan tanpa pamrih.
2. Adik-adikku tercinta Mukhlison Amali dan Isnatul Khoiro yang selalu
memberi semangat serta dukungan untuk memperoleh ilmu hingga sampai
sekarang ini.
3. Bapak dan ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan berbagai ilmu
kepada saya.
4. Bapak Dr. Miftahuddin, M.Ag. selaku Dosen pembimbing yang selalu
memberikan motivasi, dorongan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi
ini.
5. Segenap keluarga besar yang selalu memotivasi untuk hidup bermanfaat bagi
lingkungan, agama dan bangsa.
6. Bapak KH. Nur Sholeh, Ibu Anis, Bapak Muhibur Rohman selaku pembina
yang sudah mengarahkan dan memberikan ilmu yang belum saya dapatkan
sebelumnya, ada di pondok pesantren tempat saya menimba ilmu selama tiga
tahun ini.
ix
7. Sahabat terbaik ku sekaligus sudah saya anggap saudara kandung ku,
Kholifatus Sa‟diyah, Siti Muayanah, Yuni Sariningsih, Ani Fitriyani, Nur
Indah Wulandari, Anissaus Sholihah, Ely Muhimatul, Hasnida Damayanti,
Siti Latifah, Yunita Santi, Ratna Dwi Utami, Lulu Zubaidah, terimakasih atas
semangat dan dukungannya serta yang telah membantu dalam menyelesaikan
skripsi ini.
8. Sahabat dan teman-teman ku seperjuangan mahasiswa PAI 2016 IAIN
Salatiga khususnya kelas D, PMII Rayon Matori Abdul Djalil khususnya
angkatan 2016, PPL 2019 SMA N 2 Salatiga, KKN 2020 Dusun Marangan
Desa Podosoko Kec. Candimulyo Kab. Magelang, yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu kenangan bersama kalian adalah kenangan terindah
yang tidak dapat untuk dilupakan.
9. Segenap guru-guru ku (SD, MTS, dan MA) terimaksih berkat do‟a-do‟a
beliau semua, dapat menghantarkan ku hingga masuk ke perguruan tinggi
negeri, membimbing ku dengan kesabarannya dan tak kenal lelah senantiasa
memberikan inspirasi serta semangat untuk menggapai cita-cita.
10. Pihak Pengurus Pondok dan Kepengurusan Pondok Santriwati di Pondok
Pesantren Agro Nuur El-Falah yang telah membantu saya, memberikan saya
pengalaman dan pembelajaran untuk menjadi orang bijaksana dan beradab
dalam menjalani proses kehidupan.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran llahi Rabbi, Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat dan nikmat- Nya yang tidak terhitung banyaknya.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW, yang telah menuntun manusia kepada jalan yang lurus untuk mencapai
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai berkat motivasi, bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag., selaku ketua Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI) sekaligus dosen pembimbing akademik.
4. Bapak Dr. Miftahuddin, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan motivasi serta pengorbanan waktunya
dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Kepada bapak dan ibu Dosen yang telah memberikan ilmu dan pengalaman
dengan penuh kesabaran.
xi
6. Karyawan-karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta
bantuan.
Semoga amal baik dari beliau mendapatkan pahala dari Allahh SWT dan
mendapatkan Ridho Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembacanya. Amiin.
Salatiga, 02 Juni 2020
Penulis
Ani Khudhoefiyah
NIM. 23010160118
xii
ABSTRAK
Khudhoefiyah, Ani. 2020. Implikasi Pola Kepemimpinan Kolegial terhadap
Reputasi Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Tahun 2020. Skripsi,
Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr.
Miftahuddin, M.Ag.
Kata Kunci: Pola Kepemimpinan, Kolektif Kolegial, Reputasi Pondok.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini diantaranya yaitu
1) Untuk memaparkan pola pemimpin di Pondok Pesantren Agro Nur El-
Falah Salatiga, 2) Untuk mendeskripsikan sikap kolegial pemimpin yang
di terapkan pada Pondok Pesantren Agro Nur El-Falah Pulutan Salatiga,
3) Untuk mengetahui peranan pemimpin terhadap reputasi Pondok
Pesantren Agro Nur El-Falah Salatiga.
Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Data-
data dalam penelitian diperoleh dari hasil observasi, interview dan
dokumentasi. Kemudian melakukan analisis data dengan cara
mendeskripsikan data dari informan, mereduksi data sesuai dengan
kebutuhan penelitian. Setelah itu dianalisis oleh peneliti dan terakhir
disimpulkan untuk menjawab tujuan dari penelitian.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) Pola kepemimpinan
kolektif kolegial yang diterapkan di Pondok Pesantren Agro Nuur El-
Falah yaitu gotong royong, kekeluargaan dan sedikit otoriter. 2)
Perkembangan reputasi Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah
dilingkungan masyarakat yaitu mempunyai . 3) Reputasi pondok
pesantren dimata masyarakat dapat dinilai baik sehingga semakin
meningkatnya santri yang menetapkan pilihanya di Pondok Pesantren
Agro Nuur El-Falah dalam kepemimpinan KH. Nur Sholeh ini jumlah
santri yang dari tahun ketahun semakin meningkat.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL LUAR i
LEMBAR BERLOGO IAIN ii
HALAMAN SAMPUL DALAM iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING iv
LEMBAR PENGESAHAN KELULUSAN v
LEMBAR DEKLARASI vi
HALAMAN MOTTO vii
HALAMAN PERSEMBAHAN viii
KATA PENGANTAR x
ABSTRAK xii
DAFTAR ISI xiii
DAFTAR TABEL xvii
DAFTAR LAMPIRAN xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Fokus Penelitian 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 4
E. Penegasan Istilah 5
F. Sistematika Penulisan 8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori l0
xiv
1. Pengertian Kepemimpinan 10
a. Kepemimpinan dalam Islam 12
b. Gaya Kepemimpinan 15
c. Prinsip Kepemimpinan 20
2. Pengertian Kolektif 21
a. Bentuk Perilaku Kolektif 22
b. Faktor-faktor Penyebeb Perilaku Kolektif 23
3. Pengertian Reputasi Pondok Pesantren 27
a. Definisi Pondok Pesantren 29
b. Unsur-unsur Pondok Pesantren 31
B. Kajian Penelitian Terdahulu 33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian 36
B. Kehadiran Peneliti 37
C. Lokasi dan Waktu Penelitian 37
D. Sumber Data 39
E. Prosedur Pengumpulan Data 40
F. Analisis Data 42
G. Pengecekan Keabsahan Data 44
BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data 46
1. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian 46
a. Profil Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah 46
xv
b. Letak Geografis 46
c. Sejarah Pondok Pesantren 48
d. Visi dan Misi Pondok Pesantren 51
e. Struktur Organisasi 51
f. Tata Tertib Pondok Pesantren 54
g. Kegiatan Santriwati 57
h. Sarana Prasarana 63
2. Temuan Penelitian 64
a. Pola Kepemimpinan Kolektif Kolegial yang di terapkan di
Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah 64
b. Perkembangan Peran/Reputasi Pondok Pesantren Agro Nuur
El-Falah dilingkungan Masyarakat 67
c. Implikasi Kepemimpinan Kolektif Kolegial terhadap Reputasi
Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah 68
B. Analisis Data 70
1. Pola Kepemimpinan Kolektif Kolegial yang diterapkan di Pondok
Pesantren Agro Nuur El-Falah Pulutan Salatiga 70
2. Perkembangan peran/Reputasi Pondok Pesantren Agro Nuur El-
Falah di Masyarakat 71
3. Implikasi Kesimpulan Kepemimpinan Kolektif Kolegial terhadap
Reputasi Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Pulutan Salatiga
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 74
xvi
B. Saran 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 Foto
2. Lampiran 2 Instrumen Pengumpulan Data
3. Lampiran 3 Hasil Wawancara
4. Lampiran 4 Surat Tugas Pembimbing Skripsi
5. Lampiran 5 Lembar Konsultasi
6. Lampiran 7 Daftar Nilai SKK
7. Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup
8. Lampiran 9 Surat Izin Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemimpin dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari dari mulai
lingkungan keluarga, masyarakat dan negara. Dalam keluarga peranan pemimpin
di pegang oleh kepala keluarga yaitu ayah. Masyarakat mempunyai beberapa
tingkatan seperti kepala desa, bupati, gubernur dan hingga kepala negara yang
kita kenal dengan istilah presiden (Umiarso, 2011). Kepemimpinan yang efiktif
dari seorang pemimpin apabila telah terwujudnya tujuan bersama secara
maksimal dimana seseorang itu bisa memanfaatkan sumberdaya yang ada dan
bisa memimpin dengan cara yang baik.
Seorang yang telah di amati menjadi pemimpin atau mengabdikan
dirinya untuk masyarakat dan negara hal tersebut tidak lepas dari adanya hujatan
dari lingkungan sekitar hal itu dilakukan oleh pihak yang tidak suka atau
mendukung pemimpin yang terpilih. Bagi seorang pemimpin tidak mudah untuk
memerankan dirinya ke beberapa bagian antara membagi waktu dirinya dengan
keluarga dan dengan masyarakat, ditambah dengan konfik dan masalah yang di
hadapi selama menjabat sebagai pemimpin.
Setelah seseorang terpilih menjadi pemimpin tidak banyak yang
menyalahgunakan jabatannya antara memilih yang telah di amanatkan atau lebih
memilih keluarga yang di utamakan hal tersebut yang masih menjadi polemik dan
perdebadatan, tidak jarang akhirnya pemimpin yang nyeleweng dari tugas
semestinya, dan mangkir dari tugas semestinya.
Mengutip dari KOMPAS.com “kita mengenal muhammad Hatta,
seseorang yang pantas untuk diteladani. Diantaranya saat pengguntingan uang
2
ORI di tahun 1950, beliau mengetahuinya akan tetapi dari pihak keluarga tidak
mengetahuinya saat ditanya Ny Rahmi mengapa tidak memberitahu lalu beliau
menjawab kepentingan bangsa lebih utama dari pada kepentingan pribadi.
Tindakan tersebut yang dilakukan oleh bapak Muhammad Hatta keluarga dipilih
menjadi bagian yang kedua dari amanah yang telah di embannya (Martin, 2018).
Sepercik dari tindakan yang dilakukan oleh rasul saat memimpin, konsep
kepemimpinan rasul di kutip dari NU Online “Nabi selalu menyesuaikan teori
kepemimpinan yang beliau sampaikan dengan tindak tanduk sehari-hari, hal ini
berbeda dengan kepemimpinan orang yang dilakukan pada saat ini. Seorang
pemimpin harus sadar kalau dirinya adalah seorang pemimpin yang hal itu
menjadi panutan kepada banyak orang. Konsep selanjutnya yang dilakukan oleh
nabi adalah dengan jalan musyawarah dan mufakat. Banyak keputusan yang nabi
ambil dengan jalan mufakat” (Isra, 2018).
Berkembangnya suatu lembaga baik instansi maupun pada pondok
pesantren tidak lepas dengan adanya peran pemimpin, dalam pondok pesantren
bisanya disebut dengan kyai, mempunyai kewenangan dalam menentukan suatu
persoalan dan mencapai tujuan. Setiap pemimpin memiliki cara dan ketetapannya
untuk menentukan atau memutuskan suatu masalah karena pada dasarnya seorang
pemimpin harus mempunyai ketegasan dalam memimpin.
Cara seseorang dalam memimpin memiliki kreteria yang berbeda-beda.
Ciri atau karakter seorang pemimpin ada bebeapa macam diantaranya: pertama,
seseorang yang sudah berbakat untuk memimpin dari lahir, kedua dari
prilakunya, ketiga situasional. Pemimpin tidak hanya untuk mengubah dan
mengarahkan anggotanya ke ranah yang lebih bagus dan lebih baik, akan tetapi
bisa menjalankan suatu sistem yang sudah ada di dalamnya dengan catatan tidak
3
memilih pada salah satu pihak akan tetapi bisa menentukan jalan mana yang
perlu di tempuh untuk masa kedepannya.
Pada masa sekarang ini banyak pemimpin yang memiliki sifat acuh, tidak
terlalu memikirkan keberkembangan dan mutu dalam sebuah lembaga
pendidikan.
Pondok pesantren Agro Nur El-Falah Yayasan Dharma Lestari yang
dimana pemilik yayasan ini adalah seorang pengusaha dan menyerahkan seluruh
urusan pondok pesantren kepada KH. Nur Soleh, yang memiliki kewenangan
atau bisa disebut sebagai tangan kedua dari bapak H. Darmo Supomo pemilik
yayasan. KH. Nur Soleh tidak sama seperti pemimpin pada umumnya. Karena
beliau merupakan seorang tentara sekaligus menjadi pimpinan pada pondok
pesantren.
Kepemimpinan yang beliau terapkan terkenal dengan sikap disiplinnya.
Pondok Agro Nur Falah ini berbeda dengan pondok pada umumnya, di pondok
ini menerapkan apel pengecekan santri yang di lakukan setiap hari sebelum
kegiatan berlangsung. Gunanya untuk mengecek jumlah santri pada saat itu, hal
ini di lakukan selama kepemimpinan KH. Nur Soleh kurang lebih sudah 4 tahun
berjalan.
Perkembangan pondok pesantren juga terbilang sangat pesat dari yang
awalnya berdiri pada tahun 2004 yang awal mulanya didirikan untuk yayasan
panti asuhan akan tetapi seiring berjalanya waktu berganti dari yang awalnya
panti asuhan berubah menjadi pondok pesantren dan pada awalnya seluruh
santrinya semuanya laki-laki pada tahun 2017 baru menerima santriwati yang
seluruh santri 78 seiring berkembangnya waktu pada tahun kedua adanya santri
putri jumlahnya menambah menjadi 150 santri.
4
Semua perkembangan itu tidak lepas terhadap campur tangannya seorang
pemimpin, yang dimana cara memimpin KH. Nur Soleh cukup bersahajah atau
bisa dikatakan juga bisa merangkul seluruh anggotanya dengan baik. Seperti
contoh kecilnya saja ketika para santri mengadakan pembersihan di lingkungan
pondok pesantren maka tidak jarang beliau ikut turun tangan bersama para
santrinya.
Dari sinilah mulailah pondok berkembang dengan pesat, karena profil
pesantren terlebih dulu di lihat dari seorang pemimpi. Dari paparan tulisan diatas,
perlu adanya penyelesaian masalah melalui kegiatan penelitian yang berjudul
IMPLIKASI POLA KEPEMIMPINAN KOLEGIAL TERHADAP REPUTASI
PONDOK PESANTREN (Studi Kasus Pada Pondok Pesantren Agro Nur El-
Falah Pulutan Salatiga).
B. Fokus Penelitian
1. Bagaimana pola kepemimpinan kolektif kolegial yang diterapkan di Pondok
Pesantren Agro Nur El-Falah Pulutan Salatiga?
2. Bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Agro Nur El-Falah di masyarakat?
3. Bagaimana implikasi kepemimpinan kolektif kolegial terhadap reputasi Pondok
Pesantren Agro Nur El-Falah Pulutan Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pola kepemimpinan kolektif kolegial yang diterapkan di
Pondok Pesantren Agro Nur El-Falah Pulutan Salatiga.
2. Untuk memaparkan perkembangan peran atau reputasi Pondok Pesantren Agro
Nur El-Falah di masyarakat.
3. Untuk mengetahui implikasi kepemimpinan kolektif kolegial terhadap reputasi
Pondok Pesantren Agro Nur El-Falah Pulutan Salatiga.
5
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian penulis mengharapkan manfaat baik teoritis maupun secara
praktis.
1. Secara teoritis penelitian ini dapat memberi manfaat:
a. Sebagai pengetahuan bagi peneliti terhadap pola yang di gunakan oleh
pengasuh pondok pesantren dalam penerapannya untuk mengembangkan
kualitas pondok pesantren.
b. Sebagai wawasan terhadap peranan pengasuh dalam reputasi pengembangan
mutu untuk masyarakat di Pondok Pesantren Agro Nur El-Falah Pulutan
Salatiga.
c. Sebagai bahan peneliti untuk mengetahui implikasi pola pengasuh dalam
meningkatkan kualitas mutu pendidikan Pondok Pesantren Agro Nur El-Falah
Salatiga.
2. Secara praktis penelitian ini dapat memberi manfaat:
a. Bagi peneliti, sebagai pengetahuan pola apa saja yang diterapkan oleh
pengasuh dalam mengelola pondok pesantren dan juga sebagai pandangan
untuk peneliti, hal yang bias di lakaukan untuk memimpin.
b. Bagi pesantren, sebagai pacuan pengembangan mutu pendidikan dari adanya
tangan pengasuh yang bersahajah dan bersahabat.
c. Bagi masyarakat, agar masyarakat lebih paham dalam suatu organisasi
peranan atau tindakan apa saja yang bisa di lakukan oleh seorang pemimpin,
yang berkaitan dengan reputasi Pondok Pesantren Agro Nur El-Falah Salatiga.
E. Penegasan Istilah
1. Implikasi Pola Kepemimpinan Kolegial
6
Implikasi disini mengerucut pada istilah penggunaan suatu pola kolegial
yang di terapkan oleh seorang pemimpin untuk mengembangkan atau
menjalankan suatu program yang ada di dalam sebuah lembaga, untuk menuju
sesuatu yang telah di sepakati bersama. Kemampuan untuk mengarahkan,
mempengaruhi memotivasi, mengajak, menasehati, sekaligus memimpin dan
melaksanakan proses belajar mengajar melainkan pula sebagai pemimpin
masyarakat (P, 2015). Seseorang yang mendapatkan amanah untuk memimpin
baik kecil maupun besar itu artinya sudah mendapat amanah dariNya dan setiap
amanah itu harus di laksanakan dengan baik. Kolegial sendiri memiliki beberapa
indikator:
a. Kemitraan
Suatu kerjasama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau
organisasi-organisasi untuk mencapai tugas atau tujuan tertentu.
b. Kerjasama Tim
Kemampuan untuk berkerjasama menuju satu visi yang sama dan kemampuan
untuk mengarahkan prestasi individu terhadap tujuan organisasi
c. Tanggung Jawab
Sikap dan prilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibanya
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, Negara dan Tuhan Yang Maha
Esa
d. Disiplin Diri
Fungsi operatif manajemen sumber daya manusia yang terpenting karena
semaking baik disiplin karyawan, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat
dicapainya.
e. Semangat Kerja
7
Suatu hasil yang terlihat pada mental seseorang dalam melakukan pekerjaan
secara lebih cepat dan lebih baik untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal
dalam suatu organisasi (Prasetyo, 2014).
2. Reputasi
Menurut Dharmadi dan Supangkat dalam jurnalnya (Kurniawan, 2018),
Bentuk dari interaksi-interaksi seseorang dengan orang lain yang dapat membuat
orang tersebut memberikan penilaian berdasarkan pengalamanya dalam suatu
interaksi, jika orang tersebut belum pernah melakukan interaksi maka reputasi
seseorang untuk berinteraksi diperoleh dari referensi atau beracuan dari seseorang
yang pernah bersangkutan dengannya.
Untuk menjadi pemimpin orang yang dipercaya dalam mengemban
berbagai amanat, pemimpin yang utuh maka pemimpin tersebut dalam
kepemimpinannya dituntut untuk melaksanakan peranan kepemimpinan secra
efektif, baik sebagai penentu arah, agen perubahan, juru bicara maupun pelatih
dalam sebuah organisasi (Daswati, 2012). Perkembangan suatu organisasi ini
tidak lepas dari campur tangannya seorang pemimpin yang bias membawai dan
menuntun menuju keranah yang telah di tentukan bersama.
Bicara tentang kepemimpinan berarti kita tidak dapat melepaskan diri
dari masalah manusia karena yang menjalankan kepemimpinan adalah manusia
sendiri, memiliki pemikiran yang realitis dalam menghadapi proses aktivitas
demi pencapaian organisasi. Kepemimpinan tidak akan ada tanpa adanya
pemimpin dan yang dipimpin. Kemudian peranan pemimpin disini untuk
mengembangkan suatu peran yang diembannya ialah dengan cara memiliki
potensi mengarahkan manusia untuk memiliki potensi lebih menuju kearah yang
telah ditentukan bersama untuk meningkatkan reputasi sebuah organisasi.
8
Peranan lain dalam sebuah reputasi berprilaku jujur, adil dan bijaksana
ketika menjadi seorang pemimpin. Ketika mendapati suatu masaah dalam sebuah
organisasi tersebut diselesaikan dekan kepala dingin dan melibatkan anggotanya
untuk mendapatkan titik temu yang paling baik dalam organisasi tersebut.
Peranan pemimpin disini tidak hanya sebagai pengatur bawahannya tetapi selalu
terbuka untuk menerima saran dan kritikan orang lain, ketika ingin mendapatkan
reputasi yang baik dari orang lain.
3. Pondok Pesantren
Lembaga di masyarakat yang keberadaannya sudah ada sejak 300-400
tahun yang lalu awal kehadiran pondok pesantren bersifat tradisional untuk
mendalami ilmu-ilmu agama Islam sebagai pedoman hidup dengan menekan
pentingnya moral di lingkungan masyarakat (Syafe'i, 2017 ). Pesantren
merupakan lembaga yang unik tidak saja keberadaanya yang sudah sejak lama
tetapi juga karena kultur, metode tetapi juga jaringan yang di terapkan pada
lembaga tersebut.
Bisa juga dikatakan pondok pesantren merupakan tempat, sarana bagi
seseorang untuk memperoleh atau mengembangkan ilmu-ilmu yang ada di
dalamnya. Istilah pondok pesantren sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu dan
seiring berkembangnya zaman, pondok pesantren pun banyak mengalami
perkembangan di antaranya ada pondok pesantren modern dan tradisional.
Perbedaan dari kedua istilah ini salah satunya dari cara atau model
pembelajaranya.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam mempelajari dan membatu memahami
skripsi ini maka peneliti memberikan sistemaika penulisan berikut:
9
Bagian awal terdiri dari sampul, lembar berlogo, halaman nota
pembimbing, pengesahan kelulusan, pengesahan keaslihan tulisan, motto,
persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar lampiran.
Bab I meliputi pendahuluan terinci dalam latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian penelitian terdahulu, metodelogi
penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II meliputi kajian pustaka meliputi landasan teori, kajian terdahulu, yang
terperinci dalam pengertian kepemimpinan, pengertian sikap kolektif kolegial
pemimpin, pengertian reputasi pemimpin, pengertian pondok pesantren.
Bab III metodelogi penelitian meliputi jenis penelitian, lokasi dan waktu
penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan
keabsahan data.
Bab IV paparan dan analisis data meliputi paparan data dan analisis data.
Bab V meliputi penutup yang terinci dalam simpulan dan saran.
Bagian akhir meliputi daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan riwayat
hidup penulis.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Pengertian Kepemimpinan
Definisi tentang kepemimpinan bervariasi di antaranya untuk
mempengaruhi suatu proses dalam menentukan tujuan berorganisasi,
memotivasi prilaku untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk
memperbaiki kelompok dan budaya. (Lumentut, 2017). Istilah kepemimpinan
pada dasarnya berhubungan dengan keterampilan, kecakpan, dan tingkat
pengaruh yang dimiliki seseorang, oleh sebab itu kepemimpinan bisa dimiliki
oleh orang yang bukan pemimpin. (Jarwanto, 2015)
Kepemimpinan suatu proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh
pemimpin kepada bawahanya dalam mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari Ilmu-ilmu sosial
sebab prinsip-prinsip dan rumusanya diharapkan dapat mendatangkan manfaat
bagi kesejahteraan manusia. Kepemimpinan bukan sesuatu yang istimewa,
tapi tanggung jawab, bukan fasilitas tapi pengorbanan juga bukan untuk
berleha-leha tapi kerja keras. Secara luas bisa dikatakan meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi prilaku
pengikut untuk mencapai tujuan.
Pemimpinan juga dikaitkan dengan kepemimpinan sesuatu yang
mengarahkan sebagai kekuatan dan alat proses dalam membujuk seseorang
supaya bersedia sukarela. Ada beberapa hal dilakukan oleh seseorang yang
telah diarahkan dari seorang pemimpin:
a. Kepemimpinan itu melibatkan orang lain ataupun para pengikut.
11
b. Kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara anggota
kelompok secara seimbang.
c. Adanya kemampuan untuk menggunakan bentuk kekuasaan yang
berbeda untuk mempengaruhi tinggkah laku pengikutnya melalui
berbagai cara. (Suryana, 2015)
Kepemimpinan pada diri seseorang mengandung unsur spesifik
dimana seseorang memberikan pengaruh tersebut kepada orang lain yaitu
ikatan dalam bentuk komitmen atas pengaruh yang diberikannya bisa berupa
kesamaan dalam menjalankan tanggung jawab, disiplin, dan prilaku lainnya
sebagai bagian dari sebuah organisasi. Kepemimpinan menduduki peranan
vital dalam organisasi karena seseorang pemimpin selain menentukan visi,
misi, tujuan dan strategi pencampaian juga bertugas memimpin, mengarahkan,
memotivasi anggota kelompok untuk mencapai tujuan. Bisa ditarik
kesimpulan kepemimpinan bisa juga di katakan proses mempengaruhi orang
lain untuk memahami dan setuju dengan apa yang dilakukan maupun di
kerjakan seorang pemimpin dan bagaimana tugas itu dilakukan secara efektif,
serta proses untuk memfasilitasi upaya individu dan kolektif untuk mencapai
tujuan bersama (Yukl, 2005).
Jadi pemaparan dari penulis sendiri jika kepepimpinan itu lingkaran
yang saling berkaitan dari seorang pemimpin, dimana ketika seorang
pemimpin memiliki kecakapan dan kepiawaian dalam memimpin maka di
kepemimpinannya akan dinilai bagus dan dihargai oleh orang lain. Tidak
hanya orang lain akan tetapi membawai sebuah organisasinya keranah yang
lebih baik atau keinginan ingin dicapai dari organisasi tersebut.
12
a. Kepemimpinan dalam Islam
Kepemimpinan dalam Islam sendiri identik dengan istilah khalifah yang
berarti wakil. Penggunaan kata khalifah setelah Rasulullah SAW sama artinya
terkandung dalam kata amir atau bisa dikatakan sebagai pemimpin. Selain kata
khalifah bisa juga dikatakan sebagai Ulil Amri yang berarti pemimpin
tertinggidalam masyarakat Islam. Sebagai firman Allah SWT dalam surat An-
Nisa ayat 59 yang berbunyi:
Artinya: “hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan
Rasul(sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian, yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebihbaik akibatnya”.
(QS. An Nisa:59)
Para ulama berbeda pendapat tentang arti ulil amri tersebut, ada yang
menafsirkan kepala negara, pemerintah dan ulama, ada juga golongan yang
mengartikan ulil amri dengan iman-iman mereka yang ma‟sum (Siyarah, 2003).
Ada beberapa macam pendapat yang menjelaskan tentang arti dalam
13
kepemimpinan, akan tetapi pada dasarnya mempunyai satu maksud dan tujuan
yang sama berarti pemimpin orang yang patut di patuhi maupun dihormati.
Sekalipun dalam Al-Qur‟an tidak pernah ditemukan, ternyata kata amir itu
sendiri sering digunakan dalam beberapa hadis.
عت من رسول الله عليه وسلم ي قول ف -٥٩٧١ عن عائشة س
ت شيئا فشق عليهم فاشقق عليه. ب يت هذا اللهم من ول من امر ام
ت شيئ ف ر فق بم فار فق به.) رواه مسلم( ومن ول من امرامر ام
Artinya: Dari Aisyah r.a dia berkata: “Aku mendengar Rasulullah saw
berdoa dirumahku dalam doanya: “Wahai Allah!” siapa yang menjabat suatu
jabatan dalam pemerintahan umatku, lalu dia mempersulit urusan mereka,
maka persulit juga dia dan siapa yang menjabat suatu jabatan dalam
pemerintahan umatku lalu dia berusaha menolong mereka maka tolonglah
pula dia!” (Muslim No.1795, 2016).
Kepemimpinan merupakan kata yang mengandung makna ganda yakni
pemimpin dan yang dipimpin, kepemimpinan dapat terlaksana bila unsur
pemimpin dan yang dipimpin berkolaborasi dengan baik. Kata رعاة و رعاء/
,yang berarti membela, memimpinرعى berasal dari kataرعية – را ع
mengatur, menjaga, memelihara dan mempertimbangkan dalam bentuk isim
fa‟il راع/رعاة و رعاءberarti pemimpin, pengatur, pemelihara dan dalam
bentuk رعيةmengandung makna yang di pimpin atau dengan istilah rakyat.
14
Kata رعيةjuka merupakan bentuk al-masdar al-sina’i yakni masdar yang
dibentuk dengan menambahkan al-barf al-ya’ al-nisbab dan al-ta’ al-ta’nis
semakna dengan al-masdar رعياyang bermakna kepemimpinan (Munawwir,
1984).
Berdasarkan ayat al-Qur‟an QS Taha 20:54, QS al-Qasas 28:23, QS al-
Mu‟minun 23:8 dan al-Ma‟arij 70:32 tersebut dapat dipahami bahwa
kepemimpinan dengan akar kata رعىyang digunakan dalam hadis dengan kata
mengandung pengertian sebagai berikut:
1. Kepemimpinan merupakan upaya memelihara atau pemeliharaan terhadap
amanah dan janji sebagai seorang pemimpin.
2. Kepemimpinan merupakan kegiatan pelayanan yang maksimal terhadap yang
dipimpin sebagai mana layaknya seorang pengembala terhadap ternaknya.
Kata kepemimpinan dalam bahasa arab ada kata khalifah yang berarti
menggatikan, berbeda, berubah dan memperbaiki. Disebut khalifah juga berarti di
belakang, karena yang menggantikan selalu berada dibelakang sesuatu.
Kekhalifaan pada dasarnya merupakan kata yang memiliki makna yang sama
dengan keamiran dan kepemimpinan. Ungkapan khalifah lebih dapat diartikan
makhluk yang dipercayakan dan diberi tugas oleh Allah untuk mengelola dan
memanfaatkan seluruh potensi alam sesuai tuntunannya manusia ibarat wakil
Allah (Raya, 2015).
Penggunaan kata khalifah didalam ayat-ayat al-qur‟an tersebut, baik dalam
bentuk tunggal maupun plural dapat dipahami bahwa kata-kata tersebut lebih
dikonotasikan pada pemimpin yang diberi kekuasaan untuk mengelola suatu
wilayah di bumi, kekhalifahan atau kepemimpinan yang disebutkan dalam al-
qur‟an khalifah, khalaif, dan kalaif mempunyai empat unsur yang saling terkait,
15
yakni manusia yang ada di alam, dalam al-qur‟an al-Ard hubungan manusia
dengan manusia, manusia dengan pemimpindan manusia dengan tuhannya
(Masniati, 2015).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan atau
kekhalifahan mengandung pegertian:
a) Kata khalifah, khalif dan khaulafa’ menunjukan manusia yang diberi
kekuasaan oleh Allah mengelola wilayah bumi baik secara luas maupun
terbatas.
b) Khalifah merupakan mahluk berpotensi, secara aktual dapat melakukan
kekeliruan dan kesalahan akibat mengikutu hawa nafsu, seperti halnya Nabi
Adam dan Nabi Daud di bereri teguran oleh Allah melalui cobaan yang telah
di berikannya.
c) Pengelolaan manusia terhadap alam atau bumi merupakan kegiatan manusia
yang berkolaborasi dengan alam yang didalamnya tersirat makna kegiatan
kepemimpinan atau khalifahan dalam al-qur‟an dimaksudkan untuk menguji
kemampuan manusia dengan apa yang susah Allah ciptakan.
d) Khalifah lebih kepada makna wakil Allah di bumi melakukan kepemimpinan
dan pemakmura, pengelolahan bukan kerusakan lingkungan alam raya.
b. Gaya Kepemimpinan
1. Kepemimpinan situasioanal
Dinilai berdasarkan saling berhubungan dengan hal-hal antara jumlah
anggota dan pengarahan yang di berikan oleh seorang pemimpin saling
mengaitkan satu sama lain membentuk sesuatu kekuatan yang utuh, dan
tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukan dalam
melaksanakan tugas khusus, fungsi, atau tujuan tertentu (Thoha, 2003),
16
kepemimpinan ini telah dikembangkan untuk membantu orang menjalankan
kepemimpinan tanpa memperhatikan perannya yang lebih efektif di dalam
interaksi denagn orang-orang lain tiap harinya.
Dalam penerapannya kepemimpinan situasional seseorang pemimpin
harus didasarkan pada hasil analisis terhadap situasi yang dihadapi pada waktu
tertentu dan mengidentifikasi kondisi para anggotanya. Adapun macam
kepemimpinan situasional adalah: Kepemimpinan kontigensi dimana teori ini
membahas gaya kepemimpinan apa yang paling baik dan gaya kepemimpinan
tidak baik, tetapi teori ini juga mengemukakan bagaimana tindakan seorang
pemimpin dalam situasi tertentu prilaku kepemimpinan yang efektif, dengan
kata lain prilaku berdasarkan situasi (Anwar, 2007).
Teori tersebut dapat difahami bahwa seorang pemimpin dalam
menerapkan kepemimpinannya tidak berpedoman pada salah satu prilaku saja
dari waktu kewaktu melainkan didasarkan pada analisis setelah ia mempelajari
situasi tertentu.
2. Kepemimpinan karismatik
Pemimpin model ini mendapat kepercayaan yang sangat tinggi dari para
pengikutnya, sehingga apa yang diperbuatnya diangap selalu benar. Dalam hal
ini pengikut-pengikut beranggapan bahwa pemimpin yang mereka anaut selalu
dekat dengan sang maha kuasa (Soekanto, 1990). Karisma sendiri yang berarti
memiliki kemampuan khusus yang ada pada diri seseoarang dan orang-oarang
yang ada disekitar akan mengakui akan adanya kemampuan tersebuat akan
adanya kepercayaan dan pemujaan, karena mereka menganggap bahwa
sumber kemampuan manusia umumnya penuh terbukti manfaatnya serta
kegunaanya bagi masyarakat.
17
Kepemimpinan karismatik ini biasanya dimiliki oleh tokoh-tokoh besar
utamanya bagi kyai sebagai sebagai tokoh agama, mereka dianggap
membawa daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk memfasilitasi
orang-orang yang ada disekitarnya, sehingga logis jika kiai yang memiliki
karismatik memiliki pengaruh sangat besar pada sekitarnya (Arifin, 2003).
Menurut Ngalimin Purwanto dalam bukunya Administrasi dan supervise
pendidikan (Purwanto, 1990) seseorang pemimpin yang mempunyai
karismatik memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a) Memiliki daya tarik yang sangat besar
b) Pengikutnya tidak dapat menjelaskan kenapa dirinya tertarik mengikuti dan
mentaati pemimpin itu.
c) Karismatik yang dimiliki tidak tergantung pada umur, kekayaan, kesehatan
ataupun ketampanan memimpin.
Kepemimpinan yang karismatik pada dasarnya bisa memikat banyak
orang yang seorang itu membawainya, mereka merasa nyaman terhadap
semua kebijakan yang diterapkannya. Tidak ada rasa canggung maupun tidak
setuju apa yang telah dibuat sebuah keputusan.
3. Kepemimpinan partisipatif
Model ini yang menggunakan berbagai macam prosedur pengambilan
keputusan dan memberikan suatu pengarahan tertentu terhadap keputusan
pemimpin. Merutut Koontz, Dkk bahwa kepemimpinan partisipatif dimana
seorang pemimpin menggunakan komunikasi kepada bawahannya mengenai
tindakan dan keputusan yang diusulkan dan merangsang partisipasi dari
bawahannya. Menurut Gary Yukl kepemimpinan partisipatif dianggap sebagai
sesuatu jenis prilaku yang berbeda dengan prilaku yang berorientasi kepada
18
tugas dan berorientasi kepada hubungan (Yulk, 2008). Gary Yukl dalam
bukunya juga menjelaskan beberapa prosedur pengambilan keputusan dalam
kepentingan partisipasif antara lain:
a) Keputusan otokratif
Pemimpin membuat keputusan sendiri tanpa menanakan opini dan
saran orang lain dan orang-orang tersebut tidak mempunyai pengaruh yang
langsung terhadap keputusan tersebut, tidak ada partisipasinya.
b) Konsultasi
Pemimpin menanyakan opini dan gagasan, kemudian mengambil
keputusannya sendiri setelah mempertimbangkan secara serius saran-saran
dan perhatian mereka.
c) Keputusan bersama
Pemimpin bertemu dengan orang lain untuk mendiskusikan masalah
tersebut, mengambil keputusan bersama, pemimpin tidak mempunyai
pengaruh lagi terhadap keputusan akhir seperti peserta lainnya.
d) Pendelegasian
Pemimpin memberi kesempatan kepada seorang individu atau
kelompok, kekuasaan serta tanggung jawab untuk memberi keputusan,
pemimpin tersebut biasanya memberi spesifikasi mengenai batasan-batasan
mana pilihan terakhir harus berada dan persetujuan terlebih dahulu
mungkin atau tidak mungkin tidak perlu diminta sebelum keputusan
tersebut di putuskan.
e) Kepemimpinan Otoriter
Otoriter merupakan segala sesuatu keputusan dan kebijakan yang di
ambil dari dirinya secra penuh oleh pemimpin, segala pembagian tugas dan
19
tanggung jawab dipegang penuh oleh dirinya sendiri dan para bawahannya
mengerjakan tugas hanya yang telah di berikan. Model kepemimpinan ini
pemimpin mengendalikan semua aspek kegiatan, pemimpin memberi
sasaran apa saja yang akan dicapai dan cara untuk mencapai sasaran
tersebut baik sasaran utama maupun sasaran monitor (Gellerman, 2003).
Pemimpin yang menggunakan model ini juga berperan sebagai pengawas
terhadap semua aktivitas anggotanya dan pemberi jalan keluar bila anggota
mengalami masalah, dengan kata lain anggota tidak perlu pusing
memikirkan apapun anggota hanya menjalankan apa yang diperintahkan
oleh pemimpin.
Kelebihan dari kepemimpinan otoriter ada pada pencapaian
prestasinya, tidak ada satupun tembok yang mampu menghalangi langkah
pemimpin ini (Thoha, 1993). Ketika dirinya menetapkan suatu tujuan itu
artinya harga mati, tidak ada tawar menawar yang ada adalah hasil.
Langkah-langkah penuh perhitungan dan sistematis. Dingin dan sedikit
kejam adalah kelemahannya karena mereka sangat mementingkan tujuan,
sehingga kurang peduli dengan cara yang mereka lakukan. Kepemimpinan
model ini bisa efektif bila ada keseimbangan yang diberlakukan kepada
bawahan serta ada kompromi terhdap bawahan.
Selain itu kepemimpinan ini tergolong kepemimpinan yang paling tua
dan paling banyak di kenal. Kepemimpinan otoriter berlangsung dalam
bentuk working on his grop karena pemimpinan menemantkan dirinya dil
luar dan bukan menjadi bagian orang-orang yang di pimpinnya. Pemimpin
menempatkan dirinya lebih tinggi dari semua organisasinya, sebagai hak
yang berupa kekuasaan. Sedangkan orang yang di pimpinnya berada dalam
20
posisi yang lebih rendah, hanya mempunyai tugas, kewajiban dan tanggung
jawab (Nawawi, 1993).
c. Prinsip Kepemimpinan
Fitrah merupakan salah satu ciri dalam agama Islam yang didalamnya
tidak menanam kekerasan memaksa pemeluknya untuk menjalankan segala
ajaran didalamnya. Agama penuh rahmat bagi setiap orang yang
menjalankannya, bagi orang yang menjalankan dengan tidak ada beban maka
akan merasakan hati tenang. Islam memberikan prinsip-prinsip dasar-dasar
kepemimpinan mengarahkan atau menuntun setiap manusia menuju jalan yang
telah ditentukannya. Adapun dalam Islam sendiri mempunyai beberapa
prinsip dalam menentukan pemimpin yang patut di jadikan contoh menurut
Al-Qur‟an dan Hadis:
1. Prinsip tanggung jawab
Islam sudah digariskan bahwa setiap manusia adalah pemimpin dan akan
mempertanggung jawabkan, makna tanggung jawab adalah subtansi utama
yang harus difahami terlebih dulu oleh calon pemimpin agar amanah yang di
serahkan tidak disia-siakan (Rivai, 2004).
2. Prinsip Musyawarah
Al-Qur‟an sudah jelas menyatakan bahwa seseorang yang menyebut
dirinya pemimpin wajib melakukan musyawarah dalam menentukan tujuan
yang akan di capainya, dalam musyawarah hasil yang didapatkan akan lebih
mudah diterima oleh forum (Rivai, 2004). Selain itu pemimpin wajib
melakukan musyawarah dengan orang yang berpengetahuan atau orang yang
berpandangan baik agar hasil yang didapat mudah untuk menentukan hasil
untuk kedepannya.
21
3. Prinsip Adil
Keadilan menjadi salah satu kunci dalam sebuah organisasi maupun
masyarakat dan sebagai pemimpin sudah sepatutnya mampu memperlakukan
semua orang dengan adil, tidak berat sepihak dan tidak memihak. Dalam
segala keadaan prinsip adil.
2. Pengertian Kolektif
Perilaku kolektif adalah suatu tindakan yang relatif spontan, tidak
terstruktur dan tidak stabil dari sekelompok orang yang melawan atau
menghilangkan rasa ketidakpuasan dan kecemasan, sehingga dari situlah kita
dapat membedakan perilaku kolektif dengan perilaku lainnya. Menurut Cohen
dalam bukunya (Soekonto, 2009) mengatakan bahwa perilaku kolektif ditandai
dengan adanya perilaku yang tidak tersusun, spontan, emosional, dan tidak dapat
diduga, individu-individu yang terlibat perilaku kolektif dianggap tanggap
terhadap rangsangan tertentu yang mungkin datang dari orang lain dan bersifat
khusus.
Sedangkan menurut Milgram dan Touch perilaku kolektif ialah perilaku
yang lahir secara spontan, relatif tidak terorganisir serta hampir tidak bisa diduga
sebelumnya, proses selanjutnya tidak terencana dan hanya tergantung pada situasi
timbal balik yang muncul dikalangan para pelakunya. Menurut Hurton dan Hunt
berpendapat bahwa mobilisasi berdasarkan pandangan yang menfefinisikan
kembali tindakan sosial. Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa perilaku kolektif adalah:
a. Bersifat spontanitas dan tidak terstruktur
b. Dilakukan secara bersama oleh sejumlah orang
c. Tidak bersifat rutin
22
d. Terhadap tanggapan oleh rangsangan tertentu
Perilaku kolektif erat hubungannya dengan perilaku menyimpan, namun
berbeda dengan perilaku ketidak taatan. Perilaku kolektif merupakan
tindakan bersama oleh sejumlah orang banyak, bukan tindakan individu
semata-mata.
a. Bentuk Perilaku Kolektif
Karakteristik kepemimpinan kolektif memiliki konsep dimana
seorang pemimpin tidak hanya dipengaruhi oleh sifat-sifat yang ada pada
seseorang, tetapi dapat juga dipengaruhi oleh kelompok yang
didampinginya. Dalam membangun sebuah tim atau organisasi
kepemimpinna ini memiliki ciri:
1) Proses pembentukan
Ruang lingkup dalam peran hubungan yang melekat pada
pemimpin meliputi peran pemimpin dalam pembentukan dan
pembinaan tim kerja, pengolahan tata kepegawaianyang berguna
untuk mencapai tujuan organisasi, pembukaan pembinaan dan
pengendalian hubungan eksternal dan internal organisasi serta
perwakilan bagi organisasi.
2) Anggota tim
Angota tim yang baik maka harus mengerti tujuan yang baik,
memiliki rasa kebergantungan dan saling memliki, menetapan bakat
dan pengetahuan untuk sasaran tim, dapat bekerja secara terbuka,
dapat mengekspresikan gagasan, opini dan ketidaksepakatan, mengerti
sudut pandang yang satu dengan yang lain, mengembangkan
23
ketrampilan dan menerapkanya pada pekerjaan, mengakui bahwa
konflik adalah hal yang normal, berpartisipasi dalam keputusan.
3) Peranan pemimpin dalam tim
Kepemimpinan ini, pemimpin sebagai proses untuk memberikan
pengarahan dan pengaruh kepada kegiatan yang berhubungan dengan
tugas kelompok anggotanya.
Gaya kepemimpinan memiliki ciri-ciri, semua kebijakan terjadi
pada kelompok diskusi dan keputusan diambil dengan dorongan dan
bantuan dari pemimpin, kegiatan didiskusikan, langkah umumnya
untuk tujuan kelompok dibuat, para anggota bebas bekerja dengan
siapa saja yang mereka pilih dan pembagian tugasnya ditentukan oleh
kelompok. Dari uraian yang ada tentang karakteristik kepemimpinan,
penulis menyimpulkan bahwa kepemimpinan kolektif memiliki
karakteristik ataupun ciri yang bersifat bersama, bekerja bersama,
memutuskan hasil dari sebuah musyawarah dengan kesepakatan
bersama, memberikan hak-hak pekerjaan sesuai dengan kapasitas dan
kemampuan anggotanya, dengan kata lain bisa di beriakan symbol
dengan ciri dari ide, untuk kita pekerjaan dan terpenuhinya kebutuhan,
dan kembali ke kita hasilnya dari jerih payah didalam sebuah
lembaga.
b. Faktor-faktor Penyebab Perilaku Kolektif
1) Audience (Hadirin)
Merupakan suatu kerumunan yang perhatiaanya terpusat pada
suatu rangsangan yang berasal dari luar. Misalnya, dalam suatu rapat
24
ada seseorang yang sedang mengeluarkan pendapat maka semua
audience akan terfokus pada seorang tersebut.
2) Riot (Kerusuhan)
Merupakan tindakan agresif yang dilakuka secara keras dan
diungkapkan secara sepontan. Misalnya, ketika dalam rapat ada
sebagian orang yang tidak sependapat terhadap apa yang telah
disampaikan kemudian mereka mengungkapkannya dengan secara
sepihak tidak memperdulikan perasaan orang lain. Menyampaikan
dengan bahasa yang tidak sepantasnya.
3) Kepanikan
Kepanikan sering didefinisikan sebagai suatu kondisi emosi yang
diwarnai oleh keputusan dan ketekutan yang tidak terkendali. Selain
itu ada beberapa penyimpangan kolektif seprti: tindak kenakalan,
perkelahian antar kelompok, tindak kejahatan berkelompok,
penyimpangan budaya (Sunarto, 2004).
Aturan dan mekanisme untuk beralih dari pilihan individual ke masyarakat
sosial yang biaa kita sebut dengan kolektif aturan yang paling sederhana adalah
dalam kasus pemilihan suara. Baik dari individu maupun dari suara kelompok
yang sama-sama mempunyai tujuan, dalam struktur kolektif seperti sebuah
organisasi setiap individu dapat mencapai tujuan pribadi tidak pada bersama.
Kehidupan yang semakin maju peranan kolektif bartambah penting dalam
kehidupan masyarakat, akan tetapi bisa berdapak menguntungkan mupun
merugikan bagi sebagian individu.
Keterkaitannya antara perilaku kolektif dengan kepemimpinan dimana para
pakar mendefinisikan tentang kepemimpinan dengan berbeda-beda pendapat, dari
25
setiap perbedaan pendapat justru melengkapi satu sama lain. Adapun beberapa
pendapat tentang kepemimpinan antara lain, secara umum kepemimpinan adalah
kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi,
mendorong, mengajak dan menuntun dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat
membantu pencapaian suatu maksud atau tujuan tertentu.
Sedangkan kepemimpinan kolektif sendiri merupakan proses
kepemimpinan kolaboratif yang saling menguntungkan, yang memungkinkan
seluruh elemen sebuah insitusi turut ambil bagian dalam membagun sebuah
kepastian yang mengakomodasi keuntungan bersama (Hadari, 2004).
Kepemimpinan kolektif adalah metode memimpin yang tidak bertumpu pada
segelintir orang atau tokoh yang menonjol tetapi suatu sistem kebersamaan yang
saling berpengaruh memberikan kontribusi, partisipasi, gagasan untuk tujuan
yang diingin dalam sebuah organisasi.
Kepemimpinan kolektif merupakan kepemimpinan yang tidak dijalankan
oleh seseorang dalam kapasitas jabatan apa saja, kepemimpinan kolektif tidak
sama dengan kepemimpinan birokrasi, yang cenderung dengan kepimpinan
tunggal, kepemimpinan kolektif lebih banyak diwarnai oleh nilai-nilai
kolektivitas yang berbasis rasa keiklasan dalam bertanggung jawab menjalankan
amanahnya. Menurut Umiarso dalam bukunya Kepemimpinan yang menjelaskan
beberapa unsur pokok yang mengandung tentang kepemimpinan diantaranya
adalah:
1. Kepemimpinan melibatkan beberapa orang lain dan adanya situasi kelompok
atau organisasi tempat pemimpin atau anggotanya berinteraksi
2. Kepemimpinan terjadi pembagian kekuasaan dan proses memengaruhi
bawahan oleh pemimpin
26
3. Adanya tujuan bersama yang ingin dicapai
Definisi yang ada diatas tentang kepemimpinan kolektif, beberapa cara yang
lakukan seseoarang untuk melakukan interaksi saling memberikan pengaruh.
Kepemimpinan kolektif adalah suatu aktifitas yang dilaksanakan lebih dari dua
orang dengan cara berinteraksi saling memberikan pengaruh melalui komunikasi
guna tercapainya tujuan bersama. Beberapa faktor penting dari sebuah penelitian
antara lain: Pendaya gunaan pengaruh, Hubungan antar manusia, Proses
komunikasi, pencapaiaan tujuan. Hasan Basari Tujuan kepemimpinan kolektif
salah satunya adalah untuk mensukseskan tujuan besama dalam sebuah kelompok
organisasi masyarakat, dalam sebuah kelompok yang menanamkan kepentingan
bersama, mendorong memudahkan interaksi yang memuaskan (Danim, 2012).
Cara melakukan kepemimpinan yang kolektif adalah dengan mengadakan
rapat-rapat pereodik didalam badan kolektif. Rapat disini sifatnya harus teratur
dalam sebuah diskusi disini setiap bagian harus melaporkan hasil yang telah
dikerjakannya atau bagaimana cara untuk mencapai sebuah tujuan. Kolektif
kolegial merupakan formulasi kepemimpinan dalam ikatan guna membagun
kebersamaan dan satu ikatan, dalam implementasinya perlu kita pertimbangkan
guna terciptanya suasana yang kondusif. Regulasi kolektif kolegial hal ini semua
anggota dinyatakan sama dalam setiap pengambilan keputusan begitu juga
tanggung jawabnya, artinya bahwa anggota mempunyai posisi sama dalam
menyatakan pendapat terkait organisasinya.
Musyawarah dalam hal ini perlu dilakukan karena setiap anggota memiliki
emosi yang bermacam-macam, jadi dalam hal ini peranan pemimpin tidak hanya
sebagai figur akan tetapi juga sebagai penengah, teladan untuk para anggotanya.
Pemimpin dalam hal ini juga dikatakan sama seperti anggotanya, namun hanya
27
sebatas tanggung jawab untuk mencapai sebuah tujuan. Ketika ada suatu
kesalahan tidak hanya seorang pemimpin saja yang bertanggung jawab akan
tetapi seluruh anggotanya juga ikut dilibatkan. Ada beberapa kelemahan dalam
kepemimpinan kolektif kolegial antara lain:
a. Pengambilan keputusan lama
Keputusan organisasi terhitung lamban karena keputusan dan
kesepakatan bersama menjadi hal yang terpenting demi berjalannya roda
organisasi dan keterlambanan ini juga karena memiliki porsi sama dalam
organisasi. Ketika seseorang berargumen tidak langsung diterima, tetapi
keputusan dalam orgasisasilah yang menjadi pacuan. Jika pemimpinnya saja
keputusanya hanya menjadi pacuan maka para anggotanya tidak jauh dari
pemimpinnya.
b. Terhalang inovasi individu
Argumen setiap berbeda-beda dan tidaksetiap kepala mau menerimanya,
dari hal ini yang menyebabkan memakan waktu saat pengambilan keputusan.
Kelemahan dari hal itu diantara mengurangi kesenjangan antar anggota yang
dimana argumen-argumen dari para angota, dapat diambil dari ide yang lebih
mendukung untuk kelangsungan sebuah organisasi tersebut. Dapat ditarik
kesimpulan jika kepemmpinan kolektif kolegial keputusan seorang pemimpin
tidak dapat menjadi patokan akan tetapi keputusan dari hasil musyawarahlah
yang akan menjadi atau di ambil dalam sebuah organisasi.
3. Pengertian Reputasi Pondok Pesantren
Reputasi merupakan penilaian terhadap sebuah organisasi atau produk yang
didalamnya melekat faktor kepercayaan dari khalayak, pada proses pengambilan
keputusan khalayak maka reputasi menjadi komponen yang sangat dinilai atau
28
dipertimbangkan. Hal yang paling mendasar dan perlu mendapat perhatian adalah
sebagian dari seorang pemimpin menyadari pentingnya rencana dan program
komunikasi.
Berbicara tentang reputasi sendiri pada dasarnya pendekatan seorang
pemimpin untuk berkomunikasi yang dilandasi oleh sebuah pemikiran pasitif
tentang suatu masalah disuatu lingkungan. Reputasi dalam organisasi secara
keseluruhan dibangun dari beberapa faktor, reputasi dibangun dengan segala
konsekuen terhadap organisasi dibanding fakta dari organisasi itu sendiri.
Membuat tujuan komunikasi selain memutuskan untuk memilih sumber daya
yang tersedia untuk menyempurnakan tujuan itu, dalam organisasi juga harus
menentukan seperti apa reputasi yang mereka miliki.
Reputasi yang baik juga dapat dibangun melalui kejujuran dalam
menjalankan sebuah pekerjaan, yang nantinya akan mendapat sebuah
kepercayaan hal tersebut merupakan fase penting. Ketika seseorang sudah tidak
mendapatkan kepercayaan secara penuh maka reputasi baiknya pun akan sulit
diperoleh (Husni, 2017).
Dunia pendidikan ada beberapa macam diantaranya yang berbasis pesantren,
madrasah, dan model pendidikan lainnya. Macam-macam mobel pendidikan
tersebut tidak terpisah dengan pendidikan nasional Indonesia (Zuhairini, 1992).
Pendidikan yang berbasis pondok pesantren sudah lama diakui masyarakat,
pendidikan yang berbasis pesantren ini lebih condong mengajarkan tentang
keIslaman. Pondok pesantren sebuah lembaga pendidikan Islam tertua yang
merupakan produk budaya Indonesia.
Keberadaan Pesantren sejak Islam masuk ke negeri ini dengan mengadopsi
sistem pendidikan keagamaan yang sebenarnya telah lama berkembang sebelum
29
kedatanngan Islam. Pendidikan dalam lingkungan pesantren sudah diakui banyak
kalangan tidak hanya membentuk seseorang untuk berilmu tetapi juga
membentuk watak tersendiri, dimana bangsa Indonesia yang mayoritas beragama
Islam selama ini dikenal sangat akomodatif dan penuh tenggang rasa (Haedari,
2007).
Kendatipun demikian tidak semua orang memahami pondok pesantren secara
mendalam dan sebaliknya mereka tidak mau mengenal secara mendalam,
memandang pesantern hanya sebelah mata. Menilai jika pesanten sebuah
lembaga yang sudah sangat tertinggal. Pendidikan pesantren sendiri bermula
seorang kyai sebagai figur sentral sebagai pengajar atau pusatnya pemberi ilmu.
a. Definisi Pondok Pesantren
Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam bertujuan menjadikan para
santrinya sebagai manusia yang mandiri dan pada suatu saat nanti dapat menjadi
pemimpin umat. Pesantren sendiri bertugas untuk mencetak manusia yang
benar-benar ahli dalam bidang agama dan ilmu pengetahuan kemasyarakatan
serta berakhlak mulia.
Pencapaian tujuan tersebut pesantren mengajarkan ilmu tauhid, fiqih,
tafsir, hadis, nahwu, sharaf, bayan, mantiq, musthalah hadis, usul fiqh.
Sesunggunya pendidikan pesantren mempunyai tujuan yang juga berdasarkan
tujuan pendidikan Nasional yang termuat pada pasal 3 UU RI 20 tanun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu bahwa Tujuan Pendidikan Nasional
adalah “Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negera yang demokratis dan
bertanggung jawab (Raharjo, 2015).
30
Menurut istilah pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan
tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, menghayati dan mengamalkan
ajaran Islam dengan mementingkan moral keagamaan sebagai pedoman prilaku
sehari-hari. Menurut asal kata pesantren berasal dari kata santri yang
menunjukan tempat, maka artinya adalah tempat para santri. Terkadang pula
pesantren dianggap sebagai gabungan dari kata sant (manusia baik) dengan
suku kata tra (suka menolong) sehingga kata pesantren dapat diartikan tempat
pendidikan manusia baik-baik. Ciri lain dari sebuah pesantren adalah ruh atau
jiwa yang mendasari dan meresapi seluruh kegiatan yang dilakukan oleh
komunitas pesantren. Secara garis besar pesanren dapat diklasifikasikan
menjadi dua kelompok besar, yaitu
1) Pesantern Salafi (Tradisional)
Pesantren yang tetap mengajarkan kitab-kitab Islam klasik (kitab kuning)
sebagai inti pendidikan pesantren. Sistem madrasah ditetapkan untuk
memudahkan sistem sorogan yang dipakai dilembaga-lembaga pengajian
bentuk lama, tanpa mengenal pelajaran umum.
Contohnya seperti Pesantren Lirboyo di Ploso Kediri, Pesantren
Maslakul Huda di Pati Jawa Tengah, Pesantren Tremas di Pacitan Jawa
Timur. Pesantren bertipikal salaf umumnya belum tertata rapi secara
structural namun pengelolahannya berpusat pada figur kyai, sebagai
pemimpin atau pengasuh.
2) Pesantren Khalafi (modern)
Pesantren yang telah memasukan pelajaran umum ke dalam sistem
madrasah yang dikembangkan atau membuka tipe sekolah umum dan
bahkan perguruan tinggi di lingkungan pesantren, seperti Pesantren
31
Darusalam Gontor Ponorogo, Pesantren Walisongo Ponorogo, pesantren
Tebuireng Jombang. Pesantren dengan tipikal khalaf, mulai dari aspek
kelembagaan, pengelolahan (manajemen), struktur kurikulum atau bahkan
sistem pelajrannnya sudah sama persis dengan sekolah umum (Sulaiman,
2009).
b. Unsur-unsur Pondok Pesantren
1) Santri
Salah satu elemen penting dalam suatu lembaga pesantren. Menurut
tradisi pesantren terdapat dua kelompok santri:
a) Santri Mukim yaitu murid-murid yang berasal dari daerah jauh
untuk mencari ilmu kemudian menetap dalam lingkungan
pondok.
b) Santri Kalong berasal dari desa-desa sekitar pesantren, yang
biasanya tidak menetap dalam pesantren tetapi hanya mengikuti
pembelajaran di pesantren.
2) Kyai
Keberadaan kyai dalam pondok pesantren sangat sentral sekali,
kyai dalam dunia pondok pesantren sebagai penggerak
pengembangan dalam mengemban pondok pesantren sesuai yang
dikehendaki. Perana seorang kyai juga sebagai pengayom dan
pusatnya ilmu, ketokohan kyai merupakan daya tarik tersendiri
menanamkan kepercayaan kepada masyarakat agar menitipkan
anaknya untuk belajar di pondok pesantren (Arofah, 2017).
3) Pondok
32
Istilah lain dari kata pondok adalah asrama tempat untuk
mengemban pendidikan tradisional Islam mempelajari, mendalami,
menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan
pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.
Ajaran Islam tersebut menyatu dengan struktur kontekstual atau
realitas sosial yang digumuli dalam kehidupan keseharian. Ia juga
disebut sebuah tempat pendidikan dimana seorang kyai sebagai figur
sentral dan masjid sebagai sentra belajar atau pusat kegiatan lembaga
(raharjo).
Kehidupan di dalamnya bermula dari seorang kyai yang
bermukim di suatu tempat. Kemudian berdatangan para calon santri
yang ingin belajar kepadanya dan bermukim di tempat tersebut.
Biasanya tanah tempat terletaknya sebuah pondok adalah milik kyai
sendiri yang dimanfaatkan untuk kepentingan umat Islam dan
masyarakat luas, kemudian diwakafkan dengan penuh ketulusan
komunitas pesantren merupakan suatu keluarga besar yang secara
eksklusif berbeda dengan masyarakat umum yang berada di
sekelilingnya.
4) Masjid
Merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dengan
pesantren dan dianggap tempat paling tepat untuk mendidik para
santri, terutama dalam praktek solat lima waktu, khutbah dan
pengajaran kitab-kitab klasik terdahulu.
33
B. Kajian Pustaka
1. Muhamad Zaenal Arifin (Sekolah Tinggi Agama Islam Negere Salatiga, 2017)
dalam skripsinya yang berjudul “Pola Kepemimpinan Kyai terhadap Ranah
Afektif Santri Di Pondok Pesantren Al-Hasan Bayuputih Timur, Sidorejo Lor
Salatiga Tahun 2017” menyimpulkan dari penelitian yang pernah dilakukan
pola kekpemimpnan kyai terhadap ranah afektif santri dalam
kepemimpinannya, adapun pola yang digunakan kyai dalam memipin adalah
jenis otoratik yang ditegaskan dalam kebijakan-kebijakan pondok pesantren.
Relevansi penelitian Muhamad Zaenal Arifin dengan penelitian yang dikaji
adalah berkaitan dengan pola kepemimpinan. Sedangkan perbedaannya adalah
dalam penelitian Muhamad Zaenal Arifi mengkaji pada ranah santri,
sedangkan yang akan dikaji lebih ke reputasi pesantren.
2. Ida Roaitul „Aliyah (Institute Agama Islam Negeri Ponorogo, 2018) dalam
Tesisnya yang berjudul “Kepemimpinan Kolektif dalam Pengembangan
Organisasi Pendidikan Islam Studi Kasus di Yayasan Pendidikan Al-Amin
Gandu Mlarak Ponorogo 2018” menyimpulkan dalam pengembangan
pendidikannya yayasan pondok pesantren salah satunya dengan
mengembangkan organisasinya dengan menggunakan perencanaan,
pembentukan team kinerja, memberikan bimbingan dan melakukan
pengawasan. Relevansi penelitian Ida Roaitul „Aliyah dengan penelitian yang
dikaji adalah berkaitan dengan kepemimpinan yang bersifat kolektif.
Sedangkan perbedaannya adalah dalam penelitian Ida Roaitul „Aliyah hanya
mengkaji ke kolektifan saja sedangkan penelitian yang akan dikaji membahas
tentang pola kepemimpinan yang bersifat kolektif kolegial.
34
3. Dodok Sartono (Universitas Muhamadiyah Surakarta, 2017) dalam Tesisnya
yang berjudul “Model Kepemimpinan pada Pemimpin Daerah Muhamadiyah
Sragen” dari hasil kesimpulan peneliti bahwa tipe kepemimpinan yang
diterapkan pemimpin Muhamadiyah Sragen adalah kepemimpinan kolektif
kolegial, kebijakan dan keputusan penting dalam organisasi harus melalui
permusyawarahan atau kolektifitas berdasarkan sistem. Relevansi penelitian
Dodok Sartono dengan penelitian yang akan dikaji adalah berkaitan model
kepemimpinan sedangkan perbedaanya adalah dalam penelitian Dodok
Sartono adalah didaerah muhamadiyah Sragen sedangkan penelitian yang
akan dikaji adalah di pondok pesantren.
4. Alfinatu Zuhro Hilda Fardani ( Universitas Muhamadiyah Malang, 2019)
dalam Tesisnya yang berjudul “Kepemimpinan Kolektif Tri Murti di Pondok
Modern Darusalam Gontor, analisis wacana krisis” dalam tesisnya dapat
ditarik kesimpulan konsep kepemimpinan kolektif tri murti ini kekuatanya
terletak pada setiap individu masing-masing dimana setiap pemimpin
memiliki latar pendidikan yang berbeda, akan tetapi memiliki cita-cita yang
sama untuk mendirikan sebuah pondok yang terletak seantero Indonesia
dengan mendirikan 1000 Gontor. Relevansi penelitian Alfinatu Zuhro Hilda
Fardani dengan penelitian yang akan dikaji adalah berkaitan dengan
kepemimpinan kolektif. Sedangkan perbedaannya adalah dalam penelitian
Alfinatu Zuhro Hilda Fardani kolektif tri murti sedangkan penelitian yang
akan dikaji mengenai kepemimpinen kolegial terhadap reputasi pondok.
5. Muhamad Dian supyan (Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta)
dalam Skripsinya yang berjudul “Kepemimpinan Islam dalam Tafsir Al-
Misbah Karya M. Quraish Shihab” menyimpulkan bahwa kepemimpinan
35
Islam merupakan sistem kepemimpinan yang menitik berat pada esensi
subtansial ke-Islaman. Kepemimpinan Islam menurut M. Quraish Shihab tidak
terletak pada kesamaan semata akan tetapi lebih pada kesamaan praktek yang
dilakukannya. Kepemimpinan dalam islam sendiri sering menggunakan istilah
Imamah, Khalifah, Ulil Amri, Amir, wali dan Ra‟in”. Relevansi penelitian
Muhamad Dian supyan dengan penelitian yang akan dikaji adalah berkaitan
dengan arti kepemimpinan. Sedangkan perbedaannya dengan penelitian yang
akan dikaji adalah kepemimpinan yang bersifat kolegial.
Uraian diatas menunjukan sudah adanya penelitian terdahulu yang
bersifat releva dengan adanya penelitian ini. Tetapi penelitian ini berfokus
pada pola kepemimpinan terhadap reputasi pondok pesantren, karena jika
hanya sebuah peraturan dirasa masih terhitung kurang untuk mengembangkan
sebuah lembaga. Pola kepemimpinan yang kolektif ini bisa membantu akan
berkembangnya yayasan yang mempunyai mutu tinggi, tidak hanya dari
sebuah peraturan yang tersirat akan tetapi dari tangan pemimpin akan
membantu perkembangan sebuah pesantren. Dengan demikian penelitian ini
telah meenuhi kreteria pembaharuan.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pendekatan kualitatif ini menggunakan metode deskriptif yang
menjelaskan semua data yang diperoleh dari hasil pengamatan, hasil wawancara
dengan kuisioner, catatan lapangan, dimana tidak dituangkan dalam bentuk dan
angka-angk. Selain itu melalui metode ini juga dilakukan analisis data dengan
memperkaya informasi, mencari hubunggan membandingkan, menemukan pola
atas dasar analisisnya akan tetapi tidak dipaparkan dalam bentuk angka. Hasil
analisis data berupa paparan mengenai situasi yang diteliti lalu disajikan dengan
uraian naratif, hakikat pemaparan data pada umumnya menjabab pertanyaan-
pertanyaan mengapa dan bagaimana suatu fenomena itu terjadi (Equilibrium,
2016).
Penelitian ini mengunakan metode kualitatif. Pada metode kualitatif teori
atau tinjauan pustaka kurang berperan dalam perumusan masalah. Teori pada
metode kualitatif tidak memberikan arahan utama, karena metode kualitatif
mengandalkan masukan, informasi dan cerita dari partisipan. Teori atau tinjauan
pustaka hanya berperan sebagai masukan dan dasar awal untuk menunjukan
pentinggnya penelitian tersebut di buat (Raco, 2010).
Jenis penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif, yaitu data yang
dikumpulkan berbentuk kata-kata, gamabar, dan bukan memaparkan angka-angka
dan peneliti menggunakan lapangan sebagai objeknya langsung. Berusaha
menggambarkan pola kepemimpinan kolegial yang di lakukan pemimpin di
Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Pulutan Salatiga. Selain itu juga bertujuan
memahami bentuk-bentuk gerakan sosial peduli lingkungan dan kendala-kendala
37
gerakan sosial peduli akan lingkungan sekitar tektik pengumpulan data yakni
dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi, kemudian dianalisis melalui
tahapan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penarikkan kesimpulan
dan penggunaan teknik keabsahan, triangulasi sumber.
B. Kehadiran Peneliti
Penelitian ini meggunakan metode kualitatif. Pada metode kualitatif teori
atau tinjauan pustaka kurang berperan dalam perumusan masalah. Teori pada
metode kualitatif tidak memberikan arahan utama, karena metode kualitatif
mengandalkan masukan, informasi dan cerita dari partisipan. Teori atau tinjauan
pustaka hanya berperan sebagai masukan dan dasar awal untuk menunjukan
pentinggnya penelitian tersebut di buat (Raco, 2010). Penelitian ini menggunakan
kualitatif deskriptif, karena peneliti menggunakan lapangan sebagai objeknya
langsung. Berusaha menggambarkan pola kepemimpinan kolegial yang di
lakukan pemimpin di pondok pesantren agro nur el-falah Salatiga.
Peneliti melakukan penelitian langsung di Pondok Pesantren Agro Nur
El-Falah Pulutan Salatiga dengan cara membaur di lingkungan pondok pesantren
peneliti berpartisipasi secara lengkap, artinya peneliti ikut berperan dalam
kegiatan yang ada dalam pondok pesantren dan mengetahui secara detail terhadap
kegiatan yang ada di dalamnya. Untuk memperoleh informasi peneliti mengamati
secara langsung dari objek yang akan ditelit.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan
penelitian terutama dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang sebenarnya
terjadi dari objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan data-tada penting yang
akurat. Dalam penentuan lokasi ada cara terbaik yang bisa ditempuh dengan jalan
38
mempertimbangkan teori substantif dan menjajaki lapangan dan mencari
kesesuaian dengan kenyataan yang ada dilapangan. Sementara itu keterbatasan
geografi dan praktis seperti waktu, biaya, tenaga perlu juga dijadikan
pertimbangan dalam penentu lokasi penelitian. Lokasi yang diambil dalam
peneliti ini ditentukan dengan sengaja yang dilakukan di Pondok Pesantren Agro
Nuur El-Falah Pulutan Salatiga. Dengan berbagai pertimbangan:
1. Pertimbangan tenaga biaya dan waktu
Keterbatasan peneliti menjadi pertimbangan melakukan penelitian
ditempat tersebut karena bisa menghemat antara tenaga, biaya dan waktu.
2. Pondok pesantren Agro Nuu El-Falah
Tempat penelitian dipilih pada pondok pesantren karena pada dasarnya
tempat menimba ilmu yang umurnya tidak muda lagi, dan ditempat ini juga
tergolong unik karena tidak hanya mengajarkan ilmu agama akan tetapi
perpaduan antara ilmu agama dan ilmu umum. Di Pondok ini juga berbasis
Agro dimana taman menanam menjadi hal pokok yang dilakukan oleh para
santri.
3. Pengasuh Pondok Seorang Anggota TNI
Pondok ini terlihat semakin unik karena kebanyakan pengasuh atau
pemimpin disebuah pondok pesantren seorang kyai yang sudah turun temurun
dari keluarga besarnya. Akan tetapi pada pondok ini pemimpinnya seorang
TNI yang mengabdikan dirinya untuk Yayasan Pondok Pesantren.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapat gambaran dan informasi yang
lebih jelas, lengkap, serta memungkinkandan mudah bagi peneliti untuk
melakukan observasi. Maka dari itu penulis menetapkan lokasi penelitian terletak
di Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Pulutan Salatiga, penelitian ini
39
dilakukan pada bulan Maret 2020. Sebelum menentukan lokasi penelitian ini
penulis melakukan penjajakan lapangan untuk melihat dan menilai apakah ada
kesesuaian antara masalah, hipotesis dan dipikiran sebelumnya oleh penulis
dengan kenyataan dilapangan. Selain itu juga dengan mengenal segala unsur
lingkungan sosial, fisik dan keadaan alam, hal ini dilakukan untuk membuat
penulis mempersiapkan diri, mental maupun fisik serta perlengkapan yang
diperlukakan, waktu dan biaya tenaga pula menjadi pertimbangan penulis.
D. Sumber Data
Menurut (Moleong, 2006) dalam bukunya Metode Penelitian Kualitatif
mengungkapkan sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata
dan tindakan yang didapat dari informan melalui wawancara, selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan hal-hal yang lainnya. untuk mendapatkan
informasi maka informan dalam penelitian ini ditentukan secar purposive atau
sengaja dimana informan telah ditetapkan sebelumnya. Informan merupakan
orang-orang yang terlibat atau mengalami proses pelaksanaan dan perumusan
program dilokasi penelitian.
(S, 2005) Menyatakan bahwa, sumber data adalah subjek dimana dapat
diperoleh untuk memudahkan peneliti dalam mengidentifikasi sumber data,
peneliti telah menggunakan rumus 3P yaitu:
1. Place (tempat) yaitu tempat berlangsungnya kegiatan yang berhubungan
dengan peneliti
2. Persen (orang) merupakan tempat dimana peneliti bertanya mengenai variabel
yang diteliti
3. Paper (kertas) adalah tempat peneliti membaca dan mempelajari segala
sesuatu yang berhubungan dengan peneliti.
40
Sumber data yang di gunakan dalam penelitian ini di bedakan menjadi
dua:
a. Data Primer
Sumber primer adalah sumber data yang diperoleh langsung dari
objek yang diteliti sehingga dapat diambil kesimpulan yang kemudian
diolah oleh peneliti dari itu dapat diambil kesimpulan. Adapun sumber
data primer adalah pengasuh pondok, para pengurus pondok dan juga
para santri di Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Pulutan Salatiga.
b. Data Sekunder
Data tidak langsung dari penelitaan hasil pengamatan dan
mepelajari dokumen, dan sumber lainnya seperti buku-buku yang
berkaitan atau data dalam bentuk sudah jadi yang sudah di olah oleh
pihak lain. Sumber sekunder seperti halnya dokumen, data-data
administrasi pondok, inventaris pondok, foto-foto, junal, buku yang
bersangkutan dengan hal tertentu dan sumber lainnya yang berkaitan
dengan pondok pesantren.
E. Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Menurut (Sugiyono, 2017) bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan
data, maka teknik pengimpulan data dapat dilakukan dengan observasi,
wawancara, angket dan dokumentasi. Namun dalam penelitian ini teknik
pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menggunakan tiga
metode:
1. Observasi
41
Observasi disebut juga pengamatan meliputi kegiatan pementauan yeng
meliputi kegiatan pemantauan memperhatikan suatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indera (Arikunto, 2010). Metode ini digunakan
untuk mengetahui pola kepemimpinan kolektif kolegial di Pondok Pesantren
Agro Nuur El-Falah Pulutan Salatiga. Adapun dalam metode ini peneliti
menggunakan observasi tersetruktur yaitu pedoman observasi yang disusun
secara terperinci sehingga menyerupai check-list. Peneliti hanya mebutuhkan
tanda √ pada kreteria yang sesuai lembar pengamatan diisi pada waktu
kegiatan berlangsung. Observasi ini digunakan untuk mencari data yang ada
pada rumusan masalah pada nomer dua dan tiga, yaitu untuk mengetahui
perkembangan reputasi Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Pulutan
Salatiga dan mengetahui implikasi kepemimpinan kolektif kolegial terhadap
reputasi Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Pulutan Salatiga.
Posisi peneliti disini adalah sebagai observer, dalam hal ini peneliti terjun
langsung dengan dangan dating ke sekolah, peneliti melakukan peneliti untuk
mendapatkan data yang diinginkan. Dari pelaksanaan metode ini peneliti
secara langsung mengetahui permasalahan yang diteliti.
2. Wawancara
Cara ini adalah menghimpun bahan keterangan yang dilaukan dengan
tanya jawab secara lisan secara sepihak berhadapan muka, dan dengan arah
serta tujuan yang telah ditetapkan. Ada beberapa kelebihan pengumpulan data
melalui wawancara, diantaranya pewawancara dapat kontak langsung dengan
peserta yang akan dinilai atau dimitai data maka akan diperoleh secara
mendalam, diinterview bisa menggungkapkan isi hati secara lebih luas,
42
pertanyaan yang tidak jelas dapat diulang dan diarahkan yang lebih bermakna
(Moleong, 2006)
Wawancara dibedakan menjadi dua terstruktur adalah wawancara yang
bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk menggumpulkan data. Pedoman
wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara terstruktur
karena peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan
diperoleh. Dalam melakukan wawancara ini peneliti membawa intrumen
sebagai pedoman wawancara dan menggunakan alat bantu berupa tape
recorder dan media WhatsApp
Wawancara ini mencari informasi secara mendalam dari beberapa pihak
yang bisa dimintai informasi, metode wawancara ini dapat ditemukan jawaban
tidak hanya dari kata-kata akan tetapi bisa diperoleh dari mimik wajah,
tingkah laku. Dimana bisa dilakukan secra mendalam baik tersetruktur atau
tertulis kepada subjek penelitian dengan pedoman yang telah dibuat, tekni
wawancara digunakan untuk mengungkapkan data tentang bentuk partisipasi
dari pimpinan Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Salatiga. Metode
wawancara peneliti digunakan untuk menggali data terkait peranan pemimpin
di Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Pulutan Salatiga, diantaranya:
a. Pengasuh Pondok, untuk mendapatkan informasi tentang peran, sikap serta
pola yang digunakan untuk memimpin Pondok Pesantren Agro Nuur El-
Falah Pulutan Salatiga.
b. Pengurus pondok, untuk mengetahui pola yang digukan oleh pengasuh
apakah bebenar digukan atau hanya sebuah aturan tertulis saja.
43
c. Santri, untuk mencari informasi lebih mendalam apakah merasakan peran
pengasuh dalam dalam membina atau memimpin pondok pesantren.
Peneliti meminta izin kepada Pengasuh untuk melakukan wawancara dengan
pengurus pondok dan santri. Peneliti diarahkan untuk menemui beberapa
pengurus dan santri yang dijadikan subjek penelitian. Penelitian mendatangi
pengurus yang berada di pondok pesantren untuk meminta izin, menyampaikan
tujuan penelitian dan menentukan kapan waktu untuk melakukan wawancara
kepada pengasuh, pengurus dan santri melalui komunikasi tidak langsung
(WhatsApp). Kemudian peneliti melakukan survey ke lapangan dengan
melakukan wawancara kepada para informan sebagai langkah pengumpulan data.
3. Dokumentasi
Dokumen sendiri meruupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisa, gambar atau karya-karya monumental
seseorang. Hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih kredibel
kalau didukung oleh dokumen-dokumen yang bersangkutan (Sugiyono, 2017).
Metode dokumentasi adalah mencari data yang berupa catatan, transkrip,
buku, surat kabar, majalah, legger, agenda dan sebagainya. Studi dokumentasi
adalah cara mengumpulkan data mellui peninggalan terttulis terutama berupa
arsip-arsip dan terutama buku yang mengenani pendapat, dalil, yang
berhubungan dengan masalah penyelidikan. Penelitian ini dokumentasi
diperoleh dari segala kegiatan yang mendukung berjalannya segala kegiatan
yang terkait dengan penelitian yang ada di Pondok Pesantren Agro Nuur El-
Falah Pulutan Salatiga.
Dokumentasi ini digunakan untuk mencari data yang ada pada rumusan
masalah nomer satu, dua dan tiga, yaitu untuk mengetahui pola kepemimpinan
44
kolektif kolegial yang diterapkan di Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah
Pulutan Salatiga, perkembangan reputasi Pondok pesantren Agro Nuur El-
Falah Pulutan Salatiga, Implikasi kepemimpinan kolektif kolegial terhadap
reputasi Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Pulutan Salatiga
F. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung, setelah selesai pada priode tertentu, pada saat
wawancara peneliti sudah menganalisis terhadap jawaban dari informan. Apabila
jawaban yang diwawacarai setelah dianalisis belum memuaskan, peneliti akan
melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu sehingga datanya tidak jenuh.
Analisis dalam menganalisis data kualitatif yaitu antara lain:
1. Reduksi Data (Reduction Data)
Reduksi data diartikan sebagai proses pemillihan, pemisahan, perhatian
pada penyederhanaan, mengebstrakan dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan penulis dilapangan akan dituangkan dalam bentuk uraian
yang lengkap dan terperinci. Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya
akan cukup banyak sehingga perlu dicatat secara terperinci, mereduksi disini
berarti memilih, merangkum, hal-hal pokok memfokuskan pada hal-hal
penting serta dicari pola dan temanya.
2. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah
penelitidalam melihat gambaran secra keseluruhan atau bagian tertentu dari
peneliti. Penyejian data dilakukan dengan cara mendeskripsikan hasil
wawancara yang dituangkan dalam bentuk uraian teks naratif dan didukung
45
oleh dokumen-dokumen serta foto-foto maupun gambar sejenisnya untuk
diadakanya suatu kesimpulan.
3. Penarikan Kesimpulan (Concluting Drawing)
Melakukan verifikasi secara terus menerus sepanjang proses penelitian
berlangsung, yaitu selama proses pengumpulan data. Peneliti berusaha
menganalisis dan mencari pola, tema, hubungan persamaan, hal-hal yang
sering timbul, hipotesis dan sebagainya yang dituangkan dalam kesimpulan
yang tentatif. Dalam penelitian ini penarikan kesimpulan dilakukan dengan
pengambilan intirasi dari rangkaian ketegori hasil penelitian berdasarkan
observasi dan wawancara.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari
konsep keahlian (validitas) atas kehandalan (reabilitas), derajat kepercayaan atau
kebenaran suatu penilaian akan dilakukan oleh standar apa yang digukanan
menurut (Moleong, 2007) terdapat beberapa kreteria yang digunakan untuk
memeriksa keabsahan data, antara lain:
1. Derajat Kepercayaan (Credibility)
Penerapan derajat kepercayaan pada dasarnya menggantikan konsep
validitas internal dan nonkualitatif. Fungsi derajat kepercayaan yaitu
penemuaanya dapat dicapai, menunjukan drajat kepercayaan hasil penemuanya
dengan jalan pembuktian oleh peneliti, pada kenyataan yang sedang diteliti.
Kreteria derajat kepercayaan diperiksa dengan beberapa teknik pemeriksaan
yaitu:
a. Trianggulasi yaitu, berupa mengecek kebenaran data dan membandingkan
dengan data yang diperoleh dari sumber lain pada berbagai fase penelitian
46
lapangan, pada waktu yang berlainan dan dengan metode yang berlainan.
Dengan demikian terdapat tiga trianggulasi dalam keabsahan data, yakni
trianggulasi sumber, trianggulasi pengumpulan data dan trianggulasi waktu.
b. Kecukupan Refensial yaitu mengumpulkan berbagai bahan-bahan, catatan-
catatan atau merekam yang dapat digunakan sebagai refensi dan patokan
untuk menguji jika sewaktu diadakan analisis dan penafsiran data.
2. Keteralihan (Transferability)
Ketergantungan merupakan subtitusi rebilitas dalam penelitian non kualitatif,
dalam kualitatif uji kebergantungan dilakukukan dengan melekukan
pemekriksaan terhadap keseluruhan proses penelitian, sering penelitian tidak
menggunakan proses penelitian ke lapangan tapi dapat memberikan data. Maka
dari itu peneliti dapat mendiskusikannya dengan dosen pembimbing secara
bertahap mengenai data-data yang didapat dilapangan mulai dari proses
penelitian sampai pada tarafkebenaran data yang telah didapat.
3. Kebergantungan (Dependability)
Penelitian kualitatif uji kepastian mirip dengan uji kebergantungan,
sehingga pengujinya dapat dilakukan secra bersama. Memnguji kepastian
berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses penelitian yang telah
dilakukan. Jangan sampai proses tidak dilakukan akan tetapi hasilnya ada.
Kepastian yang dimaksud berasal dari konsep objektivitas, sehingga dengan
disepakati hasil penelitian tidak lagi subjektif tapi sudah objektif (Moleong,
2006).
Pada penelitian ini peneliti menggunakan derajat kepercayaan dengan
teknik trianggulasi sumber yaitu uji kredibilitas data dengan cara melakukan
47
pengecekan data yang diperoleh melalui beberapa narasumber. Peneliti
melakukan wawancara dengan Pengasuh, pengurus dan santri.
48
BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data
1. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian
a. Profil Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah
Nama Pondok Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah
No. Statistik 510033730030
NPWP 31.540.776.7-505.000
Alamat Jln. Dipomanggolo RT/RW 04/05
Kelurahan Pulutan
Badan Kecamatan Sidorejo
Kota Salatiga
Provinsi Jawa Tengah
Penyelenggara Yayasan Dharma Lestari
Nama Pengasuh Nur Soleh, S.Pd.I.
b. Letak Geografis
Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah berada di Jln. Dipomanggolo
RT/RW 04/05, Kelurahan Pulutan, Kecamatan sidorejo, Kota Salatiga,
Jawa Tengah. Dengan Luas Tanah 17.000 M² dan Luas Bangunan 8.000
49
M². Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah didirikan bersamaan dengan
berdirinya Yayasan Sosial Yatim Piatu Dharma Lestari yaitu pada
tanggal 20 Mei 2002 bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional
dengan Akta Notaries Muhammad Fauzan, SH. No. 43 Tahun 2002.
Kemudian pada tanggal 24 Februari 2003 Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Dharma Lestari beroperasional dengan berdasarkan Surat
Keputusan Walikota Salatiga Nomor : 420/66/2003. Selanjutnya
pengembangan pendidikan mendirikan sekolah lanjutan tingkat kejuruan
yakni Sekolah Menengah Kejuruan-Sekolah Pertanian Pembangunan
(SMK-SPP) Dharma Lestari yang beroperasional berdasarkan Surat
Keputusan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pertanian Nomor: 86/kpts/SM.110/K/05 pada tanggal 28 Juli 2005
tentang pendirian dan pembukaan program studi tanaman pangan dan
hortikultura pada Sekolah Menengah Kejuruan-Sekolah Pertanian
Pembangunan Dharma Lestari.
Pada tahun 2015 berubahnya aturan dari pemerintah terkait dengan
badan/ yayasan yang diharuskan terdaftar di Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia (KUMHAM) maka Yayasan Sosial Yatim Piatu
Dharma Lestari melakukan pembaharuan yayasan. Pada tanggal 12
Februari 2016 nama yayasan ditetapkan menjadi Yayasan Dharma
Lestari Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah yang terdaftar di Akta
50
Notaris Supriyadi, SH No. 53. SK MENKUMHAM RI NO. AHU-
0009989.AH.01.04. Tahun 2016.
c. Visi dan Misi Pondok Pesantren
Visi : Menjadikan Santri Agro Nuur El-Falah Insan yang Disiplin, Berilmu,
Bertaqwa, dan Bermoral serta Berprestasi.
Misi : Menyelenggarakan pendidikan formal dan non formal yang tertib
administrasi, dengan mengutamakan kedisiplinan, kejujuran, dan
kebersihan serta akhlaqul karimah yang berasaskan Islam.
Tujuan :
1) Mengajak umat untuk hidup Islami dengan mengamalkan Al Qur‟an
dan As-Sunnah.
2) Menghidupkan pola fikir ilmiah berdasarkan Al Qur‟an dan As
Sunnah.
3) Menerapkan nilai-nilai universal, humanisme dan sosialisme Islam
dalam pendidikan (Buku Profil Pondok Pesantren Agro Nuur El
Falah).
d. Struktur Organisasi
1) Struktur Pendiri Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah
Tahun 2016 - Sekarang
Pelindung : Walikota salatiga
Pembina : 1. H. Darmo Supono
2. H. Fatoni Setiawan
51
3. Hj. Sri Rejeki
Pengawas : 1. Usman Mansur, BA
2. H. Suwandi
3. Munajad
4. H. Nugroho Rawidigdo
Pengurus
a) Ketua I
Ketua II
b) Sekretaris I
Sekretaris II
c) Bendahara I
Bendahara II
:
:
:
:
:
:
:
Amir Bukhori
Nur Soleh, S. Pd. I
Hj. Nunuk
Mustofa Lutfi, S. Sy
Hj. Sumarni
M. Muhibbur Rohman, S. Pd. I
2) Struktur Pengurus Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah
Pengasuh : Nur Soleh, S. Pd. I
Koordinator Majelis ma‟arif dan
Kesekretariatan : Mustofa Lutfi, S. Sy
Kabid. Pendidikan` : Ahmad Kholik
Kabid. Sarpras : Tosin
Kabid. Kamtib : M. Muslih
Kabid. Logistik : Khamilin
Kabid Humas : Luluk Indah Vajriyani,
S.Pd.Kom
Kabid Kepegawaian : Nurul Huda, S.S
Kepala Sekolah SMP : Dra. Yekti Widyowati
52
Kepala Sekolah SMK-SPP : Pitoyo Ngatimin, SP
Kepala Sekolah Madrasah : Muh. Sukron, M.Pd.I
Kepala Asrama Putra : M. Munib Aditya
Kepala Asrama Putri : Millatul Miskiyyah
(Buku Profil Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah).
3) Struktur Kepengurusan Santriwati Pondok Pesantren Agro Nuur El
Falah
No. Nama Jabatan
1 Kepala Asrama Millatul Miskiyyah
2 Sekretaris Ely Muhimmatul Rohmah
3 Bendahara Ani Khudhoefiyah
Santi Rika Umami
4 Penasehat OPPN Mayang Sekar Kinasih
5 Sie. Keamanan Hasnida Damayanti
6 Sie. Kegiatan Barrotul Nahya
Akmil Imanana
7 Sie. Kebersihan Luluk Zubaidah
Maulidatur Rohmah
8 Sie. Kesehatan Yunita Santi
Ratna Dwi Utami
9 Sie. Bahasa Annisaush Sholihatul Q.
Maongidzotul Khasanah
53
10 Sie. Pramuka Siti Latifah
e. Tata Tertib Pondok Pesantren
Adapun tata tertib yang sudah ditetapkan di pondok
pesantren Agro Nuur El Falah yaitu meliputi:
1) Kewajiban Santri
a) Wajib beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
b) Wajib menjaga nama baik Pengasuh dan Pondok Pesantren.
c) Wajib berakhlaq karimah dalam berhubungan dengan Pengasuh,
Asatidz/ah, Pengurus, sesama Santri, dan Masyarakat.
d) Wajib mengikuti kegiatan-kegiatan yang telah ditentukan oleh Pondok
Pesantren.
e) Wajib mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah dan Madrasah
Diniyah
f) Wajib shalat berjamaah Lima Waktu
g) Wajib minta ijin kepada Pengasuh atau Pengurus bila ingin
meninggalkan/keluar dari lingkungan Pondok Pesantren sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. (keluar dan masuk harus lewat gerbang depan
satpam serta membawa kartu perijinan dan mencatat di buku
perijinan)
h) Diperbolehkan ijin pulang apabila ada keperluan yang mendesak atau
darurat yang tidak bisa ditinggalkan dan harus dijemput oleh orang tua
atau wali atau seseorang yang diberi surat keterangan untuk
menjemput dengan menunjukkan surat keterangan dari orang tua
santri.
54
i) Wajib menjaga ketertiban, keamanan, dan kebersihan diri, lingkungan,
dan fasilitas Pondok Pesantren.
j) Wajib berpakaian muslim, sopan, dan rapi sesuai syariat ketika waktu
pembelajaran Madrasah Diniyyah dan ketika meninggalkan/keluar
dari Pondok Pesantren.
k) Wajib berpakaian seragam sekolah yang telah ditentukan ketika
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di Sekolah.
l) Wajib menghormati tamu sesuai tata krama dan ketentuan yang
berlaku. Santri diijinkan menerima tamu dan kunjungan orang tua
setiap Hari Jum‟at pertama.
m) Wajib mematuhi tata tertib yang berlaku di Pondok Pesantren.
n) Wajib memotong rambut dengan ukuran 0, 1, 2 cm
o) Mengikuti ro‟an umum sebagaimana yang telah ditentukan oleh seksi
kebersihan.
p) Mengikuti minimal 3 kegiatan ekstrakurikuler yang ada di pondok
pesantren
q) Wajib menjadi anggota koperasi.
2) Larangan
a) Memakai atau mengambil hak orang lain tanpa seijin pemiliknya.
b) Mengadakan dan atau mengikuti kegiatan yang mengganggu aktivitas
di Pondok Pesantren.
c) Melakukan kegiatan yang mengganggu keamanan dan ketertiban
Pondok Pesantren.
d) Dilarang membawa alat elektronik berupa Handphone (HP), Laptop,
Ipod ataupun alat elektronik lainya kecuali musik box.
55
e) Music box diperbolehkan di waktu selain waktu belajar (setelah
takror).
f) Bagi yang ketahuan membawa HP maka HP disita dan tidak
dikembalikan (menjadi hak Majelis Ma‟arif selanjutnya akan dilelang)
g) Setiap santri dilarang merusak fasilitas yang ada di Pondok Pesantren.
h) Setiap santri dilarang memetik buah-buahan yang ada di Pondok
Pesantren tanpa seijin pengurus.
3) Anjuran
a) Bagi santri yang dijenguk keluarga dianjurkan sowan ke pengasuh
b) Memperbanyak membaca Alqur‟an dan ibadah-ibadah sunnah
lainnya.
c) Memanfaatkan waktu senggang untuk belajar dan musyawaroh.
d) Mengembangkan bakat, minat dan kreatifitas.
4) Sanksi
a) Santri yang melanggar tata tertib ini dikenakan peringatan dan atau
sanksi sesuai dengan pelanggarannya.
b) Santri yang telah mendapat peringatan tiga kali dan masih melakukan
pelanggaran, maka atas kebijakan Pengurus dengan ijin Pengasuh
akan diserahkan kembali kepada walinya.
c) Jika santri melakukan pelanggaran yang dianggap berat, maka
langsung diserahkan kepada walinya dengan ijin pengasuh.
5) Aturan Tambahan
Aturan tambahan yang telah ada dan tidak tertulis dalam tata tertib
dianggap tetap berlaku.
6) Perubahan Operasional
56
a) Tata tertib ini dapat dirubah oleh Pengasuh atau Pengurus pondok
Pesantren.
b) Ketentuan-ketentuan di atas akan diatur dan dilaksanakan sesuai
dengan struktur kepengurusan Pondok Pesantren.
c) Tata tertib ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya.
f. Kegiatan Santri
Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Santriwati di Pondok Pesantren
NO WAKTU KEGIATAN 1 04.00 Bangun Tidur 2 04.30 – 05.00 Jama‟ah Sholat Subuh 3 05.00 – 05.30 *Sorogan Al Qur‟an* 4 05.30 – 06.00 Pembersihan Diri dan Lingkungan 5 06.00 – 06.30 Persiapan Sekolah Pagi 6 06.30 – 06.45 Sarapan Pagi 7 06.45. – 07.00 Apel Pagi dan Pembacaan Asma‟ul
Husna 8 07.00 – 09.40 Pembelajaran Sekolah Pagi (SMP &
SMK) 9 09.40 – 10.00 Sholat Dhuha dan Istirahat
10 10.00 – 12.00 Pembelajaran Sekolah Pagi (SMP &
SMK) 11 12.00 – 12.30 Jama‟ah Sholat Dzuhur dan Istirahat 12 12.30 – 12.45 Makan Siang 13 12.45 – 14.00 Pembelajaran Sekolah Pagi (SMP &
SMK) 14 14.00 – 14.40 Istirahat 15 14.40 – 15.30 Pembelajaran Madrasah Diniyyah** 16 15.30 – 16.00 Jama‟ah Sholat Ashar 17 16.00 – 16.30 Ekstrakulikuler, Ngaji Tambahan 18 16.30 – 17.00 Pembersihan Diri dan Lingkungan 19 17.00 – 17.30 Nastamir 20 17.30 – 18.15 Jama‟ah Sholat Maghrib 21 18.15 – 18.30 Apel Malam 22 18.30 – 18.45 Makan Malam 23 19.00 – 19. 30 Jama‟ah Sholat Isya‟ 24 19.40 – 20.20 Pembelajaran Madrasah Diniyyah Jam
Ke-1 25 20.20 – 21.00 Pembelajaran Madrasah Diniyyah Jam
Ke-2
57
26 21.15 – 22.00 Takror Malam (Belajar Wajib) 27 22.00 – 22.15 Pembacaan Surat Al Mulk 28 23.00 – 04.00 Istirahat
Keterangan: *Hari Jum‟at = 1. Ziarah (sesuai jadwal)
2. Muhadatsah dan Olahraga
Hari Ahad = Muhadatsah
**Hari Kamis= Pramuka (semua santriwati).
Kegiatan Santriwati di Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah dibagi
menjadi dua macam yaitu sebagai berikut:
1) Kegiatan Wajib
Kegiatan wajib adalah kegiatan yang harus wajib diikuti dan
dilaksanakan oleh para santriwati. Sehingga jika ada santriwati yang
meninggalkan kegiatan wajib ini, maka akan mendapatkan balasan yang
sesuai dengan kegiatan yang telah santriwati tinggalkan. Kegiatan wajib
yang dilaksankan di Pondok Pesantren Agro nuur El Falah adalah sebagai
berikut:
a) Sholat berjamaah di masjid.
Sholat merupakan sebuah aktifitas ritual yang hukumnya wajib
bagi setiap yang mengaku beragama Islam dan merupakan wahana
latihan bagi umat Islam dengan tujuan untuk mencari jati diri di
hadapan Sang Kholik kemudian diapresiasikan dalam kehidupan
bermasyarakat. Penekanan sholat santriwati bertitik tolak pada 3 hal
diantaranya ialah:
1) Aplikasi sholat dimensi megical/rohani (ketenangan jiwa).
2) Aplikasi sholat dimensi epistimologis (kecerdasan berfikir).
3) Aplikasi sholat dimensi sosial (kecerdasan sosial)
58
Ketiga dimensi ini akan terbentuk dengan pemahaman bahasa
sholat, baik bahasa lisan (oral language) atau bahasa tubuh (body
language). Sholat pada santriwati mempunyai stressing yang kuat
untuk dilakukan secara berjamaah. Dalam berjamaah pemahaman
yang dilakukan pada santriwati adalah tentang :
1) Leadership/kepemimpinan (sanggup untuk dipimpin dan siap untuk
memimpin).
2) Ketaatan pada pimpinan.
3) Kemufakatan dalam jamaah.
4) Persamaan derajat.
5) Disiplin.
b) Apel pengecekan.
Dalam apel ini dilakukan setiap pagi, siang, dan malam pada saat
akan melakukan makan. Fungsi dari apel ini adalah untuk melakukan
pengecekan anggota kamar yang mana setiap regu menyiapkan dan
mempersiapkan semua anggotanya. Kecuali jika ada santriwati yang
tidak hadir itu dikarenakan sakit dan pulang maka itu dimaklumi akan
tetapi, apabila tanpa keterangan maka akan disanksi sesuai dengan
perbuatannya.
c) Sorogan pagi dan malam
Sorogan merupakan cara penyampaian bahan pelajaran dimana
kyai atau ustadzah yang mengajar santriwati seorang demi seorang
secara bergilir dan bergantian, serta membawa kitabnya masing-
masing. Awalnya kyai terlebih dahulu untuk membacakan kitab yang
diajarkan kemudian menterjemahkan kata demi kata serta
59
menerangkan maksudnya, setelah itu santriwati disuruh membaca dan
mengulangi seperti apa yang telah kyai lakukan sehingga setiap
santriwati menguasainya.
d) SMP dan SMK-SPP Dharma Lestari
SMP dan SMK-SPP Dharma Lestari merupakan bentuk
pendidikan formal guna mempermudah proses transformasi keilmuan
dan pemantauan moralitas dan integritas santriwati.
e) Madrasah Diniyyah
Sekolah pendidikan agama yang merupakan pendidikan di
pondok pesantren guna memperdalam ilmu agama. Karena sangat
penting bagi para santri dalam menimba ilmu agama tidak hanya di
formalnya saja. Keseriusan dalam tholabul ilmi menjadikan santriwati
mampu meresapi tentang ilmu yang telah diajarkan.
f) Nastamir
Kegiatan membaca Al-Qur‟an secara murottal yang dilakukan
dengan bersama-sama di masjid. Kegiatan ini bertujuan sebagai
penggerak santriwati supaya rajin dalam membaca Al-Qur‟an serta
memahami mengenai apa yang terkandung di dalamnya.
g) Kajian kitab ekstra
Seperti lazim berjalan di beberapa pesantren, di Pondok
Pesantren Agro Nuur El-Falah juga menerapkan metode dan kajian
kitab yang serupa yang mengambil waktu ba‟da maghrib dan ba‟da
isya. Kitab-kitab tersebut meliputi berbagai disiplin ilmu menurut
tingkat kemampuan santriwati. Diantranya Tafsir, Hadist, Fikih,
Akhlak dan Tasawuf. Kitab-kitab tersebut diajarkan dengan maksud :
60
1) Melatih santriwati untuk dapat membaca dan memahami dengan
mengaplikasikan kaidah-kaidah Nahwu dan Sorof.
2) Mengenalkan para santriwati istilah-istilah dan metode-metode
pembahasan kitab-kitab klasik.
3) Melatih para santriwati menghargai karya para ulama pendahulu
dan memahami situasi, kondisi waktu kodifikasi kitab tersebut.
4) Mendorong para santriwati supaya dapat selalu berkarya
sebagaimana karangan para ulama-ulama dahulu.
h) Takror
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku
atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang
diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus
dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia bisa
menunjukkan perubahan dai perilakunya. Menurut teori ini dalam
belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output
yang berupa respon. Dimaksudkan sebagai sarana agar dapat
mengulas ulang/mentelaah terhadap materi-materi yang telah
disampaikan dengan metodologi musyawarah serta dapat
mempersiapkan materi-materi yang akan disajikan besok harinya.
i) Ro’an
Ro’an merupakan agenda bersih-bersih pondok bersama-sama
sesuai dengan kelompok dan bagian yang telah ditentukan. Kegiatan
ro’an ini biasa dinamakan Jum‟at bersih yang biasa dilaksanakan
setiap hari Jum‟at pagi setelah kegiatan apel dan sarapan.
2) Kegiatan Ekstra
61
Kegiatan ekstra adalah kegiatan tambahan sebagai penunjang aktifitas
para santriwati dalam berkreasi dan berorganisasi sedangkan elaksanaannya
ada yang ditentukan, ada juga sesuai dengan kondisi dan keadaan yang berada
di Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah di antara kegiatan tersebut adalah:
a) Pelatihan qiro‟ah
b) Pelatihan rebana
c) Pelatihan gamelan
d) Kepramukaan
e) Muhadloroh
f) Pidato
g) Topeng ireng
h) Kaligrafi
i) Bela diri
62
g. Sarana Prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di Pondok Pesantren Agro nuur El Falah
diantaranya:
Tabel 4.2
Sarana dan Prasarana di Pondok Pesantren
No. Nama Barang Keterangan
1. Gedung Asrama 2
2. Gedaung Madrasah 2
3. Masjid 1
4. Rumah Tinggal Ustadz 4
5. Rumah Tinggal Pengasuh 2
6. Perpustakaan 1
7. Ruang Komputer 1
8. Kantor Sekretariat 3
9. Kamar Mandi 30
10. Kolam Renang 1
11. Mobil 1
12. Kopontren 1
13. Gedung OPPN 1
14. Salon Potong Rambut 1
15. Gerobak Sampah 4
16. Pendopo 1
17. Lahan Pertanian 3 ha
18 Dapur 1
Selain sarana prasarana yang tertera di atas, di Pondok Pesantren Agro
nuur El Falah juga terdapat 4 halaman yang luas. Jadi, setiap seminggu sekali
digunakan untuk bermain sepak bola, sepak takraw dan volly. Madrasah di
Pondok Pesantren Agro Nuur El Falah juga terdapat alat-alat kebersihan,
seperti: sapu lidi, sapu lantai, sulak, alat pel dan tempat sampah.
63
Pondok pesantren Agro Nuur El Falah ini mempunyai beberapa bidang
tanah yang digunakan oleh para santrinya yaitu bercocok tanam. Alasannya
ialah pondok pesantren tersebut bergerak dibidang bisnis yaitu dibidang
pertanian. Oleh karena itu ada beberapa alat pertanian, seperti traktor, artko
(angkong), cangkul, sabit dan alat pertanian lainnya. Selain itu, juga terdapat
alat-alat musik tradisional dan alat musik rebana. (Buku Profil Pondok
Pesantren Agro Nuur El Falah).
2. Temuan Penelitian
a. Pola kepemimpinan kolektif kolegial yang diterapkan di Pondok
Pesantren Agro Nur El-Falah Pulutan Salatiga
Penalitian tentang kepemimpinan yang bersifat kolektif kolegial di
Pondok Pesantren Agro Nur El-Falah Pulutan Salatiga, penelitian
mendapatkan data melalui wawancara, telaah dokumen dan observasi
langsung. Adapun wawancara dalam penelitian hasilnya sebagai berikut:
Pemimpin memiliki beberapa kereteria dalam memimpin ada yang sudah
memiliki wibawah dari sebelumnya dan ada yang dihormati karena cara
memimpinnya. Menurut Amin salah satu pengurus Pesantren Agro Nur El-
Falah yang diwawancarai pada tanggal 27 April 2020 mengatakan:
“Pemimpin atau bisa masyarakat umum menyebutnya dengan istilah kiyai,
di Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah Pulutan Salatiga lebih memiliki
sifat yang tegas akan tetapi juga ngemong, merangkul dan menyontohkan
kepada para anggotanya apa yang diperintahkan oleh abah sendiri selain
itu abah juga kerjanya pada keaksinyata, contohnya seperti membersikah
lingkungan yang kotor ketika abah melihat lingkungan yang kotor maka
akan langsung membersihkannya, akan tetapi setelah itu abah akan
mengingatkan apa yang menjadi tugasnya masing-masing dan lebih
menanamkan rasa tanggung jawab kepada semuanya. Dan ketika dengan
anggotanya ada yang belum paham atau mengerti dengan suatu peraturan
maka caranya dengan pendekatan kepada orang tersebut tujuannya agar
64
dianggap ada serta tenaga dan pikiranya dibutuhkan di dalam pondok
pesantren.”
Tidak hanya dengan para anggota saja akan tetapi dengan para walisantri
pengasuh Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah memiliki sifat dan kebijakan
yang mempererat akan adanya sebuah komunikasi. Seperti yang telah
dikatakan Saipul yang juga salah satu pengurus Pondok Pesantren Agro Nuur
El-Falah. Yang mengatakan:
“Model komunikasi itu sendiri antara lain dengan adanya musyawarah atau
biasanya dilakukan dengan pertemuan walisantri yang diadakan setiap satu
bulan sekali atau biasa disebut dengan mujahadah dimana didalamnya
mengemas adanya pertemuan antara pihak pondok dengan walisantri dan
melakukan doa dimana ditunjukan untuk mendoakan masyaih, para sesepuh
pondok pesantren dan terutama meminta keberkahan ilmu untuk para putra-
putri mereka. Selain malakukan komunikasi dengan suatu agenda, juga
dilakukan dengan via social media seperti whatsapp group, hal itu bertujuan
untuk mengontrol dan memberi informasi dengan para walisantri”.
Ketika melakukan komunikasi atau pendekatan dengan para santri
biasanya pengasuh mempunyai cara tersendiri, terutama dengan santri yang
memiliki masalah tertentu, menurut pernyataan Amin yang diwawancarai
pada 27 April 2020 mengatakan:
“Abah biasanya tau sendiri dimana santri tersebut sedang dalam keadaan
mempunyai masalah atau tidak, caranya biasanya dengan abah memanggil
santri tersebut dan sekedar basa basi terlebih dahulu abah menanyai
apakah ada masalah atau tidak, ketika sang santri sudah mau menceritakan
suatu masalahnya maka disitu abah akan memberi solusi. Contohnya ketika
dulu saya kelas 3 ada salah satu teman saya yang memiliki permasalahan
dalam keluarganya, disitu teman saya berniatan untuk mengundurkan diri
dari pondok pesantren tetapi abah memanggilnya dan memberi solusi akan
masalah yang dihadapinya, kemudiaan teman saya itu tidak jadi keluar
pondok. Begitulah cara abah membantu para santrinya”.
Dalam kasus lain yang ditemukan di Pondok Pesantren Agro Nuur El-
Falah Pulutan Salatiga dengan masalah tingkat kenakalan santri. Menurut
Lutfi yang diwawancarai pada 27 April 2020 mengatakan:
“Tingkat kenakalan santri berbeda-beda melihat dari latar belakang yang
tidak sama ada dari keluarga baik ada juga yang memiliki keluarga berlatar
belakang kurang baik. Kurang baik tersebut dapat diartian kurang
65
memperhatikanya masalah pendidikan sang anak, dan ada juga yang karena
memiliki pendapatan ekonomi yang kurang baik maka yang dilakukan orang
tua tersebut lebih memperhatikan kebutuhan ekonomi mereka dari pada
masalah pendidikan mereka. Kemudian muncul kenakalan-kenakalan dari
sang anak yang akhirnya mereka bawa kedalam lingkungan pondok. Dari
hal tersebut cara saya menganganinya bermacam-macam sesuai denagn
prosedur yang sudah diterapkan, salah satunya dengan memanggil santri
yang telah melanggar peraturan kemudian memberikannya nasihat dan
menegaskan kembali jika hal yang dikakukannya itu kurang baik akan
merugikan dirinyadan juga orang lain akan tetapi meskipun itu kenakannya
sudah dari batas wajar saya tidak akan langsung mengeluarannya akan
tetapi akan saya memberikan kesempatan kembali untuk memperbaiki
sikapnya yang kurang baik tersebut agar berubah menjadi lebih baik. Dan
apabila tindakan kenakalan tersebut dilakukan kembali maka saya akan
memmanggil orang tuanyakemudian saya akan melaporkan pelanggaran
yang sudah dilakukan oleh sang anak tujuannnya untuk orang tua bisa
membantu menasihati anak tersebut. Adapun keputusan yang akan diambil
jika pelanggaran dilakukan kembali adalah dengan cara mengeluarkan
anak tersebut, ini salah satu contoh kenakalan santri seperti mencuri”.
Menurut penuturan Lida salah satu pengurus yang langsung menangani
santri pada setiap harinya juga menyetujui apa yang telah disampaikan Lutfi
diterangkan dalam wawancara pada 28 April 2020 menyampaikan bahwa:
“saya menyetujui dengan adanya peraturan yang menegaskan tentang
kedisiplinan kepada santri yang seringkali melanggar sebuah aturan,
tujuannya untuk menghargai sebuah peraturan dan membentuk
keperibadian santri lebih baik lagi. Menegaskan kembali apa yang
dilakukannya itu tindakan kurang baik. Dan santri yang seri melakukan
pelanggaran lebih kita perhatikan artinya tidak untuk memojokan santri
tersebut akan tetapi kita memberi pantauan lebih kepada santri yang sering
melanggar tersebut”.
Ada cara tersendiri memberi semangat kembali kepada anak yang sedang
terpuruk atau dalam masalah. Karena dipondok ini sendiri setiap kelasnya ada
pengurus yang dijadikan pengampu pada setiap kelasnya. Menurut Lutfi
sebagai wali kelas atau penasihatnya yang diwawancarai pada 27 April 2020
mengatakan:
“memberi motifasi pada anak itu perlu dilakukan apalagi anak yang
mendapati masalah baik keluarga maupun dilingkungan pondok sendiri ada
cara tersendiri dalam menangani anak yang dalam suatu masalah seperti
halnya memberi bimbingan, menyemangati, memberi arahan atau solusi
66
agar anak tersebut tetap giat dalam mencari ilmu, itu salah satu contoh kecil
cara kita dalam menangani anak karena tidak dari sedikit dari mereka yang
ketika baru masuk pesantren banyak keluhan yang disampaikan mulai dari
belum kerasan berada dipesantren, ada juga yang masih belum biasa
dengan rasa makanan yang diberikan oleh pihak pondok.”
b. Perkembangan peran atau reputasi Pondok Pesantren Agro Nur El-Falah
di masyarakat
Perkembangan pondok pesantren pada saat sekarang ini sudah mulai diakui
oleh masyarakat umum, seperti di Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah yang
memadukan antara pendidikan modern dan tradisional atau biasa disebut
dengan islilah pondok salaf. Dipaparkan oleh salah satu pengurus pondok Amin
mengatakan:
“Sistem pendidikan yang berbasis semi antara modern dan salafi ini
termasuk sudah menjadi kombinasi yang hebat, bisa dilihat dari kurfa yang
menunjukan peningkatan sangat pesat bisa dilihat langsung pembukaan
santri putri dimulai pada tahun 2017 yang awalnya hanya 78 santri dan
sekarang sudah mencapai 300an itu hanya santri putri saja belum ditambah
dengan santri putra. Masyarakat mulai mempercayai lembaga pendidikan
ini. Karena didalamnya menawarkan beberapa macam pendidikan antara
pembelajaran agama dengan pembelajaran ilmu pengetahuan, pada pagi
sampai siang hari santri diwajibkan belajar pada sekolah umum ada
beberapa macam diantaranya untuk tinggkat SMP dan SMK. Di sekolah
SMK ini menawarkan beberapa kejuruan diantaranya boga dan pertanian,
hal ini yang lebih menarik untuk masyrakat untuk lebih mempercayai
pondok ini jika disbanding dengan pondok-pondok lain. Dan
ketikapembelajaran didalam pesantrennya sendiri memadukan antara
pembelajaran kitab kuning yang merupakan ciri khas dari pondok pesantren
salaf dan dipadukan dengan menggunakan bahasa pada setiap harinya dan
ini merupakan ciri dari pondok modern, begitu cara abah memimpin tidak
membedakan-bedakan suatu golongan”.
Kepercayaan masyarakat bertambah lagi ketika melihat dengan adanya
para alumninya. Diterangkan oleh Saipul bahwa:
“Pembuktikan dari para alumninya mulai dari yang bisa berwirausaha dan
manusia yang panipurna bermanfat bagi lingkungan. Melihat dari beberapa
para alumni yang berasal dari SMK mereka akhirnya juga bisa
mengembangkan kemampuannya berwirausaha diluar pondok pesantren
kemampuanya dianggap lebih karena tidak hanya mempu mempelajari ilmu
agama juga bisa berwirausaha dari mulai yang kecil sampai juga besar bisa
kita lihat dari para alumni yang berasal dari luar jawa mereka membuat
67
usaha kripik yang orderannya sudah mulai kebeberapa provinsi di
Indonesia. Betigu juga yang mempunyai kemampuan dalam menyampaikan
tausiah bisa dianggap lebih ada juga yang sampai mendirikan pesantren
didaerah asal mereka tinggal, berbekal ilmu pengetahuan mereka yang telah
didapat dari pondok pesantren”.
Karena Saipul juga sebagai alumni yang memiliki teman seangktan dengan
dirinya, maka dia melihat teman-temannya yang sudah keluar dari pondok
pesantren seperti yang dikatakannya sebagai berikut:
“Anak saya yang telah menjadi alumni ponpes agro dalam masyarakat
memiliki beberapa kontribusi seperti mengajar mengaji, hal ini bertujuan
untuk menghidupkan TPA, masjid didesa tersebut karena pengasuh
membekali santri dengan ilmu dan keterampilan dan berwirausaha seperti
dalam bidang kuliner misal soto, dan kuliner lainnya.”
Ada beberapa ekstrakulikuler yang menjadikan masyarakat lebih tertarik
untuk memilih lembaga pendidikan ini sebagai tempat menimba ilmu untuk
putra putri mereka. Dikatakan oleh Najib pada 27 April 2020 mengatakan:
“Yang menjadi sorotan dimasyarakat salah satunya ekstrakulikuler
pencaksilat, karena tingkatanya sudah tidak hanya dilingkungna pondok
pesantren saja akan tetapi sudah mempunyai kombinasi diluar lingkungan
pesantren dan sudah memperoleh beberapa kejuaraan, sehingga menjadikan
nama dan keberadaan pondok ini dipercayai oleh masyarakat lebih. Selain
itu ada keunggulan lain yang dimiliki pondok ini yaitu berbasis militer yang
lebih menekankan kedisiplinan terhadap santri dibandingkan dengan
pondok lain. Ada banyak sebenarnya jika membicarakan keunggulan dari
pondok ini dari sistem militer ini yang lebih berkembang dimana para santri
di didik untuk mengutamakan kedisiplinan yang meliputi dari kedisiplinan
kebersihan, kedisiplinan terhadap waktu, sehingga menjadikan para santri
terbisa dengan managemen waktu oleh sendirinya, hal ini yang menjadikan
tertarik para orang tua untuk menempatkan putra putri mereka disini.”
c. Implikasi kepemimpinan kolektif kolegial terhadap reputasi Pondok
Pesantren Agro Nur El-Falah Pulutan Salatiga
Penerapan kepemimpinan yang diterapkan pada pondok pesantren ini
mengutamakan kerja sama, tidak menuntut balas budi akan telah diberikannya
hal itu tujuannya untuk menciptakan suatu suasana yang kondusif dan mutu
68
untuk mencapai pendidikan yang lebih baik, dikatakan Bapak Nur Soleh yang
diwawancarai pada 4 Mei bahwa:
“Prinsip saya dalam menjalankan amanah adalah ان احسنتم احسنتم لأنفسكم Jadi selama saya mampu memberi yang terbaik saya yakin Allah akan
membalasnya dengan kebaikan pula bahkan bisa jadi lebih. Itulah prinsip
yang saya pegang, walaupun saya sendiri belum maksimal dalam mengkafer
seluruh kegiatan dalam segalaga hal yang berhubungna dengan para santri,
nanmun saya berusaha untuk memperoleh hal-hal dan kontribusi yang baik.
Disisi lain juga saya merasa berat. Namun saya yakin bahwa apa yang saya
hadapi sekarang memang yang terbaik dari Allah untuk saya, agar saya
mampu belajar dari segala hal, mampu belajar dari segala permasalahan.
Komunikasi yang saya ciptakan antar sesama juga menciptakan komunikasi
yang baik agar dapat mencapai hambatan dan rintangan, dengan
menjalankan sistem yang baik karena dengan kebaikan itu akan memberikan
pengaruh yang baik kepada santri, dari hal itu akan terciptanya prestasi-
prestasi dari para santri. Dan kunci dari semua itu adalah peduli dari segala
hal dan terutama peduli dari kegiatan para santri, kepekaan disini juga
dibutuhkan dalam menjalankan segala kegiatan yang ada dari kepekaan itu
maka tidak adanya pekerjaan atau kegitan yang kacau, akan berjalan dengan
semistinya. Pengaruh dari pemimpinlah yang akan menjalankan roda
kegiatan yang ada dan komunikasi yang baik yang terciptanya tujuan yang
ingin dicapai.”
Dapat dilihat dari kepemimpinan yang baik tersebut dapat menarik minat
masyarakat untuk menetapkan pilihan pendidikan putra putrinya di Pondok
Pesantren Agro Nuur El-Falah dilihat dari banyaknya santri pada setiap
tahunnya yang terus mengalami peninggkatan, dikatan oleh Bapak KH. Nur
Soleh bahwa:
“Dari tahun ketahun peningkatan secara drastis dan karena masih
keterbatasan ruang dan tempat sehingga dua tahun terakhir membatasi santri
yang akan masuk atau belajar di Pondok ini. Dari data tiga tahun terakhir ini
bisa dilihat dari yang awalnya santri putri berjumlah hanya 78 santri putri
akan tetapi pada tahun terakhir kemaren jumlah santri putri saja mencapai
258. Karena kami lebih mengutamakan sistem untuk meningkatkan mutu
pendidikan sehingga masyrakat tertarik apa yang ada didalamnya. Selain itu
keunggulan lain adalah kami lebih mengutamakan kedisplisan untuk mendidik
dan membentuk sebuah karakter para santri, dan dari kedisiplin akan
meminimalisir sebuah pelanggalan hal ini yang akan memembentuk image
pondok pesantren di masyrakat baik dan bagus. Menjadikan peninggkatan
santri yang tinggi pada setiap tahunnya. Tidak cukup sampai disitu saja kami
juga akan selalu mengevaluasi program yang telah dijalankan, dan mana
program yang berjalan dengan baik dan mana yang belum berjalan dan
mencari kendala atau penyebabnya sekaligus evaluasi diri jangan sampai
69
program tidak berjalan karena adanya kesalahan pemimpin. Begitulah cara
kami menjalankan amat yang telah diberikan.”
Dari itu semua ada beberapa yang menjadi kendala dalam menjalankan
kepemimpinan kolektif kolegial tersebut seperti yang dipaparkan berikut ini:
“Dalam kepengurusan ada beberapa yang tidak berjalan dengan baik
dikarenakan pengurus yang masih kuliah terkadang kegiatan kampus
bertabrakan dengan kegiatan pondok, tidak semua santri bisa menjalankan
peraturan dengan baik, terkadang miskomunikasi juga menjadi kendala bagi
kami.”
70
B. Analisis Data
1. Pola kepemimpinan kolektif kolegial yang diterapkan di Pondok Pesantren
Agro Nur El-Falah Pulutan Salatiga
Implementasi pada Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah yang memiliki
pemimpinan berbasis mengayomi atau lebih mengutamakan sifat kekeluargaan,
dimana kyai sebagai unsur sentral untuk mengelola, mengajar sekaligus sebagai
pemimpin, menjadikan peranan sebagai seorang kyai tidak hanya sebagai
seorang pengajar saja akan tetapi memimpin dalam sebuah lembaga yang
dikekolanya. Baik maju dan berkembangnya sebuah lembangga tidak lepas dari
campur tanggan langsung oleh para pemimpin yang dipondok pesantren
biasanya sering kita sebut sebagai seorang kyai.
Peranan seorang kyai untuk bisa memajukan atau setidaknya
menstabilkan keadaan pesantren tersebut mempunyai beberapa cara tersendiri
salah satu hal yang ditonjolkan disini ialah sebuah kedisliplinan salah satu yang
menjadi kunci utama. Karena kedisliplinan tersebut yang akan mengubah suatu
lembaga pendidikan, sebagai seorang kyai yang sekaligus pemimpin tidak bisa
berjalan dengan sendiri salah satunya perlu bantuan dari para member untuk
menjalankan sebuah program sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara
lebih efektik dan partisipatif.
Kolektifitas kepemimpinan yang diterapkan disini melibatkan seluruh
anggota serta membagi secara merata, dari tugas masing-masing itu maka
bekerja secara fungsional, berdasarkan bagiannya masing-masing dengan hal itu
maka seluruh anggota akan mengerjakan sesuai porsinya tidak ada satu
anggotapun yang tidak tau atau tidak mendapat bagian dalam menjalankan
71
sebuah organisasinya. Tidak ada yang merasa dirugikan atau terlalu
mendapatkan beban berlebih.
Dalam menjalankan sebuah program tidak serta merta berjalan begitu
saja akan tetapi sebuah tindakan dan aturan yang telah tertera dalam sebuah
lembar peraturan. Contohnya saja ketika ada salah satu santri yang melanggar
peraturan tidak akan ditidak begitu saja, akan tetapi diproses sesuai dengan
prosedur yang sudah ditetapkan semisal ia tidak mengikuti kegiatan dalam
pesantren sendiri maka tindakan yang pertama akan mendapatkan poin dan
mendapat hukuman dua kali melakukan tindakan tersebut akan mendapatkan
poin dan hukuman yang lebih berat dari sebelumnya dan tiga kali melakukan
kesalahan yang sama maka akan mendapat surat peringatan dan dipanggil orang
tuanya.
Dengan demikian cara pemimpin dalam menetapkan suatu keputusan,
semata-mata tidak hanya sekedar perintah dan larangan, akan tetapi berdasarkan
peraturan tertulis untuk melakukan suatu tindakan lebih. Semua itu bertujuan
untuk mengembangkan dan memajukan lembaga, ini menjadikan pondok
pesantren ini berkembang dengan sangat pesat. Sistem untuk lebih
menggunggulkan sekaligus kualitas pada anggota atau kualitas para santri
Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah, dan meningkatkan mutu dalam sebuah
lembaga pendidikan.
2. Perkembangan peran atau reputasi Pondok Pesantren Agro Nur El-Falah
di masyarakat
Pondok ini sudah mulai diakui keberadaannya dimasyarakat karena
memiliki sistem yang berkualitas sehingga menjadikan mutu yang lebih baik,
membentuk sebuah kepribadian yang unggul dan bermutu dalam
72
a. Sistem yang dimiliki pondok ini sudah bisa dikatakan baik, Pondok ini juga
sudah memiliki sistem yang bisa dikatakan telah unggul dari lembaga
pendidikan pesantren yang ada dilingkungan sekitar, karena mampu
berkembang dengan sangat cepat, hal itu bisa dilihat dari jumlah atau
keberadaan santri dipondok pesantren ini. Dari yang awalnya hanya
berjumlah puluhan santri dan sekarang sudah mencapai rasusan antara santri
putra dan dan santri putri. Dari sistem itu juga ditanamkan sikap kedisiplinan
yang semata-mata membentuk karakter santri saat didalam pondok maupun
setelah selesai menimba ilmu dipondok.
b. Ekstrakulikuler yang dimiliki pada pondok ini ada beberapa macam yang
bisa diikuti para santri, salah satunya ekstrakulikuler pencaksilat yang sudah
memperoleh beberapa kejuaran diluar pondok pesantren dan ekstrakulikuler
ini juga yang diminati oleh banyak santri abik santri putri maupun santri
putra. Hal ini yang menjadikan ketika dalam perlombaan tidak memungkiri
ketika banyak kejuaraan yang diperoleh dari santri Pondok Pesantren Agro
Nuur El-Falah ini sendiri.
c. Terkenal dengan pondok yang berbasis militer, pondok ini memang berbeda
dengan pondok pada umumnya. Pada pondok ini menerapkan salah satu
kebijakan apda setiap harinya diadakan apel (digunakan untuk mengecek
jumlah dan keberadaan para santri yang ada di pondok maupun sedang diluar
pondok pesantren. Apel ini dilakukan setiap hari dan setiap jam makan tiba,
setiap makan para santri diajarkan cara kedisiplinanya militer yang daimana
setiap makan haru bersama-sama dan menunggu komando untuk memimpin
doa dan kemudian barulah mereka malan bersama dimana setiap nampan ada
73
berisi ada enam/tujuh santri. Tujuannya untuk melantih disiplin terhadap
waktu, saling menghargai antara santri satu dengan yang lain.
3. Implikasi kepemimpinan kolektif kolegial terhadap reputasi Pondok
Pesantren Agro Nur El-Falah Pulutan Salatiga
Pemimpin pondok pesantren Agro Nuur El-Falah dalam membentuk
santri seperti dalam visi dan misinya diantaranya agar menjadi Disiplin,
Berilmu, Bertaqwa, dan Bermoral serta Berprestasi maka proses dalam
pembentukannya kami melalui:
1. Cara memimpin atau mengelola suatu program di Pondok Pesantren Agro
Nuur El-Falah dengan memutuskan secara bersama tidak hanya ditetapkan
satu orang saja, akan tetapi keputusan bersama yang akan dijalankan.
2. Latar belakang setiap santri berbeda-beda dan akan dibentuk seperti dalam
visi diantaranya kedisiplinan, melalui suatu program yang akan membentuk
santri menjadi disiplin terhadap segala hal, seperti dengan apel pengecekan
yang diikuti seluruh orang yang ada di Pondok Pesantren.
3. Kepercayaan masyarakat diberikan tidak serta merta begitu saja akan tetapi
melaui tahapan dan proses yang dilewati, diantaranya menyuguhkan
beberapa program yang menarik minat masyarakat yang berbeda dari
pondok pesantren pada umumnya.
74
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan dari uraian dan data-data yang peneliti sajikan dalam laporan
skripsi ini, maka peneliti memberi kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Pola kepemimpinan kolektif kolegial yang diterapkan di Pondok Pesantren Agro
Nuur El-Falah yaitu kekeluargaan dan bersahabat.
2. Perkembangan Pondok Pesantren Agro Nuur El-Falah di lingkungan masyarakat
misalnya sebagai konstributor seperti dalam hal menghidupkan masjid, mendirikan
pondok dan dalam hal ekonomi banyak alumni yang mendirikan usaha terutama
pada bidang kuliner.
3. Imlikasi kepemimpinan kolektif kolegial terhadap reputasi Pondok Pesantren Agro
Nuur El-Falah yaitu santri menjadi tertib, taat, patuh, peduli dan peka.
B. SARAN
1. Kepeda pemimpin pondok
a. Tetap dikembangkannya sistem-sistem yang baik dan sudah diterapkan,
supaya semakin berkembangnya jumlah santri yang yang ingin menetap
atau belajar di pondok pesantren tersebut.
b. Merangkul seluruh lapisan yang tidak membedakan anatara santi yang satu
dengan yang lainnya.
2. Kepada pengurus pondok
1. Optimis dan ihklas dalam setiap kegiatan mendampingi atau membimbing
santri.
2. Tetap mempertahankan program-program yang telah berjalan dengan baik.
75
Daftar Pustaka
Anwar, M. I. (2007). Kepemimpinan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Angkasa.
Arifin, I. (2003). Kepemimpinan Kyai. Malang: Kalimasada.
Arofah, R. (2017). Pengembangan Pondok Pesantren. Halaqa Islamic Education
Jurnal 1 Juni.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bandung:
Alvabeta CV.
Danim, S. (2012). Motifasi Kepemimpinan dan Efektifitas Kelompok. Jakarta:
Rineka Cipta.
Equilibrium. (2016). Gerakan Masyarakat Peduli Lingkungan. Jurnal Pendidikan
Sosiologi Vol.III No.2.
Gellerman, S. (2003). Manajer dan Bawahan. Jakarta: Lembaga Pendidikan dan
Pembinaan Manajemen (LPPM).
Gulo. (2002). Metode Penelitian. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Hadari, A. (2004). Peningkatan Mutu Terpadu Pesantren dan Madrasah Diniyah.
Jakarta: Diva Pustaka.
Haedari, A. (2007). Transformasi Pesantren (Aspek Pendidikan dan Sosial).
Jakarta: Lekdis dan Media Nusantara.
Husni, M. (2017). Reputasi Yang Berkarakter. Jakarta: PT Media Pilar Indonesia.
Isra, Y. (2018, Januari Kamis). nuOnline. Konsep Kepemimpinan Nabi
Muhamad.
76
Jarwanto. (2015). Pengentar Kepemimpinan Manajemen (3 in 1). Yogyakarta:
Mediatera.
Kurniawan, L. A. (2018). Sistem Reputasi Penjualan dalam Proses Pengembilan
Keputusan Pembelian di Platfrom C2C E-Commerce. Jurnal Komunikasi
Indonesia, Vol.VII,No.1.
Martin, D. (2018, Juli Rabu). Servant Leadership Merindukan Pemimpin yang
Tidak Egois. Kompas.com.
Masniati. (2015). Kepemimpinan dalam Islam. Jurnal al-Qadau Vol.2 No.1.
Moleong, L. J. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Rosdakarya.
Munawwir, A. (1984). Kamus al-Munawir Arab-Indonesia. Yogyakarta:
Krapyak.
Muslim, I. (2016). Terjemah Hadis Shahih Muslim. Kalang book centre.
Nawawi, H. (1993). Kepemimpinan Menurut Islam. Yogyakarta: UGM Press.
P, I. A. (2015). Kepemimpinan Kyai dalam Membentuk Etos Kerja Santri. Jurnal
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga.
Prasetyo, H. (2014). Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Komunikasi
Interpersonal terhadap Semangat Kerja Karyawan. Jurnal Ilmu & Riset
Manajemen , 5.
Purwanto, N. (1990). Administrasi dan Supervise Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Raco. (2010). Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Krakteristik dan
Keunggulannya. Jakarta: PT.Gramedia Widisarana Indonesia.
77
Raharjo, D. (2015). Pesantren. Jurnal Tarbiyah Vol.22 No.2 Juli-Desember.
raharjo, D. (n.d.). Pesantren dan Pembaharuan.
Raya, A. T. (2015). Mengenal Hakikat Diri untuk Mengenal Allah cet.1 .
Makasar: Berkah Utami.
Rivai, V. (2004). Kiat Memimpin. Jakarta: Raja Grafindo.
Rivai, V. (2004). Kiat Mempimpin. Jakarta: Raja Grafindo.
Siyarah, D. F. (2003). Implementasi Kemaslahatan Umat dalam Rambu-rambu
Syariah Bogor . Bogor: Kencana.
Soekanto, S. (1990). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Soekonto, S. (2009). Sosiologi Suatu Pengentar. Jakarta: Rajawali Pers.
Sulaiman, R. (2009). Pendidikan Pondok Pesantren. Abdurrahman sidik Bangka-
Belitung.
Sugiyono, A. (2005). Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
CV.
Sunarto, K. (2004). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Suryana, A. (2015). Dasar Kepemimpinan.
Syafe'i, I. (2017 ). Pondok Pesantren Lembaga Pendidikan pembentuk Karakter .
Al-Tadzkiyyah Jurnal Pendidikan Islam.
Thoha, M. (1993). Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: CV.Rajawali.
78
Thoha, M. (1995). Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: CV.Rajawali.
Thoha, M. (2003). Prlaku Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Umiarso, A. W. (2011). Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Yukl. (2005). Kepemimpinan dalam Organisasi. Jakarta: Indeks.
Yulk, G. (2008). Kepemimpinan dalam Organisasi di Terjemahkan oleh Yusuf.
Jakarta: Prenhallindo.
Zuhairini. (1992). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Angkasa Putra dan
Dirjen Pembinaan Kelembagaan Islam Depag.
79
Lampiran-Lampiran
Lampiran 1 Foto
Masjid Pondok Apel rutinan setiap satu minggu sekali
Masa Penyegaran Santri Penyegaran dengan materi PBB
80
Penyegaran dengan Materi Akhlak Jalan Sehat Setiap Satu Minggu Sekali
Prestasi santri diluar pondok Proses Belajar Mengajar
81
Acara Maulid Nabi Upacara Hari Besar Nasional
Apel Pengecekan santri dan Pegawai Setiap Hari sebelum melakukan rutinitas belajar
mengajar
82
Lampiran 2 wawancara
HASIL WAWANCARA DENGAN PENGURUS PONDOK PESANTREN AGRO
NUUR EL FALAH PULUTAN SALATIGA
a. Pola kepemimpinan kolektif kolegial yang diterapkan di Pondok Pesantren
Agro Nuur El-Falah
83
84
85
86
87
88
b. Perkembangan peran/reputasi pondok pesantren
89
.c. Implikasi kepemimpinan kolektif kolegial terhadap reputasi pondok pesantren
90
91
92
93
94
Lampiran 3 Hasil Wawancara
Kisi-kisi INSTRUMEN Penelitian Variabel Kepemimpinan Kolektif Kolegial
Teori
Kepemimpinan
Kolektif
Kolegial
Proses
Pembentukan
Anggota Tim
Peranan dalam
Tim
1. Bersifat
spontan
a. Apakah peraran
pemimpin dalam
pembentukan
kedisiplina bisa
dilakukan secara
langsung atau
bertahab?
a. Bagaimana
peranan anggota
ketika melihat
kesalahan yang
dilakukan oleh
seorang
pemimpin?
a. Apa sikap yang
anda ambil ketika
menemukan santri
yang melanggar
dari batas wajar.
Apakah langsung
dikeluarkan atau
dinasihati terlebih
dahulu?
b. Apa yang dilakukan
seorang pemimpin
ketika mengetahui
suatu kesalahan
yang dilakukan
oleh anggotanya?
b. Bagaimana
kolaborasi yang
dilakukan
antara anggota
pengurus
dengan
pengasuh dalam
mengembangka
n santri diera
0.4
b. Dalam
pembentukan
karakter santri, hal
apa dulu yang
diutamakan
apakah ahlak atau
pengetahuan?
c. Bagaimana
tindakan anda
ketika ada salah
satu santri
melakukan
pelanggaran yang
menyalahi aturan,
moral, norma dan
tentunya ahklak?
c. Apakah ada
perbedaan
dalam
penanganan
santri yang
hiperaktif
dengan santri
yang masih
tahap wajar?
c. Ketika dalam suatu
musyawarah tidak
ditemukan kata
mufakat. Hal apa
yang akan lakukan
ketika masalah
yang dihadapi
harus secepatnya
ada putusan?
2. Dilakukan
bersama
a. Bagaimana
kebijakan yang
dilakukan dalam
proses
pembentukan
santri agar
memiliki iman,
ketakwaan selain
kegiatan menuntut
ilmu pengetahuan?
a. Menurut anda
tanggung jawab
perlu dilakukan
secara bersama
atau hanya
perindividu
saja?
a. Bagaimana anda
melakukan
kolaborasi yang
baik dengan para
anggota, dalam
sebuah organisasi?
95
b. Apakah ada upaya
untuk
mengembangkan
potensi pendidik
melalui suatu
kegiatan?
b. Apakah
keputusan
seorang
pemimpin perlu
adanya
pengkoordinasi
an dengan
anggota atau
tidak?
c. Menurut anda
perbedaan
gender, apa
itu
berpengaruh
dalam hal
anda
memimpin?
c. Bentuk motifasi
seperti apa yang
anda lakukan
terhadap santri?
c.Apakah perlu
adanya kerja
kelompok
ketika dibuntuk
sebuah tim
untuk memecah
suatu masalah,
atau hanya
perindividu
saja?
d. Apakah kesalahan
pemimpin dalam
bertindak, perlu
adanya peneguran
atau tidak?
3. Tidak rutin a. Apakah motifasi
yang diberikan
kepada santri
selama ini, apa
sudah cukup atau
masih kurang?
Dengan melihat
prilaku santri
sekarang ini.
a. Apakah
penegasan perlu
dilakukan
kepada anggota
yang seringkali
melanggar
aturan?
a. Bagaimana cara
anda
menyelesaikan
masalah yang
terjadi didalam
lingkungan
pesantren?
(KENAKALAN
SANTRI)
b. Bagaimana sebagai
seorang pemimpin
meranggkul
kembali, ketika ada
aggota yang tidak
produktif dalam
melaksanakan
tanggungjawab?
b. Bagaimana
seorang
pemimpin
berkoordinasi
untuk mencapai
kata mufakat?
b.Apakah pemimpin
anda memberikan
kepercayaan
penuh, dalam
menjalankan suatu
program?
c. Bagaimana cara
anda pembedakan
pekerjaan yang
bersifat individu
dengan suatu
pekerjaan yang
bersifat
kelompok?
c.Bagaimana
pemimpin
merangkul
kembali
anggotanya,
ketika dalam
masalah. Akan
tetapi bukan
karena hal
organisasinya?
c.Sangsi apa saja yang
pernah anda
berikan kepada
santri selama anda
menjadi pengurus?
4. Tanggap
rangsangan
a. Bagaimana sikap
kedisiplinan santri
dipondok
pesantren apa
sudah sesuai
dengan peraturan
atau belum?
a. Menurut anda
sangsi apa yang
akan diberikan
ketika,
mengengetahui
kesalahan yang
dilakukan oleh
santri?
a. Apakah ada beban
mental yang anda
rasakan selama
menjadi pengurus
di agro nur el-
falah?
96
b. Kegiatan apa saja
yang pernah
dilakukan untuk
mengembangkan
potensi santri?
b. Apakah sangsi
yang anda
berikan kepada
anggota yang
lelah
melanggar, bisa
dibilang tepat
apa masih
kurang
kondusif?
(OBJEK
SANTRI)
b. Prinsip apakah
yang anda pegang
sebagai seorang
pemimpin dalam
menjalankan roda
organisasi?
c. Prinsip apa yang
anda jalankan
selama memimpin?
c. Menurut anda
kondisi
lingkungan
seperti apa yang
mempengaruhi
kinerja seorang
pemimpin?
c. Apakah prinsip
anda sebagai
seorang pemimpin,
kebijakan/keputusa
n yang anda ambil
sangat
berpengaruh dalam
sebuah organisasi?
Kisi-kisi INSTRUMEN Penelitian Variabel Reputasi Pondok Pesantren
Teori Reputasi
Pondok Pesantren
Pesantren Salaf Pesantren Modern
Proses pengambilan
keputusan secara
umum
a. Bagaimana cara menarik
masyarakat untuk tidak
memandang sebelahmata antara
sistem pembelajaran di pondok
salaf?
a. Kombinasi seperti
apakah untuk menarik
minat masyarakat di
pondok pesantren agro
nuur el-falah?
b. Apa yang menjadi perbedaan yang
ditonjolkan pada sistem pondok
pesantren agro nuur el-falah untuk
meninggkatkan mutu pendidikan?
b.Contoh seperti apakah
sistem pembelajaran
modern yang diterapkan
di pondok pesantren ini?
c. Ekstrakulikuler apa saja yang
menjadi kebanggaan, yang juga
untuk menarik masyarakat agar
menetapkan pilihan dipondok ini?
c.Untuk menarik minat
masyarakat hal apa yang
ditonjolkan pada pondok
pesantren ini, yang
berbeda dari pondok
modern pada umumnya?
Kepercayaan dari
khalayak umum
a. Apakah ada pengaruh terhadap
sistem pendidikan yang
memadukan anatara pendidikan
modern dengan salaf?
a. Apakah pernah ada
kasus. Yang menurukan
kepercayaan masyarakat
terhadap pesantren?
b. Bagaimana cara untuk
mempertahankan kepercayaan
masyarakat. Dalam menetapkan
memilih lembaga pendidikan
disini?
b.Bagaimana cara
menciptakan
keharmonisan atara
pengurus pesantren
dengan santri?
97
c. Selama pesantren ini berdiri
apakah pernah mengalami
penurunan kepercayaan
masyarakat?
c.Bagaimana pola
komunikasi antara
pengurus dengan santri?
Hal yang
dipertimbangkan
a. Dalam dunia pekerjaan pada saat
ini, persaingan semakin ketat.
Bagaimnana cara sistem
pendidikan disini untuk
mengimbangi dunia luar
pesantren?
a. Pola atau model seperti
apakah untuk menjalin
komunikasi dengan
antara pondok dengan
walisantri?
b. Berapa banyak presentase dalam
mengkombinasikan antara
pendidikan salaf dengan modern?
b.Pertimbangan seperti apa
sehingga anda
menetapkan pilihan
memilih pesantren ini?
c. Apakah Ada hambatan dalam
memadukan antara pendidikan
pendidikan yang berbasis salaf
dengan yang modern?
c.Tidak semua yang masuk
dalam lembaga
pesantren mempunyai
latar belakang yang
sama, bagaimana cara
pendekatan dalam hal
ini?
98
99
100
101
102
Lampiran 4 Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Ani Khudhoefiyah
2. Tempat, tanggal lahir : Pemalang, 27 Juli 1997
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Kewarganegaraan : Indonesia
6. Alamat : JL. Kutilang, RT16/RW07, Dsn
Bungin Ds Danasari, Kec. Pemalang, Kab.
Pemalang Provinsi Jawa Tengah.
7. Hp : 082323128135
8. Latar Belakang Pendidikan Formal:
a. SDN 02 Danasari Pemalang Lulus Tahun 2010
b. MTsN Model Pemalang Lulus Tahun 2013
c. MA Al-Hikmah 02 Benda Sirampok Brebes Lulus Tahun 2016
d. IAIN Salatiga Lulus Tahun 2020