22
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Imunisasi merupakan investasi kesehatan masa depan karena pencegahan penyakit melalui imunisasi merupakan cara perlindungan terhadap infeksi yang paling efektif dan jauh lebih murah dibanding mengobati seseorang apabila telah jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Dengan imunisasi, anak akan terhindar dari penyakit infeksi berbahaya, maka mereka memiliki kesempatan beraktifitas, bermain, belajar tanpa terganggu masalah kesehatan. Namun demikian, sampai saat ini masih terdapat masalah-masalah dalam pemberian imunisasi, antara lain pemahaman orang tua yang masih kurang pada sebagian masyarakat, mitos salah tentang imunisasi, sampai jadwal imunisasi yang terlambat. Imunisasi sangat penting untuk melindungi bayi dari penyakit-penyakit menular yang bahkan bisa membahayakan jiwa. Kegiatan imunisasi di Indonesia di mulai di Pulau Jawa dengan vaksin cacar pada tahun 1956. Pada tahun 1972, Indonesia telah berhasil membasmi penyakit cacar. Pada tahun 1974, Indonesia 1

imunisasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

imunisasi pada anak

Citation preview

Page 1: imunisasi

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Imunisasi merupakan investasi kesehatan masa depan karena pencegahan penyakit

melalui imunisasi merupakan cara perlindungan terhadap infeksi yang paling efektif dan jauh

lebih murah dibanding mengobati seseorang apabila telah jatuh sakit dan harus dirawat di rumah

sakit. Dengan imunisasi, anak akan terhindar dari penyakit infeksi berbahaya, maka mereka

memiliki kesempatan beraktifitas, bermain, belajar tanpa terganggu masalah kesehatan. Namun

demikian, sampai saat ini masih terdapat masalah-masalah dalam pemberian imunisasi, antara

lain pemahaman orang tua yang masih kurang pada sebagian masyarakat, mitos salah tentang

imunisasi, sampai jadwal imunisasi yang terlambat.

Imunisasi sangat penting untuk melindungi bayi dari penyakit-penyakit menular yang

bahkan bisa membahayakan jiwa. Kegiatan imunisasi di Indonesia di mulai di Pulau Jawa

dengan vaksin cacar pada tahun 1956. Pada tahun 1972, Indonesia telah berhasil membasmi

penyakit cacar. Pada tahun 1974, Indonesia resmi dinyatakan bebas cacar oleh WHO, yang

selanjutnya dikembangkan vaksinasi lainnya. Pada tahun 1972 juga dilakukan studi pencegahan

terhadap Tetanus Neonatorum dengan memberikan suntikan Tetanus Toxoid (TT) pada wanita

dewasa di Jawa Tengah dan Jawa Timur, sehingga pada tahun 1975 vaksinasi TT sudah dapat

dilaksanakan di seluruh Indonesia. (Depkes RI, 2005).

I.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Imunisasi?

2. Bagaimana konsep dari imunitas?

1

Page 2: imunisasi

3. Bagaimana sistem imun yg diperoleh dari vaksin bekerja?

4. Apa saja jenis imunisasi?

I.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu Imunisasi.

2. Untuk mengetahui bagaimana konsep dari imunitas.

3. Untuk mengetahui bagaimana sistem imun yg diperoleh dari vaksin bekerja.

4. Untuk mengetahui apa saja jenis imunisasi.

2

Page 3: imunisasi

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Imunisasi

1. Pengertian

Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang

secara aktif thd suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak

akan menimbulkan sakit atau hanya menimbulkan sakit ringan.

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan

memasukkan vaksin kedalam tubuh. Agar tubuh membuat zat anti untuk merangsang

pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG,

DPT dan campak) dan melalui mulut (misalnya vaksin polio). (Hidayat, 2008, p54).

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal, resisten. Imunisasi berarti anak di berikan

kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal terhadap suatu penyakit tapi belum kebal

terhadap penyakit yang lain. (Notoatmodjo, 2003)

2. Tujuan

Tujuan imunisasis adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang

dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan

menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti imunisasi cacar.

Secara umun tujuan imunisasi antara lain: (Atikah, 2010, p5)

1. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular

2. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular

3. Imunisasi menurunkan angka mordibitas (angka kesakitan) dan

mortalitas (angka kematian) pada balita.

3

Page 4: imunisasi

II.2 Konsep Imunitas

1. Sistem Imunitas Tubuh

Yang dimaksudkan dengan ” sistem imun ialah semua mekanisme yang digunakan tubuh

untuk mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat

ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup”. Berbagai bahan organik dan anorganik,

baik yang hidup maupun yang mati asal hewan, tumbuhan, jamur, bakteri, virus, parasit,

berbagai debu dalam polusi, uap, asap dan lain-lain iritan, ditemukan dalam lingkungan hidup

sehingga setiap saat bahan-bahan tersebut dapat masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan

berbagai penyakit bahkan kerusakan jaringan. Selain itu, sel tubuh yang menjadi tua dan sel yang

bermutasi menjadi ganas, merupakan bahan yang tidak diingini dan perlu disingkirkan.

Kemampuan tubuh untuk menyingkirkan bahan asing yang masuk ke dalam tubuh

tergantung dari kemampuan sistem imun untuk mengenal molekul-molekul asing atau antigen

yang terdapat pada permukaan bahan asing tersebut dan kemampuan untuk melakukan reaksi

yang tepat untuk menyingkirkan antigen. Kemampuan ini dimiliki oleh komponen-komponen

sistem imun yang terdapat dalam jaringan limforetikuler yang letaknya tersebar di seluruh tubuh,

misalnya di dalam sumsum tulang, kelenjar limfe, limpa, timus, sistem saluran nafas, saluran

cerna dan organ-organ lain. Sel-sel yang terdapat dalam jaringan ini berasal dari sel induk dalam

sumsum tulang yang berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel, kemudian beredar dalam tubuh

melalui darah, sistem limfatik, serta organ limfoid yang terdiri dari timus dan sumsum tulang

(organ limfoid primer ), dan limpa, kelenjar limfe dan mukosa ( organ limfoid sekunder ), dan

dapat menunjukkan respons terhadap suatu rangsangan sesuai dengan sifat dan fungsi masing-

masing.

2. Pembagian Sistem Imun

Terdapat 2 sistem imun yaitu sistem imun nonspesifik dan spesifik yang mempunyai

kerja sama yang erat dan yang satu tidak dapat dipisahkan dari yang lain, sistem imun ini

semuanya terdiri dari bermacam-macam sel leukosit ( sel darah putih ).

a. Sistem imun nonspesifik, disebut demikian karena telah ada dan berfungsi sejak lahir dan

merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan berbagai

4

Page 5: imunisasi

mikroorganisme, serta dapat memberikan respon langsung terhadap antigen. Sel-selnya

terdiri dari sel makrofag, sel NK ( Natural Killer ) dan sel mediator.

b. Sistem imun spesifik, membutuhkan waktu untuk mengenal antigen terlebih dahulu

sebelum dapat memberikan responnya atau dengan kata lain sistem ini dapat menghancurkan

benda asing yang berbahaya bagi tubuh yang sudah dikenal sebelumnya ( spesifik ). Sel-

selnya terdiri dari sel-sel limfosit T dan B.

Sistem imun spesifik terdiri dari sel limfosit , merupakan kunci pengontrol sistem imun.

Sebetulnya sistem ini dapat bekerja sendiri tanpa bantuan sistem imun nonspesifik. Terdapat 2

macam yaitu: sistem imun spesifik humoral ( sel B ), menghasilkan antibodi yang berfungsi

sebagai pertahanan terhadap infeksi ekstraseluler virus dan bakteri, sedangkan sistem imun

spesifik seluler ( sel T ) untuk pertahanan terhadap bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur,

parasit dan keganasan.

II.3 Vaksin

Bakteri, virus dan kuman penyakit mengancam tubuh setiap harinya. Tetapi bila penyakit

yang disebabkan mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh, maka tubuh kita akan

membentuk suatu sistem kekebalan, membuat protein yang disebut antibodi untuik melawan

mikroorganisme tersebut. Tujuan dari sistem kekebalan tubuh adalah mencegah penyakit dengan

menghancurkan serbuan dari luar atau membuatnya menjadi tidak berbahaya. Vaksin

merangsang sistem kekebalan tubuh. Untuk memahami bagaimana vaksin bekerja, maka perlu

diketahui juga bagaimana tubuh kita mendapatkan kekebalan.

Tubuh kita bisa kebal terhadap bakteri, virus dan kuman dengan dua cara:

a. Dengan mendapat penyakit (kekebalan alami).

b. Dengan vaksin (kekebalan yang disebabkan oleh vaksin).

5

Page 6: imunisasi

Baik itu kekebalan alami atau dari vaksinasi, sekali anda mendapat kekebalan terhadap

penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme, anda akan lebih terlindungi dari penyakit

tersebut.

a. Kekebalan Alami

Kekebalan alami berkembang setelah terekspos oleh organisme tertentu. Sistem

kekebalan anda akan bekerja sebagai pertahanan terhadap penyakit yang sama dari virus atau

bakteri tertentu. Paparan terhadap penyerbu ini akan merangsang pembentukan sel darah putih

tertentu dalam tubuh yang disebut sel B. Sel B memproduksi plasma sel, yang kemudian

memproduksi antibodi yang didesain spesifik untuk melawan kuman. Antibodi ini disirkulasi ke

cairan tubuh. Bila ada kuman yang sama masuk dalam tubuh di lain waktu, antibodi itu akan

mengenali dan akan menghancurkannya. Sekali tubuh kita memproduksi antibodi tertentu, maka

antibodi tersebut akan diproduksi bila diperlukan.

Disamping kerja B sel, sel darah putih lain singgah macrophages menghadapi dan

memusnahkan penyerbu asing. Jika tubuh bertemu dengan kuman yang belum pernah terekspos

sebelumnya, informasi mengenai kuman disampaikan ke sel darah putih yang disebut sel T

pembantu. Sel ini membantu produksi sel yang berjuang melawan infeksi lain.

Satu kali terekspos oleh virus atau bakteri tertentu, waktu berikutnya terekspos, antibodi

dan sel T akan bekerja. Mereka dengan segera bereaksi terhadap organisme, menyerangnya

sebelum penyakit berkembang. Sistem kekebalan bisa mengenali dan secara efektif bertempur

melawan organisme yang berbeda.

b. Kekebalan karena Vaksin

6

Page 7: imunisasi

Selama vaksinasi, vaksin yang mengandung virus, bakteri atau organisme lain yang telah

mati atau dilemahkan disuntikkan ke dalam tubuh. Vaksin kemudian merangsang sistem

kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi untuk melawan organisme tersebut. Lain waktu

saat organisme tersebut kembali menyerang tubuh, antibodi dari sistem kekebalan akan

menyerang dan akan menghentikan infeksi.

Hasil kekebalan yang disebabkan oleh vaksin didapat setelah menerima vaksin. Vaksin

memicu kemampuan sistem kekebalan berjuang melawan infeksi dengan tanpa kontak langsung

dengan kuman yang menghasilkan penyakit. Vaksin berisi kuman yang telah dimatikan atau

dilemahkan atau derivatifnya. Kalau diberikan kepada orang sehat, vaksin memicu respon

kekebalan tubuh. Vaksin memaksa tubuh berpikir bahwa sedang diserang oleh organisme

spesifik, dan sistem kekebalan bekerja untuk memusnahkan penyerbu dan mencegahnya

menginfeksi lagi. Jika terekspos terhadap penyakit saat telah divaksin, kuman yang menyerbu

akan menghadapi antibodi. Kekebalan anda berkembang mengikuti vaksinasi mirip kekebalan

yang diperoleh dari infeksi alami.

Beberapa dosis vaksin mungkin diperlukan untuk jawaban kebal yang penuh. Beberapa

orang gagal mendapatkan kekebalan penuh saat dosis pertama vaksin tetapi memberi hasil pada

dosis lanjutan. Sebagai tambahan, kekebalan yang didapatkan dari beberapa vaksin, seperti

tetanus dan pertussis, tidak untuk seumur hidup. Karena respon kekebalan mungkin berkurang

dengan berjalannya waktu, mungkin perlu dosis vaksin tambahan untuk memulihkan atau

menambah kekebalan.

7

Page 8: imunisasi

Tipe-tipe vaksin

Vaksin disiapkan dengan beberapa cara yang berbeda. Untuk tiap tipe, tujuannya adalah sama,

yaitu merangsang sistem kekebalan tanpa menyebabkan penyakit.

* Vaksin dilemahkan. Beberapa vaksin, seperti campak, cacar dan cacar air (variscella),

menggunakan virus hidup yang telah dilemahkan. Vaksin tipe ini menghasilkan respon antibodi

yang kuat, seringkali hanya perlu satu kali pemakaian diperlukan untuk kekebalan seumur hidup.

* Vaksin inaktifasi. Vaksin lain dibuat dengan cara menggunakan bakteri atau virus yang sudah

di inaktifasi. Vaksin polio dibuat dengan cara ini. Vaksin ini umumnya lebih aman dari vaksin

hidup karena organisme penyebab penyakit tidak dapat bermutasi kembali menyebabkan

penyakit setelah organisme tersebut dimatikan.

* Vaksin toksoid. Beberapa tipe bakteria menyebabkan penyakit dengan memproduksi toksin

yang menyerang pembuluh darah. Vaksin toksoid, seperti pada difteri dan tetanus,

* Vaksin aselular dan subunit. Vaksin aselular dan subunit dibuat dengan menggunakan bagian-

bagian dari virus atau bakteri. Vaksin hepatitis dan Haemophilus influenzae tipe b dibuat dengan

cara ini.

II.4 Jenis Imunisasi

Macam - macam imunisasi yang masuk dalam Program Pengambangan Imunisasi (PPI) :

1. BCG -- diberikan pada bayi yang baru lahir untuk mencegah penyakit TBC. Pengulangan

tidak diprlukan untuk vaksin jenis ini, karena booster nya pun masih diragukan untuk

keberhasilan menghasilkan antibodi.

2. Polio -- diberikan untuk mencegah penyakit polio. Vaksin ini dapat diberikan secara oral

(OPV) ataupun secara intramuskular (IPV). Vaksin polio 0 diberikan pada bayi baru lahir, polio I

8

Page 9: imunisasi

pada bulan ke 2, olio 2 pada bulan ke 4, polio 3 pada bulan ke 6. Selain itu, pengulangan juga

diberikan saat usia 4-6 tahun.

3. DPT, singkatan dari dipteri, pertusis dan tetanus. Vaksin ini diberikan pada bulan ke 2 setelah

kelahiran. Pemberian ke 2 diberikan pada bulan ke 4, bulan ke 6.

4. Hepatitis B – diberikan minimal 3 x. Pemberian pertama diberikan ketika anak baru lahir.

Jarak antara pemerian pertama dengan kedua adalah 2 bulan, dan pemberian ke dua dan ketiga

adalah 5 bulan.

5. Campak – pemberian vaksin ini diberikan setelah anak berumur 9 tahun karena dalam pada sat

baru lahir, bayi masih mendapatkan kekebalan maternal terhadap penyakit campak yang

diperoleh dari ibunya. Untuk pengulangan atau booster penyakit ini dilakukan pada saat anak

menginjak usia sekolah.

Selain imunisasi di atas, ada beberapa imunisasi lain yang dianjurkan atau imunisasi yang

tidak masuk dalam program pengembangan imunisasi (PPI), macam imunisasi itu antara lain

adalah :

1. Hepatitis A, untuk mencegah oenyakit hepatitis

2. Hib (hemophilus influenza B), untuk mencegah meningitis

3. Pneumococus, untuk mencegah penyakit pneumonia

4. MMR, measles, mumps, dan rubellah, untuk mencegah penyait campak, gondong, dan rubella

5. Rotavirus, dapat menyebabkan diare berat

6. Varicella, mencegah dari penyakit cacar air

7. Tifoid, untuk mencegah penyakit tifoid

Untuk penyimpanan vaksin, biasanya ditempatkan pada chold chain pada temperatur 2-8

derajat celcius dan tidak membeku.

Pemberian suntikan

9

Page 10: imunisasi

Teknik dasar & ukuran jarum :

Tiap jenis suntikan harus menggunakan tabung dan jarum suntik yang berbeda

Tabung dan jarum dibuang ditempat yang tertutup

Ukuran jarum suntik yang digunakan 23 dengan panjang 25 mm (sesuai umur dan

ketebalan kulit)

Tempat suntikan yang dianjurkan :

Paha anterolateral (bayi 0-12 bulan)

Regio deltoid (lengan atas) : untuk bayi yang bisa berjalan, dan dewasa

Penyuntikan sub kutan :

Arah jarum 45 terhadap kulit

Cubit tebal untuk suntikan sub kutan

Aspirasi semprit seblum vaksin diberikan

Suntikan multiple diberikan pada ekstrimitas yang berbeda

Penyuntikan intra muskular :

Jarum yang digunakan cukup panjang

Suntik dengan arah 80-90 dengan cepat

Tekan kulit tempat suntik dengan ibu jari dan telunjuk

Aspirasi semprit sebelum disuntik

Apabila berdarah harus dibuang &ulangi suntikan

Adapun risiko atau kejadian ikutan pasca imunisasi yang dapat timbul antara lain adalah :

BCG : 2 mggu pasca imunisasi timbul bisul di bekas tempat suntikan mngalami ulserasi

2-4 bulan

10

Page 11: imunisasi

Hepatitis B : langsung timbul demam yang tidak tinggi, tempat penyuntikan timbul

bengkak, nyeri endi dan mual

DTP : demam tinggi & rewel, tempat suntik kemerahan, nyeri & bengkak selama 2 hari

DT : bekas suntikan kemerahan, bengkak dan nyeri

Polio oral : jarang menimbulkan reaksi

Campak & MMR : 12 hari pasca suntik demam tidak tinggi, erupsi kemerahan tidak

menular, pilek

Jadwal Imunisasi

UMUR VAKSIN KETERANGAN

Saat lahir Hepatitis B-1 Hrs diberikan dlm waktu 12 jam stlh lahir.

1 bulan Hepatitis B-2 Interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan

0-2 bulan BCG Dpt diberikan sejak lahir. Apabila diberikan > 3 bln

sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu dan

BCG diberikan bila uji tuberkulin (-)

2 bulan DTP-1

Hib -1

Polio-1

Diberikan pd umur > 6 minggu, dpt dipergunakan

DTwP atau DTaP atau diberikan secara kombinasi dgn

Hib

Dpt diberikan secara terpisah atau kombinasi dgn DTP

Dpt diberikan bersamaan dgn DTP-1

11

Page 12: imunisasi

4 bulan DTP-2

Hib -2

Polio-2

Pemberian DTP-2 dan Hib-2 dapat terpisah atau

dikombinasikan

Dpt diberikan bersamaan dgn DTP-2

6 bulan DTP-3

Hib -3

Polio-3

Hepatitis B-3

Pemberian DTP-3 dan Hib-3 dapat terpisah atau

dikombinasikan

Apabila menggunakan Hib-OPM, Hib-3 pd umur 6 bln

tdk perlu diberikan

Dpt diberikan bersamaan dgn DTP-3

Diberikan pd umur 3-6 bln. Interval HB_2 dan HB-3 min

2 bln, terbaik 5 bln

9 bulan campak Campak-1 diberikan pd umur 9 bln, campak-2 sd

kelas1/umur 6 thn. Apabila tlh mndptkan MMR pada

umur 15 bln, campak-2 tdk diperlukan

UMUR VAKSIN KETERANGAN

15-18 bulan MMR

Hib -4

Apabila sampai umur 12 bln blm dpt campak, MMR dpt

diberikan umur 12 bln.

Hib diberikan umur 15 bln

18 bulan DTP-4

Polio-4

DTP-4 diberikan 1 thn stlh DTP-3

Diberikan bersamaan dgn DTP-4

2 tahun Hepatitis A Diberikan pada umur > 12 bln, 2 kali dgn interval 6-12

bln

2-3 tahun tifoid Imunisasi perlu diulang setiap 3 tahun

5 tahun DTP-5

12

Page 13: imunisasi

Polio-5

6 tahun MMR Diberikan utk catch up immunization pd anak yg belum

dpt MMR-1

10 tahun dT/TT

varisela

Menjelang pubertas vaksin tetanus ke-5 diberikan utk

mendapat imunitas selama 25 thn

Keberhasilan dari imunisasi ini bergantung terhadap:

1. Status Imun Penjamu,

• Bayi yang baru lahir dari ibu yang pernah menderita campak tidak diberikan vaksin

campak

• Pemberian ASI yang mengandung IgA terhadap polio mngurangi efektivitas vaksin

• Pemberian obat imunosupresan, penyakit devisiensi imun

• Gizi buruk

2. genetic, penyakit alergi yang dapat diturunkan.

3. kualitas vaksin di antaranya : Cara pemberian vaksin, Dosis vaksin terlalu rendah/ tinggi,

Frekwensi pemberian , Jenis vaksin (hidup/mati)

Dasar : Kep. MenKes RI No. 1611/ MENKES/SK/XI/2005 Tentang Pedoman Penyelenggaraan

Imunisasi

Pelaksanaan Program Imunisasi terdiri dari :

Persiapan petugas, Persiapan Masyarakat, Pemberian pelayanan imunisasi, Pengelolaan

rantai vaksin, Penanganan limbah, Standar tenaga & pelatihan teknis , Pencatatan dan

pelaporan, Supervisi & bimbingan teknis, Penelitian & pengembangan program dan

Pelaksanaan Program Imunisasi.

13

Page 14: imunisasi

14

Page 15: imunisasi

BAB III

KESIMPULAN

Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang

secara aktif thd suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak

akan menimbulkan sakit atau hanya menimbulkan sakit ringan.

Tujuan imunisasis adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang

dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan

menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti imunisasi cacar.

Imunisasi yang termasuk PPI:

1. BCG (Bacillus Calmette Guerin ) : Memberi kekebalan aktif thd TB

2. DPT (Difteri, Pertusis, tetanus) : memberi kekebalan secara simultan thd DPT

3. Polio : memberi kekebalan aktif thd penyakit poliomyelitis

4. Campak : memberi kekebalan aktif thd penyakit campak

5. Hepatitis B : memberi kekebalan aktif thd infeksi virus hepatitis B

15

Page 16: imunisasi

DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/121/jtptunimus-gdl-rokhaelisy-6023-2-babii.pdf

http://idai.or.id/public-articles/klinik/imunisasi

http://bidanku.com/jadwal-pemberian-imunisasi-bayi

http://risbellamybnges.blogspot.com/

http://medicastore.com/artikel/145/Bagaimana_kerja_vaksin.html

16