20
In Vitro Differential Diagnosis of Clavus and Verruca by a Predictive Model Generated from Electrical Impedance Pembimbing : Dr. Afaf Agil al Munawar, Sp. KK Mentari Cipta S (2010730068) JUNAL READING

In Vitro Differential Diagnosis of Clavus and Verruca

Embed Size (px)

DESCRIPTION

cc

Citation preview

Page 1: In Vitro Differential Diagnosis of Clavus and Verruca

In Vitro Differential Diagnosis of Clavus and Verruca by a

Predictive Model Generated from Electrical Impedance

Pembimbing :Dr. Afaf Agil al Munawar, Sp. KK

Mentari Cipta S (2010730068)

JUNAL READING

Page 2: In Vitro Differential Diagnosis of Clavus and Verruca

Untuk mengetahui ketebalan dari lapisan

tanduk pada Clavus dan Veruka, maka dilakukan Impedansi.

Pendahuluan

Alat cepat dengan biaya relatif rendah, digunakan untuk mengukur hidrasi

kulit atau stratum korneum.

Membedakan dermatitis kontak alergi dan iritan

Membedakan antara melanoma, nevus displasia, nodular sel

basal karsinoma, dan lesi kulit jinak dan ganas lainnya

Page 3: In Vitro Differential Diagnosis of Clavus and Verruca

Verruca dan clavus adalah gangguan kulit

yang umumnya ditemui dalam klinik dermatologi

Verruca merupakan kutil yang berasal dari infeksi Papilloma virus.

Clavus merupakan hasil dari tekanan dan gesekan pada kulit.

Pendahuluan

Perbedaannya ?

Page 4: In Vitro Differential Diagnosis of Clavus and Verruca

Pada penelitian ini diharapkan : Sebuah arus listrik pada target jaringan dapat

diukur setelah arus kecil atau tegangan diaplikasikan pada lesi Clavus dan Veruka.

Membantu diagnosis klinis di masa depan lebih mudah untuk membedakan Clavus dan Veruka.

Pendahuluan

Page 5: In Vitro Differential Diagnosis of Clavus and Verruca

Bahan dan metode

Spesimen yang terdiagnosis secara

dermatology sebagai Clavus dan Veruka

29 lesi Clavus 28 lesi Veruka

Total 57 lesi berasal dari tangan dan

kaki

Kriteria untuk validitas

spesimen • Di diagnosis berdasarkan dermoscope• Lebih dari 3 mm• Dikumpulkan dari lesi pasien yang belum

diobati• Satu pasien dianggap memiliki satu lesi, jika

lebih lesi tersebuat sifatnya independen

Page 6: In Vitro Differential Diagnosis of Clavus and Verruca

Semua sampel yang telah diproses sesuai

dengan tatalaksana untuk clavus dan verruca di rumah sakit kami, yaitu mengangkat bagian luar lesi, dengan memberikan solusio asam triacetic dan terapi cryo nitrogen cair pada clavus dan verruca

Semua sampel di ukur dengan impedansi tanpa tambahan informasi lain, kecuali diagnosis.

Setelah pengukuran semua sampel dibuang dan di desinfeksi.

Bahan dan metode

Page 7: In Vitro Differential Diagnosis of Clavus and Verruca

Kedua sisi spesimen

di segel dengan plester

Dua lubang pada sisi yang di plester

dialokasikan menurut sisi berlawnan

Dipasang elektroda (Mini Medi-Trace,

Kendall Tyco, USA) pada 2 lubang

Sampel ditempatkan di

tuang kedap suara

Diukr oleh LCR-821 dengan 1 Voltage

frekuensi 50;80;100;200 Hz, 1;2;5;10;100 kHz, 1

mHz

Hasil diperoleh setelah 30-60 menit

Pengukuran Impedansi

Page 8: In Vitro Differential Diagnosis of Clavus and Verruca

Indikator Impedansi diantaranya : kapasitansi (C) Resistensi (Re) Besar impedansi (Z) fase sudut (Ө) Ketebalan sampel (d) diukur oleh vernier

caliper

Pengukuran Impedansi

Page 9: In Vitro Differential Diagnosis of Clavus and Verruca

Menggunakan sistem software R 3.0.2 dengan

nilai p value ≤ 0.05 dianggap signifikan secara statistik

Dari 10 frekuensi pada plot dipilih 80 Hz sebagai frekuensi optimal untuk membandingkan kapabilitas.

Perhitungan statistik penelitian adalah hasil regresi logistik univariat dengan GEE (generalized estimating equations)

Analisa statistik

Page 10: In Vitro Differential Diagnosis of Clavus and Verruca

Untuk menghasilkan hasil terbaik, 2 indeks log

Zsd dan Өsd telah teridentifikasi sebagai faktor prediksi dalam prosedur.

Validasi hasil terdiri dari variabel terpilih, GOF assesment, regresi diagnostik dan pengobatan (GAM plots)

Semakin besar p value pada GOF assesment, tingkat kecocokan lebih baik.

Analisa statistik

Untuk mengetahui kesalahan diagnosis dari model indikator

yang terpilih

Page 11: In Vitro Differential Diagnosis of Clavus and Verruca

Hasil Penelitian

Page 12: In Vitro Differential Diagnosis of Clavus and Verruca
Page 13: In Vitro Differential Diagnosis of Clavus and Verruca
Page 14: In Vitro Differential Diagnosis of Clavus and Verruca
Page 15: In Vitro Differential Diagnosis of Clavus and Verruca
Page 16: In Vitro Differential Diagnosis of Clavus and Verruca

Pada penelitian ini, impedansi

menggambarkan perbedaan bentuk histologis dari Clavus dan Veruca.

Impedansi tinggi dalam stratum korneum dengan kondisi absorpsi air (hidrasi) yang terganggu.

Pembahasan

Page 17: In Vitro Differential Diagnosis of Clavus and Verruca

Impedansi tinggi pada spesimen Clavus

Impedansi rendah pada spesimen Veruka

Pembahasan

Hiperkeratosis yang massif dan epidermis yang atrofi.

Terjadi akantosis dari hasil keratinosit yang berproliferasi dan terdapat pula kepadatan

sel-sel kapiler

Page 18: In Vitro Differential Diagnosis of Clavus and Verruca

2 parameter indeks impedansi yang sangat

berpengaruh dalam membandingkan clavus dan veruka ialah magnitude impedansi dan fase sudut.

2 parameter ini layak digunakan karena telah dibuktikan pada penelitian sebelumnya.

Tetapi, dalam parameter ketebalan dan kapasitas sulit untuk mengukur lokasi yang spesifik yang disebabkan faktor biologis dan kondisi lingkungan lain.

Pembahasan

Page 19: In Vitro Differential Diagnosis of Clavus and Verruca

Berdasarkan GAM plots, terdapat keterbatasan

dari indikator yang teridentifikasi, seharusnya alur plots berjalan secara linear. Namun hasil yang didapatkan linear parsial.

Pembahasan

kesalahan diagnosis mungkin terjadi, ketika lesi tidak khas.

Page 20: In Vitro Differential Diagnosis of Clavus and Verruca

Impedansi elektrik, dengan Zsd dan Өsd

adalah 2 faktor prediksi untuk kemungkinan menjadi Clavus atau veruka

Model validitasnya, diaplikasikan dengan teknik GOF.

Terlepas dari batas tertentu, penelitian ini terhitung cepat, murah, aman dan alternatif non-invasiv untuk praktik klinik.

Kesimpulan