Upload
pieter-andreas-basoeki
View
55
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
dari BPS
Citation preview
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Katalog BPS : 4102004.8102
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN MALUKU TENGGARA
2013
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MALUKU TENGGARA
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2013
ISSN : 0216.4769
No. Publikasi : 81022.1407
Katalog BPS : 4102004.8102
Ukuran Buku : 21 x 16 cm
Jumlah Halaman : x + 70 halaman
Naskah : BPS Kabupaten Maluku Tenggara
Gambar : BPS Kabupaten Maluku Tenggara
Diterbitkan Oleh : BPS Kabupaten Maluku Tenggara
Dicetak Oleh : BPS Kabupaten Maluku Tenggara
Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya.
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013 iii
BUPATI MALUKU TENGGARA
S A M B U T A N
Tujuan utama pembangunan nasional adalah untuk mensejahterakan rakyat.
Untuk memonitoring, mengevaluasi dan merencanakan aspek-aspek yang berhubungan
dengan kesejahteraan rakyat tersebut, sangat diperlukan data dan indikator-indikator
yang terkait dengan persoalan dimaksud.
Dengan adanya publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Maluku
Tenggara 2013 yang diterbitkan oleh BPS Kabupaten Maluku Tenggara, sangat
membantu Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara khususnya dan masyarakat
umumnya sebagai wujud peran sertanya dalam proses pembangunan.
Kepada seluruh Instansi, Dinas maupun pihak-pihak lain sebagai sumber data
sekaligus pemakai data supaya dapat meningkatkan kerjasama yang lebih baik dengan
BPS Kabupaten Maluku Tenggara demi tersedianya data pada periode mendatang.
Kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa menyertai kita dalam pengabdian
kepada bangsa dan Negara umumnya dan masyarakat Kabupaten Maluku Tenggara
khususnya.
Langgur, September 2014
BUPATI MALUKU TENGGARA,
Ir. A. RENTANUBUN ht
tp://m
aluk
uten
ggar
akab
.bps
.go.
id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013 iv
KATA PENGANTAR
Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat, hal tersebut tercermin dalam setiap anggaran
pembangunan yang selalu memprioritaskan kegiatan yang dapat
memberikan akselerasi terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat. Namun
untuk mewujudkan harapan tersebut bukanlah merupakan suatu pekerjaan
yang mudah, upaya tersebut harus ditunjang oleh data-data yang cukup up
to date dan akurat.
Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Maluku
Tenggara Tahun 2013 merupakan kumpulan informasi yang dapat
mengidentifikasi sejauh mana perkembangan pembangunan di Kabupaten
Maluku Tenggara dalam bentuk yang lebih sederhana dan lengkap untuk
melihat sejauh mana dampak pembangunan yang dilaksanakan terhadap
peningkatan kesejahteraan. Disamping itu dapat pula dijadikan sebagai
bahan evaluasi sehingga program yang akan datang dapat lebih baik dan
tepat sasaran.
Dengan diterbitkannya publikasi ini, diharapkan dapat memberikan
sumbangan yang berarti bagi pembangunan di Kabupaten Maluku Tenggara.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih untuk semua pihak sehingga
publikasi ini dapat diterbitkan. Semoga penerbitan buku ini dapat
bermanfaat.
Kepala BPS
Kabupaten Maluku Tenggara
Johnny Tuhumury, SE
NIP. 19671028 199003 1 004
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013 v
DAFTAR ISI
Halaman
Sambutan iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi v
Daftar Tabel vi
Daftar Gambar ix
1. Penduduk 1
2. Kesehatan 15
3. Pendidikan 23
4. Ketenagakerjaan 32
5. Taraf dan Pola Konsumsi 42
6. Perumahan 48
7. IPM 58
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013 vi
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal.
Tabel 1.1
Jumlah dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk Tahun 20002013
3
Tabel 1.2 Persebaran dan Tingkat Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2013
4
Tabel 1.3
Persentase Penduduk Kab. Maluku Tenggara Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013
7
Tabel 1.4
Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Status Perkawinan Tahun 2011-2013
9
Tabel 1.5
Persentase Penduduk Perempuan 10 Tahun Keatas yang Pernah Kawin Menurut Umur Perkawinan Pertama Tahun 2013
11
Tabel 1.6 Persentase Penduduk Perempuan Berstatus Kawin Menurut Alat/Cara KB yang Digunakan Tahun 2011-2013
14
Tabel 2.1
Persentase Penduduk yang Menderita Sakit Selama Sebulan Referensi Menurut Jenis Keluhan Tahun 2013
16
Tabel 2.2
Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Menurut Tempat Pengobatan Tahun 2011-2013
18
Tabel 2.3
Persentase Balita Menurut Penolong Persalinan Pertama dan Terakhir Tahun 2011-2013
20
Tabel 2.4
Persentase Balita Umur 2-4 Tahun Yang Pernah Disusui Menurut Lama Disusui (Bulan) dan Jenis Kelamin Tahun 2012-2013
21 http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013 vii
Tabel 3.1
Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas yang Melek Huruf Menurut Jenis Kelamin Tahun 2011-2013
27
Tabel 3.2
Persentase Penduduk 10 Tahun keatas Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Tahun 2013
28
Tabel 3.3
Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Status Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2012-2013
30
Tabel 3.4 Angka Partisipasi Sekolah Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013
31
Tabel 4.1
Penduduk Usia Kerja 15 Tahun Keatas Menurut Karakteristik dan Jenis Kelamin, Tahun 2013
34
Tabel 4.2
Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin Tahun 2013
39
Tabel 4.3
Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin Tahun 2013
41
Tabel 5.1
Rata-rata Pengeluaran Per Kapita/Bulan dan Persentase Menurut Jenis Pengeluaran Tahun 2012-2013
44
Tabel 5.2
Persentase Penduduk Menurut Kelompok Pengeluaran Tahun 2013
45
Tabel 5.3
Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan Menurut Kab./Kota Tahun 2013
47
Tabel 6.1
Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Tahun 2012-2013
51
Tabel 6.2
Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Atap yang Digunakan Tahun 2012-2013
52
Tabel 6.3
Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber penerangan yang Digunakan Tahun 2012-2013
53
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013 viii
Tabel 6.4
Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum yang Digunakan Tahun 2013
55
Tabel 6.5
Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Tempat Buang Air Besar Tahun 2013
56
Tabel 6.6
Persentase Rumah Tangga Menurut Tempat Penampungan Akhir Buang Air Besar Tahun 2013
57
Tabel 7.1 Perbandingan Angka Harapan Hidup Kabupaten Maluku Tenggara dengan Kab./Kota Sekitar Tahun 2011 2013
62
Tabel 7.2 Perbandingan Angka Melek Huruf Kabupaten Maluku Tenggara dengan Kab./Kota Sekitar Tahun 2012 2013
65
Tabel 7.3 Perbandingan Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Maluku Tenggara dengan Kab./Kota Sekitar Tahun 2011 2013
66
Tabel 7.4 Perbandingan Indikator Pengeluaran per Kapita Kab. Maluku Tenggara dengan Kab./Kota Sekitar Tahun 2012 2013
69
Tabel 7.5 Perbandingan IPM Kab. Maluku Tenggara dengan Kab./Kota Sekitarnya Tahun 2011-2013
71
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013 ix
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
Gambar 1.1 Komposisi Penduduk Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2013
6
Gambar 1.2 Rasio Jenis Kelamin Tahun 2009-2013 9
Gambar 1.3 Persentase Penduduk Perempuan Kawin Umur 15-49 Tahun yang Menggunakan Alat Kontrasepsi Tahun 2011-2013
13
Gambar 2.1 Persentase Angka Kesakitan Tahun 2011-2013 16
Gambar 2.2 Persentase Penduduk Menurut Cara Pengobatan Tahun 2011-2013
17
Gambar 2.3 Persentase Penduduk yang Berobat Sendiri Menurut Jenis Obat Tahun 2011-2013
19
Gambar 2.4 Persentase Bayi yang Pernah Disusui Selama 11 Bulan Tahun 2012-2013
21
Gambar 3.1 Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas yang Melek Huruf Tahun 2011-2013
26
Gambar 3.2 Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Status Pendidikan Tahun 2013
29
Gambar 3.3 Angka Partisipasi Murni Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2013
31
Gambar 4.1 TPAK dan TKK Tahun 2011-2013 35
Gambar 4.2 Tingkat Pengangguran Terbuka Tahun 2011-2013 36
Gambar 4.3 Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin 2012-2013
40
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013 x
Gambar 5.1 Persentase Pengeluaran Makanan dan Non Makanan Tahun 2013
43
Gambar 6.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai yang Digunakan Tahun 2013
50
Gambar 6.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai Tahun 2013
51
Gambar 6.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Dinding Tahun 2013
52
Gambar 6.4 Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Air Minum yang Digunakan Tahun 2013
55
Gambar 7.1 Angka Harapan Hidup Beberapa Kab./Kota di Maluku, Tahun 2011-2013
62
Gambar 7.2 Rata-rata Lama Sekolah Beberapa Kab./Kota di Maluku, Tahun 2011-2013
67
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
1
Pembangunan
kependudukan yang
berkualitas merupakan
langkah penting dalam
mencapai pembangunan
berkelanjutan
Dalam pelaksanaan pembangunan,
penduduk merupakan faktor yang sangat dominan,
karena penduduk tidak saja berperan sebagai
pelaksana pembangunan, tetapi juga menjadi
sasaran pembangunan. Oleh sebab itu, untuk
menunjang keberhasilan pembangunan nasional
yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
penduduk, perkembangan penduduk diarahkan
pada pengendalian kuantitas, pengembangan
kualitas serta pengarahan mobilitas sehingga
mempunyai ciri dan karakteristik yang
menguntungkan pembangunan.
Jumlah penduduk yang besar merupakan
suatu modal dasar apabila memiliki kualitas,
namun sebaliknya apabila tidak berkualitas maka
jumlah penduduk yang besar tersebut akan
menjadi beban berat dalam proses pembangunan
yang sedang dilaksanakan. Ada beberapa informasi
penting dibidang kependudukan yang tidak dapat
diabaikan dalam penyusunan kebijakan.
Diantaranya yaitu, jumlah dan laju pertumbuhan
penduduk, rasio jenis kelamin, struktur umur
PENDUDUK
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
2
Secara absolute, jumlah
penduduk makin
bertambah setiap tahun
penduduk dan informasi yang berkaitan dengan
keluarga berencana.
Jumlah, Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk
Laju pertumbuhan penduduk adalah
merupakan keseimbangan yang dinamis antara
kekuatan-kekuatan yang menambah dan kekuatan-
kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk.
Tingkat pertumbuhan penduduk sendiri dapat
dibedakan antara tingkat pertumbuhan alamiah
(natural increase) dan tingkat pertumbuhan
migrasi (spatial migration), dan yang dimaksud
dengan laju pertumbuhan disini adalah merupakan
gabungan keduanya.
Jumlah penduduk Maluku Tenggara pada
tahun 2010 berdasarkan hasil Sensus Penduduk
2010 yaitu sebanyak 96.442 jiwa. Pada tahun 2013,
angka proyeksi menunjukkan jumlah penduduk
Kabupaten Maluku Tenggara menjadi 98.073 jiwa.
Dengan luas wilayah Kabupaten Maluku Tenggara
sekitar 1.031,81 kilo meter persegi, maka rata-rata
tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Maluku
Tenggara adalah sebanyak 95 orang per kilo meter
persegi.
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
3
Persebaran penduduk
yang tidak merata dapat
menimbulkan
kesenjangan
pembangunan antar
wilayah
Tabel 1.1 Jumlah dan Tingkat Pertumbuhan
Penduduk Tahun 20002013
Tahun Jumlah
Penduduk
Tingkat Pertumbuhan
(%)
Kepadatan Penduduk
per Km2 (1) (2) (3) (4)
2000 82 687 1,06 17
2010 96 442 1,55 20
2011 97 302 0,89 20
2012 97 832 0,54 94 *)
2013 98 073 0,25 95 *)
Sumber : BPS Kab. Maluku Tenggara *) Akibat adanya perbedaan luas wilayah dengan tahun-tahun sebelum 2012
Penduduk yang menyebar tidak merata
pada setiap wilayah akan mempengaruhi jalannya
pembangunan pada wilayah tersebut. Apalagi bila
tidak dilakukan dengan memperhatikan faktor
kebutuhan maka dampaknya bisa menimbulkan
kesenjangan pembangunan antar wilayah dan
ujung-ujungnya mengarah kepada keterisolasian.
Umumnya wilayah yang didalamnya terdapat
ibukota kabupaten/kota memiliki persebaran
penduduk yang lebih banyak dibandingkan
wilayah lain. Hal ini terjadi pula di wilayah Kei
Kecil pada Kabupaten Maluku Tenggara. Untuk
lebih jelas, persebaran dan kepadatan penduduk
Kabupaten Maluku Tenggara dapat ditunjukkan
oleh Tabel 1.2.
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
4
Tabel 1.2 Persebaran dan Tingkat Kepadatan
Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2013
Kecamatan Luas (%)
Persebaran Penduduk
(%)
Kepadatan Penduduk
per Km2 (1) (2) (3) (4)
Kei Kecil 24,97 42,01 157
Kei Kecil Barat
9,12 5,47 60
Kei Kecil Timur
11,70 10,79 94
Kei Besar 27,20 24,12 80
Kei Besar Utara Timur
15,44 9,84 58
Kei Besar Selatan
11,56 7,77 69
Total 100,00 100,00 95
Sumber : BPS Kab. Maluku Tenggara
Pada Tabel 1.2 terlihat bahwa persebaran
penduduk terbesar ada di dua kecamatan yaitu
Kecamatan Kei Kecil dan Kei Besar masing-masing
sebesar 42,01 persen dan 24,12 persen. Tingginya
persebaran penduduk di Kecamatan Kei Kecil
merupakan konsekuensi dari keberadaannya
sebagai pusat pemerintahan, politik, sosial budaya,
pendidikan dan perekonomian sehingga wajar saja
jika dijadikan daerah tujuan berbagai lapisan
masyarakat.
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
5
Laju Pertumbuhan
Penduduk (LPP)
mengukur seberapa
cepat penduduk
bertambah setiap
tahunnya
Sementara itu, jika jumlah penduduk
dikaitkan dengan luas wilayah maka akan terlihat
kepadatan penduduk pada wilayah tersebut.
Wilayah kecamatan yang kepadatan penduduknya
tinggi adalah Kecamatan Kei Kecil yang mencapai
157 per km2, yang berarti setiap satu kilometer
persegi terdapat sekitar 157 jiwa. Kepadatan
penduduk berikutnya diikuti oleh Kecamatan Kei
Kecil Timur dengan tingkat kepadatan 94 per km2.
Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten
Maluku Tenggara per tahun selama setahun
terakhir, yaitu dari tahun 2012-2013 sebesar 0,25
persen.
Struktur Umur dan Angka Beban Ketergantungan Komposisi penduduk menurut umur dan
jenis kelamin merupakan komposisi yang paling
pokok, sebab kedua kondisi ini sangat
mempengaruhi perilaku demografi. Selain itu
kedua ciri ini pun mudah dikombinasikan dengan
karakteristik sosial, ekonomi maupun geografis.
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
6
Sumber : Susenas 2013, BPS
Bila dilihat komposisi penduduk menurut
umur (Gambar 1.1), ternyata Kabupaten Maluku
Tenggara masih tergolong struktur umur muda. Ini
ditunjukkan dari persentase penduduk umur
produktif (15-64 tahun) sebesar 57,62 persen dan
penduduk umur 65 tahun ke atas hanya sebesar
5,62 persen.
Hal ini harus mendapat perhatian dari
pemerintah daerah bahwa generasi muda perlu
dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan
yang memadai sehingga mampu menghasilkan
tenaga-tenaga terampil dan mandiri untuk mengisi
pembangunan.
Besarnya jumlah penduduk usia muda
mengakibatkan beban tanggungan penduduk usia
produktif juga semakin besar. Secara kasar angka
ini dapat digunakan sebagai indikator pengukur
kemajuan ekonomi suatu daerah. Rasio ini
menyatakan perbandingan penduduk berusia di
bawah 15 tahun dan diatas 65 tahun yang dianggap
tidak produktif secara ekonomi. Makin tinggi rasio
beban tanggungan berarti semakin kecil jumlah
penduduk produktif dan semakin banyak sumber
daya yang harus dibagikan kepada kelompok tidak
produktif.
38,47
57,62
5,62
Gambar 1.1. Komposisi Penduduk
Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2013
0-14 15-64 65+
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
7
Tabel 1.3 Persentase Penduduk Kab. Maluku Tenggara Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin
Tahun 2013
Golongan Umur
Laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4)
0-4 12,96 10,68 11,80
5-9 14,42 14,13 14,27
10-14 12,85 11,97 12,40
15-19 9,15 7,69 8,41
20-24 7,45 6,33 6,88
25-29 6,31 8,13 7,24
30-34 6,27 6,31 6,29
35-39 5,18 5,80 5,50
40-44 5,22 5,17 5,19
45-49 4,78 6,07 5,44
50-54 4,83 4,80 4,81
55-59 3,04 3,79 3,43
60-64 2,68 2,76 2,72
65+ 4,85 6,37 5,62
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Angka Beban Tanggungan Anak 68,82
Angka Beban Tanggungan Usia Lanjut
10,05
Angka Beban Tanggungan 78,87 Sumber : Susenas 2013, BPS
Beban tanggungan anak di Kabupaten
Maluku Tenggara pada tahun 2013 sebesar 68,82
dan beban tanggungan usia lanjut sebesar 10,05.
Hal ini berarti bahwa setiap 100 orang penduduk
usia produktif menanggung sekitar 68 orang anak
dan 10 orang usia lanjut. Dengan kata lain bahwa
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
8
Meskipun masih tinggi,
angka beban
tanggungan di
Kabupaten Maluku
Tenggara mengalami
penurunan dari 82,21
pada tahun 2012
menjadi 78,87 pada
tahun 2013
beban tanggungan di Kabupaten Maluku Tenggara
masih dikategorikan tinggi yaitu mencapai 78,87.
Rasio beban ketergantungan menyiratkan
bahwa nilai tambah yang diperoleh penduduk usia
produktif, mau tidak mau terbagi dengan
penduduk yang tidak produktif. Hal ini cukup
menghambat usaha-usaha meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pihak-
pihak terkait perlu memikirkan usaha-usaha yang
secara langsung maupun tidak langsung
berpengaruh pada penurunan angka beban
ketergantungan.
Rasio Jenis Kelamin
Rasio jenis kelamin (sex ratio) adalah
merupakan perbandingan antara laki-laki dengan
perempuan. Asumsi yang dianut secara luas
sehubungan dengan jumlah penduduk adalah
biasanya lebih banyak bayi perempuan daripada
bayi laki-laki yang dilahirkan pada suatu periode
tertentu.
Besar kecilnya rasio jenis kelamin antara
lain dipengaruhi oleh pola migrasi penduduk suatu
daerah. Jika rasio jenis kelamin di atas 100, artinya
jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada
jumlah penduduk perempuan di daerah tersebut.
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
9
Sumber : Susenas, BPS
Dari Gambar 1.2 dapat dilihat bahwa jumlah
penduduk laki-laki di Kabupaten Maluku Tenggara
lebih sedikit dibandingkan penduduk perempuan.
Dengan rasio jenis kelamin pada tahun 2010
sebesar 96,90 meningkat menjadi 98.53 tahun
2011, tetapi mengalami penurunan pada tahun
2012 dan tahun 2013 menjadi 96,92 dan 96,55.
Secara positif, hal ini dapat dilihat sebagai
potensi pemberdayaan perempuan bagi proses
pembangunan. Perempuan memiliki peran besar
dalam sebuah keluarga, sehingga dengan
memberdayakan perempuan maka secara tidak
langsung memberdayakan keluarga dan pada
akhirnya memberdayakan penduduk secara
keseluruhan dalam proses pembangunan.
Tabel 1.4
Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Status Perkawinan
Tahun 2011-2013
Status Perkawinan Menurut Kelompok
Umur 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4)
- Belum Kawin 40,94 40,41 41,41
- Kawin 51,07 51,40 50,86
- Cerai Hidup 0,81 0,61 1,18
- Cerai Mati 7,17 7,59 6,56 Sumber : Susenas, BPS
96,95
96,9
98,53
96,92
96,55
2009 2010 2011 2012 2013
Gambar 1.2. Rasio Jenis Kelamin Tahun 2009-2013
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
10
Semakin banyak jumlah
anak, berarti semakin
besar tanggungan
kepala rumah tangga
dalam memenuhi
kebutuhan material dan
spiritual anggota rumah
tangganya
Bila dilihat menurut status perkawinan, penduduk
Kabupaten Maluku Tenggara berumur 10 tahun ke
atas yang belum kawin mencapai 41,41 persen
sedangkan yang kawin sudah mencapai 50,86
persen.
Fertilitas Salah satu komponen utama
kependudukan yang menyebabkan perubahan
jumlah penduduk adalah fertilitas. Fertilitas
menyangkut banyaknya bayi atau anak lahir hidup
yang dilahirkan oleh seorang wanita atau
sekelompok wanita. Banyaknya anak yang
dilahirkan akan membawa konsekuensi terhadap
kesejahteraan rumah tangga. Semakin banyak
jumlah anak, berarti semakin besar tanggungan
kepala rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan
material dan spiritual anggota rumah tangganya.
Bagi rumah tangga terutama mereka yang dengan
kondisi ekonomi yang lemah, maka pembatasan
jumlah anak merupakan salah satu cara bagi
tercapainya keluarga yang sejahtera.
Umur Perkawinan Pertama
Umur perkawinan mempunyai pengaruh
bagi perkembangan penduduk, karena ada kaitan-
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
11
Sebanyak 2,56 persen
penduduk perempuan
usia 10 tahun ke atas
melakukan perkawinan
pada usia kurang dari
16 tahun
nya terhadap fertilitas. Selain itu, umur
perkawinan juga berpengaruh terhadap stabilitas
suatu keluarga, terhadap kesehatan diri sendiri,
dan terhadap anak yang dilahirkan. Selanjutnya
umur perempuan saat perkawinan pertama selain
mempengaruhi fertilitas juga mempunyai resiko
dalam melahirkan. Semakin muda umur
perkawinan pertama, semakin besar resiko yang
dihadapi bagi keselamatan ibu maupun anak
karena belum siapnya fisik dan mental si ibu
menghadapi masa kehamilan/kelahiran. Demikian
pula sebaliknya, semakin tua umur perkawinan
pertama (melebihi usia yang dianjurkan dalam
program KB), semakin tinggi resiko yang dihadapi
dalam masa kehamilan/melahirkan.
Tabel 1.5
Persentase Penduduk Perempuan 10 Tahun Keatas yang Pernah Kawin Menurut Umur
Perkawinan Pertama Tahun 2013
Umur Perkawinan Pertama
2013
(1) (3)
15 2,56
16 2,02
17-18 13,10
19-24 53,71
25+ 28,61
Jumlah 100,00 Sumber : Susenas 2013, BPS
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
12
Perempuan berumur 10 tahun ke atas
yang melangsungkan perkawinan, akan melalui
suatu proses biologis, yaitu melahirkan berulang
kali sampai dengan masa menopause. Oleh karena
itu, umur perkawinan pertama dianggap
mempengaruhi panjangnya masa reproduksi.
Semakin muda seorang perempuan menikah, maka
semakin panjang usia reproduksinya dan semakin
besar pula kemungkinannya mempunyai anak yang
lebih banyak.
Partisipasi Keluarga Berencana
Upaya untuk menciptakan keserasian,
keselarasan dan keseimbangan antara kuantitas
penduduk dengan daya dukung serta daya
tampung lingkungan dan perkembangan kondisi
sosial ekonomi dan sosial budaya diperlukan
pengendalian kuantitas penduduk. Dalam rangka
pengendalian kuantitas penduduk tersebut
pemerintah bersama masyarakat selain melakukan
upaya penurunan angka kematian dan pengarahan
mobilitas penduduk juga mengusahakan
penurunan angka kelahiran.
Penurunan angka kelahiran ditujukan
untuk mewujudkan pertumbuhan penduduk yang
seimbang menuju kondisi penduduk tanpa
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
13
Sumber : Susenas , BPS
pertumbuhan. Untuk mewujudkan hal tersebut
dilakukan upaya pembudayaan Norma Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) yang meliputi
upaya peningkatan kesadaran dan mendorong
pemakaian alat kontrasepsi, pendewasaan usia
perkawinan, penundaan anak pertama, pemberian
air susu ibu yang optimal dan penjarangan
kelahiran.
Keberhasilan dari Gerakan Keluarga
Berencana (KB) sangat ditentukan oleh berbagai
faktor yang ada, baik dari dalam keluarga maupun
dari luar keluarga. Pendidikan dan tingkat
kemampuan ekonomi keluarga adalah salah satu
dari sekian banyak faktor yang datang dari luar
peserta KB, yang mempunyai kemungkinan dalam
mempengaruhi mereka untuk ikut berpartisipasi
dalam program tersebut. Hal ini pula yang akan
mempengaruhi para peserta dalam menentukan
jenis alat kontrasepsi yang menurut mereka
dianggap paling baik dan aman.
Penduduk perempuan kawin umur 15-49
tahun yang menggunakan alat kontrasepsi di
Kabupaten Maluku Tenggara menunjukan trend
yang meningkat dari tahun ke tahun. Akan tetapi,
pada tahun 2013 persentase Perempuan Berstatus
Kawin yang menggunakan alat kontrasepsi
mengalami penurunan menjadi 32,16 persen.
35,95 41,46 32,16
2011 2012 2013
Gambar 1.3. Persentase Penduduk
perempuan kawin umur 15-49 tahun yang
menggunakan alat kontrasepsi
Tahun 2011 - 2013
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
14
Alat kontrasepsi (KB) yang paling banyak
digunakan adalah suntikan KB sebesar 73,64
persen.
Tabel 1.6 Persentase Penduduk Perempuan Berstatus
Kawin Menurut Alat/Cara KB yang Digunakan Tahun 2011-2013
Alat/Cara KB Yang Digunakan
2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4)
Tubektomi 0,00 5,86 3,77
Vasektomi 0,00 0,00 0,63
Susuk KB 14,44 6,72 14,08
Suntikan KB 76,47 78,49 73,64
Pil 4,93 7,86 4,56 Lainnya (termasuk cara tradisonal)
4,16 1,07 3,31
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Penduduk perempuan kawin umur 15-49 tahun
yang menggunakan
alat kontrasepsi
35,95 41,46 32,16
Sumber : Susenas , BPS
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
15
Pembangunan
kesehatan harus
dipandang sebagai
suatu investasi untuk
peningkatan SDM
Peningkatan kualitas hidup penduduk
merupakan salah satu aspek dalam upaya
peningkatan kesejahteraan penduduk. Peningkatan
kualitas penduduk, secara fisik khususnya, dapat
dilihat dari derajat kesehatan penduduk secara
keseluruhan. Program pembangunan di bidang
kesehatan selain bertujuan untuk meningkatkan
derajat dan status kesehatan, juga bertujuan untuk
membentuk anak yang sehat melalui upaya
peningkatan status gizi balita dan cakupan
imunisasi.
Dengan adanya upaya tersebut diharapkan
akan tercapai suatu derajat kesehatan masyarakat
yang lebih baik, dan pada gilirannya akan
bermuara kepada meningkatnya kesehatan
masyarakat secara umum, sehingga pembangunan
yang sedang digiatkan pemerintah diharapkan bisa
berakselerasi positif terhadap peningkatan kualitas
kesehatan masyarakat yang tercermin antara lain
dengan menurunnya angka kematian ibu dan
angka kematian bayi, yang pada akhirnya akan
KESEHATAN
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
16
Sumber : Susenas , BPS
meningkatkan angka harapan hidup di Kabupaten
Maluku Tenggara.
Angka Kesakitan
Salah satu indikator derajat kesehatan
penduduk adalah angka kesakitan (morbidity rate).
Dalam bab ini yang bisa ditampilkan sehubungan
dengan angka kesakitan adalah persentase
penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan
(sakit) menurut jenis keluhan dan juga persentase
lamanya menderita sakit.
Tabel 2.1
Persentase Penduduk yang Menderita Sakit Selama Sebulan Referensi Menurut Jenis
Keluhan Tahun 2013
Jenis Keluhan Kesehatan 2013
(1) (2)
Batuk 10,27
Panas 7,38
Pilek 8,71
Asma/napas sesak/cepat 1.03
Diare/buang air 0,41
Sakit kepala berulang 1,00
Sakit gigi 1,01
Angka Kesakitan 13,13
Sumber : Susenas 2013, BPS
19,38
16,26
13,13
2011 2012 2013
Gambar 2.1 Persentase Angka
Kesakitan Tahun 2011-2013
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
17
Penduduk yang sakit
lebih banyak yang
berobat sendiri untuk
mengobati sakitnya
daripada ke fasilitas
kesehatan
Tabel 2.1 menunjukkan bahwa penduduk yang
mengalami gangguan kesehatan hingga
mengganggu aktivitasnya tahun 2013 sebesar
13,13 persen. Bila dilihat dari jenis penyakit yang
paling banyak diderita adalah batuk (10,27 persen)
dan pilek (8,71 persen).
Cara Pengobatan
Penduduk yang mengalami gangguan
kesehatan memiliki dua alternatif pengobatan
yaitu dengan mengobati dirinya sendiri atau
melakukan pengobatan ke fasilitas/tenaga
kesehatan yang sering disebut berobat jalan.
Sumber : Susenas, BPS
Berobat Sendiri Berobat Jalan
74,02
56,17
85,83
47,29
71,79
59,04
Gambar 2.2 Persentase Penduduk Menurut Cara
Pengobatan Tahun 2011-2013
2011 2012 2013
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
18
Jika dibandingkan antara berobat sendiri dengan
berobat jalan, pada tahun 2013 penduduk yang
sakit untuk mengobati sakitnya lebih banyak yang
berobat sendiri daripada berobat jalan yaitu
masing-masing sebesar 71,79 persen dan 59,04
persen.
Bagi penduduk yang berobat sendiri,
pengobatan secara modern menjadi pilihan utama
mereka, dengan persentase penduduk yang
berobat dengan pengobatan modern sebesar 86,07
persen dan diikuti dengan pengobatan tradisional
sebesar 56,54 persen.
Tabel 2.2 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan
Menurut Tempat Pengobatan Tahun 2011-2013
Tempat Pengobatan
2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4)
Rumah Sakit 5,56 8,10 6,44
Praktek Dokter 6,46 5,99 7,96
Puskesmas/Pustu 83,26 86,72 87,54
Nakes 1,29 0,88 1,17
Lainnya 4,64 0,15 1,36
Sumber : Susenas, BPS
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
19
Pada tahun 2013, puskesmas/pustu merupakan
jenis fasilitas kesehatan yang sering digunakan
oleh penduduk yang berobat jalan (87,54 persen).
Sedangkan berobat ke rumah sakit hanya sebesar
6,44 persen dan berobat ke praktek dokter sebesar
7,96 persen serta menggunakan pengobatan ke
tenaga kesehatan sebesar 1,17 persen.
Sumber : Susenas, BPS
Tadisonal Moderen Lainnya
49,95
85,22
1,7
48,57
90,24
14,12
56,54
86,09
2,85
Gambar 2.3 Persentase Penduduk yang
Berobat Sendiri menurut Jenis Obat, Tahun 2011-2013
2011 2012 2013
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
20
Sebanyak 53,72 persen
penolong persalinan
adalah tenaga medis
Kesehatan Ibu dan Anak
Indikasi tinggi rendahnya derajat
kesehatan di suatu daerah, dapat dicerminkan
dengan tingkat kematian bayi diantaranya adalah
antenatal yaitu pemeriksaan ibu hamil minimal
empat kali pemeriksaan selama hamil. Selanjutnya
pada saat proses persalinan, salah satu usaha
untuk mengurangi tingkat kematian bayi adalah
dengan pemberian fasilitas dalam proses kelahiran
bayi tersebut, yaitu dengan penolong kelahiran
oleh tenaga medis yang sudah terlatih dan terdidik.
Tabel 2.3 Persentase Balita Menurut
Penolong Persalinan Pertama dan Terakhir Tahun 2011-2013
Penolong Persalinan
Penolong Persalinan Pertama
Penolong Persalinan Terakhir
2011 2012 2013 2011 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Tenaga Medis
52,59 68,02 51,95 52,44 73,32 53,72
Bukan Tenaga Medis
47,41 31,98 48,05 47,56 26,68 46,28
Jumlah 100 100 100 100 100 100
Sumber : Susenas, BPS
Pada tahun 2013 persalinan yang ditolong
oleh tenaga medis menurun dibandingkan dengan
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
21
Sumber : Susenas, BPS
tahun sebelumnya. Dimana penolong persalinan
yang ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2013
sebesar 53,72 persen.
Perhatian pada status kesehatan balita
merupakan tindakan yang dini guna peningkatan
kualitas fisik manusia. Pemberian Air Susu Ibu
(ASI) eksklusif adalah salah satu cara untuk
meningkatkan daya tahan tubuh bayi serta secara
psikologis akan terjalin ikatan kasih sayang antara
ibu dan anak.
Tabel 2.4 Persentase Balita Umur 2-4 Tahun yang Pernah
Disusui Menurut Lama Disusui (Bulan) dan Jenis Kelamin, Tahun 2012-2013
Lama Disusui (Bulan)
2012 2013
Lk Pr Total Lk Pr Total
(1) (2) (3) (4) (4) (4) (4)
11 13,39 12,97 13,21 4,60 4,09 4,36
12-17 40,88 45,12 42,67 41,20 52,21 46,31
18-23 19,86 13,01 16,96 25,44 24,42 24,96
24+ 25,87 28,90 27,15 28,75 19,28 24,36
Sumber : Susenas, BPS
2012
2013
13,21
4,36
Gambar 2.4 Persentase Bayi
yang Pernah Disusui Selama 11
Bulan Tahun 2012-2013
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
22
Selain itu, kegiatan menyusui memberi
dampak positif terhadap kesehatan ibu. Menyusui
juga merupakan salah satu cara untuk
menjarangkan kehamilan, memperpanjang
menyusui dianggap sebagai cara yang lebih efektif
dalam mengontrol fertilitas. Pada tahun 2013,
persentase balita umur 2-4 tahun yang pernah
disusui selama kurang dari atau sama dengan 11
bulan sebesar 4,36 persen dan yang disusui selama
12-17 bulan sebesar 46,31 persen.
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
23
Peningkatan kualitas sumber daya
manusia bertitik tolak pada upaya pembangunan
bidang pendidikan. Tujuan pembangunan dalam
bidang pendidikan adalah tersedianya pendidikan
yang berkualitas dan terjangkau untuk semua
lapisan masyarakat. Kualitas pendidikan terkait
dengan Sumber Daya Manusia (SDM) dan
berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat.
Berbagai program digulirkan pemerintah
dalam bidang pendidikan, satu diantaranya adalah
pendidikan dasar sembilan tahun. Dalam rangka
mendukung tercapainya pendidikan dasar
sembilan tahun berbagai kebijakan telah dilakukan
oleh pemerintah antara lain pendidikan gratis pada
tingkat sekolah dasar dan pemberian dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS).
Pada saat ini kesadaran masyarakat akan
pentingnya pendidikan semakin tinggi, bagi
sebagian orang tua yang diangap mampu akan
merasa malu dan berdosa apabila tidak dapat
menyekolahkan anaknya. Bahkan kualitas
pendidikanpun pada saat ini tidak luput dari
PENDIDIKAN
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
24
Pembangunan
pendidikan harus
memiliki landasan yang
kokoh
perhatian para orang tua. Hal ini terbukti dengan
semakin ketatnya persaingan untuk memasuki
sekolah/lembaga pendidikan yang dianggapnya
lebih bermutu dan berkualitas. Sampai saat ini
tidak sedikit orang tua yang bersusah payah untuk
dapat menyekolahkan anaknya ke daerah
perkotaan yang memiliki fasilitas pendidikan yang
relatif banyak dan beragam.
Dengan semakin meningkatnya gairah
masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang
lebih tinggi merupakan kemajuan yang sangat
berarti dalam rangka meningkatkan kesadaran
akan pentingnya pendidikan dalam kehidupan
masyarakat. Semakin tinggi tingkat kesadaran
masyarakat dalam hal pendidikan diharapkan akan
lebih mempermudah proses pembangunan dalam
bidang pendidikan khususnya, dan bidang-bidang
lain umumnya. Sementara itu dalam upaya
meningkatkan pembangunan pendidikan
diperlukan data yang akurat untuk memberikan
informasi mengenai berbagai macam keadaan yang
mendasari perencanaan, pelaksanaan dan
pemantauan terhadap kegiatan upaya peningkatan
pembangunan pendidikan. Data yang dimaksudkan
merupakan indikator pendidikan yang berfungsi
memberikan indikasi atau petunjuk tentang
berbagai macam dan jenis keadaan termaksud.
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
25
Kemampuan membaca
dan menulis akan
mendorong
meningkatnya peran
aktif penduduk dalam
proses pembangunan
Tingkat Pendidikan
Salah satu indikator yang dapat dijadikan
ukuran kesejahteraan sosial yang merata adalah
dengan melihat tinggi rendahnya persentase
penduduk yang melek huruf. Tingkat melek huruf
dapat dijadikan ukuran kemajuan suatu bangsa.
Kemampuan membaca dan menulis akan
mendorong meningkatnya peran aktif penduduk
dalam proses pembangunan. Dalam hal ini angka
melek huruf merupakan persentase penduduk usia
10 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis
huruf latin.
Yang dimaksud dengan melek huruf disini
adalah kemampuan seseorang dalam membaca
maupun menulis sehingga maksud yang
terkandung didalamnya dapat dipahami dan
dimengerti serta dimungkinkan terjadinya proses
transformasi informasi dari aktifitas tersebut.
Seiring dengan semakin pesatnya ilmu
pengetahuan dan teknologi serta kian derasnya
arus informasi yang disajikan melalui berbagai
media massa, bagi penduduk yang mempunyai
kemampuan membaca dan menulis akan dapat
lebih menikmatinya, sehingga proses
pengembangan diri dan peningkatan kualitas hidup
akan lebih mudah. Sebaliknya bagi mereka yang
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
26
Sumber : Susenas, BPS
tidak mempunyai kemampuan membaca dan
menulis (buta huruf) akan selalu tertinggal, karena
mereka tidak dapat mengakses informasi yang
seharusnya diketahui. Bertolak dari kenyataan
tersebut, pemerintah telah berupaya untuk
menekan sekecil mungkin angka buta huruf,
diantaranya dengan digelarnya program
Pemberantasan Buta Huruf atau Program
Keaksaraan Fungsional (KF) bagi penduduk yang
tidak memungkinkan lagi mengikuti pendidikan
formal.
Angka melek huruf di Kabupaten Maluku
Tenggara pada tahun 2013 sebesar 98,39 persen.
Jika dilihat menurut jenis kelamin, angka melek
huruf perempuan pada tahun 2013 sebesar 97,38
persen lebih rendah dibandingkan penduduk laki-
laki yang sebesar 99,46 persen. Hal ini
menandakan masih terjadi ketimpangan melek
huruf antara laki-laki dan perempuan.
Ketimpangan ini merefleksikan adanya
ketimpangan yang cukup signifikan pada out come
pendidikan dasar antara laki-laki dan perempuan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari
aspek pendidikan dasar, laki-laki lebih baik
dibandingkan perempuan.
98,15
97,96
98,39
2011 2012 2013
Gambar 3.1 Persentase
Penduduk 10 Tahun Keatas yang Melek
Huruf Tahun 2011-2013
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
27
Tingkat pendidikan yang
ditamatkan secara
spesifik dapat kualitas
sumber daya manusia di
suatu daerah
Tabel 3.1 Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas yang
Melek Huruf Menurut Jenis Kelamin Tahun 2011-2013
Tahun Laki-Laki Perempuan
(1) (2) (3)
2011 98,04 98,24
2012 97,91 98,01
2013 99,46 97,38
Sumber : Susenas, BPS
Untuk itu, secara umum program
pemberantasan buta huruf harus terus dilakukan
secara intensif dan menyeluruh sehingga dapat
meningkatkan derajat pendidikan di Kabupaten
Maluku Tenggara. Sedangkan secara khusus,
pemberantasan buta huruf melalui program
keaksaraan fungsional dapat menjadi program
andalan dan dapat lebih fokus kepada perempuan
sehingga dapat mengurangi ketimpangan angka
melek huruf dengan laki-laki. Dengan
meningkatkan angka melek huruf perempuan,
maka secara tidak langsung dapat turut
memberdayakan penduduk perempuan di
Kabupaten Maluku Tenggara untuk dapat memiliki
kesempatan yang lebih baik dalam meraih peluang
ekonomi maupun sosial.
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
28
Akses penduduk
terhadap fasilitas
pendidikan serta
kemampuan ekonomi
merupakan masalah
yang sangat berkaitan
dengan partisipasi
sekolah
Tabel 3.2 Persentase Penduduk 10 Tahun keatas Menurut
Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Tahun 2013
Jenjang Pendidikan 2013
(1) (2)
Tidak sekolah / belum tamat SD
18,37
S D 33,64
S M T P 18,87
S M T A 24,64
D 1 s/d S 3 4,47
S M T P + 47,98
Sumber : Susenas 2013, BPS
Selain angka melek huruf, kualitas penduduk
dapat dilihat juga dari tingkat pendidikan yang
ditamatkan. Tingkat partisipasi pendidikan
menunjukkan keberhasilan sistem pendidikan
dalam mendidik anak dan remaja, akan tetapi tidak
bisa menyatakan tentang hasil pendidikan yang
telah dicapai orang dewasa. Sementara tingkat
pendidikan yang ditamatkan dapat mencerminkan
hasil pendidikan yang dapat dicapai oleh rata-rata
penduduk suatu daerah secara spesifik
mencerminkan taraf intelektualiatas serta kualitas
sumber daya manusia di daerah tersebut. Sehingga
tingkat pendidikan yang ditamatkan ini menjadi
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
29
Sumber : Susenas, BPS
salah satu masukan dalam penyusunan indikator
kesejahteraan rakyat.
Penduduk usia 10 tahun ke atas pada tahun
2013 yang sudah menamatkan sekolah pada
jenjang SMP ke atas mencapai 47,98 persen.
Sementara itu persentase penduduk yang sudah
menamatkan pendidikan pada jenjang Perguruan
Tinggi hanya sebesar 4,47 persen. Bahkan masih
terdapat 18,37 persen penduduk 10 tahun keatas
yang tidak sekolah atau belum tamat SD.
Partisipasi Pendidikan Salah satu indikator yang dapat dijadikan
sebagai bahan informasi untuk mengukur
keberhasilan dibidang pendidikan adalah dengan
melihat tingkat partisipasi masyarakat terhadap
pendidikan itu sendiri. Biasanya masalah yang
sangat pokok berkaitan dengan Angka Partisipasi
Sekolah adalah akses penduduk terhadap berbagai
fasilitas pendidikan yang tersedia, disamping
kemampuan ekonomi yang merupakan faktor
penentu utama.
Partisipasi sekolah merupakan salah satu
indikator yang dihasilkan dari keikutsertaan
penduduk dalam pendidikan. Pada tahun 2013,
persentase penduduk usia 10 tahun ke atas
0,83
25,76
73,41
Gambar 3.2 Persentase Penduduk
10 Tahun Keatas Menurut Status
Pendidikan Tahun 2013
Tidak/Belum PernahSekolahMasih Sekolah
Tidak Bersekolah Lagi
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
30
menurut status sekolah, terlihat bahwa sebesar
73,41 persen penduduk Kabupaten Maluku
Tenggara tidak bersekolah lagi, dimana jika dilihat
menurut jenis kelamin 73,54 persen penduduk
laki-laki tidak bersekolah lagi dan perempuan
sebesar 73,29 persen.
Tabel 3.3 Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas
Menurut Status Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2012-2013
Status Pendidikan
2012 2013
Lk Pr Total Lk Pr Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Tidak/Belum Pernah Sekolah
1,08 0,56 0,81 0,24 1,38 0,83
Masih Sekolah 27,38 24,61 25,95 26,23 25,33 25,76
Tidak Bersekolah Lagi
71,54 74,83 73,24 73,54 73,29 73,41
Sumber : Susenas, BPS
Untuk mengetahui seberapa banyak
penduduk usia sekolah yang sudah dapat
memanfaatkan fasilitas pendidikan dapat dilihat
dari penduduk yang masih sekolah pada umur
tertentu yang dikenal dengan Angka Partisipasi
Sekolah (APS). Meningkatnya APS berarti
menunjukkan adanya keberhasilan di bidang
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
31
Sumber : Susenas 2013, BPS
pendidikan, terutama yang berkaitan dengan
upaya memperluas jangkauan pelayanan
pendidikan.
Pada tahun 2013, Angka Partisipasi Sekolah
(APS) kelompok umur 7-12 tahun sebesar 100
persen, kelompok umur 13-15 tahun sebesar 91,74
persen, kelompok umur 16-18 tahun sebesar 56,13
persen, dimana angka partisipasi sekolah
perempuan cenderung lebih tinggi dari laki-laki
untuk kelompok umur pada jenjang pendidikan
yang lebih tinggi.
Tabel 3.4 Angka Partisipasi Sekolah
Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013
Jenis Kelamin
Penduduk 7-12
Tahun
Penduduk 13-15 Tahun
Penduduk 16-18 Tahun
(1) (2) (3) (4)
Laki-laki 100.00 91.66 46.89
Perempuan 100.00 91.87 69.30
Total 100.00 91.74 56.13
Sumber : Susenas 2013, BPS
SD SMP SMA
94,52
64,66
47,09
Gambar 3.3 Angka Partisipasi
Murni Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2013
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
32
Cepatnya laju
pertumbuhan angkatan
kerja apabila tidak
dibarengi kesempatan
kerja yang memadai
tentunya akan
menimbulkan berbagai
persoalan sosial
ekonomi
Ketenagakerjaan merupakan aspek yang
sangat mendasar dalam kehidupan manusia karena
mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Dalam
pembangunan ekonomi, sektor ketenagakerjaan
memberikan kontribusi yang sangat cukup besar
khususnya dalam upaya pemerintah untuk
mengurangi jumlah penduduk miskin. Dengan
menciptakan dan menerapkan berbagai program
pembangunan pada sektor ekonomi dan sektor
ketenagakerjaan dimana banyak yang tergolong
miskin, seringkali pemerintah berhasil dalam
meningkatkan pendapatan mereka. Demikian pula
dengan program peningkatan keterampilan,
perluasan kesempatan kerja dan peningkatan
produktivitas dari mereka yang pendapatan
individunya masih rendah. Program pemerintah
tersebut akan dapat membuka dan memperluas
kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan
penduduk miskin.
Penduduk merupakan sumber angkatan
kerja, sehingga profil ketenagakerjaan merupakan
gambaran kondisi demografi. Laju pertumbuhan
KETENAGAKERJAAN
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
33
Tingkat kesempatan
kerja penduduk
perempuan lebih tinggi
daripada laki-laki
penduduk yang tinggi dengan sendirinya akan
mencerminkan laju pertumbuhan angkatan kerja
yang tinggi pula. Cepatnya laju pertumbuhan
angkatan kerja apabila tanpa dibarengi
kesempatan kerja yang memadai tentunya akan
menimbulkan berbagai persoalan sosial ekonomi.
Untuk mengukur berbagai persoalan sosial
ekonomi diperlukan indikator yang dapat
mencerminkan kondisi sebenarnya yang sedang
terjadi. Indikator tersebut diantaranya adalah
indikator ketenagakerjaan.
Penduduk Usia Kerja
Penduduk usia kerja digolongkan sebagai
angkatan kerja bila mereka mencari pekerjaan dan
secara ekonomis berpotensi menghasilkan output
atau pendapatan, dan digolongkan sebagai bukan
angkatan kerja bila mereka bersekolah, mengurus
rumah tangga, dan lainnya.
Pengadaan tenaga kerja yang merupakan
bagian dari perwujudan kebijaksanaan
perencanaan ketenagakerjaan nasional harus
mendorong pemerataan kesempatan kerja antar
daerah dengan memperhatikan potensi angkatan
kerja setempat. Tingginya tingkat pertumbuhan
penduduk akan banyak pengaruhnya terhadap
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
34
Tingkat partisipasi
angkatan kerja
penduduk laki-laki lebih
tinggi daripada
penduduk perempuan
upaya penyediaan lapangan pekerjaan, dimana
apabila tidak terjadi keseimbangan yang harmonis
pada akhirnya akan mengakibatkan ledakan
pengangguran.
Tabel 4.1 Penduduk Usia Kerja 15 Tahun Keatas Menurut Karakteristik dan Jenis
Kelamin, Tahun 2013
Karakteristik L P L+P
(1) (2) (3) (4)
Penduduk Usia Kerja
29 555 32 513 62 068
Angkatan Kerja 24 408 18 542 42 950
Bekerja 22 610 17 682 40 292
Pengangguran 1 798 860 2 658
Bukan Angkatan Kerja
5 147 13 971 19 118
TPAK (%) 82,59 57,03 69,20
TPT (%) 7,37 4,64 6,19
TKK (%) 92,63 95,36 93,81
Sumber : Sakernas 2013, BPS
Jumlah penduduk usia kerja di Kabupaten
Maluku Tenggara mencapai 62.068 orang,
penduduk usia kerja laki-laki lebih kecil dibanding
perempuan dengan sex ratio 90,90 artinya setiap
100 orang penduduk usia kerja perempuan
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
35
Sumber : Sakernas, BPS
terdapat 90 orang penduduk usia kerja laki-laki.
Sedangkan dari penduduk usia kerja itu yang
tergolong angkatan kerja sebanyak 42.950 orang
sedangkan 19.118 orang sisanya bukan angkatan
kerja.
TPAK dan TKK
Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)
adalah perbandingan antara jumlah angkatan kerja
dengan jumlah tenaga kerja yang dinyatakan dalam
persentase. TPAK biasanya dipengaruhi oleh
keadaan sosial ekonomi, budaya, demografi serta
keadaan daerah.
TPAK di Kabupaten Maluku Tenggara
tahun 2013 mencapai 69,20 persen. Ini berarti ada
sekitar 69 persen penduduk yang terlibat dalam
kegiatan ekonomi untuk menunjang kebutuhan
hidup. TPAK penduduk laki-laki lebih tinggi dari
penduduk perempuan, TPAK penduduk laki-laki
mencapai 82,59 persen sedangkan perempuan
hanya 57.03 persen.
Selanjutnya kesempatan kerja
memberikan gambaran besarnya tingkat
penyerapan pasar kerja, angkatan kerja yang tidak
terserap merupakan masalah karena terpaksa
menganggur, sehingga berdampak pada kehidupan
sosial masyarakat. Pada tahun 2013, kesempatan
0
20
40
60
80
100
120
2011 2012 2013
Gambar 4.1 TPAK dan TKK
2011 - 2013
TPAK
TKK
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
36
TPT Kabupaten Maluku
Tenggara tahun 2013
mencapai 6,19 persen
kerja di Kabupaten Maluku Tenggara mencapai
93,81 persen, artinya terdapat sekitar 93 persen
dari angkatan kerja yang dapat diserap oleh pasar
kerja di Kabupaten Maluku Tenggara.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Sumber : Sakernas, BPS
Tingkat pengangguran terbuka adalah
suatu besaran yang merupakan persentase dari
jumlah pencari kerja terhadap jumlah angkatan
kerja. Dari tahun 2011 hingga tahun 2013, TPT
Kabupaten Maluku Tenggara mengalami fluktuasi.
Pada tahun 2013, TPT Kabupaten Maluku
Tenggara mencapai 6,19 persen. Kondisi ini
merupakan beban bagi pemerintah untuk
6,56
4,02
6,19
2011 2012 2013
Gambar 4.2 Tingkat Pengangguran Terbuka
Tahun 2011-2013
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
37
Sektor pertanian masih
memberikan sumbangan
terbesar dalam
penyerapan tenaga
kerja di Kabupaten
Maluku Tenggara
menyediakan atau menciptakan lapangan
pekerjaan baru bagi pencari kerja di daerah ini.
Selanjutnya penduduk laki-laki yang mencari kerja
tahun 2013 mencapai 7,37 persen, lebih tinggi dari
penduduk perempuan yang mencari kerja yaitu
4,64 persen.
Lapangan dan Status Pekerjaan
Proporsi penduduk yang bekerja menurut
lapangan usaha merupakan salah satu alternatif
untuk melihat potensi sektor perekonomian,
dimana sektor perekonomian yang paling dominan
dalam menyerap tenaga kerja berarti merupakan
sektor perekonomian andalan. Selain itu, dengan
melihat perkembangannya dari tahun ke tahun kita
akan dapat mengetahui sektor perekonomian mana
yang sedang tumbuh dan sektor perekonomian
mana yang kontribusinya semakin menurun.
Ketersediaan potensi alam dan potensi sumber
daya manusia sangat mempengaruhi
berkembangnya suatu sektor perekonomian. Selain
itu pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi telah memberikan perubahan bahwa
peningkatan laju pertumbuhan ekonomi akan
disertai dengan pergeseran pada struktur lapangan
usaha.
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
38
Pada sektor pertanian
dan jasa-jasa, penduduk
perempuan lebih banyak
terserap daripada
penduduk laki-laki
Dari hasil Sakernas 2013 diketahui bahwa
komposisi penduduk yang bekerja menurut
lapangan usaha di Kabupaten Maluku Tenggara
didominasi oleh sektor pertanian dan sektor
perdagangan, hal tersebut sangat beralasan
mengingat sektor pertanian mempunyai elastisitas
penyerapan tenaga kerja yang tinggi, selain itu
untuk sektor pertanian tidak diperlukan sumber
daya pendidikan yang relatif tinggi, sehingga
potensi tenaga kerja yang belum tersalurkan di
sektor lain dapat diserap di sektor pertanian.
Indikasi lain yang terjadi pada pola
penyerapan tenaga kerja ini adalah adanya
kemajuan ekonomi yang mengarah kepada
peningkatan produktifitas tenaga kerja. Hal ini
dimungkinkan karena mereka yang bekerja di
sektor perdagangan dan jasa misalnya, cenderung
memiliki tingkat produktifitas yang relatif lebih
tinggi jika dibandingkan dengan mereka yang
bekerja pada sektor pertanian.
Sektor pertanian (termasuk kehutanan,
perburuan dan perikanan) masih merupakan
sektor terbesar dalam menyerap tenaga kerja yaitu
sebesar 73,31 persen, diikuti sektor jasa-jasa
sebesar 22,38 persen dan sektor industri sebesar
4,32 persen.
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
39
Tabel 4.2 Persentase Penduduk yang Bekerja
Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin Tahun 2013
Lapangan Usaha L P Total
(1) (2) (3) (4) (A) Pertanian (Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan)
72,69 74,09 73,31
(M) Industri (Pertamb, Ind.Pengolahan, Listrik, Gas & Air, Bangunan)
6,26 1,83 4,32
(S) Jasa-jasa (Perdagangan, Angkutan, Keuangan, Jasa Kemasyarakatan)
21,05 24,08 22,38
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber : Sakernas 2013, BPS
Sementara itu, indikator lain yang dapat
digunakan untuk memberikan gambaran tentang
kedudukan pekerja adalah status pekerjaan. Ada
lima kategori mengenai status pekerjaan, yaitu:
berusaha sendiri, beusaha dibantu dengan buruh
tidak tetap, berusaha dibantu dengan buruh tetap,
buruh/karyawan dan pekerja tidak dibayar.
Pengelompokkan status pekerjaan sangat
berguna untuk menganalisa sifat pekerjaan pada
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
40
Sumber : Sakernas, BPS
sektor dan jenis pekerjaan tertentu. Pada
umumnya, tenaga kerja keluarga, pengusaha tanpa
buruh dan pengusaha dengan bantuan pekerja
keluarga atau pekerja tidak dibayar lebih menonjol
pada sektor dan jenis pekerjaan yang relatif
tradisional, atau yang sering disebut juga dengan
sektor informal. Sedangkan pada usaha yang
relatif moderen terdapat lebih banyak buruh atau
karyawan, dan pengusaha dengan buruh tetap
dengan kata lain sektor formal.
Sebagian besar penduduk yang bekerja di
Kabupaten Maluku Tenggara pada tahun 2013
status pekerjaannya adalah pekerja tak dibayar
sebesar 37,71 persen, dan dengan status berusaha
dibantu buruh tidak tetap sebesar 30,00 persen.
Masalah ketenagakerjaan secara langsung
maupun tidak langsung berkaitan dengan masalah-
masalah lainnya termasuk kemiskinan,
ketidakmerataan pendapatan, pertumbuhan
ekonomi, urbanisasi, dan stabilitas ekonomi. Semua
ini secara intuitif tampaknya telah dipahami oleh
kebanyakan pengambil kebijakan. Yang tampaknya
kurang dipahami adalah bahwa masalah
ketenagakerjaan bersifat multidimensi, sehingga
juga memerlukan cara pemecahan yang
multidimensi pula.
A M S
74,48
1,49
24,02
73,31
4,32
22,38
Gambar 4.3 Persentase Penduduk yang Bekerja
Menurut Lapangan Usaha dan Jenis
Kelamin 2012 - 2013
2012 2013
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
41
Tabel 4.3 Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan dan Jenis
Kelamin Tahun 2013
Status Pekerjaan
Utama L P Total
(1) (2) (3) (4)
Berusaha sendiri 12,30 7,66 10,27
Berusaha dibantu buruh tidak tetap
50,15 4,24 30,00
Berusaha dibantu buruh tetap
1,30 0,44 0,92
Buruh/ karyawan
21,38 20,47 20,98
Pekerja Bebas 0,22 0,00 0,12
Pekerja tak dibayar
14,65 67,19 37,71
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Sumber : Sakernas 2013, BPS
Memetakan potensi dan kelemahan dari
kondisi ketenagakerjaan yang ada saat ini
merupakan cara yang harus dilakukan dalam
menilai situasi dunia ketenagakerjaan. Dengan
pemetaan tersebut, akan mempermudah melihat
karakteristik ketenagakerjaan di Kabupaten
Maluku Tenggara untuk mengambil langkah
pemecahannya.
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
42
Pola konsumsi rumah
tangga dapat
memperlihatkan
tingkat kesejahteraan
rumah tangga tersebut
Salah satu indikator awal yang dapat
mengungkapkan telah terjadinya peningkatan
kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah, dapat
ditunjukkan dengan berkurangnya penduduk
miskin dan bertambahnya tingkat pendapatan
secara keseluruhan. Kondisi demikian secara tidak
langsung dapat diamati melalui pola konsumsi
rumah tangga/masyarakat tersebut.
Pola konsumsi rumah tangga secara umum
dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok pengeluaran untuk konsumsi makanan
dan kelompok pengeluaran bukan makanan. Tarik
menarik antara dua kelompok tersebut
mencerminkan tingkat kesejahteraannya. Semakin
tinggi persentase pengeluaran konsumsi untuk
kelompok bukan makanan terhadap total
pengeluaran, semakin dianggap sejahtera
masyarakat tersebut.
Pengeluaran Rumah Tangga
Pengeluaran rumah tangga merupakan
salah satu indikator yang dapat memberikan
TARAF & POLA KONSUMSI
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
43
Sumber : Susenas 2013, BPS
gambaran tentang keadaan kesejahteraan
penduduk. Semakin tinggi pendapatan maka porsi
pengeluaran akan bergeser dari pengeluaran untuk
makanan ke pengeluaran bukan makanan.
Pergeseran pola pengeluaran terjadi karena
elastisitas permintaan terhadap makanan pada
umumnya rendah, sebaliknya elastisitas
permintaan terhadap barang bukan makanan
umumnya tinggi.
Penurunan konsumsi non-makanan pada
pola pengeluaran rumah tangga, diharapkan
merupakan kondisi sesaat sebagai akibat fluktuasi
harga kebutuhan pokok. Dengan semakin
intensifnya program-program perekonomian yang
lebih menyentuh kepada lapisan bawah,
diharapkan akan terjadi pemulihan kondisi
perekonomian secara menyeluruh di Kabupaten
Maluku Tenggara. Peningkatan pendapatan
masyarakat terutama bagi golongan ekonomi
menengah ke bawah diharapkan dapat terus
dipacu untuk bersaing melawan lajunya biaya
kebutuhan rumah tangga sekarang ini yang
semakin tinggi.
Keadaan ini jelas terlihat pada kelompok
penduduk yang tingkat konsumsi makanannya
sudah mencapai titik jenuh, sehingga peningkatan
pendapatan akan digunakan untuk memenuhi
56 ,17 %
43,83 %
Gambar 5.1 Persentase
Pengeluaran Makanan dan Non Makanan
Tahun 2013
Makanan
Bukan Makananhttp
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
44
Permintaan akan
pemenuhan kebutuhan
makanan lebih besar
daripada bukan
makanan
barang bukan makanan atau ditabung. Dengan
demikian, pola pengeluaran dapat dipakai sebagai
salah satu alat untuk mengukur tingkat
kesejahteraan penduduk, dimana perubahan
komposisinya digunakan sebagai petunjuk
perubahan kesejahteraan.
Tabel 5.1 Rata-rata Pengeluaran Per Kapita/Bulan dan Persentase Menurut Jenis
Pengeluaran, Tahun 2012-2013
Jenis Pengeluaran
2012 2013
N % N % (1) (2) (3) (4) (5)
Makanan 439 591 56,94 362 206 56,17
Bukan Makanan
332 367 43,06 282 664 43,83
Total 771 958 100,00 644 870 100,00
Sumber : Susenas , BPS
Dari Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa
penduduk Kabupaten Maluku Tenggara masih
memiliki pola pengeluaran yang lebih besar pada
jenis pengeluaran untuk makanan (56,17 persen)
dibandingkan bukan makanan (43,83 persen).
Dapat dikatakan permintaan akan pemenuhan
akan kebutuhan makanan lebih besar
dibandingkan bukan makanan. Artinya,
pendapatan penduduk Kabupaten Maluku
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
45
Tenggara masih terkonsentrasi digunakan untuk
memenuhi kebutuhan akan makanan untuk hidup
sehingga kebutuhan bukan makanan dan untuk
ditabung masih sangat rendah.
Tabel 5.2 Persentase Penduduk Menurut Kelompok Pengeluaran Tahun 2013
Golongan Pengeluaran
2013
(1) (2)
< 100.000 0,00
100.000 149.999 2.65
150.000 199.999 2.70
200.000 299.999 26.00
300.000 499.999 36.37
500.000 749.999 20.67
750.000 999.999 6.83
1.000.000 + 4.78
Jumlah 100.00
Sumber : Susenas 2013, BPS
Pada Tabel 5.2 menunjukkan bahwa
pengeluaran rata-rata penduduk Kabupaten
Maluku Tenggara pada tahun 2013 yang terbesar
berada pada golongan pengeluaran 300.000
499.999 rupiah sebesar 36,37 persen dan diikuti
pada golongan pengeluaran 200.000 299.999
rupiah sebesar 26,00 persen.
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
46
Sebesar 2,65 persen
penduduk kabupaten
Maluku Tenggara
pengeluarannya masih
dibawah 150.000 rupiah
per bulan
Hal ini bila dibandingkan dengan biaya hidup saat
ini dapat dikatakan cukup rendah. Dengan kata lain
kurang mampu mencukupi kebutuhan hidupnya
dengan kondisi yang sejahtera.
Kemiskinan
Penduduk miskin didefinisikan sebagai
penduduk yang pendapatannya (didekati dengan
pengeluaran) lebih kecil dari pendapatan yang
dibutuhkan untuk hidup secara layak di wilayah
tempat tinggalnya. Kebutuhan untuk hidup layak
tersebut diterjemahkan sebagai suatu jumlah
rupiah yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi
makanan setara 2100 kalori sehari, perumahan,
pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan
lain-lain. Jumlah rupiah tersebut kemudian disebut
sebagai garis kemiskinan.
Pada tahun 2013, tingkat kemiskinan di
Kabupaten Maluku Tenggara sebesar 25,06 persen
atau sekitar 24,6 ribu penduduk dengan garis
kemiskinan sebesar Rp 292.513,- per kapita dalam
sebulan.
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
47
Sekitar 25 persen
penduduk Kabupaten
Maluku Tenggara masih
berada di bawah garis
kemiskinan
Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin dan Garis
Kemiskinan Menurut Kab./Kota, Tahun 2013
Kabupaten/ Kota
Jumlah (000)
% Garis
Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)
(1) (2) (3) (4)
Maluku Tenggara Barat
32,4 29,75 269 495
Maluku Tenggara
24,6 25,06 292 513
Maluku Tengah
81,4 22,15 355 246
Buru 22,4 18,51 347 690
Kep. Aru 24,3 27,34 277 924
Seram Bagian Barat
41,4 24,63 295 465
Seram Bagian Timur
25,8 24,49 287 989
Maluku Barat Daya
21,0 29,25 289 248
Buru Selatan 9,8 17,05 444 805
Ambon 16,9 4,42 417 789
Tual 15,0 23,28 291 769
Maluku 315,21 19,27 346 599
Sumber : Susenas 2013, BPS
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
48
Permintaan terhadap
rumah akan terus
meningkat sejalan
dengan pertumbuhan
penduduk
Sejalan dengan semakin meningkatnya
jumlah penduduk, masalah pemukiman dan
lingkungan sering muncul menjadi issu yang sangat
krusial. Peranan pemerintah dalam menangani
masalah pemukiman dan lingkungan sering
mendapat hambatan seiring dengan semakin sulit
serta tingginya ongkos yang harus dikeluarkan
untuk dapat memiliki sebuah rumah. Bahkan bagi
sebagian masyarakat berpendapatan rendah
terutama untuk daerah perkotaan, dalam
mendirikan rumah sudah tidak memperhatikan
lagi dengan kondisi lingkungan sekitarnya.
Konsentrasi penduduk yang berlebihan
dalam suatu wilayah biasanya dapat mengganggu
keseimbangan alam. Rumah-rumah kecil yang
saling berhimpitan dengan saluran limbah yang
tidak teratur, menjadikan lingkungan tersebut
menjadi kumuh dan tidak sehat. Produk limbah
yang dihasilkan oleh rumah tangga baik yang
berbentuk limbah padat seperti sampah maupun
limbah cair apabila tidak ditangani dengan benar
dapat menjadikan sumber polusi. Dampak yang
PERUMAHAN
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
49
Rumah sehat dan layak
terkait erat dengan
kualitas bahan
bangunan rumah
tinggal
dapat dirasakan adalah menurunnya kualitas
lingkungan dan pada akhirnya akan menurunkan
kualitas kesehatan pada lingkungan tersebut.
Kualitas Bangunan Rumah Tinggal
Betapapun sederhananya tingkat
kebudayaan suatu masyarakat, namun masyarakat
tersebut pasti mempunyai tempat untuk tinggal,
baik yang bersifat tetap maupun sementara. Para
tunawisma misalnya, pada dasarnya juga memiliki
tempat tinggal, meskipun tempat tinggal tersebut
tidak layak disebut rumah. Tingkat perekonomian
masyarakat sangat menentukan kualitas
pemukiman. Tinggi rendahnya pendapatan
masyarakat akan terlihat dari bahan bangunan
yang digunakan maupun kelengkapan rumah
lainnya.
Fungsi rumah sebagi tempat
bernaung/berteduh dan berkreasi semestinya
memberikan kenyamanan bagi penghuninya,
sehinga akan mendorong tingkat kesejahteraan
masyarakat. Berdasarkan Undang-undang Nomor 4
tahun 1992 tentang perumahan dan pemukiman,
didefinisikan rumah adalah bangunan yang
berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan
sarana pembinaan keluarga. Dalam kaitan ini pula
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
50
Masih terdapat sekitar
3 persen rumah tangga
yang menempati rumah
dengan lantai tanah
kualitas perumahan dan lingkungan turut
menentukan dalam penyusunan indikator
kesejahteraan rakyat
Ada tujuh unsur yang merupakan syarat
rumah dapat dikatakan lengkap. Ketujuh unsur
tersebut yaitu: rumah tersebut permanen, memiliki
fasilitas kamar khusus untuk tidur, memiliki dapur
khusus untuk aktifitas memasak, memiliki kamar
mandi, memiliki kakus untuk keperluan buang air
besar, ada sarana air bersih yang layak untuk
diminum dan memiliki sarana penerangan listrik.
Sumber : Susenas 2013, BPS
Gambar 6.1 menjelaskan jenis lantai
rumah yang ditempati rumah tangga. Rumah
tangga yang menempati rumah dengan lantai tanah
tergolong rendah yaitu sebesar 3,08 persen, namun
hal ini berarti masih ada rumah tangga yang tinggal
dalam rumah yang kurang sehat.
3,08
96,92
Gambar 6.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Lantai yang
Digunakan Tahun 2013
Tanah
Bukan Tanah
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
51
Sumber : Susenas 2013, BPS
Sedangkan untuk luas lantai semakin luas lantai
yang dihuni, semakin baik kenyamanan yang dapat
dirasakan, karena dikatakan rumah yang nyaman
adalah rumah yang relatif luas sehingga
penghuninya tidak berdesakan.
Hal ini sesuai dengan kriteria rumah sehat
menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) yaitu
rumah tinggal sehat adalah rumah dengan luas
lantai per orang minimal 10 m2. Dengan demikian
bila rata-rata jumlah anggota rumah tangga di
Kabupaten Maluku Tenggara sebanyak lima orang
maka luas lantai yang diperlukan minimal 50 m2
untuk setiap rumah tangga. Pada tahun 2013 hanya
terdapat 4,43 persen rumah tangga di Kabupaten
Maluku Tenggara menghuni rumah yang luasnya
lebih dari 50 m2.
Tabel 6.1 Persentase Rumah Tangga
Menurut Luas Lantai Tahun 2012-2013
Luas Lantai 2012 2013 (1) (2) (3)
< 20 0,55 72,92
20 49 55,66 22,65
50 99 36,48 3,55
100 + 7,31 0,88
Jumlah 100,00 100,00
Sumber : Susenas, BPS
96%
4%
Gambar 6.2 Persentase Rumah
Tangga Menurut Luas Lantai Tahun
2013
< 50 50
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
52
Sumber :Susenas 2013, BPS
Tabel 6.2 Persentase Rumah Tangga Menurut
Jenis Atap yang Digunakan Tahun 2012-2013
Jenis Atap 2012 2013
(1) (2) (3)
Beton/Genteng/Sirap/Asbes 17,74 12,66
Seng 72,92 81,64
Ijuk/Rumbia/lainnya 9,34 5,70
Sumber : Susenas 2013, BPS
Berdasarkan penggunaan jenis atap
terluas, rumah tangga di Kabupaten Maluku
Tenggara dengan penggunaan terbanyak dari seng
sebesar 81,64 persen. Kemudian diikuti dengan
penggunaan Beton/Genteng/Sirap/Asbes sebesar
12,66 persen. Hal ini dimungkinkan karena selain
mudah diperoleh, harganyapun relatif bisa
dijangkau.
Tingkat kesejahteraan masyarakat juga
dapat dilihat menurut penggunaan jenis dinding.
Dari Gambar 6.3 terlihat bahwa jenis dinding yang
paling banyak digunakan rumah tangga di
Kabupaten Maluku Tenggara adalah tembok
sebesar 87,39 persen dan kayu sebesar 8,40
persen, sedangkan penggunaan dinding tidak
permanen secara keseluruhan mencapai 12,61
persen.
8,4
87,39
1,28 2,93
Gambar 6.3 Persentase Rumah
Tangga Menurut Jenis Dinding
Tahun 2013
Kayu Tembok
Bambu Lainnyahttp
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
53
Ketersediaan fasilitas pokok suatu rumah turut menentukan kenyamanan rumah tinggal
Namun yang perlu diperhatikan adalah
penentuan jenis atap dan dinding rumah tidak
hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi saja,
namun faktor budaya dan ketersediaan bahan baku
juga turut berpengaruh. Oleh karena itu,
pemerintah hendaknya dapat membantu
penyediaan bahan baku untuk pembuatan rumah
tinggal yang sehat bila faktor ketersediaan bahan
baku sebagai faktor yang paling dominan.
Fasilitas Rumah Tinggal
Ketersediaan fasilitas pokok suatu rumah
turut menentukan nyaman tidaknya suatu rumah
tinggal seperti ketersedian listrik, air minum dan
jamban dengan tangki septik.
Tabel 6.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber penerangan yang Digunakan
Tahun 2012-2013
Sumber Penerangan 2012 2013 (1) (2) (3)
Listrik PLN 64,66 66,75
Listrik Non PLN 5,05 3,44
Petromak/Aladin 1,64 2,78
Pelita/Sentir/Obor/lainnya 28,65 27,03
Sumber : Susenas 2013, BPS
Rumah yang menggunakan listrik
dianggap mempunyai tingkat kesejahteraan lebih
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
54
Kualitas air yang
digunakan erat
kaitannya dengan
tingkat kesehatan
baik. Listrik merupakan sumber penerangan yang
mempunyai nilai paling tinggi dibandingkan
dengan penerangan petromak, pelita dan sumber
penerangan lainnya. Selain dapat menerangi, listrik
juga membuka peluang masuknya informasi,
pengetahuan dan teknologi melalui perangkat
elektronik yang secara langsung turut
meningkatkan pengetahuan penduduk setempat.
Pada tahun 2013, persentase rumah tangga yang
menggunakan listrik di Kabupaten Maluku
Tenggara sebesar 70,19 persen baik PLN maupun
Non PLN.
Pemanfaatan air bersih oleh rumah tangga
sebagai sumber air minum maupun untuk
keperluan sehari-hari merupakan salah satu
kebutuhan vital yang harus dipenuhi secara layak.
Oleh sebab itu pada saat mencari tempat tinggal,
biasanya yang menjadi perhatian utama adalah
airnya. Dibanding dengan sumber air lainnya, air
ledeng merupakan sumber air yang paling baik
kualitasnya. Air berasal dari pompa, sumur, sungai,
hujan dan sebagainya, dianggap kurang baik
karena kemungkinan tercemarnya relatif cukup
besar.
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
55
Sumber : Susenas 2013, BPS
Tabel 6.4 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum yang Digunakan
Tahun 2013
Sumber Air Minum 2013
(1) (2)
Air Kemasan Bermerek 0,19
Air Isi Ulang 6,25
Ledeng 13,86
Pompa 5,71
Sumur Terlindung 28,85
Sumur Tidak Terlindung -
Mata Air Terlindung 30,22
Mata Air Tidak Terlindung 10,27
Lainnya 4,66
Sumber : Susenas 2013, BPS
Rumah tangga yang menggunakan sumber
air minum ledeng baru mencapai 13,86 persen.
Kemungkinan penyebab sedikitnya rumah tangga
pemakai ledeng selain karena faktor ekonomi juga
disebabkan jangkauan pelayanan PDAM yang
masih terbatas, sehingga sebagian besar rumah
tangga mengambil air minum dari sumber mata air.
Rumah tangga yang menggunakan air minum dari
sumur terlindung sebesar 28,85 persen dan air
minum dari mata air terlindung sebesar 30,22
persen. Fasilitas air minum terbanyak yang dimiliki
oleh rumah tangga adalah fasilitas umum yaitu
sebesar 50,61 persen.
31,92
17,47
50,61
0,01
Gambar 6.4 Persentase Rumah
Tangga Menurut Fasilitas Air Minum
yang Digunakan Tahun 2013
Sendiri Bersama
Umum Tidak Adahttp
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
56
Masih terdapat rumah
tangga yang tidak
memiliki fasilitas BAB
Fasilitas dalam rumah tangga selain
sumber air minum dan listrik adalah tempat buang
air besar. Tempat buang air besar yang memenuhi
syarat kesehatan adalah yang menggunakan tangki
septik sehingga limbah manusia tersebut tidak
mencemari lingkungan, terutama sumber air
minum (bagi rumah tangga yang sumber air
minumnya dari pompa atau sumur). Oleh karena
itu tempat penampungan akhir sangat penting bagi
kesehatan lingkungan.
Tabel 6.5 Persentase Rumah Tangga Menurut
Fasilitas Tempat Buang Air Besar Tahun 2013
Fasilitas Tempat Buang Air Besar
2013
(1) (2)
Sendiri 61,85
Bersama 3,20
Umum 9,67
Tidak Ada 25,28
Jumlah 100,00
Sumber : Susenas 2013, BPS
Rumah tangga yang memiliki fasilitas
tempat buang air besar sendiri sebesar 61,85
persen, bahkan terdapat 25,28 persen rumah
tangga tidak memiliki fasilitas buang air besar.
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
57
Sekitar 25 persen rumah tangga yang memanfaatkan pantai/laut/kebun/ tanah kosong sebagai tempat pembuangan akhir tinja
Tabel 6.6 Persentase Rumah Tangga Menurut
Tempat Penampungan Akhir Buang Air Besar Tahun 2013
Tempat Penampungan Akhir Buang Air Besar
2013
(1) (2)
Tangki 65,97
Lobang Tanah 8,08
Pantai/Tanah Terbuka 23,11
Sungai/Laut 2,80
Kolam/Sawah 0,04
Jumlah 100,00
Sumber : Susenas 2013, BPS
Sedangkan tempat penampungan akhir
tinja dengan tangki septik sebesar 65,97 persen.
Selebihnya memanfaatkan pantai/laut/kebun/
tanah kosong untuk tempat pembuangan akhir
tinja. Hal ini perlu mendapat perhatian serius dari
pemerintah karena pembuangan tinja yang tidak
baik dapat menyebarkan penyakit seperti diare.
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
58
Pembangunan manusia merupakan manifestasi dari aspirasi dan tujuan suatu bangsa yang dimaksudkan untuk melakukan perubahan secara struktural melalui upaya yang sistematis
Pembangunan manusia didefinisikan
sebagai suatu proses untuk perluasan pilihan
yang lebih banyak kepada penduduk melalui
upaya-upaya pemberdayaan yang mengutamakan
peningkatan kemampuan dasar manusia agar
dapat sepenuhnya berpartisipasi di segala bidang
pembangunan. Elemen-elemen pembangunan
manusia secara tegas menggaris bawahi sasaran
yang ingin dicapai, yaitu hidup sehat dan panjang
umur, berpendidikan dan dapat menikmati hidup
layak.
Ini berarti pembangunan manusia
merupakan manifestasi dari aspirasi dan tujuan
suatu bangsa yang dimaksudkan untuk melakukan
perubahan secara struktural melalui upaya yang
sistematis. Sasaran dasar pembangunan pada
akhirnya adalah peningkatan derajat kesehatan
(usia hidup panjang dan sehat), meningkatkan
pendidikan (kemampuan baca tulis dan
ketrampilan) serta penguasaan atas sumber daya
(pendapatan untuk hidup layak) untuk dapat
berpartisipasi dalam pembangunan.
I P M
http
://mal
ukut
engg
arak
ab.b
ps.g
o.id
Inkesra Kabupaten Maluku Tenggara, 2013
59
IPM merupakan indeks
komposit yang terdiri
dari tiga komponen
utama
United Nations Development Programme
(UNDP) dalam model pembangunannya,
menempatkan manusia sebagai titik sentral dalam
semua proses dan kegiatan pembangunan. Sejak
tahun 1990, UNDP mengeluarkan laporan tahu