37
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paru-paru terletak di cavum thorax tepatnya di mediastinum inferior pars medius. Paru dextra dibagi menjadi 3 lobus yaitu superior, medius, dan inferior. Sedangkan paru sinistra dibagi menjadi 2 lobus yaitu superior dan inferior. Paru diliputi oleh suatu lapisan tipis yang memisahkannya dengan dinding rongga dada yaitu pleura. Pleura dibagi menjadi 2 (dua): 1) Pleura viseral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru- paru. 2) Pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum/hampa udara sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan, juga terdapat sedikit cairan (eskudat) yang berguna untuk rneminyaki permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru 1 Pengukuran Volume Paru, KPM, dan FEV

INI LHO GIR.doc

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Paru-paru terletak di cavum thorax tepatnya di mediastinum inferior pars medius. Paru dextra dibagi menjadi 3 lobus yaitu superior, medius, dan inferior. Sedangkan paru sinistra dibagi menjadi 2 lobus yaitu superior dan inferior. Paru diliputi oleh suatu lapisan tipis yang memisahkannya dengan dinding rongga dada yaitu pleura. Pleura dibagi menjadi 2 (dua):

1) Pleura viseral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-paru.

2) Pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura.

Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum/hampa udara sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan, juga terdapat sedikit cairan (eskudat) yang berguna untuk rneminyaki permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada dimana sewaktu bernapas bergerak. (Guyton, Fisiologi kedokteran, hal 495)

Selain aliran melalui arteri pulmonal ada darah yang langsung mengalir ke paru-paru dad aorta melalui arteri bronkialis. Darah ini adalah darah "kaya oksigen" (oxyge-nated) dibandingkan dengan darah pulmonal yang relatif kekurangan oksigen. Darah ini kembali melalui vena pulmonalis ke atrium kiri. Arteri pulmonalis membawa darah yang sedikit mengandung 02 dari ventrikel kanan ke paru-paru. Cabang-cabangnya menyentuh saluran-saluran bronkial sampai ke alveoli halus.

Alveoli itu membelah dan membentuk jaringan kapiler, dan jaringan kapiler itu menyentuh dinding alveoli (gelembung udara). Jadi darah dan udara hanya dipisahkan oleh dinding kapiler.

Dari epitel alveoli, akhirnya kapiler menjadi satu samai menjadi vena pulmonalis dan sejajar dengan cabang tenggorok yang keluar melalui tampuk paru-paru ke serambi jantung kiri (darah mengandung 02), sisa dari vena pulmonalis ditentukan dari setiap paru-paru oleh vena bronkialis dan ada yang mencapai vena kava inferior, maka dengan demikian paru-paru mempunyai persediaan darah ganda.

Kapasitas paru-paru. Merupakan kesanggupan paru-paru dalam menampung udara didalamnya. Kapasitas paru-paru dapat dibedakan sebagai berikut :

1) Kapasitas total. Yaitu jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada inspirasi sedalam-dalamnya.

Dalam hal ini angka yang kita dapat tergantung pada beberapa hal: Kondisi paru-paru, umur, sikap dan bentuk seseorang,

2) Kapasitas vital. Yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi maksimal

Dalam keadaan yang normal kedua paru-paru dapat menampung udara sebanyak 5 liter.

Waktu ekspirasi, di dalam paru-paru masih tertinggal 3 liter udara. Pada waktu kita bernapas biasa udara yang masuk ke dalam paru-paru 2.600 cm3 (2 1/2 liter), Jumlah pernapasan. Dalam keadaan yang normal:

Orang dewasa: 16-18 x/menit

Anak-anak kira-kira : 24x/menit. Bayi kira-kira : 30 x/menit

http://harnawatiaj.wordpress.com

Gambar paru : http://harnawatiaj.wordpress.com

Volume darah di paru paru kira kira 450 milimeter, sekitar 9 persen dari volume darah total system sirkulasi. Kira kira 70 milimeternya berada di kapiler, sedangkan sisa terbagi sama rata antara vena dan arteri.

Paru paru sebagai tempat penyimpanan darah. Pada berbagai keadaan fisiologis dan patologis, jumlah darah di paru paru dapat bervariasi dari serendah separuh sampai dua kali normal. Sebagai contoh, bila seseorang menghembuskan udara dengan sangat kuat, sehingga timbul tekanan tinggi di paru paru seperti meniup terompet, maka sebanyak 250 mililiter darah dapat dikeluarkan dari system sirkulasimsistemik karena perdarahan dapat dikompensasi sebagian oleh pergeseran darah secara otomatis dari paru paru ke pembuluh sistemik.

Pergeseran darah antara Sistem Sirkulasi Paru dan Sistem Sirkulasi Sistemik sebagai akibat dari Patologi Jantung. Gagal jantung kiri atau meningkatkannya tahanan aliran darah yang melalui katup mitral akibat stenosis mitralis atau regurgitasi mitralis, menyebabkan darah terbendung di sirkulasi paru, kadang kadang meningkatkan volume darah paru sampai 100 persen dan menyebabkan kenaikan tekanan pembuluh darah.

Karena volume sirkulasi sistemik kira kira sembilan kali dari volume sistem paru, maka pergeseran darah dari satu sistem lainnya akan sangat mempengaruhi sistem paru tetapi biasanya kurang berpengaruh terhadap sistem sistemik.

1.1.1 Beberapa Macam Volume Paru

1. Tidal Volume (TV) = Volume Pasang Surut

Yaitu jumlah udara yang keluar masuk paru saat kita bernapas biasa (keadaan tenang). Besarnya Volume Tidal pada dewasa muda sehat rata-rata adalah 500 ml. Volume Tidal dapat dihitung dengan cara orang coba bernapas ke dalam spirometer s/d 5 kali atau lebih, kemudian diambil rata-ratanya.

2. Inspiratory Reserve Volume (IRV) = Volume Cadangan Hisap

Yaitu jumlah udara yang masih dapat dihisap secara maksimal setelah menghisap udara pada pernafasan biasa. Besarnya IRV pada dewasa muda sehat rata-rata 3000 ml.

3. Expiratory Reserve Volume (ERV) = Volume Cadangan Hembus

Yaitu jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan secara maksimal setelah menghembuskan udara pada pernafasan biasa. Besarnya ERV pada dewasa muda sehat rata-rata 1100 ml.

4. Residual Volume (RV) = Volume Residu, Volume Sisa

Yaitu jumlah udara yang masih tersisa di dalam paru meskipun udara telah dihembuskan secara maksimal. Besarnya RV pada dewasa muda sehat rata-rata 1200 ml.

(Guyton dan Hall, Fisiologi Kedokteran, hal. 604)

Tidak semua volume paru dapat diukur memakai spirometer dengan metode biasa, sebagai contoh Volume Residu yang tidak dapat dikeluarkan dari paru hanya dapat diukur dengan cara :

a. Metode terbuka : Menggunakan spirometer terbuka dengan metode dilusi

b. Metode tertutup: Menggunakan Douglas Bag

c. Menggunakan Body Plethysmograph.

1.1.2 Kapasitas Paru

Kapasitas paru adalah penjumlahan dua volume paru atau lebih. Ada beberapa macam Kapasitas paru :

1. Inspiratory Capacity (IC) = Kapasitas Hisap

Kapasitas Hisap diperoleh dari penjumlahan TV + IRV, yaitu jumlah udara yang dapat dihisap sebanyak-banyaknya setelah menghembuskan udara pada pernafasan biasa.

2. Fungtional Residual Capacity (FRC) = Kapasitas Sisa Fungsional

FRC diperoleh dari penjumlahan ERV + RV, yaitu jumlah udara di dalam paru setelah meghembuskan udara pada pernafasan biasa (tenang). Seperti yang diketahui bahwa RV tidak dapat diukur dengan spirometer yang digunakan pada praktikum, maka FRC yang merupakan penjumlahan RV + ERV juga tidak dapat diukur pada praktikum ini.

3. Vital Capacity (VC) = Kapasitas Vital (KV)

Merupakan penjumlahan dari ERV + TV + IRV, yaitu jumlah udara sebanyak-banyaknya yang bisa dihisap atau dihembuskan. Ada 2 cara untuk mengukur besarnya Kapasitas Vital :

a. Cara One Stage :

Setelah menghembuskan napas biasa, orang coba menghisap udara (inspirasi) semaksimal mungkin, kemudian langsung menghembuskan napas (ekspirasi) semaksimal mungkin.

b. Cara Two Stages :

Setelah menghembuskan napas biasa, orang coba menghisap udara (inspirasi) semaksimal mungkin, lalu menghembuskan napas biasa (dengan relaks), disusul dengan bernapas tenang beberapa kali, baru setelah itu menghembuskan napas (ekspirasi) semaksimal mungkin.

4. Total Lung Capacity (TLC) = Kapasitas Paru Total

Yaitu jumlah udara sebanyak-banyaknya yang ada dalam paru, jadi merupakan penjumlahan dari semua volume paru (IRV + TV + ERV + RV), dengan demikian TLC juga tidak dapat diukur pada praktikum ini. Besarnya kira-kira 5800 ml.

Volume dan kapasitas paru-paru pada wanita kira-kira 20-25 % lebih kecil daripada pria dan lebih besar lagi pada atlet dan orang bertubuh besar daripada orang yang bertubuh kecil dan asteris.

(Guyton, Fisiologi kedokteran, hal 605).

Semua harga yang diperoleh dari percobaan ini masih berada dalam keadaan ATPS (Ambient Temperature Pressure Saturated) dam masih harus diubah ke dalam keadaan BPTS (Body Temperature Pressure Saturated).

Dimana :

P1= P barometer ruangan P uap air pada suhu ruangan

V1= Volume yang dicatat oleh spirometer (dalam APTS)

T1= 273 + temperatur ruangan dalam derajat celcius

P2= P barometer ruangan P uap air pada suhu tubuh

V2= Volume yang dicari (dalam BPTS)

T2= 273 + temperatur tubuh dalam derajat celcius

5. Forced Vital Capacity (FVC) = Kapasitas vital paksaan

FVC adalah Kapasitas Vital yang diperoleh dengan usaha semaksimal mungkin dengan bantuan kontraksi sekuat-kuatnya dari otot-otot pernapasan utama dan otot-otot pernapasan tambahan. Jumlah udara yang dihembuskan secara maksimal pada Kapasitas Vital Paksaan ini dapat diukur pada saat detik pertama (FEV1), kedua (FEV2), dan ketiga (FEV3). Nilai yang diperoleh mengenai kekuatan otot-otot pernapasan serta beberapa aspek fungsi pernapasan lain.

6. Kapasitas Pernapasan Maksimal (KPM) = Ventilasi volunter maksimal

KPM adalah jumlah udara yang dapat dihisap atau dihembuskan secara maksimal selama satu menit.

1.1.3 Ventilasi Alveolus

Ventilasi alveolus merupakan sistem yang paling penting, dimana udara terus menerus diperbarui dalam area penukaran gas baru. Yang termasuk area ini adalah kantong alveolus, alveoli, ductus, alveolis, dan bronkolis respiratus. Kecepatan udara baru yang termasuk area diatas disebut ventilasi alveolus. Sebagian udara yang dihirup seseorang tidak mencapai daerah pertukaran gas tetapi tetap dalam saluran pernapasan dimana pada tempat ini terjadi pertukaran gas seperti hidung, faring, trakea. Udara ini disebut udara ruang rugi sebab tidak berguna untuk proses pertukaran gas. Saluran napas dimana tidak terjadi pertukaran gas disebut ruang rugi. Volume ruang rugi normal pada orang dewasa sekitar 150 mL.

( Guyton, Fisiologi kedokteran, hal 606 )

1.1.4 Otot Otot Pernapasan

Otot pernapasan yang berperan dalam pernapasan ada dua kelompok, yaitu :

1. Otot yang berperan dalam inspirasi

a. Diafragma

Gerakan menyebabkan perubahan volume interatokal sebesar 75 % selama inspirasi tenang.

b. Muscullus Intercostalis Eksternus

c. Muscullus Sternocleidomastoideus

d. Muscullus Scalenus

e. Muscullus Seratus Anterior

2. Otot yang berperan dalam ekspirasi

a. Otot Dinding Abdomen Anterior

b. Muscullus Intercostalis Internus

c. Muscullus Serratus Inferior Posterior

Otot otot pernapasan melakukan kerja untuk meregang jaringan elastis dinding dada dan paru ( kerja elastis ), menggerakkan jaringan, tidak elastis ( Tahanan Viskos ), serta menggerakkan udara melalui jalur pernapasan.

( W. F. Ganong, hal 625 )

1.1.5 Difusi Oksigen dan Karbon Dioksida

Unit pernapasan terdiri dari Bronkiolus, ductus alveolis, atria, alveoli. Dinding alveolus sangat tipis dan di dalamnya terdapat jaringan kapiler darah yang hampir padat dan saling berhubungan. Dengan terdapatnya jaringan kapiler yang saling berhubungan dan hampir penuh mengisi dinding tersebut, dengan demikian jelas bahwa jaringan alveolus dan darah paru terjadi melalui membran di seluruh terminal atau ujung paru, tidak hanya di dalam alveoli itu sendiri. Membran ini dikenal sebagai membran pernapasan atau membran paru.

Pada membran pernapasan terdiri dari beberapa lapisan :

1. Lapisan cairan yang melapisi alveolus, berisikan surfaktan yang fungsinya mengurangi tekanan permukaan cairan alveolus.

2. Epitel alveolus yang terdiri dari epitel yang tipis.

3. Membran basalis epitel.

4. Ruang interstisial tipis diantara epitel alveolus dan membran kapiler.

5. Membran basalis kapiler yang pada beberapa tempat bersatu dengan membran basalis epitel.

6. Membran endotel kapitel.

( Guyton dan Hall, fisiologi Kedokteran, hal 359 )

1.2. Permasalahan

1. Berapa persenkah harga KV yang didapat (dalam BPTS) dibanding dengan harga standar ?

2. Normalkah paru dari orang coba tersebut ?

3. Udara dari bagian mana yang diekspirasikan pada detik pertama, kedua, dan ketiga?

4. Bagaimana kesan anda terhadap paru-paru orang coba ?

5. Diantara FEV1, FEV2 , FEV3, manakah yang paling cocok untuk mendeteksi kelainan paru secara epidemiologik dan manakah secara faali ?

6. Hitunglah harga KPM satndard dan bandingkan dengan hasil perhitungan dari percobaan anda, normalkah harga tersebut ?

1.3. Tujuan Praktikum

1. Melatih mahasiswa melakukan pemeriksaan fungsi ventilasi paru bersama sama dengan saling membantu dan kerja sama.

2. Melakukan pemeriksaan dengan prosedur yang benar.

3. Mengukur volume paru sukarelawan.

4. Menentukan apakah volume paru sukarela itu dalam kondisi retriksi atau tidak.

5. Mengukur kapasitas pernapasan maksimal sukarelawan.

6. Menentukan apakah relawan menderita obstruksi jalan napas atau tidak berdasar hasil pemeriksaan pada nomor 5.

7. Mengukur volume ekspirasi paksa ( Forced Expiratory Volume = FEV ) sukarelawan

8. Menentukan apakah menderita obstruksi jalan napas atau tidak berdasarkan hasil pemeriksaan pada nomor 7.

BAB II

METODE KERJA

Alat dan Bahan Praktikum

1. Spirometer : Ada 2 jenis, yaitu spirometer terbuka dan spirometer tertutup. Yang digunakan dalam praktikum adalah spirometer tertutup. Ada 4 jenis spirometer tertutup yang dapat dipergunakan dalam praktikum di sini :

.a Spirometer Collin

.b Spirometer Chest

.c Spirometer Harvard

.d Spirometer Palmer

2. Timbangan dan pengukur tinggi badan

3. Barometer air raksa

4. Penjepit hidung dan mouth piece

5. Kertas spirogram

Cara Penghitungan

PENGUKURAN KAPASITAS VITAL

Cara Kerja :

1. Letakkan sungkup spirometer pada posisi paling rendah. Tutup hubungan spirometer dengan udara luar dan isilah spirometer dengan oksigen murni. Berikutnya hidupkan aliran listrik dan jalankan drum pencatat dengan kecepatan yang paling rendah.

2. Pasang mouth piece pada pipa spirometer dan letakkan karet mouth piece di antara gigi dan bibir, kemudian hidung dijepit dengan penjepit hidung sehingga orang coba bernapas melalui mulut. Selama percobaan orang coba harus dalam posisi berdiri.

3. Setelah orang coba terbiasa bernapas melalui mouth piece, maka bukalah hubungan antara mulut dengan spirometer.

4. Perintahkan orang coba bernapas biasa ke dalam spirometer sebanyak kurang lebih 5 kali (untuk menghitung TV), setelah itu orang coba melakukan perhitungan KV one stage dan two stages.

7. Rubahlah hasil-hasil yang diperoleh dalam kondisi ATPS ke BTPS dengan rumus :

Dimana :

P1= P barometer ruangan P uap air pada suhu ruangan

V1= Volume yang dicatat oleh spirometer (dalam APTS)

T1= 273 + temperatur ruangan dalam derajat celcius

P2= P barometer ruangan P uap air pada suhu tubuh

V2= Volume yang dicari (dalam BPTS)

T2= 273 + temperatur tubuh dalam derajat celcius

PENGUKURAN KAPASITAS VITAL PAKSAAN = FORCED VITAL CAPACITY

(FVC)

FVC adalah Kapasitas Vital yang diperoleh dengan usaha semaksimal mungkin dengan bantuan kontraksi sekuat-kuatnya dari otot-otot pernapasan utama dan otot-otot pernapasan tambahan. Jumlah udara yang dihembuskan secara maksimal pada Kapasitas Vital Paksaan ini dapat diukur pada saat detik pertama (FEV1), kedua (FEV2), dan ketiga (FEV3).

Cara Kerja :

Perintahkan orang coba untuk menghirup udara dari spirometer semaksimal mungkin, tahan sebentar kemudian hembuskan udara pernapasan ke dalam spirometer dengan sekuat-kuatnya, sementara itu drum pencatat diputar dengan kecepatan paling tinggi (20 mm/detik). Di sini dapat diukur jumlah udara yang dihembuskan secara maksimal pada detik pertama (FEV1), detik kedua (FEV2), dan detik ketiga (FEV3), yang dibandingkan dengan jumlah udara yang dikeluarkan pada Kapasitas Vital Paksaan.

PENGUKURAN KAPASITAS PERNAPASAN MAKSIMAL (KPM)

KPM adalah jumlah udara yang dapat dihisap atau dihembuskan secara maksimal selama satu menit. Bila ada hambatan dari jalan napas, maka harga KPM ini akan turun. KPM harus dibedakan dengan :

1. Menit Volume : yaitu jumlah udara yang dihisap ataupun dikeluarkan dalam waktu satu menit = TV x frekuensi napas / menit.

2. Alveolar Ventilation : yaitu jumlah udara yang mengadakan pertukaran gas dengan kapiler alveoli dalam waktu satu menit = (TV dead space) x frekuensi napas / menit.

Alat Yang Dipergunakan :

Ada 3 jenis spirometer yang dapat dipergunakan :

1. Spirometer dari Collin

Spirometer ini memiliki 2 macam alat penulis (pen)

a. Pen Respirasi :

Gerakan pen ini mengikuti gerakan pernapasan orang coba > mengikuti gerakan bel dari spirometer.

b. Pen Ventilometer :

Pen ini hanya bergerak naik pada saat orang coba melakukan inspirasi, dan pada saat ekspirasipen hanya bergerak datar. Oleh karena itu grafik ventilograf menunjukkan gambaran seperti tangga. Grafik ventilograf ini menunjukkan berapa jumlah oksigen yang telah diserap oleh kapiler alveoli orang coba. Kecepatan gerak pen ventilometer pada spirometer Collin = 1/25 X kecepatan pen respirasi.

1. Spirometer dari Chest

Spirometer ini juga memilki pen respirasi dan pen ventilometer, hanya saja kecepatan pen ventilometer di sini = 1/10 x kecepatan gerak pen respirasi.

2. Spirometer dari Harvard

Spirometer ini hanya mempunyai pen respirasi saja.

CARA KERJA :

Karena dalam praktikum ini alat yang tersedia adalah spirometer Harvard, maka hanya dijelaskan cara kerja menggunakan spirometer Harvard.

1. Perintahkan orang coba bernapas secepat-cepatnya dan semaksimal mungkin dari dan ke spirometer, sementara itu drum pencatat diputar dengan kecepatan sedang (10 mm/detik) selama 12 detik.

2. Besarnya amplitudo pada setiap kali napas diukur, demikian pula banyaknya frekuensi napas yang terjadi selama 12 detik tersebut.

3. Besarnya Kapasitas Pernapasan Maksimal = Volume Tidal Maksimal tiap kali bernapas x frekuensi pernapasan selama 12 detik x 60/12 liter/menit.

BAB IIIHASIL PRAKTIKUM

Grafik Kapasitas Vital

Orang coba Pria : Wahyu

Tempat : Lab Faal FK UWKS

Waktu : 09.50 WIB

Kecepatan spirometer : 2,5 mm / detik

Data Mahasiswa Coba 2

Nama

: Ianta

Umur

: 19 thn

Jenis Kelamin

: Perempuan

Tinggi Badan

: 155 cm

Berat Badan

: 52,5 kg

LPT

: 149 m2

Suhu Ruangan

: 27 0C

P.Barometer

: 763 mmHg

P.Uap air pada suhu ruangan: 25 mmHg

PERHITUNGAN

Konversi menjadi satuan volume

a. Perhitungan VC cara One Stage

TV= 22+18+33+24

4

= 24.25 mm

= 24.25 mm x 30 ml/mm

= 727,5 ml

= 0,7275IRV= 18 mm x 30 ml/mm

= 540 ml

= 0,540ERV= 22 mm x 30 ml/mm

= 660 ml

= 0,660IC= TV + IRV

= 0,7275 + 0,540

= 1,2675VC= IC + ERV

= 1,2675 + 0,660= 1,9275 (ATPS)

b. Perhitungan VC dengan cara Two Stage

TV= 31 + 30

2

= 30,5 mm

= 30,5 mm x 30 ml/mm

= 9,15 ml

= 0,915 l

IRV= 8,67 mm x 30 ml/mm

= 260,1 ml

= 0,2601ERV= 18 mm x 30 ml/mm

= 540 ml

= 0,54VC= IRV + TV + ERV

= 0,2601 + 0,9151 + 0,54

= 1,715 (ATPS)

c. Perhitungan FVC

FVC= 60 x 30 ml/mm

= 1980 ml

= 1,980 (ATPS)

FEV1= 31 mm x 30 ml/mm

= 930 ml

= 9,30 (ATPS)

d. Perhitungan KPM

KPM =83+76+74+69+74+76= 314 m

= 314 mm x 30 ml/mm

= 9420 ml

= 9,420 (ATPS)

Konversi menjadi satuan volume

P Barometer ruangan

= 710 mmHg

P Uap air pada suhu ruangan

= 26,5 mmHg

P Uap air pada suhu tubuh

= 46.8 mmHg

Suhu ruangan

= 270 C

Suhu tubuh

= 37,20 C

Maka :

P1 = P Barometer ruangan P Uap air pada suhu ruangan

P1 = 710 mmHg 26,5 mmHg

= 683,5 mmHg

P2 = P Barometer rusngsn P Uap air pada suhu tubuh

= 710 mmHg 46,8 mmHg

= 663,2 mmHg

T1 = 273 + temperature ruangan ( 0C)

= 273 + 27 C

= 3000 K

T2 = 273 + temperature tubuh ( 0C)

= 273 + 370C

= 310 0K

Rumus Konstanta

P1V1 = P2V2

T1 T2

V2 = P1T2 x V1

P2 T1

Iantaa. Perhitungan VC ( One Stage)

VC (ATPS)= 1,9275VC (BTPS)= 683,5 x 310 x 1,9275 663 x 300

= 1,98 x1.9275 = 3.81645b. Perhitungan VC (Two Stage)

VC (ATPS)= 1.715VC (BTPS)= 683.5 x 310 x 1,715 663x300

= 1.98 x 1.715

= 3.3957c. Perhitungan FVC dan FEV1

FVC (ATPS)= 1.980FVC (BTPS)= 683.5x 310 x 1,980 663 x 300

= 1,98 x 1,980

= 3,9204FEV1 (ATPS)= 9,30FEV1 (BTPS)683.5x 310 x 9,30 663 x 300

= 1,98x 9,30

= 18,414d. Perhitungan KPM

KPM (ATPS)= 9,420KPM (BTPS)= 683.5 x 310 x 9,420 663x300

= 1,98 x 9,42

= 18,6516Rumus KPM= Volume (BTPS) x 60/12

= 18.65 x 5

=93,258 l/menit

Perbandingan dengan harga standard

a. VC Standar

VC wanita = {21,78 (0,101 x umur dalam tahun)} x tinggi dalam

cm

VC ianta (One Stage) = {21,78 (0,101 x 19)} x 155

= {21,78 1,919} x 155

= 19,861 x 155

= 3078,455 ml

= 3,078455 LPersentase

= VC yang didapat 100%

VC Standard

= 3.3957 x 100%

3,078455

= 110 %

b. FVC Standard

FVC Wanita

= -3,37 + (0,028 x umur) + (0,036 x TB) + {(1,00 x C)

(0,0458 x C x umur)}

= -3,37+ (0,028 x 19) + (0,036 x 155) + 0

= -3,37 + 0,532 + 5,58

= 2,742 Persentase = FVC yang didapat .100 %

FVC standard

= 2,742 x 100 %

3,9204= 69,9%

FEV1 wanita = -2,39 + (0.017 x umur) + (0,029 x TB)+{(0,85 x C) (0,039

x C x umur)}

= -2,39 + (0,017 x 19) + (0,029 x 155)

= -2,39 + 0,323 + 4,495 = 2,428 LPresentase = FEV1 yang didapat 100 %

FEV1 standard

= 2,428 x 100 %

18,414 = 13,2 %c. KPM standard

KPM wanita = {71,3- (0,474 x umur ) x LPT

= 62,294 x 1,49

= 92,81 L Presentase = KPM didapat 100 %

KPM standard

= 92,81 x 100%

93,258

= 99,5 %TABEL HASIL PRATIKUM

Vital Capacity (VC)

Orang CobaVC

Didapat (liter)VC

Standar (liter)VC didapat/ standar x 100% Kesimpulan

Fitri (Perempuan)2,2302,99974,35%Kurang dari standar

Forced Vital Capacity (FVC)

Orang CobaFVC

Didapat (liter)FVC

Standar (liter)FVC didapat/ standar x 100%Kesimpulan

Fitri (Perempuan)1,732,59866.58 %Kurang dari standar

Forced Expiratory Volume1 (FEV1)

Orang CobaFEV

Didapat (liter)FEV

Standar (liter)FEV didapat/ standar x 100% Kesimpulan

Fitri (Perempuan)1,2582,31254,4%Kurang dari standar

Kapasitas Pernafasan Maksimal (KPM)

Orang CobaKPM

Didapat (liter)KPM

Standar (liter)KPM didapat/ standar x 100%Kesimpulan

Fitri (Perempuan)60,4268,5288 %Normal

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Diskusi Hasil Praktikum

Berdasar data hasil praktikum kelompok kami dengan mengguankan Spirometer Harvard, diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Tidal Volume

Pada orang coba 1 untuk TV yang didapat pada one stage sebesar 442 mL, dan pada two stages adalah sebesar 755 mL. Hal ini bila dibandingakan dengan harga normal TV sebesar 500 mL maka hasil yang didapat pada one stage dan two stages dapat dikatakan bahwa hasil orang coba 1 pada one stage kurang dari normal sedangkan pada two stage ini adalah melebihi normal.

Pada orang coba 2 untuk TV yang didapat pada one stage sebesar 330mL, dan pada two stages adalah sebesar 420 mL. Hal ini bila dibandingakan dengan harga normal TV sebesar 500 mL maka hasil yang didapat pada one stage dan two stages dapat dikatakan bahwa hasil orang coba 2 pada praktikum ini adalah baik one stage maupun two stage jumlahnya kurang dari normal .

2. Inspiratory Reserve Volume ( IRV )

Harga IRV orang coba 1 pada praktikum kali ini diperoleh dengan cara one stage adalah sebesar 1950 mL, dan pada two stages adalah sebesar 2280 mL. sedangkan harga normal IRV sebesar 3000 mL, dilihat dari hasil yang didapat pada one stage orang coba 1 dapat dikatakan kurang dari normal.

Harga IRV orang coba 2 pada praktikum kali ini diperoleh dengan cara one stage adalah sebesar 1200 mL, dan pada two stages adalah sebesar 1050mL. sedangkan harga normal IRV sebesar 3000 mL, dilihat dari hasil yang didapat pada one stage dan two stage orang coba 2 dapat dikatakan bahwa kurang dari normal.

3. Expiratory Reserve Volume ( ERV )

Pada percobaan ini hasil yang diperoleh pada orang coba 1 untuk one stage sebesar 1350 mL. Dan pada two stages didapatkan hasil sebesar 1140 mL. Sedangkan harga normal ERV sebesar 1100 mL sehingga hasil yang didapat pada orang coba 1 tergolong one stage kurang dari normal dan two stage telah mendekati normal.

Pada percobaan ini hasil yang diperoleh pada orang coba 2 untuk one stage sebesar 600 mL. Dan pada two stages didapatkan hasil yang tetap sebesar 600 mL. Sedangkan harga normal ERV sebesar 1100 mL sehingga hasil yang didapat pada orang coba 1 tergolong kurang dari normal.

4. Kapasitas Vital ( KV )

Pada kapasitas vital ini dilakukan dua cara:

Cara one stage:Orang coba 1 = ( 3,692 ATPS )

( 3,873 BTPS )

Orang coba 2 = ( 2,130 ATPS )

( 2,230 BTPS )

Cara two stages:Orang coba 1 = ( 4,175 ATPS )

( 4,379 BTPS )

Orang coba 2 = ( 2.07 ATPS)

( 2,171 BTPS )

4.2 Diskusi Jawaban Pertanyaan

1. Berapa persenkah harga KV yang didapat (dalam BPTS) disbanding dengan harga standar ?

Pria

% KV = 92,61 %

Wanita

% KV = 74,35 %

2. Normalkah paru orang tersebut ?

Harga KV pada orang coba pria normal.

Harga KV pada orang coba wanita normal.

3. Udara dari bagian mana yang diekspresikan pada detik 1,2, dan 3 ?

Detik 1: Rongga hidung atau mulut faring, trakea (Ruang Rugi), laring

Detik 2: Bronkus dan cabang-cabangnya sampai dengan bronkus terminlis

Detik 3: Bronkus respiratorius sampai alveoli

Semua bagian diatas adalah termasuk organ pernafasan bagian atas dan bawah.

4. Bagaimana kesan saudara pada paru orang coba tadi ?

Diketahui FVC pada orang coba 1 adalah 93,56 %. Hal ini menunjukkan bahwa orang coba normal , dimana harga normalnya adalah FVC hitung > 80 % harga standar.

Diketahui FVC pada orang coba 2 adalah 66,58 %. Hal ini menunjukkan bahwa orang coba kemungkinan mengalami Restriksi ringan pada proses difusi antar alveoli dan kapiler paru.

Selain itu FEV1 pada orang coba 1 diketahui 86,2 %. Hal ini menandakan bahwa orang coba 1 normal. Dan FEV1 pada orang coba 2 diketahui 54,44 %. Hal ini menunjukkan bahwa orang coba kemungkinan mengalami Obstruksi pada tingkat yang sedang.

5. Hitunglah harga KPM standart dibandingkan dengan hasil perhitungan dari percobaan tersebut ?

Pria

Presentase = KPM didapat 100 %

KPM standard

= 81,03 x 100 %

145,5058

= 55,68 %

Wanita

Presentase = KPM didapat x 100 %

KPM standard

= 60,42 x 100%

68,52

= 88 %

BAB V

KESIMPULAN

1. Kapasitas paru yang dapat dihitung pada praktikum faal baru yaitu :

A. Vital Capacity (VC)

B. Forced Vital Capacity (FVC)

C. Kapasitas Permasalahan Maksimal (KPM)

Sedangkan Forced Residual Capacity (FRC) dan Total Lung Capacity (TLC) tidak dapat dihitung.

2. Pada percobaan kali ini dapat diketahui kelainan paru-paru dan kriteria paru-paru normal.

Dengan membandingkan harga FEV1 dan FVC dapat diketahui adanya kelainan dari paru-paru yang sifatnya Obstruksi saluran nafas

Dengan membandingkan FVC orang coba dengan FVC standart dapat mendeteksi kelainan paru yang sifatnya Restriksi atau gangguan pada difusi gas antara alveoli dan kapiler paru.

3. Empat peristiwa fungsional utama yang terjadi pada pernafasan :

a. Ventilasi paru

b. Transport CO2 dan O2 dalam darah yang di alirkan ke tubuh dan dari sel.

c. Difusi O2 dan CO2 antara alveoli dan darah.

d. Pengaturan nafas

4. Volume Paru adalah volume udara yang mengisi petak-petak ruangan udara dalam paru, terdiri dari :

A. Tidal Volume (TV)

B. Inspiratory Reserve Volume (IRV)

C. Ekspiratory Reserve Volume (ERV)

D. Residual Volume (RV)

5. Untuk Vital Capacity dipengaruhi oleh jenis kelamin, ukuran tubuh, umur, dan posisi saat dilakukannya pengukuran. Namun tidak dipengaruhi oleh Berat Badan.

6. Sedangkan untuk FEV dan KPM dipengaruhi oleh waktu. Untuk KPM dipengaruhi oleh luas permukaan tubuh sehingga secara tidak langsung dipengaruhi oleh tinggi dan berat badan

DAFTAR PUSTAKA

Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 20. Jakarta: EGC.

Guyton, Arthur C. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC.

Guyton, Arthur C dan Hall, John E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9. Jakarta: EGC.

P1 x V1 = P2 x V2

T1 T2

P1 X V1 = P2 X V2

T1 T2

1 mm = 30 ml

22Pengukuran Volume Paru, KPM, dan FEV