Upload
pesso-tiga-huruf
View
342
Download
22
Embed Size (px)
DESCRIPTION
inspeksi jamban dan pengolahan limbah cair
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang
saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan sendiri. Demikian
pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi
kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya
dengan masalah ‘sehat sakit’ atau kesehatan tersebut. Menurut Hendrik L.Bloom
(1974) ada 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu
maupun kesehatan masyarakat, yaitu keturunan, lingkungan, perilaku, dan
pelayanan kesehatan. Status kesehatan akan tercapai secara optimal, bilamana
keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal
pula. Salah satu faktor saja berada dalam keadaan yang terganggu, maka status
kesehatan bergeser di bawah optimal.
Perkembangan epidemiologi menggambarkan secara spesifik peran
lingkungan dalam terjadinya penyakit dan wabah, bahwasanya lingkungan
berpengaruh pada terjadinya penyakit. Interaksi manusia dengan lingkungan
hidupnya merupakan suatu yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan
sampai ia meninggal, hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya
dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.
1
Hubungan antara manusia dengan lingkungannya selanjutnya dapat
meningkatkan kualitas lingkungan dapat pula menghasilkan sesuatu yang dapat
merugikan lingkungan, sesuatu yang merugikan lingkungan disebut sebagai
“environmental hazard” dan hal tersebut dapat mempengaruhi aktivitas manusia.
Segala aktivitas manusia dapat saling timbal balik dengan sistem penunjang
kehidupan dan sumber daya serta sisa-sisa aktivitas manusia (sampah).
Masalah penyehatan lingkungan pemukiman khususnya pada jamban
keluarga dan pengelolaan air limbah merupakan masalah kesehatan yang perlu
mendapatkan prioritas. Fasilitas jamban keluarga dan pengelolaan air limbah di
masyarakat terutama dalam pelaksanaannya tidaklah mudah, karena menyangkut
peran serta masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya dengan perilaku,
tingkat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.
Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama
kematian di Indonesia. Bahkan pada kelompok bayi dan balita, penyakit-penyakit
berbasis lingkungan menyumbangkan lebih 80% dari penyakit yang diderita oleh
bayi dan balita. Keadaan tersebut mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan
kualitas intervensi kesehatan lingkungan (Data Susenas 2001).
Munculnya kembali beberapa penyakit menular sebagai akibat dari
semakin besarnya tekanan bahaya kesehatan lingkungan yang berkaitan dengan
masalah sanitasi, cakupan air bersih dan jamban keluarga yang masih rendah,
perumahan yang tidak sehat, pencemaran makanan oleh mikroba, telur cacing dan
bahan kimia, penanganan sampah dan limbah yang belum memenuhi syarat
2
kesehatan, vektor penyakit yang tidak terkendali (nyamuk, lalat, kecoa, tikus dan
lain-lain), pemaparan akibat kerja (penggunaan pestisida di bidang pertanian,
industri kecil dan sektor informal lainnya), bencana alam, serta perilaku
masyarakat yang belum mendukung ke arah pola hidup bersih dan sehat.
Para ahli kesehatan masyarakat sebetulnya sudah sangat sepakat dengan
kesimpulan H.L. Bloom yang mengatakan bahwa kontribusi terbesar terhadap
terciptanya peningkatan derajat kesehatan seseorang berasal dari kualitas
kesehatan lingkungan dibandingkan faktor yang lain. Namun energi dan kebijakan
anggaran agaknya masih sangat cenderung kepada program yang bersifat kuratif.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mencoba untuk melakukan
penelitian mengenai sanitasi lingkungan khususnya masalah fasilitas jamban
keluarga dan pengelolaan air limbah di di RW 013, Desa Sungai Rengas,
Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka
rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana keadaan jamban keluarga di RW 013, Desa Sungai Rengas,
Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya?
2. Bagaimana pengelolaan air limbah di RW 013, Desa Sungai Rengas,
Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya?
3
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui distribusi fasilitas jamban keluarga dan pengelolaan air
limbah di di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap,
Kabupaten Kubu Raya
2. Untuk mengetahui gambaran fasilitas jamban keluarga dan pengelolaan air
limbah di di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap,
Kabupaten Kubu Raya
1.4. Manfaat Penelitian
1. Diharapkan dapat menjadi salah satu bahan masukan bagi Kantor Wilayah
Departemen Kesehatan Pontianak dalam menerapkan berbagai kebijakan
untuk mewujudkan suatu pemukiman yang sehat.
2. Sebagai bahan bacaan bagi masyarakat dan menjadi sumbangan ilmiah
bagi peneliti-peneliti selanjutnya.
3. Penelitian ini merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam rangka
mengembangkan ilmu pengetahuan serta pengembangan diri khususnya
dalam bidang penelitian.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jamban
Jamban adalah fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas
tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa
(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk
membersihkannya.
2.1.1. Jenis-Jenis Jamban
1. Jamban cemplung adalah jamban yang penampungannya berupa lubang
yang berfungsi menyimpan dan meresapkan cairan kotoran/tinja ke dalam
tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk jamban
cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau.
a. Keuntungan yaitu :
a.Mudah dibuat
b.Bentuk sederhana
c. Bahan-bahan dapat dicari didaerah setempat
d. Air yang dibutuhkan untuk menggelontor sedikit
e. Murah
b. Kerugian Yaitu :
5
a. Gangguan bau yang ditimbulkan
b. Memungkinkan serangga atau tikus untuk bersarang
c. Bila sudah penuh tidak dapat dibuat lubang disebelahnya
2. Jamban tangki septik/leher angsa adalah jamban berbentuk leher angsa
yang penampungannya berupa tangki septik kedap air yang berfungsi
sebagai wadah proses penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang
dilengkapi dengan resapannya. Lantrin jenis septic tank ini merupakan
cara yang paling memenuhi syarat, septic tank terdiri dari tangki
sedimentasi yang kedap air, dimana tinja dan air buangan masuk dan
mengalami dekomposisi. Didalam tanki ini tinja akan berada selama
beberapa hari, dan mengalami dua proses, yakni :
1. Proses Kimia
a. 60 – 70 % zat – zat padat akan mengendap di dalam tanki Sludge.
b. Zat – zat yang tidak dapat hacur bersama lemak dan busa akan
mengapung dan membentuk lapisan yang menututp permukaan air
dalam tangki scum.
c. Scum berfungsi : mempertahankan suasana anaerob dari cairan
dibawahnya, yang memungkinkan bakter – bakteri anaerob dan
fakultatif anaerob dapat tumbuh subur, yang berfungsi pada proses
berikutnya.
2. Proses Biologis
6
Terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob melalui
fakultatif anaerob yang memakan zat – zat organik alam sludge dan scum.
Hasilnya, selain terbentuknya gas dan zat cair lainnya, juga pengurangan
volume sludge, sehingga memungkinkan septic tank tidak cepat penuh.
Cairan enfluent sudah tidak mengandung bagian – bagian tinja dan
mempunyai BOD yang relative rendah. Cairan ini akhirnya dialirkan
keluar melalui pipa dan masuk kedalam tempat perembesar. Sampah dan
pengelolaannya sampah suatu bahan atau benda padat yang sudah tidak
dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi
dalam suatu kegiatan manusia dandibuang.
3. Jamban Plasegan
Plasegan dari bahasa jawa yaitu melengsengkan, yang berarti miring.
Nama ini dipakai dari lubang tempat jongkok ke tempat penampungan
kotorannya dihubungkan menggunakan saluran yang miring, jadi tempat
jongkok dari jamban tidak dibuat persis diatas tempat penampungan
kotoran, melainkan jauh ke sampingnya.
1. Keuntungannya
a. Aman pemakaian bagi anak – anak dan orang tua.
b. Dapat bertahan lama karena proses penguraiannya mudah.
2. Kerugiannya
a. Kurang cocok untuk daerah yang kurang air.
b. Kurang cocok untuk daerah yang tanahnya jenuh atau tidak
menyerap air.
7
c. Biaya pembuatan relative mahal, sehingga tidak cocok untuk
masyarakat yang kurang mampu.
3. Jenis leher angsa mempunyai dua cara yaitu
1. Dimana tempat jongkok leher angsa berada langsung diatas galian
penampungan kotoran.
2. Dimana tempat jongkok tidak berada langsung diatas lubang galian
penampungan.
Dalam hal ini, lubang penampungan dapat dibuat dua buah untuk
dipergunakan secara bergantian, jika salah satu lubang sudah
penuh, untuk daerah pasang surut dapat pula dibangun jamban lain.
Jamban Cemplung / Kakus
i. Sering dijumpai di daerah pedesaan di Jawa. Sering
dijumpai jamban cemplung kurang sempurna, missal :
tanpa rumah jamban dan tanpa tutup, sehingga serangga
mudah masuk dan bau.
ii. Dalamnya 1,5 – 3 agar tidak mengotori air tanah
dibawahnya.
iii. Jarak dari sumber air sekurang – kurangnya 15 m dan
atap dapat terbuat dari daun kelapa.
4. Jamban Cemplung Berventilasi (Ventilasi Improved Pit Latrine = VIP
Latrine) hampir mirip dengan jamban cemplung tetapi jamban ini lebih
lengkap, yakni menggunakan ventilasi pipa, rumah jamban tersebut
dapat dibuat dari bamboo atau jerami.
8
5. Jamban Empang (Fishpond Latrine), Jamban ini dibangun diatas
empang ikan, didalam system jamban ini terjadi daur ulang : Tinja
dimakan ikan, ikan dimakan orang, dan seterusnya. Berfungsi
mencegah tercemarnya lingkungan oleh tinja menambah protein bagi
masyarakat menghasilkan ikan.
6. Jamban Pupuk (the compost privy), pada prinsipnya jamban ini seperti
kakus cemplung, jamban ini juga untuk membuang kotoran binatang,
sampah dan daun – daunan.
1. Mula – mula membuat jamban cemplung biasa.
2. Di lapisan bawah sendiri ditaruh daun – daun.
3. Diatasnya ditaruh kotoran dan kotoran binatang (bila ada)
tiap – tiap hari.
4. Setelah kurang lebih 20 inchi, ditutup lagi dengan daun –
daunan sampah, selanjutnya ditaruh kotoran lagi.
5. Demikian selanjutnya sampai penuh.
6. Setelah penuh ditimbun tanah, dan membuat jamban baru.
7. Lebih kurang 6 bulan kemudian dipergunakan pupuk
tanaman.
2.1.2. Tujuan Penggunaan Jamban
Dapat mencegah terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang
berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia serta dapat
9
mencegah vektor pembawa untuk menyebarkan penyakit pada pemakai dan
lingkungan sekitarnya.
2.1.3. Tujuan Program JAGA (jamban keluarga)
Tidak membuang tinja ditempat terbuka melainkan membangun jamban
untuk diri sendiri dan keluarga.
2.1.4. Syarat-Syarat Jamban Sehat
1. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum
dengan lubang penampungan minimal 10 meter
2. Tidak berbau
3. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus
4. Tidak mencemari tanah di sekitamya
5. Mudah dibersihkan dan aman digunakan
6. Dilengkapi dinding dan atap pelindung
7. Penerangan dan ventilasi cukup
8. Lantai kedap air dan luas ruangan memadai
9. Tersedia air, sabun, dan alat pembersih
2.2. Air Limbah dan Pengolahannya
Salah satu penyebab terjadinya pencemaran air adalah air limbah yang
dibuang tanpa pengolahan ke dalam suatu badan air. Menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001, air limbah adalah sisa dari
10
suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Air limbah dapat berasal dari
rumah tangga (domestic) maupun industri (industry).
2.2.1. Air limbah rumah tangga terdiri dari 3 fraksi penting:
1. Tinja (feces), berpotensi mengandung mikroba pathogen
2. Air seni (urine), umumnya mengandung Nitrogen dan Fosfor, serta
kemungkinan kecil mikroorganisme.
3. Grey water, merupakan air bekas cucian dapur, mesin cuci dan kamar
mandi. Grey water sering juga disebut dengan istilah sullage.
Campuran feces dan urine disebut sebagai excreta, sedangkan campuran
excreta dengan air bilasan toilet disebut sebagai black water. Mikroba patogen
banyak terdapat pada excreta. Excreta ini merupakan cara transport utama bagi
penyakit bawaan air.
2.2.2. Dampak Buruk Air Limbah
Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak
buruk bagi makhluk hidup dan lingkungannya. Beberapa dampak buruk tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Gangguan Kesehatan
Air limbah dapat mengandung bibit penyakit yang dapat menimbulkan
penyakit bawaan air (waterborne disease). Selain itu di dalam air limbah mungkin
juga terdapat zat-zat berbahaya dan beracun yang dapat menimbulkan gangguan
11
kesehatan bagi makhluk hidup yang mengkonsumsinya. Adakalanya, air limbah
yang tidak dikelola dengan baik juga dapat menjadi sarang vektor penyakit
(misalnya nyamuk, lalat, kecoa, dan lain-lain).
2. Penurunan Kualitas Lingkungan
Air limbah yang dibuang langsung ke air permukaan (misalnya sungai dan
danau) dapat mengakibatkan pencemaran air tersebut. Sebagai contoh, bahan
organik yang terdapat dalam air limbah bila dibuang langsung ke sungai dapat
menyebabkan penurunan kadar oksigen yang terlarut (Dissolved Oxygen) di
dalam sungai tersebut. Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan di dalam
air yang membutuhkan oksigen akan terganggu, dalam hal ini akan mengurangi
perkembangannya.
Adakalanya, air limbah juga dapat merembes ke dalam air tanah, sehingga
menyebabkan pencemaran air tanah. Bila air tanah tercemar, maka kualitasnya
akan menurun sehingga tidak dapat lagi digunakan sesuai peruntukkannya
3. Gangguan Terhadap Keindahan
Adakalanya air limbah mengandung polutan yang tidak mengganggu
kesehatan dan ekosistem, tetapi mengganggu keindahan. Contoh yang sederhana
adalah air limbah yang mengandung pigmen warna yang dapat menimbulkan
perubahan warna pada badan air penerima.
12
Kadang-kadang air limbah dapat juga mengandung bahan-bahan yang bila
terurai menghasilkan gas-gas yang berbau. Bila air limbah jenis ini mencemari
badan air, maka dapat menimbulkan gangguan keindahan pada badan air tersebut.
4. Gangguan Terhadap Kerusakan Benda
Adakalanya air limbah mengandung zat-zat yang dapat dikonversi oleh
bakteri anaerobic menjadi gas yang agresif seperti . Gas ini dapat mempercepat
proses perkaratan pada benda yang terbuat dari besi (misalnya pipa saluran air
limbah) dan bangunan air kotor lainnya
Untuk pengolahan air limbah harus dilakukan dengan cermat, dimulai dari
perencanaan yang teliti, pelaksanaan pembangunan fasilitas instalasi pengolahan
air limbah (IPAL) atau unit pengolahan limbah (UPL) yang benar, serta
pengoperasian yang cermat.
2.2.3. Parameter Kualitas Air Limbah
Dalam pengolahan air limbah itu sendiri, terdapat beberapa parameter
kualitas yang digunakan. Parameter kualitas air limbah dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu parameter organik, karakteristik fisik, dan kontaminan
spesifik. Parameter organik merupakan ukuran jumlah zat organik yang terdapat
dalam limbah. Parameter ini terdiri dari total organic carbon (TOC), chemical
oxygen demand (COD), biochemical oxygen demand (BOD), minyak dan lemak
(O&G), dan total petrolum hydrocarbons (TPH). Karakteristik fisik dalam air
limbah dapat dilihat dari parameter total suspended solids (TSS), pH, temperatur,
13
warna, bau, dan potensial reduksi. Sedangkan kontaminan spesifik dalam air
limbah dapat berupa senyawa organik atau inorganik.
2.2.4. Tujuan Utama Pengolahan Air Limbah
Untuk mengurai kandungan bahan pencemar di dalam air terutama
senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa organik
yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam.
2.2.5. Tahap-Tahap Pengolahan Air Limbah
1. Pengolahan Awal (Pretreatment)
Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk
menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah.
Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah screen
and grit removal, equalization and storage, serta oil separation.
2. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)
Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang
sama dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses
yang berlangsung. Proses yang terjadi pada pengolahan tahap pertama
ialah neutralization, chemical addition and coagulation, flotation,
sedimentation, dan filtration.
3. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)
14
Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut
dari air limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa.
Peralatan pengolahan yang umum digunakan pada pengolahan tahap ini
ialah activated sludge, anaerobic lagoon, tricking filter, aerated lagoon,
stabilization basin, rotating biological contactor, serta anaerobic contactor
and filter.
4. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)
Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah
coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange,
membrane separation, serta thickening gravity or flotation.
5. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)
Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan
sebelumnya kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet
combustion, pressure filtration, vacuum filtration, centrifugation,
lagooning or drying bed, incineration, atau landfill.
2.3. Tinja
Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan tubuh manusia melalui anus
sebagai sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang system saluran
pencernaan (tractus digestifus). Pengertian tinja ini juga mencakup seluruh bahan
buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia termasuk karbon monoksida (CO2)
15
yang dikeluarkan sebagai sisa dari proses pernafasan, keringat, lender dari
ekskresi kelenjar, dan sebagainya.
2.3.1 Syarat pembuangan tinja
Adapun syarat pembuangan tinja yaitu :
a. Tidak menyebabkan kontaminasi pada sumber air minum
b. Tidak menyababkan pencemaran pada permukaan tanah
c. Tidak menyebabkan pencemaran pada badan air
d. Tidak menjadi tempat perkembangbiakan vector
e. Tidak terbuka/berhubungan dengan udara luar
f. Tidak menimbulkan bau yang dapat mengganggu
g. Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan/septic tank 10
meter
2.3.2 Proses dekomposisi tinja
Aktivitas utama dalam proses dekomposisi tinja yaitu :
1. Pemecahan senyawa organic kompleks, seperti protein dan urea,
menjadi bahan yang lebih sederhana dan lebih stabil. Proses
penguraian pada tinja secara alamiah akan berlangsung, sehingga
akan berubah mejadi tidak berbau, stabil, dan tidak mengganggu.
2. Pengurangan volume dan massa (kadang-kadang sampai 80%) dari
bahan yang mengalami dekomposisi, dengan hasil gas metan,
karbon dioksida, ammonia, dan nitrogen yang di lepaskan ke
16
atmosfer, bahan-bahan yang terlarut dalam keadaan tertentu
meresap ke dalam tanah di bawahnya.
3. Penghancuran organisme pathogen yang dalam beberapa hal tidak
mampu hidup dalam proses dekomposisi, atau diserang oleh
banyak jasad renik di dalam massa yang tengah mengalami
dekomposisi.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian
survey deskriptif dengan maksud untuk mengetahui gambaran fasilitas
jamban keluarga dan pengelolaan air limbah di. Data yang diperoleh dari
17
hasil survey ini selanjutnya digambarkan berdasarkan tujuan penelitian
yang akan dicapai.
3.2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang diterapkan pada penulisan ini adalah
metode survey dengan pendekatan deskriptif.
3.3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RW 013, Desa Sungai Rengas,
Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya.
3.4. Waktu Penelitian
Waktu penelitian yaitu pada Hari Jum’at, 22 Juni 2012.
3.5. Populasi dan Sampel
3.5.1. Populasi
Populasi adalah semua masyarakat yang bermukim di Penelitian ini
dilakukan di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap,
Kabupaten Kubu Raya.
3.5.2. Sampel
Sampel adalah rumah tangga yang berada di RW 013, Desa Sungai
Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya. Penarikan
18
sampel dilakukan secara simple random sampling. Di terdiri dari RW di
setiap RW diambil masing-masing 6 KK secara simple random sampling.
Jadi, jumlah responden yang diambil adalah 35 orang. Responden adalah
kepala keluarga atau salah seorang keluarga yang dewasa dan sadar.
3.6. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dengan
melakukan wawancara langsung ke rumah-rumah dan menggunakan daftar
pertanyaan yang telah disediakan.
3.7. Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan program
komputer Microsoft Excel kemudian disajikan dalam bentuk tabel secara
deskriptif.
19
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Identifikasi Responden
Dari hasil penelitian dilakukan identifikasi responden berdasarkan jenis kelamin,
tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan.
4.1.1. Jenis Kelamin
Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Di RW 013, Desa Sungai
Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Tahun 2012
Jenis kelamin Jumlah Persen
Laki-laki 13 37%
Perempuan 22 63%
Jumlah 35 100%
Sumber : Data Primer
Grafik 1 . Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Di RW 013, Desa Sungai
Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Tahun 2012
Data di atas menunjukkan bahwa jumlah responden berdasarkan jenis kelamin
mayoritas adalah perempuan sebanyak 22 responden (63%) dan laki-laki sebanyak
13 responden (37%).
20
4.1.2. Tingkat Pendidikan
Tabel 2. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden Di RW 013, Desa Sungai
Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Tahun 2012.
Tingkat pendidikan Jumlah Persen
Tidak pernah sekolah 10 29%
Tamat SD 17 49%
Tamat SMP 4 11%
Tamat SMA 1 3%
Tamat perguruan tinggi 3 8%
jumlah 35 100%
Sumber : Data Primer
Data di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan mayoritas responden adalah
tamat SD sebanyak 49%.
4.1.3. Jenis Pekerjaan
Tabel 3. Distribusi Jenis Pekerjaan Responden Di RW 013, Desa Sungai Rengas,
Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Tahun 2012
Jenis pekerjaan jumlah Persen
PNS 1 3%
Karyawan Swasta 4 11%
21
Buruh 10 29%
Petani 15 43%
Pedagang 5 14%
Tidak bekerja - -
Jumlah 35 100%
Sumber : Data Primer
Data di atas menunjukkan bahwa mayoritas jenis pekerjaan responden di RW 013,
Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, adalah petani
sebanyak 43%.
4.2. Fasilitas Jamban Keluarga
Tabel 4. Distribusi Jamban Keluarga Di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan
Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya.
Jamban keluarga Jumlah Persen
Ada 33 94 %
Tidak ada 2 6 %
Jumlah 35 100%
Sumber : Data Primer
22
Berdasarkan data di atas bahwa di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai
Kakap, Kabupaten Kubu Raya, yang memiliki jamban memenuhi syarat sebesar
94%,sedangkan yang tidak memiliki jamban memenuhi syarat sebesar 6%.
4.3. Pengelolaan Air Limbah
Tabel 5. Distribusi Pengelolaan Air Limbah Di RW 013, Desa Sungai Rengas,
Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya.
Pengolahan air limbah Jumlah Persen
Ada 16 46%
Tidak ada 19 54%
Jumlah 35 100%
Sumber : Data Primer
Data di atas menunjukkan bahwa di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai
Kakap, Kabupaten Kubu Raya, mayoritas masyarakatnya masih tidak memiliki
saluran pengolahan air limbah yaitu sebanyak 54%.
4.4 Sumber Air di Dekat Pembuangan Air Limbah
23
Tabel 6. Distribusi Sumber Air di Dekat Pembuangan Air Limbah Di RW 013,
Desa Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya.
Penilaian Jumlah Persen
Ada 21 60 %
Tidak ada 14 40 %
Jumlah 35 100%
Sumber : Data Primer
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa di RW 013, Desa Sungai
Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya. Mayoritas
masyarakatnya terdapat sember air di dekat pembuangan air limbah sebanyak
60%.
4.5 Sarana Air Bersih
Tabel 7. Distribusi Sarana Air Bersih di RW 013, Desa Sungai Rengas,
Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya
Sumber air bersih Jumlah Persen
Ada 25 71 %
Tidak ada 10 29 %
Jumlah 35 100%
Sumber : Data Primer
24
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa di RW 013, Desa Sungai
Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya. Mayoritas
masyarakatnya sudah memiliki sarana air bersih yaitu 71%.
4.5 Sumur Resapan Septic Tank
Tabel 8. Distribusi Sumur Resapan Septic Tank di RW 013, Desa Sungai
Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya
Penilaian Jumlah Persentasi
Ada - -
Tidak ada - -
Total - -
Sumber : Data Primer
Berdasarkan data di atas bahwa di RW 013, Desa Sungai Rengas,
Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya tidak terdapat satupun
masyarakat yang memiliki sumur resapan septic tank.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Identifikasi Responden
25
Jumlah sampel yang digunakan adalah 35 orang, dimana jumlah
responden laki-laki sebanyak 13 orang (37%) dan perempuan sebanyak 22
orang (63%) Mayoritas jumlah responden adalah perempuan.
Pada penilaian tingkat pendidikan responden yang terbanyak adalah tamat
Sekolah Dasar (SD) sebanyak 17 responden (49%) dan untuk jenis
pekerjaan responden mayoritas adalah petani sebanyak 15 responden
(43%). Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi
masyarakat di lokasi penelitian masih rendah sehingga dapat
mempengaruhi kebiasaan hidup sehat masyarakat setempat.
5.2. Fasilitas Jamban Keluarga
Berdasarkan data yang diperoleh di RW 013, Desa Sungai Rengas,
Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya mayoritas masyarakat
sudah memilki jamban keluarga yaitu sebanyak 94%. Namun, masih ada
juga yang tidak memiliki jamban keluarga yaitu sebanyak 6 %. Mereka
yang tidak memiliki jamban keluarga ada yang menggunakan WC milik
tetangga, di tanah, bahkan ada pula yang buang air besar di hutan terutama
bagi masyarakat yang rumahnya dekat dengan hutan.
Walaupun dilihat dari tingkat pendidikan responden mayoritas hanya
sampai tamat SD akan tetapi pada umumnya masyarakat sudah mengerti
akan pentingnya memiliki jamban buat keluarga yang menjadi kendalanya
26
ialah rendahnya pendapatan masyarakat sehingga belum bisa menyediakan
fasilitas jamban keluarga.
5.3. Pengelolaan Air Limbah
Pengelolaan air limbah di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan
Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya mayoritas dilakukan dengan
pembuangan langsung ke got/sungai. Adapula yang melalui penampungan
di luar pekarangan serta yang tanpa penampungan atau langsung di tanah
karena menurut mereka air limbahnya akan meresap ke dalam tanah. Hal
ini terjadi karena pendapatan masyarakat yang rendah serta pengetahuan
masyarakat mengenai air limbah masih kurang. Padahal, pembuangan air
limbah di sembarang tempat dapat mengganggu kesehatan, menurunkan
kualitas lingkungan, mengganggu keindahan, serta dapat menyebabkan
kerusakan benda. Namun demikian adapula yang sudah memilki SPAL
yang memenuhi syarat kesehatan akan tetapi hanya 21%.
Data ini menunjukkan bahwa pengelolaan air limbah di RW 013, Desa
Sungai Rengas, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya masih
banyak yang tidak memenuhi syarat-syarat pengelolaan air limbah yang
baik.
5.4. Sumber Air di Dekat Pembuangan Air Limbah
27
Berdasarkan data yang di peroleh masyarakat yang memiliki sumber air di
dekat pembuangan air limbah adalah sebanyak 60%, data ini menunjukkan
kurangnya pengetahuan warga bahaya sumber air di dekat tempat
pengolahan air limbah. Sedangkan menurut standar jangkauan maksimum
yang diperbolehkan jarak sumber air dengan pengolahan ail limbah adalah
adalah 10m untuk bahaya pencemaran biologis, dan 95m untuk bahaya
pencemaran bahan kimia.
5.5. Sumber Air Bersih
Menurut data yang di peroleh di RW 013, Desa Sungai Rengas,
Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu mayoritas masyarakatnya
sudah memiliki sarana air bersih yaitu sebanyak 71%, hal ini menunjukkan
kesadaran masyarakat akan pentinngnya kebutuhan air, air merupakan
kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari. Adapun air yang di
gunakan semua masyarakat untuk memasak adalah air hujan, karena
PDAM sendiri belum ada untuk daerah ini.
5.6. Sumur Resapan
Menurut data yang di peroleh di RW 013, Desa Sungai Rengas,
Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya. Tidak ada satupun
masyarakat yang memiliki sumur resapan, hal ini di karenakan untuk
mebuat fasilitas tesebut memerlukan dana yang cukup besar, sedangkan
pengahasilan masyarakat sangat kecil.
28
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
a. Fasilitas jamban keluarga di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan
Sungai Kakap, Kabupaten Kubu masih kurang.
b. Pengelolaan air limbah di RW 013, Desa Sungai Rengas, Kecamatan
Sungai Kakap, Kabupaten Kubu sebagian besar tidak dikelola dengan baik
atau belum memiliki SPAL permanen karena mayoritas dibuang langsung
ke got/sungai sehingga belum bisa memenuhi syarat kesehatan.
6.2. SARAN
a. Perlu kerja sama berbagai pihak dalam hal ini pemerintah daerah, instansi-
instansi terkait dan seluruh masyarakat dalam meningkatkan keadaan
sanitasi lingkungan menjadi lebih baik.
b. Kegiatan penyuluhan yang disertai dengan praktek dan pembinaan
langsung di lapangan perlu ditekankan secara khusus pada masalah
29
sanitasi lingkungan terutama mengenai jamban keluarga dan pengelolaan
air limbah.
c. Dibutuhkan kesadaran semua pihak di lokasi penelitian mengenai
pentingnya kepemilikan jamban keluarga dan pengelolaan air limbah yang
baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2009. Karekteristik dan Dekomposisi Tinja. Dalam
http://environmentalsanitasion.wordpress.com/2009/09/02/karekter
istik-dan-dekomposisi-tinja/ di akses 20 Juni 2012.
2. Anonim. 2010. Tujuh Syarat Membuat Jamban Sehat. Dalam
http://sanitasi.or.id/index.php?
option=com_conten&view=article=255:tujuh-syarat-membuat-
jamban sehat&catid=55:berita&itemid= 125 / di akses tanggal 20
juni 2012
30
3. Notoatmodjo,S. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
PT.Rieneka Cipta.
4. Entjang, I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti.
5. http://datinkessulsel.wordpress.com/2009/06/26/pengetahuan-dan-
tindakan-masyarakat-dalam-pemanfaatan-jamban-keluarga/
6. http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2009/07/sanitasi-
lingkungan.html
7. Mulia, R. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
8. http://www.dimsum.its.ac.id/id/?page_id=6
9. http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/sanitasi-lingkungan/
10. Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta:
UI-Press
11. http://majarimagazine.com/2008/01/teknologi-pengolahan-air-
limbah/
31
32