Click here to load reader
Upload
aziz-bin-abi-ahmad
View
25
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Psikologi dan Sistem Pendidikan memiliki integrasi dalam implementasi dan terdapat keterkaitan diantara keduanya
Citation preview
Halaman Judul
i
Kata Pengantar
Assalamualaikum. Wr. Wb.’ij
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah mencurakan karunia dan nikmatnya
yang begitu banyak kepada kita semua, sehingga kita masih bias merasakan
nikmat iman, islam, islam dan nikmat kesempatan sampai saat ini. Shalawat serta
salam selalu terjunjungkan kepada baginda Nabi Muhammad Saw, para
keluarganya, sahabatnya, tabiin dan tabiatnya serta kita selaku ummatnya hingga
akhir zaman, Amin.
Sehubungan dengan berakhirnya masa kami dalam menimba ilmu di Pondok
Pesantren Terpadu Al – Multazam, maka kami mendapatkan amanah tugas dari
pondok untuk mengamati realita kehidupan pondok pesantren salami kami
menimba ilmu dalam bentuk makalah atau tulisan ilmiah sederhana. Dengan
harapan, hadirnya makalah yang saya tulis dengan judul “Integrasi Psikologi dan
Sistem Pendidikan terhadap Kedisiplinan” dapat bermanfaat bagi pondok dan
umumnya bagi para pembaca tang budiman.
Demikian saya sampaikan kata pengantar makalah ini, adapun kurang
lebihnya tulisan ini, saya memohon maaf, Termia Kasih
Wassalamualaikum. Wr. Wb.
ii
Daftar Isi
Halaman Judul………………………………………………………….I
Kata Pengantar………………………………………………………....II
Daftar Isi………………………………………………………………III
Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Pembahasan
Penutupan
A. Kesimpulan
B. Saran-Saran
iii
iv
INTEGRASI ANTARA PSIKOLOGI DAN SISTEM PENDIDIKAN
TERHADAP KEDISIPLINAN SANTRI
A. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Kedisiplinan merupakan salah satu yang menjadi faktor utama bagi
seseorang dalam menempuh kesuksesan dalam bidangnya. Diatas 90 % orang
sukses, karena mereka selalu disiplin dalam mengikuti prosesnya dan selebihnya
adalah faktor lainnya. Dalam dunia pendidikan, khususnya pondok pesantren yang
menjadi sarana atau media transportasi ilmu pengetahuan dan pembentukan
karakter, tentulah penekanan dalam hal kedisiplinan kerap telah menjadi hal yang
biasa. Tapi kalo kita cermati dari berbagai pondok pesantren yang ada, tidak
sedikit santri-santrinya yang belum mampu untuk berdisiplin. Hal itulah yang
melatar belakangi saya untuk mengambil tema “Integrasi Antara Psikologi dan
Sistem Pendidikan terhadap Kedisiplinan Santri”. Dalam kajian ini, saya lebih
menitik tekankan dalam aspek psikologi dan sistem pendidikan yang menjadi
tumpu yang harus diperhatikan dalam terimplementasikannya kedisiplinan itu
sendiri bagi santri, karena keduanya memiliki hubungan yang erat antara kejiwaan
(Psikologi) dalam hal ini santri menjadi objeknya dan juga sistem pendidikan
yang menjadi prosesor utama bagi lembaga pendidikan khususnya pondok
pesantren dalam menjalankan proses transfer ilmul pengetahuan. Insya Allah
dalam karya tulis ini akan dibahas lengkap terkait hal tersebut.
1
b. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh psikologi terhadap kedisiplinan Santri?
2. Bagaimana pengaruh sistem pendidikan terhadap kedisiplinan santri?
3. Mengapa aspek psikologi dan sistem pendidikan harus saling terintegrasi?
c. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh psikologi dan sistem
pendidikan terhadap kedisiplinan santri dan integrasi dari kedua hal tersebut.
Disamping itu juga dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat menjadi salah
satu solusi bagi lembaga-lembaga pendidikan khususnya pondok pesantren demi
terimplementasikannya kedisiplinan santri yang menjadi faktor kesuksesan hidup
dan tercapainya cita-cita mereka.
2
B. PEMBAHASAN
a. Pengaruh Psikologi Terhadap Kediaiplinan Santri
Sebenarbya mengapa psikologi memiliki pengaruh terhadap kedisiplinan
santri?. Perlu kita ketahui bahwa psikologi itu sendiri artinya sebuah ilmu
pengetahuan dan ilmu terapan yang mempelajari mengenai perilaku dan mental
manusia secara ilmiah. Dalam hal ini kajian ilmu psikologi mencakup semua
aspek kehidupan yang berhubungan dengan manusia termasuk didalamnya adalah
kajian tentang psikologi pendidikan. Psikologi pendidikan itu sendiri
mempersiapkan mental anak yang siap dalam belajar dan menciptakan suasana
yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan potensi akademik,
sosialisasi, dan emosionalnya.
Kemudian hubungannya apa dengan kedisiplinan santri?. Kedisiplinan
santri itu sendiri merupakan salah satu faktor yang harus terimplementasikan
dalam proses pendidikan santri agar tercapainya tujuan dari lembaga dan
pendidikan itu sendiri. Kondisi kejiwaan (Psikologi) dalam hal ini, perlu menjadi
sorotan penting bagi kita dalam mengimplemetasikan kedisiplinan santri. Ketika
santri sulit berdisiplin ataupun berdisiplin terhadap aturan yang ada dengan
keterpaksaan, tentunya merupkan indikasi adanya tekanan pada kondisinya
kejiwaannya (psikologi). Dalam hal in contohnya, hukuman fisik atau
mendiskriminasikan orang tersebut dengan tujuan ia akan sadar. Ini bukanlah
salah satu metode yang efektif untuk memperbaikinya. Kenapa?, karena saat
seseorang berada dalam sebuah masalah, kemudian ia mendapatkan sikap seperti
itu, mungkin setelah itu ia tanpak lebih disiplin dalam mengikuti peraturan yang
3
ada, tetapi kondisi jiwanya akan semakin tertekan dengan keadaan karena
pendekatan secara psikis yang kurang. Dan mungkin ia akan melawan tekanan
tersebut dengan melakukan hal-hal yang menurutnya akan membuatnya lebih
nyaman dan bahagia seperti kabur ataupun melakukan pelanggaran yang lain ata
penyebab lainunya. Lagakah awal yang harus kita ketahui adalah berusaha
mecoba untuk mengenali kondisi dan permasalahan psikis santri sebagai
identifikasi sikap awal sebelum menindaklanjuti dengan pendekatan-pendekatan
psikologi tertentu. Berdasarkan survey penyebab malas/meelanggaran dari 30
santri secara acak terkampir pada tabel berikut:
Data Survey Penyeybab Santri Malas/Melanggar
Faktor Penyebab Iya TidakDilecehkan teman 7 23Masalah keluarga 2 28
Masalah dengan lawan jenis 2 28Pengaruh teman 10 20
Dari data tersebut dapat kita ketahui bahwa rata-rata penyebab kemalasan
dan pelanggaran santri lebih banyak disebabkan dilecehkan dan pengaruh teman.
hal ini tentu berhubungan dengan kondisi psikis santri tersebut yang menjadi
faktor penyebab malas atau melanggar yang biasa kita sebut belum indisiplin.
Selama ini asatid/ustadzah yang berperan sebagai wali santri di pondok ataupun
bagian pembinaan yang memiliki peran untuk membina santri tentu harus
memperhatikan aspek ini secara intensif dengan melakukan pendekatan psikologi
yang fleksibel bergantung karakter santri yang dihadapinya. Selama ini aspek
pendekatan psikologis santri sangat kurang diperhatikan dalam menyikapi santri
4
yang melanggar, faktanya, pelanggaran tetap saja dilakukan oleh pelaku yang
sama, walaupun sudah dihukum atau pendekan psikologi yang kurang tepat.
Akibatnya pembinaan telah menjadi musuh bagi beberapa santri. hal ini
berdasarkan research yang terjadi di beberapa pondok pesantren.
Selanjutnya pendekatan psikologi seperti apa yang harus kita lakukan?.
Selama ini orang banyak menganggap dengan memberi nasehat atau cermah
pendek (CERPEN) kepada santri sudah cukup. Hal ini benar, akan tetapi akan
lebih baik ketika kita mampu menguasai emosional para santri dengan beragam
karakternya, tentunya dengan melakukan pendekatan psikologi seperti yang telah
dcontohkan oleh Rasulullah SAW yaitu dwngan akhlaqul karimah sesuai
sabdanya:
ن� ل�ق� ح�س� ال�ق� الن�اس� ب�خ� و�خ�
Artinya :
Pergaulilah manusia dengan akhlak mulia [HR. at-Tirmidzi no. 1987 dari Abu Dzar, dan beliau
menilai hadits ini hasan shahih]
Berdasarkan hadits diatas, telah jelas Rasulullah SAW mengajarkan kita
untuk bergaul / menyikapi manusia dengan akhlaq yang mulia. Dengan demikian,
dalam menyikapi santri yang sulit berdisiplin, kita tidak cukup hanya memberikan
nasehat saja. Dengan pendekatan psikologi yang islami akan menumbuhkan
ikatan emosional diri antra santri dan wali asrama atau bagian pembinaan
sehingga setelah terbentuknya ikatan emosional ini, akan sangat mudah untuk
memberi arahan yang mudah bagi santri khususnya dalam hal kedisiplinan. Tanpa
5
harus menghukum dengan hukuman fisik, menekan dengan sanksi-sanksi yang
memberatkan atau membeda-bedakan satu santri dengan lainnya (pilih kasih).
Dalam memberikan nasehat anak zaman sekarang agar mampu berdisiplin
tidak bisa kita samakan dengan anak-anak zaman dulu yang cukup disuguhi
materi dan dalil secara teoritis mereka akan paham. Zana sekarang sudah terjadi
pergeseran moral dan arus modernisasi yang telah merubah pola hidup dan
karakter masyarakat sekarang. Untuk metode itu metode seperti itu dinilai kurang
efektif jika hanya dilakukan tanpa adanya pendekatan secara psikis atau hanya
mampu bagi anak-anak yang sudah memiliki kesadaran dan pola piker yang benar
sebelumnya.. Tapi cobalah kita ajak mereka berfikir terhadap sesuatu hal,
misalnya tentang disiplin, manfaatnya, buah dari kedisiplinan itu dan sebagainya.
Secara tidak langsung mereka akan berfikir dengan nalar sehatnya. Jadi teori dan
dalil memang penting dan pendekatan kepada mereka secara psikis akan lebih
efektif dalam pola pembinaan mereka..
Dari penjelasan diatas, sudah jelas bahwa psikologi memiliki pengaruh
dan menjadi faktor tercapainya kedisiplinan santri. Sehat atau tidaknya kejiwaan
seseorang (psikologi) dalam kedisiplinan akan tercermin dari bagaimana ia
menyikapi peraturan yang ada walaupun tetap saja ini bukan merupakan penyebab
utamanya karena masih banyak indikasi lain yang menyebabkan seseorang sulit
untuk berdisiplin.
6
b. Pengaruh Sistem Pendidikan terhadap Kedisiplinan Santri
Dalam kehidupan kita tidak terlepas dari sebuah sistem, yaitu sistem
kehidpan. Begitu juga dalam sebuah lembaga pendidikan yang juga memiliki
sistem untuk mendidik generasi penerus tentu juga memiliki sistem pendidikan..
Dalam hal ini, pondok pesntren tentu memiliki sistem pendidikan yang berbeda
atau lebih kompleks dari lembaga pendidikan lainnya, karena visi mereka tidak
hanya dibidang akademik saja, tapi juga pembentukan karakter seorang muslim
yang sesuai contoh Rasulullah Saw. Mungkin kurikulum pelajaran akademik
hampir sama, tetapi jam tayang pendidikan mereka jauh lebih intensif
dibandingkan sekolah umum biasa.
Kemudian pengaruhnya apa dengan dengan kedisiplinan? Tentu
berpengaruh, karena efektivitas sistem pendidikan akan berbanding lurus dengan
kedisiplinan siswanya. Semakin tinggi tingkat kedisiplinan siswa di suatu sekolah
mencerminkan semakin baik dan efektifnya sistem pendidikan yang ada di
sekolah itu. Kalau bicara tentang sistem pendidikan, yang terbenak dalam pikiran
kita mungkin hanya kurikulum. Kurikulum merupakan bagian dari sistem
pendidikan. Akan tetapi tidak bisa kita katakana bahwa kurikulum merupakan
sistem pendidikan sepenuhnya, karena dalam proses pendidikan tak terlepas dari
komunikasi antar guru dan siswa ataupun lingkungan yang justru lebih
mendominasi dalam proses pembelajaran. Tiadalah artinya kurikulum kalau
gurunya kaku atau lingkungannya tidak kondusif. Jadi disini sudah jelas bahwa
7
sistem pendidikan mencakup semua hal yang berhubungan dengan proses
pendidikan siswa seperti, lingkungan, komunikasi, sarana, kurikulum dan aturan
yang berlaku.
Dalam mendidik calon generasi penerus, yang tumbuh di zaman
globalisasi tidk bisa kita samakan dengan zaman orde lama yang disamping
mempersiapkan generasinya menjadi pemimpin juga mempersiakan generasinya
menjadi tentara pasukan empat lima. Sistem pendidikan zaman dulu memang
keras dalam hal aturan, karena mungkin banyak penjajah. Kalau zaman sekarang?.
Kembali lagi kita lihat efektivitas dan efesiensinya dalam tercapainya tujuan dan
visi dari pendidikan itu sendiri, khususnya di pondok pesantren.
Disamping berkembang pesat IPTEK yang semakin menjulang, tentulah
dalam merancang sistem pendidikan pun harus disesuaikan dengan IPTEK yang
ada. Karen salah satu tujuan IPTEK itu sendiri untuk mempermudah kebutuhan
dan urusan manusia secara efektif dan efesien. Bagi lembaga pendidikan yang
begerak di pondok pesantren tentu harus merancang sistem yang tak lepas dari
IPTEK dan sesuai sya’I tentunya.
Dalam merancang sistem pendidikan ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan. Pertama, yaitu metode pemebelajaran. Metode pembelajaran yang
menarik tentunya akan membuat para peserta didik lebih tertarik dan semangat
belajar, sehingga mereka punya daya Tarik belajar yang tinggi dan disiplin pun
akan mengikutinya dari belakang, berbeda dengan metode pembelajaran yang
membosankan, hanya akan menurunkan daya Tarik belajar mereka, sehingga
mereka akan tidak memiliki semangat belajar dan menjadi malas. Kalau sudah
8
malas mungkin akan berujung pada indisiplin lagi. Berikut hasil research kami
terhadap 30 santri sebagai berikut.
Hasil Research Metode Pembelajaran
Metode/Gaya Pembelajaran Ya TidakBelajar berkelompok 24 6Mencatat Materi Pelajaran Lebih Efektif 22 8Belajar diluar kelas (OutDoor) 12 18
Berdasarkan data diatas, dapat kita ketahui bahwa anak-anak zaman
sekarang lebih senang belajar dengan berkelompok dan mencatat materi dengan
efektif. Adapun metode belajar diluar kelas persentasenya hamper berimbang.
Saat merancang sistem pendidikan hal-hal seperti ini harus menjadi perhatian
juga, tentunya dengan mempertimbangkan kefektivitasannya. Misalnya belajar
berkelompok saat ini dinilai lebih efektif dibandingkan hanya guru saja yang
menerangkan, karena dengan belajar kelompok ide-ide baru akan lebih mudah
tertuang dalam menyelesaikan beberapa penyelesain soal pelajaran ataupun
inspirasi baru yang keluar dari hasil ide-ide siswa yang satu sama lain saling
mendukung. Dalam islam pun sebenarnya sudah dicontohkan oleh Rasulullah
ketika dakwah beliau melalui diskusi-diskusi atau kajian halaqah tentang kajian
tertentu. Metode ini pun di pondok pesantren sebenarnya sudah ada, seperti
Halaqoh Tarbawiyah (HTB), dan TTQ, hanya saja di beberapa pondok pesantren
metode ini diterapkan dengan monoton. Dalam kelompok-kelompok tersebut
aspek diskusi kurang ditekankan, lebih kepada hanya mendengarkan musyrif
9
berbicara saja, sehingga kurang produktif dan membosankan. Dan metode ini bisa
diterapakan dalam berbagai pembelajaran khususnya di pondok pesantren.
Kemudian yang perlu diperhatikan dalam merancang sistem pendidikan
adalah membuat peraturan diiringi dengan komitmen yang kuat dari para SDM
dan lembaga untuk mengimplementasikan programnya terhadap peserta didik.
Karena peraturan tanpa komitmen yang kuat atau implemntasi yang setengah-
setengah justru akan membuat sistem yang ada menjadi tidak maksimal, bahkan
seolah-olah sistem dipermainkan siswa atau wali siswa. Mislanya dalam sebuah
sebuah pondok pesantren ada aturan ketika ada yang ketahuan membawa hp
makan langsung dirampas. Maka dalam menjalalankan hal ini perlu adanya
komitmen, ketika ada yang ketahuan membawa hp kemudia tidak dirampas, inilah
yang membuat lemahnya sistem pendidikan yang sudah dirancang. Dan mungkin
masih banyak contoh lainnya.
Mungkin itu hanya beberapa langkah awal untuk mempersiapkan sistem
pendidikan yang efektif, efesien dan modern. Adapun langkah lanjutnya bias
dipelajari diluar pembahasan ini. Semakin baik sistem yang ada akan berpengaruh
pada tingkat kedisiplinan siswanya juga.
10
c. Mengapa Psikologi dan Sistem Pendidikan Harus Saling Terintegrasi
Dalam pembahasan pada bab sebelumnya, sudah kita ketahui bahwa aspek
psikologi dan sistem pendidikan memiliki pengaruh terhadap kedisiplinan. Lantas,
mengapa kedua hal ini harus terintegrasi terhadap kedisiplinan?. Agar tercapainya
sebuah sikap disiplin dalam diri santri yang juga menjadi bekal untuk menuju
kesuksesannya, maka dalam menanamkan jiwa kediplinan kedua hal tersebut
harus menjadi salah satu perhatian bagi lembaga pendidikan. Semakin baik
integrasi pada aspek psikologi dan sistem pendidikan, Insya Allah akan
berbanding lurus dengan penanaman sikap disiplin bagi santri. Coba kalau kita
hanya memperhatikan salah satu aspek seperti psikologi saja tanpa
memeperhatikan sistem pendidikan yang baik atau sistem pendidikan tanpa
psikolog. Yang terjadi adalah ketidakefektifan dalam penananman sikap disiplin
pada santri. Karena kedua hal ini berada dalam satu skup yang kuat yaitu lembaga
pendidikan. Psikologi ada kaitan dengan dengan SDM dan santri. Sistem
pendidikan pun menjadi alat bagi lembaga dalam transfer ilmu pada santri,
sehingga perlu adanya integrasi atau hubungan kerjasama yang kuat pada kedua
hal ini untuk menanamkan sikap disiplin diri bagi para santri khususnya di pondok
pesantren.
Ketika aspek psikologi yang sehat dan sistem pendidikan yang baik sudah
terintgrasi dengan baik, cepat atau lambat disiplin dalam diri santri akans segera
tertanam, tergantung dari bagaimana maksimalisasi dari setiap lembaga
pendidikan yang dalam hal ini menjadi subjeknya. Disamping itu, selain terhadap
kedisiplinan, integras kedua aspek ini juga akan berpengaruh kepada yang lainnya
11
seperti presatasi akademi dan nonakademik yang membutuhkan mental dan
strategi yang kuat, ikatan kekeluargaan (silaturahmi) diantara santri dan guru, atau
bahkan pada lembaga pendidikan lainnya.
12
C. PEBUTUPAN
a. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa aspek
psikologi dan sistem pendidikan memiliki pengaruh terhadap kedisiplinan. Dan
perlu adanya integrasi dari keduanya agar tujuan dan target yang kita inginkan
pada siswa dan khususnya santri dapat tercapai, begitu juga dengan
terimplementasinya program-program yang ada pada setiap lembaga pendidikan.
b. Saran-Saran
1. Agar tercapainya sikap disiplin pada santri, kerjasama pihak pembinaan
dan bagian konseling sebaiknya lebih dimaksimalkan lagi.
2. Dalam menyikapi santri yang sulit berdisiplin sebaiknya dihadapi dengan
memperhatikan kondisi dan permasalahan dalam dirinya.
3. Siapkan program-program yang dapat memacu kedisiplinan santri yang
bersifat permanen (tidak ada batas waktu)
4. Jangan sering mengganti program-program kedisiplinan yang ada dengan
yang baru.
5. Siapkan SDM yang siap berkomitmen untuk menjadi fasilitator dalam
proses pembentukan sikap disiplin bagi santri.
13
14