Upload
novita-emy
View
231
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
airway management
Citation preview
No. ID dan Nama Peserta : dr. Emy Novita sari
No. ID dan Nama Wahana : RSUD KAJENTopik : Kasus Medis
Tanggal (kasus) : 14 Agustus 2015 Presenter : dr. Emy Novita SariNama Pasien :Tn.N No. RM : 14.13.61Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Imam,dr.Siti HanahTempat Presentasi : RSUD KAJENObyektif Presentasi : Keilmuan Ketrampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Deskripsi : Laki-laki tahun, mengeluh nyeri pada panggul kanan post terjatuh pada KLL
tunggal. Tujuan : menegakkan diagnosis dan menetapkan manajemen pasien INTOKSIKASI
KETELA (Menolak NGT)Bahan bahasan :
Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas :
Diskusi Presentasi dan diskusi
E-mail Pos
Data pasien : Nama : Tn.N No CM : 14.13.61
Nama klinik : RSUD KAJEN Telp : Terdaftar sejak :
Data utama untuk bahan diskusi :1. Diagnosis/ Gambaran klinis :
INTOKSIKASI KETELA GADUNG(PENOLAKAN NGT)/Pasien datang ke IGD RSUD KAJEN diantar oleh keluarga dengan muntah-muntah. Sebelumnya ± 30 menit SMRS pasien mengkonsumsi ketela gadung yang dibakar dan dicampur telor mentah yang dipercaya pasien sebagai obat batuk.
2. Riwayat Pengobatan : Setelah keluhan muncul,pasien di bawa ke puskesmas dan diberi norit 4 bungkus kemudian dikirim ke RS karena keluhan muntah tidak berkurang.
3. Riwayat kesehatan/penyakit : Pasien sebelumnya tidak pernah mendapatkan pengobatan untuk penyakit serius ataupun dirawat di RS karena penyakit lainnya.
4. Riwayat keluarga : Riwayat keluhan serupa (-), DM (-), HT (-), Jantung (-)
5. Riwayat pekerjaan :Pasien bekerja sebagai petani
6. Lain-lainPEMERIKSAAN FISIK : KU :
Vital signs
Kesadaran : CM
Tekanan Darah : 140/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 67 x/menit
Frekuensi Nafas : 20 x /menit
Suhu : 35,5o C
SpO2 : 98%
Pucat (-), ikterik (-)
Mata : CA -/-, SI -/- Anisokor (2mm/3mm) Mulut : faring tidak hiperemis, tonsil T0=T0, tidak hiperemis, permukaan halus,
detritus tidak ada, muara kripte tidak melebar. Leher : limfonodi ttb
Thoraks : Inspeksi : simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi (-)Palpasi : P/ taktil fremitus kanan = kiri
C/ictus cordis di SIC V 2 jari medial LMCSPerkusi : P/ Sonor di seluruh lapang paru
C/ batas jantung-paru dbnAuskultasi : P/ vesikuler +/+, Rh +/+ min
C/ S1-2reguler, ST (-) Abdomen
I : Datar
Au : BU (+) Normal
Per : timpani
Pa : Nyeri tekan epigastrium (+)
Ekstremitas Edema -/-/-/- , akral dingin -/-/-/- Refleks Patologis (-) Kekuatan 5-5-5-5 Tanda Lateralisasi (-)
TERAPI (jam) Saat Pasien di IGD:
• Inf.RL 20 tpm • Inj.Ranitidine 1 ap• Inj. Ondansentron 1ap• Dipenhidramin 1ap• EKG• NGT (Bilas Lambung)
Daftar Pustaka :DAFTAR PUSTAKA
1. Tom L. Beauchamp and James F. Childress. Principles of Biomedical Ethics, 6th Edition. Oxford: Oxford University Press, 2008. pp. 417. ISBN 978-0-19-533570-5
2. Jeffrey W. Bulger. Teaching Ethics Vo.8, #1, Fall 2007. Society for Ethics Across the Curriculum. pp. 81–100.
3. Pantilat, Steve. 2008. Beneficence vs. Nonmaleficence. [Online]. (http://missinglink.ucsf.edu/lm/ethics/Content%20Pages/fast_fact_bene_nonmal.htm)
Hasil pembelajaran :
1. Mengetahui dasar dari bioetik kedokteran2. Memahami hak dan kewajiban pasien3. Mencegah penyimpang etika dalam praktik kedokteran sehari-hari
SUBJEKTIF :
Pasien datang ke IGD RSUD KAJEN diantar oleh keluarga dengan muntah-muntah. Sebelumnya ± 30 menit SMRS pasien mengkonsumsi ketela gadung yang dibakar dan dicampur telor mentah yang dipercaya pasien sebagai obat batuk.
OBJEKTIF:
Dari hasil pemeriksaaan didapatkan pasien muntah muntah
Mata :Refleks Pupil +/+ Anisokor 2mm/3mm
Thorax : Rh +/+ minimal
Nyeri tekan epigastrium (+)
ASSESSMENT :
Dari hasil pemeriksaaan didapatkan pasien muntah muntah
Mata :Refleks Pupil +/+ Anisokor 2mm/3mm
Thorax : Rh +/+ minimal
Nyeri tekan epigastrium (+)
Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami intoksikasi ketela gadung yang dikonsumsi pasien sebagai obat batuk
PLAN
Terapi di IGD :
Saat Pasien di IGD:
• Inf.RL 20 tpm • Inj.Ranitidine 1 ap• Inj. Ondansentron 1ap• Dipenhidramin 1ap• EKG• NGT (Bilas Lambung)
Saat Pasien di ruangan:
Saat Pasien di IGD:
• Inf.RL 20 tpm • Inj.Ranitidine 3x 1 ap• Inj. Ondansentron 3x 1ap• Oxoryl syr 3x1c• Epysan syr 3x2c• DR
Karena pasien mengalami intoksikasi, maka perlu dilakukan bilas lambung (gastric lavage). Kumbah lambung merupakan metode alternatif yang umum pengosongan lambung, dimana cairan dimasukkan kedalam lambung melalui orogastrik atau nasogastrik dengan diameter besar dan kemudian dibuang dalam upaya untuk membuang bagian agen yang mengandung toksik. Selama lavage, isi lambung dapat dikumpulkan untuk mengidentifikasi toksin atau obat
Namun keluarga dan pasien tidak setuju untuk dilakukan pemasangan NGT dengan alasan tidak nyaman bagi pasien. Oleh dokter sudah dijelaskan mengenai kondisi pasien dan insikasi pemasangan NGT untuk kumbah lambung tersebut tetapi pasien tetap menolak. Sehingga keluarga diharuskan untuk menandatangani surat penolakan untuk dilakukan pemasangan NGT,
Pada Kasus ini terdapat kasus bioetik dimana pasien menolak dilakukannya pemasangan NGT
untuk bilas lambung karena kondisi intoksikasi. Kaedah etika yang bersinggungan dengan masalah ini adalah autonomy. Dokter menghormati hak pasien untuk menolak dilakukannya suatu
tindakan terhadap pasien tersebut. Dimana autonomy adalah Menghormati martabat manusia (respect for person/autonomy). Menghormati martabat manusia. Pertama, setiap individu (pasien) harus diperlakukan sebagai manusia yang memiliki otonomi (hak untuk menentukan nasib diri sendiri), dan kedua, setiap manusia yang otonominya berkurang atau hilang perlu mendapatkan perlindungan.
a. PandanganKant : otonomi kehendak = otonomi moral yakni : kebebasan bertindak, memutuskan (memilih) dan menentukan diri sendiri sesuai dengan kesadaran terbaik bagi dirinya yang ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan atau campur-tangan pihak luar (heteronomi), suatu motivasi dari dalam berdasar prinsip rasional atau self-legislation dari manusia.
b. PandanganJ. Stuart Mill : otonomi tindakan/pemikiran = otonomi individu, yakni kemampuan melakukan pemikiran dan tindakan (merealisasikan keputusan dan kemampuan melaksanakannya), hak penentuan diri dari sisi pandang pribadi.
c. Menghendaki,menyetujui, membenarkan, mendukung, membela, membiarkan pasien demi dirinya sendiri = otonom (sebagai mahluk bermartabat).
d. Didewa-dewakan di Anglo-American yang individualismenya tinggi.e. Kaidahikutannya ialah : Tell the truth, hormatilah hak privasi liyan, lindungi
informasi konfidensial, mintalah consent untuk intervensi diri pasien; bila ditanya, bantulah membuat keputusan penting.
f. Eratterkait dengan doktrin informed-consent, kompetensi (termasuk untuk kepentingan peradilan), penggunaan teknologi baru, dampak yang dimaksudkan (intended) atau dampak tak laik-bayang (foreseen effects), letting die.
Selain autonomy ada tiga kaedah etika kedokteran lainnya yang perlu diperhatikan, dipahami dan dijalani dalam praktik kedokteran antara lain :
1. Beneficence
Salah satu kaedah etika dalam kedokteran adalah berbuat baik (beneficence). Selain menghormati martabat manusia, dokter juga harus mengusahakan agar pasien yang dirawatnya terjaga keadaan kesehatannya (patient welfare). Pengertian ”berbuat baik” diartikan bersikap ramah atau menolong, lebih dari sekedar memenuhi kewajiban. Tindakan berbuat baik (beneficence). Terdapat dua macam klasifikasi beneficence, yaitu:
1) General beneficence :a. melindungi & mempertahankan hak yang lainb. mencegah terjadi kerugian pada yang lain, c. menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain,
2) Specific beneficence :
a. menolong orang cacat, b. menyelamatkan orang dari bahaya. c. Mengutamakan kepentingan pasiend. Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh menguntungkan dokter/rumah
sakit/pihak laine. Maksimalisasi akibat baik (termasuk jumlahnya > akibat-buruk)f. Menjamin nilai pokok : “apa saja yang ada, pantas (elok) kita bersikap baik
terhadapnya” (apalagi ada yg hidup).Kaidah beneficence menegaskan peran dokter untuk menyediakan kemudahan dan kesenangan kepada pasien mengambil langkah positif untuk memaksimalisasi akibat baik daripada hal yang buruk. Prinsip prinsip yang terkandung didalam kaidah ini adalah;
a. Mengutamakan Alturismeb. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusiac. Memandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakan tidak hanya menguntungkan
seorang dokterd. Tidak ada pembatasan “goal based”e. Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan suatu
keburukannyaf. Paternalisme bertanggung jawab/kasih sayangg. Menjamin kehidupan baik-minimal manusiah. Memaksimalisasi hak-hak pasien secara keseluruhani. Menerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti yang orang lain
inginkanj. Memberi suatu resep berkhasiat namun murahk. Mengembangkan profesi secara terus menerusl. Minimalisasi akibat buruk
2. Non MaleficenceTidak berbuat yang merugikan (non-maleficence). Praktik Kedokteran haruslah memilih pengobatan yang paling kecil risikonya dan paling besar manfaatnya. Pernyataan kuno: first, do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti. Sisi komplementer beneficence dari sudut pandang pasien, seperti :a. Tidak boleh berbuat jahat (evil) atau membuat derita (harm) pasienb. Minimalisasi akibat burukc. Kewajiban dokter untuk menganut ini berdasarkan hal-hal :
Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya sesuatu yang pentingDokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebutTindakan kedokteran tadi terbukti efektif Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalami risiko minimal). Norma tunggal, isinya larangan.
3. Justice Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan politik, agama dan faham kepercayaan, kebangsaan dan kewarganegaraan, status perkawinan, serta perbedaan jender tidak boleh dan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap pasiennya. Tidak ada pertimbangan lain selain kesehatan pasien yang menjadi perhatian utama dokter.
a. Treat similar cases in a similar way = justice within morality.b. Memberi perlakuan sama untuk setiap orang (keadilan sebagai fairness) yakni :
1) Memberi sumbangan relatif sama terhadap kebahagiaan diukur dari kebutuhan mereka (kesamaan sumbangan sesuai kebutuhan pasien yang memerlukan/membahagiakannya)
2) Menuntut pengorbanan relatif sama, diukur dengan kemampuan mereka (kesamaan beban sesuai dengan kemampuan pasien).
Jenis keadilan :a. Komparatif (perbandingan antar kebutuhan penerima)b. Distributif (membagi sumber)
Kebajikan membagikan sumber-sumber kenikmatan dan beban bersama, dengan cara rata/merata, sesuai keselarasan sifat dan tingkat perbedaan jasmani-rohani; secara material kepada setiap orang andil yang sama, sesuai dengan kebutuhannya, sesuai upayanya, sesuai kontribusinya, sesuai jasanya, sesuai bursa pasar bebas.
Follow Up:
Objektif Assesmentdan Plan15 Agustus 2015
Kel= mualKU/ Kesadaran : CMVS : TD :110/70mmhgRR : 18 kali/ menit N : 72kali/ menit
Terapi Lanjutkan
T : 36,9Lab: Hb =13,3 g/dlHt : 39,1%Leukosit: 10.600Trombosit:4,57 x 106
16 Agustus 2015
Kel= -KU/ Kesadaran : CMVS : TD :120/70mmhgRR : 20 kali/ menit N : 78 kali/ menit T : 36,5
BLPL