32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Pembelajaran 1.1.1 Tujuan Intruksional Umum (TIU) Setelah selesai mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu menegakkan diagnosis Penyakit Akibat Kerja (PAK), menangani kasus Penyakit Akibat kerja (PAK, mampu mengembangan program pencegahan Penyakit Akibat Kerja (PAK), serta mengembangkan program pengwndalian factor resiko di tempat kerja. 1.1.2 Tujuan Intruksional Khusus (TIK) Setelah selesai mempelajari modul dan membaca scenario ini mhasiswa diharapkan mampu menetapkan/melakukan: 1. Biodata pasien. 2. Melakukan anamnesa pada pasien, menyangkut: a. Riwayat penyakit (sekarang, terdahulu, dalam keluarga) serta riwayat pekerjaan. b. Perjalanan penyakit c. Uraian tugas, pelaksanaan pekerjaan, alat pelindung diri yang dikenakan. d. Factor resiko atau potensi bahaya, serta menyangkut gangguan kesehatan yang mungkin timbul. 3. Pemeriksaan: a. Pemeriksaan fisik terkait gangguan kesehatan. Sistem IKAKOM 1

Isi Laporan Modul 2 Penyakit Akibat Kerja Kel 12

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pak

Citation preview

Page 1: Isi Laporan Modul 2 Penyakit Akibat Kerja Kel 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Pembelajaran

1.1.1 Tujuan Intruksional Umum (TIU)

Setelah selesai mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu menegakkan

diagnosis Penyakit Akibat Kerja (PAK), menangani kasus Penyakit Akibat kerja

(PAK, mampu mengembangan program pencegahan Penyakit Akibat Kerja (PAK),

serta mengembangkan program pengwndalian factor resiko di tempat kerja.

1.1.2 Tujuan Intruksional Khusus (TIK)

Setelah selesai mempelajari modul dan membaca scenario ini mhasiswa diharapkan

mampu menetapkan/melakukan:

1. Biodata pasien.

2. Melakukan anamnesa pada pasien, menyangkut:

a. Riwayat penyakit (sekarang, terdahulu, dalam keluarga) serta riwayat

pekerjaan.

b. Perjalanan penyakit

c. Uraian tugas, pelaksanaan pekerjaan, alat pelindung diri yang

dikenakan.

d. Factor resiko atau potensi bahaya, serta menyangkut gangguan

kesehatan yang mungkin timbul.

3. Pemeriksaan:

a. Pemeriksaan fisik terkait gangguan kesehatan.

b. Pemeriksaan lab rutin yang diperlukan.

c. Pemeriksaan lab khusus yang diperlukan.

d. Pemeriksaan penunjang lab.

4. Menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja:

a. Berdasarkan 7 langkah penetapan.

b. Diagnosis berdasarkan ICD – 10.

c. Menetapkan prognosis penyakit.

5. Rencana penatalaksanaan berikutnya:

Sistem IKAKOM 1

Page 2: Isi Laporan Modul 2 Penyakit Akibat Kerja Kel 12

a. Kelayakan bekerja (fitness status)

b. Alat pelindung diri yang diperlukan.

c. Pemeriksaan kesehatan yang diperlukan sesuai dengan factor resiko

yang dihadapi dan kemunginan gangguan kesehatan yang mungkin

timbul, termasuk kemungkinan di pelukannya pemeriksaan bio

monitoring bagi kemungkinan pajanan kimia.

d. Promosi kesehatan (edukasi) terhadap pasien maupun terhadap

manajemen.

e. Penatalaksanaan lingkungan (ruang) tempat kerja.

7 Langkah prinsip penegakkan diagnose Penyakit Akibat Kerja (PAK).

Langkah – 1: Tetapkan diagnosa klinis.

Langkah – 2: Identifikasi paparan potensi resiko bahaya.

Langkah 3 – 3: Cari hubungan antara langkah -2 dengan gangguan

kesehatan yang timbul.

Langkah – 4: Evaluasi dosis pajanan.

Langkah – 5: Cari peranan factor individu/ kerja dalam timbulnya PAK.

Langkah – 6: Cari factor [eranan factor di luar kerja (non – occupational

factors).

Langkah – 7: Tetapkan diagnosis PAK.

Sistem IKAKOM 2

Page 3: Isi Laporan Modul 2 Penyakit Akibat Kerja Kel 12

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SKENARIO

Seorang wanita bernama Nn. J., 28 tahun, sebagai pembantu rumah tangga.

Keluhan utama: sela-sela jari tangan dan kaki perih, agak gatal, merah sejak 1 minggu

yang lalu. Seminggu sebelum datang ke klinik, pasien merasakan perih amat sangat

pada sela-sela jari tangan dan kaki. 3 hari terakhir disertai rasa tebal pada kulit

tangannya dan luka-luka bekas garukan dan sela-sela jari kakinya lebih merah dari

biasanya. Sebelumnya hal ini sering dirasakan, tetapi sembuh setelah diolesi salep.

Namun untuk yang sekarang ia merasakan lebih parah. Awalnya tangan dan kaki pasien

merah kemudian dirasakan seperti bersisik juga gatal-gatal. Seingatnya keluhan ini

timbul setiap kali ia mencuci dengan rinso saat ia mencuci baju. Majikan tempat ia

bekerja sering mencoba-coba merek sabun pencuci baju yang baru. Pasien juga

mengeluh tangan suka pegal-pegal dan kadang kesemutan bila terlalu banyak cucian

atau pekerjaan. Pernah juga dicoba untuk tidak mencuci atau mencuci tetapi dengan

sabun merek lain efeknya tidak timbul merah, perih dan gatal-gatal tersebut.

Sebelumnya pasien hanya bekerja mengasuh anak saja dan tidak pernah sakit seperti ini.

Riwayat pengobatan dengan dokter belum ada. Riwayat alergi makanan tidak ada.

Sebelumnya tidak ada riwayat alergi, seperti misalnya menderita asma dan tidak

pernah mengalami gatal-gatal atau kemerahan di kaki dan tangannya. Dalam keluarga

juga tidak ada yang mederita penyakit serupa. Riwayat pekerjaan sebelumnya adalah

pengasuh anak selama 3,5 tahun, kemudian setengah tahun terakhir beralih menjadi PRT

mencuci pakaian. Uraian tugasnya adalah sebagai berikut:

Jam 04.30 : bangun dan persiapan sholat subuh

Jam 04.45 : persiapan kerja

Jam 05.00 : menyapu dan mengepel lantai

Jam 06.00 : mengambil pakaian kotor kemudian merendamnya dengan air biasa.

Sistem IKAKOM 3

Page 4: Isi Laporan Modul 2 Penyakit Akibat Kerja Kel 12

Jam 07.00 : mulai mencuci baju. Ia membuat campuran rinso dan air.

Kemudian mengambil baju yang sudah direndam dan diperas ke dalam air rinso satu per

satu. Karena majikannya tidak mempunyai mesin cuci maka ia harus mengucek dan bila

perlu menggilas/menyikat baju-baju tersebut. Sesudah disikat, baju yang sudah dirinso

dibilas dari ember yang satu ke ember yang laen sebanyak 3 kali dengan air bersih. Ini

juga harus agak di kucek dan diperas. Cara memeras baju biasanya ia putar. Setelah

semua baju telah dibilas lalu dijemur. Tidak semua baju sudah diperas benar. Jadi

kadang ia harus memeras lagi mengibaskannya agar tidak terlalu kusut sebelum dijemur.

Jam 08.00 : sarapan

Jam 08.30 : lap-lap meja kursi yang berdebu

Jam 09.00 : bantu-bantu membereskan rumah dan masak

Jam 15.00 : mengangkat jemuran yang sudah kering untuk disetrika

Jam 16.00 : membagi pakaian yang sudah rapi ke dalam lemari anak-anak

Jam 17.00 : menemani anak-anak menonton TV atau istirahat

Jam 19.00 : makan malam dan membantu cuci piring

Jam 22.00 : beristirahat.

Pemeriksaan fisik:

Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 76 kali permenit, frekuensi nafas 16 kali per menit,

suhu normal, berat badan 40 kg, tinggi badan 150 cm. Prayer’s test, phalen’s test

hasilnya negatif. Refleks fisiologis normal, refleks patologis negatif. Status lokalis: jari-

jari kedua tangan dan ujung telapak kaki tampak kelak kemerahan, bates tidak tegas

dengan skuama kasar berwarna putih diatasnya dan pada telapak kaki terdapat fisura.

Patch test negatif.

Diagnosa kerja : Dermatitis kontak iritan akut dan suspek carpal tunnel syndrom

Diff diagnosis : -

Diagnosis okupasi : -

Sistem IKAKOM 4

Page 5: Isi Laporan Modul 2 Penyakit Akibat Kerja Kel 12

-L24.0: Iritant Contact Dermatitis due to Detergent

-G56.0: Suspected Carpal Tunnel Syndrome.

2.2 KATA/KALIMAT KUNCI

Wanita, 28 tahun, pembantu rumah tangga.

Keluhan Utama: Sela-sela jari tangan dan kaki perih, agak gatal, merah sejak 1

minggu yang lalu.

Rasa tebal pada kulit tangannya dan luka-luka bekas garukan dan sela-sela jari

kakinya lebih merah dari biasanya.

Keluhan ini timbul setiap kali ia mencuci dengan rinso, namun saat

menggunakan detergen lain tidak mengalami keluhan tersebut.

Tangan suka pegal-pegal dan kadang kesemutan bila terlalu banyak cucian atau

pekerjaan.

Tidak mencuci atau mencuci tetapi dengan sabun merek lain efeknya tidak

timbul merah, perih dan gatal-gatal tersebut.

Tangan suka pegal-pegal dan kadang kesemutan bila terlalu banyak cucian atau

pekerjaan.

Riwayat pengobatan dengan dokter belum ada. Riwayat alergi makanan tidak

ada. Keluarga juga tidak ada yang mederita penyakit serupa.

Riwayat pekerjaan sebelumnya adalah pengasuh anak selama 3,5 tahun,

kemudian setengah tahun terakhir beralih menjadi PRT mencuci pakaian.

Majikannya tidak mempunyai mesin cuci.

Prayer’s test dan Patcht test negative.

Sistem IKAKOM 5

Page 6: Isi Laporan Modul 2 Penyakit Akibat Kerja Kel 12

2.3 PEMBAHASAN

2.3.1 PERTANYAAN

1. Bagaimana cara mendiagnosis untuk kasus pada scenario tersebut?

2. 7 langkah prinsip dasar diagnosis PAK

3. Apa Saja Faktor Risiko yang ada di Tempat Kerja sebagai Seorang Pembantu

Rumah Tangga?

4. Apakah Debu Yang Biasa Dihirup Saat Bersih-bersih Lama Kelamaan Dapat

Menimbulkan Alergi Pada Nn. J?

5. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu

menegakkan diagnosis?

6. Bagaimana tata laksana penanganan awal terhadap penderita pada kasus?

7. Bagaimana prognosis dan komplikasi terhadap kasus?

8. Bagaimana Kategori Kesehatan Pada Kasus?

9. Bagaimana Meminimalisir atau Mencegah Terjadinya Penyakit Akibat Kerja

pada Kasus?

2.3.2 JAWABAN PERTANYAAN

1. Bagaimana 7 langkah prinsip dasar diagnosis Penyakit Akibat Kerja?

a) Tetapkan diagnosa klinis

b) Identifikasi paparan potensi risiko bahaya

c) Mencari hubungan langkah ke-2 dengan gangguan kesehatan yang timbul

Sistem IKAKOM 6

Page 7: Isi Laporan Modul 2 Penyakit Akibat Kerja Kel 12

d) Evaluasi dosis pajanan

e) Mencari peranan faktor individu atau kerja dalam timbulnya PAK

f) Cari peranan faktor diluar kerja

g) Tetapkan diagnosis PAK

2. Bagaimana cara mendiagnosis untuk kasus pada scenario tersebut?

A. Dermatitis Kontak Iritan

Diagnosa Klinis• Anamnesis tambahan

• Pemeriksaan fisik yang teliti

- Akut : radang, bengkak,

kemerahan dan vesikel kecil

- Kronik : Kerutan, hiperpigmentasi

dan likenifikasi

• Pemeriksaan UJI TEMPEL bertujuan untuk

menghapus DD DKA

Identifikasi

Paparan Potensi

Resiko Bahaya

Bahan kimia terkait : surfaktan (sodium lauryl

sulfate)

- 05:00 mengepel lantai

- 07:00-08:00 mencuci pakaian

- 19:00 mencuci piring

Sistem IKAKOM 7

Page 8: Isi Laporan Modul 2 Penyakit Akibat Kerja Kel 12

Hubungan langkah

2 dengan gangguan

kesehatan yang

timbul

Iritasi pada kulit

Evaluasi dosis

pajanan

Terpapar Sodium lauryl sulfate lebih dari +/- 1 jam

dapat menyebabkan iritan dan semakin lama semakin

parah terkait jenis zat kimia yang bersifat merusak.

Peranan faktor

individu dalam

timbulnya PAK

• Pasien seorang PRT mengerjakan pekerjaan

rumah (mencuci, mengepel,memasak,setrika

pakaian)

• Pasien mencuci secara manual dengan

menggunakan tangan (karena tidak ada mesin cuci)

Peranan faktor

diluar kerja

Tidak higienis, setelah maupun sebelum dan setelah

terpapar zat kimia (berbahaya)

Tetapkan diagnosis

PAK

Sesuai dengan gejala klinis yang di dapatkan dan

perjalanan penyakitnya maka di tetapka diagnosis

PAK kasus ini ialah DERMATITIS KONTAK

IRITAN

B. Carpal Tunnel Syndrome

Diagnosa Klinis- Anamnesis tambahan

- Phalen test dan Prayer’s test

- Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan

diagnosa : (suspect CTS)

Sistem IKAKOM 8

Page 9: Isi Laporan Modul 2 Penyakit Akibat Kerja Kel 12

Identifikasi Paparan

Potensi Resiko Bahaya

Menyapu dan mengepel lantai, mengambil

pakaian kotor kemudian merendamnya dengan

air biasa, mencuci baju, lap-lap meja kursi yang

berdebu, bantu-bantu membereskan rumah dan

masak, mengangkat jemuran yang sudah kering

untuk di setrika, membagi pakaian yang sudah

rapi kedalam lemari anak-anak, makan akan

malam dan membantu cuci piring.

Hubungan langkah 2

dengan gg.kesehatan yang

timbul

• Pegal-pegal

• Kesemutan

Evaluasi dosis pajanan Jika terjadi aktivitas yang berulang dan terus

menerus dalam jangka waktu lama dengan

penekanan di daerah pergelangan tangan akan

menyebabkan CTS.

Peranan faktor individu

dalam timbulnya PAK

• Pasien seorang PRT mengerjakan

pekerjaan rumah (mencuci,

mengepel,memasak,setrika pakaian)

• Pasien mencuci secara manual dengan

menggunakan tangan (karena tidak ada mesin

cuci)

Peranan faktor diluar kerja Masih perlu dikumpulkan informasi mengenai

aktivitas pasien diluar kerja yang biasa

dilakukan sehari-sehari.

Tetapkan diagnosis PAK Pasien kemungkinan suspect CTS karena

kurangnya informasi dari pemeriksaan yang ada

Sistem IKAKOM 9

Page 10: Isi Laporan Modul 2 Penyakit Akibat Kerja Kel 12

dan perlu dilakukan anamnesa serta

pemeriksaan tambahan.

3. Apakah Debu Yang Biasa Dihirup Saat Bersih-bersih Lama Kelamaan

Dapat Menimbulkan Alergi Pada Nn. J?

Tidak, karena alergi merupakan salah satu penyakit keturunan. Pada

scenario, dikatakan bahwa pasien tersebut telah melakukan patch test yang

hasilnya negative yang menandakan pasien tersebut tidak memiliki alergi.

Alergi adalah:

• Sebuah gangguan sistem kekebalan tubuh

• Alergi reaksinya sangat cepat.

• Alergi merupakan salah satu dari hipersensitifitas (tipe 1)

Faktor resiko dari alergi:

Dapat dibagi menjadi 2 :

- Faktor host (genetik)

- Faktor lingkungan (debu, tungau, dll)

4. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu

menegakkan diagnosis?

Sistem IKAKOM 10

Page 11: Isi Laporan Modul 2 Penyakit Akibat Kerja Kel 12

Pemeriksaan darah, sediaan apus sekresi tubuh test kkulit dan RASt

(Radioallergosorbent test)  hasil pemeriksaan darah akan memberikan data-data

yang suportif untuk pelbagai kemungkinan diagnostik, kendati demikian tes

darah hasil laboratorium bukan Kriteria utama dalam pemeriksaan gangguan

alergik. Pemeriksaan awal dapat mencakup pemeriksaan:

Hitung darah lengkap dan hitung jeniseosinofil dalam keadaan normal

merupakan 1% sampai 4% dari jumlah total sel darah putih. Tingkat antara 5%

sampai 15% adalah nonspesifik tetapi benar-benar menunjukkan reaksi alergik.

Eosinofilia sedang 15%hingga 40% leukosit dalam darah sebagai eosinofel

ditemukan pada pasien  gangguan alerik disamping pasien gangguan malignitas,

immunodefisiensi, infeksi parasit, penyakit jantung congenital, dan pada pasien

yang mengalami dialisis peritoneal.

Kadar  total  serum Ig E, kadar total serum IgE, yang tinggi mendukung

diagnosis penyakit atopik ; kendati demikian, kadar IGE yang normal tidak

menyingkirkan kemungkinan diagnosisi gangguan alergik. Kadar IgE tidak

sesensitif pemeriksaan PRIST (paper radio immunosorbent test) dan ELISA

(Enzyme-linked immunosrbent assay).

Tes kulit. Tes kulit mencakup penyuntikan intra dermal atau aplikasi superficial

yang dilakukan secara bersamaan waktunya pada tempat-tempat terpisah dengan

menggunakan beberapa jenis larutan. Larutan ini masing-masing mengandung

antigen yang mewakili suatu jenis alergen, termasuk tepung sari.

Tes provokasi, tes provokasi meliputi pemberian alergen secara langsung pada

mukosa respiratorius dengan mengamati respon target tersebut. Tipe pengujian

ini sangat membantu dalam mengena allergen yang bermakna secara klinis pada

pasien-pasien dengan hasil positif, kekurangan yang utama pada tipe pengujian

ini adalah keterbatasan satu antigen persesi dan risiko timbulnya gejala yang

berat, khususnya bronkhospasme pada pasien asma.

“Tes radioallergosorbent, merupakan test pemeriksaan kadar IgE. Spesifik

allergen. Sample serum pasien dikenakan dalam jumlah kompleks allergen yang

Sistem IKAKOM 11

Page 12: Isi Laporan Modul 2 Penyakit Akibat Kerja Kel 12

dicurigai. Jika terdapat antibody, kompleks ini akan berikatan dengan allergen

yang berlabel-radio aktif”. (Smeltzer, Suzanne C, halaman 1760-1763)

Pemeriksaan DKI CTS

Laboratorium Darah rutin (hitung

eosinofil)

-

Pemeriksaan

radiologis

- -

Pemeriksaan non lab Patch test 1. Phalens test

2. Prayer’s test

3. Tinels sign

4. Thenar wasting test

5. Pressure test

5. Bagaimana tata laksana penanganan awal terhadap penderita pada kasus?

Upaya pengobatan dermatitis kontak iritan yang terpenting adalah menghindari

pajanan bahan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisis, maupun kimia, serta

menyingkirkan faktor yang memperberat iritasi tsb. Bila hal ini dapat

dilaksanakan dengan sempurna dan tidak ada komplikasi maka dermatitis kontak

tersebut akan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan topikal, mungkin

cukup dengan pelembab untuk memperbaiki kulit yang kering.

Apabila diperlukan, untuk mengatasi peradangan dapat diberikan

kortikosteroid topikal, misalnya hidrokortison atau untuk kelainan yang kronis

dapat diaali dengan kortikosteroid yang lebih kuat.

Pemakaian alat pelindung diri yang adekuat diperlukan bagi mereka yang

bekerja dengan bahan iritan sebagai salah saru pencegahannya.

Sistem IKAKOM 12

Page 13: Isi Laporan Modul 2 Penyakit Akibat Kerja Kel 12

6. Bagaimana prognosis dan komplikasi terhadap kasus?

Dermatitis kontak iritan + suspek CTS

A. Prognosis

Pada dermatitis kontak iritan ini bergantung pada penysuaian

penderita terhadap faktor pencetus. Jika sulit dan tidak menghindari

factor pencetus tentu saja kemungkinan perlanjutan penyakit menjadi

lebih buruk. Tetapi dalam kedokteran okupasi biasanya factor

pencetus dapat di gantikan dengan yang namun fungsional yang

sama.

Prognosa penderita CTS secara konservatif 80% baik jika dapat

menghilangkan faktor penyebab atau mempengaruhi. Namun hal ini

dapat berulang 1 tahun kemudian.

Sistem IKAKOM 13

Dermatitis Kontak Iritan

Menyingkirkan faktor yang memperberat

iritasi tersebut

Menghindari pajanan iritan

(mekanik, fisis, kimia)

Kortikosteroid topikal

hidrokortison

Bila dilaksanakan dengan sempurna, iritasi akan sembuh dengan sendirinya

Hidrokortison efek anti-alaergi & anti-radang.

Gunakan 2-3x/hari

Gunakan pelembab untuk memperbaiki kulit yang kering

Page 14: Isi Laporan Modul 2 Penyakit Akibat Kerja Kel 12

Prognosis penderita CTS ditentukan oleh berbagai faktor antara lain :

Gejala yang terjadi lebih dari 10 bulan

Adanya parestesis yang bersifat konstan atau terus menerus

Adanya flexor tenosinvitis atau triggering of the digit

Manuver phalen positif

Usia lebih dari 50 tahun

Penilaian prognosa:

Jika tidak ada faktor 65% baik dengan terapi konservatif

Jika 1 faktor 41,4% baik dengan terapi konservatif

Jika 2 faktor 16,7% baik dengan terapi konservatif

Jika 3 faktor 6,8% baik dengan terapi konservatif

Jika 4 atau 5 faktor 0% baik dengan terapi konservatif

B. Komplikasi

Pada dermatitis kontak iritan dapat terjadi komplikasi yaitu

infeksi bakteri. Gejalanya berupa bintik-bintik yang mengeluarkan

nanah. Pembengkakan kelenjar getah bening sehingga penderita

mengalami demam dan lesu.

Pada CTS jika terus berlanjut maka akan menyebabkan

fokusnya gangguan CTS dan tingkat nyeri yang lebih berat sampai

kekambuhan yang berulang meskipun dapat dipulihkan untuk

beberapa waktu saja.

7. Bagaimana Kategori Kesehatan Pada Kasus?

a) Sehat untuk bekerja (Fit for duty)

Karyawan memenuhi persyaratan kesehatan untuk kerja.

Sistem IKAKOM 14

Page 15: Isi Laporan Modul 2 Penyakit Akibat Kerja Kel 12

Pada perusahaan atau pekerjaan tertentu mensyaratkan karyawan harus

dalam keadaan sehat

Pemeriksaan Fisik, laboratorium, dan penunjang normal

Namun secara umum berlaku ketentuan berikut; mungkin ditemukan

gangguan kesehatan ringan, tetapi tidak memerlukan follow up /

perawatan oleh dokter (misal : alergi makanan, penyakit kulit ringan,

maag, dll)

Pemeriksaan fisik mungkin ditemukan prehipertensi, laboratorium

kolesterol boleh batas tinggi, tetapi laboratorium lain dalam batas

normal

IMT mungkin Overweight, tetapi hasil pemeriksaan fisik dan lab

secara umum sehat

Mungkin ditemukan kelainan hasil pemeriksaan gigi : disarankan

berkonsultasi dengan dokter gigi

Gangguan visus jauh di bawah / sama dengan skala 6/10

Hasil rontgen mungkin ditemukan bekas TB lama, tenang

Kelainan kulit : terbatas, tunggal, (panu lokal, bukan seluruh tubuh)

tidak mengganggu pergerakan (sikatriks bekas luka bakar yang

mengganggu gerakan)

Calon karyawan masih harus memenuhi persyaratan kerja khusus sesuai

dengan penempatannya (misalnya : tinggi badan minimum 165 cm

untuk operator, tidak buta warna untuk mekanik, dll)

b) Sehat untuk bekerja dengan catatan (Fit with retriction)

Secara umum dalam kondisi sehat tetapi memiliki cacat tubuh /

keterbatasan fungsional

Buta warna,

Buta salah satu mata / keduanya,

Kelemahan / cacat anggota badan akibat sakit / cedera / bawaan

Paru restriksi ringan – sedang

Tuli ringan – sedang

Gangguan visus jauh di atas skala 6/10

Sistem IKAKOM 15

Page 16: Isi Laporan Modul 2 Penyakit Akibat Kerja Kel 12

Gangguan visus dekat di atas skala 40

Dll

Yang bersangkutan tetap layak untuk pekerjaan tertentu selama

cacat / keterbatasannya tidak menghalangi produktivitas dan

keselamatan.

Pada perusahaan / pekerjaan tertentu mensyaratkan hasil

laboratorium / penunjang karyawan boleh 2 organ tidak normal

(hati, jantung, ginjal, paru, hati, pancreas, dll)

Contoh batasan pekerjaan terkait kondisi fisik :

Seorang dengan buta satu mata harus dinyatakan unfit untuk

pekerjaan yang membutuhkan persepsi mata yang baik (driver,

pilot, pekerja kilang / offshore, pekerjaan yang membutuhkan

keahlian memanjat / meloncat).

Seorang dengan buta warna harus dinyatakan unfit untuk

pekerjaan yang membutuhkan kemampuan membedakan warna

(pilot, pemadam kebakaran, teknisi kelistrikan, teknisi

laboratorium, teknisi elektronik, operator panel)

Disaran kadang cukup ditulis tidak cocok untuk tipe pekerjaan

yang membutuhkan kemampuan membedakan warna

c) Tidak Fit Sementara (Temporary unfit to work)

Ditemukan Gangguan kesehatan yang bersifat akut baik saat

pemeriksaan fisik, laboratorium maupun penunjang yang memerlukan

follow up / pengobatan oleh dokter (HT, DM, kolesterol, hepatitis,

jantung, dll)

Hipotensi / hipertensi < 90 / > 140

Gula Darah Sewaktu > 200 mg/dl

Lebih dari 2 organ yang terlibat (hati, jantung, ginjal, paru,

hati, pancreas dll)

Ulkus Varicosum

Kontraktur kulit – otot dan syaraf terputus

Sistem IKAKOM 16

Page 17: Isi Laporan Modul 2 Penyakit Akibat Kerja Kel 12

EKG : bradikardi, takikardi, aritmia, iskemik, review dengan

keluhan saat MCU

Lab Kreatinin ≥ 1,2 U/l

Foto Rontgen : TBC – laboratorium → LED meningkat,

limfosit meningkat

Fungsi Hati : SGOT/SGPT > 2 kali

Follow up dilakukan oleh dokter perusahaan /dokter spesialis konsulen

/rumah sakit rujukan

Karyawan tetap dapat melaksanakan pekerjaannya selama /setelah masa

perawatan (kecuali jika dokter merawat memberikan rekomendasi

khusus / istirahat / kerja ringan, yang dibuktikan secara tertulis

Status fit / unfit ditentukan oleh dokter perusahaan, dengan

mempertimbangkan seluruh catatan medis karyawan

Temporary unfit adalah status kesehatan yang bersifat sementara. Status

finalnya tergantung hasil folllow up dokter. Status final dapat "FIT" jika

proses pengobatan terlaksana dengan baik atau "UNFIT" jika pengobatan

gagal / tidak dilakukan.

- Contoh gangguan kesehatan akut yang dapat disembuhkan

dengan pengobatan : TBC, pneumonia, gangguan hati dan ginjal

akut.

- Contoh gangguan kesehatan akut yang dapat disembuhkan

dengan operasi : hernia

d) Unfit For Work

Memiliki masalah kesehatan serius yang memerlukan tindakan medis

tertentu. Dengan demikian kondisi kesehatan / calon karyawan

tersebut tidak sesuai untuk semua pekerjaan.

Pada beberapa perusahaan / pekerjaan mensyaratkan tensi tidak boleh

lebih > 160

Penyakit mental dan fisik yang kronis biasanya ditetapkan sebagai

unfit kecuali terbukti kondisinya dapat disembuhkan.

Sistem IKAKOM 17

Page 18: Isi Laporan Modul 2 Penyakit Akibat Kerja Kel 12

Kasus pada scenario termasuk ke dalam kategori Fit to work, karena

kesehatan cukup baik dengan kelainan yang dapat dipulihkan.

8. Bagaimana Meminimalisir atau Mencegah Terjadinya Penyakit Akibat

Kerja pada Kasus?

Kasus pada scenario dapat kita cegah dengan memberitahu kepada majikan

untuk menggunakan mesin cuci atau mengganti detergen yang digunakan,

sehingga pembantunya pun tidak terjadi lagi keluhan tersebut di kemudian hari.

Selain itu, dengan menggunakan mesin cuci, pekerjaan rumah akan lebih efektif,

dikarenakan saat melakukan penyucian pakaian dengan mesin cuci, Nn. J dapat

melakukan pekerjaan lain seperti mengepel dan menyapu sehingga pekerjaan

rumah dapat terselesaikan dengan segera dan waktu beristirahatnya menjadi

lebih lama.

Di lain sisi, kita dapat mencegah keluhan tersebut bertambah parah dengan cara

menggunakan alat perlindungan dini, misalnya dengan menggunakan sarung

tangan yang khusus untuk mencuci pakaian maupun mencuci piring dengan

bahan yang nyaman untuk digunakan sehingga menghindari kontak langsung

dengan detergen yang dapat membuat iritasi kulit. Selain itu untuk kaki dapat

menggunakan sepatu boots untuk menghindari kontak secara langsung kaki

dengan air yang telah dibuang setelah membilas pakaian yang terdapat detergen

didalamnya.

9. Apakah Ada Peraturan Perundang-undangan yang Mengatur Tentang

Penyakit Akibat Kerja? Jika Ada, Undang-undang Nomer Berapa Saja?

Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan

tempat kerja dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja.

Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

Undang- Undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan

berkewajiban memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan

kemampuan fisik pekerja yang baru maupun yang akan dipindahkan ke

Sistem IKAKOM 18

Page 19: Isi Laporan Modul 2 Penyakit Akibat Kerja Kel 12

tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepada

pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara berkala. Sebaliknya para

pekerja juga berkewajiban memakai alat pelindung diri (APD) dengan tepat

dan benar serta mematuhi semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja

yang diwajibkan. Undang-undang nomor 23 tahun 1992, pasal 23 Tentang

Kesehatan Kerja juga menekankan pentingnya kesehatan kerja agar setiap

pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan

masyarakat sekelilingnya hingga diperoleh produktifitas kerja yang optimal.

Karena itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan

penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.

Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Undang-Undang ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan

dengan ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam kerja, hak maternal, cuti

sampi dengan keselamatan dan kesehatan kerja.

Sebagai penjabaran dan kelengkapan Undang-undang tersebut, Pemerintah

juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) dan Keputusan Presiden

terkait penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),

diantaranya adalah :

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11 Tahun 1979 tentang

Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas

Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida

Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan

Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan

Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang

Timbul Akibat Hubungan Kerja dan Kewajiban dan hak dari tenaga kerja

berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut pasal 12 UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan

Kesehatan Kerja, kewajiban dan hak tenaga kerja adalah sebagai berikut :

Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai

pengawas atau ahli keselamatan kerja

Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan

Sistem IKAKOM 19

Page 20: Isi Laporan Modul 2 Penyakit Akibat Kerja Kel 12

Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan

yang diwajibkan

Meminta pada Pengurus agas dilaksanakan semua syarat keselamatan

dan kesehatan yang diwajibkan

Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan

dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan

diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh

pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung-

jawabkan.

Tugas pengurus/pengawas dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja

Yang perlu diketahui pertama adalah Pengurus/Pengawas merupakan orang

yang mempunyai tugas memimpin langsung sesuatu tempat kerja atau

bagiannya yang berdiri sendiri. Berdasarkan pasal 8, 9, 11 dan 14 Undang -

Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pengurus bertanggung jawab untuk :

Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik

dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan

sesuai dengan sifat - sifat pekerjaan yang diberikan padanya.

Memeriksa semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya,

secara berkala pada Dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan

dibenarkan oleh Direktur

Menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :

Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta apa yang dapat timbul dalam

tempat kerjanya

Semua pengamanan dan alat - alat perlindungan yang diharuskan dalam

semua tempat kerjanya

Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan

Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya

Bertanggung jawab dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan

kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula

dalam pemberian pertolongan pertama dalam kecelakaan.

Sistem IKAKOM 20

Page 21: Isi Laporan Modul 2 Penyakit Akibat Kerja Kel 12

Melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang

dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya,

semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-

undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi

tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah

dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli

kesehatan kerja.

BAB III

SIMPULAN

Pasien Nn. J menderita Dermatitis Kontak Iritan dengan suspek Carpal

Tunnel Syndrome diakibatkan karena pekerjaanya atau biasa disebut dengan PAK

(Penyakit Akibat Kerja), namun hal tersebut masih dapat diatasi dan dicegah agar

tidak memperparah keluhan Nn. J dengan penanganan segera, sehingga pasien

tersebut masih termasuk katergori Fit to work, karena kesehatan cukup baik dengan

kelainan yang dapat dipulihkan.

Sistem IKAKOM 21

Page 22: Isi Laporan Modul 2 Penyakit Akibat Kerja Kel 12

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Adhi Prof. Dr. dr. dkk. 2008. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Balai

Penerbitan FKUI.

Santoso, G. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Prestasi

Pustaka Publisher.

http:// repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25718/4/Chapter%20II.pdf

Sistem IKAKOM 22