Upload
siti-julaikha
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit sistemik lupus eritmatasus (SLE) tampaknya terjadi akibat terganggunya regulasi
kekebalan yang menyebabkan peningkatan auto antibodi yang berlebihan, limfadenopati
terjadi pada 50% dari seluruh pasien SLE pada waktu tertentu selama perjalanan penyakit
tersebut. Sistemik lupus eritematosus (SLE) merupakan salah satu penyakit autoimun yang
disebabkan oleh disregulasi sistim imunitas dan secara garis besar dipengaruhi oleh 3 faktor
yaitu endokrin-metabolik, lingkungan dan genetik.Gangguan renal juga terdapat pada sekitar
52% penderita SLE. Pada sebagian pasien, gangguan awal pada kulit dapat menjadi prekursor
untuk terjadinya gangguan yang bersifat lebih sistemik.
B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa keperawatan dapat mengetahui dan
memahami konsep dasar tentang penyakit Sistemik Lupus Eritematosus dan juga gambaran
asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.Definisi
Systemic lupus erytematosus (SLE) atau lupus eritematosus sistemik (LES) adalah penyakit
radang atau inflamasi multisistem yang penyebabnya diduga karena adanya perubahan sistem
imun
SLE merupakan penyakit radang atau inflamasi multisistem yang disebabkan oleh banyak
faktor (Isenberg and Horsfall,1998) dan dikarakterisasi oleh adanya gangguan disregulasi
sistem imun berupa peningkatan sistem imun dan produksi autoantibodi yang berlebihan
(Albar,2003).
SLE termasuk penyakit collagen-vascular yaitu suatu kelompok penyakit yang melibatkan
sistem muskuloskeletal, kulit, dan pembuluh darah yang mempunyai banyak manifestasi
klinik sehingga diperlukan pengobatan yang kompleks. Etiologi dari beberapa penyakit
collagen-vascular sering tidak diketahui tetapi sistem imun terlibat sebagai mediator
terjadinya penyakit tersebut (Delafuente,2002).
B. Etiologi
Sampai saat ini penyebab SLE belum diketahui. Secara garis besar dipengaruhi oleh 3 faktor
yaitu endokrin-metabolik, lingkungan dan genetik
C. Patofisiologi
Penyakit SLE tampaknya terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan
peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh
kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal dan lingkungan. Obat-obat tertentu
hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan
disamping makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE akibat
senyawa kimia atau obat-obatan.
Pada SLE, peningkatan produksi autoantibodi diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T
supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan
jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya merangsang antibodi
tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.
3
D. Manifestasi Klinis
Keluhan utama dan pertama SLE adalah artralgia, dapat juga timbul artritis nonerosif pada
dua atau lebih sendi perifer. Pasien mengeluh lemas, lesu dan capek sehingga
menghalanginya beraktivitas. Demam pegal linu seluruh tubuh, nyeri otot dan penurunan BB-
terdapat kelainan kulit spesifik berupa bercak malar menyerupai kupu-kupu dimuka dan
eritema umum yang menonjol. Terdapat kelainan kulit menahun berupa bercak diskoid yang
bermula sebagai eritema papul atau plak bersisik. Dapat pula terjadi kelaian darah berupa
anemia hemoditik, kelainan ginjal, pneumonitis, kelainan jantung, gastrointestinal, gangguan
saraf dan kelainan psikatrik.
E. Penatalaksanaan
Penanganan SLE mencakup penatalaksanaan penyakit akut dan kronik. Penyakit akut
memerlukan intervensi yang ditujukan untuk mengendalikan peningkatan aktivitas penyakit
atau eksaserbasi yang dapat meliputi setiap sistem organ.
Penatalaksanaan keadaan yang lebih kronik meliputi pemantauan periodik dan pengenalan
berbagai perubahan klinis yang bermakna yang memerlukan penyesuian terapi. Preparat
NSAID digunakan untuk mengatasi manifestasi klinis minor dan kerapkali dipakai bersama
kortikosteroid dalam upaya untuk meminimalkan kebutuhan kortikosteroid, kortikosteroid
merupakan satu-satunya obat paling penting yang tersedia untuk pengobatan SLE. Preporat
ini digunakan secara topikal untuk mengobati manifestasi kistaneus. Pemberian bolus IV
dianggap sebagai terapi alternatif yang bisa menggantikan terapi oral dosis tinggi. Obat-obat
antimalaria merupakan preparat yang efektif untuk mengatasi gejala kutaneus muskula
skelatal dan sistemik ringan dari SLE. Preparat imunosupresan digunakan karena efeknya
pada fungsi imun.
F. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Antibodi Antinuklear
Untuk mengetahui akan adanya antibodi yang mampu menghancurkan inti dari sel-sel tubuh
sendiri. Mengevaluasi pola ANA dan antibodi spesifik.
4
b. Laju Endap Darah
Untuk mengukur peradangan dan tidak berkaitan dengan tingkat keparahan penyakit.
c. Pemeriksaan Urin
Untuk mengetahui adanya protein, sel darah putih, sel darah merah dan silinder. Uji ini
dilakukan untuk menentukan adanya komplikasi ginjal dan untuk memantau perkembangan
penyakit ini.
d. Pemeriksaan Serum
Mengungkapkan anemia yang sedang hingga berat, trombositopenia, leukositosis dan
leukopenia.
5
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Inspeksi Kulit.
b. Pengkajian kardiovaskuler mencakup auskultasi untuk mendengarkan friction rub
perikardium.
c. Pembengkakan sendi, nyeri tekan, sendi yang terasa hangat, nyeri saat digerakkan dan
kaku semuanya.
d. Pengkajian neurologik, ditujukan untuk mengenali dan menjelaskan setiap permasalahan
pada sistem saraf pusat.
e. Tanda-tanda depresi, kejang-kejang.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko tinggi terhadap cedera b.d peningkatan kerentanan dermal sekunder terhadap
proses penyakit.
b. Resiko tinggi inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik b.d kurang pengetahuan
tentang SLE.
c. Gangguan citra tubuh b.d perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang
diakibatkan oleh penyakit kronis.
C. INTERVENSI
Diagnosa keperawatan I :
Resiko tinggi terhadap cedera b.d peningkatan kerentanan dermal sekunder terhadap proses
penyakit.
Tujuan:
6
Kriteria hasil
o Klien mampu mengidentifikasi faktor penyebab yang dapat meningkatkan aktivitas.
o Klien mampu mengidentifikasi tindakan untuk mengurangi kerusakan kulit.
No Intervensi Rasional
1 Jelaskan hubungan pemajanan matahari dan
aktivitas penyakit.
Mendorong klien untuk membatasi
pemajanan matahari.
2 Identifikasi strategi untuk membatasi
pemajanan matahari.
Klien dengan SLE harus membuat
setiap usaha untuk meminimalkan
pemajanan matahari.
Jelaskan pentingnya menghindari
sinar fluoresen.
Sinar matahari, fluoresen
menghasilkan pancaran sinar ultraviolet.
Ajarkan klien untuk menjaga agar
ulkus bersih dan kulit lembab.
Menurunkan bakteri pada kulit
mengurangi resiko infeksi.
3 Ajarkan untuk mengenali tanda dan gejala
vaskulitis.
Inflamasi vaskuler dari pembuluh darah
paling kecil, kapiler dan venula dapat
menyebabkan oklusi.
7
Diagnosa keperawatan II :
Resiko tinggi inefektif penatalaksanaan regimen terapeutik b.d kurang pengetahuan tentang
SLE.
Tujuan:
Kriteria Hasil
o Menyebutkan penggunaan obat-obatan yang tepat.
o Mengidentifikasi komponen standar program pengobatan.
No Intervensi Rasional
1 Jelaskan SLE menggunakan alat bantu
pengajaran sesuai dengan tingkat pengertian
klien dan rasional.
Pengertian dapat membantu
memperbaiki kepatuhan dan
menurunkan eksaserbasi.
2 Ajarkan klien untuk menggunakan obat-
obatan yang tepat dan melaporkan gejala efek
samping.
Pengetahuan dan kesesuaian yang tepat
pada program pengobatan dapat
membantu menurunkan komplikasi dan
mendeteksi efek samping dini.
3 Ajarkan pentingnya keseimbangan aktivitas
dan istirahat.
Mencegah kelelahan dan
mempertahankan tingkat tertinggi
kemandirian berfungsi.
4 Ajarkan pentingnya perawatan mulut yang
cermat dan berhati-hati.
Vaskulitis dapat meningkatkan resiko
lesi mulut dan cedera.
5 Jelaskan hubungan stress dan gangguan
autoimun.
Menurunkan stress dan keletihan yang
berkaitan dengan konflik yang tak
teratasi.
Diagnosa keperawatan III :
8
Gangguan citra tubuh b.d perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang
diakibatkan oleh penyakit kronis.
Tujuan:
Kriteria Hasil
o Mencapai rekonsiliasi antara konsep diri dan perubahan fisik serta psikologik yang
ditimbulkan oleh SLE.
No Intervensi Rasional
1 Bantu klien untuk mengenali unsur-unsur
pengendalian gejala penyakit dan penanganannya.
Konsep diri seseorang dapat
diubah oleh penyakit atau
penanganannya.
2 Dorong verbalisasi perasaan, persepsi dan rasa sakit,
membantu menilai situasi sekarang dan mengenali
masalahnya, membantu mengenali mekanisme
koping pada masa lalu, membantu mengenali
mekanisme koping yang efektif.
Strategi koping seseorang
menunjukkan kekuatan konsep
dirinya.
3 Kaji tingkat rasa takut pada pasien dan orang
terdekat, perhatikan tanda pengingkaran depresi dan
penyempitan fokus perhatian.
Membantu menentukan jenis
intervensi yang diperlukan.
4 Dorong orang terdekat berpartisipasi dalam asuhan,
sesuai indikasi.
Keterlibatan meningkatkan
perasaan berbagi menguatkan
perasaan berguna memberikan
kesempatan untuk mengakui
kemampuan individu.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lupus eritematosus sistemik (LES) merupakan salah satu penyakit autoimun yang disebabkan
oleh disregulasi sistim imunitas. SLE dapat menyerang berbagai sistem organ dan
keparahannya berkisar dari sangat ringan sampai berat. Etiologi belum dipastikan, secara
garis besar dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu endokrin-metabolik, lingkungan dan genetik.
Pencetus fungsi imun abnormal mengakibatkan pembentukan antibodi yang ditujukan
terhadap berbagai komponen tubuh. Tidak ada suatu tes laboratorium tunggal yang dapat
memastikan diagnosis SLE. Masalah yang paling sering dirasakan pasien adalah keletihan,
gangguan integritas kulit, gangguan citra tubuh dan kurang pengetahuan untuk mengambil
keputusan mengenai penatalaksanaan mandiri.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunanya, besar harapan kami kepada para pembaca
untuk bisa memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi
lebih sempurna.
10
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall.1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC
Ramali, Ahmad.2003. Kamus Kedokteran. Jakarta : Djambatan
www.perdossi.com.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Brunner, Suddarth.2001. Keperawatan Medikal Bedah Vol 3. Jakarta: EGC
Price, Sylvia. A. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC
http://www.perkuliahan.com/makalah-kesehatan-sistemik-lupus-eritmatasus/#ixzz3ZjhuVtiv
jam 20.30 sumber : edukasionline