Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI JENIS-JENIS EKTOPARASIT PADA IKAN LELE DUMBO(Clarias gariepinus)
AYU SYAHFITRI DAULAE 120302008
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
Universitas Sumatera Utara
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI JENIS-JENIS EKTOPARASIT PADA IKAN LELE DUMBO(Clarias gariepinus)
SKRIPSI
AYU SYAHFITRI DAULAE 120302008
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
Universitas Sumatera Utara
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI JENIS-JENIS EKTOPARASIT PADA IKAN LELE DUMBO(Clarias gariepinus)
SKRIPSI
Oleh: AYU SYAHFITRI DAULAE
120302008
Skripsi Sebagai Salah Satu diantara beberapa Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana perikanan Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
Universitas Sumatera Utara
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Isolasi dan Identifikasi Jenis-Jenis Ektoparasit Pada Ikan LeleDumbo (Clariasgariepinus)
Nama : Ayu Syahfitri Daulae NIM : 120302008 Program Studi : ManajemenSumberdayaPerairan
Disetujui Oleh,
Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc Desrita, S.Pi, M.Si Ketua Anggota
Mengetahui,
Dr. Eri Yusni, M.Sc Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ayu Syahfitri Daulae
NIM : 120302008
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Isolasi dan Identifikasi Jenis-
Jenis Ektoparasit Pada Ikan Lele Dumbo (Clariasgariepinus)”adalah benar
merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan sumber informasi
yang berasal dari atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Medan, September 2017
Ayu Syahfitri Daulae NIM. 120302008
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Ayu syahfitri Daulae, dilahirkan di Suku Dame 28Februari
1994 dariAyahanda Herman Daulae danIbunda Mesra
Ritonga. Penulismerupakananakkedua
dariempatbersaudara.Penulismemulaijenjangpendidikan
formal di SD Negeri 112322Padang Nabidang (2000-
2006).Penuliskemudianmelanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1Aek Pamingke
(2006-2009).Padatahun 2012 penulismenyelesaikan pendidikan di SMA Negeri
1NA. IX-X Aek Kota Batu.Penulismelanjutkanpendidikan di Program
StudiManajemenSumberdayaPerairanFakultasPertanianUniversitas Sumatera
Utara melaluijalur SBMPTN.Penulismengikutipraktikkerjalapangan (PKL) di
Pusat Produksi Inspeksi dan Sertifikasi Hasil Perikanan Ciganjur Jakarta Selatan.
SelainitupenulisjugaaktifdalamkegitanorganisasiyaitusebagaianggotaIkata
nMahasiswaManajemenSumberdayaPerairan
(IMASPERA).PenulisjugaaktifdalamkegiatanHimpunanMahasiswaPerikanan
Indonesia (HIMAPIKANI).
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
AYU SYAHFITRI DAULAE. Isolasi dan Identifikasi Jenis Jenis Ektoparasit Pada Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Dibimbing Oleh Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc dan Desrita, S.Pi, M.Si.
Ikan adalah salah satu hasil komoditi yang sangat potensial, kebutuhan
akan ikan sangat tinggi dikarenakan negara ini memiliki kekayaan sumber daya
alam hayati perikanan yang cukup besar yang dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan rakyat. Ektoparasit yang menginfeksi bagian luar tubuh ikan
membuat ikan kehilangan nafsu makan, kemudian perlahan-lahan lemas dan
berujung kematian.Tujuan dari penelitian ini adalah, untuk mengetahui jenis-jenis
parasit apa saja yang menginfeksi pada ikan lele dumbo (Clariasgariepinus),
untuk mengetahui jenis-jenis parasit apa yang paling dominan menginfeksi pada
ikan lele, serta jenis parasit apa yang menginfeksi air tempat ikan lele itu hidup.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2017. Penelitian
dilakukan dengan 3 kali ulang, Ichthyophthirius multifiliis 11 jenis, Trichodina 3
jenis, Chilodonella 6 jenis, Dactylogyrus 5 jenis, Itshmia sp 3 jenis, Gonatozygon
sp 4 jenis, Spirulina sp 2 jenis.
Kata kunci : ikan lele, Ektoparasit, Ichthyophthirius multifiliis, Trichodina, Chilodonella,
Dactylogyrus, Itshmia sp, Gonatozygon sp, Spirulina sp.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
AYU SYAHFITRI DAULAE. Isolation and Identification of Types of Ectoparasites in Dumbo Catfish(Clarias gariepinus). Under Academic Supervision by Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc and Desrita, S.Pi, M.Si.
Fish is one of the potential commodities, the need for fish is very high
because this country has a wealth of natural resources of fisheries large enough
that can be utilized for the benefit of the people. Ectoparasites that infect the
outside of the fish body make the fish lose appetite, then slowly weak and lead to
death. The purpose of this study was to find out what kinds of parasites infect the
dumbo catfish (Clarias gariepinus), to find out what types of parasites are most
dominant in infecting catfish, and what type of parasites infect the water where
catfish it's alive. This research was conducted in May to June 2017. The research
was conducted with 3 repeated, 11 species of Ichthyophthirius multifiliis,
Trichodina 3 type, Chilodonella 6 type, Dactylogyrus 5 type, Itshmia sp 3 type,
Gonatozygon sp 4 type, Spirulina sp 2 type.
Keywords : Catfish, Ectoparasite, Ichthyophthirius multifiliis, Trichodina,
Chilodonella, Dactylogyrus, Itshmia sp, Gonatozygon sp, Spirulina sp.
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat dan
rahmat Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.Skripsi ini merupakan tugas
akhir dalam menyelesaikan studi di Program Studi Manajemen Sumberdaya
Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dengan judul “Isolasi
dan Identifikasi Jenis-Jenis Ektoparasit Pada Ikan Lele Dumbo
(Clariasgariepinus)”
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak lepas dari bimbingan serta
bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materi. Pada kesempatan ini,
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada orang tua
tercinta yaitu Ayahanda Herman Daulae dan Ibunda Mesra Ritonga yang selalu
memberikan kasih sayang, serta doa kepada penulis selama mengikuti pendidikan
hingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis juga
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing dan
kepada ibu Desrita, S.Pi, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang
telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
2. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Pertanian Khususnya Program Studi
Manajemen Sumberdaya Perairan
3. Kakanda Hermawati Daulae Amd, keb, Ervin Mangaraja Daulae, Lestari dan
Iskandar Hidayat yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada
penulis dalam mengerjakan skripsi ini.
Universitas Sumatera Utara
4. Seluruh teman-teman MSP terutama kepada Saleha Bako S.Pi,
Syafridahannum, Lora Luita Anjelina, Hasnina Malasari Pasaribu.
Terimakasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang Manajemen
Sumberdaya Perairan.
Medan, September 2017
Penulis
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................ i
ABSTRACT ............................................................................................... ii KATA PENGANTAR .............................................................................. iii DAFTAR ISI ............................................................................................. iv DAFTAR GAMBAR ................................................................................ v DAFTAR TABEL .................................................................................... vi PENDAHULUAN Latar Belakang ............................................................................... 1 Rumusan Masalah ......................................................................... 3 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 5 Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA Ikan Lele (Clariasgariepinus) ........................................................ 6 Penyebab Penyakit Pada Ikan Lele ............................................... 11 Penularan Penyakit Ikan Melalui Air .................................................. 15 Suhu ............................................................................................... 15 Derajat keasaman (pH) ................................................................... 16 Kecerahan ....................................................................................... 17 Oksigen Terlarut (DO) ............................................................................... 17
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 18 Alat dan Bahan ............................................................................... 18 Pelaksanaan Penelitian ................................................................... 18 Pengambilan Sampel Ikan Dan Sampel Air ................................... 19 Identifikasi Parasit dari Sampel Ikan ............................................. 19 Identifikasi Parasit dari Sampel Air ............................................... 20 Karakterisasi dan Identifikasi Parasit ............................................. 20 HASIL DAN PEMBAHASAN
Universitas Sumatera Utara
Hasil Penelitian Ikan Terserang Penyakit ......................................................... 22 Kualitas Air ............................................................................ 23 Pembahasan Penyakit Ikan .......................................................................... 24 Ektoparasit Pada Ikan dan Air ............................................... 24 Morfologi Ektoparasit Pada Ikan dan Air .............................. 27 Kualitas Air ............................................................................ 29 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ................................................................................... 31 Saran .............................................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 4
2. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) ................................................... 6
3. Ikan Lele Dumbo (Clariasgariepinus) yang terinfeksi penyakit ............ 22
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Jumlah Parasit Pada Sampel Ikan ............................................................ 22
2. Jumlah Parasit Pada Sampel Air ............................................................. 23
3. Kualitas Air ............................................................................................. 23
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan adalah salah satu hasil komoditi yang sangat potensial, karena
keberadaannya sebagai bahan pangan dapat diterima oleh berbagai lapisan
masyarakat, suku, dan agama. Di Indonesia, kebutuhan akan ikan sangat tinggi
dikarenakan negara ini memiliki kekayaan sumber daya alam hayati perikanan
yang cukup besar yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat. Telah lama
masyarakat mengenal ikan hasil tangkapan perairan tawar maupun budidaya hasil
perairan tawar (Rizki, 2016).
Salah satu penyakit yang sering menyerang lele adalah bakteri Aeromonas.
Ikan yang terserang bakteri ini akan mengalami pendarahan pada bagian tubuh
terutama pada bagian dada, perut dan pangkal sirip. Bakteri Aeromonas
hydrophila dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar meskipun pada kolam
yang terawatt dengan baik, sehingga dapat menimbulkan kerugian besar karena
menyebabkan kematian ikan secara missal. Pemeliharaan ikan lele sebagai ikan
komoditi budidaya sering kali terkendala oleh penyakit Motile Aeromonas
Septicemia (MAS) yang disebabkan oleh bakteri A. hydrophila. Hal ini terjadi
karena kondisi padat tebar yang tinggi, suhu yang tinggi dan kandungan bahan
organik yang tinggi dapat menimbulkan stress ikan sehingga mudah terserang
penyakitA. hydrophila(Andriani, 2016).
Lele (Clarias sp) adalah salah satu ikan air tawar yang masuk ke indonesia
pada tahun 1985. Lele dumbo merupakan salah satu dari berbagai jenis ikan yang
sudah banyak dibudidayakan di Indonesia. Dalam habitatnya ikan lele sangat
Universitas Sumatera Utara
fleksibel, dapat dibudidayakan dengan padat penebaran tinggi, pertumbuhannya
sangat pesat, dan dapat hidup pada lingkungan dengan kadar oksigen rendah,
karena lele dumbo mempunyai organ pernapasan tambahan yaitu arborescent
organ. Peningkatan kepadatan penebaran akan meningkatkan populasi lele dumbo
pada waktu panen sehingga dapat meningkatkan produksi kolam (Madinawati,
2011).
Permasalahan yang sering dihadapi dalam budidaya ikan adalah penyakit
yang dapat menyebabkan menurunnya tingkat produksi ikan. Masalah lain seperti
kualitas air yang menurun akibat pencemaran, tingkat pengetahuan dan
keterampilan pembudidayaan ikan yang masih rendah, dan juga penggunaan
faktor produksi lainnya yang belum efisien dalam pembudidayaan ikan di perairan
tawar. Faktor penting yang perlu diperhatikan dalam menunjan. Keberhasilan
usaha budidaya ikan adalah penyediaan lingkungan yang sesuai dengan benih
dalam pertumbuhannya, sehingga diperoleh kelangsungan hidup yang tinggi. Ikan
dapat terserang parasit yang disebabkan oleh organisme lain, penumpukan sisa
makan ikan maupun kondisi lingkungan kehidupan ikan. Interaksi yang tidak
serasi antara ikan dengan kondisi kolam akan menyebabkan ikan mengalami
stress sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah dan
akhirnya mudah terserang penyakit (Pujiastuti, 2015).
Seiring dengan pertambahan penduduk dan peningkatan kebutuhan ikan,
budidaya perikanan dituntut untuk meningkatkan produksinya. Ikan lele
merupakan salah satu komuditas perikanan yang paling banyak dibudidayakan
oleh masyarakat Indonesia. Data statistik perikanan Indonesia menunjukkan
bahwa ikan lele menduduki peringkat nomor tiga produksi budidaya ikan air
Universitas Sumatera Utara
tawar di Indonesia setelah ikan mas dan ikan nila kondisi lingkungan abiotik pada
ekosistem perairan mempunyai peran sangat penting dalam memelihara
kelangsungan budidaya (Iqbal, 2011).
Rumusan Masalah
Dalam usaha budidaya seringkali terdapat berbagai permasalahan yang
dihadapi adanya serangan penyakit pada waktu tertentu yang dapat menghambat
pertumbuhan biota.Timbulnya penyakit pada ikan disebabkan oleh tiga faktor
yaitu kondisi lingkungan (air), kondisi inang (ikan), dan patogen
(penyakit).Permasalahan tersebut sering dihadapi dalam usaha perikanan,
termasuk diantaranya usaha budidaya ikan lele.
Berdasarkan deskripsi di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Parasit apa saja yang dapat menginfeksi pada ikan yang terserang penyakit ?
2. Parasit apa saja yang paling dominan menginfeksi pada ikan ?
Kerangka Pemikiran
Dalam upaya mencegah terjadinya serangan penyakit pada kolam
budidaya ikan harus menjaga dan memelihara interaksi antara tiga komponen,
ikan, lingkungan, dan patogen. Identifikasi parasit terhadap penyebab penyakit
yang sangat penting untuk menentukan spesies parasit apa yang paling dominan
pada tubuh ikan lele yang diduga terserang penyakit, pengambilan sampel
dilakukan dikolam mana ikan lele tersebut hidup untuk dapat memastikan parasit
Universitas Sumatera Utara
apa saja yang menginfeksi pada ikan lele tersebut. Berikut ini adalah kerangka
pemikiran (Gambar 1) dalam melakukan penelitian ini :
Endoparasit
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Keterangan : : Faktor utama penelitian
: Faktor penunjang penelitian
Ektoparasit
Identifikasi Parasit
Serangan Penyakit Pada ikan
Parasit
Interaksi Komponen
Budidaya Ikan LeleDumbo(Clarias
Universitas Sumatera Utara
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui jenis-jenis parasit apa saja yang menginfeksi pada ikan lele
(Clariasgariepinus)?
2. Untuk mengetahuijenis-jenis parasit apayangpaling dominan menginfeksipada
ikan lele, serta jenis parasit apa yang menginfeksi air tempat ikan lele itu
hidup.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai informasi bagi pembudidaya
ikan dengan mengetahui parasit-parasit apa yang dapat menginfeksi ikan
khususnya pada ikan, serta parasit-parasit yang terdapat pada air tempat ikan itu
hidup.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan leleDumbo (Clariasgariepinus)
Di Indonesia lele merupakan jenis ikan yang cukup populer.Lele yang
berada di Indonesia bermacam-macam jenisnya.Terutama jenis lele yang biasa
dikonsumsi seperti lele Afrika, Dumbo, dan Lokal.Lele Afrika (Clarias
gariepinus) merupakan jenis ikan lele yang berasal dari Afrika yang diimpor ke
Indonesia untuk dikawin silangkan dengan lele Lokal dan dinamakan lele. Ikan
lele memiliki tubuh yang lebih besar 6-8 kali panjang standar dibandingkan lele
Lokal dan memiliki gen pertumbuhan yang lebih cepat. Ukuran kepala 3-3,5 kali
lebih besar. Kepala agak persegi panjang dan lancip ke garis dorsal.Moncongnya
yang bulat melebar.Berwarna abu ungu kemerahan dan bercorak marble.
Warnanya akan semakin pucat dan corak tampak lebih jelas apabila stress. Bagian
perut, ventral dan sirip yang berpasangan berwarna keputih-putihan (Pujiastuti,
2015).
Gambar. Ikan Lele (Clarias gariepinus)
Sumber : (Pujiastuti, 2015).
Menurut Pujiastuti, (2015) klasifikasi ikan lele adalah sebagai berikut:
Pilum : Chordata
Universitas Sumatera Utara
Class : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies :Clariasgariepinus
lkan lele (Clarias sp.) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang
mudah beradaptasi dalam lingkungan perairan dangkal dan keruh dengan kadar
oksigen rendah. Secara alamiah, ikan lele termasuk ikan karnivora, yaitu
cenderung memakan daging.Namun, ikan Lele dapat berubah menjadi ikan
omnivora atau ikan yang memakan segala jenis makanan.lkan lele bersifat
nokturnal, (aktif mencari makanan pada malam hari) atau lebih menyukai tempat
yang gelap. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-
tempat gelap. Dialam, ikan lele memijah pada musim penghujan.Dalam usaha
budidaya, ikan lele dapat dikondisikan agar dapat beradaptasi menjadi diurnal
(aktif mencari makanan pada siang hari).lkan Lele merupakan salah satu jenis
ikan air tawar konsumsi yang menjadi pilihan petani ikan. lkan Lele umumnya
hidup di habitat sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk dan
sawah yang tergenang air. lkan Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air
asin (Suryaningsih, 2014).
Ikan lele mempunyai jumlah sirip punggung 68-79, sirip dada 9-10, sirip
perut 5-6, sirip anal 50-60 dan jumlah sungut sebanyak 4 pasang, 1 pasang
diantaranya lebih panjang dan besar. Panjang baku 5-6 kali tinggi badan dan
perbandingan antara panjang baku terhadap panjang kepala adalah 1: 3-4. Ukuran
matanya sekitar 1/8 panjang kepalanya.Giginya berbentuk villiform dan
Universitas Sumatera Utara
menempel pada rahang. Penglihatan lele kurang berfungsi dengan baik, akan
tetapi ikan lele memiliki dua buah alat olfaktori yang terletak berdekatan dengan
sungut hidung untuk mengenali mangsanya melalui perabaan dan penciuman.
Jari-jari pertama sirip pektoralnya sangat kuat dan bergerigi pada kedua sisinya
serta kasar.Jari-jari sirip pertama itu mengandung bisa berfungsi sebagai senjata
serta alat penggerak pada saat ikan lele berada di permukaan (Syabani et al,
2015).
Ikan lele mampu bertahan hidup di lingkungan dengan kadar oksigen yang
rendah, namun untuk menunjang agar ikan lele dapat tumbuh secara optimal
diperlukan lingkungan perairan dengan kadar oksigen yang cukup. Kadar oksigen
yang baik untuk menunjang pertumbahan ikan lele secara optimum adalah harus
lebih dari 3 ppm.Tinggi rendahnya suati pH dalam perairan salah satunya
dipengaruhi oleh jumlah kotoran dalam lingkungan perairan tersebut khususnya
sisa pakan dari hasil metabolism (Ratnasari, 2011).
Lele (Clarias) memiliki bentuk badan yang memanjang tanpa sisik sama
sekali dan licin, dengan bagian kepala gepeng dan panjang hampir seperempat
dari panjang tubuhnya, batok kepala umumnya keras dan meruncing ke belakang,
memiliki mulut yang lebar (sesuai dengan besar tubuhnya). Lele dumbo juga
memiliki ciri yang khas yaitu memiliki sungut yang berada di sekitar mulut yang
berjumlah 8 buah atau 4 pasang sungut yang terdiri dari2 buah sungut nasal, 2
buah sungut mandibular luar, 2 buah sungut mandibular dalam, 2 buah sungut
maxilar. Selain memiliki 4 pasang sungut, lele dumbo memiliki 5 buah sirip yang
terdiri dari sirip berpasangan yang meliputi sirip dada, sirip perut, dan sirip dubur
sedangkan sirip tunggal meliputi sirip punggung dan sirip ekor. Ikan lele (Clarias)
Universitas Sumatera Utara
memiliki alat penapasan tambahan yang disebut aborescent organ. Aborescent
organ terletak di bagian kepala di dalam rongga yang dibentuk oleh dua pelat
tulang kepala.Alat pernapasan ini berwarna kemerahan dan berbentuk seperti
tajuk pohon rimbun yang penuh kapiler darah (Pujiastuti, 2015).
Pakan merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan budidaya,
karena pakan diperlukan ikan untuk pemeliharaan kondisi tubuh, aktivitas,
pertumbuhan dan reproduksi. Pakan yang diberikan pada spesies kultur ada dua
macam yaitu pakan alami dan pakan buatan. Hal penting yang harus diperhatikan
dalam pemberian pakan adalah frekuensi pemberian pakan dan konversi pakan
yang dibutuhkan untuk menghasilkan daging atau berat ikan.Pakan alami ikan lele
berupa jasad hewani yaitu crustacea kecil, larva serangga (kutu air, jentik
nyamuk), cacing dan molusca. Semua itu menunjukan bahwa ikan lele bersifat
omnivora cenderung karnivora (Aini, 2008).
Kehidupan parasit memiliki keunikan karena adanya ketergantungan pada
inang. Ada beberapa jenis bentuk simbiosis, antara lain, yaitu comensalisme
dimana pada hubungan ini kedua organisme yang bersimbiosis masing-masing
memperoleh keuntungan dan tidak ada yang dirugikan, sedangkan mutualisme
adalah kedua organisme mendapatkan keuntungan, dan jika salah satu diantaranya
tidak tersedia maka tidak akan terjadi kehidupan. Parasitisma merupakan suatu
pada dan hidup atas pengorbanan inangnya, baik secara biokimia maupun secara
physiology (Pujiastuti, 2015).
Parasit yang menginfeksi ikan budidaya dapat mengakibatkan menurunnya
produksi bahkan kematian masal.Dalam jumlah sedikit, parasit yang menginfeksi
masih dapat ditolerir oleh inang, tetapi dapat menyebabkan gangguan
Universitas Sumatera Utara
metabolisme bahkan kerusakan organ jika terjadi dalam intensitas yang tinggi.
Dengan mengetahui jenis organisme parasit yang menyerang lele,
penanggulangannya akan lebih mudah (Hadiroseyani, 2006).
Pada kondisi perairan yang kurang terkontrol dan saat pertahanan di dalam
tubuh ikan sedang buruk atau lemah, penyakit dapat dengan mudah menginfeksi
ikan-ikan yang dipelihara.Parasit yang menyerang ikan ada dua macam, yaitu
parasit yang menginfeksi bagian luar tubuh ikan (ektoparasit) dan parasit yang
menginfeksi bagian dalam tubuh ikan (endoparasit). Keduanya sangat
berpengaruh terhadap kesehatan ikan (Rizki, 2016).
Salah satu jenis penyakit ikan adalah parasit.Parasit merupakan penyakit
ikan yang lebih sering timbul. Parasit adalah organisme yang hidup pada tubuh
organisme lain dan umumnya menimbulkan efek negatif pada inangnya. Kerugian
akibat dari infeksi ektoparasit memang tidak sebesar kerugian yang diakibatkan
oleh infeksi organisme lain seperti virus dan bakteri, namun infeksi ektoparasit
dapat menjadi salah satu faktor predisposisi bagi infeksi organisme pathogen yang
lebih berbahaya. Serangan parasit membuat ikan kehilangan nafsu makan,
kemudian perlahan-lahan lemas dan berujung kematian.Kerugian non lethal lain
dapat berupa kerusakan organ yaitu kulit dan insang, pertumbuhan lambat dan
penurunan nilai jual (Pujiastuti, 2015).
Penyebab Penyakit Pada Ikan
Penyakit parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme
tingkatrendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran
kecil.Bakteri yang sering menyerang pada ikan lele dalam budidaya yaitu
Universitas Sumatera Utara
bakteriAeromonas hydrophilla dan Pseudomonas hydrophylla, Penyakit
Tuberculosis, penyakit karena jamur/candawan saprolegnia, penyakit bintik putih
dan gatal/trichodiniasis, penyakit cacing trematoda dan parasit hirudinae. Hama
pada lele adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan
lele. Dialam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang lele antara
lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air, ikan gabus dan
belut. Dipekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering
menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan lele secara intensif tidak
banyak diserang hama (Rahman, 2015).
Penyakit merupakan salah satu faktor kendala dalam kegiatan budidaya
yang disebabkan oleh ketidakseimbangan interaksi antara faktor lingkungan,
inang, dan agen penyakit. Faktor lingkungan dapat berperan sebagai pemicu
terjadinya stress bagi inang akibat perubahan fisik, kimia, dan biologis lingkungan
tersebut sehingga daya tahan tubuh menurun dan menjadi rentan terhadap
serangan penyakit (Khairyahet al, 2010).
Penyakit pada ikan diidentifikasi sebagai sesuatu yang dapat mengganggu
proses kehidupan ikan, sehingga pertumbuhan menjadi tidak normal. Secara
umum penyakit dibedakan menjadi dua kelompok yaitu penyakit infeksi dan non
infeksi. Penyakit infeksi disebabkan oleh organism hidup seperti parasit, jamur,
bakteri dan virus, sedangkan penyakit non infeksi disebabkan oleh faktor non
hidup seperti pakan, lingkungan, keturunan dan penanganan. Penyakit yang
disebabkan oleh parasit secara umum jarang mengakibatkan penyakit secra
sporadis. Akibat dari penyakit yang disebabkan oleh parasit secara ekonomis
Universitas Sumatera Utara
cukup merugikan yaitu dapat menyebabkan kematian, menurunkn bobot, bentuk
serta ketahanan tubuh ikan (Andriani, 2016).
Penyakit pada ikan lele biasanya disebabkan oleh mikroorganisme yang
bersifat parasit yang hidup pada tubuh ikan lele, mikroorganisme ini biasanya
berupa virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.Apabila lele
menunjukkan tanda-tanda sakit, harus dikontrol faktor penyebabnya,kemudian
kondisi tersebut harus segera diubah. Penyakit yang menimpa ikan lele biasanya
terjadi karena lingkungan air yang tidakbaik, misalnya tercemar oleh zat-zat
berbahaya, kepadatan tebar yang terlalu besar danperubahan suhu yang
drastis.Pada kondisi demikian daya tahan ikan lele menurun dan mudah terserang
penyakit.Penyakit pada lele bisa juga berasal dari bibit lele sudahmembawa
penyakit dari asalnya, hanya belum menunjukkan gejala sakit saat ditebar.Untuk
itu perlu berhati-hati dalam memilih bibit lele. Cara lain mengatasi penyakitikan
lele adalah mengkarantina ikan lele sakit pada kolam karantina yang diberi
garamikan, selain dengan pengobatan-pengobatan tersebut (Setyaningrum, 2015).
Penyakit akibat faktor lingkungan dalam kegiatan budidaya air tawar
mempunyai pengaruh yang sangat tinggi. Lingkungan juga dapat mendatangkan
penyakit. Penyakit yang diakibatkan oleh faktor lingkungan sering mengakibatkan
kerugian yang serius karena kematian yang berlangsung sangat cepat dan tiba-tiba
mematikan seluruh populasi ikan. Tubuh inang adalah lingkungan utama dari
parasit sedangkan lingkungan sekitarnya merupakan lingkungan keduanya
(Khairyahet al, 2010).
Stres akan meningkat cepat ketika batas daya tahan ikan telah tercapai atau
terlewati. Dampak stres ini mengakibatkan daya tahan tubuh ikan menurun dan
Universitas Sumatera Utara
selanjutnya terjadi kematian. Ikan lele termasuk salah satu ikan yang mudah
stress.Pada kondisi normal warna tubuh menjadi cerah, sementara ketika stres
warna tubuh menjadi agak kehitam-hitaman. Salah satu faktor yang
mempengaruhi stres adalah kondisi kualitas air, khususnya oksigen dan amoniak.
Adanya stres pada ikan juga mempengaruhi perbedaan efisiensi pakan sehingga
menurunkan keagresifan ikan. Derajat kelangsungan hidup ikan adalah nilai
persentase jumlah yang hidup selama masa pemeliharaan tertentu (Abidin, 2009).
Pengendalian penyakit ikan merupakan suatu hal yang mutalak dalam
peningkatan produksi dalam budidaya perikanan. Namun, hal tersebut merupakan
suatu permasalahan yang sulit untuk diatasi karena dalam lingkungannya ikan
akan selalu berkontak dengan mikroorganisme yang diantaranya patogen. Salah
satu penyakit yang ditakuti oleh peternak ikan adalah penyakit bercak merah atau
motile aeromonas septicernia yang disebabkan oleh bakteri aeromonas
hidrophila. Bakteri ini sering menyerang pada ikan-ikan budidaya air tawar
seperti ikan mas, ikan gurami, ikan nila dan ikan-ikan lainnya (Passarela, 2006).
Dalam pengelolaannya, seringkali terdapat kendala yang berpeluang
menghambat kelancaran usaha budidaya.Salah satu kendala tersebut adalah
penyakit yang berimplikasi negatif terhadap produktifitas komoditas
budidaya.Munculnya serangan penyakit disebabkan oleh interaksi yang tidak
serasi antara inang, patogen dan lingkungan. Interaksi yang tidak serasi
mengakibatkan stres pada ikan sehingga melemahkan mekanisme pertahanan diri
dan ikan mudah terserang penyakit.Salah satu menyerang ikan lele, yang
berhubungan dengan penyakit.Untuk menggali informasi mengenai jenis
cendawan yang menyerang ikan lele sehingga dapat mendukung langkah
Universitas Sumatera Utara
penanggulangan serangan cendawan.Jenis penyakit yang sering dijumpai pada
usaha budidaya baik pembenihan maupun pembesaran adalah penyakit yang
disebabkan oleh cendawan (Nurhayati et al, 2009).
Secara umum penyakit ikan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
penyakit infeksi dan non infeksi. Penyakit infeksi terdiri dari penyakit yang
disebabkan oleh parasit, jamur, bakteri dan virus. Penyakit non infeksi disebabkan
oleh lingkungan, makanan dan genetis. Salah satu penyakit yang berbahaya bagi
kegiatan budidaya adalah jamur. Jamur merupakan organisme eukariot, heterotrof,
tidak dapat melakukan fotosintesis yang berkembang biak dengan spora. Beberapa
jamur merupakan organisme uniseluler, tetapi kebanyakan jamur membentuk
filamen yang merupakan sel vegetatif. Gejala yang dapat dilihat secara klinis
adalah adanya benang halus menyerupai kapas yang menempel pada telur atau
luka pada bagian eksternal ikan.Selain itu, perubahan warna sirip dan tubuh ikan
menjadi merah (Khairyahet al, 2010).
Dari berbagai usaha pengendalian penyakit ikan, terbukti usaha vaksinasi
adalah yang paling baik. Karena jika dibandingkan dengan usaha pengobatan,
pencegahan melalui vaksinasi lebih efektif biaya. Perlindungan yang diberikan
melalui vaksin lebih tahan lama dan tidak kekhawatiran mengenai akumudasi
residu. Dalam dunia perikanan banyak vaksin yang telah diteliti, namun hanya ada
tiga vaksin yang dikomersialkan. Vaksin-vaksin tersebut adalah vibriosis, enteric
red mouth dan furunculosis, vaksin yang baik harus memenuhi syarat-syarat
seperti steril, aman (tidak toksik), potensial dan stabil (Passarela, 2006).
Universitas Sumatera Utara
Penularan Penyakit Ikan Melalui Air
Air yang digunakan untuk pembenihan maupun pembesaran ikan yang
telah tercemar oleh penyakit, biasanya ikan yang dibudidayakan juga akan
terserang oleh penyakit tersebut. Penggunaan air yang berkualitas rendah atau air
yang telah tercemar oleh senyawa beracun dapat menyebabkan timbulnya
serangan penyakit pada ikan.Penyakit yang menyebabkan ikan sakit berupa
penyakit infeksi maupun non infeksi (Kordi, 2004).
Air bukan hanya media hidup biota budidaya, tetapi juga media hidup
organisme patogen (penyakit). Sementara itu pula, sebagian organisme penyakit
telah berada di dalam tubuh biota budidaya. Dengan demikian bukanlah hal yang
aneh bila biota budidaya terserang penyakit, karena memang keduanya berada di
dalam suatu media hidup yang sama, baik di dalam air atau pun di dalam tubuh
biota budidaya. Namun, serangan penyakit terhadap biota budidaya tidak datang
begitu saja, melainkan adanya prakondisi yang mendukung dan mepercepat proses
serangan tersebut. Artinya, timbulnya penyakit berhubungan erat antara kondisi
lingkungan air dengan mikroorganisme penyebab penyakit seperti virus, bakteri,
jamur dan parasit. Bila lingkungan air di dalam wadah budidaya tidak baik maka
akan memacu penyakit untuk menyerang biota budidaya (Kordi dan Andi, 2007).
Suhu
Suhu diartikan sebagai derajat panas dan dingin suatu suhu perairan. Suhu
sangat berpengaruh terhadap organisme diperairan dengan perannya sebagai
controlling faktor bagi perairan. Suhu terlalu tinggi > 32oC atau terlalu rendah <
25oC dapat berpengaruh terhadap beberapa proses kimia yang terjadi di perairan.
Universitas Sumatera Utara
Misalnya proses respirasi dan oksidasi yang akan berlangsung dua sampai tiga
kali lipat lebih cepat dengan kenaikan suhu sebesar 10oC. Suhu berpengaruh
terhadap laju metabolisme hewan air yang bersifat poikilotermal karena kecepatan
biokimia dalam jaringan tubuh ikan bisa berubah sesuai dengan suhu tinggi. Suhu
ideal untuk pemeliharaan ikan lele adalah antara 28-32oC. Pengaruh suhu dan
konsentrasi oksigen tersebut dapat menyebabkan stres bahkan kematian pada ikan.
Perubahan suhu melebihi 3-4o
C akan menyebabkan perubahan metabolisme yang
mengakibatkan kejutan suhu, meningkatkan toksinitas kontaminan yang terlarut,
menurunkan DO dan kematian pada ikan (Dewi, 2006).
Derajat keasaman (pH)
Power of hydrogen (pH) didefenisikan sebagai logaritma negatif dari
aktivitas hidrogen. Nilai pH di pengaruhi oleh suhu, dimana dengan meningkatnya
suhu maka pH semakin menurun. pH berperan penting dalam menentukan nilai
guna perairan, terdapat hubungan antara pH air dengan kehidupan ikan, pH yang
mematikan bagi ikan adalah 4 atau kurang dari 11 atau lebih, pada pH kurang dari
6,5 atau 9-9,5 dalam waktu yang lama akan mempengaruhi reproduksi dan
pertumbuhan. Ikan mampu hidup di air dengan kisaran pH 3,5-10, tetapi untuk
keperluan budidaya di perlukan nilai pH antara 6,5-9, sedangkan untuk kolam
budidaya yang produktif pH yang baik adalah antara 6-8 (Dewi, 2006).
Kecerahan
Ketersediaan cahaya diperhatikan sebagai bagian yang penting pada
lingkungan yang kekeruhannya tinggi.Kekeruhan (turbidity) merupakan gambaran
Universitas Sumatera Utara
sifat optik air dari suatu perairan yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya
yang dipancarkan dan diabsorpsi oleh partikel-partikel yang ada dalam
air.Kekeruhan disebabkan oleh bahan organik maupun anorganik tersuspensi dan
terlarut (Irawati, 2011).
Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut (DO)disuatu perairan sangat berperan dalam proses
penyerapan makanan oleh mahluk hidup dalamair. Oksigendimanfaatkan oleh
organisme perairan untuk proses respirasidanmenguraikan zat organik menjadi zat
anorganik oleh mikroorganisme. Oksigen terlarutdalamair berasal dari difusi
udara dan hasil fotosintesis organisme berklorofil yang hidup dalam suatu
perairan dan dibutuhkan oleh organisme untuk mengoksidasi zat hara yang masuk
kedalam tubuhnya (Simanjuntak, 2007).
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 2 bulan dari bulan Mei sampai
dengan Juni 2017. Pengambilan sampel ikan dan air dilakukan di kolam yang
merupakan tempat Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus)yang diduga terkena
penyakit.Identifikasi ektoparasit sampel ikan dan air dilakukan di Laboratorium
Mikrobiologi Pertanian universitas Sumatera Utara, Medan.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan antara lainDissecting set, Mikroskop, Timbangan
analitik, penggaris, ember, nampan, object glass, cover glass, botol sampel,
Toolbox,magnetic stirer, plankton net, jarum ose, alat tulis, komputer, dan
camera.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut sampel uji
ikan uji dan air, buku identifikasi ektoparasit,Aquades, lugol, Tisu dan NaCl.
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan pengambilan sampel Ikan Lele dumbo
(Clarias gariepinus) yang mengalami gejala penyakit di kolam ikan. Pengambilan
sampel ikan dan air, identifikasi parasit pada ikan dan air, karakterisasi
ektoparasit.
Universitas Sumatera Utara
Pengambilan Sampel Ikan dan Sampel Air
Sampel Ikan Lele dumbo (Clarias gariepinus) diambil dari kolam
ikan.Sebelumnya air telah dilakukan pengukuran suhu, pH, kecerahan, dan
oksigen terlarut. Sampel diambil yang mengalami gejala penyakit seperti
terdapatnya borok atau luka pada permukaan tubuh ikan. Pengambilan sampel air
dilakukan dengan mengambil contoh air kolam dengan menggunakan botol steril.
Diambil sampel air dan sampel ikan, dimasukkan dalam kantong plastik lalu
sampel air tersebut dibawa kelaboratorium untuk diperiksa kandungan
penyakitnya dan dilakukan pengidentifikasian.
Identifikasi Parasit dari Sampel Ikan
Sampel ikan dibawa ke Laboratorium dengan menggunakan
box.Pemeriksaan yang dilakukan meliputi bagian luar dan bagian dalam tubuh
ikan. Pemeriksaan ukuran panjang ikan dilakukan dengan cara mengukur panjang
ikan dari ujung kepala sampai kaudal dengan menggunakan mistar. Pemeriksaan
ektoparasit dilakukan dengan cara mengamati tanda-tanda luar pada permukaan
tubuh, insang, sirip, dan operkulum ikan untuk menentukan keberadaan parasit
pada ikan tersebut. Kemudian, proses pengambilan lendir pada tubuh ikan
dilakukan dengan cara mengerok lendir pada permukaan tubuh ikan, meletakkan
di atas object glass dan ditetesi dengan natrium klorida (NaCl), kemudian ditutup
dengan cover glass dan selanjutnya diamati di bawah mikroskop.
Pengamatan pada sirip ikan dilakukan dengan cara seluruh sirip ikan
dipotong kemudian diletakkan pada object glass, ditetesi NaCl fisiologis dan
selanjutnya diamati di bawah mikroskop. Pada pemerikasaan insang, kedua belah
Universitas Sumatera Utara
insang diambil, dipisahkan antara filamen dengan tapisnya, diletakkan di atas
object glass dan ditetesi NaCl atau akuades lalu ditutup dengan cover glass agar
insangnya tidak bergerak-gerak, kemudian diamati di bawah mikroskop.
Identifikasi Parasitdari Sampel Air
Pengambilan sampel air dilakukan dengan menggunakan plankton net.
Sampel air dari permukaan diambil menggunakan ember kapasitas 5 liter,
kemudian dimasukkan kedalam plankton net yang telah dilengkapi dengan botol
penampung, lalu dituang kedalam botol sampel dan diawetkan dengan
menggunakan lugol. Kemudian sampel air dibawa ke laboratorium untuk
diidentifikasi dengan menggunakan mikroskop dan selanjutnya diidentifikasi
menggunakan buku identifikasi. Tahap untukmelakukan pengambilan sampel air
dengan cara horizontal atau vertikal. Pengambilan dilakukan hingga 5 liter air,
kemudian siram dengan air mengalir agar plankton yang terjebak dapat masuk
pada sampel botol plankton net.
Karakterisasi dan Identifikasi Parasit
Pemeriksaan secara mikroskopis pada organ tubuh sepertikulit,sirip
daninsang,sebelum diperiksaikanterlebih dahulu dilumpuhkan dengan cara
menusukkan jam penusuk dibagian kepalanya. Kemudian dilakukan pemeriksaan
padakulit/sisikdan sirip dengan cara mengerik lendir yangterdapatpadakulit/sisik
dan sirip dengan menggunakan scapel.Selanjutnya masing-masing lendir yang
didapat dikumpulkan dalam cawan petri, setelah itu baru diambilcuplikan lendir
untuk diperiksa di bawah mikroskopdengan cara meletakkan sedikit sampel
Universitas Sumatera Utara
diataskaca objek, ditutup dengan kaca penutup dan diberisetetesaquadeskemudian
diamati di bawahmikroskopdandiambil gambarnya untuk diidentifikasi.
Pengamatan pada morfologi koloni seperti warna koloni parasit diamati
secara makroskopik sedangkan bentuk, tepian, dan elevasi diamati secara
mikroskopik dengan pembesaran 100 kali.Pengamatan parasit dilakukandengan
menggunakan mikroskop binokuler dan identifikasi parasit.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Universitas Sumatera Utara
Hasil
Ikan Terserang Penyakit
Tanda-tanda ikan yang terinfeksi penyakit pada kolam ditunjukkan dengan
adanya lesi, borok atau luka dan lendir yang berlebihan pada sampel ikan dan hal
ini merupakan gejala klinis dari ikan sakit yang akan di uji seperti pada Gambar 1.
Gambar 3. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang terinfeksi penyakit
Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus), ektoparasit ditemukan padakolam
budidaya yang merupakan tempat ikan itu hidup. Dari hasil yang diperoleh pada
sampel ikan kolam budidaya dengan menggunakan metode isolasi dan identifikasi
ektoparasit,
Tabel 1. Jumlah Ektoparasit Pada Sampel Ikan.
dapat dilihat pada Tabel 1.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh jenis-
jenis ektoparasit yang menginfeksi pada ikan lele dumbo (Clariasgariepinus),
pada sampel airkolam budidaya,
Tabel 2. JumlahEktoparasitPada Sampel Air.
dapat dilihat pada Tabel 2.
Parasit Pada Ikan Kolam 1 Kolam 2
Ichthyophthirius multifiliis 3 3
Chilodonella 2 1
Trichodina 2 3
Dactylogyrus 3 2
bintik-bintik putih, luka atau borok
Universitas Sumatera Utara
Kualitas Air
Kondisi lingkungan perairan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
kehidupan ikan pada habitatnya, satu diantaranya kolam. Hasil pengamatan
kondisi kualitas air di kolam perairan Tanjung Morawa disajikan pada pada
Tabel 3.
Tabel 3. Hasil pengukuran kualitas air di kolam Tanjung Morawa.
Kolam Suhu (oC) pH Kecerahan
(cm)
DO
1 31 7,5 30 8
2 31 7,3 70 6
Pembahasan
Penyakit Ikan
Hasil dari pengamatan yang dilakukan dilapangan gejala klinis yang dapat
terlihat pada ikan lele yang diambil dari kolam menunjukkan terdapatnya bintik-
Parasit Pada Air Kolam 1 Kolam 2
Ichthyophthirius multifiliis 3 2
Chilodonella 2 1
Itshmia sp 1 2
Gonatozygon sp 2 2
Spirulina sp 1 2
Universitas Sumatera Utara
bintik putih pada tubuh ikan, luka atau borok. Pada pengamatan di lapangan ikan
lele yang diduga sakit juga berenang ke permukaan, pergerakan lambat dan berada
disudut atas kolam.Kumalasari (2016), menyatakan bahwa Penyakit yang
disebabkan oleh organisme parasit disebut penyakit. Penularan penyakit dapat
terjadi melalui beberapa mekanisme, antara lain melalui kontak langsung antara
ikan sakit dan ikan sehat, bangkai ikan sakit maupun melalui air, penularan ini
biasanya terjadi pada satu kolam budidaya.
Pada saat pemeriksaan dilakukan pada ikan uji terlihat pada bagian tubuh
ikan terdapat bintik-bintik putih, luka atau borok pada bagian tubuh ikan, insang
berubah warna kepucatan dan berbau tidak sedap. Khairyah et al (2010), penyakit
merupakan salah satu faktor kendala dalam kegiatan budidaya yang disebabkan
ketidakseimbangan interaksi faktor lingkungan, inang, dan agen penyakit. Faktor
lingkungan dapat berperan sebagai pemicu terjadinya strees bagi inang, sehingga
daya tahan tubuh menurun menjadi rentan terhadap serangan penyakit.
Ektoparasit Pada Ikan dan Air
Identifikasi ektoparasit pada penelitian ini dilakukan untuk mendapatakan
parasit pada ikan lele yang diduga terserang penyakit. Hasil identifikasi pada
bintik-bintik putih, luka atau borok pada ikan uji serta sampel air yang diambil
dikolam budidaya tempat ikan itu hidup didapatkan yaitu Ichthyophthirius
multifiliis,Trichodina, Chilodonella,Dactylogyrus, Gonatozygon sp, Spirulina sp,
Itshmia sp, parasit-parasit ini bisa menyebabkan infeksi pada ikan yang
menyebabkan ikan terserang penyakit.
Universitas Sumatera Utara
Ikan lele yang pada penelitian ini mengalami bintik-bintik putih, luka atau
borok dan insang yang kepucatan. Ikan uji yang terinfeksi penyakit tersebut akibat
ketahanan tubuh ikan menurun, stres yang disebabkan oleh penurunan kualitas air,
kekurangan pakan atau penanganan yang kurang tepat. MenurutManurung et
al
Ektoparasit
(2016), Parasit dapat menyerang ikan baik secara langsung maupun secara tidak
langsung. Secara langsung dapat terjadi dengan adanya kontak langsung antara
ikan yang sehat dengan ikan yang terinfeksi, parasit merupakan organisme yang
dapat menyebabkan kematian pada ikan. Perkembangbiakan parasit dapat terjadi
pada kolam, jika kolam tersebut kurang perawatannya, pakan yang berlebihan,
perubahan lingkungan yang dapat menurunkan resistensi ikan tersebut. Parasit
yang menyerang ikan budidaya akan mempengaruhi kelangsungan hidup seperti
terhambatnya pertumbuhan ikan. Pengaruh yang muncul diawali dengan
terganggunya sistem metabolisme tubuh hospes sampai merusak organ (seperti
insang, lambung dan usus), sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan,
bahkan dapat menyebabkan kematian.
Ichthyophthirius multifiliispada isolasi dan identifikasi pada
ikan uji dan sampel air merupakan ektoparasit yang paling dominan ditemukan
pada ikan lele dan air parasit Ichthyophthirius multifiliis yang ditemukan pada
ikan lele merupakan parasit jenis protozoa. Menurut Nurul (2016),
Ichthyophthirius multifiliisdapat menyebabkan penyakit bintik putih atau juga
disebut white spot. Ichthyophthirius multifiliisberdiameter hingga 100 µm,
berwarna gelap karena silia tebal yang menutupi seluruh sel, bagian anterior yang
berbentuk lingkaran dinamakan sitosoma atau mulut, yang mempunyai diameter
Universitas Sumatera Utara
30-40 mikron. Ichthyophthirius multifiliismenginfeksi pada kulit atau permukaan
tubuh, sirip dan insang.
Ektoparasit Chilodonellapada isolasi dan identifikasi ektoparasit pada ikan
uji dan sampel air merupakan ektoparasit golongan protozoa pada ikan uji dan
pada sampel air. Ektoparasit ini terdapat paling banyak pada ikan uji bagian
lendir ikan. Menurut Mulia et al(2006), parasit ini menyebabkan penyakit
Chilodonelliasidalam keadaan yang tidak menguntungkan beberapa individu
dapat memproduksi cystys. Ikan yang terserang Chilodonella sp. mengalami luka-
luka, kulit yang terkena infeksi menjadi rusak. Tingkat serangan penyakit
tergantung pada jenis dan jumlah mikroorganisme yang menyerang ikan, kondisi
lingkungan dan daya tahan tubuh ikan juga turut memacu cepat tidaknya penyakit
itu menyerang ikan.
Ektoparsit Trichodina pada isolasi dan identifikasi ektoparasit pada pada
ikan uji ektoparasit tersebut masuk pada golongan protozoa, paling banyak
terdapat pada bagian lendir dan insang ikan, pada sampel uji dan air. Menurut
Rahmi et al(2016), parasit dapat menyerang ikan baik secara langsung maupun
secara tidak langsung. Secara langsung dapat terjadi dengan adanya kontak
langsung antara ikan yang sehat dengan ikan yang terinfeksi, sedangkan secara
tidak langsung dapat terjadi apabila kekebalan tubuh ikan mulai menurun akibat
stres sehingga parasit dengan mudah dapat menyerang ikan tersebut. Organ yang
paling rentan terserang parasit adalah insang. Hal ini disebabkan karena
insangmerupakan organ pernapasan yang langsung bersentuhan dengan
lingkungan sekitarnya.
Universitas Sumatera Utara
Dactylogyruspada isolasi dan identifikasi ektoparasit pada ikan uji, paling
banyak hidup di insang, insang yang terdapat pada sampel ikan uji berwarna
kepucatan. Menurut Prasetyaet al(2013), parasit ini menyerang inang dengan cara
melekat pada bagian tubuh inang dengan menggunakan opisthaptor yang ada pada
bagian ujung tubuh untuk menghisap dan memakan jaringan inang. menunjukkan
gejala seperti warna kulit menjadi pucat, tedapat lapisan abu-abu yang merupakan
produksi lendir yang berlebihan. Bercak merah dan hitam kadang terlihat pada
kulit. Pada infeksi berat, sebagian sisik lepas, terjadi gangguan respirasi dan
osmoregulasi.
Spirulina sp pada isolasi dan identifikasi ektoparasit pada sampel air
merupakan mikroorganisme autrotrof berwarna hijau-kebiruan dengan sel
berkolom membentuk filamen menyerupai spiral, tidak bercabang. Menurut
Marlan et al(2014), memegang peranan penting dalam dunia perairan, karena
organisme air fotosintetik bersel tunggal menunjukkan kandungan protein yang
tinggi. Spirulina sp. memiliki struktur trichoma spiral dengan filamen–filamen
bersifat mortal dan tidak memiliki heterosit.
Morfologi Ektoparasit Pada Ikan dan Air
Pengamatan morfologi padaIchthyophthirius multifiliisditemukan ikan
yang terinfeksi ektoparasit ini biasanya menjadi malas berenang dan cenderung
mengapung di atas permukaan air.Menurut Nurul (2016), berwarna gelap karena
silia tebal yang menutupi seluruh sel dan bergerak amoeboid, mudah di
identifikasi dengan keberadaan makronukleus besar yang berbentuk seperti tapal
kuda. Nukleus yang berbentuk seperti huruf C hanya terlihat pada ukuran dewasa.
Universitas Sumatera Utara
Ichthyophthirius multifiliisberrgerak bebas dengan berputar-putar seperti gerakan
amoeba.
Pada penelitian yang dilakukan morfologi Chilodonellayang terinfeksi
mengalami luka, berenang dipermukaan, menjadi lemah dan tidak responsif serta
banyak mengeluarkan lendir. Menurut Pujiastuti (2015) Chilodonella sp.
berkembangbiak pada suhu 0,5-20oC. Dalam kondisi yang tidak baik, akan
membentuk kista. Chilodonella sp.tidak dapat hidup tanpa adanyainang dalam
jangka waktu lebih dari 12-24 jam.
Pengamatan yang dilakukan pada morfologi Trichodinamerupakan
ektoparasit yang menyerang/menginfeksi kulit dan insang, biasanya menginfeksi
semua jenis ikan air tawar. Menurut Rokhmani et al (2015), Trichodinasp.
berbentuk cakram bulat seperti mangkuk dengan gigi-gigi yang terdapat di bagian
tengah. Trichodina sp. berbentuk datar dorsovenfial, agak concave pada salah satu
sisi dan conyex pada sisi lainnya. Bagian sisi concave melekat pada inang dan
berperan seperti disc penghisap.Parasit ini memiliki dua inti, yaitu inti besar dan
irrti kecil. Inti kecil memiliki bentuk bundar menyerupai vakuola dan inti besar
berbentuk tapal kuda. Bentuk tubuh Trichodina besar agak cekung dengan adoral
ciliari melingkar lebih dari 400o, berukuran 50-100 μm.Tubuh dikelilingi oleh
border membran, bagian tengah adhesive membentuk bulatan-bulatan, dentikel
blade melengkung tajam dengan bagian menonjol pada sisi anterior dan
meruncing pada sisi posterior blade.
Dari hasil pengamatan pada ektoparasit Dactylogyrus, paling banyak
hidup di insang, insang yang terdapat pada sampel ikan uji berwarna kepucatan.
Menurut Pujiastuti (2015), bersifat ovipar dan memiliki haptor yaitu organ untuk
Universitas Sumatera Utara
menempel yang dilengkapi dengan 2 pasang jangkar dan 14 kait di lateral. Bentuk
Dactylogyrus adalah parasit yang memiliki sepasang bintik mata, saluran usus
yang tidak jelas, sepasang jangkar yang tidak memiliki penghubung. Dactylogyrus
sp. memiliki 2 pasang mata yang kadang-kadang tampak seperti titik hitam dan
memiliki saluran usus, mata dan vagina tidak jelas serta sepasang jangkar tanpa
bar (penghubung).
Dari hasil pengamatan yang dilakukan bahwa spirulina memiliki bentuk
menyerupai spiral dan berwarna hijau kebiruan, serta menyebar secara luas
diperairan. Menurut
Marlan et al(2014), bentuk tubuh Spirulina sp. yang
menyerupai benang merupakan rangkaian sel yang berbentuk silindris dengan
dinding sel yang tipis, berdiameter 1-12 μm. Filamen Spirulina sp. hidup berdiri
sendiri dan dapat bergerak bebas. Mikroorganisme ini berukuran 3,5-10 mikron
dan memiliki filamen berbentuk spiral dengan diameter 20-100 mikron. Spirulina
mengandung 60% protein dengan asam-asam amino esensial, sepuluh vitamin,
juga berkhasiat sebagai obat (therapeutic). Selain itu pula, Spirulina memiliki
pigmen fikosianin yang merupakan antioksidan dan antiinflamatori.
Kualitas Air
Hasil pengamatan kualitas air pada kolam budidaya yaitu suhu berkisar
31oC, pH berkisar 7,5, kecerahan 30 cm, dan DO 8, pada kolam 1 dan pada
kolam 2 suhu 31oC, pH berkisar 7,3, kecerahan 70 cm, dan DO 6. Kualitas air
merupakan salah satu faktor penting dalam pemeliharaan ikan lele dumbo
(Clariasgariepinus). Karena kualitas air tempat pemeliharaan ikan akan sangat
mempengaruhi kerentanan ikan terinfeksi berbagai penyakit. Menurut Winaruddin
Universitas Sumatera Utara
et al(2015), menyatakan bahwa kasus infestasi ektoparasit pada ikan air tawar
sangat bergantung pada kualitas sirkulasi air. Sisa-sisa makanan yang mengendap
pada dasar kolam dapat menjadi media yang baik bagi perkembangan ektoparasit.
Hasil pengamatan yang dilakukan pada kualitas air kolam budidaya ikan
lele ditemukannya ikan sakit pada kolam akibat serangan ektoparasit, karena air
merupakan media perantara penyebaran ektoparasit dan ikan yang merupakan
organisme air yang selalu kontak dengan lingkungan perairan, sehingga mudah
terinfeksi ektoparasit melalui air. Menurut Manurung et al (2015), penyakit
infeksi parasit dapat menyebabkan penurunan kualitas air, populasi yang tinggi
akan mempermudah penularan parasit karena kemungkinan kontak antara ikan
yang sakit dengan ikan yang sehat akan semakin meningkat. Manajemen
kesehatan ikan yang tidak dilakukan dapat menajadi pemicu timbulnya parasit
dalam lingkungan budidaya.
Pada saat pengambilan sampel air dikolam budidaya yang menginfeksi
ikan lele banyak ditemukan ektoparasit, akibat kualitas air nya yang tidak terjaga
yang menyebabkan penyakit mudah menginfeksi ikan lele. Kualitas air yang tidak
terjaga menyebabkan air kolam menjadi rentan terserang penyakit dan pemberian
pakan yang berlebih menyebabkan ikan mudah terserang penyakit. Menurut
Siswoyoet al (2013), apabila kondisi lingkungan menurun maka kematian
yangdiakibatkan oleh wabah penyakit sangat tinggi, tapi sebaliknya
apabilakondisi lingkungan baik maka kematian akibat infeksi suatu penyakitlebih
rendah.Tinggi rendahnya kematian akibat infeksi suatu penyakitjuga tergantung
pada kondisi immunitas ikan. Wabah penyakit yangterjadi pada kondisi ikan
Universitas Sumatera Utara
sedang sehat tidak akan mengakibatkankematian yang tinggi, dan sebaliknya akan
mengakibatkan kematianyang tinggi apabila kondisi ikan kurang sehat.
Perkembangan ektoparasit dalam perairan dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Jika kualitas air tidak bagus akan mengakibatkan ikan stres, sehingga
kondisi tersebut dapat menjadi media yang baik bagi parasit dan dapat
berkembang biak serta menginfeksi ikan lele. Menurut Kumalasari (2016), air
dapat menjadi perantara bagi penularan penyakit air yang digunakan dalam
budidaya telah tercemar atau mempunyai kualitas yang tidak memenuhi
persyaratan, maka air tersebut akan menjadi sumber penyakit. kualitas pakan yang
jelek, maupun kondisi lingkungan yang kurang menunjang bagi kehidupan ikan.
Timbulnya serangan penyakit merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara
ikan, kondisi lingkungan, dan organisme atau agen penyebab penyakit.
KESIMPULAN DAN SARAN
Universitas Sumatera Utara
Kesimpulan
1. Ektoparasit yang menginfeksi Ikan LeleDumbo (Clariasgariepinus) yaitu
Ichthyophthirius multifiliis,Chilodonella, Trichodina, Dactylogyrus,
i
2. Ektoparasit yangpaling dominan menginfeksi Ikan LeleDumbo
(Clariasgariepinus), pada sampel ikanyaituIchthyophthirius multifiliis,
Dactylogyrus, Trichodinasedangkanpada sampel air Ichthyophthirius
multifiliisdanGonatozygon sp.
tshmia sp,Gonatozygon sp, Spirulina sp.
Saran
Setelah ditemukannya penyakit ektoparasit pada Ikan LeleDumbo
(Clariasgariepinus), perlu dilakukan penelitian untuk mencegah penyakit
ektoparasit ini misalnya dengan menggunakan ekstrak atau obat alami yang dapat
digunakan sebagai penghambat pertumbuhan ektoparasit pada Ikan LeleDumbo
(Clariasgariepinus) dan air di Kolam.
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sumatera Utara
Abidin, Z. 2009. Kinerja Produksi Benih Gurame (Osphronemus gouramy lac). Ukuran 8 Cm Dengan Padat Penebaran 3, 6 dan 9 Ekor/Liter Pada Sistem Resirkulasi. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Aini, Y. 2008. Kinerja Pertumbuhan Ikan Gurame Pada Media Bersalinitas 3 PPT
Dengan Paparan Medan Listrik. [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Aslamyah, S., Hasni Y., Azis S., Komang G, W. 2009. Mikroflora Saluran
Pencernaan Ikan Gurame (Osphronemus gouramy lacepede). Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan. 19 (01) : 66-73.
Andriani. 2016. Potensi Tanaman Herbal Sebagai Antimikrobial Pada Ikan Lele
Sangkuriang (Clarias sp.). Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia 01 (02) : 216-225.
Dewi, S., E. 2006. Pengaruh Salinitas 0, 3, 6, 9, Dan 12 PPT Terhadap
Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Ukuran 3-6 Cm. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Hadiroseyani, Y., Hariyadi P., Nuryati S. 2006. Inventarisasi Parasit Lele Dumbo
(Clarias sp). Di Daerah Bogor. Jurnal Akuakultur Indonesia. 05 (02) : 167-177.
Iqbal, M. 2011. Kelangsungan Hidup Ikan Lele (Clarias gariepinus) Pada
Budidaya Intensif Sistem Heterotrofik. Fakultas Sains dan Teknoloi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Irawati, N. 2011. Hubungan Produktivitas Primer Fitoplankton Dengan
Ketersediaan Unsur Hara Pada Berbagai Tingkat Kecerahan Di Perairan Teluk Kendari Sulawesi Tenggara. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Khairyah, U., Rahayu K, Kismiyati. 2010. Identifikasi dan Prevalensi Jamur Pada
Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Di Desa Ngrajek, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga.
Madinawati., Novalina S., Yoel. 2011. Pemberian Pakan Yang Berbeda Terhadap
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). 04 (02) : 83-87.
Marlan, Agustina S., S. 2014. Analisis Prevalensi Parasit Yang Menginfeksi
Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Pada Sentra Pembenihan di Wilayah Kabupaten Banggai. Fakultas Perikanan Universitas Muhammadiyah Luwuk. 05 (02).
Universitas Sumatera Utara
Manurung, N., U, Gaghenggang, F. 2016. Identifikasi dan Prevalensi Ektoparasit
Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Kolam Budidaya Kampung Hiung, Kecamatan Manganitu, Kabupaten Kepulauan Sangihe. 04 (02) : 26-30.
Mulia, S., D, Rochmaawati, E. 2006. Identifikasi Ektoparasit Protozoa Pada
Benih Ikan Tawes (Puntius javanicus)Di Balai Benih Ikan Sidabowa Kabupaten Banyumas Dan Balai Benih Ikan Kutasari Kabupaten Purbalingga. Fakultas Peternakan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Nuryati, S., F. B. P. Sari, Taukhid. 2009. Identifikasi dan Uji Postulat Koch
Cendawan Penyebab Penyakit Pada Ikan Gurame. Jurnal Akuakultur Indonesia. 8 (2) : 21-27.
Nurul, K. 2016. Pemeriksaan Ektoparasit Pada Ikan Lele Masamo (Clarias sp) di
Balai Pengembangan Teknologi Kelautan dan Perikanan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Airlangga.
Passarela, M., P. 2006. Uji Tantang Pada Ikan Gurame (Osphronemus gouramy)
Yang Diimunisasi Dengan Vaksin Inaktif Anti Aemmonas Hydrophila Peroral Melalui Pelet. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Pujiastuti, N. 2015. Identifikasi dan Prevalensi Ektoparasit Pada Ikan Konsumsi
Di Balai Benih Ikan Siwarak. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.
Prasetya, N., Subekti, S., Kismiyati. 2013. Prevalensi Ektoparasit Yang
Menyerang Benih Ikan Koi (Cyprinus carpio) di Bursa Ikan Hias Surabaya. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 05 (01).
Ratnasari, D. 2011. Teknik Pembesaran Ikan Lele Dumbo (Clarias geriepinus)
Biotech Agro, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur. Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga.
Rahmi, Salam, N., I. 2016. Distribusi Parasit Monogenea (Cacing Insang) Pada
Ikan Giru (Amphiprion sp) di Tiga Lokasi Pembudidaya Ikan Hias Yang Berbeda. 05 (02).
Rizki, A, P., Yudha F., Razali D., Fadrial K., Muhammad H., Zuhrawati. 2016.
Identifikasi Parasit Pada Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Di Desa Lambro Deyah Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Medika Veterinaria. 10 (02) : 157-158.
Rohy, Gaby, S., Boedi S, R, Agustono. 2014. Jumlah Total Bakteri Dalam Saluran
Pencernaan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Dengan Pemberian
Universitas Sumatera Utara
Beberapa Pakan Komersial Yang Berbeda. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 06 (01) : 21-24.
Rokhmani, Utami, P. 2015. Intensitas Protozoa Trichodina sp. Tawes, Nilem
Mujaher dan Gurame Yang Dipelihara Secara Polikultur.Fakultas Biologi Unsoed Purwokerto.
Sardiani, N., Magdalena L., Risco G, B., Dody P., Syahribulan., Zaraswati, D.
2015. Potensi Tunikata Rhopalaea sp Sebagai Sumber Inokulum Bakteri Endosimbion Penghasil Antibakteri; 1. Karakterisasi Isolat. Jurnal Alam dan Lingkungan. 6 (11) : 1-10.
Setijaningsih, L., Otong Z, A., Rudhy G. 2007. Karakterisasi Tiga Strain Ikan
Gurame (Osphronemus gouramylac.) Berdasarkan Metode Truss Morfometriks (Charactertzationof Three Strains Of Giant Gouramy (Osphronemus goutamylac.) Based On Truss Morphometrics Methodl. Jurnal Iktiologi Indonesia. 07 (0l) : 20-23.
Simanjuntak, H. 2007. Oksigen Terlarut dan Apparent Oxygen Utilization
Diperairan Teluk Klabat, Pulau Bangka. 12 (02) : 59-66. Siswoyo, H., B. Hendriyanto, A., D. 2013. Infestasi Ektoparasit Pada Kerapu
Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Ditinjau Dari Beberapa ParameterKualitas Air.
Suryaningsih, S. 2014. Biologi Ikan Lele. Fakultas Biologi, Purwokerto. Syabani, N., Ayi Y., Ike R., Angela M., L. 2015. Frekuensi Penambahan Probiotik
Bacillus sp. dan Staphylococcus sp. Pada Media Pemeliharaan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Untuk Ketahanan Terhadap Aeromonas Hydrophila. Jurnal Perikanan Kelautan. 02 (01) : 130-140.
Winaruddin, Rusli., Razi, K. 2015. Infestasi Ektoparasit Pada Ikan Lele Dumbo
(Clarias gariepinus) Yang Dibudidaya di Desa Tumpok Teungoh Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe. 04 (02) : 2302-1705.
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kegiatan penelitian
Universitas Sumatera Utara
a. Mengukur Kecerahan Perairan b.Mengukur Suhu Air
c. Mengukur DO Air d. pengambilan lendir sirip ekor
e. pengambilan lendir sirip dada f. Menetesi Aquades dan NaCl
g. Penuangan Aquades dan NaCl Lampiran 2. FotoEktoparasitPada Sampel Ikan.
Universitas Sumatera Utara
a.
Ichthyophthirius multifiliis b. Trichodina
c. Chilodonella d.
Dactylogyrus
Lampiran 3. FotoEktoparasitPada Sampel Air.
Universitas Sumatera Utara
a. Ichthyophthirius multifiliis b.
Chilodonella
c.Itshmia sp d . Gonatozygon sp e. Spirulina sp Lampiran 4. Alat dan Bahan
Universitas Sumatera Utara
Alat
a. Gunting Bedah b. Scepel
c. Objek Glass d. Cover Glass
e. Erlenmeyer f. Gelas Ukur Lampiran 4. Lanjutan.
Universitas Sumatera Utara
Alat
g. Secchi Disk h. Nampan
i. Plankton Net j. Kamera Digital
k. Jarum Suntik l. pH Meter Lampiran 4. Lanjutan.
Universitas Sumatera Utara
Bahan
a.Ikan Lele (Clarias sp) b. Aquades
c. NaCl d. Tisu
Universitas Sumatera Utara