80
ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA FLAVONOID DARI KAYU AKAR TUMBUHAN SUKUN (Artocarpus altilis (Parkinson ex F.A. Zorn) Fosberg) (Skripsi) Oleh KARTIKA DEWI RACHMAWATI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI

SENYAWA FLAVONOID DARI KAYU AKAR TUMBUHAN SUKUN

(Artocarpus altilis (Parkinson ex F.A. Zorn) Fosberg)

(Skripsi)

Oleh

KARTIKA DEWI RACHMAWATI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 2: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

ABSTRACT

ISOLATION, CHARACTERIZATION, AND BIOACTIVITY

ANTIBACTERIAL ASSAY OF FLAVONOID COMPOUND FROM ROOT

WOOD OF SUKUN (Artocarpus altilis (Parkinson ex F.A. Zorn) Fosberg)

By

Kartika Dewi Rachmawati

Artocarpus altilis (Park. ex F.A. Zorn) Fosberg is one of species Artocarpus from

Moraceae family, known as sukun. Artocarpus known contained flavonoid

compounds that it has many bioactivity, such as antibacterial, antifungal, anticancer,

antimalari, and antiinflamatory. This study aims to isolate dan identify the flavonoid

compound from the root wood of sukun (A. altilis (Park. ex F.A. Zorn) Fosberg),

which is obtained from Bumi Dipasena Jaya, Rawajitu Timur, Tulang Bawang

Regency, Lampung. The steps of this study were the sample collection and

preparation, extraction with maceration method, fractination and purification

compound using liquid vacuum chromatography, column chromatography, and

chromatotron. Purification the isolated compound was determined by thin layer

chromatography dan melting point test. Identification of isolated compound was

determined based on UV-Vis and FTIR spectrophotometry analysis. This research

was successfully isolated flavonoid compound. It was yellow needle crystal with

melting point 287 – 290 oC, it assumption that isolated crystal has the same

chromophore with cycloartocarpin (16 mg). Bioactivity antibacterial assay of isolated

compound to Bacillus subtilis dan Escherichia coli showed that was strong kill zone

on 0.5 mg/disk concentration and moderate kill zone on 0.4 mg/disk dan 0.3 mg/disk

concentrations.

Keywords : Artocarpus altilis (Parkinson ex F.A. Zorn) Fosberg, flavonoid,

cycloartocarpin, antibacterial, Bacillus subtilis, Escherichia coli

Page 3: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

ABSTRAK

ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI

SENYAWA FLAVONOID DARI KAYU AKAR TUMBUHAN SUKUN

(Artocarpus altilis (Parkinson ex F.A. Zorn) Fosberg)

Oleh

Kartika Dewi Rachmawati

Tumbuhan A. altilis (Park. ex F.A. Zorn) Fosberg merupakan salah satu spesies

Artocarpus dari famili Moraceae yang dikenal sebagai tumbuhan sukun. Tumbuhan

dari genus Artocarpus diketahui mengandung senyawa flavonoid yang memiliki

berbagai bioaktivitas, seperti antibakteri, antijamur, antikanker, antimalaria,

antiinflamasi, dan sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan

mengidentifikasi jenis senyawa flavonoid yang terkandung dalam kayu akar tumbuhan

sukun (A. altilis (Park. ex F.A. Zorn) Fosberg) yang diperoleh dari Desa Bumi

Dipasena Jaya, Rawajitu Timur, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung.

Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi pengambilan dan persiapan sampel,

ekstraksi dengan metode maserasi, serta proses pemisahan dan pemurnian senyawa

dengan metode kromatografi cair vakum, kromatografi kolom, dan kromatotron.

Kemurnian senyawa hasil isolasi ditentukan dengan kromatografi lapis tipis dan

pengukuran titik leleh. Identifikasi senyawa hasil isolasi ditentukan berdasarkan

analisis spektrofotometri UV-Vis dan FT-IR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

telah berhasil diisolasi suatu senyawa flavonoid berupa kristal jarum berwarna kuning

dengan titik leleh sebesar 287 – 290oC yang diprediksi memiliki kromofor yang sama

dengan senyawa sikloartokarpin sebanyak 16 mg. Hasil pengujian bioaktivitas

antibakteri senyawa hasil isolasi terhadap Bacillus subtilis dan Escherichia coli

menunjukkan daya bunuh kategori kuat pada konsentrasi 0,5 mg/disk dan daya bunuh

kategori sedang pada konsentrasi 0,4 mg/disk dan 0,3 mg/disk.

Kata Kunci: Artocarpus altilis (Parkinson ex F.A. Zorn) Fosberg, flavonoid,

sikloartokarpin, antibakteri, Bacillus subtilis, Escherichia coli

Page 4: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI

SENYAWA FLAVONOID DARI KAYU AKAR TUMBUHAN SUKUN

(Artocarpus altilis (Parkinson ex F.A. Zorn) Fosberg)

Oleh

KARTIKA DEWI RACHMAWATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA SAINS

Pada

Jurusan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Lampung

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 5: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA
Page 6: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA
Page 7: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sragen, pada tanggal 29 Juni 1996

sebagai anak sulung dari dua bersaudara, putri dari Bapak

Heru Mantoro dan Ibu Sumarni.

Jenjang pendidikan penulis dimulai pada tahun 2001 di TK

Dharma Wanita Bagelen Gedongtataan, lalu penulis menamatkan pendidikan di

SD Negeri 7 Bagelen pada tahun 2008, SMP Negeri 1 Gedongtataan pada tahun

2011, dan SMA Negeri 1 Gadingrejo tahun 2014. Pada tahun yang sama, penulis

diterima sebagai mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung.

Selama menempuh pendidikan di Jurusan Kimia, penulis merupakan salah satu

mahasiswa penerima beasiswa Bidikmisi dari semester 2 – 8. Selain itu, penulis

juga menjadi asisten praktikum untuk mata kuliah Kimia Organik Biologi 2017,

Praktikum Kimia Organik I dan Praktikum Kimia Organik II tahun 2018. Saat

menjadi mahasiswa, penulis aktif di Himaki (Himpunan Mahasiswa Kimia)

FMIPA Unila sebagai Kader Muda Himaki dan Garuda BEM (Badan Eksekutif

Mahasiswa) FMIPA Unila pada tahun 2014 – 2015, anggota Bidang SPIK (Sains

dan Penalaran Ilmu Kimia) Himaki kepengurusan 2015 – 2016, dan Sekretaris

Umum Himaki periode kepengurusan 2016.

Page 8: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

MOTTO

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sehingga

mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri

(Q.S. Ar Ra’d 11)

Betapa bodohnya manusia. Dia menghancurkan masa kini sambil

mengkhawatirkan masa depan, tapi menangis di masa depan dengan

mengingat masa lalunya

-Ali bin Abi Thalib-

Kalau kau biarkan kepalamu terlalu besar, itu akan mematahkan lehermu

-Elvis Presley-

Berfokus pada kekalahan ketika akan memulai hanya akan mengurungkan

niatmu. Ubahlah, lakukan yang terbaik! Maka kamu tidak akan

menyesalinya ketika ia menghampirimu

-Penulis-

Kebahagiaan terbesar adalah ketika kamu mampu bersyukur meskipun

hanya setitik nikmat dan kemenangan terbesar adalah ketika kamu tetap

bersabar meski dirundung topan bertubi-tubi

-Penulis-

Page 9: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya,

sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada suri tauladan umat, Nabi Muhammad SAW.

Dengan segala kerendahan hati dan mengharap ridho Ilahi, kupersembahkan karya kecil ini

Kepada

Kedua orangtuaku tercinta

Bapak Heru Mantoro dan Ibu Sumarni

yang telah merawat, mengasihi dan mencintai adinda. Selalu mendoakan dan mendukung setiap langkahku menuju kesuksesan. Beribu kebaikanku tidak akan

pernah bisa membalas kasih sayang dan cinta Bapak Ibu.

Adikku terkasih... Fajar Fitra Bimantara

Ibu Prof. Tati Suhartati, M.S. & Bapak Prof. Ir. Yandri AS, M.S.

Terima kasih telah menjadi orangtua kedua untukku di kampus. Doa dan kasih sayang Ibu dan Bapak telah menjadi penyemangatku dalam

mengerjakan penelitian. Semoga Ibu dan Bapak senantiasa diberikan kesehatan.

Pria hebat yang kelak akan menuntunku menuju surga Allah

dan....

Almamater tercinta

Page 10: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

SANWACANA

Alhamdulillahirrobbil’alamiin. Segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT,

Tuhan semesta alam, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai syarat untuk menacapai gelar Sarjana

Sains di Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung dengan judul :

“Isolasi, Karakterisasi, dan Uji Bioaktivitas Antibakteri Senyawa Flavonoid

dari Kayu Akar Tumbuhan Sukun (Artocarpus altilis (Parkinson ex F.A.

Zorn) Fosberg)”.

Shalawat teriring salam senantiasa tercurah kepada suri tauladan umat, Nabi

Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabatnya, semoga kita termasuk

umat Beliau yang akan mendapatkan syafaatnya di Yaumil Akhir kelak.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak pihak yang

telah turut serta membantu penulis. Oleh sebab itu, melalui tulisan ini penulis

ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Kedua orangtuaku, Bapak Heru Mantoro dan Ibu Sumarni yang sangat aku

cintai dan sayangi. Bapakku tersayang yang telah memberikan semangat,

dukungan, cinta dan pengorbanan yang amat luar biasa kepadaku. Bapak

yang selalu mengerti dan memahamiku, panutan dan laki-laki terhebat hingga

aku percaya bahwa memang benar ungkapan yang menyebut “ayah adalah

Page 11: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

cinta pertama anak perempuannya”. Ibuku tersayang yang senantiasa ada

disisiku, selalu mendukungku, menyertai dan mendoakan setiap langkahku.

Ibu yang selalu mengerti, sabar dan telah banyak berkorban hingga saat ini.

Terima kasih dengan saat tulus kuucapkan atas segalanya, Pak Bu. Gelar

sarjana sains yang Adinda raih ini merupakan salah satu dari sekian banyak

doa indah dari Bapak dan Ibu yang telah dikabulkan oleh Allah SWT. Cinta

dan kasih yang telah Bapak Ibu berikan kepadaku tidak akan pernah sanggup

aku untuk menggantinya. Hanya Allah SWT yang mampu membalas.

2. Saudara kandung satu-satunya dalam hidupku, adikku tersayang, Fajar Fitra

Bimantara. Terima kasih untuk keceriaan dan canda tawa. Kehadiranmu

merupakan penyemangat untukku menjadi kakak terbaik di keluarga.

3. Ibu Prof. Dr. Tati Suhartati, M.S. selaku pembimbing I yang telah

membimbing dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, senantiasa membantu

dan memotivasi penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi. Semoga

Allah SWT membalas kebaikan hati Ibu dengan keberkahan yang tiada

terhingga.

4. Ibu Rinawati, Ph.D. selaku pembimbing II dan pembimbing akademik, yang

selalu membimbing penulis dengan kesabaran dan keikhlasan dari awal

semester hingga penyusunan skripsi ini selesai. Semoga Allah SWT

membalasnya dengan kebaikan.

5. Ibu Dra. Aspita Laila, M.S. selaku pembahas penelitian yang telah

memberikan nasehat, saran, dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik.

Page 12: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Yandri AS, M.S. atas dukungan, semangat dan motivasi

kepada penulis. Semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak dengan

keberkahan yang tiada terhingga.

7. Ibu Noviany, S.Si., M.Si. selaku Kepala Laboratorium Kimia Organik atas

izinnya kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian di laboratorium.

8. Bapak. Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T. selaku Ketua Jurusan Kimia

FMIPA Universitas Lampung.

9. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kimia FMIPA Unila yang telah memberikan

ilmu dan bimbingan selama penulis belajar di Jurusan Kimia. Semoga Allah

SWT membalas kebaikan Bapak dan Ibu.

10. Bapak Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D. selaku Dekan FMIPA Universitas

Lampung.

11. Keluarga besarku yang telah mendoakan, memberikan semangat dan

dukungan untuk keberhasilanku.

12. Teman terspesial, sahabat, dan partner yang selalu ada untukku selama ini,

Fikri Muhammad. Terima kasih telah menemani, menjadi salah satu

penyemangatku, selalu menguatkan, mengajarkanku menjadi wanita

bijaksana dan berani, telah setia untuk berjuang bersama selama ini. Kamu

telah menambah warna di hidupku. Semoga Allah SWT membalas

kebaikanmu dan memberikan kemudahan untuk kamu dalam menggapai

kesuksesan. Terima kasih juga kepada Bapak Akhmat Jayuri dan Ibu Suwitri

atas semangat dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.

13. Pejuang S.Si. bersama, saudara sekandung (altilis squad), Elisabeth,

Gabriella, Astriva dan saudara tiri beda ibu (kemando squad), Herda dan

Page 13: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

Laili. Terkhusus untuk Elisabeth Yulinda Ari P. dan Gabriella Setia

Wulandari sebagai teman perang bersama. Dari awal mulai masuk lab, saat

kita PKL kita berjuang bersama. Suka dan duka kita lalui bersama. Terima

kasih sudah membantu aku dalam melewati penelitian yang tidak mudah ini,

menjadi penyemangat saat kristal tak kunjung datang, kalian telah membagi

keceriaan dan kebersamaan denganku selama ini. Doa untuk kalian semoga

selalu dipermudah dalam menggapai kesuksesan.

Untuk Astriva Novri Harahap, Herda Yulia, Laili Dini Ariza terima kasih

untuk semangat, kebersamaan, dan kebahagiaan yang telah dibagikan

kepadaku. Semoga kalian cepat menyusul ya dan dimudahkan serta

dilancarkan urusan kalian.

14. Sahabat-sahabatku, Audina Uci Pertiwi, Erika Liandhini, Riza Mufarida

Akhsin, dan Rizka Ari Wandari. Terima kasih sudah menemaniku melewati

masa-masa kuliah dan laporan saat jadi mahasiswa baru hingga sekarang.

Perjalanan hidup kita masih panjang, sukses selalu untuk kita.

15. Sahabat-sahabatku, Devi Ranita, Winda Chairani, Candra M. Ayuningtyas,

Diah Ayu Putri yang senantiasa mendukungku dan tak lelah memberikan

semangat serta doa. Semoga Allah SWT senantiasa memudahkan urusan dan

meridhoi kesuksesan kita kelak.

16. Mbak Wiwit, Mbak Liza, Pak Gani, Mas Nomo, Mbak Umi, Pak Jon, terima

kasih atas bantuan yang diberikan kepada penulis.

17. Kakak-kakakku tersayang, penghuni lab organik yang telah banyak

membantu dan memberikan motivasi serta semangat. Terima kasih untuk

pembelajarannya selama ini, Mbak Ismi Khomsiah, Mbak Ajeng Wulandari,

Page 14: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

Mbak Susy Isnaini, Kak Hernawan, Kak Rio Febriansyah, Mbak Arni

Nadiya, Mbak Vicka Andini, Mbak Nurul Fatimah, Mbak Badiatul Niqmah,

Mbak Inggit Borisha, Mbak Siti Mudmainah, Mbak Dona Mailani, Mbak

Nita Yulian, Mbak Khalimatus Sa’diah.

18. Rekan-rekan peneliti di Laboratorium Kimia Organik, Elisabeth, Gabriella,

Astriva, Herda, Laili, Nella, Clodina, Risa, Mbak Yolanda, Mbak Imah, Dhia,

Ufi, Ela, Rizky Fijar, Dicky. Adik-adik; Valen, Mentari, Rinda, Zu, Rizky,

Eva, Isnaini, Santi, Tosa, Hanif, Marli, Siska, Donny, Setiasih, Pipit, semoga

Allah memudahkan urusan kita.

19. Pemimpin Himaki periode kepengurusan 2016; terkhusus eks Ketum Fikri

Muhammad dan eks Bendum Riri Auliya. Terima kasih telah banyak

membantu aku, berbagi pengalaman hidup, belajar memimpin bersama.

Banyak rintangan dan hambatan menghampiri kita, tapi kalian selalu ada

untuk menguatkan dan memberikan semangat. Semoga tali pertemanan kita

tidak pernah putus ya. Untuk rekan-rekan pemimpin yang lain; Teguh

Wijaya, Herda Yulia, Yusuf Hadi, Heny Wijaya, Jepry Romansyah, Yola

Yashinta, Bidari Maulid, Bunga Lantri, Hestianingsih Famela, Nella Merliani,

Reni Anggraeni, Ayisa Romadona, terima kasih atas keceriaan, kebersamaan,

dan pembelajarannya selama ini.

20. Sahabat-sahabat Ketok Palu (IPA 3 SMAN 1 Gadingrejo); Nita, Winda, Tyas,

Anggi, Jessica, Onny, Resa, Ipin, Yuda, Dana, Yugo, Kevin, Riza, Galih

untuk kebersamaannya dan kebahagiaannya. Sukses untuk kita.

21. Keluarga kampusku, Chemistry’14. Terima kasih untuk kebersamaan,

keceriaan, dan canda tawa yang tercipta selama kita menempuh pendidikan

Page 15: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

ini. Tetap semangat dalam menggapai sukses kita masing-masing. Semoga

Allah selalu melindungi dan meridhoi langkah kita.

22. Himaki periode kepengurusan 2014-2015, 2015-2016, dan 2016, terima kasih

atas kebersamaan dan pembelajaran yang telah diberikan.

23. Seluruh keluarga besar Jurusan Kimia FMIPA Unila Angkatan 2010-2017.

24. Almamater tercinta, Universitas Lampung.

25. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaiin

skripsi ini.

Penulis menyadari penyusunan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun

dari pembaca demi perbaikan penelitian selanjutnya. Akhir kata, semoga skripsi

ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita.

Bandar Lampung, September 2018

Penulis,

Kartika Dewi Rachmawati

Page 16: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v

I. PENDAHULUAN......................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6

C. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 7

A. Artocarpus ................................................................................................. 7

B. Sukun (Artocarpus altilis (Parkinson ex F.A. Zorn) Fosberg) .................. 9

C. Flavonoid ................................................................................................... 11

D. Ekstraksi Flavonid ..................................................................................... 16

E. Pemisahan Senyawa Secara Kromatografi ................................................ 17

1. Kromatografi Cair Vakum (KCV) ........................................................ 19

2. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) .......................................................... 21

3. Kromatografi Kolom (KK) ................................................................... 23

4. Kromatotron ......................................................................................... 25

F. Analisis Kemurnian ................................................................................... 26

G. Identifikasi Senyawa Organik Secara Spektrofotometri ........................... 27

1. Spektrofotometri Ultraungu-Tampak (UV-Vis) ................................... 27

2. Spektrofotometri Fourier Transform Infrared (FT-IR)........................ 29

H. Bakteri ....................................................................................................... 31

I. Uji Bioaktivitas Antibakteri ....................................................................... 33

Page 17: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

ii

III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 37

A. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 37

B. Alat dan Bahan .......................................................................................... 38

1. Alat-alat yang Digunakan ..................................................................... 38

2. Bahan-bahan yang Digunakan .............................................................. 38

C. Prosedur Penelitian .................................................................................... 39

1. Pengumpulan dan Persiapan Sampel .................................................... 39

2. Ekstraksi ............................................................................................... 39

3. Kromatografi Cair Vakum (KCV) ........................................................ 40

4. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) .......................................................... 41

5. Kromatografi Kolom (KK) ................................................................... 42

6. Kromatotron ......................................................................................... 43

7. Analisis Kemurnian .............................................................................. 45

8. Analisis Struktur ................................................................................... 46

a. Spektrofotometri Ultraungu-Tampak (UV-Vis) ............................... 46

b. Spektrofotometri Fourier Tansform Infrared (FT-IR) .................... 47

9. Uji Bioaktivitas Antibakteri.................................................................. 48

D. Skema Penelitian ....................................................................................... 49

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 51

A. Isolasi Senyawa Flavonoid ........................................................................ 51

B. Penentuan Titik Leleh ............................................................................... 67

C. Karakterisasi Senyawa Hasil Isolasi ......................................................... 69

a. Analisis Spektrofotometri UV-Vis........................................................ 69

b. Analisis Spektrofotometri FT-IR .......................................................... 74

D. Uji Bioaktivitas Antibakteri ...................................................................... 77

V. SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 80

A. Simpulan .................................................................................................... 80

B. Saran .......................................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 82

LAMPIRAN ......................................................................................................... 89

1. Diagram Alir Penelitian ............................................................................ 90

2. Spektrum UV-Vis Senyawa Hasil Isolasi dan Penambahan Pereaksi

Page 18: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

iii

Geser ......................................................................................................... 92

3. Perhitungan Absorptivitas Molar .............................................................. 94

4. Pembuatan Larutan Uji Bioaktivitas Antibakteri ...................................... 96

5. Hasil Uji Bioaktivitas Antibakteri Terhadap Bakteri Bacillus subtilis

dan Escherichia coli .................................................................................. 99

6. Hasil Identifikasi/Determinasi Tumbuhan ..............................................102

Page 19: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Pelarut yang lazim dan penggunaannya (Saifudin, 2014))............................. 18

2. Rentang serapan spektrum ultraungu-tampak untuk flavonoid (Markham,

1998)............................................................................................................... 28

3. Karakteristik frekuensi uluran beberapa gugus fungsi (Banwell and

McCash, 1994) ………................................................................................... 31

4. Penggabungan fraksi-fraksi hasil KCV I dan II.............................................. 55

5. Perbandingan data spektrum UV-Vis literatur senyawa sikloartokarpin

(Suhartati, 2001) dengan senyawa hasil isolasi kayu akar tumbuhan sukun

(A. altilis (Park.ex F.A. Zorn) Fosberg).......................................................... 73

6. Perbandingan data IR literatur senyawa sikloartokarpin (Suhartati, 2011)

dengan senyawa hasil isolasi........................................................................... 76

7. Ukuran zona bening dari senyawa hasil isolasi terhadap bakteri B. subtilis... 77

8. Ukuran zona bening dari senyawa hasil isolasi terhadap bakteri E. coli........ 78

Page 20: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tumbuhan sukun (A. altilis (Park. ex F.A. Zorn) Fosberg) ........................... 9

2. Kerangka dasar flavonoid (Achmad, 1986) ................................................... 12

3. Tiga jenis flavonoid (Achmad, 1986) ............................................................ 12

4. Struktur kimia dari flavonoid yang telah berhasil diisolasi dari tumbuhan

Artocarpus (Hakim, 2010). ............................................................................ 15

5. Urutan tingkat kepolaran eluen (Gritter et al., 1991) ..................................... 20

6. Skema Penelitian ............................................................................................ 50

7. Kromatogram KLT ekstrak kasar metanol menggunakan eluen etil asetat :

n-heksana 4:6 (a) pada plat KLT (b) ketika disinari lampu UV 254 nm ....... 52

8. Proses KCV (a) pengelusian sampel, (b) pita yang terbentuk setelah

pengelusian, dan (c) fraksi hasil KCV ........................................................... 53

9. Kromatogram hasil KCV I menggunakan eluen etil asetat : n-heksana

4:6. ................................................................................................................. 54

10. Kromatogram hasil KCV II menggunakan eluen etil asetat : n-heksana

4:6. ................................................................................................................. 54

11. Kromatogram KLT fraksi utama A, B, C, D, E, dan F hasil KCV

menggunakan eluen etil asetat : n-heksana 4:6 (a) pada plat KLT (b)

ketika disinari lampu UV 254 nm. ................................................................. 55

12. Kromatogram hasil KCV fraksi C menggunakan eluen etil asetat :

n-heksana 4:6 ................................................................................................. 56

13. Kromatogram fraksi Ca, Cb, Cc, dan Cd dengan eluen etil asetat :

n-heksana 4:6 (a) pada plat KLT (b) ketika disinari lampu UV 254 nm ....... 57

Page 21: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

vi

14. Kromatogram KLT hasil KCV fraksi Cb dengan eluen etil asetat :

n-heksana 4:6 ................................................................................................. 57

15. Kromatogram fraksi Cba, Cbb, Cbc, Cbd, dan Cbe menggunakan eluen

etil asetat : n-heksana 4:6. .............................................................................. 58

16. Kromatogram endapan 3ekCb (a) dengan larutan 3ekCb (b) menggunakan

eluen etil asetat : n-heksana 4:6. .................................................................... 59

17. Kromatotron ................................................................................................... 60

18. Kromatogram 3ekCb (13) dan (14) dengan tiga sistem eluen (a) aseton : n-

heksana (2:8) Rf 0,28; (b) etil asetat : n-heksana (3:7) Rf 0,48; (c) etil

asetat : dietil eter (3:7) Rf 0,88; (d) kromatogram 3ekCb dengan standar

(dari kiri ke kanan) artonin E, caplasin, sikloartokarpin, arokarpin, kristal

3ekCb. ............................................................................................................ 61

19. Kromatogram hasil KCV fraksi Cbc dengan eluen etil asetat : n-heksana

4:6. ................................................................................................................. 62

20. Kromatogram fraksi dari kiri ke kanan; Cbca, Cbcb, Cbcc, Cbcd, dan Cbce

dengan eluen etil asetat : n-heksana 3:7 ......................................................... 63

21. (a) Kromatografi Kolom menggunakan adsorben berlapis

(b) Kromatogram hasil KK dari fraksi Cbcc dengan eluen etil asetat : n-

heksana 3:7 ..................................................................................................... 65

22. Kromatogram KLT KCbcc (8), (9), dan (10) dengan kristal 3ekCb serta

standar artonin E, caplasin, artokarpin, dan sikloartokarpin menggunakan

eluen etil asetat : n-heksana (3:7) ................................................................... 66

23. Kromatogram Kdr dengan tiga sistem eluen (a) aseton : n-heksana (1:9)

Rf 0,22; (b) etil asetat : n-heksana (3:7) Rf 0,54; (c) aseton : diklorometana

(1:9) Rf 0,85; (d) kristal Kdr hasil isolasi ...................................................... 67

24. Spektrum UV (a) senyawa hasil isolasi dalam MeOH p.a. dan (b) literatur

senyawa sikloartokarpin (Suhartati, 2001) .................................................... 71

25. Spektrum UV senyawa hasil isolasi dalam MeOH (biru) dan MeOH +

NaOH (merah) ............................................................................................... 72

26. Spektrum UV senyawa sikloartokarpin (Suhartati, 2001) (a) dalam MeOH

dan (b) dalam MeOH + NaOH ....................................................................... 72

27. Perbandingan spektrum IR (a) senyawa hasil isolasi dengan (b) senyawa

sikloartokarpin (Suhartati, 2011) ................................................................... 75

28. Struktur sikloartokarpin (Suhartati, 2001) ..................................................... 77

Page 22: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit diare masih menjadi masalah global dengan derajat kesakitan dan

kematian yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang.

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan angka kejadian

penyakit diare yang tinggi karena tingginya morbiditas dan mortalitas (Magdarina,

2010). Angka kesakitan penyakit diare adalah sekitar 200 – 400 kejadian di

antara 1000 penduduk setiap tahunnya. Diare merupakan penyakit endemis dan

penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) di Indonesia yang dapat

berdampak fatal apabila penderita mengalami dehidrasi akibat kehilangan banyak

cairan dari tubuh. Pada tahun 2012, angka kesakitan diare pada semua umur

sebesar 214 per 1.000 penduduk dan angka kesakitan diare pada balita sebesar

900 per 1.000 penduduk pada Kajian Morbiditas Diare 2012 (Kemenkes, 2015).

Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2013 (dalam Febriani,

2013), setiap tahun terdapat sekitar 1,7 miliar kasus diare dengan angka kematian

760.000 anak di bawah 5 tahun.

Penyebab diare pada orang dewasa dan anak-anak secara umum adalah infeksi

usus yang diakibatkan oleh mikroorganisme, seperti bakteri. Bakteri penyebab

Page 23: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

2

diare antara lain Shigella, Salmonella, Escherichia coli, Campylobacter jejuni,

Vibrio cholera, Vibrio parahacmolyticus, Salmonella typhi, Salmonella paratyphi,

Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Clostridium perfringens (Tjaniadi et al.,

2003). Dari beberapa jenis mikroorganisme tersebut, bakteri yang menjadi

penyebab utama diare adalah E.coli (Monem et al., 2014). Bakteri ini merupakan

bakteri komensal, patogen intestinal, dan patogen ekstra intestinal yang dapat

menyebabkan infeksi saluran kemih, meningitis dan septisemia. Sebagian besar

E. coli yang berada dalam saluran pencernaan bersifat patogen menyebabkan diare

pada manusia (Halim et al., 2017).

Selain E. coli, bakteri Bacillus subtilis dari famili Bacillaceae juga merupakan

penyebab penyakit infeksi dan jumlahnya yang banyak di dalam usus mampu

menyebabkan diare yang ditularkan melalui kontaminasi makanan (Rahmaningsih

et al., 2012). B. subtilis menyebabkan penyakit yang membuat fungsi imun

seseorang terganggu, misalnya meningitis dan gastroentritis akut (Jawetz et al.,

2005).

Penyakit diare yang disebabkan oleh bakteri dapat diobati dengan mengkonsumsi

antibiotik. Antibiotik yang sering digunakan adalah ampicillin atau

chloramphenicol karena antibiotik ini termasuk dalam antibiotik yang

spektrumnya luas (Haryanto dan Nugroho, 2012). Namun, ada beberapa jenis

antibiotik sintetis (tidak dihasilkan oleh mikroorganisme) yang dapat membunuh

atau menghambat pertumbuhan bakteri, tetapi penggunaannya telah berkontribusi

menyebabkan terjadinya resistensi. Hasil penelitian Antimicrobial Resistence in

Page 24: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

3

Indonesia (AMRIN study) yang merupakan penelitian kolaborasi Indonesia dan

Belanda di RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan RSUP Dr. Kariadi Semarang pada

tahun 2001-2005 membuktikan bahwa sebanyak 2494 individu di masyarakat,

43% E. coli resisten terhadap berbagai jenis antibiotik antara lain ampicillin

(34%), kotrimoksazol (29%), dan chloramphenicol (25%). Hasil penelitian

terhadap 781 pasien yang dirawat di rumah sakit didapatkan 81% E. coli resisten

terhadap beberapa jenis antibiotik yaitu ampicillin (73%), kotrimoksazol (56%),

chloramphenicol (43%), siprofloksasin (22%), dan gentamisin (18%) (Kemenkes

RI, 2011).

Berdasarkan permasalahan tersebut maka diperlukan alternatif lain yang mungkin

untuk dikembangkan yaitu dengan cara menggunakan senyawa bahan alam yang

memiliki efek samping seminimum mungkin untuk mengatasi aktivitas

perkembangan bakteri sekaligus mengurangi resistensi terhadap obat. Hal

tersebut dapat dilakukan dengan memanfaatkan beberapa tumbuhan di lingkungan

sekitar yang mengandung senyawa metabolit sekunder serta telah diketahui

memiliki aktivitas antibakteri. Pemanfaatan bahan aktif dari tanaman sebagai

antibakteri merupakan salah satu cara untuk menanggulangi dan mencegah

pertumbuhan bakteri, terutama bakteri yang bersifat patogeni seperti E. coli

(Prasad et al., 2008).

Senyawa fenolik merupakan salah satu jenis yang utama dari senyawa metabolit

sekunder. Senyawa fenolik memiliki struktur yang beragam dan merupakan

penyebab dari karakteristik organoleptik utama dari makanan dan minuman yang

Page 25: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

4

berasal dari tumbuhan, terutama warna dan rasa. Di antara jenis-jenis senyawa

fenolik, flavonoid merupakan jenis seyawa fenolik yang paling banyak terdapat

pada tumbuhan. Sejauh ini, lebih dari 8000 jenis senyawa flavonoid telah

teridentifikasi (Tapas et al., 2008). Flavonoid merupakan senyawa aktif yang

mengandung gugus prenil pada C3 (Suhartati dan Yandri, 2007) telah diteliti

memiliki berbagai aktivitas biologi yang menarik, antara lain sebagai antioksidan,

sitotoksik terhadap sel kanker L-1210 (Hakim et al., 2001a) dan sel murine

leukemia P-388 (Suhartati dan Yandri, 2007), antimalaria (Hakim, 2010),

antibakteri (Khan et al., 2003), antidiabetes, antiinflamasi, antimikroba, antijamur,

antivirus, anti-penuaan, penghambat tirosinase, biosintesis melanin serta

penghambatan 5α-reduktase (Musthapa et al., 2010).

Sumber senyawa metabolit sekunder yang kaya akan flavonoid dan banyak

terdapat di Indonesia adalah tumbuhan dari genus Artocarpus. Selain flavonoid,

sejumlah spesies Artocarpus telah diteliti dan banyak menghasilkan senyawa

golongan terpenoid dan stilbenoid (Hakim et al., 2006). Artocarpus kaya akan

senyawa fenol termasuk flavonoid terprenilasi (Suhartati et al., 2010). Kelompok

flavonoid ini ditemukan pada hampir semua tumbuhan Artocarpus, yang berhasil

diisolasi oleh para peneliti dari Artocarpus terdiri dari variasi kerangka seperti

calkon, flavonon, flavan-3-ol, flavon sederhana, prenilflavon, oksepinoflavon,

dihidrobenzosanton, pironodihidrobenzosanton, kuinonosanton,

siklopentenosanton, santonolid, dan dihidrosanton (Hakim, 2010).

Page 26: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

5

Salah satu spesies tumbuhan genus Artocarpus endemik Indonesia dan banyak

dimanfaatkan oleh masyarakat adalah Artocarpus altilis atau lebih dikenal

sebagai tumbuhan sukun. Dalam penelitian ini akan dilakukan isolasi senyawa

metabolit sekunder yaitu flavonoid dari bagian kayu akar tumbuhan sukun

(A. altilis (Park. ex F.A. Zorn) Fosberg). Bagian kayu akar dipilih karena bagian

tumbuhan ini diperkirakan memiliki senyawa hasil metabolit sekunder yang

bermacam-macam. Hal ini disebabkan karena bagian akar merupakan bagian

yang digunakan oleh tumbuhan untuk berinteraksi dengan lingkungan dalam

memenuhi kelangsungan hidup dan mempertahankan diri terhadap perubahan

lingkungan yang terjadi (Eprianti, 2011).

Penelitian yang telah dilakukan oleh Hakim et al. (2001a), dilaporkan adanya

temuan artoindonesianin B yang bersifat sitotoksik terhadap sel tumor P-388 dan

senyawa artoindonesianin F yang ditemukan pada ekstrak kloroform kayu akar

A. altilis. Selain itu, telah berhasil diisolasi pula senyawa artokarpin,

sikloartokarpin, artonin E, sikloartobilosanton, artonol B (Hakim et al., 2006),

sikloartilisin dan artonin V (Patil et al., 2002) pada tumbuhan A. altilis.

Uji fitokimia pada Praktik kerja lapangan yang telah dilakukan pada Agustus –

Desember 2016, diketahui bahwa kayu akar A. altilis (Park. ex F.A. Zorn)

Fosberg mengandung senyawa metabolit sekunder berupa alkaloid, flavonoid,

saponin, dan terpenoid. Pada penelitian ini, senyawa target akan diisolasi

adalah jenis senyawa flavonoid dengan metode ekstraksi berupa maserasi

menggunakan pelarut metanol yang merupakan pelarut polar. Oleh karena

Page 27: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

6

flavonoid yang mengandung gugus hidroksil merupakan senyawa polar maka

flavonoid akan larut dengan baik dalam pelarut polar, salah satunya yaitu

metanol. Hal tersebut didasarkan pada teori ”Like Dissolves Like” yaitu pelarut

sejenis akan melarutkan molekul yang sejenis. Selain itu, akan dilakukan pula

fraksinasi terhadap sampel menggunakan berbagai jenis kromatografi seperti

kromatografi cair vakum, kromatografi kolom, kromatotron, dan kromatografi

lapis tipis. Selanjutnya, senyawa target yang berhasil diisolasi akan

dikarakterisasi dan dilakukan pengujian aktivitas antibakteri.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengisolasi senyawa flavonoid dari kayu akar tumbuhan sukun (A. altilis

(Park. ex F.A. Zorn) Fosberg).

2. Mengidentifikasi jenis flavonoid yang terdapat dalam kayu akar tumbuhan

sukun dengan cara mengkarakterisasinya.

3. Mengetahui bioaktivitas antibakteri senyawa flavonoid hasil isolasi terhadap

bakteri B. subtilis dan E. coli.

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jenis

senyawa flavonoid yang terdapat dalam kayu akar tumbuhan sukun (A. altilis

(Park. ex F.A. Zorn) Fosberg) dan bioaktivitas antibakteri senyawa hasil isolasi.

Page 28: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Artocarpus

Artocarpus merupakan tumbuhan yang telah tersebar luas di Asia Selatan, Asia

Tenggara, Papua Nugini, dan Pasifik Selatan. Genus ini termasuk jenis pohon

yang selalu berdaun hijau (evergreen) pada daerah tropis, memiliki getah pada

setiap bagiannya, dan umumnya dapat tumbuh pada ketinggian kurang dari 1000

meter. Terdapat 50 spesies Artocarpus dan diketahui keanekaragaman terbesar

terdapat di Indonesia. Di Indonesia genus Artocarpus banyak tersebar di Pulau

Sumatra, Jawa, dan Kalimantan. Tumbuhan dari genus ini dikenal sebagai nangka-

nangkaan dan beberapa diantaranya merupakan tumbuhan penghasil buah yang

dapat dimakan, yaitu A. heterophyllus (nangka), A. Chempeden (campedak), dan A.

elasticus (benda) dan salah satu spesies tanaman dalam genus Artocarpus yang

belum diteliti seluruh bagiannya adalah A. altilis (sukun) (Hernawan, 2008).

Berdasarkan studi literatur, diketahui bahwa sejumlah spesies Artocarpus banyak

menghasilkan senyawa golongan terpenoid, flavonoid, dan stilbenoid (Hakim et

al., 2006). Kandungan senyawa metabolit sekunder pada tumbuhan bahan alam

dapat digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit yang disebabkan oleh berbagai

mikroorganisme seperti bakteri (Prasad et al., 2008). Keunikan struktur metabolit

Page 29: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

8

sekunder pada Artocarpus menghasilkan efek fisiologis yang luas, antara lain

sebagai antibakteri (Khan et al., 2003), antiplatelet (Wang et al., 2006), antifungal

(Jayasinghe et al., 2004), antimalaria (Widyawaruyanti et al., 2007; Boonlaksiri et

al., 2001) dan sitotoksik (Ko et al.,2005; Hakim et al., 2002).

Pada penelitian sebelumnya juga telah dipaparkan oleh Hakim et al. (2001b)

bahwa senyawa terpenoid dengan kerangka sikloartan berhasil disolasi dari

tanaman Artocarpus antara lain, sikoartenol yang telah berhasil diperoleh dari A.

champeden. Masing-masing jenis Artocarpus telah ditemukan mengandung

sejumlah senyawa flavonoid yang berbeda-beda, antara lain stirasifolin A dan B,

artoheterofilin A dan B, artonin A, B dan F, dan heterofilin dari A. styracifolius

(Bourjot, 2010). Selain itu, pada A.kemando Miq. telah diidentifikasi jenis

flavonoid berupa calkon dari kayu akar (Fatimah, 2017) dan Artonin E pada kulit

cabang (Andini, 2017). Penelitian terkait tumbuhan Artocarpus juga telah

dilakukan oleh Suhartati (2001) dan berhasil diisolasi senyawa Artonin M pada

A. rotunda.

Berbagai senyawa fenol berupa turunan flavonoid dan santon dengan kerangka

karbon yang beraneka ragam telah ditemukan pada Artocarpus, seperti

artoindonesianin E, heteroflavanon A, artokarpin, artoindonesianin,

artoindonesianin A, artoindonesianin B, artoindonesianin C, artonol B, dan

artoindonesianin F (Hakim et al., 2001a).

Page 30: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

9

B. Sukun (Artocarpus altilis (Park. Ex F.A. Zorn) Fosberg)

Tumbuhan sukun (A. altilis (Park. ex F.A. Zorn) Fosberg) termasuk kedalam

genus Artocarpus, Famili Moraceae. Tumbuhan ini terdapat pada daerah tropis

seperti di Asia Tenggara dan Kepulauan Pasifik. Taksonomi tumbuhan sukun

(A. altilis (Park. ex F.A.Zorn) Fosberg) adalah sebagai berikut.

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Urticales

Famili : Moraceae

Genus : Artocarpus

Spesies : Artocarpus altilis

(Widowati, 2003).

Gambar 1. Tumbuhan sukun (A. altilis (Park. ex F.A. Zorn) Fosberg)

Page 31: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

10

Tanaman sukun memiliki habitus pohon yang tingginya dapat mencapai 30 meter,

namun rata-rata tingginya hanya 12-15 meter. Sukun dapat tumbuh baik

sepanjang tahun (evergreen) di daerah tropis basah dan bersifat semi-deciduous di

daerah yang beriklim monsoon. Apabila akar tersebut terluka atau terpotong akan

memacu tumbuhnya tunas alami (Ragone, 2006 ). Di Indonesia, tumbuhan sukun

sudah lama dijadikan sebagai obat tradisional untuk mengatasi berbagai penyakit

seperti bagian bunga sukun digunakan sebagai obat sakit gigi, kulit kayu

digunakan untuk mencairkan darah bagi wanita setelah melahirkan, sedangkan

pada bagian daun digunakan untuk mengobati penyakit kulit, liver cirrhosis,

hipertensi, diabetes, maupun digunakan sebagai obat radang (Heyne 1987 dalam

Hasanah, 2016). Bagian daun sukun memiliki senyawa aktif berupa saponin,

asam hidrosianat, polifenol, asetilkolin, ribovlavin, fenol dan senyawa tanin.

Selain kandungan tersebut, tanaman ini juga mengandung kuercetin, champorol

dan artoindonesianin yang merupakan kelompok senyawa flavonoid (Utami,

2013).

Penelitian yang telah dilakukan oleh Hakim et al. (2001a), dilaporkan adanya

temuan artoindonesianin B yang bersifat sitotoksik terhadap sel tumor P-388 dan

senyawa artoindonesianin F yang ditemukan pada ekstrak kloroform kayu akar

A. altilis. Selain itu, telah berhasil diisolasi pula senyawa artokarpin (Eprianti,

2011; Hakim et al., 2006), Artonin E (Santoso, 2011), sikloartokarpin, artonin E,

sikloartobilosanton, artonol B (Hakim et al., 2006), sikloartilisin dan artonin V

(Patil et al., 2002) pada tumbuhan A. altilis.

Page 32: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

11

Beberapa senyawa golongan flavonoid dan sitosterol dari ekstrak etil asetat dari

daun sukun memiliki khasiat sebagai antiatherosklerosis karena dapat melindungi

sel lini U937 manusia dari perusakan yang disebabkan oleh OxLDL atau Oxidized

Low Density Lipoprotein (Wang et al., 2006). Selain itu, Wang et al. (2006) juga

telah melaporkan adanya potensi penghambatan pertumbuhan sel kanker dari

ekstrak etil asetat sukun. Beberapa senyawa yang telah diketahui sebagai agen

antikanker di dalam ekstrak etil asetat daun sukun adalah tergolong geranil

flavonoid. Pada penelitian tersebut, senyawa-senyawa geranil flavonoid yang

berhasil diisolasi dari ekstrak etil asetat daun sukun dapat menghambat

pertumbuhan beberapa sel lini kanker manusia seperti sel adenokarsinoma paru-

paru, sel karsinoma kolon, dan sel karsinoma hati (Wang et al., 2007). Hasil

penelitian Arung et al. (dalam Hakim et al., 2001a) melaporkan bahwa ekstrak

dari kayu sukun juga berpotensi sebagai agen antikanker.

C. Flavonoid

Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol terdapat sebanyak 4000 dalam

bentuk senyawa polifenol yang dapat ditemukan di alam. Senyawa ini dikenal

sebagai zat warna merah, ungu, dan biru, dan sebagian zat warna kuning yang

ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Nama flavonoid secara bahasa Latin

“flavus” yang berarti bewarna kuning, yang merupakan jenis dari metabolit

sekunder. Menurut penamaan IUPAC, flavonoid dapat diklasifikasikan menjadi

flavonoid, isoflavonoid, neoflavonoid yang diketahui ketiganya memiliki gugus

keton pada strukturnya (William, 2004; Saxena, 2005).

Page 33: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

12

Senyawa flavonoid adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri dari dua inti

fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan karbon. Golongan flavonoid dapat

juga digambarkan sebagai deretan senyawa C6-C3-C6. Artinya, kerangka

karbonnya terdiri atas dua gugus C6 disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon.

Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang berbentuk melalui jalur

shikimat. Senyawa ini diproduksi dari unit sinnamoil-CoA dengan perpanjangan

rantai menggunakan malonil-CoA. Enzim calkon sintase menggabungkan

senyawa ini menjadi calkon. Calkon adalah prekursor turunan flavonoid pada

banyak tanaman (Dewick, 2002).

Gambar 2. Kerangka dasar flavonoid (Achmad, 1986).

Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur, yaitu flavonoid (1,3-diaril

propana), isoflavonoid (1,2-diaril propana), neoflavonoid (1,1-diaril propana)

seperti ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Tiga jenis flavonoid (Achmad, 1986).

Page 34: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

13

Menurut Markham (1988), flavonoid yang terdapat pada tanaman dapat

digolongkan menjadi dua yaitu glikosida dan aglikon. Glikosida merupakan

flavonoid yang mengandung gugusan gula dan cenderung bersifat polar sehingga

mudah larut dalam air, metanol, etanol, dan lain-lain. Aglikon sendiri merupakan

flavonoid tanpa gugusan gula terikat, aglikon yang kurang polar ini lebih larut

dalam pelarut eter dan kloroform. Aglikon yang kurang polar tersebut antara lain

isoflavon, flavanon, flavon, dan flavonol termetoksilasi. Menurut Achmad (1986)

suatu bentuk glikosida akan terurai menghasilkan gugus gula dan aglikon apabila

dihidrolisis oleh asam. Glikosilasi menyebabkan flavonoid kurang efektif dan

lebih mudah larut dalam air sehingga memungkinkan penyimpanan flavonoid di

dalam vakuola sel, tempat flavonoid bisa ditemukan (Markham, 1988).

Flavonoid melakukan aktivitas antioksidan dengan cara menekan pembentukan

spesies oksigen reaktif, baik dengan cara menghambat kerja enzim maupun

dengan mengikat logam yang terlibat dalam produksi radikal bebas, yaitu spesies

yang memiliki satu atau lebih elektron tak berpasangan dalam orbitalnya, seperti

hidroksi radikal dan superoksida yang biasa disebut ROS (Reactive Oxygen

Species) (Sathiskumar et al., 2008). Selain itu, flavonoid juga memiliki aktivitas

biologi seperti antibakteri, antikolesterol, anti hiperlipidemia, antivirus,

antidiabetes, antiradang, antikanker (Neldawati et al., 2013; Nakamura et al.,

2003).

Beberapa struktur kimia senyawa flavonoid yang telah berhasil diisolasi dari

tanaman Artocapus dapat dilihat pada Gambar 4. Senyawa flavonoid

Page 35: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

14

tersebut berasal dari berbagai kerangka dasar seperti calkon, flavanon,

flavan-3ol (katecin), flavon sederhana, prenilflavon, oksepinoflavon,

piranoflavon, dihidrobenzosanton, furanodihidro benzosanton,

piranodihidrobenzosanton, quinonosanton, siklopentenosanton, santonolid,

dihidrosanton, dan siklopentenosanton (Hakim, 2010).

Flavonoid memiliki sifat sebagai senyawa antibakteri karena mengikat gugus

-OH yang diketahui sebagai salah satu kelompok gugus antimikroba

(Myllyniemi, 2004). Mekanisme kerja flavonoid sebagai antibakteri adalah

membentuk senyawa kompleks dengan protein ekstraseluler bakteri,

sehingga dapat merusak membran sitoplasma bakteri dan diikuti dengan

keluarnya senyawa intraseluler. Senyawa flavonoid bersifat lipofilik

sehingga mampu mengikat fosfolipid pada dinding sel bakteri. Dinding sel

bakteri lisis dan senyawa dapat masuk ke dalam inti sel bakteri. Pada inti sel

senyawa akan berikatan dengan lipid DNA bakteri sehingga menghambat

replikasi DNA dan menyebabkan perubahan kerangka mutasi pada sintesis

protein. Senyawa flavonoid kebanyakan memiliki sifat antioksidan dan

banyak digunakan sebagai bahan baku obat-obatan. Senyawa flavonoid dan

turunannya yang berasal dari tumbuhan Artocarpus mempunyai fungsi

fisiologis tertentu berdasarkan sebarannya di Indonesia. Misalnya, tumbuhan

Artocarpus yang berasal dari wilayah Indonesia bagian barat diduga

berfungsi untuk mengatasi serangan penyakit akibat bakteri atau mikroba

(Ramadhani, 2009).

Page 36: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

15

Gambar 4. Struktur kimia dari flavonoid yang telah berhasil diisolasi dari

tumbuhan Artocarpus (Hakim, 2010).

Artonin E Artonin M

Katechin Oksiresveratrol

Siklomulberin Sikloartokarpin

Artoindonesianin B Artoindonesianin C

Artoindonesianin F Artoindonesianin J

Page 37: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

16

D. Ekstraksi Flavonoid

Ekstraksi dilakukan menggunakan metode maserasi. Maserasi merupakan proses

perendaman sampel dengan pelarut organik yang digunakan pada temperatur

ruang. Proses ekstraksi ini tidak dilakukan dengan metode soxhlet karena

dikhawatirkan ada golongan senyawa flavonoid yang tidak tahan panas. Selain

itu, senyawa flavonoid mudah teroksidasi pada suhu yang tinggi. Proses ini

sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam karena dengan

perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel

akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel sehingga senyawa

metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut

organik dan ekstrasi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama

perendaman yang dilakukan (Lenny, 2006). Proses ini dilakukan beberapa kali

dan ekstrak kemudian disatukan lalu diuapkan dengan menggunakan penguap

putar vakum (Markham, 1988). Setelah dilakukan proses ekstraksi, tahap isolasi

selanjutnya adalah analisis senyawa dengan menggunakan beberapa jenis

kromatografi.

Untuk memperoleh ekstraksi yang menyeluruh dan mendapatkan senyawa -

senyawa yang memiliki aktivitas farmakologi maka pemilihan pelarut yang

digunakan untuk mengekstraksi merupakan faktor yang penting. Pelarut ideal

yang sering digunakan untuk ektraksi adalah alkohol, misalnya metanol atau

campurannya dengan air. Pelarut tersebut merupakan pengekstraksi yang terbaik

untuk hampir semua senyawa dengan berat molekul rendah seperti flavonoid dan

saponin (Wijesekera, 1991).

Page 38: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

17

E. Pemisahan Senyawa Secara Kromatografi

Kromatografi adalah suatu metode pemisahan berdasarkan perbedaan perpindahan

dari komponen-komponen senyawa diantara dua fase yaitu fase diam (dapat

berupa zat cair atau zat padat) dan fase gerak (dapat berupa gas atau zat cair).

Fase diam berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi

serapan, jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi. Oleh karena fase gerak

dapat berupa zat cair dan gas maka ada empat macam sistem kromatografi, antara

lain fase gerak zat cair-fase diam padat (kromatografi lapis tipis dan kromatografi

penukar ion), fase gerak gas-fase diam padat (kromatografi gas padat), fase gerak

zat cair-fase diam zat cair (kromatografi cair kinerja tinggi), dan fase gerak gas-

fase diam zat cair (kromatografi gas cair dan kromatografi kolom kapiler)

(Sastrohamidjojo, 2002). Pemisahan dan pemurnian kandungan tumbuhan

dilakukan dengan menggunakan salah satu atau gabungan dari beberapa teknik

tersebut dan dapat digunakan pada skala mikro maupun makro (Harborne, 1987).

Kromatografi digunakan pada beberapa teknik pemisahan berdasarkan pada

migration medium yang berbeda, yaitu distribusinya terhadap fase diam dan fase

gerak. Terdapat 3 hal yang wajib ada pada teknik ini, yang pertama yaitu harus

terdapat medium perpindahan tempat, yaitu tempat terjadinya pemisahan. Kedua

harus terdapat gaya dorong agar spesies dapat berpisah sepanjang migration

medium. Ketiga harus terdapat gaya tolakan selektif. Gaya yang terakhir ini dapat

menyebabkan pemisahan dari bahan kimia yang dipertimbangkan (Sienko et al.,

1984).

Page 39: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

18

Untuk melakukan pemisahan awal senyawa alami dari matriks nabati/hewani

melibatkan pemisahan kasar lalu dilanjutkan dengan pemisahan halus. Pemisahan

kasar melibatkan salah satu metode baik itu ekstraksi, fraksinasi partisi cair-cair,

dan fraksinasi cair-padat. Proses pemisahan halus melibatkan salah satu

kromatografi kolom fasa normal, kromatografi kolom fasa terbalik, dan

kromatografi eksklusi/permeasi (Saifudin, 2014). Pada Tabel 1 dijabarkan

berbagai jenis pelarut yang sering digunakan pada berbagai pekerjaan ekstraksi,

fraksinasi, fasa gerak kromatografi, berdasarkan sifat kepolaran yang ditunjukkan

dengan konstanta dielektriknya.

Tabel 1. Pelarut yang lazim dan penggunaannya (Saifudin, 2014).

Solven Konstanta dielektrik Heksana 2.02 CCl4 2.24 Benzena 2.28 Toluen 2.38 Trietil Amina 2.43 Kloroform 4.81 Eter (dimetil eter) 5.0 Etil Asetat 6,02 Asam asetat 6,15 Diklorometana 8,93 n-butanol 17,8 n-propanol 20,1 Aseton 20,7 Etanol 25,3 Metanol 33 Asetonitril 36,6 DMSO 47,2 Air 80

Page 40: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

19

1. Kromatografi Cair Vakum (KCV)

Cara ini pertama kali dipublikasikan oleh Coll pada tahun 1977 dengan

menggunakan corong Buchner kaca masir atau kolom pendek untuk mengisolasi

diterpena sembrenoida dari terumbu karang Australia. Kolom kromatografi

dikemas kering dalam keadaan vakum agar diperoleh kerapatan kemasan

maksimum. Vakum dihentikan, pelarut yang kepolarannya rendah dituangkan ke

permukaan penjerap lalu divakumkan lagi. Kolom dihisap sampai kering dan

sekarang siap dipakai (Hostettmann et al., 1995). Sampel dilarutkan dalam

pelarut yang cocok, dimasukkan langsung pada bagian atas kolom atau pada

lapisan penjerap dan dihisap perlahan-lahan ke dalam kemasan dengan

memvakumkannya.

Teknik KCV dilakukan pada kondisi vakum secara terus-menerus sehingga

diperoleh kerapatan kemasan yang maksimum atau menggunakan tekanan rendah

untuk meningkatkan laju alir fasa gerak. Kolom dielusi dengan campuran pelarut

yang cocok, mulai dari pelarut yang kepolarannya rendah lalu kepolarannya

ditingkatkan perlahan-lahan, kolom dihisap sampai kering pada setiap

pengumpulan fraksi. Oleh karena itu, kromatografi cair vakum menggunakan

tekanan rendah untuk meningkatkan laju aliran fase gerak (Hostettmann et al.,

1995).

Urutan eluen yang digunakan dalam kromatografi cair diawali dari eluen yang

mempunyai tingkat kepolaran rendah kemudian kepolarannya ditingkatkan secara

Page 41: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

20

perlahan-lahan (Hostettman et al., 1995). Adapun urutan eluen pada kromatografi

berdasarkan tingkat kepolaran dari rendah hingga ke tinggi :

Gambar 5. Urutan tingkat kepolaran eluen (Gritter et al., 1991).

Fasa diam atau adsorben yang digunakan dikemas dalam kolom yang digunakan

dalam KCV. Proses penyiapan fasa diam dalam kolom KCV terbagi menjadi dua

macam, yaitu :

a. Cara Basah, fasa diam dilarutkan terlebih dahulu ke dalam fasa gerak yang

akan digunakan. Campuran tersebut dimasukkan ke dalam kolom secara

merata dan fasa gerak dibiarkan mengalir hingga terbentuk fasa diam yang

tetap dan rata, kemudian aliran dihentikan.

b. Cara Kering, fasa diam atau adsorben yang akan digunakan pada KCV

dimasukkan ke dalam kolom kromatografi, kemudian dibasahi dengan pelarut

yang akan digunakan (Sarker et al., 2006).

Page 42: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

21

2. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi lapis tipis adalah suatu teknik pemisahan komponen-komponen

campuran senyawa-senyawa yang melibatkan partisi suatu senyawa di antara

padatan penyerap (adsorbent, fasa diam) yang dilapiskan pada pelat kaca atau

plastik kaku dengan suatu pelarut (fasa gerak) yang mengalir melewati adsorbent

(padatan penyerap). Pengaliran pelarut dikenal sebagai proses pengembangan

oleh pelarut (elusi). KLT memiliki kesederhaan dan kecepatan dalam analisisnya

sehingga berperan penting dalam pemisahan senyawa-senyawa yang

volatilitasnya relatif rendah, baik senyawa organik maupun senyawa anorganik

(Khopkar, 2003).

KLT dapat dipakai dengan dua tujuan, yaitu KLT sebagai metode untuk mencapai

hasil kualitatif, kuantitatif, serta preparatif, dan KLT dipakai untuk melihat sistem

pelarut dan sistem penyangga yang akan dipakai dalam kromatografi kolom atau

kromatografi cair kinerja tinggi.

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ialah metode pemisahan fisikokimia yang terdiri

atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa pelat

gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah, berupa

larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita. Setelah itu, pelat atau lapisan

diletakkan di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang

cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler

(pengembangan). Selanjutnya, senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan

(Stahl, 1985). Pendeteksian bercak hasil pemisahan dapat dilakukan dengan

Page 43: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

22

beberapa cara. Untuk senyawa tak berwarna cara yang paling sederhana adalah

dilakukan pengamatan dengan sinar ultraviolet. Beberapa senyawa organik

bersinar atau berfluorosensi jika disinari dengan sinar ultraviolet gelombang

pendek (254 nm) atau gelombang panjang (366 nm). Jika dengan cara itu

senyawa tidak dapat dideteksi maka harus dicoba disemprot dengan pereaksi yang

membuat bercak tersebut tampak yaitu pertama tanpa pemanasan, kemudian bila

perlu dengan pemanasan (Gritter et al., 1991; Stahl, 1985).

Fasa diam pada KLT berupa lapisan tipis yang terdiri atas bahan padat yang

dilapiskan pada permukaan penyangga datar yang biasanya terbuat dari kaca, plat

polimer, atau logam. Lapisan melekat pada permukaan dengan bantuan bahan

pengikat, biasanya kalsium sulfat atau amilum. Fasa diam yang digunakan

merupakan senyawa yang tak bereaksi seperti silika gel, alumina, dan selulosa

(Gritter et al., 1991).

Fase gerak yang digunakan pada KLT terdiri atas satu atau beberapa pelarut, jika

diperlukan sistem pelarut multi komponen, harus berupa suatu campuran

sesederhana mungkin yang terdiri atas maksimum tiga komponen (Stahl, 1985).

Pemisahan senyawa organik selalu menggunakan pelarut campur. Tujuan

menggunakan pelarut campur adalah untuk memperoleh pemisahan senyawa yang

baik. Kombinasi pelarut adalah berdasarkan atas polaritas masing-masing pelarut,

sehingga dengan demikian akan diperoleh sistem pengembang yang cocok.

Pelarut pengembang yang digunakan dalam KLT antara lain: n-heksana,

Page 44: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

23

Rf =

karbontetraklorida, benzena, kloroform, eter, etil asetat, aseton, etanol, metanol

dan air (Gritter et al., 1991).

Untuk uji pendahuluan kandungan flavonoid suatu ekstrak, sudah menjadi

kebiasaan umum untuk menggunakan pengembang beralkohol pada

pengembangan pertama dengan kromatografi lapis tipis, misalnya butanol-asam

asetat-air (Markham, 1988).

Metode KLT dapat dihitung nilai Retention factor (Rf) dengan persamaan :

Jarak yang ditempuh senyawa

Jarak tempuh pelarut

Nilai Rf beragam mulai dari 0 sampai 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga

Rf antara lain : struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan, sifat

penjerap, tebal dan kerataan dari lapisan penjerap, pelarut dan derajat

kemurniannya, derajat kejenuhan uap pengembang dalam bejana, teknik

percobaan, jumlah cuplikan yang digunakan, suhu, dan kesetimbangan

(Sastrohamidjojo, 2002).

3. Kromatografi Kolom

Fase diam dengan pemisahan berdasarkan perbedaan adsorpsi ada dua jenis yaitu

fasa normal yang bersifat polar dan fase terbalik (reversed phase) yang bersifat

non polar. Fasa normal yang umum digunakan adalah silika gel alumina dengan

pemisahan terjadi karena perbedaan daya serap yang disebabkan perbedaan

kepolaran komponen yang akan dipisahkan. Pada fase normal yang kepolarannya

Page 45: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

24

paling rendah atau non polar akan keluar (terelusi) paling awal dan yang paling

polar akan terelusi paling akhir. Konsep pemilihan fase diam adalah berdasarkan

kepolaran komponen-komponen yang akan dipisahkan yaitu fase normal untuk

yang polar dan fase terbalik untuk yang non polar. Bila komponen-komponen

yang akan dipisahkan adalah semi polar (amfifilik) seperti lipid dan minyak atau

lemak maka dapat digunakn fase normal maupun fase terbalik (Ibrahim, 2013).

Kromatografi cair yang dilakukan dalam kolom besar merupakan metode

kromatografi terbaik untuk pemisahan dalam jumlah besar (lebih dari 1 g). Pada

kromatografi kolom, campuran yang akan dipisahkan diletakkan berupa pita pada

bagian atas kolom penyerap yang berada dalam tabung kaca, tabung logam, dan

tabung plastik. Pelarut atau fasa gerak dibiarkan mengalir melalui kolom karena

aliran yang disebabkan oleh gaya berat atau didorong dengan tekanan. Pita-pita

senyawa bergerak melalui kolom dengan laju yang berbeda, memisah, dan

dikumpulkan berupa fraksi ketika keluar dari kolom (Firdaus, 2011).

Pada prinsipnya Kromatografi Kolom (KK) digunakan untuk pemisahan

campuran beberapa senyawa yang diperoleh dari isolasi tumbuhan. Dengan

menggunakan fase padat dan fasa cair maka fraksi-fraksi senyawa akan

menghasilkan kemurnian yang cukup tinggi. Teknik KK pada dasarnya sama

dengan KCV, yaitu merupakan kromatografi cair adsorpsi, hanya saja KK

dilakukan pada sistem yang bekerja pada kondisi normal tanpa vakum. Waktu

yang dibutuhkan dalam pelaksanaannya lebih lama, namun diharapkan akan

mendapat hasil dengan pemisahan yang lebih baik dan lebih murni.

Page 46: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

25

4. Kromatotron

Kromatografi digunakan pada beberapa teknik pemisahan berdasarkan pada

"migration medium" yang berbeda, yaitu distribusinya terhadap fase diam dan

fase gerak. Terdapat 3 hal yang wajib ada pada teknik ini yaitu

1) Harus terdapat medium perpindahan tempat, yaitu tempat terjadinya

pemisahan.

2) Harus terdapat gaya dorong agar spesies dapat berpisah sepanjang "migration

medium".

3) Harus terdapat gaya tolakan selektif.

Gaya yang terakhir ini dapat menyebabkan pemisahan dari bahan kimia yang

dipertimbangkan (Sienko et al., 1984).

Kromatotron memiliki prinsip sama seperti kromatografi klasik dengan aliran fase

gerak yang dipercepat oleh gaya centrifugal. Kromatografi jenis ini menggunakan

rotor yang dimiringkan dan terdapat dalam ruang tertutup oleh plat kaca kuarsa,

sedangkan lapisan penyerapnya berupa plat kaca yang dilapisi oleh silika gel. Plat

tersebut dipasang pada motor listrik dan diputar dengan kecepatan 800 rpm.

Pelarut pengelusi dimasukkan ke bagian tengah pelarut melalui pompa torak

sehingga dapat mengalir dan merambat melalui lapis tipis karena gaya sentrifugal.

Untuk mengetahui jalannya proses elusi dimonitor dengan lampu UV.

Pemasukan sampel itu diikuti dengan pengelusian menghasilkan pita-pita

komponen berupa lingkaran sepusat. Kemudian fraksi akan terpisah keluar

dengan gaya sentrifugal dan ditampung dalam botol fraksi, diidentifikasi dengan

KLT (Hostettmann et al., 1995).

Page 47: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

26

F. Analisis Kemurnian

Analisis kemurnian senyawa hasil isolasi dilakukan dengan kromatografi lapis

tipis (KLT) dan uji titik leleh. KLT dilakukan dengan mengelusi larutan sampel

yang ditotolkan pada plat KLT dengan fase gerak berupa eluen pelarut-pelarut

organik. Bercak yang ada diamati dengan sinar UV 254 nm dan 366 nm.

Senyawa hasil analisis dikatakan murni apabila memberikan noda tunggal pada

KLT dengan berbagai fase gerak (Setyowati et al., 2007).

Titik leleh merupakan ciri penting senyawa organik padat. Titik leleh memiliki

arti penting dalam identifikasi dan pengukuran kemurnian. Penggunaan untuk

identifikasi didasarkan pada fakta bahwa semua senyawa murni mempunyai titik

leleh yang tajam ketika berubah sempurna dari padat ke cair. Selain itu,

penggunaan titik leleh untuk identifikasi juga didasarkan pada fakta bahwa

senyawa yang tidak murni menunjukkan dua fenomena, pertama yaitu suhu leleh

yang lebih rendah, dan kedua memiliki jarak leleh yang lebih lebar. Untuk

identifikasi kualitatif, titik leleh merupakan tetapan fisika yang penting terutama

untuk suatu senyawa hasil sintesis, isolasi, maupun kristalisasi. Titik leleh suatu

kristal padat adalah suhu ketika padatan mulai berubah menjadi cairan pada

tekanan udara 1 atm. Jika suhu dinaikkan, molekul senyawa akan menyerap

energi. Semakin tinggi suhu maka akan semakin banyak energi yang diserap

sehingga akan menaikkan gerakkan vibrasi dan rotasi molekul (Hadiprabowo,

2009).

Page 48: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

27

G. Identifikasi Senyawa Organik Secara Spektrofotometri

Spektrofotometri merupakan ilmu yang mempelajari tentang spektrofotometer dan

penggunaannya. Spektrofotometri adalah metode pengukuran dengan sumber

energinya berupa sinar/cahaya dan sistem detektornya menggunakan sel

fotolistrik. Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur energi

secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan

sebagai fungsi dari panjang gelombang yang terdiri dari spektro dan fotometer.

Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang

tertentu, sedangkan fotometer merupakan alat pengukur intensitas cahaya yang

ditransmisikan atau diabsorpsi (Neldawati et al., 2013).

1. Spektrofotometri Ultraungu-Tampak (UV-Vis)

Spektrofotometri UV-Vis merupakan spektrofotometer yang dapat mengukur

interaksi antara radiasi elektromagnetik panjang gelombang tertentu dengan

molekul atau atom dari suatu zat kimia. Serapan molekul di daerah ultraungu-

tampak menggambarkan struktur elektronik dari suatu molekul. Penyerapan

sejumlah energi menghasilkan percepatan dari elektron dalam orbital tingkat dasar

ke orbital yang berenergi lebih tinggi dalam keadaan tereksitasi (Silverstein et al.,

1986).

Spektrum UV-Vis adalah suatu gambaran yang menyatakan hubungan antara

panjang gelombang atau frekuensi serapan terhadap intensitas serapan

(transmitansi atau adsorbansi). Spektrum absorpsi daerah UV-Vis sekitar 220 nm

– 800 nm. Spektrum bagian daerah sinar ultraviolet sekiatr 190 – 380 nm,

Page 49: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

28

sedangkan spektrum sinar tampak pada 380 – 780 nm. Apabila suatu molekul

menyerap radiasi ultraviolet, di dalam molekul tersebut terjadi perpindahan

tingkat energi elektron-elektron ikatan pada orbital molekul paling luar dari

tingkat energi yang lebih rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi

(Sastrohamidjojo, 2002).

Analisis kualitatif flavonoid dapat dilakukan dengan menggunakan

spektrofotometer UV-Vis. Spektrum serapan sinar ultra violet dan tampak

merupakan salah satu cara yang paling penting dalam mengidentifikasi struktur

flavonoid (Markham, 1998). Flavonoid mengandung sistem aromatis terkonjugasi

yang dapat memiliki pita serapan kuat pada daerah UV-Vis (Harborne, 1987).

Selain itu, kedudukan gugus fungsi hidroksil pada inti flavonoid dapat ditentukan

dengan cara menambahkan pereaksi geser ke dalam larutan cuplikan dan

mengamati pergeseran puncak yang terjadi. Spektrum khas flavonoid terdiri dari

dua pita yaitu pada rentang 240-285 nm (Pita II) dan 300-550 nm (Pita I).

Rentang utama yang diperkirakan untuk setiap jenis flavonoid dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Rentang serapan spektrum ultraungu-tampak untuk flavonoid

(Markham, 1988).

Pita II (nm) Pita I (nm) Jenis Flavonoid

250-280 310-350 Flavon

250-280 330-360 Flavonol (3-OH)

tersubstitusi) 250-280 350-385 Flavonol (3- OH bebas)

245-275 310-330 Isoflavon

275-295 300-390 Flavanon dan dihidroflavon

230-270 340-390 Calkon

230-270 380-430 Auron

270-280 465-560 Antosianidin dan antosianin

Page 50: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

29

A = ε b c

Dengan menggunakan data yang diperoleh dari analisis berdasarkan

spektrofotometer UV-Vis ini, dapat diketahui absorptivitas molar senyawa yang

diperoleh. Absorptivitas molar senyawa dihitung dengan menggunakan

persamaan Lambert-Beer berikut :

Keterangan: A = absorbansi

ε = absorptivitas molar

b = tebal sel (cm)

c = konsentrasi (mol/liter)

(Markham, 1988).

2. Spektrofotometri Fourier Transform Infrared (FT-IR)

Pada spektrofotometri inframerah (FT-IR), senyawa organik akan menyerap

berbagai frekuensi radiasi elektromagnetik sinar inframerah. Molekul-molekul

senyawa akan menyerap sebagian atau seluruh radiasinya. Penyerapan ini

berhubungan dengan adanya sejumlah vibrasi yang terkuantisasi dari atom-atom

yang berikatan secara kovalen pada molekul. Penyerapan ini juga berhubungan

dengan adanya perubahan momen dipol dari ikatan kovalen pada waktu terjadinya

vibrasi (Sudjadi, 1983).

Hasil analisis biasanya berupa sinyal kromatogram hubungan intensitas IR dengan

bilangan gelombang. Untuk identifikasi, sinyal sampel akan dibandingkan

dengan sinyal standar. Oleh karena itu, sampel harus dalam bentuk murni agar

Page 51: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

30

tidak terganggu dari gugus fungsi kontaminan yang akan mengganggu sinyal

kurva yang diperoleh.

Penggunaan spektrum inframerah dalam menentukan struktur senyawa organik

berada antara 650 – 4000 cm-1

. Daerah di bawah frekuensi 650 cm-1

dinamakan

daerah inframerah jauh dan daerah di atas frekuensi 4000 cm-1

dinamakan

inframerah dekat (Sudjadi, 1983). Daerah antara 1400 – 4000 cm-1

merupakan

daerah khusus yang berguna untuk identifikasi gugus fungsional. Daerah ini

menunjukkan absorpsi yang disebabkan oleh vibrasi uluran. Daerah antara 1400 –

700 cm-1

(daerah sidik jari) seringkali sangat rumit karena menunjukkan absorpsi

yang disebabkan oleh vibrasi uluran dan tekukan (Fessenden dan Fessenden,

1982).

Spektrum inframerah senyawa flavonoid memberikan puncak serapan untuk

gugus hidroksi dengan vibrasi pada bilangan gelombang 3400 cm-1

, vibrasi ulur

gugus C=O dari sistem karbonil terkonjugasi terdapat pada daerah serapan 1700 –

1600 cm-1

, dan vibrasi ulur CH alifatik ditunjukkan oleh serapan pada daerah

3000 – 2800 cm-1

. Karakteristik frekuensi uluran beberapa gugus molekul

ditunjukkan pada Tabel 3.

Page 52: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

31

Tabel 3. Karakteristik frekuensi uluran beberapa gugus fungsi

Gugus Frekuensi uluran

(cm-1

) Gugus

Frekuensi uluran

(cm-1

)

3600 2930

3400 2860

3300 1470

3060

1200-1000

3030 1650

2870 1600

1460

1200-1000

1375

1200-1000

1750-1600

Sumber : Banwell and McCash (1994).

H. Bakteri

Bakteri adalah mikroorganisme bersel tunggal yang tidak terlihat oleh mata dan

merupakan salah satu golongan organisme prokariotik. Sebagai makhluk hidup,

bakteri memiliki DNA yang hanya tersusun atas intron saja (Jawetz et al., 2005).

Bakteri berukuran antara 0,5 – 10 µ m dan lebar 0,5 - 2,5 µ m tergantung pada

Page 53: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

32

jenisnya. Bakteri dapat berbentuk bulat, batang, spiral, koma atau vibrios (Buckle

et al., 1987).

Sel bakteri terdiri dari membran, bahan inti, dan sitoplasma. Sel dibungkus oleh

dinding sel. Pada beberapa bakteri, dinding sel dikelilingi oleh kapsul atau lapisan

lendir. Kapsul berisi campuran polisakarida dan polipeptida. Bakteri

memperbanyak diri dengan cara pembelahan secara biner. Inti sel membelah atau

terbagi menjadi dua bagian yang terpisah yang kemudian menghasilkan dua buah

sel anakan dengan ukuran yang sama (Gaman dan Sherrington, 1994).

Escherichia coli merupakan bakteri yang bersifat gram negatif, berbentuk batang,

anaerobik fakultatif, dan memiliki flagella terikat, baik motil dan non motil

keduanya dapat melakukan fermentasi asam dan gas. Bakteri Bacillus subtilis

merupakan bakteri gram positif yang dapat ditemukan di tanah, air, udara, dan

materi tumbuhan yang terdekomposisi (debu), bersifat aerobik, dan mampu

membentuk endospora. Spora ini dapat bertahan selama 60 tahun atau lebih pada

kondisi lingkungan ekstrim (Talaro, 2002).

Resistensi adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh pengaruh obat antiinfeksi

terhadap kuman menjadi berkurang khasiatnya atau kuman tersebut tidak sensitif

oleh perlakuan obat antiinfeksi (antibiotik). Resistensi merupakan kegagalan

pengobatan pada suatu antibiotik dengan dosis terapi (Gran, 1983). Berkurangnya

akumulasi obat oleh adanya sel resisten terjadi dengan adanya penurunan

permeabilitas membran sel terhadap antibiotik dan variasi jalur metabolisme

Page 54: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

33

tersebut oleh antibiotik. Obat yang dapat menghambat pertumbuhan antagonis

kompetitif metabolisme normal, dapat menghasilkan metabolik yang berlebihan.

Akibatnya obat tersebut tidak efektif lagi bagi bakteri (Setiabudy dan Gan, 1995).

Beberapa bakteri mempunyai kemampuan alami untuk kebal atau resisten

terhadap efek pengobatan, misal dengan antibiotik, meskipun tidak berinteraksi

secara langsung. Hal ini dapat terjadi karena bakteri mempunyai enzim yang

dapat merusak obat (Brander et al., 1991). Mekanisme resistensi bakteri terhadap

antibiotik diantaranya melalui mekanisme mikroorganisme menghasilkan enzim

dan merusak obat yang aktif, mikroorganisme merubah permeabilitasnya terhadap

obat, mikroorganisme mengubah struktur target untuk obat, mikroorganisme

mengembangkan jalur metabolisme baru menghindari jalur yang biasa dihambat

oleh obat, dan mikroorganisme mengembangkan enzim baru yang masih dapat

melakukan fungsi metaboliknya tapi sedikit dipengaruhi oleh obat (Jawetz et al.,

2005).

I. Uji Bioaktivitas Antibakteri

Antibakteri adalah senyawa khas yang dihasilkan atau diturunkan oleh organisme

hidup, termasuk struktur analognya dibuat sintetik dan dengan kadar rendah

mampu menghambat proses penting dalam kehidupan satu atau lebih

mikroorganisme. Beberapa kelompok senyawa kimia utama yang bersifat

antimikroba adalah fenol dan senyawa fenolik, alkohol, halogen, logam berat dan

senyawanya, zat warna detergen, senyawa ammonium kuarterner, senyawa asam

dan basa, dan gas kemosterilan (Myllyniemi, 2004).

Page 55: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

34

Di bidang farmasi, bahan antibakteri dikenal dengan nama antibiotik, yaitu suatu

substansi kimia yang dihasilkan oleh mikroba dan dapat menghambat

pertumbuhan mikroba lain. Senyawa antibakteri dapat bekerja secara

bakteriostatik, bakteriosidal, dan bakteriolitik (Pelczar dan Chan, 2008).

Menurut Madigan et al. (2000), berdasarkan sifat toksisitas selektifnya, senyawa

antimikrobia mempunyai 3 macam efek terhadap pertumbuhan mikrobia yaitu:

1. Bakteriostatik memberikan efek dengan cara menghambat pertumbuhan tetapi

tidak membunuh. Senyawa bakterostatik seringkali menghambat sintesis

protein 8 atau mengikat ribosom. Hal ini ditunjukkan dengan penambahan

antimikrobia pada kultur mikrobia yang berada pada fase logaritmik. Setelah

penambahan zat antimikrobia pada fase logaritmik didapatkan jumlah sel total

maupun jumlah sel hidup adalah tetap.

2. Bakteriosidal memberikan efek dengan cara membunuh sel tetapi tidak terjadi

lisis sel atau pecah sel. Hal ini ditunjukkan dengan penambahan antimikrobia

pada kultur mikrobia yang berada pada fase logaritmik. Setelah penambahan

zat antimikrobia pada fase logaritmik didapatkan jumlah sel total tetap

sedangkan jumlah sel hidup menurun.

3. Bakteriolitik menyebabkan sel menjadi lisis atau pecah sel sehingga jumlah sel

berkurang atau terjadi kekeruhan setelah penambahan antimikrobia. Hal ini

ditunjukkan dengan penambahan antimikrobia pada kultur mikrobia yang

berada pada fase logaritmik. Setelah penambahan zat antimikrobia pada fase

logaritmik, jumlah sel total maupun jumlah sel hidup menurun.

Page 56: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

35

Berdasarkan mekanisme aksinya, antibakteri dibedakan menjadi lima, yaitu :

a. Penghambatan sintesis dinding sel dengan merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri gram positif maupun gram negatif.

b. Perusakan membran sel yaitu dengan adanya gangguan atau kerusakan struktur

pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan membran

plasma sebagai penghalang osmosis dan mengganggu sejumlah proses

biosintesis yang diperlukan dalam membran.

c. Penghambatan sintesis protein karena adanya aminoglikosida yang berikatan

pada subunit 30S ribosom bakteri dan menghambat translokasi peptidil-tRNA

dari situs A ke situs P sehingga menyebabkan kesalahan pembacaan mRNA

dan mengakibatkan bakteri tidak mampu mensintesis protein vital untuk

pertumbuhannya.

d. Penghambatan sintesis asam nukleat berupa penghambatan terhadap transkripsi

dan replikasi mikroorganisme.

e. Penghambatan sintesis metabolit esensial antara lain dengan adanya kompetitor

berupa antimetabolit, yaitu substansi yang secara kompetitif menghambat

metabolit mikroorganisme, karena memiliki struktur yang mirip dengan

substrat normal bagi enzim metabolisme (Pratiwi, 2008).

Kerja antibakteri dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: konsentrasi zat

antibakteri, jumlah spesies bakteri, dan latar belakang kehidupan bakteri,

resistensi, sifat fisik dan kimia substrat seperti pH lingkungan, jenis, dan substrat

zat terlarut (Myllyniemi, 2004).

Page 57: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

36

Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode difusi dan metode

pengenceran. Disc diffusion test atau uji difusi disk dilakukan dengan mengukur

diameter zona bening (clear zone) yang merupakan petunjuk adanya respons

penghambatan pertumbuhan bakteri oleh suatu senyawa antibakteri dalam ekstrak.

Syarat jumlah bakteri untuk uji kepekaan/sensitivitas yaitu 105-108 CFU/mL

(Hermawan et al., 2007). Metode difusi merupakan salah satu metode yang

sering digunakan. Metode difusi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu metode

silinder, metode lubang/sumuran dan metode cakram kertas. Metode

lubang/sumuran yaitu membuat lubang pada agar padat yang telah diinokulasi

dengan bakteri. Jumlah dan letak lubang disesuaikan dengan tujuan penelitian,

kemudian lubang diinjeksikan dengan ekstrak yang akan diuji. Setelah dilakukan

inkubasi, pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat ada tidaknya daerah

hambatan di sekeliling lubang (Kusmayati dan Agustini, 2007).

Kadar minimal yang dibutuhkan untuk menghambat bakteri atau membunuhnya,

masing-masing dikenal sebagai Kadar Hambat Tumbuh Minimal (KHTM) dan

Kadar Bunuh Minimal (KBM). Menurut Davis dan Stout tahun 1971 (dalam

Rahmawati, 2014), daya antibakteri berdasarkan diameter zona bening terbagi:

sangat kuat (zona bening lebih dari 20 mm), kuat (zona bening 10-20 mm),

sedang (zona bening 5-10 mm), dan lemah (zona bening kurang dari 5 mm).

Page 58: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dikerjakan pada bulan Desember 2017 – Juni 2018 berupa

isolasi senyawa flavonoid dari kayu akar A. altilis (Park. ex F.A. Zorn) Fosberg

yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia, FMIPA,

Universitas Lampung. Pengujian bioaktivitas antibakteri dilakukan pada bulan

Juli 2018 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas

Lampung. Determinasi tumbuhan untuk menentukan jenis spesies dilakukan di

Herbarium Bogoriense Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong, Jawa Barat.

Pada penelitian ini, karakterisasi senyawa flavonoid hasil isolasi menggunakan

spektrofotometer ultraungu-tampak (UV-Vis) yang telah dilakukan di

Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Lampung dan

spektrofotometer Fourier Trasform Infra Red (FT-IR) di Laboratorium Kimia

Organik Bahan Alam (KOBA) Institut Teknologi Bandung.

Page 59: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

38

B. Alat dan Bahan

1. Alat-alat yang Digunakan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas, neraca

analitik, penguap putar vakum, satu set alat destilasi, satu set alat Kromatografi

Lapis Tipis (KLT), Kromatografi Cair Vakum (KCV), Kromatografi Kolom

(KK), Kromatotron, lampu UV, pipet kapiler, oven, alat pengukur titik leleh MP-

10 Stuart, spektrofotometer ultraungu-tampak (UV-Vis) merk Agilent

Technologies Cary 50, dan spektrofotometer FT-IR Prestige 21 Shimadzu. Alat-

alat yang digunakan untuk uji bioaktivitas antibakteri adalah cawan petri, tabung

reaksi, pinset, jarum ose, Bunsen, mikropipet, tabung Eppendolf, laminar air flow,

autoclave, dan inkubator.

2. Bahan-bahan yang Digunakan

Bahan yang digunakan adalah kayu akar tumbuhan sukun (A. altilis (Park.

ex F.A. Zorn) Fosberg) yang diperoleh dari Desa Bumi Dipasena Jaya, Rawajitu

Timur, Kabupaten Tulang Bawang pada Bulan Februari 2017. Pelarut yang

digunakan untuk ekstraksi dan kromatografi berkualitas teknis yang telah

didestilasi sedangkan untuk analisis spektrofotometri berkualitas pro-analisis

(p.a). Bahan kimia yang digunakan meliputi n-heksana (n-C6H14), etil asetat

(C4H8O2), metanol (CH3OH), aseton (C3H6O), akuades, serium sulfat (Ce(SO4)2)

1,5% dalam asam sulfat (H2SO4) 2N, diklorometana (CH2Cl2), silika gel Merck 60

(70-230 Mesh ASTM) untuk impregnasi, silika gel Merck 60 G untuk KCV dan

KK, plat kromatotron menggunakan silika gel Merck 60 PF254 serta plat KLT

Page 60: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

39

silika gel Merck 60 F254 0,25 mm. Pereaksi geser yang digunakan untuk analisis

spektrofotometri UV-Vis adalah natrium hidroksida (NaOH), alumunium

triklorida (AlCl3), asam klorida (HCl pekat), natrium asetat (C2H3O2Na), dan

asam borat (H3BO3). Selain itu, terdapat bahan-bahan yang digunakan untuk uji

bioaktivitas antibakteri antara lain bakteri B. subtilis dan E. coli, Nutrient Agar

(NA), amoxycillin, chloramphenicol, akuades, dan kertas saring Whatman No.42.

C. Prosedur Penelitian

1. Pengumpulan dan Persiapan Sampel

Sampel kayu akar tumbuhan sukun (A. altilis (Park. ex F.A. Zorn) Fosberg)

dipisahkan dari kulit akar. Selanjutnya, kayu akar ini dibersihkan, dipotong

berukuran kecil-kecil, dan dikeringanginkan hingga hampir tidak ada kadar

airnya. Pada proses persiapan sampel, kayu akar tidak dipanaskan di bawah sinar

matahari langsung karena sinar ultraviolet yang terpancar dari sinar matahari

dapat merusak komponen-komponen senyawa yang terdapat dalam sampel. Kayu

akar yang telah kering lalu digiling sehingga menghasilkan serbuk halus.

2. Ekstraksi

Sebanyak 2,2 kg serbuk halus kayu akar tumbuhan sukun (A. altilis (Park. ex F.A.

Zorn) Fosberg) dimaserasi dengan menggunakan 15 L metanol (MeOH) selama

24 jam. Kemudian ekstrak hasil maserasi disaring dengan kertas saring. Residu

yang diperoleh, lalu dimaserasi kembali dengan 15 L metanol selama 24 jam.

Maserasi ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan untuk mengoptimalkan

Page 61: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

40

penarikan senyawa flavonoid pada sampel. Filtrat hasil maserasi I-III selanjutnya

dipekatkan dengan penguap putar vakum dengan kecepatan 180 rpm dan suhu

50oC. Ekstrak pekat yang diperoleh lalu ditimbang.

3. Kromatografi Cair Vakum (KCV)

Ekstrak kasar hasil maserasi menggunakan metanol (MeOH) difraksinasi dengan

Kromatografi Cair Vakum. KCV merupakan salah satu metode fraksinasi dengan

memisahkan crude extract (ekstrak kasar) berdasarkan perbedaan tingkat

kepolaran senyawa sehingga dihasilkan fraksi-fraksi yang lebih sederhana.

Pemisahan tersebut memanfaatkan kolom yang berisi fasa diam dan aliran fasa

geraknya dibantu dengan pompa vakum (Ghisalberti, 2008). Pada penelitian ini,

fasa diam yang digunakan berupa silika gel dan eluen etil asetat : n-heksana

sebagai fasa gerak.

Terlebih dahulu, fasa diam silika gel Merck 60 G sebanyak 10 kali berat sampel

dimasukkan ke dalam kolom KCV lalu di bagian atas ditutup dengan kertas

saring. Kolom dikemas kering dalam keadaan tervakum menggunakan alat

vakum. Eluen yang kepolarannya rendah, yaitu n-heksana dituangkan ke

permukaan silika gel terlebih dahulu kemudian kolom dihisap sampai kering

dengan alat vakum untuk memperoleh kerapatan yang maksimum dan kolom siap

digunakan.

Ekstrak kering yang telah dilarutkan dalam aseton dan diimpregnasikan kepada

Silika Gel Merck 60 (70-230 Mesh ASTM) atau biasa disebut silika kasar.

Page 62: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

41

Impregnasi dilakukan untuk mengadsorpsi sampel pada permukaan adsorben

sehingga sampel yang akan dielusi tersebar secara homogen. Pencampuran ini

dilakukan karena sifat adsorben yang polar akan menyebabkan senyawa-senyawa

yang bersifat polar terikat dengan kuat pada permukaan adsorben sehingga pada

saat proses elusi, senyawa dengan kepolaran rendah akan keluar dari kolom

terlebih dahulu.

Sampel yang telah diimpregnasikan pada silika kasar lalu dimasukkan pada

bagian atas kolom yang telah berisi fasa diam secara merata. Pada bagian atas

sampel diletakkan kertas saring untuk menjaga permukaan sampel tetap rata.

Setelah itu, kolom dielusi dengan etil asetat : n-heksana (0% : 100%) sampai

dengan etil asetat : n-heksana (100% : 0%). Kolom dihisap sampai kering pada

setiap penambahan eluen (tiap kali elusi dilakukan). Kemudian fraksi-fraksi yang

diperoleh dikumpulkan berdasarkan pola fraksinasinya. Proses pemurnian sampel

dengan teknik KCV terhadap fraksi target dilakukan berulang kali dengan

perlakuan yang sama seperti tahapan KCV awal.

4. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dilakukan untuk melihat pola pemisahan

komponen-komponen senyawa yang terdapat dalam suatu sampel. Uji KLT

dilakukan terhadap fraksi-fraksi yang akan dan setelah difraksinasi. Eluen yang

digunakan merupakan campuran pelarut n-heksana, etil asetat, diklorometana, dan

aseton. Sampel yang akan difraksinasi terlebih dahulu diencerkan menggunakan

aseton (pelarut yang sesuai), lalu sampel ditotolkan menggunakan pipet kapiler ke

Page 63: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

42

plat silika yaitu silika gel Merck 60 F254 0,25 mm. Langkah selanjutnya adalah

mengelusi plat tersebut ke dalam eluen etil asetat : n-heksana atau campuran eluen

yang lainnya dan kemudian dilihat di bawah lampu UV dengan panjang

gelombang 365 nm dan 254 nm. Untuk menampakkan bercak/noda dari

komponen-komponen senyawa pada plat KLT, hasil kromatogram selanjutnya

disemprot dengan larutan serium sulfat (Ce(SO4)2). Larutan serium sulfat

merupakan larutan penampak noda yang spesifik terhadap flavonoid dengan

memberikan noda kuning pada plat yang berarti positif flavonoid. Setelah

disemprot dengan Ce(SO4)2, plat KLT dikeringkan dalam oven selama ±5 menit.

Rf (Retention factor) dari setiap noda yang terbentuk dihitung dan dicatat. Setiap

fraksi yang menghasilkan nilai Rf yang sama pada plat silika digabung lalu

dipekatkan dengan penguap putar vakum. Fraksi-fraksi ini yang akan difraksinasi

lebih lanjut hingga diperoleh isolat murni yang ditunjukkan dengan noda/spot

tunggal pada plat KLT.

5. Kromatografi Kolom (KK)

Hasil dari fraksi-fraksi gabungan dengan massa lebih sedikit dan tidak mungkin

dikerjakan dengan KCV selanjutnya dilakukan fraksinasi dengan menggunakan

metode kromatografi kolom. Teknik KK pada dasarnya sama dengan KCV, yaitu

merupakan kromatografi cair-adsorpsi, hanya saja KK dilakukan pada sistem yang

bekerja pada kondisi normal tanpa vakum (gravitasi). Waktu yang dibutuhkan

dalam pelaksanaannya lebih lama, namun diharapkan akan mendapat hasil dengan

pemisahan yang lebih baik dan lebih murni.

Page 64: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

43

Metode ini menggunakan fase diam berupa adsorben silika gel Merck 60 (70-230

Mesh ASTM). Silika gel tersebut dilarutkan dalam pelarut yang akan digunakan

pada proses pengelusian hingga berbentuk bubur (slurry). Slurry dari silika gel

dimasukkan terlebih dahulu ke dalam kolom melalui dinding kolom sedikit demi

sedikit secara kontinyu, atur fasa diam hingga rata dan rapat (tidak berongga).

Selanjutnya, sampel diimpregnasikan pada silika gel lalu dimasukkan ke dalam

kolom yang telah berisi fasa diam secara hati-hati. Pada saat memasukkan

sampel, usahakan kolom tidak kering/kehabisan pelarut. Hal ini akan

mempengaruhi kerapatan fasa diam yang telah dikemas dan dapat menyebabkan

proses pengelusian menjadi terganggu (Gritter et al., 1991).

Setelah itu, kolom dielusi menggunakan eluen yang cocok dan sesuai yang

sebelumnya telah dicari menggunakan KLT. Fraksi-fraksi yang keluar melalui

kran kolom ditampung dalam botol-botol kaca berukuran ±20-30 mL.

6. Kromatotron

Setelah sampel diidentifikasi dengan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis

(KLT), kemudian difraksinasi menggunakan kromatotron. Teknik ini memiliki

prinsip yang sama seperti kromatografi klasik dengan aliran fase gerak yang

dipercepat oleh gaya sentrifugal. Kromatografi jenis ini menggunakan rotor yang

dimiringkan dan ditutup oleh plat kaca kuarsa, sedangkan lapisan penyerapnya

berupa plat kaca yang dilapisi oleh silika gel Merck 60 PF254. Plat tersebut

dipasang pada motor listrik dan diputar dengan kecepatan 800 rpm. Pelarut

pengelusi dimasukkan kebagian tengah plat sehingga dapat mengalir dan

Page 65: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

44

merambat melalui lapis tipis karena gaya sentrifugal. Pada proses ini, lampu UV

diperlukan untuk mengetahui jalannya proses elusi dan melihat pita-pita

komponen yang dihasilkan berupa lingkaran sepusat pada plat kromatotron. Pada

tepi plat, pita-pita akan terputar keluar dengan gaya sentrifugal dan di tampung

dalam botol fraksi, lalu diidentifikasi dengan KLT (Hostettmann et al., 1995).

Pada kromatotron, plat berisi silika gel merupakan fasa diam dengan ketebalan

plat silika 1 – 4 mm untuk ukuran sampel sebanyak 100 – 1500 mg. Eluen

sebagai fasa gerak pada kromatotron merupakan campuran pelarut-pelarut

organik. Eluen ini terlebih dahulu dicari pola pemisahan yang paling terbaik

dengan menggunakan KLT. Pada penelitian ini, eluen yang digunakan

merupakan campuran pelarut etil asetat : n-heksana. Sebelum digunakan plat

silika diaktifkan terlebih dahulu dengan pemanasan lampu pijar selama 24 jam.

Plat silika yang sudah aktif kemudian dipasang pada kromatotron dan dialirkan

pelarut n-heksana sampai menetes, kemudian sampel diteteskan ke dalam plat

silika selagi basah. Setelah sampel diteteskan pada plat silika, kemudian sampel

dibiarkan mengering ±5 menit. Setelah sampel kering, kemudian dialirkan 100

mL n-heksana dilanjutkan dengan mengalirkan eluen. Hasil fraksinasi kemudian

ditampung dalam botol-botol kecil berukuran ±20–30 mL. Setelah selesai

fraksinasi, plat silika kemudian dicuci dengan mengalirkan metanol sebanyak 100

mL dilanjutkan dengan mengalirkan air-metanol 5% sebanyak 100 mL.

Page 66: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

45

7. Analisis Kemurnian

Analisis kemurnian senyawa hasil isolasi dilakukan dengan KLT dan uji titik

leleh. Uji kemurnian secara KLT dilakukan dengan mengelusi larutan sampel

yang ditotolkan pada lempeng silika gel 60 F254 0,25 mm menggunakan tiga

sistem campuran eluen yang berbeda. Hal ini dimaksudkan untuk melihat ada

atau tidak spot baru yang muncul dari eluen berbeda. Bercak/noda yang timbul

diamati dengan sinar UV 254 nm dan 365 nm. Kemudian plat KLT disemprot

menggunakan larutan serium sulfat untuk menampakkan bercak/noda dari

komponen senyawa tersebut. Kemurnian suatu senyawa ditunjukkan dengan

timbulnya satu bercak/noda dengan berbagai campuran eluen yang digunakan.

Senyawa hasil analisis dikatakan murni apabila memberikan noda tunggal pada

KLT dengan berbagai fase gerak (Setyowati et al., 2007).

Titik leleh memiliki arti penting dalam identifikasi dan pengukuran kemurnian.

Penggunaan untuk identifikasi didasarkan pada fakta bahwa semua senyawa

murni mempunyai titik leleh yang tajam ketika berubah sempurna dari padat ke

cair. Titik leleh suatu kristal padat adalah suhu ketika padatan mulai berubah

menjadi cairan pada tekanan udara 1 atm (Hadiprabowo, 2009).

Untuk uji titik leleh, sebelum dilakukan pengukuran, alat pengukur titik leleh

tersebut dibersihkan terlebih dahulu karena pengotor akan menaikkan atau

menurunkan temperatur titik leleh kristal yang diperoleh. Kristal yang berukuran

besar terlebih dahulu digerus hingga berbentuk serbuk. Kemudian kristal yang

akan ditentukan titik lelehnya diletakkan pada lempeng kaca, diambil sedikit

Page 67: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

46

dengan menggunakan pipet kapiler. Alat dihidupkan dan titik leleh diamati

dengan bantuan kaca pembesar. Titik leleh kristal ditentukan dari suhu pada saat

kristal pertama kali meleleh. Pengujian titik leleh ini dilakukan sebanyak tiga kali

pengulangan untuk memantapkan hasil yang didapat. Apabila menunjukkan titik

leleh yang sama, maka dapat disimpulkan bahwa senyawa yang diperoleh sudah

murni.

8. Analisis Struktur

Senyawa hasil isolasi yang telah diperoleh dalam bentuk kristal kemudian

dianalisis strukturnya dengan beberapa spektrofotometer yaitu spektrofotometer

UV-Vis dan spektrofotometer FT-IR. Selanjutnya, spektrum hasil analisis

dibandingkan dengan literatur sehingga dapat diketahui jenis senyawa dari kristal

tersebut.

a. Spektrofotometri Ultraungu-Tampak (UV-Vis)

Sampel berupa kristal hasil isolasi sebanyak 0,0005 g (0,5 mg) dilarutkan dalam

50 mL metanol, lalu diencerkan sampai diperoleh tingkat serapan puncak utama di

sekitar 0,6. Larutan ini digunakan sebagai persediaan untuk beberapa kali

pengukuran. Spektrofotometer UV-Vis diatur pada λ 200-500 nm dan dicatat

λmaks yang diserap dalam bentuk spektrum antara λ dan absorbansi. Blanko yang

digunakan adalah pelarut metanol p.a. Larutan metanol sampel dimasukkan

kedalam kuvet. Selanjutnya sampel dilakukan pengukuran serapan maksimumnya

dalam metanol.

Page 68: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

47

Pada pengukuran menggunakan spektrofotometer UV-Vis digunakan beberapa

pereaksi geser untuk menentukan kedudukan gugus hidroksi fenol pada senyawa

flavonoid dengan cara mengamati pergeseran puncak yang terjadi. Larutan

persediaan dibagi menjadi beberapa bagian. Bagian I diukur serapan

maksimumnya dalam metanol. Kemudian masing-masing larutan persediaan

ditambah dengan pereaksi-pereaksi geser seperti NaOH 2 M (0,8 g NaOH

dilarutkan dalam 10 mL akuades), AlCl3 5% (0,25 g AlCl3 dilarutkan dalam 5 mL

metanol), HCl 50% (5 mL HCl pekat dalam 10 mL akuades) dan padatan natrium

asetat (NaOAc). Masing-masing larutan tersebut diukur serapan maksimumnya,

lalu dibandingkan spektrum yang dihasilkan dengan literatur yang tersedia.

b. Spektrofotometri Fourier Transform Infrared (FT-IR)

Sampel kristal hasil isolasi dianalisis menggunakan Spektrofotometer FT-IR

untuk mengetahui bilangan gelombang yang dapat menunjukkan gugus fungsi

yang dimiliki senyawa tersebut. Kristal dibebaskan dari air kemudian digerus

bersama-sama dengan halida anorganik, KBr. Gerusan kristal dengan KBr

dibentuk menjadi lempeng tipis atau pelet dengan bantuan alat penekan

berkekuatan 8-10 ton cm2. Kemudian pelet tersebut diukur puncak serapannya

(Sudjadi, 1983). Data yang diperoleh melalui pengukuran spektrofotometri FT-IR

merupakan peak-peak yang menunjukkan adanya gugus-gugus fungsi tertentu

dalam suatu senyawa dengan grafik perbandingan serapan bilangan gelombang

terhadap transmittan (%T).

Page 69: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

48

9. Uji Bioaktivitas Antibakteri

Pada penelitian ini, pengujian bioaktivitas antibakteri terhadap senyawa hasil

isolasi menggunakan metode Difusi Agar Kirby and Bauer. Sebanyak 4,2 gram

Nutrient Agar (NA) ditambahkan 150 mL akuades kemudian dimasukkan dalam

erlenmeyer dan dipanaskan hingga homogen. NA tersebut merupakan media

tempat tumbuh dan berkembangnya bakteri. Setelah itu, NA dan alat-alat gelas

yang akan digunakan disterilkan menggunakan autoclave selama 15 menit.

Media agar dan alat-alat yang telah steril dimasukkan ke dalam laminar air flow.

Selanjutnya, media agar dituangkan ke dalam cawan petri sebanyak 15 mL per

cawan petri. Media agar sebanyak 5 mL per tabung reaksi dan akuades 1 mL per

tabung reaksi juga disiapkan. Setelah media di dalam cawan petri memadat,

dituangkan suspensi bakteri B. subtilis/E. coli (sebanyak 1 ose yang dimasukkan

ke dalam akuades dan dihomogenkan ke dalam media agar). Selanjutnya

dimasukkan paper disk yang telah diimpregnasikan senyawa yang diduga sebagai

antibakteri, kontrol positif, dan kontrol negatif.

Pada penelitian ini, sampel senyawa hasil isolasi dibuat tiga variasi konsentrasi:

0,5 mg/disk; 0,4 mg/disk; dan 0,3 mg/disk. Kristal sebanyak 2,5 mg dilarutkan

dalam 250 μL metanol p.a., kemudian diambil 50 μL; 40 μL; dan 30 μL untuk

diimpregnasikan ke dalam paper disk. Kontrol positif yang digunakan berupa

amoxycillin untuk bakteri B. subtilis dan kontrol positif chloramphenicol untuk

bakteri E. coli. Chloramphenicol dan amoxycillin dibuat tiga variasi konsentrasi

yang sama dengan sampel yaitu 0,5 mg/disk; 0,4 mg/disk; dan 0,3 mg/disk

(perhitungan pada Lampiran 4). Sementara kontrol negatif yang digunakan

Page 70: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

49

berupa pelarut sampel, yaitu metanol. Cawan petri ditutup dengan plastic wrap

dan disimpan dalam inkubator selama 24 jam (Jawetz et al., 2005). Metode

Difusi Agar Kirby and Bauer ini akan menghasilkan zona bening di sekitar disk

pada cawan petri. Setelah 24 jam, zona bening yang terbentuk diamati dan diukur

diameternya.

Metode Difusi Agar Kirby and Bauer ini akan menghasilkan zona bening di

sekitar disk pada cawan petri. Kemudian zona bening diukur diameternya

menggunakan jangka sorong dan dilakukan analisis lebih lanjut.

D. Skema Penelitian

Keseluruhan rangkaian penelitian ini disajikan dalam bentuk skema penelitian

sebagai berikut.

Page 71: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

50

Analisis kemurnian dengan

mengukur titik leleh dan

KLT menggunakan 3

sistem eluen berbeda

Dikarakterisasi dengan

spektrofotometer UV-Vis

dan FT-IR

Dilakukan pengujian

aktivitas antibakteri

terhadap B. subtilis/E.coli

Dimaserasi dengan MeOH, 1 x 24 jam

(sebanyak 3x)

Dipekatkan menggunakan Rotary

Evaporator

Dilihat pola pemisahan senyawa dengan

KLT

Difraksinasi dengan metode Kromatografi

Cair Vacum (KCV)

Difraksinasi lebih lanjut dengan metode

Kromatogravi Cair Vakum (KCV) dan

Kromatografi Kolom (KK)

Dilihat pola pemisahan senyawa dengan

KLT

Gambar 6. Skema Penelitian

Serbuk Halus Kayu Akar A.altilis

Ekstrak kering

Kristal Murni

Hasil

Fraksi Utama

Page 72: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh

simpulan sebagai berikut.

1. Pada penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid yang difuga

memiliki kromofor yang sama dengan senyawa sikloartokarpin dari kayu akar

tumbuhan sukun (A. altilis (Park. ex F.A. Zorn) Fosberg) sebanyak 16 mg dan

memiliki sifat fisik berupa kristal jarum berwarna kuning dengan titik leleh

287 – 290oC.

2. Hasil uji kemurnian melalui KLT menunjukkan noda tunggal dan nilai Rf

yang sama dengan senyawa standar sikloartokarpin yaitu sebesar 0,22; 0,54;

dan 0,85.

3. Hasil karakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis menunjukkan

panjang gelombang (λmaks) yang sama dengan literatur sikloartokarpin yaitu

sebesar 368 nm (pita I) dan 259 nm (pita II), tetapi hasil karakterisasi

menggunakan spektrofotometer FT-IR menunjukkan spektrum yang berbeda

dengan literatur sikloartokarpin pada daerah sidik jari.

4. Senyawa hasil isolasi menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri

Page 73: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

81

B. subtilis dan E. coli dengan kategori kuat pada konsentrasi 0,5 mg/disk serta

kategori sedang pada konsentrasi 0,4 mg/disk dan 0,3 mg/disk.

B. Saran

Saran yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Melakukan analisis spektroskopi Nuclear Magnetic Resonance (NMR) yaitu

1H-NMR dan

13C-NMR untuk memastikan bahwa senyawa hasil isolasi

merupakan senyawa flavonoid sikloartokarpin.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap sampel kayu akar tumbuhan

sukun (A. altilis (Park. ex F.A. Zorn) Fosberg) agar diperoleh informasi lebih

mengenai jenis senyawa flavonoid lain yang terkandung di dalamnya.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bioaktivitas lain dari

senyawa flavonoid pada kayu akar tumbuhan sukun (A. altilis (Park. ex F.A.

Zorn) Fosberg).

Page 74: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, S.A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam, Materi 4: Ilmu Kimia Flavonoid. Karunia Universitas Terbuka. Jakarta. Hlm. 2-17.

Andini, Vicka. 2017. Isolasi, Karakterisasi, dan Uji Bioaktivitas Antibakteri

Senyawa Flavonoid dari Kulit Cabang Tumbuhan Pudau Artocarpus

Kemando Miq. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. Hlm.

1-3.

Banwell, C.N. and E.M. Mc Cash. 1994. Fundamental of Molecular

Spectroscopy. Mc Graw-Hill Book Company. London. Hlm 1204-1206.

Boonlaksiri, C., W. Oonanant, P. Kongsaeree, P. Kittakoop, M. Tanticharoen, and

Y. Thebtaranonth. 2001. An Antimalarial Stilbene from Artocarpus

integer. Phytochemistry. 54: 415-417.

Bourjot, M., C. Apel, T. Martin, P. Grellier, V.H. Nguyen, M. Litaudon, F.

Gueritte. 2010. Antiplasmodial, Antitrypanosomal, and Cytotoxic

Activities of Prenylated Flavonoids Isolated from the Stem Bark of

Artocarpus styracifolius. Original Papers. 76:1600-1604.

Brander, G. C., D. M. Pugh, R.J. Bywater, dan W. K. Jenkins. 1991. Veterinary

Applied Pharmachology and Terapeutics. The English Book Society and

Bailiere Tindall, London.

Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, dan M. Wotton. 1987. Ilmu Pangan.

Penerjemah Hari Purnomo dan Adiono. Indonesia University Press.

Jakarta. Hlm. 67.

Dewick, P.P. 2002. Medicinal Natural Products, A Biosynthetic Approach. John

Wiley and Sons, Ltd. School of Pharmaceutical Sciences University of

Nottingham. Nottingham. Hlm. 149.

Eprianti, Eka. 2011. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kayu Akar

Tumbuhan Sukun Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg. (Skripsi).

Universitas Lampung. Bandar Lampung. Hlm. 2-3.

Fatimah, Nurul. 2017. Isolasi, Karakterisasi, dan Uji Bioaktivitas Antibakteri

Senyawa Flavonoid dari Kayu Akar Tumbuhan Pudau (Artocarpus

Page 75: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

83

Kemando Miq.). (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. Hlm

1-3.

Febriani, Ardita Try. 2013. Uji Sensitivitas Antibiotika Terhadap Bakteri

Penyebab Diare di Puskesmas Mangasa Kota Makassar. (Skripsi). UIN

Alauddin Makassar. Makassar. Hlm. 1-3.

Fessenden, R.J. dan J. S., Fessenden. 1982. Kimia Organik. Alih Bahasa Hadyana

Pujaatmaka. Erlangga. Jakarta. Hlm. 311-317.

Firdaus. 2011. Teknik dalam Laboratorium Kimia Organik. Laporan Hibah

Penulisan Buku Ajar, Jurusan Kimia, FMIPA. Universitas Hasanudin.

Makassar. Hlm. 25-27.

Gaman, P. M. dan K. B. Sherrington. 1994. Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi, dan

Mikrobiologi. Terjemahan Gardjito, Naruki, Murdiati, Sardjono,

penerjemah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Ghisalberti, E.L. 2008. Detection and Isolation of Bioactive Natural Products in

Bioactive Natural Products: Detection, Isolatin and structural

Determination. Taylor and Francis Group. Inc. USA. Hlm. 23-27.

Gran, H. F. S. 1983. Antimikrobial Dalam Sulistis Gan dan Terapi. Bagian

Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Indonesia. Jakarta. Hlm. 6-9.

Gritter, R.J., J.M. Bobbitt, dan A.E. Schwarting. 1992. Pengantar Kromatografi.

Alih Bahasa Kosasih Padmawinata. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Hlm 266.

Hadiprabowo, T. 2009. Optimasi Sintesis Analog Kurkumarin 1,3-Bis-(4-

Hidroksi-3-Metoksi Benzilidin) Urea pada Rentang pH 3-4. (Skripsi).

Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Hlm 10-11.

Hakim E.H., V. Adimurti, L. Makmur, S.A. Achmad, N. Aimi, M. Kitajima, D.

Mujahidin, Y.M. Syah, dan H. Takayama. 2001a. Suatu Senyawa Stilben

Terprenilasi dari Kayu Akar Tumbuhan Artocarpus altilis. Proc. ITB.

3(33): 75-80.

Hakim, E.H., U. Aripin, S.A. Achmad, N. Aimi, M. Kitajima, L. Makmur, D.

Mujahidin, Y.M. Syah, dan H. Takayama. 2001b. Artoindonesianin-E

Suatu Senyawa Baru Turunan Flavanon dari Tumbuhan Artocarpus

champeden. Proc. ITB. 33 (3): 69-73.

Hakim, E.H., Asnizar, Yurnawilis, N. Aimi, M. Kitajima, and H. Takayama.

2002. Artoindonesianin P, A New Prenylated Flavone with Cytotoxic

Activity from Artocarpus lanceifolius. Fitoterapia. 73: 668-673.

Hakim, E.H., E.L. Ghisalberti, S.A. Achmad, L.D. Juliawati, L. Makmur, Y.M.

Syah, N.Aimi, N. Kitajima, and H. Takayanma. 2006. Prenylated

Page 76: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

84

Flavonoid and Related Compounds of the Indonesian Artocarpus

(Moraceae). J. Nat. Med. Hlm 161-184.

Hakim, A. 2010. Diversity of Secondary Metabolites from Genus Artocarpus

(Moraceae). Bioteknologi. 2(3): 146-156.

Halim, Felicia, S. M. Warouw, N. H. Rampengan, P. Salendu. 2017. Hubungan

Jumlah Koloni Escherichia coli dengan Derajat Dehidrasi pada Diare

Akut. Sari Ped. 19(2): 81-85.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis

Tumbuhan. Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Institut

Teknologi Bandung. Bandung. Hlm 9-12, 21-25.

Haryanto dan A.E. Nugroho. 2012. Farmakologi Obat-obat Penting dalam

Pembelajaran Ilmu Farmasi dan Dunia Kesehatan. Pustaka Pelajar.

Yogyakarta. Hlm 195-197.

Hasanah, S. I. 2016. Isolasi, Karakterisasi, dan Modifikasi serta Uji Bioaktivitas

Antibakteri dan Antijamur Senyawa artonin E dari Fraksi Polar Kayu

Akar Tumbuhan Kenangkan (Artocarpus rigida). (Skripsi). Universitas

Lampung. Bandar Lampung. Hlm 12-28.

Herbert, R.B. 1996. Biosintesis Metabolit Sekunder. Alih Bahasa Bambang

Srigandono. IKIP Semarang Press. Semarang. Hlm. 103-123.

Hermawan A., H. Eliyani, W. Tyasningsih. 2007. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih

(Piper betle L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan

Escherichia coli dengan Metode Difusi Disk. (Skripsi). Universitas

Airlangga. Surabaya. Hlm. 51.

Hernawan. 2008. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Batang

Tumbuhan Kenangkan (Artocarpus rigida). (Skripsi). Universitas

Lampung. Bandar Lampung. Hlm 48-53.

Hostettman, K., M. Hostettman dan A. Maston. 1995. Cara Kromatografi

Preparatif, Penggunaan pada Senyawa Bahan Alam. Alih bahasa Kosasih

Padmawinata. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Hlm 20-44.

Ibrahim, S. 2013. Teknik Laboratorium Kimia Organik. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Hlm. 62-64.

Jawetz, E., J.L. Melnick, dan E.A. Adelbergs. 2005. Mikrobiologi Kedokteran.

Diterjemahkan oleh H. Tonang. Salemba Medika. Jakarta. Hlm 196-198,

239-243.

Jayasinghe, L., B. Balasooriya, W.C. Padmini, N. Hara, and Y. Fujimoto. 2004.

Geranyl Chalcone Derivatives with Antifungal and Radical Scavenging.

Phytochemistry. 65: 1287-1290.

Page 77: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

85

Kasahara, S. dan S. Hemmi. 1988. Medicinal Herb Index in Indonesia. PT Eisai

Indonesia. Bogor. Hlm 221.

Kemenkes RI. 2011. Situasi Diare di Indonesia. Buletin Jendela Data dan

Informasi Kesehatan. 2: 1-3.

Kemenkes. 2015. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen

Kesehatan, Republik Indonesia. Jakarta.

Khan, M.R., A.D. Omoloso, and M. Kihara. 2003. Antibacterial activity of

Artocarpus heterophyllus. Fitoterapia. 74: 501-505.

Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Diterjemahkan oleh A.

Saptorahardjo. Indonesia University Press. Jakarta. Hlm 84-311.

Ko, H.H., Y.H. Lu, S.Z. Yang, S.J. Won, and C.N. Lin. 2005. Cytotoxic

Prenylflavonoids from Artocarpus elasticus. J. Nat. Prod. 68: 1692-1695.

Kusmayati, N., dan W.R. Agustini. 2007. Uji Aktivitas Senyawa Antibakteri dari

Mikroalga (Porphyridium cruentum). Biodiversitas. 8: 48-53.

Lenny, S. 2006. Senyawa Flavanoida, Fenilpropanida dan Alkaloida, Karya

Ilmiah. Departemen Kimia Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.

Medan. Hlm 7.

Madigan, M.T., J.M. Martinko, dan J. Parker. 2000. Brock Biology of

Microorganisms, 9th Edition. Prentice-Hall Inc. New Jersey. Hlm 641-

645.

Magdarina, A.D. 2010. Morbiditas dan Mortalitas Diare pada Balita di

Indonesia, Tahun 2000-2007. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta. Hlm 3.

Markham, K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Institut Teknologi

Bandung. Bandung. Hlm 1-113.

Monem, M.A., E.A. Mohamed, E.T. Awad, A.H.M. Ramadan, dan H.A.

Mahmuod. 2014. Multiplex PCR as Emerging Technique for Diagnosis of

Enterotoxigenic E. coli Isolate from Pediatric Watery Diarrhea. J. America

Sci. 10(10).

Musthapa, I., J. Latip, H. Takayama, L.D. Juliawaty, E.H. Hakim, and Y.M. Syah.

2010. Prenylated Flavones from Artocarpus Lanceifolius and Their

Cytotoxic Properties. Nat. Prod. Chem. 4(7). 927-930.

Myllyniemi A.L. 2004. Development of Microbiological Methods for the

Detection and Identification of Antimicrobial Residues in Meat.

Departement of Food and Environmental Hygiene Faculty of Veterinary

Medicine, University of Helsinki. Helsinki.

Page 78: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

86

Nakamura, Y., S. Watanabe, N. Miyake, N. Kohno, and T. Osawa. 2003.

Dihyrochalcones: Evaluation as Novel Radical Scavenging Antioxidant. J.

of Agric. Food Chem. 51: 3309-3332.

Neldawati, Ratnawulan dan Gusnedi. 2013. Analisis Nilai Absorbansi Dalam

Penentuan Kadar Flavonoid Untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat.

Pillar of Physics. 2: 76-83.

Patil, A.D., A.J. Freyer, L. Killmer, P. Offen, P.B. Taylor, B.J. Votta, dan R.K.

Johnson. 2002. A New Dimeric Dihydrocalcone and A New Prenylated

Flavone from the Bud Covers of Artocarpus altilis, Potent inhibitors of

Cathepsin K. J. Nat. Prod. 65: 624-627.

Pelczar, M.J., dan E.C.S. Chan. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 1.

Indonesia University Press. Jakarta. Hlm. 43-47.

Prasad, R.N., S. Viswanathan, J.R. Devi, Nayak, V.V.C. Swetha, B.R. Archana,

N. Parathasarathy, and J. Rajkumar. 2008. Short Communication,

Preliminary Phytochemical Screening and Antimicrobial Activity of

Samanea saman. J. of Med. Plants Res. 2(10): 268–270.

Pratiwi, S.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga, Jakarta. Hlm. 150-171.

Ragone, D. 2006. Artocarpus camansi. (Breadnut). Ver.2.1. in: Elevitch, C. R.

(ed). Species Profile For Pasific Island Agroforesty. Permanet Agricultural

Resources (PAR). Holuloa, Hawai. PP. 1-11.

Rahmaningsih, S., S. Willis, dan A. Mulyana. 2012. Bakteri Patogen dari Perairan

Pantai dan Kawasan Tambak di Kecamatan Jenu Kabupaten Tuban.

Ekologia. 12(1): 1-5.

Rahmawati, N., E. Sudjarwo, dan E. Widodo. 2014. Uji Aktivitas Antibakteri

Ekstrak Herbal Terhadap Bakteri Escherichia coli. Jurnal Ilmu-Ilmu

Peternakan. 24(3): 24-31.

Ramadhani, A. N. 2009. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Sukun

(Artocarpus altilis Terhadap Larva Aetemia salina leach dengan Metode

Brine Shrimp Lethality Test. www.undip.ac.id 1 Oktober 2019. 20.35

WIB.

Saifudin, Aziz. 2014. Senyawa Alam Metabolit Sekunder Teori, Konsep, dan

Teknik Pemurnian, Edisi I, Cetakan I. Deepublish. Jakarta. Hlm. 86-89.

Santoso, Prio. 2011. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dari Kulit Akar

Tumbuhan Sukun Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg. (Skripsi).

Universitas Lampung. Bandar Lampung. Hlm. 1-3.

Page 79: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

87

Sarker, S.D., L. Zahid, dan I.G. Alezdaner. 2006. Method in Biotechnology: Nat.

Prod. Isolation Twenty Ed. Humana Press. New Jersey.

Sastrohamidjojo, H. 2002. Kromatografi. Liberty. Yogyakarta. Hlm 35-36.

Sathiskumar, T., R. Baskar, S. Shanmugam, P. Rajasekaran, S. Sadasivam, and V.

Manikandan. 2008. Optimization of Flavonoid Extraction from the Leaves

of Tabernamontana heyneana, Wall, using L16 Orthogonal Design. J. of

Nat. and Sci. 6 (3).

Saxena, S., R. Sharma, S. Rajore, and A. Barta. 2005. Isolation and Identificatio

of Flavonoid Vitexin from Jatropha curus L. J. Pl. Sci. Res. 21: 116-117.

Setiabudy, R dan V. H. S. Gan. 1995. Pengantar Antimikroba dalam Buku

Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Indonesia University Press. Jakarta.

Hlm. 571-583.

Setyowati, E.P., U.A. Jenie, Sudarsono, B. Kardono, R. Rahmat, dan E. Meiyanto.

2007. Isolasi Senyawa Sitotoksik Spons Kaliasis. M. Far. Indo. 18(4):

183-189.

Sienko, Plane, and Marcus. 1984. Experimental Chemistry, 6th

Edition. Mc Graw

Hill Book Co. Singapore.

Silverstein, R.M., G.B. Bassler, dan T.C.D. Morcill. 1986. Penyelidikan

Spektrometrik Senyawa Organik. Alih Bahasa: A.J. Hartomo dan Anny

Victor Purba. Erlangga. Jakarta. Hlm 191-195.

Stahl, E. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi.

Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Institut

Teknologi Bandung. Bandung. Hlm 3-17.

Sudjadi. 1983. Penentuan Struktur Senyawa Organik. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Hlm 283.

Suhartati, T. 2001. Senyawa Fenol Beberapa Spesies Tumbuhan Jenis

Cempedak Indonesia. (Disertasi). Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Hlm 103-105.

Suhartati, T. dan Yandri, A.S. 2007. Sikloartobilosanton dari Kulit Batang dan

Flavonoid dalam Beberapa Bagian Tumbuhan Artocarpus dadah yang

Tumbuh di Lampung. J. Sains MIPA. 13(2): 82-86.

Suhartati, T., Yandri A.S., J. F. Suwandi, dan S. Hadi. 2010. In Vitro and In

Vivo Antiplasmodial Activity of Oxyresveratrol and Artonin Isolated

from Two Artocarpus Plants in Indonesia. Orient. J. Che. 26(3): 825-

830.

Page 80: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS …digilib.unila.ac.id/33704/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfABSTRAK ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN UJI BIOAKTIVITAS ANTIBAKTERI SENYAWA

88

Suhartati, T., Yandri A.S., dan J. F. Suwandi. 2011. Isolasi dan Identifikasi

Senyawa-Senyawa Bioaktif Antimalaria dari Beberapa Tumbuhan

Artocarpus. (Laporan Penelitian Strategis Nasional). Direktorat Jendral

Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Suhartati, T. 2017. Dasar-Dasar Spektrofotometri UV-Vis dan

Spektrofotometri Massa Untuk Penentuan Struktur Senyawa Organik.

AURA (Anugrah Utama Raharja). Bandar Lampung. Hlm. 5-11.

Talaro, K. P. and A. Talaro. 2002. Foundations in Microbiology, 4 Ed. The

McGraw-Hill Companies. USA. Hlm. 890.

Tapas, A.R., D.M. Sakarkar, and R.B. Kakde. 2008. Flavonoids as Nutraceuticals:

A Review. Trop. J. of Pharm. Res. 7(3): 1089–1099.

Tjaniadi P., M. Lesmana, and D. Subekti. 2003. Antimicrobial Resistance of

Bacterial Pathogens Associated with Diarrheal Patiens in Indonesia. Am J.

Trop. Med. 68(6): 666-671.

Utami, Prapti. 2013. Umbi Ajaib Tumpas Penyakit Kanker, Diabetes, Hipertensi,

Stroke, Kolesterol, dan Jantung. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Wang, Y., T. Deng, L. Lin, Y. Pan, and X. Zheng. 2006. Bioassay-Guided

Isolation of Antiatherosclerotic Phytochemicals from Artocarpus altilis.

Phytochemistry. 20: 1052–1055.

Wang, Y., X. Kedi, L. Lin, P. Yuanjiang, dan X. Zheng. 2007. Geranyl

Flavonoids from the Leaves of Artocarpus altilis. Phytochemistry. 68:

1300-1306.

Widowati, S. 2003. Prospek Tepung Sukun untuk Berbagai Produk Makanan

Olahan dalam Upaya Menunjang Divertifikasi Pangan. Makalah Pribadi

Pengantar ke Falsafah Sains. Program Sarjana S3. Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Widyawaruyanti, A., S.K. Subehan, S. Kalauni, M. Awale, N.C. Nindatu, D.

Zaini, P.B.S. Syafruddin, Y. Tezuka, and S. Kadota. 2007. New Prenylated

Flavones from Artocarpus champeden and Their Antimalarial Activity In

Vitro. J. Nat. Med. 61: 410-413.

Wijesekera, R.O.B. 1991. Plant-derived Medicines and Their Role in Global

Health in the Medicine Plant Industry. C.R.C. Press. Inc. Florida.

William, C.A. and R.J. Grayer. 2004. Anthocyanis and Other Flavonoids. Nat.

Prod. Res. 21: 539-573.