41
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan Fisik Daerah Penelitian 4.1.1 Desa Gempol terletak di Kecamatan Gempol, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Luas desa seluruhnya adalah kurang lebih 98.858 hektar, yang terdiri dari 60 hektar lahan sawah yang berupa 30 hektar sawah teknis, 8 hektar sawah setengah teknis, dan 22 hektar sawah tadah hujan; serta 38.858 hektar lahan darat yang berupa 30 hektar pemukiman, 9 hektar pekarangan, 30.961 hektar tegalan, dan 7.858 hektar lahan lainnya. Desa Gempol memiliki 4 dusun, 4 Rukun Warga (RW), dan 15 Rukun Tetangga (RT). Menurut administratifnya, desa Gempol berbatasan dengan beberapa wilayah yaitu di sebelah utara dan barat berbatasan dengan desa Kedungbunder dan di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan desa Palimanan Barat. Jarak desa Gempol dari pusat pemerintahan yakni 0 kilometer antara pemerintahan desa ke ibu kota kecamatan, 20 kilometer antara pemerintahan desa ke ibu kota kabupaten, 120 kilometer antara pemerintahan desa ke ibu kota provinsi, dan 221 kilometer antara pemerintahan desa ke ibu kota negara (Data Monografi Desa Gempol, 2018). Menurut geografi dan topografinya, desa Gempol terletak di ketinggian 10 sampai 11 meter di atas permukaan laut (mdpl), yang umumnya merupakan daerah agraris pertanian dengan suhu rata-rata harian 30 derajat Celcius. Desa Gempol beriklim tropis dengan musim kemarau dan penghujan. Hal ini berpengaruh langsung

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

  • Upload
    vunhan

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian

Keadaan Fisik Daerah Penelitian 4.1.1

Desa Gempol terletak di Kecamatan Gempol, Kabupaten Cirebon, Provinsi

Jawa Barat. Luas desa seluruhnya adalah kurang lebih 98.858 hektar, yang terdiri

dari 60 hektar lahan sawah yang berupa 30 hektar sawah teknis, 8 hektar sawah

setengah teknis, dan 22 hektar sawah tadah hujan; serta 38.858 hektar lahan darat

yang berupa 30 hektar pemukiman, 9 hektar pekarangan, 30.961 hektar tegalan, dan

7.858 hektar lahan lainnya. Desa Gempol memiliki 4 dusun, 4 Rukun Warga (RW),

dan 15 Rukun Tetangga (RT). Menurut administratifnya, desa Gempol berbatasan

dengan beberapa wilayah yaitu di sebelah utara dan barat berbatasan dengan desa

Kedungbunder dan di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan desa Palimanan

Barat. Jarak desa Gempol dari pusat pemerintahan yakni 0 kilometer antara

pemerintahan desa ke ibu kota kecamatan, 20 kilometer antara pemerintahan desa ke

ibu kota kabupaten, 120 kilometer antara pemerintahan desa ke ibu kota provinsi, dan

221 kilometer antara pemerintahan desa ke ibu kota negara (Data Monografi Desa

Gempol, 2018).

Menurut geografi dan topografinya, desa Gempol terletak di ketinggian 10

sampai 11 meter di atas permukaan laut (mdpl), yang umumnya merupakan daerah

agraris pertanian dengan suhu rata-rata harian 30 derajat Celcius. Desa Gempol

beriklim tropis dengan musim kemarau dan penghujan. Hal ini berpengaruh langsung

Page 2: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

37

terhadap pola tanam di desa Gempol, juga terhadap pertumbuhan tanaman dan

kelangsungan hidup binatang ternaknya. Menurut hidrologi dan klimatologinya,

sumber air yang terdapat di desa Gempol meliputi air permukaan, air tanah, dan

PDAM. Air permukaan berupa sungai dan air tanah berupa sumur dan pemasangan

PDAM. Desa Gempol juga mendapat pasokan pelayanan irigasi yang berasal dari

Sungai Kepuh di Kecamatan Palimanan. Kebutuhan rumahtangga akan air bersih

dipenuhi dari sumur gali dan sumur pompa, serta sebagian dipenuhi dari Perusahaan

Air Minum (PAM) (Data Monografi Desa Gempol, 2018).

4.1.2 Keadaan Penduduk Wilayah Penelitian

Kemajuan suatu wilayah didasarkan pada indikator kependudukan seperti

jumlah, pertumbuhan, komposisi, dan distribusi penduduk. Indikator tersebut juga

berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan seperti sosial, ekonomi, dan

lingkungan (Harmanto dkk., 2016). Pada Tabel 1 disajikan persebaran penduduk

menurut umur di kecamatan Gempol.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur

Kelompok Umur Jumlah Penduduk %

0-<1 7,84 1.6

1-5 1,567 3.3

5-10 6,539 13.6

10-25 17,131 35.7

25-60 18,203 37.9

60+ 3,769 7.9

Jumlah 47,993 100

Sumber : BPS Kabupaten Cirebon, 2015

Page 3: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

38

Berdasarkan data Tabel 1, persentasi jumlah penduduk terbesar berturut-turut

berada pada kisaran usia 25 sampai 60 tahun dan usia 10 sampai 25 tahun. Rentang

usia 5 sampai 10 tahun (anak-anak), 60+ tahun (orang tua), 1 sampai 5 tahun (bawah

lima tahun/balita), dan 0 sampai kurang dari 1 tahun (bayi) berada pada persentasi

yang rendah. Rentang usia dengan persentasi yang besar berada dalam kelompok usia

produktif atau usia kerja, seperti yang dinyatakan oleh Harmanto dkk., (2016) bahwa

usia produktif atau usia kerja berada pada rentang usia 15 sampai 64 tahun,

sedangkan usia non-produktif adalah 0 sampai 14 tahun dan usia 65+ tahun. Hal

tersebut memberikan gambaran bahwa penduduk di kecamatan Gempol sebagian

besar berada pada rentang usia produktif untuk bekerja.

Hal yang patut diperhatikan adalah adanya keberagaman usia penduduk dalam

suatu wilayah atau kecamatan. Keberagaman tersebut dipengaruhi oleh berbagai

faktor seperti yang dinyatakan oleh Mauludin (2014), bahwa kondisi kependudukan

yang beragam disebabkan oleh adanya intervensi berbagai program kependudukan

yang mulai diimplementasikan pada tahun 1970-an antara lain adalah program

Keluarga Berencana (KB), dan aturan pendewasaan usia kawin yang didukung oleh

penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat dengan sarana dan prasarana yang

lebih baik. Sarana dan prasarana kesehatan yang berada di kecamatan Gempol cukup

beragam, seperti 2 bangunan puskesmas dan 8 bangunan puskesmas pembantu, 8

poskesdes, 8 polindes, 49 posyandu, 5 tempat praktek dokter, 17 tempat praktek

bidan, 2 laboratorium kesehatan, dan 1 bangunan apotek (Data Monografi Kecamatan

Gempol, 2018).

Page 4: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

39

Usia 5 sampai 10 tahun bisa dikategorikan berada pada jenjang PAUD

(Pendidikan Anak Usia Dini) dan Sekolah Dasar, begitupun dengan usia 10 sampai

25 tahun berada pada jenjang Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas

maupun Perguruan Tinggi. Oleh karena itu, maka sarana dan prasarana untuk

pendidikan pun perlu diperhatikan (Data Monografi Kecamatan Gempol). Namun

belum tersedia sarana Perguruan Tinggi sehingga harus mengakses ke tempat yang

cukup jauh. Kemudian hal yang patut diperhatikan berikutnya adalah ketersediaan

lapangan kerja dan peluang usaha yang beragam. Penduduk usia-usia sekolah pada

akhirnya akan selesai dalam jenjang pendidikannya dan melanjutkan kedalam dunia

kerja.

Tabel 2. Jumlah dan Persentase Jumlah Penduduk Tahun 2016

No. Dusun RW Jumlah

RT

Jumlah

Kepala

Keluarga

Jumlah Jiwa dalam Keluarga

L P Jumlah

1 1 1 4 261 455 407 862

2 2 2 4 257 444 406 850

3 3 3 3 209 401 386 787

4 4 4 4 265 479 410 889

Jumlah 15 992 1779 1609 3388

% 53,88 46,12 100

Sumber : Monografi Desa Gempol, 2016

Page 5: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

40

Berdasarkan Tabel 2, dusun 4 memiliki jumlah kepala keluarga paling banyak

dari ketiga dusun lainnya, dengan proporsi laki-laki jauh lebih besar dari pada

perempuan. Namun data tersebut tidak begitu mewakili jumlah jiwa yang berada

dalam usia produktif atau non-produktif atau peran per gender dalam pengambilan

keputusan nafkah.

Tabel 3. Jenis Mata Pencaharian Penduduk Desa Gempol

No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah

(Jiwa) %

1. Buruh Tani 89 15,98

2. Petani 55 9,87

3. Pedagang/Wiraswasta 81 14,54

4. PNS 24 4,31

5. TNI/POLRI 18 3,23

6. Pengrajin 6 1,08

7. Penjahit 12 2,15

8. Montir 3 0,54

9. Sopir 40 7,18

10. Karyawan Swasta 25 4,49

11. Tukang Kayu 29 5,21

12. Tukang Batu 54 9,69

13. Guru Swasta/Guru Bantu 6 1,08

14. Buruh/Pegawai Swasta 115 20,65

Total 557 100

Sumber : Monografi Desa Gempol, 2018

Mata pencaharian yang dipilih oleh penduduk desa Gempol ditentukan oleh

kapasitas dan kapabilitas masing-masing penduduk yang akhirnya akan berdampak

pada keberagaman mata pencaharian. Berdasarkan Tabel 3, mata pencaharian yang

berhubungan dengan sumber daya alam cukup diminati, seperti menjadi buruh tani,

Page 6: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

41

petani, pengrajin, tukang kayu, dan tukang batu. Selain itu juga terdapat mata

pencaharian yang berhubungan dengan pengabdian seperti menjadi TNI atau POLRI

ataupun menjadi guru. Juga pekerjaan dalam bidang swasta maupun wiraswasta.

Hal yang patut diperhatikan adalah persentasi sebagai buruh tani yang rupanya

lebih besar dari pada petani. Peluang usaha menjadi petani cenderung lebih kecil dari

pada menjadi buruh tani karena akses terhadap lahan pertanian terbatas oleh

kepemilikan lahan dan kepadatan penduduk.

4.1.3 Keadaan Peternakan Desa Gempol

Peternakan di desa Gempol termasuk ke dalam potensi ekonomi yang dimiliki

oleh desa. Peternakan tersebut sebagian didominasi oleh peternakan kambing atau

domba yang tersebar di delapan lokasi dari dua dusun, yakni dusun satu dengan dua

lokasi dan dusun 2 dengan enam lokasi. Peternakan sapi tersebar di dua dusun,

dengan tiga lokasi di dusun satu dan satu lokasi di dusun dua. Peternakan ayam

adalah peternakan dengan lokasi paling sedikit, yakni hanya satu lokasi di dusun dua.

Data tersebut terdapat pada Tabel 4.

Peternakan domba di desa penelitian masih bersifat tradisional. Kandang

ternak berbentuk panggung dan belum mengalami pemisahan kandang ternak. Induk

yang bunting disatukan dengan domba anak, belum terdapat kandang melahirkan dan

laktasi, belum terdapat kandang kawin sehingga perkawinan biasanya dilakukan di

luar kandang pada siang hari. Belum tersedia kandang isolasi untuk ternak yang sakit.

Induk yang akan dikawinkan meminjam pejantan yang dimiliki oleh peternak lainnya

Pakan terdiri dari hijauan saja yang diperoleh dari lahan perkebunan atau

persawahan sekitar. Pakan diberikan pada pagi dan sore hari. Minuman disediakan

Page 7: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

42

secara beragam, ada yang ad libitum dengan campuran garam dalam tabung kayu

yang digantung. Ada juga yang pemberiannya jarang dalam sebuah ember.

Pencatatan kelahiran, kematian, penjualan, dan pembelian ternak belum ada

dan mengandalkan ingatan peternak. Kesehatan ternak belum terpantau. Penyakit

yang biasanya menjangkit adalah kembung akibat dari hijauan yang basah, serta

mencret karena hijauan yang diberikan mengandung antinutrisi tertentu.

Penjualan ternak belum berkala dan memanfaatkan palen yang biasanya

mendatangi peternak dan terjadi harga tawar. Selain itu, datang pula konsumen ke

tempat peternak yang membutuhkan ternak untuk qurban atau aqiqah.

Tabel 4. Potensi Ekonomi Bidang Peternakan di Desa Gempol

Sumber : Monografi Desa Gempol, 2016

No. Potensi Ekonomi

Dusun (Lokasi)

Dusun

1

Dusun

2

Dusun

3 Dusun 4

1. Peternakan

Kambing/Domba 2 6 0 0

2. Peternakan Sapi 3 1 0 0

3. Peternakan Ayam 0 1 0 0

Page 8: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

43

4.2 Profil Corporate Social Responsibility Section

Profil Corporate Social Responsibility Section ini didapatkan melalui

wawancara dengan pihak perusahaan yang berkepentingan dalam Section ini.

Penjelasannya akan dipaparkan sebagai berikut.

PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., memiliki departemen yang berperan

dalam sosial kemasyarakatan dan lingkungan. Departemen tersebut sudah berjalan

sejak tahun 1998 dengan nama Committee Department (CD) dan pada tahun 2000

berubah nama menjadi Corporate Social Responsibility (CSR). Sebelumnya program

yang digulirkan oleh CSR meliputi filantropi tanpa memperhatikan output program,

share value berupa pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan, dan human

building yang menjadi rencana jangka panjang.

CSR Section kemudian membagi fokus kerja menjadi dua, yakni Social

Development Program (SDP) dan Lima Pilar yang merupakan bagian dari human

building. SDP terdiri dari program-program pengembangan agribisnis dalam bidang

pertanian (bertani jamur merang dan bertani padi) dan peternakan (Sekolah Magang

Inkubator dan Program Inkubator Agribisnis Ternak), sedangkan Lima Pilar

merupakan program bantuan dalam aspek pendidikan, kesehatan, sosial dan budaya

masyarakat, ekonomi, dan agama. CSR Section memiliki sasaran program pada desa-

desa di sekitar perusahaan.

Sekolah Magang Inkubator merupakan bagian dari program yang ditawarkan.

Menurut regulasinya, tiap peserta yang terdaftar dalam program ini akan

mendapatkan pembekalan teori dan praktik selama satu minggu dan bekerja sama

dengan Dinas Peternakan setempat. Setelah melewati masa magang, maka peserta

Page 9: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

44

akan dibekali indukan domba sebanyak 10 ekor dengan satu ekor pejantan. Domba

yang diberikan berjenis domba Garut.

Pemeliharaan domba tersebut berlangsung selama 10 bulan, delapan bulan,

atau empat bulan. Kebijakan masa program yang berlaku saat ini adalah empat bulan.

Setelah berakhirnya program kemudian peserta dibekali anakan domba dari induk

yang dipeliharanya. Anakan domba diberikan untuk dipelihara dan dikembangkan

oleh peserta di kediamannya. Tujuan dari program ini adalah untuk menggali potensi

beternak dari desa-desa di sekitar perusahaan dan memberikan peluang usaha

beternak domba baik sebagai usaha utama maupun sampingan. Pemilihan ternak

domba dalam program ini memperhatikan potensi alam untuk tersedianya pakan

ternak dan lahan.

Sekolah Magang Inkubator dan Program Inkubator Agribisnis Ternak telah

berlangsung sejak tahun 2010. Desa-desa yang terpilih dalam program ini berada satu

kecamatan dengan PT. Indocement Tunggal Prakarsa dan bersentuhan langsung

dengan perusahaan. Desa-desa tersebut terdiri dari tujuh desa, yakni Gempol,

Kedungbunder, Palimanan Barat, Walahar, Cupang, Cikesal, dan Ciwaringin, dengan

perwakilan tiap desa yang mencapai dua orang.

Desa Gempol merupakan desa yang berkontribusi dalam program tersebut.

Tercatat sejak tahun 2010 terdapat 12 alumni Sekolah Magang Inkubator dan

Program Inkubator Agribisnis Ternak. Namun yang masih beternak domba hingga

tahun 2018 sebanyak tujuh orang. Peserta yang mengikuti kegiatan ini memiliki

alasan yang beragam, di antaranya seperti yang diungkapkan oleh beberapa informan

sebagai berikut.

Page 10: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

45

“Alasan ikut inkubator yah karena pengen punya modal. Saya tuh pengen

punya sampingan dari domba. Kalo saya udah gak kerja, jadi kan ada

sampingan.” (KJ, 53)

“Tujuan dari showcase itu kan pengen memberi modal kepada masyarakat.

Yah, buat bantu-bantu keluarga. Beternak yah buat modal bangun rumah.”

(TN, 41)

4.3 Identitas Informan

Informan pada penelitian ini berjumlah tujuh orang peternak domba subsisten

yang memulai kegiatan beternaknya setelah mengikuti Program Inkubator Agribisnis

Ternak di desa Gempol, kecamatan Gempol, kabupaten Cirebon, provinsi Jawa Barat.

Karakteristik informan dibagi tiga, yakni umur informan, tingkat pendidikan

informan, dan pengalaman beternak.

4.3.1 Umur Informan

Umur ketujuh informan berada pada rentang 40 sampai 62 tahun. Umur

tersebut termasuk ke dalam golongan umur produktif. Hal tersebut serupa yang

dipaparkan oleh Prijono (2001) bahwa analisis demografi menunjukkan bahwa

struktur umur penduduk terbagi dalam tiga kelompok, yaitu (1) kelompok umur muda

di bawah 15 tahun; (2) kelompok umur produktif, usia 15-64 tahun; dan (3) kelompok

umur tua, usia 65 tahun ke atas. Umur produktif dianggap penting karena masih

memiliki kinerja yang baik, tenaga yang cukup, peluang terbukanya informasi dan

inovasi cenderung lebih mudah, dan membantu meningkatkan kesejahteraan

keluarga.

Page 11: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

46

Hal ini menjadi suatu faktor yang menguntungkan karena usia yang produktif

berpengaruh terhadap perkembangan peternakannya. Peternak dengan usia yang

produktif memiliki tenaga yang lebih banyak dibandingkan dengan usia non produktif

sehingga curahan tenaga yang diberikan akan berpengaruh terhadap perkembangan

peternakan dan kepemilikan ternaknya. Serupa yang dinyatakan oleh Utami dkk.,

(2016) bahwa faktor umur dapat mempengaruhi jumlah kepemilikan ternak kerbau

sebab peternak berusia produktif memiliki tenaga yang cukup banyak dibandingkan

dengan peternak yang tidak produktif dalam menjalankan usaha ternaknya. Sebaran

usia pada informan peternak domba subsisten dapat dilihat pada Tabel 5.

Merujuk pada Tabel 5, meskipun para peternak domba subsisten berada pada

rentang usia produktif, namun sebaran usianya berada pada lingkup dewasa madya

atau tengah baya, sesuai dengan pernyataan Mappiare (1983) bahwa secara teoritis-

psikologis dan fisiologis rentang usia antara 40-60 tahun merupakan masa tengah

baya bagi banyak orang. Kondisinya secara fisik mengalami kemunduran perlahan-

lahan, terutama kemampuannya dalam beraktivitas mencari nafkah. Kekuatannya

untuk mencari rumput dan memelihara ternak domba pun berkurang. Hal ini akan

mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga. Elmanora dkk., (2012) menyatakan

bahwa keluarga dengan umur ayah yang masih muda memiliki peluang sejahtera

lebih besar dibandingkan dengan keluarga dengan umur ayah yang sudah memasuki

umur pertengahan (dewasa madya).

Rumahtangga peternak domba subsisten dalam umur produktif tetap belum

bisa mengembangkan peternakan dombanya karena sifat usahanya masih sampingan.

Kondisi ini disebabkan oleh terfokusnya informan pada pekerjaan utamanya sehingga

Page 12: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

47

curahan waktu untuk pengembangan peternakan dombanya terabaikan. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Makatika (2013) dalam Utami dkk., (2016), bahwa umur peternak

tidak berpengaruh terhadap skala usaha karena peternak yang berusia produktif lebih

memperhatikan usaha taninya dibanding beternak. Sehubungan dengan hal ini maka

tidak terbatas pada usaha tani atau sektor on-farm yang dilakukan oleh informan saja,

tapi juga pekerjaan informan pada sektor lain baik off-farm maupun non-farm.

Tabel 5. Umur Informan

No. Nama Umur

1 SN 40

2 AS 40

3 AP 41

4 KJ 53

5 JL 62

6 RM 52

7 TN 41

Sumber : Data Primer, 2018

Kemudian Suwarta dkk., (2012) dalam Utami dkk., (2016) menyatakan bahwa

semakin bertambahnya umur peternak mengakibatkan produktivitas usaha ternak

semakin menurun. Selain itu semakin tua umur peternak akan mempengaruhi

keputusan peternak dalam menentukan volume usaha ternaknya yang bisa jadi

semakin rendah (Utami dkk., 2016). Artinya bahwa semakin bertambahnya usia

peternak maka jumlah ternak yang dimiliki akan semakin sedikit karena terbatasnya

kemampuan peternak berupa tenaga.

Page 13: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

48

4.3.2 Pendidikan Informan

Pendidikan berperan dalam membentuk pola pikir dan daya tangkap informasi

dan inovasi. Hal ini serupa dengan pernyataan Mubyarto (1986) bahwa semakin

tinggi tingkat pendidikan, maka pengetahuan dan cara berpikir akan semakin luas.

Tingkat pendidikan informan pada penelitian ini secara umum berada pada jenjang

Sekolah Dasar. Berdasarkan Tabel 6, sebanyak 57.14% atau empat orang informan

mengalami pendidikan sampai jenjang Sekolah Dasar (SD), 28.57% atau dua orang

informan tidak tamat SD, dan 14.29% atau satu orang informan tidak bersekolah.

Informan memang tidak mengalami jenjang sekolah dan dalam kondisi ini

tingkat pendidikan tertinggi adalah Sekolah Dasar. Hal ini diduga karena belum

terbangun pentingnya pendidikan bagi keluarga informan, terbatasnya ekonomi

keluarga untuk menyekolahkan anak, adanya pelarangan untuk bersekolah dari

keluarga karena dihimbau untuk membantu keluarga saja, dan jauhnya akses

perjalanan untuk tingkat pendidikan yang lebih tinggi (SMP, SMA, PT).

Kondisi lainnya, jenjang pendidikan bisa jadi tidak begitu menentukan dalam

perkembangan kegiatan beternak karena pendidikan yang diterima informan selama

bersekolah tidak fokus terhadap bidang peternakan. Informan mendapatkan informasi

seputar peternakan domba ketika mengikuti Program Inkubator Agribisnis Ternak.

Pelatihan yang dilakukan dalam program tersebut dianggap sebagai pelatihan

informal yang memang terfokus pada kegiatan beternak. Hasil dari kegiatan tersebut,

peternak mendapatkan informasi baik secara teori maupun praktek yang mendorong

peternak untuk beternak domba. Selain itu, enam orang informan yang bekerja selain

dalam bidang peternakan menggunakan keterampilannya dalam sektor lain.

Page 14: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

49

Keterampilan yang dimiliki diduga berasal dari hasil pengalaman ketika informan

bekerja secara berkala dalam bidang tersebut.

Paparan di atas sesuai dengan pernyataan Soekartawi (1988) dalam Utami

dkk., (2016) bahwa dalam prakteknya hubungan antara tingkat pendidikan dan

tingkat adopsi pertanian adalah berjalan secara tidak langsung, kecuali bagi mereka

yang belajar secara spesifik tentang inovasi baru tersebut di sekolah. Menurut

Murwanto (2008) dalam Utami dkk., (2016) bahwa tingkat pendidikan yang memadai

akan berdampak pada peningkatan kinerja dan kemampuan manajemen usaha

peternakan yang dijalankan. Pendidikan seperti tersebut bisa didapatkan dari kegiatan

pelatihan baik informal maupun non formal. Informan yang mengikuti Program

Inkubator Agribisnis Ternak merupakan lulusan Sekolah Magang Indocement (SMI),

sehingga para informan telah dibekali teori dan praktek dari kegiatan beternak

melalui proses pelatihan.

Tabel 6. Tingkat Pendidikan Informan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

Orang %

1. Tidak Sekolah 1 14,3

2. Tidak Tamat SD 2 28,6

3. SD 4 57,1

Jumlah 7 100

Sumber : Data Primer, 2018

Page 15: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

50

4.3.3 Pengalaman Beternak

Pengalaman beternak menentukan kemampuan peternak dalam memelihara

dan mengembangkan usahanya. Peternak yang berpengalaman mampu mengatur

kegiatan beternaknya, baik pemeliharaan ternak, pencatatan untuk pengembangan

kepemilikan ternak, dan pemasarannya. Berdasarkan Tabel 7, para informan memulai

kegiatan beternaknya dalam rentang tahun pertama sampai tahun kelima. Sebanyak

28.57% atau dua orang informan memulai kegiatan beternaknya sudah lebih lama

dari pada kelima informan lainnya. Hal ini terjadi karena kedua orang tersebut lebih

dulu bergabung dalam program Inkubator Agribisnis Ternak.

Tabel 7. Pengalaman Beternak Informan

No. Pengalaman Beternak Informan (Tahun) Jumlah

Orang %

1. 1 2 28,6

2. 2 3 42,8

3. 5 2 28,6

Jumlah 7 100

Sumber : Data Primer, 2018

Ada beberapa informan yang pernah beternak ketika kecil, tetapi hanya

sebagai bentuk pengenalan kegiatan beternak dari orang tua kepada anak. Bila

ditinjau kembali, maka kegiatan tersebut terputus ketika informan sudah dewasa.

Kegiatan beternak tersebut hanya berupa pengenalan saja, dan diduga terlupakan

Page 16: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

51

seiring dengan informan yang memiliki pekerjaan tetap lainnya. Selain itu informan

kembali beternak ketika mengikuti program Inkubator Agribisnis Ternak. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Idris (2009) dalam Utami dkk., (2016) bahwa minat

informan untuk beternak dipengaruhi oleh pengalaman beternak, sehingga peternak

yang berpengalaman akan memiliki minat yang tinggi dalam mengembangkan

usahanya.

4.4 Kepemilikan Ternak Domba

Rumahtangga peternak domba informan memiliki kepemilikan ternak yang

beragam. Kepemilikan ternak domba ini didapatkan melalui pemeliharaan domba

baik dari anakan yang didapatkan dari Program Inkubator Agribisnis Ternak maupun

dari pengembangan modal yang sudah ada hasil dari kegiatan tersebut.

Tabel 8. Kepemilikan Ternak Domba

No. Informan

Jumlah Ternak

Total Dewasa Muda Anak

Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan

1. SN 6 4 - - 3 2 15

2. AS 5 1 - - 3 2 11

3. AP 4 - - - - 2 6

4. KJ - - 5 4 - - 9

5. JL 5 - - - - 4 9

6. RM 15 - 10 8 - - 33

7. TN 2 - - - - 4 6

Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 8 menunjukkan kepemilikan ternak domba dari rumahtangga peternak

domba subsisten. Kepemilikan ternak domba tersebut didapatkan melalui Program

Page 17: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

52

Inkubator Agribisnis Ternak yang mana anakan ternak yang menjadi milik peserta

dipelihara di daerah tinggalnya masing-masing. Bagi rumahtangga peternak domba

alumni yang anakan dombanya mati mendapatkan domba lagi dari pemberian orang

tua atau modal sendiri. Modal berupa kandang dari program tersebut tetap bisa

digunakan. Kemudian bagi peternak lainnya, ketika ternaknya dijual maka modalnya

digunakan untuk membeli anakan domba yang baru.

4.5 Strategi Nafkah Rumahtangga Peternak Domba

Menurut Dharmawan (2007), bahwa livelihood memiliki pengertian lebih luas

dari sekadar means of living yang bermakna secara sempit sebagai mata pencaharian

saja. Strategi nafkah mengacu pada livelihood strategy (strategi penghidupan)

daripada means of living strategy (strategi cara hidup). Strategi nafkah berarti cara

bertahan hidup ataupun memperbaiki status kehidupan. Strategi nafkah merupakan

taktik dan aksi yang dibangun oleh individu atau kelompok dalam rangka

mempertahankan kehidupan mereka dengan tetap memperhatikan eksistensi

infrastruktur sosial, struktur sosial dan nilai budaya yang berlaku.

Strategi nafkah ini terbagi dalam tiga klasifikasi menurut Scoones (1998)

dalam Tulak (2009), yakni intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian, pola nafkah

ganda, dan migrasi. Gambaran mengenai strategi nafkah beserta klasifikasinya dapat

dilihat dalam praktik kehidupan nafkah peternak domba di desa Gempol. Informan

dari desa Gempol berjumlah tujuh orang yang terdiri dari lima orang laki-laki dan

satu orang perempuan sebagai kepala rumahtangga, sedangkan sisanya bukan.

Berdasarkan Tabel 9, persentasi klasifikasi strategi nafkah untuk intensifikasi adalah

Page 18: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

53

85,71%, ekstensifikasi 0%, diversifikasi nafkah 100%, dan migrasi 28,57%.

Penjabaran dari persentase tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 9. Strategi Nafkah Rumahtangga Peternak Domba Subsisten

No. Anggota Rumahtangga

Strategi Nafkah

Rumahtangga

Suami Istri Anak I E DN M

1 SN - Belum menikah -

2 AS AM Dua anak. Keduanya berada di SD - -

3 AP TI Dua anak. Keduanya berada di SD, istrinya

sedang mengandung anak ketiga - -

4 KJ IS Dua anak. Keduanya sudah menikah - -

5 JL ST

10 anak. Keempat anaknya sudah menikah,

dua anak terakhir masih sekolah SMP dan

SMA berturut-turut, sisanya bekerja dan

ada yang pengangguran

- -

6 - RM Tiga anak. Kedua anaknya sudah menikah,

yang ketiga masih SMP - - -

7 MB TN

Empat anak. Kedua anaknya sudah bekerja,

yang ketiga pengangguran, dan terakhir

masih SMA. -

% 85,71 0 100 28,57

Sumber : Data Primer, 2018

Ket. :

I : Intensifikasi

E : Ekstensifikasi

DN : Diversifikasi Nafkah

M : Migrasi

4.5.1 Intensifikasi dan Ekstensifikasi

Rekayasa sumber nafkah pertanian (Scoones, 1998; dalam Tulak, 2009)

merupakan usaha penguasaan sektor pertanian agar lebih efektif dan efisien baik

Page 19: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

54

melalui penambahan input eksternal berupa tenaga kerja atau teknologi (intensifikasi)

maupun dengan memperluas lahan garapan pertanian (ekstensifikasi).

a. Intensifikasi Rumahtangga Peternak Domba Subsisten

Intensifikasi pada penelitian ini terbagi menjadi dua. Pertama adalah pelibatan

tenaga kerja dan kedua adalah penggunaan teknologi. Tabel 10 memberikan

informasi bahwa sebanyak 85,7% atau enam rumahtangga peternak domba subsisten

melibatkan tenaga kerja dalam kegiatan beternaknya, sedangkan sisanya tidak.

Kemudian 0% atau tidak ada rumahtangga peternak domba subsisten yang

menggunakan teknologi dalam kegiatan beternaknya. Perihal teknologi ini,

penggunaannya yang paling dekat dalam pemeliharaan domba adalah dalam

pemberian pakan. Pakan yang diberikan oleh peternak domba masih berupa rumput

dan belum adanya perlakuan tambahan atau pakan tambahan lainnya, seperti yang

diungkapkan oleh informan sebagai berikut.

“Pakan kalo umum tau dari dulu, rumput. Cuma kalo konsentrat baru tahu

kemarin itu pas pelatihan. Bahannya yah bisa rumput Gajah, dedak, EM4

(Effective Microorganism 4), dan tetes gula. Dulu sih pas awal beternak

dikasih alat buat bikinnya. Tapi sekarang mah enggak dipake, rusak. Yah

rumput aja biasa.” (SN, 40)

Sebagian besar intensifikasi yang dilakukan oleh rumahtangga peternak

domba subsisten di desa Gempol adalah dengan menambah jumlah tenaga kerja.

Pelibatan tenaga kerja ini terbagi dalam dua sumber, sumber pertama berasal dari

dalam rumahtangga baik istri maupun anak dan pelibatannya sebanyak 100%, serta

sumber kedua berasal dari luar rumahtangga dengan pelibatannya sebanyak 14,3%,

Page 20: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

55

seperti yang tercantum dalam Tabel 11. Perbedaan keduanya terlihat dari upah.

Tenaga kerja yang berasal dari luar rumahtangga diberikan upah dari pada tenaga

kerja dalam rumahtangga.

Tabel 10. Intensifikasi Rumahtangga Peternak Domba Subsisten

No.

Informan

Intensifikasi

Tenaga Kerja Teknologi

1. SN -

2. AS -

3. AP -

4. KJ -

5. JL -

6. RM - -

7. TN -

% 85,7 0

Sumber : Data Primer, 2018

Tenaga kerja dari rumahtangga biasanya dilibatkan untuk menghindari

pemberian upah, sehingga waktu dan cakupan pelibatannya lebih luas. Tenaga kerja

dalam rumahtangga akan melakukan sebagian bahkan semua pekerjaan, seperti

mencari rumput, memberi pakan, dan membersihkan ternak dan kandang. Seperti

yang diungkapkan oleh informan sebagai berikut.

“Selama suami saya bekerja, maka ternak dombanya diurus oleh saya. Saya

akan mencari rumput untuk pakan domba, dan memberikannya pada pagi dan

sore. Namun bila suami saya libur bekerja, maka yang memberikan pakan

pada pagi dan sore adalah suami saya, sedangkan saya tetap mencarikan

rumput. Kalau suami saya bekerja, maka dia memberi pakan domba hanya

pada pagi hari saja.” (AM, 40; istri dari AS, 40)

Page 21: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

56

Tenaga kerja luar rumahtangga dilibatkan hanya untuk mencari rumput saja,

sedangkan pemberian pakan atau perawatan ternak tetap diserahkan kepada pemilik

ternak. Hal ini terjadi ketika pemilik sedang memiliki pekerjaan selain beternak.

Seperti yang diungkapkan oleh informan sebagai berikut.

“Kalo Bapak sedang ada pekerjaan untuk kuli bangunan, maka rumput dicari

oleh orang lain, dalam arti Bapak memburuhi orang lain untuk mencari

rumput. Bayarannya per karung sebesar 20 ribu. Biasanya untuk 15 ekor

membutuhkan sampai 3 karung kecil.” (SN, 40)

Tabel 11. Sumber Tenaga Kerja Rumahtangga Peternak Domba Subsisten

No.

Informan

Tenaga Kerja

Dalam Rumahtangga Luar Rumahtangga

1. SN

2. AS -

3. AP -

4. KJ -

5. JL -

6. RM -

7. TN -

% 100 14,3

Sumber : Data Primer, 2018

Intensifkasi yang dilakukan oleh rumahtangga peternak domba subsisten di

desa Gempol berbasis pada sektor pertanian. Menurut Fridayanti (2013) dalam

Saraswati dan Dharmawan (2014) dalam penelitiannya, bahwa intensifikasi sektor

pertanian arti luas (termasuk peternakan) ini harus dilakukan secara efektif dan

efisien. Namun bila melihat teknologi dalam pengolahan pakan yang belum

Page 22: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

57

diaplikasikan, maka intensifikasi sektor pertanian bagi rumahtangga peternak domba

subsisten di desa Gempol belum efektif dan efisien.

b. Ekstensifikasi Rumah Tangga Peternak Domba Subsisten

Pada praktiknya, ekstensifikasi ini berhubungan dengan perluasan areal

pertanian termasuk peternakan, yang sebelumnya belum dimanfaatkan oleh peternak.

Ekstensifikasi sektor peternakan dalam penelitian ini mengacu pada perluasan lahan

ternak terutama untuk keperluan kandang dan pemeliharaan.

Tabel 12. Ekstensifikasi Rumahtangga Peternak Domba Subsisten

No. Informan

Ekstensifikasi

Memperluas Lahan

Ternak (%) Keterangan

1. SN

0

Belum memiliki lahan

untuk beternak

2. AS

3. AP

4. KJ

Memiliki lahan untuk

beternak

5. JL

Belum memiliki lahan

untuk beternak 6. RM

7. TN

Memiliki lahan untuk

beternak

Sumber : Data Primer, 2018

Tabel 12 memberikan informasi bahwa kegiatan ekstensifikasi sektor

peternakan yang dilakukan oleh rumahtangga peternak domba subsisten untuk

Page 23: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

58

perluasan lahan ternak adalah 0%. Lahan ternak yang dimiliki anggota rumahtangga

peternak domba subsisten terbatas hanya pada dua rumahtangga saja dan itu pun

memanfaatkan lahan kosong di pekarangan rumah atau lahan kosong milik sendiri.

Kemudian anggota rumahtangga peternak domba subsisten lainnya tidak memiliki

lahan untuk beternak dan memanfaatkan tanah yang disewakan oleh pemerintah desa

Gempol secara bersama-sama.

4.5.2 Diversifikasi Pekerjaan atau Pola Nafkah Ganda

Peternak memutuskan untuk bekerja tidak hanya pada sektor on-farm, tapi

juga sektor off-farm maupun non-farm. Keterlibatan peternak dalam on-farm terlihat

dari unsur-unsur on-farm yang dimilikinya sendiri, seperti ketersediaan ternak dan

kandang. Akses terhadap lahan ternak didapatkan dari adanya tanah titisara yang

disewakan oleh pemerintah desa Gempol, namun hingga sekarang tanah titisara

tersebut belum pernah ditagih biaya sewa sehingga dapat digunakan secara cuma-

cuma. Bila harus mengeluarkan uang, maka biayanya masuk kedalam kas desa.

Berdasarkan tabel 13, terlihat bahwa 42,8% atau tiga rumahtangga peternak

domba subsisten yang menjadikan kegiatan beternaknya sebagai pekerjaan utamanya,

sedangkan 57,2% atau empat rumahtangga peternak domba subsisten menjadikan

kegiatan di luar beternak sebagai pekerjaan utamanya. Seperti yang diungkapkan oleh

KJ (53) sebagai berikut.

“Ya kerjanya saya kuli, kuli kapur lah, naikin batu, di bakar tuh. Tapi ya

borongan, sesuka saya, kalo capek ya pulang. Saya ikut kegiatan pelatihan itu

ya biar dapat modal lah, bikin kandang domba sama dapet dombanya.”

Page 24: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

59

Tabel 14 menyajikan informasi mengenai diversifikasi pekerjaan rumahtangga

peternak domba subsisten. Sektor on-farm didominasi oleh kegiatan beternak

kemudian bertani padi. Seluruh rumahtangga peternak domba subsisten memiliki

kegiatan beternak domba, namun yang memiliki kegiatan bertani padi hanya dua

rumahtangga. Tiga rumahtangga di sektor off-farm memilih pekerjaan sebagai buruh

tani padi. Lalu pada sektor non-farm, pekerjaan rumahtangga tidak berhubungan

dengan pertanian ataupun peternakan, dan terdiri dari kegiatan buruh dan

pertukangan.

Tabel 13. Pekerjaan Utama Rumahtangga Peternak Domba Subsisten

No. Informan Pekerjaan Utama

Beternak Lainnya

1. SN Beternak Domba

2. AS Buruh Anyam Rotan

3. AP Buruh Anyam Rotan

4. KJ Buruh Kapur

5. JL Beternak Domba

6. RM Beternak Domba

7. TN

Buruh Tani Padi

% 42,8 57,2

Sumber : Data Primer, 2018

Aktivitas nafkah yang demikian yang dilakukan oleh rumahtangga peternak

domba subsisten ini menggambarkan struktur nafkah yang dimilikinya. Struktur

nafkah tersebut terdiri dari berbagai kombinasi pilihan baik dari sektor on-farm, off-

farm, maupun non-farm. Hal ini serupa yang dinyatakan oleh Prasetya (2013) dalam

Saraswati dan Dharmawan (2014) bahwa struktur nafkah merupakan komposisi

Page 25: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

60

pendapatan rumahtangga petani dari berbagai aktivitas nafkah yang dilakukan oleh

seluruh anggota rumahtangganya baik dari on-farm, off-farm, dan non-farm.

“Saya ikut kegiatan inkubator tahun 2016. Dapet ternak domba dan saya

pelihara sampe sekarang. Sekarang sih yah kegiatannya itu, beternak. Sebelum

ikut kegiatan ini juga, udah beternak. Sengawit anak saya yang pertama tuh,

dipelihara lewat melihara kambing dulu. Yah buat biaya-biaya anak sekolah,

ongkos, SPP, pakaian tuh yah dari ngejual kambing. Terus yah ikut kegiatan

inkubator. Saya sih dulunya sejak tahun 73 tuh, sejak orang tua saya

meninggal, saya udah dikasih kemampuan sama orang tua saya. Tinggalan

dari orang tua gitu, diajarinlah. Iya dikasih kemampuannya itu. orang-orang

tuh menta-menta ke saya. Minta bikin rumah, hari besar kek. Hari apa gitu,

ada yang minta doa buat bikin rumah. Kalo di Cirebon tiap tanggal 12 Mulud

tuh pusaka-pusaka di sini dicuci sama air kembang. Kita di sini ngikutin

primbon. Ya alhamdulillah, udah 11 kuwu sama saya. Sukses semua. DPR ada

tiga tuh, minta sama saya. Daerah Fatmawati, Babakan, Kanci. Dulu ada yang

minta dari Hanura, PKB, yah pada masuk. Iya saya ngerasa orang bodoh, tapi

kalo punya kemampuan kan orang nanya ke saya. Orang tua saya bilang

jangan pasang target, jangan minta banderol. Banyak yang minta bantuan kalo

buat musim-musim hajatan. Yang ngasih Tuhan, kita mah perantara. Kalo

saya nentuinnya dari nama sih.” (JL, 62)

“Saya kerjanya yah kadang jualan, kadang jadi buruh tani, kadang ada yang

dateng buat diurut. Kalo jualan yah jualan bakso. Seminggu jualannya empat

hari. Nyari hari yang ramenya aja. Jualannya keliling, kadang naik elf ke

tempat yang rame, kadang sekitaran rumah aja. Saya juga kadang ngeburuh ke

orang di sawah sampe bedug. Saya kalo ada yang minta pijet paling ada yang

datang ke rumah ato saya yang datang ke rumah yang minta, biasanya sih

malem mijetnya sampe jam 10. Anak saya yang kerja ada dua orang, yang

perempuan di pabrik boled sama yang laki-laki ngangkutin barang di pabrik.

Kalo ngasih ke orang tua yah kalo di mereka ada lebihnya.” (ST, 53)

Pemaparan di muka merupakan diversifikasi nafkah yang dilakukan oleh salah

satu rumahtangga peternak domba subsisten. Hal yang menarik adalah diversifikasi

pekerjaan yang dipilih oleh kepala keluarganya sebagai tokoh masyarakat atau orang

Page 26: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

61

Table 14. Diversifikasi Pekerjaan Rumahtangga Peternak Domba Subsisten

Sumber : Data Primer, 2018

pintar yang sering dijadikan tempat bertanya untuk kegiatan pemilihan kepala daerah

atau desa, hajatan atau perayaan hari besar. Pemaparan berikut mencerminkan

aktivitas diversifikasi nafkah yang serupa dengan pernyataan Prasetya (2013) dalam

Saraswati dan Dharmawan (2014) bahwa kegiatan on-farm meliputi beternak domba,

kegiatan off-farm sebagai buruh tani padi, dan kegiatan non-farm sebagai orang

pintar, pedagang keliling, tukang urut, dan buruh pabrik. Saliem dkk., (2006)

No.

Informan

Diversifikasi Nafkah

On-Farm Off-Farm Non-Farm

1. SN Memelihara ternak 1) Buruh tani padi

1) Kuli bangunan; 2)

Tukang batu; 3)

Buruh pabrik

2. AS Memelihara ternak

1) Tukang anyam; 2)

Kuli bangunan

3. AP Memelihara ternak

1) Tukang anyam; 2)

Kuli bangunan

4. KJ

1) Memelihara

ternak; 2) Bertani

padi

1) Buruh tani padi 1) Tukang kapur

5. JL Memelihara ternak 1) Buruh tani padi

1) Orang pintar; 2)

Pedagang; 3)

Tukang urut

6. RM Memelihara ternak 1) Buruh tani padi 2) Buruh

rumahtangga

7. TN

1) Memelihara

ternak; 2) Bertani

padi;

1) Buruh tani padi

1) Pegawai desa; 2)

Pekerja bengkel; 3)

TKI

Page 27: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

62

berpendapat bahwa situasi tingginya ragam diversitas pekerjaan di desa

mengindikasikan bahwa usaha pertanian tampaknya tidak lagi mampu memberikan

jaminan keamanan dan keberlanjutan pendapatan rumahtangga.

Tabel 14 pun memberikan gambaran bahwa dalam satu sektor dalam

diversifikasi nafkah, informan memiliki lebih dari satu pekerjaan. Seperti pada sektor

farm yang dapat menjadi peternak dan petani padi, dan sektor off-farm yang menjadi

kuli, tukang, dan buruh.

4.5.3 Migrasi

Berdasarkan hasil penelitian, migrasi dilakukan tidak oleh kepala

rumahtangga, namun oleh anak. Tabel 15 menunjukkan rumahtangga peternak domba

subsisten yang melakukan pola migrasi pada tahun 2018. Migrasi tersebut dilakukan

ke luar daerah kabupaten dan ke luar negara. Sebanyak 28,6% atau dua rumahtangga

peternak domba alumni bermigrasi. Migrasi ini dilakukan oleh anak dalam

rumahtangga. Anak dalam rumahtangga TN (41) bekerja sebagai Tenaga Kerja

Indonesia (TKI) ke Korea Selatan dan baru saja berangkat pada awal bulan Januari,

sedangkan anak pada rumahtangga SN (40) bekerja sebagai buruh pabrik di Jakarta.

Anak yang menjadi TKI belum mengirimkan pendapatannya karena masih awal

bekerja, sedangkan anak yang bekerja di Jakarta memberikan remitan kepada

keluarganya di kampung per bulan.

Terekam pula bahwa terjadi migrasi yang dilakukan oleh rumahtangga AS

(40) dan AP (41) pada tahun 2017. Kedua informan tersebut bekerja sebagai

pengrajin anyam rotan dengan sistem pekerjaan borongan. Ketika pekerjaan menjadi

pengrajin anyam rotan di daerah kabupaten tempatnya bekerja sedang sepi, maka

Page 28: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

63

akan pergi ke luar kabupaten Cirebon. Tujuan lokasi tersebut berada di kota Bekasi.

Di daerah kabupaten, pekerjaan pengrajin anyam ini akan mengalami masa-masa sepi

pada saat akhir tahun menuju awal tahun, berkisar antara bulan Desember sampai

bulan Februari atau Maret. Migrasi yang dilakukan oleh AS (40) dan AP (41) ini

berlangsung selama kurang lebih tiga bulan.

Berdasarkan hal tersebut, diketahui bahwa tujuan lokasi migrasi ini cukup

beragam, seperti yang dipaparkan sebelumnya yakni ke luar kabupaten Cirebon

seperti kota Jakarta dan kota Bekasi, dan ke luar negeri yakni Korea Selatan. Migrasi

ini dapat dilakukan karena adanya tawaran dari kerabat dan teman. Seperti yang

dinyatakan oleh Sembiring dan Dharmawan (2014) bahwa migrasi dapat dilakukan

karena adanya jaringan kekerabatan dan pertemanan. Buruh migran internasional

terlebih dahulu harus mendaftar pada lembaga penyalur (sponsor). Cakupan usia yang

bermigrasi tersebut terdiri dari usia remaja dan kepala keluarga. Namun yang masih

aktif untuk bermigrasi adalah dari kalangan usia remaja dan belum menikah.

Tabel 15. Migrasi Rumahtangga Peternak Domba Subsisten

No. Informan Migrasi 2018

1. SN

2. AS -

3. AP -

4. KJ -

5. JL -

6. RM -

7. TN

% 28,6%

Sumber : Data Primer, 2018

Page 29: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

64

“Yang dari Korea belum ngirim. Baru satu bulan setengah berangkatnya.”

(TN, 41)

“Adik saya (yang laki-laki) kerja di Jakarta.” (SN, 40)

“Iya kerja ke luar Cirebon. Kalo di sininya sepi tuh. Ke Bekasi. Soalnya di

sini kerjanya kan borongan. Kalo sepi yah pas akhir-akhir tahun gitu.”

4.6 Sumber-sumber Nafkah Rumahtangga Peternak Domba Subsisten

Mardiyaningsih (2003) dalam Tulak dan Dharmawan (2009) memandang

bahwa faktor kesejahteraan sosial ekonomi dan kelimpahan modal (available

resources) yang dimiliki oleh masing-masing rumahtangga akan menentukan strategi

nafkah yang dipilih ke depan. Rumahtangga peternak domba subsisten memiliki

akses terhadap modal nafkah. Ellis (2000) membagi modal nafkah menjadi lima,

meliputi modal alam, modal manusia, modal fisik, modal sosial, dan modal finansial.

Namun distribusi modal nafkah ini berbeda dari masing-masing rumahtangganya.

Paparannya adalah sebagai berikut.

4.6.1 Modal Alam

Modal alam yang dimiliki rumahtangga peternak domba subsisten terdiri dari

lahan dan air. Lahan ini terbagi menjadi beberapa kategori, yakni (1) lahan sawah

berupa tanah bengkok dari pemerintah desa Gempol, lahan sawah milik orang lain

yang digarap oleh rumahtangga peternak domba subsisten dengan sistem bagi hasil,

dan lahan sawah karitatif atas Sustainable Development Program (SDP) dari PT.

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.; (2) lahan kandang domba yang berasal dari tanah

titisara yang disewakan oleh pihak desa Gempol kepada peternak yang mendapat

anakan domba hasil dari Program Inkubator Agribisnis Ternak, dan tanah milik

Page 30: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

65

rumahtangga peternak domba subsisten sendiri yang dijadikan kebun dan atau

kandang domba; kemudian (3) lahan rumah milik rumahtangga peternak domba

subsisten sendiri yang dijadikan tanah tempat tinggal. Selain lahan, rumahtangga

informan pun memiliki sumber air yang berasal dari sumur. Hal ini serupa dengan

pernyataan Ellis (2000) dalam Saraswati dan Dharmawan (2014) bahwa modal alam

ini merupakan modal yang diperoleh dari alam atau lingkungan baik sumberdaya

yang dapat diperbaharui ataupun tidak dapat diperbaharui, seperti air dan tanah.

Tabel 16 memberikan gambaran bahwa seluruh rumahtangga informan

memiliki modal alam, namun dalam penguasaan yang berbeda-beda. Sumber air yang

dimiliki rumahtangga informan yang berasal dari sumur terbatas untuk keperluan

mandi, cuci, dan kakus saja dan tidak memiliki kontribusi terhadap pendapatan

rumahtangga, yang artinya sumber air tidak dijadikan sebagai sumber pendapatan.

Berbeda dengan sumber air, kepemilikan lahan hanya dimiliki oleh dua

rumahtangga informan saja. Rumahtangga informan yang memiliki bengkok bisa

mencapai dua kali panen dalam satu tahun. Selain dari hasil bengkok, rumahtangga

ini pun mendapatkan upah panen dari garapan sawah pihak lain yang memintanya.

Hal ini dipaparkan sebagai berikut.

“Kalo pengen duhur cepet selesei, ya berangkat jam tiga jam empat (subuh),

dapet lima kintal kan banyak. Dari satu orang dapet satu kintal, dapet dua

karung. Paling yang nyuruh lima orang, enem orang. Satu orang dua hari.

Sepanenan dapet lima kintal. Saya punya bengkok, sama kerja di orang lain.”

(TN, 41)

Berikutnya adalah rumahtangga informan yang memiliki modal alam berupa

lahan sawah yang pemberiannya secara karitatif melalui SDP dari PT. Indocement

Page 31: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

66

Tunggal Prakarsa Tbk., lahan sawah tersebut digarap dan mengalami dua kali panen

dalam kurun waktu satu tahun. Hasil panen hanya digunakan untuk kebutuhan

rumahtangga informan saja. Selain itu, rumahtangga ini juga menjadi buruh tani di

lahan sawah milik pihak lain. Hal ini dipaparkan sebagai berikut.

Tabel 16. Modal Alam

No.

Informan

Modal Alam

1. SN 1) Sumber air

2. AS 1) Sumber air

3. AP 1) Sumber air

4. KJ

1) Sumber air; 2) Lahan sawah

karitatif

5. JL 1) Sumber air

6. RM 1) Sumber air

7. TM

1) Sumber air; 2) Lahan sawah

karitatif

Sumber : Data Primer, 2018

“Dapet lahan, masih di tanam. Kalo panen dapet tiga kintalan. Kalo enggak

bagus yah dapet sedikit, kurang dari tiga kintal lah. Waktu pas nanem awal itu

bisa beres satu sampai dua hari. Terus kuli di sawahnya orang. Kalo nanem

padi yah dua kali. Musim hujan mulai panen, musim gak hujan nanem lagi.

Dua kali nanem, dua kali panen. Kalo kuli sawah di orang, bayarannya itu

beda-beda. Ada yang dapet bedugan berupa uang, kalo saya sih dapetnya padi.

Kalo bedugan yah dapetnya uang 50 ribu. Kesepakatan dari yang minta tolong

udah dari dulunya.

Dapet beras yang sekintal padi tadi, kalo diberasin jadi 60 sampe 70 kilo,

nyusut sekitar 30 sampe 40 kilo. Kalo padi bagus itu, kalo jelek cuman 50 kilo.

Yah untung-untungan. Sama saya enggak dijual lagi, buat kebutuhan di rumah

aja, buat makan sehari-hari. Kalo buat beras yah punya padi sendiri, jadi

alhamdulillah yah.” (IS, 48; istri KS, 53)

Page 32: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

67

Terdapat tanah titisara yang dijadikan sebagai kandang domba yang

digunakan oleh lima rumahtangga informan. Tanah titisara ini merupakan tanah yang

disewakan oleh desa Gempol dan uang hasil sewa tersebut akan masuk ke dalam kas

desa. Rumahtangga informan diberikan kebebasan akses untuk membuat kandang dan

memelihara domba diatas tanah tersebut.

4.6.2 Modal Manusia

Tabel 17 menunjukkan kepemilikan modal manusia pada rumahtangga

peternak domba subsisten. Tabel 16 tersebut memberikan gambaran bahwa seluruh

rumahtangga informan memiliki modal manusia yang dilibatkan dalam aktivitas

rumahtangga sehari-harinya. Pelibatan modal manusia ini meliputi kegiatan dalam

beternak, menjadi buruh tani, dan di luar kegiatan peternakan.

Kegiatan dalam beternak ini dibantu oleh istri dan anak di luar pekerjaan

suami. Pihak istri memberi makan ternak pada pagi hari, kemudian pergi mencari

rumput pada pukul 10 pagi sampai pukul satu siang, untuk selanjutnya diberikan

kepada ternak sekitar pukul dua atau setelah waktu asar. Hal ini dipaparkan sebagai

berikut.

“Kegiatan dari pagi biasa, masak-masak, nyuci baju, ngarit. Ngaritnya jam

sembilan atau setengah sepuluh aja, terus sampe duhur. Yang ngasih pakannya

baru mamah. Yah berarti ngasih pakannya dua kali, pagi sama sore aja.” (TI,

37; istri AP, 41)

Kegiatan menjadi buruh tani dilakukan baik oleh suami maupun istri. Kegiatan

ini berupa penggarapan sawah pihak lain dan berkebun. Selain itu modal manusia

Page 33: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

68

juga tampak dari pelibatan anak yang bekerja di luar sektor peternakan, seperti yang

bekerja sebagai buruh pabrik, tukang bengkel, dan bekerja ke luar negeri.

Tabel 17. Modal Manusia

No.

Informan

Modal Manusia

1. SN

1) SN

2) Satu Adik

2. AS

1) AS

2) AM

3. AP

1) AP

2) TI

4. KJ

1) KJ

2) IS

5. JL

1) JL

2) ST

3) Dua anak

6. RM

1) RM

7. TN

1) TN

2) MB

3) Dua Anak

Sumber : Data Primer, 2018

Hal yang menjadi perhatian dalam modal manusia dari rumahtangga informan

ini adalah total informan baik suami maupun istri berada pada tingkat pendidikan

Sekolah Dasar. Padahal tingkat pendidikan yang tinggi dapat berpengaruh terhadap

pilihan aktivitas nafkah yang dilakukan (Sembiring dan Dharmawan, 2014).

Page 34: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

69

Pendidikan diatas tingkat Sekolah Dasar bisa diakses oleh anak atau kerabat

dari informan. Anak dan kerabat dari rumahtangga informan yang memiliki

pendidikan diatas tingkat Sekolah Dasar dan telah bekerja adalah sebesar 42,9% yang

mana hanya tiga rumahtangga saja yang mengalaminya. Sebaran pekerjaannya

meliputi guru madrasah, tukang dan buruh pabrik. Sisanya untuk anak-anaknya masih

berada pada bangku sekolah dan belum berkontribusi terhadap nafkah

rumahtangganya.

Menurut Sembiring dan Dharmawan (2014) bahwa alokasi tenaga kerja dalam

rumahtangga sangat mempengaruhi tingkat pendapatan rumahtangga. Rumahtangga

yang hanya berpegang pada satu orang sebagai pencari nafkah rumahtangga akan

cenderung lebih rentan secara perekonomian dibandingkan dengan rumahtangga yang

memiliki beberapa anggota sebagai pencari nafkah. Total terdapat tiga rumahtangga

informan yang memiliki tenaga kerja selain dari kepala keluarganya, sedangkan

empat sisanya didominasi oleh kepala keluarga saja sebagai pencari nafkah.

4.6.3 Modal Fisik

Tabel 18 menunjukkan distribusi kepemilikan modal fisik. Setiap

rumahtangga peternak domba subsisten memiliki modal fisik, namun kepemilikannya

berbeda antar rumahtangga. Modal fisik sebagai modal yang dapat diciptakan oleh

manusia ini memiliki bentuk sebagai infrastruktur (Ellis, 2000; dalam Saraswati dan

Dharmawan, 2014). Infrastruktur yang berhasil diciptakan atau didapatkan oleh

rumahtangga informan ini berupa benda bergerak dan benda tidak bergerak. Benda

bergerak ini berupa ternak domba, sedangkan benda tidak bergerak seperti

kepemilikan terhadap sepeda, sepeda motor dan warung.

Page 35: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

70

Infrastruktur ini pada akhirnya saling terkait. Pekerjaan utama yang dijalani

oleh rumahtangga informan diakses menggunakan sepeda atau sepeda motor, atau

pakan yang dibutuhkan oleh ternak domba dicari dan diangkut menggunakan sepeda

atau sepeda motor. Distribusi modal fisik yang dimiliki oleh rumahtangga informan

didominasi oleh kepemilikan ternak domba sebanyak 100%, kemudian untuk

kepemilikan sepeda atau sepeda motor sebanyak 71,4% dan yang memiliki warung

28,6%.

Tabel 18. Modal Fisik

No.

Informan

Modal Fisik

1 SN 1) Ternak Domba

2) Motor

2 AS 1) Ternak Domba

3 AP 1) Ternak Domba

2) Motor

4 KJ

1) Ternak Domba

2) Motor

3) Sepeda

5 JL

1) Ternak Domba

2) Motor

3) Sepeda

6 RM 1) Ternak Domba

7 TN

1) Ternak Domba

2) Motor

3) Sepeda

Sumber : Data Primer, 2018

Kehadiran infrastruktur tersebut membantu mempermudah pekerjaan sehari-

hari. Kepemilikan warung yang berada di tempat tinggal rumahtangga informan

Page 36: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

71

hanya ditemui pada satu rumahtangga saja. Kemudian satu rumahtangga lain aktif

bekerja sebagai pedagang keliling. Serupa dengan pernyataan beberapa informan

sebagai berikut.

“Kalo ini warung punya ibu, yah warung tambahan nganggur aja. Dibikinin

bapak, dari pada nganggur gitu. Warung ini yah suka ada yang beli kesini, tapi

jarang. Yah saya nunggu aja dari pada jenuh.” (IS, 48; istri KJ, 53)

“Saya jualan baso. Jualan pagi-pagi sampe jam dua ato sampe jam empat sore.

Jualan baso gak tiap hari, kadang seminggu empat kali. Selasa, Rebo, Sabtu,

sama Minggu jualan. Jumat sama Kemis di rumah aja. Saya jualan baso empat

hari seminggu, nyari hari yang ramenya aja. Kalo tiap hari biasanya suka sepi

ya saya kesel. Kadang ngambil baso terus diutangin ke orang biar setoran jejeg

gitu aja. Pas ketemu lagi dibayar. Yang penting setoran penuh.” (ST, 53; istri

JL, 62)

4.6.4 Modal Sosial

Modal sosial dalam penelitian ini meliputi rasa percaya (trust), jejaring

(network), dan norma (norm). Pemanfaatan jaringan atau jaringan sosial menjadi

salah satu strategi untuk mengatasi kesulitan ekonomi (Yuliana dkk., 2016).

Cakupan modal sosial dapat dilihat pada Tabel 19. Rumahtangga peternak

domba subsisten tampak memiliki modal sosial tersebut. Pada rumahtangga SN (40),

modal sosial yang dimilikinya berupa jejaring (network) terhadap kerabat dan teman.

Bila SN (40) dan rumahtangganya mengalami kesulitan ekonomi, maka dapat

memanfaatkan jejaring tersebut untuk meminta bantuan seperti meminjam uang atau

barang. Jejaring ini tidak akan terbentuk bila tidak ada rasa percaya antar pelaku

dalam jejaring, sehingga rasa percaya tersebut menjadi pembentuk jejaring. Dua

aspek tersebut dapat berjalan pula karena adanya norma yang menjadi aturan yang

Page 37: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

72

mengikat antar pelakunya. Penggunaan norma tersebut tergambar dari rumahtangga

AS (40) ketika anaknya sakit meminta bantuan kepada kakaknya berupa pinjaman

uang. Proses meminjam uang tersebut menghasilkan satu kesepakatan pembayaran

sampai lunas tapi dalam jangka waktu yang panjang. Kesepakatan pembayaran dalam

jangka lama ini dianggap sebagai norma yang terbentuk karena adanya hubungan

kekerabatan meskipun tidak tertulis. Jejaring antar teman pun menghasilkan tawaran-

tawaran pekerjaan, seperti yang terjadi pada keseluruhan rumahtangga peternak

domba subsisten. Tawaran pekerjaan tersebut meliputi pekerjaan menjadi buruh tani,

buruh di kebun, dan buruh bangunan.

Tabel 19. Modal Sosial

No.

Informan

Modal Sosial

1 SN

1) Kerabat

2) Teman

2 AS

1) Kerabat

2) Teman

3 AP

1) Kerabat

2) Teman

4 KJ

1) Kerabat

2) Teman

5 JL

1) Kerabat

2) Teman

6 RM

1) Kerabat

2) Teman

7 TN

1) Kerabat

2) Teman

Sumber : Data Primer, 2018

Jaringan yang terbentuk dengan pihak PT. Indocement Tunggal Prakarsa

Tbk., pun menjadi suatu modal sosial. Penawaran Program Inkubator Agribisnis

Page 38: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

73

Ternak kepada informan dari rumahtangga peternak domba pun dimanfaatkan oleh

informan sebagai modal sosial sehingga memiliki ternak domba, kandang domba, dan

kemampuan memelihara domba. Kegiatan tersebut juga melibatkan aspek rasa

percaya dalam proses seleksi program dan norma yang mengikat dalam kegiatan

tersebut. Norma tersebut berupa aturan tertulis seperti Standar Operating Procedure

(SOP) program.

Menurut Ellis (2000) dalam Saraswati dan Dharmawan (2014) bahwa modal

sosial dapat berupa trust, networking, organisasi dan segala bentuk hubungan untuk

bekerja sama serta memberikan bantuan untuk memperluas akses terhadap kegiatan

ekonomi. Hal ini tergambar ketika tiap rumahtangga informan mengalami kebuntuan

dalam proses mencari nafkah atau sedang tidak bekerja pada pekerjaan utamanya,

maka saudara, tetangga atau teman akan menawarkan pekerjaan lain. Pekerjaan yang

ditawarkan berasal dari sektor pertanian maupun di luar sektor tersebut, seperti

menjadi buruh tani atau kuli bangunan. Hal ini tergambar dari pernyataan Bapak SL

(40) yang mendapatkan tawaran pekerjaan selain beternak dari lingkup pertemanan

dan hubungan kekerabatannya sebagai berikut.

“Kerjaan bakar bata dikenalin sama temen, kenal sama direkturnya, bos lah

istilahnya. Letaknya itu di BUMDES Gempol. Sifatnya itu borongan, sehari

kerjanya itu 10 jam, langsung selese. Terus bantu bangun rumah saudara, yak

karena ditawarin sodara.”

4.6.5 Modal Finansial

Modal finansial yang dimanfaatkan oleh rumahtangga peternak domba

subsisten mencakup pinjaman dan remitan. Pinjaman pun tidak dilakukan ke bank,

tapi terbatas pada saudara seperti kakak, adik, atau orang tua. Remitan diterima oleh

Page 39: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

74

rumahtangga peternak domba subsisten yang memiliki anak yang bekerja di luar

kabupaten atau luar negeri. Remitan tersebut bisa diterima tiap bulan atau bahkan

jarang. Penggunaannya pun bisa dilakukan untuk pengeluaran bulanan atau hanya

dikeluarkan ketika ada keperluan mendadak saja. Rumahtangga peternak domba

subsisten pun jarang yang memiliki tabungan. Tabungan yang dimiliki berupa arisan

antar tetangga dan tidak tampak ada tabungan di bank. Cakupan modal finansial dapat

dilihat pada Tabel 20 berikut.

Tabel 20. Modal Finansial

No.

Informan

Modal Finansial

1 SN

1) Ternak Domba

2) Pinjaman pada Kerabat

2 AS

1) Ternak Domba

2) Pinjaman pada Kerabat

3 AP

1) Ternak Domba

2) Pinjaman pada Kerabat

4 KJ

1) Ternak Domba

2) Arisan

5 JL

1) Ternak Domba

2) Pinjaman pada Kerabat

3) Arisan

6 RM

1) Ternak Domba

2) Karitatif Pemerintah

7 TN

1) Ternak Domba

2) Pinjaman pada Kerabat

Sumber : Data Primer. 2018

Menurut Saraswati dan Dharmawan (2014), bahwa cakupan modal finansial

adalah akses terhadap pinjaman, kemampuan menabung, dan penerimaan remitan.

Rumahtangga peternak domba alumni memiliki akses pinjaman 100% terhadap

Page 40: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

75

tetangga dan kerabat, dan tidak ditemui rumahtangga peternak domba alumni yang

meminjam uang kepada pihak bank. Pernyataan ini dipaparkan sebagai berikut.

“Dulu ditawarin bank harian buat modal. Tapi saya takut gak bisa bayar

hutang. Suka ada bank harian sama bank bulanan, tapi saya gamau. Kalo

punya sendiri mau abis mau gimana yah biarin. Kalo pinjem satu juta, paling

jadi sembilan ratus atau delapan ratus, saya gamau. Saya punya sendiri bank

harian, itu suami saya. Takut kalo pinjem-pinjem, gak berani. Punya gak

punya yaudah diem aja.” (IS, 48; istri KJ, 53)

Barang yang dipinjamnya meliputi uang atau beras. Tujuannya adalah untuk

mencukupi kebutuhan sehari-hari. Hal ini serupa dengan pernyataan sebagai berikut.

“Bila kebutuhan ekonomi harian atau bulanan tidak mencukupi misalnya untuk

bekal sekolah anak dan untuk makan sehari-hari, maka akan meminjam dan

tidak sampai menjual domba. Pekerjaan utamanya sepi parah, yah meminjam

pada saudara.” (AS, 40)

Tingkat kemampuan menabungnya pun bervariasi. Rumahtangga yang tidak

dapat menyisihkan pendapatannya sebanyak 57,1%, dapat menyisihkan pendapatan

namun tidak rutin sebanyak 42,9%, dan nol persen rumahtangga yang menyisihkan

pendapatannya secara rutin. Rumahtangga yang dapat menyisihkan pendapatannya

namun tidak rutin ini menyimpan pendapatannya dalam bentuk kegiatan arisan dan

barang berupa emas. Selain itu juga, tabungan yang dimiliki rumahtangga diluar dari

pendapatan hariannya adalah ternak domba yang akan dijual ketika terjadi keadaan

yang sangat kritis seperti kondisi anak sakit atau biaya pendidikan anak. Berikut

dipaparkan pernyataan beberapa informan.

Page 41: IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah …media.unpad.ac.id/thesis/200110/2014/200110140189_4_7502.pdf4.1 Keadaan Umum Daerah ... berpengaruh terhadap berbagai bidang kehidupan

76

“Anak mamah sakit yang kecil, Rosiandi. Sampe dirawat di rumah sakit.

Pinjem sana gak ada, pinjem sini gak ada. Akhirnya dapet dari sodara. Jadi

kondisinya mamah masih berhutang. Masih dalam sisaan. Nungguin domba

gede.” (AM, 40; istri AH, 40)

“Domba itu ya sebagai sampingan lah. Kalo ada yang gede-gede baru dijual.

Buat kebutuhan lah. Kalo ada kebutuhan yang berat-berat yah dijual. Kalo

kebutuhan yang berat itu yah sepatu sekolah anak-anak, pas anak-anak

kenaikan sekolah. Kalo minta tour, karena mendadak jadi yah agak berat.

Kebutuhan sehari-hari mah kalo gak ada bisa dengan minjem dulu ke adek, ke

mamah.” (TI, 37; istri AP, 41)

Remitan merupakan pendapatan yang diterima oleh rumahtangga dari anggota

rumahtangga yang bekerja di luar daerah, biasanya remitan diberikan oleh anak

kepada orang tuanya. Remitan ini bisa diberikan secara rutin atau jarang.

Rumahtangga peternak domba subsisten yang tidak menerima remitan sebanyak

28,6% karena belum adanya anak yang bekerja di luar daerah dan yang dilibatkan

dalam kegiatan nafkah baru suami dan istri saja; kemudian yang menerima remitan

namun jarang sebanyak 42,9% karena adanya anak yang sudah menikah dan tinggal

jauh dari orang tua dan pemberian remitan tersebut tidak menentu seperti pada hari

besar saja atau kurang dari itu, atau anak yang belum menikah namun pendapatannya

belum stabil; dan rumahtangga yang rutin menerima remitan setiap bulannya dari

anak yang bekerja di luar kabupaten maupun di luar negeri sebanyak 28,6%. Menurut

Saraswati dan Dharmawan (2014) bahwa pemanfaatan remitan ini bisa digunakan

untuk keperluan sehari-hari maupun keperluan mendadak.