Upload
helmonadam
View
80
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
agama islam
Citation preview
MARI BERSATU DI BARISAN KOKOH. QS.61:4 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET MARI PERERAT UKHUWAH: 1 ALLAH, 1 QUR’AN, 1 KIBLAT, 1 ISLAM, 1 HATI
HENDAKLAH MENYERU DENGAN HIKMAH & CARA BAIK DISERTAI BUKTI SEPERTI PARA NABI MENYERU SELALU DISERTAI BUKTI.
http://islamterbuktibenar.net/?pg=articles&article=13526
ijk
هللا ل رسو محمد.هللا إ� إله �.عليكم الس�م
بعد اما.هللا ل رسو على الس�م و الص�ة. لمين العا رب � الحمد
Segala puji hanya bagi Allah semata yang telah memberi kesempatan pada
kita semua & juga atas Hidayah serta segala nikmat yang tidak akan
pernah bisa kita hitung satu persatu.
Terimakasih kami ucapkan pada saudara saudari yg setia pada ITB versi
page www.facebook.com/1SLAM.TERBUKTI.BENAR?sk=info & versi group
www.facebook.com/home.php?sk=group_131429706933189&view=members
Kami tak dapat membalas apa-apa, hanya teriring doa agar semua
dukungan saudara-saudari menjadi amal yang berat timbangannya di hari
perhitungan kelak saat emas perak tidak berlaku lagi.
MUKADIMAH
Segala puji hanya milik Allah. Kita memuji, meminta pertolongan serta
meminta ampunan kepada-Nya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri
kita dan keburukan amal-amal kita. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah,
maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan, barangsiapa yang disesatkan
oleh-Nya, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah (yang berhak disembah) selain Allah
semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah
hamba dan Rasul-Nya. Allah SWT berfirman:
100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 & TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU & TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR
ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH & RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar
takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
keadaan beragama Islam.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 102)
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu.” (QS. An-Nisa’ [4]: 1)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan
katakanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah memperbaiki bagimu
amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan
barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah
mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al-Ahzab [33]: 70-71)
Amma ba’du; Ini adalah tulisan kedua dari mata rantai tema seputar
kesalahan-kesalahan dalam ibadah. Tulisan ini berkaitan dengan bulan
Ramadhan, ragam manusia pada bulan ini, beberapa hukum terkait mereka,
sunnah-sunnah Ramadhan, dan berbagai kesalahan yang dilakukan oleh orang
yang berpuasa. Selanjutnya, saya menambahkan beberapa fatwa seputar
kesalahan yang telah merebak pada bulan Ramadhan.
Tulisan ini saya akhiri dengan menyampaikan beberapa hadits dhaif dan
maudhu’ yang banyak disebutkan di buku-buku tentang nasihat, atau melalui
lisan orang-orang yang sering memberikan nasihat tentang bulan Ramadhan.
Saya memohon kepada Allah agar menjadikan niat kita tulus ikhlas untuk
mencari ridha-Nya semata. Sesungguhnya, Dia Maha Mendengar lagi Maha
Mengabulkan doa.
Yang pertama dan terakhir, saya panjatkan puji syukur kepada Allah sebab
telah memberikan kemudahan. Selanjutnya, saya ucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu saya dalam
penyelesaian pembahasan ini. Mereka adalah kalangan akademis, terutama
Syaikh Sa’ad Al-Humaid, semoga Allah membalasnya dengan kebaikan.
Perlu diperhatikan, bahwa tulisan ini adalah kumpulan kesalahan yang
sering terlihat, didengar, dan dibaca. Takni, permasalahan yang dilakukan oleh
banyak umat Islam meski sebab niat baik, ikut-ikutan, atau yang lainnya dalam
perkara yang menyelisihi nash-nash syar’i, atau menyelisihi perbuatan yang lebih
utama menuju perbuatan yang kurang utama, seperti yang akan dijelaskan nanti,
insya Allah.
Saya sangat ingin mengingatkan di sini, bahwa kebanyakan kesalahan itu
diberitahukan kepada saya oleh orang-orang yang semangat memberikan nasihat
kepada umat. Begitulah dugaan saya dan hanya Allah yang akan menghitung
amal mereka. Saya tidak menganggap suci seorang pun di hadapan Allah.
Semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan atas usaha mereka dan
menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang menunjukkan kepada
kebaikan, sehingga mendapat pahala seperti pahala yang diperoleh pelakunya.
Berangkat dari sini dan agar kita termasuk kelompok orang-orang yang
saling tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa, maka saya mengajak kepada
setiap orang yang gemar memberikan nasihat untuk membantu saya dalam
membahas masalah ini. Yakni, dengan memberitahukan secara tertulis atau lisan
tentang berbagai kesalahan yang ia ketahui yang belum dikemukakan dalam
buku ini, termasuk arahan dan catatan yang ia pandang sejalan dengan tema ini.
Terakhir, ini hanyalah usaha saya yang tak seberapa. Tidak ada taufiq bagi
saya melainkan dengan pertolongan Allah. Hanya kepada-Nya saya bertawakal
dan hanya kepada-Nya saya kembali. Ya Allah, aku memohon agar tulisan ini
bermanfaat bagi penulis, pembaca, pendengar, dan semua pihak yang telah
membantu penerbitannya. Sesungguhnya, Allah Ta’ala adalah sebaik-baik tempat
meminta. Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya sempurnalah segala
kebaikan. Semoga Allah melimpahkan shalawat, salam, dan berkah kepada
Rasulullah SAW beserta keluarga, para sahabat dan siapa pun yang berwala’
kepada beliau.
SERBA-SERBI DI BULAN RAMADHAN
KEISTIMEWAN RAMADHAN
Umat Islam pada bulan Ramadhan hidup dalam hari-hari yang penuh
kebaikan yang luar biasa yang telah Allah karuniakan kepada mereka. Allah
memuliakan mereka dengan bulan ini. Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 183)
FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER & HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48
SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15
Allah SWT mengkhususkan bulan ini sebagai bulan puasa dengan berbagai
keistimewaan yang menunjukkan keutamaan dan kemuliaannya. Di antara
keistimewaan bulan Ramadhan:
1. Diturunkan Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
“Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang
hak dan yang bathil)…” (QS. Al-Baqarah [2]: 185)
2. Lailatul Qadr, Di dalam bulan Ramadhan terdapat Lailatul Qadr. Malam ini di
sisi Allah lebih baik dari 1.000 bulan. Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam
kemuliaan.” (QS. Al-Qadr [97]: 1)
3. Pada Ramadhan, Setan-setan Dibelenggu, Pintu-pintu SUrga Dibuka, dan
Pintu-pintu Neraka Ditutup.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya, pada setiap kali berbuka, ada orang-orang yang akan Allah
bebaskan (dari neraka), dan itu pada setiap malam.” (HR. Tirmidzi, Ibnu
Majah, dan lainnya)
Allah juga menyiapkan satu pintu khusus di surga untuk orang yang
berpuasa, yang tidak dimasuki oleh yang lainnya. Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’d,
ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Bagi orang-orang yang berpuasa disediakan satu pintu di surga yang
disebut Ar-Rayyan. Tidak ada seorang pun yang memasukinya selain mereka.
Bila orang terakgir dari mereka telah masuk, pintu itu ditutup. Barangsiapa
yang masuk ke sana, maka ia akan minum, dan orang yang telah minum,
tidak akan haus selamanya.” (HR. Nasai)
4. Doa Orang yang Berpuasa Akan Dikabulkan
Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’d, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Ada tiga macam doa yang dikabulkan; doa orang yang berpuasa, doa orang
yang terzhalimi, serta doa orang musafir.” (HR. Baihaqi dan lainnya)
5. Puasa Adalah Perisai
Puasa adalah perisai yang digunakan seorang hamba untuk membentengi diri
dari neraka. Rasulullah SAW bersabda:
“Puasa merupakan perisai yang digunakan seorang hamba untuk
membentengi diri dari neraka.” (HR. Ahmad)
6. Secara Khusus, Allah Lebih Mengistimewakan Ibadah Puasa Dibandingkan
Ibadah yang lain
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Allah
SWT berfirman:
“Setiap amal anak keturunan Adam adalah untuknya kecuali puasa, sebab itu
untuk-Ku dan Akulah yang akan membalasnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan, masih lagi keistimewaan lain yang tidak cukup dimuat disini.
KLASIFIKASI MANUSIA DI BULAN RAMADHAN
Terkait dengan bulan Ramadhan, manusia terbagi menjadi beberapa macam:
Pertama, kelompok yang menunggu kedatangan bulan ini dengan penuh
kesabaran. Ia bertambah gembira dengan kedatangannya, hingga ia pun
menyingsingkan lengan dan bersungguh-sungguh mengerjakan segala macam
bentuk ibadah, seperti; puasa, shalat, sedekah, dan lain sebagaimana. Ini
merupakan kelompok yang terbaik.
Ibnu Abbas menuturkan, “Nabi SAW adalah orang yang paling berdewrma.
Namun, beliau lebih berderma lagi pada bulan Ramadhan, ketika beliau selalu
ditemui Jibril. Setiap malam pada bulan Ramadhan, Jibril menemui beliau hingga
akgir bulan. Nabi SAW membacakan Al-Qur’an kepadanya. Bila beliau bertemu
Jibril, beliau lebih berderma daripada angin yang bertiup.” (HR. Bukhari)
Kedua, kelompok yang sejak bulan Ramadhan datang sampai berlalu,
keadaan mereka tetap saja seperti sebelum Ramadhan. Mereka tidak
terpengaruh oleh bulan puasa itu serta tidak bertambah senang atau bersegera
dalam hal kebaikan. Kelompok ini adalah orang-orang yang menyia-nyiakan
keuntungan besar yang nilainya tidak bisa diukur dengan apa pun. Sebab,
seorang muslim akan bertambah semangatnya pada waktu-waktu yang banyak
terdapat kebaikan dan pahala di dalamnya.
Ketiga, kelompok yang tidak mengenal Allah, kecuali pada bulan
Ramadhan saja. Bila bulan Ramadhan datang, Anda dapat melihat mereka ikut
rukuk dan sujud dalam shalat. Tetapi, bila Ramadhan berakhir, mereka kembali
berbuat maksiat seperti semula.
Mereka adalah kaum yang disebutkan kepada Imam Ahmad dan Al-Fudhail
bin ‘Iyadh dan keduanya berkata, “Mereka adalah seburuk-buruk kaum lantaran
tidak mengenal Allah kecuali pada bulan Ramadhan.”
100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 & TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU & TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR
ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH & RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15
Sebab itu, setiap orang yang termasuk dalam kelompok ini semestinya
tahu bahwa ia telah menipu dirinya sendiri dengan perbuatannya tersebut. Setan
pun juga memperoleh keuntungan besar darinya. Allah SWT berfirman, “Setan
telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-
angan mereka.” (QS. Muhammad [47]: 25)
Sebagai bentuk ajakan dan peringatan untuk kelompok seperti
mereka, hendaklah mereka bertaubat kepada Allah dengan sebenar-
benarnya taubat. Kami menghimbau agar mereka memanfaatkan bulan ini
untuk kembali dan tunduk kepada Allah serta meminta ampun dan
meninggalkan perbuatan buruk yang telah lalu. Allah SWT berfirman:
“Dan sesungguhnya, Aku Maha Pengampun bagi orang yang
bertaubat, beriman, beramal saleh, lalu tetap di jalan yang benar.”
(QS. Thaha [20]: 82)
“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan
amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan
kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Al-Furqan [25]: 70)
Bila Allah telah mengetahui ketulusan dan keikhlasan mereka, maka Dia
akan memaafkan mereka sebagaimana yang Dia janjikan. Sebab, Allah tidak akan
mengingkari janji-Nya. Namun, bila mereka tetap saja berbuat maksiat, maka kita
harus mengingatkan perbuatan mereka, dan menyampaikan bahwa mereka
dalam bahaya besar. Bahaya macam palagi yang lebih besar daripada
meremehkan kewajiban, batasan-batasan, perintah, dan larangan-Nya.
Keempat, kelompok yang hanya perutnya saja yang berpuasa dari segala
macam makanan, namun tidak menahan diri dari selain itu. Anda akan
melihatnya sebagai orang yang paling tidak berselera terhadap makanan dan
minuman. Akan tetapi, mereka tidak merasa gerah ketika mendengar
kemungkaran, ghibah, adu domba, dan penghinaan. Bahkan, inilah kebiasaannya
pada bulan Ramadhan dan bulan-bulan lainnya.
Kepada orang-orang seperti ini, perlu kita sampaikan bahwa kemaksiatan
pada bulan Ramadhan dan bulan lainnya itu diharamkan, tetapi lebih diharamkan
lagi pada bulan Ramadhan, menurut pendapat sebagian ulama. Dengan
kemaksiatan tersebut berarti mereka telah menodai puasa dan menyia-nyiakan
pahala yang banyak. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan
dan perbuatan dusta, maka tidak ada kebutuhan bagi Allah dalam diri orang
yang meninggalkan makanan dan minumannya.” (HR. Bukhari dan Abu Dawud)
Rasulullah SAW juga bersabda: “Puasa itu bukan sekedar menahan makan
dan minum, tetapi puasa itu adalah meninggalkan perbuatan sia-sia dan
perkataan keji.” (HR. Ibnu Hibban)
Kelima, kelompok yang menjadikan siang hari untuk tidur, sedangkan
malam harinya untuk begadang dan main-main belaka. Mereka tidak
memanfaatkan siangnya untuk berdzikir dan berbuat kebaikan, tidak pula
membersihkan malamnya dari hal-hal yang diharamkan.
Kepada orang-orang seperti ini pelaku kita sampaikan agar mereka
takutlah kepada Allah berkenaan dengan diri mereka. Janganlah menyia-nyiakan
kebaikan yang datang kepada mereka. Mereka telah hidup sejahtera dan
makmur. Hendaklah mereka bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuha
dan bergembira dengan berita dari Allah yang menyenangkan.
Keenam, kelompok yang tidak mengenal Allah pada bulan Ramadhan dan
tidak pula pada bulan lainnya. Mereka adalah kelompok yang paling buruk dan
berbahaya. Anda akan melihat mereka tidak memperhatikan shalat atau puasa.
Mereka meninggalkan kewajiban itu secara sengaja, padahal kondisinya sehat
dan segar bugar. Setelah itu mereka mengaku sebagai orang Islam. Padahal,
Islam sangat jauh dari mereka, bagaikan jauhnya Barat dan Timur. Orang-orang
Islam pun berlepas diri dari mereka.
Kepada orang-orang semacam ini perlu dikatakan, “Segeralah bertaubat
dan kembalilah kepada agama kalian. Lipatlah lembaran hitam hidup kalian.
Sesunggunya, Rabb kalian Maha Penyayang kepada siapa saja yang mentaati-
Nya, dan sangat keras siksanya kepada orang yang mendurhakai-Nya.”
FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER & HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48
SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15
Demikianlah, klasifikasi manusia secara global berkaitan dengan bulan
Ramadhan. Meski mungkin sebagian kelompok masuk pada kelompok lainnya,
namun ini perlu dijelaskan.
“Barangsiapa memberi makanan berbuka kepada orang yang puasa, maka ia
memperoleh pahala seperti pahala orang yang berpuasa, tanpa mengurangi
sedikit pun pahala orang yang berpuasa itu.” (HR. Ahmad)
ETIKA BERPUASA
Pertama kali yang perlu disebutkan, hendaknya seorang muslim yang
berpuasa menginginkan ridha Allah Ta’ala semata, dalam keadaan beriman dan
mengharap pahala-Nya. Nabi SAW bersabda:
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap
pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu diampuni.” (HR. Bukhari dan
Muslim). Dalam redaksi lain menurut riwayat Ahmad: “…diampuni dosa-dosanya
yang telah lalu dan yang akan datang.”
Sebelum seseorang berpuasa, maka ia harus berniat puasa terlebih dulu,
berdasarkan sabda Nabi SAW: “Barangsiapa tidak berniat puasa sebelum fajar
pagi, maka tidak ada puasa baginya.” (HR. Baihaqi)
Dalam riwayat Nasai disebutkan: “Barangsiapa tidak berniat puasa pada malam
hari, maka tidak ada puasa baginya.”
Seorang muslim hendaknya berusaha sekuat tenaga untuk tidak menyia-
nyiakan makan sahur. Dalam makan sahur terdapat banyak kebaikan dan pahala
melimpah. Bila itu di tinggalkan, berarti ia telah menghalangi diri dari
mendapatkan pahala berlimpah. Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits
Nabi SAW bahwa beliau bersabda:
“Makan sahurlah kalian, sebab dalam makan sahur terdapat berkah.”
Nabi SAW juga bersabda: “Sahur itu semuanya merupakan berkah, maka
janganlah kalian meninggalkannya meski hanya minum seteguk air. Sebab Allah
dan para malaikat-Nya mengucapkan shalawat kepada orang-orang yang
sahur.” (HR. Ahmad)
Seorang sahabat Nabi SAW berkata, “Aku pernah masuk menemui Nabi
ketika beliau sedang makan sahur. Beliau lalu bersabda, ‘Sesungguhnya makan
sahur adalah berkah yang diberikan Allah kepada kalian. Maka, janganlah kalian
tinggalkan.” Nabi bersabda:
“Berkah itu ada dalam tiga hal; berjamaah, tsarid (bubur daging), dan
makan sahur.” (HR. Thabarani)
Di antara keutamaan makan sahur, bahwa perbuatan ini sebagai pembeda
antara puasa orang Islam dengan puasa Ahli kitab.
Nabi SAW bersabda:
“Perbedaan antara puasa kita dan puasa ahli kitab adalah dalam makan
sahur.” (HR. Ad-Darimi, Ibnu Hibban, dan Ibnu Khuzaimah)
Bila hal itu telah diketahui, maka keutamaan makan sahur itu lebih besar
lagi bila diakhirkan, sebab dalam hal ini ada kebaikan yang banyak. Nabi SAW
biasa mengakhirkan makan sahur. Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit, ia berkata
“Kami pernah makan sahur bersama Nabi SAW, setelah itu beliau bangkit menuju
shalat. Anas bertanya, ‘berapa lama waktu antara adzan dan makan sahur?’ Zaid
menjawab, ‘Sekira-kira bacaan 50 ayat.”
Diriwayatkan dari Abu Darda, “Ada tiga akhlak kenabian; menyegerakan
berbuka puasa, mengakhirkan makan sahur, dan meletakkan tangan kanan di
atas tangan kiri di dalam shalat.” (HR. Thabrani dan dihukumi hadits marfu’
sebagai mana pernyataan para ulama).
Keutamaan makan sahur menjadi lebih bagus bila makan dengan kurma,
atau disertai kurma. Ini berdasarkan sabda Nabi SAW:
“Makanan sahur terbaik bagi orang beriman adalah kurma.” (HR. Abu
Dawud dan lainnya)
Bila seorang mukmin telah menyelesaikan sahurnya, hendaknya ia segera
bersiap-siap untuk menunaikan shalat Subuh. Janganlah ia menyepelekannya,
sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian orang yang makan sahur lalu tidur
hingga tidak mengerjakan shalat Subuh. Cukuplah iu dianggap sebagai musibah
dan tindakan penyepelean, terutama bila malamnya ia begadang.
Seorang mukmin harus memanfaatkan semua waktu puasanya untuk
kebaikan dengan segala macamnya. Misalnya, membaca Al-Qur’an, istighfar, dan
lainnya. Bila telah dekat waktu berbuka, hendaknya ia mengingat sunnah-sunnah
yang biasa dikerjakan Nabi SAW, di antaranya segera berbuka. Imam Bukhari dan
Muslim mengeluarkan sebuah hadits yang marfu’ dari Sahl bin Sa’ad, disebutkan:
100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 & TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU & TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR
ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH & RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15
“Manusia senantiasa dalam kebaikan selama mereka menyegerakan
berbuka.”
Dari Abu Hurairah diriwayatkan hadits marfu’:
“Agama Islam senantiasa unggul selama pemeluknya menyegerakan
berbuka, sebab kaum yahudi dan nasrani mengakhirkan (berbuka).” (HR.
Abu Dawud dan Ahmad)
Sebelumnya, telah disebutkan hadits dari Abu Darda’ bahwa ada tiga
akhlak kenabian dan salah satunya adalah menyegerakan berbuka puasa.
Termasuk sunnah, orang yang puasa hendaknya berbuka dengan kurma.
Bila tidak mendapatkannya, cukuplah dengan air. Diriwayatkan dari Salman
bin’Amir Adh-Dhabi yang berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Bila salah seorang di antara kalian berbuka puasa, hendaklah berbuka
dengan kurma, sebab itu mengandung berkah. Bila tidak mendapatkan
kurma, maka dengan air, sebab air itu suci.” (HR. Ahmad dan Penulis kitab-
kitab Sunan)
Mengawali buka puasa dengan kurma itu memiliki rahasia yang
menakjubkan. Beberapa pakar kedokteran menyebutkan bahwa usus itu
menyerap zat gula yang bersifat mudah dicerna dalam waktu kurang dari 5
menit. Badan pun jadi terasa segar dan hilanglah kekurangan zat gula dan cairan.
Sebab, gula darah dalam tubuh akan menurun pada saat berpuasa, sehingga
terkadang menyebabkan rasa lapar dan terkadang agak lemas. Kondisi ini akan
cepat hilang bila makan makanan mengandung zat gula.”
Pakar lainnya mengatakan, “Alasan berbuka dengan air, sebab ketika
berpuasa badan mengalami semacam kekeringan. Bila dibasahi dengan air, maka
tubuh akan lebih sempurna dalam memfungsikan makanan.” Semoga shalawat
dan salam senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi kita yang mengasihi dan
menyayangi umatnya.
Termasuk amalan sunnah, orang yang berpuasa hendaknya berdoa ketika
berbuka puasa. Ada anjuran dalam hal ini dari Rasulullah SAW. Beliau bersabda:
“Ada tiga orang yang tidak ditolak doanya; orang yang berpuasa sampai
berbuka, imam yang adil, dan orang yang dianiaya.” (HR. Thabrani)
Rasulullah SAW juga bersabda, “Ada tiga doa yang dikabulkan; doa orang
berpuasa, doa orang yang dianiaya, dan doa orang yang bepergian.” Rasulullah
SAW bersabda, “Ada tiga doa yang tidak ditolak; doa orang tua untuk anaknya,
doanya orang yang berpuasa, dan doanya orang yang bepergian.”
Termasuk amalan sunnah, orang yang berpuasa hendaknya berdoa dengan
doa yang diwariskan dari Nabi SAW. Ketika berbuka puasa, beliau berdoa:
“Telah hilang rasa dahaga, telah basah kerongkongan, dan tetaplah
pahalanya insya Allah.” (HR. Abu Dawud)
Seorang muslim hendaknya berusaha mengajak orang lai untuk berbuka
puasa bersamanya. Ada sebuah riwayat, bahwa Nabi SAW bersabda,
“Barangsiapa memberi makanan berbuka kepada orang yang puasa, atau
menyiapkan perbekalan seorang pejuang, maka ia akan mendapatkan pahala
seperti pahala mereka.” Rasulullah SAW juga bersabda:
“Barangsiapa memberi makanan berbuka kepada orang yang puasa, maka
ia memperoleh pahala seperti pahala orang yang berpuasa, tanpa
mengurangi sedikit pun pahala orang yang berpuasa itu.” (HR. Ahmad)
Sebab itu, kita semua harus memiliki obsesi untuk segera berbat kebaikan.
Pasalnya, dagangan Allah itu mahal. Kami memohon kepada-Mu; ya Allah,
jadikanlah kami dan saudara-saudara sesama muslim termasuk orang-orang yang
menunaikan puasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala.
Jadikanlah amal kami yang terbaik sebagai penutup hidup kami dan hari-hari
terbaik kami adalah saat bertemu dengan-Mu.
Sebagai catatan, bahwa sebuah ibadah harus memenuhi dua syarat utama,
yaitu ikhlas kepada Allah dan mengikuti petunjuk Rasul SAW. Allah SWT
berfirman:
“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadat kepada-Nya,
meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya).” (QS. Al-Mukmin [40]:
14)
“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah…” (QS. Al-Hasyr [59]: 7)
Dalam beribadah, hendaknya seorang muslim meneladani Nabi SAW baik
dalam perkataan maupun amal perbuatan, dan ikhlas hanya untuk Allah semata.
Setelah kami sebutkan itu semua, alangkah baiknya kalau dalam kesempatan ini
kami sebutkan beberapa perkara yang sangat penting bagi seorang muslim yang
giat agar puasanya sesuai dengan puasa Nabi SAW.
FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER & HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48
SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15
BERBAGAI KESALAHAN ORANG BERPUASA
1. Tetap Makan Sahur Sampai mendengar Lafazh Adzan: Hayya ‘Alash
Shalah
Sebagian orang bila mendengar muadzin mengumandangkan adzan shalat
Subuh, mereka baru bangun tidur untuk makan dan minum. Bila ANda
menasihati dan menjelaskan bahwa itu salah, mereka akan menjawab bahwa
ahal itu dibolehkan sampai muadzin mengucapkan: Hayya’alash shalah. Bila
muadzin mengucapkan kalimat itu, maka makan dan minum tidak dibolehkan
lagi. Pendapat ini tentu membutuhkan dalil yang shahih.
Setelah kami teliti dan tanyakan, bahwa hal itu tidak ada dalilnya. Bahkan,
itu hanyalah perbuatan yang dianggap baik oleh sebagian orang dan bertolak
berdasarkan sabda Nabi SAW:
“Barangsiapa mengada-adakan perkara
baru dalam urusan (agama) kami yang bukan berasal darinya, maka itu
tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam lafal riwayat yang lain:
“Barangsiapa mengerjakan suatu amalan yang bukan atas dasar perintah
kami, maka itu tertolak.” (HR. Muslim)
Nash Al-Quran dan As-Sunnah telah menetapkan batasan imsak, yaitu
ketika telah terang benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Bila fajar telah
diketahui, maka orang yang sahur hendaklah meninggalkan makan dan minum.
Inilah yang benar. Allah SWT berfirman, “…dan makan minumlah hingga terang
bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.” (QS. Al-Baqarah [2]: 187).
Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya, Bilal mengumandangkan adzan pada
malam hari. Maka, makan dan minumlah hingga Ibnu Ummi Maktum
mengumandangkan adzan (Subuh).” (HR. Bukhari). Ibnu Ummi Maktum adalah
sahabat yang buta. Ia tidak akan mengumandangkan adzan sebelum ada orang
yang mengatakan kepadanya, “Waktu Subuh telah tiba. Waktu Subuh telah tiba.”
Dari ayat dan hadits di atas, jelaslah bahwa batasan imsak itu adalah
terbutnya fajar, sedangkan adzan hanya sebagai pemberitahuan hal itu. Maka,
saat muadzin mulai mengumandangkan adzan, berarti waktu imsak telah masuk.
Jadi, waktu imsak itu bukan dibatasi pada ucapan muadzin: Hayya’alash shalah.
2. Makan Sahur lebih Awal
Kesalahan lain yang dilakukan oleh orang yang puasa adalah bersegera
makan sahur pada awal waktu. Ini merupakan tindakan menyia-nyiakan pahala
yang banyak. Sebab, menurut As-Sunnah, seorang muslim hendaknya
mengakhirkan makan sahur agar mendapatkan pahala sebab mencontoh Nabi
SAW. Anas meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit, ia berkata, “Kami pernah makan
sahur bersama Nabi. Setelah itu, beliau bangkit menuju shalat. Aku (Anas)
bertanya, ‘Berapa lama waktu antara adzan dan makan sahur?’ Zaid bin Tsabit
menjawab, ‘Kira-kira selama bacaan 50 ayat’.” HR. Bukhari dan Muslim)
3. Sengaja Minum Saat Adzan Subuh
Kesalahan lain terkait dengan puasa, sengaja minum saat adzan Subuh
kedua yang dilakukan sebagian orang. Menjelang adzan dikumandang, Anda
melihatnya hanya duduk santai. Namun, saat muadzin mulai mengumandangkan
adzan, ia justru bergegas untuk mengambil air dan meminumnya. Bila diingatkan,
ia menjawab, “Aku boleh makan dan minum sampai adzan selesai.”
Dengan perbuatannya itu, ia telah merusak puasanya, terutama bila
muadzin teliti dalam melihat jadwal adzan. Allah Ta’ala telah mensyariatkan
waktu imsak ketika masuk waktu Subuh dengan firman-Nya, “…dan makan
minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 187). Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya, Bilal
mengumandangkan adzan pada malam hari. Maka, makan dan minumlah
hingga Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan adzan (Subuh).” (HR. Bukhari-
Muslim).
Kata hatta dalam ayat dan hadits di atas berarti masuk, maksudnya kalian
boleh makan dan minum sampai waktu Subuh. Hanya saja, ada permasalahan
yang harus dijelaskan beraitan dengan hal ini. Yaitu, seorang muslim boleh
minum air di gelas yang telah berada di tangannya saat muadzin
mengumandangkan adzan. Ini berdasarkan sabda Nabi SAW:
“Bila salah seorang di antara kalian mendengar seruan adzan, sedangkan
gelas minuman masih di tangannya, maka janganlah ia meletakkannya
sebelum melaksanakan keinginannya untuk minum.” (HR. Abu Dawud,
Ibnu Jarir, Hakim, Baihaqi, dan lainnya. Hadits ini memiliki banyak penguat)
Perlu ditambahkan juga terkait hal ini, bahwa seorang muslim masih
dibolehkan makan dan minum setelah adzan bilamana muadzin
mengumandangkan adzan sebelum waktunya. Adzan tersebut tidak berlaku,
sehingga orang yang puasa tidak diharamkan dari apa pun yang dibolehkan oleh
Allah baginya di watu ifthar. Shalat Subuh juga tidak dianjurkan untuk segera
dilaksanakan sebab waktunya belum masuk.
100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 & TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU & TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR
ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH & RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15
Syaikhul Islam mengatakan, “Bila Muadzin mengumandangkan adzan
sebelum fajar terbit, sebagaimana Bilal mengumandangkan adzan sebelum fajar
pada masa Nabi dan adzannya para muadzin di Damaskus dan kota lainnya, maka
makan dan minum setelah itu tidak ada masalah dengan waktu secukupnya.”
Syaikh Ibnu Utsaimin mengatakan, “Adzan shalat Subuh, baik setelah terbit
fajar atau sebelumnya, jika dikumandangkan setelah terbit fajar, maka orang
yang sahur wajib berhenti makan dan minum dengan sekedar mendengar adzan
saja. Sebab, Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya, Bilal mengumandangkan
adzan pada malam hari, maka makan dan minumlah sampai kalian mendengar
adzan Ibnu Ummi Maktum. Dia tidak mengumandangkan adzan kecuali fajar
telah terbit.” (HR. Bukhari-Muslim). Jika kalian mengetahui bahwa muadzin
mengumandangkan adzan setelah terbit fajar Subuh, maka berhentilah makan
dan minum ketika mendengar adzan itu.”
Syaikh Abdul Aziz bin Baz mengatakan saat menjawab masalah ini dan hal-
hal yang berkaitan dengannya, “Seorang mukmin yang berpuasa wajib menahan
diri dari makan dan minum serta lainnya bila terbitnya fajar sudah ia ketahui. Itu
dalam puasa wajib, seperti; puasa Ramadhan, puasa nadzar, dan puasa kafarat.
Hal ini berdasarkan firman Allah SWt:
“…dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang
hitam, yaitu fajar, lalu sempurnakanlah puasa itu sampai (datang)
malam.” (QS. Al-Baqarah [2]: 187).
Selain itu, bila ia mendengar adzan dan mengetahui bahwa itu adzan
Subuh, maka ia wajib berhenti dari makan dan minum. Bila muadzin
mengumandangkan adzan sebelum terbit fajar atau setelahnya, maka yang
utama dan selamat adalah berhenti makan dan minum bila telah mendengarnya.
Tidak ada masalah, seandainya seseorang minum atau makan sekedarnya ketika
terdengar adzan, sebab ia tidak mengetahui terbitnya fajar.
Telah diketahui bersama bahwa masyarakat yang tinggal di tengah-tengah
kota yang terdapat banyak cahaya listrik, mereka tidak bisa mengetahui terbitnya
fajar dengan mata kepalanya sendiri pada waktu tersebut. Namun, ia hendaknya
berhati-hati dalam menggunakan jadwal adzan dan kalender waktu yang
membatasi terbitnya fajar dengan jam dan menit, sebagai bentuk pengamalan
sabda Nabi SAW:
“Tinggalkanlah sesuatu yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak
meragukanmu.” (HR. Bukhari)
Juga sabda beliau, “Barangsiapa menjauhi sesuatu yang samar (syubhat),
berarti ia telah menjaga agama dan kehormatannya.” (HR. Bukhari dan Abu
Dawud). Hanya Allah sebagai pelindung dan pemberi taufiq.”
4. Memajukan Waktu Adzan Subuh
Kesalahan lain yang berkaitan dengan puasa adalah adzan Subuh beberapa
saat sebelum waktunya yang dilakukan sebagian muadzin. Mereka menganggap
bahwa itu merupakan bentuk kehati-hatian dalam beribadah. Perbuatan mereka
ini sangat buruk. Mereka tidak berhak mendapatkan citra baik yang diberikan
oleh Nabi SAW kepada muadzin, dengan sabda beliau:
“Muadzin itu dipercaya.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi dari Abu Hurairah)
Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, “Di antara bid’ah munkar yang diada-
adakan pada zaman sekarang adalah mengumandangkan adzan kedua sebelum
terbit fajar sekitar 1/3 jam dalam bulan Ramadhan. Demikian juga, mematikan
lampu-lampu sebagai tanda larangan makan dan minum bagi siapa saja yang
ingin berpuasa. Orang yang mengadakan bid’ah itu mengklaim bahwa itu untuk
kehati-hatian dalam beribadah, dan hanya segelintir orang yang tahu hal itu.
Perbuatan itu telah menyeret mereka untuk tidak mengumandangkan adzan
kecuali beberapa menit setelah matahari terbenam untuk memantapkan waktu.
Dengan keyakinan itu, mereka telah mengakhirkan buka puasa dan
menyegerakan makan sahur. Mereka telah menyelisihi sunnah. Sebab itu,
kebaikan mereka hanya sedikit, sedangkan keburukan mereka bertambah
banyak. Hanya kepada Allah kita meminta pertolongan.”
Di samping menyelisihi sunnah, memajukan waktu adzan juga
menyebabkan seorang muslim terhalang untuk makan yang pada dasarnya itu
masih dibolehkan oleh Allah baginya. Akibatnya, shalat sunah qabliyah
dikerjakan sebelum waktunya.
5. Merasa Berdosa Sebab Lupa Makan dan Minum Saat Berpuasa
Sebagian orang terkadang merasa berdosa sekali bila mengingat dirinya
telah makan atau minum saat puasa sebab factor lupa. Ia bahkan merasa ragu
terhadap keabsahan puasanya. Untuk masalah seperti ini dan semisalnya, perlu
dikatakan, ahwa tidak ada dosa seberat biji sawi pun, dan puasa tersebut tetap
sah, insya Allah. Hendaklah puasa tersebut tetap disempurnakan. Inilah
pendapat yang benar. Nabi SAW bersabda:
“Bila salah seorang dari kalian lupa, sehingga ia pun makan dan minum,
maka hendaklah ia menyempurnakan puasanya. Allah telah memberinya
makan dan minum.” (HR. Bukhari)
FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER & HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48
SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15
Dalam hal ini, tidak ada bedanya apakah makanan dan minuman itu sedikit
atau banyak. Ibnu hajar mengatakan, “Hadits tersebut mengandung makna
kelembutan Allah kepada para hamba-Nya dan bentuk kemudahan bagi mereka,
serta diangkatnya kesukaran dan kesempitan dari mereka.”
Syaikh Muhammad bin Utsaimin ketika menjawab pertanyaan terkait
masalah ini mengatakan, “Siapa saja yang makan atau minum saat berpuasa
sebab lupa, maka puasanya tetap sah. Akan tetapi, bila ia teringat, maka ia harus
berhenti dan mengeluarkan makanan atau minuman yang ada di mulutnya.
Adapun, dalil sempurnanya puasa sebab lupa makan adalah hadits shahih yang
disabdakan oleh Nabi SAW dan diriwayatkan Abu Hurairah: “Bila salah seorang
dari kalian lupa, sehingga ia pun makan dan minum, maka hendaklah ia
menyempurnakan puasanya. Allah telah memberinya makan dan minum.” (HR.
Muslim)
Sebab, lupa itu tidak menyebabkan seseorang dihukum sebab
mengerjakan perbatan terlarang. Ini berdasarkan firman Allah yang
menyebutkan orang yang meminta ampun akibat lupa, “Ya Rabb kami, janganlah
Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami khilaf.” (Al Baqarah [2]: 286). Allah
pun menjawab, ‘Telah Aku ampuni’.”
6. Tidak mengingatkan Orang Lain yang Makan dan Minum Sebab
Lupa
Kesalahan lain yang berkaitan dengan puasa adalah sebagian orang
membiarkan orang lain makan dan minum sebab lupa hingga ia
menyelesaikannya. Orang yang mengetahui hal itu beranggapan bahwa
bila orang yang lupa itu diingatkan, maka ia akan terhalang mendapatkan
rezeki dari Allah. Orang tersebut tidak sadar kalau sikpanya itu merupakan
sebuah kemunkaran dan menyetujui kemunkaran dengan kebodohannya.
Di sini, kami akan menyampaikan fatwa Syaikh Abdul ziz bin
Abdullah bin Baz yang berkaitan dengan permasalahan ini. Ada orang yang
bertanya, “Sebagian orang mengatakan, ‘Bila Anda melihat seorang
muslim berpuasa, lalu makan atau minum pada siang hari bulan
Ramadhan sebab lupa, maka Anda tidak semestinya mngingatkannya.
Sebab, Allah telah memberinya makan dan minum sebagaimana
disebutkan dalam hadits. Apakah tindakan ini benar? Berilah kami fatwa,
semoga Anda dibalas pahala.”
Syaikh Ibnu Baz menjawab, “Siapa pun yang melihat orang berpuasa
yang minum atau makan, atau menelan apa saja pada siang hari bulan
Ramadhan, maka ia wajib mengingkarinya. Sebab, memperlihatkan makan
dan minum pada siang hari bulan puasa adalah bentuk kemunkaran,
meskipun pelakunya memiliki alasan dalam perkara itu. Tujuannya, agar
orang-orang tidak akan berani terang-terangan melanggar larangan Allah,
dengan makan dan minum pada siang hari bulan puasa dengan alasan
lupa.
Bila pelakunya memang jujur dalam hal klaim kelupaannya itu, maka
ia tidak mengganti (mengadha’) puasanya itu. Hal ini berdasarkan sabda
Nabi SAW, “Bila salah seorang dari kalian lupa, sehingga ia pun makan
dan minum, maka hendaklah ia menyempurnakan puasanya. Allah telah
memberinya makan dan minum.” (Muttafaqun’Alaih).
Pun demikian dengan musafir, ia tidak boleh menampakkan makan
dan minumnya di hadapan orang-orang yang tidak bepergian sebab
mereka tidak mengetahui statusnya. Ia harus mencari tempat tertutup
supaya tidak dituduh melanggar larangan Allah, juga agar orang lain tidak
berani berbuat serupa.
Orang-orang kafir juga sama, mereka dilarang memperlihatkan
makan, minum dan semisalnya di hadapan kaum muslimin. Celah
penyepelean ini harus ditutup rapat. Sebab, mereka dilarang
menampakkan syi’ar agama mereka yang batil di hadapan kaum muslimin.
Hanya Allah sebagai pelindung dan pemberi taufiq.”
Kami sampaikan juga fatwa Syaikh Muhammad bin Utsaimin terkait
masalah ini. Syaikh Utsaimin pernah ditanya tentang hukum makan dan
minum sebab lupa, apakah orang yang melihat pelakunya wajib
mengingatkan puasanya?
Ia menjawab, “Siapa saja yang makan atau minum saat berpuasa
sebab lupa, maka puasanya tetap sah. Akan tetapi, bila ia teringat, maka ia
harus berhenti dan mengeluarkan makanan atau minuman yang ada di
mulutnya. Adapun dalil yang menunjukkan kesempurnaan puasa sebab
lupa makan adalah hadits shahih yang disabdakan Nabi SAW dan
diriwayatkan Abu Hurairah, ‘Barangsiapa terlupa sedang ia berpuasa
sehingga terlanjur makan dan minum, maka hendaklah ia
menyempurnakan puasanya. Allah telah memberinya makan dan minum.’
(HR. Muslim).
100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 & TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU & TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR
ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH & RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15
Sebab, lupa itu tidak menyebabkan seseorang dihukum sebab
mengerjakan perbuatan terlarang. Ini berdasarkan firman Allah yang
menyebutkan orang yang meminta ampun akibat lupa, “Ya Rabb kami,
janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami khilaf.” (QS. Al-
Baqarah [2]: 286). Allah pun menjawab, ‘Telah Aku ampuni.’
Adapun orang yang melihat orang makan dan minum saat berpuasa
sebab lupa, maka ia wajib mengingatkannya. Sebab, ini termasuk
mengubah kemunkaran. Nabi SAW bersabda:
‘Barangsiapa di antara kalian melihat kemunkaran, maka hendaklah
ia mengubah dengan tangannya. Bila tidak mampu, maka
hendaklah mengubah dengan lisannya. Bila tidak mampu, maka
dengan hatinya.’ (HR. Muslim)
Tidak diragukan lagi bahwa tindakan makan dan minum yang
dilakukan oleh orang yang berpuasa adalah bentuk kemunkaran. Akan
tetapi, pelakunya dimaafkan bila dalam kondisi lupa sebab memang tidak
ada sangsi hukuman baginya. Adapun, orang yang melihat perbuatan itu,
maka tidak ada alasan baginya untuk tidak mengingkarinya.”
Berkaitan dengan masalah ini, Syaikh Ibnu Jibrin mengatakan, “Ada
sebagian orang yang mengatakan, ‘Kami tidak akan mengingatkan orang
yang lupa. Kami tidak akan menghentikan rezeki makanan dan minuman
yang dikaruniakan oleh Allah kepadanya.’ Yang benar, orang yang melihat
hendaknya mengingatkannya, sebab itu wajib hukumnya dan termasuk
bentuk amar makruf nahi munkar. Hal yang sama juga berlaku, ketika
seseorang melakukan sesuatu yang bisa membatalkan puasa selain makan
dan minum sebab dianalogika dengan kedua hal tersebut.”
7. Mengakhirkan Adzan Maghrib
Kesalahan lain yang berkaitan dengan muadzin pada bulan Ramadhan, ada
sebagian orang tidak mengumandangkan adzan kecuali setelah kegelapan
merata, dan tidak cukup hanya dengan terbenanmnya matahari saja. Mereka
beranggapan bahwa itu merupakan sikap lebih berhati-hati dalam ibadah.
Perbuatan ini termasuk menyelisihi sunnah. Sebab, menurut sunnah, hendaknya
adzan dikumandangkan ketika matahari terbenam dengan smpurna, sedangkan
acuan yang lain tidak dianggap. Allah Ta’ala berfirman:
“…lalu sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam….” (QS. Al-
Baqarah [2]: 187).
Allah Ta’ala menjadikan batasan puasa dengan masuknya waktu malam.
Sedangkan, masuknya waktu malam ditandai dengan terbenamnya
matahari, sebagaimana sabda Nabi SAW: “Apabila waktu malam telah tiba dari
sini dan waktu siang telah pergi dari sini dan matahari telah terbenam, maka
orang yang puasa (boleh) berbuka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam Muhammad bin Nashr Al-Marwazi, setelah menyebutkan ayat di
atas, mengatakan, “Para ulama sepakat bahwa bila matahari telah terbenam,
berarti telah masuk waktu malam dan orang yang puasa dibolehkan berbuka.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah ditanya tentang terbenamnya
matahari, apakah dibolehkan bagi orang yang puasa berbuka dengan sekedar
melihat terbenamnya matahari? Syaikhul Islam menjawab, “Bila bulatan
matahari seluruhnya telah terbenam, maka yang berpuasa boleh berbuka.
Sedangkan, warna merah menyala yang masih terlihat di ufuk itu tidak perlu
dianggap. Bila bulatan matahari seluruhnya telah sirna, maka akan tampak warna
hitam di ufuk timur, sebagaimana sabda Nabi SAW, “Apabila waktu malam telah
tiba dari sini dan waktu siang telah pergi dari sini dan matahari telah terbenam,
maka orang yang puasa (boleh) berbuka,”
8. Mengakhirkan Berbuka
Termasuk kesalahan yang banyak dilakukan kaum muslin adalah
mengakhirkan buka puasa. Di sini ada dua kesalahan; pertama, hal itu pada
mumnya akan menyebabkan terlambatnya pelaksanaan shalat Maghrib. Bahkan,
terkadang bisa menyebabkan habisnya waktu shalat Maghrib secara
keseluruhan. Ini tentu saja musibah yang besar dan lebih pahit. Sebab itu,
seorang muslim harus segera buka puasa agar bisa shalat berjamaah bersama
kaum muslimin.
Kedua, mengakhirkan buka puasa berarti menyelisihi sunnah Nabi SAW
dan menyerupai kaum yahudi dan nasrani. Hal ini dijelaskan oleh dalil-dalil
berikut. Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’ad, bahwa rasulullah bersabda, “Manusia
senantiasa dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR.
Bukhari dan Muslim). Rasulullah SAW bersabda:
“Umatku senantiasa di atas sunnahku selama tidak menunggu munculnya
bintang-bintang untuk berbuka puasa.” (HR. Ibnu Hibban)
FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER & HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48
SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15
Diriwayatkan dari Abu Darda’, ia berkata, “Ada tiga akhlak kenabian;
menyegerakan berbuka puasa; mengakhirkan makan sahir; dan melatakkan
tangan kanan di atas tangan kiri di dalam shalat.” HR. Thabarani, hadits Mauquf).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
‘Agama (Islam) ini akan senantiasa unggul selama pemeluknya
mengerakan berbuka, sebab yahudi dan nasrani mengakhirkan (berbuka).”
(HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Ini merupakan dalil, bahwa
kemenangan agama Islam yang didapatkan dengan mengerakan berbuka puasa
itu sebab menyelisihi kaum yahudi dan nasrani. Bila menyelisihi mereka
merupakan sebab kemenangan agama, sedangkan Allah mengutus para rasul
agar agama yang hak dimenangkan-Nya terhadap semua agama, maka
menyelisihi orang-orang yahudi dan nasrani termasuk tujuan terbesar diutusnya
rasul.”
9. Tidak Bersiwak Setelah Matahari Condong ke Barat
Kesalahan lain yang berkaitan dengan puasa adalah keengganan sebagian
umat Islam bersiwak setelah matahari condong ke Barat. Mereka juga
mengingkari orang yang bersiwak pada waktu tersebut. Di antara argument
pengingkaran mereka bahwa bersiwak itu menghilangkan bau mulut, padahal di
sisi Allah, bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi dari minyak kasturi,
sebagaimana yang tertera dalam sabda Nabi SAW:
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, bau mulut orang puasa itu lebih
wangi di sisi Allah daripada minyak kasturi.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam Asy-Syaukani mengisyaratkan dalam kitab Nailul Authar ketika menyebut
perbedaan pendapat terkait bau mulut orang puasa, apakah itu terjadi di dunia
atau di akhirat. Asy-sayukani mengatakan, “Perbedaan pendapat ini berakibat
munculnya pendapat yang memakruhkan bersiwak bagi orang berpuasa.”
Dalil lain yang mereka jadikan argumen adalah hadits yang diriwayatkan oleh
Baihaqi, Ath-Thabrani, dan Daruquthni dari Ali secara mauquf serta dari Khabbab
secara marfu’ bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Bila kalian puasa, maka
bersiwaklah pada pagi hari dan jangan bersiwak pada sore hari. Sebab
sesungguhnya, tidaklah kedua bibir orang puasa kering pada sore hari, kecuali
akan menjadi cahaya antara kedua matanya pada hari kiamat.” Ini adalah hadits
dha’if, marfu’, dan mauquf. Hadits ini dinyatakan lemah oleh Al-‘Iraqi, Ibnu Hajar,
dan Asy-Syaukani.”
Orang yang enggan bersiwak saat matahari telah condong ke Barat atau
sore hari, berdalil dengan riwayat yang berasal dari Abu Hurairah yang berkata,
“Kamu boleh bersiwak sampai waktu Ashar. Bila kamu telah shalat (Ashar), maka
tinggalkan siwak itu. Sesungguhnya, aku pernah mendengar Rasulullah SAW
pernah bersabda, ‘…bau mulut orang puasa itu lebih wangi di sisi Allah…” (HR.
Daruquthni).”
Asy-Syaukani berkata, “Perkataan Abu Hurairah selain konteksnya tidak
menunjukkan sebuah permintaan tidak bisa dijadikan hujjah sebab di dalam
sanadnya terdapat Umar bin Qais. Ia tidak dipakai haditsnya. Pendapat yang
benar, bersiwak itu disunnahkan bagi orang yang puasa, baik pada pagi maupun
sore hari. Inilah pendapat jumhur ulama.” Dalil yang menunjukkan bolehnya
bersiwak adalah keumuman sabda Nabi SAW:
“Seandainya aku tidak memberatkan umatku, niscaya aku perintahkan
mereka bersiwak setiap kali akan shalat.” (Muttafaqun’Alaih)
Imam Bukhari mengatakan, “Nabi SAW tidak memberikan kekhusukan bagi
orang yang puasa dari yang lain.” Nabi SAW juga bersabda:
“Siwak itu pembersih mulut dan diridhai Rabb.”
Dalil yang menguatkan pendapat di atas adalah riwayat yang dikeluarkan
oleh Ath Thabrani dengan sanad yang dinyatakan bagus oleh Ibnu Hajar.
Disebutkan dari Abdurrahman bin Ghanmin, ia berkata, “ku bertanya kepada
Mu’adz bin Jabal, ‘Apakah aku mesti bersiwak saat aku puasa?’ ia menjawab,
‘Ya’. ‘Kapan waktunya?’ tanyaku. ‘Sesukamu, pagi atau sore,’ jawabnya. Aku
bertanya lagi, ‘Orang-orang enggan bersiwak di sore hari. Mereka berkata bahwa
Rasulullah bersabda, ‘Bau mulut orang puasa itu lebih wangi di sisi Allah
daripada minyak katsuri?’ Ia menjawab, ‘Subhanallah, beliau telah
memerintahkan mereka bersiwak, sedang beliau mengetahui bahwa orang puasa
itu pasti bau mulutnya tidak sedap, meski ia bersiwak. Orang yang menyuruh
orang lain agar dengan sengaja membuat bau mulutnya tidak sedap, maka tidak
ada kebaikannya sama sekali, bahkan yang ada adalah keburukan. Kecuali, bila
orang tersebut sedang diuji dengan mendapat musibah dan tidak mendapatkan
jalan keluarnya sama sekali’.
100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 & TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU & TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR
ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH & RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15
Aku bertanya lagi, ‘Apakah debu akibat berjuang di jalan Allah akan dibalas
dengan pahala, yaitu bagi orang yang dipaksa keuar ke sana dan tidak
mendapatkan jalan keluar darinya?’ Ia menjawab, ‘Benar. Adapun, orang yang
sengaja melemparkan dirinya ke dalam kebinasaan, maka ia tidak mendapatkan
pahala’.”
Syaikh Ibnu Utsaimin berkata, “Orang yang puasa tidak batal puasanya
hanya dengan bersiwak. Bahkan, siwak adalah sunnah baginya dan bagi selainnya
di setiap waktu, baik pagi atau sore hari.”
10. Merasa Tertekan Sebab di Pagi Hari Dalam Kondisi Junub
Kesalahan lain adalah perasaan sangat tertekan yang dialami oleh sebagian
umat Islam bila bangun pagi dalam kondisi junub. Kepada mereka, perlu
disampaikan, “Tidak ada dosa atas kalian. Sempurnakanlah puasa kalian. Sebab,
Nabi SAW pernah mendapatkan waktu Subuh dalam keadaan Junub. Lalu, beliau
mandi dan puasa.”
Syaikh Abdul Aziz bin Baz pernah ditanya tentang orang yang puasa yang
mimpi basah siang hari bulan Ramadhan; apakah puasanya batal atau tidak dan
apakah ia wajib segera mandi. Ia menjawab, “Mimpi basah tidak membatalkan
puasa. Sebab, itu bukan atas kemauan orang puasa. Hendaknya ia mandi janabat
bila ia mendapati air mani pada dirinya. Seandainya ia mimpi basah setelah
shalat Subuh dan mengakhirkan mandi sampai waktu Zhuhur, maka hal tersebut
tidaklah mengapa.
Pun demikian, seandainya ia menggauli istrinya pada malam hari dan baru
mandi setelah terbit fajar, maka tidak ada dosa atasnya. Ada riwayat shahih dari
Nabi SAW bahwa pada waktu Subuh beliau pernah junub sebab bersetubuh, lalu
beliau mandi dan berpuasa.
Wanita yang sedang haid atau nifas juga sama, seandainya keduanya telah
suci pada malam hari dan baru mandi setelah terbit fajar, maka tidak ada dosa
atas mereka, dan puasanya tetap sah. Akan tetapi, keduanya tidak boleh
mengakhirkan mandi atau shalat sampai terbitnya matahari. Mereka harus
segera mandi sebelum terbit matahari, sehingga mereka bisa menunaikan shalat
tepat waktunya. Seorang lelaki harus segera mandi janabat sebelum waktu shalat
Subuh, sehingga ia bisa melaksanakan shalat dengan berjamaah. Wallahu
waliyyut taufiq.”
Terkait masalah ini, Syaikh Muhammad bin Utsaimin mengatakan, “Bila
fajar telah terbit, maka puasa orang yang sedang junub tetap sah dan tidak ada
masalah dengannya. Dalil mengenai ini ada dalam Al-Quran dan As-Sunnah.
Adapun dalil dari Al-Quran adalah firman Allah Ta’ala:
“Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah
ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu
benang putih dari benang hitam, yaitu fajar…” (QS. Al-Baqarah [2]: 187)
Allah menghalalkan bersetubuh pada malam hari sampai fajar tampak
jelas. Ini berkonsekuensi bahwa orang itu tidak mandi kecuali setelah terbit fajar.
Sebab, bila perbuatan ini dibolehkan untuknya sampai terbit fajar, maka ia akan
tetap dalam kondisinya sampai akhir malam yang singkat itu, dan pasti mandinya
akan dilakukan setelah terbit fajar.
Adapun dalil dari As-Sunnah dalah riwayat yang shahih dari Nabi SAW
bahwa beliau pernah dalam keadaan junub pada waktu pagi dan beliau pun
berpuasa. Akan tetapi, yang utama bagi orang yang junub hendaklah segera
mandi agar ia dalam kondisi suci. Bila itu tidak mungkin, maka hendaklah ia
berwudhu, sebab wudhu dapat meringankan janabat.
Nabi SAW pernah ditanya tentang orang yang tidur dalam kondisi junub.
Beliau menjawab, “Bila ia telah wudhu, silakan tidur.” (HR. Bukhari). Ini
merupakan dalil bahwa wudhu bisa meringankan janabat, juga sebagai dalil
bahwa seseorang itu semestinya tidur dalam keadaan suci. Bisa jadi suci secara
sempurna yaitu dengan mandi atau suci yang meringankan yaitu dengan
berwudhu.
11. Mengharamkan Hubungan Biologis di Bulan Ramadhan
Kesalahan lain terkait bulan Ramadhan adalah kasak-kusuk yang menyebar
di kalangan kaum muslimin tentang haramnya bersetubuh dengan istri pada
malam bulan Ramadhan. Mereka menolak pendapat yang membolehkannya.
Penolakan ini batal dan tidak perlu dipedulikan. Allah Ta’ala berfirman.
“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan
isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah
pakaian bagi mereka…” (QS. AL-Baqarah [2]: 187)
Ini merupakan dalil yang tegas tentang dibolehkannya menyetubuhi istri
pada malam hari bulan puasa. Siapa pun yang menyelisihi hal ini, maka ia telah
mengucapkan suatu perkataan yang munkar dan dusta.
Adapun, riwayat yang dinukil dari sebagian salaf bahwa mereka tidak
menyetubuhi istri-istri mereka pada malam bulan Ramadhan bila itu memang
shahih dari mereka, itu bisa jadi sebab mereka tidak ada waktu untuk itu, baik
FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER & HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48
SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15
sebab keseriusan mereka dalam beribadah maupun sebab sedang tidak
berhasrat untuk itu pada waktu tersebut. Jadi, mereka meninggalkan perbuatan
itu, tidak lantas mereka memandang bersetubuh itu haram.
12. Melarang Anak Perempuan yang Masih Kecil untuk Puasa
Kesalahan lain terkait bulan Ramadhan adalah pengingkaran sebagian
kaum muslimin terhadap anak perempuan mereka yang sebenarnya ingin
berpuasa. Mereka berargumen bahwa anak perempuan yang masih kecil tidak
diwajibkan puasa, dan yang diwajibkan adalah remaja putrid yang sudah haid.
Anak itu ingin berpuasa sebab merasa sudah mukallaf, lalu keluarganya
melarangnya dengan argumen bahwa ia masih kecil, tanpa terlebih dulu
menanyainya tentang datangnya haid.
Kita sampaikan di sini fatwa Syaikh Jibrin Hafizhahullah, ketika ditanya
tentang batasan waktu wajibnya puasa bagi anak perempuan. Syaikh menjawab,
“Seorang anak perempuan wajib puasa ketika telah sampai usia taklif (mendapat
beban kewajiban syari’at) dan sudah balig, yaitu usia sekitar 15 tahun, atau bulu
di sekitar kemaluan telah tumbuh, atau telah mimpi basah, atau mengalami haid,
atau hamil. Kapan pun salah satu dari tanda itu ada, maka ia wajib puasa meski
masih berusia 10 tahun.
Kebanyakan perempuan mengalami haid pada usia 10 atau 11 tahun.
Keluarganya terkadang meremehkannya dan menyangka bahwa putrinya masih
kecil, jadi tidak wajib puasa. Ini adalah kesalahan. Perempuan bila telah haid,
berarti telah menginjak usia dewasa dan dibebani kewajiban syari’at. Wallahu
a’lam.”
13. Merasa Berat Menggunakan Inai Pada Saat Puasa
Kesalahan lain terkait bulan Ramadhan yang diyakini sebagian wanita
muslimah adalah merasa berat untuk menggunakan inai pada bulan puasa.
Syaikh Utsaimin pernah ditanya tentang larangan menggunakan inai di
rambut pada saat puasa, apakah itu memang membatalkan puasa? Syaikh
menjawab dengan pernyataannya, “Pendapat itu tidak benar. Menggunakan inai
pada saat puasa tidaklah membatalkan puasa dan tidak memberi pengaruh apa-
apa padanya. Itu seperti halnya celak, tetes telinga, ataupun tetes mata.
Semuanya tidak membahayakan orang yang puasa dan tidak membatalkannya.”
14. Enggan Mencicipi Makanan
Sebagian wanita terkadang merasa enggan untuk mencicipi makanan
sebab takut akan membatalkan puasa. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan bila
memang tidak menelan makanan sedikit pun. Ibnu Abbas berkata, “Tidak
mengapa mencicipi makanan di periuk atau sesuatu apapun.”
Imam Bukhari membuat bab dengan judul bab Ightisalush Sha’im
(Mandinya Orang yang Sedang Berpuasa). Ibnu Hajar mengatakan, “Kesesuaian
pernyataan itu dengan pembahasan ini adalah berdasarkan metode al-fahwa
(subtansi). Bila memasukkan makanan ke dalam mulut dan mencicipinya tidak
membatalkan puasa dan itu lebih dekat kepada tindakan menelan, maka
sampainya air ke kulit tubuh itu lebih utama (tidak membatalkan puasa).”
Syaikh Abdullah bin JIbrin pernah ditanya, apakah boleh tukang masak
mencicipi makanan untuk meyakinkan keleztannya, padahal ia sedang puasa?
Syaikh menjawab dengan redaksi sebagai berikut, “Tidak mengapa orang yang
berpuasa mencicipi makanan sebab satu keperluan. Yakni, dengan cara
meletakkan makanan itu di ujung lidahnya untuk mengetahui rasa manis dan
asinnya, atau sebaliknya. Akan tetapi, jangan menelannya meski hanya sedikit.
Makanan yang dicicipi itu hendaknya dibuang atau dikeluarkan dari mulutnya.
Tindakan ini tidak akan membatalkan puasanya, insya Allah.”
15. Wanita yang Tidak Menyempurnakan Shalat Fardhu
Kesalahan yang terkait dengan wanita, bahwa dirinya bila masuk masjid
mendapati imam dan telah tertinggal satu atau dua raka’at, maka ia ikut salam
bersama imam dan tidak mengganti raka’at yang ketinggalan.
Kasus semacam ini pada umumnya terjadi pada bulan Ramadhan pada
waktu shalat Tarawih. Yang benar dalam masalah ini, hendaknya wanita itu
menyempurnakan raka’at yang tertinggal bersama imam. Ini berdasarkan sabda
Nabi SAW: “Keadaan apa pun yang kamu dapati, maka shalatlah. Dan, (raka’at)
yang terluput darimu, maka sempurnakanlah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam
riwayat lain disebutkan: “Maka, gantilah.”
Hadits ini bersifat umum dan berlaku bagi laki-laki dan perempuan. Maka,
seorang wanita bila masuk masjid dan telah tertinggal satu raka’at atau lebih,
maka hendaknya ia menunggu sampai imam menyempurnakan salamnya, lalu ia
berdiri untuk mengganti raka’at yang ketinggalan. Dengan demikian shalatnya
menjadi sempurna.
16. Sucinya Wanita Nifas Sebelum genap 40 Hari dan Tidak Berpuasa
Ataupun Shalat
100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 & TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU & TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR
ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH & RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15
Kesalahan lain yang terkait dengan wanita, bahwa sebagian mereka pada
saat nifas telah suci sebelum genap 40 hari, mereka enggan mengerjakan shalat
dan puasa sebelum genap 40 hari. Ini adalah kesalahan. Yang benar, kapan pun
darah nifas telah berhenti dari orang perempuan pada saat-saat tersebut meski
belum genap 40 hari, maka ia harus mandi lalu menunaikan shalat dan puasa,
bila itu pada bulan puasa.
Imam Tirmidzi mengatakan, “Para ulama dari kalangan sahabat Nabi SAW,
tabi’in dan orang-orang sesudah mereka telah sepakat bahwa perempuan nifas
itu meninggalkan shalat selama 40 hari, kecuali bila dirinya telah suci sebelum
batas waktu itu, maka ia harus mandi dan shalat. Apabila ia masih melihat darah
setelah genap 40 hari, maka mayoritas ulama berpendapat bahwa ia tetap
mengerjakan shalat setelah 40 hari itu tersebut. Inilah pendapat mayoritas ahli
fikih. Pendapat inilah yang dipegang oleh Sufyan Ats-Tsauri, Ibnu Mubarak,
Syafi’i, Ahmad, dan Ishaq.”
Syaikh Abdul Aziz bin Baz pernah ditanya, “Apakah seorang perempuan
nifas boleh berpuasa, shalat, dan haji sebelum genap 40 hari, namun telah suci?
Syaikh menjawab, “Ya, ia boleh berpuasa, shalat, haji, umrah, serta suaminya
halal menyetubuhinya saat belum genap 40 hari namun ia telah suci. Seandainya
ia telah suci pada hari ke 20, maka ia mesti mandi, shalat, puasa serta halal
disetubuhi suaminya.”
Adapun riwayat dari Utsman bin Abil Ash bahwa ia memakruhkan hal itu,
maka kemakruhan tersebut ditafsirkan sebagai makruh tanzil. Artinya, itu adalah
ijtihadnya semoga Allah merahmati dan meridhainya yang tidak ada dalilnya.”
Pendapat yang benar, tidak ada dosa dalam hal itu bila wanita tersebut
telah suci sebelum genap 40 hari. Sucinya itu sah. Bila darah nifas itu keluar lagi
dalam rentang waktu 40 hari itu, maka menurut pendapat yang benar, itu
dianggap nifas dalam selang waktu 40 hari. Akan tetapi, puasanya, shalatnya, dan
hajinya yang dikerjakan saat suci sebelum 40 hari itu, seluruhnya sah. Tidak
sedikit pun yang hilang percuma selama itu dikerjakan pada waktu suci.”
Syaikh Ibnu Jibrin mengatakan, ketika menjawab pertanyaan terkait
masalah ini, “Kapan saja wanita nifas telah suci dan kelihatan tandanya yang
telah dikenal, yaitu cairan putih atau cairan jernih sempurna, maka ia harus
shalat dan puasa meskipun itu ada setelah persalinan selang sehari atau
seminggu. Jadi tidak ada batasan minimalnya bagi wanita nifas. Beberapa wanita
memang tidak mendapati darah sama sekali setelah persalinan. Jadi, batasan
sampai 40 hari itu bukan sebuah syarat.”
Kesimpulannya, bahwa wanita nifas bila darah nifasnya telah berhenti
sebelum genap 40 hari, maka ia harus shalat, puasa, dan ia halal disetubuhi
suaminya. Namun, bila darah keluar kembali dalam masa 40 hari itu, maka
menurut pendapat yang benar, darah itu adalah darah nifas. Sehingga, ia tidak
boleh mengerjakan puasa, shalat, dan bersetubuh.
Bila darah nifas tetap keluar setelah 40 hari, maka menurut pendapat yang
benar, itu merupakan darah istihadhah, yang tidak ada hukumnya. Kecuali bila
darah itu bertepatan dengan masa haidnya, maka ia adalah darah haid. Imam
Ahmad mengatakan, “Darah yang keluar setelah 40 hari, bila sebelumnya ia
mengetahui bahwa itu kebiasaan hari-hari haidnya, maka itu adalah darah haid.
Bila ia belum tahu bahwa itu kebiasaan hari-hari haidnya, maka itu adalah darah
istihadhah. Degan darah istihadhah ini, seorang wanita harus shalat dan puasa,
dan tidak mengulang puasa.”
17. Wanita yang Telah Suci dari Haid Sebelum Waktu Fajar Namun
Belum Mandi besar
Ada sebagian wanita yang apabila telah suci dari masa haidnya menjelang
fajar dan belum memungkinkan untuk mandi sebab sempitnya waktu, maka ia
tidak mengerjakan puasa dengan alasan bahwa waktu Subuh telah masuk,
sedangkan dirinya belum mandi dari haidnya.
Ketika Syaikh Ibnu Jibrin hafizhahullah ditanya tentang wanita yang telah
suci tepat setelah waktu fajar, apakah ia harus berhenti makan dan berpuasa
pada hari itu. Bila ia puasa pada hari itu, apakah puasanya dianggap sah atau
tidak, sehingga wajib mengganti (mengqadha’) kewajiban puasa pada hari itu?
Syaikh menjawab, “Bila darah telah berhenti pada waktu terbit fajar atau
sesaat sebelumnya (lalu ia puasa), maka puasanya tetap sah, dan mencukupi
kewajiban meskipun baru mandi setelah masuk waktu Subuh.”
Syaikh Ibnu Utsaimin berkata, “Bila perempuan telah suci pada malam hari
bulan Ramadhan, meski sucinya itu tepat sesaat sebelum fajar, maka ia wajib
berpuasa sebab ia termasuk orang yang wajib puasa. Tidak ada sesuatu pun yang
menghalanginya. Ia wajib berpuasa dan puasanya sah ketika itu, meskipun belum
mandi kecuali setelah terbit fajar. Ini seperti halnya orang junub yang berpuasa
dan belum mandi kecuali setelah terbit fajar, maka puasanya sah berdasarkan
riwayat Aisyah, “Nabi SAW pernah ketika waktu Subuh dalam keadaan junub
sebab bersetubuh, dan bukan sebab mimpi basah, lalu beliau puasa Ramadhan.”
(Muttafaqun’Alaih). Hukum wanita nifas itu seperti halnya hukum wanita haid.”
FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER & HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48
SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15
18. Wanita yang Tetap Mengeluarkan Darah Setelah Masa Haidnya
Ada sebagian wanita yang apabila terus menerus mengeluarkan darah
setelah masa haid, maka ia mandi dan beraktivitas sebagaimana wanita yang
dalam kondisi suci. Ini tidak diperkenankan. Bila darah masih saja keluar, maka ia
tetap saja terputus dari kewajiban puasa, shalat dan hukum-hukum lain terkait
wanita haid, hingga ia suci yang ditandai dengan berhentinya darah.
Kami sampaikan di sini fatwa Syaikh Ibnu Utsaimin terkait hal ini. Ada
seorang wanita bertanya, “Bila kebiasaan datang bulan wanita selama 7 atau 8
hari, lalu sekali atau dua kali darahnya malah mengalir lebih banyak dari hari-hari
biasanya itu, bagaimanakah hukumnya?”
Syaikh menjawab, “Bila kebiasaan datang bulan seorang wanita adalah 6
atau 7 hari, lalu tempo tersebut bertambah menjadi 8, 9, 10, 11, tau 12 hari,
maka ia tetap tidak shalat, sampai suci kembali. Sebab, Nabi SAW tidak
memberikan batasan tertentu tentang haid. Allah SWT berfirman, “Mereka
bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu
kotoran…" (QS. Al-Baqarah [2]: 222).
Selama darah ini masih tetap keluar, maka seorang wanita tetap pada kondisi
haid sampai suci kembali, lalu mandi dan shalat. Bila padabulan kedua masa
haidnya berkurang dari itu, maka ia harus mandi bila telah suci meskipun
temponya tidak seperti tempo yang lalu. Intinya, selama wanita masih haid,
maka ia tidak wajib shalat, baik itu haid sesuai kebiasaan sebelumnya maupun
bertambah atau berkurang. Namun bila telah suci, maka ia harus shalat.”
19. Wanita Memakai Wewangian Waktu Shalat Tarawih
Kesalahan lain yang berkaitan dengan wanita adalah memakai minyak
wangi yang aromanya menyengat ketika pergi ke masjid untuk shalat Tarawih.
Mereka juga tidak berhijab dengan sempurna dan suaranya terdengar keras. Ini
tentu saja menjadi sumber fitnah. Lantas, bagaimana bila si wanita tadi
melakukannya pada waktu dan kondisi yang mulia (yakni bulan Ramadhan)?
Sebab itu, sudah seharusnya seorang wanita muslimah berusaha sekuat
tenaga untuk menjauhinya agar selamat dari dosa yang diakibatkan dari semua
perbuatan tersebut. Terutama, sebab mereka datang ke masjid untuk mencari
pahala dengan mengikuti shalat dan doa bersama kaum muslimin. Kami
peringatkan kaum wanita muslimah dengan firman Allah Ta’ala:
“…dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang
(biasa) nampak dari padanya.” (QS. An-Nur [24]: 31)
Nabi SAW bersabda: “Wanita mana saja yang memakai wewangian, maka
janganlah ia menghadiri shalat Isyak bersama kami.” (HR. Muslim)
Dalam lafazh yang lain disebutkan: “Wanita mana saja yang memakai
wewangian, lalu keluar menuju masjid, maka shalatnya tidak akan diterima
sebelum mandi dulu.” (HR. Ibnu Majah)
Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Al-Harits bin Abi Ubaid dari kakeknya,
ia berkata, “Suatu ketika, aku keluar bersama Abu Hurairah dari masjid pada
waktu Dhuha. Lalu, kami berpapasan dengan seorang perempuan yang memakai
minyak wangi yang baunya belum pernah dihirup hidungku sebelumnya. Abu
Hurairah menyapa wanita itu, ‘Alaikis salam.’ ‘Wa’alaikas salam,’ jawabnya.
‘Kamu mau ke mana? Tanya Abu Hurairah. ‘Ke masjid,’ jawabnya. ‘Untuk apa
kamu memakai minyak wangi seperti ini?’ ‘Untuk masjid.’ ‘Demi Allah?’ Tanya
Abu Hurairah. ‘Demi Allah,’ jawab wanita tadi. ‘Demi Allah?’ Tanya Abu Hurairah
meyakinkan. ‘Demi Allah,’ jawabnya. Abu Hurairah berkata, ‘Sesungguhnya,
kekasihku, Abu Qasim (Muhammad SAW) telah memberitahukan kepadaku,
‘Sesungguhnya, tidak akan diterima shalat seorang wanita yang memakai
minyak wangi yang tidak diperuntukkan bagi suaminya sebelum ia mandi
layaknya mandi janabat.’ Sebab itu, pergi dan mandilah, lalu kembalilah dan
silahkan shalat.” (HR. Nasai dan Baihaqi. Lihat as-Silsilatush Shahihah, no. 131).
Syaikh Ibnu Utsaimin berkata, “Kaum wanita dibolehkan menghadiri shalat
Tarawih dimasjid bila aman dari fitnah terhadap dirinya dan orang lain. Ini
berdasarkan sabda Nabi SAW:
“Janganlah kamu larang wanita-wanita itu pergi ke masjid Allah.” (HR.
Muslim)
Juga, sebab perbuatan tersebut termasuk amalan para salafush shalih.
Akan tetapi, para wanita tersebut wajib berhijab dan tidak berhias atau memakai
wewangian, tidak mengeraskan suara serta tidak menampakkan perhiasan.
Sebab, Allah Ta’ala berfirman, ‘…dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.’ (QS. An-Nur [24]: 31)
Yakni yang biasa tampak darinya dan tidak mungkin disembunyikan, seperti
jilbab dan baju luar. Selain itu, sebab Nabi SAW ketika memerintahkan para
wanita agar keluar pada hari raya Ied, maka Ummu ‘Athiyah berkata, “Wahai
Rasulullah, di antara kami ada yang tidak memiliki jilbab.’ Beliau menjawab,
‘Hendaklah saudarinya meminjamkan jilbab padanya.’ (Muttafaqun ‘Alaih).
100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 & TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU & TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR
ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH & RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15
Menurut sunnah, posisi kaum wanita hendaknya di belakang kaum laki-laki
dan menjauh dari mereka. Kaum wanita hendaknya membentuk shaf awal dari
belakang sendiri, lalu depannya, dan seterusnya, berlawanan dengan shaf laki-
laki. Ini berdasarkan sabda Nabi SAW:
“Sebaik-baik shaf laki-laki adalah yang pertama dan seburuk-buruknya adalah
shaf terakhir. Sedangkan, sebaik-baiknya shafperempuan adalah yang terakhir,
dan seburuk-buruknya adalah shaf yang pertama.” (HR. Muslim)
Para wanita hendaknya segera beranjak pergi setelah ucapan salam imam
dan jangan berlambat-lambat kecuali ada halangan. Ini berdasarkan hadits
Ummu Salamah yang berkata, “Dulu, bila Nabi SAW selesai mengucapkan salam,
maka para wanita bangkit ketika beliau selesai mengucapkan salam. Sementara,
beliau masih di tempatnya sejenak sebelum berdiri”. Ia melanjutkan, ‘Kami
berpendapat wallahu a’lam bahwa hal itu agar para wanita beranjak pergi
terlebih dulu sebelum mereka tersusul kaum laki-laki. (HR. Bukhari)
Syaikh Shalih Fauzan bin Al-Fauzan Hafizhahullah ketika menjawab tentang
masalah ini mengatakan, “Seorang wanita bila berangkat ke pasar lalu
mengerjakan shalat atau lainnya, ia tidak diperkenankan memakai minyak wangi,
krim pewangi, dan lainnya. Sungguh, ada hadits shahih dari Nabi bahwa beliau
bersabda, “Wanita mana saja yang memakai wewangian, maka janganlah ia
turut shalat Isyak bersama kami.”
Pada kesempatan ini, saya ingin mengingatkan satu persatu terkait dengan
kebiasaan sebagian wanita yang mendatangi masjid pada saat bulan Ramadhan
dengan memakai wewangian. Mereka memakainya saat berada di dalam masjid,
sehingga aromanya itu melekat pada mereka. Bila mereka berangkat kepasar,
sisa aroma minyak wangi itu masih tercium. Ini tentu saja menyelisihi syari’at
terkait dengan mereka.”
Sebab itu, wahai kaum ibu dan wanita muslimah, semoga Allah membalas
kalian dengan kebaikan dan menambahkan kepada kalian semangat cinta
kebaikan dan bersegera kepadanya, saya ingatkan kalian dari bujukan setan dan
perangkapnya. Kalian adalah para pendidik dan pengajar bagi generasi Islam
mendatang. Sebab itu, jadilah orang yang pantas mengemban tanggung jawab
tersebut yang dibebankan di atas pundak kalian.”
20. Melewatkan Shalat Isyak Demi Shalat Tarawih
Kesalahan sebagian kaum muslimin lainnya dalam bulan Ramadhan adalah
meninggalkan shalat Isyak hanya sebab ingin bermakmum kepada iman tertentu
yang biasanya ia shalat Tarawih bersamanya setiap malam. Ini merupakan
kesalahan yang nyata dan tindakan yang tidak diperkenankan. Pelakunya berdosa
bila mengetahui bahwa shalat Isyak akan terlewatkan. Sebab, ia telah
menyepelekan penjagaan terhadap shalat fardhu berjamaah hanya untuk
mendapatkan shalat Tarawih.
Anda akan lebih heran lagi bilamana Anda melihat dan mendengar ulah
mereka yang datang berbondong-bondong ke masjid tertentu (yang bacaan
imamnya lebih bagus). Setiap kali satu kelompok ikut shalat berjamaah,
kelompok lain pun datang. Kondisinya tetap seperti itu sampai imam tetap
masjid itu selesai mengucap dua atau tiga salam shalat Tarawih.
Anehnya lagi, ada di antara mereka yang melewati satu masjid ke masjid
lainnya, padahal waktunya telah mendekati iqamah. Celakanya lagi, ada sebagian
mereka yang telah mendengar beberapa masjid telah mulai melaksanakan shalat
Isyak, namun mereka masih saja berjalan ke masjid yang lebih jauh. Ini termasuk
tipu daya setan terhadap mereka. Bila tidak begitu, bagaimana bisa seorang
muslim yang berakal menyia-nyiakan keutamaan bulan mulia ini, khususnya
dalam menggapai shalat berjamaah? Bagaimana kondisi seseorang selalu
berbuat demikian ini pada malam-malam bulan Ramadhan?
Untuk orang-orang macam ini, perlu dikatakan, “Ingatlah kondisi Nabi kalian yang
bersemangat dalam kebaikan selama hidup beliau secara umum, dan di bulan
Ramadhan khususnya. Ibnu Abbas berkata, ‘Nabi adalah orang yang paling giat
dalam kebaikan. Beliau lebih giat lagi ketika dalam bulan Ramadhan…’ Al-Hadits.
Di manakah semangat kalian dalam kebaikan? Kalian datang ke masjid
yang kalian inginkan, sedangkan shalat telah berlalu satu atau dua raka’at, atau
bahkan terlewatkan semuanya. Perbuatan ini yakni menyepelekan dalam
mendapatkan shalay Isyak berjamaah hanya untuk mendapatkan shalat Tarawih
berjamaah termasuk celah masuk bagi setan atas seorang muslim. Sebab, setan
telah memalingkan dari penjagaan terhadap pelaksanaan yang wajib menjadi
penjagaan terhadap pelaksanaan shalat sunnah.
Ibnul Qayyim membagi godaan setan terhadap anak keturunan Adam itu menjadi
tujuh tigkatan. Ia menempatkan urutan keenam adalah sibuk memilih sesuatu
yang derajatnya lebih rendah (mafdhul) daripada yang derajatnya lebih baik
(fadhil). Ibnul Qayyim berkata, “Tingkatan godaan keenam, setan menyibukkan
seseorang dengan amalan yang derajatnya lebih rendah disbanding yang lebih
utama untuk melenyapkan keutamaan itu darinya dan hilangnya pahala amal
utama. Setan itu memerintahnya agar mengerjakan amal kebaikan yang rendah
derajatnya, memotivasinya serta menghiasinya bila amalan itu memang
mengandung unsur meninggalkan yang afdhal dan lebih tinggi derajatnya.
FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER & HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48
SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15
Sedikit sekali orang yang waspada terhadap hal ini. Ada sebagian orang
yang apabila melihat pada dirinya terdapat dorongan yang sangat kuat untuk
melakukan sebuah ketaatan yang tidak disangsikan merupakan salah satu bentuk
ketaatan dan bentuk taqarrub, maka hamper dipastikan ia tidak akan
mengatakan bahwa dorongan tersebut berasal dari setan. Sebab, setan itu tidak
memerintahkan kebaikan. Ia melihat bahwa itu merupakan sebuah kebaikan,
seraya berkata, ‘Dorongan ini berasal dari Allah.’
Orang seperti ini dapat dimaklumi, sebab ia belum tahu bahwa setan memberi
perintah melalui tujuh puluh pintu kebaikan untuk menjerumuskan kepada salah
satu pintu keburukan ataupun sebagai sarana untuk menghilangkan kebaikan
yang lebih besar dan lebih mulia dari tujuhpuluh pintu kebaikan tersebut.
Pengetahuan seperti ini memang tidak akan dicapai kecuali dengan cahaa
dari Allah yang dipancarkan ke dalam hati seorang hamba. Penyebab jauhnya
cahaya itu adalah keengganan seseorang untuk mengikuti Rasul SAW serta tidak
adanya keseriusan terhadap tangga-tangga amal di sisi Allah dan amal yang
paling dicintai-Nya, dan yang paling diridhai-Nya. Amal yang paling bermanfaat
dan paling luas bagi hamba, sebagai nasihat kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya,
orang-orang mukmin, orang-orang terpandang, maupun kalangan awam.
Tidak ada yang mengetahui kecuali para pewaris Nabi dan para wakil dan
khalifah-Nya di muka bumi sedangkan, banyak orang tidak paham akan hal ini
hingga tidak terlintas di hati mereka. Dan, Allah memberikan anugerah-Nya pada
siapa dikehendaki-Nya di antara hamba-Nya.” (Bada’iul Fawaid, II: 261-262).
Bila masalah ini berkenaan dengan orang yang sibuk memilih amalan yang
lebih rendah derajatnya daripada yang utama, lantas bagaimana kiranya dengan
orang yang menyia-nyiakan kewajiban shalat berjamaah hanya untuk
mendapatkan amalan sunnah? Tidak disangsikan lagi bahwa masalah ini lebih
besar dan berbahaya. Maka, bertakwalah kalian semua dan janganlah kalian
membuka pintu masuk bagi setan menuju kalian. Bila perbuatan tersebut sering
dilakukan dalam bulan Ramadhan, dikhawatirkan ia akan menikmati amalan itu
hingga berlanjut menjadi kebiasaannya. Sebabnya, seorang muslim yang ingin
taat kepada Allah semestinya sangat gigih untuk mendapatkan shalat berjamaah
agar bisa memperoleh pahala.
21. Terlalu Cepat Melaksanakan Shalat Tarawih Kesalahan lain adalah tidak menyempurnakan pelaksanaan shalat Tarawih.
Yaitu mengerjakannya seperti ayam mematuk dan sangat cepat dalam membaca
dengan tidak ada tujuan lain kecuali agar cepat selesai.
Syaikh Muhammad Jamaludin Al-Qasimi mengatakan, “Bukan rahasia lagi
bahwa shalat Tarawih setiap malam di bulan Ramadhan adalah amalan sunnah
yang diwariskan secara turun-temurun. Sungguh, ada banyak imam di sebagian
besar masjid yang mempercepat shalat sampai pada tingkatan yang
menyebabkan bisa merusak rukun-rukun shalat dan sunnah-sunnahnya, misalnya
meninggalkan tumakninah dalam rukuk dan sujud. Kesalahan lain semisal
menyeret bacaan, memasukkan huruf bacaan satu sama lain. Semua itu
dilakukan sebab ingin cepat selesai. Perbuatan ini sangat mirip dengan tipu daya
setan terbesar terhadap orang beriman. Tipu daya itu akan membatalkannya
amal pelakunya seiring dengan yang diperbuatnya. Bahkan, kebanyakan orang
yang menaati setan dengan tergesa-gesa itu, shalat mereka lebih dekat kepada
perbuatan main-main belaka ketimbang merupakan sebuah amal ketaatan.
Sebab itu, orang yang shalat, baik shalat fardhu atau pun sunnah, wajib
menegakkan shalat dengan sifat lahiriahnya, berupa bacaan, berdiri, rukuk, sujud
dan sejenisnya, sedangkan sifat batiniyahnya, yaitu dengan khusyuk,
menghadirkan hati, ikhlas sepenuhnya, merenungkan, memahami makna
bacaan, tasbih dan semisalnya. Lahiriyah shalat itu merupakan amalan anggota
badan. Sedangkan, batinnya adalah amalan hati. Itu merupakan cara pandangan
yang benar dari seorang hamba.
Imam Ghazali telah membuat satu perumpamaan bagi orang yang
mengerjakan shalat lahirnya saja tanpa batinnya bagaikan orang yang
mempersembahkan kepada raja agung seorang gadis yang membujur kaku tidak
bernyawa. Perumpamaan orang mengurangi lahiriyah shalatnya, bagaikan orang
yang mempersembahkan kepada raja agung seorang gadis yang terputus semua
ujung jarinya dan matanya buta. Dengan dua hadiah seperti itu, dua orang
tersebut pantas mendapatkan hukuman dan siksa dari sang raja disebabkan
penistaan dan pelecehan keduanya terhadap kehormatan sang raja. Lebih lanjut,
Al-Ghazali berkata, “Engkau menghadiahkan shalatmu kepada Rabbmu. Sebab
itu, jauhilah memberi-nya hadiah seperti itu agar engau tidak mendapatkan
hukuman.” (Ishlahul Masajid, hal. 85-86)
Syaikh Muhammad bin Utsaimin mengatakan saat berbicara tentang sifat
shalat Nabi dan para sahabat “(Shalat mereka) itu berbeda dengan shalat yang
dilakukan kebanyakan manusia sekarang ini. Orang-orang sekarang shalat
Tarawih dengan sangat cepat. Mereka tidak memenuhi kewajiban shalat, yaitu
tenang dan tumakninah, yang merupakan rukun shalat. Shalat tidak sah
tanpanya. Mereka (para imam itu) mengurangi rukun ini dan membuat lelah
orang-orang di belakang mereka yang terdiri dari orang-orang lemah, orang sakit,
dan manula. Mereka membuat jengkel diri mereka sendiri dan orang lain.
100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 & TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU & TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR
ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH & RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15
Para ulama menyatakan bahwa makruh bagi imam mempercepat shalat
dengan kecepatan yang bisa menghalangi makmum untuk mengerjakan sunnah-
sunnah shalat. Lantas, bagaimana halnya jika tindakan mempercepat shalat itu
menghalangi orang untuk melakukan bagian shalat yang sifatnya wajib? Kita
memohon keselamatan kepada Allah.”
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab pernah ditanya tentang sikap
terburu-buru dalam shalat Tarawih. Ia menjawab, “Pertanyaan Anda bahwa bila
imam shalat dengan cepat maka banyak orang yang bermakmum kepadanya,
sedangkan bila ia memperlama maka tidak ada yang ikut shalat bersamanya
kecuali sedikit. Tidak pelak lagi bahwa setan memiliki tujuan dalam hal ini dan
berambisi agar seseorang meninggalkan amalnya. Bila setan tak kuasa melakukan
itu, maka ia akan berbuat sesuatu yang bisa membatalkan amal.
Kebanyakan imam di banyak negeri melakukan perbuatan jahiliyah dalam
shalat Tarawih. Mereka mengerjakan shalat, namun mereka sendiri tidak
memahami apa itu shalat. Mereka tidak tumakninah dalam sujud maupun dalam
rukuk. Padahal, tumakninah adalah rukun shalat. Shalat tidak sah tanpanya.
Kehadiran hati di hadapan Allah Ta’ala, meresapi firman Allah saat dibaca,
khusyuk, dan tumakninah dalam shlat adalah suatu keniscayaan. Inilah yang
biasanya tdak didapat oleh kebanyakan orang yang terburu-buru.
Bila Anda ingin shalat 20 raka’at bersama imam tetapi terburu-buru, maka
lebih baik Anda shalat 10 raka’at saja tetapi dengan khusyuk dan tumakninah. Ini
lebih bermanfaat bagi Anda daripada banyak raka’at tanpa diiringi khusyuk dan
tumakninah. Apa yang kami sebutkan ini adalah yang semestinya dikerjakan.
Namun, bila terjadi cekcok antara jamaah dan imam, misalnya sang imam
bertekad untuk mempercepat shalat, sedangkan jamaah tidak menyetujuinya
bila mengerjakan sesuai sunnah, maka ia semsetinya bertekad untuk tetap
tumakninah dan tidak tergesa-gesa sebab bisa mengurangi kesempurnaannya.
Pada kondisi seperti ini, memendekkan bacaan dengan disertai khusyuk
dalam rukuk dan sujud adalah lebih utama daripada memanjangkan bacaan
shalat namun dengan tergesa-gesa yang dimakruhkan. Demikian pula, shalat 10
raka’at dengan bacaan yang panjang dan tumakninah dalam rukuk dan sujud, itu
lebih utama daripada shalat 20 raka’at dengan tergesa-gesa yang dimakruhkan.
Sebab, inti shalat dan ruhnya adalah menghadapkan hati kepada Allah dalam
melakukannya. Barangkali yang sedikit itu lebih baik daripada yang banyak.” (Ad-
Durarus Saniyah, IV: 186-187)
Penulis kitab As-Sunan wal Mubtada’at menyebutkan, bahwa ada sebagian
imam yang shalatnya menyerupai shalatnya orang gila, terutama pada waktu
shalat Tarawih. Ia menyebutkan bahwa mereka shalat sebanyak 23 raka’at dalam
waktu kurang dari sepertiga jam. Dalam seluruh raka’atnya, mereka membaca
surat Al-A’la atau Adh-Dhuha, atau seperempat dari surat Ar-Rahman. Ini tentu
saja shalat yang batil menurut setiap muslim yang berakal di seluruh madzhab.
Sebab, itu adalah shalatnya kaum munafik, yang disertai oleh Allah dengan
firman-Nya: “Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan
malas…” (QS. AN-Nisa’ [4]: 142)
Shalat mereka tidaklah seperti shalat orang beriman yang beruntung yang
disifati oleh Allah dengan firman-Nya: “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang
yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya.” (QS.
Al-Mukminun [23]: 1-2)
Shalat tersebut juga bukan seperti shalatnya Rasulullah SAW. Beliau
melarang shalat seperti gagak mematuk dan mencuri dalam shalat. Imam Ad-
Darimi meriwayatkan dari Abu Al-Aliyah, “Kami pernah mendatangi seseorang
untuk kami ambil ilmunya. Kami melihat shalatnya. Bila shalatnya bagus, maka
kami menimba ilmunya. Sebab, menurut kami bila shalatnya bagus, maka dalam
hal lainnya tentu lebih bagus. Akan tetapi, bila shalatnya buruk, kami akan
meninggalkannya sebab menurut kami, bila shalatnya buruk, maka dalam hal
lainnya tentu lebih buruk.” Dinukil secara ringkas hal. 155.
22. Rutin Melakukan Qunut dalam Shalat Tarawih
Kesalahan lainnya adalah terus menerus melakukan qunut dalam shalat
witir pada bulan Ramadhan setelah rukuk, dan mengingkari orang yang tidak
mengerjakannya. Sebenarnya, qunut itu terkadang dikerjakan setelah rukuk,
terkadang sebelum rukuk. Semua ini shahih berasal dari Nabi SAW. Atas dasar ini,
imam boleh memilih antara melakukan qunut setelah rukuk, sebelum rukuk, atau
terkadang tidak melakukannya.
Qunut setelah rukuk, dalilnya adalah riwayat dari Anas, bahwa Rasulullah
SAW pernah melakukan qunut selama satu bulan setelah rukuk dalam shalat
Subuh. (HR. Bukhari). Qunut sebelum rukuk, dalilnya adalah riwayat dari Ubay
bin Ka’ab, ia berkata, “Nabi SAW pernah melakukan qunut sebelum rukuk.”
Diriwayatkan dari Alqamah bahwa Ibnu Mas’ud dan para sahabat Nabi SAW
lainnya pernah melakukan qunut shalat witir sebelum rukuk. Adapun
meninggalkan qunut sesekali waktu, maka imam boleh melakukannya. Bagi
orang yang mengingkarinya hal ini, maka ia wajib mengemukakan dalil. Namun,
ia tidak akan mendapatkan dalil. Justru dalil yang ada akan membungkamnya.
FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER & HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48
SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15
Syaikh AL-Albani mengatakan, “Dulu, Nabi kadang-kadang melakukan
qunut dalam raka’at shalat witir. Kami katakana ‘kadang-kadang’ sebab para
sahabat yang mriwayatkan sifat shalat witir itu tidak menyebutkan adanya qunut
di situ. Seandainya Nabi SAW selalu mengerjakannya, niscaya mereka semua
akan menukilnya dari beliau SAW. Benar, Ubay bin Ka’ab meriwayatkan dari
beliau sendirian. Ini menunjukkan bahwa beliau mengerjakannya sesekali waktu
saja. Ini menjadi dalil bahwa qunut tidak wajib hukumnya. Inilah madzhab
mayoritas ulama.
Oleh sebabnya, dalam Fathul Qadir, I: 306, 359, dan 360, Muhaqqiq Ibnul
Hammam pun mengakuinya bahwa pendapat yang mewajibkan qunut adalah
lemah, tidak ada landasan dalilnya. Ini merupakan bentuk keadilan dan
ketidakfanatikannya. Pendapat inilah yang dikuatkannya, meski hal tersebut
menyelisihi madzhabnya sendiri.”
Ada juga riwayat yang shahih dari Ubay bin Ka’ab bahwa ia pernah
melaksanakan (mengimami) shalat bersama para sahabat, lalu qunut pada
separuh akhir bulan Ramadhan. Ada lagi riwayat dari Ibnu Umar bahwa ia tidak
melakukan qunut dalam shalat witir. Ada juga atsar lain yang menunjukkan
bolehnya meninggalkan qunut dalam shalat witir.
23. Menangis Secara Berlebihan dalam Shalat Tarawih
Kesalahan lainnya adalah tangisan keras yang terdengar dari sebagian
orang dalam shalat Tarawih. Terkait hal ini, perlu dikatakan, “Menangis ketika
membaca Al-Quran menunjukkan Insya Allah bahwa yang shalat terkesan dengan
firman Allah yang agung yang ia dengar. Tidak diragukan dan tidak disangsikan
lagi bahwa ini merupakan perkara yang terpuji. Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut
nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya
bertambahlah iman mereka (sebabnya)…”. (QS. Al-Anfal [8]: 2)
“Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang
serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang [1312]
, gemetar sebabnya
kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, lalu menjadi tenang kulit
dan hati mereka di waktu mengingat Allah…”. (QS. Az-Zumar [39]: 23)
Imam Nawawi mengatakan, “Siapa pun yang tidak bisa menangis ketika
membaca AL-Quran, maka menangislah sebab tidak bisa menangis. Sebab, itu
sungguh merupakan musibah besar.”
Akan tetapi, yang terlihat dan terdengar dari sebagian orang yang shalat
adalah suara tangisan yang keras. Sehingga, hal itu menyebabkan orang-orang
yang disekitarnya terganggu, ditambah lagi dengan gerakan-gerakan yang
mengiringi tangisan itu.
Anehnya, tangisan mereka itu terjadi ketika membaca doa qunut, bukan
ketika membaca Al-Quran. Perlu dikatakan kepada orang yang seperti itu,
“Sebaiknya, tangisan dan rasa haru itu ditempatkan ketika mendengar bacaan Al-
Quran.”
Syaikh Bakr bin Abdullah bin Abu Zaid Hafizhahullah ketika mengomentasi
masalah menangis dalam qunut, bukan ketika membaca Al-Quran, mengatakan,
“Makmum ataupun imam yang dikehendaki oleh Allah menangis ketika
membaca qawari’ut tanzil (ayat-ayat yang bila dibaca, maka akan amanlah
dirinya dari godaan setan) dan ayat-ayat dzikir yang dibaca pada malam-malam
bulan Ramadhan, bahkan sepanjang tahun. Semoga Allah membalas niat baik
mereka. Kita hamper-hampir tidak pernah mendengar sedu-sedan dan raut muka
sedih sebab tangisan imam atau makmum. Padahal, Allah Ta’ala berfirman,
‘Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu
akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah.’
(QS. Al-Hasyr [59]: 21)
Seandainya kita perhatikan Sunnah Rasulullah, beliau adalah manusia yang
paling bertakwa dan paling takut kepada Rabbnya. Ada riwayat dari Abdullah bin
Mas’ud, ia berkata, ‘Aku pernah masuk menemui Nabi ketika beliau sedang
shalat. Aku mendengar gemuruh di dada beliau seperti suara mendidihnya (isi)
periuk disebabkan tangisan.”
Ketika Abdullah bin Mas’ud membaca surat An-Nisa’ dan sampai pada
firman-Nya, “Maka, bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami
mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan
kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).’ (An-Nisa’
[4]: 41). Nabi SAW bersabda, ‘Cukup’. Ibnu Masud berkata, ‘Aku menoleh kepada
beliau, ternyata kedua ata beliau mencucurkan air mata.”
Lalu, wahai hamba Allah, lihatlah kondisi para salaf ketika mereka
mendengarkan bacaan Al-Quran, juga pengingkaran mereka terhadap
pembacanya yang keluar dari batasan yang wajar. Imam Asy-Syatibi mengatakan,
‘Said bin Manshur dalam tafsirnya mengelarkan sebuah riwayat dari Abdullah bin
‘Urwah bin Zubair yang mengatakan, ‘Aku pernah bertanya kepada nenekku,
100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 & TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU & TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR
ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH & RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15
Asma’, Bagaimanakah kondisi para sahabat dulu bilamembaca Al-Quran?’ Ia
menjawab, ‘Mereka seperti yang disifatkan oleh Allah, yaitu mata mereka
mengalirkan air ata dan kulit mereka merinding.’ Aku berkata, ‘tetapi orang-
orang di sini bila mendengar bacaan Al-Quran, mereka jatuh pingsan.’ Asma’
berkata, ‘Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.’
Abu ‘Ubaid meriwayatkan sebagian hadits Abu Hazim yang berkata, ‘Ibnu
Umar pernah melewati salah satu penduduk Irak yang jatuh pingsan, sedangkan
orang-orang mengerumuninya. Ia bertanya, ‘Ada apa ini?’ Mereka menjawab,
‘Bila dibacakan kepadanya ayat Al-Quran atau mendengar nama Allah tersebut,
maka ia tersungkur jatuh sebab takut kepada Allah.’ Ibnu Umar berkata, ‘Demi
Allah, kami adalah orang yang sangat takut pada Allah, tetapi kami tidak pernah
tersungkur jatuh seperti ini.’ Demikianlah pengingkaran yang dilakukan Ibnu
Umar.
Dikisahkan kepada Aisyah, ‘Ada satu kaum yang bila mendengar Al-Quran
mereka jatuh pingsan.’ Aisyah menjawab, ‘Sesungguhnya, Al-Quran itu lebih
mulia dari pada hilangnya akal seseorang. Sifat Al-Quran adalah sebagaimana
yang tertera dalam firman Allah Ta’ala, ‘Kulit orang-orang yang takut kepada
Rabbnya gemetar sebabnya, lalu kulit dan hati mereka menjadi tenang waktu
mengingat Allah.’ (QS. Az-Zumar [39]: 23)
Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa ia pernah ditanya tentang satu
kaum yang bila dibacakan AL-Quran kepada mereka, maka mereka tak sadarkan
diri. Anas menjawab, ‘Itu perbuatan orang-orang Khawarij.”
Abu Nuaim meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, bahwa Ibnu Zubair
berkata, ‘Aku pernah datang kepada Ayahku, lalu ia bertanya, ‘Dari mana saja
kamu?’ Aku menjawab,’Aku menjumpai beberapa kaum yang berdzikir kepada
Allah, lalu salah seorang di antara mereka ada yang menggigil sampai jatuh
pingsan sebab takutnya kepada Allah, sehingga aku pun duduk bersama mereka.’
Ayah berkata, ‘Jangan kamu duduk bersama merekalagi.’ Ayah melihatku seakan-
akan beliau tidak suka bila perbuatan itu menimpaku. Ayah berkata, ‘Aku pernah
melihat Rasulullah SAW, Abu Bakar, dan Umar membaca Al-Quran, namun
mereka tidak sampai jatuh pingsan. Apakah kamu melihat mereka lebih khusyuk
kepada Allah daripada Abu bakar dan Umar? Sehingga, ketika kamu melihat hal
itu, kamu meninggalkan (sunnah) mereka. Ini semua hanyalah direka-reka dan
memaksa diri. Para ahli ibadah sama sekali tidak meridhainya’.”
Ibnu Muflih mengatakan, “Yang diriwayatkan dari Nabi SAW dan para
sahabat beliau ketika mendengar Al-Quran dibaca hanyalah mengalirkan air
mata, kulit merinding, dan hati melembut. Ini sebagaimana firman Allah, ‘Allah
telah menurunkan perkataan yang paling baik…’.” (QS. Az-zumar [39]: 23)
Ibnu Mas’ud pernah membacakan ayat-ayat Al-Quran untuk Nabi SAW.
Ketika sampai pada firman-Nya, “Maka, bagaimanakah (halnya orang kafir
nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap
umat….” (QS. An-Nisa’ [4]: 41). Nabi SAW bersabda, “Cukup.” Ibnu Mas’ud
berkata, “Aku menoleh kepada beliau, ternyata kedua mata beliau mencucurkan
air mata.” (HR. Bukhari dan Muslim). Tentang hilang kesadaran ataupun pingsan
dan semisalnya, itu terjadi pada masa tabi’in, disebabkan kuatnya pengaruh
bacaan Al-Quran itu, sedangkan hati mereka lemah. Berbeda dengan para
sahabat, hati mereka kuat dan sempurna, sehingga itu tidak terjadi para
mereka.”
24. Memanjangkan Doa Qunut
Kesalahan lain yang dilakukan para imam adalah terlalu memperpanjang
doa qunut. Ini tentu saja menjadi hal yang berat, sehingga menimbulkan
keburukan dan keengganan. Sungguh, Nabi SAW telah memerintahkan agar
imam memperhatikan kondisi para makmumnya. Beliau bersabda:
“Apabila di antara kalian mengimami shalat, maka hendaklah ia
meringankannya. Sebab, di antara mereka ada yang lemah, sakit, dan
telah tua. Namun, bila kalian shlat sendirian, maka silakan memanjangkan
sesukanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits lain menyebutkan bahwa Nabi bersabda: “Sungguh ketika aku mulai
shalat dan aku ingin memanjangkannya, maka aku mendengar tangisan anak
kecil, sehingga aku pun memendekkan shalat sebab mengetahui adanya
kesedihan ibunya atas anaknya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Demikian juga, riwayat tentang Mu’adz bin Jabal ketika memanjangkan shalat,
lalu rasulullah SAW bersabda kepadanya, “Hai Mu’adz, apakah kamu hendak
membuat fitnah?” (HR. Muslim). Nabi SAW pernah menyuruh Utsman bin Abi Al-
Ash. Beliau bersabda: “Imamilah kaummu. Barangsiapa mengimami kamu, maka
hendaklah meringankannya, sebab di antara mereka ada yang sudah tua, ada
yang sedang sakit, ada yang lemah, dan ada yang memiliki keperluan. Bila shalat
sendirian, maka silakan shalat sekehendaknya.” (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain disebutkan, “Kamu adalah imam bagi kaummu. Ukurlah
kemampuan mereka dengan orang yang paling lemah di antara mereka.”
FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER & HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48
SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15
Nash-nash tersebut telah menegaskan perkara meringankan shalat
(berjamaah) dan larangan memanjangkannya. Adapun tolok ukur meringankan
shalat itu adalah dengan memperhatikan shalatnya Nabi SAW, sebab beliau
adalah orang yang paling sempurna shalatnya. Al-Baghawi mengakatan,
“Memanjangkan qunut itu makruh hukumnya.”
Tema ini kita akhiri dengan ungkapan Syaikh Abdullah bin Qu’ud
Hafizhahullah terkait memperpanjang doa dalam qunut, termasuk bersajak dan
memberatkan diri dalam melagukan doa ini. Di samping itu, ada lagi keruwetan
pemahaman tentang waktu-waktu qunut, sehingga sebagian makmum tidak bisa
membedakan antara qunut nazilah dan qunut lainnya. Syaikh Abdullah bin Qu’ud
mengatakan, “Menurut sunnah, dalam qunut nazilah hendaknya orang yang
berdoa memendekkannya sesuai dengan konteks musibahnya saja. Banyak
hadits dari Nabi SAW dalam hal ini. Siapa yang mencarinya, niscaya akan
mendapatkannya.’
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, ‘Sebagaimana Nabi SAW shalat,
ketika melakukan qunut pertama kali untuk mendoakan keburukan atas kabilah
Bani Sulaim yang telah membunuh para qari’, beliau mendoakan kebinasaan atas
mereka dengan doa yang selaras dengan tujuan ini. Lalu, ketika beliau melakukan
qunut untuk mendoakan sahabat-sahabat beliau yang lemah, beliau membaca
doa yang selaras dengan tujuan ini.
Jadi, Sunnah Rasulullah itu menunjukkan dua hal; pertama, doa qunut itu
disyariatkan sebab adanya sebab yang menuntut untuk melakukannya, dan ini
bukanlah sunnah yang mesti terus-menerus dilakukan dalam shalat. Kedua, doa
dalam qunut bukanlah doa permanen, tetapi dalam setiap qunut itu ada doa
yang sesuai dengan keadaannya masing-masing, seperti yang dilakukan oleh Nabi
SAW dalam contoh di atas. Hal yang sama juga pernah dilakukan oleh Umar dan
Ali ketika keduanya memerangi orang-orang yang memerangi keduanya saat
terjadi fitnah. Keduanya membaca doa yang sesuai dengan tujuan itu.’ (l-Majmu’,
XXIII: 109).
Itulah tuntunan As-Sunnah dalam doa qunut nazilah. Selalu
memanjangkan doa qunut yang lamanya semakin bertambah dari waktu ke
waktu sehingga shalat hanya habis untuk itu, atau hingga memakan waktu berdiri
maupun waktu tasyahud yang dilakukan oleh sebagian imam adalah perbuatan
yang menyalahi sunnah rasulullah. Diriwayatkan dari Al-Bara’, ia berkata, “Rukuk,
sujud, duduk di antara dua sujud, dan I’tidal Nabi SAW sama panjangnya, kecuali
berdiri dan duduk (tasyahud).” (Muttafaqun’Alaih).
Tinggalkanlah perbuatan memanjangkan doa qunut itu dan lafazh-lafazh
yang dikapai dalam qunut nazilah oleh para imam. Mereka hanya membaca dua
atau tiga ayat dalam shalat witir atau shalat lainnya ketika terjadi musibah.
Namun, setelah itu, mereka membaca doa qunut yang panjangnya mirip
ceramah. Lihatlah, apakah amal itu selaras dengan sunnah, atau malah
menyelisihinya.
Adapun, penggunaan sajak dan kata-kata indah yang lebih ditekankan oleh
pembaca berdoa daripada menghayati makna-maknanya; atau membawakan
bermacam-macam doa diluar konteks qunut nazilah; atau menekuni doa tertentu
yang tidak ada kaitannya; dan mengulang-ulang lafazh doa seperti pengulangan
lafazh-lafazh yang wajib dalam shalat, maka ini semua tidak diperbolehkan.
Sudah sepantasnya bila shalatnya batal. Ini bagi orang yang mengetahui
hukum asal dan sumbernya, serta yang sunnah yang menyelisihinya. Sudah
sewajarnya, bila doanya tidak dikabulkan sebab sudah maklum bahwa doa itu
ibadah. Padahal, ibadah apa pun tidak sah dan tidak ada gunanya kecuali bila
terpenuhi syarat-syaratnya, yaitu ikhlas, mengikuti petunjuk Nabi SAW, serta
dilakukan oleh orang beriman.
Juga, berdasarkan apa yang disebutkan oleh para ulama tentang
pentingnya membatasi ucapan dia dalam shalat dengan dalil-dalil (yang sah),
kecuali pada kesempatan yang memang dilonggarkan untuk itu. Seperti, doa
ketika sujud, doa sesudah tasyahud dan sebelum salam, dan pada doa qunut
nazilah dengan lafzh yang sesuai konteks kejadian. Demikianlah keterangan
seputar qunut dalam shalat fardhu ketika sangat dibutuhkan.”
Lebih lanjut, Syaikh Qu’ud mengatakan, “Terakhir, saya ingatkan bahwa
membagus-baguskan doa agar dipuji orang, atau membiasakan seperti itu agar
seseorang puas, maka masuk kandungan sabda Nabi yang diriwayatkan Abu Said
Al-Khudri berikut ini. Abu Said berkata, ‘Rasulullah bersabda, ‘Maukah kalian aku
beritahukan tentang sesuatu yang lebih aku takutkan atas kalian daripada Al-
Masih Dajjal.’ Para sahabat menjawab, ‘Ya.’ Beliau bersabda, “Syirik yang
tersembunyi. (Yaitu) orang yang berdiri shalat dengan membagus-baguskan
shalatnya sebab tahu dilihat orang’.” Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan
Ibnu Majah dalam Al-Misykah, no. 5333, dan Taisirul Azizil Hamid, hal. 532.
Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada hamba dan rasul-Nya,
Muhammad.” Demikian penjelasan Syaikh Qu’ud.
100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 & TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU & TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR
ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH & RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15
25. Mengusap Wajah Setelah Berdoa
Kesalahan lainnya adalah mengusap wajah dalam qunut dan lainnya yang
dilakukan sebagian kaum muslimin usai berdoa. Mengusap wajah seperti ini
membutuhkan dalil yang shahih dan tegas dari Nabi SAW.
Ada banyak hadits yang tidak shahih terkait hal ini, sebagaimana dijelaskan
oleh Syaikh Bakr Abu Zaid Hafizhahullah dalam risalahnya. Ia telah menyebutkan
banyak pendapat salaf terkait mengusap wajah setelah berdoa, di antaranya:
1. Riwayat yang disebutkan Al-Marwazi dari Malik, bahwa ia pernah ditanya
tentang orang yang mengusap wajahnya dengan kedua tapak tangannya.
Maka, Malik mengingkari hal itu dan berkata, “Aku tidak tahu.”
2. Ali Al-Basyani berkata, “Aku pernah bertanya kepada Abdullah bin
Mubarak tentang orang yang mengusap wajah bila berdoa. Ia menjwab,
‘Aku tidak mendapatkan sesuatu yang dapat menguatkannya’.” Ali Al-
Basyani sendiri berkata, “Aku memang tidak pernah melihatnya melakukan
hal itu.”
3. Imam Ahmad pernah ditanya tentang seseorang yang mengusap wajahnya
dengan kedua tapak tangannya usai mengerjakan shaat witir. Ia
menjawab, “Aku belum pernah mendengar riwayat tentang hal itu sama
sekali.” Abu Dawud berkata, ‘Aku tidak pernah melihat Ahmad melakukan
hal itu.’
4. Al-Baihaqi berkata, ‘Adapun mengusap wajah dengan kedua tapak
tangannya usai berdoa, maka aku tidak pernah menerimanya dari seorang
salaf pun dalam doa qunut, meskipun ada diriwayatkan dari sebagian salaf
dalam doa di luar qunut. Ada satu hadits dha’if diriwayatkan dari Nabi
tentang hal ini. Hadits ini dipakai oleh sebagian orang di luar shalat.
Adapun pada saat shalat, maka ini amalan yang tidak didukung dengan
riwayat yang shahih dan tidak juga atsar yang sah, atau qiyas. Maka, yang
utama hendaklah tidak melakukannya. Cukuplah dengan amalan yang
dilakukan oleh para salaf, yaitu dengan mengangkat tangan saja tanpa
mengusapkan keduanya ke wajah pada saat shalat. Wabillahit taufiq.
5. Al-Izz bin Abdussalam mengatakan, “Tidak ada orang yang mengusap
wajah dengan kedua tangannya setelah shalat selain orang jahil.”
6. Ketika menjawab pertanyaan terkait hal ini, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
mengatakan, “Tentang Nabi mengangkat kedua tangan dalam berdoa,
memang ada sejummlah hadits shahih terkait hal ini. Namun, mengusap
wajah dengan kedua tapak tangan, maka tidak ada riwayat dari beliau
kecuali satu atau dua hadits yang tidak bisa di pakai untuk hujjah. Wallahu
a’lam. Syaikh Bakr berkata, “Ini berarti ia berpendapat bahwa mengusap
wajah itu tidak benar.”
7. Ibnu ‘Araqih membid’ahkan hal itu, sebagaimana Ibnu Marzuqi menukil
darinya.
8. Al-Fairuz Abadi membuat sebuah bab dengan judul: Mashul Wajhi bil
Yadain ba’dash Shalah Ma Shahha fihi Haditsun (Mengusap Wajah dengan
Kedua Tapak Tangan Usai Berdoa, Tidak Ada Satu Hadits Pun yang Shahih).
Syaikh Bakr berkata, “Ini berarti ia berpendapat bahwa mengusap wajah
itu tidak benar. Wallahu a’lam.”
26. Berdoa Dengan Suara Keras
Kesalahan lainnya terkait qunut adalah mengeraskan suara doa ketika
qunut dan lainnya. Contohnya adalah mengeraskan suara secara mendadak
ketika sampai pada kalimat-kalimat doa tertentu. Padahal, menurut sunnah,
berdoa itu tidak perlu dengan suara keras. Allah SWT berfirman:
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang
lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas.” (QS. Al-A’raf [7]: 55)
Imam AL-Qurthubi menafsirkan ayat ini mengatakan, “Melampaui batas dalam
berdoa itu beragam, di antaranya mengeraskan suara dan berteriak-teriak.”
Ibnu Katsir mengatakan, “Juraij berkata, ‘Meninggalkan suara dan berteriak-
teriak dalam berdoa itu dilarang. Perintahnya, doa itu dilakukan dengan
berendah diri dan menundukkan suara.” Ia meriwayatkan dari Atha’ Al-Khurasani
dari Ibnu Abbas terkait firman-Nya, “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang melampaui batas.” Yakni dalam berdoa, bukan yang lainnya.”
Diriwayatkan dari Abu Musa AL-Asyari, ia berkata, “Kami pernah bepergian
bersama Rasulullah SAW. Bila kami menaiki satu lembah, kami bertahlil dan
bertakbir dengan suara yang keras. Maka, Nabi SAW bersabda, “Wahai manusia,
kasihanilah diri kalian sendiri. Kalian tidak sedang berdoa kepada Dzat yang tuli
dan tidak ada. Sesungguhnya, Dia bersama kalian. Dia Maha Mendengar lagi
Maha Dekat.” (HR. Bukhari)
Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, “Ath-Thabari mengatakan, “Hadits ini
mengindikasikan makruhnya meninggikan suara ketika berdoa dan dzikir.
Umumnya, kalangan salaf dari sahabat dan tabi’in juga memakruhkannya dengan
berlandaskan hadits ini.”
FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER & HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48
SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15
27. Imam Membaca Doa Qunut untuk Dirinya Sendiri
Kesalahan lainnya adalah kasus yang terjadi pada sebagian imam yang
mengkhususkan doa qunut untuk dirinya sendiri, atau berdoa dengan
menggunakan kata ganti orang pertama. Misalnya, Cukuplah Allah sebagai
penjaminku atau cukuplah Allah sebagai pelindungku. Atau, berdoa khusus untuk
dirinya sendiri.
Imam Al-Baghawi mengatakan, “Jika seseorang menjadi imam, maka
hendaknya ia menggunakan kata ganti jamak (plural), misalnya: ‘Ya Allah,
tunjukilah kami, sejahterakanlah kami, pimpinlah kami, berkahilah kami, dan
lindungilah kami’. Janganlah imam mengkhususkan doa untuk dirinya sendiri.”
28. Memberikan Zakat untuk Anak
Kesalahan lainnya adalah sebagian kaum muslimin mengeluarkan zakat
pada bulan Ramadhan agar mendapatkan pahala yang berlipat. Namun, sebagian
mereka terjatuh dalam kesalahan yang perlu diingatkan di sini sebab sesuai
dengan konteks ini. Di antaranya, sebagian orang mengeluarkan zakat untuk
anak-anak mereka sendiri. Ini tentu saja tidak boleh, sebab nafkah anak-anak itu
memang diwajibkan atas orang tua.
Syaikh Ibnu Utsaimin pernah ditanya tentang ayah yang membagikan zakat
untuk anak-anaknya sendiri daripada diberikan kepada orang yang tidak dikenal.
Orang itu berkata, “Anak-anakku lebih pantas menerimanya ketimbang orang
lain yang tidak dikenal.” Apakah ini benar?
Syaikh Ibnu Utsaimin menjawab, “Tindakan itu tidak benar dan tidak
boleh. Seseorang tidak boleh memberikan zakatnya kepada anak-anaknya, baik
laki-laki maupun perempuan, atau siapa saja yang nafkahnya memang menjadi
tanggungannya. Sebab, bila seseorang memberikan zaat kepada pihak yang
nafkahnya wajib ditanggungnya, maka kemanfaatannya tentu akan kembali
kepada dirinya lagi. Selain itu, dengan pengeluaran zakatnya itu, hartanya
kembali menumpuk dan terbebas dari mengeluarkan infaq. Sebabnya, ini tidak
diperbolehkan.
Adapun bila anak-anaknya memiliki hutang yang sebabnya bukan sebab
nafkah wajib, maka ayahnya wajib melunasinya atas nama mereka. Yang seperti
ini tidak masalah sebab mereka termasuk kriteria gharim (penyandang hutang).
Dengan catatan, anak-anak yang memiliki hutang itu tidak serta merta
menjadikan orang tuanya wajib melunasinya. Kecuali, bila hutang yang mereka
pinjam itu untk membiayai keperluan diri mereka sendiri, yang sebenarnya
keperluan (nafkah) itu masih menjadi tanggugan ayah mereka. Maka dalam
kondisi seperti ini, ayah tidak diperbolehkan memberikan zakatnya kepada anak-
anak mereka guna membayar hutang. Tetapi, ia harus melunasi hutang itu sebab
anak-anak itu telah menunaikan kewajibannya. Jadi, sang ayah wajib melunasi
hutang itu dengan uang lainnya, bukan dengan uang zakatnya.
Kesimpulannya, kita katakana bahwa membayar zakat untuk anak itu tidak
dibolehkan dan tidak dianggap telah membayar zakat. Sebab, tindakan seperti itu
sama dengan mengembalikan hartanya sendiri melalui infaq. Kecuali, bila anak
tersebut memiliki hutang yang mereka tidak mampu membayarnya. Dengan
catatan, mereka tidak terpaksa berhutang sebab tidak diberi nafkah oleh orang
tua mereka. Maka, dalam kondisi seperti ini, ayah mereka hendaknya melunasi
hutang mereka dengan uang zakatnya.”
29. Senantiasa Memberikan Zakat Kepada Orang Tertentu
Kesalahan lain adalah ada sebagian kaum muslimin memberikan zakatnya
kepada orang atau keluarga tertentu. Tindakan itu dijadikan kebiasaannya. Setiap
kali mengeluarkan zakat, maka ia menuju orang dimaksud atau keluarga tertentu
itu lalu memberikan zakatnya kepada mereka. Bahkan, permasalahannya tidak
berhenti di sini saja. Anda akan mendapatkan orang itu berpesan kepada para
rekan-rekannya bahwa dirinya mengetahui ada orang atau keluarga miskin, ia
pun menyarankan agar para rekannya itu menitipkan zakat mereka kepadanya.
Lalu, ia akan menyalurkan zakat itu kepada orang atau keluarga miskin tadi.
Sisi kesalahannya adalah orang yang menunaikan zakat pada kondisi
seperti itu tidak memperhatikan kondisi si penerima zakat, yaitu orang miskin
dan keluarga tadi. Bahkan, mungkin tidak sampai terpikir oleh mereka. Sebab,
status miskin itu sudah terpatri di benak mereka sejak beberapa tahun atau
puluhan tahun silam, bahwa lelaki atau keluarga miskin tersebut berhak
menerima zakat (mustahiq). Padahal, penerima zakat tersebut terkadang saat
sekarang tidak memerlukan zakat lagi dan tidak berhak lagi. Saya tidak
bermaksud agar mereka menyelidiki rumah orang lain. Tetapi, seseorang
hendaknya menanyakan dan memilih-milih siapa yang pantas diberi zakat.
30. Tidak Teliti dalam mengalokasikan Zakat
Kesalahan lainnya adalah sebagian kaum muslimin yang tidak memeriksa
terlebih dahulu kepada siapa ia mengalokasikan zakatnya. Bila ia mengetahui
bahwa seseorang itu fakir, maka ia segera memberikan zakatnya agar ia bisa
segera lepas tanggung jawab; bebas dari kewajiban dengan mengesampingkan
pandangan terhadap kondisi pihak penerima.
100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 & TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU & TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR
ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH & RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15
Ini termasuk tindak peremehan yang banyak orang terjebak sebabnya.
Terkadang, phak penerima zakat itu termasuk orang yang gemar menggunakan
uang untuk maksiat kepada Allah. Dengan begitu, zakat menjadi penolong
baginya untuk berbuat maksiat.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan, “Tidak selayaknya zakat itu
diberikan kepada orang yang tidak menggunakannya untuk taat kepada Allah.
Sesungguhnya, Allah mewajibkan zakat agar menjadi penolong dalam mentaati-
Nya, yaitu bagi kalangan umat Islam miskin yang membutuhkannya dan terbelit
hutang, atau yang sedang menolong orang beriman. Jadi, orang-orang yang
butuh harta namun tidak shalat, maka ia tidak diberi zakat sampai ia mau
bertaubat dulu, serta mau tekun menunaikan shalat pada waktunya.”
31. Mewajibkan Puasa Enam Hari pada Bulan Syawal
Kesalahan lainnya adalah kasus yang muncul pada sebagian kaum
muslimin yang mewajibkan puasa enam hari pada bulan Syawal dan mengingkari
orang yang tidak berpuasa. Ini adalah tindakan mewajibkan sesuatu yang tidak
diwajibkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Syaikh Ibnu Jibrin pernah ditanya, “Apakah puasa enam hari pada bulan
Syawal itu wajib, dan pahala puasa bulan Ramadhan tidak sempurna kecuali
dengan mengikutinya dengan puasa enam hari tersebut?”
Syaikh Ibnu Jibrin menjawab, “Puasa enam hari pada bulan Syawal hukumnya
sunnah. Ada sejumlah hadits shahih terkait masalah ini. Misalnya, sabda Nabi
SAW: “Barangsiapa puasa Ramadhan lalu mengikutinya dengan puasa enam hari
pada bulan Syawal, maka ia seperti puasa setahun.” (HR. Muslim)
Sebab itu, para ulama menganggapnya sebagai amalan sunnah. Tidak ada
seorang pun yang mengatakan bahwa puasa tersebut wajib. Bahkan, itu
termasuk amalan sunnah yang bila seseorang menghendaki keutamaan, maka
dipersilakan berpuasa, dan siapa yang tidak, maka boleh meninggalkannya. Ia
boleh mengerjakannya tahun ini dan tahun depan meninggalkannya. Dengan
meninggalkannya tidak akan mengurangi kesempurnaan puasa Ramadhan.
Seseorang juga boleh melaksanakannya pada awal bulan Syawal, di tengahnya,
atau di akhirnya. Wallahu a’lam.”
32. Mewajibkan Puasa Enam Hari Bulan Syawal dengan Berturut-turut
Kesalahan lainnya bahwa ada sebagian mereka mewajibkan pelaksanaan
puasa enam hari bulan Syawal itu secara berturut-turut dan langsung setelah Idul
Fitri. Ini merupakan tindakan yang mengandung kekakuan dan membuat syariat
yang tidak diijinkan Allah.
Ada seseorang bertanya, “Apakah wajib bagi orang yang ingin puasa enam
hari bulan Syawal mengerjakannya berturut-turut, atau dibolehkan secara
terpisah di awal bulan, tengah, dan di akhirnya?”
Syaikh Ibnu Jibrin menjawab, “Puasa enam hari tersebut hukumnya
sunnah, bukan wajib. Utamanya, puasa itu dikerjakan setelah Idul Fitri,
berdasarkan hadits: “Barangsiapa puasa Ramadhan lalu mengikutinya dengan
puasa enam hari pada bulan Syawal, maka ia seperti puasa setahun.”
Akan tetapi, puasa itu boleh dikerjakan secara berturut-turut ataupun
secara terpisah-pisah. Ia juga boleh dikerjakan pada awal, pertengahan, atau
akhir bulan. Itu semua sudah memenuhi tuntutan puasa tersebut.”
33. Tidak Tunaikan Ibadah Haji Sebab Masih Memiliki Kewajiban Puasa
Sebagian kaum muslimin merasa berat untuk melaksanakan ibadah haji
bila dirinya masih punya kewajiban (mengganti) puasa Ramadhan. Perasaan
berat ini tidak perlu dianggap bila memang ia mampu melaksanakan ibadah haji.
Ada kewajiban dari Lajnah Ad-Da’imah tentang seseorang yang bertanya
terkait hal ini. Jawaban tersebut adalah, “Anda boleh melaksanakan ibadah haji
meski Anda belum mengganti (mengadha) puasa Ramadhan yang terlewatkan.
Akan tetapi, Anda tidak boleh mengakhirkan qadha puasa hingga bulan puasa
berikutnya datang selama Anda mampu mengqadhanya.
FATWA-FATWA PENTING SEPUTAR PUASA
Obat tetes Mata Tidak Membatalkan Puasa
Tanya: Lajnah Daimah menerima permintaan fatwa yang redaksinya
sebagai berikut: Dalam kitab Adh-Dhiya’ul Lami’ bahasan khusus tentang bulan
Ramadhan dan hal-hal yang berkaitan dengan puasa terdapat uraian sebagai
berikut, “Puasanya juga tidak batal bila ia muntah tanpa sengaja, atau
mengobati kedua matanya atau telinganya, atau meneteskan obat padanya.”
Bagaimana pendapat Anda tentang hal ini?
FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER & HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48
SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15
Jawab: Pernyataan bahwa orang yang meneteskan obat tetes di kedua
mata atau telinga untuk keperluan pengobatan itu tidak merusak (membatalkan)
puasa adalah benar. Sebab, tindakan itu tidak dikategorikan makan atau minum,
baik menurt istilah adat istiadat maupun istilah syari’at. Selain itu, tetesan itu
masuk ke dalam tubuh melalui jalan yang tidak semestinya untuk makan dan
minum.
Tetapi, seandainya ia menunda pengobatan mata atau telinganya itu
sampai malam, maka itu lebih berhati-hati untuk menghindari perselisihan.
Demikian pula, bila seseorang muntah tanpa sengaja, ini tidak membatalkan
puasanya. Sebab, Allah tidak membebani seseorang kecuali sebatas
kemampuannya. Sedangkan syari’at itu dibangun di atas kemudahan,
berdasarkan firman Allah, ‘Dan, Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kalian
dalam agama suatu kesempitan.’ (QS. Al-Hajj [22]: 78).
Dan dalil-dalil lainya, seperti sabda Nabi SAW: “Barangsiapa muntah tanpa
sengaja, maka tidak ada qadha (puasa) baginya. Tetapi siapa saja muntah
dengan sengaja, maka ia harus menggantinya.” (Lajnah Da’imah)
Apakah Mimpi Basah dan Keluarkan Darah dari Anggota Tubuh Dapat
Membatalkan Puasa?
Tanya: Suatu ketika, saya berpuasa dan tidur di masjid. Setelah bangun, ternyata
saya mimpi basah. Apakah mimpi basah ini membatalkan puasa? Perlu diketahui
juga, bahwa saya juga belum mandi, sehingga ketikamengerjakan shalat tanpa
mandi. Pertanyaan lain, saya pernah terkenah batu di kepala hingga
mengucurkan darah. Apakah saya perlu membatalkan puasa disebabkan hal itu?
Jawab: Mimpi basah tidak membatalkan puasa sebab itu bukan atas
kemauan seseorang. Akan tetapi, ia harus mandi janabat bila keluar air mani.
Sebab, Nabi SAW ketika ditanya tentang masalah ini, beliau menjawab bahwa
orang yang bermimpi harus mandi bila mendapatkan air mani.
Shalat yang Anda kerjakan tanpa mandi janabat, maka ini merupakan
kesalahan dan kemunkaran besar. Anda harus mengulangi shalat disertai
bertaubat kepada Allah SWT. Tentang batu yang mengenaimu hingga
mengeluarkan darah, maka itu tidak membatalkan puasa. (Fatwa Syaikh Bin Baz)
Hukum Melakukan Onani Pada Siang Hari Bulan Ramadhan
Tanya: Saya seorang pemuda berusia 19 tahun. Saya memiliki problem
yaitu tidak bisa lepas dari kebiasaan onani. Apakah ada kafaratnya atas diri saya
atau tidak? Berikanlah Jawab kepada saya, semoga Allah membalas kalian.
Jawab: Kami menasihatkan kepada Anda agar bersabar dan menguatkan
kesabaran. Sesungguhnya, perbuatan tersebut haram menurut syariat, tetapi
lebih ringan dibandingkan zina. Sebagian ulama memang membolehkan onani
bagi seseorang yang khawatir terjatuh dalam perbuatan zina atau hooseksual,
bila syahwatnya tidak mereda.
Kami juga menyarankan agar Anda berpuasa, sebab ini akan meringankan
gejolak syahwat. Nabi SAW pun memberikan petunjuk serupa kepada para
pemuda yang belum mampu memberikan nafkah berumah tangga.
Saran kami, berusahalah segera menikah sebab hal ini lebih bisa
menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Curahkanlah
kesungguhan Anda sekuat tenaga, niscaya Allah akan memberi kecukupan dan
menolong apa yang tidak sanggup Anda melakukannya.
Tentang kebiasaan onani yang Anda lakukan pada siang hari bulan
Ramadhan, maka itu membatalkan puasa tetapi tidak menyebabkan kafarat
(berpuasa dua bulan berturut-turut). Namun, Anda harus mengganti hari-hari
yang batal pada tahun lalu dan tahun ini. Selanjutnya, di samping mengqadha
hari-hari pada tahun lalu, Anda juga harus membayar kafarat dengan member
makan orang miskin selama hari-hari itu. Terakhir, bertaubatlah kepada Allah,
sebab taubat itu menghapus dosa yang sebelumnya. (Fatwa Syaikh Ibnu Jibrin)
Suntikan Suplemen (Dopping) Pada Siang Hari Membatalkan Puasa
Tanya: Saya pernah menyuntikkan sesuatu di pembuluh darah tubuh saya
pada siang hari bulan Ramadhan. Apakah puasa saya hari itu dianggap sah,
ataukah saya harus menggantinya?
Jawab: Bila suntikan itu mengenyangkan atau menguatkan tubuh, maka
itu membatalkan puasa, baik disuntikkan di pembuluh darah maupun yang
lainnya. Namun, bila itu hanya sekedar suntikan penenang, obat bius, atau
semisalnya, maka itu tidak membatalkan puasa. (Fatwa Syaikh Ibnu Jibrin)
100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 & TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU & TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR
ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH & RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15
Muntah Tidak Sengaja Tidak Membatalkan Puasa
Tanya: Seorang pembaca menanyakan, “Apakah muntah membatalkan puasa?”
Jawab : Luka, mimisan, muntah, serta kemasukan air atau bensin ke
kerongkongan yang dialami oleh orang yang sedang berpuasa tanpa kemauannya
adalah tidak membatalkan puasa. Akan tetapi, seorang yang menyengaja
muntah, maka puasanya batal. Hal ini berdasarkan sabda Nabi SAW:
“Barangsiapa muntah tanpa sengaja, maka tidak ada qadha (puasa) baginya.
Tetapi, siapa menyengaja muntah, maka ia harus menggantinya.” (HR. Ahmad
dan Penulis kitab-kitab Sunan dengan sanad shahih). (Fatwa Syaikh Bin Baz)
Hukum Menggunakan Krim Pelembab Kulit Bagi Orang Yang Berpuasa
Tidak mengapa menggunakan krim pelembab kulit ketika puasa bila itu
dibutuhkan. Krim tersebut hanya membasahi kulit luar saja, tidak sampai masuk
ke bagian dalam tubuh. Selain itu, seandainya bisa masuk melalui pori-pori, tetap
saja tidak dianggap sebagai pembatal puasa. (Fatwa Syaikh Ibnu Jibrin)
Hukum Menggunakan Sikat Gigi Disertai Keluarnya Darah
Tanya: Setelah waktu imsak, apakah saya boleh menggosok gigi dengan
pasta gigi? Kalau boleh, apakah sedikit darah yang keluar dari sela-sela gigi
ketika menyikat gigi membatalkan puasa?
Jawab: Tidak masalah setelah waktu imsak membersihkan gigi dengan
siwak dan air, atau dengan sikat gigi. Namun, ada sebagian ulama yang
memakruhkan orang puasa menggunakannya setelah siang hari sebab itu akan
menghilangkan bau mulut (Khuluf) orang puasa. Akan tetapi, yang benar bahwa
itu disunnahkan baik pagi maupun sore hari. Penggunaannya tidak
menghilangkan bau mulut, tetapi hanya membersihkan gigi dan mulut dari bau
tak sedap dan kotoran mulut.
Tentang menggunakan pasta gigi, yang paling jelas, itu makruh sebab pasta
gigi itu memiliki aroma dan rasa yang terkadang bercampur dengan ludah,
sehingga rentan tertelan. Maka, siapa yang ingin menggunakannya, maka
sebaiknya dilakukan setelah makan sahur sebelum waktu imsak. Bila ia
menggunakannya pada siang hari dan bisa menjaga untuk tidak menelannya,
maka tidak mengapa bila memang dibutuhkan.
Sedangkan, sedikit darah yang keluar dari sela-sela gigi pada saat
menggosoknya dengan sikat gigi atau siwak atau saat wudhu, maka itu tidak
membatalkan puasa. Wallahu a’lam. (Fatwa Syaikh Ibnu Jibrin)
Suntikan Pada Siang Hari Bulan Ramadhan
Tanya: Apakah menggunakan jarum suntik dan suntikan pengobatan pada
siang hari bulan Ramadhan mempengaruhi keabsahan orang puasa?
Jawab: Suntikan pengobatan itu ada dua macam:
Pertama, suntikan yang dimaksudkan untuk memberi suplemen sehingga tidak
perlu makan dan minum lagi. Suntikan seperti ini membatalkan puasa sebab
semakna dengan makan dan minum. Sebab, nash-nash syar’i itu menetapkan,
bahwa bila terdapat satu makna (kategori) pada sesuatu yang dikandung oleh
nash tersebut, maka sesuatu itu dihukumi sama dengan nash tersebut.
Kedua, suntikan yang tidak memberikan suplemen, maksudnya tidak
menggantikan fungsi makan dan minum. Suntikan ini tidak membatalkan puasa.
Sebab nash sayr’i, baik secara lafazh maupun makna, tidak mencakup hal
tersebut. Jadi, suntikan jenis ini tidak masuk kategori dan tidak bisa dimaknai
makan dan minum. Hukum dasar puasa itu sah sampai terdapat kepastian
adanya sesuatu yang membuatnya batal berdasarkan kandungan dalil syar’i.
Obat Kumur
Tanya: Apakah menggunakan obat kumur dapat membatalkan puasa?
Jawab: Obat kumur tidak membatalkan puasa bila tidak ditelan. Tetapi, hal
ini jangan Anda lakukan, kecuali bila sangat membutuhkannya. Jadi, itu sedikit
membatalkan puasa bila tidak masuk ke kerongkongan sedikit pun.
Puasa Wishal
Tanya: Apakah puasa Wishal itu? Apakah itu termasuk amalan sunnah?
Jawab: Puasa Wishal adalah orang yang berpuasa tanpa berbuka selama
dua hari atau lebih. Ia menyambung puasa dua hari secara berturut-turut. Nabi
SAW melarang puasa semacam ini, beliau bersabda, “Barangsiapa ingin
menyambung puasa, hendaklah menyambungnya sampai waktu sahur.”
Menyambung puasa sampai waktu sahur hukumnya boleh, dan bukan hal
yang syari’atkan. Rasul SAW menganjurkan umatnya agar bersegera berbuka,
beliau bersabda: “Manusia senantiasa dalam kebaikan selama mereka
menyegerakan buka puasa.” (HR. Bukhari dan Muslim)
FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER & HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48
SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15
Akan tetapi, beliau membolehkan mereka menyambung puasanya sampai waktu
sahur saja. Ketika para sahabat mengatakan, “Wahai rasulullah, apakah engkau
menyambung puasa.” Beliau menjawab, “Kondisiku tidaklah seperti kalian.”
Mencium dan Memeluk Istri di Siang Hari Bulan Ramadhan
Tanya: Saya telah menikah saat usia 20 tahun. Pernikahan saya waktu itu
dilaksanakan pada bulan Ramadhan. Saya pernah tidur bersama istri setelah
makan sahur. Saya mencium dan memeluknya, sedangkan kami berdua tetap
memakai baju tidur. Setelah itu, kemaluan saya mengeluarkan cairan seperti
mani tetapi saya tidak tahu persis, apakah itu mania tau bukan.
Sebegai catatan, saya mengalami hal ini selama beberapa hari. Ketika
saya bertanya tentang hal ini, dikatakan pada saya bahwa perbuatan tersebut
tidak dibolehkan. Akhirnya, saya tidak pernah mengulang lagi tidur bersama istri
setelah sahur. Batin saya selalu mencela diri sata atas apa yang telah terjadi.
Dengan kemurahan Anda sekalian, saya berharap Anda memberikan jalan
keluarnya. Apakah saya wajib membayar kafat, atau apa yang harus saya
lakukan?
Jawab: Menurut kami, agar lebih selamat, sebaiknya Anda mengqadha
puasa pada hari-hari yang telah Anda pergunakan untuk bersentuhan tubuh dan
semisalnya, sehingga Anda mengeluarkan cairan, baik itu mani maupun madzi.
Menurut jumhur ulama, kedua cairan ini menyebabkan puasa batal bila ada
unsur kesengajaan dan dilakukan dengan sadar. Adapun, kalau yang keluar itu
madzi, maka ada perbedaan pendapat dalam hal ini.
Berkaitan dengan dosa dan kafarat, maka tidak ada dosa maupun kafarat
bagi Anda, insya Allah, sebab kejadian itu muncul didasari oleh ketidaktahuan.
Kafarat itu wajib bila ada persetubuhan di kemaluan pada siang hari bulan
Ramadhan. Wallahu a’lam. (Fatwa Syaikh Ibnu Jibrin)
HADITS-HADITS DHA’IF SEPUTAR RAMADHAN
Sebagai sesuatu yang penting diperhatikan, kami menutup tulisan ini
dengan hadits-hadits dha’if yang banyak di muat di kitab-kitab nasihat dan sering
dibicarakan orang. Bab ini perlu disampaikan di sini, agar seorang muslim tidak
menisbatkan sesuatu kepada Nabi yang sebenarnya tidak shahih dari beliau.
Selain itu, hadits-hadits yang shahih saja sudah cukup, sehingga tidak perlu lagi
hadits-hadits yang lemah dan palsu. (Ibnul Mubarak berkata, “Dalam
(mengamalkan) hadits yang shahih akan bisa melalaikan hadits yang cacat.” Di
antara hadits dha’if tersebut adalah:
Hadits Pertama: “(Bulan Ramadhan Adalah) Bulan yang Awalnya Rahmat,
Pertengahannya Maghfirah, dan Akhirnya adalah Pembebasan dari Neraka.”
Hadits tersebut berbunyi:
“(Bulan Ramadhan Adalah) Bulan yang Awalnya Rahmat, Pertengahannya
Maghfirah, dan Akhirnya adalah Pembebasan dari Neraka.”
Hadits ini merupakan penggalan dari hadits panjang berikut ini: “Wahai
manusia, bulan agung ini telah menaungi kalian. Bulan yang di dalamnya
terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasa
pada bulan itu sebagai kewajiban, shalat maamnya sebagai sunah tambahan.
Siapa saja yang bertaqarrub di dalamnya dengan satu kebaikan, maka seperti
halnya orang yang menunaikan kewajiban pada bulan lainnya. Barangsiapa
mengerjakan kewajiban pada bulan itu, maka ia seperti orang yang mengerjakan
tujuhpuluh kewajiban pada bulan lainnya.
Bulan ini adalah bulan kesabaran, sedangkan kesabaran itu balasannya
surga. Ini bulan tolong menolong, bulan yang didalamnya seorang mukmin akan
ditambahkan rezekinya. Barangsiapa memberi makanan berbuka untuk orang
puasa, maka itu menjadi ampunan bagi dosanya dan dirinya dibebaskan dari
neraka. Ia akan memperoleh pahala sama seperti pahala orang itu dengan tanpa
mengurangi pahala orang itu. Para sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, tidak
setiap kami mendapatkan sesuatu untuk diberikan kepada orang puasa sebagai
makanan berbuka?’ Rasulullah menjawab, ‘Allah memberikan pahala itu melalui
perbuatan orang yang memberi makanan berbuka untuk orang puasa berupa
minum susu, kurma, atau air. Barangsiapa memberi minum orang puasa hingga
kenyang, maka Allah akan memberinya minuman dari telaga satu tegukan yang
membuatnya tidak akan haus lagi sampai ia masuk surga.
Bulan Ramadhan itu awalnya rahmat, pertengahannya maghfirah dan
akhirnya adalah pembebasan dari neraka. Maka, perbanyaklah empat hal di
bulan ini. Dua hal yang kalian bisa membuat ridha Rabb kalian, sedang dua hal
lainnya kalian tidak akan bisa lepas darinya. Adapun dua hal yang bisa membuat
ridha Rabb kalian adalah syahadat ‘La ilaha illallah’ dan istighfar. Sedangkan,
dua hal lainnya yang kalian tidak akan bisa lepas darinya yaitu: kalian meminta
surga dan berlindung dari adzab neraka.”
100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 & TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU & TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR
ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH & RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15
Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnu Khuzaimah dan lainnya dari Salman Al-
farisi. Dalam sanadnya terdapat Ali bin Zaid bin Jud’an. Ahmad dan lainnya
mendha’ifkannya.
Diriwayatkan dari hadits Abu Hurairah secara marfu’ dengan lafazh,
“(Bulan Ramadhan Adalah) Bulan yang Awalnya Rahmat, Pertengahannya
Maghfirah, dan Akhirnya adalah Pembebasan dari Neraka.”
Hadits ini dikeluarkan oleh Al-Uqaili, Ibnu’ Adi, Al-Khathib dalam Al-
Muwadhdhih, Ad-Dailami, dan Ibnu Asakir. Dalam sanadnya terdapat Salam bin
Sulaiman bin Siwar. Ibnu Adi berkata, “Menurutku, haditsnya munkar.” Di
dalamnya juga terdapat Maslamah bin Shalt. Abu Hatim mengomentarinya,
“Haditsnya ditinggalkan.”
Hadits Kedua: “Ya Allah, Berkahilah Kami Pada Bulan Rajab dan Sya’ban, serta
Sampaikanlah Kami Hingga Bulan Ramadhan”
Hadits tersebut berbunyi: “Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan
Sya’ban, serta sampaikanlah kami hingga bulan Ramadhan.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Bazzar dari Anas. Dalam sanadnya ada Zaid bin
Abi Ar-Raqad. Tentang orang ini, Bukhari berkata, “haditsnya munkar.”
Hadits Ketiga: “Siapa Saja Yang Menjumpai Bulan Ramadhan di Mekah…”
Hadits tersebt berbunyi, “Siapa saja yang menjumpai bulan Ramadhan di
Mekah, lalu berpuasa dan shalat ringan, maka Allah akan menetapkan baginya
seratus ribu bulan Ramadhan pada selain tempat itu. Allah akan menetapkan
untuknya setiap hari (pahala) membebaskan budak, dua muatan kuda di jalan
Allah, dan satu kebaikan setiap siang dan malam.”
Ini adalah hadits palsu (maudhu’) diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Ibnu
Abbas. Di dalam sanadnya ada Abdurrahim bin Zaid Al-Ammi. Ibnu Ma’in
mengomentarinya, “Ia pendusta lagi tercela.” Nasai mengatakan, “Ia tidak tsiqah
dan tidak dapat dipercaya.
Hadits Keempat: “Seandainya Para Hamba Mengetahui Apa Itu Ramadhan,
Niscaya Umatku Berangan-angan Agar Setahun Penuh Itu Semuanya (Bulan
Ramadhan)”
Bunyi hadits tersebut adalah, “Seandainya para hamba mengetahui apa itu
Ramadhan, niscaya umatku berangan agar setahun penuh itu semuanya (bulan
Ramadhan).” Lalu, ada seorang laki-laki dari Khuza’ah berkata, “Wahai Nabi
Allah, ceritakanlah pada kami!” Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya, surga itu
berhias untuk Ramadhan sejak awal tahun sampai awal tahun berikutnya. Bila
hari pertama bulan Ramadhan tiba, angin bertiup dari bawah Arsy, lalu menerpa
dedaunan surga. Maka, para bidadari melihat hal itu dan berkata, ‘Ya Rabbi,
anugerahkanlah untuk kami suami-suami dari kalangan hamba-Mu pada bulan ini
yang menjadi penyejuk mata kami dan kami pun jadi penyejuk mata mereka.”
Nabi melanjutkan, “Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari pada bulan
Ramadhan melainkan akan dinikahkan dengan seorang bidadari di dalam kemah
dari permata yang disifati Allah, (Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih,
dipingit dalam rumah.’ (QS. Ar-Rahman [55]: 72). Setiap bidadari mengenakan 70
perhiasan yang warnanya berlainan, dan diberi 70 minyak wangi yang aromanya
berlainan satu sama lain. Setiap bidadari memiliki 70.000 pelayanan putrid untuk
melayani keperluannya, juga 70.000 pelayanan putra yang masing-masing
pelayan membawa nampan dari emas. Di atasnya ada jenis makanan yang rasa
kelezatan terakhirnya tidak terdapat pada rasa pertama. Setiap bidadari memiliki
70 ranjang dari yaquth merah; di atas masing-masing ranjang terdapat
permadani yang sebelah dalamnya dari sutera. Di atas permadani terdapat 70
dipan. Suaminya diberi seperti itu juga; di atas ranjang dari yaquth merah
berhamparkan permata. Dia mengenakan dua gelang emas. Semua ini ada pada
setiap hari puasa bulan Ramadhan yang ia kerjakan puasanya, belum lagi amalan
kebaikan yang ia lakukan.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnul Jauzi dalam kitab
Al-Maudhu’at. Dalam sanadnya ada Jarir bin Ayyub. Bukhari mengatakan,
“Haditsnya munkar.” Abu Nua’im berkata, “Ia pernah memalsu hadits.” Nasai
mengatakan, “Haditsnya tidak dipakai.”
Hadits Kelima: “Barangsiapa Tidak Berpuasa Satu Hari Pada Bulan Ramadhan
Tanpa Ada Alasan Ataupun Sakit, Maka Meskipun Ia Puasa Setahun Tidak Akan
Bisa Menggantikannya”
Bunyi hadits tersebut adalah, “Barangsiapa tidak berpuasa satu hari pada
bulan Ramadhan tanpa ada alasan ataupun sakit, maka meskipun ia puasa
setahun tidak akan bisa menggantikannya.”
FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER & HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48
SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15
Bukhari meriwayatkan hadits ini secara muallaq. Hadits ini juga
diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah, Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah dan lainnya.
Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, VI: 161, mengatakan, “Dalam sanadnya terdapat
Habib bin Abi Tsabit yang banyak diperdebatkan, sehingga muncullah tiga cacat;
ia seorang rawi muththarib (Kacau); tidak mengenal biografi Abul Muthawis;
serta tidak yakin apakah bapaknya memang mendengar dari Abu Hurairah.
Hadits Keenam: “Berpuasalah, Niscaya Kalian Akan Sehat”
Bunyi hadits tersebut adalah: “Berpuasalah, niscaya kalian akan sehat.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Thabarani dalam Al-Ausath; dan Abu Nua’im
dalam Ath-Thibbun Nabawi dari Abu Hurairah. Dalam sanadnya terdapat Zuhair
bin Muhammad. Ibnu Adi meriwayatkan dalam Al-kamil dari Ibnu Abbas. Dalam
sanadnya terdapat Nahsyal bin Said. Dia ditinggalkan.
Hadits Ketujuh: “Janganlah Kalian Mengatakan ‘Ramadhan’. Sebab, Ramadhan
Adalah Salah Satu Nama Allah, Akan Tetapi Katakanlah ‘Syahru Ramadhan’
(Bulan Ramadhan)”
Hadits tersebut berbunyi: “Janganlah kalian mengatakan ‘Ramadhan’,
sebab Ramadhan adalah salah satu nama Allah. Akan tetapi, katakanlah ‘Syahru
Ramadhan’ (bulan Ramadhan).”
Ibnu Hajar mengatakan, “Hadits ini dha’if yang diriwayatkan oleh Abu
Ma’syar Najih Al-Madani dari Sa’id Al-Maghbari dari Abu Hurairah secara marfu’.
(Setelah mengemukakan hadits ini, ia mengatakan), “Ibnu Adi mengeluarkannya
dalam Al-Kamil dan ia melemahkan Abu Ma’syar.” Baihaqi mengatakan,
‘Diriwayatkan dari Abu Ma’syar dari Muhammad bin Ka’ab dan haditsnya mirip’.”
Demikian yang disebutkan dalam Fathul Bari, IV: 113.
Hadits Kedelapan: Hadits Tentang Dua Perempuan yang Pernah Menggunjing
Saat Berpuasa
Hadits terkait dua perempuan yang pernah menggunjing saat keduanya
dalam keadaan puasa. Adapun redaksi hadits selengkapnya adalah sebagai
berikut, “Dua wanita sedang berpuasa dan seorang laki-laki berkata, ‘Wahai
rasulullah, di sini ada dua orang wanita berpuasa dan keduanya hamper mati
sebab kehausan. ‘Nabi SAW pun berpaling darinya atau diam. Laki-laki tadi
mengulanginya lagi.
Aku (perawi) melihatnya di bawah terik matahri. Ia melanjutkan, ‘Wahai Nabi
Allah, demi Allah, kedua wanita itu nyaris mati atau bahkan telah mati.’ Beliau
bersabda, ‘Panggilah keduanya kemari.’ Lalu, kedua wanita itu datang lalu
dibawakan wadah bekas. Beliau SAW bersabda kepada salah satu wanita itu,
‘Muntahkanlah.’ Lalu, wanita itu memuntahkan nanah dan darah; atau nanah
bercampur daging. Ia muntah hingga memenuhi setengah wadah. Lalu, beliau
SAW bersabda kepada wanita satunya, ‘Muntahkanlah.’ Ia pun memuntahkan
nanah, darah, nanah bercampur daging busuk dan lain hingga memenuhi wadah.
Nabi SAW lalu bersabda, ‘Sesungguhnya dua wanita ini pernah puasa
menahan diri dari sesuatu yang dihalalkan Allah, juga berbuka dengan sesuatu
yang diharamkan Allah SWT atas mereka. Salah satu mereka duduk ngobrol
dengan satunya dan memakan daging orang-orang (menggunjing)’.”
Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Ahmad, V: 431 dan Abu Dawud Ath-
Thayalisi. Dalam Sanad keduanya terdapat seseorang yang tidak dikenal. Dalam
sanad Ath-Thayalisi juga terdapat Rabi’ bin Dhabih. Ia adalah rawi yang dha’if.
Ada lagi, Yazid bin Aban Ar-Raqasyi, di mana haditsnya ditinggalkan.
Hadits Kesembilan: “Bila Kalian Berpuasa, Maka Bersiwaklah Pada Pagi Hari
dan Jangan Bersiwak Pada Sore Hari”
Hadits ini sanadnya dha’if (lemah) dan takhrijnya telah dijelaskan
sebelumnya dalam kesalahan kesembilan.
Hadits Kesepuluh: : “Tidurnya Orang Puasa Adalah Ibadah”
Bunyi hadits tersebut adalah: “Tidurnya Orang Puasa Adalah Ibadah”
Lanjutan hadits ini adalah, “Diamnya adalah tasbih, amal perbuatannya
akan dilipatgandakan, doanya akan dikabulkan, serta dosanya akan diampuni.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Baihaqi, Ah-Dailami, dan Ibnu Najjar dari
Abdullah bin Abi Aufa Al-Aslami. Setelah menyebutkan hadits ini, Baihaqi
mengatakan, “Makruf bin Hassan (salah seorang perawi) adalah dha’if. Sulaiman
bin Umar melemahkannya.” Al-Iraqi berkata, “Sulaiman An-Nakha’I adalah
seorang pendusta.” Al-Munawi dalam Syarh Al Jami’ berkata, “Dalam sanadnya
terdapat Abdullah bin Umair yang dikomentari Ahmad, “Haditsnya muththarib.”
Lihat takhrij hadits-hadits kitab Ihya’ Ulumiddin yang ditakrij oleh Mahmud Al-
Haddad, II: 605.
100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 & TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU & TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR
ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH & RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15
PENUTUP
Aku Islam sebab lahir di Asia dari ortu Islam
Amita Bachan Hindu sebab lahir dari ortu Hindu
Britney Kristen sebab lahir di USA dri ortu Kristen
Jika aku lahir di amerika dari ortu kristen, Mungkin saat ini aku masih berkalung
salib.. Jika Britney Spears lahir dari ibu muslim, mungkin kini tetap berkerudung
Anda juga kira2 demikian,, Singkatnya,, agama kita awalnya ikuti ortu..Tanpa
tahu agama itu benar / salah..Saat kecil, kita tak bisa melawan orang tua
Kini,, Saya yakin cuma Allah Tuhan yg benar, tuhan-tuhan yang lain salah! ,,
Sedang Britney yakin cuma bapak, anak + roh kudus yg benar.. tuhan-tuhan
lainnya salah! ,, & Amita bachan yakin cuma Brahma, Syiwa + Wisnu yang benar,
tuhan2 yang lain salah
Di dunia ada ratusan agama dengan Milyaran pemeluk dengan SEYAKIN-
YAKINNYA
Tapi, meski ada Ratusan agama dengan kepercayaan Seyakin-yakinnya, itu tidak
berarti Tuhan ada banyak! Itu tidak berarti ada Tuhan : Allah, bapak, anak, Roh
kudus, brahma, syiwa, wisnu, budha, zeus, kong hu chu & lainnya
Beratus agama tak berarti ada beratus Tuhan
Tetap TUHAN hanya 1 yang Maha Esa
1 Tuhan berarti hanya 1 agama murni benar dariNYA
Tidak mungkin semua agama benar..
Tidak mungkin Tuhan suruh sembah banyak Tuhan ini, itu, sana & sini
Darimana kita tahu sebuah agama masih benar dan murni 100% dari Tuhan
sedang lain salah / tercampur?
Kita tak bisa bertanya pada Tuhan atau para Nabi !!
Bukti Agama benar BUKAN dari KATA ORANG
Bukti Agama benar bukan dari tingkah umat
Bukti Agama benar bukan dari TV & koran
Sebab semua itu akibat dari orang tak sempurna
Di Asia banyak orang miskin, bodoh, kumuh, koruptor & penjahat beragama
Islam, Tapi tak berarti Islam jelek Sebab di Meksiko, Philipina, Romania yang
miskin, bodoh, koruptor & jahat agamanya Kristen
Bukti TERKUAT agama benar ialah dari KATA TUHAN, FIRMAN TUHAN / KITAB
SUCI, Sebab kitab suci diakui sbagai FIRMAN TUHAN / KATA TUHAN. Jika benar
kitab itu dari Tuhan, maka tak boleh salah atau cela secuil kecil pun dari
SEGALA SISI
Kitab yang mengaku dari Tuhan, Tidak boleh ada kesalahan dari segala sisi
Dari sisi sastra harus paling unggul, Sebab tak mungkin manusia bersastra lebih
unggul dari Firman Tuhan
Dari sisi Matematika harus akurat, Sebab Tuhan mustahil keliru berhitung
Dari sisi geologi, fisika, kimia, biologi, sandi, astronomi, psikologi & dari SEGALA
SISI harus paling unggul
Qur'an tidak ada cela dari segala sisi… Penemuan dengan alat modern telah
ditulis Qur'an 1400 tahun lalu. Bahkan banyak ayat yang belum dapat dibuktikan
oleh ilmu pengetahuan & Peralatan canggih terakhir
Sedang Alkitab Kristen & kitab lain banyak terdapat RIBUAN KESALAHAN baik dari
sastra, matematika, astronomi, DLL
JADI SEMUA BAHASAN AKAN BERDASAR KITAB!
Tidak cuma asal bicara kesana sini tanpa ada bukti
Contohnya: Penemuan abad 20 dgn teleskop, pesawat antariksa, satelit,
komputer canggih & alat2 modern lain temukan jika alam semesta ini
mengembang. Bintang & Galaksi satu sama lain saling menjauh
Alam semesta, yang segalanya terus bergerak menjauhi satu sama lain, berarti
jika alam semesta tersebut terus-menerus "MENGEMBANG"
Tanpa bantuan alat2 diatas , tak bisa dipastikan jika alam semesta itu meluas.
Tapi semua itu ternyata telah ditulis oleh Qur’an 1400 tahun lalu
QS.51 Adz-Dzaariyaat:47 "Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan dan
sesungguhnya Kami benar-benar MELUASKANNYA."
Meluaskan = Membuat jadi lebih luas
Padahal diawal abad 20, satu-satunya pendapat tentang semesta ialah semesta
itu tetap, diam, tak mengembang, tak meluas & sudah ada sejak dulu tanpa
diciptakan siapapun
FREE DOWNLOAD: E-BOOK, SOFTWARE ISLAM KOMPUTER & HANDPHONE, CERAMAH, VIDEO WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
KEWAJIBANMU YANG DIBEBANKAN ATASMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.16:82 KEWAJIBANMU HANYALAH MENYAMPAIKAN. QS.3:20, QS.42:48
SEKALI-KALI KAU TAK KAN SAMPAI PADA KEBAJIKAN HINGGA KAU NAFKAHKAN HARTA DI JALAN ALLAH. QS.3 ALI IMRAN:19, 61 SHAFF:10-12, 47 HUJURAAT:15
Apa yg sebabkan Qur’an berani memastikan jika langit itu meluas? Apakah ini
karangan Rasulullah Muhammad SAW? Tentu saja tidak mungkin. Tidak lain ini
ialah salah satu bukti jika Qur’an ialah firman Allah. & otomatis ini berarti
Muhammad ialah Utusan Allah!
Adakah kitab lain berani mengatakan ini semua?
Lebih jauh, jika saat ini & lusa ternyata Langit itu MELUAS, maka jika balik ke
masa lalu, berarti Langit itu MENYEMPIT & akhirnya berasal dari satu titik temu
bervolume Nol / tiada. Artinya, langit tadinya tiada lalu jadi ada. Semua ini telah
terbukti pula oleh ilmiah
QS.21 Anbiyaa':30. "Dan apakah orang-orang
kafir tidak mengetahui jikasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu ADALAH
SUATU YANG PADU, LALU KAMI PISAHKAN ANTARA KEDUANYA
Kata "ratq" = "suatu yg padu" dipakai untuk dua zat berbeda yg membentuk 1
kesatuan. Kata "fataqa" berarti "Kami pisahkan antara keduanya" dan bermakna
sesuatu jadi ada melalui peristiwa pemisahan / pemecahan struktur dari "ratq"
Bermakna, segala sesuatu, termasuk "langit dan bumi" yg saat itu belum
diciptakan, juga terkandung dalam titik tunggal yg masih berada dalam keadaan
"ratq" ini
Siapa yg lakukan semua ini? Dari asalnya TIADA jadi ada, terartur & meluas? Para
ilmuwan & bukti2 ilmiah sepakat jika alam semesta DICIPTAKAN TUHAN
"Dialah pencipta langit & bumi." QS.6 An’aam:101
Tapi, ledakan penciptaan alam semesta ini bukan ledakan asal saja, sebab semua
harus disertai ukuran tepat, atau semesta jadi berantakan tak terkendali
QS.25 Furqon:2 "Yang kepunyaan-Nyalah kerajaan langit & bumi & Dia tidak
mempunyai anak & tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan & Dia telah
menciptakan segala sesuatu & Dia TETAPKAN UKURAN2 -NYA DENGAN SERAPIH-
RAPIHNYA."
Jika Allah membelah langit di awal penciptaan semesta TANPA ukuran tepat,
maka:
* Jika kekerapan alam semesta hanya sedikit lebih tinggi, alam semesta tidak
akan mengembang akibat gaya2 tarik partikel2 atom, tapi mengerut, & akhirnya
lenyap pada satu titik
* Jika kekerapan awal sedikit lebih kecil, maka alam semesta akan cepat sekali
mengembang tapi partikel2 atom tidak akan tertarik satu sama lain. Sehingga
Bintang & galaksi tak akan pernah terbentuk. Dan akibatnya, manusia tidak akan
pernah muncul!
QS.41 Fushshilat:53 Kami akan perlihatkan pada mereka tanda2 Kami di segala
wilayah bumi & pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka jika Al Quran
itu adalah benar. Tiadakah cukup jika Tuhanmu jadi saksi atas segala sesuatu?
Penciptaan Semesta, jauh lebih dahsyat dibanding menciptakan Nabi Adam dari
tanah, apalagi ciptakan Nabi Isa dari seorang wanita tanpa bapak
QS.40 Al-Mu’min:57 “Sungguh penciptaan langit & bumi lebih besar dari
penciptaan manusia, tapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”
Bagi Allah, penciptaan Nabi Isa semudah ciptakan Nabi Adam saja
QS.3 Ali Imran:59 Sungguh perumpamaan Isa di sisi Allah, ialah seperti Adam.
Allah menciptakan Adam dari tanah, lalu Allah berfirman padanya: "Jadilah",
maka jadilah dia
Melihat dahsyatnya penciptaan Langit & Bumi, maka mustahil Allah Maha Besar
memiliki keturunan
QS.6 Al-An’aam:101 "Dia pencipta langit & bumi. Bagaimana Dia mempunyai
anak padahal Dia tak mempunyai istri. Dia ciptakan segala sesuatu dan Dia
mengetahui segala sesuatu."
Mana bisa Nabi Isa dianggap Tuhan sedang beliau saja menyuruh agar sembah
Cuma ALLAH?
Qs.5 Maa’idah:72 Sungguh kafirlah orang2 yg berkata: "Sesungguhnya Allah ialah
Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih berkata: "HAI BANI ISRAIL,
SEMBAHLAH ALLAH TUHANKU & TUHANMU"
Tentu saja orang kafir tak kan percaya ayat Qur’an ini, maka itu kami buktikan
dari kitab di tangan mereka sendiri pun tertulis jika Nabi Isa tidak pernah
menyuruh sembah dirinya,
Matius 4:10 Maka berkatalah Yesus padanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis:
Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan HANYA PADA DIA SAJA engkau
berbakti!"
Jelas Nabi Isa TAK pernah suruh: Engkau harus sembah Aku dalam 3 tapi 1!
100 AGAMA TAK BERARTI ADA 100 TUHAN, TUHAN TETAP 1 & TURUNKAN AGAMA PUN CUMA 1 WWW.ISLAMTERBUKTIBENAR.NET
ISLAM TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT MASIH BANYAK RAGU & TAK DAPAT BUKTIKAN ISLAM SEBAGAI SATU-SATUNYA AGAMA YANG TERBUKTI BENAR
ISLAM PUN TAK KAN BANGKIT SELAMA UMAT CINTA DUNIA SERTA TIDAK MENCINTAI ALLAH & RASUL MELEBIHI SEGALANYA. QS.9:24, 33:6, 9:120, 9:15
Bahkan Yesus saja bersyahadat:
Yohanes 17 :3 Inilah hidup yang kekal itu, yaitu jika mereka mengenal Engkau,
SATU-SATUNYA ALLAH YANG BENAR, DAN MENGENAL YESUS KRISTUS YANG
TELAH ENGKAU UTUS
Siapa cari agama selain Islam, Maka sekali-kali tak akan diterima darinya Dan
diakhirat ia termasuk orang merugi. QS.3 Ali Imran:85
Agar jelas, coba klik:
www.facebook.com/1SLAM.TERBUKTI.BENAR?sk=info atau www.facebook.com/home.php?sk=group_131429706933189&view=members
h
Di Bumi Allah,
Admin
www.islamterbuktibenar.net