Upload
ayu-aprilisa
View
270
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Jawaban Aap
Citation preview
Nama: Ayu Aprilisa Dahni Putri
NIM : 04121401062
No : 06
Hipotesis:
Gangguan skizoafektif
(halusinasi, depresi, logorrhea, hiperaktif, euphoria, insomnia (3 , 6, 9)
- Halusinasi: Persepsi sensoris yang palsu yang tidak disertai dengan stimuli
eksternal yang nyata; mungkin terdapat atau tidak terdapat interpretasi waham
tentang pengalaman halusinasi.
- Depresi: Perasaan kesedihan yang psikopatologis.
- Kesukaan bicara (Logorrhea): Bicara yang banyak sekali, bertalian, dan logis.
- Hiperaktivitas (hiperkinesis): Kegelisahan, Agresif, Aktivitas destruktif, sering
kali disertai dengan patologi otak dasar.
- Euphoria: Elasi yang kuat dengan perasaan kebesaran.
- Insomnia: Hilangnya atau menurunnya kemampuan untuk tidur
a. Awal: Kesulitan jatuh tertidur
b. Pertengahan: Kesulitan tidur sepanjang malam tanpa terbangunn dan kesulitan
kembali tidur
c. Terminal: Terbangun pada dini hari
Mekanisme:
Gangguan afektif
- Apa itu aminbiogenik? (1, 6, 2, 7)
Faktor-faktor yang dihubungkan dengan penyebab dapat dibagi atas: faktor biologi, faktor genetik dan faktor psiko sosial. Dimana ketiga faktor tersebut juga dapat saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
a. Faktor biologi :
1) Faktor neurotransmitter: Dari biogenik amin, norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmitter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood. a) Norepinefrin : hubungan yang dinyatakan oleh penelitian ilmiah dasar antara turunnya regulasi reseptor b-adrenergik dan respon antidepresan secara klinis memungkinkan indikasi peran sistem noradrenergik dalam depresi. Bukti-bukti lainnya yang juga melibatkan presinaptik reseptor adrenergik dalam depresi, sejak reseptor reseptor tersebut diaktifkan mengakibatkan penurunan jumlah norepinefrin yang dilepaskan. Presipnatik reseptor adrenergic juga berlokasi di neuron serotonergik dan mengatur jumlah serotin yang dilepaskan, b) Serotonin : dengan diketahui banyaknya efek spesifik serotin re uptake inhibator (SSRI), contoh; fluoxetin dalam pengobatan depresi, menjadikan serotonin neurotransmitter biogenik amin yang paling sering dihubungkan dengan depresi, c) Dopamine: walaupun norepinefrin dan serotonin adalah biogenik amin. Dopamine juga sering berhubungan dengan patofisiologi depresi, d) Faktor neurokimia lainnya : GABA dan neuroaktif peptida (terutama vasopressin dan opiate endogen) telah dilibatkan dalam patofisiologi gangguan mood.
2) Faktor neuroendokrin: Hipothalamus adalah pusat regulasi neuroendokrin dan menerima rangsangan neuronal yang menggunakan neurotransmitter biogenic amin. Bermacam-macam disregulasi endokrin dijumpai pada pasien gangguan mood.
3) Faktor Neuroanatomi: Beberapa peneliti menyatakan hipotesisnya, bahwa gangguan mood melibatkan patologik dan sistem limbik, ganglia basalis dan hypothalamus.
- Faktor genetic dan faktor psikososial (5,1, 6)
Genetik, Didapatkan fakta bahwa gangguan alam perasaan (mood) baik tipe bipolar
(adanya episode manik dan depresi) dan tipe unipolar (hanya depresi saja) memiliki
kecenderungan menurun kepada generasinya, berdasar etiologi biologik.
Gangguan bipolar lebih kuat menurun ketimbang unipolar. 50% pasien bipolar
mimiliki satu orangtua dengan gangguan alam perasaan/gangguan afektif, yang
tersering unipolar (depresi saja). Jika seorang orang tua mengidap gangguan bipolar
maka 27% anaknya memiliki resiko mengidap gangguan alam perasaan. Bila kedua
orangtua mengidap gangguan bipolar maka 75% anaknya memiliki resiko mengidap
gangguan alam perasaan.
Psikososial, Peristiwa traumatic kehidupan dan lingkungan sosial dengan suasana
yang menegangkan dapat menjadi kausa gangguan neurosa depresi. Sejumlah data
yang kuat menunjukkan kehilangan orangtua sebelum usia 11 tahun dan kehilangan
pasangan hidup harmoni dapat memacu serangan awal gangguan neurosa depresi.
Learning Issue:
1. Faktor apa saja yang menyebabkan percobaan bunuh diri? 3,6, 9
Jawab:
- Gangguan mood: Bipolar disorder, Depresi
- Terkait penggunaan obat-obatan
- Skizofrenia
- Gangguan kepribadian
- Stresor atau kejadian hidup yang negatif (masalah pekerjaan, pernikahan,
seksual, patologi keluarga, konflik interpersonal, kehilangan, berhubungan
dengan kelompok teman yang suicidal)
2. Bagaimana terjadinya depresi? 3 6 9
Jawab:
Kaplan (2010), Depresi merupakan salah satu gangguan mood yang ditandai oleh
hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif adanya penderitaan berat.
Kaplan menyatakan bahwa faktor penyebab depresi dapat secara buatan dibagi
menjadi faktor biologi, faktor genetik, dan faktor psikososial.
a. Faktor biologi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat kelainan pada amin biogenik,
seperti: 5 HIAA (5-Hidroksi indol asetic acid), HVA (Homovanilic acid), MPGH
(5 methoxy-0-hydroksi phenil glikol), didalam darah, urin dan cairan
serebrospinal pada pasien gangguan mood. Neurotransmiter yang terkait dengan
patologi depresi adalah serotonin dan epineprin. Penurunan serotonin dapat
mencetuskan depresi, dan pada pasien bunuh diri, beberapa pasien memiliki
serotonin yang rendah. Pada terapi despiran mendukung teori bahwa norepineprin
berperan dalam patofisiologi depresi (Kaplan, 2010).
Selain itu aktivitas dopamin pada depresi adalah menurun. Hal tersebut tampak
pada pengobatan yang menurunkan konsentrasi dopamin seperti Respirin, dan
penyakit dimana konsentrasi dopamin menurun seperti parkinson, adalah disertai
gejala depresi. Obat yang meningkatkan konsentrasi dopamin, seperti tyrosin,
amphetamine, dan bupropion, menurunkan gejala depresi (Kaplan, 2010).
Disregulasi neuroendokrin. Hipotalamus merupakan pusat pengaturan aksis
neuroendokrin, menerima input neuron yang mengandung neurotransmiter amin
biogenik. Pada pasien depresi ditemukan adanya disregulasi neuroendokrin.
Disregulasi ini terjadi akibat kelainan fungsi neuron yang mengandung amin
biogenik. Sebaliknya, stres kronik yang mengaktivasi aksis Hypothalamic-
Pituitary-Adrenal (HPA) dapat menimbulkan perubahan pada amin biogenik
sentral. Aksis neuroendokrin yang paling sering terganggu yaitu adrenal, tiroid,
dan aksis hormon pertumbuhan. Aksis HPA merupakan aksis yang paling banyak
diteliti (Landefeld et al, 2004).
Hipersekresi CRH merupakan gangguan aksis HPA yang sangat fundamental pada
pasien depresi. Hipersekresi yang terjadi diduga akibat adanya defek pada sistem
umpan balik kortisol di sistem limbik atau adanya kelainan pada sistem
monoaminogenik dan neuromodulator yang mengatur CRH (Kaplan, 2010).
Sekresi CRH dipengaruhi oleh emosi. Emosi seperti perasaan takut dan marah
berhubungan dengan Paraventriculer nucleus (PVN), yang merupakan organ
utama pada sistem endokrin dan fungsinya diatur oleh sistem limbik. Emosi
mempengaruhi CRH di PVN, yang menyebabkan peningkatan sekresi CRH
(Landefeld, 2004).
Pada orang lanjut usia terjadi penurunan produksi hormon estrogen. Estrogen
berfungsi melindungi sistem dopaminergik negrostriatal terhadap neurotoksin
seperti MPTP, 6 OHDA dan methamphetamin. Estrogen bersama dengan
antioksidan juga merusak monoamine oxidase (Unutzer dkk, 2002).
Kehilangan saraf atau penurunan neurotransmiter. Sistem saraf pusat mengalami
kehilangan secara selektif pada sel – sel saraf selama proses menua. Walaupun
ada kehilangan sel saraf yang konstan pada seluruh otak selama rentang hidup,
degenerasi neuronal korteks dan kehilangan yang lebih besar pada sel-sel di dalam
lokus seroleus, substansia nigra, serebelum dan bulbus olfaktorius (Lesler, 2001).
Bukti menunjukkan bahwa ada ketergantungan dengan umur tentang penurunan
aktivitas dari noradrenergik, serotonergik, dan dopaminergik di dalam otak.
Khususnya untuk fungsi aktivitas menurun menjadi setengah pada umur 80-an
tahun dibandingkan dengan umur 60-an tahun (Kane dkk, 1999).
b. Faktor Genetik
Penelitian genetik dan keluarga menunjukkan bahwa angka resiko di antara
anggota keluarga tingkat pertama dari individu yang menderita depresi berat
(unipolar) diperkirakan 2 sampai 3 kali dibandingkan dengan populasi umum.
Angka keselarasan sekitar 11% pada kembar dizigot dan 40% pada kembar
monozigot (Davies, 1999).
Oleh Lesler (2001), Pengaruh genetik terhadap depresi tidak disebutkan secara
khusus, hanya disebutkan bahwa terdapat penurunan dalam ketahanan dan
kemampuan dalam menanggapi stres. Proses menua bersifat individual, sehingga
dipikirkan kepekaan seseorang terhadap penyakit adalah genetik.
c. Faktor Psikososial
Menurut Freud dalam teori psikodinamikanya, penyebab depresi adalah
kehilangan objek yang dicintai (Kaplan, 2010).
Ada sejumlah faktor psikososial yang diprediksi sebagai penyebab gangguan
mental pada lanjut usia yang pada umumnya berhubungan dengan kehilangan.
Faktor psikososial tersebut adalah hilangnya peranan sosial, hilangnya otonomi,
kematian teman atau sanak saudara, penurunan kesehatan, peningkatan isolasi diri,
keterbatasan finansial, dan penurunan fungsi kognitif (Kaplan, 2010).
Sedangkan menurut Kane, faktor psikososial meliputi penurunan percaya diri,
kemampuan untuk mengadakan hubungan intim, penurunan jaringan sosial,
kesepian, perpisahan, kemiskinan dan penyakit fisik (Kane, 1999).
Faktor psikososial yang mempengaruhi depresi meliputi: peristiwa kehidupan dan
stressor lingkungan, kepribadian, psikodinamika, kegagalan yang berulang, teori
kognitif dan dukungan sosial (Kaplan, 2010).
Peristiwa kehidupan dan stresor lingkungan. Peristiwa kehidupan yang
menyebabkan stres, lebih sering mendahului episode pertama gangguan mood dari
episode selanjutnya. Para klinisi mempercayai bahwa peristiwa kehidupan
memegang peranan utama dalam depresi, klinisi lain menyatakan bahwa peristiwa
kehidupan hanya memiliki peranan terbatas dalam onset depresi. Stressor
lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu episode depresi adalah
kehilangan pasangan (Kaplan, 2010).
Stressor psikososial yang bersifat akut, seperti kehilangan orang yang dicintai,
atau stressor kronis misalnya kekurangan finansial yang berlangsung lama,
kesulitan hubungan interpersonal, ancaman keamanan dapat menimbulkan depresi
(hardywinoto, 1999).
Faktor kepribadian. Beberapa ciri kepribadian tertentu yang terdapat pada
individu, seperti kepribadian dependen, anankastik, histrionik, diduga mempunyai
resiko tinggi untuk terjadinya depresi. Sedangkan kepribadian antisosial dan
paranoid (kepribadian yang memakai proyeksi sebagai mekanisme defensif)
mempunyai resiko yang rendah (Kaplan, 2010).
Faktor psikodinamika. Berdasarkan teori psikodinamika Freud, dinyatakan bahwa
kehilangan objek yang dicintai dapat menimbulkan depresi (Kaplan, 2010).
Dalam upaya untuk mengerti depresi, Sigmud Freud sebagaimana dikutip Kaplan
(2010) mendalilkan suatu hubungan antara kehilangan objek dan melankolia. Ia
menyatakan bahwa kekerasan yang dilakukan pasien depresi diarahkan secara
internal karena identifikasi dengan objek yang hilang. Freud percaya bahwa
introjeksi mungkin merupakan cara satu-satunya bagi ego untuk melepaskan suatu
objek, ia membedakan melankolia atau depresi dari duka cita atas dasar bahwa
pasien terdepresi merasakan penurunan harga diri yang melanda dalam hubungan
dengan perasaan bersalah dan mencela diri sendiri, sedangkan orang yang
berkabung tidak demikian. Kegagalan yang berulang. Dalam percobaan binatang
yang dipapari kejutan listrik yang tidak bisa dihindari, secara berulang-ulang,
binatang akhirnya menyerah tidak melakukan usaha lagi untuk menghindari.
Disini terjadi proses belajar bahwa mereka tidak berdaya. Pada manusia yang
menderita depresi juga ditemukan ketidakberdayaan yang mirip (Kaplan, 2010).
Faktor kognitif. Adanya interpretasi yang keliru terhadap sesuatu, menyebabkan
distorsi pikiran menjadi negatif tentang pengalaman hidup, penilaian diri yang
negatif, pesimisme dan keputusasaan. Pandangan yang negatif tersebut
menyebabkan perasaan depresi (Kaplan, 2010)
3. Mengapa terjadi halusinasi? 3 6 9
Jawab:
Halusinasi: Persepsi sensoris yang palsu yang tidak disertai dengan stimuli eksternal
yang nyata; mungkin terdapat atau tidak terdapat interpretasi waham tentang
pengalaman halusinasi.
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
Faktor Predisposisi
1. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian yang berikut:
a. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih
luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan
limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b. Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan
dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan dengan
terjadinya skizofrenia.
c. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya
atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan
skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian
depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak
tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam
rentang hidup klien.
3. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stres.
Faktor Prespitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa
dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stresor dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
1. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2. Stres Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stresor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stresor.
4. Apa itu euphoria? 3 6 9
Jawab:
Euphoria: Perasaan gembira yang berlebihan.
Sumber: Kaplan & Saddock, Harlock 1, Kaplan MD, Benjamin D, Saddock.” Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis”.Gangguan Mood, bab 15. Jilid I.Ed. VII, Jakarta. Binarupa Aksara, 1997.H; 777-857.
5. Apa itu hiperaktif 3 6 9
Jawab:
Hiperaktivitas (hiperkinesis): Kegelisahan, Agresif, Aktivitas destruktif, sering kali
disertai dengan patologi otak dasar.
6. Apa yang dimaksud dengan kepribadian? 3 6 9
Jawab:
Teori dari George Kelly yang memandang bahwa kepribadian sebagai cara yang unik
dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya.
Sementara Gordon Allport merumuskan kepribadian sebagai “sesuatu” yang terdapat
dalam diri individu yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku
individu yang bersangkutan.
7. apa itu kurang berinteraksi? 3 6 9
Jawab:
Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima
sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan yang negatif atau
mengancam; kelainan interaksi sosial adalah suatu keadaan dimana seorang individu
berpartisipasi dalam suatu kuantitas yang tidak cukup atau berlebih atau kualitas
interaksi sosial yang tidak efektif.
8. Apa yang dimaksud dengan stressor psikososial? 3 6 9
Jawab:
Stresor (stressor) adalah stimulus atau peristiwa yang menimbulkan respon stres pada
organisme.
Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-IV-TR) mendefinisikan
stresor psikososial sebagai “setiap peristiwa hidup atau perubahan hidup yang
mungkin terkait secara temporal (dan mungkin kausal) dengan onset, peristiwa, atau
eksaserbasi gangguan mental”.
9. Apa itu GAF scale? 3 6 9
Jawab:
Global Assessment of Functioning (G.A.F) adalah skala penentuan dalam menilai
derajat kemampuan seseorang (overall level) yang sudah diakui secara luas. Dengan
skala GAF ini kita dapat mengukur derajat kemampuan fungsi sosial, pekerjaan dan
psikologik. Maka dengan skala itu kita dapat mengetahui: 1) angka tertinggi yang
dapat dicapai oleh seseorang penderita dalam waktu tertentu dan 2) angka terendah
dari seseorang yang tidak mempunyai disfungsi (angka normal terendah).
Aksis V adalah skala penilaian global terhadap fungsi yang sering disebut
sebagai Global assesment of functioning (GAF). Pemeriksa mempertimbangkan
keseluruhan tingkat fungsional pasien selama periode waktu tertentu (misalnya saat
pemeriksaan, tingkat fungsional pasien tertinggi untuk sekurangnya 1 bulan selama 1
tahun terakhir). Fungsional diartikan sebagai kesatuan dari 3 bidang utama yaitu
fungsi sosial, fungsi pekerjaan, fungsi psikologis.
Fungsi berupa skala dengan 100 poin dengan 100 mencerminkan tingkat fungsi
tertinggi dalam semua bidang.
Aksis V
Penilaian Fungsi Secara Global (Global Assesment of Functioning = GAF Scale)
100-91 gejala tidak ada, fungsi max, tidak ada masalah yang tidak tertanggulangi
90-81 gejala min, fungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalh harian biasa
80-71 gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam social
70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara
umum baik
60-51 gejala dan disabilitas sedang
50-41 gejala dan disabilitas berat
40-31 beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan
komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi
30-21 disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu berfungsi
dalam hampir semua bidang
20-11 bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam komunikasi
dan mengurus diri
10-01 persisten dan lebih serius
0 informasi tidak adekuat
10. Apa itu sistem limbic? (pake gambar) 3 6 9
Jawab:
Sistem limbik merupakan keseluruhan neuronal yang mengatur tingkah laku
emosional dan dorongan motivasional. Sistem ini mengatur perilaku atau motivasi,
kondisi emosi, serta pembentukan memori. Selain itu, sistem limbik juga mengatur
suhu tubuh, tekanan darah, kadar gula darah, dan berbagai aktivitas pengaturan
perawatan tubuh kita.
Bagian utama dari system limbik adalah hipotalamus. Di sekeliling hipotalamus
terdapat struktur subkortikal dari system limbik yang mengelilinginya,
meliputiseptum, area paraolfaktoria, epitalamus, nuclei anterior talamus, bagian
ganglia basalis, hipokampus, dan amigdala.
Di sekeliling area subkortikal limbik terdapat korteks limbik terdiri atas sebuah cincin
korteks serebri yang dimulai dari area orbitofrontalis pada permukaan ventral lobus
frontalis, menyebar ke atas di dalam girus subkalosaldi bawah bagian anterior korpus
kalosum, melewati ujung ataskalosum ke bagia medial hemisfer serebri dalam girus
singulata dan akhirnya berjalan di belakang korpus kalosumdan ke bawah menuju
permukaan ventromedial lobus temporalis ke girus parahipokampus dan unkus.
Cincin korteks limbik berfungsi sebagai komunikasi dua arah dan penghubung antara
neokorteks dan struktur limbik bagian bawah. Pada permukaan medial dan ventral
dari setiap hemisfer serebri terdapat cincin paleokorteks sangat erat dengan perilaku
dan emosi.
Hipokampus adalah daerah penting yang mengatur pembentukan emosi, proses belajar, dan pembentukan memori. Hipokampus adalah sumber kebahagiaan, kegembiraan, dan semangat hidup.
Amigdala berperan penting dalam membentuk sikap agresif, respons defensif/mempertahankan diri dan kepentingan, makan-minum, serta petilaku seksual. Amigdala terkait erat dengan respons manusia terhadap ketakutan, kecemasan, dan rasa ketidaknyamanan.
Hipotalamus adalah bagian dari sistem limbik yang berperan dalam pengaturan hormonal (endokrinologi), dikenal sebagai induk dari para kelenjar hormon. Tugasnya antara lain adalah mengatur kadar gula darah, garam, tekanan darah, dan hormon lainnya. Hipotalamus juga mengatur sistem saraf otonom yang mengendalikan proses-proses faali tubuh seperti sirkulasi darah, sistem pencernaan, dan ekskresi.Hipotalamus juga merupakan termostat tubuh yang mengatur suhu, kebutuhan cairan, dan rasa haus
Batang otak didapati hanya pada hewan bertulang belakang (vertebrata). Lima
area di dalamnya memiliki fungsi sebagai pengatur fungsi vital kehidupan seperti
fungsi pernapasan, peredaran darah (sirkulasi), motivasi atau naluri, gerakan,
keseimbangan, tidur, dan tahap awal dari proses pengolahan memori.
Talamus adalah bagian penting yang bekerja menyerupai stasiun radio atau BTS bagi
jaringan seluler. Di talamuslah dimulai proses penginterpretasian data sensoris yang
diterima tubuh. Di sinilah proses awal pemilahan dan seleksi informasi atau data yang
diterima itu bersifat baik atau buruk. Selanjutnya, data yang sudah dipilah dan diolah
akan dikirim ke bagian-bagian korteks otak yang sesuai untuk diproses lebih lanjut dan
menghasilkan respons.
Pons bertugas untuk menghubungkan jalur sensoris dari medula spinalis ke talamus
dan otak kecil (serebelum). Di pons juga dibentuk proses kesadaran yang dihasilkan
baik dalam keadaan tidur maupun terjaga.
Serebelum berperan dalam proses koordinasi gerakan tubuh, mengontrol postur dan
gestur, serta menjaga keseimbangan.
Formatio retikularis yang menyusun sistem fungsional yang dikenal sebagai sistem
aktivasi retikuler adalah jalur pengumpan yang mengaktifkan bagian-bagian korteks
otak. Sistem ini juga yang mengatur tingkat kesadaran dan kewaspadaan kita. Selain
itu, sistem inilah yang bertanggung jawab atas berfungsinya sistem faal tubuh kita pada
saat kita tengah tertidur.
Medula oblongata adalah daerah superpenting yang mengatur dan mengendalikan
proses bernapas, tidurbangun, jantung, dan peredaran darah.