Upload
phungdieu
View
268
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
JILBAB SYAR’I
(Studi Tentang Makna Jilbab Syar’i Bagi Remaja SMA dan Mahasiswa Kota
Tanjungpinang)
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
NORTIKAWATI
NIM : 120569201080
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DANILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
1
JILBAB SYAR’I
(Studi Tentang Makna Jilbab Syar’i Bagi Remaja SMA dan Mahasiswa Kota
Tanjungpinang)
NORTIKAWATI
Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Danilmu Politik Universitas Maritim
Raja Ali Haji
A B S T R A K
Salah satu cara berpakaian yang berkaitan dengan nilai agama dan yang
sering menjadi pusat perhatian adalah penggunaan jilbab. Pertengahan tahun 2014
banyak perempuan Islam menggunakan jilbab yang lebih panjang dan terulur dengan
berbagai warna dan motif yang menarik. Fenomena jilbab syar‟i menarik untuk
diteliti karena jilbab model ini mulai banyak digunakan sehari-hari bagi para remaja
dan mahasiswa di Kota Tanjungpinang. Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini
pakaian syarii sudah lebih modern, dan dari segi harga jauh lebih mahal
dibandingkan hanya menggunakan jilbab saja. Bentuknya juga beragam dengan
model yang lebih modis dan warna warni lebih terang. Meski mahal, muslimah
berani merogoh kantong di atas standar hanya untuk tampil dengan style hijab syar'i
seperti yang disebut kebanyakan orang sekarang.
Tujuan dalam penelitian ini yaitu Untuk mengetahui makna Jilbab Syar‟i
Bagi Remaja SMA dan Mahasiswa Kota Tanjungpinang. Informan dalam penelitian
ini adalah Mahasiswa yang menggunakan jilbab syar‟i untuk pakaian sehari-hari.
Mahasiswa yang sudah lebih dari 2 tahun menggunakan jilbab syar‟i. Remaja yang
masih duduk di SMA dan sudah menggunakan jilbab syari lebih dari 2 tahun.. Dalam
penelitian ini dianalisis dengan teknik analisis data deskriptif kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa para remaja
memaknai penggunaan jilbab syari bukan hanya sekedar trend yang harus diikuti.
Hal ini dapat dilihat dari beberapa remaja terdorong untuk menggunakan jilbab syari
karena adanya kemauan sendiri, dan tergerak karena panggilan hati. Alasan dari
pemakaian jilbab tersebut bermacam - macam yang bersifat internal dan eksternal.
Alasan – alasan tersebut antara lain karena adanya kesadaran syariat beragama, untuk
menunjang penampilan, adanya dorongan dari lingkungan sekitar. Tidak semua
remaja mengikuti trend dalam berhijab, namun mereka sangat memahami adanya
perubahan terhadap trend dalam penggunaaan jilbab syari.Semua orang juga
mempunyai keinginan dalam dirinya untuk bukan hanya tampil, tetapi juga untuk
diperhatikan.Ada satu kepuasan psikologis tertentu jika menjadi pusat perhatian.
Kata Kunci : Makna, Jilbab Syari, Remaja
2
A B S T R A C T
One way of dress associated with religious values and are often the center of
attention is the use of the hijab. Mid 2014 many Islamic women using a longer scarf
and extended with a variety of attractive colors and patterns. The phenomenon of
interest to the Islamic headscarf was examined because of the veil of this model
started everyday use for many teenagers and college students in the city of Tanjung
Pinang. Can not be denied that the current syarii clothing was more modern, and in
terms of the prices are much more expensive than just using hijab only. The shape is
also diverse with models that are more colorful and brighter. Though expensive, it
takes a brave Muslim enclave above the standard only to appear with the Islamic
hijab style as mentioned most people right now.
The goal in this research is to know the meaning of the Islamic Headscarves For
Teenage high school Student City and Tanjungpinang. Informants in this study are
students who use the Islamic headscarf for clothes everyday. Students who are
already over 2 years using hijab syar'i. Teenagers who still sit in high school and
already use hijab syari over 2 years ... In this study were analyzed with descriptive
qualitative data analysis techniques.
Based on the results of the study it can be concluded that the teens interpret the
use of the hijab syari is not merely a trend that must be followed. It can be seen from
some teens driven to use hijab syari because of its own accord, and was moved
because the call of the heart. The reason of the hijab wearing a variety of internal
and external nature. The reason – the reason among others due to consciousness of
religious jurisprudence, to support the appearance, there was encouragement from
the surrounding environment. Not all teens are following the trend in the berhijab,
but their very presence changes to understand trends in its veil syari. Everyone also
had a desire in him to not only perform, but also to watch out for. There is a certain
psychological satisfaction if being the center of attention.
Keywords: Meaning, Hijab Syari, Teens
3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pakaian seseungguhnya
berbicara sesuatu yang erat
kaitannya dengan diri kita (Barnard,
2006: vi). Ini menunjukkan bahwa
apa yang kita pakai dalam keseharian
kita dapat menggambarkan
kepribadian dalam diri kita. Pakaian
yang kita gunakan membuat
pernyataan tentang diri kita. Cara
berpakaian seseorang tentu
mencirikan penampilan fisik. Nilai
nilai agama, kebiasaan, tuntutan
lingkungan (tertulis atau tidak), nilai
kenyamanan, semua itu
mempengaruh cara kita berdandan
(Mulyana, 2008: 29).
Gaya berbusana merupakan
suatu kebudayaan dari suatu
masyarakat, artinya cara berbusana
antar masyarakat akan berbeda, hal
ini bisa dipengaruhi karena adat
istiadat, keadaan geografis, dan
kebutuhan yang lainnya. Islam
datang dan tersebar ditengah
mayarakat yang memiliki budaya
tertentu, karena itu interaksi sosial
akan terjadi antara agama dan
kebudayaan yang berbeda. Dalam
menghadapi perbedaan semacam ini,
Islam dikenal sebagai agama yang
sangat fleksibel. Dalam tradisi Islam,
seseorang diizinkan untuk memakai
busana dengan model apapun asalkan
tetap mengikuti aturan yang telah
ditetapkan. Kebudayaan lokal tidak
harus ditinggalkan oleh seseorang
tetapi harus disesuaikan dengan
aturan yang telah ditetapkan dalam
Agama Islam. (Bustanuddin: 2007 :
152).
Salah satu cara berpakaian
yang berkaitan dengan nilai agama
dan yang sering menjadi pusat
perhatian adalah penggunaan jilbab.
Jilbab adalah pakaian yang wajib
hukumnya bagi perempuan
muslimah. Jilbab dalam Islam
dimaknai sebagai pakaian yang
menutup seluruh tubuh dari ujung
kepala sampai ke ujung kaki. Syarat
memakai jilbab pun beraneka ragam
misalnya tidak boleh tipis/transparan,
tidak memperlihatkan lekuk-lekuk
tubuh, tidak berwarna mencolok dan
terlihat sederhana. Dalam aturan
islam diperjelas bahwa Hendaklah
mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka.
Kerudung atau jilbab
memang telah ada sejak lama sekali.
Hijab dari masa kemasa sudah
melewati banyak perkembangan
apabila dikaitkan dengan dari sisi
fashion. Sedangkan sebutan hijab
lebih dipopulerkan oleh
perkembangan model dan gaya
bebusana yang dipublikasikan. Jilbab
dimasa lalu lebih sederhana dan
dibiarkan apa adanya, sedang hijab
kesan fashionnya lebih terasa. Hijab
memiliki ciri fashion yang lebih
kental dibandingkan jilbab
pendahulunya. Sebelum
berkembangnya dunia mode
muslimah dalam 2-3 tahun terakhir,
jilbab terkesan lebih sederhana dan
apa adanya. Sementara hijab masa
kini, tidak butuh waktu lama untuk
mengeluarkan kreasi baru, gaya atau
motif baru dan trend terbaru.
4
Selalu ada perbedaan
pendapat mengenai hijab kini dan
dulu. Banyak yang mengatakan
bahwa hijab masa kini sudah mulai
melupakan dasar-dasar hijab yang
syar'i. Misalnya warna-warna
pakaian pastel yang cerah dan kreasi-
kreasi jilbab yang unik. Ada yang
berpendapat bahwa kreasi hijab masa
kini baik karena bisa membuat
banyak wanita muslim ingin
menggunakan jilbab. Ada yang lebih
suka gaya klasik yang simpel dan apa
adanya, tidak perlu menggunakan
model terbaru yang makin rumit.
(Sumber :http://www.vemale.com di
akses tanggal 5 Juni 2016)
Di Indonesia pemakaian
kerudung atau jilbab sudah di kenal
sejak jaman kerajaan Islam
berkembang di Indonesia, kemudian
di jaman kemerdekaan juga sudah
banyak pejuang yang mengenakan
jilbab sebagai identitas sebagai
muslim.Pada awal kemunculan
agama Islam di Indonesia, yang
disebut jilbab hanya kerudung
panjang dan polos yang digunakan
untuk menutupi kepala. Ada juga
wanita yang hanya menyampirkan
jilbab pada pundaknya. Hanya saja
pemakaian jilbab pada waktu itu
lebih kepada pemakaian kerudung
dari selendang sebagai
penutup/pelindung kepala saja.
Perkembangan model jilbab
pashmina di Indonesia mulai tampak
pada tahun 1990an. Model jilbab
pada tahun 90an lebih banyak
menyuguhkan jilbab segiempat polos
dengan bahan yang tebal. Sejak
zaman reformasi perkembangan
pemakaian kerudung/hijab semakin
berkembang, masyarakat semakin
menyadari pentingya memakai jilbab
yang sesuai syariat Islam, di sekolah-
sekolah juga siswa-siswi sudah mulai
mengenakan jilbab yang
menandakan bahwa kesadaran umat
Islam semakin tinggi.
Beberapa perkembangan
jilbab dapat dilihat pada beberapa
dekade ini terdiri atas beberapa
bagian, pertama adalah gaya hijab
klasik yang sederhana, dari jilbab
segi empat yang di bentuk menjadi
segitiga menggunakan ciput dengan
menyematkan peniti di bawah dagu
gaya ini berkembang di tahun 90an,
berikutnya berkembang di tahun
2000 dengan gaya yang tadinya
terulur kemudian diikat di bagian
leher. Sedangkan di tahun 2010
sampai sekarang lebih pada warna
yang mencolok dengan berbagai
style baru, seperti kerudung yang
bisa di gunakan secarabolak balik.
Dengan banyaknya model dan style
yang bermacam-macam kaum
muslimah dapat tampil dengan modis
dan dapat berinteraksi dengan bebas
tanpa merasa canggung dengan
memakai hijab. Pertengan tahun
2014 banyak perempuan Islam
menggunakan jilbab yang lebih
panjang dan terulur dengan berbagai
warna dan motif yang menarik.
Jilbab panjang terulur
tersebut biasa disebut jilbab syari,
Jilbab syari adalah jilbab yang sesuai
dengan syariat agama, yaitu panjang
dan terulur. Semakin banyak dan
berkembangnya model jilbab
moderen, membuat perempuan
semakin banyak mencoba berbagai
model jilbab tersebut sesuai dengan
keinginannya dan jilbab syar‟i adalah
salah satu yang menjadi pilihan
5
berbusana bagi perempuan untuk
dipakai sehari-hari.
Perempuan muslimah
dianjurkan menutup seluruh
badannya kecuali telapak tangan,
kaki dan wajah, Jadi busana
demikian biasanya dibuat longgar
dan berwarna gelap. Unsur religius
tersebut sangatlah penting dan harus
dinomorsatukan, sebab jika benar
kenyataan religius itu bermakna
dalam hidup ini maka haruslah
dilihat pula bagaimana agama itu
terpancar dalam penghayatan
kultural dan kenyataan sosial.
Pada saat ini banyak
perempuan yang beralih untuk
memakai jilbab dan mejadikan jilbab
sebagai busana kesehariannya,
Menurut Malcolm Barnard, busana
muslimah menjadi trendi dan
memakai jilbab mulai mencapai
prestise tertentu, ini dikarenakan
busana muslimah atau jilbab mampu
mengkomunikasikan hasrat menjadi
orang modern yang saleh dan
sekaligus menjadi muslim yang
modern (Barnard, 2006: 11).
Gaya memakai jilbab saat ini
menjadi lebih kreatif dan variatif.
Memakai jilbab sekarang tidak hanya
sekedar menggunakan kain besar
yang menutupi semua bagian tubuh,
tetapi para hijabers (sebutan untuk
perempuan berjilbab) dapat berkreasi
dengan menutup bagian kepala
kemudian memasukan sisa kain
kedalam baju dan dipadu pakaian
ketat sehingga terlihat lebih praktis.
Jilbab jenis ini bagi kalangan remaja
atau perempuan biasa disebut jilbab
modis. Disebut jilbab modis karena
konsep jilbab ini sangat
memperhatikan mix and macth
dengan gaya atau model busana lain,
sehingga terlihat maching. Pakaian
dapat memberikan dampak
psikologis bagi pemakainya (Shihab,
2004: 35).
Jilbab tidak menjadi simbol
identitas keimanan tetapi bagian dari
aksesoris berpakaian. Sejak itu,
jilbab pun menjadi trend, sehingga
mereka yang memakai jilbab dapat
dianggap mencapai suatu prestise
tertentu. Dengan kata lain, pakaian
muslimah (jilbab) dapat dianggap
mampu mengkomunikasikan hasrat
menjadi orang modern yang saleh
dan sekaligus menjadi muslim yang
modern karena mengikuti trend.
Berbagai merk terkenal jilbab mulai
membanjiri di semua pertokoan baik
mal maupun butik-butik khusus baju
muslim. (Idi Subandy Ibrahim : 1996
: xii)
Akhirnya bagi orang-orang
tertentu, jilbab itu menjadi bagian
dari gaya hidup yang bisa
menandakan modernitas. Tampaknya
masyarakat telah diubah dimana gaya
hidup modern adalah segalanya.
Pada awal tahun 2000 trend jilbab
mulai menjamur di Indonesia.
Fenomena pemakaian jilbab kini
tidak hanya di kalangan perempuan-
perempuan muslim yang taat
beragama saja, namun semakin
merambah ke seluruh lapisan
masyarakat, baik yang aktif
mengikuti kegiatan keagamaan
maupun tidak, baik kalangan atas
maupun kalangan menengah ke
bawah. Ini ditambah dengan ideologi
pemakaian jilbab yang telah menjadi
bagian dari mode fashion di kalangan
6
gadis-gadis remaja. (Elisa
Lisdiyastuti : 2015 : 3)
Jilbab dapat mempengaruhi
jiwa remaja sehingga dapat
membentuk budi pekerti yang luhur.
Sebab aktivitas berjilbab tidak hanya
mementingkan cara berjilbab,
bentuk, ukuran, dan nilai seninya
saja, akan tetapi juga diharapkan
dapat mencerminkan perilaku yang
baik terhadap sesama dan pribadi
yang berakhlak mulia. Sehingga
mereka yang sebelum berjilbab
menghabiskan waktu mereka dengan
kegiatan yang kurang bermanfaat
setelah memakai jilbab diharapkan
sedikit demi sedikit dapat merubah
kebiasaan tersebut, yang akhirnya
dapat menjadi wanita muslimah yang
berakhlak mulia.
Maraknya model jilbab modis
yang sesuai dengan kondisi
lingkungan dan psikologis anak
muda saat ini semakin mendorong
perempuan memilih jilbab dalam
berbusana kesehariannya. Apalagi
ukuran cantik kini tidak hanya ketika
menggunakan pakaian serba mini
dan terbuka tetapi dengan jilbab pun
bisa tampil cantik dan anggun. Saat
ini penggunaan jilbab syar‟i tidak
hanya digunakan oleh orang tua,
namun banyak remaja yang sudah
merubah gaya berhijabnya menjadi
lebih syar‟i.
Hijab hakikatnya memiliki
hubungan dengan perilaku. Hijab
menyiapkan kondisi psikologis untuk
menghadapi pengaruh buruk yang
menyeret kepada penyimpangan di
luar diri, dan memberi pertahanan di
dalam diri wanita untuk melawan
perilaku-perilaku yang menyimpang.
Dalam kaitannya dengan perilaku
sosial para pengguna hijab, adanya
fenomena komunitas hijabers.
Dimana komunitas ini lebih
cenderung kepada dunia fashion,
ketimbang melakukan identifikasi
dirinya sebagai wanita muslimah
dengan hijab yang menutupinya.
Hijabers sendiri sering dikaitkan
dengan muslimah yang melakukan
modifikasi hijab agar sesuai dengan
perkembangan zaman, Hijab yang
seharusnya merepresentasikan
perilaku seorang muslimah, tetapi
hijab justru hanya digunakan sebagai
model aksesoris pelengkap yang
menjadikan kehidupan mereka
layaknya arena cat walk untuk
memperlihatkan betapa modis dan
stylish wanita-wanita ini dengan
hijab yang mereka kenakan.
(http://www.kompasiana.com/
satryobimo/berhijab-karena-trend-
atau-agama)
Gaya hijab yang penuh warna
dan penuh kreasi adalah hijab yang
trend dalam 2 tahun terakhir.
Terutama anak muda atau remaja
yang senang dengan hal-hal yang
baru dan fashionable. Gaya hijab saat
ini tidak hanya bermain dengan
kreasi jilbab, namun juga pakaian
yang semakin beraneka ragam.
Begitu modern dan cantiknya gaya
hijab ini sehingga banyak remaja
yang senang menggunakannya.
(http://www.kompasiana.com
diakses pada tanggal 5 Juni 2016).
Model Hijab yang saat ini
sedang berkembang adalah jilbab
syari, Kemunculan trend baru jilbab
syar'i tidak terlepas dari himbauan
para pemuka Islam yang meminta
model jilbab tidak menjauhi apa
7
yang disebut Hukum Islam. Saat ini
banyak para remaja juga banyak
tertarik dengan jilbab syari, yang
dimaksud dengan jilbab syari adalah
lebarnya jilbab ini semestinya bisa
menutupi semua lekukan tubuh
wanita. Hijab syar'i adalah hijab yg
memenuhi tiga syarat. yaitu menutup
aurat, kain yg dipakai tidak
transparan dan model pakaian yg
dikenakan tidak mengilustrasikan
bentuk tubuh muslimah. Hijab syari
harus menutupi seluruh tubuh wajib
di tutupi termasuk juga telapak kaki.
Fenomena jilbab syar‟i
menarik untuk diteliti karena jilbab
model ini mulai banyak digunakan
sehari-hari bagi para remaja dan
mahasiswa di Kota Tanjungpinang.
Tanjungpinang merupakan salah satu
kota yang ada dikepulauan Riau dan
merupakan satu diantara pulau
lainnya yang ada di Kepri, yang
mana banyak penduduk berdatangan
dari luar daerah yang masuk ke
Tanjungpinang dan membawa gaya
hidup seperti gaya berpakaian,
bahasa atau budaya dari masing-
masing tempat tinggalnya tersebut
sehingga melahirkan sebuah gaya
hidup yang baru dari masyarakat
pendatang yang kini telah tinggal
atau menetap di Tanjungpinang. Saat
ini di Tanjungpinang sudah banyak
kaum muda atau remaja-remaja yang
mengenakan jilbab syar‟i yang
menutupi seluruh aurat nya.
Kota Tanjungpinang
merupakan kota yang mayoritas
didiami suku Melayu. Suku Melayu
menjadikan nilai dan norma Islam
secara ideal sebagai inti kebudayaan
mereka dan filosofi bagi mereka.
Kebudayaan mereka dibangun atas
dasar nilai dan norma Islam.
Tanjungpinang juga syarat akan
sejarah, budaya dan adat istiadat
melayu sekaligus ibukota Provinsi
Kepulauan Riau, pada dasarnya
pakaian melayu yang digunakan
orang melayu Kota Tanjungpinang
juga panjang dan terulur.
Tanjungpinang merupakan kota
Melayu yang budayanya sangat
berpegang teguh pada ajaran agama
Islam seperti yang dikenal dengan
Adat bersanding sarak, sarak
bersanding Kitabullah. Setiap
aktivitas hidup harus berdasarkan
atas tuntunan dan syariat agama
dapat di gunakan dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam bentuk lisan
maupun tulisan sebagai suatu
perumpamaan yang mempunyai arti
setiap aktivitas hidup harus
berdasarkan atas tuntunan dan syariat
agama. Tanjungpinang yang
merupakan wilayah berbudaya
melayu Islam, tidak menutup
kemungkinan menjadi faktor yang
mempengaruhi remaja dalam
memakai jilbab, karena budaya
melayu yang memiliki nilai-nilai
yang sama dalam ajaran Islam yang
mengharuskan setiap perempuan
memakai penutup aurat yang dulunya
disebut selendang. Dengan
perkembangan zaman, selendang
tidak lagi digunakan oleh masyarakat
melayu melainkan memakai jilbab.
Saat ini jilbab syari menjadi
trend, banyak remaja di Kota
Tanjungpinang yang tidak malu lagi
menggunakan jilbab syari yang
menjadi syariat Islam, panjang besar
dan terulur, mereka lebih memilih
menggunakan pakaian dengan jilbab
syarii dari pada menggunakan
pakaian melayu yang pada dasarnya
8
sama-sama terulur. Sebelumnya para
remaja masih sering mengikuti trend
menggunakan pakaian ketat, celana
jins, dan sering mengikuti trend
pakaian artis dalam maupun luar
negeri.
Tidak dapat dipungkiri bahwa
saat ini pakaian syarii sudah lebih
modern, dan dari segi harga jauh
lebih mahal dibandingkan hanya
menggunakan jilbab saja. Bentuknya
juga beragam dengan model yang
lebih modis dan warna warni lebih
terang. Meski mahal, muslimah
berani merogoh kantong di atas
standar hanya untuk tampil dengan
style hijab syar'i seperti yang disebut
kebanyakan orang sekarang.
Dari latar belakang
permasalahan diatas maka penelitian
ini mengambil sebuah judul
penelitian yaitu JILBAB SYAR’I
(Studi Tentang Makna Jilbab
Syar’i Bagi Remaja SMA dan
Mahasiswa Kota Tanjungpinang)
B. Perumusan Masalah
Dari identifikasi dalam latar
belakang, maka diambil sebuah
pokok permasalahan dalam penulisan
ini adalah sebagai berikut
:Bagaimana makna Jilbab Syar‟i
Bagi Remaja SMA dan Mahasiswa
Kota Tanjungpinang?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah :Untuk
mengetahui makna Jilbab Syar‟i
Bagi Remaja SMA dan Mahasiswa
Kota Tanjungpinang
D. Konsep Operasional
1. Jilbab Syari :jilbab adalah
sejenis baju yang lebar yang
dapat menutup kepala, wajah
dan dada, menutup seluruh
tubuh.
2. Remaja :Remaja Akhir (18-
21 tahun) Remaja mulai
memahami arah hidupnya
dan menyadari tujuan
hidupnya. Remaja sudah
mempunyai pendirian tertentu
berdasarkan satu pola yang
jelas yang baru
ditemukannya.
3. Makna Jilbab Syar‟I :Makna
merupakan bentuk responsi
dari stimulus yang diperoleh
seseorang dalam komunikasi
sesuai dengan hasil belajar
yang dimiliki yang
merupakan sebuah identitas
atau hanya sebuah tren
berpakaian bagi para remaja
yang ada di Kota
Tanjungpinang. Makna
dilbab dilihat dari : dorongan
remaja menggunakan jilbab,
pemahaman remaja terhadap
jilbab syari, dan pandangan
remaja terhadap trend hijab
syari.
E. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif, Faisal dalam
Bungin (2005:34) menyatakan
bahwa ” penelitian deskriptif adalah
upaya untuk memahami suatu
fenomena sosial sesuai dengan dunia
pemahaman para pelakunya itu
sendiri”. Sedangkan Sugiyono
(2005:6) menjelaskan bahwa “
penelitian deskriptif adalah
penelitian yang dilakukan terhadap
9
variabel mandiri, yaitu tanpa
membuat perbandingan atau
menghubungkannya dengan variabel
lainnya”.
Kemudian penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif,
yaitu dimana kualitatif merupakan
data yang berupa kata-kata, gambar
dan bukan angka-angka (Moleong,
2011: 11). Dalam penelitian ini
menggunakan penelitian deskriptif
kualitatif, penulis hanya akan melihat
atau memberikan suatu gambaran
mengenai fenomena-fenomena sosial
yang terdapat atau terjadi di tengah
masyarakat. Khusus dalam penelitian
ini mengenai makna Jilbab Syar‟i
Bagi Remaja SMA dan Mahasiswa
Kota Tanjungpinang.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisa
data kualitatif yaitu dengan
melakukan terlebih dahulu
mendeskripsikan, memverifikasi,
menginterpretasikan untuk kemudian
dianalisis sehingga memperoleh
suatu kesimpulan. Moleong
(2011:35) menyatakan analisa dan
kualitatif adalah proses
pengorganisasian, dan penguratan
data kedalam pola dan kategori serta
satu uraian dasar, sehingga dapat
dikemukakan tema yang seperti
disarankan oleh data. Adapun
langkah – langkah analisa data yang
dilakukan adalah :
1. Reduksi Data Dari
lokasi penelitian,
data lapangan
dituangkan dalam
uraian laporan yang
lengkap dan terinci.
Data dan laporan
lapangan kemudian
direduksi,
dirangkum, dan
kemudian dipilah-
pilah hal yang
pokok. Pada tahapan
ini setelah data
dipilah kemudian
disederhanakan,
data yang tidak
diperlukan disortir
agar memberi
kemudahan dalam
penampilan,
penyajian, serta
untuk menarik
kesimpulan
sementara.
2. Penyajian Data
Penyajian data (
display data )
dimasudkan agar
lebih mempermudah
bagi peneliti untuk
dapat melihat
gambaran secara
keseluruhan atau
bagian- bagian
tertentu dari data
penelitian.
3. Penarikan
Kesimpulan /
Verifikasi Pada
penelitian kualitatif,
verifikasi data
dilakukan secara
terus menerus
sepanjang proses
penelitian
dilakukan. Sejak
pertama memasuki
lapangan dan
selama proses
pengumpulan data,
10
peneliti berusaha
untuk menganalisis
dan mencari makna
dari data yang
dikumpulkan, yaitu
mencari pola tema,
hubungan
persamaan,
hipotetsis dan
selanjutnya
dituangkan dalam
bentuk kesimpulan.
LANDASAN TEORITIS
A. Sosialisasi
Menurut Vander Zanden,
sosialisasi adalah proses interaksi
sosial melalui mana kita mengenal
cara-cara berpikir, berperasaan dan
berperilaku, sehingga dapat berperan
serta secara efektif dalam masyarakat
(Ihromi, 1999; 75). Setelah
berinteraksi dengan individu lain
yang berada disekitarnya atau
bersosialisasi dengan lingkungannya
barulah individu tadi dapat
berkembang. Dalam keadaan yang
normal, maka lingkungan pertama
yang berhubungan dengan anaknya
adalah orang tuanya. Melalui
lingkungan itulah anak mengenal
dunia sekitarnya dan pola pergaulan
hidup yang berlaku sehari-hari;
melalui lingkungan itulah anak
mengalami proses sosialisasi awal.
Tanpa mengalami proses
sosialisasi yang memadai tidak
mungkin seorang warga masyarakat
akan dapat hidup normal tanpa
menjumpai kesulitan dalam
masyarakat. jelas, bahwa hanya
dengan menjalani proses sosialisasi
yang cukup banyak sajalah seorang
individu warga masyarakat akan
dapat meyesuaikan segala tingkah
pekertinya dengan segala keharusan
norma-norma sosial. Hanya lewat
proses-proses sosialisasi ini sajalah
generasi-genarasi muda akan dapat
belajar bagaimana seharusnya
bertingkah laku di dalam kondisi-
kondisi tertentu. Bagaimanapun juga
proses sosialisasi adalah suatu porses
yang dilakukan secara aktif oleh dua
pihak: pihak pertama adalah pihak
yang mensosialisasi atau disebut
dengan aktivitas melaksanakan
sosialisasi dan pihak yang kedua
adalah aktivitas pihak yang
disosialisasi atau aktivitas
internalisasi. Disamping itu menurut
Mead (Kamanto : 2004;28) manusia
yang baru lahir belum mempunyai
diri. Pada dasarnya diri adalah
kemampuan untuk menerima diri
sendiri sebagai sebuah objek. Diri
mensyaratkan proses sosial;
komunikasi antar manusia. Diri
muncul dan berkembang melalui
aktivitas dan antara hubungan sosial.
Menurut Mead adalah mustahil
membayangkan diri yang muncul
dalam ketiadaan pengalaman sosial.
Diri manusia ini berkembang secara
bertahap melalui interaksi dengan
anggota masyarakat lain.
Menurut Shadily (1993:119)
sosialisasi ialah suatu proses dimana
seseorang mulai menerima dan
menyesuaikan diri kepada adat-
istiadat suatu golongan, dimana
lambat laun ia akan merasa sebagian
dari golongan itu. Sedangkan
menurut Berger & Luckmann
(1990:185) sosialisasi merupakan
suatu proses dimana seorang anak
belajar menjadi seorang anggota
11
yang berpartisipasi dalam
masyarakat. Sosialisasi dapat
dipahami sebagai proses yang dilalui
semua orang selama hidupnya yang
berbeda prosesnya sesuai kehidupan
sosialnya masing-masing. Dalam hal
ini jelas bahwa sosialisasi primer dan
sekunder memiliki peran penting
dalam kehidupan sosial setiap orang.
Segi penting dari proses
sosialisasi dalam keluarga ialah
bagaimana orang tua dapat
memberikan motivasi kepada
anaknya agar mau mempelajari pola
perilaku yang diajarkan
kepadanya.baik melalui cara positif
atau partisipasif maupun cara negatif
melalui refresif. Proses sosialisasi
dalam keluarga dapat dilakukan baik
secara formal maupun informal.
Proses sosialisasi formal dikerjakan
melalui proses pendidikan dan
pengajaran, sedangkan proses
sosialisasi informal dikerjakan
melalui interaksi sosial secara tak
sengaja. Antara proses sosialisasi
formal dengan proses sosialisasi
informal sering kali menimbulkan
jarak karena apa yang dipelajari
kadangkala bertentangan dengan apa
yang dilihat. Situasi ini sering kali
menimbulkan konflik batin bagi
anak-anak.
Sosialisasi Sekunder
Sosialisasi sekunder adalah setiap
proses berikutnya yang mengimbas
individu yang sudah disosialisasikan
itu ke dalam sektor-sektor baru dunia
obyektif masyarakat (Berger dan
Luckmann, 1990:198). Dalam
sosialisasi sekunder terdapat 3 agen
sosialisasi yaitu: a. Kelompok
bermain (peer group) Kelompok
bermain yang berasal dari kerabat,
tetangga maupun teman sekolah
merupakan agen sosialisasi yang
pengaruhnya besar dalam
membentuk pola perilaku seseorang.
Dalam kelompok bermain anak
acapkali mempelajari berbagai
kemampuan baru yang acapkali
berbeda dengan apa yang mereka
pelajari dari keluarganya. Dalam
kelompok bermain individu
mempelajari nilai, norma, kultural,
peran dan semua persyaratan lainnya
yang dibutuhkan individu untuk
memungkinkan partisipasinya yang
efektif di dalam kelompok
permainannnya. Singkatnya,
kelompok bermain ikut menentukan
dalam pembentukan sikap untuk
berperilaku yang sesuai dengan
perilaku kelompoknya. Berbeda
dengan pola sosialisasi dalam
keluarga yang umumnya bersifat
otoriter karena melibatkan hubungan
yang tidak sederajat, di dalam
kelompok bermain pola
sosialisasinya bersifat ekualitas
karena kedudukan para pelakunya
relatif sederajat.
Sekolah merupakan media
sosialisasi yang lebih luas dari
keluarga. sekolah merupakan potensi
yang sangat berpengaruh cukup besar
dalam pembentukan sikap dan
perilaku seorang anak, serta
mempersiapkannya untuk
penguasaan peran-peran baru di
kemudian hari dikala seorang anak
tidak lagi menggantungkan hidupnya
pada orang tua atau keluarganya,
Berbeda dengan sosialisasi dalam
keluarga, dimana anak masih dapat
mengharapkan bantuan dari orang
tua dan acapkali memperoleh
perlakuan khusus, disekolah anak
dituntut untuk bisa bersikap mandiri
12
dan senantiasa memperoleh
perlakuan yang tidak berbeda dari
temantemannya.
Di sekolah reward akan
diberikan kepada anak yang terbukti
mampu bersaing dan menunjukkan
prestasi akademik yang baik, maka
yang diperlukan adalah kerja keras.
Kurikulum pelajaran di sekolah yang
relatif beragam, semuanya menuntut
kegigihan sendiri-sendiri. Media
massa Dalam kehidupan modern
komunikasi merupakan suatu
kebutuhan yang sangat penting
terutama untuk menerima dan
menyampaikan informasi ke satu
pihak ke pihak lain. Akibat 19
pengaruh kemajuan ilmu
pengetahuan ilmu pengetahuan dan
teknologi semakin muda diterima
oleh masyarakat. Seperti media
massa surat kabar, TV, film, radio,
internet, majalah, dan lainnya
mempunyai peran penting dalam
proses transformasi nilai dan norma
baru kepada masyarakat. Selain itu,
media massa juga
mentransformasikan simbol atau
lambang tertentu dalam suatu
konteks emosional.
Media massa merupakan
media sosialisasi yang kuat dalam
membentuk keyakinan-keyakinan
baru atau mempertahankan
keyakinan yang ada, bahkan proses
sosialisasi melalui media massa lebih
besar ruang lingkupnya
dibandingkan dengan media
sosialisasi yang lainnya. Misalnya
iklan yang ditayangkan media massa
dapat merubah pola konsumsi ,
bahkan gaya hidup warganya. Media
massa untuk sebagian individu
merupakan hiburan sehari-hari
karena didalamnya termuat sesuatu
yang dibuatbuat (pencitraan), dalam
hal ini media elektronik yang mampu
menyajikan audio dan visual secara
bersamaan, sebagai agen sosialisasi
sebenarnya dia passif (tidak
berinteraksi secara langsung) namun
karena dapat didengar dan dilihat
media massa mempengaruhi secara
emosional bagaimana suatu sajian
atau tayangan yang ditonton
mempengaruhi individu, pengaruh
ini diterima secara sepontan ketika
menonton dan mudah untuk diingat
kembali. Jelas bahwa setiap individu
mengalami kedua tahapan ini yang
memberikan pengalaman dalam
kehidupan sosialnya, dan setiap
pengalaman yang dialami
berpengaruh dalam perilakunya
sehari-hari. Teori ini digunakan
peneliti untuk menganalisis
fenomena jilbab mendiskripsikan
tentang sosialisasi pemakaian jilbab
Syarii di kalangan remaja dan
mahasiswa
B. Gaya Hidup
Gaya hidup menurut Kotler
(2002:192) adalah pola hidup
seseorang di dunia yang iekspresikan
dalam aktivitas, minat, dan opininya.
Gaya hidup menggambarkan
“keseluruhan diri seseorang” dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.
Gaya hidup menggambarkan seluruh
pola seseorang dalam beraksi dan
berinteraksi di dunia. Sedangkan
menurut Minor dan Mowen (2002 :
282), gaya hidup adalah
menunjukkan bagaimana orang
hidup, bagaimana membelanjakan
uangnya, dan bagaimana
mengalokasikan waktu.
13
Sehingga dapat disimpulkan
bahwa gaya hidup adalah pola hidup
seseorang yang dinyatakan dalam
kegiatan, minat dan pendapatnya
dalam membelanjakan uangnya dan
bagaimana mengalokasikan waktu.
Faktorfaktor utama pembentuk gaya
hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu
secara demografis dan psikografis.
Faktor demografis misalnya
berdasarkan tingkat pendidikan, usia,
tingkat penghasilan dan jenis
kelamin, sedangkan faktor
psikografis lebih kompleks karena
indikator penyusunnya dari
karakteristik konsumen.
Gaya hidup selalu berkaitan
dengan upaya untuk membuat diri
eksis dalam cara tertentu dan berbeda
dari kelompok lain. Menurut Machin
& Leeuwen (dalam Bagong Suyanto,
2013 : 138-143), berbeda dengan
individual style (gaya pribadi) dan
social style (gaya sosial), yang
dimaksud life style (gaya hidup)
disini adalah gabungan dari kedua
gaya pribadi dan gaya sosial yang
muncul pada wilayah sosial tertentu,
merupakan aktivitas bersama dalam
mengisi waktu senggang, dan sikap
dalam menghadapi, isu sosial
tertentu.
Sistem berlapis-lapis ini
dalam sosiologi dikenal sebagai
“Social Stratification”, yang berasal
dari kata Stratum yang kalau
jamaknya strata dan biasanya lebih
dikenal dengan istilah lapisan atau
yang biasa disebut dengan kelas
sosial. Istilah lapisan yang terdapat
dalam suatu masyarakat telah ada
sejak manusia mengenal adanya
kehidupan bersama didalam suatu
organisasi sosial. Lapisan masyarakat
mula-mula didasarkan pada
perbedaan seks, perbedaan pemimpin
dan yang dipimpin, golongan non
budak dan golongan budak,
pembagian kerja dan pembedaan
masyarakat berdasarkan kekayaan.
Namun istilah kelas juga tidak selalu
mempunyai arti yang sama,
walaupun pada hakikatnya
mewujudkan sistem kedudukan-
kedudukan yang pokok dalam
masyarakat. Penjumlahan kelas-kelas
dalam masyarakat disebut class
system. Artinya, semua orang dan
keluarga yang sadar akan kedudukan
mereka itu diketahui dan diakui oleh
masyarakat umum. Kelas sosial
dapat didefinisikan sebagai suatu
strata (lapisan) orang-orang yang
berkedudukan sama dalam kontinum
(rangkaian kesatuan) status sosial.
Sorjono Soekanto (2009 : 260)
Menurut Peter Beger
mendifinisikan kelas sebagai “a type
of stratification in which one’s
general position in society is
basically determined by economic
criteria” seperti yang dirumuskan
Max dan Weber, bahwa konsep kelas
dikaitkan dengan posisi seseorang
dalam masyarakat berdasarkan
kriteria ekonomi, maksudnya disini
adalah bahwasannya pembedaan
kedudukan seseorang dalam
masyarakat berdasarkan kriteria
ekonomi. Yang mana apabila
semakin tinggi perekonomian
seseorang maka semakin tinggi pula
kedudukannya, dan bagi mereka
perekonomiannya bagus
(berkecukupan) termasuk kategori
kelas tinggi (high clas ), begitu juga
sebaliknya bagi mereka yang
perekonomiannya cukup bahkan
kurang, mereka termasuk kategori
14
kelas menengah (middle class ) dan
kelas bawah ( lower class). Kamanto
Sunarto (2004 : 115)
Abdul Syani (2012 : 93)
Status sosial biasanya didasarkan
pada berbagai unsur kepentingan
manusia dalam kehidupan
bermasyarakat, yaitu status
pekerjaan, status dalam sistem
kekerabatan, status jabatan dan status
agama yang dianut. Dengan status
seseorang dapat berinteraksi dengan
baik terhadap sesamanya, bahkan
banyak dalam pergaulan sehari-hari
seseorang tidak mengenal orang lain
secara individu, melainkan hanya
mengenal statusnya saja.
C. Identitas diri
Dalam jurnal Fadilah Aulia
Rahma (2013) Erikson berpendapat
bahwa identitas diri adalah identitas
yang menyangkut kualitas
“eksistensial” dari subyek, yang
berarti bahwa subjek memiliki suatu
gaya pribadi yang khas. Oleh karena
itu, identitas diri berarti
mempertahankan suatu gaya diri
sendiri. Menurut Marcia (1993)
pembentukan identitas diri
memerlukan adanya dua elemen
penting, yaitu eksplorasi (krisis) dan
komitmen. Eksplorasi (krisis)
menunjuk pada suatu masa dimana
seseorang berusaha menjelajahi
berbagai pilihan alternatif yang pada
akhirnya bisa menetapkan satu
alternatif tertentu. Istilah komitmen
menunjuk pada usaha membuat
keputusan mengenai pekerjaan atau
ideologi, serta menentukan berbagai
strategi untuk merealisasikan
keputusan tersebut.
Erikson berpendapat bahwa
pada masa remaja tujuan utama dari
seluruh perkembangannya adalah
pembentukan identitas diri (dalam
Gunarsa,2009). Erikson kemudian
menjelaskan yang dimaksud dengan
identitas diri adalah identitas yang
menyangkut kualitas “eksistensial”
dari subyek, yang berarti bahwa
subjek memiliki suatu gaya pribadi
yang khas. Oleh karena itu, identitas
diri berarti mempertahankan suatu
gaya keindividualitasan diri
sendiri‟(dalam Fadilah Aulia Rahma.
2013)
Menurut Hurlock (2004 :
206) masa remaja merupakan tahap
perkembangan antara masa anak-
anak dan dewasa yang ditandai oleh
perubahan fisik umum secara
kognitif dan sosial. Terdapat batasan
usia pada masa remaja yang
difokuskan pada upaya
meninggalkan sikap dan perilaku
kekanak-kanakan untuk mencapai
kemampuan bersikap dan berperilaku
dewasa. Menurut Kartini Kartono
(2007: 36) dibagi tiga yaitu:
1. Remaja Awal (12-15 Tahun)
Pada masa ini, remaja
mengalami perubahan
jasmani yang sangat pesat
dan perkembangan intelektual
yang sangat intensif, sehingga
minat anak pada dunia luar
sangat besar dan pada saat ini
remaja tidak mau dianggap
kanak-kanak lagi namun
belum bisa meninggalkan
pola kekanak-kanakannya.
Selain itu pada masa ini
remaja sering merasa sunyi,
ragu-ragu, tidak stabil, tidak
puas dan merasa kecewa.
15
2. Remaja Pertengahan (15-18
Tahun) Kepribadian remaja
pada masa ini masih kekanak-
kanakan tetapi pada masa
remaja ini timbul unsur baru
yaitu kesadaran akan
kepribadian dan kehidupan
badaniah sendiri. Remaja
mulai menentukan nilai-nilai
tertentu dan melakukan
perenungan terhadap
pemikiran filosofis dan etis.
Maka dari perasaan yang
penuh keraguan pada masa
remaja awal ini rentan akan
timbul kemantapan pada diri
sendiri. Rasa percaya diri
pada remaja menimbulkan
kesanggupan pada dirinya
untuk melakukan penilaian
terhadap tingkah laku yang
dilakukannya. Selain itu pada
masa ini remaja menemukan
diri sendiri atau jati dirnya.
3. Remaja Akhir (18-21 Tahun)
Pada masa ini remaja sudah
mantap dan stabil. Remaja
sudah mengenal dirinya dan
ingin hidup dengan pola
hidup yang digariskan sendiri
dengan keberanian. Remaja
mulai memahami arah
hidupnya dan menyadari
tujuan hidupnya. Remaja
sudah mempunyai pendirian
tertentu berdasarkan satu pola
yang jelas yang baru
ditemukanny
Dalam perkembangannya
Hurlock menegaskan bahwa
remaja selalu berkembang,
berusaha mencari jati dan
identitas diri yang tepat untuk
dirinya. Termasuk menemukan
identitas dirinya lewat cara
berpakaian. Termasuk dalam
memutuskan diri untuk
menggunakan jilbab. Jilbab
menurut Farzaneh Milan (2006 :
347) adalah pakaian yang
berfungsi untuk menutup aurat
wanita ketika keluar rumah.
Istilah jilbab di Indonesia pada
awalnya dikenal sebagai
kerudung untuk menutupi kepala
(rambut) wanita hingga dada.
Pada beberapa Negara Islam,
pakaian sejenis jilbab sudah
dikenal dengan beberapa istilah
seperti chador di Iran, pardeh di
India dan Pakistan.
D. Hijab
Hijab adalah segala hal yang
menutupi sesuatu yang dituntut untuk
ditutupi atau terlarang untuk
menggapainya. Diantara penerapan
maknanya, hijab dimaknai dengan as
sitr (penutup), yaitu yang mengalangi
sesuatu agar tidak bisa terlihat.
Demikian juga al bawwab (pintu),
disebut sebagai hijab karena
menghalangi orang untuk masuk.
Asal maknanya, hijab adalah entitas
yang menjadi penghalang antara dua
entitas lain” (At Tauqif „ala
Muhimmat At Ta‟arif, 1/136).
Maka istilah hijab maknanya
sangat luas. Dengan demikian hijab
muslimah, adalah segala hal yang
menutupi hal-hal yang dituntut untuk
ditutupi bagi seorang Muslimah. Jadi
hijab muslimah bukan sebatas yang
menutupi kepala, atau menutupi
rambut, atau menutupi tubuh bagian
atas saja. Namun hijab muslimah
mencakup semua yang menutupi
aurat, lekuk tubuh dan perhiasan
16
wanita dari ujung rambut sampai
kaki.
Jilbab (diantara maknanya)
adalah gamis. Dan jilbab itu adalah
pakaian yang lebih lebar dari khimar,
yang selain rida‟. Yang dipakai oleh
wanita untuk menutupi kepala dan
dadanya” (Lisaanul Arab). jilbab
adalah milhafah (kain yang sangat
lebar). Sebagian ulama mengatakan,
jilbab adalah al qina‟ (sejenis
kerudung untuk menutupi kepala dan
wajah), dan ada pula sebagian ulama
mengatakan, jilbab adalah pakaian
yang menutupi seluruh tubuh wanita.
Dari beberapa definisi
tersebut dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa jilbab adalah
salah satu jenis pakaian wanita yang
longgar/luas untuk menutupi aurat.
Jilbab merupakan busana muslimah
yang digunakan wanita untuk
menutupi keindahan bentuk tubuh
wanita. Mengenai model jilbab atau
busana muslimah tidak ditentukan
secara terinci. Mode adalah usaha
yang bertujuan untuk menciptakan
dan memberi bentuk baru terhadap
pakaian wanita agar dapat sesuai
dengan selera-selera pemakainya
sebagai warga masyarakat yang
berkebudayaan modern, yang
dikerjakan oleh ahli-ahlinya yang
telah dipersiapkan dan dididik dalam
lapangan itu sebelumnya.
Dalam kehidupan
bermasyarakat individu tidak dapat
melepaskan dirinya dari keterkaitan
sosial, maka diperlukan adanya etika
pergaulan antara pria dan wanita
yang apabila dua jenis manusia yang
berbeda itu jika bertemu dalam
kondisi yang bebas mereka akan
melakukan sesuatu yang melanggar
norma. Jilbab merupakan cerminan
wanita terhormat yang menjaga
kehormatan dirinya sendiri dan juga
menghormati orang lain. Wanita
yang berjilbab akan terhindar dari
beberapa gangguan antara lain adalah
: Menjauhkan wanita dari laki-laki
jahil. Membedakan antara wanita
yang berakhlak mulia dan yang
berakhlak kurang mulia, mencegah
timbulnya fitnah birahi pada kaum
laki-laki dan memelihara kesucian
agama.
Perkembangannya kini,
melihat makna Hijab sendiri bergeser
sedikit-demi sedikit. Dimana budaya
juga merupakan salah satu yang
merubah makna dari Hijab, dimana
sebuah Hijab dikatakan sebagai
budaya materi didalamnya. Menjadi
suatu fenomena dimana kemunculan
istilah Hijab di Indonesia menjadi
sebuah icon muslimah dengan mode
Hijab masa kini. Pesatnya
perkembangan Hijab meningkatkan
unsur kreatifitas masyarakat
Indonesia, dilihat dari pergerakan
yang ada makna Hijab mengacu pada
fashion. Sehingga Hijab disini
mengalami pergeseran makna. Hijab
kreatif hari ini juga telah menjadi
simbol-simbol lapisan sosial, tentu
saja maksud penulis bukan sebatas
simbol lapisan sosial dalam kontek
antara agama, seperti pada
permulaan munculnya Hijab itu
sendiri, akan tetapi sebagai sebuah
symbol lapisan sosial dalam kontek
klasifikasi tingkatan ekonomi karena
mengingat harga jilbab syarii yang
dijual di pasaran harganya cukup
mahal.
17
Jilbab besar adalah jilbab
syar‟i, yaitu jilbab yang menutup
seluruh aurat, tidak menjadi
perhiasan dan pusat perhatian, tidak
tipis, tidak ketat, tidak menyerupai
lelaki, tidak menyerupai wanita-
wanita kafir, tidak berparfum dan
bukan termasuk pakaian syuhrah.
Pakaian syuhrah adalah setiap
pakaian yang dipakai dengan tujuan
untuk meraih popularitas di tengah-
tengah orang banyak, baik pakaian
tersebut mahal maupun pakaian yang
bernilai rendah (yang dipakai
seseorang untuk menampakkan
kezuhudannya dan dengan tujuan
riya‟)
Namun saat ini makna jilbab
syari sudah bergeser pakaian ini
dianggap punya nilai ekonomis yang
tinggi karena harganya yang mahal,
dan modelnya yang sudah bervariasi.
Penggunaan jilbab syarii saat ini
menimbulkan statifikasi sosial.
Pengguna jilbab syarii dianggap
sebagian orang adalah orang-orang
yang mampu dalam segi ekonomi.
Karena Kekayaan (materi atau
kebendaan) dapat dijadikan ukuran
penempatan anggota masyarakat ke
dalam lapisan-lapisan sosial yang
ada, barang siapa memiliki kekayaan
paling banyak maka ia akan
termasuk lapisan teratas dalam
sistem pelapisan sosial, demikian
pula sebaliknya, yang tidak
mempunyai kekayaan akan
digolongkan ke dalam lapisan yang
rendah. Kekayaan tersebut dapat
dilihat antara lain pada bentuk
tempat tinggal, benda-benda tersier
yang dimilikinya, cara
berpakaiannya, maupun
kebiasaannya dalam berbelanja, serta
kemampuannya dalam berbagi
kepada sesama
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI
PENELITIAN
Sekarang ini perkembangan hijab
di Indonesia sedang pada puncaknya.
Banyak desainer-desainer yang
memfokuskan diri pada fashion
hijab, juga banyak wanita muslim
berhijab yang berlomba
mengkreasikan hijab sehingga
mereka tetap tampil keren dan trendi
dengan memakai hijab. Bahkan,
karena merupakan negara dengan
penduduk muslim terbanyak di
dunia, Indonesia disebut-sebut
sebagai calon pusat fashion hijab di
seluruh dunia. Hijab merupakan ciri
khas wanita muslim Indonesia jauh
sejak masa kerajaan, terutama dari
kota serambi Makkah di Indonesia,
Aceh. Seorang Ratu kerajaan Aceh,
Sri Sultanah Ratu Safiatuddin Ta‟jul
Alam Shah Johan, merupakan bukti
bahwa jilbab sudah menjadi ciri khas
wanita muslim Indonesia sejak masa
kerajaan. Pada masa perjuangan dari
penjajahan, kita juga bisa melihat
pergerakan perempuan yang dihadiri
oleh perempuan-perempuan muslim
yang berjilbab, meski hanya berupa
selendang yang disampirkan di
kepala.
Tanjungpinang yang
merupakan wilayah berbudaya
melayu Islam, tidak menutup
kemungkinan menjadi faktor
yang mempengaruhi mahasiswa
dalam memakai jilbab, karena
budaya melayu yang memiliki
nilai-nilai yang sama dalam
ajaran Islam yang mengharuskan
setiap perempuan memakai salah
18
satu penutup aurat yang dulunya
disebut selendang.
Dengan perkembangan
zaman, selendang tidak lagi
digunakan oleh masyarakat
melayu melainkan memakai
jilbab, walaupun masih ada
segelintir yang memakainya. Hal
ini dibuktikan dengan adanya
peninggalan sejarah kerajan
melayu yang terletak dipulau
penyengat yaitu sebuah mesjid
yang melambangkan pada masa
kerajaan melayu memeluk agama
Islam. serta diperkuat dengan
adanya Gurindam pasal satu
sampai dua belas yang memiliki
makna tentang ajaran-ajaran
agama Islam yang harus
dijadikan panutan dalam
kehidupan sehari-hari.
Hijab Syar'i sendiri
merupakan jilbab yang sesuai
dengan ketentuan yang ada dalam
Al - Qur'an dan hadits. Dalam Al
-Qur'an sendiri sudah dijelaskan
bahwa jilbab itu seperti kurung.
Tanda itu tidak ketat. Hijab Syar'i
adalah jenis jilbab yang sesuai
dengan syariat agama yang ada.
Kerudung yang syar'i adalah
dimana dalam mengenakannya
haruslah menutupi seluruh tubuh
bagian atas dari mulai bagian
kepala sampai pada bagian dada.
Jilbab itu harus lah diulurkan
pada seluruh bagian tubuh,
melainkan bukan dililit pada
tubuh yang bisa membuat
lekukan - lekukan pada tubuh
kita terlihat.
Maraknya perkembangan
trend fashion terbaru ini cukup
membuat masyarakat terpukau
dengan barang - barang produksi
terbaru. Rasa ingin memeiliki
dan menggunakan barang
tersebut sangat lah besar. Dimana
banyak sekali keluaran - keluaran
model kerudung terbaru di
pasaran.
ANALISA DAN PEMBAHASAN
1. Dorongan menggunakan jilbab
Syar’i
Berdasarkan hasil wawancara
dengan informan diketahui bahwa
tidak ada paksaan untuk
menggunakan jilbab syari, karena
apabila terpaksa maka remaja
tersebut akan membuka tutup
jilbabnya. Salah satu informan ini
terdorong karena lingkungan
keluarganya yang positif seperti
kuatnya ajaran agama yang di
berikan orang tua. Jumlah remaja
berjilbab semakin meningkat akhir-
akhir ini, yang pasti ada banyak
alasan bagi para remaja muslimah.
Penggunaan hijab di Indonesia, kini
sudah menjadi trend dan gaya hidup,
seiring dengan berkembangnya
komunitas-komunitas hijab yang
mewabah di beberapa tahun terakhir
ini.
Gaya berbusana muslim
dengan padu-padan hijab yang
beraneka gaya, memiliki point rating
yang tinggi di pasar Indonesia.
Desainer-desainer muda tumbuh
dengan subur di Indonesia, dengan
menawarkan busana muslim dan
gaya hijab yang kekinian, modis, dan
sangat mengikuti trend dengan
permainan warna yang menarik,
tentu saja menjadi daya tarik
perempuan di negara dengan
mayoritas penduduk beragama Islam.
Pemakaian busana muslim di negara
19
ini semakin populer, ditambah lagi
jumlah perempuan yang berhijab
sendiri sudah mencapai angka 20 juta
di Indonesia. Stigma orang jika
berhijab yang terkesan kuno, kaku
dan tidak bisa mengikuti trend pelan-
pelan mulai bergeser.
(http://www.kompasiana.com. hijab-
trend-dan-aturan)
Sebagian memutuskan
berjilbab dengan alasan teologis
setelah melalui perjuangan panjang
dan akhirnya meyakini bahwa itulah
pakaian yang diwajibkan Islam.
Sebagian memakai jilbab karena
dipaksakan oleh aturan, terutama
karena peraturan sekolah
mengharuskan berjilbab. Sebagian
lagi karena alasan psikologis, tidak
merasa nyaman karena semua orang
dilingkungannya memakai jilbab.
Ada lagi karena alasan modis, agar
tampak lebih cantik dan trendi,
sebagai respon terhadap tantangan
dunia model yang sangat akrab
dengan perempuan. Ini lxiv
dibuktikan dengan semakin
banyaknya toko-toko busana muslim
dan butik yang memamerkan jilbab
dengan model mutakhir dan tentu
saja dengan harga mahal. Bahkan,
ada juga berjilbab karena alasan
politis, yaitu memenuhi tuntutan
kelompok Islam tertentu yang
cenderung mengedepankan
simbolsimbol agama sebagai
dagangan politik (Siti Musdah Mulia,
Memahami Jilbab dalam Islam,
http://www.Icrp-Online.Org
diaksestanggal 4 Desember 2016)
2. Pemahaman Terhadap Jilbab
Syarii
Berdasarkan hasil wawancara
dengan informan maka dapat
dianalisis bahwa para remaja ini
sudah memahami tentang jilbab
syari. Agama dipandang sebagai
sumber inspirasi manusia dalam
bertingkah laku. Bila agama
seseorang dinilai baik oleh orang
lain, maka baik pula prilakunya.
Akan tetapi, bila orang tersebut
kurang baik dalam menjalankan
perintah agama, maka banyak pula
yang menganggap orang tersebut
kurang baik prilakunya. Karena
orang tersebut dianggap tidak bisa
menjalankan perintah agama dengan
baik. Dalam hal ini, agama Islam
telah mengatur berbagai hal dalam
kehidupam manusia yang juga
dianggap sebagai petunjuk jalan
hidup, termasuk berpakaian dan
menutup aurat.
3. Pandangan Terhadap Trend
Jilbab Syarii
Berdasarkan hasil wawancara
dengan informan maka dapat
dianalisa bahwa, jilbab syari saat ini
sudah menjadi trend, namun tidak
semua remaja mengikuti trend
tersebut. Memang ada beberapa
perempuan yang berjilbab untuk
alasan mode saja, tetapi hanya
kelompok minoritas. Hal ini terjadi,
mungkin karena suatu trend di
Indonesia sekarang untuk dianggap
sebagai orang yang lebih beragama,
tetapi kalau arti berjilbab tergantung
pada orang itu sendiri (Elizabeth
Raleigh, 2004:33).
Banyak orang berjilbab
karena beberapa alasan. Karena mau
melindungi sendiri dari hal-hal yang
tidak baik dan pergaulan bebas, agar
terlihat anggun dan rapi, karena
kewajiban, karena perintah Tuhan,
supaya tidak diganggu oleh laki-laki
dan karena berjilbab nyaman dan
20
aman. Banyak yang mengatakan
bahwa kondisi mereka ketika
memakai jilbab. lebih baik daripada
sebelum berjilbab, dan bahkan laki-
laki lebih menghormati perempuan
yang berjilbab (Elizabeth Raleigh,
2004:38).
Media dalam hal ini juga
berperan penting mempengaruhi
mahasiswa dalam tindakannya
memaki jilbab. Karena media seperti
instagram memberikan informasi-
informasi mengenai seputar jilbab
masa kini yang telah menjadi salah
satu busana yang bisa menunjang
penampilan. Disamping itu, media
menawarkan informasi beragam
bentuk jilbab yang terkesan anggun
dalam memakainya. Salah satunya
internet yang melalui jejaring sosial
seperti Instagram, Facebook, twitter
ataupun melalui youtube yang bisa
mengajarkan mahasiswa dalam
caracara memakai jilbab.
Ketertarikan mahasiswa dalam
memakai jilbab juga didukung oleh
banyaknya bentuk jilbab yang
tersedia dipasaran atau mall yang
bisa didapat secara langsung
Faktor-faktor yang
mendorong berjilbab kebanyakan
faktor pribadi, keluarga dan teman,
lingkungan masyarakat dan supaya
memenuhi perintah Islam. Selain itu
juga terdapat faktor lain, seperti:
supaya menjadi lebih anggun dan
rapi, dari saranan orang tua,
lingkungan sekolah. Ada juga yang
menganggap dengan memakai jilbab
menjadi lebih dekat kepada Tuhan
dan ada pula supaya bisa dilihat
sebagai perempuan muslimah
(Elizabeth Raleigh, 2004:39).
Sekarang ini semakin semarak kita
lihat perempuan-perempuan
muslimah, atas nama HAM
memperlihatkan penampilan yang
cantik, anggun, gaul, dan
mempesona, dia memakai jilbab
berdasarkan trend dan mode
(Muhammad Muhyidin, 2007:29).
Berdasarkan hasil penelitian maka
dapat dianalisa dari tabel berikut :
Berdasarkan hasil temuan
diatas maka diketahui bahwa faktor
dominan yang mendorong remaja
adalah lingkungannya, karena
melihat lingkungan sekitar seperti
teman kemudian sekolah banyak
yang menggunakan jilbab syari maka
remaja dan mahasiswa putri ini
terdorong untuk mengenal lebih jauh
mengenai jilbab syari. Sebagian
memutuskan berjilbab dengan alasan
teologis setelah melalui perjuangan
panjang dan akhirnya meyakini
bahwa itulah pakaian yang
diwajibkan Islam. Sebagian memakai
jilbab karena dipaksakan oleh aturan,
terutama karena peraturan sekolah
mengharuskan berjilbab. Sebagian
lagi karena alasan psikologis
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
maka dapat disimpulkan bahwa para
remaja memaknai penggunaan jilbab
syari bukan hanya sekedar trend
yang harus diikuti. Hal ini dapat
dilihat dari :
Beberapa remaja terdorong
untuk menggunakan jilbab syari
karena adanya kemauan sendiri, dan
tergerak karena panggilan hati.
Setiap remaja memiliki alasan apa
yang mendorong mereka
menggunakan jilbab syari, namun
yang paling banyak adalah karena
dorongan dari diri sendiri. Karena
sebagian para remaja sudah
21
memahami bahwa Jilbab merupakan
salah satu simbol ketaatan bagi
seorang muslimah terhadap syari‟at
agama islam. Jilbab dalam Islam
dimaknai sebagai pakaian yang
menutup seluruh tubuh dari ujung
kepala sampai ke ujung kaki. para
remaja ini sebagian besar
menggunakan jilbab syari karena
adanya dorongan dari diri sendiri,
dorongan ini datang mulai dari ingin
memantapkan diri kemudian belajar
dan memahami tentang jilbab syari.
Alasan dari pemakaian jilbab
tersebut bermacam - macam yang
bersifat internal dan eksternal.
Alasan – alasan tersebut antara lain
karena adanya kesadaran syariat
beragama, untuk menunjang
penampilan, adanya dorongan dari
lingkungan sekitar. Beberapa subyek
penelitian mengemukakan alasannya
dalam mengenakan jilbab. Alasan
yang bersifat internal atau berasal
dari dalam diri sendiri biasanya
dilakukan karena adanya kesadaran
yang muncul dari dalam diri sendiri.
Kemudian para remaja ini sudah
sangat memahami tentang jilbab
syari. Agama dipandang sebagai
sumber inspirasi manusia dalam
bertingkah laku. Bila agama
seseorang dinilai baik oleh orang
lain, maka baik pula prilakunya.
Trend sangat mempengaruhi
seseorang dalam berpakaian
termasuk berhijab. Mereka
menyakini bahwa walaupun
memakai jilbab, tetapi masih dapat
modis dan mengikuti fashion yang
berkembang sekarang ini. Tidak
semua remaja mengikuti trend dalam
berhijab, namun mereka sangat
memahami adanya perubahan
terhadap trend dalam penggunaaan
jilbab syari. Semua orang juga
mempunyai keinginan dalam dirinya
untuk bukan hanya tampil, tetapi
juga untuk diperhatikan. Ada satu
kepuasan psikologis tertentu jika
menjadi pusat perhatian.
Banyak remaja yang
menggunakan jilbab syari dan
mengaku tidak melihat trend yang
saat ini berkembang. Jilbab sebagai
produk dari fesyen. jilbab model ini
dipandang sebagai jawaban terhadap
tantangan dunia model yang sangat
akrab dengan perempuan, namun
disisi lain, ada nilai-nilai agama yang
berusaha dipertahankan. Memang
ada beberapa perempuan yang
berjilbab untuk alasan mode saja,
tetapi hanya kelompok minoritas.
Hal ini terjadi, mungkin karena suatu
trend di Indonesia sekarang untuk
dianggap sebagai orang yang lebih
beragama, tetapi kalau arti berjilbab
tergantung pada orang itu sendiri
B. Saran
Adapun saran yang dapat
disampaikan adalah sebagai berikut :
1. Seharusnya para remaja juga
harus diisi dengan banyak
pengetahuan keagaman
seperti mengikuti kegiatan
ceramah agama sehingga
tidak hanya menggunakan
jilbab sebagai tanda saja
tetapi memahami arti jilbab
syarii sesungguhnya
2. Seharusnya media juga dapat
membantu mahasiswa dan
pelajar untuk memberikan
pemahaman positif dalam
penggunaan jilbab syarii,
22
seperti cara berpakaian yang
benar sesuai ketentuan.
3. Sebaiknya para remaja
memilih lingkungan yang
baik dalam bergaul dan
memilih teman agar bisa
lebih positif dan membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani. 2012, Sosiologi
Skematik, Teori dan Terapan,
Jakarta: Bumi Aksara
Agus, Salim. 2008. Stratifikasi Etnik:
Kajian Mikro Sosiologi
Interaksi Etnis Jawa dan
Cina. Tiara Wacana.
Yogyakarta.
Ali Al-Hasyimi, Muhammad. 2002.
Jati Diri Wanita Muslimah.
Jakarta: Pustaka Al-Kautsa
Bagong, Suyanto J. Dwi Narwoko.
2004. Sosiologi Teks
Pengantar dan Terapan.
Jakarta: Kencana Media
Group.
Barnard. 2006. Fashion sebagai
Komunikasi. Yogyakarta:
Jalasutra.
Bustanuddin. 2007, Islam Dan
Pembangunan, Jakarta: PT.
Grafindo Persada.
Celia Lury. 1998. Budaya
Konsumen. Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta.
Elisa Lisdiyastuti. 2015. Jilbab
Sebagai Identitas Diri Di
Lingkungan Sekolah (Studi
Fenomenologi Tentang
Alasan Dan Dampak
Pemakaian Jilbab Oleh Siswi
Kelas XI SMA Negeri 3
Sragen)
Fadilah Aulia Rahma dan Muhamad
Reza. 2013. Hubungan
Antara Pembentukan
Identitas Diri Dengan
Perilaku Konsumtif
Pembelian Merchandise Pada
Remaja. Character, Volume
01, Nomor 03, Tahun 2013
Farzaneh Milani. Veils and Words:
The Emerging Voices of
Iranian Women Writer, New
York: Syracuse University,
1992 dalam jurnal Fathonah
K. Daud. 2013. Jilbab, Hijab
Dan Aurat Perempuan
(Antara Tafsir Klasik, Tafsir
Kontemporer Dan Pandangan
Muslim Feminis). Jurnal studi
keislaman
23
Gunarsa, D. Dan Gunarsa, D. 2009.
Psikologi Untuk
Pembimbing. Jakarta: PT
BPK Gunung Mulia.
Ibrahim, Idi Subandy. 1996. dalam
Pengantar untuk buku
Barnard, Malcolm, Fashion
Sebagai Komunikasi,
Yogyakarta, Jalasutra
Idi Subandy Ibrahim. 1996. Bahasa
Dan Kekuasaan : Politik
Wacana di Panggung Orde
Baru. Jakarta : Mizan
Ihromi. 1999. Bunga Rampai
Sosiologi Keluarga. Jakarta:
Obor.
Kartini Kartono. 2007.
Perkembangan Psikologi
Anak. Jakarta: Erlangga.
Kuswarno, Engkus. 2008. Etnografi
Komunikasi: Pengantar dan
Contoh Penelitiannya.
Bandung: Widya Padjajaran.
Kotler, Philip, 2002, Manajemen
Pemasaran, Jilid 1, Edisi
Milenium, Jakarta,.
Prehallindo.
Mahmudi, Zaenul. 2009. MUI dan
Metode Istinbāṭ Hukumnya.
http://old.uinmalang.ac.id/ind
ex.php?option=com_content
&view=article&id=1394.
diakses 5 April 2016
Moleong, Lexy J. 2011. Metode
Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.
Bandung.
Remaja Rosda Karya.
Mulyana, Dedi. 2008. Ilmu
Komunikasi, Suatu
Pengantar. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Muhyidin, Muhammad. 2009.
Membelah Lautan Jilbab.
Yogyakarta: Diva Press.
Mowen, John, C dan Michael Minor.
2002. Perilaku Konsumen.
Jilid Kedua. Jakarta:
Erlangga.
Raleigh, Elizabeth. 2004. Busana
Muslimah dan Kebudayaan
Populer di Indonesia
(Pengaruh dan Persepsi).
Skripsi Universitas
Muhammadiyah Malang.
Ritzer, George, dan Goodman,
Douglas J. 2011. Teori
Sosiologi Modern.
Diterjemahkan oleh Tim
Penerjemah. Jakarta: Pustaka
Kencana.
24
Shihab, M. Quraish. 2004.
Membumikan Al-Qur'an,
Fungsi dan Peran Wahyu
dalam. Masyarakat. Cet. I:
Bandung: Mizan Media
Utama.
Soerjono Soekanto; 2009, Sosiologi
Suatu Pengantar, Edisi Baru,
Rajawali Pers Jakarta
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Administrasi. Bandung : Alpabeta.
Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar
Sosiologi. Jakarta: Fakultas
Ekonomi
Website :
http://www.vemale.com di akses
tanggal 5 Juni 2016
http://www.kompasiana.com/
satryobimo/berhijab-karena-trend-
atau-agama
http://www.kompasiana.com diakses
pada tanggal 5 Juni 2016
http://www.zoyajeans.com/fashion/se
jarah-dan-perkembangan-hijab-di-
indonesia, diakses tanggal 5
Desember 2016
http://www.kompasiana.com. hijab-
trend-dan-aturan
http://www.Icrp-Online.Org
diaksestanggal 4 Desember 2016