Jiwa Fenomenal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hhhh

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Enam kategori gangguan pengendalian impuls yang tidak diklasifikasikan di tempatlain (impulse-control disorders not elsewhere classified) dituliskan di dalam Diagnostic andStatistical Manual of Mental Disorders edisi keeempat (DSM-IV): gangguan eksplosif intermiten, kleptomania, piromania, berjudi patologis, trikotilomania, dan gangguanpengendalian impuls yang tidak ditentukan. Kita tahu bahwa seseorang yang mencuri tidak selalu menderita kleptomania. Halyang sama juga berlaku bahwa tidak semua orang yang melalukan pembakaran dianggapmenderita piromania. Gangguan ini jarang dan piromania terdiagnosis diantara kurang empatpersen arsonists (pelaku pembakaran rumah). Karena begitu sedikitnya orang yangdidiagnosis dengan gangguan ini, penelitian tentang etiologi dan penanganannya nyaris tidak ada.Hampir setiap gejala kejiwaan dapat dikaitkan dengan kriminalitas, karena gejaladapat merusak penilaian dan melanggar norma-norma sosial. Sebuah penelitian individudengan gangguan psikotik menemukan bahwa mereka dengan penyakit mental yangbertanggung jawab hanya 5% dari semua kejahatan kekerasan. Pengecualian aturan inimelibatkan pelaku seksual yang memiliki tingkat tinggi gangguan penggunaan zat, parafilia,gangguan mood, gangguan pengendalian impuls, gangguan kecemasan, gangguan makan, dan gangguan kepribadian antisosial. Pengecualian lainnya termasuk gangguan kepribadianantisosial dan penyalahgunaan zat. Sejarah psikiatrik terdokumentasi yang hadir dalam 90% dari pelaku pembakaran,skizofrenia atau gangguan bipolar hadir di 36% dari orang-orang. Orang-orang yangmengkonsumsi alkohol atau obat-obatan yang digunakan selama aktivitas pembakaran terjadisebanyak 64%. Meskipun beberapa laporan catatan hubungan antara pembakaran danepilepsi, piromania didiagnosis hanya dalam 3 dari 283 kasus.

B. RUMUSAN MASALAH1. Apa definisi dari piromania?2. Bagaimana epidemiologi dari pirominia?3. Bagaimana etiologi dari pirominia?4. Apa diagnosis dan gambaran klinis dari pirominia?5. Apa diagnosis banding dari pirominia?6. Bagaimana penatalaksanaan dari pirominia?

C. TUJUAN1. Untuk mengetahui definisi dari piromania?2. Untuk mengetahui epidemiologi dari pirominia?3. Untuk mengetahui etiologi dari pirominia?4. Untuk mengetahui diagnosis dan gambaran klinis dari pirominia?5. Untuk mengetahui diagnosis banding dari pirominia?6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari pirominia?

D. MANFAATMemberikan informasi dan menambah pengetahuan serta wawasan mengenai piromania bagi tenaga kesehatan keperawatan khususnya dan masyarakat pada umumnya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISIPiromania adalah sebuah gangguan pengendalian impuls yang melibatkan adanya dorongan yang tak dapat ditolak untuk melakukan pembakaran di mana orang itu merasakan ketegangan atau rangsangan sebelum melakukan pembakaran dan ada perasaan puas atau lega.Ciri penting dari piromania adalah menciptakan kebakaran yang bertujuan dan disengaja lebih dari sekali, adanya ketegangan atau perangsangan afektif sebelum menciptakan kebakaran, pesona, minat, rasa ingin tahu, atau daya tarik terhadap kebakarandan aktivitas dan peralatan yang berhubungan dengan pemadam kebakaran, dan kesenangan, kepuasan atau peredaan jika menciptakan kebakaran atau menyaksikan atau berperan serta dalam peristiwa sesudahnya.B. EPIDEMIOLOGI Piromania merupakan gangguan yang jarang, bahkan diantara kelompok pembakar, hanya dua sampai tiga persen yang dianggap piromania. Sama dengan judi patologis, piromania umumnya diderita oleh laki-laki dimana sebagian besar gambar patologis mulai ditunjukkan pertama kali pada masa kanak-kanak. Dalam banyak contoh, gairah seksual telah dilaporkan berperan dalam perilaku pembakaran kompulsif yang menunjukkan adanya dalam beberapa kasus piromania sebenarnya bisa dianggap sebagai perilaku fetisistik parafilik. Namun, penelitian sistematis telah dilakukan untuk mengkonfirmasi gagasan ini.Gangguan ini biasanya ditemukan pada orang yang mengalami keterbelakangan menttal. Beberapa penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa adanya peningkatan insidensi penyalahgunaan alkohol pada orang yang menciptakan kebakaran. Orang dengan piromania biasanya memiliki riwayat sifat antisosial, seperti membolos, melarikan diri dari rumah, dankenakalan. Tidak ada informasi yang tersedia untuk prevalensi piromania karena begitu sedikitnya rang yang didiagnosis dengan gangguan ini, penelitian tentang etiologi dan penanganannya nyaris tidak ada. Diantara anak-anak yang dibawa ke klinik psikiatrik rawat jalan, kira-kira 20 persen memiliki riwayat membuat api sewaktu-waktu.

C. ETIOLOGISigmund Freud memandang api sebagai simbol seksualitas dimana kehangatan yang dipancarkan oleh api menimbulkan sensasi yang sama yang menyertai keadaan rangsangan seksual, dan bentuk serta pergerakan nyala api menyatakan suatu falus dalam aktivitas. Psikoanalisis lain mengaitkan piromania dengan keinginan hebat yang abnormal akan kekuatan dan gengsi sosial. Beberapa pasien piromania adalah sukarelawan pemadam api yang menciptakan kebakaran untuk membuktikan bahwa dirinya adaalah pemberani, untuk memaksa petugas pemadam api lainnya bertindak, atau untuk menunjukkan kekuatan mereka untuk memadamkan api. Piromania biasanya dimulai pada masa kanak-kanak, usia khas onset piromaniabelum diketahui. Jika onset pada masa remaja atau dewasa, menciptakan kebakarancenderung bersifat merusak yang disengaja. Perilaku membuat api pada piromania bersifatepisodik dan frekuensinya naik turun.Sebagian besar individu dengan piromania memiliki satu atau lebih masalah lain ataugangguan, dan dalam kebanyakan kasus gangguan ini berakar pada masalah anak-anak danperilaku membakar. Dalam upaya untuk memahami bagaimana pola membakar terkendalidimulai dan dalam upaya untuk mengembangkan program intervensi dini, peneliti telahmelakukan studi ekstensif membakar pada anak-anak yang melakukan pembakaran. Seoranganak membakar tidak selalu tumbuh menjadi seorang piromanik. Perilaku membakar antaraanak-anak dan remaja muncul dari berbagai masalah. Wooden (1985) menggambarkan empat jenis pencipta api kecil, yaitu anak-anak yang penasaran dan sengaja mulai membakar sambilbermain dengan korek api, pemuda yang menghadapi masalah yang tampaknya akanmenangis keluar untuk mendapatkan perhatian dan bantuan, penjahat yang menggunakan apiuntuk bertindak melawan otoritas, dan kelompok dengan gangguan psikologi yang membakardi masa dewasa. Diantara kasus-kasus ekstrim, Wooden menggambarkan dua tipekepribadian. Jenis pertama adalah sabar, hiperaktif, dan rentan terhadap kerusakan danpencurian. Tipe kedua adalah pengalaman, perubahan suasana hati, kemarahan yang intens,berbagai fobia, dan wilayah rawan terhadap kekerasan.Penelitian lain yang dilakukan oleh Kolko dan Kazdin pada anak yang terjebak dalamperilaku membakar berulang memberitahu kita lebih banyak tentang bagaimana anak-anak iniberbeda dari rekan-rekan mereka. Anak memiliki daya tarik-menarik dan keingintahuantentang kebakaran, yang biasanya berkembang sebagai hasil dari pengamatan dan pemodelanperilaku membakar dewasa. Mereka tahu lebih banyak tentang apa yang diperlukan untuk mendapatkan api dan biasanya mereka memiliki pengetahuan yang mengesankan tentangbahan yang mudah terbakar. Selain itu, masalah keluarga, terutama yang berkaitan dengankedisiplinan, dan faktor-faktor yang berpengaruh. Orangtua dari anak-anak yang membakarlebih cenderung untuk menggunakan hukuman ringan yang tidak efektif. Hubungan anak-orangtua sering ditandai dengan inkonsistensi, gangguan emosional, dan pelecehan, sehinggamengembangkan perilaku-perilaku yang tidak wajar seperti membakar.Prognosis baik untuk anak yang mendapatkan terapi, dan remisi penuh realistik untuk dicapai. Prognosis untuk orang dewasa adalah sulit dan terbatas, karena mereka seringmenyangkal tindakan yang mereka lakukan, menolak untuk bertanggung jawab,ketergantungan pada alkohol, dan tidak adanya tilikan.

D. DIAGNOSIS DAN GAMBARAN KLINIS Orang dengan piromania biasanya secara teratur mengamati kebakaran di lingkungansekitarnya, sering membuat atau mematikan alarm palsu, dan menunjukkan minat dalamperlengkapan petugas pemadam api. Rasa ingin tahu mereka sangat menonjol, tetapi merekatidak menunjukkan rasa penyesalan dan tidak memperdulikan nyawa atau barang milik oranglain. Orang dengan piromania mungkin mendapatkan kepuasan dari mengakibatkankerusakan, dan seringkali mereka meninggalkan petunjuk yang jelas. Ciri penyerta yangsering adalah intoksikasi alkohol, disfungsi sesksual, tingkat intelegensia (I.Q.) yang lebihrendah dari rata-rata, frustasi pribadi yang kronik, dan kebencian atau kemarahan terhadaptokoh yang berkuasa. Pada beberapa kasus, pencipta kebakaran menjadi terangsang secaraseksual dengan api. Jika menciptakan kebakaran terjadi dalam gangguan konduksi dangangguan kepribadian antisosial, ini dalah suatu tindakan yang disengaja, bukannya suatukegagalan untuk menahan impuls. Gambaran yang esensial dari gangguan ini adalah berulang-ulang melakukanpembakaran tanpa motif yang jelas (misalnya motif untuk mendapatkan uang, balas dendam,atau alasan politis), sangat tertarik menonton peristiwa kebakaran, dan perasaan tegangmeningkat sebelum melakukan, dan sangat terangsang (intense excitement) segera setelahberhasil melakukan pembakaran. Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR Piromania :1. Menciptakan kebakaran yang disengaja dan bertujuan pada lebih dari satu kejadian.2. Ketegangan atau rangsangan afektif sebelum tindakan.3. Terpesona kepada, tertarik kepada, ingin tahu tentang, atau terpikat kepada api dankonteks situasionalnya (misalnya, parafernalia, pemakaiaannya, akibatnya).4. Rasa senang, puas, atau reda jika menimbulkan kebakaran, atau jika menyaksikan atauberperan serta dalam kejadiannya.5. Menciptakan kebakaran bukan dilakukan untuk tujuan moneter, sebagai ekspresi ideology sosiopolitik, untuk mengekspresikan kemarahan atau balas dendam, untuk memperbaikilingkungan hidupnya, atau sebagai akibat gangguan pertimbangan (misalnya, padademensia, retardasi mental, intoksikasi zat).6. Menciptakan kebakaran tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan konduksi,episode manik, atau gangguan kepribadian antisosial.

E. DIAGNOSIS BANDING Sulit untuk membedakan antara piromania dan ketertarikan banyak anak untuk bermain korek api, pemantik api, dan api sebagai bagian dari investigasi normalnya terhadaplingkungan. Piromania juga harus dipisahkan dengan tindakan sabotase pembakaran yangdilakukan oleh pengacau politik yang bertentangan atau oleh pelaku bayaran yang dinamakan Arsonist di dalam sistem hukum.Bakar patologis (piromania) harus dibedakan dari:1. Sengaja melakukan pembakaran tanpa gangguan jiwa yang nyata2. Pembakaran oleh anak muda dengan gangguan tingkah laku, dimana didapatkangangguan perilaku lain seperti mencuri, agresi, atau membolos sekolah.3. Pembakaran oleh orang dewasa dengan gangguan kepribadian dissosial, dimanadidapatkan gangguan perilaku sosial lain yang menetap seperti agresi, atau indikasi lainperihal kurangnya peduli terhadap minat dan perasaan orang lain.4. Pembakaran pada skizofrenia, dimana kebakaran adalah khas ditimbulkan sebagai responsterhadap ide-ide waham atau perintah dari suara halusinasi.5. Pembakaran pada gangguan mental organik, dimana kebakaran ditimbulkan karenakecelakaan akibat adanya kebingungan (confusion), kurangnya daya ingat, ataukurangnya kesadaran akan konsekuensi dari tindakannya, atau campuran dari faktor-faktor tersebut.Bila pembuatan api terdapat di dalam gangguan tingkah laku dan gangguankepribadian antisosial, perilaku ini merupakan suatu tindakan yang disengaja, bukan karenakegagalan untuk menolak suatu impuls. Pasien dengan skizofrenia atau mania dapat membuatapi sebagai respons terhadap waham atau halusinasi. Pasien dengan disfungsi otak sepertidemensia, retardasi mental, atau intoksikasi zat dapat membuat api karena kegagalan untuk memahami akibat dari perbuatannya.

F. PENATALAKSANAANSampai saat ini masih sedikit tulisan mengenai terapi piromania. Menerapi orangdengan piromania sulit dilakukan karena tidak adanya motivasi pada diri mereka. Pendekatanyang tepat saat ini adalah dengan menggunakan sejumlah modalitas, termasuk pendekatanperilaku. Karena sifat piromania yang berulang, setip program terapi harus mencakuppengawasan pasien untuk mencegah episode berulang perilaku pembuat api. Penahananmungkin merupakan metode satu-satunya yang ada untuk mencegah rekurensi.Penanganannya pada umumnya bersifat kognitif behavioral dan melibatkan tindakanmembantu orang itu ntuk mengidentifikasi tanda-tanda yang mencetuskan dorongan itu danmengajarkan strategi coping untuk menolak godaan menyulut kebakaran. Menciptakan kebakaran pada anak-anak juga harus diobati secara serius. Intervensiyang efektif harus diambil jika mungkin tetapi sebagai tindakan terapeutik dan preventif,bukan sebagai hukuman. Di dalam kasus anak dan remaja, terapi piromania atau perilakumembuat api harus mencakup terapi keluarga. intervensi psikologis yang paling umum digunakan untuk piromania bergantung padaprinsip-prinsip perilaku. Teknik yang paling terkenal ini adalah grafik, awalnyadikembangkan untuk mengobati anak-anak yang terlibat dalam pembakaran. Dalammengikuti metode ini, dokter dan klien membangun grafik yang sesuai dengan sejarahindividu perilaku, perasaan, dan pengalaman berhubungan dengan pembakaran. Agaknya,presentasi visual dari sejarah kronologis perilaku ini memungkinkan klien untuk menyadarihubungan sebab-akibat, dan untuk menjadi selaras dengan sinyal bahwa dorongan untuk melakukan pembakaran adalah tentang untuk menyerang. Individu dapat belajar untuk menggantikan cara-cara yang lebih tepat untuk melepaskan ketegangan dalam menanggapisinyal. Teknik ini telah efektif dalam membantu banyak individu untuk berhenti membakar,tetapi hanya komponen awal dari terapi yang kemudian harus fokus pada pengembanganwawasan yang lebih dalam perilaku berbahaya. Dalam studi kasus saat ini, obat psikotropika seperti olanzapin dan natrium valproatdikaitkan dengan remisi dari psikosis yang disertai dengan perbaikan yang signifikan dalamkognisi dan fungsi adaptif. Secara khusus, pasien menunjukkan kinerja yang ditingkatkanpada tindakan perhatian dan kontrol eksekutif, bermanifestasi secara klinis sebagaipengaturan perilaku. Pada awalnya data penelitian menunjukkan bahwa antipsikotik atipikalmungkin memiliki peran dalam pengelolaan gangguan kontrol impuls dan membutuhkanstudi lebih lanjut.

BAB IIIFENOMENA DIMASYARAKAT

Contoh Kasus SHC Salah satu fenomena paling aneh di dunia adalah spontaneous human combustion (SHC). SHC yang secara harfiah bisa diartikan "terbakarnya manusia secara tiba-tiba" merupakan peristiwa di mana tubuh seseorang tiba-tiba terbakar sementara di sekitarnya tidak ada sesutu semisal api atau sebangsanya yang memicu kebakaran. Yg lebih janggal, seringkali tubuh korban bisa hangus hingga begitu parah, tapi benda-benda di sekitarnya yg letaknya bahkan begitu dekat tidak mengalami kerusakan seolah-olah tidak tersentuh api sama sekali. Fenomena SHC menurut catatan bisa terjadi di mana saja & kapan saja, entah di tengah keramaian ataupun saat korbannya sedang sendiri.

Studi mengenai SHC pertama kali dianggap dipublikasikan oleh Jonas Dupont pada tahun 1763 dalam buku berjudul "De Incendiis Corporis Humani Spontaneis" yg isinya mengenai kumpulan kasus SHC di masa itu. Para ilmuwan lainnya kemudian mulai melakukan kajian secara serius mengenai SHC & mengumpulkan berbagai macam kasus SHC yang pernah terjadi untuk diteliti lebih lanjut serta dicari penyebabnya. Cukup mengejutkan karena ternyata fenomena SHC yang pernah relatif banyak & itu belum termasuk kasus-kasus SHC yg tidak diketahui publik maupun yang terjadi di luar jangkauan mereka (pengumpulan data mereka umumnya sebatas di wilayah barat, terutama AS) (tanggal diakses, sumber).

BAB VPENUTUP

A. SIMPULAN Piromania merupakan dorongan berbahaya dan kompulsif untuk membakar. Sifat-sifat khas pada orang dengan piromania, antara lain (1) ada dorongan untuk menyiapkan,membakar danmelihat kebakaran. Sebelum membuat kebakaran pelaku merasa tegang, dansetelah membuat kebakaran mengalami perasaan gembira yang mendalam, juga puas danlega, (2) tingkah laku ini tidak didorong oleh motif kriminal dan financial, (3) jarang terjadi,(4) lebih banyak pada laki-laki yang dimulai pada masa kanak-kanak, dan (5) pada banyak kejadian: dorongan seksual memegang perana penting (maka sering disamakan dengan tingkah laku parafilia atau fetistik) Terapi yang dapat dilakukan sampai saat ini adalah perlakuan behavioral, yaitu teknik grafing dimana pelaku membuat tulisan tentang riwayattingkah laku, perasaan dan pengalamannya tentang membakar. Diperkirakan bila riwayat iniditunjukkan secara kronologis akan membuat pelaku sadar akan sebab-akibat dan akan pekaterhadap sinyal-sinyal bahwa kompulsif membakar akan datang, sehingga individu dapatmengganti dengan cara-cara yang lebih sesuai untuk menghilangkan ketegangan.B. SARANDiharapkan mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan jiwa sebagai bekal ketika praktek belajar lapangan jiwa (PBL Jiwa) di rumah sakit jiwa, dan mampu melakukannya secara komperhensif dan sesuai teori.

DAFTAR PUSTAKA

Kaplan H, Benjamin J, Jack A, Gangguan Pengendalian Impuls yang Tidak Diklasifikasikan. Sinopsis Psikiatri. Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara Publisher. 2010. h.238;242-244.2. Durand V, David H., Intisari Psikologi Abnormal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007. h.167.3. Menaster M., Psychiatric Illness Associated With Criminality. 2011. Accessed on: 11th september 2011. Available from:http://emedicine.medscape.com/article/294626-overview 4. Sadock, Benjamin J. Piromania. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed 2.Jakarta: EGC. 2010. h. 356-358.5.The British Journal of Psychiatry. Pyromania, a Psychosis of Puberty. 2005. Accessed on:11Th september 2011. Available from:http://bjp.rcpsych.org/content/186/6/543.2.full.pdf+html?sid=e632a2f1-a9e5-4c77-889f-ee283cd9775d 6. Maslim R., Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-UnikaAtmajaya. 2001. h. 108.7. Halgin R, Susan K., Abnormal Psychology. USA: Brown & Benchmark Publishers. 1997.h. 462-463.8.Parks W, Russel D, Sobhi G, Michael D, Peter W, Sean A., Response of Pyromania toBiological Treatment in a Homeless Person. 2005. Accessed on: 11 Th september 2011.Available from:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2416759/pdf/ndt-0103-277.pdf