6
Bangladesh Med Res Counc Bull 2012; 38: 94-97 Pola Tuberkulosis Kutis di Kalangan Anak-anak dan Remaja Sultana A1, Bhuiyan MSI1, Haque A2, Bashar A3, Islam MT4, Rahman MM5 1Dept. of Dermatology, Bangabandhu Sheikh Mujib Medical University (BSMMU), Dhaka, 2Dept. of Public health and informatics, BSMMU, Dhaka, 3SK Hospital, Mymensingh Medical College, Mymensingh, 4Dept. of Physical Medicine and Rehabilitation, BSMMU, Dhaka, 5Dept. of Dermatology, National Medical College, Dhaka. Email: [email protected] Abstrak Tuberkulosis kutis (TB kutis) merupakan salah satu diagnosis yang paling sering dan sulit untuk praktik ahli kulit di negara-negara berkembang. Penyakit ini memiliki gejala klinis yang bervariasi, oleh karena itu spektrum gejala klinisnya perlu diketahui, terkhusus pada anak-anak dan remaja. Didapatkan enam puluh kasus (usia <19 tahun) penderita TB kutis yang tercatat pada satu periode penelitian ini. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan klinis, reaksi tuberkulin,gambaran histopatologi, dan respon terapi terhadap obat antituberkulosis. Pemeriksaan histopatologi mengungkapkan 38.3% memiliki TB kutis dan 61.7% memiliki penyakit selain TB. Di antara 23 gambaran histopatologi yang terbukti TB kutis, didapatkan gambaran skrofuloderma 47.8%, lupus vulgaris 34.8%, dan TB kutis verukosa (TVC) 17.4%. Lokasi tersering untuk lesi skrofuloderma adalah leher sementara lupusvulgarisdan TVC adalah di ekstremitas bawah. TBkutis pada anak- anak tetap menjadi penyebab penting dalam morbiditas, terdapat kemungkinan keterlibatan yang tinggi padaorgan-organ dalam terutama pada pasien dengan skrofuloderma. Sebuah penelitian diperlukan untuk menemukan alat diagnostik yang ekonomis dan lebih sensitif. Pendahuluan Tuberkulosis (TB), sebuah penyakit kuno yang telah menginfeksi manusia selama lebih dari 4.000 tahun 1 dan diperkirakan jumlah kasus ini telah mencapai jumlah tertinggi dalam sejarahnya 2 . Di Bangladesh, TB tetap menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas 1 dan jumlah pasien TB di Bangladesh merupakan yang tebanyak keenam di dunia 1,3,4 . Jumlah dari penderita tuberkulosis pada anak-anak di bawah usia 15 tahun adalah 884.019, 11% dari total kasus tuberkulosis di dunia 5 . TB kutis merupakan bentuk sistemik yang memiliki manifestasi klinis, kegawatan, dan prognosis yang bervariasi. TB kutis pada anak-anak memiliki prevalensi sekitar 18.7% sampai 53.7% di India dan negara Asia lainnya 6-12 . Manifestasi klinis dari berbagai jenis TB kutis yang bervariasi ditentukan oleh faktor-faktor seperti rute dari infeksi dan status imunitas seluler dari pejamu. Penelitian

Journal Reading Skrofuloderma

Embed Size (px)

DESCRIPTION

j

Citation preview

Bangladesh Med Res Counc Bull 2012; 38: 94-97

Pola Tuberkulosis Kutis di Kalangan Anak-anak dan Remaja

Sultana A1, Bhuiyan MSI1, Haque A2, Bashar A3, Islam MT4, Rahman MM5

1Dept. of Dermatology, Bangabandhu Sheikh Mujib Medical University (BSMMU), Dhaka,2Dept. of Public health and informatics, BSMMU, Dhaka, 3SK Hospital, Mymensingh Medical College,Mymensingh, 4Dept. of Physical Medicine and Rehabilitation, BSMMU, Dhaka,5Dept. of Dermatology, National Medical College, Dhaka.Email: [email protected]

AbstrakTuberkulosis kutis (TB kutis) merupakan salah satu diagnosis yang paling sering dan sulit untuk praktik ahli kulit di negara-negara berkembang. Penyakit ini memiliki gejala klinis yang bervariasi, oleh karena itu spektrum gejala klinisnya perlu diketahui, terkhusus pada anak-anak dan remaja. Didapatkan enam puluh kasus (usia 5 tahun (13.3%). Rata-rata usia pasien adalah 11.6 3.92 tahun. 70% pasien adalah laki-laki dan 30% perempuan. Lebih dari 91.7% pasien berasal dari kelas sosial yang kurang mampu dan hanya 8.3% dari kelas menengah (Tabel I).

Lima persen dari anak-anak memiliki riwayat TB, 10% memiliki riwayat keluarga TB dan hanya satu pasien memiliki bukti radiologis TB paru. 75% anak-anak memiliki lesi tunggal dan 25% memiliki beberapa lesi pada kulitnya. Pemeriksaan Histopatologi mengungkapkan 38.3% memiliki TB kutis dan 61.7% memiliki penyakit selain TB. Di antara 23 histopatologi yang terbukti TB kutis, didapatkan 47.8% skrofuloderma, 34.8%lupus vulgaris dan 17.4% TVC (Tabel II).

Tabel II: Distribusi karakteristik Klinikopatologi dari pasien dengan TB kulit (n = 60)

Lokasi yang paling sering pada skrofuloderma adalah di leher (gambar 1), sedangkan pada lupus vulgaris dan TVC (Gambar 2) pada ekstremitas bawah. Lokasi kedua yang paling sering untuk skrofuloderma adalah pangkal paha dan lupus vulgaris di wajah (gambar 3). Pembesaran kelenjar getah bening ditemukan pada 5 kasus skrofuloderma (45.3%) dan 1 kasus lupus vulgaris (12.5%). Dalam TVC keterlibatan sistemik tidak ditemukan. Semua penderita lupus vulgaris dan TVC,dan 90.9% penderita skrofuloderma memiliki riwayat imunisasi BCG positif. Mantoux test positif ditemukan pada 63.6% kasus skrofuloderma, 62.5% lupus vulgaris dan 100% kasus TVC (Tabel III).

Gambar. 1: Skrofuloderma

Gambar. 2: Tuberkulosis verrucosa Cutis (TVC)

Gambar.3: Lupus vulgaris.

Diskusi Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di Bangladesh. Pada tahun 2008, World Health Organization (WHO) menempatkan Bangladesh pada peringkat keenam di antara 22 negara denganangka penderita TB tertinggi di dunia. Kejadian TB paru dan ekstraparu diperkirakan akan meningkat. Munculnya HIV menyebabkan peningkatan 20% dalam kejadian TB ekstraparu di Amerika Serikat13. Meskipun prevalensi TB kutis di Bangladesh tidak diketahui, diperkirakan sekitar 0.1-0.9% dari total pasien rawat jalan dermatologi di India6, 14. TB kutis merupakan 1.5% dari semua kasus TB ekstraparu15.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat pola TB kutis pada anak-anak dan remaja di Bangladesh. Tb kutis berperan pada seluruh usia anak-anak16. Mayoritas dari anak-anak pada penelitian ini berasal dari usia 11 sampai 15 tahun dengan usia rata-rata pasien adalah 11.6 3.92 tahun, yang mirip dengan beberapa penelitian sebelumnya (10 sampai 14 tahun) meskipun ini tidak dapat dibandingkan dengan banyak penelitian lain yang berbeda 6,17,18.

TB pada anak-anak biasanya berasal dari anggota keluarga yang terinfeksi, dalam peneliti-an ini 5% dari anak-anak memiliki riwayat TB, 10% memiliki riwayat keluarga TB dan hanya satu pasien memiliki bukti radiologis TB paru. Berbeda dengan penelitian di India yaitu anak yang terinfeksi dari orang tua atau anggota keluarga dekat ditemukan 19% sampai 41.2% dari seluruh kasus9,10,19. Lebih dari 91.7% dari pasien dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian di India sebelumnya, yang berasal dari kelas sosial rendah dan 8.3% dari kelas menengah. Pada negara berkembang, 10-15% kasus TB memiliki keterlibatan TB ekstra-paru, tetapi pada pasien di negara maju angka ini jauh lebih tinggi. Orang yang positif HIV dan sudah terinfeksi TB ekstra paru mengalami per-kembangan penyakit lebih cepat hingga 50% kasus18.

Menetapkan diagnosis TB kutis dan mengeksklusi diagnosis bandingnya berdasar-kan gambaran klinis dan histopatologi sulit dibedakan9,20,21. Pada penelitian ini dari 60 pasien dengan yang didiagnosis TB dan hanya 23 pasien (38.3%) yangsecara histopatologi didiagnosis TB kutis. Skrofuloderma merupakan pola yang paling sering dari TB kutis pada anak dan remaja, yang sesuai dengan berbagai penelitian di India 6,10,11,19. Jenis kedua yang paling umum dari TB kutis pada penelitian ini adalah lupus vulgaris6,11,16. Meskipun TVC merupakan TBkutisyang paling jarang pada anak-anak di India, jumlah yanglebih tinggi ditemukan di Hongkong (65.5%) dan pada penelitian di India lainnya, ditemukan pada angka 17.4%.

Dari hasil beberapa penelitian sebelumnya, sebagian besar lesi skrofuloderma terletak di leher 6,10,11,19. Sebagian besar lesi lupus vulgaris terletak di tungkai bawah dengan prevalensi tinggi pada anak-anak dengan kebiasaan bermain di lapangan tanpa menggunakan pakaian16 dan TVC ditemukan biasanya di bagian-bagian tubuh yang terbuka (ekstremitas bawah)6,10,11,19. Skrofuloderma biasanya berasal dari per-kembangan TB di kulit yang mengenai struktur yang lebih dalam, dan sering menyebar ke kelenjar getah bening, tulang atau sendi6,7,10,11. Pada penelitian ini, 45.3% pasien skrofuloderma mengalami pembesaran kelenjar getah bening, satu kasus lupus vulgaris yang memiliki keterlibatan paru dan kelenjar getah bening, dan tak satu pun dari kasus TVC memiliki keterlibatan sistemik. Beberapa penelitian6,11,22,23, menunjukkan bahwa imunisasi BCG memiliki beberapa peranan proteksi terhadap TB kutis dan yang lainnya gagal 9,11. Pada penelitian ini, 90.9% pasien dari skrofuloderma, lupus vulgaris dan TVC telah divaksinasi BCG. Mantoux test, telah menskrining untuk infeksi TB dengan ditemukan yang positif >90.0% anak-anak dengan TB6, 19. Pada penelitian ini 63.6% dari pasien skrofuloderma, 62.5% pasien lupus vulgaris dan 100% pasien TVC ditemukan positif untuk mantoux test.

TB kutis dan jugaTB ekstraparu lainnya merupakan isu penting di era HIV-AIDS ini. Alat diagnostik yang ada saat ini belum cukup sensitif, spesifik, dan terjangkau dalam men-diagnosis. Mengetahui pola dan manifestasi klinis TB kutis adalah penting. Skrofuloderma adalah jenis TB kutis yang paling umum pada anak-anak dan remaja diikuti oleh lupus vulgaris dan TVC.

Daftar Pustaka1. Zaman K, Hossain S, Yunus M, Arifeen SE, Mahmud A, Begum V, Islam A et al. Tuberculosis in Bangladesh: A 40-Year Review. 11 ASCON. ICDDR,B. Scientific session, 4-6 March 2007; abstract book 2007;86.2. Stop TB. [On- line]. 24-hour World TB Day music marathon begins at midnight, 24 March, 2010; Available: http://stoptb.org/news/stories/2010/tobecontinued.asp. Accessed: March 24, 2010.3. Prothom Alo. In collaboration with Brac January 5, 2007;page: 11.4. USAID Bangladesh (2009). [On- line]. Bangladesh.Available:http://www.usaid.gov/our_work/global_health/ id/tuberculosis/countrie s/asia/bangladesh.pdf. Accessed:Feb 7, 2010.5. Nelson LJ, Wells CD. Global epidemiology of childhoodtuberculosis. Int J Tuber Lung Dis 2004; 8: 636.6. Kumar B, Rai R, Kaur I, Sahoo B, Muralidhar S, Radotra BD. Childhood cutaneous tuberculosis: A study over 25 years from northern India. Int J Dermatol 2001;40:26-32.7. Singh G. Lupus vulgaris in India. Indian J Dermatol Venereol Leprol 1974; 40: 257-60.8. Umapathy KC, Begum R, Ravichandran G, Rahman F, Paramasivan CN, Ramanathan VD. Comprehensive findings on clinical, bacteriological, histopathological and therapeutic aspects of cutaneous tuberculosis. Trop Med Int Health 2006; 11: 1521-8.9. Ramesh V, Misra RS, Beena KR, Mukherjee A. A study of cutaneous tuberculosis in children. Pediatr Dermatol 1999; 16: 264-9.10. Vashisht P, Sahoo B, Khurana N, Reddy BS. Cutaneous tuberculosis in children and adolescents: A clinicohistological study. J Eur Acad Dermatol Venereol 2007; 21: 40-7.11.Singal A, Mohanty S, Gandhi V, Bhattacharya S. Cutaneous tuberculosis in paediatric age group. In Proceedings; 7th Congress of European Society for Paediatric Dermatology; 2002. p. 33-4.12. National Tuberculosis Control Programme, Bangladesh Report of the Fourth Joint Review 1728 October 2007 WHO Project: BAN TUB 06.

13. Barnes PF, Bloch AB, Davidson PT, Snider DE. Tuberculosis in patients with human immunodeficiency virus infection. N Engl J Med. 1991; 324: 164450.14. Kumar B, Muralidhar S. Cutaneous tuberculosis: a twenty-year prospective study. Int J Tuberc Lung Dis1999; 3: 494-500.15. Gawkrodger D.J. In: Champion R.H., Burton J.L., Burns D.A., Breathnach S.M., eds. Mycobacterial infections.Textbook of Dermatology. Oxford, Blackwell Scientific Ltd. 1998: 1187-206.16. Singal A, Sonthalia S. Cutaneous tuberculosis in children: The Indian perspective. Indian J DermatolVenereol Leprol [serial online] 2010 [cited 2011 Oct 3]; 76: 494-503.17. Global tuberculosis control: Epidemiology, strategy, financing: WHO report 2009. Geneva, World HealthOrganization, 2009 (WHO/HTM/TB/2009.411).18. Kaur S, Thami GP, Kanwar AJ, Mohan H. Scrofuloderma with multiple organ involvement in a 5-year-old child. Pediatr Dermatol 2001; 18: 328-31.19. Pandhi D, Reddy BS, Chowdhary S, Khurana N. Cutaneous tuberculosis in Indian children: Theimportance of screening for involvement of internal organs. J Eur Acad Dermatol Venereol 2004; 18: 546-51.20. Harahap M. Tuberculosis of the skin. Int J Dermatol 1983; 22: 542545.21. Ramesh V, Misra RS, Jain RK. Secondary tuberculosis of the skin-Clinical features and problems in laboratorydiagnosis. Int J Dermatol 1987; 26: 578581.22. Wong KO, Lee KP, Chiu SF. Tuberculosis of the skin in Hong Kong. A review of 160 cases. Br J Dermatol 1968;80: 424-9.23. Zodpey SP, Shrikhande SN, Maldhure BR, Kulkarni SW. Effectiveness of Bacillus Calmette Guerin (BCG)vaccination in the prevention of tuberculosis of skin: A case control study. Indian J Dermatol 1998; 43: 4-6.