24
Jurnal AgriSains Vol. 5 No. 2., September 2014 ISSN : 2086-7719 LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (LPPM) UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA Terbit 2 kali setiap tahun

Jurnal AgriSains - lppm.mercubuana-yogya.ac.idlppm.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2016/01/EFEKTIVITAS... · Jurnal yang memuat ringkasan hasil laporan penelitian ini

Embed Size (px)

Citation preview

Jurnal

AgriSains

Vol. 5 No. 2., September 2014 ISSN : 2086-7719

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIANKEPADA MASYARAKAT (LPPM)UNIVERSITAS MERCU BUANA

YOGYAKARTA

Terbit 2 kali setiap tahun

Jurnal AgriSains Vol. 5 No. 2., September 2014 ISSN : 2086-7719

ii

Jurnal

AgriSains

PENANGGUNG JAWAB Kepala LPPM Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Ketua Umum :

Dr. Ir. Ch. Wariyah, M.P.

Sekretaris : Awan Santosa, S.E., M.Sc.

Dewan Redaksi :

Dr. Ir. Wisnu Adi Yulianto, M.P. Dr. Ir. Sri Hartati Candra Dewi, M.P.

Dr. Ir. Bambang Nugroho, M.P.

Penyunting Pelaksana : Ir. Wafit Dinarto, M.Si. Ir. Nur Rasminati, M.P.

Pelaksana Administrasi :

Zulki Adzani Sidiq Fathoni Hartini

Alamat Redaksi/Sirkulasi : LPPM Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Jl. Wates Km 10 Yogyakarta Tlpn (0274) 6498212 Pesawat 133 Fax (0274) 6498213

E-Mail : [email protected] Web : http://lppm.mercubuana-yogya.ac.id

Jurnal yang memuat ringkasan hasil laporan penelitian ini diterbitkan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Mercu Buana Yogyakarta, terbit dua kali setiap tahun. Redaksi menerima naskah hasil penelitian yang belum pernah dipublikasikan, baik yang berbahasa Indonesia maupun Inggris. Naskah harus ditulis sesuai dengan format di Jurnal AgriSains dan harus diterima oleh redaksi paling lambat dua bulan sebelum terbit.

Jurnal AgriSains Vol. 5 No. 2., September 2014 ISSN : 2086-7719

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahNya, sehingga

Jurnal Agrisains Volume 5, No. 2, September 2014 dapat kami terbitkan. Redaksi

mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada para

penulis yang telah berkenan berbagi pengetahuan dari hasil penelitian untuk

dipublikasikan dan dibaca oleh pemangku kepentingan, sehingga memberikan

kemanfaatan yang lebih besar bagi perkembangan IPTEKS.

Pada jurnal Agrisains edisi September 2014 ini, disajikan beberapa hasil

penelitian di bidang teknologi pertanian, bidang peternakan dan bidang pendidikan

matematika. Pada bidang teknologi pertanian disajikan artikel berupa pengaruh

berbagai kecambah kacang-kacangan terhadap kadar protein terlarut dan asam

amino bebas limbah cair isolasi protein. Pada bidang peternakan menyajikan artikel

berupa penampilan ayam kampung petelur single comb terpilih dengan

suplementasi asam amino esensial pada pakan berprotein rendah, sedangkan pada

bidang pendidikan matematika disajikan artikel tentang pengaruh model

pembelajaran teams games tournament (tgt) terhadap peningkatan kemampuan

pemecahan masalah matematika pada siswa, efektivitas pendekatan brain-based

learning (bbl) ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis siswa,

pengembangan multimedia macromedia flash dengan pendekatan kontekstual dan

keefektifannya terhadap sikap siswa pada matematika serta pengembangan

multimedia pembelajaran trigonometri menggunakan adobe flash cs3 untuk

pembelajaran matematika siswa SMA.

Redaksi menyadari bahwa masih terdapat ketidaksempurnaan dalam

penyajian artikel dalam jurnal yang kami terbitkan. Untuk itu kritik dan saran sangat

kami harapkan, agar penerbitan mendatang menjadi semakin baik. Atas perhatian

dan partisipasi semua pihak, redaksi mengucapkan terima kasih.

Yogyakarta, September 2014

Redaksi

Jurnal AgriSains Vol. 5 No. 2., September 2014 ISSN : 2086-7719

iv

Jurnal AgriSains Vol. 5 No. 2 ini telah direview oleh Mitra Bestari :

1. Dr. Ir. Chatarina Wariyah, M.P. bidang studi Ilmu Pangan

2. Drs. Riyanto, M.Si. bidang studi Kimia

3. Nuryadi, S.Pd.Si., M.Pd. bidang studi Pendidikan Matematika

Jurnal AgriSains Vol. 5 No. 2., September 2014 ISSN : 2086-7719

v

DAFTAR ISI

Hal Kata Pengantar ............................................................................................ iii Daftar Mitra Bestari ..................................................................................... iv Daftar Isi ....................................................................................................... v PENGARUH BERBAGAI KECAMBAH KACANG-KACANGAN TERHADAP KADAR PROTEIN TERLARUT DAN ASAM AMINO BEBAS LIMBAH CAIR ISOLASI PROTEIN ............................................................... 102-114 Exsu Khairi1 dan Bayu Kanetro2

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA SMA NEGERI 1 SEYEGAN .......................................................................... 115-136

Ibrahim1 dan Nur Hidayati2 PENAMPILAN AYAM KAMPUNG PETELUR SINGLE COMB TERPILIH DENGAN SUPLEMENTASI ASAM AMINO ESENSIAL PADA PAKAN BERPROTEIN RENDAH............................................................................... 137-147

Harimurti Februari Trisiwi EFEKTIVITAS PENDEKATAN BRAIN-BASED LEARNING (BBL) DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA ......... 148-165

Heru Sukoco PENGEMBANGAN MULTIMEDIA MACROMEDIA FLASH DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN KEEFEKTIFANNYA TERHADAP SIKAP SISWA PADA MATEMATIKA ........................................................... 166-191 Syariful Fahmi PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN TRIGONOMETRI MENGGUNAKAN ADOBE FLASH CS3 UNTUK PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA SMA KELAS X SEMESTER II ................................. 192-209

Nanang Khuzaini PEDOMAN PENULISAN NASKAH .............................................................. 210

Jurnal AgriSains Vol. 5 No. 2., September 2014 ISSN : 2086-7719

148

EFEKTIVITAS PENDEKATAN BRAIN-BASED LEARNING (BBL) DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

Heru Sukoco

Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mercu Buana Yogyakarta, Jl. Wates Km 10 Yogyakarta 55753

Email : [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keefektifan pembelajaran dengan pendekatan Brain-Based Learning (BBL) ditinjau dari kemampuan

komunikasi matematis (KKMAT). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu menggunakan desain grup kontrol tidak secara random dengan pemberian tes awal dan tes akhir. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA N 1 Jetis D. I. Yogyakarta pada semester kedua tahun ajaran 2012/2013 yang terdiri dari tiga kelas. Dua kelas dipilih sebagai sampel penelitian, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes KKMAT. Data penelitian dianalisis menggunakan uji t. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan BBL efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi matematis. Kata kunci : Pendekatan Brain-Based Learning, Kemampuan Komunikasi Matematis

THE EFFECTIVENESS OF BRAIN-BASED LEARNING APPROACH (BBLA)

ON STUDENT’S MATHEMATICAL COMMUNICATION ABILITY

ABSTRACT

This study aims to describe the effectiveness of the instruction using Brain-Based Learning Approach (BBLA) on students’ mathematical communication ability (MCA). This study adopted a pretest-posttest nonrandomized control group design in a quasi-experimental setting. The population comprised year XI IPA students of SMA N 1 Jetis D. I. Yogyakarta in the second semester of the academic year 2012/2013 consisting of three classes. Two classes were selected as the research sample, namely experimental class and control class. The instrument of the study was a test of MCA. The data were analized using the one sample t test. The findings of the study show that the instruction using BBLA has an effect on students mathematical communication ability. Keywords : Brain-Based Learning Approach, mathematical communication ability

PENDAHULUAN

Matematika merupakan ilmu

universal yang mendasari

perkembangan teknologi modern,

mempunyai peran penting dalam

berbagai disiplin dan memajukan

daya pikir manusia (Depdiknas, 2006,

Jurnal AgriSains Vol. 5 No. 2., September 2014 ISSN : 2086-7719

149

p. 387). Penguasaan matematika

sejak dini diperlukan sebagai upaya

membekali generasi penerus bangsa

agar memiliki daya saing tinggi. Jadi,

tidak berlebihan jika tingkat

penguasaan matematika dapat

dijadikan sebagai salah satu indikator

maju tidaknya suatu bangsa.

Matematika merupakan salah

satu mata pelajaran yang sulit (Muijs

& Reynolds, 2005: p. 212). Selain itu,

bukan menjadi rahasia lagi jika

banyak siswa tidak menyukai

matematika karena adanya

pandangan dari orang tua, guru, atau

orang-orang sekitarnya yang sering

mengatakan bahwa matematika itu

sulit.

Kesulitan siswa mempelajari

matematika juga disebabkan oleh

sifatnya yang abstrak dan

membutuhkan kemampuan berpikir

logis serta terurut (Sousa, 2008, p. 2).

Berdasarkan hasil TIMSS 2011 (Mullis

et al, 2012, p. 42), tingkat

penguasaan siswa-siswi Indonesia

pada mata pelajaran matematika atau

prestasi belajar matematika untuk

kelas 8 masih rendah karena hanya

memperoleh skor 386, dengan rata-

rata skor internasional adalah 500.

Skor tersebut menempatkan

Indonesia pada peringkat ketiga

terbawah.

Jika dibandingkan dengan

tahun 2007 yang memperoleh skor

397, maka pada tahun 2011 telah

terjadi penurunan sebesar 11 poin.

Jadi, prestasi belajar matematika

untuk kelas 8 di Indonesia dalam

kurun waktu 2007-2011 tidak

mengalami perubahan yang berarti

dan cenderung menurun.

Prestasi belajar matematika

yang masih rendah berdasarkan

survei TIMSS diduga terkait dengan

rendahnya kemampuan komunikasi

matematis siswa. Menurut Mullis et al

(2012, p. 113), soal-soal pada TIMSS

khususnya untuk siswa kelas 8

membutuhkan kemampuan

komunikasi yang baik sebagai berikut.

Jurnal AgriSains Vol. 5 No. 2., September 2014 ISSN : 2086-7719

150

1. Mampu menghubungkan gambar

dua dimensi sampai objek tiga

dimensi.

2. Mampu membaca,

mengintepretasikan, dan

mengkonstruksi grafik dan tabel.

3. Mampu menganalisis data di

dalam berbagai jenis grafik.

4. Mampu mengekspresikan sifat-

sifat aljabar secara umum.

5. Mampu memberikan alasan

dengan gambar secara geometri

untuk menyelesaikan

soal/masalah.

6. Mampu memberikan alasan

dengan data dari berbagai sumber

atau representasi yang tidak biasa

untuk menyelesaikan masalah-

masalah non rutin.

Pentingnya kemampuan

komunikasi matematis secara jelas

juga termuat dalam Peraturan

Pemerintah Tahun 2006 tentang

standar isi. Salah satu tujuan

mempelajari matematika di sekolah,

seperti dijelaskan dalam standar isi,

adalah agar siswa mampu

mengkomunikasikan gagasan dengan

simbol, tabel, diagram, atau media

lain untuk memperjelas keadaan atau

masalah (Depdiknas, 2006, p. 388).

Untuk mewujudkan tujuan tersebut,

siswa perlu diberikan keleluasaan

berpikir sesuai dengan kemampuan

otaknya masing-masing. Dengan kata

lain, belajar matematika bukan hanya

mengenai rumus dan perhitungan

tetapi lebih menekankan pada

bagaimana siswa mampu

mengkontruksikan ide dan

menggunakan logikanya dengan baik.

Guru hendaknya membekali

siswa dengan kemampuan

komunikasi matematis sejak dini

sebagai salah satu kemampuan dasar

dalam menunjang karirnya nanti pada

dunia kerja. Menurut The Secretary's

Commission on Achieving Necessary

Skill (1991), kemampuan dasar

tersebut adalah menggunakan data

kuantitatif untuk membangun

penjelasan logis dalam situasi dunia

Jurnal AgriSains Vol. 5 No. 2., September 2014 ISSN : 2086-7719

151

nyata dan mengekspresikan ide-ide

matematika dan konsep secara lisan

dan tertulis.

National Council of Teachers

of Mathematics (NCTM) juga

memberikan gambaran yang jelas

mengenai pentingnya kemampuan

komunikasi bagi siswa ketika belajar

matematika. Ketika siswa mencoba

berpikir dan mencari alasan tentang

matematika lalu mengkomunikasikan

hasil pemikiranya tersebut secara

lisan maupun tulisan kepada orang

lain, maka siswa tersebut telah belajar

secara jelas dan meyakinkan (NCTM,

2000, p. 60). Kilpatrick, Swafford, &

Findell (2001, p. 130) mengatakan

bahwa siswa harus mampu

membenarkan dan menjelaskan ide-

ide untuk membuat penalarannya

jelas, mengasah kemampuan

bernalar, dan meningkatkan

pemahaman konsepnya. Jika

dipahami lebih mendalam, kata

“membenarkan dan menjelaskan”

kurang lebih mengarah kepada

kemampuan komunikasi matematis

siswa. Kemampuan tersebut

merupakan salah satu bagian dari

kecakapan yang harus dimiliki siswa

dalam mempelajari matematika dan

dalam penelitian ini disebut sebagai

kemampuan komunikasi matematis.

Indikator-indikator dari

kemampuan komunikasi matematis

menurut Principles and Standards for

School Mathematics (NCTM, 2000, p.

60) adalah mampu

mengorganisasikan dan

mengkonsolidasikan pemikiran

matematis melalui komunikasi;

mampu mengkomunikasikan

pemikiran matematis secara koheren

dan jelas kepada siswa lain, guru, dan

orang lain; mampu menganalisis dan

mengevaluasi pemikiran matematis

dan strategi-strategi siswa lain;

mampu menggunakan bahasa

matematis untuk mengekspresikan

ide-ide matematis secara tepat.

Lebih lanjut, menurut Ontario

Ministry of Education (2005, p. 21),

Jurnal AgriSains Vol. 5 No. 2., September 2014 ISSN : 2086-7719

152

komunikasi matematis mencakup tiga

indikator, yaitu:

a. Mengekspresikan dan

mengorganisasikan ide-ide dan

berpikir secara matematis,

menggunakan bahasa lisan,

visual, dan bentuk tertulis.

b. Komunikasi untuk audiensi yang

berbeda (misalkan siswa lain,

guru) dan tujuan (misalkan

menampilkan data, membenarkan

penyelesaian, dan

mengungkapkan pendapat secara

matematis) secara lisan, visual,

dan tertulis.

c. Menggunakan konvensi, kosakata,

dan istilah dari matematika secara

lisan, visual, dan tertulis.

Beberapa masalah seperti

yang telah diuraikan di atas, jika tidak

segera diatasi akan menyebabkan

rendahnya mutu pendidikan. Proses

pembelajaran di sekolah hendaknya

bersifat interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, dan

memotivasi siswa untuk berpartisipasi

aktif, serta memberikan ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan

kemandirian sesuai dengan bakat,

minat, dan perkembangan fisik serta

psikologis siswa tersebut (Depdiknas,

2007).

Salah satu pendekatan

pembelajaran yang memiliki

karakteristik yang sesuai dengan

arahan pemerintah tersebut adalah

pendekatan Brain-Based Learning

(BBL). Menurut Caine & Caine (1990),

tujuan dari pendekatan BBL adalah

mengarahkan pembelajaran dari

sekedar menghafal menjadi belajar

bermakna.

Brain-Based Learning sendiri

diartikan sebagai cara belajar yang

berpusat pada siswa dengan

memanfaatkan seluruh fungsi otak

dan mengakui bahwa tidak semua

siswa dapat belajar dengan cara yang

sama (Duman, 2006). Cara belajar

siswa mengacu bukan hanya

mengacu pada potensi gaya/tipe

belajar yang tidak sama, tetapi juga

Jurnal AgriSains Vol. 5 No. 2., September 2014 ISSN : 2086-7719

153

adanya potensi kecerdasan yang

berbeda-beda.

Tugas guru atau pendidik

adalah mengarahkan semua potensi

tersebut sehingga diperoleh hasil

yang memuaskan. Menurut Jensen

(2008), BBL lebih berupa toolbox

(kotak peralatan) daripada template

(pola bagan).

Jadi, jika dipandang sebagai

pendekatan pembelajaran, maka BBL

merupakan toolbox pembelajaran

yang memberi kebebasan kepada

siswa untuk mengembangkan

potensinya secara alamiah, yaitu

berdasarkan cara kerja otak masing-

masing. Pendekatan BBL

mengarahkan siswa untuk belajar

dengan mengoptimalkan fungsi

otaknya.

Caine et al (2005)

menjelaskan bahwa BBL mempunyai

12 prinsip utama, yaitu:

1) Belajar melibatkan aspek

psikologi.

2) Otak/pikiran bersifat sosial.

3) Mencari sesuatu yang bermakna

merupakan bawaan otak sejak

lahir.

4) Pencarian makna terjadi

berdasarkan suatu pola.

5) Emosi sangat berpengaruh

terhadap pembuatan pola.

6) Otak/pikiran memproses sebagian

dan keseluruhan informasi secara

bersamaan.

7) Belajar melibatkan perhatian dan

pandangan yang berpusat pada

sekelilingnya.

8) Belajar dilakukan secara sadar

dan tak sadar.

9) Terdapat paling sedikit dua

pendekatan pada ingatan, yaitu

ingatan spasial dan ingatan

prosedural.

10) Belajar itu berkembang.

11) Belajar secara kompleks dapat

ditingkatkan melalui tantangan dan

dapat dihambat oleh ancaman

yang terkait dengan

ketidakberdayaan dan atau

kelelahan.

Jurnal AgriSains Vol. 5 No. 2., September 2014 ISSN : 2086-7719

154

12) Setiap otak adalah organisasi

yang unik.

Tiga instruksi penting ketika

menerapkan pendekatan Brain-Based

Learning di kelas menurut Caine et al

(2005, p. 4-6) adalah sebagai berikut.

a) Relaxed alertness, yaitu

mengusahakan sebuah keadaan

di mana siswa bisa “waspada tapi

rileks”. Hal tersebut berguna untuk

menghilangkan rasa takut pada

diri siswa, sambil menjaga

lingkungan agar tetap menarik dan

menantang baginya. Menurut

gambaran Jensen (1998), belajar

optimal terjadi ketika siswa berada

pada level stres yang relaxed

alertness.

b) Orchestrated immersion, yaitu

menciptakan lingkungan belajar

yang benar-benar membuat siswa

merasa telah masuk ke dalam

pengalaman edukatif secara

langsung.

c) Active processing, yakni kegiatan

yang memungkinkan siswa secara

aktif melihat, mengkonsolidasi dan

menginternalisasi informasi yang

datang.

Berikut ini disajikan langkah-

langkah pembelajaran dengan

pendekatan BBL yang diintegrasikan

berdasarkan 12 prinsip BBL dan tiga

instruksi yang dikemukakan oleh

Caine et al (2005) yang telah

diuraikan sebelumnya.

(1) Tahap pertama adalah

menciptakan perasaan bermakna

ketika memulai pembelajaran di

kelas. Tujuannya untuk

memfasilitasi siswa dalam

mempelajari materi baru yang

sebagian besar belum diketahui

oleh siswa. Guru memberikan

pengalaman global mengenai

materi baru tersebut sehingga

siswa terpanggil secara emosional

dan intelektual. Dengan kata lain,

kebermaknaan dari materi yang

akan diajarkan oleh guru membuat

siswa tertarik untuk

mempelajarinya lebih lanjut.

Jurnal AgriSains Vol. 5 No. 2., September 2014 ISSN : 2086-7719

155

(2) Tahap kedua adalah membentuk

koneksi awal untuk materi

pelajaran yang baru. Guru dapat

mendorong siswanya untuk

bereksplorasi dan mau mencari

tahu sendiri mengenai materi baru

tersebut. Selanjutnya, siswa diberi

kebebasan dalam bereksplorasi.

Siswa juga memiliki kesempatan

untuk bertanya secara terbuka,

berpendapat, bereaksi terhadap

pengalaman global yang diberikan

oleh guru.

(3) Tahap ketiga adalah eksplorasi

yang mendalam melalui penelitian

dan proyek. Guru dapat memberi

siswa suatu proyek yang

menunjukkan aspek unik dari

materi yang sedang dipelajari oleh

siswa tersebut. Tahap ini memberi

siswa kesempatan untuk

menggunakan banyak sumber di

luar buku teks dan literatur.

Sumber tersebut dapat diperoleh

dari internet, penggunaan software

tertentu, arahan guru, atau

informasi-informasi dari orang

yang berpengalaman.

(4) Tahap perantara adalah

mengaktifkan kegiatan ketiga

tahap di atas, khususnya tahap

ketiga. Guru dapat memberikan

pertanyaan open-ended,

memberikan pendapat,

memberikan arahan langsung jika

diperlukan agar siswa dapat

mengkonsolidasikan pengetahuan

yang penting dan

keterampilannya.

(5) Tahap keempat adalah

konsolidasi, yaitu tahap dimana

guru melihat hasil pekerjaan

siswa, dapat berupa presentasi,

pameran, atau proyek akhir yang

telah siswa buat. Pada tahap ini,

guru juga akan menentukan

rencana apa yang akan dilakukan

selanjutnya dan bagaimana cara

memancing minat siswa serta

bagaimana merancang

pengalaman global untuk materi

yang akan dibahas berikutnya.

Jurnal AgriSains Vol. 5 No. 2., September 2014 ISSN : 2086-7719

156

. Lebih lanjut, format belajar

yang mendukung pembelajaran

dengan pendekatan BBL adalah

belajar melingkar atau learning circle

(LC). Langkah-langkah dalam LC

adalah sebagai berikut (Caine et al,

2005).

(a) Diskusi Berurutan

Siswa duduk secara melingkar

dalam satu kelompok kecil

(diusahakan agar semua anggota

kelompok dapat melihat satu sama

lain) untuk mendiskusikan suatu

topik tertentu. Dipilih salah satu

siswa sebagai pemimpin.

Selanjutnya, siswa dapat

mengungkapkan apa yang mereka

ketahui mengenai topik yang

dibahas. Siswa mengungkapkan

pendapat secara urut. Ketika salah

satu siswa berpendapat, siswa lain

dilarang untuk berbicara dan

cukup mendengarkan. Cara ini

bertujuan untuk menggali

sebanyak mungkin pengetahuan

masing-masing siswa sebagai

bahan diskusi. Setelah selesai,

pemimpin kelompok memberi

kesempatan untuk berdiskusi

secara bersama-sama sehingga

diperoleh satu kesimpulan

kelompok.

(b) Belajar Reflektif

Cara terbaik untuk menciptakan

perasaan bermakna terkait materi

baru bagi siswa adalah dengan

menganalisisnya dan melakukan

refleksi dari pengalaman siswa

tersebut. Penggunaan tugas

proyek sangat mendukung siswa

untuk belajar reflektif.

(c) Aplikasi Praktis

Belajar dengan praktik langsung

oleh siswa akan meningkatkan

kemampuan siswa terkait proyek

yang diselesaikannya, baik

dilakukan secara individu maupun

kelompok.

(d) Penyusunan Ulang

Pada akhir pembelajaran, siswa

pada masing-masing kelompok

dapat menyusun ulang apa saja

Jurnal AgriSains Vol. 5 No. 2., September 2014 ISSN : 2086-7719

157

yang telah mereka pelajari dan

peroleh terkait topik yang dibahas.

Siswa juga dapat melakukan

refleksi secara keseluruhan terkait

topik tersebut.

Berdasarkan prinsip-prinsip

dari BBL, Duman (2006) menemukan

bahwa pembelajaran dengan

pendekatan BBL tidak hanya

meningkatkan prestasi akademik

tetapi juga memberikan motivasi yang

baik bagi para siswa dan guru dengan

adanya suasana kelas yang kondusif,

usaha bersama, dan minat.

Pembelajaran dengan pendekatan

BBL diharapkan dapat memfasilitasi

siswa untuk berpikir lebih positif

dalam mengembangkan ide-idenya.

Ide-ide tersebut dapat disampaikan

secara lisan maupun tulisan kepada

siswa lain, guru, atau orang lain.

Dengan kata lain, pendekatan BBL

berpotensi dapat mengembangkan

kemampuan komunikasi matematis.

Lebih lanjut, penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui bagaimana

pengaruh pendekatan BBL terhadap

kemampuan komunikasi matematis

(KKMAT) siswa.

MATERI DAN METODE

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah

kuasi-eksperimen. Penelitian kuasi-

eksperimen dipilih karena

penempatan subjek-subjek dalam

suatu kelompok yang akan diteliti

tidak dilakukan secara acak (Salkind,

2008).

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di

Sekolah Menengah Atas Negeri 1

(SMA N 1) Jetis, Kabupaten Bantul,

D. I. Yogyakarta. Penelitian

dilaksanakan pada semester genap

pada bulan Maret sampai dengan

bulan Juni, tahun pelajaran

2012/2013.

Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh

siswa kelas XI IPA SMA N 1 Jetis D. I.

Jurnal AgriSains Vol. 5 No. 2., September 2014 ISSN : 2086-7719

158

Yogyakarta pada semester kedua

tahun ajaran 2012/2013. Sampel

penelitian adalah kelas XI IPA 1 dan

XI IPA 2. Kelas XI IPA 1 diberi

perlakuan menggunakan pendekatan

BBL, dan kelas XI IPA 2 diberi

perlakuan secara konvensional.

Masing-masing kelas terdiri dari 25

siswa.

Prosedur

Desain dalam penelitian ini

adalah grup kontrol tidak secara acak

(nonrandomized control group design)

dengan pemberian tes awal dan tes

akhir yang mengadopsi desain grup

kontrol tes awal – tes akhir

(pretest posttest group control

design) pada penelitian eksperimen

murni. Pada awal dan akhir

pembelajaran, siswa kedua kelas

diberi tes awal dan tes akhir yaitu tes

kemampuan komunikasi matematika.

Instrumen tes, berupa soal, digunakan

untuk mengukur KKMAT yang

meliputi aspek ketepatan, kesesuaian,

dan kejelasan terkait pokok bahasan

limit dan turunan fungsi.

Intrumen tersebut

mencakup aspek-aspek: (1)

ketepatan, yaitu melakukan prosedur

matematis secara tepat serta

memberikan keterangan dan skala

yang sesuai pada diagram, grafik,

model, dan tabel, (2) kesesuaian,

yaitu memberikan alasan yang masuk

akal (logis) sesuai dengan solusi,

konsep, atau penjelasan yang

diberikan, (3) kejelasan, yaitu

memberikan penjelasan efektif secara

terperinci bagaimana masalah

diselesaikan.

Teknik Analisis Data

Data-data yang dideskripsikan

pada penelitian ini adalah skor

KKMAT yang terdiri dari skor

minimum, skor maksimum, rerata,

simpangan baku, varians, dan

persentase. Skor ideal untuk KKMAT

dalam penelitian ini adalah 60.

Jurnal AgriSains Vol. 5 No. 2., September 2014 ISSN : 2086-7719

159

Untuk kriteria ketuntasan

belajar digunakan Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) untuk mata pelajaran

matematika kelas XI IPA di SMA N 1

Jetis yaitu siswa dinyatakan tuntas

jika mendapat skor minimal 75 atau

75% dari skor maksimal 100. Oleh

karena itu, dengan sedikit modifikasi

untuk KKMAT digunakan kriteria

ketuntasan minimal 75% dari skor

ideal, yaitu 45.

Tabel 1. Kategori KKMAT Siswa

Skor ( ) Kategori

Rendah

Sedang

Tinggi

Selanjutnya, data penelitian

dianalisis menggunakan uji t untuk

mengetahui keefektifan pembelajaran

dengan pendekatan BBL ditinjau dari

KKMAT. Kriteria keputusan diambil

berdasarkan analisis nilai thit yang

dihasilkan dibandingkan dengan ttab

pada taraf sigifikansi . Sebelum

dilakukan uji t terlebih dahulu harus

dipenuhi asumsi kenormalan univariat

menggunakan uji Kolmogorov

Smirnov.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Data yang diperoleh dalam

penelitian ini adalah skor kemampuan

komunikasi matematis siswa. Berikut

disajikan deskripsi data dan diagram

dari skor rata-rata kemampuan

komunikasi matematis siswa.

Tabel 2. Deskripsi Data KKMAT Siswa

Keterangan : Skor ideal adalah 60; n = banyak siswa

Ukuran Statistik

BBL Konvensional

Pre Post Pre Post

Maksimal Minimal Rata-rata Simpangan Baku

Jurnal AgriSains Vol. 5 No. 2., September 2014 ISSN : 2086-7719

160

Gambar 1. Diagram Rata-rata Skor

KKMAT Siswa

Berdasarkan Tabel 2 dan

Gambar 1, rata-rata skor KKMAT

siswa pada saat tes awal dan tes

akhir masing-masing untuk

pembelajaran dengan pendekatan

BBL dan pembelajaran secara

konvensional mengalami peningkatan.

Akan tetapi, rata-rata skor

kemampuan komunikasi matematis

siswa yang mengikuti pembelajaran

dengan pendekatan BBL lebih baik

dibandingkan dengan siswa yang

mengikuti pembelajaran secara

konvensional. Selanjutnya, untuk

mengetahui banyak siswa yang telah

memenuhi KKM dilihat dari skor tes

akhir KKMAT, berikut disajikan tabel

distribusi frekuensinya.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tes Akhir KKMAT Siswa

Skor (X) BBL KON

Kategori f % f %

X < 33 0 0 5 20 Rendah

33 X <

45 6 24 16 64 Sedang

X 45 19 76 4 16 Tinggi

Keterangan: f = Frekuensi

Berdasarkan Tabel 3 di atas,

pada kelas BBL terlihat bahwa banyak

siswa yang mendapatkan nilai lebih

dari atau sama dengan 45 adalah 19

siswa. Artinya, siswa yang sudah

mencapai standar ketuntasan minimal

KKMAT adalah 76%. Sedangkan

pada kelas konvensional hanya 4

siswa atau 16% saja. Berikutnya,

disajikan tabel untuk mengetahui rata-

rata skor tiap aspek KKMAT siswa.

Tabel 4. Rata-rata Skor Tiap Aspek KKMAT

Aspek Skor Ideal

BBL KON

Pre Post Pre Post

Ketepatan 3,20 0,68 3,11 0,72 2,56

Kesesuaian 3,00 0,83 1,74 0,50 1,42

Kejelasan 3,20 0,94 2,20 0,83 1,56

Rata

-Rata

KM

AT

14,96 13,16

47,68 37,92

Jurnal AgriSains Vol. 5 No. 2., September 2014 ISSN : 2086-7719

161

Berdasarkan Tabel 4,

diketahui bahwa pada tes akhir untuk

semua aspek KKMAT, siswa yang

mengikuti pembelajaran dengan

pendekatan BBL memiliki rata-rata

skor lebih baik daripada siswa yang

mengikuti pembelajaran secara

konvensional.

Data penelitian ini dianalisis

untuk mengetahui keefektifan

pembelajaran dengan pendekatan

BBL dan pembelajaran secara

konvensional berdasarkan skor tes

akhir ditinjau dari kemampuan

komunikasi matematis siswa. Analisis

keefektifan menggunakan uji t.

Sebelum dilakukan uji t terlebih

dahulu harus dipenuhi asumsi

normalitas univariat untuk masing-

masing data menggunakan uji

Kolmogorov Smirnov.

Tabel 5. Hasil Uji Kolmogorov Smirnov

Kelas Variabel Signifikansi

Pre Post

BBL KKMAT 0,918 0,881

KON KKMAT 0,959 0,838

Untuk data tes awal dan tes

akhir, berdasarkan Tabel 5 diketahui

bahwa nilai probabilitas uji

Kolmogorov Smirnov secara

keseluruhan adalah lebih dari taraf

signifikansi sehingga H0 diterima.

Artinya, semua data baik tes awal

maupun tes akhir berasal dari

populasi yang berdistribusi normal.

Berikut hipotesis uji t untuk

pembelajaran dengan pendekatan

BBL ditinjau dari KKMAT.

H0 : Pembelajaran dengan

pendekatan BBL tidak efektif

ditinjau dari KKMAT siswa.

H1 : Pembelajaran dengan

pendekatan BBL efektif ditinjau

dari KKMAT siswa.

Secara statistik, hipotesis di atas

dapat dituliskan sebagai berikut.

H0 : µ0 ≤ 45

H1 : µ0 > 45

Hasil analisis dengan bantuan

SPSS 16, ditinjau dari KKMAT siswa

yang mengikuti pembelajaran dengan

pendekatan BBL memiliki thit sebesar

Jurnal AgriSains Vol. 5 No. 2., September 2014 ISSN : 2086-7719

162

2,848. Jika dikaitkan dengan kriteria

pengujian diperoleh bahwa thit >

ttab(0,05;24) = 2,064, maka H0 ditolak.

Jadi, pembelajaran dengan

pendekatan BBL efektif ditinjau dari

KKMAT siswa.

Pembahasan

Pada pembelajaran dengan

pendekatan BBL, sebelum memulai

materi baru siswa diberikan gambaran

atau contoh-contoh terkait kehidupan

sehari-hari sehingga menciptakan

perasaan bermakna dan membuat

mereka tertarik untuk mempelajarinya

lebih lanjut. Karekteristik dari

pembelajaran dengan pendekatan

BBL lainnya adalah pemberian suatu

proyek untuk diselesaikan secara

bersama-sama. Menurut Vygotsky

(Arends & Kicher, 2010), interaksi

sosial dengan orang lain disekitar

akan membangun ide-ide baru dan

mempercepat perkembangan

intelektual seseorang. Oleh karena

itu, melalui proyek tersebut siswa

dapat mengeksplorasi ide-ide mereka

dan saling bertukar ide sebelum

diperoleh kesimpulan yang benar.

Dengan kata lain, pembelajaran

dengan pendekatan BBL dapat

mengembangkan aspek-aspek dalam

kemampuan komunikasi matematis,

baik secara tertulis maupun lisan.

Peran guru dalam

pembelajaran dengan pendekatan

BBL adalah sebagai fasilitator juga

sebagai motivator. Sebagai fasilitator,

guru memberikan masukan-masukan

terkait bagaimana menyelesaikan

masalah dengan memperhatikan

grafiknya lalu mengaitkannya dengan

konsep limit kiri dan limit kanan.

Sebagai motivator, guru memberikan

gambaran tentang bahaya

penggunaan obat secara berlebihan

dan secara khusus mengenai

narkotika.

Uraian di atas menegaskan

kelebihan-kelebihan dari

pembelajaran dengan pendekatan

BBL dalam mengembangkan

Jurnal AgriSains Vol. 5 No. 2., September 2014 ISSN : 2086-7719

163

kemampuan komunikasi matematis

siswa. Data-data penelitian ini secara

umum mendukung dugaan teoritis

tersebut. Hasil penelitian juga

menunjukkan bahwa pembelajaran

dengan pendekatan BBL berpengaruh

secara signifikan terhadap KKMAT

siswa.

Berdasarkan Tabel 2 untuk tes

akhir, diketahui bahwa siswa yang

mengikuti pembelajaran BBL memiliki

rata-rata skor KKMAT lebih baik

( ) daripada siswa yang mengikuti

pembelajaran secara konvensional

( ). Gambar 1 menunjukkan

bahwa terjadi peningkatan KKMAT

antara tes awal dengan tes akhir di

kedua pembelajaran. Peningkatan

yang terjadi pada pembelajaran

dengan pendekatan BBL dan

pembelajaran secara konvensional

berturut-turut adalah sebesar %

dan %. Peningkatan tersebut

relatif sama. Akan tetapi, Tabel 3

menunjukkan bahwa persentase

ketuntasan siswa pada kelas BBL

ditinjau dari tes akhir KKMAT adalah

76%, jauh lebih besar dibandingkan

kelas konvensional yang hanya 20%.

Berdasarkan hasil tes akhir

KKMAT diketahui melalui uji t bahwa

pembelajaran dengan pendekatan

BBL efektif ditinjau dari KKMAT siswa.

Secara rinci, diketahui bahwa rata-

rata skor KKMAT siswa yang

mengikuti pembelajaran dengan

pendekatan BBL lebih baik

dibandingkan siswa yang mengikuti

pembelajaran secara konvensional.

Hasil yang sama juga berlaku untuk

semua aspek pada KKMAT. Temuan

ini menunjukkan efektivitas

pembelajaran dengan pendekatan

BBL ditinjau dari KKMAT siswa.

KESIMPULAN

Berdasarkan deskripsi data,

pengujian hipotesis, dan pembahasan

seperti yang telah diuraikan

sebelumnya, diperoleh kesimpulan

bahwa pembelajaran dengan

Jurnal AgriSains Vol. 5 No. 2., September 2014 ISSN : 2086-7719

164

pendekatan Brain-Based Learning

efektif ditinjau dari kemampuan

komunikasi matematis siswa.

Selanjutnya, pembelajaran

secara kooperatif dan kolaboratif

melalui kelompok-kelompok kecil atau

melalui pola belajar melingkar

hendaknya dipraktikkan dalam

pembelajaran matematika. Melalui

pola belajar melingkar, siswa yang

mempunyai kemampuan matematis

relatif tinggi dapat lebih memantapkan

pemahamanya dan juga keyakinan

dirinya.

Sedangkan siswa yang

mempunyai kemampuan matematis

rendah dapat memperoleh

pemahaman yang lebih baik dari

penjelasan teman mereka yang

mungkin lebih mudah untuk dipahami.

Peneliti lain dapat

menindaklanjuti hasil penelitian ini

sehingga dapat digeneralisasikan,

misalnya pengambilan sampel

dilakukan secara acak dan

menerapkan pembelajaran dengan

pendekatan BBL pada topik-topik

yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. I., & Kilcher, A. (2010).

Teaching for student learning.

New York: Routledge. Caine, R. N., & Caine, G. (1990).

Understanding a brain-based approach to learning and teaching. Educational Leadership, 43-47.

Caine, R. N., et al. (2005). 12

brain/mind learning principles in action. Thousand Oaks, CA:

Corwin Press. Depdiknas. (2006). Peraturan

Pemerintah RI Nomor 22, Tahun 2006, tentang Standar Isi.

Depdiknas. (2007). Peraturan

Pemerintah RI Nomor 41, Tahun 2007, tentang Standar Proses.

Duman, B. (2006). The effect of brain-

based instruction to improve on students’ academic achievement in social studies instruction. 9th International Conference on Engineering Education, San Juan, 24, 17-

25. Jensen, E., (1998). Teaching with the

brain in mind. Alexandria, VA:

The Association for Supervision and Curriculum Development.

Jensen, E. (2008). Pembelajaran

berbasis kemampuan otak: Cara baru dalam pengajaran dan pelatihan (Edisi Revisi).

Jurnal AgriSains Vol. 5 No. 2., September 2014 ISSN : 2086-7719

165

(Terjemahan Narulita Yusron). Thousand Oaks, CA: Corwin Press. (Buku asli diterbitkan tahun 2007)

Kilpatrick, J., Swafford, J., & Findel, B.

(2001). Adding it up: Helping Children Learn Mathematics.

Washington, DC: National Academy Press.

Muijs, D., & Reynolds, D. (2005).

Effective teaching: evidence and practice (2nd ed.). London: SAGE Publications, Ltd.

Mullis, I. V. S., et al. (2012). TIMSS

2011international results in mathematics. Chestnut Hill,

MA: TIMSS & PIRLS International Study Center.

NCTM. (2000). Principles and

standards for school mathematics. Reston, VA:

National Council of Teachers of Mathematics.

Ontario Ministry of Education. (2005).

The Ontario Curriculum Grades 9 and 10 Mathematics (Rev. ed.). Toronto: Queen’s Printer for Ontario.

Salkind, N. J. (Ed.). (2008).

Encyclopedia of educational psychology. Thousand Oaks,

CA: SAGE Publications, Inc. Sousa, D. A. (2008). How the brain

learns mathematics. Thousand

Oaks, CA: Corwin Press. The Secretary's Commission on

Achieving Necessary Skill. (1991). What work requires of schools: A SCANS report for Amerika 2000. Diambil tanggal

20 Mei 2013 dari http://www.academicinnovations.com/report.html

ISSN : 2086-7719

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIANKEPADA MASYARAKAT (LPPM)UNIVERSITAS MERCU BUANA

YOGYAKARTA

Jl. Wates Km 10 YogyakartaTlp (0274) 6498212 pesawat 133 Fax. (0274) 6498213

www.mercubuana-yogya.ac.idemail : [email protected]