Upload
yumi-ilmi
View
452
Download
7
Tags:
Embed Size (px)
Citation preview
Ethosuximide, Valproic Acid, andLamotrigine in Childhood Absence
Epilepsy
Pembimbing : dr. Eva Muzdalifah Sp.A M.Kes
Dipresentasikan oleh : Yumi Ilmiati Af’idah S.Ked
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITA MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Tracy A. Glauser, M.D., Avital Cnaan, Ph.D., Shlomo Shinnar, M.D., Ph.D.,Deborah G. Hirtz, M.D., Dennis Dlugos, M.D., David Masur, Ph.D.,
Peggy O. Clark, M.S.N., Edmund V. Capparelli, Pharm.D.,and Peter C. Adamson, M.D., for the Childhood Absence Epilepsy Study Group*
The New England Journal of Medicine 2010;362:790-9.
ABSTRAK Latar belakang
Absence epilepsy pada anak, merupakan sindrom epilepsy yang paling umum terjadi pada anak, yang biasanya diterapi dengan Ethosuximide, asam valproic atau lamotrigine. Belum ada penjelasan mengenai pengobatan empiris yang paling efisien dan mengenai toleransi di awal pengobatan.
MetodeMenggunakan Double-blind, acak, percobaan klinis terkontrol, studi ini membandingkan keefisienan, toleransi dan efek neuropsikologi dari Ethosuximide, asam valproat dan lamotrigine
Hasil Sebanyak 453 anak yang
menggunakan pengobatan ethosuximide (156), lamotrigine (149), asam valproat (148). Setelah 16 minggu :
Asam valproat vs ethosuximide 1.26; 95% CI, 0.80 - 1.98; P=0.35).
Ethosuximide vs lamotrigine, 2.66; 95% CI, 1.65 - 4.28; Asam valproat vs lamotrigine, 3.34; 95% CI, 2.06 - 5.42; P<0.001).
Pendahuluan
Dari semua kasus epilepsy pada anak, 10 sampai 17% merupakan Absence epilepsi.
Sindrom ini dikarakteristikan oleh sering berkata-kata dalam keseharian, biasanya dimulai pada umur 4-8 tahun, pada klasik elektroencehephalogram (EEG) menunjukkan lonjakan gelombang spike secara umum (3 Hz) pada aktivitas normal. Absence epilepsy pada anak sering disalah artikan sebagai bentuk epilepsy ringan yang berkaitan dengan tingkat remisi, pengaruh terhadap deficit kognitif dan kesulitan psikososial jangka panjang pada anak.
Absence epilepsi pada anak merupakan pediatrik epilepsi sindrom yang paling umum yang biasanya diterapi dengan Ethosuximide, Asam valproat dan lamotrigine.
Belum ada penjelasan mengenai pengobatan empiris yang paling efisien dan mengenai toleransi di awal pengobatan.
Tujuan
Untuk menilai tingkat keefisienan, toleransi dan efek neuropsikologi dari
ketiga obat, untuk menentukan monoterapi empiris awal untuk anak
dengan absence epilepsi.
METODE
Double-blind, randomized, controlled clinical trial
Membandingkan keefisienan, toleransi dan
efek neuropsikologi.
Recruitment32 pusat pediatrik
epilepsi USAAnak usia 2.5-13
tahunJuli 2004 s/d Oktober
2007
453 anak
5 anak tidak memenuhi syarat (1
anak BMI >99 persentil, 1 anak hitung neutrofil
abnormal, 3 anak tidak memenuhu
kriteria)
2 anak tidak menerima obat 466 anak
• Menderita absence epilepsy dengan onset akut
• Bilateral sinkron• Gelombang spike simetris (2.7 sampai 5 Hz), • EEG• Berat badan 10kg atau lebih.• Memiliki BMI di bawah 99 percentil• Memiliki hitung darah normal dan memiliki
nilai normal level serum alanine aminotransferase, serum aspartate aminotransferase dan bilirubin.
• Anak perempuan dengan premenarche.
KRITERIA INKLUSI
KRITERIA EKSKLUSI
•Telah menerima obat anti kejang selama lebih dari 7 hari sebelum pengacakan. •Memiliki riwayat kejang tanpa demam lainnya selain absence epilepsi. •Memiliki riwayat konsisten pada remaja dengan absence epilepsy atau myoclonic epilepsi. •Memiliki sejarah reaksi dermatologi parah terhadap obat apa pun. •Memiliki riwayat penyakit psikiatris.
Jalannya penelitian
Subyek
1 dari 3 obat
Neuropsychological test I
Dosis meningkat 1-2
minggu
Kunjungan setiap 4
minggu s/d munggu ke 16
Periode bebas kejang dan
efek samping.Tes
neuropsikologi II
Neuropsikologi test 7 hari sebelum atau selama awal pengobatan. Menggunakan
CPT-II untuk usia ≥6 th dan K-CPT untuk usia 4 - <6 th.
•Menilai konsentrasi, intelegensi verbal dan non verbal, daya ingat, kosa kata, intergasi visumotor, kualitas hidup.•Tes diulang pada minggu ke 16 atau 20
Kunjungan dilakukan setiap 4 minggu
sampai minggu ke 16 atau 20
•Jika orang tua melaporkan kejang. •Jika tidak dilaporkan adanya kejang, dilakukan percobaan hiperventilasi dan terjadi kejang .•kejang pada EEG•Dosis ditingkatkan•Jika tidak terjadi kejang dosis saat ini dpertahankan.
•Follow-up visits were scheduled at weeks 4, 8, 12, and 16. For subjects who were still having seizures but were not receiving the highest allowable or maximally tolerated dose at the fourth visit, a single additional dose escalation was allowed, with seizure status reevaluated at a fifth visit, 4 weeks later (at week 20).† The highest allowable daily doses were 2000 mg per day for ethosuximide, 600 mg per day for lamotrigine, and 3000 mg per day for valproic acid.
• Kejang menetap pada minggu ke 16 atau 20.
• Kejang tonik-klonik general.• Toxisitas obat sistemik (misalnya, trombosit
hitung <50.000, hitung neutrofil <500, alanin aminotransferase atau aspartate aminotransferase ≥ 10 kali batas atas normal , tingkat bilirubin total ≥ 5 kali atas batas rentang normal, ruam, pankreatitis, atau meningkatkan BMI
Kegagalan pengobatan
HASIL
Diskusi
Efektivitas obat (kombinasi keberhasilan dan tolerabilitas) dipilih
sebagai hasil utama studi primer karena sangat penting dalam
pemilihan awal yang dilakukan oleh klinisi terhadap obat antiepilepsi
efek jangka pendek obat pada perhatian, dipilih untuk membantu dokter membedakan antara obat
studi yang sama efektif.
Kedua obat, ethosuximide dan valproik lebih efektif daripada
lamotrigin, tetapi di kedua analisis : ethosuximide mengakibatkan efek
attentional lebih sedikit dibandingkan dengan asam valproik.
•Lamotrigin's relatif kurang efisien terhadap absence epilepsi pertama kali pada 16 dan 20 minggu.•Pada absence epilepsi anak, defisit attentional telah diidentifikasi sebagai penanda disfungsi kognitif yang paling penting dan terkait dengan penurunan prestasi akademis.•Analisis menunjukkan bahwa, dalam jangka pendek, asam valproik berpengaruh negatif pada tingkat perhatian yang lebih besar daripada lamotrigin atau ethosuximide.
Diskusi
•Penelitian ini merupakan study jangka pendek yang tidak dirancang untuk mendeteksi efek jangka panjang sistemik dan kognitif dari ke-3 obat.
Keterbatasan
•follow up penelitian ini diobservasi langsung sehingga data yang diperoleh akurat dan obyektif.
Kelebihan
SaranDiperlukan Penelitian jangka
panjang untuk mendeteksi efek jangka panjang sistemik atau kognitif dari ketiga obat.
KesimpulanPembaca
Bagi anak-anak dengan absence epilepsi, ethosuximide dan asam valproat secara bermakna lebih efektif daripada yang
lamotrigin dalam mengendalikan kejang tanpa menyebabkan efek samping intoleran (hasil primer).
Ethosuximide secara signifikan memiliki efek negative lebih kecil terhadap attentional daripada asam valproik (hasil sekunder).
Kombinasi anatar hasil primer dan sekunder : Ethosuximide merupakan monoterapi empiris awal yang optimal. Tetapi untuk saat ini ethosuximide
belum tersedia di Indonesia.
TERIMAKASIH