19
INCIDENCE AND MANAGEMENT OF THE INGUINALHERNIA DURING LAPAROSCOPIC ORCHIOPEXY IN PALPABLE CRYPTOORCHIDISM: PRELIMINARY REPORT PEMBIMBING: Dr.BAMBANG Sp.B OLEH: OLIVIA ZULVA 012014230

Jurnal Power Point

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Jurnal Power Point

INCIDENCE AND MANAGEMENT OF THE INGUINALHERNIA DURING LAPAROSCOPIC ORCHIOPEXY IN PALPABLECRYPTOORCHIDISM: PRELIMINARY REPORT

PEMBIMBING:Dr.BAMBANG Sp.B

OLEH: OLIVIA ZULVA012014230

Page 2: Jurnal Power Point

hernia inguinalis adalah malformasi kongenital utama terkait untuk kriptorkismus.

Selama bulan ketiga kehamilan prosesus vaginalis memanjang ke arah skrotum dengan mengikuti gubernaculum, yang membentang di retroperitoneum dari testis ke skrotum.

Selama bulan ketujuh kehamilan, testis turun ke dalam skrotum, di mana prosesus vaginalis meliputi testis dan kantung serous di yang berada tunika vaginalis.

Pada waktu kelahiran sebagian dari prosesus vaginalis mengalami obliterans meninggalkan rongga peritoneum dan terpisah dari tunika vaginalis yang membungkus testis.

PENDAHULUAN

Page 3: Jurnal Power Point

Jika proses obliterans ini tidak lengkap, maka dapat terjadi suatu kelainan. Terjadi maldesensus testis (90%) berhubungan dengan prosesus vaginalis yang menetap.

Jika terjadi hernia dilakukan perbaikan dengan orchiopexy. Seorang pria dengan maldesensus testis dan tidak dilakukan pengobatan akan terjadi hernia inguinalis setiap saat dengan gejala dan komplikasi khas dari hernia inguinalis .

Selama laparoskopi pada maldesensus testis terjadinya hernia inguinalis berhubungan dengan prosesus vaginalis merupakan sering ditemukan dan harus mendapat perawatan dlm waktu yang bersamaam.

PENDAHULUAN

Page 4: Jurnal Power Point

penelitian tentang laparoskopi pada hernia inguinalis anak, jarang menemukan kelainan seperti maldesensus testis dan penelitian tentang orchiopexy laparoskopi tidak menyebutkan tentang hernia inguinalis pada prosedur yang sama. Tetapi beberapa artikel diterangkan pada orchidopexy pada perbaikan inguinal tanpa melakukan penutupan cincin inguinal internal.

Dan analisis multi-institusional dilaporan tidak ditemukan kasus hernia inguinalis pasca-orchiopexy tanpa menutup cincin inguinal, dan keseluruhan risiko pembentukan hernia kurang dari 1% .

LATAR BELAKANG

Page 5: Jurnal Power Point

Menunjukan kejadian dan pengelolaan hernia inguinalis yang ditemukan selama orchiopexy laparoskopi. Dimana dilaporkan bahwa jaringan fibrosis tumbuh diatas peritonium parietal.

Tujuan

Page 6: Jurnal Power Point

IRB mendapat persetujuan dari Etika dan penelitian komite Christus Muguerza dan Rumah Sakit San Jose.

Antara Januari 1999 sampai dengan desember 2002, 31 pasien dimana 33 dengan testis yang teraba dan tidak teraba pada pasien maldesesnsus testis dilakukan orchiopexy laparoskopi. Pada pemeriksaan fisik 12 (36,4%) pasien testisnya masih teraba dan 21 (63,6%) pasien tidak teraba testisnya. Selama melakukan pemeriksaan hanya ditemukan 2 pasien dengan hernia inguinalis. Usia pasien berkisar antara 6 bulan sampai 9 tahun (rata-rata 21,72 bulan), dengan rata-rata berat badan 9-36 kg.

SAMPEL

Page 7: Jurnal Power Point

Pasien dalam pengaruh anastesi dengan relaksasi otot penuh ditempatkan di meja operasi dalam posisi terlentang. Semua pasien memakai kateter urin sebelum dilakukan operasi dan dilepas sesaat sebelum operasi dimulai. Dokter bedah berdiri di ujung meja di belakang kepala pasien, dengan asisten perawat berada di kanan-kirinya. Monitor ditempatkan di ujung meja bagian bawah.

Dengan menggunakan teknik tertutup dengan jarum Veress peumoperitoneum 8-10 mmHg. digunakan empat port (1-10 mm, 2-2 atau 3 mm dan 1-5 mm), 4 mm, lensa 30º lensa dan 2 atau 3 mm trocar untuk semua kasus. Para trocar 5 mm ditempatkan di daerah umbilikus, dan 2 atau 3 mm trocars ditempatkan di linea midclavicular garis disekitar infraumbilical.

METODE

Page 8: Jurnal Power Point

Untuk semua kasus biasanya dilakukan dengan membuka peritoneum dari cincin internal untuk membedah vas deferens dan testis kemudian ditempatkan di dalam rongga perut

Page 9: Jurnal Power Point

kemudian gubernaculum dipotong lalu testis dimasukkan ke skrotum. Untuk perbaikan hernia inguinalis juga dilakukan pengambilan prosesus vaginalis pada semua kasus

Page 10: Jurnal Power Point

Tidak semua dilakukan penjahitan atau ditutup dengan menggunakan klip vaskular.

Semua kasus ditangani oleh ahli bedah yang sama.

Page 11: Jurnal Power Point

Waktu operasi rata-rata adalah 50 menit yang meliputi orkidopeksi dan operasi perbaikan hernia inguinalis.

Ditemukan 23 kasus hernia inguinalis (69,9%), dimana 16 (76%.) teraba testis dan 7 (58,3%) testisnya tidak teraba. Kami tidak menemukan hernia inguinalis pada yang sisi berlawanan dengan maldesensus testis.

HASIL

Page 12: Jurnal Power Point

Dua pasien dengan maldesensus testis bilateral dilakukan perbaikan dalam dua tahap, 3 bulan setelah orchidopeksi dilakukan perbaikan hernia

23 pasien menjalani pemeriksaan rata-rata 21,5 bulan dan dipastikan tidak terjadi kekambuhan.

1 pasien mengalami cedera vaskuler yang mengakibatkan testisnya mengalami atrofi.

Page 13: Jurnal Power Point

Meskipun volume testis kecil, kami menemukan kejadian terjadinya hernia inguinalis yang terkait dengan maldesensus testis.

Penatalaksanaa yang paling baik untuk perbaikan hernia inguinalis dengan melakukan ligasi pada prosesus vaginalis.

Keuntungan dari orkidopeksi laparoskopi adalah visualisasi aktif dari struktur sehingaa memudahkan operasi dan mempunyai tingkat keamana yang tinggi dalam melakukan diseksi vas deferens tanpa perlu melakukan pendekatan transinguinal. Juga tidak perlu membuka dinding inguinal.

Ada beberapa teknik laparoskopi pediatrik pada perbaikan hernia inguinalis, tetapi kebanyakan dengan menutup cincin internal dengan meninggalkan prosesus vaginalis. Angka kekambuhan 3,4 sampai 25% . Becmeur melakukan teknik terbuka dengan laparoskopi, dan dilaporkan angka kekambuhan 0%. Ini mendukung pentingnya dilakukan reseksi prosesus vaginalis.

PEMBAHASAN

Page 14: Jurnal Power Point

Laparoskopi pada hernia inguinalis anak dilakukan dengan melakukan penutupan cincin internal dengan menggunakan jahitan, dengan atau tanpa pengangkatan dari kantung hernia. Hasil akhir dengan menggunakan teknik ini adalah pemisahan rongga skrotum dari cavum abdomen, meninggalkan jalan kecil untuk vas deferens dan vena spermatika.

melakukan reseksi prosesus vaginalis adalah langkah penting dalam perbaikan hernia pada anak, bahkan tanpa dilakukannya penutupan cincin internal. Dengan melakukan reseksi processus vaginalis dinding akan di kontak dan ruang hernia akan diiisi oleh jaringan parut dan daerah deperitonealized akan menutup cincing inguinalis interna. Sebaliknya, menutup cincin tanpa melakukan reseksi prosesus tidak akan memecahkan masalah dan memiliki angka kekambuhan yang tinggi.

PEMBAHASAN

Page 15: Jurnal Power Point

Tidak ditemukan terjadi hernia pasca operasi inguinal setelah dilakukan laparoskopi orkidopeksi,dengan melakukan pengangkatan kantung hernia pada waktu operasi tanpa melakukan penutupan cincin interna dengan melakukan jahitan.

Dengan melakukan pemeriksaan rutin selama 21,5 bulan, tidak ditemukan adanya hernia inguinalis pada pasien.

Semua ukuran testis dalam batas normal kecuali satu testis yang mengalami cedera selama prosedur dan menjadi atrofi. Komplikasi ini adalah salah satu diantara lima kasus yang terjadi, dan tidak ada komplikasi lain yang dilaporkan setelah itu. Semua skrotum berada di posisi yang diinginkan.

Prosesus vaginalis harus benar-benar dipotong dalam rangka memenuhi tujuan dari teori dari teknik ini. Meninggalkan peritoneaum parietal tanpa prosesus vaginalis. Hal ini tidak mungkin di dilakukan jika menggunakan pendekatan transinguinal.

Page 16: Jurnal Power Point

ABSTRAKDengan menggunakan laparoskopi pada maldesensus testis sering terjadi hernia inguinalis. Dan harus diobati pada saat yang bersamaan. Tujuan dari presentasi ini adalah untuk menunjukkan kejadian dan pengelolaan hernia inguinalis yang ditemukan pada orkidopeksi laparoskopi, dimana dilaporkan jaringan fibrosis tumbuh di atas peritoneum parietal.Antara Januari 1999 dan Desember 2002, 31 pasien dengan 33 testisnya teraba dan tidak teraba pada maldesensus testis diobati dengan orkidopeksi laparoskopi. Usia pasien antara 6 bulan dan 9 tahun. Kami menggunakan empat port, dan 2 mm instrumen. Ditemukan hubungan antara terjadinya hernia inguinalis dengan pengangkatan prosesus vaginalis dan menutup dengan sempurna. Semua kasus ditangani oleh ahli bedah yang sama. Rata-rata waktu bedah adalah 50 menit yang mencakup orchiopexy dan perbaikan hernia inguinalis. Kami menemukan hernia inguinalis pada 23 kasus (69,9%).

Page 17: Jurnal Power Point

Tidak ditemukan hernia inguinalis pada sisi yang berlawanan dengan maldesensus testis. Dua pasien dengan bilateral maldesensus testis dilakukan pengobatan dalam dua tahap 3 bulan setelah orchidopeksi dilakukan perbaikan hernia. 23 pasien melakukan pemeriksaan rutin selama 21,5 bulan dan tidak ada kekambuhan dan tidak ditemukan terjadinya hernia inguinalis pada pasien. Diperlukan penelitian dengan yang lebih besar lagi sebagai tindak lanjut bahwa tidak perlu dilakukan penutupancincin inguinal internal selama orkidopeksi laparoskopi.

Page 18: Jurnal Power Point

Penulisan artikel dalam pengambilan sumber harus diurutkan.

Metode penelitian dalam kasus ini tidak disebutkan.

Sampel yang digunakan tidak ada penjelasan tentang aktivitas anak yang mengalami hernia ingunalis .

Penanganan kasus yang dilakukan ada yang ditutup dan ada yang tidak ditutup.

KRITIK

Page 19: Jurnal Power Point

SEMOGA BERMANFAAT

WASSALAMU ALAIKUM

TERIMAKASIH