19
Studi Perbandingan Efektivitas Ivermectin Oral dengan Beberapa Antiscabies Topikal dalam Pengobatan Scabies ABSTRAK Latar Belakang: Pengobatan konvensional yang menggunakan anti scabies topikal memiliki kepatuhan pengobatan yang buruk. Ivermectin, obat anti parasit oral, telah terbukti efektif sebagai skabisida dan bisa menjadi pengganti yang bermanfaat. Penelitian ini dirancang untuk membandingkan efektivitas ivermectin oral dengan obat anti scabies yang biasa digunakan. Bahan dan Metode: Penelitian ini dilakukan pada empat kelompok yang terdiri 60 pasien dalam setiap kelompok secara simple random sampling. Pengobatan yang diberikan pada masing-masing kelompok adalah: Kelompok 1: Ivermectin (200 mg / kg berat badan) oral dosis tunggal, Kelompok 2: topikal Permetrin krim 5% aplikasi tunggal, Kelompok 3: topikal gamma benzena heksakhlorida (GBHC) lotion 1% aplikasi tunggal dan Kelompok 4: Topical Benzyl benzoate (BB) lotion 25% aplikasi tunggal. Semua pasien difollow-up untuk dilihat perbaikan dalam hal keparahan penyakit dan tingkat keparahan pruritus pada akhir minggu pertama dan keenam.

jurnal.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: jurnal.docx

Studi Perbandingan Efektivitas Ivermectin Oral dengan Beberapa Antiscabies Topikal dalam Pengobatan Scabies

ABSTRAK

Latar Belakang: Pengobatan konvensional yang menggunakan anti scabies topikal

memiliki kepatuhan pengobatan yang buruk. Ivermectin, obat anti parasit oral,

telah terbukti efektif sebagai skabisida dan bisa menjadi pengganti yang

bermanfaat. Penelitian ini dirancang untuk membandingkan efektivitas ivermectin

oral dengan obat anti scabies yang biasa digunakan.

Bahan dan Metode: Penelitian ini dilakukan pada empat kelompok yang terdiri 60

pasien dalam setiap kelompok secara simple random sampling. Pengobatan yang

diberikan pada masing-masing kelompok adalah: Kelompok 1: Ivermectin (200

mg / kg berat badan) oral dosis tunggal, Kelompok 2: topikal Permetrin krim 5%

aplikasi tunggal, Kelompok 3: topikal gamma benzena heksakhlorida (GBHC)

lotion 1% aplikasi tunggal dan Kelompok 4: Topical Benzyl benzoate (BB) lotion

25% aplikasi tunggal. Semua pasien difollow-up untuk dilihat perbaikan dalam

hal keparahan penyakit dan tingkat keparahan pruritus pada akhir minggu pertama

dan keenam.

Hasil: Efektivitas ivermectin, permethrin, GBHC dan BB lotion dalam perbaikan

yang mempertimbangkan tingkat keparahan pruritus sebagai parameter adalah

85%, 90%, 75% dan 68,33% masing-masing pada follow-up kedua. Demikian

pula dalam mempertimbangkan peningkatan keparahan lesi sebagai parameter,

hasilnya 80%, 88,33%, 71,66% dan 65% masing-masing pada follow-up kedua.

Permetrin topikal (5%) lebih efektif dibandingkan dengan topikal BB lotion dan

topikal GBHC lotion (p <0,05, signifikan) tetapi perbedaan statistik antara

efektivitas Permetrin topikal dan Ivermectin oral tidak signifikan (p> 0,05).

Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ivermectin oral dan Permetrin

topikal (5%) sama-sama berefektivitas. Oral Ivermectin ditoleransi dengan baik,

tidakmengiritasi kulit, tidak menunjukkan efek samping sistem saraf pusat karena

Page 2: jurnal.docx

tidak menghalangi lintas darah otak. Jadi, respon terapi yang baik dengan sedikit

efek samping yang terlihat pada Ivermectin oral dapat berguna pada pasien yang

menggunakan obat topikal berpotensi mengiritasi dan kurang ditoleransi.

PENDAHULUAN

Skabies adalah penyakit kulit menular yang mengenai manusia dan hewan.

Sarcoptes scabiei (tungau manusia) adalah parasit obligat kecil dan biasanya tidak

terlihat langsung, termasuk arthropoda dari ordo Acarina yang menggali

terowongan di bawah kulit host, menyebabkan gatal alergi yang intensif. Penyakit

ini menyerang sekitar 300 juta orang setiap tahun, merupakan salah satu penyebab

penyakit kutit gatal paling umum. Skabies adalah penyakit parasit yang terabaikan

dan menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di banyak daerah dengan

sumber penghasilan buruk. Skabies terjadi pada laki-laki maupun perempuan,

pada semua umur, pada semua kelompok etnis, dan di semua tingkat sosial-

ekonomi. Prevalensi tinggi dikaitkan dengan kondisi lingkungan yang padat [1].

Infestasi terjadi ketika tungau betina menali terowongan di bawah kulit dan

meletakkan beberapa telur setiap hari selama beberapa minggu. Gejala disebabkan

oleh reaksi alergi dari tubuh host terhadap protein tungau yang ditemukan dalam

telur diletakkan oleh tungau betina, protein usus dan tinja tungau. Gejala alergi

(gatal) berlanjut selama beberapa hari, dan bahkan beberapa minggu, setelah

semua tungau terbunuh [2]. Skabies ditandai dengan erupsi papular atau vesikel

dengan rasa gatal diperburuk oleh ruangan hangat dan tertutup, terutama pada

malam hari. Acropustulosis atau lecet dan pustula pada telapak tangan dan telapak

kaki yang khas terlihat pada bayi yang terkena skabies [3].

Penyakit ini dapat ditularkan melalui obyek seperti kasur, seprei, bantar yang

digunakan bersama, handuk, pakaian tetapi paling sering ditularkan melalui

kontak langsung kulit-ke-kulit, dengan risiko yang lebih tinggi setelah kontak

lama dengan orang yang terinfeksi. Infeksi awal membutuhkan 4-6 minggu untuk

terjadi gejala. Infeksi yang berulang dapat bermanifestasi gejala dalam waktu 24

jam. Saat ini rekomendasi untuk pengendalian skabies membutuhkan pengobatan

individu yang terkena dan semua orang datang dalam kontak dengan

Page 3: jurnal.docx

pasienterlepas dari apakah gejala yang muncul atau tidak, untuk mengurangi

tingkat kekambuhan.

Pilihan untuk mengatasi rasa gatal dapat mengunakan antihistamin. Antibiotik

diperlukan untuk infeksi bakteri. Pengobatan sering terhambat karena tidak tepat

atau terlambatnya diagnosis, kepatuhan terapi buruk atau penyerapan dan

penggunaan senyawa topikal yang tidak benar seperti permetrin, lindane atau

benzil benzoat.

Penggunaan obat topikal untuk pengelolaan masyarakat endemik skabies

dipertanyakan; yang menjadi penghalang utama yang dihadapi adalah peserta

yang buruk, ketidaknyamanan dan ketidakmenyenangkannya pengobatan. Oleh

karena itu, dibutuhkan dasar bukti pemilihan pengobatan tepat yang efektif, dapat

diterima dan layak diakui. Ivermectin oral merupakan alternatif yang telah dicoba

berhasil dalam program mengontrol masyarakat dan pada mereka yang tidak bisa

mentolerir terapi topikal [1]. Obat yang aman, pilihan terapi efektif yang dapat

diterima dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah partisipasi pengobatan yang

rendah. Untuk mewujudkan penurunan yang signifikan dan berkelanjutan dalam

beban penyakit, pengobatan scabies perlu program terpadu, dengan upaya untuk

memperbaiki kondisi lingkungan dan sosial-ekonomi dan pendidikan untuk

menciptakan kesadaran dan juga untuk mengurangi kecacatan. Tujuan utama dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dan keamanan Ivermectin oral

dibandingkan dengan obat anti skabies topikal yang biasa digunakan seperti

Permetrin, Gama benzena heksa klorida dan benzil benzoat.

BAHAN DAN METODE

Dari 741 pasien yang didiagnosis skabies, 240 pasien dilibatkan dalam penelitian

ini, mereka mendatangi OPDs bagaian Kulit dan Kelamin dan Leprologi dari

Patna Medical College.

Page 4: jurnal.docx

Peningkatan yang dilihat dengan keparahan pruritus sebagai parameter

Follow-up pertama

Jumlah kasus (%)

Follow-up kedua

Jumlah kasus (%)

Ivermectin oral single dose 200μg/kgBB 31 (51.66%) 20 (33.34%)

Krim Permetrin topikal 5% aplikasi tunggal 38 (63.34%) 16 (26.66%)

Lotion GBHC topikal 1% aplikasi tunggal 26 (43.33%) 19 (31.66%)

Lotion BB 25% topikal aplikasi tunggal 30 (50.00%) 11 (18.33%)

Tabel 1. Respon pengobatan dari berbagai kelompok

Tabel 2. Penilaian keparahan pruritus pada follow-up kedua (akhir minggu

keenam)

Peningkatan yang dilihat dengan keparahan lesi sebagai parameter

Follow-up pertama

Jumlah kasus (%)

Follow-up kedua

Jumlah kasus (%)

Ivermectin oral single dose 200μg/kgBB 32 (53.34%) 16 (26.60%)

Krim Permetrin topikal 5% aplikasi tunggal 43 (71.66%) 10 (16.66%)

Lotion GBHC topikal 1% aplikasi tunggal 28 (46.66%) 15 (25.00%)

Page 5: jurnal.docx

Lotion BB 25% topikal aplikasi tunggal 29 (48.33%) 10 (16.66%)

Tabel 3. Peningkatan yang dilihat dengan keparahan lesi sebagai parameter

Tabel 4. Penilaian keparahan lesi pada follow-up kedua (akhir minggu ke-6)

Rumah Sakit, Patna, dari 1 April 2011 hingga 31 Maret 2012. Protokol penelitian

ini telah disetujui oleh Institutional Ethics Committee of Patna Medical College,

Patna. Persetujuan tertulis diambil dari pasien selama pendaftaran mereka untuk

belajar. Data pasien yang berhubungan, riwayat kesehatan, diagnosis, nilai-nilai

laboratorium dan pengobatan yang diberikan tercatat dalam bentuk catatan kasus.

Kriteria inklusi:

1) Pasien usia di atas 5 tahun dan di bawah 60 tahun

2) Pasien dari kedua jenis kelamin (laki-laki maupun perempuan)

3) Pasien yang bersedia untuk kedua terapi, topikal maupun oral

4) Pasien bersedia untuk difollow-up pada minggu pertama dan pada keenam atau

jika ada keluhan di antara minggu pertama sampai keenam.

Kriteria eksklusi:

Page 6: jurnal.docx

1) Anak-anak di bawah 5 tahun, pasien usia lanjut lebih dari 60 tahun

2) Pasien hamil dan menyusui

3) Pasien yang tidak bersedia datang untuk difollow-up

4) Memiliki penyakit sistemik yang serius

Klmpk Jmlah

kasus

keparahan pruritus pada minggu

keenam

keparahan lesi pada minggu

keenam

Jumlah

meningkat(%)

Jumlah tdk

meningkat(%)

Jumlah

meningkat(%)

Jumlah tdk

meningkat(%)

IVER 60 51(85) 9(15) 48(80) 12(20

PM 60 54(90) 6(10) 53(88.33) 7(11.66)

GBHC 60 45(75) 15(25) 43(71.66) 17(28.33

BB 60 41(68.33) 19(31.66) 39(65) 21(35)

Chi-Square Test x2 =10.54 p=0.01p<.05,(S)

x2 =10.19 p=0.02p<.05,(S)Degree of freedom D.F.=3 D.F.=3

Perbeda

an antar

kelomp

ok

(nilai p)

1-2 x2=0.80 D.F.=1 p=0.37(NS) x2 =1.57 D.F.=1 p=0.21(NS)

1-3 x2 =1.88 D.F.=1 p=0.17(NS) x2=1.13 D.F.=1 p=0.29(NS)

1-4 x2=4.66 D.F.=1 p=0.03(S) x2=4.38 D.F.=1 p=0.04(S)

2-3 x2=4.68 D.F.=1 p=0.03(S) x2=5.21 D.F.=1 p=0.02(S)

2-4 x2=8.02 D.F.=1 p=0.005(S) x2=9.13 D.F.=1 p=0.002(S)

3-4 x2=0.66 D.F.=1 p=0.42(NS) x2=0.62 D.F.=1 p=0.43(NS)

Tabel 5. Perbandingan hasil dari berbagai kelompok pada akhir minggu keenam

X2=Chi-Square Test, p<0,05=Significant(S), D.F.=Degree of Freedom, p>0,05=Not Significant(NS)

BAHAN DAN METODE

240 pasien secara acak dibagi dalam empat kelompok. Setiap kelompok berisi 60

pasien dan pengobatan yang diberikan adalah sebagai berikut.

Kelompok 1 : Ivermectin oral 200 g / kgBB (IVER) dosis tungal

Kelompok 2 : Permetrin 5% krim (PM) topikal aplikasi tunggal

Kelompok 3 : Gamma benzena hexacloride1% (GBHC) lotion topikal aplikasi

tunggal

Kelompok 4 : Benzil Benzoat 25% (BB) lotion topikal aplikasi tunggal

Page 7: jurnal.docx

Pada kelompok 2, 3, dan 4 obat dioleskan di bawah garis rahang setelah mandi

dan dibiarkan semalam. Semua pasien difollow-up untuk perbaikan pada akhir

minggu pertama dan keenam. Parameter yang digunakan untuk membandingkan

efektivitas kelompok dengan melihat perbaikan dalam

1) Beratnya pruritus

2) Beratnya penyakit

1) Keparahan pruritus dievaluasi oleh skala Analog Visual (VAS). VAS

didefinisikan sebagai garis 10 cm, di mana titik 0 (nol) mengacu pada adanya

tanpa pruritus dan titik 10 mengacu pada pruritus yang paling parah. Menurut

skala ini, kami menilai pruritus pasien.

Titik 1 sampai 3 : pruritus ringan

Titik 4 sampai 6 : pruritus sedang

Titik 7 sampai 10 : pruritus berat

2) Keparahan penyakit diukur sesuai dengan jumlah lesi. Hal ini dapat dinilai

sebagai:

Ringan: Lesi <10

Sedang: Lesi 11-49

Berat :>50 lesi

Proforma pra-struktur digunakan untuk mengumpulkan informasi yang relevan

(data pasien, temuan klinis dll) pada awal, pada minggu pertama dan keenam

follow-up atau jika ada keluhan di antara minggu pertama sampai keenam.

Analisis statistik data menggunakan uji Chi-square, derajat kebebasan dan nilai p.

HASIL

Ditunjukan di [Tabel / Gambar-1-5]

Page 8: jurnal.docx

PEMBAHASAN

Respon terhadap pengobatan di berbagai kelompok

1) Ivermectin oral yang diberikan dosis tunggal (200mg/kgBB): Dalam

penelitian kami pada akhir follow-up kedua perbaikan sempurna terlihat

pada 85% dan 80% ketika keparahan pruritus dan keparahan lesi diambil

sebagai masing-masing parameter. Usha dan Gopala [4] menemukan

bahwa dosis tunggal Ivermectin memberikan angka kesembuhan dari 70%,

meningkat menjadi 95% dengan 2 dosis diberikan pada selang dua

minggu. Kemanjuran yang lebih rendah dari dosis tunggal Ivermectin bisa

mencerminkan kurangnya aksi ovicidal obat. Dengan demikian, hasil

penelitian ini sebanding dengan penelitian lain yang memiliki angka

kesembuhan dari> 80% [5-7].

2) Permetrin topikal 5% cream aplikasi tunggal: studi sebelumnya [4,8-10]

telah melaporkan angka kesembuhan> 80% dengan Permetrin. Tingkat

kesembuhan yang lebih tinggi (98%) dilaporkan setelah dua aplikasi. Pada

penelitian kami angka kesembuhan dengan aplikasi tunggal telah

dipelajari. Pada follow-up pertama 63,34% menunjukkan tingkat

kesembuhan yang meningkat menjadi 90% pada follow-up kedua.

3) Topikal GBHC 1% lotion : Penelitian sebelumnya [8,11-13] telah

melaporkan angka kesembuhan <75% dengan 1% topikal GBHC lotion.

Nag et al., [13] telah melaporkan tingkat penyembuhan 68% hanya dengan

2% GBHC 2 aplikasi dalam satu hari. Dalam penelitian kami aplikasi

tunggal topikal GBHC 1% lotion telah menunjukkan angka kesembuhan

dari 75% pada follow-up kedua.

4) Aplikasi topikal dari BB lotion 25%: Penelitian kami telah melakukan

dengan BB lotion 25% aplikasi tunggal. Pada follow up kedua dilaporkan

peningkatan 68,33% pada pruritus dan 64,99% dalam keparahan lesi.

Penelitian sebelumnya [12,14] oleh para peneliti yang berbeda telah

dilakukan dengan 10-20% dari BB lotion. Sampaio [15] menunjukkan

57% pasien membaik setelah diobati dengan benzil benzoat. Brooks dan

Page 9: jurnal.docx

Grace [16] menemukan peningkatan 51% pasien pada akhir minggu

ketiga.

Perbandingan signifikansi statistik antara empat kelompok

[Tabel / Gambar-5] menunjukkan perbandingan hasil antara empat kelompok

pada akhir minggu keenam mengingat keparahan pruritus dan beratnya

penyakit sebagai parameter keberhasilan. Selisih keberhasilan terapi kelompok

1 (Ivermectin) secara statistik tidak signifikan dengan kelompok 2 (Permetrin)

dan 3 (Gamabenzene heksakhlorida), tetapi secara statistik signifikan dengan

kelompok 4 (Benzyl bezoate). Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan terapi

Kelompok 1 sebanding dengan kelompok 2 dan kelompok 3 terapi tetapi lebih

mujarab dibanding terapi kelompok 4. Terapi Kelompok 2 lebih mujarab

dibandingkan kelompok 3 dan 4 karena perbedaan dalam keberhasilan secara

statistik signifikan. Selisih keberhasilan terapi kelompok 3 dan 4 secara

statistik tidak signifikan. Dengan demikian temuan penelitian ini memiliki

validasi statistik antara kelompok.

Meskipun agen topikal mempunyai kelemahan tertentu, penelitian kami

melaporkan bahwa aplikasi tunggal dari Permetrin 5% memberikan respon

maksimum ketika keparahan pruritus dan keparahan lesi diambil

sebagai parameter untuk membandingkan efektivitas Kelompok yang berbeda

sehingga membuat pengobatan yang paling efektif dan oleh karena itu cocok

untuk menjadi pengobatan pilihan.

Respon untuk dosis oral tunggal Ivermectin 200mg/kgBB sedikit rendah bila

dibandingkan dengan Permetrin topikal tetapi lebih tinggi bila dibandingkan

dengan respon yang diperoleh dengan baik topikal GBHC atau topikal Benzyl

Benzoat. Meskipun hasil yang diperoleh dengan dosis oral tunggal Ivermectin

(200mg/kgBB) (dengan kata lain pasien yang termasuk kelompok 1 sedikit

rendah dibandingkan dengan Permetrin, penerimaan pasien sangat baik

terutama di kalangan mahasiswa yang tinggal di hostel, di mana fasilitas tidak

memadai untuk mandi dan mandi dengan menggosok badan yang baik yang

rintangan utama dalam aplikasi topikal.

Page 10: jurnal.docx

Meskipun dibutuhan untuk eksplorasi lebih lanjut, ivermectin oral bisa

menjadi alternatif untuk pengelolaan skabies terutama di mana kepatuhan

terhadap skabisida topikal tidak memungkinkan atau tidak praktis. Biaya yang

lebih tinggi dan kemanjuran yang lebih rendah dari dosis tunggal Ivermectin

oral dibandingkan dengan Permetrin topikal mendukung pertimbangan terapi

awal dengan Permetrin sedapat mungkin. Namun, Ivermectin oral dapat

digunakan di mana skabisida topikal gagal. Studi lebih lanjut dengan obat

gabungan oral dan topikal, pemberian berulang dan penggunaan agen

pelunakan untuk mengobati hiperkeratosis dan peningkatan efektivitas

skabisida topikal perlu dilakukan untuk kondisi jinak, tetapi menular. Sebuah

penurunan yang signifikan dalam beban penyakit hanya mungkin bila bersama

dengan skabisida yang tepat, pengobatan semua kontak dan pakaian yang

dilakukan bersamaan dan kondisi lingkungan dan sosial yang mendasari yang

mempromosikan penyakit kulit menular yang ditangani. Peningkatan literasi

dan status ekonomi bersama dengan kesadaran tentang kebersihan pribadi

pasti dapat menurunkan prevalensi penyakit ini.

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ivermectin oral dan Permetrin topikal

(5%) sama-sama berefektivitas dan oleh karena itu cocok untuk menjadi

pengobatan pilihan. Ivermectin oral ditoleransi dengan baik, tidak mengiritasi

kulit, tidak menunjukkan efek samping sistem saraf pusat karena tidak

menghalangi aliran darah otak. Sehingga respon terapi yang baik dengan

sedikit efek samping terlihat dengan Ivermectin oral dapat berguna pada

pasien yang menggunakan pengobatan topikal berpotensi mengiritasi dan

toleransi kurang baik. Ivermectin oral bisa menjadi obat yang berharga dalam

pengobatan massal masyarakat dalam mengelola epidemi, dalam menangani

kasus-kasus yang rumit, di mana skabisida topikal gagal, di mana ketahanan

Permetrin ditemui atau di mana masalah ketidakpatuhan dengan agen topikal.

PUSTAKA

Page 11: jurnal.docx

1. Nair BKH. Skabies - Sebuah retrospeksi. India J Dermatol Verenereol

Leprol. 1973; 39: 29-32.

2. MS Green. Epidemilogy skabies. Epidemiol Wahyu 1989; 111: 126-

50.

3. Nair BKH, Joseph A, Narayan. Epidemiologi skabies. India J

Dermatol Verenereol Leprol. 1973; 39: 101-05.

4. Usha V, Gopala Krishnan Nair TV. Sebuah studi perbandingan lisan

Ivermectin dan topikal permethrin cream dalam pengobatan scabies. J

Am Acad Dermatol. 2000; 4: 1521-1524.

5. Madan V, Jaskiran K, Gupta U, Gupta DK. Oral perbandingan

Ivermectin dengan 1% topikal lindane lotion. Int J Dermatol. 2001; 28:

481-84.

6. Elmogy M, Fayed H, Marzok H Rashad A. Oral Ivermectin dalam

pengobatan scabies. Int J Dermatol. 1999; 38: 926-30.

7. Macotela - Ruiz E, Pefia-Gonzolez G. Tratamento de la escabiasis con

Ivermectinapor via oral. Gaseto Med Mexico. 1993; 29: 201-05.

8. Zargori O, Golchai J, Sobhani A, Dehpour AR, Sadr-Ashkevari S,

Alizadeh N. Perbandingan efektivitas topikal 1% lindaneVs 5%

permethrin dalam skabies: A, studi dua blind randomized. India J

Dermatol Verenereol Leprol. 2006; 72 (1): 33-36.

9. Hegary AA, Darwish NM, Ibrahim A, Hamid A, HammadSM.

Epidemiologi dan kontrol skabies di sebuah desa Mesir. Int J

Dermatol. 1999; 38: 291-95.

10. Taplin D, Meinking TL, Porcelain SL, Castillero PM, Chen JA.

Permetrin 5% dermalcream: Sebuah pengobatan baru untuk skabies. J

Am Acad Dermatol. 1986; 15: 991- 1001.

11. Schultz MW, Gomez M, Hansen RC, Mills J, Menter A, Rodgers H, et

al. Comparative study of 5% permethrin cream and 1% lindane lotion

for the treatment of scabies. Arch Dermatol. 1990;126:167-70.

12. Haustein UF, Hlawa B. Treatment of Scabies with permethrin versus

Lindane and Benzyl benzoate. Acta DermVenerol. 1989;69:348-51.

Page 12: jurnal.docx

13. Nag SC, Barbhuaiya JN, Datta PK, Banerjee PP. A comparative study

of efficacy gama benzene hexachloride lotion and benzyl benzoate

emulsion. Int J Dertamol. 1995;40(2):86-87.

14. Glaziou P, Cartel Jl, Alzieu P, Briot C, Moulia-pelat JP, Martin PM.

Comparison of Ivermectin and benzyl benzoate for treatment of

scabies. Trop Med Parasitol. 1993;4:331-32.

15. Sampaio NV. Estudo comparativo entre o monosulfiram e o benzoate

de benzilla no tratamento da escabioze. Ann Brasil Dermatol.

1984;59:213-14.

16. Brooks PA, Grace RF. Ivermectin is better than benzyl benzoate for

childhood scabies in developing countries. J Paediatr Child Health.

2002;38(4):401-04.