Upload
alia-lestari
View
3
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Studi Perbandingan Efektivitas Ivermectin Oral dengan Beberapa Antiscabies Topikal dalam Pengobatan Scabies
ABSTRAK
Latar Belakang: Pengobatan konvensional yang menggunakan anti scabies topikal
memiliki kepatuhan pengobatan yang buruk. Ivermectin, obat anti parasit oral,
telah terbukti efektif sebagai skabisida dan bisa menjadi pengganti yang
bermanfaat. Penelitian ini dirancang untuk membandingkan efektivitas ivermectin
oral dengan obat anti scabies yang biasa digunakan.
Bahan dan Metode: Penelitian ini dilakukan pada empat kelompok yang terdiri 60
pasien dalam setiap kelompok secara simple random sampling. Pengobatan yang
diberikan pada masing-masing kelompok adalah: Kelompok 1: Ivermectin (200
mg / kg berat badan) oral dosis tunggal, Kelompok 2: topikal Permetrin krim 5%
aplikasi tunggal, Kelompok 3: topikal gamma benzena heksakhlorida (GBHC)
lotion 1% aplikasi tunggal dan Kelompok 4: Topical Benzyl benzoate (BB) lotion
25% aplikasi tunggal. Semua pasien difollow-up untuk dilihat perbaikan dalam
hal keparahan penyakit dan tingkat keparahan pruritus pada akhir minggu pertama
dan keenam.
Hasil: Efektivitas ivermectin, permethrin, GBHC dan BB lotion dalam perbaikan
yang mempertimbangkan tingkat keparahan pruritus sebagai parameter adalah
85%, 90%, 75% dan 68,33% masing-masing pada follow-up kedua. Demikian
pula dalam mempertimbangkan peningkatan keparahan lesi sebagai parameter,
hasilnya 80%, 88,33%, 71,66% dan 65% masing-masing pada follow-up kedua.
Permetrin topikal (5%) lebih efektif dibandingkan dengan topikal BB lotion dan
topikal GBHC lotion (p <0,05, signifikan) tetapi perbedaan statistik antara
efektivitas Permetrin topikal dan Ivermectin oral tidak signifikan (p> 0,05).
Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ivermectin oral dan Permetrin
topikal (5%) sama-sama berefektivitas. Oral Ivermectin ditoleransi dengan baik,
tidakmengiritasi kulit, tidak menunjukkan efek samping sistem saraf pusat karena
tidak menghalangi lintas darah otak. Jadi, respon terapi yang baik dengan sedikit
efek samping yang terlihat pada Ivermectin oral dapat berguna pada pasien yang
menggunakan obat topikal berpotensi mengiritasi dan kurang ditoleransi.
PENDAHULUAN
Skabies adalah penyakit kulit menular yang mengenai manusia dan hewan.
Sarcoptes scabiei (tungau manusia) adalah parasit obligat kecil dan biasanya tidak
terlihat langsung, termasuk arthropoda dari ordo Acarina yang menggali
terowongan di bawah kulit host, menyebabkan gatal alergi yang intensif. Penyakit
ini menyerang sekitar 300 juta orang setiap tahun, merupakan salah satu penyebab
penyakit kutit gatal paling umum. Skabies adalah penyakit parasit yang terabaikan
dan menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di banyak daerah dengan
sumber penghasilan buruk. Skabies terjadi pada laki-laki maupun perempuan,
pada semua umur, pada semua kelompok etnis, dan di semua tingkat sosial-
ekonomi. Prevalensi tinggi dikaitkan dengan kondisi lingkungan yang padat [1].
Infestasi terjadi ketika tungau betina menali terowongan di bawah kulit dan
meletakkan beberapa telur setiap hari selama beberapa minggu. Gejala disebabkan
oleh reaksi alergi dari tubuh host terhadap protein tungau yang ditemukan dalam
telur diletakkan oleh tungau betina, protein usus dan tinja tungau. Gejala alergi
(gatal) berlanjut selama beberapa hari, dan bahkan beberapa minggu, setelah
semua tungau terbunuh [2]. Skabies ditandai dengan erupsi papular atau vesikel
dengan rasa gatal diperburuk oleh ruangan hangat dan tertutup, terutama pada
malam hari. Acropustulosis atau lecet dan pustula pada telapak tangan dan telapak
kaki yang khas terlihat pada bayi yang terkena skabies [3].
Penyakit ini dapat ditularkan melalui obyek seperti kasur, seprei, bantar yang
digunakan bersama, handuk, pakaian tetapi paling sering ditularkan melalui
kontak langsung kulit-ke-kulit, dengan risiko yang lebih tinggi setelah kontak
lama dengan orang yang terinfeksi. Infeksi awal membutuhkan 4-6 minggu untuk
terjadi gejala. Infeksi yang berulang dapat bermanifestasi gejala dalam waktu 24
jam. Saat ini rekomendasi untuk pengendalian skabies membutuhkan pengobatan
individu yang terkena dan semua orang datang dalam kontak dengan
pasienterlepas dari apakah gejala yang muncul atau tidak, untuk mengurangi
tingkat kekambuhan.
Pilihan untuk mengatasi rasa gatal dapat mengunakan antihistamin. Antibiotik
diperlukan untuk infeksi bakteri. Pengobatan sering terhambat karena tidak tepat
atau terlambatnya diagnosis, kepatuhan terapi buruk atau penyerapan dan
penggunaan senyawa topikal yang tidak benar seperti permetrin, lindane atau
benzil benzoat.
Penggunaan obat topikal untuk pengelolaan masyarakat endemik skabies
dipertanyakan; yang menjadi penghalang utama yang dihadapi adalah peserta
yang buruk, ketidaknyamanan dan ketidakmenyenangkannya pengobatan. Oleh
karena itu, dibutuhkan dasar bukti pemilihan pengobatan tepat yang efektif, dapat
diterima dan layak diakui. Ivermectin oral merupakan alternatif yang telah dicoba
berhasil dalam program mengontrol masyarakat dan pada mereka yang tidak bisa
mentolerir terapi topikal [1]. Obat yang aman, pilihan terapi efektif yang dapat
diterima dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah partisipasi pengobatan yang
rendah. Untuk mewujudkan penurunan yang signifikan dan berkelanjutan dalam
beban penyakit, pengobatan scabies perlu program terpadu, dengan upaya untuk
memperbaiki kondisi lingkungan dan sosial-ekonomi dan pendidikan untuk
menciptakan kesadaran dan juga untuk mengurangi kecacatan. Tujuan utama dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dan keamanan Ivermectin oral
dibandingkan dengan obat anti skabies topikal yang biasa digunakan seperti
Permetrin, Gama benzena heksa klorida dan benzil benzoat.
BAHAN DAN METODE
Dari 741 pasien yang didiagnosis skabies, 240 pasien dilibatkan dalam penelitian
ini, mereka mendatangi OPDs bagaian Kulit dan Kelamin dan Leprologi dari
Patna Medical College.
Peningkatan yang dilihat dengan keparahan pruritus sebagai parameter
Follow-up pertama
Jumlah kasus (%)
Follow-up kedua
Jumlah kasus (%)
Ivermectin oral single dose 200μg/kgBB 31 (51.66%) 20 (33.34%)
Krim Permetrin topikal 5% aplikasi tunggal 38 (63.34%) 16 (26.66%)
Lotion GBHC topikal 1% aplikasi tunggal 26 (43.33%) 19 (31.66%)
Lotion BB 25% topikal aplikasi tunggal 30 (50.00%) 11 (18.33%)
Tabel 1. Respon pengobatan dari berbagai kelompok
Tabel 2. Penilaian keparahan pruritus pada follow-up kedua (akhir minggu
keenam)
Peningkatan yang dilihat dengan keparahan lesi sebagai parameter
Follow-up pertama
Jumlah kasus (%)
Follow-up kedua
Jumlah kasus (%)
Ivermectin oral single dose 200μg/kgBB 32 (53.34%) 16 (26.60%)
Krim Permetrin topikal 5% aplikasi tunggal 43 (71.66%) 10 (16.66%)
Lotion GBHC topikal 1% aplikasi tunggal 28 (46.66%) 15 (25.00%)
Lotion BB 25% topikal aplikasi tunggal 29 (48.33%) 10 (16.66%)
Tabel 3. Peningkatan yang dilihat dengan keparahan lesi sebagai parameter
Tabel 4. Penilaian keparahan lesi pada follow-up kedua (akhir minggu ke-6)
Rumah Sakit, Patna, dari 1 April 2011 hingga 31 Maret 2012. Protokol penelitian
ini telah disetujui oleh Institutional Ethics Committee of Patna Medical College,
Patna. Persetujuan tertulis diambil dari pasien selama pendaftaran mereka untuk
belajar. Data pasien yang berhubungan, riwayat kesehatan, diagnosis, nilai-nilai
laboratorium dan pengobatan yang diberikan tercatat dalam bentuk catatan kasus.
Kriteria inklusi:
1) Pasien usia di atas 5 tahun dan di bawah 60 tahun
2) Pasien dari kedua jenis kelamin (laki-laki maupun perempuan)
3) Pasien yang bersedia untuk kedua terapi, topikal maupun oral
4) Pasien bersedia untuk difollow-up pada minggu pertama dan pada keenam atau
jika ada keluhan di antara minggu pertama sampai keenam.
Kriteria eksklusi:
1) Anak-anak di bawah 5 tahun, pasien usia lanjut lebih dari 60 tahun
2) Pasien hamil dan menyusui
3) Pasien yang tidak bersedia datang untuk difollow-up
4) Memiliki penyakit sistemik yang serius
Klmpk Jmlah
kasus
keparahan pruritus pada minggu
keenam
keparahan lesi pada minggu
keenam
Jumlah
meningkat(%)
Jumlah tdk
meningkat(%)
Jumlah
meningkat(%)
Jumlah tdk
meningkat(%)
IVER 60 51(85) 9(15) 48(80) 12(20
PM 60 54(90) 6(10) 53(88.33) 7(11.66)
GBHC 60 45(75) 15(25) 43(71.66) 17(28.33
BB 60 41(68.33) 19(31.66) 39(65) 21(35)
Chi-Square Test x2 =10.54 p=0.01p<.05,(S)
x2 =10.19 p=0.02p<.05,(S)Degree of freedom D.F.=3 D.F.=3
Perbeda
an antar
kelomp
ok
(nilai p)
1-2 x2=0.80 D.F.=1 p=0.37(NS) x2 =1.57 D.F.=1 p=0.21(NS)
1-3 x2 =1.88 D.F.=1 p=0.17(NS) x2=1.13 D.F.=1 p=0.29(NS)
1-4 x2=4.66 D.F.=1 p=0.03(S) x2=4.38 D.F.=1 p=0.04(S)
2-3 x2=4.68 D.F.=1 p=0.03(S) x2=5.21 D.F.=1 p=0.02(S)
2-4 x2=8.02 D.F.=1 p=0.005(S) x2=9.13 D.F.=1 p=0.002(S)
3-4 x2=0.66 D.F.=1 p=0.42(NS) x2=0.62 D.F.=1 p=0.43(NS)
Tabel 5. Perbandingan hasil dari berbagai kelompok pada akhir minggu keenam
X2=Chi-Square Test, p<0,05=Significant(S), D.F.=Degree of Freedom, p>0,05=Not Significant(NS)
BAHAN DAN METODE
240 pasien secara acak dibagi dalam empat kelompok. Setiap kelompok berisi 60
pasien dan pengobatan yang diberikan adalah sebagai berikut.
Kelompok 1 : Ivermectin oral 200 g / kgBB (IVER) dosis tungal
Kelompok 2 : Permetrin 5% krim (PM) topikal aplikasi tunggal
Kelompok 3 : Gamma benzena hexacloride1% (GBHC) lotion topikal aplikasi
tunggal
Kelompok 4 : Benzil Benzoat 25% (BB) lotion topikal aplikasi tunggal
Pada kelompok 2, 3, dan 4 obat dioleskan di bawah garis rahang setelah mandi
dan dibiarkan semalam. Semua pasien difollow-up untuk perbaikan pada akhir
minggu pertama dan keenam. Parameter yang digunakan untuk membandingkan
efektivitas kelompok dengan melihat perbaikan dalam
1) Beratnya pruritus
2) Beratnya penyakit
1) Keparahan pruritus dievaluasi oleh skala Analog Visual (VAS). VAS
didefinisikan sebagai garis 10 cm, di mana titik 0 (nol) mengacu pada adanya
tanpa pruritus dan titik 10 mengacu pada pruritus yang paling parah. Menurut
skala ini, kami menilai pruritus pasien.
Titik 1 sampai 3 : pruritus ringan
Titik 4 sampai 6 : pruritus sedang
Titik 7 sampai 10 : pruritus berat
2) Keparahan penyakit diukur sesuai dengan jumlah lesi. Hal ini dapat dinilai
sebagai:
Ringan: Lesi <10
Sedang: Lesi 11-49
Berat :>50 lesi
Proforma pra-struktur digunakan untuk mengumpulkan informasi yang relevan
(data pasien, temuan klinis dll) pada awal, pada minggu pertama dan keenam
follow-up atau jika ada keluhan di antara minggu pertama sampai keenam.
Analisis statistik data menggunakan uji Chi-square, derajat kebebasan dan nilai p.
HASIL
Ditunjukan di [Tabel / Gambar-1-5]
PEMBAHASAN
Respon terhadap pengobatan di berbagai kelompok
1) Ivermectin oral yang diberikan dosis tunggal (200mg/kgBB): Dalam
penelitian kami pada akhir follow-up kedua perbaikan sempurna terlihat
pada 85% dan 80% ketika keparahan pruritus dan keparahan lesi diambil
sebagai masing-masing parameter. Usha dan Gopala [4] menemukan
bahwa dosis tunggal Ivermectin memberikan angka kesembuhan dari 70%,
meningkat menjadi 95% dengan 2 dosis diberikan pada selang dua
minggu. Kemanjuran yang lebih rendah dari dosis tunggal Ivermectin bisa
mencerminkan kurangnya aksi ovicidal obat. Dengan demikian, hasil
penelitian ini sebanding dengan penelitian lain yang memiliki angka
kesembuhan dari> 80% [5-7].
2) Permetrin topikal 5% cream aplikasi tunggal: studi sebelumnya [4,8-10]
telah melaporkan angka kesembuhan> 80% dengan Permetrin. Tingkat
kesembuhan yang lebih tinggi (98%) dilaporkan setelah dua aplikasi. Pada
penelitian kami angka kesembuhan dengan aplikasi tunggal telah
dipelajari. Pada follow-up pertama 63,34% menunjukkan tingkat
kesembuhan yang meningkat menjadi 90% pada follow-up kedua.
3) Topikal GBHC 1% lotion : Penelitian sebelumnya [8,11-13] telah
melaporkan angka kesembuhan <75% dengan 1% topikal GBHC lotion.
Nag et al., [13] telah melaporkan tingkat penyembuhan 68% hanya dengan
2% GBHC 2 aplikasi dalam satu hari. Dalam penelitian kami aplikasi
tunggal topikal GBHC 1% lotion telah menunjukkan angka kesembuhan
dari 75% pada follow-up kedua.
4) Aplikasi topikal dari BB lotion 25%: Penelitian kami telah melakukan
dengan BB lotion 25% aplikasi tunggal. Pada follow up kedua dilaporkan
peningkatan 68,33% pada pruritus dan 64,99% dalam keparahan lesi.
Penelitian sebelumnya [12,14] oleh para peneliti yang berbeda telah
dilakukan dengan 10-20% dari BB lotion. Sampaio [15] menunjukkan
57% pasien membaik setelah diobati dengan benzil benzoat. Brooks dan
Grace [16] menemukan peningkatan 51% pasien pada akhir minggu
ketiga.
Perbandingan signifikansi statistik antara empat kelompok
[Tabel / Gambar-5] menunjukkan perbandingan hasil antara empat kelompok
pada akhir minggu keenam mengingat keparahan pruritus dan beratnya
penyakit sebagai parameter keberhasilan. Selisih keberhasilan terapi kelompok
1 (Ivermectin) secara statistik tidak signifikan dengan kelompok 2 (Permetrin)
dan 3 (Gamabenzene heksakhlorida), tetapi secara statistik signifikan dengan
kelompok 4 (Benzyl bezoate). Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan terapi
Kelompok 1 sebanding dengan kelompok 2 dan kelompok 3 terapi tetapi lebih
mujarab dibanding terapi kelompok 4. Terapi Kelompok 2 lebih mujarab
dibandingkan kelompok 3 dan 4 karena perbedaan dalam keberhasilan secara
statistik signifikan. Selisih keberhasilan terapi kelompok 3 dan 4 secara
statistik tidak signifikan. Dengan demikian temuan penelitian ini memiliki
validasi statistik antara kelompok.
Meskipun agen topikal mempunyai kelemahan tertentu, penelitian kami
melaporkan bahwa aplikasi tunggal dari Permetrin 5% memberikan respon
maksimum ketika keparahan pruritus dan keparahan lesi diambil
sebagai parameter untuk membandingkan efektivitas Kelompok yang berbeda
sehingga membuat pengobatan yang paling efektif dan oleh karena itu cocok
untuk menjadi pengobatan pilihan.
Respon untuk dosis oral tunggal Ivermectin 200mg/kgBB sedikit rendah bila
dibandingkan dengan Permetrin topikal tetapi lebih tinggi bila dibandingkan
dengan respon yang diperoleh dengan baik topikal GBHC atau topikal Benzyl
Benzoat. Meskipun hasil yang diperoleh dengan dosis oral tunggal Ivermectin
(200mg/kgBB) (dengan kata lain pasien yang termasuk kelompok 1 sedikit
rendah dibandingkan dengan Permetrin, penerimaan pasien sangat baik
terutama di kalangan mahasiswa yang tinggal di hostel, di mana fasilitas tidak
memadai untuk mandi dan mandi dengan menggosok badan yang baik yang
rintangan utama dalam aplikasi topikal.
Meskipun dibutuhan untuk eksplorasi lebih lanjut, ivermectin oral bisa
menjadi alternatif untuk pengelolaan skabies terutama di mana kepatuhan
terhadap skabisida topikal tidak memungkinkan atau tidak praktis. Biaya yang
lebih tinggi dan kemanjuran yang lebih rendah dari dosis tunggal Ivermectin
oral dibandingkan dengan Permetrin topikal mendukung pertimbangan terapi
awal dengan Permetrin sedapat mungkin. Namun, Ivermectin oral dapat
digunakan di mana skabisida topikal gagal. Studi lebih lanjut dengan obat
gabungan oral dan topikal, pemberian berulang dan penggunaan agen
pelunakan untuk mengobati hiperkeratosis dan peningkatan efektivitas
skabisida topikal perlu dilakukan untuk kondisi jinak, tetapi menular. Sebuah
penurunan yang signifikan dalam beban penyakit hanya mungkin bila bersama
dengan skabisida yang tepat, pengobatan semua kontak dan pakaian yang
dilakukan bersamaan dan kondisi lingkungan dan sosial yang mendasari yang
mempromosikan penyakit kulit menular yang ditangani. Peningkatan literasi
dan status ekonomi bersama dengan kesadaran tentang kebersihan pribadi
pasti dapat menurunkan prevalensi penyakit ini.
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ivermectin oral dan Permetrin topikal
(5%) sama-sama berefektivitas dan oleh karena itu cocok untuk menjadi
pengobatan pilihan. Ivermectin oral ditoleransi dengan baik, tidak mengiritasi
kulit, tidak menunjukkan efek samping sistem saraf pusat karena tidak
menghalangi aliran darah otak. Sehingga respon terapi yang baik dengan
sedikit efek samping terlihat dengan Ivermectin oral dapat berguna pada
pasien yang menggunakan pengobatan topikal berpotensi mengiritasi dan
toleransi kurang baik. Ivermectin oral bisa menjadi obat yang berharga dalam
pengobatan massal masyarakat dalam mengelola epidemi, dalam menangani
kasus-kasus yang rumit, di mana skabisida topikal gagal, di mana ketahanan
Permetrin ditemui atau di mana masalah ketidakpatuhan dengan agen topikal.
PUSTAKA
1. Nair BKH. Skabies - Sebuah retrospeksi. India J Dermatol Verenereol
Leprol. 1973; 39: 29-32.
2. MS Green. Epidemilogy skabies. Epidemiol Wahyu 1989; 111: 126-
50.
3. Nair BKH, Joseph A, Narayan. Epidemiologi skabies. India J
Dermatol Verenereol Leprol. 1973; 39: 101-05.
4. Usha V, Gopala Krishnan Nair TV. Sebuah studi perbandingan lisan
Ivermectin dan topikal permethrin cream dalam pengobatan scabies. J
Am Acad Dermatol. 2000; 4: 1521-1524.
5. Madan V, Jaskiran K, Gupta U, Gupta DK. Oral perbandingan
Ivermectin dengan 1% topikal lindane lotion. Int J Dermatol. 2001; 28:
481-84.
6. Elmogy M, Fayed H, Marzok H Rashad A. Oral Ivermectin dalam
pengobatan scabies. Int J Dermatol. 1999; 38: 926-30.
7. Macotela - Ruiz E, Pefia-Gonzolez G. Tratamento de la escabiasis con
Ivermectinapor via oral. Gaseto Med Mexico. 1993; 29: 201-05.
8. Zargori O, Golchai J, Sobhani A, Dehpour AR, Sadr-Ashkevari S,
Alizadeh N. Perbandingan efektivitas topikal 1% lindaneVs 5%
permethrin dalam skabies: A, studi dua blind randomized. India J
Dermatol Verenereol Leprol. 2006; 72 (1): 33-36.
9. Hegary AA, Darwish NM, Ibrahim A, Hamid A, HammadSM.
Epidemiologi dan kontrol skabies di sebuah desa Mesir. Int J
Dermatol. 1999; 38: 291-95.
10. Taplin D, Meinking TL, Porcelain SL, Castillero PM, Chen JA.
Permetrin 5% dermalcream: Sebuah pengobatan baru untuk skabies. J
Am Acad Dermatol. 1986; 15: 991- 1001.
11. Schultz MW, Gomez M, Hansen RC, Mills J, Menter A, Rodgers H, et
al. Comparative study of 5% permethrin cream and 1% lindane lotion
for the treatment of scabies. Arch Dermatol. 1990;126:167-70.
12. Haustein UF, Hlawa B. Treatment of Scabies with permethrin versus
Lindane and Benzyl benzoate. Acta DermVenerol. 1989;69:348-51.
13. Nag SC, Barbhuaiya JN, Datta PK, Banerjee PP. A comparative study
of efficacy gama benzene hexachloride lotion and benzyl benzoate
emulsion. Int J Dertamol. 1995;40(2):86-87.
14. Glaziou P, Cartel Jl, Alzieu P, Briot C, Moulia-pelat JP, Martin PM.
Comparison of Ivermectin and benzyl benzoate for treatment of
scabies. Trop Med Parasitol. 1993;4:331-32.
15. Sampaio NV. Estudo comparativo entre o monosulfiram e o benzoate
de benzilla no tratamento da escabioze. Ann Brasil Dermatol.
1984;59:213-14.
16. Brooks PA, Grace RF. Ivermectin is better than benzyl benzoate for
childhood scabies in developing countries. J Paediatr Child Health.
2002;38(4):401-04.