99
KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN BULAN JUNI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO DAN MADRASAH CINTA KARYA AYU NESIA SKRIPSI DiajukanSebagai Salah SatuSyaratuntukMemperolehGelarSarjanaPendidikanBahasadanSastra Indonesia Oleh INTANPRASASTINUR 10533773414 JURUSANPENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2018

KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN

BULAN JUNI KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO DAN

MADRASAH CINTA KARYA AYU NESIA

SKRIPSI

DiajukanSebagai Salah

SatuSyaratuntukMemperolehGelarSarjanaPendidikanBahasadanSastra

Indonesia

Oleh

INTANPRASASTINUR

10533773414

JURUSANPENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2018

Page 2: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak

menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.

Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menhgadapi tantangan dan

saya percaya pada diri sendiri.

Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum jika bukan kaum itu

merubahya sendiri olehnya itu tetaplah berjuang dan berusaha semaksimal

mungkin. Karena, manusia tidak merancang untuk gagal, mereka gagal untuk

merancang.

Page 3: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

ABSTRAK

INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel

Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta Karya Ayu

Nesia. Skripsi. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dibimbing oleh Andi Sukri Syamsuri dan Syekh Adiwijaya Latief.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui intertekstual sosial dalam novel

“Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta karya Ayu

Nesia dan dikemukakan pula persamaan dan perbedaan dalam kedua novel

tersebut. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian

ini adalah keterangan yang di jadikan objek kajian baik melalui setiap kata

maupun kalimat ungkapan sebagai pendukung intertekstual sosial dalam novel.

Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta karya Ayu

Neisa. Pengumpulan data ini dilakukan dengan teknik pustaka, yaitu mnggunakan

sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam novel Hujan Bulan Juni

ditemukan tujuh kalimat yang termasuk kajian intertekstual sosial dan pada novel

Madrasah Cinta terdapat lima kalimat.

Kata kunci: Struktur Novel, Kajian Intertekstual Sosial, Persamaan dan Perbedan

Page 4: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

KATA PENGANTAR

Pujidan syukurpatutlahdipanjatkanataskehadirat Allah Swt yang

telahmelimpahkanrahmatdanhidayah-Nya, sehinggapenulisdapatmenyelesaikan

proposal inidenganjudul “KajianIntertekstualSosial dalamNovel

HujanBulanJuniKaryaSapardiDjokoDamono danMadrasah

CintaKaryaAyuNesia”. Sholawatsertasalamjugasemogasenantiasa Allah

curahkankepadajunjungankitaNabibesar Muhammad SAW

kepadasahabatkeluarga, sertaummat yang istiqomahberada di jalan-Nya.

Penulis

menyadaridalampenyusunanskripsiinihambatandankesulitanselalupenulistemui,

namun hanyaatasizin-Nyasertabimbingan, dorongan,

danbantuandariberbagaipihakakhirnyaskripsiinidapatterselesaikan.Pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada ayahanda Bado bunda Anni yang tulus dan ikhlas membesarkan,

mendidik, membiayai, dan memberikan kasih sayang tiada tara serta selalu

mendoakan demi kesuksesan penulis dalam meraih cita-cita, serta keluarga yang

turut memberikan motivasi dan selalu mendoakan ananda selama proses

pendidikan hingga penyusunan skripsi ini. Tidak lupa pula penulis mengucapkan

banyak terimakasih kepada Bapak Dr. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum., selaku

Pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan,

dan memberikan petunjuk sehingga skripsi ini dapat selesai. Kepada

Page 5: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

x

BapakSyekhAdiwijaya Latief, S.Pd., M.Pd., II yang telah memberikan bimbingan,

pengarahan, bantuan serta petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.

Ucapan terimakasih kepada Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE., MM. rektor

Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph. D. dekan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammdiyah Makassar

dan Dr. Munirah, M.Pd. ketua jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Teman-teman seperjuangan di Universitas Muhammadiyah Makassar,

FKIP jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2018 kelas E khususnya

Rosita dan Isma Indah yang selama ini membantu peneliti selama menempuh

studi. Ucapan teristimewa kepada sahabatku Nurhazanah Ismail,Ita Wahyuni

Yusuf, Sidratul Muntaha, Mariana,Nurfitri Mahzanah, dan Henny Hardiyantiyang

telah memberikan dukungan, motivasi, dan semangat kepada penulis.

Segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan oleh semua pihak

semoga mendapatkan imbalan dari Allah Swt. Penulis berharap skripsi ini bisa

bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Makassar, Juli 2018

PENULIS

Page 6: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. iii

SURAT PENYATAAN .................................................................................. iv

SURAT PERJANJIAN .................................................................................. v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi

ABSTRAK ...................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LatarBelakang ...................................................................................... 1

B. FokusPenelitian .................................................................................... 7

C. TujuanPenelitian .................................................................................. 8

D. ManfaatPenelitian ................................................................................ 8

E. PenegasanIstilah ................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. TinjauanPustaka ................................................................................... 11

1. PenelitianYang Relevan ................................................................. 11

2. Sastra .............................................................................................. 17

Page 7: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

3. PengertianNovel ............................................................................. 18

4. Interstektual .................................................................................... 48

5. Sosial .............................................................................................. 55

B. Kerangkapiker ...................................................................................... 56

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan DesainPenelitian ................................................................... 58

B. Data dan Sumber Data ......................................................................... 58

C. TeknikPengumpulan Data .................................................................... 59

D. TeknikAnalisis Data ............................................................................. 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .............................................................................. 61

B. Pembahasan .................................................................................... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan .............................................................................................. 77

B. Saran .................................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN - LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 8: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karya sastra adalah suatu hasil karya sastra yang cukup banyak

terdapat di Indonesia.Perkembangan karya sastra di Indonesia bukan hanya

pada saat ini saja, tetapi juga sudah ada sejak lama.Perkembangan ini

membuat karya sastra di Indonesia masih bertahan sampai saat ini. Pradopo

(dalam Salfia, 2015) mengatakan karya sastra adalah termasuk karya seni,

seperti halnya karya-karya seni lainnya: seni musik, seni lukis, seni tari, dan

sebagainya, di dalamnya sudah mengandung penilaian seni. Dan kata seni ini

berhubungan dengan pengertian “indah” atau “keindahan”, kembali pada

karya sastra, karya sastra sebagai karya seni memerlukan pertimbangan,

memerlukan penilaian akan seninya.

Karya sastra mempersoalkan berbagai masalah kehidupan manusia

dalam interaksinya dengan sesama makhluk hidup dan lingkungannya.

Karya sastra merupakan hasil dialog, renungan, dan reaksi pengarang

terhadap lingkungan dan kehidupan. Walau berupa khayalan, tidak benar

jika karya sastra dianggap sebagai hasil kerja lamunanbelaka, melainkan

penghayatan dan perenungan secara intens, perenungan terhadap hakikat

hidup dan kehidupan, perenungan yang dilakukan dengan penuh kesadaran

dan tanggung jawab.Karya sastra yang dihasilkan pengarangselalu

menampilkan konflik yang memiliki karakter sehingga karya sastra juga

menggambarkan kejiwaan manusia, walaupun pengarang hanya

Page 9: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

2

menampilkan konflik itu secara fiksi.Dengan kenyataan tersebut, karya

sastra selalu terlibat dalam segala aspek hidup dan kehidupan.Salah satu

bentuk karya sastra adalah novel.

Novel merupakan salah satu dari karya sastra bersifat kreatif

imajinatif yang menceritakanpersoalan kehidupan manusia secara kompleks

dengan berbagai konflik, sehingga pembaca memperoleh pengalaman-

pengalaman baru tentang kehidupan.Novel adalah karya fiksi yang dibangun

dari berbagai unsur intrinsiknya.Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan

pengarang dan dibuat mirip dengan duniayang nyata lengkap dengan

peristiwa dan konflik di dalamnya, sehingga tampak seperti sungguh-

sungguh adadan sungguh-sungguh terjadi.Unsur intrinsik sebuah novel

adalah unsur yang membangun sebuah cerita. Novel merupakan gambaran

hidup tokoh yang menceritakan hampir keseluruhan perjalanan hidup

tokoh.Perjalanan tokoh dalam novel digambarkan dengan lengkap atau jelas

oleh pengarang.Setiap tokoh juga diberi gambaran fisik, konflik, dan

kejiwaan yang berbeda-beda sehingga cerita tersebut seperti nyata atau

menjadi hidup.

Alasan memilih judul karena, adanya keterkaitan penulis di bidang

sastra mengarah pada sastra tulisan. Dan luasnya cakupan sastra tulisan,

maka penulis membatasi objek penelitiannya pada sastra tulisan yang

berjenis prosa fiksi, khususnya cerita (novel). Cerita rekaan menawarkan

berbagai permasalahan manusia dan kehidupan yang melingkupinya. Bahan

penciptaan cerita rekaan dapat diambil dari kehidupan sosial masyarakat.

Page 10: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

3

Penelitian ini akan mengkaji novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi

Djoko Damono dan Madrasah Cinta karya Ayu Nesia dengan pendekatan

Intertekstual sosail. Penelitian Intertekstual merupakan bagian dari kritik

sastra yang mengakaji hubungan antara karya sastra yang satu dengan yang

lain, serta hubungan antara sastra dengan bidang lainnya sebagai

hipogramnya. Sastra bandingan adalah sebuah studi teks across

cultural.Studi ini merupakan upaya interdisipliner, yakni lebih banyak

memperhatikan hubungan sastra menurut aspek waktu dan tempat.Dari

aspek waktu, sastra bandingan dapat membandingkan dua atau lebih periode

yang berbeda. Sedangkan konteks tempat, akan mengikat sastra bandingan

menurut wilayah geografis sastra. Konsep ini merepresentasikan bahwa

sastra bandingan memang cukup luas. Bahkan, pada perkembangan

selanjutnya, konteks sastra bandingan tertuju pada bandingan sastra dengan

bidang lain.

Sastra perbandingan adalah wilayah keilmuan sastra yang

mempelajari keterkaitan antar sastra dan perbandingan sastra dengan bidang

lain. Jalin-menjalin antar karya sastra sangat dimungkinkan, karena setiap

pengarang menjadi bagian penulisan ini.Ilmu sastra menjadi pijakan sastra

bandingan. Oleh karena, melalui ilmu sastra tersebut akan dilihat apakah

karya satu dengan yang lain saling bersinggungan atau tidak.

Penelitian interteks sebenarnya bagian dari sastra bandingan.Interteks

memang lebih sempit dibandingkan sastra perbandingan.Jika sebagian besar

interteks merupakan gerakan peneliti filoligi baik klasik maupun modern,

Page 11: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

4

yang selalu berhubungan dengan teks sastra-sastra bandingan justru lebih

luas lagi. Sastra bandingan dapat melebar ke arah bandingan antara sastra

dengan bidang lain yang mungkin (di luar sastra).

Munculnya studi interteks, sebenarnya lebih banyak dipengaruhi oleh

pembuatan sejarah sastra.karena, melalui pembuatan sejarah sastra, interteks

akan menyumbangkan bahan yang luar biasa pentingnya. Maksudnya, jika

dalam tradisi sastra terdapat pinjam-meminjam (gaduh) antara sastra satu

dengan yang lain, akan terlihat pengaruhnya. Sedangkan munculnya sastra

bandingan dengan bidang lain, kemungkinan besar dipengaruhi oleh

penelitian lintas disiplin ilmu. Lintas disiplin ini akan memandang sebuah

fenomena senada akan memiliki sumbangan penting dan saling terpengaruh.

Pengaruh tersebut akan menjadi lengkap apabila telah dibandingkan secara

cermat satu sama lain.

Studi interteks menurut Frow (1990:45-46) didasarkan beberapa

asumsi kritis : (1) konsep interteks menuntut peneliti untuk memahami teks

tak hanya sebagai isi, melainkan juga aspek perbedaan dan sejarah teks, (2)

teks tak hanya struktur yang ada, tetapi satu sama lain juga saling memburu,

sehingga terjadi perulangan atau transformasi teks, (3) ketidakhadiran

struktur teks dalam rentang teks yang lain namun hadir juga pada teks

tertentu merupakan proses waktu yang menentukan, (4) bentuk kehadiran

struktur teks merupakan rentangan dari yang eksplisit sampai implisit. Teks

boleh saja diciptakan ke bentuk lain : di luar norma idiologi dan budaya, di

luar genre, di luar gaya dan idiom, dan di luar hubungan teks-teks lain, (5)

Page 12: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

5

hubungan teks satu dengan yang lain boleh dalam rentang waktu lama,

hubungan tersebut bisa secara abstrak, hubungan interteks juga sering terjadi

penghilangan-penghilangan bagian tertentu, (6) pengaruh mediasi dalam

interteks sering mempengaruhi juga pada penghasilan gaya maupun norma-

norma sastra, (7) dalam melakukan identifikasi interteks diperlukan proses

interprestasi, (8) analisis interteks berbeda dengan melakukan kritik

melainkan lebih terfokus pada konsep pengaruh.

Jika dicermati dari asumsi tersebut,penelitian interteks semula

memang pengembangan dari resepsi sastra, terutama resepsi teks.Asumsi

paham interteks adalah bahwa teks sastra tidak berdiri sendiri. Teks

dibangun atas teks yang lain. Penulis ketika mengekspresikan karyanya,

telah meresepi karya sebelumnya.Hanya saja, terjadinya interteks tersebut

ada yang sangat vulgar dan ada pula yang sangat halus. Semua kasus

interteks tergantung keahlian pengarang menyembunyikan atau sebaliknya

memang ingin menampakkan karya orang lain dalam karyanya.

Pemerhati interteks dan sastra perbandingan sebenarnya kurang lebih

sama. Baik interteks maupun sastra perbandingan, sebenarnya ingin melacak

orisinalitas sebuah teks sastra. Jika karya sastra semakin tidak memuat teks

lain, berarti fungsi kreativitas sangat tinggi. Pencipta telah memanfaatkan

kemampuan berkreasi sehingga seakan-akan tak ada teks lain yang muncul

di dalamnya. Namun, jika peneliti interteks dan atau sastra perbandingan

sangat jali, apa yang disembunyikan pencipta atas teks lain sering terungkap.

Page 13: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

6

Penelitian ini tidak hanya akan membahas kajian intertekstual, tetapi

akan membahas tentang sosial.Sosial adalah bagian yang tidak utuh dari

sebuah hubungan manusia sehingga membutuhkan pemakluman atas hal-hal

yang bersifat rapuh di dalamnya.sosial ini merujuk pada hubungan-

hubungan manusia dalam kemasyarakatan, hubungan antar manusia,

hubungan manusia dengan kelompok, serta hubungan manusia dengan

organisasi untuk mengembangkan dirinya. Pengertian sosial ini pun

berhubungan dengan jargon yang menyatakan bahwa manusia merupakan

makhluk sosial.Setiap manusia memang tidak bisa hidup sendirian.

Seseorang membutuhkan orang lain untuk mendukung hidupnya.

penelitian ini sangat menarik untuk di analisis, apalagi objek kajian

dari penelitian ini adalah novel dari dua pengarang yang berbeda namun

memiliki kesamaan genre dalam menuangkan cerita fiksi. Pada penelitian ini

penulis lebih memfokuskan untuk menganalisis kajian interstektual sosial

pada novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah

Cinta.

Novel Hujan Bulan Juni menceritakan tentang hubungan percintaan

antara Pria sederhana dan kaku bernama Sarwono dengan gadis, yang kalau

boleh saya kategorikan seperti syarat untuk menjadi Miss Universe, Brain,

Beauty dan, Behavior bernama Pingkan. Dia adalah sosok perempuan yang

berdarahblasteran dari dua suku Jawa (Solo) dan Minahasa

(Menado).Sarwono ini adalah seorang Antropolog. Meskipun ia selalu sibuk

dengan pekerjaannya sebagai peneliti, ia tetap berusaha untuk selalu

Page 14: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

7

mengabari gadis pujaanya (Pingkan). Singkatnya kemudian, Pingkan dan

Sarwono, sering bertemu maka keduanya saling jatuh cinta, meski

dibenturkan oleh sebuah kendala berbeda agama.Bukan hanya itu, cinta

mereka juga sering dibumbui dengan obrolan yang remeh-temeh setiap kali

sedang jalan bersama.Tetapi, justru sebab obrolan mereka itulah yang

membuatkeromantisan di antara keduanya semakin terbangun.

Novel Madrasah Cinta menceritakan tentang ajaran sebuah cinta

sejati tak pernah mati. Cinta sejati bukan karena cantik dan tahta. Namun,

karena ketulusan dan keimanan. Cinta sejati yang hakiki hanyalah cinta

antara kita dengan Allah Swt. Dan juga cinta yang tidak akan pernah mati

dan tidak akan berakhir hingga akhir masa, baik masa di dunia maupun masa

di akhirat nanti. Allah mencurahkan cinta kita kepada kita dengan luar biasa

tanpa jeda. Tanpanya, kita tidak akan ada di dunia ini. Seperti halnya apabila

hubungan percintaan yang didasari hanya pada materi, ia tidak bertahan lama

pasti akan berujung perpisahan. Akan tetapi, cinta yang tidak disebabkan

karena materi akan terus tumbuh subur, mekar, berkembang, sebagaimana

alami ini akan sempurna menjadi alam Ukhrawi Alam Surgawi.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, fokus penelitian dapat

dirumuskan sebagai berikut.

1. Struktur novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono dan

Madrasah Cinta Karya Ayu Nesia.

Page 15: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

8

2. Kajian interstektual sosial dalam novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi

Djoko Damono dan Madrasah Cinta karya Ayu Nesia.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian yang telah diuraikan tersebut, maka

tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan struktur novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko

Damono dan Madrasah Cinta Karya Ayu Nesia.

2. Dapat mengetahui cara menganalisis kajian interstektual sosial dalam

novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah

Cinta karya Ayu Nesia.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis penelitian ini dimaksudkan agar dapat memberikan

kontribusi bagi bidang kajian sastra.Dengan demikian, penelitian ini

nantinya berperan untuk memperkaya perkembangan ataupun teehadap

apresiasi sastra itu sendiri.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Pembelajaran Sastra

Di harapkan dengan pendekatan ini dapat memberikan

konstribusi pemikiran yang aplikatif dalam proses pengajaran sastra,

khususnya dalam mempelajari kajian intertekstual dan gaya bahasa

Page 16: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

9

repetisi dalam sastra khususya. Hal ini juga menjadi bahan ajar yang

cukup relevan untuk pengapresiasi karya sastra kepada siswa.

b) Bagi Penikmat Sastra

Penelitian ini bermanfaat bagi penikmat sastra guna membantu

dalam mengapresiasikan karya dan petunjuk disaat menghadapi

kesulitan dalam memahami pesan yang terdapat karya sastra,

khususnya dalam novel “Hujan Bulan Juni” karya Sapardi Djoko

Damono dan “Madrasah Cinta” karya Ayu Nesia.

c) Bagi Peneliti Sastra

Penelitian ini dapat memperkaya wawasan sastra dan

menambah khasanah penelitian sastra Indonesia sehingga bermanfaat

bagi perkembangan sastra Indonesia.

E. Penegasan Istilah

Untuk memudahkan gambaran yang jelas tentang fokus yang diteliti,

penulis merasa perlu mengemukakan definisi berikut ini.

1. Interstektual adalah sebuah pendekatan untuk memahami sebuah teks

sebagai sisipan dari teks-teks lain. Interstektual juga dipahami sebagai

proses untuk menghubungkan teks dari masa lampau dengan teks masa kini.

2. Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita

kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan

watak dan sifat setiap pelaku.

Page 17: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

10

3. Sosial merupakan segala perilaku manusia yang menggambarkan hubungan

individualis. Istilah tersebut sering dibandingkan dengan cabang-cabang

kehidupan manusia dan masyarakat di manapun.

Page 18: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian yang Relevan

Penelitian relevan sebelumnya telah diteliti oleh Atik Hendriyati

Skripsi Kajian Intertekstual Dan Nilai PendidikanNovel Canting Karya

ArswendoAtmowiloto. Dengan Para Priyayi Karya Umar Kayam. Dalam

penelitian ini kemukakan bahwa pertentangan dapat dilihat pula dari

amanat yang terkandung dalam masing-masing novel. Amanat yang

terkadung dalam Cantingmenyaran kepada semangat perubahan zaman

janganlah dilawan karena hanya akan menemui kekalahan. Cara terbaik

untuk menghadapinya adalah dengan meleburkan diri tanpa melupakan

jati diri.

Nilai pendidikan dalam novel Canting dan Para Priyayi

disampikan melalui sikap atau tindakan parah tokohnya. Nilai pendidkan

dalam sikap atau tindakan, yaitu nilai-nilai yang diperoleh dan dapat

dicontoh dari sikap atau tindakan para tokoh dalam cerita.Selain itu, nilai

pendidikan disamapaikan melalui ungkapan atau pepatah dari para

tokohnya yang mengandung ajaran moral yang tinggi.Orang Jawa

sangatlah kaya dengan ungkapan-ungkapan yang mengandung nasihat

yang bijaksana. Melalui ungkapan-ungkapan tersebut mereka berusaha

menanamkan sikap dan moral yang baik, budi pekerti, sopaan santun, dan

Page 19: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

12

tata karma kepada keturunannya, sanak saudaranya, dan kepada orang

lain.

Penelitian lain dikemukakan oleh Dayang Atika Kurniawati

dengan judul Kajian Intertekstual Pada Novel Surat Kecil Untuk Tuhan

Dan Novel Air Mata SurgaPenelitian ini bertujuan untuk pendeskripsian

kajian intertekstual pada novel Surat Kecil untuk Tuhan dan novel Air

Mata Surga.Adapun tujuan khusus dari penelitian ini ialah 1)

Pendeskripsian karakter tokoh utama dalam novel Surat Kecil untuk

Tuhan dan novel Air Mata Surga. 2) Pendeskripsian alur cerita dalam

novel Surat Kecil untuk Tuhan dan novel Air Mata Surga.

3)Pendeskripsian latar cerita dalam novel Surat Kecil untuk Tuhan dan

novel Air Mata Surga. 4)Pendeskripsian hubungan intertekstual dalam

novel Surat Kecil untuk Tuhan dan novel Air Mata Surga.

Pada penelitian ini membahas tentang Novel Surat Kecil untuk

Tuhan merupakan sebuah buku yang diangkat dari kisah nyata perjuangan

gadis remaja penderita kanker. Kisah ini sempat diulas dalam acara Kick

Andy , sebelumnya buku ini diterbitkan secara online dan dibaca lebih

dari 350.000 pengunjung. Banyak pembaca yang terinspirasi oleh kisah

novel ini sehingga buku ini dicetak secara luas dan terjual lebih dari

30.000 buku.Buku ini mencetak sukses di Indonesia dan Taiwan dalam

waktu dua bulan.Novel ini menceritakan tentang seorang anak gadis yang

cantik, pintar, baik hati, ceria, penyabar, ikhlas, rajin, penyayang, dan

Page 20: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

13

sederhana.Cantika atau biasa dipanggil Keke, berusia 13 tahun yang

menderita kanker jaringan lunak pertama di Indonesia.

Novel Air Mata Surga adalah satu diantara karya sastra yang

diciptakan oleh E. Rokajat Asura.Novel ini sangat menarik karena novel

ini menceritakan tentang seorang anak yang berusia 10 tahun yang terus

berusaha bertahan hidup melawan kanker. Anak itu bernama Baraah, ia

yatim piatu karena ayahnya meninggal tertabrak truk dan tak lama

kemudian ibunya pun meninggal karena kanker. Walaupun dalam kondisi

seperti itu Baraah tetap saja menghafal ayat-ayat suci Alquran dan ia

memiliki cita-cita yang sangat bagus karena ia ingin memberikan selembar

demi selembar hafalan ayat-ayat Alquran yang telah ia hafalkan kepada

seluruh anak-anak muslim di dunia.

Penelitian selanjutnya dikemukakan oleh Roma Nur Asnita Kajian

Intertekstual Dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El

Shirazy Dengan Novel Dzikirdzikir Cinta Karya Anam Khoirul

Berdasarkan uraian pembahasan mengenai hubungan intertekstual novel

Ayat-Ayat Cinta dan novel Dzikir-Dzikir Cinta memiliki beberapa

kesamaan dan perbedaan yang dilihat dari segi tema, alur, tokoh dan

penokohan, sudut pandang, dan latar. 26 Tema dalam novel Dzikir-Dzikir

Cinta memiliki kesamaan dengan tema yang terdapat dalam novelAyat-

Ayat Cinta.Kesamaan itu terutama pada para tokoh utama yang

mengalami konflik percintaan diantara ketiganya.Masuknya Maria

Page 21: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

14

ditengah percintaan Fahri dan Aisya.Dan masuknya Fatimah di tengah

percintaan Rusli dan Sukma.

Namun secara keseluruhan tema novel Ayat-Ayat Cinta

bertemakan religius, yang berisikan ajaran-ajaran tentang kehidupan

manusia untuk dapat bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran agama

Islam yang sesunguhnya.Sedangakan tema novel Dzikir-Dzikir Cinta yaitu

bertemakan religius yang berisikan ajaran kehidupan manusia sesuai

dengan tuntunan Agama Islam. Alur novel Dzikir-Dzikir Cinta

menggunakan pola alur yang sama dengan pola alur novel Ayat-Ayat

Cinta. Pada novel Ayat-Ayat Cinta, cerita diawali dengan pelukisan

suasana latar kota, yaitu kota Cairo yang terletak di Mesir. Penggambaran

kota Cairo dengan disertai pelukisan suasana kota yang begitu khas. Sama

halnya dengan alur dalam novel Dzikir-Dzikir Cinta, cerita diawali dengan

pelukisan suasana latar kampung yaitu Kampung Kuning.Penggambaran

suasana latar kampung disertai dengan pelukisan suasana Kampung

Kuning yang begitu khas, serta dengan penceritaan kegiatan rutinitas

masyarakatnya.

Tahap selanjutnya, awal timbulnya konflik dalan novel Ayat-Ayat

Cinta berawal dari pertemuan Fahri dan Aisha di sebuah Metro yang

secara tidak sengaja.Keberanian Fahri yang menolong orang asing dari

makian dan hinaan orang Mesir membuat Aisha jatuh hati padanya. Secara

diam-diam disela keseringan Aisha bertemu Fahri dengan alasan

membantu Alicia, orang asing yang telah ditolong Fahri dan Aisha di

Page 22: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

15

dalam sebuah Metro tersebut membuat Aisha tak dapat menahan gejolak

asmara dalam hatinya. Begitu juga halnya dalam novel DzikirDzikir Cinta,

timbulnya konflik berawal dari pertemuan Rusli dan Fatimah yang terjadi

di rumah Fatimah sendiri, yang tidak lain adalah putri Kyai. Seringnya

Fatimah menemani Rusli dalam menjalankan tugas Kiyai Mahfud

membuat Fatimah jatuh hati padanya.Secara diam-diam Fatimah

menyimpan rasa cintannya kepada Rusli.Pada puncak cerita (klimaks)

dalam novel Ayat-AyatCinta konflik yang terjadi, yaitu ujian-ujian yang

datang dalam rumah tangga 27 Aisha dan Fahri hingga pada akhirnya

Fahri masuk penjara karena tuduhan pemerkosaan terhadap Noura. Puncak

konflik dalam novel Dzikir-Dzikir Cinta timbul setelah pernikahan Rusli

dan Fatimah.Konflik yang hadir dalam ceritapun tergambar dari sikap

Rusli yang kian hari kian dingin kepada Fatimah meskipun keduanya telah

lama menikah.Bayangan Sukmah sekan tak pernah hilang dari dalam diri

Rusli.

Adapun penelitian selanjutnya dikemukakan oleh Raraningrum,

(2011) melakukan penelitian dengan judul “Aspek Gender dalam Novel

Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari dan Sintren Karya Dianing

Widya Yudhistira: Kajian Interteks”. Hasil penelitian ini adalah struktur

yang tercipta terjalin sangat bagus.Hubungan antara tokoh yang terdapat

dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari dan novel

Sintren Karya Dianing Widya Yudhistira sangat kompleks dan rumit.

Struktur yang saling menguatkan satu sama lain dan secara padu

Page 23: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

16

membangun peristiwa. Peristiwa dan makna cerita dalam novel.Tema

dalam novel RDP adalah tentang kearifan lokal yang terdapat di Dukuh

Paruk, sedangkan tema dalam novel Sintren adalah kemiskinan.Secara

interteks novel RDP menjadi hipogram dari novel Sintren. Novel RDP dan

Sintren sarat dengan muatan-muatan masalah gender. Aspek gender

dalam novel RDP karya Ahmad Tohari yaitu, Diskriminasi yang terdapat

dalam masyarakat, pelecehan seksual, pemaksaan, cara berpikir dan

penyifatan. Selain itu juga ditemukan aspek gender dari segi kecantikan

dan kekuasaan. Aspek gender dalam Sintren karya Dianing Widya

Yudhistira yaitu, dari masyarakat berupa pengucilan, pelecehan seksual,

pemaksaan, penyifatan, cara berpikir, selain itu juga terjadi dalam dunia

pendidikan, kecantikan dan kekuasaan. Persamaan penelitian Raraningrum

dengan penelitian ini sama-sama menggunakan pendekatan

intertekstual.Perbedaanya terletak pada objek kajian dan aspek kajiannya.

Untuk penelitian selanjutnya dikemukakan oleh Murniati, (2014)

“Analisis Repetisi pada Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu Karya

Tere Liye”.Hasil penelitian ini menunjukkan adanya deskripsi dari jenis

dan bentuk repetisi yang terdapat pada novel Rembulan Tenggelam di

Wajahmu. Jenis repetisi yang ditemukan yaitu epizeuksis terdapat 24 data,

tautotes terdapat 3 data, anafora terdapat 32 data, epistrofa terdapat 14

data, simploke terdapat 5 data, mesodiplosis terdapat 8 data, epanelepsis

terdapat 7 data, dan anadiplosis terdapat 4 data. Sedangkan bentuk repetisi

yang ditemukan yaitu pengulangan penuh terdapat 17 data, pengulangan

Page 24: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

17

dengan bentuk lain terdapat 14 data, dan pengulangan dengan penggantian

terdapat 55 data.

Dari beberapa penelitian relevan diatas dapat disimpulkan bahwa

kajian intertekstual pernah diteliti oleh beberapa peneliti sebelumnya

dengan kajian karakter dan pendidikan, maka dari itu saya salaku peneliti

ingin meneliti kajian intertekstual sosial dalam novel Hujan Bulan Juni

Karya Sapardi Djoko Damono Dan Madrasah Cinta Karya Ayu Nesia.

Mengingat kajian sosial belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya.

2. Sastra

Sastra merupakan suatu hasil karya seni yang muncul dari

imajinasi atau rekaan para sastrawan.Kehidupan di dalam karya sastra

adalah kehidupan yang telah diwarnai dengan sikap penulisnya, latar

belakang pendidikan, keyakinan, dan sebagainya.Sedangkan di dalam

karya sastra terkandung suatu kebenaran yang berbentuk keyakinan dan

kebenaran indrawi seperti yang telah telah terbuktidalam kehidupan

sehari-hari.

Melalui karya sastra, pengarang mngungkapkan gagasan tertentu

dalam novelnya berdasarkan lingkungan tertentu, budaya tertentu,

pendidikan tertentu dalam situasi tertentu yang menpengaruhi cara

berpikirnya. Hasil pengaruh itu merupakan faktor kurangnya pendidikan

yang terdapat di kalangan masyarakar menengah.Pentingnya pendidikan

Page 25: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

18

tehadap seorang penulis dapat meningkatkan mutu sastra yang ingin

dicapai.

3. Pengertian Novel

Kata novel berasal dari kata Latin novellas yang diturunkan pula

dari kata novies yang berarti “baru”.Dikatakan baru karena jika

dibandingkan dengan jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi, drama, dan

lain-lain, jenis novel ini muncul kemudian (Tarigan, 1984: 164). Dalam

sastra Indonesia, pada angkatan 45 dan seterusnya, jenis prosa fiksi yang

disebut roman lazim dinyatakan sebagai novel (Waluyo, 2006: 2; Tarigan,

1984: 163; Atar Semi, 1993: 32).

Dengan demikian, untuk selanjutnya penyebutan istilah novel di

samping mewakili pengertian novel yang sebenarnya, juga mewakili

roman.Novel hanya mengisahkan salah satu kehidupan seseorang yang

mengakibatkan perubahan nasib. Seperti yang dikemukakan Jassin (dalam

Suroto, 1989: 19) bahwa novel ialah suatu karangan prosa yang bersifat

cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan

orang-orang (tokoh cerita), luar biasa karena dari kejadian ini terlahir

suatu konflik, suatu pertikaian, yang mengalihkan jurusan nasib mereka.

Wujud novel adalah konsentrasi, pemusatan, kehidupan dalam satu saat,

dalam satu krisis yang menentukan.

Pada bagian lain, Jassin (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 16)

menyebutkan bahwa novel dibatasi dengan pengertian suatu cerita yang

bermain dalam dunia manusia dan benda yang ada di sekitar kita, tidak

Page 26: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

19

mendalam, lebih banyak melukiskan satu saat dari kehidupan seseorang,

dan lebih mengenai sesuatu episode.Novel adalah salah satu genre sastra

yang dibangun oleh beberapa unsur.Sesuai dengan pendapat Waluyo

(2002: 136) yang menyatakan bahwa cerita rekaan adalah wacana yang

dibangun oleh beberapa unsur.Unsur-unsur itu membangun suatu

kesatuan, kebulatan, dan regulasi diri atau membangun sebuah struktur.

Unsur-unsur itu bersifat fungsional, artinya dicipta pengarang

untuk mendukung maksud secara keseluruhan dan maknanya ditentukan

olehkeseluruhan cerita itu. Pendapat lain yang senada dengan pendapat di

atas, dikemukakan oleh Burhan Nurgiyantoro (2005: 22) bahwa sebuah

novel merupakan sebuah totalitas, suatu kemenyeluruhan yang bersifat

artistik. Sebagai sebuah totalitas, novel mempunyai bagian-bagian, unsur-

unsur, yang saling berkaitan secara erat dan saling menggantungkan.Novel

(cerita rekaan) dapat dilihat dari beberapa sisi.Suminto A. Sayuti (1997: 5-

7) berpendapat bahwa jika ditinjau dari panjangnya, novel pada umumnya

terdiri dari 45.000 kata atau lebih. Berdasarkan sifatnya, novel (cerita

rekaan) bersifat expands, „meluas‟ yang menitikberatkan pada complexity.

Sebuah novel tidak akan selesai dibaca sekali duduk, hal ini berbeda

dengan cerita pendek. Dalam novel (cerita rekaan) juga dimungkinkan

adanya penyajian panjang lebar tentang tempat atau ruang.Sementara itu,

menurut Tarigan (1984: 165), jika ditinjau dari segi jumlah kata, biasanya

novel mengandung kata-kata yang berkisar antara 35.000 buah sampai tak

terbatas.Novel yang paling pendek itu harus terdiri minimal 100 halaman

Page 27: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

20

dan rata-rata waktu yang dipergunakan untuk membaca novel minimal 2

jam.

Lebih lanjut dikemukakan oleh Burhan Nurgiyantoro (2005: 11) ,

jika dilihat dari segi panjang cerita, novel (jauh) lebih panjang daripada

cerpen. Oleh karena itu, novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas,

menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detil, dan lebih

banyak melibatkan permasalahan yang lebih kompleks. Brooks et al

(dalam Tarigan, 1984: 165) berpendapat bahwa: Novel bergantung pada

tokoh; Novel menyajikan lebih dari satu impresi; c. Novel menyajikan

lebih dari satu efek; Novel menyajikan lebih dari satu emosi. Berdasarkan

beberapa pendapat di atas, cerita rekaan atau novel adalah salah satu genre

sastra yang dibangun oleh beberapa unsur.Unsur-unsur itu membangun

sebuah struktur.Unsur-unsur tersebut saling berkaitan secara erat dan

saling menggantungkan untuk membangun kesatuan makna.Bahasa

digunakan sebagai media penyampai gagasan seluk beluk

kehidupan manusia.9

1). Struktur Novel

Cerita rekaan (novel) adalah sebuah struktur yang diorganisasikan

oleh unsur-unsur fungsional yang membangun totalitas karya.Unsur-unsur

pembangun novel memiliki banyak aspek. Menurut Hudson (dalam

Waluyo, 2002: 137), unsur-unsur tersebut adalah: plot; pelaku;

dialog dan karakterisasi; setting yang meliputi timing dan action;

gaya penceritaan (style), termasuk point of view; dan filsafat hidup

Page 28: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

21

pengarang. Sementara itu, Waluyo (2006: 4) menyebutkan bahwa unsur-

unsur pembangun novel meliputi: tema cerita;

plot atau kerangka cerita; penokohan dan perwatakan; setting atau latar;

sudut pandang pengarang atau point of view; latar belakang atau

background; dialog atau percakapan; gaya bahasa atau gaya bercerita;

waktu cerita dan waktu penceritaan; dan amanat.

Elemen-elemen pembangun fiksi meliputi fakta cerita, sarana

cerita, dan tema (Stanton dalam Suminto A. Sayuti, 1997: 18). Fakta cerita

merupakan halhal yang akan diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Fakta

cerita dalam karya fiksi meliputi plot, tokoh, dan latar. Sarana cerita

merupakan hal-hal yang dimanfaatkan oleh pengarang dalam memilih dan

menata detil-detil cerita. Sarana cerita meliputi unsur judul, sudut

pandang, gaya dan nada. Tema merupakan makna cerita, gagasan sentral,

atau dasar cerita. Ada di bagian lain dinyatakan bahwa unsur-unsur

pembangun fiksi, yaitu: tokoh; alur; latar; judul; sudut pandang; gaya

dan nada; dan tema (Stanton dalam Wiyatmi, 2006: 30).

Taylor (dalam Harris Effendi Thahar, 2006: 712) mengemukakan

tiga unsur konseptual dalam novel, yaitu action (tindakan: peristiwa dan

urutan kejadian), character (watak: agen yang memotivasi dan memberi

reaksi terhadap peristiwa), dan setting (referensi bagi karakter dan

tindakan tokoh). Sementara itu, tema dan amanat merupakan simpulan

dari jalinan ketiga unsur yang dikemukakan di atas, sedangkan sudut

Page 29: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

22

pandang (point of view) dan gaya bahasa adalah kulit luar yang berfungsi

sebagai sarana untuk membungkus karya sastra fiksi naratif. 10 Secara

garis besar berbagai macam unsur pembangun fiksi secara tradisional

dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, walau pembagian ini tidak

benar-benar pilah, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

Unsur intrinsik meliputi peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema,

latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain.

Unsur ekstrinsik meliputi keyakinan, pandangan hidup, psikologi,

lingkungan, dan sebagainya (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 23; Atar Semi,

1993: 35). Sejalan dengan pendapat di atas, dikemukakan oleh Zulfahnur

Z. F., Sayuti Kurnia, dan Zuniar Z. Adji (1997: 24) bahwa unsur yang

membangun struktur fiksi ialah unsur ekstrinsik dan unsur intrinsik. Unsur

ekstrinsik, yaitu permasalahan kehidupan, falsafah, cita-cita, ide-ide,

gagasan, serta latar budaya yang menopang kisahan cerita.Unsur intrinsik,

yaitu unsur dalam dari fiksi. Unsur intrinsik ini terdiri dari tema dan

amanat, alur, perwatakan, sudut pandang, latar, dan gaya bahasa.

Sementara itu, Kenney (1966: 8) menyebutkan bahwa unsur

pembangun fiksi, meliputi: plot (alur); character (perwatakan); setting

(latar); point of view (sudut pandang pengarang); style and tone (gaya

bercerita dan nada); structure and technique (struktur dan teknik); dan

theme (tema). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, secara garis besar

struktur novel meliputi: tema; alur/plot; penokohan dan perwatakan;

Page 30: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

23

latar/setting; sudut pandang pengarang/point of view; dan amanat.

Berikut diuraikan satu per satu mengenai struktur novel.

a. Tema

Setiap novel mengandung gagasan pokok yang lazim disebut tema.

Tema adalah gagasan pokok dalam sebuah cerita. Tema cerita mungkin

dapat diketahui oleh pembaca melalui judul atau petunjuk setelah judul,

namun yang banyak ialah melalui proses pembacaan karya sastra yang

mungkin perlu dilakukan beberapa kali karena belum cukup dilakukan

dengan sekali baca. Tema selalu berkaiatan dengan pengalaman hidup

manusia.

Sejalan dengan pendapat Burhan Nurgiyantoro (2005: 25) bahwa

tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita. Ia selalu berkaitan

dengan berbagai pengalaman 11 kehidupan, seperti masalah cinta,

kasih, rindu, takut, maut, religius, dan sebagainya. Dalam hal tertentu,

tema dapat disinonimkan dengan ide atau tujuan utama cerita.

Sementara itu, Brook dan Warren (dalam Tarigan, 1984: 125)

menyatakan bahwa tema adalah pandangan hidup yang tertentu yang

membangun gagasan tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-

nilai tertentu yang membangun gagasan utama dari suatu karya sastra.

Tema adalah makna cerita. Seperti yang dikemukakan Kenney

(1966: 88) bahwa “theme is the meaning of the story” (“tema adalah

makna cerita”). Lebih lanjut dijelaskan oleh Kenney (1966: 91), “…

theme is not the moral, not the subject, not a “hidden

Page 31: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

24

meaning”illustrated by the story, what is it? Theme is meaning, but it is

not “hidden,” itis not illustrated. Theme is the meaning the story

releases; it may be themeaning the story discovers. By theme we mean

the necessary implications ofthe whole story, not a separable part of a

story” (“… tema bukan nasihat, bukan subjek, bukan sebuah “makna

yang disembunyikan” dari cerita, apakah tema? Tema adalah makna,

tetapi tidak “disembunyikan”, tidak dilukiskan. Tema adalah makna

yang tersirat; mungkin makna untuk mengetahui cerita. Dengan tema,

kita memaknai implikasi penting dari keseluruhan cerita, bukan suatu

bagian yang dapat dipisahkan dari sebuah cerita”).

Dengan demikian, untuk menemukan tema sebuah karya fiksi

haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan

bagianbagian tertentu cerita. Tema, walau sulit ditentukan secara pasti,

bukanlah makna yang „disembunyikan‟, walau belum tentu juga

dilukiskan secara eksplisit. Tema sebagai makna pokok sebuah karya

fiksi tidak (secara sengaja) disembunyikan karena justru hal inilah yang

ditawarkan kepada pembaca. Namun demikian, tema merupakan makna

keseluruhan yang didukung cerita, dengan sendirinya ia akan

„tersembunyi‟ di balik cerita yang mendukungnya. Setiap karya fiksi

pasti mengandung tema, namun untuk mengetahui suatu tema cerita

harus dipahami atau ditafsirkan terlebih dahulu melalui cerita-cerita

atau unsur-unsur pengembang cerita lainnya. Tema dapat ditafsirkan

melalui sejumlah kriteria. Pertama, penafsiran hendaknya

Page 32: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

25

mempertimbangkan tiap detil cerita yang dikedepankan. Kedua,

penafsiran hendaknya tidak bertentangan dengan tiap detil cerita.

Ketiga, penafsiran hendaknya tidak mendasarkan diri pada bukti-bukti

yang tidak dinyatakan 12 baik secara langsung maupun tidak langsung.

Keempat, penafsiran tema haruslah mendasarkan pada bukti yang

secara langsung ada atau yang diisyaratkan dalam cerita (Suminto A.

Sayuti, 1997: 123; Stanton dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 87;

Waluyo, 2006: 5). Sementara itu, menurut Zulfahnur Z. F., Sayuti

Kurnia, dan Zuniar Z. Adji (1997: 25), tema mempunyai tiga fungsi,

yaitu sebagai pedoman bagi pengarang dalam menggarap cerita,

sasaran/tujuan penggarapan cerita, dan mengikat peristiwaperistiwa

cerita dalam suatu alur.

Tema dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis, yaitu: tema yang

bersifat fisik; tema organik; tema sosial; tema egoik (reaksi probadi);

dan tema divine (Ketuhanan). Tema yang bersifat fisik menyangkut

inti cerita yang bersangkut paut dengan kebutuhan fisik manusia,

misalnya tentang cinta, perjuangan mencari nafkah, hubungan

perdagangan, dan sebagainya.

Tema yang bersifat organik atau moral, menyangkut soal hubungan

antara manusia, misalnya penipuan, masalah keluarga, problem politik,

ekonomi, adat, tata cara, dan sebagainya. Tema yang bersifat sosial

berkaitan dengan problem kemasyarakatan. Tema egoik atau reaksi

individual, berkaitan dengan protes pribadi kepada ketidakadilan,

Page 33: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

26

kekuasaan yang berlebihan, dan pertentangan individu, sedangkan tema

divine atau ketuhanan menyangkut renungan yang bersifat religius,

yaitu hubungan manusia dengan Tuhan (Waluyo, 2006: 4; Suminto A.

Sayuti, 1997: 122). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat

disimpukan bahwa tema adalah ide pokok, gagasan utama, inti

persoalan yang akan diungkapkan oleh pengarang melalui karya sastra

baik secara eksplisit maupun implisit. Tema selalu berkaitan dengan

pengalaman hidup manusia. Tema digunakan pengarang sebagai

pedoman dalam mengerjakan cerita.

b. Alur/Plot

Alur adalah faktor yang sangat penting dalam sebuah prosa fiksi.

Seperti yang diungkapkan oleh Kenney (1966: 23) bahwa “…an

understanding of plot is the most important factor in the understanding

offiction. Plot, says Aristotle, is the soul of tragedy. It may well be the

soul of 13fiction, too” (“…pemahaman plot adalah faktor yang sangat

penting dalam pemahaman prosa fiksi. Plot, kata Aristoteles, adalah

jiwa dari tragedi. Ini berarti juga jiwa dari prosa fiksi”). Alur atau plot

cerita sering juga disebut kerangka cerita, yaitu jalinan cerita yang

disusun dalam urutan waktu yang menunjukkan hubungan sebab akibat

dan memiliki kemungkinan agar pembaca menebak-nebak peristiwa

yang akan datang (Waluyo, 2006: 5).

Sejalan dengan pendapat di atas, dikemukakan oleh Atar Semi

(1993: 43) bahwa alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian

Page 34: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

27

dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interrelasi fungsional yang

sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi.

Dengan demikian, alur merupakan perpaduan unsur-unsur yang

membangun cerita sehingga merupakan kerangka utama cerita. Dalam

pengertian ini, alur merupakan suatu jalur tempat lewatnya rentetan

peristiwa yang merupakan rangkaian pola tindak tanduk yang berusaha

memecahkan konflik yang terdapat di dalamnya. Peristiwa-peristiwa

dalam cerita disusun berdasarkan hubungan kausalitas atau sebab

akibat. Sama halnya yang diungkapkan Suminto A. Sayuti (1997: 19)

bahwa plot sebuah cerita akan membuat pembaca sadar terhadap

peristiwa-peristiwa yang dihadapi atau dibacanya, tidak hanya sebagai

elemen-elemen yang jalin-menjalin dalam rangkaian temporal, tetapi

juga sebagai suatu pola yang majemuk dan memiliki hubungan

kausalitas atau sebab akibat. Lebih lanjut dipaparkan bahwa plot atau

alur fiksi hendaknya diartikan tidak hanya sebagai peristiwa-peristiwa

yang diceritakan dengan panjang lebar dalam suatu rangkaian tertentu,

tetapi lebih merupakan penyusunan yang dilakukan oleh penulisnya

tentang peristiwa-peristiwa tersebut berdasarkan hubungan

kausalitasnya. Struktur plot sebuah fiksi dapat dibagi secara kasar

menjadi tiga bagian, yaitu awal, tengah, dan akhir.

Bagian awal meliputi eksposisi dan instabilitas, bagian tengah

meliputi konflik, komplikasi, dan klimaks, sedangkan bagian akhir

meliputi denouement (Suminto A. Sayuti, 1997: 20). Sejalan dengan

Page 35: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

28

pendapat di atas, Kenney (1966: 19) menyebutkan bahwa “…14 the

beginning takes us from exposition to the initial statement of conflict;

themiddle, from conflict through complication to climax; and the end,

fromclimax to denouement” (“… bagian awal kita ambil dari eksposisi

menuju pernyataan awal konflik; tengah, dari konflik lanjut komplikasi

menuju klimaks; dan akhir, dari klimaks menuju penyelesaian”).

Rangkaian kejadian yang menjalin plot secara lebih rinci, yaitu

meliputi: eksposisi, paparan awal cerita; inciting moment, mulainya

problem cerita itu muncul; rising action, konflik dalam cerita

meningkat; complication, konflik semakin ruwet; climax, puncak

penggawatan;falling action, peleraian; dan denouement, penyelesaian

(Waluyo, 2006: 5).

Sementara itu, Tasrif (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 149-

150) membedakan tahapan plot menjadi lima bagian, yaitu:Tahap

Situation (tahap penyituasian) Tahap pembuka cerita, pemberian

informasi awal yang terutama berfungsi untuk melandasi cerita yang

dikisahkan pada tahap berikutnya.Tahap Generating Circumstances

(tahap pemunculan konflik) Tahap awal munculnya konflik, konflik itu

sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik-

konflik pada tahap berikutnya. Tahap Rising Action ( tahap peningkatan

konflik) Tahap pada saat konflik yang muncul mulai berkembang dan

dikembangkan kadar intensitasnya. Konflik-konflik yang terjadi,

internal,eksternal, ataupun keduanya, pertentangan-pertentangan,

Page 36: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

29

benturan-benturan antarkepentingan, masalah, dan tokoh yang

mengarah ke klimaks semakin tidak dapat dihindari.Tahap Climax

(tahap klimaks) Konflik dan atau pertentangan-pertentangan yang

terjadi, yang dilakui dan atau dilimpahkan kepada para tokoh cerita

mencapai titik intensitas puncak. Sebuah fiksi yang panjang mungkin

saja memiliki lebih dari satu klimaks.Tahap Denouement (tahap

penyelesaian) Konflik yang telah mencapai klimaks diberi

penyelesaian, ketegangan dikendorkan. Konflik-konflik yang lain, sub-

subkonflik, atau konfliktambahan jika ada, juga diberi jalan keluar dan

cerita diakhiri.

Plot dapat dikategorikan dalam beberapa jenis yang berbeda

berdasarkan sudut tinjauan atau kriteria yang berbeda pula.

Berdasarkan kriteria urutan waktu, plot dibedakan menjadi tiga, yaitu:

Plot Lurus (progesif) Plot dikatakan progresif jika peristiwa-peristiwa

yang dikisahkan bersifat kronologis, peristiwa-peristiwa yang pertama

diikuti oleh atau menyebabkan terjadinya peristiwa-peristiwa yang

kemudian. 2) Plot Sorot-balik (flash-back) Urutan kejadian yang

dikisahkan dalam karya fiksi yang beralur regresif tidak bersifat

kronologis. Cerita tidak dimulai dari tahap awal (yang benarbenar

merupakan awal cerita secara logika), tetapi mungkin dari tahap tengah

atau bahkan tahap akhir, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan.

3) Plot Campuran Barangkali tidak ada novel yang secara mutlak

beralur lurus-kronologis atau sebalinya sorot-balik. Secara garis besar,

Page 37: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

30

plot sebuah novel mungkin progresif, tetapi di dalamnya betapapun

kadar kejadiannya, sering terdapat adegan-adegan sorot-balik.

Demikian pula sebaliknya, bahkan sebenarnya boleh dikatakan tidak

mungkin ada sebuah ceritapun yang mutlak flashback. Hal itu

disebabkan jika yang demikian terjadi, pembaca akan sangat sulit

mengikuti cerita yang dikisahkan yang secara terus-menerus dilakukan

secara mundur (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 153-157; Waluyo, 2006:

6). Berdasarkan fungsinya, plot dibedakan menjadi dua, yaitu: Plot

Utama Plot yang berisi cerita pokok, dibentuk oleh peristiwa

pokok/utama. Plot ini juga disebut dangan plot tunggal.Plot Sampingan

(subplot) Kejadian-kejadian kecil menunjang peristiwa-peristiwa pokok

sehingga cerita tambahan tersebut berfungsi sebagai ilustrasi alur

utama. Jenis plot ini juga disebut plot bawahan (Atar Semi, 1993: 44;

Burhan Nurgiyantoro, 2005: 157-159; Zulfahnur Z. F., Sayuti Kurnia,

dan Zuniar Z. Adji, 1997: 27). Berdasarkan tokohnya atau kepadatan

cerita, plot dibedakan menjadi dua, yaitu: Plot Erat Plot erat dijumpai

pada cerita yang memiliki pelaku lebih sedikit sehingga hubungan

antarpelaku erat. Selain itu, cerita disajikan secara cepat, peristiwa-

peristiwa fungsional terjadi susul-menyusul dengan cepat, dan

hubungan antarperistiwa juga terjalin secara erat. Plot ini juga disebut

dengan plot padat.Plot Longgar Hubungan tokoh-tokoh longgar, karena

banyak pelaku. Selain itu, pergantian peristiwa demi peristiwa penting

berlangsung lambat (Atar Semi, 1993: 44; Burhan Nurgiyantoro, 2005:

Page 38: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

31

159-161; Zulfahnur Z. F., Sayuti Kurnia, dan Zuniar Z. Adji, 1997: 27).

Ada beberapa faktor penting dalam alur. Kenney (1966: 19)

menyebutnya dengan tiga hukum alur. Tiga hukum ini diharapkan ada

dalam alur. Pertama adalah kebolehjadian (plausibility). Cerita harus

meyakinkan, meyakinkan tidak mensyaratkan cerita yang realistis,

tetapi yang masuk akal. Kenney (1966: 20) mengatakan bahwa ”a story

has plausibility is simply tosay that it’s convincing on its own term”

(“kebolehjadian dalam sebuah cerita harus dinilai berdasarkan ukuran

yang ada dalam karya itu sendiri”). Adanya kebolehjadian itu dapat

juga diartikan bahwa penyelesaian masalah pada akhir cerita

sesungguhnya sudah terbayang di awal cerita dan biasanya sudah

terbayang pada waktu titik klimaks tercapai. Hukum alur yang kedua

adalah kejutan (surprise). Tanpa kejutan sebuah cerita akan

membosankan.

Faktor kejutan tampaknya bertentangan 17 dengan faktor

kebolehjadian, namun keduanya bersama-sama terdapat dalam cerita.

Hal tersebut dapat dilihat dalam cerita detektif, seperti yang

dikemukakan Kenney (1966: 21), ”an answer may be suggested by the

simple example of the pure

detective story. When, at the end of the second-to-last chapter in a

novelbyJohn Dickson Carr or Agatha Christie, the murderer’s identity

is revealed, wewant to be surprised. Indeed, if we are not surprised we

quite rightly considerthis a flaw in the novel” (“jawaban mungkin

Page 39: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

32

menyaran pada contoh sederhana dari cerita detektif murni. Ketika,

pada akhir bab kedua sampai terakhir dalam sebuah novel oleh John

Dickson Carr atau Agatha Christie, identitas pembunuh tidak

diungkapkan, kita hendak dikejutkan. Tentu saja, jika kita tidak

dikejutkan kita sungguh sadar dengan benar bahwa ini sebuah

kekurangan dalam novel”).

Dengan demikian, pemecahan misteri secara mengejutkan tetap

berada dalam batas-batas kebolehjadian. Hukum alur yang ketiga

adalah tegangan (suspense). Tegangan ialah ketidakpastian yang

berkepanjangan dan semakin menjadi-jadi. Adanya ketegangan cerita

menimbulkan rasa ingin tahu yang sangat besar bagi pembaca untuk

mengetahui lanjutan cerita. Kenney (1966: 21) menyebutkan bahwa “by

suspense we mean an expectant uncertainty as to the outcome ofthe

story. True suspense is more than a matter of not knowing how things

willturn out” (“dengan tegangan, kita memaknai ketidakpastian yang

mengandung harapan mengenai hasil cerita. Sebenarnya tegangan lebih

daripada sebuah masalah dari ketidaktahuan sesuatu akan berakhir”).

Dalam menumbuhkan tegangan ini pengarang sering menciptakan

beberapa regangan, yaitu proses penambahan ketegangan emosional,

dan beberapa susutan, yaitu proses pengurangan ketegangan emosional.

Hal itu sering disebut dengan istilah toppings and droppings.

Menurut Waluyo (2006: 7), toppings and droppings berfungsi agar

dapat ditimbulkan konflik yang lebih besar lagi. Sarana lain yang dapat

Page 40: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

33

digunakan untuk menciptakan tegangan ialah foreshadowing,

pengarang memasukkan butir-butir cerita yang membayangkan akan

terjadinya sesuatu atau seolah-olah mempersiapkan peristiwa yang akan

datang. Menurut Waluyo (2006: 7), istilah foreshadowing

memperhidup cerita dengan melukiskan kejadian yang akan datang. 18

Istilah lain yang muncul dalam alur antara lain dues ex machine

danhappy ending.

Menurut Waluyo (2006: 7-8), istilah dues ex machine (pengarang

seolah-olah Tuhan), berarti bahwa ada kejadian dalam cerita yang

mendadak sekali dan tidak menunjukkan hubungan sebab akibat

dengan cerita sebelumnya (misalnya dalam Layar Terkembang, Maria

yang dilukiskan periang dan sehat mendadak diceritakan sakit TBC dan

setelah dirawat di Sanatorium Pacet, ia meninggal dunia). Sementara

itu, istilah happy ending artinya kisah akhir yang bahagia. Berdasarkan

beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa plot atau alur

adalah jalinan peristiwa yang membentuk sebuah cerita baik secara

lurus, sorot-balik, maupun keduanya. Secara umum alur terdiri dari tiga

tahap, yaitu awal, tengah, dan akhir. Alur merupakan faktor penting

dalam sebuah karya fiksi.

c. Penokohan dan Perwatakan

Penokohan dan perwatakan adalah lukisan tokoh/pelaku cerita

melalui sifat-sifat, sikap, dan tingkah lakunya dalam cerita (Zulfahnur Z.

F., Sayuti Kurnia, dan Zuniar Z. Adji, 1997: 29). Istilah kebolehjadian

Page 41: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

34

(plausibility) dan menyerupai kehidupan nyata (lifelikeness) merupakan

istilah penting bagi pengarang untuk memaparkan tokoh-tokohnya

(Waluyo, 2006: 9; Suminto A. Sayuti, 1997: 43; Kenney, 1966: 24).

Tokoh dapat dibedakan menurut peranannya terhadap jalan cerita dan

peranan serta fungsinya dalam cerita (Waluyo, 2002: 16).

Berdasarkan peranannya terhadap jalan cerita, tokoh dibedakan

menjadi tiga, yaitu: Tokoh protagonis, yaitu tokoh yang mendukung

cerita. Biasanya ada satu atau dua figur tokoh protagonis utama, yang

dibantu oleh tokoh-tokoh lainnya yang ikut terlibat sebagai pendukung

cerita. Tokoh antagonis, yaitu tokoh penentang cerita. Biasanya ada

seorang tokoh utama yang menentang cerita dan beberapa figur

pembantu yang ikut menentang cerita. Tokoh triagonis, yaitu tokoh

pembantu, baik untuk tokoh protagonis maupun untuk tokoh triagonis.

19 Sementara itu, berdasarkan peranan dan fungsinya dalam cerita,

tokoh dibedakan menjadi tiga, yaitu: Tokoh sentral, yaitu tokoh-tokoh

yang paling menentukan gerak cerita. Tokoh sentral merupakan pusat

perputaran cerita. Dalam hal ini, tokoh sentral adalah tokoh protagonis

dan tokoh antagonis.Tokoh utama, yaitu tokoh pendukung atau

penentang tokoh sentral. Dapat juga sebagai medium atau perantara

tokoh sentral. Dalam hal ini adalah tokoh triagonis.Tokoh pembantu,

yaitu tokoh-tokoh yang memegang peran pelengkap atau tambahan

dalam mata rangkai cerita. Kehadiran tokoh pembantu ini menurut

kebutuhan cerita saja. Tidak semua cerita menampilkan kehadiran tokoh

Page 42: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

35

pembantu. Berdasarkan cara menampilkan tokoh dalam cerita, tokoh

dibedakan menjadi dua, yaitu:Tokoh Bulat (round character) Tokoh

bulat adalah tokoh yang berwatak unik dan tidak bersifat hitam putih.

Watak tokoh jenis ini tidak segera dapat ditafsirkan oleh pembaca

karena pelukisan watak tidak sederhana. Setiap manusia ada unsur baik

dan buruknya, ada unsur jahat dan baiknya, dan berbagai kekacauan

watak yang lain. Tokoh Pipih (flat character) Tokoh pipih adalah tokoh

yang wataknya sederhana. Dalam penggambaran watak hitam putih

dapat dihayati pelukisan watak secara sederhana. Tokoh ini sering pula

disebut dengan tokoh datar (Shanon Ahmad dalam Waluyo, 2006: 8;

Shanon Ahmad dalam Panuti Sudjiman, 1988: 20; Kenney, 1966: 28-

29). Setiap pengarang ingin para pembaca memahami tokoh atau

perwatakan tokoh-tokoh yang ditampilkannya. Menurut Atar Semi

(1993: 39- 40), ada dua macam cara memperkenalkan tokoh dan

perwatakannya, yaitu:Secara analitik, yaitu pengarang langsung

memaparkan tentang watak atau karakter tokoh, pengarang

menyebutkan bahwa tokoh tersebut keras hati, keras kepala, penyayang,

dan sebagainya.Secara dramatis, yaitu penggambaran perwatakan yang

tidak diceritakan langsung, tetapi hal ini disampaikan melalui: (a)

pilihan nama tokoh, misalnya nama Mince untuk gadis yang agak genit

atau Bonar untuk nama tokoh yang garang; (b) melalui penggambaran

fisik atau postur tubuh, cara berpakaian, tingkah laku terhadap tokoh-

tokoh lain, lingkungannya, dan sebagainya; (c) melalui dialog, baik

Page 43: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

36

dialog tokoh yang bersangkutan maupun dalam interaksinya dengan

tokoh-tokoh lain.

Waluyo (2002: 19) mengemukakan cara pelukisan watak pelaku

dalam karya prosa secara lebih rinci, yaitu: Physical Description:

pengarang menggambarkan watak pelaku cerita melalui pemerian atau

deskripsi bentuk lahir atau temperamen pelaku.Portrayal of Thought

Stream or of Conscious Thought: pengarang melukiskan jalan pikiran

pelaku atau sesuatu yang terlintas dalam pikirannya. Reaction to Events:

pengarang melukiskan reaksi pelaku terhadap peristiwa tertentu. Direct

Author Analysis: pengarang secara langsung menganalisis atau

melukiskan watak pelaku.Discussion of Environment: pengarang

melukiskan keadaan sekitar pelaku sehingga pembaca dapat

menyimpulkan watak pelaku tersebut. Reaction of Others to Character:

pengarang menuliskan pandanganpandangan tokoh atau pelaku lain

(tokoh bawahan) dalam suatu cerita tentang pelaku utama. Kenney

(1966: 34-36) membagi metode penggambaran karakter menjadi tiga,

yaitu: Discursive Method (metode diskursif/perian) Dalam metode ini,

pengarang memaparkan secara langsung watak tokohtokohnya. Cara ini

bersifat mekanis, sederhana dan hemat, tetapi tidak 21 menggalakkan

imajinasi pembaca. Pembaca tidak dirangsang untuk membentuk

gambarannya tentang si tokoh.The Dramatic Method (metode dramatik)

Metode ini juga disebut metode tidak langsung atau metode ragaan.

Watak tokoh dapat disimpulkan pembaca dari pikiran, cakapan, dan

Page 44: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

37

lakuan tokoh yang disajikan pengarang, bahkan juga dari penampilan

fisiknya serta dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh. Cakapan

atau lakuan tokoh demikian pula pikiran tokoh yang dipaparkan oleh

pengarang dapat menyiratkan sifat wataknya.

Metode dramatik menyiratkan watak tokoh dalam lakuan dan dialog

si tokoh. Tidak jarang lakuan dan cakapannya ini mengungkapkan pula

watak tokoh yang lain. Oleh Kenney (1966: 35) disebut dengan istilah

“characters on other characters” (penggambaran karakter oleh tokoh

yang lain). Misalnya, dari cara tokoh A menghadapi tokoh B atau dari

cara ia berbicara tentang atau dengan tokoh B, dapat disimpukan

bagaimana watak tokoh B itu. Walaupun demikian, masih harus

diperiksa informasi yang kita peroleh tentang tokoh lain itu benar atau

salah.The Contextual Method (metode kontekstual) Dengan metode ini,

watak tokoh dapat disimpulkan dari bahasa yang digunakan pengarang

dalam mengacu pada tokoh. Pengarang mempertimbangkan tiga dimensi

watak dalam menggambarkan tokoh.

Waluyo (2002: 17-19; 2006: 9) menyebutkan bahwa watak para

tokoh dalam fiksi digambarkan dalam tiga dimensi., yaitu:Dimensi

Fisiologis Keadaan fisik tokoh misalnya umur, jenis kelamin, ciri-ciri

tubuh, cacat jasmaniah, ciri khas yang menonjol, suku, bangsa, raut

muka, kesukaan, tinggi/pendek, kurus/gemuk, suka senyum/cemberut,

dan sebagainya.Dimensi Psikologis Keadaan psikis tokoh meliputi

watak, kegemaran, mentalitas, standar moral, temperamen, ambisi,

Page 45: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

38

kompleks psikologis yang dialami, keadaan emosinya, dan sebagainya.

Dimensi Sosiologis Keadaan sosiologis tokoh meliputi pekerjaan, kelas

sosial, ras, agama, ideologi, latar belakang kekayaan, pangkat, dan

jabatan. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan

bahwa penokohan dan perwatakan adalah proses pemberian watak,

karakter, sifat pada setiap tokoh yang ada dalam cerita. Pemberian watak

oleh pengarang memiliki kemungkinan sungguh-sungguh ada di

masyarakat. Pengarang dalam menggambaran watak tokoh

mempertimbangkan tiga dimensi, yaitu dimensi fisiologis, psikologis,

dan sosiologis.

d. Latar/Setting

Peranan setting bukan hanya menunjukkan tempat kejadian dan

waktu terjadinya, namun juga harus ada suasana atau kondisi tertentu

yang membentuk keutuhan sebuah struktur novel. Seperti halnya yang

diungkapkan oleh Panuti Sudjiman (1988: 44) bahwa segala

keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang,

dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra membangun

latar cerita. Dalam cerita fiksi, gambaran tokoh akan lebih nyata dan

hidup bila didukung oleh gambaran berupa segala keterangan, petunjuk,

pengacuan, yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana

terjadinya peristiwa-perisiwa dalam karya tersebut.

Pendapat lain yang senada dengan pendapat di atas, dikemukakan

oleh Zulfahnur Z. F., Sayuti Kurnia, dan Zuniar Z. Adji (1997: 37)

Page 46: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

39

bahwa latar adalah situasi tempat, ruang, dan waktu terjadinya cerita.

Tercakup di dalamnya lingkungan geografis, rumah tangga, pekerjaan,

benda-benda dan alat-alat yang berkaitan dengan tempat terjadinya

peristiwa, cerita waktu, suasana, dan periode sejarah.Setting adalah

tempat kejadian cerita. Tempat kejadian cerita dapatberkaitan dengan

dimensi fisiologis, sosiologis, dan psikologis. Setting juga dapat

dikaitkan dengan tempat dan waktu (Waluyo, 2006: 10).

Lebih lanjut dipaparkan bahwa setting berkaitan dengan

pengadegan, latar belakang, waktu cerita, dan waktu penceritaan.

Pengadegan artinya penyusunan adegan-adegan dalam cerita. Tidak

semua kejadian dalam kehidupan sang tokoh dilukiskan 23 dalam

adegan-adegan. Adegan yang dipilih yang benar-benar mewakili cerita.

Latar belakang (background) dalam menampilkan setting dapat berupa

latar belakang sosial, budaya, psikis, dan fisik yang kira-kira dapat

memperhidup cerita itu. Dengan deskripsi dan narasi, latar belakang

dapat muncul dan jika diperkaya dengan latar belakang lain, cerita akan

lebih hidup. Waktu cerita ialah lamanya waktu penceritaan tokoh utama

dari awal hingga akhir cerita, sedangkan waktu penceritaan ialah waktu

pembacaan, biasanya lamanya jam. Setting adalah elemen yang

dominan. Seperti yang dikemukakan oleh Kenney (1966: 44) bahwa

“… setting may be the dominant element in a workof fiction. Still

setting never exists by itself. It is always part of an artisticwhole and

must be understood as such” (“… setting mungkin elemen dominan

Page 47: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

40

dalam karya fiksi. Bahkan setting tidak pernah hidup oleh dirinya

sendiri. Setting selalu bagian dari keseluruhan artistik dan harus

dipahami begitu saja”).

Sementara itu, elemen fiksi yang menunjukkan kepada kita tempat

dan waktu kejadian-kejadian dalam cerita berlangsung disebut setting

„latar‟ (Suminto A. Sayuti, 1997: 79). Selanjutnya, dikatakan bahwa

deskripsi latar fiksi secara garis besar dapat dikategorikan dalam tiga

bagian, yakni latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Senada dengan

pendapat di atas, Burhan Nurgiyantoro (2005: 227) menyebutkan

bahwa unsur latar dapat dibedakan dalam tiga unsur pokok, yaitu

tempat, waktu, dan sosial. Unsur itu walau masing-masing menawarkan

permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada

kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Berikut

rincian unsur-unsur latar.Latar Tempat Latar tempat menyaran pada

lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat

dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa

nama jelas. Penggunaan latar dengan namanama tertentu haruslah

mencerminkan atau paling tidak, tidak bertentangan dengan sifat atau

keadaan geografis tempat yang 24 bersangkutan. Masing-masing

tempat tentu saja memiliki karakteristiknya sendiri yang membedakan

dengan tempat lain. Penggunaan banyak atau sedikitnya latar tempat

tidak berhubungan dengan kadar kelitereran karya yang bersangkutan.

Page 48: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

41

Keberhasilan latar tempat lebih ditentukan oleh ketepatan deskripsi,

fungsi, dan keterpaduannya dengan unsur latar lain sehingga semuanya

bersifat saling mengisi. Keberhasilan penampilan unsur latar itu sendiri

antara lain dilihat dari segi koherensinya dengan unsur fiksi lain dan

dengan tuntutan cerita secara keseluruhan.Latar Waktu Latar waktu

berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-petistiwa

yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut

biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya

atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Pengetahuan dan

persepsi pembaca terhadap waktu sejarah itu kemudian digunakan

untuk mencoba masuk dalam suasana cerita. Latar waktu dalam fiksi

dapat menjadi dominan dan fungsional jika digarap secara teliti,

terutama jika dihubungkan dengan waktu sejarah. Pengangkatan unsur

sejarah dalam karya fiksi akan menyebabkan waktu yang diceritakan

menjadi bersifat khas, tipikal, dan dapat menjadi sangat fungsional

sehingga tidak dapat diganti dengan waktu yang lain tanpa

mempengaruhi perkembangan cerita. Latar waktu menjadi amat

koheren dengan unsur cerita yang lain. Latar Sosial Latar sosial

berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu

tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial

masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup

kompleks. Tata cara tersebut dapat berupa kebiasaan hidup, adat

Page 49: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

42

istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan

bersikap, dan sebagainya.

Di samping itu, latar sosial juga berhubungan 25 dengan status

sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau kaya.

Latar sosial berperan menentukan sebuah latar, khususnya latar tempat,

akan menjadi khas dan tipikal atau hanya bersifat netral. Dengan kata

lain, untuk menjadi tipikal dan lebih fungsional, deskripsi latar tempat

harus sekaligus disertai deskripsi latar sosial, tingkah laku kehidupan

sosial masyarakat di tempat yang bersangkutan. Berdasarkan beberapa

pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa setting atau latar adalah

penggambaran ruang, waktu, dan keadaan sosial dalam cerita.

Penggambaran latar ini biasanya disesuaikan dengan cerita, waktu, dan

suasana serta sosial budaya tempat cerita berlangsung. Hal ini bertujuan

agar pesan yang ingin disampaikanpengarang dapat sampai pada

pembaca.

e. Sudut Pandang Pengarang/Point of View

Sudut pandang pengarang adalah cara pandang pengarang dalam

sebuah karya fiksi. Sesuai dengan pendapat Abrams dalam Burhan

Nurgiyantoro (2005: 248) yang menyebutkan bahwa sudut

pandang/point ofview menyaran pada cara sebuah cerita dikisahkan. Ia

merupakan cara dan atau pandangan yang digunakan pengarang sebagai

sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa

yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.

Page 50: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

43

Sudut pandang kiranya dapat disamakan artinya, bahkan dapat

memperjelas, dengan istilah pusat pengisahan. Atar Semi (1993: 57)

berpendapat bahwa pusat pengisahan adalah posisi dan penempatan diri

pengarang dalam ceritanya, atau “dari mana" ia melihat peristiwa-

peristiwa yang terdapat dalam ceritanya itu.

Terdapat beberapa jenis pusat pengisahan, yaitu:Pengarang sebagai

tokoh cerita Pengarang sebagai tokoh cerita bercerita tentang

keseluruhan kejadian atau peristiwa, terutama yang menyangkut diri

tokoh. Pengarang sebagai tokoh sampingan Orang yang bercerita dalam

hal ini adalah seorang tokoh sampingan yang menceritakan peristiwa

yang bertalian, terutama dengan tokoh utama cerita. Pengarang sebagai

orang ketiga (pengamat) Pengarang sebagai orang ketiga berada di luar

cerita bertindak sebagai pengamat sekaligus sebagai narator yang

menjelaskan peristiwa yang berlangsung serta suasana perasaan dan

pikiran para pelaku cerita.Pengarang sebagai pemain dan narator

Pengarang yang bertindak sebagai pelaku utama cerita sekaligus

sebagai narator yang menceritakan tentang orang lain di samping

tentang dirinya, biasanya keluar masuk cerita.

Harry Shaw (dalam Panuti Sudjiman, 1988: 76) menyatakan bahwa

point of view dalam kesusastraan mencakup: Sudut pandang fisik, yaitu

posisi dalam waktu dan ruang yang digunakan pengarang dalam

pendekatan materi cerita; Sudut pandang mental, yaitu perasaan dan

sikap pengarang terhadap masalah dalam cerita; Sudut pandang pribadi,

Page 51: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

44

yaitu hubungan yang dipilih pengarang dalam membawakan cerita,

sebagai orang pertama, orang kedua, atau orang ketiga.Point of view

dinyatakan sebagai sudut pandang pengarang, yaitu teknik yang

digunakan oleh pengarang untuk berperan dalam cerita itu. Shipley

menyebutkan adanya dua jenis point of view, yaitu internal point ofview

dan external point of view. Internal point of view ada empat macam,

yaitu: tokoh yang bercerita; pencerita menjadi salah seorang pelaku;

sudut pandang akuan; dan pencerita sebagai tokoh sampingan dan

bukan tokoh hero.

Sementara untuk gaya eksternal, dikemukakan ada dua, yaitu: gaya

diaan; dan penampilan gagasan dari luar tokoh-tokohnya (Waluyo,

2006: 11). 27 Sudut pandang pengarang dibedakan menjadi dua, yaitu

sudut pandang akuan dan diaan. Sejalan dengan pendapat Maman S.

Mahayana (2007: 291) bahwa bentuk penceritaan dalam novel atau

cerita rekaan lainnya, secara umum terdiri atas pencerita akuan (first

person narrator) dan pencerita diaan (third person narrator). Pencerita

akuan juga terdiri atas dua pencerita, yaitu pencerita akuan sertaan (first

person participant) dan pencerita akuan tak sertaan (first person non-

participant). Sama halnya dengan penceritaan akuan, pencerita diaan

juga terdiri atas dua pencerita, yaitu pencerita diaan semestaan (third

person omniscient narrator) dan pencerita diaan amatan atau terbatas

(third person observer narrator).

Page 52: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

45

Secara lebih rinci, Suminto A. Sayuti (1997: 101) berpendapat

bahwa sudut pandang yang umum digunakan pengarang dibagi menjadi

empat jenis, yakni:sudut pandang first-person-central atau akuan-

sertaan (tokoh sentral cerita adalah pengarang yang secara langsung

terlibat dalam cerita); sudut pandang first-person-peripheral atau

akuan-taksertan (tokoh “aku” pengarang biasanya hanya menjadi

pembantu atau pangantar tokoh lain yang lebih penting); sudut pandang

third-person-omniscient atau diaan-mahatahu (pengarang berada di luar

cerita, biasanya pengarang hanya menjadi seorang pengamat yang

mahatahu dan bahkan mampu berdialog langsung dengan pembaca);

dan sudut pandang third-person-limited atau diaan-terbatas (pengarang

menggunakan orang ketiga sebagai pencerita yang terbatas hak

berceritanya). Di pihak lain, Burhan Nurgiyantoro (2005: 256-271)

menyebutkan bahwa sudut pandang dapat dibedakan menjadi tiga,

yaitu: sudut pandang persona ketiga: “dia” (“dia” mahatahu dan “dia”

terbatas atau sebagai pengamat); sudut pandang persona pertama: “aku”

(“aku” tokoh utama dan “aku” tokoh tambahan); dansudut pandang

campuran (dapat berupa penggunaan sudut pandang persona ketiga

dengan teknik “dia” mahatahu dan “dia” sebagai pengamat, persona

pertama dengan teknik “aku” sebagai tokoh utama dan “aku” tambahan

atau sebagai saksi, bahkan dapat berupa campuran antara persona

pertama dan ketiga, antara “aku” dan “dia” sekaligus). 28 Berdasarkan

beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sudut pandang

Page 53: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

46

pengarang adalah strategi atau teknik yang digunakan pengarang untuk

menempatkan dirinya dalam sebuah cerita. Sudut pandang dapat pula

diartikan sebagai pusat pengisahan. Berdasarkan pandangan pengarang

ini pulalah pembaca mengikuti jalannya cerita dan memahami temanya.

f. Amanat

Karya sastra adalah karya seni yang bersifat dulce et utile,

menyenangkan dan bermanfaat. Selain bertujuan untuk menghibur para

pembaca, karya sastra juga memiliki banyak manfaat yang dapat

diambil oleh pembaca. Suatu karya sastra dapat diambil suatu ajaran

moral atau pesan yang ingin disampaikan pengarangnya, inilah yang

disebut dengan amanat. Amanat merupakan unsur cerita fiksi yang

mempunyai hubungan erat dengan tema. Amanat berarti apabila ada

dalam tema, sedangkan tema akan sempurna apabila di dalamnya ada

amanat sebagai pemecah atau jalan keluar bagi tema tersebut. Karya

sastra menampilkan suatu peristiwa yang dilandasi suatu tema lengkap

dengan permasalahannya.

Seperti yang dikemukakan oleh Panuti Sudjiman (1988: 57) bahwa

jika permasalahan yang diajukan dalam cerita juga diberi jalan

keluarnya oleh pengarang, jalan keluarnya itulah yang disebut amanat.

Apabila tema karya sastra berhubungan dengan arti (meaning) dari

karya sastra itu, amanat berhubungan dengan makna (significance) dari

karya itu. Tema bersifat sangat lugas, objektif, dan khusus, sedangkan

amanat bersifat kias, subjektif, dan umum. Setiap pembaca dapat

Page 54: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

47

berbeda-beda menafsirkan makna karya itu bagi dirinya dan semuanya

cenderung dibenarkan (Waluyo, 2002: 28). Amanat dalam karya sastra

sebaiknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungannya.

Wujud amanat dapat berupa kata-kata mutiara, nasihat, firman Tuhan,

dan sebagainya.

Amanat merupakan bagian integral dari dialog dan tindakan tokoh

cerita. Jadi, amanat bukan merupakan bagian 29 yang seakan-akan

lepas dari kedua unsur tersebut, yaitu unsur dialog dan tindakan tokoh

cerita. Penyampaian amanat pada sebuah karya sastra tidak secara

nyata, walaupun ada pula yang benar-benar tersurat. Jika amanat itu

disampaikan oleh pengarang secara tersirat, akan dibutuhkan ketelitian

dalam menikmati dan menelaah karya sastra agar dapat memahami

amanat tersebut. Amanat itu biasanya memberikan manfaat dalam

kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, setiap karya sastra akan

memberikan manfaat kepada pembaca, jika pembaca mampu memetik

manfaatnya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada

pembaca. Amanat yang dipetik oleh pembaca dapat digunakan sebagai

teladan bagi kehidupan manusia. Amanat tersebut disampaikan

pengarang melalui ceritanya baik secara tersurat maupun tersirat

Page 55: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

48

4. Intertekstual

a. Teori intertekstual

Secara luas interks diartikan sebagai jaringan hubungan antara

satu teks dengan dengan teks yang lain. Penelitian dilakukan dengan

cara melakukan hubungan-hubungan bermakna diantara dua teks atau

lebih. Hubungan yang dimaksudkan tidak semata-mata sebagai

persamaan, melaingkan juga sebaliknya sebagai pertentangan, baik

sebagai parodi maupun negasi.

Menurut Riffaterre (1978: 5) pendekatan suatu karya sastra di

satu pihak adalah dialektik antara teks dan pembaca, dan di pihak lain

adalah dialektik antara tataran mimetik dan tataran semiotik. Lebih

jauh Riffaterre menjelaskan bahwa pembaca sebagai pemberi makna

harus mulai dengan menemukan arti (meaning) unsur-unsurnya, yaitu

kata-kata berdasar fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang

mimetik (mimeticfunction), tetapi kemudian harus ditingkatkan ke

tataran semiotik, yaitu kode karya sastra harus dibongkar secara

struktural (decoding) atas dasar signifinance, yang hanya dapat

dipahami dengan kompetensi linguistik (linguisticcompetence),

kompetensi kesastraan (literarycompetence), dan terutama dalam

hubungannya dengan teks lain. Hal ini disebabkan oleh karena

membaca karya sastra pada dasarnya adalah membina atau

membangun acuan.

Page 56: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

49

Adapun acuan itu didapat dari pengalaman membaca teks-teks

lain dalam sistem konvensi kesastraan. Dengan demikian suatu sajak

(karya sastra) baru bermakna penuh dalam hubungannya atau

pertentangannya dengan karya sastra lain. Karya sastra lain yang

menunjukkan hubungan antar teks yang menjadi acuannya disebut

hipogram (hipogram). Dalam hubungan antar tesk tersebut terdapat

dua hal yang dikemukakan oleh Riffaterre (1978: 5), yaitu : (1)

ekspansi (expansion), dan (2) konversi (conversion). Ekspansi adalah

perluasan atau pengembangan dari hipogram atau

matriksnya.Menurut teori interteks, pembacaan yang berhasil justru

apabila didasarkan atas pemahaman terhadap karya-karya terdahulu.

Oleh karena itulah, secara praktis aktivitas interteks terjadi dua cara

yaitu: (a) membaca dua teks atau lebih secara bedampingan pada saat

yang sama, (b) hanya membaca sebuah teks tetapi dilatarbelakangi

oleh teks-teks yang lain yang sudah pernah dibaca sebelumnya.

b. Kajian Interteks

Kajian intertekstualitas dimaksud sebagai kajian terhadap

sejumlah teks (sastra), yang diduga mempunyai bentuk-bentuk

hubungan tertentu, misalnya untuk menemukan adanya hubungan

unsur-unsur intrinsik seperti ide, gagasan, peristiwa, plot, penokohan,

(gaya) bahasa, dan lainnya, di antara teks yang dikaji. Secara khusus

dapat dikatakan bahwa kajian interteks berusaha menemukan aspek-

Page 57: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

50

aspek tertentu yang telah ada pada karya-karya sebelumnya pada

karya yang muncul lebih kemudian.

Tujuan kajian interteks itu sendiri adalah untuk memberikan

makna secara lebih penuh terhadap karya tersebut. Penulisan dan atau

pemunculan sebuah karya sering ada kaitannya dengan unsur

kesejarahannya sehingga pemberian makna itu akan lebih lengkap

jika dikaitkan dengan unsur kesejarahan itu (Teeuw, 1983: 66).

Kajian intertekstual berangkat dari asumsi bahwa kapan pun

karya tulis, ia tidak mungkin lahir dari situasi kekosongan budaya.

Unsur budaya, termasuk semua konvensi dan tradisi di masyarakat,

dalam wujudnya yang khusus berupa teks-teks kesastraan yang

ditulis sebelumnya.

Penulisan suatu karya sastra tak mungkin dilepaskan dari unsur

kesejarahan, dan pemahaman terhadapnya pun haruslah

mempertimbangkan unsur kesejarahan itu. Makna keseluruhan

sebuah karya, biasanya secara penuh baru dapat digali dan diungkap

secara tuntas dalam kaitannya dengan unsur kesejarahan tersebut.

Karya sastra yang ditulis lebih kemudian, biasanya

mendasarkan diri pada karya-karya lain yang telah ada sebelumnya,

baik secara langsung maupun tidak langsung, baik dengan cara

meneruskan maupun menyimpang (menolak, memutarbalikkan

esensi) konvensi. Riffaterre mengatakan bahwa karya sastra selalu

merupakan tantangan, tantangan yang terkandung dalam

Page 58: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

51

perkembangan sastra sebelumnya, yang secara konkret mungkin

berupa sebuah atau sejumlah karya. Hal itu, sekali lagi, menunjukkan

keterikatan suatu karya dari karya-karya lain yang

melatarbelakanginya.

Adanya karya –karya yang ditransformasikan dalam penulisan

karya sesudahnya ini menjadi perhatian utama kajian intertekstual

misalnya lewat pengontrasan antara sebuah karya dengan karya lain

yang diduga menjadi hipogramnya. Adanya unsur hipogram dalam

suatu karya, hal itu mungkin disadari mungkin tidak disadari oleh

pengarang. Kesadaran pengarang terhadap karya yang menjadi

hipogramnya, mungkin berwujud dalam sikapnya yang meneruskan

atau sebaliknya menolak, konvensi yang berlaku sebelumnya.

Dalam kaitannya dengan hipogram itu, Julia Kristeva

mengemukakan bahwa tiap teks merupakan sebuah mosaik kutipan-

kutipan, tiap teks merupakan penyerapan dan transformasi dari teks-

teks lain. Hal itu berarti, bahwa tiap teks yang lebih kemudian

mengambil unsur-unsur tertentu yang dipandang baik dari teks

sebelumnya yang kemudian diolah dalam karya sendiri berdasarkan

tanggapan pengarang yang bersangkutan. Dengan demikian, walau

sebuah karya berupa dan mengandung unsur ambilan dari berbagai

teks lain karena telah diolah dengan pandangan dan daya

kreativitasnya sendiri dengan konsep estetika dan pikiran-pikirannya

Page 59: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

52

karya yang dihasilkan tetap mengandung dan mencerminkan sifat

kepribadian penulisanya.

Sebuah teks kesastraan yang dihasilkan dengan kerja yang

demikian dapat dipandang sebagai karya yang baru. Pengarang

dengan kekuatan imajinasi, wawasan estetika, dan horison

harapannya sendiri, telah mengolah dan mentrasformasikan karya-

karya lain ke dalam karya sendiri. Namun unsur-unsur tertentu dari

karya-karya lain tersebut yang mungkin berupa konvensi, bentuk

formal tertentu, gagasan, tentulah masih dapat dikenali (Pradopo

1987: 228).

Prinsip intertekstualitas yang utama adalah prinsip memahami

dan memberikan makna karya yang bersangkutan. Karya itu

diprediksikan sebagai reaksi, penyerapan, atau transformasi dari

karya yang lain. Masalah intertekstual lebih dari sekadar pengaruh,

ambilan atau jiplakan, melainkan bagaimana kita memperoleh makna

sebuah karya secara penuh dalam kontrasnya dengan karya yang lain

yang menjadi hipogramnya, baik berupa teks fiksi maupun puisi.

Adanya hubungan intertekstual dapat dikaitkan dengan teori

resepsi. Pada dasarnya pembacalah yang menentukan ada atau tidak

adanya kaitan antara teks yang satu dengan teks yang lain itu, unsur-

unsur hipogram itu, berdasarkan persepsi, pemahaman, pengetahuan,

dan pengalamannya membaca teks-teks lain sebelumnya. Penunjukan

terhadap adanya unsur-unsur hipogram pada suatu karya dari karya-

Page 60: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

53

karya lain pada hakikatnya merupakan penerimaan atau reaksi

pembaca.

c. Pendekatan Intertekstual

Interteks berdasarkan pada asumsi kritis. Asumsi tersebut

yakni :

1. Konsep interteks menuntut peneliti untuk memahami teks tak

hanya sebagai isi, melainkan aspek perbedaan sejarah teks.

2. Teks tak hanya struktur yang ada, tetapi satu sama lain juga saling

memburu, sehingga terjadi perulangan atau transformasi teks.

3. Ketidakhadiran struktur teks dalam rentang teks yang lain namun

hadir juga dalam teks tertentu yang ditentukan oleh proses waktu.

4. Bentuk kehadiran struktur teks merupakan rentangan dari yang

eksplisit sampai implicit.

5. Hubungan teks satu dengan teks yang lain boleh dalam rentang

waktu lama, hubungan tersebut dapat secara abstrak dan juga

sering terdapat penghilangan-penghilangan bagian tertentu.

6. Pengaruh mediasi dalam interteks sering berpengaruh terhadap

penghilangan gaya maupun norma-norma sastra.

7. Dalam melakukan identifikasi interteks diperlukan proses

interprestasi.

8. Analisis interteks berbeda dengan melakukan kritik, melainkan

lebih terfokus pada pengaruh.

Page 61: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

54

Untuk mengungkap adanya hubungan interteks dalam

penelitian ini diasumsikan pada resepsi aktif pengarang dan

resepsi pembaca sebagai pengkaji (penulis). Pengkaji pada

dasarnya adalah juga pembaca yang dengan bekal ilmu

pengetahuan dan pengalamannya berada dalam rangkaian

pembacaan yang terakhir. Dengan demikian, latar belakang

pengetahuan dan pengalaman pembaca akan memengaruhi makna

yang diungkapkannya.

d. Hubungan Intertekstual

Dalam hal hubungan sejarah antarteks itu, perlu diperhatikan

prinsip intertektualitas. Hal ini ditunjukkan oleh Rifaterre dalam

bukunya Semiotics of Poetry (1978) bahwa sajak baru bermakna

penuh dalam hubungannya dengan sajak lain. Hubungan ini dapat

berupa persamaan atau pertentangan.

Dalam kesusasteraan indonesia, hubungan intertekstual antara

satu karya dengan karya yang lain baik antara karya sezaman maupun

zaman sebelumnya.

e. Analisis Intertekstual

Berdasarkan realitasnya maka sifat hipogram dapat

digolongkan menjadi tiga macam, yakni : (1) Negasi, artinya karya

sastra yang tercipta kemudian melawan hipogram, (2) Afirmasi, yakni

sekedar mengukuhkan hampir sama dengan hipogram, dan (3)

Page 62: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

55

Inovasi, artinya karya sastra yang kemudian memperbarui apa yang

ada dalam hipogram (Ali Imron : 2005:80).

Seperti yang disampaikan oleh Abram (Pradopo) ada empat

orientasi sastra berdasarkan sejarah dan dialetikanya. Empat orientasi

itu adalah orientasi mimetik yang menganggap karya sastra sebagai

tiruan alam ide dan kehidupan; kritik pragmatik yang menggap karya

sastra sebagai sarana atau alat untuk menyampaikan tujuan tertentu

kepada pembaca; kritik ekspresif mengganggap karya sastra sebagai

luapan perasaan dan pikiran pengarang; kritik objektif berorientasi

pada karya sastra itu sendiri.

Klau kita lihat dari kritik kedua bahwa karya sastra sebagai

sarana atau alat untuk menyampaikan tujuan pertentu kepada

pembaca. Menurut kritik pragmatik semakin mendidik semakin karya

sastra itu bernilai tinggi.

5. Sosial

Sosial adalah bagian yang tidak utuh dari sebuah hubungan

manusia sehingga membutuhkan pemakluman atas hal-hal yang bersifat

rapuh di dalamnya.sosial ini merujuk pada hubungan-hubungan manusia

dalam kemasyarakatan, hubungan antar manusia, hubungan manusia

dengan kelompok, serta hubungan manusia dengan organisasi untuk

mengembangkan dirinya. Pengertian sosial ini pun berhubungan dengan

jargon yang menyatakan bahwa manusia merupakan makhluk

Page 63: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

56

sosial.Setiap manusia memang tidak bisa hidup sendirian. Seseorang

membutuhkan orang lain untuk mendukung hidupnya.

Kata sosial berasal dari bahasa latin yaitu ‟socius‟ yang berarti

segala sesuatu yang lahir, tumbuh, dan berkembang dalam kehidupan

bersama (Salim, 2002: 2). Sudarno (dalam Salim, 2002: 5) menekankan

pengertian sosial pada strukturnya, yaitu suatu tatanan dari hubungan-

hubungan sosial dalam masyarakat yang menempatkan pihak-pihak

tertentu (individu, keluarga, kelompok, kelas) didalam posisi-posisi

sosial tertentu berdasarkan suatu sistem nilai dan norma yang berlaku

pada suatu masyarakat pada waktu tertentu.

Menurut Alfred Vierkandt dalam Soekanto (2001:449) setiap

masyarakat merupakan suatu kebulatan di mana masing-masing unsur

saling mempengaruhi. Dasar semua unsur sosial adalah ikatan

emosional, tak ada konflik antara individual dengan kelompok, oleh

karena individu tunduk kepada tujuan kelompoknya.

B. Kerangka Konseptual

Pada penelitina ini penulis akan menyajikan bagaimana kajian

interstektual sosial dalam novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko

Damono dan Madrasah Cinta karya Ayu Nesia. Karya sastra merupakan

kekayaan budaya yang perlu dilestarikan dan pahami keberadaannya, karena

sastra dan budaya merupakan hal yang saling terikat dan memengaruhi.

Page 64: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

57

Karya sastra

Kajian Interstektual

Sosial

Novel hujan bulan juni

karya sapardi djoko damono

Novel Madrasah Cinta

Karya Ayu Nesia

Sosial

Temuan

Hasil

Page 65: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

BAB III

METODOLIGI PENELITIAN

A. Jenis Dan Desain Penelitian

1. Jenis penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk

kualitatif. Bentuk ini digunakan karena dalam data penelitian ini berupa

kutipan kata-kata, frasa, kalimat dan tidak mengutamakan pada angka-

angka.

2. Desain penelitian

Desain penelitian pada hakikatnya merupakan strategiyang mengatur

ruang dan teknis penelitian agar memperoleh data maupun kesimpulan

penelitian. Menurut jenisnya, penelitian ini adalah penelitian deskritif

kualitatif. Oleh karena itu, dalam penyusunan desain harus dirancang

berdasarkan pada prinsip metode deskriptif kualitatif, yang mengumpulkan,

mengolah, mereduksi, menganalisis, dan menyajikan data secara objektif,

atau sesuai dengan nyata yang ada dilapangan untuk memperoleh

data.Untuk itu, peneliti dalam menjaring data mendeskripsikan kajian

intertekstual sosial dalam novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko

Damono dan Madrasah Cinta karya Ayu Nesia.

B. Data dan Sumber Data

1. Data

Data merupakan semua informasi yang disediakan oleh alam yang

harus dicari dan dikumpulkan oleh peneliti sesuai dengan masalah yang

Page 66: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

59

dihadapi. Data merupakan bagian dari keseluruhan proses pengumpulan

data harus benar-benar dipahami oleh setiap peneliti. Adapun data dalam

penelitian ini berupa data lunak yang berwujud kata, kalimat, ungkapan

yang terdapat dalamnovel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono

dan Madrasah Cinta karya Ayu Nesia.

2. Sumber Data

Dalam sebuah penelitian, sumber data adalah subjek dari mana data

diperoleh. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah novel Hujan

Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono yang diterbitkan oleh Gramedia

(Jakarta) pada tahun 2015 dan Madrasah Cinta Karya Ayu Nesia yang

diterbitkan oleh Citra Media Pustaka (Yogyakarta) pada tahun 2015.

C. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data yang berupa kata, kalimat, ungkapan

yang terdapat dalam novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono dan

Madrasah Cinta karya Ayu Nesia maka pengumpulan datanya dilakukan

dengan teknik pustaka, yaitu menggunakan sumber-sumber tertulis untuk

memperoleh data. Sumber-sumber tersebut dapat berupa majalah, surat kabar,

karya sastra, karya ilmiah, dan sebagainya. Adapun data-data pengumpulan

datanya, yaitu: (1) membaca novel Hujan Bulan Junidan Madrasah

Cintasecara berulang-ulang; dan (2) mencatat kata, kalimat, ungkapan yang

berkaitan dengan struktur novel, dan kajian intertekstual sosial yang terdapat

dalam kedua novel.

Page 67: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

60

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

analisis mengalir (fow model of analysys) yang meliputi tiga komponen, yaitu:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Pada bagian ini, langkah yang dilakukan yaitu mencatat data yang

diperoleh dalam bentuk uraian secara rinci.Data yang diambil berupa kata,

kalimat, ungkapan yang terdapat dalam novel Hujan Bulan Junikarya

Sapardi Djoko Dmono dan Madrasah Cintakarya Ayu Nesia yang

mengungkapkan informasi tentang kedua novel tersebut.

2. Sajian Data (Data Display)

Data yang telah terkumpul dikelompokkan dalam beberapa bagian

sesuai dengan jenis permasalahannya agar mudah untuk dianalisis. Lagkah

ini telah memasuki analisis data yang kemudian dijabarkan dan

dibandingkan antara data yang satu dan data yang lain. Hal ini bertujuan

untuk menemukan persamaan dan perbedaan kedua novel.

3. Penarikan Simpulan (Conclution Drawing)

Pada tahap ini penelitian telah memasuki tahap pembuatan simpulan

dari data yang telah diperoleh sejak awal penelitian. Simpulan ini masih

bersifat sementara maka akan tetap diverifikasi (diteliti kembali tentang

kebenaran laporan) selama penelitian berlangsung. Kegiatan yang dilakukan

dalam tahap ini, yaitu data yang diperoleh dari novel Hujan Bulan Juni

karya Sapardi Djoko Damono dan Madrsah Cinta karya Ayu Nesia

disimpulkan.

Page 68: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian

Pada bab ini akan diuraikan secara rinci hasil penelitian terhadap novel

Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono dan novel Madrasah Cinta karya

Ayu Nesia menggunakan analisis deslriptif kualitatif. Dalam penelitian ini

dikemukakan beberapa data yang diperoleh sebagai bukti hasil penelitian.

Penelitian ini dilakukan dengan mengkaji novel Hujan Bulan Juni karya Sapardi

Djoko Damono dan novel Madrasah Cintakarya Ayu Nesia. Dalam hal ini akan

ditampilkan struktur novel Hujan Bulan Juni, struktur novel Madrasah Cinta,

kajian intertekstual sosial yang terdapat dalam novel Hujan Bulan Juni dan

Madrasah Cinta, persamaan dan perbedaan antara novel Hujan Bulan Juni dan

Madrasah Cinta.

Berdasarkan analisis yang digunakan peneliti dalam menganalisis novel

Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta karya Ayu

Nesia, maka diharapakan dapat mengungkapkan kajian intertekstual sosial dalam

novel seara terperinci dan jelas.

1. Struktur novel hujan bulan juni

a. Tema : pencintaan sepasang kekasih yang berbeda agama dan

budaya.

Page 69: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

62

1) Data :

Jawa hehehe.”“Tapi..”“Meskipunkitab berbeda.”

2) Kitab boleh berbeda. Tetap“apa dosa dan salahku maka

aku telah mencintai laki-laki Jawa yang sering zadul

mikrnya ini?”

(Hujan Bulan Juni:36).

3) Keterangan : Pingkan sangat mencintai Sarwono. Tetapi

gejolak hati pingkan yang terus bertanya bagaimana

mungkin bisa mempertahankan hubungannya dengan

Sarwono sementara itu banyak likuan hidup yang dihadapi

oleh Sarwono dan Pingkan.

Mengenai tema hubungan cinta beda agama juga

mempresentasikan keadaan sosial budaya masyarakat Indonesia.

Pernikahan bukan hanya terpautnya hati dua insan, tapi lebih dari itu.

Pernikahan sebagai leburnya dua keluarga dan kebudayaan.

b. Tokoh dan penokohan

1) Tokoh utama (Sarwono dan Pingkan)

a) Data : “Sar kamu ini sudah sekolah tinggi-tinggi

tapi otakmu masih juga ngelesot di bawah pohon

sawo kecil di halaman keraton itu”. (Hujan Bulan

Juni : 13).

b) Keterangan : no adalah seorang yang sangat lugu.

Tergambar dari kutipan tersebut Sarwono yang

tidak mengetahui manusia jenis apa ronin itu.

Pingkan pun menjelaskan bahwa ronin itu samurai

yang tak punya tuan, karena tuannya mati atau

meninggalkan tuannya dan karenanya dijuluki

ksatria gentayangan hidupnya bagaikan ombak yang

tidak jelas wujud dan wataknya.

2) Tokoh tambahan (Toar, Ibu Hadi, Pak Hadi, dan Ibu

Hartini)

a) Data : “itu sebabnya ia memilih sekolah Akademi Bank

saja agar cepat selesai tanpa membebani ibunya. Kalau

bisa malah bisa membantu biaya kuliah pingkan.

Ternyata tidak hanya kerajinannya, tetapi juga

tampangnya, telah membantunya cepat mendapat posisi

Page 70: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

63

baik di bank tempatnya bekerja”. (Hujan Bulan Juni :

106).

b) Keterangan : Toar adalah salah satu tokoh yang

memiliki sifat baik dan perhatian. Sebagai kakak dari

Pingkan, Toar sangat bertanggung jawab menjaga dan

menyayangi adiknya. Terlebih dia harus menjadi kepala

keluarga menggantikan Ayahnya yang sudah

meninggal.

c. Alur

1) Alur campuran

a) Data : “Ya dianggapnya menggelikan konsep itu, Kali

Code kab di tengah-tengah kota, kok diaggap dihuni

masyarakat pinggiran, katanya kepada atasannya waktu

pertama kaali dulu diajak merancang proyek itu”.

(Hujan Bulan Juni : 2)

“Dan memang benar. Ada puisinya di koran, tiga buah, di sudut

halaman yang pasti kalah meriah dibanding berita politik, kriminal,

gambar-gambar yang semakin lama semakin berdesa-desak, dan iklan”.

(Hujan Bulan Juni : 4)

b) Keterangan : alur yang terdapat dalam novel “Hujan

Bulan Juni” adalah alur campuran atau alur maju

mundur. Novel „

“Hujan Bulan Juni” terdiri dari 5 (lima) bab yang diawali dengan

pengenalan situasi. Pada bab satu cerita diawali dengan pengenalan

kejadian yang menceritakan tokoh Sarwono yaitu seorang dosen UI yang

diperintahkan oleh Kaprodinya di FISIP-UI untuk menuntaskan

penelitiannya tentang daerah pinggiran Kali Code. Permasalahan yang

muncul dari penelitian tersebut mengenai masalah sosial yaitu kedudukan

sosial masyarakat di daerah tersebut.

Pada tahap pengenalan diceritakan juga bahwa Sarwono selain

bekerja sebagai dosen di UI juga seorang penyair.

d. Latar

1) Latar tempat

a) Data : “ kali ini ia sedang di Yogya untuk kesekian kalinya

atas perintah Kaprodinya di FISIP-UI yang disampaikan

ketika ia baru saja pulang dari peneliti yang menguras

pikiran, perasaan, tenaga, dan entah apa lagi.”

(Hujan Bulan Juni : 1)

Page 71: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

64

b) Keterangan : Sarwono sedang berada di Yogyakarta untuk

melakukan penelitian. Latar tempat selanjutnya yaitu

Jakarta yang sangat padat dan mulai tidak nyaman dengan

asap knalpot yang ditimbulkan oleh kendaraan bemotor.

2) Latar waktu

a) Data : “Eric Patiasiana yang lebih Betawi dari Betawi yang

tinggal di kampung Ambon Rawamangn itu mengirim sms

memintanya untuk membuka e-mail.” Ada tugas mendadak

umtukmu, “ pesannya”. (Hujan Bulan Juni : 27)

b) Keterangan : kutipan tersebut menunjukkan bahwa masa

sekarang komunikasi dapat dilakukan dengan mudah yaitu

dengan e-mail, beda dengan masa dulu yaitu alat

komunikasinya menggunakan surat.

3) Latar sosial budaya

a) Data : Dalam dongeng Toar, Hartini tidak menjawab

sepatah kata pun, sampai hari ini pun tidak pernah. Namun,

laki-laki Manado yang ejak pertama kali bertemu diam-

diam mengagumi kecantikannya itu menganggap bahwa

bahwa diam, bagi orang Jawa, berarti „ya‟ atau „mau‟

pokoknya jawaban positif.” (Hujan Bulan Juni : 23)

b) Keterangan : Budaya Jawa yang identik diam yang berarti

setuju. Dalam hal ini pepatah Jawa mengatakan bahwa

orang pendiam yang punya perilaku “anteng, meneng,

jatmika” akan lebih bijak. Diam adalah emas.

e. Sudut pandang

1) Persona ketiga

a) Data : “ketika turun dari lantai tiga sebuah hotel di

Bulaksumur, dekat kampus UGM, yang ada di kepala

Sarwono hanya satu: ke Malioboro mencari kios majalah.

Kali ini ia sedang di Yogya untuk kesekian kalinya atas

perintah kaprodinya di FSIP-UI yang disampaikan ketika ia

baru saja pulang dari penelitian yang meguras pikiran,

perasaan, tenaga, dan entah apa lagi.”

(Hujan Bulan Juini : 1)

b) Keterangan : pengisahan cerita yang mempergunakan sudut

pandang persona ketiga, gaya “dia”, narator adalah seorang

yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh

cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya; ia, dia,

mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama,

Page 72: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

65

kerap atau terus-menerus disebut, dan sebagai variasi

dipergunakan kata ganti. Hal ini akan mempermudah

pembaca atau siapa tokoh yang diceritakan atau siapa yang

bertindak.

f. Amanat

1) Toleransi antar umat beragama

a) Data : “kata Ibu, kita harus empan mapan. Meskipun tidak

suka, harus bertata cara sesuai dengan tempatnya.”

“Tapi ini kan bukan Manado.”Pokoknya begini, Manado dan

Gorontalo kan bersekutu menghadapi i kenyataanya perut Manado dan

Gorontalo menyukai msakan yang boleh dibilang sama.

(Hujan Bulan Juni : 47)

b) Keterangan : Dimanapun kita berada, kita harus bertindak

dan bersikap sesuai dengan aturan yang ada di daerah

tersebut. Setiap orang mmiliki prinsip hidup yang berbeda-

beda oleh karena itu kita harus menghargai prinsip hidup

orang lain, menghargai pendapat orang lain, serta menaatai

aturan-aturan atau norma yang berlaku di daerah tersebut.

2) Toleransi budaya dan suku

a) Data : “selama mendengarkan khotbah di Mesjid Gedhe ia tetap

mendengar kata demi kata Pingkan di sela-sela seruan

pengkhotbah untuk tidak memanfaatkan agama sebagai alat

untuk mencapai apa pun, kecuali untuk mendekatkan diri

dengan Allah. Itu perintah Allah, itu perintah Muhammad

SAW, itu yang menjadi dasar keyakinannya sebagai orang

yang harus menghargai keyakinan orang lain, yang selalu

mengingatkannya untuk mengharamkan kata „ilyan‟ dalam cara

berpikirnya, biarlah kata itu tetap ada di kamus, tetapi tidak

perlu digunakan untuk mencibir, apa lagi menyiksa orag lain.”

(Hujan Bulan Juni : 76)

b) Keterangan : dalam menjalani kehidupan sosial tidak bisa di

pungkiri akan ada masalah-masalah yang akan dapat terjadi

antar kelompok masyarakat, baik yang berkaitan dengan agama

atau ras. Dalam rangka menaga persatuan dan kesatuan dalam

masyarakat maka diperlukan sikap saling menghargai dan

menghormati, sehingga tidak terjadi masalah-masalah yang

dapat menimbulkan pertikaian.

Page 73: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

66

3) Kesetiaan cinta sepasang kekasih

a) Data : “karepku ngene, lho sar. Kowe rak bocah ontang

anting, yen milih bojo sing ati-ati supaya tembe mburine

ora ngrusuhi aku lan ibumu, “kata ayahnya.”

(Hujan Bulan Juni : 90)

(keinginanku begini sar. Kamu kan anak satu-satunya, kalau milh

isteri harus hati-hati supaya tidak menyesal dibelakang tidak mengganggu

aku dan ibumu,”)

b) Keterangan : Ayah menasehati Sarwono bahwa dalam

memilih pendamping hidup harus hati-hati supaya tidak

menyesal. Ada beberapa faktor yang lebih penting

didahulukan untuk memilih pendamping hidup. Misalnya

taat beragama, dari lingkungan yang baik, penyabar,

amanah, dan lain-lain.

2. Struktur novel Madrasah Cinta

a. Tema : pencarian cinta seseorang yang terlambat menikah karena

terlalu fokus dengan jenjang akademis.

b. Alur : alurnya maju-mundur, kemudian maju (persilangan). Cerita

diawali dengan kunjungan Zahrana ke China untuk menerima

penghargaan dari Universitas ternama. Setelah itu Flash Back

(mundur) ke kehidupan Zahrana ketika asyik mengejar prestasi

akademik. Setelah itu alur maju samapi tamat.

c. Sudut pandang : novel ini menggunakan sudut pandang orang

ketiga (Dia).

d. Tokoh dan penokohan :

1) Dewi Zahrana : cantik, pintar, berorientasi Akademik,

egois, berpendirian kukuh pada awalnya kemudian menjadi

orang yang tawakkal di tenagh cerita.

2) Pak Munajib : keras, kuat memegang prinsip, disiplin.

Page 74: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

67

3) Bu Nuriyah : keibuan, sedikit gamang.

4) Pak Sukarman : otoriter, ingin menang sendiri, amoral.

5) Lina : pengertian, setia menolong.

6) Hasan : dewasa, mandiri, pantang menyerah, optimis.

7) Rahmat : rendah hati, sedikit minder, tipe pekerja keras.

8) Pak didik : perhatian.

9) Bu Merlin : baik hati, sedikit penakut.

10) Bu Zulaikha : pengertian, perhatian.

e. Amanat : amanat dari novel ini seperti yang disampaikan

penulisnya (Habiburrahman El Shirazy) adalah, bahwa hidup kita

harus ditata rapi, direncanakan. Bolehlah kita mengejar prestasi

akademis, tapi jangan sampai melupakan hal lain, termasuk

menikah. Menikah adalah sunnah Nabi. Jangan sampai menunda-

nunda jika waktunya tiba.

3. Kajian intertekstual sosial dalam novel Hujan Bulan Juni

a. “Ia mencintai gadis itu, tetapi tidak mampu brrbuat apa pun tak

terkecuali menulis puisi kalau sedang dalam keadaan puyeng

memikirkannya. Ia harus menimbang-nimbang cintanya, atau

hanya mampu menimbang-nimbangnya, kalau dalam keadaan

tenang-setenang-tenangnya menghadapinya agar bisa di ajak

berbicara yang kemudian diselipkannya di antara larik-larik

sajaknya.

(Hujan Bulan Juni, 2015: 25).

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Sarwono pandai memanfaatkan

potensi yang dimilikinya untuk menafkahi diri sendiri selama berada di Jakarta.

Sarwono pandai menulis, dengan kemampuannya membuat puisi, artikel, opini,

Page 75: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

68

atau apapun yang layak diterbitkan di koran atau majalah Sarwono mampu hidup

mandiri karean ia tidak ingin menyusahkan kedua orang tuanya.

b. “Rupanya tante-tante itu membawa amanat kaumnya agak

membujuk Bu Palenkahu mengawasi anak perempuannya,

khawatir kalau jatuh ke tangan si Jawa itu, ya Sarwono itu. (Hujan

Bulan Juni, 2015:85).

Kutipan diatas menggambarkan bahwa selain permasalahan keyakinan dan

agama, faktor lain yang menimnulkan kecemasan pada Sarwono yang menjadi

tokoh utama adalah ketika Pingkan harus diutus ke Jepang oleh Kaprodi tempat

Pingkan bekerja.

c. “Kamu menantuku, Matindas.” Sarwono diam lagi beberapa detik,

lalu mencium tangan bu pelenkahu. Ia harus segera melaporkan

segalanya kepada keluarganya. (Hujan Bulan Juni, 2015:85)

Kutipan di atas menunjukkan sikap terbuak dari Hartini. Sebagai

perempuan Jawa ia tentu dianggap terlalu berani untuk meminta seorang lelaki

meminang anaknya. Keterusterangan tersebut dipengaruhi oleh pola pikir budaya

Manado yang lebih terbuka.

d. “Ya jangan bingung. Kalian berdua itu Indonesia Raya,” komentar

Sarwono waktu itu .” (Hujan Bulan Juni, 2015:18)

Kutipan di atas mendeskripsiken mengenai tema hubungan cinta beda

agama juga merepresentasi keadaan sosial budaya masyarakat Indonesia.

Pernikahan bukan hanya terpautnya hati dua insan, tapi lebih dari itu. Pernikahan

sebagai leburnya dua keluarga dan kebudayaan.

e. “kata Ibu, kita harus empan mapan. Meskipun tidak suka, harus

bertata cara sesuai dengan tempatnya.”“Tapi ini kan

bukanManado.”Pokoknya begini, Manado dan Gorontalo kan

bersekutu menghadapi Jawa hehehe.”“Tapi..”“Meskipunkitab

Page 76: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

69

berbeda.”Kitab boleh berbeda. Tetapi kenyataanya perut Manado

dan Gorontalo menyukai msakan yang boleh dibilang sama.

(Hujan Bulan Juni : 47)

Kutipan di atas menggambarkan bahwa dimanapun kita berada, kita harus

bertindak dan bersikap sesuai dengan aturan yang ada di daerah tersebut. Setiap

orang mmiliki prinsip hidup yang berbeda-beda oleh karena itu kita harus

menghargai prinsip hidup orang lain, menghargai pendapat orang lain, serta

menaatai aturan-aturan atau norma yang berlaku di daerah tersebut.

f. “Sar, ini kan jam setengah 12, jumat. Pergi sana kamu ke Mesjid

Gedhe. Nanti telat lho. Yen kowe telat, dongan ora bakal ditampa.

Naik becak yang tadi dipakai aja, biar cepat.” (Hujan Bulan

Juni,2015:74)

Amanat yang terkandung dari kutipan tersebut adalah tentang toleransi

antar umat beragama, terbukti dengan Pingkan yang bergama Kristen,

mengingatkan Sarwono untuk melakukan sholat Jumat. Manusia merupakan

makhluk individu sekaligus juga sebagai makhluk sosial.

g. “Hanya ada gereja dan mesjid, Meneer, “kata si mahasiswa.

Sarwono dan pingkan tidak kaget lagi mendengar sapaan itu sebab

ketika memberikan ceramah di kampus kemarin mahasiswa yang

bertanya selalu menyapanya „Meneer‟. Begitu keluar dari kota

kedua orang muda Jakarta itu menyaksikan adegan yang biasa

mereka saksikan di Jakarta: beberapa kelompok orang mencegat

mobil untuk mengumpulkan dana bagi pembangunan Rumah

Tuhan. Bedanya adalah, di Jakarta Rumah Tuhan itu mesjid , di

Menado tentu saja gereja.” (Hujan Bulan Juni,2015:30)

Kutipan di atas menggambarkan kehidupan sosial masyarakat di Manado

dan Jakarta dan Manado membuat tempat ibadah dengan cara bergotong royong,

dan dana yang digunakan untuk membat rumah ibadah pun usaha sendiri. Tidak

menggunakan dana dari pemerintah. Hal tersebut menggambarkan bahwa

masyarakat Manado masih erat dengan kerja sama.

Page 77: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

70

4. Kajian intertekstual sosial dalam novel Madrasah Cinta

a. “Lelaki itu mangguk-mangguk percaya. Dengan segera ia

memberikan uang kepada si dukun. Dan ia pun kemudian pulang

ke rumah. Esok harinya, ia berniat untuk pergi bertamu ke rumah

wanita. Ia mengambil mantra dan mengucapkannya dengan hati-

hati”.

(Madrasah Cinta : 82)

Pada kutipan tersebut menggambarkan bagaimana cara seorang laki-laki

agar bisa mendapapatkan seorang perempuan yang selama ini telah di idam-

idamkan dengan cara mempercayai kekuatan dukun daripada Allah.

b. “Ali bin Abi Thalib pun bergegas pun bergegas pergi. Tak lama

kemudian, ia datang ke rumah janda beranak tiga itu dengan

membawa banyak makanan. Ia memberikannya kepada ibu

keluarga miskin tersebut. “Berikan makan segera anak-anakmu.

Pergunakan makanan pokok itu untuk kalian. Dan gunakan sedikit

uang ini untuk membeli kabutuhan kalian lainnya.” (Madrasah

Cinta : 91)

Kutipan tersebut menggambarkan tentang seseorang yang sangat baik dan

mempunyai hati suci untuk saling menolong terhadap sesama manusia ciptaan

Allah.

c. “Dekati dan cinta orang-orang miskin di sekitar kita. Tebarkan

empati dan doa untuk mereka. Semoga mereka diberikan kekuatan

dan kesabaran menjalani kehidupan ini. Berikanlah hak mereka dan

sedikit rezeki yang kita punya. Ingat, semua ini bkan milik kita

seutuhnya. Semua ini hanya titipan ilahi.” (MadrasaH Cinta : 92)

Kutipan tersebut menggambarkan tentang bagaimana kita di ajarkan untuk

saling menyayangi terhadap sesama manusia.

d. “Ibu, yang membersihkan halaman masjid adalah kami semua.

Kami ingin membantu ibu yang selalu kecapaian setiap pagi untuk

membersihkan halaman seluas ini.” (Madrasah Cinta : 100)

Page 78: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

71

Kutipan tersebut menggambarkan tentang seseorang yang sangat berbakti

kepada orang tua meskipun bukan orang tua kandung mereka sendiri.

e. “Dengan penyebutan waktu yang tepat, kita akan bisa memprediksi

segala sesuatunya berdua. Seperti biaya yang bakal di habiskan

untuk biaya pernikahan dan keluarga ke depan. Jadi, kita bisa

mempersiapakan secara matang mulai dari sekarang. “ (Madrasah

Cinta : 113)

Kutipan tersebut menggambarkan bagaimana cara kita di ajarkan tentang

kehidupan yang lebih sempurna dn bisa membahagiakan keluarga.

B. Pembahasan

a. Sinopsis novel Hujan Bulan Juni

Sosok Sarwono adalah dosen muda yang mengajar Antropolog

yang lihai dalam membuat baitan puisi memenuhi sudut surat kabar ini

menjalin hubungan dengan Pingkan, Pingkan sendiri merupakan dosen

muda di prodi Jepang. Padadasarnyamerekasudahkenalsejak lama,

apalagiSarwonosendiriadalahtemandarikakakPingkan, Toar.Mereka pun

bingungsampaikapanhubunganinidapatberlanjutkepernikahan.Sebuahprose

si yang

membutuhkanpemikirandantahaplebihdewasa.Sementarapadasaatini,

merekamasihasyikdengan status pacaransekarang.Adabanyaklikuanhidup

yang dihadapiSarwonodenganPingkan.Terlebihmerekaadalahsosok yang

berbedadarikota, budaya, suku, bahkan agama.Sarwono yang

darikecilhidup di Solo, sudahpasti orang Jawa.

SedangkanPingkanadalahcampuranantaraJawadenganMenado.IbuPingkan

Page 79: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

72

adalahketurunanJawa yang lahir di Makassar,

sedangkanbapakPingkanberasaldariMenado.Di

sinimerekaberduatidakmempersoalkanapaitusukubeda, atapunkeyakinan

yang berbeda.YaSarwono yang sangattaatpadaagamanya (Islam),

dansosokPingkan yang jugameyakini agama (Kristen)

sepenuhhati.Permasalahantentang agama

inidikuatkanolehkeluargabesarPingkan yang di

Menado.DenganberbagaicaramerekaselalubertanyapadaPingkantentanghub

ungannyadenganSarwono.Pertanyaan yang terlihatberniatmenyudutkan,

berharapPingkantidakmelanjutkanhubungandenganSarwono.Harapankelua

rgabesarnyaadalahdiamenikahisosokdosenmuda yang pernahkuliah di

Jepangdansekarangmengajar di Menado.Sosokpemuda yang

daridulujugamenaksirPingkan.Namundenganberbagaiupaya,

Pingkantetapbersikukuhmempertahankanhubunganitudenganserius.Bahka

n,

diaberencanakalaumenikahakanmeninggalkanManadodantinggalselamany

a di Jakarta.

Tempatdiaberkerjasebagaidosen.HubunganasmaraPingkandanSarwonoiniti

dakhanyamendapatkanarah darikeluargabesarPingkansaja.

KetikaPingkanberhasilmendapatkanbeasiswakeJepang,

Sarwonomerasakehilangandanketakutan.Ketakutannyabukandarikeraguann

yaatascintaPingkan, namunlebihpadakehidupandan orang yang ada di

Jepang.Yah, di

Page 80: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

73

JepangadasosoksontoloyoKatsuo.KatsuosendiriadalahdosenJepang yang

pernahkuliah di UI,

tempatSarwonodanPingkanmengajarsekarang.Danselama di Indonesia,

KatsuosangatdekatdenganPingkan.TidakhanyaalurtentangbagaimanaSarwo

nomenahandiridanmeyakinkandirinyasendirikalauPingkantetap

setiapadanya.Di

sinijugaadaceritabagaimanaSarwonoharuskuatmelawanbatuk yang

tidakberkesudahan.Batuk yang padaakhirnyamembuatdiaharusterkapar di

pembaringanRumahSakit.Ada jugakisahtentangartidaripenamaanPingkan,

yanamaPingkandiambildarisebuahcerita yang sudahmelegenda di Menado.

b. Sisnopsis novel Madrasah Cinta

Cinta sejati adalah sebuah jalan terang dan bahagia bagi diri kita.

Karena ia menenagkan, mampu menentramkan, penuh cinta dan kasih

sayang. Ia tidak pernah menyakiti, apalagi melukai. Ia selalu melindungi

dan membimbing kita untuk menuju rahmat ilahi. Cinta penuh keberkahan

tumbuh dari sikap yang benar dan tepat. Madrasah Cinta ini membimbing

kita untuk bersikap yang benar dan tepat dalam mewarnai cinta. Dari ulai

memaknai cinta dan mengenal jenis cinta, bangkit karena kekecewaan

terhadap cinta, membimbing diri kita ketika jatuh cinta, menunggu jodoh

dengan baik, memilih pasangan dengan cermat dan tepat, hingga akhirnya

berujung pada kehalalan dan kebaikan. Semoga dengan semuai ini, kita

bisa menemukan cita sejati kita hingga akhir masa in, kita bisa

Page 81: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

74

menemukan cinta sejati kelak hingga akhir masa dan bahkan hingga surga

kelak amin.

Buku ini tidakmhanya mencerahkan pikiran, tetapi juga

menyeegarkan jiwa. Terutama bagi para pemuja cinta agar tidak sesat di

jalan. Maka masukkan dalam madrsah cinta dapat memancrkan

kemurniannya dengan begitu indah. Agar cinta tak jadi musibah. Agar

cinta benar-benar berbuah berkah.

c. Perbandingan antara novel Hujan Bulan Juni dan Madrasah Cinta

a) Persamaan

1) Tema

Tema pada novel Hujan Bulan Juni dan Madrasah

Cintamempunyai persamaan, yaitu tentang bagaimana cara

menjalani hubungan cinta kehidupan. Pada novel Hujan Bulan Juni

yang menceritakan tentang pencintaan seorang kekasih yang

berbeda agama dan budaya, dan pada novel Madrasah

Cintapencarian cinta seseorang yang terlambat menikah karena

terlalu fokus dengan jenjang akademis. Dalam penggunaan

bahasanya menggunakan bahasa sehari-hari (bahasa Indonesia)

namun terdapat campuran bahasa daerah.

2) Alur

Novel Hujan Bulan Junidan Madrasah Cinta sama-sama

menggunakan alur campuran.

3) Sudut pandang

Page 82: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

75

Novel Hujan Bulan Juni dan Madrasah Cinta sama-sama

menggunakan sudut pandang orang ketiga.Pada kedua novel

tersebut, penulis sering menggunakan kata ganti “Dia” sebagai

tokoh utama.

b) Perbedaan

Perbedaan anatara novel Hujan Bulan Juni dan Madrasah Cinta.

Selain memiliki persamaan, juga memiliki perbedaan. Perbedaan pada

aspek latar yang ditunjukkan dalam novel Hujan Bulan Juni lebih

kompleks daripada pada novel Madrasah Cinta, baik dari segi latar

tempat, waktu, maupun suasana. Amanat yang terkandung dalam novel

hujan bulan juni yaitu adanya toleransi antar umat beragama. Seperti pada

kutipan di bawah ini: “kata Ibu, kita harus empan mapan. Meskipun tidak

suka, harus bertata cara sesuai dengan tempatnya.”

“Tapi ini kan bukan Manado.”Pokoknya begini, Manado dan

Gorontalo kan bersekutu menghadapiJawa hehehe.”“Tapi..”“Meskipun

kitab berbeda.”Kitab boleh berbeda. Tetapi kenyataanya perut Manado dan

Gorontalomenyukai msakan yang boleh dibilang sama.

(Hujan Bulan Juni : 47)

selanjutnya adanya toleransi budaya dan suku, seperti pada kutipan

di bawah ini.

“selama mendengarkan khotbah di Mesjid Gedhe ia tetap

mendengar kata demi kata Pingkan di sela-sela seruan pengkhotbah untuk

tidak memanfaatkan agama sebagai alat untuk mencapai apa pun, kecuali

untuk mendekatkan diri dengan Allah. Itu perintah Allah, itu perintah

Muhammad SAW, itu yang menjadi dasar keyakinannya sebagai orang

Page 83: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

76

yang harus menghargai keyakinan orang lain, yang selalu

mengingatkannya untuk mengharamkan kata „ilyan‟ dalam cara

berpikirnya, biarlah kata itu tetap ada di kamus, tetapi tidak perlu

digunakan untuk mencibir, apa lagi menyiksa orag lain.”

(Hujan Bulan Juni : 76)

Sedangkan amanat yang terkandung dalam novel madrasah cinta

seperti yang disampaikan penulisnya (Habiburrahman El Shirazy) adalah,

bahwa hidup kita harus ditata rapi, direncanakan. Bolehlah kita mengejar

prestasi akademis, tapi jangan sampai melupakan hal lain, termasuk

menikah. Menikah adalah sunnah Nabi. Jangan sampai menunda-nunda

jika waktunya tiba.

Page 84: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di simpulkan bahwa

novel Hujan Bulan Juni dan Madrasah Cinta merupakan novel yang berlatar

belakang tentang kehidupan sebuah cinta, dengan struktur persamaan dan

perbedaan, serta kajian intertekstual sosial yang terdapat dalam kedua novel

tersebut.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini memberikan saran berikut:

1. Kepada para siswa yang membaca novel Hujan Bulan Juni dan

Madrasah Cinta , hendaknya mengambil nilai-nilai positif dan dapat

menghindari nilai-nilai negatif bai yang tersurat maupun yang yang

tersirat dalam cerita kedua novel tersebut.

2. Konflik yang terjadi dalam novel ini dapat di jadikan pedoman hidup

tentang bagaimana cara tokoh utama mengatasi berbagai permasalahan

yang menimpanya, bercerita tentang ketegaran yang memperkaya dunia

batin kita.

3. Bagi pembaca, harapan penulis adanya penelitian ini diharaoakan dapat

meningkatkan apresiasi pembaca terhadap karya sastra karena penelitian

Page 85: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

78

yang dilakukan dengan memakai objek karya sastra sebagai

penelitiannya sering kali dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Page 86: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

79

DAFTAR PUSTAKA

Anam, Anam Khoirul. 2008. Dzikir-Dzikir Cinta. Yogyakarta: DivaPress.

Atmowiloto. 2007. Canting. Jakarta: Gramedia.

Dhika Dyah Ayu, Raraningrum. 2011. “Aspek Gender dalam Novel Ronggeng

Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari dan Sintren Karya Dianing

Widya Yudhistira: Kajian Interteks”. Jurnal Pendidikan dan

Pembelajaran, (online), (https://media.neliti.com/, di akses 28

Desember 2017).

F, Zulfahnur Z., Sayuti Kurnia, dan Zuniar Z. Adji. 1997. Teori Sastra. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Gifford, Henry. 1995. Comparative Literature: A Critical Introduction. USA:

Black-well Oxford UK & Canbridge.

Imron, Ali. 2005. Sifat Hipogram. Yogyakarta: UGM Press.

Kenney, William . 1966. How To Analyze Fiction. New York: Monarch Press.

Mahayana, Maman S.2007. Ekstrinsikalitas Sastra Indonesia. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:Gadjah Mada

University Press.

Pradopo, Djoko Rachmat. 1987. Pengkajian Puisi: Analisis Strata Norma dan

Analisis Strktural Dan Semiotik. Yogyakarta: UGM Press.

Riffaterre, Michael. 1978. Semiotic Of Poetry. London: Indiani of University

Press.

RP Murniati. 2014. Analisis Repetisi Pada Novel Rembulan Tenggelam di

Wajahmu Karya Tere Liye. Jurnal Pendidikan, (Oline),

(http://eprints.ums.ac.id>NASKAH_PUBLIKASI, diakses 2 Januari

2018.

Salfia, Nining. 2015. Nilai Moral Dalam Novel 5 Cm Karya Donny

Dhirgantoro(online).http://ois.uho.ac.id/indexphp/HUMANIKA/artic

le/download/595/pdf(diakses 06 Januari 2018).

Page 87: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

80

Salim, A. (2002).Perubahan Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sayuti, Suminto A. 1997. Apresiasi Prosa Fiksi. Jakarta: Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan.

Semi, Atar. 1993. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.

Soekanto.2001.Teori

Sosial(online).https://www.google.com/search?q=pengertian+sosial&i

e=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-b-ab/449/pdf(diakses 11 Januari

2018).

Sudjiman, Panuti. 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Raya.

Tarigan. 1984. Pengertian Novel. Bandung: Angkasa.164.

Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung:

Angkasa.137.

Teeuw, A. 1983.“Teori Sastra Dan Penelitian Sastra”. Yogyakarta: Makalah

Proyek Peningkatan Pengembangan Perguruan Tinggi UGM.

Thahar, Haris Effendi. 2006. “Kekerasan Dalam Cerpen-cerpen Koran Pilihan

KOMPAS 1992-1993: Suatu Tinjauan Struktural Genetik” dalam

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 062 Tahun Ke-12. Halaman

707-736.

Umar Kayam. 2001. Para Priyayi. Jakarta: Grafiti.

Waluyo.2002. Pengkajian Sastra Rekaan. Salatiga: Widyasari Press.

Waluyo, Herman J. 2002. Drama: Teori Dan Pengajarannya. Yogyakarta:

Hanindita Graha Widya.

Waluyo, Herman J. 2006. Pengkajian Dan Apresisai Prosa Fiksi. Surakarta:

Sebelas Maret University Press.

Wiyatmi. 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: pustaka.

Page 88: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

L

A

M

P

I

R

A

N

Page 89: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

82

KORPUS DATA

A. Novel Hujan Bulan Juni

Jawa hehehe.”“Tapi..”“Meskipun kitab berbeda.”Kitab boleh berbeda. Tetap“apa

dosa dan salahku maka aku telah mencintai laki-laki Jawa yang sering zadul

mikrnya ini?”

(Hujan Bulan Juni:36).

“Sar kamu ini sudah sekolah tinggi-tinggi tapi otakmu masih juga ngelesot di

bawah pohon sawo kecil di halaman keraton itu”.

(Hujan Bulan Juni : 13).

“itu sebabnya ia memilih sekolah Akademi Bank saja agar cepat selesai tanpa

membebani ibunya. Kalau bisa malah bisa membantu biaya kuliah pingkan.

Ternyata tidak hanya kerajinannya, tetapi juga tampangnya, telah membantunya

cepat mendapat posisi baik di bank tempatnya bekerja”.

(Hujan Bulan Juni : 106).

“Ya dianggapnya menggelikan konsep itu, Kali Code kab di tengah-tengah kota,

kok diaggap dihuni masyarakat pinggiran, katanya kepada atasannya waktu

pertama kaali dulu diajak merancang proyek itu”.

(Hujan Bulan Juni : 2)

“Dan memang benar. Ada puisinya di koran, tiga buah, di sudut halaman yang

pasti kalah meriah dibanding berita politik, kriminal, gambar-gambar yang

semakin lama semakin berdesa-desak, dan iklan”.

(Hujan Bulan Juni : 4)

“ kali ini ia sedang di Yogya untuk kesekian kalinya atas perintah Kaprodinya di

FISIP-UI yang disampaikan ketika ia baru saja pulang dari peneliti yang menguras

pikiran, perasaan, tenaga, dan entah apa lagi.”

(Hujan Bulan Juni : 1)

Page 90: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

83

“Eric Patiasiana yang lebih Betawi dari Betawi yang tinggal di kampung Ambon

Rawamangn itu mengirim sms memintanya untuk membuka e-mail.” Ada tugas

mendadak umtukmu, “ pesannya”.

(Hujan Bulan Juni : 27)

Dalam dongeng Toar, Hartini tidak menjawab sepatah kata pun, sampai hari ini

pun tidak pernah. Namun, laki-laki Manado yang ejak pertama kali bertemu diam-

diam mengagumi kecantikannya itu menganggap bahwa bahwa diam, bagi orang

Jawa, berarti „ya‟ atau „mau‟ pokoknya jawaban positif.”

(Hujan Bulan Juni : 23)

“ketika turun dari lantai tiga sebuah hotel di Bulaksumur, dekat kampus UGM,

yang ada di kepala Sarwono hanya satu: ke Malioboro mencari kios majalah. Kali

ini ia sedang di Yogya untuk kesekian kalinya atas perintah kaprodinya di FSIP-

UI yang disampaikan ketika ia baru saja pulang dari penelitian yang meguras

pikiran, perasaan, tenaga, dan entah apa lagi.”

(Hujan Bulan Juini : 1)

“kata Ibu, kita harus empan mapan. Meskipun tidak suka, harus bertata cara

sesuai dengan tempatnya.”“Tapi ini kan bukan Manado.”Pokoknya begini,

Manado dan Gorontalo kan bersekutu menghadapi i kenyataanya perut Manado

dan Gorontalo menyukai msakan yang boleh dibilang sama.

(Hujan Bulan Juni : 47)

“selama mendengarkan khotbah di Mesjid Gedhe ia tetap mendengar kata demi

kata Pingkan di sela-sela seruan pengkhotbah untuk tidak memanfaatkan agama

sebagai alat untuk mencapai apa pun, kecuali untuk mendekatkan diri dengan

Allah. Itu perintah Allah, itu perintah Muhammad SAW, itu yang menjadi dasar

keyakinannya sebagai orang yang harus menghargai keyakinan orang lain, yang

selalu mengingatkannya untuk mengharamkan kata „ilyan‟ dalam cara

berpikirnya, biarlah kata itu tetap ada di kamus, tetapi tidak perlu digunakan untuk

mencibir, apa lagi menyiksa orag lain.”

(Hujan Bulan Juni : 76)

“Ia mencintai gadis itu, tetapi tidak mampu brrbuat apa pun tak terkecuali

menulis puisi kalau sedang dalam keadaan puyeng memikirkannya. Ia harus

menimbang-nimbang cintanya, atau hanya mampu menimbang-nimbangnya,

kalau dalam keadaan tenang-setenang-tenangnya menghadapinya agar bisa di ajak

berbicara yang kemudian diselipkannya di antara larik-larik sajaknya.

Page 91: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

84

(Hujan Bulan Juni, 2015: 25).

“Rupanya tante-tante itu membawa amanat kaumnya agak membujuk Bu

Palenkahu mengawasi anak perempuannya, khawatir kalau jatuh ke tangan si

Jawa itu, ya Sarwono itu.

(Hujan Bulan Juni, 2015:85).

“Kamu menantuku, Matindas.” Sarwono diam lagi beberapa detik, lalu mencium

tangan bu pelenkahu. Ia harus segera melaporkan segalanya kepada keluarganya.

(Hujan Bulan Juni, 2015:85)

“Ya jangan bingung. Kalian berdua itu Indonesia Raya,” komentar Sarwono

waktu itu .”

(Hujan Bulan Juni, 2015:18)

“kata Ibu, kita harus empan mapan. Meskipun tidak suka, harus bertata cara

sesuai dengan tempatnya.”“Tapi ini kan bukan Manado.”Pokoknya begini,

Manado dan Gorontalo kan bersekutu menghadapi Jawa

hehehe.”“Tapi..”“Meskipun kitab berbeda.”Kitab boleh berbeda. Tetapi

kenyataanya perut Manado dan Gorontalo menyukai msakan yang boleh dibilang

sama.

(Hujan Bulan Juni : 47)

“Sar, ini kan jam setengah 12, jumat. Pergi sana kamu ke Mesjid Gedhe. Nanti

telat lho. Yen kowe telat, dongan ora bakal ditampa. Naik becak yang tadi dipakai

aja, biar cepat.”

(Hujan Bulan Juni,2015:74)

“Hanya ada gereja dan mesjid, Meneer, “kata si mahasiswa. Sarwono dan

pingkan tidak kaget lagi mendengar sapaan itu sebab ketika memberikan ceramah

di kampus kemarin mahasiswa yang bertanya selalu menyapanya „Meneer‟.

Begitu keluar dari kota kedua orang muda Jakarta itu menyaksikan adegan yang

biasa mereka saksikan di Jakarta: beberapa kelompok orang mencegat mobil

untuk mengumpulkan dana bagi pembangunan Rumah Tuhan. Bedanya adalah, di

Jakarta Rumah Tuhan itu mesjid , di Menado tentu saja gereja.”

Page 92: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

85

B. Novel Madrasah Cinta

“Lelaki itu mangguk-mangguk percaya. Dengan segera ia memberikan uang

kepada si dukun. Dan ia pun kemudian pulang ke rumah. Esok harinya, ia berniat

untuk pergi bertamu ke rumah wanita. Ia mengambil mantra dan mengucapkannya

dengan hati-hati”.

(Madrasah Cinta : 82)

“Ali bin Abi Thalib pun bergegas pun bergegas pergi. Tak lama kemudian, ia

datang ke rumah janda beranak tiga itu dengan membawa banyak makanan. Ia

memberikannya kepada ibu keluarga miskin tersebut. “Berikan makan segera

anak-anakmu. Pergunakan makanan pokok itu untuk kalian. Dan gunakan sedikit

uang ini untuk membeli kabutuhan kalian lainnya.”

“Dekati dan cinta orang-orang miskin di sekitar kita. Tebarkan empati dan doa

untuk mereka. Semoga mereka diberikan kekuatan dan kesabaran menjalani

kehidupan ini. Berikanlah hak mereka dan sedikit rezeki yang kita punya. Ingat,

semua ini bkan milik kita seutuhnya. Semua ini hanya titipan ilahi.”

(Madrasah Cinta : 92)

“Ibu, yang membersihkan halaman masjid adalah kami semua. Kami ingin

membantu ibu yang selalu kecapaian setiap pagi untuk membersihkan halaman

seluas ini.”

(Madrasah Cinta : 100)

“Dengan penyebutan waktu yang tepat, kita akan bisa memprediksi segala

sesuatunya berdua. Seperti biaya yang bakal di habiskan untuk biaya pernikahan

dan keluarga ke depan. Jadi, kita bisa mempersiapakan secara matang mulai dari

sekarang. “

(Madrasah Cinta : 113)

Page 93: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

86

SINOPSIS

Identitas Buku

Judul : Hujan Bulan Juni

Penulis : Sapardi Djoko Damono

Penerbi : Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit : Juni 2015

Tebal Buku : 135 Halaman

Sosok Sarwono adalah dosen muda yang mengajar Antropolog

yang lihai dalam membuat baitan puisi memenuhi sudut surat kabar ini

menjalin hubungan dengan Pingkan, Pingkan sendiri merupakan dosen

Page 94: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

87

muda di prodi Jepang. Padadasarnyamerekasudahkenalsejak lama,

apalagiSarwonosendiriadalahtemandarikakak Pingkan, Toar. Mereka pun

bingungsampaikapanhubunganinidapatberlanjut kepernikahan.

Sebuahprosesi yang

membutuhkanpemikirandantahaplebihdewasa.Sementarapadasaatini,

merekamasihasyikdengan status pacaransekarang.Adabanyaklikuanhidup

yang dihadapiSarwonodengan Pingkan. Terlebihmerekaadalahsosok yang

berbedadarikota, budaya, suku, bahkan agama.Sarwono yang

darikecilhidup di Solo, sudahpasti orang Jawa.

SedangkanPingkanadalahcampuranantaraJawadenganMenado.IbuPingkan

adalahketurunanJawa yang lahir di Makassar,

sedangkanbapakPingkanberasaldariMenado.Di

sinimerekaberduatidakmempersoalkanapaitusukubeda, atapun keyakinan

yang berbeda.YaSarwono yang sangattaatpadaagamanya (Islam),

dansosokPingkan yang jugameyakini agama (Kristen)

sepenuhhati.Permasalahantentang agama ini

dikuatkanolehkeluargabesarPingkan yang di

Menado.DenganberbagaicaramerekaselalubertanyapadaPingkantentanghub

ungannyadenganSarwono.Pertanyaan yang terlihatberniatmenyudutkan,

berharapPingkantidakmelanjutkanhubungandenganSarwono.Harapankelua

rgabesarnyaadalahdiamenikahisosokdosenmuda yang pernahkuliah di

Jepangdansekarangmengajar di Menado.Sosokpemuda yang

daridulujugamenaksirPingkan.Namundenganberbagaiupaya,

Page 95: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

88

Pingkantetapbersikukuhmempertahankanhubunganitudenganserius.Bahka

n, diaberencanakalaumenikahakanmeninggalkan

Manadodantinggalselamanya di Jakarta.

Tempatdiaberkerjasebagaidosen.HubunganasmaraPingkandanSarwonoiniti

dakhanyamendapatkan arah darikeluargabesarPingkansaja.

KetikaPingkanberhasilmendapatkanbeasiswakeJepang,

Sarwonomerasakehilangandanketakutan.Ketakutannyabukandarikeraguann

yaatascintaPingkan, namunlebihpadakehidupandan orang yang ada di

Jepang.Yah, di

JepangadasosoksontoloyoKatsuo.KatsuosendiriadalahdosenJepang yang

pernahkuliah di UI,

tempatSarwonodanPingkanmengajarsekarang.Danselama di Indonesia,

KatsuosangatdekatdenganPingkan.TidakhanyaalurtentangbagaimanaSarwo

nomenahandiridanmeyakinkandirinyasendirikalauPingkan tetap

setiapadanya.Di

sinijugaadaceritabagaimanaSarwonoharuskuatmelawanbatuk yang

tidakberkesudahan.Batuk yang padaakhirnyamembuatdiaharusterkapar di

pembaringanRumahSakit. Ada jugakisahtentangartidaripenamaanPingkan,

yanamaPingkandiambildarisebuahcerita yang sudahmelegenda di Menado.

Page 96: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

89

Identitas Buku

Judul : Madrasah Cinta

Penulis : Ayu Nesia

Penerbit : Citra Media

Tahun Terbit : Juni 2015

Page 97: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

90

Tebal Buku :166 Halaman

Berat Buku : 180 gr

Cinta sejati adalah sebuah jalan terang dan bahagia bagi diri kita.

Karena ia menenagkan, mampu menentramkan, penuh cinta dan kasih

sayang. Ia tidak pernah menyakiti, apalagi melukai. Ia selalu melindungi

dan membimbing kita untuk menuju rahmat ilahi. Cinta penuh keberkahan

tumbuh dari sikap yang benar dan tepat. Madrasah Cinta ini membimbing

kita untuk bersikap yang benar dan tepat dalam mewarnai cinta. Dari ulai

memaknai cinta dan mengenal jenis cinta, bangkit karena kekecewaan

terhadap cinta, membimbing diri kita ketika jatuh cinta, menunggu jodoh

dengan baik, memilih pasangan dengan cermat dan tepat, hingga akhirnya

berujung pada kehalalan dan kebaikan. Semoga dengan semuai ini, kita

bisa menemukan cita sejati kita hingga akhir masa in, kita bisa

menemukan cinta sejati kelak hingga akhir masa dan bahkan hingga surga

kelak amin.

Buku ini tidakmhanya mencerahkan pikiran, tetapi juga

menyeegarkan jiwa. Terutama bagi para pemuja cinta agar tidak sesat di

jalan. Maka masukkan dalam madrsah cinta dapat memancrkan

kemurniannya dengan begitu indah. Agar cinta tak jadi musibah. Agar

cinta benar-benar berbuah berkah.

Page 98: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

91

Page 99: KAJIAN INTERTEKSTUAL SOSIAL DALAM NOVEL HUJAN ...ABSTRAK INTAN PRASASTI NUR. 2018.Kajian Intertekstual Sosial dalam Novel Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan Madrasah Cinta

92

RIWAYAT HIDUP

Intan Prasasti Nur, lahir di Malino pada tanggal 11

Juli 1996. Anak ke empat dari empat bersaudara,

merupakan buah cinta dari pasanagan Ayahanda

Bado dengan Ibunda Anni. Peneliti mulai memasuki

jenjang pendidikan sekolah dasar inpres kampung

baru pada tahun 2002 dan tamat pada tahun 2008,

kemudian melanjutkan pendidikan SMP Negeri 1

Tinggimoncong pada tahun 2009 dan tamat pada tahun 2011, pada tahun yang

sama penulis melanjutkan pendidikan SMA Negeri 1 Tinggimoncong dan tamat

pada tahun 2014. Pada tahun 2014 penulis kemudian terdaftar sebagai mahasiswa

jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Muhammadiyah Makassar.