18
39 KAJIAN MEDIA INFORMASI PANEL DISPLAY PADA PAMERAN MUSEUM BANK INDONESIA Ignatius Soekarno Hartanto, Ahadiat Joedawinata, Sangayu Ketut Laksemi Nilotama Jurnal Seni & Reka Rancang Volume 3, No.1, November 2020, pp 39-56 KAJIAN MEDIA INFORMASI PANEL DISPLAY PADA PAMERAN MUSEUM BANK INDONESIA Ignatius Soekarno Hartanto 1 , Ahadiat Joedawinata 2 , Sangayu Ketut Laksemi Nilotama 3 Abstract The Study Of Information Media Panel Display At Museum Bank Ndonesia. Excellence in terms of education for visitors is manifested by the Bank Indonesia Museum in the form of exhibitions that represent real places or places where historical events have occurred. Of course visitors and visitors just walk around and have a look, in terms of education. Various forms of exhibition display are designed and depicted diachronic (timeline), through visual displays and display panels containing narratives that guide visitors around to find information conveyed by the Bank Indonesia Museum. The uniqueness of the visual information paern from the panel display in the Bank Indonesia Museum exhibition is interesting to be appointed as the object of research, because the information in the form of narrative stories from Bank Indonesia is conveyed and described in detail in the panels used. Consideration in achieving this, an approach is made through graphic design studies with regard to information design and editorial design. The initial step of observation is in the field, by looking at and sorting out the tendency of the panel displays used in conveying information in the form of narratives and literature studies carried out as a theoretical basis relating to museums and exhibitions, media, information, graphic information media, etc. The next stage is an analysis of visual information paerns from the display panel of the Bank Indonesia Museum which is carried out based on a graphic design approach with regard to information design and editorial design. The approach used is set on the arrangement of grid paerns, hierarchies of information, utilization of graphic processing, and utilization of narrative forms of information. From the graphic design approach revolving around information and editorial design with regard to exhibitions, it was found that the display paern of the exhibition’s visual information panel that entered the Museum Bank Indonesia exhibition had a clear and structured hierarchy of information delivery, continuous graphic display with the narrative found, and Arrangement and utilization of media size or layout between narrative content and graphic processing content. Keywords: museums, media, information, information media, display panels. Abstrak Kajian Media Informasi Panel Display Pada Museum Bank Indonesia. Keunggulan dalam hal edukasi bagi pengunjung diwujudkan Museum Bank Indonesia dalam bentuk pameran yang merupakan gambaran tempat secara nyata atau gambaran tempat dimana suatu peristiwa sejarah pernah terjadi. Tentunya pengunjung tidaklah serta merta berkeliling dan melihat- lihat saja, dalam hal edukasi. Beragam bentuk tampilan pameran dirancang dan digambarkan secara diakronik (lini masa), melalui tampilan-tampilan visual dan panel display yang berisikan narasi-narasi yang memandu pengunjung berkeliling untuk menemukan informasi yang disampaikan Museum Bank Indonesia. Keunikan pola visual informasi dari panel display dalam pameran Museum Bank Indonesia menarik untuk diangkat sebagai objek penelitian, dikarenakan informasi berupa narasi cerita dari Bank Indonesia disampaikan dan dipapaakan secara rinci dalam panel-panel display yang digunakan. Pertimbangan dalam mencapai hal tersebut, dilakukan pendekatan melalui kajian desain grafis berkenaan dengan desain informasi dan desain editorial. Langkah awal merupakan observasi lapangan, dengan melihat dan memilah kecenderungan panel display yang dimanfaatkan dalam penyampaian informasi berupa narasi-narasi dan studi pustaka dilakukan sebagai 1 Mahasiswa Magister Desain Produk FSRD Universitas Trisakti, e-mail:[email protected] 2 Staf Pengajar Magister ITB - Magister Usakti 3 Staf Pengajar Magister Usakti, e-mail: [email protected]

KAJIAN MEDIA INFORMASI PANEL DISPLAY PADA …

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

39

KAJIAN MEDIA INFORMASI PANEL DISPLAY PADA PAMERAN MUSEUM BANK INDONESIAIgnatius Soekarno Hartanto, Ahadiat Joedawinata, Sangayu Ketut Laksemi Nilotama

Jurnal Seni & Reka Rancang Volume 3, No.1, November 2020, pp 39-56

KAJIAN MEDIA INFORMASI PANEL DISPLAY PADA PAMERANMUSEUM BANK INDONESIA

Ignatius Soekarno Hartanto1, Ahadiat Joedawinata2, Sangayu Ketut Laksemi Nilotama3

AbstractThe Study Of Information Media Panel Display At Museum Bank Ndonesia. Excellence in terms of education for visitors is manifested by the Bank Indonesia Museum in the form of exhibitions that represent real places or places where historical events have occurred. Of course visitors and visitors just walk around and have a look, in terms of education. Various forms of exhibition display are designed and depicted diachronic (timeline), through visual displays and display panels containing narratives that guide visitors around to find information conveyed by the Bank Indonesia Museum. The uniqueness of the visual information pattern from the panel display in the Bank Indonesia Museum exhibition is interesting to be appointed as the object of research, because the information in the form of narrative stories from Bank Indonesia is conveyed and described in detail in the panels used.Consideration in achieving this, an approach is made through graphic design studies with regard to information design and editorial design. The initial step of observation is in the field, by looking at and sorting out the tendency of the panel displays used in conveying information in the form of narratives and literature studies carried out as a theoretical basis relating to museums and exhibitions, media, information, graphic information media, etc. The next stage is an analysis of visual information patterns from the display panel of the Bank Indonesia Museum which is carried out based on a graphic design approach with regard to information design and editorial design. The approach used is set on the arrangement of grid patterns, hierarchies of information, utilization of graphic processing, and utilization of narrative forms of information.From the graphic design approach revolving around information and editorial design with regard to exhibitions, it was found that the display pattern of the exhibition’s visual information panel that entered the Museum Bank Indonesia exhibition had a clear and structured hierarchy of information delivery, continuous graphic display with the narrative found, and Arrangement and utilization of media size or layout between narrative content and graphic processing content. Keywords: museums, media, information, information media, display panels.

AbstrakKajian Media Informasi Panel Display Pada Museum Bank Indonesia. Keunggulan dalam hal edukasi bagi pengunjung diwujudkan Museum Bank Indonesia dalam bentuk pameran yang merupakan gambaran tempat secara nyata atau gambaran tempat dimana suatu peristiwa sejarah pernah terjadi. Tentunya pengunjung tidaklah serta merta berkeliling dan melihat-lihat saja, dalam hal edukasi. Beragam bentuk tampilan pameran dirancang dan digambarkan secara diakronik (lini masa), melalui tampilan-tampilan visual dan panel display yang berisikan narasi-narasi yang memandu pengunjung berkeliling untuk menemukan informasi yang disampaikan Museum Bank Indonesia. Keunikan pola visual informasi dari panel display dalam pameran Museum Bank Indonesia menarik untuk diangkat sebagai objek penelitian, dikarenakan informasi berupa narasi cerita dari Bank Indonesia disampaikan dan dipapaakan secara rinci dalam panel-panel display yang digunakan.Pertimbangan dalam mencapai hal tersebut, dilakukan pendekatan melalui kajian desain grafis berkenaan dengan desain informasi dan desain editorial. Langkah awal merupakan observasi lapangan, dengan melihat dan memilah kecenderungan panel display yang dimanfaatkan dalam penyampaian informasi berupa narasi-narasi dan studi pustaka dilakukan sebagai

1 Mahasiswa Magister Desain Produk FSRD Universitas Trisakti, e-mail:[email protected] Staf Pengajar Magister ITB - Magister Usakti3 Staf Pengajar Magister Usakti, e-mail: [email protected]

40

KAJIAN MEDIA INFORMASI PANEL DISPLAY PADA PAMERAN MUSEUM BANK INDONESIAIgnatius Soekarno Hartanto, Ahadiat Joedawinata, Sangayu Ketut Laksemi NilotamaJurnal Seni & Reka Rancang Volume 3, No.1, November 2020, pp 39-56

dasar teori yang berkaitan dengan museum dan pameran, media, informasi, media informasi grafis, dan lain-lain. Tahapan berikutnya merupakan analisis pola visual informasi dari display panel Museum Bank Indonesia yang dilakukan berdasarkan pendekatan desain grafis berkenaan desain informasi dan desain editorial. Pendekatan yang digunaka berkisar pada pengaturan pola grid, hierarki dari informasi, pemanfaatan olah grafis, serta pemanfaatan bentuk informasi berupa narasi.Dari pendekatan desain grafis berkisar pada desain informasi dan desain editorial berkenaan dengan pameran, ditemukan bahwa pola visual informasi panel display pameran yang ditampilkan dalam pameran Museum Bank Indonesia memiliki hierarki penyampaian informasi yang jelas dan terstruktur, korelasi olah grafis yang berkesinambungan dengan narasi yang diangkat, serta pengaturan dan pemanfaatan besaran media atau layout antara konten narasi dan konten olah grafis.Kata kunci: museum, media, informasi, media informasi, panel display

PendahuluanMuseum dapat berupa bangunan bersejarah yang dipugar, maupun bangunan bersejarah yang memiliki cerita masa lampau yang digambarkan untuk masa sekarang, ditampilkan, dipertunjukkan, dinarasikan, dan disampaikan sebagai bentuk edukasi. Museum Bank Indonesia (MBI) memiliki berbagai macam bentuk pameran didalamnya. Daya tarik tersebut didapatkan antara lain dari bangunan MBI yang dinilai bersejarah, elemen arsitektural bangunan yang menawan, pameran diorama yang unik, display-display pameran yang mengedukasi, dan koleksi mata uang atau yang dikenal dengan istilah numesmatik. Dari keberagaman tersebut tentunya pameran MBI ingin menyampaikan dan berbagi informasi dengan audience.

Bercerita dan berkomunikasi melalui penceritaan berupa narasi-narasi bertajuk lini masa sejarah yang dimiliki Bank Indonesia yang berkesinambungan dengan sejarah perkembangan Bangsa Indonesa dari suatu kejadian ke kejadian lain hingga sekarang. Hal ini dipandang MBI sebagai tanggung jawab sebagai institusi yang menjalankan program edukasi informal bagi audience, dari pameran-pameran yang ditampilkan. Bentuk-bentuk narasi lini masa yang memiliki nilai historis dari Bank Indonesia tersebut disampaikan MBI, salah satunya melalui medium panel display yang menghantarkan audience dalam pameran MBI. Medium panel display tersebut dirancang sedemikian rupa oleh MBI untuk mengakomodasi cerita perjalanan sejarah Bank Indonesia, mengkomunikasikan cerita berbentuk idea atau verbal kedalam hal tertulis atau cetak yang dapat dibaca dan sebagai bukti otentisitas cerita atau narasi dalam hal edukasi informal berkenaan dengan sejarah Bank Indonesia dan Bangsa Indonesia.

Medium panel display disini dapat dikategorikan pada information-based exhibition yang menghasilkan cakupan dan peran dari exhibition text. Perluasan dari konten pameran penjelas yang bersifat lebih rinci atau naratif, merupakan pengembangan dari peran tulisan/ teks yang diarahkan pada kesinambungan metode presentasi atau penyampaian dari pameran sebagai efektifitas komunikasi. Bagaimana pun hingga sekarang banyak penelitian difokuskan pada ruang dan objek pameran dimana exhibition text seperti medium panel display belum banyak dilakukan. Lebih

41

KAJIAN MEDIA INFORMASI PANEL DISPLAY PADA PAMERAN MUSEUM BANK INDONESIAIgnatius Soekarno Hartanto, Ahadiat Joedawinata, Sangayu Ketut Laksemi Nilotama

Jurnal Seni & Reka Rancang Volume 3, No.1, November 2020, pp 39-56

dari hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi aspek-aspek pendekatan umum dalam tampilan informasi panel display yang ditampilkan dalam pameran MBI. Khususnya pada tampilan presentasi panel display yang berisikan narasi, dengan pendekatan desain informasi dan editorial. Penelitian ini meneliti karakteristik pemanfaatan pemilihan eksekusi media panel display dan strukturisasi narasi dalam panel display. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode analisis teks dengan memanfaatkan pendekatan desain informasi dan editorial pada keilmuan desain grafis. Hasil dalam penelitian ini tentunya dilakukan untuk mengetahui dan mendeskripsikan aspek-aspek yang ditinjau dalam penerapan panel display sebagai tamplan informasi yang memudahkan bagi audience.

MuseumBerdasarkan ketetapan Direktorat Museum (Direktorat Jendral Sejarah dan Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata), museum merupakan suatu badan tetap, tidak bergantung kepada siapa pemiliknya melainkan harus tetap ada. Museum bukan hanya merupakan tempat kesenangan, tetapi juga untuk kepentingan studi dan penelitian. Museum dalam kaitannya dengan warisan budaya adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungan guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa (Pasal 1. (1). PP. No. 19 tahun 1995).

Namun museum dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan kebudayaan pada umumnya mempunyai arti yang sangat luas. Ketika mengacu pada International Council of Museum yang dikenal dengan ICOM, museum memiliki 9 (sembilan) fungsi; (1) pengumpulan dan pengamanan warisan alam dan budaya, (2) dokumentasi dan penelitian ilmiah, (3) konservasi dan preservasi, (4) penyebaran dan pemerataan ilmu untuk umum, (5) pengenalan dan penghayatan kesenian, (6) pengenalan kebudayaan antardaerah dan antarbangsa, (7) visualisasi warisan alam dan budaya, (8) cermin pertumbuhan peradaban umat manusia, dan (9) pembangkit rasa takwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Berdasarkan hal-hal tersebut, tentunya pameran MBI dirancang untuk dapat mewakili dan mencerminkan hal yang dimaksud, pameran MBI tentunya merupakan warisan budaya yang menekankan pada kekayaan intelektual dalam penceritaan sejarah, keberadaan perjalanan sejarah budaya manusia dalam hal alat pertukaran dalam perdagangan hingga terbentuk budaya mata uang dan penentuan dan pengaturan kebijakan yang berjalan beriringan dengan sejarah bangsa. Dalam penataan dan pengelompokan pameran MBI memiliki kesamaan pendekatan dengan Belcher (1991), dimana penyusunan ruang pameran museum; menentukan alur cerita (storyline), menceritakan pembagian periode-periode dari perkembangan kebudayaan RI dalam hal moneter. Serta mengarahkan alur pengunjung yang berkenaan dengan sirkulasi yang dibentuk, alur masuk dan alur keluar yang bersifat linear. Penyusunan ruang pamer tersebut tidak terlepas pula dari information-based exhibition, berupa panel

42

KAJIAN MEDIA INFORMASI PANEL DISPLAY PADA PAMERAN MUSEUM BANK INDONESIAIgnatius Soekarno Hartanto, Ahadiat Joedawinata, Sangayu Ketut Laksemi NilotamaJurnal Seni & Reka Rancang Volume 3, No.1, November 2020, pp 39-56

display yang difungsikan sebagai medium penyampai informasi dan sekat pada penyusunan ruang pamer MBI.

Museum Bank Indonesia memiliki kategori pameran museum bersifat tetap atau ‘permanen’, menurut Belcher (1991) istilah ‘permanen’ digunakan untuk membedakan pameran ditujukan bersifat jangka panjang dengan pameran yang ditujukan bersifat sementara atau jangka pendek. Kata ‘ditujukan’ sengaja ditekankan, seperti dalam implementasi yang sering terjadi adalah pameran ‘sementara’ berulang kali diperpanjang dan pameran ‘permanen’ terkadang diubah atau dilakukan pengurangan objek pameran.

Ruang Pameran MuseumMuseum memiliki infrastruktur-infrastruktur yang mendukung pameran, tentunya bangunan atau ruang yang memfasilitasi suatu pameran dapat berlangsung. Baik dalam penempatan pameran dan alur dari kunjungan pameran. Berdasarkan Falk dan Dierking (2000), infrastruktur atau ruang pameran dan objek di dalamnya menjadikan suatu tempat sebagai terjadinya aktivitas belajar yang kemudian menghasilkan pengalaman, pemahaman, hingga akhirnya membentuk pengetahuan.

Berkaitan dengan infrastruktur berupa ruang pameran, ruangan pameran merupakan bentuk wadah dari suatu aktivitas belajar, dimana ruang pameran menyediakan kualitas ruang yang diterima oleh tubuh pengunjung yang kemudian direspon dengan menggunakan latar aspek personal dan aspek sosiokulturalnya sebagai referensi. Dengan demikian, dalam fungsinya mewadahi fungsi pameran, diketahui bahwa ruang pamer museum memiliki peran yang terlepas dari pengaruh kedua aspek lainnya tersebut. Ruang pamer berperan sebagai penghadir potensi terjadinya aktivitas yang tanpanya museum tidak dapat berfungsi menjalankan program pameran (Ambrose dan Paine, 2012)

Alur Pameran MuseumDean (1994) menyatakan tiga metode berikut sangat mendasar, bergantung pada konsep pameran dan tujuan pendidikan, setiap pendekatan memiliki kelebihan dan kekurangan. Tergantung pendekatannya dipilih, desainer dapat menggunakan semua keterampilan mereka untuk mempengaruhi hasil yang diinginkan. Variasi mungkin saja, meskipun tiga yang tercantum cukup mewakili;

43

KAJIAN MEDIA INFORMASI PANEL DISPLAY PADA PAMERAN MUSEUM BANK INDONESIAIgnatius Soekarno Hartanto, Ahadiat Joedawinata, Sangayu Ketut Laksemi Nilotama

Jurnal Seni & Reka Rancang Volume 3, No.1, November 2020, pp 39-56

Gambar 1. Alur Pendekatan yang Disarankan(Sumber: Museum Exhibition; Theory and Practice, Dean D. 1994)

a. Pendekatan yang disarankanMetode ini menggunakan warna, pencahayaan, penunjuk arah, tajuk berita, pameran tengara, dan visual serupa untuk menarik pengunjung di sepanjang rute yang telah dipilih sebelumnya tanpa mengatur fisik penghalang untuk membatasi pergerakan menjadi satu jalur. Mungkin yang paling menantang dan pendekatan yang sulit, itu mempromosikan pengalaman belajar yang nyaman bagi pengunjung oleh memungkinkan kebebasan memilih sambil mempertahankan kontekstual.

• Keuntungan — metode yang disarankan memberikan jalan santai untuk sementara pelindung menyajikan informasi dalam kerangka yang koheren dan dalam interpretatif yang dapat dicerna kenaikan.

• Kekurangan — metode ini sangat bergantung pada keberhasilan desain elemen untuk memimpin pengalaman belajar.

Gambar 2. Alur Pendekatan Tidak Terstruktur (Sumber: Museum Exhibition; Theory and Practice, Dean D. 1994)

b. Pendekatan tidak terstrukturSaat memasuki galeri, seseorang dapat memilih jalannya sendiri tanpa rute yang disarankan yang benar atau salah. Pada dasarnya, gerakan tidak terarah dan acak. Cara ini sering menjadi ciri khas galeri seni.

• Keuntungan — ini adalah pendekatan yang cocok untuk pameran yang sangat berorientasi objek. Ini memungkinkan pengunjung untuk bergerak dengan kecepatan mereka sendiri dan memutuskan prioritas mereka sendiri. Materi interpretatif harus diarahkan pada objek dan tidak bergantung pada format progresif.

44

KAJIAN MEDIA INFORMASI PANEL DISPLAY PADA PAMERAN MUSEUM BANK INDONESIAIgnatius Soekarno Hartanto, Ahadiat Joedawinata, Sangayu Ketut Laksemi NilotamaJurnal Seni & Reka Rancang Volume 3, No.1, November 2020, pp 39-56

• Kerugian — pendekatan ini tidak cocok dengan alur cerita atau arah presentasi.

Gambar 3. Alur Pendekatan Terarah(Sumber: Museum Exhibition; Theory and Practice, Dean D. 1994)

c. Pendekatan terarahMetode ini lebih kaku dan terbatas dibandingkan metode lainnya. Galeri biasanyadiatur dalam arus lalu lintas satu arah dengan sedikit peluang untuk keluar sebelumnya seluruh pameran telah dilihat.

• Keunggulan — memungkinkan pendekatan ini sangat terstruktur, koheren, dan didaktik pengembangan berorientasi subjek.

• Kekurangan — metode ini sering kali mempromosikan perilaku berorientasi keluar sebagai pengunjung mencari cara untuk keluar dari jalur tersebut. Dalam beberapa kasus timbul rasa jebakan, sementara dalam kasus lain hal itu dapat menyebabkan kemacetan arus lalu lintas saat satu orang ingin berjalan-jalan dan belajar, dan yang lain ingin mencari jalan keluar.

Pengaturan Objek Pameran MuseumDean (1994) menyatakan benda dari koleksi dan sumber lain merupakan bahan utama di sebagian besar pameran museum. Penataan objek menjadi perhatian utama untuk perancang. Bahkan sebagai seorang desainer memanipulasi ruang untuk memperkuat kemampuan audience memahami dan mencerap konten pameran, begitu juga objek harus diatur untuk meningkat dampaknya dan untuk menekankan pentingnya setiap objek. Penempatan pameran dalam hubungan untuk audience, lingkungan, dan satu sama lain menentukan apakah pameran dapat atau tidak menarik dan menahan perhatian audience.

Ada dua jenis objek yang ditangani oleh pembuat pameran: objek yang datar atau dua dimensi, dan yang memiliki kedalaman atau tiga dimensi. Dua dimensi barang biasanya adalah benda yang ditempelkan pada permukaan datar. Lukisan, cetakan, gambar, poster, dan beberapa tekstil termasuk di bawah tajuk ini. Meskipun mereka memiliki beberapa ketebalan, kepentingan visual mereka hanya dalam dua bidang. Tiga dimensi objek, di sisi lain, memiliki kedalaman yang terlihat dan menonjol ke semua tiga dimensi: panjang, lebar, dan tinggi (kedalaman).

45

KAJIAN MEDIA INFORMASI PANEL DISPLAY PADA PAMERAN MUSEUM BANK INDONESIAIgnatius Soekarno Hartanto, Ahadiat Joedawinata, Sangayu Ketut Laksemi Nilotama

Jurnal Seni & Reka Rancang Volume 3, No.1, November 2020, pp 39-56

Secara umum, benda dua dimensi digantung di dinding, atau diletakkan di atas miring permukaan atau di lantai. Benda tiga dimensi menempati ruang yang cukup faktor pergerakan orang dalam sebuah galeri. Perbedaannya bisa diperjelas dengan membandingkan lukisan dengan patung yang berdiri sendiri.Terlepas dari dimensinya kualitas, semua objek memiliki karakteristik visual intrinsik tertentu yang mempengaruhi bagaimana mereka mungkin diatur. Hal tersebut adalah:

• Dampak visual Ini mengacu pada karakteristik objek yang menarik dan menarik perhatian

dan berhubungan dengan kekuatan objek individu dan keseluruhan. Warna, arah, tekstur, dan elemen desain lainnya bekerja sama untuk menciptakan kekuatan visual suatu objek seperti yang dirasakan oleh penonton. Mono-kromatik pengelompokan sangat bergantung pada nilai, tekstur, massa visual, dan berat. Komposisi warna bergantung pada elemen-elemen ini tetapi menambahkan hubungan warna. Ini penting, bagaimanapun, bahwa warna pada objek tidak bersaing untuk merugikan satu atau lebih item. Tidak ada aturan yang tegas dan cepat karena desain tergantung atas maksud perancang dan dampak yang diinginkan.

• Bobot visual Nilai, tekstur, warna, dan elemen desain lainnya digabungkan untuk

mengilhamikomposisi keseluruhan dengan kualitas pembobotan. Misalnya lukisan dengan banyaknya warna terang yang menggambarkan warna langit akan memberikan kesan ringan dan terbuka. Warna yang suram dan gelap akan muncul lebih berat dan lebih berat.

• Pengarahan visual Banyak objek memiliki kualitas yang mengarahkan mata audience ke suatu

arah. Elemen linier, urutan warna, distribusi bobot, dan lainnya faktor desain mempengaruhi arah suatu objek atau komposisi.

• Keseimbangan visual Bobot visual, warna, dan arah berpadu untuk memberikan kualitas pada

objek keseimbangan. Ketidakseimbangan secara visual mengganggu, memberi kesan masuk gerak atau miring. Keseimbangan menghasilkan perasaan istirahat.

• Massa visual Objek memiliki kualitas visual yang solid atau buram. Warna, tekstur,

nilai, dan linearitas semuanya memberikan objek kualitas ini. Massa visual berhubungan dengan yang tampak kepadatan suatu benda.

Museum dapat menampilkan berbagai kategori berkaitan tema seperti; lukisan, foto, cetakan atau gambar, dan banyak lainnya, benda datar seperti tekstil, poster, dan permadani. Pengaturan keseluruhan benda seperti itu penting dalam menarik dan menahan perhatian, mengarahkan mata ke titik fokus, dan menciptakan pengalaman visual yang nyaman. Memang, kenyamanan tidak selalu menjadi maksud desainer, dan ada contoh di mana ketidaknyamanan terkait dengan materi pelajaran mungkin

46

KAJIAN MEDIA INFORMASI PANEL DISPLAY PADA PAMERAN MUSEUM BANK INDONESIAIgnatius Soekarno Hartanto, Ahadiat Joedawinata, Sangayu Ketut Laksemi NilotamaJurnal Seni & Reka Rancang Volume 3, No.1, November 2020, pp 39-56

diinginkan. Namun memberikan syarat kondusif untuk pembelajaran berarti mencapai koherensi visual dalam banyak situasi.

Saat menata benda datar pada permukaan vertikal seperti panel atau dinding galeri, aturan praktisnya adalah menempatkan item pada ketinggian tampilan yang nyaman. Ketinggian mata rata-rata untuk orang dewasa adalah 5 ft. 3 in. (1,6 m). Biasanya, ini berarti menempatkan massa visual objek sehingga ketinggian tampilan bertepatan dengan pusat vertikal dari objek.

Penjajaran garis tengah memberikan susunan beberapa potongan datar dengan ukuran berbeda hubungan yang seimbang secara visual. Bahkan dengan karya yang dikelompokkan di mana satu ditempatkan di atas yang lain, garis tengah akan melewati tengah dari total massa visual.

Gambar 4. Ketinggian melihat dan garis tengah massa visual (Sumber: Museum Exhibition; Theory and Practice, Dean D. 1994)

Pengaturan lain yang kurang berguna adalah keselarasan flush line. Objek diatur dengan semua tepi atas atau bawah sejajar. Hubungan garis tengah/ tingkat mata hilang dalam hal pengaturan ini. Pengaturan ini tidak bekerja dengan baik kecuali dalam kasus khusus. Memunculkan kesan pengaturan yang tidak wajar atau dibuat-buat terhadap lingkungan fisik. Dalam mengatur objek di sepanjang garis tengah tingkat mata, beberapa karakteristik dari benda itu sendiri mempengaruhi penempatannya.

Gambar 5. Ketinggian melihat dan keselarasan flush line (Sumber: Museum Exhibition; Theory and Practice, Dean D.1994)

47

KAJIAN MEDIA INFORMASI PANEL DISPLAY PADA PAMERAN MUSEUM BANK INDONESIAIgnatius Soekarno Hartanto, Ahadiat Joedawinata, Sangayu Ketut Laksemi Nilotama

Jurnal Seni & Reka Rancang Volume 3, No.1, November 2020, pp 39-56

Rata-rata ketinggian penglihatanOrang merasa paling nyaman dan akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk melihat dan membaca bahan dan benda cetakan ditempatkan dengan nyaman. Mereka harus diposisikan demikian bagian tengah materi setinggi mata. Untuk orang dewasa, tinggi rata-rata sekitar 5 ft. 3 in. dalam (1,6 m). Bidang penglihatan membentuk kerucut dimulai dari mata dan meluas 40° di atas dan di bawah sumbu horizontal. Jarak dari benda bertambah atau mengurangi area tampilan yang nyaman di dalam kerucut. Menempatkan objek atau grafik di luar kerucut menyebabkan kesulitan dalam melihat dan kelelahan. Ruang di luar kerucut penglihatan dapat digunakan untuk elemen yang besar dan tebal, tetapi harus dihindari untuk yang rinci.

Gambar 6. Ketinggian melihat dan kenyamanan ruang visual (Sumber: Museum Exhibition; Theory and Practice, Dean D.1994)

Elemen layoutLayout memiliki banyak elemen yang dapat membentuk suatu komposisi utuh. Untuk mendapatkan layout yang dinilai optimal, elemen-elemen tersebut haruslah mendapatkan proporsi yang berkesinambungan satu sama lain. Beberapa elemen layout yang perlu ditinjau dan diperhatikan diantaranya elemen teks, elemen visual, dan invisible element.

• Elemen teksa. Judul

Suatu substansi narasi diawali atau memiliki ide utama diverbalkan dengan kata berupa judul. Judul diberi ukuran dan berat huruf untuk menarik perhatian pembaca dan memiliki tujuan untuk membedakan dari elemen layout yang lain.

48

KAJIAN MEDIA INFORMASI PANEL DISPLAY PADA PAMERAN MUSEUM BANK INDONESIAIgnatius Soekarno Hartanto, Ahadiat Joedawinata, Sangayu Ketut Laksemi NilotamaJurnal Seni & Reka Rancang Volume 3, No.1, November 2020, pp 39-56

Gambar 7. Perbandingan ukuran dan besaran huruf (Sumber: Hartanto, 2020)

b. Sub judul Substansi narasi yang cukup panjang dapat memiliki sub pokok substansi

dari ide utama dalam satu cakupan topik pikiran yang sama. Sub judul dapat diberikan ukuran dan berat huruf atau pun perbedaan warna sekali pun bila dibutuhkan.

Gambar 8. Perbandingan ukuran dan besaran huruf judul dengan sub judul (Sumber: Hartanto, 2020)

c. Tubuh teks Substansi narasi berupa isi, merupakan elemen teks paling banyak

memberikan informasi. Keberhasilan suatu tubuh teks ditentukan oleh beberapa hal, diantaranya dukungan judul, atau sub judul yang menarik sehingga memancing audience meneruskan keingintahuannya akan informasi yang lengkap dan gaya penulisan yang menarik dari substansi narasi.

Gambar 9. Perbandingan ukuran dan besaran huruf judul, sub judul, dan tubuh teks (Sumber: Hartanto, 2020)

49

KAJIAN MEDIA INFORMASI PANEL DISPLAY PADA PAMERAN MUSEUM BANK INDONESIAIgnatius Soekarno Hartanto, Ahadiat Joedawinata, Sangayu Ketut Laksemi Nilotama

Jurnal Seni & Reka Rancang Volume 3, No.1, November 2020, pp 39-56

• Elemen visuala. Foto Kekuatan terbesar dari fotografi merupakan kredibilitas atau kemampuan

memberi kesan ‘dapat dipercaya’, dalam konteks yang sebenarnya tanpa olah atau manipulasi fotografi (raw documentation/ dokumentasi riil).

Konteks pemanfaatan fotografi berwarna maupun hitam putih (monochrom) dapat dimanfaatkan untuk tujuan dan kesan tertentu.

b. Artwork atau ilustrasi Dalam menyajikan informasi yang lebih terperinci, yang tidak dapat

dicapai fotografi, ilustrasi dapat menjadi salah satu solusi. Tentunya ilustrasi dapat berupa gambaran mendekati asli atau setara foto, atau sketsa bergaya realis. Terkadang artwork atau ilustrasilebih dapat memberikan ‘kesan’ tertentu bagi audience nya.

· • Invisible element

a. Margin Merupakan penjarakan antara tepi media dengan bagian yang akan

ditempati oleh elemen-elemen layout. Jarak tepi memiliki tujuan agar elemen-elemen layout tidak menempati tepi media. Hal tersebut menghindarkan terpotong atau memberikan kesan kurang estetik. Terkadang terdapat elemen layout menempati tepi media dengan konsep yang telah dipertimbangkan.

Gambar 10. Margin kecil, the active area of the composition (atas); margin besar, decrease the active area of the composition (bawah)

(Sumber: Layout Workbook, Cullen, K. 2005)

50

KAJIAN MEDIA INFORMASI PANEL DISPLAY PADA PAMERAN MUSEUM BANK INDONESIAIgnatius Soekarno Hartanto, Ahadiat Joedawinata, Sangayu Ketut Laksemi NilotamaJurnal Seni & Reka Rancang Volume 3, No.1, November 2020, pp 39-56

b. Grid Merupakan alat bantu dalam mengkomposisikan dan menentukan

elemen layout untuk memunculkan konsistensi dan kesatuan layout dalam desain.

Pemanfaatan grid dilakukan dengan membagi bidang media menjadi beberapa kolom dengan garis vertikal (kolom) dan horisontal (flowline/ baris). Pertimbangan yang perlu diperhatikan terkait dengan beberapa faktor; yaitu: besaran media dan bentuk bidang, ukuran huruf yang digunakan, konten isi/informasi yang dicantumkan, besaran elemen visual yang ditampilkan bersamaan isi

Gambar 11. Anatomi Grid(Sumber: Layout Workbook, Cullen, K. 2005)

Prinsip layoutPendekatan dasar desain yang berkaitan dengan urutan (sequence), penekanan (emphasis), keseimbangan (balance), dan kesatuan (unity)

• Sequence : dapat disebut pula hierarki atau flow, menentukan atau memprioritaskan dari yang harus dibaca pertama atau berikutnya.

• Emphasis: penekanan disini ditujukan sebagai vocal point, memunculkan kebedaan, yang dapat dicapai melalui ukuran, warna, posisi, bentuk/ style

• Balance: pembagian berat secara merata, proporsi yang menghasilkan kesan seimbang dengan elemen-elemenyang digunakan dan dikomposisikan.

• Unity: keselarasan dalam mengakomodasi beragam pertimbangan elemen grafis berdasarkan konsep yang dimiliki.

51

KAJIAN MEDIA INFORMASI PANEL DISPLAY PADA PAMERAN MUSEUM BANK INDONESIAIgnatius Soekarno Hartanto, Ahadiat Joedawinata, Sangayu Ketut Laksemi Nilotama

Jurnal Seni & Reka Rancang Volume 3, No.1, November 2020, pp 39-56

MetodePenelitian dilakukan dengan melakukan observasi dalam kunjungan pameran Museum Bank Indonesia, mengamati dan mendokumentasikan koleksi pameran serta pengamatan mengenai substansi yang diinformasikan dalam display panel yang digunakan sebagai media interpretasi. Mencatat dan mengilustrasikan kembali pengamatan yang dilakukan, baik secara perbandingan skala dan visualisasi pameran-pameran yang ditampilkan.

Studi pustaka digunakan dalam menemukan pendekatan analisis visualisasi panel display sebagai media interpretasi. Pendekatan dapat dijabarkan melalui penstrukturan editorial berdasarkan pemanfaatan elemen layout, elemen teks, elemen visual, dan invisible element.

Metode analisis teks yang dilakukan berkisar pada mengkaji tampilan panel display yang ditampilkan pada pameran Museum Bank Indonesia secara deskriptif dengan pendekatan olah visual grafis yang berkaitan dengan panel display berdasarkan penstrukturan informasi dan editorial desain.

Hasil dan Pembahasan

Gambar 12. Replikasi panel display MBI (Sumber: Hartanto, 2020)

52

KAJIAN MEDIA INFORMASI PANEL DISPLAY PADA PAMERAN MUSEUM BANK INDONESIAIgnatius Soekarno Hartanto, Ahadiat Joedawinata, Sangayu Ketut Laksemi NilotamaJurnal Seni & Reka Rancang Volume 3, No.1, November 2020, pp 39-56

Desain informasiStruktur informasi

Kontras

Penerapan desain

- judul- sub judul- translasi sub judul- tubuh teks- translasi tubuh teks

- Pemanfaatan kontras warna monokromatik pada dokumentasi repro foto yang dimanfaatkan sebagai background

- Penambahan kontras background narasi (opacyty) pada dokumentasi repro foto yang dimanfaatkan sebagai background

- Pemanfaatan kontras warna tulisan hitam (type)

- panel grafis solid pada dinding (vinyl printing)Desain editorialElemen teks

Elemen visual

- penggunaan judul memanfaatkan besaran dan berat huruf

- sub judul – tubuh teks dan translasi sub judul – tubuh teks (dikomposisikan berdampingan dengan translasi dicetak dengan huruf miring)

- panel berisikan narasi merupakan figur utama, dimana didalamnya terdapat informasi yang distrukturkan dari judul, sub judul, tubuh teks serta translasi bahasa asing.

- panel besar berisikan elemen grafis merupakan background pendukung komposisi panel dinding yang didalamnya ditempatkan elemen grafis dokumentasi repro foto kerumunan

- Dokumentasi repro foto kerumunan dengan kontras warna monokromatik

Gambar 13. Replikasi panel display MBI (Sumber: Hartanto, 2020)

53

KAJIAN MEDIA INFORMASI PANEL DISPLAY PADA PAMERAN MUSEUM BANK INDONESIAIgnatius Soekarno Hartanto, Ahadiat Joedawinata, Sangayu Ketut Laksemi Nilotama

Jurnal Seni & Reka Rancang Volume 3, No.1, November 2020, pp 39-56

Desain informasiStruktur informasi

Kontras

Penerapan desain

- Judul- Translasi judul- Tubuh teks- Translasi tubuh teks

- Pemanfaatan efek transparan dari sekat kaca untuk background (diorama) sebagai visual tema

- Hasil kontras warna tulisan pada narasi dari cetak embos printing pada acrilyk (type)

- sekat kaca sebagai panel grafis (embos printing/ cetak dalam kaca)

Desain editorialElemen teks

Elemen visual

- pemanfaatan judul dan translasi judul (dikomposisikan atas bawah, dengan title berbahasa indonesia memiliki besaran dan berat huruf lebih besar)

- tubuh teks dan translasi tubuh teks (dikomposisikan berdampingan dengan translasi dicetak dengan huruf miring)

- panel berisikan komposisi elemen grafis dan narasi yang merupakan figur utama, dimana didalamnya terdapat informasi yang distrukturkan dari judul dan tubuh teks serta translasi bahasa asing.

- replikasi diorama menjadi background panel- Dokumentasi repro foto visualisasi bangunan

Gambar 14. Replikasi panel display MBI (Sumber: Hartanto, 2020)

54

KAJIAN MEDIA INFORMASI PANEL DISPLAY PADA PAMERAN MUSEUM BANK INDONESIAIgnatius Soekarno Hartanto, Ahadiat Joedawinata, Sangayu Ketut Laksemi NilotamaJurnal Seni & Reka Rancang Volume 3, No.1, November 2020, pp 39-56

Desain informasiStruktur informasi

Kontras

Penerapan desain

- tema- judul- sub judul- translasi sub judul- tubuh teks- translasi tubuh teks

- Pemanfaatan kontras warna hitam solid padabackground judul

- Pemanfaatan kontras warna tulisan putih (type) pada judul

- Pemanfaatan kontras merah sebagai background- Pemanfaatan kontras warna tulisan hitam (type) pada

tubuh teks dan translasi tubuh teks

- panel grafis solid pada sekat dinding (vinyl printing)

Desain editorialElemen teks - penggunaan tema, judul, dan sub judul

dikomposisikan sebagai penjabaran periodisasi kebijakan Bank Indonesia (sub title dikomposisikan atas bawah, dengan sub title berbahasa indonesia memiliki besaran dan berat huruf lebih besar)

- body text dan translasi body text (dikomposisikan berdampingan dengan translasi dicetak dengan huruf miring)

Elemen visual - panel berisikan narasi merupakan figur utama, dimana didalamnya terdapat informasi yang distrukturkan dari judul, sub judul, tubuh teks serta translasi bahasa asing.

- panel besar berisikan elemen grafis merupakan background pendukung komposisi panel dinding yang didalamnya digunakan pewarnaan merah dengan visual sebagian peta negara asia tenggara (Indonesia, Malaysia, Fillipina) dan peminjaman visual garis indeks naik dan turun.

55

KAJIAN MEDIA INFORMASI PANEL DISPLAY PADA PAMERAN MUSEUM BANK INDONESIAIgnatius Soekarno Hartanto, Ahadiat Joedawinata, Sangayu Ketut Laksemi Nilotama

Jurnal Seni & Reka Rancang Volume 3, No.1, November 2020, pp 39-56

Simpulan

Tinjauan TemuanTypography • Pemanfaatan font pada kelompok keluarga

Sans Serif• Keseragaman (kesinambungan) ketetapan

huruf dalam rancangan panel display• Diferensiasi besaran huruf (point/ pt) dan

berat huruf (bold/ italic/ regular)

Graphic family • Layout grafis = penataan elemen visual dan elemen text/ narasi

• Pemanfaatan margin dan grid system• Pembagian layout berdasarkan proporsi

dan komposisi yang disampaikan (tema, narasi_strukturisasi informasi, elemen grafis_dokumentasi fotografi/ ilustrasi/ image/ diagram/ replika/ spesimen

• Pemanfaatan elemen grafis memiliki tema yang sejalan dengan narasi yang diinformasikan sebagai elemen teks

Hierarchies of information • Tema pada panel display yang ditampilkan• Turunan tema berdasarkan strata informasi

(judul, sub judul, tubuh teks, bilingual teks).• Strata informasi dibantu tipografi besaran dan

berat huruf sebagai diferensiasi• Pembagian berat/ komposisi layout berkenaan

dengan bilingual disusun bersandingan ataupun bertingkat

Prospek pengembangan dan aplikasi lebih jauh pada kajian berikutnya dapat dipertimbangan studi berkaitan dengan pendekatan analisis konten dengan melakukan triangulasi data kepada pengguna atau audience serta nara sumber.

56

KAJIAN MEDIA INFORMASI PANEL DISPLAY PADA PAMERAN MUSEUM BANK INDONESIAIgnatius Soekarno Hartanto, Ahadiat Joedawinata, Sangayu Ketut Laksemi NilotamaJurnal Seni & Reka Rancang Volume 3, No.1, November 2020, pp 39-56

ReferensiAmbrose. T., & Paine, C. 2012. Museum Basics. London: Routledge.Belcher. Michael. 1991. Exhibitions in Museum. Great Britain: Leicester University

Press.Cullen. Kristin. 2005. Layout Workbook; a real-world guide to building pages in graphic

design. Beverly: Rockport. Dean. David. 1994. Museum Exhibition; theory and practice. London: Routledge. Falk. John H., Dierking, Lynn D. 2000. Learning from Museum. AltaMira Press Locker,

P. 2011. Exhibition Design. Switzerland: AVA Publishing SA.

Website:DIREKTORAT MUSEUM direktorat jendereal sejarah dan purbakala departemen

kebudayaan dan pariwisata 2007.