31
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu Pegetahuan Alam Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa Inggris „scince‟, Trianto (2010: 136). Kata „science‟ sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin „scientia‟ yang berarti tahu. Menurut Trianto (2010: 136) dalam perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja. Walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi selanjutnya menurut Trianto (2010: 136) IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah lebih lanjut menurut Samatowa (2009: 3) IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis sedangkan menurut Abdullah (1998: 18) IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan cara melakukan oberservasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan yang lain. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut penulis menyimpulkan IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti oberservasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka jujur. Dengan begitu, pendidikan IPA di SD diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dari dan alam sekitar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Ilmu … · 2017. 5. 3. · 1. Bila informasi yang disampaikan siswa kurang tepat (salah) maka informasi yang diterima siswa lain

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teori

    2.1.1 Hakikat Ilmu Pegetahuan Alam

    Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau

    sains yang semula berasal dari bahasa Inggris „scince‟, Trianto (2010: 136). Kata

    „science‟ sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Latin „scientia‟ yang berarti tahu.

    Menurut Trianto (2010: 136) dalam perkembangannya science sering

    diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) saja.

    Walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi

    selanjutnya menurut Trianto (2010: 136) IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan

    tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada

    gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan

    fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah lebih lanjut menurut

    Samatowa (2009: 3) IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam

    dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang

    berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen/sistematis sedangkan

    menurut Abdullah (1998: 18) IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh

    atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan cara melakukan

    oberservasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, dan demikian

    seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan yang lain.

    Berdasarkan beberapa pendapat tersebut penulis menyimpulkan IPA adalah

    suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada

    gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti

    oberservasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu,

    terbuka jujur. Dengan begitu, pendidikan IPA di SD diharapkan dapat menjadi

    wahana bagi siswa untuk mempelajari dari dan alam sekitar.

  • 9

    2.1.2 Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

    Tujuan mata pelajaran IPA menurut Permendiknas nomor 22 tahun 2006

    adalah sebagai berikut:

    1. Memperoleh keyakinan terhadap kebeseran Tuhan Yang Maha Esa

    berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan dan ciptaan

    Nya

    2. Mengembangkan pegethuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

    yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

    3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran

    tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,

    lingkungan, teknologi dan masyarakat.

    4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

    sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

    5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

    menjaga dan melestarikan lingkungan.

    6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

    keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

    Menurut Kurikulim Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 ruang lingkup

    mata pelajaran IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

    1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,

    tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

    2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan

    gas.

    3. Energi dan perubahannya, yang meliputi: gaya, bunyi, panas,

    magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

    4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan

    benda-benda langit lainnya.

    Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi (1) makhluk hidup

    dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan

    lingkungan, serta kesehatan, (2) benda/materi, sifat-sifat dan kegunaanya meliputi:

  • 10

    cair, padat, dan gas, (3) energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas,

    magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana, (4)bumi dan alam semesta,

    meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya (BNSP: 2006).

    Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

    pengajaran IPA mempunyai tujuan untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa

    dan nilai positif melalui proses IPA dalam memecahkan masalah. Siswa akan

    selalu tertarik dengan lingkungan dan siswa akan mengenal serta dapat

    memanfaatkan lingkungan sebagai sumber ilmu dan sumber belajar. Demikian

    juga dalam diri siswa akan dapat mengembangkan pikiran melalui lingkungan

    yang banyak memberikan pengalaman terhadap diri siswa dengan cara

    berinteraksi langsung dan dapat dirasakan siswa.

    2.2 Pembelajaran Kooperatif

    Menurut Isjoni (2011:22) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif

    berasal dari kata “cooperatif” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-

    sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu

    tim selanjutnya berikutnya di kemukakan lagi menurut Isjoni (2011:27)

    pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa

    untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berhasil yang

    menginteraksi keterampilan sosial yang bermuatan akademik lebih lanjut lagi

    dikemukakan menurut Isjoni (2011:21), menyatakan bahwa pembelajaran

    kooperatif dirancang bagi tujuan melibatkan pelajaran secara aktif dalam proses

    pembelajaran menerusi perbincangan dengan rekan-rekan dalam kelompok kecil.

    Menurut Agus Suprijono (2009: 54) pembelajaran kooperatif adalah konsep

    yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk yang lebih

    dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru dijabarkan lagi pembelajaran

    kooperatif menurut Wina (2013:242), pembelajaran kooperatif merupakan model

    pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu

    antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan

    akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen).

    Pembelajaran kooperatif tidak hanya sekedar belajar dalam kelompok saja

    tapi pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan beberapa jumlah

  • 11

    siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuaannya berbeda

    dimana dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota kelompok harus

    saling bekerja sama dan saling membantu guna mencapai tujuan dalam

    pembelajaran tertentu. Dalam pembelajaran kooperatif ini, dikatakan belum

    selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan belajar.

    2.2.1 Tujuan Pembelajaran Kooperatif

    Tujuan penting pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada

    siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi. Rusman (2011:210), Keterampilan

    ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat dimana banyak kerja orang

    dewasa sebagian besar dilakukan dalamorganisasi yang saling bergantung satu

    sama lain dimana masyarakat secara budaya semakin beragam. Dalam

    pembelajaran kooperatif tidak mempelajari materi saja. Namun, siswa juga harus

    mempelajari keterampilan-keterampilan kooperatif khusus yang disebut

    keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk

    melancarkan hubungan, kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun

    dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok, sedangkan peranan

    tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan.

    2.2.2 Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif

    Anita Lie (2004: 31), mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa

    dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima

    unsur pembelajaran kooperatif, yaitu:

    1. Saling ketergantungan positif

    Menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu

    menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota

    kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri, agar yang lain

    bisa mencapai tujuan mereka.

    2. Tanggung jawab perseorangan

    Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika

    tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model

    pembelajaran cooperative learning, setiap siswa akan merasa

    bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.

  • 12

    3. Tatap muka

    Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka

    dan berdiskusi. Kegiatan ineraksi ini akan memberikan para

    pembelajar untuk membentuk kelompok yang menuntungkan

    semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya

    daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja.

    4. Komunikasi antar anggota

    Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan

    berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa

    dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara

    berkomunikasi. Tidak semua siswa mempunyai keahlian

    mendengarkan dan berbicara.

    5. Evaluasi proses kelompok

    Pengajara perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

    mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka

    agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.

    Unsur pembelajaran kooperatif di atas tidak dapat tercapai jika hanya

    menggunakan model pembalajaran yang konvensional tanpa melibatkan siswa

    secara aktif. Pembelajaran harus menekankan siswa aktif berdiskusi dengan

    kelompok, untuk mencapai unsur tersebut, guru hendaknya dapat menciptakan

    kondisi dan situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif membentuk,

    menemukan dan mengembangkan pengetahuannya. Kemudian siswa dapat

    membentuk makna tersendiri dari apa yang di pelajari.

    2.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe Take And Give

    2.3.1 Pengertian Take And Give

    Take and give secara bahasa mempunyai arti mengambil dan memberi,

    maksud take and give dalam model pembelajaran ini siswa mengambil dan

    memberi pelajaran pada siswa yang lainnya, beberapa ahli percaya bahwa suatu

    mata pelajaran benar-benar dikuasai banyak apabila peserta didik mampu

    mengajarkan pada peserta lain. Model Pembelajaran take and give menuntut siswa

    https://idtesis.com/

  • 13

    mampu memahami materi pelajaran yang diberikan guru dan teman sebayanya

    (siswa lain). Model pembelajaran kooperatif tipe take and give pada dasarnya

    mengacu pada konstruktivisme, yaitu pembelajaran yang dapat membuat siswa itu

    sendiri yang aktif dan membangun pengetahuan yang akan menjadi miliknya

    (Slavin, 1997:269), Dalam proses itu siswa mengecek dan menyesuaikan

    pengetahuan baru yang dipelajari dengan kerangka berpikir yang telah mereka

    miliki. Selanjutnya menurut Suyatno (2009:58), take and give mempunyai arti

    menerima dan memberi, maksud take and give dalam model pembelajaran ini

    adalah dimana siswa menerima dan memberi pelajaran pada siswa yang lainnya.

    Mengajar teman sebaya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

    mempelajari sesuatu yang baik pada waktu yang sama saat ia menjadi narasumber

    bagi yang lain.

    Menurut Suparno (2001:10-11 dalam Bilal A. Toduho), mengajar bukan

    merupakan kegiatan memindah atau mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.

    Peran guru dalam proses pembelajaran take and give lebih mengarah sebagai

    mediator dan fasilitator. Pembelajaran take and give merupakan proses

    pembelajaran yang berusaha mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan

    yang telah dimiliki siswa, take and give bertujuan agar peserta didik saling

    berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangannya dalam waktu

    singkat (dalam Hanafiah dan Suhana, 2012:56).

    2.3.2 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran

    Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe take and

    give. Model pembelajaran kooperatif tipe take and give mempunyai kelebihan dan

    kelemahan adalah sebagai berikut:

    Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe take and give adalah:

    1. Model pembelajaran ini tidak kaku, karena seorang guru boleh

    memodifikasi lagi penggunaan model pembelajaran ini sesuai dengan

    keinginan dan kebutuhan serta situasi pembelajaran.

    2. Materi akan terarah, karena guru terlabih dahulu menjabarkan uraian

    materi sebelum dibagikan kartu.

    3. Melatih siswa untuk bekerja sama dan menghargai kemampuan orang lain.

  • 14

    4. Melatih siswa untuk berinteraksi secara baik dengan teman sekelasnya.

    5. Akan dapat memperdalam dan mempertajam pengetahuan siswa melalui

    kartu yang bagikan kepadanya sebab mau tidak mau harus menghafal dan

    paling tidak membaca materi yang diberikan kepada siswa.

    6. Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa sebab masing-masing siswa

    diminta pertanggungjawaban atas kartu yang diberikan kepadanya.

    7. Siswa akan lebih cepat memahami penguasaan materi dan informasi

    karena mendapatkan informasi dari guru dan siswa yang lain.

    8. Dapat menghemat waktu dalam pemahaman dan penguasaan siswa akan

    informasi.

    Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe take and give adalah:

    1. Bila informasi yang disampaikan siswa kurang tepat (salah) maka

    informasi yang diterima siswa lain pun akan kurang.

    2. Pada saat mencari pasangan akan terjadi ketidak teraturan karena ada

    siswa yang lari sana dan lari sini.

    3. Kemampuan siswa untuk menyampaikan materinya pada temanya kurang

    sesuai dengan apa yang diharapkan.

    4. Adanya siswa yang bertemu dengan pasanganya, bukanya membahas

    materi pelajaran tetapi bercerita tentang masalah lain.

    Manfaat model pembelajaran kooperatif tipe take and give

    Menurut Bilal A. Toduho (2012:17) pembelajaran dengan model take and

    give akan memberikan manfaat bagi siswa dalam:

    1. Meningkatkan kemampuannya untuk bekerjasama dan bersosialisasi.

    2. Melatih kepekaan diri, empati melalui variasi perbedaan sikap selama

    bekerjasama.

    3. Upaya mengurangi kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri

    4. Meningkatkan motivasi belajar (partisipasi dan minat), harga diri dan sikap

    yang positif.

    5. Meningkatkan prestasi belajarnya.

    Pendapat diatas disimpulkan bahwa manfaat model pembelajaran take and

    give meningkatkan motivasi belajar (partisipasi dan minat) karena siswa mampu

  • 15

    untuk bekerjasama dan bersosialisasi juga dapat melatih kepekaan diri, empati

    melalui variasi perbedaan sikap selama bekerjasama .

    Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe take and give

    Menurut Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohammad (2012:95) langkah-langkah

    dari model pembelajaran kooperatif tipe take and give adalah sebagai berikut:

    1. Siapkan kelas sebagaimana mestinya.

    2. Jelaskan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.

    3. Untuk memantapkan penguasaan peserta tiap siswa diberi masing-masing

    satu kartu untuk dipelajari lebih kurang 15 menit.

    4. Semua siswa disuruh berdiri dan mencari pasangan untuk saling

    menginformasi. Tiap siswa harus mencatat nama pasangannya pada kartu.

    5. Demikian seterusnya sampai tiap peserta dapat saling memberi dan

    menerima materi masing-masing (take and give).

    6. Untuk mengevaluasi keberhasilan berikan siswa pertanyaan yang tak

    sesuai dengan kartunya (kartu orang lain).

    7. Strategi ini dapat dimodifikasi guru sesuai keadaan.

    8. Guru bersama siswa bertanyajawab meluruskan kesalahan pemahaman dan

    memberikan penguatan

    9. Simpulan.

    2.4 Pengertian Minat Belajar

    Minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang

    mendorong seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan

    keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Masnur Muslich, (2011: 167).

    Pengalaman tersebut yang membuat minat menjadi sumber motivasi yang

    mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas

    memilih.

    Menurut Slameto (2003:180), minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa

    ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Sejalan dengan

    pernyataan tersebut, Sri Rumini (1998:118) mengemukakan bahwa minat dapat

    muncul dari keinginan seseorang, misalnya keingintahuan. Contohnya yaitu minat

    terhadap riset ilmiah atau pelajaran. Berkaitan dengan definisi tersebut, dapat

  • 16

    diketahui bahwa dalam minat terkandung rasa ingin tahu. Siswa yang memiliki rasa

    ingin tahu terhadap pelajaran dapat dikatakan bahwa siswa tersebut memiliki minat

    belajar.

    Minat menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni seseorang.

    Bila anak-anak berminat pada suatu kegiatan, pengalaman mereka akan jauh lebih

    menyenangkan daripada ketika mereka merasa bosan. Begitupula minat dalam

    pembelajaran, orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu, sulit untuk

    mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang berminat dalam

    suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai keberhasilan belajar secara

    optimal.

    Apabila seseorang memiliki minat terhadap suatu kegiatan maka akan

    memperhatikannya terus-menerus. Setelah itu akan diikuti dengan munculnya rasa

    senang (Slameto, 2003:57). Jika dalam hati ada perasaan senang maka akan

    menimbulkan minat. Bila minat diperkuat dengan sikap positif, maka minat akan

    berkembang dengan lebih baik (Winkel dalam Dwi Sunar Prasetyono, 2008: 51).

    Peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan

    merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu. Perasaan senang ketika

    mengikuti pelajaran akan meningkatkan pencapaian hasil belajar (Muslich, 2011:

    164).

    Mengacu pada tiga definisi di atas, dapat dinyatakan bahwa selain berkaitan

    dengan adanya rasa ingin tahu, minat juga berkaitan erat dengan rasa senang. Siswa

    yang memiliki minat belajar maka akan berusaha untuk memberikan perhatian pada

    pelajaran dengan sebaik-baiknya dan akan muncul rasa senang dalam

    melakukannya. Selain itu, dengan adanya rasa senang yang dapat menimbulkan

    minat juga akan meningkatkan hasil belajar siswa. Minat merupakan

    kecenderungan yang agak menetap dan subyek merasa tertarik pada bidang atau hal

    tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam hal itu. Berkaitan dengan

    pernyataan diatas maka Hilgard (Slameto, 2003: 57) memaparkan bahwa “minat

    adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa

    kegiatan”. Apabila siswa berminat untuk belajar maka siswa akan memperhatikan

    sesuatu yang sedang dipelajarinya.

  • 17

    Sepanjang masa kanak-kanak, minat menjadi sumber motivasi yang kuat

    untuk belajar. Anak yang berminat terhadap sebuah kegiatan, baik permainan

    maupun pekerjaan akan berusaha lebih keras untuk belajar dibandingkan dengan

    anak yang kurang berminat atau merasa bosan (Hurlock, 1978:114). Slameto (2003:

    180) menjelaskan bahwa minat dapat diekspresikan melalui pernyataan maupun

    tindakan. Pernyataan yang menunjukkan minat pada suatu hal atau objek adalah

    pernyataan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal atau objek daripada yang

    lainnya. Tindakan dapat ditunjukkan dengan keterlibatan dalam suatu aktivitas.

    Slameto (Djaali, 2012:122) juga menyatakan bahwa minat dapat diwujudkan

    melalui pernyataan suka maupun keterlibatan dalam suatu aktivitas.

    Mengacu pada tiga pernyataan tersebut, dapat dinyatakan bahwa minat dapat

    diwujudkan dalam suatu pernyataan suka atau senang. Selain itu, dapat pula

    diwujudkan dengan suatu tindakan nyata yaitu keterlibatan dalam suatu aktivitas

    atau kerja keras. Siswa yang memiliki minat belajar akan memberikan pernyataan

    suka atau senang terhadap pembelajaran dan bersedia melibatkan diri secara aktif

    dan mampu bekerja keras dalam pembelajaran.

    Berdasarkan pemaparan di atas, penulis dapat menegaskan pengertian minat

    belajar siswa. sebagai kecenderungan siswa saat mengikuti pembelajaran yang

    berupa adanya rasa ingin tahu, perasaan senang saat mengikuti pembelajaran,

    kemauan untuk terlibat secara aktif atau bekerja keras dalam pembelajaran, dan

    perhatian.

    Anak-anak yang memiliki minat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

    bermacam-macam. Faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap pembentukan

    minat anak. Sebagai guru harus mampu memahami faktor-faktor yang

    mempengaruhi minat anak agar mampu menciptakan pembelajaran yang

    menyenangkan dan menimbukan minat yang baik.

    1. Faktor-faktor Minat Belajar

    Sri Rumini (1998:158) menyatakan bahwa minat terhadap suatu pelajaran

    dapat berkembang karena pengaruh guru, teman sekelas, atau keluarga. Mengacu

  • 18

    pada pernyataan tersebut, dapat dinyatakan bahwa guru, teman sekelas, maupun

    keluarga dapat mempengaruhi perkembangan minat belajar siswa. Guru

    merupakan salah satu pihak yang berperan penting terhadap perkembangan minat

    belajar siswa.

    Pendapat yang dikemukakan di atas meruakan faktor minat belajar yang

    berasal dari luar. Berbeda halnya dengan pendapat yang dikemukakan oleh

    Hurlock yang lebih memaparkan faktor minat belajar yang bersumber dari dalam.

    Menurut Hurlock (1978:115), faktor-faktor minat minat belajar anak adalah

    sebagai berikut:

    a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental.

    Anak yang berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari teman

    sebayanya akan menghadapi masalah sosial karena minat mereka minat

    anak, sedangkan minat teman sebaya mereka minat remaja.

    b. Minat bergantung pada kesiapan belajar

    Anak-anak tidak dapat mempunyai minat sebelum mereka siap secara fisik

    dan mental.

    c. Minat bergantung pada kesempatan belajar

    Kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan dan minat. Hal ini

    dikarenakan lingkungan anak kecil sebagian besar terbatas pada rumah,

    atau minat mereka “tumbuh dari rumah.” Dengan bertambah luasnya

    lingkup sosial, mereka menjadi tertarik pada minat orang di luar rumah

    yang mulai mereka kenal.

    d. Minat belajar dipengaruhi pengaruh budaya

    Anak-anak mendapat kesempatan dari orang tua, guru, dan orang dewasa

    lain untuk belajar mengenai apa saja yang sesuai. Sebaliknya, anak-anak

    tidak diberi kesempatan untuk menekuni minat yang dianggap tidak sesuai

    bagi mereka oleh kelompok budaya mereka.

    e. Minat belajar itu egosentris

    Sepanjang masa kanak-kanak, minat itu egosentris. Misalnya, minat anak

    laki-laki pada mata pelajaran matematika. Hal ini sering dilandaskan pada

    keyakinan bahwa kepandaian di bidang matematika di sekolah merupakan

  • 19

    langkah penting menuju kedudukan yang menguntungkan dan bergengsi di

    dunia usaha.

    Faktor-faktor minat belajar di atas sangat penting dalam kehidupan anak.

    Sebagai guru harus peka terhadap minat belajar anak. Oleh karena itu,

    guru memerlukan suatu cara untuk mengetahui apakah anak memiliki

    minat belajar atau tidak.

    2. Cara Menemukan Minat Belajar Siswa

    Masih menurut Hurlock (1978: 117), cara untuk menemukan minat belajar

    anak adalah sebagai berikut:

    a. Pengamatan kegiatan: dengan mengamati benda-benda yang mereka beli,

    kumpulkan atau gunakan dalam aktivitas yang ada unsur spontanitas, kita

    dapat memperoleh petunjuk mengenai minat mereka.

    b. Pertanyaan: bila anak terus menerus bertanya mengenai materi dalam

    pelajaran, minatnya terhadap pelajaran atau materi tersebut lebih besar

    daripada minatnya pada materi atau pelajaran yang hanya sekali-kali

    ditanyakan.

    c. Pokok pembicaraan: apa yang dibicarakan anak dengan orang dewasa atau

    teman sebaya memberi petunjuk mengenai minat mereka dan seberapa

    kuatnya minat tersebut.

    d. Membaca: bila anak-anak bebas memilih buku untuk dibaca atau

    dibacakan, anak memilih yang membahas topik yang menarik minatnya.

    Dalam hal ini berkaitan dengan membaca meteri pelajaran. Siswa yang

    memiliki minat belajar yang tinggi pada suatu pelajaran maka akan lebih

    memilih untuk membaca buku yang sesuai dengan materi pada pelajaran

    tersebut.

    e. Keinginan: bila siswa ditanya oleh guru mengenai apa pelajaran yang

    paling disukai, maka siswa dengan jujur akan menyebutkan pelajaran yang

    paling diminati atau disukai.

    Untuk mengetahui apakah seorang siswa berminat atau tidak terhadap

    pembelajaran diperlukan cara-cara untuk menemukan minat anak. Minat

    seorang anak akan berkembang. Cara-cara yang dikemukakan di atas

  • 20

    membantu untuk menemukan minat, sedangkan untuk mengembangkan

    minat yang harus diperhatikan adalah adanya aspek-aspek minat. Aspek-

    aspek inilah yang harus diperhatikan agar dapat diketahui bagaimana

    minat anak berkembang.

    f. Aspek-Aspek Minat Belajar

    Semua minat belajar mempunyai dua aspek, yaitu aspek kognitif dan aspek

    afektif. Aspek kognitif berdasarkan atas konsep yang dikembangkan anak

    mengenai bidang yang berkaitan dengan minat belajar. Konsep yang

    membangun aspek kognitif minat didasarkan atas pengalaman pribadi dan

    apa yang dipelajari di rumah, di sekolah, dan di masyarakat, serta dari

    berbagai jenis media massa. Dari sumber tersebut anak belajar apa saja

    yang akan memuaskan kebutuhan mereka dan yang tidak. Minat belajar

    anak akan menjadi besar bila terbukti bahwa ada keuntungan dan kepuasan

    dari kegiatan yang anak lakukan.

    Aspek afektif atau bobot emosional konsep yang membangun aspek

    kognitif minat belajar dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang

    menimbulkan minat belajar tersebut. Aspek afektif berkembang dari pengalaman

    pribadi, dari sikap orang yang penting yaitu orang tua, guru, dan teman sebaya

    terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut, dan dari sikap yang

    dinyatakan atau tersirat dalam berbagai bentuk media massa terhadap kegiatan itu.

    Contoh dari aspek afektif minat belajar adalah anak yang memiliki

    hubungan yang baik dengan guru dan sekolah, biasanya mengembangkan sikap

    positif terhadap sekolah. Karena pengalaman sekolahnya menyenangkan, minat

    belajar siswa pada sekolah diperkuat. Sebaliknya, pengalaman yang tidak

    menyenangkan dengan guru dan sekolah sering mengarah pada sikap yang tidak

    positif dan dapat memperlemah minat belajar anak terhadap guru dan sekolah.

    Aspek kognitif dan afektif memiliki peran yang penting dalam menentukan

    apa yang akan dan tidak dikerjakan oleh anak, jenis penyesuaian pribadi dan

    sosial, namun aspek afektif lebih penting peranannya. Alasan aspek afektif lebih

    penting daripada kognitif adalah: (1) aspek afektif mempunyai peran yang lebih

    besar dalam memotivasi tindakan daripada aspek kognitif. (2) aspek afektif minat

  • 21

    belajar, sekali terbentuk, cenderung lebih tahan terhadap perubahan dibandingkan

    dengan aspek kognitif (Hurlock, 1978: 116-118).

    Aspek afektif yang berkaitan dengan minat belajar dapat dinilai. Menurut

    Masnur Muslich (2011:167), penilaian minat belajar dapat digunakan untuk:

    a. mengetahui minat belejar peserta didik, sehingga mudah untuk pengarahan

    dalam pembelajaran.

    b. mengetahui bakat dan minat belajar peserta didik yang sebenarnya.

    c. pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik.

    d. menggambarkan keadaan langsung di lapangan/kelas.

    e. mengelompokkan peserta didik yang memiliki minat belajar yang sama.

    f. acuan dalam menilai kemampuan peserta didik secara keseluruhan dan

    memilih metode yang tepat dalam penyampaian materi.

    g. mengetahui tingkat minat belajar peserta didik terhadap pelajaran yang

    diberikan pendidik.

    h. bahan pertimbangan menentukan program sekolah.

    i. meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

    Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat belajar memiliki dua aspek

    yaitu kognitif dan afektif. Aspek kognitif berkenaan dengan sumber belajar.

    Sumber belajar tersebut yang membuat anak merasa puas atau tidak. Aspek afektif

    berkaitan dengan sikap yang berkembang dari pengalaman pribadi dan sikap

    orang yeng penting dalam kehidupan anak. Aspek kognitif dan afektif memiliki

    peran yang penting dalam pembentukan minat belajar anak. Aspek afektif yang

    berkaitan dengan minat belajar dapat dinilai untuk berbagai kepentingan peserta

    didik.

    Berkaitan dengan aspek minat belajar anak maka pembelajaran yang

    diterapkan di sekolah dasar harus mampu mengembangkan kedua aspek tersebut.

    Pembelajaran yang baik, menyenangkan, dan sesuai dengan karakter afektif siswa

    diharapkan dapat menimbulkan minat belajar pada diri siswa.

    Minat belajar yang timbul pada diri siswa berkaitan dengan sikap yang

    mereka tunjukkan. Berkaitan dengan afektif siswa maka minat belajar berkaitan

    dengan sikap. Sikap yang ditunjukkan anak yang berminat berbeda halnya dengan

  • 22

    anak yang tidak berminat. Untuk dapat mengetahui sikap yang ditunjukkan oleh

    siswa yang berminat maka harus diketahui ciri-ciri minat anak.

    3. Ciri-Ciri Minat Belajar Anak

    Dimensi minat belajar siswa dapat diperoleh dari pengertian minat belajar

    siswa. Peneliti menegasakan bahwa dimensi minat belajar yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah rasa senang (antusias), rasa ingin tahu, dan berpartisipasi

    aktif (tekun). Berikut ini adalah pemaparan dari setiap dimensi minat belajar

    siswa.

    a. Rasa senang (Antusias)

    Menurut Winkel dalam Dwi Sunar Prasetyono (2008:51), yang menyatakan

    bahwa jika dalam hati ada perasaan senang maka biasanya akan menimbulkan

    minat. Bila diperkuat dengan sikap positif, maka minat akan berkembang

    dengan lebih baik. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Masnur

    Muslich (2010: 164), yang menyatakan bahwa peserta didik yang memiliki

    minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang

    mempelajari mata pelajaran tertentu. Pendapat di atas memberikan sebuah ciri

    bahwa siswa yang memiliki minat belajar merasa senang ketika melakukan

    pembelajaran yang diminati dengan cara menunjukkan sikap positif.

    b. Rasa ingin tahu

    Ciri minat siswa juga dikemukakan oleh Hurlock (1978: 117), bila anak terus

    menerus bertanya mengenai sesuatu, minatnya terhadap hal tersebut lebih

    besar daripada minatnya pada hal yang hanya sekali-kali ditanyakan.

    Usman Samatowa (2006:140) menyatakan bahwa siswa yang memiliki sikap

    ingin tahu akan sering mengajukan pertanyaan dan mengamati benda-benda

    di sekitarnya.

    Berdasarkan pemaparan para ahli di atas, penulis dapat menegaskan bahwa

    siswa yang ingin tahu akan menunjukkan perilaku aktif bertanya. Pendapat

    tersebut memberikan gambaran bahwa siswa yang berminat memiliki ciri

    yang berkaitan dengan sikap ingin tahu yang ditunjukkan dengan bertanya.

    c. Berpartisipasi aktif (Tekun)

  • 23

    Siswa sekolah dasar memiliki rentang waktu yang sedikit untuk mampu

    memperhatikan dan duduk tenang dalam mengikuti pembelajaran. Oleh

    karena itu, siswa perlu diberi kesempatan untuk dapat terlibat aktif dan ikut

    bergerak dalam proses belajar mengajar (Silberman, 2009: xxiii).

    Berdasarkan pernyataan tersebut, siswa hendaknya diberi kesempatan untuk

    terlibat aktif dalam pembelajaran. Wujud keterlibatan aktif siswa dalam

    pembelajaran yang menerapkan metode permainan adalah dengan sebagai

    berikut:

    1. Mengemukakan ide

    2. Bekerjasama dengan teman

    3. Memberi bantuan kepada teman

    Ciri-ciri minat belajar yang dikemukakan di atas dapat dibuat indikator

    minat belajar siswa. Indikator minat belajar siswa dikaitkan dengan sikap ilmiah.

    Adapun sikap ilmiah yang dikemukakan oleh Martin, dkk (2005: 17) adalah:

    a. Sikap ingin tahu.

    b. Respek terhadap data atau fakta.

    c. Berpikir kritis.

    d. Sikap penemuan dan kreativitas.

    e. Berpikir terbuka dan kerjasama.

    f. Tekun.

    g. Peka terhadap lingkungan.

    Sikap ilmiah yang dikemukakan di atas dikaitkan untuk dapat digunakan

    sebagai indikator minat belajar siswa dalam penelitian ini. Berdasarkan pendapat-

    pendapat di atas dan dikaitkan dengan sikap ilmiah, maka indikator minat belajar

    siswa dapat disimpulkan sebagai berikut:

    1. Antusias dalam mengikuti pembelajaran.

    2. Menunjukkan rasa ingin tahu dengan bertanya.

    3. Menunjukkan perhatian pada benda atau aktivitas.

    4. Berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan.

    5. Mengahargai pendapat orang lain.

    6. Tekun

  • 24

    Indikator-indikator yang ada akan digunakan untuk mengukur minat belajar

    siswa. Indikator-indikator tersebut selanjutnya akan dikaitkan dengan permainan

    sains. Siswa sekolah dasar masih sangat dekat dengan kegiatan bermain, maka

    pembelajaran dengan konsep permainan diharapkan membuat anak merasa

    senang. Perasaan senang yang dialami siswa ketika belajar akan menimbulkan

    minat belajar.

    2.5 Pengertian Media

    Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “ Medium”

    yang secara harfiah berarti “perantara” atau “pengantar” yaitu perantara atau

    pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Media adalah bentuk-bentuk

    komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya (Sadiman,

    Rahardja, Haryono dan Rahardjito, 1984:6) Media sebagai alat bantu yang

    digunakan guru untuk: memotivasi belajar peserta didik, memperjelas

    informasi/pesan pengajaran, memberi tekanan pada bagian-bagian yang penting,

    memberi variasi pengajaran, memperjelas struktur pengajaran. Media pendidikan

    memegang peranan penting dalam pembelajaran. Penggunaan media

    pembelajaran yang tepat akan lebih mudah dalam memahami materi pelajaran

    yang disampaikan.

    Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima

    pesan (Sadiman, 2002:6). Sedangkan menurut Brigs (dalam Sadiman, 2002:6)

    media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang

    siswa untuk belajar. Lain lagi menurut Latuheru (dalam Hamdani, 2005:3)

    menyatakan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat atau teknik yang

    digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi

    komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna

    dan berdayaguna.

    Menurut Arsyad (2013:4) menjelaskan pengertian media dalam

    pembelajaran adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang

    mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang

    siswa untuk belajar”. Dapat dipahami sumber belajar yang dimaksud dalam hal ini

    adalah buku, tape recorder, kaset, video, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi,

  • 25

    dan komputer. Penulis dapat menyimpulkanbahwa media pembelajaran adalah

    segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi

    dalam proses pembelajaran sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa

    dalam belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Adapun media pembelajaran

    apabila digunakan dengan baik dan efektif dapat memberi banyak manfaat baik

    kepada guru ataupun siswa

    Berdasarkan definisi tersebut, media pembelajaran memiliki manfaat yang

    besar dalam memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran. Media

    pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik perhatian siswa pada kegiatan

    belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa. Selain itu, media

    pembelajaran dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa dan juga dapat

    membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik

    dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Maka,

    dapat ditarik suatu pengertian bahwa media pembelajaran merupakan segala

    sesuatu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran agar dapat merangsang

    pikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa sehingga proses interaksi komunikasi

    edukasi antara guru (atau pembuat media) dan siswa dapat berlangsung secara

    tepat guna dan berdayaguna.

    Jadi, pemilihan media dalam penelitian ini yang dimaksudkan adalah alat

    untuk mempermudah guru dalam pembelajaran serta dapat mempermudah peserta

    didik dalam menangkap pelajaran.Hal ini sejalan dengan Sadiman, Rahardja,

    Haryono dan Rahardjito, 1984 yang mengatakan bahwa Medium” yang secara

    harfiah berarti “perantara” atau “pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber

    pesan dengan penerima pesan. Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik

    tercetak maupun audiovisual serta peralatannya.

    Media memiliki fungsi yang jelas yaitu memperjelas, memudahkan dan

    membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada

    peserta didik sehingga dapat memotivasi belajarnya dan mengefisienkan proses

    belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar akan lebih

    efektif dan mudah bila dibantu dengan sarana visual, di mana 11% dari yang

    dipelajari terjadi lewat indera pendengaran, sedangkan 83% lewat indera

  • 26

    penglihatan. Di samping itu dikemukakan bahwa kita hanya dapat mengingat 20%

    dari apa yang kita dengar, namun dapat mengingat 50% dari apa yang dilihat dan

    didengar.

    Penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa media merupakan alat

    yang dapat membantu dalam proses penyampaian pesan kepada pihak lain.

    Sebuah pesan yang disampaikan tentunya akan lebih bermakna apabila pesan

    tersebut dapat dipahami dengan baik oleh penerima pesan tersebut. Peran media

    dalam penyampaian pesan sangat besar, pesan yang disampaikan dengan media

    yang menarik penerima pesan akan lebih cepat memahami pesan tersebut.

    2.5.1 Fungsi Media

    1) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki

    oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda,

    tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak,

    seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media

    pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak

    mungkin dibawa ke objek langsung yang dipelajari, maka objeknya lah yang

    dibawa ke peserta didik. Objek dimaksud bisa dalam bentuk nyata, miniatur,

    model, maupun bentuk gambar-gambar yang dapat disajikan secara

    audiovisual dan audial.

    2) Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang

    tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik

    tentang suatu objek, yang disebabkan karena : objek terlalu besar, obyek

    terlalu kecil,objek yang bergerak terlalu lambat, objek yang bergerak terlalu

    cepat, objek yang terlalu kompleks, obyek yang bunyinya terlalu halus, objek

    mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang

    tepat, maka semua objek itu dapat disajikan kepada peserta didik.

    3) Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta

    didik dengan lingkungannya.

    4) Media menghasilkan keseragaman pengamatan.

    5) Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit dan realistis.

    6) Media membangkitkan keinginan dan minat baru.

  • 27

    7) Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.

    8) Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit

    sampai dengan abstrak.

    Proses pembelajaran, media memiliki fungsi sebagai pembawa informasi dari

    sumber (guru) menuju penerima (siswa). Sedangkan metode adalah prosedur untuk

    membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan

    pembelajaran. Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan, fungsi

    media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang

    mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Tiga kelebihan kemampuan media

    (Gerlach & Ely dalam Ibrahim, et.al., 2001) adalah sebagai berikut:

    1) Kemampuan fiksatif, artinya dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan

    kembali suatu obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam,

    difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat

    ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya.

    2) Kemampuan manipulatif, artinya media dapat menampilkan kembali obyek

    atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai

    keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat

    pula diulang-ulang penyajiannya.

    3) Kemampuan distributif, artinya media mampu menjangkau audien yang besar

    jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau

    radio.

    Media di sini memiliki fungsi yang jelas yaitu memperjelas, memudahkan

    dan membuat menarik pesan kurikulum yang akan disampaikan oleh guru kepada

    peserta didik sehingga dapat memotivasi belajarnya dan mengefisienkan proses

    belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar akan lebih

    efektif dan mudah bila dibantu dengan sarana visual, di mana 11% dari yang

    dipelajari terjadi lewat indera pendengaran, sedangkan 83% lewat indera

    penglihatan. Di samping itu dikemukakan bahwa kita hanya dapat mengingat 20%

    dari apa yang kita dengar, namun dapat mengingat 50% dari apa yang dilihat dan

    didengar.

  • 28

    Penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa media merupakan alat

    yang dapat membantu dalam proses penyampaian pesan kepada pihak lain.

    Sebuah pesan yang disampaikan tentunya akan lebih bermakna apabila pesan

    tersebut dapat dipahami dengan baik oleh penerima pesan tersebut. Peran media

    dalam penyampaian pesan sangat besar, pesan yang disampaikan dengan media

    yang menarik penerima pesan akan lebih cepat memahami pesan tersebut.

    2.6 Pengertian Media Flash Card

    Flash card adalah kartu-kartu bergambar yang dilengkapi dengan

    katakata dalam bentuk kartu yang dikenalkan oleh Glenn Doman. Metode

    pembelajaran Glenn Doman dilakukan secara bertahap dengan menggunakan

    alat media flash card yang merupakan kata yang ditulis pada karton putih

    dengan ukuran huruf 10 x 12,5 cm, huruf ditulis dengan warna merah huruf

    kapital. Basuki Wibawa dan Farida Mukti (1992: 30), (Minanur Rohman,

    2010: 19-20) mengemukakan bahwa flash card biasanya berisi kata-kata,

    gambar atau kombinasinya, dan dapat digunakan untuk mengembangkan

    perbendaharaan kata dalam mata pelajaran bahasa pada umumnya dan bahasa

    asing pada khususnya. Lain halnya Susilana (Tim Repository UPI, 2012: 14)

    mengemukakan bahwa flash card adalah media pembelajaran dalam bentuk

    kartu bergambar yang berukuran 25 x 30 cm yang merupakan rangkaian

    pesan yang disajikan dengan keterangan setiap gambar yang terdapat di bagian

    belakangnya.

    Azhar Arsyad (2011: 119-120), mengemukakan bahwa flash card adalah

    kartu kecil yang berisi gambar, teks, atau tanda simbol yang mengingatkan dan

    menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu.

    flash card biasanya berukuran 8 x 12 cm, atau dapat disesuaikan dengan besar

    kecilnya kelas yang dihadapi. Flash card berisi gambar-gambar benda-benda,

    binatang, dan sebagainya yang dapat digunakan untuk melatih siswa mengeja

    dan memperkaya kosakata selanjutnya Ahmad Susanto (2011:108),

    mengemukakan bahwa flash card adalah kartu-kartu bergambar yang dilengkapi

    kata-kata. Gambar-gambar pada flash card dikelompokkan antara lain: seri

    binatang, buah-buahan, pakaian, warna, bentuk-bentuk angka, dan sebagainya.

  • 29

    Kartu ini dimainkan dengan cara diperlihatkan kepada anak dan dibacakan

    secara cepat. Tujuan dari metode ini adalah untuk melatih otak kanan untuk

    mengingat gambar dan kata-kata, sehingga perbendaharaan kata dapat

    bertambah dan meningkat.

    Pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa flash card merupakan

    kartu yang berisikan kata atau gambar. Media flash card dapat digunakan untuk

    pengembangan perbendaharaan kata pada aspek perkembangan bahasa. Kartu ini

    dimainkan dengan cara diperlihatkan kepada anak dan dibacakan secara cepat.

    Ukuran dari flash card dapat disesuaikan dengan kebutuahan kelas, maksudnya

    ukuran media flash card untuk kelas sempit akan berbeda dengan ukuran

    media flash card pada kelas yang luas dan anak didiknya banyak.

    Menurut Rudi Susilana dan Cepiriyana (2008) flash card merupakan media

    pembelajaran yang berupa kartu bergambar berukuran 25 X 30 cm. Gambar-

    gambar pada flashcard merupakan serangkaian pesan yang disajikan dengan

    adanya keterangan pada setiap gambar. Menurut Kasihani, flashcards are

    teaching aids as picture paper which has 25x30. The pictures is made by hand,

    pictures orphoto which is stick on the flashcard 4 (Flash card adalah media

    pembelajaran dalam bentuk kartu bergambar yang berukuran 25x30. Gambar-

    gambarnya dibuat dengan tangan, foto, atau memanfaatkan gambar / foto yang

    sudah ada ditempelkan pada lembaran-lembaran flash card). Dini Indriana juga

    mengungkapkan bawa “Flash card adalah media pembelajaran dalam bentuk

    kartu bergambar yang ukurannya seukuran postcard atau sekitar 25 X 30 cm.”

    Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa flashcard adalah kartu

    belajar yang efektif mempunyai dua sisi dengan salah satu sisi berisi gambar, teks,

    atau tanda simbol dan sisi lainnya berupa definisi, keterangan gambar, jawaban,

    atau uraian yang membantu mengingatkan atau mengarahkan siswa kepada

    sesuatu yang berhubungan dengan gambar yang ada pada kartu. Flashcard

    biasanya berukuran 8 X 12 cm, 25 X 30 cm, atau dapat disesuaikan dengan besar

    kecilnya kelas yang dihadapi.

    Flash card merupakan media grafis yang praktis dan aplikatif. Dari

    pengertian flash card di atas yaitu kartu belajar yang efektif mempunyai dua sisi

  • 30

    dengan salah satu sisi berisi gambar, teks, atau tanda simbol dan sisi lainnya

    berupa definisi, keterangan gambar, jawaban, atau uraian yang membantu

    mengingatkan atau mengarahkan siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan

    gambar yang ada pada kartu. Maka, dapat disimpulkan bahwa flash card

    mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

    1) Flashcard berupa kartu bergambar yang efektif.

    2) Mempunyai dua sisi depan dan belakang.

    3) Sisi depan berisi gambar atau tanda simbol.

    4) Sisi belakang berisi definisi, keterangan gambar, jawaban, atau uraian.

    5) Sederhana dan mudah membuatnya.

    2.6.1 Karakteristik dan Macam-Macam media Flash Card

    Flashcard merupakan media grafis yang praktis dan aplikatif. Dari

    pengertian flash card di atas yaitu kartu belajar yang efektif mempunyai dua sisi

    dengan salah satu sisi berisi gambar, teks, atau tanda simbol dan sisi lainnya

    berupa definisi, keterangan gambar, jawaban, atau uraian yang membantu

    mengingatkan atau mengarahkan siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan

    gambar yang ada pada kartu. Maka, dapat disimpulkan bahwa flash card

    mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

    1. Flash card berupa kartu bergambar yang efektif.

    2. Mempunyai dua sisi depan dan belakang.

    3. Sisi depan berisi gambar atau tanda simbol.

    4. Sisi belakang berisi definisi, keterangan gambar, jawaban, atau uraian.

    5. Sederhana dan mudah membuatnya.

    Sedangkan media Flash card adalah kartu bergambar yang dapat

    mengarahkan siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar yang ada

    pada kartu tersebut. Flas hcard merupakan media praktis dan aplikatif yang

    menyajikan pesan singkat berupa materi sesuai kebutuhan si pemakai. Macam-

    macam flash card misalnya:flash card membaca, flash card berhitung, flash card

    binatang, dan lain-lain.

  • 31

    Kelebihan dan Kelemahan Media Flash Card

    Media flash card tergolong dalam media berbasis visual. Media berbasis

    visual memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Janu Astro

    (Mei Lalu, 2011: 15), mengemukakan beberapa kelebihan flash card, antara lain:

    1. Mudah dibawa-bawa

    Dengan ukuran yang kecil flash card dapat disimpan di tas bahkan

    di saku sehingga tidak membutuhkan ruang yang luas, dapat digunakan di

    dalam atau di luar ruangan.

    2. Praktis

    Dilihat dari cara pembuatan dan penggunaannya, media flash card sangat

    praktis. Dalam penggunanaan media ini guru tidak perlu memiliki

    keahlian khusus dan juga media ini tidak perlu menggunakan listrik. Jika

    akan menggunakan kita tinggal menyusun urutan gambar sesuai dengan

    keinginan kita, pastikan posisi gambar tepat dan tidak terbalik.

    3. Gampang diingat

    Karakteristik media flash card adalah menyajikan pesan-pesan pendek

    pada setiap kartu yang disajikan. Sajian pendek ini akan

    memudahkan siswa untuk mengingat pesan-pesan tersebut. Kombinasi

    antara gambar dan teks cukup memudahkan siswa untuk mengenali suatu

    konsep.

    4. Menyenangkan

    Media flash card dalam penggunaannya bisa melalui permainan,

    misalnya siswa secara berlomba-lomba mencari satu benda atau

    namanama tertentu dari flash card yang disimpan secara acak.

    Adapun kelemahan media pembelajaran Flash Card, yaitu :

    1. Kadang-kadang terlampau kecil untuk ditunjukkan kelas yang besar

    2. Pelajar tidak selalu mengetahui bagaimana menginterpretasikan gambar

    3. Tidak dapat memberikan kesan yang berhubungan dengan gerak, emosi,

    maupun suara

  • 32

    Uraian di atas merupakan kelebihan media flash card, sedangkan

    kelemahan media flash card adalah anak hanya dapat mengetahui dan memahami

    kata dan gambar hanya sebatas kata dan gambar yang ada pada media flash card.

    2.6.2 Penggunaan Media Flash card dalam Pembelajaran

    Penggunaan media flash card dalam pembelajaran merupakan suatu proses,

    cara menggunakan kartu belajar yang efektif berisi gambar, teks, atau tanda

    simbol untuk membantu mengingatkan atau mengarahkan siswa kepada sesuatu

    yang berhubungan dengan gambar, teks, atau tanda simbol yang ada pada kartu,

    serta merangsang pikiran dan minat siswa dalam meningkatkan kecakapan

    pengenalan simbol bahan tulis dan kegiatan menurunkan simbol tersebut sampai

    kepada kegiatan siswa memahami arti/makna yang terkandung dalam bahan tulis.

    Menurut Dina Indriana langkah-langkah penggunaan media flash card

    sebagai berikut:

    1. Kartu-kartu yang telah disusun dipegang setinggi dada dan menghadap

    ke siswa.

    2. Cabut kartu satu per satu setelah guru selesai menerangkan.

    3. Berikan kartu-kartu yang telah diterangkan tersebut kepada siswa yang

    dekat dengan guru. Mintalah siswa untuk mengamati kartu tersebut,

    selanjutnya diteruskan kepada siswa lain hingga semua siswa

    mengamati.

    4. Jika sajian menggunakan cara permainan: (a) letakkan kartu-kartu secara

    acak pada sebuah kotak yang berada jauh dari siswa, (b) siapkan siswa

    yang akan berlomba, (c) guru memerintahkan siswa untuk mencari kartu

    yang berisi gambar, teks, atau lambang sesuai perintah, (d) setelah

    mendapatkan kartu tersebut siswa kembali ke tempat semula/start, (e)

    siswa menjelaskan isi kartu tersebut .

    Manfaat Media Flash Card

    Adapun manfaat dari media pembelajaran flash card menurut Janu Astro

    (Mei Lalu, 2011: 17) antara lain:

  • 33

    1. Meningkatkan kemampuan anak dalam menghafal dan menguasai

    kosa kata (vocabulary) dalam waktu cepat

    2. Memudahkan orang tua atau guru dalam mengajar dan mengenalkan

    kosakata kepada anak sejak dini

    3. Anak akan mendapat dua manfaat sekaligus yaitu mengerti bahasa

    dan mengenal jenis-jenis binatang, buah,dan lain-lain.

    2.7 Hasil Penelitian Yang Relevan

    Penelitian yang dilakukan oleh Niki Fadilla (2014 ) dengan judul

    Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Take And Give Pada Kompetensi

    Dasar Teknik Pengolahan Makanan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

    Kelas X Jasa Boga 3 Smk Negeri 2 Boyolang. Hasil pre test menunjukkan

    sebanyak 47,36 % siswa tuntas sedangkan hasil post test sebanyak 100% siswa

    tuntas. Hasil uji normalitas data nilai Pre Test dan Post Test adalah 0,302 dan

    0,327. Hasil nilai statistik uji t perbedaan nilai pre test dan post test sebesar -5,463

    dengan taraf signifikasi 0,00. Hasil belajar sikap sebesar 89,77% dengan kriteria

    sangat baik sedangkan hasil keterampilan sebesar 100% siswa tuntas. Sehingga

    dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give

    dapat meningkatkan hasil belajar siswa. e-journal boga volume 03 nomor 3, edisi

    yudisium oktober tahun 2014 58-6758.

    Penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuliastini (2015 ) dengan judul Pengaruh

    Model Take And Give Berbantuan Multimedia Interaktif Terhadap Hasil Belajar

    IPS. Hasil penelitian menunjukkan skor rata-rata 24,61 berada pada kategori

    sangat tinggi, (2) hasil belajar IPS siswa yang mengikuti model pembelajaran

    konvensional menunjukkan skor rata-rata 16,28 berada pada kategori sedang, (3)

    terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang

    belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Take and Give

    berbantuan multimedia interaktif dengan kelompok siswa yang belajar

    menggunakan model pembelajaran konvensional (thitung=11,27 > ttabel1,667).

    e-Journal Edutech Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Teknologi

    Pendidikan (Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015).

  • 34

    Penelitian yang dilakukan oleh Mega Puspita (2014 ) dengan judul Dewi

    Model Pembelajaran Take And Give Berbantuan Media Grafis Terhadap Hasil

    Belajar PKn SDNi L. G. Dari hasil analisis data diperoleh t hitung 3,447.

    Sedangkan selisih t tabel dengan db 78 pada taraf signifikansi 5% adalah

    2,000. Hal ini berarti thitung lebih besar dari t tabel(3,447 > 2,000). Sehingga

    terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar PKn kelompok siswa

    yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran take and

    give berbantuan media grafis dengan kelompok siswa yang mengikuti

    pembelajaran konvensional.

    Penelitian yang dilakukan oleh Nina Riani (2016 ) dengan judul Penerapan

    Model Pembelajaran Take And Give Dalam Materi Ajar Media Komunikasi Data

    Jaringan Hasil penelitian yang diperoleh menyatakan bahwa penerapan model

    pembelajaran take and give mampu meningkatkan aktivitas siswa, performa guru

    dan hasil belajar siswa. Pada siklus 1 persentase nilai rata -rata siswasebesar

    77,5% dan meningkat pada siklus 2 menjadi 95% da n pada penilaian sikap

    siswa juga mengalami peningkatan yaitu pada siklus 1 sebesar 74,02% dan

    siklus 2 sebesar 89,30%. Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas

    Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 1, Januari 2016 ISSN 0854-2172.

    Tiga penelitian terdahulu membuktikan bahwa model pembelajaran take

    and give dapat membantu proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar

    siswa. Mengacu pada penelitian terdahulu, maka peneliti ingin melakukan

    penelitian lagi dengan menggunakan model yang pembelajaran yang sama.

    Meskipun demikian, terdapat beberapa perbedaan antara penelitian yang

    dilakukan kali ini, dengan penelitian-penelitian terdahulu. Perbedaan tersebut

    pertama bahwa pada penelitian terdahulu, para peneliti belum memasukkan

    variabel minat belajar sebagai salah satu variabel yang diteliti. Artinya bahwa

    dengan menggunakan model pembelajaran take and give, peneliti menduga dapat

    meningkatkan minat belajar yang berimplikasi pada hasil belajar siswa. Kedua,

    subyek penelitian. Pada penelitian terdahulu subyek penelitiannya adalah siswa

    sekolah yang berbeda. Penulis berasumsi bahwa perbedaan subyek didik,

    merupakan faktor lain yang akan mempengaruhi minat belajar. Situasi sekolah

  • 35

    yang berbeda, fasilitas yang berbeda, tantangan masyarakat yang berbeda,

    demikian juga pola asuh dari orang tua yang berbeda karena budaya yang berbeda

    tentu berkontribusi terhadap prestasi belajar siswa juga. Karena itu, dengan

    memilih subyek penelitian yaitu siswa kelas IV SDN dukuh 01, peneliti

    bermaksud melihat efektivitas penerapan model pembelajaran dalam

    meningkatkan minat belajar IPA siswa. Artinya, jika model ini efektif, maka

    model ini akan menjadi rujukan bagi sekolah bersangkutan, maupun sekolah yang

    berbeda, karena terbukti teruji pada sekolah yang tentu saja memiliki situasi yang

    berbeda-beda.

    2.8 Kerangka Berpikir

    Penelitian ini dilakukan dalam rangka untuk memperbaiki situasi

    pembelajaran yang terjadi pada siswa kelas 5 SD Dukuh 01 Salatiga. Fakta yang

    ditemu mengenai suasana pembelajaran pada siswa disekolah ini adalah bahwa

    guru masih mendominasikan pembelajaran. Akibatnya siswa kurang berminat

    dalam belajar IPA, dan hasil belajarnya pun menjadi rendah. Penelitian ini

    memlilih pendekatan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan dua siklus,

    dengan pemikiran bahwa evaluasi pada siklus pertama akan menjadi catatan untuk

    dijadikan masukan pada siklus II. Namun demikian uji coba pembelajaran dengan

    model pembelajaran take and give berbantuan media flash card. Pemilihan model

    pembelajarn take and give dipilih berdasarkan situasi subjek penelitian yaitu siswa

    kelas 5. Pada usia ini, siswa memilki rasa ingin tahu yang tinggi dan sudah bisa

    bekerja sama dan berdiskusi dalam kelompok, dengan model pembelajaran take

    and give take and give berbantuan media flash card.diharapakan bahwa

    pembelajaran akhirnya mendorong agar terjadi kerja sama diantara siswa.

    Pembelajaran IPA di SD diharapkan dapat melatih siswa untuk bersikap kritis

    terhadap berbagai macam fenomena alam yang sering terjadi. Fenomena alam

    yang terjadi minimal di lingkungan sekitar tempat tinggalnya maupun lingkungan

    yang lebih luas. Pembelajaran IPA hendaknya dimodifikasi sesuai dengan tahap

    perkembangan kognitif anak SD. Jika IPA diajarkan menurut tahap perkembangan

    kognitif yang tepat maka akan mewujudkan sikap positif siswa terhadap mata

  • 36

    pelajaran IPA tersebut. Sikap positif siswa terhadap pelajaran IPA merupakan

    indikator adanya minat pada diri siswa tersebut.

    Minat sangat penting untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar

    siswa. Siswa yang memiliki minat, motivasi, kesadaran belajar, sikap positif

    terhadap mata pelajaran dan guru diharapkan akan memperoleh hasil belajar yang

    baik. Minat dapat tumbuh dalam diri siswa jika didukung oleh hal yang dapat

    menarik perhatian mereka. Salah satu hal yang menarik bagi anak-anak adalah

    bermain.

    Permainan merupakan kegiatan yang didalamnya terdapat unsur kesenangan,

    tanpa ada beban atau paksaan, dilakukan atas keinginan sendiri, dan dilakukan

    dengan penuh perhatian. Unsur-unsur permainan tersebut dapat menimbulkan

    minat pada diri anak. Dengan demikian pemilihan metode permainan menjadi

    salah satu cara untuk meningkatkan minat siswa pada pelajaran IPA.

  • 37

    Gambar .1

    Bagan Kerangka Pikir

    Rendahnya minat belajar IPA ditandai dengan:Guru :

    1. Guru kurang membimbing siswa untuk menemukan pemahaman sendiri

    2. Guru menggunakan model dan media pembelajaran yang kurang bervariasi

    Siswa :

    1. Siswa kurang memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan kelompok

    2. Siswa kurang berani mengemukakan pendapatnya sehingga keterampilan

    berkomunikasi siswa kurang

    3. Siswa kurang memiliki kemampuan untuk berfikir kritis

    4. Siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran, kurang

    memperhatikan, dan cepat merasa bosan

    Minat belajar:

    Minat belajar siswa rendah, sebanyak 35% siswa belum mencapai kategori tinggi

    1. Keterampilan guru dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran

    model pembelajaran take and give berbantuan media flash card. pada siswa

    kelas 5 SDN Dukuh 01 meningkat

    2. Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran model

    pembelajaran take and give berbantuan media flash card pada siswa kelas 5

    SDN Dukuh 01 meningkat

    3. Minat belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui model pembelajaran

    model pembelajaran take and give berbantuan media flash card. pada siswa

    kelas 5 SDN Dukuh 01 meningkat dengan kategori tinggi ≥85%.

    Minat belajar IPA pada kelas 5 SD Dukuh 01 meningkat

    Menerapkan model pembelajaran model pembelajaran take and give berbantuan media

    flash card. dalam pembelajaran IPA dengan langkah-langkah sebagai beri

    1. Guru merencanakan dan menyiapkan diri sebelum penyajian materi.

    2. Membangkitkan kesiapan siswa menemukan dan membangun sendiri

    pengetahuanya.

    3. Menjelaskan kepada siswa tentang pembelajaran yang akan disampaikan

    4. Membagikan kepada siswa kartu take and give yang digunakan untuk

    mencatat dan menerima informasi yang didapatkan

    5. Memberikan materi pembelajaran kepada siswa melalui media maket

    6. Mengajak siswa untuk menuliskan materi yang mereka pahami pada kartu

    take and give yang telah disedia

    7. Melakukan tahapan take and give yaitu siswa saling bertukar informasi

    8. Mengajak siswa untuk berdiskusi dan melaporkan hasil diskusi

    9. Menarik keimpulan dan melakukan evaluasi

    Tindakan

    Kondisi

    Awal

    Kondisi Akhir

  • 38

    2.9 Hipotesis Tindakan

    Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis tindakan

    adalah sebagai berikut: melalui model pembelajaran take and give berbantuan

    media flash card dapat meningkatkan minat belajar IPA siswa kelas 5 SDN

    Dukuh 01 Salatiga.