8
24 Kajian Pemanfaatan Limbah Sayuran untuk Pakan Kelinci di DKI Jakarta Syamsu Bahar, B. Bakrie, Erna P. Astuti, D. Andayani dan A. Raffandi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta Jln. Raya Ragunan No. 30 Pasar Minggu, Jakarta – 12540 Email: [email protected] ABSTRAK Suatu pengkajian telah dilakukan di Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Kota Administrasi Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta bertujuan untuk mengkaji pemanfaatan limbah sayuran sebagai pakan kelinci. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan pemberian pakan dengan susunan, yaitu Perlakuan A : Pemberian pakan Pellet 100 %; Perlakuan B : Pemberian pakan Pellet 80 % + Limbah sayuran ad libitum (pemberian sepuasnya); Perlakuan C : Pemberian pakan Pellet 60 % + Limbah sayuran ad libitum; Perlakuan D : Pemberian pakan Pellet 40 % + Limbah sayuran ad libitum; Perlakuan E : Pemberian pakan Pellet 20 % + Limbah sayuran ad libitum. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pada Perlakuan C yaitu pemberian pakan pada kelinci dengan komposisi Pellet 60 % dan Limbah sayuran ad libitum, menunjukkan perbedaan nyata dibanding perlakuan lainnya. Pada Perlakuan C ini pertambahan bobot badan kelinci sebesar 20,1 g/ek/ hr, sedangkan pemberian pellet 100 % pada Perlakuan A menunjukkan pertambahan bobot badan sebesar 18,4 g/ek/hr, Perlakuan B sebesar 18,1 g/ek/hr yang berarti lebih rendah dibanding Perlakuan C. Demikian pula pada Perlakuan D sebesar 16,4 g/ek/ hr dan Perlakuan E sebesar 14,7 g/ek/ hr juga masih lebih rendah dibanding Perlakuan C. Kata Kunci: limbah sayuran, pakan pellet, kelinci ABSTRACT An assessment has been carried out in Kelurahan Tengah, District of Kramat Jati, East Jakarta Administration City, aims to assess the utilization of vegetable waste as feed rabbits. The experimental design used was completely randomized design (CRD) with 5 treatments and 4 replications. Treatment feeding with composition, ie Treatment A: Feeding Pellet 100%; Treatment B: Feeding Pellet 80% + Waste vegetable ad libitum (giving as much); Treatment C: Feeding Pellet 60% + Waste vegetable ad libitum; Treatment D: Feeding Pellet 40% + Waste vegetable ad libitum; Treatment E: Feeding Pellet 20% + Waste vegetable ad libitum. The study showed that in treatment C that is feeding on a rabbit with a composition of 60% pellets and vegetable waste ad compared to the other treatments. In

Kajian Pemanfaatan Limbah Sayuran untuk Pakan Kelinci di ...jakarta.litbang.pertanian.go.id/ind/artikel bptp/Limbah Sayuran... · sayuran sebagai pakan kelinci. Rancangan percobaan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Kajian Pemanfaatan Limbah Sayuran untuk Pakan Kelinci di ...jakarta.litbang.pertanian.go.id/ind/artikel bptp/Limbah Sayuran... · sayuran sebagai pakan kelinci. Rancangan percobaan

24

Syamsu Bahar et al.: Kajian Pemanfaatan Limbah Sayuran untuk Pakan Kelinci di DKI Jakarta

Kajian Pemanfaatan Limbah Sayuran untuk Pakan Kelinci di DKI Jakarta

Syamsu Bahar, B. Bakrie, Erna P. Astuti, D. Andayani dan A. RaffandiBalai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta

Jln. Raya Ragunan No. 30 Pasar Minggu, Jakarta – 12540Email: [email protected]

ABSTRAK

Suatu pengkajian telah dilakukan di Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Kota Administrasi Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta bertujuan untuk mengkaji pemanfaatan limbah sayuran sebagai pakan kelinci. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan pemberian pakan dengan susunan, yaitu Perlakuan A : Pemberian pakan Pellet 100 %; Perlakuan B : Pemberian pakan Pellet 80 % + Limbah sayuran ad libitum (pemberian sepuasnya); Perlakuan C : Pemberian pakan Pellet 60 % + Limbah sayuran ad libitum; Perlakuan D : Pemberian pakan Pellet 40 % + Limbah sayuran ad libitum; Perlakuan E : Pemberian pakan Pellet 20 % + Limbah sayuran ad libitum. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pada Perlakuan C yaitu pemberian pakan pada kelinci dengan komposisi Pellet 60 % dan Limbah sayuran ad libitum, menunjukkan perbedaan nyata dibanding perlakuan lainnya. Pada Perlakuan C ini pertambahan bobot badan kelinci sebesar 20,1 g/ek/hr, sedangkan pemberian pellet 100 % pada Perlakuan A menunjukkan pertambahan bobot badan sebesar 18,4 g/ek/hr, Perlakuan B sebesar

18,1 g/ek/hr yang berarti lebih rendah dibanding Perlakuan C. Demikian pula pada Perlakuan D sebesar 16,4 g/ek/hr dan Perlakuan E sebesar 14,7 g/ek/hr juga masih lebih rendah dibanding Perlakuan C.

Kata Kunci: limbah sayuran, pakan pellet, kelinci

ABSTRACT

An assessment has been carried out in Kelurahan Tengah, District of Kramat Jati, East Jakarta Administration City, aims to assess the utilization of vegetable waste as feed rabbits. The experimental design used was completely randomized design (CRD) with 5 treatments and 4 replications. Treatment feeding with composition, ie Treatment A: Feeding Pellet 100%; Treatment B: Feeding Pellet 80% + Waste vegetable ad libitum (giving as much); Treatment C: Feeding Pellet 60% + Waste vegetable ad libitum; Treatment D: Feeding Pellet 40% + Waste vegetable ad libitum; Treatment E: Feeding Pellet 20% + Waste vegetable ad libitum. The study showed that in treatment C that is feeding on a rabbit with a composition of 60% pellets and vegetable waste ad

compared to the other treatments. In

Page 2: Kajian Pemanfaatan Limbah Sayuran untuk Pakan Kelinci di ...jakarta.litbang.pertanian.go.id/ind/artikel bptp/Limbah Sayuran... · sayuran sebagai pakan kelinci. Rancangan percobaan

25

Syamsu Bahar et al.: Kajian Pemanfaatan Limbah Sayuran untuk Pakan Kelinci di DKI Jakarta

this C treatment rabbit body weight gain of 20.1 g/head/day, while pellets giving 100% at A treatment showed weight gain of 18.4 g/head/day, Treatment B amounted to 18.1 g/head/day, which was lower than the treatment of C. Similarly, treatment D of 16.4 g/head/day and treatment E of 14.7 g/head/day are also still lower than C treatment.

Keywords: Vegetable waste, feed pellets, Rabbit, Jakarta

PENDAHULUAN

Budidaya kelinci dapat dilakukan di wilayah perkotaan seperti di DKI Jakarta. Menurut Kartadisastra (2001) produk yang dihasilkan dari pemeliharaan kelinci adalah hewan hias dan hewan pedaging, sedangkan Raharjo (2012) mengemukakan bahwa kelinci adalah ternak herbivora yang mengkonsumsi pakan berupa hijauan dan dapat tumbuh serta berkembangbiak cukup cepat. Pemeliharaan kelinci di wilayah perkotaan seperti di Jakarta sumber pakan limbah sayuran dapat diperoleh di pasar-pasar tradisionil karena banyak limbah sayuran yang masih layak dijadikan pakan untuk kelinci. Limbah sayuran adalah bagian dari sayuran yang sudah tidak digunakan atau dibuang. Limbah organik pasar di DKI Jakarta menurut data organisasi pemerhati lingkungan WALHI, dapat mencapai 4.500 ton per hari, yang terdiri dari sayuran dan buahan (Saenab dan Retnani, 2011). Dari hasil survey tahun 2011 di Pasar Induk

Kramat Jati, Jakarta Timur di peroleh data jumlah pasokan setiap hari sekitar 1.300-1.600 ton. Dari jumlah pasokan tersebut 10-50 % adalah limbah yang akan dibuang menjadi sampah.

Dalam keadaan liar kelinci mengkonsumsi rumput-rumputan dan berbagai tanaman liar serta semak. Kulit kayu dan batang pohon juga dikonsumsi apabila hijauan tersebut tidak mencukupi kebutuhan (Rahmat, 2000). Sistem pencernaan kelinci merupakan sistem pencernaan yang sederhana dengan sekum dan usus besar (Blakely dan Bade, 1991; Tillman et al, 1991). Kesanggupan hewan ternak untuk menggunakan serat kasar dalam pakannya tergantung pada kemampuan mencerna oleh bakteri. Menurut Parakkasi (1999) bahwa mikrobia pada sekum selain bakteri selulolitik juga terdapat bakteri proteolitik walaupun dalam jumlah sedikit.

Limbah sayuran terlebih dahulu harus dipilah-pilah yang dapat dijadikan sebagai pakan yang masih layak dan tidak tercemar karena kelinci merupakan hewan yang mudah terserang diare. Limbah sayuran apabila digunakan sebagai bahan baku pakan memiliki beberapa keuntungan yaitu memiliki nilai ekonomis karena dapat menghasilkan berbagai produk pakan yang berguna dan harganya yang murah, mudah didapat dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Selain itu dengan memanfaatkan limbah sayuran dapat mengurangi masalah pencemaran lingkungan akibat sampah. Disamping

Page 3: Kajian Pemanfaatan Limbah Sayuran untuk Pakan Kelinci di ...jakarta.litbang.pertanian.go.id/ind/artikel bptp/Limbah Sayuran... · sayuran sebagai pakan kelinci. Rancangan percobaan

26

Syamsu Bahar et al.: Kajian Pemanfaatan Limbah Sayuran untuk Pakan Kelinci di DKI Jakarta

keuntungan/kelebihan tersebut, limbah sayuran juga memiliki kerugian/kelemahan diantaranya adalah mudah busuk, voluminus (bulky) dan ketersediaannya tidak tetap.

Limbah sayuran yang dimaksudkan di dalam pengkajian ini merupakan bahan sisa atau hasil pemilahan bagian-bagian dari sayuran yang tidak dimanfaatkan untuk konsumsi manusia. Limbah tersebut masih layak untuk dijadikan sebagai bahan pakan kelinci. Ada berbagai jenis limbah sayuran yang dapat digunakan sebagai pakan, namun yang perlu diperhatikan bahan pakan kelinci yang diberikan adalah bahan-bahan yang tidak mengandung gas atau kurang mengandung gas, karena kelinci sangat peka terhadap penyakit kembung dan diare yang dapat berakibat fatal yaitu kematian kelinci.

Hasil samping dari beternak kelinci adalah kotoran kelinci (feses dan urin) dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik yang potensial untuk tanaman hortikultura (Sajimin et al, 2005; Sajimin et al, 2006; Anonim, 2010), sedangkan pupuk an-organik tidak mempunyai sifat yang dapat

tanah serta fungsi biologi tanah secara langsung (Hong, 1991; Karama et al, 1991; Noor et al, 1996).

Pengkajian ini bertujuan mengkaji pemanfaatan limbah sayuran sebagai pakan substitusi pellet komersil untuk ternak kelinci. Sedangkan keluaran yang diharapkan adalah diperoleh satu komposisi limbah sayuran dan pellet komersil untuk pakan ternak kelinci.

BAHAN DAN METODE

Pengkajian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Lestari RT.10/ RW.08, Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Kota Administrasi Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta. Waktu pelaksanaan termasuk persiapan di mulai bulan Januari sampai dengan Desember 2015. Bahan dan alat yang digunakan adalah Limbah sayuran yaitu sisa wortel, daun kembang kol dan putren (pucuk jagung muda) diperoleh dari Pasar Induk Kramat Jati JakartaTimur, Pakan pellet komersil, Kelinci silangan lokal x import, Kandang kelinci dan perlengkapannya, Obat-obatan dan peralatannya, ATK dan computer supplies, Bahan dan Alat bantu kegiatan habis pakai.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan pemberian pakan dengan susunan, yaitu: A : Pemberian pakan Pellet 100 %B : Pemberian pakan Pellet 80 % + Limbah sayuran ad libitum *)C : Pemberian pakan Pellet 60 % + Limbah sayuran ad libitum D : Pemberian pakan Pellet 40 % + Limbah sayuran ad libitum E : Pemberian pakan Pellet 20 % + Limbah sayuran ad libitum *) ad libitum = pemberian sepuasnya

Ketiga jenis limbah sayuran sisa wortel, daun kembang kol dan putren dicacah dan dicampur hingga rata dengan proporsi yang seimbang yaitu didasarkan pada perhitungan bahan kering kemudian dikonversi

Page 4: Kajian Pemanfaatan Limbah Sayuran untuk Pakan Kelinci di ...jakarta.litbang.pertanian.go.id/ind/artikel bptp/Limbah Sayuran... · sayuran sebagai pakan kelinci. Rancangan percobaan

27

Syamsu Bahar et al.: Kajian Pemanfaatan Limbah Sayuran untuk Pakan Kelinci di DKI Jakarta

Tabel 1. Hasil analisa proksimat kandungan gizi pakan

Jenis pakanK. Airg/100g

Proteing/100g

Lemakg/100g

GEKcal/kg

SK g/100g

Abug/100g

Cag/100g

Pg/100g

Daun Kb.KolWortelPutrenPellet

90,34 90,9089,2510,84

2,700,901,16

16,19

0,490,190,194,48

396379483

3837

1,761,742,54

20,95

1,840,920,65

11,89

0,320,050,020,16

0,030,003

0,060,49

Keterangan: GE= Energi, SK= Serat kasar, Ca= Calcium, P= Phosphor

kembali dalam bentuk segar. Pemberian limbah sayuran ke ternak kelinci secara ad libitum artinya diberikan sepuasnya sampai batas kemampuan kelinci mengkonsumsi limbah sayuran. Untuk mengetahui kandungan gizi masing-masing pakan dilakukan analisa proksimat meliputi Kadar air, Protein Kasar, Lemak, Energi, Serat Kasar, Abu, Ca dan P. Parameter yang diamati adalah:a) Konsumsi pakan (jumlah pakan

yang diberikan dikurangi jumlah pakan yang tersisa dalam periode pengamatan).

b) Pertambahan bobot badan harian (bobot badan akhir dikurangi bobot badan awal dibagi jumlah hari dalam periode pengamatan).

Data yang diperoleh, dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam (analysis of variance), bila terdapat perbedaan yang nyata dilakukan uji lanjut menggunakan uji beda nyata

(Steel dan Torrie, 1991; La Daha, 2011).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Nilai gizi pakanPada Tabel 1 disajikan hasil

analisa proksimat kandungan gizi limbah sayuran yang terdiri dari daun kembang kol, sisa wortel dan putren (pucuk jagung muda) serta pakan pellet. Hasil analisa menunjukkan kadar air ketiga jenis limbah sayuran sangat tinggi, protein kasar rendah, demikian pula kandungan lemak, energi, serat kasar, abu, Ca dan P rendah. Sebaliknya kandungan gizi pellet menunjukkan kadar air rendah, sedangkan protein kasar tinggi, unsur lain tergolong tinggi yaitu lemak, energi, serat kasar, abu, Ca dan P.

2. Konsumsi pakan Pada Tabel 2 disajikan kemampuan

kelinci mengkonsumsi pakan yang diberikan terdiri dari pakan pellet dan pakan limbah sayuran. Perlakuan A menjadi patokan konsumsi maksimal pakan pellet 100%, kemudian dikurangi pada perlakuan B menjadi 80%, seterusnya pada perlakuan C menjadi 60%, perlakuan D menjadi 40% dan perlakuan E sebanyak 20%.

Page 5: Kajian Pemanfaatan Limbah Sayuran untuk Pakan Kelinci di ...jakarta.litbang.pertanian.go.id/ind/artikel bptp/Limbah Sayuran... · sayuran sebagai pakan kelinci. Rancangan percobaan

28

Syamsu Bahar et al.: Kajian Pemanfaatan Limbah Sayuran untuk Pakan Kelinci di DKI Jakarta

Tabel 2. Konsumsi pakan kelinci pada bulan ke-3

KodePerlakuan

Pelletg/ek/hr

Sayurang/ek/hr

ABCDE

83,366,650,033,316,7

-349,9342,6359,7360,0

Tabel 3. Konsumsi pakan pada bulan ke-4

KodePerlakuan

Pelletg/ek/hr

Sayurang/ek/hr

ABCDE

107,686,164,643,021,5

-343,6335,3351,7355,9

Pengurangan pemberian pellet diikuti dengan substitusi limbah sayuran. Hasilnya menunjukkan substitusi limbah sayuran berkisar antara 342,6 g sampai 360,0 g. Hal ini berarti dengan pengurangan porsi pellet yang diberikan dapat disubstitusi dengan limbah sayuran.

Pada Tabel 3, perlakuan A merupakan konsumsi maksimal kemudian pada perlakuan berikutnya adalah pengurangan pemberian pellet diikuti dengan substitusi limbah sayuran. Hasilnya menunjukkan substitusi limbah sayuran berkisar antara 343,6 g sampai 355,9 g. Hal ini berarti dengan pengurangan porsi pellet yang diberikan dapat disubstitusi dengan limbah sayuran.

Tabel 4. Konsumsi pakan pada bulan ke-5

KodePerlakuan

Pelletg/ek/hr

Sayurang/ek/hr

ABCDE

117,694,270,647,123,5

-310,1333,1345,3358,0

Pada Tabel 4, perlakuan A merupakan konsumsi maksimal kemudian pada perlakuan berikutnya

adalah pengurangan pemberian pellet diikuti dengan substitusi limbah sayuran. Hasilnya menunjukkan substitusi limbah sayuran berkisar antara 310,1 g sampai 358,0 g. Hal ini berarti dengan pengurangan porsi pellet yang diberikan dapat disubstitusi dengan limbah sayuran.

3. Pertumbuhan kelinciPada Tabel 5, disajikan data

pertambahan bobot badan kelinci. Pada perlakuan C yaitu pemberian pakan pada kelinci dengan komposisi Pellet 60 % dan Limbah sayuran ad libitum, menunjukkan perbedaan nyata dibanding perlakuan lainnya. Pada perlakuan C ini pertambahan bobot badan kelinci sebesar 20,1 g/ek/hr, sedangkan pemberian pellet 100 % pada perlakuan A menunjukkan pertambahan bobot badan sebesar 18,4 g/ek/hr, perlakuan B sebesar 18,1 g/ek/hr yang berarti lebih rendah dibanding perlakuan C. Demikian pula pada perlakuan D sebesar 16,4 g/ek/hr dan perlakuan E sebesar 14,7 g/ek/hr juga masih lebih rendah dibanding perlakuan C.

Pada perlakuan C menunjukkan pertumbuhan kelinci yang tertinggi dengan porsi pemberian pakan pellet 60% dan pemberian limbah sayuran ad libitum. Sedangkan hasil penelitian

Page 6: Kajian Pemanfaatan Limbah Sayuran untuk Pakan Kelinci di ...jakarta.litbang.pertanian.go.id/ind/artikel bptp/Limbah Sayuran... · sayuran sebagai pakan kelinci. Rancangan percobaan

29

Syamsu Bahar et al.: Kajian Pemanfaatan Limbah Sayuran untuk Pakan Kelinci di DKI Jakarta

Raharjo, et al (2004) melaporkan bahwa kelinci yang diberi konsentrat 60 g/ek/hr dan diberi rumput lapang ad libitum akan menunjukkan performans pertumbuhan yang baik. Untuk mendukung kecukupan gizi yang seimbang pemberian hijauan perlu diimbangi dengan konsentrat. Pada peternakan kelinci intensif hijauan diberikan 60-80%, sisanya konsentrat. Ada juga yang memberikan 60% konsentrat dan sisanya hijauan (Sarwono, 2003).

Tabel 5. Pertambahan bobot badan kelinci setelah 5 bulan

KodePerlakuan

Bobot awalg/ek

Bobot akhirg/ek

PBBH *)g/ek/hr

ABCDE

563675655638625

2.2202.3052.4652.1101.948

18,418,120,116,414,7

*) PBBH= pertambahan bobot badan harian

Hasil pengamatan dalam pengkajian ini menunjukkan rendahnya pertumbuhan kelinci pada perlakuan E. Hal ini disebabkan konsumsi pakan yang rendah, sehingga pasokan nutrisi pakan untuk pertumbuhannya juga sedikit. Menurut Ensminger (1991) bahwa pemberian pakan setara bahan kering untuk kelinci muda berkisar 112-173 g/ek/hr.

KESIMPULAN

Pemanfaatan limbah sayuran berupa daun kembang kol, sisa wortel dan putren (pucuk jagung muda) dapat mensubstitusi pakan pellet untuk kelinci. Komposisi pemberian pakan untuk kelinci yang terbaik adalah 60% pakan pellet dan selebihnya adalah sayuran berupa daun kembang kol, sisa wortel dan putren diberikan secara ad libitum (sepuasnya).

Page 7: Kajian Pemanfaatan Limbah Sayuran untuk Pakan Kelinci di ...jakarta.litbang.pertanian.go.id/ind/artikel bptp/Limbah Sayuran... · sayuran sebagai pakan kelinci. Rancangan percobaan

30

Syamsu Bahar et al.: Kajian Pemanfaatan Limbah Sayuran untuk Pakan Kelinci di DKI Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Pengaruh Berbagai Aktivator terhadap C/N Rasio Kompos Kotoran Kelinci. Tesis Jurusan Produksi Ternak - Fakultas Teknologi Pertanian dan Peternakan 20 Mei 2011.

Blakely, J. dan D. H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press Yogyakarta.

Ensminger, M. E. 1991. Animal Science. 9th Edition. The Interstate Printers and Publisher. Inc. Denville, Illionis USA.

Hong, G. B. 1991. Syarat Tanah untuk Pemupukan Efektive. Prosiding Lokakarya Nasional

V. Cisarua. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Karama, A. S., A. R. Marzuki dan I. Manwan. 1991. Penggunaan pupuk organik pada tanaman pangan. Prosiding

penggunaan pupuk V. Cisarua. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Kartadisastra, H. R. 2001. Beternak Kelinci Unggul. Kanisius Yogyakarta.

La Daha. 2011. Rancangan Percobaan untuk Bidang Biologi dan Pertanian. Teori dan Aplikasinya. Masagena Press Makassar.

Noor, N., Y.C. Raharjo, Murtiyeni dan R. Haryani. 1996. Pemanfaatan Usahatani Sayuran untuk Pengembangan Agribisnis Kelinci di Sulawesi Selatan. Laporan Penelitian Balai Penelitian Ternak – Balittan

Maros. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. UI Press. Jakarta.

Raharjo, Y. C., T. Murtisari dan E. Juarini. 2004. Peningkatan produktivitas dan mutu produk kelinci eksotis.. Kumpulan Hasil-hasil Penelitian APBN Tahun Anggaran 2003. Buku II. Ternak Non Ruminansia. Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Raharjo, Y. C. 2012. Agribisnis Kelinci Skala Mikro, Kecil dan Menengah dalam Integrasi dengan Hortikultura untuk Penanggulangan Gizi Buruk/ Ketahanan Pangan, Tambahan Pendapatan dan Pemberdayaan Tenaga Kerja. Balai Penelitian Ternak, Ciawi – Bogor.

Rahmat, H. 2000. Produksi Kelinci dan Marmot. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Saenab, A dan Y. Retnani. 2011. Beberapa model teknologi pengolahan limbah sayuran pasar sebagai pakan alternatif pada ternak kambing/domba di perkotaan. Prosiding Workshop

Daging Ruminansia Kecil. Puslitbang Peternakan. Bogor.

Sajimin, Y. C. Raharjo dan N. D. Purwantari. 2005. Produksi tanaman pakan ternak Stylosanthes hamata yang diberi pupuk feces kelinci. Prosiding Seminar Nasional

Page 8: Kajian Pemanfaatan Limbah Sayuran untuk Pakan Kelinci di ...jakarta.litbang.pertanian.go.id/ind/artikel bptp/Limbah Sayuran... · sayuran sebagai pakan kelinci. Rancangan percobaan

31

Syamsu Bahar et al.: Kajian Pemanfaatan Limbah Sayuran untuk Pakan Kelinci di DKI Jakarta

Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 2005. Hal.897-902.

Sajimin, Y. C. Raharjo dan N. D. Purwantari. 2006. Potensi kotoran kelinci sebagai pupuk organik dan pemanfaatannya pada tanaman pakan dan sayuran. Prosiding Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Agribisnis Kelinci Bogor, 2006. Hal.156-161.

Sarwono, B. 2003. Kelinci Potong dan Hias. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Steel, R. G. D. dan J. H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistik: Suatu Pendekatan Biometrik. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Pawirokusumo dan S. Lebdosoekodjo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.