Upload
duongthuan
View
228
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KAJIAN PENATAAN KELEMBAGAAN
PERANGKAT DAERAH KOTA CIMAHI
DARI ASPEK AKADEMIK
Disusun Oleh:
A. WIDANARTO, DRS., M.SI
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2008
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dengan telah diterbitkannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, maka pola manajemen pemerintahan daerah harus sejalan dengan isi
undang-undang tersebut. Salah satu pengaturan yang sangat penting adalah yang
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban daerah sebagaimana diatur dalam Bab
IV Bagian Ketiga Pasal 21 dan pasal 22. Hubungan hak dan kewajiban daerah tersebut adalah
berupa hubungan Antara pengguna sumber-sumber daya (input) dengan keluaran (output) dan
hasil (outcome) yang akan dicapai berdsarkan program dan kegiatan yang disusun dalam
dokumen-dokumen perencanaan daerah yang berupa Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan Rencana
Kerja Pemerintahan Daerah (RKPD).
Sebagai daerah otonom. Daerah berhak, berwenang, dan sekaligus berkewajiban
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Kepadanya diberikan sejumlah urusan
pemerintahan dalam upaya pengelola sumber-sumber keuangan untuk membiayai jalanya
roda pemerintahan, penyediaan pelayanan public, dan pembangunan daerah. Konkritnya,
berdasarkan asas efisiensi dan efektifitas, Daerah harus dapat menggali sumber daya yang
dimiliki Daerah yang digunakan untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera dengan cara
memberi perlindungan, menyediakan pelayanan, dan meningkatkan daya saing daerah sesuai
dengan potensi, kekhasan, dan unggulan daerah yang dikelola secara demokratis, transparan
dan akuntabel.
Untuk mencapai hasil yang maksimal. Pemerintah Daerah harus dapat memproses dan
melaksanakan hak dan kewajiban tersebut berdasarkan asas-asas kepemerintahan yang baik
(Good Governance) sebagaimana tertuang dalam Asas Umum Penyelenggaraan Negara yang
diatur dalam pasal 20 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Asas-asas tersebut berupa
asas kepastian hokum, asas tertib penyelenggaraan Negara, asas kepentingan umum, asas
keterbukaan, asas proposrsionalitas, asas profesionalisme, asas akuntabilitas, asas efisiensi,
dan asas efektifitas.
Sejalan dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi perangkat Daerah, maka Pemerintah Kota Cimahi diwajibkan untuk melakukan
penyusunan Organisasi Perangkat Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah dengan
berpedoman pada Peraturan pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah.
Secara lebih rinci, hal-hal yang melatar-belakangi disusunnya Kelembagaan
Perangkat Daerah Kota Cimahi dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Adanya Reformasi birokrasi, baik pada Pemerintah Pusat maupun Daerah yang
merupakan kebutuhan dalam upaya mewujudkan kepemerintahan yang baik (Good
Governance)
2. Adanya perubahan kebijakan pusat dengan dikeluarkannya:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Organisasi Perangkat
Daerah.
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis
Penataan Organisasi Perangkat Daerah
1.2. Maksud dan Tujuan
Penulisan ini dilakukan dengan maksud untuk mengetahui keadaan data dan informasi
tentang Kelembagaan Perangkat Daerah Kota Cimahi selama ini. Adapun tujuan penulisan
adalah untuk mencari formulasi baru dalam penyusunan Kelembagaan Perangkat Daerah
Kota Cimahi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang
Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah.
BAB II
KEADAAN DAN PERMASALAHAN
2.1. Umum
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Cimahi Nomor 2 Tahun 2003 tentang
Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Pemerintahan Kota Cimahi, maka Perangkat
Pemerintah Kota sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 ayat (1) terdiri atas:
1. Sekretariat Daerah
2. Sekretariat DPRD;
3. Dinas Daerah, terdiri atas:
a. Dinas Tata Kota
b. Dinas Perekonomian dan Koperasi
c. Dinas Perhubungan
d. Dinas Penanaman Modal
e. Dinas Lingkungan Hidup
f. Dinas Kesehatan
g. Dinas Tenaga Kerja, Kependudukan dan Catatan Sipil
h. Dinas Pendidikan
i. Dinas Pendapatan
4. Lembaga Teknis Daerah, terdiri atas:
a. Badan Perencanaan Daerah
b. Badan Pengawasan Daerah
c. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan keluarga Berencana
d. Badan Kesatuan Bangsa
e. Kantor Kepegawaian Daerah
f. Kantor Kota, Informasi dan Komunikasi
5. Rumah Sakit Umum Daerah
6. Satuan Polisi Pamong Praja
7. Kecamatan (3 Kecamatan)
8. Kelurahan (15 Kelurahan)
Secara umum, permasalahan yang dihadapi kelembagaan Antara lain dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1. Hal-hal yang diurus relative kecil, tetapi wadahnya cukup besar
2. Tupoksi dan urusan tugas masih ada yang tumpang tindih
3. Ada urusan yang belum terwadahi, khususnya yang berhubungan dengan ketahanan
pangan.
2.2. Kelembagaan Perangkat Daerah
Berdasarkan data yang ada di Kota Cimahi, maka permasalahan Kelembagaan
Perangkat Daerah secara lebih rinci, dapat dikemukakan sebagai berikut:
2.2.1. Dinas Tata Kota
Masalah-masalah yang dihadapi oleh Dinas Tata Kota Cimahi adalah sebagai berikut:
a. Masalah Bangunan di Cimahi Bagian Utara, kurang lebih 40% luas wilayah Cimahi
masuk ke daerah utara, dimana daerah utara adalah daerah konservasi air dan tanah
yang ditetapkan sejak tahun 1982, bahkan tahun 1985 terbit SUrat Edaran Gubernur
Jawa Barat yang menyatakan bahwa untuk daerah Cimahi bagian utara tidak boleh
dikeluarkan Ijin Lokasi Baru. Kalaupun ada yang membangun bangunan maka surat
ijinnya adalah yang lama. Namun demikian, ada sebagian masyarakat yang tidak tahu
persis persoalannya, melakukan berbagai kritikan yang menentang dibangunnya
bangunan-bangunan di Cimahi bagian utara tersebut. Di pihak lain, ada sebagaian
masyarakat mencoba untuk meminta ijin untuk menerbitkan IMB baru di wilayah
yang dilarang untuk mendirikan bangunan. Alasannya, mereka beralasan di wilayah
Kota Bandung dan kabupaten Bandung bias diberikan ijin untuk mendirikan
bangunan, sehingga hal ini membingungkan Kota Cimahi.
b. Masalah penggunaan lahan. Penggunaan lahan di wilayah Cimahi sulit untuk
dikendalikan. Tiba-tiba muncul bangunan baru meskipun belum ada ijinnya, namun
ketika ada masalah kebakaran mereka meminta bantuan ke Pemerintah Kota Cimahi.
c. Terbatasnya Sarana Peribadan. Di Kota Cimahi, sarana peribadatan masih perlu
diperbanyak mengingat semakin bertambahnya jumlah penduduk yang tentunya tidak
hanya beragama Islam semata. Pembangunan Gereja misalnya, masih sangat sulit
dilakukan karena harus mendapatkan persetujuan dari warga masyarakat sekitar dan
perlu didiskusikan dengan para ulama dalam MUI. Setelah pihak-pihak yang terkait
menyetujui, maka baru dikeluarkan izin dan mulai dibangun bangunan gereja.
2.2.2. Dinas Perekonomian dan Koperasi
Masalah-masalah yang dihadapi oleh Dinas Perekonomian dan Koperasi Kota Cimahi
adalah sebagai berikut:
a. Masalah urusan yang ditangani. Dalam tugak pokok dan fungsi disebutkan bahwa
urusan yang ditangani Dinas Perekonomian dan Koperasi, sesuai SOTK, sebanyak 8
urusan, meliputi sector industry, perdagangan, pariwisata, pertanian, perikanan, dan
peternakan, koperasi dan hortikultura. Urusan yang kompleks tersebut membuat dinas
ini menjadi “kelebihan beban”, karena terlalu banyaknya yang ditangani atau diurusi.
b. Masalah Terbatasnya SDM. Dalam menangani delapan urusan yang menjadi bagian
kewenangan dinas ini, terjadi keterbatasan sumber daya manusia. Idealnya, satu sector
ditangani satu Kasubdin, sehingga kinerja dinas akan lebih optimal. Dalam
kenyataannya, karena keterbatasan SDM, 2 urusan ditangani satu Kasubdin.
Kompetensi ahli yang menangani beberapa sector tersebut sangat kurang.
c. Kesulitan menembus industry besar. Industry-indusri besar yang ada di wilayah Kota
Cimahi sulit untuk ditembus oleh dinas ini. Hal tersebut disebabkan karena industry
besar ijinya berasal dari Pemerintah Pusat sehingga mereka merasa tidak tergantung
pada Pemerintah Daerah. Meskipun dalam prakteknya, apabila terjadi permasalahan
di lapangan. Pemerintah Daerah yang akan menanganinya.
2.2.3. Dinas Perhubungan
Masalah-masalah yang dihadapi oleh Dinas Perhubungan Kota Cimahi adalah sebagai
berikut:
a. Penempatan SDM. Proses penempatan pegawai di Dinas Perhubungan Kota Cimahi
belum tepat/tidak sesuai. Artinya, seorang pegawai yang seharusnya sesuai dengan
kompetensinya ditempatkan di unit kerja A, tapi malah ditempatkan di unit kerja B.
singkat kata, masih ada yang “The Right Man in the Wrong Place”.
b. Masalah angkutan. Pegawai yang ditempatkan di bidang angkutan tidak mengerti
aturan tentang angkutan dan tidak punya pengalaman yang memadai tentang tata cara
pengangkutan sehingga menyulitkan dalam pengaturan angkutan.
c. Adanya Overlapping kewenangan Antara dinas perhubungan dengan pihak
kepolisian. Masih menjadi perdebatan tentang batasan kewenangan masing-masing
Antara Dinas Perhubungan dengan Kepolisian, khususnya masalah aturan
perhububngan dan lalu lintas. Bahkan ada wacana yang timbul, bahwa pembuatan
SIM dilakukan oleh Dinas Perhubungan, bukan kepolisian lagi, meskipun hal ini
masih menjadi perdebatan.
2.2.4. Dinas Penanaman Modal
Masalah-masalah yang dihadapi oleh Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi adalah
sebagai berikut:
a. Masalah Investasi. Masih menjadi permasalahan seputar bagaimana menarik investasi
domestic dan investasi asing sehingga dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi di
Kota Cimahi. Rangsangan untuk menarik minat investasi asing masih belum optimal
digalakan sehingga jarang investor yang melirik untuk menanamkan modalnya di
Kota Cimahi.
b. Belum adanya kepastian hokum. Iklim usaha antar pelaku ekonomi akan dapat
berjalan dengan baik apabila terdapat kepastian hokum sehingga tercipta koperasi
yang sehat dalam pasar. Di Kota Cimahi, masih dirasakan kurang adanya kepastian
hokum dalam berusaha atau berbisnis sehingga pelaku ekonomi masih ragu-ragu
dalam menjalankan aktivitas bisnisnya.
c. Infrastruktur penanaman modal belum optimal. Hal ini dibutktikan dengan masih
kurang optimalnya pembangunan jalan, jembatan, pasar, dan prasarana pendukung
lainnya sehingga investor enggan untuk menanamkan modalnya di Kota Cimahi.
d. Seringnya unjuk rasa buruh. Banyaknya unjuk rasa yang dilakukan oleh kaum buruh
mengakibatkan mundurnya atau ragunya investor yang akan berinvestasi di Cimahi
karena dianggap situasi dan kondisi tidak kondusif untuk iklim usaha/investasi
sehingga akan mempengaruhi biaya produksi. Investor khawatir apabila tuntutan
buruh ini tidak padat dikendalikan maka akan berdampak buruk pada potensi usaha
yang ditanamkan oleh investor di wilayah Kota Cimahi.
e. Upah Minimum Kota (UMK) yang terlampau tinggi. UMK Kota Cimahi yang jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan kota-kota lain di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa
Timur mengakibatkan investor lebih melirik kota-kota lain tersebut dibandingkan
dengan Kota Cimahi.
f. Pelayanan perizinan perlu dioptimalkan. Walaupun proses perizinan sudah satu pintu
(PPTSP), namun masih ada investor yang harus bolak balik untuk mengurus investasi.
Hal ini memerlukan koodinasi yang sinergi antar dinas dan lembaga dalam
mekanisme perizinan di Kota Cimahi agar investor merasa lebih nyaman dalam
menanamkan modalnya ditempat lain. Akhirnya, karena proses berbelit-belit, mereka
enggan untuk berinvestasi dan kalaupun mau mereka menggunakan jasa perizinan
untuk menguruskan perizinannya.
g. Keamanan Investasi. Masih ada keraguan di benak investor tentang keamanan dalam
investasi. Masih perlu diupayakan untuk meningkatkan pelayanan keamanan
lingkungan yang kondusif oleh aparat keamanan dan masyarakat dalam menjaga
setiap pabrik, perusahaan dan asset investasi lainnya sehingga investor meresa betah
untuk berinvestasi di wilayah Kota Cimahi.
2.2.5. Dinas Lingkungan Hidup
Masalah-masalah yang dihadapi oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi adalah
sebagai berikut:
a. Masalah sampah. Di Kota Cimahi belum mempunyai Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) sehingga menyulitkan dalam pengelolaan masalah sampah mengingat sangat
terbatasnya lahan di Kota Cimahi. Permaalahan ini menjadi krusial dan mendesak
diselesaikan menyusul longsornya TPA Leuwi Gajah yang berakhir dengan
penutupan TPA tersebut.
b. Truk pengangkut sampah terbatas. Terbatasnya truk pengangkut sampah ini
menyeabkan keterlambatan dalam pengangkutan sampah dari rumah-rumah warga
maupun di tempat-tempat umum lainnya.
c. Limbah industry di Kota Cimahi, khususnya Cimahi Selatan, yang banyak pabriknya
timbul permasalah limbah industry dari pabrik ini tidak dikelola dengan baik sehingga
banyak yang dibuang ke sungai sehingga mencermarkan air sungai dan pada akhirnya
menyebabkan permasalah lingkungan.
d. Perilaku Masyarakat Terhadap Limbah Rumah Tangga. Masih banyak masayarakat
Kota Cimahi yang membuang sampah tidak pada tempatnya, seperti membuang
sampah di selokan, jalan, dan sawah, dan pekarangan. Perilaku masyarakat dalam
membuang sampah ini sangat merepotkan pemerintah Kota Cimahi.
2.2.6. Dinas Kesehatan
Masalah-masalah yang dihadapi oleh Dinas Kesehatan Kota Cimahi adalah sebagai
berikut:
a. Tenaga kesehatan yang masih kurang. Jumlah perawat dan dokter yang bergerak di
bidang kesehatan masih memerlukan penambahan, khususnya di puskesmas dan
posyandu.
b. Mahalnya biaya kesehatan. Masyarakat masih menilai bahwa biaya perawatan dan
pengobatan di rumah sakit umum di Kota Cimahi masih mahal, sedangkan
kemampuan ekonomi dan pendapatan perkapita masyarakat Kota Cimahi relative
rendah.
c. Fasilitas kesehatan masih kurung. Kualitas dan kuantitas fasilitas kesehatan di Kota
Cimahi masih perlu ditingkatkan. Posyandu dan Puskesmas kurang dilengkapi dengan
peralatan medis yang memadai sehingga berakibat pada kurang optimalnya pelayanan
kesehatan masyarakat di Kota Cimahi.
2.2.7. Dinas Tenaga Kerja, Kependudukan dan Catatan Sipil
Masalah-masalah yang dihadapi oleh Dinas Tenaga kerja Kependudukan dan Catatan
Sipil Kota Cimahi adalah sebagai berikut:
a. Tenaga Kerja Asing. Ijin mempekerjakan tenaga asing dan perpanjangannya menjadi
permasalahan yang cukup serius di Kota Cimahi. Saat ini, kewenangan untuk
memperpanjang ijin pekerja asing ada di propinsi, namun jika ada masalah terhadap
pekerja asing tersebut, maka pemerintah kota yang mengurusnya.
b. Upah Minimum Kota (UMK). Permasalahan UMK menjadi marak di Kota Cimahi
dengan adanya tuntutan dari kalangan buruh yang menginginkan UMK berdasarkan
hasil kajian tim yang mereka bentuk, walaupun sebenarnya sudah ada Dewan
Pengupahan yang memiliki kewenangan untuk merekomondasikan UMK.
c. Data base kependudukan. Dalam hal kependudukan, aturan berupa juklak dan
juknisnya belum ada atau belum diterbitkan dari pusat, sehingga daerah melakukan
keasi dan inovasi sendiri dalam hal pembuatan data base kependudukan.
d. Perubahan kebijakan dari Pusat mengenai laporan data kependudukan. Seringnya
terjadi perubahan kebijakan dari pusat, sehingga membingungkan daerah dalam
melaksanakan kebijakan adalah permasalahan yang dihadapi saat ini. Aturan yang
baru akan dilaksanakan, namun muncul aturan terbaru lagi yang harus dilaksanakan,
sehingga daerah mengalami kerepotan dalam menghadapi seringnya terbit aturan baru
dari Pusat tentang kependudukan.
e. Aturan yang ada di Kota Catatan Sipil. Berbagai aturan yang dijadikan sebagai
dasar/payung hukum dalam catatan sipil masih menggunakan aturan yang lama, yakni
pada jaman belanda.
f. Kualitas pelayanan public di bidang kependudukan. Permaalahan yang muncul adalah
perbedaan kualitas pelayanan public di Antara tiga kecamatan yang ada di Kota
Cimahi. Kecamatan Cimahi Utara dan kecamatan Cimahi Tengah tergolong baik
pelayanannya. Sama halnya dengan kualitas pelayanan kependudukan di kelurahan.
Kelurahan Cibabat, Citeureup, Baros, Cibeureum dan Padasuka tergolong baik
pelayanannya. Sedangkan kelurahan Leuwigajah tergolong kurang baik,
2.2.8. Dinas Pendidikan
Masalah-masalah yang dihadapi oleh Dinas Pendidikan Kota Cimahi adalah sebagai
berikut:
a. Sarana dan prasarana pendidikan. Hamper di setiap sekolah mulai dari tingkat
Sekolah Dasar sampai dengan tingkat SLTA masih belum memadai sarana dan
prasarana pendidikannya. Mulai dari ruang kelas, meja, kursi dan papan tulis untuk
pendukung pendidikan dalam kondisi yang tidak layak untuk dipakai.
b. Staf pengajar masih banyak yang belum berstatifikasi. Sebagian besar tenaga pengajar
masih belum memenuhi standar kualifikasi akademik, baik dalam hal pendidikan
maupun sertifikasi. Masih banyak huru yang tingkat pendidikannya di S1 dan belum
memiliki sertifikat Akta 4 ditambah lagi, dengan adanya realitas masih banyaknya staf
pengajar yang belum sesuai dengan latar belakang pendidikannya.
c. Tenaga kerja kontrak. Masih banyak tenaga kerja kontrak, baik bagi staf pengajar
maupun urusan tata usahanya di lembaga pendidikan mulai tingkat SD sampai dengan
SLTA. Padahal, rata-rata mereka sudah bekerja dan mengabdi guru lebih dari 10
tahun sehingga sangat berpengalaman dalam dunia pendidikan dan pengajaran tapi
belum diangkat menjadi pegawai penuh. Oleh karena itu, muncul tuntutan agar
supaya mereka diangkat menjadi guru tetap.
d. Kesejahteraan guru. Banyaknya desakan dari guru untuk ditingkatkan
kesejahteraannya mengingat pendapatan mereka yang relative kecil sementara
kebutuhan hidup semakin membesar. Pendapatan guru yang kecil mengakibatkan
banyak guru mencari pekerjaan sampingan dengan berjualan, berbisnis, dan bekerja
sampingan lainnya.
2.2.9. Dinas Pendapatan
Masalah-masalah yang dihadapi oleh Dinas pendapatan Daerah Kota Cimahi adalah
sebagai berikut:
a. Intervensi kewenangan dari pusat. Kewenangan yang diberikan kepada daerah belum
sepenuhnya, artinya masih ada campur tangan atau intervensi pemerintah pusat,
khususnya dalam pengaturan pajak yang potensinya sangat besar misalnya BBNKM,
PBB, ABT. Intervensi dari pusat ini membuat daerah tidak bebas dan mandiri dalam
melakukan inovasi dan kreasi pengelolaan pendapatan daerah.
b. Masalah pertanahan. Sertifikat tanah merujuk kepada keputusan tingkat pusat,
sementara lokasi tanah tersebut berada di daerah Kota Cimahi sehingga untuk
mengambil potensi dari tanah tersebut sangat sulit, mengingat kewenangan yang
bukan dari daerah.
c. Pergantian kebijakan keuangan. Sering adanya pergantian peraturan tentang
pengelolaan keuangan daerah yang diterbitkan oleh pemerintah pusat telah
mempengaruhi terhadap system pendapatan daerah. Daerah dibuat kebingungan untuk
memahami dan melaksanakan aturan keuangan yang berganti-ganti tersebut.
d. Tumpang tindik kewenangan. Masih sering terjadi tumpang tindih kewenangan antar
SKPD yang memiliki kewenangan untuk memungut pendapatan daerah akibat dari
aturan yang tidak tegas mengatur lembaga yang sah untuk memungut pendapatan
daerah.
e. Peningkatan PAD. Di dalam penggalian potensi yang dapat dijadikan pendapatan bagi
daerah dirasakan belum dapat dilaksanakan secara optimal mengingat dasar hokum
untuk memungut belum lengkap dimiliki oleh Kota Cimahi, misalnya Perda Perizinan
masih merujuk kepada Kabupaten bandung, sementara di kabupaten Bandung sendiri
sudah mempunyai Perda yang baru, artinya sudah tidak relevan lagi dengan Kota
Cimahi.
f. Tingkat kesejahteraan. Karyawan Dipenda perlu diperhatikan untuk memotivasi staf
untuk dapat bekerja lebih optimal. Selama ini dirasakan kesejahteraan mereka masih
jauh dibandingkan dengan tantangan dan tuntutan tugas yang diemban.
g. Sarana dan prasarana. Sarana pendukung yang ada di Dipenda masih minim atau
terbatas. Hal ini perlu ditingkatkan karena Dipenda merupakan lembaga teknis
strategis yang langsung berhubungan dengan masyarakat sehingga perlu ditingkatkan.
2.2.10. Badan Perencanaan Daerah
Masalah-masalah yang dihadapi oleh Badan Perencanaan Daerah Kota Cimahi adalah
sebagai berikut:
a. Kebijakan pusat. Tidak adanya keajegan dalam kebijakan dari pemerintah pusat
sehingga membuat daerah kebingungan dalam membuat perencanaan daerah.
b. Lemahnya koordinasi. Masih dirasakan adanya kelemahan dalam koordinasi antar
unit kerja di Bapeda Kota Cimahi sehingga seringkali menimbulkan mispersepsi dan
misunderstanding dalam pelaksanaan program/kegiatan.
2.2.11. Badan Pengawasan Daerah
Masalah-masalah yang dihadapi oleh Badan Pengawasan Daerah Kota Cimahi dalah
sebagai berikut:
a. Rapat koordinasi. Belum optimlanya rapat koordinasi pengawasan dengan propinsi,
dirjen, dan depdagri membuat pelaksanaan pengawasan masih kurang maksimal.
Padahal, rapat koordinasi sangat penting untuk menyatukan pendapat dan pemahaman
khususnya terhadap proses dan mekanisme pengawasan internal.
b. Kurangnya SDM yang berkualitas. Masih dirasakan bahwa SDM di badan ini kurang
berkualitas untuk menangani permasalahan pengawasan keuangan daerah setiap
tahunya. Masih diperlukan SDM yang kompeten dan memiliki latar belakang
pengawsan serta memahami seluk beluk pengawasan keuangan pemerintahan daerah
sehingga menunjang kinerja badan ini.
2.2.12. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana
Masalah-masalah yang dihadapi oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga
Berencana Kota Cimahi adalah sebagai berikut:
a. Badan urusan. Badan ini menangani 26 masalah social dengan penyandang masalah
social sebanyak 35.000 jiwa dan penduduk dikategorikan miskin sebanyak 20.000
KK, yang terebar di seluruh wilayah Kota Cimahi.
b. Personil yang terbatas, beban kerja dan urusan yang besar dibarengi dengan adanya
personil yang kurang berkualitas sehingga penanganan masalah urusan yang ditangani
badan ini mencapai kurang optimal.
2.2.13. Badan Kesatuan Bangsa
Masalah-masalah yang dihadapi oleh Badan kesatuan Bangsa Kota Cimahi adalah
sebagai berikut:
a. Pembinaan masyarakat. Masalah pembinaan terdahap masyarakat masih perlu
ditingkatkan mengingat banyaknya kejadian di masyarakat yang memerlukan
pembinaan, khususnya masalah kenakalan anak muda, narkoba dan permasalahan
masyarakat lainnya.
b. Pembinaan Ormas dan LSM. Masih dirasakan kurang optimalnya pembinaan terhadap
Ormas dan LSM. Hal ini disebabkan karena masih banyak LSM yang hanya papan
nama saja sehingga sulit untuk dideteksi dan diinventarisir untuk dibina oleh dan ini.
2.2.14. Kantor Kepegawaian Daerah
Masalah-masalah yang dihadapi oleh Kantor Kepegawaian Daerah Kota Cimahi
adalah sebagai berikut:
a. Perlunya ada standar kompetensi jabatan. Standar kompetensi jabatan diperlukan
untuk menempatkan seseorang dalam jabatan-jabatan tertentu sesuai dengan
kemampuan, ketrampilan, dan keahlian yang dimiliki.
b. Belum optimalnya pelatihan pegawai. Masih dirasakan kurang optimalnya pelatihan
pegawai yang selama ini dilakukan sehingga diperlukan sebuah model pelatihan yang
tidak menjemukan sehingga merangsang tumbuhnya kemampuan pegawai dalam
bekerja secara tim/kolektif dilandasi dengan semangat dan nilai moral yang kuat.
2.2.15. Kantor Data, Informasi dan Komunikasi
Masalah-masalah yang dihadapi oleh Kantor Data, Informasi dan Komunikasi Kota
Cimahi adalah sebagai berikut:
a. Penataan arsip masih manual. Proses penataan dan penyimpanan arsip di Kota Cimahi
masih bersifat manual sehingga sangat tidak praktis dan tidak efisien.
b. Tidak punya depa Arsip. Kota Cimahi belum memiliki depo arsip sehingga
menyulitkan dalam penataan dan penyimpanan arsip.
c. Belum ada perpustakaan Kota. Kota Cimahi belum memiliki Perpustakaan Daerah
sehingga pelayanan informasi kepada masyarakat terhadap pelayanan perpustakaan
dirasakan belum maksimal.
d. Website masih perlu ditingkatkan kemampuannya dan kapasitasnya. Jaringan dan
system website di Kota Cimahi masih perlu ditingkatkan kemampuan, kapasitas dan
pemutakhiran data sehingga dapat diakses dengan mudah oleh para pengguna yang
ingin mengetahui tentang perkembangan terkini seputar masalah yang ada di Kota
Cimahi.
BAB III
ARAH KEBIJAKAN KELEMBAGAAN PERANGKAT DAERAH
3.1. Visi dan Misi
Kota Cimahi pada masa mendatang diharapkan menjadi kota yang maju, melalui
pemanfaatan semua potensi daerah yang memberikan kontribusi bagi kehidupan masyarakat,
sehingga terwujud suatu kota mandiri.
Untuk menjadikan Kota Cimahi sebagai kota mandiri yang mampu memanfaatkan
segenap potensinya, ditetapkan Visi: “Kota Cimahi yang Maju, Berbudaya, Mandiri,
Sejahtera, dan Agamis”.
Sebagai tindak lanjut dari peernyataan visi yang telah ada, maka ditetapkan misi yang
harus diemban sebagai berikut:
a. Mewujudkan pemerintahan yang tanggap terhadap tuntutan dan kebutuhan
masyarakat serta laju perkembangan pembangunan.
b. Mewujudkan pemerintahan yang bersih, berwibawa, bertanggungjawab dan
beorientasi kepada kepentingan masyarakat serta mampu meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan.
c. Menjadikan Kota Cimahi sebagai kota yang cerdas (intelligent city).
d. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman politik, hokum dan hak azasi manusia
seluruh masyarakat.
e. Membangun Kota Cimahi dengan memanfaatkan potensi sumber daya secara
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sehingga menjadi daerah yang menarik
untuk berusaha dan berinvestasi.
f. Menumbuhkembangkan perekonomian yang memiliki daya saing dengan berbasis
sumber daya local dan pemberdayaan masyarakat.
g. Membangun Kota Cimahi sesuai dengan tata ruang yang berwawasan lingkungan.
h. Meningkatkan pengamalan ajaran agama guna mengkokohkan jati diri dalam
menangkal penyakit masyarakat serta terciptanya rasa persaudaraan dan
keharmonisan antar umat beragama.
i. Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai budaya daerah sehingga
menjadi kekayaan daerah yang terpelihara dan potensial untuk pembangunan.
j. Mewujudkan warga kota yang santun, ramah, saling menghargai dan memahami
berbagai latar belakang yang ada sehingga tercipta suasana yang harmonis dalam
berbagai aspek kehidupan bermasyarakat.
1. Tujuan dan Sasaran
Misi I:
Mewujudkan pemerintahan yang tanggap terhadap tuntutan dan kebutuhan masyarakat
serta laju perkembangan pembangunan
Tujuan:
Terwujudnya pemerintahan yang lebih memahami dinamika masyarakat, peduli terhadap
kebutuhan, tuntutan dan keluhan masyarakat, serta mampu menyesuaikan terhadap
tuntutan dan perubahan pembangunan.
Sasaran:
- Terlaksananya kebijakan public yang transparan, memiliki kepastian, konsisten dan
konsekuen serta mengahulukan kepentingan masyarakat daripada kepentingan pribadi
atau golongan dalam sluruh tatanan perilaku politik dan pengambilan keputusan.
- Berfungsina struktur organisasi dan Tata Kerja Pemerintah sesuai dengan tuntutan
masyarakat dan perubahan pembangunan.
- Terciptanya sinergi yang dinamis Antara unsur pemerintahan dan masyarakat dalam
pembangunan.
Misi 2:
Mewujudkan pemerintahan yang bersih, brwibawa, bertanggungjawab dan berorientasi
kepada kepentingan masyarakat serta mampu meningkatkan partisipasi masyaakat dalam
pembangunan.
Tujuan:
Terciptanya transparansi kebijakan pemerintah dalam perencanaan, pelaksanaan maupun
evaluasi pembangunan.
- Pulihnya kepercayaan dan dukungan masyarakat terhadap setiap kebijaksanaan
pemerintah serta ikut bertanggungjawab terhadap hasil-hasil pembangunan.
Sasaran:
- Meningkatnya disiplin, moral, etika aparatur pemerintah
- Meningkatnya pengawasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah
- Meningkatnya dukungan masyarakat terhadap semua pelaksanaan program
pembangunan
- Terlaksananya program pembangunan yang berpihak kepada kepentingan masyarakat.
Misi 3:
Menjadikan Kota Cimahi sebagai kota yang cerdas (intelligent city)
Tujuan:
Meningkatnya mutu sumber daya manusia agar mampu menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam mendukung pembangunan.
Sasaran:
- Terwujudnya kesempatan dan pemerataan untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu
- Terciptanya masyarakat yang mampu menghadapi berbagai tantangan dan perubahan
pembangunan
Misi 4:
Meningkatkan kesadaran dan pemahaman politik, hokum dan hak azasi manusia seluruh
masyarakat.
Tujuan:
Meningkatnya kehidupan demokrasi politik dan budaya hokum masyarakat.
Sasaran:
Terwujudnya warga kota yang memahami kehidupan politik dan budaya hokum dalam
kehidupan bermasayrakat.
Misi 5:
Membangun Kota Cimahi dengan memanfaatkan potensi sumber daya secara
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sehingga menjadi daerah yang menarik untuk
berusaha dan berinvestasi.
Tujuan:
Terwujudnya pelaksanaan pembangunan yang berwawasan lingkungan, melalui
optimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya yang tersedia.
Sasaran:
- Terlaksanakan pembangunan memiliki daya guna dan hasil guna bagi kepentingan
masyarakat
- Tergalinya potensi sumber daya yang tersedia untuk pelaksanaan pembangunan yang
berkelanjutan
Misi 6:
Menumbuhkembangkan perekonomian yang memiliki daya saing dengan berbasis sumber
daya local dan pemberdayaan masyarakat.
Tujuan:
- Terwujudnya system perekonomian yang bertumpu pada pemberdayaan masyarakat
- Terciptanya iklim usaha yang sehat sehingga tumbuh dan berkembang kreativitas dan
produktivitas masyrakat
Sasaran:
- Meningkatnya kehidupan ekonomi di Kota Cimahi
- Meningkatnya kerjasama dan kemitraan antar pengusaha kecil, menengah, koperasi
dan pengusaha besar
- Terciptanya kesempatan berusaha bagi masyarakat
Misi 7:
Membangun Kota Cimahi sesuai dengan tata ruang yang berwawasan lingkungan
Tujuan:
Terlaksananya pembangunan kota yang berkelanjutan dengan memperhatikan tata ruang
dan keseimbangan lingkungan
Sasaran:
- Warga kota memahami fungsi dan tata kota
- Meningkatnya kesaaran dan peran serta masyarakat untuk menjaga keseimbangan
lingkungan sesuai dengan tata ruang kota
- Terjadinya keseimbangan Antara pembangunan dengan kelestarian sumber daya alam
dan lingkungan
Misi 8:
Meningkatkan pengamalan ajaran agama guna mengkokohkan jati diri dalam menangkal
penyakit masyarakat serta terciptanya rasa persaudaraan dan keharmonisan antar umat
beragama
Tujuan:
Terwujudnya warga kota yang agamis, berakhlak mulia, saling menghormati dan
menghargai inter dan antar umat beragama serta peduli terhadap lingkungan social.
Sasaran:
- Meningkatnya kehidupan beragama dan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan
bermasyarakat
- Meningkatnya kerukunan hidup inter dan antar umat beragama
Misi 9:
Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai budaya daerah sehingga menjadi
kekayaan daerah yang terpelihara dan potensial untuk pembangunan
Tujuan:
Meningkatnya kesadaran dan peran serta masyrakat dalam melestarikan budaya daerah.
Sasaran:
- Meningkatnya mutu apresiasi masyarakat terhadap pelestarian budaya daerah dan
nilai-nilai tradisional
- Tumbuh dan berkembangnya daya kreasi dan inovasi nilai-nilai positif dari budaya
yang ada dalam masyarakat.
Misi 10:
Mewujudkan warga kota yang santun, ramah, saling menghargai dan memahami berbagai
latar belakang yang ada sehingga tercipta suasana yang harmonis dalam berbagai aspek
kehidupan bermasyarakat.
Tujuan:
Mewujudkan masyarakat Kota Cimahi yang menjunjung tinggi etika moral dan norma
social dalam kehidupan bermasyarakat
Sasaran:
Terwujudnya kehidupan masyarakat yang harmonis dan dinamis
2. Skala Prioritas
Kebijakan pembangunan Kota Cimahi dicerminkan melalui trilogy pembangunan yang
mencakup: (a) Optimalisasi peningkatan Pendapatan Asli Daerah; (b) Pemerataan hasil
pembangunan; (c) Pembangunan untuk menciptakan masyarakat madani.
Kebijakan pembangunan yang dijadikan prioritas pembangunan daerah, diarahkan paa
pembangunan prasarana dan sarana dasar berikut penyediaan perangkatnya untuk
menjamin kesinambungan pembangunan, yaitu:
a. Meningkatkan dan memperbaiki praarana transportasi
b. Meningkatnya kehidupan ekonomi masyarakat
c. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat
d. Meningkatkan derajat pendidikan masyarakat
e. Menyiapkan pranata pendukung pembangunan
f. Mengatasi masalah kependudukan dan tenaga kerja
3.2. Kebijakan Kelembagaan Perangkat Daerah
Arah kebijakan pembangunan Kota Cimahi difokuskan pada pelayanan masyarakat,
kesejahteraan masyarakat dan pembangunan ekonomi masyrakat, dengan rinciannya
diuraikan sebagai berikut:
1. Meningkatnya penyediaan sarana prasarana perkotaan dan mendukung aktivitas
perekonomian daerah dan kehidupan masyarakat;
2. Meningkatkan penataan ruang melalui pengendalian penggunaan kawasan perkotaan
sesuai dengan kondisi dan peruntukannya;
3. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan melalui
pengembangan budaya sehata dan gerakan hidup sehat;
4. Meningkatnya ketahanan keluarga, pemberdayaan perempuan serta mutu hidup
perempuan dalam pembangunan dan kehidupan social;
5. Meningkatnya kesehatan dan kesegaran jasmani masyarakat sekaligus meningkatkan
prestasi oleh raga daerah;
6. Meningkatkan mutu sumber daya manusia dan masyarakat melalalui pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan yang layak dan bermutu;
7. Meningkatkan mutu sumber daya manusia melalui proses tranformasi ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam pelaksanaan pembangunan;
8. Meningkatkatn pelestarian nilai-nilai luhur budaya daerah serta memperkaya
khasanah budaya daerah;
9. Meningkatkan pengembangan agribisnis perkotaan untuk meningkatkan ketahan dan
keamanan pangan masyarakat;
10. Meningkatkan penataan system transportasi serta pengembangan sarana prasarana
transportasi perkotaan;
11. Meningkatkan kemitraan antar industry kecil dan menengah yang dikelola masyarakat
dengan industry skala besar;
12. Meningkatkan kreativitas serta peran serta pemuda dan generasi muda dalam
pembangunan dan pengembangan perkeonomian daerah;
13. Mengembangkan lembaga perdagangan untuk memberikan peluang investasi dan
mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah;
14. Meningkatkan jumlah, nilai dan mutu penanaman modal asing dan modal dalam
negeri untuk pengembangan eknomi daerah;
15. Meningkatkan keseimbangan dan kelestarian fungsi sumber daya alam dan
lingkungan hidup untuk menjamin pembangunan perkotaan berkelanjutan;
16. Meningkatkan penataan hak dan status hokum atas penguasaan, pemilikann dan
pengelolaan tanah sesuai dengan kondisi dan potensi wilayah;
17. Meningkatkan peran serta dan fungsi koperasi sebagai lembaga perekonomian
masyarakat dalam mengatasi dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan;
18. Meningkatkan penangan tenaga kerja, pengendalian dan pengawasan penduduk
musiman serta penanganan korban PHK;
19. Mengembangkan kehidupan politik yang demokratis dengan tatanan yang mantap
untuk melindungi kepentingan masyarakat;
20. Mewujudkan tatanan pemerintahan yang mantap (good govermance) didukung
dengan kelmbagaan dan system pemerintah yang dinamis;
21. Mewujudkan apratur pemerintah yangterampil, disiplin, berwibawa dan
bertanggungjawab serta berorientasi kepada kepentingan masyarakat;
22. Meningkatkan kewirausahaan pemerintah (reinventing government) dalam rangka
menggali potensi dan sumber keuangan daerah;
23. Memantapkan desentralisasi keuangan daerah melalui penataan system administrasi
dan pengelolaan keuangan daerah;
24. Mengendaliakan pertumbuhan penduduk, pemerataan penyebaran penduduk dan
memantapkan administrasi kependudukan;
25. Meningkatkan penegakan supremasi hokum dan perlindungan hak azasi manusia serta
kemampuan memantapkan ketertiban;
26. Menumbuhkan budaya oleh raga masyarakat serta meningkatkan prestasi olah raga
dan kompanye semangat berolah raga;
27. Meningkatkan mutu system informasi dan komunikasi melalui penguasaan dan
penerapan teknologi informasi dan komunikasi;
28. Meningkatkan kepedulian masyarakat dan penerapan norma social dan kehidupan
kemasyarakatan;
29. Meningkatkan kerukunan antar umat beragama melalui pengembangan kehidupan
beragama, peningkatan mutu keimanan dan ketaqwaan serta pemahaman dan
pengamalannya dalam kehidupan masyarakat;
30. Meningkatkan pelayanan jasa dan kepariwisatan daerah melalui pendekatan system
yang utuh, terpadu partisipatif serta bersifat ekonomis;
31. Meningkatkan penguasaan, pengembangan dan pemanfaatan ilmu dan teknologi
melalui pengembangan riset dan teknologi untuk menunjang pembangunan.
3.3. Landasan Teori Penataan Kelembagaan Perangkat Daerah
Suatu batasan dari suatu organisasi yang mutakhir ilah suatu proses yang terorganisis
dimana individu saling mempengaruhi untuk berbagai tujuannya.
Luasnya organisasi memberikan banyak peluang untuk organisasi yang akan dikaji
dan metode ilmiah yang akan dipakai. Selain itu, system nilai dari para praktisi itu berbeda-
beda, sehingga penentuan lembaga Perangkat Daerah yang relevan mungkin sangat berbeda-
besa pula. Organisasi makin lama makin kompleks. Trend ini mulai dengan evolusi
organisme, dimana manusia adalah contoh yang paling kompleks. Hal ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Haskins (dalam kast dan James E. Ronz, 1995) yang menggambarkan
fenomena ini dengan mengatakan bahwa:
Riset paleontologis telah menghasilkan bukti yang dramatis bahwa dalam evolusi
mahluk hidup, terdaat trend luas yang tak pelak lagi, yaitu dari sederhana ke
kompleks. Baik varitas kehidupan di bumi, maupun seluk beluk organisasinya,
menderminkan dan mengukuhkan trend ini.
Unsur esensial dalam trend ini adalah spesialisasi yang memungkinkan organisasi
membagi pekerjaan dalam melaksanakan masing-masing tugas sub-bagian secara lebih
efektif dan efisien. Trend ke arah bertambah besarnya organisasi tidak mungkin berkurang.
Penduduk terus bertambah. Jadi dengan jumlah penduduk saja sudah akan menimbulkan
lingkungan yang kompleks bagi masyarakat dan sub-unit-unitnya.
Struktur organisasi merupakan perangkat para pimpinan utama (top managers) dalam
menjalankan roda organisasi sesuai dengan strategi yang telah ditetapkan. Setajam apapun
visi, sistematis apapun misi dan sehebat apa pun strategi suatu organisasi tidak akan pernah
terlaksana dengan efektif tanpa adanya struktur organisasi.
Pemerintah Kabupaten Cimahi sebagai organisasi public yang bertujuan memberikan
pelayanan prima kepada masyarakat, memiliki visi, misi dan strategi yang tertuang dalam
Renstra Kota Cimahi. Untuk menjalankan renstra tersebut, Pemerintah Kota Cimahi memiliki
perangkat daerah dengan struktur organisasi masing-masing dan terpadu dalam rangka
melayani masyarakat secara optimal.
Sehubungan dengan diberlakukannya peraturan baru mengenai perangkat daerah,
yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi
Perangkat Daerah, Pemerintah Kota Cimahi membuat rancangan struktur organisasi
perangkat daerah disesuaikan dengan peraturan terbaru tersebut.
Dalam rangka menjamin efektivitas organisasi, maka akan dilakukan suatu analisis
terhadap struktur organisasi perangkat daerah Pemerintah Kota Cimahi. Analisis dilakukan
dengan menggunakan standar acuan teori dari para ahli organisasi dan sumber daya manusia
yang berkaitan dengan efektivitas struktur dan juga mengacu pada Peraturan Pemerintah
Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah.
3.3.1. Strategi
Apakah Struktur Organisasi Pemerintah Kota Cimahi telah susuai dengan Restra Kota
Cimahi?
Struktur merupakan cara untuk membantu manajemen mencapai sasaran yang
ditetapkan sebelumnya. Karena sasaran diturunkan dari strategi organisasi, maka logikanya
strategi dan struktur itu erat berhubungan. Jadi secara spesifik, struktur hendaknya mengikuti
strategi (Robbins: 2001) Jika manajemen membuat suatu perubahan yang penting dalam
suatu organisasi, maka struktur perlu dimodifikasi untuk mendukung perubahan tersebut.
Bila melihat Renstra Kota Cimahi, secara keseluruhan bagan struktur organisasi
keseluruhan struktur yang dirancang menuju kea rah pencapaian tujuan Kota Cimahi. Namun
demikian ada beberapa catatan yang perlu disempurnakan dalam merancang struktur
organisasi tersebut.
3.3.2. Birokrasi Profesional
Pada bagian ini akan diulas mengenai tingkat profesionalisme Pemerintah Kota
Cimahi. Apakah birokrasi menjadi alat bantu menuju pelayanan prima atau justru
menghambat (birokratis).
Dewasa ini muncul suatu konsep structural baru yang meberikan kesempatan kepada
organisasi untuk mempekerjakan para ahli/spesialis yang sangat terlatih bagi organisasi core-
nya, sambil tetap memperoleh efisiensi dan standarisasi. Konfigurasi tersebut disebut
birokrasi professional (Robbins) 1994).
Kekuatan birokasi professional adalah dapat mengerjakan tugas yang terspesialisasi,
yaitu mebutuhkan keterampilan professional yang sangat terlatih. Dalam hubungannya
dengan pengendalian kekuasaan, birokrasi professional membutuhkan manajemen puncak
untuk melepaskan tingkat control yang cukup banyak.
Secara garis besar operating core struktur organisasi perangkat daerah Kota Cimahi
didukung oleh para ahli dalam rumpun fungsional sesuai dengan kompetensinya. Asalkan
Pemerintah Kota Cimahi dapat menyusun tata kerja dan melakukan staffing secara
professional maka suatu system birokrasi professional menuju masyarakat Cimahi yang
sejahtera akan tercapai. Mintzberg, (dalam Walker: 1992) mengatakan bahwa:
The “right” organization structure is the one that best fits the needs of a situastions
and that has, at the same time, a sence of internal balance and order. It is not enough
to be an ad hoc organization, adaptive to significant external forces. It is also
necessary to maintain a degree of consistency within the organization, an integration
of the various functions and processes that allow people to know how ti act.
Berdasarkan pendapat tersebut muncul pertanyaa, apakah Struktur Organisasi
perangkat Daerah Kota Cimahi cock dengan situasi yang dibutuhkan, adaptif dengan
lingkungan yang mempengaruhi, memiliki derajat konsistensi tertentu, memiliki integrasi
Antara fungsi yang satu dengan fungsi lainnya dan memberi penjelasan kepada orang-orang
bagaimana cara bertindak melaksanakan pekerjaan?
Untuk menganalisis struktur organisasi Pemerintah Kota Cimahi, menggunakan
pendekatan dari teori yang dikemukakan oleh Robbins. Suatu struktur organisasi menetapkan
cara tugas pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan dikoordinasi secara formal. Robbins
(2001:132) mengatakan adanya enam unsur kunci yang perlu diperhatikan dalam merancang
struktur organisasi. Keenam unsur kunci tersebut adalah:
1. Spesialisasi pekerjaan
2. Departementalisasi
3. Rantai komando
4. Rentang kendali
5. Sentralisasi dan desentralisasi
6. Formalisasi
3.3.2.1. Spesialisasi Pekerjaan
Spesialisasi pekerjaan merupakan suatu tingkat dimana tugas dalam organisasi dibagi-
bagi menjadi pekerjaan yang terpisah-pisah. Paling tidak ada enam pertanyaan utama dalam
merancang struktur organisasi yaitu:
1. Sampai tingkat manakah tugas-tugas dibagi ke dalam pekerjaan-pekerjaan tertentu?
2. Atas dasar apakah pekerjaan-pekerjaan akan dikelompokkan?
3. Kepada siapakah individu dan kelompok melapor?
4. Berapa jumlah invidu sebenarnya yang dapat diarahkan oleh seorang atasa/manajen
secara efektif dan efisien?
5. Dimana letak wewenang pengambilan keputusan?
6. Sampai tingkat manakah ada peraturan untuk mengarahkan pegawai dan atasan?
Secara garis besar pernyataan tersebut berkaitan dengan kesesuaian pekerjaan dengan
kemampuan pegawai. Dewasa ini konsep tersebut dikenal dengan istilah kompetensi. Dalam
hal ini, Spencer (1993) mengatakan bahwa:
“A competency is an underlying characteristif of an individual that is causally related
to criterion-referenced effective and/or superior performance in a job or situation”.
Struktur organisasi Perangkat Daerah Kota Cimahi bila dilihat dari bagan, sudah
menunjukkan pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan keahlian tertentu. Untuk lebih
jelasnya mengenai tingkat kesesuaiab pekerjaan dengan kemampuan sumber daya yang
dimiliki, maka perlu dituangkan dalam SOTK secara lebih detail yang menyangkut tata kerja
dan deskripsi pekerjaan secara spesifik.
3.3.2.2. Departementalisasi
Departementalisasi merupakan dasar yang dipakai untuk mengelompokkan pekerjaan.
Dasar pengelompokkan pekerjaan dapat dilakukan sesuai kebutuhan, misalnya berdasarkan
fungsi pekerjaan, produk yang dihasilkan, wilayah atau geografi dan sebagainya.
Departementalisasi yang dilakukan Pemerintah Kota Cimahi disesuaikan dengan
kebutuhan pekerjaan dan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
perangkat Daerah. Besaran organisasi mengenai jumlah bagian, seksi dan urusan juga
mengacu pada prinsip efektivitas organisasi dan legalitas.
3.3.2.3. Rantai Komando
Garis tidak putus dari wewenang yang terentang dari puncak organisasi ke eselon
yang terbawah dan memperjelas setiap melapor ke siapa merupakan rantai komando. Dalam
menyusun struktur organisasi juga sangat krusial menjelaskan wewenang dan menganut
prinsip kesatuan perintah.
Wewenang merupakan hak-hak yang inheren dalam suatu posisi manajerial untuk
memberikan perintah dan mengharapkan dipatuhinya bawahan hanya mempunyai seorang
atas kepada siapa ia bertanggungjawab secara langsung.
Garis komando dan wewenang dari setiap bagan struktur organisasi perangkat daerah
Pemerintah Kota Cimahi sudah sesuai dengan prinsip rantai komando ini. Tidak terdapat
adanya tumpang tindih wewenang dan tanggung jawab. Hal ini menunjukkan prinsip
kesatuan perintah sudah tergambar secara keseluruhan pada keseluruhan struktur organisasi
perangkat daerah.
Dewasa ini konsep rentang kendali, kesatuan perintah, diiringi dengan perubahan
paandangan seiring dinamika lingkungan yang menyebabkan dinamika organisasi yang
menuntut adanya hubungan yang fleksibel Antara satu bagian dengan bagian lainnya.
Fleksibilitas pencapaian tujuan yang lebih efektif.
Untuk mendinamisir aktivitas organisasi diperlukan semcam garis koordinasi antar bagian
sesuai dengan fungsi dan kebutuhan pekerjaan.
Garis koordinasi Antara batian tidak tampak dalam bagian struktur organisasi perangkat
daerah Kota Cimahi. Pun demikian hubungan koordinasi dapat dituangkan dalam tata kerja
secara lebih spesifik walaupun tidak tergambar secara eksplisit pada bagan struktur
organisasi.
3.3.2.4. Rentang Kendali
Seberapa banyak bawahan dapat diarahkan secara efektif dan efisien oleh seorang
atasan? Pertanyaan ini penting, karena sangat menentukan banyaknya tingkatan dan
banyaknya atasan/manajer yang harus dimiliki oleh suatu organisasi. Makin luas atau besar
rentang itu, makin efisien organisasi tersebut.
Dari bagan struktur organisasi perangkat daerah Kota Cimahi sebagian besar masih
Nampak kurang luas, artinya kepala bagian hanya memimpin 3 (tiga) sampai 4 (empat)
Subbag. Hal ini membuat beberapa struktur Nampak tinggi (tall). Dengan kajian kebutuhan
dan penelitian lebih lanjut apabila dimungkinkan sebaiknya rentang kendali diperluas dalam
rangka efisiensi organisasi.
3.3.2.5. Sentralisasi dan Desentralisasi
Sentralisasi menunjukkan sampai tingkat mana pengambilan keputusan dipusatkan
pada suatu titik tunggal dalam organisasi. Sedangkan desentralisasi menunjukkan kekuasan
keputusan dialihkan ke bawah atau ke tingkat yang lebih rendah (Robbins: 2001).
Dalam suatu organisasi yang terdesentralisasikan, tindakan dapat diambil lebih cepat untuk
memecahkan masalah, lebih banyak orang memberikan masukan ke dalam keputusan, dan
makin kecil kemungkinan para bawahan merasa disingkirkan dari para pengambil keputusan
yang menyangkut kehidupan kerja mereka.
Bagan struktur organisasi tidak dapat menggambarkan tingkat sentralisasi dan
desentralisasi pada struktur organisasi Pemerintah Kota Cimahi. Untuk lebih mengetahuinya,
diperlukan kajian lebih jauh terhadap pembagian kerja dan pedendelegasian wewenang pada
tata kerja secara menyeluruh.
3.3.2.6. Formalisasi
Formalisasi merupakan suatu tingkat dimana pekerjaan-pekerjaan dibakukan. Jika
suatu pekerjaan sangat diformalkan, maka pelaksanaan pekerjaan memiliki keuantitas
keleluasan yang terbatas, kepan harus dikerjakan dan bagaimana pekerjaan tersebut harus
dilakukan.
Rigid atau tidaknya pelaksanaan pekerjaan, system pelaporan dan koordinasi Struktur
Organisasi Pemerintah Kota Cimahi dapat dilihat dari tata kerja pada SOTK secara
keseluruhan.
3.4. Metode Penataan Kelembagaan Perangkat Daerah
Metode yang digunakan dalam penataan Kelembagaan Perangkat Daerah Kota
Cimahi menggunakan ketentuan yang dikemukakan di dalam Peraturan Pemerintah Nomor
41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, yaitu sebagai berikut:
PENETAPAN KRITERIA PERANGKAT DAERAH
NO. VARIABEL KELAS INTERVAL NILAI
1. Jumlah Penduduk (jiwa) untuk Pulau
Jawa dan Madura
< 100.000
100.001 – 200.000
200.001 – 300.000
300.001 – 400.000
> 400.000
8
16
24
32
40*
2. Luas Wilayah (KM2) untuk Kota di
Pulau Jawa Madura
< 50.000
51 – 100
101 – 150
151– 200
< 200
7*
14
21
28
35
3. Jumlah APBD < 200 M
200.1 – 400 M
400.1 – 600 M
600.1 – 800 M
> 800 M
5
10
15
20
25
Total Junlah 62
Keterangan:
1. Jumlah Penduduk : 506.873 Jiwa
2. Luas Wilayah : 40,257 Km2
3. Jumlah APBD : 440 M
Dengan demikian, berdasarkan ketentuan tersebut, Organisasi Perangkat Daerah Kota
Cimahi adalah sebagai berikut:
Besaran Organisasi dengan Nilai 40-70, terdiri dari:
- Sekretariat daerah terdiri dari paling banyak 3 asisten;
- Sekretariat DPRD
- Dinas paling banyak 10 (sepuluh)
- Kecamatan dan
- Kelurahan
BAB V
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
1. Setajam apapun visi, sesisematis apapun misi sehebat apa pun strategi suatu
organisasi tidak akan pernah terlaksana dengan efektif tanpa adanya struktur
organisasi.
2. Secara keseluruhan organisasi Pemerintah Kota Cimahi memiliki kaitan yang sangat
erat dengan strategi Pemerintah Kota Cimahi, serta memiliki sifat-sifat suatu system
birokrasi professional dan telah memuat unsur-unsur kunci suatu struktur organisasi
serta memenuhi aspek legalitas, yakni sesuai dengan Peraturan pemerintah Nomor 41
Tahun 2007 tentang Organisasi perangkat Daerah.
3. Sesuai dengan ketentuan dalam penetapan kriteria Perangkat Daerah, Kota Cimahi
memungkinkan untuk menetapkan adanya Dinas, dengan jumlah maksimum 15 (lima
belas) dan Lembaga Teknis Daerah maksimal 10 (sepuluh).
4.2. Rekomendasi
Ada beberapa catatan penting dan rekomendasi bagi Pemerintah Kota Cimahi menuju
efektivitas organisasi, sebagai berikut:
1. Perlu dilakukan kajian dan analisis lebih dalam mengenai kebutuhan pekerjaan
sehingga rentang kendali dapat diperluas menuju organisasi yang lebih efisien.
2. Formalisasi, sentralisasi dan desentralisasi perlu diperhatikan agar inovasi dan
kreativitas karyawan lebih berkembang.
3. Perlu dikaji hubungan koordinasi antar bagian, antar dinas dan lembaga teknis daerah
secara komprehensif agar terjadi sinergi dalam mengemban tugas-tugas public amanat
masyarakat Kota Cimahi yang mendambakan kesejahteraan dan kemajuan Kota
Cimahi.
4. Perlu dilakukan evaluasi dan perancangan SOTK secara menyeluruh pada seluruh
organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kota Cimahi yang bukan hanya memenuhi
aspek legal formal akan tetapi juga mengacu pada prinsip organisasi yang efektif dan
efisien. Selain itu perlu juga memperhatikan potensi daerah yang bertalian dengan
urusan yang akan ditanganim, dan sesuai dengan sarana dan prasarana penunjang
tugas.
Secara lebih rinci, perubahan SOTK Pemerintah Kota Cimahi diusulkan sebagai
berikut:
NO PERDA NO. 2 TAHUN
2003
USULAN PERDA
PENGGANTI SOTK URUSAN YANG DILAKSANAKAN
1. Sekretariat Daerah
Asisten Pemerintahan dan
Kesra
Sekretaris Daerah:
Asisten Pemerintahan dan Kesra
- Urusan pemerintahan, hokum dan
Kesra
- Penyusunan Peraturan Derah
(PERDA)
- Fasilitasi tugas pembantuan,
- Fasilitasi kerjasama daerah dengan
pihak ketiga
- Kerjasama antar daerah
- Trantibun
- Linmas
- Koordinasi perlindungan dan
penegakan hak asasi manusia
(Ham)
- Penetapan luas wilayah
Asisten Ekonomi dan
Program
Asisten Perekonomian dan
Pembangunan
- Perekonomian dan pembuata
- Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD)
Asisten Administrasi dan
Keuangan
Asisten Administrasi Umum: - Lembaga keuangan mikro, investasi
dan asset daerah
- Penyusunan dan penerapan standar
pelayanan minimal (SPM)
- Perangkat daerah
2. Dinas:
Dinas Tata Kota
Dinas:
Dinas Pekerjaan Umum
- Sumber daya air
- Mina marga
- Air minum
- Air limbah
- Drainase
- Permukiman
- Bangun gedung dan lingkungan
- Jasa konstruksi
Dinas Perhubungan Dinas: Perhubungan Informasi
dan Komunikasi
- Pembangunan fasilitas parkir
- Penyelenggaraan pendidikan dan
latihan mengemudi
- Penetapan lokasi terminal
- Pembangunan dan pengoperasian
terminal angkutan barang
- Penyusunan jaringan trayek dan
penetapan kebutuhan kendaraan
- Pemberian rekomendasi terhadap
permohonman izin
menyelenggarakan jaringan tetap
tertutup local (wireline (end to end)
cakupan kota,
- Pemberian izin galian untuk
keperluan penggelaran kabel
telekomunikasi
- Pemberian izin instalansi genset
- Pemberian izin usaha perdagangan
alat perangkat telekomunikasi
- Pemberian rekomendasi persyaratan
administrasi dan pelayanan data
teknis terhadap permohonan izin
penyelenggaraan radio.
Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan - Kurikulum
- Pendidik dan tenaga kependidikan
- Pengendalian mutu pendidikan
Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan - Upaya kesehatan
- Pembiayaan kesehatan
- SDM, pendidik dan tenaga
kependidikan
- SMD, manajemen kesehatan
Dinas Perekonomian dan
Koperasi
Dinas Koperasi, UKM dan
Perinsutrian Perdagangan
- Kelembagaan koperasi
- Pemberdayaan koperasi dan UKM
- Sosialisasi, informasi dan publikasi
tentang perlindungan konsumen
- Pelayanan dan penanganan
penyelesaian sengketa konsumen
skala kota
- Pengusulan pembentukan BPSK
- Fasilitas, koordinasi pelaksanaan
monitoring dan pelaporan,
- Penyediaan informasi potensi
ekspor daerah sebagai bahan
pertimbangan perumusan kebijakan
- Sosialisasi, penertiban dan pelaoran
penerbitan SKA
- Penulusuran asal barang di tingkat
kota
- Penetapan bidang usaha insustri
prioritas kota
- Pemberian fasilitas usaha dalam
rangka pengembangan UKM di
kota
- Pembinaan industry dalam rangka
pencegahan, pencemaran
lingkungan yang diakibatkan oleh
industry tingkat kabupaten/kota
Dinas Tenaga kerja,
Kepdudukan dan Sipil
Dinas Sosial dan tenaga Kerja - Identifikasi dan penanganan
penyandang masalah kesejahteraan
social
- Pengembangan dan pendayagunaan
potensi dan sumber kesejahteraan
social (PSKS)
- Kebijakan bidang social
- Perencanaan bidang social
- Pembinaan tenaga fungsional
pekerja social, pembinaan dan
penyelenggaraan pelatihan kerja
skala
- Penyusunan, pengolahan dan
penganalisaan data pencaker dan
data lowongan kerja skala kota
- Penilaian angka kredit jabatan
fungsional
- Pengantar kerja di wilayah kerja
kota
- Penyuluhan, rekruitmen, seleksi dan
pengesahan pengantar kerja
- Serta penempatan tenaga kerja
akad/antar kerja local (akl).
Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil
- Pendaftaran penduduk
- Pencatatan sipil
- Pengelolaan informasi administrasi
kependudukan
- Perkembangan kependudukan
- Perencanaan kependudukan
Dinas Pendapatan Dinas Pendapatan, Pengelola
Keuangan dan Aset Daerah
- Kedudukan protokoler dan
keuangan DPRD
- Pajak dan retribusi daerah
- Investasi dan asset daerah
- Pinjaman daerah
- Dana perimbangan
- Pelaksanaan, penatausahaan,
akuntasi dan pertanggungjawab
pelaksanaan APBD
Dinas Lingkungan Hidup Kantor Lingkungan Hidup - Pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun (B3)
- Analisis mengenai dampak
lingkungan (AMDAL)
- Pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air
- Penanggulangan pencemaran dan
kerusakan lingkungan akibat
bencana
- Standar nasional Indonesia (SNI)
dan Standar Kompetensi Personil
Bidang Lngkungan Hidup
- Pengembangan perangkat ekonomi
lingkungan
- Pelayanan bidang lingkungan hidup
Dinas Kebersihan - Pengawasan terhadap seluruh
tahapan pengembangan
persampahan di wilayah kota
- Peningkatan kapasitas manajemen
dan fasilitas kerjasama dunia usaha
dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pengembangan PS
persampahan
9 Dinas Penanaman Modal
Kantor Perijinan Satu Pintu
-
BAPPEDA BAPPEDA dan Penanaman
Modal
- Perumusan kebijuakan
- Bimbingan, konsultasi dan
koordinasi
- Monitoring dan evaluasi (Monev)
- Kebijakan penanaman modal
- Kerjasama penanaman modal
- Promosi penanaman modal
- Pelayanan penanaman modal
- Pengendalian pelaksanaan
penanaman modal
- Pengelolaan data dan system
informasi penanaman modal
- Penyebarluasan, pendidikan dan
pelatihan penanaman modal
Bawasda Inspektorat - Melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan urusan pemerintahan di
daerah kabupaten/kota
- Pelaksanaan pembinaan atas
penyelenggaraan pemerintahan
- Desa/kelurahan
- Pelaksanaan urusan pemerintahan
desa/kelurahan
BPMKB Badan Pemberdayaan
Masyarakat, Pemberdayaan
Perempuan dan KB
- Pengurus utama Gender (PUG)
- Kualitas hidup dan perlindungan
perempuan
- Perlindungan anak
- Pemberdayaan lembaga masyarakat
dan dunia usaha
Bakesbang Kantor Kesatuan Bangsa dan
Linmas
- Bina ideology dan wawasan
kebangsaan
- Kewaspadaan nasional
- Ketahanan seni, budaya, agama dan
kemasyarakatan
- Politik dalam negeri
- Ketahanan ekonomi
KKD Badan Kepegawaian Daerah
(BKD)
- Formasi Pegawai Negeri Sipil
(PNS)
- Pengadaan Pegawai Negeri Sipil
(PNS)
- Pengangkatan Calon Pegawai
Negeri Sipil (PNS)
- Pengangkatan Calon Pegawai
Negeri Sipil (CPNS) menjadi
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
- Pendidikan dan pelatihan (Diklat)
- Kenaikan pangkat
- Pengangkatan, pemindahan dan
pemberhentian dalam dan dari
Jabatan
- Perpindahan Pegawai Negeri Sipil
(PNS) antar instansi
- Pemberhentian sementara dari
Jabatan Negeri
- Pemberhentian sementara Pegawai
Negeri Sipil (PNS) akibat tindak
pidana
- Pemberhentian Pegawai Negeri
Sipil (PNS) atau calon Pegawai
Negeri Sipil (CPNS)
- Pemutakhiran data Pegawai Negeri
Sipil (PNS)
- Pengawasan dan pengendalian
- Pembinaan dan pengawasan
penyelenggaraan manajemen
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Kantor Data, Informasi dan
Komunikasi
Kantor Arsip, Perpustakaan dan
Pengolahan Data Elektronik
- Kebijakan
- Pembinaan
- Penyelamatan
- Pelestarian dan pengamanan
- Akreditasi dan sertifikasi
- Pengawasan/supervise
Pemuda, Olah Raga,
Kebudayaan dan Pariwisata
- Kebijakan di bidang kepemudaan
- Pelaksanaan
- Koordinasi
- Pembinaan dan pengawasan
- Kebijakan di bidang keolahragaan
- Pelaksanaan
- Koordinasi
- Pembinaan dan pengawasan
- Kebijakan bidang kebudayaan
- Pelaksanaan bidang kepariwisataan
- Kebijakan bidang kebudayaan dan
pariwisata
Adapun usulan yang dapat dikemukakan dalam Penataan Kelembagaan sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007, dapat disampaikan sebagai berikut:
NO. PERDA NO. 2 TAHUN 2003 USULAN PENGGANTI PERDA NO.
2/2003
I Sekretariat Daerah: Sekretariat Daerah:
A Asisten Pemerintahan dan Kestra
1. Bagian pemerintahan
2. Bagian hokum dan organisasi
3. Bagian Kestra
Asisten Administrasi Pemerintahan
1. Bagian administrasi pemerintahan
2. Bagian hokum
3. Bagian organisasi
B Asisten Ekonomi dan Program:
1. Bagian bina ekonomi
2. Bagian bina program
Asisten Perekonomian dan Pembangunan:
1. Bagian administrasi perekonomian
2. Bagian administrasi pembangunan
3. Bagian administrasi kesejahteraan
rakyat
C Asisten Administrasi dan Keuangan:
1. Bagian umum dan protocol
2. Bagian keuangan
3. Bagian perlengkapan
Asisten Administrasi Umum:
1. Bagian tata usaha
2. Bagian umum
3. Bagian humas
II Sekretariat DPRD:
1. Bagian umum dan Keuangan
2. Bagian Perundang-undangan
Sekretariat DPRD:
1. Bagian Umum dan keuangan
2. Bagian Persidangan
3. Bagian Humas dan Protokol
III Dinas: Dinas:
1 Kesehatan (UPT: Puskesmas) Kesehatan (UPT: Kesehatan)
2 Pendidikan Pendidikan (UPT: Sekolah-sekolah dan
SKB)
3 Tata Kota (UPT: Rusunawa, Pemadam
Kebakaran)
Pekerjaan Umum (UPT: Rusunawa,
Pemadam Kebakaran)
4 Perekonomian dan Koperasi (UPT:
Pengelolaan Pasar)
Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan
5 Tenaga Kerja, Kependudukan dan
Transmigrasi
Kependudukan, tenaga Kerja dan
Pencatatan Sipil
6 Perhubungan (UPT: Pengujian Kendaran
Bermotor)
Perhubungan
7 Penanaman Modal Kantor Penanaman Modal
8 Lingkungan Hidup (UPT: Kebersihan) Kebersihan dan Pertamanan
9 Pendapatan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah
JML: 9 Dinas JML : 8 Dinas
IV Lemtek: Lemtek:
1 Badan Pengawasan Daerah Inspektorat Daerah
2 Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
3 Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Badan Sosial, Pemberdayaan Masyarakat
KB dan KB
4 Badan Kesatuan Bangsa Kantor Kesatuan Bangsa dan Linmas
5 Rumah Sakit Cibabat Rumah Sakit Cibabat
6 Kantor Kepegawaian Daerah Badan Kepegawaian dan Diklat
7 Kantor Data, Informasi dan Komunikasi Kantor Arsip Perpustakaan Daerah
8 Satuan Polisi Pamong Praja Satuan Polisi Pamong Praja (Tipe: B)
Kantor Lingkungan Hidup
JML : 8 Lemtek JML : 8 Lemtek
REFERENSI
E. Kast Fremont and James E. Rosenweig. 1995. Organisasi dan Manajemen (Terjemahan:
A. Hasymi Ali). Jakarta: Bumi Aksara.
Hicks, Herbert G and G. Ray Gullet. 1996. Organisasi Teori dan Tingkah Laku.
(Terjemahan: G. Kartasapoetra dan A.G. Kartasapoetra). Jakarta: Bumi Aksara.
Robbins, Stephen P. 1994. Teori Organisasi, Struktur dan Desain (Diterjemahkan oleh Jusuf
Udaya). Jakarta: Arcan.
_____________. 2001. Perilaku Organisasi (Edisi Bahasa Indonesia) Jakarta: PT.
Prehallindo.
Spencer, Lyle M & Spencer Signe M. 1993. Competence at Work. Canada: John Wiley &
Sons Inc.
Walker, James W. 1992. Human Resources Strategic. Singapore: Mc. Graw-Hill Inc.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi
Perangkat Daerah.