Upload
i2b
View
251
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun
1/32
PROPOSAL DISERTASI
oleh : Ali Murtadho
NIM : 07.3.00.1.08.08.0064
A. Judul : KAJIAN PENGANGGURAN DALAM PERSPEKTIF
PEMIKIRAN EKONOMIIBN KHALDUN
B. Latar Belakang Masalah :
Satu persoalan krusial dalam bidang ekonomi yang berdampak negatif secara luas
pada bidang-bidang lainnya adalah masalah pengangguran.1 Di samping menjadi beban
ekonomi sendiri pengangguran bisa menjadi beban psikologis bagi yang bersangkutan dan
menjadi beban sosial dengan timbulnya berbagai macam kriminalitas dan tindakan amoral.
Dari sisi ekonomi pengangguran merupakan biaya cukup besar yang membebani
perekonomian secara keseluruhan. Pengangguran merupakan pemubaziran potensi berharga
dari sumber daya manusia yang tentu saja berimbas pada pemubaziran sumber daya alam.
Potensi yang hilang, kerugian ekonomi serta kerugian psikologis adalah harga mahal yang
harus dibayar dari pengangguran.2
Dalam bahasa keseharian kalau disebut menganggur maka pemahaman umumnya
adalah tidak bekerja. Demikian juga dalam bahasa Inggris pengangguran di istilahkan
dengan kata unemployed(tidak bekerja) lawan kata dari employed(bekerja). Tetapi dalam
1 Tidak mengejutkan jika pengangguran menjadi topik yang sering dibicarakan dalam perdebatan politik
bahkan di negara maju seperti Amerika dimana para politisi sering mengklaim bahwa kebijakan yang mereka
tawarkan akan membantu menciptakan lapangan kerja. Lihat : N. Gregory Mankiw, Macroeconomics, terj. Imam
Nurmawan Teori Makro Ekonomi, Jakarta : Erlangga, 2003, hlm. 150.
2 Literatur-literatur ekonomi makro banyak menyinggung dampak negatif pengangguran. Lihat
misalnya : William A. McEachern,Economics : a Contemporary Introduction, terj. Sigit Triandaru, Ekonomi
Makro, Jakarta : Salemba Empat, 2000, hlm. 124.
1
7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun
2/32
kajian ekonomi makro ada semacam kesepakatan untuk membatasi istilah pengangguran.
Pengangguran didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam
angkatan kerja dan ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.
Seseorang yang tidak bekerja tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak tergolong
sebagai penganggur, atau kalau mau disebut penganggur diistilahkan sebagai penganggur
sukarela.3
Definisi pengangguran sebagaimana yang ada dalam ekonomi konvensional yang
membatasi penganggur hanya pada pencari kerja yang tidak mendapatkan pekerjaan, adalah
definisi yang sangat sempit bila dilihat dari kaca mata ajaran Islam tentang kerja. Dalam
perspektif Islam kerja (amal) menyangkut segala aktifitas kegiatan manusia baik yang
bersifat badaniah maupun rohaniah yang dimaksudkan untuk mewujudkan atau menambah
suatu manfaat yang dibolehkan secara Syar.4 Ketika seseorang tidak mau mempergunakan
potensinya maka itulah pengangguran yang amat membahayakan diri dan masyarakatnya.
Secara moral Islam orang yang demikian adalah menganggur yang memikul dosa.
Sedangkan yang terus mengfungsikan potensinya baik modal, tenaga maupun pikirannya
tidak termasuk kategori menganggur yang menyalahi ajaran Islam. Ketika seseorang tidak
bekerja namun ia masih terus berfikir keras bagaimana bisa memproduktifitaskan dirinya
sehingga bisa menghasilkan kerja yang produktif maka ia secara moral Islam memenuhi
kewajiban kerja dalam Islam dan tidak menanggung dosa pengangguran.
Dari dua pandangan tentang pengangguran tersebut nampak bahwa definisi
pengangguran dalam perspektif ekonomi makro konvensional sudah terumuskan secara
jelas batasannya dan ukurannya. Sedangkan dalam perspektif ajaran Islam masih berbentuk
ajaran moral yang belum terrumuskan secara konkret. Karenanya konsep
penanggulangannya pun belum terformulasikan menjadi rumusan konsep yang jelas dan
3 Pembatasan definisi pengangguran tersebut secara umum dijumpai dalam berbagai literaratur ekonomi
makro konvensional, antara lain : Bradley R. Schiller, The Economic Today, ninth edition, New York : McGraw-
Hill/Irwin, 2003, hlm. 116. Lihat pula ; Sadono Sukirno,Makroekonomi Teori Pengantar, Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada, 2006, hlm. 13. Juga Arfida BR,Ekonomi Sumber Daya Manusia, Jakarta : Ghalia
Indonesia, 2003, hlm. 134.
4 Said Sad Marthn,Madkhal li al-Fikr al-Iqtishd fi al-Islm, Beirut : Muassasah al-Rislah, 1999,
hlm. 81. Lihat pula : Mahmd Ibrhm al-Khthib, Al-Nidhm Al-Iqtishd Fi Al-Islm, Riyadh : Maktabah Al-
Haramain, 1989, hlm. 97. Bandingkan dengan : Rafq Ynus, Ushl al-Iqtishd al-Islm, Damaskus : Dr al-
Qalam, 1993, hlm. 87.
2
7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun
3/32
konkret. Diskursus ekonomi Islam yang cukup marak belakangan ini belum secara intensif
menyoroti masalah pengangguran, padahal pengangguran adalah persoalan yang amat
membahayakan. Sebagai agama yang membawa misi kesejahteraan lahir batin dan misi
akhlaq yang mulia, masalah pengangguran yang merupakan sumber ketidaksejahteraan dan
sumber tindakan amoral mestinya menjadi sorotan utama. Di tengah membanjirnya kajian
ekonomi makro yang menyoroti masalah pengangguran, pemikiran ekonomi Islam tentang
masalah terkait terasa masih ketinggalan. Khazanah pustaka ekonomi Islam lebih
diramaikan dengan konsep-konsep ekonomi bebas bunga, prinsip bagi hasil, teori konsumsi,
produksi dan distribusi dalam ekonomi Islam, perbankan Syariah dan semacamnya,
sementara pembahasan masalah pengangguran masih terkesan sambil lalu. Semestinya yang
paling berkepentingan dengan problem pengangguran adalah masyarakat muslim yang
memang mayoritas berada di negara berkembang dengan tingkat pengangguran yang tinggi.
Para ahli ekonomi Barat banyak mengkaji masalah pengangguran sejak zaman
Keynes (1936). Para ahli ekonomi tersebut menyadari betapa krusialnya masalah
pengangguran yang mendorong mereka menelaah lebih dalam dengan mengamati berbagai
fenomena ekonomi yang muncul di berbagai negara di dunia. Mereka hampir selalu
mengaitkannya dengan masalah pertumbuhan ekonomi, di mana antara keduanya tidak bisa
dipisahkan dan saling mempengaruhi. Ketika pertumbuhan ekonomi begitu pesat dan
menjadikan suatu negara menjadi maju maka logikanya pengangguran semakin berkurang
karena maraknya aktifitas ekonomi. Tetapi ketika perekonomian tidak jalan maka sudah
pasti pengangguran merajalela.
Ahli-ahli ekonomi yang tergolong dalam mazhab klasik (classical economists) yaitu
ahli ekonomi yang hidup di antara zaman Adam Smith (1776) dan zaman Keynes (1936),
tidak banyak membuat analisis mengenai masalah pengangguran. Kurang adanya perhatian
tersebut disebabkan karena menurut keyakinan mereka sistem pasar bebas akan
mewujudkan tingkat kegiatan ekonomi yang efisien dalam jangka panjang. Penggunaan
tenaga kerja penuh (kesempatan kerja penuh / full employment) akan selalu tercapai dan
perekonomian akan mengalami pertumbuhan. Meskipun ketidakstabilan dalam
perekonomian yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang lambat atau kemunduran
ekonomi dan pengangguran, dapat saja ada dalam setiap perekonomian, namun masalah-
3
7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun
4/32
masalah tersebut menurut mereka hanya sementara karena sistem pasar bebas akan
membuat penyesuaian-penyesuaian yang menyebabkan masalah-masalah tersebut akan
lenyap dengan sendirinya dan pertumbuhan ekonomi yang menguat akan berlangsung
kembali.5 Maka praktis selama kurun waktu ini belum muncul teori pemecahan masalah
pengangguran.
Dalam tahun 1929-1932 terjadi kemunduran ekonomi di seluruh dunia, yang bermula
dari kemerosotan ekonomi di Amerika serikat. Periode itu dinamakan The Great
Depression. Pada puncak kemerosotan ekonomi itu, seperempat dari tenaga kerja di
Amerika Serikat menganggur dan pendapatan nasionalnya (ukuran dari tingkat kegiatan
ekonomi yang dicapai sesuatu negara) mengalami kemerosotan yang sangat tajam.
Kemunduran ekonomi yang serius itu meluas ke seluruh dunia. Kemunduran ekonomi
tersebut menimbulkan kesadaran ahli-ahli ekonomi bahwa mekanisme pasar tidak dapat
secara otomatis menimbulkan pertumbuhan ekonomi yang teguh dan tingkat penggunaan
tenaga kerja penuh. Dan teori-teori ekonomi sebelumnya juga tidak dapat menerangkan
mengapa peristiwa kemunduran ekonomi yang serius tersebut dapat terjadi.
Ketidakmampuan tersebut mendorong seorang ahli ekonomi Inggris yang terkemuka yaitu
John Maynard Keyness, mengemukakan pandangan baru yang berbeda dengan para ahli
ekonomi sebelumnya.6
Keynes mengkritik keyakinan ahli-ahli ekonomi klasik bahwa penggunaan tenaga
kerja penuh dan pertumbuhan ekonomi yang kuat selalu dapat dicapai. Keynes berpendapat
pengeluaran agregat, yaitu pembelanjaan masyarakat terhadap barang dan jasa, adalah
faktor utama yang menentukan tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai sesuatu negara.
(Pandangan ini menyerupai pandangan Ibn Khaldun mengenai keterkaitan antara penduduk
yang banyak dengan tingkat pemakaian tenaga kerja sebagaimana akan disinggung dalam
pembahasan berikutnya). Dengan demikian tingkat penggunaan tenaga kerja dalam
perekonomian tergantung kepada sampai di mana besarnya permintaan efektif yang tercipta
5 Sadono Sukirno,Makroekonomi Teori Pengantar, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2006, hlm. 6.
6 Pandangan tersebut dikemukakan dalam bukunya yang berjudul The General Theory of Employment,
Interest and Money dan diterbitkan pada tahun 1936 yang akhirnya menjadi landasan kepada teori
makroekonomi modern. Lihat : Sadono Sukirno,Makroekonomi Teori Pengantar, Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada, 2006, hlm. 7. Lihat pula : Adam Kuper dan Jessica Kuper, The Social Science Encyclopedia, second
edition, New York : Routledge, 2001, hlm. 439-440.
4
7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun
5/32
dalam perekonomian.7 Problem untuk mengatasi masalah pengangguram adalah problem
bagaimana meningkatkan permintaan masyarakat sekaligus daya beli mereka terhadap
barang dan jasa.
Pandangan Keynes mengenai pengangguran tersebut cukup rasional namun masih
menyisakan persoalan yang cukup berat, ialah bagaimana cara meningkatkan permintaan
dan daya beli masyarakat. Persoalan ini terasa lebih berat lagi di negara-negara berkembang
yang miskin, bagaimana kesahajaan mereka dengan tingkat pendapatan minim dapat
menaikkan permintaan terhadap berbagai barang dan jasa. Belum lagi jika memang
permintaan barang dan jasa meningkat sementara tingkat keahlian mereka masih minim
maka justru kondisi ini tidak meningkatkan aktifitas ekonomi dalam negeri yang banyak
menyerap tenaga kerja dalam negeri, tetapi malah mereka menjadi pasar potensial produksi
luar negeri yang memakmurkan negara luar yang sudah maju dan menambah kemiskinan
dalam negeri sendiri.
Di kebanyakan penduduk negara berkembang sebagian besar penduduk bermukim di
pedesaan. Mata pencahariannya tergantung terutama dari produksi primer yaitu sektor
pertanian (termasuk perikanan dan peternakan) dan sektor ekstraktif (pertambangan dan
kehutanan). Bertambahnya penduduk dan angkatan kerja menimbulkan kesulitan di sektor
pertanian dan sektor-sektor yang dekat dengannya. Akibatnya timbul apa dikenal sebagai
fenomena pengangguran secara terselubung di daerah pedesaan (rural disguised
unemployment). Sebagian di antara golongan tenaga kerja mengalir ke kota dan
menimbulkan masalah urbanisasi. Salah satu akibat gerak arus tenaga kerja dari daerah
pedesaan ke lingkungan kota (rural-urban migration) ialah dialaminya urban
underemployment. Banyak di antara jumlah tenaga kerja di kota-kota dan sekitarnya tidak
sepenuhnya produktif sehingga pendapatannya tidak memadai kebutuhan hidupnya secara
minimal sekalipun. Muncul juga tambahan masalah kesempatan kerja yaitu yang disebut
low-quality employment artinya jenis dan sifat pekerjaan yang dilakukannya mengandung
mutu yang rendah dengan penghasilan yang tidak memadai. Tenaga kerja itu telah terpaksa
menerima suatu pekerjaan karena tidak atau belum ada peluang dalam bidang-bidang lain.
Dalam perimbangan-perimbangan keadaan yang secara umum dibentangkan di atas, maka
7 Sadono Sukirno,Makroekonomi Teori Pengantar, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2006, hlm. 7, 85.
5
7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun
6/32
ada saling keterkaitan antara tingkat pendapatan rendah dan tingkat produktivitas rendah.
Kenyataan tersebut tentu tidak menguntungkan bagi proses pembentukan modal (capital
formation) dan akumulasi modal (capital accumulation).8
Menyikapi masalah di atas muncul konsep Arthur Lewis (lahir 1915) tentang dua
sektor ekonomi : sektor tradisional dan sektor modern. Sektor tradisional mencakup
kegiatan pertanian rakyat maupun berbagai macam kegiatan informal dalam kawasan kota
(bersifat self-employment) dan bersifat mempertahankan tingkat konsumsi. Sedangkan
sektor modern mencakup tidak saja industri manufaktur melainkan juga pertanian,
perdagangan, perkebunan dan pertambangan. Yang membedakan antara keduanya adalah
bahwa dalam sektor tradisional kegiatan ekonomi berkisar pada upaya untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi, sedangkan dalam sektor modern terdapat kegiatan produksi bersifat
komersil dengan maksud untuk mendapat laba (provit motive). Di sektor tradisional,
produktivitas tenaga kerja jauh lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas tenaga
kerja di sektor modern. Sebagai contoh misalnya keluarga petani dengan anggota keluarga
yang cukup banyak namun mengerjakan sawah yang sangat sempit, maka tentu
produktivitas tenaga kerjanya sangat rendah. Kondisi demikian memunculkan
pengangguran dalam bentuk pengangguran tersembunyi ataupun setengah menganggur,
atau juga pengangguran bermusim.9
Dengan demikian terjadi kelebihan tenaga kerja yang
dapat ditarik untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja sektor modern. Dengan demikian
konsep Arthur Lewis untuk mengatasi pengangguran adalah dengan memperluas sektor
modern yang membutuhkan banyak tenaga kerja sehingga dapat menarik kelebihan tenaga
kerja yang ada di sektor tradisional.Tetapi pengalaman empiris di negara-negara
berkembang menandakan betapa sulitnya untuk menyerap sejumlah penganggur dari sektor
tradisional dan mengalihkannya secara permanen ke sektor modern sebagai angkatan kerja
8 Sumitro Djojohadikusumo,Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan
Ekonomi Pembangunan, Jakarta : LP3ES, 1994, hlm. 63-64.
9 Pengangguran tersembunyi terjadi ketika jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi lebih banyak
dari yang sebenarnya diperlukan. Sedangkan setengah menganggur terjadi jika pekerja memiliki jam kerja atau
waktu kerja jauh lebih sedikit dari yang normal, misalnya hanya bekerja satu atau dua hari dalam
seminggu.pengangguran. Sementara pengangguran bermusim adalah pengangguran yang terkait dengan musim,
misalnya petani atau nelayan pada musim tertentu tidak bekerja. Lihat : Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori
Pengantar, edisi ketiga, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2006, hlm. 330-331.
6
7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun
7/32
produktif. Proses demikian itu jauh dari lancar dan memerlukan waktu yang relatif lama.10
Dengan demikian gagasan Arthur tersebut kurang efektif diterapkan di negara berkembang.
Raul Prebisch (1901-1986) juga memberikan gagasan tentang cara mengatasi
pengangguran. Meskipun bukan termasuk golongan yang beraliran neo-marxis, namun
pendekatannya terhadap perekonomian negara-negara berkembang sejalan dengan garis
pemikiran para penganut teori dependencia, yaitu masalah pertentangan kepentingan dalam
sistem ekonomi global antara negara-negara induk (negara-negara industri maju) dan
negara-negara periferi (negara-negara berkembang yang ketinggalan dalam perkembangan
ekonominya), dimana antara kedua kelompok negara ini terdapat kesenjangan yang semakin
besar dalam hal tingkat pendapatan dan tingkat pengangguran. Hal ini terkait dengan
struktur ekonomi di kedua kelompok negara tersebut. Di negara-negara industri maju
struktur ekonominya homogen dengan ditandai diversifikasi. Sedangkan di negara-negara
berkembang struktur ekonominya heterogen dalam arti ragam kegiatan ekonomi
berlangsung sendiri-sendiri tanpa adanya bejana yang berhubungan, dan bersifat sempit
terbatas (berat sebelah di sektor produksi primer). Terbatasnya kegiatan ekonomi pada
sektor primer jelas mempengaruhi nilai tukar komoditi primer terhadap barang industri
dalam perdagangan internasional. Ini berimbas pada masalah pengangguran yang kronis.
Kesimpulan pokok gagasan Prebisch ialah bahwa industrialisasi menjadi prasyarat untuk
keluar dari dilemma tersebut. Yakni dengan memproduksi setempat di dalam negeri barang-
barang industri yang selama ini diimpor dari negara-negara induk, disertai diversifikasi
ekspor secara horizontal (mencakup lebih banyak berbagai jenis komoditi) maupun vertikal
(melakukan industri pengolahan dari komoditi primer, baik hasil buminya maupun bahan
pertambangannya). Pada tahap perkembangan yang lebih lanjut, negara-negara periferi
harus mampu menjadi negara eksportir barang industri manufaktur.11 Dengan cara ini, di
samping pendapatan negara naik, masalah pengangguran yang kronis bisa diatasi dalam
kerangka teori Prebisch.
10 Sumitro Djojohadikusumo,Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan
dan Ekonomi Pembangunan, Jakarta : LP3ES, 1994, hlm. 93-95. Lihat pula : Gerald M. Meier,Leading Issues in
Economic Development, Edisi V, New York : Oxford University Press, 1989, hlm. 125-129.
11 Sumitro Djojohadikusumo,Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan
dan Ekonomi Pembangunan, Jakarta : LP3ES, 1994, hlm. 116-117.
7
7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun
8/32
Beberapa teori tentang mengatasi problem pengangguran tersebut seluruhnya
dirumuskan oleh ekonom kontemporer, yang bisa dikategorikan sebagai ekonom
konvensional yang banyak dibingkai paham kapitalisme. Beberapa tawaran konsep baik
teoritis maupun praktis memang bermunculan dalam kajian ekonomi. Namun seolah tidak
mau kalah, masalah pengangguran pun terus melaju seiring dengan maraknya kajian
tersebut. Dalam wacana ekonomi konvensional, mulai dari ekonomi klasik yang dinilai
kurang mempedulikan problem pengangguran, kemudian teori Keynes yang seolah
mengingatkan pentingnya kebijakan mengatasi pengangguran, disusul teori-teori berikutnya
yang seolah saling merevisi, ternyata belum membuahkan hasil yang memuaskan.
Meskipun di negara maju bisa menekan angka pengangguran dengan produksinya yang
melimpah ruah, namun dampaknya justru negara miskin menjadi pasar empuk bagi
produksi-produksi mereka, di mana timbul pola hidup konsumerisme yang menguras
sumber daya mereka dan mempertinggi angka pengangguran dan kemiskinan. Kebijakan
ekonomi negara maju yang cukup mendominasi dunia tersebut tentu tidak terlepas dari
teori-ieori ekonomi yang dibangun para ekonomnya.
Kondisi demikian menimbulkan semacam keputusasaan terhadap teori ekonomi
konvensional yang kapitalistis dengan munculnya pernyataan bahwa teori ekonomi telah
mati.12
Menurut Murasa Sarkaniputra, teori ekonomi dinyatakan telah mati karena beberapa
alasan. Pertama, paradigmanya tidak mengacu pada kepentingan masyarakat dunia sehingga
ada dikotomi antara kepentingan individu, masyarakat dan negara dan hubungan antar
negara. Kedua, teori ekonomi tidak mampu mengentaskan masalah kemiskinan dan
ketimpangan pendapatan. Ketiga, teori ekonomi tidak mampu menyelaraskan hubungan
antar regional di suatu negara, antara negara-negara di dunia, terutama antara negara-negara
12 Murasa Sarkaniputra memperkuat statemen ini dengan mengungkap berbagai tulisan ahli ekonomi
Barat sendiri dan ahli ekonomi Islam. Ia menulis bahwa para ahli ekonomi Barat sejak awal 1940-an dimulaioleh Joseph Schumpeter dengan bukunya Capitalism, Socialism and Democracy, disusul generasi 1950-an, 1960-
an dan juga 1990-an menyebutkan bahwa teori ekonomi telah masuk dalam saat krisis. Murasa menyebut antara
lain : Daniel Bell and Irving Kristol (ed), The Crisis in Economic Theory, New York : Basic Book, Inc.,
Publishers, 1981, Mahbub Ul Haq, the Poverty Curtain: Choice for the Third World, New York : Columbia
University Press, 1976, Michael P Todaro,Economic Development in the Third World, 4th ed., New York :
Longman Inc., New York, 1989. Umar Vadillo, The Ends of Economics: an Islamic Critique of Economics,
Madinah Press, 1st published, San Gregorio Alto, 30, 18010 Granada, 1991. Lihat : Murasa Sarkaniputra, Adil
dan Ihsan dalam Perspektif Ekonomi Islam: Implementasi Mantik Rasa dalam Model Konfigurasi Teknologi al-
Ghazali as-Syatibi Leontief Sraffa dalam :Al-Iqtishadiyyah, Jurnal Kajian Ekonomi Islam Vol. 1, No. 1,
Januari 2004, Jakarta : P3EI UIN Syarif Hidayatullah, 2004, hlm. 1, 47.
8
7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun
9/32
maju dan negara-negara berkembang dan negara-negara terbelakang. Keempat, tentang
terlalaikannya pelestarian sumberdaya alam. Menurutnya teori, model dan sistem ekonomi
yang sekarang berlangsung hanya ditujukan untuk melestarikan kepentingan negara-negara
kaya (kapitalis). Negara-negara maju mengeksploitasi negara-negara berkembang dan
terbelakang melalui investasi untuk menyedot kekayaan alam gas, minyak dan mineral
serta kayu- yang digunakan untuk memperkaya negaranya sendiri.13
Pada umumnya harapan akan teori baru ditumpukan pada wacana sistem ekonomi
dengan teori baru, dalam hal ini adalah khazanah ekonomi Islam. Ekonomi Islam yang
ajaran substansialnya sudah ada jauh mendahului munculnya ilmu ekonomi konvensional,
namun sebagai sebuah diskursus keilmuan ekonomi Islam muncul belakangan.
Kemunculannya pun tidak terlepas dari picuan ilmu ekonomi konvensional. Terlepas dari
saling klaim mana yang lebih dahulu muncul,14 namun secara obyektif diakui bahwa antara
keduanya ada saling mempengaruhi. Kemunculan ekonomi konvensional tidak terlepas dari
interaksi dengan dunia Islam yang telah melahirkan khazanah tulisan-tulisan klasik yang
berbicara tentang ekonomi. Demikian juga maraknya ekonomi Islam belakangan ini juga
tidak terlepas dari sumbangan barat terutama dalam hal metodologi dan analisisnya.15
13 Murasa Sarkaniputra, Adil dan Ihsan dalam Perspektif Ekonomi Islam: Implementasi Mantik Rasa
dalam Model Konfigurasi Teknologi al-Ghazali as-Syatibi Leontief Sraffa, hlm. 2.14 Buku-buku sejarah pemikiran ekonomi yang ditulis ekonom Barat kebanyakan memulai era pemikiran
ekonomi pada abad ke-18 yang ditandai masa pencerahan di dunia Barat, dan dengan munculnya karya Adam
Smith (1776) dengan karyanya yang berjudulAn Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations.
Bahkan diklaim bahwa sepanjang ribuan tahun sejarah manusia sebelum 1776 tidak muncul karya besar tentang
ekonomi. Lihat : Overton H. Taylor,A History of Economic Thought, New York : McGraw-Hill Book Company,
Inc., 1960, hlm. 1. Lihat pula : Mark Skousen, The Making of Modern Economics The Lives and Ideas of the
Great Thinkers, terj. Tri Wibowo Budi Santoso, Sang Maestro Teori-teori Ekonomi Modern, Sejarah Pemikiran
Ekonomi, Jakarta : Prenada Media, 2005, hlm. 15-16. Sementara dalam khazanah kepustakaan Islam, jauh
sebelum itu sudah muncul banyak ahli yang berbicara masalah ekonomi, antara lain : Abu Yusuf (798 M)
berbicara tentang kebijakan ekonomi dalam bukunyaAl-Kharrj, Abu Ubaid (838 M) menerangkan tentang
keuangan public dalam Islam dengan mengintrodusir masalah hak pemerintah atas warga dan hak warga atas
pemerintah dalam karyanyaAl-Amwl. Demikian juga Al-Ghazali (1111 M), Ibn Taimiyah (1328 M), Ibn
Khaldun (1404) dan masih banyak lagi yang berbicara masalah keuangan, ekonomi maupun kebijakanpemerintah di bidang ekonomi. Lihat : Zamruddin Hasid, Reconstruction on Economics Theory and Its
Application : The Role of Islamic Bank, dalam :International Journal Ihya Ulum al-Din, Semarang : IAIN
Walisongo, vol.7, no.1, Juli 2005, hlm. 38-40. Hanya mereka tidak tercover oleh ekonom Barat karena masa-
masa para ilmuwan muslim itu adalah masa kegelapan untuk dunia Barat.
15 Para ilmuwan ekonomi Islam kontemporer sendiri disamping menegaskan bahwa ilmu ekonomi
konvensional tidak terlepas dari pengaruh pemikir muslim seperti Ibn Khaldun, sebaliknya mereka juga
mengakui bahwa wacana ekonomi Islam yang marak pada paruh kedua abad ke-20 juga mendapat pengaruh
yang nyata dari pemikiran ekonomi konvensional. Lihat : Rifat Al-Auzhi, "Murtakazat li Tadrs al-Iqtishd al-
Islm dalam : Jad al-Haqq Ali Jad al-Haqq, et.al,Abhts Nadwat Ishm al-Fikr al-Islm f al-Iqtishd al-
9
7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun
10/32
Melihat realitas di atas akan sangat tidak adil bila konsep mengatasi pengangguran
hanya dieksplorasi dari para pemikir ekonomi konvensional. Untuk merealisasikan harapan
akan adanya teori alternatif di tengah kebuntuan teori untuk mengatasi pengangguran secara
adil dan berimbang, maka eksplorasi teori penanggulangan pengangguran sangat perlu
ditujukan pada para pemikir ekonomi Islam. Dengan tidak mengerdilkan yang lain, Abd al-
Rahmn bin Muhammad bin Khaldn (disingkat Ibnu Khaldun, lahir di Tunisia tahun 1332
dan wafat di Kairo tahun 1406) termasuk seorang tokoh ekonomi Islam yang pemikiran-
pemikirannya cukup ilmiah, empiris dan historis serta sistematis, yang diakui telah memberi
inspirasi pada para pemikir ekonomi kontemporer. Sehingga bisa jadi ada sisi keserupaan
konsep dengan para pemikir konvensional di samping tentu saja sisi perbedaannya.
Pada dasarnya persoalan ekonomi merupakan bagian dari ilmu sosial,16 maka tidak
mengherankan ketika Ibn Khaldun, yang dalam berbagai tulisan dinobatkan sebagai bapak
ilmu sosial17, seiring dengan perkembangan diskursus ekonomi Islam yang berusaha
mengeksplorasi pemikiran tokoh-tokoh Islam klasik iapun dinobatkan sebagai bapak
ekonomi mendahului Adam Smith.18Ini sangat beralasan karena meskipun ia menulis buku
sejarah namun dalam Muqaddimatnya justru memuat kajian-kajian sosial ekonomi yang
sarat dengan teori yang disusun secara sistematis dan empiris. Ia memunculkan sebuah
kajian yang dalam bukunya ia sebut dengan al-umrn.19
Kajian tentang al-umrn tentu
mencakup persoalan ekonomi, karena terjemahan kata al-umrn itu sendiri secara leksikal
adalah kemakmuran.
Mushir, Herndon : al-Mahad al-Alam li al-Fikr al-Islm, 1988, hlm. 52-53.
16 Troy J. Cauley, seorang ekonom, membagi ilmu pengetahuan menjadi tiga: ilmu fisika, ilmu biologi
dan ilmu sosial, di mana ekonomi termasuk di dalamnya. Ia sendiri mendefinisikan ekonomi sebagai sebuah
studi tentang aspek-aspek perilaku kelompok manusia yang utamanya diarahkan untuk bisa hidup. Lihat : Troy J.
Cauley,Economics : Principles and Institutions, Pennsylvania : The Haddon Craftsmen, Inc., cet. II, 1969, hlm.
4-5, 11.
17 George Ritzer mencatat bahwa hingga menjelang tahun 1800-an pun teori sosial belum tersusun dan
belum ada tokoh yang pantas disebut sebagai sosiolog kecuali Ibn Khaldun satu-satunya yang banyak mengkaji
fenomena sosial secara ilmiah, empiris dan historis. Lihat : George Ritzer,Modern Sociological Theory,
Singapura : McGraw-Hill Book Co.-Singapore, 1996, hlm. 4-6, 8.
18 Banyak sekali tulisan yang mengukuhkan Ibn Khaldun sebagai Bapak Ekonomi, antara lain :
Agustianto,Ibnu Chaldun : Bapak Ekonomi, http://www.hupelita.com/ direkam 8 Nov 2007, M. Laeeq-ur-
Rehman Khan, Ibn Khaldun : The Father of Economics, http://www.geocities.com/ direkam 5 November 2007.
19 Ahmad Syafii Maarif memaknai ilm al-umrn sebagai ilmu sejarah dan ilmu kultur. Lihat : Ahmad
Syafii Maarif,Ibn Khaldun dalam Pandangan Penulis Barat dan Timur, Jakarta : Gema Insani Press, 1996, hlm.
28.
10
http://www.hupelita.com/baca.php?id=34087http://www.geocities.com/ecovistainternational/articles2001/ibn_khaldun.htmhttp://www.geocities.com/ecovistainternational/articles2001/ibn_khaldun.htmhttp://www.geocities.com/ecovistainternational/articles2001/ibn_khaldun.htmhttp://www.hupelita.com/baca.php?id=34087http://www.geocities.com/ecovistainternational/articles2001/ibn_khaldun.htm7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun
11/32
Tingkat kemakmuran suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat penggunaan tenaga kerja
para warganya. Banyaknya penduduk sebenarnya adalah asset berharga untuk meningkatkan
kemakmuran bangsa. Banyaknya penduduk dengan aneka ragam kebutuhan mereka
menunjukkan tingginya permintaan terhadap hasil produksi. Sementara naik turunnya hasil
produksi sangat tergantung pada faktor tenaga kerja. Penduduk yang banyak merupakan
potensi tenaga kerja yang sangat bernilai. Kuncinya adalah kesesuaian antara berbagai
keahlian yang dimiliki penduduk dengan tuntutan kerja yang berkualitas. Diversifikasi
keahlian yang proporsional dan berkualitas menjadi sangat penting. Dengan demikian ada
hubungan yang saling terkait antara tingkat kepadatan penduduk dengan tingkat
kemakmuran warga karena terkait dengan optimalisasi sumber daya manusia yang besar
dalam menaikkan tingkat produktifitas sumber daya alam.20
Satu paragraf di atas adalah salah satu gagasan dari berbagai pandangan yang ada
dalam Muqaddimat karya Ibnu Khaldun yang berbicara tentang problem ekonomi dan
kependudukan yang bila dikaji secara intensif akan banyak menawarkan gagasan bagi
pemecahan masalah pengangguran. Dari pandangan tersebut nampak bahwa banyaknya
penduduk bukan potensi kemiskinan di mana pengangguran menjadi banyak, tetapi justru
potensi kemakmuran yang dapat menyerap banyak tenaga kerja. Karena penduduk yang
banyak berarti banyaknya kebutuhan terhadap produksi serta bertambahnya tenaga yang
secara efektif dapat memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Secara sederhana Ibn
Khaldun mengilustrasikan susu sapi misalnya, akan kering dan tidak termanfaatkan jika
tidak ada tenaga yang memerahnya. Maka dalam bahasa yang sederhana Ibn Khaldun
menegaskan bahwa jika penduduk sedikit maka pekerjaan sedikit dan tingkat
kemakmuranpun rendah.
Pandangan Ibn Khaldun meski didasarkan pada potret masyarakat masa lalu ternyata
juga sangat visioner dan realistis untuk masa modern. Bukti yang mudah dilihat misalnya
dengan memperbandingkan kondisi pengangguran dan kemiskinan di negara seperti Jepang
misalnya antara masa dahulu ketika penduduknya masih sedikit dengan sekarang yang
jumlah penduduknya sudah naik. Di Jepang dengan sumber daya alam yang terbatas,
sumber daya manusia yang cukup banyak bisa dimaksimalkan pemanfaatannya secara
20 Ibn Khaldun,Muqaddimat, Mesir : Mathbaah Musthaf Muhammad, t.t., hlm. 359-365, 380-382.
11
7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun
12/32
efektif, sehingga sekarang termasuk negara maju dengan tingkat pengangguran paling
sedikit.21 Terlepas dari banyaknya faktor yang ikut terlibat dalam kasus Jepang tersebut,
yang cukup menarik adalah bahwa banyaknya penduduk dan minimnya sumber daya alam
tidak bisa menjadi alasan bahwa hal itu yang menyebabkan tingginya angka pengangguran
dan angka kemiskinan. Dengan demikian jika sekelumit pandangan dari khazanah
pandangan yang ada (yang tentunya masih banyak lagi yang perlu digali) dalam
Muqaddimat Ibn Khaldun tersebut dikaji secara intensif sehingga menjadi teori yang
sistematis maka akan memberi harapan cukup besar untuk mengatasi masalah pengangguran
bagi negara berpenduduk besar dengan tingkat pengangguran tinggi seperti Indonesia dan
berbagai negara berkembang lainnya yang sebagian besar muslim.
Eksplorasi terhadap pemikiran Ibnu Khaldun selama ini lebih ditujukan pada konsep-
konsepnya tentang ekonomi secara umum, dan kurang memperhatikan masalah
pengangguran.22 Padahal dilihat dari dampak yang diakibatkan, masalah pengangguran
adalah masalah paling serius dalam bidang ekonomi. Sebagai pemikir yang banyak bergelut
dalam kepemerintahan dan banyak mengembara ke berbagai negara dengan berbagai
kondisi perekonomian masyarakatnya, tentu dari pemikiran Ibn Khaldun bisa ditarik sebuah
teori tentang pengangguran dan solusinya.
Dari studi pendahuluan terhadap kitab Muqaddimat karya Ibn Khaldun, penulis
banyak menjumpai berbagai istilah kunci seperti al-umrn, masyah, kasb, shinat, dan
sepadannya yang berkaitan dengan masalah pekerjaan, penghasilan, industri, dan berbagai
hal yang menyangkut kemakmuran warga. DalamMuqaddimatIbn Khaldun ada satu istilah
yang sering dikaitkan dengan persoalan marak/lesunya pekerjaan, yaitu istilah umrn, yang
berarti suatu kondisi kemakmuran yangfull-employment. Pengangguran dalam konsepsi Ibn
Khaldun berarti tidak melakukan pekerjaan yang bisa mempengaruhi tingkat umrn negara,
yang diistilahkan dengan inqibdl al-yad an al-itimr.23
Maka orang yang penghasilannya
dari memungut harta orang tanpa imbal jasa, atau pencari harta karun atau penjudi dan
21 Tingkat pengangguran di Jepang hanya 5 %, sementara di Negara-negara Eropa yang umumnya
tergololong Negara maju saja tingkat pengangguran mencapai 8-10 %. Lihat : Sadono Sukirno, Makroekonomi
Teori Pengantar, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2006, hlm. 19.
22 Lihat misalnya : Salman Syed Ali,Economic Thought of Ibn Khaldun, Jeddah : IRTI, Islamic
Development Bank, 2006, hlm. 1-14.
23 Ibn Khaldun,Muqaddimat, Mesir : Mathbaah Mushthaf Muhammad, t.t., hlm. 380.
12
7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun
13/32
sepadannya adalah penganggur. Pada masa Ibn Khaldun pekerjaan yang sesungguhnya ada
tiga bidang. Berarti orang yang tidak bekerja dalam wilayah tiga bidang pekerjaan ini pada
dasarnya ia tidak bekerja atau menganggur. Tiga bidang tersebut yaitu falhat(pertanian,
peternakan dan sektor primer yang lain), shinat (sektor industri dan sektor jasa) dan
tijrat(sektor perdagangan).24 Lebih jauh penulis juga menemukan beberapa pandangan Ibn
Khaldun yang dapat menjadi data awal untuk mengungkap konsepnya tentang
pengangguran :
1. Ibn Khaldun sangat menekankan adanya pembagian kerja di antara masyarakat, di
mana untuk terciptanya suatu keseimbangan antara satu sektor dengan sektor yang
lain harus diusahakan ada saling keterkaitan dan pada masing-masing bidang
terpenuhi kebutuhan tenaga kerja secara proporsional.25
2. Lapangan kerja menyesuaikan kebutuhan masyarakat. Ketika kebutuhan primer
masyarakat sudah terpenuhi, maka masyarakat membutuhkan yang sekunder
kemudian yang tersier. Ada hubungan yang erat antara tingkat kebutuhan dengan
ketenagakerjaan. Ketika tenaga kerja sudah dipakai untuk memenuhi kebutuhan
pokok sementara masih ada sisa tenaga kerja, maka sisa tenaga kerja tersebut
dapat dimanfaatkan untuk menaikkan kualitas hidup masyarakat dengan
mengerjakan prestasi-prestasi yang bermanfaat.26
3. Berdasarkan hal di atas maka tenaga kerja sangat mempengaruhi tingkat
kemakmuran masyarakat. Penduduk yang banyak merupakan potensi tenaga kerja
yang sangat bernilai. Berarti banyaknya penduduk bukan potensi kemiskinan di
mana pengangguran menjadi banyak, tetapi justru potensi kemakmuran yang
dapat menyerap banyak tenaga kerja. Karena penduduk yang banyak berarti
bertambahnya tenaga yang secara efektif dapat memanfaatkan sumber daya alam
yang ada. Secara sederhana Ibn Khaldun mengilustrasikan susu sapi misalnya,
akan kering dan tidak termanfaatkan jika tidak ada tenaga yang memerahnya.
Dalam bahasa yang sederhana Ibn Khaldun menegaskan bahwa jika penduduk
24 Ibn Khaldun,Muqaddimat, Mesir : Mathbaah Mushthaf Muhammad, t.t., hlm. 383.
25 Ibn Khaldun,Muqaddimat, Mesir : Mathbaah Mushthaf Muhammad, t.t., hlm. 360.
26 Ibn Khaldun, Muqaddimat, Mesir : Mathbaah Mushthaf Muhammad, t.t., hlm. 360-361.
13
7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun
14/32
sedikit maka pekerjaan sedikit dan tingkat kemakmuranpun rendah.27
4. Pengembangan industri menjadi sangat penting agar poin-poin di atas bisa
berjalan secara normal. Secara natural ada tiga jenis pekerjaan manusia yaitu
sektor pertanian / sektor primer termasuk di dalamnya pertambangan dan
perikanan. Kedua sektor industri, namun yang ditekankan adalah kemampuan
menginovasi barang menjadi lebih baik dan bermanfaat, atau mengubah sesuatu
menjadi bernilai lebih. Dan ketiga sektor perdagangan. Sedangkan pekerjaan-
pekerjaan yang lain seperti pegawai atau pelayan bukan termasuk pekerjaan yang
natural.28
5. Poin pandangan Ibn Khaldun yang keempat ini membawa konsekuensi logis
bahwa yang paling menentukan kemakmuran dan akan membawa kemajuan
bidang-bidang yang lain adalah tiga bidang itu, yakni sektor primer, industri dan
perdagangan. Dengan demikian untuk mengatasi pengangguran yang harus
menjadi perhatian adalah tiga bidang tersebut. Karena itu perlu mengkualitaskan
masyarakat untuk tiga bidang itu bila pengangguran ingin dikurangi. Maka
kebijakan pemerintah untuk mengatasi pengangguran dengan mengucurkan dana
pada perusahaan besar dengan harapan menyerap banyak tenaga kerja adalah
percuma, bila ketiga bidang tersebut malah diabaikan.
Berdasarkan temuan awal tadi bisa dibangun hipotesis bahwa dibalik karya
MuqaddimatIbn Khaldun yang kaya tesis-tesis di bidang sosial, ekonomi maupun sejarah
pada umumnya, dapat dibangun suatu konsep sistematis yang bisa menjadi teori Ibn
Khaldun tentang pengangguran dan cara mengatasinya. Dari sisi batasan definisi
pengangguran, Ibn Khaldun mengkategorikan setiap orang yang tidak produktif (tidak
melakukan itimr / tidak berpartisipasi dalam menumbuhkan kesemarakan kegiatan
ekonomi) dimasukkan dalam kategori menganggur. Berbeda dengan kajian ekonomi makro
konvensional yang membatasi penganggur hanya pada orang yang mencari pekerjaan tetapi
tidak mendapatkan pekerjaan. Maka dalam perspektif pemikiran Ibn Khaldun
penanggulangan pengangguran tidak hanya terkait dengan kebijakan membuka/memperluas
27 Ibn Khaldun,Muqaddimat, Mesir : Mathbaah Mushthaf Muhammad, t.t., hlm. 359-365, 380-382.
28 Ibn Khaldun,Muqaddimat, Mesir : Mathbaah Mushthaf Muhammad, t.t., hlm. 383.
14
7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun
15/32
lapangan kerja, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana masing-masing warga menjadi
pencipta kerja (job creator) bukan pencari kerja. Kajian intensif tentang pemikiran Ibn
Khaldun ini diharapkan dapat memunculkan teori yang spesifik tentang penanggulangan
pengangguran. Teori ini bisa saja ada unsur kesamaannya dengan teori-teori konvensional
yang sudah ada, tetapi tentu akan berbeda secara prinsipil karena prinsip yang mendasarinya
berbeda. Di mana letak perbedaannya dan mana yang paling efektif diterapkan, dan apakah
teori Ibn Khaldun bisa menawarkan alternatif penanggulangan pengangguran secara
komprehensif dan berimbang serta tidak eksploitatif, adalah pertanyaan yang memerlukan
penelitian yang intensif.
C. Permasalahan
Persoalan pengangguran adalah persoalan besar dan sangat berat dan cukup pelik
dipecahkan yang memiliki dampak buruk tidak hanya di bidang ekonomi tetapi juga
mengena bidang-bidang keghidupan yang lain. Namun teori-teori tentang pengangguran
masih didominasi oleh kajian ekonomi konvensional. Padahal dalam dunia Islam sendiri ada
seorang Ibnu Khaldun yang karyanya dengan meminjam istilah Syafii Maarif-29 menjadi
pekerjaan rumah yang menantang para ilmuwan generasi-generasi berikutnya dan tetapaktual untuk dikaji, karena pendekatannya terhadap masalah sosial dan ekonomi dan aneka
persoalan terkait sangat empiris historis dipandu oleh sinaran ajaran Islam. Maka mengapa
persoalan besar tentang rumusan teori pengangguran tidak dicoba di gali dariMuqaddimat,
sebuah karya besar yang sarat dengan bangunan teori tentang masalah sosial maupun
ekonomi. Teori Ibnu Khaldun tentang pengangguran dengan dianalisiskomparatifkan
dengan teori-teori pengangguran yang ada bisa menjadi tawaran teori alternatif untuk
memecahkan masalah pengangguran yang cukup rumit ini.
Bertolak dari latar belakang permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya dan untuk
tercapainya penelaahan yang lebih jelas, maka penelitian dalam disertasi ini lebih
difokuskan untuk menjawab permasalahan sebagai berikut :
29 Ahmad Syafii Maarif,Ibn Khaldun dalam Pandangan Penulis Barat dan Timur, Jakarta : Gema
Insani Press, 1996, hlm. 4-5.
15
7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun
16/32
1. Bagaimana konsep penanggulangan pengangguran yang dapat dirumuskan dari
pemikiran ekonomi Ibnu Khaldun dan apa yang menjadi landasan berfikirnya ?
2. Bagaimana analisis konsep tersebut jika dilihat dari perspektif ekonomi Islam dan jika
diperbandingkan dengan teori-teori pengangguran dalam wacana ekonomi makro ?
D. Tinjauan Pustaka
Kajian pengangguran banyak didominasi ilmuwan konvensional, sangat sedikir dari
ilmuan Islam yang mengkajinya secara teoritis. Semua buku tentang ekonomi makro dalam
khazanah ilmu ekonomi konvensional di dalamnya selalu ada pembahasan tentang
pengangguran. Pembahasannya berkisar seputar definisi pengangguran, klasifikasinya,
penyebab dan kebijakan mengatasinya. Di samping itu juga tidak sedikit buku-buku
ekonomi yang memang secara khusus membahas masalah pengangguran.30 Hal yang
sebaliknya terjadi dalam khazanah ekonomi Islam di mana sangat sulit dijumpai
pembahasan mengenai pengangguran. Bahkan dalam beberapa buku tentang makro
ekonomi Islam pun tidak dijumpai pembahasan mengenai pengangguran.31 Memang banyak
juga tulisan mengenai pengangguran dikaitkan dengan ekonomi Islam dalam situs internet,
tetapi pada umumnya merupakan tulisan lepas yang tidak didasarkan pada penelitianintensif. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa masalah pengangguran belum dikaji secara
intensif dalam khazanah ekonomi Islam, hal ini mungkin disebabkan bahwa kajian ekonomi
Islam masih disibukkan dengan penegasan larangan riba, berbagai implikasi dan
pengaruhnya bagi sistem ekonomi Islam secara umum.
Berbagai literatur ekonomi yang terkait dengan pengangguran antara lain sebagai
berikut :
30 Lihat misalnya buku : Betty G. Fishman dan Leo Fishman, Employment, Unemployment, and
Economic Growth, New York : Thomas Y. Crowell Company, dan buku: Simon Commander, Enterprise
Restructuring and Unemployment in Models of Transition, Washington, D.C.: The World Bank, 1998.
31 Lihat misalnya buku : Muhammad Abdul Mannan, The Making of Islamic Economic Society Islamic
Dimension in Economic Analysis, Jeddah : International Center for Research in Islamic Economics, 1984, di
dalamnya tidak menyinggung sedikitpun masalah pengangguran. Begitu juga buku yang berbicara tentang teori
ekonomi Islam mikro maupun makro yaitu buku Masudul Alam Choudhury, Contributions to Islamic Economic
Theory a Study in Social Economics, New York : St. Martins Press, 1986, juga tidak menyinggung masalah
pengangguran.
16
7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun
17/32
1. Buku The Economic Today karya Bradley R. Schiller,32Macroeconomic karya
N. Gregory Mankiw,33Economics : a Contemporary Introduction karya
William A. McEachern,34Makroekonomi Teori Pengantar karya Sadono
Sukirno,35Ekonomi Sumber Daya Manusia karya Arfida BR,36 dan hampir
seluruh literatur ekonomi makro konvensional membahas masalah definisi
pengangguran, klasifikasinya dan kebijakan mengatasinya. Sedangkan buku
Employment, Unemployment, and Economic Growth karya Betty G. Fishman
dan Leo Fishman,37 lebih menyoroti persoalan pengangguran di Amerika
Serikat. Pembahasan pengangguran dalam buku-buku ekonomi makro
konvensiaonal tersebut pada umumnya dihubungkan dengan ketenagakerjaan
yang terkait dengan perusahaan. Persoalan pengangguran diimplikasikan
sebagai persoalan surplus ketersediaan tenaga kerja dengan terbatasnya
permintaan kerja oleh perusahaan. Dengan demikian persoalan mengatasi
pengangguran adalah persoalan bagaimana menaikkan permintaan akan
tenaga kerja oleh perusahaan di tengah bertambahnya penawaran tenaga kerja
yang tersedia.
2. Tulisan Fahim Khan dengan judul Development Strategy in an Islamic
Framework With Reference to Labour-Abundant Economies tergolong tulisan
yang masih langka dalam khazanah ekonomi Islam yang secara intensif
membahas pengangguran. Dalam tulisannya ia menawarkan satu solusi yang
efektif untuk mengatasi pengangguran dengan berpijak pada ajaran ekonomi
Islam, ialah dengan memberdayakan masyarakat dengan memberi peluang dan
dukungan yang kuat kepada mereka untuk menjadi entrepreneur. Kajian
32 Bradley R. Schiller, The Economic Today, ninth edition, New York : McGraw-Hill/Irwin, 2003, hlm.
116.
33 N. Gregory Mankiw,Macroeconomics, terj. Imam Nurmawan Teori Makro Ekonomi, Jakarta :
Erlangga, 2003.
34 William A. McEachern,Economics : a Contemporary Introduction, terj. Sigit Triandaru, Ekonomi
Makro, Jakarta : Salemba Empat, 2000.
35 Sadono Sukirno,Makroekonomi Teori Pengantar, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2006, hlm. 13.
36 Arfida BR,Ekonomi Sumber Daya Manusia, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003, hlm. 134
37 Betty G. Fishman dan Leo Fishman,Employment, Unemployment, and Economic Growth, New York :
Thomas Y. Crowell Company.
17
7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun
18/32
Fahim Khan masih sebatas mengoreksi kebijakan konvensional dan
menawarkan kebijakan yang dipandangnya Islami untuk mengatasi
pengangguran. Dari kajian Fahim Khan dapat disimpulkan bahwa sesuai
ajaran Islam di bidang ekonomi, pengangguran diatasi dengan menciptakan
dan mengaktualkan kemampuan berwirausaha pada para penganggur.38
3. Adiwarman A. Karim dalam bukunya Ekonomi Islam Suatu kajian
Kontemporer, meskipun sedikit menyinggung masalah pengangguran dari
bukunya dapat ditarik satu penegasan bahwa pengangguran terjadi karena
lesunya sektor riil, maka untuk menanggulanginya adalah dengan membenahi
sektor riil. Dengan bangkitnya sektor riil maka pengangguran menurun.
Sistem ekonomi konvensional yang berbasis kapitalisme menimbulkan
kesenjangan yang cukup tajam antara sektor moneter dan sektor riil.
Sementara sistem ekonomi Islam yang mengacu pada prinsipprofit and loss
sharingserta prinsip larangan riba akan menyeimbangkan kedua sektor yang
berarti bangkitnya sektor riil dunia usaha, dengan demikian angka
pengangguran bisa diturunkan.39
4. Beberapa disertasi/tesis yang berbicara masalah pengangguran antara lain :
disertasi Zaki Fuad dengan judul Wawasan Ekonomi Islam tentang
Pemenuhan Kebutuhan dan Distribusi Pendapatan,40 yang salah satu
temuannya adalah bahwa full employment akan tercipta apabila investasi
ditanamkan pada kegiatan usaha produktif yang padat karya sebagaimana
dicontohkan oleh Nabi ketika membangun fondasi ekonomi umat yang cepat
pertumbuhannya karena menghasilkan out put yang banyak dan dapat
mengeliminir pengangguran. Ada juga satu tesis tentang pengangguran yang
ditulis Sucipto berjudul Analisis Struktural Kebijakan Investasi dan
pengangguran di Jambi dalam Perspektif Ekonomi Islam, yang dalam
38 Lihat : Fahim Khan,Essays in Islamic Economics, Leicester : The Islamic Foundation, 1995, hlm. 197-
209.
39 Lihat : Adiwarman A. Karim,Ekonomi Islam Suatu kajian Kontemporer, Jakarta : Gema Insani Press,
2001, hlm. 20-22, 24, 29, 36-41.
40 Zaki Fuad, Wawasan Ekonomi Islam tentang Pemenuhan Kebutuhan dan Distribusi Pendapatan,
Disertasi, Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2005
18
7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun
19/32
penelitiannya di propinsi Jambi, menyimpulkan bahwa di setiap pertambahan
investasi Rp.1 dalam milyar akan terjadi penambahan tenaga kerja rata-rata
140 orang.41
Beberapa literatur yang terkait dengan pengangguran tersebut menunjukkan dua
konsep yang berbeda dalam memandang masalah pengangguran. Kajian ekonomi makro
konvensional memandang persoalan pengangguran lebih dititikberatkan pada teori
penawaran dan permintaan tenaga kerja, maka yang menjadi fokus adalah bagaimana
membuat perusahaan-perusahaaan dapat menyerap sebanyak-sebanyaknya ketersediaan
tenaga kerja yang menganggur, jadi lebih bersifat labour oriented dan kurang bersifat
enterpreuner oriented. Sedangkan dari penelitian yang masih sedikit dalam khazanah
ekonomi Islam tentang pengangguran tersebut dapat ditarik suatu pandangan dalam
mengatasi pengangguran dengan memberdayakan kualitas wira usaha masyarakat atau
dengan memperkuat sektor riil.
Teori tentang pengangguran dalam khazanah ekonomi Islam sangat penting karena
pengangguran adalah masalah ekonomi yang berdampak serius. Maka sangat perlu untuk
membangun teori tentang pengangguran yang original dari pemikir ekonomi Islam yang
sangat berpengaruh di akhir masa pertengahan42 semisal Ibn Khaldun yang konsep-
konsepnya banyak dipakai oleh para ekonom modern. Arthur B. Laffer yang
memperkenalkan kurva Laffer misalnya, mengakui bahwa yang ia perkenalkan sebenarnya
sudah ditulis oleh filosof muslim abad ke-14 yaitu Ibn Khaldun dalam bukunya
Muqaddimah.43 Maka penggalian teori Ibn Khaldun tentang pengangguran sangat penting
dan akan tetap relevan untuk menjadi tawaran konsep alternatif di tengah-tengah konsep
pengangguran para ekonom konvensional yang belum efektif menanggulangi
pengangguran. Sebagai filosof muslim abad pertengahan yang telah menginspirasi para
ekonom Barat abad modern, tentu sudah cukup banyak kajian tentangnya baik yang ditulis41 Sucipto,Analisis Struktural Kebijakan Investasi dan pengangguran di Jambi dalam Perspektif Ekonomi
Islam, Tesis, Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2004.
42 Masa pertengahan adalah antara abad ke-5 sampai abad ke-15, suatu masa yang dikenal sebagai masa
kegelapan di Eropa. Di akhir masa ini ada fenomena di mana pemikir Barat mendapat pengaruh pemikir Muslim.
Lihat : Sad Sad Marthn,Madkhal li al-Fikr al-Iqtishd fi al-Islm, Beirut : Muassasat al-Rislat, 1999, hlm.
21-23.
43 Lihat : Arthur B. Laffer, The Laffer Curve : Past, Present and Future, 2004, http://www.heritage.org/
direkam tanggal 19 November 2007.
19
http://www.heritage.org/http://www.heritage.org/7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun
20/32
kalangan Barat maupun kalangan muslim sendiri.44 Beberapa tulisan tentang pemikiran
ekonomi Ibn Khaldun antara lain :
1. Tulisan Salman Syed Ali berjudulEconomic Thought of Ibn Khaldun (1332-
1406 A.D.)45 membahas pokok-pokok pemikiran ekonomi Ibn Khaldun
tentang produksi dan pembagian kerja, mekanisme pasar dan penentuan harga,
kebijakan pemerintah dalam masalah ekonomi serta keseimbangan ekonomi
makro dan kesejahteraan nasional, yang akhirnya berkesimpulan bahwa
pemikiran ekonomi Ibn Khaldun sangat canggih dan obyektif.
2. Tulisan Jean David C. Boulakia berjudulIbn Khaldun : A Fourteenth Century
Economist46 menegaskan bahwa Ibn Khaldun adalah pemikir abad ke-14 yang
telah menemukan sejumlah mekanisme ekonomi yang belakangan ditemukan
kembali oleh para ekonom modern.
3. Tulisan Louis Baeck dengan judul The Global vision of Ibn Khaldun47
menyatakan bahwa Ibn Khaldun adalah pemikir muslim pertama yang
memproduk pandangan global ekonomi dengan menganalisis proses produksi,
teori distribusi, karakter siklus dari fenomena ekonomi, dan ia juga termasuk
pionir dalam analisis demografi.
4. Tulisan J. Spengler berjudulEconomic Thought of Islam: Ibn Khaldun48juga
menegaskan bahwa Ibn Khaldun adalah ahli ekonomi terbesar pada masa
pertengahan Islam yang pandangan-pandangan ekonominya paling maju di
antara pandangan-pandangan ekonomi yang sudah ada pada masa itu. Dan
44Dalam internet dijumpai tidak kurang dari 640 tulisan tentang Ibn Khaldun meskipun judulnya bukan
Ibn Khaldun tetapi dalam isi kandungannya disinggung nama Ibn Khaldun, Secara umum tulisan-tulisan ini
memuat sisi-sisi kecendikiaan Ibn Khaldun di bidang sejarah, sosial, politik dan juga ekonomi. Lihat :
http://www.booksgoogle.com/
45 Salman Syed Ali,Economic Thought of Ibn Khaldun, Jeddah : IRTI, Islamic Development Bank, 2006,
hlm. 1-14.
46 Jean David C. Boulakia, Ibn Khaldun : A Fourteenth Century Economist, dalam The Journal of
Political Economy, Vol. 79 No.5, Sept-Okt. 1971, hlm. 1105-1118.
47 Louis Baeck, The Global Vision of Ibn Khaldun, dalam The Mediterranian Tradition in Economic
Thought, Routledge, 1994, hlm. 116.
48 Joseph J. Spengler, Economic Thought of Islam : Ibn Khaldun, dalam Comparative Studies in
Society and History, Vol.6 No,3, April 1964, hlm. 268-306.
20
http://www.booksgoogle.com/http://www.booksgoogle.com/7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun
21/32
masih banyak tulisan-tulisan yang menegaskan bahwa Ibn Khaldun adalah
Bapak Ekonomi, misalnya tulisan M. Laeeq-ur-Rehman Khan yang berjudul
Ibn Khaldun : The Father of Economics.49
5. Disertasi tentang Ibn Khaldun juga telah banyak ditulis tetapi berbicara
tentang negara, kekuasaan dan pendidikan, misalnya disertasi yang ditulis
Syafiuddin dengan judulNegara Islam menurut konsep ibn khaldun,50 Abdul
Rahman Zainuddin dengan judul Masalah Kekuasaan dan Negara dalam
Pemikiran Ibn Khaldun, 51 serta Azraie Zakaria dengan judul Konsep
Pendidikan Ibn Khaldun Relevansinya dengan Pendidikan Modern.52
Berbagai penelitian terdahulu tentang Ibnu Khaldun di bidang ekonomi tersebut
belum merumuskan teori Ibn Khaldun tentang penanggulangan pengangguran, karena
penelitian-penelitian tersebut umumnya untuk membuktikan bahwa Ibnu Khaldun adalah
pionir di bidang ekonomi mendahului para ekonom konvensional jadi yang menjadi obyek
kajian kebanyakan adalah konsep-konsep umum dalam ekonomi seperti konsumsi,
distribusi dan produksi serta konsep tentang uang dan harga serta mekanisme pasar.
Karena itu penelitian ini terutama ditujukan untuk mengisi kekurangan kajian
mengenai Ibn Khaldun dalam masalah pengangguran, sebuah masalah krusial berdampak
besar dalam ekonomi tapi belum banyak dibahas secara intensif dalam khazanah pemikiran
ekonomi Islam. Maka penelitian ini bertujuan untuk menemukan teori khaldun yang jelas
tentang penanggulangan pengangguran di mana teori yang dirumuskan ini dapat selaras atau
mungkin berbeda dengan teori pengangguran menurut Islam yang telah dirumuskan dari
sedikit kajian tadi. Di samping itu untuk melihat apakah teori Ibn Khaldun tentang
pengangguran memperkuat teori penanggulangan pengangguran yang dirumuskan para
ekonom konvensional, ataukah justru memiliki nilai revisi terhadap teori-teori tersebut
49 http://www.geocities.com/, direkam tanggal 5 November 2007.
50 Syafiuddin,Negara Islam menurut konsep ibn khaldun, Disertasi, Jakarta : IAIN Syarif Hidayatullah,
2001.
51 Abdul Rahman Zainuddin,Masalah Kekuasaan dan Negara dalam Pemikiran Ibn Khaldun, Disertasi,
Jakarta : IAIN Syarif Hidayatullah, 1991.
52 Azraie Zakaria,Konsep Pendidikan Ibn Khaldun Relevansinya dengan Pendidikan Modern, Disertasi,
Jakarta : IAIN Syarif Hidayatullah, 2002.
21
http://www.geocities.com/http://www.geocities.com/7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun
22/32
sehingga benar-benar menawarkan teori alternatif yang lebih efektif untuk diterapkan.
E. Tujuan Penelitian
Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rumusan konsep yang jelas
tentang penanggulangan pengangguran, sebagai teori alternatif di tengah-tengah beberapa
teori penanggulanagan pengangguran yang ada yang didomonasi konsep-konsep para
ekonom konvensional. Konsep yang dirumuskan dari pemikiran ekonomi Ibnu Khaldun ini
diharapkan dapat lebih efektif di samping akademis, Islamis dan praktis, mengingat sosok
Ibn Khaldun adalah seorang pemikir muslim yang menjadi peoneer ilmu sosial dan
ekonomi, yang kajiannya bersifat historis, akademis, empiris sekaligus Islamis. Lebih
rincinya, sesuai rumusan permasalahan, penelitian bertujuan untuk :
1. Merumuskan konsep penanggulangan pengangguran yang digali dari pemikiran
ekonomi Ibn Khaldun, dan untuk mengetahui landasan berfikirnya.
2. Membuktikan keselarasan konsep tersebut dengan ajaran Islam di bidang ekonomi, dan
mencari hubungan/perbedaannya dengan konsep-konsep terkait yang dirumuskan para
ekonom dalam kajian ekonomi makro.
F. Signifikansi Penelitian
Di tengah perdebatan tentang ketepatan kebijakan penanggulangan pengangguran
yang penerapannya selama ini jauh dari harapan, maka kehadiran sebuah rumusan konsep
alternatif yang dapat memperkaya konsep konsep pengangguran yang sudah ada menjadi
sangat penting. Maka hasil penelitian ini sangat penting artinya di samping untukmemperkaya khazanah ekonomi Islam yang masih miskin konsep pengangguran, juga bisa
bisa memudahkan berbagai kalangan untuk bagaimana bertindak secara bersama-sama
mengatasi masalah pengangguran. Bagi para ahli ekonomi penelitian ini bisa menjadi bahan
kajian untuk dielaborasi lebih lanjut.Bagi umat Islam khususnya dan masyarakat pada
umumnya, elaborasi praktis hasil penelitian ini bisa menjadi panduan bagaimana melangkah
22
7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun
23/32
bersama mengatasi pengangguran. Dan bagi pemerintah sebagai pengambil kebijakan
penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan yang efektif
dalam mengatasi masalah pengangguran.
G. Metode Penelitian
Peenelitian yang ingin merumuskan teori pengangguran dari pemikiran ekonomi Ibnu
Khaldun ini tentu saja termasuk kategori library research. Data yang dipergunakan adalah
data kepustakaan. Sumber data primernya adalah buku MuqaddimatdanKitb al-Ibar wa
Diwn al-Mubtada wa al-Khabar f Ayym al-Arab wa al-Ajam wa al-Barbar wa Man
sharahum min Dzawi al-Sulthn al-Akbar atau disingkat Kitb al-Ibar karya Ibn
Khaldun. Pada dasarnya Muqaddimat adalah buku pengantar bagi karya sejarah Ibn
Khaldun Kitb al-Ibar. Namun, sebagaimana ditegaskan Ahmad Syafii Maarif, nama
besar Ibn Khaldun adalah karenaMuqaddimatnya bukan karenaKitb al-Ibarnya. Karena
seluruh bangunan teorinya tentang masalah ilmu sosial termasuk ekonomi dan sejarah
termuat dalam Muqaddimat, sementara Kitb al-Ibarhanyalah bukti empiris-historis dari
teori yang telah dikembangkannya dalam Muqaddimat.53 Sedangkan sumber data
sekundernya adalah berbagai literatur yang terkait dengan ekonomi baik ekonomikonvensional maupun ekonomi Islam, didukung literatur-literatur sejarah dan literatur-
literatur Islam lain yang terkait.
Penelitian yang bertolak dari karya pemikir ekonomi Islam klasik yang dikaitkan
dengan persoalan sekarang tentu perlu melibatkan berbagai pendekatan untuk mendapatkan
hasil analisis yang mendalam dan komprehensif. Dalam hal ini penelitian melibatkan
53 Ahmad Syafii Maarif, Ibn Khaldun dalam Pandangan Penulis Barat dan Timur, Jakarta : Gema
Insani Press, 1996, hlm. 24-25.
23
7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun
24/32
pendekatan hermeneutika54 yang tidak terlepas dari pendekatan sejarah55. Pendekatan ini
dipakai untuk mendapatkan gagasan Ibn Khaldun tentang pengangguran dari data primer
yang berupa teks karyanya yang dianalisis dalam perspektif ekonomi Islam56 dan ekonomi
makro konvensional.
Dari data primer yakni kitabMuqaddimatdanKitb al-Ibar wa Diwn al-Mubtada
wa al-Khabar f Ayym al-Arab wa al-Ajam wa al-Barbar wa Man sharahum min
Dzawi al-Sulthn al-Akbar karya Ibn Khaldun, istilah-istilah yang terkait dengan
pengangguran diidentifikasi, dikelompokkan dan dianalisis secara kontekstual untuk
mendapatkan rumusan konsep penanggulangan pengangguran dari gagasan Ibnu Khaldun
tersebut sekaligus dianalisis dari perspektif ekonomi Islam maupun ekonomi makro
konvensional untuk dilihat relevansinya.
Pada dasarnya jenis analisis data yang dipakai adalah analisis kualitatif.57 Artinya
penelitian ini lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif
serta pada analisis terhadap dinamika antar fenomena yang diteliti dengan menggunakan
logika ilmiah, di mana permasalahan penelitian akan dijawab melalui cara-cara berfikir
formal dan argumentatif.58 Secara lebih spesifik metode analisis data yang digunakan adalah
54 Hermeneutika berasal dari kata kerja Yunani hermeneuien yang berarti menafsirkan,
menginterpretasikan atau menerjemahkan. Secara umum didefinisikan sebagai suatu teori atau filsafat tentang
interpretasi makna. Secara khusus penelitian ini memakai Hermeneutika Linguistik-Dialektis Hans-George
Gadamer,yang lebih menitikberatkan pada dimensi bahasa serta dialektika historis, dan dalam
menginterpretasikan suatu teks melibatkan konsepsi awal yang dimiliki penafsir. Lihat : Nafisul Atho dan Arif
Fahruddin (ed.),Hermeneutika Transendental dari Konfigurasi Filosofis Menuju Praksis Islamic Studies,
Yogyakarta : IRCiSod, 2003, hlm. 14 dan 144. Lihat pula : Josef Bleicher, Hermeneutika Kontemporer, terj.
Imam Khoiri, Yogyakarta : Fajar Pustaka, 2007, hlm. 198.
55 Analisis sejarah bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber
sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori disusun ke dalam suatu interpretasi yang menyeluruh. Lihat :
Dudung Abdurrahman,Metode Penelitian Sejarah, Jakarta : Logos, 1999, hlm. 64.
56 Dalam pendekatan ekonomi Islam, kajiannya tetap berada dalam bingkai wahyu (Al-Quran dan
Hadits), tidak terlepas dari bingkai halal haram, metode usul fiqh, maqashid al-syariah, maslahah, dan
sebagainya meskipun dianalisis secara logis empiris dengan melibatkan cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu
pasti. Lihat : Rfiq Ynus al-Mishr, Ushl al-Iqtishd al-Islm, Damaskus : Dr al-Qalam, 1993, hlm. 19-21.
57 Analisa kualitatif pada dasarnya mempergunakan pemikiran logis, analisa dengan logika, dengan
induksi, deduksi, analogi, komparasi dan sejenisnya. Lihat : Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian,
Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 1995, hlm. 95.
58 Saifuddin Azhar,Metode Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998, hlm. 5.
24
7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun
25/32
metode deskriptif,59 deduktif60 dan komparatif. Metode deskriptif dipakai misalnya untuk
mendapatkan deskripsi yang jelas dan utuh tentang pemikiran Ibnu Khaldun tentang
masalah terkait, yang kemudian dirumuskan konsepnya tentang penanggulangan
pengangguran. Metode deduktif misalnya dipakai untuk mendeduksi konsep pengangguran
dari ajaran Islam di bidang ekonomi, di samping mendeduksi konsep pengangguran dalam
kajian ekonomi makro. Selanjutnya dengan metode komparatif rumusan konsep
penanggulangan pengangguran dari pemikiran Ibn Khaldun tersebut dilihat relevansinya
dengan konsep ekonomi Islam dan kajian ekonomi makro.
H. Sistematika Penulisan
Hasil penelitian dalam bentuk disertasi ini, penulisannya dibagi dalam enam bab,
dengan sistematika sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan sebagai pengantar untuk melihat isi disertasi ini secara umum,
meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tinjauan kepustukaan, tujuan dan
signifikansi peenelitian, metode penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II tentang Pengangguran Sebagai Masalah Utama Perekonomian. Bab ini menjadi
kerangka teori dalam memahami pengangguran dalam wacana ekonomi makro, pada garis
besarnya membicarakan : Konsep Dasar Kerja dan Pengangguran, Berbagai Pengelompokan
Pengangguran dan Akar Penyebabnya, Pengangguran dan Pasar Tenaga Kerja, Dampak
Pengangguran dalam Perekonomian, serta Berbagai Teori tentang Pengangguran dan
Penanganannya.
Bab III tentang Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun dan Konsepnya tentang Kerja dan
Pengangguran. Bab ini menguak konsep kerja dan pengangguran dari gagasan ekonomi Ibn
Khaldun dengan memperhatikan mainstream pemikiran ekonominya dan lingkungan sosial
59 Metode deskriptif menurut Whitney, sebagaimana dikutip Moh. Nazir, adalah pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat. Lihat : Moh. Nazir,Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988, hlm. 63.
60 Metode deduktif dalam kajian ekonomi Islam menurut Monzer Kahf adalah mendeduksi prinsip-
prinsip sistem Islam dan kerangka hukumnya yang diaplikasikan pada ekonomi Islam. Lihat : Monzer Kahf, The
Islamic Economy : Analytical of the Functioning of the Islamic Economic System, terj. Machnun Husein,
Ekonomi Islam (Telaah Analisis terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam), Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995,
hlm. 12.
25
7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun
26/32
ekonomi yang melatarbelakanginya. Pada garis besarnya Bab III membicarakan : Ibn
Khaldun dan Karakteristik Pemikiran Ekonominya, Kehidupan Sosial Ekonomi masyarakat
era Ibn Khaldun, Konsep Kerja dan Pengangguran dalam Gagasan Ekonomi Ibn Khaldun,
serta Diversifikasi Pekerjaan dalam Mengatasi Pengangguran.
Bab IV tentang Pencapaian Kondisi Full Employmentdalam Teori Al-Umrn. Bab
ini mengupas teori al-umrn Ibn Khaldun yang sering dikaitkannya dengan pemakaian
tenaga kerja. Secara garis besar bab ini memuat : Teori Al-Umrn dalam Perspektif
Ekonomi Makro, Al-Umrn dalam Konteks Pertumbuhan Ekonomi dan Pencapaian
Kondisi Full Employment, Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Al-Umrn,
Penanggulangan Pengangguran dalam KonsepsiAl-Umrn.
Bab V tentang Telaah Kritis Formulasi Konsep Penanggulangan Penfangguran Ibn
Khaldun. Disamping merumuskan konsep Ibn Khaldun tentang penanggulangan
pengangguran secara komprehensif, bab ini juga mengungkap relevansi konsep tersebut
dengan konsep pengangguran yang ada dalam pemikiran ekonomi Islam dan wacana
ekonomi makro kontemporer. Bab ini memuat : Formulasi Komprehensif Konsep Ibn
Khaldun tentang Penanggulangan Pengangguran dan Landasan Berfikirnya, Analisis
Konsep Ibn Khaldun tentang Penanggulangan Pengangguran Dilihat dari Perspektif
Ekonomi Islam, serta Kontribusi Konsep Ibn Khaldun bagi Teori Penanggulangan
Pengangguran dalam Wacana Ekonomi Makro.
Bab VI penutup, merupakan inti dari keseluruhan analisis dan kesimpulan jawaban
terhadap permasalahan penelitian. Bab ini juga berisi saran dan kata penutup.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mannan, Muhammad, The Making of Islamic Economic Society Islamic Dimension
in Economic Analysis, Jeddah : International Center for Research in Islamic
Economics, 1984.
Abdurrahman, Dudung,Metode Penelitian Sejarah, Jakarta : Logos, 1999.
Agustianto,Ibnu Chaldun : Bapak Ekonomi, http://www.hupelita.com/ direkam 8 Nov
2007.
26
http://www.hupelita.com/baca.php?id=34087http://www.hupelita.com/baca.php?id=340877/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun
27/32
Al-Auzhi, Rifat, "Murtakazat li Tadrs al-Iqtishd al-Islm dalam : Jad al-Haqq Ali
Jad al-Haqq, et.al, Abhts Nadwat Ishm al-Fikr al-Islm f al-Iqtishd al-
Mushir, Herndon : al-Mahad al-Alam li al-Fikr al-Islm, 1988.
Ali, Salman Syed, Economic Thought of Ibn Khaldun, Jeddah : IRTI, Islamic
Development Bank, 2006.
Al-Jamml, Muhammad Abd Al-Munim, Mawst al-Iqtishd al-Islm, terj.
Salahuddin Abdullah, Ensiklopedia Ekonomi Islam, Jilid 2, Selangor : DewanBahasa dan Pustaka, 1997.
Al-Khthib, Mahmd Ibrhm, Al-Nidhm Al-Iqtishd Fi Al-Islm, Riyadh : Maktabah
Al-Haramain, 1989.
Al-Mishr, Rafq Ynus, Ushl al-Iqtishd al-Islm, Damaskus : Dr al-Qalam, 1993.
Alrefai, Ahmed dan Brun, Michel, Ibn Khaldun: Dynastic Change and Its Economic
Consequences, http://www.encyclopedia.com/, direkam tanggal 17 Nov 2007.
Amirin. Tatang M., Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,1995.
Atho, Nafisul dan Fahruddin, Arif, (ed.), Hermeneutika Transendental dari Konfigurasi
Filosofis Menuju Praksis Islamic Studies, Yogyakarta : IRCiSod, 2003.
Azhar, Saifuddin,Metode Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998.
Baeck, Louis, The Global Vision of Ibn Khaldun, dalam The Mediterranian Tradition
in Economic Thought, Routledge, 1994.
Bleicher, Josef, Hermeneutika Kontemporer, terj. Imam Khoiri, Yogyakarta : Fajar
Pustaka, 2007.
Boulakia, Jean David C., Ibn Khaldun : A Fourteenth-Century Economist, dalam The
Journal of Political Economy, Vol.79, No.5, Sept-Okt. 1971.
BR, Arfida,Ekonomi Sumber Daya Manusia, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003.
Cauley, Troy J., Economics : Principles and Institutions, Pennsylvania : The Haddon
Craftsmen, Inc., cet. II, 1969.
Chapra, M. Umer, The Future of Economic An Islamic Perspective, terj. Ikhwan Abidin
B., Masa Depan Ilmu Ekonomi : Sebuah Tinjauan Islam, Jakarta : Gema InsaniPress, 2001.
Choudhury, Masudul Alam, Contributions to Islamic Economic Theory a Study in Social
Economics, New York : St. Martins Press, 1986.
Commander,Simon, (ed.), Enterprise Restructuring and Unemployment in Models ofTransition, Washington, D.C.: The World Bank, 1998.
Djojohadikusumo, Sumitro, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Dasar Teori Ekonomi
Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, Jakarta : LP3ES, 1994.
Enan, Mohammad Abdullah,Ibn Khaldun His Live and Work, New Delhi ; Kitab Bhavan.
27
http://www.encyclopedia.com/http://www.encyclopedia.com/7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun
28/32
Fishman, Betty G. dan Fishman, Leo, Employment, Unemployment, and Economic
Growth, New York : Thomas Y. Crowell Company.
Fuad, Zaki, Wawasan Ekonomi Islam tentang Pemenuhan Kebutuhan dan Distribusi
Pendapatan, Disertasi, Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2005.
Hall, Robert E. & Taylor, John B., Macroeconomics, Theory, Performance, and Policy,
Edisi II, New York : W. W. Norton & Company, Inc., 1988.
Hasid, Zamruddin, Reconstruction on Economics Theory and Its Application : The Role
of Islamic Bank, dalam : International Journal Ihya Ulum al-Din, Semarang :
IAIN Walisongo, vol.7, no.1, Juli 2005.
Huda, Nurul, et.al.,Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis, Jakarta : Kencana, 2008.
Ibn Khaldun,Kitb al-Ibar wa Diwn al-Mubtada wa al-Khabar f Ayym al-Arab wa
al-Ajam wa al-Barbar wa Man sharahum min Dzawi al-Sulthn al-Akbar, Beirut
: Mansyrt Muassasat Al-Alami li Al-Mathbt, 1971.
Ibn Khaldun,Muqaddimat, Mesir : Mathbaah Musthaf Muhammad, t.t.
Kahf, Monzer, The Islamic Economy : Analytical of the Functioning of the Islamic
Economic System, terj. Machnun Husein, Ekonomi Islam (Telaah Analisis
terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam), Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995.
Karatas, Selim Cafer, The Economic Theory of Ibn Khaldun and The Rise and Fall ofNation,http://www.muslimheritage.com/, direkam tanggal 17 Juli 2007.
Karim, Adiwarman A., (Ed.,), Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta : IIIT, 2002.
Karim, Adiwarman A.,Ekonomi Islam Suatu kajian Kontemporer, Jakarta : Gema Insani
Press, 2001.
Karim, Adiwarman A.,Ekonomi Makro Islami, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2007.
Khan, Fahim,Essays in Islamic Economics, Leicester : The Islamic Foundation, 1995.
Khan, M. Laeeq-ur-Rehman, Ibn Khaldun : The Father of Economics,
http://www.geocities.com/, direkam tanggal 5 November 2007.
Kuper, Adam dan Kuper, Kuper, Jessica, The Social Science Encyclopedia, second
edition, New York : Routledge, 2001.
Laffer, Arthur B., The Laffer Curve : Past, Present and Future, 2004,
http://www.heritage.org/.
Lawrence, Bruce B., (Ed.),Ibn Khaldun and Islamic Ideology, Leiden : E.J. Brill, 1984.
Maarif, Ahmad SyafiI,Ibn Khaldun dalam Pandangan Penulis Barat dan Timur, Jakarta
: Gema Insani Press, 1996..
Mankiw, N. Gregory,Macroeconomics, terj. Imam Nurmawan Teori Makro Ekonomi,
Jakarta : Erlangga, 2003.
Marthn, Sad Sad, Madkhal li al-Fikr al-Iqtishd fi al-Islm, Beirut : Muassasah al-
Rislah, 1999.
28
http://www.muslimheritage.com/http://www.muslimheritage.com/http://www.geocities.com/http://www.geocities.com/http://www.heritage.org/http://www.muslimheritage.com/http://www.geocities.com/http://www.heritage.org/7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun
29/32
Meier, Gerald M.,Leading Issues in Economic Development, Edisi V, New York : Oxford
University Press, 1989.
McEachern, William A.,Economics : a Contemporary Introduction, terj. Sigit Triandaru,
Ekonomi Makro, Jakarta : Salemba Empat, 2000.
Nazir, Moh.,Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988.
Ritzer, George, Modern Sociological Theory, Singapura : McGraw-Hill Book Co.-
Singapore, 1996.
Samuelson, Paul A., dan Nordhaus, William D., Economics, Singapura : McGraw-Hill
Book Company, 1989.
Sarkaniputra,Murasa, Adil dan Ihsan dalam Perspektif Ekonomi Islam: Implementasi
Mantik Rasa dalam Model Konfigurasi Teknologi al-Ghazali as-Syatibi
Leontief Sraffa dalam : Al-Iqtishadiyyah, Jurnal Kajian Ekonomi Islam Vol. 1,
No. 1, Januari 2004, Jakarta : P3EI UIN Syarif Hidayatullah, 2004.
Schiller, Bradley R., The Economic Today, ninth edition, New York : McGraw-Hill/Irwin,2003.
Skousen, Mark, The Making of Modern Economics The Lives and Ideas of the Great
Thinkers, terj. Tri Wibowo Budi Santoso, Sang Maestro Teori-teori Ekonomi
Modern, Sejarah Pemikiran Ekonomi, Jakarta : Prenada Media, 2005.
Soule, George,Ideas of The Great Economists, New York : The New American Library,
1959.
Spengler, Joseph J., Economic Thought of Islam : Ibn Khaldun, dalam Comparative
Studies in Society and History, Vol.6 No,3, April 1964.
Sucipto, Analisis Struktural Kebijakan Investasi dan pengangguran di Jambi dalamPerspektif Ekonomi Islam, Tesis, Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2004.
Sudrajat,Kiat Mengentaskan Pengangguran Melalui Wira Usaha, Jakarta : Bumi Aksara,
2000.
Sukirno, Sadono, Makroekonomi Teori Pengantar, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,
2006.
Syafiuddin, Negara Islam menurut konsep ibn khaldun, Disertasi, Jakarta : IAIN Syarif
Hidayatullah, 2001.
Taylor, Overton H., A History of Economic Thought, New York : McGraw-Hill Book
Company, Inc., 1960.
Wafi, Ali Abd Al-Wahid, Abd Al-Rahman bin Khaldun : Hayatuh wa Atsaruh wa
Madhahir Abqariyyah, Mesir : Maktabah Mishr,
Winardi, Sejarah Perkembangan Ilmu Ekonomi, Bandung : Tarsito, 1983.
Zainuddin, Abdul Rahman, Masalah Kekuasaan dan Negara dalam Pemikiran Ibn
Khaldun, Disertasi, Jakarta : IAIN Syarif Hidayatullah, 1991.
Zakaria, Azraie, Konsep Pendidikan Ibn Khaldun Relevansinya dengan Pendidikan
29
7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun
30/32
Modern, Disertasi, Jakarta : IAIN Syarif Hidayatullah, 2002.
OUTLINE DISERTASI
KAJIAN PENGANGGURAN DALAM PERSPEKTIF PEMIKIRAN EKONOMIIBN KHALDUN
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini sebagai pengantar untuk melihat isi disertasi ini secara umum, meliputi:A. Latar Belakang Masalah
B. Perumusan Masalah
C. Tinjauan Kepustakaan
D. Tujuan dan Signifikansi Penelitian
30
7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun
31/32
E. Metode Penelitian
F. Sistematika Penulisan.
BAB II : PENGANGGURAN : MASALAH UTAMA PEREKONOMIAN
Bab ini menjadi kerangka teori dalam memahami pengangguran dalam wacana
ekonomi makro, pada garis besarnya membicarakan :
A. Konsep Dasar Kerja dan Pengangguran
B. Berbagai Pengelompokan Pengangguran dan Akar Penyebabnya
C. Pengangguran dan Pasar Tenaga Kerja
D. Dampak Pengangguran dalam Perekonomian
E. Berbagai Teori tentang Pengangguran dan Penanganannya
BAB III : PEMIKIRAN EKONOMI IBN KHALDUN DAN KONSEPNYA TENTANG
KERJA DAN PENGANGGURAN
Bab ini menguak konsep kerja dan pengangguran dari gagasan ekonomi Ibn
Khaldun dengan memperhatikan mainstream pemikiran ekonominya dan
lingkungan sosial ekonomi yang melatarbelakanginya. Pada garis besarnya Bab
III membicarakan :
A. Ibn Khaldun dan Karakteristik Pemikiran Ekonominya
B. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat era Ibn Khaldun
C. Konsep Kerja dan Pengangguran dalam Gagasan Ekonomi Ibn Khaldun
D. Diversifikasi Pekerjaan dalam Mengatasi pengangguran
BAB IV : PENCAPAIAN KONDISI FULL-EMPLOYMENT DALAM TEORI AL-
UMRAN
Bab ini mengupas teori Al-Umrn Ibn Khaldun yang sering dikaitkannya
dengan pemakaian tenaga kerja. Secara garis besar bab ini memuat :
A. TeoriAl-Umrn dalam Perspektif Ekonomi Makro
B. Al-Umrn dalam Konteks Pertumbuhan Ekonomi dan Pencapaian Kondisi
Full Employment
31
7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun
32/32
C. Faktor-faktor Pendukung dan PenghambatAl-Umrn
D. Penanggulangan Pengangguran dalam KonsepsiAl-Umrn
BAB V : TELAAH KRITIS FORMULASI KONSEP PENANGGULANGANPENGANGGURAN IBN KHALDUN
Disamping merumuskan konsep Ibn Khaldun tentang penanggulangan
pengangguran secara komprehensif, bab ini juga mengungkap relevansi konsep
tersebut dengan konsep pengangguran yang ada dalam pemikiran ekonomi Islam
dan wacana ekonomi makro kontemporer. Bab ini memuat :
A. Formulasi Komprehensif Konsep Ibn Khaldun tentang Penanggulangan
Pengangguran dan Landasan Berfikirnya
B. Analisis Konsep Ibn Khaldun tentang Penanggulangan Pengangguran Dilihat
dari Perspektif Ekonomi Islam
C. Kontribusi Konsep Ibn Khaldun bagi Teori Penanggulangan Pengangguran
dalam Wacana Ekonomi Makro
BAB VI : PENUTUP
Bab ini merupakan inti dari keseluruhan analisis dan kesimpulan jawaban dari
permasalahan penelitian. Bab ini berisi :
A. Kesimpulan
B. Saran-saran