Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KAJIAN STILISTIKA NOVEL BIDADARI BERMATA BENING
KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian
Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Program Pascasarja Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh:
SRY WAHYUNI
105.04.12.021.17
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR
Kuucapkan terutama kepada Rabb-ku, penggenggam hidupku, atas
sebuah skenario kehidupan indah yang diberikan-Nya untukku. Berkat
rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini. Tesis yang berjudul “Kajian Stilistika Novel
Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy” diajukan guna
memenuhi salah satu persyaratan akademis untuk memeroleh gelar
Magister pada Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Program
Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Makassar.
Dari awal hingga akhir penyusunan tesis ini, penulis tidak luput dari
berbagai hambatan dan tantangan. Akan tetapi, semua dapat penulis
lampaui dengan berkat rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam juga berkat kesabaran,
ketekunan, kerja keras penuh, serta peranan berbagai pihak yang
memberikan bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk maksud tersebut, penulis merasa sangat bersyukur dan
mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu
penulis.
Secara khusus, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Dr. Abd. Rahman Rahim, M.Hum pembimbing I penulis sekaligus selaku
ketua prodi Magister Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah
meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga dalam memberikan bimbingan,
iv
arahan, motivasi, dan petunjuk kepada penulis mulai dari penyusunan
proposal sampai pada penulisan tesis ini; Dr. Sitti Aida Azis, M.Pd
pembimbing II yang telah banyak membantu, mengarahkan, menasihati,
dan memotivasi penulis sejak awal penulisan tesis ini.
Terima kasih penulis tujukan kepada Prof. Dr. H. Rahman Rahim,
MM Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar; Dr. H. Darwis Muhdina,
M.Ag Direktur Program Pascasarjana Univeristas Muhammadiyah
Makassar; seluruh dosen pada Magister Bahasa dan Sastra Indonesia
yang telah membekali penulis ilmu pengetahuan selama kuliah di
Unismuh; seluruh staf tata usaha Program Pascasarjana yang telah
memberi bantuan fasilitas dan pelayanan administrasi demi kelancaran
studi penulis.
Secara istimewa, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih untuk suami penulis, Muhammad Arfa, yang merestui penulis
melangkah sejenak keluar rumah dan mau berbagi tugas menjaga anak;
Bidadari kecil Safwa Izzatun Mumtaza Djibran Arfa yang selalu
memberikan senyum yang menjadi energi untuk penulis; kepada orangtua
yang sangat penulis cintai, Ayahanda Baharuddin dan Ibunda Nur Aeni.
Adik, Fitriani, yang selalu memberi limpahan warna dalam hidup penulis
dengan segala rasa yang menjadikan semuanya sempurna.
Terima kasih kepada keluarga besar Ambo’ Laoci dan Indo’ Baji, dan
keluarga besar Ambo’ Sellomo dan Indo’ Masa’ di Wajo, dan seluruh
keluarga besar yang tidak sempat penulis tuliskan satu per satu. Penulis
v
selalu bersyukur dengan kehangantan yang diberikan oleh Allah kepada
keluarga penulis.
Guru-guru yang mengucurkan ilmunya kepada penulis dengan
penuh kesabaran. Guru mengaji Almh, Bapak dan Ibu guru di SD Inpres
Cambayya II; SMPN 4 Makassar, SMKN 4 Makassar; guru-guru di SD
Inpres Tallo Tua II tempat penulis mencerdaskan anak-anak bangsa.
(untuk semua guru, penulis ucapkan terima kasih atas semua ilmu yang
begitu berharga untuk kehidupan penulis. Hanya Allah pembalas semua
ketulusan dan keikhlasan).
Tak lupa kepada Ayah Jibuha dan Bunda Rostina mertua dan
keluarga besar dari Bantaeng yang selalu mendoakan dari jauh. Terima
kasih juga untuk teman-teman; Mega, Eka, Ani, Oly (The Rempong)
teman yang begitu baik kepada penulis selama ini; teman-teman kelas
regular Pascasarjana Bahasa Indonesia 2017 (Kak Jono, Kak Erna, Arul,
Ihwal, Ancu’, Elis, Jesy dan Ani, teman berjuang untuk menjadi lebih baik
dan lebih bermanfaat; Kakak Jay beserta keluarga yang memberi penulis
doa.
Sangat penting artinya bagi penulis untuk menuliskan nama-nama
mereka yang begitu banyak memberi arti dalam kehidupan penulis,
sehingga dengan keterbatasan ingatan, penulis ucapkan permohonan
maaf yang sebesar-besarnya bila ada nama yang terlewatkan. Hanya
Allah yang telah mencatatnya lebih lengkap.
vi
Terima kasih, penulis ingin mengatakan kepada setiap orang yang
ditemuinya dalam hidupnya. Betapa kalian telah memberikan begitu
banyak jasa yang tidak pernah bisa dibayar. Dari lubuk hati yang
terdalam, penulis ucapkan terima kasih. Hanya Allah sebaik-baik pemberi
balasan atas semua kebaikan.
Akhirnya, dengan penuh rendah hati penulis menyampaikan bahwa
masih terdapat kelemahan dalam tesis ini meskipun telah diupayakan
secara maksimal. Hal ini sudah menjadi Sunnatullah bahwa manusia tidak
luput dari segala kekhilafan dan keterbatasan. Oleh karena itu, penulis
senantiasa mengharapkan masukan yang sifatnya membangun agar
penulis dapat berkarya yang lebih baik lagi pada masa mendatang.
Harapan dan doa penulis, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan menjadi amal jariyah bagi penulis.
Aamiin
Makassar, November 2019
Penulis
vii
M O T O
Allah tidak melihat bentuk rupa dan harta benda kalian,
tapi Dia melihat hati dan amal kalian.
(Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wassalam)
Iman tanpa ilmu bagaikan lentera di tangan bayi, namun ilmu tanpa
iman bagaikan lentera di tangan pencuri.
(Buya Hamka)
Setiap manusia pernah berbuat salah, namun yang paling baik dari
yang berbuat salah adalah yang mau bertaubat.
(HR. Tirmidzi)
Kupersembahkan karya sederhana ini untuk:
Orang tua tercinta, saudara, keluarga besar, bidadariku (Safwa) dan
imamku (Arfa) yang selalu menyanyangiku, senantiasa mendoakan,
memberi motivasi, serta selalu menemaniku dalam suka dan duka
viii
ABSTRAK
SRY WAHYUNI, NIM: 105041202117, 2019. Kajian Stilistika Novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy. Pembimbing I: Dr. Abd. Rahman Rahim, M. Hum. Pembimbing II: Dr. Sitti Aida Azis, M. Pd. Tesis: Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar.
Kajian Stilistika Novel Bidadari Bermata Bening ini merupakan analisis
pemakaian bahasa di dalam novel tersebut. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dengan tujuan untuk
mendeskripsikan keunikan pemilihan dan pemakaian kosakata,
kekhususan aspek morfologis dan sintaksis, pemakaian gaya bahasa
figuratif yang meliputi majas penegasan, majas perbandingan, majas
pertentangan, dan majas sindiran yang terdapat dalam novel Bidadari
Bermata Bening.
Data penelitian ini berupa satuan-satuan lingual yang mengandung
keunikan kosakata dan morfosintaksis serta keunikan gaya bahasa.
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik pustaka, simak dan catat.
Teknik analisis data yaitu data yang telah terkumpul diklasifikasikan
terlebih dahulu. Langkah mengklasifikasikan data ini merupakan langkah
selanjutnya setelah data dikumpulkan dengan teknik- teknik yang telah
disebutkan. Langkah selanjutnya adalah reduksi data, yaitu proses seleksi
data, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data kasar dalam
rangka penarikan kesimpulan. Setelah itu, membuat penyajian data.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keunikan pemilihan dan
pemakaian kosakata terdapat pada leksikon bahasa asing, leksikon
bahasa Jawa, leksikon bahasa Arab. Kekhususan aspek morfologis dalam
novel Bidadari Bermata Bening yaitu pada penggunaan afiksasi leksikon
bahasa Jawa dan bahasa Inggris serta reduplikasi dalam leksikon bahasa
Jawa dan bahasa Arab. Kemudian aspek sintaksis meliputi penggunaan
repetisi dan kalimat majemuk. Pemanfaatan gaya bahasa figuratif yang
unik dan menimbulkan efek-efek estetis pada pembaca yaitu majas
penegasan (alonim, asindenton, epizueksis, esklamasio, klimaks,
pararima, repetisi, retoris, sinkope), majas perbandingan (alegori, alusio,
antonomasia, asosiasi, epitet, eponim, hiperbola, metafora, perifrasis,
personifikasi, simbolik, simile, tropen), majas pertentangan (antitesis), dan
ix
majas sindiran (sarkasme, sinisme) yang terdapat dalam novel Bidadari
Bermata Bening.
Analisis di atas menunjukkan bahwa penulis mampu menonjolkan
keunikan pemilihan dan pemakaian kosakata yang spesifik dan lain dari
yang lain. Keunikan tersebut dilatarbelakangi oleh faktor sosial budaya
dan pendidikan penulis. Hal itu menghasilkan style tersendiri yang menjadi
ciri khusus Habiburrahman El Shirazy dalam menuangkan gagasannya
melalui novel Bidadari Bermata Bening.
Kata Kunci: Pemakaian kosakata, aspek morfologis dan sintaksis, gaya
bahasa figuratif.
x
ABSTRAC
SRY WAHYUNI, NIM: 105041202117, 2019. Stilistika's study Novel Bidadari Bermata Bening By Habiburrahman El Shirazy's. counselor I: Dr. Abd. Rahman Rahim, M. Hum. Counsellor II.: Dr. Sitti Aida Azis, M. Pd. Thesis: Studi's program Language and Indonesia Art, Pascasarjana's Program of Muhammadiyah Makassar's University.
Stilistika's study Novel Bidadari Bermata Bening this constitutes analisis language using up in that novel. This research constitute kualitatif's research that gets descriptive character with intent to describe elect uniqueness and lexicon using up, morfologis's aspect specialty and syntax, lingual styled using up figuratif who covers majas affirmation, majas is compare, majas is discrepancy, and majas is allusion that exists in Novel Bidadari Bermata Bening.
This observational data as satuan satuan lingual who contain lexicon uniqueness and morfosintaksis and lingual style uniqueness. Data collecting tech utilize library tech, learn and note. analisis's tech data which is data already collected being clasified beforehand. Stage clasifies this data constitute afterses succeeding stage data be gathered with tech already being named. Succeeding stage is data reduction, which is data selection process, focusing, moderation and crude data abstraction in order to conclusion pull. Afterwards, making data representation.
This observational result points out that elect uniqueness and lexicon using up exists on strange lingual lexicon, javanese lexicon, arabic lexicon. morfologis's aspect specialty in Novel Bidadari Bermata Bening which is on lexicon affixation purpose javanese and english language and reduplikasi in javanese and arabic lexicon. Then syntax aspect cover repetisi's purpose and composite sentence. Lingual styled exploit figuratif that unique and evokes esthetic effect on reader which is majas affirmation (alonim, asindenton, epizueksis, esklamasio, tag line, pararima, repetisi, rhetorical, sinkope), majas is compare (allegory, alusio, antonomasia, association, epitet, eponim, hyperbola, metaphor, perifrasis, personifikasi, simbolik, simile, tropen), majas is discrepancy (antithesis), and majas is allusion (sarkasme, cynicism) one that available in Novel Bidadari Bermata Bening. Analisis upon points out that writer can feature elect uniqueness and specific lexicon using up and other of another one. That uniqueness dilatarbelakangi by social factor culturizes and writer education. That thing results style alone that as mark of identification Habiburrahman El Shirazy in pour it’s idea via Novel Bidadari Bermata Bening. Key word: Lexicon using up, morfologis's aspect and syntax, figuratif's
lingual style.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
KATA PENGANTAR
MOTO
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................... 1
B. Fokus Penelitian ............................................................. 9
C. Batasan Penelitian .......................................................... 9
D. Tujuan Penelitian ............................................................ 10
E. Manfaat Penelitian .......................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka ............................................................ 12
1. Pengertian Stilistika ................................................... 17
2. Morfologi .................................................................... 24
3. Sintaksis .................................................................... 26
xii
4. Gaya Bahasa ............................................................. 31
B. Kerangka Pikir ................................................................ 59
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................ 60
B. Desain Penelitian .......................................................... 60
C. Definisi Istilah ................................................................ 62
D. Sumber Data dan Data .................................................. 63
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................ 64
F. Teknik Analisis Data ..................................................... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................. 66
1. Keunikan Diksi ......................................................... 66
a. Pemakaian Leksikon Bahasa Asing (Inggris)….. 67
b. Pemakaian Leksikon Bahasa Jawa…………….. 70
c. Pemakaian Leksikon Bahasa Arab……………… 71
2. Kekhususan Aspek Morfologi dan Sintaksis ............ 73
a. Aspek Morfologi ………………………………...... 73
b. Aspek Sintaksis ………………………………...... 86
3. Pemakaian Gaya Bahasa ........................................ 98
a. Gaya Bahasa Penegasan …............................... 99
b. Gaya Bahasa Perbandingan ….......................... 103
c. Gaya Bahasa Pertentangan …........................... 112
xiii
d. Gaya Bahasa Sindiran ….................................... 112
B. Pembahasan ................................................................ . 114
1. Keunikan Diksi ......................................................... 115
2. Kekhususan Aspek Morfologi dan Sintaksis ............ 117
3. Pemakaian Gaya Bahasa ........................................ 118
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ........................................................................ 120
B. Saran .............................................................................. 121
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. SURAT IZIN PENELITIAN
2. KORPUS DATA PENELITIAN
3. SINOPSIS NOVEL
4. BIOGRAFI HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY
5. RIWAYAT HIDUP
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sastra merupakan bagian dari kelompok ilmu-ilmu humaniora
seperti halnya bahasa, sejarah, kesenian, filsafat, dan estetika. Melalui
karya sastra dapat dipahami aspek kemanusiaan dan kebudayaan yang
tertuang dalam karya sastra. Menurut Sumardjo (1984: 8), karya sastra
merupakan bentuk penuangan pikiran, perasaan, ide, dan pengalaman
serta imajinasi pengarang. dengan demikian, karya sastra pada dasarnya
merupakan pencerminan dari kehidupan nyata terutama yang dipikirkan,
dirasakan atau dibayangkan oleh pengarang.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
يم ك ي ح ل ع ا ل ن ي د اب ل ت ك م ال نه في أ إ و
“Dan sesungguhnya Al-Qur`an itu dalam induk Al-Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung keindahan sastra yang sempurna” (QS. Az-Zukhruf: 4) Semi (1993: 8) mengatakan bahwa karya sastra merupakan bentuk
dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan
kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Bahasa
sangatlah penting dalam proses terciptanya sebuah karya sastra yang
memiliki rasa tinggi. Karya sastra juga harus memunyai nilai edukatif yang
baik, karena sastra adalah hasil dari perasaan penulisnya. Bahasa dan
2
sastra memiliki hubungan erat, atau dengan kata lain sastra tidak lepas
dari bahasa.
Karya sastra adalah hasil renungan imajinatif, pengungkapan
gagasan, dan pikiran dengan gambaran-gambaran pengalaman. Karya
sastra merupakan hasil kegiatan kreatif, imajinatif, dan artistik. Karya
sastra lahir sebagai perpaduan antara hasil renungan pikiran dan
perasaan seorang pengarang di tengah-tengah masyarakat menjadi suatu
yang sangat diharapkan menjadi cerminan kehidupan yang memantulkan
nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Hal tersebut yang membedakan
karya sastra dengan tulisan biasa.
Pengalaman batin dan gejolak jiwa yang dicurahkan ke dalam novel
dilakukan sedemikian rupa oleh pengarangnya agar intensitas makna
yang ingin disampaikan kepada khalayak dapat terwakili lewat
penggunaan bahasa yang mudah dipahami dan transparan. Bahasa yang
dipergunakan secara istimewa dalam ciptaan sastra, berperan sebagai
sarana komunikasi yaitu untuk menyampaikan informasi.
Pemanipulasian bahasa pada hakikatnya dalam rangka
mewujudkan novel sebagai sarana komunikasi yang maksimal. Dalam
kondisi informasi yang demikian, novel merupakan alat komunikasi yang
padat informasi.
Novel tercipta karena pengaruh fenomena kehidupan yang berada
di sekitar kehidupan pengarangnya. Peristiwa atau tragedi yang
melibatkan aspek kejiwaan seorang sastrawan ikut membaur dalam
3
pikirannya sebelum diputuskan menjadi karya novel. Kecenderungan ini
mengarah pada penemuan penghayatan hidup. Kekayaan pengalaman
hidup pengarang akan memperkuat pengaruh terhadap karya yang
diciptakannya. Oleh karena itu, dalam struktur penceritaan novel,
pengaruh pengalaman pengaranglah yang menonjol.
Novel terwujud sebagai sarana komunikasi, yaitu komunikasi
dengan penikmat atau pembacanya. Perbedaan-perbedaan susunan kata
atau kalimat yang sering dijumpai dalam karya sastra novel, bukan
dimaksudkan pengarangnya hanya sekadar agar lain dari bahasa umum,
melainkan adanya maksud-maksud tertentu dari pengarang. Dengan
bahasanya, sastrawan berusaha menyergap pikiran dan perasaan
pembacanya.
Seorang sastrawan menganggap belum cukup rasanya bila
pembaca karya sastranya hanya mengetahui maksudnya saja. Sastrawan
menghendaki pembacanya dapat turut merasakan hal yang disarankan
dan dialami jiwanya. Oleh karena itu, setiap kata atau setiap kalimat yang
digunakan sastrawan bukan hanya merupakan alat untuk menyampaikan
ide-ide atau gagasannya belaka, melainkan juga sebagai alat untuk
mengungkapkan perasaannya.
Keberadaan sastra diterima sebagai salah satu realitas sosial
budaya sampai saat ini sastra tidak saja dinilai sebagai karya seni
yang memiliki budi, imajinasi, dan emosi, akan tetapi sastra merupakan
suatu karya yang kreatif yang dimanfaatkan sebagai konsumsi intelektual
4
di samping konsumsi hiburan. Sastra yang telah dihasilkan oleh para
sastrawan diharapkan dapat memberikan kepuasan estetik dan kepuasan
intelek kepada pembaca.
Bahasa merupakan salah satu unsur terpenting dalam sebuah
karya sastra. Bahasa dalam karya sastra mengandung unsur keindahan.
Keindahan adalah aspek estetika. Pendapat tersebut sejalan dengan
pendapat Zulfahnur dkk (1996: 24), bahwa sastra merupakan karya seni
yang berunsur keindahan. Keindahan dalam novel dibangun oleh
pengarang melalui seni kata. Seni kata atau seni bahasa berupa kata-kata
yang indah terwujud dari ekspresi jiwa. Hal tersebut senada dengan
pendapat Nurgiyantoro (2005: 23), Bahasa dalam seni sastra dapat
disamakan dengan cat warna. Keduanya merupakan usur bahan, alat,
dan sarana yang mengandung nilai lebih untuk dijadikan sebuah karya. Di
samping itu dalam bahasa novel sarat dengan gaya bahasa sehingga
pembaca tidak merasa bosan, dalam mengkaji gaya bahasa diperlukan
ilmu stilistika.
Stilistika adalah ilmu tentang gaya bahasa, yang pada dasarnya
melihat bahasa dari segi pemakaian bahasa yang khas atau istimewa.
Dari keistimewaan inilah yang merupakan ciri khas seorang penulis, dan
menjadi aliran khas dari dunia sastra. Di samping itu, stilistika juga dilihat
dari segi penggunaan bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa,
seperti penggunaan ejaan dan tanda baca dalam kalimat.
5
Stilistika (stylistic) adalah ilmu yang meneliti penggunaan bahasa
dan gaya bahasa di dalam karya sastra (Sudjiman, 1993: 75). Stilistika
sangat penting bagi studi linguistik maupun studi kesusastraan. Stilistika
dapat memberikan sumbangan penelitian gaya bahasa merupakan unsur
pokok untuk mencapai berbagai bentuk pemaknaan karya sastra,
dikarenakan karya sastra tidak lepas dari penggunaan gaya bahasa yang
indah.
Penggunaan gaya bahasa dalam karya sastra berlawanan dengan
penggunaan bahasa pada karya ilmiah pastinya menggunakan bahasa
yang baik dan benar, pemilihan kata yang tepat, kalimatnya jelas hal ini
harus diperhatikan agar tidak menimbulkan makna ambigu/ ganda.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kajian
stilistika berkaitan dengan berbagai cabang dalam tatanan linguistik, baik
fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Hubungannya dengan
fonologi dilakukan karena adanya kemerduan bunyi, persamaan bunyi,
perulangan bunyi, ataupun irama yang ditimbulkan. Dari segi morfologi
dapat dilihat pembentukan kata yang menyusun lirik sebuah puisi atau
lagu, sedangkan hubungan sintaksis dapat dilihat dari aspek struktur
kalimat dari segi semantik dilihat adanya unsur-unsur semantik misalnya
penggunaan diksi, jenis-jenis gaya bahasa, citraan dan sebagainya.
Kajian stilistika ini merupakan pengkajian karya sastra yang
berorientasi linguistik atau penggunaan parameter linguistik dalam
mengkaji karya sastra. Titik berat kajian stilistika itu sendiri memang
6
terletak pada penggunaan bahasa dan gaya bahasa suatu karya sastra.
Kajian ini bertujuan untuk meneliti aspek khusus pemakaian bahasa
dalam karya sastra, seperti kekhasan dalam pemanfaatan bunyi-bunyi
bahasa (rima dan ritme), aspek morfologi, diksi, pemakaian bahasa
figuratif (majas) dan pengimajian kata (Edi Subroto, dkk. 1997: 2).
Stilistika juga merupakan sesuatu yang menjadi objek kajian penelitian,
artinya di dalam novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El
Shirazy ada potensi-potensi bahasa yang diolah dan dimanfaatkan oleh
pengarang untuk keperluan ekspresi estetik.
Bertolak dari uraian tersebut, penulis memilih novel Bidadari
Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy, karena prestasi dan
mutu novel tersebut, novel ini termasuk salah satu novel modern yang
memiliki kekhasan yang berbeda dengan novel-novel yang lain.
Novel Bidadari Bermata Bening merupakan novel yang banyak
menggunakan permainan gaya bahasa dan memiliki tingkat kompleksitas
gaya bahasa yang tinggi. Peneliti mengambil penelitian tentang gaya
bahasa karena peneliti tertarik dengan penggunaan-penggunaan gaya
bahasa yang digunakan oleh para pengarang dalam membungkus suatu
karyanya dengan menggunakan gaya bahasa yang indah sehingga
membuat penikmat karyanya menjadi tidak jenuh dan selalu tertarik untuk
membaca dan memberikan warna tersendiri untuk pengarangnya dalam
membuat karya sastra agar karyanya tidak datar.
7
Salah satu novel yang disampaikan dengan gaya bahasa yang
indah serta memuat nilai-nilai pendidikan karakter adalah novel Bidadari
Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy. Sebuah novel yang
menceritakan dunia pesantren dengan orang-orang pesantren dengan
apik. Khazana dan nilai-nilai adiluhung pesantrenpun disampaikan dalam
bahasa sastra yang indah, novel ini memotivasi santri dan generasi muda
pada umumnya untuk meraih kesuksesan dengan bekerja keras, ulet,
rendah hati dan menebar kebaikan secara universal.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
ن لوا م ك ا و ه ب اك ن وا في م ش ام وال ف ل رض ذ م األ ك ل ل ع ي ج ذ و ال ه
ور ه النش ي ل إ ◌ و ه ق ز ر
“Allah yang menjadikan bumi itu mudah untuk kalian, maka berjalanlah di seluruh penjurunya dan makanlah sebagian rezeki-Nya dan kepada-Nya lah tempat kembali” (QS. Al-Mulk: 15). Gaya khas kepengarangan Habiburrahman El Shirazy dapat
ditemukan pada novel ini melalui kepiawaiannya dalam menggambarkan
setting cerita secara detail, bahasa yang digunakan sederhana namun
indah. Habiburrahman El Shirazy, Sarjana Lulusan Al-Azhar Kairo, Mesir
ini selain dikenal sebagai novelis, juga dikenal sebagai sutradara, dai,
penyair, dan aktivis suatu organisasi kepenulisan. Habiburrahman menjadi
ketua Liga Sastra Islami Dunia cabang Indonesia, sebuah wadah
sastrawan muslim termuka di dunia Islam yang berpusat di Riyadh, Saudi
Arabia. Karya-karya Habiburrahman El Shirazy tidak hanya diminati di
Indonesia, tetapi diberbagai negara lain. Kang Abik (panggilan akrab
8
Habiburrahman El Shirazy), menghasilkan banyak tulisan baik fiksi
maupun nonfiksi. Karya Kang Abik menjadi pioner munculnya novel Islami
di tanah air. Beberapa karya popular yang telah terbit antara lain: Ketika
Cinta Berbuah Surga (MQS Publishing, 2005), Pudarnya Pesona
Cleopatra (Republika, 2005), Ayat-ayat Cinta (Republika-Basmala, 2004,
telah difilmkan), Di Atas Sajadah Cinta (Telah disinetronkan Trans TV,
2004), Ketika Cinta Bertasbih (Republika-Basmala, 2007, telah difilmkan),
Dalam Mihrab Cinta (Republika-Basmalah, 2007, telah difilmkan), Bumi
Cinta (Author Publishing, 2010),Cinta Suci Zahrana (Basmala, 2012, telah
difilmkan), dan Bidadari Bermata Bening (Republika, 2017).
Kelebihan novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El
Shirazy yaitu: (1) novel ini mengajarkan jangan mudah menyerah dalam
meraih mimpi dan sabar merupakan kunci kesuksesan; (2) pengarang
menjadikan novel ini sebagai sarana dakwah Islam; (3) jalan ceritanya
sederhana tetapi menimbulkan kesan yang mendalam; dan (4) penulis
mampu menggoncang emosi pembacanya, sampai menitikkan air mata;
(5) gaya bahasa yang digunakan sangat menarik sederhana, ringan dan
sangat berbobot.
Karakteristik yang unik dari novel ini sangat menarik yang membuat
peneliti tertarik untuk mengkajinya dengan menggunakan pendekatan
stilistika dengan judul penelitian adalah “Kajian Stilistika Novel Bidadari
Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy”
9
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, fokus penelitian
ini dijabarkan menjadi tiga sub fokus sebagai berikut:
1. Bagaimanakah keunikan diksi dalam novel Bidadari Bermata
Bening karya Habiburrahman El Shirazy?
2. Bagaimanakah kekhususan aspek morfologi dan sintaksis dalam
novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy?
3. Bagaimanakah pemakaian gaya bahasa dalam novel Bidadari
Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy?
C. Batasan Penelitian
Agar penelitian ini lebih terarah, terfokus, dan menghindari
pembahasan menjadi terlalu luas, maka penulis perlu membatasinya.
Adapun batasan penelitian sebagai berikut:
1. Diksi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kosakata Asing
(Inggris), kosakata Jawa, dan kosakata Arab.
2. Aspek morfologi dalam penelitian ini yaitu afiksasi (prefiks, sufiks,
klitika) dan reduplikasi (penuh, berubah bunyi, berimbuhan). Aspek
sintaksisnya kalimat repetisi dan kalimat majemuk (setara,
bertingkat, dan campuran).
3. Gaya bahasa dalam penelitian ini yaitu penegasan, perbandingan,
pertentangan dan sindiran.
10
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:
4. Mendeskripsikan keunikan diksi dalam novel Bidadari Bermata
Bening karya Habiburrahman El Shirazy.
5. Mendeskripsikan kekhususan aspek morfologi dan sintaksis dalam
novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy.
6. Mendeskripsikan pemakaian gaya bahasa dalam novel Bidadari
Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian adalah:
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat:
a) Memberi sumbangan yang bermakna bagi pengembangan studi
stilistika di Indonesia, khususnya di Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Makassar. Oleh karena studi
stilistika di Indonesia perlu dikaji secara intensif dan terus mulai
digalakkan terutama pengkajian stilistika terhadap
kepengarangan sastrawan-sastrawan Indonesia;
b) Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi manfaat untuk
meningkatkan apresiasi sastra di kalangan masyarakat. Telaah
linguistik sebuah novel diharapkan dapat memberikan masukan-
masukan yang berharga terhadap keperluan kritik sastra;
c) Memberi manfaat terhadap kepustakaan studi sastra. Kajian ini
memberikan keunikan diksi dalam karya sastra dan keunikan
11
morfosintaksis serta gaya bahasa oleh seorang pengarang,
sehingga dapat memperkaya khasanah dunia sastra.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat:
a) Menumbuhkan minat peneliti lain untuk ikut menggali dan
melestarikan sastra khususnya pengkajian novel secara
stilistika;
b) Menambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya dan
pembaca umumnya serta pemerhati sastra mengenai analisis
novel secara stilistika.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
Kerangka teori yang dijadikan landasan utama dalam penelitian ini
pada dasarnya dijadikan acuan untuk mendukung dan memperjelas
proses penelitian ini, penelitian yang baik dan berhasil adalah bergantung
pada teori yang mendasarinya. Perlu diketahui bahwa penelitian menurut
objektifitas, baik dalam proses maupun penyimpanan hasil-hasilnya.
Suatu penelitian juga memerlukan proses intensif, sistematis, terfokus,
dan lebih formal. Di samping itu, penelitian juga dilakukan dalam rangka
penemuan dan pengembangan teori-teori.
Teori merupakan landasan suatu penelitian. Karena itu, teori yang
digunakan dalam penelitian ini tersebar dalam berbagai pustaka serta
kaitannya dengan masalah yang dibahas untuk menunjang pelaksanaan
dan penggarapan. Teori yang dipandang bernilai praktis sebagai
penunjang dalam pelaksanaan penelitian ini.
Penulis akan menguraikan beberapa penelitian dan hasil-hasil
pemikiran mengenai kajian stilistika dalam nove di dalam tinjauan pustaka
ini. Uraian tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran singkat
mengenai beberapa penelitian yang berkaitan dengan kajian stilistika
dalam novel yang dilakukan oleh para peneliti terdahulu.
13
Sejauh pengetahuan yang diperoleh penulis, bahwa penelitian
terhadap novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy
dengan kajian stilistika masih sedikit dilakukan. Penelitian tentang novel
yang menggunakan kajian stilistika dilakukan dalam bentuk skripsi, tesis,
artikel, jurnal, prosiding dan esay dengan pendekatan yang berbeda.
Kajian stilistika dalam sebuah novel penah diteliti dalam bentuk
jurnal oleh Ahmad Ali, Herman J. Waluyo, Atikah Anindyarini (2012)
dengan judul Pudarnya Pesona Cleopatra karya Habiburrahman El
Shirazy (Sebuah Tinjauan Stilistika). Hasil penelitian novel Pudarnya
Pesona Cleopatra menggunakan beberapa gaya bahasa. Gaya bahasa
yang paling dominan adalah gaya bahasa hiperbola sebanyak 31 data.
Selain itu juga ada gaya bahasa lain seperti: (a) personifikasi sebanyak 15
data, (b) simile sebanyak 11 data, (c) metafora sebanyak 6 data, (d)
metonimia sebanyak 2 data, (e) antitesis sebanyak 1 data, (f) repetisi
sebanyak 6 data, (g) aliterasi sebanyak 1 data , (h) epifora sebanyak 1
data, (i) paradoks sebanyak 1 data, (j) sinekdoke sebanyak 3 data, (k)
litotes sebanyak 1 data dan (l) eponim sebanyak 2 data. Hasil analisis
novel Pudarnya Pesona Cleopatra di atas menunjukkan bahwa
Habiburrahman El Shirazy banyak menggunakan gaya bahasa hiperbola.
Hal itu terbukti bahwa yang paling dominan dipakai dalam novel tersebut
adalah gaya bahasa hiperbola dengan hasil 38.3%.
Jurnal lain yang berkaitan yaitu KajianStilistika novel
AssalamuAlaikum Beijing karya Asma Nadia dan Relevansinya sebagai
14
Materi Ajar Bahasa Indonesia di Kelas XII SMA oleh Marfuah Unsayaini,
Nugraheni Eko Wardhani, Purwadi (2016). Hasil dari penelitiannya Aspek
stilistika yang dikaji dalam penelitian ini meliputi pemakaian kata konotatif,
kata konkret, kata khas nama diri (sapaan), kata serapan, kata asing, kata
vulgar, dan kata dengan objek realitas alam. Dari ketujuh jenis diksi, diksi
yang paling banyak digunakan dalam novel AssalamuAlaikum Beijing
adalah kata serapan, kata asing, dan kata konotatif. Ada banyak kata
serapan yang dipakai penulis dalam novel AssalamuAlaikum Beijing. Kata
serapan dalam novel ini berasal dari bahasa Inggris dan bahasa Arab.
Penggunaan kata serapan dari bahasa Inggris merupakan kata-kata yang
berkaitan dengan ilmu pengetahuan, dunia kedokteran, sosial politik dan
pariwisata. Penggunaan kata serapan bahasa Arab banyak digunakan
untuk istilah-istilah yang berkaitan dengan bidang keagamaan. Kata
serapan tersebut ada yang sudah mengalami adaptasi struktur, tulisan
dan lafal, maupun yang asli sesuai kata asalnya.
Penelitian lain dalam bentuk tesis Andi Darmawati (2010) dengan
judul Gaya Bahasa pada Novel Ayat-ayat Cinta karya Habiburrahman El
Shirazy. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa kelompok
gaya bahasa perbandingan meliputi gaya bahasa perumpamaan/simile,
metafora, personifikasi, alegori. Penggunaan gaya bahasa pertentangan
meliputi gaya bahasa hiperbola (yang paling sering digunakan) litotes,
ironi, satire, paradoks, klimaks, antiklimaks, sarkasme. Kelompok gaya
bahasa pertautan meliput gaya bahasa metonimia, sinekdoke, erotis,
15
paralelisme, gradasi, asindeton, dan polisendeton. Penggunaan kelompok
gaya bahasa perulangan meliputi gaya bahasa aliterasi, asonansi,
anafora, simploke, apanaplepsis, anadiplosis, kontradiksio interminis.
Begitu pula hasil dari tesis, Eko Marini (2010) dengan judul Analisis
Stilistika Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Hasil penelitian
menunjukkan: 1) Keunikan atau kekhasan pemakaian bahasa pada novel
Laskar Pelangi dilatarbelakangi oleh faktor sosial budaya dan pendidikan
penulis yang diungkapkan melalui deskripsi ceritanya. Adapun keunikan
diksi yaitu tampak pada (1) pemilihan dan pemakaian leksikon bahasa
asing, (2) pemilihan dan pemakaian leksikon bahasa Jawa, (3) pemilihan
dan pemakaian leksikon ilmu pengetahuan, (4) Pemilihan dan pemakaian
kata sapaan (5) Pemilihan dan pemakaian kata konotasi pada judul. Novel
Laskar Pelangi karya Andrea Hirata mampu menonjolkan keunikan diksi
yang spesifik dan lain dari yang lain. Hal itu menghasilkan style tersendiri
yang menjadi ciri khusus Andrea Hirata dalam menuangkan gagasan
melalui karya sastranya. 2) Kekhususan aspek morfologi dalam novel
Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yaitu pada penggunaan afiksasi pada
leksikon bahasa Jawa dan bahasa Inggris, dan reduplikasi dalam leksikon
bahasa Jawa. Aspek Sintaksis yaitu pemakaian repetisi, pemakaian
kalimat majemuk danpemakaian kalimat inversi.3) Pemakaian gaya
bahasa figuratif pada novel Laskar Pelangi membuat pengungkapan
maksud menjadi lebih mengesankan, lebih hidup, lebih jelas dan lebih
menarik. Beberapa bahasa figuratif yang terdapat dalam pembahasan
16
novel Laskar Pelangi yaitu idiom, arti kiasan, konotasi, metafora,
metonimia, simile, personifikasi, dan hiperbola. Penggunaan idiom ada 45
data, arti kiasan ada 33 data, konotasi ada 56 data, metaforaada 24 data,
metonimia ada 15 data, simile 54 data dengan kata pembanding seperti,
seumpama, laksana, selayaknya, personifikasi 8 data dan hiperbola 25
data. Data-data tersebut merupakan contoh pemanfaatan bentuk
penggunaan gaya bahasa figuratif yang unik dan menimbulkan efek-efek
estetis pada pembaca. Andrea Hirata mampu memilih dan memanfaatkan
kosakata-kosakata yang metaforis yang disesuaikan dengan makna
dalam kalimat.
Prosiding yang berkaitan dengan kajian stilistika, Ana Yuliati, M.Pd
dan Asmaul Husna dengan judul Kajian Stilistika dalam Novel Suti karya
Sapardi Djoko Damono (2018). Hasil penelitian yang didapatkan Dalam
Novel Suti terjadi berbagai macam gaya bahasa atau majas, baik majas
perbandingan, majas penegasan, majas pertentangan, dan majas
sindiran. Majas perbandingan adalah kata-kata berkias yang menyatakan
perbandingan untuk meningkatkan kesan dan juga pengaruh terhadap
pendengar ataupun pembaca. Majas tersebut dapat dilihat dalam data di
bawah ini.
Namun, kali ini pikirannya tidak jelas mengalir ke hulu atau ke hilir atau terjun di sebuah ngarai yang gemuruh suaranya, meskipun, kata gambarhidup yang pernah dilihatnya di sbuah bioskop, indah kalau ditonton. (01/H81/P13/GB)
Majas penegasan adalah kata-kata kiasan yang menyatakan
penegasan untuk meningkatkan kesan dan pengaruh kepada pendengar
17
dan pembaca. Majas tersebut dapat dilihat pada beberapa data di bawah
ini.
Kampung dimana pun adalah bagaikan pohon yang lebat dan penuh sarang kabar burung. (03/H81/P13/GB)
Majas pertentangan adalah kelompok majas yang memiliki ciri khas
dengan gaya penuturan yang mengungkapkan sesuatu yang
bertentangan dengan makna yang sesungguhnya. Majas tersebut dapat
dilihat pada data di bawah ini.
Kalau ketemu huruf O, ibu itu tidak membacanya tapi masuk kelubangnya. (05/H31/P11/GB) Majas Sindiran Merupakan kelompok majas yang mengungkapkan
maksud atau gagasan dengan cara menyindir guna meningkatkan kesan
dan makna kata terhadap pembaca. Majas tersebut dapat dilihat dalam
data di bawahini.
Kok mau-maunya prawan kencur bening gitu kawin sama Sarno. (07/H3/P9/GB)
1. Pengertian Stilistika
Istilah stilistika diserap dari bahasa Inggris stylistics yang diturunkan
dari kata style yang berarti gaya. Secara etimologi, istilah style atau gaya
itu sendiri menurut Shipley (1979: 314) dan Mikics (2007: 288) berasal
dari bahasa Latin stilus, yang berati batang atau tangkai, menyaran pada
ujung pena yang digunakan untuk membuat tanda-tanda (tulisan) pada
tanah liat yang berlapis lilin (metode kuno dalam menulis). Jadi, secara
sederhana stilistika dapat diartikan sebagai ilmu tentang gaya bahasa.
18
Menurut Natawidjaya (1986: 5), objek kajian stilistika yaitu:
1. Peribahasa: kelompok kata yang memiliki susunan tetap dan
mengandung aturan dasar dalam berperilaku.
2. Ungkapan: gabungan kata yang memiliki makna menyatu dan
tidak ditafsirkan dengan makna unsur pembentuknya.
3. Aspek Kalimat: sudut pandang kita melihat sebuah kalimat
sehingga mendapatkan pengertian yang khas dari maksud
kalimat.
4. Gaya Bahasa: pernyataan dengan pola tertentu sehingga memiliki
efek tersendiri bagi yang membaca atau mendengar.
5. Nilai Kata: nilai rasa kata yang menimbulkan pengertian khusus
dan bersifat metonimia atau gaya bahasa trofen.
6. Plastik Bahasa: kalimat yang emosional untuk menggambarkan
sesuatu sehingga menimbulkan gambaran yang lebih jelas.
7. Kalimat Asosiatif: kalimat konotatif, kalimat yang mengandung
kata terlarang, atau kalimat yang pokok pikirannya mengandung
hal tabu.
Salah satu cara untuk menikmati karya sastra yakni melalui
pengkajian stilistika. Stilistika adalah ilmu yang mempelajari gaya bahasa
suatu karya sastra, bahwa untuk menjembatani apresiasi karya sastra
dengan bahasa, maka diperlukan telaah yang dikenal dengan telaah ilmu
gaya bahasa (Zhang, 2010: 155). Sementara itu, Endraswara (2003: 72)
mengatakan penelitian stilistika berdasarkan asumsi bahwa bahasa sastra
19
memunyai tugas mulia. Bahasa sastra memiliki pesan keindahan dan
sekaligus membawa makna. Tanpa keindahan bahasa, karya sastra
menjadi hambar. Keindahan karya sastra, hampir sebagian besar
dipengaruhi oleh kemampuan pengarang dalam memainkan bahasa.
Secara definitif stilistika adalah ilmu yang berkaitan dengan gaya dan
gaya bahasa. Tetapi pada umumnya lebih banyak mengacu pada gaya
bahasa. Jadi, dalam pengertian yang paling luas, stilistika sebagai ilmu
tentang gaya, meliputi berbagai cara yang dilakukan dalam kegiatan
manusia (Ratna, 2009: 167). Gaya menyangkut masalah penggunaan
bahasa, dalam hal ini karya sastra dianggap sebagai sumber data utama
dan pada perkembangan terakhir dalam sastra menunjukkan bahwa gaya
dibatasi dalam analisis puisi, karena dilihat secara umum puisilah yang
memiliki penggunaan bahasa yang khas, selain itu gaya pada dasarnya
ada dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Secara teoritis, telah banyak pakar sastra yang memberikan definisi
tentang stilistika. Beberapa di antaranya seperti diuraikan berikut ini.
Verdonk (2002: 4) memandang stilistika, atau studi tentang gaya, sebagai
analisis ekspresi yang khas dalam bahasa untuk mendeskripsikan tujuan
dan efek tertentu. Bahasa dalam karya sastra adalah bahasa yang khas
sehingga berbeda dari bahasa dalam karya-karya non sastra. Untuk
itulah, analisis terhadap bahasa sastra pun membutuhkan analisis yang
khusus. Dalam hal ini dibutuhkan stilistika sebagai teori yang secara
khusus menganalisis bahasa teks sastra (Mills, 1995: 3).
20
Stilistika (stylistic) adalah ilmu yang meneliti penggunaan bahasa
dan gaya bahasa di dalam karya sastra. Stilistika sangat penting bagi
studi linguistik maupun studi kesusastraan. Stilistika dapat memberikan
sumbangan penelitian gaya bahasa untuk merupakan unsur pokok untuk
mencapai berbagai bentuk pemaknaan karya sastra, dikarenakan karya
sastra tidak lepas dari penggunaan gaya bahasa yang keindahan.
Penggunaan gaya bahasa dalam karya sastra berlawanan dengan
pengunaan bahasa pada karya ilmiah. Penggunaan bahasa pada karya
ilmiah pastinya menggunakan bahasa yang baik dan benar, pemilihan
kata yang tepat, kalimatnya jelas, ini harus diperhatikan sekali agar tidak
menimbulkan makna ambigu/ganda. Sedangkan pemakaian bahasa
dalam karya sastra lebih memiliki kebebasan yang berasal dari kreatifitas
pengarang, karena dimaksudkan agar dapat memiliki kekayaan makna.
Musthafa (2008: 51) berpendapat bahwa stilistika adalah gaya
bahasa yang digunakan seseorang dalam mengekspresikan gagasan
lewat tulisan. Pengertian stilistika yang cukup komprehensif dan
representatif seperti dikemukakan oleh Tuloli (2000: 6), stilistika atau ilmu
gaya bahasa pada umumnya membicarakan pemakaian bahasa yang
khas atau istimewa, yang merupakan ciri khas seorang penulis, aliran
sastra, atau pula penyimpangan dari bahasa sehari-hari atau dari bahasa
yang normal atau baku, dan sebagainya. Dengan demikian, secara
sederhana dapat disimpulkan bahwa stilistika (stylistics) adalah ilmu yang
21
secara spesifik mengungkap penggunaan gaya bahasa yang khas dalam
karya sastra.
Kajian sastra dengan memanfaatkan teori stilistika hakikatnya
berangkat dari pendekatan objektif seperti yang dibicarakan oleh Abrams
dalam bukunya The Mirror and The Lamp (1976: 8). Pendekatan objektif
merupakan pendekatan dalam kajian sastra yang menitikberatkan pada
hubungan antarunsur karya sastra. Fokus pendekatan objektif adalah
karya sastra itu sendiri. Kajian stilistika merupakan bentuk kajian yang
menggunakan pendekatan objektif karena ditinjau dari sasaran kajian
stilistika merupakan kajian yang berfokus pada wujud penggunaan sistem
tanda dalam karya sastra.
Stilistika tidak hanya merupakan studi gaya bahasa dalam
kesusastraan saja, melainkan juga studi gaya bahasa pada umumnya
walaupun terdapat penelitian khusus pada bahasa kesusastraan seperti
hal-nya yang dikemukakan oleh (Turner. G.W dalam Pranawa, 2005: 21)
yang mengatakan bahwa Stylistics is that part of linguistics which
concentrate on variation in the use of language (Stilistika adalah bagian
dari linguistik yang memusatkan diri pada variasi dalam penggunaan
bahasa).
Style atau gaya yaitu cara yang khas dipergunakan oleh seseorang
untuk mengutarakan atau mengungkapkan diri gaya pribadi. Cara
pengungkapan tersebut bisa meliputi setiap aspek kebahasaan: diksi,
penggunaan bahasa kias, bahasa pigura (figurative language), struktur
22
kalimat, bentuk-bentuk wacana, dan sasaran retorika yang lain. Stilistika
sebagai bidang linguistik terapan, dalam pengertian extended adalah cara
untuk mengungkapkan teori dan metodologi penganalisisan formal sebuah
teks sastra. Sedang dalam pengertian restricted, linguistik terapan
dikaitkan khusus pada bidang pendidikan bahasa (Satoto, 1995: 36).
Stilistika adalah studi tentang cara pengarang dalam menggunakan
sistem tanda sejalan dengan gagasan yang ingin disampaikan, dari
kompleksitas dan kekayaan unsur pembentuk karya sastra itu yang
dijadikan sasaran kajian hanya pada wujud penggunaan sistem tandanya.
Walaupun fokusnya hanya pada wujud sistem tanda, untuk memeroleh
pemahaman tentang ciri penggunaan sistem tanda bila dihubungkan
dengan cara pengarang dalam menyampaikan gagasannya, pengkaji
perlu juga memahami (1) gambaran objek atau peristiwa, (2) gagasan, (3)
satuan isi dan (4) ideologi yang terkandung dalam karya sastranya
(Aminuddin, 1995: 46)
Secara umum lapangan kajian stilistika adalah pemakaian bahasa,
sehingga dapat dilihat bahasa yang digunakan dalam suatu karya sastra.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa stilistika
merupakan ilmu yang mempelajari tentang gaya bahasa, pilihan kata, dan
penggunaan bahasa.
Bahasa hampir selalu memiliki variasi yang disebabkan oleh
lingkungan tertentu. Linguistik merupakan ilmu yang berupaya
memberikan bahasa dan menunjukkan bagaimana cara kerjanya,
23
sedangkan stilistika merupakan bagian dari linguistik yang memusatkan
perhatiannya pada variasi penggunaan bahasa, yang walaupun tidak
secara eksklusif, terutama pemakaian bahasa dalam sastra (Turner G.W.
dalam Pranawa, 2005: 20).
Hal ini berarti stilistika adalah studi gaya yang menyarankan bentuk
suatu ilmu pengetahuan atau paling sedikit studi yang metodis. Kajian
stilistika berpangkal pada bentuk ekspresi, bentuk bahasa kias dan aspek
bunyi. Akan tetapi, istilah stilistika secara umum dikenal sebagai studi
pemakaian bahasa dalam karya sastra. Adapun alasan penggunaan
bahasa dalam karya sastra karena bahasa mampu menghadirkan
kekayaan makna, mampu menimbulkan misteri yang tidak ada habisnya,
mampu menimbulkan efek emotif bagi pembaca atau pendengarnya,
citraan serta suasana tertentu. Pengungkapan hal tersebut dilakukan oleh
pengarang untuk menunjukkan sifat kreativitasnya serta pengungkapan
gagasan tersebut bersifat individual, personal yang tidak dapat ditiru dan
selalu ada pembaharuan.
Sementara teori stilistika yang digunakan dalam kerangka penelitian
sastra sering disebut stilistika sastra. Oleh sebab itu, secara umum,
dibedakan menjadi dua jenis stilistika yaitu stilistika linguistik
atau linguistics stylistics dan stilistika sastra atau literary (poetic) stylistics
(Missikova, 2003: 15).
Stilistika sastra selain mengungkap atau mendeskripsikan berbagai
struktur dan bentuk linguistik, yang lebih utama lagi adalah deskripsi efek
24
estetika dan kandungan makna di balik berbagai struktur dan bentuk
linguistik tersebut. Yang ditekankan dalam stilistika sastra adalah
bagaimana menemukan fungsi sastra, yaitu memberikan efek estetika
(puitis) (Darwis, 2002: 91). Dalam hal ini, stilistika sastra bertujuan
mengungkap hakikat yang terselubung dibalik berbagai fenomena
kebahasaan tersebut, hakikat yang menjadi tujuan utama dari sastra,
yaitu dulce et utile (menghibur dan bermanfaat), atau dalam istilah
Bressler (1999: 12) disebut to teach (mengajar) dan to entertain
(menghibur). Dengan demikian, penelitian stilistika sastra selain dapat
mengungkap efek estetika sebagai buah kreativitas pengarang, juga
mampu mengungkap makna dibalik bahasa yang estetis tersebut.
2. Morfologi
Morfologi merupakan salah satu bidang linguistik yang mengkaji kata
atau leksikon suatu bahasa. Dalam hal ini kata dipandang sebagai satuan-
satuan padu antara bentuk dan makna yang memperhatikan aspek
valensi sintaksis yaitu kemungkinan-kemungkinan yang dimiliki kata untuk
berkomunikasi dengan kata lain. Akhirnya morfologi mengkaji cara-cara
bagaimana leksikon dapat diperluas secara sistematis (Uhlenbeck,
1982:4).
Dengan sudut pandang yang berbeda, dikatakan bahwa morfologi
mengkaji stuktur internal kata dalam kaitannya dengan kata lain dalam
suatun paradigma, sedang sintaksis berkaitan dengan fungsi-fungsi
25
eksternal kata dalam kaitannya dengan kata lain dalam kalimat (Matthews,
1974: 154).
a) Afiksasi
Afiksasi adalah proses pengimbuhan afiks yang meliputi prefiks,
sufiks, infiks, dan konfiks atau simulfiks. Proses afiksasi memiliki dua
fungi utama yaitu fleksi dan derivasi (Verhaar, 2001: 101). Fleksi yaitu
afiksasi yang membentukkan alternan-alternan dari bentuk yang tetap
merupakan kata, atau unsur leksikal yang sama, sedangkan derivasi
adalah afiksasi yang menurunkan kata atau unsur leksikal yang lain
dari kata atau unsur leksikal tertentu.
Menurut Verhaar (2001: 152) reduplikasi adalah proses morfemis
yang mengulangi bentuk dasar atau sebagian dari bentuk dasar
tersebut. Reduplikasi dapat dibagi menjadi reduplikasi penuh dan
reduplikasi parsial. Menurut jenisnya terdapat reduplikasi paradigmatis
dan reduplikasi derivasional.
b) Reduplikasi
Reduplikasi yaitu leksem berubah menjadi kata kompleks
dengan beberapa macam proses perulangan. Ada pengulangan utuh,
pengulangan utuh dengan perubahan bunyi, pengulangan awal dan
pengulangan akhir. Reduplikasi juga dapat diartikan proses dan hasil
pengulangan satuan bahasa sebagai alat fonologis atau gramatikal
(Harimurti, 2001: 208).
26
c) Pemajemukan
Pemajemukan atau komposisi adalah proses morfemis yang
menggabungkan dua morfem dasar (atau pradasar) menjadi satu
kata, yang namanya “kata majemuk”. Kata majemuk adalah gabungan
leksem dengan leksem yang seluruhnya berstatus sebagai kata-kata
yang memunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantis yang khusus
menurut kaidah bahasa yang bersangkutan; pola khusus tersebut
membedakannya dari gabungan leksem yang bukan kata majemuk
(Harimurti, 2001: 111).
Kata majemuk merupakan gabungan morfem dasar yang
seluruhnya berstatus sebagai kata yang mempunyai pola fonologis,
gramatikal, dan semantis yang khusus menurut kaidah bahasa yang
bersangkutan. Jadi pemajemukan yaitu gabungan dua kata atau lebih
yang mempunyai arti baru bila dibandingkan dengan arti komponen-
komponen.
3. Sintaksis
Secara etimologis, sintaksis berasal dari bahasa Yunani sun
“dengan” dan tattein “menempatkan”. Sintaksis berarti menempatkan
bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat dan
kelompok-kelompok kata menjadi kalimat (Verhaar, 2001: 70). Jadi
sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi frasa,
klausa, kalimat, dan wacana. Lebih lanjut Verhaar mengatakan bahwa
27
bidang penelitian sintaksis adalah menyelidiki adanya hubungan antar
kelompok kata dalam sataun dasar sintaksis yaitu kalimat. Menurut
Ramlan (1996: 21), sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa
yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa.
a) Wacana
Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling
kompleks dan paling lengkap. Satuan pendukung kebahasaannya
terdiri dari fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf,
hingga karangan utuh. Untuk itu, pemahaman wacana dalam
komunikasi memerlukan berbagai alat (piranti) yang cukup banyak.
Harimurti (2008: 259) mengemukakan tentang pengertian wacana
adalah satuan bahasa terlengkap yang dalam hierarki gramatikal
merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini
direalisasikan dalam bentuk karangan yangutuh (novel, buku, seri
ensiklopedi, dsb), paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat
yang lengkap.
Panuti Sudjiman (dalam Soediro Satoto, 1995: 40) memberi
batasan “wacana” (discourse) adalah ungkapan pikiran yang
beruntun, secara lisan atau tulisan, tentang suatu pokok. Wacana
adalah keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan tutur.
Wacana merupakan satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan
dalam bentuk karangan atau laporan utuh, seperti novel, buku, artikel,
pidato, atau khotbah.
28
Berdasarkan sifatnya wacana dapat digolongkan menjadi dua
yaitu wacana fiksi dan wacana nonfiksi. Wacana fiksi dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu wacana prosa, puisi dan drama. Wacana nonfiksi
disebut juga wacana ilmiah yaitu disampaikan dengan pola dan cara-
cara ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Wacana juga dapat diklasifikasikan menjadi berbagai jenis
menurut dasar pengklasifikasiannya. Misalnya berdasarkan
bahasanya, media yang dipakai untuk mengungkapkan, jenis
pemakaian, bentuk, serta cara dan tujuan pemaparannya (Sumarlam,
2005: 15). Berdasarkan bahasa yang dipakai sebagai sarana untuk
mengungkapkan, wacana dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Wacana bahasa nasional (Indonesia);
2. Wacana bahasa lokal atau daerah (bahasa Jawa, Bali, Sunda,
Madura);
3. Wacana bahasa internasional (Inggris);
4. Wacana bahasa lainnya, seperti bahasa Belanda, Jerman,
Perancis.
Sebagai media komunikasi, wujud wacana dapat berupa
rangkaian ujar atau tuturan lisan maupun tertulis. Wacana tulis (written
discourse) adalah wacana yang disampaikan dengan bahasa tulis
atau melalui media tulis (Tarigan, 1987: 52). Untuk menerima,
memahami, atau menikmatinya maka sang penerima harus
membacanya. Berbicara mengenai wacana tulis, ada orang yang
29
mengkaitkannya dengan written text yang mengimplikasikan monolog
yang tidak interaktif (noninteractive monologue), yaitu monolog yang
tidak saling memengaruhi. Wacana tuli itu dapat berwujud sebagai
berikut.
1. Sebuah teks/bacaan tertulis yang dibentuk lebih dari sebuah alinea
yang mengungkapkan sesuatu beruntun atau utuh, misalnya
sepucuk surat, sekelumit cerita, dan lain-lain.
2. Sebuah alinea merupakan sebuah wacana apabila teks itu hanya
terdiri dari sebuah alinea, atau apabila kandungan alinea dapat
dianggap sebagai satu kesatuan misi korelasi dan situasi yang
utuh.
3. Terutama untuk bahasa Indonesia, sebuah wacana mungkin dapat
dibentuk oleh sebuah kalimat majemuk beranak bercucu atau
dengan kalimat majemuk rapatan/sistem elips unsur tertentu.
b) Kalimat
Kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda
panjang yang disertai nada akhir turun atau naik (Ramlan, 1996: 27).
Kridalaksana (2001: 92) menyatakan bahwa satuan bahasa yang
secara relatif berdiri sendiri, memunyai pola intonasi final dan secara
aktual maupun potensial terdiri dari klausa. Kalimat merupakan
kontruksi gramatikal yang terdiri atas satu atau lebih klausa yang
ditata menurut pola tertentu, dan dapat berdiri sebagai satu satuan.
Kalimat merupakan sebuah bentuk kebahasaan yang maksimal yang
30
tidak merupakan bagian dari sebuah konstruksi kebahasaan yang
lebih besar dan lebih luas.
c) Klausa
Klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata,
atau lebih, yang mengandung unsur predikasi. Klausa terdiri atas
unsur predikat dan subjek dengan atau tanpa objek, pelengkap, atau
keterangan. Kridalaksana (2001:110) menjelaskan bahwa klausa
adalah satuan gramatikal atau kelompok kata yang sekurang-
kurangnya terdiri dari subjek dan predikat dan memunyai potensi
untuk menjadi kalimat. Unsur inti klausa ialah S dan P. Namun
demikian, S sering dihilangkan, misalnya dalam kalimat luas sebagai
akibat penggabungann klausa dan dalam kalimat jawaban. Unsur
yangselalu ada dalam klausa ialah P, unsur-unsur lainnya mungkin
ada, mungkin juga tidak.
Berdasarkan unsur internnya klausa dapat dibedakan menjadi
klausa lengkap dan klausa tidak lengkap. Disebut klausa lengkap
apabila S dan P hadir bersama-sama, sedangkan klausa tidak
lengkap, terdiri dari unsur P, disertai O, PEL, KET atau tidak.
Sedangkan berdasarkan kategori kata atau frasa yang menduduki
fungsi P, klausa dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu
klausa nominal, klausa verbal, klausa bilangan, dan klausa depan.
Klausa pemerlengkapan dalam bahasa Indonesia dapat berupa
klausa nominal, klausa verbal, klausa bilangan dan klausa depan.
31
Klausa Nominal adalah klausa yang P-nya terdiri dari kata atau frasa
golongan Nomina. Klausa Verbal adalah klausa yang P-nya terdiri dari
kata atau frasa golongan verba. Klausa Bilangan adalah klausa yang
P-nya terdiri dari kata-kata atau frasa golongan bilangan. Klausa
Depan adalah klausa yang P-nya terdiri dari frasa depan, yaitu frasa
yang diawali oleh kata depan sebagai penanda.
Ramlan (1996: 90-135) berpendapat bahwa klausa dapat
dianalisis berdasakan tiga dasar, yaitu (a) berdasarkan fungsi unsur-
unsurnya, (b) berdasarkan kategori kata atau frasa yang menjadi
unsurnya, (c) berdasarkan makna unsur-unsurnya.
d) Frasa
Frasa adalah kata yang merupakan bagian fungsional dari
tuturan yang lebih panjang (Verhaar, 2001: 291). Artinya bagian
fungsional ini berfungsi sebagai konstituen di dalam konstituen yang
lebih panjang.
Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata
yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata
yang mengisi salah satu fungsisintaksis di dalam kalimat. Frasa
merupakan suatu konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih yang
tidak melebihi batas fungsi unsur klausa.
4. Gaya Bahasa
Gaya bahasa biasa juga disebut juga dengan istilah majas,
misalnya pada Soedjita (1986). Gaya bahasa dipandang sebagai bagian
32
dari gaya bahasa dalam retorika dikenal dengan istilah style. Secara
umum gaya bahasa dapat diartikan sebagai cara mengungkapkan pikiran
melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian
penulis atau penutur atau cara penggunaan bahasa oleh penutur untuk
menyampaikan gagasan dan memeroleh efek-efek tertentu. Dengan gaya
bahasa, penutur bermaksud menjadikan paparan bahasanya (1) menarik,
(2) kaya/padat, (3) jelas, (4) lebih mampu menyampaikan gagasan yang
ingin disampaikan, (5) menciptakan suasana tertentu, dan (6)
menampilkan efek keindahan (Asrori, 1998).
Gaya bahasa dan penulisan merupakan salah satu unsur yang
menarik dalam sebuah bacaan. Pengarang memiliki gaya yang berbeda-
beda dalam menuangkan setiap ide tulisannya. Setiap tulisan yang
dihasilkan nantinya memunyai gaya yang dipengaruhi oleh penulisnya,
sehingga dapat dikatakan, watak seorang penulis sangat memengaruhi
sebuah karya yang dihasilkannya. Hal ini relevan dengan pendapat Keraf
yang mengatakan:
Gaya bahasa dapat dilihat dari dua sudut pandang yang berbeda,
yakni dari segi nonbahasa dan dari segi bahasa. Dari segi nonbahasa,
gayadapat dikategorikan berdasarkan pengarang, waktu, media,
permasalahan, tempat, tujuan, dan sasaran, sementara itu dari segi
bahasa gaya bahasa dikategorikan berdasarkan pilihan kata, pilihan nada,
struktur kalimat, dan penyampaian kalimat
33
Kridalaksana (2001: 63) memberikan pengertian gaya bahasa atau
style adalah (1) pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang
dalam bertutur atau menulis; (2) pemakaian ragam tertentu untuk
memeroleh efek-efek tertentu; (3) keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok
penulis sastra. Menurut Pradopo (1997: 137) gaya bahasa adalah cara
penggunaan bahasa yang khusus untuk mendapatkan efek-efek tertentu
dalam suatu karya sastra, sedangkan menurut Sudjiman (1993: 50) gaya
bahasa atau majas adalah peristiwa pemakaian kata yang melewati batas-
batas maknanya yang lazim atau menyimpang dari arti harfiahnya. Style
(gaya bahasa), adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa, atau
bagaimana seseorang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan
(Abrams dalam Nurgiantoro, 1995: 276).
Menurut Keraf (2006: 113) pengertiaan gaya atau khususnya gaya
bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata style itu sendiri
berasal dari kata Latin stilus yang berarti semacam alat untuk menulis
pada lempengan lilin. Gaya bahasa adalah cara pengungkapan pikiran
melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa kepribadian
penulis atau pemakai bahasa. Sama halnya dengan Keraf, dalam
memberikan pengertian terhadap gaya bahasa.
Secara garis besar majas dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
penegasan, perbandingan, pertentangan, dan sindiran (dihimpun dari
berbagai sumber, khususnya Gorys Keraf (1996), disusun secara
alfabetis).
34
a) Majas Penegasan
Majas penegasan adalah kata-kata berkias yang menyatakan
penegasan untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya terhadap
pendengar ataupun pembaca. Yang tergolong dalam majas
penegasan, yaitu:
1. Aferesis
Aferesis majas penegasan dengan menghilangkan huruf atau
suku kata awal.
Contoh:
Raden Ajeng Kartini berjuang ‘tuk (untuk) kemajuan kaum
perempuan.
2. Aforisme
Aforisme majas penyataan sebagai kebenaran umum atau kata-
kata arif.
Contoh:
Tidak ada pekerjaan yang sulit, alah bisa karena biasa.
3. Alonim
Alonim majas dengan menggunakan varian nama.
Contoh:
Tono (Sukartono), Tini (Sumartini), Sam (Samsulbahri).
4. Anagram
Anagram majas pertukaran huruf dalam kata sehingga
menimbulkan makna baru.
35
Contoh:
Semua barang disulap sehingga menjadi palsu.
5. Antiklimaks
Antiklimaks majas penyataan menurun secara berturut-turut.
Contoh:
Jangan emas, perak, tembaga, logam tiruan lain apapun aku tak
punya.
6. Apofasis/Preterisio
Apofasis/Preterisio majas seolah-olah mengingkari apa yang
sudah dijelaskan.
Contoh:
Saya merahasiakan peristiwa ini bahwa sesungguhnya sayalah
yang mencuri uang itu.
7. Aposiopesis
Aposiopesis majas penghentian di tengah-tengah kalimat.
Contoh:
Ah, orang seperti itu tak usah dipercaya........., nyatanya.......
8. Arkhaisme
Arkhaisme majas menggunakan kata-kata yang sudah usang.
Contoh:
Maafkanlah kesalahan hamba, dulu tuanku.
9. Bombastis
Bombastis majas penggunaan keterangan secara berlebihan.
36
Contoh:
Setelah ditinggal suaminya ia menjadi amat sangat miskin.
10. Elipsis
Elipsis adalah majas yang di dalamnya terdapat penanggalan atau
penghilangan salah satu atau beberapa unsur penting dari suatu
konstruksi sintaksis. Penghilangan itu bisa unsur subjeknya, bisa
unsur predikatnya, bisa objeknya atau keterangannya.
Contoh :
Mereka ke Jakarta minggu lalu. (penghilangan predikat)
Pulangnya membawa oleh-oleh banyak sekali. (penghilangan
subjek)
Saya akan berangkat. (penghilangan unsur keterangan)
Mari makan! (penghilangan subjek dan objek)
11. Enumerasio/akumulasio
Enumerasio/akumulasio majas yang beberapa peristiwa saling
berhubungan, disebut satu demi satu.
Contoh:
Ia menjadi dosen, di samping itu sebagai konsultan, pantas
mobilnya baru.
12. Esklamasio
Esklamasio majas yang menggunakan kata seru:
wah, aduh,amboi, astaga, awas, dan sebagainya.
Contoh:
37
Wah, indahnya malam ini.
Aduh, aku lupa membawa dompet.
13. Interupsi
Interupsi majas yang menyisipkan kelompok kata tertentu.
Contoh:
Setelah didoakan siang malam, anak yang hilang tersebut,
akhirnya kembali juga.
14. Inversi/Anastrof
Anastrof atau inversi adalah sejenis majas atau retoris yang
diperoleh dengan membalikkan susunan kata dalam kalimat atau
mengubah urutan unsur-unsur konstruksi sintaksis.
Contoh :
Merantaulah ke negeri asing.
Diceraikannya isterinya tanpa setahu saudara-saudaranya.
15. Invokasi
Invokasi majas yang penggunaannya kata seru untuk memohon
kepada adikodrati.
Contoh:
Izinkanlah permohonanku,Ya, Tuhan!
16. Klimaks
Klimaks adalah sejenis majas yang berupa susunan ungkapan
yang makin lama makin mengandung penekanan atau makin
38
meningkat kepentingannya dari gagasan atau ungkapan
sebelumnya.
Contoh :
Setiap guru yang berdiri di balik kelas, haruslah mengetahui,
memahami, dan menguasai bahan yang diajarkannya.
Hidup kita diharapkan berguna bagi saudara, orangtua, nusa
bangsa, dan negara.
17. Kolokasi
Kolokasi majas asosiasi permanen satu kata dengan kata yang
lain.
Contoh:
Jangan bergaul dengan buaya darat itu!
18. Koreksio/Epanortosis
Koreksio/epanortosis adalah majas yang dalam pernyataannya
mula-mula ingin menegaskan sesuatu, tetapi kemudian
memeriksa dan memperbaiki mana-mana yang salah.
Contoh :
Dia mencintai Artini, maksud saya Hartini.
Saudara-saudara sekalian, maaf adik-adik sekalian dan anak-
anak yang saya cintai, mari kita lihat gambar ini.
19. Paralelisme
Paralelisme adalah majas yang berusaha mensejajarkan
39
pemakaian kata-kata atau frasa-frasa yang menduduki fungsi
yang sama dan memiliki bentuk gramatikal yang sama.
Contoh:
Semua bentuk korupsi, tidak semata-mata dikutuk, tetapi
harus diberantas!
20. Pararima
Pararima majas yang perulangan konsonan awal dan akhir dalam
kata-kata tertentu.
Contoh:
Sambil mondar-mandir, ia membeli pernak-pernik.
21. Pleonasme
Pleonasme adalah penggunaan kata yang mubazir, yang
sebenarnya tidak perlu. Jadi semacam mengemukakan kembali
hal yang sebenarnya sudah tercakup dalam kata atau frasa yang
terdahulu.
Contoh :
Kami sanggup memikul beban di atas bahu kami.
Dengan seluruh tenaga dan kekuatannya mereka
mengerjakannya.
22. Praterio
Praterio majas yang menyembunyikan maksud yang
sesungguhnya.
Contoh:
40
Bagaimana indahnya pernikahan itu, nanti anda akan
merasakannya.
23. Repetisi
Repetisi majas perulangan kata atau kelompok kata.
a. Aliterasi
Aliterasi adalah sejenis gaya bahasa yang berjudul
perulangan konsonan pada suatu kata atau beberapa kata.
Biasanya terjadi pada puisi.
Contoh :
Kau keraskan dalam kalbunya.
Bagai batu membesi benar.
b. Anadiplosis/epanadiplosis/epanastrof/anastrof
Merupakan majas yang kata atau kelompok kata terakhir
diulang pada kalimat berikut, seperti pantun berkait.
Contoh:
Dalam bahasa ada kata, dalam kata ada makna,
dalam makna semuanya tidak ada.
c. Anafora
Anafora adalah majas yang berupa perulangan kata pertama
pada setiap baris atau kalimat.
Contoh :
Kucari kau dalam toko-toko berantakan.
Kucari kau karena cemas karena sayang
41
Kucari kau karena sayang karena bimbang
Kucari kau karena kaya mesti diganyang
d. Antanaklasis
Antanaklasis adalah majas yang mengandung perulangan
kata dengan makna yang berbeda.
Contoh :
Buah bajunya membuat buah dadanya hampir kelihatan.
Karena buah penanya itu ia menjadi buah buder orang.
Bintang lapangan itu telah mendapat anugrah bintang
maha putra kelas I.
e. Asonansi
Asonansi adalah majas perulangan vokal pada suatu kata
atau beberapa kata. Biasanya dipergunakan dalam puisi untuk
mendapatkan efek penekanan.
Contoh :
Dengan nilam-hitam kelam.
Segala ada menekan dada.
Mati api di dalam hati.
Harum sekuntum bunga rahasia.
f. Epanalepsis
Epanalepsis majas yang kata pertama diulang pada akhir
kalimat.
Contoh:
42
Berdoalah kepada Tuhan pencipta langit dan bumi,
berdoalah!
g. Epifora/Epistrofa
Epistrofa adalah majas yang berupa perulangan kata pada
akhir baris atau akhir kalimat berurutan.
Contoh :
Nasi yang kumakan adalah berkat-Mu, ya Tuhan.
Rumah yang kutempati adalah berkat-Mu, ya Tuhan.
h. Epizeuksis
Epizeuksis majas perulangan langsung.
Contoh:
Supaya lulus kita harus belajar, belajar, sekali lagi
belajar!
i. Katafora
Katafora majas perulangan melalui pronomina disusul oleh
anteseden.
Contoh:
Dengan mobil baru (nya), gadis itu mengelilingi seluruh kota.
j. Kiasmus
Kiasmus majas perulangan dengan skema a-b-b-a.
Contoh:
Kita harus memasyarakatkan olahraga sekaligus
mengolahragakan masyarakat.
43
k. Mesodiplosis
Medosiplosis adalah majasperulangan kata di tengah baris.
Contoh :
Masyarakat dilarang keras berjudi.
Para pemimpin dilarang keras korupsi.
l. Simploke
Simploke adalah majas perulangan pada awal dan akhir baris,
dalam beberapa baris.
Contoh :
Ada selusin gelas ditumpuk ke atas tak pecah.
Ada selusin piring ditumpuk ke atas tak pecah.
m. Tautotes
Tautotes majas yang berupa pengulangan sebuah kata
berkali-kali dalam sebuah konstruksi.
Contoh :
Siang berganti malam, malam berganti siang, siang dan
malam akhirnya menjadi bagian kehidupan.
24. Retoris/erotesis
Retoris/erotesis majas yang merupakan kalimat tanya tanpa
memerlukan jawaban.
Contoh:
Di antara kamu semua, siapakah yang rela mati duluan?
25. Sigmatisme
44
Sigmatisme majas perulangan bunyi ‘s’ untuk menimbulkan efek
tertentu.
Contoh:
Gadis manis sekarang iseng sendiri.
26. Silepsis
Silepsis majas yang penggunaan satu kata dengan banyak makna
dalam konstruksi sintaksis yang berbeda.
Contoh:
Ia marah dengan melemparkan buku kas, tanggung jawab secara
keseluruhan.
27. Sindenton
Sindenton majas yang penjelasan kata-kata setara secara
berturut-turut.
a. Asindenton
Asindenton majas tanpa menggunakan kata penghubung.
Contoh:
Ia minta maaf dengan cara memeluk, mencium, dan
mengelus-elus rambutnya.
b. Polisindeton
Polisindeton majas yang dengan menggunakan kata
penghubung.
Contoh:
Wajah tampan, dengan pendidikan akademis yang tinggi,
45
disertai dengan tutur bahasa yang menawan, telah menarik
perhatian banyak perempuan.
c. Sinkope/kontraksi
Sinkope/kontraksi majas yang menghilangkan suatu suku kata
di tengah kata.
Contoh:
Mentari (matahari) sudah menuju peraduannya.
d. Tautologi
Tautologi majas yang perulangan kata, kelompok kata, atau
sinonimnya, yang kadang-kadang tidak perlu.
Contoh:
Pendapat seperti itu sesungguhnya pada dasarnya tidak perlu
dikemukakan di sini.
e. Zeugma
Zeugma majas yang seolah-olah tidak logis dan tidak
gramatikal.
Contoh:
Ia sangat marah, lalu membelalakkan mata dan telinganya.
b) Majas Pebandingan
Majas perbandingan adalah majas atau gaya bahasa yang
digunakan untuk mengungkapkan sesuatu dengan
membandingkannya pada sesuatu yang lain. Majas perbandingan
46
digunakan karena adanya kemiripan sifat, bentuk, dan lain-lain. Yang
tergolong dalam gaya bahasa perbandingan yaitu:
1. Alegori
Alegori majas perbandingan dengan alam secara utuh.
Contoh:
Semoga mereka berhasil memegang kemudi dan tiba di pulau
yang dituju. (perumpamaan bagi pasangan yang baru
menikah)
Bunga kuncup belum lagi mekar, bagai melanda
kembang berguguran. (penggambaran anak remaja yang
ditimpa kemalangan)
2. Alusio
Alusio majas dengan ungkapan, peribahasa, atau sampiran
pantun.
Contoh:
Perang tak ada gunanya, kalah dan menang sama-sama menjadi
abu.
3. Antonomasia
Antonomasia majas yang berupa pernyataan yang menggunakan
nama gelar resmi atau jabatan sebagai pengganti nama diri (orang
itu sendiri).
Contoh :
47
Gubernur Sumatra Utara akan meresmikan pembukaan
seminar.
Pangeran juga menyaksikan pertandingan.
4. Disfemisme
Disfemisme majas yang menonjolkan kekurangan tokoh.
Contoh:
Datuk Maringgih bertubuh jakung seperti pensil.
5. Epitet
Epitet adalah majas yang berupa keterangan yang menyatakan
suatu sifat atau ciri yang khas dari seseorang atau suatu hal.
Keterangan itu berupa sebuah frasa yang menggantikan atau
memberikan suatu benda atau nama seseorang.
Contoh :
Raja Rimba itu ternyata sudah tidur.
Sudah lama ia menjadi kupu-kupu malam.
6. Eponim
Eponim adalah majas yang menyebut nama seseorang yang
begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu sehingga nama itu
dipakai untuk menyatakan sifat itu.
Contoh :
Hercules menyatakan kekuatan.
Dewi Fortuna menyatakan keberuntungan.
7. Eufisme
48
Eufisme majas yang menghaluskan arti.
Contoh:
Sejak kecil anak itu sudah ditinggalkan oleh kedua orang tuanya
(orang tuanya sudah meninggal dunia).
8. Hipalase/Enalase
Hipalase/Enalase majas yang merupakan keterangan yang seolah-
olah ditempatkan pada tempat yang salah.
Contoh:
Akhirnya ia tidur di rumah yang tertipu.
9. Hiperbola
Hiperbola adalah majas yang mengandung pernyataan yang
melebih-lebihkan baik jumlah, ukuran, ataupun sifatnya dengan
tujuan untuk menekankan, memperhebat, meningkatkan kesan
dan pengaruhnya.
Contoh:
Pada akhir-akhir ini harga barang makin melangit.
Perang saudara antara Iran dan Irak benar-benar
mengakibatkan banjir darah.
10. Litotes
Litotes adalah majas penyebutan sesuatu dengan mengurangi
kenyataan yang sebenarnya dengan maksud merendahkan
diri.
Contoh:
49
Silahkan mampir di gubuk kami. (padahal rumahnya seperti
istana).
Maaf, saya tidak dapat menyiapkan apa-apa bagimu. (padahal
yang disediakan sangat banyak).
11. Metafora
metafora majas perbandingan secara langsung sebuah benda
yang satu dengan yang lain karena memunyai kesamaan
sifat, keadaan, atau perbuatan.
Contoh :
Para pemuda merupakan tulang punggung bangsa.
12. Metonimia
Metonimia adalah majas yang menggunakan nama barang, orang,
hal atau ciri sebagai pengganti barang itu sendiri.
Contoh:
Parker jauh lebih mahal daripada pilot.
Baru saja canada membeli CN 235.
13. Onomatope
Onomatope majas dengan menggunakan tiruan bunyi.
Contoh:
Desir-desur angin malam, kerak-kerik bunyi jangkrik,
menambah lelap tidurnya sepanjang malam.
14. Paronomasia
Paronomasia majas kata yang sama tetapi menampilkan makna
50
yang berbeda.
Contoh:
Engkau ini orang besar, tetapi besar mulut.
15. Perifrasis
Perifrasis majas untuk menggantikan suatu kata atau kelompok
kata lain. Kata atau kelompok kata tersebut dapat berupa nama
tempat, negara, benda, atau sifat tertentu.
Contoh:
Ia berkunjung ke negeri Matahari Terbit.
Di negeri Beruang Putih itu banyak bermunculan akademi
sirkus.
16. Personifikasi
Personifikasi yaitu majas dengan cara menghidupkan atau
menganggap benda mati, tumbuh-tumbuhan, binatang seperti
manusia.
Contoh :
Wahai angin, sampaikan salamku kepadanya.
Daun nyiur melambai-lambai ditiup angin.
17. Simbolik
Simbolik majas untuk melukiskan suatu maksud dengan
menggunakan simbol atau lambang.
Contoh:
51
Banyak tikus berkeliaran di gedung rakyat. (tikus simbol bagi
koruptor).
Kupu-kupu malam bertebaran di malam hari mencari mangsa.
(kupu-kupu malam simbol wanita tuna susila).
18. Simile
Simile majas yang ditandai dengan kata depan dan penghubung
seperti, layaknya, ibarat, bagaikan, seperti, bagai, umpama.
Contoh:
Ibarat ayam, kurang mengekas, kurang makan.
Kau umpama rembulan bagiku, selalu menerangi di gelapnya
malam.
19. Sinekdoke
Sinekdoke majas yang menyebutkan sebagian, tetapi yang
dimaksud ialah seluruh bagian atau sebaliknya. Majas ini terbagi
dua, yaitu:
a. Parsprototo, yaitu penyebutan sebagian, sedangkan yang
dimaksudkan keseluruhan atau sebaliknya.
Contoh:
Setiap tahun semakin banyak mulut yang harus diberi
makan.
Pendapat tiap kepala makin meningkat.
b. Totem proparte, yaitu menyatakan sebagian dari objek dengan
menyebutkan keseluruhan bagiannya atau dengan objek lain
52
yang memunyai makna lebih luas.
Contoh:
Indonesia meraih emas dalam Olimpiade Matematika
Internasional 2016. Kata ”Indonesia dapat” berarti semua
warga di negara Indonesia, akan tetapi dalam kalimat ini kata
”Indonesia” digunakan untuk mewakili seseorang (beberapa
warga negara Indonesia yang menjuarai Olimpiade
Internasional).
20. Sinestesia
Sinestesia majas yang mempertukarkan dua indra yang berbeda.
Contoh:
Suasana pesta semakin hangat saat salah seorang tamu
menyanyikan lagu “kemesraan”. (hangat, indra peraba
bertukar dengan indra penglihatan)
Perusahaan itu terkenal sangat pahit pada karyawannya.
(pahit,indrapengecapanbertukar dengan indra penglihatan)
21. Tropen
Tropen majas yang menggunakan istilah lain dengan makna
sejajar.
Contoh:
Ia mencari uang dengan menjual diri (sejajar dengan menjadi
pelacur).
53
c) Majas Pertentangan
Majas pertentangan adalah majas yang menyatakan pertentangan
yang menggambarkan sesuatu yang berlawanan atau tidak selaras.
Yang tergolong dalam majas pertentangan yaitu:
1. Anakronisme
Anakronisme majas yang mengandung ketidaksesuaian antara
peristiwa dengan waktunya.
Contoh:
Candi Borobudur dibangun dengan menggunakan teknologi
modern.
Arjuna saling berkirim SMS dengan Srikandi untuk melepas
rindu.
2. Antitesis
Antitesis majas yang mengungkapkan suatu maksud dengan
menggunakan kata-kata yang saling berlawanan.
Contoh:
Orang miskin atau kaya memunyai kedudukan yang sama di
hadapan Allah Swt, yang membedakan hanya amal
ibadahnya.
Semua kebaikan ayahnya dibalasnya dengan keburukan yang
menyesakkan dada.
3. Kontradiksio Interminis
Kontradiksio interminis adalah majas berupa sangkalan terhadap
54
pernyataaan yang disebutkan sebelumnya.
Contoh:
Siswa yang tidak berkepentingan dilarang masuk, kecuali
panitia lomba.
Semua sudah siap berangkat selain ibunya.
4. Oksimoron
Oksimoron adalah majas yang berupa pernyataan yang di
dalamnnya mengandung pertentangan dengan mempergunakan
kata-kata yang berlawanan dalam frasa atau dalam kalimat yang
sama.
Contoh:
Orang bisa mati karena rokok tetapi ada juga orang yang tidak
bisa hidup tanpa rokok.
Olahraga mendaki gunung memang menarik walaupun sangat
membahayakan.
5. Okupasi
Okupasi majas yang merupakan pertentangan dengan penjelasan.
Contoh:
Ia tidak cerdas, tetapi rajin, sehingga berhasil lulus.
6. Paradoks
Paradoks adalah majas yang mengandung pertentangan yang
nyata dengan fakta-fakta yang ada. Maksudnya bahwa
pertentangan yang ada dalam kalimat itu memang benar dan bisa
55
terjadi dalam kenyataan.
Contoh :
Aku merasa kesepian di tengah kota yang ramai ini.
Teman akrab adakalanya, merupakan musuh sejati.
7. Prolepsis/Antisipasi
Prolepsis/Antisipasi majas yang dalam pernyataannya
menggunakan frasa pendahuluan yang isinya sebenarnya masih
akan dikerjakan atau akan terjadi.
Contoh:
Mobil yang malang itu ditabrak truk pasir dan jatuh ke jurang.
(dikatakan malang karena peristiwa tersebut telah terjadi.
Akan tetapi, dalam kalimat tersebut kemalangannya
didahulukan sebelum peristiwa diungkapkan).
Pada hari naas itu, kapal Tampomas berlayar ke Selat Malaka
dan terbakar di sana.
d) Majas Sindiran
Majas sindiran adalah majas atau gaya bahasa yang
mengungkapkan sebuah sindiran terhadap seseorang/sesuatu.
Penggunaan majas sindiran ini bertujuan untuk meningkatkan makna
dan kesannya terhadap seseorang yang membaca atau mendengar.
Yang tergolong dalam majas sindiran yaitu:
1. Antifrasis
56
Antifrasis adalah majas yang berupa penyataan yang
menggunakan sebuah kata dengan makna kebalikannya hanya
sebuah kata saja yang menyatakan kebalikan itu.
Contoh:
Lihatlah sang raksasa telah tiba. (maksudnya si cebol)
Inilah kawan kita yang paling jujur. (maksudnya yang suka
menipu)
2. Inuendo
Inuendo adalah majas yang berupa sindiran dengan mengecilkan
kenyataan yang sebenarnya.Majas ini menyatakan kritik tidak
langsung. Biasanya ditandai dengan kata-kata sedikit, agak, dan
sejenisnya.
Contoh :
Setiap ujian sipenmaru dia gagal karena sedikit malas belajar.
Pernyataan itu saya kira agak tidak masuk akal.
3. Ironi
Ironi majas yang menyatakan suatu maksud menggunakan kata-
kata yang berlainan atau bertolak belakang dengan maksud
tersebut.
Contoh:
Rapormu bagus, ada warnanya.
Kamu memang siswa teladan, dalam satu minggu, hanya satu
hari kamu tiba tepat waktu.
57
4. Permainan kata
Permainan kata merupakan majas sindiran disertai humor dengan
cara mengubah urutan kata.
Contoh:
Ia bukan tenaga luar biasa, melainkan biasa di luar.
5. Sarkasme
Sarkasme adalah majas yang mengandung olok-olok atau sindiran
yang pedas dan kasar. Kata-kata yang digunakan adalah kata-kata
tak enak didengar.
Contoh:
Kau memang benar-benar bajingan!
Anjing, kau! enyahlah dari sini!
6. Satire
Satire adalah gaya bahasa sejenis argumen atau puisi atau
karangan yang berisi kritik sosial baik secara terang-terangan atau
terselubung. Satire dapat bernada keras, bernada pahit dan kuat,
dapat pula bernada menusuk dan memilukan, oleh karena itu
satire biasanya berupa wacana. Jarang sekali atau hampir tak
pernah berupa sebuah kalimat. Ketetapannya bergantung pada
pembaca atau penerimanya.
Contoh :
Cerita Kosong
Untuk Gembong-Gembong Tukang Bicara
58
Jemu aku dengar bicaramu
”kemakmuran
Keadilan
Kebahagiaan”
Sudah sepuluh tahun engkau bicara
Aku masih tak punya celana
________badan kurus_______
Pengangkut sampah_______
Kemarin di ikat
Kau ulang cerita
Tanganmu dan tanganku dapat bikin negara
7. Sinisme
Sinisme adalah majas yang merupakan sindiran yang berbentuk
kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan atau
ketulusan hati. Seolah-olah menyanjung/memuji seseorang akan
tetapi sebenarnya pujian itu hanya untuk menyindir atau
menyangsikannya.
Contoh:
Memang Andalah tokoh yang sanggup menghancurkan desa
ini dalam sekejap.
Betul, Andalah orang yang terkaya di dunia ini yang sanggup
membeli kelima benua ini.
59
Sudjiman (1993: 75) mengemukakanbahwa titik berat pengkajian
stilistika terletak pada peggunaan bahasa dan gaya bahasa suatu
wacana dengan tujuan utama untuk meneliti efek estetik bahasa. Gaya
bahasa mencakup pilihan kata/leksikal, struktur kalimat, pola irama, kias
dan matra. Untuk menentukan gaya khas penulis, seorang pengkaji atau
peneliti perlu membaca dan menelaah penggunaan bahasa dalam
berbagai karya tulis.
B. Kerangka Pikir
Berdasarkan kerangka pembahasan teoritis di atas, maka penulis
akan mengemukakan kerangka pikir sebagai bahan pertimbangan untuk
kelancaran penelitian ini. Salah satu bentuk karya sastra seperti novel
Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy. Cerita yang
dikisahkan dalam novel merupakan suatu proses kreatif yang bersumber
dari imajinasi dan kreativitas pengarang.
Bahasa merupakan sarana bagi manusia dan makhluk lainnya
untuk gaya bahasa pada umumnya dipandang sebagai alat untuk
manampilkan gagasan secara menarik dan indah. Hal itu bukan
berarti bahwa penggunaan gaya bahasa dalam wacana merupakan
pemborosan. Penggunaan gaya bahasa, selain untuk menimbulkan
efek estetik juga adalah untuk menjadikan gagasan yang dikemukakan
lebih jelas diterima pendengar dan pembaca. Berikut bagan kerangka
pikir dalam penelitian ini:
60
BAGAN KERANGKA PIKIR
TEMUAN
A N A L I S I S
KARYA SASTRA
DRAMA PROSA PUISI
NOVEL
( Bidadari Bermata Bening Karya
Habiburrahman El Shirazy )
STILISTIKA
Keunikan Diksi Kekhususan Aspek
Morfologi dan
Sintaksis
Gaya Bahasa
61
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Edi Subroto (1992: 5) mengatakan bahwa metode kualitatif adalah
metode pengkajian atau metode penelitian terhadap suatu masalah yang
tidak dirangsang menggunakan prosedur-prosedur statistik. Metode ini
bersifat deskriptif sehingga datanya berupa kalimat yang dianalisis dari
segi kegramatikalannya dengan menggunakan teori atau pendekatan
tertentu. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rancangan struktural,
maksudnya meneliti dan memerikan serta menerangkan segi-segi tertentu
mengenai struktur bahasa berdasarkan fakta-fakta kebahasan yang
dijumpai dalam pertuturan (Edi Subroto, 1992: 32).
Pemilihan jenis penelitian kualitatif deskriptif ini disesuaikan dengan
permasalahan yang dibahas dan tujuan penelitian. Untuk membahas
permasalahan dan mencapai tujuan penelitian, penelitian kualitatif
deskriptif menggunakan strategi berpikir fenomenologis yang bersifat
lentur dan terbuka serta menekankan analisisnya secara induktif dengan
meletakkan data penelitian bukan sebagai alat pembuktian, tetapi sebagai
modal dasar untuk memahami fakta-fakta yang ada (Sutopo, 1997 :47).
B. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif yang
meliputi rangkaian kegiatan yang sistematik untuk mendapatkan jawaban
62
atas permasalahan yang diajukan. Meskipun demikian, dalam penelitian
kualitatif desain penelitian dapat diubah atau disempurnakan sesuai
dengan apa yang diperoleh dari pengetahuan baru yang ditemukan.
Rencana penelitian ini disusun dalam tiga tahap, yaitu: (1)
tahap persiapan, (2) tahap pengumpulan data, dan (3) tahap
pengolahan data dan analisisnya akan dideskripsikan sebagai laporan
hasil penelitian.
Sebagaimana telah dikemukakan pada pembahasan sebelumnya
bahwa penelitian ini dimaksudkan untuk memahami, menganalisis dan
menguraikan keunikan diksi, aspek morfologi dan sintaksis serta
penggunaan gaya bahasa dalam novel Bidadari Bermata Bening karya
Habiburrahman El Shirazy.
Peneliti merupakan instrumen utama, maka keberhasilan
penelitian ini banyak bergantung kepada diri peneliti. Kesabaran,
keuletan, dan ketekunan peneliti dalam mengumpulkan dan menganalisis
data sangat diperlukan. Betapapun bagusnya kemampuan metodologis
dan pengetahuan yang dimiliki seorang peneliti jika tidak disertai
sifat kejujuran maka hasil penelitian tidak mencerminkan keadaan
yang ada. Jadi, kejujuran peneliti sangat diperlukan guna menunjang
keakuratan penelitian ini.
C. Definisi Istilah
Dalam penelitian ini terdapat tiga definisi istilah yang akan
didefinisikan sebagaimana berikut ini:
63
1. Keunikan diksi adalah pemilihan kata-kata yang istimewa yang
digunakan pengarang dalam hal ini kosakata Asing (Inggris), kosakata
Jawa, kosakata Arab yang khusus terdapat dalam novel Bidadari
Bermata Bening.
2. Kekhususan aspek morfologi dan sintaksis adalah telaah mengenai
satuan-satuan bahasa yang melibatkan perangkat morfologi (prefiks,
sufiks, klitika, reduplikasi) dan sintaksis (kalimat repetisi dan kalimat
majemuk) yang terdapat dalam novel Bidadari Bermata Bening.
3. Pemakaian gaya bahasa adalah bahasa-bahasa yang khas yang
digunakan pengarang untuk menguraikan cerita yang khusus terdapat
dalam novel Bidadari Bermata Bening.
D. Sumber Data dan Data
Sumber data dan data dalam penelitian merupakan dua hal pokok
yang harus diklarifikasikan dalam penelitian.
1. Sumber Data
Sumber data merupakan sumber dari mana data dapat diperoleh.
Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Bidadari Bermata
Bening karya Habiburrahman El Shirazy. Novel Bidadari Bermata
Bening diterbitkan oleh Penerbit Republika Jakarta, cetakan II Mei
2017 setebal iv + 337 halaman.
2. Data
Data ialah semua informasi atau bahan mentah yang disediakan
alam (dalam arti luas) yang harus dicari dan dikumpulkan dengan
64
sengaja oleh peneliti yang sesuai dengan masalah yang diteliti (Edi
Subroto, 1992: 34). Sehingga data itu merupakan bahan yang sesuai
untuk memberi jawaban terhadap masalah yang diteliti.
Data dalam penelitian ini adalah (1) kosakata Asing (Inggris),
kosakata Jawa, kosakata Arab; (2) telaah morfosintaksis prefiks, sufiks,
klitika, reduplikasi, kalimat repetisi dan kalimat majemuk; (3) gaya bahasa
penegasan, perbandingan, pertentangan dan sindiran yang terdapat
dalam novel Bidadari Bermata Bening.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah kepustakaan, sehingga dalam pelaksanaannya dengan teknik
pengumpulan data dengan menggunakan teknik pustaka dan teknik catat
sebagai berikut:
a. Teknik pustaka
Teknik pustaka merupakan pengambilan data dari sumber tertulis
oleh peneliti dalam rangka memeroleh data beserta konteks lingual
yang mendukung untuk dianalisis dalam hal ini adalah novel Bidadari
Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy.
b. Teknik catat
Teknik catat yaitu mencatat semua sumber data berupa kata dan
kalimat-kalimat yang ada di dalam novel Bidadari Bermata Bening
karya Habiburrahman El Shirazy.
65
F. Teknik Analisis Data
Data dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif kualitatif
dengan menggunakan analisis isi (analisis konten). Analisis data yang
digunakan mengikuti langkah-langkah berikut:
1. Pengidentifikasian diksi, morfosintaksis, dan gaya bahasa yang
digunakan dalam novel Bidadari Bermata Bening karya
Habiburrahman El Shirazy.
2. Pengklasifikasian diksi, morfosintaksis, dan gaya bahasa yang
digunakan dalam novel Bidadari Bermata Bening karya
Habiburrahman El Shirazy.
3. Penganalisisan diksi, morfosintaksis, dan gaya bahasa yang
digunakan dalam novel Bidadari Bermata Bening karya
Habiburrahman El Shirazy.
4. Pendeskripsian diksi, morfosintaksis, dan gaya bahasa yang
digunakan dalam novel Bidadari Bermata Bening karya
Habiburrahman El Shirazy.
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Bab ini merupakan bagian inti tesis yang memuat data dan temuan
penelitian beserta pembahasannya. Pada bagian ini disajikan data yang
terkumpul, maka penulis dapat mendeskripsikan keunikan diksi,
kekhususan aspek morfologi dan sintaksis, dan pemakaian gaya bahasa
pada novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburahman El Shirazy.
1. Keunikan Diksi dalam Novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy
Keunikan diksi pada novel Bidadari bermata bening
dilatarbelakangi oleh faktor sosiokultural penulis, selain itu latar
belakang pendidikan penulis juga turut berperan serta dalam
mewujudkan berbagai keunikan diksi yang diungkapkan melalui
deskripsi ceritanya. Novel Bidadari Bermata Bening karya
Habiburrahman El Shirazy mampu menonjolkan keunikan diksi yang
spesifik dan lain dari yang lain. Hal itu membuat gaya tersendiri yang
menjadi ciri khusus Habiburrahman El Shirazy.
Tokoh-tokoh dalam novel Bidadari Bermata Bening masing-
masing memunyai karakter yang khas, sehingga dalam
mendeskripsikannya pun diperlukan pemilihan kosakata yang tepat.
Sebagaimana tokoh Ayna yang pandai, tegas, sabar, setia, dan tidak
67
pendendam; tokoh Gus Afif yang pemalu, bertanggungjawab, mandiri,
rendah hati dan setia; begitu pula tokoh-tokoh lainnya yang juga
memiliki ciri khas tersendiri. Selain itu, pengalaman penulis dalam
menempuh pendidikan di luar negeri juga menambah wawasan
kosakata yang khas dan unik. Adapun keunikan diksi dapat dijabarkan
sebagai berikut:
a. Pemakaian Leksikon Bahasa Asing (Inggris)
Pemanfaatan leksikon bahasa Asing dalam novel Bidadari
Bermata Bening di antaranya dapat dilihat pada kata, frasa ataupun
klausa bahasa Inggris yang digunakan dalam kalimat bahasa
Indonesia. Habirurrahman El Shirazy sebagai seorang penulis telah
melalangbuana ke luar negeri sehingga ia kaya akan leksikon dalam
bahasa asing khususnya bahasa Inggris. Keunikan diksi bahasa
Inggris dalam kalimat yang berupa kata di antaranya adalah sebagai
berikut.
(1) Menurutku Mbak Ayna yang paling cantik di sini. Swear! (BBB: 2)
(2) Kali ini Ayna lebih waspada, ia mengangkat rok bawahannya sehingga tampaklah celana trainingnya. (BBB: 21)
(3) Naufal perhatikan, itulah pentingnya belajar. Coba kalau
kau tidak belajar dan soal seperti ini keluar besok, kamu pasti salah! Makanya jangan main game terus! (BBB: 47)
Ketiga data di atas menunjukkan penggunakan leksikon bahasa
Asing (Inggris) dalam bentuk kata. Data (1) swear yang artinya
68
bersumpah, data (2) Training yang berarti latihan, data (3) game yang
artinya permainan.
Selanjutnya data-data yang menggunakan frasa bahasa Inggris
dalam deskripsi cerita di antaranya sebagai berikut.
(4) Setelah saya mendengar semuanya dan melihat video tadi, saya jadi tahu yang menjadi trouble maker justru Neneng. (BBB: 37)
(5) Silakan kamarnya Dik Ayna pakai sendiri saja. Biar diantar
sama boy room untuk menunjukkan di mana kamarnya. (BBB: 130)
(6) Seluruh acara diatur oleh wedding organizer yang
didatangkan dari Semarang. (BBB: 186) Data di atas memperlihatkan bahwa pemanfaatan frasa bahasa
Asing (Inggris) dapat ditemukan dalam satuan kalimat. Frasa bahasa
Inggris trouble maker, pada data (4) yang berarti pengacau, data (5)
boy room yang artinya petugas pembersih kamar, data (6) wedding
organizer yang artinya jasa khusus secara pribadi membantu
pengantin dan keluarga dalam perencanaan pernikahan. Penggunaan
leksikon bahasa Inggris ini membuat cerita tidak monoton.
Selain penggunaan kata dan frasa bahasa Inggris juga terdapat
pemakaian klausa bahasa Inggris dalam deskripsi cerita. Perhatikan
data berikut ini.
(7) Ini di FE UI Depok ada kursus tentang Design Thinking for
Business dan Pricing Strategy, kau harus ikut! (BBB: 264)
69
(8) Besok di ITB Dramaga ada seminar Profesor Tom Redman dari Melbourne, seorang pakar Operasional Risk
Management, kau harus ikut. Bawa rekaman. (BBB: 264) (9) Ini ada kursus satu pekan tentang Managing Talent for Every
Manager di Singapura. Ini penting bagimu untuk bekal memimpin perusahaan kelas global. (BBB: 264)
Pemakaian klausa bahasa Inggris pada data-data di atas
menunjukkan bahwa penulis sangat memahami dan menguasai
leksikon bahasa Inggris. Data (7) Design Thinking for Business dan
Pricing Strategy yang berarti metode penyelesaian masalah dalam
usaha/strategi penetapan harga, data (8) Operasional Risk
Managemen yang artinya pengontrolan aktivitas sebuah organisasi
untuk meminimalisir resiko pendapatan perusahaan, dan data (9)
Managing Talent for Every Manager yang artinya merupakan
manajemen bakat, yang meliputi aspek pengelolaan terhadap sumber
daya manusia sebuah perusahaan.
Berdasarkan analisis mengenai pemakaian leksikon bahasa
Inggris dalam deskripsi cerita. Secara tidak langsung penggunaan
leksikon bahasa Inggris dalam deskripsi cerita dipengaruhi oleh latar
belakang penulis. Habiburrahman El Shirazy sebagai seorang penulis
novel Bidadari Bermata Bening telah melalangbuana ke luar negeri
sehingga ia kaya akan leksikon dalam bahasa asing khususnya
bahasa Inggris. Sehingga menghasilkan cerita lebih menarik dan
membuat pembaca semakin terpesona dengan kelihaian
70
Habiburrahman El Shirazy mengombinasikan bahasa Inggris dengan
bahasa Indonesia dalam deskripsi cerita tanpa mengurangi makna.
b. Pemakaian Leksikon Bahasa Jawa
Pemakaian leksikon bahasa Jawa dalam deskripsi cerita
ditampilkan secara spontan oleh penulis. Hal tersebut tidak terlepas
dari faktor sosial budaya penulis yang lahir dan besar di Semarang,
Jawa Tengah. Sehingga dalam mendeskripsikan cerita ia
menggunakan leksikon bahasa Jawa di dalam kalimat bahasa
Indonesia. Perhatikan data berikut.
(10) Bu Nyai Nur Fauziyah memintanya untuk mencari ikan tongkol, bumbu mangut, serta buah mlanding untuk dibuat bothok. (BBB: 8)
(11) Wajah para santriwati itu tampak semringah. (BBB: 1)
(12) Kau jangan ngawur ya! Itu fitnah yang luar biasa. Saya tidak akan terima dunia akhirat! (BBB: 36)
Pada data (10-12) kata nyai, semringah, dan ngawur merupakan
kata asli bahasa Jawa, namun dalam penggunaanya masuk ke dalam
bahasa Indonesia. Hal ini berarti ada suatu interferensi bahasa
Indonesia dari bahasa Jawa. Kata nyai dalam bahasa Indonesianya
Sebutan umum di Jawa Barat, khususnya bagi wanita dewasa,
semringah dalam bahasa Indonesianya berseri-seri, dan ngawur yang
bahasa Indonesianya asal-asalan. Pemakaian leksikon bahasa Jawa
dapat juga dilihat pada data-data berikut ini.
71
(13) Oalah nduk, anake sopo, kok ayune koyok wedokdari!
Gumam lelaki setengah baya berkumis tebal sambil terus memandangi sosok Ayna. (BBB: 7)
(14) Ya sekarang memang belum cinta, tapi nanti lama-lama
akan cinta. Wiwiting tresno jalaran soko kulino. (BBB: 139) (15) Gus Afif tidak mau kedua orang tuanya mengemis dan
direndahkan oleh siapapun karena dirinya. Itu berarti dia tidak bisa mikul duwur mendem jero!(BBB: 185)
Data di atas merupakan leksikon bahasa Jawa data (13) Oalah
nduk, anake sopo, kok ayune koyok wedokdari yang artinya Oalah
nduk, anaknya siapa, kok cantiknya kayak bidadari, data (14) Wiwiting
tresno jalaran soko kulino yang berarti cinta dimulai dari kebiasaan.
Dan data (15) mikul duwur mendem jero yang artinya berbakti kepada
orang tua dan menutupi semua kekurangan orang tua.
c. Pemakaian Leksikon Bahasa Arab
Pemakaian leksikon bahasa Arab dalam deskripsi cerita
ditampilkan oleh penulis. Hal tersebut tidak terlepas dari faktor
lingkungan pendidikan penulis yang telah mengenyam pendidikan di
pesantren dan kuliah di peguruan tinggi di Kairo. Sehingga dalam
mendeskripsikan cerita menggunakan leksikon bahasa Arab di dalam
kalimat bahasa Indonesia. Perhatikan data berikut.
(16) Mbak Ningrum, khadimah paling senior, sering cerita bahwa Gus Asif Barkhiya, boleh disebut anak Kyai Sobron paling cerdas. Menurutnya, semua anak Pak Kyai Sobron cerdas, tapi dia paling cerdas. (BBB: 52)
(17) Benar, Ibuku TKW pulang dalam kondisi hamil. Tapi ibuku tidak serong. Aku bukan anak haram! Kau menghina ibuku,
72
menuduh ibuku berbuat keji! Ini qadzaf! Aku tidak terima! (BBB: 19)
(18) Tanggal akad dan pesta walimah juga masih dicari oleh dua keluarga. Ada hitung-hitungan rumit yang tidak masuk dalam nalarnya. (BBB: 169)
Data di atas merupakan bahasa Arab yang sering kita dengar
bahkan gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Data (16) khadimah
yang artinya pembantu perempuan, data (17) qadzaf yang artinya
melemparkan tuduhan berzina dengan terang-terangan. Dan data (18)
walimah yang berarti pesta pernikahan atau jamuan makan yang
diselenggarakan berkenaan dengan pernikahan. Penggunaan
leksikon bahasa Arab dalam kalimat bahasa Indonesia juga terdapat
dalam data-data berikut.
(19) Salah satu yang istimewa dalam haflah akhirussanah di pesantren itu yang jarang ditemui di pesantren lain adalah adanya pertunjukan wayang kulit semalam suntuk. (BBB: 44)
(20) Akhirnya mau’izah hasanah diisi oleh Bu Hajjah Muniroh. Jamaah pengajian sudah mewanti-wanti agar pertemuan berikutnya Ayna yang ngisi.(BBB: 112)
Data di atas menggunakan leksikon bahasa Arab dua kata. Data
(19) haflah akhirussanah yang artinya perayaan atau pesta akhir
tahun yang diadakan dalam pesantren. Data (20) mau’izah hasanah
yang berarti dakwah yang dilaksanakan melalui nasihat-nasihat yang
baik. Penggunaan leksikon bahasa Arab yang lain dapat pula ditemui
pada data-data berikut.
73
(21) Bismillahirrahmanirrahim Rabbi zidni ilma warzuqni fahma
waj’alni min ‘ibaadikas shalihin. Aamiin. (BBB: 47) (22) Saya diperintah sama salah satu warga saya, Al Mukarram
KyaiSobron. Harusnya saya yang perintah beliau, karena di RT ini saya imamnya, eh malah saya yang diperintah, katanya kan sayyidul qaumi khadimuhum. (BBB: 66)
(23) Ayna merasa seperti terperangkap dalam ruang gelap nan
pengap, taka da ventilasi udara, taka da lubang sedikitpun unguk masuk cayaha, tidak ada jalan keluar. Ia hanya bisa menangis kepada Tuhan, Laa ilaaha illa Anta, subhaanaka
innii kuntu minazh zhaalimiin.(BBB: 169)
Data (23) yang artinya Yaa Rabb, tambahkanlah ilmu bagiku,
dan berilah aku kefahaman. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain
Allah Tuhan yang satu tiada sekutu bagiNya. Data (22) sayyidul qaumi
khadimuhum yang berarti Pemimpin kaum sebagai pelayan mereka.
Dan data (23) Laa ilaaha illa Anta, subhaanaka innii kuntu minazh
zhaalimiin yang berarti Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci
Engkau. sungguh aku termasuk orang-orang yang zalim.
2. Kekhususan Aspek Morfologi dan Sintaksis dalam Novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy
a. Aspek Morfologi
Morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari seluk-
beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata
terhadap golongan dan arti kata. Morfologi mempelajari seluk-beluk
kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi
gramatika maupun fungsi semantik. Selanjutnya proses morfologi
74
melibatkan kata sebagai bahan dasar inputnya yang di antaranya
meliputi afiksasi, reduplikasi, dan pemajemukan.
a) Afiksasi pada Leksikon Bahasa Inggris, Bahasa Jawa dan Bahasa
Arab
Afiksasi adalah proses pengimbuhan afiks yang meliputi
prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks atau simulfiks. Pada novel
Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy
terdapat penggunaan kosakata bahasa asing, bahasa Jawa dan
bahasa Arab yang memakai imbuhan atau akhiran dalam bahasa
Indonesia. Perhatikan data berikut ini.
(24) Kali ini Ayna lebih waspada, ia mengangkat rok bawahannya sehingga tampaklah celana trainingnya. (BBB: 21)
(25) Mas Tono dan Mbak Ripah, anak Pakde Darsun yang usianya lebih tua dari dirinya lebih sering mengejek dan membully dirinya sejak kecil. (BBB: 77)
(26) Kalau gitu, aku pinjam mobil-mobilannya Mas Faros yang ada remotenya, boleh nggak Mbah? (BBB: 83)
Data (25 dan 26) menggunakan kata bahasa Inggris dengan
sufiks bahasa Indonesia -nya. Data (24) kata training dalam
bahasa Indonesia artinya latihan, tetapi dalam kalimat tersebut
mendapat sufiks -nya menjadi trainingnya dan sufiks -nya ini
membentuk kata keterangan yang menyatakan kepemilikan
maknanya adalah celana training kepunyaan Ayna. Pada data
(25) membully yang merupakan bahasa Inggris mendapat prefiks
75
Meng- yang membentuk kata kerja, yang dalam bahasa Indonesia
artinya mengganggu. Kemudian pada data (26) juga kata bahasa
Inggris mendapat sufiks -nya, remotenya membentuk kata
keterangan yang maknanya alat pengendali mainan mobil-
mobilan.
(27) Air mata Ayna tidak bisa dibendung mendengar jawaban tegas Gus Afif, putra Kyainya yang sangat ia hormati. Santri putra terbaik yang ada di pesantren Kanzul Ulum. Hafal Al-Qur’an dan Alfiyyah Ibnu Malik. (BBB: 159)
(28) Layaknya rumah hantu tak berpenghuni. Padahal rumah itu ada di samping rumah pakdenya, dan sebelum meninggal ibunya sempat menitip pesan kepada pakdenya agar rumah itu dirawat. (BBB: 97)
(29) Kyai Sobron tidak bisa menolak desakan anak yang dicintainya. Apalagi yang diminta adalah kebaikan. Sejak itu setiap pagi, Afif talaqqi, ngaji kitab itu pada Abahnya. Kecenderungan Gus Afif pada kitab-kitab yang membahas penyucian jiwa semakin bertambah. (BBB: 224)
(30) Sekarang kau berani bicara, ingat, satu pekan lagi kau akan meringkuk dipenjara! Ini, Pak Projo, terhitung pakliknya Neneng. Dia anggota kepolisian Magelang. (BBB: 35)
(31) Rasa hormatnya pada Pakdenya kini hilang, ia ingin tetap menghormati pakdenya dan budenya, tapi setelah tahu apa yang dilakukan mereka pada dirinya ia merasa tidak dianggap sebagai manusia, apalagi dianggap sebagai keluarga dekat. Ia hanyalah barang yang dijadikan alat transaksi politik belaka. (BBB:248)
(32) Begini, Na. Pak Kyai Yusuf Badrudduja matur kepada ummi dan abah, bahwa dia ingin melamarmu untuk dijadikan garwonya. (BBB: 88)
76
(33) Farihah menemani kangmasnya menjaga Faros dan Fina
sampai sekarang. Tapi kan nggak mungkin akan begitu terus. Farihah harus membangun masa depannya juga. (BBB: 89)
(34) Baik, kalau begitu, kami menunggu kerawuhannya di Candiretno. Semoga nanti yang kami terima adalah kabar yang baik, jawab Kyai Sobron pelan. (BBB: 120)
(35) Ancer-ancernya, Mbok? Dari sini, kamu ke arah utara. Itu susuri jalan Klopo Sanggrahan sampai ketemu MI Ma’arif Pucang. Lha, tak jauh dari situ nanti ketemu warung mi ayam Al Barokah, di belakang warung itu rumahnya. yang jualan mi ayam itu anaknya. (BBB: 8)
Data (27-35) menggunakan kata bahasa Jawa dengan sufiks
bahasa Indonesia -nya. Sufiks bahasa Indonesia -nya membentuk
kata keterangan yang bermakna kepemilikan. Seperti data (27)
kata kyainya diartikan sebagai orang yang dituakan oleh Ayna.
Data (28) pakdenya artinya saudara laki-laki Ibu dari Ayna. Data
(29) abahnya merupakan ayah dari Gus Afif. Data (30) pakliknya
artinya pakde dari Neneng. Data (31) budenya artinya panggilan
Ayna untuk istri pakdenya. Data (32) garwonya artinya Ayna akan
dijadikan istri oleh Kyai Yusuf Badrudujja. Data (33) kangmasnya
artinya kakak laki-laki dari Fariha. Data (34) kerawuhannya artinya
kedatangan pakde dan bude dari Ayna. Data (35) ancer-ancernya
artinya meminta acuan tempat/arah.
(36) Ya, jelas. Masak tidak kami restui? Alasannya apa tidak merestui. Kan sudah Bude sampaikan waktu di rumah Pak
77
Kyaimu itu. Kalau kau dilamar untuk salah satu putranya yang masih perjaka, ya kami berikan. (BBB: 182)
(37) Tenanglah Ayna, serahkan masalah jodohmu pada bude dan pakdemu. Kami akan carikan yang terbaik untukmu. Tidak harus kyai kan? Tapi kalau kami pikir kyai itu yang terbaik untukmu kenapa tidak. Kamu tenang saja kami masih menimbang banyak hal. (BBB: 134)
(38) Tapi kalau kau bersama mereka, kau tidak akan kehilangan kami, Na. ummi dan abahmu tidak akan berubah sikap kepadamu. Kau tetap santri kami yang akan kami sayangi dan kami doakan. (BBB: 140)
(39) Ibu mau cerita supaya kamu ngerti, kenapa pakdemu sering bersikap tidak pas sama kamu. Begini Nduk, ibu sama pakdemu itu saudara seibu beda ayah. Mbah Suimah simbahmu itulah ibu yang mengandung pakdemu yang juga mengandung ibu. Tapi ayah kami beda. Dulu Mbah Suimah itu pernah nikah dengan Mbah Joyo, lengkapnya Joyo Sentono dari Desa Kradenan, di Grobogan bagian timur. Pokoknya jauh dari desa kita ini. Mbah Suimah diboyong ke sana. (BBB: 104)
(40) bu minta kamu tetap menghormati pakdemu seperti kamu menghormati ayahmu sendiri. Dan menghormati budemu layaknya kamu menghormati Ibu. (BBB: 117)
(41) Ummi tahu karepmu. Tapi ummi perintahkan kamu pulang. Anakku. Ada banyak jalan mendekatkan diri kepada Allah, kata Bu Nyai sambil memandang lekat-lekat wajah Afif. (BBB: 231)
Data (36-41) merupakan klitika yaitu semacam imbuhan
yang dalam ucapan tidak memunyai tekanan sendiri dan tidak
merupakan kata karena tidak dapat berdiri sendiri. Klitika mu
berfungsi memberikan petunjuk kepunyaan. Data (36) kyaimu
78
artinya orang yang dianggap sebagai orang tua oleh Ayna. Data
(37) pakdemu artinya saudara laki-laki dari Ibu Ayna. Data (38)
abahmu artinya ayah dari Ayna. Data (39) simbahmu artinya
kakek dari Ayna, data (40) budemu artinya istri pakde dari Ayna,
data (41) karepmu artinya Gus Afif boleh berbuat semaunya atau
sesuai keinginannya.
(42) Pak Kyai dan Bu Nyai pekan depan akan mampir di sini untuk rembugan. (BBB: 102)
(43) Bude ini contohnya! Bude dulu musuh bebuyutan pakdemu ketika masih kecil dan masih gadis. Poyok-poyokan setiap hari. Akhirnya kami dinikahkan. Ya akhiranya bisa hidup rukun, lahir tiga anak dari pernikahan kami. (BBB: 139)
Kedua data di atas menggunakan sufiks bahasa Indonesia -
an. Data (42) rembungan bermakna menyatakan hal atau cara
bahwa pak Kyai dan bu Nyai akan datang bermusyawarah dengan
pakdenya Ayna. Data (43) poyok-poyokan bermakna menyatakan
sesuatu yang di lakukan pakde dan bude Ayna yaitu saling
mengejek.
(44) Beberapa pesantren kecil yang ada di sekitar desanya meminta kepadanya agar berbagi ilmu dengan para santri. Tiba-tiba ia merasa diuwongke. (BBB: 111)
(45) Ia pernah meninjunya saat kelas 6 SD hinggah hidung Aripah mimisan. Itu karena ia tidak kuat lagi menahan amarahnya. Tapi akibatnya ia dihukum sama ibunya dan dimarahi Pakde dan Budenya habis-habisan. Hanya Mbah Suimah, neneknya, yang membelanya. Sejak itu, ibunya berpesan agar jangan pernah membalas penghinaan
79
Aripah. Anggap aja itu suara embikan kambing! Ojok
digagas! (BBB: 114)
(46) Na, ini tubuh Ummi kok rasanya lengket semua. Sejak kemarin belum disibin, ujar Bu Nyai. (BBB: 299)
(47) Yang paling dekat ya si Kusni, dapat istri orang Mrisi situ dan tinggal di situ. Kalau malam minggu, dia sekeluarga datang nginap di sini. Anak ragilku, si Tofa, baru nikah setahun lalu dapat orang Solo, teman kuliah. Diterima PNS di Wonogiri, ya sudah. Memang begitu catatannya. (BBB: 165)
(48) Tanpa dikomando semua yang ada di ruangan itu melangkah keluar, kecuali Ayna. Gadis itu dengan cekatan menyiapkan air hangat di baskom, lalu dengan hati-hati melepas semua pakaian Bu Nyai bagian atas. Lalu menyibin dengan penuh kasih sayang seolah menyibin ibu kandungnya sendiri yang sedang sakit. (BBB: 300)
Data (44-48) menggunakan prefiks di- yang bermakna suatu
perbuatan yang pasif. Data (44) diuwongke artinya dimuliakan.
Data (45) digagas artinya jangan dipikirkan. Data (46) disibin
artinya membasahi tubuh dengan air hangat lalu dilap dengan
handuk. Untuk data (47) ragilku artinya anak bungsu
menggunakan klitika -ku yang menyatakan kepunyaan. Data (48)
menyibin menggunakan prefiks meng- yang menyatakan tindakan
yaitu membasuh tubuh dengan air hangat lalu dilap dengan
handuk.
(49) Ia tidak tahu apakah akan lanjut kuliah ataukah tetap di pesantren berkhadimah kepada Pak Kyai dan Bu Nyai. (BBB: 148)
80
(50) Amanalan itu bersanad dari para ulama hingga sampai kepada Nabi Muhammad Saw. (BBB: 44)
(51) Ia lalu mengagendakan untuk bersilaturrahim dan bertanya kepada orang-orang yang ia kenal baik. (BBB: 167)
(52) Dosa apa yang telah diperbuatnya sehingga ia harus menderita seperti itu? Ia cepat-cepat beristighfar kepada Allah kalau-kalau perasaannya baru saja adalah juga sebuah dosa. (BBB: 203)
Data (49-52) menggunakan kata bahasa Jawa dengan
prefiks bahasa Indonesia ber- yang memunyai makna menyatakan
sikap. Data (49) berkhadimah artinya pembantu perempuan. Data
(50) bersanad artinya yang dipercaya, data (51) bersilaturrahim
artinya bertemu dengan keluarga. Data (52) beristighfar artinya
tindakan memohon ampun kepada Allah.
(53) Ia bersyukur bahwa selama Ramadhan ia merampungkan dua kali khatam Al-Qur’an dan sempat mengaji beberapa hari di pesantren Brabu, untuk tabarrukan. (BBB: 161)
(54) Maafkan Ummi, maafkan Ummi. Ummi tidak salah! Isak Ayna. Sudah tiga hari Afif koma. Tak merespon apapun. Dokter sudah bilang agar diikhlaskan. Para santri sudah bergiliran membaca Al-Qur’an. Bicaralah padanya, talqinkan dia. Selain Allah, hanya namamu yang disebut-sebut saat budernya gerak! (BBB: 199)
(55) Ayna menamainya Bait Ibni Sabil, atau rumah anak jalan. Karena memang rumah itu ia wakafkan untuk menampung anak-anak jalanan, dan kuam dhuafa. (BBB: 269)
(56) Mobilmu bisa kau hibahkan untuk operasional pesantren anak jalananmu (BBB: 283)
81
(57) Ayna memimpin shalawatan dalam pengajian rutin pekanan ibu-ibu di kampungnya. (BBB: 112)
(58) Gadis itu masuk rumah sambil membawa bungkusan dalam kantong plastik. Di ruang tengah seorang perempuan separo baya berkerudung kuning tampak sedang tadarusan
Al-Qur’an. (BBB: 236)
Data (53-58) menggunakan sufiks -kan yang berfungsi
membentuk kata kerja. Data (53) tabarrukan artinya mencari
berkah, data (54) talqinkan artinya tuntun secara lisan, data (55)
wakafkan artinya berikan secara sukarela dan ikhlas. Untuk data
(56) hibahkan artinya pemberian yang dilakukan oleh seseorang
kepada pihak lain. Data (57-58) menggunakan sufiks -an, (57)
shalawatan artinya melantunkan doa keberkahan kepada Nabi
Muhammad Saw. Data (58) tadarusan artinya melantunkan ayat
suci Al Qur’an.
(59) Kyai Sobron lalu meminta seluruh santri berdiri untuk disumpah, atau dibaiat sebelum mereka meninggalkan pesantren. (BBB: 65)
(60) Cepat-cepat ia shalat mengqadha Maghrib lalu shalat Isya’
(BBB: 130)
Data (59) dibaiat menggunakan prefiks di- yang artinya
membuat janji atau sumpah. Data (60) mengqadha menggunakan
prefiks meng- yang artinya mengganti.
(61) Saya diperintah sama salah satu warga saya, Al Mukarram KyaiSobron. Harusnya saya yang perintah beliau, karena di RT ini saya imamnya, eh malah saya yang diperintah, katanya kan sayyidul qaumi khadimuhum, artinya kira-kira
82
ketua RT itu, ya khadimnya atau pembatunya warga. (BBB: 66)
(62) Ummimu tahu tentang cerita itu, lirih Kyai Sobron. Air mata
Bu Nyai keluar lagi. Anaknya ternyata tidak main-main. Ia menempuh cara ulama besar itu dalam menempa batinya. (BBB: 307)
(63) Kenapa? Kenapa tidak boleh? Apakah kau termasuk
mahramku, perempuan-perempuan yang haram menikah denganku? (BBB: 153)
Data (61-63) menggunakan klitika yang berfungsi sebagai
penunjuk kepunyaan. Data (61) khadimnya bermakna pembantu
laki-laki yang dimiliki oleh Kyai Sobron. Data (62) ummimu
bermakna Ibu dari Gus Afif, dan data (63) mahramku yang
bermakna orang yang haram dinikahi oleh Gus Afif.
b) Reduplikasi pada Leksikon bahasa Jawa dan Bahasa Arab
Aspek morfologi yang selanjutnya adalah reduplikasi.
Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulangi bentuk
dasar atau sebagian dari bentuk dasar tersebut. Pada novel
Bidadari Bermata Bening aspek morfologi salah satunya dapat
dijelaskan bahwa Habiburrahman El Shirazy sangat sarat dengan
penggunaan reduplikasi dalam bahasa Jawa. Reduplikasi di sini
dilakukan untuk memperjelas makna tuturan dan untuk membuat
deskripsi cerita tidak monoton. Reduplikasi dalam bahasa Jawa ini
terdapat dalam kalimat bahasa Indonesia. Perhatikan data berikut
ini.
83
(64) Lebih dari itu, kalau nggak lulus kan aku masih di sini bersama mbak-mbak semua yang sudah kuanggap seperti saudara sendiri. (BBB: 11)
(65) Banyak kyai dan aparat pemerintah dibunuh PKI. Saling bunuh-membunuh terjadi di mana-mana. Banyak kyai yang namanya telah didaftar oleh PKI untuk dibunuh, namun PKI kalah cepat oleh Banser Ansor dan tentara, sehingga kyai-
kyai yang telah didaftar itu selamat. (BBB: 119)
(66) Bagi yang jeli, akan tahu bahwa Pak RT adalah orang berilmu. Dilihat dari nukilan-nukilan bahasa Arab dalam sambutannya yang seger dan fasih. (BBB: 66)
(67) Jujur, sebenarnya ummi merasa eman-eman kalau kau Cuma jadi khadimah di sini. Apa kata masyarkat, santri dengan nilan UN tertinggi Se-Jawa Tengah kok putus kuliah? (BBB: 79)
(68) Semoga pakde juga menerima. Lirih Ayna. Iya, ummi ngerti. Layaknya unggah-unggah di Jawa, pihak keluarga harus sepakat dan menerima dengan ikhlas. (BBB: 93)
(69) Udah nggak usah, kayak kau punya uang saja, anggap aja aku kasih hadiah atas prestasimu. Matur nuwun ya, Mbak Tikah. Yo podo-podo.(BBB: 100)
(70) Tetapi ia khawatir dianggap anak tidak tahu unggah-unggah kalau ujug-ujug mau menjadi pembicara di hadapan ibu-ibu. (BBB: 112)
(71) Ia bingung, apakah ia harus sowan ke pesantren? Mbak Ningrum dan Mbak Titin dan khadimah yang lain sudah menanyakan kapan ia akan ujung-ujung ke pesantren. (BBB: 162)
(72) Kami tidak bisa cawe-cawe. Kami hanya bisa kasih pepenget! Sambung Mbah Rukmini. (BBB: 166)
84
(73) Ia tidak muluk-muluk harus S1, dan tidak muluk-muluk harus di kampus terkenal. (BBB: 260)
(74) Pihak keuangan sudah menghitung, minimal perusahaan akan keluar uang satu setengah miliar. Apa nggak stress aku! Dia bilang ini untuk branding. Ada keuntungn non-materiil yang besar. Bisa mencapai sepuluh miliar, katanya. Masalahnya perusahaan travel ini sedang megap-megap! (BBB: 279)
(75) Di pesantren ini, dia memikul pekerjaan yang lebih berat
dari teman-teman seusianya. Dia khadimah. Dialah dan khadimah-khadimah yang lainnya yang setiap hari bangun lebih pagi dari yang lain untuk menyiapkan sarapan pagi para santri. (BBB: 79)
Data (64-75) merupakan reduplikasi utuh/penuh. Data-data
di atas merupakan bentuk bahasa Jawa dan bahasa Arab yang
digunakan dalam kalimat bahasa Indonesia. Merupakan pilihan
kata yang digunakan pengarang untuk lebih menghidupkan
suasana. Selanjutnya juga terdapat reduplikasi berubah bunyi.
Perhatikan data-data berikut.
(76) Tiba-tiba ustadzah Wiwik tampak celingak-celinguk mencari seseorang hinggah akhirnya menemukan wajah Ayna dan memandangnya sambil tersenyum. (BBB: 63)
Data (76) merupakan reduplikasi berubah bunyi, yaitu
pengulangan seluruh bentuk dasar yang salah satunya mengalami
perubahan suara pada suatu fonem atau lebih. Kata celingak-
celinguk menyatakan kegiatan menoleh ke kanan dan ke kiri
karena mencari seseorang atau karena berada di situasi yang
asing. Selanjutnya reduplikasi berafiks.
85
(77) Ancer-ancernya, Mbok? Dari sini, kamu ke arah utara. Itu susuri jalan Klopo Sanggrahan sampai ketemu MI Ma’arif Pucang. Lha, tak jauh dari situ nanti ketemu warung mi ayan Al Barokah, di belakang warung itu rumahnya. Yang jualan mi ayam itu anaknya. (BBB: 8)
(78) Tradisi ini dimulai oleh Mbah Muslim untuk nguri-uri budaya leluhur sekaligus mendekatkan pesantren dengan masyarakat secara luas. (BBB: 42)
(79) Membatalkan pertunangan itu. Sebab dengan membatalkan pertunangan, itu sama saja kau menggorok pakde, bude,mbakyu-mbakyumu dan diri kamu sendiri. (BBB: 248)
Data (76-79) merupakan reduplikasi berafiks pengulangan
seluruh bentuk dasar suatu kata termasuk kata berimbuhan.
Data-data di atas merupakan kata reduplikasi dalam bahasa
Jawa dan bahasa Arab. Reduplikasi tersebut dimaksudkan untuk
menyesuaikan dengan makna yang terkandung dalam deskripsi
cerita. Pencampuran kosakata bahasa Jawa dan bahasa Arab
dengan bahasa Indonesia dapat pula dikatakan interferensi.
Habiburrahman El Shirazy memilih reduplikasi dalam bahasa
Jawa dan bahasa Arab untuk mendeskripsikan ceritanya agar
mendukung kekhasan yang dimilikinya. Selain itu juga karena
Habiburrahman El Shirazy ingin menunjukkan nuansa Jawa dan
Timur Tengah yang tergambar dalam kalimat-kalimat pada
novelnya.
86
b. Aspek Sintaksis
Sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang
membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa.
Pada novel Bidadari Bermata Bening aspek sintaksis
dimanfaatkan oleh pengarang untuk memperkuat deskripsi cerita.
Jika pengarang mampu menata kata dalam kalimat maka akan
berhasil dalam mengimajinasi karya tersebut. Penataan kata
dalam kalimat akan menghasilkan lukisan cerita yang hidup dan
lebih bermakna, sehingga menimbulkan nilai estetik tersendiri.
a) Pemakaian Kalimat Repetisi
Selanjutnya wacana yang merupakan kajian sintaksis
merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan
terlengkap. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan
yang utuh berupa paragraf, kalimat, atau kata yang membawa
amanat yang lengkap. Secara leksikal pada novel Bidadari
Bermata Bening dalam satuan wacana terdapat kalimat repetisi.
Repetisi yaitu pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata,
atau bagian kalimat) yang dianggap penting untuk memberi
tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.
Penggunaan kalimat repetisi pada novel Bidadari Bermata
Bening memperindah pengungkapan. Hal itu dapat dilihat pada
data berikut ini.
(80) Cepat-cepat ia buang jauh-jauh pikirannya tentang jodoh. Ia harus fokus memikirkan ilmu, ilmu, dan ilmu. (BBB: 57)
87
(81) Lingkungan kehidupannya selanjutnya adalah lingkungan
ilmu, ilmu, ilmu, dan ilmu. (BBB: 90) (82) Ibu juga berpesan agar kau melanggengkan amalan yang
dilanggengkan oleh kakekmu yaitu Mbah Sujak, dan dilanggengkan oleh nenekmu yaitu Mbah Suimah, lalu diwasiatkan kepada ibu dan ibu langgengkan.(BBB: 110)
(83) Cukup, cukup, itu sudah cukup, jangan tambah lagi. Sebab
janji harus ditepati. Aku tidak kuat mendengarnya. (BBB: 155)
(84) Sudah, sudah, aku percaya. Tinggal kita berdoa, semoga
Allah melimpahkan taufik-Nya. Semoga, Aamiin. (BBB: 155) (85) Tiba-tiba ia teringat semua cerita Mbak Rosa. Orang-orang
yang telah diperbudak nafsu duniawi tidak lagi punya moral dan nilai harga diri. Yang ada dalam pikirannya hanya harta
dan harta.(BBB: 214)
(86) Dulu yang ada dalam pikiran ibu bagaimana ngerjar dunia. Yang ibu pikirkan Cuma bisnis, bisnis, dan bisnis.(BBB: 238)
(87) Ustadzah Fulanah itu ceramah isinya selalu bid’ah, bid’ah,
dan bid’ah, semuanya bid’ah. (BBB: 275)
Pada data (80-87) terdapat pengulangan kata ilmu, pada
data (80) pengulangan kata dilanggengkan, data (81) terdapat
pengulangan kata cukup, pada data (82) terdapat pengulangan
kata sudah, data (83) Pengulangan kata harta, data (84)
pengulangan kata bisnis dan data (85) pengulangan kata bid’ah.
Pengulangan tersebut berfungsi sebagai penegasan deskripsi
cerita agar makna yang ingin disampaikan penulis dapat
88
ditangkap lebih jelas oleh pembaca. Selain itu pengulangan kata
tersebut berfungsi untuk menekankan kata tersebut dalam konteks
tuturan.
b) Pemakaian Kalimat Majemuk
Aspek sintaksis dalam novel Bidadari Bermata Bening selain
dari segi wacana juga dapat dilihat dari penggunaan kalimatnya.
Kalimat merupakan kontruksi gramatikal yang terdiri atas satu
atau lebih klausa yang ditata menurut pola tertentu, dan dapat
berdiri sebagai satu satuan. Habiburrahman El Shirazy dalam
mendeskripsikan cerita sering menggunakan kalimat yang
panjang. Kalimat tersebut dapat digolongkan menjadi kalimat
majemuk. Kalimat majemuk dapat juga dikatakan sebagai kalimat
yang merupakan penggabungan dari dua kalimat tunggal atau
lebih, sehingga mengandung dua pola kalimat atau lebih. Kalimat
yang digunakan untuk mendeskripsikan cerita sering
menggunakan klausa utama dan klausa bawahan sehingga
kalimatnya sangat panjang. Adapun data-data yang menggunakan
kalimat majemuk di antaranya sebagai berikut.
(88) Kesibukannya memburu ikan tongkol dan memasaknya membuat Ayna lupa bahwa hari itu adalah hari pengumuman hasil UN. (BBB: 9)
(89) Neneng bukan kali ini merendahkan saya, dan bukan kali
ini saja dia mengusili saya.(BBB: 25)
89
(90) Air rob menggenang di mana-mana, dan bau amis yang menyengat. Itulah bau terminal Terboyo Semarang, yang lekat dalam otak bawah sadarnya. (BBB: 95)
(91) Padahal rumah itu ada di samping rumah pakdenya, dan
sebelum meninggal ibunya sempat menitip pesan kepada pakdenya agar rumah itu dirawat. (BBB: 96)
(92) Prestasi yang mengharumkan nama keluarga besar kita
dan nama desa kita. (BBB: 100) (93) Banyak Kyai dan aparat pemerintah dibunuh PKI. Saling
bunuh-membunuh terjadi di mana-mana. (BBB: 106) (94) Malam-malam jam Sembilan, para santri asyik menonton
wayang aku memilih mencuci pakaian. Dan jam tiga pagi ketika para santri masih nyeyak tidur, aku bangun untuk melihat pakaian yang aku cuci itu sudah kering atau belum. (BBB: 153)
(95) Tanggal akad dan pesta walimah juga masih dicari oleh
dua keluarga. Ada hitung-hitungan rumit yang tidak masuk dalam nalarnya. (BBB: 163)
(96) Permintaan saya sederhana saja, dan bagi pemuda yang
biasa ke masjid itu mudah. (BBB: 173) (97) Bu Nyai Nur Fauziyah meraih surat undangan itu dan
membacanya. Air matanya menetes di sana. (BBB: 177) (98) Matahari bersinar cerah, dan ribuan orang tersenyum
indah. Yoyok tampak gagah, dan Ayna benar-benar seumpama ratu bidadari Ainul Mardiyah seandainya wajahnya dihias senyum dan tidak pucat. (BBB: 186)
(99) Berita itu disertai foto Yoyok dan Ayna yang berdiri
berdampingan sambil memegang surat nikah. Yoyok tampak tersenyum cerah, sementara Ayna berwajah muram meskipun tetap cantik menawan. (BBB: 187)
90
(100) Aku sangat yakin semua impian yang kau bayangkan, dan
yang aku bayangkan bahwa kita akan menikah lalu pergi ke Mesir akan jadi kenyataan. (BBB: 202)
(101) Ayna merebahkan tubuhnya dan memandangi langit-langit
kamarnya. (BBB:245)
Data (88-101) adalah kalimat majemuk setara, merupakan
kalimat yang terdiri dari dua kalimat tunggal yang kedudukan
masing-masing kalimat tersebut setara. Data di atas merupakan
jenis kalimat majemuk setara penggabungan yang ditandai
dengan konjungsi dan.
(102) Bukan masalah pinter, tapi masalah mental dan habitus keluarga. (BBB: 3)
(103) Ibu merasa tidak beruntung. Tetapi ternyata justru itu
sebuah kebaikan bagi Ibu. (BBB: 29)
(104) Ibu bilang ayah wafat kena angin duduk, tapi kemungkinan
besar serangan jantung (BBB: 31) (105) Sudah banyak yang menawari dia menikah tapi hatinya
belum tergerak. (BBB: 89) (106) Ingin rasanya segera berlari ke pantai, berlari-lari di pasir
putih yang lembut. Tapi ia merasa tubuhnya sangat letih, tadi malam ia nyaris tidak tidur. (BBB: 130)
(107) Status saya jadi istri Mas Yoyok, tapi Mas Yoyok tidak akan
menyetuh saya kecuali telah memenuhi syarat saya itu! (BBB: 147)
(108) Ia ingin tetap menghormati pakdenya dan budenya, tapi
setelah tahu apa yang dilakukan mereka pada dirinya ia merasa tidak dianggap sebagai manusia.(BBB: 192)
91
(109) Suatu pagi, Bu Nyai tidak melihat Gus Afif sampai siang. Biasanya ia melihat kelebatannya sarapan, atau mendengar suaranya membaca Al- Qur’an. Tapi pagi itu sampai jam Sembilan ia tidak melihatnya. Ia menghampiri kamarnya, dan kaget ketika menemukan selembar kertas di atas tempat tidur putranya. (BBB: 210)
(110) Ummi tidak ingin kau batalkan shalatmu. Tapi Ibu mohon, setelah salam jenguklah Ibu barang sekejap. (BBB: 231)
(111) Ia bertanya tentang harga dijawab oleh majikan, tetapi
begitu pembeli pergi, ia dimaki-maki dan dimarahi. (BBB: 253)
(112) Ayna terisak mendengar kata-kata Afif yang mengiris hatinya itu, tetapi kata-kata itu tidak membuatnya merasa sakit. (BBB: 313)
Data (102-112) adalah kalimat majemuk setara pertentangan
yang menyatakan suatu kondisi atau keadaan yang berbeda, yang
ditandai dengan konjungsi tetapi.
(113) Saya siap menanggung hukuman apapun yang diberikan kepada saya. namun jujur, saya merasa tidak bersalah sama sekali. (BBB: 25)
(114) Kebahagiaan dan keindahan sesaat menyusup mengaliri syarafnya. namun ia sadar sesuatu. Tiba-tiba keindahan itu seperti di lukisan kebun bunga yang sedap dipandang yang rusak oleh coretan spidol. Apa sesungguhnya niat pakde dan budenya? (BBB: 100)
(115) Ayna memahami posisi Bu Nyai yang tidak mudah. namun
kata-kata Kyai Sobron yang sempat berniat hendak menjodohkan dirinya dengan salah satu dari putranya sungguh di luar dugaannya. (BBB: 138)
(116) Ia mengira akan mendapati wajah Atikah, namun sosok yang ada di depan pintu itu membuatnya kaget bukan kepalang. (BBB: 142)
92
(117) Saya bersedia menikah dengan Mas Yoyok, namun saya tidak bersedia disentuh. (BBB:174)
(118) Ia merasa bahagia, namun tiba-tiba kebahagiaan itu berganti menjadi kesedihan yang meremas hatinya. (BBB: 176)
(119) Ia merasa lega, satu hal musykil telah teratasi. namun
masih ada banyak hal-hal musykil yang berserakan dalam rumah tangganya yang harus ia atasi. (BBB: 190)
(120) Sang anak yang masih kecil menujuk-nunjuk gulali. namun
sang Ibu tidak mau membelikan dan menyeretnya pergi. (BBB: 226)
(121) Perilaku Imam Syibli sering dianggap aneh, namun
mengandung pelajaran sangat berharga. (BBB: 230)
(122) Pengalamannya menjadi khadimah keluarga Pak Kyai ia ceritakan panjang lebar. namun ia tidak menceritakan pengalamannya pernah terjebak menjadi istri seorang konglomerat. (BBB: 257)
(123) Ayna memilih kuliah di fakultas Syariah Jurusan Islamic Finance, sedangkan suaminya kuliah di Fakultas yang sama namun beda jurusan. (BBB: 329)
Data (113-123) merupakan kalimat majemuk setara
pertentangan yang ditandai dengan konjungsi namun. Data (123)
adalah kalimat majemuk setara pertentangan juga dengan
menggunakan konjungsi sedangkan.
(124) Neneng sempat mengerang, lalu pingsan dengan buder pecah dan muka berdarah. (BBB: 22)
(125) Ibu minta cerai setelah tahu suaminya ternyata sudah
punya istri dan anak di Kendal. (BBB: 29)
93
(126) Ia beranjak mematikan lampu ruang tamu lalu kembali ke kamarnya untuk mengistiratkan badan dan pikirannya. (BBB: 110)
(127) Bu Nyai dan Pak Kyai setuju, lalu pakde dan budenya
setuju. Saat bulan suci Ramadhan, tanggal penikahan ditetapkan. Dan pada bulan Syawal, akan nikah dilangsungkan. Lalu satu bulan berikutnya, ia diboyong Gus Afif berangkat ke Kairo, Mesir. Lalu ia menemani suaminya kuliah di Al Azhar. Ia akan menghafal Al-Qur’an dan belajar bahasa Arab. (BBB: 158)
Data (124-127) adalah kalimat majemuk setara sejalan yang
terdiri dari dua atau lebih klausa yang memiliki sifat atau
kedudukan yang sama. Kalimat majemuk setara sejalan ini
ditandai dengan konjungsi lalu dan setelah.
(128) Aku malah ingin tahu apa dia laki-laki atau seorang banci yang beraninya hanya nyuruh anak buahnya! (BBB: 195)
(129) Ia tidak akan lagi memaksakan sesuatu padanya atau
melarang sesuatu yang diinginkannya selama itu tidak salah dan dosa. (BBB: 210)
Data (128) dan (129) adalah kalimat majemuk setara
pemilihan yang biasanya ditandai dengan konjungsi atau.
(130) Dia sangat yakin orang-orang pasar akan membelanya, sebab mereka sangat menghormati Kyai Sobron Ahsan Muslim. (BBB: 7)
(131) Kali ini saya tidak bisa menerima kelakuan Neneng, sebab
dia telah menghina almarhumah Ibu saya. (BBB: 25)
(132) Ummi sangat yakin ayah kamu bukan Jawa. Sebab wajah kamu ada guratan Arabnya. (BBB: 28)
94
(133) Saat itu ia tidak berani menanyakan maksud kalimat Bu Nyai, sebab kondisinya tidak tepat. Budenya berdiri tak jauh dari mereka. Bu Nyai juga tidak punya waktu yang longgar untuk berbincang-bincang sebab harus melanjutkan perjalanan ke Kajen, Pati. (BBB: 122)
(134) Kau akan menjadi perempuan paling berbahagia karena
mendapatkan curahan cinta dan kesetiaan paling besar yang dimiliki seorang lelaki kepada perempuan di atas muka bumi ini. Aku akan berusaha dengan seluruh kemampuanku untuk membahagiakan kamu. Sebab aku sangat mencintai kamu. Aku akan menjagamu lebih dari menjaga diriku sendiri. Aku akan menghormatimu seperti para nabi menghormati istri mereka. (BBB: 154)
(135) Ia merasa sangat bahagia karena Afif telah benar-benar sadar dari komanya. (BBB: 204)
(136) Si Bandot Brams memilih Aripah disbanding Atikah karena
memang Aripah sedikit lebih cantik dan lebih putih.(BBB: 248)
(137) Akhirnya ia memutuskan untuk menerima pekerjaan itu, sebab ia harus melanjutkan hidup. Tidak mungkin Ia bergantung hanya pada bekal yang ia bawa. Bekal itu akan habis. Maka ia harus ikhtiar menjemput rezeki. (BBB: 251)
(138) Rasa berdosa istrinya karena tidak mempertemukan Afif dan Ayna dalam ikatan suci ternyata terus terbawa. (BBB: 293)
(139) Aku tidak rindu sama Ayna, sebab selama aku di Bogor terutama dua tahun ini hampir tiap pekan aku bisa melihat wajah Ayna. (BBB: 311)
Data (130-139) adalah kalimat majemuk bertingkat, antara
klausa yang satu dengan yang lainnya memiliki kedudukan yang
tidak setara. Kedudukan dari klausanya memiliki tingkatan, hal itu
merupakan hasil perluasan dari salah satu klausa terhadap klausa
95
lainnya. Data (130), (131), (132), (133), (137) dan (139)
merupakan kalimat majemuk bertingkat berhubungan dengan
sebab yang digunakan untuk menjelaskan sesuatu keadaan
tertentu. Data (134), (135), (136), dan (138) merupakan kalimat
majemuk bertingkat berhubungan dengan sebab yang
menggunakan konjungsi karena.
(140) Jamaah pengajian sudah mewanti-wanti agar pertemuan berikutnya Ayna yang ngisi. (BBB: 112)
(141) Entah kenapa, tiba-tiba ada rasa khawatir menyusup halus
dalam kesadarannya. Anehnya ia tidak tahu ia harus mengkhawatirkan apa? Ia hanya bisa berdoa, agar Allah menjaganya dari segala keburukan dan fitnah. Baik yang tampak maupun yang tidak tampak. (BBB: 132)
(142) Pohon itu harus menahan dirinya, agar pohon-pohon yang
lain tumbuh dan berbuah. (BBB: 150) (143) Ummi, Abah, ini Afif mohon pamit. Afif pergi seperti Imam
Asy Syibli dulu pergi untuk memperbaiki dirinya. Jangan mencari Afif kalau satu tahun atau dua tahun tidak pulang. Kalau setelah tiga tahun Afif tidak pulang anggap saja Afif meninggal di jalan mencari ilmu. Afif mohon ridha Ummi dan Abah. Tanpa ridha itu Afif akan sengsara. Maafkan segala salah Afif. (BBB: 210)
Data di atas (140-143) merupakan kalimat majemuk
bertingkat yang berhubungan dengan tujuan digunakan untuk
menjelaskan suatu maksud atau tujuan tertentu yang ditandai
dengan penggunaan konjungsi agar dan untuk.
(144) Siang-malam kita berjibaku dengan soal-soal sampai kurus badan kita. (BBB: 20)
96
(145) Ia tidak mau disalahkan atau dipidanakan oleh suaminya, dengan enteng ia menjadikan aku sebagai kambing hitam. (BBB: 250)
Data (144) dan (145) merupakan kalimat majemuk bertingkat
yang biasanya menunjukkan cara dari sesuatu, cara tersebut
menjelaskan kalimat inti yang terdapat di dalam kalimat majemuk
tersebut. Konjungsi yang digunakan dalam kalimat majemuk ini
dengan.
(146) Aku diam-diam sangat mencintaimu, maka aku nekad datang ke sini memintamu untuk mau jadi istriku. Sekarang jujurlah, apakah kau cinta padaku? Atau ada sedikit saja perasaan cinta padaku? Setetes saja sudah cukup bagiku. (BBB: 153)
(147) Yoyok sekarang menjadi anggota DPRD dan menjadi pengurus sebuah partai, telah digadang untuk maju sebagai calon Bupati di daerah yang mayoritasnya kaum santri. Maka untuk meningkatkan citra harus dicari istri yang santri. Tidak hanya santri tapi juga istimewa. (BBB: 191)
(148) Ayna diam menunduk. Ibarat perang, ia adalah jenderal perang yang kini memimpin pasukan dan berhadapan dengan musuh. Maka ia harus waspada, cerdas, dan menang. (BBB: 216)
Untuk data (146-148) merupakan kalimat majemuk
bertingkat berhubungan dengan akibat yang menjelaskan tentang
suatu kejadian dari kalimat inti. Biasanya anak kalimat berperan
sebagai penjelas terkait akibat dari induk kalimat. Konjungsi yang
digunakan dalam kalimat majemuk jenis ini, yaitu maka.
(149) Ungkapan cinta itu memberikan tambahan nyawa dalam jiwa. Itu yang ia rasakan. Meskipun ia tidak yakin apakah
97
akan berjodoh dengan pemuda yang ia cintao dan mencintainya, tetapi ungkapan cinta itu memberikan gairah baru menata hidup. Cukuplah ia tahu bahwa di sana ada orang yang mencintai dirinya, itu sudah jadi semacam doa baginya. (BBB: 157)
(150) Rasa cintanya kepada Gus Afif tidak bisa dienyahkan. Meskipun sudah lebih empat tahun tidak bertemu. (BBB: 245) perlawanan
Data (149-150) adalah kalimat majemuk bertingkat yang
berhubungan dengan perlawanan yang ditandai dengan konjungsi
meskipun.
(151) Ia seperti tikus masuk dalam jebakan tak berkutik sama sekali, kecuali menjerit dengan suara lirih dalam diri. Ia harus menerima kenyataan secara resmi telah dipinang oleh Yoyok yang baru dikenalnya, bukan oleh Gus Afif yang ia damba. (BBB: 162)
(152) Ia masih ingat betul kata-kata Mbak Rosa ketika media memberikan nama-nama yang akan dipanggil Pengadilan Tipikor sebagai saksi. (BBB: 211)
Data (151) merupakan kalimat majemuk yang berhubungan
dengan pembatasan yang ditandai dengan konjungsi kecuali.
Sedang data (152) adalah kalimat majemuk bertingkat
berhubungan dengan waktu yang dengan konjungsi ketika.
(153) Engka takkan mampu membayarnya, jika aku jual kepadamu. Namun jika aku memberikannya Cuma-Cuma kepadamu, engkau takkan menyadari nilainya karena
mendapatkannya dengan begitu mudah. Lakukanlah apa yang telah aku lakukan. Benamkanlah dulu kepalamu di lautan, dan jika engkau menunggu dengan sabar niscaya engkau akan mendapatkan mutiaramu. Begitulah cara Imam Junaid membimbing murid-muridnya. (BBB: 229)
98
(154) Hari ketiga syawal Afif kembali pamit melanjutkan pengembaraannya. Dan tidak pulang sampai lebih dua tahun lamanya. Namun tiap bulan ia tidak lupa mengirim surat singkat kepada keuda orang tuanya dengan kalimat singkat. (BBB: 232)
Data (153) dan (154) adalah kalimat majemuk campuran,
kalimat majemuk yang menggabungkan kalimat majemuk setara
dengan kalimat majemuk bertingkat. Kalimat majemuk campuran
terdiri dari sekurang-kurangnya tiga kalimat tunggal. Data (153)
menggunakan konjungsi jika, namun, karena. Data (154)
menggunakan konjungsi dan dan namun.
3. Pemakaian Gaya Bahasa dalam Novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy
Sebuah karya sastra terutama novel pasti banyak ditemukan gaya
bahasa. Hal itu tak terlepas dari fungsi gaya bahasa itu sendiri yaitu
sebagai sarana retorika yang mampu menghidupkan lukisan dan
menyegarkan pengungkapan. Tentunya dengan penggunaan gaya
bahasa pengungkapan maksud menjadi lebih mengesankan, lebih
hidup, lebih jelas dan lebih menarik. Berikut beberapa gaya bahasa
yang terdapat pada novel Bidadari Bermata Bening, yaitu gaya
bahasa penegasan, perbandingan, pertentangan, dan sindiran.
a. Gaya Bahasa Penegasan
Gaya bahasa penegasan adalah kata-kata berkias yang
menyatakan penegasan untuk meningkatkan kesan dan pengaruhnya
99
terhadap pendengar ataupun pembaca. Majas penegasan yang
terdapat dalam novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman
El Shirazy, sebagai berikut:
1. Alonim
Alonim majas dengan menggunakan varian nama.
(155) Kau sangat beruntung bisa lanjut kuliah, Tun. (BBB: 3)
2. Antiklimaks
Antiklimaks majas penyataan menurun secara berturut-turut.
(156) Saya sebagai teman satu kelas, dan satu kamar juga ikut
bangga bahkan sangat bangga. (BBB: 13)
3. Asindenton
Majas yang menjelasan kata-kata setara secara berturut-turut
tanpa menggunakan kata penghubung.
(157) Hidung, bibir, mata, alis, dan pipinya terpahat begitu serasi. (BBB: 60)
(158) Ayna lalu memandang wajah suaminya. Ia lalu menyalami suaminya dan mencium tangan suaminya dengan penuh cinta. Hati Ayna berdesir dahsyat. Keharuan dari lubuk jiwanya tumpah. (BBB: 321)
4. Epizeuksis
Majas perulangan langsung.
(159) Cepat-cepat ia buang jauh-jauh pikirannya tentang jodoh. Ia harus fokus memikirkan ilmu, ilmu, dan ilmu. (BBB: 57)
(160) Lingkungan kehidupannya selanjutnya adalah lingkungan ilmu, ilmu, ilmu, dan ilmu. (BBB: 90)
(161) Cukup, cukup, itu sudah cukup, jangan tambah lagi. Sebab janji harus ditepati. Aku tidak kuat mendengarnya. (BBB: 155)
100
(162) Sudah, sudah, aku percaya. Tinggal kita berdoa, semoga Allah melimpahkan taufik-Nya. Semoga, Aamiin. (BBB: 155)
(163) Tiba-tiba ia teringat semua cerita Mbak Rosa. Orang-orang yang telah diperbudak nafsu duniawi tidak lagi punya moral dan nilai harga diri. Yang ada dalam pikirannya hanya harta
dan harta. (BBB: 214)
(164) Dulu yang ada dalam pikiran ibu bagaimana ngerjar dunia. Yang ibu pikirkan Cuma bisnis, bisnis, dan bisnis. (BBB: 238)
(165) Ustadzah Fulanah itu ceramah isinya selalu bid’ah, bid’ah,
dan bid’ah, semuanya bid’ah. (BBB: 275)
5. Esklamasio
Majas yang menggunakan kata seru: wah, aduh, amboi, astaga,
awas, dan sebagainya.
(166) Waduh, memangnya wajahku ini mi goreng ya? (BBB: 2)
(167) Wah, tapi saya ada kerjaan di kamar. (BBB: 5)
(168) Hah, ngawur emang aku budakmu yang bisa seenak perutmu kau cambuk. (BBB: 18)
(169) Lha kau pulang nanti sambil bawa satu lulusan sana untuk jadi suamimu. Buat pesantren di sini, biar desa ini bercahaya. (BBB: 113)
6. Klimaks
Majas yang berupa susunan ungkapan yang makin lama makin
mengandung penekanan atau makin meningkat kepentingannya
dari gagasan atau ungkapan sebelumnya.
(170) Dia perempuan saleha, jujur, baik, beradab, bisa baca Al
Quran, dan dia paling mengerti tentang anak kita setelah kita berdua. (BBB: 30)
101
(171) Bu Nyai memegangi kedua tangannya dan memintanya dengan sangat agar tetap di situ dua atau tiga hari. Sampi Afif benar-benar kembali menemukan cahaya semangatnya yang selama ini redup. Ternyata suaramu, kehadiranmu,
ketulusan kasih sayangmu adalah obat penyakitnya. (BBB: 203)
(172) Hari itu akan diadakan acara buka puasa bersama,
pembagian gaji, bonus, THR dan penghargaan bagi
karyawan berprestasi. (BBB: 284)
(173) Kita tidak salah memilih si Udin. Orangnya rendah hati,
ringan tangan, dan bacaan Al-Qur’annya bagus banget.
(BBB: 297)
7. Pararima
Majas yang perulangan konsonan awal dan akhir dalam kata-kata
tertentu.
(174) Beberapa santriwati tersenyum mendengar kata-kata Rohmatun yang ceplas-ceplos tanpa beban. (BBB: 4)
(175) Mana yang namanya Ayna? Kata Bu Yeti, mama Neneng tanpa basa-basi dengan nada menghardik. (BBB: 34)
(176) Kami mohon maaf jika ada tindak- tanduk dan tutur kata kami yang tidak berkenan. (BBB: 163)
(177) Akhirnya Ayna memilih melepas jam tangannya. Sejak itu ia lontang-lantung di Bogor. (BBB: 255)
(178) Ada penjaja Roti Barokah masuk rubrik serba-serbi Ramadhan. (BBB: 271)
(179) Bagaimana rasanya hidup luntang-lantung jadi gelandangan di Bandung. (BBB: 293)
(180) Kalau yang nyuapi Ayna kok slap-slup mau. (BBB: 298)
102
8. Repetisi
Majas perulangan kata atau kelompok kata.
(181) Ibu juga berpesan agar kau melanggengkan amalan yang dilanggengkan oleh kakekmu yaitu Mbah Sujak, dan dilanggengkan oleh nenekmu yaitu Mbah Suimah, lalu diwasiatkan kepada ibu dan ibu langgengkan. (BBB: 110)
(182) Kita semua saudara kandung dalam ilmu. Kita sama-sama dikandung dalam Rahim pesantren ini, kita harus saling membantu dan menjaga. (BBB: 60)
(183) Cepat-cepat ia buang jauh-jauh pikirannya tentang jodoh. Ia harus fokus memikirkan ilmu, ilmu, dan ilmu. (BBB: 57)
(184) Lingkungan kehidupannya selanjutnya adalah lingkungan ilmu, ilmu, ilmu, dan ilmu. (BBB: 90)
(185) Ibu juga berpesan agar kau melanggengkan amalan yang dilanggengkan oleh kakekmu yaitu Mbah Sujak, dan dilanggengkan oleh nenekmu yaitu Mbah Suimah, lalu diwasiatkan kepada ibu dan ibu langgengkan.(BBB: 110)
(186) Cukup, cukup, itu sudah cukup, jangan tambah lagi. Sebab janji harus ditepati. Aku tidak kuat mendengarnya. (BBB: 155)
(187) Sudah, sudah, aku percaya. Tinggal kita berdoa, semoga Allah melimpahkan taufik-Nya. Semoga, Aamiin. (BBB: 155)
(188) Tiba-tiba ia teringat semua cerita Mbak Rosa. Orang-orang yang telah diperbudak nafsu duniawi tidak lagi punya moral dan nilai harga diri. Yang ada dalam pikirannya hanya harta
dan harta.(BBB: 214)
(189) Dulu yang ada dalam pikiran ibu bagaimana ngerjar dunia. Yang ibu pikirkan Cuma bisnis, bisnis, dan bisnis.(BBB: 238)
(190) Ustadzah Fulanah itu ceramah isinya selalu bid’ah, bid’ah,
dan bid’ah, semuanya bid’ah. (BBB: 275)
103
9. Retoris/erotesis
Majas yang merupakan kalimat tanya tanpa memerlukan jawaban.
(191) Adakah kebahagiaan bagi seorang lelaki yang melebihi memiliki istri yang salehah, cantik, dan sangat dicinta sepenuh jiwa? (BBB: 322)
10. Sinkope/kontraksi
Majas yang menghilangkan suatu suku kata.
(192) Sinar mentari pagi sudah mulai terasa panas dikulitnya. (BBB: 80)
(193) Berdekatan dengannya seperti berada di tengah taman bunga yang disinari mentari pagi yang hangat. (BBB: 114)
(194) Sinar mentari sudah terasa hangat ketika ia keluar dari masjid. Mbah Kamali memanggilnya dari beranda rumahnya yang terletak di sebelah utara masjid. Kampung itu menggeliat. (BBB: 164)
b. Gaya Bahasa Perbandingan
Gaya bahasa perbandingan adalah majas atau gaya bahasa yang
digunakan untuk mengungkapkan sesuatu dengan
membandingkannya pada sesuatu yang lain. Majas perbandingan
yang terdapat dalam novel Bidadari Bermata Bening karya
Habiburrahman El Shirazy, sebagai berikut:
1. Alegori
Majas perbandingan dengan alam secara utuh.
(195) Kalimat-kalimat Gus Afif itu ibarat tangan malaikat yang
melemparkan benih cinta ke tanah yang subur, dan benih
itu seketika menjelma menjadi pohon cinta yang berdaun
lebat dalam waktu singkat. (BBB: 150)
104
(196) Ia merasa lega keluar dari sarang buaya. Masalahnya kini ular berbisa telah menunggu dirinya untuk dimangsa. (BBB: 218)
(197) Itu waktu yang tepat, ketika buaya dan ular berbisa sedang
sibuk bertarung ia harus bertindak. (BBB: 246)
(198) Di dunia ini paling indah adalah panorama yang ada di wajahmu. Wajahmu yang anggun dan kedua matamu yang bening adalah surga yang tiada tandingannya di atas muka
bumi ini. (BBB: 336)
2. Alusio
Majas dengan ungkapan, peribahasa, atau sampiran pantun.
(199) Buah tak akan jatuh jauh dari pohonnya. (BBB: 17)
(200) Apakah kejadian Neneng ini sudah tercium wartawan? (BBB: 33)
(201) Ayna, saya akan tetap tuntut di meja hijau. (BBB: 36)
(202) Meski sedemikian bebannya, dia berhasil menuliskan sejarah emas pesantren ini. (BBB: 70)
(203) Ibu diam saja tidak menjawab saat itu, meskipun ibu bisa menjawab dengan jawaban yang akan membuatnya diam
seribu bahasa. (BBB: 108) (204) Dadanya seperti ditusuk berkali-kali dengan belati berkarat.
(BBB: 134)
(205) Bu Tumijah itu mulutnya licin, dia tidak bilang tidak akan menolak. (BBB: 137)
(206) Anak masih bau kencur, diam saja. (BBB: 141)
(207) Putra Kyainya yang juga sering jadi buah buder para santri putri itu kini menyatakan serius ingin memperistrinya. (BBB: 148)
(208) Abah, dengarkan Ummi! Bu Tumijah itu mulutnya licin, dia tidak bilang tidak akan menolak. Dia hanya bilang mungkin akan berubah pikiran. (BBB: 149)
105
(209) Dan ia merasa bagaikan seekor katak ingin terbang meraih
bintang. (BBB: 150)
(210) Lebih baik hampir celaka daripada hampir selamat! Lebih baik hampir masuk neraka daripada hampir masuk surga! (BBB: 166)
(211) Ayna benar-benar seumpama ratu bidadari Ainul Mardiyah seandainya wajahnya dihias senyum dan tidak pucat. (BBB: 186)
(212) Bagai sumbu ketemu tutup, ternyata gadis itu yang tak lain Ayna adalah keponakan Pak Darsun, salah satu gedibal Pak Kusmono di Grobogan bagian barat. (BBB: 191)
(213) Tanah bengkok sebagai bayaran lurah kan tidak seberapa. Hasil lima tahun tidak akan cukup untuk bayar hutang sebanyak itu. (BBB: 192)
(214) Api semangat dan cahaya hidupnya telah kembali mengalir
dalam darah, sumsum dan syaraf-syarafnya. Gus Afif seperti mencium aroma masa depan yang indah, segar, semerbak wangi baunya. (BBB: 205)
(215) Saat ini Ayna adalah Sinta dalam tawanan Rahwana. Tapi
pasti akan tiba, Sinta terbebaskan dari penjara, dan berjumpa dengan Sri Rama, dengan pertolongan Allah. (BBB: 206)
(216) Dia tidak tampan juga tidak jelek. Agak hitam kulitnya tapi
insya Allah putih hatinya. (BBB: 245) (217) Ia melihat Ayna seperti bidadari yang menyamar jadi
manusia. (BBB: 280) (218) Selama ini kau bisa mengobati dahagamu, tetapi kau
biarkan aku terpanggang dalam bara. Bukankah itu perbuatan yang curang dan kejam? (BBB: 311)
(219) Ayna terisak mendengar kata-kata Afif yang mengiris
hatinya itu. (BBB: 313)
106
(220) Saya Insya Allah, lebih setia dari Dewi Sinta yang menunggu Sri Rama. (BBB: 314)
(221) Kau lebih suci dari Dewi Sinta. Kau benar-benar ratunya
bidadari, sesuai namamu Ainul Mardhiyah. (BBB: 327)
3. Antonomasia
Majas yang berupa pernyataan yang menggunakan nama gelar
resmi atau jabatan sebagai pengganti nama diri (orang itu sendiri).
(222) Sang sastrawan hanya tersenyum melihat wajah-wajah bercahaya mereka. (BBB: 42)
4. Asosiasi
Majas asosiasi permanen satu kata dengan kata yang lain.
(223) Ia seperti tikus masuk dalam jebakan tak berkutik sama
sekali, kecuali menjerit dengan suara lirih dalam diri. Ia harus menerima kenyataan secara resmi telah dipinang oleh Yoyok yang baru dikenalnya, bukan oleh Gus Afif yang ia damba. (BBB: 162)
5. Epitet
Majas yang berupa keterangan yang menyatakan suatu sifat atau
ciri yang khas dari seseorang atau suatu hal.
(224) Mereka tampak seperti bidadari-bidadari yang berjalan di atas muka bumi. (BBB: 60)
(225) Jika rombongan itu seumpama bidadari, maka Ayna tampak bagaikan ratu bidadari. Wajahnya paling bercahaya dibandingkan wajah santriwati yang lainnya. (BBB: 60)
(226) Semua guru tidak akan melupakan anak itu, karena telah dijuluki Putri Tidur. (BBB: 76)
(227) Ibunya berpesan agar jangan pernah membalas penghinaan Aripah. Anggap aja itu suara embikan kambing! (BBB: 114)
107
(228) Mendengar penjelasan Yoyok itu ia mengutuki dirinya sendiri. Bagaimana mungkin ia bisa tidur seperti kerbau
kekenyangan. Mungkin kerbau lebih baik dari dirinya. (BBB: 131)
(229) Keringat dingin keluar begitu saja. Entah kenapa ia merasa jadi seperti pencopet yang ketakutan mau dihajar massa. Pak Kusmono tegang, ada rasa tidak suka putra kebanggaannya ciut nyali seperti itu. (BBB: 172)
(230) Sinta selama dalam kerangkeng Rahwana diam-diam menghafal Al-Qur’an agar saat nanti bertemu Ramanya yang katanya hafal Al-Qur’an ia merasa pantas bersanding dengannya. (BBB: 205)
(231) Ketika buaya dan ular berbisa sedang sibuk berkelahi, itulah saatnya bagi dirinya untuk lari. (BBB: 219)
6. Eponim
Majas yang menyebut nama seseorang yang begitu sering
dihubungkan dengan sifat tertentu sehingga nama itu dipakai
untuk menyatakan sifat itu.
(232) Ratusan santriwati riuh berkerumun seumpama kawanan
bidadari. (BBB: 1)
(233) Mbah putri nggak usah cerewet kayak nenek sihir. (BBB: 48)
(234) Tapi ia merasa bahwa Ayna seperti intan permata sangat mahal yang sayang jika tidak didapatkan. (BBB: 56)
(235) Ia bagai belut yang selalu dapat lolos dari sergapan. (BBB: 106)
(236) Ya nggaklah, aku sudah tobat. Ada teman mbak yang baik sekali, dia sudah baca profil Dik Ayna di Koran, dia mau ajak kita jalan-jalan ke Lombok, yang katanya pantainya
putih kayak di surga. (BBB: 117)
108
(237) Ia pasrah, ia menunggu kedatangan pakde dan budenya untuk berembug lagi rencana mereka, seperti hewan
korban yang telah diikat menunggu disembelih oleh tukang
jagal. (BBB: 141)
(238) Itu adalah mimpi indah yang bahkan para bidadari surga
pun tidak akan sanggup mewujudkannya. Bahkan mereka akan menangis cemburu jika ia berhasil mewujudkannya. (BBB: 152)
7. Hiperbola
Majas yang mengandung pernyataan yang melebih-lebihkan baik
jumlah, ukuran, ataupun sifatnya dengan tujuan untuk
menekankan, memperhebat, meningkatkan kesan dan
pengaruhnya.
(239) Saya tidak akan terima dunia akhirat! (BBB: 36)
(240) Ribuan orang tumpah ruah di kawasan Pesantren Kanzul Ulum Candiretno, Magelang. Suara gamelan mengalur menciptakan suasana magis tersendiri. (BBB: 44)
(241) Rasa bahagia yang ia rasakan berlipat beribu kali dari yang pertama. (BBB: 326)
(242) Itu masa-masa yang indah tak terlupakan. Ibu dukung seribu persen, dan kau tidak usah memikirkan bisnis yang sudah kau rintis. (BBB: 329)
8. Metafora
Majas perbandingan secara langsung sebuah benda yang
satu dengan yang lain karena memunyai kesamaan sifat,
keadaan, atau perbuatan.
(243) Api kemarahan membakar dadanya. (BBB: 15)
109
(244) Ibu hanya khawatir jawaban ibu nanti malah semakin membuat pakdemu sakit hati, persaudaraan akan semakin renggang. (BBB: 108)
9. Perifrasis
Majas untuk menggantikan suatu kata atau kelompok kata lain.
Kata atau kelompok kata tersebut dapat berupa nama tempat,
negara, benda, atau sifat tertentu.
(245) Ia dan suaminya memutuskan untuk mewujudkan impian belajar di negeri para nabi, yaitu Mesir. (BBB: 327)
10. Personifikasi
Majas dengan cara menghidupkan atau menganggap benda mati,
tumbuh-tumbuhan, binatang seperti manusia.
(246) Angin dingin mendesau mengibarkan jilbab para santriwati
yang sedang berjalan menuju tempat makan pagi. (BBB: 1)
(247) Ayna terhenyak mendengar kalimat yang menusuk itu. (BBB: 3)
(248) Malam itu langit biru tua. Bintang gemintang memamerkan
kerlipnya. Udara sejuk mengalir dari lereng Merbabu menyapu kawasan Grabag dan Secang. (BBB: 44)
(249) Jam tiga dini hari rembulan bersinar terang. Angin
pegunungan semilir menggoyang dedaunan. Asrama putri lengang. Suara dengkur terdengar dari sebagian santri yang lelap. (BBB: 52)
(250) Kyai Hamda Baijuri, ulama paling sepuh yang hadir dalam acara itu menutup dengan doa yang membawa jiwa seolah
terbangmengetuk pintu langit. Doa yang begitu kuat dan dalam, yang menggerakkan angin turut serta mengaminkan. (BBB: 71)
(251) Angin sejuk menggoyang bunga matahari di taman. Rembulan bersinar temaram. (BBB: 87)
110
(252) Suara jangkrik bersahutan di kebun pisang. Jiwa dan pikirannya benar-benar tidak bisa tenang. (BBB: 122)
(253) Hati Ayna terasa perih. Batinnya berdarah. (BBB: 134)
(254) Ramadhan akhirnya pamitan, dan syawal datang. Semua orang merayakan kemenangan. (BBB: 161)
(255) Azan Shubuh terdengar nyaring bersahutan. Rerumputan
dan ilalang seperti bangun siap sembahyang. (BBB: 163)
(256) Sore itu sinar matahari lembut menyepuh genting pesantren. Angin bertiup menggoyang dahan-dahan. Burung-burung menari bekicauan. (BBB: 208)
(257) Kereta eksekutif itu meluncur sangat cepat. Kereta itu
membelah hamparan sawah hijau di daerah Klaten. (BBB: 221)
(258) Ayna memandang purnama yang sempurna. Bulan itu seperti sedang tersenyum padanya. (BBB: 324)
11. Simbolik
Majas untuk melukiskan suatu maksud dengan menggunakan
simbol atau lambang.
(259) Aku ini kembang desa, pinter masak, pinter dandan, pinter menyenangkan suami, manut sama suami. Kurang apa, hah!? (BBB: 124)
12. Simile
Majas yang ditandai dengan kata depan dan penghubung seperti,
layaknya, ibarat, bagaikan, seperti, bagai, umpama.
(260) Siang itu matahari seperti membakar Desa Kaliwenang. (BBB: 142)
(261) Pak Kusmono sendiri tampak seperti seorang raja. (BBB: 169)
(262) Yoyok merasa, suara Ayna itu bagai guntur yang
menyambarkepalanya berulang kali. Jantung Yoyok
111
berdegup kencang. Keningnya basah oleh keringat dingin. Tangannya gemetar memegang mushaf. (BBB: 172)
(263) Syarat yang baginya terasa sangat berat, ia seperti diminta memindahkan sebuah gunung. (BBB: 173)
(264) Yoyok seperti kaisar Jepang yang kalah perang dan harus mengaku kalah tanpa syarat kepada sekutu dalam perang dunia kedua. (BBB: 175)
(265) Episode kita ini mirip seperti episode kisah cinta Sri Rama dengan Dewi Sinta. (BBB: 202)
13. Tropen
Majas yang menggunakan istilah lain dengan makna sejajar.
(266) Di Amman, ayah boleh dikatakan sebatang kara. (BBB: 32)
c. Gaya Bahasa Pertentangan
Gaya bahasa pertentangan adalah majas yang menyatakan
pertentangan yang menggambarkan sesuatu yang berlawanan atau
tidak selaras. Majas pertentangan yang terdapat dalam novel Bidadari
Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy, sebagai berikut:
1. Antitesis
Majas yang mengungkapkan suatu maksud dengan menggunakan
kata-kata yang saling berlawanan.
(267) Ada sore, ada pagi. Ada siang, ada malam. Ada kelahiran, ada kematian. Ada tua, ada muda. Ada datang, ada pergi. Ada suka, ada duka. Ada tangis, ada tawa. Ada sedih, ada bahagia. Ada ramai, ada sepi. Ada pertemuan, ada perpisahan. Ada kebersamaan, ada kesendirian.itulah kenyataan hidup yang harus siap dihadapi siapa saja di atas muka bumi ini. (BBB: 73)
(268) Siang dan malam sama saja gerahnya. (BBB: 143)
112
d. Gaya Bahasa Sindiran
Gaya bahasa sindiran adalah majas atau gaya bahasa yang
mengungkapkan sebuah sindiran terhadap seseorang/sesuatu.
Penggunaan majas sindiran ini bertujuan untuk meningkatkan makna
dan kesannya terhadap seseorang yang membaca atau mendengar.
Majas sindiran yang terdapat dalam novel Bidadari Bermata Bening
karya Habiburrahman El Shirazy, sebagai berikut:
1. Sarkasme
Sarkasme adalah majas yang mengandung olok-olok atau
sindiran yang pedas dan kasar. Kata-kata yang digunakan adalah
kata-kata tak enak didengar.
(269) Sial, dasar gendut mulut bebek, awas nanti! (BBB: 5)
(270) Si mulut bebek itu nggak masuk tiga besar, tapi lulus. Tampaknya dia syok. Selama ini dia merasa paling baik di IPS, tapi ujian paling menentukan ternyata nggak masuk tiga besar. (BBB: 14)
(271) Aku tidah bisa membayangkan seperti apa perasaan Neneng yang sombongnya nggak hilang-hilang itu. apa masih bermulut besar? Semoga jadi pelajaran berharga baginya. (BBB: 14)
(272) Dasar anak haram, segala cara ditempuh untuk meraih tujuan, termasuk mengarang cerita nggak masuk akal. (BBB: 19)
(273) Diam kau Ayna, jangan memfitnah? Siapa yang beli soal, siapa yang pacaran? Aku sobek mulutmu! (BBB: 20)
(274) Tukang fitnah! Kau memfitnaku! Aku tidak terima aku sobek
mulutmu! Kurang ajar! (BBB: 21)
(275) Lancang kamu! Anak kurang ajar kamu! (BBB: 35)
(276) Bilang nggak untung, aku sembelih kamu! (BBB: 124)
113
2. Sinisme
Sinisme adalah majas yang merupakan sindiran yang berbentuk
kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan atau
ketulusan hati. Seolah-olah menyanjung/memuji seseorang akan
tetapi sebenarnya pujian itu hanya untuk menyindir atau
menyangsikannya.
(277) Dasar ceroboh, mestinya tanya dulu siapa sebelum buka pintu! Bodoh! (BBB: 143)
B. Pembahasan
Pada bagian ini penulis akan mendeskripsikan keunikan diksi,
kekhususan aspek morfologi dan sintaksis, dan pemakaian gaya bahasa
dari data yang ditemukan pada novel Bidadari Bermata Bening karya
Habiburahman El Shirazy sejalan dengan teori Endraswara (2013: 75)
menyatakan ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam analisis
stilistika yang dideskripsikan sebagai berikut: (1) Menetapkan unit analisis,
misalkan berupa bunyi, kata, frasa, kalimat, bait, dan sebagainya; (2)
Dalam puisi memang analisis dapat berhubungan dengan pemakaian
aliterasi, asonansi, rima, dan variasi bunyi yang digunakan untuk
mencapai efek estetika; (3) Analisis diksi memang sangat penting karena
ini tergolong wilayah kesastraan yang sangat mendukung makna dan
keindahan bahasa. Kata dalam pandangan simbolis tentu akan memuat
lapis-lapis makna. Kata akan memberikan efek tertentu dan menggerakan
pembaca; (4) Analisis kalimat ditekankan pada variasi pemakaian kalimat
114
dalam setiap kondisi; (5) Kajian makna gaya bahasa juga perlu mendapat
tekanan tersendiri. Kajian makna hendaknya sampai pada tingkat majas,
yaitu sebuah figurative language yang memiliki makna bermacam-macam.
1. Keunikan Diksi dalam Novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy
Pilihan kata dalam novel Bidadari Bermata Bening demikian
berlimpah dan beragam. Di antara diksi dalam stilistika Bidadari
Bermata Bening kata khas bahasa Jawalah yang paling dominan,
disusul dengan kata khas bahasa Arab dan kata serapan bahasa
Asing (Inggris) mewarnai novel Bidadari Bermata Bening. Sebagai
sarana ekpresi, setiap diksi memiliki fungsi masing-masing dalam
mendukung gagasan yang dikemukakan dan tentu saja setiap diksi
yang ada dalam novel ini memberikan wawasan dan pengetahuan
kepada pembaca. Kosakata bahasa Jawa dan bahasa Arab yang
bertebaran dalam novel Bidadari Bermata Bening digunakan oleh
Habiburrahman untuk menciptakan latar sosial budaya masyarakat
Jawa dan masyarakat Timur Tengah.
Keunikan dan kekhasan pemakaian bahasa pada novel Bidadari
Bermata Bening dilatarbelakangi oleh faktor sosiokultural penulis.
Selain itu latar belakang pendidikan penulis juga turut berperan serta
dalam mewujudkan berbagai keunikan dan kekhasan kosakata yang
diungkapkan melalui deskripsi ceritanya. Pemilihan dan pemakaian
leksikon bahasa Arab pada data-data yang telah dianalisis
115
memperlihatkan intelektualitas penulis yang sangat memahami dan
menguasai leksikon bahasa Arab. Sehingga penulis begitu handal
dalam menempatkan leksikon bahasa Arab tersebut dalam kalimat.
Habiburrahman sebagai seorang penulis telah berkelana ke luar
negeri sehingga ia berlimpah akan leksikon dalam bahasa Arab. Tentu
saja dengan latar belakang kehidupan yang di luar negeri tersebut
membuat Habiburrahman dengan mudah menggunakan leksikon
bahasa Arab dalam mendeskripsikan ceritanya. Selain cerita lebih
menarik juga membuat pembaca semakin terpukau dengan
kehandalan Habiburrahman mengombinasikan bahasa Arab dengan
bahasa Indonesia dalam deskripsi cerita tanpa mengurangi makna.
Selanjutnya pemanfaatan leksikon bahasa Jawa membuat
deskripsi ceritanya semakin menarik dan memiliki nilai estetik
tersendiri. Pemilihan kata sapaan khas Jawa menjadikan novel ini
penuh dengan nuansa lokal daerah Jawa. hal ini sesuai dengan
pendapat Wasiati seperti dikutip oleh Ryle (dalam Ali Imron 2009: 55)
menyatakan bahwa nama memiliki referen tetapi tidak memiliki
makna. Arti simbolik nama dan kata lain dibangun oleh budaya
tertentu. Selain itu pemilihan dan penggunaan leksikon bahasa asing
terutama bahasa Inggris pada analisis data juga dimaksudkan untuk
mengkuatkan makna yang terkandung dalam kalimat. Berdasarkan
uraian data-data dapat diketahui bahwa pemakaian dan pemilihan
kata, frasa dan klausa yang digunakan Habiburrahman dalam Bidadari
116
Bermata Bening memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri yang tidak
banyak dimiliki sastrawan lain.
2. Kekhususan Aspek Morfologi dan Sintaksis dalam Novel Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy
Proses morfologi ialah proses perubahan bentuk dasar dalam
rangka pembentukan kata baru (Soegijo, 1989: 18-200). Hal ini
dilakukan untuk tujuan tertentu seperti ingin kesan estetis. Hal ini
sejalan dengan penggunaan bentuk dasar dari kosakata bahasa
Jawa, bahasa Arab dan bahasa Inggris banyak ditemukan dalam
novel Bidadari Bermata Bening yang membuat kesan menarik dan
unik dalam novel ini.
Penggunaan bentuk reduplikasi dari kosakata bahasa Jawa dan
bahasa Arab cukup banyak ditemukan dalam novel Bidadari Bermata
Bening yang tentunya akan memberikan gambaran secara jelas yang
hendak disampaikan oleh pengarang dan hal ini sejalan dengan
(Pradopo 1993: 108) Gabungan kata yang berupa pengulangan kata
dapat memberikan efek penyengatan atau melebih-lebihkan.
Sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang
membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa. Pada
novel Bidadari Bermata Bening aspek sintaksisnya yaitu kalimat
repetisi dan kalimat majemuk yang dimanfaatkan oleh pengarang
untuk memperkuat deskripsi cerita. Bentuk kalimat repetisi yang
digunakan pengarang untuk menunjukkan kuantitas dan penegasan
117
gagasan serta menambah nilai estetika sesuai dengan teori repetisi
adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang
dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang
sesuai Keraf (1996: 127).
Selanjutnya pemakaian kalimat majemuk pada novel Bidadari
Bermata Bening di dalam novel ini pengarang banyak menggunakan
percakapan yang banyak mengandung jenis-jenis kalimat majemuk,
kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat dan kalimat
majemuk campuran. Kalimat majemuk ini digunakan untuk
memperjelas tuturan dan memberikan pengertian kepada para
pembaca agar maknanya mudah dipahami.
3. Pemakaian Gaya Bahasa dalam Novel Bidadari Bermata
Bening karya Habiburrahman El Shirazy Pemilihan bentuk bahasa yang digunakan pengarang akan
berkaitan dengan fungsi dan konteks pemakaiannya. Pemakaian gaya
dalam sastra selalu dikaitkan dengan konteks yang melatar belakangi
pemilihan dan pemakaian bahasa. Semua gaya bahasa itu berkaitan
langsung dengan latar sosial dan kehidupan di mana bahasa itu
digunakan. Gaya bahasa adalah cara pemakaian bahasa dalam
karangan, atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan
sesuatu yang akan diungkapkan, Abrams (1981: 190-191). Menurut
Leech dan Short (1984: 10) style menyaran pada pemakaian bahasa
dalam konteks tertentu, oleh pengarang tertentu, untuk tujuan tertentu.
118
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa pemakaian gaya
bahasa dalam novel Bidadari Bermata Bening Karya Habiburrahaman
El Shirazy penggunaan gaya bahasa tersebut mengalir untuk
menciptakan unsur estetika dalam sastra. Tujuan utama penggunaan
gaya bahasa dalam novel tersebut adalah agar pembaca lebih
memahami dan menghayati alur cerita dengan baik.
Penggunaan gaya bahasa dalam novel Bidadari Bermata Bening
sejalan dengan pendapat Tarigan (1985: 5) yang menyatakan bahwa
gaya bahasa merupakan bentuk retorika, yakni penggunaan kata-kata
dalam berbicara dan menulis untuk memegaruhi pembaca atau
pendengar.
Dari data tersebut gaya bahasa perbandingan sangat dominan
yang bertujuan untuk mengungkapkan sesuatu dengan
membandingkannya pada sesuatu yang lain hal ini sesuai dengan
fungsi utama gaya bahasa yaitu sebagai penegas. Ali Imron (2009:
15) menyatakan salah satu fungsi gaya bahasa adalah memperkuat
efek terhadap gagasan, yakni dapat membuat pembaca terkesan oleh
gagasan yang disampaikan pengarang dalam karyanya.
Novel Bidadari Bermata Bening kaya akan gaya bahasa karena
Habiburrahman El Shirazy begitu apik menampilkan gaya bahasa
penegasan, berbandingan, pertentangan dan sindiran. Ke empat gaya
bahasa ini dihadirkan dalam novel sehingga membuat novel ini
semakin unik dan menarik untuk dibaca.
119
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa
bentuk stilistika pada novel Bidadari Bermata Bening sebagai berikut:
1. Keunikan diksi pada novel Bidadari Bermata Bening dilatarbelakangi
oleh faktor sosial budaya dan pendidikan penulis yang diungkapkan
melalui deskripsi ceritanya. Adapun keunikan pemilihan dan
pemakaian kosakata yaitu tampak pada (1) pemakaian diksi bahasa
asing (Inggris), (2) pemakaian diksi bahasa Jawa, (3) pemakaian
diksi bahasa Arab. Novel Bidadari Bermata Bening karya
Habiburrahman El Shirazy mampu menonjolkan keunikan diksi yang
spesifik dan lain dari yang lain. Hal itu menghasilkan style tersendiri
yang menjadi ciri khusus Habiburrahman El Shirazy dalam
menuangkan gagasan melalui karya sastranya.
2. Kekhususan aspek morfosintaksis dalam novel Bidadari Bermata
Bening karya Habiburrahman El Shirazy yaitu morfologinya meliputi
penggunaan afiksasi pada leksikon bahasa Inggris, bahasa Jawa,
dan bahasa Arab. Afiksasi dalam novel ini meliputi prefiks (meng-, di-
, ber-); Sufiks (-nya, -an, -kan); Klitika (mu, ku). Reduplikasi pada
leksikon bahasa Jawa dan bahas Arab meliputi reduplikasi
utuh/penuh; reduplikasi berubah bunyi; dan reduplikasi berafiks.
120
Aspek sintaksis pada novel ini meliputi kalimat repetisi dan kalimat
majemuk. Kalimat majemuk dalam novel ini yaitu kalimat majemuk
setara (berlawanan, penggabungan, sejalan, pertentangan,
pemilihan); Kalimat majemuk bertingkat (sebab, alat, tujuan, akibat,
syarat, pembatasan, waktu); dan kalimat majemuk campuran.
3. Pemakaian gaya bahasa pada novel Bidadari Bermata Bening
membuat pengungkapan maksud menjadi lebih mengesankan, lebih
hidup, lebih jelas dan lebih menarik. Beberapa gaya bahasa yang
terdapat dalam pembahasan novel Bidadari Bermata Bening yaitu
Gaya bahasa penegasan (alonim, asindenton, epizeuksis,
esklamasio, klimaks, pararima, repetisi, retoris, sinkope); Gaya
bahasa perbandingan (alegori, alusio, antonomasia, asosiasi, epitet,
eponim, hiperbola, metafora, perifrasis, personifikasi, simbolik, simile,
tropen); Gaya bahasa pertentangan (antitesis); Gaya bahasa sindiran
(sarkasme dan sinisme). Data-data tersebut merupakan contoh
pemanfaatan bentuk penggunaan gaya bahasa yang unik dan
menimbulkan efek-efek estetis pada pembaca.
B. Saran
Kajian stilistika terhadap novel sangat penting peranannya pada
kemajuan studi stilistika di Indonesia khususnya di Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Makassar. Studi stilistika ini mampu
menemukan perihal kebahasaan dan kesusastraan sebagai objeknya.
121
Terkait dengan kajian stilistika ini maka ada beberapa saran untuk
pembaca dan penelitian selanjutnya sebagai berikut.
1. Kajian stilistika terhadap karya sastra novel Bidadari Bermata
Bening karya Habiburrahman El Shirazy ini masih terbuka untuk
diteliti lebih lanjut, terutama masalah morfologi dan sintaksisnya.
2. Karya sastra khususnya novel Bidadari Bermata Bening sangat
spesifik dan kaya akan unsur-unsur bahasa sehingga memerlukan
penanganan yang lebih dalam dan lebih luas terutama mengenai
gaya bahasa.
3. Linguistik yang mengkaji masalah bahasa diharapkan mampu
menguak isi yang terkandung di dalam karya sastra. Penelitian
terhadap karya sastra dengan telaah linguistik mampu
mendudukkan stilistika sebagai linguistik terapan.
122
DAFTAR PUSTAKA
Abrams, M.H. 1976. The Mirror and the Lamp: Romantic Theory and the
Critical Tradition. Oxford: Oxford University Press.
_____. 1981. A Glossary of Literary Terms. New York: Harcourt, Brace 7 World, Inc.
Ali, Ahmad, Herman Waluyo, dan Atikah Anindyarini. 2012. Novel
Pudarnya Pesona Cleopatra karya Habiburrahman El Shirazy
(Sebuah Tinjauan Stilistika). Dalam Jurnal Penelitian Bahasa,
Sastra Indonesia dan Pengajarannya Volume 1 Nomor 1,
Desember 2012, ISSN I2302-6405
Al-Qur’an dan Terjemahan. 2008. Departemen Agama RI. Bandung: Diponegoro.
Aminuddin. 1995. Stilistika: Pengantar Memahami Bahasa dalam karya Sastra. Semarang: IKIP Semarang Press.
Asrori, Imam. 1998. Penggunaan Gaya Bahasa Kias dalam Al-Quran. Malang: IKIP Malang.
Bressler, Charles E. 1999. Literary Criticism: An Introduction to Theory and Practice. Second Edition. New Jersy: prentice Hall, Upper Saddle River.
Darmawati, Andi. 2010. Gaya Bahasa pada Novel Ayat-Ayat Cinta Karya
Habiburrahman El Shirazy. Tesis. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.
Darwis, Muhammad. 2002. Pola-pola Gramatikal dalam Puisi Indonesia. Dalam Jurnal Masyarakat Linguistik Indonesia edisi Tahun 20, Nomor 1, Februari 2002.
Edi Subroto, dkk. 1997. Telaah Linguistik atas Novel Tirai Menurun karya N. H.Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
El Shirazy, Habiburrahman. 2017. Bidadari Bermata Bening (Sebuah Novel Pembangun Jiwa). Jakarta: Republika.
Endraswara, Suwandi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
123
_____. 2013. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing Service.
hhtp://www. seputar pengetahuan. co.id/2017/02/teori-stilistika-dalam-analisis-karya-sastra.html. diakses pada tanggal (10 Januari).
Imron, Ali. 2009. Kajian Stilistika Perspektif Kritik Holistik. Surakarta: UNS Press.
_____. 2014 .Gaya Wacana dan Dimensi Budaya dalam Teks Novel Ronggeng Dukuh Paruk Kajian Stilistika dan Pemeknaanya. Proceeding of Prosiding Seminar Internasional Membangun Citra Indonesia di Mata Internasional melalui Bahasa dan Sastra Indonesia, Yogyakarta: 11-12 Oktober 2014. Hal.33.
Keraf, Gorys. 1996. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
_____. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa (cetakan XVI). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
_____. 2006. Komposisi. Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
_____. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Leech, Geoffrey N. Michael H. Short. 1984. Style in Fiction. London and New York: Longman.
Marini, Eko. 2010. Analisis Stilistika Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Matthews, P.H. 1974. Morphology: an Introduction to the Theory of Word Structure. Londen: Cambridge Universty Press
Mikics, David. 2007. A New Handbook of Literary Term. London: Yale University Press.
Mills, Sara. 1995. Feminist Stylistics. London and New York: Routledge.
Missikova, Gabriela. 2003. Linguistics Stylistics. Nitra: Filozoficka Fakulta Univerzita
Musthafa, Bachrudin. 2008. Teori dan Praktik Sastra dalam Penelitian dan Pengajaran. Bandung: UPI.
124
Natawidjaja, P. Suparman. 1986. Apresiasi Stilistika. Jakarta: Intermasa.
Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
_____. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press. Pradopo, Rachmat Djoko. 1993. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
______. 1997. Pengkajian Puisi Analisis Strata Norma dan Analisis Struktural dan Semiotika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
_____. 2010. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik dan Penerapannya. Yogjakarta: PustakaPelajar.
Pranawa, Erry. 2005. Analisis Stilistika Novel Burung- burung Manyar Karya Y.B Mangunwijaya (Tesis). Program Studi Linguistik Pascasarjana Universitas Sebelas Maret: Surakarta.
Ramlan. 1996. Sintaksis suatu Pengantar. Bandung: CV. Karyono.
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
_____. 2017. Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rosdiana, Lilis Amalia. 2017. Majas dalam Novel Seperti Dendam Rindu
harus Dibayar Tuntas karya Eka Kurniawan. dalam Jurnal Alinea: jilid I Nomor 1 2017.
Satoto, Soediro. 1995. Stilistika. Surakarta: STSI Press.
Semi, Atar. (1993). Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Jaya.
Shipley, Joseph T. 1979. Dictionary of World Literature: Forms, Technique, Critics. USA: BostonThe Writer, Inc.
Soegijo. 1989. Morfologi Bahasa Indonesia. Semarang: IKIP Press.
Subroto, Edi. 1992. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: UNS Press.
125
Subroto, Edi, dkk. 1997. Telaah Linguistik atas Novel Tirai Menurun karya N. H.Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sudjiman, Panuti. 1993. Bunga Rampai Stilistik. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Soedjito. 1986. Kalimat Efektif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sumardjo, Joko. 1984. Memahami Kesusastraan. Bandung: Alumni.
Sumarlam. 2005. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra.
Sunny, Suniarti. 2014. Gaya Bahasa dalam Surat Arrahman. Tesis. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Sutopo. 1997. Metodologi Penelitian Kualitatif (Metodologi Penelitian untuk Ilmu-ilmu Sosial dan Budaya). Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta Press.
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa.
_____. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa.
Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra (Pengantar Teori Sastra) Jakarta : PT. Pustaka Jaya.
Tuloli, Nani. 2000. Kajian Sastra. Gorontalo: BMT “Nurul Jannah”.
Uhlenbeck. 1982. Studies In Javanese Morphology. Gravenhage: Martinus Nijhof
Unsayaini Marfuah, Nugraheni Eko Wardhani, dan Purwadi. 2016. Kajian Stilistika Novel AssalamuAlaikum Beijing karya Asma Nadia dan Relevansinya sebagai Materi Ajar Bahasa Indonesia di Kelas XII SMA. Dalam Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia dan Pengajarannya Volume 4 Nomor 1, April 2016, ISSN I2302-6405
Verdonk, Peter. 2002. Stylistics. New York: Oxford Universty Press. Ekspresivisme, Strukturalisme, Pascastrukturalisme, Sosiologi, Resepsi. Ende: Nusa Indah Depdikbud.
Verhaar. 2001. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.
Waluyo, Herman. 1995. Teori dan Apresiasi Puisi. Surakarta: Erlangga.
126
Waridah, Ernawati. 2017. Kumpulan Lengkap Peribahasa, Pantun, dan Majas plus Kesusastraan Indonesia. Jakarta: Bmedia Imprint Kawan Pustaka.
Yuliati, Ana. 2018. Kajian Stilistika dalam Novel Suti Karya Sapardi Djoko Damono Kajian Stilistika. Proceeding of Prosiding Seminar Sastra Tema: Resonansi Kata, Bangkalan: 25 April 2018. Hal. 23-34.
Zhang, Z. 2010 “The Interpretation of a Novel by Hemingway in Terms of Literary Stylistics”. The International Journal of Language Society and Culture. Vol 30, (155). pp: 155-161.
Zulfahnur, dkk. 1996. Teori Sastra. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
127
KORPUS DATA PENELITIAN
1. Keunikan Diksi dalam Novel Bidadari Bermata Bening karya
Habiburrahman El Shirazy
a. Pemakaian Leksikon Bahasa Asing (Inggris)
No Data Keterangan
1. Suer Swear (bersumpah) 2. Training Latihan 3. Trouble maker pengacau 4. Game Permainan 5. Keep in touch Tetap berhubungan 6. Fres Segar 7. Full penuh 8. Bully Mengganggu 9. Remote Kecil 10. Guide Pemandu 11. Branded Merek 12. Surprise Kejutan
13. Boarding pass Tanda pengenal masuk ke kabin untuk penumpang pesawat
14. Initerary Buku pedoman jalan-jalan/rencana perjalanan
15. Boy room Petugas pembersih kamar (room boy) 16. Test Uji 17. Survive Bertahan 18. Utopia Khayalan
19. Wedding organizer Suatu jasa khusus secara pribadi membantu pengantin dan keluarga dalam perencanaan pernikahan
20. Homeschooling Teknik belajar yang dilakukan dirumah sendiri yang modelnya hampir sama dengan pembelajaran di sekolah
21. Agent travel
Agen perjalanan (travel agent) seseorang/kelompok orang yang memiliki peran dalam mengatur atau merencanakan liburan.
22. Charge Mengisi daya
23. Online Istilah saat kita sedang terhubung dengan internet dan dunia maya.
24. Facebook Sebuah layanan jejaring sosial 25. Oh my God! Ya Tuhan 26. Office boy Pesuruh kantor
27. Design Thinking for Business and Pricing
Metode penyelesaian masalah dalam usaha/ strategi penetapan harga
128
Strategy
28. Operasional Risk Management
Manajeman risiko, proses perencanaa, pengaturan, pemimpin, dan pengontrolan aktivitas sebuah organisasi untuk meminimalisir resiko pendapatan perusahaan.
29. Managing Talent for Every Manager
Talent management, merupakan manajemen bakat, yang meliputi aspek pengelolaan terhadap sdm sebuah perusahaan.
30. Tsania Spa & Skin Care Perawatan kulit 31. Minimarket Pasar swalayan
32. Smartphone
Ponsel cerdas, telpon genggam yang memunyai kemampuan dengan penggunaan dan fungsi yang menyerupai komputer
33. Tour Wisata
34. Branding Berbagai kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dengan tujuan untuk membangun dan membesarkan sebuah merek
35. Cut mengurangi
36. Gres Sangat baru
37. The university of Jordan Universitas Jordan
38. Islamic Finance Ekonomi Islam
b. Pemakaian Leksikon Bahasa Jawa
No Data Keterangan
1. Nyai Sebutan umum di Jawa Barat, khususnya bagi wanita dewasa
2. Semringah Segar, berseri-seri
3. Mbak Kata sapaan terhadap wanita yang lebih tua di daerah Jawa; Mbakyu; kata sapaan terhadap wanita muda
4. Ngawur Asal-asalan
5. Ngeloyor Banten, pergi meninggalkan sendiri
6. Nyepatani Menyumpahi
7. Kyai Bagi pemahaman Jawa adalah sebutan untuk yang dituakan ataupun dihormati
129
8.
- Oalah nduk, anake sopo, kok ayune koyok wedokdari
Olah nduk, anaknya siapa, kok cantiknya kayak bidadari
- Ndu Nduk: panggilan sayang seorang lebih tua kepada orang yang lebih muda yang dia saying
9. - Ojo Ojo: jangan
- Kuwalat kuwalat: celaka
10. Romo Adalah bapak dalam istilah Jawa
11. Mbok Kata sapaan (ragam kromo ngoko) terhadap wanita; kata sapaan terhadap orang tua wanita
12. Matur nuwun, Injih
- Terima kasih yah dalam bahasa Jawa - Inggih menyatakan sanggup atau
setuju; ya; iya - Matur: bicara, menyampaikan sesuatu
13. Ancer-ancer Acuan; kira-kira (mengacu pada tempat)
14. Ndalem Tempat tinggal; rumah
15. Edan Edan bahasa Jawa gila; tidak waras
16. Mas Kata sapaan untuk saudara tua laki-laki atau laki-laki yang dianggap lebih tua
17. Pakde Bapak gede; sapaan kepada kakak laki-laki ibu atau ayah dalam bahasa Jawa
18. Gus Julukan atau nama panggilan kepada laki-laki
19. Sowan berkunjung
20. Abah Abah (sunda) artinya ayah
21. Mondok posonan
Posonansendiri lahir dari kosakata Jawa “poso” yang berarti puasa. Posonanberarti mondokalias nyantri di suatu pesantren pada bulan puasa. Dalam bahasa Indonesia lebih sering disebut pesantren Ramadlan, atau pesantren kilat
22. Nyuwun sewu Nyuwun Sewu adalah bahasa jawa yang artinya Permisi
23. Pripun Bagaimana
24. Modod Keluar, dan bertambah panjang
25. Paklik Bapak cilik, sapaan kepada adik laki-laki ibu atau ayah; paman
26. Mbakyu Kata sapaan terhadap wanita yang lebih tua di daerah Jawa; mbak
27. Mbah; simbah
Simbah merupakan bahasa daerah (Jawa) yang artinya nenek/kakek
28. Nguri-uri Nguri-uri budaya adalah istilah bagi orang
130
Jawa untuk melestarikan kebudayaan nenek moyang, nguri-uri adalah cara sekaligus kebudayaan itu sendiri
29. Sinden
Pesindhén, atau sindhén adalah sebutan bagi wanita yang bernyanyi mengiringi orkestragamelan, umumnya sebagai penyanyi satu-satunya
30. Ngewangi Perlu membantu
31. Gending Lagu; musik Jawa
32. Kang Singkatan dari kakang (bahasa Sunda)
33. Kulo Kulo (saya)
34. Yo wis Ya sudah
35. Kapiran Tidak terurus; telantar
36. Celingak-celinguk Menengok ke kanan dan ke kiri
37. Teh Panggilan kepada kakak perempuan (Sunda)
38. Bude Panggilan kakak perempuan ibu atau ayah.
39. Anyel Jengkel
40. Mangkel Menelan
41. Kanjeng Kanjeng adalah gelar yang diberikan kepada seseorang yang berkedudukan tinggi di Jawa
42. Eman-eman Menyerah
43. Ceriwis Sangat suka bercakap-cakap; banyak bicara
44.
- Monggo piranak, Yai Yusuf nembe ngaos ten masjid kampung, sekedap melih kundur
Silakan masuk dan duduk, Kyai Yusuf baru mengisi pengajian di masjid kampong, sebentar lagi pulang
- Monggo Monggo: silakan
45. Krasan Betah
46. Garwo Istri
47. Priyayi Priyayi adalah istilah dalam kebudayaan Jawa untuk kelas social dalam golongan bangsawan
48. Ugal-ugalan Kurang senonoh/kasar dalam bertingkah laku
49. Kangmas Kakanda; kakak laki-laki
50. Sepantaran Seumuran
51. Unggah-unggah Tata krama
52. Rembug Nasihat; musyawarah
131
53. Ngangsu Menimbah air
54. Yo podo-podo. Saya bisa-saya bisa
55. Piye Bagaimana
56. Ndolor Bisa berpikir
57. Diuwongke Diorangkan, dimuliakan
58. Ujug-ujug Tiba-tiba
59. Sanes wekdal Di waktu yang lain
60. Ojok digagas! Jangan dipikir
61. Bengong Termenung; terdiam
62. Prengus Bau khas daging kambing, yang berasal dari feromon yang dihasilkan tubuh kambing
63. Koyok sopo wae Kayak siapa saja
64. Tenan Benar
65. Kerawuhan Datang
66. Gembrobyos Berkeringat sangat banyak dan tiba-tiba
67. Sampean Anda
68. Gusti Sebutan untuk Tuhan; yang dianggap Tuhan
69. Nyelekit Menyakitkan hati (tentang perkataan dan sebagainya)
70. Wiwiting tresno jalaran soko kulino
Cinta dimulai dari kebiasaan
71. Poyok-poyokan Saling mengejek
72. Ora waras, Sudah gila
73. Dolan Pergi bersenang-senang; bermain-main
74. Njenengan Kamu
75. Sanepo Kiasan; ungkapan kata dan kalimat yang mengandung maksud tertentu
76. Mbulet Lafal dari bahasa Jawa yang artinya sikap atau perkataan
77. Kerso Terserah
78. Ragat Ragad: biaya
79. Menjajagi Menjajaki: menduga
80. Ujung-ujung Silaturrahim dalam suasana Idul Fitri untuk saling memaafkan
81. Wak Nama dari seseorang
82. Ragil Anak bungsu
83. Bebrayan Berkeluarga
84. Cawe-cawe Ikut campur
132
85. Pepenget Pengingat, peringatan
86. Wejangan Petuah; petunjuk; ajaran
87. Ngunduh mantu
Momen ketika pesta pernikahan bukan lagi menjadi tanggung jawab pihak wanita
88. Ndeprok Duduk di lantai
89. Sampun Sudah; selesai
90. Eneg Mual
91. Bubrah Membangun kondisi harmonis yang niscaya akan membawa perdamaian
92. Ngoyok Ngoyo: memaksakan diri melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkan kemampuan
93. Tratag Panggung pertunjukkan
94. Mikul duwur mendem jero
Berbakti kepada orang tua, menginginkan nama orang tua dan menutupi semua kekurangan orang tua
95. Madat, madon, minum, main dan maling
Madat: pecandu narkoba Madon: suka main perempuan Minum: suka minuman keras, mabuk-mabukan Main: suka main judi Maling: suka mengambil barang orang lain, korupsi
96. Gedibal Anak buah
97. Wonten wigatos nopo, nggih, Pak?
Ada hal-hal penting yang harus dilakukan
98. Ora wangun Tidak pantas
99. Karep Kamu suka itu
100. Merem Menutup mata
101. Bengkong Bengkok; bacaan yang salah
102. Minggat Melarikan diri
103. Manut Patuh; penurut
104. Mpok Betawi, kakak perempuan
105. Muluk-muluk Tinggi-tinggi (tentang maksud; ajaran; dsb)
106. Judek Judek = buntu pikiran, tidak tahu jalan keluar
107. Kudu Piye Aku harus bagaimana
108. Megap-megap Bernapas pendek-pendek; terenggah-enggah
109. Legowo Sikap menerima satu keadaan dengan lapang dada
110. Kerasan Merasa senang, nyaman, dan tahan tinggal di suatu tempat
133
111. Yo gelem Mau
112. Nukilan-nukilan Kutipan; tulisan yang dicantumkan pada suatu benda
113. Sibin
Sibin: mandi hanya dengan membasahi tubuh dengan air hangat lalu dilap pakai handuk. Biasanya dilakukan oleh orang yang sakit atau yang malas mandi
c. Pemakaian Leksikon Bahasa Arab
No Data Keterangan
1. Ustadzah Guru perempuan 2. Ustadz Guru laki-laki 3. Khadimah Pembantu perempuan 4. Insya Allah Jika Allah menghendaki 5. Aamiin Kabulkan doa kami
6. Barokah - Nikmat - Karunia Tuhan yang mendatangkan
kebaikan bagi kehidupan manusia
7. Shalawat
Doa, keberkahan, kemuliaan, kesejahteraan, dan ibadah
8. Alhamdulillah
Segala puji bagi Allah, Ungkapan untuk menyatakan rasa syukur untuk menerima karunia
9. Subhanallah
Maha Suci Allah, seharusnya diucapkan ketika melihat atau mendengar keburukan atau hal tidak baik
10. Allah Kata bahasa Arab untuk Tuhan (Al-Illah)
11. Taufik Pertolongan Allah
12. Alhamdulillah tsumma alhamdulillah tsumma alhamdulillah
Segala puji bagi Allah dan kemudian segala puji bagi Allah kemudian segala puji bagi Allah
13. Almarhumah Yang dirahmati Allah (sebutan kepada orang Islam yang telah meninggal khusus wanita)
14. Qadzaf Melemparkan tuduhan berzina dengan terang-terangan
15. Syaikh
Syekh, juga dapat ditulis Shaikh, Sheik, Shaykh atau Sheikh (Bahasa Arab: يخWWWWWWش), adalah katadari Bahasa Arab yang berarti kepala suku, pemimpin, tetua, atau ahli agama Islam
16. Astaghfirullah Saya memohon ampunan kepada Allah
17. Ummi Ibuku
18. Akil baligh Baligh merupakan istilah dalam hukum
134
Islam yang menunjukkan seseorang telah mencapai kedewasaan. "Baligh" diambil dari kata bahasa Arab yang secara bahasa memiliki arti "sampai", maksudnya "telah sampainya usia seseorang pada tahap kedewasaan"
19. Yatim
yatim, dari bahasa Arab, artinya seseorang yang tidak memiliki ayah, dan piatu adalah seseorang yang tidak memiliki ibu lagi
20. Thoriqoh Arab thoriqoh, jamaknya thoraiq,mazhab, aliran, haluan (al-mazhab)
21. Madrasah Aliyah sekolah Menengah Atas
22. Saleha Shalehah berasal dari bahasa arab yaitu yang artinya adalah Wanita yang صليحةbaik
23. Walimah
Walimatul 'Urs atau yang lazim dikenal sebagai pesta pernikahan, adalah jamuan makan yang diselenggarakan berkenaan dengan pernikahan.
24. Syahid Seorang Muslim yang meninggal ketika berperang atau berjuang di jalan Allah
25. Fitnah "fitnah" diserap daribahasa Arab, dan pengertian aslinya adalah "cobaan" atau "ujian"
26. Majelis taklim Majelis diambil dari bahasa arab yaitu majalis yang berarti tempat berduduk
27. Haflah Akhirussanah Haflah Akhirussanah adalah perayaan atau pesta – dengan mengacu pada arti perayaan atau pesta – akhir tahun
28. Fastabiqul khairat Fastabiqul khairat adalah sebuah ajakan yang artinya `berlomba-lombalah berbuat kebajikan`
29. Sanad
“Sanad” adalah bahasa arab yang berasal dari kata dasar sanada, yasnudu (يسندسند), artinya: “sandaran” atau “tempat bersandar” atau “ tempat berpegang” atau berarti “yang dipercaya” atau "yang sah”
30. Masya Allah Masya Allah artinya itu terjadi atas kehendak Allah atau saat melihat sesuatu yang indah atau rasa kagum
31. Bismillah - Basmalah (bahasa Arab: ملةWWWWWWWبس)
adalah ucapan pembukaan Bismillah هللا بسWWWWWWم) , "Dengan nama Allah")
135
Bismillahirrahmanirrahim
- Bismillahirrahmanirrahim, terjemahannya yaitu “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”
32.
Bismillahirrahmanirrahim Rabbi zidni ilma warzuqni fahma waj’alni min ‘ibaadikas shalihin. Aamiin
Yaa Rabb, tambahkanlah ilmu bagiku, dan berilah aku kefahaman”Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Tuhan yang satu tiada sekutu bagiNya
33. Allahu Akbar Allah Maha Besar
34. Subhanahu wa ta’ala Subhanahu wa Ta'ala. berarti Allah yang Maha Suci dan Maha Tinggi
35. Abi Bapakku
36. Thala’al badru
Thala' al-Badru 'Alayna (علين9999999ا الب99999در طل999ع) adalah adalah syair atau nasyid yang dinyanyikan oleh kaum Ansar saat menyambut kedatangan Nabi Muhammad Saw di Yatsrib (sekarang Madinah) dalam peristiwa hijrah dari Makkah ke Madinah tahun 622 M
37. Ahlan wa sahlan wa marhaban
Selamat datang
38. Baiat Upacara pengangkatan atau pelantikan seorang pemimpin ditandai dengan pengucapan janji/sumpah
39. Syahadat
Berasal dari bahasa Arab yaitu Syahida yang artinya ia telah menyaksikan. Kalimat ini sebuah pernyataan kepercayaan sekaligus pengakuan akan keesahan Allah dan Muhammad sebagai Rasul-Nya
40. Akhlakul karimah Akhlak yang terbaik dan terpuji yang sesuai dengan ajaran agama Islam
41. Sayyidul qaumi khadimuhum
Pemimpin kaum sebagai pelayan mereka
42. Mau’izhahhasanah
Mau’idzah: nasehat, bimbingan, pendidikan, dan peringatan, hasanah: kebaikan/dakwah yang dilaksanakan melalui nasehat-nasehat yang baik
43. Mubaligh Orang yang menyampaikan ajaran agama Islam
44. Musabaqoh Qiraatul Lomba baca Kitab Kuning
45. Salaf Seseorang yang mengikuti tiga generasi para sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in.
46. Khatam
Tamat (sudah habis l-mengaji Al-Qur’an oleh seorang anak-anak; orang dewasa bergiliran membaca Al-Qur’an sampai selesai
136
47. Silaturrahim Hubungan kekeluargaan; ikatan janin; ikatan darah daging
48. Dhuha
Shalat sunah yang dilalukan di waktu duha yaitu ketika matahari mulai naik kurang lebih 7 hasta sejak terbitnya hingga waktu zuhur
49.
Assalamu’alaikum. Assalamu’alaikum: semoga keselamatan terlimpah untukmu
Wa’alaikumussalam wa rahmatullah
Wa’alaikumussalam wa rahmatullah: dan semoga keselamatan dan rahmat Allah serta keberkahannya terlimpah juga untukmu
50. Khotbah jumat
Perkataan yang mencakup pujian kepada Allah, salawat kepada Rasulullah, doa untuk kaum muslimin serta pelajaran dan peringatan bagi mereka
51. Istighfar Tindakan meminta maaf atau memohon ampun kepada Allah yang dilakukan oelh umat Islam
52. Khithobah Pidato
53. Akekah Pengurbanan hewan dalam syariat Islam, sebagai bentuk rasa syukur umat Islam Kepada Allah Swt
54. Qadha Mengganti
55. Na’udzubillah Kami berlindung dengan Allah Swt dari perkara (buruk)
56. Kufu Kesepadanan
57. Alam barzakh Alam kubur, tempat persinggahan sementara jasad sampai dibangkitkan pada hari kiamat
58. Qaddarullah Takdir Allah 59. Takhassus Spesialisasi 60. Mahram Semua orang yang haram dinikahi.
61. Mukjizat Perkara di luar kebiasaan yang dilakukan oleh Allah melalui para Nabi dan RasulNya untuk membuktikan kebenaran
62. Tabarrukan Mencari barokah
63. Ghibah Menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seorang Muslim, sedang ia tidak suka jika hal itu disebutkan
64.
Laa ilaaha illa Anta, subhaanaka innii kuntu minazh zhaalimiin.
Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang –orang yang zalim
65. Madharat Sesuatu yang tidak menguntungkan; rugi; kerugian
66. Mushaf Naskah kuno atau koleksi lembar 67. Masygul Bersusah hati karena suatu sebab; sedih;
137
murung
68. Tadarusan Mengambil pelajaran dari wahyu-wahyu Allah Swt
69. Mubadzir Terbuang-buang 70. Khilaf Keliru atau salah
71. Khutbah Perkataan yang disampaikan di atas mimbar; pembicaraan
72. Syubhat Keadaan yang samar tentang kehalalan atau keharaman sesuatu
73. Kuluu minath thayyibat wa’maluu shaaliha
Makanlah yang baik-baik dan beramal shalilh
74. Musykil Sukar; sulit; pelik
75. Insyaf Sadar
76. Talqin Mendikte atau mengajarkan secara lisan
77. Thayyibah Kalimat yang memunyai makna mensucikan dan menggunakan Asma Allah
78. Muroja’ah Kegiatan mengulang kembali pelajaran, hapalan, dsb
79. Talaqqi Belajar Al-Qur’an dengan memperhatikan gerakan buder guru
80. Fiqih Pemahaman yang mendalam terhadap suatu hal
81. Iddah Waktu menunggu, masa bagi perempuan yang telah diceraikan oleh suaminya
82.
Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammadin wa asyghilizh zhalimin bizh zhalimin, wa akhrijna min bainihim salimin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in
Ya Allah limpahkanlah Shalawat kepada junjungan Kami Nabi Muhammad, dan sibukkanlah orang-orang zhalim dan selamatkan kami dari kejahatan mereka. Juga limpahkan sawalat kepada seluruh keluarga dan sahabat beliau
83.
Laa ilaaha illallaah wahdahu laa syariika lah lahul mulku wa lahul hamdu wahuwa ‘ala kulli syaiin qadiir
(tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya segala kekuasaan dan bagi-Nya segala pujian, dan Dialah Yang Mahakuasa atas segala sesuatunya)
84. Sakinah mawaddah wa rahmah
Sakinah: Mawaddah: dengan cinta; harapan Rahmah: dengan kasih sayang
85. Tahfizh Menghapal
86. Ikhtiar Usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya
87. Ukhrowi Bersifat duniawi atau yang memberki kebahagiaan duniawi
138
88.
Ya Rabbana lakal hamdu hamdan katsiran thayyiban mubarakan fih
wahai Rabb kami, bagi-Mu segala puji, aku memuji-Mu dengan pujian yang banyak, yang baik dan penuh dengan berkah
89. Inna lillahi wa inna ilahi roji’un
Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali
90. Bait Ibni Sabil Orang asing yang tidak memiliki biaya.
91. Wakaf Penahanan hak milik atas materi benda untuk tujuan menyedekahkan manfaatnya
92. Dakwah
Ajakan; mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah Swt
93. Dhuafa Golongan manusia yang senantiasa hidup dalam zona kemiskinan
94. Bid’ah
Perbuatan yang dikerjakan tidak menurut contoh yang sudah ditetapkan, termasuk menambah atau mengurangi
95. Badal Pengganti
96. Infak Mengeluarkan sebagian dari harta untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam
97. Hibahkan Pemberian yang dilakukan seseorang kepada pihak lain
98. Murattal Membaca Al-Qur’an dengan benar dan dilagukan
99. Su’udzan Sikap seseorang yang berprasangka buruk terhadap orang lain
100. Math’am Rumah makan
101. Zafaf Malam pertama
102. Ainul Mardhiyah
Seorang bidadari yang paling cantik di surge yang Allah ciptakan untuk sesiapa yang mati syahid berjuang di jalan Allah
103. Allah ‘Azza wa Jalla Allah yang Maha Pekasa lagi Maha Agung
2. Kekhususan aspek morfologi dan sintaksis dalam novel Bidadari
Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy
a. Aspek Morfologi
a) Afiksasi pada leksikon bahasa Inggris, bahasa Jawa dan bahasa Arab
No Data Afiksasi
1. Trainingnya Sufiks -nya
2. MemBully Prefiks meng-
139
3. Remotenya Sufiks -nya
4. Kyainya Sufiks -nya
5. Kyaimu Klitika -mu
6. Ancer-ancernya Sufiks -nya
7. Pakdenya Sufiks -nya
8. Pakdemu Klitika -mu
9. Abahnya Sufiks -nya
10. Abahmu Klitika -mu
11. Pakliknya Sufiks -nya
12. Simbahmu Klitika -mu
13. Budemu Klitika -mu
14. Budenya Sufiks -nya
15. Garwonya Sufiks -nya
16. Kangmasnya Sufiks -nya
17. Rembugan Sufiks -an
18. Diuwongke Prefiks di-
19. Ojok digagas Prefiks di-
20. Kerawuhannya Sufiks -nya
21. Poyok-poyokan Sufiks -an
22. Ragilku Klitika -ku
23. Karepmu Klitika -mu
24. Disibin Prefiks di-
25. Menyibin Prefiks meng-
26. Berkhadimah Prefiks ber-
27. Khadimnya Sufiks -nya
28. Shalawatan Sufiks -an
29. Ummimu Klitika -mu
30. Bersanad Prefiks ber-
31. Dibaiat Prefiks di-
32. Bersilaturrahim Prefiks ber-
33. Beristighfar Prefiks ber-
34. Mengqadha Prefiks meng-
35. Mahramku Klitika -ku
36. Tabarrukan Sufiks -kan
37. Tadarusan Sufiks -an
38. Talqinkan Sufiks -kan
140
39. Wakafkan Sufiks - kan
40. Hibahkan Sufiks -kan
b) Reduplikasi dalam Leksikon Bahasa Jawa dan Bahasa Arab
No Reduplikasi
Bahasa Jawa
1. Mbak-mbak
2. Kyai-kyai
3. Ancer-ancernya
4. Nguri-nguri
5. Celingak-celinguk
6. Nukilan-nukilan
7. Mbakyu-mbakyumu
8. Eman-eman
9. Megap-megap
10. Unggah-unggah
11. Yo podo-podo
12. Ujug-ujug
13. Ujung-ujung
14. Cawe-cawe
15. Muluk-muluk
Bahasa Arab
1. Khadimah-khadimah
b. Aspek Sintaksis
a) Pemakaian Kalimat Repetisi
No Data
1. Cepat-cepat ia buang jauh-jauh pikirannya tentang jodoh. Ia harus fokus memikirkan ilmu, ilmu, dan ilmu.
2. Lingkungan kehidupannya selanjutnya adalah lingkungan ilmu, ilmu, ilmu, dan ilmu.
3. Ibu juga berpesan agar kau melanggengkan amalan yang
141
dilanggengkan oleh kakekmu yaitu Mbah Sujak, dan dilanggengkan oleh nenekmu yaitu Mbah Suimah, lalu diwasiatkan kepada ibu dan ibu langgengkan.
4. Cukup, cukup, itu sudah cukup, jangan tambah lagi. Sebab janji harus ditepati. Aku tidak kuat mendengarnya.
5. Sudah, sudah, aku percaya. Tinggal kita berdoa, semoga Allah melimpahkan taufik-Nya. Semoga, Aamiin.
6. Tiba-tiba ia teringat semua cerita Mbak Rosa. Orang-orang yang telah diperbudak nafsu duniawi tidak lagi punya moral dan nilai harga diri. Yang ada dalam pikirannya hanya harta dan harta.
7. Dulu yang ada dalam pikiran ibu bagaimana ngerjar dunia. Yang ibu pikirkan cuma bisnis, bisnis, dan bisnis.
8. Ustadzah Fulanah itu ceramah isinya selalu bid’ah, bid’ah, dan bid’ah, semuanya bid’ah.
b) Pemakaian Kalimat Majemuk
No Data Keterangan
1. Bukan masalah pinter, tapi masalah mental dan habitus keluarga.
Majemuk setara berlawanan
2. Dia sangat yakin orang-orang pasar akan membelanya, sebab mereka sangat menghormati Kyai Sobron Ahsan Muslim.
Majemuk bertingkat sebab
3. Kesibukannya memburu ikan tongkol dan memasaknya membuat Ayna lupa bahwa hari itu adalah hari pengumuman hasil UN.
Majemuk setara penggabungan
4. Siang-malam kita berjibaku dengan soal-soal sampai kurus badan kita.
Majemuk bertingkat alat
5. Neneng sempat mengerang, lalu pingsan dengan buder pecah dan muka berdarah.
Majemuk setara sejalan
6. Saya siap menanggung hukuman apapun yang diberikan kepada saya. Namun jujur, saya merasa tidak bersalah sama sekali.
Majemuk setara pertentangan
7. Neneng bukan kali ini merendahkan saya, dan bukan kali ini saja dia mengusili saya.
Majemuk setara penggabungan
8. Kali ini saya tidak bisa menerima kelakuan Neneng, sebab dia telah menghina almarhumah Ibu saya.
Majemuk bertingkat sebab
9. Ummi sangat yakin ayah kamu bukan Jawa. Sebab wajah kamu ada guratan Arabnya. Majemuk
betingkat sebab
10. Ibu minta cerai setelah tahu suaminya ternyata sudah punya istri dan anak di Kendal.
Majemuk setara sejalan
11. Ibu merasa tidak beruntung. Tetapi ternyata justru itu sebuah kebaikan bagi Ibu.
Majemuk setara pertentangan
12. Ibu bilang ayah wafat kena angin duduk, tapi kemungkinan besar serangan jantung.
Majemuk setara berlawanan
142
13. Sudah banyak yang menawari dia menikah tapi hatinya belum tergerak.
Majemuk setara berlawanan
14.
Air rob menggenang di mana-mana, dan bau amis yang menyengat. Itulah bau terminal Terboyo Semarang, yang lekat dalam otak bawah sadarnya.
Majemuk setara penggabungan
15.
Padahal rumah itu ada di samping rumah pakdenya, dan sebelum meninggal ibunya sempat menitip pesan kepada pakdenya agar rumah itu dirawat.
Majemuk setara penggabungan
16.
Kebahagiaan dan keindahan sesaat menyusup mengaliri syarafnya. Namun ia sadar sesuatu. Tiba-tiba keindahan itu seperti di lukisan kebun bunga yang sedap dipandang yang rusak oleh coretan spidol. Apa sesungguhnya niat pakde dan budenya?
Majemuk setara pertentangan
17. Prestasi yang mengharumkan nama keluarga besar kita dan nama desa kita
Majemuk setara penggabungan
18. Banyak Kyai dan aparat pemerintah dibunuh PKI. Saling bunuh-membunuh terjadi di mana-mana.
Majemuk setara penggabungan
19. Ia beranjak mematikan lampu ruang tamu lalu kembali ke kamarnya untuk mengistiratkan badan dan pikirannya.
Majemuk setara sejalan
20. Jamaah pengajian sudah mewanti-wanti agar pertemuan berikutnya Ayna yang ngisi.
Majemuk bertingkat tujuan
21.
Saat itu ia tidak berani menanyakan maksud kalimat Bu Nyai, sebab kondisinya tidak tepat. Budenya berdiri tak jauh dari mereka. Bu Nyai juga tidak punya waktu yang longgar untuk berbincang-bincang sebab harus melanjutkan perjalanan ke Kajen, Pati.
Majemuk betingkat sebab
22.
Ingin rasanya segera berlari ke pantai, berlari-lari di pasir putih yang lembut. Tapi ia merasa tubuhnya sangat letih, tadi malam ia nyaris tidak tidur.
Majemuk setara berlawanan
23.
Entah kenapa, tiba-tiba ada rasa khawatir menyusup halus dalam kesadarannya. Anehnya ia tidak tahu ia harus mengkhawatirkan apa? Ia hanya bisa berdoa, agar Allah menjaganya dari segala keburukan dan fitnah. Baik yang tampak maupun yang tidak tampak.
Majemuk bertingkat tujuan
24.
Ayna memahami posisi Bu Nyai yang tidak mudah. Namun kata-kata Kyai Sobron yang sempat berniat hendak menjodohkan dirinya dengan salah satu dari putranya sungguh di luar dugaannya.
Majemuk setara pertentangan
25. Ia mengira akan mendapati wajah Atikah, namun sosok yang ada di depan pintu itu
Majemuk setara pertentangan
143
membuatnya kaget bukan kepalang
26. Pohon itu harus menahan dirinya, agar pohon-pohon yang lain tumbuh dan berbuah.
Majemuk bertingkat tujuan
27.
Aku diam-diam sangat mencintaimu, maka aku nekad datang ke sini memintamu untuk mau jadi istriku. Sekarang jujurlah, apakah kau cinta padaku? Atau ada sedikit saja perasaan cinta padaku? Setetes saja sudah cukup bagiku.
Majemuk bertingkat akibat
28.
Ayna diam menunduk. Ibarat perang, ia adalah jenderal perang yang kini memimpin pasukan dan berhadapan dengan musuh. Maka ia harus waspada, cerdas, dan menang.
Majemuk bertingkat akibat
29.
Malam-malam jam Sembilan, para santri asyik menonton wayang aku memilih mencuci pakaian. Dan jam tiga pagi ketika para santri masih nyeyak tidur, aku bangun untuk melihat pakaian yang aku cuci itu sudah kering atau belum.
Majemuk setara penggabungan
30.
Kau akan menjadi perempuan paling berbahagia karena mendapatkan curahan cinta dan kesetiaan paling besar yang dimiliki seorang lelaki kepada perempuan di atas muka bumi ini. Aku akan berusaha dengan seluruh kemampuanku untuk membahagiakan kamu. Sebab aku sangat mencintai kamu. Aku akan menjagamu lebih dari menjaga diriku sendiri. Aku akan menghormatimu seperti para nabi menghormati istri mereka.
Majemuk bertingkat sebab
31.
Ungkapan cinta itu memberikan tambahan nyawa dalam jiwa. Itu yang ia rasakan. Meskipun ia tidak yakin apakah akan berjodoh dengan pemuda yang ia cintao dan mencintainya, tetapi ungkapan cinta itu memberikan gairah baru menata hidup. Cukuplah ia tahu bahwa di sana ada orang yang mencintai dirinya, itu sudah jadi semacam doa baginya.
Majemuk bertingkat syarat
32.
Bu Nyai dan Pak Kyai setuju, lalu pakde dan budenya setuju. Saat bulan suci Ramadhan, tanggal penikahan ditetapkan. Dan pada bulan Syawal, akan nikah dilangsungkan. Lalu satu bulan berikutnya, ia diboyong Gus Afif berangkat ke Kairo, Mesir. Lalu ia menemani suaminya kuliah di Al Azhar. Ia akan menghafal Al-Qur’an dan belajar bahasa Arab.
Majemuk setara sejalan
33. Ia seperti tikus masuk dalam jebakan tak Majemuk
144
berkutik sama sekali, kecuali menjerit dengan suara lirih dalam diri. Ia harus menerima kenyataan secara resmi telah dipinang oleh Yoyok yang baru dikenalnya, bukan oleh Gus Afif yang ia damba.
bertingkat pembatasan
34. Tanggal akad dan pesta walimah juga masih dicari oleh dua keluarga. Ada hitung-hitungan rumit yang tidak masuk dalam nalarnya.
Majemuk setara penggabungan
35. Permintaan saya sederhana saja, dan bagi pemuda yang biasa ke masjid itu mudah.
Majemuk setara penggabungan
36. Saya bersedia menikah dengan Mas Yoyok, namun saya tidak bersedia disentuh..
Majemuk setara pertentangan
37. Status saya jadi istri Mas Yoyok, tapi Mas Yoyok tidak akan menyetuh saya kecuali telah memenuhi syarat saya itu!
Majemuk setara berlawanan
38. Ia merasa bahagia, namun tiba-tiba kebahagiaan itu berganti menjadi kesedihan yang meremas hatinya.
Majemuk setara pertentangan
39. Bu Nyai Nur Fauziyah meraih surat undangan itu dan membacanya. Air matanya menetes di sana.
Majemuk setara (penggabungan)
40.
Matahari bersinar cerah, dan ribuan orang tersenyum indah. Yoyok tampak gagah, dan Ayna benar-benar seumpama ratu bidadari Ainul Mardiyah seandainya wajahnya dihias senyum dan tidak pucat.
Majemuk setara penggabungan
41.
Berita itu disertai foto Yoyok dan Ayna yang berdiri berdampingan sambil memegang surat nikah. Yoyok tampak tersenyum cerah, sementara Ayna berwajah muram meskipun tetap cantik menawan.
Majemuk setara penggabungan
42.
Ia merasa lega, satu hal musykil telah teratasi. Namun masih ada banyak hal-hal musykil yang berserakan dalam rumah tangganya yang harus ia atasi.
Majemuk setara pertentangan
43.
Yoyok sekarang menjadi anggota DPRD dan menjadi pengurus sebuah partai, telah digadang untuk maju sebagai calon Bupati di daerah yang mayoritasnya kaum santri. Maka untuk meningkatkan citra harus dicari istri yang santri. Tidak hanya santri tapi juga istimewa.
Majemuk bertingkat akibat
44.
Ia ingin tetap menghormati pakdenya dan budenya, tapi setelah tahu apa yang dilakukan mereka pada dirinya ia merasa tidak dianggap sebagai manusia.
Majemuk setara berlawanan
45. Aku malah ingin tahu apa dia laki-laki atau seorang banci yang beraninya hanya nyuruh anak buahnya!
Majemuk setara pemilihan
46. Aku sangat yakin semua impian yang kau Majemuk setara
145
bayangkan, dan yang aku bayangkan bahwa kita akan menikah lalu pergi ke Mesir akan jadi kenyataan.
penggabungan
47. Ia merasa sangat bahagia karena Afif telah benar-benar sadar dari komanya.
Majemuk bertingkat sebab
48.
Ia tidak akan lagi memaksakan sesuatu padanya atau melarang sesuatu yang diinginkannya selama itu tidak salah dan dosa.
Majemuk setara pemilihan
49.
Suatu pagi, Bu Nyai tidak melihat Gus Afif sampai siang. Biasanya ia melihat kelebatannya sarapan, atau mendengar suaranya membaca Al- Qur’an. Tapi pagi itu sampai jam Sembilan ia tidak melihatnya. Ia menghampiri kamarnya, dan kaget ketika menemukan selembar kertas di atas tempat tidur putranya
Majemuk setara berlawanan
50.
Ummi, Abah, ini Afif mohon pamit. Afif pergi seperti Imam Asy Syibli dulu pergi untuk memperbaiki dirinya. Jangan mencari Afif kalau satu tahun atau dua tahun tidak pulang. Kalau setelah tiga tahun Afif tidak pulang anggap saja Afif meninggal di jalan mencari ilmu. Afif mohon ridha Ummi dan Abah. Tanpa ridha itu Afif akan sengsara. Maafkan segala salah Afif.
Majemuk bertingkat tujuan
51.
Ia masih ingat betul kata-kata Mbak Rosa ketika media memberikan nama-nama yang akan dipanggil Pengadilan Tipikor sebagai saksi.
Majemuk bertingkat waktu
52. Sang anak yang masih kecil menujuk-nunjuk gulali. Namun sang Ibu tidak mau membelikan dan menyeretnya pergi.
Majemuk setara pertentangan
53.
Engka takkan mampu membayarnya, jika aku jual kepadamu. Namun jika aku memberikannya Cuma-Cuma kepadamu, engkau takkan menyadari nilainya karena mendapatkannya dengan begitu mudah. Lakukanlah apa yang telah aku lakukan. Benamkanlah dulu kepalamu di lautan, dan jika engkau menunggu dengan sabar niscaya engkau akan mendapatkan mutiaramu. Begitulah cara Imam Junaid membimbing murid-muridnya.
Majemuk campuran
54. Perilaku Imam Syibli sering dianggap aneh, namun mengandung pelajaran sangat berharga.
Majemuk setara pertentangan
55. Ummi tidak ingin kau batalkan shalatmu. Tapi Ibu mohon, setelah salam jenguklah Ibu barang sekejap.
Majemuk setara berlawanan
146
56.
Hari ketiga syawal Afif kembali pamit melanjutkan pengembaraannya. Dan tidak pulang sampai lebih dua tahun lamanya. Namun tiap bulan ia tidak lupa mengirim surat singkat kepada keuda orang tuanya dengan kalimat singkat.
Majemuk campuran
57. Rasa cintanya kepada Gus Afif tidak bisa dienyahkan. Meskipun sudah lebih empat tahun tidak bertemu.
Majemuk bertingkat perlawanan
58. Ayna merebahkan tubuhnya dan memandangi langit-langit kamarnya.
Majemuk setara penggabungan
59. Si Bandot Brams memilih Aripah disbanding Atikah karena memang Aripah sedikit lebih cantik dan lebih putih.
Majemuk bertingkat sebab
60. Ia tidak mau disalahkan atau dipidanakan oleh suaminya, dengan enteng ia menjadikan aku sebagai kambing hitam.
Majemuk bertingkat (alat)
61.
Akhirnya ia memutuskan untuk menerima pekerjaan itu, sebab ia harus melanjutkan hidup. Tidak mungkin Ia bergantung hanya pada bekal yang ia bawa. Bekal itu akan habis. Maka ia harus ikhtiar menjemput rezeki.
Majemuk bertingkat sebab
62. Ia bertanya tentang harga dijawab oleh majikan, tetapi begitu pembeli pergi, ia dimaki-maki dan dimarahi.
Majemuk setara pertentangan
63.
Pengalamannya menjadi khadimah keluarga Pak Kyai ia ceritakan panjang lebar. Namun ia tidak menceritakan pengalamannya pernah terjebak menjadi istri seorang konglomerat.
Majemuk setara pertentangan
64. Rasa berdosa istrinya karena tidak mempertemukan Afif dan Ayna dalam ikatan suci ternyata terus terbawa.
Majemuk bertingkat sebab
65. Aku tidak rindu sama Ayna, sebab selama aku di Bogor terutama dua tahun ini hampir tiap pekan aku bisa melihat wajah Ayna.
Majemuk bertingkat sebab
66. Ayna terisak mendengar kata-kata Afif yang mengiris hatinya itu, tetapi kata-kata itu tidak membuatnya merasa sakit.
Majemuk setara pertentangan
67.
Ayna memilih kuliah di fakultas Syariah Jurusan Islamic Finance, sedangkan suaminya kuliah di Fakultas yang sama namun beda jurusan.
Majemuk setara pertentangan
147
3. Pemakaian Gaya Bahasa dalam novel Bidadari Bermata Bening karya
Habiburrahman El Shirazy
No Data Keterangan
1. Angin dingin mendesau mengibarkan jilbab para santriwati yang sedang berjalan menuju tempat makan pagi.
Perbandingan personifikasi
2. Ratusan santriwati riuh berkerumun seumpama kawanan bidadari.
Perbandingan eponim
3. Waduh, memangnya wajahku ini mi goreng ya?.
Penegasan esklamasio
4. Kan bisa diberitahu sama temen-temen pakai sms, Tun.
Penegasan alonim
5. Kau sangat beruntung bisa lanjut kuliah, Tun. Penegasan alonim
6. Ayna terhenyak mendengar kalimat yang menusuk itu.
Perbandingan personifikasi
7. Beberapa santriwati tersenyum mendengar kata-kata Rohmatun yang ceplas-ceplos tanpa beban.
Penegasan pararima
8. Sial, dasar gendut mulut bebek, awas nanti! Sindiran sarkasme
9. Wah, tapi saya ada kerjaan di kamar. Penegasan esklamasio
10. Saya sebagai teman satu kelas, dan satu kamar juga ikut bangga bahkan sangat bangga.
Penegasan antiklimaks
11.
Si mulut bebek itu nggak masuk tiga besar, tapi lulus. Tampaknya dia syok. Selama ini dia merasa paling baik di IPS, tapi ujian paling menentukan ternyata nggak masuk tiga besar.
Sindiran sarkasme
12.
Aku tidah bisa membayangkan seperti apa perasaan Neneng yang sombongnya nggak hilang-hilang itu. apa masih bermulut besar? Semoga jadi pelajaran berharga baginya.
Sindiran sarkasme
13. Api kemarahan membakar dadanya. Perbandingan metafora
14. Buah tak akan jatuh jauh dari pohonnya. Perbandingan alusio
15. Hah, ngawur emang aku budakmu yang bisa seenak perutmu kau cambuk.
Penegasan esklamasio
16. Dasar anak haram, segala cara ditempuh untuk meraih tujuan, termasuk mengarang cerita nggak masuk akal.
Sindiran sarkasme
17. Diam kau Ayna, jangan memfitnah? Siapa yang beli soal, siapa yang pacaran? Aku sobek mulutmu!
Sindiran sarkasme
148
18. Tukang fitnah! Kau memfitnaku! Aku tidak terima aku sobek mulutmu! Kurang ajar!
Sindiran sarkasme
19. Dia perempuan saleha, jujur, baik, beradab, bisa baca AlQuran, dan dia paling mengerti tentang anak kita setelah kita berdua.
Penegasan klimaks
20. Di Amman, ayah boleh dikatakan sebatang kara.
Perbandingan tropen
21. Apakah kejadian Neneng ini sudah tercium wartawan?
Perbandingan alusio
22. Mana yang namanya Ayna? Kata Bu Yeti, mama Neneng tanpa basa-basi dengan nada menghardik.
Penegasan pararima
23. Lancang kamu! Anak kurang ajar kamu! Sindiran sarkasme
24. Saya tidak akan terima dunia akhirat! Perbandingan hiperbola
25. Ayna, saya akan tetap tuntut di meja hijau. Perbandingan alusio
26. Sore itu matahari bersinar lembut. Pesantren itu seperti sedang berpesta.
Perbandingan simile
27. Sang sastrawan hanya tersenyum melihat wajah-wajah bercahaya mereka.
Perbandingan antonomasia
28.
Malam itu langit biru tua. Bintang gemintang memamerkankerlipnya. Udara sejuk mengalir dari lereng Merbabu menyapu kawasan Grabag dan Secang.
Perbandingan pesonifikasi
29.
Ribuan orang tumpah ruah di kawasan Pesantren Kanzul Ulum Candiretno, Magelang. Suara gamelan mengalur menciptakan suasana magis tersendiri.
Perbandingan hiperbola
30.
Rerumputan dan dedaunan bergoyang diterpa angin, mereka seumpama jamaah thariqah yang berzikir mengiringi irama gamelan.
Perbandingan simile
31. Mbah putri nggak usah cerewet kayak nenek sihir.
Perbandingan eponim
32.
Jam tiga dini hari rembulan bersinar terang. Angin pegunungan semilir menggoyang dedaunan. Asrama putri lengang. Suara dengkur terdengar dari sebagian santri yang lelap.
Perbandingan personifikasi
33. Tapi ia merasa bahwa Ayna seperti intan permata sangat mahal yang sayang jika tidak didapatkan.
Perbandingan eponim
34. Cepat-cepat ia buang jauh-jauh pikirannya tentang jodoh. Ia harus fokus memikirkan ilmu, ilmu, dan ilmu.
Penegasan epizeuksis
35. Mereka tampak seperti bidadari-bidadari yang berjalan di atas muka bumi.
Perbandingan epitet
149
36.
Jika rombongan itu seumpama bidadari, maka Ayna tampak bagaikan ratu bidadari. Wajahnya paling bercahaya dibandingkan wajah santriwati yang lainnya.
Perbandingan epitet
37. Hidung, buder, mata, alis, dan pipinya terpahat begitu serasi.
Penegasan/ asindeton
38.
Kita semua saudara kandung dalam ilmu. Kita sama-sama dikandung dalam Rahim pesantren ini, kita harus saling membantu dan menjaga.
Penegasan repetisi
39. Meski sedemikian bebannya, dia berhasil menuliskan sejarah emas pesantren ini.
Perbandingan alusio
40.
Kyai Hamda Baijuri, ulama paling sepuh yang hadir dalam acara itu menutup dengan doa yang membawa jiwa seolah terbangmengetuk pintu langit. Doa yang begitu kuat dan dalam, yang menggerakkan angin turut serta mengaminkan.
Perbandingan personifikasi
41.
Ada sore, ada pagi. Ada siang, ada malam. Ada kelahiran, ada kematian. Ada tua, ada muda. Ada datang, ada pergi. Ada suka, ada duka. Ada tangis, ada tawa. Ada sedih, ada bahagia. Ada ramai, ada sepi. Ada pertemuan, ada perpisahan. Ada kebersamaan, ada kesendirian.itulah kenyataan hidup yang harus siap dihadapi siapa saja di atas muka bumi ini.
Pertentangan antitesis
42. Semua guru tidak akan melupakan anak itu, karena telah dijuluki Putri Tidur.
Perbandingan epitet
43. Sinar mentari pagi sudah mulai terasa panas dikulitnya.
Penegasan sinkope
44. Angin sejuk menggoyang bunga matahari di taman. Rembulan bersinar temaram.
Perbandingan personifikasi
45. Lingkungan kehidupannya selanjutnya adalah lingkungan ilmu, ilmu, ilmu, dan ilmu.
Penegasan epizeuksis
46. Ia bagai belut yang selalu dapat lolos dari sergapan.
Perbandingan eponim
47.
Ibu diam saja tidak menjawab saat itu, meskipun ibu bisa menjawab dengan jawaban yang akan membuatnya diam seribu bahasa.
Perbandingan alusio
48. Ibu hanya khawatir jawaban ibu nanti malah semakin membuat pakdemu sakit hati, persaudaraan akan semakin renggang.
Perbandingan metafora
49.
Ibu juga berpesan agar kau melanggengkan amalan yang dilanggengkan oleh kakekmu yaitu Mbah Sujak, dan dilanggengkan oleh nenekmu yaitu Mbah Suimah, lalu
Penegasan repetisi
150
diwasiatkan kepada ibu dan ibu langgengkan.
50. Lha kau pulang nanti sambil bawa satu lulusan sana untuk jadi suamimu. Buat pesantren di sini, biar desa ini bercahaya.
Penegasan esklamasio
51. Berdekatan dengannya seperti berada di tengah taman bunga yang disinari mentari pagi yang hangat.
Perbandingan simile Penegasan sinkope
52. Ibunya berpesan agar jangan pernah membalas penghinaan Aripah. Anggap aja itu suara embikan kambing!
Perbandingan epitet
53.
Ya nggaklah, aku sudah tobat. Ada teman mbak yang baik sekali, dia sudah baca profil Dik Ayna di Koran, dia mau ajak kita jalan-jalan ke Lombok, yang katanya pantainya putih kayak di surga.
Perbandingan eponim
54. Suara jangkrik bersahutan di kebun pisang. Jiwa dan pikirannya benar-benar tidak bisa tenang.
Perbandingan personifikasi
55. Bilang nggak untung, aku sembelih kamu! Sindiran sarkasme
56. Aku ini kembang desa, pinter masak, pinter dandan, pinter menyenangkan suami, manut sama suami. Kurang apa, hah!?
Perbandingan simbolik
57. Jalanan seperti ular panjang, ada yang seperti garis.
Perbandingan simile
58.
Mendengar penjelasan Yoyok itu ia mengutuki dirinya sendiri. Bagaimana mungkin ia bisa tidur seperti kerbau kekenyangan. Mungkin kerbau lebih baik dari dirinya.
Perbandingan epitet
59. Hati Ayna terasa perih. Batinnya berdarah. Perbandingan personifikasi
60. Dadanya seperti ditusuk berkali-kali dengan belati berkarat.
Perbandingan alusio
61. Kami mohon maaf jika ada tindak- tanduk dan tutur kata kami yang tidak berkenan.
Penegasan pararima
62. Bu Tumijah itu mulutnya licin, dia tidak bilang tidak akan menolak
Perbandingan alusio
63. Anak masih bau kencur, diam saja. Perbandingan alusio
64.
Ia pasrah, ia menunggu kedatangan pakde dan budenya untuk berembug lagi rencana mereka, seperti hewan korban yang telah diikat menunggu disembelih oleh tukang jagal.
Perbandingan eponim
65. Siang itu matahari seperti membakar Desa Kaliwenang.
Perbandingan simile
66. Dasar ceroboh, mestinya tanya dulu siapa sebelum buka pintu! Bodoh!
Sindiran sinisme
151
67. Siang dan malam sama saja gerahnya. Pertentangan antitesis
69. Putra Kyainya yang juga sering jadi buah buder para santri putri itu kini menyatakan serius ingin memperistrinya.
Perbandingan alusio
70.
Abah, dengarkan Ummi! Bu Tumijah itu mulutnya licin, dia tidak bilang tidak akan menolak. Dia hanya bilang mungkin akan berubah pikiran.
Perbandingan alusio
71. Dan ia merasa bagaikan seekor katak ingin terbang meraih bintang.
Perbandingan alusio
72.
Kalimat-kalimat Gus Afif itu ibarat tangan malaikat yang melemparkan benih cinta ke tanah yang subur, dan benih itu seketika menjelma menjadi pohon cinta yang berdaun lebat dalam waktu singkat.
Perbandingan alegori
73.
Itu adalah mimpi indah yang bahkan para bidadari surga pun tidak akan sanggup mewujudkannya. Bahkan mereka akan menangis cemburu jika ia berhasil mewujudkannya.
Perbandingan eponim
74.
Jika beliau tidak merestui, seribu kali kau minta, meskipun jujur aku memiliki perasaan yang sama dengan Njenengan, aku tidak bisa mengabulkannya.
Perbandingan hiperbola
75. Cukup, cukup, itu sudah cukup, jangan tambah lagi. Sebab janji harus ditepati. Aku tidak kuat mendengarnya.
Penegasan epizeuksis
76. Sudah, sudah, aku percaya. Tinggal kita berdoa, semoga Allah melimpahkan taufik-Nya. Semoga, Aamiin.
Penegasan epizeuksis
77.
Tapi, siapa tahu Gus Afif bisa meyakinkan kedua orang tuanya. Dan siapa tahu mukjizat itu datang, seperti mukjizat yang datang menghampiri Cinderella yang diselamatkan oleh pangeran gagah berkuda putih. Ia merasa terlalu berkhayal dan terbawa oleh perasaan.
Perbandingan eponim
78. Ramadhan akhirnya pamitan, dan syawal datang. Semua orang merayakan kemenangan.
Perbandingan personifikasi
79.
Ia seperti tikus masuk dalam jebakan tak berkutik sama sekali, kecuali menjerit dengan suara lirih dalam diri. Ia harus menerima kenyataan secara resmi telah dipinang oleh Yoyok yang baru dikenalnya, bukan oleh Gus Afif yang ia damba.
Perbandingan asosiasi
80. Azan Shubuh terdengar nyaring bersahutan. Rerumputan dan ilalang seperti bangun siap sembahyang.
Perbandingan personifikasi
152
81.
Sinar mentari sudah terasa hangat ketika ia keluar dari masjid. Mbah Kamali memanggilnya dari beranda rumahnya yang terletak di sebelah utara masjid. Kampung itu menggeliat.
Penegasan sinkope
82. Sedikit penuh berkah lebih baik daripada banyak tapi tidak berkah.
Penegasan alusio
83. Lebih baik hampir celaka daripada hampir selamat! Lebih baik hampir masuk neraka daripada hampir masuk surga!
Perbandingan alusio
84. Bisnisnya model karaoke remang-remang. Perbandingan tropen
85. Pak Kusmono sendiri tampak seperti seorang raja.
Perbandingan simile
86.
Keringat dingin keluar begitu saja. Entah kenapa ia merasa jadi seperti pencopet yang ketakutan mau dihajar massa. Pak Kusmono tegang, ada rasa tidak suka putra kebanggaannya ciut nyali seperti itu.
Perbandingan epitet
87.
Yoyok merasa, suara Ayna itu bagai guntur yang menyambar kepalanya berulang kali. Jantung Yoyok berdegup kencang. Keningnya basah oleh keringat dingin. Tangannya gemetar memegang mushaf.
Perbandingan simile
88. Syarat yang baginya terasa sangat berat, ia seperti diminta memindahkan sebuah gunung.
Perbandingan simile
89.
Yoyok seperti kaisar Jepang yang kalah perang dan harus mengaku kalah tanpa syarat kepada sekutu dalam perang dunia kedua.
Perbandingan simile
90. Ayna benar-benar seumpama ratu bidadari Ainul Mardiyah seandainya wajahnya dihias senyum dan tidak pucat.
Perbandingan eponim
91.
Bagai sumbu ketemu tutup, ternyata gadis itu yang tak lain Ayna adalah keponakan Pak Darsun, salah satu gedibal Pak Kusmono di Grobogan bagian barat.
Perbandingan alusio
92. Tanah bengkok sebagai bayaran lurah kan tidak seberapa. Hasil lima tahun tidak akan cukup untuk bayar hutang sebanyak itu.
Perbandingan alusio
93. Episode kita ini mirip seperti episode kisah cinta Sri Rama dengan Dewi Sinta.
Perbandingan simile
94.
Bu Nyai memegangi kedua tangannya dan memintanya dengan sangat agar tetap di situ dua atau tiga hari. Sampi Afif benar-benar kembali menemukan cahaya semangatnya yang selama ini redup. Ternyata suaramu, kehadiranmu, ketulusan kasih sayangmu adalah obat penyakitnya.
Penegasan klimaks
153
95.
Sinta selama dalam kerangkeng Rahwana diam-diam menghafal Al-Qur’an agar saat nanti bertemu Ramanya yang katanya hafal Al-Qur’an ia merasa pantas bersanding dengannya.
Perbandingan epitet
96.
Api semangat dan cahaya hidupnya telah kembali mengalir dalam darah, sumsum dan syaraf-syarafnya. Gus Afif seperti mencium aroma masa depan yang indah, segar, semerbak wangi baunya.
Perbandingan alusio
97.
Saat ini Ayna adalah Sinta dalam tawanan Rahwana. Tapi pasti akan tiba, Sinta terbebaskan dari penjara, dan berjumpa dengan Sri Rama, dengan pertolongan Allah.
Perbandingan eponim
98.
Sore itu sinar matahari lembut menyepuh genting pesantren. Angin bertiup menggoyang dahan-dahan. Burung-burung menari bekicauan.
Perbandingan personifikasi
99.
Tiba-tiba ia teringat semua cerita Mbak Rosa. Orang-orang yang telah diperbudak nafsu duniawi tidak lagi punya moral dan nilai harga diri. Yang ada dalam pikirannya hanya harta dan harta.
Penegasan epizeuksis
100. Ia merasa lega keluar dari sarang buaya. Masalahnya kini ular berbisa telah menunggu dirinya untuk dimangsa.
Perbandingan alegori
101. Ketika buaya dan ular berbisa sedang sibuk berkelahi, itulah saatnya bagi dirinya untuk lari.
Perbandingan epitet
102. Ia merasa seperti serdadu yang lolos dari kematian dalam pertempuran yang menegangkan.
Perbandingan simile
103. Kereta eksekutif itu meluncur sangat cepat. Kereta itu membelah hamparan sawah hijau di daerah Klaten.
Perbandingan personifikasi
104. Tukang gulali yang tak lain adalah Gus Afif kaget bukan kepalang, telinganya bagai disambar halilintar.
Perbandingan hiperbola
105. Dulu yang ada dalam pikiran ibu bagaimana ngerjar dunia. Yang ibu pikirkan Cuma bisnis, bisnis, dan bisnis.
Penegasan epizeuksis
106. Dia tidak tampan juga tidak jelek. Agak hitam kulitnya tapi insya Allah putih hatinya.
Perbandingan alusio
107. Itu waktu yang tepat, ketika buaya dan ular berbisa sedang sibuk bertarung ia harus bertindak.
Perbandingan alegori
108. Brams Margojaduk ditemukan tewas overdosis di hotel remang-remang di daerah Bandung, Ambarawa.
Perbandingan tropen
154
109.
Yang pasti dengan matinya bandot tua itu, ia merasa aman. Apalagi Yoyok dan Kusmono benar-benar masuk jeruji besi di Kedung Pane, Semarang.
Perbandingan tropen
110. Ia tidak mau disalahkan atau dipidanakan oleh suaminya, dengan enteng ia menjadikan aku sebagai kambing hitam.
Perbandingan tropen
111. Akhirnya Ayna memilih melepas jam tangannya. Sejak itu ia lontang-lantung di Bogor.
Penegasan pararima
112. Ada penjaja Roti Barokah masuk rubrik serba-serbi Ramadhan.
Penegasan pararima
111. Mulut Judes Neneng itu kembali terbayang di pelupuk matanya begitu saja.
Perbandingan tropen
113. Ustadzah Fulanah itu ceramah isinya selalu bid’ah, bid’ah, danbid’ah, semuanya bid’ah.
Penegasan epizeuksis
114. Ia melihat Ayna seperti bidadari yang menyamar jadi manusia.
Perbandingan eponim
115. Hari itu akan diadakan acara buka puasa bersama, pembagian gaji, bonus, THR dan penghargaan bagi karyawan berprestasi.
Penegasan klimaks
116. Bagaimana rasanya hidup luntang-lantung jadi gelandangan di Bandung.
Penegasan pararima
117. Kita tidak salah memilih si Udin. Orangnya rendah hati, ringan tangan, dan bacaan Al-Qur’annya bagus banget.
Penegasan klimaks
118. Kalau yang nyuapi Ayna kok slap-slup mau. Penegasan pararima
119.
Selama ini kau bisa mengobati dahagamu, tetapi kau biarkan aku terpanggang dalam bara. Bukankah itu perbuatan yang curang dan kejam?
Perbandingan alusio
120. Ayna terisak mendengar kata-kata Afif yang mengiris hatinya itu.
Perbandingan alusio
121. Saya Insya Allah, lebih setia dari Dewi Sinta yang menunggu Sri Rama.
Perbandingan eponim
122. Malam itu, Ayna rebahan di kamarnya di hotel UGM dengan hati berbunga-bunga.
Perbandingan hiperbola
123.
Ayna lalu memandang wajah suaminya. Ia lalu menyalami suaminya dan mencium tangan suaminya dengan penuh cinta. Hati Ayna berdesir dahsyat. Keharuan dari lubuk jiwanya tumpah.
Penegasan asindenton
124. Adakah kebahagiaan bagi seorang lelaki yang melebihi memiliki istri yang salehah, cantik, dan sangat dicinta sepenuh jiwa?
Penegasan retoris
125. Ayna memandang purnama yang sempurna. Bulan itu seperti sedang tersenyum padanya.
Perbandingan personifikasi
126. Rasa bahagia yang ia rasakan berlipat beribu kali dari yang pertama.
Perbandingan hiperbola
155
127. Kau lebih suci dari Dewi Sinta. Kau benar-benar ratunya bidadari, sesuai namamu Ainul Mardhiyah.
Perbandingan eponim
128. Ia dan suaminya memutuskan untuk mewujudkan impian belajar di negeri para nabi, yaitu Mesir.
Perbandingan perifrasis
129. Itu masa-masa yang indah tak terlupakan. Ibu dukung seribu persen, dan kau tidak usah memikirkan bisnis yang sudah kau rintis.
Perbandingan hiperbola
130.
Di dunia ini paling indah adalah panorama yang ada di wajahmu. Wajahmu yang anggun dan kedua matamu yang bening adalah surga yang tiada tandingannya di atas muka bumi ini.
Perbandingan alegori
156
Sinopsis Novel Bidadari Bermata Bening
Karya Habiburrahman El Shirazy
Judul : Bidadari Bermata Bening Pengarang : Habiburrahman El Shirazy ISBN : 978-602-0822-64-8 Issue : Jakarta, 2017 Jumlah Halaman : 337 halaman Tebal : 13.5×20.5 Berat : 300 gram Penerbit : Republika
Dia bernama Ayna Mardeya. Orangt uanya telah meninggal. Dia
hidup bersama Pakde dan Budenya. Kemudian mondok di pesantren
Kanzul Ulum Magelang, Jawa Tengah. Ayna adalah santriwati yang pintar
157
dan berprestasi. Selain itu, dia juga rajin akhirnya disayang oleh Bu Nyai
dan Kyai seperti menyayangi anak sendiri.
Ketika kelas akhir, Ayna menjadi santri teladan paling utama,
karena dia menjadi santri yang mendapat nilai paling tinggi UN IPS se-
Jawa Tengah dan masuk sepuluh besar Nasional. Sedangkan, santri
teladan nomor dua adalah anak Kyai Sobron sendiri yaitu Muhammad
Afifuddin. Dia menjadi santri yang mendapat nilai paling tinggi UN Agama.
Mendengar pengumuman itu, Ayna merasa ada yang salah, dia minder,
seharusnya Gus Afif yang menjadi santri teladan paling utama karena
sejak lama telah menjadi hafidz Al-Qur’an dan hafal kitab Alfiyah ibn Malik.
Bagi Ayna prestasi Gus Afif memang memukau, bahkan membuat
sebersit rasa tertarik di dalam hatinya. Namun, Ayna merasa tidak pantas,
dia bukan siapa-siapa, hanya khadimah pesantren yang yatim dan miskin.
Ternyata, Gus Afif juga berharap Ayna akan menjadi jodohnya, meski
akhirnya dia sadar tidak layak memikirkan hal itu. Selain memikirkan
anggapan dan omongan orang jika dia menikahi seorang khadimah dan
dia juga sadar baru saja lulus Aliyah.
Akhirnya, Ayna dilamar oleh Kyai Yusuf Badrudduja yang masih
kerabat Kyai Sobron dan Bu Nyai. Kyai Yusuf istrinya meninggal karena
ditabrak mobil ugal-ugalan, dan dia memiliki dua anak. Setelah
memikirkan dan istikharah, Ayna sudah mendapatkan petunjuk untuk
menikah dengan Kyai Yusuf. Tetapi sayang, Pakde dan Budenya tidak
setuju.
Mereka ingin menikahkan Ayna dengan anak pengusaha kaya raya
di tempat tinggal mereka yang bernama Yoyok. Ayna tidak mau, tetapi
Pakde dan Budenya tetap memaksa. Hal ini membuat Ayna sedih.
Kemudian, Ayna mendapat undangan dari Kyai Yusuf yang akan menikah
158
dengan alumni pesantren Kanzul Ulum. Pengirim undangan adalah Gus
Afif, pada saat itu Gus Afif pun menyatakan keinginannya untuk menikah
dengan Ayna. “Bagaimana kalau Abah dan Ummi aku minta untuk
melamarmu untuk jadi istriku?”
Sebenarnya ini membuat hati Ayna senang. Namun, dia kepikiran
apa yang pernah disampaikan Bu Nyai. “Kalau Afif? Dia baru saja lulus
bareng Ayna. Dia harus kuliah dulu. Kalau nikah bubar semuanya”
Akhirnya, Ayna mengatakan bahwa Gus Afif tidak boleh menikah
dengannya.
Hal ini membuat Gus Afif sedih, meski tidak tahu apa alasan Ayna.
Ayna pun akhirnya kalah dengan Pakde dan Budenya, dia menikah
dengan Yoyok dengan syarat-syarat yang disampaikan Ayna, seperti
Yoyok bisa menyentuhnya kalau Yoyok sudah bisa membaca Al-Qur’an
dan menghafal Juz Amma dan Yasin meski begitu, perjalanan hidup Ayna
yang menyedihkan.
Ternyata ada konspirasi antara Pakde Ayna, Darsun dan orang tua
Yoyok. Hidup Ayna semakin penuh ujian dan liku. Gus Afif pun
keadaannya semakin menyedihkan, tapi pada akhirnya Kebaikan yang
pasti dibalas kebaikan pula, keyakinan ini yang membuat Ayna tidak
pesimis berbuat baik kepada orang lain, itu yang dapat kita petik dari kisah
perjuangan Ayna. Prestasi, kesabaran, dan kesantunan Ayna ini mampu
mengantarkannya menuju keberuntungan-keberuntungan yang tak
terduga. Namun, dibalik kesenangan yang Ayna dapatkan, banyak
kesulitan yang telah ia lalui. Kisah asmara, kisah keluarga, dijalani penuh
suka duka. Hingga akhirnya Ayna benar-benar menemukan kebahagiaan
yang hakiki, hidup dengan laki-laki yang ia cintai semenjak mengabdi
menjadi seorang khadimah di pesantren yaitu Gus Afifuddin anak dari
Kyainya.
159
Biografi Habiburrahman El Shirazy
H. Habiburrahman El Shirazy, Lc. Pg.D., lahir di Semarang, Jawa
Tengah, 30 September 1976, umur 43 tahun, adalah novelis Indonesia.
Selain novelis, sarjana Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir ini juga dikenal
sebagai sutradara, dai, penyair, sastrawan, pimpinan pesantren, dan
penceramah.
Karya-karyanya banyak diminati tak hanya di Indonesia, tetapi juga
di mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Brunei, Hongkong, Taiwan,
Australia, dan Komunitas Muslim di Amerika Serikat. Karya-karya fiksinya
dinilai dapat membangun jiwa dan menumbuhkan semangat berprestasi
pembaca. Di antara karya-karyanya yang telah beredar di pasaran
adalah Ayat-Ayat Cinta (telah dibuat versi filmnya, 2004), Di Atas Sajadah
Cinta (telah disinetronkan Trans TV, 2004), Ketika Cinta Berbuah
Surga (2005), Pudarnya Pesona Cleopatra (2005), Ketika Cinta
Bertasbih (2007), Ketika Cinta Bertasbih 2 (Desember, 2007) Dalam
Mihrab Cinta (2007), Bumi Cinta, (2010). Kini sedang
merampungkan Langit Makkah Berwarna Merah, Bidadari Bermata
160
Bening, Bulan Madu di Yerussalem, Api Tauhid, dan Ayat-Ayat Cinta
2 yang sedang dimuat bersambung di Harian Republika.
Pendidikan
Memulai pendidikan menengahnya di MTs Futuhiyyah 1 Mranggen
sambil belajar kitab kuning di Pondok Pesantren Al Anwar, Mranggen,
Demak di bawah asuhan K.H. Abdul Bashir Hamzah. Pada tahun 1992 ia
merantau ke kota budaya Surakarta untuk belajar di Madrasah Aliyah
Program Khusus (MAPK) Surakarta, lulus pada tahun 1995. Setelah itu
melanjutkan pengembaraan intelektualnya ke Fakultas Ushuluddin,
Jurusan Hadist Universitas Al-Azhar, Kairo dan selesai pada tahun 1999.
Pada tahun 2001 lulus Postgraduate Diploma (Pg.D) S2 di The Institute
for Islamic Studies di Kairo yang didirikan oleh Imam Al-Baiquri.
Aktivitas Selama di Kairo
Ketika menempuh studi di Kairo, Mesir, Kang Abik pernah
memimpin kelompok kajian MISYKATI (Majelis Intensif Yurisprudens dan
Kajian Pengetahuan Islam) di Kairo (1996-1997). Pernah terpilih menjadi
duta Indonesia untuk mengikuti “Perkemahan Pemuda Islam Internasional
Kedua” yang diadakan oleh WAMY (The World Assembly of Moslem
Youth) selama sepuluh hari di kota Ismailia, Mesir (Juli 1996). Dalam
perkemahan itu, ia berkesempatan memberikan orasi berjudul Tahqiqul
Amni Was Salam Fil ‘Alam Bil Islam (Realisasi Keamanan dan
Perdamaian di Dunia dengan Islam). Orasi tersebut terpilih sebagai orasi
terbaik kedua dari semua orasi yang disampaikan peserta perkemahan
tersebut. Pernah aktif di Majelis Sinergi Kalam (Masika) ICMI Orsat Kairo
(1998-2000). Pernah menjadi Koordinator Islam ICMI Orsat Kairo selama
dua periode (1998-2000 dan 2000-2002). Sastrawan ini pernah dipercaya
untuk duduk dalam Dewan Asaatidz Pesantren Virtual Nahdhatul Ulama
yang berpusat di Kairo. Dan sempat memprakarsai berdirinya Forum
Lingkar Pena (FLP) dan Komunitas Sastra Indonesia (KSI) di Kairo.
161
Selama di Indonesia
Setibanya di tanah air pada pertengahan Oktober 2002, ia diminta
ikut mentashih Kamus Populer Bahasa Arab-Indonesia yang disusun oleh
KMNU Mesir dan diterbitkan oleh Diva Pustaka Jakarta, (Juni 2003). Ia
juga diminta menjadi kontributor penyusunan Ensiklopedia Intelektualisme
Pesantren: Potret Tokoh dan Pemikirannya, (terdiri atas tiga jilid ditebitkan
oleh Diva Pustaka Jakarta, 2003) antara tahun 2003-2004, ia
mendedikasikan ilmunya di MAN I Jogjakarta. Selanjutnya sejak tahun
2004 hingga 2006, ia menjadi dosen Lembaga Pengajaran Bahasa Arab
dan Islam Abu Bakar Ash Shiddiq UMS Surakarta.
Kini novelis tersebut tinggal di kota Salatiga. Aktivitas
kesehariannya lebih banyak digunakan untuk memenuhi undangan
mengisi seminar dan ceramah, di samping juga menulis novel yang
menjadi pekerjaan utamanya dan sesekali menulis skenario sinetron untuk
Sinemart (sebuah rumah produksi yang menaungi karya-karyanya di
dunia perfilman dan persinetronan).
Prestasi
Kang Abik, demikian novelis ini biasa dipanggil adik-adiknya,
semasa di SLTA pernah menulis teatrikal puisi berjudul Dzikir Dajjal
sekaligus menyutradarai pementasannya bersama Teater Mbambung di
Gedung Seni Wayang Orang Sriwedari Surakarta (1994). Pernah meraih
Juara II lomba menulis artikel se-MAN I Surakarta (1994). Pernah menjadi
pemenang I dalam lomba baca puisi relijius tingkat SLTA se-Jateng
(diadakan oleh panitia Book Fair ’94 dan ICMI Orwil Jateng di Semarang,
1994). Pemenang I lomba pidato tingkat remaja se-eks
Keresidenan Surakarta (diadakan oleh Jamaah Masjid Nurul
Huda, UNSSurakarta, 1994). Ia juga pemenang pertama lomba pidato
bahasa Arab se-Jateng dan DIY yang diadakan oleh UMS Surakarta
(1994). Meraih Juara I lomba baca puisi Arab tingkat Nasional yang
diadakan oleh IMABA UGM Jogjakarta (1994). Pernah mengudara di radio
162
JPI Surakarta selama satu tahun (1994-1995) mengisi acara Syharil
Quran setiap Jumat pagi. Pernah menjadi pemenang terbaik ke- 5 dalam
lomba KIR tingkat SLTA se-Jateng yang diadakan oleh Kanwil P dan K
Jateng (1995) dengan judul tulisan, Analisis Dampak Film Laga Terhadap
Kepribadian Remaja. Beberapa penghargaan bergengsi lain berhasil
diraihnya antara lain, Pena Award 2005, The Most Favorite Book and
Writer 2005 dan IBF Award 2006.
Dari novelnya yang berjudul “Ayat-ayat Cinta” dia sudah
memeroleh royalti lebih dari 1,5 Milyar, sedangkan dari buku-bukunya
yang lain tidak kurang ratusan juta sudah dikantongi.
Karya-karyanya selama di Kairo
Selama di Kairo, ia telah menghasilkan beberapa naskah drama
dan menyutradarainya, di antaranya: Wa Islama (1999), Sang Kyai dan
Sang Durjana (gubahan atas karya Dr. Yusuf Qardhawi yang berjudul
‘Alim Wa Thaghiyyah, 2000), Darah Syuhada (2000). Tulisannya
berjudul Membaca Insanniyah al Islam dimuat dalam buku Wacana Islam
Universal (diterbitkan oleh Kelompok Kajian MISYKATI Kairo, 1998).
Berkesempatan menjadi Ketua TIM Kodifikasi dan editor Antologi Puisi
Negeri Seribu Menara Nafas Peradaban (diterbitkan oleh ICMI Orsat
Kairo).
Beberapa karya terjemahan yang telah ia hasilkan seperti Ar-
Rasul (GIP, 2001), Biografi Umar bin Abdul Aziz (GIP, 2002), Menyucikan
Jiwa (GIP, 2005), Rihlah Ilallah (Era Intermedia, 2004), dan lain-lain.
Cerpen-cerpennya dimuat dalam Antologi Ketika Duka Tersenyum (FBA,
2001), Merah di Jenin (FBA, 2002), dan Ketika Cinta Menemukanmu (GIP,
2004).
163
Karya puisi
Sebelum pulang ke Indonesia, di tahun 2002, Ia diundang Dewan
Bahasa dan Pustaka Malaysia selama lima hari (1-5 Oktober) untuk
membacakan puisinya dalam momen Kuala Lumpur World Poetry
Reading ke- 9, bersama penyair-penyair negara lain. Puisinya dimuat
dalam Antologi Puisi Dunia PPDKL (2002) dan Majalah Dewan Sastera
(2002) yang diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia dalam
dua bahasa, Inggris dan Melayu. Bersama penyair negara lain, puisi kang
Abik juga dimuat kembali dalam Imbauan PPDKL (1986-2002) yang
diterbitkan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia (2004).
Karya sastra populer
Beberapa karya populer yang telah terbit antara lain, Ketika Cinta
Berbuah Surga (MQS Publishing, 2005), Pudarnya Pesona
Cleopatra (Republika, 2005), Ayat-Ayat Cinta (Republika-Basmala,
2004), Di atas Sajadah Cinta (telah disinetronkan Trans TV, 2004),Ketika
Cinta Bertasbih (Republika-Basmala, 2007), Ketika Cinta Bertasbih
2 (Republika-Basmala, 2007) dan Dalam Mihrab Cinta (Republika-
Basmala, 2007). Kini sedang merampungkan Langit Makkah Berwarna
Merah, Bidadari Bermata Bening, Bulan Madu di Yerussalem, dan Dari
Sujud ke Sujud (kelanjutan dari Ketika Cinta Bertasbih).
164
RIWAYAT HIDUP
Sry Wahyuni, S. Pd. Lahir di Ujung Pandang pada 3
Juli 1986. Putri pertama dari pasangan Baharuddin
dan Nur Aeni, memiliki seorang adik perempuan
Fitriani. Masa kecil dihabiskan di Sabbangparu
Kabupaten Wajo. Sampai akhirnya penulis masuk
Sekolah Dasar pada tahun 1993 di SD Inpres Cambayya II Makassar dan
tamat pada tahun 1999 pada tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikannya ke SMP Negeri 4 Makassar tamat pada tahun 2002 Pada
tahun itu juga penulis melanjutkan pendidikannya ke SMK Negeri 4
Makassar dengan memilih jurusan Sekretaris dan tamat pada tahun 2005.
Tahun 2005, penulis dinyatakan lulus di Universitas Muhammadiyah
Makassar dan menjadi mahasiswa pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dan
menyelesaikan pendidikan D.II tahun 2007. Kembali melanjutkan kuliah
S1 pada tahun 2009 dengan memilih jurusan Bahasa dan Sastra
Indonesia di Universitas Muhammadiyah Makassar, penulis berhasil
menyeselesaikan studi pada tahun 2012 dengan judul skiripsi “Analisis
Kata Majemuk Bahasa Indonesia dalam Novel Bumi Cinta karya
Habiburrahman El Shirazy”. Penulis melanjutkan pendidikan di tahun 2017
di Pascasarjana Unismuh.
165
Atas Rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan iringan doa dari
suami, orang tua, keluarga besar, dan orang-orang tersayang. Penulis
akhirnya dapat menyelesaikan studi Program Magister Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Pascasarjana di Universitas Muhammadiyah
Makassar dengan diterimanya tesis yang berjudul “Kajian Stilistika Novel
Bidadari Bermata Bening karya Habiburrahman El Shirazy”.