24
TUGAS AKHIR PSIKOLOGI DAN KOMUNIKASI KAJIAN-KAJIAN TEORI PSIKOLOGI DALAM PRAKTEK KEDOKTERAN GIGI Penyusun: A.A. Manik Swayoga 160121140008 Pembimbing: Prof. Dr. Suryana Soemantri, Drs., MSIE PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL

Kajian Teori Psikologi Dalam Kedokteran Gigi(Dokter,Perawat,Pasien)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kajian Teori Psikologi Dalam Kedokteran Gigi(Dokter,Perawat,Pasien)

Citation preview

TUGAS AKHIR PSIKOLOGI DAN KOMUNIKASI

KAJIAN-KAJIAN TEORI PSIKOLOGI DALAM

PRAKTEK KEDOKTERAN GIGI

Penyusun:A.A. Manik Swayoga160121140008Pembimbing:

Prof. Dr. Suryana Soemantri, Drs., MSIE

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS

BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2015BAB IPENDAHULUAN

1.1Latar Belakang MasalahPsikologi dan kesehatan adalah bidang yang saling berkaitan satu sama lain, terlebih sama-sama melibatkan manusia. Psikologi kesehatan adalah bidang di dalam psikologi yang menjelaskan tentang peran psikologi terhadap seseorang untuk berupaya agar tetap sehat, mengapa mereka menjadi sakit, dan bagaimana mereka merespon ketika mereka mendapatkan sakit (Taylor, 1995).

Psikologi kesehatan juga belajar mengenai aspek psikologi tentang perawatan dan pencegahan terhadap penyakit. Psikologi kesehatan juga berfokus pada penyebab suatu penyakit yang menjelaskan hubungan antara kesehatan, penyakit dan disfungsi lainnya. Psikologi kesehatan tertarik pada tingka laku dan faktor sosial yang menyebabkan munculnya suatu penyakit dan disfungsi lainnya. Dewasa ini, kesehatan merupakan hal yang sangat berharga. Pasalnya, dalam keadaan sehat, seseorang dapat menyelesaikan dan melaksanakan sesuatunya dengan baik. Konsep sehat itu sendiri tidak secara langsung memberikan definisi pada lawan keadaannya, yaitu sakit. Berlawanan dengan orang sehat, orang yang sakit tidak akan melaksanakan sesuatunya dengan maksimal.

Namun demikian, suatu proses sehat-sakit bukanlah sesuatu yang dapat terjadi secara spontan. Seseorang yang sehat akan merasakan atau menunjukkan gejala tertentu yang menunjukkan orang itu sakit. Hal ini membutuhkan proses dimana ada disiplin ilmu tersendiri untuk mengkajinya. Ilmu itu tak lain adalah ilmu kedokteran yang menyangkut masalah sehat-sakit, hubungan dokter, perawat dan pasien, pengobatan, perawatan medis dan masalah-masalah lain yang menyangkut dengan kesehatan. Begitu luas aspek yang dibahas dalam ilmu ini, dalam bahasan kali ini, penulis mencoba membahas masalah kedokteran gigi.

Seiring dengan berkembangnya ilmu kedokteran gigi di Indonesia, berbagai masalah baru pun bermunculan. Selain masalah dalam kajian keilmuan, masalah psikologis pun berkaitan dengan praktek kedokteran gigi. Profesi dokter gigi akan selalu terkait dengan psikologis perawat dan seorang pasien. Berbagai permasalahan berkembang di masyarakat pun menjadi beragam.

Salah satu hal yang menjadi permasalahan klasik adalah adanya salah persepsi dari masing-masing dokter gigi, perawat dan pasien yang seringkali menjadikan pasien memiliki tekanan psikologis setiap akan ke dokter gigi. Keadaan dimana pasien merasakan kecemasan dan menjadi takut untuk berkonsultasi ke dokter gigi. Untuk itu ada beberapa cara dan teori di bidang psikologi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Belajar dalam permasalahan inilah, penulis mencoba mengkaji teori-teori psikologi yang berhubungan dengan praktek dokter gigi.1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang ada dirumuskan sebagai berikut :

1. Teori-teori psikologi apa yang digunakan dalam praktek dokter gigi?

2. Bagaimana menciptakan hubungan psikologis yang baik antara dokter , perawat dan pasien?1.3 Tujuan Makalah

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan dari makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui teori-teori psikologi yang digunakan didalam praktek dokter gigi.

2. Untuk mengetahui cara menciptakan hubungan psikologis yang baik antara dokter , perawat dan pasien.

BAB II

PEMBAHASAN

2. Teori-teori Psikologi yang Digunakan dengan Praktek Dokter Gigi

2.1. Psikologi Kesehatan dalam Praktek Dokter Gigi

Psikologi Kesehatan adalah suatu agregat dari specific educational, dan kontribusi scientific professional, dari disiplin psikologi, untuk memajukan atau memelihara kesehatan, termasuk juga didalamnya penanganan penyakit dan aspek-aspek lain yang terkait dengannya. Psikologi kesehatan bekerja dengan banyak professional perawatan kesehatan yang berbeda, salah satunya adalah dengan dokter gigi untuk memberikan penilaian klinis dan jasa perawatan. Psikologi kesehatan berupaya untuk membantu proses komunikasi antara dokter dan pasien selama konsultasi medis. Ada banyak masalah dalam proses ini, dengan pasien menunjukkan kurangnya pemahaman yang cukup banyak istilah medis.

2.1.2. Interaksi Sosial

Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi aksi dan reaksi dalam situasi social adalah persepsi sosial dan daya tarik interpersonal.2.1.2.1Persepsi Sosial

Persepsi sosial sebenarnya adalah kesadaran individu akan adanya orang lain aau perilaku prang lain yang terjadi di sekitarnya. Dewasa ini banyak orang yang sudah mempunyai persepsi sendiri terhadap dokter gigi, dengan pengalaman yang mereka miliki ataupun mendengar orang lain yang membicarakannya. Informasi yang mendapat perhatian dikategorisasi dan dihubungkan sehingga membentuk kerangka kognitif (cognitive framework). Yang mempengaruhi pembentukan kesan ini, yaitu:

Stereotype

Pandangan kita tentang cirri-ciri tingkah laku dari sekelompok orang tertentu atau terhadap satu golongan tertentu. Seperti kepada profesi dokter gigi yang sudah melekat dengan alat-alat bantu mereka untuk melakukan tindakan ke pasiennya.

Persepsi diri

Pandangan kita terhadap diri kita yang ternyata juga sangat mempengaruhi pembantukan kesan pertama kita. Seperti penelitian yang dlakukan oleh Gage dan Cronbach (1955), menunjukkan adanya kecenderungan untuk melihat kesamaan yang ada antara individu dengan orang asing yang ditemuinya (assumed similarity). Sikon yang ada (setting)

Situasi atau keadaan lingkungan sekitar yang ada pada saat kita bertemu orang lain. seperti ketika seorang pasien memasuki ruang praktek dokter gigi yang membuatnya nyaman.

Ciri-ciri yang ada dalam diri orang itu

Proses mencari informasi tentang cirri-ciri pribadi seseorang dan menerapkan padanya untuk menentukan reaksi kita selanjutnya, disebut atribusi. Atribusi dapat dilakukan berdasarkan anggapan seseorang bahwa perilaku orang yang dinilai olehnya bersumber dari factor internal atau eksternal.

2.1.2.2 Daya Tarik Interpersonal

Menurut Baron dan Byrne (1977) daya tarik interpersonal merupakan evauasi seseorang terhadap orang lain secara positif maupun negative. Pendekatan yang dilakukan salah satunya adalah dengan berdasarkan pada aspek-aspek belajar (reinforcement).

Teori yang mendasar pada hokum-hukum belajar (reinforcement) menyatakan bahwa rasa suka dan tak suka antar pribadi merupakan respons-respons yang dipelajari. Byrne dan Clore mengajukan teori yang disebut reinforcement-affect model: Setiap stimulus dapat diidentifikasi sebagai suatu ganjaran atau hukuman. Saat pasien berada di ruang praktek dokter gigi adanya perasaan bersalah akan rasa sakitnya dianggap menjadi suatu hukuman pada dirinya sendiri.

Stimulus yang merupakan ganjaran menimbulkan perasan positif. Perasaan ini muncul ketika si dokter gigi dapat memberikan solusi untuk membuat pasien tidak merasakan lagi hukuman yang dirasakannya.

Evaluasi terhadap stimulus terentu sebagai baik atau buruk, ketika dokter gigi sudah melakukan tindakan pengobatan kepada pasien dan si pasien mendapatkan semakin membaik atau memburuk keadaannya.

Melalui proses conditioning sederhana, rangsang-rangsang yang netral bila dihubungkan dengan ganjaran dan hkuman akan mempunyai kapasitas untuk menimbulkan perasaan positif atau negative. Setelah melakukan konsultasi dan pengobatan ke dokter gigi, seorang pasien akan dapat menilai dan memberikan sikap suka atau tidak suka atas semua yang dilakukan oleh dokter gigi.2.2Peran Psikologis yang Berkaitan dalam Hubungan Dokter Gigi, Perawat dan Pasien

Psikologi telah lama berupaya memahami komponen-komponen yang terlibat dalam proses komunikasi, khususnya komunikator dan komunikan. Psikologi meneliti karakteristik individu yang menjadi komunikan serta faktor-faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi perilaku komunikasinya. Psikologi juga mempelajari sifat-sifat individu yang menjadi komunikator dan mencari tahu apa yang menyebabkan keberhasilan atau kegagalan satu sumber komunikasi dalam mempengaruhi orang lain.

Proses komunikasi bisa terjadi dalam diri seorang individu, dengan orang lain, dan kumpulan-kumpulan manusia dalam proses sosial. Berdasarkan pendapat tersebut, Burgon & Huffiner (2002) membuat klasifikasi tiga jenis komunikasi, yaitu:

2.2.1 Komunikasi Intrapersonal, yaitu proses komunikasi yang terjadi di dalam diri individu (internal). Contohnya adalah kegiatan merenung, berpikir, berdialog dengan diri sendiri, baik dalam keadaan sadar atau tidak.2.2.2 Komunikasi Interpersonal, yaitu proses komunikasi yang terjadi antara satu individu dan individu lain sehingga memerlukan tanggapan (feedback) dari orang lain. Contohnya, perbincangan dengan keluarga, pasangan, teman, rekan kerja, dan orang lain. 2.2.3 Komunikasi Massa, yaitu proses komunikasi yang dilakukan kepada sekumpulan manusia dimana di dalamnya terdapat proses social, baik melalui media massa atau langsung, dan bersifat satu arah (one way communication). Contohnya, adalah kegiatan komunikasi (penyebaran informasi) yang terjadi di hadapan sekumpulan massa, melalui televise, radio, media internet, media cetak dan lain-lain.

Untuk meningkatkan efektivitas komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) antara dokter gigi, perawat dan pasien, inisiatif harus diambil oleh dokter gigi karena menurut para ahli, dokterlah yang dituntut untuk menciptakan suasana yang mendukung. Akan tetapi seperti juga disebutkan sebelumnya, waktu kerja dokter sangat sempit dengan pekerjaan yang banyak, sehingga teori yang dapat diterapkan harus bersifat sederhana, mudah digunakan dan efektif. Teori yang digunakan harus mampu memberikan keleluasaan bagi pasien untuk memberikan keluhan dan berbagai perasaan yang mungkin menjadi uneg-uneg mereka. Sehingga dokter dapat memahami aspek psikis dari pasiennya.

Terdapat banyak cara untuk dapat melakukan komunikasi secara efektif. Tetapi dari sekian banyak cara, terdapat cara yang dianggap mudah untuk menciptakan komunikasi yang efektif yanitu teori dari DeVito. Untuk dapat menciptakan komunikasi antar personal, terdapat syarat yang harus dipenuhi, yaitu:

Positiveness (sikap positif)Dokter diharapkan mau menunjukkan sikap positif pada pesan yang disampaikan oleh pasien. Seorang dokter tidak boleh selalu menyanggah apapun yang disampaikan pasiennya. Dengan demikian pasien akan lebih berani menyampaikan pesannya, bukan kemudian menyimpannya dalam hati bahkan mengadukan kepada orang lain. Empathy (sikap mendukung)

Dari hasil pengamatan kepada para pasien, diketahui bahwa hampier semua pasien yang harus ditangani atau diobati oleh dokter memiliki rasa takut yang besar. Yang terutama adalah ketakutan pada rasa sakit yang ditimbulkam oleh alat-alat yang digunakan. Rasa takut itu sudah mulai muncul hanya dengan melihat alat-alat yang sudah disiapkan. Seorang dokter gigi diharapkan menyadari dan peduli pada perasaan ini dan menunjukkan pada pasien bahwa ia perduli.

Supportiveness (sikap mendukung)

Ketika seorang pasien nampak ragu untuk memutuskan sebuah pilihan tindakan, dokter diharapkan memberikan dukungan agar keraguan itu berkurang atau bahkan hilang, sehingga pasien menjadi percaya diri dan berani saat memilih keputusan itu.

Equality (keseimbangan antar pelaku komunikasi)

Yang dimaksud dengan kesamaan/ kesetaraan adalah bahwa diantara dokter gigi dan pasien tidak boleh ada kedudukan yang sangat berbeda seperti misalnya dokter yang menguasai semua keadaan dan pasien yang tidak berdaya. Walaupun dalam relasi ini dokter diakui lebih tahu dan lebih bisa, dia tidak boleh lalu memperlakukan pasiennya hanya sebagai objek yang tidak tahu apa-apa dan tidak boleh berpendapat atau bahkan bertanya. Jika memungkinkan, pasien sebaiknya merasa bahwa dokter giginya adalah teman, bukan orang asing yang tidak boleh ditanyai apapun.

Openess (sikap dan keinginan untuk terbuka)

The question remains, How can you develop such a healthy dentist-patient relationship? the key word is trust. Trust is what a good dentist-patient relationship is built on. The best way to establish trus between yo and your dentist is to have a good communications. Dengan menciptakan suasana yang santai di ruang praktek, keakraban dapat dibangun dan diharapkan pasien maumenyampaikan apa yang dikhawatirkannya, tindakan apa yang sebenarnya diinginkan dilakukan oleh dokternya. Dengan keterbukaan komunikasi ini maka akan terbangun kepercayaan dari pasien terhadap dokternya.

Para pengamat mengatakan: salah satu elemen yang akan membawa hubungan psikis ini dengan baik adalah komunikasi antara dokter gigi dan pasien. Dengan menempatkan penanganan pasien lebih dulu, dokter gigi akan memeriksa si pasien, mendiskusikan semua opsi yang berhubungan dengan perawatan,membuat rekomendasi perawatan dan menjelaskan hasil yang berhubungan dengan penanganan yang potensial. Dilain pihak, pasien, ingin mengetahui tentang penanganan padanya dan akibat perawatan jangka panjang atau jangka pendek, berapa biaya yang harus dikeluarkan, apa yang akan atau tidak akan tercakup dalam perawatan gigi dan setiap tanggung jawab pembayaran yang harus ditanggung pasien.

Namun, buruknya kualitas komunikasi antara dokter, perawat dan pasien tidak bisa lagi dibiarkan atau tidak diperdulikan oleh dokter gigi yang diharapkan dapat mengambil inisiatif sebagai pihak yang berkompeten dalam hubungan dokter, perawat dan pasien. Ini berarti bahwa dokter yang harus belajar lebih dahulu untuk mampu berkomunikasi secara efektif, sesibuk apapun sang dokter dalam menjalankan profesinya.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1KESIMPULAN

Dari tulisan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Teori psikologi yang dapat digunakan dalam praktek dokter gigi adalah dengan menciptakan interaksi yang baik antara dokter dan perawat maupun dokter dengan pasien dengan memperhatikan rasa saling memahami sehingga menciptakan persepsi sosial dan daya tarik interpersonal yang baik pula.2. Teori psikologi komunikasi yang dapat dilakukan adalah tindakan-tindakan dari seorang dokter gigi dengan memperhatikan aspek-aspek berupa Positiveness, empathy, supportiveness, equality, dan openness yang dapat ditunjang dengan memperhatikan aspek suasana yang ekspresif dan bahasa yang komunikatif.

3.2SARANSaran penulis berdasarkan pemaparan diatas adalah sebagai berikut :1. Perlu diperhatikan bahwa di dalam diri dokter gigi harus benar-benar tertanam bahwa hubungan komunikasi dengan perawat dan pasien adalah hal yang mutlak harus diperhatikan. Mengingat profesi dokter adalah bersifat sosial.

2. Bagi para dokter harus lebih bisa memahami apa yang dirasakan pasiennya, karena adanya kesenjangan persepsi antara dokter dan pasien yang membuat stereotype tersendiri untuk para dokter gigi.

DAFTAR PUSTAKA

Taylor, S.E. 1995. Health Psychology edisi 3. New York: McGraw-Hill

Rahmadiana, M. 2009. Health Psychology.

Irwanto, Drs. 2002. Psikologi Umum. Prehallindo, Jakarta

Jalaluddin Rakhmat, M.Sc, Drs. 2000. Psikologi Komunikasi. Remaja Rosdakarya, PT. Bandung15