Upload
ade-faisal-pramas
View
420
Download
66
Embed Size (px)
Citation preview
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
SKPD : Badan Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor
NAMA PEKERJAAN : Belanja Jasa Konsultan Pelaksana Penyusunan FS Potensi
Investasi
TAHUN ANGGARAN : 2014
1. LATAR BELAKANG
Dengan berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2009 Tentang Kawasan Industri, yang menguraikan tentang kebijakan norma, standar,
prosedur dan manual pemanfaatan ruang dalam pengembangan kawasan industri.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bogor juga memiliki
peluang pengembangan kawasan industri (Industri Zone) yang mencakup 4.603,5
hektar di 11 kecamatan.
Diantaranya Kecamatan Cibinong 105,7 ha, Kecamatan Gunungputri 1075,92 ha,
Kecamatan Gunungsindur 691,93 ha, Kecamatan Jasinga 99,63 ha, Kecamatan
Jonggol 203,83 ha, Kecamatan Klapanunggal 420,75 ha, Kecamatan Leuwiliang
18,89 ha, Parung Panjang 492,09 ha, Kecamatan Babakan Madang 135,83 ha,
Cileungsi 689,01 ha, dan Citeureup 669,92 ha.
Pemerintah Kabupaten Bogor berupaya menciptakan iklim usaha yang kondusif dan
mengembangkan potensi penanaman modal. Termasuk peningkatan kualitas sistem
informasi, promosi dan kerjasamanya, serta peningkatan kualitas dan profesionalisme
pelayanan perijinan sesuai mekanisme yang berlaku.
Perkembangan sektor industri dan perdagangan di Kota Bogor bisa dibilang sangat
pesat. Disamping itu, perkembangan industri di Kota Bogor kini telah berhasil
menembus pasar ekspor dengan beberapa produk unggulannya. Misalnya saja seperti
produk boneka yang mulai diekspor ke German dan Brazil, ban kendaraan bermotor
yang diekspor ke Malaysia, Mexico, Australia, Brazil, Singapore, India, Taiwan, dan
sebagainya. Industri tekstil yang mulai merambah ke Negara New Zealand USA,
Brunai Darussalam, Malaysia, Belanda, Korea, Italia, Canada, serta beberapa produk
furniture yang dikirimkan ke Tasmania, Libya, Philipina, Oman, Kenya, Malaysia,
dan lain sebagainya.
Sektor industri dan perdagangan merupakan penyumbang terbesar PDRB Kabupaten
Bogor dan menjadi penggerak kegiatan ekonomi lainnya. Hal ini telah mampu
mendorong peningkatan laju pertumbuhan ekonomi serta menjadi penggerak
berkembangan pembangunan daerah, yang juga membuka peluang perluasan
kesempatan kerja bagi masyarakat. Pesatnya pertumbuhan industri ini tercapai berkat
peran serta masyarakat terutama dunia usaha. Kemajuan ini juga turut mendukung
pertumbuhan sektor-sektor lainya seperti peningkatan agrobisnis dan agro industri.
Kegiatan dalam sector industry yang didukung oleh peran serta masyarakat terutama
dunia telah mampu mendorong berkembangnya pembangunan ekonomi Kabupaten
Bogor. Dengan keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi sangat memberikan
dukungan dan dorongan terhadap pembangunan di berbagai sektor lainnya. Hal ini
juga menjadi peluang bagi perluasan kesempatan kerja yang turut medukung
peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah. Hal ini dapat
dilihat dari berkurangnya jumlah penduduk miskin dan meningkatnya pendapatan
perkapita masyarakat dari tahun ke tahun.
Keberadaan sector industry di Kabupaten Bogor perlu didukung oleh infrastruktur
yang memadai. Infrastruktur daerah merupakan aspek yang penting dalam
pembangunan daerah yang berperan sebagai pemacu pertumbuhan wilayah serta
pengikat wilayah.
Sebagai daerah yang mempunyai potensi besar akan kegiatan agro industry maka
diperlukan sumber daya air yang baik. Sumber daya air dan irigasi merupakan
penunjang kegiatan pertanian, karena kontinuitas dan distribusi air ke lahan lahan
pertanian sangat menentukan tingkat produksi hamparan sawah di wilayah pelayanan
irigasi.
Dari sisi kebijakan, hal terkait dengan keberadaan kawasan industry adalah adanya
Industri Kecil dan Rumah Tangga (IKRT) jelas perlu mendapat perhatian karena tidak
hanya memberikan penghasilan bagi sebagian besar angkatan kerja di Indonesia pada
umumnya dan khususnya Kabupaten Bogor, namun juga merupakan ujung tombak
dalam upaya pengentasan kemiskinan. Di pedesaan, peran penting IKRT memberikan
tambahan pendapatan (Sandee et al., 1994), merupakan seatbelt bagi pengembangan
industri dan sebagai pelengkap produksi pertanian penduduk miskin (Weijland, 1999).
Dengan perkataan lain, IKRT juga berfungsi sebagai strategi mempertahankan hidup
(survival strategy) di tengah krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Sebagai upaya melindungi keberadaannya agar tetap bisa bertahan hidup, industri
kecil mempunyai karakteristik yang cukup unik dalam perkembangannya yaitu
munculnya suatu fenomena aglomerasi. Aglomerasi terbentuk karena adanya
perusahaanperusahaan kecil yang saling terkait membentuk konsentrasi spasial
dengan ditandai oleh membesarnya skala ekonomi maupun membesarnya lokasi.
Keterkaitan antar industri satu dengan industri lain ditunjukkan oleh hubungan antar
pelaku industri yang cukup erat dan terjalin dengan baik. Hal ini terjadi karena usaha
kecil dalam perkembangannya dapat memanfaatkan ekonomi eksternal yang diberikan
oleh jaringan usaha lokal, termasuk hubungan kelembagaan serta hubungan
nonekonomi melalui kekerabatan dan asosiasi (Sadoko, et.al, 1995). Pengelompokan
semacam ini akan mendatangkan berbagai keuntungan bagi industri yang tergabung
didalamnya. Industri yang mengelompok akan dengan mudah mendapatkan bahan
baku, karena para pemasok bahan baku jumlahnya cukup banyak. Terhadap pasar pun
akan semakin mudah karena selain dengan pemasaran bersama, para pengusaha juga
dapat memanfaatkan para penampung yang ada di wilayah tersebut. Akses terhadap
institusi permodalan semacam perbankan juga semakin terbuka luas disebabkan telah
terbentuknya asosiasi. Bahkan dalam menghadapi berbagai permasalahan akan dapat
dengan mudah dipecahkan secara bersama-sama.
Dengan terjalinnya hubungan yang baik antara industry besar dan IKRT, maka akan
diperlukan suatu kawasan industry terpadu yang ditunjang pula oleh kebijakan
Pemerintah Kabupaten Bogor berupaya mengembangkan konsep industri yang ramah
lingkungan, sehat dan dekat dengan masyarakat, seperti yang telah digariskan dalam
Pedoman Teknis Kawasan Industri.
Berdasarkan arahan dari Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor :
35/M-IND/PER/3/2010 tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri, maka kegiatan
pembangunan kawasan industri harus disusun suatu Konsepsi Dasar Pengembangan
Kawasan Industri, yang berisikan :
1. Pengertian
a. Kawasan Industri (Industrial Estate) adlaah kawasan tempat pemusatan
kegiatan industry yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang
yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri yang
telah memiliki izin usaha kawasan industri.
b. Kawasan Peruntukan Industri adalah bentangan lahan yang diperuntukkan
bagi kegiatan industry berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan.
c. Tata Tertib Kawasan Industri (Estate Regulation) adalah peraturan yang
ditetapkan oleh perusahaan kawasan industri, yang mengatur hak dan
kewajiban perusahaan kawasan industri, perusahaan pengelola kawasan
industri dan perusahaan industri dalam pengelolaan dan pemanfaatan kawasan
industri.
2. Tujuan Pembangunan Kawasan Industri
Pembangunan kawasan industri sebagaimana tercantum dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri, bertujuan untuk:
a. Mengendalikan pemanfaatan ruang
b. Meningkatkan upaya pembangunan industri yang berwawasan lingkungan
c. Mempercepat pertumbuhan industri di daerah
d. Meningkatkan daya saing industri
e. Meningkatkan daya saing investasi
f. Memberikan jaminan kepastian lokasi dalam perencanaan dan pembangunan
infrastruktur, yang terkoordinasi antar sektor terkait
3. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kawasan Industri
Dalam pengembangan kawasan industri perlu memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut :
a. Kesesuaian Tata Ruang
b. Ketersediaan Prasarana dan Sarana
1) Tersedianya akses jalan yang dapat memenuhi kelancaran arus transportasi
kegiatan industri
2) Tersedianya sumber energi (gas, listrik) yang mampu memenuhi
kebutuhan kegiatan industry baik dalam hal ketersediaan, kualitas,
kuantitas dan kepastian pasokan
3) Tersedianya sumber air sebagai air baku industri baik yang bersumber dari
air permukaan, PDAM, air tanah dalam; dengan prioritas utama yang
berasal dari air permukaan yang dikelola oleh Perusahaan Kawasan
Industri (Water Treatment Plant)
4) Tersedianya system dan jaringan telekomunikasi untuk kebutuhan telepon
dan komunikasi data
5) Tersedianya fasilitas penunjang lainnya seperti kantor pengelola, unit
pemadam kebakaran, bank, kantor pos, poliklinik, kantin, sarana ibadah,
perumahan karyawan industri, pos keamanan, sarana olahraga/kesegaran
jasmani, halte angkutan umum dan sarana penunjang lainnya sesuai
dengan kebutuhan.
c. Ramah Lingkungan
d. Efisiensi
e. Keamanan dan Kenyamanan Berusaha
4. Kriteria Lokasi Kawasan Industri
Beberapa kriteria menjadi pertimbangan di dalam pemilihan lokasi Kawasan
Industri , antara lain:
a. Jarak ke Pusat Kota
b. Jarak Terhadap Permukiman
c. Jaringan Jalan yang Melayani
d. Jaringan Fasilitas dan Prasarana
1) Jaringan Listrik
2) Jaringan Telekomunikasi
3) Pelabuhan Laut/Udara/Terminal
e. Topografi
f. Jarak Terhadap Sungai atau Sumber Air Bersih
g. Kondisi Lahan
1) Daya Dukung Lahan
2) Kesuburan Lahan
h. Ketersediaan Lahan
i. Harga Lahan
j. Orientasi Lokasi
k. Pola Tata Guna Lahan
l. Multiplier Effects
2. MAKSUD DAN TUJUAN
a. Maksud
Berdasarkan pada uraian tersebut di atas, maka kajian ini dimaksudkan untuk
mengidentifikasi permasalahan pada hal-hal sebagai berikut :
1) Mengidentifikasi wilayah Weninggalih sebagai wilayah yang berpotensi
menjadi kawasan industry di Kabupaten Bogor
2) Mengidentifikasi wilayah-wilayah sekitar Weninggalih, sebagai wilayah yang
berpotensi mendukung pengembangan kawasan industry Weninggalih di
Kabupaten Bogor
3) Selain profil dan karakteristik industry, teridentifikasinya juga potensi
kekuatan, kendala, peluang, dan ancaman yang dimiliki sebagai bahan untuk
menyusun strategi umum dan rencana tindak pengembangan Kawasan Industri
serta usaha apa saja yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam
mewujudkan Kawasan Industri di Kabupaten Bogor.
b. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari Kegiatan ini adalah,
1) Untuk melihat sejauhmana kelayakan adanya Kawasan Industri, dilihat
kelayakan dari sudut lokasinya, pengembangan komoditi unggulan serta usaha
bisnis lainnya.
2) Selain mencakup penetapan lokasi yang tepat serta produk unggulan yang
perlu dikembangkan dan kajian yang lebih intens lagi pada masalah
kelembagaan dan regulasinya.
3) Tercapainya usaha untuk menggairahkan roda perekonomian di Kabupaten
Bogor, khususnya bagi masyarakat yang bergerak dalam bidang Industri
dengan mengikutsertakan kalangan dunia usaha dan masyarakat yang bergerak
di bidang industri untuk mendorong majunya industri bagi masyarakat di
Kabupaten Bogor.
4) Tersedianya proposal Feasibility Study Potensi Investasi Kabupaten Bogor
sebagai bahan promosi investasi daerah baik di dalam maupun di luar negeri.
3. TARGET/SASARAN
Sedangkan sasaran dari kajian ini adalah pertama, tersebarluaskannya kebijakan dan
strategi pengembangan sector-sektor usaha perindustrian di kalangan masyarakat dan
pihak-pihak terkait lainnya. Kedua, meningkatnya standar hidup masyarakat, yang
ditunjukkan dengan membaiknya berbagai indikator pembangunan, yaitu
pertumbuhan ekonomi, penurunan tingkat kemiskinan dan pengangguran dan Ketiga,
berkurangnya kesenjangan pembangunan antar wilayah dengan memacu
perkembangan ekonomi berskala kecil, menenngah, dan besar yang terpetakan.
4. NAMA ORGANISASI PENGADAAN BARANG/JASA
Nama organisasi yang menyelenggarakan/melaksanakan pengadaan jasa konsultansi
kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah
Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor
SKPD : Badan Perizinan Terpadu Kabupaten Bogor
5. SUMBER DANA DAN PERKIRAAN BIAYA
a. Sumber dana yang diperlukan untuk membiayai pengadaan jasa konsultansi
kegiatan Feasibility Studi Kawasan Industri Nawenggalih Kabupaten Bogor,
bersumber dari APBD TA. 2014.
b. Total perkiraan biaya yang diperlukan sebesar Rp 400.000.000,-
6. RUANG LINGKUP PENGADAAN/LOKASI DAN DATA DAN FASILITAS
PENUNJANG
a. Ruang Lingkup Studi
1) Tahapan persiapan
Tahapan persiapan ini mengacu pada kondisi eksisting kawasan industri di
Kabupaten Bogor serta melalui studi literatur untuk menentukan sampel,
perhitungan sample size, penentuan lokasi, penyusunan dan penggandaan
kuesioner untuk data primer maupun skunder, dengan berfokus pada data
yang komprehensif;
2) Tahapan Survey dan Penelitian
Tahapan ini dilakukan pekerjaan survey dan penelitian di mulai dengan
penyusunan design survei, kemudian pengumpulan data primer maupun
sekunder, pengolahan data dengan didasari pada teori-teori, pendekatan-
pendekatan yang relevan dan ketentuan perundangan yang mendukung,
kemudian dilakukan analisa dan interpretasi hasil-hasil pengolahan data,
menyimpulkan hasil sampai pada pekerjaan membuat laporan hasil survey
penelitian tersebut. Pengumpulan data primer dilakukan untuk mendapatkan
respon kelompok sasaran secara langsung di lokasi studi. Pengumpulan data
primer ditujukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis profil usaha, serta
pengumpulan pendapat para stakeholder dalam hal pengadaan Kawasan
Industri. Sedangkan pengumpulan data sekunder ditujukan untuk mendukung
pengumpulan data primer.
3) Tahapan Laporan
Dalam Laporan ini memuat semua informasi yang diperoleh dalam Feasibility
Studi Kawasan Industri Nawenggalih Kabupaten Bogor dengan menampilkan
skenario-skenario yang dapat diterapkan dengan merujuk kepada kondisi-
kondisi yang diperoleh dalam studi sesuai dengan maksud, tujuan dan sasaran
studi.
b. Lokasi pekerjaan/pengadaan jasa konsultansi di Kabupaten Bogor
7. PRODUK YANG DIHASILKAN
1) Diperolehnya dokumen kajian yang dapat digunakan sebagai masukan bagi
pembuat kebijakan dalam rangka pengadaan Kawasan Industri di Kabupaten
Bogor.
2) Diketahuinya manfaat Penyusunan Feasibility Studi Kawasan Industri
Nawenggalih Kabupaten Bogor demi tercapainya visi dan misi Kabupaten Bogor.
8. WAKTU PELAKSANAAN YANG DIPERLUKAN
Waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan/pengadaan jasa konsultansi Pekerjaan
Feasibility Studi Kawasan Industri Nawenggalih Kabupaten Bogor adalah selama 4
(empat) bulan.
9. PENDEKATAN DAN METODOLOGI
Dalam pelaksanaan kegiatan ini penyedia jasa mengusulkan metodologi pelaksanaan
kegiatan dimaksud yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis dan kaidah –
kaidah ilmiah.
A. METODOLOGI
1) Analisis Kawasan dan Wilayah Perencanaan
2) Analisis Pengembangan Pembangunan Berbasis Peran Masyarakat
3) Konsep Dasar Feasibility Studi Kawasan Industri
B. PEDOMAN KAWASAN INDUSTRI
1. Konsepsi Dasar Pengembangan Kawasan Industri
Dewasa ini telah berkembang kawasan-kawasan industri sesuai dengan
karakteristiknya masing-masing. Untuk menyamakan persepsi maka berikut
ini adalah beberapa pengertian yang berkaitan dengan Kawasan Industri.
1) Tujuan Pembangunan Kawasan Industri
2) Prinsip-Prinsip Pengembangan Kawasan Industri
Dalam pengembangan kawasan industri perlu memperhatikan prinsip-
prinsip sebagai berikut :
f. Kesesuaian Tata Ruang
g. Ketersediaan Prasarana dan Sarana
h. Ramah Lingkungan
i. Efisiensi
j. Keamanan dan Kenyamanan Berusaha
3) Kriteria Lokasi Kawasan Industri
Berkembangnya suatu Kawasan Industri tidak terlepas dari pemilihan
lokasi kawasan industri yang akan dikembangkan, karena sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor/variabel di wilayah lokasi kawasan. Oleh
sebab itu, beberapa kriteria menjadi pertimbangan di dalam pemilihan
lokasi Kawasan Industri , antara lain:
m. Jarak ke Pusat Kota
n. Jarak Terhadap Permukiman
o. Jaringan Jalan yang Melayani
p. Jaringan Fasilitas dan Prasarana
q. Topografi
r. Jarak Terhadap Sungai atau Sumber Air Bersih
s. Kondisi Lahan
t. Ketersediaan Lahan
u. Harga Lahan
v. Orientasi Lokasi
w. Pola Tata Guna Lahan
x. Multiplier Effects
4) Standar Teknis Perencanaan Kawasan Industri
2. Perencanaan Pengembangan Kawasan Industri
a. Pra Kelayakan Pengembangan Kawasan Industri
b. Pengurusan Perizinan
c. Penyusunan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
d. Penyusunan Perencanaan Design (Master Plan) Kawasan Industri
3. Pembangunan Kawasan Industri
a. Pembebasan Lahan
b. Penyusunan Perencanaan Detail Engineering Design (DED)
4. Pengelolaan Kawasan Industri
1) Pengelolaan Kawasan Industri
2) Perizinan yang Terkait dengan Pengembangan Kawasan Industri
C. RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN
Rencana Umum dan Panduan Rancangan merupakan ketentuan-ketentuan tata
bangunan dan lingkungan pada Kawasan Industri Nawenggalih Kabupaten Bogor
yang memuat rencana peruntukan lahan makro dan mikro, rencana perpetakan,
rencana tapak, rencana sistem pergerakan, rencana aksesibilitas lingkungan,
rencana prasarana dan sarana lingkungan, rencana wujud visual bangunan, dan
ruang terbuka hijau. Panduan Rancangan bersifat melengkapi dan menjelaskan
secara lebih rinci rencana umum yang telah ditetapkan sebelumnya, meliputi
ketentuan dasar implementasi rancangan dan prinsip-prinsip pengembangan
rancangan kawasan.
D. PENGEMBANGAN DUKUNGAN PELAKSANAAN
Pengembangan dukungan pelaksanaan meliputi perumusan :
1. Tahap perumusan rencana investasi
2. Tahap perumusan ketentuan pengendalian rencana
10. TENAGA AHLI YANG DIBUTUHKAN
No. Posisi/Keahlian Kemampuan Manajerial Kualifikasi
A Tenaga Ahli
1 Team Leader/ Ahli Sipil
Perencanaan
Teknik Sipil Perencanaan S2/5 tahun
2 Ahli Industri Teknik & Manajemen Industri S2/3 tahun
3 Ahli Ekonomi
Manajemen
Ekonomi Manajemen S2/3 tahun
4 Ahli PWK / Planologi Perencanaan Wilayah & Kota S2/3 tahun
5 Arsitek Arsitektur S1/7 tahun
6 Ahli Sipil / Prasarana
Wilayah
Teknik Sipil / Prasarana Wilayah S1/7 tahun
7 Ahli Kelembagaan Ilmu Hukum S1/7 tahun
8 Ahli Sosiologi Ilmu Sosial S1/7 tahun
B Tenaga Pendukung
1 Office Manager
2 Tenaga Administrasi
3 Surveyor
4 Operator Komputer
5 Drafter
6 Sopir
7 Pesuruh
11. LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN
Pekerjaan Feasibility Studi Kawasan Industri Nawenggalih Kabupaten Bogor, melalui
beberapa tahapan kegiatan yang masing-masing tahapan menghasilkan produk
laporan sebagai berikut :
1) Laporan Pendahuluan (10 Buku) berisi usulan teknis konsultan terhadap ;
Metodologi dan Rencana Kerja
Rencana Kerja Konsultan
2) Laporan Antara (10 Buku)
Laporan ini memuat hasil pengumpulan data primer dan pengolahan data serta
analisis data sesuai dengan metoda yang telah di sepakati dalam laporan
pendahuluan. Dalam laporan ini juga lampirkan juga bukti seluruh isian
pengumpulan dan analisis data.
3) Laporan Akhir (10 Buku) dan Ringkasan Eksekutif (10 Buku)
Merupakan buku hasil perbaikan dari buku laporan akhir dan ringkasan buku
laporan akhir yang memuat pokok-pokok materi rencana dan album peta