1
layouter: triongko imam johanis Kampung Lawas Maspati Bernuansa Zaman Kolonial KAMIS 31 MEI 2018 14 SURABAYA–Surabaya memiliki banyak peningga- lan sejarah yang potensial untuk dijadikan destinasi wisata. Salah satunya Kam- pung Lawas Maspati, Kecamatan Bubutan Sura- baya. Potensi inilah yang hingga kini masih dijadikan fokus garapan kecamatan Bubutan. Kampung lawas Maspati ini memang layak menjadi salah satu destinasi wisata. Sebab kampung ini men- yajikan nuansa sejarah Su- rabaya zaman kolonial. Sejumlah bangunan berseja- rah dipertahankan sebagai daya tarik utama. Deretan bangunan lawas di kampung ini terlihat ma- sih utuh dan terawat. Di an- taranya rumah bekas ke- diaman Raden Sumomiharjo (keturunan Keraton Solo yang menjadi mantri keseha- tan di kampung itu) dan Sekolah Ongko Loro yang merupakan bekas Sekolah Rakyat, dan bangunan mar- kas tentara yang dibangun pada 1907. Di kampung itu juga terda- pat makam pasangan suami istri Raden Karyo Sentono dan Mbah Buyut Suruh. Mereka adalah kakek dan nenek dari Joko Berek atau Sawunggaling yang merupa- kan salah satu pahlawan yang memiliki jasa besar untuk Kota Surabaya. Camat Bubutan, Eko Kur- niawan Purnomo mengata- kan, selain menyajikan ba- ngunan sejarah, wisatawan yang datang di kampung ini juga melihat aktivitas warga. Seperti proses daur ulang sampah dan proses mengolah air limbah. “Tak hanya itu, wisatawan juga dapat belajar membuat produk unggulan di kam- pung itu, seperti membuat sirup markisa atau minuman cincau,” ungkapnya. Eko mengatakan, kam- pung lawas Maspati me- mang menjadi salah satu ikon di kecamatan Bubutan. Tak heran jika kampung ini sering menjadi jujukan wisa- tawan asing dan juga maha- siswa. Sebab, selain berwisa- ta, kampung ini juga bisa jadi sarana edukasi. “Sehing- ga tak hanya sebagai hibu- ran saja, melainkan juga ilmu,” terangnya. Selain kampung lawas Maspati, sederet bangunan berserah bisa ditemukan di kawasan ini. Seperti Tugu Pahlawan dan Museum Gedung Nasional Indonesia (GNI ) DR Soetomo. Bahkan, SURYANTO/RADAR SURABAYA KHAS: Bangunan rumah berarsitektur kuno masih ada di Kampung Lawas Maspati ini. SURABAYA–Dinas Per- industrian dan Perdagang- an (Disperindag) ingin usa- ha kecil menengah (UKM) Surabaya dapat kuasai pasar lokal. Oleh karena itu, Pemerintah Kota (pem- kot) Surabaya aktif mem- berikan pembinaan dan pendampingan kepada ma- syarakat di setiap kecama- tan untuk membentuk UKM-UKM. Salah satunya adalah Na- ning dan adiknya Istiasih Rahayu, dari UKM Bintang Collection yang saat ini telah sukses dan rutin memberikan kiat sukses dalam mengembangkan usahanya. Naning bercerita awal mula karena hobi menjahit. Karena hobinya inilah akhirnya Naning belajar bagaimana menjahit tas dari kain perca agar ter- lihat menarik. Berkat hobi menjahit inilah, akhirnya Naning dapat menghasilkan jutaan rupiah per bulan de- ngan menjual tas kreasinya tersebut. “Desember 2016 itu saya baru ikut bergabung untuk belajar dan langsung ikut road show di Balai Pemuda. Saya awalnya belajar jahit baju selanjutnya disuruh mengeluarkan produk, akhirnya saya mengeluarkan produk tas,” terangnya. Bahkan Naning dan Isti telah beberapa kali meme- nangkan kompetisi, seperti Juara 3 Penobatan Pahla- wan Ekonomi Cluster Crea- tive Industri tahun 2017. Warga Sumur Welut RT 3 pihak kecamatan ingin fokus menggarap tiga tempat sejarah itu menjadi sebuah paket wisata. “Hingga saat ini, kami masih menyiapkan program tersebut,” jelasnya. Pria asli Surabaya ini me- ngatakan meski secara konsep sudah siap, namun, pihaknya menunggu peran serta masyarakat. Sebab dia ingin jika paket wisata ini dikelola masyarakat secara mandiri. Untuk itu, berbagai cara dilakukan pihak keca- matan untuk merangsang warga untuk ikut serta dalam menjalankan paket wisata kampung tersebut. “Kami siapkan SDM-nya dulu, seperti menambah pemandu wisatawan dan ju- ga mempersiapkan produksi yang khas warga kampung,” terangnya. Menurut Eko di kampung ini terdapat sejumlah produk khas, seperti pengolahan ta- naman toga menjadi minu- man dan cemilan. Produk warga tersebut tentu akan lebih mudah dikenalkan dan dipasarkan jika banyak pe- ngunjung yang datang ke lokasi tersebut. “Di tengah persaingan ekonomi yang ke- tat, warga lebih baik menjual jasa pariwisata. Jika banyak tamu yang hadir, produk- produk buatan warga juga berpotensi laris. Sehingga warga memiliki penghasilan tambahan,” tandasnya. Sebagai tambahan, Kam- pung Lawas Maspati me- miliki enam rukun tetangga yang total dihuni 350 kelu- arga atau 1.350 jiwa. Menu- rut Eko, terdapat 20 persen warganya merupakan usai produktif yang butuh pekerjaan. “Harapanya ini bisa ter- wujud. Sebab wisata berba- sis masyarakat ini bisa membantu perekonomian warga setempat. Apalagi, kampung tersebut sudah banyak dikunjungi oleh wisatawan asing, seperti dari Belanda, Korea Sela- tan, dan Amerika Serikat,” pungkasnya. (yua/no) Produk Tas UKM Dipamerkan di Liverpool RW 1 Sumur Welut Keca- matan Lakarsantri ini me- ngaku mendatangkan lang- sung bahan baku tasnya dari Yogyakarta dan Jakar- ta. Bahkan, sejak tahun 2017 dirinya dipercaya untuk menjadi mentor pela- ku-pelaku UKM di bidang kerajinan lainnya untuk mengembangkan usahanya. Naning mengaku, menjual tas produksinya dengan brand Parvin secara offline yang dititipkan ke sentra- sentra milik pemerintah maupun secara online. “Untuk saat ini dijual di sentranya UKM di Surabaya, dan ada juga yang dibawa ke luar negeri ke Liverpool untuk diikutsertakan pame- ran di sana,” tuturnya. Bukan hanya Naning saja, satu lagi Pahlawan Ekonomi yang sudah sukses mema- sarkan produknya hingga ke luar negeri dan telah memi- liki omzet yang cukup besar, ia adalah Ningsih dari UKM Cita Rasa Alami. Ningsih bercerita bagaimana awal mula memulai usahanya. Saat dirinya mengalami masalah finansial yang cu- kup berat, Ningsih beru- saha bangkit. Berbekal kea- hliannya membuat egg roll akhirnya produk tersebut dikembangkan lagi dengan mencoba beberapa varian rasa. Tidak disangka de- ngan keahliannya membuat egg roll, banyak masyarakat yang tertarik dengan egg roll buatannya. Hingga sampai akhirnya egg roll dari UKM Cita Rasa Alami dijual hingga ke Singapura. Kini, omzet penjualan egg roll tersebut mencapai 30- 35 juta per bulannya. Di sisi lain Kasie Pereko- nomian Kecamatan Lakar- santri Endro Purwo Margo mengatakan, memang pi- hak kecamatan memberi- kan pendampingan untuk perkembangan UKM-UKM di wilayahnya. Pihaknya ju- ga turut memfasilitasi dan terus mencari bibit-bibit yang berpotensi untuk membuat UKM. “Kami bekerjasama de- ngan Disperindag dan DP5A untuk pembinaan sampai pemasaran pro- duk dari UKM nanti,” tu- turnya. (cin/no) ANDY SATRIA/RADAR SURABAYA TEKUN: Berawal dari hobi menjahit, Naning akhirnya bisa menjadi pengusaha tas.

KAMIS Kampung Lawas Maspati Bernuansa Zaman Kolonial · pat makam pasangan suami istri Raden Karyo Sentono dan Mbah Buyut Suruh. Mereka adalah kakek dan nenek dari Joko Berek atau

Embed Size (px)

Citation preview

layouter: triongko imam johanis

Kampung Lawas Maspati Bernuansa Zaman Kolonial

KAMIS31 MEI 2018 14

SURABAYA–Surabaya memiliki banyak pening ga­lan sejarah yang poten si al untuk dijadikan des ti na si wisata. Salah satunya Kam ­pung Lawas Maspati, Kecamatan Bubutan Su ra­baya. Potensi inilah yang hingga kini masih di ja di kan fokus garapan keca ma tan Bubutan.

Kampung lawas Maspati ini memang layak menjadi salah satu destinasi wi sa ta. Sebab kampung ini me n­yajikan nuansa sejarah Su­rabaya zaman kolo ni al. Sejumlah bangunan ber se ja­rah dipertahankan seba gai daya tarik utama.

Deretan bangunan lawas di kampung ini terlihat ma­sih utuh dan terawat. Di an ­taranya rumah be kas ke ­diaman Raden Su mo mi harjo (keturunan Ke ra ton Solo yang menjadi man tri ke se ha­tan di kam pung itu) dan Sekolah Ong ko Loro yang merupa kan bekas Se ko lah Rakyat, dan bangu nan mar­kas ten tara yang dibangun pa da 1907.

Di kampung itu juga ter da­pat makam pasangan su ami istri Raden Karyo Sentono dan Mbah Buyut Suruh. Mereka adalah ka kek dan nenek dari Joko Be rek atau

Sawunggaling yang me ru pa­kan salah sa tu pahlawan yang me mi li ki jasa besar untuk Kota Su rabaya.

Camat Bubutan, Eko Kur­niawan Purnomo me nga ta­kan, selain menya ji kan ba­ngunan sejarah, wisatawan yang datang di kampung ini juga melihat aktivitas warga. Seperti proses daur ulang sampah dan proses mengolah air limbah.

“Tak hanya itu, wi sa ta wan juga dapat belajar mem buat pro duk unggulan di kam­pung itu, seperti mem buat sirup markisa atau minuman cincau,” ungkapnya.

Eko mengatakan, kam­pung lawas Maspati me­mang menjadi salah satu ikon di kecamatan Bubu tan. Tak heran jika kam pung ini sering menjadi juj ukan wi sa­ta wan asing dan juga ma ha­siswa. Se bab, selain ber wi sa­ta, kam pung ini juga bisa jadi sarana edukasi. “Se hing­ga tak hanya se bagai hi bu­ran saja, me la in kan juga ilmu,” te rangnya.

Selain kampung lawas Ma spati, sederet bangu nan berserah bisa di te mu kan di kawasan ini. Seperti Tu gu Pah lawan dan Mu se um Gedung Nasional In do nesia (GNI ) DR Soetomo. Bahkan,

SURYANTO/RADAR SURABAYA 

KHAS: Bangunan rumah berarsitektur kuno masih ada di Kampung Lawas Maspati ini.

SURABAYA–Dinas Per­ind ustrian dan Perda ga ng­an (Disperindag) ingin usa­ha kecil menengah (UKM) Su ra baya dapat kuasai pasar lo kal. Oleh karena itu, Pe m e rin tah Kota (pem­kot) Su ra baya aktif mem­berikan pem binaan dan pendampingan kepada ma­syarakat di setiap keca ma­tan untuk mem ben tuk U KM­UKM.

Salah satunya adalah Na­ning dan adiknya Istiasih Rahayu, dari UKM Bintang

Collection yang saat ini telah suk ses dan rutin memberi kan kiat sukses dalam me ngembangkan usahanya. Na ning bercerita awal mula karena ho bi menjahit. Karena ho bi nya inilah akhirnya Naning belajar bagaimana menjahit tas dari kain perca agar ter­li hat menarik. Berkat hobi men jahit inilah, akhirnya Naning dapat menghasilkan ju taan rupiah per bulan de­ngan menjual tas kreasinya tersebut.

“Desember 2016 itu saya ba ru ikut bergabung untuk belajar dan langsung ikut road show di Balai Pemuda. Saya awalnya belajar jahit baju se lanjutnya disuruh menge lu ar kan produk, akhirnya saya mengeluarkan produk tas,” terangnya.

Bahkan Naning dan Isti telah beberapa kali meme­nang kan kompetisi, seperti Juara 3 Penobatan Pah la­wan Ekonomi Cluster Crea­tive Industri tahun 2017. Warga Su mur Welut RT 3

pihak kecamatan ingin fokus menggarap tiga tempat sejarah itu menjadi sebuah paket wisata. “Hingga saat ini, kami masih menyiapkan pro gram tersebut,” jelasnya.

Pria asli Surabaya ini me­ngatakan meski secara konsep sudah siap, namun, pihaknya menunggu peran serta masyarakat. Sebab dia ingin jika paket wisata ini

dikelola masyarakat se cara mandiri. Untuk itu, berbagai cara dilakukan pihak ke ca­ma tan untuk merangsang warga untuk ikut serta dalam menja lan kan paket

wisata kam pung tersebut. “Kami siapkan SDM­nya

du lu, seperti menambah pemandu wisatawan dan ju­ga mempersiapkan pro duk si yang khas warga kampung,”

terangnya. Menurut Eko di kam pung

ini terdapat sejumlah pro duk khas, seperti pe ngolahan ta­na man toga menjadi minu­man dan ce mi lan. Produk war ga ter se but tentu akan lebih mu dah dikenalkan dan di pa sarkan jika banyak pe­ngun jung yang datang ke lokasi tersebut. “Di tengah persaingan eko nomi yang ke­tat, warga lebih baik menjual jasa pariwisata. Jika banyak ta mu yang hadir, produk­produk buatan warga juga berpotensi laris. Sehingga warga memiliki peng hasilan tambahan,” tan dasnya.

Sebagai tambahan, Kam­pung Lawas Maspati me­miliki enam rukun tetangga yang total dihuni 350 ke lu­arga atau 1.350 jiwa. Me nu­rut Eko, ter da pat 20 persen warganya merupakan usai produktif yang butuh pekerjaan.

“Harapanya ini bisa ter­wu jud. Sebab wisata ber ba­sis masyarakat ini bisa mem bantu perekonomian warga setempat. Apalagi, kam pung ter sebut sudah banyak dikunjungi oleh wisatawan asing, seperti dari Belanda, Korea Sela­tan, dan Amerika Serikat,” pung kasnya. (yua/no)

Produk Tas UKM Dipamerkan di Liverpool

RW 1 Su mur Welut Keca­ma tan La karsantri ini me­ngaku men datangkan lang­sung bahan baku tasnya da ri Yogyakarta dan Ja kar­ta. Bahkan, sejak tahun 2017 dirinya dipercaya untuk menjadi mentor pe la­ku­pelaku UKM di bidang ke rajinan lainnya untuk me ngembangkan usa hanya. Naning mengaku, men jual tas produksinya dengan brand Parvin secara off line yang dititipkan ke sentra­sen tra milik peme rin tah mau pun secara on line.

“Untuk saat ini dijual di sentranya UKM di Surabaya, dan ada juga yang dibawa ke luar negeri ke Liverpool untuk diikutsertakan pame­

ran di sana,” tuturnya.Bukan hanya Naning saja,

satu lagi Pahlawan Ekonomi yang sudah sukses mema­sar kan produknya hingga ke luar negeri dan telah me mi­liki omzet yang cukup besar, ia adalah Ningsih dari UKM Cita Rasa Alami. Ningsih bercerita bagaimana awal mula memulai usahanya.

Saat dirinya mengalami masalah finansial yang cu­kup berat, Ningsih beru­saha bangkit. Berbekal kea­h li an nya membuat egg roll akhir nya produk tersebut dikem bang kan lagi dengan menco ba beberapa varian rasa. Tidak disangka de­ngan ke ahliannya membuat egg roll, banyak masyarakat

yang ter tarik dengan egg roll buatannya. Hingga sampai akhirnya egg roll dari UKM Cita Rasa Alami dijual hing ga ke Singapura. Kini, omzet penjualan egg roll tersebut mencapai 30­35 juta per bulannya.

Di sisi lain Kasie Pereko­no mian Kecamatan Lakar­san tri Endro Purwo Margo mengatakan, memang pi­hak kecamatan mem be ri­

kan pen dampingan untuk per kem bangan UKM­UKM di wilayahnya. Pihaknya ju­ga turut memfasilitasi dan te rus mencari bibit­bibit yang berpotensi untuk membuat UKM.

“Kami bekerjasama de­ngan Disperindag dan DP5A untuk pembinaan sam pai pemasaran pro­duk dari UKM nanti,” tu­turnya. (cin/no)

ANDY SATRIA/RADAR SURABAYA

TEKUN: Berawal dari hobi menjahit, Naning akhirnya bisa menjadi pengusaha tas.