108
KARAKTERISA NASI DE F ASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGA DARI BEBERAPA VARIETAS BERA SETYA PUTRI LARASATI EPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 ANOLEPTIK AS

KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

  • Upload
    builiem

  • View
    234

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK NASI DARI BEBERAPA VARIETAS BERAS

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKATFAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK NASI DARI BEBERAPA VARIETAS BERAS

SETYA PUTRI LARASATI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK NASI DARI BEBERAPA VARIETAS BERAS

Page 2: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

ABSTRACT

Larasati Setya Putri. Physicochemical Properties (Cooking Quality) and Sensory Characteristics (Eating Quality) of Several Cultivated Rice Varieties. Under Direction of Leily Amalia and Bram Kusbiantoro.

The physicochemical properties and sensory characteristics were studied

for six varieties namely IR42, Inpara 3, Ciherang, Inpari 1, Inpari 2, and Inpari 6 Jete. Physicochemical parameters measured were amylose content (AC), in vitro digestibility of starch, gel consistency, amilography, water uptake ratio (WUR), and volume expansion. The sensory data on cooked rice obtained by scoring, hedonic, ranking test, and Quantitative Descriptive Analysis (QDA). The result showed that AC of varieties ranged from 18.87 to 28.60%. The highest digestibility of strach was found in Inpari 6 Jete. On the other hand, Inpari 6 Jete had the lowest gelatinization temperature. The gel consistency of six varieties were range from 32.25 to 86.25 mm. The WUR and volume expansion of all varieties were not significant. Scoring test showed that the colour of cooked rice from all varieties studied was white. The most favorite cooked rice was recorded in Inpari 6 Jete. Ranking test for aroma of cooked rice showed that inpara 3 was the most fragrant. There ware significant correlations between AC and some physicochemical properties and also sensory characteristics. AC was positively correlated with volume expansion (r=0.430, p<0.05) and the colour of cooked rice (r=0.752, p<0.01). On the other hand, AC was negatively correlated with gel consistency (r=-0.766, p<0.01), in vitro digestibility of starch (r=-0.633, p<0.01), glossy of cooked rice (r=-0.805, p<0.01), aroma (r=-0.502, p<0.05), and texture of cooked rice (r=-0.929, p<0.01). Keyword: rice quality, physicochemical, sensory characteristics.

Page 3: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

RINGKASAN

Setya Putri Larasati. Karakterisasi Sifat Fisikokimia dan Organoleptik Nasi dari Beberapa Varietas Beras. Dibimbing oleh Leily Amalia dan Bram Kusbiantoro. 2012.

Beras bagi masyarakat Indonesia merupakan bahan pangan pokok

sehari-hari. Selama ini, SNI beras giling hanya memuat sifat fisik saja, tetapi belum menampung cita rasa, sifat tanak dan sifat gizi dari beras. Selain itu, informasi kandungan gizi maupun sifat fisikokimiawi beras umumnya hanya dijumpai pada beras dengan pengolahan yang berbeda atau hanya terbatas pada label beras dengan varietas unggul, sedangkan beras yang beredar di pasaran sangat beragam jenis dan varietasnya. Varietas beras yang berbeda memiliki karakteristik yang berbeda pula. Oleh karena itu, perlu adanya informasi lebih rinci mengenai kandungan zat gizi, sifat fisikokimia, serta organoleptik beras dengan varietas yang berbeda.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sifat fisikokimia dan organoleptik nasi dari beberapa jenis varietas beras. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: (1) Menganalisis kandungan zat gizi enam varietas beras secara proksimat, (2) Melakukan analsis daya cerna pati secara in vitro, (3) Mengidentifikasi kadar amilosa enam varietas beras, (4) Melakukan analisis fisikokimia beras yang meliputi: uji amilografi beras, uji konsistensi gel, serta menentukan nisbah pengembangan air (NPA) dan nisbah pengembangan volume (NPV), dan (5) Mengevaluasi sifat organoleptik/sensori secara deskriptif nasi dari enam varietas beras dengan tingkat kepulenan yang berbeda.

Penelitian ini menggunakan enam varietas beras dengan tingkat kepulenan yang berbeda (pera, pulen, dan sangat pulen). Analisis yang dilakukan meliputi analisis proksimat, daya cerna pati, kadar amilosa, sifat fisikokimia (uji amilografi, uji konsistensi gel, nisbah penyerapan air dan nisbah pengembangan volume), serta uji organoleptik. Uji organoleptik yang dilakukan meliputi uji skoring (warna, kilap, aroma, dan kepulenan), hedonik (penerimaan umum), ranking (aroma), dan QDA (Quantitative Descriptive Analysis) untuk atribut aroma dan rasa. Data yang diperoleh dianalisis dengan Microsoft Excel 2007 dan diolah secara statistik dengan program SPSS 16 for windows.

Hasil analisis proksimat menunjukkan kadar air beras yang diuji berada pada kisaran 9-12%, kadar abu dari 0.4-0.5%, protein 7-8%, lemak 0.5-0.9% dan karbohidrat 78-82%. Daya cerna pati enam varietas beras berkisar antara 75.92% (IR42) - 86.36% (Inpari 6 Jete). Uji kadar amilosa menunjukkan varietas Inpari 6 Jete dan Inpari 2 merupakan beras beramilosa rendah; Inpari 1 dan Ciherang merupakan beras beramilosa sedang; dan IR42 dan Inpara 3 merupakan beras beramilosa tinggi.

Berdasarkan suhu gelatinisasi, beras yang dianalisis dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1) suhu gelatinisasi rendah: Inpari 6 Jete; dan 2) suhu gelatinisasi tinggi: IR 42, Inpara 3, Inpari 1, Ciherang, dan Inpari 2. Viskositas maksimum enam varietas beras berkisar antara 2675.20 - 3366.40 cP. Viskositas maksimum IR42 tidak terukur. Viskositas balik dari sampel yang dianalisis berkisar antara 1324.80 – 2860.80 cP. Viskositas balik IR42 tidak dapat terdeteksi karena viskositas puncak IR42 tidak terbaca. Berdasarkan uji konsistensi gel, diketahui Ciherang dan Inpari 2 bertekstur nasi empuk, Inpari 1 dan Inpari 6 Jete remah, sedangkan Inpara 3 dan IR42 sangat remah. NPA sampel yang dianalisis berada pada kisaran ± 2 dan NPV berada pada kisaran

Page 4: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

±3. Hal ini menunjukkan bahwa ketika beras dimasak menjadi nasi, beras akan menyerap air dua kali bobot beras dan mengembang tiga kali volume beras.

Hasil uji skoring menunjukkan bahwa seluruh sampel memiliki warna nasi yang tergolong putih. Nasi yang paling berkilap adalah varietas Inpari2 dan yang paling kusam adalah IR42. Seluruh sampel memiliki aroma agak wangi sampai netral. Inpari 2 memiliki tingkat kepulenan yang paling tinggi sedangkan IR42 memiliki tingkat kepulenan terendah (pera). Uji hedonik menunjukkan varietas Inpari 6 Jete merupakan varietas yang paling disukai sedangkan IR42 merupakan sampel yang paling tidak disukai. Berdasarkan uji ranking aroma enam varietas beras didapatkan hasil berturut-turut (mulai dari yang paling wangi hingga tidak wangi/netral) adalah Inpara 3, Inpari 2, Ciherang, Inpari 1, IR42, dan Inpari 6 jete.

Hasil uji QDA menunjukkan bahawa Inpari 6 jete memiliki atribut aroma cereal dan pandan; Ciherang memiliki atribut aroma creamy, pandan, dan sweety; Inpara 3 memiliki atribut aroma cereal, creamy, pandan, dan sweety; Inpari 1 memiliki atribut aroma, yaitu cereal, creamy, dan pandan; Inpari 2 memiliki atribut aroma buttery, cereal, dan pandan; sedangkan IR42 memiliki atribut aroma cereal dan sweety. Aroma yang paling berpengaruh dalam pembagian kelompok berdasarkan uji PCA adalah aroma cereal sedangkan untuk atribut manis dan asin sama-sama memiliki pengaruh yang sama besar dalam pembagian kelompok varietas beras berdasarkan rasa.

Analisis korelasi antar variabel menunjukkan kadar amilosa secara signifikan berbanding lurus dengan NPV (r=0.430; p<0.05), dan warna nasi (r=0.752; p<0.01) tetapi berbanding terbalik dengan konsistensi gel (r = -0.766; p<0.01), daya cerna pati (r = -0.663; p<0.01), kilap (r = -0.805; p = <0.01), aroma (r = -0.502; p = <0.05), dan kepulenan nasi (r = -0.929; p = <0.01). Konsistensi gel berbanding lurus dengan daya cerna pati (r = 0.419; p<0.05), kilap (r = 0.492; p<0.05), aroma (r = 0.674; p<0.01), dan kepulenan (r = 0.701; p<0.01) tetapi berkorelasi negatif dengan warna nasi (r = - 0.755; p<0.01). NPV berkorelasi signifikan negatif dengan kepulenan nasi (r = -0.437; p<0.05). Daya cerna pati berkorelasi signifikan positif dengan kilap (r = 0.862; p<0.01), aroma (r = 0.617; p<0.01) dan kepulenan nasi (r = 0.822; p<0.01) tetapi memiliki hubungan signifikan negatif dengan warna nasi (r = -0.451; p<0.05).

Analisis korelasi antar variabel juga menunjukkan warna nasi berbanding terbalik dengan aroma (r = -0.429; p<0.05) dan kepulenan nasi (r= -0.557; p<0.01). Kilap nasi berkorelasi positif dengan aroma (r = 0.468; p<0.05) dan kepulenan nasi (r = 0.939; p<0.01), sedangkan aroma nasi berkorelasi signifikan positif dengan tingkat kepulenan nasi (r = 0.648; p<0.01).

Page 5: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK NASI DARI BEBERAPA VARIETAS BERAS

SETYA PUTRI LARASATI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Gizi pada

Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 6: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

Judul : Karakteristik Sifat Fisikokimia dan Organoleptik Nasi dari

Beberapa Varietas Beras

Nama : Setya Putri Larasati

NRP : I14070056

Menyetujui :

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Leily Amalia, S.TP., M.Si Dr. Bram Kusbiantoro, MS. NIP. 19721209 2005 01 2004 NIP. 19610424 198603 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS. NIP. 19621218 198703 1 001

Tanggal Lulus :

Page 7: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmanirrahim. Alhamdulillah atas segala nikmat, kemudahan,

petunjuk, dan berbagai hal yang telah Allah SWT limpahkan, sehingga penulis

dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Karakterisasi Sifat Fisikokimia

dan Organoleptik Nasi dari Berbagai Varietas Beras”. Penulisan penelitian ini

tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan doa dari berbagai pihak. Ucapan

terimakasih penulis sampaikan kepada:

1. Bapak dan Ibu (Puji Hartono dan Peni Sugesti), Mas Jati, dan Titis atas

segala dukungan, kasih sayang, perhatian, dan doa kepada penulis selama

ini.

2. Leily Amalia, S.TP., M.Si selaku dosen pembimbing yang bersedia

meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan saran, dan

mengarahkan penulis dalam pelaksanaan penelitian maupun penyusunan

skripsi.

3. Dr. Bram Kusbiantoro, MS. selaku dosen pembimbing yang telah

mengizinkan pelaksanaan penelitian ini, meluangkan waktu, membimbing,

memberikan saran, dan mengarahkan penulis sehingga penelitian ini dapat

terlaksana.

4. Dr. Ir. Ikeu Ekayanti, MS. selaku dosen pemandu seminar dan penguji atas

saran dan kritik serta masukan yang bermanfaat bagi skripsi ini.

5. Prof. Ir. Ahmad Sulaiman, MS, PhD. selaku dosen pembimbing akademik

selama menempuh masa kuliah.

6. Mbak Wage, Mita, Mbak Ina, Reni, Karlina, Gusti, Afdol, mbak Yani, Muti,

fadhil, Linayanti, Yanti, serta seluruh teman-teman Pondok Rizki yang

senantiasa memberikan semangat, motivasi dan bantuan kepada penulis.

7. Mbak Amy, mbak Sinta, mbak Zahara, mbak Sera, mbak Desi, pak Budi, pak

Jaja, pak Prihadi, pak Kamijo, pak Husein, dan bu Dyah atas bantuan, saran,

masukan, dan bimbingan selama di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

(BB Padi) sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.

8. Risa, Andina, Indin, Kila, Andra, Ezri, Taufik, Ifdal, dan Emir yang telah

meluangkan waktunya untuk membantu pelaksanaan penelitian ini.

9. Rekan-rekan pembahas, Ayunda, Riza, Suprapti, dam Susi. Terimakasih atas

saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini.

10. Keluarga besar Luminare, adik-adik GM 45, 46, dan 47 untuk semua kisah

selama kuliah.

Page 8: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

11. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran membangun untuk

memperbaiki dan menyempurnakan usulan penelitian ini selanjutnya. Besar

harapan penulis agar usulan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca,

khususnya penulis pribadi dan semua pihak yang membutuhkan. Amin.

Bogor, Februari 2012

Penulis

Page 9: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta, 6 November 1989. Penulis adalah anak kedua

dari tiga bersaudara dari pasangan Puji Hartono dan Peni Sugesti. Penulis

menyelesaikan pendidikan TK pada tahun 2000 di TK An-Nur, Tambun, Bekasi.

Penulis kemudian menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Wonoenggal,

Grabag, Purworejo pada tahun 2001. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan

di SMP Negeri 10 Purworejo dan lulus pada tahun 2004. Pendidikan selanjutnya

ditempuh penulis di SMA Negeri 2 Purworejo dan lulus tahun 2007.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI di jurusan

Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, FEMA. Selama menempuh pendidikan

di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan seperti

Racana Pramuka IPB (Surya Tirta Kencana dan Inggita Puspa Kirana) periode

2008-2009 sebagai sekretaris I (kerani). Penulis juga aktif di organisasi

Himpunan Mahasiswa Ilmu Gizi (HIMAGIZI) periode 2009-2010 sebagai staf

divisi Peduli Pangan dan Gizi (PPG). Selain itu, penulis juga aktif di majalah

Emulsi (Majalah Pangan dan Gizi IPB) sebagai reporter periode 2009-2010 dan

IMPEMA (Ikatan Mahasiswa Peminat Ekologi Manusia) cabang Bogor divisi RPM

(Riset dan Pengembangan Masyarakat). Selain itu, penulis juga pernah

mengikuti berbagai kepanitiaan, seperti Pesta Siaga Pramuka Tanggap Flu

Burung, Bonjour (2008), Journalistic Fair, Latihan Gabungan Pramuka Perguruan

Tinggi se-Indonesia, Masa Perkenalan Fakultas HERO 45 dan Departemen Gizi

Masyarakat NUTRIENT 45 (2009), Gizi Bhakti Masyarakat (Desa Situgede, Desa

Petir dan Desa Neglasari), SUSHI Day, Seminar Gizi Nasional SENZASIONAL,

ECOSYSTEM, dan lain-lain.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi di Desa Petir, Bogor. Penulis

juga malaksanakan Internship Dietetik (ID) di RSUD Cibinong. Penulis pernah

bekerja sebagai pengajar di bimbingan belajar Intelectual Community di Jakarta.

Penulis pernah dua kali menerima dana hibah dari DIKTI pada Program

Kreativitas Mahasiswa pada tahun 2008 dan 2009. Selain itu, selama

perkuliahan penulis pernah menerima beasiswa BBM, PPA (Peningkatan

Prestasi Akademik), dan KSE (Karya Salemba Empat).

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana gizi, penulis

menyusun skripsi yang berjudul Karakterisasi Sifat Fisiskokimia dan Organoleptik

Nasi dari Beberapa Varietas Beras, dibawah bimbingan Leily Amalia, S.TP, Msi.

dan Dr. Bram Kusbiantoro, MS.

Page 10: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI .................................................................................................. i

DAFTAR TABEL .......................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... vi

PENDAHULUAN

Latar Belakang ......................................................................................... 1

Tujuan Penelitian ..................................................................................... 3

Tujuan Umum ...................................................................................... 3

Tujuan Khusus ..................................................................................... 3

Kegunaan Penelitian ................................................................................ 4

TINJAUAN PUSTAKA

Beras ....................................................................................................... 5

Struktur Beras ...................................................................................... 5

Penggilingan Padi Menjadi Beras ........................................................ 5

Jenis-jenis Beras ................................................................................. 7

Sifat Fisik Beras ....................................................................................... 7

Sifat Fisikokimia Beras ........................................................................... 10

Amilosa pada Beras ........................................................................... 10

Sifat Kimia dan Kandungan Gizi Beras .............................................. 11

Uji Deskripsi Sensori .............................................................................. 13

Quantitative Descriptive Analysis ....................................................... 14

METODOLOGI

Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 15

Bahan dan Alat....................................................................................... 15

Metode Penelitian .................................................................................. 16

Analisis Proksimat ............................................................................. 16

Kadar Air ....................................................................................... 16

Kadar Abu ..................................................................................... 16

Kadar Protein ................................................................................ 17

Kadar Lemak ................................................................................. 18

Kadar Karbohidrat ......................................................................... 19

Analisis Kadar Amilosa ...................................................................... 19

Analisis Daya Cerna Pati ................................................................... 20

Page 11: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

Karakteristik Sifat Fisikoimia Beras .................................................... 21

Uji Amilografi Beras ....................................................................... 21

Uji Konsistensi Gel ........................................................................ 22

Penentuan NPA dan NPV Nasi ..................................................... 22

Karakterisasi Sifat Organoleptik Beras............................................... 23

Penyiapan Contoh Nasi ................................................................ 23

Uji Hedonik ................................................................................... 23

Uji Ranking ................................................................................... 23

Uji Deskriptif Analisis (Quantitative Descriptive Analysis/QDA) ..... 23

Rancangan Percobaan ...................................................................... 27

Pengolahan dan Analisis Data ........................................................... 27

PEMBAHASAN

Analisis Proksimat .................................................................................. 29

Kadar Air ........................................................................................... 29

Kadar Abu ......................................................................................... 29

Kadar Protein..................................................................................... 30

Kadar Lemak ..................................................................................... 31

Kadar Karbohidrat ............................................................................. 32

Kadar Amilosa ........................................................................................ 32

Daya Cerna Pati in vitro ......................................................................... 33

Sifat Fisikokimia Beras ........................................................................... 35

Uji Amilografi ..................................................................................... 35

Uji Konsistensi Gel............................................................................. 36

Nisbah Penyerapan Air (NPA) ........................................................... 37

Nisbah Pengembangan Volume (NPV) .............................................. 38

Sifat Organoleptik ................................................................................... 39

Uji Skoring ......................................................................................... 39

Uji Hedonik ........................................................................................ 40

Uji Ranking ........................................................................................ 41

Quantitative Descriptive Analysis ....................................................... 42

Seleksi Panelis .............................................................................. 42

Pelatihan Panelis .......................................................................... 43

Penentuan Nilai Flavor Standar..................................................... 44

Uji QDA ......................................................................................... 45

Korelasi Antar Variabel ........................................................................... 49

Page 12: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

Korelasi antar Sifat Fisikokimia .......................................................... 49

Korelasi antara Sifat Fisikokimia dan Organoleptik ............................ 51

Korelasi antar Sifat Organoleptik ....................................................... 52

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ............................................................................................ 54

Saran ..................................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 56

LAMPIRAN ................................................................................................. 62

Page 13: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komposisi beras dari berbagai cara pengolahan .................................... 12

2. Kandungan zat gizi nasi dari beras giling per 100 gram .......................... 13

3. Larutan uji untuk deskripsi penentuan rasa dasar ................................... 24

4. Larutan uji untuk uji segitiga rasa dasar .................................................. 24

5. Flavor (aroma) standar untuk panelis ...................................................... 25

6. Larutan flavor standar pada tahap pelatihan ........................................... 25

7. Hasil analisis proksimat enam varietas beras ......................................... 29

8. Hasil analisis daya cerna pati enam varietas beras ................................ 33

9. Hasil analisis kadar amilosa enam varietas beras ................................... 34

10. Data amilografi enam varietas beras ..................................................... 35

11. Uji konsistensi gel enam varietas beras ................................................ 37

12. Nisbah penyerapan air dan pengembangan volume enam varietas

beras .................................................................................................... 38

13. Mutu organoleptik skoring nasi ............................................................. 39

14. Frekuensi distribusi dan skor organoleptik uji hedonik .......................... 41

15. Frekuensi distribusi dan skor organoleptik uji ranking ........................... 42

16. Persamaan dalam penentuan nilai flavor aroma ................................... 44

17. Bahan-bahan yang digunakan sebagai flavor standar ........................... 44

18. Persamaan dalam penentuan nilai flavor standar atribut rasa ............... 45

19. Konsentrasi larutan standar rasa dasar................................................. 45

20. Hasil uji QDA atribut aroma ................................................................... 46

21. Hasil uji QDA atribut rasa ...................................................................... 46

22. Total keragaman yang dapat dijelaskan pada atribut aroma ................. 47

23. Komponen matrik korelasi pada atribut aroma ...................................... 47

24. Total keragaman yang dapat dijelaskan pada atribut rasa .................... 48

25. Komponen matrik korelasi pada atribut rasa ......................................... 49

26. Korelasi antar variabel yang dianalisis .................................................. 53

Page 14: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Struktur biji beras ................................................................................. 6

2. Kurva standar amilosa ........................................................................ 32

3. Karakteristik sifat sensori enam varietas beras ................................... 47

4. Scatterplot dari dua komponen utama pada atribut aroma ................. 48

5. Scatterplot dari dua komponen utama pada atribut rasa .................... 49

Page 15: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Analisis statistik kadar air ................................................................... 62

2. Analisis statistik kadar abu ................................................................. 63

3. Analisis statistik kadar protein ............................................................ 64

4. Analisis statistik kadar lemak .............................................................. 65

5. Analisis statistik karbohidrat ............................................................... 66

6. Analisis statistik daya cerna pati in vitro ............................................. 67

7. Analisis statistik kadar amilosa ........................................................... 68

8. Hasil analisis amilografi Ciherang ....................................................... 69

9. Hasil analisis amilografi Inpara 3 ........................................................ 71

10. Hasil analisis amilografi Inpari 1 ....................................................... 73

11. Hasil analisis amilgrafi Inpari 2 ......................................................... 75

12. Hasil analisis amilografi Inpari 6 Jete................................................ 77

13. Hasil analisis amilografi IR42 ........................................................... 79

14. Analisis statistik uji konsistensi gel ................................................... 81

15. Analisis statistik nisbah penyerapan air ............................................ 82

16. Analisis statistik nisbah pengembangan volume ............................... 82

17. Analisis statistik uji skoring ............................................................... 83

18. Analisis statistik uji hedonik .............................................................. 83

19. Analisis statistik uji ranking ............................................................... 83

20. Form uji QDA tahap seleksi panelis ................................................. 84

21. Form uji QDA tahap pelatihan panelis uji konsistensi aroma ............ 86

22. Form uji QDA tahap pelatihan panelis uji intensitas aroma ............... 87

23. Form uji QDA tahap pengujian atribut rasa ....................................... 88

24. Form uji QDA tahap pengujian atribut aroma .................................... 89

25. Grafik konsentrasi acuan flavor standar atribut buttery ..................... 90

26. Grafik konsentrasi acuan flavor standar atribut cereal ...................... 90

27. Grafik konsentrasi acuan flavor standar atribut creamy .................... 90

28. Grafik konsentrasi acuan flavor standar atribut pandan .................... 91

29. Grafik konsentrasi acuan flavor standar atribut sweety ..................... 91

30. Lampiran hasil analisis PCA uji QDA atribut aroma .......................... 92

31. Lampiran hasil analisis PCA uji QDA atribut rasa ............................. 93

Page 16: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Undang-undang RI Nomor 7 tahun 1996 tentang pangan menyebutkan

bahwa pemenuhan pangan merupakan hak asasi bagi setiap individu. Oleh

karena itu, terpenuhinya kebutuhan pangan di dalam suatu negara merupakan

hal yang mutlak harus dicapai. Pangan sebagai kebutuhan pokok terpenting,

memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung dengan kondisi kesehatan,

kecerdasan dan produktivitas sumber daya manusia. Selain itu, pemenuhan

kebutuhan pangan bagi seluruh penduduk Indonesia merupakan fondasi kuat

untuk pembentukan kualitas manusia dan menjadi pilar bagi pembangunan

ekonomi dan sektor lainnya, serta merupakan wahana untuk memenuhi hak

asasi setiap manusia atas pangan.

Beras merupakan salah satu makanan pokok dari hampir setengah

populasi dunia (Childs 2004). Lebih dari 50% penduduk dunia tergantung pada

beras sebagai sumber kalori utama (FAO 2004; Childs 2004). Sekitar 90% beras

dunia tumbuh dan dikonsumsi di Asia (Tyagi et al. 2004). Hampir 1.750 milyar

jiwa dari sekitar tiga milyar penduduk Asia, termasuk 200 juta penduduk

Indonesia, menggantungkan kebutuhan energi dari beras (Andoko 2008). Beras

merupakan tanaman pangan nomor satu dunia (Itani et al. 2002) dengan

nutritional diversification dan membantu dalam mengurangi kemiskinan

(Otegbayo et al. 2001).

Bangsa Indonesia telah menjadi bangsa terbesar yang mengonsumsi

beras di dunia. Bagi masyarakat Indonesia, beras merupakan bahan pangan

pokok sehari-hari. Beras dijadikan sumber karbohidrat dan energi utama hampir

di seluruh daerah di Indonesia karena mudah didapat, memiliki rasa enak dan

dapat dikombinasikan dengan bahan pangan lain.

Beras sebagai bahan pangan pokok menyumbangkan sekitar 40-80%

energi dan 45-55% protein dalam rata-rata menu rakyat Indonesia. Di bidang

ekonomi, beras merupakan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat

Indonesia, sebagai indeks kestabilan ekonomi, dan landasan utama kebijakan

pangan pemerintah. Beras sebagai contoh beras merah juga dapat dimanfaatkan

sebagai pangan fungsional, yaitu bahan pangan yang mengandung satu atau

lebih komponen pembentuk, yang mempunyai fungsi fisiologis tertentu dan

bermanfaat bagi kesehatan (Widjayanti 2004).

Page 17: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

2

Menurut Damardjati dan Purwani (1991), sifat-sifat yang menentukan

mutu beras antara lain: 1) sifat fisik dan sifat giling, 2) cita rasa dan mutu tanak,

dan 3) nilai gizi. Standar Nasional Indonesia (SNI) beras giling hanya memuat

sifat fisik saja, tetapi belum menampung cita rasa, mutu tanak dan nilai gizi dari

beras. Hal ini disebabkan adanya perbedaan preferensi konsumen dalam hal cita

rasa, mutu tanak dan nilai gizi beras yang dikonsumsi, sehingga sulit untuk

distandarkan secara nasional. Konsumen di setiap daerah mempunyai preferensi

yang berbeda-beda terhadap mutu beras. Penampilan beras dan cita rasa serta

kepulenan nasi merupakan faktor utama pilihan konsumen. Penampilan beras,

cita rasa, dan kepulenan nasi dapat direpresentasikan oleh sifat fisikokimia beras

(Damardjati 1997).

Varietas beras sangat beragam. Bila dilihat dari masing-masing

daerahnya, diantaranya terdapat beras varietas Cianjur, beras Solok, dan beras

Banyuwangi. Berdasarkan jenis dikenal adanya beras Rojolele, beras Bulu,

beras IR, beras Cisadane dan lain-lain. Beras dengan berbagai varietas ini

memiliki komposisi yang berbeda-beda pula, terutama kandungan amilosa-

amilopektin beras tersebut. Perbedaan komposisi ini sangat dipengaruhi oleh

kondisi tanah pertanian, pemupukan, lingkungan tempat tumbuhnya dan iklim.

Masing-masing varietas beras memiliki karakteristik yang berbeda dan unik

seperti flavor, warna, zat gizi dan komposisi kimia (Yang et al. 2010).

Banyaknya varietas padi yang ada di pasaran mempengaruhi preferensi

konsumen dalam memilih beras untuk disantap sebagai nasi. Hal ini disebabkan

karena masing-masing varietas padi memiliki sifat fisikokimia yang berbeda satu

dengan lainnya. Komposisi kimia beras berbeda-beda tergantung pada varietas

dan cara pengolahannya. Menurut Yadav et al. (2007), perbedaan varietas

menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam hal morfologi, fisikokimia,

maupun cooking properties.

Informasi karakteristik fisik dan kimia termasuk kandungan zat gizi pada

makanan mulai diperhatikan oleh masyarakat. Pencantuman label tentang

kandungan gizi makanan juga sudah menjadi aturan yang wajib dipenuhi oleh

para produsen makanan. Informasi tersebut menjadi sangat penting karena

memiliki kegunaan dan manfaat yang berbeda-beda bagi setiap orang. Meskipun

demikian, informasi kandungan gizi maupun sifat fisikokimiawi beras umumnya

hanya dijumpai pada beras dengan pengolahan yang berbeda atau terbatas

pada label beras varietas unggul, sementara beras yang beredar di pasaran

Page 18: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

3

sangat beragam jenis dan varietasnya. Sebagai contoh, dalam daftar komposisi

bahan makanan (DKBM) kandungan gizi beras hanya terbatas pada beras pelita,

atau dengan kata lain semua kandungan gizi pada semua beras dianggap sama.

Oleh karena itu, perlu adanya informasi akan kandungan zat gizi, dan sifat

fisikokimiawi beras pada varietas yang berbeda.

Banyak aspek yang menentukan preferensi masyarakat akan beras,

salah satunya aspek budaya. Indonesia merupakan negara dengan beragam

suku bangsa yang juga memiliki keragaman kesukaan/preferensi terhadap sifat

beras. Beberapa suku bangsa suka akan beras yang lebih pulen, lebih pera, atau

beras wangi (aromatik). Selain itu, konsumen mulai memperhatikan tidak hanya

dari segi beras/nasi yang menyumbangkan kandungan karbohidratnya saja,

tetapi juga sudah mulai memperhatikan atau memilih-milih beras yang sesuai

dengan preferensi mereka. Hal ini disebabkan pembangunan ekonomi telah

menjadikan kemampuan perekonomian masyarakat meningkat sehingga mampu

membeli jenis makanan yang sesuai dengan selera atau preferensinya meskipun

dengan harga yang lebih tinggi. Oleh karena itu, diperlukan adanya informasi

mengenai penilaian organoleptik/sensori menjadi penting karena penilaian

organoleptik sangat menentukan penerimaan konsumen akan beras masak

(nasi).

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah menganalisis sifat fisikokimia dan

organoleptik nasi dari beberapa jenis varietas beras.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis kandungan gizi secara proksimat dari enam varietas beras

yang berbeda.

2. Mengidentifikasi kadar amilosa enam varietas beras dengan tingkat

kepulenan yang berbeda.

3. Melakukan analsis daya cerna pati in vitro terhadap enam varietas beras.

4. Melakukan analisis karakteristik fisikokimia beras yang meliputi uji

amilografi beras, uji konsistensi gel, serta menentukan nisbah

Page 19: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

4

pengembangan air (NPA) dan nisbah pengembangan volume (NPV) dari

enam varietas beras.

5. Mengevaluasi sifat organoleptik/sensori secara deskriptif nasi dari enam

varietas beras dengan tingkat kepulenan yang berbeda.

6. Mempelajari korelasi antar variabel, khususnya hubungan antara kadar

amilosa dengan sifat fisikokimia maupun organoleptiknya.

Kegunaan Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah menambah

informasi data DKBM (Daftar Komposisi Bahan Makanan) dan memberikan

informasi tambahan mengenai sifat fisik dan kimia beberapa varietas kepada

masyarakat tentang kandungan beras (baik sifat fisik maupun kimia) sebagai

pertimbangan bagi masyarakat dalam memilih beras dengan cita rasa yang baik

dari segi fisik dan dari segi gizi. Selain itu, dapat digunakan di bidang industri

terkait pangan dalam memilih varietas dan menentukan cara pengolahan beras

yang sesuai dengan karakteristik produk olahan beras yang diinginkan.

Manfaat lain yang dapat diambil adalah sebagai bahan kajian dan

informasi kepada instansi pemerintah untuk menentukan mutu beras dan

mengembangkan varietas baru yang sesuai dengan preferensi konsumen. Selain

itu, diharapkan penelitian ini dapat membuat deskripsi sifat-sifat sensori

beberapa padi di Indonesia sehingga pemerintah atau peneliti pertanian dapat

mengembangkan varietas-varietas baru dengan sifat unggul.

Page 20: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

TINJAUAN PUSTAKA

Beras

Beras merupakan hasil proses pasca panen dari tanaman padi yaitu

setelah tangkai dan kulit malainya dilepaskan dan digiling. Berdasarkan

kelompok spesies padi yang telah dibudidayakan terdapat dua kelompok utama

yaitu Oryza sativa yang berasal dari Asia dan Oryza globerima yang berasal dari

Afrika Barat. Kini di dunia lebih banyak dikenal dua kelompok varietas padi Oryza

sativa yaitu : Japonica dan Indica (Winarno 1984).

Padi Japonica banyak ditanam di daerah Jepang, Korea, dan negara-

negara subtropis, sedangkan padi Indica banyak ditanam di daerah tropis

(khususnya Asia Tenggara). Perbedaan antara kedua padi tersebut salah

satunya yaitu karakteristik pemasakan. Japonica bersifat lebih cepat lembek

setelah pemasakan, sebaliknya Indica lebih tahan terhadap pemasakan (Grist

1975). Hal ini berkaitan dengan sifat nasi yang dihasilkan. Nasi dari beras

Japonica memiliki tekstur yang lebih lengket dan lembek dibandingkan nasi dari

beras Indica.

Struktur Beras

Gabah adalah bulir padi yang telah rontok dari malainya, terdiri dari satu

bagian yang dapat dimakan disebut “caryopsis” dan satu bagian lagi yang

merupakan struktur kulit yang disebut sekam. Bagian sekam mencapai 18 hingga

28 persen dari bobot gabah. Gabah yang dikupas akan menghasilkan beras

pecah kulit (brown rice). Apabila beras pecah kulit tersebut disosoh maka akan

diperoleh beras gilling (milled rice). Beras merupakan satu-satunya jenis biji-

bijian yang sebagian besar dikonsumsi dalam bentuk biji utuh (Winarno 1984).

Bagian butir beras (brown rice) terdiri dari lapisan pericarp, testa atau tegmen,

lapisan aleuron, endosperm, dan embrio (Juliano 1972). Struktur gabah dapat

dilihat pada Gambar 1.

Penggilingan Padi menjadi Beras

Penggilingan (milling) menunjukkan keseluruhan proses pengolahan

gabah hingga menjadi beras yaitu meliputi proses pembersihan, penghilangan

sekam, kulit ari dan proses pemisahan beras yang dihasilkan berdasarkan

ukurannya (Luh 1991). Pengolahan padi menjadi beras di Indonesia dapat

dibedakan atas tiga cara, yaitu secara tradisional yang ditumbuk dengan tangan,

Page 21: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

6

dengan mesin penggilingan secara kecil-kecilan serta dengan mesin

penggilingan pada perusahaan padi komersil (Winarno 1984).

Gambar 1. Struktur biji beras (Grist 1975)

Pengupasan kulit gabah (hulling) bertujuan untuk menghilangkan sekam

dengan kerusakan pada lapisan dedak yang minimum, bila memungkinkan tanpa

adanya kepatahan pada beras pecah kulit yang dihasilkan (Araullo et al. 1976).

Beras yang telah kehilangan sekam ini masih mengandung lapisan dedak

(pericarp) yang menyelaputi endosperm. Bila lapisan dedak dan aleuron telah

dihilangkan maka beras ini disebut beras sosoh.

Pada proses penyosohan terjadi pengupasan kulit yang berwarna perak

dan lapisan dedak atau sebagian besar lapisan-lapisan beras pecah kulit yang

digiling (Grist 1975). Derajat sosoh dinyatakan dalam persen dan menyatakan

tingkat kehilangan dari lembaga dan lapisan kulit ari luar maupun dalam. Pada

sistem grading beras yang tetapkan oleh USDA, beras giling dibagi empat grade

yaitu beras giling sempurna (well milled), beras giling cukup sempurna

(reasonably well milled), beras giling ringan (lightly milled) dan beras kurang

tergiling (under milled) (Luh 1991).

Page 22: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

7

Jenis-Jenis Beras

Jenis-jenis beras sangat beragam. Menurut Winarno (2004) beberapa

cara penggolongan beras yang banyak diterapkan dan dipraktekkan yaitu: (1)

berdasarkan varietas padi, sehingga dikenal adanya beras Bengawan Solo,

Celebes, Sintanur, dan lain-lain, (2) berdasarkan asal daerah, sehingga dikenal

adanya beras Cianjur, beras Garut, dan beras Banyuwangi, (3) berdasarkan cara

pengolahan, sehingga dikenal adanya beras tumbuk dan beras giling, (4)

berdasarkan tingkat penyosohan, sehingga dikenal beras kualitas I atau beras

kualitas II, (5) berdasarkan gabungan antara sifat varietas padi dengan tingkat

penyosohan.

Berdasarkan ukuran dan bentuk beras, dalam standarisasi mutu beras

di pasaran internasional dikenal empat tipe ukuran panjang beras, yaitu biji

sangat panjang (>7 mm), biji panjang (6.0-6.9 mm), biji sedang (5.0-5.9 mm), dan

biji pendek (<5 mm). Berdasarkan bentuknya yang ditetapkan berdasarkan

nisbah panjang/lebar, beras dibagi atas empat tipe, yaitu lonjong (slender),

sedang (medium), agak bulat (bold), dan bulat (round) (Darmadjati dan Purwani

1991).

Berdasarkan kandungan amilosa, beras (nasi) dapat dibagi menjadi

empat golongan yaitu: (1) beras dengan kadar amilosa tinggi (25-33%); (2) beras

dengan kadar amilosa menengah (20-25%); (3) beras dengan kadar amilosa

rendah (9-20%); beras dengan kadar amilosa sangat rendah (<9%). Beras ketan

praktis tidak ada amilosanya (1-2%), sedangkan beras yang mengandung

amilosa lebih dari 2% disebut beras biasa atau beras bukan ketan. Beras dengan

kadar amilosa rendah mempunyai sifat nasi yang pulen, tidak terlalu basah

maupun kering, sedangkan beras dengan kadar amilosa tinggi mempunyai sifat

nasi yang keras, kering, dan pera (Khush & Cruz 2000).

Sifat Fisik Beras

Sifat-sifat yang termasuk kedalam sifat fisik beras antara lain suhu

gelatinisasi, konsistensi gel, penyerapan air, kepulenan, kelengketan, kelunakan,

dan kilap nasi (Damardjati dan Purwani 1991). Menurut Winarno (1997), suhu

gelatinisasi adalah suhu pada saat granula pati pecah dengan penambahan air

panas. Beras dapat digolongkan menjadi tiga kelompok menurut suhu

gelatinisasi, yaitu: suhu rendah (55-69oC), sedang (70-74oC), dan tinggi (>740C)

(Khush & Cruz 2000).

Page 23: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

8

Menurut Winarno (2008), bila suspensi pati dalam air dipanaskan,

suspensi pati yang keruh seperti susu tiba-tiba mulai menjadi jernih pada suhu

tertentu. Terjadi translusi larutan pati diikuti pembengkakan granula. Bila energi

kinetik molekul-molekul air menjadi lebih kuat daripada daya tarik-menarik

antarmolekul pati didalam granula, air dapat masuk kedalam butir-butir pati.

Penyerapan akan semakin intensif seiring dengan meningkatnya suhu

pemanasan sehingga menyebabkan granula membesar hingga pada suatu titik

pembesaran granula pati bersifat irreversible (tidak dapat kembali kebentuk

semula) (Winarno 2008). Semakin meningkat suhu pemanasan, semakin

meningkat pengembangan granula. Pembesaran granula pati menyebabkan

peningkatan viskositas larutan pati secara bertahap. Setelah pembesaran pati

mencapai maksimal, granula pati akan pecah sehingga pemanasan lebih lanjut

akan menurunkan viskositas larutan pati dan kurva amilografi membentuk

sebuah puncak viskositas (Parker 2003).

Adanya fraksi amilosa dalam granula pati akan membatasi

perkembangan granula dan mempertahankan integritas granula. Semakin tinggi

kadar amilosa pati, semakin kuat ikatannya, viskositas puncak merupakan

ukuran dari kekuatan pengentalan pati, maka sifat pengental pada pati lebih

dominan ditentukan oleh kandungan amilopektinnya (Greenwood 1979).

Pati memiliki gugus hidroksil yang jumlahnya sangat banyak. Hal ini yang

menyebabkan kemampuan menyerap airnya sangat besar, sehingga

menyebabkan granula pati membengkak. Peningkatan viskositas terjadi karena

air yang awalnya berada di luar granula dan bebas bergerak sebelum suspensi

dipanaskan kini berada di dalam butir-butir pati dan tidak dapat bergerak dengan

bebas lagi (Winarno 1997). Menurut Swinkel (1985), peningkatan viskositas

terjadi akibat friksi yang lebih besar dengan semakin membengkaknya granula

dan keluarnya eksudat granula kedalam larutan.

Bila pati telah mendingin, energi kinetik tidak lagi cukup tinggi untuk

melawan kecenderungan molekul-molekul amilosa untuk bersatu kembali.

Molekul-molekul amilosa berikatan kembali satu sama lain serta berikatan

dengan cabang amilopektin membentuk jaring-jaring mikrokristal dan

mengendap. Proses kristalisasi kembali pati yang telah mengalami gelatinisasi ini

disebut retrogradasi.

Suhu gelatinisasi dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: karakteristik

granula, terdapatnya komponen protein, lemak, dan juga gula pada tepung.

Page 24: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

9

Menurut Juliano (1972), hubungan suhu gelatinisasi dengan waktu pemasakan

beras menunjukkan bahwa peningkatan suhu gelatinisasi akan memperlama

waktu pemasakan beras menjadi nasi. Dengan kata lain, suhu gelatinisasi

berkorelasi positif dengan waktu yang dibutuhkan untuk menanak nasi. Beras

yang memiliki suhu gelatinisasi rendah akan menyerap air dan mengembang

pada suhu yang lebih rendah dibandingkan beras yang memiliki suhu gelatinisasi

tinggi.

Kadar amilosa sebanding dengan suhu gelatinisasi, dimana adanya

kecenderungan bahwa semakin tinggi kadar amilosa maka semakin tinggi suhu

gelatinisasi. Pati beramilosa tinggi mempunyai struktur yang lebih rapat (tighly

bound structure) sehingga sukar mengembang (Greenwood 1979). Keadaan ini

menyebabkan diperlukan suhu gelatinisasi yang lebih tinggi agar terjadi

pengembangan granula. Amilopektin mempunyai struktur bercabang yang

sangat efektif untuk mencegah pecahnya granula akibat proses gelatinisasi. Oleh

karena itu, granula menjadi lebih mudah pecah yang mengakibatkan turunnya

suhu gelatinisasi.

Suhu awal gelatinisasi yang tergolong tinggi sementara kadar amilosa

yang rendah dapat disebabkan adanya lemak yang mempengaruhi

pengembangan granula pati. Degradasi lemak dengan karbohidrat akan

membentuk glikolipid yang mengikat granula, sehingga diperlukan suhu

pemanasan yang lebih tinggi untuk memecah granula pati tersebut. Selain itu,

lamanya penyimpanan juga dapat mempengaruhi peningkatan gula reduksi

sehingga granula pati akan terhalangi untuk mengalami pengembangan. Hal ini

menyebabkan waktu yang diperlukan untuk mendegradasi pati menjadi lebih

lama (Agrasasmita 2008).

Menurut Winarno (2008), adanya gula berpengaruh terhadap kekentalan

gel yang terbentuk, gula akan menurunkan kekentalan. Hal ini disebabkan gula

akan mengikat air, sehingga pembengkakan butir-butir pati terjadi lebih lambat,

akibatnya suhu gelatinisasi lebih tinggi. Adanya gula akan menyebabkan gel

lebih tahan terhadap kerusakan mekanik.

Perubahan komposisi kimia selama penyimpanan disebabkan oleh

kegiatan enzim dalam biji yang masih aktif setelah padi dipanen. Umumnya,

selama penyimpanan gabah atau beras terjadi peningkatan gula reduksi dan

terjadi penurunan gula nonreduksi. Perubahan tersebut sangat dipengaruhi oleh

suhu, sedangkan pengaruh kandungan airnya kecil. Pada suhu 5oC kandungan

Page 25: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

10

gula relatif tidak berubah, sedangkan pada suhu 25oC penurunan kadar gula

berlangsung dengan cepat (Barber 1972).

Viskositas balik mencerminkan tingkat kemampuan asosiasi atau

retrogradasi molekul pati (amilosa beras) pada proses pendinginan. Sifat ini

penting untuk mengetahui apakah nasi/produk pada suhu kamar atau setelah

dingin akan mengembang (mekar) atau menyusut volumenya. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kecenderungan ini antara lain kadar amilosa, panjang rantai

polimer, dan tingkat dispersi molekul pati. Viskositas balik pasta pati diukur

berdasarkan selisih antara viskositas dingin (pada 500C) dengan viskositas

puncak pasta.

Menurut Luh & Liu (1980), varietas beras dengan kadar amilosa tinggi

(diatas 22%) umumnya mempunyai viskositas balik yang tinggi (viskositas

puncak yang rendah) dan beras yang mengandung pati dengan kadar amilosa

rendah umumnya mempunyai viskositas balik rendah (viskositas puncak relatif

tinggi).

Little & Dawson (1990) mengatakan bahwa selama pemasakan beras

akan terjadi pengembangan graula pati. Pengembangan ini menyebabkan

permukaan butir beras menjadi retak. Tertahannya pengembangan pati beras

disebabkan oleh adanya pembatas dari komponen bukan pati karena kandungan

lemak, protein, mineral, dan dinding sel yang berpengaruh terhadap kualitas

pemasakan nasi.

Sifat Fisikokimia Beras

Amilosa pada Beras

Amilosa adalah polisakarida yang terdiri dari glukosa yang membentuk

rantai linier dan memiliki kemampuan untuk membentuk ikatan hidrogen atau

untuk mengalami retrogradasi. Struktur yang lurus ini membuat amilosa dapat

dihidrolisis sempurna oleh satu enzim saja yakni α-amilase, sedangkan

amilopektin merupakan polimer gula sederhana yang memiliki cabang serta

mempunyai ukuran molekul yang lebih besar dibandingkan amilosa. Oleh karena

itu untuk menghidrolisis amilopektin diperlukan dua enzim yaitu α-amilase dan

α(1-6) glukosidase. Rantai lurus dan sifat hidrofilik amilosa menyebabkan

molekul ini cenderung membentuk susunan paralel satu sama lain melalui ikatan

hidrogen. Hal ini menyebabkan affinitas amilosa terhadap air menurun.

Kadar amilosa merupakan salah satu kriteria penting dalam sistem

klasifikasi beras. Beras berkadar amilosa sedang mempunyai sifat nasi pulen,

Page 26: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

11

tidak terlalu basah maupun kering, sedangkan beras berkadar amilosa tinggi

mempunyai sifat nasi yang keras, kering, dan pera. Penggolongan ini didasarkan

pada kemampuan amilosa untuk berasosiasi kembali dengan sesamanya

membentuk struktur yang kaku (Winarno 1997).

Sampel beras yang memiliki kandungan amilosa rendah biasanya

memiliki nisbah penyerapan air (NPA) yang lebih rendah dibandingkan dengan

yang memiliki kandungan amilosa tinggi. Hal ini disebabkan perbedaan gugus

aktifnya. Amilosa mempunyai gugus hiroksil yang bersifat polar (hidrofilik) dan

mempunyai afinitas yang cukup besar terhadap air. Hal ini menyebabkan

kemampuan daya serap air meningkat (Juliano 1979). Oleh karena itu, nasi yang

pera akan lebih banyak menyerap air untuk mengembang.

Pada proses pemasakan beras menjadi nasi, amilosa mempunyai

kemampuan lebih mudah menyerap air, tetapi lebih mudah pula melepaskannya.

Sebalikanya, amilopektin merupakan polimer glukosa yang mempunyai rantai

cabang dan sulit menyerap air, tetapi lebih sukar melepaskanya. Kandungan

amilosa, varietas beras, dan waktu pemasakan mempunyai korelasi positif

terhadap penyerapan air (Darmadjati dan Purwani 1991).

Menurut Bergman et al. (2004), granula pati dapat mengembang jika

menyerap air. Air membentuk hidrat melalui ikatan hidrogen. Kemampuan

penyerapan air dan pengembangan volume terbatas karena molekul-molekul pati

sendiri saling berikatan melalui ikatan hidrogen. Apabila dipanaskan, energi

panas dapat memecah ikatan hidrogen sehingga kemampuan pati dalam

mengikat air semakin meningkat dan mengakibatkan pati dapat mengembang

lebih besar.

Sifat Kimia dan Kandungan Gizi Beras

Beras sebagai bahan pangan disusun oleh pati, protein, dan unsur lain

seperti lemak, serat kasar, mineral, vitamin, dan air dengan distribusi tidak

merata. Lapisan terluar beras kaya akan komponen non pati seperti protein,

lemak, serat, abu, pentosan, dan lignin sedangkan bagian endosperm kaya akan

pati (Juliano 1972).

Karbohidrat utama dalam beras adalah pati dan hanya sebagian kecil

merupakan pentosan, selulosa, hemiselulosa, dan gula. Pati beras berkisar

antara 85-90% dari berat kering beras. Kandungan pentosan berkisar antara 2.0-

2.5%, dan gula 0.6-1.4% dari beras pecah kulit.

Page 27: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

12

Protein sebagai penyusun terbesar kedua setelah pati, mempunyai

ukuran granula 0.5-5 µm terdiri dari 5% fraksi albumin (larut dalam air), 10%

gobulin (larut dalam garam), 5% prolamin (larut dalam alkohol), dan 80% glutelin

(larut dalam basa). Fraksi protein yang paling dominan adalah glutelin, yang

bersifat tidak larut dalam air, sehingga dapat menghambat penyerapan air dan

volume pengembangan butir pati selama pemanasan (Juliano 1972).

Menurut Juliano (1972), seperti pada serealia lain, kandungan lemak

tertinggi beras terdapat dalam lembaga dan lapisan aleuron yang terkumpul

dalam butiran lemak. Kadar lemak dari beras pecah kulit berkisar antara 2.4-

3.9%, sedangkan pada beras giling berkisar 0.3-0.6%. Lemak tersebut ada

dalam bentuk trigliserida (lipid netral) dan dalam asam lemak bebas (lipid) polar.

Asam-asam lemak utama dalam beras adalah asam palmitat, oleat, dan linoleat.

Fraksi utama lemak beras adalah asam oleat dan palmitat.

Vitamin yang terdapat pada beras dalam bentuk tiamin, riboflavin,

piridoksin, masing-masing berturut-turut 4 ug/g, 0.6 ug/g, dan 50 ug/g.

Kandungan vitamin ini biasanya lebih tinggi pada beras pecah kulit daripada

sosoh, kadar riboflavin dalam beras rendah dan vitamin C tidak ada.

Tabel 1 Komposisi beras dari berbagai cara pengolahan Komposisi Beras Pecah Kulit Beras Giling Beras Pratanak

Kadar air (%) 12.0 12.0 10.3 Kalori/100g (kkal) 360 363 369 Protein (%) 7.5 6.7 7.4 Lemak (%) 1.9 0.4 0.3 Ekstrak N-Bebas (%) 77.4 80.4 81.3 Serat (%) 0.9 0.3 0.2 Abu (%) 1.2 0.5 0.7 Thiamin (mg/100g) 0.34 0.07 0.44 Riboflavin (mg/100) 0.05 0.03 - Niacin (mg/100g) 4.7 1.6 3.5 (Sumber : Adair et al. 1973)

Beras sebelum dikonsumsi harus diolah terlebih dahulu melalui proses

penanakan untuk menjadi nasi yang dapat dilakukan dengan penanakan dan

pengukusan. Nasi menyumbangkan 60-80% kalori dan 45-55% protein pada

menu masyarakat Indonesia (Purwani et al. 2007). Komposisi beras dari

berbagai cara pengolahan dapat dilihat pada Tabel 1 dan kandungan zat gizi

nasi dari beras giling per 100 gram dapat dilihat pada Tabel 2.

Mutu tanak merupakan mutu atau kualitas nasi akibat adanya perubahan

fisikokimia dari beras menjadi nasi. Sifat umum yang dapat digolongkan dalam

pengertian mutu tanak adalah pengembangan volume, nisbah penyerapan air,

Page 28: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

13

stabilitas pratanak, waktu tanak, dan sifat viskositas tepung. Akan tetapi, dalam

penerapan kriteria mutu tanak dan pengolahan digunakan sifat-sifat fisik dan

kimia yang dapat diukur secara objektif. Sifat beras yang digunakan sebagai

kriteria mutu tanak dan pengolahan beras adalah kadar amilosa, uji alkali untuk

menduga suhu gelatinisasi, kapasitas penyerapan air pada suhu 700C, dan sifat

amilografi (Damardjati dan Purwani 1991).

Tabel 2. Kandungan Zat Gizi Nasi dari Beras Giling per 100 gram

Zat Gizi Jumlah (dalam 100 gram nasi) Air (g %) 57.00 Energi (Kalori) 178.00 Protein (g %) 2.10 Lemak (g %) 0.10 Karbohidrat (g %) 40.60 Kalsium (Ca) (mg %) 5.00 Pospor (P) (mg %) 22.00 Besi (Fe) (mg %) 0.50 Vitamin B1 (mg %) 0.02

(Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI 1995). Mutu tanak di Indonesia belum merupakan kriteria yang berlaku dalam

penetapan mutu beras, tetapi di pasaran internasional khususnya di Amerika

Serikat, mutu tanak merupakan salah satu persyaratan mutu beras, terutama

hubungannya dengan industri pengolahan beras. Mutu tanak dan sensori lebih

ditentukan oleh sifat-sifat genetis varietas dan kondisi-kondisi pertanaman seperti

pemupukan, jenis tanah, dan iklim, sehingga sifat ini dimasukkan dalam kriteria

dari deskripsi varietas yang akan dilepas.

Faktor yang mempengaruhi karakteristik mutu beras secara umum

dipengaruhi oleh 4 faktor utama, yaitu : sifat genetik, lingkungan dan kegiatan

prapanen, perlakuan panen, dan perlakuan pasca panen. Masing-masing faktor

tersebut mempengaruhi beras secara dominan, misalnya mutu tanak dan sensori

nasi terutama ditentukan oleh faktor genetik dan sedikit dipengaruhi oleh faktor

penyimpanan (Damardjati 1995).

Uji Deskripsi Sensori

Uji deskripsi sensori adalah metode analisis sensori dimana atribut

sensori suatu produk atau bahan pangan diidentifikasi, dideskripsikan dengan

menggunakan panelis yang dilatih khusus untuk tujuan ini. Menurut metode Von

& Akesson (1986), data yang dihasilkan dari analisis ini diperoleh dengan asumsi

yang menjadi dasar dalam analisis sensori parametrik yaitu atribut sensori yang

dievaluasi dianggap kontinyu sebagai intensitas dan dapat dirata-ratakan.

Page 29: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

14

Quantitative Descriptive Analysis (QDA)

Quantitative Descriptive Analysis (QDA) merupakan salah satu analisis

sensori deskriptif yang digunakan untuk menggambarkan karakteristik suatu

produk (komoditas) secara matematis (Zook & Pearse 1988). Metode ini

menggunakan panelis yang telah melalui serangkaian prosedur seleksi dan

pelatihan. Data QDA harus dapat ditampilkan dalam bentuk yang mudah

dimengerti, berupa grafik majemuk jaring laba-laba (spider web) atau

menggunakan Multivariate Analysis dengan aplikasi teknik Principal Component

Analysis (PCA).

Page 30: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

METODOLOGI

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dari bulan September sampai

Desember 2011. Analisis proksimat, daya cerna pati in vitro, kadar amilosa, uji

amilografi, konsistensi gel, nisbah penyerapan air dan pengembangan volume

serta uji organoleptik (hedonik, skoring, dan ranking) dilakukan di Laboratorium

Flavor Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Sukamandi, Subang, Jawa Barat.

Adapun uji Quantitative Descriptive Analysis (QDA) dilakukan di laboratorium

organoleptik, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut

Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah enam varietas

beras dengan kadar amilosa yang berbeda, yaitu beras pera (IR-42 dan Inpara

3), beras pulen (Inpari 1 dan Ciherang), dan beras sangat pulen (Inpari 6 Jete

dan Inpari 2). Bahan utama ini diperoleh dari Kebun Percobaan Sukamandi BB

Padi, Subang. Sampel gabah yang diperoleh dikeringkan terlebih dahulu

kemudian disosoh. Beras sosoh tersebut kemudian disimpan dalam cold storage

sebelum dianalisis lebih lanjut.

Bahan-bahan yang digunakan untuk analisis proksimat dan kimia antara

lain larutan HCl 0.01 N, K2SO4, larutan H2SO4 pekat, larutan H3BO3, indikator

metil merah 0.2%, metilen blue 0.2%, larutan NaOH-Na2S2O3, larutan HCl 0.02

N, heksana, larutan glukosa standar 0.2 mg/ml, larutan HClO4 9.2 N, larutan

NaOH 1 N, larutan amilosa, etanol 95%, larutan iodine, larutan KI, larutan KOH

0.2 N, akuades, dan thymol blue 0.025%.

Bahan yang digunakan untuk uji organoleptik antara lain sukrosa (1%, 2%

dan 4%), asam sitrat (0.04% dan 0.08%), NaCl (0.2% dan 0.4%), kafein (0.05%,

0.1%, 0.2%), flavor pandan, 1% γ-nonalactone, propilen glikol, acethyl-2-thiazole,

10% diacethyl, 1% γ-undecalacton, dan 0,1% trimethyl pyrazine,

Alat-alat yang digunakan antara lain neraca analitik, cawan alumunium,

oven, desikator, labu kjedahl, batu didih, gelas erlenmeyer, cawan porselein,

tanur, kertas saring, labu soxhlet, gelas ukur, alat destilasi, spektrofotometer,

water bath, batang pengaduk, amalgamotor, kertas grafik, bowl, amilograf, dan

alat-alat gelas. Alat-alat yang digunakan untuk uji organoleptik antara lain cawan,

botol, alat tulis dan scoresheet.

Page 31: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

16

Metode Penelitian

Analisis Proksimat

Kadar Air Metode Oven (AOAC 1995)

Kadar air diukur dengan metode oven biasa karena kandungan bahan

volatil pada sampel rendah dan sampel tidak mengalami degradasi pada suhu

105ºC. Berikut merupakan diagram alir analisis kadar air dengan metode oven.

Cawan alumunium kosong dikeringkan dalam oven dengan suhu 105°C selama 15 menit.

Cawan didinginkan dalam desikator selama 5 menit atau sampai cawan tidak

terasa panas.

Cawan yang telah dingin kemudian ditimbang dan dicatat beratnya.

Dimasukan sampel sebanyak 3 gram ke dalam cawan.

Cawan berisi sampel dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C sampai beratnya konstan (perubahan berat tidak lebih dari 0.003 gram) selama 16 jam.

Cawan diangkat dan didinginkan di dalam desikator, kemudian ditimbang berat

akhirnya.

Kadar air dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

Kadar air (% b/b) = �� � ��

�� � �� �100%

Keterangan:

x = berat cawan dan sampel sebelum dikeringkan (g)

y = berat cawan dan sampel setelah dikeringkan (g)

a = berat cawan kosong (g)

Kadar Abu (AOAC 1995)

Cawan porselin dipanaskan dalam tanur selama 15 menit.

Cawan kemudian didinginkan dalam desikator.

Setelah dingin, cawan ditimbang dan dicatat beratnya.

Sampel dimasukkan sebanyak 5 g ke dalam cawan.

Sampel diabukan di dalam tanur hingga diperoleh abu berwarna putih dan beratnya konstan.

Page 32: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

17

(Pengabuan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pada 400°C dan 550°C)

Cawan diangkat kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang.

Perhitungan:

Kadar Abu (% b/b) �

� � 100%

Keterangan:

W1 = Berat sampel (g)

W2 = Berat abu (g)

Kadar Protein Metode Mikro Kjeldahl (AOAC 1995)

Sampel ± 0,2 g (kira-kira dibutuhkan 3-10 ml HCl 0,01N/0,02N).

Sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu Kjeldahl 30 ml.

Kemudian pada sampel ditambahkan 2 gram K2SO4, 50 mg HgO, 2 ml H2SO4 pekat, dan batu didih.

Sampel didestruksi selama 1-1.5 jam hingga jernih kemudian didinginkan.

Kepada sampel ditambahkan 2 ml air yang dimasukkan secara perlahan kedalam

labu dan didinginkan kembali.

Dimasukkan cairan hasil dekstruksi (cairan X) ke dalam alat destilasi dan labu dibilas dengan air.

(Air bilasan juga dimasukkan ke dalam alat destilasi)

Diletakkan Erlenmeyer 125 ml berisi 5 ml H3BO3 dan 2 tetes indikator (Methylen red : Methylen blue = 2:1) di ujung kondensor alat destilasi dengan ujung selang

kondensor terendam dalam larutan H3BO3.

Ditambahkan 10 ml NaOH-Na2S2O3 dan dilakukan destilasi hingga larutan dalam erlenmeyer ± 50 ml.

Larutan dalam erlenmeyer dititrasi dengan HCl 0.02 N.

(Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari hijau menjadi abu-abu/agak pink muda).

Prosedur yang sama dilakukan juga untuk penetapan blanko. Perhitungan:

Kadar N (%) � �� ��� � ���,���

100%

Kadar protein (%) = % N x 5.95

Page 33: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

18

Keterangan:

Vs = Volume HCl untuk titrasi sampel (ml)

Vb = Volume untuk titrasi blanko (ml)

C = Konsentrasi HCl (N)

W = Berat sampel (mg)

Kadar Lemak Metode Soxhlet (AOAC 1995)

Labu lemak yang telah bebas lemak dikeringkan di dalam oven.

Labu lamak kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang.

Sampel dibungkus sebanyak 5 g dalam kertas saring.

Sampel kemudian ditutup dengan kapas yang bebas lemak.

Sampel dimasukan ke dalam alat ekstraksi soxhlet dan dipasang kondensor dan labu pada ujung-ujungnya.

Dimasukkan pelarut heksana ke dalam alat dan sampel refluks selama 5 jam.

Setelah itu, pelarut didestilasi dan ditampung pada tempat lain.

Labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C sampai diperoleh berat tetap.

Pindahkan labu lemak ke desikator untuk

didinginkan, lalu ditimbang dan dicatat beratnya.

Perhitungan:

Kadar Lemak (% b/b) �

� �100%

Keterangan:

W1 = Berat sampel (g)

W2 = Berat lemak (g)

Kadar Karbohidrat by difference (AOAC 1995)

Pengukuran kadar karbohidrat menggunakan metode by difference.

Berikut adalah perhitungan kadar karbohidrat by difference.

Kadar karbohidrat (% bk) = 100% - (protein + lemak + abu) (% bk)

Page 34: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

19

Analisis Daya Cerna Pati In vitro (Muchtadi et al. 1992 yang Dimodifikasi)

Dibuat suspensi sampel dalam aquades (1%).

Suspensi sampel kemudian dipanaskan dalam penangas air selama 30 menit pada suhu 90°C.

Setelah itu, sampel didinginkan dan diambil sebanyak 2 ml kedalam tabung

reaksi.

Sebanyak 3 ml aquades dan 5 ml buffer Na-Fosfat 0.1 M juga ditambahkan ke dalam tabung reaksi.

Sampel dalam tabung reaksi kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 15

menit, dan didinginkan.

Setelah dingin, ke dalam tabung reaksi ditambahkan larutan enzim amilase yang telah dilarutkan dalam buffer Na-Fosfat 0.05 M dan diinkubasikan kembali pada

suhu 37°C selama 30 menit.

Sampel dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi lain

Setelah itu, ke dalam tabung reaksi ditambahkan 2 ml pereaksi dinitrosalisilat (Pereaksi dinitrosalisilat dibuat dengan melarutkan 1 gram

3.5-dinitrosalisilat, 30 gram Na-K tartarat, dan 1.6 gram NaOH dalam 100 ml aquades)

Larutan tersebut dipanaskan pada suhu 100°C

selama 10 menit sampai terbentuk warna oranye. Warna merah oranye yang terbentuk lalu diukur nilai absorbansinya pada panjang gelombang 520 nm.

Dihitung kadar maltosa campuran reaksi menggunakan kurva standar

maltosa murni yang diperoleh dengan mereaksikan larutan maltosa standar dengan pereaksi dinitrosalisilat menggunakan prosedur seperti di atas.

Daya cerna pati beras dihitung sebagai berikut:

% Daya cerna pati = �

� � 100%

Keterangan:

a = kadar maltosa sampel setelah reaksi enzimatis

b = kadar maltosa pati murni setelah reaksi enzimatis

Page 35: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

20

Analisis Kadar Amilosa

a. Pembuatan Kurva Standar Amilosa (Juliano 1971 yang dimodifikasi)

Pembuatan kurva standar : amilosa kentang ditimbang sebanyak 40 mg kemudian dimasukkan kedalam labu takar 100 ml dan ditambahkan 1ml etanol

95% dan 9 ml NaOH 1N.

Selanjutnya amilosa kentang dipanaskan larutan dalam waterbath (T=95oC) selama 10 menit.

Labu takar diangkat dan didinginkan selama 1 jam kemudian ditepatkan sampai

tanda tera dengan aquadest sampai volumenya 100 ml.

Selanjutnya dipipet masing-masing larutan 1, 2, 3, 4, dan 5 ml dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml.

Kedalam masing-masing labu takar tersebut ditambahkan larutan iod sebanyak

2 ml, ditambahkan aquadest secukupnya, kocok dan tambahkan asam asetat 0.5 sebanyak masing-masing 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1 ml.

Masing-masing labu diencerkan lagi dengan aquadest sampai volumenya 100

ml (hingga tanda batas) dikocok, lalu didiamkan selama 20 menit.

Intensitas warna larutan yang terbentuk diukur dengan Spektrofotometer UV Visible pada panjang gelombang 620 nm. Blanko untuk pengukuran di buat

dengan prosedur yang sama tetapi sampel tidak digunakan.

b. Pengukuran Kadar Amilosa Sampel Beras

Dimasukkan 100 mg tepung beras (duplo) dengan kehalusan 100 mesh kedalam labu takar 100 ml.

Ditambahkan 1 ml etanol 95% dan 9 ml NaOH 1N, kemudian dipanaskan labu

ukur dalam water bath (suhu 95oC) selama 10 menit sampai semua bahan menjadi gel, didinginkan selama 1 jam.

Setelah dingin, ditepatkan sampai tanda tera dengan akuades, dan dikocok.

Larutan kemudian dipipet sebanyak 5 ml lalu dimasukkan kedalam labu takar

100ml.

2 ml larutan Iod dan 1 ml asam asetat 0.5 N ditambahkan, ditera sampai volumenya 100 ml, dikocok dan dibiarkan selama 20 menit.

Larutan berwarna biru jernih kemudian diukur absorbans larutan dengan

spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 620 nm.

Page 36: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

21

Kadar amilosa dihitung dengan rumus :

Kadar Amilosa (%) �

� �

��

� 100%

Keterangan :

A = absorbansi sampel pada panjang gelombang 620 nm

S = slope kemiringan pada kurva standar

FP = faktor pengenceran, yaitu 0.002

W = berat sampel (gram)

Analisis Fisikokimia Beras

Uji Amilografi Beras (Bhattacharya 1979)

Uji amilografi bertujuan untuk mengetahui suhu gelatinisasi suspensi

tepung beras. Berikut adalah diagram alir untuk uji amilografi beras.

Sampel ditimbang sebanyak 1 gram dan dilarutkan dengan 10 ml air destilata.

Sampel tersebut dimasukkan ke dalam bowl.

Lengan sensor dipasang dan dimasukkan ke dalam bowl dengan cara

menurunkan head amilograf.

Suhu awal termoregulator diatur pada suhu 20°C atau 25°C.

Switch pengatur diletakan pada posisi bawah sehingga pada saat mesin dihidupkan suhu akan meningkat 1.5°C setiap menit.

Mesin amilograf dihidupkan. Diatur pena pencatat pada skala kertas amilogram

pada saat suspensi mencapai suhu 30°C. Setelah pasta mencapaisuhu 95°C, mesin dimatikan.

Parameter analisis amilograf terdiri dari:

1. Suhu awal gelatinisasi, yaitu suhu pada saat kurva mulai naik

2. Suhu pada puncak gelatinisasi, yaitu suhu pada saat nilai maksimum

viskositas dapat dicapai

3. Viskositas maksimum pada puncak gelatinisasi dinyatakan dalam

Centipoise.

Page 37: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

22

Uji konsistensi gel (Cagampang et al. 1973).

Tepung beras sebanyak 100 mg ditimbang dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

Sampel ditambahkan 0.2 ml etanol 95% yang mengandung 0.025% thymol blue

dan 2 ml KOH 0.2N.

Tabung dikocok dengan vortex lalu dimasukkan ke dalam penangas air 100°C selama 8menit (setelah divortex langsung dimasukan).

Tabung diangkat, dibiarkan selama 5 menit, dan didinginkan (menggunakan air

es) selama 15 menit.

Tepung yang telah menjadi pasta ini kemudian dibaringkan diatas kertas milimeter selama (minimal) 1 jam untuk kemudian diukur panjang lelehannya.

Penentuan Nisbah Penyerapan Air (NPA) dan Nisbah Pengembangan Volume

(NPV) (Suismono et al. 2003).

Sampel beras ditimbang sebanyak 8 gram dalam tabung kaca beralas kawat kasa yang telah diketahui bobotnya.

Tinggi beras diukur. Dimasukkan tabung ke dalam penangas air 100°C selama

30 menit.

Tabung kemudian diangkat dan dibiarkan selama 1 jam.

Tinggi dan bobot nasi diukur.

Perhitungan:

NPA = berasBobot

berasBobotnasiBobot −

NPV = berasVolume

nasiVolume

V = π × r2 × h

Keterangan :

V = Volume nasi (cm3)

π = 3.14

r = jari-jari silinder (cm)

h = tinggi nasi dalam silinder (cm)

Page 38: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

23

Karakterisasi Sifat Organoleptik Beras

Penyiapan Contoh Nasi

Beras yang akan dimasak ditimbang (sekitar 200 g), kemudian dicuci sampai air cuciannya tampak jernih (3-4 kali).

Beras yang telah dicuci ditirskan dan dimasukkan ke dalam panci rice cooker,

kemudian air ditambahkan dengan perbandingan beras: air=1:1.5.

Panci dimasukkan kedalam rice cooker dan diatur posisinya supaya tepat. Rice cooker ditutup sampai terdengar klik pengunci. Masukkan stop kontak dan

tombol ditekan sehingga lampu ”cooking” menyala.

Setelah tombol nyala (sekitar 35-40 menit) pemanasan dibiarkan (”warm”) selama 15 menit.

Nasi diaduk hingga merata, kemudian disajikan ke panelis.

Uji Hedonik

Uji hedonik dilakukan untuk mengetahui tingkat penerimaan/kesukaan

akan nasi beras. Pengujian ini menggunakan 30 panelis semi terlatih. Panelis

menilai produk secara subyektif dan spontan tanpa membandingkan contoh satu

sama lain.

Uji Ranking

Pada uji ranking, panelis diminta mengurutkan contoh-contoh yang diuji

berdasarkan perbedaan tingkat aroma/wangi nasi dengan memberi nomor urut.

Pengujian ini menggunakan sebanyak 30 panelis semi terlatih. Contoh yang

paling wangi diberi nomor urut tertinggi (nilai 1) seterusnya hingga contoh yang

kurang/tidak wangi diberi nomor urut terendah.

Uji Deskriptif Kuantitatif (Quantitative Descriptive Analysis /QDA)

Uji atau analisis QDA terdiri dari beberapa tahap yang akan dilalui oleh

panelis.

a. Seleksi panelis terlatih

Orang yg mengerti sifat organoleptik nasi, mengerti ilmu penilaian organoleptik, dan bersedia dilatih.

Calon panelis berjumlahnya 35 orang mahasiswa IPB.

X

Page 39: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

24

X

Calon panelis diseleksi untuk mengetahui kepekaan sensori calon panelis.

Rasa Aroma

Uji Deskripsi rasa dasar Uji Segitiga Uji Deskripsi Aroma Uji Segitiga

Meilgaard et al. (1999)

Tabel 3 Larutan uji untuk deskripsi.penentuan rasa dasar (Watts et al. 1989)

Rasa Dasar Larutan Uji Manis Sukrosa 1% Asam Asam sitrat 0.04% Asin NaCl 0.2% Pahit Kafein 0.05%

Tabel 4 Larutan uji untuk uji segitiga rasa dasar

Rasa dasar Konsentrasi Larutan uji Manis Sukrosa : 2% dan 4% Asam Asam sitrat : 0.04% dan 0.08% Asin NaCl : 0.2% dan 0.4% Pahit Kafein : 0.1% dan 0.2%

penelis diminta untuk membedakan sampel berdasarkan konsentrasi (Tabel 4)

penelis diminta untuk menentukan rasa dari sampel (manis, asin, asam, pahit) (Tabel 3)

penelis diminta untuk membedakan antara dua flavor yang mirip yaitu, sweet dengan vanillin, pandan dengan cereal, dan creamy dengan buttery.

penelis diminta untuk menentukan flavor-flavor yang ada dalam larutan (Tabel 5)

Skor/jumlah soal dijawab benar

≥60%

Skor/jumlah soal dijawab benar

≤ 60% ≤ 80% ≥80%

Tolak Tolak Terpilih Terpilih

Page 40: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

25

Tabel 5 Flavor (aroma) standar untuk panelis

Flavor Standar Komponen* Sweet Gamma undecalacton Vanilin Vanilic Pandan Ekstrak daun pandan Cereal Acetyl-2-thiazole Creamy Gama-nonalacton Buttery Diacetyl

*Dalam pelarut propilen glikol (PG)

b. Pelatihan

Tujuan dari tahap pelatihan adalah melatih kepekaan sensorik panelis

terhadap atribut rasa dan aroma. Berikut adalah diagram alir proses pelatihan

panelis.

Panelis

Dilatih pengenalan bahasa flavor (flavor lexicon), pengenalan skala (intensitas, dan pelatihan penilaian sampel (Stone dan Sidel 2004) � jenis uji ranking,

larutan yang digunakan pada Tabel 6.

Dilatih berulang-ulang sampai panelis konsisten selama 1-6 minggu (Poste et al. 2002) atau 40 hingga 120 jam (Meilgaard et al. 1999)

Berikut adalah tabel yang menunjukkan larutan flavor standar pada tahap

pelatihan.

Tabel 6 Larutan flavor standar pada tahap pelatihana No Deskripsi Komponen 1 Pandan 1% flavor pandan dilarutkan dalam PG kemudian masing-masing

diambil 10 µL, 75 µL, dan 200 µL dilarutkan dalam 10 ml PG 2 Creamy 1% γ-nonalactone dilarutkan dalam PG kemudian masing-masing

diambil 100µL, 300µL, dan 500µL dilarutkan lagi dalam 2 ml PG 3 Cereal Masing-masing sebanyak 10µL, 50µL, dan 100µL acetyl-2-thiazole

dilarutkan dalam 10 mL PG 4 Buttery 10% diacetyl dilarutkan dalam PG kemudian masing-masing diambil 50

µL, 100µL, dan 200µL dilarutkan dalam 10 ml PG 5 Sweet 1% γ-undecalacton dilarutkan dalam PG kemudian masing-masing

diambil 10 µL, 75µL, dan 200µL dilarutkan dalam 10 ml PG Keterangan : PG = propilen glikol a = Arkanti (2007)

Selain mengenal atribut rasa dan aroma, panelis juga berlatih untuk

menilai intensitas rasa dan aroma pada standar dengan meranking rasa dan

aroma berdasarkan intensitasnya. Tahap ini dilakukan sebanyak 3 kali atau

setelah kepekaan sensori panelis konsisten.

Page 41: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

26

c. Penentuan nilai acuan flavor (aroma) standar dan rasa dasar

Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi flavor dan rasa dasar

yang kemudian akan digunakan sebagai acuan (reference) pada tahap pengujian

QDA.

Aroma/flavor yang diketahui konsentrasinya

Panelis diminta memberikan penilaian sesuai intensitas yang diterima oleh indera penciuman panelis menggunakan unstructured scale sepanjang 15 cm.

Hasil yang didapat kemudian ditransformasi ke dalam skala 0 - 100 dan

dimasukkan dalam Persamaan Moskowitz (Persamaan 1) sehingga diperoleh nilai flavor standar dan konsentrasinya.

Analisis dilakukan tiga kali ulangan untuk melihat kekonsistenan panelis.

Persamaan Moskowitz (1983):

Log SI = Log K + n (Log Pi) …………………. Persamaan 1

Keterangan:

SI = Perkiraan intensitas terdeteksi, Sensory Intensity

PI = Konsentrasi, Physical Intensity

Log K = Konstanta

N = kemiringan garis

d. Pengujian

(Tahap Orientasi) Panelis diberikan pengarahan tentang apa yang harus dilakukan selama

pengujian.

Panelis diminta menuliskan terminologi atribut rasa dan aroma nasi.

Diskusi tentang definisi terminologi atribut yang diberikan setiap panelis.

Semua panelis memiliki persepsi yang sama terhadap atribut rasa dan aroma nasi.

(Tahap pengembangan score sheet)

Page 42: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

27

Atribut-atribut yang telah disetujui oleh panelis selanjutnya digunakan dalam pengembangan score sheet.

Panelis berlatih memberikan penilaian intensitas terhadap setiap atribut rasa. Penilaian intensitas dilakukan dengan membandingkan intensitas contoh dengan

standar yang disediakan (menggunakan skala garis). Latihan juga dilakukan untuk mendapatkan nilai terhadap konsentrasi standar yang akan diuji.

(Tahap pengujian)

Panelis diminta memberikan penilaian intensitas terhadap setiap atribut rasa dan aroma nasi. Penilaian intensitas dilakukan dengan membandingkan intensitas

contoh dengan standar yang disediakan (menggunakan skala garis). Skala garis yang digunakan mengacu pada Watts et al. (1989) dengan skala garis

sepanjang 15 cm untuk mempermudah transformasi data.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat kali ulangan. Terdapat enam

jenis sampel sebagai perlakuan, yaitu varietas Ciherang, Inpara 3 Inpari 1, Inpari

2, Inpari 6 Jete, dan IR42. Model yang digunakan adalah sebagai berikut:

��� � � � � !�� ;

dimana:

��� = Pengaruh perbedaan jenis varietas beras (i) terhadap sifat fisik dan kimia

beras pada ulangan ke-j

� = Nilai tengah perlakuan

� = Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i

!�� = Galat percobaan dari perlakuan ke-i pada pengamatan ke-j

" = Banyaknya jenis varietas beras

j = Banyaknya ulangan

Pengolahan dan Analisis Data

Data hasil analisis sifat fisik dan kimia beras diolah dengan menggunakan

Microsoft Excel for Windows, kemudian dianalisis secara statistik menggunakan

program SPSS 16.0 dengan uji ragam (ANOVA) untuk melihat pengaruh

berbagai jenis varietas beras terhadap variabel sifat fisik dan kimia beras. Jika

terdapat perbedaan, maka dilakukan uji lanjut dengan uji Duncan untuk

mengetahui pengaruh berbagai jenis varietas beras terhadap hasil analisis fisik

dan kimia yang dilakukan pada taraf uji 5% (berbeda nyata). Uji Korelasi Pearson

Page 43: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

28

digunakan untuk mengetahui hubungan antara jenis varietas beras dengan sifat

fisik dan kimia beras. Data diolah menggunakan SPSS 16.0. Hasilnya dianalisis

secara deskriptif.

Data hasil uji hedonik dan uji ranking ditabulasikan dalam suatu tabel

dalam program Micrososft Excel for Windows yang selanjutnya diolah

menggunakan SPSS 16.0 secara deskriptif, sedangkan untuk uji organoleptik

pada QDA, nilai respon setiap panelis dalam skala garis (0-15 cm)

ditransformasikan ke dalam nilai dengan skala 0-100. Analisis data secara

statistika dilakukan terhadap data QDA dengan menggunakan metode

Multivariate Analysis teknik PCA (Principal Component Analysis). PCA adalah

suatu analisis yang dapat mengurangi data yang komplek menjadi data yang

mudah diinterpretasikan. Prinsipnya adalah transformasi berbagai dimensi ke

dalam sistem koordinat dengan dimensi yang lebih sedikit (Esbensen et al.

1994).

Page 44: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Proksimat

Menurut Juliano (1979), proksimat beras adalah suatu cara yang

dilakukan untuk mengetahui kadar komponen tertentu dalam beras secara

estimasi. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kadar air, kadar abu, kadar

protein, kadar lemak, dan kadar karbohidrat pada beras. Hasil analisis proksimat

dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7 Hasil analisis proksimat enam varietas beras

Varietas Kadar Air

(%)* Kadar Abu

(%bk)*

Kadar Protein (%bk)*

Kadar Lemak (%bk)*

Kadar Karbohidrat by difference

Ciherang 11.84cd 0.54d 8.01b 0.74b 78.87a

Inpara 3 11.77c 0.55e 8.09b 0.89a 78.70a

Inpari 1 9.76b 0.50c 7.49a 0.67b 81.58c

Inpari 2 12.00d 0.41a 7.75ab 0.73b 79.11ab

Inpari 6 Jete 11.97d 0.45b 7.69ab 0.50c 79.39b

IR 42 9.42a 0.50c 7.49a 0.91a 81.68c

Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata pada Uji Duncan (P>0.05)

*Hasil rata-rata dari 4 ulangan

Kadar Air

Kadar air merupakan salah satu parameter yang sangat berpengaruh

dalam proses penyimpanan beras. Kadar air dinyatakan dalam persen bobot

basah pada seluruh tingkatan mutu beras. Kadar air beras yang diuji berada

pada kisaran 9-12%. Badan Standarisasi Nasional (1999) menyaratkan kadar air

beras untuk keadaan pangan dalam negeri maksimal 14% untuk semua kelas

mutu. Berdasarkan hal tersebut, maka semua sampel yang dianalisis telah

memenuhi standar yang ditetapkan.

Beras yang memiliki kadar air yang tinggi akan memicu terjadinya

kerusakan akibat proses kimia, biokimia, maupun mikrobiologis. Hal ini dapat

menyebabkan mutu beras menjadi turun. Kadar air >14% merupakan titik kritis

bagi pertumbuhan kapang. Kapang merupakan salah satu mikroorganisme yang

paling sering menyebabkan kerusakan pada serealia, termasuk beras (Hoseney

1998).

Kadar Abu

Abu merupakan residu anorganik yang diperoleh dengan pengabuan

(pemanasan suhu tinggi, >450oC) atau dengan destruksi komponen organik

Page 45: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

30

(C2H2O) dengan asam kuat. Residu anorganik ini terdiri dari bermacam-macam

mineral yang komposisi dan jumlahnya bergantung pada jenis bahan pangan dan

metode analisis yang digunakan (Indrasari et al. 2008).

Hasil analisis terhadap enam varietas beras menunjukkan kadar abu dari

seluruh sampel berada pada kisaran 0.4-0.5%. Menurut Haryadi (2008), kisaran

kadar abu beras sosoh adalah 0.3-0.9 %bk.

Kadar abu pada beras dipengaruhi oleh derajat penyosohan dan

kandungan unsur hara dalam tanah. Menurut Juliano (1972), distribusi mineral

yang terkandung pada beras yang sudah disosoh adalah sekitar 28% dari total

mineral yang terkandung pada beras pecah kulit. Kandungan mineral terbesar

ditemukan pada bagian dedak yaitu 51% dari total mineral yang terkandung

dalam beras pecah kulit. Proses penyosohan adalah proses yang paling

mempengaruhi kandungan mineral pada beras giling yang dikonsumsi sehari-

hari. Kandungan mineral pada beras sebagian besar ditemukan pada bagian

dedak dan embrio yang hilang pada saat proses penyosohan.

Kadar Protein

Protein adalah salah satu gizi makro yang berperan dalam proses

pembentukan biomolekul. Protein adalah suatu senyawa yang sebagian besar

terdiri atas unsur nitrogen. Jumlah unsur ini dapat digunakan sebagai dasar

penentuan kadar protein dalam beras. Unsur nitrogen yang terikat dalam bentuk

matriks dilepaskan melalui proses destruksi dan diukur jumlahnya.

Berdasarkan hasil analisis (Tabel 7) dapat diketahui bahwa protein

varietas beras yang dianalisis berada pada kisaran 7-8%. Menurut Daftar

Komposisi Bahan Makanan, kadar protein beras per 100 gram adalah 7.3%.

Sedangkan menurut Haryadi et al. (1990), kadar protein beras adalah 7.3 –

10.2% dan maksimal mencapai 14% (Juliano 1972).

Meskipun jumlah protein dalam beras tergolong kecil atau relatif rendah

yaitu kurang lebih 8% pada beras pecah kulit dan 7% pada beras giling, mutu

dari protein ini tergolong tinggi karena kandungan lisin yang relatif tinggi yaitu

±4% dan protein dapat menghasilkan kalori sebesar 40-80% kalori. Nilai cerna

protein beras sekitar 96.5% untuk biji gabah dan 98% untuk beras giling. Protein

beras juga cukup lengkap susunan asam aminonya, kecuali tryptophane. Beras

mengandung protein sekitar 7% lebih rendah daripada gandum, tetapi lebih tinggi

dari jagung, mudah dicerna dan memiliki rasa yang enak (Erwidodo et al. 1996).

Page 46: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

31

Menurut Burks & Helm (1994) protein beras bersifat antialergi sehingga

dapat digunakan sebagai bahan makanan untuk bayi yang mengalami obesitas

dan alergi terhadap makanan. Menurut Wang et al. (1999) protein beras dapat

menggantikan protein yang berasal dari daging atau susu dan kedelai. Asam

amino protein beras lebih baik dibandingkan asam amino protein kedelai untuk

anak berusia 2-5 tahun.

Kadar protein pada beras giling sangat dipengaruhi oleh derajat sosoh

dan kondisi tanah tempat beras ditanam. Beras yang tumbuh pada tanah yang

kaya akan unsur nitrogen cenderung memiliki kadar protein yang tinggi (Juliano

1972). Di Indonesia, beras menyumbang 38% terhadap total kecukupan protein

(Indrasari et al. 1997).

Kadar Lemak

Menurut Sudarmadji et al. (1997), lemak adalah suatu golongan senyawa

yang bersifat tidak larut air tapi larut dalam pelarut organik. Pelarut yang umum

digunakan untuk mengukur kadar lemak adalah heksana, dietil eter, dan

petroleum eter. Metode pengukuran lemak yang digunakan pada analisis ini

adalah metode Soxhlet.

Berdasarkan hasil analisis (Tabel 7), dapat diketahui bahwa sampel yang

dianalisis memiliki kadar lemak pada kisaran 0.5-0.9%. Hal ini sesuai dengan

hasil penelitian Widowati et al. (2008) dimana kadar lemak beras <1%.

Menurut Juliano (1979), kadar lemak beras pecah kulit berkisar antara

2.4-3.9%, sedangkan pada beras giling berkisar antara 0.3-0.6%. Dalam Daftar

Komposisi Bahan Makanan (Direktorat Gizi 1995), kadar lemak beras rata-rata

0.7%. Penelitian yang dilakukan oleh Resureccion et al. (1979) pada beras

pecah kulit IR 32 menemukan bahwa kadar lemak beras yang sudah mengalami

penyosohan dan penggilingan hanyalah sekitar 17% dari total keseluruhan yang

terdapat pada beras pecah kulit tersebut. Penelitian tersebut menyebutkan

bahwa kandungan lemak terbesar pada beras pecah kulit terdapat pada bagian

dedak (51%).

Kandungan lemak beras dipengaruhi oleh varietas, derajat kematangan

biji, kondisi penanaman, dan metode ekstraksi lemak. Menurut Juliano (1972)

asam lemak penyusun beras terutama adalah palmitat (16:0), oleat (18:1), dan

linoleat (18:2). Perbedaan varietas memberikan perbedaan komponen asam

lemak.

Page 47: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

32

Kadar Karbohidrat

Karbohidrat merupakan zat gizi utama yang terdapat pada beras.

Karbohidrat dalam serealia termasuk beras sebagian besar terdapat dalam

bentuk pati. Penentuan kadar karbohidrat dalam analisis proksimat dilakukan

secara by difference. Total jumlah kadar air, abu, lemak, protein, dan karbohidrat

beras adalah 100%.

Berdasarkan hasil perhitungan (Tabel 7) dapat diketahui bahwa kadar

karbohidrat sampel beras yang dianalisis berada pada kisaran 78-82%.

Berdasarkan Daftar Komposisi Bahan Makanan, kadar karbohidrat beras berada

pada kisaran 78%.

Kadar Amilosa

Kadar amilosa merupakan parameter utama yang sangat menentukan

cooking and eating quality dari beras/nasi (Dipti et al. 2002). Pengukuran kadar

amilosa pada beras dilakukan berdasarkan prinsip iodine-binding (pengikatan

iodine) dimana amilosa akan berikatan dengan iodine pada pH rendah (4.5-4.8)

menghasilkan kompleks berbentuk heliks yang berwarna biru. Intensitas warna

biru ini kemudian diukur menggunakan spektrofotometer. Semakin tingi intensitas

warna terukur, maka kadar amilosa akan semakin tinggi (Juliano 1979).

Pengukuran kadar amilosa pada penelitian ini menggunakan metode

Juliano (1971). Metode ini terdiri dari dua tahap yakni tahap pembuatan kurva

standar dan tahap penetapan sampel. Pembuatan kurva standar dilakukan

menggunakan amilosa murni. Persamaan regresi yang dihasilkan adalah

# 0.250( � 0.004 (R=0.999) Kurva standar yang dihasilkan dapat dilihat pada

Gambar 2.

Gambar 2 Kurva standar amilosa

0.106

0.206

0.305

0.403

0.509y = 0.250x + 0.004

R² = 0.999

0.000

0.100

0.200

0.300

0.400

0.500

0.600

0 0.5 1 1.5 2 2.5

Ab

sorb

an

si

Konsentrasi (mg)

Page 48: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

33

Kurva standar tersebut selanjutnya digunakan untuk menghitung kadar

amilosa sampel. Berikut adalah tabel yang menunjukkan hasil pengukuran kadar

amilosa terhadap enam sampel beras.

Tabel 8 Hasil analisis kadar amilosa enam varietas beras

Varietas Kadar Amilosa (%) Ciherang 22.74d

Inpara 3 28.60f

Inpari 1 22.18c

Inpari 2 19.03b

Inpari 6 Jete 18.87a

IR 42 26.92e

Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata pada Uji Duncan (P>0.05) *Hasil rata-rata dari 4 ulangan

Berdasarkan hasil uji pada Tabel 8, dapat diketahui bahwa kadar amilosa

yang diteliti berkisar antara 18.87% (Inpari 6 Jete) sampai 28.60% (Inpara 3).

Berdasarkan hasil analisis variansi (ANOVA), diketahui bahwa perbedaan kadar

amilosa dari 6 varietas beras berbeda nyata. Hasil uji lanjut Duncan menujukkan

semua varietas berbeda nyata pada taraf 5% dengan varietas lainnya. Menurut

Juliano (1994), perbedaan kadar amilosa beras dipengaruhi oleh varietas, suhu

udara lokasi penanaman, dan kadar N dalam tanah.

Berdasarkan kadar amilosanya (Khush & Cruz 2000) beras dapat

dikelompokkan menjadi: beras beramilosa rendah (18.87-19.03%), yaitu varietas

Inpari 6 Jete dan Inpari 2; amilosa sedang (22.18-22.74%), yaitu varietas Inpari 1

dan Ciherang; dan amilosa tinggi (26.92-28.20%), yaitu varietas IR42 dan

Inpara3.

Daya Cerna Pati in vitro

Karbohidrat dari pati yang akan diserap oleh tubuh harus diubah terlebih

dahulu menjadi komponen-komponen penyusunnya yaitu glukosa. Enzim yang

dibutuhkan untuk melakukan tugas tersebut adalah α-amilase yang dihasilkan

oleh kelenjar saliva dan pankreas. Namun, enzim α-amilase yang berasal dari

kelenjar saliva akan diinaktivasi oleh pH rendah dalam lambung sehingga tidak

terlalu berperan dalam proses pencernaan pati. Enzim α-amilase yang berasal

dari pankreas akan berperan memecah pati pada usus halus dengan bantuan

dari enzim glukoamilase dan α-dextrinase. Selain itu, pada bagian ini juga akan

Page 49: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

34

terjadi pemecahan disakarida menjadi monosakarida oleh enzim disakaridase

(Bernard 2005).

Daya cerna pati merupakan kemampuan pati yang dapat dicerna dan

diserap di dalam tubuh. Daya cerna pati pada penelitian ini dianalisis

menggunakan spektrofotometer. Daya cerna pati (in vitro) ditentukan dengan

menghitung jumlah maltosa yang terbentuk akibat hidrolisa pati oleh enzim α-

amilase. Hasil analisis daya cerna pati in vitro dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Hasil analisis daya cerna pati enam varietas beras Varietas Daya Cerna Pati (%)*

Ciherang 82.92b

Inpara 3 83.20b

Inpari 1 83.61b

Inpari 2 85.07c

Inpari 6 Jete 86.36d

IR 42 75.92a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata pada Uji Duncan (P>0.05)

*Hasil rata-rata dari 4 ulangan

Daya cerna pati in vitro beras yang diteliti berada pada kisaran 75-86%.

Kandungan pati dan amilosa berpengaruh terhadap daya cerna pati. Masih

terdapat perbedaan pendapat diantara ilmuwan mengenai kandungan pati dan

amilosa kaitannya dengan kecepatan daya cerna pati. Sebagian ilmuwan

berpendapat bahwa amilosa dicerna lebih lambat dibandingkan amilopektin

(Powell et al. 2002). Hal ini dikarenakan amilosa merupakan polimer gula

sederhana dengan rantai lurus tidak bercabang. Rantai lurus yang menyusun

amilosa ini menyebabkan ikatan yang solid sehingga tidak mudah tergelatinisasi.

Oleh karena itu, amilosa lebih sulit dicerna dibandingkan amilopektin yang

memiliki struktur bercabang dan terbuka.

Jika dilihat dari mekanisme kerja enzimatis, amilosa dapat dihidrolisis

hanya dengan saru enzim saja yaitu α-amilase sedangkan amilopektin

memerlukan dua jenis enzm. yakni α-amilase dan α-(1-6) glukosidase karena

mempunyai rantai cabang. Selain itu, berat molekul amilopektin lebih besar

dibandingkan amilosa sehingga berdasarkan pertimbangan ini maka amilopektin

memerlukan waktu yang lebih lama untuk dicerna dibandingkan dengan amilosa

(Lehninger 1982).

Page 50: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

35

Sifat Fisikokimia Beras

Uji Amilografi

Uji amilografi digunakan untuk melihat sifat dari gelatinisasi pati beras

yang diteliti (sifat pati). Beberapa parameter yang diamati antara lain suhu

gelatinisasi, suhu puncak gelatinisasi (pada saat granula pati pecah), viskositas

pada suhu 50oC, dan viskositas balik. Suhu awal gelatinisasi adalah suhu pada

saat kurva mulai menaik. sedangkan suhu puncak gelatinisasi diukur pada saat

puncak maksimum viskositas tercapai. Viskositas maksimum adalah besarnya

viskositas pada saat titik puncak gelatinisasi. Hasil analisis amilografi enam

varietas beras dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Data amilografi beberapa varietas beras

Sampel Suhu Gelatinisasi Granula Pati Pecah Viskositas

Waktu (Menit)

Suhu °C Waktu (menit)

Suhu °C Visk. Cp 50°C cp Balik cp

Ciherang 13 78.5 20 93.7 3456.00 6316.80 2860.80

Inpara 3 12 75.2 20 94.3 2675.20 4729.60 2054.40

Inpari 1 14 80.3 19 93.8 3244.80 5356.80 2112.00

Inpari 2 13 78.4 19 93.7 2982.40 4307.20 1324.80

Inpari 6 Jete 11 68.9 21 94.1 3366.40 5696.00 2329.60

IR42 12 74.8 - - - - -

Suhu gelatinisasi merupakan suhu dimana granula pati mulai

mengembang secara irreversible dalam air panas bersama dengan hilangnya

bentuk kristal pati. Berdasarkan Tabel 10, suhu gelatinisasi beras yang diamati

berkisar antara 68.9-80.3OC.

Berdasarkan suhu gelatinisasinya, beras dapat digolongkan menjadi tiga

jenis yaitu beras dengan suhu gelatinisasi rendah (55-69oC), suhu gelatinisasi

sedang (70-74OC), dan suhu gelatinisasi tinggi (>74OC) (Khush & Cruz 2000).

Oleh karena itu, berdasarkan suhu gelatinisasinya, sampel beras yang dianalisis

dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1) suhu gelatinisasi rendah: Inpari 6

Jete; dan 2) suhu gelatinisasi tinggi: IR 42, Inpara 3, Inpari 1, Ciherang, dan

Inpari 2.

Menurut Juliano (1972), suhu gelatinisasi berpengaruh terhadap lama

pemasakan. Beras yang memiliki suhu gelatinisasi tinggi membutuhkan waktu

pemasakan yang lebih lama daripada beras dengan suhu gelatinisasi rendah.

Page 51: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

36

Berdasarkan hal ini, dapat disimpulkan bahwa Inpari 6 Jete memiliki waktu

pemasakan yang paling singkat dibandingkan dengan lima varietas lainnya.

Berdasarkan hasil analisis (Tabel 10), viskositas maksimum beras yang

dianalisis berkisar antara 2675.20 - 3366.40 cP. Viskositas yang tinggi

menunjukkan kemampuan granula pati dalam menyerap air juga tinggi.

Tabel 10 juga menunjukkan bahwa viskositas maksimum IR42 tidak

terukur. Suhu viskositas maksimum yang tidak terukur diduga karena suhu

maksimum viskositas beras tersebut lebih besar dari 93OC. Karena setelah suhu

93OC tercapai maka amilograf akan mempertahankan suhu ini selama 20 menit.

Akibatnya, varietas beras yang memiliki suhu viskositas maksimum lebih dari

93OC tidak akan memiliki puncak pada kurva dan suhunya tidak dapat terukur

(Agrasasmita 2008).

Viskositas balik mencerminkan tingkat kemampuan assosiasi atau

retrogradasi molekul pati (amilosa beras) pada proses pendinginan. Sifat ini

penting untuk mengetahui apakah nasi/produk pada suhu kamar atau setelah

dingin akan mengembang (mekar) atau menyusut volumenya. Viskositas balik

pasta pati diukur berdasarkan selisih antara viskositas dingin (pada 500C)

dengan viskositas puncak pasta.

Berdasakan hasil analisis (Tabel 10), dapat diketahui viskositas balik dari

sampel yang dianalisis berkisar antara 1324.80 – 2860.80 cP. Viskositas balik

tertinggi dimiliki oleh Ciherang. Sedangkan terendah dimiliki oleh Inpari 2.

Viskositas balik IR42 tidak dapat terdeteksi karena viskositas puncak IR42 tidak

terbaca.

Uji Konsistensi Gel

Pati di dalam butiran beras yang dimasak akan mengembang dan

membentuk gel yang kental. Konsistensi gel berkorelasi positif dengan kekerasan

(tekstur) nasi (Tabel 11).

Tabel 11 menunjukkan bahwa konsistensi gel bervariasi tiap varietas.

Konsistensi gel enam varietas yang diuji berkisar antara 32.25 – 86.25 mm.

Panjang lelehan gel tertinggi dimiliki oleh varietas Ciherang, yaitu sebesar 86.25

mm (tipe konsistensi gel lunak). Hal ini menunjukkan bahwa Ciherang memiliki

tekstur nasi empuk sedangkan panjang lelehan terendah dimiliki oleh varietas

IR42 mm (tipe konsistensi gel keras).sehingga IR 42 memiliki tekstur nasi sangat

remah.

Page 52: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

37

Hasil uji ANOVA pada konsistensi gel menunjukkan bahwa IR 42 tidak

berbeda nyata dengan Inpara 3 (keras), serupa dengan Inpari 1 dengan Inpari

Jete yang tidak berbeda nyata (sedang). Ciherang dan Inpari 2 berbeda dengan

semua varietas lainnya.

Tabel 11 Uji konsistensi gel enam varietas beras

Varietas Panjang Gel (mm)* Tipe Konsistensi Gel Tekstur Nasi Ciherang 86.25d Lunak Empuk Inpara 3 38.25a Keras Sangat Remah Inpari 1 50.50b Sedang Remah Inpari 2 70.50c Lunak Empuk Inpari 6 Jete 52.00b Sedang Remah IR42 32.25a Keras Sangat Remah

Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata pada Uji Duncan (P>0.05)

*Hasil rata-rata dari 4 ulangan

Berdasarkan penelitian Suismono et al. (2003) sebagian besar beras

Indonesia mempunyai nilai konsistensi gel 40 sampai 60 mm (nasi bertekstur

sedang) dan sebagian lagi memiliki konsistensi gel lebih dari 60 mm (bertekstur

lunak). Berdasarkan konsistensi gelnya. maka sampel beras yang dianalisis

sebagian bertekstur lunak sampai sedang dan sebagian bertekstur keras.

Faktor yang mempengaruhi konsistensi gel selain sifat genetik varietas

adalah penyimpanan. Penyimpanan pada beras akan menunjukkan perubahan

konsistensi gel dari pasta tepung. Rentang nilai gelnya diindikasikan menurun

dan terjadi pengerasan gel bilamana beras disimpan beberapa bulan (Haryadi

2008). Selain itu, menurut Perez (1979), tingkat penggilingan berpengaruh

terhadap konsistensi gel. Oleh sebab itu, sampel yang akan diukur tingkat

konsistensi gelnya harus digiling pada tingkat penggilingan yang sama.

Nisbah Penyerapan Air (NPA)

Nisbah penyerapan air merupakan banyaknya air yang terserap pada

saat penanakan. Penyerapan air berbeda-beda untuk setiap varietas beras dan

menentukan kualitas dari nasi yang ditanak serta kepulenan nasinya. Nilai

penyerapan air diperoleh dari perbandingan berat nasi dengan berat beras awal.

Hasil analisis NPA dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12 menunjukkan bahwa nisbah penyerapan air sampel yang

dianalisis berada pada kisaran ± 2. Nisbah penyerapan air tertinggi sama-sama

dimiliki oleh varietas IR42 dan Inpara3 (2.38). Sedangkan terendah dimiliki oleh

varietas Inpari 6 Jete (2.09). Menurut Suismono et al. (2003) rata-rata nisbah

Page 53: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

38

penyerapan air dari beras di Indonesia adalah 2.5 kali. Tabel 11 juga

menunjukkan bahwa varietas yang diteliti tidak berbeda nyata antara satu dan

lainya.

Tabel 12 Nisbah penyerapan air dan pengembangan volume enam varietas beras

Varietas NPA* NPV* Ciherang 2.22a 3.48a

Inpara 3 2.38a 3.67a

Inpari 1 2.34a 3.51a

Inpari 2 2.10a 3.39a

Inpari 6 Jete 2.09a 3.33a

IR42 2.38a 3.65a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata pada Uji Duncan (P>0.05)

*Hasil rata-rata dari 4 ulangan

Nisbah Pengembangan Volume (NPV)

Pengembangan volume nasi merupakan penambahan volume yang

disebabkan penyerapan air oleh beras selama pemasakan dimana air

membentuk hidrat yaitu air yang terikat yang sulit diuapkan setelah pemanasan

berikatan dengan senyawa yang mengalami asosiasi. Jika suspensi pati dalam

air dipanaskan, maka air akan menembus lapisan luar granula. Saat suhu

meningkat, granula tersebut mulai menggelembung hingga volumenya menjadi

lima kali lipat volume semula (Agrasasmita 2008).

Tabel 12 menunjukkan hasil nisbah pengembangan volume untuk enam

varietas beras yang dianalisis. Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui

bahwa nisbah pengembangan volume dari sampel beras yang dianalisis berada

pada kisaran ±3. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Suismono et al. (2003),

yang menyatakan bahwa rasio pengembangan volume dari beras yang ada di

Indonesia rata-rata 3.5 kali dari volume berasnya. Tabel tersebut juga

menunjukkan bahwa nisbah pengembangan volume terbesar dimiliki oleh

varietas Inpara 3, yaitu sebesar 3.67 sedangkan varietas Inpari 6 Jete memiliki

nisbah pengembangan volume terendah, yaitu 3.33.

Perbedaan nisbah pengembangan volume nasi disebabkan perbedaan

kandungan amilosa beras. Selain itu, volume pengembangan nasi dapat

disebabkan oleh perlakuan penggunaan alat masak dimana nasi yang dimasak

dengan alat dandang volumenya lebih besar daripada nasi yang ditanak dengan

rice cooker. Volume pengembangan yang lebih besar ini disebabkan karena

Page 54: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

39

setelah diaron, nasi yang ditanak dengan dandang dapat mengembang lagi pada

waktu dikukus, sedangkan pada rice cooker tidak.

Sifat Organoleptik

Uji Skoring

Menurut Soekarto (1985), uji skoring merupakan salah satu pengujian

yang termasuk kedalam uji skalar. Uji skoring disebut juga uji pemberian skor.

Pemberian skor adalah memberikan angka nilai atau menetapkan nilai mutu

sensorik terhadap bahan yang diuji pada jenjang mutu atau skala hedonik.

Tingkat skala mutu ini dapat dinyatakan dalam ungkapan-ungkapan skala mutu

yang telah baku.

Parameter yang diamati pada uji skoring pada penelitian ini antara lain

warna, kilap, aroma, dan tekstur/kepulenan beras setelah dimasak. Berikut

adalah tabel yang menunjukkan frekuensi distribusi terhadap uji skoring pada

paremeter warna.

Tabel 13 Mutu sensori/organoleptik skoring nasi

Varietas Skor Uji Organoleptik *)

Warna Kilap Aroma Kepulenan Ciherang 3.5 3.1 2.7 3.4 Inpara 3 4.0 3.0 2.4 2.3 Inpari 1 4.3 3.5 2.6 3.3 Inpari 2 3.6 3.7 2.4 3.9 Inpari 6 Jete 3.8 3.5 2.6 3.6 IR42 4.1 2.5 2.2 1.8

*) skor warna : 5= sangat putih, 4=putih, 3= agak putih, 2 = kusam, 1= sangat kusam skor kilap : 5 = sangat berkilap, 4= berkilap, 3= agak berkilap, 2= kusam, 1= sangat kusam

skor aroma : 5 = sangat wangi, 4= wangi, 3= agak wangi, 2 = netral, 1=bau tidak enak skor kepulenan: 5= sangat pulen, 4=pulen, 3= sedang, 2 = pera, 1 = sangat pera

Berdasarkan hasil uji organoleptik dengan uji skoring atribut warna nasi

terhadap 30 panelis, dapat diketahui seluruh sampel yang diuji memiliki warna

putih. Skor tertinggi dimiliki oleh varietas Inpari1 (skor=4.3) sedangkan varietas

Ciherang memiliki skor warna yang paling rendah (skor=3.5). Setengah dari

jumlah panelis yang ada menilai varietas Ciherang memiliki warna agak putih.

Menurut Haryadi (2008), warna nasi dipengaruhi oleh derajat sosoh,

kandungan amilosa dan perubahan-perubahan selama penyimpanan beras.

Derajat sosoh yang tinggi mengakibatkan semakin banyak kulit ari yang terlepas

sehingga warna beras menjadi lebih putih.

Page 55: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

40

Sifat organoleptik berikutnya yang diamati adalah kilap beras.

Berdasarkan hasil uji organoleptik atribut kilap nasi dengan uji skoring terhadap

30 panelis (Tabel 13), nasi yang paling berkilap adalah varietas Inpari2

(skor=3.4) dan yang paling kusam (skor terendah) adalah varietas IR42

(skor=2.5).

Menurut Haryadi (2008), nilai kilap berhubungan dengan kelekatan nasi

yaitu kemampuan butir-butir nasi untuk saling melekat. Kelekatan nasi

ditunjukkan oleh perbandingan kandungan amilopektin dengan amilosa beras.

Beras yang mengandung amilosa rendah (<19%) nasinya lebih lengket dan

kilapnya tinggi daripada beras yang memiliki kandungan amilosa tinggi.

Hasil uji organoleptik skoring terhadap enam varietas beras (Tabel 13)

pada parameter aroma menunjukkan seluruh sampel memiliki aroma agak wangi

sampai netral. Skor tertinggi dimiliki oleh varietas Ciherang (skor=2.7) sedangkan

terendah dimiliki oleh IR 42 (skor 2.2).

Menurut Juliano (1994) aroma nasi dipengaruhi oleh varietas padinya.

Selain dipengaruhi oleh varietas, aroma nasi juga dipengaruhi oleh lama

penyimpanan. Beras yang tidak disosoh 100% akan berbau tidak enak (apek)

setelah disimpan dalam waktu yang lama. Perubahan aroma selama

penyimpanan lebih cepat daripada perubahan warnanya.

Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kemunduran aroma adalah

proses pengemasan yang baik yaitu digunakan jenis pengemas yang tidak

memiliki tingkat porositas yang tinggi, suhu dan waktu penyimpanan, pemilihan

jenis pelarut dalam proses ekstraksi, dan tingkat kepolaran. Aroma pada beras

dapat bertahan dengan dilakukan coating (pelapisan) dengan menggunakan

maltodekstrin (Haryadi 2008).

Parameter terakhir yang diuji adalah tekstur/kepulenan. Tekstur

merupakan ciri sensori utama nasi yang menentukan tingkat penerimaan

konsumen (Bergman et al. 2004). Hasil uji skoring terhadap enam sampel nasi

dari 30 panelis (Tabel 13), menunjukkan bahwa varietas Inpari2 memiliki tingkat

kepulenan yang paling tinggi dibandingkan dengan lima sampel lainnya

(skor=3.9). Varietas yang memiliki tingkat kepulenan terendah (pera)

berdasarkan uji skoring adalah varietas IR 42 dengan skor 1.8.

Uji Hedonik

Uji hedonik dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji kesukaan panelis

terhadap sampel yang diuji. Seperti pada uji skoring, jumlah panelis yang

Page 56: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

41

menguji sebanyak 30 orang. Parameter yang diamati adalah penerimaan umum

panelis terhadap sampel yang diberikan. Berikut adalah tabel yang menunjukkan

hasil uji organoleptik hedonik terhadap enam sampel beras yang diuji.

Tabel 14 Frekuensi distribusi dan skor organoleptik uji hedonik

Varietas

Penerimaan Umum (%) Skor

Organoleptik* Sangat Suka

Suka Agak Suka

Biasa Agak Tidak

Suka Tidak Suka

Ciherang 6.7 40.0 16.7 20.0 16.7 0.0 4.0

Inpara 3 0.0 6.7 13.3 20.0 23.3 36.7 2.3

Inpari 1 3.3 36.7 23.3 23.3 13.3 0.0 3.9

Inpari 2 20.0 26.7 23.3 10.0 16.7 3.3 4.1

Inpari6Jete 3.3 43.3 30.0 16.7 3.3 3.3 4.2

IR 42 3.3 3.3 3.3 10.0 20.0 60.0 1.8

*) 6=sangat suka ; 5=suka; 4=agak suka; 3=biasa; 2=agak tidak suka; 1=tidak suka

Berdasarkan hasil uji hedonik terhadap enam sampel beras yang diujikan

(Tabel 14), dapat diketahui varietas Inpari 6 Jete merupakan varietas yang paling

disukai daripada varietas lainnya. Varietas Inpari 6 Jete memiliki skor

organoleptik tertinggi (4.2) dimana sebanyak 3.33% panelis menyatakan sangat

suka, 43.3% suka; 30.0% agak suka; 16.7% biasa; 3.3% agak tidak suka dan

3.3% panelis menyatakan tidak suka. Tabel 13 juga menunjukkan bahwa

varietas IR42 merupakan sampel yang paling tidak disukai (skor=1.8). Hal ini

dibuktikan lebih dari setengah dari jumlah panelis yang ada (60%) menyatakan

tidak suka terhadap sampel ini. Tingkat kesukaan panelis terhadap beras yang

diujikan diduga lebih disebabkan dari tingkat kepulenan nasi. Inpari 6 Jete

merupakan nasi pulen, sedangkan IR42 merupakan nasi pera. Menurut Indrasari

et al. (2008) beras beramilosa tinggi mempunyai tekstur pera dengan rasa nasi

yang kurang enak.

Uji Ranking

Panelis pada uji ranking diminta mengurutkan contoh-contoh yang diuji

berdasarkan perbedaan tingkat aroma/wangi nasi beras dengan memberikan

nomor urut. Panelis yang digunakan pada uji ini sebanyak 30 panelis semi

terlatih. Contoh yang paling wangi diberikan nomor urut tertinggi (nilai 1)

seterusnya hingga contoh yang kurang/tidak wangi diberi nomor urut terendah.

Tabel 15 menunjukkan frekuensi distribusi dan skor organoleptik uji ranking.

Page 57: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

42

Tabel 15 Frekuensi distribusi dan skor organoleptik uji ranking

Varietas Ranking (%)

Skor Organoleptik* 1 2 3 4 5 6

Ciherang 30.0 13.3 10.0 10.0 13.3 23.3 3.3 Inpara 3 6.7 10.0 30.0 26.7 23.3 3.3 2.9 Inpari 1 13.3 26.7 23.3 23.3 6.7 6.7 3.6 Inpari 2 13.3 20.0 13.3 10.0 33.3 10.0 3.0 Inpari 6 Jete 23.3 20.0 20.0 23.3 10.0 3.3 4.6 IR 42 13.3 10.0 3.3 6.7 13.3 53.3 3.6

*) 1=paling wangi; 6=paling tidak wangi/netral

Berdasarkan hasil uji ranking (Tabel 15) didapatkan hasil berturut-turut

(mulai dari yang paling wangi hingga tidak wangi/netral) adalah Inpara 3 (2.9),

Inpari 2 (3.0), Ciherang (3.3), Inpari 1 (3.6), IR42 (3.6), dan Inpari 6 jete (4.6).

Ketika uji ini dilakukan, sebagian besar panelis sukar menentukan aroma dari

sampel. Hal ini disebabkan karena sampel yang digunakan bukanlah beras

aromatik.

Quantitative Descriptive Analysis (QDA)

Seleksi Panelis

Tahap seleksi panelis bertujuan mendapatkan panelis yang dapat

membedakan rasa dasar dan aroma sederhana. Menurut Rahayu (2001), syarat

umum untuk menjadi panelis terlatih adalah mempunyai perhatian dan minat

terhadap pekerjaan ini, mampu menyediakan waktu khusus untuk pelatihan,

serta mempunyai kepekaan yang dibutuhkan.

Panelis yang terpilih adalah panelis yang memiliki kemampuan sensori

yang baik yang kemudian dilatih menjadi panelis terlatih dan digunakan untuk

melakukan pengujian pada atribut-atribut sensori nasi yang telah ditentukan.

Jumlah kandidat panelis yang mengikuti seleksi awal berjumlah 36 orang.

Seleksi yang dilakukan meliputi uji deskripsi rasa dasar, uji deskripsi

aroma, dan uji segitiga baik uji segitiga rasa maupun aroma. Kriteria kelulusan

yang digunakan adalah 60% jawaban benar untuk uji segitiga (rasa dan aroma)

dan 80% jawaban benar untuk uji penentuan rasa dasar dan uji deskripsi aroma

(Meilgaard et al. 1999).

Jumlah panelis terlatih pada uji QDA sebanyak 8-12 orang (Setyaningsih

et al. 2010; Meilgaard et al. 1999) dan umumnya semakin banyak panelis

semakin baik karena variasi antar individu dapat diseimbangkan (Arkanti 2007).

Tahap ini diperoleh 11 orang panelis, tetapi 2 panelis mengundurkan diri pada

Page 58: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

43

saat akan melakukan tahap pelatihan. Oleh karena itu, total panelis yang

mengikuti uji ini sampai akhir hanya 9 orang.

Pelatihan Panelis

Menurut Heymann et al. (1993) tahap pelatihan panelis bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan panelis dalam mengenali, membedakan,

mendeskripsikan, dan menguantifikasikan atribut sensori yang terdapat dalam

suatu produk dengan menggunakan bahasa flavor yang telah disepakati

bersama. Pelatihan ini meliputi beberapa tahap, yaitu pengenalan sistem indera

yang bertanggung jawab untuk membedakan rasa dan aroma, pelatihan bahasa

flavor, dan pelatihan pengenalan dan penilaian skala.

Tahap pelatihan sistem indera hanya dilakukan kepada 3 orang panelis

yang bukan berasal dari jurusan Ilmu Gizi karena panelis lainnya telah

mendapatkannya pada kuliah. Setiap panelis pada tahap pelatihan bahasa

flavour diperkenalkan kapada flavor-flavor tertentu yang kemungkinan dimiliki

oleh sampel beras berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arkanti (2007).

Flavor-flavor yang digunakan antara lain pandan, cereal, sweet, buttery, dan

creamy. Atribut rasa yang dikenalkan antara lain manis, asam, asin, dan pahit.

Selain itu dilakukan juga focus group discussion (FGD) untuk menyamakan

konsep atribut sensori sehingga dapat dikomunikasikan antar panelis satu

dengan lainnya seperti pada tahap penetapan terminologi atribut sensori (Stone

& Sidel 2004).

Tahap pelatihan dan pengenalan skala meliputi uji ranking dan uji

segitiga. Uji ranking bertujuan melatih kemampuan panelis dalam mengenali dan

mengurutkan sampel berdasarkan intensitasnya, sedangkan uji segitiga untuk

melatih panelis dalam membedakan sampel berdasarkan kemiripannya (Arkanti

2007). Uji ranking menggunakan skala garis (unstructured scale).

Pelatihan pengenalan dan pelatihan skala hanya dilakukan terhadap

atribut aroma. Larutan standar aroma yang digunakan untuk pelatihan dapat

dilihat pada Tabel 6. Atribut rasa tidak dilatihkan karena berdasarkan hasil uji

segitiga rasa intensitas semua panelis menjawab benar dari sejumlah set yang

disajikan. Kelemahan dari pelatihan ini adalah pelatihan dilakukan selama 3

minggu selama 2 hari sekali selain hari minggu sesuai dengan tingkat kejenuhan

panelis. Seharusnya pelatihan yang ideal dilakukan setiap hari.

Page 59: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

44

Penentuan Nilai Flavor Standar

Penentuan nilai flavor standar dilakukan untuk menentukan konsentrasi

larutan standar yang akan digunakan pada saat pengujian QDA. Tahap ini

dilakukan tiga kali ulangan untuk melihat kekonsistenan panelis dalam

menentukan skala. Persamaan yang diperoleh dalam penentuan nilai flavor

standar aroma, sebagai berikut.

Tabel 16 Persamaan dalam penentuan nilai flavor standar aroma Atribut SI PI Persamaan

Buttery 25.47 50**

Log SI=0.819LogPI + 0.029 R2 = 0.988

50.00 100** 79.32 200**

Cereal 19.74 10**

LogSI = 0.608LogPI + 0.682 R2 = 0.997

50.00 50** 81.37 100**

Creamy 22.22 100*

LogSI = 0.747LogPI - 0.150 R2 = 0.999

50.00 300* 74.27 500*

Pandan 17.95 10**

LogSI = 0.453LogPI + 0.811 R2 = 0.989

50.00 75** 67.95 100**

Sweet

19.40 10** LogSI = 0.435LogPI + 0.860 R2 = 0.995

50.00 75** 70.17 100**

Keterangan: * µl + 2 ml PG; ** µl + 10 ml PG

Tabel 17 Bahan-bahan yang digunakan sebagai flavor standar Atribut SI Bahan PI

Buttery 25

Diacetyl 46.77**

50 109.65** 75 177.83**

Cereal 25

Acetytl-2-thiazole 15.14**

50 46.77** 75 93.32**

Creamy 25

γ-nonalacton 117.49*

50 302.00* 75 512.86*

Pandan 25

Flavor pandan 19.95**

50 91.20** 75 223.87**

Sweet 25

γ-undecalacton 15.49**

50 70.79** 75 173.78**

Keterangan: * µl + 2 ml PG; ** µl + 10 ml PG

Persamaan garis yang diperoleh untuk setiap aroma kemudian digunakan

untuk menghitung konsentrasi yang diperlukan membuat flavor standar dengan

Page 60: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

45

nilai SI masing-masing 25, 50, dan 75. Konsentrasi yang diperlukan untuk

membuat flavor standard bagi masing-masing atribut dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 18 Persamaan dalam penentuan nilai flavor standar atribut rasa Atribut SI PI* Persamaan

Manis

13.33 2.00

Log SI=0.98LogPI + 0.836

R2 = 0.9993

33.33 5.00

66.67 10.00

100.00 16.00

Asin

16.67 0.20

LogSI = 1.42LogPI + 2.197

R2 = 0.9945

33.33 0.35

56.67 0.50

100.00 0.70

Keterangan: * dalam % Penentuan nilai standar untuk atribut rasa manis dan asin didasarkan

pada standar umum yang terdapat pada Meilgaard et al. (1999). Persamaan

garis untuk atribut rasa dapat dilihat pada Tabel 18. Konsentrasi larutan standar

rasa dasar yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Konsentrasi larutan standar rasa dasar

Atribut SI Bahan PI*

Manis 10

Sukrosa 1.49

25 3.79

Asin 10

NaCl 0.14

25 0.27 Keterangan: * gram dalam 100 ml air mineral

Uji Quantitative Descriptive Analysis

Panelis pada uji deskripsi sensori kuantitatif menggunakan metode QDA

menilai intensitas atribut rasa dan aroma enam varietas beras dengan

membandingkannya dengan standar yang nilainya telah ditentukan saat

pelatihan panelis. Adanya standar dengan berbagai intensitas pada setiap atribut

membantu panelis untuk menggunakan skala dan menyamakan konsep dengan

panelis lainnya (Arkanti 2007).

Nasi diuji dengan penyajian langsung setelah nasi dimasak. Aluminium

foil digunakan untuk meminimalisir kehilangan aroma. Panelis mengalami

kesulitan dalam menentukan aroma yang ada dalam sampel beras yang diujikan.

Oleh karena itu, panelis menyiasati dengan mencoba mencampurkan masing-

masing aroma standar dan mencocokkannya dengan nasi yang diuji, sedangkan

Page 61: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

46

pada atribut rasa, panelis tidak kesulitan dalam memberikan penilaian. Tabel 20

menunjukkan hasil uji QDA untuk atribut aroma.

Tabel 20 Hasil uji QDA atribut aroma

Varietas Aroma

Buttery Cereal Creamy Pandan Sweety Ciherang 0.00 0.00 10.36 11.04 10.77 Inpara 3 0.00 9.10 8.64 8.56 13.19 Inpari 1 0.00 10.56 10.56 8.02 0.00 Inpari 2 8.85 7.96 0.00 5.56 0.00 Inpari 6 Jete 0.00 11.18 0.00 10.29 0.00 IR 42 0.00 13.51 0.00 0.00 18.79

Berdasarkan tabel 20, dapat diketahui bahwa aroma buttery hanya dimiliki

oleh Inpari 2. Inpara 3 merupakan varietas yang hampir memiliki semua jenis

aroma, kecuali buttery.

Tabel 21 Hasil uji QDA atribut rasa

Varietas Intensitas Rasa Manis Asin

Ciherang 7.61 9.95 Inpara 3 7.89 4.25 Inpari 1 6.58 9.33 Inpari 2 6.58 8.71 Inpari 6 Jete 9.74 6.52 IR 42 4.94 3.36

Hasil uji QDA untuk rasa dapat dilihat pada Tabel 21. Berdasarkan tabel

tersebut dapat diketahui bahwa IR42 merupakan varietas dengan intensitas rasa

manis dan asin terendah. Menurut Darmasetiawan (2004), selain atribut manis

dan asin, beras juga memiliki rasa gurih. Secara umum, hasil uji QDA dapat

dilihat pada Gambar 3.

Hasil uji Quantitative Descriptive Analysis (QDA) selanjutnya diolah

menggunakan program PCA (Principle Component Analysis) untuk mereduksi

gugus data peubah ganda yang besar menjadi gugus peubah yang lebih kecil

atau gugus peubah baru yang lebih sedikit. PCA digunakan pada penelitian ini

secara khusus untuk melihat pola atau pengelompokkan sampel beras

berdasarkan aroma dan rasanya.

Page 62: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

47

Gambar 3 Karakteristik sifat sensori enam varietas beras

Total keragaman pada atribut aroma yang dapat dijelaskan disajikan pada

Tabel 22 sedangkan untuk komponennya pada Tabel 23. Scatterplot dari dua

komponen utama (PC 1 dan PC 2) disajikan pada Gambar 4.

Tabel 22 Total keragaman yang dapat dijelaskan pada atribut aroma

Component Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings

Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % 1 2.2229 44.5 44.5 2.2229 44.5 44.5 2 1.5727 31.5 75.9 1.5727 31.5 75.9 3 0.8038 16.1 92.0 0.8038 16.1 92.0 4 0.3349 6.7 98.7 0.3349 6.7 98.7 5 0.0657 1.3 100.0 0.0657 1.3 100.0

Extraction method: Principle Component Analysis

Tabel 23 Komponen matrik(a) korelasi pada atribut aroma

Variabel Component

PC1 PC2 PC3 PC4 PC5 Buttery 0.227 0.631 -0.518 0.298 0.438 Cereal 0.522 -0.116 0.645 0.271 0.474 Creamy -0.561 -0.243 0.001 0.783 0.109 Pandan -0.589 0.233 0.271 -0.431 0.583 Sweety 0.119 -0.689 -0.492 -0.195 0.481

Extraction method: Principal Component Analysis (a) 5 component extracted

Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui nilai kumulatif terbesar (syarat nilai

kumulatif minimal 70% maksimal berada pada PC 3 (Supranto 2004)) yaitu

92.0% yang berada di PC 3. Oleh karena itu, variabel yang paling berpengaruh

terhadap pengelompokan terdapat pada PC 3. Berdasarkan Tabel 23, dapat

diketahui bahwa komponen yang paling berpengaruh terhadap pengelompokan

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

Buttery

cereal

creamy

pandansweety

manis

asin CIHERANG

INPARA3

INPARI1

INPARI2

INPARI6 JETE

IR42

Page 63: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

48

varietas beras berdasarkan aroma adalah variabel/aroma cereal. Hal ini

dibuktikan dengan nilai PC yang paling besar.

Gambar 4 menerangkan hubungan aroma antar varietas beras yang diuji.

Gambar tersebut mengelompokkan Inpari 2 dan Inpari 6 Jete pada satu

kelompok dengan aroma buttery sebagai penciri. Varietas Ciherang dan Inpara 3

juga terletak pada satu kelompok dengan penciri aroma creamy sedangkan

varietas Inpari 1 dan IR42 masing-masing berada pada kelompok tersendiri.

Inpari 1 dicirikan aroma pandan sedangkan IR42 dicirikan dengan aroma cereal

dan sweety.

210-1-2

2

1

0

-1

-2

Dimensi 1 (44.5%)

Dimensi 2 (75.9%)

sweety

pandan

creamy

cereal

Buttery

Gambar 4 Scatterplot dari dua komponen utama pada atribut aroma

Hasil uji QDA untuk rasa juga dianalisis menggunakan PCA. Total

keragaman pada atribut rasa yang dapat dijelaskan disajikan pada Tabel 24

sedangkan untuk komponen rasa pada Tabel 25. Scatterplot dari dua komponen

utama (PC 1 dan PC 2) disajikan pada Gambar 5.

Tabel 24 Total keragaman yang dapat dijelaskan pada atribut rasa

Component Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings

Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % 1 1.1715 58.6 58.6 1.1715 58.6 58.6 2 0.8285 41.4 100.0 0.8285 41.4 100.0

Extraction method: Principle Component Analysis

Inpari 2

Inpari 6 Jete Inpari 1

Ciherang

Inpara 3

IR42

Page 64: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

49

Tabel 25 Komponen matrik(a) korelasi pada atribut rasa

Variabel Component

PC1 PC2 Manis 0.707 0.707 Asin 0.707 -0.707

Extraction method: Principal Component Analysis a 5 component extracted

Berdasarkan tabel 24 dan 25, dapat diketahui bahwa variabel manis dan

asin memiliki nilai yang sama besar. Oleh karena itu, dapat dikatakan atribut

manis dan asin tidak berpengaruh dalam pembagian kelompok varietas beras

berdasarkan rasa.

Gambar 5 Scatterplot dari dua komponen utama pada atribut rasa

Gambar 5 menunjukkan pembagian kelompok beras berdasarkan rasa

manis dan asin nasi. Berdasarkan gambar tersebut, dapat diketahui bahwa

varietas Inpari 2, Inpari 1, dan Ciherang merupakan satu kelompok sedangkan

IR42, Inpara 3, dan Inpari 6 Jete terletak pada kuadran yang saling terpisah.

Korelasi Antar Variabel

Korelasi Antar Sifat Fisikokimia

Korelasi antar sifat fisikokimia dapat dilihat pada Tabel 26. Berdasarkan

tabel tersebut, dapat diketahui bahwa kadar amilosa berbanding terbalik dengan

konsistensi gel (r = -0.766; p<0.01). Semakin tinggi kadar amilosa maka nilai

konsistensi gel akan semakin rendah. Tabel 26 juga menunjukkan bahwa kadar

Dimensi 1 (58.6%)

Dimensi 2 (100%)

1,00,50,0-0,5-1,0-1,5-2,0

1,5

1,0

0,5

0,0

-0,5

-1,0

IR42

INPARI6JETE

INPARI2

INPARI1

INPARA3

CIHERANG

Page 65: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

50

amilosa memiliki hubungan signifikan negatif dengan daya cerna pati (r = -0.663;

p<0.01). Semakin tinggi kadar amilosa, maka penyerapan pati dalam tubuh akan

semakin rendah. Menurut Behall & Hallfrich (2002), amilosa berstruktur linear

mempunyai ikatan hidrogen yang lebih kuat dibandingkan dengan amilopektin,

sehingga lebih sukar dihidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan.

Menurut Rohman (1997), sifat fisikokimia yang nyata mempengaruhi

pengembangan volume nasi adalah amilosa. Semakin tinggi kadar amilosa

beras, maka tingkat pengembangan beras menjadi semakin tinggi. Hal ini sejalan

dengan hasil penelitian dimana kadar amilosa berbanding lurus/positif dengan

nisbah pengembangan volume (NPV) (r = 0.430; p<0.05). Oleh karena itu,

semakin tinggi kadar amilosa maka nisbah pengembangan volumenya akan

semakin besar.

Winarno (2008) mengemukakan bahwa kemampuan pati yang tinggi

dalam menyerap air disebabkan jumlah gugus hidroksil didalam molekul pati

sangat besar. Semakin tinggi kadar amilosa semakin tinggi daya serap air. Pada

kadar amilosa tinggi yang terjadi akan cepat meningkat sehingga daya serap air

yang dihasilkan akan tinggi. Beras dengan kandungan amilosa yang tinggi

cenderung menyerap air lebih banyak bila ditanak dan mengembang lebih besar

sehingga warnanya lebih putih, biasanya digunakan untuk membuat bihun

(Haryadi 2008).

Perbedaan jumlah penyerapan air beberapa varietas beras karena

adanya perbedaan kadar amilosa. Hal ini menyebabkan perbedaan gugus

aktifnya. Terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi kadar amilosa maka

semakin tinggi jumlah penyerapan airnya. Peristiwa ini terjadi karena amilosa

mempunyai gugus hidroksil yang bersifat polar sehingga amilosa bersifat

hidrofilik dan mempunyai afinitas yang cukup besar terhadap air. Hal ini

menyebabkan kemampuan daya serap air meningkat serta memiliki kemampuan

untuk membentuk ikatan hidrogen yang lebih besar karena jumlah gugus

hidroksil dalam molekul pati sangat besar, sehingga kemampuan menyerap air

semakin besar (Juliano 1979).

Menurut Yadav et al. (2007) dan Danbaba et al. (2011) studi korelasi

antara karakteristik fisikokimia dan mutu tanak menunjukkan hubungan signifikan

positif antara kadar amilosa dan penyerapan air. Akan tetapi pada penelitian ini

tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kadar amilosa dan penyerapan

air. Hal ini disebabkan karena nilai nisbah penyerapan air antara satu varietas

Page 66: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

51

dan varietas lainnya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Tabel 26 juga

menunjukkan bahwa konsistensi gel berbanding lurus dengan daya cerna pati (r

= 0.419; p<0.05).

Korelasi Antara Sifat Fisikokimia dan Organoleptik

Hasil korelasi antara sifat fisikokimia dan organoleptik dapat diamati pada

Tabel 26. Apabila dibandingkan dengan sifat organoleptik nasi, dapat diketahui

bahwa kadar amilosa memiliki hubungan signifikan positif dengan warna nasi (r =

0.752; p<0.01), tetapi berbanding terbalik dengan kilap (r = -0.805; p<0.01),

aroma (r = -0.502; p<0.05) dan kepulenan (r = -0.929; p<0.01). Oleh karena itu,

dengan kata lain semakin tinggi kadar amilosa, maka warna nasi akan semakin

putih, tetapi nasi semakin tidak berkilap, aroma tidak terasa dan pera.

Kadar amilosa berbanding terbalik dengan kepulenan beras sejalan

dengan Haryadi (2008). Menurut Haryadi (2008) beras dengan kandungan

amilosa tinggi menghasilkan nasi pera dan kering, sebaliknya beras dengan

kandungan amilosa rendah menghasilkan nasi yang lengket dan lunak.

Kadar amilosa yang berkorelasi positif dengan warna nasi dan berkorelasi

negatif dengan kilap nasi pada penelitian sejalan dengan Juliano (1994) yang

menyatakan bahwa nilai warna beras berkorelasi positif dengan kandungan

amilosanya. Beras dengan kandungan amilosa yang tinggi cenderung menyerap

air lebih banyak bila ditanak dan mengembang lebih besar sehingga warnanya

menjadi lebih putih dan kurang berkilap.

Menurut Haryadi (2008), nilai kilap berhubungan dengan kelekatan nasi

yaitu kemampuan butir-butir nasi untuk saling melekat. Kelekatan nasi

ditunjukkan oleh perbandingan kandungan amilopektin dengan amilosa beras.

Beras yang mengandung amilosa rendah (<19%) nasinya lebih lengket dan

kilapnya lebih tinggi daripada beras yang memiliki kandungan amilosa tinggi

Kadar amilosa memiliki hubungan signifikan negatif dengan aroma nasi

(Tabel 26). Hal tersebut sejalan dengan Juliano (1994) yang menyatakan bahwa

beras yang mengandung amilosa sedang mempunyai nilai aroma nasi yang lebih

tinggi daripada beras yang beramilosa tinggi.

Berdasarkan Tabel 26 juga dapat diketahui bahwa konsistensi gel

berbanding lurus dengan daya cerna pati (r = 0.419; p<0.05). Sedangkan bila

dibandingkan dengan sifat organoleptik nasi, konsistensi gel berkorelasi positif

dengan kilap (r = 0.492; p<0.05), aroma (r = 0.674; p<0.01), dan kepulenan (r =

Page 67: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

52

0.701; p<0.01) tetapi berkorelasi negatif dengan warna nasi (r = - 0.755; p<0.01).

Hal ini dipengaruhi oleh kadar amilosa yang berbeda dan kadar amilosa

berkorelasi signifikan dengan sifat fisikokimia yang lain.

Berdasarkan penelitian ini juga dapat diketahui bahwa nisbah

pengembangan volume memiliki hubungan signifikan negatif dengan kepulenan

(r = -0.437; p<0.05). Oleh karena itu, semakin tinggi pengembangan volume

beras selama proses pemasakan menjadi nasi, maka nasi akan semakin pera.

Daya cerna pati memiliki hubungan signifikan positif dengan kilap (r =

0.862; p<0.01), aroma (r = 0.617; p<0.01) dan kepulenan nasi (r = 0.822; p<0.01)

tetapi memiliki hubungan signifikan negatif dengan warna nasi (r = -0.451;

p<0.05).

Korelasi Antar Sifat Organoleptik

Korelasi antar sifat organoleptik dapat diamati pada Tabel 26. Tabel 26

menunjukkan bahwa warna nasi berbanding terbalik dengan aroma (r = -0.429;

p<0.05) dan kepulenan nasi (r= -0.557; p<0.01). Sementara kilap nasi

berkorelasi positif dengan aroma (r = 0.468; p<0.05) dan kepulenan nasi (r =

0.939; p<0.01) sedangkan aroma berkorelasi signifikan positif dengan tingkat

kepulenan nasi (r = 0.648; p<0.01). Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui

bahwa hampir semua sifat organoleptik yang diamati memiliki hubungan yang

signifikan dengan sifat fisikokimia. Hal ini menunjukkan bahwa sifat organoleptik

yang diamati (warna, kilap, aroma, dan kepulenan) memiliki hubungan dengan

kadar amilosa, sementara kadar amilosa memiliki hubungan dengan sifat

fisikokimia lainnya.

Page 68: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

Tabel 26 Korelasi antar variabel yang dianalisis

Y

X

Amilosa Konsistensi Gel NPA NPV Daya Cerna Pati Warna Kilap Aroma Kepulenan

Sifat Fisikokimia Amilosa 1.00 Konsistensi Gel -0.766** 1.00 NPA 0.383 -0.328 1.00 NPV 0.430* -0.274 -0.020 1.00 Daya Cerna Pati -0.663** 0.419* -0.260 -0.375 1.00 Sifat Organoleptik Warna 0.752** -0.755** 0.307 0.269 -0.451* 1.00 Kilap -0.805** 0.492* -0.292 -0.390 0.862** -0.356 1.00 Aroma -0.502* 0.674** -0.156 -0.249 0.617** -0.429* 0.468* 1.00 Kepulenan -0.929** 0.701** -0.336 -0.437* 0.822** -0.557** 0.939** 0.648** 1.00

Keterangan : * korelasi kuat (p<0,05) **korelasi sangat kuat (p<0,01)

Page 69: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil analisis proksimat enam varietas beras (Ciherang, Inpara 3, Inpari

1, Inpari 2, Inpari 6 jete, dan IR 42) menunjukkan kadar air sampel berkisar

antara 9.42-12.00%bb, kadar abu 0.41-0.55%bk, kadar protein 7.49-8.09%bk,

kadar lemak 0.50-0.91%bk, dan karbohidrat berkisar 78.70-81.68%. Uji kadar

amilosa menunjukkan varietas Inpari 6 Jete dan Inpari 2 merupakan beras

beramilosa rendah (sangat pulen); Inpari 1 dan Ciherang merupakan beras

beramilosa sedang (pulen); dan IR42 dan Inpara 3 merupakan beras beramilosa

tinggi (pera). Daya cerna pati enam varietas beras berkisar antara 75.92% (IR42)

hingga 86.36% (Inpari 6 Jete).

Berdasarkan suhu gelatinisasi, beras yang dianalisis dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu: 1) suhu gelatinisasi rendah: Inpari 6 Jete; dan

2) suhu gelatinisasi tinggi: IR 42, Inpara 3, Inpari 1, Ciherang, dan Inpari 2.

Viskositas maksimum enam varietas beras berkisar antara 2675.20 hingga

3366.40 cP. Viskositas maksimum IR42 tidak terukur. Viskositas balik dari

sampel yang dianalisis berkisar antara 1324.80 – 2860.80 cP. Viskositas balik

IR42 tidak dapat terdeteksi karena viskositas puncak IR42 tidak terbaca.

Berdasarkan uji konsistensi gel, diketahui Ciherang dan Inpari 2 bertekstur nasi

empuk, Inpari 1 dan Inpari 6 Jete remah, sedangkan Inpara 3 dan IR42 sangat

remah. NPA sampel yang dianalisis berada pada kisaran ± 2 dan NPV berada

pada kisaran ±3. Hal ini menunjukkan bahwa ketika beras dimasak menjadi nasi,

beras akan menyerap air dua kali bobot beras dan akan mengembang tiga kali

dari volume beras.

Hasil uji QDA menunjukkan Inpari 6 Jete memiliki atribut aroma cereal

dan pandan; Ciherang memiliki atribut aroma creamy, pandan, dan sweety;

Inpara 3 memiliki atribut aroma cereal, creamy, pandan, dan sweety; Inpari 1

memiliki atribut aroma, yaitu cereal, creamy, dan pandan; Inpari 2 memiliki atribut

aroma buttery, cereal, dan pandan; sedangkan IR42 memiliki atribut aroma

cereal dan sweety. Aroma yang paling berpengaruh dalam pembagian kelompok

adalah aroma cereal. Atribut manis dan asin sama-sama memiliki pengaruh yang

sama besar dalam pembagian kelompok varietas beras berdasarkan rasa.

Hasil uji korelasi antar variabel menujukkan kadar amilosa berbanding

terbalik dengan konsistensi gel, daya cerna pati, kilap, aroma dan kepulenan tapi

berkorelasi positif dengan NPV dan warna nasi. Konsistensi gel berbanding lurus

Page 70: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

55

dengan daya cerna pati, kilap, aroma, dan kepulenan tetapi berkorelasi negatif

dengan warna nasi. NPV memiliki hubungan signifikan negatif dengan

kepulenan. Daya cerna pati memiliki hubungan signifikan positif dengan kilap,

aroma, dan kepulenan nasi tetapi memiliki hubungan signifikan negatif dengan

warna nasi. Warna nasi berbanding terbalik dengan aroma dan kepulenan nasi.

Sementara kilap nasi berkorelasi positif dengan aroma dan kepulenan nasi.

Saran

Varietas beras yang terdapat dipasaran sangat beragam. Oleh karena itu,

karakteristik sifat fisikokimia dan organoleptik (cooking quality dan eating quality)

perlu diketahui masyarakat agar mengetahui langkah/pengolahan yang tepat

terhadap beras yang diolahnya untuk mendapatkan karakteristik yang diinginkan

sesuai dengan preferensi masing-masing. Perlu dilakukan penelitian lebih

banyak dan mendalam tentang sifat fisikokimia (cooking quality dan eating

quality) dari varietas jenis lainnya dan preferensi masyarakat Indonesia terhadap

beras agar standar mutu/SNI tidak terbatas pada sifat fisik beras saja.

Page 71: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

DAFTAR PUSTAKA

Adair C. R, C. N. Bollich, D. H. Bowman, T. H. Jodon, B. D. Webb and J. G. Atkins. 1973. Rice Breeding and testing Method in the United States. In Rice in the United States: Varieties and Production. US Dept. Agri. Handbook, 289 (revised) pp: 22-27.

Andoko A. 2008. Budidaya Padi Secara Organik. Jakarta: Penebar Swadaya. Agrasasmita. 2008. Karakterisasi sifat fisikokimia dan indeks glikemik varietas

beras beramilosa rendah dan tinggi [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 1995. Official Method of

Analysis of Association of Official Analytical Chemist. Ed ke-14. AOAC inc, Airlington.

Arkanti L.W. 2007. Karakteristik Sifat Fisikokimia dan Sensori Beras Pandan

Wangi, Morneng, dan BTN [Skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian IPB.

Arraulo E.V., D.B. De Padua, and M. Graham. 1976. Rice Post Harvest

Technology. IDRC, Canada. Barber S. 1972. Milled rice and changes during ageing. In ‘Rice: Chemistry and

Technology’, 1st edn, (D.F. Houston, ed.), Am. Assoc. Cereal Chem., St Paul, MN, U.S.A. pp 215-263.

Behall K.M. and J. Hallfrisch. 2002. Plasma glucoce and insulin reduction after

consumption of bread varying in amylose content. Eur. J. Clin. Nutr. 56(9):913-920.

Bergman C.J. Bhattacharya,K.R. and Ohtsubo,K. 2004. Rice End-use Quality

Analysis. In : Rice Chemistry and Technology (E. Champagne, ed.,2004).Third edition. American Association of Cereal Chemists. St.Paul, Minnesota.

Bernard. 2005. Deskripsi Flavor, Sifat Fisikokimia, dan IG Beras Panjang dari

Lahan Gembut Pasang Surut Aluh-aluh Kalimantan Selatan. [Skripsi]. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.

Bhattacharya, K. R. 1979. Gelatinization Temperature of Rice Strach and Its

Determination. Di dalam: Proceedings of The Workshop on Chemical Aspect of Rice Grain Quality. IRRI, Los Banos. Pp 232-247

Page 72: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

57

BSN. 1999. RSNI Beras Giling. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta. Burks A. W., and Helm, R.M. 1994. Hypoallerginity of rice protein. In: Presented

at the annual meeting of the American Association of Cereal Chemist, Nashville, TN.

Cagampang C.D, C.M. Perez, and B.O.Juliano. 1973. A Gel Consistency Test for

Eating Quality of Rice (Oriza sativa). J.Sc. Food Agric. 24:1589-1594. Child N.W.. 2004. Production and utilization of rice. Di dalam: Elaine T.

Champagne (ed). Rice: Chemistry and Technology. American Association of Cereal Chemist, Inc.. Minnesota

Danbaba N. Anounye, J.C. Gana A. S. Abo, M.E. and Ukwungwu, M.N. 2011.

Grain quality characteristic of Ofada rice (Oryza sativa L.): cooking and eating quality. International Food Research Journal. 18: 629-634.

Damardjati D.S. dan E. Y. Purwani. 1991. Mutu Beras. Dalam: Padi Buku 3.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Sukamandi. 4(4): 85-94

Darmadjati D.D. 1987. Prospek Peningkatan Mutu Beras di Indonesia. Jurnal

Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Sukamandi. 4(4): 85-94

_______. 1995. Karakteristik Sifat Standarisasi Mutu Beras sebagai Landasan

Pengembangan Agribisnis dan Agroindustri Padi di Indonesia. Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Bogor.

_______. 1997. Masalah dan Upaya Peningkatan Kualitas Beras Ditinjau Dari

Aspek Pra dan Pasca Panen Dalam Menghadapi Era Globalisasi. Makalah Seminar Pasca Panen, Peningkatan Kualitas dan Pelayanan Masyarakat. Jakarta. 6 Mei 1997.

Darmasetiawan G. 2004. Kualitas Citarasa Beras Cepat Saji dari Beras Aromatik.

[Skripsi]. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.

Dipti S.S, S.T. Hossain, M.N. Bari and K.A. Kabir. 2002. Physicochemical and

cooking properties of some fine rice varieties. Pakistan Journal of Nutrition 1 (4) : 188-190.

Direktorat Gizi Departemen Kesehatan. 1995. Daftar Komposisi Bahan Makanan.

Bharata karya Akasara. Jakarta.

Page 73: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

58

Erwidodo et al. 1996. Ketahanan Pangan Era Pasar Bebas. Puslit Sosial Ekonomi Pertanian dan Pengembangan Pertanian Deptan RI.

Esbensen K. S. Schonkopf and T. Midtgaard. 1994. Multivariate Analysis in

Practise. Wennergs Trykkeri, AS, Trondhem. FAO. 2004. Rice and human nutrition. www.rice2004.org [6 Januari 2012]. Greenwood C.T., 1979. Observation on The Structure of The Starch Granule. In

: J.M.V. Blanshard and J.R. Mitchel (Eds). Polysacharides in Food. Butterwortks, London.

Grist D.H. 1975. Rice. Formerly Agricultural Economist, Colonial Agricultural

Service, Malaya. Longmans, Green and Co Ltd. London. Haryadi Y. Sugiono, dan T. Muchtadi. 1990. Teknologi Pengolahan Serealia.

Bahan Pengajaran. PAU Pangan dan Gizi, IPB. Bogor. Haryadi. 2008. Teknologi Pengolahan Beras. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press. Heymann H., D.L. Holt, and MA. Cliff. 1993. Measured of flavor by sensory

descriptive techniques . In: Menley, C.H. and C.T. Ho (ed). Flavor Measurement. Marcell Dekker, Inc., New York.

Hoseney R.C. 1998. Principle of Cereal Science and Technology, 2nd ed.

American Association of Cereal Chemists. Inc., St.Paul, Minnesota. Indrasari S.D., P. Wibowo, and D.S. Damardjati. 1997. Food consumption pattern

based on expenditure level of rural communities in several parts in Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi.

Indrasari S.D., P. Wibowo, dan Aan A. Darajadjat. 2008. Kandungan Mineral

Beras Varietas Unggul Baru. disampaikan pada seminar nasional padi. Sukamandi, 23-24 Juli 2008.

Itani T., T. Masahiks, A. Eiks, and H. Toshroh. 2002. Distribution of amylose,

nitrogen, and minerals in kernel with various characteristic. J. Agri Food Chem 50: 5326-5332.

Juliano B.O. 1971. A Simplified Assay for Milled Rice Amylose Measurement. J.

of Cereal Sci. Today. 16:334-336 _______. 1972. The rice caryopsis and its composition. In. : Rice, Chemistry and

Technology. DF. Houston (ed). American Association of Cereal Chemist, Inc. St. Paul, Minnesota.

Page 74: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

59

_______. 1979. Amylose Analysis in Rice. Di dalam: Proceedings of the

Workshop on Chemical Aspect of Rice Grain Quality. IRRI, Los Banos, pp 252-259.

_______. 1994. Rice In Human Nutrition. Collaboration IRRI and FAO. Rome. _______. 2004. Rice, Chemistry and Technology. Elaine T.C (ed). American

Association of Cereal Chemist, Inc. St. Paul, Minnesota. Kush S and ND. Cruz. 2000. Rice grain quality evaluation procedures. In :

Aromatic Rices. Oxford & IBH Pub. Co. Pvt. Ltd, New Delhi. Lehninger A.L. 1982. Principles of Biochemistry (dasar-dasar biokimia jilid 1)

Terjermahan: M. Theawijaya. Jakarta: Erlangga. Little R.R. dan E.H. Dawson. 1990. Histology and Histochemistry Of Raw and

Cooked Rice Kernels Food. Res. Vol 25: 611-622. Luh B.S. 1991. Rice Production. volume I. New York: Van Nostrand Reinhold. Luh B.S. and Liu, Y.K. 1980. Rice Flours in Baking. In : Rice Production and

Utilization (B.S.Luh,ed.,1980) AVI Publishing Co.,Wesport, Connecticut. Meilgaard M., GV. Civille, and BT Carr. 1999. Sensory Evaluation Techniques.

CRC Press. New York. Muchtadi D, Palupi, N.S., dan Astawan, M. 1992. Metode Kimia Biokimia dan

Biologi dalam Evaluasi Nilai Gizi Pangan Olahan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, IPB. Bogor.

Otegbayo B.O., F. Osamuel and J.B. Fashakin. 2001. Effect of parboiling on

physico-chemical qualities of two local rice varieties in Nigeria, J. Food Technol Africa 6:130-132.

Parker R. 2003. Introduction of Food Science. Delmar. Thomson Learning.

United States of America. Perez C.M. and Juliano, B.O. 1979. Indicators of eating quality for non-waxy

rices. Food Chem 4. 185-195 Poste L.M., DA. Mackie, G. Butler, and E. Larmond. 2002. Laboratory Methods

for Sensory Analysis of Food. Canada Agriculture Research Center, Ottawa.

Page 75: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

60

Powell, Holt, and J.C.B. Miller. 2003. International table of glycemic index and glycemic load value: 2002. Am. J. Clin. Nutr. 76: 5-56.

Purwani E.Y., S. Yuliani, S. Dewi Indrasari, S. Nugraha, dan R. Thahir. 2007.

SIfat Fisiko-Kimia Beras dan indeks glikemiknya. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan XVIII (1):59-66.

Resureccion, A. Juliano, B.O. dan Tanaka, Y. 1979. Nutrient Content and

Distribution in Milling Fractions of Rice Grain. J. Food. Sci. 30 : 475-481. Rohman. 1997. Evaluasi Sifat Fisiko-Kimia Pati Beras Ketan Hitam, Beras Ketan

Putih, Beras Cianjur, dan Beras IR 36. Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.

Setyaningsih Dwi, Apriyantono Anton, dan Sari Maya Puspita. 2010. Analisis

Sensori untuk IndustriPangan dan Agro. Bogor : IPB Press. Setyono A. 2003. Meningkatkan Pendapatan Petani Melalui Perbaikan

Penanganan Pasca Panen Padi. Pangan. 10:16-22. Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi. 1997. Analisa Bahan Makanan dan

Pertanian. Yogyakarta: Liberty. Suismono, A. Setyono, S.D. Indrasari,. P. Wibowo, dan I.Las. 2003. Evaluasi

Mutu Beras Berbagai Varietas Padi di Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi. 41p.

Soekarto S.T. 1985. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil

Pertanian. Jakarta: Bhratara Karya Aksara. Stone and Sidel. 2004. Sensory Evaluation Practicess. Elsevier Swinkle JJM. 1985. Sources od starch, its chemistry and physics. In : V. Beynum

GMA. and JA. Roels (ed), Starch Conversion Technology. Marcel Dekker Inc., New York.

Tyagi et al. 2004. Structural and functional analysis of rice genome. J Genet. 83:

79-99 Wang, M., N.S. Hettiarachychy, M. Qi, W. Burks, and T. Siebenmogen. 1999.

Preparation and Fungtional Properties of Rice Bran Protein Isolate. Journal of Agricultural and Food Chemistry. 47: 411-416.

Watts M., G.L. Yimaki. L.E. Jefery and L.G. Elias. 1989. Basic Sensory

Methods for Food Evaluation. International Development Research Center. Ottawa.

Page 76: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

61

Widjayanti E. 2004. Potensi dan Prospek pangan fungsional indigenous

Indonesia: Potensi, Regulasi, Keamanan, Efikasi, dan Peluang Pasar. Bandung 6-7 Oktober 2004.

Widowati S. B.A. Susila Santosa, dan A. Budiyanto. 2008. Karakteristik Mutu dan

indeks glikemik beras beramilosa rendah dan tinggi. dalam B. Suprihatno et al. (Eds). Proiding Seminar Apresiasi Hasil Penelitian Padi Menunjang P2BN. Buku 2. BB Padi. Sukamandi. p. 759-773.

Winarno. 1984. Padi dan Beras. Diktat Tidak Dipublikasikan. Riset

Pengembangan Teknologi Pangan. IPB. Bogor. ______. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia. ______. 2004. GMP dalam Industri Penggilingan Padi. Di dalam Lokakarya

Nasional Upaya Peningkatan Nilai Tambah Pengolahan Padi, Perusahaan Umum Bulog Bekerjasama dengan Fateta IPB, Jakarta 20-21 Juli.

______. 2008. Kimia Pangan dan Gizi, Edisi Terbaru. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama. Yadav R.B., B.S. Khatkar and B.S. Yadav. 2007. Morphological, physicochemical

and cooking properties of some Indian rice (Oryza sativa L.) Cultivars. J Agricl Technol 3:203-210.

Yang D.S., K.S. Lee and S.J. Kays. 2010. Characterization and discrimination of

premium-quality, waxy, and black pigmented rise based on odor-active compounds. J. Sci Food Agric, n/a. doi: 10.1002/jsfa. 4126.

Von S and C. Akesson. 1986. Correlating instrumental and sensory flavor data. Zook K.L. and H.J. Pearse. 1988. Quantitative Descriptive Analysis of Foods. In:

Moskowits (ed.). Applied Sensory Analysis of Foods. CRC Press Inc., Florida.

Page 77: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

LAMPIRAN

Lampiran 1 Analisis statistik kadar air

Descriptives

KADARAIR

N Mean Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

1 4 11.8350 .10017 .05008 11.6756 11.9944 11.75 11.98

2 4 11.7700 .10392 .05196 11.6046 11.9354 11.68 11.92

3 4 9.7600 .11690 .05845 9.5740 9.9460 9.64 9.92

4 4 11.9975 .05909 .02955 11.9035 12.0915 11.92 12.06

5 4 11.9675 .10751 .05375 11.7964 12.1386 11.85 12.10

6 4 9.4150 .13178 .06589 9.2053 9.6247 9.29 9.60

Total 24 11.1242 1.12123 .22887 10.6507 11.5976 9.29 12.10

ANOVA

KADARAIR

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 28.714 5 5.743 514.922 .000

Within Groups .201 18 .011 Total 28.915 23

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

KADARAIR

Duncan

VARIETAS N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

6 4 9.4150 3 4 9.7600 2 4 11.7700 1 4 11.8350 11.8350

5 4 11.9675

4 4 11.9975

Sig. 1.000 1.000 .396 .053

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Page 78: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

63

Lampiran 2 Analisis statistik kadar abu

Descriptives

KADARABU

N Mean Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

1 4 .5400 .03266 .01633 .4880 .5920 .50 .58

2 4 .5500 .00816 .00408 .5370 .5630 .54 .56

3 4 .4975 .01708 .00854 .4703 .5247 .48 .52

4 4 .4075 .02986 .01493 .3600 .4550 .37 .44

5 4 .4475 .01893 .00946 .4174 .4776 .42 .46

6 4 .5000 .02160 .01080 .4656 .5344 .48 .53

Total 24 .4904 .05473 .01117 .4673 .5135 .37 .58

ANOVA

KADARABU

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .059 5 .012 22.716 .000

Within Groups .009 18 .001 Total .069 23

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

KADARABU

Duncan

VARIETAS N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

4 4 .4075 5 4 .4475 3 4 .4975 6 4 .5000 1 4 .5400

2 4 .5500

Sig. 1.000 1.000 .879 .544

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Page 79: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

64

Lampiran 3 Analisis statistik kadar protein

Descriptives

KADARPROTEIN

N Mean Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound Upper Bound

1 4 8.0125 .24690 .12345 7.6196 8.4054 7.67 8.24

2 4 8.0875 .46407 .23203 7.3491 8.8259 7.79 8.78

3 4 7.4925 .06652 .03326 7.3867 7.5983 7.43 7.55

4 4 7.7475 .20271 .10136 7.4249 8.0701 7.53 8.01

5 4 7.6950 .11705 .05852 7.5088 7.8812 7.55 7.79

6 4 7.4875 .28040 .14020 7.0413 7.9337 7.18 7.74

Total 24 7.7538 .33142 .06765 7.6138 7.8937 7.18 8.78

ANOVA

KADARPROTEIN

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1.284 5 .257 3.720 .017

Within Groups 1.242 18 .069 Total 2.526 23

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

KADARPROTEIN

Duncan

VARIETAS N

Subset for alpha = 0.05

1 2

6 4 7.4875 3 4 7.4925 5 4 7.6950 7.6950

4 4 7.7475 7.7475

1 4 8.0125

2 4 8.0875

Sig. .215 .067

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Page 80: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

65

Lampiran 4 Analisis statistik kadar lemak

Descriptives

KADARLEMAK

N Mean Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

1 4 .7375 .04646 .02323 .6636 .8114 .69 .80

2 4 .8925 .06702 .03351 .7859 .9991 .83 .96

3 4 .6725 .03862 .01931 .6110 .7340 .63 .71

4 4 .7300 .03830 .01915 .6691 .7909 .68 .76

5 4 .4950 .02887 .01443 .4491 .5409 .46 .53

6 4 .9075 .01708 .00854 .8803 .9347 .89 .93

Total 24 .7392 .14688 .02998 .6771 .8012 .46 .96

ANOVA

KADARLEMAK

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .464 5 .093 51.874 .000

Within Groups .032 18 .002 Total .496 23

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

KADARLEMAK

Duncan

VARIETAS N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

5 4 .4950 3 4 .6725 4 4 .7300 1 4 .7375 2 4 .8925

6 4 .9075

Sig. 1.000 .053 .622

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Page 81: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

66

Lampiran 5 Analisis statistik karbohidrat

Descriptives

KARBOHIDRAT

N Mean Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

1 4 78.8800 .31348 .15674 78.3812 79.3788 78.63 79.33

2 4 78.7025 .39373 .19687 78.0760 79.3290 78.15 78.99

3 4 81.5800 .13952 .06976 81.3580 81.8020 81.38 81.70

4 4 79.1150 .22293 .11147 78.7603 79.4697 78.80 79.32

5 4 79.3975 .24717 .12358 79.0042 79.7908 79.12 79.63

6 4 81.6825 .35883 .17941 81.1115 82.2535 81.25 82.07

Total 24 79.8929 1.30062 .26549 79.3437 80.4421 78.15 82.07

ANOVA

KARBOHIDRAT

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 37.370 5 7.474 87.534 .000

Within Groups 1.537 18 .085 Total 38.907 23

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

KARBOHIDRAT

Duncan

VARIETAS N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

2 4 78.7025 1 4 78.8800 4 4 79.1150 79.1150 5 4 79.3975 3 4 81.5800

6 4 81.6825

Sig. .074 .188 .626

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Page 82: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

67

Lampiran 6 Analisis statistik daya cerna pati

Descriptives

DAYACERNAPATI

N Mean Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

1 4 82.9200 .69229 .34615 81.8184 84.0216 82.05 83.70

2 4 83.1950 .60583 .30292 82.2310 84.1590 82.60 83.88

3 4 83.6100 .91601 .45800 82.1524 85.0676 82.42 84.62

4 4 85.0725 .82387 .41193 83.7615 86.3835 84.07 86.08

5 4 86.3550 .62751 .31375 85.3565 87.3535 85.71 87.18

6 4 75.9150 .67806 .33903 74.8361 76.9939 75.09 76.56

Total 24 82.8446 3.44985 .70420 81.3878 84.3013 75.09 87.18

ANOVA

DAYACERNAPATI

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 264.080 5 52.816 98.487 .000

Within Groups 9.653 18 .536 Total 273.733 23

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

DAYACERNAPATI

Duncan

VARIETAS N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

6 4 75.9150 1 4 82.9200 2 4 83.1950 3 4 83.6100 4 4 85.0725 5 4 86.3550

Sig. 1.000 .223 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Page 83: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

68

Lampiran 7 Analisis statistik kadar amilosa

Descriptives

KADARAMILOSA

N Mean Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound Upper Bound

1 4 22.7950 .13178 .06589 22.5853 23.0047 22.66 22.97

2 4 28.6000 .10328 .05164 28.4357 28.7643 28.48 28.72

3 4 22.1600 .13663 .06831 21.9426 22.3774 22.02 22.34

4 4 19.0900 .17739 .08869 18.8077 19.3723 18.91 19.31

5 4 18.6500 .28000 .14000 18.2045 19.0955 18.35 18.99

6 4 26.8200 .23889 .11944 26.4399 27.2001 26.56 27.12

Total 24 23.0192 3.75485 .76646 21.4336 24.6047 18.35 28.72

ANOVA

KADARAMILOSA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 323.634 5 64.727 1.818E3 .000

Within Groups .641 18 .036 Total 324.275 23

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

KADARAMILOSA

Duncan

VARIETAS N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 5 6

5 4 18.6500 4 4 19.0900 3 4 22.1600 1 4 22.7950 6 4 26.8200 2 4 28.6000

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Page 84: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

69

Lampiran 8 Hasil analisis amilografi Ciherang

Minutes Viscosity

(cP) Speed (RPM)

% Torque Shear Stress

(D/cm2) Shear Rate

(1/sec) Temperatur

e (0C)

1 6,40 100,00 0,1 1,79 28,00 29,8

2 6,40 100,00 0,1 1,79 28,00 31,8

3 6,40 100,00 0,1 1,79 28,00 36,0

4 6,40 100,00 0,1 1,79 28,00 40,5

5 19,20 100,00 0,3 5,38 28,00 44,9

6 19,20 100,00 0,3 5,38 28,00 49,4

7 12,80 100,00 0,2 3,58 28,00 53,8

8 6,40 100,00 0,1 1,79 28,00 58,2

9 0,00 100,00 -0,1 0,00 28,00 62,4

10 0,00 100,00 -0,1 0,00 28,00 66,6

11 0,00 100,00 -0,2 0,00 28,00 70,8

12 0,00 100,00 -0,1 0,00 28,00 74,7

13 12,80 100,00 0,2 3,58 28,00 78,5

14 32,00 100,00 0,5 8,96 28,00 82,6

15 128,00 100,00 2,0 35,84 28,00 86,6

16 435,20 100,00 6,8 121,86 28,00 90,2

17 1606,40 100,00 25,1 449,79 28,00 91,7

18 2720,00 100,00 42,5 761,60 28,00 92,8

19 3283,20 100,00 51,3 919,30 28,00 93,4

20 3456,00 100,00 54,0 967,68 28,00 93,7

21 3404,80 100,00 53,2 953,34 28,00 93,9

22 3289,60 100,00 51,4 921,09 28,00 94,0

23 3193,60 100,00 49,9 894,21 28,00 94,0

24 3104,00 100,00 48,5 869,12 28,00 94,0

25 3027,20 100,00 47,3 847,62 28,00 93,9

26 2982,40 100,00 46,6 835,07 28,00 93,9

27 2956,80 100,00 46,2 827,90 28,00 94,0

28 2931,20 100,00 45,8 820,74 28,00 93,9

29 2912,00 100,00 45,5 815,36 28,00 94,0

30 2886,40 100,00 45,1 808,19 28,00 94,0

31 2892,80 100,00 45,2 809,98 28,00 90,3

32 2931,20 100,00 45,8 820,74 28,00 85,5

33 3148,80 100,00 49,2 881,66 28,00 80,5

34 3852,80 100,00 60,2 1078,78 28,00 76,4

35 4441,60 100,00 69,4 1243,65 28,00 73,4

36 4864,00 100,00 76,0 1361,92 28,00 70,8

37 5158,40 100,00 80,6 1444,35 28,00 68,3

38 5427,20 100,00 84,8 1519,62 28,00 66,1

39 5625,60 100,00 87,9 1575,17 28,00 62,8

40 5824,00 100,00 91,0 1630,72 28,00 59,6

Page 85: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

70

Minutes Viscosity

(cP) Speed (RPM)

% Torque Shear Stress

(D/cm2) Shear Rate

(1/sec) Temperatur

e (0C)

41 5990,40 100,00 93,6 1677,31 28,00 56,9

42 6131,20 100,00 95,8 1716,74 28,00 54,4

43 6227,20 100,00 97,3 1743,62 28,00 52,5

44 6291,20 100,00 98,3 1761,54 28,00 50,7

45 6316,80 100,00 98,7 1768,70 28,00 50,1

000

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

0 10 20 30 40 50

Vis

coci

ty(c

P)

Time (Minutes)

Brookfield Engineering Laboratories, Inc.

Wingather V2.5

Ciherang

Page 86: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

71

Lampiran 9 Hasil analisis amilografi Inpara 3

Minutes Viscosity

(cP)

Speed

(RPM) % Torque

Shear Stress

(D/cm2)

Shear Rate

(1/sec)

Temperatur

e (0C)

1 19,20 100,00 0,3 5,38 28,00 29,6

2 19,20 100,00 0,3 5,38 28,00 31,9

3 12,80 100,00 0,2 3,58 28,00 36,1

4 19,20 100,00 0,3 5,38 28,00 40,6

5 19,20 100,00 0,3 5,38 28,00 45,1

6 32,00 100,00 0,5 8,96 28,00 49,6

7 32,00 100,00 0,5 8,96 28,00 54,1

8 25,60 100,00 0,4 7,17 28,00 58,5

9 25,60 100,00 0,4 7,17 28,00 62,8

10 25,60 100,00 0,4 7,17 28,00 67,0

11 25,60 100,00 0,4 7,17 28,00 71,2

12 51,20 100,00 0,8 14,34 28,00 75,2

13 76,80 100,00 1,2 21,50 28,00 79,4

14 166,40 100,00 2,6 46,59 28,00 83,5

15 364,80 100,00 5,7 102,14 28,00 87,2

16 992,00 100,00 15,5 277,76 28,00 90,3

17 1913,60 100,00 29,9 535,81 28,00 92,1

18 2483,20 100,00 38,8 695,30 28,00 93,5

19 2662,40 100,00 41,6 745,47 28,00 94,0

20 2675,20 100,00 41,8 749,06 28,00 94,3

21 2656,00 100,00 41,5 743,68 28,00 94,0

22 2617,60 100,00 40,9 732,93 28,00 94,2

23 2547,20 100,00 39,8 713,22 28,00 94,3

24 2508,80 100,00 39,2 702,46 28,00 94,3

25 2476,80 100,00 38,7 693,50 28,00 94,2

26 2457,60 100,00 38,4 688,13 28,00 94,0

27 2438,40 100,00 38,1 682,75 28,00 94,1

28 2425,60 100,00 37,9 679,17 28,00 94,2

29 2419,20 100,00 37,8 677,38 28,00 94,2

30 2393,60 100,00 37,4 670,21 28,00 94,3

31 2387,20 100,00 37,3 668,42 28,00 94,0

32 2393,60 100,00 37,4 670,21 28,00 94,0

33 2380,80 100,00 37,2 666,62 28,00 94,0

34 2361,60 100,00 36,9 661,25 28,00 90,5

35 2355,20 100,00 36,8 659,46 28,00 84,4

36 2425,60 100,00 37,9 679,17 28,00 78,5

37 2880,00 100,00 45,0 806,40 28,00 74,0

38 3347,20 100,00 52,3 937,22 28,00 70,2

39 3705,60 100,00 57,9 1037,57 28,00 66,6

40 3948,80 100,00 61,7 1105,66 28,00 63,4

Page 87: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

72

Minutes Viscosity

(cP)

Speed

(RPM) % Torque

Shear Stress

(D/cm2)

Shear Rate

(1/sec)

Temperatur

e (0C)

41 4160,00 100,00 65,0 1164,80 28,00 60,5

42 4345,60 100,00 67,9 1216,77 28,00 58,0

43 4492,80 100,00 70,2 1257,98 28,00 54,9

44 4620,80 100,00 72,2 1293,82 28,00 51,9

45 4729,60 100,00 73,9 1324,29 28,00 50,3

000

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

4,500

5,000

0 10 20 30 40 50

Vis

coci

ty(c

P)

Time (Minutes)

Brookfield Engineering Laboratories, Inc.

Wingather V2.5

Inpara 3

Page 88: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

73

Lampiran 10 Hasil analisis amilografi Inpari 1

Minutes Viscosity

(cP)

Speed

(RPM) % Torque

Shear Stress

(D/cm2)

Shear Rate

(1/sec)

Temperature

(0C)

1 25,60 100,00 0,4 7,17 28,00 29,5

2 19,20 100,00 0,3 5,38 28,00 30,2

3 12,80 100,00 0,2 3,58 28,00 34,0

4 12,80 100,00 0,2 3,58 28,00 38,3

5 6,40 100,00 0,1 1,79 28,00 42,7

6 6,40 100,00 0,1 1,79 28,00 47,0

7 12,80 100,00 0,2 3,58 28,00 51,4

8 6,40 100,00 0,1 1,79 28,00 55,7

9 6,40 100,00 0,1 1,79 28,00 59,9

10 6,40 100,00 0,1 1,79 28,00 64,1

11 6,40 100,00 0,1 1,79 28,00 68,3

12 6,40 100,00 0,1 1,79 28,00 72,3

13 6,40 100,00 0,1 1,79 28,00 76,1

14 44,80 100,00 0,7 12,54 28,00 80,3

15 147,20 100,00 2,3 41,22 28,00 84,1

16 326,40 100,00 5,1 91,39 28,00 87,7

17 1356,80 100,00 21,2 379,90 28,00 90,7

18 2694,40 100,00 42,1 754,43 28,00 92,6

19 3244,80 100,00 50,7 908,54 28,00 93,8

20 3187,20 100,00 49,8 892,42 28,00 94,3

21 2822,40 100,00 44,1 790,27 28,00 94,3

22 2540,80 100,00 39,7 711,42 28,00 94,2

23 2368,00 100,00 37,0 663,04 28,00 94,2

24 2297,60 100,00 35,9 643,33 28,00 94,3

25 2208,00 100,00 34,5 618,24 28,00 94,2

26 2137,60 100,00 33,4 598,53 28,00 94,2

27 2073,60 100,00 32,4 580,61 28,00 94,3

28 2035,20 100,00 31,8 569,86 28,00 94,3

29 1990,40 100,00 31,1 557,31 28,00 94,4

30 1964,80 100,00 30,7 550,14 28,00 94,4

31 1945,60 100,00 30,4 544,77 28,00 94,1

32 1900,80 100,00 29,7 532,22 28,00 91,3

33 1875,20 100,00 29,3 525,06 28,00 85,6

34 2086,40 100,00 32,6 584,19 28,00 80,8

35 2950,40 100,00 46,1 826,11 28,00 76,7

36 3539,20 100,00 55,3 990,98 28,00 73,2

37 3923,20 100,00 61,3 1098,50 28,00 70,3

38 4198,40 100,00 65,6 1175,55 28,00 67,8

39 4428,80 100,00 69,2 1240,06 28,00 65,5

40 4652,80 100,00 72,7 1302,78 28,00 62,7

Page 89: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

74

Minutes Viscosity

(cP)

Speed

(RPM) % Torque

Shear Stress

(D/cm2)

Shear Rate

(1/sec)

Temperature

(0C)

41 4793,60 100,00 74,9 1342,21 28,00 60,3

42 4915,20 100,00 76,8 1376,26 28,00 58,1

43 5036,80 100,00 78,7 1410,30 28,00 55,7

44 5171,20 100,00 80,8 1447,94 28,00 52,5

45 5356,80 100,00 83,7 1499,90 28,00 50,4

000

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

0 10 20 30 40 50

Vis

coci

ty(c

P)

Time (Minutes)

Brookfield Engineering Laboratories, Inc.

Wingather V2.5

Inpari 1

Page 90: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

75

Lampiran 11 Hasil analisis amilografi Inpari 2

Minutes Viscosity (cP) Speed

(RPM) % Torque

Shear Stress

(D/cm2)

Shear Rate

(1/sec)

Temperature

(0C)

1 19,20 100,00 0,3 5,38 28,00 29,9

2 19,20 100,00 0,3 5,38 28,00 32,0

3 6,40 100,00 0,1 1,79 28,00 36,2

4 0,00 100,00 0,0 0,00 28,00 40,7

5 6,40 100,00 0,1 1,79 28,00 45,0

6 19,20 100,00 0,3 5,38 28,00 49,5

7 19,20 100,00 0,3 5,38 28,00 53,9

8 19,20 100,00 0,3 5,38 28,00 58,2

9 19,20 100,00 0,3 5,38 28,00 62,4

10 19,20 100,00 0,3 5,38 28,00 66,5

11 25,60 100,00 0,4 7,17 28,00 70,7

12 25,60 100,00 0,4 7,17 28,00 74,6

13 76,80 100,00 1,2 21,50 28,00 78,4

14 172,80 100,00 2,7 48,38 28,00 82,4

15 352,00 100,00 5,5 98,56 28,00 86,2

16 947,20 100,00 14,8 265,22 28,00 89,8

17 2163,20 100,00 33,8 605,70 28,00 91,9

18 2841,60 100,00 44,4 795,65 28,00 93,1

19 2982,40 100,00 46,6 835,07 28,00 93,7

20 2803,20 100,00 43,8 784,90 28,00 93,9

21 2624,00 100,00 41,0 734,72 28,00 93,9

22 2470,40 100,00 38,6 691,71 28,00 93,9

23 2380,80 100,00 37,2 666,62 28,00 93,7

24 2304,00 100,00 36,0 645,12 28,00 93,7

25 2259,20 100,00 35,3 632,58 28,00 93,7

26 2227,20 100,00 34,8 623,62 28,00 93,8

27 2201,60 100,00 34,4 616,45 28,00 93,8

28 2156,80 100,00 33,7 603,90 28,00 93,8

29 2099,20 100,00 32,8 587,78 28,00 93,8

30 2080,00 100,00 32,5 582,40 28,00 93,8

31 2073,60 100,00 32,4 580,61 28,00 90,6

32 2080,00 100,00 32,5 582,40 28,00 87,2

33 2144,00 100,00 33,5 600,32 28,00 82,9

34 2489,60 100,00 38,9 697,09 28,00 79,0

35 2899,20 100,00 45,3 811,78 28,00 76,1

36 3219,20 100,00 50,3 901,38 28,00 73,7

37 3411,20 100,00 53,3 955,14 28,00 71,4

38 3539,20 100,00 55,3 990,98 28,00 69,3

Page 91: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

76

Minutes Viscosity (cP) Speed

(RPM) % Torque

Shear Stress

(D/cm2)

Shear Rate

(1/sec)

Temperature

(0C)

39 3718,40 100,00 58,1 1041,15 28,00 65,6

40 3872,00 100,00 60,5 1084,16 28,00 62,2

41 4038,40 100,00 63,1 1130,75 28,00 59,6

42 4147,20 100,00 64,8 1161,22 28,00 57,8

43 4204,80 100,00 65,7 1177,34 28,00 56,4

44 4230,40 100,00 66,1 1184,51 28,00 55,2

45 4307,20 100,00 67,3 1206,02 28,00 50,1

000

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

4,500

5,000

0 10 20 30 40 50

Vis

coci

ty(c

P)

Time (Minutes)

Brookfield Engineering Laboratories, Inc.

Wingather V2.5

Inpari 2

Page 92: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

77

Lampiran 12 Hasil analisis amilografi Inpari 6 Jete

Minutes Viscosity

(cP)

Speed

(RPM)

%

Torque

Shear Stress

(D/cm2)

Shear Rate

(1/sec)

Temperature

(0C)

1 25,60 100,00 0,4 7,17 28,00 29,9

2 25,60 100,00 0,4 7,17 28,00 31,8

3 25,60 100,00 0,4 7,17 28,00 35,8

4 19,20 100,00 0,3 5,38 28,00 40,1

5 32,00 100,00 0,5 8,96 28,00 44,2

6 25,60 100,00 0,4 7,17 28,00 48,5

7 19,20 100,00 0,3 5,38 28,00 52,8

8 12,80 100,00 0,2 3,58 28,00 57,0

9 19,20 100,00 0,3 5,38 28,00 61,0

10 12,80 100,00 0,2 3,58 28,00 65,0

11 32,00 100,00 0,5 8,96 28,00 68,9

12 44,80 100,00 0,7 12,54 28,00 72,9

13 51,20 100,00 0,8 14,34 28,00 76,8

14 57,60 100,00 0,9 16,13 28,00 80,6

15 108,80 100,00 1,7 30,46 28,00 84,4

16 268,80 100,00 4,2 75,26 28,00 88,0

17 774,40 100,00 12,1 216,83 28,00 90,8

18 1984,00 100,00 31,0 555,52 28,00 92,2

19 2873,60 100,00 44,9 804,61 28,00 93,3

20 3244,80 100,00 50,7 908,54 28,00 93,9

21 3366,40 100,00 52,6 942,59 28,00 94,1

22 3321,60 100,00 51,9 930,05 28,00 94,3

23 3168,00 100,00 49,5 887,04 28,00 94,4

24 3059,20 100,00 47,8 856,58 28,00 94,4

25 2976,00 100,00 46,5 833,28 28,00 94,4

26 2867,20 100,00 44,8 802,82 28,00 94,3

27 2822,40 100,00 44,1 790,27 28,00 94,3

28 2777,60 100,00 43,4 777,73 28,00 94,3

29 2777,60 100,00 43,4 777,73 28,00 94,3

30 2764,80 100,00 43,2 774,14 28,00 94,3

31 2726,40 100,00 42,6 763,39 28,00 90,2

32 2720,00 100,00 42,5 761,60 28,00 85,9

33 2790,40 100,00 43,6 781,31 28,00 82,0

34 3129,60 100,00 48,9 876,29 28,00 78,9

35 3571,20 100,00 55,8 999,94 28,00 76,3

36 3929,60 100,00 61,4 1100,29 28,00 73,9

37 4211,20 100,00 65,8 1179,14 28,00 70,8

38 4531,20 100,00 70,8 1268,74 28,00 68,1

Page 93: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

78

Minutes Viscosity

(cP)

Speed

(RPM)

%

Torque

Shear Stress

(D/cm2)

Shear Rate

(1/sec)

Temperature

(0C)

39 4729,60 100,00 73,9 1324,29 28,00 65,3

40 4947,20 100,00 77,3 1385,22 28,00 62,7

41 5120,00 100,00 80,0 1433,60 28,00 59,9

42 5280,00 100,00 82,5 1478,40 28,00 57,6

43 5408,00 100,00 84,5 1514,24 28,00 54,6

44 5561,60 100,00 86,9 1557,25 28,00 52,5

45 5696,00 100,00 89,0 1594,88 28,00 50,2

0.00

1000.00

2000.00

3000.00

4000.00

5000.00

6000.00

0 10 20 30 40 50

Vis

coci

ty(c

P)

Time (Minutes)

Brookfield Engineering Laboratories, Inc.

Wingather V2.5

Inpari 6 Jete

Page 94: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

79

Lampiran 13 Hasil analisis amilografi IR42

Minutes Viscosity

(cP)

Speed

(RPM) % Torque

Shear Stress

(D/cm2)

Shear Rate

(1/sec)

Temperature

(0C)

1 0,00 100,00 0,0 0,00 28,00 29,7

2 12,80 100,00 0,2 3,58 28,00 31,8

3 0,00 100,00 -0,1 0,00 28,00 36,0

4 6,40 100,00 0,1 1,79 28,00 40,5

5 12,80 100,00 0,2 3,58 28,00 44,9

6 12,80 100,00 0,2 3,58 28,00 49,4

7 0,00 100,00 0,0 0,00 28,00 53,9

8 6,40 100,00 0,1 1,79 28,00 58,2

9 12,80 100,00 0,2 3,58 28,00 62,5

10 12,80 100,00 0,2 3,58 28,00 66,6

11 12,80 100,00 0,2 3,58 28,00 70,8

12 25,60 100,00 0,4 7,17 28,00 74,8

13 44,80 100,00 0,7 12,54 28,00 78,9

14 115,20 100,00 1,8 32,26 28,00 83,0

15 243,20 100,00 3,8 68,10 28,00 86,7

16 953,60 100,00 14,9 267,01 28,00 90,1

17 2220,80 100,00 34,7 621,82 28,00 92,1

18 3123,20 100,00 48,8 874,50 28,00 93,6

19 3539,20 100,00 55,3 990,98 28,00 94,3

20 3699,20 100,00 57,8 1035,78 28,00 94,2

21 3769,60 100,00 58,9 1055,49 28,00 94,3

22 3782,40 100,00 59,1 1059,07 28,00 94,5

23 3801,60 100,00 59,4 1064,45 28,00 94,6

24 3814,40 100,00 59,6 1068,03 28,00 94,2

25 3820,80 100,00 59,7 1069,82 28,00 94,3

26 3827,20 100,00 59,8 1071,62 28,00 94,4

27 3840,00 100,00 60,0 1075,20 28,00 94,4

28 3859,20 100,00 60,3 1080,58 28,00 94,3

29 3878,40 100,00 60,6 1085,95 28,00 94,2

30 3891,20 100,00 60,8 1089,54 28,00 94,2

31 3929,60 100,00 61,4 1100,29 28,00 91,9

32 3980,80 100,00 62,2 1114,62 28,00 87,6

33 4019,20 100,00 62,8 1125,38 28,00 83,1

34 4102,40 100,00 64,1 1148,67 28,00 79,5

35 4422,40 100,00 69,1 1238,27 28,00 76,3

36 4787,20 100,00 74,8 1340,42 28,00 73,6

37 5139,20 100,00 80,3 1438,98 28,00 70,3

38 5254,40 100,00 82,1 1471,23 28,00 66,8

Page 95: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

80

Minutes Viscosity

(cP)

Speed

(RPM) % Torque

Shear Stress

(D/cm2)

Shear Rate

(1/sec)

Temperature

(0C)

39 5478,40 100,00 85,6 1533,95 28,00 63,7

40 5683,20 100,00 88,8 1591,30 28,00 60,9

41 5875,20 100,00 91,8 1645,06 28,00 58,4

42 6003,20 100,00 93,8 1680,90 28,00 56,0

43 6156,80 100,00 96,2 1723,90 28,00 53,8

44 6278,40 100,00 98,1 1757,95 28,00 51,9

45 6361,60 100,00 99,4 1781,25 28,00 50,0

000

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

0 10 20 30 40 50

Vis

cosi

ty (

cP)

Time (minutes)

Brookfield Engineering Laboratories, Inc.

Wingather V2.5

IR 42

Page 96: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

81

Lampiran 14 Analisis statistik uji konsistensi gel

Descriptives

KONSISTENSIGEL

N Mean Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

1 4 86.2500 11.38347 5.69173 68.1364 104.3636 76.00 98.00

2 4 38.2500 2.06155 1.03078 34.9696 41.5304 36.00 40.00

3 4 50.5000 6.55744 3.27872 40.0657 60.9343 43.00 56.00

4 4 70.5000 7.85281 3.92641 58.0044 82.9956 60.00 79.00

5 4 52.0000 8.90693 4.45346 37.8271 66.1729 44.00 62.00

6 4 32.2500 2.98608 1.49304 27.4985 37.0015 29.00 36.00

Total 24 54.9583 19.95316 4.07292 46.5329 63.3838 29.00 98.00

ANOVA

KONSISTENSIGEL

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 8176.708 5 1635.342 30.029 .000

Within Groups 980.250 18 54.458 Total 9156.958 23

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

KONSISTENSIGEL

Duncan

VARIETAS N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

6 4 32.2500 2 4 38.2500 3 4 50.5000 5 4 52.0000 4 4 70.5000 1 4 86.2500

Sig. .265 .777 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Page 97: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

82

Lampiran 15 Analisis statistik nisbah penyerapan air Descriptives

NPA

N Mean Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound Upper Bound

1 4 2.216867E0 .2143990 .1071995 1.875711 2.558024 2.0723 2.5301

2 4 2.376506E0 .1190175 .0595087 2.187123 2.565889 2.2651 2.5422

3 4 2.343374E0 .4893506 .2446753 1.564708 3.122040 1.7831 2.7831

4 4 2.102410E0 .1852182 .0926091 1.807686 2.397133 1.8554 2.2771

5 4 2.093374E0 .3812986 .1906493 1.486642 2.700105 1.8072 2.6386

6 4 2.376506E0 .3425268 .1712634 1.831469 2.921543 1.8675 2.5904

Total 24 2.251506E0 .3051975 .0622982 2.122632 2.380380 1.7831 2.7831

ANOVA

NPA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .353 5 .071 .709 .624

Within Groups 1.790 18 .099 Total 2.142 23

Lampiran 16 Analisis statistik nisbah pengembangan volume Descriptives

NPV

N Mean Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound Upper Bound

1 4 3.484375E0 .1643722 .0821861 3.222822 3.745928 3.2500 3.6250

2 4 3.671875E0 .3585816 .1792908 3.101292 4.242458 3.2500 4.0000

3 4 3.511458E0 .1564719 .0782360 3.262477 3.760440 3.3750 3.7333

4 4 3.388095E0 .2947127 .1473563 2.919141 3.857049 3.1429 3.7333

5 4 3.329044E0 .2700728 .1350364 2.899298 3.758790 2.9412 3.5625

6 4 3.646446E0 .2560411 .1280205 3.239028 4.053865 3.2941 3.8667

Total 24 3.505216E0 .2627693 .0536375 3.394258 3.616173 2.9412 4.0000

ANOVA

NPV

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .372 5 .074 1.100 .394

Within Groups 1.216 18 .068 Total 1.588 23

Page 98: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

83

Lampiran 20 Form uji organoleptik skoring, hedonik, dan ranking

Nama Panelis : Tanggal : A. UJI SKORING Petunjuk : Amati dan cicipi sampel, kemudian tuliskan angka skor yang sesuai

dengan penilaian* Anda.

Kode Sampel Warna Kilap Aroma Kepulenan

742

878

636

522

481

383

Keterangan: B. UJI RANKING Petunjuk: Hirup aroma dari contoh beras berikut, kemudian ranking (urutkan)

berdasarkan intensitasnya (1 = paling wangi; 6 = tidak wangi/netral)

Urutan 1 2 3 4 5 6 Kode Contoh

C. UJI HEDONIK NASI Petunjuk : Cicipi contoh, kemudian berikan tanda cek ( √ ) pada pernyataan yang

sesuai dengan penilaian Saudara.

Penilaian

Kode Contoh

742 878 636 522 481 383

Sangat suka

Suka

Agak suka

Biasa

Agak tidak suka

Tidak Suka

Warna: 1= sangat putih 2= putih 3= agak putih (sedang) 4= kusam 5= sangat kusam (gelap)

Kilap: 1= sangat berkilap 2= berkilap 3= agak berkilap (sedang) 4= kusam 5= sangat kusam (gelap)

Kepulenan: 1= sangat pulen (lengket) 2= pulen 3= agak pulen (sedang) 4= pera 5= sangat pera (keras)

Aroma: 1= sangat wangi 2= wangi 3= agak wangi 4= netral (tidak wangi) 5= bau tidak enak

Page 99: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

84

Lampiran 17 Hasil uji skoring

Varietas Skor Uji Organoleptik *)

Warna Kilap Aroma Kepulenan Ciherang 3,53 3,13 2,73 3,37 Inpara 3 3,97 3,00 2,43 2,27 Inpari 1 4,27 3,47 2,60 3,33 Inpari 2 3,63 3,73 2,43 3,93 Inpari 6 Jete 3,77 3,47 2,60 3,60 IR42 4,13 2,54 2,23 1,77 *) skor warna : 5= sangat putih, 4=putih, 3= agak putih, 2 = kusam, 1= sangat kusam

skor kilap : 5 = sangat berkilap, 4= berkilap, 3= agak berkilap, 2= kusam, 1= sangat kusam skor aroma : 5 = sangat wangi, 4= wangi, 3= agak wangi, 2 = netral, 1=bau tidak enak

skor kepulenan: 5= sangat pulen, 4=pulen, 3= sedang, 2 = pera, 1 = sangat pera

Lampiran 18 Hasil uji hedonik-penerimaaan umum

Varietas Frekuensi

Skor Organoleptik*

Tidak Suka

Agak Tidak Suka

Biasa Agak Suka

Suka Sangat Suka

Ciherang 0 5 6 5 12 2 4.00 Inpara 3 11 7 6 4 2 0 2.30 Inpari 1 0 4 7 7 11 1 3.93 Inpari 2 1 5 3 7 8 6 4.13 Inpari 6 Jete 1 1 5 9 13 1 4.17 IR42 18 6 3 1 1 1 1.80

*6=sangat suka; 5=suka; 4=agak suka; 3=biasa; 2=agak tidak suka; 1=tidak suka

Lampiran 19 Hasil uji ranking atribut aroma

Varietas Ranking

Skor Organoleptik* 1 2 3 4 5 6

Ciherang 9 4 3 3 4 7 3.33 Inpara 3 2 3 9 8 7 1 2.87 Inpari 1 2 2 7 7 8 4 3.60 Inpari 2 4 6 4 3 10 3 3.03 Inpari 6 Jete 7 6 6 7 3 1 4.57 IR42 4 3 1 2 4 16 3.60

*1=paling wangi; 6=paling tidak wangi

Page 100: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

85

Lampiran 20 Form uji QDA tahap seleksi panelis

UJI DESKRIPSI RASA DASAR

Nama : Intruksi : Berikut disajikan 6 contoh larutan, Anda diminta menyatakan rasa yang berhasil Anda identifikasi, dengan cara:

1. Cicipilah satu sendok contoh selama 3 detik, lalu telan 2. Tuliskan rasa yang berhasi Anda identifikasi pada kolom respon 3. Minumlah seteguk air putih sebagai penetral 4. Istirahatkan selama 30 detik sebelum mencicipi contoh lain

Kode Respon 405 ……………………………… 570 ……………………………… 325 ……………………………… 755 ……………………………… 155 ……………………………… 080 ………………………………

UJI SEGITIGA RASA DASAR Instruksi: Berikut disajikan 5 set contoh uji yang masing-masing berisi 3 larutan contoh, Anda diminta menentukan salah satu contoh yang berbeda pada setiap set, dengan cara:

1. Cicipilah satu sendok contoh selama 3 detik, lalu telan 2. Tuliskan salah satu contoh yang berbeda dengan memberi tanda (X)

pada kolom respon 3. Minumlah seteguk air putih sebagai penetral 4. Istirahatkan selama 30 detik sebelum mencicipi contoh lain

Set Pengujian Kode Contoh Respon

I 012 600 444

II 716 144 308

III 961 551 026

IV 836 237 902

V 698 109 722

Page 101: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

86

Lampiran 21 Form uji QDA tahap pelatihan panelis

UJI KONSISTENSI AROMA Nama Panelis : Tanggal Pengujian : Tujuan : Melatih kemampuan panelis dalam mengenali dan mengurutkan sampel

berdasarkan intensitasnya Instruksi: Beri penilaian Anda terhadap intensitas aroma dari 3 sampel dengan cara:

1. Buka tutup botol. Hirup aroma flavor sampel dari kiri ke kanan dengan cara mengibas-ngibaskan udara di atas botol kea rah hidung dengan tangan selama 5 detik.

2. Nyatakan penilaian Anda terhadap intensitas aroma dengan memberikan tanda (X) pada garis dan tuliskan kode sampel dibawah tanda (X). Penilaian dilakukan dengan mengurutkan sampel berdasarkan intensitasnya (uji ranking) dengan menggunakan skala garis (unstructured scale).

3. Selalu netralkan dan istirahatkan indra penciuman Anda setiap akan menghirup aroma flavor

Pandan Lemah Reference Kuat Cereal Lemah Reference Kuat Cream Lemah Reference Kuat Buttery Lemah Reference Kuat Sweet Lemah Reference Kuat

Page 102: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

87

Lampiran 22 Form uji QDA tahap pelatihan panelis

UJI INTENSITAS AROMA (Penentuan Nilai Flavor Standar)

Nama : Tanggal Pengujian : Intruksi : Di hadapan Anda terdapat 5 set aroma dengan masing-masing set terdiri dari 3 larutan flavor. Anda diminta membandingkannya terhadap satu reference yang nilai intensitasnya berada di tengah garis. Berikan penilaian Anda terhadap intensitas sensori yang berhasil Anda deteksi, dengan cara:

1. Buka tutup botol reference dan cium aromanya selama 3-5 detik. 2. Ciumlah sampel yang ada selama 5 detik, bandingkan aromanya dengan

intensitas aroma flavor reference, kemudian beri penilaian terhadap aroma sampel dengan memberikan tanda (X) pada garis intensitas.

3. Beri jeda waktu 20 detik sebelum mencium flavor berikutnya. 4. Selalu netralkan dan istirahatkan indra penciuman Anda setiap akan

menghirup aroma flavor

Pandan Lemah Kuat

Cereal

Lemah Kuat Cream Lemah Kuat Buttery Lemah Kuat Sweet Lemah Kuat

Page 103: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

88

Lampiran 23 Form uji QDA tahap pengujian atribut rasa

PENGUJIAN ATRIBUT RASA MANIS Sampel : Nasi Tanggal: Nama : Di hadapan Anda terdapat sampel nasi dan disediakan 2 larutan reference sukrosa sebagai pembanding. Berilah penilaian intensitas rasa dengan membandingkan terhadap intensitas rasa larutan standard yang disediakan, dengan cara:

1. Cicipi larutan standard yang mempunyai intensitas terkecil terlebih dahulu selama 5 detik, kemudian lanjutkan ke standard dengan intensitas yang lebih tinggi

2. cicipi sampel yang ada selama 5 detik, bandingkan rasa dan intensitas rasa larutan standard yang diberikan dengan intensitas rasa sampel dengan memberi tanda berupa garis vertikal pada skala garis dan tuliskan kode sampel di bawah garis vertikal.

3. Setelah mencicipi satu sampel, netralkan lidah dengan meminum air tawar dan beri jeda selama 30 detik sebelum memulai pencicipan pada sampel berikutnya.

Atribut Rasa Manis

Lemah R1 R2 Kuat

PENGUJIAN ATRIBUT RASA ASIN

Di hadapan Anda terdapat sampel nasi dan disediakan 2 larutan reference NaCl sebagai pembanding. Berilah penilaian intensitas rasa dengan membandingkan terhadap intensitas rasa larutan standard yang disediakan, dengan cara:

1. Cicipi larutan standard yang mempunyai intensitas terkecil terlebih dahulu selama 5 detik, kemudian lanjutkan ke standard dengan intensitas yang lebih tinggi

2. cicipi sampel yang ada selama 5 detik, bandingkan rasa dan intensitas rasa larutan standard yang diberikan dengan intensitas rasa sampel dengan memberi tanda berupa garis vertikal pada skala garis dan tuliskan kode sampel di bawah garis vertikal.

3. Setelah mencicipi satu sampel, netralkan lidah dengan meminum air tawar dan beri jeda selama 30 detik sebelum memulai pencicipan pada sampel berikutnya.

Atribut Rasa Asin

Lemah R1 R2 Kuat

Page 104: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

89

Lampiran 24 Form uji QDA tahap pengujian atribut aroma

PENGUJIAN ATRIBUT AROMA Sampel : Nasi Tanggal : Nama : Instruksi

Di hadapan Anda terdapat sampel nasi. Disediakan pula 3 reference aroma standar sebagai pembanding. Baui sampel, beri tanda berupa garis vertikal pada skala garis dan tuliskan kode sampel di bawah garis vertikal. Setelah membaui satu sampel, netralkan penciuman dan istirahatkan selama 30 detik sebelum memulai pencicipan pada sampel berikutnya. Pandan

Tidak Ada Aroma R1 R2 R3 sangat kuat Cereal

Tidak Ada Aroma R1 R2 R3 sangat kuat Creamy

Tidak Ada Aroma R1 R2 R3 sangat kuat Buttery

Tidak Ada Aroma R1 R2 R3 sangat kuat Sweety

Tidak Ada Aroma R1 R2 R3 sangat kuat

Page 105: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

90

Lampiran 25 Grafik konsentrasi acuan flavor standar atribut buttery

Lampiran 26 Grafik konsentrasi acuan flavor standar atribut cereal

Lampiran 27 Grafik konsentrasi acuan flavor standar atribut creamy

y = 0.819x + 0.029

R² = 0.988

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50

Log

Si

Log Pi

y = 0.608x + 0.682

R² = 0.997

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50

Log

S

i

Log Pi

y = 0.747x - 0.150

R² = 0.999

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

1.60

1.80

2.00

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00

Log

Si

Log Pi

Page 106: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

91

Lampiran 28 Grafik konsentrasi acuan flavor standar atribut pandan

Lampiran 29 Grafik konsentrasi acuan flavor standar atribut sweety

y = 0.453x + 0.811

R² = 0.989

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

1.60

1.80

2.00

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50

Log

Si

Log Pi

y = 0.435x + 0.860

R² = 0.995

0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

1.60

1.80

2.00

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50

Log

Si

Log Pi

Page 107: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

92

Lampiran 30 Hasil analisis PCA uji QDA atribut aroma

Eigenanalysis of the Correlation Matrix Eigenvalue 2.2229 1.5727 0.8038 0.3349 0.0657 Proportion 0.445 0.315 0.161 0.067 0.013 Cumulative 0.445 0.759 0.920 0.987 1.000 Variable PC1 PC2 PC3 PC4 PC5 Buttery 0.227 0.631 -0.518 0.298 0.438 cereal 0.522 -0.116 0.645 0.271 0.474 creamy -0.561 -0.243 0.001 0.783 0.109 pandan -0.589 0.233 0.271 -0.431 0.583 sweety 0.119 -0.689 -0.492 -0.195 0.481

First Component

Second C

om

ponent

0.500.250.00-0.25-0.50-0.75

0.50

0.25

0.00

-0.25

-0.50

-0.75

sweety

pandan

creamy

cereal

Buttery

Loading Plot of Buttery, ..., sweety

Component Number

Eig

envalu

e

54321

2.5

2.0

1.5

1.0

0.5

0.0

Scree Plot of Buttery, ..., sweety

First Component

Second C

om

ponent

210-1-2

2

1

0

-1

-2

INPARI6 JETE

INPARI2

INPARI1

CIHERANG

IR42

INPARA3

Score Plot of Buttery; ...; sweety

Page 108: KARAKTERISASI SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK … · were range from 32.25 to 86.25 mm. ... Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. ... Racana Pramuka

93

Lampiran 31 Hasil analisis PCA uji QDA atribut rasa

Eigenanalysis of the Correlation Matrix Eigenvalue 1.1715 0.8285 Proportion 0.586 0.414 Cumulative 0.586 1.000 Variable PC1 PC2 manis 0.707 0.707 asin 0.707 -0.707

First Component

Second C

om

ponent

0.80.70.60.50.40.30.20.10.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

-0.2

-0.4

-0.6

-0.8

asin

manis

Loading Plot of manis, ..., asin

Component Number

Eig

envalu

e

21

1.2

1.1

1.0

0.9

0.8

Scree Plot of manis, ..., asin

First Component

Second C

om

ponent

1,00,50,0-0,5-1,0-1,5-2,0

1,5

1,0

0,5

0,0

-0,5

-1,0

INPARI6 JETE

INPARI2

INPARI1

CIHERANG

IR42

INPARA3

Score Plot of manis; ...; asin