12
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA 13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA 1625 KARAKTERISTIK ENDAPAN PALEOTSUNAMI DI PESISIR BINUANGEUN, DAERAH WANASALAM, BANTEN Dimas Allan Zulkarnain 1* , Hendra Amijaya 1 , Eko Yulianto 2 2 Departemen Teknik Geologi FT UGM, Jl. Grafika No. 2, Yogyakarta 55281 2 Puslit Geoteknologi LIPI, Jl Sangkuriang, Bandung 40135 *corresponding author: [email protected] ABSTRAK Rekaman kejadian tsunami salah satunya dapat berupa endapan sedimen di daerah pesisir. Pesisir Binuangeun yang terletak di Pantai Selatan Jawa merupakan salah satu daerah yang berpotensi terkena tsunami di Indonesia. Studi ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya endapan paleotsunami dan melakukan karakterisasi endapan paleotsunami yang mungkin ditemukan di daerah ini. Rawa-rawa yang terletak di belakang punggungan pantai di daerah penelitian merupakan lokasi yang potensial untuk mempreservasi endapan tsunami. Berdasarkan data stratigrafi kuarter yang diambil menggunakan bor tangan pada salah satu rawa, ditemukan endapan pasir yang berada diantara endapan lanau dengan kandungan material organik yang tinggi. Endapan pasir ini merupakan kandidat suatu endapan paleotsunami. Identifikasi dan karakterisasi endapan paleotsunami dilakukan dengan menggunakan metode analisis granulometri dan loss on iginition yang dipadukan dengan data kandungan mineralogi dan foraminifera. Hasil analisis granulometri menunjukan endapan paleotsunami memiliki ukuran butir lanau kasar-pasir halus dengan nilai mean 3.433-4.989 phi, sortasi yang sangat buruk dengan nilai 2.092-2.710 phi, skewness 0.243-0.587 (fine skewed-very fine skewed), dan nilai kurtosis 0.693-1.208 (platykurtic-leptokurtic). Hasil analisis loss on ignition menunjukan kandungan material organik dan karbonat dari endapan paleotsunami relatif rendah. Kandungan foraminifera endapan paleotsunami menunjukan batimetri sedimen yang berasal dari kedalaman 30- 180 meter dengan kandungan mineralogi yang didominasi oleh kuarsa dan juga terdapat kandungan mineral penciri lingkungan laut seperti glaukonit Kata kunci: paleotsunami, granulometri, foraminifera, mineralogi, Pesisir Binuangeun Banten 1. Pendahuuan Daerah Pesisir Selatan Jawa merupakan salah satu kawasan yang memiliki potensi terhadap ancaman tsunami (BNPB, 2011). Hal ini mengingat posisinya yang menghadap langsung ke lautan lepas yaitu Samudera Hindia dan adanya zona subduksi yang membentang dari Pantai Barat Sumatera hingga Pantai Selatan Jawa. Pesisir Binuangeun yang berada di Pantai Selatan Jawa merupakan suatu dataran pantai yang banyak berkembang morfologi bergelombang dengan punggungan berpola sejajar memanjang mengikuti pola garis pantai (Setyawan, 2008). Rendahan yang ada diantara punggungan-punggungan pantai di daerah penelitian saat ini banyak berkembang sebagai rawa. Peters dkk (2007) menyebutkan bahwa daerah rawa merupakan salah satu tempat yang memiliki potensi sebagai lingkungan pengendapan endapan tsunami. Rekaman kejadian tsunami salah satunya dapat berupa endapan sedimen di daerah pesisir, sehingga terdapat kemungkinan bahwa pada daerah rawa tersebut akan dapat dijumpai sedimen energi tinggi berupa endapan pasir. Menurut Yulianto (2006, dalam Kenny, 2008), endapan tsunami akan berupa endapan pasir yang memiliki kenampakan dan ciri-ciri yang khas, sehingga akan dapat dibedakan dari endapan pasir lain, di mana biasanya endapan pasir tsunami ini akan ditemukan dalam posisi menutupi lapisan tanah purba. Setiap lingkungan pengendapan tsunami akan memiliki karakteristik stratigrafinya masing-masing. Pada daerah tidal marsh, endapan tsunami akan berupa lapisan pasir yang menutupi gambut. Pada

KARAKTERISTIK ENDAPAN PALEOTSUNAMI DI PESISIR … · KARAKTERISTIK ENDAPAN PALEOTSUNAMI DI PESISIR BINUANGEUN, DAERAH WANASALAM, BANTEN ... Berdasarkan data stratigrafi kuarter yang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KARAKTERISTIK ENDAPAN PALEOTSUNAMI DI PESISIR … · KARAKTERISTIK ENDAPAN PALEOTSUNAMI DI PESISIR BINUANGEUN, DAERAH WANASALAM, BANTEN ... Berdasarkan data stratigrafi kuarter yang

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA

13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

1625

KARAKTERISTIK ENDAPAN PALEOTSUNAMI DI PESISIR BINUANGEUN,

DAERAH WANASALAM, BANTEN

Dimas Allan Zulkarnain1*,

Hendra Amijaya1,

Eko Yulianto2

2Departemen Teknik Geologi FT UGM, Jl. Grafika No. 2, Yogyakarta 55281 2Puslit Geoteknologi LIPI, Jl Sangkuriang, Bandung 40135

*corresponding author: [email protected]

ABSTRAK

Rekaman kejadian tsunami salah satunya dapat berupa endapan sedimen di daerah pesisir. Pesisir

Binuangeun yang terletak di Pantai Selatan Jawa merupakan salah satu daerah yang berpotensi terkena

tsunami di Indonesia. Studi ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya endapan paleotsunami dan

melakukan karakterisasi endapan paleotsunami yang mungkin ditemukan di daerah ini. Rawa-rawa

yang terletak di belakang punggungan pantai di daerah penelitian merupakan lokasi yang potensial

untuk mempreservasi endapan tsunami. Berdasarkan data stratigrafi kuarter yang diambil

menggunakan bor tangan pada salah satu rawa, ditemukan endapan pasir yang berada diantara

endapan lanau dengan kandungan material organik yang tinggi. Endapan pasir ini merupakan kandidat

suatu endapan paleotsunami. Identifikasi dan karakterisasi endapan paleotsunami dilakukan dengan

menggunakan metode analisis granulometri dan loss on iginition yang dipadukan dengan data

kandungan mineralogi dan foraminifera. Hasil analisis granulometri menunjukan endapan

paleotsunami memiliki ukuran butir lanau kasar-pasir halus dengan nilai mean 3.433-4.989 phi, sortasi

yang sangat buruk dengan nilai 2.092-2.710 phi, skewness 0.243-0.587 (fine skewed-very fine skewed),

dan nilai kurtosis 0.693-1.208 (platykurtic-leptokurtic). Hasil analisis loss on ignition menunjukan

kandungan material organik dan karbonat dari endapan paleotsunami relatif rendah. Kandungan

foraminifera endapan paleotsunami menunjukan batimetri sedimen yang berasal dari kedalaman 30-

180 meter dengan kandungan mineralogi yang didominasi oleh kuarsa dan juga terdapat kandungan

mineral penciri lingkungan laut seperti glaukonit

Kata kunci: paleotsunami, granulometri, foraminifera, mineralogi, Pesisir Binuangeun Banten

1. Pendahuuan

Daerah Pesisir Selatan Jawa merupakan salah satu kawasan yang memiliki potensi

terhadap ancaman tsunami (BNPB, 2011). Hal ini mengingat posisinya yang menghadap

langsung ke lautan lepas yaitu Samudera Hindia dan adanya zona subduksi yang membentang

dari Pantai Barat Sumatera hingga Pantai Selatan Jawa.

Pesisir Binuangeun yang berada di Pantai Selatan Jawa merupakan suatu dataran pantai

yang banyak berkembang morfologi bergelombang dengan punggungan berpola sejajar

memanjang mengikuti pola garis pantai (Setyawan, 2008). Rendahan yang ada diantara

punggungan-punggungan pantai di daerah penelitian saat ini banyak berkembang sebagai

rawa. Peters dkk (2007) menyebutkan bahwa daerah rawa merupakan salah satu tempat yang

memiliki potensi sebagai lingkungan pengendapan endapan tsunami.

Rekaman kejadian tsunami salah satunya dapat berupa endapan sedimen di daerah

pesisir, sehingga terdapat kemungkinan bahwa pada daerah rawa tersebut akan dapat dijumpai

sedimen energi tinggi berupa endapan pasir. Menurut Yulianto (2006, dalam Kenny, 2008),

endapan tsunami akan berupa endapan pasir yang memiliki kenampakan dan ciri-ciri yang

khas, sehingga akan dapat dibedakan dari endapan pasir lain, di mana biasanya endapan pasir

tsunami ini akan ditemukan dalam posisi menutupi lapisan tanah purba. Setiap lingkungan

pengendapan tsunami akan memiliki karakteristik stratigrafinya masing-masing. Pada daerah

tidal marsh, endapan tsunami akan berupa lapisan pasir yang menutupi gambut. Pada

Page 2: KARAKTERISTIK ENDAPAN PALEOTSUNAMI DI PESISIR … · KARAKTERISTIK ENDAPAN PALEOTSUNAMI DI PESISIR BINUANGEUN, DAERAH WANASALAM, BANTEN ... Berdasarkan data stratigrafi kuarter yang

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA

13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

1626

lingkungan coastal lake, endapan tsunami akan berupa endapan pasir yang menutupi dan

ditutupi oleh endapan lempung yang kaya akan material organik (gytja). Pada lingkungan

back-barrier wetland seperti rawa-rawa yang ada pada daerah penelitian, karakteristik dari

endapan tsunami yang ada akan berupa endapan pasir yang menutupi dan ditutupi oleh lapisan

gambut di atas dan di bawahnya (Peters dkk, 2007).

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan ada tidaknya endapan paleotsunami di daerah

penelitian serta untuk mengetahui karakteristiknya, mencakup karakteristik secara

granulometri, kandungan material organik dan material karbonat, kandungan mineral, dan

kandungan foraminifera.

2. Metode Penelitian

Pengambilan sampel penelitian dilakukan pada lokasi yang dianggap memiliki potensi

untuk menyimpan endapan paleotsunami yaitu pada rawa. Pengambilan sampel penelitian

sendiri dilakukan dengan menggunakan metode bor tangan. Sampel diambil pada 3 titik

dengan variasi kedalaman 60-80 cm. Preparasi sampel dilakukan dengan memisahkan dan

melakukan pembagian sampel bor tangan setiap satu centimeter.

Pengolahan dan analisis sampel dilakukan dengan analisis granulometri yang bertujuan

untuk mengetahui distribusi ukuran butir (mean, sortasi, skewness, dan kurtosis), sehingga

dapat ditentukan karakteristik granulometri dari endapan yang diteliti seperti ukuran butir

endapan, tekstur, dan struktur internalnya. Kemudian analisis Loss on Ignition (LoI) dilakukan

untuk mengetahui perbedaan kandungan material organik dan karbonat di setiap lapisan.

Analisis ini dapat membantu untuk mengetahui bagaimana kondisi lingkungan dari endapan

yang diteliti, apakah berada di daerah darat atau di laut dengan lingkungan yang reduktif/

oksidatif, juga untuk mengetahui proses-proses yang mempengaruhinya. Analisis kandungan

mineral dilakukan untuk mengtahui kandungan mineralogi dari endapan yang diteliti,

sehingga dapat diketahui dari lingkungan mana asal material endapan paleotsunami. Analisis

paleontologi dilakukan untuk mengetahui kandungan foraminifera terutama bentonik,

sehingga dapat ditentukan batimetri asal dari endapan paleotsunami.

Setelah seluruh proses analisis dilakukan, selanjutnya dilakukan kolaborasi dari data-data

yang telah diperoleh dan analisis-analisis yang telah dilakukan untuk mengidentifikasi dan

menentukan karakteristik dari endapan paleotsunami di daerah penelitian, sehingga dapat

diketahui dan ditarik kesimpulan mengenai karakter dari endapan paleotsunami yang diteliti.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian

Lokasi penelitian terletak pada suatu daerah dataran pantai yang banyak berkembang

bentukan pematang pantai (beach ridge), tersebar membentuk kenampakan morfologi

bergelombang dengan punggungan berpola sejajar memanjang mengikuti pola garis pantai.

Diantara bentukan punggungan pantai ini terdapat rendahan (swale) yang pada beberapa

tempat tergenangi oleh air dan berkembang menjadi rawa. Lokasi penelitian endapan tsunami

difokuskan pada swale yang tergenang oleh air dan berkembang menjadi rawa (Gambar 1).

Rawa yang menjadi lokasi pengambilan data memiliki dimensi panjang sekitar 3000

meter dengan lebar 100 meter. Berada sekitar 1 kilometer di sebelah utara garis pantai,

memanjang dengan orientasi Barat-Timur. Rawa ini menjadi lokasi fokus penelitian karena

Page 3: KARAKTERISTIK ENDAPAN PALEOTSUNAMI DI PESISIR … · KARAKTERISTIK ENDAPAN PALEOTSUNAMI DI PESISIR BINUANGEUN, DAERAH WANASALAM, BANTEN ... Berdasarkan data stratigrafi kuarter yang

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA

13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

1627

rawa di belakang punggungan pantai dapat menjadi tempat preservasi endapan dari tsunami

yang melewati punggungan pantai Peters dkk (2007).

3.2. Karakteristik Endapan Paleotsunami

Dalam melakukan identifikasi dan penentuan endapan paleotsunami, dilakukan dengan

melakukan pembahasan terhadap tiap-tiap lapisan yang ada berdasarkan posisi stratigrafi

kuarternya, mulai dari yang posisinya paling bawah hingga paling atas.

3.2.1. Lapisan Lanau Karbonan

Lapisan lanau karbonan merupakan lapisan yang secara stratigrafi posisinya berada di

bagian paling bawah. Lapisan hanya ditemukan pada sampel bor nomor 270215-04.

Berdasarkan hasil analisis granulometri, lapisan ini memiliki persebaran nilai mean pada

kisaran 4,847-5.003 phi (very coarse silt-coarse silt) dengan rerata nila mean sebesar 5,050

phi. Nilai sortasi pada lapisan ini berkisar pada 1,959-2,084 phi (very poorly sorted- poorly

sorted) dengan rerata nilai sortasinya sebesar 2,017 phi, nilai kurtosis pada lapisan pasir

bawah memiliki nilai rerata 1,014 phi (mesokurtic) dengan persebaran nilai kurtosis 0,993-

1,031 phi (mesokurtic). Nilai skewness pada lapisan pasir foraminifera terendah yaitu sebesar

0,016 phi (symmetrical) dan tertinggi 0,067 phi (symmetrical) dengan nilai skewness rata-rata

sebesar 0,043 phi (symmetrical).

Berdasarkan hasil analisis Loss on Ignition pada lapisan lanau karbonan diketahui bahwa

lapisan lanau karbonan ini memiliki kandungan material organik yang relatif tinggi,

berbanding terbalik dengan kandungan material karbonatnya yang rendah. Pada lapisan lanau

karbonan ini, presentase kandungan material organik yang paling tinggi mencapai 53,385 %

sedangkan persentase kandungan material karbonat yang paling tinggi hanya 10,861 %.

Berdasarkan anaisis foraminifera, pada lapisan lanau karbonan tidak ditemukan adanya

foraminifera baik bentonik ataupun plangtonik (barren).

Dari analisis granulometri, lapisan lanau karbonan yang tersusun oleh material dengan

ukuran butir lanau, lapisan lanau karbonan terendapkan pada lingkungan yang tenang dengan

energi pengendapan rendah sehingga terjadi pengendapan material halus dan tidak terjadi

pemilahan butir yang menyebabkan sortasinya buruk. Disisi lain, pada lapisan lanau karbonan

memiliki persentase kandungan material organik yang tinggi dan material karbonat yang

rendah serta tidak terdapat kandungan foraminifera, menunjukan lingkungan pengendapannya

berada di darat, sehingga kemungkinan lingkungan pengendapan dari lapisan lanau karbonan

ini berupa lingkungan rawa-rawa seperti yang ditemukan pada lokasi penelitian saat ini.

3.2.2. Lapisan Pasir Bawah

Lapisan pasir bawah merupakan lapisan yang secara stratigrafi posisinya berada di bagian

paling bawah (kecuali sampel 270215-04). Berdasarkan hasil analisis pada 3 sampel bor

tangan yang diamati, lapisan ini memiliki persebaran nilai mean pada kisaran 2,427-5,503 phi

(fine sand-coarse silt) dengan rerata nila mean sebesar 3,941 phi (very fine sand). Nilai sortasi

pada lapisan ini berkisar pada 1,616-2,893 phi (poorly sorted-very poorly sorted) dengan

rerata nilai sortasinya sebesar 2,392 phi. Nilai kurtosis pada lapisan pasir bawah memiliki

nilai rerata 0,917 phi (mesokurtic) dengan persebaran nilai kurtosis 0,685-2,077 phi

(platykurtic-very leptokurtic). Nilai skewness pada lapisan pasir foraminifera terendah yaitu

sebesar -0,122 phi (coarse skewed) dan tertinggi 0,657 phi (very fine skewed), dengan rata-

rata sebesar 0,407 phi (very fine skewed).

Hasil analisis Loss on Ignition (LoI) lapisan pasir bawah pada 3 sampel bor tangan

menunjukan bahwa kandungan material karbonat pada lapisan pasir bawah jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan kandungan material organiknya. Hal ini menunjukan bahwa lapisan

Page 4: KARAKTERISTIK ENDAPAN PALEOTSUNAMI DI PESISIR … · KARAKTERISTIK ENDAPAN PALEOTSUNAMI DI PESISIR BINUANGEUN, DAERAH WANASALAM, BANTEN ... Berdasarkan data stratigrafi kuarter yang

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA

13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

1628

pasir bawah kemungkinan diendapkan pada lingkungan laut, karena material yang berasal dari

lingkungan marine umumnya akan memiliki kandungan karbonat yang relatif tinggi.

Hasil analisis foraminifera secara umum sesuai dengan banyaknya kandungan material

karbonat berdasarkan analisis LoI yang terkandung pada lapisan pasir bawah, dibuktikan

degan melimpahnya kandungan foraminifera baik plangtonik maupun bentonik pada lapisan

pasir bawah. Berdasarkan kandungan foraminifera bentonik yang terkandung dalam lapisan

pasir bawah, diketahui bahwa lapisan pasir bawah memiliki lingkungan pengendapan pada

zona Neritik Bawah pada kedalaman sekitar 150-180 meter (Tabel 5).

Berdasarkan hasil analisis kandungan mineral, diketahui bahwa komposisi mineralogi

dari lapisan pasir bawah didominasi mineral kuarsa, selain itu juga terdapat kandungan kalsit

dan glaukonit yang cukup signifikan (Tabel 6.3). Lapisan pasir bawah memiliki kandungan

mineral kuarsa sebesar 64,07%, feldspar (6,91%), glaukonit (6,34%), foraminifera (14,00%),

kalsit (7,24%), litik sedimen sebesar 0,67% dan mineral berat 0,677%.

Berdasarkan analisis granulometri, LoI, foraminifera dan kandungan mineral, lapisan

pasir bawah merupakan endapan pasir yang terendapkan pada lingkungan laut (neritik

bawah). Pada sampel 270215-04, endapan ini ditemukan berada diatas endapan lanau

karbonan dan ditutupi oleh endapan lanau karbonan bawah. Hal ini sesuai dengan model

endapan tsunami di daerah back barrier wetlands (Peter dkk, 2007), sehingga kemungkinan

endapan pasir bawah merupakan suatu endapan paleotsunami (Gambar 6). Namun justifikasi

ini tidak dapat dilakukan pada bor tangan 270215-06 dan 270215-07, karena tidak

ditemukan/bor tangan tidak menembus endapan lanau karbonan.

3.2.3. Lapisan Lanau Karbonan Bawah

Lapisan lanau karbonan bawah merupakan lapisan yang secara stratigrafi posisinya

berada di atas lapisan pasir bawah. Berdasarkan hasil analisis pada 3 sampel bor tangan yang

diamati, lapisan ini memiliki persebaran nilai mean pada kisaran 4,367-6,133 phi (very coarse

silt-coarse silt) dengan rerata nila mean sebesar 5,283 phi. Nilai sortasi pada lapisan ini

berkisar pada 2,124-2,665 phi (very poorly sorted) dengan rerata nilai sortasinya sebesar

2,449 phi. Nilai skewness pada lapisan pasir foraminifera terendah yaitu sebesar -0,214 phi

(coarse skewed) dan tertinggi 0,556 phi (very fine skewed) dengan nilai skewness rata-rata

sebesar 0,001 phi (symmetrical). Nilai kurtosis pada lapisan pasir bawah memiliki nilai rata-

rata sebesar 0,846 phi (platykurtic) dengan persebaran nilai kurtosis 0,660-1,067 phi

(platykurtic-mesokurtic).

Berdasarkan hasil analisis Loss on Ignition pada lapisan lanau karbonan bawah diketahui

bahwa lapisan lanau karbonan bawah ini memiliki kandungan material organik yang relatif

tinggi, berbanding terbalik dengan kandungan material karbonatnya yang rendah. Pada

lapisan lanau karbonan bawah ini, presentase kandungan material organik yang paling tinggi

mencapai 51,378% sedangkan persentase kandungan material karbonat yang paling tinggi

hanya 6,687%. Berdasarkan anaisis foraminifera, pada lapisan lanau karbonan bawah tidak

ditemukan adanya foraminifera baik bentonik ataupun plangtonik (barren).

Dari analisis granulometri yang secara granulometri tersusun oleh material dengan

ukuran butir lanau, lapisan lanau karbonan bawah terendapkan pada lingkungan yang tenang

dengan energi pengendapan rendah sehingga terjadi pengendapan material halus. Disisi lain,

pada lapisan lanau karbonan bawah memiliki persentase kandungan material organik yang

tinggi dan material karbonat yang rendah serta tidak terdapat kandungan foraminifera,

menunjukan lingkungan pengendapannya berada di darat, sehingga kemungkinan lingkungan

pengendapan dari lapisan lanau karbonan bawah ini berupa lingkungan rawa-rawa yang

memiliki sifat reduktif seperti yang ditemukan pada lokasi penelitian saat ini.

Page 5: KARAKTERISTIK ENDAPAN PALEOTSUNAMI DI PESISIR … · KARAKTERISTIK ENDAPAN PALEOTSUNAMI DI PESISIR BINUANGEUN, DAERAH WANASALAM, BANTEN ... Berdasarkan data stratigrafi kuarter yang

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA

13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

1629

3.2.4. Lapisan Pasir Atas

Lapisan pasir bawah merupakan lapisan yang secara stratigrafi posisinya berada di antara

dua lapisan lanau karbonan. Lapisan ini merupakan lapisan kandidat endapan tsunami.

Berdasarkan hasil analisis pada 3 sampel bor tangan yang diamati, lapisan ini memiliki

persebaran nilai mean pada 3,433-4,989 phi (very fine sand-very coarse silt). Nilai sortasi

pada lapisan ini berkisar pada 2,092-2,710 phi (very poorly sorted) dengan rerata nilai

sortasinya sebesar 2,438 phi. Skewness pada lapisan pasir atas memiliki nilai yang positif,

yaitu sebesar 0,243 phi hingga 0,587 phi yang menunjukan dominasi ukuran butir pada

lapisan ini condong kearah ukuran butir yang halus. Nilai kurtosis pada lapisan pasir bawah

yang memiliki nilai rerata 0,803 phi (platykurtic) dengan persebaran nilai kurtosis 0,693-

1,208 phi (platykurtic-leptokurtic).

Hasil analisis LoI diketahui pada lapisan pasir atas terjadi penurunan kandungan material

organik yang cukup signifikan dari lapisan gabut bawah. Pada batas antara lapisan lanau

karbonan bawah dengan lapisan pasir atas terlihat adanya penurunan kandungan material

organik yang cukup signifkan secara tiba. Penurunan ini tidak terlalu terlihat mencolok pada

sampel 270215-04, namun kontak yang sangat tegas terlihat pada sampel 270215-06 dan

sampel 270215-07 (Gambar 5).

Berdasarkan data analisis foraminifera, pada lapisan pasir atas terdapat kandungan

sejumlah foraminifera baik bentonik maupun plangtonik pada sampel 270215-07.

Foraminifera yang ditemukan pada lapisan pasir atas ini ditemukan pada bagian bawah

lapisan dengan kondisi terdapat beberapa foraminifera yang ditemukan secara tidak utuh dan

juga terdapat foraminifera yang telah menjadi mold. Dari penarikan batimetri lapisan pasir

atas berdasarkan kandungan foraminifera bentonik yang ada, diketahui bahwa lapisan pasir

atas ini berasal dari kedalaman 25 meter hingga 180 dibawah permukaan laut atau pada zona

neritik atas hingga neritik bawah (Tabel 6).

Berdasarkan hasil analisis kandungan mineral, diketahui bahwa komposisi mineralogi

dari lapisan pasir atas didominasi mineral kuarsa, selain itu juga terdapat kandungan mineral

lain seperti feldspar yang cukup signifikan. Adanya kandungan mineral glaukonit

mengindikasikan lapisan pasir atas berasal dari laut. Seperti yang telah disebutkan

sebelumnya, pada perairan tropis seperti di Indonesia, glaukonit tidak terbentuk pada

kedalaman kurang dari 50 meter dan melimpah pada kedalaman 125-250 meter, sehingga

memperkuat penarikan batimetri dari lapisan pasir atas ini pada kedalaman lebih dari 50 meter

hingga 180 meter.

Berdasarkan analisis granulometri, LoI, foraminifera dan mineralogi dari sampel pasir

atas pada 3 sampel bor tangan, lapisan pasir atas merupakan suatu endapan paleotsunami

(Gambar 6). Lapisan pasir atas pada awalnya merupakan suatu endapan marine, kemudian

terjadi suatu event tsunami yang menginterupsi pengendapan endapan lanau karbonan di

daerah penelitian dengan membawa material dari laut untuk diendapkan di darat sebagai

endapan tsunami.

3.2.5. Lapisan Lanau Karbonan Atas

Lapisan lanau karbonan atas merupakan lapisan yang secara stratigrafi posisinya berada

di bagian paling atas dari stratigrafi kuarter sampel yang diambil. Berdasarkan hasil analisis

pada 3 sampel bor tangan yang diamati, lapisan ini memiliki persebaran nilai mean pada

kisaran 3,919-6,297 phi (very fine sand-medium silt) dengan rerata nila mean sebesar 5,236

phi. Nilai sortasi pada lapisan ini berkisar pada 1,555-2,693 phi (poorly sorted -very poorly

sorted) dengan rerata nilai sortasinya sebesar 2,289 phi. Nilai skewness pada lapisan pasir

foraminifera terendah yaitu sebesar -0,126 phi (coarse skewed) dan tertinggi 0,439 phi (very

Page 6: KARAKTERISTIK ENDAPAN PALEOTSUNAMI DI PESISIR … · KARAKTERISTIK ENDAPAN PALEOTSUNAMI DI PESISIR BINUANGEUN, DAERAH WANASALAM, BANTEN ... Berdasarkan data stratigrafi kuarter yang

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA

13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

1630

fine skewed) dengan nilai skewness rata-rata sebesar 0,046 phi (symmetrical). Nilai kurtosis

pada lapisan pasir bawah memiliki nilai rata-rata sebesar 0,833 phi (platykurtic) dengan

persebaran nilai kurtosis 0,675-1,248 phi (platykurtic-mesokurtic).

Berdasarkan hasil analisis Loss on Ignition pada lapisan lanau karbonan atas diketahui

bahwa lapisan lanau karbonan bawah ini memiliki kandungan material organik yang relatif

tinggi, berbanding terbalik dengan kandungan material karbonatnya yang rendah. Pada

lapisan lanau karbonan atas ini, presentase kandungan material organiknya pada bagian

bawah semula rendah kemudian berangsur-angsur naik secara signifikan pada bagian atas.

Kandungan material karbonat pada lapisan ini relatif stabil dengan presentase yang rendah.

Berdasarkan anaisis foraminifera, pada lapisan lanau karbonan bawah tidak ditemukan adanya

foraminifera baik bentonik ataupun plangtonik (barren).

4. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain:

1. Terdapat dua lapisan endapan paleotsunami di daerah penelitian, yaitu lapisan pasir

bawah dan lapisan pasir atas.

2. Karakteristik endapan paleotsunami pada lapisan pasir bawah yaitu:

a. Memiliki ukuran butir pasir sangat halus (very fine sand), sortasi sangat buruk,

kurtosis mesokurtic dan skewness positif (very fine skewed).

b. Memiliki kandungan material organik yang rendah dan sebaliknya memiliki

kandungan material karbonat yang tinggi.

c. Berasal dari lingkungan laut (neritik bawah)

3. Karakteristik endapan paleotsunami pada lapisan pasir bawah yaitu:

a. Memiliki ukuran butir lanau kasar-pasir sangat halus (very fine sand-very coarse

silt), sortasi sangat buruk, kurtosis platykurtic dan skewness positif (fine skewed-very

fine skewed).

b. Memiliki kandungan material organik dan kandungan material karbonat yang relatif

rendah.

c. Berasal dari lingkungan laut (neritik tengah-neritik bawah)

Acknowledgements

Penelitian ini dapat dilakukan dengan didanai oleh Departemen Teknik Geologi, Fakultas

Teknik, Universitas Gadjah Mada dan Puslit Geoteknologi, LIPI, Bandung.

Daftar Pustaka

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).(2011). Peta Zonasi Ancaman Bencana

Tsunami di Indonesia.Geospasial Badan Nasional Penanggulangan Bencana:Jakarta.

Jones, R. W. (1994). The Challenger Foraminifera. Oxford University Press: Oxford, 149 p.

Kenny, D. Y.(2008). Karakteristik Endapan Tsunami 12 Desember 1992 di Daerah

Pulaubater, Desa Pagaraman, Pulau Babi, Kecamatan Maumere, Kabupaten Sikka,

Flores, NTT. Jurusan Teknik Geologi UGM: Yogyakarta, 60 p.

Morton, R. A., Gelfenbaum, G., Jaffe, B. E. (2007). Physical Criteria for Distinguishing

Sandy Tsunami and Storm Deposits Using Modern Examples. Sedimentary Geology

200, p. 184-207.

Page 7: KARAKTERISTIK ENDAPAN PALEOTSUNAMI DI PESISIR … · KARAKTERISTIK ENDAPAN PALEOTSUNAMI DI PESISIR BINUANGEUN, DAERAH WANASALAM, BANTEN ... Berdasarkan data stratigrafi kuarter yang

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA

13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

1631

https://doi.org/10.1016/j.sedgeo.2007.01.003

Peters, R., Jaffe, B., dan Gelfenbaum, G. (2007). Distribution and Sedimentary

Characteristics of Tsunami Deposits along the Cascadia Margin of Western North

America. Sedimentary Geology 200, p. 372–386. doi:10.1016/j.sedgeo.2007.01.015.

Porrenga, D. H. (1966). Glauconite and Chamosite As Depth Indicators In The Marine

Environment. Marine Geology vol 5, p. 495-501. https://doi.org/10.1016/0025-

3227(67)90056-4.

Santisteban, J.I., Mediavilla, R., Lopez-Pamo, E., Dabrio, C. J., Zapata, M. B. R., Garcia, M.

J. G., Castano, S., dan Martinez, P. E. (2004). Loss on Ignition: a Qualitative or

Quantitative Method for Organic Matter and Carbonate Mineral Content in

Sediments. Journal of Paleolimnology 32, p. 287–299.

doi:10.1023/B:JOPL.0000042999.30131.5b.

Shiki, T., Tachibana, T., Fujiwara, O., Nanayama, F. dan Yamazaki, T. (2008). Characteristic

Features of Tsunamiites.Tsunamiites, Features and Implications p. 319–410.

doi:10.1016/B978-0-444-51552-0.00018-7

Setyawan, W. B. (2008). Perubahan Garis Pantai dan Muka Laut pada Masa Holosen di

Wilayah Pesisir Binuangeun, Banten Selatan: Suatu Studi Pendahuluan. Jurnal

Oseanologi 1, p. 19-28.

Gambar 1. Peta Geomorfologi daerah penelitian. Fokus penelitian berada pada salah satu rawa di

daerah penelitian, titik merah menunjukan lokasi pengambilan sampel untuk penelitian ini.

Page 8: KARAKTERISTIK ENDAPAN PALEOTSUNAMI DI PESISIR … · KARAKTERISTIK ENDAPAN PALEOTSUNAMI DI PESISIR BINUANGEUN, DAERAH WANASALAM, BANTEN ... Berdasarkan data stratigrafi kuarter yang

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA

13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

1632

Gambar 2. Kolom Stratigrafi Kuarter daerah penelitian. Dari kiri ke kanan kolom stratigrafi sampel

270215-04, 270215-06 dan 270215-07.

Page 9: KARAKTERISTIK ENDAPAN PALEOTSUNAMI DI PESISIR … · KARAKTERISTIK ENDAPAN PALEOTSUNAMI DI PESISIR BINUANGEUN, DAERAH WANASALAM, BANTEN ... Berdasarkan data stratigrafi kuarter yang

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA

13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

1633

Gambar 3. Hasil analisis granulometri. Data ditampilkan dalam bentuk grafik untuk menunjukan nilai mean, sortasi, skewness dan kurtosis.

Page 10: KARAKTERISTIK ENDAPAN PALEOTSUNAMI DI PESISIR … · KARAKTERISTIK ENDAPAN PALEOTSUNAMI DI PESISIR BINUANGEUN, DAERAH WANASALAM, BANTEN ... Berdasarkan data stratigrafi kuarter yang

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA

13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

1634

Gambar 4. Grafik hasil analisis Loss on Ignition. Baik data Sampel 270215-04 (kiri) data Sampel

270215-06 (tengah) dan data Sampel 270215-07 (kanan) memiliki konfigurasi yang hampir sama.

Tabel 1. Hasil analisis kandungan foraminifera pada lapisan pasir bawah.

Nama Spesies Jumlah Lingkungan

Ammonia beccarii 343 0 – 321 fm

Asterorotalia trispinosa 149 -

Bathysiphon filiformis 235 3-465 fm

Bulimina elongata 192 150-1400 fm

Bulimina marginata 246 0-1630 fm

Bulimina striata 174 101-209 fm

Cibicides dutemplei 132 30-180 fm

Nonion fabum 101 7-200 fm

Pseudorotalia schroeteriana 123 <60 fm

Rotalia soldanii 208 -

Uvigerina striata 133 0-520 fm

Tabel 2. Hasil analisis kandungan foraminifera pada lapisan pasir atas.

Nama Spesies Jumlah Lingkungan

Ammonia beccarii 2 0 – 321 fm

Bathysiphon filiformis 1 3-465 fm

Bulimina marginata 2 0-1630 fm

Cibicides dutemplei 2 30-180 fm

Pararotalia stellata 2 0-200 fm

Page 11: KARAKTERISTIK ENDAPAN PALEOTSUNAMI DI PESISIR … · KARAKTERISTIK ENDAPAN PALEOTSUNAMI DI PESISIR BINUANGEUN, DAERAH WANASALAM, BANTEN ... Berdasarkan data stratigrafi kuarter yang

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA

13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

1635

Tabel 3. Hasil analisis kandungan mineral lapisan pasir atas.

No Sampel

(cm) Kuarsa Feldspar Glaukonit Foraminifera Kalsit

Litik

Sedimen

Mineral

Berat Total

1 270215-

04

2298 110 7 23 23 2461

93,38% 4,47% 0,28% 0,93% 0,93%

2 270215-

06

1354 225 74 9 5 1667

81,12% 13,57% 4,46% 0,54% 0,30%

3 270215-

07

2033 210 45 31 31 2350

86,51% 8,94% 1,91% 1,32% 1,32%

Total 5685 545 126 63 59

6478 87,76% 8,41% 1,95% 0,97% 0,91%

Tabel 4. Hasil analisis kandungan mineral lapisan pasir bawah.

No Sampel

(cm) Kuarsa Feldspar Glaukonit Foraminifera Kalsit

Litik

Sedimen

Mineral

Berat Total

1 270215-

04

1265 81 162 280 128 1 19 1936

65,34% 4,18% 8,37% 14,46% 6,61% 0,05% 0,98%

2 270215-

06

928 151 90 191 94 10 3 1467

63,26% 10,29% 6,13% 13,02% 6,41% 0,68% 0,20%

3 270215-

07

1143 128 78 258 155 24 18 1804

63,36% 7,10% 4,32% 14,30% 8,59% 1,33% 1,00%

Total 3336 360 330 729 377 35 40

5207 64,07% 6,91% 6,34% 14,00% 7,24% 0,67% 0,77%

Tabel 5. Ploting batimetri lapisan pasir bawah.

Tabel 6. Ploting batimetri lapisan pasir atas.

Page 12: KARAKTERISTIK ENDAPAN PALEOTSUNAMI DI PESISIR … · KARAKTERISTIK ENDAPAN PALEOTSUNAMI DI PESISIR BINUANGEUN, DAERAH WANASALAM, BANTEN ... Berdasarkan data stratigrafi kuarter yang

PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10 PERAN PENELITIAN ILMU KEBUMIAN DALAM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI INDONESIA

13 – 14 SEPTEMBER 2017; GRHA SABHA PRAMANA

1636

Gambar 5. Grafik hasil analisi Loss on Ignition lapisan pasir atas. Terlihat adanya penurunan

kandungan material organik secara tegas dan tiba-tiba pada batas bawah lapisan.

Gambar 6. Korelasi stratigrafi bor tangan daerah penelitian. Terdapat 2 lapisan endapan

paleotsunami.