Upload
marsi-bani
View
437
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bio
Citation preview
KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN BIOKIMIA BAKTERI LAUT SELULOLITIK
MORPHOLOGYCAL AND BIOCHEMYCAL CHARACTERITICS OF THE SEA SELULOLYTIC
BACTERIA(Moses Kopong Tokan dan Mbing Maria Imakulata)
ABSTRAK Tujuan penelitian adalah untuk (1) mengisolasi bakteri laut selulolitik, dan (2)
mengkarakterisasi sifat morfologi dan biokimia bakteri laut selulolitik Isolasi
bakteri selulolitik dan karakterisasi morfologi dan biokimia dilakukan secara
deskriptif. Karakteriasi morfologi terdiri dari morfologi koloni dan morfologi sel
serta reaksi terhadap pewarnaan gram. Karakterisasi sifat biokimia dilakukan
dengan menanam isolate pada beberapa jenis medium. Data tentang kakateristik
morfologi dan biokimia dianalisis secara deskriptif. Pada penelitian ini ditemukan
5 isolat bakteri selulolitik dengan sifat morfologi, kelompok gram dan sifat
biokimia beragam. Sifat morfologi dan biokimia sangat penting diketahui dalam
rangka pemanfaatan isolate selulolitik sebagai biostarter dalam penyiapan substrat
fermentasi produksi bioetanol.
Kata Kunci : Morfologi, biokimia dan Selulolitik
ABSTRACT This research aims to: (1) isolate sea cellulolytic bacteria, and (2) characterize the
morphological and biochemical characters of the sea cellololytic bacteria.
Isolation of cellulolytic bacteria and characterization of morphology and
biochemistry were carried out descriptively. Morphological characterization
consist of colony and cell morphology and reaction to grams staining.
Biochemical characterization were carrie out by plating isolates in the some
media. Data of morphological and biochemical characteristics were analyzed
descriptively. This research has success to find 5 isolates of cellulolytic bacteria
from the sea with different features of morphology, gram group, and
biochemistry. Morphology and biochemistry characteristics are very important
learned in order to use the cellulolytic isolate as biostarter in preparation
fermentation substrate to produce bioethanol.
Key Words: Morphology, Biochemistry, and Cellulolytic.
MEDIA SAINS EDISI XXXXXXXXXXXXXXXX
PENDAHULUAN
Masalah utama yang dihadapi
saat ini adalah menipisnya sumberdaya
bahan bakar minyak fosil, sementara
pada sisi lain kebutuhan terhadap bahan
bakar ini semakin meningkat dari
waktu ke waktu. Berkaitan dengan
permasalahan ini, solusi alternatif yang
bisa dilakukan adalah mencari
sumberdaya bahan bakar baru untuk
mengatasi kelangkaan bahan bakar
fosil.
Kondisi geografis dan
klimatologis Pulau Timor yang cocok
dengan padang sabana merupakan
sumberdaya yang sangat potensial jika
dimanfaatkan dengan arif. Padang
rumput yang luas merupakan sumber
kekayaan bahan baku industri bioetanol
yang sangat potensial.
Untuk memanfaatkan
sumberdaya rumput yang melimpah,
maka penelitian-penelitian penting
yang perlu dilakukan adalah isolasi
mikroorganisme (bakteri) yang
memiliki potensi untuk mendegradasi
senyawa kompleks selulosa yang
merupakan komponen utama dinding
sel. Degradasi selulosa akan
menghasilkan monomer seperti
glukosa yang dapat digunakan sebagai
substrat fermentasi untuk produksi
bioetanol.
Isolasi mikroorganisme selulolitik
bisa dilakukan dimana saja terutama
dari sumber-sumber yang
mengandung selulosa. Meskipun
berasal dari sumber yang sama namun
jika kondisi lingkungan berbeda,
maka mikroorganisme yang diperoleh
memiliki potensi degradasi yang
berbeda. Mikroorganisme yang
berasal dari lingkungan yang ekstrim
diduga memiliki potensi yang lebih
baik dibandingkan dengan lingkungan
normal. Hal ini disebabkan karena
mikroorganisme tersebut sudah teruji
dan adaptif dengan kondisi tersebut.
Isolasi bakteri selulolitik telah
dilakukan oleh beberapa peneliti pada
berbagai sumber, seperti Jasman dan
Tokan (2008) pada usus rayap,
Silaban (2008) pada saluran
pencernaan bekicot Achantina fulica
(FER), Miron et.al. (2001) pada
rumen, (Hidanah, 2008) pada feses
MEDIA SAINS EDISI XXXXXXXXXXXXXXXX
kop
jerapah, Kopency, et al. (2001) pada
feses manusia dan Apun, et al. (2000)
pada limbah sago.
Hasil penelitian yang
dipaparkan di atas umumnya dilakukan
pada saluran pencernaan hewan,
manusia dan lingkungan terestrial
sementara isolasi bakteri selulolitik
yang berasal dari laut masih jarang
dilakukan. Austin (1991)
mengemukakan bahwa beberapa
bakteri dekomposer selulosa, kitin dan
agar antara lain Cytophaga,
Sporocytophaga, Flexibacter,
Microscilla dan Lysobacter. Surajit, et
al. (2006) menjelaskan bahwa bakteri
laut yang mendekomposisi selulosa
antara lain Cytophaga dan
Sporocytophaga.
Penelitian ini diharapkan akan
ditemukan jenis-jenis bakteri selulolitik
dari laut yang memiliki kemampuan
degradasi selulosa yang tinggi agar
dapat dimanfaatkan untuk meyiapkan
substrat fermentasi dari rumput kering
untuk produksi bioetanol.
MATERI DAN METODE
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini direncanakan
mulai April 2009 sampai Desember
2009 di Laboratorium Biologi dan
Kimia Undana.
B. Desain Penelitian
Isolasi dan karakterisasi
ikroorganisme bersifat deskriptif.
Isolat yang tumbuh pada medium
isolasi dikarakterisasi sifat morfologi
dan dilanjutkan dengan uji sifat
biokimia pada beberapa medium.
C. Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan pada
penelitian ini adalah Laminar Air
Flow, Inkubator, Mikroskop
berkamera, Autoclave, Colony
Counter, Pipet Mikro, Cawan
petri, Pak Jar, spektrofotometer
UV-Vis, seperangkat alat gelas
(wadah penyimpan dan pengukur),
neraca analitik, lup inokulasi,
alkohol meter, botol kaca bekas
minuman dan perahu.
Bahan yang digunakan terdiri
dari medium CMC, medium NA,
Medium Muller Hinton Agar, Biru
metilin, reagen gram A, gram B
dan gram D, Amonium sulfat,
Tepung agar murni, aquades, air
laut steril, bubuk selulosa, alkohol
70%, alkohol 95%, Kapas, kertas
saring, air laut dengan lumpur dan
potongan kayu, aluminium foil,
cycloheximide, 3 jenis rumput
MEDIA SAINS EDISI XXXXXXXXXXXXXXXX
kering, medium TA, medium starch
agar, medium tributyrin agar,
medium milk agar, medium nutrient
gelatin, kaldu phenol red lactose,
dextrose dan sucrose, triple sugar-
iron agar, medium SIM agar, reagen
Kovac’s, kaldu MR-VP,
indikator methyl red,
reagen Barritt’s,
medium Simmons
citrate agar, kaldu urea,
kaldu trypticase nitrate,
larutan A (asam sulfanilat), larutan
B (dimethyl-alpha-naphthylamine)
dan bubuk zink, medium trypticase
soy agar, hidrogen peroksida 3%,
reagen tetramethyl-p-
phenylenediamine dihydrochloride.
D. Prosedur Penelitian
1. Untuk mengisolasi bakteri laut
selulolitik alkoholik toleran maka
dilakukan melalui 2 mekanisme,
yaitu sampling langsung dan
pembenaman rumput kering steril
pada kedalaman di atas 100 meter
selama 2 bulan.
2. Preparasi Medium pengaya bakteri
laut selulolitik
Medium pengaya bakteri laut
selulolitik dipreparasi dengan
bahan-bahan sebagai berikut :
(NH4)2SO4 (1 gram) diautoclave
secara terpisah; Agar (15 gram)
dan tambahkan air laut sampai
volumenya mencapai 1L.
3. Pengayaan Bakteri laut
10 tabung reaksi masing-
masing diisi dengan
10 ml air laut, 1
gram lumpur
dan potongan
kayu (dari laut)
yang diambil
langsung. Tabung-tabung ini
diinkubasi pada suhu 25 oC selama
4 minggu. Begitu juga dengan
sampel tanpa lumpur yang berasal
dari pembenaman botol pada
kedalaman di atas 100 m. Koloni
kuning atau putih berkilauan
tembus cahaya menunjukkan
dekomposer selulosa.
4. Isolasi bakteri selulolitik
Untuk mengisolasi bakteri laut
selulotik maka digunakan medium
Carboxyl Methyl Cellolose
(CMC) ditambahkan dengan
cycloheximide (2,5 mg per 100
ml). 5 gram CMC dan 13 gram
dilarutkan dengan air laut dan
ditambahkan dengan air laut
sampai volumenya mencapai 1L.
Setelah diautoklave dan tuang 12
MEDIA SAINS EDISI XXXXXXXXXXXXXXXX
ml dalam petridish dan biarkan
sampai padat. Selanjutnya pipet 1
ml suspensi pada medium pengaya
dan sebarkan secara merata di atas
medium dan inkubasi pada suhu 25 oC selama 4 minggu (Tokan, 2008).
Koloni yang memperlihatkan
potensi selulolitik ditandai oleh
adanya pertumbuhan koloni. Koloni
dengan ciri demikian disolasi dan
ditanam pada medium NA dan
CMC miring.
5. Pengujian sifat biokimia isolat
Pengujian sifat biokimia
berdasarkan kemampuan isolat
dalam memanfaatkan substrat.
Pengujian sifat biokimia terdiri dari
hidrolisis tepung, hidrolisis lemak,
hidrolisis kasein, fermentasi
karbohidrat, uji triple-sugar-iron
agar, uji IMViC, uji hidrogen
sulfida, uji urease, reaksi susu
litmus, uji reduksi nitrat, uji
katalase dan uji oksidase. Prosedur
pengujian berdasarkan Cappuccino
dan Sherman (1983) dan Tokan
(2006).
E. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada
penelitian ini terdiri dari jumlah koloni
total, karakteristik morfologi yang
terdiri dari bentuk, ukuran dan pola
penataan sel dan sifat biokimia isolat.
F. Analisis dan Interpretasi
Data tentang potensi selulolitik
dan sensitifits terhadap alkohol
dianalisis dengan ANOVA pada taraf
signifikansi 5%, dimana gula reduksi,
lignin dan sensitifitas alkohol
(diameter zona bening) sebagai
variabel tergantung dan jenis isolat
sebagai variabel bebas. Data dianalis
melalui program SPSS for Window
version 14. Jika P yang diperoleh
signifikan maka dilanjutkan dengan
uji Tukey-BNJ pada taraf yang sama.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.KARAKTERISTIK
MORFOLOGI KOLONI
Setelah inkubasi selama 7 hari
terdapat pertumbuhan koloni pada
medium CMC. Koloni yang tumbuh
pada medium CMC adalah bakteri
selulolitik. Medium CMC merupakan
medium selektif untuk isolasi bakteri
selulolitik. Medium ini mengandung
selulosa sebagai satu-satu sumber
karbon. Bakteri yang tumbuh pada
medium ini adalah bakteri selulolitik
yang mampu memanfaatkan selulosa
MEDIA SAINS EDISI XXXXXXXXXXXXXXXX
sebagai sumber karbon.Hasil
pengamatan karakteristik morfologi
koloni bakteri laut selulolitik yang
berasal dari pembenaman rumput
kering dan lumpur seperti tertera pada
tabel di bawah ini.
Tabel 1. Karakteristik koloni bakteri selulolitik dari rumput kering dan lumpur
No Karakteristik Koloni 1 Koloni 2 Koloni 3 Koloni 4 Koloni 51 Bentuk Amuboid Bulat,
panjangAmuboid Bulat Bulat
2 Warna Putih Putih Pinggir putih, tengah bening
Putih Putih, tengah abu-abu
3 Tepi Berambut Berambut bergelombang Ombak Ombak4 Struktur Lendir Lendir Halus Lendir Halus5 Elevasi Timbul
datarMembukit Rata membukit Timbul
datar6 Ukuran 4 mm 2 mm 4 mm 3 mm 2.5 mm7 Jumlah 12 7 33 5 2
Keterangan : Koloni 1 dan 2 dari rumput kering, koloni 3, 4 dan 5 dari lumpur.
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat
dikemukakan bahwa pada tahap
isolasi ditemukan 5 koloni yang
tumbuh pada medium CMC dengan
kenampakan koloni bervariasi.
Bentuk koloni mulai dari amuboid
sampai bulat, warna koloni pada
umumnya putih, tepi koloni mulai
dari berambut sampai ombak,
struktur dalam dari halus sampai
berlendir, elevasi mulai dari datar
sampai membukit dengan ukuran dan
jumlah bervariasi. Koloni yang
tumbuh pada medium CMC berasal
dari laut dan lumpur pada daerah
bakau. Pembenaman rumput kering
di laut dilakukan untuk merangsang
kehadiran bakteri laut selulolitik.
Rumput kering merupakan sumber
selulosa. Hasil penelitian Dewi
(2002) bahwa kandungan selulosa
pada jerami sebesar 37.71 mg/100 gr
bahan. Bakteri selulolitik yang
berasal dari lingkungan yang ekstrim
(kedalaman 100 m) diduga memiliki
kemampuan yang lebih baik dalam
mendegradasi selulosa. Disamping
itu, pengambilan lumpur untuk
ekstraksi bakteri selulolitik
berdasarkan pertimbangan bahwa
pada daerah bakau banyak terdapat
material tumbuhan yang terbenam
dalam lumpur. Dengan demikian
peluang untuk memperoleh bakteri
selulolitik jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan daerah tanpa
material tumbuhan.
MEDIA SAINS EDISI XXXXXXXXXXXXXXXX
B. KARAKTERISTIK SEL DAN PEWARNAAN GRAM
Hasil karakterisasi dan pewarnaan gram kelima isolat seperti tertera pada tabel
berikut Ini:
No KarakteristikIsolat
1 2 3 4 51 Bentuk Bulat Bulat Bulat Bulat Batang pendek
2 Pola PenataanMono, diplo,
tumpukanMono,diplo, tumpukan
Mono, diplo, tumpukan
Mono, diplo, tumpukan
Mono, strepto
3 Ukuran 0.5-1 m 0.5-1 m 0.5 - 1.0 m 1.0 m 1 – 2.5 m4 Warna Merah muda Merah muda Merah muda Merah muda Ungu5 Gram negatif Negatif Negatif negatif Positif
Tabel 2. Karakteristik sel bakteri selulolitik
Berdasarkan table 12 di atas dapat dikemukakan bahwa isolate 1 sampai 4
berbentuk bulat sedangkan isolate 5 berbentuk batang pendek. Pola pentaan sel
mulai dari mono, strepto dan dalam bentuk tumpukan. Ukuran sel berkisar dari
0.5 sampai 2.5 µm dengan warna sel ungu (gram positif) dan merah muda (gram
negatif).
C. KARAKTERISTIK BIOKIMIA
Karakteristik biokimia isolat diperoleh melalui uji aktivitas isolat dalam
memanfaatkan medium untuk pertumbuhan dan aktivitas sel lainnya. Hasil uji
positif ditandai oleh adanya perubahan pada medium, misalnya warna atau
indikator lainnya. Hasil uji biokimia seperti tertera pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil Pengamatan Uji Biokimia
No Tipe PengujianHasil Pengujian Pada
Isolat 1 Isolat 2 Isolat 3 Isolat 4 Isolat 51 Indol - - - + -2 Metil Merah - - - - +3 Voges Proskauer - - - - -4 Sitrat + - - + -5 Oksidase + + + + +6 TSIA - - - - -7 Fermentasi Karbohidrat + + + + -8 Motilitas - - - - -9 Reduksi Nitrat - - - - -10 Katalase + + + + +11 Hidrolisis Tepung + + + + +12 Kasein - - - + -13 Urease - + - + +
MEDIA SAINS EDISI XXXXXXXXXXXXXXXX
14 Pertumbuhan 41-42 oC + + + + +
Berdasarkan tabel di atas
dapat dijelaskan bahwa isolat 1, 2, 3
dan 5 bersifat negatif indol
sedangkan isolat 4 adalah positif
indol. Uji produksi indol digunakan
untuk menunjukkan kemampuan
mikroorganisme untuk mendegradasi
asam amino triptofan. Triptofan
merupakan asam amino esensial
yang dapat mengalami oksidasi
secara enzimatis yang dilakukan oleh
beberapa bakteri dengan dimediasi
oleh enzim triptofanase. Kemampuan
untuk menghidrolisis triptofan
menjadi indol tidak merupakan ciri
khas dari semua mikroorganisme
sehingga dapat digunakan sebagai
marker biokimia. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa semua isolat
selulolitik yang berasal dari
pembenaman rumput kering di laut
adalah negatif indol. Cappuccino dan
Sherman (1983) menjelaskan bahwa
jika medium kultur SIM agar
ditambahkan dengan reagen Kovac’s
menghasilkan lapisan berwarna
merah mengindikasikan bahwa
kultur tersebut mampu memproduksi
indol dari triptofan.
Pada uji metil merah, isolat
selulolitik 1, 2, 3, dan 4 bersifat
negatif metil-merah, sedangkan
isolat 5 adalah positif metil-merah.
Positif metil-merah ditandai oleh
adanya perubahan warna medium
MR-VP kuning menjadi merah. Pada
prinsipnya dekstrosa (glukosa) yang
terdapat dalam medium MR-VP
secara enzimatis dapat diuraikan oleh
kelima isolat selulolitik menjadi
asam organik seperti asam laktat,
asam asetat dan asam format. Namun
demikian pada pH rendah (pH 4),
hanya isolate 5 yang dapat
menguraikan asam-asam organik ini
menjadi CO2 dan H2. H2 ini akan
bereaksi dengan metil merah
menyebabkan terjadi perubahan
warna medium dari kuning menjadi
merah. Sebaliknya ke empat isolat
yang lain menguraikan asam-asam
orgaanik menjadi produk akhir non
asam, seperti etanol dan asetonin
(asetometil karbonil). Cappuccino
dan Sherman (1983) menjelaskan
bahwa hasil uji positif metil-merah
ditandai oleh adanya perubahan
warna medium dari kuning menjadi
merah. Berdasarkan uji metal-merah
ini, maka dapat dikemukakan bahwa
isolat 1, 2, 3 dan 4 diduga memiliki
kemampuan untuk mengasilkan
MEDIA SAINS EDISI XXXXXXXXXXXXXXXX
etanol dari penguraian asam-asam
organik.
Pada uji V-P tidak terbentuk
warna merah setelah medium kultur
MR-VP ditambahkan dengan reagen
Barritt’s. Hal ini berarti semua isolat
selulolitik bersifat negatif V-P. Uji
V-P digunakan untuk membedakan
kemampuan beberapa
mikroorganisme dalam
menghasilkan produk akhir non-
asam atau netral seperti
asetilmetilkarbinol dari asam organik
yang berasal dari metabolisme
glukosa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa medium MR-
VP tidak berwarna merah jambu
setelah ditambahkan reagen Barritt’s.
Hasil ini menunjukkan bahwa kelima
isolat selulolitik tidak memproduksi
asetilmetilkarbinol. Sebagai mana
ditegaskan Cappuccino dan Sherman
(1983) bahwa terbentuknya warna
merah jambu medium setelah 15
menit ditambahkan dengan reagen
Barritt’s mengindikasikan bahwa
inokulum mampu memproduksi
asetilmetilkarbinol.
Pada uji penggunaan sitrat,
hasil uji positif sitrat diperlihatkan
oleh isolat 1 dan 5, sedangkan isolat
lain berisifat negatif sitrat. Isolat 1
dan 5 mampu memanfaatkan sitrat
sebagai satu-satunya sumber karbon.
Kedua isolat ini memiliki enzim
sitrase yang mampu menguraikan
sitrat menjadi asam oksaloasetat dan
asam asetat. Produk-produk ini
secara enzimatis akan dikonversi
menjadi asam piruvat dan CO2.
Cappuccino dan Sherman (1983)
menjelaskan bahwa CO2yang
dihasilkan akan bereaksi dengan ion
natrium dan air menghasilkan
natrium karbonat yang bersifat
alkalin. Kehadiran produk alkalin ini
menyebabkan terjadi perubahan
warna dari hijau menjadi biru. Pada
uji oksidase, semua isolat bersifat
positif oksidase. Hasil uji positif
ditandai oleh adanya warna ungu,
kemudian menjadi merah tua dan
terakhir menjadi hitam. Uji oksidase
digunakan untuk
membedakan anggota dari genus
Neisseria dan Pseudomonas yang
merupakan oksidase positif dan
Enterobacteriaceae yang merupakan
oksidase negatif. Cappuccino dan
Sherman (1983) menjelaskan bahwa
enzim oksidase memainkan peranan
penting pada sistem transport
elektron pada respirasi aerob. Enzim
ini mengkatalis oksidasi dari
MEDIA SAINS EDISI XXXXXXXXXXXXXXXX
sitokrom tereduksi dengan oksigen
sehingga terbentuk molekul air atau
hidrogen peroksida. Kemampuan
isolat memproduksi oksidase
ditandai oleh adanya perubahan
warna dari ungu menjadi hitam
setelah ditambahkan dengan reagen
tetramethyl-p-phenylenediamine
dihydrochloride pada koloni yang
tumbuh pada medium trypticase soy
agar plate.
Pada uji TSI, semua isolat
memperlihatkan warna merah
(alkalin) pada permukaan medium
agar tegak TSI dan warna kuning
(asam) pada bagian bawah medium.
Cappuccino dan Sherman (1983)
menjelaskan bahwa uji TSI
digunakan untuk membedakan
kelompok atau genus dari
Enterobcteriacea. Kelima isolate ini
hanya melakukan fermentasi glukosa
dalam medium ini. Jika konsentrasi
glukosa dalam keadaan minimal,
maka sejumlah kecil asam pada
bagian permukaan agar tegak secara
cepat teroksidasi menghasilkan
senyawa yang berifat alkalin.
Demikian pula pepton yang ada
dalam medium juga menghasilkan
senyawa asam sebagai hasil
fermentasi. Sedangkan pada bagian
bawah medium, produk asam yang
terbentuk tidak teroksidasi karena
konsentrasi oksigen rendah sehingga
terbentuk warna kuning.
Pada uji fermentasi
karbohidrat (sukrosa, laktosa dan
glukosa), isolate 1, 2, 3, dan 4
memperlihatkan positif karbohidrat,
sedangkan isolat 5 bersifat negatif
karbohidrat. Uji glukosa, laktosa dan
sukrosa bertujuan untuk menentukan
kemampuan mikroorganisme dalam
mendegradasi dan memfermentasi
karbohidrat dengan menghasilkan
suatu asam atau asam dan gas. Pada
uji glukosa, hasil uji positif ditandai
oleh adanya asam (A) dan atau gas.
Adanya asam diperlihatkan oleh
perubahan warna medium Phenol red
dextose (glukosa) menjadi kuning,
dan gas ditandai oleh adanya
gelembung gas yang tertampung
dalam tabung durham. Cappuccino
dan Sherman (1983) dan
Mandelstam, et al. (1986)
mikroorganisme menggunakan
karbohidrat yang berbeda tergantung
pada komplemen enzim yang
dimilikinya. Beberapa organisme
mampu memfermentasi gula seperti
glukosa secara aerob dan yang
lainnya secara anaerob. Pada
MEDIA SAINS EDISI XXXXXXXXXXXXXXXX
fermentasi, substansi seperti
karbohidrat mengalami disimilasi
anaerob dan menghasilkan asam
organik, seperti laktat, format atau
asetat yang akan diuraikan menjadi
hidrogen atau karbon dioksiksa.
Pada uji motilitas, semua
isolat adalah non motil. Hal ini
berarti semua isolat ini tidak
memiliki alat gerak atau non flagela.
Merck (1988) dan Cappuccino dan
Sherman (1983) menjelaskan bahwa
bakteri positif motil ditandai oleh
adanya pertumbuhan (kekeruhan)
sepanjang garis inokulasi pada
medium SIM agar. Bakteri ngatif
motil pertumbuhannya terputus-
putus.
Pada uji reduksi nitrat, semua
isolat selulitik bersifat negatif
reduksi nitrat. Hasil pengujian ini
mengindikasikan bahwa semua isolat
tidak mampu mereduksi nitrat
menjadi nitrit. Medium tryticase
nitrat tidak berubah warna menjadi
merah setelah ditambahkan dengan
larutan A (asam sulfanilat) dan
larutan B (dimetil-alfa-naptilamina).
Cappuccino dan Sherman (1983) dan
Mandelstam, et al. (1986)
menjelaskan bahwa bakteri positif
reduksi nitrat memiliki enzim nitrase
yang akan mereduksi nitrat menjadi
nitrit sehingga medium akan
berwarna merahsetelah ditambahkan
dengan larutan A dan B.
Tabel di atas juga
menunjukkan bahwa semua isolat
memperlihatkan hasil uji positif pada
uji katalase, yaitu adanya gelembung
gas yang muncul ketika ditambahkan
hidrogen peroksida pada medium
kultur Trypticase soy agar slant
setelah berakhirnya masa inkubasi 1
x 24 jam. Hasil uji positif ini
menunjukkan bahwa semua isolat
mampu mendegradasi hidrogen
peroksida dengan memanfaatkan
enzim katalase. Cappuccino dan
Sherman (1983) menjelaskan bahwa
selama respirasi aerob,
mikroorganisme memproduksi
hidrogen peroksida. Akumulasi
substansi ini akan membunuh
organisme jika tidak mampu
diuraikan secara enzimatis. Prescott,
et. al. (1990) menjelaskan bahwa
hidrogen peroksida merupakan
substansi yang bersifat toksik bagi
sel dan mikroorganisme yang
memiliki katalase mampu
menguraikannya menjadi air dan
oksigen bebas.
MEDIA SAINS EDISI XXXXXXXXXXXXXXXX
Hidrolisis tepung atau
amilum dan kasein merupakan dua
jenis uji untuk mengetahui aktivitas
eksoenzim dalam menguraikan
makromolekul menjadi molekul
berkuran kecil. Pada uji hidrolisis
amilum semua isolat memperlihatkan
positif hidrolisis amilum. Uji positif
ditandai oleh adanya zona bening
mengelilingi koloni. Zona bening ini
terjadi karena eksoenzim telah
menghidrolisis amilum untuk
pertumbuhan isolat. Sebaliknya uji
negatif ditandai oleh adanya warna
biru hitam setelah ditambahkan
dengan larutan gram-iodine. Pada uji
hidrolisis kasein isolate 1, 2, 3 dan 5
bersifat kasein negatif sedangkan
isolate 4 positif hidrolisis kasein. Uji
positif ini ditandai oleh adanya zona
bening mengelilingi koloni karena
isolat ini melepaskan exoenzim
protease untuk menghidrolisis
kasein.
Pada uji urease, isolat yang
bersifat positif urease adalah isolat 2,
4 dan 5. Kedua isolat ini memiliki
enzim urease yang mengkatalis
penguraian urea menjadi karbohidrat,
air dan ammonia. Kehadiran
ammonia menghasilkan lingkungan
menjadi alkalin menyebabkan phenol
merah berubah menjadi ungu.
Uji pertumbuhan pada
temperatur 41 – 42 oC menunjukkan
bahwa semua isolat mampu tumbuh
pada temperatur tersebut.
Temperatur optimum untuk bakteri
laut berkisar antara 20 – 25 oC.
Isolat yang mampu tumbuh pada
temperatur uji di atas cukup ideal
untuk digunakan sebagai biostrarter
dalam penguraian selulosa. Dalam
fermentasi biasanya terjadi
peningkatan temperatur pada
fermentor karena kelebihan energi
yang dibebaskan oleh bakteri dalam
bentuk panas. Dengan demikian pada
skala industry fermentasi diperlukan
biostrarter yang bersifat termostabil.
MEDIA SAINS EDISI XXXXXXXXXXXXXXXX
DAFTAR PUSTAKAApun, K., Jong, C.B., and Saleh, A.M. 2000. Screening and Isolation of a
Cellulolytic and Amylolytic Bacillus from Sago Pith Waste. Journal Gen. Appl. Microbiol. Vol. 46:263-267
Austin, B., 1993. Marine Microbiology. Cambridge University Press. New York, Melbourne.
Austin, B., 1991. Methods in Aquatic Bacteriology. John Wiley and Sons. Chichester, New York, Brisbane, Toronto, Singapore.
Brock, D. Thomas dan Michael, T. M. 1991. Biology Of Microorganisms. University of Wisconsin. Prentice – Hall International Inc.
Cappuccino, J.G. dan Sherman, N. 1983. Microbiology: A Laboratory Manual. Addison-Wesley Publishing Company, Reading Massachusetts.
Carmen, P., Magali, Z., Amy R, B., Tina, T., Craig R. S., Francoise, G., Philippe, L., and Antje, B. 2006. Microbial Ecology of deep-sea sunken wood : quantitative measurements of bacterial biomass and cellulolytic activities. Journal Cahiers de biologie marine. Vol. 47, No. 4 : 415-420.
Crueger, W. And Crueger A. 1984. Biotechnology: A Textbook of Industrial Microbiology. Sinauer Associates, Inc. Sunderland.
Das, S., Lila, P.S. and Khan, A.S. 2006. Marine Microbial Diversity and Ecology. Importance dan Future Perspectives. Journal Current Sciences. Vol. 90 No. 10: 1325-1334.
Dewi, H. K., 2002. Hidrolisis Limbah Hasil Pertanian Secara Enzimatik. Jurnal Akta Agrosia Vol 5 No.2 : 67-71.
Hidanah, Sri. 2008. Isolasi Bakteri dan Jamur Selulolitik Feses Jerapah Sebagai Inokulum untuk Meningkatkan Kualitas Jerami Padi dan Produktivitas Domba. Universitas Airlangga. Surabaya.
Imakulata, M.M. dan Tokan, K.M. 2007. Isolasi Bakteri Laut Selulolitik Pada Daerah Bakau Perairan Teluk Kupang. Laporan Penelitian (Tidak dipublikasikan) FKIP Undana. Kupang.
Jasman dan Tokan, K.M. 2008. Produksi Bioetanol dari Bahan Kaya Selulosa Melalui Metode Hidrolisis dan Fermentasi Menggunakan Enzim Selulase dari Rayap. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Undana Kupang.
Julliand, V., de Vaux, A., Millet, L. and Fonty, G. 1999. Identification of Ruminococcus flavefaciens as the Predominant Cellulolytic Bacterial Species 0f the Equine Cecum. Journal Applied and Environmental Microbiology. Vol.65, No.8:3738-3741.
Kirchman, D. L. 2000. Microbial Ecology Of The Oceans. Graduate College Of Marine Studies University Of Delaware. Lewes. Delaware.
MEDIA SAINS EDISI XXXXXXXXXXXXXXXX
Kopecny, J., Hajer, J., and Mrazek, J. 2004. Detection of Cellulolytic Bacteria from the Human Colon. Jurnal Folia Microbiol. Vol 49(2): 175-177
Lehniger, L.A., Nelson, L.D., and Cox, M.M. 1993. Principles of Biochemistry. Worth Publishers. New York.
Miron, J., Ghedalia, B.D., and Morrison, M. 2001. Adhesion Mechanisms of Rumen Cullulolitic Bacteria. Journal of Dairy Sciences. Vol, 84 No.6: 1294-1309.
Prescott, L.M., John P. Harley, and Donald Klein. 1990. Microbiology, WmC. Brown Publisher. Dubuque
Schlieper, C. 1992. Research Methods in Marine Biology. Sidgwick & Jackson. London.
Sofyan, I.M., 2005. Kinetika Fermentasi Selulosa Murni Oleh Trichoderma reesei QM 9414 Menjadi Glukosa dan Penerapannya Pada Jerami Padi Bebas Lignin. Fakultas Teknik Universitas Pasundan, Bandung.
Silaban, R., 2008. Enzim Selulolitik Pada Bakteri Pseudomonas alcaligenes PaAf-18. FMIPA ITB, Bandung.
Thalib, A., Haryanto, B., Kompiang, S., Mathius, I.W., dan Aini, 2000. A. Effect of Micromineral and Phenilpropionic Acid on Perfomances of Coccus and Rod-Shaped Cellulolytic Bacteria Degrading Fibre of Forage. Jurnal Ilmu Ternak dan Verteriner. Vol.5 No.2.
Tokan, M.K. Karakteristik Morfologi Mikroorganisme pada Rumput Laut (Eucheuma spinosum) yang Berpennyakit Ice-Ice. Jurnal Biotropikal Sains. Vol. 3. No. 2, Juli 2006. No. ISSN : 1829-7323.
Tokan, M.K. 2006. Karakterisasi Mikroorganisme Pada Rumput Laut (Eucheuma spinosum) yang Berpenyakit Ice-ice dan Resistensinya Terhadap Zat Antimikroba dari Beberapa Jenis Alga. Tesis (Tidak dipublikasikan), Program Pascasarjana Universitas Hassanuddin: Makassar.
Tokan, M.K. Karakteristik Biokimia Mikroorganisme Pada Rumput Laut Eucheuma spinosum Yang Berpenyakit Ice-Ice. Media Sains (Jurnal Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam), Vol. 4 No. 1, Desember 2006, No. ISSN : 1829-751X
Wenzel, M., Schönig, I., Berchtold, M., Kämpfer, P. And König, H. 2002. Aerobic and Facultatively Anaerobic Cellulolytic Bacteria from the Gut of the Termite Zootermopsis angusticollis. Journal of Applied Microbiology. Vol.92.No.1:32-40(9).
Yulianingsih, W. 2008. Uji Pertumbuhan Bakteri Selulolitik Pada Media CMC dan Kertas Saring (in vitro) Serta Karakterisasinya Secara Morfologi dan Biokimia. FMIPA-Biologi Universitas Jember.
MEDIA SAINS EDISI XXXXXXXXXXXXXXXX
MEDIA SAINS EDISI XXXXXXXXXXXXXXXX
MEDIA SAINS EDISI XXXXXXXXXXXXXXXX