Upload
arifin-ayob
View
79
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ProposalSkripsiIKM
Citation preview
KARAKTERISTIK PENDERITA FRAKTUR TULANG ANTEBRACHII DI
RUMAH SAKIT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tulang seperti mana yang diketahui umum berfungsi untuk membentuk
kerangka skeletal pada semua vertebra. Malahan, ia merupakan stuktur yang
bertanggungjawab menopang tubuh kita dan disebabkan oleh hal-hal yang
tertentu bisa menyebabkan tulang mengalami fraktur. Fraktur adalah
terputusnya kontinuitas tulang dan bisa didapatkan dalam beberapa bentuk
misalnya transversa, oblik atau spiral (Grace,2006). Tulang yang sehat
biasanya tidak akan mengalami keretakan apabila melakukan aktivitas-
aktivitas fisik sehari-hari. Namun, jika terdapat ketidakseimbangan antar
kekuatan tulang dan juga beban mekanik kepada tulang, ia bisa menyeabkan
kepada patah tulang atau fraktur tulang. Fraktur terjadi apabila tekanan yang
kuat diberikan pada tulang normal atau tekanan yang sedang pada tulang yang
terkena penyakit, misalnya osteoporosis (Khurana,2009).
Fraktur Antebrachii adalah terputusnya kontinuitas tulang radius ulna,
pada anak biasanya tampak angulasi anterior dan kedua ujung tulang yang
patah masih berhubungan satu sama lain manakala pada orang dewasa fraktur
antebrachii biasanya tampak jelas sering berupa fraktur yang disertai dislokasi
fragmen tulang. Fraktur antebrachii sering terjadi di bagian distal yang
umumnya disebabkan oleh tahanan langsung dari tangan untuk menahan
badan sewaktu jatuh dengan posisi tangan hiperekstensi.
2
Fraktur os radius adalah trauma yang terjadi pada bagian tungkai depan.
Kadang kala sering terjadi fraktur yang terbuka, hal ini sering terjadi karena
trauma terjadi pada lapisan jaringan yang tipis dan lembut. Lokasi fraktur
sering terjadi pada bagian tengah dari tulang radius atau pada bagian distal
tulang radius atau pada bagian distal atau keduanya (Ahmed,2010). Os Ulna
merupakan tulang yang terdapat dibagian antebrachii bersama-sama tulang
radius namun pada bagian proximalnya lebih besar dibanding radius dan
semakin mengecil ke arah distal. Fraktur pada tulang ulna sering kali dikaitkan
dengan Fraktur Monteggia
Dewasa ini, faktor pemodenan yang semakin pesat menyebabkan
meningkatnya jumlah kenderaan di sektor lalu lintas yang ironinya merupakan
salah satu penyebab paling sering terjadinya kecelakaan yang akhirnya
menyebabkan fraktur. Selain itu, fraktur bisa juga diakibatkan oleh kecelakaan
kerja, olah raga dan rumah tangga. Fraktur yang terjadi dapat mengenai orang
dewasa maupun anak-anak, Fraktur yang mengenai lengan bawah pada anak
sekitar 25% manakala pada lanjut usia kira- kira 15 % (Nellans, 2012).
Oleh yang demikian, maka tujuan penelitian ini dijalankan adalah untuk
mengidentifikasikan karakteristik karakteristik penderita fraktur Antebrachii
di Rumah Sakit Umum Pendidikan (RSUP) Wahidin Sudirohusodo. Hal ini
adalah karena sebelum ini masih belum didapatkan data penelitian
bersangkutan dengan penderita fraktur antebrachii ini di rumah sakit tersebut.
Karakteristik ini akan menilai apakah peranan faktor- faktor seperti faktor
usia, jenis kelamin, jenis fraktur dan penyebab fraktur dalam kejadian fraktur
3
antebrachii pada pasien yang datang berobat di Rumah Sakit Wahidin
Sudirohusodo.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa masalah
penelitian ini adalah bagaimana karakteristik penderita fraktur Antebrachii di
RSUP Wahidin Sudirohusodo sepanjang Periode Juni 2014- Desember 2014.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui informasi mengenai karakteristik penderita fraktur
Antebrachii di RSUP Wahidin Sudirohusodo sepanjang Periode Juni 2014-
Desember 2014.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik penderita fraktur Antebrachii menurut jenis
kelamin.
b. Untuk mengetahui karakteristik penderita fraktur Antebrachii menurut
umur.
c. Untuk mengetahui karakteristik penderita fraktur Antebrachii berdasarkan
jenis frakturnya yaitu Fraktur Colles, Smith, Monteggia serta Galeazzie.
4
d. Untuk mengetahui karakteristik penderita fraktur Antebrachii menurut
penyebab terjadinya.
1.4 Manfaat Penelitian.
1.4.1 Manfaat Teoritik
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menperkaya khazanah
ilmu dan memicu penelitian lainnya di samping bisa menambah wawasan
dan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat terutamanya tentang Fraktur
Antebrachii
1.4.2 Manfaat Praktis Langsung
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan
masukan mengenai Fraktur Antebrachii di Rumah Sakit Wahidin
Sudirohusodo
1.4.3 Manfaat bagi Peneliti.
Sebagai pengalaman berharga sekaligus menambahkan wawasan
bagi peneliti terutama dalam mengaplikasikan ilmunya di masyarakat dan
sebagai syarat untuk menyelesaikan pre- klinikal di UNHAS.
1.4.4 Manfaat bagi Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo.
Sebagai bahan masukan dalam hal bersangkutan fraktur
Antebrachii agar kualitas hidup penderita menjadi lebih baik.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan bisa didapatkan
dalam beberapa bentuk misalnya transversa, oblik atau spiral
(Grace,2006). Tulang yang sehat biasanya tidak akan mengalami
keretakan apabila melakukan aktivitas- aktivitas fisik sehari-hari. Namun,
jika terdapat ketidakseimbangan antar kekuatan tulang dan juga beban
mekanik kepada tulang, ia bisa menyeabkan kepada patah tulang atau
fraktur tulang. Fraktur terjadi apabila tekanan yang kuat diberikan pada
tulang normal atau tekanan yang sedang pada tulang yang terkena
penyakit, misalnya osteoporosis (Khurana,2009).
Pada kecelakaan lalu lintas, paling sering ditemukan fraktur pada
kedua lengan bawah. Daya putaran (twisting force) biasanya akan
menyebabkan fraktur spiral di mana tulang akan pecah pada beberapa
tempat sedangkan fraktur transversa biasanya terjadi diakibatkan oleh
(direct blow). Apabila fragmen fraktur tersebut mengenai kulit disebut
sebagai fraktur terbuka, sedangkan apabila fragmen fraktur tidak sampai
merobek kulit dikatakan sebagai fraktur tertutup. (Solomon, 2001).
Fraktur Colles berbentuk seperti sendok makan manakala Fraktur
Smith pula merupakan fraktur dislokasi ke arah anterior karena itu sering
disebut sebagai fraktur Colles terbalik. Fraktur ini biasa terjadi pada orang
6
muda. Fraktur Galeazzi merupakan fraktur radius distal disertai dislokasi
sendi radius ulna distal. Fraktur Monteggia adalah fraktur distal ulna yang
disertai dengan dislokasi proksimal sendi radioulnar.(Solomon,2001)
B. Etiologi
1. Trauma
a. Trauma langsung: Benturan pada tulang yang mengakibatkan
fraktur pada titik yang terkena benturan. Patah tulang demikian
sering bersifat terbuka, dengan garis patah melintang atau
miring. Lokasi serta tingkat keparahan cedeara biasanya
berhubungan langsung dengan lokasi dan besarnya daya yang
dikenakan ke atas tubuh.(Schaller, 2014)
b. Trauma tidak langsung: Kekerasan yang mengenai tulang
secara tidak langsung menyebabkan tulang patah dan biasanya
tulang yang patah adalah tulang yang paling lemah di kawasan
benturan.(Farlex, 2012)
2. Fraktur patologis
Fraktur yang disebabkan oleh karena proses penyakit seperti
osteoporosis, kanker tulang, dan lain-lain oleh karena lemahnya tulang
tersebut.(Buck,2015) Hanya sedikit tekanan diperlukan untuk
menyebabkan efek patah tulang.
7
C. Patofisiologi
Apabila tulang normal mendapat tekanan yang berlebihan, baik
secara langsung maupun tidak langsung, ia akan mengakibatkan jaringan
tidak mampu menahan kekuatan yang mengenainya. Tulang tersebut akan
fraktur sehingga terjadi perubahan posisi tulang, kerusakan hebat pada
struktur jaringan lunak dan jaringan disekitarnya yaitu ligament, otot,
tendon, pembuluh darah dan persyarafan yang mengelilinginya (Long,
B.C, 1996).
Periosteum akan terkelupas dari tulang dan robek dari sisi yang
berlawanan pada tempat terjadinya trauma. Ruptur pembuluh darah
didalam fraktur, maka akan timbul nyeri. Tulang pada permukaan fraktur
yang tidak mendapat persediaan darah akan mati sepanjang satu atau dua
millimeter. Setelah fraktur lengkap, fragmen-fragmen biasanya akan
bergeser, sebagian oleh karena kekuatan cedera dan bisa juga gaya berat
dan tarikan otot yang melekat. Fraktur dapat tertarik dan terpisah atau
dapat tumpang tindih akibat spasme otot, sehingga terjadi pemendekkan
tulang.
D. Manifestasi klinis
1. Pembengkakan
2. Nyeri
3. Gangguan Pergerakan
4. Eritema
5. Peningkatan Suhu
8
E. Klasifikasi
1. Fraktur komplit: patah seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergederan dari posisi normal
2. Fraktur tidak komplet: patah yang terjadi pada sebagian dari garis
tengah tulang.
3. Fraktur tertutup: Fraktur yang tidak didapatkan robekan jaringan kulit.
Tulang tidak menembus kulit.
4. Fraktur terbuka: Fraktur yang disertai diskontinuitas jaringan kulit dan
bisa didapatkan tulang menonjol keluar dari kulit. Bakteri dari luar
bisa menimbulkan infeksi pada tempat fraktur terjadi
a. Grade I: Luka bersih, panjang
b. Grade II: luka lebih besar atau luas tanpa kerusakan jaringan
lunak yang ekstensif
c. Grade III: Sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan
tulang yang ekstensif; paling berat.
5. Jenis- jenis fraktur
a. Greenstick: Fraktur jenis ini sering terjadi pada anak – anak di
mana salah satu tulang patang sedangkan sisi lainnya
membengkok.
b. Transversal: Fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap
sumbu panjang tulang atau bentuknya melintang dari tulang.
c. Oblique: Fraktur yang memiliki patahan arahnya miring
dimana garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang.
9
d. Spiral: Fraktur meluas yang mengelilingi tulang yang timbul
akibat torsi ekstremitas atau pada alat gerak.
e. Kommunitif: Fraktur yang mencakup beberapa fragmen, atau
terputusnya keutuhan jaringan dengan lebih dari dua fragmen
tulang.
f. Depresi: Fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam
dan biasanya terjadi pada tulang tengkorak.
g. Kompresi: Fraktur pada tulang belakang
h. Avulsi: Tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendon
pada perlekatan.
i. Impaksi: Adalah fraktur yang terjadi ketika dua tulang
menumbuk tulang ketiga yang berada diantaranya.
Gambar 2.1: Klasifikasi patah tulang
10
F. Diagnosis
a. Fraktur Colles
i. Mekanisme trauma
Daya yang tekena pada bagian lengan bawah dengan
keadaan pergelangan tangan ekstensi. Fraktur didapatkan
pada corticocancelleous junction.(Solomon,2001)
ii. Gambaran klinis
Fraktur metafisis distal radius dengan jarak 2,5 cm
dari permukaan sendi distal radius. Dislokasi fragmen
distalnya ke arah posterior atau dorsal. Subluksasi sendi
radioulnar distal. Avulsi prosesus stiloideus ulna. Pada x-
ray ditemukan fraktur transeversal pada radius pada
corticocancellous junction(Solomon, 2001)
Gambar 2.2: Fraktur Colles
11
iii. Pengobatan
Pada fraktur Colles tanpa dislokasi hanya diperlukan
imobilisasi dengan pemasangan gips sirkular di bawah siku
selama 4 minggu. Bila disertai dislokasi diperlukan
tindakan reposisi tertutup. Dilakukan dorsofleksi fragmen
distal, traksi kemudian posisi tangan volar fleksi, deviasi
ulna (untuk mengoreksi deviasi radial) dan diputar ke arah
pronasio (untuk mengoreksi supinasi). Imobilisasi
dilakukan selama 4 - 6 minggu.(Solomon, 2001)
iv. Komplikasi
1. Jarang nerve injury
2. Biasanya terjadi distofi refleks simpatis
3. Malunion
4. Kelambatan union dan non-union
5. Kekakuan bahu
b. Fraktur Smith
i. Mekanisme trauma
Pasien jatuh dengan tangan menahan badan sedang
posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada pergelangan
tangan dan pronasi. Garis patahan biasanya transversal,
kadang-kadang intraartikular. Penggeseran bagian distal
radius bukan ke dorsal, melainkan ke arah palmar.
(Solomon, 2001)
12
ii. Gambaran klinis
Penonjolan dorsal fragmen proksimal, fragmen
distal di sisi volar pergelangan, dan deviasi ke radial
(garden spade deformity). Pada x-ray ditemukan fraktur
sepanjang metafisis distal radial.(Solomon, 2001)
Gambar 2.3: Fraktur Smith
iii. Pengobatan
Dilakukan reposisi dengan posisi tangan diletakkan
dalam posisi dorsofleksi ringan, deviasi ulnar, dan supinasi
maksimal. Lalu diimobilisasi dengan gips di atas siku
selama 6 minggu (Solomon, 2001)
iv. Komplikasi
1. Jarang nerve injury
2. Biasanya terjadi distofi refleks simpatis
3. Malunion
4. Kelambatan union dan non-union
5. Kekakuan bahu
13
c. Fraktur Galleazie
i. Mekanisme trauma
Saat pasien jatuh dengan tangan terbuka yang
menahan badan, terjadi pula rotasi lengan bawah dalam
posisi pronasi waktu menahan berat badan yang memberi
gaya supinasi. (Solomon,2001)
ii. Gambaran klinis
Tampak tangan bagian distal dalam posisi angulasi
ke dorsal. Pada pergelangan tangan dapat diraba tonjolan
ujung distal ulna.
Gambar 2.4: Fraktur Galeazzie
14
iii. Pengobatan
Dilakukan reposisi dan imobilisasi dengan gips di
atas siku, posisi netral untuk dislokasi radius ulna distal,
deviasi ulnar, dan fleksi.
d. Fraktur Monteggia
i. Mekanisme trauma
Biasanya disebabkan oleh jatuh menopang pada
tangan. Pada saat terkena hentakan, badan memutar dan
daya yang terkena menyebabkan tangan terputar secara
paksa. Dislokasi berlaku pada kaput radial dan terjadi
fraktur satu per tiga (1/3) ulna (Solomon,2001).
ii. Gambaran klinis
Gambaran deformitas pada ulna biasanya tampak
jelas kelihatan, akan tetapi dislokasi kaput radius akan
terlihat seperti membengkak. Petunjuk yang jelas adalah
rasa nyeri dan rasa tidak nyaman di daerah sekitar siku.
Untuk mendapatkan gambaran radiologis bisa
dilakukan pada foto X-Ray dengan mengambil foto
gambaran anteroposteror (AP) dan lateral. Pada kasus
biasa,didapatkan kaput radius dislokasi ke anterior dan juga
fraktur pada 1/3 ulna. (Solomon,2001)
15
Gambar 2.5: Fraktur Monteggia
iii. Pengobatan
1. Konsevatif
Dilakukan reposisi tertutup. Asisten memegang
lengan atas, penolong melakukan tarikan lengan
bawah ke distal, kemudian diputar ke arah supinasi
penuh. Setelah itu, dengan jari kepala radius dicoba
ditekan ke tempat semula. Imobilisasi gips sirkuler
dilakukan di atas siku dengan posisi siku fleksi 90°
dan posisi lengan bawah supinasi penuh.
2. Operatif
Bila gagal, dilakukan reposisi terbuka dengan
pemasangan fiksasi interna (plate-screw).
iv. Komplikasi
1. Nerve injury
2. Malunion
3. Non- union
16
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variable
Sepanjang penelitian ini, terdapat beberapa variable yang akan diteliti
untuk mencapai matlamat penelitian. Variable yang akan diteliti adalah
seperti yang berikut:
1. Jenis kelamin
Untuk mengkaji kadian fraktur yang paling sering
ditemukan menurut jenis kelamin di Indonesia.
2. Umur
Melalui penelitian ini dapat adalah diharapkan agar dapat
mengetahui umur yang paling banyak ditemukan fraktur
antebrachii.
3. Jenis fraktur
Berdasarkan jenisnya, fraktur antebrachi bisa
diklasifikasikan kepada empat (4) yaitu Fraktur Colles, Fraktur
Smith, Fraktur Galleazie dan Fraktur Montegia.
4. Penyebab terjadinya fraktur
Fraktur bisa terjadi diakibatkan oleh bermacam hal, antara
yang paling sering terjadi adalah disebabkan oleh trauma atau
disebabkan oleh patologis.
17
B. Kerangka Konsep
Gambar 3.1: Skema variabel yang diteliti
Keterangan gambar:
= variable yang diteliti
C. Definisi Operasional
1. Jenis kelamin
a. Definisi : Perbedaan jenis kelamin dari pasien sesuai
dengan yang tercantum di rekam medis.
b. Alat ukur: Rekam Medis
c. Cara Ukur: Percatatan status pasien yang didapat di rekam
medis pasien.
18
Fraktur Antebrachii
Jenis Kelamin
Umur
Jenis Fraktur
Penyebab terjadinya fraktur
d. Hasil ukur: dibagikan kepada 2 kategori
i. Laki-laki
ii. Perempuan
2. Umur
a. Definisi: umur penderita merupakan umur yang tercatat di
rekam medis. Umur merupakan lama hidup atau jangka
hayat pasien sejak dilahirkan sehingga waktu sekarang
yang dinyatakan dalam satuan tahun. Dalam penelitian ini,
umur yang diteliti meliputi semua peringkat usia.
b. Alat ukur: Rekam medis
c. Cara ukur: Anamnesa pasien yang tercatat di rekam medis
pasien.
d. Hasil ukur:
i. 0-5 tahun
ii. 6-11 tahun
iii. 12-16 tahun
iv. 17- 25 tahun
v. 26- 35 tahun
vi. 36-45 tahun
vii. 46-55 tahun
viii. 56-65 tahun
ix. ˃ 66 tahun
19
3. Jenis fraktur
a. Definisi: Perbedaan jenis fraktur yang terdapat di rekam
medis. Fraktur antebrachii yang akan diteliti adalah fraktur
yang terdapat dari persendian siku sehingga ke distal
radius.
b. Alat ukur: rekam medis
c. Cara Ukur: Percatatan status pasien melalui rekam medis
pasien.
d. Hasil ukur: berupa data kategori yaitu:
i. Fraktur Colles,
ii. Fraktur Smith,
iii. Fraktur Galleazie
iv. Fraktur Montegia
4. Penyebab fraktur
a. Definisi: Penyebab terjadinya fraktur sesuai dengan yang
tercatat di rekam medis.
b. Alat ukur: rekam medis
c. Percatatan status pasien melalui rekam medis pasien.
d. Hasil ukur: berupa data kategori yaitu:
i. Trauma
ii. Patologis
20
21
DAFTAR PUSTAKA
Carol J. Buck (2015), Step By Step: Medical Coding:2015 Edition, Elsevier
Sauder, Canada.
Christy L. Crowther (2004), Primary Orthopedic Care, 2nd edition, Mosby Inc.
Philadelphia, USA.
El-Ahmed, Fraktur Radius (2010), Retrieve on 21 September 2015, at
https://www.akayroomz.blogspot.co.id/2010/05/fraktur-radius.htm
Jasvir S. Khurana (2009), Bone Pathology Human Press, New York, USA
Kate W. Nellans, MD, MPH, et al (2012), The Epidemiology of Distal Radius
Fractures, University of Michigan Health System, Section of Plastic
Surgery, National Institutes of Health, USA.
Linda J.Vorvick, MD, Medical Director (2010), Colles Fracture Medicine Plus,
Retrieve on 21 September 2015, at
https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/9205.htm
Long, B.C, (2000) Perawatan Medikal Bedah. Edisi VII. Yayasan Alumni
Pendidikan Keperawatan Pajajaran:Bandung, Bandung, Indonesia.
Louis Solomon MB,ChB,MD,FRCS,FRCSEd,(2001), Apley’s System of
Orthopedics and Fractures 8th Edition, Oxford University Press Inc,
Madison Avenue, New York, USA.
22
Thomas M Schaller, MD (2014), Open Fractures, Medscape, webMD, Retrieve
on 21 September 2015, at http://emedicine.medscape.com/article/1269242-
overview#a2
Pierce A. Grace & Neil R. Borley (2006), Surgery at a Glance 3rd Edition
Blackwell Publishing Ltd. (Penerbit Erlangga), Surabaya Indonesia.
23