Upload
arinidamay
View
226
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
medical
Citation preview
NASKAH UJIAN TAHAP I
Kamis, 24 Juni 20xx
Penyaji :
Pembimbing :
Penguji
Ketua :
Anggota :
DEPARTEMEN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO
JAKARTA
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. T
Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan terakhir : Lulus SPK
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status pernikahan : Menikah
Alamat : Bekasi
Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 26 Mei 20xx.
II. RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Data didapat dari:
1. Autoanamnesis tanggal 27 Mei 20xx sampai 4 Juni 20xx.
2. Alloanamnesis tanggal 26 Mei 20xxdan 2 April 20xx dengan:
Tn.W (suami pasien, 48 tahun, anggota TNI, pendidikan SPK, suku
Jawa, agama Islam, tinggal serumah dengan pasien).
Ny.H, (kakak pasien, 40 tahun, ibu rumah tangga, suku Sunda,
agama Islam, tinggal tidak serumah dengan pasien).
3. Catatan medik.
A. Keluhan Utama
Pasien marah-marah dan berbicara kacau serta tidak tidur sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Dua minggu sebelum masuk rumah sakit pasien pulang dari perawatan di
bangsal psikiatri RSGS (Rumah Sakit Gatot Subroto). Sesampainya di rumah pasien
melakukan aktifitas sehari-hari biasanya sebagai ibu rumah tangga seperti sebelum
1
pasien dirawat di RSGS. Pasien sehari-harinya beraktifitas menyiapkan makanan
untuk keluarganya, mengantar anak ke sekolah serta menjaga klinik Sehat Abadi
yang ada di rumah pasien.
Seminggu sebelum dirawat di rumah sakit perilaku pasien mulai tampak
berubah. Pada saat itu pasien terlihat oleh suami dan anak-anaknya kembali
berperilaku seperti sebelum dirawat dirumah sakit. Pasien terlihat mudah marah dan
banyak bicara. Pasien marah terutama kepada suaminya karena pasien mencurigai
kalau suaminya mencoba menarik perhatian tetangga wanita yang sering lewat di
depan rumah pasien pada pagi hari ketika suami pasien hendak berangkat ke kantor
ataupun pada sore hari ketika suaminya pulang dari kantor. Pasien juga marah
kepada tetangganya dan mengatakan dirinya disantet oleh Ny. S yaitu tetangga
pasien yang juga saudara sepupu suami pasien. Melihat kondisi pasien seperti itu
suami pasien lalu menanyakan kepada pasien apakah pasien teratur meminum
obatnya yang dibawa dari rumah sakit, lalu pasien menjadi marah dan menjawab
bahwa dirinya tidak sakit, yang sakit itu sebenarnya adalah suaminya dan bukan
dirinya. Akhirnya suami dan anak-anak pasien memutuskan untuk membawa pasien
ke rumah kakak pasien di Tanjung Priok karena khawatir bila suami pergi bekerja
dan anak-anak sekolah pasien melakukan hal-hal yang tidak diinginkan di rumah.
Suami pasien lalu memeriksa kamar pasien untuk mencari obat pasien dan
menemukan obat-obatan yang dibekali dari rumah sakit disembunyikan pasien
diatas plafon kamar. Selama berada di rumah kakaknya pasien tidak mau meminum
obat-obatannya. . Perilaku pasien semakin tampak kacau seperti semakin banyak
bicara, membelanjakan uangnya sebanyak satu juta rupiah untuk membeli sayur-
sayuran dan buah-buahan hingga memenuhi lemari pendingin dengan alasan pasien
menyukai sayuran dan buah-buahan.
Tiga hari sebelum masuk rumah sakit pasien mulai tidak dapat tidur. Pada
malam hari pasien terus melakukan shalat malam tanpa henti, dan pada siang
haripun pasien tidak tidur. Pasien tidak merasakan kantuk dan pasien mengatakan
kepada kakaknya bahwa ia harus banyak beribadah agar santet yang dikirim
tetangganya dapat segera hilang. Pasien juga sering terlihat seperti bicara dan
marah-marah sendiri, dan pasien mengatakan bahwa ia berbicara dengan malaikat
2
pelindungnya. Selain itu pasien juga mendengar suara Allah yang menyuruhnya
selalu berbuat baik dan beribadah untuk melindungi dirinya dan keluarganya.
Melihat kondisi pasien yang semakin buruk kakak pasien dan suami pasien
memutuskan untuk membawa pasien kembali ke poliklinik psikiatri di RSGS dan
disarankan untuk dirawat inap kembali.
Sebelum muncul gejala di atas, pasien tidak mengalami trauma ataupun sakit
yang kemudian menyebabkan perubahan perilaku. Pasien juga tidak mengkonsumsi
alkohol dan obat-obatan yang dapat menyebabkan perubahan perilaku.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pada tahun 2000 pasien mengembangkan rumah kontrakan yang dimilikinya
yang bersebelahan dengan rumah Ny. S. Pada saat itu pasien banyak mengeluarkan
barang-barang dari rumah kontrakannya tersebut sehingga barang-barang tersebut
menghalangi jalan masuk ke rumah Ny. S. Melihat kondisi tersebut Ny.S tampak
berkeberatan dan pasien menjadi marah. Pasien mengatakan Ny.S tidak dapat
mensyukuri kondisi Ny.S sekarang yang berbeda dengan dulu. Pasien menyatakan
bahwa ia yang membantu Ny.S ketika baru datang ke Jakarta. Menurutnya dulu
Ny.S miskin dan ia yang meberikan rumah kepada Ny.S ketika Ny.S menikah. Ny.S
diberi kemudahan mencicil rumahnya tersebut kepada pasein dengan harga yang
sangat murah. Pasien mulai berperilaku kacau seperti menjadi marah-marah
terutama terhadap suami dan Ny.S, sulit tidur terutama pada malam hari, tampak
bicara sendiri. Melihat kondisi tersebut suami membawa pasien berobat ke dokter
umum dan diberi obat haloperidol dan diazepam (dosis kedua obat tidak diketahui),
pasien berobat jalan selama satu bulan lalu menghentikan pengobatan atas kemauan
pasien sendiri karena menurut pasien keadaannya sudah kembali normal seperti
semula yaitu pasien dapat melakukan aktifitasnya sehari-hari berupa menyiapkan
makanan untuk keluarganya, mengantar anak ke sekolah serta menjaga klinik Sehat
Abadi yang ada di rumah pasien.
3
Pada tahun 2008, Ny. S membangun rumahnya sehingga jalan masuk ke
rumah kontrakan pasien terhalangi dan hampir tertutup. Ketika pasien menanyakan
kepada Ny. S nantinya orang-orang yang mengontrak di rumah kontrakannya akan
lewat jalan mana, Ny. S malah marah dan menjawab mereka lewat atas saja dengan
alasan ia membangun dan memperbesar bangunan rumahnya diatas tanahnya sendiri
dan bukan diatas tanah pasien dan selama ini para pengontrak di rumah kontrakan
pasienlah yang menggunakan tanahnya sebagai jalan. Pasien lalu pulang kerumah
dalam keadaan marah dan menceritakan hal tersebut kepada suaminya. Suami pasien
lalu menyuruh pasien untuk bersabar dan nanti akan membicarakannya dengan Ny.
S. Pasien malah memarahi suaminya dan mengatakan suaminya orang yang bodoh
sehingga dapat dengan mudah ditipu oleh saudara sepupunya. Sejak saat itu pasien
selalu marah dan banyak bicara serta tidak dapat tidur malam hari, pasien juga
mengatakan kalau Ny. S telah menyantet suaminya sehingga tidak berdaya dan
dapat dengan mudah dibohongi oleh saudara sepupunya. Pasien juga mendengar
suara malaikat pelindungnya yang menyuruhnya untuk banyak beribadah agar santet
yang menyerang dirinya dapat dihilangkan. Suami pasien lalu membawa pasien ke
poliklinik psikiatri RSGS dan diputuskan untuk dirawat inap. Pasien dirawat selama
tiga minggu dan pulang perawatan pasien dibekali obat Haloperidol, Artane,
Carbamazepine. Selepas perawatan pasien kontrol setiap bulan selama tiga kali dan
menghentikan pengobatan dengan alasan pasien menyatakan sudah sembuh yaitu
pasien merasa sudah dapat kembali melakukan aktifitas sehari-harinya dengan
sempurna seperti mengantar anak-anaknya ke sekolah, menyiapkan makanan untuk
keluarganya dan menjaga klinik yang ada dirumahnya dan pasien merasa tidak perlu
minum obat lagi.
Pada bulan April 2010 pasien dirawat kembali di bangsal psikiatri RSGS.
Seminggu sebelum dirawat pasien mulai memperlihatkan perubahan perilaku. Pada
saat itu di depan rumah pasien lewat beberapa orang dengan mengendarai sepeda
motor, pasien yakin bahwa mereka adalah teroris dan preman yang akan berbuat
jahat kepada pasien dan keluarganya. Pasien terlihat seperti berlatih silat dan karate
di rumahnya dengan alasan untuk melindungi dirinya. Pasien juga mengatakan kalau
ia dan suaminya sudah tujuh tahun ini disantet oleh Ny. S, sehingga pasien tidak
4
dapat bekerja sebagai perawat dengan baik saat mengelola kliniknya. Pasien terlihat
tidak tidur dimalam hari dan selalu beribadah sholat malam dengan alasan untuk
mengusir santet yang mengenai dirinya. Pasien meyakini kalau Ny. S menyantet
dirinya untuk mendapatkan semua harta dan kekayaan berupa rumah yang besar,
rumah kontrakan, mobil dan motor miliknya dan ingin membuat pasien miskin.
Pasien juga menyatakan suaminya semakin sering marah-marah kepada dirinya
akibat disantet bahkan pada tahun 2009 suami pasien dalam keadaan marah sampai
memukuli pasien hingga pelipis pasien berdarah dan dijahit. Pasien mengatakan
suaminya sekarang menjadi semakin bodoh dan “blank” sehingga seharusnya yang
dirawat adalah suaminya. Pasien mengatakan suaminya ingin menyeleweng dengan
bidan teman sekantor suaminya juga dengan tetangga pasien yang sering digoda
suaminya setiap pagi dan petang. Pasien juga mengatakan suaminya cemburu
kepadanya karena banyak teman perawat, tetangga atau pria manapun akan tertarik
dan menyukai dirinya bila sudah berbicara dan mengobrol dengan pasien. Pasien
juga mengatakan memiliki “IQ” yang tinggi tidak seperti suaminya yang “bolot” dan
otaknya seperti benang kusut. Pasien dapat berbicara dengan malaikat dan malaikat
menyuruh pasien untuk beribadah agar santetnya hilang. Pasien juga mengatakan
melihat malaikat dan bayangan hitam yang menurutnya adalah buto ijo. Pasien
meyakini bahwa ia memiliki indera keenam dan dapat membaca pikiran orang lain
terutama suaminya dan mengetahui kapan akan terjadinya kiamat. Melihat perilaku
pasien yang semakin kacau, suami pasien lalu membawa pasien ke poliklinik
psikiatri RSGS dan kemudian dirawat inap. Pasien dirawat selama delapan belas hari
dan setelah kondisinya membaik pasien dipulangkan dengan mendapat pengobatan
berupa Risperidone 2x2 mg, Carbamazepine 2x200 mg.
2. Riwayat Gangguan Medis Umum
Tidak ada riwayat gangguan medis umum yang bermakna yang diduga
menyebabkan atau mempengaruhi perubahan perilaku pasien.
5
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol
Pasien tidak pernah mengonsumsi alkohol dan zat-zat psikoaktif. Pasien
hanya mengonsumsi obat-obatan yang diberikan oleh dokter.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Masa Prenatal dan Perinatal
Pasien merupakan anak keenam dari enam bersaudara. Pasien merupakan
anak yang diharapkan dan kelahirannya membawa kegembiraan dalam keluarga.
Kondisi ibu pada saat mengandung pasien dalam keadaan sehat, tidak mengalami
masalah emosional yang bermakna, penyakit fisik yang serius, dan tidak
mengkonsumsi obat-obatan pada saat kehamilan dan saat nifas. Pasien lahir cukup
bulan dengan berat badan cukup dan langsung menangis. Kelahirannya ditolong
oleh dukun bayi. Proses kelahiran normal dan tidak ada komplikasi.
2. Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Riwayat tumbuh kembang pasien sesuai dengan anak seusianya. Pasien
mendapatkan ASI sampai umur dua tahun. Pasien diasuh oleh kedua orangtuanya
dan mendapatkan kasih sayang yang cukup. Pasien mengatakan merupakan anak
yang paling dimanja karena pasien adalah anak paling kecil dalam keluarga
3. Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Tumbuh kembang pasien sesuai dengan anak seusianya. Pasien dapat
bermain dan bersekolah seperti anak-anak yang lain. Pergaulan dengan teman
seusianya cukup baik, pasien termasuk anak yang periang, mudah bergaul dan
banyak teman. Saat pasien bersekolah di Sekolah Dasar Negeri Subang pasien
pernah tinggal kelas pada saat kelas satu, menurut pasien hal itu karena ia terlalu
cepat dimasukkan ke kelas satu, pada saat itu umur pasien baru enam tahun.
Selanjutnya prestasi sekolah pasien di tingkat SD baik dan tidak pernah tinggal kelas
lagi. Hubungan dengan kedua orangtua dan dengan saudara-saudaranya sangat
dekat.
6
4. Masa Kanak Akhir dan Remaja
Selama SMP dan SMA pasien dapat bergaul dengan baik, memiliki banyak
teman. Pasien menjalani pendidikan SMP di Subang, prestasi di SMP baik dan tidak
pernah tinggal kelas. Menurut kakaknya, pasien adalah seorang anak yang baik,
penurut dan tidak pernah melawan perkataan orangtua. Pada saat SMA pasien
memasuki SPK Ridwan Meuraksa di Jakarta. Menurut pasien ia adalah idola kelas,
memiliki banyak teman dan banyak teman prianya yang menyukai pasien.
Hubungan pasien dengan saudara-saudara sekandungnya saat itu pun tergolong
baik-baik saja, meskipun beberapa kali terjadi selisih pendapat dengan mereka.
5. Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Setelah tamat SPK pasien tidak melanjutkan pendidikannya tetapi
langsung melamar sebagai tenaga honorer di Rumah Sakit Ridwan Meuraksa
Jakarta.
b. Riwayat Pekerjaan
Pada tahun 1993, pasien diterima menjadi tenaga honorer di Rumah Sakit
Ridwan Meuraksa Jakarta. Pasien bekerja selama hampir dua tahun dan
mengundurkan diri dengan alasan menikah dan merasa kerepotan jika bekerja
sambil mengurusi rumah tangga. Setelah pasien tidak bekerja suami membuka
sebuah klinik dirumah pasien dan sehari-harinya pasien mengelola klinik
tersebut bersama suami yang menurut pasien berkembang dengan baik hanya
saja sejak pasien merasa disantet mulai dari tujuh tahun yang lalu, kemampuan
pasien sebagai perawat menjadi jauh berkurang. Pasien mengatakan ia menjadi
sulit menyuntik pasien yang berkunjung ke kliniknya dan harus suami yang
mengerjakannya, hanya saja karena pengetahuan suami tidak sebaik
pengetahuan pasien, jadinya pasien yang berkunjung ke kliniknya kebanyakan
tidak mau berobat kalau dengan suaminya.
7
c. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah pada tahun 1994 dengan seorang laki-laki pilihan pasien.
Menurut pasien ia bertemu pertama kali dengan suaminya di Rumah Sakit
Ridwan Meuraksa Jakarta, suaminya adalah seorang perawat senior dan juga
seorang anggota TNI. Pada saat itu suami pasien sering mengantarkan pasien ke
rumah sakit dimana pasien bertugas. Setelah berkenalan pasien merasa kasihan
dengan suaminya yang pada saat itu belum punya pacar dan belum menikah
sedangkan umur suaminya menurut pasien pada saat itu sudah tua. Setelah
berpacaran hampir setahun akhirnya pasien dan suaminya menikah. Pada tahun-
tahun pertama perkawinannya pasien dan suaminya sering bertengkar terutama
akibat perilaku suami pasien yang suka mabuk-mabukan dan berjudi. Akhirnya
setelah lahir anak pertama perilaku suami pasien mulai membaik dan setelah
tahun kedua perkawinannya suami pasien tidak pernah lagi mabuk-mabukan dan
berjudi.
d. Riwayat Agama
Pasien beragama Islam dan selama ini taat menjalankan ibadah
agamanya. Menurut pasien segala sesuatunya terjadi atas kehendak Allah yang
Maha Pencipta termasuk penyakit yang dialami oleh pasien juga akan sembuh
jika dikehendaki oleh Allah. Pasien juga mengikuti pengajian di lingkungan
sekitar rumahnya seminggu sekali, pasien juga memiliki penasihat spiritual
khusus di Tanjung Periok yang sering ditanya pasien berkaitan masalah agama.
e. Riwayat Psikoseksual
Pasien tidak pernah melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
Menurut pasien hubungan seksual itu adalah sesuatu yang suci dan hanya boleh
dilakukan jika sudah menjadi suami istri.
f. Aktifitas Sosial
8
Pasien memiliki beberapa teman disekitar lingkungannya tetapi pasien
tidak bergaul secara akrab dengan tetangga disekitar rumahnya karena menurut
pasien tetangganya berpikiran “ortodoks” dan tidak selevel dengan dirinya
sehingga pasien tidak ingin bergaul dengan mereka karena menurut pasien
tetangganya suka menggosipkan pasien darimana pasien mendapatkan hartanya.
Pasien hanya mengikuti kegiatan Majelis Taklim berupa pengajian agama Islam
seminggu sekali dan juga kegiatan arisan sebulan sekali di lingkungannya.
Pasien hanya berteman akrab dengan teman-teman perawat semasa pasien
bekerja dan bersekolah dulu. Menurut teman-temannya, pasien sering membantu
orang lain, bersifat ceria.
g. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien belum pernah melakukan tindakan yang melanggar hukum selama
ini.
h. Riwayat Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien saat ini tinggal bersama suami dan anak-anaknya beserta seorang
pembantu rumah tangga. Rumah pasien cukup besar dengan ukuran sekitar 300
meter persegi. Rumah pasien berdinding beton dan berlantai keramik, rumah
terdiri atas 4 kamar tidur yang terpisah, ruang tamu dan ruang keluarga serta
dapur, pasien juga memiliki sebuah mobil dan dua buah sepeda motor, di rumah
pasien juga terdapat klinik Sehat Abadi yang sehari-hari dikelola oleh pasien dan
suaminya. Selain rumah, pasien juga memiliki rumah kontrakan berupa kos-
kosan yang terdiri dari enam kamar yang menambah penghasilan pasien setiap
bulannya. Rumah kontrakan pasien ini bersebelahan dengan rumah Ny. S yang
merupakan sepupu dari suami pasien. Dulunya rumah Ny. S adalah rumah
pasien juga. Menurut pasien rumahnya sering menjadi pembicaraan diantara
tetangganya karena rumahnya seperti rumah pejabat sedangkan tetangga
disekitar rumah pasien rumahnya kebanyakan lebih kecil dari rumah pasien.
Biaya kehidupan sehari-hari pasien sekarang berasal dari penghasilan suami
pasien sebagai anggota TNI, penghasilan dari klinik dan penghasilan dari kos-
9
kosan. Pasien menyatakan penghasilannya cukup untuk membiayai
kehidupannya sehari-hari. Pasien sehari-harinya bertugas sebagai ibu rumah
tangga dengan kegiatannya berupa menyiapkan makanan, mengantar dan
menjemput anaknya sekolah serta menjaga kliniknya.
i. Riwayat Keluarga
Keterangan Gambar :
: tanda gambar untuk jenis kelamin laki-laki
: tanda gambar untuk anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
Pasien merupakan anak keenam dari enam bersaudara. Hubungan pasien
dengan kedua orangtuanya dan saudara-saudaranya cukup baik. Tidak ada
anggota keluarga inti ataupun dari pihak ayah maupun ibu yang menderita
penyakit yang sama seperti pasien atau menderita gangguan jiwa lainnya.
j. Persepsi Keluarga tentang Pasien
10
: tanda gambar untuk jenis kelamin perempuan
: tanda gambar untuk menunjukkan pasien
Keluarga pasien mengharapkan pasien dapat segera sembuh dan
keadaannya membaik serta tidak mengalami lagi kekambuhan di masa yang
akan datang, keluarga juga berharap pasien dapat teratur untuk kontrol dan
minum obatnya agar dapat beraktivitas dan bekerja sebagaimana yang
dikehendaki pasien.
h. Persepsi dan Harapan Pasien
Pasien mengharapkan segera dapat keluar dari rumah sakit. Pasien tidak
merasa mengalami gangguan kejiwaan menurut pasien yang sakit adalah
suaminya yang mengatarkannya untuk dirawat inap di bangsal psikiatri. Pasien
mengatakan dirawat hanya untuk menenangkan diri dan terbebas dari santet dan
tidak menginginkan nantinya santet berulang jika pasien telah pulang dari rumah
sakit. Pasien akan tetap kontrol setelah keluar dari rumah sakit jika diperintahkan
dokter, tetapi pasien tidak menginginkan dirinya menjadi bergantung kepada
obat-obatan. Pasien juga mengharapkan dapat kembali bekerja dan beraktivitas
seperti sebelumnya.
III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
(berdasarkan pemeriksaan tanggal 26 Mei 20xx, hari pertama pasien dirawat)
A. Deskripsi Umum
Kesadaran
Kompos mentis, tidak terdapat gangguan dalam memusatkan, mengalihkan
dan mempertahankan perhatian.
Penampilan
Pasien seorang wanita, tampak sesuai usia, memakai baju muslim berwarna
coklat muda dan berjilbab coklat,berpakaian rapi, perawatan diri cukup.
Psikomotor
11
Pasien terlihat tenang selama wawancara namun sesekali pasien merubah
posisi duduknya dan mencolek-colek saat berbicara.
Sikap terhadap Pemeriksa
Pasien kooperatif terhadap pemeriksa. Tatapan mata pasien dengan
pemeriksa cukup adekuat walaupun kadangkala pasien mudah teralih perhatiannya
jika ada pasien lain yang ikut berbicara.
B. Pembicaraan
Berbicara spontan, artikulasi kata jelas, volume suara cukup, pasien
menjawab pertanyaan secara langsung setelah ditanya serta tidak terdapat hendaya
berbahasa pada saat berbicara, cenderung logorhea.
C. Mood dan Afek
Mood : Irritable
Afek : luas
Keserasian : serasi
D. Gangguan Persepsi
Saat ini tidak ditemukan adanya gangguan persepsi berupa halusinasi
auditorik maupun halusinasi lainnya.
E. Pikiran
1. Proses Pikir : koheren
2. Isi Pikir :
Waham kejar dimana pasien mengatakan disantet oleh tetangganya juga
mencurigai suaminya yang punya keinginan untuk menyeleweng dengan
tetangga dan teman sekantornya.
Waham kebesaran dimana pasien menyatakan ia memiliki indera keenam
yakni mampu membaca pikiran orang lain, merasa dirinya sangat seksi dan
menarik sehingga setiap pria yang berbicara dengannya akan segera tertarik
12
dengannya, pasien juga meyakini dirinya sangat pintar dan memiliki IQ yang
tinggi serta memiliki level yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
tetangganya.
F. Kesadaran dan Kognisi
1. Kesadaran
Kompos mentis, kesiagaan baik.
2. Orientasi
Waktu : Baik, pasien dapat mengira-ngira waktu saat dilakukan
wawancara.
Tempat : Baik, pasien mengetahui sedang berada di RSGS.
Orang : Baik, pasien mengetahui bahwa pemeriksa adalah
seorang dokter, dan mengetahui serta mengenal
perawat yang ada di ruangan perawatan, dan pasien
mengetahui bahwa dia adalah pasien yang dirawat .
3. Daya ingat
Jangka panjang : Baik, pasien ingat tanggal lahir dan nama
sekolahnya.
Jangka pendek : Baik, pasien dapat mengingat menu makan
paginya sebelum wawancara.
Jangka segera : Baik, pasien dapat mengulang tiga kata yang
diucapkan pemeriksa
4. Konsentrasi dan perhatian
Pasien dapat mempertahankan konsentrasi dan perhatiannya terhadap
pemeriksa selama wawancara.
5. Kemampuan Membaca dan Menulis
Pasien dapat membaca dan menulis dengan cukup baik.
13
6. Kemampuan visuospasial
Cukup baik, pasien dapat meniru gambar pentagram dengan baik.
7. Pikiran Abstrak
Baik, pasien dapat menyebutkan persamaan jeruk dan apel, pasien
menjawab sama-sama buah. Pasien juga dapat mengartikan peribahasa
”Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian” pasien menjawab
”Bersaki-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.”
8. Intelegensi dan Kemampuan Informasi
Kesan baik, pasien tahu nama presiden dan wakil presiden Indonesia saat ini
serta mengetahui tentang ibukota negara-negara besar di dunia.
9. Kemampuan Mengendalikan Impuls
Selama wawancara pasien dapat mengendalikan diri dengan baik.
10. Daya Nilai dan Tilikan
- Daya nilai sosial : baik
- Uji daya nilai : baik
- Penilaian realita : terganggu
- Tilikan : Derajat 1, pasien tidak mengakui dirinya mengalami
gangguan dan tidak memerlukan pertolongan obat-
obatan.
11. Taraf Dapat Dipercaya
Pasien cukup dapat dipercaya.
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
A. Status Internus
Keadaan Umum : baik
14
Kesadaran : kompos mentis
Status gizi : cukup baik
Tanda vital : TD : 110/80 mmHg
Frekuensi Nadi : 84 x/menit
Frekuensi pernapasan : 22 x/menit
Mata dan THT : dalam batas normal
Mulut dan gigi : dalam batas normal
Thoraks : cor/pulmo : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstremitas : gerakan +/+, kekuatan otot 5/5
B. Status Neurologis
GCS : 15
Gejala rangsang selaput otak : negatif
Tanda-tanda efek samping ekstrapiramidal :
- Tremor tangan : negatif
- Akatisia : negatif
- Bradikinesia : negatif
- Cara Berjalan : normal
- Keseimbangan : baik
- Rigiditas : negatif
Motorik : baik
Sensorik : baik
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Telah diperiksa seorang wanita berusia 36 tahun, agama Islam, suku Sunda,
status menikah, memiliki 3 orang anak, tinggal di Bekasi datang dengan keluhan
marah-marah, bicara kacau serta sulit tidur sejak tiga hari sebelum masuk rumah
sakit. Berdasarkan anamnesis terhadap pasien dan keluarga pasien, pasien pernah
15
mengalami gangguan serupa pada tahun 2000 dan pernah dirawat di bagian psikiatri
sebelumnya, yaitu pada tahun 2008 dan 2010.
Pada tahun 2000 pasien mengembangkan rumah kontrakan yang dimilikinya,
pasien bertengkar dengan tetangganya yang juga saudara sepupu suami pasien dan
pasien marah-marah terhadap tetangga dan suaminya, pasien juga mengalami susah
tidur malam harinya serta pada siang hari perilaku pasien terlihat aneh dimana
pasien terlihat seperti berbicara sendiri. Suami pasien membawa pasien ke dokter
umum dan diberi obat haloperidol dan diazepam (dosisnya tidak diketahui), pasien
berobat jalan selama satu bulan kemudian menghentikan pengobatan atas kemauan
pasien sendiri karena menurut pasien keadaannya sudah kembali normal seperti
semula.
Pada tahun 2008, tetangga pasien membangun rumahnya sehingga jalan
masuk ke rumah kontrakan pasien terhalangi dan hampir tertutup. Pasien lalu pulang
kerumah dalam keadaan marah dan menceritakan hal tersebut kepada suaminya.
Suami pasien lalu menyuruh pasien untuk bersabar dan nanti akan
membicarakannya dengan Ny. S. Pasien malah memarahi suaminya dan mengatakan
suaminya orang yang bodoh sehingga dapat dengan mudah ditipu oleh saudara
sepupunya. Sejak saat itu pasien selalu marah dan banyak bicara serta tidak dapat
tidur malam hari, pasien juga mengatakan kalau Ny. S telah menyantet suaminya
sehingga tidak berdaya dan dapat dengan mudah dibohongi oleh saudara sepupunya.
Suami pasien lalu membawa pasien ke poliklinik psikiatri RSGS dan diputuskan
untuk dirawat inap. Pasien dirawat selama tiga minggu dan pulang perawatan pasien
dibekali obat Haloperidol, Artane, Carbamazepine. Selepas perawatan pasien
kontrol setiap bulan selama tiga kali dan menghentikan pengobatan dengan alasan
pasien menyatakan sudah sembuh dan tidak perlu minum obat lagi.
Pada bulan April 2010 pasien dirawat kembali di bangsal psikiatri RSGS.
Seminggu sebelum dirawat pasien mulai memperlihatkan perubahan perilaku. Pada
saat itu di depan rumah pasien lewat beberapa orang dengan mengendarai sepeda
motor, pasien lalu yakin bahwa mereka adalah teroris dan preman yang akan berbuat
jahat kepada pasien dan keluarganya. Pasien juga mengatakan kalau dirinya dan
suaminya sudah tujuh tahun ini disantet oleh Ny. S, sehingga pasien tidak dapat
16
bekerja sebagai perawat dengan baik saat mengelola kliniknya, pasien lalu terlihat
tidak tidur dimalam hari dan selalu beribadah sholat malam dengan alasan untuk
mengusir santet yang mengenai dirinya. Pasien mengatakan suaminya sekarang
menjadi semakin bodoh dan “blank” sehingga seharusnya yang dirawat adalah
suaminya. Pasien mengatakan suaminya ingin menyeleweng dengan bidan teman
sekantor suaminya juga dengan tetangga pasien yang sering digoda suaminya setiap
pagi dan petang. Pasien juga mengatakan suaminya suka cemburuan kepadanya
karena banyak teman perawat, tetangga atau pria manapun akan tertarik dan
menyukai dirinya bila sudah berbicara dan mengobrol dengan pasien. Pasien juga
mengatakan memiliki “IQ” yang tinggi, pasien dapat berbicara dengan malaikat,
pasien juga mengatakan melihat malaikat dan bayangan hitam yang menurutnya
adalah buto ijo. Pasien juga meyakini memiliki indera keenam dan dapat membaca
pikiran orang lain dan mengetahui kapan akan terjadinya kiamat. Pasien dirawat
selama delapan belas hari kemudian kondisi pasien membaik dan pasien pulang
dengan pengobatan berupa Risperidone 2x2 mg, Carbamazepine 2x200 mg.
Dua minggu sebelum masuk rumah sakit pasien pulang dari perawatan di
bangsal psikiatri RSGS. Sesampainya dirumah pasien melakukan aktifitas sehari-
hari biasanya sebagai ibu rumah tangga seperti sebelum pasien dirawat di RSGS.
Seminggu sebelum masuk rumah sakit perilaku pasien mulai tampak berubah,
pasien terlihat mudah marah dan banyak bicara. Pasien marah terutama kepada
suaminya dan kepada tetangganya dan mengatakan dirinya disantet oleh tetangga
pasien yang juga saudara sepupu suami pasien. Pasien tidak meminum obat-obatan
yang diberikan kepadanya dengan alasan bahwa dirinya tidak sakit.Pasien sering
membelanjakan uangnya untuk hal-hal yang tidak perlu. Tiga hari sebelum
masuk rumah sakit perilaku pasien kelihatan bertambah kacau, pasien tidak tidur
malam hari sedangkan pada siang hari pasien juga tidak tidur, ketika ditanya kakak
pasien apakah pasien tidak mengantuk pasien mengatakan dia tidak mengantuk dan
dia harus banyak beribadah agar santet yang dikirim tetangganya dapat segera
hilang. Pasien juga sering terlihat seperti bicara dan marah-marah sendiri, dan jika
ditanyakan pasien mengatakan dia berbicara dengan malaikat pelindungnya dan juga
17
pasien mendengar suara Allah yang menyuruhnya selalu berbuat baik dan beribadah
untuk melindungi dirinya dan keluarganya.
Pasien merupakan anak ke enam dari enam bersaudara dan merupakan anak
yang diharapkan. Dari riwayat keluarga tidak ditemukan adanya riwayat penyakit
gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan penampilan seorang wanita yang
sesuai dengan usianya, memakai baju muslim berpakaian rapi dan perawatan diri
cukup. Pasien terlihat tenang selama wawancara namun sesekali pasien merubah
posisi duduknya dan kooperatif selama wawancara, kontak mata cukup adekuat
walaupun kadangkala pasien mudah teralih perhatiannya jika ada pasien lain yang
ikut berbicara. Pembicaraan spontan, artikulasi jelas, volume suara cukup, pasien
menjawab pertanyaan secara langsung setelah ditanya serta tidak terdapat hendaya
berbahasa pada saat berbicara, cenderung logorhea. Mood irritable serta afek luas
dan serasi. Proses pikirnya koheren dengan isi pikir terdapat waham kejar dan
waham kebesaran. RTAnya terganggu dengan tilikan derajat 1.
VI. FORMULASI DIAGNOSIS
Diagnosis Aksis I
Berdasarkan anamnesis riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan, pada
pasien ini ditemukan adanya pola perilaku, pikiran, dan perasaan yang secara klinis
bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya (disability)
dalam fungsi pekerjaan dan sosial. Dengan demikian berdasarkan PPDGJ III dapat
disimpulkan bahwa pasien ini mengalami suatu gangguan jiwa.
Berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis, pasien tidak pernah
mengalami trauma kepala atau penyakit lainnya yang secara fisiologis dapat
menimbulkan disfungsi otak sebelum menunjukkan gejala gangguan jiwa. Oleh
karenanya, gangguan mental organik dapat disingkirkan (F 00-09). Pada pasien tidak
didapatkan riwayat penggunaan alkohol atau zat psikoaktif sebelum timbul gejala
penyakit yang menyebabkan perubahan fisiologis otak, sehingga kemungkinan
18
adanya gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif dapat
disingkirkan (F 10-19).
Pada pasien terdapat adanya gangguan dalam penilaian realita karena adanya
psikopatologi berupa halusinasi auditorik commanding dan commenting dan perilaku
autistik, adanya rasa percaya diri yang tinggi disertai adanya waham kejar, waham
kebesaran, berkurangnya kebutuhan tidur, lebih banyak bicara dari biasanya,
perhatian pasien mudah teralih ke hal-hal yang tidak perlu selama wawancara, serta
pasien mengeluarkan uang untuk membeli kebutuhan yang tidak perlu. Pada pasien
juga ditemukan mood yang irritable dengan afek yang luas dan serasi. Pasien telah
menderita gangguan jiwa sejak sepuluh tahun yang lalu dan pernah menjalani
perawatan di rumah sakit sebanyak dua kali. Setiap pasien pulang dari perawatan,
pasien mampu kembali melakukan fungsi sosial dan beraktivitas sebagai ibu rumah
tangga dengan sempurna. Berdasarkan PPDGJ III ditegakkan diagnosis untuk aksis I
adalah F25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik, kemungkinan diagnosis ke arah
Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik juga perlu
dipikirkan.
Diagnosis Aksis II
Pada pasien ditemukan ciri kepribadian berupa memiliki perasaan kebesaran
akan diri sendiri seperti menyatakan rumahnya seperti rumah pejabat,memiliki IQ
yang tinggi serta memiliki kemampuan membaca pikiran orang lain, serta tidak level
bergaul akrab dengan tetangga disekitar lingkungannya yang menurut pasien
ortodoks dan terbelakang. Pasien juga meyakini setiap pria yang telah mengenalnya
akan jatuh hati kepadanya karena dirinya seksi, pasien juga sensitif terhadap
kritikan, ini terjadi jika suami pasien mengingatkan pasien maka pasien segera
marah-marah terhadap suaminya. Pasien juga memiliki rasa empati yang rendah
terhadap orang lain hal ini terlihat pasien selalu menyalahkan tetangganya (Ny. S)
yang telah membeli rumah darinya tetapi selalu merendahkannya, sehingga untuk
axis II ditetapkan berupa ciri kepribadian Narsisistik.
19
Diagnosis Aksis III
Pada pasien tidak ada riwayat trauma yang serius, kejang, neoplasma, dan
kondisi medis umum lainnya yang dapat menyebabkan gangguan mental pada saat
ini. Oleh sebab itu pada axis III tidak ada diagnosis.
Diagnosis Aksis IV
Terdapat masalah pada primary support group pasien berupa kurangnya
dukungan dan perhatian suami terhadap kepatuhan pasien dalam meminum obat-
obatannya, suami hanya menyerahkan obat-obatan kepada pasien dengan anggapan
pasien seorang perawat dan pastinya mengetahui bila ia membutuhkan pengobatan.
Hal ini dapat menyebabkan gangguan yang ada pada pasien berulang kembali. Juga
terdapat masalah interpersonal dengan tetangga yang sering menjadi pemicu
gangguan yang diderita pasien.
Diagnosis Aksis V
Pada aksis V, Global Assessment of Functioning Scale dalam setahun
terakhir adalah 81 karena pasien menunjukkan gejala minimal, berfungsi baik,
cukup puas, tidak lebih dari masalah harian biasa. Sedangkan pada saat pasien
masuk rawat inap adalah 41 karena terdapat gejala yang serius berupa gangguan
serius pada fungsi sosial dan pekerjaan dimana pasien tidak mampu untuk
melaksanakan tugas sehari-harinya.
VII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : Gangguan Skizoafektif Tipe Manik (F25.0)
DD/ Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala
psikotik (F31.2)
Aksis II : Ciri kepribadian Narsisistik
Aksis III : Tidak ada diagnosis.
20
Aksis IV : Masalah Primary support group,Interpersonal relationship.
Aksis V : GAF current : 41 , GAF HLPY : 81
VIII. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik : Tidak ada.
2. Psikologik :
- Mood yang irritable
- Tidur terganggu
- Waham kebesaran, waham kejar
- Tilikan pasien yang buruk
- Kepatuhan pasien yang buruk untuk minum obat jangka panjang
3. Lingkungan dan sosioekonomi :
- Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga mengenani gangguan jiwa
yang berakibat kurangnya dukungan dan perhatian suami terhadap kepatuhan
pasien minum obat.
- Hubungan interpersonal pasien yang buruk dengan tetangga.
IX. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : bonam
Quo ad Functionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad malam
Hal-hal yang memperingan prognosis:
Keluarga mendukung pengobatan dan menerima kondisi kejiwaan pasien
Tidak ada riwayat herediter gangguan jiwa
21
Akses mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa cukup mudah
Riwayat respon terapi yang cukup baik
Setiap akhir episode pasien dapat kembali pada fungsi sosial semula dengan
baik.
Hal-hal yang memberatkan prognosis:
Kepatuhan pasien yang buruk terhadap pengobatannya
Pengetahuan keluarga mengenai gangguan jiwa kurang baik
Faktor pencetus yang kurang jelas
X. PENATALAKSANAAN
A. Psikofarmaka :
Carbamazepine 1x200 mg
Quetiapine (Seroquel XR®) 1 x 300 mg
B. Psikoterapi
Kepada pasien :
1. Terapi individual :
Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien mengenai penyakitnya
serta hal-hal yang dapat mencegah dan mencetuskan penyakit pasien
sehingga dapat memperpanjang remisi dan mencegah kekambuhan.
Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien mengenai pentingnya
minum obat secara teratur, adanya efek samping yang bisa timbul dari
pengobatan ini, dan pengaturan dosis harus berdasarkan rekomendasi
dokter.
Memberikan psikoterapi yang bersifat supportif pada pasien mengenai
kondisi penyakitnya, menggali dan memotivasi potensi dan kemampuan
yang ada pada diri pasien, dan kemampuan mengatasi masalah.
2. Terapi kelompok
22
Apabila kondisi pasien sudah lebih baik diberikan terapi aktivitas
kelompok, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam
pengendalian impuls saat memberikan respons terhadap stimulus dari luar,
belajar mengungkapkan komunikasi verbal dan mengekspresikan emosi
secara sehat, membantu pasien untuk meningkatkan orientasinya terhadap
realitas dan memotivasi pasien agar dapat bersosialisasi dengan sehat.
Terhadap Keluarga :
Memberi penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif dan edukatif
tentang keadaan penyakit pasien dan suami pasien, sehingga bisa menerima
dan memahami keadaan pasien dan suami pasien, serta mendukung proses
penyembuhannya dan mencegah kekambuhan.
Memberi informasi dan edukasi kepada keluarga mengenai terapi yang
diberikan pada pasien pentingnya pasien dan suaminya kontrol dan minum
obat secara teratur.
Memberikan informasi dan edukasi kepada keluarga mengenai pentingnya
ekspresi emosi yang rendah dalam keluarga.
XI. DISKUSI
Pada pasien ini ditegakkan Gangguan Skizoafektif Tipe Manik, karena
berdasarkan data yang didapatkan saat itu gejala-gejala skizofrenia dan manik sama-
sama menonjol. Gejala afektif yang ada pada pasien saat itu berupa mood yang
irritable, serta afek yang luas dan serasi, adanya rasa percaya diri yang tinggi disertai
berkurangnya kebutuhan tidur, lebih banyak bicara dari biasanya, perhatian pasien
mudah teralih ke hal-hal yang tidak perlu selama wawancara, serta pasien
mengeluarkan uang untuk membeli kebutuhan yang tidak perlu. Sedangkan gejala
skizofrenia adalah adanya halusinasi auditorik dan visual, waham kebesaran dan
waham kejar. Dari riwayat pasien juga didapatkan bahwa gejala afektif pasien
terlebih dahulu hilang setiap pasien mendapatkan pengobatan sementara gejala
skizofrenianya menetap lebih lama seperti waham kejar yang ada pada pasien.
23
Ditambah lagi data tentang riwayat penyakit sebelumnya, yang bersifat episodik dan
dapat kembali ke fungsi premorbid semula. Sehingga akhirnya ditegakkan diagnosis
pada Aksis I adalah Gangguan Skizoafektif Tipe Manik (F25.0). 1
Penatalaksanaan pada pasien ini harus komprehensif, harus
mempertimbangkan berbagai aspek. Karena latar belakang kambuhnya pasien lebih
banyak dicetuskan oleh faktor ketidak patuhan pasien dalam pengobatannya dan
tilikan pasien yang buruk. Pada pasien ini diberikan farmakoterapi berupa
carbamazepin 1x200mg sebagai mood stabilizer berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya dimana carbamazepine efektif untuk memperbaiki gejala mood dan afek
pasien. Pemberian antipsikotik atipikal Quetiapine (Seroquel XR®) 1 x 300 mg
dipilih sebagai antipsikotik dan juga merupakan terapi lini pertama untuk
pengobatan gangguan afektif. Untuk pengobatan jangka panjang dengan
mempertimbangkan kepatuhan minum obat pasien yang jelek, pemberian Quetiapin
yang bekerja sebagai antagonis serotonin dan dopamine pada reseptor 5HT2 dan
5HT6, D1 dan D2, H1 dan α1 dan α2 ini akan menyederhanakan regimen pengobatan
yang diterima pasien yaitu memakai quetiapine dosis tunggal untuk mengatasi
gangguan pasien. 2,3,4,5,6
Penatalaksanaan lain yang tak kalah pentingnya adalah psikoterapi dan
psikoedukasi baik terhadap pasien maupun terhadap keluarga. Psikoterapi dan
psikoedukasi ini diberikan setelah kondisi pasien memungkinkan yaitu setelah
psikopatologi yang ada minimal. Psikoterapi suportif dan psikoedukasi mengenai
keadaan penyakitnya, bagaimana mengatasi gejala yang ada, faktor-faktor yang
dapat membantu penyembuhan dan mencetuskan kekambuhan, perlunya minum
obat dan kontrol secara teratur serta memotivasi dan mengedukasi pasien untuk
mampu berinteraksi dengan orang lain serta bagaimana mengendalikan
agresivitasnya. Kepada keluarga terutama suami juga didiskusikan bagaimana
menurunkan ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga.
Kepada keluarga juga dilakukan psikoedukasi mengenai penyakit pasien,
bagaimana mengatasi bila gejala mulai timbul, bagaimana mencegah kekambuhan
dan membantu penyembuhan pasien, dan bagaimana peranan keluarga dalam hal ini,
termasuk memantau pengobatan yang ada pada pasien. Kombinasi dari semua terapi
24
dan intervensi ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup pasien dan
seluruh keluarga, sehingga diharapkan mampu memperpanjang remisi dan
mencegah kekambuhan penyakit yang berulang.
25
XII. FOLLOW UP
Tanggal Pemeriksaan Diagnosis /
Perkembangan pasien
Terapi
26 Mei 20xx
(hari ke-1)
S: Pasien mengatakan tidak sakit
apa-apa yang sakit adalah suaminya
O: Seorang ♀ sesuai usia,
perawatan diri cukup, pembicaraan
spontan,volume cukup, artikuklasi
jelas, cenderung logorrhea Sikap:
kooperatif, Psikomotor tenang,
Mood: irritable, Afek: luas, serasi,
waham kebesaran, waham kejar,
RTA terganggu, insight: derajat 1
Gangguan Skizoafektif
Tipe Manik
YMRS : Skor 30
Carbamazepine 1x200
mg
Quetiapine (Seroquel
XR®) 1 x 300 mg
31 Mei 20xx
(6)
S:Pasien mengatakan ingin pulang
karena merasa sudah lebih baik.
O: Seorang ♀ sesuai usia,
perawatan diri cukup, pembicaraan
spontan,volume cukup, artikuklasi
jelas, cenderung logorrhea, Sikap:
kooperatif, psikomotor tenang,
Mood: elasi, Afek: luas, serasi,
waham kebesaran, waham kejar,
RTA terganggu, insight: derajat 1
Gangguan Skizoafektif
Tipe Manik
YMRS : Skor 26
Carbamazepine 1x200
mg
Quetiapine (Seroquel
XR®) 1 x 300 mg
4 Juni 20xx
(10)
S: Pasien mengatakan sudah tidak
ada keluhan dan ingin segera pulang
O: Seorang ♀ sesuai usia,
perawatan diri cukup, pembicaraan
spontan,volume cukup, artikuklasi
jelas, cenderung logorrhea, Sikap:
kooperatif, psikomotor tenang,
Mood: euthym, Afek: luas, serasi,
waham kebesaran, waham kejar,
RTA terganggu, insight: derajat 1.
Gangguan Skizoafektif
Tipe Manik
YMRS : Skor 24
Carbamazepine 1x200
mg
Quetiapine (Seroquel
XR®) 1 x 300 mg
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III.
Cetakan Pertama , Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jendral Pelayanan
Medik, Jakarta, 1993.
2. Sadock B.J, Sadock V.A. Mood Disorders in Synopsis of
Psychiatry. 10th edition. Lippincott Williams and Wilkins. Philadelphia,
2007: 527 - 568.
3. Sadock B.J et al. Carbamazepine and Oxcarbazepine in Pocket
Handbook of Psychiatric Drug Treatment. Philadelphia. Lippincott Williams
& Wilkins. 4th edition. 2006: 95 - 102
4. Sadock B.J, Sadock V.A. Second-Generation Antypsychotics in Kaplan &
Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry. Philadelphia. Lippincott
Williams and Wilkins. 9th edition.2009 :3206 - 3240
5. Stahl S.M. Mood Stabilizers in Stahl’s Essential Psychopharmacology.
Cambridge University Press. 3rd edition. 2008: 667 - 719
6. Sadock B.J et al. Serotonin-Dopamine Antagonists: Atypical Antipsychotics
in Pocket Handbook of Psychiatric Drug Treatment. Philadelphia. Lippincott
Williams & Wilkins. 4th edition. 2006: 208 – 220
27
GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT
2000 2008 April 2010 Mei 2010
Pasien marah dan banyak bicara serta tidak dapat tidur malam hari, pasien juga mengatakan kalau Ny. S telah menyantet suaminya sehingga tidak berdaya dan dapat dengan mudah dibohongi oleh saudara sepupunya. Suami pasien lalu membawa pasien ke poliklinik psikiatri RSGS dan diputuskan untuk dirawat inap.Obat yang didapat Haloperidol, Artane, Carbamazepine.
Pasien mengatakan disantet oleh Ny. S, sehingga pasien tidak dapat bekerja sebagai perawat dengan baik saat mengelola kliniknya, pasien lalu terlihat tidak tidur dimalam hari dan selalu beribadah sholat malam Pasien juga mengatakan melihat malaikat dan bayangan kejarhitam yang menurutnya adalah buto ijo. Pasien juga memiliki indera keenam dan dapat membaca pikiran orang lain terutama suaminya dan mengetahui kapan akan terjadinya kiamat.
Pasien terlihat mudah marah dan
banyak bicara. Pasien mencurigai
suaminya yang mencoba menarik
perhatian tetangga wanita. Pasien
juga marah kepada tetangganya dan
mengatakan dirinya disantet oleh
Ny. S pasien teratur meminum
obatnya yang dibawa dari rumah
sakit, sebelum masuk rumah sakit
perilaku pasien kelihatan
bertambah kacau, pasien tidak tidur
malam hari dan terus-terusan
beribadah, waham kebesaran,
waham kejar,halusinasi auditorik,
halusinasi visual.
Marah-marah, mengalami
susah tidur malam harinya
serta pada siang hari perilaku
pasien terlihat aneh dimana
pasien terlihat seperti
berbicara sendiri.Berobat ke
dokter umum dan diberi obat
haloperidol dan diazepam
berobat jalan selama satu
bulan lalu menghentikan
pengobatan karena keadaan
pasien sudah kembali normal
seperti semula.
29