Upload
fajar-reyhan-apriansyah
View
103
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
presus
Citation preview
LAPORAN KASUS
EPILEPSI
Disusun oleh :
Karina
1102010139
Pembimbing :
Dr. Tutty, Sp.A
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PASAR REBO
15 MARET 2015 – 23 MEI 2015
PENDAHULUAN
Epilepsi merupakan gangguan pada susunan saraf pusat dengan ciri-ciri terjadinya
bangkitan kejang yang spontan dan berkala. Epilepsi merupakan salah satu penyebab
terbanyak morbiditas di bidan saraf anak. Masalah yang sering ditimbulkan dari penyakit
ini diantaranya adalah kesulitan belajar, gangguan tumbuh kembang, dan menentukan
kualitas hidup anak (Suwarba, 2011).
Insidensi epilepsi pada anak di berbagai Negara berkisar antara 4-6 per 1000 anak.
Di Indonesia jumlah kasus epilepsi sekitar 700.000-1.400.000 kasus, dengan perkiraan
pertambahan setiap tahunnya 70.000 kasus, dan diperkirakan 40%-50% diantaranya adalah
anak-anak (Suwarba, 2011).
Jumlah kejadian epilepsi pada anak di negara berkembang masih lebih tinggi
dibandingkan jumlah kejadian di negara maju. Hal ini diduga karena faktor resiko
gangguan atau infeksi saraf pusat yang dapat menjadi fokus epileptikus masih banyak
terjadi (Mustarsid, 2011).
Anak yang menderita epilepsi memerlukan evaluasi dan terapi yang sesuai karena
serangan yang berulang akan mempengaruhi kualitas hidup pasien baik fisis, mental,
maupun sosial. Epilepsi yang tidak terkontrol dapat meningkatkan resiko mortalitas 2-3
kali populasi normal dan menurunkan kualitas hidup pasiennya (Mustarsid, 2011).
Manifestasi klinis epilepsi merupakan kondisi yang akut dan berlangsung
sementara seperti penurunan kesadaran, gangguan motorik, sensorik, autonom atau psikis
yang dirasakan oleh pasien dan dapat disaksikan oleh orang lain (Wishwadewa, 2008).
Atas berbagai latar belakang tersebut, epilepsi pada anak menjadi sangat penting
untuk dikaji lebih lanjut. Hal tersebut karena anak merupakan aset yang sangat berharga
baik bagi orang tua maupun bagi bangsa dan negara.
PEMBAHASAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. FNJenis kelamin : Laki-lakiUmur : 9 thnAgama : Islam Suku Bangsa : JawaAlamat : Jln. Raya Cipayung RT : 08 RW : 03 Kel : CipayungMRS : 18 Maret 2015No. CM : 2011 - 327086
Nama Keluarga : Ny. NAHubungan dg Pasien : Ibu
B. ANAMNESIS
Allo anamnesis (tanggal 18 Maret 2015 pukul 13.30)Keluhan utama :
Pasien datang diantar oleh kedua orang tuanya dengan keluhan kejang yang terjadi secara berulang selama 30 menit. SMRS.
Keluhan tambahan : Badan panas
Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang diantar oleh kedua orang tuanya dengan keluhan kejang
selama 30 menit. Pasien demam dengan suhu 38C sejak 1 hari sebelum kejang, setelah kejang pasien tidak sadarkan diri. kejang sebanyak 6x dengan durasi kurang
dari 3 menit dan dengan jarak 5 menit sekali. Ketika kejang kedua tangan kaku,
kedua mata mendelik keatas, mulut tidak berbusa, dan setelah kejang pasien tertidur. Pasien memiliki riwayat epilepsi sejak 1 tahun yang lalu, sudah menjalani pengobatan sejak 10 bulan yang lalu (8 Mei 2014) dengan pemberian obat asam valproat 9 ml. Sejak pengobatan pasien sudah mengalami kejang sebanyak 5 kali. Kejang di picu ketika pasien lelah atau banyak pikiran. Pasien memiliki keluhan batuk berdahak, pilek dan nyeri tenggorokan sejak 3 hari SMRS. Pasien tidak memiliki riwayat trauma kepala.
Pasien tidak ada keluhan mual dan muntah. Nafsu makan pasien baik. BAB 1x 1 hari konsistensi padat, warna coklat. BAK 5x 1 hari, warna urin kuning jernih.
Riwayat penyakit dahulu :Riwayat penyakit morbili 2 bulan yang laluRiwayat penyakit campak 7 bulan yang laluPenyakit jantung disangkalPenyakit paru disangkalRiwayat alergi dan asma disangkal
Riwayat penyakit keluarga :Riwayat keluhan serupa disangkalpenyakit jantung disangkalpenyakit paru disangkalRiwayat alergi dan asma disangkal
Riwayat kelahiran :Pasien lahir dari persalinan sektio caesarea atas indikasi PPT, lahir cukup bulan,menangis spontan, berat lahir 3300 gram, panjang badan 49 cm.
Riwayat makanan :
Umur Makanan Jumlah Frekuensi
0-4 bulan ASI
Susu formula
Sesuka bayi Sesuka bayi
4-6 bulanSusu formula Sesuka bayi Sesuka bayi
6-9 bulan
Susu formula
Bubur susu
Nasi tim
Sesuka bayi
1 mangkok kecil
1 mangkok kecil
Sesuka bayi
1-2 kali
1 kali
9-12 bulan
Susu formula
Bubur susu
Nasi tim
Sesuka bayi
1 mangkok kecil
1 mangkok kecil
Sesuka bayi
1 kali
2 kali
1-2 tahunSusu formula
Makanan keluarga
1 gelas
1 piring
2 kali
3 kali
2-5 tahun Susu formula 1 gelas 2 kali
Makanan keluarga 1 piring 3 kali
Kesan : kuantitas dan kualitas makanan dan minum baik
Riwayat Perkembangan dan Kepandaian :
Umur Motorik kasar Motorik halus Bicara Sosial
0-3 bulan
Belajar mengangkat kepala
Mengikuti obyek dgn mata
Mengoceh spontan
Bereaksi terhadap suara
3-6 bulan
Belajar mengangkat kepala 90o dan mengangkat dada dengan bertopang tangan
Menaruh benda-benda di mulutnya
Tertawa dan menjerit karena bermain
Mulai berusaha mencari benda yang hilang
6-9 bulan
Dapat duduk tanpa dibantu
Dapat tengkurap dan berbalik sendiri
Dapat meraih benda dan mendekati seseorang
Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain
Mengeluarkan kata-kata tanpa arti
Mengenal anggota keluarga dan takut kepada orang asing
9-12 bulan
Dapat berjalan sendiri tanpa bantuan
Menirukan suara Belajar menyatakan satu dua kata
Mengerti perintah atau larangan
12-18 bul
An
Berjalan dan mmengeksplore isi rumah
Menyusun 2-3 kotak Dapat mengatakan 5-10 kata
Menggunakan sendok atau garpu
18-24 bulan
Naik turun tangga Menyusun 6 kotakMenunjuk mata dan
hidung
Menyebut 1 gambar
Menyuapi bonekaMemakai baju
2-3 tahun
Belajar meloncat, memanjat, melompat dengan 1 kaki
Menggambar lingkaran
Menyusun kalimat
Mengerti kata-kata yang ditujukan untuknya
3-4 tahun
Berjala ke rumah tetangga
Mengenal sisi atas, bawah, muka, dan belakang
Banyak bertanya Dapat melaksanakan tugas sederhana
4-5
tahun
Melompat dan menari
Menggambar orang terdiri dari kepala, lengan, badan
Mengenal 4 warna
Pandai berbicara
Memprotes apa yang dilarang
Memperlihatkan minat terhadap aktivitas orang dewasa
Kesan : perkembangan dan kepandaian sesuai umur
Riwayat Vaksinasi :
IMUNISASI FREKUENSI UMUR KETERANGAN
A. DASAR
BCG 1 x0 bulan (1 minggu setelah
lahir)
Hepatitis B 1 x 0 hari
DPT 2 x Bulan ke 2 dan 3
Polio 2 x Bulan ke 2 dan 3
Campak 1 x
B. TAMBAHAN Belum dilakukan imunisasi tambahan
Kesan : Imunsasi lengkap sesuai PPI
Riwayat Sosial, ekonomi dan lingkungan serta pendapatan keluarga perbulan :
a. Sosial :
Pasien tinggal bersama kedua orang tua.
b. Ekonomi :
Pendapatan keluarga perbulan cukup dan bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari.
c. Lingkungan
Pasien hidup di lingkungan dengan jarak rumah berdekatan. Sanitasi dan ventilasi
rumah cukup.
Kesan : kehidupan sosial, ekonomi, dan lingkungan keluarga cukup
B. PEMERIKSAAN FISIK
KESAN UMUM
KU : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Somnolen
GCS : 9 E2V3M4
TANDA TANDA VITAL
Nadi arteri radialis : 125 x/menit, isi dan tegangan : kuat dan teratur
Suhu badan axilla : 39.6 ᵒC
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Pernapasan : 36x / menit, irama : teratur, kedalaman : dangkal
STATUS GIZI
Berat badan : 30 kg
Panjang badan : 135 cm
Kesimpulan status gizi : gizi anak baik
Status Generalis
Kulit : Sawo matang, ikterik (-), lembab, turgor kulit cukupKepala : Normocephal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut.Wajah : Simetris, ekspresi baik.Mata : Pupil bulat isokor +/+, edema palpebra -/-, conjungtiva pucat -/-, sklera
ikterik -/-Telinga : Normotia, normosepta, gangguan pendengaran (-/-) bentuk telinga normal simetris
kanan dan kiri, lubang lapang, serumen +/+Hidung : Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, sekret -/- purulen -/-Mulut : Bibir lembab, faring tidak hiperemis, tonsil tidak membesar (T1/T1).Leher : Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada deviasi trakea, tidak
teraba pembesaran KGB.Thoraks :
Paru -paru Kanan Kiri
Inspeksi
Retraksi dinding dada (-)
Simetris (+)
Hiperinflasi (-)
Retraksi dinding dada (-)
Simetris (+)
Hiperinflasi (-)
PalpasiSimetris (+)
Ketinggalan gerak (-)
Simetris (+)
Ketinggalan gerak (-)
Perkusi Seluruh lapang paru sonor Seluruh lapang paru sonor
AuskultasiVesikuler (+) N
Suara tambahan (-)
Vesikuler (+) N
Suara tambahan (-)
Jantung :
Jantung Keterangan
Inspeksi Iktus cordis tampak
Palpasi Iktus cordis teraba di SIC V pada linea midklavikularis sinistra
Perkusi
Batas Jantung :
Kanan atas : SIC II linea parasternalis dekstra
Kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dekstra
Kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Kiri bawah : SIC V linea midklavikularis sinistra
AuskulutasiBunyi jantung 1 tunggal, bunyi jantung 2 saat inspirasi, regular
S1 = S2, bising (-)
Abdomen : I = Datar, sikatrik tidak adaP = Dinding perut supel, turgor kulit baik. Hepar dan lien tidak teraba membesar. Tidak terdapat nyeri pada epigastrium.P = Timpani pada seluruh lapang abdomen. A = Bising usus (+) normal
Ekstremitas :
Keempat ekstremitas hangat
Tungkai Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan : Aktif Aktif Aktif Aktif
Trofi : Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Tonus : Normal Normal Normal Normal
Kekuatan : Cukup Cukup Cukup Cukup
Klonus : - - - -
Refleks fisiologis :
Biseps
Triseps
(+) tidak ada peningkatan refleks
Patella
Achilles
(+) tidak ada peningkatan refleks
(+) tidak ada peningkatan refleks
(+) tidak ada peningkatan reflex
Reflex patologis :
Trommner
Hoffman
Babinski
Gonda
Chaddock
Schaeffner
Oppenheim
Gordon
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
MENINGEAL SIGN
Kaku kuduk : (-) Brudzinki I : (-) Brudzinki II : (-) Kerniq : (-)
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM DARAH
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi Rutin
Hemoglobin 13,0 13,2 -17,3 g/dl
Hematokrit 40 % 40 - 52 %
Eritrosit 4,5 4,4 - 5,9 jt/µL
Leukosit 8.010 3.800 - 10.600 jt/µL
Trombosit 237.000 150.000-400.000 ribu/ µL
MCV 87 80-96 fL
MCH 30 27-32 pg
MCHC 35 32-36 g/dl
Elektrolit
Na 121 135 - 147
Kalium (K) 3,5 3,5 – 5,0
Klorida (Cl) 101 98 - 108
Jenis Pemeriksaan 19/03/2015 Nilai RujukanHematologiHemoglobin 13,0 13,2 – 17,3 g/dLHematokrit 40 40 – 52 %Eritrosit 4.4 4.4 – 5.9 juta/uLLeukosit 7820 3.800 – 10.600/uLTrombosit 237.000 150.000 – 400.000/uLHitung JenisBasofil 0 0 – 1%Eosinofil 1 1 – 3 %Neutrofil batang 0 3 – 6 %Neutrofil segmen 75 25 – 60%Limfosit 17 25 – 50 %Monosit 4 1 – 6 %LUC 3 < 4 %Kimia KlinikUreum 16 < 48 mg/dLKreatinin 0.71 < 1 mg/dLGlukosa Darah Sewaktu (GDS)
90 < 200 mg/dL
SGOT 55 0 – 50 U/LSGPT 22 0 – 50 U/L
ASSEMENT
Kejang demam kompleks dd ISPA pada epilepsi
Rencana Pemeriksaan : EEG
CT Scan
Terapi
Non Medikamentosa
1. Komunikasi-Informasi-Edukasi kepada orang tua pasien mengenai keadaan pasien.
2. Tirah baring
3. Observasi tanda – tanda vital
Medikamentosa
IGD
O2 2 ltr/m
IVFD RL 20 tpm
Diazepam 10 mg > masih kejang > diazepam 10 mg
Paracetamol 350 mg IV
Bangsal
IVFD RL 500 cc / 12 jam
Asam valproat 2 x 9 ml
Paracetamol 3 x 350 mg IV
Tanggal Subjek Objek Assement Terapi
19 -03-2015 Kejang (-)
Perut kembung (-)
Batuk (+)
Insomnia (+)
Ku/Kes: lemas,GCS 15VS:TD : 100/70, N : 100x/m, RR : 30x/m, S: 38,6 c
Epileptiku
s
-IVFD RL 500 CC/ 12 jam- Depaken 2 x 9 ml- Sanmol 3 x 350 mg IV
Tho : SDV +/+ Rh -/- Wh -/-, S1>S2 Reg M(-) G (-)Abd : Datar. BU (+) supel, timpani,NT(-)Ekstremitas Sianosis (-) Akral Hangat (+)
Inhalasi combivent 3 x
20-03-2015 Kejang (-)
Perut kembung (-)
Batuk (+)
Insomnia (+)
Ku/Kes: lemas,GCS 15VS:TD : 100/70, N : 84x/m, RR : 24x/m, S: 37,5cTho : SDV +/+ Rh -/- Wh -/-, S1>S2 Reg M(-) G (-)Abd : Datar. BU (+) supel, timpani,NT(-)Ekstremitas Sianosis (-) Akral Hangat (+)
Epileptiku
s
-IVFD RL 500 CC / 12 Jam- Depaken 2 x 9 ml- Inhalasi combivent 3 x
21-03-2015 Kejang (-)
Perut kembung (-)
Batuk (+)
Insomnia (+)
Ku/Kes: lemas,GCS 15VS:TD : 100/70, N : 84x/m, RR : 22x/m, S: 36,8c
Tho : SDV +/+ Rh -/- Wh -/-, S1>S2 Reg M(-) G (-)Abd : Datar. BU (+) supel, timpani,NT(-)Ekstremitas
Epileptiku
s
-Depaken 2 x 9 ml- inhalasi combivent 2 x
Sianosis (-) Akral Hangat (+)
Inhalasi combivent
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
International League Against Epilepsy (ILAE) mendefinisikan epilepsi sebagai
kelainan otak yang ditandai oleh adanya faktor predisposisi yang dapat
mencetuskan bangunan epileptikum perubahan neurologis, kognitif, psikologis dan
adanya konsekuensi sosial yang diakibatkannya. Definisi ini membutuhkan
sedikitnya satu riwayat bangkitan epileptik sebelumnya. Bangkitan epileptik
didefinisikan sebagai tanda dan/atau gejala yang timbul sepintas (transien) akibat
aktivitas neuron yang berlebihan atau sinkron yang terjadi di otak (Fisher et al,
2005).
B. Etiologi dan Predisposisi
Epilepsi disebabkan oleh beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi otak,
antara lain (Harsono et al, 2008):
1. Idiopatik: penyebabnya tidak diketahui, umumnya mempunyai predisposisi
genetik.
2. Kriptogenik: dianggap simtomatik tetapi penyebabnya belum diketahui
termasuk disini adalah sindrom West, sindrom Lennox-Gastaut dan epilepsi
mioklonik. Gambaran klinik sesuai dengan ensefalopati difus.
3. Simtomatik: disebabkan oleh kelainan/lesi pada susunan saraf pusat. Misalnya;
cedera kepala, infeksi SSP, kelainan kongenital, lesi desak ruang, gangguan
peredaran darah otak, toksik (alkohol, obat), metabolik, kelainan
neurodegeneratif.
Penyebab epilepsi dilihat dari umur, biasanya disebabkan paling sering karena;
pada bayi terjadi asfiksi atau hipoksia waktu lahir, trauma intrakranial waktu lahir,
gangguan metabolik, malformasi kongenital pada otak, atau infeksi; pada anak dan
remaja kebanyakan epilepsi idiopatik dan pada usia dewasa penyebabnya lebih
bervariasi oleh karena idiopatik, cedera kepala, tumor (Ikawati, 2009).
C. Patofisiologi
Kejang adalah manifestasi klinis khas yang berlangsung secara intermitten
dapat berupa gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik, sensorik, dan atau
otonom yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik yang berlebihan di neuron
otak. Status epileptikus adalah kejang yang terjadi lebih dari 30 menit atau kejang
berulang lebih dari 30 menit tanpa disertai pemulihan kesadaran.
Mekanisme dasar terjadinya kejang adalah peningkatan aktifitas listrik yang
berlebihan pada neuron-neuron dan mampu secara berurutan merangsang sel
neuron lain secara bersama-sama melepaskan muatan listriknya. Hal tersebut
diduga disebabkan oleh; 1] kemampuan membran sel sebagai pacemaker neuron
untuk melepaskan muatan listrik yang berlebihan; 2] berkurangnya inhibisi oleh
neurotransmitter asam gama amino butirat [GABA]; atau 3] meningkatnya eksitasi
sinaptik oleh transmiter asam glutamat dan aspartat melalui jalur eksitasi yang
berulang. Status epileptikus terjadi oleh karena proses eksitasi yang berlebihan
berlangsung terus menerus, di samping akibat ilnhibisi yang tidak sempurna
D. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
Bangkitan kejang yang terjadi perlu diketahui mengenai pola serangan,
keadaan sebelum, selama, dan sesudah serangan, lama serangan, frekuensi
serangan, waktu serangan terdaji dan faktor-faktor atau keadaan yang dapat
memprovokasi atau menimbulkan serangan. Perlu diusahakan agar diperoleh
gambaran lengkap mengenai pola serangan, agar dapat diketahui fokus serta
klasifikasinya. Ditanyakan apakah ada gejala prodromal, aura, keadan selama
serangan, dan keadaan setelah terjadi serangan (Hasan, 2007).
Ditanyakan pula durasi serangan tersebut, dan waktu serangan. Apakah ada
rangsang tertentu yang menimbulkan serangan, misalnya melihat televise,
bernafas dalam, lapar, letih, menstruasi, obat-obatan tertentu dan sebagainya
(Hasan, 2007).
Riwayat penyakit keluarga ditanyakan apakah ada keluarga yang menderita
kejang, penyakit saraf, dan penyakit lainnya. Hal ini misalnya perlu untuk
mencari faktor resiko keturunan (Hasan, 2007).
Riwayat penyakit dahulu ditanyakan mengenai keadaan ibu ketika hamil,
misalnya penyakit yang diderita, perdarahan pervaginam, obat yang dimakan.
Secara teliti ditanyakan pula mengenai riwayat kelahiran penderita, apakah
letak kepala, letak sungsang, mudah atau sukar, apakah digunakan cunam atau
vakum ekstraksi atau seksio kaesar, apakah terdapat perdarahan antepartum,
ketuban pecah dini, asfiksia. Penyakit apa saja yang pernah diderita. Bagaimana
perkembangan kecakapan mental dan motorik (Hasan, 2007).
2. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pemriksaan yang meliputi pemeriksaan secara pediatric dan
neurologis. Diperiksa keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, jantung, paru,
abdomen, hati, dan limpa, anggota gerak dan sebagainya (Hasan, 2007).
Pada pemeriksaan neurologis diperhatikan kesadaran, kecakapan, motorik
dan mental, tingkah laku, berbagai proses intrakranium, fundus okuli,
penglihatan, pendengaran, saraf otak lain, sistem motorik, sistem sensorik,
reflek fisiologis dan patologis (Hasan, 2007).
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium darah yang dilakukan pemeriksaan darah tepi
rutin. Pemeriksaan lain dilakukan sesuai indikasi, misal pemeriksaan gula
darah dan elektrolit.
b. Pemeriksaan Elektroensefalogram (EEG)
Pemeriksaan EEG dilakukan atas indikasi membantu menegakan diagnosisi
epilepsi, menentukan prognosis pada kasus tertentu, mempertikambangkan
pengehentian obat anti epilepi, membantu menentukan letak fokus, dan bila
ada perubahan bentuk bangkitan dari bangkitan sebelumnya (Utomo, 2011).
c. Pemeriksaan radiologis
Indikasi pemeriksaan radiologi pada pasien epilepsi adalah pada semua
bangkitan pertama yang diduga kelainan structural, adanya perubahan
bentuk bangkitan, terdapatnya defisit neurologis fokal, epilepsi dengan
bangkitan parsial, bangkitan pertama diatas usia 25 tahun, dan untuk
persiapan tindakan pembedahan epilepsy (Utomo, 2011).
4. Gold Standard Diagnosis
Baku emas untuk diagnosis epilepsi adalah pemantauan video EEG secara
simultan, yang mengaitkan temuan EEG dengan serangan. Pemeriksaan ini juga
dapat digunakan untuk mengetahui tipe bangkitan dan prognosis (Price dan
Wilson, 2006).
E. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
a. Obat-obat yang menginaktivasi kanal Na+
Inaktivasi kanal Na dapat menurunkan kemampuan saraf unruk
menghantarkan muatan listrik. Contoh obatnya adalah, fenitoin,
katbamazepin, lamotrigin, okskarbazepin, dan valproat.
b. Obat-obat yang meningkatkan transmisi inhibitor GABAnergik
1) Agonis reseptor GABA : meningkatkan transmisi inhibitor dengan
meningkatkan kerja reseptor GABA, contoh : benzodiazepine,
barbiturate.
2) Menghambat GABA transaminase : meningkatkan konsentrasi GABA,
contoh : Vigabatrin
3) Menghambat Gaba Transporter : untuk memperlama aksi GABA,
contoh : tiagabin
4) Meningkatkan konsentrasi GABA pada cairan cerebrospinal :
menstimulasi pelepasan GABA dari non-vesikula pool, contoh :
gabapentin
c. Penatalaksanaan pada status epileptikus
2. Nonmedikamentosa
a. Hindari faktor pemicu (jika ada)
b. Tidak memasukan makanan dan minuman ketika kejang dan beberapa saat
setelah kejang
c. Pengawasan oleh keluarga
d. Awasi tanda vital
F. Prognosis
1. Umumnya baik, 70-80% pasien yang mengalami epilepsi akan sembuh, dan
kurang daril 50%-nya akan bisa lepas obat.
2. 20-30% mungkin akan berkembang menjadi epilepsi kronis, pada keadaan ini
pengobatan menjadi semakin sulit, dan 5% diantaranya akan tergantung pada
orang lain dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pasien dengan lebih dari satu jenis epilepsi, mengalami retardasi mental dan
gangguan psikiatri neurologik, pada keadaan seperti ini prognosis epilepsi
dikatakan buruk.
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat epilepsi diantarnya adalah sebagai
berikut :
1. Gangguan kognitif, terdapat bukti jelas bahwa kejang dapat menyebabkan
defisit fungsi kognitif yang dapat bertahan sampai satu jam atau lebih setelah
kejang.
2. Penurunan daya ingat
3. Pemusatan perhatian, hal ini sering terjadi pada penderita epilepsi. Penurunan
atensi lebih sering terjadi pada anak dengan epilepsi dibandingkan populasi
umum
4. Gangguan psikiatri telah menjadi pusat perhatian sejak lama pada pusat
penanganan epilepsy kelas 3. Studi pada populasi menggunakan kriteria DSM
IV.
KESIMPULAN
1. Epilepsi merupakan salah satu penyebab terbanyak morbiditas di bidang saraf anak
2. Epilepsi adalah kelainan otak yang ditandai oleh adanya faktor predisposisi yang
dapat mencetuskan bangunan epileptikm perubahan neurologis, kognitif, psikologis
dan adanya konsekuensi sosial yang diakibatkannya.
3. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, dapat disimpulkan bahwa An. Rena,
umur 6 tahun menderita epilepsy.
DAFTAR PUSTAKA
Wishwadewa, W N. et al. 2008. Kualitas hidup anak epilepsy dan faktor-faktor yang
mempengaruhi di departemen ilmu Kesehatan anak FKUI/RSCM Jakarta. Sari pediatric.
10 : 272 -279
Murtasid. et al. 2011. Pengaruh obat anti epilepsy terhadap gangguan daya ingat pada
epilepsy anak. Sari Pediatric. 12 ; 302 – 306
Suwarba, I G N M. 2011. Insidens dan karakteristik klinis epilepsy pada anak. Sari
pediatric. 13 : 123 – 128
Fisher RS, Boas WE, Blume W, Elger C, Genton P, Lee P, et al. 2005. Epileptic seizures
and epilepsy: definition proposed by the International League Against Epilepsy (ILAE)
and the International Bureau for Epilepsy (IBE). Epilepsia; 46(4):470-2
Price, S. A. dan Wilson, L. M. 2006. Patofisiologi Konsep klinis Proses Proses Penyakit.
Edisi 6. Volume 2. Jakarta : EGC. Hal.1158-1164
Utomo, Tranggono Y. 2011. Dosis dan Lama Pemberian Fenitoin Sebagai Faktor Risiko
Timbulnya Hiperplasia Ginggiva Pada pasien Epilepsi. Tesis. Program pascasarjana
Magister Ilmu Biomedik dan Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Saraf
Universitas Diponegoro: Semarang (Dipublikasikan)
Ikawati, Zullies. 2009. Epilepsi:Lecture Notes. (Online) Diakses di:
zulliesikawati.staff. ugm .ac.id/wp.../ epilepsy .pdf Pada tanggal 10 Desember 2012.
Harsono, Kustiowati E, Gunadharma S. 2008. Pendahuluan, definisi, klasifikasi, etiologi,
dan terapi. Dalam: Pedoman Tata Laksana Epilepsi. Jakarta: PERDOSSI hal.1-13