Upload
vancong
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KEBERAGAMAAN PEKERJA PERUSAHAAN BUMN Studi Kasus BNI Syariah Cabang RS Fatmawati Jakarta Selatan
Oleh:
TAUFIK HIDAYATULLAH
101032221681
JURUSAN SOSIOLOGI AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2007
ABSTRAKSI
KEBERAGAMAAN PEKERJA PERUSAHAAN BUMN Studi Kasus BNI Syariah Cabang RS Fatmawati Jakarta Selatan
Di era globalisasi ini ternyata agama masih mendapat tempat sebagai hal sakral yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan duniawi. Di era di mana orang terlalu mementingkan kehidupan duniawi, hal ini tidak serta merta pada BNI Syariah Cabang RS Fatmawati Jakarta Selatan. Sebuah konsekuensi logis bagi sebuah perusahaan yang berlandaskan Syariat Islam. Bagaimana pekerja BNI Syariah mengaktualisasikan keberagamaan mereka di tengah-tengah tuntutan perusahaan atas kinerja yang optimal? Apakah semua pekerja mampu
menyesuaikan keberagamaan mereka dengan landasan perusahaan tempat
mereka bekerja? Ataukah, aktivitas keberagamaan mereka hanya menonjol di lingkungan pekerjaan saja?
Menggunakan metode kualitatif ditambah data kuantitatif, dalam skripsi ini Taufik Hidayatullah mencoba menelusuri tingkat keberagamaan pekerja Muslim di BNI Syariah Cabang RS Fatmawati Jakarta Selatan dan kaitannya dengan kinerja kerja mereka. Diklasifikasi berdasarkan lima dimensi keberagamaan yang dipopulerkan oleh R. Stark dan C.Y. Glock yaitu: dimensi keyakinan, dimensi praktek agama, dimensi pengalaman, dimensi pengetahuan agama, dan dimensi konsekuensi agama. Ditambah aktivitas keberagamaan di perusahaan. Melalui penelitian yang memakan waktu kurang lebih dua bulan, Maret sampai dengan April, temuan yang dihasilkan menyatakan tingkat keberagamaan yang cukup tinggi pada pekerja BNI Syariah serta adanya pengaruh yang agama signifikan terhadap kinerja kerja mereka. Hal ini membuktikan betapa masih ada orang yang peduli terhadap keberagamaan mereka di tengah-tengah gemelut nafsu duniawi.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah Swt., Tuhan Yang tidak henti-hentinya
memberikan ridha dan inayah, taufik dan hidayah, serta kesabaran dan ketabahan
yang begitu besar kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam tercurah selalu kepada junjungan kita Nabi Muhammad
Saw., sang revolusioner sejati yang telah membawa rahmat bagi seluruh alam.
Genap satu tahun sudah usia penyusunan skripsi ini karena memang
sempat mengalami kendala yang begitu berat. Setelah sempat mengalami
serangkaian perubahan sejak proposal judul disetujui, setelah sempat mengalami
serangkaian perubahan struktur organisasi kampus, akhirnya skripsi ini dapat
selesai meskipun masih jauh dari kesempurnaan.
Sebuah penantian yang cukup lama untuk mencapai gelar kesarjanaan
Strata 1 (S1) pada Jurusan Sosiologi Agama, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Yth.:
1. Bapak Dr. H. Amsal Bachtiar, M.A. selaku mantan Dekan dan Bapak
Drs. M. Amin Nurdin, M.A. selaku Dekan baru Fakultas Ushuluddin
dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Dra. Hj. Hermawati, M.A. selaku mantan Ketua Jurusan dan
Bapak Muhammad Ismail, S.Ag. selaku mantan Sekretaris Jurusan
Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan masukan dan
pertimbangan-pertimbangan yang sangat berarti bagi penulis sejak
sebelum pengajuan proposal judul sampai dengan masa penyusunan
skripsi.
3. Ibu Dra. Ida Rasyidah, M.A. selaku Ketua Jurusan baru dan Ibu
Jauharotul Jamilah, M.Si. selaku Sekretaris Jurusan baru Sosiologi
Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta atas dukungan serta semangat yang diberikan.
4. Bapak Drs. Masri Mansoer, M.A. selaku Pembimbing I dan Ibu Dra.
Marzuqoh, M.A. selaku Pembimbing II yang dengan penuh kesabaran
dan ketabahan harus membimbing penulis selama kurang-lebih satu
tahun. Terima kasih atas segala bimbingan, masukan-masukan,
rekomendasi-rekomendasi, koreksi-koreksi, dan semangat serta
dorongan yang begitu besar kepada penulis hingga akhirnya dapat
menyelesaikan skripsi ini.
5. Segenap staf pengajar Fakultas Ushuluddin dan Filsafat atas semua
ilmu yang diberikan kepada penulis.
6. Segenap petugas Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat atas kesempatan
yang diberikan kepada penulis untuk mencari data dan informasi
tentang skripsi penulis.
7. Pimpinan dan segenap staf karyawan BNI Syariah Cabang RS
Fatmawati Jakarta Selatan terutama kepada Bapak Taufik Dwinanto,
Bapak A. Riva’i, Bapak Wahyu Avianto, dan Ibu Retno atas data-data
dan informasi yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian
skripsi ini.
8. Warnet-warnet yang pernah penulis singgahi dalam beburu tambahan
data dan informasi dalam penyusunan skripsi ini.
9. Keluarga tercinta, ayahanda tercinta, almarhum H. Emus Alamsyah
(w. 31 Juli 2006), atas didikan keras yang begitu berarti bagi penulis
meski terkadang di antara kita sering terjadi perlawanan. Abangku
tercinta, almarhum Syah Nurhalim (w. 25 April 2005), terima kasih
atas warisan kamarnya sehingga penulis dapat menyusun sekripsi ini
dengan nyaman. Semoga Allah Swt. menempatkan mereka di Surga
Jannatunna’im. Ibunda tercinta, Hj. Djani Amdja, yang begitu sabar
mensubsidi dan menanti kelulusan penulis: “Kapan lulusnya sih?
Kuliah mulu kagak lulus-lulus.” Abangku tercinta, Nurzain Hae, S.Pd.
(Zen Hae) Sang Penyair, yang dengan senang hati merelakan satu set
komputernya dan warisan buku-bukunya untuk penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Abangku tercinta, Muhammad Muhajirin,
S.Ag, atas warisan buku-bukunya dan dorongan semangatnya yang
tidak henti-henti. Abangku tercinta, A. Zainuddin. Mpokku tercinta,
Maesyuroh dan Mariam Linda. Serta adik-adikku tercinta, Haslinda
Iqbal, Luqman Syah, dan Zulkarnain Ghazali. Teima kasih yang tak
terhingga atas segala kontribusi materi dan moral yang terus mengalir
dari kalian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
10. Maulana “Goval” Yusuf (UHAMKA) atas pinjaman printer Lexmark
Z515.
11. Teman-teman Sosiologi Agama, Sang Inspirator, Ibu Anita (Ny.
Agung). Teman-teman sejati, senasib, seperjuangan, Ahmad “De Aji”
Bajri, Andi “Kampleng” Hasan, Aminuddin, Saiful “Icho” Bahri, Diky
“Cing Aji” Jumhana, atas kebersamaan yang masih tetap terjaga dan
sharing yang begitu bermanfat. Munawaroh “Waway”, Ahmad
Syamsuddin, dan Roby Wisudawan, serta teman-teman Sosiologi
Agama lainnya, terima kasih atas dukungan moral dan semangat dari
kalian kepada penulis.
12. Segenap pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis mengakui tidak mampu membalas jasa-jasa mereka yang begitu
besar. Hanyalah kepada Allah Swt. harapan penulis satu-satunya. Semoga Allah
Swt. membalas segala budi baik mereka.
Sangat jauh harapan penulis untuk sebuah kesempurnaan. Dan penulis
menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan dalam skripsi ini. Terima kasih
atas segala perhatian, dan atas segala kekurangan penulis mohon maaf. Mudah-
mudahan skripsi ini dapat bermanfaat. Amin Allahumma Amin...!
Kembangan, 05 Mei 2007
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................ 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 6
D. Metodologi Penelitian .................................................................... 7
E. Sitematika Penulisan ...................................................................... 11
BAB II KAJIAN TEORI
A. Keberagamaan................................................................................ 13
1. Pengertian Keberagamaan........................................................ 13
2. Dimensi-dimensi Keberagaman ............................................... 14
B. Pekerja............................................................................................ 19
1. Pengertian Pekerja.................................................................... 19
2. Undang-undang Ketenagakerjaan dan Institusi ....................... 20
C. BUMN............................................................................................ 25
1. Pengertian BUMN.................................................................... 25
2. BNI Sebagai BUMN ................................................................ 26
BAB III PROFIL BNI SYARIAH
A. Sejarah Berdirinya BNI Syariah .................................................... 31
B. Visi dan Misi BNI Syariah............................................................. 32
1. Visi ........................................................................................... 32
2. Misi .......................................................................................... 33
C. Manajemen dan Organisasi BNI Syariah....................................... 34
1. Sistem Manajemen BNI Syariah.............................................. 34
2. Struktur Organisasi BNI Syariah ............................................. 34
D. Produk BNI Syariah ....................................................................... 36
1. Produk Dana............................................................................. 36
2. Produk Pembiayaan.................................................................. 36
3. Produk Jasa .............................................................................. 37
E. Profil Responden............................................................................ 38
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA HASIL PENELITIAN
A. Dimensi-dimensi Keberagamaan Pekerja ...................................... 39
1. Dimensi Keyakinan.................................................................. 39
2. Dimensi Praktek Agama .......................................................... 45
3. Dimensi Pengalaman................................................................ 55
4. Dimensi Pengetahuan Agama .................................................. 60
5. Dimensi Konsekuensi .............................................................. 64
B. Aktivitas Agama Pekerja Di Perusahan ......................................... 70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 74
B. Saran-saran..................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan perekonomian di Indonesia semakin lama semakin
meningkat. Hal ini dapat dilihat dari semakin bertambahnya perusahaan-
perusahaan besar yang bermunculan bagaikan jamur di musim hujan.
Keuntungannya adalah selain menambah pemasukan devisa negara juga—
sitidaknya—mampu mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia. Perusahaan-
perusahaan yang bermunculan sangat beragam dari perusahaan kecil sampai
perusahaan besar, dari perusahaan nasional sampai perusahaan multinasional.
Perusahaan nasional yang lebih dikenal dengan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yaitu badan usaha milik negara yang didirikan sesuai Undang-
undang No. 9 tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-undang No. 1 tahun 1969 tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara menjadi
Undang-undang, dan badan usaha lainnya yang didirikan dengan Undang-undang
tersendiri yang terdapat unsur kepemilikan negara.1
Salah satu contoh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. yang lebih
dikenal dengan BNI. BNI merupakan bank umum pemerintah pertama yang
didirikan pada tanggal 5 Juli 1946. Selain sebagai Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), BNI juga merupakan salah satu pelopor dalam pengembangan bank
syariah di Indonesia. Hal ini merupakan perealisasian dari Undang-undang Nomor
1 “Penjelasan Atas Peraturan Bank Indonesia No. 4/PBI/2002 Tentang Pemantauan
Kegiatan Lalu Lintas Devisa Perusahaan Bukan Lembaga Keuangan Umum,” artikel diakses .id.go.bi.www://httpdari , 2007Januari 7 tanggal
10 Tahun 1998 yang memungkinkan bank-bank umum untuk membuka layanan
syariah, BNI membuka layanan perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah
dengan konsep dual system banking yakni dua layanan perbankan, umum dan
syariah sekaligus. Diawali dengan pembentukan Tim Bank Syariah di tahun 1999,
Bank Indonesia (BI) kemudian memberikan izin prinsip dan usaha untuk
beroperasinya Unit Usaha Syariah.
Sebagai bank yang beroperasi berdasarkan syariah Islam dan berlandaskan
pada Al-Quran dan Hadis, sudah selayaknya pula pekerja-pekerja di BNI Syariah
memiliki kinerja yang disesuaikan dengan latar belakang operasional bank
tersebut. Paling tidak, ada perbedaan jika dibandingkan dengan pekerja pada
bank-bank umum pada umumnya.
Dalam konteks ketenagakerjaan, tenaga kerja dan perkerja memiliki
perbedaan makna. Undang-undang tentang ketenagakerjaan menyebutkan bahwa
tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
untuk masyarakat. Sedangkan pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.2 Namun, kata yang sering
digunakan adalah "tenaga kerja". Meskipun demikian, selanjutnya penulis akan
menggunakan kata "pekerja", sesuai dengan kaidah yang ada dan sesuai dengan
obyek kajian adalah orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan.
Setiap tenaga kerja belum tentu pekerja tetapi setiap pekerja sudah pasti tenaga
kerja. Karena setiap tenaga kerja adalah orang yang mampu melakukan pekerjaan
tetapi belum bekerja, sedangkan pekerja merupakan srtiap orang yang sudah
2 Undang-undang RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (Bandung: Citra
Umbara, 2003, Bab I (ketentuan umum), Pasal I ayat (2) dan (3), h. 3.
bekerja dan merupakan tenaga kerja, yaitu dengan menerima upah atau imbalan
lainnya.
Pada awalnya manusia sejak awal sejarah telah menunjukkan
kecenderungan bekerja sebagai upaya memenuhi kebutuhan hidup, sebab itulah
manusia disebut makhluk bekerja (homo faber). Pekerjaan merupakan usaha yang
direncanakan untuk menghasilkan nilai atau manfaat bagi orang lain.3 Pekerja
berarti orang yang bekerja. Bekerja berarti melakukan pekerjaan. Maka pekerja
berarti orang yang melakukan suatu usaha yang direncanakan untuk menghasilkan
nilai atau manfaat.
Dilihat dari kacamata agama, bekerja bukan hanya sekedar mencari nafkah
untuk kelangsungan hidup tetapi juga merupakan suatu pengabdian kepada
sesama manusia, rumah tangga, bangsa dan negara, serta yang lebih penting lagi
adalah pengabdian kepada Tuhan Yang Mahakuasa.4 Pengabdian kepada Tuhan
Yang Mahakuasa ini merupakan pencerminan keberagamaan pekerja dalam
menjalankan keyakinan agamanya masing-masing. Pekerja seperti ini meyakini
bahwa apapun yang mereka lakukan semata-mata karena Tuhan Yang Mahakuasa
(lillahi taala).
Kata "keberagamaan" berasal dari kata "beragama" yang mendapat awalan
"ke-" dan akhiran "-an". Kata "beragama" sendiri dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia diartikan: menganut (memeluk) agama, beribadat, taat kepada agama
(baik hidupnya menurut agama). Misalnya, "ia berasal dari keluarga yang taat
3 Ir. Herlianto, M.Th., Urbanisasi, Pembangunan, dan Kerusuhan Kota (Jakarta: PT
Alumni, 1997), h. 55. 4 M. Syaufii Syamsuddin, Norma Perlindungan dalam Hubungan Industrial (Jakarta:
Sarana Bhakti Persada, 2004), h. 1.
beragama".5 Kata "keberagamaan" dalam penelitian sosial keagamaan lebih
dikenal dengan sebutan "religiusity" atau "religiusitas". Religiusitas berbeda
dengan pemahaman tentang agama-agama yang lebih menunjukkan keadaan
kelembagaan, kebaktian kepada Tuhan atau kepada "dunia atas" dalam aspeknya
yang resmi, yuridis, peraturan-peraturan dan hukum-hukumnya. Religiusitas lebih
melihat aspek-aspek yang di "dalam hati", riak getaran hati nurani, dan sikap
personal.6 Kondisi-kondisi yang menurut R.Stark dan C.Y. Glock dapat menunjuk
kepada ketaatan dan komitmen kepada agama.7 Adapun Dalam sebuah perusahaan
BUMN sendiri ketaatan dan koitmen kepada agama setiap pekerja sekiranya
menjadi aspek lain yang menarik untuk ditelusuri lebih dalam.
Dalam UUD 1945 negara menjamin kemerdekan tiap-tiap penduduk untuk
memluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agama dan
kepercayaannya itu.8 Agama sebagai sebuah sistem yang mengatur hubungan
hamba dengan Tuhannya. Agama adalah prinsip kepercayaan terhadap Tuhan atau
dewa atau lainnya dengan menjalankan kebaktian, kewajiban-kewajiban yang
bertalian dengan kepercayaan itu.9 Agama membawa peraturan yang merupakan
hukum-hukum yang harus dipatuhi dan dapat menguasai diri seseorang sehingga
membuat patuh dan tunduk kepada Tuhan dengan menjalankan agama.10 Jika
demikian, maka kebebasan beragama menjamin manusia untuk mengabdikan diri
5 J.S. Badudu Sota Mohammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1994), h. 11. 6 Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, Metodologi Penelitian Survei (Jakarta: LP3ES,
1989), hh. 126-127. 7 R. Stark dan C.Y. Glock, "Dimensi-dimensi Keberagamaan," dalam Roland Robertson,
ed., Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis (Jakarta: PT RajaGarafindo Persada, 1993), h. 291.
8 Ibid., h. 24. 9 Departemen Pndidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1998), h. 9. 10 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek (Jakarta: UI Press), h. 9.
kepada Tuhannya masing-masing. Dengan tidak bermaksud mencampuri privasi
masing-masing dalam menjalankan agamanya penulis mencoba memberikan
gambaran singkat mengenai keberagamaan atau religiusitas setiap pekerja muslim
tentunya. Terlebih pekerja BNI Syariah, yang notabene BNI Syariah beroperasi
berdasarkan syariah Islam dan berlandaskan Al-Quran dan Hadis, maka
keberagaman pekerja menjadi menarik untuk dibahas. Apakah keberagamaan
orang yang bekerja pasti sejalan dengan perusahaannya atau malah sebaliknya?
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dan menganalisa tentang keberagamaan pekerja. Selanjutnya hasil
penelitian tersebut akan penulis tuangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul
“Keberagamaan Pekerja Perusahaan BUMN”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Demi mempermudah penelitian—mengingat pembahasan yang cukup
luas—untuk lebih memfokuskan pembahasan penulis membatasi masalah hanya
mengenai keberagamaan pekerja di perusahaan BUMN, dalam hal ini Bank BNI
Syariah Cabang RS Fatmawati Jakarta Selatan. Kemudian penulis juga lebih
menspesifikasikan lagi hanya pada pekerja Muslim atau pekerja yang beragama
Islam yang ada di Bank BNI Syariah Cabang RS Fatmawati Jakarta Selatan yang
notabene merupakan salah satu perusahaan BUMN di Indonesia. Adapun
perumusan masalah tersebut adalah: bagaimana keberagamaan pekerja Muslim di
Bank BNI Syariah Cabang RS Fatmawati Jakarta Selatan. Yang dibatasi pada
lima dimensi yaitu dimensi keyakinan, dimensi praktek agama, dimensi
pengalaman, dimensi pengetahuan agama, dan dimensi konsekuensi, serta
ditambah dengan aktivitas agama di perusahaan. Apakah keberagamaan mereka
sejalan dengan kinerja mereka sebagai pekerja perusahaan yang latar belakang
visi dan misinya berlandaskan Islam.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan utama penelitian ini tentunya untuk mengetahui bagaimana
keberagamaan pekerja Bank BNI Syariah Cabang RS Fatmawati Jakarta Selatan,
disesuaikan dengan lima dimensi keberagamaan dan dikaitkan dengan kinerja
mereka.
Sedangkan manfaat yang sekiranya dapat diambil dari hasil penelitian ini
adalah:
1. Sebagai syarat mutlak untuk memperoleh gelar kesarjanaan Strata 1 (S1).
2. Sebagai masukan bagi para pekerja dalam mengaktualisasikan
keberagamaannya apalagi mereka harus bekerja di perusahaan yang
berdasarkan syariah Islam dan ternama pula serta harus berpegang teguh
pada ketentuan-ketentuan yang berlaku dan dituntut kinerja yang optimal
di perusahaan tempat mereka bekerja.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan yang penulis teliti dalam
memperlakukan pekerja yang pada dasarnya juga sedang melakukan
pengabdian kepada Tuhan Yang Mahakuasa.
4. Sebagai bahan informasi untuk penelitian serupa.
5. Sebagai tambahan dokumentasi penulis yang dapat dimanfaatkan sewaktu-
waktu.
D. Metodologi Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penulis melakukan penelitian pada perusahaan BUMN Bank BNI
Syariah Cabang RS Fatmawati Jakarta Selatan yang berlokasi di Jalan RS
Fatmawati Jakarta Selatan. Penulis memilih lokasi tersebut berdasarkan
pertimbangan kemudahan untuk memasukinya. Tentunya lebih mempermudah
penulis untuk melakukan penelitian karena penulis memahami betul pemetaan
lokasi tersebut. Hary Yuswadi menyebutkan bahwa penentuan lokasi dan
setting penelitian selain dibingkai dalam kerangka teoritik juga dilandasi oleh
pertimbangan teknis operasional. Untuk itu, lokasi dan setting penelitian
dipertimbangkan berdasarkan kemungkinan dapat-tidaknya dimasuki dan
dikaji lebih mendalam.11
2. Waktu Penelitian
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian tersebut kurang-
lebih dua bulan. Dimulai dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2007.
3. Populasi dan Sampel
Sampel utama (key informan) penelitian ini adalah pekerja tetap Bank
BNI Syariah Cabang RS Fatmawati Jakarta Selatan yang beragama Islam.
Kemudian dipilih beberapa sampel untuk dijadikan responden. Prinsip-prinsip
dasar penentuan sampel mengacu pada masalah teknis pelaksanaan dan
kualitas produk yang dihasilkan. Dalam hal ini penentuan sampel harus
sesederhana mungkin dan sampel yang dipilih haruslah betul-betul
11 Hary Yuswadi, “Pengumpulan Data di Daerah Perlawanan Petani: Sebuah
Pengalaman Lapangan dari Jember”, dalam Burhan Bungin, ed., Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001), h. 101.
merepresentasikan keadaan populasi yang sesungguhnya. Dari beberapa
literatur atau bacaan tentang metodologi penelitian dapat diperoleh informasi
bahwa besarnya sampel tidak boleh kurang dari 10 % populasi ada pula yang
menyatakan minimal 5 % dari populasi.12 Untuk lebih representatif penulis
akan memilih sampel 20 % dari seluruh populasi yang berjumlah 100 orang.13
Sementara teknik sampling yang penulis gunakan adalah teknik random atau
acak.
4. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian kualitatif
dengan jalan observasi dan wawancara mendalam untuk memperoleh
pemahaman yang otentik mengenai pengalaman responden. Kebanyakan
peneliti kualitatif menganggap bahwa observasi dan wawancara mendalam
(dengan pertanyaan-pertanyaan terbuka) merupakan metode yang potensial
untuk tujuan tersebut.14 Selain itu penelitian ini juga didukung dengan data-
data kuantitatif sederhana yang diperoleh melalui penyebaran angket atau
kuesioner. Metode yang penulis gunakan adalah metode deskriptif-analisis,
sebagai upaya memberikan gambaran komprehensif tentang keberagamaan
pekerja Muslim di Bank BNI Syariah Cabang RS Fatmawati Jakarta Selatan.
Metode deskriptif itu sendiri bermaksud membuat gambaran mengenai situasi-
situasi atau kejadian-kejadian tertentu sehingga diperoleh gambaran yang
12 Yusuf Irianto, M.Com., “Metode Pengumpulan Data dan Kasus Penelitian Remunerasi
dan Manajemen Kinerja di Kalimantan Timur serta Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Jawa Timur”, dalam Burhan Bungin, ed., op. cit., hh. 44-45. 13 Profil Perusahaan BNI Syariah, Jakarta, 2002.
14 Dr. Deddy Mulyana, M.A., Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), h. 156.
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi
tertentu.15
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Metode Interview (wawancara)
Penulis menggunakan metode wawancara mendalam (wawancara
tak terstruktur, wawancara terbuka, wawancara intensif, atau wawancara
kualitatif) yang bertujuan untuk memperoleh bentuk-bentuk tertentu
informasi dari semua responden, tetapi susunan kata dan urutannya
disesuaikan dengan ciri-ciri setiap responden.16 Dalam wawancara ini
penulis melakukan tatap muka langsung dengan responden dan untuk
membantu kelancaran wawancara penulis menggunakan bantuan pedoman
wawancara (interview guide) yang merupakan catatan yang berisi daftar
dari pokok-pokok untuk ditanyakan seputar lima dimensi keberagamaan
mereka. Adapun orang-orang yang diwawancarai adalah: Taufik
Dwinanto, Asisten Unit Pemasaran Bisnis BNI Syariah; Retno, Staf BNI
Syariah; A. Rivai, Analis Pengelolaan Pengembangan Produk dan Sisdur
BNI Syariah; dan Wahyu Avianto, Pengelola Pengembangan Produk dan
Sisdur BNI Syariah.
b. Observasi atau Pengamatan
Yaitu pengumpulan data di mana penulis mengadakan pengamatan
langsung terhadap fenomena dan obyek yang diteliti.17 Pengamatan
15 Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Rajawali Press, 1998), h. 18. 16 Dr. Deddy Mulyana, M.A., op. cit., h. 181, dikutip dari Norman K. Denzin, The
Research Act: A Theoretical Introduction to Sociological Methods, edisi ke-3 (Englewood Cliffs, N.J.: Prentice Hall, 1989), p. 105.
17 Winarno Soerakhman, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tasito, 1986), cet. 7, h. 102.
dilakukan terhadap aktivitas keberagamaan dan aktivitas kerja para
responden.
c. Angket (kuesioner)
Umumnya dalam penelitian survei lapangan sarana berupa
kuesioner atau panduan pertanyaan merupakan elemen yang esensial
(harus ada) untuk kepentingan pengumpulan data. Produk akhir
pengumpulan data melalui kuesioner umumnya berupa angka, tabel,
analisis statistik, dan deskripsi serta kesimpulan hasil penelitian.18 Dalam
hal ini penulis akan menyebarkan angket (kuesioner) kepada setiap
responden untuk memperoleh informasi yang relevan dengan kebutuhan
dan tujuan penelitian di mana informasi tersebut mempunyai nilai
reliability dan validity yang setinggi mungkin. Adapun jumlah pertanyaan
yang diajukan adalah 35. Dari 35 pertanyaan angket yang ada, penulis
membaginya sebagai berikut: 5 pertanyaan tentang dimensi keyakinan, 10
pertanyaan tentang dimensi praktek agama, 5 pertanyaan tentang dimensi
pengalaman, 5 pertanyaan tentang dimensi pengetahuan agama, dan 5
pertanyaan tentang dimensi konsekuensi. Sementara 5 pertanyaan lagi
tentang aktivitas agama pekerja di perusahaan.
6. Analisis Data
Dari segi kualitatif penulis memperoleh data melalui wawancara dan
observasi (pengamatan) dan dari segi kuantitatif penulis memperoleh data
melalui penyebaran angket (kuesioner). Selanjutnya data hasil penelitian yang
telah dikumpulkan angket dianalisis melalui persentase setelah ditabulasi
18 Yusuf Irianto, M.Com., op. cit., h. 46.
berdasarkan jumlah frekwensi jawaban responden untuk setiap alternatif
jawaban. Sebagai pedoman untuk menganalisis data penulis menggunakan
rumus sebagai berikut:
%100×=Ρnf
Keterangan:
P = Prosentase
f = Frekwensi Jawaban
n = Jumlah sampel yang diteliti
100% = Bilangan Konstan (tetap)
7. Pedoman Penulisan
Adapun teknik penulisan skripsi ini berlandaskan pada Pedoman
Akademik Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini disesuaikan dengan pokok permasalahan
yang dibahas dan penulis membaginya dalam lima bab. Kemudian dari beberapa
bab yang ada dibagi lagi ke dalam beberapa sub-bab. Adapun sistematikanya
adalah sebagai berikut:
BAB I membahas pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II membahas kajian teori tentang keberagamaan, pekerja, dan
perusahaan BUMN. Kajian keberagamaan meliputi pengertian keberagamaan dan
dimensi-dimensi keberagamaan. Kajian pekerja meliputi pengertian pekerja,
undang-undang ketenagakerjaan, dan institusi. Kajian BUMN meliputi pengertian
BUMN dan BNI sebagai perusahaan BUMN.
BAB III membahas Profil Bank BNI Syariah Cabang RS Fatmawati
Jakarta Selatan yang meliputi sejarah berdirinya, manajemen dan organisasi, visi
dan misi, dan produk BNI Syariah.
BAB IV membahas temuan dan analisa hasil penelitian yang meliputi
dimensi-dimensi keberagamaan pekerja dibagi berdasarkan lima dimensi
keberagamaan: dimensi keyakinan, dimensi praktek agama, dimensi pengalaman,
dimensi pengetahuan agama, dan dimensi konsekuensi. Serta aktivitas agama
pekerja di perusahaan.
BAB V membahas penutup yang meliputi kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Keberagamaan
1. Pengertian Keberagamaan
Seperti yang telah penulis utarakan sebelumnya pada BAB I bahwa
secara bahasa kata “keberagamaan” berasal dari kata “beragama” yang
mendapat awalan “ke-”. Awalan “ke-“ di sini lebih bermakna “keadaan” atau
“kondisi”. Kata “beragama” sendiri diartikan menganut (memeluk) agama,
beribadat, taat kepada agama (baik hidupnya menurut agama).19 Maka kata
“keberagamaan” dapat diartikan suatu keadaan beragama atau keadaan
menganut (memeluk) agama, keadaan beribadat, keadaan taat kepada agama
(baik hidupnya menurut agama).
Djamaluddin Ancok dalam bukunya “Psikologi Islami” memandang
keberagamaan sebagai suatu pembicaraan mengenai pengalaman atau
fenomena yang menyangkut hubungan agama dengan penganutnya, atau suatu
keadaan yang ada dalam diri seseorang (penganut agama) yang
mendorongnya untuk bertingkah laku yang sesuai dengan agamanya.20
Sebagaimana yang dikatakan Hamka bahwa keberagamaan atau religiusitas
bukanlah ‘uzlah atau kecenderungan untuk menarik diri, melainkan dia
memberikan dorongan kepada setiap orang untuk “berani hidup” tapi “tidak
takut mati”. Keberanian untuk hidup itu hanya akan timbul jika orang bisa
19 J.S. Badudu Sota Mohamad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1994), h. 11. 20 Djamaluddin Ancok, Psikologi Islami (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), h. 26.
menangkap makna hidup.21 Bisa dikatakan bahwa dalam hal ini keberagamaan
merupakan manifestasi atau gambaran sebuah fenomena komunikasi hamba
dengan Tuhannya yang dapat dilihat melalui tingkah lakunya.
Pendapat Djamaluddin Ancok di atas senada dengan apa yang
dikatakan oleh Muhammad Djamaluddin bahwa keberagamaan merupakan
manifestasi seberapa jauh individu penganut agama dalam meyakini,
memahami, menghayati, dan mengamalkan agama yang dianutnya dalam
kehidupan sehari-hari dalam setiap aspek kehidupan.22 Abdul Aziz Al-Bone
menambahkan bahwa keberagamaan atau religiusitas adalah ketergantungan
kepada Tuhan dan kehidupan abstrak serta komitmen kepribadian seseorang,
pengalaman dan komitmen, cara berpikir, berbuat, berperilaku moral, dan
tindakan lainnya.23 Intinya pandangan-pandangan di atas menjelaskan kepada
kita bahwa keberagamaan berarti penampakan dari sebuah abstraksi hubungan
Tuhan dengan hambanya secara perorangan. Jadi, keberagamaan di sini
sifatnya sangat individu atau personal sekali.
2. Dimensi-dimensi Keberagamaan
R. Stark dan C.Y. Glock menuliskan bahwa pada kenyataannya
pembahasan terinci tentang keberagamaan atau ekspresi agama sangat
bervariasi. Menurut mereka agama-agama yang berbeda diasumsikan
memiliki perbedaan pula dalam kepenganutannya. Penganut Katolik misalnya,
diharapkan ikut serta secara teratur dalam sakramen Katolik dan Persekutuan
21 M. Dawam Raharjo, Intelektual, Intelegensia, dan Perilaku Politik Bangsa: Risalah Cendikiawan Muslim (Bandung: Mizan, 1996), h. 375.
22 Muhammad Djamaluddin, Religiusitas dan Stres Kerja pada Polisi (Yogyakarta: UGM Press, 1995), h. 44.
23 Abdul Aziz Al-Bone, Sinopsis Disertasi: Hubungan antara Komunikasi Interpersonal dalam Keluarga, Pengendalian diri, dan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam dengan Religiusitas siswa pada SMU Negeri Jakarta Timur, h. 5.
Suci (Holy Communion), tetapi bagi pemeluk agama Islam hal itu terasa
asing. Demikian pula kewajiban setiap Muslim untuk pergi ke Mekkah, paling
tidak sekali dalam hidupnya, juga asing bagi penganut agama lain. Contoh
lain, orang Hindu pantang makan daging sapi, penganut Islam dan Yahudi
mengharamkan daging babi, Protestan Evangelis berpantang alkohol, dan
hingga sekarang penganut Katolik tidak makan daging sapi pada hari Jumat.
Namun, di luar perbedaan-perbedaan yang bersifat khusus dalam keyakinan
dan praktek tersebut, nampaknya terdapat konsensus umum dalam semua
agama di mana keberagamaan itu diungkapkan. Konsensus inilah yang
menurut pendapat R. Stark dan C.Y. Glock menciptakan seperangkat dimensi
inti dari keberagamaan itu. Setidaknya ada lima dimensi yang kesemuanya
dibedakan di mana dalam setiap dimensi aneka ragam kaidah dan unsur-unsur
lainnya dari berbagai agama di dunia dapat digolong-golongkan. Dimensi-
dimensi tersebut adalah: keyakinan, praktek, pengalaman, pengetahuan, dan
konsekuensi-konsekuensi.24
a. Dimensi Keyakinan
Dimensi ini berisikan pengaharapan-pengharapan di mana orang
yang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu, mengakui
kebenaran doktrin-doktrin tersebut. Setiap agama mempertahankan
seperangkat kepercayaan di mana para penganut diharapkan akan taat.
Walaupun demikian, isi dan ruang lingkup keyakinan itu bervariasi tidak
24 R. Stark dan C.Y. Glock, Dimesi-dimensi Keberagamaan, dalam Roland Robertson,
ed., Agama dalam Analisa dan Inerpretasi Sosiologis (PT RajaGrafindo Persada, 1993), hh. 294-295.
hanya di antara agama-agama, tetapi seringkali juga di antara tradisi-
tradisi dalam agama yang sama.25
b. Dimensi Praktek Agama
Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal
yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang
dianutnya. Praktek-praktek keagamaan ini terdiri dari dua kelas penting:
Ritual mengacu kepada seperangkat ritus, tindakan keagamaan
formal dan praktek-praktek suci yang semua agama mengharapkan para
penganutnya melaksanakan.
Ketaatan dan ritual bagaikan ikan dengan air, meski ada perbedaan
penting. Apabila aspek ritual dari komitmen sangat formal dan khas
publik, semua agama yang dikenal juga mempunyai perangkat tindakan
persembahan dan kontemplasi personal yang relatif spontan, informal, dan
khas pribadi.26
c. Dimensi Pengalaman
Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua
agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, meski tidak tepat
jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu
waktu akan mencapai pengetahuan subyektif dan langsung mengenai
kenyataan terakhir (kenyataan terakhir: bahwa ia akan mencapai suatu
keadaan kontak dengan perantara supranatural). Dimensi berkaitan dengan
pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi, dan
sensasi-sensasi yang dialami seorang pelaku atau didefinisikan oleh suatu
25 Ibid. 26 Ibid. hh. 295-296.
kelompok keagamaan (atau suatu masyarakat) yang melihat komunikasi,
walaupun kecil, dengan suatu esensi ketuhanan, yakni dengan Tuhan,
dengan kenyataan terakhir, dengan otoriti transendental. Mengenai hal ini,
Stark dan Glock menegaskan bahwa ada kontras-kontras yang nyata dalam
berbagai pengalaman tersebut yang dianggap layak oleh berbagai tradisi
dan lembaga keagamaan, dan agama juga bervariasi dalam hal dekatnya
jarak dengan prakteknya. Namun, setiap agama memiliki paling tidak nilai
minimal terhadap pengalaman subyektif keagamaan sebagai tanda
keberagamaan individual.27
d. Dimensi Pengetahuan Agama
Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang
beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai
dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci, dan tradisi-tradisi. Pada
dasarnya pengetahuan dan keyakinan saling berkaitan satu sama lain.
Namun demikian, keduanya tidak perlu saling bergantungan. Keyakinan
tidak perlu diikuti syarat pengetahuan, sebaliknya semua pengetahuan
agama tidak selalu bersandar pada keyakinan. Dengan kata lain, seseorang
dapat berkeyakinan kuat tanpa benar-benar memahami agamanya, atau
kepercayaan seseorang bisa saja kuat atas dasar pengetahuan agama yang
sedikit.28
e. Dimensi Konsekuensi
Berbeda dengan ke empat dimensi sebelumnya, dimensi ini
mengacu kepada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktek,
27 Ibid. 28 Ibid. h. 297.
pengalaman dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Istilah “kerja”
dalam pengertian teologis digunakan di sini. Walaupun agama banyak
menggariskan bagaimana pemeluknya seharusnya berpikir dan bertindak
dalam kehidupan sehari-hari, tidak sepenuhnya jelas sebatas mana
konsekuensi-konsekuensi agama merupakan bagian dari komitmen
keagamaan atau semata-mata berasal dari agama.29
Dari kelima dimensi keberagamaan tersebut kita dapat memahami
tingkat keberagamaan seseorang. Adapun sikap keberagamaan seseorang
dapat diindikasikan melalui kerangka sebagai berikut:
a. Keterlibatan tingkat ritual (ritual involvment), yaitu tingkat sejauh
mana seseorang mengerjakan ritual agama mereka.
b. Keterlibatan ideologis (ideological involvment), yaitu tingkat sejauh
mana seseorang menerima hal-hal yang dogmatis dalam agama
mereka.
c. Keterlibatan intelektual (intelectual involvment), yaitu tingkat sejauh
mana seseorang mengetahui tentang ajaran agamanya, seberapa jauh
akativitasnya dalam menambah pengetahuan agama.
d. Keterlibatan pengalaman (experiental involvment), yang menunjukkan
apakah seseorang pernah mengalami pengalaman yang spektakuler
yang merupakan kewajiban yang datang dari Tuhan.
e. Keterlibatan konsekuen (consequential involvment), yaitu tingkat
sejauh mana perilaku seseorang konsekuen dengan ajaran agamanya.
29 Ibid.
B. Pekerja
1. Pengertian Pekerja
Pekerja sering diidentikkan dengan tenaga kerja atau buruh yaitu orang
yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.30
Imbalan dalam bentuk lain di sini adalah imbalan selain uang tunai.
Mengingat istilah upah identik dengan uang tunai. Dengan kata lain imbalan
tersebut dapat berupa barang dan sejenisnya.
Sementara Mohamad Syaufii Syamsuddin menyebutkan bahwa
sedikitnya ada tiga segi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
mengartikan pekerja. Pertama, dari segi perorangan, bekerja adalah gerak dari
badan dan pikiran guna memelihara kelangsungan hidup jasmani maupun
rohani. Kedua, dari segi kemasyarakatan, bekerja adalah melakukan perbuatan
untuk menghasilkan barang atau jasa guna memuaskan kebutuhan masyarakat.
Ketiga, dari segi spiritual, bekerja adalah kewajiban dan hak asasi manusia
dalam memuliakan dan mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa.31 Dalam
melakukan pekerjaan atau bekerja maka pekerja akan memperoleh dua
keuntungan sekaligus, yaitu keuntungan materi untuk kehidupan duniawi dan
kebaikan untuk di akhirat nanti. Syamsuddin Abdullah mengutip pendapat
Max Weber yang mengatakan bahwa dalam jiwa kapitalis pekerjaan
merupakan kegiatan yang berguna dan benar, karena kegiatan itu sendiri
30 UU RI No. 13 Tahun 2003: Tentang Ketenagakerjaan, BAB 1 (ketentuan umum),
pasal 1 ayat (2) dan (3), h. 3. 31 M. Syaufii Syamsuddin, Norma Perlindungan dalam Hubungan Industrial (Jakarta:
Sarana Bhakti Persada, 2004), h. 10.
bukan semata-mata untuk mendapatkan kesenangan material.32 Bisa dikatakan
bekerja juga untuk mendapatkan kesenangan atau keuntungan spiritual.
2. Undang-undang Ketenagakerjaan dan Institusi
a. Undang-undang Ketenagakerjaan
1) Pengupahan
Tercantum dalam Pasal 88 bagian kedua tentang pengupahan:
(1) Setiap pekerja atau buruh berhak memperoleh penghasilan
yang memenuhi kehidupan yang layak bagi kemanusiaan.
(2) Untuk mewujudkan penghasilan yang memenuhi penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang
melindungi pekerja atau buruh.
(3) Kebijakan pengupahan yang melindungi pekerja atau buruh
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) meliputi:
a. Upah minimum;
b. Upah kerja lembur;
c. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan;
d. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di
luar pekerjaannya;
e. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerja;dan
sebagainya
Juga tercantum pada Pasal 93 yang berbunyi:
32 Syamsuddin Abdullah, Agama dan Masyarakat: Pendekatan Sosiologi Agama
(Jakarta: Logos, 1997), h. 32.
(1) Upah tidak dibayar apabila pekerja atau buruh tidak
melakukan pekerjaan.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak
berlaku, dan pengusaha wajib membayar upah apabila:
a. Pekerja atau buruh sakit sehingga tidak dapat melakukan
pekerjaan;
b. Pekerja atau buruh perempuan yang sakit pada hari
pertama dan kedua masa haidnya sehingga tidak dapat
melakukan pekerjaan;
c. Pekerja atau buruh tidak masuk bekerja karena menikah,
menikahkan, mengkhitan, membaptiskan anaknya, istri
melahirkan atau keguguran kandungan, suami atau istri
atau anak atau menantu atau orang tua atau mertua atau
anggota keluarga dalam satu rumah meninggal dunia;
d. Pekerja atau buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya
karena sedang menjalankan kewajibannya terhadap
negara;
e. Pekerja atau buruh tidak dapat melakukan pekerjaannya
karena menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya;
dan sebagainya
2) Fasilitas Kesejahteraan
Dalam hal ini terdapat dalam beberapa pasal di antaranya
bagian ketiga Pasal 99 tentang kesejahteraan:
(1) Setiap pekerja atau buruh dan keluarga berhak untuk
memperoleh jaminan sosial tenaga kerja.
(2) Jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Diikuti oleh Pasal 100 tentang kesejahteraan:
(1) Untuk meningkatkan kesejahteraan bagi pekerja atau buruh
dan keluarga, pengusaha wajib menyediakan fasilitas
kesejahteraan.
(2) Penyediaan fasilitas kesejahteraan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), dilaksanakan dengan memperhatikan
kebutuhan pekerja atau buruh dan ukuran kemampuan
perusahaan.
(3) Ketentuan mengenai jenis dan kriteria fasilitas kesejahteraan
sesuai dengan kebutuhan pekerja atau buruh dan ukuran
kemampuan perusahaan.
(4) Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2),
diatur dengan peraturan pemerintah.
Juga terdapat dalam Pasal 80 yaitu, perusahaan wajib
memberikan kesempatan yang secukupnya kepada pekerja atau
buruh untuk melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh
agamanya.
3) Mogok Kerja
Terdapat dalam Pasal 137 tentang mogok kerja. Mogok
kerja sebagai hak dasar pekerja atau buruh dan serikat pekerja atau
buruh dilakukan secara sah, tertib, dan damai sebagai akibat
gagalnya perundingan.
4) Kesempatan dan Perlakuan yang Sama
Setiap pekerja atau buruh memiliki kesempatan yang sama
tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan dan setiap pekerja
atau buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa adanya
diskriminasi. Hal ini tercantum dalam Undang-undang
Ketenagakerjaan Pasal 5 dan 6 tentang kesempatan dan perlakuan
yang sama.
5) Waktu Kerja
Penetapan waktu kerja terdapat dalam beberapa pasal di
antaranya Pasal 77 Bab X tentang perlindungan pengupahan dan
kesejahteraan:
(1) Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja.
(2) Waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:
a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1
(satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu; atau
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1
(satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu
(3) Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu.
(4) Ketentuan waktu kerja pada sektor usaha atau pekerjaan
tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur dengan
keputusan menteri.
Juga terdapat dalam Pasal 79 yang berbunyi:
(1) Pemerintah wajib memberikan waktu istirahat dan cuti kepada
pekerja atau buruh.
(2) Waktu istirahat dan cuti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
meliputi:
a. Istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah
jam setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus-menerus
dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja;
b. Istirahat mingguan 1 (satu) hari dalam 6 (enam) hari kerja
dalam 1 (satu) minggu atau 2 (dua) hari dalam 5 (lima)
hari kerja dalam 1 (satu) minggu; dan sebagainya
b. Institusi
Institusi tentang pekerja terdapat dalam UUD 1945 Pasal 33 Bab
XIV tentang perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial, yaitu:
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas
kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan pada demokrasi
ekonomi dengan prinsip keberamaan, efisien, berkeadilan, serta
dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.
C. BUMN
1. Pengertian BUMN
Pengertian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berdasarkan UU RI
No 19/2003 tentang BUMN adalah badan usaha yang seluruhnya atau
sebagian besar modalnya dimililki oleh negara melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Dalam
pengertian ini maka yang perlu dipahami adalah tidak selamanya modal
BUMN dimiliki seluruhnya oleh negara.33
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yaitu badan usaha milik negara
yang didirikan sesuai Undang-undang No. 9 tahun 1969 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 1 tahun 1969 tentang
Bentuk-Bentuk Usaha Negara menjadi Undang-undang, dan badan usaha
lainnya yang didirikan dengan Undang-undang tersendiri yang terdapat unsur
kepemilikan negara.34
33 “RUU Pelayaran Tersandung Masalah Hak Pengelolaan (HPL),” artikel diakses
tanggal 7 Januari 2007, dari http://www.inaport1.co.id. 34 “Penjelasan Atas Peraturan Bank Indonesia No. 4/PBI/2002 Tentang Pemantauan
Kegiatan Lalu Lintas Devisa Perusahaan Bukan Lembaga Keuangan Umum,” artikel diakses tanggal 7 Januari 2007, dari http://www.bi.go.id.
Merupakan dominasi ekonomi di negara-negara sosialis, di mana di
negara tersebut BUMN tidak secara penuh tinggal sejarah seperti di negara
kapitalis. Tantangan yang mendasar: adaptasi lingkungan yang berubah dan
varians yang besar dibandingkan perusahaan-perusahaan barat. BUMN
memiliki keunikan sebagai perusahaan negara.35
2. BNI Sebagai BUMN
PT Bank Negara Indonesia (BNI) Persero Tbk. merupakan bank umum
pemeintah pertama yang didirikan pada tanggal 5 Juli 1946. Sejak
dilakukannya pemetaan arah perjalanan yang baru di tahun 2004, BNI
mengalami perubahan-perubahan besar, yang didorong oleh kesadaran akan
jati diri, semangat serta harapan baru yang timbul di lingkungan BNI bersama
belasan ribu orang karyawannya. Proses transformasi yang tengah
berlangsung di BNI menyentuh setiap relung kesadaran kolektif serta budaya
perusahaan dan membawanya ke arah satu tujuan bersama. Melalui
transformasi ini, BNI terus bergerak untuk menjadi sebuah anchor bank
nasional yang merupakan kebanggaan bangsa di jajaran terdepan industri
perbankan dengan pemahaman intuitif akan kebutuhan pasar yang kompetitif
dan dinamis.
Sebuah semangat kebersamaan yang baru kini sangat terasa di antara
sebagian besar dari 18.603 orang karyawan BNI. Setelah melalui
restrukturisasi, revitalisasi dan reposisi, semangat baru tersebut secara kolektif
mewakili komitmen BNI untuk merebut kembali status sebagai bank utama di
negeri ini sebagai anchor bank yang kokoh dan andal di jajaran terdepan
35 "Strategi BUMN,” artikel diakses tanggal 7 Januari 2007, dari
http://getuk.wordpress.com/2006/12/22/strategi-bumn/#more-127.
industri perbankan, yang menjadi kebanggaan seluruh karyawan dan
stakeholder lainnya. Semangat yang lahir dari warisan sejarah yang kental dan
membanggakan sepanjang lebih dari setengah abad sejak kemerdekaan, terus
tumbuh bersama arah dan tekad baru yang telah dicanangkan BNI ke masa
mendatang.
Dengan keunggulan pengalaman, keterampilan, persepsi, inovasi dan
sekaligus kecermatan dalam melangkah, BNI kini merupakan salah satu
perusahaan yang terkemuka di:
Alamat Kantor Pusat BNI : PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Kantor Besar Jl. Jenderal Sudirman Kav. 1 Jakarta 10220 Indonesia email : [email protected] Otoritas Pengawas Bank : Bank Indonesia Jl. MH Thamrin No. 2 Jakarta 10110 Indonesia Telp (62-21) 381-7187 Faks (62-21) 350-1867 email : [email protected]
Diskripsi Usaha
Tahun 2004 ditandai dengan tekad dan komitmen seluruh personil BNI
untuk pulih dari berbagai kejadian yang memprihatinkan di tahun sebelumnya,
serta merebut kembali maupun menjaga kepercayaan masyarakat. Hanya
dalam hitungan hari setelah penunjukan tim Manajemen baru di bulan
Desember 2003, cetak-biru restrukturisasi BNI digelar. Dalam tempo tiga
bulan, cetak-biru tersebut dikembangkan menjadi peta navigasi komprehensif
yang merinci langkah-langkah spesifik BNI dalam tahap stabilisasi, tahap
pemulihan dan akhirnya tahap transformasi BNI menjadi organisasi dinamis
serta inovatif yang dapat dibanggakan. Langkah-langkah awal BNI menuju
transformasi dimulai di paruh kedua tahun 2004. Bulan Juli 2004, sesuai
jadwal, BNI memperkenalkan identitas perusahaan baru yang menggambarkan
prospek masa depan yang lebih baik, sekaligus mencerminkan upaya
pemulihan kepercayaan diri setelah melalui tahun yang memprihatinkan.
Disamping itu, sebagai bagian dari strategi bisnisnya, BNI
meningkatkan cakupan dan ragam jalur distribusi, memperkuat pengelolaan
risiko, dan membenahi seluruh SBU (Strategic Business Unit) yang ada.
Untuk meningkatkan nilai tambah Perseroan, BNI menjalin kemitraan
strategis dengan beberapa lembaga terkemuka pada tahun 2004, termasuk
antara lain dengan Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Bandung,
Garuda, Indosat, dan Pos Indonesia.
Hasil-hasil operasional BNI tahun buku 2004 mencerminkan
keberhasilan upaya-upaya tersebut. Laba bersih meningkat 278,25% menjadi
Rp 3,14 triliun, terutama akibat kenaikan signifikan sebesar 37,63% pada
pendapatan bunga bersih dan sebesar 35,68% pada pendapatan operasional
lainnya. Setelah pencadangan penuh atas kerugian akibat kasus L/C fiktif di
tahun 2003, BNI berupaya keras meningkatkan pendapatan di tahun 2004
untuk mengkompensasi kerugian tersebut, dengan hasil yang
menggembirakan. Pencapaian tersebut lebih signifikan bila mengingat
kontributor terbesar adalah pendapatan bunga dari kredit. Ini mencerminkan
komitmen BNI dalam mengurangi ketergantungan pada Obligasi Pemerintah
dan meningkatkan fungsi BNI di bidang intermediasi keuangan.
Visi & Misi
Visi BNI
Menjadi Bank kebanggaan nasional yang unggul dalam layanan dan kinerja,
yang menawarkan layanan terbaik dengan harga kompetitif kepada segmen
pasar korporasi, komersial, dan konsumer.
Misi BNI
Memaksimalkan stakeholder value dengan menyediakan solusi keuangan
yang fokus pada segmen pasar korporasi, komersial dan konsumer.
Values
Kenyamanan dan Kepuasan
Filosofi Logo Baru
Identitas Baru BNI – Dasar Pembuatan Desain
Identitas baru BNI merupakan hasil desain ulang untuk menciptakan suatu
identitas yang tampak lebih segar, lebih modern, dinamis, serta
menggambarkan posisi dan arah organisasi yang baru. Identitas tersebut
merupakan ekspresi brand baru yang tersusun dari simbol “46” dan kata
“BNI” yang selanjutnya dikombinasikan dalam suatu bentuk logo baru BNI.
Huruf BNI
Huruf “BNI” dibuat dalam warna turquoise baru, untuk mencerminkan
kekuatan, otoritas, kekokohan, keunikan dan citra yang lebih modern. Huruf
tersebut dibuat secara khusus untuk menghasilkan struktur yang orisinal dan
unik.
Simbol “46”
Angka 46 merupakan simbolisasi tanggal kelahiran BNI, sekaligus
mencerminkan warisan sebagai sebagai bank pertama di . Dalam logo ini,
angka “46” diletakkan secara diagonal menembus kotak berwarna jingga
untuk menggambarkan BNI baru yang modern.
Palet Warna
Palet warna korporat telah didesain ulang, namun tetap mempertahankan
warna korporat yang lama, yakni turquoise dan jingga. Warna turquoise yang
digunakan pada logo baru ini lebih gelap, kuat mencerminkan citra yang lebih
stabil dan kokoh. Warna jingga yang baru lebih cerah dan kuat, mencerminkan
citra lebih percaya diri dan segar.
“46” dan “BNI” mencerminkan tampilan yang modern dan dinamis.
Sedangkan penggunakan warna korporat baru memperkuat identitas tersebut.
Hal ini akan membantu BNI melakukan diferensiasi di pasar perbankan
melalui identitas yang unik, segar, dan modern.
Budaya Perusahaan
1. BNI adalah bank umum berstatus perusahaan publik.
2. BNI berorientasi kepada pasar dan pembangunan nasional.
3. BNI secara terus menerus membina hubungan yang saling
menguntungkan dengan nasabah dan mitra usaha.
4. BNI mengakui peranan dan menghargai kepentingan pegawai.
5. BNI mengupayakan terciptanya semangat kebersamaan agar pegawai
melaksanakan tugas dan kewajiban secara profesional.
BAB III
PROFIL BNI SYARIAH
A. Sejarah Berdirinya BNI Syariah
PT Bank Negara Indonesia/BNI (Persero) Tbk. merupakan bank umum
pemerintah petama yang didirikan pada tanggal 5 Juli 1946. Untuk mewujudkan
visinya menjadi universal banking, BNI menjadi salah satu pelopor dalam
pengembangan syariah di Indonesia. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 10
Tahun 1998 yang memungkinkan bank-bank umum untuk membuka layanan
syariah, BNI membuka layanan perbankan yang sesuai dengan prinsip syariah
dengan konsep dual system banking yakni dua layanan perbankan, umum dan
syariah sekaligus. Diawali dengan pembentukan Tim Bank Syariah di tahun 1999,
Bank Indonesia (BI) kemudian memberikan izin prinsip dan usaha untuk
beroperasinya Unit Usaha Syariah. BNI menerapkan strategi mengembangkan
jaringan cabang syariah sebagai berikut: Pertama, tepatnya tanggal 29 April 2000
BNI membuka lima kantor cabang syariah sekaligus di kota-kota potensial, yakni
Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara, dan Banjarmasin. Kedua, tahun 2001
BNI kembali membuka empat kantor cabang syariah yang difokuskan di kota-kota
besar di Indonesia, yakni Jakarta, Bandung, Makasar, dan Padang. Ketiga, seiring
dengan perkembangan bisnis, dengan banyaknya permintaan masyarakat untuk
layanan perbankan syariah, tahun 2002 BNI membuka dua kantor cabang syariah
baru di Medan dan Palembang. Keempat, di awal tahun 2003, dengan
pertimbangan load bussiness yang makin meningkat sehingga menuntut
peningkatan layanan kepada masyarakat, BNI meakukan relokasi kantor cabang
pembantu syariah di Jepara.
Dari awal beroperasi hingga kini, BNI Syariah menunjukkan pertumbuhan
usaha yang signifikan. Aset meningkat dari 160 milyar rupiah pada tahun 2001
menjadi 460 milyar rupiah pada tahun 2002. Seiring dengan itu, kinerja usaha
juga mengalami peningkatan dengan pencapaian laba sebesar 7,2 milyar rupiah
pada tahun 2002, sedagkan pada tahun 2001 masih mengalami kerugian sebesar
3,1 milyar rupiah. Dana pihak ketiga yang dapat dihimpun meningkat menjadi
205 milyar rupiah, naik sebesar 88% dibandingkan tahun 2001. Sektor
pembiayaan juga meningkat sebesar 63 % menjadi 292,9 milyar rupiah. Data di
atas menunjukkan bahwa perbankan syariah memiliki prospek yang baik dan akan
terus berkembang di masa yang akan datang.36
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI) Syariah adalah lembaga
keuangan yang kegiatan operasional atau usahanya adalah menjalankan fungsi
sebagai lembaga intermediasi. BNI Syariah juga menawarkan jasa dalam bidang
keuangan lainnya dalam rangka kelancaran lalu lintas pembayaran dan kegiatan
bisnis pada umumnya. Dengan demikian, kegiatan usaha BNI Syariah secara
mendasar menjalankan fungsi penghimpunan dana, penyaluran dana, dan jasa
keuangan.
B. Visi dan Misi
1. Visi
Menjadi Bank Syariah yang menguntungkan bagi BNI dan terpercaya
bagi umat Muslim dengan bersungguh-sungguh menjalankan kegiatan
36 Profil Perusahaan BNI Syariah, Jakarta, 2002.
usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah berlandaskan Al-Quran dan
Hadis.
2. Misi
a. Melaksanakan operasional perbankan berdasarkan prinsip syariah
Islam.
b. Memberikan mutu pelayanan yang unggul kepada nasabah dengan
sistem front end & otomasi online.
c. Meningkatkan kualitas bisnis di segmen pasar usaha ritel.
d. Memberikan kontribusi laba yang nyata terhadap laba BNI secara
keseluruhan.37
Untuk merealisasikan visi dan misi tersebut, BNI melaksanakan
planning process secara bertahap di tingkat perusahaan sampai ke unit-unit
generasional, yang berfungsi sebagai pedoman bagi manajemen dalam
menjalankan kegiatan usaha. Di antaranya berupa perencanaan jangka panjang
(long range planning) melalui penyusunan corporate plan yang merupakan
perencanaan lima tahunan, dan kemudian dijabarkan dalam perencanaan
jangka pendek atau tahunan berupa bussiness plan. Selain itu, untuk mencapai
visi dan misi yang telah ditetapkan BNI menggunakan strategi melalui
penerapan Strategic Bussiness Unit (SBU) untuk menuku universal banking.
Ada lima unit bisnis strategis yang menjadi fokus pengembangan pada saat
ini, meliputi unit bisnis korporat, ritel, internasional, tresuri, dan perusahaan
anak.38
37 Ibid., h. 6. 38 Ibid.
C. Manajemen dan Organisasi BNI Syariah
1. Sistem Manajemen BNI Syariah
Sistem manajemen BNI Syariah adalah Branch Banking System, di
mana ada kantor pusat dan beberapa cabang di kota-kota lain. Secara
struktural kantor cabang berhubungan dan dikendalikan oleh kantor pusat.
Artinya ada kontrol intern dari pusat. Tetapi, mengenai kegiatan operasional
diserahkan pada kantor cabang. Namun, tetap ada batas kewenangan yang
jelas dan mantap terutama dalam pemberian pembiayaan yaitu sampai batas
Rp 500 juta merupakan kewenangan kantor cabang, di atas batas itu
merupakan kewenangan kantor pusat.39
2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi BNI Syariah terdiri dari Dewan Pengawas Syariah,
Dewan Komisaris, Dewan Direksi, dan Unit Usaha Syariah. Dewan Direksi
terdiri dari Direktur Utama dan Direktur Ritel. Unit Usaha Syariah terdiri dari
lima bagian yaitu: Bagian Kelompok Perbankan Syariah, Bagian Pengelolaan
Penyeliaan Bisnis Syariah, dan Bagian Umum. Di bawah Bagian Pengelolaan
Penyeliaan Bisnis Syariah terdapat Cabang Syariah beserta bisnis
operasionalnya.
Sebagai bank syariah, maka pada struktur organisasi terdapat Dewan
pengawas Syariah yang bertugas mengarahkan, memeriksa, dan mengawasi
kegiatan bank guna menjamin bahwa bank telah beroperasi sesuai dengan
aturan dan prinsip syriah Islam.40
39 Wawancara Pribadi dengan Taufik Dwinanto, Asisten Unit Pemasaran Bisnis BNI
Syariah, Jakarta, 1 Maret 2007. 40 Profil Perusahaan BNI Syariah, Jakarta, 2002,.h. 12.
STRUKTUR ORGANISASI BNI SYARIAH
Rapat Umum
Pemegang SahamPT Bank Negara
Indonesia
Dewan Pengawas
Syariah
Direktur Utama
Direktur Ritel
Unit Usaha Syariah
Kelompok Perbankan
Syariah
Dewan Komisaris
Bagian Umum Pengelolaan Penyeliaan Bisnis
Syariah
Cabag Syariah
Kontrol Intern Unit Pemasaran Bisnis
Bisnis Operasional
Unit Pelayanan Nasabah
Unit Operasional
Pengelolaan Pengembangan Bisnis Syariah
Pengelolaan Penunjang Bisnis
Syariah
Pengelolaan, Tresusi, Dan Investment
D. Produk-produk BNI Syariah
1. Produk Dana
a. Giro Wadiah
Adalah simpanan dana dalam bentuk giro dengan prinsip wadiah
yad dhamanah untuk mendukung aktivitas usaha.
b. Tabungan Mudharabah
Adalah simpanan dalam bentuk tabungan dengan prinsip
mudharabah muthalaqah yang dapat diambil dan disetor kapan saja,
online di seluruh cabang BNI, serta dapat memanfaatkan seluruh ATM
BNI di seluruh Indonesia. Penabung yang merupakan shahib al mal akan
mendapatkan bagi hasil yang menarik dari hasil usaha BNI Syariah.
c. Deposito Mudharabah
Adalah simpanan atau investasi dalam bentuk deposito dengan
prinsip mudharabah muthalaqah yang memberikan bagi hasil yang
menarik dan menguntungkan.
d. THI Mudharabah
Adalah tabungan haji yang akan membantu mewujudkan niat untuk
menunaikan ibadah haji.41
2. Produk Pembiayaan
a. Murabahah
Adalah pembiayaan dengan prinsip jual-beli barang dengan harga
asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati oleh pihak bank selaku
penjual dan nasabah selaku pembeli. Pembayaran dapat dilakukan secara
41 Ibid., hh. 13-14.
angsuran sesuai dengan kesepakatan bersama. Pembiayaan ini cocok untuk
yang membutuhkan tambahan aset namun kekurangan dana untuk
melunasinya sekaligus.
b. Mudharabah
Adalah pembiayaan atas dasar bagi hasil sesuai dengan
kesepakatan. Pembiayaan ini dapat disalurkan untuk berbagai jesia usaha
yakni perdagangan, perindustrian, pertanian, dan jasa.
c. Musyarokah
Adalah pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yang proporsinya
disesuaikan dengan proporsi penyertaan. Cocok bagi yang telah memiliki
usaha dan bermaksud untuk mengembangkannya namun masih
kekurangan dana.
d. Ijarah Bai’ut Takjiri
Adalah pembiayaan dengan prinsip sewa-beli. Pembiayaan ini
cocok untuk yang menginginkan tambahan aset yang diperoleh melalui
sewa yang pada akhirnya bertujuan untuk mengalihkan kepemilikan aset
tersebut.
3. Produk Jasa
a. Kiriman Uang
Dengan failitas online BNI Syariah, nasabah dapat melakukan
pengiriman uang atau transfer kepada rekan bisnis atau keluarga, antar
cabang BNI Syariah atau konvensional secara cepat “secepat kedipan
mata”.
b. Inkaso
Bagi yang membutuhkan penagihan warkat-warkat yang berasal
dari kota lain secara cepat dan aman.
c. Garansi Bank
Bagi yang membutuhkan perjanjian kepada rekan bisnis untuk
keperluan tender proyek, pelaksanaan proyek, dan sebagainya.42
E. Profil Responden
Proses perekrutan dan seleksi karyawan BNI Syariah ada lima tahap:
1. Seleksi administrasi, adapun persyaratan yang harus dipenuhi oleh calon
karyawan, yang di dalamnya menggambarkan kriteria karyawan adalah:
a. Usia maksimal 26 tahun
b. Pendidikan D3/S1, Indeks Prestasi Minimal 2,80
c. Tinggi badan untuk wanita minimal 155 cm, dan pria minimal 160 cm
2. Tes Kemampuan Bahasa Inggris
3. Tes Psikologi/Phsicotest
4. Tes Wawancara/Interview
5. Tes Kesehatan
Dari 100 populasi penulis mengambil 20 responden yang dipilih secara
acak yang memiliki karakteristik berdasarkan jenis kelamin, laki-laki berjumlah
16 orang (80 %) dan perempuan berjumlah 4 orang (20 %). Berdasarkan tingkat
pendidikan, S1 berjumlah 15 orang (75 %) dan S2 berjumlah 5 orang (25 %).
Sedangkan berdasarkan status kerja mereka kesemuanya (100 %) merupakan
pekerja tetap.
42 Ibid., hh. 15-17.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA HASIL PENELITIAN
A. Dimensi-dimensi Keberagamaan Pekerja
Dengan berpedoman pada teori R. Stark dan C.Y. Glock tentang lima
dimensi keberagamaan yaitu: dimensi keyakinan, dimensi praktek agama, dimensi
pengalaman, dimensi pengetahuan agama, dan dimensi konsekuensi, maka
temuan penelitian ini penulis sesuaikan dengan kelima dimensi tersebut. Dari 35
pertanyaan angket yang ada, penulis membaginya sebagai berikut: 5 pertanyaan
tentang dimensi keyakinan, 10 pertanyaan tentang dimensi praktek agama, 5
pertanyaan tentang dimensi pengalaman, 5 pertanyaan tentang dimensi
pengetahuan agama, dan 5 pertanyaan tentang dimensi konsekuensi. Sementara 5
pertanyaan lagi tentang aktivitas agama pekerja di perusahaan.
Berikut ini adalah analisa data kelima dimensi keberagamaan pekerja
ditambah aktivitas agama pekerja di perusahaan yang penulis peroleh melalui
penyebaran angket kepada dua puluh responden yang terpilih.
1. Dimensi Keyakinan
Dari jawaban kedua puluh responden terhadap angket yang disebarkan
dapat dilihat bahwa kadar keyakinan agama mayoritas mereka sangat tinggi.
Rata-rata mereka menjawab sangat percaya dari lima pertanyaan mengenai
keyakinan. Tingkat keyakinan mereka dapat dilihat dari beberapa tabel berikut
ini ditambah dengan penuturan beberapa responden sendiri. Mengenai
keyakinan terhadap rukun iman, kedua puluh responden (100 %) sangat
percaya terhadap rukun iman. Perhatikan tabel berikut ini:
Tabel 1 Keyakinan Terhadap Rukun Iman
No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Sangat Percaya 20 100 % B Percaya - - C Kurang Percaya - - D Tidak Percaya - -
Jumlah 20 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat keyakinan mereka
terhadap rukun iman sangat tinggi. Ternyata mereka sangat memegang teguh
keyakinan terhadap hal-hal sakral atau suci dan gaib. Seperti penuturan
responden berikut ini:
“Percaya. Karena iman berarti percaya, maka kita wajib percaya akan adanya Allah, Malaikat, Kitab-kitab Allah, Rasulullah, Hari Akhir, dan
Takdir.” 43
Sebenarnya alasan sederhana mengapa responden begitu yakin
terhadap rukun iman adalah karena merupakan kewajiban. Keyakinan
responden bisa juga karena pemahaman mereka tentang iman itu sendiri
seperti penuturan responden di atas. Di dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat
3 disebutkan:
بالغيب… منونيؤ ين لذ ا…
“...yaitu orang-orang yang percaya dengan hal gaib...”44
Yang dimaksud hal gaib tersebut tidak lain adalah keenam rukun iman yaitu:
percaya kepada Allah, Malaikat, Kitab-kitab Allah (tidak hanya Al-Quran tapi
juga kitab suci agama lain—pen.), Rasulullah, Hari Akhir, dan Takdir.
43 Wawancara Pribadi dengan Taufik Dwinanto, Asisten Unit Pemasaran Bisnis BNI
Syariah, Jakarta, 12 Maret 2007. 44 Q.S. Al-Baqarah ayat 3.
Begitu juga mengenai keyakinan terhadap segala sesuatu yang datang
dari Allah akan kembali kepada Allah, kedua puluh responden (100 %) sangat
percaya. Perhatikan tabel berikut ini:
Tabel 2 Keyakinan Terhadap Segala Yang Datang dari Allah
Akan Kembali Kepada Allah No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Sangat Percaya 20 100 % B Percaya - - C Kurang Percaya - - D Tidak Percaya - -
Jumlah 20 100 %
Ini sama halnya dengan keyakinan terhadap rukun iman. Mereka
begitu yakin akan segala sesuatu yang ada di dunia ini merupakan milik Allah
dan akan kembali kepada Allah sewaktu-waktu. Hal ini dibuktikan oleh
penuturan responden berikut ini:
“Saya percaya banget bahwa semua yang ada di dunia ini milik Allah, karena Allah sendiri yang menciptakan segalanya, termasuk kita sendiri.
Makanya, suatu saat Allah pasti akan mengambil kembali segala miliknya.”45
Segala sesuatu yang ada di alam ini milik Allah karena Dia yang
menciptakan. Maka, Allah berhak untuk berbuat apa saja terhadap milik-Nya
itu. Termasuk menarik kembali segala sesuatu yang telah diturunkan-Nya ke
alam ini. Peristiwa kematian merupakan satu contoh yang mengingatkan
kepada kita betapa Allah pasti akan mengambil kembali apa yang telah Dia
ciptakan atau turunkan ke alam ini. Itulah mengapa Allah memerintahkan
keapada kita, ketika terjadi musibah, apalagi kematian, maka kita harus
mengucapkan innalillahi wa inna ilaihi rajiun, segalanya dari Allah dan akan
kembali kepada Allah.
45 Ibid.
Sementara mengenai keyakinan terhadap surga dan neraka 17 orang
(85 %) sangat percaya dan 3 orang (15 %) percaya. Perhatikan tabel berikut
ini:
Tabel 3 Keyakinan Terhadap Surga dan Neraka
No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Sangat Percaya 17 85 % B Percaya 3 15 % C Kurang Percaya - - D Tidak Percaya - -
Jumlah 20 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden sangat
mempercayai adanya surga dan neraka. Ada juga beberapa orang yang sekedar
percaya. Hal ini bisa disebabkan karena mereka tidak terlalu menganggap
penting keberadaan surga dan neraka itu. Sebagaimana penuturan responden
berikut ini:
“Saya percaya aja adanya surga dan neraka. Meski saya nggak tau banyak tentang surga dan neraka itu.”46
Terkadang memang orang tidak mau ambil pusing tentang seluk beluk
surga dan neraka. Mereka cukup percaya saja. Bahkan mereka tidak peduli
akan ke mana mereka nanti dimasukkan. Setiap orang pasti sangat
mendambakan berada di surga pada kehidupan akhirat nanti. Namun, beberapa
orang memiliki pemikiran bahwa apapun yang mereka lakukan di dunia ini
biarlah Tuhan yang menilainya, biarlah Tuhan yang mengaturnya.
Mengenai keyakinan terhadap ajaran-ajaran agama yang mereka
peroleh 18 orang (90 %) sangat percaya dan 2 orang (10 %) menjawab
percaya. Perhatikan tabel berikut ini:
46 Wawancara Pribadi dengan Retno, Staf BNI Syariah, Jakarta, 16 Maret 2007.
Tabel 4 Keyakinan Terhadap Ajaran Agama
No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Sangat Percaya 18 90 % B Percaya 2 10 % C Kurang Percaya - - D Tidak Percaya - -
Jumlah 20 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sama halnya dengan keyakinan
terhadap surga dan neraka, mayoritas responden sangat mempercayai ajaran-
ajaran agama yang mereka peroleh. Beberapa orang mengaku cukup percaya.
Seperti yang dikatkan oleh responden berikut ini:
“Saya percaya. Selama ajaran agama yang saya peroleh tidak menyesatkan saya.”47
Itu berarti bahwa keyakinan mereka terhadap ajaran-ajaran agama
yang mereka peroleh berdasarkan pertimbangan dampak dari ajaran-ajaran
agama itu sendiri. Terlepas dari apakah mereka benar-benar meyakininya dan
apakah mereka benar-benar mengamalkan ajaran-ajaran agama yang mereka
peroleh.
Sedangkan mengenai pengabulan doa 12 orang (60 %) sangat percaya,
6 orang (30 %) percaya, dan 2 orang (10 %) kurang percaya. Perhatikan tabel
berikut ini:
Tabel 5 Keyakinan Terhadap Pengabulan Doa
No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Sangat Percaya 12 60 % B Percaya 6 30 % C Kurang Percaya 2 10 % D Tidak Percaya - -
Jumlah 20 100 %
47 Ibid.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa keyakinan terhadap pengabulan
doa lebih beragam dibandingkan dengan keyakinan-keyakinan terhadap empat
hal sebelumnya. Meski banyak yang sangat percaya akan pengabulan doa, ada
beberapa yang cukup percaya, bahkan ada juga yang kurang percya. Seperti
penuturaan responden berikut ini:
“Saya agak kurang percaya. Karena saya sering berdoa tapi jarang terkabul. Mungkin saya doanya kurang ikhlas kali ya.”48
Alasan ini mengesankan adanya keputusasaan akan doa-doa yang
jarang terkabul. Itu bisa saja karena mereka kurang ikhlas dalam berdoa. Atau
mereka belum mengerti benar makna sebenarnya tentang doa itu.
Dari data di atas dapat dilihat bahwa tidak ada satu pun renponden
yang tidak percaya sama sekali terhadap keyakinan mereka. Hanya saja ada
beberapa responden yang cukup percaya dan kurang percaya, namun itupun
persentasenya sangat kecil jika dibandingkan dengan yang sangat percaya
terhadap keyakinan tersebut. Sedangkan untuk mengetahui rata-rata responden
yang sangat percaya melalui perhitungan sebagai berikut:
Rata-rata = (100 % + 100 % + 85 % + 90 % + 60 %) : 5 = 435 : 5 = 87 %
Dari hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa 87 % dari kedua puluh
responden sangat percaya terhadap rukun iman, segala sesuatu datang dari
Allah dan akan kembali kepada Allah, surga dan neraka, ajaran agama, serta
pengabulan doa.
48 Ibid.
Rata-rata = Jumlah persentase responden yang menjawab Sangat Percaya : Jumlah Pertanyaan
2. Dimensi Praktek Agama
Berbeda dengan keyakinan agama, dimensi praktek agama responden
lebih beragam lagi. Penulis pun membedakan dimensi ini dengan dimensi-
dimensi yang lain. Penulis memberikan sepuluh petanyaan tentang dimensi
yang satu ini karena penulis berpikir dimensi ini merupakan yang paling
menonjol dibandingkan dengan dimensi-dimensi yang lain.
Dalam mengerjakan shalat lima waktu, 18 orang (90 %) selalu
mengerjakannya dan 2 orang (10 %) sering. Perhatikan tabel berikut ini:
Tabel 6 Praktek Shalat Lima Waktu
No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Selalu 18 90 % B Sering 2 10 % C Kadang-kadang - - D Tidak Pernah - -
Jumlah 20 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa di tengah-tengah kesibukan
mereka bekerja, mayoritas responden masih bisa mempertahankan kerutinan
dalam mengerjakan shalat lima waktu. Untuk ibadah yang terbilang paling
wajib ini seolah tidak ada alasan bagi mereka untuk meninggalkannya.
Sebagaimana penuturan responden berikut ini:
“Ya. Saya selalu ngerjain shalat lima waktu. Kan wajib. Karena sholat itu tiang agama, dan untuk menegakkan agama maka kita harus mendirikan
shalat.”49
Dengan alasan bahwa shalat itu tiang agama, mengharuskan responden
untuk tidak meninggalkannya. Sungguh sebuah komitmen yang sangat kuat
49 Wawancara Pribadi dengan Taufik Dwinanto, Asisten Unit Pemasaran Bisnis BNI
Syariah, Jakarta, 12 Maret 2007.
sekali bagi sebagian orang. Hanya saja ada beberapa responden yang mengaku
jarang mengerjakan shalat. Seperti responden berikut ini:
“Saya mengerjakan shalat lima waktu kalo nggak ada halangan (menstruasi—pen.).”50
Bagi perempuan, menstruasi memang merupakan halangan biologis
yang tidak bisa dipungkiri, disamping halangan-halangan lain seperti sakit.
Maka wajar saja bila intensitas ibadah mereka tidak terlalu rutin. Artinya, ada
waktu-waktu tertentu di mana mereka tidak bisa melakukan kewajiban agama
karena memang pada saat itu tidak diperbolehkan atau tidak memungkinkan
untuk melakukan aktivitas yang berhubungan dengan agama.
Ketika ditanya perihal mengerjakan shalat secara berjamaah, 10 orang
(50 %) selalu mengerjakannya, 6 orang (30 %) sering, dan 2 orang (10 %)
kadang-kadang. Perhatikan tabel berikut ini:
Tabel 7 Praktek Shalat Berjamaah
No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Selalu - - B Sering 11 55 % C Kadang-kadang 9 45 % D Tidak Pernah - -
Jumlah 20 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kecenderungan responden untuk
mengerjakan shalat berjamaah tidak terlalu tinggi. Artinya, tidak ada satu pun
responden yang benar-benar rutin mengerjakan shalat secara berjamaah.
Alasan yang logis memang tidak selamanya ketika mengerjakan shalat ada
orang lain yang sedang mengerjakan juga pada tempat yang sama. Seperti
penuturan responden berikut ini:
50 Wawancara Pribadi dengan Retno, Staf BNI Syariah, Jakarta, 16 Maret 2007.
“Tergantung ya. Kalau memang sedang tidak sendiri, saya selalu menyempatkan diri untuk shalat wajib secara berjamaah meskipun hanya
berdua ataupun masbuk atau terlambat jamaah. Kan pahalanya lebih besar.”51
Allah memang memberikan nilai lebih bagi hamba-hamba-Nya yang
mengerjakan shalat secara berjamaah. Bahkan ada dalil yang mengatakan
bahwa shalat berjamaah hanya berdua saja sudah lebih baik daripada shalat
sendiri.
Sementara dalam mengerjakan shalat sunah selain shalat wajib, 5
orang (25 %) selalu mengerjakannya, 10 orang (50 %) sering, dan 5 orang (25
%) kadang-kadang. Perhatikan tabel berikut ini:
Tabel 8 Praktek Shalat Sunah
No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Selalu 5 25 % B Sering 10 50 % C Kadang-kadang 5 25 % D Tidak Pernah - -
Jumlah 20 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dalam mengerjakan shalat-shalat
sunah selain shalat wajib tidak selamanya sejalan dengan pengerjaan shalat
wajib itu sendiri. Kerutinan mereka dalam mengerjakan shalat wajib tidak
terlalu diimbangi dengan shalat sunah. Mungkin karena tingkat kekuatan
hukum shalat sunah yang memang tidak wajib. Bisa dikatakan mereka
menganggap shalat sunah sekedar pelengkap shalat wajib saja. Hanya
beberapa orang yang selalu mengiringi shalat wajib dengan shalat sunah.
Kebanyakan lebih jarang mengerjakannya. Sebagaimana penuturan responden
berikut ini:
51 Wawancara Pribadi dengan A. Rivai, Analis Pengelolaan Pengembangan Produk dan
Sisdur BNI Syariah, Jakarta, 14 Maret 2007.
“Jarang. Kalau lagi mau saja. Kalau lagi nggak mood ya yang wajib saja lah. Yang penting yang wajib nggak ketinggalan.”52
Dengan alasan psikoligis, responden ini mengerjakan shalat sunah
hanya kalau sedang ingin saja. Yang pasti ibadah wajib tetap rutin dikerjakan.
Ada juga responden yang kadang-kadang saja melakukannya. Seperti
diutarakan responden berikut ini:
“Kadang-kadang sih. Sama, kalo lagi sempet aja.”53
Ini menandakan bahwa dalam mengerjakan shalat sunah masih
mempertimbangkan waktu juga. Terkadang memang bagi sebagian orang yang
terlalu sibuk kesempatan untuk mengerjakan shalat sunah jarang didapat. Bagi
mereka asal sudah mengerjakan yang wajib saja sudah cukup.
Begitu juga dengan pengerjaan wirid dan doa, 5 orang (25 %) selalu
mengerjakannya, 10 orang (50 %) sering, dan 5 orang (25 %) kadang-kadang.
Perhatikan tabel berikut ini:
Tabel 9 Praktek Wirid dan Doa
No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Selalu 5 25 % B Sering 10 50 % C Kadang-kadang 5 25 % D Tidak Pernah - -
Jumlah 20 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa wirid dan doa pun tidak
selamanya mengiringi shalat. Terbukti hanya beberapa orang saja yang rutin
mengiringi shalat dengan wirid dan doa. Lebih banyak dari mereka yang
52 Wawancara Pribadi dengan Retno, Staf BNI Syariah, Jakarta, 16 Maret 2007. 53 Wawancara Pribadi dengan Taufik Dwinanto, Asisten Unit Pemasaran Bisnis BNI
Syariah, Jakarta, 12 Maret 2007.
jarang melakukannya bahkan kadang-kadang. Simak penuturan responden
berikut ini:
“Wirid juga saya kadang-kadang. Kalo lagi buru-buru, biasanya saya cuma baca doa aja.”54
Kebanyakan responden menganggap bahwa wirid terlalu memakan
waktu. Makanya, mereka terkadang saja melakukannya. Namun demikian,
mereka tetap berdoa setelah shalat. Artinya, setelah shalat mereka tidak benar-
benar langsung meninggalkan tempat.
Dalam mengerjakan puasa Ramadhan, 16 orang (80 %) selalu
mengerjakannya dan 4 orang (20 %) sering. Perhatikan tabel berikut ini:
Tabel 10 Praktek Puasa Ramadhan
No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Selalu 16 80 % B Sering 4 20 % C Kadang-kadang - - D Tidak Pernah - -
Jumlah 20 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden rutin
mengeerjakan pusa Ramadhan. Namun, lagi-lagi beberapa orang jarang
melakukan ibadah tahunan ini. Terlebih bagi perempuan yang memiliki
halangan khusus. Misalnya responden berikut ini:
“Selalu mengerjakannya kalo nggak ada halangan.”55
Halangan seperti ini bukan berarti menyebabkan responden tidak
mengerjakan puasa Ramadhan sebulan penuh. Proses menstruasi yang terjadi
pada waktu yang beragam masih memungkinkan bagi responden untuk
mengerjakan puasa Ramadhan. Meskipun hanya beberapa hari sebelum atau
54 Ibid. 55 Wawancara Pribadi dengan Retno, Staf BNI Syariah, Jakarta, 16 Maret 2007.
sesedah masa menstruasi datang. Sisanya, mereka harus mengganti utang
puasa pada waktu lain.
Sementara dalam mengerjakan puasa sunah selain Ramadhan, 10 orang
(50 %) selalu mengerjakannya, 6 orang (30 %) sering, dan 4 orang (20 %)
kadang-kadang. Perhatikan tabel berikut ini:
Tabel 11 Praktek Puasa Sunah
No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Selalu 10 50 % B Sering 6 30 % C Kadang-kadang 4 20 % D Tidak Pernah - -
Jumlah 20 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa separuh dari seluruh responden
rutin melengkapi puasa wajib dengan puasa-puasa sunah. Mereka beralasan
karena sudah menjadi kebiasaan sejak lama. Seperti penuturan responden
berikut ini:
“Ya. Saya juga rutin mengerjakan puasa sunah senin-kamis. Sudah biasa dari dulu. Selain buat menambah pahala, kan buat melatih kesabaran
juga.”56
Bagi sebagian orang, kebiasaan melakukan puasa memang diakui
dapat melatih kesabaran bahkan mengendalikan hawa nafsu. Responden di
atas adalah salah satunya. Terlebih bagi pekerja yang dituntut kinerja yang
optimal bagi perusahaan tempat mereka bekerja. Namun, ada beberapa
responden yang mengaku jarang, bahkan kadang-kadang, bahkan hampir tidak
pernah mengerjakan puasa-puasa sunah. Alasan klasik, karena tidak tahan
56 Wawancara Pribadi dengan A. Rivai, Analis Pengelolaan Pengembangan Produk dan
Sisdur BNI Syariah, Jakarta, 14 Maret 2007.
puasa bukan pada bulan puasa dan bukan puasa wajib. Seperti penuturan
responden berikut ini:
“Hampir nggak pernah. Suka nggak tahan sih. Soalnya bukan puasa wajib. Masa yang lain nggak puasa saya puasa. Kecuali lagi “bayar utang”
saya bela-belain deh.”57
Dalam menunaikan zakat fitrah, kedua puluh responden (100 %) selalu
menunaikan. Perhatikan tabel berikut ini:
Tabel 12 Praktek Zakat Fitrah
No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Selalu 20 100 % B Sering - - C Kadang-kadang - - D Tidak Pernah - -
Jumlah 20 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua responden pernah
kompromi untuk urusan menunaikan zakat fitrah. Bagi mereka zakat fitrah
merupakan satu kewajiban yang sangat tidak bisa ditinggalkan, kecuali
mereka benar-benar tidak mampu untuk menunaikannya. Simak penuturan
responden berikut ini:
“Wah... kalo yang satu ini nggak bisa nggak nih. Apalagi saya merasa mampu ya. Kan buat bersihin harta kita juga.”58
Mayoritas mereka beranggapan bahwa orang seperti mereka yang
jelas-jelas memiliki penghasilan sangat tidak mungkin untuk tidak
menuniakan zakat fitrah setahun sekali. Bahkan mungkin bagi orang yang
keberagamaannya sangat rendah pun tidak mau ketinggalan untuk menunaikan
57 Wawancara Pribadi dengan Retno, Staf BNI Syariah, Jakarta, 16 Maret 2007. 58 Wawancara Pribadi dengan Taufik Dwinanto, Asisten Unit Pemasaran Bisnis BNI
Syariah, Jakarta, 12 Maret 2007.
kewajiban yang satu ini. Apapun alasan mereka, selama mereka masih mampu
untuk menunaikan zakat fitrah, mereka pasti menyanggupinya.
Sementara dalam bersedekah atau beramal selain zakat fitrah, 10 orang
(50 %) selalu bersedekah atau beramal, 6 orang (30 %) sering, dan 4 orang (20
%) kadang-kadang. Perhatikan tabel berikut ini:
Tabel 13 Praktek Sedekah atau Amal
No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Selalu 10 50 % B Sering 6 30 % C Kadang-kadang 4 20 % D Tidak Pernah - -
Jumlah 20 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa berbeda dengan zakat fitrah,
kecenderungan responden untuk bersedekah atau beramal lebih kecil lagi
dibandingkan dengan zakat fitrah, lagi-lagi karena kadar hukum yang memang
tidak wajib. Sebagian mereka mengaku selalu menyisihkan sebagian rezeki
mereka untuk disedekahkan atau diamalkan atau disumbangkan kepada pihak
yang membutuhkan seperti pengemis, sumbangan-sumbangan masjid, dan
lain-lain, seperti penuturan responden berikut ini:
“Setiap hari saya selalu menyisihkan sedikit rezeki untuk saya amalkan atau sedekahkan. Entah untuk pengemis atau juga sumbangan masjid.”59
Responden tersebut seakan sudah mempersiapkannya karena memang
sudah menjadi kebiasaan. Namun, ada juga yang melakukannya terkadang
saja. Seperti penuturan responden berikut ini:
Kadang-kadang. Kalo lagi ada uang receh saya suka kasih pengemis atau orang yang minta sumbangan masjid.60
59 Ibid. 60 Wawancara Pribadi dengan Retno, Staf BNI Syariah, Jakarta, 16 Maret 2007.
Untuk membaca Al-Quran, 10 orang (50 %) selalu membaca, 6 orang
(30 %) sering, dan 4 orang (20 %) kadang-kadang. Perhatikan tabel berikut
ini:
Tabel 14 Praktek Membaca Al-Quran
No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Selalu 10 50 % B Sering 6 30 % C Kadang-kadang 4 20 % D Tidak Pernah - -
Jumlah 20 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kebiasaan responden membaca
Al-Quran memiliki frekwensi yang sama dengan bersedekah atau beramal.
Separuh dari mereka selalu membaca Al-Quran setiap hari bahkan setiap ada
kesempatan. Seperti penuturan responden berikut ini:
“Setiap hari saya selalu rutin membaca Al-Quran. Bahkan kadang-kadang di sela-sela jam kerja saya selalu membacanya. Jadi, tidak hanya di
rumah saja.”61
Sementara beberapa orang mengaku membaca Al-Quran hanya
menjadi kebiasaan masa kecil saja. Sehingga, saat ini kebiasaan membaca Al-
Quran sudah berkurang. Seperti penuturan responden berikut ini:
“Baca Al-Quran? Kayaknya sudah agak jarang deh. Waktu kecil sih iya, setiap hari mengaji terus. Sekarang sudah sibuk kali ya, paling kalau
sempat saja.”62
Sedangkan dalam berzikir, 10 orang (50 %) selalu berzikir setiap saat,
8 orang (40 %) sering, dan 2 orang (10 %) kadang-kadang. Perhatikan tabel
berikut ini:
61 Wawancara Pribadi dengan A. Rivai, Analis Pengelolaan Pengembangan Produk dan
Sisdur BNI Syariah, Jakarta, 14 Maret 2007. 62 Wawancara Pribadi dengan Wahyu Avianto, Pengelola Pengembangan Produk dan
Sisdur BNI Syariah, Jakarta, 16 Maret 2007.
Tabel 15 Praktek Zikir
No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Selalu 10 50 % B Sering 8 40 % C Kadang-kadang 2 10 % D Tidak Pernah - -
Jumlah 20 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hanya separuh dari semua
responden yang selalu berzikir setiap hari setiap saat. Seperti penuturan
reponden berikut ini:
“Selalu. Setiap hari saya selalu berzikir mengingat Allah. Kadang-kadang sambil kerja sambil zikir.”63
“Ya. Saya juga selalu berzikir setiap hari. Buat saya waktu senggang
sangat baik dimanfaatkan untuk berzikir mengingat Allah.”64
Sisanya hanya pada waktu-waktu tertentu. Seperti penuturan
responden berikut ini:
“Kalo zikir paling habis shalat aja. Itu juga kadang-kadang.”65
Dari data di atas dapat dilihat bahwa rata-rata intensitas praktek agama
responden sangat rutin. Perhatikan perhitungan berikut ini:
Rata-rata = (90 % + 0 % + 25 % + 25 % + 80 % + 50 % + 100 % + 50 % + 50 % + 50 %) : 10
= 520 : 10 = 52 %
Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa 52 %, atau bisa dikatakan
separuh dari kedua puluh responden, selalu mengerjakan praktek agama.
63 Ibid. 64 Wawancara Pribadi dengan A. Rivai, Analis Pengelolaan Pengembangan Produk dan
Sisdur BNI Syariah, Jakarta, 14 Maret 2007. 65 Wawancara Pribadi dengan Retno, Staf BNI Syariah, Jakarta, 16 Maret 2007.
Rata-rata = Jumlah persentase responden yang menjawab Selalu : Jumlah Pertanyaan
Sementara beberapa persen mengindikasikan ketidakrutinan responden
dalam mengerjakan praktek agama. Hal ini disebabkan karena waktu yang
terbatas, beberapa halangan khusus bagi responden dengan jenis kelamin
perempuan juga mempengaruhi rutinitas praktek tersebut, di samping faktor
kebiasaan yang terkadang responden harus beribadah seadanya saja atau hanya
mengerjakan yang wajib saja ketimbang yang sunah. Ditambah faktor
psikologis yang kadang-kadang ibadah dilakukan berdasarkan pertimbangan
mood atau perasaan juga.
3. Dimensi Pengalaman
Pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan keberagamaan
responden mungkin menjadi hal yang menarik karena hal inilah yang
terkadang mempengaruhi keyakinan agama seseorang. Dari 20 orang yang
ditanyakan mengenai pengalaman-pengalaman yang memberikan perubahan
terhadap keberagamaan mereka, 3 orang (15 %) sering mengalaminya, 12
orang (60 %) kadang-kadang, dan 5 orang (25 %) tidak pernah mengalaminya.
Perhatikan tabel berikut ini:
Tabel 16 Pengalaman Yang Merubah Keberagamaan
No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Selalu - - B Sering 3 15 % C Kadang-kadang 12 60 % D Tidak Pernah 5 25 %
Jumlah 20 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tidak ada satupun responden
yang selalu mengalami kejadian-kejadian yang merubah keberagamaan
mereka. Hanya beberapa orang yang sering mengalaminya. Kebanyakan
mengalaminya kadang-kadang saja.. Seperti penuturan responden berikut ini:
“Saya pernah mengalaminnya waktu jaman-jamannya sinetron religius. Setelah sering nonton itu saya jadi berubah, padahal sebelumnya saya tuh
kurang taat sama agama. Hehehe... Tapi sekarang alhamdulillah, saya merasa mendapat petunjuk dari nonton tayangan-tayangan religius di tv.”66
Responden tersebut mrupakan satu contoh orang yang masih bisa
tergugah hatinya untuk menerima petunjuk Allah dalam merubah
keberagamaannya. Terkadang memang petunjuk itu bisa datang dari mana
saja. Termasuk dari cerita-cerita atau kisah-kisah yang ditampilkan melalui
media dalam bentuk sinetron dan lain-lain. Bisa juga melalui kejadian yang
menimpa diri sendiri seperti yang dialami responden berikut ini:
“Pernah. Waktu saya masih SMA. Waktu itu saya sedang nakal-nakalnya. Biasa lah anak muda, tidak jauh dari mabuk-mabukan dan obat-
obatan. Tiba-tiba saya sakit karena keseringan mengkonsumsi barang haram itu. Lalu saya berdoa kepada Allah mohon disembukan, kalau bisa sembuh
saya akan meninggalkan kebiasaan buruk itu. Alhasil, saya pun sembuh. Sejak saat itu saya insyaf dan tidak berani lagi mengulanginya. Alhamdulillah!”67
Sedangkan pengalaman memperoleh balasan langsung perbuatan baik,
5 orang (25 %) sering mengalaminya, 10 orang (50 %) kadang-kadang, dan 5
orang (25 %) tidak pernah mengalaminya. Perhatikan tabel berikut ini:
Tabel 17 Pengalaman Balasan Perbuatan Baik
No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Selalu - - B Sering 5 25 % C Kadang-kadang 10 50 % D Tidak Pernah 5 25 %
Jumlah 20 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa beberapa orang sering
mengalami kejadian yang mereka anggap sebagai balasan langsung perbuatan
66 Wawancara Pribadi dengan Taufik Dwinanto, Asisten Unit Pemasaran Bisnis BNI
Syariah, Jakarta, 12 Maret 2007. 67 Wawancara Pribadi dengan A. Rivai, Analis Pengelolaan Pengembangan Produk dan
Sisdur BNI Syariah, Jakarta, 14 Maret 2007.
baik mereka. Mereka menganggap balasan karena mereka yakin perbuatan
baik mereka pasti mendapat balasan meskipun tidak langsung pada saat itu
juga. Sepeti pengalaman responden berikut ini:
“Oh... sering. Misalnya, saya habis nolongin orang kesusahan, besok-besoknya pas saya lagi kesusahan ada aja yang nolongin saya.”68
Berbeda dengan orang-orang yang tidak terlalu mengindahkan
kejadian-kejadian seperti yang dialami responden di atas. Orang-orang seperti
ini mengaku tidak pernah mengalami kejadian-kejadian seperti itu karena
mereka menganggap biasa saja.
Begitu juga pengalaman memperoleh balasan langsung perbuatan
buruk, 5 orang (50 %) sring mengalaminya, 10 orang (50 %) kadang-kadang,
dan 5 orang (25 %) tidak pernah mengalaminya. Perhatikan tabel berikut ini:
Tabel 18 Pengalaman Balasan Perbuatan Buruk
No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Selalu - - B Sering 5 25 % C Kadang-kadang 10 50 % D Tidak Pernah 5 25 %
Jumlah 20 100 %
Sama halnya dengan tabel sebelumnya, dari tabel di atas dapat dilihat
bahwa frekwensi pengalaman kejadian sebagai balasan perbuatan buruk
seimbang dengan balasan perbuatan baik. Bahkan beberapa orang lebih
mengenal balasan buruk mereka sebagai karma. Seperti penuturan responden
berikut ini:
68 Wawancara Pribadi dengan Taufik Dwinanto, Asisten Unit Pemasaran Bisnis BNI
Syariah, Jakarta, 12 Maret 2007.
“Sama aja. Jadi, kadang-kadang saya pikir perbuatan kita pasti ada karmanya. Kalo sering berbuat baik pasti dapat balasan baik, sebaliknya kalo
sering berbuat buruk pasti dapat balasan buruk.”69 Untuk pengalaman pengabulan doa, hanya 10 orang (50 %) pernah
mengalami doanya dikabulkan tapi kadang-kadang dan 10 orang (50 %)
lainnya tidak pernah mengalaminya. Perhatikan tabel berikut ini:
Tabel 19 Pengalaman Pengabulan Doa
No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Selalu - - B Sering - - C Kadang-kadang 10 50 % D Tidak Pernah 10 50 %
Jumlah 20 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian responden mengaku
pernah mengalami kejadian yang mereka anggap sebagai pengabulan doa
mereka. Meskipun hanya kadang-kadang mengalaminya, setidaknya mereka
masih memiliki keyakinan bahwa Allah akan mengabulkan doa hamba-Nya.
Seperti penuturan responden berikut ini:
“Pernah. Tapi kadang-kadang, tidak selalu. Kadang-kadang juga meski sudah berdoa dengan khusyu kalau Allah belum menghendaki ya tidak akan
dikabulkan. Tapi, saya tetap yakin Allah pasti akan mengabulkan doa saya.”70
Pengalaman terhindar dari bahaya setelah berdoa, hanya 6 orang (30
%) yang pernah mengalami terhindar dari bahaya setelah berdoa tapi kadang-
kadang dan 14 orang (70 %) tidak pernah mengalaminya. Perhatikan tabel
berikut ini:
69 Ibid. 70 Wawancara Pribadi dengan A. Rivai, Analis Pengelolaan Pengembangan Produk dan
Sisdur BNI Syariah, Jakarta, 14 Maret 2007.
Tabel 20 Pengalaman Terhindar dari Bahaya Setelah Berdoa
No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Selalu - - B Sering - - C Kadang-kadang 6 30 % D Tidak Pernah 14 70 %
Jumlah 20 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hanya beberapa orang saja yang
pernah mengalami kejadian terhindar dari bahaya setelah berdoa. Sisanya
mengaku tidak pernah. Kejadian ini bisa juga dikaitkan dengan keyakinan
mereka akan pengabulan doa dari Allah. Keyakinan ini juga masih harus
dipertimbangkan lagi bahwa yang namanya bahaya tidak bisa diprediksi.
Seperti penuturan responden berikut ini.
“Kadang-kadang. Yang namanya bahaya kan kita nggak tau dateng-nya. Tapi, selain berdoa kita juga kan harus tetep usaha biar nggak dapet
bahaya.”71
Dari data di atas dapat dilihat bahwa para responden tidak selalu
mengalami kejadian-kejadian yang berkaitan dengan keberagamaan mereka.
Rata-rata mereka mengalaminya hanya kadang-kadang saja. Perhatikan
perhitunan berikut ini:
Rata-rata = (60 % + 50 % + 50 % + 50 % + 30 %) : 5 = 240 : 5 = 48 %
Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa 48 % dari kedua puluh
responden kadang-kadang mengalami kejadian-kejadian yang berkaitan
71 Wawancara Pribadi dengan Taufik Dwinanto, Asisten Unit Pemasaran Bisnis BNI
Syariah, Jakarta, 12 Maret 2007.
Rata-rata = Jumlah persentase responden yang menjawab Kadang-kadang : Jumlah Pertanyaan
dengan keberagamaan mereka. Baik yang berpengaruh buruk atau yang
berpengaruh baik terhadap keberagamaan mereka.
Hal ini bisa disebabkan karena beberapa responden tidak terlalu
mempedulikan kejadian-kejadian yang menimpa mereka. Apakah kejadian
tersebut berkaitan dengan keberagamaan mereka atau tidak. Artinya mereka
menganggap kejadian tersebut biasa saja dan mereka tidak terlalu mengkait-
kaitkannya dengan keberagamaan mereka.
4. Dimensi Pengetahuan Agama
Pengetahuan agama masing-masing responden juga cukup beragam.
Mulai dari latar belakang agama mereka, 10 orang (50 %) berasal dari
keluarga yang agamis, 8 orang (40 %) berasal dari keluarga yang kurang
agamis, dan 2 orang (10 %) berasal dari keluarga yang tidak agamis.
Perhatikan tabel berikut ini:
Tabel 21 Latar Belakang Keluarga Agamis atau Tidak
No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Sangat Agamis - - B Agamis 10 50 % C Kurang Agamis 8 40 % D Tidak Agamis 2 10 %
Jumlah 20 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa latar belakang keluarga
responden bervariasi antara yang agamis, kurang agamis, dan tidak agamis.
Separuh dari mereka mengaku memiliki keluarga yang agamis, selebihnya
agamis dan hanya beberapa saja yang mengaku memiliki keluarga yang tidak
agamis, bukan berarti tidak agamis sama sekali. Seperti penuturan responden
berikut ini:
“Keluarga saya mah orang biasa, nggak agamis. Soalnya pengetahuan agamanya rata-rata nggak banyak.”72
Pengakuan mereka atas latar belakang keluarga didasarkan pada
pengetauan agama yang dimiliki. Seperti pengakuan responden di atas
menunjukkan bahwa latar belakang keluarganya tidak agamis karena
pengetahuan agama yang sedikit. Berbeda dengan responden yang mengaku
keluarganya agamis karena memang pengetahuan agamanya yang cukup
banyak, ditambah adanya penekanan agama dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti penuturan responden berikut ini:
“Ya. Kebetulan keluarga saya keluarga agamis. Tapi, nggak agamis banget sih. Pokonya orang tua saya tuh nekanin banget yang namanya hal-hal
agama. Dia bilang buat bekal juga, karena kita nggak cuma hidup di dunia tapi juga di akhirat.”73
Sementara dengan lingkungan tempat tinggal mereka, 10 orang (50 %)
tinggal di lingkungan yang agamis dan 10 orang (50 %) tinggal di lingkungan
yang kurang agamis. Perhatikan tabel berikut ini:
Tabel 22 Latar Belakang Lingkungan Agamis atau Tidak
No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Sangat Agamis - - B Agamis 10 50 % C Kurang Agamis 10 50 % D Tidak Agamis - -
Jumlah 20 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa berbeda dengan latar belakang
keluarga yang cukup bervariasi, latar belakang lingkungan tempat tinggal
responden lebih berimbang antara yang agamis dan kurang agamis. Tapi tidak
terlalu agamis dan tidak juga tidak agamis sama sekali.
72 Wawancara Pribadi dengan Retno, Staf BNI Syariah, Jakarta, 16 Maret 2007. 73 Wawancara Pribadi dengan Taufik Dwinanto, Asisten Unit Pemasaran Bisnis BNI
Syariah, Jakarta, 12 Maret 2007.
Sementara untuk latar belakang pendidikan agama mereka, kedua
puluh renponden (100 %) lebih banyak mendapatkan pendidikan agama di
lembaga pendidikan. Pehatikan tabel berikut ini:
Tabel 23 Tempat Memperoleh Banyak Pengetahuan Agama
No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Keluarga - - B Lingkungan - - C Lembaga Pendidikan 20 100 % D Lainnya - -
Jumlah 20 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lembaga pendidikan, baik formal
maupun nonformal, menjadi tempat yang memberikan pengetahuan agama
lebih banyak dibandingkan dengan keluarga, lingkungan, dan tempat lainnya.
Terlebih lagi karena mereka mengenyam pendidikan sampai tingkat tinggi.
Paling tidak, di sekolah mereka mendapatkan pengetahuan agama yang lebih
mendetail. Sementara di rumah atau di lingkungan, mereka mendapatkan
pengetahuan agama secara praktek dan seadanya saja. Sebagian responden
memilih sekolah madrasah sebagai lembaga pendidikaan yang lebih konsern
terhadap pengetahuan agama. Seperti penuturan responden berikut ini:
“Saya banyak dapet ilmu agama di sekolah. Rata-rata di keluarga saya pernah sekolah madrasah. Karena kalo madrasah kan pengetahuan agamanya
lebih lengkap.”74
Begitu juga dengan tingkat pengetahuan agama mereka, kedua puluh
responden (100 %) memiliki tingkat pengetahuan agama yang sedang-sedang
saja. Perhatikan tabel berikut ini:
74 Ibid.
Tabel 24 Tingkat Pengetahuan Agama
No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Sangat Tinggi - - B Tinggi - - C Sedang 20 100 % D Rendah - -
Jumlah 20 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua responden mengaku
tingkat pengetahuan agama mereka tidak terlalu tinggi atau tidak terlalu
rendah. Jika dikaitkan dengan aktivitas agama mereka, pengetahuan agama
mereka cukup menjadi pedoman dalam mengerjakan ibadah dan aktivitas
agama lainnya. Beberapa responden mengaku memiliki pengetahuan agama
yang biasa saja, karena dalam beberapa hal yang berkaitan dengan agama
mereka masih harus menanyakan kepada yang lebih memahaminya. Seperti
penuturan responden berikut ini:
“Nggak tau deh semana. Biasa lah... masih awam dikit, nggak jago-jago banget. Soalnya masih sering nanya juga sih kalo ada masalah agama.”75
Sedangkan untuk mengikuti pengajian guna menambah pengetahuan
agama mereka, 6 orang (30 %) selalu mengikutinya, 8 orang (40 %) jarang,
dan 6 orang (30 %) lainnya kadang-kadang. Perhatikan tabel berikut ini:
Tabel 25 Menikuti Pengajian Untuk Menambah Pengetahuan Agama
No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Selalu 6 30 % B Sering 8 40 % C Kadang-kadang 6 30 % D Tidak Pernah - -
Jumlah 20 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa antusiasme responden dalam
menambah pengetahuan agama mereka masih terbilang rendah. Hanya
75 Wawancara Pribadi dengan Retno, Staf BNI Syariah, Jakarta, 16 Maret 2007.
sepertiga dari mereka yang rutin mengikuti pengajian guna menambah
pengetahuan agama. Bahkan selain mengikuti pengajian yang diadakan
perusahaan, mereka juga masih menyempatkan diri untuk mengikuti pengajian
di lingkungan tempat tinggal mereka. Seperti penuturan responden berikut ini:
“Saya sering ngikutin pengajian, baik yang diadain di perusahaan maupun di lingkungan tempat tinggal.”76
Namun, sebagian mengaku mengikuti pengajian tergantung kemauan
saja. Seperti penuturan responden berikut ini:
“Saya jarang sih mengikuti pengajian. Kalau lagi mau saja atau kalau lagi ada yang nemenin.”77
Dari data di atas dapat dilihat bahwa terlepas dari latar belakang
keluarga dan lingkungan, tingkat pengetahuan agama mereka sedang-sedang
saja, itupun kebanyakan mereka peroleh dari lembaga pendidikan. Stidaknya,
pengetahuan agama yang seperti itu benar-benar sudah mereka aplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Namun, tidak terlalu banyak yang berantusias
untuk menambah pengetahuan agama mereka dengan mengikuti pengajian-
pengajian rutin. Sungguh sangat disayangkan sekali.
5. Dimensi Konsekuensi
Rupanya para responden kurang begitu menanggapi hal yang satu ini.
Mereka kurang begitu mementingkan dampak langsung dari ibadah yang
mereka lakukan. Apakah mereka merasakan ketenangan setelah shalat, 6
orang (30 %) sangat merasakannya, 10 orang (50 %) merasa, 2 orang (10 %)
76 Wawancara Pribadi dengan Taufik Dwinanto, Asisten Unit Pemasaran Bisnis BNI
Syariah, Jakarta, 12 Maret 2007. 77 Wawancara Pribadi dengan Wahyu Avianto, Pengelola Pengembangan Produk dan
Sisdur BNI Syariah, Jakarta, 16 Maret 2007.
kurang merasa, dan 2 orang (10 %) lainnya tidak merasa. Perhatikan tabel
berikut ini:
Tabel 26 Ketenangan Setelah Shalat
No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Sangat Merasa 6 30 % B Merasa 10 50 % C Kurang Merasa 2 10 % D Tidak Merasa 2 10 %
Jumlah 20 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa beberapa responden sangat
merasakan adanya ketenangan setelah mengerjakan shalat. Terlebih ketika
sedang stress atau dalam keadaan tertekan. Seperti yang dirasakan oleh
responden berikut ini:
“Ya... Ada yang beda aja rasanya. Misalnya, kalo lagi stress karena kerjaan, habis shalat rasanya tenang aja. Kayak nggak ada tekanan lagi.”78
Selebihnya, separuh dari mereka cukup merasakan, dan beberapa yang
lain kurang merasakan bahkan tidak merasakan sama sekali. Seperti yang
dirasakan oleh responde berikut ini:
“Biasa aja tuh. Nggak ada perubahan apa-apa. Karena kalo saya, shalat ya shalat aja, nggak terlalu dikaitkan dengan perasaan.”79
Lalu 12 orang (60 %) merasa lebih tenang bekerja sambil puasa dan 8
orang (40 %) lainnya kurang merasa. Perhatikan tabel berikut ini:
78 Wawancara Pribadi dengan Taufik Dwinanto, Asisten Unit Pemasaran Bisnis BNI
Syariah, Jakarta, 12 Maret 2007. 79 Wawancara Pribadi dengan Retno, Staf BNI Syariah, Jakarta, 16 Maret 2007.
Tabel 27 Ketenangan Bekerja Sambil Puasa
No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Sangat Merasa - - B Merasa 12 60 % C Kurang Merasa 8 40 % D Tidak Merasa - -
Jumlah 20 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dampak psikologis yang mereka
rasakan pada saat berpuasa cukup berpengaruh pada pekerjaan mereka.
Mayoritas mereka merasa lebih tenang dan berkonsentrasi bekerja sambil
puasa. Seperti yang dirasakan oleh responden berikut ini:
“Iya. Pokonya kalo kerja pas lagi puasa rasanya beda banget. Lebih nyaman dan lebih konsen. Apalagi pas bulan Ramadhan.”80
Hal senada juga dirasakan oleh responden berikut ini:
“Ya. Mungkin karena kalau sedang puasa kita harus menjaga segala hawa nafsu ya, jadi lebih tenang dan konsen.”81
Beliau beranggapan karena dalam berpuasa harus menahan segala
hawa nafsu, maka bekerja menjadi lebih konsentrasi. Sementara beberapa dari
mereka kurang menanggapi serius. Artinya, mereka tidak begitu merasakan
adanya pengaruh puasa yang cukup signifikan terhadap pekerjaan mereka.
Seperti yang dirasakan responden berikut ini:
“Memang lebih konsen sih. Tapi kalau lagi stress ya tetap saja nggak konsen.”82
Mengenai pengaruh zakat, sedekah, atau amal terhadap rezeki, 10
orang (50 %) merasa bahwa zakat, sedekah, atau amal berpengaruh terhadap
80 Wawancara Pribadi dengan Taufik Dwinanto, Asisten Unit Pemasaran Bisnis BNI
Syariah, Jakarta, 12 Maret 2007. 81 Wawancara Pribadi dengan A. Rivai, Analis Pengelolaan Pengembangan Produk dan
Sisdur BNI Syariah, Jakarta, 14 Maret 2007. 82 Wawancara Pribadi dengan Wahyu Avianto, Pengelola Pengembangan Produk dan
Sisdur BNI Syariah, Jakarta, 16 Maret 2007.
pendapatan rezeki, 6 orang (30 %) kurang merasa, dan 4 orang (20 %) tidak
merasakan adanya pengaruh yang signifikan. Perhatikan tabel berikut ini:
Tabel 28 Pengaruh Zakat, Sedekah, atau Amal Terhadap Rezeki
No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Sangat Merasa - - B Merasa 10 50 % C Kurang Merasa 6 30 % D Tidak Merasa 4 20 %
Jumlah 20 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hanya separuh dari mereka yang
beranggapan bahwa dengan menyisihkan sebagian rezeki maka akan
memperlancar rezeki. Seperti yang dirasakkan oleh responden berikut ini:
“Yang saya rasain sih begitu. Karena saya sering zakat, sedekah, dan amal, saya ngerasa rezeki saya lancar aja. Nggak ada masalah gitu.”83
Namun, beberapa orang tidak begitu mempedulikan pengaruh zakat,
amal, atau sedekah terhadap rezeki mereka. Seperti penuturan responden
berikut ini:
“Iya kali. Katanya sih begitu. Pokonya saya mah saya kerjain aja apa yang baik, nggak meratiin pengaruhnya. Enjoy aja!”84
Pengaruh doa terhadap pekerjaan, 10 orang (50 %) merasa lebih
bersemangat bekerja setelah berdoa dan 10 orang (50 %) lainnya kuarang
merasa. Perhatikan tabel berikut ini:
83 Wawancara Pribadi dengan Taufik Dwinanto, Asisten Unit Pemasaran Bisnis BNI
Syariah, Jakarta, 12 Maret 2007. 84 Wawancara Pribadi dengan Retno, Staf BNI Syariah, Jakarta, 16 Maret 2007.
Tabel 29 Semangat Bekerja Setelah Berdoa
No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Sangat Merasa - - B Merasa 10 50 % C Kurang Merasa 10 50 % D Tidak Merasa - -
Jumlah 20 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat keseimbangan antara
responden yang merasa dan kurang merasa adanya semangat dalam bekerja
setelah berdoa terlebih dahulu. Separuh dari mereka merasakan hal itu dan
menganggap terbiasa berdoa sebelum melakukan pekerjaan. Sebagaimana
yang dirasakan oleh responden berikut ini:
“Ya. Apalagi saya selalu berdoa setiap mao ngerjain sesuatu. Buat saya doa itu memberikan kekuatan tersendiri. Saya jadi lebih semangat kalo
berdoa sebelum ngerjain sesuatu.”85
Sementara bagi yang kurang merasakannya, menganggap doa tidak
terlalu berpengaruh terhadap pekerjaan mereka. Seperti yang dirasakan oleh
responden berikut ini:
“Saya jarang berdoa sebelum kerja. Paling baca bismilah aja. Lagian kalo baca doa atau nggak sebelum bekerja buat saya sama aja. Biasa-biasa
aja.”86
Sedangkan mengenai pengaruh secara umum agama terhadap
pekerjaan, 16 orang (80 %) merasa bahwa agama sangat berpengaruh terhadap
pekerjaan mereka dan 4 orang (20 %) lainnya kurang merasa. Perhatikan tabel
berikut ini:
85 Wawancara Pribadi dengan Taufik Dwinanto, Asisten Unit Pemasaran Bisnis BNI
Syariah, Jakarta, 12 Maret 2007. 86 Wawancara Pribadi dengan Retno, Staf BNI Syariah, Jakarta, 16 Maret 2007.
Tabel 30 Pengaruh Agama Terhadap Pekerjaan
No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Sangat Merasa - - B Merasa 16 80 % C Kurang Merasa 4 20 % D Tidak Merasa - -
Jumlah 20 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas mereka merasa bahwa
agama berpengaruh terhadap pekerjaan mereka. Karena mereka menganggap
bahwa bekerja merupakan ibadah kepada Allah Swt. maka agama tidak bisa
terlepas dari itu semua. Seperti yang dirasakan oleh responden berikut ini:
“Itu pasti. Karena kan bekerja termasuk ibadah juga. Jadi, menurut saya ketika bekerja kita juga butuh dorongan agama.”87
Dari data di atas dapat dilihat bahwa hanya beberapa orang yang
benar-benar sangat merasakan adanya pengaruh agama yang signifikan
terhadap aktivitas mereka. Mayoritas mereka merasakannya namun tidak
terlalu berlebihan. Perhatikan perhitungan berikut ini:
Rata-rata = (30 % + 60 % + 50 % + 50 % + 80 %) : 5 = 270 : 5 = 54 %
Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa 54 % dari kedua puluh
responden cukup merasakan saja dampak langsung ibadah-ibadah yang
mereka kerjakan. Dan sebagai pekerja, mayoritas mereka merasakan adanya
pengaruh yang baik agama terhadap kinerja mereka di perusahaan tempat
87 Wawancara Pribadi dengan Taufik Dwinanto, Asisten Unit Pemasaran Bisnis BNI
Syariah, Jakarta, 12 Maret 2007.
Rata-rata = Jumlah persentase responden yang menjawab Merasa : Jumlah Pertanyaan
mereka bekerja, meskipun mereka merasakannya hanya dalam kadar biasa
saja.
B. Aktivitas Agama Pekerja di Perusahaan
Dalam hal ini keberagamaan responden dikaitkan dengan dunia kerja
mereka. Dari 20 orang, 14 orang (70 %) menjawab bisa mengerjakan shalat lebih
dahulu pada jam istirahat dan 6 orang (30 %) menjawab makan adalah kebiasaan
yang pertama kali mereka lakukan pada jam istirahat. Perhatikan tabel berikut ini:
Tabel 31 Kebiasaan pada Jam Istirahat
No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Shalat 14 70 % B Makan 6 30 % C Mengobrol - - D Tidur - -
Jumlah 20 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki
kebiasaan mengerjakan shalat terlebih dahulu pada jam istirahat. Dengan alasan
mengutamakan ibadah daripada kebutuhan lain. Seperti penuturan responden
berikut ini:
“Saya selalu mendahulukan shalat setiap jam istirahat. Takutnya kalo ditunda-tunda malah kebablasan.”88
Sama halnya dengan responden berikut ini:
“Saya selalu mengerjakan shalat dahulu pada jam istirahat. Setelah shalat mau melakukan yang lain juga sudah tenang.”89
Beliau biasa mengerjakan shalat terlebih dahulu agar ketika ingin
melakukan hal lain sudah lebih tenang, karena sudah menunaikan kewajiban
shalat. Berbeda dengan beberapa responden yang lebih sering mendahulukan
88 Ibid. 89 Wawancara Pribadi dengan A. Rivai, Analis Pengelolaan Pengembangan Produk dan
Sisdur BNI Syariah, Jakarta, 14 Maret 2007.
makan ketimbang shalat. Mereka beranggapan kalau mendahulukan makan, maka
ketika shalat tidak memikirkan makan. Seperti penuturan responden berikut ini:
“Saya keseringan makan dulu baru shalat. Daripada saya shalat mikirin makan, kan nggak khusyu. Iya nggak?90
Sementara itu, menanggapi rutinitas perusahaan dalam mengadakan
kegiatan-kegiatan keagamaan, kedua puluh responden (100 %) mengakui bahwa
perusahaan mereka selalu mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan. Perhatikan
tabel berikut ini:
Tabel 32 Pengadaan Kegiatan Agama
No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Selalu 20 100 % B Sering - - C Kadang-kadang - - D Tidak Pernah - -
Jumlah 20 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan pengakuan mereka
perusahaan tempat mereka bekerja sangat rutin mengadakan kegiatan-kegiatan
keagamaan, mulai dari yang berskala kecil seperti pengajian-pengajian sampai
yang berskala besar seperti perayaan hari besar agama. Seperti penuturan
responden berikut ini:
“Iya. Perusahaan saya selalu mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan secara rutin. Seperti pengajian mingguan, peringatan hari besar agama, dan lain-
lain.”91
Namun, hanya 12 orang (60 %) menjawab selalu mengikuti kegiatan-
kegiatan keagamaan itu, 6 orang (30 %) menjawab jarang, dan 2 orang (10 %)
menjawab kadang-kadang. Perhatikan tabel berikut ini:
90 Wawancara Pribadi dengan Retno, Staf BNI Syariah, Jakarta, 16 Maret 2007. 91 Wawancara Pribadi dengan Taufik Dwinanto, Asisten Unit Pemasaran Bisnis BNI
Syariah, Jakarta, 12 Maret 2007.
Tabel 33 Keikutsertaan dalam Kegiatan Agama
No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Selalu 12 60 % B Sering 6 30 % C Kadang-kadang 2 10 % D Tidak Pernah - -
Jumlah 20 100 % Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa meskipun perusahaan selalu
mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan, namun animo responden untuk
mengikutinya masih kurang. Tidak semua responden selalu mengiukti kegiatan
itu. Beberapa orang mengaku jarang bahkan kadang-kadang saja karena
pertimbangan waktu. Seperti penuturan responden berikut ini:
“Nggak selalu sih. Ya... paling kalo ada waktu aja.”92
Mengenai toleransi beragama yang diberikan perusahaan, kedua puluh
responden (100 %) mengaku bahwa perusahaan mereka toleran terhadap
keberagamaan mereka. Perhatikan tabel berikut ini:
Tabel 34 Toleransi Agama dari Perusahaan
No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Sangat Toleran B Toleran 20 100 % C Kurang Toleran D Tidak Toleran - -
Jumlah 20 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa keberagamaan mereka cukup
diperhatikan. Ini merupakan konsekuensi logis bagi perusahaan yang
berlandaskan Islam. Seperti penuturan responden berikut ini:
“Menurut saya perusahaan saya toleran juga ya. Karena saya sendiri ngerasain begitu. Lagian ini kan perusahaan BNI Syariah. Jadi, wajar kalo
keberagaman pekerjanya diperhatikan.”93
92 Ibid. 93 Ibid.
Kedua puluh responden (100 %) juga mengakui perusahaan mereka
menyediakan fasilitas agama yang memadai. Perhatikan tabel berikut ini:
Tabel 35 Fasilitas Agama Yang Memadai
No. Alternatif Jawaban Frekwensi Persentase A Sangat Memadai - - B Memadai 20 100 % C Kurang Memadai - - D Tidak Memadai - -
Jumlah 20 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perusahaan tempat mereka bekerja
tidak hanya toleran terhadap keberagamaan tapi juga menyediakan fasilitas agama
yang memadai. Hal ini didukung oleh penuturan responden berikut ini:
“Kalo fasilitas agama di perusahaan saya rasa cukup memadai ya. Yang pasti kalo mao ibadah, gampang aja.”94
Dari data di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden biasa
mengerjakan shalat terlebih dahulu daripada makan atau kegiatan lainnya.
Meskipun fasilitas keagamaan memadai dan kegiatan-kegiatan keagamaan selalu
dilaksanakan, tidak semua responden memanfaatkannya secara optimal, masih ada
saja yang tidak teralalu rutin mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yang
diadakan perusahaan.
94 Ibid.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketika kita berbicara tentang keberagamaan seseorang, maka tidak terlepas
dari individualisme dalam beribadah. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan
dapat disimpulkan bahwa keberagamaan pekerja BNI Syariah Cabang RS
Fatmawati Jakarta Selatan sangat beragam. Walaupun demikian, keberagamaan
mereka masih menunjukkan kesamaan yang cukup menonjol. Dari lima dimensi
keberagamaan yang penulis teliti pada dua puluh responden terpilih, beberapa
dimensi menunjukkan tingkat keberagamaan yang cukup tinggi. Jika dilihat dari
persentase tiap dimensi keberagamaan mereka, rata-rata responden memiliki
tingkat keberagamaan yang sangat tinggi. Selebihnya memiliki tingkat
keberagamaan yang biasa saja dan beberapa responden memiliki tingkat
keberagamaan rendah.
Setidaknya, jika dikaitkan dengan latar belakang BNI Syariah itu sendiri,
keberagamaan pekerja mereka sudah mencerminkan konsekuensi yang cukup
logis bagi sebuah perusahaan yang berpedoman pada nilai-nilai yang Islami.
Terlebih lagi ketka aktivitas keberagamaan para pekerja didukung oleh fasilitas
yang memadai serta kebijakan-kebijakan yang mendukung. Dari hasil pengamatan
langsung, kesibukan mereka tidak terlalu menghalangi mereka untuk tetap
melakukan aktivitas agama. Bahkan mereka mengaku aktivitas agama mereka
justru lebih mendukung kinerja yang optimal. Sebagian dari mereka menuturkan
bahwa ternyata agama sangat berperan sekali untuk dapat bekerja lebih baik lagi.
Ditambah lagi dengan toleransi keberagmaan yang diberikan oleh perusahaan
membuat mereka merasa lebih nyaman dalam bekerja sambil beragama. Sebagai
contoh kebijaksanaan dalam melakukan kewajiban shalat lima waktu yang
diberikan perusahan bisa disesuaikan dengan jam kerja mereka.
B. Saran
Dengan tidak bermaksud untuk mencampuri kepentingan personal pekerja,
ada beberapa saran penulis untuk para pekerja BNI Syariah Cabang RS Fatmawati
Jakarta Selatan yang sekiranya dapat dipertimbangkan kembali dalam
menjalankan keberagamaan masing-masing. Penuils menyarankan agar pekerja
hendaknya lebih menyesuaikan kembali keberagamaan mereka dengan visi dan
misi perusahaan tempat mereka bekerja. Itupun tidak hanya di dalam lingkungan
kerja saja, ada baiknya di manapun dan kapanpun mereka berada. Para pekerja
juga harus lebih menyadari lagi bahwa bekerja tidak hanya beraktivitas untuk
mengharapkan materi tapi juga sebuah bentuk pengabdian yang sangat mulia
kepada Allah Swt.
Pada kenyataannya memang aktivitas agama mereka terbentur dengan
tuntutan untuk memiliki kinerja yang optimal di perusahaan. Maka dalam hal ini
penulis menyarankan kepada pihak perusahaan untuk lebih bijaksana lagi dalam
menanggapi masalah yang terbilang sakral. Perusahaan bisa meyesuaikan waktu-
waktu di mana pekerja benar-benar harus bekerja dan harus menjalankan
keberagamaan mereka, ditambah dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan lain yang
berkaitan dengan keberagamaan pekerja. Wallahu ‘alam bishshawwab....
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Syamsuddin. Agama dan Masyarakat: Pendekatan Sosiologi Agama. Jakarta: Logos, 1997.
Al-Bone, Abdul Aziz. Sinopsis Disertasi: Hubungan antara Komunikasi
Interpersonal dalam Keluarga, Pengendalin Diri, dan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam dengan Religiusitas siswa pada SMU Negeri Jakarta Timur. tt.
Ancok, Djamaluddin. Psikologi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1998.
Djamaluddin, Muhammad. Religisitas dan Stres Kerja pada Polisi. Yogyakarta:
UGM Press, 1995. Herlianto, Ir., M.Th. Urbanisasi, Pembangunan, dan Kerusuhan Kota. Jakarta: PT
Alumni, 1997. Iriyanto, Yusuf, M.Com. "Metode Pengumpulan Data dan Kasus Penelitian
Renumerasi dan Manajemen Kinerja di Kalimantan Timur serta Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Jawa Timur." Dalam Burhan Bungin, ed. Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001.
Mulyana, Deddy, Dr., M.A. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru
Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002.
Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek. Jakarta: UI Press, tt. “Penjelasan Atas Peraturan Bank Indonesia No. 4/PBI/2002 Tentang
Pemantauan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Perusahaan Bukan Lembaga Keuangan Umum.” Artikel diakses tanggal 7 Januari 2007, dari http://www.bi.go.id.
Profil Perusahaan BNI Syariah, Jakarta, 2002. Raharjo, M. Dawam. Intelektual, Intelegensia, dan Perilaku Politik Bangsa:
Risalah Cendikiawan Muslim. Bandung: Mizan, 1996.
“RUU Pelayaran Tersandung Masalah Hak Pengelolaan (HPL).” Artikel diakses tanggal 7 Januari 2007, dari http://www.inaport1.co.id.
Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. Metodologi Penelitian Survei. Jakarta:
LP3ES, 1989. Soerakhman, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tasito, 1986. Stark, R. dan C.Y. Glock. "Dimensi-dimensi Keberagamaan." Dalam Roland
Robertson, ed. Agama dalam Analisa dan Interpretasi Sosiologis. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1993.
"Strategi BUMN.” Artikel diakses tanggal 7 Januari 2007, dari
http://getuk.wordpress.com/2006/12/22/strategi-bumn/#more-127. Suryabrata, Sumardi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Press, 1998. Syamsuddin, M. Syaufii. Norma Perlindungan dalam Hubungan Industrial.
Jakarta: Sarana Bhakti Persada, 2004. Undang-undang RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Bab I
(ketentuan umum), Pasal I ayat (2) dan (3). Bandung: Citra Umbara, 2003. Wawancara Pribadi dengan Taufik Dwinanto, Asisten Unit Pemasaran Bisnis BNI
Syariah. Jakarta, 1 Maret 2007. Yuswadi, Hary. "Pengumpulan Data di Daerah Perlawanan Petani: Sebuah
Pengalaman Lapangan dari Jember." Dalam Burhan Bungin, ed. Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2001.
Zain, J.S. Badudu Sota Mohamad. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1994.
ANGKET
KEBERAGAMAAN PEKERJA PERUSAHAAN BUMN
Studi Kasus Pekerja Bank BNI Syariah Cabang RS Fatmawati Jakarta Selatan
1. Pengantar
Angket ini disebarkan kepada responden dengan tujuan untuk mengetahui
gambaran keberagamaan pekerja Muslim di Bank BNI Syariah Cabang RS
Fatmawati Jakarta Selatan.
2. Identitas Responden
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Alamat :
No. Telp./HP :
Pendidikan Akhir :
Jabatan :
3. Ketentuan Angket
a. Isilah angket ini dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang
sesuai dengan hati nuranii Anda.
b. Pengisian angket ini atas dasar pilihan pribadi tanpa paksaan dari pihak
manapun.
c. Pengisian angket secara jujur dan terbuka akan sangat membantu riset ini.
d. Identitas responden dirahaiakan oleh penulis.
PERTANYAAN ANGKET
Dimensi Keyakinan
1. Apakah Anda percaya pada rukun iman?
A. Sangat percaya C. Kurang percaya
B. Percaya D. Tidak Percaya
2. Apakah Anda percaya bahwa segala sesuatu datang dari Allah dan akan
kembali kepada Allah?
A. Sangat percaya C. Kurang percaya
B. Percaya D. Tidak Percaya
3. Apakah Anda percaya adanya surga dan neraka?
A. Sangat percaya C. Kurang percaya
B. Percaya D. Tidak Percaya
4. Apakah Anda percaya dengan ajaran-ajaran agama yang Anda peroleh?
A. Sangat percaya C. Kurang percaya
B. Percaya D. Tidak Percaya
5. Apakah Anda percaya bahwa Allah akan mengabulkan setiap doa hamba-
Nya?
A. Sangat percaya C. Kurang percaya
B. Percaya D. Tidak Percaya
Dimensi Praktek Agama
6. Apakah Anda selalu mengerjakan shalat lima waktu?
A. Selalu C. Kadang-kadang
B. Sering D. Tidak Pernah
7. Apakah Anda selalu mengerjakan shalat lima waktu secara berjamaah?
A. Selalu C. Kadang-kadang
B. Sering D. Tidak Pernah
8. Apakah Anda juga selalu mengerjakan shalat sunah selain shalat lima waktu?
A. Selalu C. Kadang-kadang
B. Sering D. Tidak Pernah
9. Apakah Anda selalu wirid dan berdoa setelah shalat?
A. Selalu C. Kadang-kadang
B. Sering D. Tidak Pernah
10. Apakah Anda selalu mengerjakan puasa Ramadhan?
A. Selalu C. Kadang-kadang
B. Sering D. Tidak Pernah
11. Apakah Anda juga selalu mengerjakan puasa sunah selain puasa Ramadhan?
A. Selalu C. Kadang-kadang
B. Sering D. Tidak Pernah
12. Apakah Anda selalu membayar zakat fitrah setiap bulan Ramadhan?
A. Selalu C. Kadang-kadang
B. Sering D. Tidak Pernah
13. Apakah Anda juga selalu beramal/bersedekah selain zakat fitrah?
A. Selalu C. Kadang-kadang
B. Sering D. Tidak Pernah
14. Apakah Anda selalu membaca Al-Quran?
A. Selalu C. Kadang-kadang
B. Sering D. Tidak Pernah
15. Apakah Anda selalu berzikir?
A. Selalu C. Kadang-kadang
B. Sering D. Tidak Pernah
Dimensi Pengalaman
16. Apakah Anda pernah mengalami kejadian yang merubah keberagamaan
Anda?
A. Selalu C. Kadang-kadang
B. Sering D. Tidak Pernah
17. Apakah Anda pernah merasakan balasan langsung perbuatan baik yang Anda
lakukan?
A. Selalu C. Kadang-kadang
B. Sering D. Tidak Pernah
18. Apakah Anda juga pernah merasakan balasan langsung perbuatan buruk yang
Anda lakukan?
A. Selalu C. Kadang-kadang
B. Sering D. Tidak Pernah
19. Apakah Anda pernah merasakan bahwa doa Anda dikabulkan oleh Allah?
A. Selalu C. Kadang-kadang
B. Sering D. Tidak Pernah
20. Apakah Anda pernah merasakan terhindar dari bahaya setelah berdoah?
A. Selalu C. Kadang-kadang
B. Sering D. Tidak Pernah
Dimensi Pengetahuan Agama
21. Apakah Anda berasal dari keluarga yang agamis?
A. Sangat agamis C. Kurang agamis
B. Agamis D. Tidak agamis
22. Apakah Anda tinggal di lingkungan yang agamis?
A. Sangat agamis C. Kurang agamis
B. Agamis D. Tidak agamis
23. Dari mana Anda lebih banyak mendapatkan pendidikan agama?
A. Keluarga C. Lembaga Pendidikan
B. Lingkungan D. Lainnya
24. Menurut Anda sejauh mana tingkat pengetahuan agama Anda?
A. Sangat tinggi C. Sedang
B. Tinggi D. Rendah
25. Apakah Anda selalu mengikuti pengajian untuk memperdalam pengetahuan
agama Anda?
A. Selalu C. Kadang-kadang
B. Sering D. Tidak Pernah
Dimensi Konsekuensi
26. Apakah Anda merasa lebih tenang setelah mengerjakan shalat?
A. Sangat merasa C. Kurang merasa
B. Merasa D. Tidak merasa
27. Apakah Anda merasa lebih tenang bekerja sambil berpuasa?
A. Sangat merasa C. Kurang merasa
B. Merasa D. Tidak merasa
28. Apakah Anda merasa zakat, sedekah, atau amal dapat berpengaruh terhadap
rezeki?
A. Sangat merasa C. Kurang merasa
B. Merasa D. Tidak merasa
29. Apakah Anda merasa lebih bersemangat setelah berdoa?
A. Sangat merasa C. Kurang merasa
B. Merasa D. Tidak merasa
30. Apakah Anda merasa agama sangat berpengaruh terhadap pekerjaan Anda?
A. Sangat merasa C. Kurang merasa
B. Merasa D. Tidak merasa
Aktivitas Agama Pekerja di Perusahaan
31. Kebiasaan apa yang pertama Anda lakukan pada jam istirahat?
A. Shalat C. Mengobrol
B. Makan D. Tidur
32. Apakah perusahaan Anda selalu mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan?
A. Selalu C. Kadang-kadang
B. Sering D. Tidak pernah
33. Apakah Anda selalu mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yang diadakan
perusahaan?
A. Selalu C. Kadang-kadang
B. Sering D. Tidak pernah
34. Apakah perusahaan Anda memberikan toleransi untuk melaksanakan hal-hal
keagamaan?
A. Sangat Toleran C. Kurang Toleran
B. Toleran D. Tidak Toleran
35. Apakah perusahaan Anda menyediakan fasilitas agama yang memadai?
A. Sangat memadai C. Kurang memadai
B. Memadai D. Tidak memadai
☺Terima kasih atas kerja sama Anda☺
HASIL WAWANCARA
Nama : Taufik Dwinanto
Jabatan : Asisten Unit Pemasaran Bisnis BNI Syariah
Tanggal Wawancara : 12 Maret 2007
Dimensi Keyakinan
T: Apakah Anda percaya pada rukun iman?
J: Percaya. Karena iman berarti percaya, maka kita wajib percaya akan adanya
Allah, Malaikat, Al-Quran, Rasulullah, Hari Akhir, dan Takdir.
T: Apakah Anda percaya bahwa segala sesuatu datang dari Allah dan akan
kembali kepada Allah?
J: Percaya. Saya percaya banget bahwa semua yang ada di dunia ini milik Allah,
karena Allah sendiri yang menciptakan segalanya, termasuk kita sendiri.
Makanya, satu saat Allah pasti akan mengambil kembali segala miliknya.
T: Apakah Anda percaya adanya surga dan neraka?
J: Percaya. Meskipun ada yang bilang kalo surga dan neraka itu nggak ada, tapi
saya tetep percaya. Karena saya yakin pasti ada khidupan selanjutnya setelah
kehidupan dunia. Sebagaimana yang telah dijanjikan Allah dalam Al-Quran.
T: Apakah Anda percaya dengan ajaran-ajaran agama yang Anda peroleh?
J: Ya percaya lah... kalo nggak, ngapain juga saya belajar agama terus saya
amalin. Saya percaya karena selama ini saya merasakan apa yang saya pelajari
ada benarnya juga.
T: Apakah Anda percaya bahwa Allah akan mengabulkan setiap doa hamba-Nya?
J: Percaya. Karena saya sering berdoa langsung dikabulkan.
Dimensi Praktek Agama
T: Apakah Anda selalu mengerjakan shalat lima waktu?
J: Ya. Saya selalu ngerjain shalat lima waktu. Kan wajib. Karena sholat itu tiang
agama, dan untuk menegakkan agama maka kita harus mendirikan shalat.
T: Apakah Anda selalu mengerjakan shalat lima waktu secara berjamaah?
J: Kalo shalat berjamaah saya jarang. Paling kalo sempet aja.
T: Apakah Anda juga selalu mengerjakan shalat sunah selain shalat lima waktu?
J: Kadang-kadang sih. Sama, kalo lagi sempet aja.
T: Apakah Anda selalu wirid dan berdoa setelah shalat?
J: Wirid juga saya kadang-kadang. Kalo lagi buru-buru, biasanya saya cuma
baca doa aja.
T: Apakah Anda selalu mengerjakan puasa Ramadhan?
J: Pasti... Dari kecil saya udah dibiasain puasa sama orang tua saya. Apalagi
puasa Ramadhan kewajiban juga selain shalat.
T: Apakah Anda juga selalu mengerjakan puasa sunah selain puasa Ramadhan?
J: Ya... tapi jarang, puasa senin-kamis.
T: Apakah Anda selalu membayar zakat fitrah setiap bulan Ramadhan?
J: Wah... kalo yang satu ini nggak bisa nggak nih. Apalagi saya merasa mampu
ya. Kan buat bersihin harta kita juga.
T: Apakah Anda juga selalu beramal/bersedekah selain zakat fitrah?
J: Setiap hari saya selalu menyisihkan sedikit rezeki untuk saya amalkan atau
sedekahkan. Entah untuk pengemis atau juga sumbangan masjid.
T: Apakah Anda selalu membaca Al-Quran?
J: Hampir tiap hari saya membaca Al-Quran. Terutama setiap habis shalat Isya,
sekitar 1 jam lah.
T: Apakah Anda selalu berzikir?
J: Saya berzikir paling waktu wirid habis shalat. Itu juga kalo nggak buru-buru.
Dimensi Pengalaman
T: Apakah Anda pernah mengalami kejadian yang merubah keberagamaan Anda?
J: Saya pernah mengalaminnya waktu jaman-jamannya sinetron religius. Setelah
sering nonton itu saya jadi berubah, padahal sebelumnya saya tuh kurang taat
sama agama. Hehehe... Tapi sekarang alhamdulillah, saya merasa mendapat
petunjuk dari nonton tayangan-tayangan religius di tv.
T: Apakah Anda pernah merasakan balasan langsung perbuatan baik yang Anda
lakukan?
J: Oh... sering. Misalnya, saya habis nolongin orang kesusahan, besok-besoknya
pas saya lagi kesusahan ada aja yang nolongin saya.
T: Apakah Anda juga pernah merasakan balasan langsung perbuatan buruk yang
Anda lakukan?
J: Sama aja. Jadi, kadang-kadang saya pikir perbuatan kita pasti ada karmanya.
Kalo sering berbuat baik pasti dapat balasan baik, sebaliknya kalo sering berbuat
buruk pasti dapat balasan buruk.
T: Apakah Anda pernah merasakan bahwa doa Anda dikabulkan oleh Allah?
J: Sering. Ya... kaya kebetulan aja.
T: Apakah Anda pernah merasakan terhindar dari bahaya setelah berdoah?
J: Kadang-kadang. Yang namanya bahaya kan kita nggak tau dateng-nya. Tapi,
selain berdoa kita juga kan harus tetep usaha biar nggak dapet bahaya.
Dimensi Pengetahuan Agama
T: Apakah Anda berasal dari keluarga yang agamis?
J: Ya. Kebetulan keluarga saya keluarga agamis. Tapi, nggak agamis banget sih.
Pokonya orang tua saya tuh nekanin banget yang namanya hal-hal agama. Dia
bilang buat bekal juga, karena kita nggak Cuma hidup di dunia tapi juga di
akhirat.
T: Apakah Anda tinggal di lingkungan yang agamis?
J: Lingkungan tempat tinggal saya juga cukup agamis.
T: Dari mana Anda lebih banyak mendapatkan pendidikan agama?
J: Saya banyak dapet ilmu agama di sekolah. Rata-rata di keluarga saya pernah
sekolah madrasah. Karena kalo madrasah kan penetahuan agamanya lebih
lengkap.
T: Menurut Anda sejauh mana tingkat pengetahuan agama Anda?
J: Nggak tau deh. Biasa-biasa aja ah. Nggak tinggi-tinggi amat.
T: Apakah Anda selalu mengikuti pengajian untuk memperdalam pengetahuan
agama Anda?
J: Saya sering ngikutin pengajian, baik yang diadain di perusahaan maupun di
lingkungan tempat tinggal.
Dimensi Konsekuensi
T: Apakah Anda merasa lebih tenang setelah mengerjakan shalat?
J: Ya... Ada yang beda aja rasanya. Misalnya, kalo lagi stress karena kerjaan,
habis shalat rasanya tenang aja. Kaya nggak ada tekanan lagi.
T: Apakah Anda merasa lebih tenang bekerja sambil berpuasa?
J: Iya. Pokonya kalo kerja pas lagi puasa rasanya beda banget. Lebih nyaman
dan lebih konsen. Apalagi pas bulan Ramadhan.
T: Apakah Anda merasa zakat, sedekah, atau amal dapat berpengaruh terhadap
rezeki?
J: Yang saya rasain sih begitu. Karena saya sering zakat, sedekah, dan amal, saya
ngerasa rezeki saya lancar aja. Nggak ada masalah gitu.
T: Apakah Anda merasa lebih bersemangat setelah berdoa?
J: Ya. Apalagi saya selalu berdoa setiap mao ngerjain sesuatu. Buat saya doa itu
memberikan kekuatan tersendiri. Saya jadi lebih semangat kalo berdoa sebelum
ngerjain sesuatu.
T: Apakah Anda merasa agama sangat berpengaruh terhadap pekerjaan Anda?
J: Itu pasti. Karena kan bekerja termasuk ibadah juga. Jadi, menurut saya ketika
bekerja kita juga butuh dorongan agama.
Aktivitas Agama Pekerja di Perusahaan
T: Kebiasaan apa yang pertama Anda lakukan pada jam istirahat?
J: Saya selalu mendahulukan shalat setiap jam istirahat. Takutnya kalo ditunda-
tunda malah kebablasan.
T: Apakah perusahaan Anda selalu mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan?
J: Iya. Perusahaan saya selalu mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan secara
rutin. Seperti pengajian mingguan, peringatan hari besar agama, dan lain-lain.
T: Apakah Anda selalu mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yang diadakan
perusahaan?
J: Nggak selalu sih. Ya... paling kalo ada waktu aja.
T: Apakah perusahaan Anda memberikan toleransi untuk melaksanakan hal-hal
keagamaan?
J: Menurut saya perusahaan saya toleran juga ya. Karena saya sendiri ngerasain
begitu. Lagian ini kan perusahaan BNI Syariah. Jadi, wajar kalo keberagaman
pekerjanya diperhatikan.
T: Apakah perusahaan Anda menyediakan fasilitas agama yang memadai?
J: Kalo fasilitas agama di perusahaan saya rasa cukup memadai ya. Yang pasti
kalo mao ibadah, gampang aja.
HASIL WAWANCARA
Nama : A. Rivai
Jabatan : Analis Pengelolaan Pengembangan Produk dan Sisdur
Tanggal Wawancara : 14 Maret 2007
Dimensi Keyakinan
T: Apakah Anda percaya pada rukun iman?
J: Ya. Saya sangat percaya semua rukun iman. Saya sangat percaya adanya hal
gaib selain hal nyata di dunia ini.
T: Apakah Anda percaya bahwa segala sesuatu datang dari Allah dan akan
kembali kepada Allah?
J: Oh tentu. Saya percaya sekali akan hal itu. Makanya sebagai manusia kita
tidak boleh menyombongkan diri terhadap apa yang kita miliki.
T: Apakah Anda percaya adanya surga dan neraka?
J: Sama halnya dengan rukun iman, saya juga yakin dan percaya bahwa ada
kehidupan akhirat setelah kehidupan dunia ini, yaitu surga dan neraka. Dunia
hanyalah persinggahan untuk menuju kehidupan akhirat.
T: Apakah Anda percaya dengan ajaran-ajaran agama yang Anda peroleh?
J: Ya. Bahkan sampai sekarang saya percaya dan terus mengamalkan ajaran-
ajaran agama yang saya peroleh sejak kecil.
T: Apakah Anda percaya bahwa Allah akan mengabulkan setiap doa hamba-Nya?
J: Saya percaya sekali. Kan ada dalilnya, “...berdoalah kepada-Ku, niscaya aku
akan mengabulkannya...”
Dimensi Praktek Agama
T: Apakah Anda selalu mengerjakan shalat lima waktu?
J: Ya. Saya selalu mengerjakannya. Di manapun, kapanpun,bagaimanapun
keadaan saya, saya tidak pernah meninggalkan shalat lima waktu. Apalagi shalat
lima waktu kan wajib. Pokoknya shalat lima waktu merupakan kewajiban yang
paling penting dan tidak bisa ditinggalkan.
T: Apakah Anda selalu mengerjakan shalat lima waktu secara berjamaah?
J: Tergantung ya. Kalau memang sedang tidak sendiri, saya selalu menyempatkan
diri untuk shalat wajib secara berjamaah mskipun hanya berdua ataupun masbuk
atau terlambat jamaah. Kan pahalanya lebih besar.
T: Apakah Anda juga selalu mengerjakan shalat sunah selain shalat lima waktu?
J: Ya. Saya selalu melengkapi shalat wajib dengan shalat sunah. Saya juga rutin
mengerjakan shalat sunah dhuha setiap hari. Itupun kalau memang sempat, tapi
kalau sedang tidak sempat saya tidak mengerjakannya.
T: Apakah Anda selalu wirid dan berdoa setelah shalat?
J: Sama. Itu juga kalau sempat. Kalau tidak sempat saya cukup berdoa saja.
T: Apakah Anda selalu mengerjakan puasa Ramadhan?
J: Alhamdulillah! Puasa saya tidak pernah bolong.
T: Apakah Anda juga selalu mengerjakan puasa sunah selain puasa Ramadhan?
J: Ya. Saya juga rutin mengerjakan puasa sunah senin-kamis. Sudah biasa dari
dulu. Selain buat menambah pahala kan buat melatih kesabaran juga.
T: Apakah Anda selalu membayar zakat fitrah setiap bulan Ramadhan?
J: Pasti! Pokoknya kalau ibadah-ibadah yang sifatnya wajib, pasti saya kerjakan.
Tidak pernah terabaikan.
T: Apakah Anda juga selalu beramal/bersedekah selain zakat fitrah?
J: Saya juga selalu menyisihkan rezeki saya untuk diamalkan kepada orang yang
tidak mampu atau sumbangan masjid dan lain-lain.
T: Apakah Anda selalu membaca Al-Quran?
J: Setiap hari saya selalu rutin membaca Al-Quran. Bahkan kadang-kadang di
sela-sela jam kerja saya selalu membacanya. Jadi, tidak hanya di rumah saja.
T: Apakah Anda selalu berzikir?
J: Ya. Saya juga selalu berzikir setiap hari. Buat saya waktu senggang sangat
baik dimanfaatkan untuk berzikir mengingat Allah.
Dimensi Pengalaman
T: Apakah Anda pernah mengalami kejadian yang merubah keberagamaan Anda?
J: Pernah. Waktu saya masih SMA. Waktu itu saya sedang nakal-nakalnya. Biasa
lah anak muda, tidak jauh dari mabuk-mabukan dan obat-obatan. Tiba-tiba saya
sakit karena keseringan mengkonsumsi barang haram itu. Lalu saya berdoa
kepada Allah mohon disembukan, kalau bisa sembuh saya akan meninggalkan
kebiasaan buruk itu. Alhasil, saya pun sembuh. Sejak saat itu saya insyaf dan
tidak berani lagi mengulanginya. Alhamdulillah!
T: Apakah Anda pernah merasakan balasan langsung perbuatan baik yang Anda
lakukan?
J: Kalau itu sering ya. Saya sering sekali mengalami kejadian-kejadian seolah-
olah Allah telah membalas langung perbuatan baik saya.
T: Apakah Anda juga pernah merasakan balasan langsung perbuatan buruk yang
Anda lakukan?
J: Itu juga sama.
T: Apakah Anda pernah merasakan bahwa doa Anda dikabulkan oleh Allah?
J: Pernah. Tapi kadang-kadang, tidak selalu. Kadang-kadang juga meski sudah
berdoa dengan khusyu kalau Allah belum menghendaki ya tidak akan dikabulkan.
Tapi, saya tetap yakin Allah pasti akan mengabulkan doa saya.
T: Apakah Anda pernah merasakan terhindar dari bahaya setelah berdoah?
J: Pernah juga. Ya itu, waktu saya sakit dan saya berdoah mohon kesembuhan.
Dimensi Pengetahuan Agama
T: Apakah Anda berasal dari keluarga yang agamis?
J: Keluarga saya lumayan agamis, tapi tidak terlalu agamis ya. Biasa-biasa saja.
T: Apakah Anda tinggal di lingkungan yang agamis?
J: Lingkungan tempat tinggal saya juga tidak terlalu agamis.
T: Dari mana Anda lebih banyak mendapatkan pendidikan agama?
J: Saya banyak mendapatkan pendidikan agama di sekolah. Sisanya di rumah dari
orang tua dan pengajian-pengajian.
T: Menurut Anda sejauh mana tingkat pengetahuan agama Anda?
J: Biasa-biasa saja. Ya... lumayan lah...
T: Apakah Anda selalu mengikuti pengajian untuk memperdalam pengetahuan
agama Anda?
J: Ya. Saya rutin mengikuti pengajian mingguan di rumah dan di perusahaan.
Dimensi Konsekuensi
T: Apakah Anda merasa lebih tenang setelah mengerjakan shalat?
J: Betul sekali. Apalagi kalau pikiran saya sedang penat atau stress, biasanya
setelah shalat jadi tenang lagi.
T: Apakah Anda merasa lebih tenang bekerja sambil berpuasa?
J: Ya. Mungkin karena kalau sedang puasa kita harus menjaga segala hawa nafsu
ya, jadi lebih tenang dan konsen.
T: Apakah Anda merasa zakat, sedekah, atau amal dapat berpengaruh terhadap
rezeki?
J: Saya rasa begitu. Karena zakat, sedekah, dan amal saya merasa rezeki saya
lancar-lancar saja.
T: Apakah Anda merasa lebih bersemangat setelah berdoa?
J: Ya. Bagi saya doa merupakan pemacu semangat. Lagipula pekerjaan menjadi
lebih berkah kalau kita berdoah dahulu.
T: Apakah Anda merasa agama sangat berpengaruh terhadap pekerjaan Anda?
J: Sangat berpengaruh. Karena bekerja juga terasuk ibadah kepada Allah, jadi
harus diiringi juga dengan agama.
Aktivitas Agama Pekerja di Perusahaan
T: Kebiasaan apa yang pertama Anda lakukan pada jam istirahat?
J: Saya selalu mengerjakan shalat dahulu pada jam istirahat. Setelah shalat mau
melakukan yang lain juga sudah tenang.
T: Apakah perusahaan Anda selalu mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan?
J: Ya. Rutin sekali. Ada pengajian mingguan, bimbingan rohani, dan bakti sosial,
dan lain-lain.
T: Apakah Anda selalu mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yang diadakan
perusahaan?
J: Kalau memang sempat, saya pasti selalu mengikutinya.
T: Apakah perusahaan Anda memberikan toleransi untuk melaksanakan hal-hal
keagamaan?
J: Perusahaan saya sangat toleran sekali terhadap agama.
T: Apakah perusahaan Anda menyediakan fasilitas agama yang memadai?
J: Kalau fasilitas agama saya rasa sudah cukup memadai ya.
HASIL WAWANCARA
Nama : Wahyu Avianto
Jabatan : Pengelola Pengembangan Produk dan Sisdur
Tanggal Wawancara : 16 Maret 2007
Dimensi Keyakinan
T: Apakah Anda percaya pada rukun iman?
J: Ya. Saya percaya sekali dengan rukun iman. Karena merupakan kewajiban
bagi setiap Muslim.
T: Apakah Anda percaya bahwa segala sesuatu datang dari Allah dan akan
kembali kepada Allah?
J: Saya percaya sekali. Seluruh alam dan isinya adalah ciptaan Allah, dan Allah
akan menarik kembali segala yang Ia ciptakan dengan kuasa-Nya. Istilahnya,
Allah sekedar menitipkan saja, dan Allah pasti akan mengambil kembali apa yang
telah Ia ciptakan sesuka hatinya. Makanya, bohong banget kalau ada orang yang
menyombongkan diri bahwa kesuksesan mereka dari hasil keringat mereka
sendiri.
T: Apakah Anda percaya adanya surga dan neraka?
J: Saya percaya adanya surga dan neraka. Saya percaya akan ada kehidupan lagi
setelah kehidupan dunia. Istilahnya kita numpang di dunia ini. Ngontrak lah!
Hahaha.... Makanya, kita jangan cuma mengejar dunia saja, kita juga harus
punya bekal untuk di akhirat nanti.
T: Apakah Anda percaya dengan ajaran-ajaran agama yang Anda peroleh?
J: Percaya. Kalau nggak, ngapain saya kerjakan. Memang banyak versi tentang
ajaran Islam, tapi saya nggak mau ambil pusing, saya hanya percaya dan
mengerjakan ajaran-ajaran yang selama ini saya peroleh.
T: Apakah Anda percaya bahwa Allah akan mengabulkan setiap doa hamba-Nya?
J: Saya percaya Allah pasti mengabulkan setiap doa hambanya. Memang kadang-
kadang orang nggak sabar ingin doanya dikabulkan. Tapi, saya pikir kalau cuma
berdoa tanpa usaha ya sama saja bohong. Begitu juga kalau kita berusaha tanpa
berdoa, usaha kita nggak berkah.
Dimensi Praktek Agama
T: Apakah Anda selalu mengerjakan shalat lima waktu?
J: Selalu. Di manapun, kapanpun, saya selalu menyempatkan untuk shalat lima
waktu. Buat saya, shalat adalah ibadah yang paling wajib di antara ibadah-
ibadah yang lain.
T: Apakah Anda selalu mengerjakan shalat lima waktu secara berjamaah?
J: Kalau sahalat lima waktu berjamaah jarang. Kalau nggak ada orang lain ya
shalat sendiri saja.
T: Apakah Anda juga selalu mengerjakan shalat sunah selain shalat lima waktu?
J: Jarang. Kalau lagi mau saja. Kalau lagi nggak mood ya yang wajib saja lah.
Yang penting yang wajib nggak ketinggalan.
T: Apakah Anda selalu wirid dan berdoa setelah shalat?
J: Sama. Kalau lagi mau saja. Lagian jarang ada waktu buat wirid. Paling selesai
shalat Cuma baca doa.
T: Apakah Anda selalu mengerjakan puasa Ramadhan?
J: Pasti. Setahun sekali masa iya nggak bisa. Kan katanya Ramadhan lebih mulia
daripada seribu bulan. Jadi, harus dimanfaatkan sebaik mungkin.
T: Apakah Anda juga selalu mengerjakan puasa sunah selain puasa Ramadhan?
J: Kalau puasa sunah kadang-kadang saya kerjakann. Biasanya kalau saya lagi
punya suatu keinginan atau harapan terhadap sesuatu, saya imbangi dengan
puasa sunah senin-kamis.
T: Apakah Anda selalu membayar zakat fitrah setiap bulan Ramadhan?
J: Selalu dong... Selama masih dikasih rezeki dan masih mampu.
T: Apakah Anda juga selalu beramal/bersedekah selain zakat fitrah?
J: Buat pelengkap zakat, saya juga sering nyisihin buat amal atau sedekah. Saling
berbagi sama orang lain lah....
T: Apakah Anda selalu membaca Al-Quran?
J: Baca Al-Quran? Kayaknya sudah agak jarang deh. Waktu kecil sih iya, setiap
hari mengaji terus. Sekarang sudah sibuk kali ya, paling kalau sempat saja.
T: Apakah Anda selalu berzikir?
J: Selalu. Setiap hari saya selalu berzikir mengingat Allah. Kadang-kadang
sambil kerja sambil zikir.
Dimensi Pengalaman
T: Apakah Anda pernah mengalami kejadian yang merubah keberagamaan Anda?
J: Kayaknya nggak pernah tuh.
T: Apakah Anda pernah merasakan balasan langsung perbuatan baik yang Anda
lakukan?
J: Kadang-kadang.
T: Apakah Anda juga pernah merasakan balasan langsung perbuatan buruk yang
Anda lakukan?
J: Itu juga sama.
T: Apakah Anda pernah merasakan bahwa doa Anda dikabulkan oleh Allah?
J: Pernah. Tapi nggak sering sih.
T: Apakah Anda pernah merasakan terhindar dari bahaya setelah berdoah?
J: Pernah beberapa kali.
Dimensi Pengetahuan Agama
T: Apakah Anda berasal dari keluarga yang agamis?
J: Keluarga saya cukup agamis, meski nggak banyak mendapat pendidikan
agama.
T: Apakah Anda tinggal di lingkungan yang agamis?
J: Lingkungan tempat tinggal saya juga sama, cukup agamis juga.
T: Dari mana Anda lebih banyak mendapatkan pendidikan agama?
J: Dari sekolah.
T: Menurut Anda sejauh mana tingkat pengetahuan agama Anda?
J: Biasa saja.
T: Apakah Anda selalu mengikuti pengajian untuk memperdalam pengetahuan
agama Anda?
J: Saya jarang sih mengikuti pengajian. Kalau lagi mau saja atau kalau lagi ada
yang nemenin.
Dimensi Konsekuensi
T: Apakah Anda merasa lebih tenang setelah mengerjakan shalat?
J: Kadang-kadang saya merasakannya. Kadang-kadang juga ya biasa-biasa saja.
T: Apakah Anda merasa lebih tenang bekerja sambil berpuasa?
J: Memang lebih konsen sih. Tapi kalau lagi stress ya tetap saja nggak konsen.
T: Apakah Anda merasa zakat, sedekah, atau amal dapat berpengaruh terhadap
rezeki?
J: Iya. Mungkin berkah kali ya.
T: Apakah Anda merasa lebih bersemangat setelah berdoa?
J: Kira-kira seperti itu. Biar lebih berkah juga apa yang kita kerjakan.
T: Apakah Anda merasa agama sangat berpengaruh terhadap pekerjaan Anda?
J: Berpengaruh. Ya itu, biar pekerjaan lebih berkah harus diimbangi dengan
agama.
Aktivitas Agama Pekerja di Perusahaan
T: Kebiasaan apa yang pertama Anda lakukan pada jam istirahat?
J: Saya lebih sering mengerjakan shalat dahulu pada jam istirahat. Setelah shalat
baru makan. Tapi kalau lagi lapar banget saya makan dahulu baru shalat.
T: Apakah perusahaan Anda selalu mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan?
J: Iya.
T: Apakah Anda selalu mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yang diadakan
perusahaan?
J: Tapi saya jarang ikut. Hehehe...
T: Apakah perusahaan Anda memberikan toleransi untuk melaksanakan hal-hal
keagamaan?
J: Oh iya. Perusahaan saya sangat peduli sekali terhadap hal-hal yang berbau
agama.
T: Apakah perusahaan Anda menyediakan fasilitas agama yang memadai?
J: Fasilitas agama cukup memadai. Cukup lah...
HASIL WAWANCARA
Nama : Retno
Jabatan : Staf
Tanggal Wawancara : 16 Maret 2007
Dimensi Keyakinan
T: Apakah Anda percaya pada rukun iman?
J: Percaya. Rukun iman kan wajib. Karena saya orang Islam, maka mempercayai
adanya rukun iman.
T: Apakah Anda percaya bahwa segala sesuatu datang dari Allah dan akan
kembali kepada Allah?
J: Saya percaya. Karena benar bahwa segala sesuatu yang datangnya dari Allah
pasti akan kembali kepada Allah juga.
T: Apakah Anda percaya adanya surga dan neraka?
J: Saya percaya aja adanya surga dan neraka. Meski saya nggak tau banyak
tentang surga dan neraka itu.
T: Apakah Anda percaya dengan ajaran-ajaran agama yang Anda peroleh?
J: Saya percaya. Selama ajaran agama yang saya peroleh tidak menyesatkan
saya.
T: Apakah Anda percaya bahwa Allah akan mengabulkan setiap doa hamba-Nya?
J: Saya agak kurang percaya. Karena saya sering berdoa tapi jarang terkabul.
Mungkin saya doanya kurang ikhlas kali ya.
Dimensi Praktek Agama
T: Apakah Anda selalu mengerjakan shalat lima waktu?
J: Saya mengerjakan shalat lima waktu kalo nggak ada halangan (menstruasi—
pen.).
T: Apakah Anda selalu mengerjakan shalat lima waktu secara berjamaah?
J: Terkadang aja, pada waktu tertentu.
T: Apakah Anda juga selalu mengerjakan shalat sunah selain shalat lima waktu?
J: Sama. Kadang-kadang juga, pada waktu tertentu.
T: Apakah Anda selalu wirid dan berdoa setelah shalat?
J: Saya selalu berdoa setelah selesai shalat. Tapi kalo wirid kadang-kadang.
T: Apakah Anda selalu mengerjakan puasa Ramadhan?
J: Selalu mengerjakannya kalo nggak ada halangan.
T: Apakah Anda juga selalu mengerjakan puasa sunah selain puasa Ramadhan?
J: Hampir nggak pernah. Suka nggak tahan sih. Soalnya bukan puasa wajib.
Masa yang lain nggak puasa saya puasa. Kecuali lagi “bayar utang” saya bela-
belain deh.
T: Apakah Anda selalu membayar zakat fitrah setiap bulan Ramadhan?
J: Ya iya lah... Wajib kan. Lagian cuma setahun sekali, masa nggak mampu.
T: Apakah Anda juga selalu beramal/bersedekah selain zakat fitrah?
J: Kadang-kadang. Kalo lagi ada uang receh saya suka kasih pengemis atau
orang yang minta sumbangan masjid.
T: Apakah Anda selalu membaca Al-Quran?
J: Saya sudah hampir nggak pernah baca Al-Quran. Paling kalo bulan puasa aja..
T: Apakah Anda selalu berzikir?
J: Kalo zikir paling habis shalat aja. Itu juga kadang-kadang.
Dimensi Pengalaman
T: Apakah Anda pernah mengalami kejadian yang merubah keberagamaan Anda?
J: Pernah nggak ya...? Nggak tau deh pernah apa nggak.
T: Apakah Anda pernah merasakan balasan langsung perbuatan baik yang Anda
lakukan?
J: Pernah. Tapi, kapan ya? Lupa....
T: Apakah Anda juga pernah merasakan balasan langsung perbuatan buruk yang
Anda lakukan?
J: Kayak karma gitu ya? Kalo itu sih sering banget.
T: Apakah Anda pernah merasakan bahwa doa Anda dikabulkan oleh Allah?
J: Pernah. Kadang-kadang kalo lagi pas banget.
T: Apakah Anda pernah merasakan terhindar dari bahaya setelah berdoah?
J: Nggak pernah deh....
Dimensi Pengetahuan Agama
T: Apakah Anda berasal dari keluarga yang agamis?
J: Keluarga saya mah orang biasa, nggak agamis. Soalnya pengetahuan
agamanya rata-rata nggak banyak.
T: Apakah Anda tinggal di lingkungan yang agamis?
J: Lumayan agamis.
T: Dari mana Anda lebih banyak mendapatkan pendidikan agama?
J: Dari sekolah. Kalo waktu kecil dari guru ngaji sama orang tua.
T: Menurut Anda sejauh mana tingkat pengetahuan agama Anda?
J: Nggak tau deh semana. Biasa lah... masih awam dikit, nggak jago-jago banget.
Soalnya masih sering nanya juga sih kalo ada masalah agama.
T: Apakah Anda selalu mengikuti pengajian untuk memperdalam pengetahuan
agama Anda?
J: Sering sih ikut pengajian. Kan masih awam. Hehehe....
Dimensi Konsekuensi
T: Apakah Anda merasa lebih tenang setelah mengerjakan shalat?
J: Biasa aja tuh. Nggak ada perubahan apa-apa. Karena kalo saya, shalat ya
shalat aja, nggak terlalu dikaitkan dengan perasaan.
T: Apakah Anda merasa lebih tenang bekerja sambil berpuasa?
J: Sama. Biasa aja. Sama aja kalo lagi nggak puasa. Bedanya mungkin kalo lagi
puasa lebih lemes and ngantuk aja. Hehehe....
T: Apakah Anda merasa zakat, sedekah, atau amal dapat berpengaruh terhadap
rezeki?
J: Iya kali. Katanya sih begitu. Pokonya saya mah saya kerjain aja apa yang baik,
nggak meratiin pengaruhnya. Enjoy aja!
T: Apakah Anda merasa lebih bersemangat setelah berdoa?
J: Saya jarang berdoa sebelum kerja. Paling baca bismilah aja. Lagian kalo baca
doa atau nggak sebelum bekerja buat saya sama aja. Biasa-biasa aja.
T: Apakah Anda merasa agama sangat berpengaruh terhadap pekerjaan Anda?
J: Kalo saya rasa berpengaruh ya. Apalagi bekerja juga termasuk ibadah.
Aktivitas Agama Pekerja di Perusahaan
T: Kebiasaan apa yang pertama Anda lakukan pada jam istirahat?
J: Saya keseringan makan dulu baru shalat. Daripada saya shalat mikirin makan,
kan nggak khusyu. Iya nggak?
T: Apakah perusahaan Anda selalu mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan?
J: Selalu rutin.
T: Apakah Anda selalu mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yang diadakan
perusahaan?
J: Kadang-kadang. Kalo lagi pengen.
T: Apakah perusahaan Anda memberikan toleransi untuk melaksanakan hal-hal
keagamaan?
J: Perusahaan toleransi banget sama hal-hal agama.
T: Apakah perusahaan Anda menyediakan fasilitas agama yang memadai?
J: Fasilitas agama di perusahaan kalo saya rasa cukup memadai.
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Keyakinan Terhadap Rukun Iman ...................................................... 40 Tabel 2 Keyakinan Terhadap Segala yang Datang dari Allah akan Kembali kepada Allah ....................................................................................... 41 Tabel 3 Keyakinan Terhadap Surga dan Neraka ............................................. 42 Tabel 4 Keyakinan Terhadap Ajaran Agama................................................... 43 Tabel 5 Keyakinan Terhadap Pengabulan Doa................................................ 43 Tabel 6 Praktek Shalat Lima Waktu ................................................................ 45 Tabel 7 Praktek Shalat Berjamaah ................................................................... 46 Tabel 8 Praktek Shalat Sunah .......................................................................... 47 Tabel 9 Praktek Wirid dan Doa........................................................................ 48 Tabel 10 Praktek Puasa Ramadhan.................................................................. 49 Tabel 11 Praktek Puasa Sunah ......................................................................... 50 Tabel 12 Praktek Zakat Fitrah.......................................................................... 51 Tabel 13 Praktek Sedekah atau Amal .............................................................. 52 Tabel 14 Praktek Membaca Al-Quran ............................................................. 53 Tabel 15 Praktek Zikir ..................................................................................... 54 Tabel 16 Pengalaman yang Merubah Keberagamaan...................................... 55 Tabel 17 Pengalaman Balasan Perbuatan Baik................................................ 56 Tabel 18 Pengalaman Balasan Perbuatan Buruk ............................................. 57 Tabel 19 Pengalaman Pengabulan Doa............................................................ 58 Tabel 20 Pengalaman Terhindar dari Bahaya Setelah Berdoa......................... 59 Tabel 21 Latar Belakang Keluarga .................................................................. 60 Tabel 22 Latar Belakang Lingkungan.............................................................. 61 Tabel 23 Tempat Memperoleh Banyak Pengetahuan Agama.......................... 62 Tabel 24 Tingkat Pengetahuan Agama ............................................................ 63 Tabel 25 Mengikuti Pengajian untuk Menambah Pengetahuan Agama .......... 63 Tabel 26 Ketenangan Setelah Shalat................................................................ 65 Tabel 27 Ketenangan Bekerja Sambil Puasa ................................................... 66 Tabel 28 Pengaruh Zakat, Sedekah, atau Amal Terhadap Rezeki ................... 67 Tabel 29 Semangat Bekerja Setelah Berdoa .................................................... 68 Tabel 30 Pengaruh Agama Terhadap Pekerjaan .............................................. 69 Tabel 31 Kebiasaan pada Jam Istirahat............................................................ 70 Tabel 32 Pengadaan Kegiatan Agama ............................................................. 71 Tabel 33 Keikutsertaan dalam Kegiatan Agam ............................................... 72 Tabel 34 Toleransi Agama dari Perusahaan .................................................... 72 Tabel 35 Fasilitas Agama yang Memadai........................................................ 73