Upload
pandu-hartadita
View
66
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Kebijakan Pengembangan Irigasi Air Baku Air Tanah
Citation preview
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN IRIGASI, AIR BAKU, DAN AIR TANAH
DIREKTUR IRIGASI DAN RAWASEMARANG, MARET 2012
1
KETAHANAN PANGAN NASIONALBAGIAN 1:
• Dalam rangka mengatasi pengaruh kenaikan harga pangan dunia terhadap harga pangan dalam negeri, Presiden Republik Indonesia dalam Sidang Paripurna Kabinet di Jakarta pada bulan Januari 2011 menyampaikan kebijakan stabilisasi harga pangan nasional berupa sembilan solusi antara lain : 1) memastikan stok atau cadangan pangan yang ada di tangan Pemerintah (termasuk cadangan pangan yang ada di BULOG) harus kuat untuk mencegah timbulnya spekulan, dan 2) meningkatkan produksi dan produktivitas pangan dalam negeri untuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
• Lebih lanjut pada acara Rapat Kerja Pemerintah dengan pemerintah daerah dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam rangka percepatan pembangunan nasional visi 2025 di Bogor pada bulan Februari 2011. Presiden Republik Indonesia menyatakan bahwa untuk mewujudkan kebijakan stabilisasi harga pangan nasional, Pemerintah harus mampu mengamankan cadangan pangan nasional dengan kemampuan surplus 10 juta ton beras per tahun pada tahun 2015.
• Pada sidang kabinet tanggal 6 September 2011 di Jakarta, dan pada Rakortas perberasan tanggal 7 September 2011, Presiden Republik Indonesia menyatakan bahwa surplus 10 juta ton beras harus direalisasikan pada tahun 2014.
• Target surplus 10 juta ton beras pertahun pada tahun 2014 tersebut memerlukan peningkatan produksi padi minimal 7% per tahun terhitung mulai tahun 2011. Untuk itu perlu disusun upaya-upaya peningkatan produksi dan produktifitas pangan melalui serangkaian kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian, yang melibatkan kementerian/lembaga terkait seperti Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Dalam Negeri.
INSTRUKSI PRESIDEN TERKAIT KETAHANAN PANGAN NASIONAL
GAMBARAN KEBUTUHAN PANGAN NASIONAL 2010-2014SUMBER: KEMENTERIAN PERTANIAN RI
4
2010 2011 2012 2013 20140
50000000
100000000
150000000
200000000
250000000
300000000
0
50000000
100000000
150000000
200000000
250000000
300000000
237,
556,
363.
00
241,
095,
952.
81
244,
688,
282.
51
248,
334,
137.
91
252,
034,
316.
57
66.47 68.06 71.46 75.04 78.85
33,0
55,9
67.9
1
33,3
29,0
94.6
3
33,6
04,4
78.0
8
33,8
82,1
36.8
9
34,1
62,0
89.8
8
4,313,125.40 4,935,201.54 6,573,033.00 8,304,250.00 10,133,616.00
Product of Jumlah Penduduk (Jiwa) Product of Target Produksi (Ton GKG) Product of Kebutuhan Beras (Ton) Product of Surplus (Ton)
CATATAN
1) Berdasarkan gambaran kebutuhan beras nasional 2010 – 2014 dari Kementerian Pertanian RI, diproyeksikan pada tahun 2014 jumlah penduduk Indonesia akan bertambah 14.48 juta jiwa (dari tahun 2010) menjadi 252.03 juta jiwa.
2) Dalam rangka Ketahanan Pangan Nasional, Presiden RI menyatakan bahwa Pemerintah harus mampu mengamankan cadangan beras nasional dengan kemampuan surplus 10 juta ton pertahun pada akhir tahun 2014.
3) Sehingga, pada tahun 2014 dibutuhkan produksi padi sebesar 78.85 juta ton GKG.
(Juta Ton)(Juta Jiwa)
Jumlah Penduduk Target Produksi Padi Konsumsi Beras Surplus Beras
KONDISI EKSISTING AREAL SAWAH DI INDONESIA
Berdasarkan data BPS tahun 2010, diketahui bahwa Indonesia memiliki total areal sawah seluas 9.45 juta Ha. Sebagian besar diantaranya (7,23 juta Ha; 76%) merupakan sawah beririgasi yang memiliki kontribusi ± 85% terhadap produksi beras nasional 2009 dan 2010 (BPS,2009 ; BPS,2010)
Sisanya adalah sawah rawa pasang surut (488,852 Ha ; 5%), sawah rawa lebak (171,994 Ha ; 2%), JIAT (92,090 Ha ; 1%) dan areal lainnya seperti sawah tadah hujan, sawah irigasi desa, dan ladang (1,473,810 Ha ; 16%)
Total Areal Sawah di Indonesia 9,456,929 Ha BPS, 2010
Sawah Irigasi 7,230,183 HaKepmen No. 390 tahun 2007
Sawah Rawa Pasang Surut 488,852 HaInventarisasi Ditjen SDA
Sawah Rawa Lebak 171,994 HaInventarisasi Ditjen SDA
JIAT 92,090 HaInventarisasi Ditjen SDA
Lain - lain (Sawah Tadah Hujan, Sawah Irigasi Desa, Ladang)
1,473,810 Ha
5
Summary :1) Total areal sawah
: 9,456,929 Ha
2) Produktivitas rata-rata nasional : 4.6 Ton/Ha3) Produksi nasional 2009
: 64,398,890 Ton
4) Luas Panen 2009 nasional: 12,883,576
Ha
5) IP rata-rata 2009 nasional : 1.46) Produksi nasional 2010 : 66,469,394 Ton7) Luas Panen 2010 nasional : 12,792,154 Ha8) IP rata-rata 2010 nasional : 1.4
EKSISTING LUAS SAWAH DAN PRODUKTIVITASNYA DI INDONESIA
Luas Sawah (Ha)
Produksi Luas Panen Produksi Luas PanenRange Rata-rata (Ton) (Ha) (Ton) (Ha)
SUMATERA 2,789,650.00 4 - 5 4.3 14,696,457.00 3,330,613.00 15,200,136.00 3,379,728.00 1.3 1.3 1.3Aceh 415,898.00 4 - 5 5 1,556,858.00 359,375.00 1,582,393.00 352,281.00 1.0 1.0 1.0Sumatera Utara 482,785.00 4 - 5 5 3,527,899.00 768,407.00 3,582,302.00 754,674.00 1.6 1.6 1.6Sumatera Barat 238,866.00 4 - 5 5 2,105,790.00 439,542.00 2,211,248.00 460,497.00 1.8 1.9 1.9Riau 244,414.00 < 4 4 531,429.00 149,423.00 574,864.00 156,088.00 1.0 1.0 1.0Jambi 179,330.00 4 - 5 5 644,947.00 155,802.00 628,828.00 153,897.00 1.0 1.0 1.0Sumatera Selatan 788,475.00 4 - 5 5 3,125,236.00 746,465.00 3,272,451.00 769,478.00 1.0 1.0 1.0Bengkulu 105,271.00 < 4 4 510,160.00 132,975.00 516,869.00 133,629.00 1.3 1.3 1.3Lampung 314,638.00 4 - 5 5 2,673,844.00 570,417.00 2,807,676.00 590,608.00 1.8 1.9 1.9Bangka Belitung 19,660.00 4 - 5 5 19,864.00 8,063.00 22,259.00 8,180.00 1.0 1.0 1.0Kepulauan Riau 313.00 < 4 4 430.00 144.00 1,246.00 396.00 1.0 1.3 1.3JAWA 3,350,912.00 4 - 6 5 34,880,131.00 6,093,603.00 36,374,771.00 6,116,897.00 1.9 1.9 1.9DKI Jakarta 1,215.00 < 4 4 11,013.00 1,974.00 11,164.00 2,015.00 1.6 1.7 1.7Jawa Barat 944,773.00 5 - 6 6 11,322,681.00 1,950,203.00 11,737,070.00 2,037,657.00 2.1 2.2 2.2Jawa Tengah 980,021.00 5 - 6 6 9,600,415.00 1,725,034.00 10,110,830.00 1,801,397.00 1.8 1.8 1.8DI Yogyakarta 56,712.00 5 - 6 6 837,930.00 145,424.00 823,887.00 133,369.00 2.6 2.4 2.4Jawa Timur 1,170,661.00 5 - 6 6 11,259,085.00 1,904,830.00 11,643,773.00 1,736,048.00 1.6 1.5 1.5Banten 197,530.00 4 - 5 5 1,849,007.00 366,138.00 2,048,047.00 406,411.00 1.9 2.1 2.1
Provinsi
Produktivitas Padi 2009 2010
(BPS, 2010)
(Ton/Ha)(BPS, 2011)
(BPS, ATAP 2009) (BPS, ATAP 2010)IP
2009 2010 Rata-rata
Luas Sawah (Ha)
Produksi Luas Panen Produksi Luas PanenRange Rata-rata (Ton) (Ha) (Ton) (Ha)
BALI & NUSA TENGGARA 495,760.00 4 - 6 5 3,356,898.00 718,781.00 3,199,153.00 643,699.00 1.5 1.4 1.4Bali 81,931.00 5 - 6 6 878,764.00 150,283.00 869,161.00 145,030.00 1.8 1.8 1.8Nusa Tenggara Barat 236,884.00 4 - 5 5 1,870,775.00 374,279.00 1,774,499.00 331,916.00 1.6 1.4 1.4Nusa Tenggara Timur 176,945.00 < 4 4 607,359.00 194,219.00 555,493.00 166,753.00 1.1 1.0 1.0KALIMANTAN 1,769,806.00 4 - 5 4 4,392,112.00 1,269,655.00 4,425,272.00 1,290,827.00 1.0 1.0 1.0Kalimantan Barat 546,594.00 < 4 4 1,300,798.00 418,929.00 1,343,888.00 399,832.00 1.0 1.0 1.0Kalimantan Tengah 381,528.00 < 4 4 578,761.00 214,480.00 650,416.00 229,665.00 1.0 1.0 1.0Kalimantan Selatan 643,140.00 < 4 4 1,956,993.00 490,069.00 1,842,089.00 505,846.00 1.0 1.0 1.0Kalimantan Timur 198,544.00 4 - 5 5 555,560.00 146,177.00 588,879.00 155,484.00 1.0 1.0 1.0SULAWESI 978,150.00 5 - 6 5 6,801,668.00 1,399,139.00 6,994,688.00 1,299,940.00 1.4 1.3 1.4Sulawesi Utara 65,638.00 4 - 5 5 549,087.00 114,745.00 584,030.00 103,189.00 1.7 1.6 1.6Sulawesi Tengah 145,161.00 4 - 5 5 953,396.00 211,232.00 957,108.00 204,342.00 1.5 1.4 1.4Sulawesi Selatan 576,964.00 4 - 5 5 4,324,178.00 862,017.00 4,382,443.00 770,733.00 1.5 1.3 1.3Sulawesi Tenggara 96,991.00 4 - 5 5 407,367.00 98,130.00 454,644.00 110,498.00 1.0 1.1 1.1Gorontalo 29,396.00 5 - 6 6 256,934.00 48,042.00 253,563.00 44,548.00 1.6 1.5 1.5Sulawesi Barat 64,000.00 4 - 5 5 310,706.00 64,973.00 362,900.00 66,630.00 1.0 1.0 1.0MALUKU & PAPUA 72,651.00 4 - 5 4 271,624.00 71,785.00 275,374.00 61,063.00 1.3 1.2 1.2Maluku 11,281.00 4 - 5 5 89,875.00 21,252.00 83,109.00 15,352.00 1.9 1.4 1.4Papua 32,964.00 < 4 4 98,511.00 26,336.00 102,610.00 22,957.00 1.0 1.0 1.0Maluku Utara 10,548.00 < 4 4 46,253.00 13,711.00 55,401.00 14,497.00 1.3 1.4 1.4Papua Barat 17,858.00 < 4 4 36,985.00 10,486.00 34,254.00 8,257.00 1.0 1.0 1.0
Provinsi
Produktivitas Padi 2009 2010IP
(Ton/Ha) (BPS, ATAP 2009) (BPS, ATAP 2010)
(BPS, 2010)(BPS, 2011)
2009 2010 Rata-rata
EKSISTING LUAS SAWAH DAN PRODUKTIVITASNYA DI INDONESIA
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
LUAS AREAL IRIGASI (7,230,183 HA)
SUMATERA JAWA BALI - NTKALIMANTAN
SULAWESI MALUKU PAPUA
0
20
40
60
80
100
120
140
SUMATERA JAWA BALI & NUSA TENGGARA
KALIMANTAN SULAWESI KEP. MALUKU PAPUA
J u t
a
J i w
a
1 - Aceh
2 - Sumatera Utara
3 - Sumatera barat
4 - Riau
5 - Jambi
6 - Sumatera Selatan
7 - Bengkulu
8 - Lampung
9 - Bangka Belitung
10 - Kepulauan Riau
11 - DKI Jakarta
12 - Jawa Barat
13 - Jawa Tengah
14 - DI Yogyakarta
15 - Jawa Timur
16 - Banten
17 - Bali
18 - Nusa Tenggara Barat
19 - Nusa Tenggara Timur
20 - Kalimantan Barat
21 - Kalimantan Tengah
22 - Kalimantan Selatan
23 - Kalimantan Timur
24 - Sulawesi Utara
25 - Sulawesi Tengah
26 - Sulawesi Selatan
27 - Sulawesi Tenggara
28 - Gorontalo
29 - Sulawesi Barat
30 - Maluku
31 - Maluku Utara
32 - Papua Barat
33 - Papua
Jumlah Penduduk Per Pulau di Indonesia
0
20
40
60
80
100
120
140
SUMATERA JAWA BALI & NUSA TENGGARA
KALIMANTAN SULAWESI KEP. MALUKU PAPUA
J u t
a
J i w
a
1 - Aceh
2 - Sumatera Utara
3 - Sumatera barat
4 - Riau
5 - Jambi
6 - Sumatera Selatan
7 - Bengkulu
8 - Lampung
9 - Bangka Belitung
10 - Kepulauan Riau
11 - DKI Jakarta
12 - Jawa Barat
13 - Jawa Tengah
14 - DI Yogyakarta
15 - Jawa Timur
16 - Banten
17 - Bali
18 - Nusa Tenggara Barat
19 - Nusa Tenggara Timur
20 - Kalimantan Barat
21 - Kalimantan Tengah
22 - Kalimantan Selatan
23 - Kalimantan Timur
24 - Sulawesi Utara
25 - Sulawesi Tengah
26 - Sulawesi Selatan
27 - Sulawesi Tenggara
28 - Gorontalo
29 - Sulawesi Barat
30 - Maluku
31 - Maluku Utara
32 - Papua Barat
33 - Papua
Jumlah Penduduk Per Pulau di Indonesia
Keterangan:
1.9
3.0
0.630.48
1.0
0.150.04
(Juta Ha) SUMBER AIR
Waduk
Non-Waduk
Sumatera Jawa Bali & NT Kalimantan Sulawesi Maluku Papua Rata - Rata
1.3 1.9 1.4 1.0 1.3 1.4 1.0 1.4Produktivitas (Ton/Ha) 4.3 5.5 4.8 4.0 4.8 4.2 3.8 4.6Index Penanaman - IP
PULAU
GAMBARAN INFRASTRUKTUR IRIGASI DI INDONESIA
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 20120
1
2
3
4
5
6
7
8
GAMBARAN KONDISI PRASARANA IRIGASI (Sumber: BAPPENAS)
6.7 juta ha 7.23 juta ha
3.48
1.17
1.88
0.71
4.41
0.71
1.56
0.56
Juta
Ha
5.20
1.16
0.34
GAMBARAN KONDISI PRASARANA IRIGASI BERDASARKAN KEWENANGAN DI INDONESIA
(Sumber: Rapid Assessment – Audit Teknis Irigasi, 2010)
Keterangan:
TOTAL IRIGASI(7,230,183 Ha)
KEWENANGAN PUSAT
(2,315,000 HA)
KEWENANGAN PROVINSI
(1,423,222 HA)
KEWENANGAN KABUPATEN/KOTA
(3,491,961 HA)
Warna Kode Indikator*Rata - Rata
IPTarget IP setelah
Rehabilitasi
: Kondisi Baik Level of Service ≥90% 1.6 1.6
: Kondisi Rusak Ringan Level of Service 80% - 90% 1.5 - 1.6 1.6
: Kondisi Rusak Sedang Level of Service 60% - 79% 1.4 - 1.5 1.6
: Kondisi Rusak Berat Level of Service <60% 1.2 1.6*Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 32/PRT/M/2007 tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi
PROGRAM 2010-2014BAGIAN 2:
INVESTASI PEMERINTAH DI BIDANG KEIRIGASIAN
Catatan:
Alokasi irigasi pertanian di Kementan meliputi JITUT, JIDES, TAM, pencetakan sawah dan optimasi lahan.
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 20120
2
4
6
8
10
12
0.6
8
2.7
3.4
2
3.2
7
3.9
2
4.9
79
00
00
00
00
00
1
2.64 3.22 3.62
6.23 7.90
4.92
7.93
9.75
Investasi Pemerintah di Bidang Keirigasian
DAK Irigasi Irigasi-Pertanian Irigasi-PU Kumulatif
Tri
liu
n R
up
iah
Sumber : Bappenas
Alokasi pembiayaan irigasi di Kementerian Pertanian meningkat signifikan dalam 2 tahun
terakhir dan sudah hampir mengejar alokasi pembiayaan irigasi Kementerian PU.
PERUBAHAN FOKUS PEMBANGUNAN SUMBER DAYA AIR
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 -
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
2.26 2.59 2.76 4.30
5.43 3.27 3.92
4.98 4.76 6.25
7.38 9.17
12.27
9.54
12.65
16.44
47%
41%
37%
47%44%
34%31% 30%
Perkembangan Alokasi Irigasi
Alokasi Irigasi Tota Alokasi SDA Proporsi Irigasi
Tri
liu
n R
up
iah
Sumber : Bappenas
KAPASITAS TAMPUNG AIR PER KAPITA INDONESIA MASIH JAUH DIBANDING NEGARA LAIN
NAD
Sum
ut
Riau
Jam
bi
Beng
kul
u Lam
pung
32.1 33.9
279.0
45.4 1.3
79.8
Jabar Jateng DIY Jatim
107.6
42.1
7.4 24.2
Kalsel Kaltim
330.9
81.2
Sulsel
93.5
Bali NTB NTT
3.9
62.1
18.7
Maluku
0.5
Ethiopia Thailand China Australia North America -
2,000 4,000 6,000 8,000
38 1,277
2,486 4,717
5,961
Reservoir Storage (m3/capita) World Bank, 2003
INDONESIA52.31 m3/kapita
PROGRAM DAN RENCANA KEGIATAN T.A 2010 – 2014 BIDANG IRIGASI
Untuk mendukung pencapaian produksi padi nasional, Kementerian Pekerjaan Umum melaksanakan kegiatan pada TA 2010-2014 sebagai berikut:
a. Operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, pada areal irigasi kewenangan Pemerintah seluas 2.315 juta ha;
b. Rehabilitasi jaringan irigasi, pada areal irigasi kewenangan Pemerintah seluas 1.34 juta ha;
c. Pembangunan/peningkatan jaringan irigasi, seluas 500 ribu ha
d. Di samping kegiatan pada areal irigasi kewenangan pusat, juga perlu dialokasikan bantuan perbaikan jaringan irigasi kepada areal irigasi kewenangan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota sebagai berikut : Kewenangan pemerintah provinsi seluas 0.87 juta ha. Kewenangan pemerintah kabupaten/kota seluas 1.82 juta ha.
e. Sebagian pembiayaan dari bantuan perbaikan irigasi kewenangan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dialokasikan melalui dana DAK
UPAYA TEROBOSAN DALAM RANGKA PENCAPAIAN TARGETSURPLUS 10 JUTA TON TAHUN 2014 BIDANG IRIGASI
1. Pemerintah Pusat membantu rehabilitasi DI kewenangan pemerintah kabupaten dan provinsi, melalui DAK atau pendanaan lainnya
2. Kementerian PU mengadakan MOU dengan pemerintah kabupaten dan provinsi dalam rangka pembangunan DI baru, untuk menjamin tidak terjadi alih fungsi lahan pada areal tersebut
3. Mengupayakan pendanaan rehabilitasi jaringan irigasi yang mengalami kerusakan berat melalui program Loan atau APBN
4. Kerjasama dengan Kementerian Pertanian dalam hal pencetakan sawah dan pelaksanaan rehabilitasi jaringan tersier
5. Program Modernisasi Irigasi pada Daerah Irigasi yang telah lewat umur ekonomisnya atau berubah kondisi lingkungannya.
2010 2011 2012 2013 2014
REALISASI833,947 HA
Rp. 3.1 Triliun
: Biaya Reguler (Rp.)
: Outcome Reguler (Ha)
KEBUTUHAN508,923 HARp. 4.07 Triliun
PROGRAM DAN RENCANA KEGIATANDIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR UNTUK IRIGASI
A. REHABILITASI JARINGAN IRIGASI KEWENANGAN PEMERINTAH
17
Target areal rehabilitasi jaringan irigasi kewenangan Pemerintah adalah 1,342,870 Ha
Rata-rata peningkatan IP dari kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi kewenangan Pemerintah adalah 40%
Sehingga: Rata-rata peningkatan areal tanam dari kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi kewenangan Pemerintah adalah:
= 1,342,870 Ha X 40%= 537,148 Ha
676
842
1,593
1,593
930
293.0
4
187.0
0
353.9
0
353.9
0
155.0
2
-
50
100
150
200
250
300
350
400
0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800(x Rp. 1 juta) (x 1,000 Ha)
2010 2011 2012 2013 2014
REALISASI275,400 HA
Rp. 1.38 Triliun
(x Rp. 1 juta)
KEBUTUHAN592,765 HARp. 2.96 Triliun
PROGRAM DAN RENCANA KEGIATANDIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR UNTUK IRIGASI
291
394
405
405
405
1,46
6
1,46
6
58.1
6 78.7
1
80.9
1
80.9
1
80.9
1
244.
28
244.
28
0
50
100
150
200
250
300
350
0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
2,000
Thou
sand
s
Product of Biaya (On-Top)
Product of Biaya (Reg)
Product of Outcome (On-Top)
Product of Outcome (Reg)
(x Rp. 1 juta) (x 1,000 Ha)
: Biaya Reguler (Rp.)
: Outcome Reguler (Ha)
: Biaya On – Top (Rp.)
: Outcome On – Top (Ha)
B. REHABILITASI KEWENANGAN PROVINSI
18
Target areal rehabilitasi jaringan irigasi kewenangan provinsi adalah 868,165.42 Ha
Rata-rata peningkatan IP dari kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi kewenangan provinsi adalah 40%
Sehingga: Rata-rata peningkatan areal tanam dari kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi kewenangan provinsi adalah:
= 868,165.42 Ha X 40%= 347,266.17 Ha
PROGRAM DAN RENCANA KEGIATANDIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR UNTUK IRIGASI
C. REHABILITASI KEWENANGAN KABUPATEN/KOTA
677.
76 918.
26
953.
46
953.
46
953.
46
2,77
3.50
2,77
3.50
135.
55 183.
65
190.
69
190.
69
190.
69
462.
27
462.
27
0
100
200
300
400
500
600
700
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
Thou
sand
s
Product of Biaya (On-Top)
Product of Biaya (Reg)
Product of Outcome (On-Top)
Product of Outcome (Reg)
(x Rp. 1 juta)
REALISASI562,000 HA
Rp. 2.81 Triliun
KEBUTUHAN1,253,820 HARp. 6.3 Triliun
(x 1,000 Ha)
2010 2011 2012 2013 2014
19
: Biaya Reguler (Rp.)
: Outcome Reguler (Ha)
: Biaya On – Top (Rp.)
: Outcome On – Top (Ha)
Target areal rehabilitasi jaringan irigasi kewenangan kabupaten/kota adalah 1,815,819.72 Ha
Rata-rata peningkatan IP dari kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi kewenangan kabupaten/kota adalah 40%
Sehingga: Rata-rata peningkatan areal tanam dari kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi kewenangan kabupaten/kota adalah:
= 1,815,819.72 Ha X 40%= 726,327.88 Ha
PROGRAM DAN RENCANA KEGIATANDIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR UNTUK IRIGASI
PEMBANGUNAN/PENINGKATAN JARINGAN IRIGASI
780
1,23
0
1,57
0
1,57
0
1,57
0
1447
.5
1447
.5
69.8
2
65.8
7
82.8
4
82.8
4
82.8
4
57.9
57.9
0
20
40
60
80
100
120
140
160
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
Thou
sand
s
Product of Biaya (On-Top)
Product of Biaya (Reg)
Product of Outcome (On-Top)
Product of Outcome (Reg)
(x Rp. 1 juta)
REALISASI218,533 HA
Rp. 3.58 Triliun
KEBUTUHAN281,467 HARp. 7.04 Triliun
(x 1,000 Ha)
2010 2011 2012 2013 2014
20
Akan tetapi, dari total 500,000 Ha areal yang dibangun/ditingkatkan, kurang-lebih baru 200,000 Ha yang bisa berfungsi pada tahun 2014.
: Biaya Reguler (Rp.)
: Outcome Reguler (Ha)
: Biaya On – Top (Rp.)
: Outcome On – Top (Ha)
Target areal pembangunan/peningkatan jaringan irigasi adalah 500,000 Ha
Rata-rata peningkatan IP dari pembangunan/peningkatan jaringan irigasi adalah 1
: Produksi Padi 2005 – 2010 (Ton GKG)
: Proyeksi Produksi Padi 2011 – 2014 (Ton GKG)
: Luas Panen (Ha)
: Tambahan Luas Tanam dari Kegiatan Rehabilitasi (Ha)
: Tambahan Luas Tanam dari Kegiatan Pembangunan (Ha)
: Realisasi Produksi Padi 2005 – 2010 (Ton GKG)
TREND PRODUKSI DAN LUAS TANAM 2005 – 201454
.15
54.4
5
57.1
6
60.3
3 64.4
0
66.4
7
68.0
6 71.4
6
75.0
4
78.7
9
11.8
4
11.7
9 12.1
5
12.3
3
12.8
8
12.7
9
13.3
4
13.5
4 13.7
8
14.2
5
0.12
0.19
5 0.25
0.47
0.47
0.2
54.15 54.4557.16
60.3364.40
66.47 65.39
11.0
11.5
12.0
12.5
13.0
13.5
14.0
14.5
15.0
15.5
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
(juta Ton GKG) (juta Ha)Berdasarkan ARAM III
SKEMA PEMBIAYAAN
Dengan Asumsi bahwa alokasi anggaran 2013 dan 2014 diambil sama dengan alokasi anggaran pada 2012, maka terdapat kebutuhan dana on – top sebagai berikut (dalam jutaan rupiah):
22
Luas Areal Biaya Luas Areal Biaya Luas Areal Biaya(Ha) (Ha) (Rp.) (Ha) (Rp.) (Ha) (Rp.)
A Rehabilitasi1 Pusat 1,342,870.00 293,044.83 675,926.51 186,999.84 841,939.20 353,903.00 1,593,000.00
Reguler (APBN) 293,044.83 675,926.51 186,999.84 841,939.20 353,903.00 1,593,000.00 on top - - - - - -
2 Provinsi 868,165.42 58,158.06 290,790.30 78,708.00 393,540.00 80,910.48 404,552.40 Reguler (DAK) 58,158.06 290,790.30 78,708.00 393,540.00 80,910.48 404,552.40 on top - - - - - -
3 Kabupaten 1,815,819.72 135,552.24 677,761.20 183,651.82 918,259.10 190,691.34 953,456.69 Reguler (DAK) 135,552.24 677,761.20 183,651.82 918,259.10 190,691.34 953,456.69 on top - - - - - -
B Pembangunan1 Pusat 500,000.00 69,820.68 785,336.84 65,869.88 1,225,884.82 82,843.00 1,570,000.00
Reguler (APBN) 69,820.68 785,336.84 65,869.88 1,225,884.82 82,843.00 1,570,000.00 on top - - - - - -
No Nama KegiatanTarget Areal
2010 2011 2012
Luas Areal Biaya Luas Areal Biaya Luas Areal Biaya(Ha) (Ha) (Rp.) (Ha) (Rp.) (Ha) (Rp.)
A Rehabilitasi1 Pusat 1,342,870.00 353,903.00 1,593,000.00 155,017.00 930,102.00 1,342,867.67 5,633,967.71
Reguler (APBN) 353,903.00 1,593,000.00 155,017.00 930,102.00 1,342,867.67 5,633,967.71 on top - - - - - -
2 Provinsi 868,165.42 325,194.44 1,870,256.16 325,194.44 1,870,256.16 868,165.42 4,829,395.02 Reguler (DAK) 80,910.48 404,552.40 80,910.48 404,552.40 379,597.50 1,897,987.50 on top 244,283.96 1,465,703.76 244,283.96 1,465,703.76 488,567.92 2,931,407.52
3 Kabupaten 1,815,819.72 652,962.16 3,727,081.62 652,962.16 3,727,081.62 1,815,819.72 10,003,640.24 Reguler (DAK) 190,691.34 953,456.69 190,691.34 953,456.69 891,278.08 4,456,390.38 on top 462,270.82 2,773,624.93 462,270.82 2,773,624.93 924,541.64 5,547,249.86
B Pembangunan1 Pusat 500,000.00 140,733.23 3,017,255.59 140,733.23 3,017,255.59 500,000.00 9,615,732.82
Reguler (APBN) 82,843.00 1,570,000.00 82,843.00 1,570,000.00 384,219.55 6,721,221.65 on top 57,890.23 1,447,255.59 57,890.23 1,447,255.59 115,780.45 2,894,511.17
TOTAL 1,528,890.01 11,373,168.55
No Nama KegiatanTarget Areal
2013 2014 Kebutuhan Dana
PROGRAM DAN REALISASI KEGIATAN T.A 2010 – 2014 DIREKTORAT IRIGASI IRIGASI DAN RAWA
a. Pembangunan/peningkatan jaringan irigasi
b. Rehabilitasi jaringan irigasi
Luas areal irigasi yang dibangun/ditingkatkan
RPJMN 115,000 Ha 14,380 Ha 129,380 Ha
Renstra K/L 115,000.00 Ha 56,780.45 Ha 89,720 Ha 119,000 Ha 119,000 Ha 500,000 Ha
RKP 117,200 Ha 56,780.45 Ha 79,337 Ha 244,000 Ha 244,000 Ha 741,317 Ha
DIPA 69,820.68 Ha 65,870 Ha 82,643 Ha - - 218,334 Ha
Realisasi 115,000.00 Ha 66,249 Ha 82,643 Ha - - 263,892 Ha
2010 2011 2012 2013 2014 Total
Luas areal irigasi yang direhabilitasi
RPJMN 200,000 Ha 1,340,000 Ha
Renstra K/L 293,044 Ha 172,200 Ha 252,000 Ha 310,000 Ha 312,756 Ha 1,340,944 Ha
RKP 310,800 Ha 161,900.18 Ha 425,563 Ha 510,000 Ha 510,000 Ha 1,918,263 Ha
DIPA 293,044.83 Ha 186,999.84 Ha 353,905 Ha - - 833,950 Ha
Realisasi 293,044.83 Ha 284,137.26 Ha 353,905 Ha - - 931,087 Ha
2010 2011 2012 2013 2014 Total
c. Pembangunan/peningkatan Reklamasi Rawa
d. Rehabilitasi Reklamasi Rawa
Luas jaringan reklamasi rawa yang dibangun/ditingkatkan
RPJMN 10,000 Ha 10,000 Ha
Renstra K/L 8,100 Ha 56,259.00 Ha 145,000 Ha 147,000 Ha 193,641 Ha 548,500 Ha
RKP 8,100 Ha 67,859.50 Ha 23,746 Ha 67,859 Ha 67,859 Ha 235,424 Ha
DIPA 10,418 Ha 102,333.53 Ha 46,061 Ha 158,813 Ha
Realisasi 10,418 Ha 70,509.53 Ha 46,061 Ha 126,989 Ha
2010 2011 2012 2013 2014 Total
Luas jaringan reklamasi rawa yang direhablilitasi
RPJMN 85,000 Ha 450,000 Ha
Renstra K/L 85,000 Ha 171,342.00 Ha 68,500 Ha 63,500 Ha 61,658 Ha 450,000 Ha
RKP 72,400 Ha 171,342 Ha 98,750 Ha 110,000 Ha 110,000 Ha 562,492 Ha
DIPA 112,099 Ha 108,153.30 Ha 125,077 Ha 345,329 Ha
Realisasi 112,099 Ha 120,810.00 Ha 125,077 Ha 357,986 Ha
2010 2011 2012 2013 2014 Total
PROGRAM DAN REALISASI KEGIATAN T.A 2010 – 2014 DIREKTORAT IRIGASI IRIGASI DAN RAWA
e. Pembangunan/peningkatan Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT)
f. Rehabilitasi Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT)
Luas Jaringan Irigasi Air Tanah yang dibangun/ditingkatkan
RPJMN 70 buah 70 buah
Renstra K/L 2,246 Ha 585.00 Ha 50 Ha 55 Ha 64 Ha 3,000 Ha
RKP 2,600 Ha 117 buah 131 buah 117 buah 117 buah
DIPA 2,246 Ha 3,027 Ha 3,467 Ha 8,740 Ha
Realisasi 2,246 Ha 3,027 Ha 3,467 Ha 8,740 Ha
2010 2011 2012 2013 2014 Total
Luas Jaringan Irigasi Air Tanah yang direhablilitasi
RPJMN 230 buah 1,875 buah
Renstra K/L 8,882 Ha 6,520.00 Ha 6,600 Ha 7,500 Ha 7,998 Ha 37,500 Ha
RKP 5,000 Ha 326 buah 385 buah 450 buah 545 buah
DIPA 8,882 Ha 10,790 Ha 7,634 Ha 27,306 Ha
Realisasi 8,882 Ha 10,790 Ha 7,634 Ha 27,306 Ha
2010 2011 2012 2013 2014 Total
PROGRAM DAN REALISASI KEGIATAN T.A 2010 – 2014 DIREKTORAT IRIGASI IRIGASI DAN RAWA
g. Pembangunan/peningkatan Sarana & Prasarana Air Baku
h. Rehabilitasi Sarana & Prasarana Air Baku
Sarana/Prasarana Air Baku yang dibangun/ditingkatkan
RPJMN 7.6 m3/det 43.4 m3/det
Renstra K/L 6.31 m3/det 8.75 m3/det 8.7 m3/det 9.2 m3/det 10.27 m3/det 43.4 m3/det
RKP 7.6 m3/det 5.89 m3/det 14.76 m3/det 12 m3/det 12 m3/det 52.25 m3/det
DIPA 6.3 m3/det 8.60 m3/det 14.73 m3/det 29.63 m3/det
Realisasi 6.3 m3/det 8.60 m3/det 14.73 m3/det 29.63 m3/det
2010 2011 2012 2013 2014 Total
Sarana/Prasarana Air Baku yang direhabilitasi
RPJMN 2.5 m3/det 12.3 m3/det
Renstra K/L 3.76 m3/det 1.65 m3/det 1.72 m3/det 2.42 m3/det 2.75 m3/det 12.3 m3/det
RKP 14 buah 2.92 m3/det 3.92 m3/det 3.92 m3/det 3.23 m3/det
DIPA 3.75 m3/det 4.65 m3/det 4.65 m3/det 13.05 m3/det
Realisasi 3.75 m3/det 4.65 m3/det 4.65 m3/det 13.05 m3/det
2010 2011 2012 2013 2014 Total
PROGRAM DAN REALISASI KEGIATAN T.A 2010 – 2014 DIREKTORAT IRIGASI IRIGASI DAN RAWA
1. PEMBANGUNAN/PENINGKATAN
Status pencapaian Renstra Irigasi dan Rawa 2010-2014 :
Rencana strategis untuk kegiatan Pembangunan/Peningkatan bidang Irigasi dan Rawa untuk
tahun 2010-2014 adalah seluas 500.000 ha, dimana sampai dengan 31 Desember 2011, telah
terbangun Daerah Irigasi seluas 181.249 ha.
Permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan Pembangunan/Peningkatan:
a. Pengadaan lahan
Contoh: Operasional bendung Sei Ular yang direncanakan akan mengairi DI Sungai Ular seluas
18.500 ha (hasil penyatuan 9 Daerah Irigasi non-Teknis), terkendala akibat belum selesainya
pengadaan tanah seluas ± 5,5 ha pada areal genangan di hulu bendung.
b. Adanya alih fungsi lahan pada saat Proses Konstruksi sedang berjalan.
Contoh: Target pembangunan DI Mbay Kiri harus di optimasi menjadi ± 500 ha dari semula
direncanakan seluas 1.683 ha. Optimasi ini dilakukan terkait rencana pengembangan tambak
garam yang masuk kedalam wilayah rencana Pembangunan DI Mbay Kiri.
ISU – ISU TERKAIT PENGEMBANGAN & PENGELOLAAN IRIGASI DI INDONESIA
c. Water balance yang tidak dapat mensupport usulan Daerah Irigasi.
Contoh: Pelaksanaan peningkatan DI Bajayu dari semula sawah tadah hujan menjadi sawah
ber irigasi teknis terhalang oleh kecukupan air di daerah hulu (Up-stream). Hal ini dapat
diselesaikan dengan mengabungkan dua wilayah sungai (Inter Basin), akan tetapi
membutuhkan biaya yang cukup besar sehingga kurang menguntungkan dilihat dari aspek
ekonomis.
d. Adanya jeda waktu yang cukup lama antara Desain dan Pelaksanaan Konstruksi, sehingga
dibutuhkan review Desain akibat perubahan fungsi lahan yang ditentukan dalam desain
dengan kondisi terbaru.
Contoh: Desain pembangunan DI Leuwigoong (LMS-18) harus direview kembali karena Desain
pada tahun 1995/1996 tidak dapat dijadikan acuan pelaksanaan konstruksi. Perbedaan elevasi
antara desain terdahulu dengan konsidi aktual sekarang termasuk salah satu faktor yang
mengahambat pelaksanaan kegiatan konstruksi.
ISU – ISU TERKAIT PENGEMBANGAN & PENGELOLAAN IRIGASI DI INDONESIA
2. REHABILITASI dan O&P
Status pencapaian Renstra Irigasi dan Rawa 2009-2014
Rencana strategis untuk kegiatan Rehabilitasi bidang Irigasi dan Rawa untuk tahun 2010-2014 adalah
seluas 1.340.944 ha, dimana sampai dengan 31 Desember 2011, telah direhabilitasi 577.182. Untuk
kegiatan Rehabilitasi, dari segi Kuantitas, target kegiatan Rehabilitasi Seluas 1,34 juta ha dapat dicapai
oleh Kementerian PU, akan tetapi untuk kualitas masih perlu ditingkatkan.
Permasalahan yang terjadi:
a. Kegiatan Rehabilitasi pada Daerah Irigasi masih dilakukan secara parsial, belum menyeluruh
dalam satu Daerah Irigasi.
b. Alokasi dana O&P yang belum sesuai AKNOP, mengakibatkan degradasi kondisi infrastruktur
Irigasi lebih cepat dari yang direncanakan dalam AKNOP. Hal ini mengakibatkan kebutuhan akan
rehabilitasi jaringan semakin tinggi daripada seharusnya.
ISU – ISU TERKAIT PENGEMBANGAN & PENGELOLAAN IRIGASI DI INDONESIA
Permasalahan yang terjadi (lanjutan):
c. Umumnya alokasi dana untuk kegiatan Rehabilitasi dari APBN sebesar 3 jt – 4 jt / ha, masih
dibawah kebutuhan yang sebenarnya di Daerah Irigasi tersebut yang mencapai 10 jt – 15 jt / ha,
seperti contoh pada Daerah Irigasi Batang Ilung, dan Daerah Irigasi Batang Gadis.
d. Perbedaan pemahaman dalam perhitungan outcome kegiatan rehabilitasi.
e. Kerusakan infrastruktur yang berlangsung cepat, terutama pada daerah irigasi kewenangan
propinsi dan kabupaten/kota tidak dapat diatasi seluruhnya melalui DAK, sehingga dibutuhkan
penanganan dari pusat.
ISU – ISU TERKAIT PENGEMBANGAN & PENGELOLAAN IRIGASI DI INDONESIA
100
80
0
PEMBANGUNAN BARU
P. KHUSUS/PERBAIKAN/
PENGGANTIANREHABILITASI
BAIK
RUSAK BERAT
O&P BAIK
Kin
erj
a S
iste
m ir
igasi
(%
)
Kon
dis
i F
isik
Pra
sara
na (
%)
Umur Layanan (tahun)
SANGA
TBAIK
BAIK
KURANG
JELEK
90RUSAK RINGAN
RUSAK SEDANG
70
55
O&P KURANG
BAIK
0
10
40
100
20
Tin
gkat
Keru
sakan
(%
)
PBERKALA
P RUTIN
KINERJA & KONDISI PRASARANA IRIGASI
Untuk pemenuhan target surplus beras 10 juta ton tahun 2014, Kementerian PU melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, menyiapkan beberapa skenario untuk mendukung Renstra Irigasi 2010-2014:
A. Skenario 1 : Pendekatan Ekstensifikasi
Difokuskan pada kegiatan fisik untuk mendapatkan luas tanam yang dibutuhkan dalam pencapaian produksi padi 2014. Angka Produktivitas diambil pada angka rata-rata produktivitas nasional yaitu 4.6 Ton/ha (ATAP 2010, BPS).
B. Skenario 2 : Pendekatan Ekstensifikasi & Intensifikasi
Diasumsikan Eksisting Areal Tanam diambil sesuai ATAP 2010, BPS (12,792,154 Ha), dengan memperhitungkan Irigasi, Rawa, JIAT, dan Sawah Tadah hujan.
Dengan Kegiatan Fisik (Pembangunan dan rehablitasi) sebagaimana tercantum dalam RENSTRA 2010-2014, dilakukan juga peningkatan Produktivitas sebesar ±5 ton/Ha, sehingga tercapai produksi Padi 2014.
C. Skenario 3 : Pendekatan Ekstensifikasi & Intensifikasi
Diasumsikan Eksisting Areal Tanam diambil 10,122,256 Ha, dengan memperhitungkan hanya Irigasi (dengan IP = 1.4).
Dengan Kegiatan Fisik (Pembangunan dan rehablitasi) sebagaimana tercantum dalam RENSTRA 2010-2014, dilakukan juga peningkatan Produktivitas sebesar ±6 ton/Ha, sehingga tercapai produksi Padi 2014.
RENCANA AKSI
RENCANA AKSI
1. Melaksanakan modernisasi Irigasi pada daerah-daerah irigasi strategis yang telah melampaui umur ekonomisnya
2. Meningkatkan dana operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi sehingga sesuai dengan Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP)
3. Melaksanakan konservasi sumber – sumber air berupa pembangunan/rehabilitasi embung-embung pemanen air hujan
4. Melaksanakan rehabilitasi jaringan irigasi, rawa dan jaringan irigasi air tanah
5. Melaksanakan pembangunan dan peningkatan jaringan irigasi, rawa dan jaringan irigasi air tanah
UPAYA UNTUK MENJAGA KETAHANAN PANGAN SETELAH TAHUN 2014
SEKIAN DAN TERIMA KASIHJAKARTA, FEBRUARI 2012
BAGIAN 5:
DAERAH IRIGASI YANG KONDISINYA RUSAK BERAT BIAYA REHABILITASI PER HA DIATAS BIAYA NORMAL SEYOGYANYA DILAKSANAKAN SECARA MULTY YEARS
DI. BATANG ILUNG (4.194 Ha) DI. Batang Ilung terletak memanjang di kiri & kanan Sungai Batang Pane
Kabupaten Padang Lawas Utara Provinsi Sumatera Utara Tahun 1960 dikembangkan Pertama kali oleh masyarakat seluas ± 1.375 Ha dengan
Pengambilan Bebas (Free Intake) dan Membuat Empangan. Tahun 1983 - 1993 dilaksanakan Pembangunan Bendung & Jaringan Irigasi
dengan Dana Loan ADB dan APBN, dengan Luas Areal Total ± 4.194 Ha Pada tahun 1994 telah dioperasikan sehingga dapat melaksanakan Tanam seluas 4.194
Ha dengan intensitas tanam sebesar 200%. Sejak tahun 2006 s/d sekarang, Terjadi Penurunan Kondisi & Fungsi
Dimana areal irigasi yang dapat diairi tinggal + 1.677,6 Ha (40%). Kebutuhan Biaya Rehabilitasi + Rp. 65 Milyar
DI. KRUENG PASE (8.923 Ha) • Luas daerah Irigasi Krueng Pase adalah 8.923 Ha
(Krueng Pase Kiri 3.308 Ha & Krueng Pase kanan 5.615 ha)
• Pelayanan air tidak optimal karena Bendung hancur sehingga pelayanan dilakukan melalui Bendung darurat.
• Program Perbaikan Bendung : Desain rehabilitasi Bendung oleh Kabupaten (APBD). Pembangunan bendung Tahap I oleh Kabupaten (± Rp. 10 M), Penyelesaian pembangunan kembali bendung dan rehabilitasi Jaringan Irigasi
diperlukan dana ± Rp. 104 M, dan diusulkan Bupati Aceh Utara melalui APBN.
• Untuk menjamin ketersediaan air diprogramkan pembangunan Waduk Krueng Keureuto .(Saat ini sedang studi AMDAL dalam rangka sertifikasi desain)
MASALAH PENGOPERASIAN BENDUNG SUNGAI ULAR
Pengoperasian Bendung Sei Ular masih Menghadapi masalah penyelesaian pembebasan tanah
seluas ± 5,5 Ha pada areal Genangan di Hulu Bendung ( + 2,2 Ha di Kabupaten Serdang Bedagai,
+ 3,3 Ha di Kabupaten Deli Serdang).
Gbr. DAERAH GENANGAN (28 ha)Seluas 5.0 Ha Merupakan Areal
Bantaran/ Sempadan
Daerah Genangan PadaBantaran di KabupatenDeli Serdang (2.7 Ha)
Daerah Genangan PadaBantaran di Kabupaten Deli
Serdang (2.3 Ha)
Saluran Pengelak Sementara(Temporrary Diversion Canal)
Bendung
BAGIAN 6:
PROYEK – PROYEK ROUNDING – UP YANG DAPAT DILANJUTKAN
PROYEK – PROYEK ROUNDING – UP YANG DAPAT DILANJUTKAN
1. DI. JABUNG (BBWS MESUJI SEKAMPUNG, PROPINSI LAMPUNG)Daerah Irigasi Jabung yang terletak di Kabupaten Lampung Timur Provinsi Lampung merupakan areal persawahan yang layak untuk dikembangkan. Kondisi area asal berupa lahan rawa. Areal persawahan berada disebelah kanan dan kiri aliran sungai Way Sekampung dengan luas areal 10.950.
NO TAHUN KEGIATAN 2 1977 – 1998 Survei, Investigasi, dan Desain (SID) pembangunan bendung karet Jabung
5 1999 – 2001 Pembangunan bendung karet Jabung dengan pendanaan dari pinjaman OECF Sector Loan (INP – 22)
6 2002 – 2003
a. Review desain pembangunan jaringan irigasi di bagian kiri sungai dengan pendanaan JBIC Loan IP – 505 (PTSL II
b. Feasibility Study terhadap pembangunan bagian hilir sungai dengan hasil layak secara teknis dan ekonomis oleh Nippon Koei & Associates
7 2006 Bendung karet sudah tidak dapat berfungsi karena kerusakan pada pintu karet dan peralatan operasional bendung
8 2007 SID area Rawa Kramat oleh PT. Jasa Patria GUnatama
9 2009 a. Studi konstruksi terhadap bendung karet Jabung oleh PT Rama Seber
Teknik b. Model test bendung karet Jabung oleh PT. Dipasanta Mulya
10 2011 Survei lapangan dan penentuan titik BM sebagai tindak lanjut rencana peningkatan dengan pendanaan JICA Loan IP – 546 (PIRIMP)
Tahapan Pembangunan DI Jabung
PERMASALAHAN DI. JABUNGi. Biaya pembangunan jaringan irigasi Jabung sangat mahal karena melewati daerah rawa
ii. Jaringan irigasi rentan terhadap penurunan konstruksi akibat fondasi tanah lunak
iii.Bendung karet sudah tidak berfungsi
iv.Kebutuhan tanah :
• Saluran Suplesi 11,8 km. ( Sudah dibebaskan sepanjang 9,8 km pada tahun 2006 )
• Saluran Pembawa Sekunder ± 10 km. ( Belum dibebaskan )
• Pemindahan Makam ± 500 makam.
• bidang tanah yang sudah dibayar pada tahun 1998 tetapi pemiliknya tidak
mengakui sudah ada pembayaran.
RENCANA TINDAK LANJUTNO TAHUN KEGIATAN 1 2011 Redesain Daerah Irigasi Sumber Air dari Jabung 2 2012
a. Pembebasan tanah Rp. 3,3 Milyar b. Pembangunan Fisik Rp. 223 Milyar
3 2013 Pembangunan Fisik Rp. 258 Milyar
PROYEK – PROYEK ROUNDING – UP YANG DAPAT DILANJUTKAN
PROYEK – PROYEK ROUNDING – UP YANG DAPAT DILANJUTKAN
2. DI. WAY KANDIS (BBWS MESUJI SEKAMPUNG, PROPINSI LAMPUNG)Bendung Kandis. II berada di Desa Karang anyar Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan dan Daerah Irigasinya di Kecamatan Jati agung, Kecamatan Natar di Kabupaten Lampung Selatan dan Kecamatan Metro Kibang Kabupaten Lampung Timur.
NO TAHUN KEGIATAN 1 1988 / 1989 Pembebasan Tanah untuk bendung, Saluran ± 5 Km dan Genangan 2 1989 / 1991 pembangunan Bendung, Saluran ± 5 Km,Rumah Jaga dan Kantor
3 2010
Redesain Jaringan Irigasi dan Bendung Way Kandis. II di Kabupaten Lampung Selatan yang dilaksanakan oleh PT. DWI ELTIS Konsultan,Areal Irigasi yang semula 3.000,00 Ha mengalami perubahan alih fungsi dan berubah menjadi 2.290,00 Ha
PERMASALAHANBendung Way Kandis, Prasarana kantor, Rumah jaga, dan saluran Primer ± 5 km telah dibangun, tetapi saluran primer sisanya dan saluran sekundernya belum bisa dibangunan karena lahan belum dibebaskan. Untuk itu perlu dilakukan usaha-usaha agar bendung dan jaringan irigasi sebagai prasarana penunjang produksi dapat berfungsi dengan baik
RENCANA TINDAK LANJUTDiusulkan pembangunan kembali Bendung dan Jaringan Irigasi Way kandis II dengan Daerah Layanan seluas 2.290 ha.
PROYEK – PROYEK ROUNDING – UP YANG DAPAT DILANJUTKAN
3. DI. BUMIAGUNG (BBWS MESUJI SEKAMPUNG, PROPINSI LAMPUNG)Bendung Way Bumi Agung terletak di sungai Way Abung Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara. Jaringan Irigasi Way Bumi Agung terletak antara 4°40’54” - 4°51’ Lintang Selatan dan 104°30’49” - 104°57’16” Bujur Timur dan dapat dicapai melalui perjalanan darat dengan menempuh jarak ± 130 Km dari kota Bandar Lampung. Daerah Irigasi Bumiagung memiliki area potensial seluas 3000 ha, namun yang baru fungsional seluas 1.500 ha.
Tahapan Pembangunan DI BumiagungNO TAHUN KEGIATAN
1 1982Detail Desain yang dilakukan oleh Konsultan PRC-ECI ENGINEERING CONSULTANT INC, direncanakan Areal Irigasi Teknis mencapai 3.000,00 Ha
2 1990 Pembangunan bendung tetap3 2011 Penyelesaian pembangunan dan Rehabilitasi Jaringan Irigasi
PERMASALAHAN• Sebagian besar jaringan irigasi rusak berat• Jaringan irigasi belum seluruhnya terbangun
RENCANA TINDAK LANJUTDiperlukan lanjutan penyelesaian pembangunan dan rehabilitasi DI. Bumiagung
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYEDIAAN AIR BAKU
ALUR PIKIR PENYEDIAAN UNIT AIR BAKU
Kebutuhan- Domestik- Perkotaan- Industri
Pengembangan Air Baku
• Air Baku Perkotaan• Air Baku Pedesaan
OutputTersedianya jaringan air
baku
OutcomeTerpenuhinya
layanan air baku
Potensi• Air permukaan (Sungai, Danau, Bendungan)• Air Tanah
Tantangan- Pertumbuhan Penduduk- Perubahan iklim- Kerusakan lingkungan
PEMBAGIAN PERANAN DALAM PENGEMBANGAN SPAM
E-37 E-33
P-67 P-69 P-75
E-34
E-38
P-73
P-68
P-78
P-72
P-74
SR
SRSR
SR
P-79
UNIT PRODUKSI (dapat termasuk Water Meter Induk, Pipa Transmisi & Reservoir)
P-76
SR
P-77
SR SR
SR
UNIT DISTRIBUSI DAN UNIT PELAYANAN (APBD Prop/Kab/Kota/DAK)
HU
HU
P-70P-71
E-32
UNIT AIR BAKU
APBN Pusat dan Propinsi
Unit Produksi (IPA, SPL, dll)
STRATEGI PEMECAHAN MASALAH PENYEDIAAN AIR BAKU
1. Peningkatan kapasitas penyediaan air baku
2. Peningkatan efektifitas sistem penyediaan air baku yang ada
3. Peningkatan teknologi & sarana prasarana penyediaan air baku yang ramah lingkungan
4. Revitalisasi sistem penyediaan air baku yang belum berfungsi optimal
5. Pengembangan teknologi & sarana prasarana penyediaan air baku di wilayah kepualauan
6. Peningkatan konservasi daerah tangkapan sumber air baku
7. Peningkatan pemerataan penyediaan air baku
8. Peningkatan operasi dan pemeliharaan air baku
9. Peningkatan kapasitas kelembagaan
10. Peningkatan efektivitas penegakan hukum dan kesadaran masyarakat
11. Peningkatan koordinasi Pemerintah, Pemerintah Daerah, Pihak Swasta, dan Masyarakat
12. Peningkatan partisipasi masyarakat
KEGIATAN PENYEDIAAN AIR BAKU YANG TELAH DILAKUKAN
PEMBANGUNAN PRAS. AIR BAKU PERDESAAN
PEMBANGUNAN / PENINGKATAN AIR BAKU AIR TANAH UNTUK AIR BERSIH
PEMBANGUNAN / PENINGKATAN UNIT AIR BAKU
Embung Long Storage Saluran Transmisi dan Bendung Waduk
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYEDIAAN AIR TANAH
KONSEPSI PENGELOLAAN AIR TANAH
• PENGERTIAN CEKUNGAN AIR TANAH (CAT) :Suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis tempat semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran dan pelepasan air tanah berlangsung (Pasal 1 angka 12 UU No. 7 Tahun 2004).
• Pengelolaan air tanah didasarkan pada cekungan air tanah (Pasal 12 ayat (2) UU No. 7 / 2004).
• cekungan air tanah lintas negara• cekungan air tanah lintas provinsi• cekungan air tanah lintas kabupaten/kota• cekungan air tanah dalam satu kabupaten/kota
Pemerintah Pusat
Provinsi
Kab / Kota
• Cekungan air tanah di Indonesia menurut Pasal 14 ayat (3) PP No. 43/2008) meliputi:
Arahan Pengelolaan Air Tanah
1. Pengelolaan air tanah wajib mengacu kebijakan pengelolaan air tanah pada
cekungan air tanah.
2. Kebijakan pengelolaan air tanah ditetapkan oleh Menteri, Gubernur, atau
Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangan masing-masing.
3. Kebijakan pengelolaan air tanah merupakan bagian dari kebijakan sumber daya air
(SDA).
4. Kebijakan SDA disusun dan dirumuskan oleh wadah koordinasi pengelolaan SDA
(Dewan SDA) (Pasal 86 ayat (2) UU No. 7 / 2004) ditetapkan oleh Presiden.
Kebijakan Pengelolaan Air Tanah
Kebijakan Pengelolaan Air Tanah Berdsasar Atas :
1. Potensi air tanah dalam CAT, mencakup kuantitas dan kualitas.
2. Kebutuhan air bagi penduduk dan berbagai sektor.
3. Rencana pengembangan wilayah.
Big Gun Srinkle
Arungan Bali
TH 2006, Arungan Bali +18 Ha
Batukeruk20 Ha (2006)+25 Ha (2007)
TOTAL (2006-2008) DESA AKAR-AKAR 63 Ha
TH 2009 (Rencana), BatuGembung+5 Ha
NTB (DesaAkar-akar)
KonsepDasar: Memfasilitasi sistem irigasi pada daerah kering yang
memiliki potensi air tanah Efisiensi sistem irigasi dengan menyemprotkan air ke udara Irigasi untuk tanaman non padi
Drip Irrigation
Efisiensi air dan pupuk tinggi Meningkatkan pertumbuhan
tanaman dan hasil Menghemat tenaga kerja
Memerlukan perawatan yang intensif (air harus bebas endapan, emiter tidak boleh tersumbat)
Investasi mahal (pompa, pipa distribusi, dan lain-lain)
Irigasi tetes adalah salah satu teknologi irigasi mutakhir, mampu
memberikan efisiensi tinggi dalam distribusi air ke tanaman.
Untuk tanaman dengan nilai ekonomis tinggi, harga jual di pasar mahal, sehingga sebanding dengan investasi yang
dikeluarkan, nilai air yang digunakan, dan biaya Operasi dan Pemeliharaan